94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN TERKAIT PRINSIP KERAHASIAAN DAN KERINGANAN HUKUMAN BAGI WHISTLE BLOWER MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN US MARSHAL SERVICE WITNESS SECURITY PROGRAM USA Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: ENDRI WIDAKDO NIM. E 1107022 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

  • Upload
    lethuy

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

TERKAIT PRINSIP KERAHASIAAN DAN KERINGANAN HUKUMAN BAGI

WHISTLE BLOWER MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN

2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

DENGAN US MARSHAL SERVICE WITNESS

SECURITY PROGRAM USA

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

ENDRI WIDAKDO

NIM. E 1107022

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

Page 2: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN PENGUJI Penulisan Hukum (Skripsi)

STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

TERKAIT PRINSIP KERAHASIAAN DAN KERINGANAN HUKUMAN BAGI

WHISTLE BLOWER MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN

2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

DENGAN US MARSHAL SERVICE WITNESS

SECURITY PROGRAM USA

Oleh Endri Widakdo NIM. E1107022

Telah diterima dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada:

Hari : Selasa Tanggal : 31 Januari 2012

DEWAN PENGUJI

1. Edy Herdyanto, S.H., M.H. ( ....................................)

2. Bambang Santoso, S.H.,M.Hum. ( ....................................)

3. Muhammad Rustamaji, S.H., M.H. ( ....................................)

Page 4: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Endri Widakdo, E 1107022. 2012. STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN TERKAIT PRINSIP KERAHASIAAN DAN KERINGANAN HUKUMAN BAGI WHISTLE BLOWER MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN US MARSHAL SERVICE WITNESS SECURITY PROGRAM USA. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai persamaan dan perbedaan, kelebihan dan kelemahan terhadap perlindungan saksi dan korban terkait prinsip kerahasiaan dan keringanan hukuman bagi whistle blower menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban dengan US Marshal Service Witness Security Program USA.

Penelitian ini merupakan penelitian normatif besifat preskriptif, menemukan hukum in concreto ada tidaknya persamaan dan perbedaan serta kelebihan dan kelemahan perlindungan saksi dan korban terkait prinsip kerahasiaan dan keringanan hukuman bagi whistle blower menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban dengan US Marshal Service Witness Security Program USA. Sumber bahan hukum yang digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan cyber media. Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan yaitu studi kepustakaan. Analisis bahan hukum yang dilaksanakan menggunakan teknik analisis bahan hukum kualitatif dengan mengumpulkan bahan hukum, mengkualifikasikan kemudian memperbandingkan serta menghubungkan dengan teori yang berhubungan dengan masalah dan menarik kesimpulan untuk menentukan hasil.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan, persamaannya, tujuan memerangi extraordinary crime, prosedur pemberian perlindungan dan penghentian perlindungan terhadap whistleblower, pembiayaan menjadi tanggung jawab negara. Perbedaan kesatu definisi mengenai whistleblower. Kedua, di Indonesia, perlindungan di bawah satu lembaga negara di Amerika Serikat berada pada tiga lembaga negara. Ketiga, prinsip keringanan hukuman di Indonesia hanya sepanjang pemberian keringanan hukuman, sedangkan di Amerika Serikat meliputi sebelum, selama dan sesudah pemberian kesaksian. Kelebihannya, Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 sebagai langkah awal untuk memerangi kejahatan yang terorganisir. Kelemahan, tidak terdapat penjelasan tentang whistleblower yang berkedudukan sebagai pelaku yang bekerjasama secara jelas sehingga penegakan hukum belum dapat dilaksanakan secara pasti dan nyata. Kelebihan US Marshal Service Witness Security Program USA proses pembentukan perlindungan lebih menyeluruh. Kelemahan, tidak disertainya ketentuan pidana yang jelas mengenai intimidasi dan kejelasan tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,.

Kata kunci : Perbandingan hukum, whistleblower, Prinsip Kerahasiaan dan Keringanan Hukuman

Page 5: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

Endri Widakdo, E 1107022 2010. A COMPARATIVE STUDY IN LEGAL PROTECTION OF WITNESS AND VICTIMS RELATED TO SECRECY AND COMMUTATION PRINCIPLE OF LAW FOR WHISTLE BLOWER ACCORDING TO PROTECTION WITNESS AND VICTIMS ACT NUMBER 13 2006 AGAINST US MARSHAL WITNESS SECURITY PROGRAM USA. The aims of this research is to find the similarities and differences, the positive and negative side between Legal Protection of Witness and Victims related to Secrecy and Commutation Principle of Law for Whistle Blower According to Act Number 13 2006 about Protection Witness and Victims against US MARSHAL WITNESS SECURITY PROGRAM USA. This research is a prescriptive normative research, finding in concreto law. It is have a tendency to find a similarities or differences, positive or negative side about Protection of Witness and Victims related to Secrecy and Commutation Principle of Law for Whistle Blower According to Protection Witness and Victims Act Number 13 2006 against US MARSHAL WITNESS SECURITY PROGRAM USA. Sources of legal materials are primary legal materials, secondary legal materials and cyber media. The technique that are used to collecting the legal materials is literary study. This study using qualitative legal materials technique. Firstly, collecting and qualifying the legal materials, then comparing and relating with the theoretical problems, finally finding the conclusion to define the result. According to the result of the research and discussion, there is a conclusion. The similarities are to fight against extraordinary crime, procedure of giving and terminating protection against whistle blower and financing is the responsibility of the state. The differences are: the definition of whistle blower, in Indonesia, the protection under one state gazette, in America the protection under three state gazettes, principle of commutation of Law in Indonesia just over granting a commutation whereas America covers before, during and after giving a testimony. The positive side is the act no. 13 in 2006 as a first step to fight against organized crime. The negative side is there is no clear explanation about whistle blower which serves as suspect who is clearly working together so that law enforcement cannot be implemented with certainty and tangible. The positive side of US MARSHAL WITNESS SECURITY PROGRAM USA is the process of the protection more comprehensive than in Indonesia. Weaknesses of US MARSHAL WITNESS SECURITY PROGRAM USA, there are no clear provisions regarding criminal intimidation and clarity of actions from the law enforcement. Keyword: Comparative Law study, whistle blower, secrecy and commutation principle of Law.

