Upload
trinhcong
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT DI SINGAPURA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
ALI JAYA
1113046000041
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H / 2017 M
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
Nama : Ali Jaya
Alamat : Kelapa Dua Gg. K.H Marzuk No. 31 RT.
02/07 Kel. Kagungan Kec/kota Serang,
Provinsi-Banten
Email : [email protected]
Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 15 Desember 1995
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
B. PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan Nama Lembaga Kota Tahun
SD SDN 19 Serang Serang 2001-2007
SMP MTsN 1 Kota Serang Serang 2007-2010
SMA MAN 2 Kota Serang Serang 2010-2013
Perguruan Tinggi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Tangerang
Selatan
2013-2017
C. PENGALAMAN ORGANISASI
Lembaga/Institusi Tahun
Sekretaris OSIS MTsN 1 Kota Serang 2007-2008
Wakil Ketua Remaja Islam Masjid MAN 2 Kota Serang 2010-2012
vi
Kepala Bidang Pendidikan dan Keagaamaan OMM
(Organisasi Mahasantri Ma’had)
2013-2015
Koordinator Keagamaan HMPS Mua’amalat FSH UIN
Jakarta
2013-2015
Ketua Umum LAMDA (Lingkar Alumni MAN 2) 2015-2017
Sekjen Komisariat Dakwah (KOMDA) FSH UIN Jakarta 2015-2016
Koordinator Humas dan Media LiSenSi (Lingkar Studi
Ekonomi Islam)
2015-2016
D. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Muhayat
Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 17 Mei 1965
Pendidikan Terakhir : MA
Ibu : Farhah
Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 18 September 1968
Pendidikan Terakhir : MA
vii
ABSTRACT
Ali Jaya, 1113046000041, Zakat Fundraising Strategy in Singapore.
Sharia Economic Studies Program, Faculty of Economics and Business, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 1438 H / 2017 M. This study aims to determine the
strategy of accumulating zakat funds in the State of Singapore. Starting from the
institutions responsible for the collection of zakat, the strategy of aggregation and
the impact of the implementation of the strategy on the accumulation of zakat
funds in Singapore.
In this study the authors use a qualitative approach, with data collection
techniques are descriptive analysis. The data used in this study were obtained
from the observation to the place of research, direct interviews to the relevant
sources, as well as the collection of documentation as data collection techniques in
this study.
The results of this study show: First, based on the Administration of the
Law of Islamic Law Act (AMLA) section 68 subsection (1) and (2)
and subsection 69 (1) of 1968, concentration of activities, authority and all matters
relating to the management, The distribution of zakat is carried out under the
responsibility of Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS), precisely in the Unit of
Strategy of Zakat and Endowments.
Second, MUIS in collecting zakat funds using persuasive and technical
strategies. Persuasive strategy is with promotions using brochures or
advertisements, marketing personnel with shuttle ball, and religious lectures or
regular recitation. Technical strategy (marketing), namely Utilization and
Development of Technology and Information (on methods of collection), Product
Development is about program work program and empowerment scheme. Further
Development of Administration, and Human Resource Development (HRD).
Third, the impact of the collection strategy occurs on the increase of zakat
collection in Singapore each year, and at the level of distribution, so that the
positive impact can be felt by the community as well as the availability of
religious-social funds, the availability of educational facilities, health, social
services and the availability of good means of worship .
Keyword: Zakat, Majlis Ugama Islam Singapore, Fundraising Strategy,
Singapore,
viii
ABSTRAK
Ali Jaya, NIM: 1113046000041, Strategi Penghimpunan Dana Zakat di
Singapura. Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 1438 H / 2017 M. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui strategi penghimpunan dana zakat di Negara Singapura. Mulai dari
lembaga yang bertanggung jawab dalam penghimpunan zakat, strategi
penghimpunan serta dampak penerapan strategi terhadap penghimpunan dana
zakat di Singapura.
Dalam Penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dengan
teknik pengumpulan data bersifat analisis deskriptif. Data yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari hasil observasi ketempat penelitian, wawancara
langsung kepada narasumber terkait, serta pengumpulan dokumentasi sebagai
teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukan: Pertama, berdasarkan Administrasi
Undang-Undang Hukum Islam (AMLA) Pasal 68 ayat (1) dan (2) dan 69 ayat (1)
tahun 1968, pemusatan aktivitas, wewenang dan seluruh hal yang berhubungan
dengan pengelolaan, penghimpunan dan pendistribusian zakat dilaksanakan di
bawah tanggung jawab Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS), tepatnya di
bagian Unit Strategi Zakat dan Wakaf.
Kedua, MUIS dalam menghimpun dana zakat menggunakan strategi
persuasif dan teknis. Strategi persuasif yaitu dengan promosi-promosi
menggunakan brosur atau iklan-iklan, tenaga marketing dengan jemput bola, dan
ceramah keagamaan atau pengajian rutin. Strategi teknis (pemasaran), yaitu
Pemanfataan dan Pengembangan Teknologi dan Informasi (mengenai metode-
metode penghimpunan), Pengembangan Produk yaitu mengenai program-program
kerja dan skema pemberdayaan. Selanjutnya Pengembangan Administrasi, dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
Ketiga, dampak dari strategi penghimpunan terjadi pada peningkatan
koleksi zakat di Singapura setiap tahunnya, dan pada tingkat penyalurannya,
sehingga dampak positifnya dapat dirasakan masyarakat juga dalam hal
ketersediaannya dana sosial-keagamaan, tersedianya sarana pendidikan,
kesehatan, pelayanan sosial dan tersedianya sarana ibadah yang baik.
Keyword : Zakat, Majlis Ugama Islam Singapura, Strategi Penghimpunan,
Singapura,
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
(S.E) Program Studi Ekonomi Syariah Konsentrasi Manajemen ZISWAF
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah
memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr.Phil. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang penulis
hormati dan menjadi guru bagi kita semua.
2. Bapak AM Hasan Ali, MA., selaku ketua Program Studi Muamalat dan Bapak
Dr. Abdurrauf, Lc., MA yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis selama menjadi mahasiswa prodi Muamalat.
3. Bapak Dr. H. Moch. Bukhori Muslim, Lc., MA, selaku dosen pembimbing
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan serta
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah membalas budi
baik Bapak.
4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum, para guru dan asatidz yang telah
mendidik dan mentransfer ilmunya kepada penulis.
5. Pimpinan dan seluruh staf karyawan bagian Akademik dan Perpustakaan, baik
perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum maupun Perpustakaan Utama dalam
membantu penulis mencari sumber-sumber yang diperlukan.
6. Haji Dr. K.M Deen, Ph.D selaku ketua Social Trust Fund dan pengurus Majlis
Ugama Islam Singapura yang dalam kesibukannya secara ikhlas bersedia menjadi
interviewee dalam penelitian ini
x
8. Arif Rahman Taba Abi, selaku Pengurus I-Read Qur’an Centre Singapura yang
telah menyedikan tempat dan waktunya untuk menjadi interviewee dalam
penelitian ini.
9. Ayahanda Muhayat dan Ibunda Farhah, kupersembahkan skripsi ini untuk
kedua orang tuaku yang selalu memberikan do’a, restu dan motivasi untuk terus
belajar. Untuk kaka tercinta, Roihatul Jannah dan Tatang Sutisna yang telah
membantu baik dari segi moril maupun materil.
10. Saudara se-ideologis yang aktif dalam kajian Lingkar Studi Ekonomi Syariah
(LiSenSi), LAMDA UIN Jakarta, Forum Mahasiswa Bidikmisi (FORMABI),
Organisasi Mahasantri Ma’had (OMM), Komisariat Dakwah (KomDa) FSH,
HMPS Muamalat, dan University Day Out, dimana penulis diberikan ruang untuk
terus beraktualisasi dan disini penulis belajar untuk selalu berusaha menjadi
manusia yang bermanfaat.
11. Teman-teman seperjuangan UIN Bersatu, Muamalat 2013, KKN
Lagukandama, mahasantri Ma’had Ali Al-Jami’ah dan UICCI – Sulaimaniyyah,
serta Mahasiswa PDU MUI Jakarta Selatan, dimana penulis belajar untuk terus
memahami arti persaudaraan dan kebersamaan.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis baik selama masa pendidikan
hingga pengerjaan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga
Allah SWT membalas kebaikan kalian semua.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran dan saran
untuk perkembangan dalam pendidikan dan ilmu pengetahuan. Amiin.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN …………………………………………... iii
LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………… iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………………… v
ABSTRACT …………………………………………………………………… vii
ABSTRAK ………..…………………………….…………………………….. viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………...….. ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL ………………..…………………….…………………..… xiv
DAFTAR GRAFIK ……………………………………….…………...….…... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………..…….. 1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………..………...….. 8
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………………...…. 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………...…………..……. 9
E. Review Studi Terdahulu …………………………………….............. 10
F. Metode Penelitian ……………………….…………………………… 12
G. Sistematika Penulisan …………………….…….…………………… 14
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Strategi Penghimpunan Zakat …………………………….. 16
1. Pengertian Strategi ………………………………………………... 16
xii
2. Strategi Penghimpunan Zakat …………….….…………………… 17
B. Zakat ………………………………………………………………… 19
1. Pengertian Zakat ……………………………………….…………. 19
2. Dasar Hukum Zakat ……………………………...…….………… 23
3. Hikmah dan Manfaat Zakat ………………………………………. 25
4. Syarat-syarat Harta yang wajib di Zakati ……….……………....... 28
5. Golongan yang berhak menerima Zakat …………...………..…… 28
6. Urgensi Lembaga Pengelola Zakat ……….……………………… 35
7. Penghimpunan Zakat ……………………………….…………….. 38
BAB III PROFIL NEGARA SINGAPURA DAN MAJLIS UGAMA ISLAM
SINGAPURA
A. Gambaran Umum Negara Singapura ……………………………….. 44
B. Sejarah Perkembangan Zakat di Singapura dan Pendirian
Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) ……………….…………… 52
C. Kedudukan dan Peran Majelis Ugama Islam Singapura (Struktur
Organisasi, Visi, Misi dan Fungsi MUIS) …………………………… 59
BAB IV ANALISIS PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT MAJLIS UGAMA
ISLAM SINGAPURA
A. Tanggung Jawab dan Wewenang Majlis Ugama Islam Singapura dalam
Penghimpunan Zakat di Singapura …………………………………. 65
B. Strategi Penghimpunan Dana Zakat pada Majlis Ugama Islam
Singapura…………………………………….…….………...……….. 70
xiii
C. Dampak Penerapan Strategi Penghimpunan Dana Zakat Majlis Ugama
Islam Singapura …...………..……………………………………...…… 85
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………...…….……….………...….. 98
B. Saran ………………………………….……….……….…..……..…. 99
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….…………….. 101
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Statistik Penduduk Singapura Berdasarkan Agama …………………....46
Tabel 2 Daftar Masjid Pusat Pungutan Zakat ……………….…...……….……. 83
Tabel 3 Penyaluran Bantuan dan Pembangunan Utama …………..……....…… 96
xv
DAFTAR GRAFIK
Gambar 1 Struktur Majlis Ugama Islam Singapura …………………………... 62
Gambar 2 Struktur Organisasi Unit Strategis Zakat dan Wakaf …………..….. 67
Gambar 3 Grafik Koleksi Zakat Harta dan Zakat Fitrah Tahun 2011-2015 ...... 84
Gambar 4 Grafik Koleksi Zakat Harta dan Zakat Fitrah Tahun 2003-2011 ...... 86
Gambar 5 Grafik Penyaluran Zakat Harta dan Fitrah Tahun 2003-2011 ……... 87
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di tengah-tengah problematika perekonomian, zakat muncul menjadi
instrumen pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan umat. Zakat
memiliki banyak keunggulan dibandingkan instrumen fiskal konvensional yang
kini telah ada.1 Banyak pemikiran dan teori yang dikemukakan oleh para ahli
dalam rangka menanggulangi masalah kemiskinan. Namun tidak semua teori
dapat dipraktekkan dan dapat menanggulangi kemiskinan. Diharapkan dengan
pengelolaan zakat yang secara profesional dan pendayagunaan secara produktif
mampu memberikan kontribusi bagi penanggulangan kemiskinan.
Zakat adalah kadar harta tertentu yang diberikan kepada yang berhak
menerimanya, dengan berbagai syarat, semata-mata mencari ridha Allah. Zakat
selain berdimensi ibadah ritual, juga memiliki dimensi sebagai amal ibadah sosial
yang inklusif. Sebagai praktek yang telah melembaga dalam kehidupan
masyarakat muslim, zakat telah mendukung kehidupan ekonomi, sosial dan
politik umat Islam. Bahkan dalam konteks Indonesia zakat juga diharapkan
menjadi pilar yang dapat menopang kesejahteraan umat dan bangsa.
Untuk mewujudkan manfaat zakat yang mampu menjadi pilar ekonomi,
sosial, politik, pengelolaan zakat yang profesional menjadi prasyarat utama yang
tidak boleh ditinggalkan. Kunci dalam usaha meningkatkan kualitas dan kuantitas
1 Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern,( Jakarta :
Paradigma & AQSA Publishing, 2007), h.192
2
ZISWAF (Zakat, Infaq, Sadaqah dan Wakaf) sebagai dana umat yang produktif
dan potensial adalah manajemen. Pengelolaan tidak hanya berhenti pada
pendayagunaan untuk usaha-usaha yang bersifat produktif dan perlunya
penentuan skala prioritas pemanfaatan, tetapi juga mengharuskan adanya
transparansi dan akuntabilitas.2
Penggunaan manajemen dalam penghimpunan zakat bertujuan untuk
memastikan tujuan-tujuan amal perbuatan tersebut dapat tercapai. Menurut
Sherafat Ali Hashmi pola-pola manajemen yang ada selama ini dapat
diimplementasikan dalam pengelolaan ZISWAF. Peran yang utama dalam
implementasi ini terletak pada keberadaan lembaga zakat yang profesional.
Dengan mengakomodasi prinsip-prinsip manajemen, diharapkan pendayagunaan
filantropi Islam ini dapat maksimal. Jadi yang dimaksud pengelolaan zakat
berbasis manajemen, bukan hanya berbicara bagaimana memberdayakan dana
zakat dari para muzakki untuk tujuan pemberdayaan mustahik. Namun,
pengelolaan zakat berbasis manajemen meliputi semua aspek yang terkait dengan
pelaksanaan zakat sebagai salah satu pilar agama Islam. Dalam hal ini berkaitan
dengan penyampaian ajaran zakat, pengumpulan, penggunaan, pemberdayaan
mustahik dan pengawasan zakat.3 Dalam pengelolaan zakat, penghimpunan dan
pendistribusian zakat merupakan dua hal yang sama pentingnya.
Pengelolaan zakat oleh amil zakat telah dicontohkan sejak zaman
Rasulullah SAW. Penghimpunan dan pendistribusian zakat dilakukan secara
2 Ahmad Qodri Abdillah Azizy, Membangun Fondasi Ekonomi Umat Meneropong Prospek
Berkembangnya Ekonomi IslaM, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), h.123
3 Muhammad Hasan, Manajemen Zakat Model Pengelolaan Yang Efektif, (Yogyakarta : Idea Press,
2011), h.7
3
melembaga dan terstruktur dengan baik. Di Indonesia hal itu tercermin dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, dimana
dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa lembaga atau organisasi
pengelola zakat terdiri dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang dibentuk
oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat
dan dikukuhkan serta dibina oleh pemerintah.4 Dalam undang-undang tersebut
mengatur dengan cukup terperinci mengenai fungsi, peran dan tanggung jawab
Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Kedua jenis lembaga
ini juga dinaungi oleh Forum Amil Zakat (FOZ) sebagai institusi yang menaungi
segala informasi, ketentuan dan kegiatan lembaga tersebut.
Dibentuknya Lembaga pengelola zakat baik disponsori pemerintah (BAZ)
maupun yang dikelola masyarakat (LAZ) bagaimanapun telah memberikan
kontribusi penting bagi peningkatan peran dan tanggung jawab sosial filantropi
Islam di Tanah air. Berbagai inovasi penggalangan, pengelolaan dan
pendistribusian dana-dana zakat, infak, dan sedekah telah dilakukan baik oleh
BAZIS maupun LAZIS, khususnya yang berada di kota-kota besar.5 Namun,
harapan-harapan yang ada tidak akan tercapai apabila Lembaga Amil Zakat tidak
memiliki orientasi dalam pemanfaatan dana zakat yang tersedia.
Bila kita berbicara mengenai penghimpunan zakat di Indonesia, maka akan
terbayang potensi dana zakat yang besar jumlahnya. Jika dibandingkan dengan
beberapa negara lain, Indonesia memiliki potensi zakat yang sangat besar dan
4 Hertanto Widodo, Akutansi & Manajemen Keuangan untuk Organisasi Pengelola Zakat,
(Bandung: Asy Syamil Press & Grafika, 2001), h.vii
5 Irfan Abu Bakar, dan Chaider S. Bamualim, Filantropi Islam dan Keadilan Sosial, (Jakarta:
CSRC UIN Jakarta, 2006), h.133
4
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dibuktikan dengan beberapa
lembaga penelitian yang melakukan survei dan riset mengenai potensi
penghimpunan zakat di Indonesia. Rentan tahun 2004-2007 beberapa lembaga
me-release potensi zakat Indonesia, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
PIRAC (Public Interest Research and Advocacy Center) potensi zakat sebanyak
9,09 Triliun, selain itu menurut perhitungan FOZ (Forum Zakat) potensinya
sebesar 17,5 Triliun. Sedangkan Pusat Budaya dan Bahasa UIN Syarif
Hidayatullah bekerjasama dengan The Ford Fondations menyebutkan potensi ZIS
di Indonesia mencapai 19,3 Triliun setiap tahunnya.
Sedangkan menurut Habib Ahmed melalui lembaga IRTI-IDB mengatakan
bahwa potensi zakat tahun 2010 mencapai angka 100 triliyun. Di tahun 2011
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan ADB (Asian Development Bank)
menyebut potensi zakat Indonesia sebesar 217,3 triliun rupiah. Sementara jumlah
zakat yang terhimpun oleh BAZNAS pada tahun 2012 sekitar 2,3 triliun rupiah.
Selanjutnya potensi zakat Nasional tahun 2016 adalah Rp. 221 Triliun
setiap tahunnya.6 Akan tetapi, meski potensi-potensi zakatnya besar, namun
realitanya masih jauh dari potensi yang ada dan masih belum terbilang optimal.
Menurut Yusuf Wibisono, realisasi penghimpunan zakat tahun 2016 hanya
sebesar 2,0 % dari potensi yang ada di Indonesia.7
Terlepas dengan jumlah angka yang berbeda beda, kita dapat
berkesimpulan bahwa adanya jurang pemisah antara das sein dan das sollen,
antara potensi zakat sangat begitu besar dengan realitas penghimpunan zakat yang
6 Menurut Yusuf Wibisono dalam Seminar Nasional Zakat yang diselenggarakan oleh PUSKAS
BAZNAS dan PEBS FEUI, pada 8 Desember 2016 di Universitas Indonesia.
7 Menggunakan potensi zakat 1,7 % dari PDB
5
relatif masih kecil di Indonesia. Hal-hal tersebut disebabkan karena beberapa
faktor, diantaranya karena masih kurangnya kesadaran masyakarat akan zakat,
lemahnya regulasi zakat, dan juga kurangnya transparansi lembaga-lembaga zakat
yang ada.
Apabila melihat di beberapa Negara Asia Tenggara, penghimpunan zakat
di Negara-negara tetanggapun sudah mengalami perkembangan yang cukup baik.
Contohnya adalah Negara Malaysia. Potensi zakat di Negara Malaysia setiap
tahunnya semakin meningkat. Penghimpunan zakat di Negara Malaysia dikelola
oleh Pusat Pungutan Zakat (PPZ) yang berada dibawah Majelis Agama Islam
Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur (MAIWP), atau dibawah pengawasan
langsung Majelis Agama Islam di setiap Negeri bagian yang berjumlah sebanyak
14 buah, dan setiap Majelis Agama Islam mempunyai karyawan dari jawatan
Agama Islam.8
Selain di Malaysia, Negara tetangga yang turut aktif dalam institusi zakat
yaitu Brunei Darussalam yang dalam hal penghimpunan zakatnya ditangani
langsung oleh Majelis Ugama Islam Brunei (MUIB). Brunei Darussalam termasuk
ke dalam Negara Muslim, yang terkenal dalam kehidupan sehari-harinya
menerapkan syariat Islam. Brunei Darussalam juga merupakan salah satu Negara
terkaya di dunia, dengan populasi masyarakat sekitar 400 ribu orang dan
pendapatan per kapita 57 ribu dolar AS.9
8 Zaimah, dkk, Makalah “Praktek Zakat dan Wakaf di Negara Malaysia” pada mata kuliah Praktek
Zakat dan Wakaf di Negara-Negara Muslim, FSH UIN Jakarta, 2016.
9 Febrianti, Praktek Pengelolaan Zakat di Negara Muslim: Studi Kasus Pada Negara Brunei
Darussalam, (Skripsi Mahasiswa Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2011)
6
Hal yang serupa dengan Negara Singapura. Pengelolaan zakat di
Singapura ditangani langsung oleh Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS), yang
dikenal sebagai Dewan Agama Islam Singapura. Singapura merupakan Negara
maju di Asia Tenggara, dan juga termasuk satu dari empat Macan Asia bersama
Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan.
Berbeda dengan Negara Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam,
Singapura merupakan Negara sekuler yang memiliki penduduk multirasial,
multilingual, dan multi agama. Umat Islam di Negara Singapura merupakan
minoritas dibandingkan dengan agama lain. Menurut Shamsiah, muslim di
Singapura hanya 15%, dimana mayoritasnya adalah Melayu. Sedangkan agama
yang mayoritas adalah Budha, di mana sebagian besar yang beragama Budha
adalah orang Cina.10
Akan tetapi, walaupun umat Islam di Singapura merupakan minoritas,
namun kesadaran masyarakat Muslim Singapura akan kewajiban membayar zakat
sudah mulai tumbuh sejak tahun 1974 dan pada tahun yang sama secara sukarela
pengumpulan zakat fitrah secara kolektif diterapkan.11
Penghimpunan Zakat di Singapura berada di bawah wewenang Majelis
Ugama Islam Singapura (MUIS), berdasarkan pada Administrasi Undang-Undang
Hukum Islam atau yang disebut Administration of Muslim Law Act (AMLA) yang
dikeluarkan oleh parlemen Singapura dan diresmikan pada 25 Agustus 1968.
