82
i STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS PENINJAUAN KEMBALI PUTUSAN MENURUT KUHAP DENGAN ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Penulisan H ukum (Skrips i) Disusun dan Diajukan untuk Melengk api Se bagian Pe rsyaratan guna Me mpe roleh De rajat Sarjana SI dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Unive rsitas Sebelas Maret Surak arta O le h: Atrya Yusnidhar NIM. E 0006088 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 PERSETUJUAN PEMB IMB ING Pe nulisan Hukum (Skripsi) STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS PENINJAUAN KEMBALI PUTUSAN MENURUT KUHAP DENGAN

STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

  • Upload
    hahanh

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

i

STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS

PENINJAUAN KEMB ALI PUTUSAN MENURUT KUHAP DENGAN

ARTICLE 203 dan 20 4 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE

PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64

Penulisan Hukum

(Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk

Melengk api Se bagian Pe rsyaratan guna Me mpe roleh De rajat Sarjana SI dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Unive rsitas Sebelas Maret

Surakarta

Ole h:

Atrya Yusnidhar

NIM. E 000 6088

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

201 0

PERSETUJUAN PEMB IMB ING

Pe nulisan Hukum (Skripsi) STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS PENINJAUAN KEMB ALI PUTUSAN MENURUT KUHAP DENGAN

Page 2: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

ii

ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64

Ole h Atrya Yusnidhar NIM. E00060 88

Dise tujui untuk dipe rtahankan di hadapan De wan Pe nguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Unive rsitas Se be las Maret Surakarta

Surakarta, Juni 2010 Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Edy Herdyanto, S.H.,M. H Muhammad Rustamaji, S.H.,M.H NIP. 195 70629 198503 1 002 NIP. 19 8210082005011001

Page 3: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

iii

PENGESAHAN PENGUJI Pe nulisan Hukum (Skripsi)

STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS PENINJAUAN KEMB ALI PUTUSAN MENURUT KUHAP DENGAN

ARTICLE 203 dan 20 4 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64

Ole h

Atrya Yusnidhar

NIM. E00060 88

Te lah diterima dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Unive rsitas Se be las Maret Surakarta Pada:

Hari : Selasa Tanggal : 29 Juni 2010

DEWAN PENGUJI 1. Kristiyadi.,S.H. ,M.Hum :…………………………………………

Nip 195812251986011001 KETUA

2. Bambang Santoso.,S.H.,M.Hum :………………………………………… Nip 196202091989031001 SEKRETARIS 3. Edy Herdyanto.,S.H.,M.H :………………………………………… Nip 195706291985031002 ANGGOTA

Mengetahui Dekan,

Mohammad Jamin, S.H, M.Hum NIP. 19610930 198601 001

PERNYATAAN

Nama : Atrya Yusnidhar

iii

Page 4: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

iv

NIM : E0006088

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:

STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS

PENINJAUAN KEMBALI PUTUSAN MENURUT KUHAP DENGAN

ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S

REPUBLIC OF CHINA NO. 64 adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang

bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan

saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa

pencabutan penulisan hukum (Skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan

hukum (skripsi ini.

Surakarta, Juni 2010

Yang membuat pernyataan

Atrya Yusnidhar

NIM. E0006088

ABSTRAK

Atrya Yusnidhar, E 0006088. 2010. STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS PENINJAUAN KEMBALI PUTUSAN MENURUT KUHAP DENGAN ARTICLE 203 dan 20 4 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64. Fakultas Hukum Universitas Se be las Mare t.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai persamaan dan perbedaan peninjauan kembali putusan perkara pidana menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dengan Article 203 dan 204 Crimina l

Page 5: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

v

Procedure Law Of The People’s Republic of China no. 64 serta kelebihan dan kelemahan peninjauan kembali putusan perkara pidana menurut KUHAP dengan Article 203 dan 204 Crimina l Procedure Law Of The People’s Republic of China no. 64

Penelitian ini merupakan penelitian normatif besifat preskriptif, untuk menemukan tidaknya persamaan dan perbedaan serta kelebihan dan kelemahan peninjauan kembali menurut KUHAP diperbandingkan dengan Crimina l Procedure Law Of The People’s Republic Of China No. 64. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder. Sumber data sekunder yang digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan cyber media. Teknik Pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan. Analisis data yang dilaksanakan menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan mengumpulkan data, mengkualifikasikan kemudian memperbandingkan serta menghubungkan dengan teori yang berhubungan dengan masalah dan menarik kesimpulan untuk menentukan hasil.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan, Persamaannya kesatu bahwa praperadilan dan supervisi memiliki kesamaan dalam hal putusan yang diajukan, pihak yang mengajukan, alasan pengajuan serta asas pengajuan peninjauan kembali tidak menangguhkan pelaksanaan putusan.

Perbedaannya kesatu dalam supervisi terdapat satu alasan mengenai hakim yang membengkokkan hukum. Kedua, tempat pengajuan supervisi. Ketiga, sistem hukum civil law berkarakteristik Cina. Keempat, putusan peninjauan kembali harus berkekuatan hukum tetap kecuali putusan bebas dan lepas dari segala tuntutan hukum. Kelima, supervisi jangka waktu nya ditetapkan. Kelebihan peninjauan kembali adalah memberikan perlindungan terhadap terdakwa. Kelemahan peninjauan kembali tidak ada pengaturan yang jelas mengenai kewenangan jaksa mengajukan peninjauan kembali dan penumpukan perkara di Mahkamah Agung. Kelebihan supervisi dilakukan lebih cepat, efisien dan tidak erjadi penumpukan perkara di satu tingkat lembaga peradilan.. Kelemahan supervisi kurangnya perlindungan terhadap terdakwa dikarenakan Procuratorates diberi hak untuk mengajukan supervisi. Kata kunci : P erbandingan hukum, peninjauan kembali, trial supervision

ABSTRACT

Atrya Yusnidhar, E 00 06 088. 201 0. A COMPARATIVE STUDY OF THE DECISION JUDICIAL REVIEW PRINCIPLE REGULATION LEGAL MODEL ACCORDING TO PENAL CODE AND ARTICLES 203 AND 2 04 OF CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO.64. Law Faculty o f Se be las Maret Unive rsity.

This research aims to find out the similarity and difference of criminal case decision judicial review according to Penal Code and the articles 203 and 204 of Criminal Procedure Law of The People’s Republic of China No.64 as well as

Page 6: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

vi

the strength and weakness of criminal case decision judicial review according to Penal Code and the articles 203 and 204 of Criminal Procedure Law of The People’s Republic of China No.64.

This study belongs to a normative research that is prescriptive in nature, to find whether there is or not the similarity and difference as well as the strength and weakness of criminal case decision judicial review according to Penal Code compared with the Criminal Procedure Law of The People’s Republic of China No.64. The type of data employed was secondary data. The secondary data included primary, secondary law materials and cyber media. Technique of collecting data employed was literary study. Technique of analyzing data used was qualitative data analysis by collecting data, qualifying and then comparing as well as connecting the theory relevant to the problem and drawing conclusion to determine the result.

Considering the result of research and discussion, it can be concluded: The similarities include: the judicial review and supervision has similarity in the term of decision proposed, the party filing, the rationale of filing as well as the principle of judicial review does not delay the decision implementation. The differences include: in the supervision there is one reason for judge to bend the law, the supervision filing place, china characteristics law civil law, the decision of judicial review should have fixed law power unless the decision is free or independent of all law prosecution, supervision time is defined and may present Procuratorates . The strength of judicial review is that it gives protection to the accused. The weakness of judicial review is that there is no clear regulation about the public prosecutor’s authority to propose judicial review and the case accumulation occurring in the Supreme Court. The strength of supervision is that it is done more quickly, efficient, and there is no case accumulation in one level of justice institution. The weakness of supervision includes the lack of protection for the accused because Procuratorates is given the right to propose supervision.

Keywords: Law comparison, judicial review, trial supervision.

MOTTO

Se sungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan

( Q.S Al Insyirah: 6)

Awalnya, cita-cita be sar itu dipandang tidak mungkin te rjadi (impossible),

lalu mungkin (probable), dan ke mudian seringk ali te rjadi

Page 7: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

vii

(Christope r Re eve)

Ubahlah ke sedihan jadi kebahagiaan, ubahlah kelemahan jadi kekuatan,

wujudkan mimpimu karena mimpi hari ini adalah keberhasilan esok

Jangan kau le paskan apa yang sudah ada

Demi sesuatu hal yang be lum pasti,

hidup hanya sekali namun sangat berarti

PERSEMBAHAN

Page 8: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

viii

Penulisan hukum ini penulis persembahkan

kepada:

v Alloh SWT yang telah memberikanku

kesempatan menjadi pelaku hidup di dunia

dan semoga selamat di akhirat.

v Bapak dan Ibu belahan jiwa yang selalu

memberi kasih sayang, support dan rambu-

rambu hidup terhadap apa yang telah aku

lakukan. Semoga aku bisa mencapai yang

dicitakan

v My little family, kakaku Mas Ramang dan

Mbak Wee atas kasih sayang dan

bantuannya, serta My Niece kedua bidadari

kecil Una ma Atta kalian adalah penerus

keluarga

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis persembahkan kepada Allah SWT., karena dengan rahmat

dan hidayah-Nya yang telah menyertai Penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan penulisan hukum (skripsi) yang berjudul “ STUDI

KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS

PENINJAUAN KEMBALI PUTUSAN MENURUT KUHAP DENGAN

ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE

PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64“.

Page 9: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

ix

Penulisan Hukum ini merupakan rangkaian persyaratan dan tugas yang harus

dipenuhi guna mencapai gelar Sarjana Strata-1 pada Ilmu hukum khususnya

Hukum Acara Pidana Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dengan terselesaikannya Penulisan Hukum ini, Penulis mengucapkan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu

kelancaran dalam penyelesaian Penulisan Hukum ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasihyang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. dr. M. Syamsulhadi, Sp, Kj, selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta .

3. Bapak Edy Herdyanto, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Acara

sekaligus pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan,

arahan dan pengetahuan sehingga mempermudah penulis untuk

menyelesaikan penulisan hukum ini serta memberi semangat penulis.

4. Bapak Bambang Santosa, S.H., M.Hum selaku Dosen Acara Pidana

sekaligus pemberi judul skripsi ini dan membimbing penulis serta

memberikan arahan dan pemberian bahan dalam pengerjaan skripsi ini.

5. Bapak Kristiyadi, SH.M.Hum, selaku Dosen Acara Pidana yang telah

berbagi ilmu.

6. Ibu Diana Tantri, S.H, M. Hum. selaku Pembimbing Akademik yang telah

membimbing, memberi saran dan arahan selama penulis kuliah di Fakultas

Hukum UNS.

7. Pengelola Penulisan Hukum (PPH), bapak dan juga ibu dosen Bp Lego

Karjoko, Ibu Subekti, Ibu Djuwita Astuti serta Mas Wawan yang telah

membantu dalam mengurus prosedur-prosedur skripsi mulai dari

pengajuan judul, pelaksanaan seminar proposal sampai pendaftaran ujian

skripsi.

8. Bapak Bambang Santosa, S.H, M.Hum dan Bapak Mohammad Rustamaji,

S.H, M.H selaku dosen dan pembimbing MCC, Orang Tua dan Keluarga

Page 10: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

x

di kampus yang telah memberi banyak ilmu bagi penulis, membimbing

penulis untuk belajar membuat berkas-berkas persidangan. Sebuah

pengalaman dan pengetahuan yang sangat berharga dan berguna bagi

penulis.

9. Kedua orang tua penulis, Bapak (terima kasih atas semua kesabaran dan

kebaikan hati untuk selalu mendukung anakmu tercinta ini), Ibu (

engkaulah ibu sekaligus teman terbaik dalam hidupku), dan Mas Ramang

(engkau satu-satunya kakakku yang aku punya, little family ada di tangan

kita), kakak iparku Mb Wee (belajar untuk saling memberi,menerima dan

saling menghormati serta saling mengingatkan, itulah persaudaraan kita),

My Niece kedua bidadari kecil Una ma Atta (kalian adalah penerus

keluarga sayangilah sesama dan kita adalah keluarga, tante sayang kalian).

10. My Lovely, thanks for loving, caring, and praying me.

11. Sahabatku Ikul, Mas Topik, Teteh Heni, Mb Yuni dan Mas Ryan, Uli, Mb

Ajeng atas persahabatan dan ketulusan kasih kepada Penulis.

12. Karib terbaikku Nia Novianty and Inyun Ma’rifah thanks atas bantuan

selama ini untuk penulis. Bwt Nia thx telah menemaniku slama 7 (tujuh)

tahun ini dan Terutama di detik terakhir kuliah dengan diujung tongkat.

13. Temen-temenku di Mootcourt Community (MCC) angkatan 2006 Dcy

yang telah memperkenalkan aku dengan MCC dan permainan hidup,

Nonie ma Anis yang selalu sibuk enjoy dengan kalian dan kalian adalah

keluarga serta saudara baru bagiku, Ratna terima kasih telah saling

membantu mencairkan dana beasiswa bsamaku, Rere adik kecil yang

manis yang selalu care dan membantuku, Sasong&Qomar kalian adalah

saudara baru bagiku, eki ma nanang butuh kesabaran untuk ngobrol

dengan kalian, mb mega, ari ma yurista, kalianlah yg memperkenalkan aku

dengan arti memilah dan memilih untuk hidup, Jojo partner baruku didetik

penerbangan terakhir.

14. .Keluarga Besar MCC semua baik event UNPAD, ALSA, UNDIP maupun

PERS terima kasih telah berbagi petualangan bersama.

Page 11: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

xi

15. Keluarga Baru MCC semoga kalian bisa jadi penerus MCC yang solid dan

membanggakan, amin.

16. Keluarga Besar sesepuh MCC 2004, sekelompok manusia yang dengan

bangga selalu menyebut identitas dengan nama Panitia Delapan, bang

Fadli, mbak Dhaning, mbak Very Bos Genk, mas Juned, mas Oday, mas

Eka, mbak Nita, mbak Dilla, terima kasih untuk pelajaran berharganya,

petualangannya, semoga sesukses dan seberuntung kalian.

17. Lestari Budi Utami (oets), Dani imut, Teni, Eliz, Wisnu, Citra, AShinta,

Arki, Bellinda, Dwi, Ibnu, Ari, Vera, Mas Ganjar, Andri, Agung Juragan

Hiks, Jati, Adi, thanks buat kebersamaannya dan kenangannya selama

kuliah dan ujian.

18. temen-temen Magang di PN KLATEN Cha-cha, Gita, Nia, Farid, Mega,

Adi terima kasih atas segala bantuan dan perhatiannya sehingga kita bisa

menyelesaikan semua misi tepat pada waktunya bersama-sama dan juga

kenangan-kenangan manis yang indah bersama xan serta tak lupa pisang

goreng panas pak Slamet...

19. Anak-anak 2006, terima kasih bisa menjadi bagian dari kalian selama

hampir 4 tahun yang dahsyat ini.

20. Keluarga baruku di solo yang selalu menemaniku dan saling membantu

Erva Ndezzmoo, Jane, Shinto, Lele, Ervi, Tika, Devita, Rika, Nia

Pertanian, Tike, Siwi, Ayu, Mia, Mb Wida, Mb Nophie, Mb Mawar, Mb

Ida, Mb Mila, Mb Fitri, Mb Alif dan Mb Aldiana semoga walaupun

besok kita berjauhan tapi perasaan saudara ini masih terbawa dimanapun

kita berada

21. Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu yang telah

membantu baik moril maupun material dalam Penulisan Hukum ini.

Mengingat keterbatasan kemampuan diri penulis, penulis sadar

bahwa Penulisan Hukum (Skripsi) ini masih jauh sempurna. Oleh karena

itu adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat

penulis harapkan.

