280
i STUDI KUALITATIF: PERAN AHLI GIZI TERHADAP KEPATUHAN DIET PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE DUA DI PUSKESMAS KENDALKEREP DAN PUSKESMAS JANTI KOTA MALANG TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Gizi Oleh: Sita Miyasa Purwati NIM 135070301111065 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

STUDI KUALITATIF: PERAN AHLI GIZI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/4158/1/Purwati, Sita Miyasa.pdf”Peran Ahli Gizi terhadap Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus Tipe Dua di Puskesmas

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    STUDI KUALITATIF: PERAN AHLI GIZI TERHADAP KEPATUHAN DIET

    PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE DUA DI PUSKESMAS

    KENDALKEREP DAN PUSKESMAS JANTI KOTA MALANG

    TUGAS AKHIR

    Untuk Memenuhi Persyaratan

    Memperoleh Gelar Sarjana Gizi

    Oleh:

    Sita Miyasa Purwati

    NIM 135070301111065

    PROGRAM STUDI ILMU GIZI

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2017

  • ii

    HALAMAN PENGESAHAN

    TUGAS AKHIR

    STUDI KUALITATIF: PERAN AHLI GIZI TERHADAP KEPATUHAN DIET

    PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE DUA DI PUSKESMAS

    KENDALKEREP DAN PUSKESMAS JANTI KOTA MALANG

    Oleh :

    Sita Miyasa Purwati

    NIM : 135070301111065

    Telah diuji pada

    Hari : Selasa

    Tanggal : 25 Juli 2017

    dan dinyatakan lulus oleh :

    Penguji I

    Dhanny Septimawan Sutopo, S. Sos, M. Si

    NIP. 2009067 309151001

    Pembimbing I / Penguji II, Pembimbing II / Penguji III,

    Inggita Kusumastuty, S. Gz, M. Biomed Catur Saptaning W., S. Gz, MPH

    NIP. 19820402 200604 2 001 NIP. 200908 840712 2001

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi Ilmu Gizi,

    Dian Handayani, SKM, M. Kes, Ph D

    NIP.1974040 22000312 2002

  • iii

    Tugas akhir ini dipersembahkan untuk Allah SWT sebagai bentuk ibadah

    kepada-Nya

    Untuk para penyandang Diabetes Mellitus Tipe Dua, termasuk Mama, Ayah,

    dan Ibu yang telah pergi... semoga kami bisa lebih membantu kalian.

    Dipersembahkan juga untuk para ahli gizi, semoga bisa menjadi inspirasi

    untuk menjadi sebaik-baik manusia karena bisa bermanfaat untuk orang

    lain terutama bagi penyandang Diabetes Mellitus.

    Selamat Berjuang dan Jangan Pernah Menyerah

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

    hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul

    ”Peran Ahli Gizi terhadap Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus Tipe Dua di

    Puskesmas Kendalkerep dan Puskesmas Janti Kota Malang”. Berkat kuasa dan

    tuntunan jalan Allah SWT serta kerja keras, akhirnya dapat terselesaikan tugas

    akhir ini. Penulisan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

    karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Ibu Inggita Kusumastuty, S.Gz., M.Biomed., selaku dosen pembimbing I

    yang membantu dalam memberi arahan dan koreksi yang sistematis serta

    memberi motivasi.

    2. Ibu Catur Saptaning Wilujeng, MPH, selaku dosen pembimbing II yang

    membantu dalam memberi arahan dan koreksi yang sistematis serta

    memberi motivasi.

    3. Bapak Dhanny Septiawan Sutopo, S. Sos, M. Si, selaku dosen penguji

    yang telah membantu dalam memberi arahan dan koreksi yang sistematis

    agar tugas akhir ini bisa menjadi karya ilmiah yang baik.

    4. Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

    Universitas Brawijaya Malang

    5. Dian Handayani, SKM, M.Kes, Ph.D, Ketua Jurusan Gizi Fakultas

    Kedokteran dan pembimbing akademik penulis yang telah membimbing

    penulis selama masa perkuliahan.

  • v

    6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas

    Brawijaya yang telah memberikan bekal ilmu dan wawasan pengetahuan

    dengan baik selama masa perkuliahan

    7. Suyasak dan Sunarmi selaku orangtua penulis, yang tidak hentihentinya

    memberikan motivasi melalui keteladanan, perhatian, do’a, serta cinta

    dan kasih sayangnya yang tulus hingga detik ini. Karena keduanyalah,

    semangat untuk menuntut ilmu ini tetap menyala. Semoga Allah

    senantiasa melimpahkan kasih sayang-Nya kepada Bapak dan Mama.

    8. Anzas Setya Budi Prakoso, Dia Betty Nur Islamia, dan Muhammad

    Ainurrokhim selaku saudara kandung penulis yang dengan penuh

    kesabaran dan harap senantiasa memberikan doa, dukungan, inspirasi,

    serta semangat yang luar biasa.

    9. Kakek, Nenek, Pakdhe, Budhe, Lek, kakak, dan adik sepupu yang

    namanya tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, senantiasa

    memberikan, dukungan, motivasi, keteladanan, dan pengalaman hidup

    yang unik

    10. Sahabat-sahabatku selama di perkuliahan, Rachmi Mufida, Hasmah,

    Fithrah Amalia Rizki, Firda, Devi Eka Nur Indah Sari, Caecilia Cita, Rizqy

    Amanatul Husna Pamungkas, serta teman-teman lainnya yang tidak

    dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan, canda tawa,

    serta sikap kekeluargaan yang telah diberikan.

    11. Partner tugas akhir penulis, Hayu Iyaka Nastaina yang telah

    membersamai, membantu, dan mendukung penulis dari awal penentuan

    tema sampai akhir perjuangan kelulusan bersama. Terima kasih banyak

    atas segalanya.

  • vi

    12. Saudara dan saudariku dari LKI FKUB dan PROJECT yang selalu

    menginspirasi dan mengingatkanku dalam ketaatan dan ketaqwaan serta

    menyuntikkan motivasi untuk selalu berproses menjadi muslim yang lebih

    baik dan bermanfaat bagi sesame

    13. Seluruh mahasiswa Jurusan Gizi Kesehatan angkatan 2013 yang telah

    berjuang bersama penulis selama kuliah.

    14. Semua informan baik pasien, ahli gizi, dokter, dan kepala puskesmas baik

    dari Puskesmas Kendalkerep dan Puskesmas Janti Kota Malang yang

    telah bersedia memberikan kesempatan dan bantuan yang banyak

    kepada peneliti untuk melakukan pengambilan data penelitian

    15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini

    yang tak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah membalas

    kebaikan kalian.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini masih kurang dari

    kata sempurna, karena memang kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu

    diharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, untuk

    mengejar kesempurnaan yang tidak ada standar atau batasannya. Penulis

    berharap dalam hati, lisan dan pikiran agar skripsi ini bisa bermanfaat bagi para

    pembaca dan masyarakat.

    Malang, 25 Juli 2017

    Penulis

  • vii

    ABSTRAK

    Purwati, Sita, Miyasa. 2017. Studi Kualitatif: Peran Ahli Gizi terhadap Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Mellitus Tipe Dua di Puskesmas Kendalkerep dan Puskesmas Janti Kota Malang. Tugas Akhir,

    Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Inggita Kusumastuty, S. Gz, M. Biomed (2) Catur Saptaning Wilujeng, S. Gz, MPH

    Pedoman 4 pilar pengendalian Diabetes Mellitus (DM) tipe dua adalah

    edukasi, pengaturan makan, olahraga, dan kepatuhan pengobatan. Pengaturan makan memiliki hubungan yang sangat kuat dengan kadar gula, sedangkan kepatuhan diet penderita DM di Indonesia masih rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan terhadap kepatuhan diet pasien DM adalah dukungan ahli gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan bagaimana peran ahli gizi terhadap kepatuhan diet penderita DM tipe dua di Puskesmas Kendalkerep dan Janti Kota Malang. Pendekatan kualitatif yang digunakan adalah studi kasus. Pengambilan data dilakukan dengan observasi proses konseling dan wawancara mendalam pada ahli gizi, dokter, pasien DM tipe dua yang sesuai dengan kriteria inklusi dari masing-masing puskesmas, serta kepala puskesmas. Berdasarkan gambaran peran ahli gizi yang terlakasana, pengaruhnya, dan harapan untuk ahli gizi disimpulkan bahwa peran ahli gizi terhadap kepatuhan diet penderita DM yaitu sebagai penyuluh dan konselor. Saat melaksanakan peran tersebut ahli gizi juga melakukan proses asuhan gizi terstandar, berkolaborasi dengan tenaga kesehatan, dan membangun hubungan dengan pasien. Ahli gizi juga harus memperhatikan sikap dan bersikap baik selama proses tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan peran ahli gizi adalah tenaga kesehatan, waktu, fasilitas, keuangan, sistem, administrasi, dan karakter pasien. Peran dan sikap ahli gizi yang kurang baik bisa menghambat kepatuhan diet pasien. Pelaksanaan peran dengan maksimal dan sikap yang baik bisa meningkatkan kepatuhan diet pasien. Oleh karena itu, diharapkan ahli gizi menjalankan perannya dengan maksimal, membangun hubungan dan bersikap baik kepada pasien maupun tenaga kesehatan lain agar kepatuhan diet pasien DM di Indonesia bisa meningkat. Kata kunci: kepatuhan diet, diabetes mellitus, peran ahli gizi, sikap ahli gizi, studi kasus

  • viii

    ABSTRACT

    Purwati, Sita, Miyasa. 2017. Qualitative Study: The Role of Nutritionist in Dietary compliance in Type Two Diabetes Mellitus Patients at Kendalkerep and Janti Health Center in Malang. Final Project, Nutrition Science Program Faculty of Medicine University of Brawijaya.

