Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI KUALITAS HADIS TENTANG LALAT
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S. Ag.)
Oleh
Yunita Kartika Sari
NIM: 1113034000155
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1439 H/2017 M
ng
aga, MA
STUDI KUALITAS HADIS LALAT
SkripsiDiajukan untuk memenuhi Persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S. Ag.)
OlehYunita Kartika SariNllvf: 1113034000155
Pembimbi
~~Hasanuddin Sin
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR' AN DAN TAFSIRFAKULTASUSHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA 1439 H/2017 M
i
tI0z reqop{o s '}3}ndr3
'uw>Vt ttallnl".{eprHJIrBdS NIn Ip DtBIreq Eue.( rsluas ?uruaueurplpasJaq u.(es e4eur 'ure1 Eue.ro B,ftq IJep uB{BIdr[ ueledruetu ne]Be,(es rlsu e,ftB{ Ilseq ue{nq Tul Bf,re{ e&\qBq IDFqre} ustl uulpnule{lp ertlf 'E
'euerIef qelnre,{eplH
JI&fS NIO Ip nrlulreq Eue,( uuruuale{ uu8uap Isnses uu)fun1rucefes qulel 1uI uestlnued tuul"p neletm8 edss Euz.{ requrns
"nuas 'Z
'€ue>tuf qe1p1e.(eptg
J1reds NIn Ip I ule4s .ru1a8 qeloredureul uslure,(sred nlus t{utesrqnueulow {nlm uB{nfBIp Eued afus gse e.{rq pseq rm>pdn-reu 1ul Isdpls 'l
:B/rlgBq uurlgle{uem e{€f tm uE8ueo
NYYIYANUf,d UV{hItr'I
ii
Eqquqqua6
t00 7,109002 90s0sr6l 'drN
@
1y$8ue4
?oEEuV
900 I t0866I I0r0t96I'dINISTt@EE
uloEEuy de16uerery suuuo{eseloE8uy delEuers6l snle)
'qefsebermhl Euepls
,I0u reqoHo IE'}stndrJ)
'rlsJBJ uep uu.m|-Iy nulll rpn$ urer8ord eped (EV'S) eueEyt,tmFES rele8 qsloredursur lereis n1es rlEIEs pEeqss etuuolm qplol 1uI Isdlqs 'Ll1T,reqoqo 19 eped se1re>Ief rlellnp{eprH
JI&r(S NIn ulppnFqsn SBUnrIBC qe,{sebutmruEueprs urBIBp uryfnlp rlelel ..lBI"1 8u4ueg slpeH srysn; Ipnls,, ppnftaq Isdlqs
[00 I ztgoUz0zt0LL6L',
r00 z €0666r 8190896I 'drN
NYIfN YIIINYd NYI{YSfl CNf,d
I g0I,66I SIIT0'6I 'dINvIAl -sdsurs urPPnuEb'BH
iii
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman
pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013/2014.
1. Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ث
Ts te dan es ث
J Je ج
H h dengan garis di bawah ح
Kh ka dan ha خ
D De د
Dz de dan zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
Sy es dan ye ش
S es dengan garis di bawah ص
ḏ de dengan garis di bawah ض
ṯ te dengan garis di bawah ط
ẕ zet dengan garis di bawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع
Gh ge dan ha غ
F Ef ف
Q Ki ق
K Ka ك
L El ل
vi
M em م
N En ن
W We و
H Ha ه
Apostrof ` ء
Y ye ي
2. Vokal Tunggal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal
tunggal alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A Fathah
I Kasrah
U ḏammah و
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ai a dan i ي
Au a dan u و
3. Vokal panjang
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
a dengan topi di atas ا
i dengan topi di atas ي
u dengan topi di atas و
vii
4. Kata Sandang
Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf
syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-syamsiyyah bukan asy-
syamsiyyah, al-rijāl bukan ar-rijāl.
5. Tasydīd
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda ( ّ ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu terletak
setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Huruf yang
ber-tasydīd ditulis dengan dua huruf serupa secara berturut-turut, seperti الُسنَّت=
al-sunnah.
6. Ta Marbūṯah
Berkaitan dengan alih askara ini, jika ta marbūṯah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialih-aksarakan menjadi huruf /h/,
seperti أبو هَُرْيَرة= Abū Hurairah.
7. Huruf Kapital
Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh kata sandang,
maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut,
bukan huruf awal atau kata sandangnya, seperti البخاري= al-Bukhāri.
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih askara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)
viii
atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak
miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.
ix
ABSRTAK
YUNITA KARTIKA SARI
Studi Kualitas Hadis Tentang Lalat
Skripsi ini meneliti tentang kualitas hadis sayap lalat, beberapa hadis yang
membahas mengenai hal ini dan ada beberapa yang mempertanyakan kualitas
hadis sayap lalat, maka dari itu skripsi ini membuktikan kualitas hadis
menggunakan metode takhrij hadis.
Sumber data dalam penelitian ini adalah hadis sayap lalat di kamus
Mausû’ah Atrâf al-Hadîts dan Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabâwî
Metode analisa dalam penelitian ini, menggunakan metode takhrij hadis.
Sedangkan metode analisa dalam penelitian ini, menggunakan referensi kitab
syaraẖ al-ẖadîts dengan kitab Fatẖ al-Bârî karya Ibn Hajar al-‘Asqalânî, dan
syarh Abû Dâwud ‘Aun al-Ma’bûd. Selain itu juga menggunakan sumber primer
yang berkaitan dengan sains dan hadis.
Sesuai dengan permasalahan serta tujuan yang dikemukakan dalam
penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.
Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa hadis sayap lalat tidak
bertentangan dengan sains. Walaupun lalat adalah binatang pembawa virus,
bakteri, mikroba, kuman yang bisa menjadi patogen (penyakit), patogen itu dapat
dimusnahkan jika mencelupkan seluruh bagian tubuh lalat ke dalam cairan yang
dihinggapinya karena di sebagian tubuh lalat membawa anti patogen yang dapat
menetralisir patogen-patogen yang dibawa lalat. Sains sungguh bisa dijadikan
sebagai tolak ukur otentisitas suatu hadis dengan syarat bahwa sains tersebut
sudah disepakati oleh para ahli dan tidak berubah-ubah sepanjang zaman.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt., Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat.
Maha Suci Allah, Dia-lah yang menciptakan bintang-bintang di langit, dan
dijadikan padanya penerang dan bulan yang bercahaya. Aku Bersaksi bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya dan
Rasul-Nya, yang diutus dengan kebenaran, sebagai pembawa kabar gembira dan
pemberi peringatan, mengajak pada kebenaran dan izin-Nya, dan cahaya penerang
bagi umatnya. Ya Allah, curahkan shalawat dan salam baginya dan keluarganya,
yaitu doa dan keselamatan yang berlimpah.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak sekali
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, dan kerjasama dari
berbagai pihak dan terutama berkah dari Allah Swt., rahmat, taufik dan hidayah-
Nya, penyusunan skripsi yang berjudul Studi Kualitas Hadis Tentang Lalat
dapat diselesaikan dengan baik, sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut
dapat diatasi. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta jajaranya. Bapak Prof. Dr. Masri
Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta, berserta para pembantu Dekan. Ibu Dr. Lilik
Ummi Kaltsum, MA., selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
dan Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
xi
2. Kepada Bapak Rifqi Muhammad Fatkhi, MA selaku penguji yang
telah membimbing. Dengan beliaulah tumbuh ide-ide baru, pemikiran
baru, sehingga penulis semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Kepada Ibu Lisfa Sentosa Aisyah, S.Ag, MA selaku penguji II yang
telah mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bapak Hasanuddin Sinaga, MA selaku pembimbing yang selalu
memberikan didikasinya kepada penulis, bersabar memberikan ilmu
dan bimbingannya selama penulis berada di bawah bimbingannya.
5. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan
didikasinya mendidik penulis, memberikan ilmu, pengalaman, serta
pengarahan kepada penulis selama masa perkuliahan.
6. Kepada orang tua yang sudah mendukung, mendoakan, memberi
semangat dan nasehat-nasehat untuk penulis.
7. Kepada pihak-pihak yang turut membantu dan berperan dalam proses
penyelesaian skripsi ini, namun luput untuk penulis sebutkan, tanpa
mengurangi rasa terima kasih penulis.
Harapan penulis semoga skripsi ini sedikit banyak dapat bermanfaat
bagi pembaca dan semoga Allah Swt., selalu memberkahi dan
membalas semua kebaikan pihak-pihak yang turut serta membantu
penyelesaian skripsi ini dengan pahala yang berlipat ganda, di dunia
dan di akhirat. Ȃmîn yâ Rabb al-Ȃlamîn
Jakarta, 4 Oktober 2017
Penulis
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ...................................... iii
PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................. x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................... 6
1. Batasan Masalah .................................................................................... 6 2. Rumusan Masalah ................................................................................. 6
D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
F. Kajian Pustaka .............................................................................................. 7
G. Metodologi Penelitian .................................................................................. 9
1. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 9 2. Metode Pembahasan ............................................................................ 10 3. Metode Penulisan ................................................................................ 11 4. Pengolahan dan Analisa Data .............................................................. 11
H. Sistematika Penulisan ................................................................................ 11
BAB II TINJAUAN SEPUTAR LALAT ........................................................... 13
A. Klasifikasi Serangga dan Definisi Lalat .................................................. 13
1. Klasifikasi Serangga .......................................................................... 13 2. Definisi Lalat ..................................................................................... 15
xiii
B. Siklus Hidup Lalat ................................................................................... 18
C. Bionomi Lalat .......................................................................................... 19 D. Hasil Kerja Sayap Lalat ........................................................................... 22
BAB III PEMAHAMAN HADIS SAYAP LALAT ........................................... 25
A. Teks Hadis dan Takhrij Hadis ............................................................... 25
1. Penelusuran dengan Metode Awal Matan ........................................ 25
2. Penelusuran dengan Metode Lafadz ................................................. 26
3. Skema Sanad ..................................................................................... 29
4. Kritik Sanad ...................................................................................... 31
5. Penilaian Hadis ................................................................................. 39
B. Matan Hadis ............................................................................................. 41
C. Asbabul Wurud ........................................................................................ 43
D. Hadis Sayap Lalat Menurut Muhadditsin ................................................ 46
1. Kualitas Hadis Sayap Lalat Bagi Menurut Muhadditsin .................. 46 2. Penjelasan Hadis Sayap Lalat ........................................................... 47 3. Hadis Sayap Lalat dengan Pendekatan Hukum ................................ 53
E. Pengaruh Sayap Lalat Bagi Kesehatan Menurut Saintis.......................... 59
1. Sayap Lalat Ditinjau dari Sisi Ilmu Pengetahuan ............................. 60
2. Penelitian Terhadap Sayap Lalat ...................................................... 63
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 69
A. Kesimpulan .............................................................................................. 69
B. Kritik dan Saran ....................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Abu Salmâ Muhammad Rachdie di dalam artikelnya yang berjudul
tentang Studi Ilmiah Hadis Lalat dalam Perspektif Islam dan Ilmu Medis. Al-
Albânî berkomentar tentang hadis ini, mengatakan “Adapun hadis lalat dan
penjelasan bahwa pada kedua sayapnya terhadap penyakit dan obatnya, maka
hadisnya dha‟if. Bahkan hadis tersebut secara akal adalah hadis yang dibuat-buat,
karena telah jelas bahwa lalat itu membawa kuman dan penyakit. Tidak ada
seorangpun yang mengatakan bahwa pada satu sayap lalat terdapat penyakit dan
pada sayap satunya terdapat obat, melainkan orang yang memalsukan hadis ini
atau mengada-adakannya. Kalau hadis ini sahîh, niscaya ilmu hadis akan
mengungkapkan bahayanya lalat dan mendorong untuk menjauhinya.” Tuduhan
ini adalah tuduhan yang nyata-nyata bathil, yang dapat diketahui dari takhrîj
hadis. Menuduh bahwa hadis ini secara akal adalah dibuat-buat. Tuduhan ini tidak
kalah jelasnya akan kebatilannya dibandingkan dengan tuduhannya pertama.
