86
STUDI KUALITAS HADIS TENTANG LALAT Skripsi Diajukan untuk memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag.) Oleh Yunita Kartika Sari NIM: 1113034000155 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2017 M

STUDI KUALITAS HADIS TENTANG LALAT€¦ · ng aga, MA STUDI KUALITAS HADIS LALAT Skripsi Diajukan untuk memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag.) Oleh Yunita Kartika

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • STUDI KUALITAS HADIS TENTANG LALAT

    Skripsi

    Diajukan untuk memenuhi Persyaratan memperoleh

    Gelar Sarjana Agama (S. Ag.)

    Oleh

    Yunita Kartika Sari

    NIM: 1113034000155

    PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

    FAKULTAS USHULUDDIN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA 1439 H/2017 M

  • ng

    aga, MA

    STUDI KUALITAS HADIS LALAT

    SkripsiDiajukan untuk memenuhi Persyaratan memperoleh

    Gelar Sarjana Agama (S. Ag.)

    OlehYunita Kartika SariNllvf: 1113034000155

    Pembimbi

    ~~Hasanuddin Sin

    PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR' AN DAN TAFSIRFAKULTASUSHULUDDIN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA 1439 H/2017 M

    i

  • tI0z reqop{o s '}3}ndr3

    'uw>Vt ttallnl".{eprHJIrBdS NIn Ip DtBIreq Eue.( rsluas ?uruaueurplpasJaq u.(es e4eur 'ure1 Eue.ro B,ftq IJep uB{BIdr[ ueledruetu ne]Be,(es rlsu e,ftB{ Ilseq ue{nq Tul Bf,re{ e&\qBq IDFqre} ustl uulpnule{lp ertlf 'E

    'euerIef qelnre,{eplH

    JI&fS NIO Ip nrlulreq Eue,( uuruuale{ uu8uap Isnses uu)fun1rucefes qulel 1uI uestlnued tuul"p neletm8 edss Euz.{ requrns

    "nuas 'Z

    '€ue>tuf qe1p1e.(eptg

    J1reds NIn Ip I ule4s .ru1a8 qeloredureul uslure,(sred nlus t{utesrqnueulow {nlm uB{nfBIp Eued afus gse e.{rq pseq rm>pdn-reu 1ul Isdpls 'l

    :B/rlgBq uurlgle{uem e{€f tm uE8ueo

    NYYIYANUf,d UV{hItr'I

    ii

  • Eqquqqua6

    t00 7,109002 90s0sr6l 'drN

    @

    1y$8ue4

    ?oEEuV

    900 I t0866I I0r0t96I'dINISTt@EE

    uloEEuy de16uerery suuuo{eseloE8uy delEuers6l snle)

    'qefsebermhl Euepls

    ,I0u reqoHo IE'}stndrJ)

    'rlsJBJ uep uu.m|-Iy nulll rpn$ urer8ord eped (EV'S) eueEyt,tmFES rele8 qsloredursur lereis n1es rlEIEs pEeqss etuuolm qplol 1uI Isdlqs 'Ll1T,reqoqo 19 eped se1re>Ief rlellnp{eprH

    JI&r(S NIn ulppnFqsn SBUnrIBC qe,{sebutmruEueprs urBIBp uryfnlp rlelel ..lBI"1 8u4ueg slpeH srysn; Ipnls,, ppnftaq Isdlqs

    [00 I ztgoUz0zt0LL6L',

    r00 z €0666r 8190896I 'drN

    NYIfN YIIINYd NYI{YSfl CNf,d

    I g0I,66I SIIT0'6I 'dINvIAl -sdsurs urPPnuEb'BH

    iii

  • v

    PEDOMAN TRANSLITERASI

    Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman

    pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013/2014.

    1. Konsonan

    Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

    tidak dilambangkan ا

    B Be ب

    T Te ث

    Ts te dan es ث

    J Je ج

    H h dengan garis di bawah ح

    Kh ka dan ha خ

    D De د

    Dz de dan zet ذ

    R Er ر

    Z Zet ز

    S Es س

    Sy es dan ye ش

    S es dengan garis di bawah ص

    ḏ de dengan garis di bawah ض

    ṯ te dengan garis di bawah ط

    ẕ zet dengan garis di bawah ظ

    koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

    Gh ge dan ha غ

    F Ef ف

    Q Ki ق

    K Ka ك

    L El ل

  • vi

    M em م

    N En ن

    W We و

    H Ha ه

    Apostrof ` ء

    Y ye ي

    2. Vokal Tunggal

    Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

    vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal

    tunggal alih aksaranya adalah sebagai berikut:

    Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

    A Fathah

    I Kasrah

    U ḏammah و

    Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

    Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

    Ai a dan i ي

    Au a dan u و

    3. Vokal panjang

    Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

    a dengan topi di atas ا

    i dengan topi di atas ي

    u dengan topi di atas و

  • vii

    4. Kata Sandang

    Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,

    yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf

    syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-syamsiyyah bukan asy-

    syamsiyyah, al-rijāl bukan ar-rijāl.

    5. Tasydīd

    Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

    dengan sebuah tanda ( ّ ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,

    yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu terletak

    setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Huruf yang

    ber-tasydīd ditulis dengan dua huruf serupa secara berturut-turut, seperti الُسنَّت=

    al-sunnah.

    6. Ta Marbūṯah

    Berkaitan dengan alih askara ini, jika ta marbūṯah terdapat pada kata

    yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialih-aksarakan menjadi huruf /h/,

    seperti أبو هَُرْيَرة= Abū Hurairah.

    7. Huruf Kapital

    Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam

    Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh kata sandang,

    maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut,

    bukan huruf awal atau kata sandangnya, seperti البخاري= al-Bukhāri.

    Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan

    dalam alih askara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)

  • viii

    atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak

    miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.

  • ix

    ABSRTAK

    YUNITA KARTIKA SARI

    Studi Kualitas Hadis Tentang Lalat

    Skripsi ini meneliti tentang kualitas hadis sayap lalat, beberapa hadis yang

    membahas mengenai hal ini dan ada beberapa yang mempertanyakan kualitas

    hadis sayap lalat, maka dari itu skripsi ini membuktikan kualitas hadis

    menggunakan metode takhrij hadis.

    Sumber data dalam penelitian ini adalah hadis sayap lalat di kamus

    Mausû’ah Atrâf al-Hadîts dan Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabâwî

    Metode analisa dalam penelitian ini, menggunakan metode takhrij hadis.

    Sedangkan metode analisa dalam penelitian ini, menggunakan referensi kitab

    syaraẖ al-ẖadîts dengan kitab Fatẖ al-Bârî karya Ibn Hajar al-‘Asqalânî, dan

    syarh Abû Dâwud ‘Aun al-Ma’bûd. Selain itu juga menggunakan sumber primer

    yang berkaitan dengan sains dan hadis.

    Sesuai dengan permasalahan serta tujuan yang dikemukakan dalam

    penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.

    Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa hadis sayap lalat tidak

    bertentangan dengan sains. Walaupun lalat adalah binatang pembawa virus,

    bakteri, mikroba, kuman yang bisa menjadi patogen (penyakit), patogen itu dapat

    dimusnahkan jika mencelupkan seluruh bagian tubuh lalat ke dalam cairan yang

    dihinggapinya karena di sebagian tubuh lalat membawa anti patogen yang dapat

    menetralisir patogen-patogen yang dibawa lalat. Sains sungguh bisa dijadikan

    sebagai tolak ukur otentisitas suatu hadis dengan syarat bahwa sains tersebut

    sudah disepakati oleh para ahli dan tidak berubah-ubah sepanjang zaman.

  • x

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah Swt., Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat.

    Maha Suci Allah, Dia-lah yang menciptakan bintang-bintang di langit, dan

    dijadikan padanya penerang dan bulan yang bercahaya. Aku Bersaksi bahwa tidak

    ada Tuhan selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya dan

    Rasul-Nya, yang diutus dengan kebenaran, sebagai pembawa kabar gembira dan

    pemberi peringatan, mengajak pada kebenaran dan izin-Nya, dan cahaya penerang

    bagi umatnya. Ya Allah, curahkan shalawat dan salam baginya dan keluarganya,

    yaitu doa dan keselamatan yang berlimpah.

    Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak sekali

    mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, dan kerjasama dari

    berbagai pihak dan terutama berkah dari Allah Swt., rahmat, taufik dan hidayah-

    Nya, penyusunan skripsi yang berjudul Studi Kualitas Hadis Tentang Lalat

    dapat diselesaikan dengan baik, sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut

    dapat diatasi. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta beserta jajaranya. Bapak Prof. Dr. Masri

    Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Uin Syarif

    Hidayatullah Jakarta, berserta para pembantu Dekan. Ibu Dr. Lilik

    Ummi Kaltsum, MA., selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

    dan Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan

    Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

  • xi

    2. Kepada Bapak Rifqi Muhammad Fatkhi, MA selaku penguji yang

    telah membimbing. Dengan beliaulah tumbuh ide-ide baru, pemikiran

    baru, sehingga penulis semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

    3. Kepada Ibu Lisfa Sentosa Aisyah, S.Ag, MA selaku penguji II yang

    telah mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini.

    4. Bapak Hasanuddin Sinaga, MA selaku pembimbing yang selalu

    memberikan didikasinya kepada penulis, bersabar memberikan ilmu

    dan bimbingannya selama penulis berada di bawah bimbingannya.

    5. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan

    didikasinya mendidik penulis, memberikan ilmu, pengalaman, serta

    pengarahan kepada penulis selama masa perkuliahan.

    6. Kepada orang tua yang sudah mendukung, mendoakan, memberi

    semangat dan nasehat-nasehat untuk penulis.

    7. Kepada pihak-pihak yang turut membantu dan berperan dalam proses

    penyelesaian skripsi ini, namun luput untuk penulis sebutkan, tanpa

    mengurangi rasa terima kasih penulis.

    Harapan penulis semoga skripsi ini sedikit banyak dapat bermanfaat

    bagi pembaca dan semoga Allah Swt., selalu memberkahi dan

    membalas semua kebaikan pihak-pihak yang turut serta membantu

    penyelesaian skripsi ini dengan pahala yang berlipat ganda, di dunia

    dan di akhirat. Ȃmîn yâ Rabb al-Ȃlamîn

    Jakarta, 4 Oktober 2017

    Penulis

  • xii

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... i

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ...................................... iii

    PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................................. v

    ABSTRAK ............................................................................................................. ix

    KATA PENGANTAR ............................................................................................. x

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

    B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 5

    C. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................... 6

    1. Batasan Masalah .................................................................................... 6 2. Rumusan Masalah ................................................................................. 6

    D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6

    E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7

    F. Kajian Pustaka .............................................................................................. 7

    G. Metodologi Penelitian .................................................................................. 9

    1. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 9 2. Metode Pembahasan ............................................................................ 10 3. Metode Penulisan ................................................................................ 11 4. Pengolahan dan Analisa Data .............................................................. 11

    H. Sistematika Penulisan ................................................................................ 11

    BAB II TINJAUAN SEPUTAR LALAT ........................................................... 13

    A. Klasifikasi Serangga dan Definisi Lalat .................................................. 13

    1. Klasifikasi Serangga .......................................................................... 13 2. Definisi Lalat ..................................................................................... 15

  • xiii

    B. Siklus Hidup Lalat ................................................................................... 18

    C. Bionomi Lalat .......................................................................................... 19 D. Hasil Kerja Sayap Lalat ........................................................................... 22

