Upload
others
View
25
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI FUNDRAISING DANA ZAKAT,
INFAQ, DAN SHADAQAH (ZIS) DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KEPERCAYAAN MUZAKKI
PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT HARAPAN
DHUAFA (LAZ HARFA) BANTEN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Disusun Oleh:
Muhamad Asep Syaifulloh
NIM: 11140530000094
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2020 M/1442 H
i
ABSTRAK
Muhamad Asep Syaifulloh, 11140530000094, Strategi
Fundraising Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) Dalam
Upaya Meningkatkan Kepercayaan Muzakki Pada Lembaga
Amil Zakat (LAZ) Harapan Dhuafa (HARFA) Banten Tahun
2017-2019, di Bawah Bimbingan Drs. Sugiharto, MA, CM.
Strategi fundraising merupakan kegiatan penghimpunan yang
dilakukan oleh setiap organisasi dengan target yang ditetapkan.
Perkembangan zakat di Indonesia terus meningkat, karena
banyaknya lembaga pengelola zakat yang di dirikan oleh
pemerintah dan swasta. Banyaknya lembaga pengelola zakat yang
profesional tidak lepas dari besarnya potensi zakat. Diperlukan
strategi dalam meningkatkan minat masyarakat agar supaya dapat
mengalokasikan dana ZISWAF kepada lembaga zakat.
LAZ HARFA merupakan salah satu lembaga nirlaba yang
bergerak dalam pengelolaan dana zakat. Maka dari itu LAZ
HARFA sudah semestinya memiliki strategi dalam meningkatkan
minat masyarakat untuk berzakat. Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk menganilisis penerapan strategi fundraising pada
LAZ HARFA.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan
menggunakan data primer dan sekunder yang bersumber dari hasil
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian pada LAZ HARFA menyatakan bahwa
strategi fundraising dana ZIS dalam meningkatkan jumlah
muzakki yaitu: Menciptakan program, Promosi, Kerjasama
program, dan Maintenance muzakki. Kemudian dilanjutkan pada
evaluasi berdasarkan analisis SWOT. Dapat disimpulkan, bahwa
strategi fundraising dalam meningkatkan kepercayaan muzakki
pada LAZ HARFA Banten terlakasana dengan baik serta efektif
untuk dilanjutkan pada tahun yang akan datang.
Kata kunci : Strategi, Fundraising, Zakat, Infaq, Shadaqah,
Muzakki, dan LAZ HARFA.
ii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas hidayah dan
inayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW yang selalu menjadi panutan bagi
umatnya dan semoga selalu istiqomah di jalan-Nya.
Atas izin Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Strategi Fundraising Dana Zakat, Infaq, dan
Shadaqah (ZIS) Dalam Upaya Meningkatkan Kepercayaan
Muzakki Pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Harapan Dhuafa
(HARFA) Banten Tahun 2017-2019”. Skripsi ini dibuat untuk
memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada
Program Studi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan bantuan dan dukungan dalam proses pembuatan
skripsi ini hingga sampai terselesaikan, oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih banyak atas bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanudin Umar Lubis, MA selaku
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Wakil Dekan I, ibu Dr. Siti
Nafsiyah, MSW. Wakil Dekan II, bapak Dr. Sihabuddin
Noor, MA. Wakil Dekan III, bapak Drs. Cecep
Castrawijaya, MA.
iii
3. Bapak Drs. Sugiharto, MA, CM. Sebagai Ketua Program
Studi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
selaku dosen pembimbing skripsi. Terimakasih banyak
atas semua motivasi dan bimbingan yang diberikan kepada
kami.
4. Bapak Amirudin M.Si. selaku Sekretaris Program Studi
Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima
kasih banyak atas bimbingan yang diberikan kepada kami.
5. Tim Penguji Sidang Skripsi. Penguji 1, Bapak Dr. H. M.
Sungaidi, MA. Penguji 2, Ibu Dra. Hj. Jundah, MA. Ketua
Sidang, Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA. dan
Sekretaris Sidang, Bapak Amirudin, M.Si.
6. Seluruh Dosen Jurusan Manajemen Dakwah yang telah
memberikan pengajaran dan pembelajaran, baik teori
maupun praktek. Semoga ilmu yang diberikan dapat
bermanfaat untuk orang lain.
7. Seluruh staff Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
melayani perihal administrasi.
8. Bapak Marjaya, S.Pd. selaku Kepala Divisi SDM LAZ
HARFA Banten dan seluruh staff di LAZ HARFA atas
bantuan yang telah bersedia penulis wawancarai dan
dimintai tolong untuk menyuguhkan data-data yang
berkaitan dengan penelitian ini.
iv
9. Bapak Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, MA. dan Bapak
Saprudin, M.Pd. atas bantuan, doa, serta dukungan kepada
penulis dalam menyelesaikan pembuatan skripsi.
10. Ayahanda (alm) H. Yusman Ruhyat, S.Pd., S.E., M.Si.,
Ibunda HJ . Jumrah, kakak, serta saudara. yang telah
memberikan restu, dan doa, serta sabar, dan ikhlas
mendukung hingga penulis dapat menyelesaikan studi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Siti Nur Kartika Sari, S.IP. Selaku partner yang selalu
memberikan dukungan, doa, semangat, dan motivasi serta
saran kepada penulis sehingga memberikan semangat
penulis untuk menyelesaikan proses pembuatan skripsi ini.
12. Rekan-rekan terbaik Jurusan Manajemen Dakwah
khususnya Konsentrasi Manajemen ZISWAf yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi
rasa terima kasih penulis kepada semuanya.
Semoga Allah SWT membalas seluruh kebaikan pihak-
pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.
v
DAFTAR ISI
Abstrak............................................................................................i
Kata Pengantar...............................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................v
Daftar Tabel..................................................................................ix
Daftar Gambar..............................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN............................................................1
A. Latar Belakang...........................................................1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah.......................9
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian...............................10
D. Metodologi Penelitian..............................................11
E. Tinjauan Pustaka......................................................15
F. Sistematika Penulisan..............................................17
BAB II LANDASAN TEORI.....................................................19
A. Konsep Strategi........................................................19
1. Pengertian Strategi.............................................19
2. Fungsi Strategi....................................................21
3. Faktor – Faktor Strategi......................................22
4. Tingkatan Strategi..............................................24
5. Tahapan Strategi................................................25
vi
B. Konsep Fundraising.................................................28
1. Pengertian Fundraising......................................28
2. Tujuan fundraising.............................................29
3. Metode Fundraising...........................................33
4. Strategi Fundraising...........................................35
C. Konsep Zakat, Infaq, dan Shadaqah.........................37
1. Pengertian Zakat................................................37
2. Hukum Zakat.....................................................39
3. Macam – Macam Zakat......................................42
4. Pengertian Infaq.................................................49
5. Pengertian Shadaqah..........................................51
D. Konsep Lembaga Amil Zakat (LAZ) ......................52
1. Pengertian LAZ..................................................52
2. Syarat – Syarat LAZ...........................................53
3. Tujuan dan Fungsi LAZ.....................................54
E. Muzakki...................................................................55
F. Kepercayaan............................................................58
1. Pengertian Kepercayaan....................................58
2. Faktor – Faktor Pembentukan Kepercayaan......59
3. Jenis – Jenis Kepercayaan..................................60
vii
BAB III GAMBARAN UMUM LAZ HARFA BANTEN.......62
A. Sejarah Berdirinya LAZ HARFA..........................62
B. Visi dan Misi LAZ HARFA..................................65
C. Struktur Kepengurusan LAZ HARFA..................66
D. Legal Formal LAZ HARFA..................................68
E. Program – Program LAZ HARFA........................69
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN......................76
A. Strategi Fundraising LAZ HARFA..........................76
1. Direct Fundraising.............................................77
2. Indirect Fundraising...........................................80
B. Implementasi Strategi Fundraising LAZ HARFA...85
1. Layanan Administrasi LAZ HARFA.................85
2. Layanan Muzakki..............................................86
3. Layanan Pembayaran ZIS..................................86
4. Layanan Jumput Zakat.......................................88
C. Rekapitulasi Penghimpunan dan Jumlah Muzakki...90
1. Rekapitulasi Hasil Penghimpunan.....................90
2. Rekapitulasi Pencapaian Jumlah Muzakki.........91
viii
BAB V ANALISIS STRATEGI FUNDRAISING LEMBAGA
AMIL ZAKAT HARAPAN DHUAFA (LAZ HARFA)
BANTEN........................................................................98
A. Strategi Fundraising LAZ HARFA..........................98
B. Implementasi Strategi Fundraising........................102
C. Evaluasi Berdasarkan Analisis SWOT pada Strategi
Fundraising dalam Meningkatkan Kepercayaan
Muzakki.................................................................111
BAB VI PENUTUP..................................................................136
A. Kesimpulan ...........................................................136
B. Saran......................................................................138
DAFTAR PUSTAKA...............................................................140
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
No Tabel Keterangan
Tabel 3.1 Jumlah Penerima Manfaat Tahun 2017 - 2019.....74
Tabel 4.1 Jumlah Penghimpunan Dana ZIS.........................90
Tabel 4.2 Jumlah Muzakki Tahun 2017...............................91
Tabel 4.3 Grafik Jumlah Muzakki Tahun 2017....................92
Tabel 4.4 Jumlah Muzakki Tahun 2018...............................93
Tabel 4.5 Grafik Jumlah Muzakki Tahun 2018....................94
Tabel 4.6 Jumlah Muzakki Tahun 2019...............................94
Tabel 4.7 Grafik Jumlah Muzakki Tahun 2019....................95
Tabel 4.8 Jumlah Muzakki Tahun 2017 - 2019....................96
Tabel 5.1 Program LAZ HARFA.......................................102
Tabel 5.2 Pengelompokan Strategi Promosi......................106
Tabel 5.3 Pembobotan Faktor Internal...............................117
Tabel 5.4 Perhitungan Skala Bobot....................................118
Tabel 5.5 Matrik IFAS Strength (kekuatan).......................119
Tabel 5.6 Matrik IFAS Weakness (kelemahan).................120
Tabel 5.7 Pembobotan Faktor Eksternal............................122
Tabel 5.8 Perhitungan Skala Bobot....................................123
x
Tabel 5.9 Matrik EFAS Opportunity (peluang)..................124
Tabel 5.10 Matrik EFAS Threat (ancaman).........................125
Tabel 5.11 Matrik SWOT....................................................130
xi
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Keterangan
Gambar 3.1 Struktur Kepengurusan LAZ HARFA..................67
Gambar 4.1 Facebook LAZ HARFA......................................82
Gambar 4.2 Twitter LAZ HARFA...........................................83
Gambar 4.3 Instagram LAZ HARFA......................................84
Gambar 4.4 WhatsApp LAZ HARFA.....................................84
Gambar 5.1 Diagram Analisis SWOT...................................127
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang memberikan pandangan,
keyakinan, dan jalan hidup bagi manusia agar mampu
mengatasi segala masalah di dunia. Dalam ajarannya, Islam
tidak hanya memperhatikan hubungan antara manusia dengan
tuhannya (Habluminallah), akan tetapi Islam juga sangat
memperhatikan hubungan antara manusia dengan sesamanya
(Habluminannas). Dengan sangat memperhatikan dalam hal
kesejahteraan melalui perekonomian.
Salah satu permasalahan yang terjadi dilingkungan
masyarakat saat ini ialah kemiskinan. Kemiskinan merupakan
kondisi hidup seseorang yang serba kekurangan dan karena hal
ini juga tidak sedikit orang jatuh peradabannya hanya karena
kemiskinan serta dapat membahayakan akidah, akhlak,
kelogisan berfikir suatu masyarakat ataupun keluarga.1
Pada era saat ini adanya kesenjangan sosial yang
merupakan salah satu persoalan dalam paradigma ekonomi di
berbagai Negara khususnya Indonesia sebagai Negara
Berkembang. Munculnya kesenjangan ekonomi akan
menimbulkan masalah lain yang akan bermunculan, seperti
penduduk miskin bertambah, pengangguran meningkat,
1 Yusuf Qardawi, “Dauru Al-Zakat fi ‘illaj Al-Musykilat Al-
Iqtishodiyah” diterjemahkan oleh Sari Nurlita, Spektrum Zakat Dalam
Membangun Ekonomi Kerakyatan, cet. 2 (Jakarta: Zikrul Hakim, 2005),
h. 21-27
2
tingkat kejahatan meningkat, kualitas pendidikan menurun,
kemampuan daya beli masyarakat menurun.2
Sehingga fenomena yang terjadi di lingkungan masyarakat
yaitu antara si kaya dan si miskin selalu memunculkan
perbedaan antara keduanya. Orang yang kaya selalu
bergelimangan harta dan kemewahan, sedangkan yang miskin
hidup serba kekurangan. Oleh karena itu, Islam datang
membawa risalah persamaan hak dan kewajiban antar sesama
manusia. Tiada yang membedakan antara si kaya dan si miskin,
kecuali ketaqwaannya. Tiada kemuliaan bagi orang kaya atau
miskin, melainkan harus menunaikan zakatnnya kepada yang
berhak menerima sampai benar-benar tidak ada sekat antara
yang kaya dan miskin.3
Penduduk Indonesia yang mayoritas beragam Islam,
bertahun-tahun mendambakan upaya pemberdayaan ekonomi
umat yang lebih sistematis, transparan, dan modern namun
sesuai dengan syariat Islam. Salah satu bentuk kegiatan syariah
Islam yang dapat digunakan untuk meningkatkan ekonomi
umat adalah zakat. Maka dengan demikian, Islam dapat
memberikan solusi dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Dalam Islam zakat termasuk salah satu dari rukun Islam
yang sangat berperan penting sebagai instrument dalam
perekonomiaan Islam. Maka zakat dapat dijadikan sebagai
instrument keuangan dalam rangka pemerataan pendapatan
2 Nurul Huda, dkk, Ekonomi Pembangunan Islam, (Jakarta: Kharisma
Putra Utama, 2015), h.10 3 M. Masrur Huda, Syubhat Seputar Zakat, (Solo: Tinta Medina,
2012), h.7
3
dan pengurangan kemiskinan dapat menjadi sebuah instrument
baru dalam menciptakan pembangunan ekonomi yang lebih
berkeadilan.4 Kewajiban dalam berzakat hanya dapat
dilakukan oleh para aghniya, yaitu orang yang dipandang kaya
menurut aturan syara’ wajib membayar zakat (muzakki)
kepada mereka yang tergolong orang-orang miskin sesuai
pedoman syari’ (fuqoro) yang telah dikategorikan dalam
delapan golongan penerima (Mustahik).5
Zakat memiliki peran sangat penting dalam Islam, sehingga
para ulama ada yang mensejajarkan antara zakat dan shalat.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah
ayat 43:
كوة لوة وءاتوا ٱلز قيموا ٱلص ٤٣ٱركعوا مع ٱلركعين و وأ
Terjemahan:
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah
beserta orang-orang yang ruku’ “. (QS. Albaqarah [2]:43).6
Maka zakat merupakan suatu kewajiban bagi seorang
mukmin yang memenuhi syarat-syarat syariah Islam sebagai
orang yang telah diwajibkan berzakat (muzakki) untuk
mengeluarkan sebagian hartanya guna diberikan kepada para
4 Nurul Huda, dkk, Ekonomi Pembangunan Islam, (Jakarta: Kharisma
Putra Utama, 2015), h. 133 5 Lili Briadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat & Wirausaha,
(Jakarta: CED, 2005), h. 1 6 Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, (Bandung:
CV. Diponegoro, 2010). Q.S Al-Baqarah [2]:43
4
penerima zakat (mustahik) yang telah di tetapkan Syariah
Islam.7 Terdapat suatu perintah dalam Al-Qur’an untuk
mengumpulkan zakat terhadap para muzakki agar dana zakat
yang terkumpul dapat bermanfaat bagi kemaslahatan umat.
Allah SWT berfirman dalam surat At-Taubah ayat 103:
عليهم يهم بها وصل رهم وتزك مولهم صدقة تطه
خذ من أ
سم هم وٱلل ١يع عليم إن صلوتك سكن ل
Terjemahan:
“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan
mereka serta mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-
Taubah [9]:103).8
Dari ayat di atas telah kita ketahui bersama, bahwa Allah
SWT memerintahkan kepada hambanya khususnya bagi para
muzakki untuk menunaikan zakat. Seseorang yang membayar
zakat karena keimanannya niscaya akan memperoleh
kebaikan yang banyak, karena jiwa dan hartanya menjadi suci
dan bersih.9 Potensi zakat dapat mendukung terwujudnya
sistem kemasyarakatan Islam yang berdiri atas prinsip-prinsip:
7 Lili Bariadi, Muhammad Zen, Zakat & Wirausaha, (Jakarta: CED,
2005) h. 6 8 Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, (Bandung:
CV. Diponegoro, 2010). Q.S At-Taubah: [9]:103 9 Yeti Priyatna Sari, Zakat Pajak dan Lembaga Keuangan Islam
Dalam Tinjauan Fiqih, (Solo: Era Intermedia, 2004), h. 15
5
umat yang satu (ummatan wahidah), persamaan derajat, dan
kewajiban (musawamah), Persaudaraan Islam (ukhuwah
Islamiyah), dan tanggung jawab bersama (takaful ijti’ma).
Zakat dapat menjadi unsur penting untuk mewujudkan
keseimbangan pada pendistribusian harta (sosial distribution),
dan keseimbangan tanggung jawab bagi individu terhadap
masyarakat.10
Dengan begitu perlu adanya pengelolaan dana ZIS (zakat,
infaq, dan shadaqah) dengan baik dan benar, agar dapat
terwujudnya kesejahteraan bagi umat muslim khususnya
masyarakat Indonesia. Perlu diketahui, dahulu pengelolaan
dana ZIS dilakukan menggunakan metode klasik, yakni
dengan cara diberikan kepada seorang amil yang sudah
dipercaya dan diamanahkan untuk mengelola dana tersebut.
Akan tetapi proses pengelolaan dana ZIS dengan
menggunakan metode tersebut kurang optimal dalam
meningkatkan peras ZIS dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, karena kurangnnya sosialisasi akan pentingnya
berzakat, serta kurangnnya pelaporan dana ZIS dalam proses
pengelolaan tersebut. Sehingga dapat mengakibatkan
rendahnya ketertarikan umat muslim untuk mengeluarkan ZIS
dan hilangnnya kepercayaan para muzakki terhadap seorang
amil. Jika proses pengelolaan tersebut terus belanjut, maka
10 Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat & Wirausaha,
(Jakarta: CED, 2005), h. 7
6
yang terjadi dalam pengelolaan ZIS dari mulai penghimpunan
sampai pendistribusian ZIS tidak maksimal.
Menurut informasi dari para peneliti, perkembangan zakat
di Indonesia terus meningkat, karena dapat dilihat dari
banyaknya lembaga pengelola zakat yang di dirikan oleh
pemerintah dan swasta. Banyaknya lembaga pengelola zakat
yang profesional tidak lepas dari besarnya potensi zakat. Maka
dengan adanya Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 saat ini
tidak cukup untuk mengatur perkembangan potensi zakat di
Indonesia, sehingga komisi VIII DPR RI telah merumuskan
kembali Undang-Undang pengelolaan dana zakat yaitu,
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011, serta Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono telah menandatangani peraturan
pemerintah No. 14 Tahun 2014 tentang pelaksanaan Undang-
Undang tersebut pada 14 Februari 2014.11
Peran dari sebuah lembaga amil zakat selain mengelola
dana ZIS, yaitu dapat memberikan motivasi dan ajakan kepada
para muzakki untuk mengeluarkan sebagian harta yang mereka
miliki untuk di zakatkan agar dapat bermanfaat bagi para
mustahik yang akan menjadi suatu amal jariah sebagai sebagai
bekal di akhirat. Untuk itu perlu adanya sosialisasi dengan
memberikan pemahaman akan pentingnya menunaikan zakat,
karena aspek pemahaman tentang tata cara berzakat sangat
11 Iffatul Auliyaa’ Alwi, Optimalisasi Penghimpunan dan
Pendistribusian Zakat Yang Memberdayakan Di Yayasan Dana Sosial Al-
Falah(YDSF) Surabaya, (Skripsi, UIN Sunan Ampel:2014), h. 6.
7
luas. Selain itu, dana ZIS diharapkan dapat memberikan
manfaat dan memberdayakan para mustahik, agar dapat
merubah kehidupan mustahik menjadi mandiri dan sejahtera
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kata lain,
pengelolaan dana ZIS yang baik dapat mengubah seorang
mustahik menjadi muzakki.
Dengan begitu, Negara Indonesia yang merupakan salah
satu Negara dengan memiliki jumlah penduduk mayoritas
muslim terbesar, sehingga zakat sangat memiliki pengaruh
besar untuk membantu perekonomian Negara agar dapat
mengurangi kesenjangan ekonomi yang terjadi dilingkungan
masyarakat. Dengan demikian, peran zakat yang dilibatkan
langsung terhadap masyarakat akan membantu menstabilkan
kesenjangan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Secara garis
besar tugas lembaga pengelola zakat adalah penghimpunan,
pengelolaan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,
infaq, shadaqah, dan wakaf.12
Fundraising dapat diartikan sebagai kegiatan dalam rangka
menghimpun dana dari masyarakat dan sumber daya lainnya
baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan, dan
pemerintah. Lalu dana tersebut akan digunakan untuk
membiayai segala bentuk program kegiatan suatu organisasi
tertentu.
12 Tim Penyusun Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat Islam
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Panduan Organisasi Pengelola Zakat,
(Jakarta: CV Refa Bumat Indonesia, 2013), h. 62
8
Menurut Hamid Abidin, strategi fundraising merupakan
sebuah alat analisis yang digunakan untuk mengenali sumber
pendanaan yang memiliki potensial, menerapkan metode
fundraising yang baik dan selalu mengevaluasi kemampuan
organisasi dalam mobilisasi sumber dana.13 Secara tidak
langsung dengan strategi fundraising yang baik akan menjadi
sebuah proses untuk mempengaruhi masyarakat baik secara
individu atau melalui tokoh masyarakat sebagai perwakilan
dari masyarakat maupun organisasi agar supaya dapat
menyalurkan dana zakat kepada organisasi penglola zakat.14
Namun pada kesempatan ini, penulis akan mengkaji secara
teoritis tentang strategi fundraising dana ZIS terhadap salah
satu lembaga zakat, yaitu Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Harapan Dhuafa (HARFA). LAZ Harapan Dhuafa merupakan
lembaga non profit yang berkonsentrasi pada pemberdayaan
kaum dhuafa sejak tahun 2004. Melalui pengelolaan zakat,
infaq, shadaqah, wakaf, dan dana sosial lainnya.15
13 Hamid Abidin, dkk, Membangun Kemandirian Perempuan Potensi
dan Pola Derma untuk Pemberdayaan Perempuan, Serta Strategi
Penggalangnnya, (Depok: Piramedia, 2009), h. 134 14 April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi
Pengelolaan Zakat, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 12 15 https://lazharfa.org/tentang-harfa/, diakses pada tanggal 18 Oktober
2019
9
Dengan demikian, penulis tertarik untuk meneliti, dan
menjelaskannya dalam bentuk skripsi yang berjudul: Strategi
Fundraising Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS)
Dalam Upaya Menigkatkan Kepercayaan Muzakki Pada
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Harapan Dhuafa (HARFA)
Banten.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan mengenai zakat,
infaq, dan shadaqah (ZIS), maka penulis akan membatasi
permasalahan yang akan di bahas agar penelitian ini
terfokus dan tidak terlalu meluas, maka perlu adanya
batasan masalah. Adapun pembatasan permasalahan
penulis membatasinya, pada:
a. Penelitian membahas terkait strategi fundraising
dalam upaya menigkatkan kepercayaan muzakki.
b. Objek penelitian dilakukan pada Lembaga Amil Zakat
(LAZ) Harapan Dhuafa (HARFA).
c. Data penelitian yang teliti pada tahun 2017-2019.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Apa strategi fundraising yang diterapkan di LAZ
HARFA kepada para muzakki?