Dalam Undang-Undang (AMLA) tersebut, bahwa di bawah pasal 68 (1), MUIS
10 Shamsiah A. Karim, Contemporary Shari’a Compliance Structuring for the Development and
Management of Waqf Assets in Singapore, dalam Kyoto Bulletin of Islamic Area Studies, (Tokyo: Bulletin of
Islamic Area Studies) Maret 2010, h.143
11 Kementerian Agama, Modul Penyuluhan Zakat, (Jakarta: Kementerian Agama Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2013), h.43
7
mempunyai kuasa untuk memungut Zakat dan Fitrah mengikut Undang-Undang
Islam Singapura. Pada pasal 69 pula, dinyatakan bahwa MUIS, dengan kebenaran
Menteri boleh membuat Undang-Undang untuk menangani semua hal yang
berkaitan dengan pungutan, hal pentadbiran dan pengagihan Zakat dan Fitrah.12
Walaupun di tengah sistem sekuler dan kondisi muslim minority, Zakat di
Singapura terbilang cukup sukses mewujudkan pengembangan zakatnya, muslim
di Singapura terus berpacu mengembangkan dan meningkatkan kualitas modal
insani, agar mampu bersaing dengan cepatnya kemajuan di Singapura, termasuk
dalam pengelolaan zakat secara profesional.
Berdasarkan data dari MUIS, terjadi peningkatan jumlah zakat yang
dipungut setiap tahun. Pada tahun 2015 zakat yang terkumpul sebesar
$35.323.46813
atau setara dengan Rp.470.421.989.403.1514
, jumlah ini mengalami
peningkatan sebesar 37,8% dari tahun 2012, di mana pada tahun 2012 zakat yang
terkumpul adalah $25,6 juta, sedangkan pada tahun 2013 sebesar $28,4 juta dan
tahun 2014 sebesar $31,8 juta.15
Keberhasilan Singapura dalam menghimpun zakatnya merupakan kunci
sukses daripada manajemen pengelolaan dan penghimpunan zakat yang
diterapkan secara profesional oleh Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) dan
juga peran serta dari masyarakat muslim Singapura.
12MUIS, Administration of Muslim Law Act (AMLA), (Singapura: Majelis Ugama Islam Singapura)
pasal 68 (1) dan 69 tahun 1968
13 www.muis.gov.sg/zakat/index.html diakses pada 1 Oktober 2016 pkl. 15.03 WIB
14
Dihitung berdasarkan kurs dollar ($1) ke rupiah per-Juni 2017 yaitu Rp.13.317
15 MUIS Annual Report, Financial Highligts-Zakat Collection, 2014, h.63
8
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis ingin mengkaji lebih jauh tentang
penghimpunan zakat di Negara Singapura, bagaimana bentuk dan strategi yang
dilakukan oleh negara Singapura, penelitian ini nantinya akan dituangkan dalam
sebuah skripsi yang berjudul: STRATEGI PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT
DI SINGAPURA
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, berikut ini merupakan identifikasi dari
permasalahan yang muncul:
1. Pengelolaan zakat yang profesional menjadi prasyarat utama yang tidak
boleh ditinggalkan dalam mewujudkan tujuan dan manfaat zakat.
2. Penghimpunan zakat melalui lembaga merupakan aturan yang harus
dilaksanakan sesuai dengan undang-undang yang ada, sebagaimana juga
telah dicontohkan sejak zaman Rasulullah.
3. Tingkat realisasi zakat yang ada masih belum sesuai dan optimal dengan
potensi zakat yang diterima.
4. Singapura merupakan negara sekuler dan minoritas muslim, hal ini
mengharuskan lembaga zakat Singapura meningkatkan kinerja
pengelolaan zakatnya. Meskipun pertumbuhan jumlah koleksi zakat yang
ada terus meningkat setiap tahunnya.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang dideskripsikan di atas,
tentunya akan sangat luas pembahasannya, untuk mencapai sasaran pembahasan
yang jelas, maka dalam penulisan skripsi ini penulis ingin merumuskan
9
pembahasan berkisar tentang bagaimana praktek dan strategi manajemen lembaga
zakat di Singapura dalam menghimpun dan mengembangkan zakatnya.
Adapun rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tanggung jawab dan wewenang Majlis Ugama Islam Singapura
dalam penghimpunan zakat di Singapura?
2. Bagaimana strategi penghimpunan zakat di Singapura?
3. Bagaimana dampak penerapan strategi terhadap penghimpunan dana zakat
di Singapura?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui lembaga apa yang bertanggung jawab mengurusi
penghimpunan zakat di Singapura.
b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk manajemen penghimpunan zakat di
Singapura.
c. Untuk menganalisa dan melihat bagaimana dampak penerapan strategi
terhadap penghimpunan dana zakat di Singapura
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan untuk :
a. Manfaat Akademisi
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan
ilmu bagi civitas akademik pendidikan khususnya tentang pengelolaan
dan pemberdayaan zakat di Singapura.
10
b. Manfaat Praktisi
Diharapkan penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan bagi
penggiat ilmu sosial secara umum dan pengelola zakat khususnya.
Penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan perbandingan dan
perenungan bagi pemerintah maupun pengelola zakat di Indonesia
tentang bagaimana suatu Negara yang minoritas muslim dapat
mengelola zakatnya dengan baik dan merata, sehingga nantinya dapat
diambil sisi positifnya dan diterapkan demi meningkatkan pengelolaan
zakat di Indonesia.
c. Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya zakat dalam meningkatkan
perekonomian umat dan untuk menghilangkan kesenjangan sosial
antara yang berkelebihan harta dan yang kekurangan.
E. Review Studi Terdahulu
Dalam melakukan penelitian terhadap Analisis Strategi Penghimpunan
Dana Zakat di Singapura ini, maka perlu kiranya dilakukan telaah terhadap studi-
studi yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk
melihat relevansi dan sumber-sumber yang akan dijadikan rujukan dalam
penelitian ini dan sekaligus sebagai upaya menghindari duplikasi terhadap
penelitian ini.
11
1 Identitas Amalia, Kasyful Mahlli (Jurnal Ekonomi tentang Zakat,
2011)
Judul Potensi dan Peranan Zakat Dalam Mengentaskan
Kemiskinan di Kota Medan
Subtansi Penelitian ini menjelaskan tentang potensi zakat yang ada
pada BAZDASU Kota Medan yang berasal dari
pemerintahan, swasta dan perbankan. Dari hasil
penelitian yang dilakukan, masyarakat sangat setuju
pemanfaatan zakat melalui bantuan pinjaman dan modal
di sertai pelatihan dan keterampilan yang nantinya akan
membantu perekonomian masyarakat dan menjadi
masyarakat yang mandiri.
Perbedaan Adapun dalam penelitian ini adalah fokus membahas
model penghimpunan zakat yang ada di Singapura,
bagaimana potensi dan peranan lembaga dalam hal ini
Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS), selaku lembaga
resmi satu-satunya dalam penghimpunan dana zakat.
2 Identitas Wahyudin (Skripsi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006)
Judul Manajemen Penghimpunan dan Pendayagunaan Zakat,
Infaq, Sedekah (ZIS) dan Wakaf Uang Melalui Teknologi
Informasi Pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Portal Infaq)
Subtansi Penelitiannya membahas tentang sejauh mana konsep
12
Teknologi Informasi mempengaruhi efektifitas
penghimpunan dan pendayagunaan ZISWAF pada LAZ
Portalinfaq
Perbedaan Perbedaannya terletak pada objek kajian
3 Identitas Zaki Halim Mubarok (Skripsi Mahasiswa Fakultas
Syariah dan Hukum - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2014)
Judul Strategi Pengelolaan Wakaf Real Estate di Singapura
Subtansi Penelitian ini menjelaskan tentang model pengelolaan
Wakaf Real Estate di Singapura, serta upaya
penerapannya di Negara Indonesia
Perbedaan Objek kajian yang dibahas, yaitu penelitian saya
membahas zakat di Singapura. Sedangkan penelitian ini
seputar wakaf real estate.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yakni penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
13
2. Jenis Data
a. Data Primer
Yaitu data utama yang bersumber dari data-data serta informasi yang
diperoleh dari sumber data.
b. Data Sekunder
Yaitu data-data yang bersumber dari penelitian kepustakaan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu:
1) Library Research (Penelitian Kepustakaan), yaitu penulis
menggambarkan permasalahan dengan didasari pada data-data yang ada
dalam literatur atau dokumen, lalu di analisis lebih lanjut kemudian di
ambil suatu kesimpulan
2) Field Research (Penelitian Lapangan), yaitu penelitian langsung terjun
kelapangan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan pokok
permasalahan dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
a. Wawancara/interview, hal ini penulis lakukan untuk menggali data
penelitian langsung dari sumbernya. Untuk wawancara ini digunakan
pedoman wawancara guna mengarahkan permasalahan sesuai
dengan kepentingan penelitian
b. Studi dokumentasi, dilakukan dengan cara mengumpulkan data
berdasarkan penyelidikan dokumen-dokumen atau laporan yang
berkaitan dengan masalah penelitian, seperti berkas-berkas, internet,
arsip, brosur, majalah, dan lain-lain.
14
4. Teknik Analisis
Dalam melakukan analisis data, penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan data
dan informasi berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dari lapangan.
5. Pedoman Penulisan Laporan
Adapun teknik penulisan skripsi ini, mengacu pada Pedoman Penulisan
Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini disusun dengan sistematika secara
berurutan yang terdiri dari lima bab, sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini meliputi latar belakang, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, kajian
terdahulu, metode penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORI
Pada bab ini akan membahas tinjauan teoritis mengenai strategi
manajemen, pengertian dan dasar hukum zakat, macam-macam,
tujuan dan hikmah, manajemen zakat, serta urgensi lembaga
pengelola zakat.
BAB III : PROFIL NEGARA SINGAPURA DAN MAJLIS UGAMA
ISLAM SINGAPURA (MUIS)
15
Pada bab ini menguraikan tentang gambaran umum Negara
Singapuran dan profil MUIS, kondisi agama di Singapura,
Sejarah dan Perkembangan Zakat di Negara Singapura dan
Pendiri Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS), Kedudukan
dan peran Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS), Struktur
organisasi Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS).
BAB IV : ANALISIS STRATEGI PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT
DI SINGAPURA
Pada bab ini menjelaskan tentang deskriptif hasil penelitian,
berupa analisis.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi penarikan simpulan dari penelitian yang telah
dilakukan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang
sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
kontribusi pemikiran dan penelitian selanjutnya.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Strategi Penghimpunan Zakat
1. Pengertian Strategi
Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah rencana
yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.16
Sedangkan
menurut Malayu S.P Hasibuan strategi pada dasarnya adalah penentuan cara yang
harus dilakukan agar memungkinkan memperoleh hasil yang optimal, efektif, dan
dalam waktu yang relatif singkat serta tepat menuju tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan.17
Adapun yang dimaksud strategi dalam penelitian ini adalah
penentuan cara yang dilakukan dalam suatu kegiatan untuk memperoleh hasil
yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Prinsip-prinsip untuk mensukseskan strategi menurut Hatten, yaitu sebagai
berikut:18
1) Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya.
2) Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi.
3) Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua
sumber daya dan tak mencerai-beraikan satu dengan yang lainnya.
4) Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan
kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya.
16 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai
Pustaka, 1989), h.859
17 Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.102
18
J. Salusu, Pengambilan Keputusan Strategi untuk Organisasi Publik dan Organisasi non Profit,
(Jakarta: PT. Grasindo, 2003), h.108
17
5) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar.
6) Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya
dukungan dari pihak-pihak terkait.
2. Strategi Penghimpunan Zakat
Menurut Abu Bakar dan Muhammad, ada empat tahap dalam strategi
penghimpunan zakat, yaitu sebagai berikut:19
1) Penentuan segmen dan target Muzakki
Penentuan segmen dan target muzakki dimaksudkan untuk memudahkan
„amil melaksanakan tugas penghimpunan zakat. „Amil tidak langsung
terlibat pada proses pengumpulan zakat tanpa mengetahui peta muzakki
secara jelas. Pemetaan potensi zakat dari kalangan muzakki mensyaratkan
adanya data dan informasi menyeluruh tentang umat Islam dari aspek
sosial, ekonomi, pendidikan, budaya dan geografi. Aspek-aspek tersebut
diperlukan karena membantu proses pelaksanaan sosialisasi pemahaman
tentang kewajiban zakat dan dampaknya terhadap transformasi sosial
ekonomi umat.
2) Penyiapan sumber daya dan sistem operasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan sumber daya manusia
dan sistem operasi yaitu sebagai berikut:
a) Menyusun dan membenahi sumber daya manusia yang memiliki moral
dan kompetensi yang tepat.
19 Abu Bakar HM dan Muhammad, Manajemen Orgnisasi Zakat, (Malang: Madani, 2011), h.96
18
b) Memilih pengurus-pengurus organisasi zakat yang memiliki komitmen
dan kompetensi untuk mengembangkan organisasi zakat utamanya
dalam mengelola dan mensosialisasikan visi dan misi organisasi zakat.
c) Membangun sistem dan prosedur yang baik, hal tersebut dapat
mendukung terpenuhinya standarisasi operasional dan menghindari
penyimpangan, serta membuat dokumentasi dengan baik.
d) Mengadakan pelatihan bagi pengurus organisasi zakat
3) Membangun sistem komunikasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membangun sistem komunikasi
harus menekankan pada pembangunan database, yaitu mereka yang
memenuhi kriteria sebagai muzakki utama akan menjadi sasaran kegiatan
komunikasi. Membangun sistem komunikasi permanen yang
memungkinkan masyarakat mengetahui apa yang dilakukan organisasi
zakat secara utuh, dapat dilakukan dengan cara;
a) Membuat atau memilih media yang tepat untuk mengkomunikasikan
secara efektif dan efisien, seperti buletin organisasi yang lebih
representatif dan lengkap agar memuat informasi yang lebih banyak.
b) Melakukan proses komunikasi secara tepat dan teratur, seperti
komunikasi mingguan dan komunikasi bulanan.
c) Melakukan kerjasama media masa, baik dengan koran, radio ataupun
stasiun televisi lokal maupun nasional.
19
4) Menyusun dan melakukan sistem pelayanan
Menyusun dan melakukan pelayanan dilakukan dengan tetap mengacu
pada segmen dan target muzakki utama, sehingga dapat disusun dengan
bentuk pelayanan yang lebih tepat untuk mereka. Pelayanan tersebut antara
lain;
a) Pelayanan secara individu di mana individu yang bersangkutan
membayar zakat melalui via ATM.
b) Pelayanan melalui layanan jemput bayar zakat
B. ZAKAT
1. Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, zakat merupakan isim masdar dari kata zaka-
yazku-zakah, yang berarti berkah, tumbuh, bersih, baik, dan bertambah.20
. Sesuatu
itu zaka, berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka, berarti orang itu
baik.
Zakat menurut istilah agama Islam artinya “kadar harta yang tertentu, yang
diberikan kepada yang berhak untuk menerimanya, dengan beberapa syarat”,21
sedangkan dalam kitab Al-Hawi, Al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan nama
pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat tertentu, dan untuk
diberikan kepada golongan tertentu22
.
20 Fakhruddin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang : 2008), h.13
21
H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (hukum fiqih lengkap), Cetakan ke-38, (Bandung : Sinar Baru
Algesindo, 2005), h.192 22 Ahmad Hadi Yasin, Panduan Zakat Dompet Dhuafa, (Dompet Dhuafa Republika, 2011) h.10
20
Sedangkan menurut pendapat yang lain kata zakat mempunyai beberapa
arti dari segi bahasa, yaitu al-Barakatu “keberkahan”, an-Namaa “pertumbuhan
dan perkembangan”, ath-Thaharatu “kesucian” (Q.S at-Taubah:103), dan ash-
Shalahu “keberesan”, yang mana seperti dijelaskan pada Al-Quran pada surat ar-
Ruum: 39.
Menurut Didin Hafidhuddin, hubungan antara pengertian zakat
menurut bahasa dan pengertian menurut istilah sangat nyata dan erat sekali, yaitu
bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh,
berkembang, bertambah, suci, dan baik.23
Pengertian zakat secara istilah menurut sumber yang lain ialah: zakat
berarti sejumlah harta yang diwajibkan Allah yang diserahkan kepada orang-orang
yang berhak24
. Mazhab Maliki mendefinisikan zakat dengan mengeluarkan
sebagian harta yang khusus yang telah mencapai nishab kepada orang-orang yang
berhak menerimanya. Mazhab Hanafi mendefiniskan zakat dengan menjadikan
sebagian harta yang khusus dari harta yang khusus sebagai milik orang yang
khusus, yang ditentukan oleh syariat Allah25
.
Menurut Mazhab Syafi„i mendefinisikan zakat adalah sebuah ungkapan
keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan cara khusus. Sedangkan menurut
Mazhab Hambali zakat ialah hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus
untuk kelompok yang khusus pula yang dikelompoknya dijelaskan dalam Al-
Quran26
23 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002) h.7
24
Yusuf Qaradhawi, Hukum Zakat, (Bogor: Pustaka Lintera Antar Nusa, 1996), h.34-35
25
Nuruddin Mhd. Ali, Zakat dalam Kebijakan Fiskal, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), h.6.
26
Ibid,.
21
Artinya :“Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah
pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa
yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat
gandakan (pahalanya)”. (Q.S Ar-Rum: 39)
Pengertian zakat yang lain adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh
seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya sesuai dengan syariat Islam.27
Zakat adalah harta yang wajib
disisihkan oleh seorang muslim atau badan usaha yang dimiliki oleh orang
muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya.28
Zakat dalam istilah ekonomi merupakan suatu tindakan pemindahan harta
kekayaan dari golongan yang kaya kepada golongan miskin, sedangkan zakat
ditinjau dari pendekatan etnis dan pemikiran rasional ekonomis adalah sebagai
kebijaksanaan ekonomi yang dapat mengangkat derajat orang-orang miskin,
sehingga dampak sosial yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal.29
Zakat adalah standar minimum yang wajib dikeluarkan seorang muslim
dengan standar kadar, nisab, haul, dan ketentuan-ketentuan peruntukannya yang
ketat. Di dalam sejarah, zakat tidak pernah menjadi alternatif tunggal di dalam
menyelesaikan kemiskinan umat, meskipun salah satu tujuannya untuk
27 Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat No. 23 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 2.
28
Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat No. 38 Tahun 1999 Pasal 1 ayat 2.
29
Amalia, Kasyful Mahali, Potensi dan Peranan Zakat Dalam Mengentaskan Kemiskinan di Kota
Medan, Jurnal Ekonomi tentang Zakat. 2011
22
membebaskan umat dari kemiskinan.30
Zakat adalah salah satu sumber keuangan
umat dalam rangka memberdayakan umat itu sendiri. Kata zakat merupakan nama
dari sesuatu hak Allah yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin.
Dinamakan zakat dikarenakan mengandung harapan untuk mendapatkan berkah,
membersihkan dan memupuk jiwa dengan berbagai kebaikan31
. Adapun asal
makna zakat itu adalah, suci dan berkah yang mana sesuai dengan firman Allah
SWT:
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan32
dan mensucikan33
mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.(Q.S At-Taubah : 103)
Sebanyak 32 Ayat Al-Quran membahas tentang zakat dan zakat yang
mana ini dibagi dalam 2 periode yaitu periode Makkah sebanyak 8 ayat (Q.S Al-
Muzammil: 20 dan Q.S Al-Bayyinah: 5) dan Madinah 24 ayat (Q.S Al-Baqarah:
43 dan Q.S Al-Maidah: 12). Perintah zakat yang diturunkan pada periode
Makkah, sebagaimana terdapat dalam kedua ayat tersebut, yang mana itu baru
berupa anjuran untuk berbuat baik kepada fakir miskin dan orang-orang yang
30Kementerian Agama, Membangun Peradapan Zakat, (Jakarta: Kementrian Agama Republik
Indonesia Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2012), h.10.
31 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), Jilid 1, Cetakan ke-1, h.497
32
Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-
lebihan kepada harta benda
33
Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan
memperkembangkan harta benda mereka
23
membutuhkan bantuan. Sedangkan yang diturunkan pada masa periode Madinah,
merupakan perintah yang telah menjadi mutlak (ilzami).34
2. Dasar Hukum Zakat
a. Dasar hukum dari Al-Qur’an
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan35
dan mensucikan36
mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (Q.S At-Taubah : 103)
Artinya : “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada
mereka37
: "Tahanlah tanganmu (dari berperang)38
, dirikanlah sembahyang dan
tunaikanlah zakat!”. (Q.S An-Nisaa : 77).
Artinya : “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”. (Q.S Adz-Dzariyat :
19)
34 Nuruddin Mhd. Ali, Zakat dalam Kebijakan Fiskal, (Jakarta:Raja Grafindo, 2006), h.25
35
Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-
lebihan kepada harta benda
36
Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan
memperkembangkan harta benda mereka.
37
Orang-orang yang Menampakkan dirinya beriman dan minta izin berperang sebelum
ada perintah berperang
38
Artinya pahala turut berperang tidak akan dikurangi sedikitpun
24
b. Dasar hukum dari Hadits
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang lima, yang merupakan fardlu
„ain atas tiap-tiap umat muslim yang telah cukup atau memenuhi syarat-syarat
tertentu. Sabda Rasulullah Saw :
ل ى السال م بني مس ع ة : خ اد ه ا نا للا الا ال ه ل ا ن ش دا و ما سول مح إقام للا ر و
لوة آء الص إيت وة و ك حج الزا يت و وم الب ص ان و ض م (عليه متفق). ر
Islam itu ditegakkan di atas 5 dasar :
1. Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang hak selain Allah SWT, dan
bahwasanya Nabi Muhammad SAW. itu utusan Allah.
2. Mendirikan sholat 5 (lima) waktu.
3. Membayar zakat.
4. Mengerjakan ibadah haji ke Baitullah
5. Berpuasa dalam bulan Ramadhan39
Membayar zakat harus segera tanpa boleh ditunda, karena zakat
merupakan suatu hak yang mesti diberikan pada manusia yang membutuhkan dan
berhak menerimanya. Zakat merupakan ibadah yang bertujuan untuk
membersihkan harta, baik harta perdagangan, tanaman, dan lain sebagainya yang
telah mencapai satu nishab dan sampai pada haul (satu tahun).
c. Dasar Hukum dari Putusan-putusan dan Undang-undang Indonesia
1. Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
39 H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (hukum fiqih lengkap), (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005),
cetakan ke-38, h.192
25
3. Putusan Mahkamah Konstitusi No.86/PUU-X/2012
4. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2014 tentang UU Nomor 23 Tahun
2011
5. Intruksi Presiden No. 3 Tahun 2014
3. Hikmah dan Manfaat Zakat
Hikmah dan manfaat tersebut antara lain;40
Pertama, sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri
nikmat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,
menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan
hidup, sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki. Hal ini
sejalan dengan firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 103 dan surat Ar-
Ruum ayat 39. Dengan bersyukur, harta dan nikmat yang dimiliki akan semakin
bertambah dan berkembang, sebagaimana Firman Allah SWT. dalam surat
Ibrahim ayat 7;
Artinya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Kedua, karena zakat merupakan hak mustahik, maka zakat berfungsi untuk
menolong, membantu dan membina mereka, terutama fakir miskin, ke arah
kehidupan yang kebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah SWT, terhindar
dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang
40 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002) h.10
26
mungkin timbul dari kalangan mereka, ketika mereka melihat orang kaya yang
memiliki harta cukup banyak. Zakat sesungguhnya bukanlah sekedar memenuhi
kebutuhan para mustahik, terutama fakir miskin, yang bersifat konsumtif dalam
waktu sesaat, akan tetapi memberikan kecukupan dan kesejahteraan kepada
mereka, dengan cara menghilangkan ataupun memperkecil penyebab kehidupan
mereka menjadi miskin menderita.41
Ketiga, sebagai pilar amal bersama (jama‟i) antara orang-orang kaya yang
berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan
untuk berjihad di jalan Allah, yang karena kesibukannya tersebut, ia tidak
memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan berikhtiar bagi kepentingan
nafkah diri dan keluarganya, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah : 273
Artinya : “(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di
jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. kamu
kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang
secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan
Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.”
