Upload
others
View
20
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
STUDI KUALITATIF: PERAN AHLI GIZI TERHADAP KEPATUHAN DIET
PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE DUA DI PUSKESMAS
KENDALKEREP DAN PUSKESMAS JANTI KOTA MALANG
TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Gizi
Oleh:
Sita Miyasa Purwati
NIM 135070301111065
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ii
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
STUDI KUALITATIF: PERAN AHLI GIZI TERHADAP KEPATUHAN DIET
PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE DUA DI PUSKESMAS
KENDALKEREP DAN PUSKESMAS JANTI KOTA MALANG
Oleh :
Sita Miyasa Purwati
NIM : 135070301111065
Telah diuji pada
Hari : Selasa
Tanggal : 25 Juli 2017
dan dinyatakan lulus oleh :
Penguji I
Dhanny Septimawan Sutopo, S. Sos, M. Si
NIP. 2009067 309151001
Pembimbing I / Penguji II, Pembimbing II / Penguji III,
Inggita Kusumastuty, S. Gz, M. Biomed Catur Saptaning W., S. Gz, MPH
NIP. 19820402 200604 2 001 NIP. 200908 840712 2001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Gizi,
Dian Handayani, SKM, M. Kes, Ph D
NIP.1974040 22000312 2002
iii
Tugas akhir ini dipersembahkan untuk Allah SWT sebagai bentuk ibadah
kepada-Nya
Untuk para penyandang Diabetes Mellitus Tipe Dua, termasuk Mama, Ayah,
dan Ibu yang telah pergi... semoga kami bisa lebih membantu kalian.
Dipersembahkan juga untuk para ahli gizi, semoga bisa menjadi inspirasi
untuk menjadi sebaik-baik manusia karena bisa bermanfaat untuk orang
lain terutama bagi penyandang Diabetes Mellitus.
Selamat Berjuang dan Jangan Pernah Menyerah
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
”Peran Ahli Gizi terhadap Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus Tipe Dua di
Puskesmas Kendalkerep dan Puskesmas Janti Kota Malang”. Berkat kuasa dan
tuntunan jalan Allah SWT serta kerja keras, akhirnya dapat terselesaikan tugas
akhir ini. Penulisan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Inggita Kusumastuty, S.Gz., M.Biomed., selaku dosen pembimbing I
yang membantu dalam memberi arahan dan koreksi yang sistematis serta
memberi motivasi.
2. Ibu Catur Saptaning Wilujeng, MPH, selaku dosen pembimbing II yang
membantu dalam memberi arahan dan koreksi yang sistematis serta
memberi motivasi.
3. Bapak Dhanny Septiawan Sutopo, S. Sos, M. Si, selaku dosen penguji
yang telah membantu dalam memberi arahan dan koreksi yang sistematis
agar tugas akhir ini bisa menjadi karya ilmiah yang baik.
4. Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang
5. Dian Handayani, SKM, M.Kes, Ph.D, Ketua Jurusan Gizi Fakultas
Kedokteran dan pembimbing akademik penulis yang telah membimbing
penulis selama masa perkuliahan.
v
6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya yang telah memberikan bekal ilmu dan wawasan pengetahuan
dengan baik selama masa perkuliahan
7. Suyasak dan Sunarmi selaku orangtua penulis, yang tidak hentihentinya
memberikan motivasi melalui keteladanan, perhatian, do’a, serta cinta
dan kasih sayangnya yang tulus hingga detik ini. Karena keduanyalah,
semangat untuk menuntut ilmu ini tetap menyala. Semoga Allah
senantiasa melimpahkan kasih sayang-Nya kepada Bapak dan Mama.
8. Anzas Setya Budi Prakoso, Dia Betty Nur Islamia, dan Muhammad
Ainurrokhim selaku saudara kandung penulis yang dengan penuh
kesabaran dan harap senantiasa memberikan doa, dukungan, inspirasi,
serta semangat yang luar biasa.
9. Kakek, Nenek, Pakdhe, Budhe, Lek, kakak, dan adik sepupu yang
namanya tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, senantiasa
memberikan, dukungan, motivasi, keteladanan, dan pengalaman hidup
yang unik
10. Sahabat-sahabatku selama di perkuliahan, Rachmi Mufida, Hasmah,
Fithrah Amalia Rizki, Firda, Devi Eka Nur Indah Sari, Caecilia Cita, Rizqy
Amanatul Husna Pamungkas, serta teman-teman lainnya yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan, canda tawa,
serta sikap kekeluargaan yang telah diberikan.
11. Partner tugas akhir penulis, Hayu Iyaka Nastaina yang telah
membersamai, membantu, dan mendukung penulis dari awal penentuan
tema sampai akhir perjuangan kelulusan bersama. Terima kasih banyak
atas segalanya.
vi
12. Saudara dan saudariku dari LKI FKUB dan PROJECT yang selalu
menginspirasi dan mengingatkanku dalam ketaatan dan ketaqwaan serta
menyuntikkan motivasi untuk selalu berproses menjadi muslim yang lebih
baik dan bermanfaat bagi sesame
13. Seluruh mahasiswa Jurusan Gizi Kesehatan angkatan 2013 yang telah
berjuang bersama penulis selama kuliah.
14. Semua informan baik pasien, ahli gizi, dokter, dan kepala puskesmas baik
dari Puskesmas Kendalkerep dan Puskesmas Janti Kota Malang yang
telah bersedia memberikan kesempatan dan bantuan yang banyak
kepada peneliti untuk melakukan pengambilan data penelitian
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini
yang tak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah membalas
kebaikan kalian.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini masih kurang dari
kata sempurna, karena memang kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, untuk
mengejar kesempurnaan yang tidak ada standar atau batasannya. Penulis
berharap dalam hati, lisan dan pikiran agar skripsi ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca dan masyarakat.
Malang, 25 Juli 2017
Penulis
vii
ABSTRAK
Purwati, Sita, Miyasa. 2017. Studi Kualitatif: Peran Ahli Gizi terhadap Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Mellitus Tipe Dua di Puskesmas Kendalkerep dan Puskesmas Janti Kota Malang. Tugas Akhir,
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Inggita Kusumastuty, S. Gz, M. Biomed (2) Catur Saptaning Wilujeng, S. Gz, MPH
Pedoman 4 pilar pengendalian Diabetes Mellitus (DM) tipe dua adalah
edukasi, pengaturan makan, olahraga, dan kepatuhan pengobatan. Pengaturan makan memiliki hubungan yang sangat kuat dengan kadar gula, sedangkan kepatuhan diet penderita DM di Indonesia masih rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan terhadap kepatuhan diet pasien DM adalah dukungan ahli gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan bagaimana peran ahli gizi terhadap kepatuhan diet penderita DM tipe dua di Puskesmas Kendalkerep dan Janti Kota Malang. Pendekatan kualitatif yang digunakan adalah studi kasus. Pengambilan data dilakukan dengan observasi proses konseling dan wawancara mendalam pada ahli gizi, dokter, pasien DM tipe dua yang sesuai dengan kriteria inklusi dari masing-masing puskesmas, serta kepala puskesmas. Berdasarkan gambaran peran ahli gizi yang terlakasana, pengaruhnya, dan harapan untuk ahli gizi disimpulkan bahwa peran ahli gizi terhadap kepatuhan diet penderita DM yaitu sebagai penyuluh dan konselor. Saat melaksanakan peran tersebut ahli gizi juga melakukan proses asuhan gizi terstandar, berkolaborasi dengan tenaga kesehatan, dan membangun hubungan dengan pasien. Ahli gizi juga harus memperhatikan sikap dan bersikap baik selama proses tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan peran ahli gizi adalah tenaga kesehatan, waktu, fasilitas, keuangan, sistem, administrasi, dan karakter pasien. Peran dan sikap ahli gizi yang kurang baik bisa menghambat kepatuhan diet pasien. Pelaksanaan peran dengan maksimal dan sikap yang baik bisa meningkatkan kepatuhan diet pasien. Oleh karena itu, diharapkan ahli gizi menjalankan perannya dengan maksimal, membangun hubungan dan bersikap baik kepada pasien maupun tenaga kesehatan lain agar kepatuhan diet pasien DM di Indonesia bisa meningkat. Kata kunci: kepatuhan diet, diabetes mellitus, peran ahli gizi, sikap ahli gizi, studi kasus
viii
ABSTRACT
Purwati, Sita, Miyasa. 2017. Qualitative Study: The Role of Nutritionist in Dietary compliance in Type Two Diabetes Mellitus Patients at Kendalkerep and Janti Health Center in Malang. Final Project, Nutrition Science Program Faculty of Medicine University of Brawijaya.