10
b. Bagaimana implementasi strategi fundraising dana ZIS
di LAZ HARFA dalam meningkatkan kepercayaan
para muzakki?
c. Bagaimana evaluasi berdasarkan analisis SWOT pada
strategi fundraising dalam meningkatkan kepercayaan
muzakki di LAZ HARFA?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari batasan dan perumusan masalah yang telah
diuraikan diatas, maka dapat diketahui tujuan dari
penulisan ini adalah:
a. Untuk mengetahui apa saja strategi fundraising dana
ZIS di LAZ HARFA.
b. Untuk mengetahui bagaimana implementasi strategi
fundraising dalam meningkatkan kepercayaan para
muzakk pada LAZ HARFA.
d. Untuk mengetahui evaluasi berdasarkan analisis
SWOT pada strategi fundraising dalam meningkatkan
kepercayaan muzakki di LAZ HARFA.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi Akademik
Dengan adanya penelitian ini, agar dapat menambah
pengetahuan tentang manajemen pengelolaan dan ZIS
sekaligus mengamalkan teori-teori yang telah
dipelajari dalam perkuliahan, serta dapat dijadikan
11
sebagai bahan acuan bagi generasi berikutnya untuk
melanjutkan dan mengkaji lebih dalam tentang zakat.
b. Bagi Praktisi
Secara praktisi hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pemikiran tentang bagaimana cara
strategi fundraising dalam meningkatkan pendapatan
dana serta kepercayaan muzakki.
c. Penelitian ini dapat diharapkan menjadi bahan
pertimbangan bagi lembaga terkait agar mampu
mempertahankan dan meningkatkan kinerja yang
sudah baik agar menjadi lebih baik lagi dan
memaksimalkan kinerja yang belum optimal.
D. Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan seperangkat pengetahuan
tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian
data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah,
dianalisa, dan diambil kesimpulan.16
1. Jenis Penelitian
Jenis dalam penelitian yang dilakukan, penulis
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu
dengan menggunakan metode tertulis atau lisan. Merujuk
pendapat Bogdan dan Taylor mendefinisikan metologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan.17
16 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta:
Logos, 1999), cet ke-2, h. 1. 17 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2012), h. 3.
12
Penelitian kualitatif dengan jenis metode
deskriptif, yaitu masalah yang memadukan peneliti untuk
mengeksplorasi dan memotret situasi yang akan di teliti
secara menyeluruh, luas, dan mendalam.18
2. Sumber Data
Data adalah yang sangat penting dalam sebuah
penelitian karena bila tidak ada data, maka penelitian tidak
dapat dilakukan. Dari sekian banyak data yang
diperolehnya hanya data-data penting sajalah yang penulis
ambil agar arah penelitian tetap pada jalurnya dan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Dalam penyusunan
skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis sumber data,
yaitu:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang langsung
diperoleh dari hasil wawancara. Wawancara dapat
dipandang sebagai metode pengumpulan data sepihak
yang dikerjakan secara sistematis berlandaskan pada
tujuan penelitian. Diaman data ini tertuang dalam
item-item pertanyaan yang dihasilkan dari hasil
wawancara dengan responden.
18 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: CV. Alfabeta, 2009)
13
b. Data Sekunder
Adapun data sekunder merupakan data pendukung
dan pelengkap data penelitian. Data tersebut diperoleh
dari data atau informasi dari buku, jurnal, surat kabar,
artikel, atau internet. Selain itu juga diperoleh dari
literatur-literatur kepustakaan dan sumber lainnya
yang berkaitan dengan materi skripsi ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data.19
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan:
a. Library Research (Penelitian Pustaka)
Dalam riset kepustakaan ini penulis membaca,
meneliti, dan mempelajari bahan-bahan tertulis seperti
majalah, buku, artikel, jurnal, dan informasi tertulis
lainnya. Khususnya yang berhubungan dengan proses
pengelolaan dana ZIS. Berdasarkan riset yang
dilakukan akan mendapatkan sebuah konsep, teori, dan
definisi yang akan dipergunakan oleh penulis sebagai
dasar pemikiran dan analisa melalui proses penulisan.
Dari data yang didapatkan menggunakan riset ini
merupakan data sekunder.
19 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2005), h. 62
14
b. Field Research (Penelitian Lapangan)
Dalam penelitian lapangan yang dilakukan, peneliti
berupaya untuk mendapatkan data primer dengan
menggunakan beberapa metode diantaranya:
1. Observasi
Observasi merupakan metode mengumpulkan data
dengan mengamati langsung dilapangan. Dalam
hal ini penulis mengadakan pengamatan secara
cermat dan sistematik.20 Dalam penelitian ini
penulis mengamati secara langsung apa yang bisa
dilihat, dan dingar yang nantinya, akan penulis
tuangkan pada skripsi ini.
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu bagian yang
terpenting dari setiap survei, wawancara juga
merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi.
3. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data-data yang di perlukan dengan
cara mencari data dookumentasi tentang strategi
zakat untuk menignkatkan kepercayaan muzakki.
20 Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis”, (Bandung: Alfabeta, 2007),
h. 105.
15
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang penulis pergunakan
adalah metode analisis kualitatif deskriptif. Setelah data
diperoleh dari kegiatan wawancara dan observasi. Maka
langkah selanjutnya adalah menganalisa hasil wawancara.
Analisa data merupakan proses percandraan (description)
dan penyusunan transkip interview. Data-data yang telah
terkumpul dianalisis dalam terminologi dengan
kesimpulan deskriptif.
5. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman
dan mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta” yang di terbitkan oleh CEQDA,
April 2007, cet. Ke-1.
E. Tinjauan Pustaka
1. Adi Agustiansyah, (1112053000002) jurusan Manajemen
Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Manajemen Zakat,
Infaq, dan Shadaqah Pada Lazis Fathullah UIN
Jakarta.” Persamaan dari peneliti ini, sama-sama
membahas terkait pengelolaan dana ZIS, sedangkan
perbedaan dari peneliti ini yaitu segi pembahasan, jika
peneliti sebelumnnya membahas terkait manajemen ZIS,
lain halnya dengan pembahasan peneliti saat ini terkait
strategi fundraising. Dari segi objek penelitiannya pun
16
berbeda, jika peneliti sebelumnya di LAZIS Fathullah UIN
Jakarta, sedangkan peneliti saat ini di LAZ HARFA.
2. Iffatul Auliyaa’ Alwi, (C74210184), jurusan Ekonomi
Islam, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel.
“Optimalisasi Penghimpunan dan Pendistribusian
Zakat Yang Memberdayakan di Yayasan Dana Sosial
Al-Falah (YDSF) Surabaya.” Pada skripsi mahasiswa
UIN Sunan Ampel ini penulis membahas terkait proses
optimalisasi pengelolaan zakat mulai dari penghimpunan
sampai pendistribusian.
Persamaan yang ada antara skripsi saat ini dengan
sebelumnya ialah terkait penghimpunan dana ZIS.
Sedangkan perbedaan dengan penelitian saat ini, yaitu dari
segi pembahasan, peneliti sebelumnnya membahas terkait
optimalisasi penghimpunan sedangkan pembahasan saat
ini terkait strategi fundraising dana ZIS.
3. Aprizal (1110053000060) jurasan Manajemen Dakwah,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. “Strategi Fundraising Dalam
Meningkatkan Penerimaan Dana Zakat Pada Lembaga
Amil Zakat Al-Azhar Peduli Ummat.” Persamaan dari
peneliti ini, sama-sama membahas terkait strategi
fundraising, sedangkan perbedaan dari peneliti ini dari
segi pembahasan peneliti sebelumnya membahas terkait
peningkatan penerimaan dana zakat, sedangkan peneliti
saat ini terkait peningkatan kepercayaan muzakki. Dari
segi objek penelitiannya pun berbeda, jika peneliti
17
sebelumnya di LAZ Al-Azhar sedangkan peneliti saat ini
di LAZ HARFA.
4. Muhammad Fikry (1112053000042) jurusan Manajemen
Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Strategi Fundraising
Dana ZIS Pada LAZIS MD Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.”
Persamaan dari peneliti ini, sama-sama membahas terkait
strategi fundraising, sedangkan perbedaan dari peneliti ini
yaitu segi objek penelitiannya berbeda, jika peneliti
sebelumnya di LAZIS MD Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, sedangkan peneliti saat ini di LAZ
HARFA.
F. Sistematika Penulisan
Sistem penulisan skripsi adalah merupakan hal yang
penting karena mempunyai fungsi untuk menyatakan garis-
garis besar dari masing-masing bab yang saling berkaitan dan
berurutan. Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas,
mempermudah pembaca pada setiap permasalahan yang
dikemukakan. Adapun perinciaan lima bab tersebut adalah:
BAB I Pendahuluan, bab ini berisi tentang: Latar
Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, dan Manfaat Penelitian, Metodologi
Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis, bab ini berisi tentang:
pengertian ZIS, syarat-syarat ZIS, dasar Hukum
18
ZIS, macam-macam Zakat, bagaimana proses
strategi fundraising dana ZIS.
BAB III Gambaran umum Lembaga Amil Zakat Harapan
Dhuafa, bab ini berisi tentang: gambaran umum
mengenai Lembaga Amil Zakat Harapan
Dhuafa, Visi, Misi dan Tujuan, proses
pelaksanaan ZIS pada Lembaga Amil Zakat
harapan Dhuafa.
BAB IV Temuan dan Analisis Data, bab ini berisi
tentang: Proses pelaksanaan strategi fundraising
ZIS pada Lembaga Amil Zakat Harapan Dhuafa.
BAB V Penutup, bab ini berisi tentang: Kesimpulan dan
Saran, Daftar Pustaka, dan Lampiran-Lampiran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Strategi
1. Pengertian Strategi
Secara etimologi, strategi berasal dari bahasa
yunani, strategos yang berarti jendral. Strategi pada
mulanya berasal dari peristiwa peperangan yaitu sebagai
sesuatu siasat untuk mengalahkan musuh. Namun pada
akhirnya strategi berkembang untuk semua kegiatan
organisasi termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya,
dan agama.1
Menurut Kamus Besar-Bahas Indonesia (KBBI),
strategi memiliki arti sebagai berikut:2
a. Ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa untuk
melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan
damai.
b. Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk
menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang
menguntungkan.
c. Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran khusus.
d. Tempat yang baik menurut siasat perang.
1 Rafi’udin dan Manna Abdul Djaliel, Prinsip Dan Strategi Dakwah,
(Bandung: Pustaka Setia, 1997), h.76 2 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 1376-1377
20
Menurut Fred R. David, strategi adalah cara untuk
mencapai tujuan-tujuan jangka panjang.3
Menurut Malayu S.P Hasibuan, pada dasarnya
strategi adalah cara yang harus dilakukan agar memperoleh
hasil yang optimal, efektif dan dalam jangka waktu yang
relatif singkat serta tepat menuju mengambil langkah-
langkah perbaikan jika diperlukan.4
Menurut Stephani K. Marrus dikutip oleh Husein
Umar, strategi adalah suatu proses penentuan rencana para
pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka
panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara upaya
bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.5
Menurut Sondang Siagian, strategi merupakan cara
terbaik untuk mempergunakan dana, daya, dan tenaga yang
tersedia sesuai dengan tuntunan perubahan lingkungan.21
Menurut Learned, Christensen, Andrews, dan Guth
yang dikutip oleh Freddy Rangkuti, strategi merupakan alat
untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian
salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis
tersebut harus ada atau tidak ada.6
3 Fred. R. David, manajemen Strategis Konsep, Edisi 12, Terjemahan
Dono Sunardi, (Jakarta: Salemba Empat), h.18 4 Malayu S.P Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan
Masalah (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006) h. 102 5 Husein Umar, Strategic Management In Action, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2001), h. 2 21 Sondang Siagian, Analisis Perumusan Kebijakan dan Strategi
Organisasi (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), cet. Ke-2, h. 17 6 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama), cet. Ke-20, h. 3
21
Menurut A. M. Kardiman, strategi adalah
penentuan tujuan utama yang berjangka panjang dan
sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi serta
pemilikan cara-cara bertindak dan mengalokasikan sumber
daya yang diperlukan untuk tujuan tersebut.7
2. Fungsi Strategi
Strategi merupakan sebuah rancangan awal dalam
menentukan suatu tujuan agar supaya tujuan tersebut
tercapai, maka strategi memiliki fungsi sebagai berikut:8
a. Strategi sebagai perencanaan (Planning)
Strategi menjadi arah tindakan pedoman yang
digunakan untuk menghadapi tantangan lingkungan
tertentu.
b. Strategi sebagai pola (Pattern)
Strategi menjadi sebuah pola dari suatu rangkaian
tindakan untuk menghadapi tantangan/ancaman atau
memanfaatkan peluang yang terdapat dilingkungan.
c. Strategi sebagai kedudukan (Position)
Strategi memiliki peran dalam penempatan
perusahaan di lingkungan makro yang menjadi media
untuk menjembatani organisasi / perusahaan dengan
lingkungannya.
7 A. M. Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Pron
Hallindo), h. 58 8 Matondang, Kepemimpinan: Budaya Organisasi dan Manajemen
Strategik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 73
22
d. Strategi sebagai perspektif
Strategi menjadi suatu perwujudan cara melihat dan
pemaham lingkungan. Disusun bertitik tolak dari tata
nilai budaya kerja dan wawasan koalisi dominan itu.
3. Faktor – Faktor Strategi
a. Faktor Internal
Faktor strategi dapat terjadi pada internal organisasi
atau lembaga itu sendiri, diantaranya:
Pertama, seorang pemimpin yang memiliki hak
atas kepemimpinannya untuk menentukan keputusan
dari setiap kebijakan, sehingga dapat mempengaruhi
faktor strategi yang akan dilakukan.
Kedua, faktor berikutnya ialah adanya SDM yang
berkopetensi sesuai pada bidangnya, serta memiliki
profesionalitas dalam bekerja.
Ketiga, sistem kerja yang baik, karena dengan
adanya sistem kerja yang baik akan memberikan
dampak yang baik terhadap strategi yang akan
direncanakan.
Keempat, citra positif (Brand Image), merupakan
citra lembaga yang harus dibentuk agar mendapatkan
nilai positif yang akan memberikan kemudahan dalam
menjalankan strategi.
Kelima, produk atau layanan jasa, produk berupa
program kegiatan yang dikemas dengan baik menjadi
23
hal penting untuk memberikan daya tarik kepada
masyarakat.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang akan mempengaruhi strategi
pada organisasi atau lembaga, diantaranya:
Pertama, perubahan regulasi, yang dimaksud
adanya perubahan regulasi pada organisasi terjadi
karena disebabkan oleh pihak lain, contohnya
pemerintah yang memilki keputusan dalam membuat
atau menghapus regulasi, hal itu akan mempengaruhi
strategi yang akan dijalani oleh setiap organisasi.
Kedua, lingkungan masyarakat, kehidupan pada
masyarakat akan terus berubah dan berkembang seiring
berjalannya waktu, peerubahan itu akan mempengaruhi
strategi, karena harus menyesuaikan dan mengikuti
dengan tren masyarakat yang terus berganti setiap
waktunya.
Ketiga, momentum waktu, setiap organisasi atau
lembaga harus mengetahui setiap moment penting yang
akan terjadi dalam kehidupan masyarakat. Karena hal
ini akan manjadi faktor yang akan mempengaruhi
strategi pada organisasi atau lembaga jika berhasil
mendapatkan moment baik pada waktu tertentu.
Contoh moment penting yaitu seperti hari raya yang
menjadi rutinitas masyarakat, dsb.
24
4. Tingkatan Strategi
Strategi memiliki beberapa tingkatan dalam sebuah
organisasi. Tingkatan tersebut terbagi menjadi 3 bagian,
diantanya:
a. Strategi Tingkat Korporat (Corporate Strategy)
Strategi tingkat korporat memiliki peran pada suatu
perusahaan untuk menyusun strategi dalam berbisnis.
Mulai dari jenis bisnis apa yang akan dilakukan, hal apa
saja yang perlu dikembangkan, serta apa saja yang akan
mempengaruhi perusahaan dari sisi internal maupun
eksternal. Menurut Andrews yang dikutip oleh Freddy
Rangkuti, strategi korporat adalah strategi yang disusun
dalam suatu bisnis, ketika perusahaan akan bersaing
dengan cara mengubah distinctiive competence
(kemampuan spesifik suatu organisasi) menjadi
competitive advantage (keunggulan bersaing).9
b. Strategi Tingkat Bisnis (Business Strategy)
Strategi tingkat bisnis berfokus untuk menciptakan
suatu gagasan secara terperinci, mulai dari jenis bisnis
apa yang akan di lakukan dengan visi, misi, dan tujuan.
Serta memperhatikan peluang dan ancaman-ancaman
dalam persaingan antara perusahaan bisnis lainnya.
9 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama), cet. Ke-20, h. 11
25
c. Strategi Tingkat Operasional/Fungsional
Strategi dalam tingkat operasional/fungsional
berperan untuk merencanakan suatu tujuan jangka
pendek serta merancang metode yang akan diterapkan
pada bidang opersional suatu perusahaan. Strategi pada
level ini berkenaan dengan bagaimana masing-masing
bagian dari organisasi dapat dirangkai secara bersama-
sama membentuk strategic architecture yang secara
efektif mampu menghasilkan arah strategi.10
5. Tahapan Strategi
a. Perumusan Strategi
Perumusan strategi ialah tahap pertama dalam
merencanakan sebuah kegiatan. Namun dalam
perumusan ini memiliki tahapan dalam proses
penyusunannya, diantaranya:
1) Menganalisis lingkungan internal dan eksternal
Awal dari strategi dapat terbentuk dari sebuah
analisis SWOT, kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (oppotunities), dan ancaman
(threats) dalam suatu lingkungan. Maka dengan
begitu, keempat faktor itulah yang akan
menciptakan suatu formulasi strategi dalam
organisasi.
10 Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep,
Aplikasi, dan Pengukuran Kinerja, (Jakarta: Indeks, 2013), h. 62
26
2) Merumuskan visi dan misi
Dalam mambangun suatu organisasi, perlu adanya
visi dan misi pada organisasi. Visi ialah suatu cita -
cita atau harapan suatu organisasi dalam mencapai
tujuannya. Sedangkan misi ialah suatu proses
tahapan yang harus dilakukan oleh organisasi agar
tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Maka
organisasi pengelola zakat perlu merumuskan visi
dan misi yang jelas dan dapat dengan mudah
dipahami, agar supaya dapat memberikan motivasi
dan berdimensi dalam jangka panjang.11
3) Menetapkan tujuan
Menetapkan suatu tujuan dapat dikatakan strategi
apabila dalam penerapannya dilakukan dengan
optimal, mampu mempertegas arah, cakupan,
dan persperktif jangka panjang secara keseluruhan
dari suatu organisasi atau individu.221
4) Mempersiapkan strategi alternatif
Mempersiapkan strategi alternatif dapat
memberikan dampak positif terhadap suatu
organisasi, agar dapat menjadi solusi terbaik dalam
upaya meminimalisir suatu kegagalan yang akan
terjadi.
11 Musa Hubeis, dan Muhammad Najib, Manajemen Strategi Dalam
Pengembangan Daya Saing Organisasi, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), h. 23-
24
12 Teguh Santoso, Marketing Strategic, (Jakarta: Oriza, 2011), h. 12
27
b. Pelaksanaan Strategi
Pelaksanaan strategi merupakan suatu proses
tindakan dalam manajemen strategi. Setelah melalui
proses perumusan strategi, maka perlu adanya proses
suatu tindakan, agar supaya hasil dari perumusan
strategi tersebut dapat terealisasikan.
Melalui proses tahapan ini, pelaksanaan strategi
harus mampu menciptakan suatu manajerial mulai dari,
tujuan arah organisasi, struktur organisasi, anggaran
yang dibutuhkan, mempersiapkan serta memanfaatkan
sumber daya yang baik, agar supaya proses
pelaksanaan tersebut berjalan dengan baik.
Maka perlu adanya sebuah komitmen, dan
kerjasama pada saat proses pelaksanaan sedang
berjalan. Oleh karena itu, pembatasan wewenang dan
tanggung jawab. Jangan sampai strategi yang telah
dirumuskan dengan baik, akan tetapi tidak
dilaksanakan dan tidak memberikan manfaat.13
c. Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi merupakan suatu proses akhir,
dengan adanya evaluasi strategi seluruh tindakan-
tindakan strategi yang telah dilakukan dapat dinilai,
apakah strategi yang telah dilakukan sesuai dengan
13 Sentot Imam Wahyono, Manajemen Tata Kelola Manajemen
Bisnis, (Surabaya: Indeks, 2008), h. 61
28
target yang telah ditetapkan. Pada proses evaluasi
strategi, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan:14
1) Meninjau kembali permasalahan eksternal dan
internal yang terjadi saat ini, apakah terjadi
perubahan pada saat strategi dirumuskan.
2) Adanya pengukuran kemampuan atau kinerja
perusahaan dengan memastikan kembali, apakah
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
3) Melakukan perbaikan dari setiap kekurangan untuk
perkembangan lembaga/perusahaan.
4) Membantu untuk mengembangkan model dimasa
yang akan datang.
B. Konsep Fundraising
1. Pengertian Fundraising
Fundraising merupakan suatu proses yang harus
dilakukan oleh OPZ (organisasi pengelola zakat). Menurut
bahasa, fundraising berarti penghimpunan dana atau
penggalangan dana.