    The four pillars of type two Diabetes Mellitus (DM) control are education,

    dietary regulation, exercise, and medication adherence. Meal arrangements have a very strong relationship with sugar level, while dietary adherence DM patients in Indonesia are still low. One of the factors that affect and contribute to the compliance of diet in DM patient is the support of nutritionists. This study aims to describe the role of nutritionist to the dietary compliance of patients with type two DM in Kendalkerep and Janti Health Centers in Malang. The qualitative approach used is a case study. The data were collected by observation of the counseling process and in-depth interview with nutritionist, doctor, type two DM patients, according to the inclusion criteria from each health center, and head of the health centers. Based on the description of the role accomplished by nutritionists, their influence, and the expectation for the nutritionists, it was concluded that the role of nutritionist to the dietary compliance is as an educator and a counselor. When performing the role, nutritionists also perform standardized nutritional care processes, collaborate with health personnel, and build relationships with patients. Nutritionists should also pay attention to the attitude and be nice during the process. Factors that influence the implementation of the role of nutritionists are health personnel, time, facilities, finances, systems, administration, and patient characteristics. The poor role and attitudes of nutritionists can hamper the patient's dietary compliance. A good implementation of the role and good attitude of nutritionist can improve the dietary compliance of the patients. Therefore, it is expected the nutritionist to run its role with the best effort, build relationships, and be nice to patients and other health personnel so dietary compliance of DM patients in Indonesia can be increased. Keywords: dietary compliance, diabetes mellitus, nutritionist role, nutritionist attitude, case study

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Halaman Judul ................................................................................................ i

    Halaman Persetujuan .................................................................................... ii

    Halaman Peruntukan ..................................................................................... iii

    Kata Pengantar .............................................................................................. iv

    Abstrak .......................................................................................................... vii

    Abstract ........................................................................................................ viii

    Daftar Isi ........................................................................................................ ix

    Daftar Tabel ................................................................................................... xiii

    Daftar Gambar ............................................................................................... xiv

    Daftar Lampiran ............................................................................................. xv

    Daftar Singkatan ............................................................................................. xvi

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5

    1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 5

    1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................ 5

    1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................... 6

    1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 6

    1.4.1 Manfaat Akademik ..................................................................... 6

    1.4.2 Manfaat Praktis .......................................................................... 6

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8

    2.1 Diabetes Mellitus ............................................................................... 8

    2.1.1 Pengertian .............................................................................. 8

  • x

    2.1.2 Klasifikasi ................................................................................ 8

    2.1.3 Faktor Resiko .......................................................................... 9

    2.1.4 Penatalaksanaan DM .............................................................. 10

    2.1.5 Penatalaksanaan Diet ............................................................. 14

    2.2 Ahli Gizi ............................................................................................. 16

    2.2.1 Pengertian ............................................................................... 16

    2.2.2 Peran Ahli Gizi ......................................................................... 17

    2.2.3 Tugas dan Fungsi Ahli Gizi ...................................................... 25

    2.3 Kepatuhan Diet .................................................................................. 26

    2.3.1 Pengertian ............................................................................... 26

    2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Diet ........................... 27

    2.4 Wawancara ........................................................................................ 29

    2.5 Observasi ........................................................................................... 30

    BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN ................................................. 32

    3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 32

    3.2 Penjelasan Kerangka Konsep ........................................................... 33

    BAB 4 METODE PENELITIAN ...................................................................... 35

    4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ...................................................... 35

    4.2 Informan Penelitian .......................................................................... 36

    4.2.1 Prosedur Pemilihan Informan .................................................. 37

    4.2.2 Jumlah Informan ...................................................................... 38

    4.3 Variabel Penelitian ........................................................................... 38

    4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 38

    4.5 Instrumen Penelitian ......................................................................... 39

    4.6 Definisi Operasional ......................................................................... 39

  • xi

    4.7 Prosedur Penelitian dan Pengumpulan Data .................................... 41

    4.5.1 Prosedur Penelitian ................................................................. 41

    4.5.2. Pengumpulan Data ................................................................. 42

    4.8 Analisa Data ..................................................................................... 49

    BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA ...................................... 52

    5.1 Gambaran Umum Penelitian ............................................................ 52

    5.1.1 Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 52

    5.1.2 Profil Puskesmas ..................................................................... 54

    5.1.3 Karakteristik Informan............................................................... 61

    5.1.4 Perjalanan Koding sampai Tema ............................................. 67

    5.2 Gambaran Peran Ahli Gizi yang Sudah Terlaksana ......................... 71

    5.2.1 Sebagai Konselor dalam Konseling ......................................... 71

    5.2.2 Sebagai Penyuluh dalam Penyuluhan ..................................... 94

    5.2.3 Berkolaborasi dengan Tenaga Kesehatan ............................... 96

    5.3 Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Peran Ahli Gizi ................ 98

    5.4 Pandangan terhadap Peran Ahli Giiz yang Sudah Terlaksana ........ 110

    5.5 Harapan untuk Ahli Gizi ..................................................................... 112

    5.6 Peran Ahli Gizi terhadap Kepatuhan Diet ........................................... 120

    5.7 Pengaruh Peran Ahli Gizi ................................................................... 138

    5.5.1 Sikap terhadap Makanan ......................................................... 138

    5.5.2 Kepatuhan Diet Pasien ............................................................ 139

    5.5.3 Gambaran Kepatuhan Diet Informan ....................................... 141

    BAB 6 PEMBAHASAN ................................................................................. 152

    6.1 Karakteristik Informan........................................................................... 152

  • xii

    6.2 Gambaran Peran Ahli Gizi yang Sudah Terlaksana dan Faktor yang

    Mempengaruhi Pelaksanaan Peran Ahli Gizi ...................................... 157

    6.3 Pandangan terkait Peran Ahli Gizi yang Sudah Terlaksana ................. 214

    6.4 Harapan untuk Ahli Gizi dari Pasien dan Tenaga Kesehatan Lain ....... 218

    6.5 Peran Ahli Gizi terhadap Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Mellitus 228

    6.6.1 Peran Ahli Gizi yang Meningkatkan Kepatuhan Diet Pasien DM 241

    6.6.2 Peran Ahli Gizi yang Menghambat Kepatuhan Diet Pasien DM . 243

    6.6 Pengaruh Peran Ahli Gizi terhadap Kepatuhan Diet ............................. 246

    6.7 Kerangka Pemikiran Hasil Penelitian ............................................... 252

    6.8 Keterbatasan Penelitian ................................................................. 254

    BAB 7 KESIMPULAN ................................................................................... 255

    7.1 Kesimpulan ......................................................................................... 255

    7.2 Saran .................................................................................................. 257

    7.2.1 Puskesmas ................................................................................ 257

    7.2.2 Penelitian Selanjutnya ............................................................... 261

    7.2.3 Institusi Pendidikan .................................................................... 262

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 263

    LAMPIRAN .................................................................................................... 266

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 4.1 Definisi Operasional ....................................................................... 39

    Tabel 4.2 Check List Asuhan Gizi .................................................................. 43

    Tabel 4.3 Pedoman Observasi ....................................................................... 45

    Tabel 4.4 Kuisioner Kepatuhan Diet................................................................ 47

    Tabel 5.1 Karakteristik Informan Pasien ......................................................... 61

    Tabel 5.2 Karakteristik Informan Tenaga Kesehatan ..................................... 66

    Tabel 5.3 Daftar Singkatan Informan yang Digunakan ................................... 67

    Tabel 5.4 Perjalanan Koding Sampai Tema .................................................... 68

    Tabel 5.5 Menjalankan Proses Asuhan Gizi Terstandar .................................. 71

    Tabel 5.6 Membangun Dasar-Dasar Konseling.............................................. 79

    Tabel 5.7 Menggunakan Media ...................................................................... 81

    Tabel 5.8 Mendengar dan Mempelajari Pasien .............................................. 82

    Tabel 5.9 Waktu Konseling ............................................................................ 82

    Tabel 5.10 Administrasi Konseling ................................................................. 83

    Tabel 5.11 Kepuasan Pasien terhadap Konseling .......................................... 84

    Tabel 5.12 Sebagai Penyuluh dalam Penyuluhan .......................................... 94

    Tabel 5.13 Berkolaborasi dengan Tenaga Kesehatan .................................... 96

    Tabel 5.14 Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Peran Ahli Gizi ............ 99

    Tabel 5.15 Pandangan tarhadap Peran Ahli Gizi yang Sudah Terlaksana ..... 111

    Tabel 5.16 Harapan untuk Ahli Gizi ................................................................ 113

    Tabel 5.17 Peran Ahli Gizi terhadap Kepatuhan Diet ..................................... 121

    Tabel 5.18 Sikap terhadap Makanan ............................................................. 138

    Tabel 5.19 Kepatuhan Diet Pasien................................................................. 139

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Alur dan Proses Asuhan Gizi pada Pasien Rawat Jalan ............. 18

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 32

    Gambar 4.1 Alur Prosedur Penelitian ............................................................ 41

    Gambar 6.1 Kerangka Pemikiran Hasil Penelitian .......................................... 252

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1 Penjelasan untuk Mengikuti Penelitian ........................................ 266

    Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Informan ....................................... 267

    Lampiran 3 Kuisioner Data Karakteristik Informan Paisen ............................. 268

    Lampiran 4 Kuisioner Data Karakteristik Informan Tenaga Kesehatan ........... 269

    Lampiran 5 Surat Izin dari Dina Kesehatan Kota Malang ............................... 270

    Lampiran 6 Surat izin dari Puskesmas Kendalkerep ...................................... 271

    Lampiran 7 Surat Izin dari Puskesmas Janti .................................................. 272

    Lampiran 8 Surat Etik .................................................................................... 273

    Lampiran 9 Surat Izin dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ..................... 274

    Lampiran 10 Panduan Wawancara ................................................................ 275

    Lampiran 11 Transkrip Wawancara dan Koding ............................................. 284

    Lampiran 12 Catatan Lapangan ..................................................................... 364

    Lampiran 13 Dokumentasi Kegiatan .............................................................. 385

    Lampiran 14 Pernyataan Keaslian Tulisan ...................................................... 386

    Lampiran 15 Pernyataan Telah Melaksanakan Informed Consent .................. 387

  • xvi

    DAFTAR SINGKATAN

    BB = Berat Badan

    Depkes = Departemen Kesehatan

    Dinkes = Dinas Kesehatan

    DM = Diabetes Mellitus

    DMG = Diabetes Mellitus Gestasional

    DMT2 = Diabetes Mellitus tipe 2

    GDPT = Glukosa Darah Puasa Terganggu

    HBM = Health Belieft Model

    HDL = High Density Lipoprotein

    IDDM = Insulin-Dependent Diabetes Mellitus

    IDF = International Diabetes Federation

    IDNT = International Dietetics & Nutrition Terminology

    IMT = Indeks Massa Tubuh

    Kemenkes = Kementrian Kesehatan

    NIDDM = NonInsulin-Dependent Diabetes Mellitus

    OHO = Obat Hipoglikemik Oral

    PAD = Peripheral Arterial Diseases

    PAGT = Proses Asuhan Gizi Terstandar

    PCOS = Polycystic Ovary Syndrome

    Perkeni = Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

    PJK = Penyakit Jantung Koroner

    Permenkes = Peraturan Menteri Kesehatan

    Prolanis = Program Pengengolahan Penyakit Kronis

  • xvii

    Puskesmas = Pusat Kesehatan Masyarakat

    RI = Republik Indonesia

    Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar

    RS = Rumah Sakit

    RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah

    RSUP = Rumah Sakit Umum Pusat

    TGT = Toleransi Glukosa Terganggu

    TNM = Terapi Nutrisi Medis

    WHO = World Health Organization

    DRK = Diskusi Refleksi Kasus

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Penyakit Diabetes Melitus (DM) telah menjadi salah satu masalah

    kesehatan masyarakat global dan menurut International Diabetes Federation

    (IDF) pemutakhiran ke-5 tahun 2012, jumlah penderitanya semakin bertambah.

