Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
993
STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN SDM
APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) DALAM MENUNJANG
PENERAPAN E-GOVERNMENT DI INDONESIA
Achmad Ridho1 Siti Mardiana Ainun Watora2
Universitas Muhammadiyah Malang
Alamat Korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Pada era Revolusi Industri 4.0 atau yang disebut sebagai era perkembangan teknologi yang semakin
maju seperti saat ini, publik memerlukan adanya kemudahan untuk mengakses pelayanan dan
informasi dari pemerintah karena teknologi yang mudah diakses dari mana saja dan kapan saja oleh
karena itu pemerintah menciptakan inovasi baru berupa berupa e-Government sebagai upaya dalam
mengahadapi tantangan era revolusi industri 4.0 dalam mewujudkan pemerintahan yang baik.
Namun untuk menunjang penerapan inovasi tersebut memerlukan SDM Aparatur Sipil Negara
(ASN) yang kompeten. Adapun hingga saat ini masih terdapat hambatan terkait penerapan e-
government, salah satu penyebabnya yaitu karena SDM Aparatur Sipil Negara (ASN) masih belum
berkualitas, sebagaimana data World Economy Forum Human Capital Indonesia pada 2017, kualitas
dari aparatur sipil negara (ASN) Indonesia masih sangat rendah. Oleh karena itu tujuan penulis
melakukan penelitian ini yaitu memberikan stretegi terkait perencanaan dan pengembangan SDM
Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam menunjang penerapan e-government. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat studi pustaka (library research) yang
menggunakan buku-buku dan literatur-literatur lainnya dalam memperoleh data. Hasil dari
penelitian ini menjelaskan bahwa kemampuan ASN di Indonesia masih belum dapat dikatakan
kompeten sehingga perlu adanya perencanaan dan pengembangan SDM sehingga dapat menunjang
penerapan e-government di Indonesia sebagai inovasi pelayanan publik di era revolusi industry 4.0.
Kata Kunci : Strategi Perencanaan, Pengembangan SDM Aparatur Sipil Negara, e-government.
ABSTRACT
In the era of the Industrial Revolution 4.0 or the so-called era of increasingly advanced technology
development as it is today, the public requires the ease of accessing services and information from
the government because technology is easily accessible from anywhere and anytime, therefore the
government creates new innovations in the form of e-Government as an effort in facing the
challenges of the industrial revolution 4.0 era in realizing good governance. However, to support
the application of these innovations requires competent Human Civil Apparatus (ASN). As for now
there are still obstacles related to the implementation of e-government, one of the causes is that the
Human Resources of the State Civil Apparatus (ASN) is still not qualified, as the World Economy
Indonesia Human Capital Forum data in 2017, the quality of the state civil apparatus (ASN)
Indonesia is still very low. Therefore the author's purpose in conducting this research is to provide
strategies related to the planning and development of the Human Resources of the State Civil Service
(ASN) in supporting the implementation of e-government. The method used in this research is
qualitative research in the form of library research using books and other literature in obtaining
data. The results of this study explain that the ability of ASN in Indonesia still cannot be said to be
competent so there is a need for planning and development of Human Resources so that it can
support the application of e-government in Indonesia as a public service innovation in the industrial
revolution era 4.0.
Keywords: Planning Strategy, Development of Human Resources of the State Civil Apparatus, e-
government.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
994
PENDAHULUAN
Di era revolusi Industri 4.0 atau yang disebut juga dengan revolusi teknologi
yang sangat mempengaruhi kehidupan kita meliputi bagaimana kita dengan mudah
dapat berinteraksi dengan orang lain yang berjarak jauh dan bagaimana cara kita
bekerja memanfaatkan teknologi sehingga mengutamakan efisiensi dan efektivitas.
Dengan keadaan tersebut maka, pemerintah memberikan inovasi baru berupa e-
Government sebagai upaya dalam mengahadapi tantangan era revolusi industri 4.0
dalam mewujudkan pemerintahan yang baik. Adapun inovasi tersebut dapat
terealisasi dan manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat jika para pegawai ASN
dapat mengoperasikannya dengan baik sehingga dibutuhkan para pegawai ASN
yang memiliki kemampuan yang kompeten. Oleh karena itu pemerintah juga
sedang menjalankan suatu sistem pembenahan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan salah satunya pembenahan SDM Aparatur Sipil Negara, yang mana
sistem tersebut disebut dengan reformasi birokrasi.
Reformasi birokrasi merupakan suatu upaya pemerintah dalam pembenahan
sistem birokrasi untuk meningkatkan pelayanan publik. Apabila kita berbicara
mengenai peningkatan pelayanan publik tentunya hal itu berkaitan erat dengan
aktor yang memiliki peran penting dalam memberikan pelayanan yang berkualitas
kepada masyarakat yaitu Aparatur Sipil Negara (ASN). Pegawai ASN harus
memiliki kemampuan yang kompeten, oleh karena itu perlunya perencanaan dan
pengembangan SDM Aparatur Sipil Negara (ASN). Sebagaimana yang telah di
amanatkan Undang-Undang nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
yaitu pada pasal 12 dikatakan bahwa peran pegawai ASN sebagai perencana,
pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang
profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme. Selain itu Udang-Undang tersebut juga mengatur mengenai
kewajiban untuk mengembangkan kompetensi dan menjalankan sistem merit guna
mempertanggungjawabkan kinerjanya.
Perencanaan dan pengembangan SDM Apratur Sipil Negara (ASN), selain
merupakan amanat undang-undang dan juga upaya dari pelaksanaan reformasi
birokrasi tentuknya hal tersebut wajib untuk dijalankan karena mengingat masih
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
995
banyaknya permasalahan yang terjadi akibat dari SDM Aparatur Sipil Negara
(ASN) yang dinilai masih belum berkompeten sehingga berdampak pada kualitas
pelayanan publik yang dinilai rendah. Dikutip dari MediaIndonesia.com pada tahun
2017, penuturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,
Asman Abnur kepada MediaIndonesia.com bahwa kualitas kompetensi ASN masih
relatif rendah hal tersebut dapat ditinjau dari beberapa hal yang pertama total
pegawai negeri sipil (PNS) di Indonesia yang berjumlah 4,475 juta, menurut dia,
64% di antaranya hanya memiliki kemampuan administrative; Yang kedua, pada
pengangkatan PNS terakhir di tahun 2017 hampir 58% berasal dari tenagar honorer
tanpa melalui tes; Ketiga, kenyataan yang terjadi di Kalimantan ASN yang
memiliki keahlian dibidang pertambangan saja hanya sekitar 0,03%, padahal salah
satu potensi terbesar yang dimiliki oleh Kalimantan yaitu pada bidang
pertambangan oleh karena itu dengan kenyataan mengenai kualitas yang dimiliki
para ASN bagaimana mereka dapat meningkatkan potensi yang dimiliki oleh
daerah jika mereka saja tidak memilki kemampuan yang mumpuni; terakhir, masih
banyak juga jabatan pemerintahan seperti kepala dinas, kepala bidang, dan lain-lain
yang diduduki oleh orang-orang yang tidak memiliki keahlian pada bidang tersebut.
Kemudian, dikutip juga dari Liputan6.com pada tahun 2018 bahwa menurut
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang
Brodjonegoro bahwa dalam pencapaian sasaran pembangunan nasional, dasar yang
terpeting adalah pengelolaan dan pengembangan SDM Aparatur Sipil Negara
(ASN) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang sesuai dengan kebutuhan
pembangunan, ASN yang berkualitas juga menjadi faktor penting untuk mencapai
pembangunan dan untuk menjawab tantangan yang akan dihadapi pada masa yang
akan datang seperti revolusi indsutri ke-4 dan juga Digital Government.