Page 12: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

xii

Akhir kata penulis berharap semoga Penulisan Hukum (Skripsi) ini

dapat memberikan manfaat bagi kita semua, terutama untuk perkembangan

Hukum acara pidana, kalangan akademisi, praktisi dan masyarakat umum.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................ iv

ABSTRAK .............................................................................................. v

HALAMAN MOTTO ............................................................................. vii

HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................. vii

KATA PENGANTAR............................................................................. viii

DAFTAR ISI ........................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Perumusan Masalah ............................................................... 6

Page 13: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

xiii

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 7

E. Metode Penelitian ................................................................. 8

F. Sistematika Penulisan Hukum .............................................. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 16

A. Kerangka Teori ..................................................................... 16

1. Tinjauan Umum Tentang Perbandingan Hukum ........... 16

a) Istilah dan Definisi Perbandingan Hukum ................. 16

b) Karakteristik Sistem Common Law dan Civil Law ..... 18

2. Tinjauan Umum Tentang Praperadilan ........................... 25

a) Pengertian Praperadilan ................................................. 25

3. Tinjauan Umum Tentang Preliminary Hearings ........... 31

a) Pengertian Preliminary Hearings ............................... 31

B. Kerangka Pemikiran .............................................................. 32

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 35

A. Persamaan dan Perbedaan Sistem Praperadilan Sebagai

Pencerminan Asas Pengawasan Horizontal Menurut KUHAP

Dengan Sistem Preliminary Hearing s Menurut USA’s Criminal

Procedure Code ...................................................................... 35

1. Pengaturan Sistem Praperadilan Dalam KUHAP ……… 35

a. Latar Belakang Sistem Praperadilan ………………… 35

b. Tujuan Sistem Praperadilan …………………………. 38

c. Pengertian Praperadilan ……………………………... 40

d. Wewenang Praperadilan ……………………………. 41

e. Proses Pemeriksaan Praperadilan …………………... 42

f. Gugurnya Pemeriksaan Praperadilan ………………. 47

2. Pengaturan Sistem Preliminary Hearing s menurut USA’s

Crimina l Procedure Code................................................. 48

a. Latar Belakang Sistem Preliminary Hearings

Page 14: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

xiv

menurut USA’s Criminal Procedure Code …………… 48

b. Tujuan Sistem Preliminary Hearings menurut

USA’s Crimina l Procedure Cod e …………………… 52

c. Pengertian Sistem Preliminary Hearings menurut USA’s

Criminal Procedure Cod e …………………………… 54

d. Proses Sistem Preliminary Hearings menurut USA’s

Criminal Procedure Cod e …………………………… 57

3. Persamaan dan Perbedaan ……………………………… 63

4. Pembahasan …………………………………………….. 66

B. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Praperadilan Sebagai

Pencerminan Asas Pengawasan Horizontal menurut

KUHAP dengan Sistem Preliminary Hearings ……………… 70

1. Pengaturan Sistem Praperadilan menurut KUHAP …… 70

a. Kelebihan Sistem Praperadilan …………………….. 70

b. Kelemahan sistem Praperadilan …………………… 71

2. Pengaturan Sistem Preliminary Hearing s menurut

USA’s Crimina l Procedure Cod e ……………………….. 73

a. Kelebihan Preliminary Hearings ……………………. 73

b. Kelemahan Preliminary Hearings ………………... 75

BAB IV PENUTUP ........................................................................... 77

A. Simpulan ............................................................................ 77

B. Saran ................................................................................. 78

Page 15: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Be lakang Masalah

Kitab Undang-undang Hukum Acara P idana ( KUHAP) dalam

kedudukannya sebagai instrumen hukum publik yang mendukung pelaksanaan

dan penerapan ketentuan hukum pidana materil maka Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

telah memiliki rumusan sistem pembuktian tersendiri. Adapun rumusan sistem

pembuktian tersebut tentunya untuk mendukung tujuan dari hukum acara

pidana, yaitu untuk mencari dan memperoleh kebenaran materiil. Dengan

tercapainya kebenaran materiil maka akan tercapai pula tujuan akhir hukum

acara pidana, yaitu untuk mencapai suatu ketertiban, ketentraman, keadilan

dan kesejahteraan dalam masyarakat.

Kitab undang-undang hukum acara pidana (KUHAP) di dalamnya juga

telah mengatur mengenai adanya upaya hukum. Dimana upaya hukum dibagi

menjadi dua yaitu upaya hukum biasa dan upaya hukum luara biasa. Upaya

hukum biasa meliputi banding dan kasasi sementara upaya hukum luara biasa

meliputi kasasi demi kepentingan hukum dan Peninjauan Kembali.

Sebelum KUHAP berlaku belum ada undang-undang yang mengatur

ketetuan mengenai peninjauan kembali. Undang-Undang Pokok Kekuasaan

Kehakiman pada Pasal 21 menyebut adanya kemungkinan melaksanakan

peninjauan kembali namun pelaksanaan sesuai Undang-undang. Tanggal 19

Juli 1969 dikeluarkan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Nomor 1 tahun 1969 yang mengatur mengenai kemungkinan mengajukan

Peninjauan Kembali, namun dengan Surat Edaran Mahkamah Agung

Republik Indonesia nomor 18 Tahun 1969 tertanggal 23 Oktober 1969,

menunda keberlakuan PERMA tersebut, dengan alasan masih membutuhkan

pengaturan lebih lanjut mengenai permasalahan biaya perkara. Kemudian

keluar PERMA No. 1 Tahun 1971 tanggal 30 November 1971 PERMA dan

SEMA tersebut dicabut. Dan ini menentukan bahwa permohonan PK perkara

Page 16: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

2

perdata dapat diajukan ke requ est civiel dan belum ada pengaturan bagi

pengajuan kasus pidana.

Pada tanggal 19 November 1980 Mahkamah Agung mengeluarkan

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 tahun 1980 untuk menampung masalah

yang timbul karena adanya Permohonan Peninjauan Kembali baik bagi

perkara perdata maupun perkara pidana. Mengenai perkara pidana diatur

dalam Pasal 9 yang menyatakan bahwa Mahkamah Agung dapat melakukan

Peninjauan Kembali terhadap suatu perkara pidana yang telah mempunyai

kekuatan hukum yang tetap yang mengandung pemidanaan, dengan alasan :

1. apabila ada putusan-putusan yang berlainan terdapat keadaan-

keadaan yang dinyatakan terbukti, tetapi satu sama lain bertentangan.

2. apabila terdapat suatu keadaan sehingga menimbulkan persangkaan

yang kuat bahwa apabila keadaan itu diketahui pada waktu sidang

masih berlangsung, putusan yang akan dijatuhkan akan mengandung

pembebasan terpidana dari tuduhan, pelepasan dari tuntutan hukum

atas dasar bahwa perbuatan yang akan dijatuhkan itu tidak dapat

dipidana, pernnyataan tidak diterimanya tuntutan jaksa untuk

menyerahkan perkara ke persidangan pengadilan atau penerapan

ketentuan-ketentuan pidana lain yang lebih ringan.

Kini PK dalam perkara pidana telah mendapat pengaturannya dalam

Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Terhadap putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dapat

diajukan PK. Peninjauan Kembali sebagai upaya hukum luar biasa dalam

KUHAP diatur dalam Pasal 263-269 KUHAP. Ketentuan Pasal 263 KUHAP

menetapkan syarat-syarat yang memungkinkan pengajuan PK ke Mahkamah

Agung, Sedangkan pihak yang dapat mengajukan PK sebagaimana ditegaskan

dalam ketentuan Pasal 263 ayat 1 menyatakan bahwa pihak yang mengajukan

peninjauan kembali adalah pihak terpidana atau ahli warisnya. Adapun

alasan-alasan untuk dapat mengajukan peninjauan kembali adalah sebagai

berikut (Pasal 263 ayat (2) KUHAPidana): 1. Apabila ada "keadaan baru" atau

Page 17: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

3

novum; 2. Apabila dalam berbagai putusan terdapat saling pertentangan; 3.

Apabila terdapat kekhilafan yang nyata dalam putusan.

Masalah Peninjauan kembali (PK) adalah suatu upaya hukum yang dipakai

untuk memperoleh penarikan kembali atau perubahan terhadap putusan hakim

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Sebelum berlakunya UU No. 8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP ), dalam sistem tata cara

peradilan di Indonesia, suatu kasus yang berakhir dengan putusan yang

memperoleh kekuatan hukum tetap, guna kepastian hukum maka tidak dapat

dibuka kembali. Kekecualian dimungkinkan apabila terjadi ketidakadilan.

Mempertahankan suatu putusan yang tidak adil bukan merupakan syarat bagi

hukum dan juga tidak merupakan tuntutan kepastian hukum. Suatu upaya atau

sarana untuk memperbaiki kekhilafan harus dimungkinkan, tetapi harus

disertai dengan syarat-syarat yang ketat, bukan sebaliknya. Untuk

menempatkan putusan tetap yang tidak adil itu kembali pada posisinya yang

benar, yaitu memberikan kebenaran, maka perlu ada upaya hukum luar biasa,

sarana luar biasa itu adalah peninjauan kembali (PK).

(http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/11/pk_pollycarpus.pdf>

{24 februari 2010 09.38 WIB})

Dengan munculnya kasus Sengon dan Karta yang menghebohkan, dapat

menjadikan titik tolak yang luar biasa bagi kemajuan hukum saat itu. Kasus

perkara yang dihebohkan tersebut diselesaikan melalui upaya peninjauan

Kembali. Semual keduanya dipidana oleh Pengadilan Negeri Bekasi masing-

masing 12 tahun dan 7 tahun dengan dakwaan pembunuhan. Dilanjutkan dan

diperkuat dengan Putusan Pengadilan Tinggi Bandung (Putusan No. Reg.

38/1978/Pid/PTB) yang tetap menjatuhkan pidana terhadap keduanya dengan

masa hukuman yang sama dengan Putusan Pengadilan Negeri Bekasi. Yang

kemudian Gunel bin Kuru, Siih bin Siin dan Warnita bin Jaam dipidana oleh

Pengadilan Negeri Bekasi dengan perbuatan yang sama dengan Putusan

tanggal 15 Oktober 1980 No. 6/1980/pid/PN BKS, kemudian oleh Mahkamah

Agung Sengkon dan Karta dibebaskan pada tanggal 24 Januari 1981. karena

yang telah melakukan tindak pidana tersebut adalah bukan Sengkon dan Karta

melainkan Gunel, Siih dan Warnita.

PK merupakan upaya hukum luar biasa. Ia merupakan terobosan keadilan

hukum materiil dari pihak terpidana atau ahli warisnya yang mengalami

Page 18: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

4

ketidakadilan akibat kekeliruan dalam penerapan hukum. Putusan kasasi yang

semestinya sudah berkekuatan hukum tetap (ink racht van gewisde), bisa

diterobos atas nama keadilan.

(http://jurnalnasional.com/show/kolom?berita=97725&page=47&pagecomme

nt=1&rmt=false&rubrik=Sikap>{24 Februari 2010 pukul 07.09 WIB})

Perbincangan mengenai Peninjauan Kembali mulai mencuat kembali di

tanah air sebenarnya mulai mencuat sejak adanya pengajuan Peninjauan

Kembali oleh Kasus Muchtar Pakpahan adalah kasus pertama di Tanah Air

dengan jaksa yang mengajukan upaya hukum PK kepada MA. Dalam kasus

ini, Muchtar Pakpahan, Ketua Umum DPP Serikat Buruh Sejahtera Indonesia

(SBSI), yang pada 1995 oleh majelis hakim pada tingkat kasasi telah

dibebaskan dari tuntutan jaksa, dibatalkan putusan kasasinya pada 1996 oleh

majelis hakim PK Mahkamah Agung berdasarkan upaya hukum PK yang

diajukan jaksa.

(http://www.mediaindonesia.com/read/2009/08/20/91317/68/11/Peninjauan-

Kembali-PK-Keadilan-untuk-Siapa>{24 februari 2010 pukul 07.34 WIB})

Selain itu kasus-kasus peninjauan kembali yang di Indonesia juga semakin

banyak yaitu mengenai Kasus Budihari Priyanto, kasus Gandhi Memorial

School, Kasus dr. Lenus Woworuntu dan terakhir adalah kasus Tjoko

Chandra, dan masih banyak lagi kasus Peninjauan Kembali yang lain, baik

yang telah mendapat Putusan maupun yang belum mendapat putusan yang

mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

Sementara itu negara China adalah salah satu negara Komunis yang masih

bertahan, walaupun dalam kehidupan ekonominya telah membuka diri kepada

public namun dalam hal-hal tertentu masih mengambil jalur-jalur kapitalisme

demi memenuhi kebutuhannya. Negara China juga memiliki peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai sistem peradilan di negaranya,

khusus untuk sistem peradilan di Negara China yang mengatur mengenai

sistem beracara sutau perkara di Pengadilan di atur di dalam Crimina l

Procedure Law Of The People’s Republic Of China no. 64. Diadopsi pada

Sesi Kedua Kelima Kongres Rakyat Nasional pada 1 Juli 1979, diresmikan

Page 19: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

5

oleh Orde No.6 Ketua Komite Tetap dari Kongres Rakyat Nasional pada 7 Juli

1979 dan berlaku 1 Januari 1980. Kemudian dilakukan amandemen sesuai

dengan Keputusan untuk Merevisi Undang-Undang Hukum Acara Pidana dari

People's Republic of China yang diadopsi pada Sidang Forth Kedelapan

Kongres Rakyat Nasional pada 17 Maret 1996.

China adalah suatu negara yang sangat besar dengan jumlah penduduk

lebih dari 1 miliar dan luas wilayahnya nomor 2 (dua) di dunia. KUHAP

China inipun juga tergolong baru, ia diciptakan tahun 1979 dan berlaku pada

tahun1980. begitupun KUHP di China masih sangat berciri komunisme,

dengan tiadanya ketentuan mengenai asas legalitas, juga tidak ada ketentuan

mengenai perubahan perundang-undangan yang pada umumnya ditentukan

oleh negara-negara lain. Ditegaskan dalam Pasal 2 bahwa pidana di China

dipergunakan sebagai alat perjuangan untuk menghadapi perbuatan yang

kontra revolusioner, untuk mempertahankan sikap kediktatoran proletariat

untuk melindungi harta benda sosialis dan seterusnya (Jur Andi Hamzah,

2009:37).

Khusus berbicara mengenai Peninjauan Kembali, sistem hukum Negara

China memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan Negara Indonesia

khususnya dalam hal pengaturan peninjaun kembali seperti misalnya pihak-

pihak yang mengajukan, asas dan syarat pengajuan peninjauan kembali. Perlu

diketahui dengan jelas bahwa dalam pengajuan peninjauan kembali di negara

China seorang Jaksa atau Procuratorate diperbolehkan untuk mengajukan

Peninjauan kembali berbeda dengan negara Indonesia yang hingga saat ini hal

tersebut masih menjadi conflict law tersendiri. Dan satu-satunya negara di

dunia ini yang memberikan pengaturan secara tegas dalam undang-undangnya

memperbolehkan seorang Jaksa mengajukan Peninjauan Kembali hanya ada di

Negara China. Peninjauan Kembali Di Negara China disebut juga dengan

Trial Supervision di atur di dalam bab V pasal 203 dan 204 antara lain adalah

sebagai berikut :

Page 20: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

6

Article 203 :

“A party or his legal representative or his near relative may present a petition to a People's Court or a People's Procuratorate regarding a legally effective judgment or order, however, execution of the judgment or order shall not be suspended.”

Article 204 :

“If a petition presented by a party or his legal representative or his near relative conforms to any of the following conditions, the People's Court shall retry the case:

(1) There is new evidence to prove that the confirmation of the facts in the original judgment or order is definitely wrong;

(2) The evidence upon which the condemnation was made and punishment meted out is unreliable and insufficient, or the major pieces of evidence for supporting the facts of the case contradict each other;

(3) The application of law in making the original judgment or order is definitely incorrect; or

(4) The judges in trying the case committed acts of embezzlement, bribery, or malpractices for personal gain, or bended the law in making judgment.”

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penelitian ini lebih lanjut akan

membahas mengenai asas-asas Upaya Hukum Peninjauan Kembali yang

diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan

diperbandingkan dengan sistem peradilan pidana yang berlaku di Negara

China terkait dengan Upaya Hukum Peninjauan Kembali menurut versi

Crimina l Procedure Law Of The People’s Repub lic Of China no. 64

khususnya yang diatur di dalam pasal 203 dan 204. oleh karena itu penulis

tertarik untuk menyusun penulisan hukum dengan judul : “STUDI

KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS

PENINJAUAN KEMBALI PUTUSAN MENURUT KUHAP DENGAN

ARTICLE 20 3 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE

PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64”

Page 21: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

7

B. PERUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah dalam suatu penelitian sangatlah penting, yaitu untuk

menegaskan dan membatasi pokok masalah sehingga mempermudah penulis

dalam mencapai sasaran. Perumusan masalah dalam suatu penelitian diperlukan

untuk memfokuskan masalah agar dapat dipecahkan secara sistematis. Cara ini

dapat memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pemahaman terhadap

permasalahan serta mencapai tujuan yang dikehendaki .