Keempat, sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana
maupun prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah,
pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi, sekaligus sarana pengembangan
41 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002) h.11
27
kualitas sumberdaya manusia muslim. Hampir semua ulama sepakat bahwa orang
yang menuntut ilmu berhak menerima zakat atas nama golongan fakir dan miskin
maupun sabilillah.42
Kelima, untuk memasyaratkan etika bisnis yang benar,43
sebab zakat itu
bukanlah membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari
hak orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan benar sesuai
dengan ketentuan Allah SWT yang terdapat dalam surat Al-Baqarah: 267, dan
hadits Rasulullah SAW. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.44
Dalam hadits
tersebut Rasulullah SAW. bersabda,
ال يقبل عن غلولن اهلل إ
Artinya : “Allah SWT tidak akan menerima sedekah (zakat) dari harta yang
didapat secara tidak sah”.
Keenam, dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan
salah satu instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan
baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan
pendapatan, economic with equality.45
Ketujuh, dorongan ajaran Islam yang begitu kuat kepada orang-orang yang
beriman untuk berzakat, berinfak, dan bersedekah menunjukkan bahwa ajaran
Islam mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga memiliki
harta kekayaan yang di samping dapat memenuhi kebutuhan hidup diri dan
keluarganya, juga berlomba-lomba menjadi muzakki dan munfik. Zakat yang
42 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002)
h.12
43
Ibid.,
44 Shahih Muslim (Riyadh: Daar el-Salaam, 2000), h.111
45
Ahmad Muflih Saefuddin, Pengelolaan Zakat ditinjau dari Aspek Ekonomi, (Bontang: Badan
Dakwah Islamiyyah, LNG, 1989), h.99
28
dikelola dengan baik, akan mampu membuka lapangan kerja dan usaha yang luas,
sekaligus penguasaan aset-aset oleh umat Islam.46
4. Syarat-syarat harta yang wajib di zakati
Terdapat 6 syarat untuk suatu harta kekayaan terkena wajib zakat:47
1) Milik penuh
2) Berkembang
3) Cukup senisab
4) Lebih dari kebutuhan biasa
5) Bebas dari hutang
6) Berlalu setahun (haul)48
5. Golongan yang berhak menerima Zakat
Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
46 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002)
h.15
47 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, h.129
48
Maksudnya bahwa pemilikan yang berada di tangan si pemilik sudah berlalu masanya dua belas
bulan Qomariyah.
29
Dari urutan penerima zakat yang disebutkan dalam ayat 60 At-Taubah di
atas, penerima zakat dilihat dari penyebabnya dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok besar, yaitu :49
a) Ketidakmampuan dan Ketidakberdayaan
Kelompok atau orang yang masuk dalam kategori ini dapat dibedakan
pada dua hal, yaitu: pertama, ketidakmampuan di bidang ekonomi. Yang masuk
kelompok ini adalah fakir, miskin, gharim, dan ibnu sabil. Harta zakat diberikan
kepada mereka selain riqab untuk mengatasi kesulitan ekonomi yang menerima
mereka. Kedua, ketidakberdayaan dalam wujud ketidakbebasan dan
keterbelengguannya untuk mendapatkan hak asasi sebagai manusia, maka riqab
diberikan untuk membeli kemerdekaannya. Ini berarti zakat diberikan untuk
mengatasi ketidakbebasan dan keterbelengguan mendapatkan haknya sebagai
manusia. Karena dalam sejarahnya, budak diperlakukan tidak manusiawi, dapat
digauli tanpa nikah dan dapat diperjualbelikan.
b) Kemaslahatan Umum Umat Islam
Mustahik bagian kedua ini mendapatkan dana zakat bukan karena
ketidakmampuan finansial, tapi karena jasa dan tujuannya untuk kepentingan
umum umat Islam. Yang masuk dalam kelompok ini adalah amil, muallaf dan fi
sabilillah. Amil mendapatkan pendanaan dari harta zakat karena telah melakukan
tugasnya sebagai pengelola dana umat Islam. Muallaf mendapatkan pendanaan
dari harta zakat karena memberi dukungan kepada umat Islam dan mengantisipasi
umat Islam dari tindakan anarkis kelompok yang tidak menyenangi Islam dan
49 Masdar F. Mas‟udi, Fathurrahman Djamil dkk, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju
Efektifitas Pemanfaatan Zakat, Infaq, Sedekah, (Jakarta : Piramedia, 2004), h.19
30
umatnya. Untuk fii sabilillah, dana zakat diperuntukkan untuk pelaksanaan semua
kegiatan yang bermuara pada kemaslahatan umat Islam pada umumnya. Pada
kelompok kedua ini, alasan pemberian dana zakat tidak dilihat dari keadaan
finansial perorangan, tetapi pada jasa atau kegiatannya. Artinya meskipun dilihat
dari perorangan yang terlibat di dalamnya tergolong orang yang mampu atau
berkecukupan, maka amil dan muallaf tersebut mendapatkan dana zakat sebagai
kompensasi dari jasanya. Sedangkan untuk fii sabilillah, dana zakat dapat
diberikan kelompok, perorangan atau pun kegiatan-kegiatan untuk kemaslahatan
umum umat Islam.50
Zakat yang dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus segera
disalurkan kepada para mustahik sebagaimana digambarkan pada surat At-Taubah
: 60. Yaitu :51
1) Fakir
Yaitu mereka yang tidak mempunyai penghasilan sama sekali, atau
memilikinya akan tetapi sangat tidak mencukupi kebutuhan pokok dirinya dan
keluarga yang menjadi tanggungannya. Zakat yang disalurkan kepada kelompok
ini dapat bersifat konsumtif (untuk memenuhi keperluan konsumsi sehari-harinya)
dan dapat pula bersifat produktif (untuk menambah modal usahanya). Dalam
kaitan dengan zakat yang bersifat produktif, pemerintah islam diperbolehkan
membangun pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan dari uang zakat untuk
kemudian kepemilikan dan keuntungannya bagi kepentingan fakir miskin.
50 Masdar F. Mas‟udi, Fathurrahman Djamil dkk, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju
Efektifitas Pemanfaatan Zakat, Infaq, Sedekah, (Jakarta : Piramedia, 2004), h.20
51 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002)
h.133
31
2) Miskin
Miskin adalah orang yang tidak mempunyai harta benda, serba
kekurangan. Kalaupun punya penghasilan tidak mencukupi untuk kebutuhan
sehari-hari.52
Menurut mazhab Syafi„i dan Hanafi, orang fakir lebih sengsara
dibandingkan dengan orang miskin. Adapun miskin menurut mazhab ini adalah
orang yang memiliki pekerjaan atau mampu bekerja, tetapi penghasilannya hanya
mampu memenuhi lebih dari sebagian hajat kebutuhannya, tidak mencukupi
seluruh hajat hidupnya. Yang dimaksud dengan cukup ialah dapat memenuhi
kebutuhan sehari-harinya, dari sisa terbesar umurnya.53
Sedangkan menurut mazhab Hambali orang miskin adalah orang yang
memperoleh sebagian besar biaya hidupnya atau setengah dari pekerjaannya atau
dari yang lain-lain. Begitupula halnya para ulama modern yang mendefinisikan
miskin merupakan mereka yang memiliki taraf kehidupan yang jauh lebih baik
dari orang-orang fakir. Karena bisa mendapatkan separuh atau bahkan lebih dari
kebutuhan yang diperlukan, sekalipun tidak mencukupi secara sempurna.
3) „Amil (Petugas Zakat)
Kelompok ini berhak mendapatkan bagian dari zakat, maksimal 1/8 atau
12.5%, dengan catatan bahwa amil ini memang melakukan tugasnya dengan
sebaik-baiknya dan waktunya sebagian besar atau seluruhnya untuk tugas
tersebut. Petugas ini mendapatkan bagian zakat hanyalah sekadarnya saja untuk
keperluan administrasi dan konsumsi yang mereka butuhkan. Ada hal penting
52 Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003)
53
Wahbah al-Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),
h.280
32
yang perlu diketahui bahwa amil zakat tidak bertingkat, mulai dari bawah sampai
keatas, misalnya mulai dari level RT sampai dengan gubernur atau mungkin juga
presiden. Amil zakat hanyalah mereka yang secara langsung mengurus zakat,
mencatat dan mengadministrasikannya, menagih zakat pada muzakki, melakukan
sosialisasi, dan mendistribusikannya sesuai dengan ketentuan Syariah Islamiyah.
4) Muallaf54
Yaitu kelompok orang yang masih dianggap lemah imannya, karena baru
masuk islam. Pada saat sekarang mungkin bagian muallaf ini dapat diberikan
kepada lembaga-lembaga dakwah, atau mungkin diberikan kepada lembaga-
lembaga yang biasa melakukan training-training keislaman bagi orang-orang yang
baru masuk islam.
5) Riqab (Hamba Sahaya)
Artinya bahwa zakat itu digunakan untuk membebaskan hamba sahaya
(budak belian) dan menghilangkan segala bentuk perbudakan. Para ulama
berpendapat bahwa cara membebaskan perbudakan ini biasanya dilakukan dengan
dua hal, yaitu sebagai berikut :55
1. Menolong pembebasan diri hamba mukatib, yaitu budak yang telah
membuat kesepakatan dan perjanjian dengan tuannya, bahwa dia sanggup
membayar sejumlah harta (misalnya uang) untuk membebaskan dirinya.
2. Seseorang atau kelompok orang dengan uang zakatnya atau petugas zakat
dengan uang zakat yang telah terkumpul dari para muzakki, membeli budak
atau amah (budak perempuan) untuk kemudian melepaskannya.
54 Wahbah al-Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005)
h.280,
55 Ibid,.h.281
33
Tidaklah tepat apabila terdapat TKI yang mempunyai masalah dengan
majikannya, kemudian ingin keluar dari lingkungan pekerjaannya dan
membutuhkan dana untuk membayar ganti rugi, lalu diberi zakat atas nama fir-
riqab. Mereka berhak dibantu atas nama asnaf fakir miskin atau atas nama asnaf
ibnu sabil.
6) Gharimin
Kelompok orang yang berutang, yang sama sekali tidak bisa melunasinya.
Para ulama membagi kelompok ini pada dua bagian, yaitu kelompok orang yang
mempunyai utang untuk kebaikan dan maslahat diri dan keluarganya.dan yang
kedua adalah kelompok orang yang mendapatkan berbagai bencana dan musibah,
baik pada dirinya maupun hartanya. Dalam sebuah riwayat dikemukakan oleh
Imam Mujahid, ia berkata, “Tiga kelompok orang yang termasuk mempunyai
utang : orang yang hartanya terbawa banjir, orang yang hartanya musnah
terbakar, dan orang yang mempunyai keluarga akan tetapi tidak mempunyai
harta sehingga ia berutang untuk menafkahi keluarganya itu.”
7) Fii Sabilillah
Pada zaman Rasulullah SAW. golongan ini adalah para sukarelawan
perang yang tidak mempunyai gaji yang tetap. Tetapi berdasarkan lafadz
sabilillah sebagian ulama membolehkan memberi zakat tersebut untuk
membangun masjid, lembaga pendidikan, perpustakaan, pelatihan para da‟i,
menerbitkan buku, majalah, brosur, membangun mass media dan lain sebagainya.
Fuqaha berbeda pendapat apakah yang dimaksud dengan sabilillah. Ada
yang membatasi sabilillah hanya untuk orang-orang yang berjihad di jalan Allah
34
SWT,. Abu Hanifah berpendapat yang dimaksud dengan sabilillah adalah orang-
orang yang berhaji yang tidak mempunyai nafkah. Tapi pendapat ini tidak benar.
Sementara Abu Hanifah berpendapat, yang dimaksud sabilillah adalah semua
ibadah untuk mendekatkan diri yang mencakup semua ketaatan dan kebaikan.
Pekerjaan yang dilakukan untuk kebaikan Islam dan kaum muslimin perlu dibantu
dengan uang zakat. Diantara jajaran sabilillah adalah memberi bagian untuk
ulama yang bekerja demi kemaslahatan agama kaum muslimin. Mereka memiliki
bagian dalam harta Allah SWT. baik mereka kaya ataupu miskin.56
8) Ibnu Sabil
Yaitu orang yang terputus bekalnya dalam perjalanan. Untuk sekarang, di
samping para musafir yang mengadakan perjalanan yang dianjurkan agama,
seperti melakukan studytour pada objek-objek yang bersejarah dan bermanfaat,
pemberian beasiswa atau beasantri bagi mereka yang terputus pendidikannya
karena ketiadaan dana. Terdapat beberapa hal yang dibahas oleh para fuqaha yang
berkenaan dengan pembagian zakat dan golongan yang berhak menerima zakat
dalam beberapa poin berikut. Menurut fuqaha Ahnaf, Malikiyyah, dan Hanabilah,
boleh membagikan zakat untuk seluruh golongan yang berhak menerima zakat
yang berjumlah delapan. Masing-masing golongan diberi satu bagian zakat bila
memang semua golongan ada di tempat pemungutan zakat. Sebagaimana zakat
juga boleh dibagikan untuk satu, dua golongan atau lebih. Misalnya hanya dibagi
untuk orang-orang fakir saja, untuk fakir miskin saja, miskin dan orang-orang
yang punya hutang saja dan seterusnya.
56 Hasan Ayub, Fikih Ibadah : Panduan Lengkap Beribadah Sesuai Sunnah Rasulullah,
(Jakarta: Cakra Lintas Media, 2010), h.386
35
Sementara menurut Syafi‟iyyah, tidak ada alternatif dalam pembagian
zakat. Menurut mereka wajib dibagikan untuk semua golongan yang berhak
mendapatkan zakat jika semuanya ada. Bila tidak ada semuanya maka dibagikan
untuk golongan yang ada. Pendapat Syafi‟iyyah ini juga dikemukakan oleh Zuhri
dan Dawud. Yang kuat adalah pendapat jumhur yang dikuatkan oleh beberapa
dalil. Pembagian zakat dimulai dengan golongan yang terdekat dan yang paling
memerlukan.57
Jika delapan golongan atau kelompok tersebut dalam surah At-Taubah
ayat 60 itu dikelompokkan lagi, akan terdapat tiga hak dalam zakat. Hak-hak itu
adalah (1) hak fakir-miskin, (2) hak masyarakat, dan (3) hak Allah. 58
6. Urgensi Lembaga Pengelolaan Zakat
Dalam surah At-Taubah: 60 dikemukakan bahwa salah satu golongan yang
berhak menerima zakat (mustahik) adalah orang-orang yang bertugas mengurus
urusan zakat. Sedangkan dalam At-Taubah: 103 dijelaskan bahwa zakat itu
diambil atau dijemput dari orang-orang yang berkewajiban untuk berzakat
(muzakki) untuk kemudian diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya
(mustahik). Yang mengambil dan yang menjemput tersebut adalah para petugas
(„amil). Menurut Imam Qurthubi, „amil adalah orang-orang yang ditugaskan atau
diutus oleh imam/pemerintah untuk mengambil, menuliskan, menghitung dan
57 Hasan Ayub, Fikih Ibadah : Panduan Lengkap Beribadah Sesuai Sunnah Rasulullah,
(Jakarta: Cakra Lintas Media, 2010), h.387
58 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI-Press, 2012), h.48
36
mencatatkan zakat yang diambilnya dari para muzakki untuk kemudian diberikan
kepada yang berhak menerimanya.59
Rasulullah SAW. pernah mempekerjakan seorang pemuda dari suku
As‟ad, yang bernama Ibnu Lutaibah, untuk mengurus urusan zakat Bani Sulaim.
Pernah pula mengutus Ali bin Abi Thalib ke Yaman untuk menjadi „amil zakat.
Muadz bin Jabal pernah diutus Rasulullah SAW. pergi ke Yaman, di samping
bertugas sebagai da‟i, juga mempunyai tugas khusus menjadi „amil zakat.
Demikian pula yang dilakukan oleh para khulafaur-rasyidin sesudahnya, mereka
selalu mempunyai petugas khusus yang mengatur masalah zakat, baik
pengambilan maupun pendistribusiannya. Diambilnya zakat dari muzakki melalui
„amil zakat untuk kemudian disalurkan kepada mustahik, menunjukkan kewajiban
zakat itu bukanlah semata-mata bersifat amal kariatif (kedermawanan), tetapi juga
ia suatu kewajiban yang juga bersifat otoritatif (ijbari).60
Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat, apalagi yang memiliki
kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan,61
antara lain :
Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat. Kedua,
untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan
langsung untuk menerima zakat dari para muzakki. Ketiga, untuk mencapai
efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat
menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat. Keempat, untuk
memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang
59 Al-Qurthubi, al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an, (Beirut Lebanon: Daar el-Kutub “ilmiyyah, 1413
H/1993 M), Jilid vii-viii, h.112-113
60
Didin Hafiduddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002), h.125
61
Abduraahman Qadir, Zakat dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1998), h.85
37
Islami. Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzakki kepada mustahik,
meskipun secara hukum syariah adalah sah, akan tetapi di samping akan
terabaikannya hal-hal tersebut di atas, juga hikmah dan fungsi zakat, terutama
yang berkaitan dengan kesejahteraan umat akan sulit diwujudkan.
Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-undang No.38
tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dengan Keputusan Menteri Agama (KMA)
No. 581 tahun 1999 tentang Pelaksanaan tugas Undang-Undang No. 38 tahun
1999 dan keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan
Haji nomor D/291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.
Sebelumnya pada tahun 1997 juga keluar Keputusan Menteri Sosial No. 19 tahun
1998, yang memberi kewenangan kepada masyarakat yang menyelenggarakan
pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin untuk melakukan pengumpulan
dana maupun menerima dan menyalurkan zakat, infak, dan sedekah.62
Akan tetapi, undang-undang tersebut diganti dengan Undang-Undang No.
23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Di dalam Undang-Undang tersebut
dijelaskan bahwa lembaga atau organisasi pengelola zakat terdiri dari Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) yang dibentuk oleh pemerintah dan Lembaga Amil
Zakat yang dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan serta dibina oleh
pemerintah.63
62 A Muchaddan Fahham, Paradigma Baru Pengelolaan Zakat di Indonesia, dalam Jurnal
Kesejahteraan Sosial, Vol. III, No. 19/I/P3DI/Oktober/2011
63
Hertanto Widodo, Akuntansi dan Manajemen Keuangan untuk Organisasi Pengelola Zakat,
(Bandung: Asy Syamil Press & Grafika, 2001), h.vii
38
7. Penghimpunan Zakat
Untuk memahami penghimpunan atau biasa disebut istilah fundraising kita
bisa merujuk terlebih dahulu ke dalam kamus bahasa Inggris. Fundraising di
terjemahkan dengan pengumpulan uang. Penghimpunan uang sangat diperlukan
untuk membiayai program kerja dan operasional sebuah lembaga. Intinya
keberlangsungan hidup sebuah lembaga tergantung pada sejauh mana
penghimpunan dana itu dilakukan. Penghimpunan biasanya dilakukan oleh
lembaga-lembaga atau organisasi nirlaba.64
Dalam organisasi perusahaan, untuk menjaga keberlangsungan hidup
perusahaan dibutuhkan tim yang handal dalam mengatur perusahaan tersebut. Tim
tersebut terkumpul dalam suatu manajemen yang mampu menggerakan seluruh
elemen organisasi perusahaan dari operasional, produksi, pengelolaan dan
pemasaran. Posisi penghimpunan dalam organisasi nirlaba hampir sama dengan
posisi pemasaran dalam organisasi perusahaan. Hanya saja, ada perbedaan
mendasar antara penghimpunan dalam organisasi nirlaba dan pemasaran dalam
organisasi perusahaan.
Penghimpunan adalah proses mempengaruhi masyarakat baik
perseorangan sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun lembaga agar
menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi. Kata mempengaruhi masyarakat
mengandung banyak makna;
64 April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat, (Yogyakarta: Teras,
2009), h.11
39
Pertama, dalam kalimat diatas mempengaruhi bisa diartikan
memberitahukan kepada masyarakat tentang seluk-beluk keberadaan organisasi
nirlaba. 65
Kedua, mempengaruhi dapat juga bermakna mengingatkan dan
menyadarkan. Artinya mengingatkan kepada para donatur dan calon donatur
untuk sadar bahwa dalam harta yang dimilikinya ada sebagian hak fakir miskin
yang harus di tunaikannya. Harta yang dimilikinya bukanlah seluruhnya di
peroleh dari hasil usahanya secara mandiri. Karena manusia bukanlah lahir
sebagai makhluk individu saja, tetapi juga memfungsikan dirinya sebagai
makhluk sosial. Sesempurnanya manusia, tidak akan lepas dari berinteraksi dan
membutuhkan orang lain. Tidak mungkin, seseorang yang membutuhkan
sepotong baju harus mencari biji kapas terlebih dahulu, kemudian menanamnya
dalam waktu yang tidak cukup hanya satu dua bulan, bahkan bertahun-tahun
hingga tanaman kapas tumbuh dan berbuah. Setelah itu memanennya,
memintalnya menjadi benang, dan menenunnya menjadi kain. Itupun belum
selesai, masih ada proses mengukur besaran badan agar lebih serasi untuk dijahit
menjadi baju agar pas dan enak dikenanakan dan dipandang mata. Sungguh,
teramat sangat rumit apabila semuanya dikerjakan sendirian. Dan ini, tidaklah
mungkin dikerjakan oleh kita seorang diri.