Berdasarkan data di Kementerian Perhubungan tahun 2018 sebagian besar atau
berkisar 60 persen pegawainya memiliki latar belakang pendidikan Diploma, SMA
atau yang lebih rendah. Melalui pengembangan SDM akan menghasilkan para
pegawai ASN yang memiliki keahlian dalam bidangnya, dengan memiliki keahlian
tersebut akan berdampak pada peningkatan kinerja sehingga dapat mewujudkan tata
kelola pemerintahan yang baik. Dimana tata kelola pemerintahan yang baik yang
kerap kali diagung-agungkan sebagai cita-cita pemerintahan di Indonesia tentunya
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
996
memerlukan langkah-langkah yang terencana dengan baik dan kemudian bukan
hanya berhenti pada tahap rencana saja namun juga harus dieksekusi dilapangan
sehingga tata kelola pemerintahan yang baik tidak hanya sebagai cita-cita namun
dapat direalisisasikan.
Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat sehingga adanya inovasi
baru berupa e-Government, seharusnya dapat memudahkan pemerintah dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat. Namun pada
kenyataannya akibat kemampuan para ASN yang tidak mendukung penerapan e-
Government maka inovasi tersebut tidak akan membawa manfaat apapun. Oleh
karena itu dalam mengatasi persoalan terkait kemampuan ASN yang dinilai belum
kompeten maka memerlukan suatu perencanaan SDM pemerintahan secara
tersistematis. Perencanaan diartikan sebagai proses mempersiapkan kegiatan-
kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu
(Tjokroaminoto, 2010). Dimana sebelum kita menjalankan suatu kegiatan tentunya
kita perlu menyusun langkah-langkah secara sistematis agar terdapat landasan
mengenai tujuan yang ingin dicapai. Kemudian setelah menyusun perencanaan,
langkah selanjutnya dalam menghadapi era revolusi industry 4.0 yang perlu
dijalankan yaitu pengembangan SDM agar dapat menghadapi perkembangan
global. Para pegawai ASN perlu mengembangkan kemampuannya terutama dalam
bidang teknologi.
Namun pada tahun 2019 Tempo.co menyebutkan bahwa apabila dilihat dari
kualitas dan kinerja ASN, Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan Negara-
negara ASEAN, posisi Indonesia berada dibawah Filipina, Thailand, Malaysia, dan
Singapura. Adapun Singapura sendiri telah meraih keberhasilan sebagai peringkat
kedua Negara dengan kualitas dan kinerja ASN terbaik di dunia. Dalam manajemen
pemerintahannya, Singapura menganut enam prinsip, yaitu 1) kompetisi terbuka
dan meritokritas dalam seleksi dan penempatan, 2) keterbukaan dan obyektivitas
dalam penilaian, 3) penghargaan dan pengakuan berdasarkan kinerja, 4) tidak
memihak dan tidak dapat disuap, 5) membayar dengan “gaji bersih” yang fleksibel,
dan 6) transparan dalam pemberian imbalan (Dimasanti, 2014). Selain beberapa
prinsip tersebut, pelayanan publik di Singapura hampir jauh dari permasalahan
korupsi karena memang para pegawai di Singapura memiliki gaji yang tinggi.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
997
Kemudian sistem rekruitmen menganut sy menganut system Tradisi Konfusian
Cina dan Administrasi Pelayanan Sipil dari Inggris, jadi pegawai-pegawai negeri
yang direkrut merupakan lulusan dari universitas eliteseperti sekolah pelayanan
publik Singapura (Febriana 2014). Keadaan tersebut sangat berbeda dengan
Indonesia karena pada awal proses rekruitmen pegawai ASN saja telah banyak
terjadi persoalan mengenai citra buruk birokrasi seperti Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN).
Melihat hingga saat ini masih perlu adanya pembenahan terhadap kualitas
SDM para ASN di Indonesia maka perlu adanya perencanaan dan pengembangan
SDM. Melalui perencanaan dan pengembangan SDM Aparatur Sipil Negara
(ASN), diharapkan akan menghasilkan para pegawai ASN yang professional dan
kemampuan yang dapat di andalkan guna mewujudkan penyelenggaraan publik
yang baik di era revolusi industry 4.0 melalui pemanfaatan teknologi informasi
sehingga pelayanan yang diberikan dapat efektif dan efisien. Oleh karena itu
perlunya pembahasan lebih lanjut mengenai bagaimana strategi yang dapat
digunakan dalam perencanaan dan pengembangan SDM sehingga dapat menunjang
penerapan e-Government di Indonesia.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitan kualitatif
dengan menggunakan pendekatan kepustakaan (library research). Dimana metode
tersebut merupakan metode penelitian yang mana pengumpulan data terkait objek
yang menjadi fokus penelitian bersifat kepustakaan. Pada penelitian kualitatif,
peneliti mencoba untuk menggambarkan dan menganalisi bagaimana fenomena
yang terjadi mengenai objek penelitian yang sesuai dengan fakta yang ada
dilapangan. Dilihat dari jenis penelitiannya, adapun jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau library research, yakni
penelitian yang dilakukan melalui mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah yang
bertujuan dengan obyek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat
kepustakaan, atau telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang
pada dasarnya tertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-
bahan pustaka yang relevan. Martin (1997) mengatakan bahwa ketertarikan seorang
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
998
peneliti pada topik penelitiannya dapat diawali dengan melakukan penelusuran dan
pencarian berbagai literatur yang relevan secara ekstensif berkaitan dengan studi
yang akan diteliti.
Pada penelitian ini, data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan
dianalisis lebih lanjut sehingga data yang diperoleh merupakan data yang dapat
menjelaskan fenomena yang terjadi sehingga data yang telah disajikan oleh peneliti
dapat menggambarkan permasalahan yang terjadi dan juga apa saja strategi yang
diperlukan dalam mengatasi fokus permasalahan pada penelitian ini. Pengumpulan
data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan buku dan
jurnal mengenai perencanaan dan pengembangan SDM Aparatur Sipil Negara
(ASN) dan pelaksanaan E-government di Indonesia, data statistic BKN, Peraturan
perundang-undangan tentang ASN, Reformasi Birokrasi, dan Manajemen ASN.
Kemudian data dan informasi tersebut dipilih, disajikan dan dianalisis serta diolah
supaya ringkas dan sistematis.
Pada penelitian ini juga dilakukan pengkajian mengenai konsep dan teori
yang digunakan berdasarkan literatur yang tersedia, terutama dari artikel-artikel
yang dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah. Kajian pustaka berfungsi untuk
membangun konsep atau teori yang menjadi dasar studi dalam penelitian
(Surjaweni, 2014). Selanjutnya penelitian ini menggunakan teknik analisi data.
Analisis data merupakan langkah yang terpenting dalam suatu penelitian karena
melalui analisa data peneliti akan memperoleh data yang memang dapat
menjelaskan objek penelitian. Data yang telah diperoleh akan dikaji dan dianalisis
sehingga menghindari kesalahan informasi yang ingin disampaikan oleh peeliti,
kemudian jika telah melalui tahap analisis selanjutnya penulis dapat menarik
kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari literatur bacaan yang telah
dianalisis.
KAJIAN TEORI
1. Strategi perencanaan
Dari fenomena yang sudah dijelaskan diatas maka kami melaksanakan
penelitian yang berjudul “Strategi perencanaan dan pengembangan SDM ASN
dalam menunjang penerapan e-Government di Indonesia”. Menurut David
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
999
(2004:186) strategi merupakan cara untuk mencapai sasaran jangka panjang.
