80
STRATEGI PENINGKATAN EFEKTIFITAS KOMUNIKASI MAHASISWA DAN DOSEN PEMBIMBING DALAM PENULISAN SKRIPSI (Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Manajemen SI Fakultas Ekonomi Universitas Jember) SKRIPSI Oleh Yusuf Aldhillah NIM 080810201106

strategi peningkatan efektivitas komunikasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

komunikasi antara mahasiswa dan dosen pembimbing dalam penulisan skripsi

Citation preview

Page 1: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

STRATEGI

PENINGKATAN EFEKTIFITAS KOMUNIKASI

MAHASISWA DAN DOSEN PEMBIMBING

DALAM PENULISAN SKRIPSI

(Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Manajemen SI Fakultas Ekonomi Universitas

Jember)

SKRIPSI

Oleh

Yusuf Aldhillah

NIM 080810201106

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS JEMBER

2012

Page 2: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

1. Judul : Strategi Peningkatan Efektifitas Komunikasi Mahasiswa Dan Dosen

Pembimbing Dalam Penulisan Skripsi (Studi Kasus Mahasiswa Jurusan

Manajemen SI Fakultas Ekonomi Universitas Jember)

2. Latar Belakang Masalah

Komunikasi antara mahasiswa dengan dosen seharusnya menjadi suatu

bentuk komunikasi yang berjalan dua arah, dan bukan menjadi komunikasi yang

searah. Komunikasi yang efektif adalah bentuk komunikasi yang saling

mendukung antara dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingan skripsi.

Sesuai dengan fungsi dan tugasnya, dosen pembimbing skripsi harus menyediakan

waktu bagi mahasiswa bimbinganya untuk berkonsultasi tentang masalah dalam

penelitianya. Disini peran aktif mahasiswa juga dituntut agar proses penulisan

skripsi mampu berjalan secara optimal. Selain itu faktor dari diri dalam dosen

pembimbing skripsi yang kurang memberikan waktu luang dalam melakukan

konsultasi baik yang berkaitan dengan masalah akademik ataupun masalah pribadi

mahasiswa bimbinganya yang berkaitan dengan penelitian.

Salah satu faktor penentu positif negatifnya suatu hubungan adalah

komunikasi, karena komunikasi merupakan salah satu komponen pembentuk

hubungan interpersonal. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan

penerimaan lambang yang mengandung arti, baik berupa informasi, pemikiran,

pengetahuan dan lainnya, dari komunikator ke komunikan. Komunikasi

merupakan faktor yang penting dalam hubungan interpersonal. Kebutuhan

seseorang akan rasa ingin tahu, aktualisasi diri, dan kebutuhan untuk

menyampaikan ide, pemikiran, pengetahuan dan informasi secara timbal balik

kepada orang lain dapat terpenuhi melalui komunikasi. Komunikasi juga

membantu individu dalam proses perkembangan intelektual dan sosial,

pembentukan identitas diri dan jati diri, sumber pembanding sosial dan penentu

kesehatan mental.

Di lingkungan FE-UNEJ khususnya pada program studi manajemen tidak

sedikit permasalahan antara dosen pembimbing dengan mahasiswa saat

penyusunan skripsi, dimana mahasiswa mau tidak mau harus menuruti kemauan

dari dosen pembimbing tanpa mampu untuk memberikan argumen tentang skripsi

1

Page 3: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

yang disusun. Kalaupun mahasiswa beradu argumen dengan dosen pembimbing,

tidak jarang dosen menjadi acuh terhadap mahasiswa bimbinganya. Sehingga

memberikan efek yang cukup terlihat dalam keseharian mahasiswa yang

bersangkutan, mulai dari cara berkomunikasi yang berubah, cenderung sensitif,

menjadi kurang memliki rasa hormat terhadap dosen, atau mungkin mahasiswa

cenderung menjadi pribadi yang tidak ingin mengingat bahwa dia sedang

menyusun skripsi. Disinilah tugas seorang pembimbing menjadi orang tua bagi

mahasiswa, sehingga mampu untuk memberikan kenyamanan baik dari segi

komunikasi, motivasi, serta sebagai “tempat sampah” bila diperlukan.

Permasalahan yang terjadi sebagai akibat dari proses komunikasi yang

salah. Cara berkomunikasi yang salah bisa disebabkan oleh stress, baik dari

pengrim pesan atau sebaliknya. Stress sendiri tidak selalu berdampak negatif pada

diri individu, tetapi dapat berdampak positif. Stress yang berdampak negatif

disebut distress dan stress yang berdampak positif disebut eustress. Adanya

perbedaan dampak stress pada tiap individu akan berbeda walaupun stimulus yang

menjadi sumber stress adalah sama. Stress tersebut dapat di atasi dengan pola

komunikasi yang efektif antara kedua belah pihak, dengan cara menghilangkan

persepsi yang buruk dari objek yang bisa menjadi pemicu stress yang di alami

oleh mahasiswa ataupun dosen pada saat melakukan penyusunan skripsi. Dengan

adanya pola komunikasi yang efektif antara mahasiswa dengan dosen

pembimbing dapat menjadi motivasi pada diri mahasiswa yang bersangkutan,

sehingga mampu menghasilkan penelitian yang memiliki hasil yang memuaskan

baik untuk mahasiswa dan dosen pembimbing.

Penyebab permasalahan bergatung pada karekteristik tiap individu dimana

setiap individu mempunyai karakter yang berbeda. Setiap individu memiliki ciri

dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari

pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan

yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor

sosial psikologis. Pada masa lalu ada keyakinan bahwa kepribadian terbentuk dari

pembawaan (heredity) dan lingkungan, keduanya merapakan dua faktor yang

tebentuk karena faktor tepisah, masing-masing mempengaruhi kepribadian dan

2

Page 4: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

kemampuan individu bawaan dan lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri.

Namun kemudian makin disadari bahwa apa yang dipikirkan dan dikerjakan

seseorang, atau apa yang dirasakan oleh seorang anak, remaja atau dewasa,

merupakan hasil dari perpaduan antara apa yang ada di antara faktor-faktor

biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.

Proses komunikasi itu sendiri juga bergantung pada kecerdasan seorang

individu. Karena tidak mungkin bahasa yang digunakan untuk berkomuikasi

dengan mahasiswa sama dengan tata bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi

dengan siswa SMP. Kecepatan dalam penerimaan serta pengiriman informasi juga

tergantung pada hal ini, dimana kecerdasan indivdu diibaratkan sebagai prosessor

pada komputer. Mahasiswa yang ber”IQ” tinggi akan berbeda dengan yang

ber”IQ” biasa - biasa dalam penerimaan informasi dari dosen. Kecerdasan

Individu sangat berbeda, yaitu memiliki potensi yang berbeda. Perbedaan individu

penting dibahas dan dipahami oleh pendidik agar para pendidik bisa memahami

perbedaan dari masing-masing peserta didik. Setiap individu mempunyai

karakteristik yang berbeda-beda, sehingga sering timbulnya permasalahan akibat

perbedaan itu. Permasalahan ini kita akan mengetahui berbagai macam perbedaan

individu, diantaranya perbedaan kognitif, perbedaan kecakapan bahasa, perbedaan

kecakapan motorik, perbedaan latar belakang, perbedaan bakat, perbedaan

kesiapan belajar, perbedaan tingkat pencapaian, perbedaaan lingkungan keluarga,

latar belakang budaya dan etnis, dan faktor pendidikan.

Seorang dosen setiap tahun ajaran baru selalu menghadapi mahasiswa

yang berbeda satu sama lain. Mahasiswa yang berada dalam sebuah kelas, tidak

terdapat seorang pun sama. Mungkin sekali dua orang dilihatnya hampir sama

atau mirip, tetapi pada kenyataannya jika diamati benar-benar antara keduanya

tentu terdapat perbedaan. Perbedaan yang segera dapat dikenal oleh seorang,

dosen tentang siswanya adalah perbedaan fisiknya, seperti tinggi badan, bentuk

badan, warna kulit, warna muka, bentuk muka dan semacamnya. Dari fisiknya

seorang dosen cepat mengenal mahasiswa satu per satu. Ciri lain yang segera

dapat dikenal adalah tingkah lau masing-masing mahasiswa, begitu pula suara

mereka. Ada mahasiswa yang lincah, banyak gerak, pendiam, dan sebagainya.

3

Page 5: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

Ada mahasiswa yang nada suaranya kecil dan ada yang besar atau rendah, ada

yang berbicara cepat dan ada pula yang pelan-pelan. Apabila ditelusuri secara

cermat mahasiswa yang satu dengan yang lain memiliki sifat psikis yang berbeda-

beda.

Dosen dalam melakukan interaksi dengan mahasiswa baik secara formal

maupun non formal menggunakan pendekatan pedagody (anak-anak) dan bukan

andragogy (orang dewasa). Padahal seperti yang diketahui bahwa mahasiswa

adalah orang dewasa yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak.

Selain kurangnya pendekatan andragogy yang dilakukan dosen dalam berinteraksi

dengan mahasiswa, faktor lain yang menyebabkan konflik antara dosen dengan

mahasiswa adalah terabaikannya pertimbangan moral dan etika oleh masing-

masing pihak baik dosen dan mahasiswa. Dosen kadang melaksanakan tugas dan

fungsinya sesuai dengan keinginan sendiri (ego) atau keinginan institusinya yang

diterjemahkan secara kaku, sementara mahasiswa cenderung berlaku sesuai

dengan ideologi (kebebasan) yang dianutnya serta memandang prinsip kesetaraan

yang kadang mengabaikan etiket. Komunikasi merupakan sumber utama dari

disharmonisasi interaksi dosen dengan mahasiwa yang sering menjadi “lingkaran

setan” dalam kehidupan di perguruan tinggi.