Karena tuduhannya ini hanyalah sekedar tuduhan belaka, tanpa disokong oleh
dalîl sedikitpun melainkan berangkat dari kebodohannya, yang tidak mungkin ia
menguasainya sepenuhnya.1
Dalam ilmu Biologi, bahwa tiap sesuatu yang berbahaya ada penetralnya,
kalau tidak ada tentu lalat tidak bisa hidup. Dalam lafal lain: “Dalam makanan
seseorang diantara kamu,” sebagai pengganti kalimat “Dalam minuman seseorang
1 Abu Salmâ Muhammad Rachdie, Artikel tentang Studi Ilmiah Hadis Lalat dalam
Perspektif Islam dan Ilmu Medis. Artikel publikasi online dari Maktabah lit Tahmîl (Download
Library) 2007, h. 8.
2
diantara kamu, apabila lalat itu jatuh kedalam makanan atau minuman itu, maka
hendaklah dicelupkan lalat itu.” Dalam Abu Daud tertulis اهتمام ihtimâm
“Perhatikanlah,” dan dalam riwayat Ibnu Sukni tertulis “Hendaklah ia
memperhatikannya,” sebagai pengganti kalimat فليغسمه falyaghsimhu “hendaklah
ia celupkan.” Kemudian hendaklah dicabut (dikeluarkan) setelah dicelup itu.2
Hadis adalah sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qur‟an. Dilihat dari
periwayatannya, hadis Nabi berbeda dengan al-Qur‟an. Al-Qur‟an periwayatan
semua ayat-ayatnya secara mutawâtir, sedang hadis Nabi, sebagian
periwayatannya secara mutawâtir dan sebagain lagi secara ahâd. Karenanya, al-
Qur‟an dilihat dari segi periwayatannya mempunyai kedudukan qaţ’î al-wurûd
dan sebagian lagi zannî al-wurûd, sehingga tidak diragukan lagi orisinalitasnya.
Berbeda dengan hadis Nabi yang berkategori ahâd, diperlukan penelitian terhadap
orisinalitas dan otentisitas hadis-hadis tersebut termasuk hadis sayap lalat.3
Lalat sering sekali dijumpai di tempat-tempat kotor dan bau, selain itu banyak
juga terdapat di tempat yang ada makanan, karena makanan atau minuman dapat
mengundang penciuman lalat. Ketika lalat hinggap pada sampah dan kotoran yang
mengandung milyaran bakteri dan antibakteri, virus dan antivirus serta kuman
yang lengkap dengan penangkalnya, Allah memberikan kemampuan kepada
hewan kecil itu untuk membawa kuman pada salah satu sayapnya dan membawa
obat pada sayap yang lain.4 Jika tidak, niscaya semua spesies lalat akan musnah di
muka bumi ini akibat serangan bakteri dan mikroba pada sampah. Seandainya
lalat tidak memiliki kemampuan itu, niscaya saat ini tidak akan ada ribuan jenis
2 Muhammad bin Isma‟il Al Amir Ash-Shan‟ani, Subulus Salam, Syarah Bulughul
Maram, Jilid I, Cet. 12, h. 56. 3 Zaghlul Raghib al-Najjar, Buku Induk Mukjizat Ilmiah Hadits Nabi, h. 332.
4 Yanuardi Syukur, Ternyata Sayap Lalat Mengandung Obat, h. 172.
3
lalat. Keberhasilan lalat untuk mempertahankan spesiesnya yang begitu banyak
menjadi bukti yang sangat kuat bahwa selain membawa penyakit, ia juga
membawa penawarnya.5
Lalat adalah seekor serangga yang namanya disebutkan di dalam Al-Quran.
Tepatnya pada surat Al-Hajj ayat 73. Dalam ayat tersebut, Allah memberikan
pelajaran berharga pada kita semua. Karena Allah menyindir Tuhan dari orang-
orang kafir yang menyembah berhala.
Allah SWT berfirman:
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, Maka dengarkanlah
olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain
Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun
mereka bersatu menciptakannya dan jika lalat itu merampas sesuatu dari
mereka, Tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat
lemahlah yang menyembah dan Amat lemah (pulalah) yang disembah.”
(QS. Al-Hajj ayat 73)
Terdapat pula dalam hadis Nabi Muhammad SAW
ثَ َنا ِإْْسَاِعيُل ْبُن َجْعَفٍر، َعْن ُعْتَبَة ْبِن ُمْسِلٍم، َمْوََل بَ ثَ َنا قُ تَ ْيَبُة، َحدَّ ِِن تَ ْيٍم، َعْن َحدَّ، َمْوََل َبِِن ُزَرْيٍق، َعْن َأِب ُهَريْ رََة َرِضَي اللَُّه َعْنُه َأنَّ َرُسوَل اللَّهِ ُعبَ ْيِد ْبنِ َصلَّى ُحنَ ْْيٍ
بَاُب ِف ِإنَاِء َأَحدُِكْم فَ ْليَ ْغِمْسُه ُكلَُّه، ُُثَّ لَِيْطَرْحُه، »اهللُ َعَلْيِه َوَسلََّم قَاَل: ِإَذا َوَقَع الذُّ6«فَِإنَّ ِف َأَحِد َجَناَحْيِه ِشَفاًء، َوِف اآلَخِر َداءً
“Qutaibah mengabarkan kepada kami, Ismâ‟îl ibn Ja‟far
mengabarkan kepada kami, dari „Utbah ibn Muslim Maula Bani
Taym dari „Ubaid ibn Hunain Maula Bani Zuraiq dari Abu
Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Apabila sebuah
5 Zaghlul Raghib al-Najjar, Buku Induk Mukjizat Ilmiah Hadits Nabi, h. 332.
6 Al-Bukhârî, Saẖîẖ al-Bukhârî, cet. Ke-1, h. 1463, Kitab al-Ṯibb, Bab idza waqa’a al-
dzubâb, Hadis ke-5782.
4
lalat jatuh di minuman salah seorang dari kamu, maka
benamkanlah, kemudian buanglah, karena sesungguhnya disalah
satu sayapnya terdapat obat, dan di sayap lainnya penyakitnya.”
Dalam hadis itu terkandung pengertian perlahan-lahan sewaktu
mengeluarkannya sehabis dicelup. Hadis tersebut sebagai dalil yang jelas
menunjukkan boleh membunuh lalat untuk mencegah bahaya atau penyakit,
hendaknya dibuang tidak boleh dimakan dan menunjukan bila lalat itu mati di
dalam zat yang cair, maka tidak menjadikannya najis, sebab Nabi Muhammad
SAW, memerintahkan untuk mencelupkannya, karena sebagaimana diketahui
bahwa dengan dicelup itu lalat akan mati, terutama bila minuman itu panas,
seandainya lalat itu menajisi makanan, maka sungguh beliau sudah menyuruh
membuang makanan yang dijatuhi lalat itu, tetapi kenyataannya tidak demikian.7
Hadis lain yang semakna dengan hadis di atas dari Salman al-Farisi:
يَا َسْلَماُن ُكلُّ َطَعاٍم »َعْن َسْلَماَن , قَاَل: قَاَل َرُسوُل اللَِّه َصلَّى اهللُ َعَلْيِه َوَسلََّم: 8ٌل َأْكُلُه َوُشْربُُه َوُوُضوُُُُ َوَشرَاٍب َوقَ َعْت ِفيِه َدابٌَّة لَْيَس ََلَا َدٌم َفَماَتْت ِفيِه فَ ُهَو َحَل
“Dari Salman bahwasanya rasulullah SAW bersabda: „Hai Salman
setiap makanan atau minuman yang di dalamnya terdapat binatang yang
tidak mempunyai darah yang mengalir telah mati, maka makanan dan
minuman itu halal dimakan dan diminum atau boleh untuk mengambil
wudhu.”
Adapun hadis lain yang berkaitan dengan lalat diriwayatkan oleh Abû
Dâwud yaitu:
بَاُب ِف »َعْن َأِب ُهَريْ رََة، قَاَل: قَاَل َرُسوُل اللَِّه َصلَّى اهللُ َعَلْيِه َوَسلََّم: ِإَذا َوَقَع الذَُّأَحدُِكْم، فَاْمُقُلوُُ فَِإنَّ ِف َأَحِد َجَناَحْيِه َداًء، َوِف اآْلَخِر ِشَفاًء، َوِإنَُّه يَ تَِّقي ِإنَاِء
اُء فَ ْليَ ْغِمْسُه ُكلُّهُ ِِبََناِحِه الَِّذي ِفيِه الدَّ9
7 Imam Ash-Shan‟ani, Terjemah Kitab Subulussalam, h. 56.
8 Ad-Daruqutnî, Sunan Ad-Daruqutnî, cet. Ke-1, h. 49, Kitab al-Mauqa‟ ar-Râsmi, Bab
kulu ta’amu wa qa’atu fihi dabati laisa laha dâm, Hadis ke- 84 9 Abu Daud, Sunan Abi Daud, cet. ke-3, h.365, Kitab al-Mawaqi‟ ar-Rasmi, Bab ad-
Dababu yaqa‟a fi ṯ‟amy, Hadis ke-3844.
5
“dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: „Jika ada lalat jatuh ke dalam bejana salah seorang
dari kalian maka celupkanlah lalat tersebut, karena sesungguhnya di dalam
salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap yang lain terdapat
obat. Sesungguhnya lalat tersebut melindungi diri dengan sayap yang
padanya terdapat penyakit, maka celupkanlah semuannya.”
Abdul Aziz ibn Abdillah ibn Baz mengatakan bahwa hadis tentang lalat
tersebut berderajat sahîh sedangkan Al-Albânî mengatakan bahwa hadis lalat
adalah hadis yang dha‟if.10
Pernyataan tersebut terdapat pertentangan mengenai
kuliatas hadis sayap lalat. Apakah hadis tersebut sahîh sebagaimana perkataan
Abdul Aziz ibn Abdillah ibn Baz, atau sebaliknya yaitu dha‟if. Oleh karena itu,
penulis tertarik ingin mengkaji lebih dalam lagi mengenai hadis tentang sayap
lalat, Dalam penelitian ini, penulis memberi judul: “Studi Kualitas Hadis
Tentang lalat.”