Ternyata kita baru sadar ketika ada orang yang datang kepada kita
menawarkan berbagai macam program dan kegiatan untuk membantu kaum
dhuafa. Kesadaran yang seperti inilah yang diharapkan oleh lembaga pengelola
65 April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat, (Yogyakarta: Teras,
2009), h.12
40
zakat dalam mengingatkan para donatur dan muzakki. Sehingga penyadaran
dengan mengingatkan secara terus menerus menjadikan individu dan masyarakat
terpengaruh dengan program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
dilakukannya.66
Ketiga, mempengaruhi dalam arti mendorong masyarakat, lembaga dan
individu untuk menyerahkan sumbangan dana baik berupa zakat, infak, sedekah
dan lain-lain kepada organisasi nirlaba. Lembaga atau organisasi nirlaba dalam
melakukan penghimpunan juga mendorong kepedulian sosial dengan
memperlihatkan prestasi kerja atau annual report kepada calon donatur. Sehingga
ada kepercayan dari para calon donatur setelah mempertimbangkan segala
sesuatunya. Dorongan hati nurani para calon doatur untuk memberikan
sumbangan dana kepada lembaga atau organisa zakat ini merupakan upaya
penghimpunan dalam upaya penggalian dana untuk keberlangsungan hidup
lembaga atau organisasi itu sendiri.67
Keempat, mempengaruhi untuk membujuk para donatur dan muzakki
untuk bertransaksi. Pada dasarnya keberhasilan suatu penghimpunan adalah
keberhasilan dalam membujuk para donatur untuk memberikan sumbangan
dananya kepada organisasi pengelola zakat. Maka tidak ada artinya suatu
penghimpunan tanpa adanya transaksi. Kepandaian seseorang dalam membujuk
donatur, mestinya tidak bisa dipisahkan dengan kepandaian seseorang dalam
berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Jika dengan tulisan saja calon
donatur sudah merasa yakin, simpati dan mendukung organisasi pengelola zakat,
66 April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat, (Yogyakarta: Teras,
2009), h.12
67 Ibid., h.13
41
maka akan lebih baik lagi apabila komunikasi tulisan diikuti dengan tindakan
silaturahim sehingga terjadi kontak mata dan komunikasi secara lisan. Proses
membujuk masyarakat baik dengan lisan maupun tulisan dari memulai
memikirkan tema apa yang akan dituliskan dalam sarana (pamflet, spanduk,
banner, dan lain-lain) hingga silaturahim untuk saling mempengaruhi berjalan
dengan baik. Sehingga terjadi transaksi karena dipengaruhi oleh sikap dan
perilaku para „amil dalam membujuk para donatur dan muzakki. Upaya
mempengaruhi ini merupakan bagian penting dari upaya penghimpunan.68
Kelima, dalam mengartikan penghimpuanan sebagai proses mempengaruhi
masyarakat, mempengaruhi juga dapat diterjemahkan sebagai merayu,
memberikan gambaran tentang bagaimana proses kerja, program dan kegiatan
sehingga menyentuh dasar-dasar nurani seseorang. Gambaran-gambaran yang
diberikan inilah yang diharapkan bisa mempengaruhi masyarakat sehingga
mereka bersedia memberikan sebagian dana yang dimilikinya sebagai sumbangan
dana, zakat, infak, maupun sedekah kepada organisasi yang telah merayunya.69
Keenam, mempengaruhi dalam pengertian penghimpunan dimaksudkan
untuk memaksa jika diperkenankan. Bagi lembaga atau organisasi pengelola
zakat, hal ini bukanlah suatu fitnah, atau kekhawatiran akan menimbulkan
keburukan. Tentunya paksaan ini dilakukan dengan ahsan, sebagaimana perintah
Allah dalam Al-Qur‟an surat At-Taubah ayat 103.
Dalam fundraising zakat sering dipakai juga istilah pengumpulan.
Pengumpulan adalah proses, cara, perbuatan mengumpulkan, penghimpunan, dan
68 April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat, (Yogyakarta: Teras,
2009), h.14
69 Ibid., h.15
42
pengarahan.70
Zakat pada prinsipnya sama dengan infaq dan shadaqah. Zakat dan
infaq adalah bagian dari shadaqah yaitu harta yang diserahkan untuk kebajikan
dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan Allah.71
Adapun maksud dari
pengumpulan zakat dalam penelitian ini adalah suatu perbuatan mengumpulkan
harta yang diserahkan untuk kebajikan dengan syarat dan ketentuan yang telah
ditetapkan Allah.
Pada masa Rasulullah dan sahabat, pelaksanaan zakat dilakukan dengan
cara para petugas mengambil zakat dari para muzakki, atau muzakki sendiri secara
langsung menyerahkan zakatnya pada Baitul Mal, lalu oleh para petugasnya
(„amil zakat) didistribusikan kepada para mustahik yang tergabung dalam asnaf
tsamaniyah (delapan golongan yang berhak menerima zakat). Pada masa
Rasulullah SAW, „amil zakat yang ditugasi adalah Sayyidina Umar bin Khattab
RA., di samping Muadz bin Jabal yang diutus ke Yaman. Masalah
pengorganisasian pengelolaan zakat, walaupun dalam bentuk organisasi yang
sederhana namun pengelolaan zakat pada masa itu dinilai berhasil. Hal ini sangat
ditentukan oleh faktor sumber daya manusianya, karena „amil pada waktu itu
adalah orang-orang yang amanah, jujur, transparan, dan akuntabel. Dalam sebuah
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Salim bin Abdillah bin Umar
dari ayahnya, bahwa Rasulullah SAW. telah memberikan kepadanya zakat, lalu
70 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989), h.475
71 Sudirman, Zakat dalam Pusaran, h.16
43
menyuruhnya untuk dikembangkan atau disedekahkan lagi. Salim pun
mengelolanya sampai ia mampu memberikan sedekah dari usaha tersebut.72
Sejarah tersebut menjadi tonggak awal bagaimana mengelola zakat
sehingga menjadi sesuatu yang produktif dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, terutama pada mustahiknya.
Pada zaman dahulu para pengumpul zakat („amil) merupakan orang-orang
yang jujur dan terpercaya. Sehingga pengumpulan zakat terkoordinasi dengan
baik. Dengan begitu, „amil mempunyai peran sangat penting dalam pengumpulan
zakat, dan tidak boleh sembarang orang menjadi „amil zakat melainkan orang
tersebut mempunyai sifat jujur, amanah dan terpercaya dan tentunya memahami
zakat dengan baik. „Amil adalah orang-orang yang dipilih oleh pemimpin di suatu
tempat.
72 Fakhruddin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang : UIN Malang Press, 2008),
h.223-224
44
BAB III
PROFIL NEGARA SINGAPURA DAN MAJLIS UGAMA ISLAM
SINGAPURA (MUIS)
A. GAMBARAN UMUM NEGARA SINGAPURA
Singapura merupakan salah satu negara kecil di Asia Tenggara yang
terletak di ujung Selatan Semenanjung Melayu, dan berbatasan langsung dengan
dua negara sekaligus yaitu Johor (Malaysia) di bagian utara dan Kepulauan Riau
(Indonesia) di bagian selatan. Negara ini merdeka tanggal 9 Agustus 1965 setelah
lama dijajah Inggris (1819-1963). Pada awalnya Singapura merupakan kampung
nelayan yang dihuni oleh etnis Melayu. Pasca kemerdekaan, standar kehidupan di
negara ini meningkat tajam.74
Negara ini menjadi pusat keuangan terdepan keempat di dunia dan sebuah
kota dunia kosmopolitan yang memainkan peran penting dalam perdagangan dan
keuangan internasional. Pelabuhan Singapura adalah satu dari lima pelabuhan
tersibuk di dunia. Singapura disebut-sebut sebagai negara paling terglobalisasi di
dunia dalam Indeks Globalisasi tahun 2006. Economist Intelligence Unit
menempatkan Singapura pada peringkat pertama kualitas hidup terbaik di Asia
dan kesebelas di dunia. Singapura dikenal sebagai city state (negara kota) yang
memiliki cadangan devisa terbesar kesembilan di dunia. Negara ini juga memiliki
angkatan bersenjata yang maju. Pertumbuhan ekonomi Singapura adalah yang
74 Mohammad Kosim, Pendidikan Islam di Singapura: Studi Kasus Madrasah al-Juneid al-
Islamiyah, Jurnal Al-Tahir, No 2 November 2011
45
tercepat di dunia dengan pertumbuhan PDB (Pendapatan Domestik Bruto) 17.9%
pada pertengahan pertama 2010.75
Singapura adalah Negara kecil yang memiliki penduduk multirasial,
multilingual, dan multi agama. Keturunan Cina memegang predikat paling tinggi
disusul Melayu, India, Pakistan, dan Arab. Umat Islam merupakan kelompok
minoritas dan heterogen yang terdiri dari berbagai etnis yaitu Melayu, Arab,
Pakistan, dan India. Orang-orang Melayu merupakan komunitas muslim terbesar
di Singapura dan kurang maju dibanding dengan golongan penduduk yang lain di
beberapa bidang terutama di bidang ekonomi. Mereka ini paling miskin di antara
etnis-etnis yang lain.76
Luas wilayah Singapura saat ini sekitar 7,16 km2 (271,8 mil
2). Sedangkan
jumlah penduduknya, berdasarkan sensus penduduk tahun 2015 mencapai 5,6 juta
jiwa yang terdiri atas etnis Tionghoa (77,3%), etnis Melayu (14,1%), etnis India
(7,3%), dan etnis lainnya (1,3%). Etnis Melayu merupakan penduduk asli
Singapura yang belakangan semakin tersisih. Mayoritas penduduk Singapura
menganut agama Buddha (33,3%), selebihnya adalah penganut agama Kristen
(18,3%), Islam (14,7%), Tao (10,9%), Hindu (5,1%) dan penganut agama lainnya
(0,7%). Sedangkan sisanya (17.0%) tidak beragama.77
Sejalan dengan pertambahan penduduk, jumlah pemeluk Islam di
Singapura kian bertambah setiap waktu. Hal yang sama juga terjadi pada pemeluk
agama lainnya, termasuk yang tak beragama, kecuali agama Tao yang mengalami
75 http://id.wikipedia.org/wiki/Singapura, diakses 8 April 2017 pukul 21.15 WIB
76
Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, (Jakarta: PT Grafindo Persada), h.222 77http://www.singstat.gov.sg diakses 8April 2017. Jumlah penduduk berdasar kategori agama
tersebut hanya dibatasi pada penduduk berusia 15 tahun ke atas.
46
penurunan signifikan. Hal ini terlihat dalam tabel statistik penduduk berdasar
agama periode 1980-2015 berikut:78
Tabel 1. Statistik penduduk Singapura berdasarkan agama
N
o
Agama
Tahun Periode
1980 1990 2000 2010 2015
1 Budha 443.517 647.859 1.060.662 1.032.879 1.725.510
2 Tao 492.044 465.150 212.344 339.149 493.730
3 Islam 258.122 317.937 371.660 457.435 727.870
4 Kristen 165.586 264.881 364.087 569.244 926.380
5 Hindu 58.917 77.789 99.904 157.854 264.680
6 Agama Lain 8.971 11.604 15.879 21.635 117.070
7 Tak Beragama 212.921 293.622 370.094 527.553 834.760
8 Jumlah Total 1.640.078 2.078.842 2.494.630 3.105.748 5.090.000
Pemeluk Islam sebagian besar berasal dari etnis Melayu. Sisanya dari
komunitas India dan Pakistan serta sejumlah kecil dari Cina, Arab dan Eurasia.
Mayoritas penduduk Muslim Singapura secara tradisional adalah Muslim Sunni
yang mengikuti mazhab Syafi'i, ada juga Muslim pengikut mazhab Hanafi serta
sedikit Muslim Syiah.79
Masuknya Islam ke Singapura tidak dapat dipisahkan dari proses
masuknya Islam ke Asia Tenggara secara umum, karena secara geografis
Singapura merupakan salah satu pulau kecil yang terdapat di tanah Semenanjung
Melayu. Pada masa awal, Islam yang dikenalkan kepada masyarakat Asia
78 http://www.singstat.gov.sg, diakses 8 April 2017 pukul 21.20 WIB
79
http://www.eramuslim.com/berita/gerakan-dakwah/tak-adakumandang-adzan-di-singapura.htm,
diakses 8 April 2017, pukul 21.20 WIB
47
Tenggara lebih kental dengan nuansa tasawuf. Karena itu, penyebaran Islam di
Singapura juga tidak terlepas dari corak tasawuf ini. Buktinya pengajaran tasawuf
ternyata sangat diminati oleh ulama-ulama setempat dan raja-raja Melayu.
Kumpulan tarekat sufi terbesar di Singapura yang masih ada sampai sekarang
ialah Tariqah 'Alawiyyah yang terdapat di Masjid Ba'alawi. Tarekat ini dipimpin
oleh Sayid Hasan bin Muhammad bin Salim al-Attas.80
Sejak awal abad ke-20 warga muslim khususnya keturunan Arab dan India
mulai dilibatkan dalam berbagai dewan pekerja Inggris untuk memberi
kepercayaan pada mereka. Pada tahun 1905 pemerintah mendirikan Dewan
Penyokong Bagi Pemeluk Islam dan Hindu (Moslems and Hindu Endowments
Board). Pada perkembangan selanjutnya muncul banyak keluhan yang berkaitan
dengan tindakan salah urus di dalam badan tersebut dan menyebabkan dewan ini
ditutup sementara pada tahun 1941. Kemudian dewan diaktifkan kembali tahun
1946. Pada tahap awal, tidak ada seorangpun anggota yang berasal dari golongan
muslim melainkan dari pejabat pemerintah dan kotapraja sebab muslim dianggap
tidak mampu menjalankan tugasnya jika mereka menduduki jabatan di dewan.
Umat Islam pun tidak tinggal diam, mereka menuntut haknya sebagai warga
negara. Mereka berlomba-lomba untuk menduduki kursi dewan. Akhirnya setelah
tahun 1948 diangkatlah dua orang wakil dari komunitas muslim dan dua wakil
dari komunitas Hindu.81
Pada tahun 1948 Koloni Mahkota Inggris memilih majelis legislatif dan
dewan menteri untuk menjalankan pemerintahan dalam negeri. Perdana Menteri
80 Munzir Hitami, Sejarah Islam Asia Tenggara, (Pekanbaru: Alaf Riau, 2006), h.32
81
Sharon Siddique, “Posisi Islam di Singapura”, dalam Taufik Abdullah, ed., Tradisi dan
Kebangkitan Islam di Asia Tenggara (Jakarta: LP3ES, 1989), h.397
48
pada saat itu adalah Lee Kuan Yew, ia menyadari bahwa Singapura tidak bisa
berdiri sendiri setelah merdeka karena harus bertanggung jawab sendiri atas
keamanan internasionalnya. Oleh karena itu Lee Kuan Yew, ketua Partai Aksi
Rakyat (PAP) memperjuangkan penggabungan antara Singapura dan Malaysia.
Akhirnya pada 31 Agustus 1963 Singapura bergabung dengan Malaysia. Selain
bertujuan untuk menjaga keamanan internasionalnya, penggabungan tersebut juga
untuk menunjukkan kepada muslim tentang prinsip kebebasan dalam beragama
dan melindungi kepercayaan mereka. Penggabungan tersebut membuat minoritas
muslim di Singapura dapat bergabung dengan rekan-rekannya sesama muslim di
Malaysia dan terjadi interaksi, baik agama maupun budaya.
Akan tetapi penggabungan tersebut menimbulkan protes dimana-mana,
bahkan berlangsung hingga menimbulkan banyak kerusuhan dan mengganggu
stabilitas politik negara. Pada tahun 1964 setelah penggabungan tersebut terjadi
keributan di Singapura yang menewaskan 22 orang dan melukai 451 orang.
Ketegangan dan keresahan sosial-politik tidak hanya terjadi antar kelompok
ideologis dan kelompok rasial saja, tetapi juga antara pemerintahan negara bagian
Singapura dan pemerintah federasi di Malaysia.
Akhirnya pada 9 Agustus 1965 Singapura melepaskan diri dari federasi
Malaysia dan mulai berdiri sendiri. Sejak saat itu negara dan bangsa Singapura
harus menghadapi sendiri segala tantangan masa depan dan dunia luar yang penuh
ketidakpastian.82
Tantangan itulah yang melahirkan sifat dinamis orang-orang
Singapura agar menjadi bangsa yang utuh. Semua tantangan itu dihadapi dengan
82 Kardiyat Wiharyanto, Perkembangan Singapur, (Yogyakarta: IKIP Sanata Dharma), h.55
49
bertolak dari kenyataan yang ada dan merupakan faktor tetap bagi pemerintah
dalam mengembangkan pola rencana dan tindakan politik, sosial, ekonomi, dan
budaya. Setelah mencapai kemerdekaan, pemimpin Singapura tetap
mempertahankan sifat sekulernya. Anggota dari semua agama dan ras akan
diperlakukan sama dalam praktek keagamaan.83
Akibat pemisahan tersebut umat muslim khususnya orang Melayu di
Singapura secara tiba-tiba juga terpisah dalam ikatan persaudaraan dengan
mayoritas muslim di Malaya. Umat muslim Singapura pun semakin minoritas dan
mengalami berbagai permasalahan. Permasalahan yang dihadapi umat muslim di
Singapura semakin kompleks. Hal itu menyebabkan banyak kerusuhan di dalam
negara yang menyebabkan stabilitas politik negara menjadi terganggu. Kondisi
muslim di Singapura kurang maju dibanding dengan golongan penduduk yang
lain di beberapa bidang. Persentase muslim lulusan universitas hanya 2,7% dari
jumlah seluruh lulusan. Jumlah muslim dalam profesi dan jabatan tinggi juga
lebih rendah dari rata-rata nasional mereka. Sebagian muslim mempunyai
kedudukan tinggi di bidang hukum dan di Universitas.
Melihat kondisi yang demikian, pada tahun 1968 pemerintah mendirikan
Departemen Urusan Agama Islam, yaitu Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS).
Pendirian tersebut berdasar pada Pengaturan Pelaksanaan Hukum Islam AMLA
yaitu Administration of Muslim Law Act yang dikeluarkan oleh parlemen
Singapura yang diresmikan menjadi Undang-undang pada 25 Agustus 1966. Hal
83 Mohamed Nawab Mohamed Osman, “The Religio Political Activism of Ulama In Singapura”,
dalam Niger Philip, ed., Jurnal Indonesia and Malay World, Volume 40, No 116 March 2012, h.11
50
ini mengantarkan negara ini pada tahap baru dalam sejarah perundangan dan
administrasi Islam.
Struktur dalam lembaga tersebut terdiri dari seorang ketua dan tujuh orang
anggota yang diharapkan dapat membela, memperjuangkan hak-hak dan
kepentingan muslim Singapura.84
Pada saat pelantikannya tahun 1968, beberapa
orang meramalkan peranan hegemoni yang akan dimainkannya dalam
pembangunan komunitas muslim di Singapura.
Berdirinya MUIS dapat dijelaskan dalam konteks sejarah sebagai hal
penting bagi organisasi Islam dalam kelembagaan. Institusi ini merupakan
lembaga resmi Islam di Singapura yang mengurus masalah keagamaan dan
masyarakat Islam, seperti yang dijelaskan Syed Isa bin Mohamed bin Semait yang
sangat diharapkan oleh kelompok muslim Singapura untuk membela hak-hak serta
kepentingan masyarakat Melayu dan Islam.85
Lembaga ini adalah pemegang
otoritas agama Islam tertinggi di Singapura dan memberi nasihat kepada
pemerintah mengenai persoalan-persoalan yang berkaitan dengan Islam.86
Lembaga ini juga mengurusi pengumpulan zakat. Zakat harta (2,5 % dari harta
kekayaan, wajib sifatnya) dan zakat fitrah adalah sumbangan wajib tahunan yang
dihitung dengan harga eceran beras, yang biasanya sekitar 2,5 dollar Singapura
dibayarkan melalui masjid lokal, organisasi muslim, atau diberikan secara pribadi.
Setelah berdirinya lembaga ini, semua urusan zakat dipegang olehnya. Lembaga
tersebut juga mengambil alih administrasi zakat serta bertanggung jawab untuk
84 Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar),
h.113-114.
85 Arifin Mansurnoor, “Minoritas Islam” dalam Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam,
jilid 5 (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve), h.463.
86 John L. Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, jild 5 (Bandung: Mizan), h.175
51
komite fatwa juga menjadi panitia haji. Semua urusan umat Islam Singapura di
pegangnya.87
Lembaga ini juga tampil sebagai badan pusat pengaturan pembangunan
dan pengelolaan masjid-masjid “generasi baru” ini. Badan ini bertindak sebagai
badan yang berwenang dalam berhubungan dengan pemerintah, Housing and
Development Board (HDB) dan Pusat Dana Masa Depan atau Central Provident
Fund (CPF) yang berkaitan dengan perencanaan masjid-masjid baru, alokasi
lahan, serta koordinasi, rancangan bentuk, dan pekerjaan membangun masjid-
masjid baru tersebut. Beberapa kegiatan yang akan ditemukan di dalam masjid
baru yaitu: taman kanak-kanak, kursus keagamaan, manasik haji, kursus bahasa
Arab, pelayanan perpustakaan dan kursus kepemimpinan.88
Pembangunan masjid pada tahap pertama (1975-1980) dibangun enam
buah di New Town, dengan biaya seluruhnya $10.985.580. Tiap masjid
dilengkapi untuk menampung berbagai kegiatan keagamaan. Masjid tertua adalah
masjid Molaka yang diperluas pada 1820. Masjid terbesar yang merupakan
monumen nasional sejati di Singapura adalah masjid Sultan dan masjid Chulia.
Pada tahap kedua, rencana pembangunan Masjid (1981-1986), dilaksanakan
pembangunan 9 buah masjid baru dengan biaya sekitar $ 3 juta setiap masjid.89
Pada saat ini ada sekitar 155 masjid di Singapura. Selain pembangunan masjid
juga membangun serangkaian pusat-pusat Islam baru yang modern di sekeliling
pulau.
87 Petra Weyland, Moeflich Hasbullah, penyuting, Asia Tenggara Konsentrasi Baru Kebangkitan
Islam, (Bandung: Fokus Media), h. 229
88 Wawancara pribadi dengan Haji Dr. K.M Deen, Ph.D, Singapura, 16 Juli 2016
89
Sharon Siddique, Posisi Islam di Singapura, dalam Taufik Abdullah. Tradisi dan Kebangkitan
Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: LP3ES,1988), h.406
52
B. SEJARAH PERKEMBANGAN ZAKAT DI SINGAPURA DAN
PENDIRIAN MAJLIS UGAMA ISLAM SINGAPURA (MUIS)
Perkembangan zakat di Singapura sangat dipengaruhi oleh para imigran
yang berasal dari Yaman (Tarim-Hadramaut), salah satunya adalah seorang ulama
bernama Syed Abu Bakar Taha al-Sagoff. Peran dan kiprahnya bagi
perkembangan Islam di Singapura sangat besar. Dialah da’i dan penyebar Islam
pertama di Negeri pulau itu. Setelah selesai "nyantri" di Mekkah al-Mukarromah,
dia memutuskan pergi ke Singapura pada sekitar 1916 untuk tujuan berdakwah.90
Pada 1927, saat kedatangan kedua kalinya di Negeri itu, Syed Abu Bakar
memutuskan menetap untuk mengembangkan Islam. Pertama yang ia lakukan
adalah membuka lembaga pendidikan Islam, yakni madrasah Al-Junied.
Pengabdiannya pada Islam itu dilakukannya hingga wafat pada tahun 1956.
Perkembangan Islam itu terus menunjukkan peningkatan yang cukup
berarti. Hingga kini, pemeluk Islam di Singapura tercatat sebanyak 15 persen dari
jumlah penduduk keseluruhan (sekitar 725 ribu orang dari 5 juta jumlah penduduk
keseluruhan)91
. Jumlah demikian menempatkan muslim Singapura, atau lebih
dikenal sebagai muslim Melayu, pada urutan kedua setelah etnis Cina 77 persen,
dan India 7 persen. Di tengah sistem kehidupan sekuler yang diterapkan
pemerintah setempat, muslim Singapura terus berpacu meningkatkan kualitas diri,
agar mampu berkompetisi dengan lajunya kemajuan dan zaman.