3. Rumusan Masalah

Ternyata tidak sedikit masalah dalam proses komunikasi antara dosen dan

mahasiswa terutama dalam proses penulisan skripsi, banyak mengalami hambatan

yang selalu mewarnai interaksi dosen dengan mahasiswa. Untuk itu perlu dibahas

tentang bagaimana proses efektifitas komunikasi antara mahasiswa dan dosen

pembimbing skripsi.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dibuat ramusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah proses komunikasi antara mahasiswa dengan dosen

pembimbing skripsi?

2. Sejauh mana stress, karakteristik individu, kecerdasan individu, konflik

mempengaruhi komunikasi?

4

Page 6: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

3. Bagaimanakah cara mengurangi faktor yang menjadi penghambat

terbentuknya komunikasi yang efektif?

4. Bagaimanakah cara membentuk proses komunikasi yang efektif antara

mahasiswa dengan dosen sehingga mampu untuk membentuk suatu

sinergitas antara kedua belah pihak?

a. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendiskripsikan proses komunikasi antara dosen pembimbing skripsi

dengan mahasiswa.

2. Mengidentifikasi sejauh mana pengaruh variabel stress, karakteristik

individu, kecerdasan individu, dan konflik terhadap proses efektifitas

komunikasi yang dialami mahasiswa dengan dosen dalam penulisan

skripsi.

3. Mengkaji faktor yang menjadi penghambat dalam proses efektifitas

komunikasi.

4. Menyamakan persepsi tentang bagaimana cara berkomunikasi yang efektif

antara mahasiswa dengan dosen dalam penulisan skripsi.

b. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai sumbangan pemikiran yang bermanfaat dan dapat

dijadikan sumber informasi yang berkaitan dengan pentingnya proses komunikasi

dalam pengelolaan sumber daya manusia, khususnya dalam strategi membangun

komunikasi yang efektif antara dosen dengan mahasiswa,

baik dalam proses bimbingan skripsi atau mungkin pada metode komunikasi saat

perkuliahan.

5

Page 7: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

4. Kajian Teoritis

4.1 Komunikasi

Kata atau istilah komunikasi secara etimologis atau menurut asal katanya

adalah dari bahasa Latincommunicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata

communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi

milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau

kesamaan makna.

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses

penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam

pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu

merujuk pada pengertian Ruben dan Steward (1998:16) mengenai komunikasi

manusia yaitu “Human communication is the process through which individuals-

in relationships, group, organizations and societies-respond to and create

messages to adapt to the environment and one another”. Bahwa komunikasi

manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan,

kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan

untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.

Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat

dilancarkan secara efektif dalam Effendy (1994:10) bahwa para peminat

komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold

Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in

Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan

komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What

In Which Channel To Whom With What Effect? Paradigma Lasswell di atas

menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari

pertanyaan yang diajukan itu, yaitu:

1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)

2. Pesan (mengatakan apa?)

3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?)

4. Komunikan (kepada siapa?)

5. Efek (dengan dampak/efek apa?).

6

Page 8: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses

komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan

menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang

menimbulkan efek tertentu.

4.1.1 Fungsi Komunikasi

William I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan

fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu:

1. Sebagai komunikasi sosial.

Implicit dalam fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi

kultural. Pada ilmuwan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu

mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi dari satu mata uang. Budaya

menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun

turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.

2. Sebagai komunikasi ekspresif.

Komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-

perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut dikomunikasikan terutama

melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira,

sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun

terutama lewat perilaku nonverbal.

3. Sebagai komunikasi ritual.

Komunikasi ritual merupakan sebuah fungsi Komunikasi yang digunakan

untuk pemenuhan jati did manusia sebagai individu, sebagai anggota comunitas

sosial, dan sebagai salah satu unsur dari alam semesta. Individu yang melakukan

Komunikasi ritual berarti menegaskan komitmen kepada tradisi keluarga, suku,

bangsa, ideologi, atau agamanya.

4. Sebagai komunikasi instrumental

Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to

inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan

pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya

7

Page 9: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

akurat dan layak diketahui.

4.1.2 Hambatan Komunikasi

Menurut Purwanto (2003), faktor-faktor penghambat komunikasi dapat

dikelompokkan ke dalam empat masalah utama, diantaranya adalah:

1. Masalah dalam mengembangkan pesan.

2. Masalah dalam menyampaikan pesan.

3. Masalah dalam menerima pesan.

4. Masalah dalam menafsirkan pesan.

Menurut Cangara (2006), hambatan komunikasi pada dasarnya dapat

dibedakan atas tujuh macam, yaitu:

1. Gangguan teknis.

2. Gangguan semantik.

3. Gangguan psikologis.

4. Hambatan fisik atau organik.

5. Hambatan status.

6. Hambatan kerangka berpikir.

7. Hambatan budaya.

4.1.3 Efektivitas Komunikasi

Menurut Tubbs (2001), salah satu ukuran bagi efektivitas komunikasi

adalah terciptanya komunikasi efektif. Secara sederhana, komunikasi dikatakan

efektif apabila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Secara

umum, komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang

dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang

ditangkap dan dipahami oleh penerima. Ada lima hal yang dapat dijadikan ukuran

bagi komunikasi efektif, yaitu:

1. Pemahaman.

2. Kesenangan.

3. Mempengaruhi sikap.

4. Hubungan yang makin baik.

8

Page 10: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

5. Tindakan.

Banyak ahli komunikasi yang memiliki kesamaan pandangan mengenai

hubungan antara proses komunikasi. Komunikasi yang berfungsi baik, ditandai

oleh adanya kerja sama secara sinergis dan harmonis dari berbagai komponen.

Komunikasi antara mahasiswa dengan dosen seharusnya menjadi suatu bentuk

komunikasi yang berjalan dua arah, dan bukan menjadi komunikasi yang searah.

Komunikasi yang efektif adalah bentuk komunikasi yang saling mendukung

antara dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingan skripsi. Sesuai dengan

fungsi dan tugasnya, dosen pembimbing skripsi haras menyediakan waktu bagi

mahasiswa bimbinganya untuk berkonsultasi tentang masalah dalam penelitianya.

Berdasarkan uraian di atas beberapa variabel yang dibahas tentang strategi

meningkatkan komunikasi efektif dalam interaksi dosen dan mahasiswa yaitu

stress, karakteristik indvidu, kecerdasan individu, serta konflik.

4.2 Stress

4.2.1 Pengertian Stress

Ada beberapa definisi tentang stress yang dikemukakan oleh para ahli di

bidang sumber daya manusia dan pada dasarnya tidak ada perbedaan makna yang

tidak terlalu besar. Menurut Dadang Hawari “Stress adalah reaksi atau respons

tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan)”.

Menurut Heerdjan Suharto “Stress adalah suatu kekuatan yang mendesak atau

mencekam, yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang”. Secara

umum yang dimaksud stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang dapat

menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi dan Iain-lain. Menurut

Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brect (2000) bahwa yang

dimaksud stress adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh

perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan

maupun penampilan individu didalam lingkungan tersebut.

9

Page 11: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

4.2.2 Penyebab Stress

Timbulnya stress pada seseorang diawali dengan adanya stimuli yang

mengawali atau mencetuskan perubahan yang disebut dengan stressor. Stressor

menunjukan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa

saja kebutuhan fisiologis psikologis sosial, lingkungan, perkembangan spiritual

atau kebutuhan kulturan (Potter & Perry, 1997). Faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya stress diantaranya:

a. Faktor biologis, herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurofsiologik dan

neurohormonal.

b. Faktor sosio kultural, perkembangan kepribadian, pengalaman dan kondisi

lain yang mempengaruhi.

4.2.3 Tahapan Stress

Menurut Dr.Robert J.Van Amberg (1979) sebagaimana dikemukakan oleh

Prof. Dadang Hawaii (2001), bahwa tahapan stress adalah sebagai berikut:

a. Stress tahap pertama (paling ringan)

Stress yang disertai dengan perasaan nafsu bekerja yang besar dan

berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga

yang dimiliki dan penglihatan menjadi tajam.

b. Stress tahap kedua

Stress yang disertai keluhan, seperti bangun pagi badan tidak terasa segar

dan merasa letih, otot tengkuk dan punggung menjadi tegang. Hal ini

disebabkan karena cadangan tenaga yang tidak memadai.

c. Stress tahap ketiga

Tahapan stress dengan keluhan, seperti defekasi yang tidak teratur, otot

semakin tegang, emosional, imsomnia, koordinasi tubuh terganggu dan mau

jatuh pingsan.

d. Stress tahap keempat

Tahapan stress dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja

sepanjanghari (loyo).

10

Page 12: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

e. Stress tahap kelima

Tahapan stress yang disertai dengan kelelahan secara fisik dan mental.

f. Stress tahap keenam

Tahapan stress dengan tanda-tanda seperti jantung berdebar keras, sesak

nafas, badan gemetar, dingin dan keluar banyak keringat.

4.3 Karakteristik Individu

4.3.1 Pengertian karakteristik Individu

Adapun karakteristik individu menurut Garry 1963 (Oxendine, 1984: 317)

mengatagorikan perbedaan individual ke dalam bidang-bidang berikut:

1. Perbedaan fisik : usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin,

pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.

2. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga,

dan suku.

3. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.

4. Perbedaan intelegensi dan perbedaan dasar.

5. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.

Berkaitan dengan penjelasan diatas karakteristik individu adalah sebuah

karakteristik personal yang dapat dilihat dari umur, jenis kelamin, masa kerja,

tingkat pendidikan, suku bangsa, kecakapan dan kepribadian.

4.4 Kecerdasan Individu

4.4.1 Pengertian Kecerdasan Individu

Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental

dalam berpikir, namun belum terdapat defmisi yang memuaskan mengenai

kecerdasan. Jaman dulu untuk mengukur kecerdasan individu, cuma dikenal

kecerdasan Intelligence Quotient (IQ). Pada pertengahan 1990 mulai dikenal

istilah Emotional Intelligence Quotient (EQ) setelah Daniel Goleman menerbitkan

bukunya Emotional Intelligence. Demikian pula dengan Spiritual Quotient (SQ)

yang diperkenalkan oleh Danah Zohar.

11

Page 13: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

4.4.2 Kecerdasan Emosional

Menurut Goleman (2007:75) kecerdasan emosional didefinisikan sebagai

suatu kesadaran diri, rasa percaya diri penguasaan diri. Komitmen dan integritas

seseorang, dan kemampuan seseorang dalam mengkomunikasikan,

mempengaruhi, melakukan inisiatif perubahan dan menerimanya. Kecerdasan

emosional dibagi menjadi dua kerangka dasar (Goleman, 2007:51) yaitu:

1. Kompetensi pribadi (personal competence), yaitu kemampuan mengatur

dirisendiri. Indikatornya adalah (Richard, 2006:277) :

a) Kesadaran diri (self awareness).

b) Pengaturan diri (self regulation/self management).

c) Motivasi (motivating).

2. Kompetensi sosial (social competence), yaitu kemampuan dalam

mengatur hubungan dengan orang lain. Indikatornya adalah :

a) Empati, yaitu kesadaran untuk memberikan perasaan/perhatian, kebutuhan

atau kepedulian kepada orang lain.

b) Keterampilan sosial: yaitu mengatur emosi dengan orang lain,

keterampilan sosial seperti kepemimpinan, kerjasama tim, kerjasama dan

negosiasi.

Berkaitan dengan penjelasan dan penjabaran tersebut kemampuan

emosional merupakan kemampuan seorang individu untuk mengelola lingkungan

emosionalnya yang meliputi penguasaan diri, komunikasi, pengaruh kepada orang

lain, dan kemampuan untuk berinisiatif.

4.4.2.1 Ciri-Ciri Kemampuan Emosional

Sebagai bahan rujukan dan pegangan gambaran kecerdasan emosional

yang dimiliki oleh seseorang. Hein (2009) mengemukakan tentang tanda-tanda

atau ciri-ciri kecerdasan emosional secara spesifik. Ciri-ciri tersebut meliputi:

a) Ciri-ciri Kemampuan Emosional Yang Tinggi Meliputi:

1) Dapat mengekspresikan emosi dengan jelas

2) Tidak merasa takut untuk mengekspresikan perasaannya

3) Tidak didominasi oleh perasaan-perasaaan negatif

12

Page 14: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

4) Dapat memahami (membaca) komunikasi non Verbal

5) Membiarkan perasaan yang dirasakan untuk membingbingnya

6) Berprilaku sesuai dengan keinginan, bukan karena keharusan, dorongan

dan tanggung jawab

7) Menyeimbangkan perasaan dengan rasional, logika, dan kenyataan

8) Termotivasi secara intrinsik

9) Tidak termotivasi karena kekuasaan, kenyataan, status, kebaikan dan

persetujuan

10) Memiliki emosi yang fleksibel

11) Optimis, tidak menginternalisasikan kegagalan

12) Peduli dengan perasaan orang lain

13) Seseorang untuk menyatakan perasaan

14) Tidak digerakkan oleh ketakutan atau kekhawatiran

15) Dapat mengidentifikasikan bebagai perasaan secara bersamaan

b) Ciri-ciri Kemampuan Emosional yang rendah meliputi ;

1) Tidak mempunyai rasa tanggung jawab terhadap perasaan diri sendiri,

tetapi menyalahkan orang lain

2) Tidak mengetahui perasaannya sendiri sehingga sering menyalahkan orang

lain, sering meyalahkan, suka memerintah, suka mengkritik, sering

menggangu, sering menggurui, sering memberi nasehat, sering curang, dan

senang menilai orang lain,

3) Suka meyalahkan orang lain

4) Berbohong tetang apa yang ia rasakan

5) Membiarkan segala hal terjadi atau bereaksi berlebihan terhadap kejadian

yang sederhana (kecil) sekalipun.

6) Tidak memiliki perasaan dan integritas

7) Tidak sesnsitif terhadap perasaan orang lain

8) Tidak mempunyai rasa empati dan rasa kasihan

9) Kaku, tidak fleksibel, membutuhkan aturan-aturan dan struktural

untuk merasa bersalah.

10) Merasa tidak aman, defmisif dan sulit menerima kesalahan dan sering

13

Page 15: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

merasa bersalah.

11) Tidak bertanggung jawab

12) Pesimistik dan sering menganggap dunia tidak adil

13) Sering merasa tidak adequate, kecewa, pemarah, sering

menyalahkan .menggunakan

4.4.3 Kemampuan Intelektual

4.4.3.1 Pengertian Kemampuan Intelektual

Intelek menurut chaplin (1981; dalam Soeparwoto, 2005:81) berasal dari

kata intellect (bahasa inggris) yang berarti: “proses kognitif berfikir daya

menghubungkan serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan, dan

kemampuan mental atau intelegensi.”.

Menurut william stern, intelektual adalah kesanggupan untuk

menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir

yang sesuai dengan tujuan (Purwanto, 2003:52). Wechler (1958: dalam Sunarto

dan hartono, 1998:100) merumuskan intelektual sebagai keseluruan kemampuan

individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengelola

dan menguasai secara efektif.

Menurut Robbins (2001:46), kemampuan intelektual adalah kemampuan

mental yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental. Dapat disimpulkan

bahwa sebuah kemampuan intelektual merupakan kemampuan yang didasari dari

kesadaran diri untuk mengelola dan melakukan tindakan sesuai dengan kapasitas

menilai, dan mengelola kemampan mental secara efektif.

4.4.3.2 Dimensi Kemampuan Intelektual

Robbins (2001:46), menyebutkan dimensi yang membentuk kemampuan

intelektual ini terdiri dari tujuh dimensi, yaitu :

1) Kemahiran berhitung.

2) Pemahaman verbal.

3) Kecepatan konseptual.

4) Penalaran induktif.

14

Page 16: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

5) Penalaran deduktif.

6) Visualisasi ruang.

7) Ingatan (memori).

4.4.4 Kecerdasan Spiritual

4.4.4.1 Pengertian Kecerdasan Spiritual

Zohar dan Marshall (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai

rasa moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan

pemahaman dan cinta serta kemampuan untuk melihat kapan cinta dan

pemahaman sampai pada batasannya, juga memungkinkan bergulat dengan ihwal

baik dan jahat, membayangkan yang belum terjadi serta mengangkat dari

kerendahan.

Eckersley (2000; dalam Trihandini, 2005:65) mendefinisikan kecerdasan

spiritual sebagai perasaan instuisi yang dalam terhadap keterhubungan dengan

dunia luas di dalam hidup manusia. Berman (dalam Trihandini, 2005:65)

menjelaskan bahwa kecerdasan spiritual dapat memfasilitasi dialog antara pikiran

dan emosi, antara jiwa dan tubuh.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

spiritual adalah kecerdasan untuk memberi makna yang lebih bernilai, luas dan

kaya terhadap perilaku atau jalan kehidupan seseorang.

4.4.4.2 Dimensi Kecerdasan Spiritual

Zohar dan Marsyal (2000) memberikan delapan dimensi untuk menguji

sejauh mana kualitas kecerdasan spiritual seseorang. Barometer kepribadian yang

dipakai meliputi:

1) Kapasitas diri untuk bersikap fleksibel

2) Memiliki tingkat kesadaran (self-awareness) yang tinggi.

3) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan

(suffering).

4) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.

5) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu (unnecessary

15

Page 17: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

harm).

6) Memiliki cara pandang yang holistik.

7) Memiliki kecenderungan nyata untuk bertanya: “Mengapa” (“why”) atau

“Bagaimana jika” (“what if?”) dan cenderung untuk mencari jawaban-

jawaban yang fundamental (prinsip dan mendasar).

Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai “field-independent” (“bidang

mandiri”), yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.

4.5 Konflik

4.5.1 Pengertian Konflik

Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini

dimaksudkan apabila kita ingin mengetahui konflik berarti kita harus mengetahui

kemampuan dan perilaku komunikasi. Semua konflik mengandung komunikasi,

tapi tidak semua konflik berakar pada komunikasi yang buruk. Menurut Myers,

Jika komunikasi adalah suatu proses transaksi yang berupaya mempertemukan

perbedaan individu secara bersama-sama untuk mencari kesamaan makna, maka

dalam proses itu, pasti ada konflik (1982: 234). Konflik pun tidak hanya

diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara nonverbal seperti dalam

bentuk raut muka, gerak badan, yang mengekspresikan pertentangan (Stewart &

Logan, 1993:341). Konflik tidak selalu diidentifikasikan sebagai terjadinya saling

baku hantam antara dua pihak yang berseteru, tetapi juga diidentifikasikan sebagai

‘perang dingin’ antara dua pihak karena tidak diekspresikan langsung melalui kata

-kata yang mengandung amarah.