Page 6: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

Tetap semangat,Jangan pernah menyerah sebelum mencoba dan berusaha.

Page 7: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Penulisan hukum ini penulis persembahkan

kepada:

v ALLAH S.W.T

v Bapak dan Ibu , kakak-kakakku , adik-

adikku , serta kakek dan nenek yang selalu

ada disekelilingku yang menjadi

penyemangat untuk segala kebaikan dan

meraih kesuksesan.

v Semua teman-temanku.

Page 8: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis persembahkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat

dan hidayah-Nya yang telah menyertai Penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan penulisan hukum (skripsi) yang berjudul “ STUDI

PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

TERKAIT PRINSIP KERAHASIAAN DAN KERINGANAN HUKUMAN

BAGI WHISTLE BLOWER MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13

TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

DENGAN US MARSHAL SERVICE WITNESS SECURITY PROGRAM

USA“.

Penulisan Hukum ini merupakan rangkaian persyaratan dan tugas yang harus

dipenuhi guna mencapai gelar Sarjana Strata-1 pada Ilmu hukum khususnya

hukum Acara Pidana Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dengan terselesaikannya Penulisan Hukum ini, Penulis mengucapkan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu

kelancaran dalam penyelesaian Penulisan Hukum ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasihyang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr.Hartiwiningsih, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta .

2. Bapak Edy Herdyanto, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Acara.

3. Bapak Bambang Santosa, S.H., M.Hum. selaku pembimbing Skripsi yang

telah memberikan bimbingan, memberi masukan, arahan dan pengetahuan

sehingga mempermudah penulis untuk menyelesaikan penulisan Hukum

ini serta memberi semangat penulis.

4. Bapak Muhammad Rustamaji, S.H.,M.H. selaku pembimbing Skripsi yang

sangat membantu penulisan hukum ini.

5. Bapak Kristiyadi, SH.M.Hum, selaku Dosen Hukum Acara Pidana yang

telah berbagi ilmu.

Page 9: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

6. Ibu Diana Tantri, S.H, M. Hum. selaku Pembimbing Akademik yang telah

membimbing, memberi saran dan arahan selama penulis kuliah di Fakultas

Hukum UNS.

7. Bapak Harjono Pusponegoro, SH.,M.H. Ketua Program Non Regular.

8. Pengelola Penulisan Hukum (PPH), khususnya Mas Wawan yang telah

membantu dalam mengurus prosedur-prosedur skripsi mulai dari

pengajuan judul, pelaksanaan seminar proposal sampai pendaftaran ujian

skripsi.

9. Keluarga Baru JrR, semoga kalian bisa jadi team yang solid dan

membanggakan, amin.

10. Anak-anak Non Regular Hukum 2007,

11. Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu yang telah

membantu baik moril maupun material dalam Penulisan Hukum ini.

Page 10: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................. v

HALAMAN MOTTO...................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 7

E. Metode Penelitian .................................................................... 8

F. Sistematika Penulisan Hukum ................................................. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 16

A. Kerangka Teori ......................................................................... 16

1. Tinjauan Umum Tentang Perbandingan Hukum ................ 15

2. Tinjauan Umum Tentang Karakteristik Sistem Common Law

dan Civil Law....................................................................... 19

3. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Saksi dan Korban. 26

a. Pengertian Perlindungan ............................................... 26

b. Pengertian Saksi ........................................................... 26

c. Pengertian Korban ........................................................ 28

4. Tinjauan Umum Tentang Whistleblower ............................ 29

a. Pengertian Whistleblower .............................................. 29

b. Sejarah Whistleblower .................................................. 30

B. Kerangka Pemikiran ................................................................ 32

Page 11: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 35

A. Hasil penelitian mencermati ketentuan perbandingan terhadap

kedua sistem hukum regulasi prinsip kerahasiaan dan

keringanan hukuman bagi whistle blower menurut Undang-

Undang No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan

Korban dengan US Marshal Service Witness Security

Program USA ...........................................................................

1. Pengaturan Program Perlindungan Saksi dan Korban

dalam UU No.13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi

dan Korban ......................................................................... 35

a. Latar Belakang Undang-Undang 13 tahun 2006 ........... 35

b. Perlindungan Hukum Terhadap whistleblower............... 37

c. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban ..................... 44

d. Pengaturan Pemberian Perlindungan dan Bantuan

LPSK .............................................................................. 47

e. Ketentuan Pidana .......................................................... 52

f. Ketentuan Peralihan ........................................................ 52

2. Pengaturan Perlindungan Saksi dan Korban dalam

Regulasi Prinsip Kerahasiaan dan Keringanan Hukuman

dalam US Marshal Service Witness Security Program

USA ..................................................................................... 52

a. Latar Belakang US Marshal Service Witness Security

Program USA ............................................................... 52

b. US Marshal Service ...................................................... 55

c. Perlindungan Bagi Saksi dan Korban ........................... 56

d. Syarat dan Tata Cara Pemberian Perlindungan dan

Bantuan.......................................................................... 64

3. Pembahasan Mencermati Hasil Penelitian Prinsip

Kerahasiaan dan Keringanan Hukuman Bagi Whistle

Blower menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2006

Page 12: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

tentang Perlindungan Saksi dan Korban dengan US

Marshal Service Witness Security Program USA ............... 70

a. Persamaan dan Perbedaan ............................................ 70

b. Kelebihan dan Kelemahan ............................................ 76

BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 81

A. Simpulan..................................................................................... 81

B. Saran .......................................................................................... 82

Page 13: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan pada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Pasal 1 dan Pasal 184 disebutkan bahwa seorang saksi yang melihat, mendengar

dan mengalami sendiri merupakan salah satu alat bukti yang sah untuk

menentukan suatu perbuatan tindak pidana. Oleh karena itu saksi memiliki

peranan yang menentukan bagi hakim dalam menemukan keyakinan dan

membuat terang benderang suatu peristiwa tindak pidana. Hal tersebut diperkuat

dengan ketentuan Pasal 185 ayat (1) KUHAP yang menyatakan keterangan saksi

yang sah adalah keterangan yang dinyatakan di Pengadilan. Bagi saksi yang

meringankan terdakwa (a de charge) kehadirannya di dalam sidang bukan

merupakan suatu hal yang berat. Lain halnya jika yang harus hadir dan

memberikan kesaksian adalah saksi yang memberatkan kedudukan terdakwa (de

charge), tidak terelakkan beban psikologi saksi juga harus menjadi pertimbangan

aparat penegak hukum dalam menjalankan tugasnya untuk memberikan

perlindungan hukum terhadap saksi. Sesungguhnya apabila kita cermati dalam

kenyataannya, kondisi saksi tidak jauh berbeda dengan tersangka/terdakwa,

mereka sama-sama memerlukan perlindungan,karena:

1. Bagi saksi (apalagi yang awam hukum), memberikan keterangan bukanlah

suatu hal yang mudah.

2. Bila keterangan yang diberikan ternyata tidak benar, ada ancaman pidana

baginya karena dianggap bersumpah palsu.

3. Keterangan yang diberikannya akan memungkinkan dirinya mendapat

ancaman, teror, intimidasi dari pihak yang dirugikan.

4. Memberikan keterangan membuang waktu dan biaya

5. Aparat penegak hukum tidak jarang memperlakukan saksi seperti seorang

Tersangka dan atau terdakwa (Fatimah, 6: 2010).

Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang Perlindungan Saksi dan

Korban Nomor 13 Tahun 2006 yang di dalamnya juga dimuat mengenai

perlindungan terhadap saksi atau korban yang menjadi saksi dalam kejahatan yang

Page 14: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dilakukan. Diharapkan dengan adanya prinsip kerahasiaan dan keringanan

hukuman dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006, saksi pelapor maupun

korban bersedia memberikan bantuan kepada negara dalam bentuk informasi yang

berguna bagi pemberantasan tindak pidana korupsi. Sehingga pemberlakuan UU

No. 13 tahun 2006 bersifat lex specialis derogate lex generalis terhadap UU No. 8

Tahun 1981, khususnya mengenai perlindungan terhadap saksi dan korban

diharapkan dapat menjadi payung hukum bagi saksi dan korban yang merasa

kesaksian yang akan diberikannya akan mengancam kehidupan maupun

privasinya. Diperlukan adanya suatu keberanian dari seorang untuk memulai

membuka “kotak pandora” kejahatan bersama yang merugikan negara.

Dalam beberapa peristiwa sering terdengar adanya istilah whistleblower atau peniup peluit terjadinya suatu penyimpangan atau tindak pidana. Istilah whistleblower dalam bahasa Inggris diartikan sebagai “peniup peluit”, disebut demikian karena sebagaimana halnya wasit dalam pertandingan sepak bola atau olahraga lainnya yang meniupkan peluit sebagai pengungkapan fakta terjadinya pelanggaran (Anwar Usman, 1: 2010).

Dalam tulisan ini, istilah whistleblower diartikan sebagai orang yang

mengungkap fakta kepada publik mengenai sebuah skandal, bahaya, malpraktik,

korupsi atau suatu perbuatan yang dianggap sebagai tindak pidana. Whistleblower

dapat dikatakan sebagai seorang saksi yang mengetahui adanya suatu perbuatan

yang dilarang Undang-Undang (Anwar Usman, 6: 2010). Oleh karena itu

keberadaannya sangat penting dalam memberikan informasi kepada penyidik

untuk membongkar adanya suatu perbuatan yang patut diduga sebagai suatu

tindak pidana. Namun fakta hukum di Indonesia menunjukan bahwa peranan dan

kedudukan wistleblower belum mendapat perlindungan hukum yang memadai.

Tidak ada penghargaan maupun manfaat bagi seseorang yang bersedia menjadi

whistleblower terkecuali jika ada seorang yang sudah menjadi tersangka dan atau

terdakwa. Dalam keadaan yang demikian si tersangka dan atau terdakwa tersebut

akan dengan suka rela menjadi whistleblower bagi orang-orang yang ikut

melakukan tindak pidana bersamanya. Di Indonesia beberapa peristiwa dan fakta

menunjukan adanya peranan penting whistleblower dalam mengungkap

Page 15: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

keterlibatan orang-orang yang diduga melakukan tindak pidana. Berikut beberapa

data yang dapat dijadikan rujukan akan peran penting whistleblower.

1. Gayus Tambunan PNS golongan IIa dengan gaji Rp 1.655.800 dengan

kekayaan yang dimilikinya melebihi batas kewajaran pegawai PNS

golongan IIa. Gayus terlibat dalam makelar kasus penggelapan pajak

yang merugikan keuangan negara dalam jumlah milyaran beberapa

perusahaan besar negara. Di dalam persidangan Gayus telah

menyebutkan beberapa nama perusahaan besar yang terlibat, namun

sampai sekarang hanya Gayus yang sudah mendapatkan putusan vonis

pidana hakim (Yanz Blog wordpress.com).

2. Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian negara Republik

Indonesia Komisaris Jenderal Susno Duadji yang menyampaikan dugaan

mafia hukum dalam penanganan pidana penggelapan di PT Salmah

Arwana Lestari. Modusnya adalah mengubah kasus yang sebenarnya

perdata menjadi pidana. Ia menyebut soal Mr X (akhirnya diketahui

sebagai Sjahril Djohan mantan diplomat Indonesia) dan seorang

purnawirawan jenderal polisi berbintang tiga yang diduga terlibat. Pada

akhirnya sampai sekarang hanya Susno Duadji yang dijerat hukum

dengan hukuman 3 tahun 6 bulan (Blog Koran Anak Indonesia).

3. Kasus dugaan pemalsuan surat Mahkamah Konstitusi (MK) yang

dilaporkan oleh Zainal Arifin Hoesein, salah seorang panitera MK.