Dimensi perkembangan Islam itu yang cukup menggembirakan, terutama
dalam hal manajemen profesionalisme dalam hal pengelolaan zakat, infaq,
90 Mohammad Kosim, Pendidikan Islam di Singapura: Studi Kasus Madrasah al-Juneid al-
Islamiyah, Jurnal Al-Tahir, t.p dan t.th
91 Berdasarkan sensus penduduk tahun 2015 mencapai 5,6 juta jiwa
53
sedekah, dan wakaf (ZISWAF). Di Singapura, sebagaimana dijelaskan oleh
Zalman Putra Ahmad Ali,92
pengelolaan ZISWAF, diperuntukkan bagi
pemerataan dan kesejahteraan umat Islam.
"Pemberdayaan amanat agama ini tidak akan mencapai target maksimal
jika tidak dikelola secara profesional,"
MUIS sendiri sebagai lembaga tertinggi pemerintah untuk Hal Ehwal
Islam93
, memang bertanggung jawab dan ikut mengelola langsung pengelolaan
ZIS zakat, sehingga dapat mengetahui secara pasti pelaksanaannya. Sistem
manajemen profesional yang diterapkan oleh MUIS ini telah diterapkan lebih dari
10 tahun terakhir. Dalam pembayaran ZIS misalnya, dengan cara pergi ketempat
penyaluran atau lembaga yang dipercaya. Sejak dua tahun terakhir pembayaran
ZIS dapat dilakukan melalui sistem online.94
Pembentukan lembaga keagamaan di Singapura dimulai ketika dibentuk
jabatan qadhi (Hakim Agung) yang didasarkan pada Ordonansi Perkawinan
Pengikut Muhammad. Mereka hanya diberi wewenang untuk mengurusi soal
perkawinan dan perceraian saja, tidak mengurusi masalah pengumpulan denda
dan persengkataan harta benda. Menyusul kemudian dibentuklah Dewan
Penyokong Bagi Pemeluk Islam dan Hindu (Moslems and Hindu Endowen Board)
tahun 1905. Lembaga ini mengurusi masalah-masalah yang muncul dikalangan
internal umat Islam dan masalah antar umat agama. Sampai tahun 1948 tidak ada
seorang muslimpun yang bekerja atau terlibat di dalam lembaga ini. Dewan in
terdiri dari: pengacara umum, tiga orang wakil umat Islam, tiga orang wakil umat
92 Kepala Divisi Pembangunan Agama dan Penelitian, Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS)
93 Kementrian Hal Ehwal Islam setingkat Kementerian Agama di Indonesia
94
Pembayaran melalui sistem online (seperti melalui manajemen bank, i-Zakat berbasis internet, e-
Nets atau e-payment, aplikasi smarthphone, dsb)
54
Hindu, satu Persia, dan bendahara umum yang juga bertugas sebagai sekretaris
dewan. Kemudian lembaga ini dibubarkan pada tahun 1968, karena tidak mampu
mengurusi semua permasalahan umat Islam dan tidak mempunyai kepercayaan
dari rakyat muslim.
Dalam pengaturan Islam selain Dewan Penyokong Bagi Pemeluk Islam
dan Hindu juga didirikan Dewan Penasehat Urusan Muslim. Dewan tersebut
didirikan pada tahun 1915. Anggota dari dewan ini diangklat oleh Gubernur R.J
Farrer yang merupakan ketua pertama dewan.95
Para wakil dalam dewan ini
berasal dari komunitas muslim termasuk keturunan Arab dan India. Ketika R.J
Farrer pulang ke kampung halamannya, seorang dokter muslim, Hafizuddin S.
Moonshi secara berkala menggantikan Farrer sebagai ketua sejak tahunn 1928.96
Pendirian dewan ini sebagai akibat dari tuntutan muslim. Dewan ini
melayani dua tujuan utama yaitu untuk memberikan saran kepada pemerintah
tentang urusan yang berkaitan dengan Islam dan memberikan saluran bagi umat
Islam untuk menyuarakan keprihatinan mereka terhadap kebijakan-kebijakan
pemerintah yang berdampak pada Islam.97
Pada saat itu komunitas muslim
cenderung membentuk kantong-kantong atau kelompok-kelompok kecil.98
Pada periode ini terjadi perebutan posisi kepemimpinan dalam masyarakat,
yang masing-masing kelompok ingin menjadi satu-satunya wakil dari komunitas
muslim di dalam pemerintahan dewan dan berbagai badan lain. Adanya kondisi
95 Khoo Kay Kim (ed), Malays / Muslim In Singapore: Selected Readings In History 1819-1965,
(Singapore: Pelanduk Publication, 2006), h.168
96 Sharon Siddique, Posisi Islam di Singapura, dalam Taufik Abdullah. Tradisi dan Kebangkitan
Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: LP3ES,1988), h.168
97 Mohamed Nawab Mohamed Osman, “The Religio Political Activism of Ulama In Singapura”,
dalam Niger Philip, ed., Jurnal Indonesia and Malay World, Volume 40, No 116 March 2012, h.2
98 Khoo Kay Kim (ed), Malays / Muslim In Singapore: Selected Readings In History 1819-1965,
(Singapore: Pelanduk Publication, 2006), h.168
55
tersebut, dewan menawarkan kepada masyarakat jalan menuju kekuasaan karena
kekuasaan merupakan target yang didambakan oleh masyarakat. Hal tersebut yang
mengakibatkan pertengkaran kecil dan kecaman yang ditujukan kepada dewan
karena tidak suka dengan cara yang ditempuh olehnya. Oleh sebab itu, dewan
yang dibentuk untuk menangani urusan muslim yang berkaitan dengan agama
tersebut tidak berfungsi secara efektif dan tidak memiliki dukungan dari
masyarakat sendiri. Selain itu, dewan ini juga tidak mempunyai kekuasaan yang
nyata dalam mengambil keputusan. Dewan ini hanya sebuah badan semi
pemerintah dan merupakan boneka dari pemerintah Inggris karena semua
aktivitasnya dikendalikan oleh pemerintah Inggris. Akhirnya pada tahun 1941
dewan ini dibubarkan.
Perkembangan selanjutnya dewan penasehat urusan muslim yang telah
dibubarkan tersebut dihidupkan kembali dengan nama baru yaitu Dewan
Penasehat Muslim Singapura (The Muslim Advisori Board) atau disingkat MAB.
Dewan ini resmi didirikan kembali pada bulan Oktober 1947 dan berusaha sangat
keras untuk tidak menjadi salinan dewan-dewan sebelumnya.99
Pada tahun 1957 juga ditetapkan undang-undang perkawinan yang dikenal
dengan Muslims Ordonance. Melalui peraturan perundang ini dibentuk juga
Pejabat Pernikahan orang Islam dan Mahkamah Syariah. Kedua lembaga tersebut
bertugas mengurusi masalah yang berkaitan dengan perkawinan, keluarga, dan
pembagian harta.
99 Khoo Kay Kim (ed), Malays / Muslim In Singapore: Selected Readings In History 1819-1965,
(Singapore: Pelanduk Publication, 2006), h.173
56
Terlihat beberapa usaha yang dilakukan oleh pemerintah guna mengurusi
masalah umat Islam yaitu dengan didirikannya beberapa organisasi. Pada
kenyataannya permasalahan umat muslim tidak semua bisa teratasi. Hal tersebut
mendorong pemerintah untuk membuat sebuah kebijakan yang diharapkan
mampu mengatasi semua permasalahan yang terjadi di Singapura dengan
memberlakukan AMLA. Beberapa anggota AMLA menginginkan peranan lebih
aktif dari berbagai organisasi muslim yang sudah ada dalam memilih anggotanya
agar menjamin status independen dewan, namun pandangan tersebut ditolak oleh
pemerintah. Akhirnya anggota AMLA mengusulkan pembentukan lembaga sosial
yang baru yaitu Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS). Usulan tersebut diterima
oleh pemerintah dan pada tahun 1968 dibentuklah lembaga tersebut, sebagai suatu
badan hukum yang menjadi penasehat Presiden Singapura dalam hal yang
berkaitan dengan agama Islam serta mengelola kesejahteraan sosial dan
keagamaan muslim di Singapura. Anggota dari lembaga tersebut terdiri dari
seorang ketua dan tujuh anggota yang diangkat oleh presiden Singapura
berdasarkan rekomendasi Menteri. Para anggota tersebut dipilih dari daftar calon
yang diberikan oleh Presiden kepada Majlis yang merupakan orang-orang yang
dicalonkan oleh komunitas-komunitas muslim di Singapura.
Kelahiran MUIS mendapat dukungan yang kuat dari masyarakat. Lembaga
ini membentuk kehidupan keagamaan masyarakat muslim Singapura. Selain itu
lembaga ini juga menerapkan prinsip agama di dunia modern dengan
57
menunjukkan nilai-nilai bahwa Islam itu agama yang toleran terhadap zaman dan
mempunyai norma yang tidak kaku.100
MUIS diperkenalkan sebagai komponen dari sistem legislatif Singapura
berbasis sekuler dua tahun setelah negara itu terpisah dari Malaysia. Peran utama
dari majlis adalah untuk melihat kepentingan komunitas muslim Singapura yang
tampak beragam. Dewan tersebut bertanggung jawab untuk promosi kegiatan
keagamaan, sosial, pendidikan, ekonomi, dan budaya sesuai dengan prinsip-
prinsip dan tradisi Islam. Termasuk memperluas dan memperdalam pemahaman
Islam dalam komunitas muslim Singapura, sekaligus meningkatkan kesejahteraan
bangsa. Sebagai badan pemerintah yang mempunyai anggaran dasar rumah tangga
yang telah disepakati bersama. Seperti program pengelolaan zakat, wakaf dan
pembangunan masjid. Hal itu mempunyai tujuan positif yaitu untuk membentuk
kehidupan beragama dan penempatan identitas muslim Singapura.101
Majlis dalam menjalankan tugasnya wajib memenuhi persyaratan ketat
dalam urusan keuangan, yaitu harus membuat laporan tahunan mengenai
pendapatan, pengeluaran, data properti dan investasi. Laporan tersebut harus
melewati pemeriksaan pejabat publik dan kemudian laporan tersebut disahkan.
Majlis harus menerbitkan daftar tahunan mengenai wakaf. Selain itu majlis juga
harus menyiapkan dan menyerahkan kepada Menteri Pembangunan Masyarakat,
perkiraan tentang hal-hal yang berhubungan dengan seluruh pendapatan atau
kekayaannya setiap tahun berikutnya. Perkiraan tersebut dapat disetujui dan
100 Khoo Kay Kim (ed), Malays / Muslim In Singapore: Selected Readings In History 1819-1965,
(Singapore: Pelanduk Publication, 2006), h.173
101 Mohamad Shamsuri Juhari, Perceptions of Singaporean Malay-Muslim Youth Participating ini
Community Outreach Programmes: Capacity Building for Critical Thinking?, thesis The University of
Birmingham for the degree of Doctor of Philosophy, 2011, h.145-146
58
diubah oleh Menteri Pembangunan Masyarakat.102
Hal itu karena majlis
merupakan lembaga yang dikelola di dalam Kementerian tersebut.103
Pada empat dekade, majlis tersebut telah dikembangkan dan berkembang
menjadi lembaga utama masyarakat. Pelajaran dan pengalaman perjalanannya
selama 40 tahun, lembaga ini bertekad untuk lebih memperkuat dampak dan
kontribusi baik di dalam komunitas muslim maupun di luar komunitas muslim
Singapura dengan cara menghormati masa lalu dan membentuk masa depan104
.
Masa lalu dijadikan sebuah pelajaran untuk membentuk masa depan yang cerah.
Untuk mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan umat Islam di
Singapura, pemerintah negeri singa ini mendirikan Majelis Ugama Islam
Singapura (MUIS) atau Islamic Religious Council of Singapore pada tahun 1968.
Wewenang badan resmi milik negara ini meliputi pembinaan dan pengembangan
serta pengawasan terhadap masjid-masjid, pendidikan Islam, pernikahan, zakat,
haji, kurban, sertifikasi halal, fatwa, dan hal-hal terkait lainnya.105
Kegiatan MUIS
dibiayai oleh negara, bahkan para pejabat dan pegawainya, termasuk mufti negara,
diangkat oleh Presiden Singapura yang non-Muslim.
Dilihat dari jumlah umat Islam yang minoritas serta keberadaan negara
Singapura yang sekuler, pendirian MUIS oleh negara merupakan wujud perhatian
lebih dari pemerintah Singapura terhadap umat Islam, mengingat lembaga sejenis
tidak ada untuk agama lain, meskipun pemeluknya lebih besar dari Islam. Namun
102 M. B Hooker, Islamic Law in South-East Asia (Singapore: Oxford University Press, 1984),
h.114
103 Sharon Siddique, Posisi Islam di Singapura, dalam Taufik Abdullah. Tradisi dan Kebangkitan
Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: LP3ES,1988), h.402
104 http://www.muis.gov.sg/cms/aboutus/default.aspx. di akses pada 8 April 2017 pukul 08.25 WIB
105
http://www.muis.gov.sg, di akses pada 8 April 2017 pukul 08.25 WIB
59
dari aspek politis, pendirian MUIS dapat dipandang sebagai langkah taktis
pemerintah Singapura untuk mengontrol umat Islam dari dalam. Tidak heran jika
sebagian aktivis muslim Singapura memandang keberadaan MUIS sebagai
explainers of government policies, "para penjelas kebijakan pemerintah".
C. KEDUDUKAN DAN PERAN MAJELIS UGAMA ISLAM SINGAPURA
(STRUKTUR ORGANISASI, VISI, MISI DAN FUNGSI MUIS)
Setelah Singapura merdeka tahun 1965, lembaga-lembaga Muslim
bentukan kolonial Inggris diadaptasikan dengan kondisi Singapura merdeka. Di
antara lembaga-lembaga baru itu adalah AMLA (The Administration of Muslim
Law Act). Lembaga ini dimasukkan ke parlemen pada tanggal 13 Desember 1965,
dan menjadi Undang-Undang pada tanggal 25 Agustus 1966. Akta ini
memberikan ruang yang fleksibel bagi Dewan Agama Islam, Pengadilan Agama
dan Pencatat Perkawinan Islam dalam menetapkan hukum Syari’at.106
Pada tahun 1966 AMLA menyerukan pembentukan MUIS (Majlis Ugama
Islam Singapura atau Islamic Religious Council of Singapore) sebagai suatu badan
hukum untuk menjadi penasihat Presiden Singapura dalam hal berkaitan dengan
agama Islam di Singapura. Pelantikan pertama anggota MUIS dilakukan pada
tahun 1968. Bersama dengan Peradilan Syariah dan Pencatat Perkawinan, MUIS
merupakan pusat pengaturan kehidupan komunitas Muslim di Singapura. Semua
lembaga ini secara administratif berada di bawah Kementerian Pembangunan
106 Salman Syuhada, Sejarah dan Perkembangan Islam di Singapura, artikel diakses pada tanggal 8
April 2017 dari http://www.segenggam-harapan.com/2012/07/sejarah-dan-perkembanganislam-di.html
60
Masyarakat (the Ministry of Community Development). Dimana kementerian ini
memiliki seorang Menteri yang juga membidangi urusan Umat Islam.107
Adapun Tugas MUIS disini sama seperti MUI di Indonesia, yaitu sebagai
badan pembuat keputusan dan bertanggung jawab dalam perumusan kebijakan
dan rencana operasional dalam setiap urusan Keagaman Umat Islam di Singapura.
Selain itu tugas mereka mengatur kegiatan Islam di Singapura seperti
mengeluarkan sertifikasi halal untuk makan yang menurut ketentuan Islam baik
untuk di konsumsi. Melakukan perhitungan waktu shalat di Singapura, menjadi
penyelengara pernikahan secara Islam.
1. Struktur Organisasi, Visi dan Misi Majlis Ugama Islam Singapura
(MUIS)
Dalam Struktur kepengurusannya, Majlis Ugama Islam (MUIS) memiliki
Anggota Dewan yang terdiri dari Presiden MUIS, Mufti Singapura, orang-orang
yang direkomendasikan oleh Menteri Urusan Muslim dan orang yang dicalonkan
oleh organisasi Muslim. Semua anggota Dewan MUIS diangkat oleh Presiden
Singapura. Untuk tahun 2016, yang menjabat sebagai kepala eksekutif MUIS
adalah Haji Abdul Razak bin Hassan Maricar, sebagai presiden MUIS adalah Haji
Mohammad Alami Musa dan yang menjabat sebagai mufti Singapura adalah Dr.
Mohamed bin Fatris Bakaram.108
Dewan MUIS adalah keseluruhan badan pengambil keputusan dan
bertanggung jawab untuk perumusan kebijakan dan rencana operasional. Dewan
terdiri dari Presiden MUIS, Mufti Singapura, Chief Executive, serta anggota yang
107 Ibid,.
108
Majlis Ugama Islam Singapura, “Management Team”, artikel di akses pada tanggal 8 April
2017 dari http://www.muis.gov.sg/cms/aboutus/management.aspx?id=446
61
direkomendasikan oleh Menteri Urusan Muslim dan dicalonkan oleh organisasi
Muslim. Semua anggota Dewan diangkat oleh Presiden Republik Singapura.
Anggota Dewan MUIS akan menjalani masa jabatan selama tiga tahun efektif.
Berikut struktur organisasi MUIS ke-17 periode 7 Agustus 2016 sampai 6
Agustus 2019:
President of the MUIS council : Haji Mohammad Alami Musa
Chief executive of MUIS : Haji Abdul Rajak bin Hasan Maricar
Mufti of Singapura : Dr. Mohamed Fatris Bakaram
Council member :
1. Hj. Mohammad Alami Musa
2. Hj. Abdul Razak Hassan Maricar
3. Dr. Mohamed Fatris Bakaram
4. Hj. Shafawi Ahmad
5. Hj. Pasuni Maulana
6. Hj. Ali Mohamed
7. Hj. Mohamad Hasbi Hassan
8. Dr. Rufaihah Abdul Jalil
9. Hj. Zainol Abeedin Hussin
10. Hj.Assad Sameer Ahmad Baghir
11. Mr. Moh.Thahirrudin Shadat Kadarisman
12. Hj. Mohammed Faiz Edwin Ignatious M
14. Mr. Farihullah Abdul Wahad Safiullah
15. Ms. Nora Rustham
16. Haji Sallim Abdul Kadir
17. Haji Raja Mohamad Maiden
18. Dr. Abdul Razak Chanbasa
19. Mdm. Tuminah Sapawi
20. Mr. Helmi Thalib
21. Mdm Rahayu Buang
62
22. Mdm Rahayu Mohamad
23. Dr. Syen Harun Taha Alhabsyi
24. Mr. Arjami Salim
Gambar 1. Struktur Majlis Ugama Islam Singapura
Sumber : Majlis Ugama Islam Singapura
Gambar di atas merupakan struktur organisasi dari Majlis Ugama Islam
Singapura, yang terdiri dari Dewan MUIS selaku penanggung jawab tertinggi
dalam tubuh organisasi MUIS, selanjutnya untuk melaksanakan tugas-tugasnya
Dewan MUIS memiliki 6 Direktorat yang memiliki tugas dan tanggung jawab
masing masing, yaitu: bagian pengembangan keagamaan, bagian pendidikan ke-
63
Islaman, bagian pengembangan kapasitas dan strategi pengelolaan, bagian
pengelolaan asset, bagian pengembangan masjid dan kegiatan sosial, dan bagian
pengembangan organisasi.
2. Visi dan Misi Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS)
Visi MUIS:
Menjadi organisasi yang kuat dan kredibel dalam spiritual dan intelektual,
yang didukung secara luas dan efektif dalam menangani isu-isu Islam.
Misi MUIS:
Bekerjasama dengan masyarakat dalam mengembangkan kehidupan
keagamaan dan menjadi lembaga yang terus dinamis.
Visi bagi Masyarakat
Menjadikan Masyarakat Muslim yang Unggul, Ramah, Menginspirasi dan
Menebar Berkah bagi sesama manusia.
Prioritas Strategis
Mengontrol agenda Islam dalam kehidupan keagamaan dan membentuk
identitas Muslim Singapura.
Peran MUIS
Peran MUIS adalah memfasilitasi kepentingan masyarakat dalam
menjalankan keagamaan muslim di Singapura. Dalam hal ini MUIS
bertanggung jawab untuk mendakwahkan agama, sosial, pendidikan, ekonomi
dan budaya yang sesuai dengan prinsip dan tradisi Islam sebagaimana yang
terkandung dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah.
64
Fungsi MUIS
Adapun Fungsi utama MUIS adalah sebagai berikut:109
1.Sebagai administrasi dalam pengelolaan zakat, zakat, urusan
pemakaman, sertifikasi halal, dan kegiatan dakwah
2. Sebagai manajeman dalam pembangunan dan pengelolaan Masjid
3. Sebagai administrasi dalam urusan pendidikan Islam, seperti Madrasah,
4.Sebagai satu-satunya yang berhak mengeluarkan Fatwa demi
kemaslahatan umat di Singapura,
5.Penyaluran atau pendistribusian bantuan kepada fakir miskin yang
membutuhkan,
6. Penyedia dana hibah untuk pengembangan organisasi
Selain enam fungsi di atas, MUIS meliliki fungsi khusus kaitannya dengan
pengelolaan zakat yaitu sebagai tim pengawas dalam pengelolaan zakat, adapun
fungsi pengawasan (controling) meliputi:
1. Pusat penyimpanan dokumentasi (database) asset zakat
2. Sebagai audit laporan keuangan
3. Menunjuk auditor yang dapat memeriksa laporan zakat
4. Sebagai administrasi dan manajemen asset zakat
Dengan memiliki visi dan misi yang jelas, MUIS menjadi satu-satunya
organisasi Islam yang menaungi secara langsung aktivitas kehidupan beragama
masyarakat muslim Singapura sekaligus menjadi rujukan bagi masyarakat muslim
akan setiap fatwa yang di keluarkan terkait permasalahan yang ada.
109 Majlis Ugama Islam Singapura, “Overview” artikel di akses pada tanggal 10 April 2017 dari
http://www.muis.gov.sg/cms/aboutus/overview.aspx?id=442
65
BAB IV
ANALISIS STRATEGI PENGHIMPUNAN ZAKAT DI SINGAPURA
A. Tanggung Jawab dan Wewenang MUIS dalam Penghimpunan Dana
Zakat di Singapura
Sebelum Administrasi Undang-Undang Hukum Islam (AMLA) Zakat dan
Fitrah 1968 disahkan, orang-orang Islam di Singapura telah mengeluarkan dan
memberikan zakat mereka secara personal (khususnya zakat fitrah) dengan
memberikan zakat-zakat tersebut kepada individu-individu yang mereka pilih
sendiri, karena waktu itu belum ada lembaga yang menjadi wadah atau yang
bertanggung jawab dalam hal pengumpulan zakat.