    BAB III PEMAHAMAN HADIS SAYAP LALAT ........................................... 25

    A. Teks Hadis dan Takhrij Hadis ............................................................... 25

    1. Penelusuran dengan Metode Awal Matan ........................................ 25

    2. Penelusuran dengan Metode Lafadz ................................................. 26

    3. Skema Sanad ..................................................................................... 29

    4. Kritik Sanad ...................................................................................... 31

    5. Penilaian Hadis ................................................................................. 39

    B. Matan Hadis ............................................................................................. 41

    C. Asbabul Wurud ........................................................................................ 43

    D. Hadis Sayap Lalat Menurut Muhadditsin ................................................ 46

    1. Kualitas Hadis Sayap Lalat Bagi Menurut Muhadditsin .................. 46 2. Penjelasan Hadis Sayap Lalat ........................................................... 47 3. Hadis Sayap Lalat dengan Pendekatan Hukum ................................ 53

    E. Pengaruh Sayap Lalat Bagi Kesehatan Menurut Saintis.......................... 59

    1. Sayap Lalat Ditinjau dari Sisi Ilmu Pengetahuan ............................. 60

    2. Penelitian Terhadap Sayap Lalat ...................................................... 63

    BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 69

    A. Kesimpulan .............................................................................................. 69

    B. Kritik dan Saran ....................................................................................... 70

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Menurut Abu Salmâ Muhammad Rachdie di dalam artikelnya yang berjudul

    tentang Studi Ilmiah Hadis Lalat dalam Perspektif Islam dan Ilmu Medis. Al-

    Albânî berkomentar tentang hadis ini, mengatakan “Adapun hadis lalat dan

    penjelasan bahwa pada kedua sayapnya terhadap penyakit dan obatnya, maka

    hadisnya dha‟if. Bahkan hadis tersebut secara akal adalah hadis yang dibuat-buat,

    karena telah jelas bahwa lalat itu membawa kuman dan penyakit. Tidak ada

    seorangpun yang mengatakan bahwa pada satu sayap lalat terdapat penyakit dan

    pada sayap satunya terdapat obat, melainkan orang yang memalsukan hadis ini

    atau mengada-adakannya. Kalau hadis ini sahîh, niscaya ilmu hadis akan

    mengungkapkan bahayanya lalat dan mendorong untuk menjauhinya.” Tuduhan

    ini adalah tuduhan yang nyata-nyata bathil, yang dapat diketahui dari takhrîj

    hadis. Menuduh bahwa hadis ini secara akal adalah dibuat-buat. Tuduhan ini tidak

    kalah jelasnya akan kebatilannya dibandingkan dengan tuduhannya pertama.

    Karena tuduhannya ini hanyalah sekedar tuduhan belaka, tanpa disokong oleh

    dalîl sedikitpun melainkan berangkat dari kebodohannya, yang tidak mungkin ia

    menguasainya sepenuhnya.1

    Dalam ilmu Biologi, bahwa tiap sesuatu yang berbahaya ada penetralnya,

    kalau tidak ada tentu lalat tidak bisa hidup. Dalam lafal lain: “Dalam makanan

    seseorang diantara kamu,” sebagai pengganti kalimat “Dalam minuman seseorang

    1 Abu Salmâ Muhammad Rachdie, Artikel tentang Studi Ilmiah Hadis Lalat dalam

    Perspektif Islam dan Ilmu Medis. Artikel publikasi online dari Maktabah lit Tahmîl (Download

    Library) 2007, h. 8.

  • 2

    diantara kamu, apabila lalat itu jatuh kedalam makanan atau minuman itu, maka

    hendaklah dicelupkan lalat itu.” Dalam Abu Daud tertulis اهتمام ihtimâm

    “Perhatikanlah,” dan dalam riwayat Ibnu Sukni tertulis “Hendaklah ia

    memperhatikannya,” sebagai pengganti kalimat فليغسمه falyaghsimhu “hendaklah

    ia celupkan.” Kemudian hendaklah dicabut (dikeluarkan) setelah dicelup itu.2

    Hadis adalah sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qur‟an. Dilihat dari

    periwayatannya, hadis Nabi berbeda dengan al-Qur‟an. Al-Qur‟an periwayatan

    semua ayat-ayatnya secara mutawâtir, sedang hadis Nabi, sebagian

    periwayatannya secara mutawâtir dan sebagain lagi secara ahâd. Karenanya, al-

    Qur‟an dilihat dari segi periwayatannya mempunyai kedudukan qaţ’î al-wurûd

    dan sebagian lagi zannî al-wurûd, sehingga tidak diragukan lagi orisinalitasnya.

    Berbeda dengan hadis Nabi yang berkategori ahâd, diperlukan penelitian terhadap

    orisinalitas dan otentisitas hadis-hadis tersebut termasuk hadis sayap lalat.3

    Lalat sering sekali dijumpai di tempat-tempat kotor dan bau, selain itu banyak

    juga terdapat di tempat yang ada makanan, karena makanan atau minuman dapat

    mengundang penciuman lalat. Ketika lalat hinggap pada sampah dan kotoran yang

    mengandung milyaran bakteri dan antibakteri, virus dan antivirus serta kuman

    yang lengkap dengan penangkalnya, Allah memberikan kemampuan kepada

    hewan kecil itu untuk membawa kuman pada salah satu sayapnya dan membawa

    obat pada sayap yang lain.4 Jika tidak, niscaya semua spesies lalat akan musnah di

    muka bumi ini akibat serangan bakteri dan mikroba pada sampah. Seandainya

    lalat tidak memiliki kemampuan itu, niscaya saat ini tidak akan ada ribuan jenis

    2 Muhammad bin Isma‟il Al Amir Ash-Shan‟ani, Subulus Salam, Syarah Bulughul

    Maram, Jilid I, Cet. 12, h. 56. 3 Zaghlul Raghib al-Najjar, Buku Induk Mukjizat Ilmiah Hadits Nabi, h. 332.

    4 Yanuardi Syukur, Ternyata Sayap Lalat Mengandung Obat, h. 172.

  • 3

    lalat. Keberhasilan lalat untuk mempertahankan spesiesnya yang begitu banyak

    menjadi bukti yang sangat kuat bahwa selain membawa penyakit, ia juga

    membawa penawarnya.5

    Lalat adalah seekor serangga yang namanya disebutkan di dalam Al-Quran.

    Tepatnya pada surat Al-Hajj ayat 73. Dalam ayat tersebut, Allah memberikan

    pelajaran berharga pada kita semua. Karena Allah menyindir Tuhan dari orang-

    orang kafir yang menyembah berhala.

    Allah SWT berfirman:

    “Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, Maka dengarkanlah

    olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain

    Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun

    mereka bersatu menciptakannya dan jika lalat itu merampas sesuatu dari

    mereka, Tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat

    lemahlah yang menyembah dan Amat lemah (pulalah) yang disembah.”

    (QS. Al-Hajj ayat 73)

    Terdapat pula dalam hadis Nabi Muhammad SAW

    ثَ َنا ِإْْسَاِعيُل ْبُن َجْعَفٍر، َعْن ُعْتَبَة ْبِن ُمْسِلٍم، َمْوََل بَ ثَ َنا قُ تَ ْيَبُة، َحدَّ ِِن تَ ْيٍم، َعْن َحدَّ، َمْوََل َبِِن ُزَرْيٍق، َعْن َأِب ُهَريْ رََة َرِضَي اللَُّه َعْنُه َأنَّ َرُسوَل اللَّهِ ُعبَ ْيِد ْبنِ َصلَّى ُحنَ ْْيٍ

    بَاُب ِف ِإنَاِء َأَحدُِكْم فَ ْليَ ْغِمْسُه ُكلَُّه، ُُثَّ لَِيْطَرْحُه، »اهللُ َعَلْيِه َوَسلََّم قَاَل: ِإَذا َوَقَع الذُّ6«فَِإنَّ ِف َأَحِد َجَناَحْيِه ِشَفاًء، َوِف اآلَخِر َداءً

    “Qutaibah mengabarkan kepada kami, Ismâ‟îl ibn Ja‟far

    mengabarkan kepada kami, dari „Utbah ibn Muslim Maula Bani

    Taym dari „Ubaid ibn Hunain Maula Bani Zuraiq dari Abu

    Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Apabila sebuah

    5 Zaghlul Raghib al-Najjar, Buku Induk Mukjizat Ilmiah Hadits Nabi, h. 332.

    6 Al-Bukhârî, Saẖîẖ al-Bukhârî, cet. Ke-1, h. 1463, Kitab al-Ṯibb, Bab idza waqa’a al-

    dzubâb, Hadis ke-5782.

  • 4

    lalat jatuh di minuman salah seorang dari kamu, maka

    benamkanlah, kemudian buanglah, karena sesungguhnya disalah

    satu sayapnya terdapat obat, dan di sayap lainnya penyakitnya.”

    Dalam hadis itu terkandung pengertian perlahan-lahan sewaktu

    mengeluarkannya sehabis dicelup. Hadis tersebut sebagai dalil yang jelas

    menunjukkan boleh membunuh lalat untuk mencegah bahaya atau penyakit,

    hendaknya dibuang tidak boleh dimakan dan menunjukan bila lalat itu mati di

    dalam zat yang cair, maka tidak menjadikannya najis, sebab Nabi Muhammad

    SAW, memerintahkan untuk mencelupkannya, karena sebagaimana diketahui

    bahwa dengan dicelup itu lalat akan mati, terutama bila minuman itu panas,

    seandainya lalat itu menajisi makanan, maka sungguh beliau sudah menyuruh

    membuang makanan yang dijatuhi lalat itu, tetapi kenyataannya tidak demikian.7

    Hadis lain yang semakna dengan hadis di atas dari Salman al-Farisi:

    يَا َسْلَماُن ُكلُّ َطَعاٍم »َعْن َسْلَماَن , قَاَل: قَاَل َرُسوُل اللَِّه َصلَّى اهللُ َعَلْيِه َوَسلََّم: 8ٌل َأْكُلُه َوُشْربُُه َوُوُضوُُُُ َوَشرَاٍب َوقَ َعْت ِفيِه َدابٌَّة لَْيَس ََلَا َدٌم َفَماَتْت ِفيِه فَ ُهَو َحَل

    “Dari Salman bahwasanya rasulullah SAW bersabda: „Hai Salman

    setiap makanan atau minuman yang di dalamnya terdapat binatang yang

    tidak mempunyai darah yang mengalir telah mati, maka makanan dan

    minuman itu halal dimakan dan diminum atau boleh untuk mengambil

    wudhu.”

    Adapun hadis lain yang berkaitan dengan lalat diriwayatkan oleh Abû

    Dâwud yaitu:

    بَاُب ِف »َعْن َأِب ُهَريْ رََة، قَاَل: قَاَل َرُسوُل اللَِّه َصلَّى اهللُ َعَلْيِه َوَسلََّم: ِإَذا َوَقَع الذَُّأَحدُِكْم، فَاْمُقُلوُُ فَِإنَّ ِف َأَحِد َجَناَحْيِه َداًء، َوِف اآْلَخِر ِشَفاًء، َوِإنَُّه يَ تَِّقي ِإنَاِء

    اُء فَ ْليَ ْغِمْسُه ُكلُّهُ ِِبََناِحِه الَِّذي ِفيِه الدَّ9

    7 Imam Ash-Shan‟ani, Terjemah Kitab Subulussalam, h. 56.

    8 Ad-Daruqutnî, Sunan Ad-Daruqutnî, cet. Ke-1, h. 49, Kitab al-Mauqa‟ ar-Râsmi, Bab

    kulu ta’amu wa qa’atu fihi dabati laisa laha dâm, Hadis ke- 84 9 Abu Daud, Sunan Abi Daud, cet. ke-3, h.365, Kitab al-Mawaqi‟ ar-Rasmi, Bab ad-

    Dababu yaqa‟a fi ṯ‟amy, Hadis ke-3844.