Menurut istilah fundraising merupakan suatu upaya
atau proses kegiatan dalam rangka menghimpun dana
(zakat) serta sumber daya lainnya dari masyarakat baik
individu, kelompok, organisasi yang akan disalurkan dan
didayagunakan untuk mustahik.15
14 Musa Habies, dan Muhammad Najib, Manajemen Strategik dalam
Pengembangan Daya Saing Organisasi, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), h. 28 15 Manajemen Pengelolaan Zakat (Direktorat Pemberdayaan Zakat,
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI,
2009), h. 65
29
Fundraising dapat diartikan pula sebagai suatu
proses mempengaruhi masyarakat baik perorangan
sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun
lembaga agar menyalurkan dananya kepada sebuah
organisasi.16
Maka dapat disimpulkan bahwa fundraising adalah
suatu proses kegiatan penghimpunan dana serta sumber
daya lainnya dari masyarakat maupun kelompok, dengan
cara mempengaruhi masyarakat atau kelompok
menggunakan program-program kegiatan yang dapat
meyakinkan mereka agar supaya memberikan atau
menyalurkan dananya kepada organisasi.
2. Tujuan Fundraising
Fundraising merupakan suatu kegiatan
penghimpunan dana yang dilakukan oleh OPZ, sebagai
sarana untuk operasional dan menjalankan suatu program
kegiatan yang telah direncanakan.
Kegiatan fundraising memiliki 5 (lima) tujuan
pokok, yaitu menghimpun dana, menghimpun donatur,
menghimpun simpatisan atau pendukung, membangun
citra lembaga (brand image), dan memberikan kepuasan
pada donatur.17
16 April Purwanto, Manajemen Fundraising bagi Organisasi
Pengelola Zakat, (Yogyakarta: Sukses, 2009), h. 12 17 M. Anwar Sani, Jurus Menghimpun Fulus, Manajemen Zakat
Berbasis Masjid, (jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal. 25
30
Fundraising memiliki beberapa tujuan bagi suatu
organisasi, diantaranya:
a. Pengumpulan dana
Pengumpulan dana (fundraising) merupakan suatu
kegiatan pengumpulan dana. Akan tetapi,
pengumupulan dana yang dimaksud ialah bukan
hanya soal uang, namun dapat berupa sebuah barang
dan jasa yang dapat dimanfaatkan serta dipergunakan
kembali.
b. Meningkatkan jumlah donatur
Meningkatkan jumlah donatur merupakan suatu
tujuan fundraising yang akan menjadi tolak ukur bagi
suatu OPZ, karena OPZ dapat dikatakan baik,
bilamana setiap harinya jumlah donatur selalu
bertambah. Maka setiap OPZ harus memperhatikan
dua hal ini, yaitu pertama, menambah jumlah
sumbangan dana dari setiap donatur, dan kedua,
menambah jumlah donatur terhadap organisasi
pengelola zakat itu sendiri.
c. Meningkatkan citra lembaga
Fundraising selain memiliki tujuan penghimpunan
dana, namun memiliki tanggung jawab untuk
meningkatkan citra lembaga kepada para donatur.
Maka dengan adanya manajemen pengelolaan
keuangan yang baik serta transparan dan membuat
suatu program yang baik dapat meningkatkan minat
dan kepercayaan para donatur yang akan memberikan
31
dananya kepada organisasi pengelola zakat. Selain itu,
perlu adanya sosialisasi dengan berinteraksi baik
secara langsung maupun tidak langsung,
menyampaikan gambaran-gambaran terkait program
kegiatan organisasi pengelola zakat kepada para
donatur.
d. Meningkatkan pelayanan lembaga dan menjaga
kepuasan donatur
Manajemen yang baik dalam suatu organisasi
pengelola zakat akan mempengaruhi kepuasan para
donatur. Selain itu, kepuasan donatur akan dapat
mempengaruhi jumlah dana yang disalurkan terhadap
suatu organisasi pengelola zakat. Maka organisasi
pengelola zakat perlu memperhatikan tingkat
kepuasan donatur dengan cara memberikan pelayanan
yang terbaik, dan memperlihatkan perputaran
pendapatan donasi secara transparan, dengan begitu
donatur akan semakin puas dengan organisasi
pengelola zakat. Secara tidak langsung, donatur dapat
meningkatkan jumlah dana dan jumlah donatur
dengan memberikan informasi kepada para calon
donatur yang lain agar dapat mendonasikan dananya,
karena mereka percaya dengan kepuasaan dalam
pelayanan organisasi pengelola zakat tersebut.
32
e. Menciptakan simpatisan atau pendukung
Suatu organisasi pengelola zakat membutuhkan
kepanjangan tangan untuk sampai pada donatur.
Ketika organisasi pengelola zakat telah memiliki citra
yang baik, maka akan banyak mendapatkan simpati
dan dukungan yang diberikan kepadanya.
Bentuk dukungan dan simpati yang diberikan
terhadap organisasi pengelola zakat tidak selalu
berupa dana, namun ada sebagian diantara mereka
tidak mampu untuk memberikan berupa dana atau
sumber dana yang lainnya. Namun mereka dapat
berkontribusi berupa ide gagasan pemikiran, waktu,
dan tenaganya untuk majunya sebuah organisasi
pengelola zakat. Tidak hanya itu, para pendukung
dapat menjadi pemberi kabar informasi kepada setiap
masyarakat yang nanti akan menjadi donatur dan
menyumbangkan dananya kepada organisasi
pengelola zakat tertentu. Dukungan dan simpatisan
yang berbentuk informan seperti ini, memudahkan
lembaga dalam fundraising. Sehingga semakin
banyak relasi dan pendukung organisasi pengelola
zakat juga merupakan diadakannya fundraising.18
18 April Purwanto, Manajemen Fundraising bagi Organisasi
Pengelola Zakat, (Yogyakarta: Sukses, 2009), h. 22
33
3. Metode Fundraising
Metode fundraising dalam pelaksanaanya pada
lembaga pengelola zakat dapat dilakukan dengan berbagai
cara sesuai dengan inovasi dari masing-masing organisasi
pengelola zakat itu sendiri.
Metode fundraising harus mampu memberikan
kepercayaan, kemudahan, kebanggaan, dan manfaat lebih
bagi donatur yang berdonasi melalui sebuah organisasi
pengelola zakat. Karena jika hal tersebut terpenuhi maka
donatur akan selalu memberikan donasinya terhadap
lembaga tersebut.
Dalam pelaksanaan fundraising ada beberapa
metode yang harus dilakukan oleh lembaga zakat,
diantaranya:19
a. Metode fundraising langsung
Metode fundraising langsung adalah metode yang
menggunakan suatu cara yang melibatkan partisipasi
donatur secara langsung, yaitu bentuk-bentuk
fundraising dimana proses interaksi dan daya
akomodasi terhadap respon donatur bisa seketika
(langsung) dilakukan. Apabila dalam diri donatur
muncul keinginan untuk melakukan donasi setelah
mendapatkan promosi dari fundriser lembaga, maka
segera dapat dilakukan dengan mudah dan semua
19 Tim Penyusun Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat Islam
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Panduan Organisasi Pengelola Zakat,
(Jakarta: CV Refa Bumat Indonesia, 2013), h. 68-69
34
kelengkapan informasi yang diperlukan untuk
melakukan donasi sudah tersedia. Sebagai contoh dari
metode ini adalah: direct mail, direct advesting,
telefundraising, dan presentasi langsung.
b. Metode fundraising tidak langsung
Metode tidak langsung adalah suatu metode yang
meggunakan cara yang tidak melibatkan partisipasi
donatur secara langsung, yaitu bentuk-bentuk
fundraising dimana tidak dilakukan dengan
memberikan daya akomodasi langsung terhadap
respon donatur seketika. Metode ini misalnya
dilakukan dengan cara promosi yang mengarah
kepada pembentukan citra lembaga yang kuat, tanpa
secara khusus diarahkan untuk menjadi transaksi
donasi pada saat itu.
Sebagai contoh dari metode ini adalah: advertorial,
image compaign, dan penyelenggaraan kegiatan
event, menjalin relasi melalui refrensi dan melalui
media para tokoh ternama.
Pada umumnya sebuah lembaga melakukan kedua
metode fundraising ini (langsung atau tidak
langsung). Karena keduanya memiliki kelebihan dan
tujuannya sendiri-sendiri. Metode fundraising
langsung diperlukan karena tanpa metode langsung,
muzakki akan kesulitan untuk mendonasikan
dananya. Sedangkan jika semua bentuk fundraising
dilakukan secara langsung, maka akan tampak
35
donatur dan berpotensi menciptakan kejenuhan.
Kedua metode tersebut dapat digunakan secara
fleksibel dan semua lembaga harus pandai
mengkombinasikan kedua metode tersebut.
4. Strategi Fundraising
Strategi fundraising merupakan formulasi
rancangan awal dalam kegiatan pengumpulan dana. Selain
itu, tulang punggung dalam kegiatan fundraising
merupakan strategi fundraising yang wajib diterapkan
pada organisasi pengelola zakat.20
Menurut Joyce Young, menggambarkan bila suatu
organisasi yang menjalankan kegiatan organisasinya
tanpa suatu strategi diibaratkan seperti melakukan
perjalanan tanpa menggunakan peta sebagai petunjuk,
strategi fundraising dapat dirumuskan dengan berbagai
cara, salah satunya adalah dengan matriks strategi
menggalang dana. Matriks menggalang dana ini
digunakan mengenali sumber dana yang potensial, metode
menggalang dana, serta untuk mengevaluasi sumber
ataupun metode fundraising .21
Menurut Hamid Abidin, menyatakan bahwa
strategi fundraising merupakan sebuah alat analis untuk
mengenali sumber pendanaan yang berpotensial, metode
20 Michael Norton, Menggalang Dana: Penuntun bagi Lembaga
Swadaya Masyarakat dan Organisasi Sukarela di Negara-Negara Selatan
(Terj. Masri Maris), (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002), h.51 21 Joyce Young, dkk, Menggalang Dana untuk Organisasi Nirlaba,
(Terj. Siti Mashitoh), (Jakarta: PT. Ina Publikatama, 2007), h. 124-125
36
fundraising dan mengevaluasi kemampuan organisasi
dalam mobilisasi sumber dana.22
Hamid Abidin mengungkapkan, aspek dalam
strategi fundraising dikenal sebagai siklus fundraising
yang terdiri dari identifikasi calon donatur, pengelolaan
dan penjagaan donatur, penggunaan metode fundraising
serta monitoring dan evaluasi fundraising, berikut
penerapannya:23
a. Identifikasi donatur
Identifikasi donatur suatu sikap ketika organisasi
menentukan siapa dan bagaimana profil dari potensial
donatur yang akan digalangnya. Berdasarkan jenis
sumber dayanya, pendekatan fundrising terbagi
menjadi dua, yakni retail fundraising dan
institusional fundraising. Retail fundraising adalah
penggalangan dana dengan memfokuskan target atau
sasarannya pada perorangan. Sedangkan institutional,
lebih memfokuskan pada penggalangan dana dari
lembaga atau organisasi, misalnya perusahaan,
lembaga donor, pemerintah, atau yayasan amal lokal.
b. Penggunaan metode fundraising
Penggunaan metode fundraising adalah penentuan
metode yang tepat untuk melakukan pendekatan
terhadap donatur. Hal ini perlu dilakukan karena akan
22 Hamid Abidin, dkk, Membangun Kemandirian Perempuan Potensi
dan Pola Derma Untuk Pemberdayaan Perempuan, Serta Strategi
Penggalangannya, (Depok: Piramedia, 2009), h. 134 23 Ibid, h. 134
37
menjadi penentu keberhasilan perolehan dana yang
sebesar-besarnya dari fundraising pada para donatur.
C. Konsep Zakat, Infaq, dan Shadaqah
1. Pengertian Zakat
Pengertian zakat secara etimologi berasal dari
bahasa arab yaitu dari kata “az-zaka’u” yang berarti “an-
nama’, “at-tahara”, dan “al-barakah” yaitu tumbuh atau
berkembang, suci, bertambah, dan berkah.24 Menurut
penulis kitab lisan al-‘arab, Jamaluddin Muhammad bin
Mukarram Al-Anshari Ibnu Mandzur sebagaimana yang
dikutip Sudirman mengungkapkan bahwa sesuatu
dikatakan zaka, apabila sesuatu tersebut tumbuh atau
berkembang, dan seseorang disebut zaka, jika ia baik dan
terpuji.25
Adapun pengertian zakat secara terminologi adalah
beribadah kepada Allah SWT dengan mengeluarkan
bagian wajib secara syara’ dari harta tertentu dan
diberikan kepada sekelompok atau instansi (zakat)
tertentu.26 Menurut Didin Hafidhuddin, zakat adalah
istilah untuk harta tertentu yang sudah mencapai syarat
tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk
24 Rofi Mu’inan, Potensi Zakat (dari Konsumtif-Kariatif ke Produktif-
Bardayaguna) Prespektif Hukum Islam, (Yogyakarta: Citra Pustaka, Cet. ke 1,
2011), h.23 25 Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang: UIN
Malang Press, 2007), h. 13 26 Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsmani dan Imanuel Kamil,
Ensikiopedia Zakat (Kumpulan Fatwa Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsmani),
(Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2008), Cet-1, h. 45
38
dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak
menerimanya dengan persyaratan tertentu.27 Kaitan antara
makna bahasa dan istilah sangat erat sekali, yaitu bahwa
setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan
menjadi suci, bersih, baik, tumbuh dan berkembang.28
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
zakat merupakan jumlah harta tertentu yang wajib
dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan
diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya
(fakir miskin, dan sebagainya) menurut ketentuan yang
telah ditetapkan oleh syara’.29
Secara lahiriah, zakat mengurangi nilai nominal
(harta) dengan mengeluarkannya, tetapi dibalik
pengurangan yang bersifat zhahir ini hakikatnya akan
bertambah dan berkembang (nilai intristik) yang hakiki di
sisi Allah SWT. Zakat merupakan ibadah yang memiliki
dimesi ganda, transedental dan horizontal. Oleh sebab itu
zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan ummat
manusia, terutama ummat Islam.30
Maka dapat disimpulkan bahwa zakat adalah suatu
kewajiban yang telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk
27 Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat Infaq Sedekah,
(jakarta: Gema Insani, 2006), Cet-2, h. 13 28 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat,
(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999), h. 4 29 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1279 30 Lili Bariadi, dkk, Zakat Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1998), h. 692
39
mengeluarkan sebagian harta yang dimiliki oleh ummat
Islam sesuai dengan ketentuan dalam syariat Islam.
2. Hukum Zakat
Dalam Islam zakat termasuk salah satu dari rukun
Islam yang sangat berperan penting sebagai instrument
dalam perekonomiaan Islam. Maka zakat dapat dijadikan
sebagai instrument keuangan dalam rangka pemerataan
pendapatan dan pengurangan kemiskinan dapat menjadi
sebuah instrument baru dalam menciptakan pembangunan
ekonomi yang lebih berkeadilan.31
Kewajiban dalam berzakat hanya dapat dilakukan
oleh aghniya, orang yang dipandang kaya menurut aturan
syara’ wajib membayar zakat (muzakki) kepada orang-
orang miskin sesuai pedoman syari’ (fuqoro) yang
dikategorikan dalam delapan golongan penerima
(Mustahik).32
Zakat memiliki peran sangat penting dalam Islam,
sehingga para ulama ada yang mensejajarkan antara zakat
dan shalat.
31 Nurul Huda, dkk, Ekonomi Pembangunan Islam, (Jakarta:
Kharisma Putra Utama, 2015), h. 133 32 Lili Briadi, Muhammad Zen, Zakat & Wirausaha, (Jakarta: CED,
2005), h. 1
40
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Al-
Baqarah ayat 43:
اكعين كة واركعوا مع الر لة وآتوا الز قيموا الص ٤٣وأ
Terjemahan:
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’ “. (QS.
Albaqarah [2]:43).33
Zakat merupakan suatu kewajiban bagi seorang
mukmin yang memenuhi syarat syariah Islam sebagai
muzakki untuk mengeluarkan sebagian pendapatan atau
harta guna diberikan kepada mustahik yang telah di
tetapkan Syariah Islam.34
Terdapat suatu perintah dalam Al-Qur’an untuk
mengumpulkan zakat terhadap para muzakki agar dana
zakat yang terkumpul dapat bermanfaat bagi
kemaslahatan umat.
33 Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, (Bandung:
CV. Diponegoro, 2010). Q.S Al-Baqarah [2]:43 34 Lili Bariadi, Muhammad Zen, Zakat & Wirausaha, (Jakarta: CED,
2005) h. 6
41
Allah SWT berfirman dalam surat At-Taubah ayat
103:
موالهم صدقة تطه عليهم خذ من أ يهم بها وصل
رهم وتزك
سميع عليم هم والل ١٠٣إن صلتك سكن لTerjemahan:
“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan
mereka serta mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS. At-Taubah [9]:103).35
Dari ayat di atas telah kita ketahui bersama, bahwa
Allah SWT memerintahkan kepada hambanya khususnya
bagi para muzakki untuk menunaikan zakat. Seseorang
yang membayar zakat karena keimanannya niscaya akan
memperoleh kebaikan yang banyak, karena jiwa dan
hartanya menjadi suci dan bersih.36
Potensi dana zakat dapat menunjang terwujudnya
sistem kemasyarakatan Islam yang berdiri atas prinsip-
prinsip: ummatan wahidah (umat yang satu), musawamah
(persamaan derajat, dan kewajiban), ukhuwah Islamiyah
35 Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, (Bandung:
CV. Diponegoro, 2010). Q.S At-Taubah: [9]:103 36 Yeti Priyatna Sari, Zakat Pajak dan Lembaga Keuangan Islam
Dalam Tinjauan Fiqih, (Solo: Era Intermedia, 2004), h. 15
42
(Persaudaraan Islam), dan takaful ijti’ma (tanggung
jawab bersama).
Zakat menjadi unsur penting dalam mewujudkan
keseimbangan dalam distribusi harta (sosial distribution),
dan keseimbangan tanggung jawab individu dalam
masyarakat.37
3. Macam-macam Zakat
Pada umumnya secara garis besar zakat terbagi
menjadi dua, yaitu zakat fitrah dan zakat maal.
a. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang berfungsi
membersihkan jiwa setiap orang Islam dan
menyantuni orang miskin. Waktu pelaksanaan zakat
fitrah dikaitkan dengan pelaksanaan ibadah pada
bulan suci ramadhan. Zakat futrah merupakan zakat
yang sebab diwajibkannya futhur (berbuka puasa)
pada bulan ramdhan, sehingga wajib zakat fitrah
untuk mensucikan diri dan membersihkan
perbuatannya.38 Zakat fitrah dapat menjadi sebuah
pelengkap ibadah ummat Islam pada bulan Suci
Ramdhan.
37 Lili Bariadi, Muhammad Zen, Zakat & Wirausaha, (Jakarta: CED,
2005), h. 7 38 Yusuf Al-Qardawi, Fiqhuz Al-Azakah (Terj. Salman Harun, Hukum
Zakat), (Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2011), h. 920
43
Dalam pelaksanaannya zakat fitrah memiliki
beberapa syarat untuk menunaikannya, yaitu sebagai
berikut:39
1) Beragama Islam dan merdeka.
2) Menemui dua waktu yaitu diantara bulan
Ramadhan dan Syawal walaupun hanya sesaat.
3) Mempunyai harta yang lebih dari pada
kebutuhannya sehari-hari untuk dirinya dan
orang-orang di bawah tanggungan pada hari raya
dan malamnya.
Persyaratan diatas merupakan syarat-syarat untuk
orang yang wajib zakat fitrah, ada juga syarat tidak
wajib zakat fitrah, yaitu:40
1) Orang yang meninggal sebelum terbenam
matahari pada akhir Ramadhan.
2) Anak yang lahir selepas terbenam matahari pada
akhir Ramadhan.
3) Orang yang baru memeluk agama Islam sesudah
matahari terbenam pada akhir Ramadhan.
39 https://zakat.or.id/pengertian-zakat-fitrah/, diakses pada tanggal 30
November 2019 40 https://zakat.or.id/pengertian-zakat-fitrah/, diakses pada tanggal 30
November 2019
44
4) Tanggungan istri yang baru saja dinikahi selepas
matahari terbenam pada akhir Ramadhan.
Bagi ummat Islam yang ingin menunaikan zakat
fitrah perlu mengetahui waktu yang baik untuk
melaksanakannya, diantaranya:
Pertama, waktu harus, adalah waktu yang
dilakukan dari awal bulan Ramdhan sampai akhir
bulan Ramdhan.
Kedua, waktu wajib, adalah waktu yang dilakukan
setelah matahari terbenam pada akhir bulan suci
Ramadhan.
Ketiga, waktu afdhal, adalah waktu yang
dilakukan setelah melaksanakan shalat shubuh pada
akhir bulan Ramadhan sampai sebelum pelaksanaan
shalat idul fitri.
Keempat, waktu makruh, adalah yang dilakukan
pada saat melaksanakan sholat idul fitri sehingga
sebelum terbenam matahari.
Kelima, waktu haram, adalah waktu yang
dilaksanakan setelah matahari terbenam pada hari
raya idul fitri.
45
b. Zakat Maal (Harta)
Menurut bahasa, harta adalah segala sesuatu yang
ingin dimiliki oleh setiap manusia, memanfaatkan dan
menyimpannya.41 Zakat maal adalah bagian dari harta
kekayaan seseorang / lembaga yang wajib dikeluarkan
untuk orang-orang tertentu setelah dimiliki selama
jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal
tertentu.42
Syarat-syarat harta yang harus dikeluarkan sebagai
zakat, diantaranya sebagai berikut:
1) Kepemilikan penuh, yaitu harta tersebut secara
keseluruhan hanya dimiliki oleh muzakki.
2) Berkembang, yaitu harta tersebut akan berpotensi
selalu berkembang atau bertambah dalam
pengelolaanya.
3) Mencapai nisab, maksudnya adalah harta tersebut
telah mencapai ukuran atau jumlah tertentu sesuai
dengan ketetapan dalam syariah Islam.
4) Lebih dari kebutuhan pokok, yaitu harta yang
dimiliki oleh muzakki sebelum digunakan untuk
berzakat hendaklah terlebih dahaulu telah
41 https://www.globalzakat.id/tentang/zakat-maal, diakses pada
tanggal 9 Agustus 2020 42 Lili Bariadi, Muhammad Zen, Zakat & Wirausaha, (Jakarta: CED,
2005), h. 10
46
memenuhi kebutuhan pokok kehidupan sehari-
sehari.
5) Bebas dari hutang, yaitu seseorang yang akan
menunaikan zakat harus bebas dari hutang,
adapun jika muzakki memiliki hutang yang
mengakibatkan tidak tercapainya pada nisab yang
telah ditetapkan, maka orang tersebut tidak wajib
zakat.