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti

merumuskan permasalahan untuk dikaji lebih rinci. Adapun beberapa

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu :

1. Apakah persamaan dan perbedaan model pengaturan asas-asas peninjauan

kembali perkara pidana menurut KUHAP dengan article 203 dan 204

Criminal Procedure Law Of The people’s Republic Of China No.64 ?

2. Apakah kelebihan dan kekurangan asas-asas peninjauan kembali perkara

pidana menurut KUHAP dengan article 203 dan 204 Crimina l Procedure

Law Of The people’s Repu blic Of China No.64 ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan merupakan target yang ingin dicapai sebagai pemecahan atas

permasalahan yang dihadapi (tujuan obektif) maupun untuk memenuhi

kebutuhan perorangan (tujuan subyektif). Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Tujuan Obyektif :

a. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan model pengaturan asas

peninjauan kembali perkara pidana menurut Kitab Undang-undang

Page 22: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

8

Hukum Acara Pidana (KUHAP) dengan Criminal Procedure Law Of

The People’s Republic Of China No. 64.

b. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan mengenai pengaturan

asas-asas peninjauan kembali pada perkara pidana yang diatur di dalam

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dengan

Crimina l Procedure Law Of The People’s Republic Of China No. 64

2. Tujuan subyektif :

a. Untuk memperoleh data serta informasi yang penulis pergunakan

dalam penyusunan skripsi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana

Strata satu dalam Ilmu hukum pada Fakultas Hukum di Unversitas

sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk memperdalam pengetahuan penulis mengenai hukum acara

pidana, terkhusus dalam segi pengaturan asas peninjauan kembali

perkara pidana.

c. Sebagai cara untuk menerapkan serta mendalami teori dan ilmu

pengetahuan yang telah diperoleh selama menempuh kuliah di

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum

pada umumnya, dan terkhusus dalam hukum acara pidana dalam

kaitanya dengan asas peninjauan kembali terhadap putusan pidana,

serta guna menambah literatur dan bahan-bahan informasi ilmiah.

b. Memperkaya referensi tentang kajian perbandingan hukum guna

mengetahui lebih dalam, sejauh mana suatu produk hukum dan atau

penerapan suatu sistem hukum telah berjalan secara berhasil guna dan

berdaya guna bagi masyarakat dengan cara membandingkannya

dengan produk hukum dan atau sistem hukum yang lainnya.

Page 23: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

9

2. Manfaat Praktis

a. Meningkatkan wawasan dalam pengembangan pengetahuan bagi

peneliti akan permasalahan yang diteliti, dan dapat dipergunakan

sebagai bahan masukan serta tambahan pengetahuan bagi para pihak

yang terkait dengan masalah yang diteliti, dan berguna bagi para pihak

yang berminat pada masalah yang sama.

b. Memberi jawaban atas permasalahan yang diteliti

E. METODE PENELITIAN

Penelitian hukum adalah merupakan suatu proses untuk menemukan

aturan hukum, prinsip-prinsip hukum , maupun doktrin-doktrin hukum guna

menjawab isu hukum yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk

menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2005: 35 ).

Ada dua syarat yang harus dipenuhi sebelum mengadakan penelitian

dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan adalah peneliti harus terlebih

dulu memahami konsep dasar ilmunya dan metodologi penelitian disiplin

ilmunya (Johnny Ibrahim, 2006:26). Dalam penelitian hukum, konsep ilmu

hukum dan metodologi yang digunakan di dalam suatu penelitian memainkan

peran yang sangat signifikan agar ilmu hukum beserta temuan-temuannya

tidak terjebak dalam kemiskinan relevansi dam aktualitasnya (Johnny Ibrahim,

2006: 28).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai

berikut:

1. Jenis Pe ne litian

Jenis penelitian dalam penyusunan penulisan hukum ini adalah

penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan. Penelitian

hukum menurut Johny Ibrahim adalah suatu prosedur ilmiah untuk

menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuwan hukum dari sisi

Page 24: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

10

normatifnya (Johny Ibrahim, 2008: 57). Pendapat ini kemudian dipertegas

oleh pendapat Sudikno Mertokusumo yang menyatakan bahwa disiplin

ilmiah dan cara kerja ilmu hukum normatif adalah pada obyeknya, obyek

tersebut adalah hukum yang terutama terdiri atas kumpulan peraturan-

peraturan hukum yang bercampur aduk merupakan chaos:tidak terbilang

banyaknya peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan setiap

tahunnya. Dan ilmu hukum (normatif) tidak melihat hukum sebagai suatu

chaos atau mass of rules tetapi melihatnya sebagai suatu structured whole

of system (Johny Ibrahim, 2008: 57).

Penulis memilih jenis penelitian hukum yang normatif, karena

menurut penulis sumber penelitian yang digunakan adalah bahan hukum

sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder

dan bahan hukum tersier. Selain itu menurut Johny Ibrahim berkenaan

dengan penelitian yang dilakukan penulis terhadap perbandingan asas-asas

peninjauan kembali putusan menurut KUHAP dengan Crimina l Procedure

Law Of The People’s Republic Of China No. 64 Article 203 dan 204

disandarkan pada analisis hukum positif yang berlaku di Indonesia dan di

Republic Of China sehingga dibutuhkan penalaran dari aspek hukum

normatif, yang merupakan ciri khas hukum normatif (Johny Ibrahim,

2006: 127). Jadi berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa jenis penelitian hukum normatif yang dipilih oleh penulis sudah

seuai dengan obyek kajian atau isu hukum yang diangkat.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian hukum ini tentunya haruslah sejalan dengan sifat ilmu

hukum sendiri. Ilmu hukum mempunyai sifat sebagai ilmu yang

preskriptif. Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif ilmu hukum

mempelajari tujuan hukum, nilai keadilan, konsep-konsep dan norma

hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2005: 22).

Penelitian ini oleh penulis akan memberikan preskriptif mengenai

persamaan dan perbedaan Asas Peninjauan Kembali putusan menurut

Page 25: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

11

KUHAP dengan article 203 and 204 Criminal Procedure Law Of The

People’s Republic Of China No. 64 serta kelebihan dan kelemahan Asas

Peninjauan Kembali putusan menurut KUHAP dengan article 203 an d 204

Criminal Procedure Law Of The People’s Republic Of China No. 64.

3. Pende katan Pe nulisan

Menurut Peter Mahmud Marzuki pendekatan yang digunakan di dalam

penelitian ilmu hukum adalah pendekatan undang-undang (statute

app roach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis

(historical approach ), pendekatan komaparatif (comparative approach),

pendekatan konseptual (conceptual ap proa ch ) (Peter Mahmud Marzuki,

2005: 93).

a. Pendekatan Perundang-undangan

Dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi

yang bersangkut paut dengan isu hukum yang ditangani. Dan hasil dari

telaah tersebut merupakan suatu argumen untuk memecahkan isu yang

dihadapi. Dengan pendekatan ini penulis perlu mencari ratio legis dan

dasar ontologis lahirnya undang-undang yang akan diteliti. Dengan

mempelajari hal tersebut penulis mampu menangkap kandungan

filosofis undnag-undang yang diteliti. Dengan demikian penulis

mampu menyimpulkan mengenai ada tidaknya benturan filosofis

antara undang-undang dengna isu yang dihadapi.

b. Pendekatan Kasus

Dilakukan dengan telaah kasus-kasus yang berkaitan dengan isu

yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang memiliki

kekuatan hukum yang tetap. Yang menjadi kajian pokok adalah ratio

decidendi atau reason ing yaitu pertimbangan pengadilan untuk sampai

kepada putusan. Ratio decidendi atau reasoning merupakan referansi

bagi penyusunan argumentasi dalam pemecahan isu hukum.

Pendekatan Kasus (case approach ) berbeda dengan studi kasus ( case

study), dalam pendekatan kasus ( case ap proach ) beberapa kasus

Page 26: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

12

ditelaah untuk referensi bagi suatu isu hukum sementara studi kasus

(case study) merupakan suatu studi terhadap kasus tertentu dari

berbagai aspek hukum.

c. Pendekatan Historis

Dilakukan dengan menelaah latar elakang apa yang dipelajari dan

perkembangan pengaturan mengenai isu yang dihadapi. Telaah

demikian diperlukan manakala peneliti memang ingin mengungkapkan

filosofis dan pola pikir yang melahirkan sesuatu yang sedang

dipelajari. Pendekatan ini diperlukan jika memang peneliti dianggap

bahwa pengungkapan filosofis dan pola pikir ketika sesuatu yang

dipelajari itu dilahirkan memang memiliki relevansi dengan masa kini.

d. Pendekatan Komparatif

Dilakukan dengan membandingkan undang-undang suatu negara

dengan undang-undang dari satu atau lebih negara lain mengenai hal

yang sama. Dapat juga diperbandingkan selain undang-undang juga

putusan pengadilan di beberapa negara dengan kasus yang sama.

Kegunaan perbandingan ini adalah untuk memperoleh persamaan dan

perbedaan diantara keduanya. Hal ini untuk menjawab isu anatara

ketentuan undang-undang dengan filosfis yang melahirkan undang-

undang tersebut.dengan melakukan perbandingan peneliti memperoleh

gambaran mengenai konsistensi anatar filosofi dan undang-undang

diantara negara-negara tersebut. Hal yang sama juga dapat dilakukan

dengan memnbandingkan putusan pengadilan antara suatu negra

dengan negara lain untuk kasus yang serupa.

e. Pendekatan Konseptual

Pendekatan ini Beranjak daripandangan-pandangan dan doktrin-

doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan mempelajari

pandangan dan doktrin ilmu hukum peneliti menemukan ide yang

melahirkan pengertian hukum, konsep hukum, dan asas hukum yang

Page 27: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

13

relevan dengan isu yang diihadapi. Pemahaman akan pandangan-

pandangan dan doktrin-doktrin tersebut merupakan sandaran bagi

peneliti dalam membangun suatu argumentasi hukum dalam

memecahkan isu yang dihadapi.

Dari kelima pendekatan tersebut, pendekatan yang relevan dengan

penelitian hukum ini adalah pendekatan undang-undang, dan pendekatan

perbandingan. Pendekatan Undang-Undang untuk mengkaji persamaan

dan perbedaan serta kelebihan dan kelemahan sistem hukum yang dianut

oleh Indonesia dan China. Sedangkan pendekatan perbandingan digunakan

untuk mengetahui penerapan hukum acara kedua negara, dengan

memperbandingkan kegunaan sistem hukum masing-masing dalam

mengatur mengenai peninjauan kembali perkara pidana.

4. Bahan Hukum

Jenis data yang penulis pergunakan dalam penelitian ini berupa data

sekunder. Dalam buku Penelitian Hukum karangan Peter Mahmud

Marzuki, mengatakan bahwa pada dasarnya penelitian hukum tidak

mengenal adanya data, sehingga yang digunakan adalah bahan hukum

dalam hal ini bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

a. Bahan Hukum Primer

Yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempaunyai

otoritas , yang terdiri dari;

1) UUD 1945 amandemen ke IV.

2) UU Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan

Kehakiman

4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah

Agung

5) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 tahun 1980

Page 28: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

14

6) Criminal Procedure Law Of The People’s Republic Of

China No. 64

b. Bahan hukum sekunder berupa publikasi tentang hukum yang bukan

merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud Marzuki,

2005:141). Bahan hukum sekunder sebagai pendukung dalam

penelitian ini yaitu buku-buku teks yang ditulis para ahli hukum,

jurnal hukum, artikel, internet, dan sumber lainnya yang memiliki

korelasi untuk mendukung penelitian ini.

5. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum

Prosedur pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam

penelitian ini adalah studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan

jalan membaca peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen resmi

maupun literature-literatur yang erat kaitannya dengan permasalahan yang

dibahas berdasarkan data sekunder. Dari data tersebut kemudian dianalisis

dan dirumuskan sebagai data penunjang di dalam penelitian ini.

Pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif, yaitu menarik

kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap

permasalahan konkret yang dihadapi (Johnny Ibrahim, 2006: 393).

6. Pengolahan dan Analisa Bahan Hukum

Bahan-bahan hukum yang telah terkumpul selanjutnya dianalisa

dengna metode silogisme dan interpretasi. Dalam hal ini analisa dilakukan

dengan menyusun argumentasi berdasar pendekatan penelitian guna

mendapatkan jawaban atas rumusan masalah yang telah ditentukan.

Pengolahan dan analisis data pada dasarnya tergantung pada jenis

datanya, untuk penelitian normatif misalnya yang hanya menggunakan

bahan hukum sekunder, maka dalam mengolah dan menganalisis bahan

hukum tersebut tidak bisa terpisah dari berbagai penafsiran yang dikenal

dalam ilmu hukum. Penafsiran memiliki karakter hermeutik yang diartikan

sebagai proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi

mengerti (Amiruddin, H Zainal Asikin. 2006: 163).

Page 29: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

15

F. Siste matika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai

sistematika penulisan hukum serta untuk mempermudah pemahaman

mengenai seluruh isi penulisan hukum ini, maka penulis menyajikan

sistematika penulisan hukum ini menjadi 4 (empat) Bab. Adapun

sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai latar

belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

metode penelitian yang digunakan dalam

penyusunan penulisan hukum ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai toeri

yang menjadi landasan atau memberikan penjelasan

secara teoritik berdasarkan literatur-literatur yang

berkaitan dengan penulisan hukum ini. Kerangka

teori tersebut meliputi tinjauan tentang peristilahan

atau definisi perbandingan hukum, tinjauan tentang

civil law sistem tinjauan tentang peninjauan

kembali, dan tinjauan tentang Crimina l Procedure

Law Of The People’s Repub lic Of China .

BAB III : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai

pembahasan dan hasil yang diperoleh dari proses

meneliti. Berdasarkan rumusan masalah yang

diteliti, terdapat hal pokok permasalahan yang

Page 30: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

16

dibahas dalam bab ini yaitu mengenai persamaan

dan perbedaan pengaturan asas-asas peninjauan

kembali perkara pidana menurut KUHAP dengan

Criminal Procedure Law Of The People’s Republic

Of China No. 64 Article 203 dan 204 beserta

kelebihan dan kekurangan kedua sistem hukum

tersebut.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai

kesimpulan yang dapat diperoleh dari keseluruhan

hasil pembahasan dan proses meneliti, serta saran-

saran yang dapat penulis kemukakan kepada para

pihak yang terkait dengan bahasan penulisan hukum

ini.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 31: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

17

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangk a Te oritis

1. Tinjauan tentang Teori Perbandingan Hukum

Istilah perbandingan hukum dalam bahasa asing, diterjemahkan

sebagai comparative law (bahasa inggris), droit compa re (bahasa

Prancis) dan vergleihende rechtstlehre (bahasa Belanda). Dalam

pendidikan di Amerika Serikat, istilah ini sering diterjemahkan lain,

yaitu sebagai conflict law atau dialih bahasakan menjadi hukum

perselisihan, yangartinya menjadi lain bagi pendidikan hukum di

Indonesia (Romli Atmasasmita, 2000: 6).

. Istilah yang dipergunakan dalam penulisan hukum ini, adalah

perbandingan hukum yang mengarah dan berfokus pada hukum

pidana. Istilah ini sudah memasyarakat di kalangan teoritikus hukum

di Indonesia, dan tampaknya sudah sejalan dengan istilah yang telah

dipergunakan untuk hal yang sama baik dibidang perdata, hukum tata

negara maupun administrasi negara.