  • 5

    “dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi

    wasallam bersabda: „Jika ada lalat jatuh ke dalam bejana salah seorang

    dari kalian maka celupkanlah lalat tersebut, karena sesungguhnya di dalam

    salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap yang lain terdapat

    obat. Sesungguhnya lalat tersebut melindungi diri dengan sayap yang

    padanya terdapat penyakit, maka celupkanlah semuannya.”

    Abdul Aziz ibn Abdillah ibn Baz mengatakan bahwa hadis tentang lalat

    tersebut berderajat sahîh sedangkan Al-Albânî mengatakan bahwa hadis lalat

    adalah hadis yang dha‟if.10

    Pernyataan tersebut terdapat pertentangan mengenai

    kuliatas hadis sayap lalat. Apakah hadis tersebut sahîh sebagaimana perkataan

    Abdul Aziz ibn Abdillah ibn Baz, atau sebaliknya yaitu dha‟if. Oleh karena itu,

    penulis tertarik ingin mengkaji lebih dalam lagi mengenai hadis tentang sayap

    lalat, Dalam penelitian ini, penulis memberi judul: “Studi Kualitas Hadis

    Tentang lalat.”

    B. Identifikasi Masalah

    Permasalahan penelitian yang penulis ajukan ini dapat diidentifikasi

    permasalahannya sebagai berikut:

    1. Dalam Abu Daud tertulis “Perhatikanlah” dan dalam riwayat Ibnu Sukni

    tertulis “Hendaklah ia memperhatikannya,” sebagai pengganti kalimat

    “hendaklah ia dicelupkan.”

    2. Abdul Aziz ibn Abdillah ibn Baz mengatakan bahwa hadis tentang lalat

    tersebut berderajat sahîh sedangkan Al-Albânî mengatakan bahwa hadis

    lalat adalah hadis yang dha‟if. Disini terdapat pertentangan mengenai

    kuliatas hadis sayap lalat.

    10

    Khalil Ibrahim Mula Khathir, Al-Ishabah fi Sihhah Hadits Dzubabah, h. 154.

  • 6

    3. Ibn Jauzî berpendapat bahwa sangat banyak hewan yang mempunyai sifat-

    sifat yang berlawanan dalam dirinya termasuk lalat. Contohnya seperti

    lebah yang mengeluarkan racun dari mulutnya dan mengeluarkan madu

    dari bawah tubuhnya.

    C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1. Batasan Masalah

    Dari identifikasi masalah yang telah dijelaskan di atas, terdapat perbedaan

    pendapat mengenai kulitas hadis dan beberapa kata yang berbeda dalam hadis

    dan lainnya, sehingga untuk menghindari pembahasan yang tidak mengarah

    kepada maksud dan tujuan dari penulisan skripsi ini, maka penulis perlu

    membatasi pembahasan yang akan dibahas. Oleh karena itu, penulis lebih

    memfokuskan dan membatasi masalah yang akan dibahas yaitu tentang hadis

    sayap lalat menurut muhadditsin, takhrij hadis yang dibatasi pada dua metode

    yaitu metode awal matan dan metode lafadz dan kualitas hadis lalat.

    2. Rumusan Masalah

    Dari batasan masalah tersebut, maka dengan demikian penulis

    merumuskan permasalahan utama dalam skripsi ini. Sehingga secara garis besar,

    yang menjadi pokok dari skripsi ini yaitu “Bagaimana kualitas hadis sayap lalat

    dari segi sanad dan matannya?”

    D. Tujuan Penelitian

    Dalam setiap penelitian tentunya mempunyai tujuan tertentu. Adapun tujuan

    yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk tujuan praktis yaitu mengetahui kualitas hadis tentang sayap lalat.

  • 7

    2. Tujuan akademis, yakni untuk memenuhi tugas akademik dan kewajiban

    bagi setiap mahasiswa dalam rangka menyelesaikan program studi Ilmu

    Al-Qur‟an dan Tafsir tingkat sarjana strata satu (S1) di Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    E. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat akan didapatkan dari penelitian dalam skripsi ini, adalah

    sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui kehujjahan hadis Rasulullah SAW. mengenai

    binatang lalat.

    2. Menambah pengetahuan dan manfaat terhadap kesehatan yang

    berhubungan dengan binatang.

    3. Menambah khazanah keilmuan dalam bidang Ilmu Hadis.

    F. Kajian Pustaka

    Dalam penelusuran pustaka, sejauh penelusuran penulis ada penelitian skripsi

    yang terkait dengan masalah yang ingin dikaji: terkait dengan hal itu adalah

    penelitian yang dilakukan oleh Khairul Umam11

    dalam sebuah skripsi yang

    diajukan kepada Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir UIN Jakarta, skripsi ini

    mengkaji masalah tentang Flora dan Fauna dalam Perspektif Hadis. Skripsi yang

    ditulis pada tahun 2014 ini hanya terbatas pada pandangan muẖaddits dan saintis

    dan tidak luas maknanya. Bedanya tulisan di atas dengan penelitian yang hendak

    penulis angkat disini yaitu adanya takhrij hadis, menggunakan metode awal matan

    dan lafadz dan membahas kualitas hadis sayap lalat.

    11

    Khairul Umam, “Flora dan Fauna dalam Perspektif Hadis.” Skripsi S1 Fakultas

    Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah, 2014.

  • 8

    Penulis juga menemukan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Fudhail

    dalam sebuah skripsi yang diajukan kepada Jurusan Tafsir Hadis UIN Jakarta,

    skripsi ini mengkaji masalah tentang Hadis dan Sains (Studi Kritis atas keraguan

    Otentisitas hadis Maurice Bucaille). Bedanya tulisan di atas dengan penelitian

    yang hendak penulis angkat disini yaitu penelitian ini lebih mendalami

    pemahaman hadis sayap lalat sedangkan skripsi atas nama Ahmad Fudhail hanya

    menjelaskan penjelasan singkat tentang hadis sayap lalat. Skripsi yang membahas

    hadis lalat juga ditemukan di skripsi yang ditulis oleh Ahmad Erwan yang

    diajukan kepada Jurusan Tafsir Hadis UIN Jakarta pada tahun 2008 yang berjudul

    Higienitas Perspektif Hadis (Kajian Hadis-Hadis Tentang Kebersihan Makanan,

    Sumber Air, Rumah dan Jalanan). Hanya saja penjelasan hadis lalat dalam skripsi

    tersebut hanya selembar dan tidak lebih lanjut dibahas. Lalu ada pula skripsi yang

    berkaitan dengan pembahasan dengan judul skripsi ini yaitu skripsi yang berjudul

    Teknik Interpretasi Hadis dalam Kitab Syarah al-Hadis (Studi Kitab Subul al-

    Salâm) yang ditulis oleh Sulaeman L untuk diajukan oleh Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis Islam IAIN Kendari 2015. Skripsi ini membahas hadis-hadis yang terdapat

    dalam Kitab Subul al-Salâm termasuk hadis sayap lalat di dalamnya.

    Selain skripsi di atas, penulis menemukan artikel di jurnal yang membahas

    tentang hadis sayap lalat. Terkait demikian adalah penelitian yang dilakukan oleh

    Masykur Hakim dalam sebuah jurnal yang diajukan kepada Fakultas Ushuluddin,

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015. Artikel di jurnal ini mengkaji

    masalah tentang Mukhtalif Hadits dan Cara Penyelesaiannya Perspektif Ibnu

    Qutaybah. Perbedaan jurnal di atas dengan penelitian yang hendak saya angkat

    disini yaitu skripsi ini membahas hanya pemahaman hadis sayap lalat saja,

  • 9

    sedangkan artikel di jurnal tersebut membahas hadis-hadis yang tampaknya

    bertentangan dengan cara penyelesaian dengan metode menurut Ibnu Qutaybah,

    dan salah satu hadis yang dibahas adalah hadis sayap lalat.

    Ditemukan pembahasan serupa di dalam tesis yang berjudul Kontribusi Sains

    dalam Menentukan Kualitas Hadis yang ditulis oleh M. Idham Aditia Hasibuan

    mahasiswa pascasarjana UIN Sematera Utara. Perbedaan tesis ini dengan skripsi

    yang penulis tulis bahwa tesis ini membahas validitas dan otentisitas hadis tentang

    lalat serta kebenaran yang dikandungnya dapat dipertanggung jawabkan secara

    ilmiah, baik dari kritik ekstern (al-naqd al-kharij), maupun kritik intern (al-naqd

    al-dhakil) dengan dukungan dari pengamatan empiris.12

    Sedangkan skripsi yang

    penulis angkat membahas pendapat para muhadditsin beserta takhrîj hadis.

    Selain skripsi, tesis dan jurnal yang berhubungan dengan judul skripsi ini,

    penulis menemukan artikel yang berjudul Studi Ilmiah Hadis lalat dalam

    Perspektif Islam dan Ilmu Medis Modern, ditulis oleh Abu Salmâ Muhammad

    Rachdie, S. Si., dan dijadikan artikel oleh Abŭ Salmâ al-Atsarî. Artikel ini

    publikasi online dari Maktabah lit Tahmîl (Download Library) Abŭ Salmâ al-

    Atsarî. Artikel ini membahas berbagai pendapat dari ulama maupun para pakar

    kedokteran mengenai matan hadis saja13

    sedangkan berbeda dengan penelitian

    yang penulis angkat yakni kualitas hadis yang memakai takhrij hadis, kritik sanad

    dan matan hadis.

    G. Metodologi Penelitian

    1. Metode pengumpulan data

    12

    M. Idham Aditia Hasibuan, Tesis Kontribusi Sains dalam Menentukan Kualitas Hadis,

    UIN Sumatera Utara, h. 9. 13

    Abŭ Salmâ al-Atsarî, Artikel Studi Ilmiah Hadis Lalat dalam Perspektif Islam dan Ilmu

    Medis Modern, Maktabah lit Tahmîl (Download Library).

  • 10

    Metode pengumpulan data memakai metode takhrîj. Sedangkan metode

    yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode analisa kulitatif yaitu

    pendekatan pengolahan secara mendalam data hasil pengamatan, wawancara, data

    literatur. Semua data-data yang diambil dari bahan tertulis yang berkaitan dengan

    sayap lalat. Sedangkan metode pengumpulan data yaitu dengan takhrîj, kritik

    sanad, dan matan hadis. Data diambil dari dua sumber yaitu sumber primer dan

    sumber sekunder. Adapun sumber primer yang diambil penulis ialah

    menggunakan Kutub al-Tis’ah, Mausû’ah Aṯrâf al-Hadîts dan Mu’jam al-

    Mufahras li Alfâẕ al-Hadîts al-Nabâwî sedangkan sumber sekunder menggunakan

    buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini.

    Langkah-langkah penelitian, penulis menggunakan empat cara:

    a. Memakai metode takhrij awal matan dan lafadz menggunakan kitab,

    Mausû’ah Aṯrâf al-Hadîts dan Mu’jam al-Mufahras li Alfâẕ al-

    Hadîts al-Nabâwî.

    b. Menelusuri hadis pada kitab yang dituju di kitab Kutub al-Tis’ah.

    c. Menelusuri kitab Rijal al-Hadis dan Jarh ta‟dil. Menggunakan kitab

    Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ’ al-Rijâl, Jarh wa Ta’dil, Tahdzibut

    Tahdzib Adz-Dzahabi, Tahdzibut Tahdzib Ibnu Hajar al-Asqalânî,

    Taqribut Tahdzib, dan Khulasah Tahdzibul Kamal.

    d. Memutuskan kualitas hadis.

    2. Metode Pembahasan

    Metode pembahasan pada penelitian ini menggunakan kritik matan dan

    sanad hadis, metode yang diarahkan untuk mengkaji dan mendeskripsikan

    gagasan primer tentang hadis sayap lalat.