Zainal melaporkan dugaan kasus pemalsuan surat MK pada 10 Februari

2010, kemudian pada 7 Juli 2011 Zainal juga melaporkan pemalsuan

tandatangannya ke Bareskrim Polri. Namun pada akhirnya oleh Polri

Zainal-lah yang ditetapkan sebagai tersangka oleh Polri (Kompas, Rabu

24 Agustus 2011).

4. Mantan bendahara partai demokrat Muhammad Nazarudin yang

disangka telah melakukan korupsi atas dana wisma atlet. Dalam

kesaksiannya menyebutkan keterlibatan beberapa nama politikus besar

Page 16: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

maupun pejabat KPK yang sampai sekarang belum tersentuh proses

hukum.

Berdasarkan beberapa data dan berita yang beredar di media massa

maupun media cetak telah terjadi fenomena munculnya peranan whistleblower

yang belum mendapat manfaat bagi dirinya sendiri atas informasi yang diberikan.

Hal tersebut perlu dicermati dalam kaitannya dengan terjadinya suatu tindak

pidana yang merugikan keuangan negara maupun integritas negara sebagai salah

satu negara hukum dan kejelasan status hukum perlindungannya di dalam UU No.

13 Tahun 2006. Yang menjadikan fenomena tersebut perlu mendapat kajian selain

apa kemanfaatan yang didapat bagi si pelapor baik dari segi keamanan,

kerahasiaan juga bagaimana jaminan perlindungan hukum maupun keringanan

hukuman jika memang si pelapor merupakan bagian dari suatu tindak pidana

tersebut.

Untuk memahami bagaimana suatu sistem hukum telah berjalan dengan

baik atau belum maka diperlukan suatu perbandingan terhadap suatu sistem

hukum lainnya. Amerika Serikat sebagai salah satu negara liberal pencetus

tentang perlindungan terhadap hak asasi manusia dapat menjadi bahan

pembanding terhadap sistem hukum Indonesia, khususnya mengenai

whistleblower, mengingat bahwa kedua negara juga merupakan negara demokrasi.

Pertama kali Amerika Serikat secara khusus membuat produk hukum untuk

melindungi whistleblower pada tahun 1863 yang pada waktu itu mencoba untuk

memerangi penipuan oleh pemasok senjata bagi pemerintah Amerika Serikat

selama Perang Saudara. Pemerintah federal justru mendorong whistleblower

dengan menjanjikan uang ganti kerugian dari pemerintah dan melindungi mereka

dari pemecatan dari karir yang telah dijalaninya (www.wikipedia.com).

Perlindungan hukum terhadap saksi ini berada di bawah lembaga US Marshal

Service, namun di Amerika Serikat perlindungan hukum terhadap para peniup

peluit terjadinya perbuatan illegal yang dilarang oleh negara ini tidak hanya

dikelola oleh satu lembaga negara.

Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, untuk mengkaji sejauh

mana lembaga hukum mampu memberikan perlindungan hukum bagi

Page 17: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

whistleblower diperlukan adanya kajian mengenai persamaan dan perbedaan

sistem hukum Amerika Serikat dengan Indonesia serta kelebihan dan kelemahan

sistem hukum kedua negara dalam memberikan jaminan perlindungan hukum

terhadap saksi dan korban terkait prinsip kerahasiaan dan keringanan hukuman.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk menyusun penulisan hukum dengan judul

“STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN

KORBAN TERKAIT PRINSIP KERAHASIAAN DAN KERINGANAN

HUKUMAN BAGI WHISTLE BLOWER MENURUT UNDANG-UNDANG

NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN

KORBAN DENGAN US MARSHAL SERVICE WITNESS SECURITY

PROGRAM USA”.

A. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti

merumuskan permasalahan untuk dikaji lebih rinci. Adapun beberapa

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu :

1. Apakah persamaan dan perbedaan perlindungan saksi dan korban terkait

prinsip kerahasiaan dan keringanan hukuman bagi whistle blower menurut

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan

Korban dengan US Marshal Service Witness Security Program USA?

2. Apakah kelebihan dan kelemahan perlindungan saksi dan korban terkait

prinsip kerahasiaan dan keringanan hukuman bagi whistle blower menurut

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan

Korban dengan US Marshal Service Witness Security Program USA?

B. Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah dengan mengumpulkan berbagai

data dan informasi, kemudian dirangkai dan dianalisis yang bertujuan untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dan juga dalam rangka pemecahan

masalah-masalah yang dihadapi (Soerjono Soekanto, 1986: 2).

Page 18: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Tujuan merupakan target yang ingin dicapai sebagai pemecahan atas

permasalahan yang dihadapi (tujuan obektif) maupun untuk memenuhi

kebutuhan perorangan (tujuan subyektif). Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Tujuan Obyektif :

a. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan perlindungan saksi dan

korban terkait prinsip kerahasiaan dan keringanan hukuman bagi

whistle blower menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006

Tentang Perlindungan Saksi dan Korban dengan US Marshal Service

Witness Security Program US.

b. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan perlindungan saksi dan

korban terkait prinsip kerahasiaan dan keringanan hukuman bagi

whistle blower menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006

Tentang Perlindungan Saksi dan Korban dengan US Marshal Service

Witness Security Program USA.

2. Tujuan subyektif :

a. Untuk memperoleh bahan hukum serta informasi yang penulis

pergunakan dalam penyusunan skripsi sebagai syarat dalam mencapai

gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum di

Unversitas Sebelas Maret Surakarta.

c. Untuk memperdalam pengetahuan penulis mengenai hukum acara

pidana, terkhusus dalam segi penerapan prinsip kerahasiaan dan

keringanan hukuman bagi whistle blower menurut Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban

dengan US Marshal Service Witness Security Program USA.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum

pada umumnya, dan terkhusus dalam hukum acara pidana dalam

kaitannya dengan penerapan prinsip kerahasiaan dan keringanan

hukuman bagi whistle blower menurut Undang-Undang Nomor 13

Page 19: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban dengan cara

membandingkannya dengan US Marshal Service Witness Security

Program USA, serta guna menambah literatur dan bahan-bahan

informasi ilmiah.

b. Memperkaya referensi tentang kajian perbandingan hukum guna

mengetahui lebih dalam, sejauh mana suatu produk hukum dan atau

penerapan suatu sistem hukum telah berjalan secara berhasil guna dan

berdaya guna bagi masyarakat dengan cara membandingkannya

dengan produk hukum dan atau sistem hukum yang lainnya.