Untuk memperoleh bahan yang lebih lengkap maka perlu

dikemukakan definisi perbandingan hukum dari beberapa pakar yang

terkenal, yang diambil dari buku Romli Atmasasmita yang antara lain

adalah:

a. Winterton

Perbandingan hukum adalah suatu metoda yaitu

perbandingan sistem hukum dan perbandingan tersebut

menghasilkan data sistem hukum yang dibandingkan

b. Rudolf B. Schlesinger

Perbandingan hukum merupakan metoda penyelidikan dengan

tujuan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang

bahan hukum tertentu. Perbandingan hukum adalah bukanlah

Page 32: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

18

perangkat peraturan dan asas-asas hukum dan bukan suatu cabang

hukum, melainkan merupakan teknik untuk menghadapi unsur

hukum asing dari suatu masalah hukum.

c. Lemaire

Perbandingan hukum sebagai cabang ilmu pengetahuan (yang

juga mempergunakan metoda perbandingan) mempunyai lingkup:

(isi dari) kaidah-kaidah hukum, persamaan dan perbedaannya,

sebab-sebabnya dan dasar-dasar kemasyarakatannya.

d. Ole Lando

Perbandingan hukum mencakup : ”ana lysis and comparison

of the laws”. Pendapat tersebut sudah menunjukkan kecenderungan

untuk mengakui perbandingan sebagai cabang ilmu hukum.

e. Orucu

Mengemukakan suatu definisi perbandingan hokum sebagai

berikut :comparative law is lega l d iscipline aiming at ascertaining

similarities and differences and finding out relationship between

various legal systems, their essence and style, looking at

comparable legal institutions and concepts an d typing to determine

solutions to certain problems in these systems with a definite goa l

in mind, such as law reform, unification etc. ( Perbandingan hukum

merupakan suatu disiplin ilmu hukum yang bertujuan menemukan

persamaan dan perbedaan serta menemukan pula hubungan-

hubungan erat antara berbagai sistem-sistem hukum, melihat

perbandingan lembaga-lembaga hukum konsep-konsep serta

mencoba menentukan suatu penyelesaian atas masalah-masalah

tertentu dalam system-sistem hukum dimaksud dengan tujuan

seperti pembaharuan hukum, unifikasi hukum dan lain-lain).

Page 33: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

19

f. Hesel Yutena

Perbandingan hukum adalah sebagai berikut: comapa rative

law is simply another name for legal science, or lik e other

bran ches of science it has a universal hu manistic outlook ; it

contemplates hat while the technique nay vary, the problems o f

justice are basically the same in time and space throughout the

world. ( Perbandingan hukum hanya suatu nama lain untuk ilmu

hukum dan merupakan bagian yang menyatu dari suatu ilmu social,

atau seperti cabang ilmu lainnya perbandingan hukum memiliki

wawasan yang universal, sekalipun caranya berlainan, masalah

keadilan pada dasarnya baik menurut waktu dan tempat di seluruh

dunia).

g. Zweigert dan Kort

Comparative Lawis the comparison of the spirit and style of

different legal system or of comparable legal institutions of the

solutions of comparab le legal problems in different system. (

Perbandingan hukum adalah perbandingan dari jiwa dan gaya dari

system hukum yang berbeda-beda atau lembaga-lembaga hukum

yang berbeda-beda atau penyelesaian masalah hukum yang dapat

diperbandingkan dalam system hukum yang berbeda-beda).

Gutteridge Membedakan antara comparative law dan foreign law

(hukum asing), pengertian istilah yang pertama untuk membandingkan

dua sistem hukum atau lebih, sedangkan pengertian istilah yang kedua,

adalah mempelajari hukum asing tanpa secara nyata

membandingkannya dengan sistem hukum yang lain. (Winterton,

dalam The Am.J.of Comp. L., 1975 : 72).

Mencermati arti definisi-definisi di atas dan menurut analisa dari

penulis bahwa terdapat dua kelompok definisi perbandingan hukum,

yaitu kelompok pertama menyatakan bahwa perbandingan hukum

merupakan suatu metoda sementara kelompok yang kedua

Page 34: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

20

menyatakan bahwa perbandingan hukum merupakan cabang dari ilmu

hukum. Kedua kelompok definisi tersebut dikemukakan sesuai dengan

masanya sehingga dapat diakui kebenarannya. Namun demikian

definisi dari kelompok yang kedua yang dianggap paling relevan

dengan keadaan sekarang karena perbandingan hukum tidak lagi

semata-mata sebagai alat untuk mengetahui persamaan dan perbedaan

dua sistem hukum melainkan sudah merupakan suatu studi tersendiri

yang mempergunakan metoda dan pendekatan khas yaitu metoda

perbandingan, sejarah dan sosiologi serta objek pembahasan tersendiri

yaitu sistem hukum asing tertentu.

Penulis sependapat dengan pemikiran Romli Atmasasmita yang

berpendapat bahwa perbandingan hukum adalah ilmu pengetahuan

yang mempelajari secara sistematis hukum (pidana) dari dua atau lebih

sistem hukum dengan mempergunkaan metoda perbandingan.

2. Tinjauan Tentang Karakteristik Sistem Civil Law

a. Karakteristik Sistem Hukum Belanda pada umumnya, khususnya

dalam hukum pidana dan acara pidana

Pertama. Sistem hukum Belanda (Civil Law System)

bersumber pada :

1.) Undang-Undang Dasar;

2.) Undang-undang;

3.) Kebiasaan case-law;

4.) Doktrin

Peraturan perundang-undangan yang mengatur hukum

pidana umum adalah sebagai berikut :

1.) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Penal Code atau

Wetboek van Strafrecht).

2.) Kitab Undang-Undang Hukum Acara P idana (Code of Crime

Procedure atau Wetboek van Strafvordering ).

Page 35: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

21

3.) Undang-Undang tentang Susunan, organisasi, kekuasaan dan

tugas-tugas Pengadilan dan Sistem Penuntutan (Judicial Act

atau Wet op de Rechterlijke Organ isa tie).

Kedua. Karakateristik kedua dari sistem hukum Belanda

(Civil Law System) adalah dianutnya asas legalitas atau “the

principles of legality”. Asas ini mengandung makna sebagi berikut:

1.) Tiada suatu perbuatan merupakan suatu tindak pidana,

kecuali telah ditentukan dalam undang-undang terlebih

dahulu. Undang-undang dimaksud adalah hasil dari

perundingan Pemerintah Parlemen.

2.) Ketentuan undang-undang harus ditafsirkan secara harfiah

dan pengadilan tidak diperkenankan memberikan suatu

penafsiran analogis untuk menetapkan suatu perbuatan

sebagai tindak pidana.

3.) Ketentuan undang-undang tidak berlaku surut.

4.) Mentapkan bahwa hanya pidana yang tercantum secara jelas

dalam undang-undang yang boleh dijatuhkan.

Dalam praktik penyelesaian perkara pidana di negeri

belanda prinsip legalitas dan penafsiran yang diperbolehkan dari

prinsip tersebut diserahkan sepenuhnya kepada para pelaksana /

praktisi hukum, seperti, jaksa dan hakim. Mengingat penafsiran

yang bersifat kaku terhadap ketentuan undang-undang menurut

asas legalitas ini, maka peranan putusan Mahkamah Agung

menjadi lebih penting. (Romli Atmasasmita, 2000 : 48)

Ketiga. Dianutnya asas legalitas sebagaimana diuraikan

dalam butir kedua diatas, sangat berpengaruh terhadap soal

pertanggungjawaban pidana (criminal liab ility atau strafba arheid).

Syarat umum bagi adanya pertanggungjawaban pidana menurut

hukum pidana Belanda adalah adanya gabungan antara perbuatan

yang dilarang dan pelaku yang diancam dengan pidana. Perbuatan

Page 36: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

22

pelanggaran hukum dari pelaku harus memenuhi syarat sebagai

berikut :

1.) Bahwa perbuatan tersebut (berbuat atau tidak berbuat)

dilakukan seseorang.

2.) Diatur dalam ketentuan undang-undang termasuk lingkup

definisi pelanggaran.

3.) Bersifat melawan hukum.

Ketiga syarat bagi adanya suatu pertanggungjawaban

pidana tersebut di atas sesungguhnya merupakan suatu konstruksi

gabungan dari syarat-syarat adanya sifat pertanggungjawaban

pidana dan kekecualian-kekecualian dari pertanggungjawaban

pidana.

Keempat. Dianutnya asas legalitas dalam sistem hukum

pidana Belanda mengakibatkan keterikatan hakim terhadap isi

ketentuan undang-undang dalam menyelesaikan perkara pidana.

Hakim tidak diperbolehkan memperluas penafsiran terhadap isi

ketentuan undang-undang sedemikian rupa sehingga dapat

membentuk delik-delik baru.

Kelima. Sistem hukum pidana belanda mengenal

pembedaan antara Kejahatan (Misdrijven) dan Pelanggaran

(Overtredingen). Pembedaan dimaksud berasal dari perbedaan

antara mala in se dan mala prohibita yaitu perbedaan yang dikenal

dalam hukum Yunani. Mala in se adalah perbuatan yang disebut

sebagai kejahatan karena menurut sifatnya adalah jahat. Sedangkan

Mala prohibita , suatu perbuatan yang dilarang. Pembedaan antara

kejahatan karena undang-undang menetapkan sebagai perbuatan

yang dilarang. Pembedaan anatara kejahatan dan pelanggaran

tersebut semula didasarkan atas pertimbangan tentang adanya

pengertian istilah “rechtedelict” dan ”wetdelict”; namun perbedaan

tersebut tidak dianut lagi dalam doktrin. Perbedaan kejahatan dan

pelanggaran dewasa ini didasarkan atas ancaman hukumannya;

Page 37: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

23

kejahatan memperoleh ancaman hukum yang lebih berat dari

pelanggaran.

Keenam. Sistem peradilan yang dianut di semua negara

yang berlandaskan “Civil Law System” pada umumnya adalah

sistem Inquisatoir. Sistem Inquisatoir menempatkan tersangka

sebagai objek pemeriksaan baik pada tahap pemeriksaan

pendahuluan maupun pada tahap pemeriksaan di muka sidang

pengadilan.

Ketujuh. Sistem pemidanaan yang dianut pada umumnya di

negara-negara yang berlandaskan civil law system adalah sistem

pemidanaan Alternatif dan Alternatif-kumulatif, dengan batas

minimum dan maksimum anaman pidana yang diperkenankan

menurut Undang-Undang.

3. Tinjauan tentang Peninjauan Kembali

Berdasarkan Pasal 1 butir 12 KUHAP Upaya Hukum adalah

hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan

pengadilan yang berupa perlawanan atau Banding atau hak terpidana

untuk mengajukan permohonan Peninjauan Kembali dalam hal serta

menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. KUHAP

membedakan upaya hukum menjadi dua yaitu upaya hukum biasa dan

upaya hukum luar biasa. Upaya hukum biasa diatur dalam Bab XVII

yaitu upaya hukum banding dan kasasi. Sedangkan upaya hukum luar

biasa diatur didalam Bab XVIII yaitu Kasasi demi kepentingan hukum

dan peninjauan kembali . Dimana pembahasan mengenai peninjauan

kembali adalah sebagai berikut :

a. Pengertian Peninjauan Kembali

Beberapa ahli menyebutkan pengertian dari peninjauan

kembali adalah sebagai berikut:

Page 38: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

24

1) Soenarto Soerodibroto

Herziening adalah Peninjauan Kembali terhadap

keputusan-keputusan pidana yang telah memperoleh

kekuatan hukum pasti yang berisikan pemidanaan,

dimana tidak dapat diterapkan terhadap keputusan dimana

tertuduh telah dibebaskan (vrijgesprok en )(Wahyu

Wiriadinata, 2008:27).

2) Irdan Dahlan dan A. Hamzah

Peninjauan Kembali, yaitu hak terpidana untuk

meminta memperbaiki keputusan pengadilan yang telah

menjadi tetap, sebagai akibat kekeliruan atau kelalaian

hakim dalam menjatuhkan putusannya (Wahyu

Wiriadinata, 2008:27).

3) Leden Marpaung

Herzeining atau Peninjauan Kembali merupakan

upaya hukum luar biasa sifatnya dan ditujukan untuk

mendampingi upaya hukum lainnya (banding, kasasi,

Kasasi demi kepentingan hukum). Bahwa ada pakar yang

menyatakan bahwa Peninjauan kembali selalu

berdampingan dengan kasasi demi kepentingan hukum

sebagai upaya hukum luar biasa hanya diajukan leh

tertuduh dan jaksa. Begitu juga dengan pendapat yang

menyatakna bahwa terhadap suatu perbuatan tercela atau

atas suatu perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan

hukum merupakan tugas Mahkamah Agung

meluruskannya ( Leden Marpaung, 2000:12)

4) Mangasa Sidabutar

Peninjauan kembali dalam konteks penyelesaian

perkara tingkat upaya hukum luar biasa dapatlah diartikan

melihat atau mengamati, apakah hal-hal tertentu yang

Page 39: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

25

dirumuskan secara konkret oleh undang-undang dapat

dijumpai atau tidak dalam uraian alasan yang diajdikan

dasar permintaan peninjauan kembali yang bersangkutan

dan hal yang dirumuskan oleh undang-undang yang

dimaksud adalah :

a). keadaan baru

b). alasan putusan yang bertentangan satu dengan yang

lain

c). kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyata

d). perbuatan dinyatakan terbukti namun tidak diikuti

oleh suatu pemidanaan (Mangasa Sidabutar, 1999:

153)

b. Aturan Peninjauan Kembali secara lengkap dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut :

Tabel. 1 Ketentuan KUHAP terkait Peninjauan Kembali

No. Pasal Bunyi Pasal

1. Pasal 226 (1)Petikan suratputusan pengadilan

diberikan kepada terdakwa atau

penasihat hukumnya segera setelah

putusan diucapkan.

(2) Salinan surat putusan pengadilan

diberikan kepada penuntut umum dan

penyidik, sedangkan kepada terdakwa

atau penasihat hukumnya diberikan atas

permintaan.

(3) Salinan surat putusan pengadilan hanya

boleh diberikan kepada orang lain

dengan seizin ketua pengadilan setelah

Page 40: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

26

mempertimbangkan kepentingan dari

permintaan tersebut.

2. Pasal 243 (1) Salinan surat putusan pengadilan tinggi

beserta berkas perkara dalam waktu

tujuh hari setelah putusan tersebut

dijatuhkan, dikirim kepada Pengadilan

negeri yang memutus pada tingkat

pertama.

(2) Isi surat putusan setelah dicatat dalam

buku register segera diberitahukan

kepada terdakwa dan penuntut umum

oleh panitera pengadilan negeri dan

selanjutnya pemberitahuan tersebut

dicatat dalam salinan surat putusan

pengadilan tinggi.

(3) Ketentuan mengenai putusan pengadilan

negeri sebagaimana dimaksud Pasal 226

berlaku juga bagi putusan pengadilan

tinggi.

(4) Dalam hal terdakwa bertempat tinggal

diluar daerah hukum pengadilan negeri

tersebut, panitera minta bantuan kepada

panitera pengadilan negeri yang dlama

daerah hukumnya terdakwa bertempat

tinggal untuk memberitahukan isi surat

putusan itu kepadanya.

3. Pasal 263 (1) Terhadap Putusan Pengadilan yang

telah memperoleh hukum tetap, kecuali

putusan bebas atau lepas dari segala

tuntutan hukum, terpidana atau ahli

Page 41: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

27

warisnya dapat mengajukan

permintaan peninjauan kembali kepada

Mahkamah Agung.

(2) Permintaan peninjauan kembali

dilakukan atas dasar:

a. apabila terdapat keadaan baru yang

menimbulkan dugaan kuat, bahwa

jika keadaan itu sudah diketahui pada

waktu sidang masih berlangsung,

hasilnya akan berupa putusan bebas

atau putusan lepas dari segala

tuntutan hukum atau tuntutan

penuntut umum tidak dapat diterima

atau terhadap perkara itu diterapkan

ketentuan pidana yang lebih ringan;

b. apabila dalam pelbagai putusan

terdapat pernyataan bahwa sesuatu

telah terbukti, akan tetapi hal atau

keadaan sebagai dasar dan alasan

putusan yang telah terbukti itu,

ternyata telah bertentangan satu

dengan yang lain;

c. apabila putusan itu dengan jelas

memperlihatkan suatu kekhilafan

hakim atau suatu kekeliruan yang

nyata.

(3) Atas dasar alasan yang sama

sebagaimana tersebut pada ayat (2)

terhadap suatu putusan Pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap dapat diajukan

Page 42: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

28

permintaan peninjauan kembali

apabila dalam putusan itu suatu

perbuatan yang didakwakan telah

dinyatakan terbukti akan tetapi tidak

diikuti oleh suatu pemidanaan.

4. Pasal 264 (1)Permintaan peninjauan kembali oleh

pemohon sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 263 ayat (1) diajukan kepada

Panitera Pengadilan yang telah memutus

perkaranya dalam tingkat pertama

dengan menyebutkan secara jelas

alasannya;

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 245 ayat (2) berlaku juga bagi

permintaan peninjauan kembali.