4.5.2 Penyebab Konflik

1. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki

pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan

pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat

menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial,

seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.

16

Page 18: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

2. Perbedaan latar belakang kebudayaan.

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran

dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada

akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan

yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing

orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang

orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.

4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam

masyarakat.

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika

perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat

memicu terjadinya konflik sosial.

4.5.3 Jenis-Jenis Konflik

Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi :

1. Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara

peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))

2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar

gank).

3. Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan

massa).

4. Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)

4.5.4 Akibat konflik

Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang

mengalami konflik dengan kelompok lain.

2. Keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.

3. Perubahan kepribadian pada individu

17

Page 19: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

4. Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.

5. Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam

konflik.

5 Pengaruh Stress Terhadap Komunikasi

Spielberger (Handoyo, 2001:63) menyatakan bahwa stres adalah tuntutan-

tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam

lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Prosess

komunikasi bisa berjalan baik apabila pegirim dan penerima pesan ada dalam

kondisi tenang.

6 Pengaruh Kecerdasan Individu Terhadap Komunikasi

Kecerdasan atau intelligence memiliki pengertian yang sangat luas. Para

ahli psikologi mengartikan kecerdasan sebagai keseluruhan kemampuan individu

untuk memperoleh pengetahuan, menguasainya dan mempraktekannya dalam

pemecahan suatu masalah. Kemampuan yang baik dari seorang individu

mengolah suatu pesan akan berdampak pada proses komunikasi. Kecakapan

mengolah pesan sesuai dengan kebutuhan, apabila kemampuan ini digunakan

untuk mengolah maka akan tercapai sebuah bentuk komunikasi yang efektif.

7 Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Komunikasi

Menurut Gibson (1996:55), kinerja individu dipengaruhi oleh variabel

individu, variabel psikologik dan variabel organisasi. Pencapaian kinerja

merupakan suatu sebab dari baiknya sutau karakteristik individu dalam kinerja.

komunikasi yang baik dari seorang individu merupakan cerminan dari sebuah

karakter yang mampu menyampaikan hal sesuai target sehingga target mampu

menerima pesan dengan baik tanpa ada noise.

8 Pengaruh Konflik Terhadap Komunikasi

Menurut Myers, Jika komunikasi adalah suatu proses transaksi yang

berupaya mempertemukan perbedaan individu secara bersama-sama untuk

18

Page 20: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

mencari kesamaan makna, maka dalam proses itu, pasti ada konflik (1982: 234).

Sebuah komunikasi yang efektif antara pengirim atau sumber, berkaitan erat

dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima, jika ada konflik

entah konflik eksternal atau internal maka proses komunikasi akan terganggu atau

mungkin akan lebih baik.

9 Kajian Pustaka

9.1 Kajian Empiris

Salah satu peran penting yang akan menentukan kualitas suatu penelitian

dimiliki oleh kajian hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hasil-hasil penelitian

tersebut dapat dijadikan dasar dan perbandingan dengan penelitian yang akan

dilakukan.

a) Endang Danyaty (2006) melakukan penelitian yang berjudul “Faktor -faktor

penghambat komunikasi Mahasiswa dengan dosen pembimbing skripsi”.

dalam penelitian ini menggunakan populasi ini adalah seluruh mahasiswa

yang menempuh skripsi dan sudah melakukan bimbingan dengan jumlah 80

orang. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dan

hasilnya tidak terdapat hubungan nyata antara karaktenstik individu dengan

proses komunikasi. Hanya terdapat hubungan nyata antara departemen dengan

media komunikasi, pembimbing Skripsi dengan media komunikasi serta IPK

dengan materi komunikasi. Tidak terdapat hubungan nyata antara karakteristik

individu dengan hambatan komunikasi. Hanya terdapat hubungan nyata antara

umur dengan hambatan komunikasi internal, jenis kelamin dengan hambatan

komunikasi internal dan SKS Kumulatif dengan hambatan komunikasi

internal. Proses komuniliasi antara mahasiswa SI Faperta IPB dengan dosen

Pembimbing Skripsi umumnya berhubungan nyata dengan hambatan

komunikasi.

b) Rindang Gunawati, Sri Hartati dan Anita Listiara (2006) melakukan penelitian

yang berjudul “Hubungan antara efektivitas komunikasi mahasiswa-dosen

pembimbing utama skripsi dengan stres dalam Menyusun skripsi pada

mahasiswa program Studi psikologi fakultas kedokteran Universitas

19

Page 21: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

diponegoro”. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa SI Subjek

penelitian ini adalah 73 mahasiswa Program Studi Psikologi, Fakultas

Kedokteran, Universitas Diponegoro, yang sedang menyusun skripsi minimal

tiga bulan dihitung dari tanggal pendaftaran di biro skripsi, telah melakukan

bimbingan dengan dosen pembimbing utama. Alat analisis yang digunakan

adalah Analisis regresi linier berganda. Hasil pengujian tersebut menyatakan

bahwa terdapat hubungan negatif antara efektivitas komunikasi mahasiswa-

dosen pembimbing utama skripsi dengan stres dalam menyusun skripsi pada

mahasiswa Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas

Diponegoro.

c) Melly Silviani (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

Efektivitas Komunikasi Atasan dan Bawahan Pada Kantor Pos Bogor”.

Penelitian ini dilakukan di Kantor Pos Bogor. Alat analisis data dalam

penelitian ini adalah analisis regresi berganda dan Terdapat 121 responden

yang telah terpilih sebagai sampel dengan menggunakan metode Quota

sampling yaitu sampel diambil dengan menetapkan kuota atau jumlah tertentu

terhadap sampel yang memiliki karakteristik yang diinginkan (Istijianto,

2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola komunikasi yang terjadi

antara atasan dengan bawahan di Kantor Pos Bogor menggunakan dua pola

komunikasi yaitu pola komunikasi ke atas dan pola komunikasi ke bawah

secara lisan dan tulisan. Hambatan komunikasi yang terjadi antara atasan

dengan bawahan pada Kantor Pos Bogor diantaranya adalah adanya gangguan

teknis, gangguan semantik, gangguan psikologis, gangguan fisik atau organik,

hambatan status, hambatan kerangka berpikir dan hambatan budaya.

Hambatan terbesar yang dialami atasan dan bawahan di Kantor Pos Bogor

adalah hambatan kerangka berpikir, yaitu adanya perbedaan persepsi ketika

proses komunikasi terjadi antara atasan dengan bawahan.

20

Page 22: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

Tabel 2.1: Tabel Penelitian Sebelumnnya,

Peneliti Endang DanyatyRindang Gunawan, Sri

Hartati dan Anita ListiaraMelly Silviani

Judul Faktor-faktor

penghambat

komunikasi

mahasiswa

dengan dosen

pembimbing

skripsi

Hubungan antara efektivitas

komunikasi mahasiswa-

dosen pembimbing utama

skripsi dengan stres dalam

menyusun skripsi pada

mahsiswa program studi

psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas

Diponegoro

Analisis

Efektifitas

Komunikasi

Atasan dan

Bawahan pada

Kantor Pos

Bogor

Tahun 2006 2006 2009

Jumlah

Responden

80 73 121

Obyek Faperta Institut

Pertanian Bogor

Program Studi Psikologis

Universitas Diponegoro

Kantor Pos

Bogor

Alat

Analisis

Analisis Regresi

linier Berganda

Analisis Regresi Sederhana Analisis Regresi

Linier Berganda

Sumber : Data diolah dari berbagai referensi

21

Page 23: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

9.2 Kerangka Konseptual

Penelitian ini untuk menganalisis variabel-variabel yang dapat

berpengaruh terhadap komunikas mahasiswa dengan dosen pembimbing di

Fakultas Ekonomi Univrsitas Jember. Penelitian ini menggunakan analisis regresi

yang menggambarkan pengaruh langsung antara stress, karakteristik individu,

kecerdasan individu, dan konflikterhadap komunikasi. Berikut ini gambar

kerangka konseptual yang menjadi dasar pemikiran penelitian ini:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

9.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan

pada teori yang relevan. Belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh

melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2002:51). Berdasarkan rumusan masalah,

tujuan penelitian, kajian empiris, kajian teori, dan kerangka konseptual penelitian

maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Diduga stress berpengaruh terhadap komunikasi.

b) Diduga karakteristik individu berpengaruh terhadap komunikasi.

c) Diduga kecerdasan individu berpengaruh terhadap komunikasi.

d) Diduga konflik berpengaruh terhadap komunikasi.

22

Page 24: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

10 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian memuat suatu rencana tentang informasi yang relevan

sesuai dengan kebutuhan penelitian, sumber khusus dari mana informasi diperoleh, dan

strategi untuk mengumpulkan dan bagaimana menganalisanya (Murti dan Salamah,

2005: 47).

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang ada,

karakteristik masalah yang diteliti dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai

Action research atau penelitian tindakan, merupakan salah satu bentuk rancangan

penelitian, dalam penelitian tindakan peneliti mendeskripsikan, menginterpretasi dan

menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang bersamaan dengan melakukan

perubahan atau intervensi dengan tujuan perbaikan atau partisipasi. Menurut Gunawan

(2004), action research adalah kegiatan dan atau tindakan perbaikan sesuatu yang

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya digarap secara sistematik dan sistematik

sehingga validitas dan reliabilitasnya mencapai tingkatan riset.