Dengan kita memiliki perencanaan dengan memikirkan jangka panjang akan
memberikan dampak yang postif kedepannya, memikirkan atau merencanakan
suatu hal dengan mengedepankan kesejahteraan serta kepentigan orang banyak
yang bisa memberikan keuntungan masa yang akan datang akan memberikan
dampak yang baik bagi oraganisasi atau masyarakat yang akan melaksanakan
strategi atau renacana tersebut. Strategi atau perencanaan ini akan memberikan
perubahan yang akan memberikan dampak positif bagi organisasi bahkan
masyarakat dan satu-satunya hal yang pasti dari masa depan mengenai organisasi
apapun adalah perubahan dan perencanaan penting tujuannya menjembatani masa
kini dan masa depan yang memperbesar kemungkinan untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Dengan adanya perubahan serta perencanaan yang matang akan
mempermudahkan oragnisasi atau masyarakat untuk mendapatkan tujuannya yang
sudah di rencanakan sejak awal.
Menurutku Tangkilisan (2005) berpendapat bahwa bahwa untuk bisa
melakukan renacana yang baik diperlukannya strategi agar tujuan yang sejak awal
agar tercapai dengan efektiv seperti berikut pertama mandat, dimana dalam suatu
organisasi memiliki tanggung jawab sesuai dengan fungsi yang harus dilakukan
yang sesuai dengan landasan hukum dimana tersebut dalam organisasi memiliki
landasan hukum; kedua Visi, gambaran atau kondisi masa depan yang memiliki
konseptual hal ini juga menggambarkan pada keadaaan sekarang; Ketiga
Misi, merupakan pernyataan suatu organisasi yang memiliki tujuan yang
diungkapan dalambentuk output untuk memenuhi tuntutan serta kebutuhan, dengan
adanya misi ini akan memberikan stimulus yang dilaksanakan iinstansi atau
lemabaga agar mencapai tujuan yang sudah di rencanakan.
Strategi perencanaan dalam organisasi atau lembaga pemerintahan
merupakan suatu hal yang sangat diperlukan atau dibutuhkan untuk bisa
memberikan gambaran untuk kedepannya untuk bisa mencapai tujuan yang sudah
tentukan sejak awal. Perencanaan sendiri murpakan hal yang selalu
mengedepankan kebaikan tanpa adanya mengesampingkan hal yang akan
memberikan kerugian kepada orang atau lingkungan. Strategi atau perencanaan
merupakan suatu pola yang memiliki hal yang baik agar bisa memberikan dampak
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1000
positif bagi organisasi atau lemabaga yang menjalankan atau orang lain yang
merasakan. Strategi perencanaan akan memberikan perubahan yang memiliki pola
jakapanjang yang selalu mementingkan orang banyak dan lingkungan agar bisa
memberikan dampak yang baik, hal tersbut merupakan langkah taktis untuk
mendapatkan tujuan yang sudah di rancang sejak awal agar bisa memberikan
mencapai. Serta akan memudahkan organisasi atau lembaga untuk melakukan tugas
dan tanggung jawabnya sebab sudah memiliki pola yang sudah direncanakan sejak
awal.
2. Pengembangan SDM Aparatur Sipil Negara
Henry Simamora (2001:143) menjelaskan tentang pengembangan adalah
penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau lebih tinggi
dalam organisasi. Pengembangan biasanya berkaitan dengan peningkatan
kemampuan intelektual atau emosional yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan yang lebih baik.Perencanaan SDM merupakan suatu proses sistematis
yang digunakan untuk meprediksi permiintaan dan penyediaan SDM (Sumber Daya
Manusia) dimasa yang akan datang. Dengan perencanaan yang matang akan
memberikan kualitas yang baik baik bagi SDM ataupun calon pegawai karena
memiliki perencanaan untuk menyaring atau memfilterisasi calon SDM bahkan
pegawai yang sudah di tetapkan. Dengan adanya perencanaan yang matang akan
memberikan pembangan yang baik bagi SDM (Sumber Daya Manusia)
memberikan kualitas dan efektif yang susai dengan bidangnya. Kebutuhan pegawai
atau (Sumber Daya Manusia) SDM merupakan proses yang teratur untuk bisa
memenuhi kebutuhan pegawai berkualitas. Upaya peningkatan kualitas dan
kuantitas SDM kesehatan menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan
dalam rangka mencapai sasaran pembangunan (Hapsara, 2006). Dengan adanya
pengembangan SDM akan memberikan dampak yang baik untuk meningkatkan
kualitas SDM baik dari sekotor semua organisasi atau lembaga pemerintahan. Peran
dengan adanya pengembangan SDM akan memberikan pencapaian
dalammencapaipembagunanyang badaya saing baik kompetisi yang berkualitas
serta dengan adanya pemabgunan Sumber Daya Manusia akan memberikan
kesinambungan yang efektif dan efisien untuk bisa memberikan pelayanan yang
baik dan berkualitas.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1001
Awaloedin menyebutkan bahwa pengembangan sumber daya manusia
dalam arti luas adalah seluruh proses pembinaan untuk meningkatkan kualitas
serata taraf hidup manusia dari suatu negara, sedangkan dalam arti sempit
pengembangan sumber daya manusia adalah peningkatan pendidikan dan pelatihan
atau usaha menambah pengetahuan dan keterampilan sebagai proses yang tanpa
akhir terutama pengembangan itu sendiri”Pengembangan SDM (Sumber Daya
Manusia) akan memberikan dampak yang Pengembangan kompetensi pegawai
dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan, antara lain pendidikan dan pelatihan,
seminar, kursus, penataran dan lain sebagainya. Pelaksanaan pengembangan
kompetensi merupakan kewajiban dari setiap instansi pemerintah untuk memenuhi
hak setiap ASN. Dikarenakan besarnya jumlah pegawai yang dikelola,
bervariasinya jenis pengembangan kompetensi serta luas wilayah yang sangat luas
dan lain sebagainya. Selain memerlukan komitmen yang tinggi diperlukan pula
system penyelenggaraan pengembangan kompetensi SDM yang
berkesinambungan, sehingga upaya dalam menciptakan ASN yang professional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme dapat dilaksanakan dengan baik, cepat, tepat
sasaran. Dengan adanya pengembangan SDM Aparatur Sipil Negara akan
memberikan perkembangan untuk bisa meningkatkan kinerja yang lebih
profesioanal, yang biasanya pengembangan SDM Aparatur Sipil Negara dilakukan
dengan adanya pengembangan kompetensi untuk menunjang kualifikasi kinerja
yang baik dan profesioanal dengan caraadanya pendidikan dan pelatihan agar
Sumber Daya Manusia tersebut bisa mengetahui kelemahan untuk pelayanan publik
apalagi dengan adanya tuntutan dari masyarakat yang lebih cepat, serta
kenyamanan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan
palayanan publik tersebut. Dengan adanya pengemabangan SDM Aparatur Sipil
Negara akan meberikan pandangan baru bagi pemerintah untuk bisa memberikan
kepercayaan kepada masyarakat.