    Menurut estimasi IDF tahun 2012, lebih dari 371 juta orang di seluruh dunia

    mengalami DM, 4,8 juta orang meninggal akibat penyakit metabolik ini dan 471

    miliar dolar Amerika dikeluarkan untuk pengobatannya. Menurut WHO, DM

    merupakan salah satu penyakit tidak menular utama yang mengalami

    peningkatan terus menerus dari tahun ke tahun (Riskesdas, 2013). Prevalensi

    DM di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2007 yaitu sebesar 0,7% dan meningkat

    pada tahun 2013 menjadi 2,1%. Prevalensi diabetes melitus tahun 2013 di Jawa

    Timur lebih besar dibandingkan dengan prevalensi nasional yaitu sebesar 2,5%

    (Riskesdas, 2013). Menurut Dinkes Jawa Timur daerah yang mempunyai angka

    DM tertinggi adalah Surabaya dengan 14.377 kasus per tahun, disusul oleh

    Malang dengan jumlah sebanyak 7.534 kasus per tahun. Data dari Dinas

    Kesehatan Kota Malang tahun 2014 Puskesmas dengan pasien DM terbanyak

    adalah Puskesmas Kendal Kerep yaitu laki-laki 109 orang dan perempuan 228

    orang. Puskesmas Janti merupakan Puskesmas Malang dengan jumlah pasien

    DM terbesar ke dua, yaitu sebanyak 298 pasien dengan jumlah laki-laki

    sebanyak 79 orang dan perempuan sebanyak 219 orang (Dinas Kesehatan Kota

    Malang, 2014).

  • 2

    Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu

    kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar

    glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan

    metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun

    relatif (Riskesdas, 2013). Kadar gula darah tinggi (hiperglikemia) yang

    berlangsung lama (kronik) pada Diabetes Melitus akan menyebabkan komplikasi

    jangka panjang meliputi penyakit makrovaskular, yang menyebabkan penyakit

    kardiovaskular dan peningkatan resiko stroke, serta penyakit mikrovaskular yang

    menyebabkan retinopati, nefropati, dan neuropati (Gandy, 2014). Diabetes

    melitus merupakan faktor risiko dari berbagai penyakit kardiovaskuler (Toharin,

    2015). Oleh karena itu, perlu untuk dilakukan pengendalian kadar gula darah

    pada pederita DM agar dapat mencegah terjadinya komplikasi.

    Hal utama yang diperlukan dalam pengendalian Diabetes Melitus adalah

    pedoman 4 pilar pengendalian Diabetes Melitus, yang terdiri dari edukasi,

    pengaturan makan, olahraga, kepatuhan pengobatan (Perkeni, 2011). Dalam

    sebuah penelitian, Putri melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

    ada tidaknya hubungan penerapan 4 pilar pengendalian DM dengan rerata kadar

    gula darah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari 4 pilar

    pengendalian DM, pilar yang mempunyai hubungan paling kuat dengan kadar

    glukosa darah adalah pengaturan makan dengan nilai p sebesar 0,002 (Putri,

    2013).

    Gaya hidup tidak sehat yang berhubungan dengan peningkatan gula

    darah penderita DM diantaranya adalah kurang latihan jasmani, diet yang tidak

    sehat, konsumsi rokok, dan konsumsi alkohol (Toharin, 2015). Dalam penelitian

    yang dilaksanakan oleh Toharin, disimpulkan juga bahwa variabel yang

  • 3

    mempunyai hubungan bermakna dengan kadar gula darah adalah kepatuhan

    diet dengan nilai p=0,019 (Toharin, 2015). Dapat disimpulkan bahwa kepatuhan

    diet merupakan hal yang sangat penting diperhatikan bagi penderita DM, karena

    faktor ini memiliki hubunngan yang bermakna dengan kadar gula darah.

    Kepatuhan diet penderita DM di Indonesia belum cukup tinggi.

    Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2011) di RSUD Nganjuk menunujukkan

    bahwa sebanyak 51% pasien DM tipe 2 rawat jalan patuh terhadap diet. Bahkan,

    penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Lestari menunjukkan bahwa

    kepatuhan diet di Klinik Edukasi Diabetes dan Klinik Gizi RSUP Fatmawati masih

    sangat rendah, yaitu hanya sebesar 35% (Lestari, 2012). Penelitian yang

    dilakukan di Puskesmas Kendal Kerep Malang juga menunjukkan hasil yang

    sejalan, yaitu jumlah responden yang tidak patuh pada dietnya setelah diberikan

    penyuluhan dan konseling adalah 96.8% (Andalia, 2016).

    Kepatuhan diet itu sendiri juga dipengaruhi oleh beberapa hal dan faktor

    paling menonjol yang mempengaruhi kepatuhan pasien adalah dukungan sosial.

    Dukungan sosial tersebut bisa dari keluarga, sahabat, maupun tenaga kesehatan

    termasuk di dalamnya ahli gizi (Saifunurmazah, 2013). Dukungan sosial oleh Ahli

    gizi dilakukan dengan asuhan gizi terstandar yang meliputi pengkajian gizi,

    diagnosa gizi, intervensi gizi, serta monitoring dan evaluasi. Intervensi asuhan

    gizi meliputi; implementasi diet yang sesuai dengan bentuk dan jenis diet yang

    telah ditentukan, setelah itu memberikan edukasi dan atau konseling gizi sesuai

    dengan kebutuhan pasien. Setelah intervensi, ahli gizi ,melakukan monitoring

    dan evaluasi gizi (Wahyuningsih, 2013). Salah satu faktor penguat dalam

    determinan kepatuhan diet pada penderita DM adalah petugas kesehatan.

    Peranan petugas kesehatan sangat penting dalam upaya peningkatan

  • 4

    pengetahuan penderita DM mengenai pengaturan makan. Hal tersebut dapat

    dilakukan dengan edukasi dan konseling. Nantinya edukasi dan konseling ini

    diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penderita DM mengenai rencana

    diet yang harus dilakukan (Al Tera, 2011). Sebuah penelitian menyimpulkan

    bahwa ada pengaruh konseling gizi terhadap perubahan kadar gula darah

    berdasarkan tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan diet penderita DM di poli

    klinik gizi RSUD Karangasem (Sukraniti, 2011).

    Berbeda dengan penelitian tersebut, sebuah penelitian yang dilakukan

    di Puskesmas Kendal Kerep mengenai perbedaan pengetahuan dan kepatuhan

    diet setelah pemberian penyuluhan dan konseling gizi pada pasien DM tipe 2

    juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan setelah

    diberikan penyuluhan dan konseling. Dalam penelitian ini, penyuluhan dan

    konseling hanya dilakukan satu kali (Andalia, 2016). Sedangkan menurut

    penelitian yang lain, penyuluhan dan konseling harusnya diberikan secara

    bertahap dengan metode yang beragam, bisa dengan diskusi, ceramah, sharing,

    dan dilakukan secara berulang-ulang (Paramita, 2013). Tidak ada perbedaan

    juga pada kepatuhan diet responden setelah diberikan konseling dan

    penyuluhan. Intake protein responden masih di bawah kebutuhan dan rata-rata

    konsumsi karbohidrat juga masih di bawah kebutuhan (Andalia, 2016). Sejalan

    dengan hasil penelitian tersebut, penelitian lain juga menunjukkan bahwa tidak

    terdapat perbedaan asupan energi penderita DM yang telah diberikan konseling

    gizi dengan media leaflet dan booklet (Farudin, 2011). Hal ini menunjukkan

    bahwa konseling tidak dapat meningkatkan kepatuhan diet pada penderita DM.

    Intervensi gzi berupa perecanaan diet, konseling, dan edukasi telah diberikan,

  • 5

    tapi kepatuhan diet pasien masih rendah. Maka perlu diteliti lagi, sebenarnya

    bagaimana peran ahli gizi untuk meningkatkan kepatuhan diet pasien.

    Dari perbedaan hasil penelitian tersebut, maka perlu untuk dilakukan

    penelitian kualitatif mengenai peran ahli gizi terhadap kepatuhan diet penderita

    DM. Karena dengan penelitian kualitatif, kita bisa mendapatkan penjelasan

    deskriptif mengenai peran yang harus dilakukan oleh ahli gizi untuk

    meningkatkan kepatuhan diet penderita DM sebagai bentuk usaha untuk

    mengontrol kadar gula darah dan mengurangi resiko komplikasi penyakit yang

    lain.

    Penelitian kualitatif mengenai peran ahli gizi terhadap kepatuhan diet

    penderita DM tipe 2 juga belum pernah dilakukan di Puskesmas Kendal Kerep

    atau pun Puskesmas Janti. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu

    dilakukan penelitian untuk mengetahui peran ahli gizi terhadap kepatuhan diet

    penderita DM tipe 2 di Puskesmas Kendal Kerep dan Puskesmas Janti Kota

    Malang, Jawa Timur.