Hubungan antara peneliti dan hasil penelitian tindakan dapat dikatakan hasil

penelitian tindakan dipakai sendiri oleh peneliti dan tentu saja oleh orang lain yang

menginginkannya, dan penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang pemecahan

masalahnya segera diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung diterapkan/dipraktikkan

dalam situasi terkait. Selain itu, tampak bahwa dalam penelitian tindakan peneliti

melakukan pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan. Penelitian ini

dilaksanakan di Fakultas Ekonomi Univesitas Jember

10.1 Jenis Data

Berdasarkan cara memperolehnya data terbagi atas :

a. Data primer dalam penelitian ini adalah berupa jawaban responden dari

kuesioner atas pertanyaan dan pernyataan yang telah diajukan.

b. Data skunder dalam penelitian ini adalah informasi mengenai profil Fakultas

Ekonomi, visi serta misi, laporan, dokumen, literatur, dan bacaan yang

berhubungan dengan penelitian ini.

23

Page 25: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

10.2 Metode Pengumpulan Data

a) Kuesioner

Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan atau

pernyataan kepada responden yaitu mahasiswa yang sedang menyusun skripsi

dan dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Jember yang sudah melakukan

kontak dengan mahasiswa bimbinganya.

b) Studi Pustaka

Data yang diperoleh dari metode studi adalah data sekunder berupa informasi

mengenai gambaran umum objek penelitian yaitu Fakultas Ekonomi Universitas

Jember, jumlah mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, dan jumlah dosen

yang ada di Program Studi Manajemen serta jurnal dan literature yang terkait

dengan penelitian ini.

c) Observasi

Observasi merupakan tahap dimana peneliti melakukan pengamatan visual

kepada objek yang akan diteliti, hal ini untuk melihat keadaan lingkungan

penelian sebelum dilakukan penelitian yang sebenarnya.

d) Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan dimana peneliti mengajukan pertanyaan

kepada narasumber, atau informan, untuk mendapatkan data dan informasi.

10.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang sedang menyusun

skripsi dan dosen yang ada di jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Jember. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik purposif random sampel,

jumlah total sampel 90 orang dengan rincian 60 dari pihak mahasiswa dan 30 orang

dari pihak dosen. Menurut Hadi (2005), pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas

ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat

dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Kriteria sampel:

1. Mahasiswa :

a. Mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Universitas Jember yang sedang

24

Page 26: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

menyusun skripsi dan sudah berlangsung minimal satu bulan.

b. Telah melakukan proses bimbingan dengan dosen pembimbing.

2. Dosen :

a. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jember yang sedang menjadi

dosen pembimbing skripsi.

b. Telah melakukan interaksi dengan mahasiswa bimbinganya

minimal satu bulan.

10.4 Identifikasi Variabel

Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel Independen atau Variabel Bebas (X), yaitu variabel yang tidak

tergantung pada variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini

diberi notasi X, yaitu stress (X1), karakteristik individu (X2), kecerdasan

individu (X3), serta konflik (X4).

b. Variabel Dependen atau Variabel Terikat (Y), yaitu variabel yang

bergantung pada variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini diberi

notasi Y, yaitu efektifitas komunikasi.

10.5 Definisi Operasional Variabel

10.5.1 Variabel independen stress (X1)

Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brect (2000) bahwa

yang dimaksud stress adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh

perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun

penampilan individu didalam lingkungan tersebut. Variabel ini dapat di ukur dengan

indikator:

1) X1.1 : Intimidasi dan tekanan

2) X1.2 : Ketidakcocokan dengan pekerjaan

3) X1.3 : Ketakutan

4) X1.4 : Bebanlebih

5) X1.5 : Target dan harapan yang tidak realistis

25

Page 27: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

10.5.2 Variabel Independen Karakteristik Individu (X2)

Karakteristik bawaan merupakan karakter keturunan yang dibawa sejak lahir,

baik berkaitan dengan faktor biologis maupun sosial psikologis. Kepribadian, prilaku

apa yang diperkuat, dipikirkan, dan dirasakan oleh seseorang (individu) merupakan

hasil diri perpduan antara faktor biologis sebagaimana unsur bawaan dan pengaruh

lingkungan. Variabel ini dapat di ukur dengan indikator:

1) X2.1 : masakerja

2) X2.2 : jenis kelamin

3) X2.3 : pola pikir

4) X2.4 : pengalaman

5) X2.7 : jumlah tanggungan

10.5.3 Variabel Independen Kecerdasan Individu (X3)

Kecerdasan atau intelligence memiliki pengertian yang sangat luas. Para ahli

psikologi mengartikan kecerdasan sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk

memperoleh pengetahuan, menguasainya dan mempraktekannya dalam pemecahan

suatu masalah. Dari satu variabel ini terdapat indikator yang masing-masing memiliki

indikator yaitu:

1. Variabel independen kemampuan emosional (X3.1). Kemampuan emosional

merupakan kemampuan yang dimiliki seorang manusia untuk mengatur,

memotivasi diri, memotivasi orang lain, dan mengelola hubungan dengan manusia

lainnya. Indikator variabel sebagai berikut:

1) X3.1.1 : Kompentensi Pribadi

2) X3.12 : Kompetensi Sosial

2. Variabel independen kemampuan intelektual (X3.2). Kecerdasan

intelektual merupakan kecerdasan yang mencerminkan adanya

kematangan berfikir, pengalaman intelektual, dan ilmu pengetahuan.

Indikator yang digunakan yaitu:

1) X3.2.1 : Kemahiran berhitung.

2) X3.2.2 : Pemahaman verbal.

3) X3.2.3 : Kecepatan konseptual.

26

Page 28: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

4) X3.2.4 : Penalaran induktif.

5) X3.2.5 : Penalaran deduktif.

6) X3.2.6 : Visualisasi ruang.

7) X3.2.7 : Ingatan (memori).

3. Variabel independen kecerdasan spiritual (X3.3). Kemampuan spiritual

merupakan kemampuan yang dimiliki seorang individu untuk

melaksanakan sebuah perintah-perintah spiritual sesuai dengan

kepercayaan hal tersebut merupakan cerminan dari hubungan seorang-

individu dengan tuhan, yang setiap kegiatannya dapat dilihat,

dirasakan, dan dimengerti oleh individu yang lainnya. Indikator yang

digunakan yaitu:

X3.3.1 : Kapasitas diri untuk bersikap fleksibel.

X3.3.2 : Memiliki tingkat kesadaran (self-awareness) yang tinggi.

X3.3.3 : Kemampuan menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.

X3.3.4 : Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.

X3.3.5 : unnecessary harm.

X3.3.6 : Memiliki cara pandang yang holistik.

X3.3.7 : Memiliki kecenderungan nyata untuk bertanya.

10.5.4 Variabel independen konflik (X4)

Semua konflik berimbas pada proses komunikasi, tapi tidak semua konflik

berakar pada komunikasi yang buruk. Konflik bisa membuat seseorang atau kelompok

menjadi lebih dekat. Indicator yang digunakan yaitu:

X4.1: Perbedaan kepribadian

X4.2 : Perbedaan cara pandang

X4.3: Perbedaan tujuan dan kepentingan

X4.4 : Perbedaan pemahaman

10.5.5 Variabel dependen efektifitas komunikasi (Y)

Komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang

dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang

27

Page 29: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

ditangkap dan dipahami oleh penerima. Indikator yang digunakan yaitu:

Y1 : Tingkat pemahaman

Y2 : Keseangan

Y3 : Mempengaruhi sikap

Y4 : Hubungan yang membaik

Y5 : tindakan

11 Skala Pengukuran

Teknik pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert.

Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi

seseorang tentang fenomena sosial. Jawaban yang dihasilkan dengan menggunakan

skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif.

Apabila item positif, maka angka terbesar diletakkan pada sangat setuju, sedangkan jika

item negatif, maka angka terbesar diletakkan pada sangat tidak setuju. Tingkat

pengukuran data yang berskala likert yaitu menggunakan skala ordinal. Pengukuran

variabel X (stress, karakteristik individu, kecerdasan individu, konflik), Y (komunikasi)

dilakukan menggunakan skala likert yang telah dimodifikasi dari 5 kategori jawaban

menjadi 4 kategori jawaban. Hasil jawaban diberi skor sebagai berikut:

Skor 4 : sangat setuju (SS)

Skor 3 : setuju (S)

Skor 2 : tidak setuju (TS)

Skor 1 : sangat tidak setuju (STS)

Modifikasi skala likert dari 5 kategori menjadi 4 kategori jawaban dengan

meniadakan kategori jawaban di tengah berdasarkan alasan sebagai berikut (Hadi,

1991:20):

Kategori di tengah mempunyai arti ganda, biasa diartikan belum dapat memutuskan

sesuatu atau memberi jawaban, atau bahkan ragu-ragu.

Tersedianya jawaban di tengah akan menimbulkan kecenderungan menjawab ke

tengah, bagi mereka yang ragu atas arah kecenderungan jawabannya.

Untuk melihat kecenderungan jawaban responden ke arah setuju atau tidak setuju,

sehingga tidak mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring dari para

28

Page 30: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

responden.