  • 11

    3. Metode Penulisan

    Metode penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan

    Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta tahun 2013/2014.

    4. Pengolahan dan Analisa Data

    Dalam pengolahan data, langkah pertama adalah mentakhrîj hadis tentang

    lalat untuk menunjukkan sumber dari hadis yang bersangkutan. Adapun metode

    takhrîj ẖadîts yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

    1) Metode takhrij dengan menggunakan lafal pertama dari matan hadis,

    yaitu kata اذا menggunakan kitab Mausû’ah Aṯrâf al-Hadîts karya

    Muhammad Sa‟id ibn Basyuni.

    2) Metode takhrij dengan mengetahui kata-kata yang jarang digunakan dari

    suatu bagian matan hadis, menggunakan kitab Mu’jam al-Mufahras li

    Alfâẕ al-Hadîts al-Nabâwî karya A.J. Wensinck.14

    Setelah melalui proses dari kedua metode takhrij di atas, langkah kedua yaitu

    menyusun skema sanad dari jalur Bukhâri dan Abî Dâwud (dengan tujuan

    memudahkan pembacaan jaringan sanad hadis yang sedang diteliti dan dilihat

    tawabi dan syawahidnya). Langkah ketiga yaitu meneliti Rijal Hadis dan Jarh

    Ta‟dil dari perawi-perawi hadis.

    H. Sistematika Penulisan

    Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, penulis melakukan pembagian

    bahasan. Maka penulis akan menguraikannya ke dalam beberapa bab yang di

    dalamnya memuat beberapa sub-bab. Adapun uraiannya ialah sebagai berikut:

    14

    Mahmud al-Thahhan, Usl al-Takhrîj wa Dirâsah al-Asânid, (Riyadh: Makhtabah al-

    Ma‟rif, 1991), h. 35.

  • 12

    Bab pertama; berisi tentang pendahuluan yang meliputi a) Latar Belakang

    masalah, yang menjelaskan tentang pendahuluan dan kronologi permasalahan

    sampai ke titik inti permasalahan, b) Identifikasi Masalah c) Batasan dan

    Rumusan Masalah, agar pembahasan yang dikaji lebih fokus dan terarah, d)

    Tujuan Penelitian, tentang tujuan penulis untuk mencapai target yang diinginkan,

    e) Manfaat Penelitian, yaitu hasil yang dapat dirasakan bagi penulis dan pembaca

    dari skripsi ini, f) Kajian Pustaka, g) Metodologi Penelitian, yang menjelaskan

    metode-metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian, dan h) Sistematika

    Penulisan, untuk menjelaskan struktural dan target pembahasan agar lebih efektif

    dan efisien.

    Bab kedua; Bab ini berisi teori-teori dan tinjauan seputar lalat, yang terdiri

    dari beberapa sub-bab a) Berisi Klasifikasi serangga dan definisi lalat, b) Siklus

    hidup lalat, c) Bionomi lalat, d) Hasil kerja sayap lalat.

    Bab ketiga; Pemahaman Hadis Sayap lalat, a) teks hadis dan takhrij hadis,

    yang meliputi; 1) Penelusuran dengan Metode Awal Matan, 2) Penelusuran

    dengan Metode Lafal, 3) Skema Sanad, 4) Kritik Sanad, 5) Penilaian Hadis. b)

    Matan Hadis, c) Asbabul Wurud, d) Hadis Sayap Lalat menurut Muẖadditsin,

    meliputi 1) Kualitas Hadis menurut pendapat Muẖadditsin, 2) Penjelasan hadis

    Sayap Lalat, 3) Hadis Sayap Lalat dengan Pendekatan Hukum, dan E) Pengaruh

    sayap lalat bagi kesehatan menurut saintis, yang meliputi 1) Sayap Lalat Ditinjau

    dari Sisi Ilmu Pengetahuan, dan 2) Penelitian terhadap Sayap Lalat.

    Bab keempat, berisi Penutup, yang meliputi a) Kesimpulan, yang berisi

    jawaban atas pertanyaan yang telah disebutkan dalam perumusan masalah, dan b)

    Saran, berisi saran-saran yang penulis berikan.

  • 13

    Bab 2

    TINJAUAN SEPUTAR LALAT

    A. Klasifikasi Serangga dan Definisi Lalat

    1. Klasifikasi Serangga

    Serangga umumnya mempunyai dua nama, nama ilmiah dan nama umum.

    Nama ilmiah mengikuti peraturan tertentu yaitu Internasional „Code of Zoological

    Nomenclature‟. Nama ilmiah biasanya dalam bahasa yang dilatinkan. Bila suatu

    serangga akan dideskripsi, deskripsi harus diarahkan pada suatu tipe. Tipe ini

    berguna untuk melengkapi bila timbul suatu pertanyaan serangga baru tersebut

    masuk golongan yang mana. Nama beberapa kategori mempunyai nama standart

    yang letaknya pada akhir kata.

    Nama umum, nama ini biasanya diberikan kepada suatu golongan

    serangga. Beberapa spesies serangga mungkin mempunyai satu nama umum yang

    sama, misal belalang adalah nama bagi segala macam belalang. Biasanya nama

    umum hanya terdiri dari satu kata, misal lalat, belalang, capung dan lain-lain,

    tetapi ada juga yang terdiri dari dua kata, misal lalat buas. Oleh karena tidak ada

    rumusan tertentu pada nama umum maka entomolog atau taksonom lebih

    menyukai nama ilmiah dari pada nama umum.15

    Dunia hewan terbagi menjadi 14 fila, dengan dasar tingkat kekomplekan

    dan mungkin urutan evolusinya. Karena itu fila hewan disusun dari filum yang

    terendah ke filum yang tertinggi.

    15

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 123-124.

  • 14

    Serangga atau insekta termasuk di dalam filum Arhopoda. Arthopoda

    terbagi menjadi 3 sub filum yaitu Trilobita, Mandibulata dan Chelicerata. Sub

    filum Mandibulata terbagi menjadi 6 kelas, salam satu diantaranya adalah kelas

    Insekta (Hexapoda). Sub filum Chelicerata terbagi menjadi 3 kelas, sedangkan sub

    filum Trilobita telah punah. Kelas Hexapoda atau Insekta terbagi menjadi sub

    kelas Apterygota dan Pterygota. Sub kelas Apterygota terbagi menjadi 4 ordo, dan

    sub kelas Pterygota masih terbagi menjadi 2 golongan yaitu golongan

    Exopterygota (golongan Pterygota yang metamorfosisnya sederhana) yang terdiri

    dari 15 ordo, dan golongan Endopterygota (golongan Pterygota yang

    metamorfosisnya sempurna) terdiri dari 3 ordo.

    Pembagian ordo ke famili menurut Borror dkk (1992) adalah sebagai

    berikut:

    Ordo Protura (3 famili), Diplura (3), Thysanura (4), Collembola (5),

    Ephemeroptera (15), Odonata (10), Orthoptera (16), Isoptera (4), Plecoptera (10),

    Dermaptera (4), Embioptera (3), Psocoptera (11), Zoraptera (1), Mallophaga (6),

    Anoplura (3), Thysanoptera (5), Hemiptera (34), Homoptera (32), Neuroptera

    (15), Coleoptera (124), Strepsiptera (4), Mecoptera (4), Trichoptera (17),

    Lepidoptera (77), Diptera (104), Siphonaptera (9) dan Hymenoptera (71).16

    2. Definisi Lalat

    Ordo Diptera (Nyamuk, Lalat). Tubuh berukuran kecil sampai sedang.

    Sayap satu pasang yang merupakan sayap depan, sayap belakang mereduksi

    menjadi halter yang berfungsi sebagai alat keseimbangan saat terbang. Memiliki

    16

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 126.

  • 15

    tubuh relatif lunak, antenna pendek, dan mata majemuk besar serta mengalami

    metamorfosis sempurna.

    Lalat sering hidup diantara manusia dan sebagian jenis dapat

    menyebabkan penyakit yang serius. Lalat disebut penyebar penyakit yang sangat

    serius karena setiap lalat hinggap di suatu tempat, kurang lebih 125.000 kuman

    yang jatuh ke tempat tersebut. Anggota ordo ini cukup besar, dikenal 80.000

    spesies. Selain sebagai hama tanaman dikenal pula sebagai vektor penyakit

    manusia dan ternak. Ada juga yang berperan sebagai predator, parasit maupun

    polinator. Ordo Diptera ini terbagi menjadi 3 sub ordo, Nematocera (23 famili),

    Brachycera (17 famili) dan Cyclorrhapha.

    Beberapa jenis lalat antara lain sebagai berikut17

    :

    a. Lalat Kerdil (Famili Chironomidae)

    Memiliki ukuran tubuh yang kecil bahkan sangat kecil, kadang-kadang

    mirip seperti nyamuk. Sayap tidak memiliki sisik-sisik dan proboscis

    yang panjang. Kaki depan agak panjang, antenna jantan sangat

    berbulu. Ditemukan hampir disemua tempat, larva lalat ini sebagian

    besar bersifat aquatik, beberapa terdapat pada bahan-bahan yang mulai

    membusuk, dibawah kayu atau tanah yang lembab. Umumnya lalat

    kerdil bersifat pemakan bangkai.

    b. Lalat Hitam (Famili Simulidae)

    Ciri-ciri Lalat Hitam memiliki tubuh yang kecil sekitar 4 mm.

    Memiliki antenna yang pendek dan tidak terdapat ocelli. Punggungnya

    bongkok seperti tongkat, sayapnya lebar, dan costa berakhir sangat

    17

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 127-128.

  • 16

    dekat dengan ujung sayap. Umumnya lalat jenis ini berwarna abu-abu

    kehitaman. Tergolong memiliki penyebaran yang luas, larvanya sering

    ditemukan disekitar aliran air. Lalat Hitam betina adalah penghisap

    darah yang sering kali bersifat sebagai vektor penyakit.18

    c. Lalat Maret (Famili Bibionidae)

    Lalat ini memiliki ukuran yang kecil hingga sedang. Tubuhnya relatif

    kokoh, warnanya dominan hitam, sebagaian Lalat Maret memiliki

    thorax berwarna merah atau kuning. Ocelli terdapat pada bonggol yang

    terletak diantara mata majemuk. Costa berakhir sebelum ujung sayap,

    dan tibia dengan apikal spur. Lalat ini benyak terdapat pada bunga-

    bungaan. Larva memakan akar dan merusak tanaman. Sesuai namanya

    Lalat Maret banyak melimpah di bulan Maret.19

    d. Lalat Lentera (Famili Stratiomydae)

    Ciri-ciri Lalat ini tubuhnya berukuran sedang sampai besar. Kadang-

    kadang nampak sepeti lebah. Ruas antenna ke-3 membulat, tanpa

    stylus dan arista. Abdomen kuat dan tegap, beberapa melebar namun

    ada pula yang memanjang. Umumnya memiliki warna gelap. Lalat

    dewasa sering ditemukan di bunga-bunga, larva yang hidup aquatik

    memakan ganggang, bahan lapuk dan serangga air yang lebih kecil.

    Sebagian larva hidup di bawah kayu.20

    e. Lalat Buah (Famili Drosophilidae)

    Ciri-ciri lalat ini ukuran tubuh kurang lebih 3 – 4 mm. Memiliki warna

    kekuningan atau kecoklatan. Bagian dekat mulut terdapat bulu-bulu.

    18

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 129. 19 H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 129. 20

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 130.