Penduduk muslim Singapura biasanya membayar zakat melalui masjid-
masjid lokal, organisasi Islam atau diberikan secara pribadi. Secara tradisinya
sebelum MUIS berdiri dan terwujudnya pengelolaan zakat yang lebih teratur
berdasarkan AMLA tahun 1968, mereka mengeluarkan zakat kepada orang-orang
yang berpengaruh dan disegani dalam masyarakat kampung, seperti pegawai-
pegawai masjid, guru-guru agama, guru-guru Al-Qur‟an, bidan-bidan kampung
dan orang-orang tua. Keadaan seperti ini berlangsung secara turun temurun.
“Kalau zaman dahulu, pengumpulan zakat belum sama lembaga resmi,
tapi orang-orang memberikan dana zakatnya itu langsung kepada orang-orang
yang dihormati, orang-orang yang mengajarkan Islam, guru agama, guru ngaji,
dsb”115
Setelah disahkannya Administrasi Undang-Undang Hukum Islam pada
tanggal 1 Juli 1968, otoritas pengelolaan dan administrasi Zakat di Singapura
115 Wawancara pribadi dengan Haji Dr. K.M Deen, Ph.D, Singapura, 16 Juli 2016
66
beralih menjadi di bawah kendali MUIS. Seperti termaktub dalam AMLA,
dijelaskan bahwa:116
“…(1) The Majlis shall have power to collect zakat and fitrah payable in
Singapore in accordance with the Muslim law.
(2) The power under subsection (1) shall not be exercised by the Majlis
until a resolution to that effect has been passed by the Majlis and approved by the
President of Singapore…”(pasal 68 ayat 1 dan 2)
“…The Majlis, with the approval of the Minister, may make rules for and
regulate all matters in connection with the collection, administration and
distribution of zakat and fitrah…” (pasal 69 ayat 1)
Dengan adanya Administrasi Undang-Undang Hukum Islam (AMLA)
tahun 1968 tersebut, pemusatan aktivitas dan pembagian zakat dilaksanakan di
bawah tanggung jawab Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS). Majlis Ugama
Islam adalah pihak yang berwenang menghimpun semua zakat dan Fitrah serta
membagi-bagikan kepada yang berhak menerimanya di Negara Singapura
berdasarkan keputusan Majlis dan disahkan oleh Presiden Singapura, melalui
persetujuan Menteri.
Dalam hal ini penghimpunan zakat dilakukan oleh salah satu unit di
Pejabat Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) yaitu Bagian Pengelolaan Aset
atau tepatnya bagian Unit Strategis Zakat dan Wakaf Majlis Ugama Islam
Singapura (MUIS), yang bertanggung jawab untuk mengendalikan proses dan
pembagian zakat di Negara Singapura.
1. Tugas Unit Strategi Zakat dan Wakaf MUIS
Seluruh hal yang berhubungan dengan pengelolaan, penghimpunan dan
pendistribusian zakat pertama kali diajukan pada komite zakat, yang kemudian
116 Lihat Administration of Muslim Law Act (AMLA) pasal 68 ayat (1) dan (2) dan 69 ayat (1)
67
nantinya akan direkomendasikan untuk pengambilan keputusan di level
manajemen dan anggota dewan MUIS.
Unit Strategis Zakat dan Wakaf merupakan prioritas strategis yang
mempromosikan pengembangan Komunitas Muslim Singapura dengan berusaha
memenuhi kebutuhan sosial dan keagamaannya. Dengan demikian, dalam hal ini
Unit Strategis Zakat dan Wakaf MUIS telah menetapkan empat tujuan strategis
untuk zakat, yaitu:
1) Untuk membina petugas zakat (amil) yang benar dan bertanggung
jawab.
2) Untuk menciptakan infrastruktur dan layanan kelas dunia untuk para
pembayar Zakat.
3) Terus-menerus mendidik masyarakat tentang kewajiban dan kebajikan
zakat.
4) Membagikan zakat dengan cara yang paling efisien, adil dan
transparan seperti yang ditentukan dalam Al-Quran.
2. Struktur organisasi Unit Strategis Zakat dan Wakaf MUIS
Gambar 2. Struktur organisasi Unit Strategis Zakat dan Wakaf
68
Gambar di atas merupakan struktur organisasi dari Unit Strategis Zakat
dan Wakaf MUIS, yang terdiri dari Komite Fatwa selaku penanggung jawab
tertinggi dalam tubuh organisasi Unit Strategis Zakat dan Wakaf MUIS, Kepala
Unit Strategis Zakat dan Wakaf, selanjutnya untuk melaksanakan tugas-tugasnya
Kepala Unit Strategis Zakat dan Wakaf, memiliki pegawai yang dibawah terdapat
Pimpinan atau urusan Amil, dan Petugas Zakat.
B. Otoritas Zakat Majlis Ugama Islam Singapura : 117
1) Tanggung Jawab Zakat
Komite Zakat dan Fitrah, dipimpin oleh Presiden MUIS, Mufti dan tokoh
masyarakat lainnya yang membahas tentang pengumpulan dan penyaluran dana
zakat. Komite Fatwa, yang dipimpin oleh Mufti, memberikan panduan untuk
semua masalah syari'ah termasuk zakat.
2) Undang-undang dan Anggaran Dasar
Di bawah Administrasi Hukum-Hukum Islam (AMLA), di Bagian pasal
68 (1), MUIS memiliki kuasa untuk mengumpulkan Zakat dan Fitrah yang
dibayarkan di Singapura sesuai dengan Hukum Islam. Selain itu, Bagian 69 (1)
menyatakan bahwa MUIS, dengan persetujuan Menteri, dapat membuat peraturan
dan mengatur semua hal yang berkaitan dengan pengumpulan, administrasi dan
distribusi Zakat dan Fitrah.
3) Transparansi
Transparansi merupakan komponen penting dalam administrasi zakat oleh
MUIS. Laporan pengumpulan dan penyaluran dana zakat diaudit oleh auditor
117 MUIS Zakat disbursement Brochure Final, 2011
69
yang berkualitas dan diketahui (diumumkan) setiap tahun kepada Parlemen
Singapura. Laporan ini tersedia untuk umum dan dapat ditemukan di MUIS
Annual Report (Laporan Tahunan MUIS).
4) Penyaluran yang terjamin dan Adil
Zakat harus dicairkan ke 8 asnaf yang merupakan kelompok orang yang
berhak menerima zakat. Hal ini sesuai dengan ketentuan Syari'ah dalam Surah At-
Taubah ayat 60. Dalam hal ini, MUIS berupaya mengagihkan (menyalurkan)
zakat ke delapan asnaf sehingga mereka yang menerima sumbangan zakat adalah
penerima yang sah.
5) Sistem Penyaluran Pemberdayaan
MUIS memberikan bantuan tambahan di atas banyak skema sosial yang
tersedia di tingkat Nasional. Keluarga fakir dan miskin yang memenuhi syarat
untuk mendapatkan zakat akan menerima hibah uang bulanan. Selain itu, mereka
juga bisa menerima hibah bantuan studi dan voucher atau kupon fidyah.
6) Metode Pembayaran Mudah
Ada banyak cara bagi muzakki untuk memenuhi kontribusi Zakat melalui
MUIS. Selain pergi ke MUIS, muzakki juga bisa melakukan pembayaran di
banyak masjid di Singapura, melalui mesin AXS yang tersebar di seluruh pulau,
24 jam melalui internet via eNets Debit, melalui cek atau angsuran bulanan
melalui Giro.
7) Profesional dan Bertanggung Jawab
Administrasi pengumpulan zakat dan pendidikan publik dari MUIS
mendapat pengakuan internasional atas IS0 9001: 2000 pada tanggal 13 Mei 2008.
70
Selain itu,, MUIS telah mendapatkan penghargaan Singapore Quality Class,
People Developer Singapore dan Singapore Service Class.
8) Zakat sebagai Pengurangan Pajak Penghasilan
Sejak tahun 2005, MUIS telah memperkenalkan skema penyertaan
otomatis IRAS untuk para pembayar zakat yang ingin mengumumkan atau
menyatakan kontribusi zakat mereka. Berdasarkan pasal 14 ayat (1) (g) Undang-
Undang Pajak Penghasilan, kontribusi zakat adalah biaya yang dapat diijinkan dan
dapat dikurangkan dari pendapatan kontributor.
B. Strategi Penghimpunan Dana Zakat pada Majlis Ugama Islam Singapura
Dengan adanya Peraturan Zakat dan Fitrah tahun 1968, pemusatan
aktifitas dan pembagian zakat telah dilaksanakan di bawah tanggung jawab Majlis
Ugama Islam Singapura (MUIS). Adapun upaya-upaya yang digunakan MUIS
dalam menghimpun dana zakat adalah dengan mengembangkan beberapa strategi
yang ada, diantaranya:
1. Strategi Persuasif (Promosi)
Strategi promosi yang dilakukan MUIS dalam mempromosikan produk-
produknya adalah sebagai berikut:
a. Brosur-brosur atau iklan-iklan
Dengan adanya brosur-brosur atau iklan-iklan yang menarik dan agamis,
masyarakat dengan mudah mengetahui adanya lembaga penghimpunan
zakat seperti Unit Strategi Zakat dan Wakaf MUIS dengan produk maupun
jasa layanan yang ada. Di setiap masjid pusat pungutan zakat juga
71
disediakan formulir dan brosur, termasuk di dalamnya bagaimana tata cara
menghitung jumlah zakat yang perlu dibayarkan.
b. Tenaga pemasaran (marketing) dengan sistem antar jemput bola
Maksud dari strategi jemput bola ini dengan mendatangi muzakki atau
donator ke lingkungan mereka, agar mereka lebih mudah dan tertarik
untuk menjadi muzakki atau donator.
c. Ceramah keagamaan atau pengajian rutin
Dengan diadakannya ceramah keagamaan atau pengajian secara rutin
kepada masyarakat yang diadakan setiap hari ahad pekan kedua dan pekan
keempat setiap bulan, yang dilaksanakan oleh masjid-masjid yang berada
dibawah wewenang Majlis Ugama Islam Singapura, seperti masjid Sultan,
masjid Abdul Ghafoor, dan lain sebagainya. Dengan mengundang
pembicara dari pengurus masjid seperti Imam-imam maupun dari
pengurus Majlis Ugama Islam Singapura, pihak MUIS melakukan
sosialisasi produk-produk yang disalurkan. Dan dengan dilakukannya
kegiatan ini, masyarakat akan mengetahui produk dan jasa layanan Unit
Strategis Zakat dan Wakaf sehingga akan menjadi sumber informasi
kepada masyarakat dan juga sebagai penyadaran kepada masyarakat
tentang kewajiban zakat.
2. Strategi Teknis (Pemasaran)
a. Pemanfataan dan Pengembangan Teknologi
Pengembangan teknologi disini berkenaan dengan proses kegiatan
penghimpunan dana dan program-program yang telah disusun dan direncanakan
72
yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi
yang dapat menunjang sistem kerja dan kegiatan-kegiatan lembaga tersebut.
MUIS dalam kegiatannya banyak memanfaatkan teknologi untuk menunjang
sistem kerja dari organisasi seperti menggunakan alat komunikasi telepon,
faxmile, dan menggunakan fasilitas internet untuk mengenalkan program dan
lembaga. Selain itu, MUIS membuat program penghimpunan layanan zakat
dengan menggunakan teknologi internet banking atau yang dikenal e-nets/e-
payment, (DBS/POSB iBanking, mBanking), melalui cek, dengan kartu khusus
(cash card) yang mendebit jumlah zakat yang akan dibayar (CIMB Clicks),
tabungan wadi‟ah dengan sistem audio deduction (OCBC bank) dan melalui
gerai-gerai yang tersebar di berbagai masjid di Singapura.118
Hal ini dilakukan
agar pembayaran zakat lebih mudah dan cepat.
Semenjak tahun 2000, MUIS telah menerapkan sistem i-Zakat yang
berbasis internet. Sistem ini dirancang untuk membantu para Amil dalam proses
pemantauan berbagai pusat pengumpulan zakat di Singapura dengan memiliki
informasi yang update mengenai jumlah zakat yang telah terkumpul. Sistem ini
juga memfasilitasi proses distribusi zakat, dimana semua informasi mengenai para
penerima zakat di Singapura telah ditampung. Sistem ini juga dilengkapi dengan
kemampuan meng-update informasi mengenai seluruh penduduk muslim di
Singapura, sehingga jika terjadi kematian, kelahiran, pemecatan, dan sebagainya,
para Amil akan dapat lebih tanggap terhadap kondisi mustahik. Informasi
mengenai cara ini juga dilaporkan kepada beberapa institusi lainnya, seperti
118 Kementerian Agama, Modul Penyuluhan Zakat, (Jakarta: Kementerian Agama Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2013), h. 44
73
Kementrian Pengembangan Masyarakat, Pemuda dan Olahraga serta Majelis
Pengembangan Masyarakat. Hal ini dilakukan agar jenis bantuan yang diperlukan
para mustahik dapat teridentifikasi dengan benar dan tidak terjadi tumpang tindih
antara tugas masing-masing instansi.119
Selain itu dalam hal publikasi MUIS juga memanfaatkan berbagai media
yang ada untuk menyebarkan informasi mengenai zakat kepada masyarakat
muslim, diantaranya melalui media elektronik seperti TV, radio, media cetak
seperti majalah, brosur, annual report, newsletter dan media sosial seperti twitter,
facebook, website, atau media sosial lainnya.
“Aspek teknologi ini yang menjadi acuan bagi MUIS dalam membuat
strategi pengembangan teknologi. MUIS akan terus mengikuti perkembangan
teknologi saat ini dan tentu pemanfaatannya untuk memudahkan kerja dan
kegiatan-kegiatan MUIS, terutama dalam hal penghimpunan zakatnya.”120
b. Pengembangan Produk
Maksud Pengembangan Produk disini berkenaan dengan hasil atau
layanan keluaran lembaga. Produk bagi lembaga pengelola zakat berarti dalam hal
ini adalah program-program lembaga yang telah diluncurkan. Banyak sekali
program-program yang baik dan menarik yang telah diluncurkan oleh MUIS
diantaranya adalah zakat empower (zakat upaya), zakat progress (zakat maju),
zakat uplift (zakat sokongan) yang terintegrasi dengan skema Empowerment
Partnership Scheme (EPS), Enhanced Mosque Clusters (EMC), dan Mosque
Befrienders Scheme (MBS).
119 Kementerian Agama, Modul Penyuluhan Zakat, (Jakarta: Kementerian Agama Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2013), h. 46
120
Wawancara pribadi dengan Haji Dr. K.M Deen, Ph.D, Singapura, 16 Juli 2016
74
3. Pengembangan Administrasi
Pengembangan administrasi yakni berkenaan lembaga pengelola zakat
yang mencakup struktur, tujuan, kebijakan, insentif, sistem informasi dan
anggaran. MUIS merupakan lembaga yang mempunyai struktur organisasi yang
baik dan jelas cara kerjanya, tujuan organisasi yang juga jelas yang terealisasikan
dalam kegiatan atau program MUIS.121
Kebijakan organisasi merupakan
kombinasi prinsip buttom up dan top down yang artinya kebijakan dibuat dengan
menerapkan pola perencanaan kerja partisipatif.
Dalam manajemen organisasi MUIS, diperlukan adanya tanggung jawab
terkait dengan penghimpunan dana zakat dari masyarakat yang relatif cukup
besar. Sehingga citra organisasi yang amanah dan profesional dapat
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Untuk memelihara citra organisasi
yang amanah dan professional, MUIS telah melaksanakan prinsip-prinsip
transparansi dan akuntabilitas.
Dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas ini MUIS membuka akses
kepada muzakki untuk mengetahui mengapa, bagaimana dan apa alasan satu
kebijakan dibuat. MUIS juga senantiasa membuat laporan keuangan yang
dilakukan perbulan, dan pertahun.122
Dengan adanya pertanggungjawaban
manajemen MUIS, maka MUIS dapat bekerja secara optimal dan aspek ini
sebagai bahan acuan dalam mengembangkan organisasi kedepan.
121 Pusat Bahasa dan Budaya (PBB) UIN, Revitalisasi Filantropi Islam (Jakarta: Pusat Bahasa dan
Budaya UIN, 2005), cct. ke-1, h. 188
122 Ibid,. h. 180
75
4. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) bertujuan mengembangkan
sikap, keterampilan, pengharapan, kepercayaan, perilaku para pegawai termasuk
pimpinan. Upaya MUIS dalam rangka pengembangan SDM agar berkualitas
adalah :
1) Memberikan kesempatan sekolah formal kepada pegawai
2) Memberikan pelatihan-pelatihan baik indoor maupun outdoor
3) Melakukan research dan Studi Banding
4) Menyelenggarakan Seminar dan Gzathering Zakat
1. Metode Penghimpunan Zakat
Zakat di Singapura dikumpulkan melalui enam metode, yaitu secara tunai
(langsung), melalui fasilitas internet dan internet banking atau yang dikenal e-nets
atau e-payment, melalui cek dimana terdapat formulir khusus untuk pembayaran
zakat dengan cek, dengan kartu khusus (cash card) yang mendebit jumlah zakat
yang akan dibayar, tabungan wadi’ah dan melalui gerai-gerai yang tersebar di
berbagai masjid di Singapura.123
1) Zakat ePayment
Metode e-payment zakat adalah platform online resmi bagi masyarakat
Muslim Singapura untuk memenuhi kewajiban zakat muzakki terhadap MUIS
untuk kenyamanan mereka di rumah atau kantor mereka. Sistem ini menggunakan
Debit e-Nets dan dapat ditemukan di website Majlis Ugama Islam Singapura
(MUIS), yaitu dengan laman www.zakat.sg/epayment.
123 Kementerian Agama, Modul Penyuluhan Zakat, (Jakarta: Kementerian Agama Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2013), h. 44
76
Metode pembayaran ini sesuai sebagai alternatif teknologi internet cerdas
dan bagi muzakki yang mungkin terlalu sibuk secara fisik untuk datang langsung
ke pusat pengumpulan zakat MUIS. Serupa dengan metode pembayaran zakat
MUIS lainnya, pembayaran zakat yang diterima melalui fasilitas ini akan
dihimpun oleh MUIS dan disalurkan ke delapan asnaf sesuai syari'ah.124
MUIS menyediakan kemudahan layanan pembayaran zakat melalui
mekanisme online payment atau e-payment dengan bekerja sama dengan pihak
perbankan syariah dan konvensional. Dalam metode e-payment ini ada hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pembayaran zakatnya, diantaranya:125
a) Memastikan bahwa kekayaan atau harta kita telah mencapai Haul, Nisab
dan bahwa zakat kita jatuh tempo.
b) Pastikan memiliki fasilitas Debit eNets (kartu kredit tidak diterima) dan
memiliki jumlah saldo bank yang cukup untuk mengurangi jumlah zakat.
c) Pastikan jumlah zakat berada dalam batas penarikan (perhari) dengan
bank. Jika jumlah zakat melebihi, beberapa pembayaran perlu dilakukan
pada hari yang berbeda.
d) Pastikan berada pada koneksi internet yang stabil.
e) Nonaktifkan pemblokir pop-up selama proses pembayaran.
f) Jangan klik fungsi back atau reload / refresh browser atau tutup browser
setiap saat selama proses pembayaran.
g) Tutup semua jendela browser web lainnya jika proses pembayaran
terganggu.
124
www.zakat.sg/epayment.
125 Zakat by e-payment brochure MUIS
77
Selain hal-hal di atas seorang muzakki perlu mengetahui juga alur
transaksi yang telah berhasil, berikut prosesnya 126
;
a) Jika User ID dan PIN internet belum masuk, pembayaran zakat belum
selesai.
b) Pada akhir proses pembayaran, biasanya terdapat di layar transaksi akan
menunjukkan bahwa telah disetujui dan pembayaran berhasil.
c) Setelah itu penyetor (muzakki) harus mencetak e-Receipt zakat sebagai
dokumen pribadi.
d) Periksa pernyataan pengambilan bank yang dilakukan MUIS. Transaksi
bank harus dicatat jika pembayaran berhasil dilakukan.
e) Jika tidak ada transaksi bank yang tercatat setelah pembayaran dilakukan,
maka bisa menghubungi MUIS.127
2) Zakat by AXS
MUIS memperkenalkan cara pembayaran Zakat terbaru, yaitu melalui
mesin AXS. Mesin AXS adalah layanan terminal multi-aplikasi mandiri dan
interaktif yang dilengkapi dengan fasilitas pembayaran kartu debit dan kartu
kredit. Mesin ini berjalan pada jaringan broadband ADSL berkecepatan tinggi,
mesin AXS ini beroperasi 24 jam.128
Mesin AXS memiliki 900 stasiun yang tersebar dan beroperasi di seluruh
pulau, jaringan AXS merupakan jaringan terminal transaksional broadband publik
terbesar di Singapura. Penempatan strategis mesin AXS yang strategis
126 Zakat by e-payment brochure MUIS
127
Untuk mendapatkan bantuan lebih lanjut bisa menghubungi customer service MUIS di
63591199
128 http://www.axs.com.sg/axsNetwork_axsStation.php
78
memastikan jangkauan dan kenyamanannya ke berbagai kelompok demografis
pelanggan demografis. Adapun layanan yang tersedia di mesin AXS meliputi:
a) Pembayaran tagihan dan denda
b) Permohonan NParks BBQ Pit dan perizinan Camping
c) Top-up kartu prabayar
d) Promosi
e) Pemesanan Resort
f) E-Services dalam 8 kategori (Pendidikan, Gaya Hidup, Komunitas,
Pemerintah, Keuangan, Layanan, Tiket dan Top-up)
Saat ini ada dua jenis mesin AXS yang tersebar di Singapura, AXS Station
II dan Twin AXS Station. Terlepas dari jenis mesin AXS yang digunakan
pelanggan, layanan aplikasi dan navigasinya sama saja.
Dengan lebih dari 900 mesin-mesin AXS yang beroperasi di Singapura,
maka kini pembayar zakat (muzakki) bisa menunaikan pembayaran Zakat dengan
mudah pada setiap tempat dan waktu. Adapun jenis-jenis Zakat yang bisa
ditunaikan dalam fasilitas AXS ini adalah ;
a) Zakat Uang Simpanan dan Zakat CPF
b) Zakat Perniagaan dan Zakat Emas
c) Zakat Saham dan Zakat Asuransi
d) Zakat Fitrah
Cara melakukan pembayaran zakat melalui mesin AXS ini sebenarnya
sama seperti melakukan transaksi di mesin-mesin ATM biasanya. Adapun
tahapannya pertama, menekan tombol “Community” untuk mulai. Kemudian pilih
79
dan tekan “MUIS” untuk jenis pembayaran Zakat, dan terakhir pilih pembayaran
Zakat dan selanjutanya ikuti arahan di layar untuk menyelesaikan pembayaran.129
3) Zakat by Cek
Jumlah transaksi yang begitu tinggi yang dilakukan para nasabah menjadi
salah satu perhatian khusus pihak bank dalam memberikan layanan perbankan.