2. Manfaat Praktis

a. Meningkatkan wawasan dalam pengembangan pengetahuan bagi

peneliti akan permasalahan yang diteliti, dan dapat dipergunakan

sebagai bahan masukan serta tambahan pengetahuan bagi para pihak

yang terkait dengan masalah yang diteliti, dan berguna bagi para

pihak yang berminat pada masalah yang sama.

b. Memberi jawaban atas permasalahan yang diteliti.

D. Metode Penelitian

Penelitian Hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,

prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu

hukum yang dihadapi (Peter Mahmud, 2006:35). Penelitian hukum dilakukan

untuk mencari pemecahan atas isu hukum yang timbul. Oleh karena itu,

penelitian hukum merupakan suatu penelitian di dalam kerangka know-how di

dalam hukum. Hasil yang dicapai adalah untuk memberikan preskripsi dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi (Peter Mahmud, 2006:41).

Ada dua syarat yang harus dipenuhi sebelum mengadakan penelitian

dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan adalah peneliti harus terlebih

dulu memahami konsep dasar ilmunya dan metodologi penelitian disiplin

ilmunya (Johnny Ibrahim, 2006:26). Dalam penelitian hukum, konsep ilmu

hukum dan metodologi yang digunakan di dalam suatu penelitian memainkan

peran yang sangat signifikan agar ilmu hukum beserta temuan-temuannya

Page 20: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

tidak terjebak dalam kemiskinan relevansi dam aktualitasnya (Johnny Ibrahim,

2006: 28).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai

berikut:

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan penelitian judul dan rumusan masalah, penelitian yang

dilakukan termasuk dalam kategori penelitian hukum normatif atau

penelitian hukum kepustakaan. Penelitian Hukum normatif memiliki

definisi yang sama dengan penelitian doktrinal yaitu penelitian

berdasarkan bahan-bahan hukum yang fokusnya pada membaca dan

mempelajari bahan-bahan hukum primer dan sekunder (Johny Ibrahim,

2006:44).

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian hukum ini sejalan dengan sifat ilmu hukum itu sendiri.

Ilmu hukum mempunyai sifat sebagai ilmu yang preskriptif, artinya

sebagai ilmu yang bersifat preskriptif ilmu hukum mempelajari tujuan

hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum (Peter Mahmud,

2005:22).

Dalam penelitian ini penulis akan memberikan preskriptif mengenai

persamaan dan perbedaan perlindungan saksi dan korban terkait prinsip

kerahasiaan dan keringanan hukuman bagi whistleblower menurut

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan

Korban dengan US Marshal Service Witness Security Program USA serta

kelebihan dan kelemahan perlindungan saksi dan korban terkait prinsip

kerahasiaan dan keringanan hukuman bagi whistle blower menurut

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan

Korban dengan US Marshal Service Witness Security Program USA.

3. Pendekatan Penelitian

Menurut Johnny Ibrahim, dalam penelitian hukum terdapat beberapa

pendekatan, yaitu pendekatan perundang-undangan (satute approach),

pendekatan konseptual (concentual approach), pendekatan analitis

Page 21: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

(analytical approach), pendekatan perbandingan (comparative approach),

pendekatan historis (historical approach), pendekatan filsafat

(philosophical approach) dan pendekatan kasus (case approach) (Johnny

Ibrahim, 2006:300).

a. Pendekatan Perundang-Undangan

Suatu penelitian normatif tentu harus menggunakan pendekatan

perundang-undangan, karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan

hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian.

Untuk itu penulis harus melihat hukum sebagai sistem tertutup yang

mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Comprehensive artinya norma-norma hukum yang ada didalamnya

terkait antara satu dengan lain secara logis.

2. All-inclusive artinya bahwa kumpulan norma hukum tersebut

cukup mampu menampung permasalahan hukum yang ada,

sehingga tidak akan kekurangan hukum.

3. Systematic, bahwa disamping bertautan antara satu dengan yang

lain, norma-norma hukum tersebut juga tersusun secara hierarkis.

b. Pendekatan Konsep

Konsep dalam pengertian yang relevan adalah unsur-unsur abstrak

yang mewakili kelas-kelas fenomena dalam suatu bidang studi yang

kadang kala menunjuk pada hal-hal universal yang diabstrakkan dari

hal-hal yang partikular. Salah satu fungsi logis dari konsep ialah

memunculkan objek-objek yang menarik perhatian dari sudut

pandangan praktis dan sudut pengetahuan dalam pikiran dan atribut-

atribut tertentu. Berkat fungsi tersebut, konsep-konsep berhasil

menggabungkan kata-kata secara tepat dan menggunakannya dalam

proses pikiran.

c. Pendekatan Analitis

Maksud utama analisis terhadap bahan hukum adalah mengetahui

makna yang dikandung oleh istilah-istilah yang digunakan dalam

aturan perundang-undangan secara konseptional sekaligus mengetahui

Page 22: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

penerapannya dalam praktik dan putusan-putusan hukum. Hal ini

dilakukan melalui dua pemeriksaan:

a. pertama, sang penulis berusaha memperoleh makna baru yang

terkandung dalam aturan hukum yang bersangkutan.

b. kedua, menguji istilah-istilah hukum tersebut dalam praktik

melalui analisis terhadap putusan-putusan hukum.

d. Pendekatan Perbandingan

Pentingnya pendekatan ilmu hukum karena dalam bidang hukum

tidak memungkinkan dilakukan suatu eksperimen, sebagaimana yang

biasa dilakukan dalam ilmu empiris. Pendekatan perbandingan

merupakan salah satu cara yang digunakan dalam penelitian normative

untuk membandingkan salah satu lembaga hukum (legal institution)

dari sistem hukum yang satu dengan lembaga hukum (yang kurang

lebih sama dari system hukum) yang lain. Dari perbandingan tersebut

dapat ditemukan unsur-unsur persamaan dan perbedaan kedua system

hukum itu.

e. Pendekatan Historis/ Sejarah

Setiap aturan perundang-undangan memiliki latar belakang sejarah

yang berbeda. Menurut perspektif sejarah, ada dua macam penafsiran

terhadap aturan perundang-undangan. Pertama, penafsiran menurut

sejarah hukum dan kedua, penafsiran menurut sejarah penetapan

peraturan perundang-undangan.

f. Pendekatan Filsafat

Dengan sifat filsafat yang menyeluruh, mendasar dan spekulatif,

penjelajahan filsafat akan mengupasnya secara mendalam.