The four pillars of type two Diabetes Mellitus (DM) control are education,
dietary regulation, exercise, and medication adherence. Meal arrangements have a very strong relationship with sugar level, while dietary adherence DM patients in Indonesia are still low. One of the factors that affect and contribute to the compliance of diet in DM patient is the support of nutritionists. This study aims to describe the role of nutritionist to the dietary compliance of patients with type two DM in Kendalkerep and Janti Health Centers in Malang. The qualitative approach used is a case study. The data were collected by observation of the counseling process and in-depth interview with nutritionist, doctor, type two DM patients, according to the inclusion criteria from each health center, and head of the health centers. Based on the description of the role accomplished by nutritionists, their influence, and the expectation for the nutritionists, it was concluded that the role of nutritionist to the dietary compliance is as an educator and a counselor. When performing the role, nutritionists also perform standardized nutritional care processes, collaborate with health personnel, and build relationships with patients. Nutritionists should also pay attention to the attitude and be nice during the process. Factors that influence the implementation of the role of nutritionists are health personnel, time, facilities, finances, systems, administration, and patient characteristics. The poor role and attitudes of nutritionists can hamper the patient's dietary compliance. A good implementation of the role and good attitude of nutritionist can improve the dietary compliance of the patients. Therefore, it is expected the nutritionist to run its role with the best effort, build relationships, and be nice to patients and other health personnel so dietary compliance of DM patients in Indonesia can be increased. Keywords: dietary compliance, diabetes mellitus, nutritionist role, nutritionist attitude, case study
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ................................................................................................ i
Halaman Persetujuan .................................................................................... ii
Halaman Peruntukan ..................................................................................... iii
Kata Pengantar .............................................................................................. iv
Abstrak .......................................................................................................... vii
Abstract ........................................................................................................ viii
Daftar Isi ........................................................................................................ ix
Daftar Tabel ................................................................................................... xiii
Daftar Gambar ............................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ............................................................................................. xv
Daftar Singkatan ............................................................................................. xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................ 5
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
1.4.1 Manfaat Akademik ..................................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis .......................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8
2.1 Diabetes Mellitus ............................................................................... 8
2.1.1 Pengertian .............................................................................. 8
x
2.1.2 Klasifikasi ................................................................................ 8
2.1.3 Faktor Resiko .......................................................................... 9
2.1.4 Penatalaksanaan DM .............................................................. 10
2.1.5 Penatalaksanaan Diet ............................................................. 14
2.2 Ahli Gizi ............................................................................................. 16
2.2.1 Pengertian ............................................................................... 16
2.2.2 Peran Ahli Gizi ......................................................................... 17
2.2.3 Tugas dan Fungsi Ahli Gizi ...................................................... 25
2.3 Kepatuhan Diet .................................................................................. 26
2.3.1 Pengertian ............................................................................... 26
2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Diet ........................... 27
2.4 Wawancara ........................................................................................ 29
2.5 Observasi ........................................................................................... 30
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN ................................................. 32
3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 32
3.2 Penjelasan Kerangka Konsep ........................................................... 33
BAB 4 METODE PENELITIAN ...................................................................... 35
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ...................................................... 35
4.2 Informan Penelitian .......................................................................... 36
4.2.1 Prosedur Pemilihan Informan .................................................. 37
4.2.2 Jumlah Informan ...................................................................... 38
4.3 Variabel Penelitian ........................................................................... 38
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 38
4.5 Instrumen Penelitian ......................................................................... 39
4.6 Definisi Operasional ......................................................................... 39
xi
4.7 Prosedur Penelitian dan Pengumpulan Data .................................... 41
4.5.1 Prosedur Penelitian ................................................................. 41
4.5.2. Pengumpulan Data ................................................................. 42
4.8 Analisa Data ..................................................................................... 49
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA ...................................... 52
5.1 Gambaran Umum Penelitian ............................................................ 52
5.1.1 Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 52
5.1.2 Profil Puskesmas ..................................................................... 54
5.1.3 Karakteristik Informan............................................................... 61
5.1.4 Perjalanan Koding sampai Tema ............................................. 67
5.2 Gambaran Peran Ahli Gizi yang Sudah Terlaksana ......................... 71
5.2.1 Sebagai Konselor dalam Konseling ......................................... 71
5.2.2 Sebagai Penyuluh dalam Penyuluhan ..................................... 94
5.2.3 Berkolaborasi dengan Tenaga Kesehatan ............................... 96
5.3 Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Peran Ahli Gizi ................ 98
5.4 Pandangan terhadap Peran Ahli Giiz yang Sudah Terlaksana ........ 110
5.5 Harapan untuk Ahli Gizi ..................................................................... 112
5.6 Peran Ahli Gizi terhadap Kepatuhan Diet ........................................... 120
5.7 Pengaruh Peran Ahli Gizi ................................................................... 138
5.5.1 Sikap terhadap Makanan ......................................................... 138
5.5.2 Kepatuhan Diet Pasien ............................................................ 139
5.5.3 Gambaran Kepatuhan Diet Informan ....................................... 141
BAB 6 PEMBAHASAN ................................................................................. 152
6.1 Karakteristik Informan........................................................................... 152
xii
6.2 Gambaran Peran Ahli Gizi yang Sudah Terlaksana dan Faktor yang
Mempengaruhi Pelaksanaan Peran Ahli Gizi ...................................... 157
6.3 Pandangan terkait Peran Ahli Gizi yang Sudah Terlaksana ................. 214
6.4 Harapan untuk Ahli Gizi dari Pasien dan Tenaga Kesehatan Lain ....... 218
6.5 Peran Ahli Gizi terhadap Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Mellitus 228
6.6.1 Peran Ahli Gizi yang Meningkatkan Kepatuhan Diet Pasien DM 241
6.6.2 Peran Ahli Gizi yang Menghambat Kepatuhan Diet Pasien DM . 243
6.6 Pengaruh Peran Ahli Gizi terhadap Kepatuhan Diet ............................. 246
6.7 Kerangka Pemikiran Hasil Penelitian ............................................... 252
6.8 Keterbatasan Penelitian ................................................................. 254
BAB 7 KESIMPULAN ................................................................................... 255
7.1 Kesimpulan ......................................................................................... 255
7.2 Saran .................................................................................................. 257
7.2.1 Puskesmas ................................................................................ 257
7.2.2 Penelitian Selanjutnya ............................................................... 261
7.2.3 Institusi Pendidikan .................................................................... 262
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 263
LAMPIRAN .................................................................................................... 266
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Definisi Operasional ....................................................................... 39
Tabel 4.2 Check List Asuhan Gizi .................................................................. 43
Tabel 4.3 Pedoman Observasi ....................................................................... 45
Tabel 4.4 Kuisioner Kepatuhan Diet................................................................ 47
Tabel 5.1 Karakteristik Informan Pasien ......................................................... 61
Tabel 5.2 Karakteristik Informan Tenaga Kesehatan ..................................... 66
Tabel 5.3 Daftar Singkatan Informan yang Digunakan ................................... 67
Tabel 5.4 Perjalanan Koding Sampai Tema .................................................... 68
Tabel 5.5 Menjalankan Proses Asuhan Gizi Terstandar .................................. 71
Tabel 5.6 Membangun Dasar-Dasar Konseling.............................................. 79
Tabel 5.7 Menggunakan Media ...................................................................... 81
Tabel 5.8 Mendengar dan Mempelajari Pasien .............................................. 82
Tabel 5.9 Waktu Konseling ............................................................................ 82
Tabel 5.10 Administrasi Konseling ................................................................. 83
Tabel 5.11 Kepuasan Pasien terhadap Konseling .......................................... 84
Tabel 5.12 Sebagai Penyuluh dalam Penyuluhan .......................................... 94
Tabel 5.13 Berkolaborasi dengan Tenaga Kesehatan .................................... 96
Tabel 5.14 Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Peran Ahli Gizi ............ 99
Tabel 5.15 Pandangan tarhadap Peran Ahli Gizi yang Sudah Terlaksana ..... 111
Tabel 5.16 Harapan untuk Ahli Gizi ................................................................ 113
Tabel 5.17 Peran Ahli Gizi terhadap Kepatuhan Diet ..................................... 121
Tabel 5.18 Sikap terhadap Makanan ............................................................. 138
Tabel 5.19 Kepatuhan Diet Pasien................................................................. 139
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Alur dan Proses Asuhan Gizi pada Pasien Rawat Jalan ............. 18
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 32
Gambar 4.1 Alur Prosedur Penelitian ............................................................ 41
Gambar 6.1 Kerangka Pemikiran Hasil Penelitian .......................................... 252
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Penjelasan untuk Mengikuti Penelitian ........................................ 266
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Informan ....................................... 267
Lampiran 3 Kuisioner Data Karakteristik Informan Paisen ............................. 268
Lampiran 4 Kuisioner Data Karakteristik Informan Tenaga Kesehatan ........... 269
Lampiran 5 Surat Izin dari Dina Kesehatan Kota Malang ............................... 270
Lampiran 6 Surat izin dari Puskesmas Kendalkerep ...................................... 271
Lampiran 7 Surat Izin dari Puskesmas Janti .................................................. 272
Lampiran 8 Surat Etik .................................................................................... 273
Lampiran 9 Surat Izin dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ..................... 274
Lampiran 10 Panduan Wawancara ................................................................ 275
Lampiran 11 Transkrip Wawancara dan Koding ............................................. 284
Lampiran 12 Catatan Lapangan ..................................................................... 364
Lampiran 13 Dokumentasi Kegiatan .............................................................. 385
Lampiran 14 Pernyataan Keaslian Tulisan ...................................................... 386
Lampiran 15 Pernyataan Telah Melaksanakan Informed Consent .................. 387
xvi
DAFTAR SINGKATAN
BB = Berat Badan
Depkes = Departemen Kesehatan
Dinkes = Dinas Kesehatan
DM = Diabetes Mellitus
DMG = Diabetes Mellitus Gestasional
DMT2 = Diabetes Mellitus tipe 2
GDPT = Glukosa Darah Puasa Terganggu
HBM = Health Belieft Model
HDL = High Density Lipoprotein
IDDM = Insulin-Dependent Diabetes Mellitus
IDF = International Diabetes Federation
IDNT = International Dietetics & Nutrition Terminology
IMT = Indeks Massa Tubuh
Kemenkes = Kementrian Kesehatan
NIDDM = NonInsulin-Dependent Diabetes Mellitus
OHO = Obat Hipoglikemik Oral
PAD = Peripheral Arterial Diseases
PAGT = Proses Asuhan Gizi Terstandar
PCOS = Polycystic Ovary Syndrome
Perkeni = Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
PJK = Penyakit Jantung Koroner
Permenkes = Peraturan Menteri Kesehatan
Prolanis = Program Pengengolahan Penyakit Kronis
xvii
Puskesmas = Pusat Kesehatan Masyarakat
RI = Republik Indonesia
Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar
RS = Rumah Sakit
RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah
RSUP = Rumah Sakit Umum Pusat
TGT = Toleransi Glukosa Terganggu
TNM = Terapi Nutrisi Medis
WHO = World Health Organization
DRK = Diskusi Refleksi Kasus
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Diabetes Melitus (DM) telah menjadi salah satu masalah
kesehatan masyarakat global dan menurut International Diabetes Federation
(IDF) pemutakhiran ke-5 tahun 2012, jumlah penderitanya semakin bertambah.