Berbagai fasilitas dan juga kemudahan diberikan kepada para nasabah dengan
harapan beragam transaksi keuangan nasabah dapat berjalan dengan mudah dan
lancar. Bank menerapkan sejumlah kemudahan dan juga kenyamanan bagi
nasabahnya terkait dengan hal tersebut. Salah satunya dengan memberikan
fasilitas cek.
Cek merupakan perintah tertulis dari nasabah pada bank untuk menarik
dananya dalam jumlah tertentu atas namanya atau yang ditunjuk. Dengan kata
lain, cek menjadi surat perintah tanpa syarat dari nasabah pada bank di mana
nasabah tersebut menyimpan uangnya.
Pembayaran zakat melalui cek sama seperti prosedur cek pada biasanya.
Cek harus disilangkan dan dibayarkan ke Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS).
Dengan menunjukkan nama, nomor NRIC, nomor kontak dan jenis zakat di
bagian belakang cek. Setelah itu mengirimkan cek tersebut ke Unit Strategis Zakat
dan Wakaf Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) Hub Islam Singapura 273
Braddell Road Singapura 579702.
129 http://www.axs.com.sg/axsNetwork_axsStation.php
80
4) Zakat by Giro
Zakat dengan Giro adalah cara baru pembayaran zakat. Ini merupakan
pembayaran uang muka untuk zakat tahun depan, yang memungkinkan seorang
pembayar zakat (muzakki) merencanakan zakatnya pada Tabungan, bisnis, emas
dan aset jangka panjang, CPF, investasi saham dan asuransi di rekening biasa.
Komisi Fatwa MUIS telah mengeluarkan izin pembayaran zakat dengan
Giro. Hal ini didasarkan pada konsep wakalah, yaitu melalui surat perintah yang
dikeluarkan nasabah kepada pihak bank tempatnya menabung agar melakukan
proses-proses transaksi yang diminta (pembayaran, pemindahbukuan sejumlah
dana dari rekening, dan lain sebagainya).
Uang muka ini tidak bertentangan dengan konsep periode (Haul) karena
zakat bisa dilakukan terlebih dahulu. Sebagaimana yang telah digambarkan dalam
sebuah hadits Rasulullah SAW., “Bahwasanya Sayyidina Abbas r.a pernah
menanyakan pada baginda Rasulullah saw, tentang mempercepatkan zakatnya
sebelum tiba Haulnya, maka Rasulullah saw. memperkenankan perbuatan itu.”130
Adapun cara menghitung dan membayar zakat melalui Giro adalah :131
1) Perlu menentukan atau memperkirakan zakat yang harus dibayar di tahun
berikutnya. Misalnya, seorang muzakki memiliki kekayaan sekitar
$96.000. Berdasarkan 2,5% tingkat zakat, maka kontribusi zakatnya
adalah $2.400 (2,5% x $96.000).
2) Untuk kontribusi Giro bulanan, perlu membagi $2.400 selama periode 12
bulan. Maka, kontribusi rata-ratanya adalah $200.
130 H.R Abu Daud, Tarmizi dan Ibnu Majah
131
Lihat brosur MUIS tentang Zakat dengan Giro
81
3) Mengisi formulir Giro dengan deduksi bulanan $200 di rekening bank.
Dalam 12 bulan, Anda akan membayar $2.400.
Adapun opsi lain yaitu dengan cukup mengisi Zakat Formulir Giro dan
mengirimkannya ke alamat kantor Unit Strategi Zakat & Wakaf, Dewan Agama
Islam Singapura (MUIS), Hub Islam Singapura.
Bagi seorang nasabah (muzakki) yang ingin memberikan lebih dari
kontribusi atau jumlah zakat yang jatuh tempo. Maka dapat melakukan pilihan
Over-kontribusi, yaitu dengan memilih dua opsi :
1) Untuk diniatkan, bahwa kelebihan jumlah yang ada akan diteruskan untuk
pembayaran Zakat di tahun berikutnya.
2) Untuk menyatakan jumlah yang berlebih akan diperlakukan sebagai
sumbangan sukarela atau shadaqah.
Adapun keuntungan dari pemenuhan pembayaran zakat melaui Giro
adalah :
a. Kemudahan dan kenyaman pembayaran
b. Nasabah dapat mengelola dan merencanakan aset jangka panjang dengan
lebih baik.
c. Dalam zakat melalui seorang muzakki tidak akan mendapatkan tanda
terima kontribusi. Akan tetapi, sebaliknya akan dikirimi laporan rekening
pada akhir tahun.
d. Membayar zakat pada tabungan CPF tidak akan menjadi halangan.
e. Zakat yang disumbangkan akan secara otomatis dikirim ke IRAS untuk
pengurangan pajak, yaitu dengan memilih Skema IRAS Auto-Inclusion.
82
5) Secara Tunai dan Langsung
Bagi muzakki yang ingin membayar zakatnya secara langsung, bisa
menyalurkannya di kantor pusat Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS), gerai-
gerai, atau masjid-masjid yang telah ditunjuk MUIS di setiap wilayah.
“Kalau zakat sudah mencapai Nisab maka bisa dibayarkan melalui amil
yang ada di daerahnya masing-masing dan amil tersebut akan menyerahkan ke
pejabat Unit zakat dan mendapatkan bukti resmi penerimaan uang zakat untuk
diberikan kepada pembayar zakat atau muzakki bisa datang sendiri ke pejabat
Unit Strategis Zakat MUIS dan membayar langsung zakatnya.”132
Penghimpunan dan pembagian zakat dilaksanakan oleh amil-amil yang
dilantik oleh Presiden Singapura. Amil-amil yang melaksanakan penghimpunan
dan pembagian zakat dilantik berdasarkan petunjuk yang tertulis dalam
Administrasi Undang-Undang Hukum Islam (AMLA) 1968. Sebagian besar amil-
amil yang dilantik berasal dari kalangan pegawai-pegawai Masjid, yang terdiri
dari imam-imam dan bilal-bilal. Selain itu, penghulu-penghulu, ketua-ketua
kampung atau organisasi islam, guru-guru agama, dan pegawai instansi keuangan
juga dilantik sebagai amil untuk kawasan-kawasan tertentu.
Para amil setiap tahunnya akan menerima surat pelantikan dan mereka
juga akan diberikan petunjuk yang berhubungan dengan tugas dan tanggung
jawab seorang amil agar supaya melaksanaan tugas dengan lebih efisien,
profesional dan bertanggungjawab.
Dilihat dari penjelasan di atas amil zakat di Negara Singapura termasuk
orang-orang pilihan. Karena ditunjuk dan dilantik langsung oleh Perdana Menteri.
Bahkan, mereka mempunyai buku panduan khusus untuk amil zakat sebagai
132 Wawancara pribadi dengan Haji Dr. K.M Deen, Ph.D, Singapura, 16 Juli 2016
83
penyeragaman tugas sehingga nantinya tidak ada yang menyimpang dari
tugasnya.
Para amil disebar di setiap kawasan yang terdiri dari enam wilayah
(kluster) di Singapura, yaitu Barat Laut, Barat Daya, Tengah, Selatan, Tenggara,
dan Timur Laut. Tugas amil zakat di Singapura mengumpulkan dan membagikan
zakat, yang mana hasil kumpulan uang zakat tidak langsung dibagikan kepada
mustahik di daerah tersebut. Namun, sebelum dibagikan uang tersebut
dikumpulkan ke MUIS. Setelah MUIS meneliti para pemohon zakat dan mendata
mustahik, amil kembali bertugas membagikan zakat sesuai dengan data yang
ditentukan. Dengan begitu, lembaga amil zakat terpusat pada Majlis Ugama Islam
Singapura (MUIS). Oleh karena itu di Singapura tidak dapat sembarang orang
ataupun instansi membentuk lembaga amil zakat.
Terdapat empat puluh dua masjid resmi yang diberi wewenang oleh MUIS
untuk mengumpulkan zakat harta sepanjang tahun dan zakat fitrah di bulan
Ramadhan. Berikut data masjid yang diberi wewenang oleh MUIS :133
Tabel 2. Daftar masjid pusat pungutan zakat
NO NAMA MASJID NO NAMA MASJID
1 Abdul Hamid Kg Pasiran 22 Darul Aman
2 Ahmad Ibrahim 23 Darul Ghufran
3 Al-Abdul Razak 24 Darul Makmur
4 Al-Amin 25 Darussalam
5 Al-Ansar 26 En-Naeem
6 Al-Falah 27 Hasanah
7 Al-Iman 28 Hj Mohd Salleh (Geylang)
133 Lihat database masjid dalam brosur penyaluran Zakat MUIS
84
8 Al-Istighfar 29 Hj Muhd Salleh (Palmer Rd)
9 Al-Istiqamah 30 Hj Rahimabi Kebun Limau
10 Alkaff Kg Melayu 31 Hj. Yusof
11 Alkaff Upp Serangoon 32 Jamiyah Ar-Rabitah
12 Al-Khair 33 Kg Siglap
13 Al-Mawaaddah 34 Kassim
14 Al-Mukminin 35 Kg Delta
15 Al-Muttaqin 36 Khalid
16 Al-Taqua 37 Mujahirin
17 An-Nahdhah 38 Mujahidin
18 An-Nur 39 Mydin
19 Ar-Raudhah 40 Petempatan Melayu Sembawang
20 Assyafaah 41 Sallim Mattar
21 Assyakirin 42 Sultan
Berkaitan dengan penghimpunan Zakat ini, rata-rata dana Zakat setiap
tahunnya terkumpul berkisar 20-30 juta dolar Singapura. Berdasarkan data MUIS
Annual Report, terjadi peningkatan jumlah zakat yang dipungut setiap tahunnya.
Gambar 3. Grafik koleksi zakat harta dan zakat fitrah
tahun 2011 sampai 2015
Sumber : Annual Report Majlis Ugama Islam Singapura tahun 2015
85
Grafik di atas menunjukkan jumlah zakat (zakat harta dan fitrah) yang
dapat dikumpulkan oleh MUIS dalam lima tahun terakhir. Terlihat grafiknya dari
tahun 2011-2015 koleksi zakat (zakat harta dan fitrah) selalu mengalami
peningkatan. Dari tahun 2011 berjumlah $23,3juta hingga tahun 2015 sebesar
$35,3 juta.
Maka, jika dirata-ratakan dalam kurun waktu lima tahun tersebut (2011-
2015), penghimpunan dana Zakat di Singapura mencapai angka rata-rata kenaikan
sebesar 56,46%.
C. Dampak Penerapan Strategi Penghimpunan Zakat MUIS
Zakat memainkan peranan besar dalam bidang ekonomi masyarakat Islam di
Singapura, terutama dalam membantu membasmi masalah kemiskinan. Dana
zakat merupakan sumbangan warga muslim yang langsung membantu menangani
kemiskinan dan kebodohan.
Sebagian besar aspek penghimpunan yang dilakukan MUIS menggunakan
pelayanan berbasis informasi dan teknologi, dana himpunan zakat yang tertarget,
dan sinergi program antarlembaga.
Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa
pengurus zakat menggunakan berbagai media untuk menyebarkan informasi
mengenai zakat kepada masyarakat muslim melalui TV, radio, majalah, wesbsite,
newsletter, laporan lembaga, twitter, facebook, dan sosial media lainnya.
Selain itu, kejujuran pengurus zakat di Singapura juga menambah
kepercayaan masyarakat karena dana zakat digunakan sesuai amanah. Zakat yang
telah dibayarkan secara lengkap dipublikasikan setiap tahun. Zakat di Singapura
86
diperuntukkan bagi upaya pemerataan dan kesejahteraan umat Islam di Singapura.
Pemberdayaan amanat agama ini mencapai target maksimal di Singapura karena
dikelola secara professional.
Berdasarkan data MUIS terjadi peningkatan jumlah zakat yang dipungut
setiap tahun. Meski umat Islam di Singapura minoritas yaitu hanya 15 persen, tapi
tak menjadikan nilai zakat menurun. Malah sebaliknya, dengan pengurusan yang
profesional, sosialisasi yang gencar, dan transparansi dalam pengelolaan, nilai
zakat di Singapura terus meningkat setiap tahun. Keberhasilan MUIS dalam
menghimpun dana zakat dapat dilihat dari perkembangan grafik di bawah ini.
Gambar 4. Grafik koleksi zakat harta dan zakat fitrah
tahun 2003 sampai 2011
Sumber: Majlis Ugama Islam Singapura
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa penghimpunan dana Zakat
(Zakat Harta dan Fitrah) selama 9 tahun terakhir (2003-2011) mengalami tren
grafik yang terus naik atau berjalan positif di setiap tahunnya.
87
Penghimpunan zakat harta mengalami kenaikan sebesar 61,6%. Sedangkan
untuk zakat fitrah mengalami kenaikan sebesar 72,2%. Jika dirata-ratakan dalam
kurun waktu sembilan tahun tersebut (2003-2011), maka pertumbuhan
penghimpunan Zakat (zakat harta dan fitrah) di Singapura mencapai angka rata-
rata kenaikan sebesar 62,93%.
Gambar 5. Grafik penyaluran zakat harta dan zakat fitrah
tahun 2003 sampai 2011
Sumber: Majlis Ugama Islam Singapura
Sedangkan dalam segi penyaluran, dapat diliat dalam grafik di atas bahwa
selama sembilan tahun terakhir (2003-2011) penyaluran dana zakatnya juga
mengalami tren grafik yang terus naik di setiap tahunnya. Jika dirata-ratakan
dalam kurun waktu sembilan tahun tersebut (2003-2011), penyaluran dana Zakat
di Singapura mencapai angka rata-rata kenaikan sebesar 88,61%.
Berdasarkan grafik penghimpunan dan penyaluran di atas, maka hal ini
dapat disimpulkan bahwa dengan adanya manajemen strategi zakat yang baik
88
dapat meningkatkan pendapatan zakat yang tinggi sehingga tingkat penyaluran
dari hasil penghimpunan zakat pun semakin tinggi dari waktu ke waktu.
1) Model-model Skema Bantuan Zakat di Singapura
Penerapan strategi penghimpunan yang baik berdampak pula dengan
adanya penyaluran dan pendayagunaan zakat. Pendayagunaan zakat yang
dikumpulkan oleh Unit Strategi Zakat dan Wakaf MUIS diarahkan pada program-
program yang memberi manfaat untuk perbaikan kesejahteraan mustahik.
Pendayagunaan zakat pada prinsipnya bertujuan untuk meningkatkan status
mustahik menjadi muzakki, melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia
dan pemberdayaan sosial serta pengembangan ekonomi. Strategi yang digunakan
MUIS untuk membagikan kumpulan uang zakat adalah dengan adanya program-
program pilar zakat, skema pendayagunaan dan bantuan-bantuan lain yang
diberikan oleh MUIS.
1) Program Pilar Zakat MUIS134
Bantuan Zakat adalah komitmen kuat dari MUIS untuk memastikan
golongan fakir dan miskin yang layak mendapat bantuan yang diperlukan agar
dapat mengatur masalah keuangan dan sosial dengan lebih baik. MUIS
bekerjasama dengan badan-badan nasional dan kelompok swadaya untuk
memfasilitasi keluarga-keluarga dalam mencapai kesejahteraan dan kemandirian.
Mereka yang yang memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan zakat dapat
menerima bantuan tunai bulanan, batuan pendidikan, gharimin dan / atau voucher
fidyah. Berikut tiga program pokok MUIS :
134 Lihat Zakat Brochure Disbursement Final MUIS
89
a) Zakat Empower (Zakat Upaya)
Program ini difokuskan untuk membantu mereka yang sehat dan
berpotensi untuk mandiri melalui program peningkatan keterampilan. Penerima
Zakat yang terpilih berpeluang mengikuti Skema Pengupayaan Sepadu (EPS)
MUIS.
Bentuk bantuan-bantuan yang akan diberikan dalam Skema Pengupayaan
Sepadu (EPS), adalah:
1. Bantuan Pelatihan untuk kursus keterampilan
2. Bantuan pendidikan untuk anak-anak seperti uang saku sekolah
3. Program lifeskills seperti keuangan / kursus budgeting, workshops
motivasi, manajemen kesehatan, kelas pendidikan Islam.
4. Hibah atau bantuan awal untuk bisnis rumahan
b) Zakat Progress (Zakat Maju)
Program khusus untuk keperluan perkembangan anak-anak dari keluarga
penerima Zakat, agar keluar dari perangkap kemiskinan. Penerima layak
mendapatkan satu atau lebih bantuan untuk memastikan pendidikan yang
berkelanjutan bagi anak-anak penerima zakat. Adapun bantun-bantuannya berupa:
1. Biaya ujian nasional
2. Program keaksaraan dan berhitung dasar untuk anak-anak
3. Subsidi biaya pendidikan Islam
c) Zakat Uplift (Zakat Sokongan)
Program ini difokuskan kepada golongan yang menerima bantuan zakat
jangka panjang karena lanjut usia, cacat atau mengidap penyakit kronis agar tetap
90
terhubung dalam masyarakat. Mereka layak menerima satu atau lebih bantuan
untuk meningkatkan gaya hidup yang sehat dan penuaan aktif:
a) Program asas MUIS, membina kerohanian dan keterampilan
b) Membeli peralatan dan kebutuhan medis
c) Skema pendamping masjid
2) Skema Pendayagunaan Zakat MUIS
Selanjutnya Zakat yang dikumpulkan oleh MUIS disalurkan kepada para
mustahik melalui tiga skema:
1. Empowerment Partnership Scheme (EPS)
Empowerment Partnership Scheme (Skema Pendayagunaan Sepadu)
merupakan paket menyeluruh bagi keluarga yang menghadapi berbagai tantangan
kehidupan. Skema ini menyediakan berbagai program pemberdayaan baik dari
segi ekonomi, sosial, dan religi yang dikelola oleh seorang professional ahli yang
dipilih oleh keluarga itu sendiri.
Sejak 2004, MUIS telah memperkenalkan Skema Pengupayaan Sepadu
(EPS) untuk membantu lebih banyak penerima zakat mandiri melalui program
peningkatan diri yang menyeluruh dan berkesan. Berdasarkan data MUIS, kini
403 dari 610 keluarga telah lulus dari skema EPS dan tidak memerlukan lagi
bantuan keuangan MUIS. Hampir $3 juta dana Zakat telah dibelanjakan.
Sebanyak 237 keluarga kini mengambil bagian dan berpartisipasi dalam
fourth intake of EPS (dana EPS yang keempat) di mana setiap anggota keluarga
akan menghadiri kursus seperti peningkatan kemahiran, pendidikan Islam,
kemahiran hidup, serta program-program pendidikan untuk anak-anak. Program
91
ini dibiayai penuh oleh dana Zakat. Keluarga akan menerima bantuan bulanan
selagi mereka aktif dalam program dua tahun ini. Harapan MUIS agar keluarga-
keluarga yang telah lulus akan berubah menjadi pemberi Zakat di masa depan.
2. Enhanced Mosque Clusters (EMC)
Enhanced Mosque Clusters (Skema Kelompok Masjid) atau dikenal juga
dengan skema MUIS Annual Grant for Social Service (MAGRASS) merupakan
donasi yang diberikan MUIS setiap tahun kepada organisasi-organisasi
kemasyarakatan dan masjid-masjid agar digunakan untuk melaksanakan program-
program yang dapat meningkatkan kemandirian kalangan yang kurang mampu.
Di Singapura terdapat 71 Masjid yang sudah terintegrasi dengan MUIS,
masjid-masjid ini tersebar di lima kluster (wilayah), yaitu Tenggara, Timur Laut,
Barat Laut, Barat Daya dan Tengah. Pada tahun 2007, konsep Kelompok Masjid
(EMC) telah diperkenalkan di kelompok Tenggara. Bantuan keuangan dan
program dukungan untuk para penerima Zakat kini disediakan melalui EMC.
Masjid bekerja sama dengan Dewan Pengembangan Masyarakat
(Community Development Councils), pusat pelayanan keluarga dan badan-badan
masyarakat yang lain untuk menyediakan program dukungan yang lebih
menyeluruh untuk penerima Zakat MUIS.
Selain dari bantuan keuangan, perhatian besar juga dilakukan untuk
melihat perkembangan spiritual keluarga-keluarga. Program pembelajaran Islam
yang sesuai di masjid dapat diidentifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan
penerima zakat dan anggota keluarga mereka. Kelas agama mingguan yang sesuai
di masjid-masjid telah dikenal pasti dan dipadankan dengan penerima Zakat dan
92
ahli keluarga mereka. Banyak keluarga yang mendapat manfaat dari klinik solat,
kelas dasar fardu „ain, program aL.I.V.E. dan pembelajaran Islam berbasis rumah.
2. Mosque Befrienders Scheme
Salah satu inisiatif utama kelompok masjid MUIS ialah pembentukan
Skema Pendamping Masjid. Para pendamping, bersama dengan Pegawai
Pembangunan Sosial (Social Development Offiers/SDO) di masjid memantau
kemajuan penerima Zakat melalui kunjungan ke rumah. Pendamping juga
mendorong penerima Zakat untuk mengambil tindakan lanjutan berdasarkan
rencana individu yang digambar bersama Pegawai Pembangunan Sosial. Usaha-
usaha ini bertujuan untuk membentuk keyakinan diri dan sifat mandiri.
Saat ini, skema kelompok masjid dibawah naungan MUIS memiliki sekitar
600 pendamping di setiap masjid-masjid yang tersebar. Melalui dana Zakat,
MUIS bekerjasama dengan pekerja sosial yang berpengalaman dan terlatih untuk
memberikan pelatihan kepada pendamping agar mereka menjadi lebih efektif
terbantu. Melalui skema pendamping ini, MUIS berharap dapat memelihara
komunitas Muslim yang lebih peduli dan peka terhadap penderitaan orang-orang
yang membutuhkan.
Bentuk bantuan kemudian dibagikan menjadi enam kategori, yaitu bantuan
finansial, beasiswa, pembayaran hutang, bantuan tanggap darurat, kupon atau
voucher makanan, dan program-program peningkatan keterampilan.
3) Bantuan-Bantuan lain yang diberikan oleh MUIS
Selain bantuan dalam bentuk skema pemberdayaan di atas, MUIS juga
memberikan bantuan keuangan jangka pendek dan jangka panjang untuk kaum
93
Muslim yang miskin dan membutuhkan. Bantuan ini sebagian besar bersifat
sementara dan supplementary (tambahan). Bantuan pokok pertama-tama akan
didapat dari Dewan Pengembangan Masyarakat (Community Development
Councils). Bantuan mencakup bantuan keuangan, bantuan darurat, gharimin dan
riqab (hibah pendidikan).
1) Bantuan Keuangan (Asisten Keuangan)
MUIS memberikan bantuan keuangan dengan menyalurkan zakat yang
dikumpulkannya dari masyarakat Muslim. Zakat didistribusikan ke delapan jenis
asnaf (penerima manfaat), diantaranya orang fakir, orang miskin, orang-orang
yang berhutang, siswa yang menempuh pendidikan agama, dan lain-lain.