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan penelitian yang penulis ajukan ini dapat diidentifikasi
permasalahannya sebagai berikut:
1. Dalam Abu Daud tertulis “Perhatikanlah” dan dalam riwayat Ibnu Sukni
tertulis “Hendaklah ia memperhatikannya,” sebagai pengganti kalimat
“hendaklah ia dicelupkan.”
2. Abdul Aziz ibn Abdillah ibn Baz mengatakan bahwa hadis tentang lalat
tersebut berderajat sahîh sedangkan Al-Albânî mengatakan bahwa hadis
lalat adalah hadis yang dha‟if. Disini terdapat pertentangan mengenai
kuliatas hadis sayap lalat.
10
Khalil Ibrahim Mula Khathir, Al-Ishabah fi Sihhah Hadits Dzubabah, h. 154.
6
3. Ibn Jauzî berpendapat bahwa sangat banyak hewan yang mempunyai sifat-
sifat yang berlawanan dalam dirinya termasuk lalat. Contohnya seperti
lebah yang mengeluarkan racun dari mulutnya dan mengeluarkan madu
dari bawah tubuhnya.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah dijelaskan di atas, terdapat perbedaan
pendapat mengenai kulitas hadis dan beberapa kata yang berbeda dalam hadis
dan lainnya, sehingga untuk menghindari pembahasan yang tidak mengarah
kepada maksud dan tujuan dari penulisan skripsi ini, maka penulis perlu
membatasi pembahasan yang akan dibahas. Oleh karena itu, penulis lebih
memfokuskan dan membatasi masalah yang akan dibahas yaitu tentang hadis
sayap lalat menurut muhadditsin, takhrij hadis yang dibatasi pada dua metode
yaitu metode awal matan dan metode lafadz dan kualitas hadis lalat.
2. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah tersebut, maka dengan demikian penulis
merumuskan permasalahan utama dalam skripsi ini. Sehingga secara garis besar,
yang menjadi pokok dari skripsi ini yaitu “Bagaimana kualitas hadis sayap lalat
dari segi sanad dan matannya?”
D. Tujuan Penelitian
Dalam setiap penelitian tentunya mempunyai tujuan tertentu. Adapun tujuan
yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk tujuan praktis yaitu mengetahui kualitas hadis tentang sayap lalat.
7
2. Tujuan akademis, yakni untuk memenuhi tugas akademik dan kewajiban
bagi setiap mahasiswa dalam rangka menyelesaikan program studi Ilmu
Al-Qur‟an dan Tafsir tingkat sarjana strata satu (S1) di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat akan didapatkan dari penelitian dalam skripsi ini, adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kehujjahan hadis Rasulullah SAW. mengenai
binatang lalat.
2. Menambah pengetahuan dan manfaat terhadap kesehatan yang
berhubungan dengan binatang.
3. Menambah khazanah keilmuan dalam bidang Ilmu Hadis.
F. Kajian Pustaka
Dalam penelusuran pustaka, sejauh penelusuran penulis ada penelitian skripsi
yang terkait dengan masalah yang ingin dikaji: terkait dengan hal itu adalah
penelitian yang dilakukan oleh Khairul Umam11
dalam sebuah skripsi yang
diajukan kepada Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir UIN Jakarta, skripsi ini
mengkaji masalah tentang Flora dan Fauna dalam Perspektif Hadis. Skripsi yang
ditulis pada tahun 2014 ini hanya terbatas pada pandangan muẖaddits dan saintis
dan tidak luas maknanya. Bedanya tulisan di atas dengan penelitian yang hendak
penulis angkat disini yaitu adanya takhrij hadis, menggunakan metode awal matan
dan lafadz dan membahas kualitas hadis sayap lalat.
11
Khairul Umam, “Flora dan Fauna dalam Perspektif Hadis.” Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah, 2014.
8
Penulis juga menemukan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Fudhail
dalam sebuah skripsi yang diajukan kepada Jurusan Tafsir Hadis UIN Jakarta,
skripsi ini mengkaji masalah tentang Hadis dan Sains (Studi Kritis atas keraguan
Otentisitas hadis Maurice Bucaille). Bedanya tulisan di atas dengan penelitian
yang hendak penulis angkat disini yaitu penelitian ini lebih mendalami
pemahaman hadis sayap lalat sedangkan skripsi atas nama Ahmad Fudhail hanya
menjelaskan penjelasan singkat tentang hadis sayap lalat. Skripsi yang membahas
hadis lalat juga ditemukan di skripsi yang ditulis oleh Ahmad Erwan yang
diajukan kepada Jurusan Tafsir Hadis UIN Jakarta pada tahun 2008 yang berjudul
Higienitas Perspektif Hadis (Kajian Hadis-Hadis Tentang Kebersihan Makanan,
Sumber Air, Rumah dan Jalanan). Hanya saja penjelasan hadis lalat dalam skripsi
tersebut hanya selembar dan tidak lebih lanjut dibahas. Lalu ada pula skripsi yang
berkaitan dengan pembahasan dengan judul skripsi ini yaitu skripsi yang berjudul
Teknik Interpretasi Hadis dalam Kitab Syarah al-Hadis (Studi Kitab Subul al-
Salâm) yang ditulis oleh Sulaeman L untuk diajukan oleh Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Kendari 2015. Skripsi ini membahas hadis-hadis yang terdapat
dalam Kitab Subul al-Salâm termasuk hadis sayap lalat di dalamnya.
Selain skripsi di atas, penulis menemukan artikel di jurnal yang membahas
tentang hadis sayap lalat. Terkait demikian adalah penelitian yang dilakukan oleh
Masykur Hakim dalam sebuah jurnal yang diajukan kepada Fakultas Ushuluddin,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015. Artikel di jurnal ini mengkaji
masalah tentang Mukhtalif Hadits dan Cara Penyelesaiannya Perspektif Ibnu
Qutaybah. Perbedaan jurnal di atas dengan penelitian yang hendak saya angkat
disini yaitu skripsi ini membahas hanya pemahaman hadis sayap lalat saja,
9
sedangkan artikel di jurnal tersebut membahas hadis-hadis yang tampaknya
bertentangan dengan cara penyelesaian dengan metode menurut Ibnu Qutaybah,
dan salah satu hadis yang dibahas adalah hadis sayap lalat.
Ditemukan pembahasan serupa di dalam tesis yang berjudul Kontribusi Sains
dalam Menentukan Kualitas Hadis yang ditulis oleh M. Idham Aditia Hasibuan
mahasiswa pascasarjana UIN Sematera Utara. Perbedaan tesis ini dengan skripsi
yang penulis tulis bahwa tesis ini membahas validitas dan otentisitas hadis tentang
lalat serta kebenaran yang dikandungnya dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiah, baik dari kritik ekstern (al-naqd al-kharij), maupun kritik intern (al-naqd
al-dhakil) dengan dukungan dari pengamatan empiris.12
Sedangkan skripsi yang
penulis angkat membahas pendapat para muhadditsin beserta takhrîj hadis.
Selain skripsi, tesis dan jurnal yang berhubungan dengan judul skripsi ini,
penulis menemukan artikel yang berjudul Studi Ilmiah Hadis lalat dalam
Perspektif Islam dan Ilmu Medis Modern, ditulis oleh Abu Salmâ Muhammad
Rachdie, S. Si., dan dijadikan artikel oleh Abŭ Salmâ al-Atsarî. Artikel ini
publikasi online dari Maktabah lit Tahmîl (Download Library) Abŭ Salmâ al-
Atsarî. Artikel ini membahas berbagai pendapat dari ulama maupun para pakar
kedokteran mengenai matan hadis saja13
sedangkan berbeda dengan penelitian
yang penulis angkat yakni kualitas hadis yang memakai takhrij hadis, kritik sanad
dan matan hadis.
G. Metodologi Penelitian
1. Metode pengumpulan data
12
M. Idham Aditia Hasibuan, Tesis Kontribusi Sains dalam Menentukan Kualitas Hadis,
UIN Sumatera Utara, h. 9. 13
Abŭ Salmâ al-Atsarî, Artikel Studi Ilmiah Hadis Lalat dalam Perspektif Islam dan Ilmu
Medis Modern, Maktabah lit Tahmîl (Download Library).
10
Metode pengumpulan data memakai metode takhrîj. Sedangkan metode
yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode analisa kulitatif yaitu
pendekatan pengolahan secara mendalam data hasil pengamatan, wawancara, data
literatur. Semua data-data yang diambil dari bahan tertulis yang berkaitan dengan
sayap lalat. Sedangkan metode pengumpulan data yaitu dengan takhrîj, kritik
sanad, dan matan hadis. Data diambil dari dua sumber yaitu sumber primer dan
sumber sekunder. Adapun sumber primer yang diambil penulis ialah
menggunakan Kutub al-Tis’ah, Mausû’ah Aṯrâf al-Hadîts dan Mu’jam al-
Mufahras li Alfâẕ al-Hadîts al-Nabâwî sedangkan sumber sekunder menggunakan
buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini.
Langkah-langkah penelitian, penulis menggunakan empat cara:
a. Memakai metode takhrij awal matan dan lafadz menggunakan kitab,
Mausû’ah Aṯrâf al-Hadîts dan Mu’jam al-Mufahras li Alfâẕ al-
Hadîts al-Nabâwî.
b. Menelusuri hadis pada kitab yang dituju di kitab Kutub al-Tis’ah.
c. Menelusuri kitab Rijal al-Hadis dan Jarh ta‟dil. Menggunakan kitab
Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ’ al-Rijâl, Jarh wa Ta’dil, Tahdzibut
Tahdzib Adz-Dzahabi, Tahdzibut Tahdzib Ibnu Hajar al-Asqalânî,
Taqribut Tahdzib, dan Khulasah Tahdzibul Kamal.
d. Memutuskan kualitas hadis.
2. Metode Pembahasan
Metode pembahasan pada penelitian ini menggunakan kritik matan dan
sanad hadis, metode yang diarahkan untuk mengkaji dan mendeskripsikan
gagasan primer tentang hadis sayap lalat.
11
3. Metode Penulisan
Metode penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan
Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013/2014.
4. Pengolahan dan Analisa Data
Dalam pengolahan data, langkah pertama adalah mentakhrîj hadis tentang
lalat untuk menunjukkan sumber dari hadis yang bersangkutan. Adapun metode
takhrîj ẖadîts yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1) Metode takhrij dengan menggunakan lafal pertama dari matan hadis,
yaitu kata اذا menggunakan kitab Mausû’ah Aṯrâf al-Hadîts karya
Muhammad Sa‟id ibn Basyuni.