Menurut estimasi IDF tahun 2012, lebih dari 371 juta orang di seluruh dunia
mengalami DM, 4,8 juta orang meninggal akibat penyakit metabolik ini dan 471
miliar dolar Amerika dikeluarkan untuk pengobatannya. Menurut WHO, DM
merupakan salah satu penyakit tidak menular utama yang mengalami
peningkatan terus menerus dari tahun ke tahun (Riskesdas, 2013). Prevalensi
DM di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2007 yaitu sebesar 0,7% dan meningkat
pada tahun 2013 menjadi 2,1%. Prevalensi diabetes melitus tahun 2013 di Jawa
Timur lebih besar dibandingkan dengan prevalensi nasional yaitu sebesar 2,5%
(Riskesdas, 2013). Menurut Dinkes Jawa Timur daerah yang mempunyai angka
DM tertinggi adalah Surabaya dengan 14.377 kasus per tahun, disusul oleh
Malang dengan jumlah sebanyak 7.534 kasus per tahun. Data dari Dinas
Kesehatan Kota Malang tahun 2014 Puskesmas dengan pasien DM terbanyak
adalah Puskesmas Kendal Kerep yaitu laki-laki 109 orang dan perempuan 228
orang. Puskesmas Janti merupakan Puskesmas Malang dengan jumlah pasien
DM terbesar ke dua, yaitu sebanyak 298 pasien dengan jumlah laki-laki
sebanyak 79 orang dan perempuan sebanyak 219 orang (Dinas Kesehatan Kota
Malang, 2014).
2
Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan
metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun
relatif (Riskesdas, 2013). Kadar gula darah tinggi (hiperglikemia) yang
berlangsung lama (kronik) pada Diabetes Melitus akan menyebabkan komplikasi
jangka panjang meliputi penyakit makrovaskular, yang menyebabkan penyakit
kardiovaskular dan peningkatan resiko stroke, serta penyakit mikrovaskular yang
menyebabkan retinopati, nefropati, dan neuropati (Gandy, 2014). Diabetes
melitus merupakan faktor risiko dari berbagai penyakit kardiovaskuler (Toharin,
2015). Oleh karena itu, perlu untuk dilakukan pengendalian kadar gula darah
pada pederita DM agar dapat mencegah terjadinya komplikasi.
Hal utama yang diperlukan dalam pengendalian Diabetes Melitus adalah
pedoman 4 pilar pengendalian Diabetes Melitus, yang terdiri dari edukasi,
pengaturan makan, olahraga, kepatuhan pengobatan (Perkeni, 2011). Dalam
sebuah penelitian, Putri melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan penerapan 4 pilar pengendalian DM dengan rerata kadar
gula darah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari 4 pilar
pengendalian DM, pilar yang mempunyai hubungan paling kuat dengan kadar
glukosa darah adalah pengaturan makan dengan nilai p sebesar 0,002 (Putri,
2013).
Gaya hidup tidak sehat yang berhubungan dengan peningkatan gula
darah penderita DM diantaranya adalah kurang latihan jasmani, diet yang tidak
sehat, konsumsi rokok, dan konsumsi alkohol (Toharin, 2015). Dalam penelitian
yang dilaksanakan oleh Toharin, disimpulkan juga bahwa variabel yang
3
mempunyai hubungan bermakna dengan kadar gula darah adalah kepatuhan
diet dengan nilai p=0,019 (Toharin, 2015). Dapat disimpulkan bahwa kepatuhan
diet merupakan hal yang sangat penting diperhatikan bagi penderita DM, karena
faktor ini memiliki hubunngan yang bermakna dengan kadar gula darah.
Kepatuhan diet penderita DM di Indonesia belum cukup tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2011) di RSUD Nganjuk menunujukkan
bahwa sebanyak 51% pasien DM tipe 2 rawat jalan patuh terhadap diet. Bahkan,
penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Lestari menunjukkan bahwa
kepatuhan diet di Klinik Edukasi Diabetes dan Klinik Gizi RSUP Fatmawati masih
sangat rendah, yaitu hanya sebesar 35% (Lestari, 2012). Penelitian yang
dilakukan di Puskesmas Kendal Kerep Malang juga menunjukkan hasil yang
sejalan, yaitu jumlah responden yang tidak patuh pada dietnya setelah diberikan
penyuluhan dan konseling adalah 96.8% (Andalia, 2016).
Kepatuhan diet itu sendiri juga dipengaruhi oleh beberapa hal dan faktor
paling menonjol yang mempengaruhi kepatuhan pasien adalah dukungan sosial.
Dukungan sosial tersebut bisa dari keluarga, sahabat, maupun tenaga kesehatan
termasuk di dalamnya ahli gizi (Saifunurmazah, 2013). Dukungan sosial oleh Ahli
gizi dilakukan dengan asuhan gizi terstandar yang meliputi pengkajian gizi,
diagnosa gizi, intervensi gizi, serta monitoring dan evaluasi. Intervensi asuhan
gizi meliputi; implementasi diet yang sesuai dengan bentuk dan jenis diet yang
telah ditentukan, setelah itu memberikan edukasi dan atau konseling gizi sesuai
dengan kebutuhan pasien. Setelah intervensi, ahli gizi ,melakukan monitoring
dan evaluasi gizi (Wahyuningsih, 2013). Salah satu faktor penguat dalam
determinan kepatuhan diet pada penderita DM adalah petugas kesehatan.
Peranan petugas kesehatan sangat penting dalam upaya peningkatan
4
pengetahuan penderita DM mengenai pengaturan makan. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan edukasi dan konseling. Nantinya edukasi dan konseling ini
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penderita DM mengenai rencana
diet yang harus dilakukan (Al Tera, 2011). Sebuah penelitian menyimpulkan
bahwa ada pengaruh konseling gizi terhadap perubahan kadar gula darah
berdasarkan tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan diet penderita DM di poli
klinik gizi RSUD Karangasem (Sukraniti, 2011).
Berbeda dengan penelitian tersebut, sebuah penelitian yang dilakukan
di Puskesmas Kendal Kerep mengenai perbedaan pengetahuan dan kepatuhan
diet setelah pemberian penyuluhan dan konseling gizi pada pasien DM tipe 2
juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan setelah
diberikan penyuluhan dan konseling. Dalam penelitian ini, penyuluhan dan
konseling hanya dilakukan satu kali (Andalia, 2016). Sedangkan menurut
penelitian yang lain, penyuluhan dan konseling harusnya diberikan secara
bertahap dengan metode yang beragam, bisa dengan diskusi, ceramah, sharing,
dan dilakukan secara berulang-ulang (Paramita, 2013). Tidak ada perbedaan
juga pada kepatuhan diet responden setelah diberikan konseling dan
penyuluhan. Intake protein responden masih di bawah kebutuhan dan rata-rata
konsumsi karbohidrat juga masih di bawah kebutuhan (Andalia, 2016). Sejalan
dengan hasil penelitian tersebut, penelitian lain juga menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan asupan energi penderita DM yang telah diberikan konseling
gizi dengan media leaflet dan booklet (Farudin, 2011). Hal ini menunjukkan
bahwa konseling tidak dapat meningkatkan kepatuhan diet pada penderita DM.
Intervensi gzi berupa perecanaan diet, konseling, dan edukasi telah diberikan,
5
tapi kepatuhan diet pasien masih rendah. Maka perlu diteliti lagi, sebenarnya
bagaimana peran ahli gizi untuk meningkatkan kepatuhan diet pasien.
Dari perbedaan hasil penelitian tersebut, maka perlu untuk dilakukan
penelitian kualitatif mengenai peran ahli gizi terhadap kepatuhan diet penderita
DM. Karena dengan penelitian kualitatif, kita bisa mendapatkan penjelasan
deskriptif mengenai peran yang harus dilakukan oleh ahli gizi untuk
meningkatkan kepatuhan diet penderita DM sebagai bentuk usaha untuk
mengontrol kadar gula darah dan mengurangi resiko komplikasi penyakit yang
lain.
Penelitian kualitatif mengenai peran ahli gizi terhadap kepatuhan diet
penderita DM tipe 2 juga belum pernah dilakukan di Puskesmas Kendal Kerep
atau pun Puskesmas Janti. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui peran ahli gizi terhadap kepatuhan diet
penderita DM tipe 2 di Puskesmas Kendal Kerep dan Puskesmas Janti Kota
Malang, Jawa Timur.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana peran ahli gizi terhadap kepatuhan diet penderita DM tipe 2 di
Puskesmas Kendal Kerep dan Puskesmas Janti Kota Malang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mendeskripsikan peran ahli gizi terhadap kepatuhan diet pada
penderita DM tipe 2 di Puskesmas Kendal Kerep dan Puskesmas
Janti Kota Malang
6
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui gambaran terlaksananya peran ahli gizi terhadap
penderita DM tipe 2
1.3.2.2 Mengetahui pandangan dan harapan penderita DM tipe 2
mengenai peran ahli gizi terhadap kepatuhan dietnya
1.3.2.3 Menganalisis peran ahli gizi yang dapat menghambat dan
meningkatkan kepatuhan diet penderita DM tipe 2
1.3.2.4 Mengetahui harapan tenaga kesehatan lain mengenai peran
ahli gizi terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademik
Melalui penelitian ini diharapkan peneliti dapat menerapkan ilmu
yang telah didapatkan selama pendidikan agar bermanfaat untuk
orang lain, serta menambah ilmu pengetahuan dan mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan penelitian ilmiah kualitatif tentang
peran ahli gizi terhadapa kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dapat memberikan analisa kritik, saran, dan solusi bagi ahli gizi
untuk menjalankan perannya dengan lebih optimal dalam
melakukan asuhan gizi penderita DM tipe 2, sehingga bisa
meningkatkan kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2.