12 Uji Instrumen Penelitian

12.1 Uji Validitias

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuisioner. Oleh

sebab itu, uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana validitas

data yang diperoleh dari penyebaran kuisioner. Uji validitas dapat dilakukan dengan

menghitung korelasi antar masing-masing pertanyaan atau variabel dengan rumus :

r=n∑ xy (∑ x ) (∑ y )

√ (n (∑ x2−(∑ x )2) (n∑ y2−(∑ y2−∑ y )2))dimana:

r = koefisien korelasi

x = nilai indikator variable

y = nilai total variable

n = jumlah data (responden sampel)

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Pearson Product

Moment. Dalam pengujian ini digunakan asumsi bahwa nilai korelasi dengan metode

Pearson Product Moment tinggi maka dikatakan valid. Menurut Tika (2006:65),

kriteria validitas untuk setiap item adalah jika r > 0,30 berarti item tersebut valid.

12.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat

pengukur didalam mengukur gejala yang sama, karena setiap alat pengukur harus

memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten (Umar,

2002: 86).

Uji reliabilitas digunakan juga untuk menguji keajegan hasil pengukuran

kuisioner yang erat hubungannya dengan masalah kepercayaan. Pada penelitian ini,

untuk mengukur reliabilitas menggunakan software SPSS 16 for windows dengan

metode Cronbach Alpha yaitu dengan rumus perhitungan. (Umar, 2002:96)

Yakni Cronbach Alpha :

29

Page 31: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

α= Kr1+(k−1 )r

dimana :

α : Koefisien keandalan alat ukur

r : Koefisien rata-rata korelasi antar variable

K : Jumlah variabel independen dalam persamaan

Suatu variabel dikatakan reliabel bila memberikan nilai Cronbach Alpha (α )

lebih besar dari 0,60. Sebaliknya, jika nilai Cronbach Alpha (α ) nya kurang dari 0,60

maka variabel tersebut tidak reliabel untuk digunakan dalam penelitian.

13 Metode Analisis Data

13.1 Analisis Diskriptif

Penelitian ini menggunakan metode Grounded Research untuk mendiskripsikan

proses komunikasi antara mahasiswa dengan dosen dalam penulisan skripsi. Dalam

Grounded Research semua adalah data mendasar, bahwa segala sesuatu yang

didapatkan oleh peneliti saat mempelajari daerah tersebut adalah data. Penelitian ini

didukung dengan penjabaran data secara metodologi logika atau biasa disebut analisis

situasi. Dalam analisis situasi data yang sudah terkumpul dalam tabulasi mencoba

untuk dideskripsikan dan dijabarkan secara rinci sampai pada hal-hal yang mendalam

termasuk menemukan berbagai kemungkinan-kemungkinan variabel yang tak terduga

sebelumnya. Analisis situasi atau metodologi logika diutarakan oleh Karl Popper,

identifikasi metodologi yang digunakan untuk menjabarkan kebijakan-kebijakan ilmu

sosial. Dalam penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lapangan tanpa membawa

rancangan konseptual, proposisi dan teori tertentu. Secara provokatif, sering dikatakan

agar peneliti datang ke lapangan dengan “kepala kosong” maksudnya, tanpa membawa

apapun yang sifatnya apriori. Dalam keadaan kepala kosong tersebut diharapkan

peneliti dapat sepenuhnya terpancing kepada keadaan sesuai fakta dilapangan. Lalu

dikembangkan secara induktif (Salim, 2005).

30

Page 32: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

13.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi merupakan salah satu analisis yang bertujuan untuk mngetahui

pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Dalam analisis regresi variabel yang

mempengaruhi disebut Independent Variable (variabel bebas) dan variabel yang

mempengaruhi disebut Dependent Variable (variabel terikat). Jika dalam persamaan

regresi hanya terdapat salah satu variabel bebas dan satu variabel terikat, maka disebut

sebagai regresi sederhana, sedangkan jika variabelnya bebasnya lebih dari satu, maka

disebut sebagai persamaan regresi berganda (Riduwan, 2007 : 174)

Y=α+b1 X1+b2 X 2+b3 X3+b4 X4+e

Dimana :

Y = komunikasi

a = konstanta pada Xt ,X2 ,X3 ,X4

b1 ... b4 = koefisien parameter regresi

X1 = variabel tentang stress

X2 = variabel tentang karakteristik individu

X3 = variabel tentang kecerdasan individu

X4 = variabel tentang konflik

13.3 Metode Pendekatan Bottom up

Untuk menyamakan persepsi cara berkomunikasi yang efektif diperlukan proses

komunikasi yang bersifat bottom up bukan proses komunikasi yang bersifat top down.

Pendekatan bottom up muncul sebagai kritik terhadap model pendekatan top down.

Parsons (2006) mengemukakan bahwa yang benar-benar penting dalam implementasi

adalah hubungan antara pembuat kebijakan dengan pelaksana kebijakan. Model bottom

up adalah model yang memandang proses sebagai sebuah negosiasi dan pembentukan

consensus. Masih menurut Parsons (2006) model pendekatan bottom up menekankan

pada fakta bahwa implementasi di lapangan memberikan keleluasaan dalam penerapan

kebijakan. Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan semua pihak sejak awal,

sehingga setiap keputusan yang diambil adalah keputusan bersama, dan mendorong

31

Page 33: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

keterlibatan dan komitmen sepenuhnya untuk melaksanakannya.

14 Uji Statistik

14.1 Uji Asumsi Klasik

14.1.1 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas merupakan pengujian dari asumsi yang berkaitan bahwa

antara variabel-variabel bebas (independen) dalam suatu model tidak saling berkorelasi

satu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu

variabel bebas (independen) dengan variabel bebas (independen) yang lain. (Nugroho,

2005 : 58).

Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas pada sebuah variabel

dapat diketahui dengan nilai Variance Inflaction Factor (VIF) dan nilai Tolerance

masing-masing dari variabel bebasnya. Apabila nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance >

0,1 maka dapat dinyatakan tidak ada indikasi multikolinearitas antara variabel bebasnya

(Nugroho, 2005 : 58).

Apabila terjadi multikolinearitas maka ada beberapa cara untuk mengatasinya

yaitu sebagai berikut (Umar, 2004:205) :

1. Menghilangkan sebuah atau beberapa variabel X

2. Pemakaian informasi sebelumnya

3. Menambah data baru

14.1.2 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi

linear berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1. Panduan untuk mengetahui apakah terjadi

autokorelasi atau tidak adalah sebagai berikut (Santoso, 2002:215):

a) Jika koefisien DW (Durbin Watson) dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

b) Jika koefisien DW (Durbin Watson) diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada

autokorelasi.

c) Jika koefisien DW (Durbin Watson) diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

32

Page 34: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

14.1.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas berati varians dalam model tidak sama, sehingga

estimator yang diperoleh tidak efisien. Hal tersebut disebabkan varians yang tidak

minimum. Untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan

mengunakan uji Glasjer (Glasjer Test) atau uji park (park test). Dalam penelitian ini uji

yang digunakan untuk mendektesi adanya heterokedastisitas adalah uji glasjer. Menurut

Gujarati (1997:187) pengujian heterokedastisitas dengan mengunakan uji glasjer

dilakukan dengancara meregresikan nilai absolut residual terhadap seluruh variabel

bebas. Apabila hasil regresi absolut terdapat seluruh variabel bebas mempunyai nilai t

hitung yang tidak signifikan maka dapat dikatakan bahwa model penelitian lolos dari

adanya heterokedastisitas.

14.1.4 Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam regresi,

variabel dependent, variabel independent, dan atau keduanya mempunyai distribusi data

normal atau mendekati normal (Santoso, 2004:212).

Dasar pengambilan keputusan uji normalitas adalah:

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi yang ada memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan mengikuti arah arah

garis diagonal, maka model regresi yang ada tidak memenuhi asumsi

normalitas.

14.1.5 Uji t

Dalam rangka menguji taraf signifikansi dari hipotesis-hipotesis yang telah

ditetapkan, maka penelitian ini menggunakan uji t pada α = 0,05 atau p < 0,05 sebagai

taraf signifikansi dari pengaruh langsung variabel-variabel bebas terhadap variabel

tergantungnya. Keputusan untuk menolak atau menerima H0 dilakukan dengan

membandingkan nilai thitung dengan ttabel dengan formulasi sebagai berikut.

t= biSbi

33

Page 35: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

Dimana:

t = thitung

bi = bobot regresi.

Sbi = standart deviasi dari variabel bebas.

Adapun tahap untuk menguji signifikansi adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan hipotesis

Ho : β1, β2, β3, …, βn = 0 (Berarti variabel-variabel bebas secara parsial tidak

mempunyai pengaruh terhadap variabel independen)

Ha : β1, β2, β3, …, βn ¿ 0 (Berarti variabel-variabel bebas secara parsial mempunyai

pengaruh terhadap variabel independen)

b. Menentukan tingkat signifikan

Tingkat signifikansi yang diharapkan adalah α = 5% atau confidence interval

sebesar 95%

c. Membandingkan tingkat signifikan dengan α = 5%

Untuk menentukan apakah hipotesis nol diterima atau ditolak dibuat ketentuan

dibawah ini:

1) Apabila signifikansi < 0,95 berarti Ho ditolak dan Ha diterima, jadi variabel

bebas secara parsial memiliki pengaruh nyata terhadap variabel terikat.

2) Apabila signifikansi > 0,95 berarti Ho diterima dan Ha ditolak, jadi semua

variabel bebas secara parsial tidak memiliki pengaruh nyata terhadap variabel

terikat.