  • 17

    Sering ditemukan di kebun dekat buah yang membusuk, atau rumah

    yang menyimpan buah-buahan di tempat terbuka. Larva hidup di

    dalam buah-buahan yang membusuk dan jamur yang tumbuh

    disekitarnya. Sebagian kecil bersifat ektoparasit pada ulat, pada tahap

    larva seringkali bersifat predator terhadap kutu dan homoptera kecil.21

    f. Lalat Rumah (Famili Muscidae)

    Lalat Rumah berukuran kecil hingga sedang, biasanya pada bagian

    bawah scutellumnya tanpa rambut-rambut halus. Rambut-rambut

    sternopleural umumnya lebih dari satu. Proboscis pendek dan

    berdaging, lalat ini tidak menggigit. Dapat dijumpai hampir semua

    tempat terutama pada kawasan yang kurang terjaga kebersihannya.

    Sebagian berperan sebagai hama, ada juga yang berperan sebagai

    vektor penyakit.22

    g. Lalat Rumput (Famili Anthomyzidae)

    Merupakan famili lalat dengan ukuran tubuh kecil, bentuk tubuh

    terkadang memanjang. Sepasang rambut-rambut terakhir pada bagian

    muka menghadap kedepan. Seperti namanya Lalat Rumput sering

    dijumpai di rumput-rumput dan tanaman rendah atau padang rumput.

    Larva hidup di dalam rerumputan atau gulma lainnya.23

    h. Lalat Kuda (Famili Tabanidae)

    Berukuran sedang hingga besar, umumnya berukuran sedikit lebih

    besar dari pada Lalat Rumah. Tubuhnya relatif kokoh, dengan warna

    hitam, abu-abu atau kecoklatan, terkadang ada spot hitam pada bagian

    21

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 130. 22

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 131. 23

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 132.

  • 18

    sayap. Mata berwarna megkilap, tersi dengan 3 telapak kaki. Lalat

    dewasa meletakan telur di permukaan daun atau tempat-tempat yang

    berada di atas permukaan air. Larvanya bersifat akuatik sedangkan

    dewasa sering terdapat pada bunga-bunga untuk menghisap nektar.

    Lalat Kuda betina menghisap darah yang merugikan bagi manusia,

    kuda atau kijang. Terkadang juga bersifat sebagai vektor penyakit.24

    B. Siklus Hidup Lalat

    Lalat mengalami metamorfosis sempurna, dengan stadium telur, larva atau

    tempayak, pupa dan lalat dewasa. Perkembangan lalat memerlukan waktu antara 7

    – 22 hari, tergantung dari suhu dan makanan yang tersedia. Lalat betina dapat

    menghasilkan telur pada usia 4 – 8 hari, dengan jumlah telur sebanyak 75 – 150

    butir dalam sekali bertelur. Semasa hidupnya seekor lalat bertelur 5 – 6 kali.

    Berikut masing-masing fase dalam perkembangannya25

    :

    1. Fase Telur

    Bentuk telur lalat adalah oval panjang dan berwarna putih. Telur

    diletakkan pada bahan organik yang lembab (sampah dan kotoran

    binatang). Pada tempat yang tidak langsung terkena sinar matahari.

    Biasanya telur menetas setelah 8 – 30 jam, tergantung dari suhu

    sekitarnya.26

    2. Fase Larva

    Tingkat I : Telur yang baru menetas disebut instar I, berukuran

    panjang 2 mm, berwarna putih, tidak bermata dan berkaki,

    24 H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 48. 25

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 49-50. 26

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 49.

  • 19

    sangat aktif dan ganas terhadap makanan, setelah 1 – 4

    hari melepas kulit dan keluar menjadi instar II.

    Tingkat II : Ukuran besarnya 2 kali dari instar I, setelah satu sampau

    beberapa hari maka kulit akan mengelupas dan keluar

    instar III.

    Tingkat III : Larva berkukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini

    memerlukan waktu 3 sampai 9 hari. Larva mencari tempat

    dengan temperatur yang disenangi, dengan berpindah-

    pindah tempat, misalnya pada gundukan sampah

    organik.27

    3. Fase Pupa atau Kepompong

    Pada fase ini jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa,

    stadium ini berlangsung 3 – 9 hari, setelah stadium ini selesai maka melalui celah

    lingkaran pada bagian anterior akan keluar lalat muda.28

    4. Lalat Dewasa

    Proses pematangan menjadi lalat dewasa kurang lebih dari 15 jam dan

    setelah itu siap untuk mengadakan perkawinan. Umur lalat dewasa dapat

    mencapai 2 – 4 minggu.29

    C. Bionomi Lalat

    1. Kebiasaan Hidup

    Lalat Musca Domestica tidak mengigit, karena mempunyai tipe alat mutut

    penjilat dan penghisap, sedangkan lalat kandang mempunyai tipe mulut penggigit.

    Musca Domestica paling dominan banyak ditemukan di timbunan sampah dan

    27

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 50. 28

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 51. 29

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 52.

  • 20

    kandang ternak. Musca Domestica lebih banyak menyerumuni bahan-bahan

    sampah yang berupa sayur-sayuran dan yang mengandung protein. Spesies Fannia

    ditemukan lebih kecil dari Musca Domestica tetapi lebih gesit dalam timbunan

    sampah dan kandang ternak ayam, kerbau, sapi, dan babi.30

    2. Kebiasaan Makan

    Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan satu ke makanan

    yang lain. Lalat sangat tertarik dengan makanan yang dimakan oleh manusia

    (susu, gula) pada tinja dan darah juga disukai lalat, pada protein lebih suka

    digunakan untuk bertelur. Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya

    makan dalam bentuk cair atau makanan basah, sedang makanan yang kering

    dibasahi dahulu oleh ludahnya baru kemudian dihisap. Lalat mempunyai

    kebiasaan memuntahkan makanan yang telah dihisapnya. Hal ini dapat berpotensi

    menularkan bibit penyakit pada manusia.31

    3. Tempat Istirahat

    Lalat beristirahat di tempat-tempat tertentu. Pada siang hari bila lalat tidak

    makan, mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran

    pakaian, rumput-rumput, kawat listrik serta lalat menyukai tempat-tempat dengan

    tepi yang tajam dan permukaannya vertikal. Biasanya tempat istirahatnya terletak

    berdekatan dengan tempat makanannya atau tempat berkembang biak dan

    biasanya yang telindung dari angin. Tempat istirahat tersebut biasanya tidak lebih

    dari 4,5 meter dari atas permukaan tanah.32

    4. Tempat Berkembangbiak

    30

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 51. 31

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 28. 32

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 29.

  • 21

    Tempat yang disenangi adalah tempat yang basah, pada benda-benda

    organik, tinja, sampah basah, kotoran binatang, dan tumbuh-tumbuhan busuk.

    5. Jarak Terbang

    Jarak terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan yang tersedia,

    rata-rata 6 – 9 km, kadang-kadang dapat mencapai 19 – 20 km dari tempat

    berkembangbiak.33

    6. Lama Hidup

    Lama kehidupan lalat sangat tergantung pada makanan, air dan temperatur.

    Pada musim panas berkisar antara 2 – 4 minggu, sedang pada musim dingin bisa

    mencapai 70 hari.34

    7. Temperatur

    Lalat mulai terbang pada temperatur 150

    C dan aktivitas optimumnya pada

    210

    C. Pada temperatur di bawah 7,50

    C tidak aktif dan di atas 450

    C terjadi

    kematian pada lalat.35

    8. Kelembaban

    Kelembaban erat hubungannya dengan temeratur setempat. Dimana

    kelembaban ini berbalik terbalik dengan temperatur. Jumlah lalat pada musim

    hujan lebih banyak dari musim panas. Lalat sangat sensitif terhadap angin

    kencang, sehingga kurang aktif untuk keluar mencari makan pada waktu

    kecepatan angin yang tinggi.36

    9. Sinar

    33

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 29. 34

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 29. 35

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 29. 36

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 30.

  • 22

    Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik (menyukai sinar). Pada

    malam hari ridak aktif, namun bisa aktif dengan sinar buatan. Efek sinar pada lalat

    tergantung sepenuhnya pada temperatur dan kelembaban.37

    D. Hasil Kerja Sayap Lalat

    Lalat, hewan kecil yang hidup di tempat-tempat kotor dan seringkali

    dianggap sebagai hewan yang menjijikan. Tapi siapa sangka dibalik itu semua

    terkandung manfaat yang luar biasa dan yang tidak pernah terduga sebelumnya.

    Rasulullah Saw. bersabda bahwa jika ada seekor lalat masuk ke dalam

    minuman, maka tenggelamkanlah lalat tersebut karena pada sebagian sayap lalat

    mengandung racun dan sebagian yang lain mengandng obat atau penawarnya.

    Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

    ِإَذا »َعْن َأِبي ُهَريْ َرَة َرِضَي اللَُّه َعْنُه َأنَّ َرُسوَل اللَِّه َصلَّى اهللُ َعَلْيِه َوَسلََّم قَاَل: بَاُب ِفي ِإنَاِء َأَحدُِكْم فَ ْليَ ْغِمْسهُ ُكلَُّه، ثُمَّ لَِيْطَرْحُه، َفِإنَّ ِفي َأَحِد َجَناَحْيهِ َوَقَع الذُّ

    38«ِشَفاًء، َوِفي اآلَخِر َداءً “Apabila sebuah lalat jatuh di minuman salah seorang dari kamu,

    maka benamkanlah, kemudian buanglah, karena sesungguhnya di

    salah satu sayapnya terdapat penyakit dan di sayap lainnya

    obatnya.”

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tim Departemen Mikrobiologi

    Medis, Fakultas Sains, Universitas Qashim, Kerajaan Arab Saudi, beberapa

    peneliti muda yang terdiri dari Sami Ibrahim at-Taili, „dil „Abdurrahman al-

    Misnid dan Khalid Dza‟ar al-Utaibi. Dibimbing langsung oleh Dr. Jamal Hamid

    yang dikoordinasi langsung oleh Dr. Saleh ash-Ahalih (seeorang da‟i terkenal di

    Eropa), melakukan penelitian tentang analisis mikrobiologi tentang sayap lalat.

    37

    H. Mochamad Hadi, Biologi Insekta Entomologi, h. 30. 38

    Al-Bukhârî, Saẖîẖ al-Bukhârî, cet. Ke-1, h. 1463, Kitab al-Ṯibb, Bab idza waqa’a al-

    dzubâb, Hadis ke-5782.

  • 23

    Laporan ini mereka presentasikan ke acara “Student Research Seminar” di

    Universitas Qashim, KSA.39

    Metode penelitian yang mereka lakukan cukup sederhana yaitu dengan

    memasukan lalat ke dalam masing-masing cawan yang berisi air dan memasukan

    lalat ke dalam cawan tersebut dengan cawan 1 dalam kondisi terbenam seluruhnya

    dan cawan 2 lalat dimasukan ke cawan tersebut tanpa membenamkannya.

    Pada cawan 1, awalnya tampak tumbuh koloni kecil berupa bakteri E.Coli

    namun pertumbuhannya terhambat oleh bakteri Actinomyces yang memproduksi

    antibiotik. Bakteri itu biasanya menghasilkan antibiotik yang dapat diekstrak,

    yaitu Actinomycetin dan Actinomycin yang berfungsi melisiskan (menghilangkan

    secara perlahan) bakteri dan bersifat antibakteri dan antifungi.40

    Sedangkan pada cawan 2, ternyata media ditumbuhi oleh koloni bakteri

    patogen tipe E.Coli yang merupakan penyebab berbagai macam penyakit.