6) Haul, yaitu kepemilikan harta yang akan
dizakatkan telah mencapai satu tahun. Syarat ini
khusus hanya berlaku pada harta simpanan, harta
perniagaan, dan hewan ternak.
Adapun harta yang wajib dizakati yaitu:
1) Emas dan Perak, merupakan logam mulia yang
memiliki dua fungsi. Selain sebagai tambang elok
yang dijadikan sebagai perhiasan, emas dan perak
juga dijadikan mata uang yang berlaku dari waktu
kewaktu. Syari’at Islam memandang emas dan
perak sebagai harta yang potensia/berkembang.
Oleh karena itu, emas dan perak termasuk dalam
kategori harta yang wajib dizakati.43
43 Hasan Rifa’i Al-Faridy, Panduan Zakat Praktis, (Jakarta: Dompet
Dhuafa Republika, 2003), h. 12
47
Sebagaimana Allah SWT telah berfirman
dalam surat At-Taubah ayat 34:
حبار والرهبان ن ال ين آمنوا إن كثيرا م ها ال ي
ياأ
ون عن موال الناس بالاطل ويصدكلون أ
لأ
ة ول هب والفض ون ال ين يكن وال سبيل الل
لم ينفقونها ف سب هم بعذاب أ فبش ٣٤يل الل
Terjemahan:
“Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya sebahagian besar dari orang-
orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani
benar - benar memakan harta orang dengan
jalan batil dan mereka menghalang - halangi
(manusia) dari jalan Allah. Dan orang - orang
yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka
akan mendapat) siksa yang pedih.” (QS. At-
Taubah [9]:34).44
Ayat diatas telah menjelaskan bahwa emas
dan perak dapat menjadi salah satu harta untuk
berzakat.
44 Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, (Bandung:
CV. Diponegoro, 2010). Q.S At-Taubah: [9]:34
48
2) Zakat Perdagangan, dalam istilah Fiqh, barang
dagangan disebut ‘urudh (عروض) jamak dari
yang artinya benda apa saja yang bisa (عرض)
ditukarkan dengan mata uang, emas atau perak,
dan siap diperjual belikan.45
Perdagangan yang dimaksud yaitu dapat berupa
barang seperti alat-alat kebutuhan pokok,
perhiasan, sandang pangan, dll. Nisab awal
barang dagangan sama dengan nisab emas, yaitu
20 misqal atau 20 dinar. Besarnya zakat yang
harus dikeluarkan juga sama dengan emas, yaitu
2,5% dari keseluruhan nilai barang serta uang
yang dimiliki.
3) Zakat pertanian, merupakan hasil pertanian
berupa tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang
bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-
umbian, buah-buahan, sayuran, tanaman hias,
rerumputan, dan dedauanan.
Tanam-tanaman adalah seluruh jenis tanaman,
yakni tanaman yang ditanam menggunakan benih
dengan tujuan agar tanahnya bisa menghasilkan
bahan makanan pokok dan lainnya, yang
dimaksud dengan buah-buahan adalah semua
jenis buah-buahan, yakni buah-buahan yang bisa
45 Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqh Wanita, (Semarang: Asy-
Syifa, 1986), h. 191
49
dimakan baik yang tumbuh di pohon atau tumbuh
ditanah.46
4) Zakat peternakan, merupakan zakat yang dapat
dikeluarkan berupa hewan ternak diantaranya
seperti unta, sapi, dan kambing.
Adapun syarat zakat ini yaitu binatang tersebut
memperoleh makanan dengan digembalakan,
binatang tersebut disiapkan untuk peternakan
guna memperoleh turunan yang produktif,
mencapai nishab, dan telah lewat satu tahun.47
4. Pengertian Infaq
Infaq berasal dari bahasa arab, yaitu anfaqa yang
artinya mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan
sesuatu. Infaq dapat dilakukan bagi umat muslim, karena
dalam infaq tidak ada istilah nisab bagi seseoarang yang
ingin mengeluarkannya. Setiap seseorang yang ingin
mengeluarkan infaq tidak hanya bagi mereka yang
berpenghasilan tinggi, melainkan bagi mereka yang
berpenghasilan rendah atau dalam keadaan lapang maupun
sulit, dapat mengeluarkan infaq bagi mereka yang
membutuhkan.
46 Ayyub, Hasan, Fiqh Ibadah Terj. Abdul Rosyad Shiddiq, (jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2008), h. 528-529 47 Imam Zainuddin bin Abdul Latif, Ringkasan Shahih Al Bukhari,
diterjemahkan Cecep Samsul Hari dan Tolib dan Anis, Cet. V, (Bandung:
Mizan media Utama, 2001), h. 285
50
Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman dalam
surat Ali Imran ayat 134:
اء والكظمين الغيظ اء والض ين ينفقون ف الس ال
يب المحسنين ١٣٤والعافين عن الناس والل Terjemahan:
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.” (QS. Al-Imran [3]:134).48
Sedangkan menurut istilah, infaq yakni
mengeluarkan sebagian dari pada harta yang dimiliki
untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.
Maka infaq dapat lakukan oleh siapapun bagi mereka
yang beriman, serta dapat diberikan kepada siapapun,
seperti kedua orang tua, anak – anak yatim, orang – orang
miskin, dan bagi mereka yang membutuhkan.
48 Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, (Bandung:
CV. Diponegoro, 2010). Q.S Al-Imran: [3]:134
51
5. Pengertian Shadaqah
Shadaqah berasal dari kata shadaqa yang artinya
benar. Menurut Al-Ashfahani dalam Mufradat Alfazh Al-
Qur’an, sedekah adalah apa yang dikeluarkan seseorang
dari hartanya untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT.49 Orang yang suka bershadaqah adalah orang yang
benar pengakuan imannya.
Sedangkan shadaqah menurut istilah syariat Islam,
pengertian shadaqah sama dengan pengertian infaq,
termasuk dalam hukum dan ketentuan – ketentuannya.50
Namun diantara keduanya memiliki perbedaan,
infaq hanya dapat diberikan berupa materi, sedangkan
shadaqah tidak hanya berupa materi, melainkan juga dapat
berupa non materi. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan
Imam Muslim dari Abu Dzar, yang artinya:
“Dari Abu Dzar, dari Nabi SAW bahwasanya
beliau bersabda “Pada pagi hari diwajibkan bagi seluruh
persendian untuk bersedekah. Maka setiap bacaan tasbih
adalah shadaqah, setiap bacaan tahmid adalah shadaqah,
dan setiap amar ma’ruf adalah shadaqah, setiap nahi
mungkar adalah shadaqah, ini semua bisa dicukupi
dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 rakaat.
49 Abu Qasim Al Ashfahani, Mufradat Alfazh Al-Qur’an, (Damsyiq,
Daar Al-Qalam, t.t) 1/575-576 50 Ibrahim, Yasin, Kitab Zakat, Hukum, Tata Cara dan Sejarah,
(Bandung: Marja, 2008), h. 45
52
(HR. Muslim).51 Maka dari hadist diatas menjelaskan
bahwa, jika tidak mampu bershadaqah dengan harta, dapat
dilakukan dengan cara lain, seperti membaca tasbih,
takbir, tahmid, dan tahlil, serta melakukan amar ma’ruf
nahi mungkar.
Menurut Ahmad Sangid, shadaqah dalam konsep
Islam mempunyai arti luas, tidak hanya terbatas pada
pemberian sesuatu yang sifatnya materil kepada orang –
orang miskin. Shadaqah itu mencakup semua perbuatan
kebaikan, baik fisik maupun non fisik.52
D. Konsep Lembaga Amil Zakat
1. Pengertian LAZ
LAZ adalah sebuah lembaga pengelola zakat yang
dibentuk oleh sekumpulan masyarakat yang bersifat
swasta. Dengan demikian bahwa LAZ (lembaga amil
zakat) merupakan suatu organisasi yang dibentuk sebagai
wadah untuk pengeleloaan dana ZIS dalam upaya
memberi kemaslahatan kepada umat muslim.
Dalam Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2011
Pasal 17, dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014
Pasal 56, untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan,
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,
masyarakat dapat membentuk LAZ. Maka lembaga amil
zakat yang selajutnya disingkat LAZ adalah lembaga yang
51 Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi Al-Naisaburi, Al-Jami’ Al-
Shahih Al-Musamma Shahih Muslim, jilid 5, h. 176 52 Ahmad Sangid, Dahsyatnya Sedekah, (Jakarta: Qultum Media,
2008), h. 25
53
dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan
zakat.53
2. Syarat – syarat LAZ
LAZ memiliki peran untuk membantu BAZNAS
dalam pelaksanaan pengelolaan dan zakat, infaq, dan
shadaqah. Maka sebelum membetuk LAZ perlu adanya
ketentuan syarat yang harus diketahui. Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 Pasal 57, tertulis
sebagai berikut:
Pembentukan LAZ sebagaimana dimaksud dalam
pasal 56 wajib mendapat izin menteri atau pejabat yang
ditunjuk oleh menteri setelah memenuhi persyaratan:
a) Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam
yang mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan
sosial, atau lembaga berbadan hukum.
b) Mendapat rekomendasi dari BAZNAS.
c) Memiliki pengawas syariat.
d) Memiliki kemampuan teknis, administratif, dan
keuangan untuk melaksanakan kegiatannya.
e) Bersifat nirlaba.
f) Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi
kesejahteraan umat, dan
g) Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.
53 Undang – Undang No 23 Tahun 2011 Pasal 17, dan Peraturan
Pemerintah No 14 Tahun 2014, Tentang Lembaga Amil Zakat, diakses pada
tanggal 21 Februari 2020
54
3. Tujuan dan Fungsi LAZ
LAZ memiliki tujuan dalam pengelolaan dana
zakat, agar supaya zakat dapat berkembang dengan baik.
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2011
Pasal 3, tujuan pengelola zakat sebagai berikut:
a) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan
dalam pengelolaan zakat; dan
b) Menigkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan penaggulanan
kemiskinan.
Lembaga amil zakat yang baik semestinya dapat
mampu mengelola zakat yang terkumpul secara efektif
dan efisien. Maka agar supaya pengelolaan dana zakat
berjalan dengan, LAZ harus menjalankan fungsi
sebagaimana mestinya.
Dalam pengelolan zakat yang dikelola oleh
lembaga amil zakat memiliki fungsi, diantaranya:
a) LAZ berfungsi untuk membuat perencanaan dalam
pengumpulan dan pendistribusian zakat.
b) LAZ berfungsi untuk pelaksanaan pengumpulan dan
pendistribusian zakat agar perencanaan yang telah
dibuat dapat berjalan dengan baik.
c) LAZ berfungsi untuk membuat laporan dan
pertanggung jawaban terkait pelaksanaan yang telah
dilakukan.
d) LAZ berfungsi untuk mengevaluasi setiap proses
yang telah dilalui agar supaya segala kekurangan yang
55
dapat diperbaiki, dengan harapan dalam jangka waktu
panjang pengelolaan zakat dapat berjalan dengan
baik.
E. Muzakki
Muzakki adalah orang yang telah diwajibkan untuk
mengeluarkan zakat atas harta kepemilikan yang telah
mencapai nisab dan haul. Zakat yang dikeluarkan oleh seorang
muzakki (pemberi) harus diberikan kepada para mustahiq
(penerima) sesuai dengan ketentuan syari’at Islam. Muzakki
adalah orang yang berkecukupan dalam harta serta dipandang
orang kaya, menurut syariat Islam orang yang wajib untuk
mengeluarkan zakat diantaranya, yaitu:54
a. Mencatat harta kekayaan yang dimiliki
b. Menghitung zakat dengan benar
c. Membayarkan zakat pada amil zakat
d. Meniatkan membayar zakat karena Allah SWT
e. Melafalkan akad pada saat membayar zakat
f. Menunaikan infaq dan shadaqah jika harta masih berlebih
54 Nurul Huda dan Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam
(Tinjauan Teoritis dan Prakits), (Jakarta: Kencana, 2013), Cet. Ke-2, h. 299
56
Adapun penjelasan tentang mustahiq terbagi menjadi
delapan asnaf, diantarnya sebagai berikut:55
a. Fakir
Fakir merupakan golongan orang mereka yang
tidak memiliki pekerjaan sama sekali atau memiliki
pekerjaan tapi penghasilannya tidak mencukupi sebagian
kebutuhannya. Kebutuhannya jauh lebih banyak dari pada
harta yang dimilikinya.
b. Miskin
Miskin merupakan golongan orang yang memiliki
harta untuk mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan
keluarganya, akan tetapi tidak memenuhi standar.
c. Amil
Amil merupakan golongan orang yang diberikan
tugas atau mandat oleh pemerintah atau masyarakat secara
organisasi untuk mengurus kewajiban zakat, yaitu dengan
mengumpulkan, menjaga, dan menyalurkannya. Amil
memiliki hak zakat yang terkumpul untuk digunakan
sebagai operasional, administrasi dan honor / gaji bagi
anggota. Setiap amil berhak mengambil bagiannya sesuai
dengan kedudukan dan prestasi kerjanya, meskipun ia
tergolong orang kaya.
55 Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat & Wirausaha,
(Jakarta: CED, 2005), h. 12.
57
d. Muallaf
Muallaf merupakan golongan orang yang baru
masuk Islam dengan kekurangan serta lemahnya keimanan
yang baru diyakininya, maka perlu adanya bimbingan
berkelanjutan, agar supaya keimanannya semakin kuat.
e. Riqab
Riqab merupakan golongan hamba sahaya atau
budak, maka perlu disalurkan untuk membantu
memerdekakannya. Namun di zaman sekarang,
perbudakan dalam makna harfiah sudah tidak ada lagi,
yang ada adalah perbudakan dalam makna lain, seperti
orang yang tertindas oleh penjajah atau golongan lain.
f. Gharim
Gharim merupakan golongan orang yang memiliki
hutang dan tidak mampu untuk melunasinya.
g. Fi sabilillah
Fi sabilillah merupakan golongan orang yang
mencari sarana untuk menuju keridhaan Allah dalam
semua kepentingan umat Islam secara umum, untuk
kejayaan agama dan negara bukan untuk keperluan
pribadi. Golongan ini meliputi banyak perbuatan yang
meliputi berbagai bidang perjuangan dan amal ibadah,
baik segi agama, pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya,
kesenian, kesehatan, pengiriman da’i, penerbitan mushaf,
dll.
58
h. Ibnu sabil
Ibnu sabil merupakan golongan musafir, yaitu
orang yang berpergian jauh dan kehabisan bekal, dan saat
itu ia samgat membutuhkan bantuan untuk memenuhi
kebutuhannya agar sampai ke tempat tujuan. Pada masa
sekarang, bagian ini dapat disalurkan untuk beasiswa bagi
pelajar mahasiswa yang kurang mampu, mereka yang
belajar dari kampung halaman, penyediaan sarana
pemondokan yang terjangkau bagi musafir muslim atau
asrama pelajar.
F. Kepercayaan
1. Pengertian Kepercayaan
Kepercayaan (trust) merupakan sebuah keyakinan
yang diberikan oleh pihak pertama individu atau organisasi
kepada pihak lain berupa prilaku/sikap (amanah, adil,
bertanggung jawab), komitmen, berkompetensi, serta
memiliki profesionalitas yang berkaitan dengan individu
seseorang, atribut, dan objek tertentu.
Menurut Mowen dan Minor menjelaskan bahwa
kepercayaan konsumen adalah semua pengetahuan yang
dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat
konsumen tentang objek, atribut, dan manfaatnya.56
Menurut Sumarwan, kepercayaan merupakan
pengetahuan konsumen mengenai suatu objek, atribut, dan
manfaatnya. Kepercayaan itu sering disebut perkaitan
56 Jhon Mowen, dan Michael Minor, “Perilaku Konsumen,
Terjemahan Dwi Kartika Yahya, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 312.
59
objek-atribut (object-attribute linkage), yaitu kepercayaan
konsumen tentang kemungkinan adanya hubungan antara
sebuah objek dengan atributnya yang relevan.57
2. Faktor – Faktor Pembentukan Kepercayaan
Mendapatkan sebauh kepercayaan dari konsumen atau
pihak lain merupakan hal penting bagi suatu organisasi atau
perusahaan. Karena kepercayaan dapat memberikan dampak
terhadap kemajuan organisasi atau perusahaan yang disebabkan
oleh dasar pemikiran dan pengalaman. Kepercayaan dapat
dibentuk dengan beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut:
a. Reputasi (Reputation)
Reputasi merupakan suatu atribut yang diberikan
kepada penjual berdasarkan pada informasi dari orang atau
sumber lain. Reputasi dapat menjadi penting untuk
membangun kepercayaan seorang konsumen terhadap
penjual karena konsumen tidak memiliki pengalaman
pribadi dengan penjual. 58
b. Integritas (Integrity)
Integritas merupakan keselarasan antara niat, pikiran,
perkataan dan perbuatan. Dalam prosesnya, berjanji akan
melaksanakan tugas secara bersih, transparan, dan
profesional dalam arti akan mengerahkan segala
57 Ujang Sumarwan, “Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya
dalam Pemasaran”, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 165-166.
58 McKnight et al, “Developing and Validating Trust Measures for E-
Commerce: An Integrative Typology”, Infromation System Reasearch, No.3
Vol. 13, ( Semptember, 2002), h. 334-359.
60
kemampuan dan sumber daya secara optimal untuk
memberikan hasil kerja terbaik.59
c. Kompetensi (Competence)
Kompetensi merupakan keyakinan seseorang terhadap
kemampuan yang dimiliki penjual untuk membantu
konsumen dalam melakukan sesuatu sesuai dengan yang
dibutuhkan konsumen tersebut.
d. Predictability
Predictability merupakan konsistensi perilaku oleh
pihak penjual. Kemampuan penjual untuk memberikan
kepastian akan barang yang dijual, sehingga konsumen
dapat mengantisipasi dan memprediksi tentang kinerja
penjual. Predictability meliputi citra diri dari penjual, resiko
atau akibat yang mampu diprediksi dan konsistensi.60
3. Jenis – Jenis Kepercayaan
Menurut Mowen dan Minor terdapat beberapa jenis
kepercayaan, diantaranya sebagai berikut:61
a. Kepercayaan atribut produk
Pengetahuan tentang sebuah objek memiliki sebut
atribut khusus yang disebut kepercayaan atribut objek.
Kepercayaan atribut - objek menghubungkan sebuah atribut
dengan objek, seperti seseorang, barang atau jasa. Melalui
kepercayaan atribut objek, konsumen menyatakan apa yang
diketahui tentang sesuatu dalam hal variasi atributnya.
59 Wibowo, “Manajemen Perubahan”, (Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 2006), h. 380.
60 Restika, Firdayanti, “Persepsi Risiko Melakukan E-Commerce
dengan Kepercayaan Konsumen dalam Membeli Produk Fashion Online”,
Jurnal of Sosial and Industrial Psychology, Vol. 1, 2012, h. 178.
61 Jhon Mowen, dan Michael Minor, “Perilaku Konsumen,
Terjemahan Dwi Kartika Yahya, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 312.
61
b. Kepercayaan manfaat atribut
Seseorang mencari produk dan jasa yang akan
menyelesaikan masalah – masalah dan memenuhi
kebutuhannya dengan kata lain memiliki atribut yang akan
memberikan manfaat yang dapat dikenal. Hubungan antara
atribut dan manfaat ini menggambarkan jenis kepercayaan
kedua. Kepercayaan atribut manfaat merupakan persepsi
konsumen tentang seberapa jauh sebuah atribut tertentu
menghasilkan, atau memberikan, manfaat tertentu.
c. Kepercayaan manfaat objek
Jenis kepercayaan ketiga dibentuk dengan
menghubungkan objek dan manfaatnya. Kepercayaan
manfaat objek merupakan persepsi konsumen tentang
seberapa jauh produk, orang atau jasa tertentu yang akan
memberikan tertentu.
Maka kepercayaan dapat memberikan pengaruh besar
terhadap organisasi, perusahaan, dan individu seseorang. Karena
dengan adanya kepercayaan yang telah terbangun, akan
memberikan keyakinan lebih untuk memberikan amanah
sepenuhnya kepada individu atau organisasi serta dapat menjalin
hubungan jangka panjang.
62
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA AMIL ZAKAT
HARAPAN DHUAFA (LAZ HARFA) BANTEN
A. Sejarah Berdirinya LAZ HARFA
Lembaga Amil Zakat Harapan Dhuafa (LAZ HARFA)
berdiri pada tanggal 25 September 2004 sebagai fusi dari
empat LAZ yang berada ditingkat kabupaten dan kota, yaitu
LAZ Harapan umat (HaRum) dan Lembaga Yatim Dhuafa
(Latifa) yang berkantor di Kabupaten Serang, LAZ Dompet
Amanah Amal Insani (DAAI) yang berkantor di Kota Cilegon
dan LAZ Amal Sejahtera yang berkantor di Kabupaten
Tangerang. Semua LAZ diatas difusikan disebabkan karena
LAZ yang diakui pemerintah hanya ada ditingkat provinsi dan
pusat.
Empat LAZ tersebut beryayasan dan telah mendapatkan
izin dan legalitas dari walikota dan bupati, dibentuk oleh para
aktivis dan pemerhati ekonomi Islam dari berbagai organisasi
dan perguruan tinggi, seperti PII, ICMI, dan IAIN dalam
rangka menyambut Undang–Undang Zakat Nomor 23 Tahun
1999 yang terbit pada era Kepresidenan BJ. Habibi. Disamping
mereka juga melihat LAZ baru ada ditingkat nasional, seperti
LAZ Dompet Dhuafa, Harapan Kita, tapi untuk tingkat
regional belum ada, hingga munculah inisiatif dari mereka
untuk membentuk LAZ tingkat regional.
Tahun 2003 terbitlah Keputusan Mentri Agama Republik
Indonesia No. 373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-
63
undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Dalam
Pasal 22 Undang–Undang tersebut, dijelaskan kriteria dan
persyaratan pendirian LAZ. Pasal tersebut hanya
mengakomodir dan menjelaskan LAZ yang bisa dikukuhkan
oleh pemerintah hanya ada di dua tingakatan saja, tingkat pusat
dan tingkat provinsi, sehingga keberadaan empat LAZ yang
berada di tingkat kabupaten atau kota tidak bisa dikukuhkan
oleh pemerintah. Dengan demikian para aktivis dari empat
LAZ di atas berinisiatif untuk menggabungkan diri satu sama
lain, hingga akhir 2004 September lahirlah LAZ HARFA.
LAZ tersebut menyepakati nama HARFA, karena mereka
ingin fokus dan concern dengan kaum dhuafa yang di
dalamnya termasuk anak yatim. Kantor pusat LAZ HARFA
berlokasikan di Ciceri Serang Banten, yang dahulunya kantor
LAZ Harapan Umat (HARUM), sedangkan kanto yang ada di
Cilegon dan Tangerang menjadi kantor cabang LAZ HARFA.