Menyediakan dasar informasi kesehatan bagi masyarakat dalam
meningkatkan kepatuhan diet, terutama untuk penderita DM tipe 2.
Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan masyarakat
7
mengenai peningkatan kepatuhan diet dan koordinasi optimal
dengan ahli gizi dalam meningkatkan dietnya. Dapat digunakan
sebagai intervensi lanjutan untuk pasien DM tipe 2. Pasien dapat
mengerti, memahami, dan menjalankan diet yang telah
direkomendasikan oleh ahli gizi dengan baik.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diabetes Melitus
2.1.1. Pengertian
Diabetes Mellitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan karena adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Wahyuningsih, 2013).
2.1.2. Klasifikasi
1. Diabetes Mellitus tipe 1
Terjadi pada segala usia, tetapi biasanya dialami oleh anak atau
orang dewasa berusia >40 tahun (dahulu disebut sebagai diabetes
bergantung insulin/insulin dependent diabetes, IDDM). Diabetes tipe ini
diakibatkan oleh kekurangan produksi insulin oleh sel beta pankreas.
Penanganannya dengan menggunakan insulin dan pengaturan diet
(Gandy, 2014).
2. Diabetes Mellitus tipe 2
Biasanya didiagnosis pada orang dewasa lanjut, tetapi semakin
banyak dialami juga oleh orang dewasa muda dan beberapa anak (dahulu
disebut diabetes tak bergantung insulin/non-insulin dependent diabetes,
NIDDM). DM tipe 2 dikaitkan dengan kurangnya fungsi insulin akibat
resinstensi insulin, dengan atau tanpa disertai ketidakcukupan produksi
insulin dan terkait erat dengan berat badan berlebihan dan obesitas.
9
Penatalaksanaan diet perlu dilaksanakan, dengan atau tanpa obat
hipoglikemik oral atau insulin (Gandy, 2014).
3. Diabetes Gestasional
Keadaan hiperglikemia yang terdiagnosis selama kehamilan dan
belum pernah terdiagnosis sebelumnya. Diperlukan saran mengenai pola
makan, olahraga, dan berat badan, bahkan beberapa pasien ada yang
perlu mendapat insulin (Gandy, 2014).
2.1.3. Faktor Resiko
Menurut Perkeni 2011, faktor resiko diabetes terdiri dari:
1. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi :
a. Ras dan etnik
b. Riwayat keluarga dengan diabetes (anak penyandang diabetes)
c. Umur. Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat
seiring dengan meningkatnya usia. Usia > 45 tahun harus dilakukan
pemeriksaan DM.
d. Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram atau
riwayat pernah menderita DM gestasional (DMG).
e. Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi
yang lahir dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi
dibanding dengan bayi lahir dengan BB normal.
2. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi;
a. Berat badan lebih (IMT > 23 kg/m2).
b. Kurangnya aktivitas fisik.
c. Hipertensi (> 140/90 mmHg).
10
d. Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL)
e. Diet tak sehat (unhealthy diet). Diet dengan tinggi gula dan rendah
serat akan meningkatkan risiko menderita prediabetes dan DM tipe
3. Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes :
a. Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau keadaan klinis
lain yang terkait dengan resistensi insulin
b. Penderita sindrom metabolik memiliki riwayat toleransi glukosa
terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
sebelumnya. Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, seperti
stroke, PJK, atau PAD (Peripheral Arterial Diseases).
2.1.4. Penatalaksanaan DM
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum
mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik
oral (OHO) dan atau suntikan insulin (Perkeni, 2011). Berikut adalah empat pilar
penatalaksanaan DM:
1. Edukasi
Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif
pasien, keluarga dan masyarakat dengan perubahan perilaku sehat
yang didampingi oleh tim kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan
perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan
upaya peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang pemantauan
glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara
mengatasinya harus diberikan kepada pasien (Perkeni, 2011).
11
Edukasi perubahan perilaku dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Dalam menjalankan tugasnya, tenaga kesehatan memerlukan
landasan empati, yaitu kemampuan memahami apa yang dirasakan
oleh orang lain. Berdasarkan Perkeni 2011, prinsip yang perlu
diperhatikan pada proses edukasi diabetes adalah:
a. Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta hindari
terjadinya kecemasan
b. Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan hal-
hal yang sederhana
c. Lakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan
melakukan simulasi
d. Diskusikan program pengobatan secara terbuka, perhatikan
keinginan pasien.
e. Berikan penjelasan secara sederhana dan lengkap tentang
program pengobatan yang diperlukan oleh pasien dan
diskusikan hasil pemeriksaan laboratorium
f. Lakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan
dapat diterima
g. Berikan motivasi dengan memberikan penghargaan
h. Libatkan keluarga/pendamping dalam proses edukasi
i. Perhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat
pendidikan pasien dan keluarganya
j. Gunakan alat bantu audio visual
12
Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan
materi edukasi tingkat lanjutan. Menurut Perkeni 2011, edukasi yang
diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tentang:
Materi edukasi pada tingkat awal adalah:
a. Materi tentang perjalanan penyakit DM
b. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
secara berkelanjutan
c. Penyulit DM dan risikonya
d. Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target
pengobatan
e. Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat
hipoglikemik oral atau insulin serta obat-obatan lain
f. Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil
glukosa darah atau urin mandiri (hanya jika pemantauan
glukosa darah mandiri tidak tersedia)
g. Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa
sakit atau hipoglikemia
h. Pentingnya latihan jasmani yang teratur
i. Masalah khusus yang dihadapi (contoh: hiperglikemia pada
kehamilan)
j. Pentingnya perawatan kaki
k. Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
Materi edukasi pada tingkat lanjut adalah :
a. Mengenal dan mencegah penyulit akut DM
13
b. Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM
c. Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain
d. Makan di luar rumah
e. Rencana untuk kegiatan khusus
f. Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi
mutakhir tentang DM
g. Pemeliharaan/perawatan kaki
2. Terapi Nutrisi Medis
Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari
penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci keberhasilan TNM
adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli
gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya).
Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TNM sesuai
dengan kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi. Prinsip
pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan
jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat
penurun glukosa darah atau insulin (Perkeni, 2011).
3. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-
4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu
14
pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti
berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap
dilakukan. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga
dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,
sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani
yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti
jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani
sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.
Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa
ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat
dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau
bermalas-malasan (Perkeni, 2011).
4. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan
dan latihan jasmani (gaya hidup sehat), terdiri dari obat oral dan
bentuk suntikan (Perkeni, 2011).
2.1.4. Penatalaksanaan Diet
Menurut Wahyuningsih 2013, tujuan penatalaksanaan diet pada
penderita DM yaitu untuk mempertahankan kadar glukosa darah supaya
mendekati normal dengan mneyeimbangkan asupan makanan dengan
insulin dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik, mencapai
dan mempertahankan kadar lipida serum, mencegah komplikasi, serta
memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat
badan normal (Wahyuningsih, 2013).
15
Menurut „Buku Saku Asuhan Gizi di Puskesmas” yang diterbitkan
oleh Kementrian Kesehatan RI dan WHO Indonesia, prinsip pengaturan
makan pada DM yaitu jumlah makanan yang dianjurkan adalah
seimbang, dengan komposisi kalori dari karbohidrat 60-70%, protein 10-
15%, dan lemak 20-25%. Prinsip :
- anjuran makan seimbang seperti anjuran makan sehat pada
umumnya
- tidak ada makanan yang dilarang, hanya dibatasi sesuai
kebutuhan kalori (tidak berlebih)
- menu sama dengan menu keluarga
- teratur dalam jadwal, jumlah dan jenis makanan
Syarat Pengaturan Makanan Seimbang yaitu,
1. Tepat komposisi/jumlah : Komposisi Makanan terdiri dari 3 x makan
utama dan 2-3 porsi makanan selingan sesuai kebutuhan zat gizi.
2. Tepat waktu : makan dengan selang waktu 3 jam sekali.
3. Tepat Jenis : ada bahan makanan : 1. Dianjurkan 2. Dibatasi 3.
Bebas digunakan 4. Diperhitungkan
Perhitungan kebutuhan energi untuk DM menggunakan rumus
kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal,
ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor seperti: jenis
kelamin, umur, aktivitas, berat badan dan lain-lain (Perkeni, 2011).
Menurut Perkeni tahun 2011, faktor-faktor yang menentukan
kebutuhan kalori antara lain :
16
1. Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan
kalori wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30 kal/ kg BB.
2. Umur
Untuk pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5%
untuk dekade antara 40 dan 59 tahun, dikurangi 10% untuk dekade
antara 60 dan 69 tahun dan dikurangi 20%, di atas usia 70 tahun.
3. Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas
fisik. Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan pada
kedaaan istirahat, 20% pada pasien dengan aktivitas ringan, 30%
dengan aktivitas sedang, dan 50% dengan aktivitas sangat berat.