3. Manajemen SDM
Menurut Mathis dan Jackson (2012:4) mendefinisikan bahwa manajemen
sumber daya manusia yaitu sesuatu yang berhubungan dengan sistem rancangan
formal dalam suatu organisasi untuk menetukan dan efesiensi dilihat dari bakat
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1002
seseorang untuk mewujudkan sasaran suatu organisasi. Menurut Sedarmayati
(2009:13) menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah kebijakan
dan praktik menentukan aspek “manusia” atau sumber daya manusia dalam posisi
manajemen, termaksuk merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan dan
penilaian. Fungsi manajemen SDM adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu
ada dan melekat di dalam proses manajemen SDM yang akan dijadikan acuan oleh
manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan Manajemen sumber
daya manusia memiliki fungsi – fungsi pokok yang sama dengan fungsi manajemen
dan fungsi operasional, dengan penerapan dibidang sumber daya manusia.
4. e-Government
E-government merupakan cara pemerintah untuk menggunakan teknologi
yang baru untuk menyediakan masyarakat akses yang lebih banyak mengenai
informasi dan pelayanan pemerintah, untuk meningkatkan kualitas servis dan
menyediakan kesempatan yang lebih besar untuk berpartisipasi dalam proses dan
institusi demokrasi (Indrajit, 2002 : 2-4). Dengan adanya E-government akan
memberikan kemudahan bagi pemerintah untuk bisa memberikan pelayanan yang
baik untuk bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, sebab masyarakat dengan adanya
penerapan E-government akan memberikan kemudahan untuk bisa mengakses
infomasi – infomasi, secara tidak langsung pemerintah juga memperbaiki
pelayanan publik yang baik dan pemerintah memberikan keemapatan secara luas
kepada masyarakat tanpa adanya halangan untuk bisa ikut berpartisipasi dalam
proses pemerintahana agar terciptanya transparansi dan akuntanbilitas.
Menurut The Worid Bank Group (Falih Suaedi, Bintoro Wardianto
2010:54), E-Government ialah sebagai upaya pemamfaatan informasi dan
teknologi komunikasi untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas, transfaransi
dan akuntabilitas pemerintah dalam memberikan pelayanan publik secara lebih
baik. Kemudian menurut Depkomenfo (Samodra Wibawa 2009:114),
mendefinisikan E-Goverment adalah pelayanan publik yang diselenggarakan
melalui situs pemerintah dimana domain yang digunakan juga menunjukkan
domain pemerintah Indonesia yakni (go.id) Menurut Clay G. Weslatt (15 Agustus
2007) dalam website, E-Goverment adalah menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mempromosikan pemerintah yang lebih effisien dan penekanan
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1003
biaya yang efektif, kemudian pasilitas layanan terhadap masyarakat umum dan
membuat pemerintah lebih bertanggung jawab kepada masyarakat.
E-Government mengacu pada penggunaan oleh badan informasi pemerintah
teknologi (seperti Wide Area Network, Internet, dan komputasi seluler) itu memiliki
kemampuan untuk mengubah hubungan dengan warga negara, bisnis, dan senjata
lainnya pemerintah". (Bank Dunia dalam Buku Indrajit, 2004: 2). Dengan adanya
penggunaan media teknologi informasi tersebut pemerintah berupaya untuk
memaksimalkan pelayanan publik yang berbasis teknologi yang sudah di terapkan
pada badan swasta yang lebih dulu malaksanakan untuk mempermudah bisnisnya,
maka pemerintah mengadopsi sistemterebut untuk mempermudah sitem kerja yang
ada pada pemerintahan,dengan adanya kemudahan tersebut akan memberikan
dapmakpostif bagi masyarakata yang secara langsung bisa merakan dengan baik.
Sebab dengan adanyakemudahan tersebut akan memberikan kepuasan bagi
masyarakat untuk bisamenerapkan e-government. Penerapan e-government akan
memberikan kemudahan dalam melaksankana mobilitas sehari hari secara cepat
tanpa melakukan sistem yang manual dan mempersulit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hambatan penerapan e-Government di indonesia
Pada saat ini banyak lembaga pemerintahan yang menyatakan bahwa OPD
(Oraganisasi Perangkat Daerah) sudah melaksanakan e-Government padahal pada
kenyataannya masih adanya lembaga-lembaga pemerintahan yang baru
melaksanakan bahkan melaksanakan hal tersebut dapat dilihat dari web presence
yang belum terlihat dalam penerapan e-Government dimana harus dijalankan secara
mendalam. Masyarakat merasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan oleh
para birokrat yang melayani kebutuhan masyarakat, masyarakat menyatakan
pelaksanaan e-Government belum optimal pelayanan yang diberikan pemerintah
sebab pemerintah dalam melaksanakan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat masih menggunakan cara-cara yang manual seperti proses pembuatan
KTP, aktakelahiran, kartu keluarga, dan lain-lain. Bahkan masyarakat harus secara
face to face atau betatap muka secara langsung dengan mendatangi petugas yang
bersangkutan di kantor pemerintahan, atau bahkan harus mencari seorang “calo”.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1004
Hal ini sangatlah tidak efektifdan efisien karena mengeluarkan biaya yang lebih
banyak dari biaya sebenarnya dan juga dirasakan menjadisangat merepotkan karena
harus mendatangi kantor pemerintahan tersebut.
Lembaga pemerintah dalam menajalankan kebijakan atau dari sisi aturan
dan pedoman nampaknya beberapa pemkab dan pemkot masih “meraba-raba”
tentang gambaran yang jelas tentang pelaksanaan e-government akibat belum
adanya standardisasi dan sosialisasi yang jelas tentang bagaimana penyelenggaraan
situs pemerintah daerah yang baik dan ideal. Artinya walapun undang-undang,
peraturan pemerintah dan petunjuk pedoman sudah ada namun masing-masing
pemda masih menerjemahkannya secara sendiri-sendiri karena persoalan petunjuk
teknis dan operasionalnya yang tidak jelas dan “ngambang” hal tersebut yang akan
memberikan dampak negatif kepada pelaksanaan pelayanan publik yang diberika
pemerintah kepada masyarakat. Maka tidak heran bila masih banyak pegawai
pemda yang ditugaskan dalam mengelola e-government bertanya-tanya seperti
apakah e-government yang ideal itu dari sisi back office maupun front office. Maka
banyak lembaga pemrintah untuk menerapkan atau melaksanakan pelayanan atau
melaksanakan e-government kurang lebih melaksanakan tidak bertanya umumnya
pihak pemda akan mengambil bantuan tenaga dari luar (outsourcecing) agar bisa
menerapkan pelayanan kepada masyarakat dengan berbasis e-government tetapi
pada akhirnya dengan memiinta bantuantenaga dari luar akan memberikan
permasalahan baru dalam pengimplementasinyapun belum tentu sesuai. Dalam
banyak kasus bentuk keluaran situs web pemda hanya sekedar situs lembaga yang
berisi layanan informasi saja tanpa ada manfaat lain dari situs tersebut.