    Dari penelitian di atas, maka dapat mengambil kesimpulan bahwa lalat

    pada minuman dengan dan tanpa dibenamkan seluruh tubuhnya ternyata

    memberikan hasil yang berbeda dan signifikan. Hal ini tentu saja membenarkan

    yapa yang telah disabdakan oleh Rasulullah Saw. sebagaimana yang telah

    dijelaskan pada hadis di atas bahwa pada sayap lalat itu terdapat penyakit dan

    sekaligus penawarnya.41

    Seekor lalat yang kecil, yang dijelaskan oleh para ilmuwan dari Australia

    bahwa seekor lalat itu terbukti pada sebelah sayapnya ditemukan 1 gen refilin

    yaitu gen yang mempunyai 2 fungsi yakni fungsi pada industri dan fungsi pada

    kesehatan.

    39

    Yanuardi Syukur, Ternyata Sayap Lalat Mengandung Obat, h. 170. 40

    Yanuardi Syukur, Ternyata Sayap Lalat Mengandung Obat, h. 172. 41

    Yanuardi Syukur, Ternyata Sayap Lalat Mengandung Obat, h. 172-174.

  • 24

    Fungsi pada industri bahwa gen refilin ini lebih dahsyat dan lebih kuat dari

    semua jenis karet yang ada yang telah dibuat oleh banyak orang di muka bumi ini.

    Jenis karetnya diambil dari pohon karet atau lainnya, gen refilin yang ada di sayap

    lalat itu lebih kuat dan lebih hebat jika dipakai sebagai karet karena ia mempunyai

    daya dorong dan daya tekan yang sangat kuat serta daya pental yang demikian

    dahsyat dan itu ada pada sayap seekor lalat dan serangga lain hingga ia dapat

    bergetar hingga 1000x dalam setiap detiknya seperti hewan serangga lainnya. Dan

    dalam fungsi kesehatannya bahwa gen refilin itu adalah satu gen yang bisa

    mengobati penyakit-penyakit yang ada pada syaraf-syaraf arteri, pada syaraf-

    syaraf meina. Syaraf arteri yang banyak terjadi penyumbatan, gen-gen refilin yang

    ada di sayap seekor lalat itulah yang dapat mengobatinya.42

    Demikian indahnya dan demikian sempurnanya dan demikian jeniusnya

    Rasulullah Saw. Jika jatuh lalat pada minuman kalian, tenggelamkan ia.

    Maksudnya gen–gen refilin yang ada di sayapnya itu supaya bertebaran di air pula

    hingga menjadikan airnya itu tersucikan daripada bakteri-bakteri yang ada pada

    sayap lainnya.43

    Manusia melihatnya dengan mikroskop dan selama puluhan tahun mereka

    menelitinya tapi Nabi Saw. tahu di sayap lalat itu ada gen penyembuh, ada gen

    penyakit sampai butiran gen dan sel yang ada disayap lalat diketahui oleh

    Rasulullah saw. atas petunjuk dari Allah SWT sebagai sang Maha Pencipta segala

    sesuatu dan Maha Mengetahui akan seluk beluk ciptaan-Nya.44

    42

    Yanuardi Syukur, Ternyata Sayap Lalat Mengandung Obat, h. 173. 43

    Yanuardi Syukur, Ternyata Sayap Lalat Mengandung Obat, h. 175. 44

    Yanuardi Syukur, Ternyata Sayap Lalat Mengandung Obat, h. 175.

  • 25

    BAB III

    PEMAHAMAN HADIS SAYAP LALAT

    A. Teks Hadis dan Takhrij Hadis

    Kata takhrij menurut bahasa dapat digunakan untuk beberapa arti,

    mengeluarkan (istinbath), melatih/meneliti (tadrib), menghadapkan (taujih).

    Dalam memahami suatu hadis diperlukan takhrij hadis begitupun memahami

    hadis sayap lalat ini, dengan demikian berikut teks hadis sayap lalat yang akan

    ditakhrij.

    بَاُب ِفي ِإنَاِء َأَحدُِكْم فَ ْليَ ْغِمْسُو ُكلَُّو، ثُمَّ لَِيْطَرْحُو، فَِإنَّ ِفي َأَحِد ِإَذا َوَقَع الذُّ َجَناَحْيِو ِشَفاًء، َوِفي اآلَخِر َداءً

    “Apabila sebuah lalat jatuh di minuman salah seorang dari kamu,

    maka benamkanlah, kemudian buanglah, karena sesungguhnya di

    salah satu sayapnya terdapat obat dan di sayap lainnya

    penyakitnya.”45

    1. Penelusuran dengan metode awal matan

    Setelah ditelusuri melalui awal kata َإَِذا َوقَع yang terdapat dalam matan hadis di

    atas dengan menggunakan kitab Mausū„ah Aṯrâf al-Hadîts al-Nabawwî al-

    Syarîf, ditemukan data sebagai berikut.

    46ِإَذا وقع الذباب في ِإنَاء أحدكم

    ۱۸۱: ۷ خ۳۸٤٤ د

    45

    Al-Bukhârî, Saẖîẖ al-Bukhârî, cet. Ke-1, Kitab al-Ṯibb, Bab idza waqa‟a al-dzubâb, Hadis ke-5782, h. 1463.

    46 Abû Hajar Muẖammad al-Sa‟id Basyûni Zaghlûl, Mausû‟ah Aṯrâf al-Hadîts, al-

    Nabawiy al-Syarîf Juz 1, h. 424.

  • 26

    ۱۷۹: ۷ ن

    ۲۲۹ : ۲ حم ۲۵۲ : ۱ هق ۱۰۵ خزمية

    ۲٦۱: ۱۱ سنة ٤۱٤, ٤۱۱۵ مشاكة

    ۱۸: ٦ احتا ف

    ۱۳٤ منحة

    ۲۸۳, ۲۸۲: ٤ مشلك

    ۳۸: ۵ مجمع

    ۱۳۵۵ حب

    ۲٦: ۱ تلخيص

    ٤٦ علل ۲۸۳۰۲, ۲۸۳۰۱, ۲۸: ۸۰ كزن

    ۳۳۷: ۱ متهيد

    ۷۳: ۱ حبيب

    ۲۱۲: ۱اس تذ كر 2. Penelusuran dengan metode lafadz

    Setelah ditelusuri melalui kata-kata yang jarang digunakan dari suatu bagian

    matan hadis di atas menggunakan kitab Mu‟jam al-Mufahras li Alfâẕ al-Hadîts

    al-Nabâwî, yaitu lafadz وقع ι ابذبّ ι إِنَاء ιأحدكن, dan data yang ditemukan hanya ّذب,

    yakni sebagai berikut:

    بَاُب ِفي 47َأَحدُِكْم فَ ْليَ ْغِمْسوُ شَرابِإَذا َوَقَع الذُّ

    ۵۸, طّب ۰۰۱۷ اخللق ءخ بد

    47

    Winsink, Mu‟jam al-Mufahras li Alfâẕ al-Ḫadîts al-Nabâwî, Juz 2, h. 170.

  • 27

    ٤۸د أطعمة ۱۱ن فرع

    ۳۱جه طّب

    ۱۲دى أ طمعه

    ۲٤ ۳ ,٤٤۳, ۳۹۸, ۳۸۸, ۳۵۵, ۳٤۰, ۲٦۳, ۲٤٦, ۲۳۹ ۲مح Dari hasil takhrij hadis di atas, berikut ini adalah teks hadis yang terdapat di

    Sahîh al-Bukhârî dan satu teks hadis perwakilan di luar Sahîh al-Bukhârî yaitu

    Sunan Abî Dâwud berhasil ditemukan di dalam kitab-kitab rujukan:

    Redaksi dalam Kitab Saẖîẖ al-Bukhârî:

    ثَ َنا ُعْتَبُة ْبُن ُمْسِلٍم قَاَل ثَ َنا ُسَلْيَماُن ْبُن ِبََلٍل قَاَل َحدَّ ثَ َنا َخاِلُد ْبُن َمْخَلٍد َحدَّ َحدَُّىَريْ َرَة رضى اهلل عنو يَ ُقوُل قَاَل النَِّبىُّ َأْخبَ َرِنى ُعبَ ْيُد ْبُن ُحنَ ْيٍن قَاَل َسِمْعُت َأبَا

    بَاُب ِفى َشَراِب َأَحدِ ِإَذا َوقَ " قسلمَصلى اهلل عليو ُو فَِإنَّ ِفى ُكْم فَ ْلَيغِمسْ َع الذُّ48".ِإْحَدى َجَناَحْيِو َذاًء َوِفى اأُلْخَرى ِشَفاء

    ثَ َنا ثَ َنا قُ تَ ْيَبُة َحدَّ ُعْتَبَة ْبِن ُمْسِلٍم َمْوَلى بَِنى تَ ْيٍم َعْن ْسَماِعيُل ْبُن َجْعَفٍر َعْن إِ َحدَّرضى اهلل عنو َأنَّ َرُسوَل اهلِل َعْن َأِبى ُىَريْ َرَة ُحنَ ْيٍن َمْوَلى بَِنى ُزرَْيٍق ْبنِ ُعبَ ْيِد

    بَاُب ِفى ِإنَاِء َأَحدُِكْم فَ ْليَ ْغِسْمُو ُكلَُّو ثُمَّ َصلى اهلل عليو وسلم قَاَل ِإَذا َوَقَع الذُّ49ِر َداًء طرفو.اآلخَ ْلَيْطَرْحُو فَِإنَّ ِفى َأَحِد َجَناَحْيِو ِشَفاًء َوِفى

    Redaksi dalam Kitab Sunan Abî Dâwud:

    المفضَّل ، عن ابن يعني ابنحمد بن حنبل، قال : نا بشر ، حدثنا أعن أبي ىريرة قال : قال رسثل اهلل عليو ي،ر َعْجَلن، عن سعيد المقبُ

    48

    Al-Bukhârî, Saẖîẖ al-Bukhârî, Kitab bad al-khuluq, Bab idza waqa‟a al-dzubâb, Hadis

    ke-17, h. 911 49

    Al-Bukhârî, Saẖîẖ al-Bukhârî, Kitab Ṯibb, Bab idza waqa‟a al-dzubâb, Hadis ke 58, h.

    1594.

  • 28

    بَابُ ْيِو في ِإْحَدى َجَناحَ فإن ِفى إناء أَحدُِكْم فَامُقُلوه، قسلم "ِإَذا َوَقَع الذُّ50و كلَّو.فليغمس جناحو الذي فيو الداء،وإنو يتَِّقي ب َذاًء َوِفى اآلخر ِشَفاًء،

    Al-Bukhâri menyebutkan hadis di bab ini dari Qutaibah, dari Isma‟îl bin

    Ja‟far, dari Utbah bin Muslîm Al-Madanî Maula bani Tamîm, dari Ubaid bin

    Hunain Maula bani Zuraiq, dari Abû Hurairah RA. Nama panggilan bapak Utbâh

    bin Muslîm adalah Abû Utbâh. Utbâh tidak memiliki riwayat dalam Sahîh al-

    Bukhârî kecuali hadis ini. Pada sanad ini disebutkan, “Dari Ubaîd bin Hunain

    mengabarkan kepadaku” dan nama panggilannya adalah Abû Abdullah. Adapun

    „Maula bani Zuraiq‟ disebutkan Al-Kullabadzi bahwa ia adalah Maula Zaid bin Al

    Khaththab. Sementara dari Ibnu Uyainah bahwa dia adalah Maula Al Abbâs.

    Namun, hal ini tidak benar, karena sepertinya dia mengira bahwa dia adalah

    saudara Abdullah bin Hunain. Ubaidillah tidak pula memiliki riwayat dalam Sahîh

    al-Bukhârî selain hadis ini dan disebutkan di dua tempat.

    Dalam ilmu hadis, takhrîj dipahami untuk beberapa kepentingan:

    Mengeluarkan dan meriwayatkan satu hadis dari beberapa kitab, atau guru,

    atau teman. Kegiatan ini memperhatikan riwayat hidup periwayat.