Akhir Desember 2004 terjadi tsunami di Aceh, HARFA
yang baru terbentuk langsung menggalang dana besar–besaran,
mengumpulkan sumbangan pakaian yang masih layak pakai,
lalu Januari 2005 LAZ HARFA memberangkatkan tim medis,
mengirimkan pakaian layak pakai, logistik, obat–obatan dan
sebagainya, kerja sama dengan korem. Saat itu satu–satunya
lembaga yang menggaung mengadakan penggalangan dana
dan bantuan di Provinsi Banten hanya LAZ HARFA.
Operasional terus berjalan, program–program aksi peduli
cerdas, aksi peduli sehat, aksi peduli ekonomi, aksi peduli
sosial, dan aksi peduli kemanusiaan juga terus dijalankan.
64
Undang–Undang zakat terus berkembang dan mengalami
revisi. LAZ HARFA secara yayasan sudah legal, tapi secara
kelembagaan, LAZ HARFA belum mendapatkan rekomendasi
dari gubernur, pada tahun 2008 para aktivis mengajukan
permohonan izin dan legalitas dari Kementrian Agama
Provinsi dan gubernur, tetapi mereka tidak langsung
memberikan rekomendasi, karena menunggu UU zakat yang
sedang direvisi. Kemudian terbitlah UU Zakat Nomor 23
Tahun 2011, namun belum juga bisa dikeluarkan rekomendasi,
karena harus menunggu terbitnya Peraturan Pemerintah dan
Keputusan Menteri Agama.
Undang–Undang Zakat No. 23 Tahun 2011, mengharuskan
lembaga zakat sebagai bagian dari organisasi kemasyarakatan
atau lembaga berbadan hukum, maka pada tanggal 27 Februari
2012 disahkan Akta pendirian Yayasan Harapan Dhuafa
Banten dengan Surat Keterangan Kementrian Hukum dan
HAM Republik Indonesia Nomor : AHU – 1799. AH. 01. 04
Tahun 2012 Tentang Pengesahan Yayasan Harapan Dhuafa
Banten. Maka berdasarkan akta tersebut, didirikanlah Lembaga
Amil Zakat Harapan Dhuafa (LAZ HARFA). LAZ HARFA
kemudian diresmikan pada tahun 2016 dengan Surat
Keputusan Dirjen BIMAS Kementrian Agama RI:DJ.III /651
Tahun 2016.
LAZ HARFA menghimpun dana sosial dari individu atau
korporasi, berupa zakat, infaq, shadaqah, atau bantuan
kemanusiaan lainnya untuk didayagunakan dan orang – orang
yang terlantar sesuai perintah Allah dalam Al – Qur’an Surat
65
Al – Mau’un dan amanat konstitusi, UUD 1945 Pasal 27.
Selain berupa bantuan langsung tunai yang bersifat konsumtif,
dana sosial disalurkan melalui program pendidikan, kesehatan,
dan pemberdayaan ekonomi.62
B. Visi dan Misi LAZ HARFA
1. Motto :
“Menggugah peduli mewujudkan harapan”
2. Visi :
“Menjadi lembaga terpercaya dalam pemberdayaan
dhuafa”
3. Misi :
a) Membangun partisipasi dan kepedulian masyarakat
terhadap dhuafa
b) Mengelola ZISWAF dan dana lainnya untuk
peningkatan kesejahteraan
c) Mengembangkan potensi masyarakat melalui
program pemberdayaan dan kemitraan
d) Membangun profesionalisme lembaga melalui
pelayanan yang prima
e) Membangun SDM yang berkarakter dan profesional
sebagai pelopor perubahan
4. Tujuan :
“Memberikan kemudahan pelayanan, ketetapan sasaran
dan penyaluran, dan kejelasan program serta akuntabilitas
pelaporan”.
62 Dokumen Lembaga Amil Zakat Harapan Dhuafa
66
C. Struktur Kepengurusan LAZ HARFA63
1. Pembina LAZ HARFA
a) Ketua : Drs. KH. Sulaiman Ma’ruf
b) Anggota : Wahyu Suwargi, SKM, M.Pd.
2. Pengawas Manajemen LAZ HARFA
a) Ketua : H. Subandiono, MM
b) Anggota : Ir. H. Hartono
3. Pengawas Syariah
a) Ketua : Drs. Asmuni, M.Pd.
b) Anggota : - Ustd. Ucu Samsudin, Lc
- Ustd. Zaenul Haq, Lc
4. Pengurus LAZ HARFA
a) Ketua : Mulyadi Firdaus, S.Ag.
b) Sekretaris : Dr. Fadlullah, M.Si.
c) Bendahara : Yudi Hermawan
5. Direktur LAZ HARFA
a) Indah Prihanande, SE.
6. Manajer LAZ HARFA
a) Manajer Keuangan dan SDM : Ii Irfan, SE.
b) Manajer Humas, Media, dan Fundraising:
Muhammad Mukri, S.Pd.
c) Manajer Program : Imam Hidayat
63 https://lazharfa.org/, diakses pada tanggal 8 Agustus 2020
67
7. Kepala Divisi LAZ HARFA
a) Kepala Divisi Keuangan : Hatma Wigati, SE.
b) Kepala Divisi SDM : Marjaya, S.Pd.
c) Kepala Divisi Fundraising : Sopan, S.Pd.I.
d) Kepala Divisi IT : M. Yusuf Fadilah
e) Kepala Divisi Humas : Raisa Divania, S.Kom.
f) Kepala Divisi Pendistribusian : Akhmad Hidayatullah
g) Kepala Divisi Pendayagunaan : Supriyadi
Gambar 3.1
Struktur Kepengurusan LAZ HARFA
Sumber: Dokumentasi LAZ HARFA
68
D. Legal Formal LAZ HARFA
Lembaga Amil Zakat Harapan Dhuafa (LAZ HARFA)
menjadi salah satu lembaga resmi yang bergerak dalam
pengelolaan dana ZIS, dari mulai proses fundraising,
pendistribusia, dan pendayagunaan. Legalitas formal lembaga
ini dapat dibuktikan sebagai berikut:64
1. Akta Notaris:
HM. Islamsyah Arifin, SH. No. 27 Tanggal 27 Februari
Tahun 2012
2. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia:
AHU – 1799.AH.04.Tahun 2012
3. Direktorat Kesatuan Bangsa dan Politik:
220 – 12 – 08/0017/VII/2012
4. Dinas Sosial :
460/1836/LKS/DINSOS/2018
5. Kementerian Keuangan :
PEM-0003745ER/WJP.08/KP.0103/2012
6. Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI :
DJ.III/651 Tahun 2016
64 Dokumen Lembaga Amil Zakat Harapan Dhuafa
69
E. Program – Program LAZ HARFA
1. Program LAZ HARFA
LAZ HARFA memiliki program – program
pendayagunaan dana zakat, infaq, shadaqah (ZIS)
diantaranya sebagai berikut:65
a) Channel Pendidikan
1. Gerakan teman asuh
2. Kafalah da’i
3. Harfa skill center
4. Rumah tahfidz harfa
5. Ngaji bareng abang becak (NGABACA)
6. Sentuhan hati muallaf
7. Kajian remaja masjid
b) Channel Kesehatan
1. Advokasi kesehatan
2. Khitanan Gen – Ha
3. Ambulance gratis
4. Klinik medika harfa
c) Channel Ekonomi
1. Qordhul hasan
2. Bantuan gerobak usaha
3. Pemberdayaan ekonomi muallaf
4. Kelompok keuangan mikro (KKM)
65 https://lazharfa.org/, diakses pada tanggal 8 Agustus 2020
70
d) Program Khusus
1. Semangat ramdhan
2. Qurban VAGANZA
3. Aqiqah
e) Program Disaster
1. Pengurangan resiko bencana Tas Antisipasi
Bencana, Sosialisasi Penanggulangan Resiko
Bencana (PRB), Pelatihan Penaggulangan Resiko
Bencana (PRB).
2. Tanggap darurat (Rescue, Food Item, Non Food
Item, Wash, Shelter, Health)
3. Disaster Recovery Program HUNTARA (Hunian
Sementara), WASH (Water, Sanitation, and
Hygiene), Bantuan Fasilitas Usaha, Dukungan
Psikososial, Bantuan Pendidikan, Pembentukan
Karakter Nelayan, Pemberian Modal Usaha,
Pendampingan Belajar Anak.
f) Program Humanitarian Relief
LAZ HARFA ikut serta dalam memberikan
bantuan kemanusiaan bagi saudara – saudara kita di
luar Indonesia yang terdampak konflik kemanusiaan
maupun kebencanaan. Bantuan kemanusiaan ini LAZ
HARFA sudah membantu dan tersebar ke beberapa
negara, seperti: Palestina, Suriah, dan Rohingya.
71
g) Program Desa Harapan
Desa harapan adalah proses pembangunan dimana
masyarakat berinisiatif untuk memulai proses
kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi
diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya berhasil
dinilai sebagai “pemberdayaan masyarakat” apabila
kelompok komunitas atau masyarakat tersebut
menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai
subyek. Pada program desa harapan terdapat program
khusus, diantaranya sebagai berikut:
1. Community Lead Total Sanitation (CLST)
Program CLST merupakan penyedia sarana
untuk MCK yang telah terbagi di beberapa desa
yang menjadi kebutuhan masyarakat.
2. Kelompok Keuangan Mikro (KKM)
Kelompok Keuangan Mikro (KKM)
merupakan program dana bergulir, salah satu
sarana untuk meningkatkan pendapatan keluarga.
Melalui program ini diharapkan aktivitas
perekonomian di suatu daerah akan semakin
meningkat seiring bertambahnya tingkat
pendapatan mereka, karena memperoleh
pembiayaan yang bukan untuk kegiatan
konsumtif, melainkan wajib digunakan untuk
modal usaha.
72
3. Sarana Air Bersih (SAB)
Program pembangunan sarana air bersih
melibatkan partisipasi masyarakat melalui
pendekatan CLST. Pendekatan CLST adalah
suatu pendekatan yang diterapkan untuk
memfasilitasi masyarakat dalam memahami
permasalahan dan potensi peningkatan sanitasi di
komunitasnya.
4. Promosi Kesehatan (PROMKES)
Promosi kesehatan, kegiatan mengedukasi
masyarakat untuk hidup sehat dan memberikan
informasi yang pada tingkatan lebih lanjut dapat
memicu kesadaran masyarakat mengenai
program atau gerakan yang tengah direncanakan
oleh pemerintah.
5. Pemanfaatan Lahan Pekarangan (PLP)
Pemanfaatan lahan pekarangan, kegiatan
yang sangat memberikan pengaruh positif dan
melibatkan semua elemen masyarakat khususnya
perempuan yang berstatus sebagai ibu rumah
tangga, sebagai wujud kemandirian pangan.
6. Pemberdayaan DIFABEL
Setiap warga berhak hidup sejahtera lahir
dan batin serta bertempat tinggal di lingkungan
hidup yang baik serta berhak mendapatkan
73
layanan kesehatan termasuk para kaum
DIFABEL. LAZ HARFA peduli DIFABEL
dengan cara memberikan modal usaha non
bergulir dengan tujuan para kaum DIFABEL
terus berkembang menuju kehidupan yang lebih
baik.
7. Sosialisasi Perlindungan Anak dan Sosialisasi
Gender
Sosialisasi perlindungan anak sebagai
wujud dalam melindungi anak – anak negeri dari
kekerasan di dalam rumah tangga dan melakukan
pendekatan secara edukasi kepada para orang tua
sebagai wujud terciptanya keharmonisan
keluarga.
LAZ HARFA tengah berusaha membangun
pemahaman agar kerja – kerja yang difasilitasi
oleh LAZ HARFA tidak memicu terjadinya
beragam bentuk ketidakadilan yang berbasis pada
gender, antara lain diskriminasi, marjinalisasi,
beban berlebihan, pemberian label negative, dan
kekerasan.
74
Tabel 3.1
Jumlah Penerima Manfaat Tahun 2007-2018
No. Program Jumlah Penerima
1 Pendidikan 11.794
2 Kesehatan 18.534
3 Ekonomi 2.036
4 Khusus 20.523
5 Disaster 96.387
6 Humanitarian Relief
7 Desa Harapan 40.966
2. Wilayah Program66
a) Kota Serang
b) Kabupaten Serang
c) Kota Cilegon
d) Kabupaten Pandeglang
e) Kabupaten Lebak
66 https://lazharfa.org/, diakses pada tanggal 8 Agustus 2020
75
3. Alamat Kantor67
a) Kantor Pusat (Serang)
Jalan Ciwaru Raya, Komplek Pondok Citra I, No. 1B
RT. 04/18, Kelurahan Cipare, Kecamatan Serang,
Kota Serang, Provinsi Banten, Telp. (0254) 200825.
b) Kantor Cabang Cilegon
Jalan Letnan Jenderal R. Suprapto Link. Ramanuju
Baru RT. 08/04 Kelurahan Purwakarta, Kota Cilegon.
c) Kantor Cabang Pandeglang
Jalan Rangkasbitung KM. 3 Pandeglang, Kampung
Sabitangtu, RT. 06/02, Desa Bangkonol, Kecamatan
Koroncong Pandeglang, Telp. (0253) 5501222.
d) Kantor Cabang Lebak
Jalan. Soekarno Hatta Bypass, Kelurahan Cibadak,
Rangkasbitung, Kab. Lebak, Provinsi Banten.
67 https://lazharfa.org/, diakses pada tanggal 8 Agustus 2020
76
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Strategi Fundraising LAZ HARFA
LAZ HARFA merupakan salah satu lembaga nirlaba yang
bergerak dalam penghimpunan dan pengelolaan dana zakat,
infaq, shadaqah, dan wakaf. Maka dari itu LAZ HARFA sudah
semestinya memiliki strategi dalam meningkatkan minat
masyarakat untuk menunaikan zakat, infaq, shadaqah, dan
wakaf, mulai dari individu, kelompok, instansi, atau organisasi
lainnya.
Strategi dalam meningkatkan minat masyarakat agar dapat
mengalokasikan dana ZISWAF kepada lembaga zakat. Maka
hal yang perlu dilakukan oleh lembaga zakat itu sendiri, yaitu
mempersiapkan metode fundraising dengan membuat
perencanaan program – program kegiatan agar pesan tentang
ZISWAF dapat tersampaikan kepada masyarakat.
Strategi fundraising sangat penting untuk dipersiapkan
dalam upaya pendukung dalam menjalankan suatu program
bagi lembaga zakat. Setiap lembaga zakat pasti memiliki
caranya masing – masing dalam proses penghimpunan, khusus
bagi LAZ HARFA strategi fundraising yang kami terapkan
menjadi dua cara, pertama melakukan penghimpunan secara
langsung, dan kedua penghimpunan secara tidak langsung.68
68 Hasil wawancara bapak Marjaya, S.Pd (Ka. Divisi SDM), pada
tanggal 11 September 2020
77
Dalam pelaksanaannya LAZ HARFA melakukan beberapa
strategi fundraising yang terbagi menjadi dua metode, yaitu
pertama dengan cara direct fundraising, dan metode kedua
dengan cara inderct fundraising. Dari kedua metode tersebut
terdapat program kegiatan yang dipersiapkan untuk
memfasilitasi penghimpunan dana yang akan diberikan
masyarakat, berikut penjelasan dari metode yang terdapat di
LAZ HARFA: 69
1. Direct Fundraising (penghimpunan secara langsung)
Direct fundraising merupakan suatu metode dalam
pelaksanaannya menggunakan teknik – teknik atau cara
penghimpunan dana yang dilakukan secara langsung
dengan melibatkan partisipasi fundraiser berhadapan
langsung dengan muzakki. Ada beberapa metode direct
fundraising yang diaplikasikan oleh LAZ HARFA
diantaranya sebagai berikut:
a. Pelayanan di kantor LAZ HARFA
Dalam optimalisasi pelayanan perlu adanya sebuah
kantor sebagai sarana untuk memberikan fasilitas
kepada para muzakki agar mereka dapat lebih mudah
mendapatkan informasi secara langsung. Sekaligus
dapat meningkatkan kepercayaan muzakki terhadap
lembaga zakat itu sendiri dan memudahkan mereka
69 Hasil wawancara bapak Marjaya, S.Pd (Ka. Divisi SDM), pada
tanggal 11 September 2020
78
untuk membayar ZIS dengan mendatangi kantor LAZ
HARFA secara langsung.
b. Gerai zakat
Memberikan solusi kemudahan bagi para muzakki
untuk mendapatkan informasi dan memabayar ZIS
tidak hanya di kantor lembaga zakat itu sendiri, akan
tetapi LAZ HARFA memberikan solusi dengan
membuka beberapa gerai zakat agar dapat
memberikan kemudahan bagi para muzakki. Gerai
zakat LAZ HARFA belokasikan di berbagai titik
seperti di perkantoran, di pusat perbelanjaan (mall,
pasar, dsb), di sekitar masjid besar, di beberapa
moment event Islami, dan di tempat umum lainnya
yang memiliki potensi banyaknya muzakki.
c. Sosialisasi door to door
Mensosialisasikan informasi secara langsung
sangat penting dalam upaya memberikan pemahaman
perihal ZIS kepada para muzakki serta meningkatkan
minat muzakki untuk menunaikan ZIS, perlu adanya
sosialisasi door to door dengan cara mendatangi
langsung kelokasi para muzakki atau membuat janji
pertemuan di waktu tertentu. Dengan cara ini dapat
mempengaruhi muzakki dengan memberikan
motivasi, karena mereka akan merasa bahwa mereka
diikut sertakan sebagai partisipasi untuk memberikan
kesejahteraan bagi orang yang membutuhkan.
79
d. Brosur
Brosur merupakan salah satu media sebagai sarana
untuk memberikan informasi produk yang berisikan
program – progaram, gambar pendukung, alamat,
nomor telepon, dan no. rekening bagi lembaga itu
sendiri, yang kemudian akan disebar luaskan
diberbagai tempat.
e. Spanduk
Spanduk merupakan sarana untuk memberikan
informasi dengan berupa gambar dan kalimat ajakan
yang dipasang di beberapa tempat umum dan event
tertentu, agar pesan yang ingin disampaikan dapat
diketahui oleh para muzakki.
f. Kotak keping cinta (KKC)
Kotak keping cinta (KKC) adalah salah satu metode
berupa celengan yang dibuat oleh LAZ HARFA untuk
memberikan motivasi kepada para muzakki agar
supaya mereka dapat melatih diri untuk bersedekah
harian, hal ini menjadi cara yang baik untuk
menumbuhkan rasa peduli di lingkungan keluarga
khususnya bagi anak-anak karena dari kecil mereka
sudah dilatih menabung untuk sedekah. Jika celengan
sudah terisi penuh dapat diberikan langsung ke kantor
LAZ HARFA atau bisa menggunakan layanan jemput
zakat dengan cara menghubungi langsung bagian
pelayanan di LAZ HARFA.
80
g. Menjalin kerjasama dengan pihak lain
Strategi fundraising yang dilakukan LAZ HARFA
dalam memaksimalkan penghimpunan agar dapat
berjalannya program dengan baik, maka perlu adanya
kerjasama dengan pihak lain. LAZ HARFA telah
membangun kerjasama dengan beberapa pihak
diantaranya seperti para pelaku usaha, instansi, dan
kepemerintahan.
2. Indirect Fundraising (penghimpunan secara tidak
langsung)
Indirect fundraising merupakan suatu metode
dalam pelaksanaanya menggunakan teknik – teknik atau
cara penghimpunan dana yang dilakukan dengan cara
tidak melibatkan partisipasi muzakki secara langsung
melalui beberapa sarana. Ada beberapa metode indirect
fundraising yang diaplikasikan oleh LAZ HARFA
diantaranya sebagai berikut:
a. Telepon
Telepon merupakan media komunikasi yang sering
digunakan untuk memberikan kemudahan bagi para
muzakki agar mendapatkan informasi tentang zakat
atau lembaga zakat itu sendiri. Bagi para muzakki
yang ingin membutuhkan pelayanan zakat dapat
mencari kontak telepon lembaga melalui brosur,
spanduk, dan media iklan lainnya.
81
b. SMS Blast
SMS Blast menjadi sarana untuk menyampaikan
pesan singkat dengan mengatas namakan lembaga. Isi
pesan yang dikirim kepada muzakki berisikan
informasi ajakan untuk berzakat, serta memberikan
informasi laporan donasi yang telah diterima oleh
lembaga.
c. Website
LAZ HARFA memiliki website yang dapat diakses
dengan mudah oleh muzakki untuk mencari informasi
tentang zakat. Website resmi LAZ HARFA yang
diakses oleh masyarakat yaitu https://lazharfa.org/,
website tersebut berisikan informasi tentang profile
LAZ HARFA, program kegiatan, pelayanan zakat,
berita seputar zakat, laporan penghimpunan dan
pendistribusian dana ZIS.
d. Media Sosial
Media sosial merupakan salah satu sarana media
komunikasi yang hanya dapat digunakan secara
online. Para pengguna media sosial dapat
memanfaatkan hal ini untuk berkomunikasi, berbagi
informasi, berinterkasi, serta dapat menyampaikan
pesan melalui gambar dan video.
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein
mendesinisikan media sosial sebagai “sebuah
kelompok aplikasi yang berbasis internet yang
dibangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0
82
dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user –
generated content”.2
LAZ HARFA memiliki akun media sosial aktif
yang dipergunakan untuk menyampaikan infomasi
zakat, ajakan untuk berdonasi, dokumentasi kegiatan,
dan laporan donasi. Ada beberapa media sosial yang
digunakan oleh LAZ HARFA diantaranya sebagai
berikut:
1) Facebook
Facebook meruapakan akun media sosial
yang dapat dimanfaat untuk menyampaikan
informasi melalui kalimat pesan atau gambar dan
video kegiatan, agar supaya kegiatan lembaga
dapat diketahui oleh para muzakki. Untuk akun
facebook LAZ HARFA yaitu @laz.harfa.
Gambar 4.1
Facebook LAZ HARFA
Sumber: Facebook LAZ HARFA
2 Kaplan, Andreas dan Michael Haenlein, User of The World, Untiled
The Challenges and Opportunities of Sosial Media (Business Horizons: 2010),
53(1): 59-68.
83
2) Twitter
Selain media sosial facebook yang
dipergunakan oleh LAZ HARFA, terdapat akun
media sosial lain yaitu twitter untuk
menginfomasikan perkembangan kegiatan.
Nama akun twitter LAZ HARFA dapat diakses
oleh para muzakki yaitu @laz_harfa.