2) Metode takhrij dengan mengetahui kata-kata yang jarang digunakan dari
suatu bagian matan hadis, menggunakan kitab Mu’jam al-Mufahras li
Alfâẕ al-Hadîts al-Nabâwî karya A.J. Wensinck.14
Setelah melalui proses dari kedua metode takhrij di atas, langkah kedua yaitu
menyusun skema sanad dari jalur Bukhâri dan Abî Dâwud (dengan tujuan
memudahkan pembacaan jaringan sanad hadis yang sedang diteliti dan dilihat
tawabi dan syawahidnya). Langkah ketiga yaitu meneliti Rijal Hadis dan Jarh
Ta‟dil dari perawi-perawi hadis.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, penulis melakukan pembagian
bahasan. Maka penulis akan menguraikannya ke dalam beberapa bab yang di
dalamnya memuat beberapa sub-bab. Adapun uraiannya ialah sebagai berikut:
14
Mahmud al-Thahhan, Usl al-Takhrîj wa Dirâsah al-Asânid, (Riyadh: Makhtabah al-
Ma‟rif, 1991), h. 35.
12
Bab pertama; berisi tentang pendahuluan yang meliputi a) Latar Belakang
masalah, yang menjelaskan tentang pendahuluan dan kronologi permasalahan
sampai ke titik inti permasalahan, b) Identifikasi Masalah c) Batasan dan
Rumusan Masalah, agar pembahasan yang dikaji lebih fokus dan terarah, d)
Tujuan Penelitian, tentang tujuan penulis untuk mencapai target yang diinginkan,
e) Manfaat Penelitian, yaitu hasil yang dapat dirasakan bagi penulis dan pembaca
dari skripsi ini, f) Kajian Pustaka, g) Metodologi Penelitian, yang menjelaskan
metode-metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian, dan h) Sistematika
Penulisan, untuk menjelaskan struktural dan target pembahasan agar lebih efektif
dan efisien.
Bab kedua; Bab ini berisi teori-teori dan tinjauan seputar lalat, yang terdiri
dari beberapa sub-bab a) Berisi Klasifikasi serangga dan definisi lalat, b) Siklus
hidup lalat, c) Bionomi lalat, d) Hasil kerja sayap lalat.
Bab ketiga; Pemahaman Hadis Sayap lalat, a) teks hadis dan takhrij hadis,
yang meliputi; 1) Penelusuran dengan Metode Awal Matan, 2) Penelusuran
dengan Metode Lafal, 3) Skema Sanad, 4) Kritik Sanad, 5) Penilaian Hadis. b)
Matan Hadis, c) Asbabul Wurud, d) Hadis Sayap Lalat menurut Muẖadditsin,
meliputi 1) Kualitas Hadis menurut pendapat Muẖadditsin, 2) Penjelasan hadis
Sayap Lalat, 3) Hadis Sayap Lalat dengan Pendekatan Hukum, dan E) Pengaruh
sayap lalat bagi kesehatan menurut saintis, yang meliputi 1) Sayap Lalat Ditinjau
dari Sisi Ilmu Pengetahuan, dan 2) Penelitian terhadap Sayap Lalat.
Bab keempat, berisi Penutup, yang meliputi a) Kesimpulan, yang berisi
jawaban atas pertanyaan yang telah disebutkan dalam perumusan masalah, dan b)
Saran, berisi saran-saran yang penulis berikan.
13
Bab 2
TINJAUAN SEPUTAR LALAT
A. Klasifikasi Serangga dan Definisi Lalat
1. Klasifikasi Serangga
Serangga umumnya mempunyai dua nama, nama ilmiah dan nama umum.
Nama ilmiah mengikuti peraturan tertentu yaitu Internasional „Code of Zoological
Nomenclature‟. Nama ilmiah biasanya dalam bahasa yang dilatinkan. Bila suatu
serangga akan dideskripsi, deskripsi harus diarahkan pada suatu tipe. Tipe ini
berguna untuk melengkapi bila timbul suatu pertanyaan serangga baru tersebut
masuk golongan yang mana. Nama beberapa kategori mempunyai nama standart
yang letaknya pada akhir kata.
Nama umum, nama ini biasanya diberikan kepada suatu golongan
serangga. Beberapa spesies serangga mungkin mempunyai satu nama umum yang
sama, misal belalang adalah nama bagi segala macam belalang. Biasanya nama
umum hanya terdiri dari satu kata, misal lalat, belalang, capung dan lain-lain,
tetapi ada juga yang terdiri dari dua kata, misal lalat buas. Oleh karena tidak ada
rumusan tertentu pada nama umum maka entomolog atau taksonom lebih
menyukai nama ilmiah dari pada nama umum.15
Dunia hewan terbagi menjadi 14 fila, dengan dasar tingkat kekomplekan
dan mungkin urutan evolusinya. Karena itu fila hewan disusun dari filum yang
terendah ke filum yang tertinggi.
15
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 123-124.
14
Serangga atau insekta termasuk di dalam filum Arhopoda. Arthopoda
terbagi menjadi 3 sub filum yaitu Trilobita, Mandibulata dan Chelicerata. Sub
filum Mandibulata terbagi menjadi 6 kelas, salam satu diantaranya adalah kelas
Insekta (Hexapoda). Sub filum Chelicerata terbagi menjadi 3 kelas, sedangkan sub
filum Trilobita telah punah. Kelas Hexapoda atau Insekta terbagi menjadi sub
kelas Apterygota dan Pterygota. Sub kelas Apterygota terbagi menjadi 4 ordo, dan
sub kelas Pterygota masih terbagi menjadi 2 golongan yaitu golongan
Exopterygota (golongan Pterygota yang metamorfosisnya sederhana) yang terdiri
dari 15 ordo, dan golongan Endopterygota (golongan Pterygota yang
metamorfosisnya sempurna) terdiri dari 3 ordo.
Pembagian ordo ke famili menurut Borror dkk (1992) adalah sebagai
berikut:
Ordo Protura (3 famili), Diplura (3), Thysanura (4), Collembola (5),
Ephemeroptera (15), Odonata (10), Orthoptera (16), Isoptera (4), Plecoptera (10),
Dermaptera (4), Embioptera (3), Psocoptera (11), Zoraptera (1), Mallophaga (6),
Anoplura (3), Thysanoptera (5), Hemiptera (34), Homoptera (32), Neuroptera
(15), Coleoptera (124), Strepsiptera (4), Mecoptera (4), Trichoptera (17),
Lepidoptera (77), Diptera (104), Siphonaptera (9) dan Hymenoptera (71).16
2. Definisi Lalat
Ordo Diptera (Nyamuk, Lalat). Tubuh berukuran kecil sampai sedang.
Sayap satu pasang yang merupakan sayap depan, sayap belakang mereduksi
menjadi halter yang berfungsi sebagai alat keseimbangan saat terbang. Memiliki
16
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 126.
15
tubuh relatif lunak, antenna pendek, dan mata majemuk besar serta mengalami
metamorfosis sempurna.
Lalat sering hidup diantara manusia dan sebagian jenis dapat
menyebabkan penyakit yang serius. Lalat disebut penyebar penyakit yang sangat
serius karena setiap lalat hinggap di suatu tempat, kurang lebih 125.000 kuman
yang jatuh ke tempat tersebut. Anggota ordo ini cukup besar, dikenal 80.000
spesies. Selain sebagai hama tanaman dikenal pula sebagai vektor penyakit
manusia dan ternak. Ada juga yang berperan sebagai predator, parasit maupun
polinator. Ordo Diptera ini terbagi menjadi 3 sub ordo, Nematocera (23 famili),
Brachycera (17 famili) dan Cyclorrhapha.
Beberapa jenis lalat antara lain sebagai berikut17
:
a. Lalat Kerdil (Famili Chironomidae)
Memiliki ukuran tubuh yang kecil bahkan sangat kecil, kadang-kadang
mirip seperti nyamuk. Sayap tidak memiliki sisik-sisik dan proboscis
yang panjang. Kaki depan agak panjang, antenna jantan sangat
berbulu. Ditemukan hampir disemua tempat, larva lalat ini sebagian
besar bersifat aquatik, beberapa terdapat pada bahan-bahan yang mulai
membusuk, dibawah kayu atau tanah yang lembab. Umumnya lalat
kerdil bersifat pemakan bangkai.
b. Lalat Hitam (Famili Simulidae)
Ciri-ciri Lalat Hitam memiliki tubuh yang kecil sekitar 4 mm.
Memiliki antenna yang pendek dan tidak terdapat ocelli. Punggungnya
bongkok seperti tongkat, sayapnya lebar, dan costa berakhir sangat
17
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 127-128.
16
dekat dengan ujung sayap. Umumnya lalat jenis ini berwarna abu-abu
kehitaman. Tergolong memiliki penyebaran yang luas, larvanya sering
ditemukan disekitar aliran air. Lalat Hitam betina adalah penghisap
darah yang sering kali bersifat sebagai vektor penyakit.18
c. Lalat Maret (Famili Bibionidae)
Lalat ini memiliki ukuran yang kecil hingga sedang. Tubuhnya relatif
kokoh, warnanya dominan hitam, sebagaian Lalat Maret memiliki
thorax berwarna merah atau kuning. Ocelli terdapat pada bonggol yang
terletak diantara mata majemuk. Costa berakhir sebelum ujung sayap,
dan tibia dengan apikal spur. Lalat ini benyak terdapat pada bunga-
bungaan. Larva memakan akar dan merusak tanaman. Sesuai namanya
Lalat Maret banyak melimpah di bulan Maret.19
d. Lalat Lentera (Famili Stratiomydae)
Ciri-ciri Lalat ini tubuhnya berukuran sedang sampai besar. Kadang-
kadang nampak sepeti lebah. Ruas antenna ke-3 membulat, tanpa
stylus dan arista. Abdomen kuat dan tegap, beberapa melebar namun
ada pula yang memanjang. Umumnya memiliki warna gelap. Lalat
dewasa sering ditemukan di bunga-bunga, larva yang hidup aquatik
memakan ganggang, bahan lapuk dan serangga air yang lebih kecil.
Sebagian larva hidup di bawah kayu.20
e. Lalat Buah (Famili Drosophilidae)
Ciri-ciri lalat ini ukuran tubuh kurang lebih 3 – 4 mm. Memiliki warna
kekuningan atau kecoklatan. Bagian dekat mulut terdapat bulu-bulu.
18
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 129. 19 H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 129. 20
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 130.
17
Sering ditemukan di kebun dekat buah yang membusuk, atau rumah
yang menyimpan buah-buahan di tempat terbuka. Larva hidup di
dalam buah-buahan yang membusuk dan jamur yang tumbuh
disekitarnya. Sebagian kecil bersifat ektoparasit pada ulat, pada tahap
larva seringkali bersifat predator terhadap kutu dan homoptera kecil.21
f. Lalat Rumah (Famili Muscidae)
Lalat Rumah berukuran kecil hingga sedang, biasanya pada bagian
bawah scutellumnya tanpa rambut-rambut halus. Rambut-rambut
sternopleural umumnya lebih dari satu. Proboscis pendek dan
berdaging, lalat ini tidak menggigit. Dapat dijumpai hampir semua
tempat terutama pada kawasan yang kurang terjaga kebersihannya.