4. Berat Badan
Bila kegemukan dikurangi sekitar 20-30% tergantung kepada tingkat
kegemukan. Bila kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan
kebutuhan untuk meningkatkan BB. Untuk tujuan penurunan berat
badan jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kkal perhari
untuk wanita dan 1200-1600 kkal perhari untuk pria.
2.2. Ahli Gizi
2.2.1. Pengertian
Ahli Gizi dan Ahli Madya Gizi adalah seseorang yang telah
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan akademik dalam bidang gizi
17
sesuai aturan yang berlaku, mempunyai tugas, tanggung jawab, dan
wewenang secara penuh untuk melakukan kegiatan fungsional dalam
bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik baik di masyarakat, individu
atau rumah sakit (Kepmenkes, 2007).
2.2.2. Peran Ahli Gizi
Berdasarkan Kepmenkes RI 374 tahun 2007, peran ahli gizi yaitu:
1.Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik
2.Pengelola pelayanan gizi di masyarakat
3.Pengelola tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi di RS
4.Pengelola sistem penyelenggaraan makanan institusi/masal
5.Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi
6.Pelaksana penelitian gizi
7.Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha
8.Berpartisipasi bersama tim kesehatan dan tim lintas sektoral
9.Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis
Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses
komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh Ahli Gizi/Dietisien untuk
menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien
dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat
memutuskan apa yang akan dilakukannya (Permenkes, 2013).
Menurut Permenkes tahun 2013, mekanisme pasien berkunjung
untuk mendapatkan asuhan gizi di rawat jalan berupa konseling gizi untuk
18
pasien dan keluarga serta penyuluhan gizi untuk kelompok adalah sebagai
berikut:
Gambar 2. 1 Alur dan Proses Asuhan Gizi pada Pasien Rawat Jalan
(PAGT, 2014:13)
a. Pasien datang ke ruang konseling gizi dengan membawa surat rujukan
dokter dari poliklinik yang ada di rumah sakit atau dari luar rumah sakit.
b. Dietisien melakukan pencatatan data pasien dalam buku registrasi.
c. Dietisien melakukan asesmen gizi dimulai dengan pengukuran
antropometri pada pasien yang belum ada data TB, BB.
19
d. Dietisien melanjutkan asesmen/pengkajian gizi berupa anamnesa
riwayat makan, riwayat personal, membaca hasil pemeriksaan lab dan fisik
klinis (bila ada). Kemudian menganalisa semua data asesmen gizi.
e. Dietisien menetapkan diagnosis gizi.
f. Dietisien memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling
dengan langkah menyiapkan dan mengisi leaflet flyer/brosur diet sesuai
penyakit dan kebutuhan gizi pasien serta menjelaskan tujuan diet, jadwal,
jenis, jumlah bahan makanan sehari menggunakan alat peraga food model,
menjelaskan tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, cara
pemasakan dan lain-lain yang disesuaikan dengan pola makan dan
keinginan serta kemampuan pasien.
g. Dietisien menganjurkan pasien melakukan kunjungan ulang, untuk
mengetahui keberhasilan intervensi (monev) dilakukan monitoring dan
evaluasi gizi. Dietisien melakukan pencatatan pada Formulir Anamnesis
Gizi Pasien Kunjungan Ulang sebagaimana tercantum dalam Form II,
sebagai dokumentasi proses asuhan gizi terstandar.
h. Pencatatan hasil konseling gizi dengan format ADIME (Asesmen,
Diagnosis, Intervensi, Monitoring & Evaluasi) dimasukkan ke dalam rekam
medik pasien atau disampaikan ke dokter melalui pasien untuk pasien di
luar rumah sakit dan diarsipkan di ruang konseling.
Dalam konseling, ahli gizi berperan sebagai seorang konselor.
Persayaratan konselor yang dijelaskan dalam buku Supariasa (2014) di
antaranya, keahlian, menarik, dipercaya, empati, kesadaran tentang diri dan
20
pemahaman, keterbukaan, objektivitas, kompeten, serta memiliki kesehatan
psikologis yang baik.
Empati dalam hal ini berarti memahami orang lain dari sudut kerangka
berpikir orang tersebut. Konselor turut merasakan permasalahan pasien, melihat
masalah pasien seakan-akan masalahnya sendiri, tetapi tidak boleh terlarut
dalam permsalahan tersebut (Supariasa, 2014).
Keterbukaan seorang konselor memiliki peran yang penting, agar dapat
mengakomodasi perasaan, sikap, dan tingkah laku klien berbeda dengan dirinya,
serta dapat berinteraksi dengan berbagai jenis klien (Supariasa, 2014).
Beberapa peran seorang konselor yaitu, mencapai sasaran intrapersonal
dan interpersonal, mengatasi defisit pribadi dan kesulitan perkembangan,
membuat keputusan dan memikirkan rencana tindak lanjut untuk perubahan dan
pertumbuhan, serta meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan (Supariasa,
2014).
Membangun dasar-dasar konseling merupakan bagian yang sangat
penting, karena akan menentukan kelancaran hubungan antara konselor dan
kliennya. Cara untuk membangun dasar-dasar konseling dalam Supariasa (2014)
antara lain menyapa klien dengan penuh kehangatan, ramah, dan mengucapkan
salam. Persilahkan klien untuk duduk, buat kondisi yang menyenangkan dan
klien merasa nyaman di ruangan. Selain itu, konselor juga perlu menjelaskan
tujuan konseling dan memberikan waktu yang cukup bagi klien untuk
menjelaskan masalahnya.
21
Dalam proses konseling, seseorang membutuhkan pertolongan dan
seseorang yang memberikan bantuan atau dukungan akan bertatap muka dan
berbicara sedemikian rupa sehingga klien dapat memecahkan masalahnya. Oleh
karena itu, keterampilan komunikasi sangat diperlukan. Beberapa keterampilan
komunikasi yang akan membantu dalam proses konseling yang dijelaskan dalam
Cornelia (2014) yaitu,
a. Keterampilan mendengar dan mempelajari
1. Komunikasi non verbal
Komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh tanpa perlu
berkata-kata. Hal ini menunjukkan bahwa konselor memahami klien
dan membantunya merasa nyaman melalui sikap, seperti
mengusakan kepala sama tinggi memberi perhatian, menyingkirkan
penghalang, menyediakan waktu, dan memberi sentuhan yang
wajar.
2. Mengajukan pertanyaan terbuka
Adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban penjelasan.
Pertanyaan terbuka akan lebih bermanfaat karena akan
memperoleh informasi yang lebih banyak. Biasanya diawali dengan
apa saja, mengapa, dan bagaimana.
3. Menggunakan respon dan gerakan tubuh yang menunjukkan
perhatian
Memberikan tanggapan yang menunjukkan perhatian dan
ketertarikan atas jawaban klien dalam bentuk bahasa isyarat seperti
22
mengangguk dan kata-kata penghargaan seperti wah, mmmm,
oooo.
4. Mengatakan kembali apa yang dikatakan klien
Ini akan membantu klien berbicara lebih banyak. Akan lebih baik
jika konselor menggunakan kata-katanya sendiri dan tidak sekedar
mengulang apa yang dikatakan klien.
5. Berempati menunjukkan konselor paham perasaan klien
Berempati berarti konselor merespon dengan cara menunjukkan
bahwa konselor paham apa yang disampaikan klien serta mengerti
perasaan dan masalah klien. Menunjukkan empati dapat melalui
memberikan pertanyaan yang menyangkut fakta yang diutarakan
klien.
6. Hindari kata-kata yang menghakimi
Beberapa kata dapat membuat klien merasa bersalah dan
dihakimi. Contohnya: bagus, jelek, baik, tepat, biasa, dan lain-lain.
b. Keterampilan membangun percaya diri dan memberi dukungan
1. Terima apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh klien
Klien akan sedih dan kecewa bila konsleor tidak mendengarkan
apa yang disampaikannya. Oleh karena itu, jangan menyatakan
tidak setuju dan jangan mengatakan setuju dengan pendapat atau
pemikiran yang keliru. Akan menjadi sulit untuk menyarankan
sesuatu yang sedikit berbeda dengan yang kita setujui.
2. Mengenali serta memuji apa yang dikerjakan dengan benar
Menerima apa yang dilakukan, dipikirkan, dan dirasakan serta
mengenali dan memuji perilaku klien yang sudah benar akan
23
membangun rasa percaya diri klien. Ini akan mendorong klien untuk
melanjutkan perilkau yang sudah benar.
3. Memberikan bantuan praktis
Misalnya dengan membantu klien merasa nyaman dengan posisi
duduk yang lebih nyaman
4. Memberikan informasi yang relevan
Sampaikan hal-hal yang dapat dilakukan klien saat ini. Contohnya
memberikan klien hanya informasi yang diperlukan saat ini dengan
cara yang positif supaya tidak terdengar seperti kritik atau membuat
klien berpikiran bahwa dia telah melakukan sesuatu yang salah
5. Menggunakan bahasa yang sederhana
Gunakan istilah umum untuk menjelaskan sesuatu kepada klien,
sebagian orang tidak mengerti istilah-istilah yang bersifat teknis
yang digunakan dokter
6. Memberikan satu atau dua saran bukan perintah
Saran apa yang dapat dilakukan klien. Hal ini memberi perasaan
klien menguasai keadaan dan membantunya untuk merasa percaya
diri.
7. Menilai pemahaman
Dilakukan untuk menilai pengertian tentang tindakan yang akan
dilakukan. Dapat dilakukan dengan cara menanyakan kembali atau
meminta klien untuk menjelaskan kembali apa yang telah
diketahuinya. Sebaliknya konselor menggunakan pertanyaan
terbuka agar informasi berlangsung dua arah
24
8. Rencana tindak lanjut
Merupakan rencana intervensi diet, kunjungan ulang, dan
mengevaluasi ketaatan diet yang telah dilakukan oleh klien.