    1.2 Rumusan Masalah

    Bagaimana peran ahli gizi terhadap kepatuhan diet penderita DM tipe 2 di

    Puskesmas Kendal Kerep dan Puskesmas Janti Kota Malang?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Mendeskripsikan peran ahli gizi terhadap kepatuhan diet pada

    penderita DM tipe 2 di Puskesmas Kendal Kerep dan Puskesmas

    Janti Kota Malang

  • 6

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1.3.2.1 Mengetahui gambaran terlaksananya peran ahli gizi terhadap

    penderita DM tipe 2

    1.3.2.2 Mengetahui pandangan dan harapan penderita DM tipe 2

    mengenai peran ahli gizi terhadap kepatuhan dietnya

    1.3.2.3 Menganalisis peran ahli gizi yang dapat menghambat dan

    meningkatkan kepatuhan diet penderita DM tipe 2

    1.3.2.4 Mengetahui harapan tenaga kesehatan lain mengenai peran

    ahli gizi terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Akademik

    Melalui penelitian ini diharapkan peneliti dapat menerapkan ilmu

    yang telah didapatkan selama pendidikan agar bermanfaat untuk

    orang lain, serta menambah ilmu pengetahuan dan mendapatkan

    pengalaman dalam melaksanakan penelitian ilmiah kualitatif tentang

    peran ahli gizi terhadapa kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2.

    1.4.2 Manfaat Praktis

    Dapat memberikan analisa kritik, saran, dan solusi bagi ahli gizi

    untuk menjalankan perannya dengan lebih optimal dalam

    melakukan asuhan gizi penderita DM tipe 2, sehingga bisa

    meningkatkan kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2.

    Menyediakan dasar informasi kesehatan bagi masyarakat dalam

    meningkatkan kepatuhan diet, terutama untuk penderita DM tipe 2.

    Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan masyarakat

  • 7

    mengenai peningkatan kepatuhan diet dan koordinasi optimal

    dengan ahli gizi dalam meningkatkan dietnya. Dapat digunakan

    sebagai intervensi lanjutan untuk pasien DM tipe 2. Pasien dapat

    mengerti, memahami, dan menjalankan diet yang telah

    direkomendasikan oleh ahli gizi dengan baik.

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Diabetes Melitus

    2.1.1. Pengertian

    Diabetes Mellitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada

    seseorang yang disebabkan karena adanya peningkatan kadar glukosa darah

    akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Wahyuningsih, 2013).

    2.1.2. Klasifikasi

    1. Diabetes Mellitus tipe 1

    Terjadi pada segala usia, tetapi biasanya dialami oleh anak atau

    orang dewasa berusia >40 tahun (dahulu disebut sebagai diabetes

    bergantung insulin/insulin dependent diabetes, IDDM). Diabetes tipe ini

    diakibatkan oleh kekurangan produksi insulin oleh sel beta pankreas.

    Penanganannya dengan menggunakan insulin dan pengaturan diet

    (Gandy, 2014).

    2. Diabetes Mellitus tipe 2

    Biasanya didiagnosis pada orang dewasa lanjut, tetapi semakin

    banyak dialami juga oleh orang dewasa muda dan beberapa anak (dahulu

    disebut diabetes tak bergantung insulin/non-insulin dependent diabetes,

    NIDDM). DM tipe 2 dikaitkan dengan kurangnya fungsi insulin akibat

    resinstensi insulin, dengan atau tanpa disertai ketidakcukupan produksi

    insulin dan terkait erat dengan berat badan berlebihan dan obesitas.

  • 9

    Penatalaksanaan diet perlu dilaksanakan, dengan atau tanpa obat

    hipoglikemik oral atau insulin (Gandy, 2014).

    3. Diabetes Gestasional

    Keadaan hiperglikemia yang terdiagnosis selama kehamilan dan

    belum pernah terdiagnosis sebelumnya. Diperlukan saran mengenai pola

    makan, olahraga, dan berat badan, bahkan beberapa pasien ada yang

    perlu mendapat insulin (Gandy, 2014).

    2.1.3. Faktor Resiko

    Menurut Perkeni 2011, faktor resiko diabetes terdiri dari:

    1. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi :

    a. Ras dan etnik

    b. Riwayat keluarga dengan diabetes (anak penyandang diabetes)

    c. Umur. Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat

    seiring dengan meningkatnya usia. Usia > 45 tahun harus dilakukan

    pemeriksaan DM.

    d. Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram atau

    riwayat pernah menderita DM gestasional (DMG).

    e. Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi

    yang lahir dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi

    dibanding dengan bayi lahir dengan BB normal.

    2. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi;

    a. Berat badan lebih (IMT > 23 kg/m2).

    b. Kurangnya aktivitas fisik.

    c. Hipertensi (> 140/90 mmHg).

  • 10

    d. Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL)

    e. Diet tak sehat (unhealthy diet). Diet dengan tinggi gula dan rendah

    serat akan meningkatkan risiko menderita prediabetes dan DM tipe

    3. Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes :

    a. Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau keadaan klinis

    lain yang terkait dengan resistensi insulin

    b. Penderita sindrom metabolik memiliki riwayat toleransi glukosa

    terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT)

    sebelumnya. Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, seperti

    stroke, PJK, atau PAD (Peripheral Arterial Diseases).

    2.1.4. Penatalaksanaan DM

    Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani

    selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum

    mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik

    oral (OHO) dan atau suntikan insulin (Perkeni, 2011). Berikut adalah empat pilar

    penatalaksanaan DM:

    1. Edukasi

    Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif

    pasien, keluarga dan masyarakat dengan perubahan perilaku sehat

    yang didampingi oleh tim kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan

    perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan

    upaya peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang pemantauan

    glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara

    mengatasinya harus diberikan kepada pasien (Perkeni, 2011).

  • 11

    Edukasi perubahan perilaku dilakukan oleh tenaga kesehatan.

    Dalam menjalankan tugasnya, tenaga kesehatan memerlukan

    landasan empati, yaitu kemampuan memahami apa yang dirasakan

    oleh orang lain. Berdasarkan Perkeni 2011, prinsip yang perlu

    diperhatikan pada proses edukasi diabetes adalah:

    a. Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta hindari

    terjadinya kecemasan

    b. Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan hal-

    hal yang sederhana

    c. Lakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan

    melakukan simulasi

    d. Diskusikan program pengobatan secara terbuka, perhatikan

    keinginan pasien.

    e. Berikan penjelasan secara sederhana dan lengkap tentang

    program pengobatan yang diperlukan oleh pasien dan

    diskusikan hasil pemeriksaan laboratorium

    f. Lakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan

    dapat diterima

    g. Berikan motivasi dengan memberikan penghargaan

    h. Libatkan keluarga/pendamping dalam proses edukasi

    i. Perhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat

    pendidikan pasien dan keluarganya

    j. Gunakan alat bantu audio visual

  • 12

    Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan

    materi edukasi tingkat lanjutan. Menurut Perkeni 2011, edukasi yang

    diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tentang:

    Materi edukasi pada tingkat awal adalah:

    a. Materi tentang perjalanan penyakit DM

    b. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM

    secara berkelanjutan

    c. Penyulit DM dan risikonya

    d. Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target

    pengobatan

    e. Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat

    hipoglikemik oral atau insulin serta obat-obatan lain

    f. Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil

    glukosa darah atau urin mandiri (hanya jika pemantauan

    glukosa darah mandiri tidak tersedia)

    g. Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa

    sakit atau hipoglikemia

    h. Pentingnya latihan jasmani yang teratur

    i. Masalah khusus yang dihadapi (contoh: hiperglikemia pada

    kehamilan)

    j. Pentingnya perawatan kaki

    k. Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.

    Materi edukasi pada tingkat lanjut adalah :

    a. Mengenal dan mencegah penyulit akut DM

  • 13

    b. Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM

    c. Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain

    d. Makan di luar rumah

    e. Rencana untuk kegiatan khusus

    f. Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi

    mutakhir tentang DM

    g. Pemeliharaan/perawatan kaki

    2. Terapi Nutrisi Medis

    Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari

    penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci keberhasilan TNM

    adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli

    gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya).

    Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TNM sesuai

    dengan kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi. Prinsip

    pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan

    anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang

    seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-

    masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan

    pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan

    jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat

    penurun glukosa darah atau insulin (Perkeni, 2011).

    3. Latihan Jasmani

    Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-

    4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu

  • 14

    pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti

    berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap

    dilakukan. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga

    dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,

    sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani

    yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti

    jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani

    sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.

    Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa

    ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat

    dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau

    bermalas-malasan (Perkeni, 2011).

    4. Terapi Farmakologis

    Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan

    dan latihan jasmani (gaya hidup sehat), terdiri dari obat oral dan

    bentuk suntikan (Perkeni, 2011).

    2.1.4. Penatalaksanaan Diet

    Menurut Wahyuningsih 2013, tujuan penatalaksanaan diet pada

    penderita DM yaitu untuk mempertahankan kadar glukosa darah supaya

    mendekati normal dengan mneyeimbangkan asupan makanan dengan

    insulin dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik, mencapai

    dan mempertahankan kadar lipida serum, mencegah komplikasi, serta

    memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat

    badan normal (Wahyuningsih, 2013).

  • 15

    Menurut „Buku Saku Asuhan Gizi di Puskesmas” yang diterbitkan

    oleh Kementrian Kesehatan RI dan WHO Indonesia, prinsip pengaturan

    makan pada DM yaitu jumlah makanan yang dianjurkan adalah

    seimbang, dengan komposisi kalori dari karbohidrat 60-70%, protein 10-

    15%, dan lemak 20-25%. Prinsip :

    - anjuran makan seimbang seperti anjuran makan sehat pada

    umumnya

    - tidak ada makanan yang dilarang, hanya dibatasi sesuai

    kebutuhan kalori (tidak berlebih)

    - menu sama dengan menu keluarga

    - teratur dalam jadwal, jumlah dan jenis makanan

    Syarat Pengaturan Makanan Seimbang yaitu,

    1. Tepat komposisi/jumlah : Komposisi Makanan terdiri dari 3 x makan

    utama dan 2-3 porsi makanan selingan sesuai kebutuhan zat gizi.

    2. Tepat waktu : makan dengan selang waktu 3 jam sekali.

    3. Tepat Jenis : ada bahan makanan : 1. Dianjurkan 2. Dibatasi 3.

    Bebas digunakan 4. Diperhitungkan

    Perhitungan kebutuhan energi untuk DM menggunakan rumus

    kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal,

    ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor seperti: jenis

    kelamin, umur, aktivitas, berat badan dan lain-lain (Perkeni, 2011).

    Menurut Perkeni tahun 2011, faktor-faktor yang menentukan

    kebutuhan kalori antara lain :

  • 16

    1. Jenis Kelamin

    Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan

    kalori wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30 kal/ kg BB.