Pemerintah pusat untuk memetakan e-government secara nasional, tahun
2018 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(PANRB) melakukan evaluasi penerapan e-government pada 616 instansi
pemerintah. Hasilnya, sebanyak 82 instansi pemerintah (13,31%) berpredikat baik,
sangat baik, dan memuaskan. Sedangkan, 534 instansi pemerintah (86,69%)
berpredikat cukup dan kurang. Potret SPBE Nasional itu belum sesuai target yang
diharapkan mencapai kategori predikat baik, dengan indeks 2,6 atau lebih yang
diharapkan bisa tercapai pada tahun 2020 berdasarkan kementrian pendayagunaan
aparatur pemerintah negara dan reformasi birokrasi pada tahun 2019. Pada hasil
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1005
data diatas menunjukan bahwa lemabaga pemerintah belum secara optimal yang
menajalankan atau menerapkan e-government hal tersebut dibuktikannya dengan
masih banyaknya lembaga yang belum menerapakan. Dengan adanya permasalahan
tersebut mengenai penarapan e-government ternayata masih belum optimal
dikarenakannnya beberapa permasalahan yang berakibat pada kurangnya kualitas
pelayanan publik. Maka dengan adanya permasalahan tersebut pemerintah
berharapakan kepada lemabaga pemerintahann atau OPD (Organisasi Pemerintah
Daerah) dalam menajalankan pelayanan atau menerapkan e-government bisa
mengikuti dengan baik sesuai denangan perkembangan zaman yang semakin maju
dan berkembang. Dengan adanya perkembangan zaman yang semakin maju dan
berkembang akan memberikan dampak yang baik agar bisa mempermudah
masyarakat untuk mendapkan kualitas pelayanan publik yang baik. Dengan e-
government sebanarnya akan memberikan dampak yang positif kepada masyarakat
atau lembaga pemerintah, sebab dengan adanya e-government akan memberikan
kemudahan bagi masyarakat dan untuk pemerintah sendiri akan meminimalisir
terjadinya praktik curang atau adanya Kolusi korupsi dan Nepotisme.
2. Kondisi SDM Aparatur Sipil Negara (ASN) saat ini
Apabila membahas mengenai keberhasilan pelayanan publik, tidak akan
terlepas dari peran Aparatur Sipil Negara (ASN) yang merupakan penyelenggara
pemerintahan yang langsung bertatap muka dengan masyarakat sehingga
keberhasilan pelayanan publik diperoleh dari penilaian masyarakat terhadap
kualitas pelayanan publik. Dimana masyarakat akan menilai bagaimana pelayanan
yang diberikan oleh para pegawai ASN, apakah pelayanan yang diberikan
cenderung cepat dan mudah ataukah terkesan berbelit-belit. Oleh karena itu yang
perlu menjadi sorotan yaitu bagaimana kualitas SDM Aparatur Sipil Negara (ASN)
karena apabila para ASN memiliki kemampuan yang kompeten akan berdampak
pada kualitas pelayanan yang baik. Menurut Amri, Suryono & Suwondo (2009)
tuntutan yang terasa kuat untuk melakukan pengembangan SDM, khususnya pada
organisasi pemerintah disebabkan oleh :1) Tingkat pengetahuan dan kemampuan
SDM masih relatif rendah; 2) suasana kerja yang kurang menyenangkan atau ada
kejenuhan karena terlalu lama berkerja pada suatu tempat; 3) adanya tuntutan
organisasi terhadap perubahan; dan 4) perkembangan zaman yang sangat pesat.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1006
Sejalan dengan tuntutan tersebut maka pada era revolusi Industry 4.0 atau yang
disebut juga revolusi teknologi pada saat ini memerlukan SDM Aparatus Sipil
Negara (ASN) yang memiliki kemampuan professional yang ahli dalam bidangnya.
Adapun berdasarkan data BKN yang dapat diakses melalui
https://www.bkn.go.id/statistik-pns diketahui bahwa jumlah ASN di Indonesia
hingga per 3 Juni 2019 mencapai 4.286.918 jiwa, dimana jumlah tersebut terdiri
dari 48.71% pegawai ASN pria dan 51.29% pegawai ASN wanita. Kemudian dari
jumlah keseluruhan ASN di Indonesia 39.10% menduduki Jabatan Fungsional
Umum dan 50.17% menduduki Jabatan Fungsional tertentu. Apabila ditinjau
berdasarkan kualisifikasi pendidikan diketahui bahwa 0.64% berlatar belakang
pendidikan SD, 1.18% berlatar pendidikan SMP, 19.17% berlatar pendidikan SMA,
dan berlatar pendidikan sarjana mencapai 63.31% yang terdiri dari 53.46% S1,
3.63% S2, dan 0.51% S3. Namun penuturan Menteri Pemberdayaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi, Asman Abnur kepada MediaIndonesia.com
bahwa kualitas kompetensi ASN masih relatif rendah hal tersebut dapat ditinjau
dari beberapa hal yang pertama total pegawai negeri sipil (PNS) di Indonesia yang
berjumlah 4,475 juta, menurut dia, 64% di antaranya hanya memiliki kemampuan
administrative; Yang kedua, pada pengangkatan PNS terakhir di tahun 2017 hampir
58% berasal dari tenagar honorer tanpa melalui tes; Ketiga, kenyataan yang terjadi
di Kalimantan ASN yang memiliki keahlian dibidang pertambangan saja hanya
sekitar 0,03% ; terakhir, masih banyak juga jabatan pemerintahan seperti kepala
dinas, kepala bidang, dan lain-lain yang diduduki oleh orang-orang yang tidak
memiliki keahlian pada bidang tersebut (anggoro 2017).
Padahal salah satu potensi terbesar yang dimiliki oleh Kalimantan yaitu
pada bidang pertambangan oleh karena itu dengan kenyataan mengenai kualitas
yang dimiliki para ASN bagaimana mereka dapat meningkatkan potensi yang
dimiliki oleh daerah jika mereka saja tidak memilki kemampuan yang mumpuni.
Kemudian dari jumlah ASN yang mencapai 4.286.918 jiwa, sebanyak 64 persen
kompetensi ASN kemampuannya hanya juru ketik (Erdianto, 2016). Melihat
keadaan tersebut maka bagaimana para pegawai ASN dapat menunjang penerapan
e-Government jika 64% kemampuan ASN hanya pada juru ketik. Padahal dalam
penerapan e-Government yang dibutuhkan adalah para ASN yang memilik
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1007
kemampuan kompeten dalam mengoperasikan teknologi informasi. Di era
globalisasi saat ini mau tidak mau menuntut kemampuan ASN dalam menguasai
teknologi informasi agar inovasi pemerintah yang memanfaatkan teknologi
informasi seperti e-Government dapat diterapkan dan masyarakat dapat juga
merasakan manfaatnya. Kemudian Berdasarkan data di Kementerian Perhubungan
tahun 2018 sebagian besar atau berkisar 60 persen pegawainya memiliki latar
belakang pendidikan Diploma, SMA atau yang lebih rendah. Menurut data World
Economy Forum Human Capital Indonesia pada 2017, kualitas dari aparatur sipil
negara (ASN) Indonesia masih sangat rendah. Dimana kualitas yang demikian
mengakibatkan kualitas ASN di Indonesia begitu rendah jika dibandingkan dengan
Filipina, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Melihat kualitas SDM aparatur
birokrasi kita yang masih lemah dan tergolong darurat maka pengembangan SDM
merupakan hal yang memang di perlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
publik.