Gambar 4.2
Twitter LAZ HARFA
Sumber: Twitter LAZ HARFA
3) Instagram
Akun media sosial selanjutnya yang
dipergunakan oleh LAZ HARFA yaitu
instagram. Instagram memiliki fungsi yang sama
seperti facebook dan tweeter untuk
menyampaikan informasi kepada muzakki
melalui gambar dan video. Nama akun instagram
LAZ HARFA yaitu @laz.harfa.
84
Gambar 4.3
Instagram LAZ HARFA
Sumber: Instagram LAZ HARFA
4) WhatsApp
Berikutnya media sosial yang digunakan
oleh LAZ HARFA yaitu whatsapp, media sosial
yang dipergunakan untuk mengirim pesan kepada
para muzakki berupa ajakan berdonasi, laporan
penghimpunan dan pendistribusian, program
kegiatan, serta foto dan video kegiatan.
Gambar 4.4
WhatsApp LAZ HARFA
Sumber: WhatsApp LAZ HARFA
85
B. Implementasi Strategi Fundraising LAZ HARFA
Implementasi strategi fundraising pada LAZ HARFA
dalam meningkatkan kepercayaan muzakki, telah terealisasikan
dengan adanya beberapa program pelayanan yang diberikan
agar dapat memeberikan kemudahan kepada para muzakki
untuk membayar zakat. Berikut bentuk pelayanan yang
terdapat di LAZ HARFA:70
1. Layanan Administrasi LAZ HARFA
a. Infomasi lembaga dan program kegiatan.
b. Layanan pemesanan aqiqah,
Formulir pemesanan aqiqah:
1) Nama:
2) Email:
3) No. Handphone:
4) Kantor pemesanan:
5) Petugas input:
6) Sumber info aqiqah dari:
c. Recruitment relawan zakat,
Formulir relawan zakat:
1) Nama:
2) Tanggal lahir:
3) No. Handphone:
4) Email:
5) Alamat:
6) Mengapa ingin jadi relawan:
70 https://lazharfa.org/, diakses pada tanggal 8 Agustus 2020
86
7) Posisi relawan:
8) Upload foto diri terbaru:
d. Layanan untuk donasi
e. Rekening LAZ HARFA
f. Form mustahik
g. Konfirmasi donasi jemput zakat
2. Layanan Muzakki
a. Konsultisasi zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf.
b. Infomasi laporan penghimpunan dan penditribusian
zakat, dan bukti setoran donasi.
c. Konfirmasi pembayaran zakat dan donasi melalui SMS
atau Email.
3. Layanan Pembayaran ZIS
a. Pembayaran ZIS dapat dilakukan melalui kantor LAZ
HARFA, pembayaran ZIS dapat dilakukan melalui
gerai zakat yang berlokasi di beberapa titik keramaian
seperti masjid besar, mall, dan perkantoran khususnya
pada saat bulan ramadhan.
87
b. Pembayaran ZIS dapat melalui Bank via transfer ATM,
internet banking, mobile banking, dan SMS banking.
Para muzakki dapat berdonasi melalui rekening LAZ
HARFA sebagai berikut:71
1) Rekening zakat
a. Bank : BTN Syriah
No. Rekening : 7191111114
Atas Nama : Yayasan Harfa Banten
b. Bank : Bank Syariah Mandiri
No. Rekening : 7105718408
Atas Nama : LAZ HARFA
c. Bank : BJB Syariah
No. Rekening : 0050301000942
Atas Nama : Yayasan HARFA Banten
d. Bank : BNI
No. Rekening : 2001616162
Atas Nama : Harapan Dhuafa Banten
2) Rekening Infaq
a. Bank : BTN Syariah
No. Rekening : 7191003624
Atas Nama : Yayasan Harfa Banten
b. Bank : Bank Syariah Mandiri
No. Rekening : 7003346538
Atas Nama : Yayasan HARFA Banten
71 https://lazharfa.org/, diakses pada tanggal 8 Agustus 2020
88
c. Bank : BJB
No. Rekening : 0078118441100
Atas Nama : Yayasan HARFA Banten
d. Bank : BNI
No. Rekening : 2001717171
Atas Nama : Yayasan HARFA Banten
e. Bank : BNI Syariah
No. Rekening : 0264089319
Atas Nama : Yayasan HARFA Banten
f. Bank : BRI
No. Rekening : 008401000593562
Atas Nama : Yayasan HARFA Banten
g. Bank : BCA
No. Rekening : 2451369221
Atas Nama : Yayasan HARFA Banten
h. Bank : Mandiri
No. Rekening : 1630003848580
Atas Nama : Yayasan HARFA Banten
3) Rekening Wakaf
a. Bank : Muamalat
No. Rekening : 3930000477
Atas Nama : Yayasan HARFA Banten
4. Layanan jemput zakat
Layanan jemput zakat adalah dalah satu program
yang dibuat oleh LAZ HARFA untuk memberikan
kemudahan bagi para muzakki yang tidak bisa datang
langsung ke kantor atau gerai zakat. Bagi para muzakki
89
yang ingin menggunakan layanan jemput zakat dapat
menghubungi ke nomor telepon sesuai domisili muzakki.
Berikut nomor telepon kantor pusat dan cabang LAZ
HARFA:72
a. Kantor Pusat
Jalan Ciwaru Raya, Komplek Pondok Citra 1 No. 1b,
Kota Serang Banten. (0254) 200825.
b. Cabang Pandeglang
Jalan Raya Rangkasbitung KM. 3 Sabitangtu, Desa
Bangkonol, Kecematan Keroncong, Kabupaten
Pandeglang. (0253) 5213960.
c. Cabang Cilegon
Jalan Letnan Jedral R. Suprapto KM. 37, Kecamatan
Purwakarta, Kelurahan Ramanuju Cilegon Banten.
(0254) 7819478.
d. Cabang Lebak
Jalan Soekarna Hatta Bypass, Kelurahan Cibadak,
Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.
(08179612122).
72 https://lazharfa.org/, diakses pada tanggal 8 Agustus 2020
90
C. Rekapitulasi Penghimpunan dan Jumlah Muzakki
LAZ HARFA selalu berupaya dalam merealisasikan
penghimpunan dana ZIS, jumlah muzakki, dan pendistribusian
sesuai dengan target pencapaian dan tepat pada sasaran yang
nanti akan diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan
baik bersifat konsumtif atau bersifat produktif. Berikut ini
beberapa realisasi pencapian LAZ HARFA yang telah
berlangsung dalam 3 tahun kebelakang pada tahun 2017 –
2019:73
1. Rekapitulasi Hasil Penghimpunan LAZ HARFA
Penghimpunan dana ZIS pada LAZ HARFA setiap
tahun mengalami penigkatan, karena LAZ HARFA dalam
setiap proses penghimpunan selalu mengimplementasikan
strategi untuk mempengaruhi para muzakki serta
memahami perubahan kondisi yang selalu berubah setiap
tahunnya.
Tabel 4.1
Jumlah Pengimpunan Dana ZIS
73 Dokumen Lembaga Amil Zakat Harapan Dhuafa
0
5.000.000.000
10.000.000.000
15.000.000.000
20.000.000.000
Penghimpunan Dana ZIS
2017 2018 2019
91
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa
penghimpunan dana ZIS terbesar pada tahun 2019 yaitu
Rp. 16.502.365.654, kemudian pada tahun 2018 LAZ
HARFA memperoleh penghimpunan sebesar Rp.
8.510.953.988, dan adapun jumlah peroleh yang terkecil
yaitu pada tahun 2017 sebesar Rp. 5.035.080.766.
2. Rekapitulasi Pencapaian Jumlah Muzakki
LAZ HARFA selalu berupaya dalam meningkatkan
pencapaian jumlah muzakki setiap tahunnya, dengan
memberikan pelayanan terbaik kepada para muzakki agar
supaya mendapatkan kepercayaan serta profesionalitas
lembaga. Dengan harapan para muzakki akan memberikan
amanah sebagian harta yang mereka berikan kepada
lembaga zakat untuk dikelola dengan baik dan digunakan
sebagaimana mestinya.
Pada tahun 2017 hingga sampai tahun 2019
pencapaian jumlah muzakki dalam setiap bulannya
mengalami kenaikan dan penurunan, hal tersebut dapat
disebabkan karena adanya momentum waktu yang dapat
mempengaruhi para muzakki, sebagai contoh moment
tersebut terjadi pada bulan Suci Ramadhan dan Hari Raya
bagi ummat muslim.
92
Tabel 4.2
Jumlah Muzakki Tahun 2017
Pada tahun 2017 pencapai jumlah muzakki tertinggi
terjadi pada bulan Juni berjumlah 1.750 pencapian
tertinggi pada bulan Juni terjadi karena bertepatan pada
waktu bulan Ramdhan, sehingga banyak para muzakki
yang mengeluarkan zakat, infaq, dan shadaqah kepada
LAZ HARFA, dan pencapaian terendah terjadi pada bulan
Januari berjumlah 108.
No. Bulan Jumlah
1 Januari 108
2 Februari 154
3 Maret 297
4 April 297
5 Mei 258
6 Juni 1.750
7 Juli 314
8 Agustus 318
9 September 269
10 Oktober 211
11 November 239
12 Desember 182
Total 4.397
93
Tabel 4.3
Grafik Jumlah Muzakki Tahun 2017
Kemudian pada tahun 2018 jumlah muzakki
kembali bertambah, namun sama seperti tahun 2017 dalam
setiap bulan jumlah muzakki mengalami kenaikan dan
penurunan.
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
94
Tabel 4.4
Jumlah Muzakki Tahun 2018
Pada tahun 2018 peroleh jumlah muzakki terjadi
pada akhir tahun yaitu bukan Desember berjumlah 1.050
pencapaian terbesar pada bulan Desember terjadi karena
adanya bencana tsunami di Banten, sehingga banyaknya
bantuan yang diberikan kepada LAZ HARFA, dan jumlah
muzakki terendah terjadi pada bulan Juni 136.
Jika diakumulasikan secara keseluruhan jumlah
muzakki tahun 2018 berjumlah 4.624 lebih banyak
dibangingkan tahun 2017 dengan jumlah 4.397.
No. Bulan Jumlah
1 Januari 274
2 Februari 326
3 Maret 392
4 April 427
5 Mei 837
6 Juni 136
7 Juli 380
8 Agustus 549
9 September 398
10 Oktober 538
11 November 367
12 Desember 1.050
Total 4.624
95
Tabel 4.5
Grafik Jumlah Muzakki Tahun 2018
Kemudian pada tahun 2019 jumlah muzakki setiap
bulannya sama seperti tahun sebelumnya, perolehan
jumlah muzakki selalu naik turun.
Tabel 4.6
Jumlah Muzakki Tahun 2019
No. Bulan Jumlah
1 Januari 706
2 Februari 309
3 Maret 371
4 April 376
5 Mei 3.392
6 Juni 1.273
7 Juli 518
8 Agustus 531
0
200
400
600
800
1000
1200
96
Pada tahun 2019 jumlah muzakki mengalami
kenaikan yang sangat signifikan bila dibandingkan tahun
sebelum yaitu tahun 2017 dan 2018, dengan perolehan
sebanyak 9.931 muzakki, dan perolehan tertinggi terjadi
pada bulan Mei berjumlah 3.392, pencapian tertinggi pada
bulan Mei terjadi karena bertepatan pada waktu bulan
Ramdhan, sehingga banyak para muzakki yang
mengeluarkan zakat, infaq, dan shadaqah kepada LAZ
HARFA, dan jumlah terendah terjadi bulan Februari
berjumlah 309.
Tabel 4.7
Grafik Jumlah Muzakki Tahun 2019
9 September 533
10 Oktober 512
11 November 672
12 Desember 738
Total 9.931
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
97
Tabel 4.8
Grafik Jumlah Muzakki Tahun 2017 - 2019
Dari uraian tabel diatas dapat kita ketahui bahwa dalam
upaya meningkatkan pertumbuhan jumlah muzakki yang terjadi
pada LAZ HARFA mengalami penigkatan setiap tahunnya.
Pada tahun 2017 pertumbuhan jumlah muzakki yaitu 4.397, lalu
kemudian pada tahun 2018 bertambah menjadi 4.624, dan
mengalami peningkatan terbanyak terjadi pada tahun 2019
mencapai 9.931.
Maka dapat disimpulkan bahwa LAZ HARFA dalam
pencapaian penghimpunan, dan jumlah muzakki dalam waktu 3
tahun mulai dari tahun 2017 – 2019 mengalami peningkatan dan
akan terus bertambah setiap tahun. Dikarenakan strategi
fundrising dana ZIS pada LAZ HARFA berjalan dengan baik
dan sesuai dengan target pencapian.
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
Pertumbuhan Muzakki
2017 2018 2019
98
BAB V
ANALISIS STRATEGI FUNDRAISING LEMBAGA AMIL
ZAKAT HARAPAN DHUAFA (LAZHARFA)
A. Strategi Fundraising LAZ Harapan Dhuafa (HARFA)
Zakat semakin berkembang seiring berjalannya waktu
dengan adanya permasalahan yang terjadi karena suatu kondisi
yang membedakan antara zaman dahulu dengan era modern
saat ini. zakat suatu kewajiban bagi masyarakat beragama
Islam yang memenuhi syarat syariah Islam sebagai muzakki
untuk mengeluarkan sebagian pendapatan atau harta guna
diberikan kepada mustahik yang telah di tetapkan Syariah
Islam.
Perlu diketahui, dahulu pengelolaan dana ZIS dilakukan
menggunakan metode klasik, yakni dengan cara diberikan
kepada seorang amil yang sudah dipercaya dan diamanahkan
untuk mengelola dana tersebut. Akan tetapi proses pengelolaan
dana ZIS dengan menggunakan metode tersebut kurang
optimal dalam meningkatkan peran ZIS dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, karena kurangnnya sosialisasi akan
pentingnya berzakat, serta kurangnnya pelaporan dana ZIS
dalam proses pengelolaan tersebut. Sehingga dapat
mengakibatkan rendahnya ketertarikan umat muslim untuk
mengeluarkan ZIS dan hilangnnya kepercayaan para muzakki
terhadap seorang amil. Jika proses pengelolaan tersebut terus
belanjut, maka yang terjadi dalam pengelolaan ZIS dari mulai
penghimpunan sampai pendistribusian ZIS tidak maksimal.
99
Perkembangan zakat di Indonesia mengalami peningkatan,
hal ini dapat dilihat dari banyaknya lembaga yang di dirikan
oleh pemerintah maupun swasta. Tingginya perkembangan
lembaga zakat tidak lepas dari besarnya potensi zakat. Maka
dari itu Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 dirasa tidak cukup
untuk mengakomodir perkembangan potensi zakat di
Indonesia sehingga komisi VIII DPR RI merumuskan Undang-
Undang tentang pengelolaan dana zakat yang baru yaitu,
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 dan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono telah menandatangani peraturan
pemerintah No. 14 Tahun 2014 tentang pelaksanaan Undang-
Undang tersebut pada 14 Februari 2014.1
Pemerintah serta para ulama dan akademisi memiliki peran
dalam menciptakan lembaga pengelola zakat dengan tujuan
untuk memberikan pengetahuan zakat kepada seluruh
masyarakat serta memfasilitasi pelayanan zakat yang baik agar
supaya dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat
untuk membayar zakat. Dengan begitu adanya lembaga
pengelola ZIS (zakat, infaq, dan shadaqah) akan terwujudnya
kesejahteraan bagi umat muslim khususnya masyarakat
Indonesia. Maka berdirilah salah satu Organisasi pengelola
zakat yaitu Lembaga Amil Zakat Harapan Dhuafa (LAZ
HARFA) yang merupakan lembaga nirlaba yang bergerak
dalam penghimpunan dan pengelolaan dana zakat, infaq,
1 Iffatul Auliyaa’ Alwi, Optimalisasi Penghimpunan dan
Pendistribusian Zakat Yang Memberdayakan Di Yayasan Dana Sosial Al-
Falah(YDSF) Surabaya, (Skripsi, UIN Sunan Ampel:2014), h. 6.
100
shadaqah, dan wakaf. Maka dari itu LAZ HARFA sudah
semestinya memiliki strategi dalam meningkatkan minat
masyarakat untuk menunaikan zakat, infaq, shadaqah, dan
wakaf, mulai dari individu, kelompok, instansi, atau organisasi
lainnya.
Diperlukan strategi dalam meningkatkan minat masyarakat
agar dapat mengalokasikan dana ZISWAF kepada lembaga
zakat. Maka hal yang perlu dilakukan oleh lembaga zakat itu
sendiri, yaitu mempersiapkan strategi dan konsep fundraising
dengan membuat perencanaan program – program kegiatan
agar pesan tentang ZISWAF dapat tersampaikan kepada
masyarakat.
Dalam pelaksanaannya LAZ HARFA melakukan beberapa
strategi fundraising yang terbagi menjadi empat strategi pokok,
yaitu pertama menciptakan program, kedua kampanye, ketiga
kerjasama program, keempat membuat layanan terbaik. Dari
keempat strategi tersebut dilakukan dengan tujuan
meningkatkan minat masyarakat untuk menunaikan zakat serta
meningkatkan jumlah donasi dana zakat, infaq, dan shadaqah.
Berikut penjelasan dari keempat strategi yang terdapat di LAZ
HARFA:
1. Strategi Menciptakan Program
Menciptakan program merupakan strategi awal
agar dapat mempengaruhi donatur dengan membuat
program yang menarik dengan kreatifitas yang terus
berkembang sesuai dengan kondisi yang terjadi di
masyarakat. Program kegiatan lembaga zakat menjadi
101
sebuah produk yang akan ditawarkan kepada para donatur.
Jika program kegiatan dibuat dengan konsep yang dapat
menarik simpati para donatur serta dikemas dengan baik,
maka hal itu akan mempengaruhi para donatur agar dapat
berpartisipasi dalam mensukseskan program kegiatan
tersebut.
2. Strategi Promosi
Strategi promosi merupakan proses kegiatan untuk
mensosialisasikan pengetahuan tentang zakat, program
kegiatan maupun infomasi seputar lembaga zakat itu
sendiri. mempromosikan program kegiatan lembaga zakat
dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. hal itu
bertujuan agar supaya masyarakat dapat memahami
pengetahuan tentang zakat, mensukseskan program
kegitan, serta dapat meningkatkan minat masyarakat untuk
membayar zakat, infaq, dan shadaqah.
3. Strategi Kerjasama Program
Membangun suatu kerjasama dengan pemerintah
dan lembaga swasta merupakan bentuk aktualisasi dalam
merealisasikan program-program kegiatan zakat mulai dari
penghimpunan sampai pendayagunaan dana zakat.
Lembaga zakat harus mampu memiliki sistem
pengelolaan dana yang baik serta dapat menciptakan
program dengan konsep yang terbaik, agar supaya
mendapatkan kepercayaan dari mitra untuk menjalin
kerjasama dengan tujuan mensukseskan program kegiatan
zakat.
102
4. Strategi Membuat Layanan Terbaik
Membuat layanan terbaik merupakan salah satu
strategi untuk meningkatkan kepercayaan serta
memberikan kemudahan kepada para donatur untuk
membayar zakat, hal itu bertujuan untuk meningkatkan
minat donatur untuk mendonasikan sebagian hartanya.
Meningkatkan kepercayaan dapat dilakukan dengan
memberikan program layanan konsultasi ZIS sampai
transparansi laporan dana mulai dari penghimpunan sampai
pendistribusian dana zakat, dan menjalin kedekatan
emosional kepada para donatur dengan mempertahankan
hubungan komunikasi yang baik.
Keempat strategi tersebut merupakan cara untuk
mendapatkan kepercayaan minat para donatur dan
meningkatkan jumlah donasi mulai dari individu atau
kelompok. Dengan berjalan secara bersamaan dan saling
bersinergi satu sama lain, maka keempat strategi tersebut akan
mampu mencapai target sesuai dengan harapan lembaga zakat
itu sendiri.
B. Implementasi Strategi Fundraising
Implementasi strategi merupakan tahap proses realisasi
dari sebuah formulasi strategi yang telah dibuat. Dalam tahap
ini akan menentukan hasil dari formulasi strategi yang akan
menjadi sebuah tolak ukur dalam kesuksesan strategi pada
LAZ HARFA.
103
Implementasi strategi LAZ HARFA dalam optimalisasi
penghimpunan dana ZIS serta meningkatkan minat muzzaki
untuk berzakat terbagi menjadi beberapa strategi, diantaranya:
1. Strategi Menciptakan Program
Proses pembuatan program di LAZ HARFA
dilakukan secara maksimal dengan konsep yang baik agar
supaya dapat mempengaruhi donatur dengan program yang
menarik dengan kreatifitas yang terus berkembang sesuai
dengan kondisi yang terjadi di masyarakat. Jika program
kegiatan dibuat dengan konsep yang dapat menarik simpati
para donatur serta dikemas dengan baik, maka hal itu akan
mempengaruhi para donatur agar dapat berpartisipasi
dalam mensukseskan program kegiatan lembaga.
Tabel 5.1
Program LAZ HARFA
No Program Kegiatan
1 Chanel Pendidikan 1. Gerakan teman asuh
2. Kafalah da’i
3. Harfa skill center
4. Rumah tahfidz harfa
5. Ngaji bareng abang becak
(NGABACA)
6. Sentuhan hati muallaf
7. Kajian remaja masjid
104
2 Chanel Kesehatan 1. Advokasi kesehatan
2. Khitanan Gen – Ha
3. Ambulance gratis
4. Klinik medika harfa
3 Chanel Ekonomi 1. Qordhul hasan
2. Bantuan gerobak usaha
3. Pemberdayaan ekonomi
muallaf
4. Kelompok keuangan
mikro (KKM)
4 Program Khusus 1. Semangat ramdhan
2. Qurban VAGANZA
3. Aqiqah
5 Program Disaster 1. Pengurangan resiko
bencana Tas Antisipasi
Bencana, Sosialisasi
Penanggulangan Resiko
Bencana (PRB), Pelatihan
Penaggulangan Resiko
Bencana (PRB).
2. Tanggap darurat (Rescue,
Food Item, Non Food
Item, Wash, Shelter,
Health)
3. Disaster Recovery
Program HUNTARA
105
(Hunian Sementara),
WASH (Water,
Sanitation, and Hygiene),
Bantuan Fasilitas Usaha,
Dukungan Psikososial,
Bantuan Pendidikan,
Pembentukan Karakter
Nelayan, Pemberian
Modal Usaha,
Pendampingan Belajar
Anak.
6 Humanitarian Relief LAZ HARFA ikut serta
dalam memberikan bantuan
kemanusiaan bagi saudara
kita di luar Indonesia yang
terdampak konflik
kemanusiaan maupun
bencana.