Sebagian berperan sebagai hama, ada juga yang berperan sebagai
vektor penyakit.22
g. Lalat Rumput (Famili Anthomyzidae)
Merupakan famili lalat dengan ukuran tubuh kecil, bentuk tubuh
terkadang memanjang. Sepasang rambut-rambut terakhir pada bagian
muka menghadap kedepan. Seperti namanya Lalat Rumput sering
dijumpai di rumput-rumput dan tanaman rendah atau padang rumput.
Larva hidup di dalam rerumputan atau gulma lainnya.23
h. Lalat Kuda (Famili Tabanidae)
Berukuran sedang hingga besar, umumnya berukuran sedikit lebih
besar dari pada Lalat Rumah. Tubuhnya relatif kokoh, dengan warna
hitam, abu-abu atau kecoklatan, terkadang ada spot hitam pada bagian
21
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 130. 22
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 131. 23
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 132.
18
sayap. Mata berwarna megkilap, tersi dengan 3 telapak kaki. Lalat
dewasa meletakan telur di permukaan daun atau tempat-tempat yang
berada di atas permukaan air. Larvanya bersifat akuatik sedangkan
dewasa sering terdapat pada bunga-bunga untuk menghisap nektar.
Lalat Kuda betina menghisap darah yang merugikan bagi manusia,
kuda atau kijang. Terkadang juga bersifat sebagai vektor penyakit.24
B. Siklus Hidup Lalat
Lalat mengalami metamorfosis sempurna, dengan stadium telur, larva atau
tempayak, pupa dan lalat dewasa. Perkembangan lalat memerlukan waktu antara 7
– 22 hari, tergantung dari suhu dan makanan yang tersedia. Lalat betina dapat
menghasilkan telur pada usia 4 – 8 hari, dengan jumlah telur sebanyak 75 – 150
butir dalam sekali bertelur. Semasa hidupnya seekor lalat bertelur 5 – 6 kali.
Berikut masing-masing fase dalam perkembangannya25
:
1. Fase Telur
Bentuk telur lalat adalah oval panjang dan berwarna putih. Telur
diletakkan pada bahan organik yang lembab (sampah dan kotoran
binatang). Pada tempat yang tidak langsung terkena sinar matahari.
Biasanya telur menetas setelah 8 – 30 jam, tergantung dari suhu
sekitarnya.26
2. Fase Larva
Tingkat I : Telur yang baru menetas disebut instar I, berukuran
panjang 2 mm, berwarna putih, tidak bermata dan berkaki,
24 H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 48. 25
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 49-50. 26
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 49.
19
sangat aktif dan ganas terhadap makanan, setelah 1 – 4
hari melepas kulit dan keluar menjadi instar II.
Tingkat II : Ukuran besarnya 2 kali dari instar I, setelah satu sampau
beberapa hari maka kulit akan mengelupas dan keluar
instar III.
Tingkat III : Larva berkukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini
memerlukan waktu 3 sampai 9 hari. Larva mencari tempat
dengan temperatur yang disenangi, dengan berpindah-
pindah tempat, misalnya pada gundukan sampah
organik.27
3. Fase Pupa atau Kepompong
Pada fase ini jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa,
stadium ini berlangsung 3 – 9 hari, setelah stadium ini selesai maka melalui celah
lingkaran pada bagian anterior akan keluar lalat muda.28
4. Lalat Dewasa
Proses pematangan menjadi lalat dewasa kurang lebih dari 15 jam dan
setelah itu siap untuk mengadakan perkawinan. Umur lalat dewasa dapat
mencapai 2 – 4 minggu.29
C. Bionomi Lalat
1. Kebiasaan Hidup
Lalat Musca Domestica tidak mengigit, karena mempunyai tipe alat mutut
penjilat dan penghisap, sedangkan lalat kandang mempunyai tipe mulut penggigit.
Musca Domestica paling dominan banyak ditemukan di timbunan sampah dan
27
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 50. 28
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 51. 29
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 52.
20
kandang ternak. Musca Domestica lebih banyak menyerumuni bahan-bahan
sampah yang berupa sayur-sayuran dan yang mengandung protein. Spesies Fannia
ditemukan lebih kecil dari Musca Domestica tetapi lebih gesit dalam timbunan
sampah dan kandang ternak ayam, kerbau, sapi, dan babi.30
2. Kebiasaan Makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan satu ke makanan
yang lain. Lalat sangat tertarik dengan makanan yang dimakan oleh manusia
(susu, gula) pada tinja dan darah juga disukai lalat, pada protein lebih suka
digunakan untuk bertelur. Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya
makan dalam bentuk cair atau makanan basah, sedang makanan yang kering
dibasahi dahulu oleh ludahnya baru kemudian dihisap. Lalat mempunyai
kebiasaan memuntahkan makanan yang telah dihisapnya. Hal ini dapat berpotensi
menularkan bibit penyakit pada manusia.31
3. Tempat Istirahat
Lalat beristirahat di tempat-tempat tertentu. Pada siang hari bila lalat tidak
makan, mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran
pakaian, rumput-rumput, kawat listrik serta lalat menyukai tempat-tempat dengan
tepi yang tajam dan permukaannya vertikal. Biasanya tempat istirahatnya terletak
berdekatan dengan tempat makanannya atau tempat berkembang biak dan
biasanya yang telindung dari angin. Tempat istirahat tersebut biasanya tidak lebih
dari 4,5 meter dari atas permukaan tanah.32
4. Tempat Berkembangbiak
30
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 51. 31
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 28. 32
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 29.
21
Tempat yang disenangi adalah tempat yang basah, pada benda-benda
organik, tinja, sampah basah, kotoran binatang, dan tumbuh-tumbuhan busuk.
5. Jarak Terbang
Jarak terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan yang tersedia,
rata-rata 6 – 9 km, kadang-kadang dapat mencapai 19 – 20 km dari tempat
berkembangbiak.33
6. Lama Hidup
Lama kehidupan lalat sangat tergantung pada makanan, air dan temperatur.
Pada musim panas berkisar antara 2 – 4 minggu, sedang pada musim dingin bisa
mencapai 70 hari.34
7. Temperatur
Lalat mulai terbang pada temperatur 150
C dan aktivitas optimumnya pada
210
C. Pada temperatur di bawah 7,50
C tidak aktif dan di atas 450
C terjadi
kematian pada lalat.35
8. Kelembaban
Kelembaban erat hubungannya dengan temeratur setempat. Dimana
kelembaban ini berbalik terbalik dengan temperatur. Jumlah lalat pada musim
hujan lebih banyak dari musim panas. Lalat sangat sensitif terhadap angin
kencang, sehingga kurang aktif untuk keluar mencari makan pada waktu
kecepatan angin yang tinggi.36
9. Sinar
33
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 29. 34
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 29. 35
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 29. 36
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 30.
22
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik (menyukai sinar). Pada
malam hari ridak aktif, namun bisa aktif dengan sinar buatan. Efek sinar pada lalat
tergantung sepenuhnya pada temperatur dan kelembaban.37
D. Hasil Kerja Sayap Lalat
Lalat, hewan kecil yang hidup di tempat-tempat kotor dan seringkali
dianggap sebagai hewan yang menjijikan. Tapi siapa sangka dibalik itu semua
terkandung manfaat yang luar biasa dan yang tidak pernah terduga sebelumnya.
Rasulullah Saw. bersabda bahwa jika ada seekor lalat masuk ke dalam
minuman, maka tenggelamkanlah lalat tersebut karena pada sebagian sayap lalat
mengandung racun dan sebagian yang lain mengandng obat atau penawarnya.
Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
ِإَذا »َعْن َأِبي ُهَريْ َرَة َرِضَي اللَُّه َعْنُه َأنَّ َرُسوَل اللَِّه َصلَّى اهللُ َعَلْيِه َوَسلََّم قَاَل: بَاُب ِفي ِإنَاِء َأَحدُِكْم فَ ْليَ ْغِمْسهُ ُكلَُّه، ثُمَّ لَِيْطَرْحُه، َفِإنَّ ِفي َأَحِد َجَناَحْيهِ َوَقَع الذُّ
38«ِشَفاًء، َوِفي اآلَخِر َداءً “Apabila sebuah lalat jatuh di minuman salah seorang dari kamu,
maka benamkanlah, kemudian buanglah, karena sesungguhnya di
salah satu sayapnya terdapat penyakit dan di sayap lainnya
obatnya.”
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tim Departemen Mikrobiologi
Medis, Fakultas Sains, Universitas Qashim, Kerajaan Arab Saudi, beberapa
peneliti muda yang terdiri dari Sami Ibrahim at-Taili, „dil „Abdurrahman al-
Misnid dan Khalid Dza‟ar al-Utaibi. Dibimbing langsung oleh Dr. Jamal Hamid
yang dikoordinasi langsung oleh Dr. Saleh ash-Ahalih (seeorang da‟i terkenal di
Eropa), melakukan penelitian tentang analisis mikrobiologi tentang sayap lalat.
37
H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 30. 38
Al-Bukhârî, Saẖîẖ al-Bukhârî, cet. Ke-1, h. 1463, Kitab al-Ṯibb, Bab idza waqa’a al-
dzubâb, Hadis ke-5782.
23
Laporan ini mereka presentasikan ke acara “Student Research Seminar” di
Universitas Qashim, KSA.39
Metode penelitian yang mereka lakukan cukup sederhana yaitu dengan
memasukan lalat ke dalam masing-masing cawan yang berisi air dan memasukan
lalat ke dalam cawan tersebut dengan cawan 1 dalam kondisi terbenam seluruhnya
dan cawan 2 lalat dimasukan ke cawan tersebut tanpa membenamkannya.
Pada cawan 1, awalnya tampak tumbuh koloni kecil berupa bakteri E.Coli
namun pertumbuhannya terhambat oleh bakteri Actinomyces yang memproduksi
antibiotik. Bakteri itu biasanya menghasilkan antibiotik yang dapat diekstrak,
yaitu Actinomycetin dan Actinomycin yang berfungsi melisiskan (menghilangkan
secara perlahan) bakteri dan bersifat antibakteri dan antifungi.40
Sedangkan pada cawan 2, ternyata media ditumbuhi oleh koloni bakteri
patogen tipe E.Coli yang merupakan penyebab berbagai macam penyakit.
Dari penelitian di atas, maka dapat mengambil kesimpulan bahwa lalat
pada minuman dengan dan tanpa dibenamkan seluruh tubuhnya ternyata
memberikan hasil yang berbeda dan signifikan. Hal ini tentu saja membenarkan
yapa yang telah disabdakan oleh Rasulullah Saw. sebagaimana yang telah
dijelaskan pada hadis di atas bahwa pada sayap lalat itu terdapat penyakit dan
sekaligus penawarnya.41
Seekor lalat yang kecil, yang dijelaskan oleh para ilmuwan dari Australia
bahwa seekor lalat itu terbukti pada sebelah sayapnya ditemukan 1 gen refilin
yaitu gen yang mempunyai 2 fungsi yakni fungsi pada industri dan fungsi pada
kesehatan.