    2. Umur

    Untuk pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5%

    untuk dekade antara 40 dan 59 tahun, dikurangi 10% untuk dekade

    antara 60 dan 69 tahun dan dikurangi 20%, di atas usia 70 tahun.

    3. Aktivitas Fisik atau Pekerjaan

    Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas

    fisik. Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan pada

    kedaaan istirahat, 20% pada pasien dengan aktivitas ringan, 30%

    dengan aktivitas sedang, dan 50% dengan aktivitas sangat berat.

    4. Berat Badan

    Bila kegemukan dikurangi sekitar 20-30% tergantung kepada tingkat

    kegemukan. Bila kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan

    kebutuhan untuk meningkatkan BB. Untuk tujuan penurunan berat

    badan jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kkal perhari

    untuk wanita dan 1200-1600 kkal perhari untuk pria.

    2.2. Ahli Gizi

    2.2.1. Pengertian

    Ahli Gizi dan Ahli Madya Gizi adalah seseorang yang telah

    mengikuti dan menyelesaikan pendidikan akademik dalam bidang gizi

  • 17

    sesuai aturan yang berlaku, mempunyai tugas, tanggung jawab, dan

    wewenang secara penuh untuk melakukan kegiatan fungsional dalam

    bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik baik di masyarakat, individu

    atau rumah sakit (Kepmenkes, 2007).

    2.2.2. Peran Ahli Gizi

    Berdasarkan Kepmenkes RI 374 tahun 2007, peran ahli gizi yaitu:

    1.Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik

    2.Pengelola pelayanan gizi di masyarakat

    3.Pengelola tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi di RS

    4.Pengelola sistem penyelenggaraan makanan institusi/masal

    5.Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi

    6.Pelaksana penelitian gizi

    7.Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha

    8.Berpartisipasi bersama tim kesehatan dan tim lintas sektoral

    9.Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis

    Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses

    komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh Ahli Gizi/Dietisien untuk

    menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien

    dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat

    memutuskan apa yang akan dilakukannya (Permenkes, 2013).

    Menurut Permenkes tahun 2013, mekanisme pasien berkunjung

    untuk mendapatkan asuhan gizi di rawat jalan berupa konseling gizi untuk

  • 18

    pasien dan keluarga serta penyuluhan gizi untuk kelompok adalah sebagai

    berikut:

    Gambar 2. 1 Alur dan Proses Asuhan Gizi pada Pasien Rawat Jalan

    (PAGT, 2014:13)

    a. Pasien datang ke ruang konseling gizi dengan membawa surat rujukan

    dokter dari poliklinik yang ada di rumah sakit atau dari luar rumah sakit.

    b. Dietisien melakukan pencatatan data pasien dalam buku registrasi.

    c. Dietisien melakukan asesmen gizi dimulai dengan pengukuran

    antropometri pada pasien yang belum ada data TB, BB.

  • 19

    d. Dietisien melanjutkan asesmen/pengkajian gizi berupa anamnesa

    riwayat makan, riwayat personal, membaca hasil pemeriksaan lab dan fisik

    klinis (bila ada). Kemudian menganalisa semua data asesmen gizi.

    e. Dietisien menetapkan diagnosis gizi.

    f. Dietisien memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling

    dengan langkah menyiapkan dan mengisi leaflet flyer/brosur diet sesuai

    penyakit dan kebutuhan gizi pasien serta menjelaskan tujuan diet, jadwal,

    jenis, jumlah bahan makanan sehari menggunakan alat peraga food model,

    menjelaskan tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, cara

    pemasakan dan lain-lain yang disesuaikan dengan pola makan dan

    keinginan serta kemampuan pasien.

    g. Dietisien menganjurkan pasien melakukan kunjungan ulang, untuk

    mengetahui keberhasilan intervensi (monev) dilakukan monitoring dan

    evaluasi gizi. Dietisien melakukan pencatatan pada Formulir Anamnesis

    Gizi Pasien Kunjungan Ulang sebagaimana tercantum dalam Form II,

    sebagai dokumentasi proses asuhan gizi terstandar.

    h. Pencatatan hasil konseling gizi dengan format ADIME (Asesmen,

    Diagnosis, Intervensi, Monitoring & Evaluasi) dimasukkan ke dalam rekam

    medik pasien atau disampaikan ke dokter melalui pasien untuk pasien di

    luar rumah sakit dan diarsipkan di ruang konseling.

    Dalam konseling, ahli gizi berperan sebagai seorang konselor.

    Persayaratan konselor yang dijelaskan dalam buku Supariasa (2014) di

    antaranya, keahlian, menarik, dipercaya, empati, kesadaran tentang diri dan

  • 20

    pemahaman, keterbukaan, objektivitas, kompeten, serta memiliki kesehatan

    psikologis yang baik.

    Empati dalam hal ini berarti memahami orang lain dari sudut kerangka

    berpikir orang tersebut. Konselor turut merasakan permasalahan pasien, melihat

    masalah pasien seakan-akan masalahnya sendiri, tetapi tidak boleh terlarut

    dalam permsalahan tersebut (Supariasa, 2014).

    Keterbukaan seorang konselor memiliki peran yang penting, agar dapat

    mengakomodasi perasaan, sikap, dan tingkah laku klien berbeda dengan dirinya,

    serta dapat berinteraksi dengan berbagai jenis klien (Supariasa, 2014).

    Beberapa peran seorang konselor yaitu, mencapai sasaran intrapersonal

    dan interpersonal, mengatasi defisit pribadi dan kesulitan perkembangan,

    membuat keputusan dan memikirkan rencana tindak lanjut untuk perubahan dan

    pertumbuhan, serta meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan (Supariasa,

    2014).

    Membangun dasar-dasar konseling merupakan bagian yang sangat

    penting, karena akan menentukan kelancaran hubungan antara konselor dan

    kliennya. Cara untuk membangun dasar-dasar konseling dalam Supariasa (2014)

    antara lain menyapa klien dengan penuh kehangatan, ramah, dan mengucapkan

    salam. Persilahkan klien untuk duduk, buat kondisi yang menyenangkan dan

    klien merasa nyaman di ruangan. Selain itu, konselor juga perlu menjelaskan

    tujuan konseling dan memberikan waktu yang cukup bagi klien untuk

    menjelaskan masalahnya.

  • 21

    Dalam proses konseling, seseorang membutuhkan pertolongan dan

    seseorang yang memberikan bantuan atau dukungan akan bertatap muka dan

    berbicara sedemikian rupa sehingga klien dapat memecahkan masalahnya. Oleh

    karena itu, keterampilan komunikasi sangat diperlukan. Beberapa keterampilan

    komunikasi yang akan membantu dalam proses konseling yang dijelaskan dalam

    Cornelia (2014) yaitu,

    a. Keterampilan mendengar dan mempelajari

    1. Komunikasi non verbal

    Komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh tanpa perlu

    berkata-kata. Hal ini menunjukkan bahwa konselor memahami klien

    dan membantunya merasa nyaman melalui sikap, seperti

    mengusakan kepala sama tinggi memberi perhatian, menyingkirkan

    penghalang, menyediakan waktu, dan memberi sentuhan yang

    wajar.

    2. Mengajukan pertanyaan terbuka

    Adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban penjelasan.

    Pertanyaan terbuka akan lebih bermanfaat karena akan

    memperoleh informasi yang lebih banyak. Biasanya diawali dengan

    apa saja, mengapa, dan bagaimana.

    3. Menggunakan respon dan gerakan tubuh yang menunjukkan

    perhatian

    Memberikan tanggapan yang menunjukkan perhatian dan

    ketertarikan atas jawaban klien dalam bentuk bahasa isyarat seperti

  • 22

    mengangguk dan kata-kata penghargaan seperti wah, mmmm,

    oooo.

    4. Mengatakan kembali apa yang dikatakan klien

    Ini akan membantu klien berbicara lebih banyak. Akan lebih baik

    jika konselor menggunakan kata-katanya sendiri dan tidak sekedar

    mengulang apa yang dikatakan klien.

    5. Berempati menunjukkan konselor paham perasaan klien

    Berempati berarti konselor merespon dengan cara menunjukkan

    bahwa konselor paham apa yang disampaikan klien serta mengerti

    perasaan dan masalah klien. Menunjukkan empati dapat melalui

    memberikan pertanyaan yang menyangkut fakta yang diutarakan

    klien.

    6. Hindari kata-kata yang menghakimi

    Beberapa kata dapat membuat klien merasa bersalah dan

    dihakimi. Contohnya: bagus, jelek, baik, tepat, biasa, dan lain-lain.

    b. Keterampilan membangun percaya diri dan memberi dukungan

    1. Terima apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh klien

    Klien akan sedih dan kecewa bila konsleor tidak mendengarkan

    apa yang disampaikannya. Oleh karena itu, jangan menyatakan

    tidak setuju dan jangan mengatakan setuju dengan pendapat atau

    pemikiran yang keliru. Akan menjadi sulit untuk menyarankan

    sesuatu yang sedikit berbeda dengan yang kita setujui.

    2. Mengenali serta memuji apa yang dikerjakan dengan benar

    Menerima apa yang dilakukan, dipikirkan, dan dirasakan serta

    mengenali dan memuji perilaku klien yang sudah benar akan

  • 23

    membangun rasa percaya diri klien. Ini akan mendorong klien untuk

    melanjutkan perilkau yang sudah benar.

    3. Memberikan bantuan praktis

    Misalnya dengan membantu klien merasa nyaman dengan posisi

    duduk yang lebih nyaman

    4. Memberikan informasi yang relevan

    Sampaikan hal-hal yang dapat dilakukan klien saat ini. Contohnya

    memberikan klien hanya informasi yang diperlukan saat ini dengan

    cara yang positif supaya tidak terdengar seperti kritik atau membuat

    klien berpikiran bahwa dia telah melakukan sesuatu yang salah

    5. Menggunakan bahasa yang sederhana

    Gunakan istilah umum untuk menjelaskan sesuatu kepada klien,

    sebagian orang tidak mengerti istilah-istilah yang bersifat teknis

    yang digunakan dokter

    6. Memberikan satu atau dua saran bukan perintah

    Saran apa yang dapat dilakukan klien. Hal ini memberi perasaan

    klien menguasai keadaan dan membantunya untuk merasa percaya

    diri.