3. Perencanaan dan Pengembangan ASN melalui Manajemen ASN
Proses perencanaan SDM dapat dilakukan melalui proses analisis dan
identifikasi terkait apa saja kebutuhan SDM organisasi, menentukan langkah-
langkah yang tersusun secara sistematis mengenai tujuan yang ingin dicapai,
organisasi tentunya harus memiliki gambaran masa depan yang jelas dan terarah
dengan baik, dan membuat strategi dalam mengatasi rendahnya kualitas SDM yang
diperlukan oleh organisasi. Setelah perencanaan SDM pemerintahan telah tersusun
secara sistematis, maka langkah berikutnya yaitu merealisasikan perencanaan
tersebut berupa melakukan pengembangan SDM pemerintahan. pengembangan
SDM aparatur menitikberatkan pada manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN)
sebagaimana yang di amanatkan Undang-Undang nomor 5 tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara. Dimana Manajemen ASN dapat dilaksanakan meliputi
perencanaan pegawai sesuai dengan kebutuhan organisasi pemerintahan,
pengadaan pegawai melalui rekrutmen berdasarkan sistem merit yang berarti sistem
yang berdasarkan pada kualisifikasi pendidikan dan keahlian yang dibutuhkan pada
bidangnya, penempatan dalam jabatan sesuai sistem karir berdasarkan prestasi
kerja, pengembangan kualitas pegawai melalui pendidikan dan pelatihan, dan
penegakan disiplin dan integritas ASN.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1008
Adapun strategi yang dapat dilakukan dalam perencanaan dan
pengembangan SDM Aparatur Sipil Negara (ASN) melalui Manajemen ASN,
diantaranya sebagai berikut :
A. Rekrutmen ASN
Menurut Maclane dan Walmsley (2010) terdapat beberapa tes pegawai yang
dikembangkan secara spesifik untuk memprediksi keterlibatan calon karyawan
terhadap perilaku kontraproduktif. Untuk merekrut pegawai diperlukannya tes
untuk melihat paracalon pegawai berkompeten atau kontraproduktif, dengan
adanya tes tersebut kita melihat secara jelas mengenai kulitas para calon pegawai.
Dengan kemajuan teknologi informasi yang pesat merupakan tantangan bagi
instansi maupun lembaga terkait untuk bisa memperlakukan atau menciprakan
inovasi baru dalam perekrutan para calon pegawai seperi CPNS (Calon Pegawai
Negeri Sipil). Perkembangan zaman yang semakin pesatdan canggih merukpak
tantangan bagi semua oran, dengan adanya hal tersebut maka perekrutan ini
berbasis E-Recrutment. Tes pegawai yang di kembangkan melalui E-Recrutment
akan membantu lemabaga atau instansi untuk mempermudah dalam perekrutan para
calon pegawai.
Dari beberapa literatur menjelaskan manfaat perekrutan yang berbasisi
teknologi tersebut akan memberikan dampak positif seperti efektifitas pengeluaran
pembiayaan yang relatif kecil atau murahdi bandingkan dengan perekrutan yang
dilakukan secara manual, masyarakat atau para calon pegawai lebih tinggi
dibanding karena mempermudahkan masyarakat untuk mendaftar, dengan adanya
rekrutment berbasis teknologiinformasi akan memberikan kemudahan bagi para
calon untuk mengakses atau melamar pekerjaan, serta dengan adanya perekrutan
ini akan memberikan peningkatan kulifikasi kualitas yang transparan sebab semua
orang akan bisa melihat, dan dengan adanya E-Recrutment akan memberikan
komunikasi atau respon, dan kumudahan bagi masyarakat serta yang paling utama
akan mengurangi adnanya penyimpangan seperti korusi, kolusi, dan nepotisme.
Maka dari itu dengan adanya perekrutan yang berbasis teknologi atau E-Recrutment
berpangruh secara signifikan dalammengurangi perilaku yang tidak produktif serta
dengan adanya hal tersebut akan mengirangi kecurangan dalam perekrutan para
calon pegawai seperti CPNS atau calon Pegawai Negeri Sipil. Dan hal terebut akan
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1009
meminimalisir ternyajadinya politik uang atau manipulasi data secarafisik dan akan
memberikan penghematan waktu bagi para calon pegawai oleh karena itu proses
perekrutan ini akan memberikan dampak yang baik atau berkemajuan maka
diperlukannya evaluasi untuk bisa memperbaiki sistem prekrutan yang
dilaksanakan secara terus menerus.
B. Pengembangan Kompetensi ASN
Pengembangan kompetensi pegawai ASN merupakan kewajiban yang harus
dijalankan. Hal tersebut juga telah diatur dalam Undang-Undang nomor 5 tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara, yang mana menyebutkan bahwa setiap Instansi
Pemerintah wajib menyusun rencana pengembangan kompetensi tahunan yang
tertuang dalam rencana kerja anggaran tahunan instansi masing-masing, lebih lanjut
dari itu para pegawai ASN juga diwajibkan untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan minimal 20 jam pelajaran pada setiap tahunnya. Oleh karena itu
pengembangan kompetensi ASN dalam menghadapi era digitalisasi untuk
menunjang penerapan e-government yaitu melalui pelatihan dan pendidikan
berbasis teknologi informasi dan juga melalui pertukaran pegawai ASN dengan
pegawai swasta.
Pembahasan lebih lanjut melalui dua program tersebut yaitu yang pertama
melalui pelatihan dan pendidikan berbasisi teknologi. Dimana Menurut Smith
(2000:2) training is a planned process to modify attitude, knowledge, skill behavior
through learning experience to achieve effective performance in activity or range
of activities. Merujuk dari pernyataan Smith tersebut dapat diartikan bahwa
pelatihan merupakan proses untuk meningkatkan perilaku, kemampuan,
keterampilan yang mana hal tersebut merupakan hasil dari pengalaman belajar yang
berdampak pada peningkatakan kinerja pegawai. Namun yang perlu ditekankan
pada pelatihan dan pendidikan pegawai ASN dalam menghadapi era revolusi
industri 4.0 yaitu pengembangan pelatihan dan pendidikan berbasis teknologi
informasi. Pelatihan dan pendidikan berbasis teknologi bertujuan agar pegawai
ASN tidak ada lagi yang gagap teknologi (Gaptek). Dalam menunjang penerapan
e-government tentunya memerlukan pegawai aparatur pemerintah yang memiliki
kemampuan kompeten khususnya dalam pengoperasian teknologi informasi
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1010
sehingga pelayanan yang diberikan relatif mudah, cepat, dan tepat sehingga akan
meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Kedua, pengembangan kompetensi ASN melalui pertukaran pegawai ASN
dengan pegawai swasta. Dimana hal tersebut juga sesuai dengan amanat Undang-
Undang nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara pada pasal 70 ayat (6)
yang mengatakan bahwa : “selain pengembangan kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pengembangan kompetensi dapat dilakukan melalui
pertukaran antara PNS dengan pegawai swasta dalam waktu paling lama 1 (satu)
tahun dan pelaksanaannya dikoordinasikan oleh LAN dan BKN”, dimana hal
tersebut diperlukan agar melalui program pertukaran pegawai ASN dan Swasta
dharapkan agar pegawai ASN dapat mengadopsi bagaimana sistem kerja para
pegawai swasta khususnya keahlian mengenai teknologi baru. Oleh karena itu perlu
ada koordinasi antara intansti terkait dan juga pihak swasta serta pemerintah terkait
seperti Kemenpan dan RB, LAN, dan BKN seharusnya membuat kebijakan lebih
lanjut untuk merealisasikan amanat Undang-Undang nomor 5 tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara pada pasal 70 sehingga dapat mendorong terealisasinya
program tersebut.
C. Penilaian Karier ASN
Penilaian karier merupakan aspek penting dalam mengukur bagaimana
kinerja para aparatur sipil Negara dalam menjalan tugas pokok dan fungsi
(Tupoksi) mereka sebagai pelayan publik. Melalui penilaian karier ini dapat
memudahkan pemerintah dalam mengetahui bagaimana tingkat kemampuan para
ASN sehingga selanjutnya dapat juga menjadi pertimbangan promosi jabatan.