34

Page 36: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

15 Kerangka Pemecahan Masalah

Gambar 3.2 Kerangka Pemecahan Masalah

35

Page 37: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

Keterangan Kerangka Pemecahan Masalah :

a. Mulai, yaitu tahap awal atau persiapan terhadap masalah yang dihadapi.

b. Tahap pengumpulan data yaitu mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk

penelitian.

c. Di pecah menjadi tiga bagan :

1) Uji Validitas dan Uji Reliabilitas untuk mengetahui layak tidaknya suatu

instrumen untuk digunakan, serta untuk mengetahui konsistensi dan stabilitas

nilai hasil skala pengukuran tertentu (untuk pengujian yang bersifat

statistik/regresi).

2) Analisis diskriptif untuk mendiskripsikan proses komunkasi yang terjadi antara

mahasiswa dengan dosen pembimbing.

d. Uji asumsi klasik untuk mengetahui adanya multikol, autokorelasi, dan hetero

skedasti sitas.

e. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji T untuk menguji signifikansi

(nyata) atau tidaknya antara stress (X1), karakteristik individu (X2),

kecerdasan individu (X3), serta konflik (X4) terhadap komunikasi (Y).

f. Melakukan Analisis Regresi Linear Berganda untuk mengetahui

pengaruh langsung dan tidak langsung stress (XI), karakteristik

individu (X2), kecerdasan individu (X3), serta konflik (X4) terhadap

komunikasi (Y).

g. Metode Pendekatan komunikasi Bottom up sebagai strategi untuk

menyamakan persepsi komunikasi antara mahasiswa dengan dosen

pembimbing skripsi.

h. Pembahasan.

i. Kesimpulan dan saran.

j. Selesai, yaitu berakhirnya penelitian.

36

Page 38: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Nugroho. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistic Penelitian Dengan

SPSS. Yogyakarta: Andi.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Brecht, Grant, 2000. Mengenal dan Menanggulangi Stres. Jakarta : PT. Prenha llindo

Bukit, Endang danyaty BR. 2006 Faktor-Faktor Penghambat komunikasi Mahasiswa

deengan Dosen Pembimbing Skripsi(Kasus Mahasiswa S1 Fakultas Peternakan

INstitut Pertanian Bogor). Jurnal Skripsi : Institut Pertanian Bogor.

Caldwell, Bruce, 1991. History of Economic Thought, Economic Methodology.

University of Chicago Press.

Canggra, H. 2006. pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Daft, Richard L. 2006. Manajemen Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat.

Dadang, Hawari, 2006. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru.

Dahrendorf, Ralf 1959. Class and Class Conflict in Industrial Society, Calif.: Stanford

University Press, page. 142-189

Danah, Zohar .and Ian, Marshall. 2001: SQ - Spiritual Intelligence, The Ultimate

Intelligence, Bloomsbury, London 2001; UL copy.

Danah, Zohar. and Ian, Marshall. 2000: SQ - Spiritual Intelligence, The Ultimate

Intelligence, Bloomsbury, London 2000; UL copy.

Davison, R. M., Martinsons, M. G., Kock N., (2004), Journal : Information Systems

Journal : Principles of Canonical Action Research 14, 65-86

Effendi, O. U. 2000. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Ety, Rochaety Et Al. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Fisal, Sanapiah. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Goleman, Daniel. 2005. Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Goleman, Daniel. 2007. Emotional Intelligence: Mengapa EI Lebih Penting Dari Pada

37

Page 39: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gujarati, 1997. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta: LP3ES

Gunawati, Rindang Dkk. 2006. Hubungan Efektifitas Komunkasi Mahasiswa-Dosen

Pembimbing Utama Skripsi dengan Stres dalam Menyusun Skripsi Pada

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Gunawan, (2007), Makalah untuk Pertemuan Dosen UKDW yang akan melaksanakan

penelitian pada tahun 2005, URL : http://uny.ac.id, accessed at 28 November

2012, 01:25 WIB.

Hadi, S. 2005. Statistik. Jilid Kedua. Yogyakarta : Andi.

Hein, Steve. 2009. Ten Habits Of Emotionally Intellegence People. New York: Eq

Institude. Inc.

Istijanto. 2006. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,

Kreitner, Robert, and Angelo, Kinicki. 2001. Organizational Behavior. New York: Me.

Graw Hill. Companies, Inc. 420-425.

Keliat, B.A. (2009). Penatalaksanaan Stres. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Sumber Daya Manusia perusahaan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Mulyana, D. 2004. Komunikasi Organisasi. Bandung: PT. Remaja Rodakarya Ofset

Murti Sumarni, Salamah Wahyuni. 2005. “Metodologi Penelitian Bisnis”.Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Nawawi, dan Martini Hadari. (1992). Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada

University Press.

Oxendine, Joseph. B 1984. Psychology Of Motor Learning. New Jersey : Prentice

Halllnc.

Parsons, Wayne, 2006, Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan,

Cet. ke-2, Jakarta : Kencana.

Poerwandari, E. Kristi. 1998. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Universitas Terbuka.

Prawirosentono. S. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia, Kebijakan Kinerja

Karyawan. Yogyakarta: BPFE.

Prayitno. dan Erman, Amti. 2005. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:

Rineka Cipta.

38

Page 40: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

Purwanto, Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rachmi, Filia. 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan

Perilaku Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Jurnal Skripsi:

Universitas Diponegoro Semarang.

Riduwan. 2007. Rumus Dan Data Dalam Aplikasi Statistika. Bandung : Alfabeta.

Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi Jilid I. Yogyakarta: Aditya Media.

Ruben, Brent D dan Lea P Stewart. (2006). Communication and Human Behavior.

United States: Allyn and Bacon

Salim, Agus. 2005. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Semarang: Tiara Wacana

Santoso, S. 2004. SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT Elex

Media Komputindo.

Simamora, H. 2005. Manajemen Sumber daya Manusia. Jakarta: STIE YPKN.

Soeparwoto, dkk. 2005. Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT MKK UNNES.

Silviani, Melly. 2009. Analisis Efektifitas Komunikasi Atasan dan Bawahan Pada

Kantor Pos Bogor. Jurnal Skripsi : Institut Pertanian Bogor.

Soeratno. dan Arsyad, Lincolin. 1995. Metodologi Penelitian: Untuk Ekonomi dan

Bisnis. Yogyakarta: UPP YKPN.

Sondang P. Siagian. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. (2002). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sunarto. dan Hartono, Agung. 1998. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Trihandini, Fabiola Meirnayati. 2005. Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual,

Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Karyawan

(Studi Kasus di Hotel Horison Semarang). Tesis. Program Studi Magister

Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Tubbs, S. L. 2001. Human Communocation Prinsip-prinsip Dasar (Terjemahan).

Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya.

Umar, Husein. 2003. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis . Jakarta:

Gramedia.

Wahyudi, Bambang. 2009. Menyampaikan Persepsi?. http://www.google.com.[l5

Oktober2012]

39

Page 41: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

Waryanti, Sesilia D R. 2011. Analisis Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan

Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Skripsi: Universitas

Diponegoro Semarang.

40

Page 42: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

Strategi Peningkatan Komunikasi Antara Mahasiswa Dan

Dosen Pembimbing Dalam Penulisan Skripsi (Studi Kasus

Mahasiswa S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Unej)

Responden yang terhormat,

Dalam kuesioner ini disajikan sejumlah pernyataan dan pertanyaan yang

dirancang secara khusus untuk keperluan pengumpulan data penelitian dalam rangka

penulisan tugas karya akhir (skripsi) peneliti di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen

Universitas Jember. Agar hasil penelitian ini memiliki kredibilitas yang tinggi maka

peneliti sangat mengharapkan Saudara/i mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan

benar. Semua informasi yang diterima sebagai hasil pengisian kuesioner ini bersifat

rahasia dan hanya dipergunakan untuk kepentingan akademis semata. Atas partisipasi

dan bantuan Saudara/i peneliti menghaturkan banyak terima kasih.

Hormat Peneliti,

Yusuf Aldhillah

(080810201106)

41

Page 43: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

A. IDENTITAS RESPONDEN

Nama Responden : ……………………..

Semester : ……………………..

Umur : ……….. Tahun

Jenis kelamin : l. Laki-laki 2. wanita

Lama Bimbingan : a). 1-3 bulan

b). 3-6 bulan

c). Lebih dari 6 bulan

(lingkari salah satu)

Konsentrasi : Pemasaran / SDM / Keuangan / Operasional

(lingkari salah satu)

B. PETUNJUK PENGISIAN

1. Pernyataan-pernyataan berikut ini mohon diisi dengan jujur dan sesuai dengan

keadaan dan kenyataan yang ada.

2. Berilah tanda () pada salah satu jawaban di setiap pertanyaan, sesuai apa

yang anda alami dan rasakan selama ini. Terdapat 4 (empat) pilihan jawaban,

yaitu:

a. SS : Sangat setuju, dengan skor 4

b. S : Setuju, dengan skor 3

c. TS : Tidak setuju, dengan skor 2

d. STS : Sangat tidak setuju, dengan skor 1

42

Page 44: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

1) Stress (X1)

No Pernyataan SS S TS STS

1 Tekanan membuat proses penyusunan skripsi terganggu.

2 Kegiatan dosen di luar kuliah cukup mengganggu proses

bimbingan.

3 Ketakutan akan image dosen pembimbing.

4 Tidak siap melakukan penelitian.

5 Judul skripsi yang disetujui tidak sesuai harapan.

2) Karakteristik Individu (X2)

No Pernyataan SS S TS STS

1 Penjelasan dosen senior lebih mudah dipahami saat

memberikan bimbingan skripsi.