Berdasarkan ciri khas filsafat tersebut, dibantu beberapa pendekatan

yang tepat, seyogyanya apa yang dinamakan Ziegler sebagai

Fundamental Research, yaitu penelitian untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam terhadap implikasi sosial dan efek

penerapan suatu aturan perundang-undangan terhadap masyarakat atau

kelompok masyarakat yang melibatkan penelitian terhadap sejarah,

Page 23: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

filsafat, ilmu bahasa, ekonomi serta implikasi sosial dan politik

terhadap pemberlakuan suatu aturan hukum.

g. Pendekatan Kasus

Pendekatan kasus dalam penelitian normatif bertujuan untuk

mempelajari penerapan norma-norma atau kaidah hukum yang

dilakukan dalam praktik hukum. Terutama mengenai kasus-kasus yang

telah diputus sebagaimana yang dapat dilihat dalam yurisprudensi

terhadap perkara-perkara yang menjadi fokus penelitian. Jelas kasus-

kasus yang terjadi bermakna empiris, namun dalam suatu penelitian

normatif, kasus-kasus itu dipelajari untuk memperoleh gambaran

terhadap dampak dimensi penormaan dalam suatu aturan hukum dalam

praktik hukum, serta menggunakan hasil analisisnya untuk bahan

masukan dalam eksplanasi hukum.

Dari ketujuh pendekatan tersebut, pendekatan yang relevan

dengan penelitian hukum ini adalah pendekatan undang-undang, dan

pendekatan perbandingan. Pendekatan Undang-Undang digunakan

untuk mengkaji sinkronisasi antara hukum sebagai tool social of

engineering dengan pelaksanaan jaminan perlindungan hak asasi

manusia yang dimiliki oleh tersangka untuk kemudian digunakan

untuk mengkaji persamaan dan perbedaan serta kelebihan dan

kelemahan sistem hukum yang dianut oleh Indonesia dan Amerika

Serikat. Sedangkan pendekatan perbandingan digunakan untuk

mengetahui penerapan hukum acara kedua negara.

4. Jenis Dan Sumber Bahan Hukum

Dalam buku Penelitian Hukum karangan Peter Mahmud,

mengatakan bahwa pada dasarnya penelitian hukum tidak mengenal

adanya data, sehingga yang digunakan adalah bahan hukum dalam hal ini

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yang

terdiri dari;

1) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke IV.

Page 24: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

2) Undang-Undang Nomor. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana

3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan

Saksi dan Korban

4) US Marshal Service Witness Security Program USA

5) Universal Declaration of Human Right

b. Bahan hukum sekunder berupa publikasi tentang hukum yang bukan

merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud, 2005:141).

Bahan hukum sekunder sebagai pendukung dalam penelitian ini yaitu

buku-buku teks yang ditulis para ahli hukum, jurnal hukum, artikel,

internet, dan sumber lainnya yang memiliki korelasi untuk mendukung

penelitian ini.

5. Kumpulan Bahan Hukum

Prosedur pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam

penelitian ini adalah studi kepustakaan yaitu pengumpulan bahan hukum

dengan jalan membaca peraturan perundang-undangan, dokumen-

dokumen resmi maupun literature-literatur yang erat kaitannya dengan

permasalahan yang dibahas berdasarkan bahan sekunder. Dari bahan

tersebut kemudian dianalisis dan dirumuskan sebagai bahan hukum

penunjang di dalam penelitian ini.

Pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif, yaitu menarik

kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap

permasalahan konkret yang dihadapi (Johnny Ibrahim, 2006: 393).

6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis bahan

hukum kualitatif yaitu dengan mengumpulkan bahan hukum,

mengkualifikasikan kemudian menghubungkan teori yang berhubungan

dengan masalah dan menarik kesimpulan untuk menentukan hasil.

Page 25: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

E. SISTEMATIKA PENULISAN HUKUM

Guna mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai bahasan dalam

penulisan hukum ini, penulis dapat menguraikan sistematika penulisan hukum ini

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai latar belakang

masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan metode penelitian yang

digunakan dalm penyusunan penulisan hukum ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai teori yang menjadi

landasan atau memberikan penjelasan secara teoritik berdasarkan

literature-literature yang berkaitan dengan penulisan hukum ini.

Kerangka teori tersebut meliputi tinjauan tentang peristilahan atau

definisi perbandingan hukum, tinjauan umum tentang karakteristik

sistem hukum common law dan civil law, tinjauan umum tentang

perlindungan saksi dan korban, tinjauan umum tentang

whistleblower.

BAB III : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai pembahasan dan hasil

yang diperoleh dari proses meneliti. Berdasarkan rumusan masalah

yang diteliti, terdapat hal pokok permasalahan yang dibahas dalam

bab ini yaitu persamaan dan perbedaan perlindungan saksi dan

korban terkait prinsip kerahasiaan dan keringanan hukuman bagi

whistle blower menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006

Tentang Perlindungan Saksi dan Korban dengan US Marshal

Service Witness Security Program USA serta kelebihan dan

kelemahan perlindungan saksi dan korban terkait prinsip

kerahasiaan dan keringanan hukuman bagi whistle blower menurut

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan

Page 26: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Saksi dan Korban dengan US Marshal Service Witness Security

Program USA.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai kesimpulan yang

dapat diperoleh dari keseluruhan hasil pembahasan dan proses

meneliti, serta saran-saran yang dapat penulis kemukakan kepada

para pihak yang terkait dengan bahasan penulisan hukum ini.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 27: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Tinjauan Umum Tentang Perbandingan Hukum

1.Definisi dan Istilah Perbandingan Hukum.