(3)Permintaan peninjauan kembali tidak

dibatasi dengan suatu jangka waktu.

(4) Dalam hal pemohon peninjauan kembali

adalah terpidana yang kurang memahami

hukum panitera pada waktu menerima

permintaan peninjauan kembali wajib

menanyakan apakah alasan ia

mengajukan permintaan tersebut dan

untuk itu panitera membuatkan surat

permintaan peninjauan kembali.

(5) Ketua Pengadilan segera mengirimkan

surat permintaan peninjauan kembali

beserta berkas perkaranya kepada

Mahkamah Agung, disertai suatu catatan

penjelasan.

.

Page 43: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

29

5. Pasal 265 (1) Ketua pengadilan setelah menerima

permintaan peninjauan kembali

sebagaimana dimaksud dalam pasal 263

ayat (1) menunjuk hakim yang tidak

memeriksa perkara semula yang

dimintakan peninjuan kembali itu untuk

memeriksa apakah permintaan

peninjauan kembali tersebut memenuhi

alasan sebagaimana dimaksud dalam

pasal 263 ayat (2).

(2) Dalam pemeriksaan sebagaimana

tersebut pada ayat (1) pemohon dan

jaksa ikut hadir dan dapat

menyampaikan pendapatnya.

(3) Atas pemeriksaan tersebut dibuat berita

acara pemeriksana yang ditandatangani

oleh Hakim, Jaksa, pemohon dan

panitera dan berdasarkan berita acara itu

dibuat berita acara pendapat yang

ditandatangani oleh hakim dan panitera.

(4) Ketua Pengadilan segera melanjutkan

permintaan peninjauan kembali yang

dilampiri berkas perkara semula, berita

acara pemeriksaan dan berita acara

pendapat kepada Mahkamah Agung

yang tembusan surat pengantarnya

disampaikan kepada pemohon dan jaksa.

(5) Dalam hal suatu perkara yang

dimintakan peninjauan kembali adalah

putusan pengadilan banding, maka

tembusan surat pengantar tersebut harus

Page 44: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

30

dilampiri tembusan berita acara

pemeriksaan serta berita acara pendapat

dan disampaikan kepada Pengadilan

banding yang bersangkutan.

6. Pasal 266 (1) Dalam permintaan peninjauan kembali

tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

tersebut pada Pasal 263 ayat (2),

Mahkamah Agung menyatakan bahwa

permintaan peninjauan kembali tidak

dapat diterima dengan disertai dasar

alasannya.

(2) Dalam hal Mahkamah Agung

berpendapat bahwa permintaan

peninjauan kembali dapat diterima untuk

diperiksa, berlaku ketentuan sebagai

berikut :

a. apabila Mahkamah Agung tidak

membenarkan alasan pemohon,

Mahkamah Agung menolak

permintaan peninjauan kembali dengan

menetapkan bahwa putusan yang

dimintakan peninjauan kembali itu

tetap berlaku disertai dasar

pertimbangannya.

b.apabila Mahkamah Agung

membenarkan alasan pemohon,

Mahkamah Agung membatalkan

putusan yang dimintakan peninjauan

kembali itu dan menjatuhkan putusan

yang dapat berupa :

1.putusan bebas;

Page 45: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

31

2. putusan lepas dari segala tuntutan

hukum;

3.putusan tidak dapat menerima

tuntutan penuntut umum;

4.putusan dengan menerapkan

ketentuan pidana yang lebih ringan.

(3) pidana yang dijatuhkan dalam putusan

peninjauan kembali tidak boleh

melebihi pidana yang telah

dijatuhkan dalam putusan semula.

7. Pasal 267 (1) Salinan putusan Mahkamah Agung

tentang Peninjauan kembali eserta berkas

perkaranya dalam waktu tujuh hari

setelah putusan tersebut dijatuhkan,

dikirim kepada Pengadilan yang

melanjutkan permintaan peninjauan

kembali.

(2) ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 243 ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan

ayat (5) berlaku juga bagi putusan

Mahkamah Agung mengenai peninjauan

kembali.

8. Pasal 268 (1) Permintaan peninjauan kembali atas

suatu putusan tidak menangguhkan

maupun menghentikan pelaksanaan dari

putusan tersebut.

(2) Apabila suatu permintaan peninjuan

kembali sudah diterima oleh Mahkamah

Agung dan sementara itu Pemohon

meninggal dunia, mengenai diteruskan

Page 46: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

32

atau tidaknya peninjauan kembali

tersebut diserahkan kepada kehendak

ahli warisnya.

(3) Permintaan peninjauan kemblai atas

suatu putusan hanya dapat dilakukan

satu kali saja.

9. Pasal 269 Ketentuan sebagaimana tersebut pada Pasal

263 sampai dengan Pasal 268 berlaku bahi

acara permintaan peninjauan kemblai

terhadap putusan pengadilan dalam

lingkungan peradilan militer.

4. Tinjauan Tentang Crimina l Procedure Law Of The People’s Republic

Of China No. 64

Criminal Procedure Law Of The People’s Repbulic Of China

adalah hukum acara bagi Negara China yang sampai sekarang ini

masih digunakan. Diadopsi pada Sesi Kedua Kelima Kongres Rakyat

Nasional pada 1 Juli 1979, diresmikan oleh Orde No.6 Ketua Komite

Tetap dari Kongres Rakyat Nasional pada 7 Juli 1979 dan berlaku 1

Januari 1980. Kemudian dilakukan amandemen sesuai dengan

Keputusan untuk Merevisi Undang-Undang Hukum Acara Pidana dari

People's Republic of China yang diadopsi pada Sidang Forth

Kedelapan Kongres Rakyat Nasional pada 17 Maret 1996.

Bab ke V dari bagian ke III undang-undang ini yaitu pasal 203 dan

pasal 204 keduanya mengatur mengenai Prosedur Peninjauan Kembali.

Article 203 :

“A party or his legal representative or his near relative may present a petition to a People's Court or a People's Procuratorate regarding a

Page 47: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

33

legally effective judgment or order, however, execution of the judgment or order shall not be suspended.”

Pasal 203:

(Terpidana atau penasehat hukumnya atau kerabat dekatnya atau

orang yang telah memperoleh putusan pengadilan yang tetap menurut

hukum dapat mengajukan surat permohonan ke Pengadilan Rakyat

atau Jaksa Rakyat meskipun pelaksanaan dari putusan tersebut tidak

dapat ditangguhkan.)

Article 204 :

“If a petition presented by a party or his legal representative or his near relative conforms to any of the following conditions, the People's Court shall retry the case:

(1) There is new evidence to prove that the confirmation of the facts in the original judgment or order is definitely wrong;

(2) The evidence upon which the condemnation was made and punishment meted out is unreliable and insufficient, or the major pieces of evidence for supporting the facts of the case contradict each other;

(3) The application of law in making the original judgment or order is definitely incorrect; or

(4) The judges in trying the case committed acts of embezzlement, bribery, or malpractices for personal gain, or bended the law in making judgment.”

Pasal 204:

( Surat permohonan yang diajukan oleh terpidana atau penasehat

hukumnya atau kerabat dekatnya apabila memenuhi beberapa keadaan,

maka Putusan Pengadilan Negeri dapat diajukan kembali dengan alas

an:

(1). Adanya bukti baru yang menunjukkan bahwa penentuan fakta-

fakta pada putusan atau perintah asli pasti tidak benar;

Page 48: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

34

(2). Bukti bahwa penentuan fakta sehingga putusan dijatuhkan tidak

berkaitan atau tidak cukup atau bagian-bagian pembuktian yang

penting untuk menunjang fakta perkara itu bertentangan satu

sama lain;

(3) Penerapan hukum untuk membuat putusan atau perintah asli

tidak benar;

(4) Hakim dalam memutus perkara melakukan perbuatan

penggelapan atau penyuapan, malpraktik untuk keuntungan

pribadi atau membengkokkan hukum dalam membuat putusan.)

5. Kerangka Pemikiran

Page 49: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

35

Gambar 1.Bagan Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengatur

mengenai adanya upaya hukum , dimana upaya hukum dibagi menjadi dua

yaitu upaya hukum biasa dan upaya hukum Luar biasa. Upaya hukum luar

biasa salah satunya dikenal dengan Peninjauan Kembali yang diatur di

dalam Pasal 263 sampai Pasal 269 KUHAP. Ketentuan Pasal 263 KUHAP

menetapkan syarat-syarat yang memungkinkan pengajuan PK ke

Mahkamah Agung, Sedangkan pihak yang dapat mengajukan PK

PERBANDINGAN

HUKUM

Peninjauan Kembali Procedure For Trial

Supervision

Pasal 263 s/d

Pasal 269

Article 203 &

Article 204

Persamaan dan

Perbedaan

Kelebihan dan Kelemahan

INDONESIA CHINA

KUHAP

CPL RRC NO. 64

Page 50: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

36

sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan Pasal 263 ayat 1 menyatakan

bahwa pihak yang mengajukan peninjauan kembali adalah pihak terpidana

atau ahli warisnya. Adapun alasan-alasan untuk dapat mengajukan

peninjauan kembali adalah sebagai berikut (Pasal 263 ayat (2)

KUHAPidana): 1. Apabila ada "keadaan baru" atau novum; 2. Apabila

dalam berbagai putusan terdapat saling pertentangan; 3. Apabila terdapat

kekhilafan yang nyata dalam putusan.

Negara China juga mengenal adanya Peninjauan Kembali

(Procedure for Trial Supervision), hal ini diatur di dalam Crimina l

Procedure Law Of The People’s Republic Of China No. 64 khususnya di

Bab V pasal 203 dan pasal 204. Dalam pasal 203 menjelaskan bahwa

pihak yang dapat mengajukan adalah Terpidana, penasihat Hukum, Jaksa

atau Procuratorate dan atau kelurga dekatnya. Sementara itu bagi

Republic Negara China yang menganut paham Komunis, lebih menekan

kan pada penerapan hukum yang banyak dikuasai oleh Negara. Segala

kegiatan baik ekonomi, pemerintahan dan politik segalanya dikuasai oleh

Negara demi alas an mensejahterakan rakyatnya. Kebebasan dalam hukum

sangat terbatas di dalamnya, sehingga dalam penjaminan hak-haknya bagi

terdakwa/terpidana sangat kurang. Sangat berbeda dengan negara

Indonesia yang sangat demokratis yang memberikan keleluasaan kepada

warga negara di depan hukum dan diatur bahwa setiap warga negara

memiliki hak yang sama di depan hukum.

Sehingga dari persamaan dan perbedaan di atas maka penulis ingin

mengkaji kedua sistem hukum tersebut, dan kelemahan serta kelebihan

kedua sistem tersebut.

Page 51: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

37

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pe rsamaan dan Perbedaan Mode l Pe ngaturan Asas-Asas Peninjauan

Ke mbali Pe rkara Pidana Menurut KUHAP de ngan Article 203 dan 204

Criminal Procedure Law Of The People’s Republic Of China No.64

1 . Pe ngaturan Siste m Peninjauan Kembali Menurut KUHAP

a. Putusan Pengadilan Yang Dapat Dimintakan Peninjauan Kembali

1). Dapat Diajukan Terhadap Semua Putusan Pengadilan Yang

Memperoleh Kekuatan Hukum Tetap

Terhadap putusan Pengadilan yang telah memeperoleh

kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) peninjauan kembali

dapat dimintakan kepada Mahkamah Agung. Selama putusan

belum mempunyai kekuatan hukum tetap, upaya peninjauan

kembali dapat dipergunakan. Upaya hukum peninjauan kembali

baru terbuka setelah upaya hukum biasa (banding dan kasasi) telah

tertutup. Upaya hukum peninjauan kembali tidak boleh melangkahi

upaya hukum banding dan kasasi. Selama upaya hukum biasa

masih terbuka, upaya hukum biasa itu dulu yang seharusnya di

lalui. Tahap proses upaya hukum peninjauan kembali adalah tahap

proses yang telah melampaui upaya hukum biasa.

2). Dapat Diajukan Terhadap Semua Putusan Pengadilan

Upaya hukum peninjauan kembali dapat diajukan terhadap

semua putusan instansi Pengadilan, dapat diajukan terhadap

putusan Pengadilan Negeri, asalkan putusan instansi tersebut telah

berkekuatan hukum tetap. Demikian juga terhadap putusan dari

Pengadilan Tinggi, dapat diajukan peninjauan kembali apabila

terhadap putusan tersebut sudah tertutup jalan mengajukan

permintaan kasasi. Sebab putusan Pengadilan Tinggi yang

Page 52: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

38

demikian telah melekat sifat putusan yang telah berkekuatan

hukum tetap, sehingga terbuka kemungkinan untuk mengajukna

permintaan peninjauan kembali.

Putusan Mahkamah Agung dapat diajukan upaya

peninjauan kembali setelah putusan berkekuatan hukum tetap.

Berarti setelah putusan diberitahukan secara sah kepada terdakwa,

sejak saat itu melekat sifat Putusan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap, sehingga terbuka jalan untuk mengajukan

peninjuan kembaliterhadap Putusan Mahkamah Agung yang

dimaksud.

3). Kecuali Terhadap Putusan Bebas dan Lepas dari Segala Tuntutan

Hukum

Sekalipun upaya hukum peninjauan kembali dapat diajukna

terhadap semua putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap namun undang-undang sendiri telah menentukan

pengecualian. Pengecualian yang dimaksud adalah bahwa dalam

Pasal 263 ayat (1):

Terhadap putusan Pengadilan yang telah memperoleh hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum , terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan permintaan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung.

Dari Pasal di atas jelas bahwa terhadap Putusan yang bebas

(vrijspraak ) atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum (onslag

rechts vervolging) upaya hukum peninjauan kembali tidak dapat

diajukan. Hal ini memang logis, dikarenakan tujuan dari

peninjauan kembali dimaksudkan sebagai upaya yang memberi

kesempatan kepada terpidana untuk membela kepentingannya, agar

dia terlepas dari pemidanaan yang telah menjerat kepadanya.

Apabila ia telah dibebaskan maka tidak ada lagi alasan atau urgensi

untuk meninjau kembali putusan yang menguntungkan dirinya.

Page 53: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

39

b. Pihak Yang Dapat Mengajukan Permintaan Peninjauan Kembali

Berdasar pada Pasal 263 ayat (1) maka yang berhak mengajukan

peninjuan kembali adalah terpidana atau ahli warisnya. Sehubungan

dengan masalah orang yang berhak mengajukan permintaan

peninjauan kembali, terdapat beberapa penjelasan sebagai berikut:

1). Hak Prioritas antara Terpidana dan Ahli Waris

Menurut M. Yahya Harahap bahwa Undang-undang tidak

menentukan kedudukan prioritas antara terpidana dan ahli waris.

Sekalipun terpidana masih hidup dan menjalani hukuman, ahli

waris dapat langsung mengejukan permintaan peninjauan kembali.

Hak ahli waris untuk mengajukan peninjauan kembali bukan

merupakan ”hak substitusi” melainkan ”hak orisinil” yang dimiliki

oleh ahli waris. Hal ini pun beralasan karena sekalipun terpidana

masih hidup kemungkinan besar ahli waris lebih mampu dapat

leluasa dan berdaya upaya untuk memikirkan dan menangani

pengajuan permintaan peninjauan kembali.

Hak untuk mengajukan peninjauan kembali dapat dilakukan

oleh terpidana maupun oleh ahli warisnya. Hak ahli waris telah

dilekatkan di dalam undang-undang kepada mereka sekalipun

terpidana masih hidup dan bukan merupakan hak yang timbul

sebagai akibat dari kematian terpidana.

2). Ahli Waris Meneruskan Permintaan Terpidana

Jika yang mengajukan PK adalah ahliwarisnya maka harus

dapat membuktikan bahwa yang mengajukan tersebut adalah

ahliwaris terpidana. Sebaiknya hal ini dibuktikan dengan penetapan

pengadilan Negeri. Sebelum mengajukan PK, ahliwaris terlebih

dahulu mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri

Page 54: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

40

setempat untuk memperoleh penetapan pengadilan Negeri. (Leden

Marpaung, 2000:75).

Berdasarkan Pasal 263 ayat (1) KUHAP tersebut, maka

permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh penasehat

hukum tanpa ada kuasa dari terpidana sendiri harus dinyatakan

tidak dapat diterima, karena diajukan oleh orang yang tidak berhak.