2 Jenis kelamin mahasiswa berpengaruh terhadap sikap dosen

dalam proses bimbingan skripsi.

3 Dosen pembimbing mampu memahami kemauan mahasiswa.

4 Pengalaman dosen berdampak pada proses komumnikasi.

5 Jumlah tanggungan mahasiswa bimbingan berdampak

terhadap sikap dosen saat bimbingan.

43

Page 45: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

3) Kecedasan Individu (X3)

1.1 Kecerdasan Emosional (X3.1)

No Pernyataan SS S TS STS

1 Dosen tanggap atau peka terhadap kemampuan mahasiswa

bimbinganya.

2 Dosen pembimbing mampu mengendalikan dirinya.

3 Dosen mampu memotivasi mahasiswa bimbinganya untuk

lebih baik.

4 Dosen pembimbing memiliki kepedulian terhadap

permasalahan mahasiswa.

1.2 Kecerdasan Intelektual (X3.2)

No Pernyataan SS S TS STS

1 Dosen pembimbing mampu memberi penjelasan tentang

metode penelitian skripsi.

2 Dosen pembimbing mampu untuk menerima penjelasan

mahasiswa seputar skripsinya.

3 Dosen pembimbing mampu menanggapi konsep penelitian

mahasiswa.

4 Dosen pembimbing mampu mengenali masalah dalam skripsi

mahasiswa.

5 Dosen pembimbing mampu berfikir logis dan mampu

mempraktekan teori.

6 Dosen pembimbing mampu beradaptasi dengan metode

penelitian mahasiswa.

7 Dosen pembimbing mampu membagi pengalaman kepada

mahasiswa bimbingannya dengan baik.

44

Page 46: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

1.3 Kecerdasan Spiritual (X3.3)

No Pernyataan SS S TS STS

1 Dosen pembimbing mampu menyesuaikan diri dengan

permasalahan yang terjadi.

2 Dosen pembimbing memiliki tingkat kesadaran yang tinggi.

3 Dosen mampu memotivasi mahasiswa bimbinganya untuk

menghadapi dan mengambil hikmah dari sebuah kejadian.

4 Dosen pembimbing mampu mengendalikan diri untuk

berbuat yang tidak perlu.

5 Dosen pembimbing mampu memandang mahasiswa secara

objektif.

6 Dosen pembimbing membantu mencari penyebab masalah

yang dialami mahasiswa bimbinganya dan menyelesaikan

masalah tersebut.

7 Dosen pembimbing mampu bekerja secara fleksibel.

1.4 Konflik(X4)

No Pernyataan SS S TS STS

1 Kepribadian mahasiswa berdampak pada proses bimbingan

skripsi

2 Perbedaan persepsi skripsi berujung pada sikap dosen

pembimbing menjadi kurang menyenangkan.

3 Perbedaan tujuan dan kepentingan dalam penulisan skripsi

berimbas pada proses komunikasi dalam penulisan skripsi.

4 perbedaan pemahaman antara dosen pembimbing satu dan

dua tentang isi skripsi membuat proses penulisan skripsi

menjadi terhambat

45

Page 47: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

1.5 Komunikasi (Y)

No pernyataan SS S TS STS

1 Dosen pembimbing mampu menangkap apa yang diinginkan

dari penelitian mahasiswa bimbinganya.

2 Baik dosen pembimbing dan mahasiswa merasa senang saat

proses bimbingan skripsi.

3 Selama proses bimbingan skripsi dosen dan mahasiswa lebih

saling menghormati.

4 Hubungan antara mahasiswa dengan dosen pembimbing

semakin baik.

5 Mahasiswa dapat mengerjakan revisi dengan baik setelah

menerima penjelasan dari dosen pembimbing

.

46

Page 48: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

A. IDENTITAS RESPONDEN

Nama Responden : ……………………..

Golongan : ……………………..

Umur : ……….. Tahun

Jenis kelamin : l. Laki-laki 2. wanita

Lama Mengajar : a). Kurang dari 5 tahun

b). 5-10 tahun

c). Lebih dari 10 tahun

(lingkari salah satu)

Konsentrasi : Pemasaran / SDM / Keuangan / Operasional

(lingkari salah satu)

B. PETUNJUK PENGISIAN

1. Pernyataan-pernyataan berikut ini mohon diisi dengan jujur dan sesuai dengan

keadaan dan kenyataan yang ada.

2. Berilah tanda () pada salah satu jawaban di setiap pertanyaan, sesuai apa

yang anda alami dan rasakan selama ini. Terdapat 4 (empat) pilihan jawaban,

yaitu:

a. SS : Sangat setuju, dengan skor 4

b. S : Setuju, dengan skor 3

c. TS : Tidak setuju, dengan skor 2

d. STS : Sangat tidak setuju, dengan skor 1

47

Page 49: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

1) Stress (X1)

No Pernyataan SS S TS STS

1 Perasaan tertekan membuat proses bimbingan skripsi

terganggu.

2 Kegiatan dosen di luar mengajar cukup mengganggu proses

bimbingan.

3 Dalam pandangan dosen pembimbing, mahasiswa takut

kepada dosen pembimbing untuk melakukan proses

bimbingan skripsi.

4 Dalam pandangan dosen pembimbing, mahasiswa tidak siap

melakukan penelitian, sehingga skripsinya juga terkesan asal-

asalan.

5 Judul skripsi yang diajukan mahasiswa terlalu umum dan

kurang sesuai harapan dosen pembimbing.

2) Karakteristik Individu (X2)

No Pernyataan SS S TS STS

1 Mahasiswa senior mudah menerima penjelasan dosen

pembimbing saat proses bimbingan.

2 Jenis kelamin dosen berpengaruh terhadap sikap mahasiswa

dalam proses bimbingan skripsi.

3 Mahasiswa mampu memahami maksud dosen pembimbing

perihal skripsi.

4 Pengalaman mahasiswa berdampak pada proses komunikasi

terkait dengan penulisan skripsi.

5 Jumlah tanggungan mahasiswa bimbingan dosen

pembimbing, berdampak terhadap sikap mahasiswa terhadap

dosen pembimbing.

48

Page 50: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

3) Kecedasan Individu (X3)

1.1 Kecerdasan Emosional (X3.1)

No Pernyataan SS S TS STS

1 Dalam pandangan dosen pembimbing mahasiswa peka

terhadap kemampuan diri.

2 Mahasiswa mampu mengendalikan dirinya di depan dosen

pembimbing.

3 Dalam pandangan dosen pembimbing, mahasiswa mampu

memotivasi diri untuk lebih baik.

4 Mahasiswa mampu untuk mengelola hubungan dengan baik

dengan dosen pembimbing.

1.2 Kecerdasan Intelektual (X3.2)

No Pernyataan SS S TS STS

1 Mahasiswa mampu memahami metode analisis yang

digunakan dalam skripsinya.

2 Mahasiswa mampu menangkap penjelasan dengan baik.

3 Mahasiswa cepat memahami langkah-langkah penulisan

skripsi.

4 Mahasiswa mampu berpikir secara induktif

5 Mahasiswa mampu berpikir secara deduktif.

6 Mahasiswa mampu berpikir imajinatif.

7 Mahasiswa mampu mengingat penjelasan dari dosen

pembimbing.

1.3 Kecerdasan Spiritual (X3.3)

No Pernyataan SS S TS STS

1 Mahasiswa mampu menyesuaikan diri dengan permasalahan

yang terjadibaik yang berkaitan dengan skripsi atau

permasalahan pribadinya.

2 Mahasiswa memiliki tingkat kesadaran yang tinggi.

49

Page 51: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

3 Mahasiswa menghadapi dan mengambil hikmah dari sebuah

kejadian.

4 Mahasiswa mampu mengendalikan diri unruk berbuat yang

tidak perlu kepada dosen pembimbing.

5 Mahasiswa mampu memandang dosen pembimbing secara

objektif.

6 Mahasiswa mau bertanya kepada dosen pembimbing,

berkaitan dengan masalah penulisan skripsi

7 Mahasiswa mampu bekerja secara fieksibel.

4) Konflik (X4)

No Pernyataan SS S TS STS

1 Konflik pribadi mahasiswa dengan dosen pembimbing

berdampak pada memburuknya proses bimbingan skripsi

2 Perbedaan sudut pandang dosen pembimbing satu dan dua

perihal skripsi yang disusun berujung pada sikap mahasiswa

menjadi kurang menyenangkan.

3 Perbedaan tujuan dan kepentingan dosen pembimbing satu

dan dua dalam penulisan skripsi berimbas pada proses

komunikasi bimbingan penulisan skripsi.

4 perbedaan pemahaman dosen pembimbing tentang isi skripsi

membuat proses penulisan skripsi menjadi terhambat

50

Page 52: strategi peningkatan efektivitas komunikasi

5) Efektifitas Komunikasi (Y)

No pernyataan SS S TS STS

1 Mahasiswa mampu menangkap penjelasan yang berkaitan

dengan skripsinya.

2 Baik dosen pembimbing dan mahasiswa merasa nyaman saat

proses bimbingan skripsi.

3 Selama proses bimbingan skripsi dosen dan mahasiswa saling

menghormati.

4 Hubungan antara mahasiswa dengan dosen pembimbing

semakin baik dengan berlangsungnya proses bimbingan.

5 Mahasiswa dapat mengerjakan revisi dengan baik setelah

menerima penjelasan dari dosen pembimbing

51