Dalam mencapai tujuan konseling, diperlukan kemampuan dari seorang
konselor. Konselor yang baik dijelaskan oleh Cornelia (2014) dengan ciri-ciri
sebagai berikut;
a. Menjaga hubungan baik sejak awal dengan klien karena klien akan lebih
mudah berbicara dengan orang yang ramah
b. Berusaha untuk mengenali kebutuhan klien. Konselor sebaiknya berperan
sebagai pendengar yang baik agar dapat menggali informasi dan
memahami kebutuhan klien
c. Mampu menumbuhkan empati dan rasa nyaman pada klien. Mampu
memposisikan diri pada posisi klien, memahami apa yang dirasakan dan
dialami klien, seperti yang dirasakan dan dilihat oleh klien dalam upaya
membantunya untuk menyadari perasaannya serta menanganinya
d. Mendorong klien untuk memilih cara pemecahan yang terbaik dalam
situasi tertentu. Dalam hal ini konselor membantu klien untuk memikirkan
semua faktor dalam masalah yang dihadapinya dan mendorong klien
untuk memilih cara pemecahan yang terbaik sesuai situasi yang dihadapi
e. Memberikan informasi tentang sumber daya yang diperlukan klien agar
dapat mengambil keputusan yang baik. Konselor dalam hal ini lebih
banyak memberikan contoh nyata dalam diskusi untuk membantu klien
melihat lebih jelas masalahnya serta mendorong klien untuk bertanggung
jawab sebesar-besarnya dalam memecahkan masalahnya sendiri.
25
f. Memberikan perhatian secara khusus (“hubungi saya apabila ada
masalah”) dan memperlihatkan kesungguhan (“saya akan menghubungi
bapak atau ibu dalam minggu ini). Hubungan antara konselor dan klien
penting untuk mempertahankan perubahan diet
g. Menjaga rahasia dan kepercayaan klien. Kerahasiaan merupakan hak
klien yang harus dihormati dan dijaga.
2.2.3. Tugas dan Fungsi Ahli Gizi
Tugas dan fungsi ahli gizi di puskesmas menurut „Buku Saku
Asuhan Gizi di Puskesmas” yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan
RI dan WHO Indonesia yaitu,
a.Bertanggung jawab memberikan asuhan gizi
b.Melakukan pengkajian gizi dengan anamnesis gizi.
c.Menentukan diagnosa gizi melalui kolaborasi dengan dokter
d.Menerjemahkan preskripsi diet ke dalam jenis dan jumlah makanan
e.Melakukan intervensi gizi : penyuluhan dan konseling gizi (sewaktu
dirawat ataupun sewaktu akan pulang) dan bertanggung jawab terhadap
terapi diet dan penyelenggaraan makan.
f. Monitoring dan evaluasi gizi : pemantauan dan evaluasi status gizi
dengan melakukan pengukuran antropometri dan asupan gizi.
26
2.3. Kepatuhan Diet
2.3.1. Pengertian Kepatuhan Diet
Kepatuhan diet penderita DMT2 sebagai bentuk perilaku
kesehatan merupakan ketaatan dan keaktifan penderita DMT2 terhadap
aturan makan yang diberikan (Al Tera, 2011). Pola makan penderita
DMT2 meliputi jumlah energi, jenis makanan, dan jadwal makan.
1. Jumlah Energi
Jumlah energi yang diasup dalam sehari sesuai dengan
kebutuhan energi yang telah direkomendasikan oleh ahli gizi saat
konseling.
2. Jenis Makanan
Jenis makanan adalah jenis makanan yang direkomendasikan ahli
gizi saat konseling untuk dianjurkan, dibatasi, dihindari. Jenis dan
golongannya, bisa tidak sama setiap individunya. Jenis makanan ini
meliputi sumber karbohidrat, sumber protein, dan sumber lemak.
3. Jadwal Makan
Prinsip dasar pengaturan jadwal makan penderita DMT2 adalah
tiga kali makanan utama dan tiga kali makanan selingan yang diberikan
dalam interval kurang lebih tiga jam (Perkeni, 2011). Namun, ini juga bisa
berubah sesuai dengan kondisi dan kebiasaan penderita. Pengaturan
jadwal makan tersebut harus dikonsultasikan dengan ahli gizi, sehingga
ahli gizi bisa memberikan rekomendasi jadwal makan yang sesuai
dengan kebutuhan energi dan kebiasaan makan penderita.
27
2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Diet
A. Faktor Predisposisi Ketidakpatuhan Diet Penderita DMT2
Faktor prediposisi merupakan faktor dalam diri seseorang yang
memudahkan orang tersebut untuk melakukan suatu perilaku kesehatan, faktor
predisposisi terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, dan motivasi yang
melatarbelakangi kepatuhan diet responden (Al Tera, 2011).
1. Pengetahuan Penderita DM
Pengetahuan dilihat dari beberapa aspek meliputi pengetahuan
mengenai pengertian, tanda, penyebab, pengelolaan, dan pengaturan
makan pada DMT2 (Al Tera, 2011).
2. Kepercayaan
Menurut teori Health Belieft Model (HBM) perilaku kesehatan
dipengaruhi oleh persepsi seseorang terhadap keseriusan penyakit,
kerentanan terhadap penyakit, persepsi terhadap keuntungan serta
hambatan dari perubahan perilaku (Depkes RI, 1996 dalam Al Tera,
2011). Kepercayaan terhadap efektivitas pengaturan makan juga
dapat mendorong pasien untuk melakukan perubahan perilaku sesuai
dengan anjuran yang diberikan (Tsuneki, 2004 dalam Al Tera, 2011).
3. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan dari dalam diri seseorang
yang menyebabkan seseorang tersebut melakukan kegiatan untuk
mencapai tujuan (Notoadmojo, 2010 dalam Al Tera, 2011).
28
B. Faktor Pemungkin
Faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan terjadinya suatu
perilaku kesehatan (Notoadmojo, 2010 dalam Al Tera, 2011). Faktor pemungkin
ini dalam penelitian yang dilakukan oleh Al Tera tahun 2011 terdiri dari, letak
puskesmas, fasilitas yang diberikan, penyebaran informasi. Letak puskesmas
yang mudah dijangkau atau tidak mempengaruhi seseorang untuk datang atau
tidak ke puskesmas, fasilitas yang diberikan oleh puskesmas seperti pengobatan,
penyuluhan, dan lainnya mempengaruhi seseorang untuk lebih memilih pergi ke
puskesmas atau ke dokter karena pelayanan yang diberikan puskesmas
cenderung sederhana, penyebaran informasi mengenai program dan fasilitas
yang seharusnya bisa didapatkan juga mempengaruhi perilaku seseorang,
ketidaktahuan seseorang mengenai fasilitas yang diberikan akan membuat
seseorang tidak bisa mendapatkan fasilitas tersebut (Al Tera, 2011).
C. Faktor Penguat
Faktor penguat merupakan faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku kesehatan yang terwujud dalam sikap dan perilaku teman,
keluarga, atau petugas kesehatan (Notoadmojo, 2010 dalam Al Tera, 2011).
1. Teman
Teman sebagai kelompok referensi perilaku mempunyai peranan
cukup besar dalam pengaturan makan responden, keberhasilan
teman dalam menjalani diet tertentu dapat mendorong responden
mengikuti apa yang dilakukan teman tersebut (Al Tera, 2011).
29
2. Keluarga
Peranan keluarga terhadap keberhasilan diet penderita DM sangat
besar, keterbatasan peran keluarga akan menurunkan kepatuhan diet
penderita DM dengan pengetahuan dan kesadaran diet yang rendah,
peran aktif keluarga dapat memberikan suasana yang kondusif untuk
mendukung pengaturan makan responden (Al Tera, 2011).
3. Petugas kesehatan
Peranan petugas kesehatan yang terlibat pada proses
penatalaksanaan DM terdiri dari berbagai pihak seperti dokter, ahli
gizi, maupun edukator non institusi lainnya sangat penting dalam
upaya peningkatan pengetahuan penderita DM mengenai pengaturan
makan, hal tersebut dapat dilakukan dengan edukasi dan konseling
(Al Tera, 2011).
2.4. Wawancara
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
semiterstruktur dimana dalam pelaksanaannya peneliti dilengkapi pedoman
wawancara dengan pertanyaan yang umum, tanpa ditentukan pilihan
jawabannya. Pertanyaan dalam panduan ini bisa berkembang atau bertambah,
serta berkurang sesuai dengan kondisi informan dan lapangan. Tujuan
wawancara ini yaitu untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka,
dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat dan ide-idenya, dalam
melakukan wawancara peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat
apa yang ditemukan oleh informan (Sugiyono, 2011).
30
Wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara
mendalam yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan
atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
wawancara, dimana pewawancara dan infroman terlibat dalam kehidupan sosial
yang relatif lama (Rahmat, 2009).
Langkah-langkah wawancara menurut Lincoln dan Guba dalam Sugiyono,
2011 :
1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan
3. Mengawali atau membuka alur wawancara
4. Melangsungkan alur wawancara
5. Mengonfirmasikan ikhtiar hasil wawancara dan mengakhirinya
6. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
7. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
2.5. Observasi
Observasi bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah, sehingga
diperoleh pemahaman atau sebagai alat rechecking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya (Saifunurmazah, 2012).