39
Yanuardi Syukur, Ternyata Sayap Lalat Mengandung Obat, h. 170. 40
Yanuardi Syukur, Ternyata Sayap Lalat Mengandung Obat, h. 172. 41
Yanuardi Syukur, Ternyata Sayap Lalat Mengandung Obat, h. 172-174.
24
Fungsi pada industri bahwa gen refilin ini lebih dahsyat dan lebih kuat dari
semua jenis karet yang ada yang telah dibuat oleh banyak orang di muka bumi ini.
Jenis karetnya diambil dari pohon karet atau lainnya, gen refilin yang ada di sayap
lalat itu lebih kuat dan lebih hebat jika dipakai sebagai karet karena ia mempunyai
daya dorong dan daya tekan yang sangat kuat serta daya pental yang demikian
dahsyat dan itu ada pada sayap seekor lalat dan serangga lain hingga ia dapat
bergetar hingga 1000x dalam setiap detiknya seperti hewan serangga lainnya. Dan
dalam fungsi kesehatannya bahwa gen refilin itu adalah satu gen yang bisa
mengobati penyakit-penyakit yang ada pada syaraf-syaraf arteri, pada syaraf-
syaraf meina. Syaraf arteri yang banyak terjadi penyumbatan, gen-gen refilin yang
ada di sayap seekor lalat itulah yang dapat mengobatinya.42
Demikian indahnya dan demikian sempurnanya dan demikian jeniusnya
Rasulullah Saw. Jika jatuh lalat pada minuman kalian, tenggelamkan ia.
Maksudnya gen–gen refilin yang ada di sayapnya itu supaya bertebaran di air pula
hingga menjadikan airnya itu tersucikan daripada bakteri-bakteri yang ada pada
sayap lainnya.43
Manusia melihatnya dengan mikroskop dan selama puluhan tahun mereka
menelitinya tapi Nabi Saw. tahu di sayap lalat itu ada gen penyembuh, ada gen
penyakit sampai butiran gen dan sel yang ada disayap lalat diketahui oleh
Rasulullah saw. atas petunjuk dari Allah SWT sebagai sang Maha Pencipta segala
sesuatu dan Maha Mengetahui akan seluk beluk ciptaan-Nya.44
42
Yanuardi Syukur, Ternyata Sayap Lalat Mengandung Obat, h. 173. 43
Yanuardi Syukur, Ternyata Sayap Lalat Mengandung Obat, h. 175. 44
Yanuardi Syukur, Ternyata Sayap Lalat Mengandung Obat, h. 175.
25
BAB III
PEMAHAMAN HADIS SAYAP LALAT
A. Teks Hadis dan Takhrij Hadis
Kata takhrij menurut bahasa dapat digunakan untuk beberapa arti,
mengeluarkan (istinbath), melatih/meneliti (tadrib), menghadapkan (taujih).
Dalam memahami suatu hadis diperlukan takhrij hadis begitupun memahami
hadis sayap lalat ini, dengan demikian berikut teks hadis sayap lalat yang akan
ditakhrij.
بَاُب ِفي ِإنَاِء َأَحدُِكْم فَ ْليَ ْغِمْسُو ُكلَُّو، ثُمَّ لَِيْطَرْحُو، فَِإنَّ ِفي َأَحِد ِإَذا َوَقَع الذُّ َجَناَحْيِو ِشَفاًء، َوِفي اآلَخِر َداءً
“Apabila sebuah lalat jatuh di minuman salah seorang dari kamu,
maka benamkanlah, kemudian buanglah, karena sesungguhnya di
salah satu sayapnya terdapat obat dan di sayap lainnya
penyakitnya.”45
1. Penelusuran dengan metode awal matan
Setelah ditelusuri melalui awal kata َإَِذا َوقَع yang terdapat dalam matan hadis di
atas dengan menggunakan kitab Mausū„ah Aṯrâf al-Hadîts al-Nabawwî al-
Syarîf, ditemukan data sebagai berikut.
46ِإَذا وقع الذباب في ِإنَاء أحدكم
۱۸۱: ۷ خ۳۸٤٤ د
45
Al-Bukhârî, Saẖîẖ al-Bukhârî, cet. Ke-1, Kitab al-Ṯibb, Bab idza waqa‟a al-dzubâb, Hadis ke-5782, h. 1463.
46 Abû Hajar Muẖammad al-Sa‟id Basyûni Zaghlûl, Mausû‟ah Aṯrâf al-Hadîts, al-
Nabawiy al-Syarîf Juz 1, h. 424.
26
۱۷۹: ۷ ن
۲۲۹ : ۲ حم ۲۵۲ : ۱ هق ۱۰۵ خزمية
۲٦۱: ۱۱ سنة ٤۱٤, ٤۱۱۵ مشاكة
۱۸: ٦ احتا ف
۱۳٤ منحة
۲۸۳, ۲۸۲: ٤ مشلك
۳۸: ۵ مجمع
۱۳۵۵ حب
۲٦: ۱ تلخيص
٤٦ علل ۲۸۳۰۲, ۲۸۳۰۱, ۲۸: ۸۰ كزن
۳۳۷: ۱ متهيد
۷۳: ۱ حبيب
۲۱۲: ۱اس تذ كر 2. Penelusuran dengan metode lafadz
Setelah ditelusuri melalui kata-kata yang jarang digunakan dari suatu bagian
matan hadis di atas menggunakan kitab Mu‟jam al-Mufahras li Alfâẕ al-Hadîts
al-Nabâwî, yaitu lafadz وقع ι ابذبّ ι إِنَاء ιأحدكن, dan data yang ditemukan hanya ّذب,
yakni sebagai berikut:
بَاُب ِفي 47َأَحدُِكْم فَ ْليَ ْغِمْسوُ شَرابِإَذا َوَقَع الذُّ
۵۸, طّب ۰۰۱۷ اخللق ءخ بد
47
Winsink, Mu‟jam al-Mufahras li Alfâẕ al-Ḫadîts al-Nabâwî, Juz 2, h. 170.
27
٤۸د أطعمة ۱۱ن فرع
۳۱جه طّب
۱۲دى أ طمعه
۲٤ ۳ ,٤٤۳, ۳۹۸, ۳۸۸, ۳۵۵, ۳٤۰, ۲٦۳, ۲٤٦, ۲۳۹ ۲مح Dari hasil takhrij hadis di atas, berikut ini adalah teks hadis yang terdapat di
Sahîh al-Bukhârî dan satu teks hadis perwakilan di luar Sahîh al-Bukhârî yaitu
Sunan Abî Dâwud berhasil ditemukan di dalam kitab-kitab rujukan:
Redaksi dalam Kitab Saẖîẖ al-Bukhârî:
ثَ َنا ُعْتَبُة ْبُن ُمْسِلٍم قَاَل ثَ َنا ُسَلْيَماُن ْبُن ِبََلٍل قَاَل َحدَّ ثَ َنا َخاِلُد ْبُن َمْخَلٍد َحدَّ َحدَُّىَريْ َرَة رضى اهلل عنو يَ ُقوُل قَاَل النَِّبىُّ َأْخبَ َرِنى ُعبَ ْيُد ْبُن ُحنَ ْيٍن قَاَل َسِمْعُت َأبَا
بَاُب ِفى َشَراِب َأَحدِ ِإَذا َوقَ " قسلمَصلى اهلل عليو ُو فَِإنَّ ِفى ُكْم فَ ْلَيغِمسْ َع الذُّ48".ِإْحَدى َجَناَحْيِو َذاًء َوِفى اأُلْخَرى ِشَفاء
ثَ َنا ثَ َنا قُ تَ ْيَبُة َحدَّ ُعْتَبَة ْبِن ُمْسِلٍم َمْوَلى بَِنى تَ ْيٍم َعْن ْسَماِعيُل ْبُن َجْعَفٍر َعْن إِ َحدَّرضى اهلل عنو َأنَّ َرُسوَل اهلِل َعْن َأِبى ُىَريْ َرَة ُحنَ ْيٍن َمْوَلى بَِنى ُزرَْيٍق ْبنِ ُعبَ ْيِد
بَاُب ِفى ِإنَاِء َأَحدُِكْم فَ ْليَ ْغِسْمُو ُكلَُّو ثُمَّ َصلى اهلل عليو وسلم قَاَل ِإَذا َوَقَع الذُّ49ِر َداًء طرفو.اآلخَ ْلَيْطَرْحُو فَِإنَّ ِفى َأَحِد َجَناَحْيِو ِشَفاًء َوِفى
Redaksi dalam Kitab Sunan Abî Dâwud:
المفضَّل ، عن ابن يعني ابنحمد بن حنبل، قال : نا بشر ، حدثنا أعن أبي ىريرة قال : قال رسثل اهلل عليو ي،ر َعْجَلن، عن سعيد المقبُ
48
Al-Bukhârî, Saẖîẖ al-Bukhârî, Kitab bad al-khuluq, Bab idza waqa‟a al-dzubâb, Hadis
ke-17, h. 911 49
Al-Bukhârî, Saẖîẖ al-Bukhârî, Kitab Ṯibb, Bab idza waqa‟a al-dzubâb, Hadis ke 58, h.
1594.
28
بَابُ ْيِو في ِإْحَدى َجَناحَ فإن ِفى إناء أَحدُِكْم فَامُقُلوه، قسلم "ِإَذا َوَقَع الذُّ50و كلَّو.فليغمس جناحو الذي فيو الداء،وإنو يتَِّقي ب َذاًء َوِفى اآلخر ِشَفاًء،
Al-Bukhâri menyebutkan hadis di bab ini dari Qutaibah, dari Isma‟îl bin
Ja‟far, dari Utbah bin Muslîm Al-Madanî Maula bani Tamîm, dari Ubaid bin
Hunain Maula bani Zuraiq, dari Abû Hurairah RA. Nama panggilan bapak Utbâh
bin Muslîm adalah Abû Utbâh. Utbâh tidak memiliki riwayat dalam Sahîh al-
Bukhârî kecuali hadis ini. Pada sanad ini disebutkan, “Dari Ubaîd bin Hunain
mengabarkan kepadaku” dan nama panggilannya adalah Abû Abdullah. Adapun
„Maula bani Zuraiq‟ disebutkan Al-Kullabadzi bahwa ia adalah Maula Zaid bin Al
Khaththab. Sementara dari Ibnu Uyainah bahwa dia adalah Maula Al Abbâs.
Namun, hal ini tidak benar, karena sepertinya dia mengira bahwa dia adalah
saudara Abdullah bin Hunain. Ubaidillah tidak pula memiliki riwayat dalam Sahîh
al-Bukhârî selain hadis ini dan disebutkan di dua tempat.
Dalam ilmu hadis, takhrîj dipahami untuk beberapa kepentingan:
Mengeluarkan dan meriwayatkan satu hadis dari beberapa kitab, atau guru,
atau teman. Kegiatan ini memperhatikan riwayat hidup periwayat.
Tujuannya tiada lain, mengetahui apakah periwayat dapat dipercaya apa
tidak. Menjelaskan tentang hadis kepada orang lain dengan menyebutkan
para periwayat dalam sanad hadis tersebut.51
Menunjukkan kitab-kitab sumber hadis, yakni menyebutkan letak sebuah
hadis dalam berbagai kitab yang di dalamnya ditemukan hadisnya secara
lengkap dengan sanad masing-masing.