    7. Menilai pemahaman

    Dilakukan untuk menilai pengertian tentang tindakan yang akan

    dilakukan. Dapat dilakukan dengan cara menanyakan kembali atau

    meminta klien untuk menjelaskan kembali apa yang telah

    diketahuinya. Sebaliknya konselor menggunakan pertanyaan

    terbuka agar informasi berlangsung dua arah

  • 24

    8. Rencana tindak lanjut

    Merupakan rencana intervensi diet, kunjungan ulang, dan

    mengevaluasi ketaatan diet yang telah dilakukan oleh klien.

    Dalam mencapai tujuan konseling, diperlukan kemampuan dari seorang

    konselor. Konselor yang baik dijelaskan oleh Cornelia (2014) dengan ciri-ciri

    sebagai berikut;

    a. Menjaga hubungan baik sejak awal dengan klien karena klien akan lebih

    mudah berbicara dengan orang yang ramah

    b. Berusaha untuk mengenali kebutuhan klien. Konselor sebaiknya berperan

    sebagai pendengar yang baik agar dapat menggali informasi dan

    memahami kebutuhan klien

    c. Mampu menumbuhkan empati dan rasa nyaman pada klien. Mampu

    memposisikan diri pada posisi klien, memahami apa yang dirasakan dan

    dialami klien, seperti yang dirasakan dan dilihat oleh klien dalam upaya

    membantunya untuk menyadari perasaannya serta menanganinya

    d. Mendorong klien untuk memilih cara pemecahan yang terbaik dalam

    situasi tertentu. Dalam hal ini konselor membantu klien untuk memikirkan

    semua faktor dalam masalah yang dihadapinya dan mendorong klien

    untuk memilih cara pemecahan yang terbaik sesuai situasi yang dihadapi

    e. Memberikan informasi tentang sumber daya yang diperlukan klien agar

    dapat mengambil keputusan yang baik. Konselor dalam hal ini lebih

    banyak memberikan contoh nyata dalam diskusi untuk membantu klien

    melihat lebih jelas masalahnya serta mendorong klien untuk bertanggung

    jawab sebesar-besarnya dalam memecahkan masalahnya sendiri.

  • 25

    f. Memberikan perhatian secara khusus (“hubungi saya apabila ada

    masalah”) dan memperlihatkan kesungguhan (“saya akan menghubungi

    bapak atau ibu dalam minggu ini). Hubungan antara konselor dan klien

    penting untuk mempertahankan perubahan diet

    g. Menjaga rahasia dan kepercayaan klien. Kerahasiaan merupakan hak

    klien yang harus dihormati dan dijaga.

    2.2.3. Tugas dan Fungsi Ahli Gizi

    Tugas dan fungsi ahli gizi di puskesmas menurut „Buku Saku

    Asuhan Gizi di Puskesmas” yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan

    RI dan WHO Indonesia yaitu,

    a.Bertanggung jawab memberikan asuhan gizi

    b.Melakukan pengkajian gizi dengan anamnesis gizi.

    c.Menentukan diagnosa gizi melalui kolaborasi dengan dokter

    d.Menerjemahkan preskripsi diet ke dalam jenis dan jumlah makanan

    e.Melakukan intervensi gizi : penyuluhan dan konseling gizi (sewaktu

    dirawat ataupun sewaktu akan pulang) dan bertanggung jawab terhadap

    terapi diet dan penyelenggaraan makan.

    f. Monitoring dan evaluasi gizi : pemantauan dan evaluasi status gizi

    dengan melakukan pengukuran antropometri dan asupan gizi.

  • 26

    2.3. Kepatuhan Diet

    2.3.1. Pengertian Kepatuhan Diet

    Kepatuhan diet penderita DMT2 sebagai bentuk perilaku

    kesehatan merupakan ketaatan dan keaktifan penderita DMT2 terhadap

    aturan makan yang diberikan (Al Tera, 2011). Pola makan penderita

    DMT2 meliputi jumlah energi, jenis makanan, dan jadwal makan.

    1. Jumlah Energi

    Jumlah energi yang diasup dalam sehari sesuai dengan

    kebutuhan energi yang telah direkomendasikan oleh ahli gizi saat

    konseling.

    2. Jenis Makanan

    Jenis makanan adalah jenis makanan yang direkomendasikan ahli

    gizi saat konseling untuk dianjurkan, dibatasi, dihindari. Jenis dan

    golongannya, bisa tidak sama setiap individunya. Jenis makanan ini

    meliputi sumber karbohidrat, sumber protein, dan sumber lemak.

    3. Jadwal Makan

    Prinsip dasar pengaturan jadwal makan penderita DMT2 adalah

    tiga kali makanan utama dan tiga kali makanan selingan yang diberikan

    dalam interval kurang lebih tiga jam (Perkeni, 2011). Namun, ini juga bisa

    berubah sesuai dengan kondisi dan kebiasaan penderita. Pengaturan

    jadwal makan tersebut harus dikonsultasikan dengan ahli gizi, sehingga

    ahli gizi bisa memberikan rekomendasi jadwal makan yang sesuai

    dengan kebutuhan energi dan kebiasaan makan penderita.

  • 27

    2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Diet

    A. Faktor Predisposisi Ketidakpatuhan Diet Penderita DMT2

    Faktor prediposisi merupakan faktor dalam diri seseorang yang

    memudahkan orang tersebut untuk melakukan suatu perilaku kesehatan, faktor

    predisposisi terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, dan motivasi yang

    melatarbelakangi kepatuhan diet responden (Al Tera, 2011).

    1. Pengetahuan Penderita DM

    Pengetahuan dilihat dari beberapa aspek meliputi pengetahuan

    mengenai pengertian, tanda, penyebab, pengelolaan, dan pengaturan

    makan pada DMT2 (Al Tera, 2011).

    2. Kepercayaan

    Menurut teori Health Belieft Model (HBM) perilaku kesehatan

    dipengaruhi oleh persepsi seseorang terhadap keseriusan penyakit,

    kerentanan terhadap penyakit, persepsi terhadap keuntungan serta

    hambatan dari perubahan perilaku (Depkes RI, 1996 dalam Al Tera,

    2011). Kepercayaan terhadap efektivitas pengaturan makan juga

    dapat mendorong pasien untuk melakukan perubahan perilaku sesuai

    dengan anjuran yang diberikan (Tsuneki, 2004 dalam Al Tera, 2011).

    3. Motivasi

    Motivasi merupakan suatu dorongan dari dalam diri seseorang

    yang menyebabkan seseorang tersebut melakukan kegiatan untuk

    mencapai tujuan (Notoadmojo, 2010 dalam Al Tera, 2011).

  • 28

    B. Faktor Pemungkin

    Faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan terjadinya suatu

    perilaku kesehatan (Notoadmojo, 2010 dalam Al Tera, 2011). Faktor pemungkin

    ini dalam penelitian yang dilakukan oleh Al Tera tahun 2011 terdiri dari, letak

    puskesmas, fasilitas yang diberikan, penyebaran informasi. Letak puskesmas

    yang mudah dijangkau atau tidak mempengaruhi seseorang untuk datang atau

    tidak ke puskesmas, fasilitas yang diberikan oleh puskesmas seperti pengobatan,

    penyuluhan, dan lainnya mempengaruhi seseorang untuk lebih memilih pergi ke

    puskesmas atau ke dokter karena pelayanan yang diberikan puskesmas

    cenderung sederhana, penyebaran informasi mengenai program dan fasilitas

    yang seharusnya bisa didapatkan juga mempengaruhi perilaku seseorang,

    ketidaktahuan seseorang mengenai fasilitas yang diberikan akan membuat

    seseorang tidak bisa mendapatkan fasilitas tersebut (Al Tera, 2011).

    C. Faktor Penguat

    Faktor penguat merupakan faktor yang mendorong atau memperkuat

    terjadinya perilaku kesehatan yang terwujud dalam sikap dan perilaku teman,

    keluarga, atau petugas kesehatan (Notoadmojo, 2010 dalam Al Tera, 2011).

    1. Teman

    Teman sebagai kelompok referensi perilaku mempunyai peranan

    cukup besar dalam pengaturan makan responden, keberhasilan

    teman dalam menjalani diet tertentu dapat mendorong responden

    mengikuti apa yang dilakukan teman tersebut (Al Tera, 2011).

  • 29

    2. Keluarga

    Peranan keluarga terhadap keberhasilan diet penderita DM sangat

    besar, keterbatasan peran keluarga akan menurunkan kepatuhan diet

    penderita DM dengan pengetahuan dan kesadaran diet yang rendah,

    peran aktif keluarga dapat memberikan suasana yang kondusif untuk

    mendukung pengaturan makan responden (Al Tera, 2011).

    3. Petugas kesehatan

    Peranan petugas kesehatan yang terlibat pada proses

    penatalaksanaan DM terdiri dari berbagai pihak seperti dokter, ahli

    gizi, maupun edukator non institusi lainnya sangat penting dalam

    upaya peningkatan pengetahuan penderita DM mengenai pengaturan

    makan, hal tersebut dapat dilakukan dengan edukasi dan konseling

    (Al Tera, 2011).

    2.4. Wawancara

    Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

    semiterstruktur dimana dalam pelaksanaannya peneliti dilengkapi pedoman

    wawancara dengan pertanyaan yang umum, tanpa ditentukan pilihan

    jawabannya. Pertanyaan dalam panduan ini bisa berkembang atau bertambah,

    serta berkurang sesuai dengan kondisi informan dan lapangan. Tujuan

    wawancara ini yaitu untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka,

    dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat dan ide-idenya, dalam

    melakukan wawancara peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat

    apa yang ditemukan oleh informan (Sugiyono, 2011).

  • 30

    Wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara

    mendalam yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

    cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan

    atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman

    wawancara, dimana pewawancara dan infroman terlibat dalam kehidupan sosial

    yang relatif lama (Rahmat, 2009).

    Langkah-langkah wawancara menurut Lincoln dan Guba dalam Sugiyono,

    2011 :

    1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan

    2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan

    pembicaraan

    3. Mengawali atau membuka alur wawancara

    4. Melangsungkan alur wawancara

    5. Mengonfirmasikan ikhtiar hasil wawancara dan mengakhirinya

    6. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan

    7. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh

    2.5. Observasi

    Observasi bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah, sehingga

    diperoleh pemahaman atau sebagai alat rechecking atau pembuktian terhadap

    informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya (Saifunurmazah, 2012).