Jenis observasi yang digunakan adalah observasi partisipan, dimana kehadiran
observer diketahui oleh narasumber. Metode observasi digunakan untuk melihat
bagaimana perilaku informan dalam menjalankan perannya dan mendapatkan
asuhan gizi dari ahli gizi.
31
Alat observasi yang akan digunakan adalah pedoman observasi dan catatan
berkala, dimana peneliti mengadakan observasi cara-cara orang bertindak dalam
jangka waktu tertentu, kemudian menuliskan kesan-kesan umumnya, setelah itu
menghentikan penyelidikan dan mengadakan penyidikan lagi dengan cara yang
sama seperti sebelumnya (Saifunurmazah, 2012). Hal yang perlu diperhatikan
dalam proses observasi ini yaitu, bagaimana aktivitas ahli gizi menjalankan
perannya untuk meningkatkan dan mengatasi masalah kepatuhan diet pasien
dan bagaimana ekspresi dan respon yang diberikan baik oleh ahli gizi maupun
pasien DM.
32
Faktor
Penguat
Kepatuhan
Diet:
- Teman
- Keluarga
- Petugas
Kesehatan:
1. Ahli Gizi
2. Perawat
3. Dokter
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Perkeni, 2011;Kemenkes, 2007;Kemenkes, 2013;Al Tera, 2011;Wijayanti, 2012
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
4. Terapi Obat
Faktor
Pemungkin
Kepatuhan Diet
- Letak
Puskesmas
- Fasilitas yang
diberikan
puskesmas
- Penyebaran
informasi
Peranan Ahli Gizi:
1. Pelaku pelayanan gizi
klinik
2. Pengelola pelayanan
gizi di masyarakat
3. Pendidik/penyuluh/pela
tih/konsultan gizi
4. Berpartisipasi bersama
tim kesehatan dan tim
lintas sektoral
5. Pelaku praktek kegizian
yang bekerja secara
profesional dan etis
Pilar
Pengendalian
DM:
1. Edukasi
2. Pengaturan
Makan
3. Olahraga
Kepatuhan
Diet
Pasien:
1. Jumlah
energi
2.Jenis
makanan
3.Jadwal
makan
PAGT
1. Assessment
2. Diagnosis
3. Intervensi
4. Monitoring
evaluasi
Faktor Predisposisi
Kepatuhan Diet Pasien
1.Pengetahuan pasien:
pengertian DM, gejala
DM, penyebab DM,
pengelolaan DM,
perencanaan makan
2. Kepercayaan:
efektivitas pengaturan
makan, keseriusan
penyakit DM dan
kerentanan terkena
komplikasi, keuntungan
dan hambatan
pengaturan makan
3. Motivasi
33
Keterangan :
= tidak diteliti
= diteliti
= alur yang tidak ditelliti
= alur yang diteliti
Faktor pemungkin kepatuhan diet terdiri dari letak puskesmas, fasilitas
yang disediakan oleh puskesmas, dan penyebaran informasi dapat
mempengaruhi faktor penguat kepatuhan diet yaitu teman, keluarga, dan tenaga
kesehatan. Sebaliknya, teman, keluarga, dan tenaga kesehatan juga bisa
mempengaruhi faktor pemungkin kepatuhan diet yaitu fasilitas yang diberikan
dan penyebaran informasi. Faktor pemungkin dan faktor penguat kepatuhan diet
bisa mempengaruhi dan membentuk peran ahli gizi yang terdiri dari pelaku
pelayanan gizi klinik, pengelola pelayanan gizi di masyarakat,
pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi, berpartisipasi bersama tim kesehatan
dan tim lintas sektoral, serta pelaku praktek kegizian yang bekerja secara
profesional dan etis. Peran ahli gizi itu sendiri juga bisa mempengaruhi faktor
penguat yaitu teman, keluarga, dan tenaga kesehatan lain seperti dokter dan
perawat. Selama melaksanakan perannya, ahli gizi melakukan proses asuhan
gizi terstandar (PAGT) yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu assessment,
diagnosis, intervensi, monitoring, dan evaluasi. Selain itu, saat melaksanakan
perannya dan PAGT, ahli gizi juga memberi pasien tiga pilar pengendalian DM
yaitu edukasi, pengaturan makan, dan olahraga. Tidak hanya oleh ahli gizi, tiga
pilar pengendalian DM ini juga diberikan ke pasien oleh perawat dan dokter.
Dokter dan perawat juga memberikan terapi obat untuk pasien DM, dokter yang
34
meresepkan terapi obatnya dan perawat membantu pelaksanaan terapi obat
tersebut. Pilar pengendalian DM edukasi, pengaturan makan, olahraga, dan
PAGT mempengaruhi faktor predisposisi kepatuhan diet yang terdiri dari
pengetahuan pasien, mengenai pengertian DM, gejala DM, penyebab DM,
pengelolaan DM, dan perencanaan makan, kepercayaan pasien mengenai
efektivitas pengaturan makan, keseriusan penyakit DM, dan kerentanan terkena
komplikasi, keuntungan dan hambatan pengaturan makan, serta motivasi pasien.
Faktor predisposisi akan mempengaruhi kepatuhan diet pasien yang meliputi
jumlah, jenis, dan jadwal makan.
35
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu kualitatif. Peneliti memilih untuk menggunakan
metode kualitatif deskriptif karena permasalahan belum cukup jelas, holistik,
kompleks, dinamis, dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi
sosial tersebut dijaring dengan metode kuantitatif (Sugiyono, 2011). Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah studi kasus deskriptif.
Penelitian studi kasus sendiri merupakan suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang
dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program,
peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang,
lembaga, atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang
peristiwa tersebut (Rahardjo, 2017). Oleh karena itu, metode ini cocok digunakan
dalam penelitian ini karena peneliti ingin memahami peran ahli gizi secara
mendalam, menemukan pola, hipotesis, dan teori mengenai peran ahli gizi itu
sendiri terhadap kepatuhan diet penderita DM. Selama ini, penelitian kuantitatif
hanya bisa menunjukkan ada tidaknya hubungan antara peran yang telah
diberikan kepada penderita DM untuk meningkatkan kepatuhan dietnya. Namun,
belum bisa menjelaskan secara deskriptif dan menyeluruh mengenai bagaimana
peran ahli gizi yang berhungan dengan kepatuhan diet. Oleh karena itu, peneliti
memutuskan untuk menggunakan metode kualitatif dalam penelitian ini. Karena
peneliti ingin memahami peran ahli gizi secara mendalam, menemukan pola,
hipotesis, dan teori mengenai peran ahli gizi itu sendiri terhadap kepatuhan diet
penderita DM. Dengan bentuk rumusan masalah deskriptif yaitu, rumusan
36
masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret
situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam
(Sugiyono, 2011).
4.2 Informan Penelitian
Informan dalam penelitian kualitatif dinamakan sebagai informan, karena
tujuannya adalah untuk menghasilkan teori (Sugiyono, 2011). Informan penelitian
ini adalah pasien DM yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang ada
di Puskesmas Kendalkerep dan Puskesmas Janti Kota Malang.
Kriteria Inklusi :
1.Pasien DM yang berobat atau memeriksakan dirinya di Puskesmas
Kendalkerep atau Puskesmas Janti
2.Pasien rawat jalan yang sudah pernah mendapatkan edukasi gizi
minimal 1 kali
3.Pasien mampu berkomunikasi secara baik dengan peneliti
4. Pasien bersedia menjadi informan dengan mengisi informed consent
5. Pasien berusia 18-60 tahun
Kriteria Eksklusi :
1. Pasien dengan komplikasi penyakit jantung
2. Pasien dengan komplikasi nefropati
3. Pasien dengan infeksi, seperti infeksi saluran kemih, saluran nafas,
kulit, rongga mulut, dan telinga
4. Pasien dengan disfungsi ereksi
37
5. Pasien dengan kehamilan
6. Pasien dalam pengelolaan perioperatif
Kriteria drop out :
1. Pasien meninggal saat penelitian berlangsung
Selain itu agar bisa memperoleh informasi mengenai peran ahli gizi secara
lengkap, peneliti juga akan meminta data dari ahli gizi yang sering menangani
pasien DM rawat jalan dari masing-masing puskesmas, dokter yang paling sering
merujuk pasien ke ahli gizi, serta dokter yang menjadi kepala puskesmas.
4.2.1. Prosedur Pemilihan Informan
Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara puposive yaitu
dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Informan sebagai sampel
sumber data pada tahap awal memasuki lapangan dipilih yang memiliki power
dan otoritas pada situasi sosial atau objek yang diteliti sehingga mampu
membukakan pintu kemana saja peneliti akan melakukan pengumpulan data
(Sugiyono, 2011).
Selain itu, peneliti memilih orang tertentu tersebut yang dapat
dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan. Peneliti akan memilih
ahli gizi yang bekerja di Puskesmas Kendalkerep dan Puskesmas Janti, yang
bertugas untuk menangani pasien rawat jalan. Selanjutnya, berdasarkan data
atau informasi yang diperoleh dari ahli gizi, peneliti akan memilih informan dari
pasien DM dengan mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah
disebutkan pada sub bab informan penelitian. Peneliti juga meminta rujukan dari
ahli gizi terkait dokter yang bisa diwawancarai.
38
4.2.2. Jumlah Informan
Penentuan jumlah informan dianggap telah memadahi apabila telah
sampai pada taraf data yang jenuh, artinya bahwa dengan menggunakan
informan selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi
baru yang berarti, saat inilah penambahan sampel dihentikan (Sugiyono, 2011).
Jumlah informan dari ke dua puskesmas yaitu 11 orang yang terdiri dari 6 pasien
DM, 2 ahli gizi, 2 dokter, dan 1 kepala puskesmas. Pada jumlah tersebut sudah
memenuhi jenis informan dan data yang dibutuhkan.