Penilaian kinerja juga merupakan ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara, kemudian untuk menjalankan ketentuan tersebut
Presiden Joko Widodo telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30
tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau yang
sekarang lebih dikenal sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Penilaian kinerja
dilaksanakan agar terdapat objektivitas dalam menetapkan sistem prestasi dan
sistem karier. Sistem penilaian kerja dapat dilaksanakan dengan mengawasi
bagaimana kinerja pegawai ASN dan kinerja tiap instansi dalam memenuhi target
dan capaian sesuai dengan tujuan instansi terkait.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1011
Adapun beberapa program yang dapat menjadi strategi dalam melaksanakan
penilaian karier, diantaranya yaitu stratifikasi ASN berbasis CAT. CAT atau
Computer Assisted Test suatu metode seleksi yang memanfaatkan penggunaan
teknologi informasi berupa alat bantu komputer yang digunakan untuk
mendapatkan standar minimal kompetensi dasar seseorang. Adapun pelaksanaan
stratifikasi ASN berbasis CAT (Computer Assisted Test). menurut Ikatan ahli
Geologi Indonesia, mendefinisikan sertifikasi adalah standarisasi secara
professional bagi mereka yang kompeten di bidang pekerjaan masing-masing yang
dikelola dan dibina oleh Organisasi Profesi bukan Pemerintah. Sertifikasi memiliki
tujuan agar mensertifikasi para pegawai ASN yang dinilai telah memiliki
kemampuan yang kompeten dalam menjalankan tugasnya. Sertifikasi ASN berbasis
CAT harus dilaksanakan pada tiap tahunnya, selain itu pegawai Aparatur Sipil
Negara (ASN) yang telah lulus akan diberikan sertifikat oleh lembaga sertifikasi
kompetensi – pemerintah daerah atau badan nasional sertifikasi profesi
(BNSP). Pelaksanaan sertifikasi menggunakan CAT (Computer Assisted Test)
perlu karena selain mengetahui kemampuan ASN dalam bidang akademik, kita juga
dapat mengetahui kemampuan ASN dalam bidang teknologi informasi. Oleh
karena itu maka penggunaan CAT (Computer Assisted Test) tidak hanya pada tahap
rekruitmen saja namun pada tahap penilaian kerja juga agar pegawai ASN yang
tidak pernah mengikuti ujian berbasis CAT (Computer Assisted Test) dapat diikut
sertakan.
D. Promosi Jabatan melalui Lelang Jabatan
Lelang jabatan merupakan sebuahjalan keluar dari pmerintah untuk bisa
memperbaiki permasalahan yang ada di dalam perekrutan untuk para ASN atau
Apratur Sipil Negara untuk bisa meningkatkan kerja atau jabatan. Untuk bisa
meningkatkan jabatan akan memberikan permaslahan baru yang sebelumnya
kenaikan jabatan merupakan suatu hal yang hanya bisa diketahui oleh lebaga atau
instansitertentu yang akan memberikan dampak yang kurang baik seperti adanya
poltik uang untuk bisa memberikan kemudahan bagi ASN yang menginginkan
jabatan tersebut, pengisian jabatan yang kosong pemerintah sekarang sudah
melaksanakan dengan istilah promosi jabatan yang sesuai dengan perkembanngan
jaman yang semakin maju. Maka dengan adanya perkembangan teknologi yang
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1012
semakin maju dan cepat kami melakukan terobosan agar bisa memberikan stimulus
bagi para ASN atau Aparatur Sipil Negara dalam pengisian jabatan yakni dengan
pengisian jabatan kosong melalui mekanisme transparansi jabatan secara terbuka
atau transparansi. Dengan adanya transparansi perekrutan jabatan akan memberikan
kepercayaan masyarakat agar terhindari sistem politik. Metode lelang jabatan ini
dianggap sebagai satu langkah solutif bagi pemerintah yang selalu di eluh-eluhkan
masyarakat dangan pelayanan yang kurang baik, lelang jabatan yang trasnparasi
dan akuntanbel akan memberikan atau bisa melihat peningkatan atau pengalaman
untuk bisa menilai para ASN yang menginginkan jabatan secara kualifikasi
pegawai.
Pengalaman pegawai dalam mengisi perekrutan yang berbasis teknologi
akan memberikan kemudahan bagi para ASN (Apartur Sipil Negara) sehingga akan
memberikan transparasni dan akuntanbilitas, dimana masyarakat bisa mengetahui
atau mengakses mengenai lelang jabatan. Untuk para ASN sebelum melasakan
pendafataran yang berbasis teknologi diperlukannnya salah syarat untuk mengikuti
pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kualifikasi atau bidangnya tanpa
adanya ketidak kejelasan dalam melakukan lelang jabatan. Dengan adanya hal
terebut penyelenggaraan lelang jabatan yang transparansi akanmeberikan
kepercayaan kepada masyarakat. Lelang jabatan yang berbasis teknologiaplikasi ini
akan memberikan manfaat bagi masyarakat secara luas, hal itu disebabkan karena
adanya transparansi dan akuntanbiltas yang masyarakat bisa mengakses. Serta para
ASN atau Aparatur Sipil Negara yang sudah menjadia mengisi jantan yang kosong
adanya perhatian khusus yaitu adanya pelaporan hasil kerja salama asn berada di
ruang lingkup pemerintahan. Pelaporan kinerja yang dilaksanakan waktu tertentu
yang sudah menjadi kesepakatan, yaitu ASN melakukan pemablisan agar
masyarakat bisa mengakses serta memberikan kepercayaan kepada masyarakat agar
pemerintah bisa transparansi dan akuntanbilitas mengenai tanggung jawab
mengenai tugas dan fungsinya selama menjabat di lemabaga atau instansi
pemerintah.
KESIMPULAN
Revolusi 4.0 bisa disebut juga dengan perkembangan teknologi yang bisa
mempengaruhi kehidupan masyarakat semakin mempunyai kebutuhan yang
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1013
kompleks, dengan adanya perkembangan zaman yang menuntut masyarakat,
perusahaan, bahkan lemabaga atau instansi pemerintah. Dengan adanya kemajuan
teknologi akan memberikan kemudahan bagi aktivitas dalam mobilitas sehari-hari.
Dengan adanya keadaan tersebut maka pemerintah memberikan inovasi untuk bisa
meningkatkan pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang
berupa e-Government sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan serta menjawab
tantangan dari era revolusi indutri 4.0 dalam mewujudkan pemerintahan yang baik.
Reformasi birokrasi sangat diperlukan untuk menunjang pelayanan publik yang
lebih baik lagi. Untuk meningkatkan pelayanan publik agar bisa meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat, salah satunya dengan meninglatkan kualifikasi
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas di dalam instansi pemerintah yaitu
ASN (Aparatur Sipil Negara), pengemangan SDM Aparatur Sipil Negara (ASN)
sangat mempengaruhi kesuksesan pemerintah. Tetapi negara indonesia dalam
menerapkan e-Government mengalami kendala atau kalah dengan negara ASEAN
lainnya. Kendala yang di hadapi indonesia dalam menrapkan e-Government
tersebut di akibatkan karena Sumber Daya Manusia yang belum mumpuni atau
masih belum siap dengan kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat dan
berkembang, sehingga Sumber Daya Alam yang ada di paksa untuk bisa
mengimplementasikan perkembangan teknologi informasi yang semakin
berkembang.