    Jenis observasi yang digunakan adalah observasi partisipan, dimana kehadiran

    observer diketahui oleh narasumber. Metode observasi digunakan untuk melihat

    bagaimana perilaku informan dalam menjalankan perannya dan mendapatkan

    asuhan gizi dari ahli gizi.

  • 31

    Alat observasi yang akan digunakan adalah pedoman observasi dan catatan

    berkala, dimana peneliti mengadakan observasi cara-cara orang bertindak dalam

    jangka waktu tertentu, kemudian menuliskan kesan-kesan umumnya, setelah itu

    menghentikan penyelidikan dan mengadakan penyidikan lagi dengan cara yang

    sama seperti sebelumnya (Saifunurmazah, 2012). Hal yang perlu diperhatikan

    dalam proses observasi ini yaitu, bagaimana aktivitas ahli gizi menjalankan

    perannya untuk meningkatkan dan mengatasi masalah kepatuhan diet pasien

    dan bagaimana ekspresi dan respon yang diberikan baik oleh ahli gizi maupun

    pasien DM.

  • 32

    Faktor

    Penguat

    Kepatuhan

    Diet:

    - Teman

    - Keluarga

    - Petugas

    Kesehatan:

    1. Ahli Gizi

    2. Perawat

    3. Dokter

    BAB III

    KERANGKA KONSEP PENELITIAN

    3.1 Kerangka Konsep

    Perkeni, 2011;Kemenkes, 2007;Kemenkes, 2013;Al Tera, 2011;Wijayanti, 2012

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep

    4. Terapi Obat

    Faktor

    Pemungkin

    Kepatuhan Diet

    - Letak

    Puskesmas

    - Fasilitas yang

    diberikan

    puskesmas

    - Penyebaran

    informasi

    Peranan Ahli Gizi:

    1. Pelaku pelayanan gizi

    klinik

    2. Pengelola pelayanan

    gizi di masyarakat

    3. Pendidik/penyuluh/pela

    tih/konsultan gizi

    4. Berpartisipasi bersama

    tim kesehatan dan tim

    lintas sektoral

    5. Pelaku praktek kegizian

    yang bekerja secara

    profesional dan etis

    Pilar

    Pengendalian

    DM:

    1. Edukasi

    2. Pengaturan

    Makan

    3. Olahraga

    Kepatuhan

    Diet

    Pasien:

    1. Jumlah

    energi

    2.Jenis

    makanan

    3.Jadwal

    makan

    PAGT

    1. Assessment

    2. Diagnosis

    3. Intervensi

    4. Monitoring

    evaluasi

    Faktor Predisposisi

    Kepatuhan Diet Pasien

    1.Pengetahuan pasien:

    pengertian DM, gejala

    DM, penyebab DM,

    pengelolaan DM,

    perencanaan makan

    2. Kepercayaan:

    efektivitas pengaturan

    makan, keseriusan

    penyakit DM dan

    kerentanan terkena

    komplikasi, keuntungan

    dan hambatan

    pengaturan makan

    3. Motivasi

  • 33

    Keterangan :

    = tidak diteliti

    = diteliti

    = alur yang tidak ditelliti

    = alur yang diteliti

    Faktor pemungkin kepatuhan diet terdiri dari letak puskesmas, fasilitas

    yang disediakan oleh puskesmas, dan penyebaran informasi dapat

    mempengaruhi faktor penguat kepatuhan diet yaitu teman, keluarga, dan tenaga

    kesehatan. Sebaliknya, teman, keluarga, dan tenaga kesehatan juga bisa

    mempengaruhi faktor pemungkin kepatuhan diet yaitu fasilitas yang diberikan

    dan penyebaran informasi. Faktor pemungkin dan faktor penguat kepatuhan diet

    bisa mempengaruhi dan membentuk peran ahli gizi yang terdiri dari pelaku

    pelayanan gizi klinik, pengelola pelayanan gizi di masyarakat,

    pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi, berpartisipasi bersama tim kesehatan

    dan tim lintas sektoral, serta pelaku praktek kegizian yang bekerja secara

    profesional dan etis. Peran ahli gizi itu sendiri juga bisa mempengaruhi faktor

    penguat yaitu teman, keluarga, dan tenaga kesehatan lain seperti dokter dan

    perawat. Selama melaksanakan perannya, ahli gizi melakukan proses asuhan

    gizi terstandar (PAGT) yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu assessment,

    diagnosis, intervensi, monitoring, dan evaluasi. Selain itu, saat melaksanakan

    perannya dan PAGT, ahli gizi juga memberi pasien tiga pilar pengendalian DM

    yaitu edukasi, pengaturan makan, dan olahraga. Tidak hanya oleh ahli gizi, tiga

    pilar pengendalian DM ini juga diberikan ke pasien oleh perawat dan dokter.

    Dokter dan perawat juga memberikan terapi obat untuk pasien DM, dokter yang

  • 34

    meresepkan terapi obatnya dan perawat membantu pelaksanaan terapi obat

    tersebut. Pilar pengendalian DM edukasi, pengaturan makan, olahraga, dan

    PAGT mempengaruhi faktor predisposisi kepatuhan diet yang terdiri dari

    pengetahuan pasien, mengenai pengertian DM, gejala DM, penyebab DM,

    pengelolaan DM, dan perencanaan makan, kepercayaan pasien mengenai

    efektivitas pengaturan makan, keseriusan penyakit DM, dan kerentanan terkena

    komplikasi, keuntungan dan hambatan pengaturan makan, serta motivasi pasien.

    Faktor predisposisi akan mempengaruhi kepatuhan diet pasien yang meliputi

    jumlah, jenis, dan jadwal makan.

  • 35

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

    Jenis penelitian ini yaitu kualitatif. Peneliti memilih untuk menggunakan

    metode kualitatif deskriptif karena permasalahan belum cukup jelas, holistik,

    kompleks, dinamis, dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi

    sosial tersebut dijaring dengan metode kuantitatif (Sugiyono, 2011). Pendekatan

    yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah studi kasus deskriptif.

    Penelitian studi kasus sendiri merupakan suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang

    dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program,

    peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang,

    lembaga, atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang

    peristiwa tersebut (Rahardjo, 2017). Oleh karena itu, metode ini cocok digunakan

    dalam penelitian ini karena peneliti ingin memahami peran ahli gizi secara

    mendalam, menemukan pola, hipotesis, dan teori mengenai peran ahli gizi itu

    sendiri terhadap kepatuhan diet penderita DM. Selama ini, penelitian kuantitatif

    hanya bisa menunjukkan ada tidaknya hubungan antara peran yang telah

    diberikan kepada penderita DM untuk meningkatkan kepatuhan dietnya. Namun,

    belum bisa menjelaskan secara deskriptif dan menyeluruh mengenai bagaimana

    peran ahli gizi yang berhungan dengan kepatuhan diet. Oleh karena itu, peneliti

    memutuskan untuk menggunakan metode kualitatif dalam penelitian ini. Karena

    peneliti ingin memahami peran ahli gizi secara mendalam, menemukan pola,

    hipotesis, dan teori mengenai peran ahli gizi itu sendiri terhadap kepatuhan diet

    penderita DM. Dengan bentuk rumusan masalah deskriptif yaitu, rumusan

  • 36

    masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret

    situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam

    (Sugiyono, 2011).

    4.2 Informan Penelitian

    Informan dalam penelitian kualitatif dinamakan sebagai informan, karena

    tujuannya adalah untuk menghasilkan teori (Sugiyono, 2011). Informan penelitian

    ini adalah pasien DM yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang ada

    di Puskesmas Kendalkerep dan Puskesmas Janti Kota Malang.

    Kriteria Inklusi :

    1.Pasien DM yang berobat atau memeriksakan dirinya di Puskesmas

    Kendalkerep atau Puskesmas Janti

    2.Pasien rawat jalan yang sudah pernah mendapatkan edukasi gizi

    minimal 1 kali

    3.Pasien mampu berkomunikasi secara baik dengan peneliti

    4. Pasien bersedia menjadi informan dengan mengisi informed consent

    5. Pasien berusia 18-60 tahun

    Kriteria Eksklusi :

    1. Pasien dengan komplikasi penyakit jantung

    2. Pasien dengan komplikasi nefropati

    3. Pasien dengan infeksi, seperti infeksi saluran kemih, saluran nafas,

    kulit, rongga mulut, dan telinga

    4. Pasien dengan disfungsi ereksi

  • 37

    5. Pasien dengan kehamilan

    6. Pasien dalam pengelolaan perioperatif

    Kriteria drop out :

    1. Pasien meninggal saat penelitian berlangsung

    Selain itu agar bisa memperoleh informasi mengenai peran ahli gizi secara

    lengkap, peneliti juga akan meminta data dari ahli gizi yang sering menangani

    pasien DM rawat jalan dari masing-masing puskesmas, dokter yang paling sering

    merujuk pasien ke ahli gizi, serta dokter yang menjadi kepala puskesmas.

    4.2.1. Prosedur Pemilihan Informan

    Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara puposive yaitu

    dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Informan sebagai sampel

    sumber data pada tahap awal memasuki lapangan dipilih yang memiliki power

    dan otoritas pada situasi sosial atau objek yang diteliti sehingga mampu

    membukakan pintu kemana saja peneliti akan melakukan pengumpulan data

    (Sugiyono, 2011).

    Selain itu, peneliti memilih orang tertentu tersebut yang dapat

    dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan. Peneliti akan memilih

    ahli gizi yang bekerja di Puskesmas Kendalkerep dan Puskesmas Janti, yang

    bertugas untuk menangani pasien rawat jalan. Selanjutnya, berdasarkan data

    atau informasi yang diperoleh dari ahli gizi, peneliti akan memilih informan dari

    pasien DM dengan mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah

    disebutkan pada sub bab informan penelitian. Peneliti juga meminta rujukan dari

    ahli gizi terkait dokter yang bisa diwawancarai.

  • 38

    4.2.2. Jumlah Informan

    Penentuan jumlah informan dianggap telah memadahi apabila telah

    sampai pada taraf data yang jenuh, artinya bahwa dengan menggunakan

    informan selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi

    baru yang berarti, saat inilah penambahan sampel dihentikan (Sugiyono, 2011).

    Jumlah informan dari ke dua puskesmas yaitu 11 orang yang terdiri dari 6 pasien

    DM, 2 ahli gizi, 2 dokter, dan 1 kepala puskesmas. Pada jumlah tersebut sudah

    memenuhi jenis informan dan data yang dibutuhkan.