7 Desa Harapan 1. Community Lead Total
Sanitation (CLST)
2. Kelompok Keuangan
Mikro (KKM)
3. Sarana Air Bersih (SAB)
4. Promosi Kesehatan
(PROMKES)
106
5. Pemanfaatan Lahan
Pekarangan (PLP)
6. Pemberdayaan DIFABEL
7. Sosialisasi Perlindungan
Anak dan Sosialisasi
Gender
4. Strategi Promosi
Terdapat strategi promosi yang diterapkan untuk
penghimpunan serta mensosialisasikan program kegiatan
lembaga dan pengetahuan tentang zakat. Strategi ini
dilakukan dengan beberapa metode yaitu promosi proses
kegiatan untuk mensosialisasikan pengetahuan tentang
zakat, program kegiatan dan infomasi seputar lembaga
zakat itu sendiri. Strategi promosi fundraising telah
dijelaskan pada bab 4 dengan dua metode yang dapat
memberikan dampak besar terhadap kemajuan LAZ
HARFA.
107
Tabel 5.2
Pengelompokan Strategi Promosi
No Direct Indirect
1 Pelayanan di kantor
• Layanan administrasi
• Layanan muzakki
• Layanan pembayaran ZIS
• Layanan jemput zakat
Telpon
2 Gerai zakat SMS blast
3 Sosialisasi door to door Website
4 Brosur Media sosial
5 Spanduk
6 Kotak keping cinta (KKC)
7 Kerjasama dengan pihak lain
108
5. Strategi membangun kerjasama dengan mitra
Menjalin kerjasama dengan pihak pemerintah,
perusahaan, dan organisasi lainnya, merupakan bentuk
aktualisasi dalam merealisasikan program kegiatan zakat
mulai dari penghimpunan sampai pendayagunaan dana
zakat. Program kegiatan dan kerjasama oleh LAZ HARFA
dari yang sudah berakhir hingga kerjasama yang masih
berjalan sampai saat ini yaitu sebagai berikut:
a. Pada tahun 2005 LAZ HARFA bekerjasama dengan
KUIS (koalisi untuk indonesia sehat), dalam rangka
program kegiatan advokasi, komunikasi, dan mobilisasi
sosial pada program TBC di 10 kecamatan yang berada
di kabupaten pandeglang
b. Pada tahun 2006 LAZ HARFA bekerjasama dengan
KUIS (koalisi untuk indonesia sehat), dalam rangka
program kegiatan kampanye cuci tangan pakai sabun.
c. Pada tahun 2007 LAZ HARFA bekerjasama dengan
CARITAS dan AUSAID dalam rangka program CLTS
(Community Led Total Sanitation) yang merupakan
sebuah program pendekatan dalam pembangunan
sanitasi pedesaan di 11 desa dari 5 kecamatan yang
berada di kabupaten pandeglang.
d. Pada tahun 2005 – 2007 LAZ HARFA bekerjasama
dengan PCI (project concern internasional), dalam
rangka program CLTS (Community Led Total
Sanitation) yang merupakan sebuah program
109
pendekatan dalam pembangunan sanitasi pedesaan di 3
kecamatan yang berada di kabupaten pandeglang.
e. Pada tahun 2013 LAZ HARFA bekerjasama dengan
BPZIS Mandiri dalam rangka program kegiatan bakti
sosial.
f. Pada tahun 2015 LAZ HARFA bekerjasama dengan
Dinas Kesehatan, Bappeda dalam rangka program
kegiatan menyusun buku putih sanitasi.
g. Pada tahun 2015 LAZ HARFA bekerjasama dengan
LAZNAS BSM dalam rangka program kegiatan bedah
rumah dan sarana air bersih.
h. Pada tahun 2013 dan 2016 LAZ HARFA bekerjasama
dengan Dare Foundation dalam rangka program
kegiatan pemberian alat bantu gerak untuk DIFABEL.
i. Pada tahun 2013 LAZ HARFA bekerjasama dengan
Komunitas Al – Ikhlas Tangerang pimpinan bapak
Nasuha dan PT. Panca Pastika Mandiri dalam rangka
program kegiatan bakti sosial, santunan Yatim dan
Dhuafa, dan bantuan bencana banjir di desa Pairloa,
desa Waringin Jaya, dan desa Pasirkadu.
j. Pada tahun 2016 LAZ HARFA bekerjasama dengan
LAZIS PLN dalam rangka program kegiatan bantuan
sarana air bersih.
k. Pada tahun 2016 LAZ HARFA bekerjasama dengan
Universitas Indonesia dalam rangka program kegiatan
bank sampah.
110
l. Pada tahun 2016 LAZ HARFA bekerjasama dengan
Komunitas Al – Ikhlas Tangerang pimpinan bapak
Nasuha dan PT. Panca Pastika Mandiri dalam rangka
program kegiatan bantuan pembangunan Madrasah
Diniyah Pasirkadu.
m. Program berkelanjutan yang dilakukan setiap tahun
LAZ HARFA bekerjasama dengan PKPU, RZ, dan ACT
dalam rangka program kegiatan penyaluran qurban.
n. Program berkelanjutan yang dilakukan setiap tahun
LAZ HARFA bekerjasama dengan PKPU, ACTB, RZ,
BSMI, DD dan ACT dalam rangka program kegiatan
tanggap darurat bencana banjir.
6. Maintenance muzakki
Maintenance muzakki merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan kepercayaan para muzakki untuk
menunaikan zakat, hal itu bertujuan untuk meningkatkan
minat muzakki untuk mendonasikan sebagian hartanya.
Cara ini dilakukan dengan menyesuaikan apa yang
menjadi kebutuhan bagi para muzakki, terdapat beberapa
maintenance muzakki yang dilakukan oleh LAZ HARFA,
diantaranya sebagai berikut:
a. Aktif dan terlibat dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Memabngun relasi dengan para muzakki yang loyal,
aktif, tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh besar
di masyarakat, dan peduli kesejahteraan masyarakat.
111
c. Mengadakan acara dengan mengundang para muzakki
dengan tujuan untuk mempererat hubungan dengan
para muzakki.
d. Infomasi laporan penghimpunan, penditribusian, dan
bukti setoran donasi.
e. Membangun komunikasi yang baik dengan para
muzakki.
f. Memberikan kemudahan kepada para muzakki untuk
membayar zakat.
g. Memberikan informasi program terbaru dan seputar
lembaga secara berkala.
h. Menjaga dan melindungi privasi muzakki.
C. Evaluasi berdasarkan Analisis SWOT pada Strategi
Fundraising dalam Meningkatkan Kepercayaan Muzakki
Pada umumnya setiap Badan Amil Zakat (BAZ) dan
Lembaga Amil Zakat (LAZ) memiliki manajemen strategi
yang diterapkan dalam proses pengelolaan dana zakat, berawal
dari merancang sebuah formulasi strategi yang dilanjutkan
dengan implementasi strategi serta sampai pada tahap
pembuktian yaitu realisasi terhadap strategi yang telah
dilaksanakan.
Akan tetapi pada dasarnya manajemen strategi bersifat
progresif, dalam prosesnya strategi dibuat untuk mencapai
suatu target yang menjadi sebuah tujuan pada masa yang akan
datang. Maka tahap akhir dalam manajemen strategi yakni
evaluasi, dalam tahap ini kita dapat mengetahui dengan secara
detail terkait proses strategi yang telah dilaksanakan. Dengan
112
informasi data yang telah didapatkan maka kita akan
mengetahui strategi yang telah dibuat berfungsi dengan baik
atau tidak, dengan begitu pada tahap ini kita akan mengetahui
segala permasalahan yang terjadi pada lembaga dan mencari
solusi untuk penyelesaian dari setiap permasalahan tersebut,
adanya evaluasi manajemen strategi pada lembaga, dengan
harapan kedepannya akan diperbaiki serta menjadi lebih baik
dari sebelumnnya.
1. Analisis SWOT Strategi Fundraising LAZ HARFA
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
analisis SWOT agar supaya dapat mengidentifikasi
berbagai faktor secara sistematis dalam merancang strategi
pada organisasi atau perusahaan.
Menurut Rangkuti, SWOT adalah singkatan dari
lingkungan internal strength dan weakness serta
lingkungan eksternal opportunity dan threat yang dihadapi
dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara
faktor eksternal peluang (opportunity), dan ancaman
(threat) dengan faktor internal kekuatan (strength), dan
kelemahan (weakness).74
74 Freddy Rangkuti, Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisi SWOT,
Cet. Ke-24 pada November 2018, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
1997), h. 18.
113
Berdasarkan hasil temuan data pada LAZ
HARFA, analisis SWOT pada strategi fundraising dalam
meningkatkan kepercayaan muzakki sebagai berikut:
a. Strength (kekuatan)
1) Memiliki badan hukum dan struktur organisasi,
LAZ HARFA memiliki legalitas formal yang
menjadikan salah satu lembaga resmi yang
bergerak dalam pengelolaan dana ZIS dan memiliki
struktur kepengurusan yang jelas.
2) Memiliki bangunan kantor khusus, LAZ HARFA
memberikan kemudahan bagi para muzakki agar
dapat membayar zakat dan konsultasi langsung
tentang zakat dengan amil yang terpercaya dan
profesional.
3) Loyalitas tenaga kerja, LAZ HARFA memiliki
tenaga kerja yang loyalitas dalam melayani para
muzakki, dengan mengedapankan niat ibadah dan
peduli akan kesejahteraan masyarakat.
4) Program kegiatan pemberdayaan unggulan, dengan
program unggulan yang diberikan kepada para
muzakki untuk kesejahteraan masyarakat,
meningkatkan kepercayaan para muzakki.
5) Kerjasama dengan pihak lain, menjalin kerjasama
dengan pihak lain seperti tokoh masyarakat,
perusahaan, pemerintah, dan lembaga zakat
lainnya. Menjadi sebuah kekuatan bagi LAZ
114
HARFA dalam mensukseskan program kegiatan
lembaga.
6) Pendistribusian zakat terprogram, dana ZIS yang
terkumpul selanjutnya akan disalurkan secara
terprogram, adil, dan bertanggung jawab.
7) Memiliki relawan zakat, para relawan zakat yang
terdaftar di LAZ HARFA memberikan kontribusi
untuk berjalannya kegiatan lembaga.
b. Weakness (kelemahan)
1) Belum dikenal oleh masyarkat, salah satu yang
menjadi kelemahan pada LAZ HARFA yaitu
banyaknya masyarakat yang belum mengenal LAZ
HARFA.
2) Latar belakang pendidikan tenaga kerja berbeda,
sebagian tenaga kerja yang ada di LAZ HARFA
bukan berasal dari bidang ZISWAF, maka hal ini
menjadi sebuah keharusan bagi para tenaga kerja
untuk mempelajari tentang zakat, infaq, shadaqah,
dan wakaf (WAKAF).
3) LAZ HARFA masih berada pada tingkat provinsi,
jangkauan LAZ HARFA kepada masyarkat masih
berada di tingkat provinsi belum pada tingkat
nasional, sehingga masih banyak masyarakat diluar
Banten yang belum mendapatkan informasi tentang
LAZ HARFA.
115
c. Opportunity (peluang)
1) Mayoritas masyarkat Banten bergama Islam,
banyaknya masyarakat yang beragam Islam dapat
dengan mudah mensosialisasikan dan mengajak
masyarakat untuk berzakat karena bagi umat
muslim zakat merupakan salah satu rukun Islam,
sehingga memiliki potensi muzakki yang sangat
besar.
2) Besarnya dukungan dari berbagai pihak, adanya
dukungan dari pemerintah daerah dan para tokoh
masyarakat menjadi peluang besar bagi LAZ
HARFA untuk mensosialisasikan seputar lembaga
dan program kegiatan.
3) Perkembangan teknologi informasi dikalangan
masyarakat terus berkembang, teknologi yang terus
berkembang memberikan kemudahan bagi LAZ
HARFA untuk memberikan informasi kepada
seluruh masyarakat.
4) Kesadaran masyarakat untuk berzakat terus
bertambah, hal ini dapat terjadi karena adanya peran
para tokoh agama yang selalu menyuarakan untuk
berzakat dan manfaat bagi yang melakukannya.
116
d. Threat (ancaman)
1) Kebijakan pemerintah, perubahan regulasi yang
sewaktu-waktu dilakukan oleh pemerintah dapat
mempengaruhi manajemen dan proses kegiatan
BAZ atau LAZ.
2) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang zakat,
banyaknya masyarakat yang belum mengetahui
informasi seputar zakat, akan menjadi sebuah
hambatan bagi LAZ HARFA.
3) Tingkat kepercayaan masyarakat kepada LAZ
masih rendah, hal ini dapat disebabkan karena
kurangnya transparansi laporan keuangan lembaga
serta bersifat umum, sehingga masyarakat masih
lebih percaya untuk menyalurkan zakat secara
langsung ke para mustahik.
4) Berdirinya LAZ lain di Banten, adanya LAZ lain
selain LAZ HARFA menjadi sebuah tantangan
dalam proses penghimpunan dana ZIS dan
mendapatkan kepercayaan muzakki.
2. Analisis SWOT Berdasarkan IFAS dan EFAS
Tahap selanjutnya dari analisis SWOT pada strategi
fundraising LAZ HARFA yaitu analisis matrik IFAS dan
EFAS dengan melakukan pembobotan atas faktor-faktor
internal dan eksternal dari yang telah dijelaskan
sebelumnya. Analisis menggunakan matrik IFAS dan
EFAS digunakan untuk mengetahui bagaimana keadaan
perusahaan dari segi internal dan eksternal. Setelah
117
diketahui nilai dari matrik IFAS dan matrik EFAS, maka
dapat dapat dilihat posisi perusahaan berdasarkan nilai
matrik IFAS dan EFAS pada Diagram SWOT.75
Melakukan perhitungan total nilai dengan
menghitung perkalian bobot dan rating. Penilaian terhadap
poin faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengaruhi
penilaian lainnya. Rentang besaran bobot adalah 1 – 4.
Angka yang paling kecil menunjukan bobotnya tidak
berpengaruh hingga angka terbesar menunjukan bobot
yang berpengaruh. Sedangkan rating adalah bagaimana
menilai faktor dengan tingkat kepentingannya.76Dari hasil
analisis SWOT pada strategi fundraising LAZ HARFA,
dapat diidentifikasikan menggunakan analisis IFAS dan
EFAS, hasil analisis dari strategi fundraising adalah
sebagai berikut:
a. Hasil Internal Factor Analysist Summary (IFAS)
Setelah faktor-faktor strategi internal pada LAZ
HARFA telah diidentifikasikan, maka selanjutnya
dapat dirumuskan strategi internal tergolong sebagai
kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) pada
lembaga.
75 Freddy Rangkuti, Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisi SWOT,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997), Cet. Ke-24 pada November
2018, h. 27.
76 Muhammad Ismail Yusanto, dan Muhammad Karebet
Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, (Pejaten: Khairul
Bayaan, 2003), h. 333-34
118
Tabel 5.3
Pembobotan Faktor Internal
No Faktor Internal Bobot
1 2 3 4
1 Memiliki badan hukum dan struktur
organisasi √
2 Memiliki bangunan kantor √
3 Loyalitas tenaga kerja √
4 Program kegiatan unggulan √
5 Kerjasama dengan pihak lain √
6 Pendistribusian terprogram √
7 Memiliki relawan zakat √
8 Belum dikenal oleh masyrakat √
9 Latar belakang pendidikan tenaga
kerja berbeda √
10 LAZ HARFA masih tingkat provinsi √
Keterangan:
1. Kurang penting
2. Agak penting
3. Penting
4. Sangat penting
Menurut Rangkuti, rating adalah analisis terhadap
kemungkinan yang akan terjadi. Faktor internal
didapat dari penjumlahan keseluruhan bobot, total
keseluruhan sebagai berikut: 4 + 4 + 3 + 3 + 4 + 3 + 3
119
+ 3 + 2 + 3 = 32 , setiap skala akan dibagi dengan total
keseluruhan skala faktor, maka akan menghasilkan
angka 1.77
Tabel 5.4
Perhitungan Skala Bobot
No Rating Jumlah
1 4/32 0,12
2 4/32 0,12
3 3/32 0,09
4 3/32 0,09
5 4/32 0,12
6 3/32 0,09
7 3/32 0,09
8 3/32 0,09
9 2/32 0,06
10 3/32 0,09
Jumlah 1,00
Setelah nilai bobot telah didapat dari faktor –
faktor internal, tahap selanjutnya yaitu membuat
matrik IFAS, berikut penjelasan matrik IFAS dalam
bentuk tabel:
77 Freddy Rangkuti, Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisi SWOT,
Cet. Ke-24 pada November 2018, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
1997), h. 22.
120
Tabel 5.5
Matrik IFAS Strengths (kekuatan)
No Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Strength (kekuatan)
1
Memiliki badan
hukum dan
struktur organisasi
0,13 4 0,52
2 Memiliki
bangunan kantor 0,13 4 0,52
3 Loyalitas tenaga
kerja 0,09 4 0,36
4 Program kegiatan
unggulan 0,09 3 0,27
5 Kerjasama dengan
pihak lain 0,13 4 0,52
6 Pendistribusian
terprogram 0,09 3 0,27
7 Memiliki relawan
zakat 0,09 3 0,27
Jumlah Skor Strength (kekuatan) 2,73
Keterangan:
1. Sedikit kuat
2. Agak kuat
3. Kuat
4. Sangat kuat
121
Tabel 5.6
Matrik IFAS Weakness (kelemahan)
No Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Weakness (kelemahan)
1 Belum dikenal
oleh masyrakat 0,09 2 0,18
2
Latar belakang
pendidikan tenaga
kerja berbeda
0,04 1 0,04
3
LAZ HARFA
masih berada pada
tingkat provinsi
0,09 3 0,27
Jumlah Skor Weakness (kelemahan) 0,49
Keterangan:
1. Sedikit lemah
2. Agak lemah
3. lemah
4. Sangat lemah
Total Skor Pembobotan:
• Jumlah Skor (S) - Jumlah Skor (W)
= 2,73 - 0,49
= 2,24
122
Berdasarkan dari uraian tabel 5.5 dan 5.6, bahwa
faktor internal pada strength (S) dan weakness (W)
menunjukan hasil yang berbeda. Faktor kekuatan
tertinggi adalah memiliki badan hukum, struktur
organisasi, memiliki bangunan kantor, dan kerjasama
dengan pihak lain. Sedangkan pada faktor kelemahan
tertinggi terjadi pada LAZ HARFA masih berada pada
tingkat provinsi.
b. Hasil Eksternal Factor Analysist Summary (EFAS)
Setelah faktor-faktor strategi eksternal pada LAZ
HARFA telah diidentifikasikan, maka selanjutnya
dapat dirumuskan strategi eksternal tergolong sebagai
peluang (opportunity) dan ancaman (threat) pada
lembaga.
123
Tabel 5.7
Pembobotan Faktor Eksternal
No Faktor Eksternal Bobot
1 2 3 4
1 Mayoritas masyarkat Banten
bergama Islam √
2 Besarnya dukungan dari berbagai
pihak √
3
Perkembangan teknologi informasi
dikalangan masyarakat terus
berkembang
√
4 Kesadaran masyarakat untuk
berzakat terus bertambah √
5 Kebijakan pemerintah √
6 Kurangnya pemahaman masyarakat
tentang zakat √
7 Tingkat kepercayaan masyarakat
kepada LAZ masih rendah √
8 Berdirinya LAZ lain di Banten √
Keterangan:
1. Kurang penting
2. Agak penting
3. Penting
4. Sangat penting
124
Faktor internal didapat dari penjumlahan
keseluruhan bobot, total keseluruhan sebagai berikut:
4 + 4 + 4 + 4 + 3 + 3 + 4 + 3 = 29 , setiap skala akan
dibagi dengan total keseluruhan skala faktor, maka
akan menghasilkan angka 1.
Tabel 5.8
Perhitungan Skala Bobot
No Rating Jumlah
1 4/29 0,13
2 4/29 0,13
3 4/29 0,13
4 4/29 0,13
5 3/29 0,10
6 3/29 0,10
7 4/29 0,13
8 3/29 0,10
Jumlah 1,00
Setelah nilai bobot telah didapat dari faktor –
faktor eksternal, tahap selanjutnya yaitu membuat
matrik EFAS, berikut penjelasan matrik EFAS dalam
bentuk tabel:
125
Tabel 5.9
Matrik EFAS Opportunity (peluang)
No Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Opportunity (peluang)
1
Mayoritas
masyarkat Banten
bergama Islam
0,13 4 0,52
2
Besarnya
dukungan dari
berbagai pihak
0,13 3 0,39
3
Perkembangan
teknologi
informasi
dikalangan
masyarakat terus
berkembang
0,13 4 0,52
4
Kesadaran
masyarakat untuk
berzakat terus
bertambah
0,13 3 0,39
Jumlah Skor Opportunity (peluang) 1,82
Keterangan:
1. Sedikit berpeluang
2. Agak berpeluang
3. Berpeluang
4. Sangat berpeluang
126
Tabel 5.10
Matrik EFAS Threat (ancaman)
No Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Threat (ancaman)
1 Kebijakan
pemerintah 0,10 2 0,20
2
Kurangnya
pemahaman
masyarakat
tentang zakat
0,10 4 0,40
3
Tingkat
kepercayaan
masyarakat
kepada LAZ
masih rendah
0,13 3 0,39
4 Berdirinya LAZ
lain di Banten 0,10 4 0,40
Jumlah Skor Threat (ancaman) 1,39
Keterangan:
1. Sedikit terancam
2. Agak terancam
3. Terancam
4. Sangat terancam
Total Skor Pembobotan:
• Jumlah Skor (O) - Jumlah Skor (T)
= 1,82 - 1,39
= 0,43
127
Berdasarkan dari uraian tabel 5.9 dan 5.10,
bahwa faktor eksternal pada opportunity (O) dan threat
(T) menunjukan hasil yang berbeda. Faktor peluang
tertinggi terdapat pada faktor mayoritas masyarakat
Banten beragama Islam, dan Perkembangan teknologi
informasi dikalangan masyarakat terus berkembang.
Sedangkan pada faktor ancaman terbesar pada LAZ
HARFA yaitu Kurangnya pemahaman masyarakat
tentang zakat, dan Berdirinya LAZ lain di provinsi
Banten.
3. Analisis Diagram SWOT
Setelah mengelompokan dari hasil data pada
faktor internal dan eksternal, maka perlu adanya analisis
diagram SWOT dengan menggunakan data yang telah
diolah pada faktor internal tabel 5.5, dan 5.6, serta faktor
eksternal tabel 5.9, dan 5.10.
Menentukan titik koordinat dengan melakukan
pengurangan antara jumlah total pengurangan strength (S)
dengan weakness (W) atau (X= S – W), dan jumlah total
pengurangan opportunity (O) dengan treath (T) atau (Y= O
– T), sehingga akan menjadi titik sumbu demi mencari
posisi organisasi yang akan ditunjukan oleh titik (X,Y).78
Hasil skor yang telah didapat yaitu (X= 2,73 – 0,49 = 2,24)
dan (Y= 1,82 – 1,39 = 0,43).