Demikian juga permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan

oleh istri terpidana juga harus dinyatakan tidak dapat diterima,

karena sebagai istri belum menjadi ahli waris berhubung terpidana

masih hidup dan tidak mendapat surat kuasa dari terpidana

sehingga belum berhak mengajukan permohonan Peninjauan

Kembali (Hari Sasangka dan Lily Rosita, 2003:298 ).

Permintaan pengajuan peninjauan kembali oleh terpidana

atau ahli waris beserta kedudukannnya telah diterangkan pada poin

pertama di atas. Namun apabila terdapat suatu keadaan dimana

terpidana yang mengajukan peninjauan kembali kemudian sebelum

peninjauan kembali tersebut diputus oleh Mahkamah Agung

terpidana meninggal dunia, menurut Pasal 268 ayat (2) maka hak

untuk meneruskan atau tidakanya peninjauan kembali tersebut

adalah ahli warisnya. Keadaan yang semacam ini kedudukan ahli

waris menduduki ’hak substitusi’ dari terpidana.

Bunyi dari Pasal 268 ayat (2) adalah sebagai berikut :

Apabila suatu permintaan peninjauan kembali sudah diterima oleh Mahkamah Agung dan sementara itu pemohon meninggal dunia, mengenai diteruskan atau tidaknya peninjauan kembali tersebut diserahkan kepada kehendak ahli warisnya.

Ketentuan Pasal 268 ayat (2) di atas maka dapat diringkas

sebagai berikut:

Page 55: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

41

a) Yang mengajukan permintaan peninjauan kembali adalah

terpidana sendiri;

b) Sementara peninjauan kembali sudah diterima Mahkamah

Agung tapi belum diputus, terpidana meninggal dunia;

c) Diteruskan atau tidak permohonan peninjauan kembali

sepenuhnya menjadi hak ahli waris.

Atau terdapat keadaaan lain yaitu sebagai berikut:

a) Terpidana telah meninggal dunia dan permohonan peninjauan

kembali diajukan oleh ahli waris;

b) Sementara itu ahli waris yang mengajukan permohonan

peninjauan kembali meninggal dunia sebelum Mahkamah

Agung memutus;

c) Diteruskan atau tidak permohonan peninjauan kembali

dilanjutkan oleh ahli waris yang meninggal tersebut.

Apabila terpidana meninggal dunia sebelum permohonan peninjaun kembali dikirm ke Mahkamah Agung, ahli waris dapat meneruskan atau tidaknya peninjaun kembali. Dengan demikian, ketentuan Pasal 263 ayat (2) bukan saja berlaku pada taraf permohonan peninjauan kembali berada di Mahkamah Agung, tapi berlaku pada permohonan peninjauan kembali masih berada pada taraf pemeriksaaan di sidang Pengadilan Negeri atau pada taraf permohonan peninjauan kembali belum dikirimkan Pengadilan Negeri ke Mahkamah Agung (M.Yahya Harahap, 2008:618)

3) Permintaan Peninjauan Kembali oleh Kuasa

Berdasar pada ketentuan Pasal 263 ayat (1) apakah

melarang penasihat hukum atau seorang yang dikuasakan terpidana

atau ahli warisnya untuk mengajukan permintaan peninjauan

kembali. Berpegang dari Pasal 263 ayat (1) memang tidak

mengatur mengenai kebolehan pengajuan peninjauan kembali oleh

Page 56: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

42

kuasanya. Ketentuan seperti ini juga dijumpai di dalam Pasal 244

KUHAP, yang mana Pasal tersebut menerangkan bahwa

permohonan kasasi hanya dapat dilakukan oleh Terdakwa yang

bersangkutan tidak dapat dikuasakan kepada penasihat hukum atau

orang lain. Akan tetapi ketentuan pasal ini diperlunak dengan

angka 24 Lampiran Keputusan Menteri Kehakiman No. M. 14-PW.

07 .03 Tahun 1983 tanggal 10 desember 1983. Oleh angka 24

Lampiran tadi yang merupakan tambahan pedoman pelaksanaan

KUHAP, telah memperkenankan kuasa mengajukan permohonan

kasasi. Hal ini dengan syarat pemberian kuasa itu harus dibuat oleh

terdakwa “secara khusus”. Artinya penunjukan kuasa untuk

mengajukan permohonan kasasi harus dibuat terdakwa dalam surat

kuasa yang khusus untuk tujuan permintaan permohonan kasasi.

Permohonan peninjuan kembali dapat juga diajukan oleh

seorang kuasa. Dasar hukumnya diterapkan secara konsisten

pedoman yang terdapat di angka 24 Lampiran Menteri Kehakiman

tersebut. Alasan penerapan pedoman petunjuk yang terdapat dalam

angka 24 ini ke dalam proses permohonan peninjauan kembali,

berdasar pada motivasinya. Motivasi memperbolehkan seorang

kuasa mengajukan permintaan kasasi, tiada lain demi kepentingan

dan perlindungan hak asasi terdakwa. Sehingga dengan motivasi

yang sama, pedoman petunjuk angka 24 dapat juga diterapkan pada

peninjauan kembali demi kepentingan dan perlinndungan hak asasi

terpidana. Dan setiap orang berhak menunjuk penasihat hukum

atau kuasa yang dapat diharapkan membela kepentingan dan

melindungi hak asasi.

c. Alasan Peninjauan Kembali

Hal ini dengan jelas termaktub di dalam pasal 263 ayat (2) yang

berbunyi sebagai berikut :

Page 57: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

43

Permintaan peninjauan kembali dilakukan atas dasar :

1. apabila terapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan.

2. apabila dalam berbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yang telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan satu dengan yang lain.

3. apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyata.

Pasal ini memuat alasan yang dijadikan dasar permintaan peninjauan

kembali yang tertuang dalam ’surat permohonan peninjauan kembali’.

Oleh sebab itu penulis urai satu persatu dari 3 (tiga) keadaan yang

dapat dijadikan dasar pengajuan peninjauan kembali.

1). Apabila terdapat keadaan baru

Alasan pertama yang dijadikan dasar permintaan

peninjauan kembali adalh keadaan baru atau novum. Keadaan baru

yang dapat dijadikan landasan yang mendasari permintaan adalah

keadaan baru yang mempunyai sifat dan kualitas menimbulkan

dugaan kuat:

a) jika seandainya keadaan baru itu diketahui atau ditemukan dan

dikemukakan pada waktu sidang berlangsung, dapat menjadi

faktor dan alasan untuk menjatuhkan putusan bebas atau

putusan lepas dari segala tuntutan hukum, atau

b) keadaan baru itu jika ditemukan dan diketahui pada waktu

sidang berlangsung dapat menjadi alasan dan faktor untuk

menjatuhkan putusan yang menyatakan tuntutan penuntut

umum tidak dapat diterima, atau

Page 58: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

44

c) dapat dijadikan alasan dan faktor untuk menjatuhkan putusan

dengan menerapkan ketentuan pidana yang lebih ringan.

2) Apabila dalam berbagai putusan terdapat saling pertentangan

Alasan kedua yang dapat dipergunakan sebagai dasar

permintaan peninjauan kembali yakni apabila dalam berbagai

putusan terdapat:

a) pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti

b) kemudian pernyataan tentang terbuktinya hal atau keadaan itu

dijadikan sebagai dasar dan alasan putusan dalam suatu perkara

c) akan tetapi dalam putusan perkara lain hal atau keadaan yang

dinyatakan terbukti saling bertentangan antara putusan yang

satu dengan putusan yang lain.

3) Apabila terdapat kekhilafan yang nyata dalam Putusan

Alasan ketiga yang dijadikan dasar mengajukan permintaan

peninjauan kembali apabila dalam putusan terdapat dengan jelas

ataupunterlihat dengan nyata:

a) kekhilafan hakim, atau

b) kekeliruan hakim

Hakim sebagai manusia tidak luput dari kekhilafan dan

kekeliruan. Kekhilafan dan kekeliruan ini dapat terjadi dalam

semua tingkat Pengadilan. Kekhilafan yang dibuat pada tingkat

Pengadilan Negeri dapat diajukan banding, dan kekhilafan di

tingkat pertama dan tingkat banding itu tidak tampak dalam tingkat

kasasi oleh Mahkamah Agung.

Page 59: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

45

d. Asas yang ditentukan dalam Upaya Peninjauan Kembali

1.) Pidana yang dijatuhkan tidak boleh melebihi putusan semula.

Asas tersebut diatur dalam Pasal 266 ayat (3) KUHAP yang

menegaskan bahwa pidana yang dijatuhkan dalam putusan

Peninjauan Kembali tidak boleh melebihi pidana yang telah

dijatuhkan dalam putusan semula. Mahkamah Agung tidak boleh

menjatuhkan putusan yang melebihi putusan pidana semula, yang

diperkenankan adalah menerapkan ketentuan pidana yang lebih

ringan sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 266 ayat (2)

huruf b angka 4 KUHAP.

Asas pidana yang dijatuhkan tidak boleh melebihi putusan

semula ini sejalan dengan tujuan yang terkandung dalam lembaga

upaya Peninjauan Kembali yaitu membuka kesempatan kepada

terpidana untuk membela kepentingannya agar terlepas dari

ketidakbenaran penegakan hukum ( M.Yahya Harahap, 2008:639 ).

2.) Permintaan Peninjauan Kembali tidak menangguhkan pelaksanaan

putusan.

Asas tersebut tidak mutlak menangguhkan maupun

menghentikan pelaksanaan eksekusi. Peninjauan Kembali tidak

merupakan alasan yang menghambat apalagi menghapus

pelaksanaan pelaksanaan putusan sehingga proses permohonan

Peninjauan Kembali dapat berjalan namun pelaksanaan putusan

juga tetap berjalan.

Dalam hal-hal yang eksepsional dapat dilakukan

penangguhan penghentian pelaksanaan putusan sehingga ketentuan

Pasal 268 ayat (1) KUHAP dapat sedikit diperlunak menjadi

permintaan Peninjauan Kembali tidak secara mutlak

menangguhkan maupun menghentikan pelaksanaan putusan.

Anjuran Pasal 268 ayat (1) KUHAP tersebut banyak yang

Page 60: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

46

menyalahgunakan sehingga sikap yang seperti itu dapat

menimbulkan bahaya dan keguncangan dalam pelaksanaan

penegakan hukum, yang dikehendaki dalam pasal tersebut ialah

sikap dan kebijaksanaan yang matang dan beralasan serta

mengkaitkan dengan jenis pidana maupun sifat dan kualitas yang

menjadi landasan permintaan Peninjauan Kembali ( M.Yahya

Harahap, 2008 : 640 ).

3.) Permintaan Peninjauan Kembali hanya dapat dilakukan satu kali.

Pasal 283 ayat (3) KUHAP membenarkan atau

memperkenankan Peninjauan Kembali atas suatu perkara hanya

satu kali saja. Asas ini disebut sebagai asas Nebis In Idem yang

dikemukakan dalam Pasal 76 KUHP, sedang dalam perkara

perdata diatur dalam Pasal 1918 BW.

Asas ini juga berlaku terhadap permintaan Kasasi dan Kasasi

Demi Kepentingan Hukum. Dalam Peninjauan Kembali, asas ini

lebih menyentuh rasa keadilan karena asas ini merupakan suatu

tantangan antara kepastian hukum dengan rasa keadilan dan

dengan berani mengorbankan keadilan dan kebenaran demi

tegaknya kepastian hukum ( M.Yahya Harahap, 2008 : 640 ).

2 . Pe ngaturan Sistem Peninjauan Ke mbali Me nurut Criminal Procedure

Law Of The People Republic Of China No . 64

a. Putusan Pengadilan Yang Dapat Dimintakan Peninjauan Kembali

1.) Dapat Diajukan Terhadap Semua Putusan pengadilan Yang

Telah Memperoleh Kekuatan Hukum Tetap

Di Negara Cina permintaan peninjauan Kembali

disebut juga dengan supervisi atau trial supervision . Diatur

di dalam Article 203 Criminal Procedure Law Of The

Page 61: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

47

People Republic Of China No. 64, yang menyebutkan

bahwa permintaan supervisi hanya dapat diajukan terhadap

putusan yang telah berkekuatan hukum tetap.

Pengertian dari putusan yang berkekuatan tetap

dalam hal ini adalah sama dengan ketika putusan tersebut

sudah tidak ada lagi upaya hukum lagi. Upaya hukum yang

ada di Negara Cina adalah upaya hukum banding dan

supervisi. Sehingga putusan yang bisa diajukan supervisi

adalah putusan yang telah melalui upaya hukum banding

terlebih dahulu.

2.) Dapat Diajukan Terhadap Semua Putusan Pengadilan

Adapun tingkatan Pengadilan di China adalah sebagai

berikut :

Gambar 2: Struktur Organisasi Sistem Peradilan China

Maritime Courts People Military

Courts

Grassroots

People’s Courts

Special People’s

Courts

Railway Transportation Courts

Supreme

People’s Court

Higher People’s

Courts

Intermediate

People’s Courts

Page 62: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

48

Berdasar pada struktur organisasi sistem peradilan

di negara China ini setiap tingkatan People’s Court

memiliki kewenangan mengadili yang berbeda-beda

disesuaikan terhadap jenis kejahatan yang dilakukan. Dan

begitupun berlaku juga bagi Special People’s Court.

Kekhususan yang dimiliki oleh sistem Peradilan

yang ada di Negara Cina adalah dikarenakan suatu perkara

yang masuk pada semua tingkatan peradilan akan mendapat

putusan, dimana putusan ini dapat diajukan banding apabila

para pihak masih merasa belum puas terhadap putusan yang

diberikan oleh Majelis Hakim. Terhadap putusan Banding

hanya dapat diajukan supervisi atau Peninjauan Kembali.

Dan pengadilan yang mengadilinya adalah Pengadilan 2

(dua) tingkat diatas Pengadilan yang menjadi pengadilan

tingkat pertama atau pengadilan tempat pertama kali tindak

pidana tersebut diajukan. Sistem ini lazim disebut dengan

’four levels and two instance of trials’.

Permintaan supervisi tidak selalu diajukan kepada

MAhkamah Agung atau Su preme People Courts. Sehingga

permintaan supervisi bias diajukan pada semua tingkat

People Cou rts.

b. Yang Dapat Mengajukan Permintaan Peninjauan Kembali (Supervisi)

Pihak-pihak Yang dapat mengajukan Peninjauan Kembali

menurut Article 203 Crimina l Procedure Law Of The People Republic

Of China No. 64 adalah :

1.) A Party

Dijelaskan dalam Pasal 82 Crimina l Procedure Law Of The

People Republic Of China adalah berarti korban, jaksa swasta,

Page 63: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

49

kejahatan tersangka, terdakwa atau penggugat atau terdakwa

dari tindakan sipil insidental. A Party atau P ihak dalam hal ini

adalah terpidana, terdakwa maupun tersangka sendiri, yang

akan mengajukan permintaan supervisi.baik dengan lisan

maupun secara tulisan.

2.) Legal Representa tive

Seorang wakil hukum berarti orang tua, orang tua asuh

atau wali dari orang yang sedang mewakili atau perwakilan

dari organ atau organisasi yang bertanggung jawab untuk

melindungi orang.

3.) Near Relatives

Dekat kerabat" berarti suami, istri, ayah, ibu, anak laki-

laki, anak perempuan, dan saudara-saudara yang lahir dari

orangtua yang sama.

c. Alasan Peninjauan Kembali ( Su pervisi)

Berdasar pada Article 204 Crimina l Procedure Law Of The

People Republic Of China No. 64 ditentukan bahwa perkara dapat

disidang kembali dengan 4 (empat) alasan, yakni sebagai berikut :

a. Terdapat bukti baru yang menunjukkan bahwa penentuan

fakta-fakta pada putusan atau perintah asli pasti tidak benar.

Bukti baru atau yang sering disebut no vum ini apabila

telah ditemukan pada saat sidang berlangsung maka putusan

atau perintah asli tersebut akan berlainan dengan putusan atau

perintah yang telah dijatuhkan.

Page 64: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

50

b. Bukti bahwa penentuan fakta sehingga putusan dijatuhkan

tidak berkaitan atau tidak cukup atau bagian-bagian

pembuktian yang penting untuk menunjang fakta perkara itu

bertentangan satu dengan yang lain.