Syarat untuk mendapat bantuan keuangan MUIS Zakat adalah Warga
Negara Singapura atau Penduduk Tetap. Adapun kategorinya, yaitu:
a. Menderita penyakit kronis atau gagal ginjal, dan cacat fisik atau mental
b. Memiliki penghasilan yang tidak mencukupi135
c. Kepala keluarga yang sedang dipenjara
d. Single parents (janda atau perceraian) yang membutuhkan dukungan
finansial
Keluarga atau individu dianggap memiliki pendapatan yang tidak
mencukupi saat Penghasilan per Kapita bulanan (PCI) kurang dari $ 350. PCI
dihitung dengan membagi pendapatan rumah tangga kotor bulanan keluarga
dengan jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah yang sama (keluarga
besar).
135 Pendapatan yang tidak mencukupi saat Penghasilan Per Kapita bulanan (PCI) kurang dari $ 350.
94
Contoh : Pak Yusuf memiliki penghasilan $1750 per bulan. Dia tinggal
bersama ibunya, istri (yang tidak bekerja) dan dua orang anaknya. Maka PCI Pak
Yusuf adalah $1750 : 5 = $350.
Dikarenakan Pak Yusuf memiliki penghasilan perkapita perbulan (PCI)
sama dengan $350, maka Pak Yusuf termasuk yang membutuhkan bantuan
keuangan Zakat MUIS.
Warga negara Muslim Singapura berhak atas skema bantuan Nasional.
Apa yang diberikan MUIS kepada penerima zakat dirancang juga untuk
melengkapi dan menambah bantuan yang diberikan oleh Badan-Badan Nasional
di Singapura.
Penerima manfaat potensi Zakat didorong untuk mengeksplorasi skema
bantuan keuangan nasional seperti ComCare untuk memastikan bahwa kebutuhan
mendesak mereka terpenuhi dengan lebih baik melalui sistem pendukung
nasional, dan dalam hal ini MUIS akan melengkapi bantuan tersebut dengan
memberikan tambahan dukungan finansial. Adapun Jenis skema bantuan yang
tersedia melalui zakat MUIS adalah:
1) Bantuan Keuangan Zakat Bulanan, yaitu bantuan tunai bulanan bagi
mereka yang memenuhi syarat
2) Penyelesaian Hutang, yaitu bantuan satu kali untuk tunggakan kebutuhan
pokok, seperti tagihan listrik, biaya servis dan pemeliharaan
3) Bantuan Darurat, yaitu diberikan pada saat krisis, ketika terjadi kecelakaan
atau musibah seperti bencana alam, kebakaran atau perawatan medis
darurat
95
4) Bantuan Penguburan, yaitu pembayaran biaya pemakaman yang terjadi
saat meninggalnya penerima Zakat MUIS
5) Hibah Studi, yaitu berupa subsidi biaya-biaya yang berkaitan dengan
pendidikan, diantaranya:
- Subsidi biaya Pendidikan Islam part-time (paruh waktu)
- Subsidi biaya sekolah Madrasah full-time (penuh)
- Biaya Ujian Nasional (tingkat PSLE / N / O / A)
6) Kupon atau voucher makanan, yaitu voucher atau kupon untuk membeli
barang-barang makanan. Voucher atau kupon tersebut dapat ditukarkan di
gerai atau tempat-tempat (masjid) yang disetujui MUIS yang terletak di
enam kluster (wilayah).
Agar bantuan keuangan MUIS zakat lebih mudah diakses, pemohon yang
memenuhi syarat dapat pergi ke Masjid Pembangunan Sosial yang terdekat
dengan alamat resmi masjid-masjid yang ada.
Bagi masyarakat muslim Singapura, zakat memiliki peran sangat penting
dalam kehidupan, dan juga dalam tujuan zakat dan negara yaitu mengentaskan
kemiskin dan kebodohan. Hasil dari penghimpunan dana zakat yang ada berfungsi
sebagai sumber dana yang sifatnya complementary dan sustainability
(berkesinambungan) bagi masyarakat muslim dan dapat digunakan untuk
membiaya kegiatan keagaman, selain itu dapat membantu dalam membiayai
proyek utama di Singapura terutama dalam pengentasan kemiskinan dan
kebodohan.
96
Penyaluran zakat yang tepat sasaran bertujuan untuk menyejahterakan
masyarakat muslim Singapura, terutama kaum dhuafa. Di Singapura dana
penghimpunan zakat yang ada disalurkan kepada beberapa pembangunan pokok.
Pembagian bantuan dan objek bisa dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3. Penyaluran Bantuan dan Pembangunan Utama136
Bantuan yang berasal dari depalan Asnaf Penyaluran
2015
Pemberdayaan sosial dan bantuan bagi fakir dan miskin, $17,188,930
Program Keagamaan dan Manajemen Masjid $5,204,598
Bantuan dan Pemberdayaan Madrasah dan Asatizah $7,214,109
Pemberdayaan, Manajemen dan Pelatihan Amil $3,005,872
Bimbingan Agama, Pendidikan Islam dan Keterlibatan
Pemuda
$3,689,792
Total $36,303,301
Sumber : Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS)
Dari tabel di atas terlihat penyaluran zakat tahun 2015 sebanyak
$36,303,301. Adapun penyaluran zakat terbanyak adalah untuk pemberdayaan
sosial dan bantuan bagi fakir dan miskin, yaitu sebanyak $17,188,930 juta atau
mencapai 47 %. Kedua untuk bantuan dan pemberdayaan Madrasah dan Asatizah
sebanyak $7,214,109 atau 19 %, dan yang ketiga untuk Program Keagamaan dan
Manajemen Masjid yaitu sebanyak $5,204,598 atau 14 % dari total penyaluran.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa, hasil
penghimpunan zakat yang baik dapat memberikan dampak yang postif bagi
masyarakat muslim di Singapura, diantaranya adalah tersedianya sarana ibadah
136Bantuan berasal dari Asnaf: Amil, Fisabililah, Muallaf, Miskin, Needy, Riqab, Gharimin, &
Ibnussabil
97
yang baik, tersedianya dana sosial-keagamaan, dan tersedianya sarana pendidikan,
kesehatan serta pelayanan sosial.
Dengan begitu bahwa mekanisme kerja yang baik, akan mudah untuk
mengembangkan sebuah organisasi atau lembaga, namun sebaliknya mekanisme
kerja yang tidak baik, akan menjadikan lembaga sulit berkembang bahkan akan
terjadi kevakuman kegiatan. Gambaran diatas telah menjawab bahwasanya ketika
penghimpunan zakat berada pada amil yang profesional maka hasil pengembalian
manfaatnya pun dapat dirasakan luas pada masyarakat muslim yang ada.
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah disajikan pada bab-bab terdahulu mengenai Strategi
Penghimpunan Dana Zakat pada Negara Singapura dapat ditarik sejumlah
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan Administrasi Undang-Undang Hukum Islam (AMLA) Pasal
68 ayat (1) dan (2) dan 69 ayat (1) tahun 1968, pemusatan aktivitas,
wewenang dan seluruh hal yang berhubungan dengan pengelolaan,
penghimpunan dan pendistribusian zakat dilaksanakan di bawah tanggung
jawab Majlis Ugama Islam Singapura MUIS, tepatnya di bagian Unit
Strategi Zakat dan Wakaf.
2. Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) dalam menghimpun dana zakat
menggunakan strategi persuasif dan teknis. Strategi persuasif yaitu dengan
promosi-promosi menggunakan brosur atau iklan-iklan, tenaga marketing
dengan jemput bola, dan ceramah keagamaan atau pengajian rutin.
Sedangkan strategi teknisnya, pertama pemanfataan dan pengembangan
teknologi yang mengenai metode-metode penghimpunan (zakat by e-
payment, zakat by AXS, zakat by cek dan giro, zakat by telepoll). Kedua,
pengembangan produk yaitu mengenai program-program kerja dan skema
pemberdayaan, termasuk diantaranya zakat empower (zakat upaya), zakat
progress (zakat maju), zakat uplift (zakat sokongan) dan skema
Empowerment Partnership Scheme (EPS), Enhanced Mosque Clusters
99
(EMC), dan Mosque Befrienders Scheme (MBS). Ketiga, pengembangan
administrasi, dimana MUIS merupakan lembaga legal formal dan
mempunyai otoritas yang kuat di Singapura. dan keempat pengembangan
sumber daya manusia (SDM), yang tujuannya adalah untuk meningkatkan
kualitas dan kapasitas SDM yang ada.
3. Dampak dari strategi penghimpunan dana zakat yang baik memiliki
pengaruh positif bagi peningkatan koleksi zakat di Singapura setiap
tahunnya. Hal ini berdampak pula pada tingkat penyalurannya. Sehingga
zakat di Singapura mampu memberikan ketersediaannya dana sosial-
keagamaan, tersedianya sarana pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial
dan tersedianya sarana ibadah yang baik, serta tersedianya lapangan
pekerjaan bagi masyarakat muslim,
Selain itu dalam hal mekanisme kerja yang baik, akan mudah untuk
mengembangkan sebuah organisasi atau lembaga, namun sebaliknya
mekanisme kerja yang tidak baik, akan menjadikan lembaga sulit
berkembang bahkan akan terjadi kevakuman kegiatan. Gambaran diatas
telah menjawab bahwasanya ketika penghimpunan zakat berada pada amil
yang profesional maka hasil pengembalian manfaatnya pun dapat
dirasakan luas pada masyarakat muslim yang ada.
B. Saran
1. Sebagai lembaga yang memiliki otoritas penuh dan professional, MUIS
harus mampu untuk terus menjaga keyakinan dan kepercayaan masyarakat
muslim di Singapura. Kepercayan yang sudah baik harus terus dijaga dan
100
ditingkatkan, supaya berdampak pula pada peningkatan penghimpunan
zakat di Singapura. Selain itu terus meningkatkan dan menggencarkan
sosialiasi zakat di khalayak umum walaupun berada dalam negara
minoritas muslim dan sekuler. Karena hal ini juga merupakan sarana
dakwah yang baik.
2. Bagi pemerintah dan juga lembaga-lembaga zakat di Indonesia dapat
menerapkan strategi-strategi yang dipakai oleh Majlis Ugama Singapura
ini, khususnya dalam penghimpunan Zakat. Walaupun sudah kita ketahui
bahwa perzakatan di Indonesia juga telah mengalami peningkatan
pengelolaan zakat yang baik.
3. Bagi kalangan Akademisi hendaknya memberikan pemikiran-pemikiran,
masukan dan ide-ide yang benilai baik dan cemerlang bagi perkembangan
zakat dunia, dan khususnya bagi negara Indonesia, sehingga diharapkan
lembaga-lembaga zakat yang ada dapat mencapai visi misi dan
tujuannnya.
4. Bagi masyarakat hendaknya untuk selalu mendukung setiap kegiatan atau
program-program dari lembaga-lembaga Zakat dan memberikan
kepercayaan yang lebih untuk mengelola dana zakat, infak, shadaqah dan
juga wakaf.
101
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta : UI-
Press, 2012
Ali, Nuruddin Mhd, Zakat dalam Kebijakan Fiskal. Jakarta: Raja Grafindo,
2006
Al-Qurthubi, al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an. Beirut Lebanon: Daar el-Kutub
„ilmiyyah, 1413 H/1993 M
Al-Zuhaily, Wahbah, Zakat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005
Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Hukum-Hukum Fiqih Islam Tinjauan
Antar Mazhab. Semarang : Pustaka Rizki Putra
Asqolani, Hafiz Ibnu Hajar, Bulugul Maram. Semarang: Toha Putra
Azizy, Ahmad Qodri Abdillah. Membangun Fondasi Ekonomi Umat Meneropong
Prospek Berkembangnya Ekonomi Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2004
Bakar HM, Abu dan Muhammad, Manajemen Orgnisasi Zakat. Malang: Madani,
2011
Bakar, Irfan Abu, dan Chaider S. Bamualim. Filantropi Islam dan Keadilan
Sosial. Jakarta: CSRC UIN Jakarta, 2006
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1989
Esposito, John L, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, jild 5. Bandung:
Mizan
Fakhruddin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia. Malang : 2008
Hafidhuddin, Didin , Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta : Gema Insani
Press, 2002
Hasanuddin. Manajemen Dakwah. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005
102
Hasan, Muhammad. Manajemen Zakat Model Pengelolaan Yang Efektif.
Yogyakarta : Idea Press, 2011
Hasibuan, Malayu S.P, Manajemen: Dasar, Pengertian. Jakarta: Bumi Aksara,
2009
Hertanto Widodo, Akuntansi dan Manajemen Keuangan untuk Organisasi
Pengelola Zakat. Bandung: Asy Syamil Press & Grafika, 2001
Hitami, Munzir, Sejarah Islam Asia Tenggara. Pekanbaru: Alaf Riau, 2006
Hooker, M. B, Islamic Law in South-East Asia. Singapore: Oxford University
Press, 1984
Ibnu Majah. Riyadh: Daar el-Salaam, 2000
Imam al-Baihaqi. Mekkah : Darul Baz, 1994
Kementerian Agama, Membangun Peradapan Zakat. Jakarta: Kementrian Agama
Republik Indonesia Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2012.
________________, Modul Penyuluhan Zakat. Jakarta: Kementerian Agama
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat
Pemberdayaan Zakat, 2013.
Kettani, Ali, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini. Jakarta: PT Grafindo
Persada
Khoo Kay Kim (ed), Malays / Muslim In Singapore: Selected Readings In History
1819-1965. Singapore: Pelanduk Publication, 2006
Mansurnoor, Arifin “Minoritas Islam” dalam Taufik Abdullah, Ensiklopedi
Tematis Dunia Islam, jilid 5. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve
Mas‟udi, Masdar F, Fathurrahman Djamil dkk, Reinterpretasi Pendayagunaan
ZIS Menuju Efektifitas Pemanfaatan Zakat, Infaq, Sedekah. Jakarta :
Piramedia, 2004
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003
Purwanto, April, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat.
Yogyakarta: Teras, 2009
103
Pusat Bahasa dan Budaya (PBB) UIN, Revitalisasi Filantropi Islam. Jakarta:
Pusat Bahasa dan Budaya UIN, 2005.
Qadir, Abduraahman, Zakat, dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1998.
Rasjid, H. Sulaiman , Fiqih Islam (hukum fiqih lengkap). Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2005.
Sabiq, Syaikh as-Sayyid, Panduan Zakat menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah,.
Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2005.
__________________, Fiqih Sunnah. Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006
Saefuddin, Ahmad Muflih, Pengelolaan Zakat ditinjau dari Aspek Ekonomi.
Bontang: Badan Dakwah Islamiyyah, LNG, 1989
Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Sakti, Ali. Analisis Teoritis Ekonomi Islam jawaban atas kekacauan ekonomi
modern. Jakarta : Paradigma & Aqsa Publishing, 2007.
Salusu, J, Pengambilan Keputusan Strategi untuk Organisasi Publik dan
Organisasi non Profit. Jakarta: PT. Grasindo, 2003
Semai, Syed Isa, Panduan Ibadah Zakat. Singapura : MUIS Pusat Islam
Singapura
Shahih Muslim. Riyadh: Daar el-Salaam, 2000.
Siddique, Sharon, “Posisi Islam di Singapura”, dalam Taufik Abdullah, ed.,
Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES, 1989
Widodo, Hertanto. Akutansi & Manajemen Keuangan untuk Organisasi Pengelola
Zakat. Bandung: Asy Syamil Press & Grafika, 2001
Weyland, Petra, Moeflich Hasbullah, Asia Tenggara Konsentrasi Baru
Kebangkitan Islam. Bandung: Fokus Media
Wiharyanto, Kardiyat, Perkembangan Singapur. Yogyakarta: IKIP Sanata
Dharma
104
Yasin, Ahmad Hadi, Panduan Zakat Dompet Dhuafa. Jakarta: Dompet Dhuafa
Republika, 2011
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat. Bogor: Pustaka Lintera Antar Nusa, 1996
Jurnal dan Skripsi
Amalia, Kasyful Mahali, Potensi dan Peranan Zakat Dalam Mengentaskan
Kemiskinan di Kota Medan, Jurnal Ekonomi tentang Zakat. 2011
Fahham, A Muchaddan, Paradigma Baru Pengelolaan Zakat di Indonesia, Jurnal
Kesejahteraan Sosial, Vol. III, No. 19/I/P3DI/Oktober/2011
Febrianti, Praktek Pengelolaan Zakat di Negara Muslim: Studi Kasus Pada
Negara Brunei Darussalam. Skripsi Mahasiswa Muamalat Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011
Juhari, Mohamad Shamsuri, Perceptions of Singaporean Malay-Muslim Youth
Participating ini Community Outreach Programmes: Capacity Building
for Critical Thinking?, thesis The University of Birmingham for the
degree of Doctor of Philosophy, 2011
Karim, Shamsiah Abdul, “Contemporary Shari‟a Compliance Structuring for the
Development and Management of Waqf Assets in Singapore,” Kyoto
Bulletin of Islamic Area Studies, (Tokyo: Bulletin of Islamic Area Studies)
Maret 2010
Kosim, Mohammad, Pendidikan Islam di Singapura: Studi Kasus Madrasah al-
Juneid al-Islamiyah, Jurnal Al-Tahir, No 2 November 2011
Osman, Mohamed Nawab Mohamed, “The Religio Political Activism of Ulama In
Singapura”, Jurnal Indonesia and Malay World, Volume 40, No 116
March 2012
Internet dan Media Lainnya
Website Bank Indonesia, http://www.bi.go.id
Website Majlis Ugama Islam Singapura, http://www.muis.gov.sg
Website Zakat MUIS, http://www.muis.gov.sg/zakat/index.html
http://www.singstat.gov.sg
105
http://www.axs.com.sg/axsNetwork_axsStation.php
http://www.eramuslim.com/berita/gerakan-dakwah/tak-adakumandang-adzan-di-
singapura.htm
http://www.segenggam-harapan.com/2012/07/sejarah-dan-perkembanganislam-
di.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Singapura
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/
MUIS Annual Report, Financial Highligts-Zakat Collection 2014
MUIS tentang Zakat dengan Giro
MUIS Zakat disbursement Brochure Final, 2011
Zakat Savings Brochure MUIS
Putusan dan Undang-Undang
Administration of Muslim Law Act (AMLA), Pasal 68 ayat 1 dan 2
Administration of Muslim Law Act (AMLA), Pasal 69 ayat 1
A Guide to Zakat, Fatwa MUIS
Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
LAMPIRAN
FATWA COMMITTEE
Dr. Mohamed Fatris Bakaram Chairman
Ustaz Irwan Hadi Mohd Shuhaimy Secretary
Ustaz Ali Mohamed Member
Ustaz Firdaus Yahya Member
Ustaz Mohamad Hasbi Hassan Member
Ustaz Kamsari Sanuh Member
Ustaz Murat Md Aris Associate Member
Ustaz Nazirudin Mohd Nasir Associate Member
Shaikh Syed Isa Semait Associate Member
Ustaz Mohammad Hannan Hassan Associate Member
Ustazah Sharifah Farah Aljunied Associate Member
Ustazah Nurul ‘Izzah Khamsani Associate Member
Ustazah Siti Nur Alaniah Abdul Wahid Associate Member
Ustaz Ahmad Haris Suhaimi Associate Member
Ustaz Badrul Fata Muhd Ridwan Associate Member
Ustaz Fathurrahman Dawoed Associate Member
Ustaz Muhammad Ma’az Sallim Associate Member
Ustaz Mohd Kamal Mokhtar Associate Member
Ustaz Mohamed Ali Associate Member
Ustaz Muhammad Hafizh Rapiee Associate Member
Ustaz Muhammad Saiful ‘Adli Ayob Associate Member
Ustaz Mohammed Suhaimi Mohamed Fauzi Associate Member
Ustaz Syed Ahmad Syed Mohd Associate Member
Ustaz Syed Mustafa Syed Ja‘afar Alsagoff Associate Member
POST GRADUATE SCHOLARSHIP COMMITTEE
Dr. Mohamed Fatris Bakaram Chairman
Dr. Albakri Ahmad Secretary
Assoc Prof. Syed Farid Alatas Member
Assoc Prof. Noor Aisha Abdul Rahman Member
Dr. Rufaihah Bte Abdul Jalil Member
WAKAF DISBURSEMENT COMMITTEE
Hj Raj Mohamad Maiden Chairman
Hj Abdul Razak Maricar Member
Hj Shafawi Ahmad Member
Hj Syed Haroon Aljunied Member
Nora Rustham Member
Imran Mohamed
Member
INVESTMENT COMMITTEE
Hj Asaad Sameer Ahmad Bagharib Chairman
Mr. Mohd Azam Abd Aziz Secretary
Hj Abdul Razak Maricar Member
Hj Syed Haroon Aljunied Member
Hj Zainol Abeedin Hussin Member
Dr. Abdul Razak Chanbasha Member
Mr. Sani Hamid Member
ZAKAT & FITRAH COMMITTEE
Hj Mohd Alami Musa Chairman
Hj Abdul Razak Maricar Secretary
Dr. Mohamed Fatris Bakaram Member
Ustaz Pasuni Maulan Member
Mdm Moliah Hashim Member
Ustaz Dr Firdaus Yahya Member
Dr. Rufaihah Abdul Jalil Member
Nora Rustham Member
JOINT MADRASAH SYSTEM BOARD OF GOVERNERS (BOG)
Hj. Abdul Razak Maricar Chairman
Dr. Mohamed Fatris Bakaram Member Madrasah Aljunied
Mr. Razak Mohammed Lazim Member Madrasah Al-Arabiah, & Irsyad Zuhri
Ustaz Pasuni Maulana Member Madrasah Aljunied & Irsyad Zuhri
Ustaz Shaikh Hussain Shaik Yacob Member Madrasah Al-Arabiah
Mr. Buang Abdul Rashid Member Madrasah Al-Arabiah
Mr. Gazali Alistar Member Madrasah Al-Arabiah
Hj. Shaikh Mohd Iqbal Member Madrasah Al-Arabiah
Ustaz Firdaus Yahya Member Madrasah Aljunied
Mr. Abdul Azim Abdul Kadir Member Madrasah Aljunied
Mr. Abdullah Ahmad Member Madrasah Aljunied
Mr. Abdullah Hussain Member Madrasah Aljunied
Ustaz Murat Md. Aris Member Madrasah Irsyad Zuhri
Ustaz Mohd Haniff Hassan Member Madrasah Irsyad Zuhri
Hj. Shafawi Ahmad Member Madrasah Irsyad Zuhri
Mr. Moiz Tyebally Member Madrasah Irsyad Zuhri
DOKUMENTASI-DOKUMENTASI
Foto Wawancara dengan Haji Dr. K.M Deen, Ph.D (kiri) dan Penulis (sebelah kanan)
Foto ketika usai wawancara dengan Haji Dr. K.M Deen, Ph.D
Foto di Masjid Sultan bersama kawan dari Turki Foto di Asrama Tahfidz (I-Read Qur’an Centre) Singapura
Foto Penulis (kiri) bersama Arif Rahman Taba (Tengah) dan Kawan dari Indonesia (kanan)