    Tujuannya tiada lain, mengetahui apakah periwayat dapat dipercaya apa

    tidak. Menjelaskan tentang hadis kepada orang lain dengan menyebutkan

    para periwayat dalam sanad hadis tersebut.51

    Menunjukkan kitab-kitab sumber hadis, yakni menyebutkan letak sebuah

    hadis dalam berbagai kitab yang di dalamnya ditemukan hadisnya secara

    lengkap dengan sanad masing-masing.

    50

    Abî Dâwud Sulaymân bin al-Asy‟ats al-Sijjistâni, Sunan Abî Dâwud, h. 690. 51 Muh. Zuhri, Hadis Nabi Telaah Hostoris dan Metodologis, h. 145-150.

  • 2

    9

    3. S

    kem

    a S

    an

    ad

    لكن م

    س ب ان

    رعةا ز

    اب

    ّمادن ح

    ل بسه

    يثحد

    ل ال عل

    ثّنى الم

    بنداهلل

    عب

    ضللمف

    ن ار ب

    بش

    داهلل عب

    بنامة

    ثم

    ريرةى ه

    اب

    عيدن س

    د بسوي

    نينن ح

    د بعبي

    سلمه و

    عليهلل

    ى اصل

    هلل ل ا

    سو ر

    قيلبيه

    ن ا سن

    الدنن

    سا

    رمي

    عمربن

    سن الح

    هلل بدا

    و ع اب

    سلمن م

    بة ب عت

    رىمقب

    د السعي

    ضل الف

    بنسن

    الحبو

    ا

    حيحص

    ري

    بخاال

    الدن ح

    م بسل

    م

    تيبة ق

    عفرن ج

    ل باعي

    سم إ

    رفة ن ع

    ن بحس

    النبل

    ن حد ب

    حمن ا

    جالن ع

    اب

    بن يل

    ماعاس

    ّمدمح

    ب زيخظّا

    و الاب

    اد

    ن من اب

    سنجها

    اود

    و د أب

    ربن ح

    ن بيما

    سل

    لمةن س

    د بحّما

    بن ح ا

    صحييمة

    خز

  • 30

    ابن سعيد الخدري

    ابن سلمة

    سعيد بن خالد

    ابن ابي ذئب

    رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم

    يحي القط ان

    ابو حيثمة عمرو بن علي

    سنن النساء

    ابو يعلى

    نآظملموارد ا

    يزيد بن هارون

    ابو عبيد القاسم

    علي بن عبد العزيز

    بن قريش ابو احمد محم د

    ط ح انلابو العب اس ا

    محم د بن الحسن

    شرح السنه

  • 31

    4. Kritik Sanad

    Dari uraian sebelumnya diketahui bahwa takhrij hadis mempunyai saran dan

    tujuan menelusuri satu atau beberapa hadis. Kegiatan ini dimulai dari pernyataan,

    a. Hadis yang dimaksud berada dalam kitab apa saja, dan diriwayatkan

    melalui beberapa jalur.

    b. Siapa saja tokoh yang meriwayatkan hadis tersebut di masing-masing

    jalur. Ditelusuri satu persatu, bagaimana reputasi tokoh dalam dunia

    hadis.

    c. Dari penelusuran ini dapat disimpulkan, apakah hadis tersebut melalui

    jalur yang berkualitas (sanad sahîh) atau tidak. Demikian juga, apakah

    hadis tersebut bersambung sanadnya atau tidak.52

    Sedangkan dalam penelitian hadis ini, yang akan diteliti adalah kritik sanad

    dari jalur yang diriwayatkan oleh Bukhârî dan Abû Dâwud saja. Berikut data

    periwayat dari jalur Bukhârî:

    Jalur Bukhârî

    1. Bukhârî

    a. Nama Lengkap : Abu „Abdillah Muhammad bin Ismâ‟il bin Ibrâhîm

    bin al-Mughîrah bin Bardizbah al-Jufi al-Bukhârî. Wafat pada tahun

    256 H.53

    b. Guru-guru : Husain bin „Alî al-Ja‟fî, Abî Asâmah Hamâd bin Asâmah,

    Muhammad bin „Ubaid, Yahya bin Ȃdam, Qutaibah.

    c. Murid-murid : Muhammad bin Sâlih bin Hânî, Muhammad bin Ibrâhîm

    al-Hasyamîy, dan Jamâ‟ah.

    52

    Muh. Zuhri, Hadis Nabi Telaah Hostoris dan Metodologis, h. 150. 53

    Ibnu Hâjâr al-Asqâlânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, (T.tp: T.pn., 1326) juz 3. h. 136.

  • 32

    d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : ẖaddatsanâ

    e. Tabaqat : 11 ; Awsât al-Ȃkhdzîn „an tabi‟at-tabâ‟

    f. Pendapat ulama hadis :

    Abu Hatim : Tsiqah

    Muhammad bin Basysyâr : Huffảdzah

    Ibnu Hâjâr : Tsiqah

    2. Qutaibah

    a. Nama Lengkap : Qutaibah bin Sa‟id bin Jâmil bin Tarif bin Abdullah

    bin Abdullah. Wafat pada tahun 240 H.54

    b. Guru-guru : Ismâ’îl bin Ja’far bin Abi Katsir, Basar bin al-Mufdal

    bin Lahik, Bakar bin Madhor bin Muhammad bin Hakim, Ja‟far bin

    Sulaiman, Laits bin Said bin Abdurrahman.

    c. Murid-murid : Ibn Mâjah, Ibrâhim bin Ishâq al-Harabî, Ahmad bin

    Hanbal, Ahmad bin Sa‟îd ad-Dârimî.

    d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : ẖaddatsanâ

    e. Tabaqat : 10 ; Khibaru Tab‟u al-Atba‟

    f. Pendapat ulama hadis :

    Ibnu Hibban : Min al-Mutaqin

    Abu Hatim : Tsiqah

    Ibnu Hâjâr : Tsiqah Tsabat

    3. Ismâ‟îl bin Ja‟far

    a. Nama Lengkap : Ismâ‟îl bin Ja‟far bin Abî Katsîr al-Ansârî Zaraqî

    Maulâhim. Wafat pada tahun 180 H di Baghdad.55

    54

    Ibnu Hâjâr al-Asqâlânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, (T.tp: T.pn., 1326 H) juz 2, h. 75.

  • 33

    b. Guru-guru : Ismâ‟il bin Abî Hakîm, Hubaib bin Hasân, ‘Utbah bin

    Muslim, Mûsa bin „Uqabah, Yazîd bin Abdullah.

    c. Murid-murid : Ibrâhîm bin Abdullah bin Hâtim, Ishâq bin Muhammad

    bin Ma‟mar, Qutaibah bin Sa’id, Yahya bin Ayyub.56

    d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : ẖaddatsanâ

    e. Tabaqat : 8 ; Atbâ‟at-tâbi‟în

    f. Pendapat ulama hadis :

    Ibnu Hâjâr : Tsiqah Tsabit

    Adz-Dzahabî : Tsiqat Tsabit

    Ahmad bin Hanbal : Tsiqah

    Abû Dawûd as-Sajastânî : Tsiqah

    4. „Utbah bin Muslim

    a. Nama Lengkap : „Utbah bin Abî „Utbah Tamîm, wafat pada tahun 140

    H.57

    b. Guru-guru : Hamzah bin „Abdullah bin „Umar, Abdullah bin Râfi‟,

    ‘Ubaid bin Hunain, Nâfi‟ bin Jubair Mat‟am, Abî Salamah bin

    Abdurrahman.58

    c. Murid-murid : Ibrâhîm bin Muhhammad bin Abî Yahya, Ismâ’îl bin

    Ja’far, Sa‟îd bin Abî Halâl, Mâlik bin Abî Hasan.

    d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : „an

    e. Tabaqat : 6 ; „Ȃsarûl Sighâr Tâbi‟în

    55

    Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut:

    Muassasah al-Risalah, 1983), juz 10, h. 147. 56

    Ibnu Hâjâr al-Asqâlânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, (T.tp: T.pn., 1326 H) juz 5, h. 58. 57

    Abû Bakar Ahmad ibn Ali bin Tsabit al-Khârîb al-Baghdadi, Târikh Madinah al-

    Salam, (Beirut: Dar al-Gharab al-Islami, 2001) juz 7, h. 174. 58

    Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut:

    Muassasah al-Risalah, 1983), juz 9, h. 131.

  • 34

    f. Pendapat ulama hadis :

    Ibnu Hâjâr : Tsiqah

    Adz-Dzahabî : Saddûq

    5. „Ubaid bin Hunain

    a. Nama Lengkap : „Ubaid bin Hunain al-Madanî, lahir tahun 70 H dan

    wafat pada tahun 105 H di Madinah.59

    b. Guru-guru : Zaid bin Tsâbit, Abdullah bin „Abbâs, Qatâdah bin

    Nu‟mân, Abî Mûsa al-Asy‟arî, Abî Hurairah.

    c. Murid-murid : Sâlim Abû Nadir, Abdullah bin Sa‟id, Abdullah bin

    Abdurrahman, ‘Utbah bin Muslim, Yahya bin Sa‟îd al-Ansarî.

    d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : „an

    e. Tabaqat : 3 ; Tâbi‟in

    f. Pendapat ulama hadis :

    Abû Hâtim ar-Râzî : Sâlih al-Hâdîts

    Ibnu Hâjâr : Tsiqah

    Adz-Dzahabî : Tsiqah

    6. Abû Hurairah

    a. Nama Lengkap : Abû Hurairah Abdurrahman bin Sohrin al-Dausî, lahir

    di Mina pada tahun 19 H kemudian wafat pada tahun 59 H di

    Madinah.60

    b. Guru-guru : Nabi Muhammad Saw., Abî Bakar al-Sidîq, Abî bin

    Ka‟ab, Umar bin Khattâb, „Ȃisyah binti Abî Bakar, Asâmah bin Zaid,

    al-Fadl bin al-Abbâs Ibnu Abbas.

    59

    Ibnu Hâjâr al-Asqâlânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, (T.tp: T.pn., 1326 H) juz 8, h. 314. 60

    Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut:

    Muassasah al-Risalah, 1983), juz 1, h. 834.

  • 35

    c. Murid-murid : Abdullah bin Abî Sulaimân, Abdullah bin „Abbâs,

    ‘Ubaid bin Hunain, „Atâ bin Abî Rabbâh, Sulaiman bin Yasâr.

    d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : „an

    e. Tabaqat : 1 ; Sahâbî

    f. Pendapat ulama hadis :

    Ibnu Hâjâr : Saẖâbî

    Adz-Dzahabi : Saẖâbî

    Berikut data periwayat dari jalur Abû Dâwud:

    Jalur Abû Dâwud

    1. Abû Dâwud61

    a. Nama Lengkap : Sulaimân bin al-Asy‟ats bin Syaddâd bin „Amr bin

    Ȃ‟mir, atau Sulaiman bin al-Asy‟ats bin Bisyr bin Syaddâd, atau

    Sulaimân bin al-Asy‟ats bin Isẖâq bin Basyîr bin Syaddâd, ibnu „Amr

    bin „Imrân al-Azdî Abû Dâwud al-Sijjistânî al-Hâfîẕ. Perjalanan rihlah

    yang dilakukan yaitu ke Irak, Khurasan, Syam, Mesir, Hijaz dan lain-

    lain. Lahir pada tahun 202 H dan wafat pada bulan Syawâl tahun 275 H,

    di Basrah.

    b. Guru-guru : Ibrâhîm bin Basysyâr al-Ramâdî, Ibrâhîm bin Ziyâd

    Sabalân, „Ustmân bin Muẖammad bin Abî Syaybah, Aẖmad bin

    Hanbal, „Ali ibn al-Madînî dan „Amr bin „Awn al-Wâsiṯî.

    c. Murid-murid : al-Tirmidzî, Ibrâhîm bin Hammâd bin Ibrâhîm bin

    Yûnus al-„Ȃqûlî, dan Abû Hâmid Aẖmad bin Ja‟far al-Asy‟arî al-

    Aşbahânî.