78 Muhammad Ismail Yusanto, dan Muhammad Karebet
Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, (Pejaten: Khairul
Bayaan, 2003), h. 33-34
128
Y
Stren
gth
(2,7
3)
Threat (-1,39)
Wea
knes
s (-
0,4
9)
Opportunity (1,82)
X
4
3
2
1
-4 1
-4
4 3 2 -1 -2 -3
-1
-2
-3
Q I: Agresif
Q IV: Defensif
Q III: Turn Around
Q II: Diversifikasi
(1,8
2)
Y=(0,43) X=(2,24)
Gambar 5.1
Diagram Analisis SWOT
Keterangan:
Kuadran 1:
Kuadran satu merupakan situasi yang menguntungkan.
Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan
sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif (growt oriented
stratefy).
129
Kuadran 2:
Kuadran dua merupakan situasi menghadapi berbagai
ancaman, perusahaan masih memiliki kekuatan dari segi
internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi
(produk/pasar).
Kuadran 3:
Kuadran tiga merupakan situasi menghadapi peluang yang
sangat besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa
kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran
ini mirip dengan Question Mark pada BCG Matrix. Fokus
strategi ini adalah meminimalkan masalah – masalah
internal perusahaan sehingga dapat membuat peluang pasar
yang lebih baik.
Kuadran 4:
Kuadran empat merupakan situasi yang sangat tidak
menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi
beberbagai ancaman dan kelemahan internal.79
79 Freddy Rangkuti, Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisi SWOT,
Cet. Ke-24 pada November 2018, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
1997), h. 27.
130
Berdasarkan hasil diagram analisis SWOT pada
gambar 5.1 diatas. Letak titik koordinat LAZ HARFA
dalam diagram SWOT berada pada kuadran 1, maka dapat
disimpulkan bahwa posisi LAZ HARFA berada pada
kuadran 1. Mengartikan bahwa LAZ HARFA berada pada
situasi yang menguntungkan. Lembaga tersebut memiliki
peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan
peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam
kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan
yang agresif. Maka fokus strategi ini dilakukan dengan
tujuan mencapai pertumbuhan pada kekuatan legalitas
lembaga, program kegaiatan unggulan, manajemen
lembaga, dan kepercayaan muzakki. Dengan harapan dapat
menjadi lembaga amil zakat (LAZ) yang terpercaya dan
terbaik.
4. Analisis Matrik SWOT
Matrik SWOT dapat menggambarkan secara
jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan
dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat
menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi.80
80 Freddy Rangkuti, Teknik Membedah......, h. 83.
131
Tabel 5.11
Matrik SWOT
IFAS
EFAS
Strength (S)
1. Memiliki
badan hukum
dan struktur
organisasi
2. Memiliki
bangunan
kantor
3. Loyalitas
tenaga kerja
4. Program
kegiatan
unggulan
5. Kerjasama
dengan pihak
lain
6. Pendistribusia
n terprogram
7. Memiliki
relawan zakat
Weakness (W)
1. Belum dikenal
oleh masyrakat
2. Latar belakang
pendidikan
tenaga kerja
berbeda
3. LAZ HARFA
masih berada
pada tingkat
provinsi
Opportunity
(O)
1. Mayoritas
masyarkat
Banten
bergama
Islam
2. Besarnya
dukungan
dari
berbagai
pihak
3. Perkembang
an teknologi
informasi
dikalangan
Strategi SO
1. Meningkat
hubungan
baik dengan
masyarakat
2. Meningkatkan
kerjasama
dengan pihak
lain, serta
menjaga
hubungan
baik dengan
para mitra
3. Meningkatkan
strategi
berbasis
Strategi WO
1. Meningkatkan
sosialisasi
program
kegiatan
lembaga kepada
masyarakat
2. Meningkatkan
pengetahuan
para amil
tentang lembaga
dan fiqh
ZISWAF
3. Meningkatkan
jangkauan
132
masyarakat
terus
berkembang
4. Kesadaran
masyarakat
untuk
berzakat
terus
bertambah
teknologi
informasi
komukasi
(online) yang
baik
4. Meningkatkan
syiar motivasi
tentang
pengetahuan
ZISWAF
kepada
masyarakat
5. Meningkatkan
program yang
beragam
sehingga
dapat
meningkatkan
minat donatur
dan
memperluas
saluran
pendistribusia
n
lembaga hingga
tingkat nasional
4. Meningkatkan
kemampuan IT
kepada para
tenaga kerja
Threat (T)
1. Kebijakan
pemerintah
2. Kurangnya
pemahaman
masyarakat
tentang
zakat
3. Tingkat
kepercayaan
masyarakat
kepada LAZ
masih
rendah
Strategi ST
1. Membangun
kerjasama
dan menjaga
hubungan
baik dengan
pihak
pemerintah
2. Meningkatka
n aktivitas
dakwah
tentang
ZISWA
kepada
masyarakat
Strategi WT
1. Meningkatn
citra lembaga
yang baik
2. Bersinergi
dengan
organisasi
pengelola zakat
(OPZ) lainnya,
untuk
memberikan
manfaat kepada
masyarakat
3. Meninkatkan
hubungan
dengan para
133
4. Berdirinya
LAZ lain di
Banten
3. Meningkatka
n integritas,
profesionalit
as, dan
transparansi
lembaga
4. Meningkatka
n manajemen
lembaga dan
membangun
hubungan
baik dengan
organisasi
pengelola
zakat lainnya
tokoh
masyarakat
untuk
mensosialisasik
an program
kegiatan
lembaga
Berdasarkan hasil matrik SWOT diatas, maka
alteranatif strategi yang dapat diterapkan pada LAZ
HARFA, sebagai berikut:
a. Strategi SO (Strength dan Opportunity)
1) Meningkat hubungan baik dengan masyarakat
2) Meningkatkan kerjasama dengan pihak lain, serta
menjaga hubungan baik dengan para mitra
3) Meningkatkan strategi berbasis teknologi informasi
komukasi (online) yang baik
4) Meningkatkan syiar motivasi tentang pengetahuan
ZISWAF kepada masyarakat
5) Meningkatkan program yang beragam sehingga
dapat meningkatkan minat donatur dan memperluas
saluran pendistribusian
134
b. Strategi WO (Weakness dan Opportunity)
1) Meningkatkan sosialisasi program kegiatan
lembaga kepada masyarakat
2) Meningkatkan pengetahuan para amil tentang
lembaga dan fiqh ZISWAF
3) Meningkatkan jangkauan lembaga hingga tingkat
nasional
4) Meningkatkan kemampuan IT kepada para tenaga
kerja
c. Strategi ST (Strength dan Threat)
1) Membangun kerjasama dan menjaga hubungan
baik dengan pihak pemerintah
2) Meningkatkan aktivitas dakwah tentang ZISWA
kepada masyarakat
3) Meningkatkan integritas, profesionalitas, dan
transparansi lembaga
4) Meningkatkan manajemen lembaga dan
membangun hubungan baik dengan organisasi
pengelola zakat lainnya
d. Strategi WT (Weakness dan Threat)
1) Meningkatn citra lembaga yang baik
2) Bersinergi dengan organisasi pengelola zakat
(OPZ) lainnya, untuk memberikan manfaat kepada
masyarakat
3) Meninkatkan hubungan dengan para tokoh
masyarakat untuk mensosialisasikan program
kegiatan lembaga
135
Berdasarkan hasil analisis SWOT terhadap strategi
fundraising pada LAZ HARFA dalam meningkatkan
kepercayaan muzakki menunjukan hasil yang baik dalam
setiap proses berjalannya aktivitas program yang telah dibuat,
dengan kekuatan, peluang, dan kemampuan dalam manajemen
strategi yang baik sehingga dapat berjalan dengan baik dalam
meningkatkan kepercayaan para muzakki. Dari hasil
kesimpulan analisis SWOT bila diintegrasikan dengan hasil
data pencapaian jumlah donatur yang telah didapatkan,
bahwasannya dalam setiap tahun LAZ HARFA mengalami
peningkatan pada jumlah donatur.
Hasil dari penerepan strategi fundraising dalam pencapaian
jumlah donatur dari tahun 2017 sampai 2019 terus bertambah,
pencapaian jumlah donatur pada tahun 2017 mencapai 4.397,
lalu pada tahun 2018 jumlah donatur meningkat mencapai
4.624 donatur yang artinya mengalami peningkatan hingga
5.1% dari tahun sebelumnya. Peningkatan strategi fundraising
pada LAZ HARFA terus dilakukan, sehingga hasil dari
evaluasi tersebut memberikan pengaruh besar pada LAZ
HARFA, karena pada tahun 2019 pencapaian jumlah donatur
meningkat hingga 114.7% dibandingkan dengan tahun 2018
yaitu mencapai 9.931donatur.
Maka hal ini dapat disimpulkan, bahwa strategi fundraising
dalam meningkatkan kepercayaan muzakki pada LAZ
HARFA Banten terlakasana dengan baik serta efektif untuk
dilanjutkan pada tahun yang akan datang.
136
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang
Strategi Fundraising Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS)
Dalam Upaya Menigkatkan Kepercayaan Muzakki Pada
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Harapan Dhuafa (HARFA)
Banten Tahun. Maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut.
1. Strategi Fundraising LAZ Harapan Dhuafa (HARFA)
LAZ HARFA membuat rancangan strategi fundraising
yang terbagi menjadi empat strategi. Dari keempat strategi
tersebut dilakukan dengan tujuan meningkatkan minat
masyarakat untuk menunaikan zakat serta meningkatkan
jumlah donatur dan himpunan dana zakat, infaq, dan
shadaqah. Berikut keempat strategi yang terdapat di LAZ
HARFA:
a. Strategi Menciptakan Program
b. Strategi Promosi
c. Strategi Kerjasama Program
d. Strategi Membuat Layanan Terbaik
137
2. Implementasi Strategi
Dalam pelaksanaannya LAZ HARFA melakukan
beberapa strategi fundraising diantaranya sebagai berikut:
a. Strategi Menciptakan Program
LAZ HARFA memiliki beberapa program kegiatan,
diantaranya:
1) Chanel Pendidikan
2) Chanel Kesehatan
3) Chanel Ekonomi
4) Program Khusus
5) Program Disaster
6) Humanitarian Relief
7) Desa Harapan
b. Strategi Promosi
Strategi promosi terbagi menjadi dua metode:
1) Direct Fundraising (penghimpunan secara langsung)
2) Indirect Fundraising (penghimpunan secara tidak
langsung)
c. Strategi Membangun Kerjasama dengan Mitra
d. Strategi Maintenance Muzakki
3. Evaluasi Berdasarkan Analisis SWOT pada Strategi
Fundraising dalam Meningkatkan Kepercayaan
Muzakki
Berdasarkan hasil analisis SWOT terhadap strategi
fundraising pada LAZ HARFA dalam meningkatkan
kepercayaan muzakki menunjukan hasil yang baik dalam
setiap proses berjalannya aktivitas program yang telah
138
dibuat, dengan kekuatan, peluang, dan kemampuan dalam
manajemen strategi yang baik sehingga dapat berjalan
dengan baik dalam meningkatkan kepercayaan para
muzakki. Dari hasil kesimpulan analisis SWOT bila
diintegrasikan dengan hasil data pencapaian jumlah
donatur yang telah didapatkan, bahwasannya dalam setiap
tahun LAZ HARFA mengalami peningkatan pada jumlah
donatur.
Maka hal ini dapat disimpulkan, bahwa strategi
fundraising dalam meningkatkan kepercayaan muzakki
pada LAZ HARFA Banten terlaksana dengan baik serta
efektif untuk dilanjutkan pada tahun yang akan datang.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka
penulis memberikan saran dalam upaya meningkatkan strategi
fundraising pada LAZ HARFA agar kedepannya dapat
menjadi lebih baik. Saran yang diberikan kepada LAZ HARFA
sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap muzakki dalam
meningkatkan kepercayaan pada LAZ HARFA.
2. Meningkatkan profesionalitas dan integritas SDM pada
LAZ HARFA agar supaya LAZ HARFA akan terus
berkomitmen dan konsisten dalam memberikan
kesejahteraan kepada masyarakat.
3. Meningkatkan sistem manajemen yang baik dalam hal
data laporan program kegiata, pencapaian hasil
penghimpunan, pendistribusian, pendayagunaan, dan
139
database para donatur yang telah berkontribusi pada LAZ
HARFA.
4. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat dan lembaga
yang ada di indonesia terkait program kegiatan dan betapa
pentingnya berzakat.
5. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga, instansi, dan
organisasi lainnya agar dapat meningkatkan kepercayaan
dan jumlah donatur.
6. Meningkatkan ilmu teknologi dan informasi dalam hal
multimedia untuk membantu mensosialisasikan kegiatan
lembaga melalui website, media sosial, dsb. Karena pada
umumnya hampir seluruh masyarakat indonesia memiliki
gadget untuk berkomunikasi, dengan harapan sosialisasi
tentang penting berzakat dapat tersampaikan secara
maksimal.
140
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Hamid, dkk. (2009). Membangun Kemandirian
Perempuan Potensi dan Pola Derma untuk
Pemberdayaan Perempuan, Serta Strategi
Penggalangannya. Depok: Piramedia.
Ashfahani, Abu Qasim, Al. Mufradat Alfazh Al-Qur’an
(Terjemahan Ahmad Zaini Dahlan). Depok: Khazanah
Fawa'id.
Faridy, Hasan Rifa'i, Al. (2003). Panduan Zakat Praktis. Jakarta:
Dompet Dhuafa Republika.
Jamal, Ibrahim Muhammad, Al. (1986). Fiqh Wanita,
(Terjemahan Zaid Husein Al-Hamid). Semarang: Asy-
Syifa.
Qardawi, Yusuf, Al. (2011). Fiqhuz Al-Azakah, (Terjemahan
Salman Harun, Hukum Zakat). Jakarta: PT. Pustaka
Litera Antar Nusa.
Utsmani, dkk. M, Al. (2008). Ensikiopedia Zakat (Kumpulan
Fatwa Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsmani). Jakarta:
Pustaka As-Sunnah.
Shiddiieqy, Tengku Muhammad Hasbi, Ash. (1999). Pedoman
Zakat. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Ayyub, hasan. (2008). Fiqh Ibadah, Terjemahan Abdul Rosyad
Shiddiq. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Bachtiar, Wardi. (1999). Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah.
Jakarta: Logos.
Bariadi, Lili. dkk. (Jakarta). Zakat & Wirausaha. 2005: CED.
David, Fred. R. Manajemen Strategis Konsep, Edisi 12,
Terjemahan Dono Sunardi. Jakarta: Salemba Empat.
141
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Islam Direktorat Panduan
Zakat. (2013). Panduan Organisasi Pengelola Zakat.
Jakarta: CV. Refa Bumat Indonesia.
Hafidhuddin, Didin. (2006). Panduan Praktis Tentang Zakat,
Infaq, Sedekah. Jakarta: Gema Insani.
Hasibuan, Malayu S.P. (2006). Manajemen: Dasar, Pengertian,
dan Masalah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hubeis, Musa, dan Muhammad Najib. (2008). Manajemen
Strategi Dalam Pengembangan Daya Saing Organisasi.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Huda, M. Masrur. (2012). Syubhat Seputar Zakat. Solo: Tinta
Medina.
Huda, Nurul, dkk. (2015). Ekonomi pembangunan Islam. Jakarta:
Kharisma Putra Utama.
Huda, Nurul, dkk. (2015). Ekonomi Pembangunan Islam.
Jakarta: Kharisma Putra Utama.
Kardiman, A. M. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta: Pron
Hallindo.
Matondang. (2008). Kepemimpinan: Budaya Organisasi dan
Manajemen Strategik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Moleong, Lexy J. (2012). Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mu'inan, Rofi. (2011). Potensi Zakat (dari Konsumtif-Kariatif ke
Produktif-Bardayaguna) Prespektif Hukum Islam.
Yogyakarta: Citra Pusaka.
Nasional, Pusat Bahasa. (2008). Kamus Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pusat Bahasa.
Norton, Michael. (2002). Menggalang Dana: Penuntun Bagi
Lembaga Swadaya Masyarakat dan Organisasi Sukarela
di Negara-Negara Selatan, Terjemahan Masri Maris.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
142
Purwanto, April. Manajemen Fundraising Bagi Organisasi
Pengelola Zakat. Yogyakarta: Teras.
Qardawi, Yusuf. (2005). Dauru Al-Zakat fi’illaj Al-Musykilat Al-
Iqtishodiyah” terjemahan Sari Nurlita, “Spektrum Zakat
Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan. Jakarta: Zikrul
Hakim.
Rafiudin, dan Manna Abdul Djaliel. (1997). Prinsip dan Strategi
Dakwah. Bandung: Pustaka Setia.
Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus
Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sangid, Ahmad. (2008). Dahsyatnya Sedekah. Jakarta: Qultum
Media.
Sani, M. Sani. (2010). Jurus Menghimpun Fulus, Manajemen
Zakat Berbasis Masjid. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Santoso, Teguh. (2011). Marketing Strategic. Jakarta: Oriza.
Sari, Yeti. Priyatna. (2004). Zakat Pajak dan Lembaga Keuangan
Islam Dalam Tinjauan Fiqih. Solo: Era Intermedia.
Siagian, Sondang. Analisis Perumusan Kebijakan dan Strategi
Organisasi. Jakarta: PT. Gunung Agung.
Sudirman. (2007). Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas.
Malang: UIN Malang Press.
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Sumarsan, Thomas. (2013). Sistem Pengendalian Manajemen:
Konsep, Aplikasi, dan Pengukuran Kinerja. Jakarta:
Indeks.
Umar, Husein. (2001). Strategic Management In Action. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
143
Wahyono, Sentot Imam. (2008). Manajemen Tata Kelola
Manajemen Bisnis. Surabaya : Indeks.
Yasin, Ibrahim. (2008). Kitab Zakat, Hukum, Tata Cara dan
Sejarah. Bandung: Marja.
Young, Joyce, dkk. (2007). Menggalang Dana untuk Organisasi
Nirlaba, Terjemahan Siti Mashitoh. Jakarta : PT. Ina
Publikatama.
Yusanto Muhammad Ismail, dkk. (2003). Manajemen Strategis
Perspektif Syariah. Pejaten: Khairul Bayaan.
Zainuddin, Imam, Bin Abdul Latif. (2001). Ringkasan Shahih Al-
Bukhari, Terjemahan Cecep Samsul Hari dan Tolib dan
Anis. Bandung: Mizan Media Utama.
Internet
https://lazharfa.org/tentang-harfa/
https://zakat.or.id/pengertian-zakat-fitrah/
https://www.globalzakat.id/tentang/zakat-maal
Wawancara
Wawancara dengan Bapak Marjaya, S.Pd (Ka. Divisi SDM),
Pada Tanggal 11 September 2020
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1: Hasil Transkip Wawancara
Responden : Marjaya, S.Pd.
Jabatan : Ka. Divisi SDM
T : Apa strategi yang diterapkan pada LAZ HARFA dalam
penghimpunan dana ZIS untuk meningkat kepercayaan
para muzakki?
J : Dalam pelaksanaannya LAZ HARFA melakukan beberapa
strategi fundraising yang terbagi menjadi empat strategi, yaitu
pertama menciptakan program, kedua kampanye,
ketiga kerjasama program, keempat membuat layanan terbaik.
keempat strategi tersebut dilakukan dengan tujuan
meningkatkan minat masyarakat untuk menunaikan zakat
serta meningkatkan kepercayaan muzakki serta jumlah donasi
dana zakat, infaq, dan shadaqah.
T : Apa Metode yang diterapkan pada LAZ HARFA dalam
penghimpunan dana ZIS?
J : LAZ HARFA melakukan beberapa strategi fundraising yang
terbagi menjadi dua metode, yaitu pertama dengan cara direct
fundraising (penghimpunan secara langsung), dan metode
kedua dengan cara inderct fundraising (penghimpunan secara
tidak langsung). Dari kedua metode tersebut terdapat program
kegiatan yang dipersiapkan untuk memfasilitasi penghimpunan
dana yang akan diberikan masyarakat.
T (Tanya)
J (Jawab)
T : Siapakah mitra yang bekerjasama dengan LAZ HARFA
dalam penghimpunan serta mensukseskan program
kegiatan pendistribusian?
J : Menjalin kerjasama dengan mitra dalam manjalankan aktivitas
kegiatan lembaga sangat penting kita lakukan. Mulai pada
tahun 2005 hingga sampai saat ini LAZ HARFA telah menjalin
kerjasama dengan beberapa mitra yaitu pihak pemerintah,
perusahaan, dan organisasi lainnya. Kerjasama yang telah
terjalin merupakan bentuk aktualisasi dalam merealisasikan
program-program kegiatan zakat mulai dari penghimpunan
sampai pendayagunaan dana zakat
T : Bagaimana realisasi pencapaian strategi fundraising dalam
meningkatkan kepercayaan donatur, penghimpunan, dan
pendistribusian pada LAZ HARFA?
J : Pencapaian LAZ HARFA dalam penghimpunan dalam setiap
tahun terus meningkat dan terus bertambah. Dalam waktu 3
tahun mulai dari tahun 2017 – 2019. Dari laporan akhir yang
telah kita buat, bahwa pencapaian penghimpunan di tahun 2019
mencapai Rp. 16.502.365.654, pendistribusian 151.985, dan
kontribusi para donatur terus bertanbah hingga mencapai
9.931. Dari hasil pencapaian tersebut, proses yang telah kami
jalani berjalan dengan baik dan sesuai dengan target yang
diharapkan.
Lampiran 2: Dokumentasi
Kantor Pusat LAZ HARFA
Layanan Customer Service LAZ HARFA
Foto bersama dengan Bapak Marjaya, S.Pd. (Ka. Divisi SDM)
Lampiran 3: Struktur Organisasi LAZ HARFA
Struktur Kepengurusan LAZ HARFA
Lampiran 4: Surat Izin Penelitian (Skripsi)
Lampiran 5: Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 6: Surat Keterangan Penelitian Skripsi
Lampiran 7: Program Kegiatan LAZ HARFA
Program Pendidikan
HARFA Skill Center (HSC) Program Pendidikan
Beasiswa Prestasi Yatim
Program Pendidikan Khadijah Islamic School (KIS)
Program Pendidikan Tahfidz Qur’an
Program Kesehatan Community Lead Total Sanitation
Program Kesehatan Cuci Tangan Pakai Sabun
Program Kesehatan Bantuan Sarana Air Bersih
Program Kesehatan Promosi Kesehatan (PROMKES)
Seperti HYGIEN NUTRISIS
Program Ekonomi NGABACA
(Ngaji Bareng Abang Becak)
Program Kemanusiaan Aksi Peduli Kemanusiaan
LAZ HARFA