50
Abî Dâwud Sulaymân bin al-Asy‟ats al-Sijjistâni, Sunan Abî Dâwud, h. 690. 51 Muh. Zuhri, Hadis Nabi Telaah Hostoris dan Metodologis, h. 145-150.
2
9
3. S
kem
a S
an
ad
لكن م
س ب ان
رعةا ز
اب
ّمادن ح
ل بسه
يثحد
ل ال عل
ثّنى الم
بنداهلل
عب
ضللمف
ن ار ب
بش
داهلل عب
بنامة
ثم
ريرةى ه
اب
عيدن س
د بسوي
نينن ح
د بعبي
سلمه و
عليهلل
ى اصل
هلل ل ا
سو ر
قيلبيه
ن ا سن
الدنن
سا
رمي
عمربن
سن الح
هلل بدا
و ع اب
سلمن م
بة ب عت
رىمقب
د السعي
ضل الف
بنسن
الحبو
ا
حيحص
ري
بخاال
الدن ح
م بسل
م
تيبة ق
عفرن ج
ل باعي
سم إ
رفة ن ع
ن بحس
النبل
ن حد ب
حمن ا
جالن ع
اب
بن يل
ماعاس
ّمدمح
ب زيخظّا
و الاب
اد
ن من اب
سنجها
اود
و د أب
ربن ح
ن بيما
سل
لمةن س
د بحّما
بن ح ا
صحييمة
خز
30
ابن سعيد الخدري
ابن سلمة
سعيد بن خالد
ابن ابي ذئب
رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم
يحي القط ان
ابو حيثمة عمرو بن علي
سنن النساء
ابو يعلى
نآظملموارد ا
يزيد بن هارون
ابو عبيد القاسم
علي بن عبد العزيز
بن قريش ابو احمد محم د
ط ح انلابو العب اس ا
محم د بن الحسن
شرح السنه
31
4. Kritik Sanad
Dari uraian sebelumnya diketahui bahwa takhrij hadis mempunyai saran dan
tujuan menelusuri satu atau beberapa hadis. Kegiatan ini dimulai dari pernyataan,
a. Hadis yang dimaksud berada dalam kitab apa saja, dan diriwayatkan
melalui beberapa jalur.
b. Siapa saja tokoh yang meriwayatkan hadis tersebut di masing-masing
jalur. Ditelusuri satu persatu, bagaimana reputasi tokoh dalam dunia
hadis.
c. Dari penelusuran ini dapat disimpulkan, apakah hadis tersebut melalui
jalur yang berkualitas (sanad sahîh) atau tidak. Demikian juga, apakah
hadis tersebut bersambung sanadnya atau tidak.52
Sedangkan dalam penelitian hadis ini, yang akan diteliti adalah kritik sanad
dari jalur yang diriwayatkan oleh Bukhârî dan Abû Dâwud saja. Berikut data
periwayat dari jalur Bukhârî:
Jalur Bukhârî
1. Bukhârî
a. Nama Lengkap : Abu „Abdillah Muhammad bin Ismâ‟il bin Ibrâhîm
bin al-Mughîrah bin Bardizbah al-Jufi al-Bukhârî. Wafat pada tahun
256 H.53
b. Guru-guru : Husain bin „Alî al-Ja‟fî, Abî Asâmah Hamâd bin Asâmah,
Muhammad bin „Ubaid, Yahya bin Ȃdam, Qutaibah.
c. Murid-murid : Muhammad bin Sâlih bin Hânî, Muhammad bin Ibrâhîm
al-Hasyamîy, dan Jamâ‟ah.
52
Muh. Zuhri, Hadis Nabi Telaah Hostoris dan Metodologis, h. 150. 53
Ibnu Hâjâr al-Asqâlânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, (T.tp: T.pn., 1326) juz 3. h. 136.
32
d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : ẖaddatsanâ
e. Tabaqat : 11 ; Awsât al-Ȃkhdzîn „an tabi‟at-tabâ‟
f. Pendapat ulama hadis :
Abu Hatim : Tsiqah
Muhammad bin Basysyâr : Huffảdzah
Ibnu Hâjâr : Tsiqah
2. Qutaibah
a. Nama Lengkap : Qutaibah bin Sa‟id bin Jâmil bin Tarif bin Abdullah
bin Abdullah. Wafat pada tahun 240 H.54
b. Guru-guru : Ismâ’îl bin Ja’far bin Abi Katsir, Basar bin al-Mufdal
bin Lahik, Bakar bin Madhor bin Muhammad bin Hakim, Ja‟far bin
Sulaiman, Laits bin Said bin Abdurrahman.
c. Murid-murid : Ibn Mâjah, Ibrâhim bin Ishâq al-Harabî, Ahmad bin
Hanbal, Ahmad bin Sa‟îd ad-Dârimî.
d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : ẖaddatsanâ
e. Tabaqat : 10 ; Khibaru Tab‟u al-Atba‟
f. Pendapat ulama hadis :
Ibnu Hibban : Min al-Mutaqin
Abu Hatim : Tsiqah
Ibnu Hâjâr : Tsiqah Tsabat
3. Ismâ‟îl bin Ja‟far
a. Nama Lengkap : Ismâ‟îl bin Ja‟far bin Abî Katsîr al-Ansârî Zaraqî
Maulâhim. Wafat pada tahun 180 H di Baghdad.55
54
Ibnu Hâjâr al-Asqâlânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, (T.tp: T.pn., 1326 H) juz 2, h. 75.
33
b. Guru-guru : Ismâ‟il bin Abî Hakîm, Hubaib bin Hasân, ‘Utbah bin
Muslim, Mûsa bin „Uqabah, Yazîd bin Abdullah.
c. Murid-murid : Ibrâhîm bin Abdullah bin Hâtim, Ishâq bin Muhammad
bin Ma‟mar, Qutaibah bin Sa’id, Yahya bin Ayyub.56
d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : ẖaddatsanâ
e. Tabaqat : 8 ; Atbâ‟at-tâbi‟în
f. Pendapat ulama hadis :
Ibnu Hâjâr : Tsiqah Tsabit
Adz-Dzahabî : Tsiqat Tsabit
Ahmad bin Hanbal : Tsiqah
Abû Dawûd as-Sajastânî : Tsiqah
4. „Utbah bin Muslim
a. Nama Lengkap : „Utbah bin Abî „Utbah Tamîm, wafat pada tahun 140
H.57
b. Guru-guru : Hamzah bin „Abdullah bin „Umar, Abdullah bin Râfi‟,
‘Ubaid bin Hunain, Nâfi‟ bin Jubair Mat‟am, Abî Salamah bin
Abdurrahman.58
c. Murid-murid : Ibrâhîm bin Muhhammad bin Abî Yahya, Ismâ’îl bin
Ja’far, Sa‟îd bin Abî Halâl, Mâlik bin Abî Hasan.
d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : „an
e. Tabaqat : 6 ; „Ȃsarûl Sighâr Tâbi‟în
55
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut:
Muassasah al-Risalah, 1983), juz 10, h. 147. 56
Ibnu Hâjâr al-Asqâlânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, (T.tp: T.pn., 1326 H) juz 5, h. 58. 57
Abû Bakar Ahmad ibn Ali bin Tsabit al-Khârîb al-Baghdadi, Târikh Madinah al-
Salam, (Beirut: Dar al-Gharab al-Islami, 2001) juz 7, h. 174. 58
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut:
Muassasah al-Risalah, 1983), juz 9, h. 131.
34
f. Pendapat ulama hadis :
Ibnu Hâjâr : Tsiqah
Adz-Dzahabî : Saddûq
5. „Ubaid bin Hunain
a. Nama Lengkap : „Ubaid bin Hunain al-Madanî, lahir tahun 70 H dan
wafat pada tahun 105 H di Madinah.59
b. Guru-guru : Zaid bin Tsâbit, Abdullah bin „Abbâs, Qatâdah bin
Nu‟mân, Abî Mûsa al-Asy‟arî, Abî Hurairah.
c. Murid-murid : Sâlim Abû Nadir, Abdullah bin Sa‟id, Abdullah bin
Abdurrahman, ‘Utbah bin Muslim, Yahya bin Sa‟îd al-Ansarî.
d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : „an
e. Tabaqat : 3 ; Tâbi‟in
f. Pendapat ulama hadis :
Abû Hâtim ar-Râzî : Sâlih al-Hâdîts
Ibnu Hâjâr : Tsiqah
Adz-Dzahabî : Tsiqah
6. Abû Hurairah
a. Nama Lengkap : Abû Hurairah Abdurrahman bin Sohrin al-Dausî, lahir
di Mina pada tahun 19 H kemudian wafat pada tahun 59 H di
Madinah.60
b. Guru-guru : Nabi Muhammad Saw., Abî Bakar al-Sidîq, Abî bin
Ka‟ab, Umar bin Khattâb, „Ȃisyah binti Abî Bakar, Asâmah bin Zaid,
al-Fadl bin al-Abbâs Ibnu Abbas.
59
Ibnu Hâjâr al-Asqâlânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, (T.tp: T.pn., 1326 H) juz 8, h. 314. 60
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut:
Muassasah al-Risalah, 1983), juz 1, h. 834.
35
c. Murid-murid : Abdullah bin Abî Sulaimân, Abdullah bin „Abbâs,
‘Ubaid bin Hunain, „Atâ bin Abî Rabbâh, Sulaiman bin Yasâr.
d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : „an
e. Tabaqat : 1 ; Sahâbî
f. Pendapat ulama hadis :
Ibnu Hâjâr : Saẖâbî
Adz-Dzahabi : Saẖâbî
Berikut data periwayat dari jalur Abû Dâwud:
Jalur Abû Dâwud
1. Abû Dâwud61
a. Nama Lengkap : Sulaimân bin al-Asy‟ats bin Syaddâd bin „Amr bin
Ȃ‟mir, atau Sulaiman bin al-Asy‟ats bin Bisyr bin Syaddâd, atau
Sulaimân bin al-Asy‟ats bin Isẖâq bin Basyîr bin Syaddâd, ibnu „Amr
bin „Imrân al-Azdî Abû Dâwud al-Sijjistânî al-Hâfîẕ. Perjalanan rihlah
yang dilakukan yaitu ke Irak, Khurasan, Syam, Mesir, Hijaz dan lain-
lain. Lahir pada tahun 202 H dan wafat pada bulan Syawâl tahun 275 H,
di Basrah.
b. Guru-guru : Ibrâhîm bin Basysyâr al-Ramâdî, Ibrâhîm bin Ziyâd
Sabalân, „Ustmân bin Muẖammad bin Abî Syaybah, Aẖmad bin
Hanbal, „Ali ibn al-Madînî dan „Amr bin „Awn al-Wâsiṯî.
c. Murid-murid : al-Tirmidzî, Ibrâhîm bin Hammâd bin Ibrâhîm bin
Yûnus al-„Ȃqûlî, dan Abû Hâmid Aẖmad bin Ja‟far al-Asy‟arî al-
Aşbahânî.