    61

    Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut:

    Muassasah al-Risalah, 1983), juz 11, h. 355-367.

  • 36

    d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : ẖaddatsanâ

    e. Tabaqat : 11 ; Tab‟a atbâ‟

    f. Pendapat ulama hadis:

    Ibnu Hâjâr : Tsiqah Hâfidz

    Adz-Dzahabi : al-Hâfidz

    Abû Hâtim bin Hibbân : fiqhân, „ilmân, hifdzân, nuskân, wara‟ân,

    itqânân.62

    2. Aẖmad bin Hanbal

    a. Nama lengkap : Aẖmad bin Muẖammad bin Ḫanbal bin Hilâl bin Asad

    al-Syaybâni, Abû „Abdillâh al-Marwazî al-Baghdâdî. Lahir di Baghdad,

    Rabiul Awal pada tahun 164 H, dan penah menuntut ilmu ke Kufah,

    Bashrah, Mekah, Madinah, Yaman, Syam dan Jazirah. Wafat pada hari

    Jum‟at, Rabiul Awal tahun 241 H di Baghdad.63

    b. Guru-guru : Ibrâhîm bin Khâlid al-Şan‟anî, Bisyr bin al-Mafadl, Ishâq

    bin Yûsuf al-Azraq, Ismâ‟îl ibn „Ulayyah, Bahz bin Asad dan Ya‟qûb

    bin Ibrâhîm bin Sa‟d al-Zuhrî.

    c. Murid-murid : Al-Bukhârî, Muslim, Abû Dâwud, Ibrâhîm bin Ishâq al-

    Ḫarbî dan Aẖmad bin al-Ḫasan bin Junaydib al-Tirmidzî.

    d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : ẖaddatsanâ

    e. Tabaqat : 10 ; Tab‟a atbâ‟

    f. Pendapat ulama hadis :

    Qutaibah bin Sa‟id : Imâm al-Dunyâ

    62 Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut:

    Muassasah al-Risalah, 1983), juz 11, h. 358. 63

    Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut:

    Muassasah al-Risalah, 1983), juz 1, h. 437-470.

  • 37

    Abâ Ja‟far al-Nufaylî : A‟lâm al-Dîn

    Aẖmad bin Sa‟îd al-Dârimî : aẖfadzu64

    3. Ibn Mafadl

    a. Nama lengkap : Bisyr bin al-Mafadl, wafat pada tahun 186 H.

    b. Guru-guru : Ismâ‟îl Basyr bin al-Mafadl, Bisyr bin al-Mafadl, Ḫamîd

    aṯ-Ṯawîl, „Abdullah bin Muẖammad bin „Aqîl, Yahya bin Sa‟îd al-

    Anşârî. Muhammad bin ‘Ajlan.65

    c. Murid-murid : Ziyâd bin Yaẖya al-Ḫasânî, „Abî bin al-Madînî, Naşr bin

    „Alî, Aẖmad bin Ḫanbal, dan Wahab bin Baqî.

    d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : ẖaddatsanâ

    e. Tabaqat : 8 ; Atbâ‟ at-Tâbi‟în

    f. Pendapat ulama hadis :

    Ibn Sa‟id : tsiqah

    Abû Zar‟ah : tsiqah

    Abû Hâtim : tsiqah

    Abû Abdurrahman an-Nasâî : tsiqah

    4. Ibnu „Ajlan

    a. Nama lengkap : Muhammad bin „Ajlan al-Qarasyî Abû Abdullah al-

    Qarasyî, lahir di Madinah wafat pada tahun 148 H.66

    b. Guru-guru : Ibrahîm bin „Abdullah bin Hunain, Zaid bin Aslan, Sa‟id

    bin Ibrâhîm, Sa’id bin Abî Sa’id al-Maqburî, Suhail bin Abî Salîẖ.

    64

    Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut:

    Muassasah al-Risalah, 1983), juz 1, h. 438. 65 Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut:

    Muassasah al-Risalah, 1983), juz 1, h. 703. 66

    Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut:

    Muassasah al-Risalah, 1983), juz 11, h. 235.

  • 38

    c. Murid-murid : Isma‟îl bin Ja‟far, Bisyr bin al-Mafadl, Hâtim bin

    Ismâ‟îl, Khâlid bin al-Hârits, Dâwud bin Qais al-Farâi, Sa‟îd bin Abî

    Ayûb, Sulaiman bin Bilâl.

    d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : „an

    e. Tabaqat : 5 ; Tâbi‟în

    f. Pendapat ulama hadis :

    Ad-Dzahabi : Tsiqah

    Abû Bakar al-Baihaqî : Tsiqah

    Abû Hâtim ar-Râzî : Tsiqah

    5. Sa‟îd al-Maqburî

    a. Nama lengkap : Abû Sa‟îd bin al-Maqburî al-Masanî, wafat pada tahun

    100 H di Madinah.

    b. Guru-guru : „Abdullah bin Salâm, Abî Hurairah, „Ali bin Abi Tâlib,

    Abî Sa‟id al-Khudrî, Abî Syuraih bin Ka‟ab, Umar bin Khattab.

    c. Murid-murid : Abdullah bin Sa‟îd, „Amrû bin Abî „Umar,

    Muhammad bin ‘Ajlan, Abû Sakhar Hamîd bin Ziyâd..67

    d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : „an

    e. Tabaqat : 2 ; Tâbi‟în

    f. Pendapat ulama hadis :

    Aẖmad bin Hanbal : tsiqah

    Aẖmad bin Syu‟aib an-Nasâî : tsiqah

    Aẖmad bin Sâlih al-Jailî : tsiqah

    6. Abû Hurairah

    67

    Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1983), juz 1, h. 593

  • 39

    a. Nama lengkap : Abû Hurairah Abdurrahman bin Sohrin al-Dausî,

    lahir di Mina pada tahun 19 H kemudian wafat pada tahun 59 H di

    Madinah.68

    b. Guru-guru : Nabi Muhammad Saw., Abî Bakar al-Sidîq, Abî bin

    Ka‟ab, Umar bin Khattâb, „Ȃisyah binti Abî Bakar, Asâmah bin Zaid,

    al-Fadl bin al-Abbâs Ibnu Abbas.

    c. Murid-murid : „Abdullah bin „Abbâs, Anas bin Mâlik, Marwân bin

    Hakim, Sa’îd bin Sa’id al-Maqburî, Sa‟îd bin Hayyân at-Tamîmî.

    d. Sighat taẖammul wa al-ada‟ : „an

    e. Tabaqat : 1 ; Sahâbî

    f. Pendapat ulama hadis :

    Ibnu Hâjâr : Saẖâbî

    Adz-Dzahabi : Saẖâbî

    5. Penilaian Hadis

    Setelah melakukan penelitian sanad memalui jalur hadis yang diriwayatkan

    oleh Bukhârî dan Abû Dâwud, dapat disimpulkan bahwa periwayat yang diteliti

    tidak ada yang dinilai negatif, semuanya berkualitas tsiqah.

    Penilaian hadis periwayatan Bukhârî

    Bukhârî (w. 242 H) menerima hadis dari Qutaibah (w. 240 H) dengan cara

    “ẖaddatsanâ”, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan Bukhârî berguru dengan

    Qutaibah dan mereka dimungkinkan bertemu, sehingga sanadnya bersambung dan

    dapat diterima. Qutaibah (w. 240 H) menerima hadis dari Ismâ‟il bin Ja‟far (w.

    180 H) dengan cara “ẖaddatsanâ”, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan

    68

    Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzib al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1983), juz 1, h. 834.

  • 40

    Qutaibah berguru dengan Ismâ‟il bin Ja‟far dan mereka dimungkinkan bertemu,

    sehingga sanadnya bersambung dan dapat diterima. Ismâ‟il bin Ja‟far (w. 180 H)

    menerima hadis dari „Utbah bin Muslim (w. 140 H) dengan cara “‟an”, para

    ulama menilai positif (ta‟dil) dan Ismâ‟il bin Ja‟far pernah berguru dengan „Utbah

    bin Muslim dan mereka dimungkinkan bertemu, sehingga sanadnya bersambung

    dan dapat diterima. „Utbah bin Muslim (w. 140 H) menerima hadis dari „Ubaid

    bin Hunain (w. 105 H) dengan cara “‟an”, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan

    „Utbah bin Muslim pernah berguru dengan „Ubaid bin Hunain dan mereka

    dimungkinkan bertemu, sehingga sanadnya bersambung dan dapat diterima.

    „Ubaid bin Hunain (w. 105 H) menerima hadis dari Abû Hurairah (w. 59 H)

    dengan cara “‟an”, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan „Ubaid bin Hunain

    pernah berguru dengan Abû Hurairah dan mereka dimungkinkan bertemu,

    sehingga sanadnya bersambung dan dapat diterima. Abû Hurairah menerima hadis

    dari Nabi Muhammad Saw. dengan cara “‟an”. Abû Hurairah adalah seorang

    sahabat yang tidak diragukan lagi ke‟adil-annya, sehingga sanadnya bersambung

    dan dapat diterima.

    Dari hasil penelitian sanad, yaitu riwayat Bukhârî, periwayatan dalam keadaan

    bersambung antara murid dan guru, sanad yang diteliti semuanya bersambung,

    tsiqah, tidak syâdz dan tidak ada „illat, sehingga dapat disimpulkan bahwa sanad

    hadis yang diriwayatkan oleh Bukhârî berkualitas sahîh karena semua perawi

    bersambung antara guru dan murid.

    Penilaian hadis periwayatan Abû Dâwud

    Abû Dâwud (w. 275 H) menerima hadis dari Aẖmad bin Hanbal (w. 241 H)

    dengan cara “ẖaddatsanâ”, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan Abû Dâwud

  • 41

    pernah berguru dengan Aẖmad bin Hanbal dan dimungkinkan mereka bertemu,

    sehingga sanadnya bersambung dan dapat diterima. Aẖmad bin Hanbal (w. 241 H)

    menerima hadis dari Ibn Mafadl (w. 186 H) dengan cara ẖaddatsanâ, para ulama

    menilai positif (ta‟dil) dan memungkinkan mereka pernah bertemu dan berguru,

    sehingga sanadnya bersambung dan dapat diterima. Ibn Mafadl (w. 186 H)

    menerima hadis dari Ibnu „Ajlan (w. 148 H). Dengan cara “‟an”, para ulama

    menilai positif (ta‟dil) dan memungkinkan mereka pernah bertemu dan berguru,

    sehingga sanadnya bersambung dan dapat diterima. Ibnu „Ajlan (w. 148 H)

    menerima hadis dari Sa‟îd al-Maqburî (w. 100 H) dengan cara “‟an”, para ulama

    menilai positif (ta‟dil) dan mereka bertemu dan berguru, sehingga sanadnya

    bersambung dan dapat diterima. Sa‟îd al-Maqburî menerima hadis dari Abû

    Hurairah dengan cara “‟an”, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan mereka

    bertemu dan berguru, sehingga sanadnya bersambung dan dapat diterima. Abû

    Hurairah menerima hadis dari Nabi Muhammad Saw. dengan cara “‟an”. Abû

    Hurairah adalah seorang sahabat yang tidak diragukan lagi ke‟adil-annya,

    sehingga sanadnya bersambung dan dapat diterima.

    Dari hasil penelitian sanad, yaitu riwayat Abû Dâwud, periwayatan dalam

    keadaan bersambung antara murid dan guru,