4.3 Variabel Penelitian
1. Kepatuhan diet penderita DM yang meliputi jumlah, jenis makanan, dan
jadwal makan
2. Peran ahli gizi yang meliputi: gambaran terlaksananya peran ahli gizi
terhadap penderita DM, pengaruh peran ahli gizi yang telah terlaksana
terhadap kepatuhan penderita DM, pandangan dan harapan penderita
DM mengenai peran ahli gizi terhadap kepatuhan dietnya, menganalisis
peran ahli gizi yang dapat menghambat dan meningkatkan kepatuhan diet
penderita DM, serta harapan tenaga kesehatan lain dan kepala
puskesmas mengenai peran ahli gizi terhadap kepatuhan diet pada
penderita DM.
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini yaitu di Puskesmas Kendal Kerep dan Puskesmas
Janti Kota Malang. Waktu penelitiannya yaitu mulai dari bulan Februari 2016
sampai Juli tahun 2017.
39
4.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat utama adalah
peneliti sendiri (Sugiyono, 2011). Peneliti dilengkapi dengan alat yang diperlukan
dan membantu proses pengumpulan data diantaranya yaitu,
1. Pedoman wawancara dan observasi
2. Kuisioner kepatuhan diet
3. Cek daftar asuhan gizi
4. Kamera
5. Alat perekam.
4.6 Definisi Operasional
Tabel 4. 1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Subyek
Kepatuhan diet Jumlah makanan
- Kesesuaian konsumsi
pasien dengan
rekomendasi dari ahli
gizi pada pertemuan
sebelumnya. Mulai
dari konsumsi jumlah
energi, karbohidrat,
protein, dan lemak.
data ahli gizi
(dokumen)
dan
wawancara
dengan
bantuan
kuisioner
kepatuhan
diet
Pasien dan
ahli gizi
Jenis makanan
- Kesesuaian jenis
makanan yang
dikonsumsi dengan
ketentuan ahli gzi
yang telah
disampaikan pada
Dilihat dari
data ahli gizi
(dokumen)
dan
wawancara
dengan
bantuan
Pasien dan
ahli gizi
40
pertemuan
sebelumnya
kuisioner
kepatuhan
diet
Jadwal makan
- Kesesuaian jadwal
makan pasien selama
tiga hari dengan
rekomedasi atau
perjanjian yang telah
dibuat oleh ahli gizi
dan pasien saat
pertemuan
sebelumnya
Dilihat dari
data ahli gizi
(dokumen)
dan
wawancara
dengan
bantuan
kuisioner
kepatuhan
diet
Pasien dan
ahli gizi
Peran Ahli Gizi Peran ahli gzi yang sudah
terlaksana
- Pelaksanaan proses
PAGT
- Proses penyuluhan/
konseling/ edukasi
pada pasien saat
berkunjung ke poli
gizi
Observasi
dan
wawancara
Pasien, ahli
gizi, tenaga
kesehatan
lain (dokter),
kepala
puskesmas
Pandangan dan harapan
penderita DM mengenai
peran ahli gizi terhadap
kepatuhan dietnya
- Pandangan pasien
mengenai peran ahli
gizi terhadap
kepatuhan dietnya
- Harapan pasien
mengenai peran ahli
Wawancara Pasien
41
gizi untuk kepatuhan
dietnya
Peran ahli gizi yang dapat
menghambat dan
meningkatkan kepatuhan
diet pasien DM
- Peran ahli gizi yang
menghambat pasien
dalam melakukan
kepatuhan dietnya
- Peran ahli gizi yang
membuat kepatuhan
diet pasien meningkat
Wawancara Pasien,
tenaga
kesehatan
lain (dokter),
kepala
puskesmas
Harapan tenaga kesehatan
lain mengenai peran ahli gizi
terhadap kepatuhan diet
pasien DM
- Harapan peran yang
dilakukan ahli gizi
terhadap kepatuhan
diet pasien DM
Wawancara Tenaga
kesehatan
lain (dokter),
kepala
puskesmas
4.7 Prosedur Penelitian dan Pengumpulan Data
4.7.1. Prosedur Penelitian
Gambar 4.1 Prosedur Penelitian
Pembuatan proposal BAB 1-4 Ujian proposal Ujian kode etik
Pengambilan data Pengolahan dan analisa data Seminar hasil
42
4.7.2. Pengumpulan Data
4.7.2.1. Persiapan
Awalnya, peneliti melakukan perizinan, peneliti meminta izin dan
persetujuan kepada Bakesbangpol, Dinas Kesehatan dan Puskesmas Malang.
Kemudian meminta izin kepada komisi etik penelitian di Universitas Brawijaya,
Malang. Setelah etik keluar, baru dilakukan pengumpulan data.
4.7.2.2. Pelaksanaan Penelitian
Proses pengumpulan data awal yaitu peneliti menemui kepala puskesmas
untuk meminta rujukan ahli gizi yang menangani pasien rawat jalan, terutama ahli
gizi yang sering menangani pasien DM. Kemudian, peneliti melakukan
wawancara kepada ahli gizi tersebut. Selain itu, peneliti juga melakukan
observasi dan dokumentasi proses asuhan gizi yang diberikan ahli gizi kepada
pasien DM. Rekaman wawancara harus segera ditranskrip maksimal 24 jam
setelah proses wawancara. Apabila ada yang kurang jelas, peneliti akan
melakukan wawancara lagi. Observasi dan dokumentasi proses asuhan gizi yang
diberikan oleh ahli gizi dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang berbeda.
Kemudian, peneliti meminta data beberapa pasien DM dengan
pertimbangan yang telah dijelaskan pada kriteria inklusi informan untuk memilih
pasien yang paling tepat dijadikan informan. Kemudian peneliti menguhungi
beberapa pasien DM tersebut. Setelah pasien bersedia dan menandatangani
surat persetujuan, peneliti baru melakukan wawancara mendalam. Selain itu,
peneliti juga melakukan observasi dan dokumentasi saat informan tersebut
sedang mendapatkan asuhan gizi dari ahli gizi. Wawancara bisa dilakukan
berulang sekali sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan saat di lapangan
43
nanti. Sebagai data tambahan, peneliti meminta data dokter yang paling sering
merujuk pasien untuk datang ke poli gizi. Kemudian melakukan wawancara
mendalam kepada dokter tersebut mengenai peran ahli gizi terhadap kepatuhan
diet penderita DM. Wawancara dengan semua informan diusahakan dilakukan
dalam situasi yang senatural mungkin.
Berikut ini adalah tahapan penelitian sesuai dengan tujuan khusus yang
akan dicapai dalam penelitian ini.
a. Mengetahui gambaran terlaksananya peran ahli gizi terhadap penderita
DM tipe 2.
1. Melakukan wawancara dengan ahli gizi mengenai proses asuhan gizi
yang selama ini telah dilaksanakan. Wawancara dilakukan dengan
bantuan pedoman wawancara untuk ahli gizi dan check ilst
pelaksanaan proses asuhan gizi
Tabel 4. 2 Check List Asuhan Gizi
Tahapan Hasil Observasi Interpretasi
Pasien datang membawa
surat rujukan
Ahli gizi melakukan
pencatatan data pasien
dalam buku registrasi
Melakukan asesmen gizi
dimulai dengan
pengukuran antropometri
pada pasien yang belum
ada data TB, BB
Pengkajian gizi riwayat
makan
Pegkajian riwayat
44
personal
Membaca hasil lab dan
pemeriksaan fisik
Menetapkan diagnosa
gizi
Intervensi gizi
Edukasi dan konseling
1. mengisi leaflet
flyer/brosur diet sesuai
penyakit dan kebutuhan
gizi pasien
2. menjelaskan tujuan
diet, jadwal, jenis, jumlah
bahan makanan sehari
menggunakan alat
peraga food model
3. menjelaskan tentang
makanan yang dianjurkan
dan tidak dianjurkan
4. cara pemasakan dan
lain-lain yang disesuaikan
dengan pola makan dan
keinginan serta
kemampuan pasien.
5. Menanyakan
kesanggupan pasien
untuk menjalankan diet
6. berdiskusi dengan
pasien tentang diet dan
kepatuhan diet
Melakukan review materi
Menganjurkan pasien
melakukan kunjungan
45
ulang
Pencatatan hasil
konseling gizi dengan
format ADIME (Asesmen,
Diagnosis, Intervensi,
Monitoring & Evaluasi)
dimasukkan ke dalam
rekam medik pasien
(Permenkes, 2013)
2. Melakukan observasi langsung bagaimana proses asuhan gizi
dilaksanakan. Observasi ini dilakukan sebanyak tiga kalli dengan
waktu dan hari yang berbeda-beda. Observasi dilakukan saat hari
Senin pukul 08.00, Rabu pukul 13.00, Sabtu pukul 10.30. Observasi
dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi dan check ilst
asuhan gizi
Tabel 4. 3 Pedoman Observasi
No Pedoman Observasi Hasil Interpretasi
1. Keterampilan komunikasi Ahli
Gizi
a.Keterampilan mendengar
dan mempelajari
-komunikasi non verbal
-mengajukan pertanyaan
terbuka
-menggunakan respon dan
gerakan tubuh yang
menunjukkan perhatian
-mengatakan kembali apa
yang dikatakan klien
46
-berempati menunjukkan
konselor paham perasaan
klien
-menghindari kata-kata yang
menghakimi
b. keterampilan membangun
percaya diri dan memberi
dukungan
- terima apa yang dipikirkan
dan dirasakan oleh klien
-mengenali serta memuji apa
yang dikerjakan dengan
benar
-Memberik