Istilah perbandingan hukum, dalam bahasa asing, diterjemahkan: comparative law (bahasa Inggris), vergleihende rechstlehre (bahasa Belanda), droit comparé (bahasa Perancis). Istilah ini, dalam pendidikan tinggi hukum di Amerika Serikat, sering diterjemahkan lain, yaitu sebagai conflict law atau dialihbahasakan, menjadi hukum perselisihan, yang artinya menjadi lain bagi pendidikan hukum di Indonesia (Romli Atmasasmita, 2000 : 6).

Istilah yang dipergunakan dalam penulisan hukum ini, adalah

perbandingan hukum (pidana). Istilah ini sudah memasyarakat di kalangan

teoritikus hukum di Indonesia, dan tampaknya sudah sejalan dengan istilah

yang telah dipergunakan untuk hal yang sama di bidang hukum acara, yaitu

perbandingan hukum acara pidana. Untuk memperoleh bahan yang lebih

lengkap, maka perlu dikemukakan definisi perbandingan hukum dari

beberapa pakar hukum terkenal sebagai berikut :

Rudolf B. Schlesinger mengatakan bahwa, perbandingan hukum merupakan metoda penyelidikan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang bahan hukum tertentu. Perbandingan hukum bukanlah perangkat peraturan dan asas-asas hukum dan bukan suatu cabang hukum, melainkan merupakan teknik untuk menghadapi unsur hukum asing dari suatu masalah hukum. Winterton mengemukakan, bahwa perbandingan hukum adalah suatu metoda yaitu perbandingan sistem-sistem hukum dan perbandingan tersebut menghasilkan data sistem hukum yang dibandingkan. Gutteridge menyatakan bahwa perbandingan hukum adalah suatu metoda yaitu metoda perbandingan yang dapat digunakan dalam semua cabang hukum. Gutteridge membedakan antara comparative law dan foreign law (hukum asing), pengertian istilah yang pertama untuk membandingkan dua sistem hukum atau lebih, sedangkan pengertian istilah yang kedua, adalah mempelajari hukum asing tanpa secara nyata membandingkannya dengan sistem hukum yang lain (Winterton, dalam The Am.J.of Comp. L., 1975 : 72).

Page 28: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

“Perbandingan hukum adalah metoda umum dari suatu perbandingan

dan penelitian perbandingan yang dapat diterapkan dalam bidang hukum.

Para pakar hukum ini adalah : Frederik Pollock, Gutteridge, Rene David,

dan George Winterton” (Romli Atmasasmita, 2000 : 8).

Lemaire mengemukakan, perbandingan hukum sebagai cabang ilmu pengetahuan (yang juga mempergunakan metoda perbandingan) mempunyai lingkup : (isi dari) kaidah-kaidah hukum, persamaan dan perbedaannya, sebab-sebabnya dan dasar-dasar kemasyarakatannya. Ole Lando mengemukakan antara lain bahwa perbandingan hukum mencakup : “analysis and comparison of the laws”. Pendapat tersebut sudah menunjukkan kecenderungan untuk mengakui perbandingan sebagai cabang ilmu hukum. Hesel Yutena mengemukakan definisi perbandingan hukum sebagai berikut: Comparative law is simply another name for legal science, or like other branches of science it has a universal humanistic outlook : it contemplates that while the technique nay vary, the problems of justice are basically the same in time and space throughout the world (Winterton, dalam The Am.J.of Comp. L., 1975 : 72).

Perbandingan hukum hanya suatu nama lain untuk ilmu hukum dan merupakan bagian yang menyatu dari suatu ilmu sosial, atau seperti cabang ilmu lainnya perbandingan hukum memiliki wawasan yang universal, sekalipun caranya berlainan, masalah keadilan pada dasarnya sama baik menurut waktu dan tempat di seluruh dunia (Romli Atmasasmita, 2000 : 9).

Orucu mengemukakan suatu definisi perbandingan hukum

sebagai berikut : Comparative law is legal discipline aiming at

ascertaining similarities and differences and finding out

relationship between various legal systems, their essence and style,

looking at comparable legal institutions and concepts and typing to

determine solutions to certain problems in these systems with a

definite goal in mind, such as law reform, unification etc.

Definisi lain mengenai kedudukan perbandingan hukum

dikemukakan oleh Zweigert dan Kort yaitu : Comparative law is

the comparison of the spirit and style of different legal system or of

Page 29: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

comparable legal institutions of the solution of comparable legal

problems in different system.

“Romli Atmasasmita yang berpendapat perbandingan hukum

adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari secara sistematis

hukum (pidana) dari dua atau lebih sistem hukum dengan

mempergunakan metoda perbandingan” (Romli Atmasasmita, 2000

: 12).

2. Macam Perbandingan Hukum

Perbandingan Hukum dapat dibedakan dalam dua macam,

yaitu Perbandingan Hukum Umum dan Perbandingan Hukum

Khusus.

a) Perbandingan Hukum Umum

Perbandingan Hukum Umum merupakan suatu ilmu

pengetahuan yang membandingkan hukum secara keseluruhan

dari berbagai negara atau daerah atau golongan warga negara

dari suatu zaman tertentu. Misalnya, membandingkan hukum

Indonesia dengan hukum Amerika Serikat dari abad XX.

b) Perbandingan Hukum Khusus

Perbandingan Hukum Khusus adalah ilmu pengetahuan

yang membandingkan lembaga-lembaga hukum dari berbagai

negara, daerah atau golongan warga negara dari suatu zaman

tertentu. Misalnya, membandingkan lembaga perkawinan versi

Burgerlijk Wetboek (BW) dengan lembaga perkawinan menurut

hukum adat dari abad XX.

3. Tujuan Perbandingan Hukum

Menurut Satjipto Rahardjo penggarapan dalam perbandingan

hukum dapat dilakukan atas dasar keinginan, antara lain :

a) Menunjukkan perbedaan dan persamaan yang ada diantara

sistem hukum atau bidang-bidang hukum yang dipelajari.

b) Menjelaskan mengapa terjadi persamaan atau perbedaan yang

demikian itu, faktor-faktor apa yang menyebabkannya.