Fakta-fakta yang dibuktikan di dalam persidangan tidak

sesuai atau tidak mampu untuk membuktikan bahwa terdakwa

terbukti melakukan tindak pidana yang telah didakwakan

terhadapnya. Atau keadaan yang terjadi adalah fakta dalam

persidangan saling bertentangan satu dengan yang lain .

c. Penerapan hukum untuk membuat putusan atau perintah pasti

tidak benar

Penerapan hukum yang dimaksud dalam hal ini adalah

bahwa hakim telah salah dalam menggunakan atau

menerapkan pasal dalam membuat putusan. Atau Procurates

atau Jaksa telah salah dalam menggunakan atau menerapkan

Pasal dalam membuat dakwaannya sehingga hal ini juga

berdampak dan berlanjut dalam hal pembuatan putusan oleh

Hakim terhadap perkara yang didakwakan.

d. Hakim dalam memutus perkara melakukan perbuatan

penggelapan atau penyuapan, malpraktik untuk keuntungan

pribadi atau membengkokkan hukum dalam membuat putusan.

Dalam hal ini untuk membuktikan diperlukan data-data

yang cukup, dimana data yang diperoleh berada di luar materi

atau konteks perkara terpidana. Data-data yang dapat

dijadikan bukti bahwa Hakim telah berbuat penggelapan,

penyuapan, malpraktik dan membengkokkan hukum adalah

tidak mudah untuk mendapatkannya. Sehingga untuk

mendapatkan bukti ini bagi para pihak yang mengajukan

supervisi butuh data yang absolut dan susah dijangkau atau

Page 65: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

51

diperoleh. Dan hal ini berkaitan pula terhadap kode etik

Hakim.

d. Asas Yang Ditentukan Dalam Upaya Peninjauan Kembali ( Sup ervisi)

Satu-satunya asas yang ada di dalam supervisi adalah bahwa

pengajuan supervisi tidak dapat menangguhkan putusan atau tidak

dapat menunda pelaksanaan putusan atau perintah. Hal ini di atur

denagn jelas di Article 203 Crimina l Procedure Law Of The People

Republic Of China No. 64.

3. Pe rsamaan dan Perbe daan

Dengan memperbandingkan antara Peninjauan Kembali dan

Su pervisi seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik suatu

pembahasan yang menjelaskan mengenai persamaan dan perbedaan di

antara keduanya. Agar lebih mempermudah dalam pembahasan, maka

sebelumnya akan dipaparkan terlebih dahulu persamaan dan perbedaan

antara keduanya dalam format yang berbentuk tabel sebagai berikut :

a. Persamaan :

Tab el 2. Persamaan Peninjauan Kembali dan Sup ervisi

No. Keterangan Peninjauan Kembali

(KUHAP)

Supervisi (CPL of The People’s Republic Of China)

1. Putusan

yang

diajukan

Terhadap semua putusan

yang berkekuatan hukum

tetap ( inkracht van gewisjde)

Putusan yang berkekuatan

hukum tetap ( inkracht van

gewisjde) yang telah melewati

upaya hukum banding.

2. Para P ihak

Yang

- Terpidana

- Ahli waris

- Terpidana

- Kerabat Dekatnya

Page 66: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

52

Mengajukan - Penasihat Hukumnya - Penasihat hukumnya atau

Legal Representative

3. Alasan

Peninjauan

Kembali

a. apabila terapat keadaan

baru yang menimbulkan

dugaan kuat, bahwa jika

keadaan itu sudah

diketahui pada waktu

sidang masih berlangsung,

hasilnya akan berupa

putusan bebas atau

putusan lepas dari segala

tuntutan hukum atau

tuntutan penuntut umum

tidak dapat diterima atau

terhadap perkara itu

diterapkan ketentuan

pidana yang lebih ringan.

b. apabila dalam berbagai

putusan terdapat

pernyataan bahwa sesuatu

telah terbukti, akan tetapi

hal atau keadaan sebagai

dasar dan alasan putusan

yang telah terbukti itu,

ternyata telah

bertentangan satu dengan

yang lain.

c. apabila putusan itu dengan

jelas memperlihatkan

a. Terdapat bukti baru yang

menunjukkan bahwa

penentuan fakta-fakta pada

putusan atau perintah asli

pasti tidak benar.

b. Bukti bahwa penentuan

fakta sehingga putusan

dijatuhkan tidak berkaitan

atau tidak cukup atau

bagian-bagian pembuktian

yang penting untuk

menunjang fakta perkara

itu bertentangan satu

dengan yang lain.

c. Penerapan hukum untuk

membuat putusan atau

perintah pasti tidak benar

Page 67: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

53

b. Perbedaan :

Tabel 3 . Perbedaan Peninjaua n Kembali dan Supervisi

No. Keterangan Peninjauan Kembali (KUHAP)

Sup ervisi (CPL of The People’s Repub lic Of China )

1. Alasan

peninjauan

kembali

a. apabila terapat keadaan baru

yang menimbulkan dugaan

kuat, bahwa jika keadaan itu

sudah diketahui pada waktu

sidang masih berlangsung,

hasilnya akan berupa

a. Terdapat bukti baru yang

menunjukkan bahwa

penentuan fakta-fakta

pada putusan atau

perintah asli pasti tidak

benar.

suatu kekhilafan hakim

atau kekeliruan yang

nyata.

4. Asas

Peninjauan

Kembali

a. Putusan yang

dijatuhka tidak boleh

melebihi putusan

semula

b. Permintaan

peninjauan kembali

tidak menangguhkan

putusan semula

c. Permintaan

peninjauan kembali

hanya bisa dilakukan

satu kali

Permintaan supervisi tidak

menangguhkan pelaksanaan

putusan.

Page 68: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

54

putusan bebas atau putusan

lepas dari segala tuntutan

hukum atau tuntutan

penuntut umum tidak dapat

diterima atau terhadap

perkara itu diterapkan

ketentuan pidana yang lebih

ringan.

b. apabila dalam berbagai

putusan terdapat pernyataan

bahwa sesuatu telah

terbukti, akan tetapi hal atau

keadaan sebagai dasar dan

alasan putusan yang telah

terbukti itu, ternyata telah

bertentangan satu dengan

yang lain.

c. apabila putusan itu dengan

jelas memperlihatkan suatu

kekhilafan hakim atau

kekeliruan yang nyata.

b. Bukti bahwa penentuan

fakta sehingga putusan

dijatuhkan tidak

berkaitan atau tidak

cukup atau bagian-bagian

pembuktian yang penting

untuk menunjang fakta

perkara itu bertentangan

satu dengan yang lain.

c. Penerapan hukum untuk

membuat putusan atau

perintah pasti tidak benar

d. Hakim dalam memutus

perkara melakukan

perbuatan penggelapan

atau penyuapan,

malpraktik untuk

keuntungan pribadi atau

membengkokkan hukum

dalam membuat putusan.

2. Tempat

pengajuan

Diajukan Ke Mahkamah Agung People’s Court, People’s

Procuratorates atau

Supreme People’s Court

3 Sistem

Hukum

Civil Law Civil Law dengan

Karakteristik China

4 Putusan

yang

Terhadap semua putusan yang

berkekuatan hukum tetap (

Putusan yang berkekuatan

hukum tetap ( ink racht van

Page 69: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

55

diajukan ink racht van gewisjde) kecuali

putusan bebas atau lepas dari

segala tuntutan hukum (pasal

263 ayat (1) )

gewisjde) yang telah

melewati upaya hukum

banding. (Article 203)

5 Waktu

putusan

Tidak ada batasan untuk

memberi putusan

3 (tiga) bulan sejak perkara

disidangkan dan selambat-

lambatnya 6 (enam) bulan.

Yang mengadili People

Court dibawahnya maka

putusan harus dibuat

minimal 1 (satu ) bulan

sejak perkara diterima.

4. Pe mbahasan :

Persamaan dan Pe rbedaan Pe ninjauan Kembali dan Supervisi

Setiap negara memiliki aturan untuk mengatur warga negaranya.

Hal ini membuat setiap negara mengacu dan berpedoman kepada hukum

sebagai salah satu penyelesaian tingkat akhir untuk memecahkan dan

memberikan solusi terhadap setiap perkara atau permasalahan. Setiap

negara selalu berusaha untuk memberikan rasa keadilan dan perlindungan

terhadap warga negaranya, begitupun bagi Indonesia dan Cina. Oleh sebab

itu, meskipun negara melalui alat negaranya dalam hal ini adalah Hakim

telah memberikan putusan terhadap suatu perkara maka terhadap para

pihak yang masih merasa belum puas diberikan hak untuk mengajukan

upaya hukum.

Indonesia mengatur dalam KUHAP adanya upaya hukum yang

bertingkat yaitu banding, kasasi, kasasi demi kepentingan hukum dan

peninjauan kembali. Sementara Cina dalam Crimina l Procedure Law Of

The People Republic Of China hanya memiliki dua upaya hukum yaitu

Page 70: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

56

banding dan Supervisi. Su pervisi di Cina adalah sama dengan Peninjauan

kembali di Indonesia yang keduanya diajukan untuk merevisi putusan

pengadilan sebelumnya yang diajukan oleh terpidana, ahli waris maupun

melalui penasihat hukumnya.

Masalah pengaturan waktu atau lamanya penjatuhan putusan

peninjauan kembali di

Dilihat dari table di atas maka, terlihat dengan jelas bahwa

terdapat persamaan dan perbedaan antar peninjuan kembali dan supervisi.

Persamaan diantara keduanya adalah mengenai para pihak yang

mengajukan yaitu terpidana, ahli waris atau kerabat dekat dan penasihat

hukumnya. Hal ini di anggap logis dikarenakan yang akan mencari

keadilan adalah terpidana beserta keluarganya dan atau diwakili oleh

penasihat hukumnya.

Mengenai putusan yang dapat diajukan dalam peninjauan kembali

maupun supervisi adalah sama yaitu putusan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap. Hanya saja perbedaannya adalah putusan bagi

pengajuan peninjauan kembali seperti yang diatur dalam Pasal 263 ayat (1)

adalah kecuali bagi putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum.

Hal ini tidak diperbolehkan bagi pengajuan peninjauan kembali.

Sementara bagi Supervisi tidak mengatur demikian. Putusan yang telah

berkekuatan hukum tetap dalam hal ini adalah putusan dari semua

Pengadilan yang sudah tertutup kemungkinan untuk melakukan upaya

hukum lagi. Jadi bisa dikatakan bahwa peninjauan kembali maupun

supervisi adalah sama-sama upaya hukum terakhir.

Alasan pengajuan peninjauan kembali maupun supervisi

diantaranya terdapat beberapa kesamaan, antara lain mengenai :

a. Adanya bukti baru atau yang lebih sering disebut dengan Novum

b. Terdapat putusan yang saling bertentangan satu dengan yang lain

c. Terdapat kekhilafan atau kekeliruan yang nyata oleh Hakim

Dan di Cina masih di tambah dengan satu persyaratan lagi yaitu

Page 71: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

57

‘Hakim dalam memutus perkara melakukan perbuatan penggelapan atau

penyuapan, malpraktik untuk memperoleh keuntungan pribadi atau

membengkokkan hukum dalam membuat putusan’. Syarat ini terbilang

susah untuk dibuktikan ataupun ditempuh sebagi salah satu syarat karena

pembuktiannya tidak mudah.

Perbedaan yang lain adalah mengenai tempat pengajuan nya.

Indonesia pengajuan peninjauan kembali hanya bisa ditujukan kepada

Mahkamah Agung meskipun pendaftaran melalui Pengadilan Negeri

masing-masing tempat pertama kali pertama perkara tersebut disidang.

Sup ervisi bisa diajukan baik ke People’s Court sesuai tingkatan perkara

yang diajukan, People Procuratorates maupun Su preme People Court. Hal

ini dikarenakan sistem peradilan Cina yang menganut sistem fou r levels

and two instance of trials, dimana Pengadilan tingkat pertama putusannya

dapat diajukan banding, dan putusan banding ini diajukan kepada

pengadilan yang diatasnya. Selain itu para pihak juga dapat mengajukan

permohonan ke People Procuratora tes bahkan People Procurates dapat

mengajukan protes kepada People Cou rt pada tingkat yang sama terhadap

putusan.

Mengenai sistem hukum antar Indonesia dan Cina menganut sistem

hukum yang sama yaitu sistem hukum civil law . Hal ini ditandai dengan

adanya kodifikasi terhadap peraturan-peraturan yang digunakan, dan

kesaamaan yang lain yaitu mengenai pemakain yurisprudensi dalam

mengembangkan hukum. Namun dikarenakan Cina adalah negara yang

masih hidup dengan sistem komunis, maka hal ini secara tidak langsung

juga berpengaruh terhadap sistem hukum yang dianutnya. Sehingga Cina

menganut sistem hukum civil law dengan karakteristik Cina. Karakteristik

disini yang dimaksud adalah seperti

a. kurangnya penghormatan terhadap kekayaan intelektual individu,

karena kekayaan intelektual adalah milik negara.

Page 72: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

58

b. Warga negara dilarang memiliki hak milik terhadap suatu lahan,

dikarenakan lahan adalah milik negara dan warga negara hanya

memiliki hak sewa atau pun hak guna bangunan.

c. keragaman pandangan politik secara langsung dilarang atau dihukum

oleh undang-undang.

Lamanya penjatuhan putusan peninjauna kembali di Indonesia

menjadi permasalahan tersendiri dikarenakan menumpuknya pengajuan

permintaan peninjauan kembali di Mahkamah Agung. Namun hal itu tidak

berlaku bagi negara China karena Supervisi Cina terdapat waktu yang jelas

untuk rule of play bagi Su pervisi. Karena sesuai dengan prosedur

pengadilan supervisi, harus menyelesaikan persidangannya dalam waktu 3

(tiga) bulan sejak hari dia mengambil keputusan untuk melimpahkan

perkara untuk diadili sendiri atau putusan diambil untuk menyidangkan

perkara itu. Jika perlu menambah jangka waktu lamanya tidak boleh lebih

dari 6 (enam) bulan (Jur Andi Hamzah, 2008:310).

B. Ke le bihan Dan Kekurangan Asas-Asas Peninjauan Ke mbali Pe rkara

Pidana Menurut KUHAP Dengan Article 203 Dan 204 Criminal Procedure

Law Of The People’s Republic Of China No .64

Berdasarkan pada perbandingan antara Peninjauan Kembali dan

Supervisi sebagaimana telah diuraikan pada point sebelumnya, maka dapat

dijelaskan suatu pembahasan mengenai kelebihan dan kekurangan keduanya,

antara lain sebagai berikut :

1. Pengaturan Peninjauan Kembali menurut KUHAP

a. Kelebihan Sistem Peninjauan Kembali

Dilihat dari sejarah lahirnya peninjuan kembali dimana terjadi

kasus sengkon dan karta seperti yang sudah diuraikan di latar belakang

masalah. Sengkon dan Karta adalah terdakwa dalam kasus

pembunuhan namun ternyata di kemudian hari terdapat pelaku yang

lain yang ternyata mengaku melakukan pembunuhan tersebut dan

bukti-bukti mendukung kebenaran bahwa pembunuh adalah Gunel dkk

Page 73: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

59

bukan Sengkon dan Karta. Sehingga dengan Putusan Mahkamah

Agung tanggal 24 Januari 1981 Sengkon dan Karta dibebaskan.

Dari sejarahnya terlihat bahwa peninjauan kembali di

KUHAP memang dibuat dan disediakan bagi terpidana maupun

keluarga atau ahli warisnya dan atau bisa di wakili oleh penasihat

hukumnya. Hal ini oleh beberapa ahli dianggap sebagai alasan yang

logis, karena berdasar pada syarat mengajukan peninjauan kembali

untuk meluruskan kembali hukum yang telah salah diterapkan oleh

Hakim atau terdapat kekeliruan maupun kekhilafan yang nyata oleh

Hakim selain adanya novum dan putusan yang saling bertentangan.

Peninjauan kembali adalah tempat terakhir bagi terpidana untuk

mencari keadilan.