    4.3 Variabel Penelitian

    1. Kepatuhan diet penderita DM yang meliputi jumlah, jenis makanan, dan

    jadwal makan

    2. Peran ahli gizi yang meliputi: gambaran terlaksananya peran ahli gizi

    terhadap penderita DM, pengaruh peran ahli gizi yang telah terlaksana

    terhadap kepatuhan penderita DM, pandangan dan harapan penderita

    DM mengenai peran ahli gizi terhadap kepatuhan dietnya, menganalisis

    peran ahli gizi yang dapat menghambat dan meningkatkan kepatuhan diet

    penderita DM, serta harapan tenaga kesehatan lain dan kepala

    puskesmas mengenai peran ahli gizi terhadap kepatuhan diet pada

    penderita DM.

    4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Lokasi penelitian ini yaitu di Puskesmas Kendal Kerep dan Puskesmas

    Janti Kota Malang. Waktu penelitiannya yaitu mulai dari bulan Februari 2016

    sampai Juli tahun 2017.

  • 39

    4.5 Instrumen Penelitian

    Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat utama adalah

    peneliti sendiri (Sugiyono, 2011). Peneliti dilengkapi dengan alat yang diperlukan

    dan membantu proses pengumpulan data diantaranya yaitu,

    1. Pedoman wawancara dan observasi

    2. Kuisioner kepatuhan diet

    3. Cek daftar asuhan gizi

    4. Kamera

    5. Alat perekam.

    4.6 Definisi Operasional

    Tabel 4. 1 Definisi Operasional

    Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Subyek

    Kepatuhan diet Jumlah makanan

    - Kesesuaian konsumsi

    pasien dengan

    rekomendasi dari ahli

    gizi pada pertemuan

    sebelumnya. Mulai

    dari konsumsi jumlah

    energi, karbohidrat,

    protein, dan lemak.

    data ahli gizi

    (dokumen)

    dan

    wawancara

    dengan

    bantuan

    kuisioner

    kepatuhan

    diet

    Pasien dan

    ahli gizi

    Jenis makanan

    - Kesesuaian jenis

    makanan yang

    dikonsumsi dengan

    ketentuan ahli gzi

    yang telah

    disampaikan pada

    Dilihat dari

    data ahli gizi

    (dokumen)

    dan

    wawancara

    dengan

    bantuan

    Pasien dan

    ahli gizi

  • 40

    pertemuan

    sebelumnya

    kuisioner

    kepatuhan

    diet

    Jadwal makan

    - Kesesuaian jadwal

    makan pasien selama

    tiga hari dengan

    rekomedasi atau

    perjanjian yang telah

    dibuat oleh ahli gizi

    dan pasien saat

    pertemuan

    sebelumnya

    Dilihat dari

    data ahli gizi

    (dokumen)

    dan

    wawancara

    dengan

    bantuan

    kuisioner

    kepatuhan

    diet

    Pasien dan

    ahli gizi

    Peran Ahli Gizi Peran ahli gzi yang sudah

    terlaksana

    - Pelaksanaan proses

    PAGT

    - Proses penyuluhan/

    konseling/ edukasi

    pada pasien saat

    berkunjung ke poli

    gizi

    Observasi

    dan

    wawancara

    Pasien, ahli

    gizi, tenaga

    kesehatan

    lain (dokter),

    kepala

    puskesmas

    Pandangan dan harapan

    penderita DM mengenai

    peran ahli gizi terhadap

    kepatuhan dietnya

    - Pandangan pasien

    mengenai peran ahli

    gizi terhadap

    kepatuhan dietnya

    - Harapan pasien

    mengenai peran ahli

    Wawancara Pasien

  • 41

    gizi untuk kepatuhan

    dietnya

    Peran ahli gizi yang dapat

    menghambat dan

    meningkatkan kepatuhan

    diet pasien DM

    - Peran ahli gizi yang

    menghambat pasien

    dalam melakukan

    kepatuhan dietnya

    - Peran ahli gizi yang

    membuat kepatuhan

    diet pasien meningkat

    Wawancara Pasien,

    tenaga

    kesehatan

    lain (dokter),

    kepala

    puskesmas

    Harapan tenaga kesehatan

    lain mengenai peran ahli gizi

    terhadap kepatuhan diet

    pasien DM

    - Harapan peran yang

    dilakukan ahli gizi

    terhadap kepatuhan

    diet pasien DM

    Wawancara Tenaga

    kesehatan

    lain (dokter),

    kepala

    puskesmas

    4.7 Prosedur Penelitian dan Pengumpulan Data

    4.7.1. Prosedur Penelitian

    Gambar 4.1 Prosedur Penelitian

    Pembuatan proposal BAB 1-4 Ujian proposal Ujian kode etik

    Pengambilan data Pengolahan dan analisa data Seminar hasil

  • 42

    4.7.2. Pengumpulan Data

    4.7.2.1. Persiapan

    Awalnya, peneliti melakukan perizinan, peneliti meminta izin dan

    persetujuan kepada Bakesbangpol, Dinas Kesehatan dan Puskesmas Malang.

    Kemudian meminta izin kepada komisi etik penelitian di Universitas Brawijaya,

    Malang. Setelah etik keluar, baru dilakukan pengumpulan data.

    4.7.2.2. Pelaksanaan Penelitian

    Proses pengumpulan data awal yaitu peneliti menemui kepala puskesmas

    untuk meminta rujukan ahli gizi yang menangani pasien rawat jalan, terutama ahli

    gizi yang sering menangani pasien DM. Kemudian, peneliti melakukan

    wawancara kepada ahli gizi tersebut. Selain itu, peneliti juga melakukan

    observasi dan dokumentasi proses asuhan gizi yang diberikan ahli gizi kepada

    pasien DM. Rekaman wawancara harus segera ditranskrip maksimal 24 jam

    setelah proses wawancara. Apabila ada yang kurang jelas, peneliti akan

    melakukan wawancara lagi. Observasi dan dokumentasi proses asuhan gizi yang

    diberikan oleh ahli gizi dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang berbeda.

    Kemudian, peneliti meminta data beberapa pasien DM dengan

    pertimbangan yang telah dijelaskan pada kriteria inklusi informan untuk memilih

    pasien yang paling tepat dijadikan informan. Kemudian peneliti menguhungi

    beberapa pasien DM tersebut. Setelah pasien bersedia dan menandatangani

    surat persetujuan, peneliti baru melakukan wawancara mendalam. Selain itu,

    peneliti juga melakukan observasi dan dokumentasi saat informan tersebut

    sedang mendapatkan asuhan gizi dari ahli gizi. Wawancara bisa dilakukan

    berulang sekali sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan saat di lapangan

  • 43

    nanti. Sebagai data tambahan, peneliti meminta data dokter yang paling sering

    merujuk pasien untuk datang ke poli gizi. Kemudian melakukan wawancara

    mendalam kepada dokter tersebut mengenai peran ahli gizi terhadap kepatuhan

    diet penderita DM. Wawancara dengan semua informan diusahakan dilakukan

    dalam situasi yang senatural mungkin.

    Berikut ini adalah tahapan penelitian sesuai dengan tujuan khusus yang

    akan dicapai dalam penelitian ini.

    a. Mengetahui gambaran terlaksananya peran ahli gizi terhadap penderita

    DM tipe 2.

    1. Melakukan wawancara dengan ahli gizi mengenai proses asuhan gizi

    yang selama ini telah dilaksanakan. Wawancara dilakukan dengan

    bantuan pedoman wawancara untuk ahli gizi dan check ilst

    pelaksanaan proses asuhan gizi

    Tabel 4. 2 Check List Asuhan Gizi

    Tahapan Hasil Observasi Interpretasi

    Pasien datang membawa

    surat rujukan

    Ahli gizi melakukan

    pencatatan data pasien

    dalam buku registrasi

    Melakukan asesmen gizi

    dimulai dengan

    pengukuran antropometri

    pada pasien yang belum

    ada data TB, BB

    Pengkajian gizi riwayat

    makan

    Pegkajian riwayat

  • 44

    personal

    Membaca hasil lab dan

    pemeriksaan fisik

    Menetapkan diagnosa

    gizi

    Intervensi gizi

    Edukasi dan konseling

    1. mengisi leaflet

    flyer/brosur diet sesuai

    penyakit dan kebutuhan

    gizi pasien

    2. menjelaskan tujuan

    diet, jadwal, jenis, jumlah

    bahan makanan sehari

    menggunakan alat

    peraga food model

    3. menjelaskan tentang

    makanan yang dianjurkan

    dan tidak dianjurkan

    4. cara pemasakan dan

    lain-lain yang disesuaikan

    dengan pola makan dan

    keinginan serta

    kemampuan pasien.

    5. Menanyakan

    kesanggupan pasien

    untuk menjalankan diet

    6. berdiskusi dengan

    pasien tentang diet dan

    kepatuhan diet

    Melakukan review materi

    Menganjurkan pasien

    melakukan kunjungan

  • 45

    ulang

    Pencatatan hasil

    konseling gizi dengan

    format ADIME (Asesmen,

    Diagnosis, Intervensi,

    Monitoring & Evaluasi)

    dimasukkan ke dalam

    rekam medik pasien

    (Permenkes, 2013)

    2. Melakukan observasi langsung bagaimana proses asuhan gizi

    dilaksanakan. Observasi ini dilakukan sebanyak tiga kalli dengan

    waktu dan hari yang berbeda-beda. Observasi dilakukan saat hari

    Senin pukul 08.00, Rabu pukul 13.00, Sabtu pukul 10.30. Observasi

    dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi dan check ilst

    asuhan gizi

    Tabel 4. 3 Pedoman Observasi

    No Pedoman Observasi Hasil Interpretasi

    1. Keterampilan komunikasi Ahli

    Gizi

    a.Keterampilan mendengar

    dan mempelajari

    -komunikasi non verbal

    -mengajukan pertanyaan

    terbuka

    -menggunakan respon dan

    gerakan tubuh yang

    menunjukkan perhatian

    -mengatakan kembali apa

    yang dikatakan klien

  • 46

    -berempati menunjukkan

    konselor paham perasaan

    klien

    -menghindari kata-kata yang

    menghakimi

    b. keterampilan membangun

    percaya diri dan memberi

    dukungan

    - terima apa yang dipikirkan

    dan dirasakan oleh klien

    -mengenali serta memuji apa

    yang dikerjakan dengan

    benar

    -Memberik