61
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut:
Muassasah al-Risalah, 1983), juz 11, h. 355-367.
36
d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : ẖaddatsanâ
e. Tabaqat : 11 ; Tab‟a atbâ‟
f. Pendapat ulama hadis:
Ibnu Hâjâr : Tsiqah Hâfidz
Adz-Dzahabi : al-Hâfidz
Abû Hâtim bin Hibbân : fiqhân, „ilmân, hifdzân, nuskân, wara‟ân,
itqânân.62
2. Aẖmad bin Hanbal
a. Nama lengkap : Aẖmad bin Muẖammad bin Ḫanbal bin Hilâl bin Asad
al-Syaybâni, Abû „Abdillâh al-Marwazî al-Baghdâdî. Lahir di Baghdad,
Rabiul Awal pada tahun 164 H, dan penah menuntut ilmu ke Kufah,
Bashrah, Mekah, Madinah, Yaman, Syam dan Jazirah. Wafat pada hari
Jum‟at, Rabiul Awal tahun 241 H di Baghdad.63
b. Guru-guru : Ibrâhîm bin Khâlid al-Şan‟anî, Bisyr bin al-Mafadl, Ishâq
bin Yûsuf al-Azraq, Ismâ‟îl ibn „Ulayyah, Bahz bin Asad dan Ya‟qûb
bin Ibrâhîm bin Sa‟d al-Zuhrî.
c. Murid-murid : Al-Bukhârî, Muslim, Abû Dâwud, Ibrâhîm bin Ishâq al-
Ḫarbî dan Aẖmad bin al-Ḫasan bin Junaydib al-Tirmidzî.
d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : ẖaddatsanâ
e. Tabaqat : 10 ; Tab‟a atbâ‟
f. Pendapat ulama hadis :
Qutaibah bin Sa‟id : Imâm al-Dunyâ
62 Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut:
Muassasah al-Risalah, 1983), juz 11, h. 358. 63
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut:
Muassasah al-Risalah, 1983), juz 1, h. 437-470.
37
Abâ Ja‟far al-Nufaylî : A‟lâm al-Dîn
Aẖmad bin Sa‟îd al-Dârimî : aẖfadzu64
3. Ibn Mafadl
a. Nama lengkap : Bisyr bin al-Mafadl, wafat pada tahun 186 H.
b. Guru-guru : Ismâ‟îl Basyr bin al-Mafadl, Bisyr bin al-Mafadl, Ḫamîd
aṯ-Ṯawîl, „Abdullah bin Muẖammad bin „Aqîl, Yahya bin Sa‟îd al-
Anşârî. Muhammad bin ‘Ajlan.65
c. Murid-murid : Ziyâd bin Yaẖya al-Ḫasânî, „Abî bin al-Madînî, Naşr bin
„Alî, Aẖmad bin Ḫanbal, dan Wahab bin Baqî.
d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : ẖaddatsanâ
e. Tabaqat : 8 ; Atbâ‟ at-Tâbi‟în
f. Pendapat ulama hadis :
Ibn Sa‟id : tsiqah
Abû Zar‟ah : tsiqah
Abû Hâtim : tsiqah
Abû Abdurrahman an-Nasâî : tsiqah
4. Ibnu „Ajlan
a. Nama lengkap : Muhammad bin „Ajlan al-Qarasyî Abû Abdullah al-
Qarasyî, lahir di Madinah wafat pada tahun 148 H.66
b. Guru-guru : Ibrahîm bin „Abdullah bin Hunain, Zaid bin Aslan, Sa‟id
bin Ibrâhîm, Sa’id bin Abî Sa’id al-Maqburî, Suhail bin Abî Salîẖ.
64
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut:
Muassasah al-Risalah, 1983), juz 1, h. 438. 65 Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut:
Muassasah al-Risalah, 1983), juz 1, h. 703. 66
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut:
Muassasah al-Risalah, 1983), juz 11, h. 235.
38
c. Murid-murid : Isma‟îl bin Ja‟far, Bisyr bin al-Mafadl, Hâtim bin
Ismâ‟îl, Khâlid bin al-Hârits, Dâwud bin Qais al-Farâi, Sa‟îd bin Abî
Ayûb, Sulaiman bin Bilâl.
d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : „an
e. Tabaqat : 5 ; Tâbi‟în
f. Pendapat ulama hadis :
Ad-Dzahabi : Tsiqah
Abû Bakar al-Baihaqî : Tsiqah
Abû Hâtim ar-Râzî : Tsiqah
5. Sa‟îd al-Maqburî
a. Nama lengkap : Abû Sa‟îd bin al-Maqburî al-Masanî, wafat pada tahun
100 H di Madinah.
b. Guru-guru : „Abdullah bin Salâm, Abî Hurairah, „Ali bin Abi Tâlib,
Abî Sa‟id al-Khudrî, Abî Syuraih bin Ka‟ab, Umar bin Khattab.
c. Murid-murid : Abdullah bin Sa‟îd, „Amrû bin Abî „Umar,
Muhammad bin ‘Ajlan, Abû Sakhar Hamîd bin Ziyâd..67
d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : „an
e. Tabaqat : 2 ; Tâbi‟în
f. Pendapat ulama hadis :
Aẖmad bin Hanbal : tsiqah
Aẖmad bin Syu‟aib an-Nasâî : tsiqah
Aẖmad bin Sâlih al-Jailî : tsiqah
6. Abû Hurairah
67
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1983), juz 1, h. 593
39
a. Nama lengkap : Abû Hurairah Abdurrahman bin Sohrin al-Dausî,
lahir di Mina pada tahun 19 H kemudian wafat pada tahun 59 H di
Madinah.68
b. Guru-guru : Nabi Muhammad Saw., Abî Bakar al-Sidîq, Abî bin
Ka‟ab, Umar bin Khattâb, „Ȃisyah binti Abî Bakar, Asâmah bin Zaid,
al-Fadl bin al-Abbâs Ibnu Abbas.
c. Murid-murid : „Abdullah bin „Abbâs, Anas bin Mâlik, Marwân bin
Hakim, Sa’îd bin Sa’id al-Maqburî, Sa‟îd bin Hayyân at-Tamîmî.
d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : „an
e. Tabaqat : 1 ; Sahâbî
f. Pendapat ulama hadis :
Ibnu Hâjâr : Saẖâbî
Adz-Dzahabi : Saẖâbî
5. Penilaian Hadis
Setelah melakukan penelitian sanad memalui jalur hadis yang diriwayatkan
oleh Bukhârî dan Abû Dâwud, dapat disimpulkan bahwa periwayat yang diteliti
tidak ada yang dinilai negatif, semuanya berkualitas tsiqah.
Penilaian hadis periwayatan Bukhârî
Bukhârî (w. 242 H) menerima hadis dari Qutaibah (w. 240 H) dengan cara
“ẖaddatsanâ”, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan Bukhârî berguru dengan
Qutaibah dan mereka dimungkinkan bertemu, sehingga sanadnya bersambung dan
dapat diterima. Qutaibah (w. 240 H) menerima hadis dari Ismâ‟il bin Ja‟far (w.
180 H) dengan cara “ẖaddatsanâ”, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan
68
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1983), juz 1, h. 834.
40
Qutaibah berguru dengan Ismâ‟il bin Ja‟far dan mereka dimungkinkan bertemu,
sehingga sanadnya bersambung dan dapat diterima. Ismâ‟il bin Ja‟far (w. 180 H)
menerima hadis dari „Utbah bin Muslim (w. 140 H) dengan cara “‟an”, para
ulama menilai positif (ta‟dil) dan Ismâ‟il bin Ja‟far pernah berguru dengan „Utbah
bin Muslim dan mereka dimungkinkan bertemu, sehingga sanadnya bersambung
dan dapat diterima. „Utbah bin Muslim (w. 140 H) menerima hadis dari „Ubaid
bin Hunain (w. 105 H) dengan cara “‟an”, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan
„Utbah bin Muslim pernah berguru dengan „Ubaid bin Hunain dan mereka
dimungkinkan bertemu, sehingga sanadnya bersambung dan dapat diterima.
„Ubaid bin Hunain (w. 105 H) menerima hadis dari Abû Hurairah (w. 59 H)
dengan cara “‟an”, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan „Ubaid bin Hunain
pernah berguru dengan Abû Hurairah dan mereka dimungkinkan bertemu,
sehingga sanadnya bersambung dan dapat diterima. Abû Hurairah menerima hadis
dari Nabi Muhammad Saw. dengan cara “‟an”. Abû Hurairah adalah seorang
sahabat yang tidak diragukan lagi ke‟adil-annya, sehingga sanadnya bersambung
dan dapat diterima.
Dari hasil penelitian sanad, yaitu riwayat Bukhârî, periwayatan dalam keadaan
bersambung antara murid dan guru, sanad yang diteliti semuanya bersambung,
tsiqah, tidak syâdz dan tidak ada „illat, sehingga dapat disimpulkan bahwa sanad
hadis yang diriwayatkan oleh Bukhârî berkualitas sahîh karena semua perawi
bersambung antara guru dan murid.
Penilaian hadis periwayatan Abû Dâwud
Abû Dâwud (w. 275 H) menerima hadis dari Aẖmad bin Hanbal (w. 241 H)
dengan cara “ẖaddatsanâ”, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan Abû Dâwud
41
pernah berguru dengan Aẖmad bin Hanbal dan dimungkinkan mereka bertemu,
sehingga sanadnya bersambung dan dapat diterima. Aẖmad bin Hanbal (w. 241 H)
menerima hadis dari Ibn Mafadl (w. 186 H) dengan cara ẖaddatsanâ, para ulama
menilai positif (ta‟dil) dan memungkinkan mereka pernah bertemu dan berguru,
sehingga sanadnya bersambung dan dapat diterima. Ibn Mafadl (w. 186 H)
menerima hadis dari Ibnu „Ajlan (w. 148 H). Dengan cara “‟an”, para ulama
menilai positif (ta‟dil) dan memungkinkan mereka pernah bertemu dan berguru,
sehingga sanadnya bersambung dan dapat diterima. Ibnu „Ajlan (w. 148 H)
menerima hadis dari Sa‟îd al-Maqburî (w. 100 H) dengan cara “‟an”, para ulama
menilai positif (ta‟dil) dan mereka bertemu dan berguru, sehingga sanadnya
bersambung dan dapat diterima. Sa‟îd al-Maqburî menerima hadis dari Abû
Hurairah dengan cara “‟an”, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan mereka
bertemu dan berguru, sehingga sanadnya bersambung dan dapat diterima. Abû
Hurairah menerima hadis dari Nabi Muhammad Saw. dengan cara “‟an”. Abû
Hurairah adalah seorang sahabat yang tidak diragukan lagi ke‟adil-annya,
sehingga sanadnya bersambung dan dapat diterima.
Dari hasil penelitian sanad, yaitu riwayat Abû Dâwud, periwayatan dalam
keadaan bersambung antara murid dan guru,