Berdasar uraian di atas terlihat dengan jelas bahwa KUHAP

memberikan kesempatan dan keleluasaan bagi terpidana untuk bisa

mendapatkan keadilan dari hukum yang telah salah diterapkan oleh

Hakim. Selain itu KUHAP memberikan perlindungan yang jelas bagi

terpidana untuk memperoleh hak-haknya, sekalipun terpidana sudah

meninggal dunia pun masih diberikan hak bagi ahli waris untuk

melanjutkan permintaan peninjauan kembali yang diajukan oleh

terpidana. Meskipun seperti yang terurai di atas bahwa hak ahli waris

untuk mengajukan peninjauan kembali adalah bukan hak substitusi

melainkan hak orisinil dari undang-undang yang jelas, undang-undang

dalam hal ini yang dimaksud adalah KUHAP. KUHAP memberikan

hak kepada ahli waris terpidana untuk mengajukan permintaan

peninjauan kembali, meskipun hal ini terkesan hanya sebagai

pengembalian atau pemulihan atau rehabilitasi nama baik terpidana.

b. Kelemahan Sistem Peninjauan Kembali

Mengenai kelemahan sistem peninjauan kembali dalam

KUHAP, akhir-akhir ini sering menjadi perbincangan di dalam

masyarakat kita. Hal ini dikarenakan adanya Kasus Muktar Pakpahan,

Page 74: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

60

Memorial Gandhi School serta kasus yang terakhir adalah KAsus

pembunuhan aktivis HAM Munir yaitu terpidana Pollycarpus Budihari

Priyanto. Kasus-kasus tersebut adalah merupakan beberapa kasus yang

mana seorang Jaksa telah mengajukan peninjauan kembali ke

Mahkamah Agung, dan diterima. Hal ini menjadi Conflict Law dalam

ranah ilmu hukum. Ketidakjelasan pengaturan mengenai kewenangan

Jaksa mengajukan Peninjauan kembali menjadikan kesimpang siuran

dalam ilmu hukum

Secara eksplisit memang KUHAP tidak mengatur bahwa

seorang Jaksa diperbolehkan untuk mengajukan peninjauan kembali.

Namun beberapa pakar salah satunya adalah Paustinus Siburian,

SH.,M.H yang menyatakan bahwa kewenangan Jaksa mengajukan

permintaan peninjauan kembali diatur secara implicit dalam Pasal 263

ayat (3). Karena dari Pasal ini menjelaskan bahwa perbuatan yang

didakwakan terbukti namun tidak diikuti oleh adanya suatu

pemidanaan. Dan untuk hal ini tidak mungkin seorang terpidana,ahli

waris dan atau penasihat hukum mengajukan peninjauan kembali

terhadap putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum sehingga

yang mengajukan peninjauan kembali adalah

Jaksa(http://www.ipaust.co.id/tinjau.pdf >{29 april 2010 09.37 WIB}).

Selain itu terdapat kelemahan lain dari peninjauan kembali di

KUHAP adalah mengenai pengajuan permintaan peninjauan kembali

ditujukan ke Mahkamah Agung. Hal ini dianggap hal yang lumrah atau

biasa karena sistem peradilan Indonesia yang bertingkat, dan

mengingat bahwa peninjauan kembali adalah upaya hukum terakhir.

Namun hal ini pun berdampak negatif terhadap peninjauan kembali itu

sendiri, karena hal ini memberikan kerugian baik oleh pihak yang

mengajukan peninjauan kembali maupun oleh Mahkamah Agung.

Pihak yang mengajukan peninjauan kembali berada dalam keadaan

yang tidak pasti, karena pemberian putusan oleh Mahkamah Agung

Page 75: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

61

menjadi sangat lama dan dalam waktu yang tidak menentu sementara

permintaan pengajuan peninjauan kembali tidak dapat menangguhkan

atau menunda pelaksanaan putusan. Lamanya pemberian putusan oleh

Mahkamah Agung juga dapat dikatakan logis atau masuk akal karena

terdapat penumpukan berkas perkara yang diajukan ke Mahkamah

Agung kususnya mengenai pengajuan permintaan peninajauan

kembali.

2. Pengaturan Supervisi Menurut Crimina l Procedure Law Of The People’s

Republic Of China No.64

a. Kelebihan Sistem Su pervisi

Mengingat bahwa sistem peradilan di Cina yang menganut asas

‘four levels an d two instance of trials’ maka peradilan di Cina lebih

cepat, efektif dan efisien dikarenakan tidak lagi terjadi penumpukan

perkara pada satu tingkat People Courts tertentu maupun di Supreme

People Cou rts. Dikatakan lebih cepat dikarenakan terdapat pembagian

yang jelas pada setiap tingkat People Court’s untuk mengadili perkara

sesuai dengan kewenangan yang ada.

Perkara yang diadili oleh People Courts sesuai dengan prosedur

pengadilan Supervisi, harus menyelesaikan persidangan dalam kurun

waktu 3 (tiga) bulan sejak pihak yang mengajukan mengambil

keputusan untuk melimpahkan perkara untuk diadili sendiri. Jika perlu

menambah waktu maksimal lamanya adalah 6 (enam) bulan. Dan

apabila People Courts diatasnya menunjuk kepada People Courts

dibawahnya untuk menyidangkan perkara tersebut maka perkara

tersebut harus diputus dalam kurun waktu 1 (satu) bulan sejak protes

diterima (Jur Andi Hamzah, 2008: 309).

People Cou rts di Cina memiliki daerah kewenangan dan juga

kewenangan mengadili yang berbeda-beda pada setiap tingkatan. Cina

hanya mengenal upaya hukum banding dan Su pervisi atau peninjauan

Page 76: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

62

kembali. Jadi ketika suatu perkara masuk pada suatu tingkat

Pengadilan maka terhadap putusan Pengadilan tersebut diperbolehkan

atau diberikan hak untuk mengajukan banding, dan dari putusan

banding tersebut kepada terpidana, kerabat dekat dan atau penasihat

hukumnya untuk mengajukan peninjauan kembali atau Supervisi

kepada Pengadilan di atasnya. Jika pengadilan diatasnya ini telah

mencapai Supreme Courts maka perkara tersebut memang baru masuk

menjadi kewenangan Supreme Cou rts untuk menanganinya. Bahkan di

Cina pengadilan rakyat yang lebih tinggi diberi hak untuk

memerintahkan kepada Pengadilan di bawahnya untuk membuka

kembali perkara yang diajukan Supervisi sesuai dengan Pengadilan

supervisi.

Satu-satunya Negara yang mengatur dlaam sistem hukumnya

memperbolehkan Jaksa mengajukan Peninjauan Kembali adalah Cina.

Hal ini di atur dalam Article 203 Crimina l Procedure Law Of The

People’s Republic Of China No.64. karena Negara ini menganut sistem

komunis maka sistem hukumnya pun juga berkarakteristik komunis

yang mana yang berkuasa adalah partai pemegang pemerintahan. Dan

pemerintah adalah pemegang otoritas tertinggi. Ketika Jaksa atau

People Procuratorates menemukan beberapa kekeliruan pasti pada

suatu putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dari

People Cou rts yang lebih rendah dapat mengajukan protes ke People

Courts pada tingkat yang sama terhadap putusan sesuai dengan

prosedur pemeriksaan supervisi. Setelah itu People Courts akan

membentuk Majelis Kolegial atau Collegial Panels untuk mengadili

kembali (Jur Andi Hamzah, 2008: 309).

b. Kelemahan Sistem Sup ervisi

Mengingat bahwa Cina sebagai Negara komunis maka

kebebasan terhadap terdakwa atau terpidana sangat susah didapat.

Karena seperti layaknya Negara komunis kediktatoran melekat kuat

Page 77: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

63

dalam sistem ini. Partai yang menang itulah partai yang berkuasa dan

juga pemegang pemerintahan sehingga secara tidak langsung otoritas

tertinggi berada di tangan mereka.

Di negara ini People Procuratorates diperbolehkan untuk

mengajukan supervisi. Hal ini telah menjadi salah satu kerugian bagi

terdakwa atau terpidana. Karena terpidana harus tetap berhadapan

dengan pihak yang lebih kuat.

Selain itu salah satu alasan atau syarat mengajukan supervisi

adalah mengenai keadaan bahwa Hakim yang mengadili perkara telah

melakukan penggelapan, penyuapan, atau malpraktik sehingga telah

membengkokkan hukum meskipun ini menjadi salah satu kelengkapan

dalam pengajuan supervisi, tapi syarat ini terbilang susah sekali untuk

dibuktikan oleh pihak terpidana. Karena terpidana harus mampu untuk

membuktikan bahwa Hakim yang mengadili perkaranya telah berbuat

curang dalam pemberian putusan.

Page 78: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

64

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

1. Persamaan Dan Perbe daan Mode l Pengaturan Asas-Asas Peninjauan

Kembali Perkara Pidana Menurut Kuhap Dengan Article 203 Dan 204

Criminal Procedure Law Of The People’s Republic Of China No.64

Persamaan antara pengaturan asas-asas peninjauan kembali perkara

pidana menurut KUHAP dan Criminal Procedure Law Of The People’s

Republic Of China No.64 adalah yang pertama peninjauan kembali

maupun supervisi sama-sama diajukan terhadap putusan pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap (ink racht van gewijsde). Kedua

para pihak yang mengajukan adalah terpidana, kerabat dekat atau ahli

waris dan juga penasihat hukumnya. Ketiga, alas an pengajuan peninjauan

kembali atau Su pervisi adalah adanya novum atau bukti baru, adanya

pertentangan antar putusan satu dengan yang lain dan terdapat kekhilafan

atau kekeliruan yang nyata dalam putusan. Kee mpat, bahwa pengajuan

peninjauan kembali atau Supervisi sama-sama tidak dapat menunda atau

menangguhkan pelaksanaan putusan atau perintah.

Perbedaan antara pengaturan asas-asas peninjauan kembali perkara

pidana menurut KUHAP dan Criminal Procedure Law Of The People’s

Republic Of China No.64 adalah yang pe rtama alas an Su pervisi selain

ketiga alas an diatas masih ditambah satu alasan yaitu Hakim dalam

memutus perkara melakukan perbuatan penggelapan atau penyuapan,

malpraktik untuk keuntungan pribadi atau membengkokkan hukum dalam

membuat putusan. Kedua, Supervisi diajukan ke People’s Court,

People’s Procuratorates atau Supreme People’s Cou rts sementara

peninjauan kembali diajukan ke Mahkamah Agung. Ketiga, Sistem hukum

Cina yang menganut sistem Civil Law karena segala aspek hukumnya

terkodifikasi dengan cukup baik namun masih diiringi dengan karakteristik

China sebagai Negara sosialis komunis. Ke empat, peninjauan kembali

Page 79: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

65

terdapat pengecualian bagi putusan yang berkekuatan hukum tetap yaitu

putusan yang memuat putusan bebas dan putusan lepas dari segala

tuntutan hukum tidak diperbolehkan untuk diajukan peninjauan kembali.

Kelima, Supervisi dalam memberikan putusan diatur dan ditentukan 3

(tiga) bulan sejak perkara disidangkan dan selambat-lambatnya 6 (enam)

bulan dan jika yang mengadili People Court dibawahnya maka putusan

harus dibuat minimal 1 (satu ) bulan sejak perkara diterima.

2. Kelebihan Dan Kekurangan Asas-Asas Pe ninjauan Ke mbali Pe rkara

Pidana Menurut Kuhap Dengan Article 203 Dan 204 Criminal

Procedure Law Of The People’s Republic Of China No .64

Kelebihan dari peninjauan kembali perkara pidana menurut

KUHAP adalah KUHAP memberikan perlindungan terhadap terdakwa.

Hal ini dikarenakan terlihat dari sejarah lahirnya peninjauan kembali itu

sendiri hingga pengaturannya di dalam KUHAP. Yaitu melalui perkara

Sengkon dan Karta.

Kelemahan dari peninjauan kembali menurut KUHAP adalah tidak

adanya pengaturan yang jelas mengenai kewenangan Jaksa mengajukan

peninjauan kembali, apabila memang dalam perkembangan hukum hal ini

diperlukan untuk menjaga eksistensi KUHAP sendiri sebagai sumber

hukum formil dalam penegakan hukum kususnya hukum pidana di

Indonesia. Selain itu dikarenakan pengajuan permintaan peninjauan

kembali hanya dilakukan ke Mahkamah Agung menyebabkan terjadi

penumpukan terhadap perkara di Mahkamah Agung dan putusan yang

dinantikan oleh pemohon yang lama karena tidak ada batas waktu

pemberian putusan.

Kelebihan dari Su pervisi menurut Crimina l Procedure Law Of The

People’s Republic Of China No.64 adalah lebih cepat, efektif dan efisien

dan tidak terjadi penumpukan pada suatu tingkat People Court

tertentu.Karena sistem peradilan di Cina yang menganut sistem four levels

and two instance of trials.

Page 80: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

66

Kelemahan dari Su pervisi menurut Crimina l Procedure Law Of

The People’s Repub lic Of China No.64 adalah kurangnya memberikan

perlindungan terhadap terpidana karena kurangnya keleluasaan bagi

terpidana untuk memperoleh haknya, selain itu syarat yang keempat untuk

mengajukan Supervisi lebih sulit untuk dibuktikan bagi terpidana.

B. Saran

1. Sebaiknya KUHAP memberikan penentuan yang jelas mengenai

keberadaan kewenangan Jaksa dalam mengajukan peninjauan kembali,

dimana dalam hal ini berkaitan dengan Pasal 263 KUHAP, sehingga

peraturan secaa eksplisit mengenai kewenangan tersebut dapat

dijadikan pedoman untuk memenhi kebenaran formil dalam perkara

pidana.

2. Untuk memberikan kepastian hukum bagi terpidana maka diberikan

jangka waktu untuk pemberian putusan terhadap pengajuan peninjauan

kembali, dan hal ini diatur secara jelas dalam KUHAP sehingga

rujukan yang dipakai telah jelas dan lengkap.

Page 81: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Santoso. 2010. Criminal Procedure Law Of The People’s Repub lic Of China No. 64.

www.bbgstoso.gmail.com [ 25 Februari 2010 pukul 08.19]

Damar Swarno Dwipo. 2009. Peninjauan Kembali, Keadialn Untuk Siapa? http://www.mediaindonesia.com/read/2009/08/20/91317/68/11/Peninjaua

n-Kembali-PK-Keadilan-untuk-Siapa [ 27 Februari 2010 pukul 10.03] Hari Sasangka dan Lily Rosita. 2003. Komentar KUHAP. Bandung : Mandar

Maju. I. Tajuddin. 2009. Peninjauan Kembali (PK) Yang Diajukan Oleh Jaksa Penuntut

Umum Dalam Kasus Po llycarpus Budihariyanto http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/2009/11/pk_pollycarpus.pdf [ 27 februari 2010 pukul 10.09]

Johnny Ibrahim. 2008. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif.

Malang: Bayu Media Publishing.

Jur Andi Hamzah. 2008. Huk um Acara Pidana Indonesia . Jakarta: Sinar Grafika.

. 2009. Perband ingan Huk um Pidana Beberapa Negara. Jakarta: Sinar Grafika.

Leden Marpaung. 2000. Perumusan Memori Kasasi dan Peninjauan Kembali Perk ara Pidana . Jakarta :Sinar Grafika.

Mangasa Sidabutar. 1999. Hak Terdakwa Terpidana Penuntut Umum Menempuh

Upaya Huk um. Jakarta: Raja Grafindo Persada M.Yahya Harahap.2002. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP.

Jakarta : Sinar Grafika. Paustinus Siburian. 2009. Hak Jaksa Mengajuk an PK dan Batasann ya http://www.ipaust.co.id/tinjau.pdf [ 29 April 2010 pukul 07.10] Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1980. Peter Mahmud. 2006. Penelitian Hu kum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Retno Kustiati. 2009. PK Kon troversial, Antara Kepastian Huk um dan Keadilan

Vol 3 No.2

Page 82: STUDI KOMPARASI HUKUM MODEL PENGATURAN ASAS-ASAS .../Studi...ii ARTICLE 203 dan 204 CRIMINAL PROCEDURE LAW OF THE PEOPLE’S REPUBLIC OF CHINA NO. 64 Oleh Atrya Yusnidhar NIM. E0006088

http://jurnalnasional.com/show/kolom?be rita=97 725&page=47&pagecomment=1&rmt=false&rubrik=Sikap [27 februari 2010 pukul 10.20]

Romli Atmasasmita. 2000. Perbandinga n Hukum Pidana. Bandung: Mandar

Maju.

Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung

Wahyu Wiriadinata. 2008. Peninjauan Kembali Oleh Jaksa Penuntut Umum. Bandung: Java Publishing

Winterton. 1975. The American Journal Of Comparative Law. Vol 23