Pemrintah untuk menjawab tantangan revolusi 4.0 melaksanakan sistem
pemerintahan yang berbasis teknologi dimana akan memberikan kemudahan bagi
pemerintah atau masyarakat tersebut untuk mengakses perkembangan yang ada
pada ruang lingkup pemerntahan. Salah satunya pemerintah membuat suatu
trobosan untuk memberikan kemudahan bagi semua kalangan untuk bisa
mengakses dengan mudah dimana akan memberikan dampak positif seperti
meminimalisir adanya pengeluaran (anggaran) yang membengkak. Pemerintah
dalam melaksanakan hal tersebut melakukan kebijakan perkrutan para calon
pegawai atau CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil dengan berbasis teknologi dalam
perekrutan agar memberikan keluluasaan kepada masyarakat untuk berpatispasi
dalam peningkatan pekerjaan. Serta pemerintah juga memberikan pelatihan dan
pendidikan untuk bisa meningkatkan kompetensi para pegawai birokrat agar bisa
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1014
menunjang kualitas yang baik untuk memenuhi standarisasi pegawai yang
profesional. Pemerintah juga memberikan suatu inovasi untuk para pegawai ASN
untuk bertukar pekerjaan dengan pihak swasta yang dimana akan memberikan
pengalaman dan mengetahui kekurangan pada setiap lembaga yang ada secara tidak
langsung memberikan evaluasi kepada kinerja para karyawan. Dan pemerintah
memberukan penghargaan kepada para pegawai yang memiliki kualifikasi perkerja
yang baik dan profesioanal untuk menunjang kerja yang baik.
Pemerintah dalam memilih pegawai untuk mengisi kekosongan jabatan
yang bisadisebut dengan lelang jabata. Pemerinth dalam melaksanakan lelang
jabatan akan memberikan sistem yang terbuka agar masyarakata atau semua
kalangan mengetahui, secara tidak langsung juga pemerintah malaksanakan
transparansi dan akuntanbel hal tersebut dilakukan agar terhindar dari tuduhan
mengatasnamakan politik untuk bisa menaiki jabatan tersebut. Dalam
melaksanakan lelang jabatan pemerintah melaksanakan dengan sistem teknologi
informasi atau menerapkan sistem aplikasi agar mempermudah para calon ASN
atau Aparatu Sipil Negara. Serta Apartur Sipil Negara (ASN) yang sudah di
tetapkan untuk menduduki jabatan maka SDM ASN tersebut melaksanakan
pelaporan kinerja yang dilaksanakan waktu tertentu yang sudah menjadi
kesepakatan, yaitu ASN melakukan pemablisan agar masyarakat bisa mengakses
serta memberikan kepercayaan kepada masyarakat agar pemerintah bisa
transparansi dan akuntanbilitas mengenai tanggung jawab mengenai tugas dan
fungsinya selama menjabat di lemabaga atau instansi pemerintah.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1015
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, N., & Putra, D. A. (2017). Langkah–Langkah Taktis Pengembangan E-
Government Untuk Pemerintahan Daerah (PEMDA) Kabupaten
Pringsewu. Jurnal TAM (Technology Acceptance Model), 3, 59-66.
Anggoro. (2017). Kualitas ASN Masih Rendah. MediaIndonesia.com.
https://mediaindonesia.com/read/detail/96192-kualitas-asn-masih-rendah.
Agustina, Y. (2018). Kepala Bappenas Ungkap Kondisi dan Kualitas PNS Saat Ini.
Liputan6.com.https://www.liputan6.com/bisnis/read/3653839/kepala-
bappenas-ungkap-kondisi-dan-kualitas-pns-saat-ini.
Apriani, T. (2015). Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia Aparatur di
Kabupaten Serang. Jurnal Bina Praja: Journal of Home Affairs
Governance, 7(4), 289-300. Link :
http://jurnal.kemendagri.go.id/index.php/jbp/article/view/30
BKN. Go.id
Defriadi, E. (2017). Rekrutmen Pejabat Struktural Melalui Model Lelang Jabatan
Di Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Fathya, V. N. (2019). Reformasi Manajemen SDM Aparatur Di
Indonesia. GOVERNMENT: Jurnal Ilmu Pemerintahan, 10(1), 49-56.
http://journal.unhas.ac.id/index.php/government/article/view/8037.
Haris, R. A. (2017). Implementasi Kebijakan Pengembangan Kompetensi Aparatur
Sipil Negara Di Kabupaten Sumenep. Publisia: Jurnal Ilmu Administrasi
Publik, 2(2), 102-111.
Marlis, (2019). Seleksi Calon Pegawai dan Reformasi Birokrasi. Tempo.CO.
https://kolom.tempo.co/amp/1274291/seleksi-calon-pegawai-dan-reformasi-
birokrasi.
Meyrina, R. S. A. (2017). Implementasi Peningkatan Kinerja Melalui Merit Sistem
Guna Melaksanakan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara No. 5 Tahun
2014 Di Kementerian Hukum Dan Ham (Performance Improvement By Merit
System Under The Act Of Civil State Apparatus Number 5 Year 2014 Of The
Ministry Of Law And Human Rights). Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, 10(2),
175-186. Link :
https://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/kebijakan/article/view/211
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1016
Noviana, R., Sulandari, S., & Lituhayu, D. (2015). Manajemen e-Government
Berbasis Web Model Government-to-Citizen (G2C) Pada Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah. Journal of Public Policy and
Management Review, 4(3), 569-579.
Pardede, A. C., & Mustam, M. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia Pegawai
Negeri Sipil Dalam Rangka Reformasi Birokrasi Di Kabupaten
Semarang. Journal of Public Policy and Management Review, 6(4), 122-140.
Link : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/view/17588
Paruntu, B. R. (2015). Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia di
Puskesmas Kabupaten Minahasa. Jikmu, 5(1).
Pratama, A. B. (2005). Impementasi E-Government dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan di Era Globalisasi. Dialogue JIAKP, 2(03).
Rahayu, Riska, Atmojo, Eko. (2019). Human Resources Planning of Government
Apparatus in Special Region of Yogyakarta in 2017. Journal of Local
Govermnet Issues, 2(1), 75-90,
DOI: https://doi.org/10.22219/logos.Vol2.No1.75-90
Reynaldi, M., Pangemanan, S., & Sumampouw, I. (2018). Pengembangan Sumber
Daya Aparatur Sipil Negara Dalam Meningkatkan Kinerja Di Kecamatan
Kota Ternate Selatan. Jurnal Eksekutif, 1(1).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/view/19160
Riniwati, H. (2016). Manajemen Sumberdaya Manusia: Aktivitas Utama dan
Pengembangan SDM. Universitas Brawijaya Press.
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2004. “Strategi pengembangan sumber daya manusia
birokrasi publik”. Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia.
Taroreh, A., Worang, F., & Mintardjo, C. (2016). Perencanaan Sumber Daya
Manusia, Analisis Pekerjaan Dan Penempatan Pegawai Terhadap Kinerja
Pegawai Pada Biro Pengembangan Sdm Provinsi Papua. Jurnal EMBA:
Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 4(1).
Yusdar, Y., & Irwansyah, I. (2016). Rekonstruksi Hukum Lelang Jabatan Struktural
Dalam Rangka Reformasi Birokrasi. Papua Law Journal, 1(1), 101-118.
Wijaya, A. F., & Cahyono, A. D. (2016). Implementasi Standar Pengelolaan
Sumber Daya Teknologi Informasi Guna Mendukung Tata Kelola Teknologi
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1017
Informasi Di Lembaga Pemerintahan. Semnasteknomedia Online, 4(1), 2-4.
https://www.ojs.amikom.ac.id/index.php/semnasteknomedia/article/view/13
15
.https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/babak-baru-sistem-pemerintahan-
berbasis-elektronik
https://nasional.kompas.com/read/2016/09/06/19074281/ini.penyebab.penerapan.e
-government.di.indonesia.belum.maksimal?page=all
Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja
Pegawai Negeri Sipil (PNS).