Page 30: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

c) Memberikan penilaian terhadap masing-masing sistem yang

digunakan.

d) Memikirkan kemungkinan-kemungkinan apa yang bisa ditarik

sebagai kelanjutan dari hasil-hasil studi perbandingan yang telah

dilakukan.

e) Merumuskan kecenderungan-kecenderungan yang umum pada

perkembangan hukum, termasuk di dalamnya irama dan

keteraturan yang dapat dilihat pada perkembangan hukum

tersebut.

f) Salah satu segi yang penting dari perbandingan ini adalah

kemungkinan untuk menemukan asas-asas umum yang didapat

sebagai hasil dari pelacakan yang dilakukan dengan cara

membandingkan tersebut (Satjipto Rahardjo, 1996: 348-349).

4. Kegunaan Perbandingan Hukum

Kegunaan mempelajari perbandingan hukum ada dua, yaitu :

a) Kegunaan yang bersifat teoritis Studi perbandingan hukum

dapat mendukung perkembangan ilmu hukum pada

umumnya dan hukum pidana pada khususnya. Kegunaan

teoritis ini meliputi dua hal, yaitu:

(1) Erat kaitannya dengan riset di bidang filsafat hukum

dan sejarah hukum.

(2) Erat kaitannya dengan pemahaman dan pengembangan

hukum nasional.

(3) Kegunaan yang bersifat praktis Studi perbandingan

hukum memberikan masukan positif bagi

perkembangan pembentukan hukum pada umumnya

dan pembentukan hukum pidana pada khususnya

(Romli Atmasasmita, 2000: 14-15).

Menurut Soedarto sebagaimana dikutip oleh Romli Atmasasmita,

kegunaan studi perbandingan hukum adalah:

a) Unifikasi hukum.

Page 31: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

b) Harmonisasi hukum.

c) Mencegah adanya chauvinisme hukum nasional.

d) Memahami hukum asing.

e) Pembaharuan hukum (Romli Atmasasmita, 2000: 16).

2. Tinjauan Umum Tentang Karakteristik Sistem Common Law dan

Sistem Civil Law

1) Karakteristik sistem hukum Inggris (common law) pada umumnya,

khususnya dalam hukum pidana dan acara pidana.

Pertama. Sistem hukum Inggris bersumber pada :

a) Custom, merupakan sumber hukum yang tertua di inggris.

Lahir dan berasal dari (sebagian) hukum romawi. Tumbuh dan

berkembang dari kebiasaan suku Anglo Saxon yang hidup pada

abad pertengahan. Pada abad ke-14 Custom melahirkan

“common law” dan kemudian digantikan dengan precedent.

b) Legislation; berarti undang-undang yang dibentuk melalui

parleman. undang-undang yang dibentuk itu disebut statutes.

Sebelum abad ke-15, legislation bukanlah merupakan salah

satu sumber hukum di inggris. Pada masa itu undang-undang

dikeluarkan oleh Raja dan “Grand-Council” (terdiri dari kaum

bangsawan terkemuka dan Penguasa Kota London). Selama

abad ke-13 dan ke-14 Grand Council kemudian dirombak dan

terdiri dari dua badan yaitu, Lords dan Common; kemudian

dikenal sebagai Parlemen (Parliament). Sampai abad ke-17,

Raja dapat bertindak tanpa melalui Parlemen. Akan tetapi

sesudah abad ke-17 dengan adanya perang saudara di Inggris,

telah ditetapkan bahwa di masa yang akan datang semua

undang-undang harus memperoleh persetujuan Parlemen sejak

tahun 1832 dengan Undang-Undang Pembaharuan (Reformasi

Act), House of Common merupakan suatu badan yang

Page 32: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

demokratis dan mewakili seluruh penduduk Inggris dan karena

itu merupakan wakil perasaan keadilan seluruh rakyat Inggris.

Sejak saat itu Legislation merupakan salah satu sumber hukum

yang penting sejak Code Napoleon (1805) dikembangkan,

Inggris telah mengambil manfaat dari apa yang terjadi di

Perancis, dan legislation dipergunakan sebagai alat

pembaharuan hukum di Inggris.

c) Case-law, sebagai salah satu sumber hukum Inggris

mempunyai karakteristik yang utama. Seluruh hukum

kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat tidak melalui

Parlemen, akan tetapi dilakukan oleh para hakim, sehingga

dikenal dengan istilah ”Judge-made law”. Setiap putusan

hakim di inggris merupakan precedent bagi hakim yang akan

datang, sehingga lahirlah doktrin Precedent sampai sekarang.

Kedua. Sebagai konsekuensi dipergunakannya case-law

dengan doktrin precedent yang merupakan ciri utama maka sistem

hukum Inggris tidak sepenuhnya menganut asas legalitas.

Ketiga. Bertitik tolak dari doktrin precedent tersebut, maka

kekuasaan hakim di dalam sistem hukum Common Law sangat luas

dalam memberikan penafsiran terhadap suatu ketentuan yang

tercantum dalam undang-undang. Bahkan hakim di Inggris

diperbolehkan tidak sepenuhnya bertumpu pada ketentuan suatu

undang-undang jika diyakini olehnya bahwa ketentuan tersebut

tidak dapat diterapkan dalam kasus pidana yang sedang

dihadapinya. Dalam hal demikian hakim dapat menjatuhkan

putusannya sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan atau melaksanakan

asas precedent sepenuhnya. Dilihat dari segi kekuasaan hakim

Inggris yang sangat luas dalam memberikan penafsiran tersebut,

sehingga dapat membentuk hukum baru, maka nampaknya sistem

hukum Common Law kurang memperhatikan kepastian hukum.

Page 33: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Keempat. Ajaran Kesalahan dalam sistem hukum Common

Law (Inggris) dikenal melalui doktrin Mens-Rea yang dilandaskan

pada maxim: “Actus non est reus nisi mens sit rea”, yang berarti:

“suatu perbutan tidak mengakibatkan seseorang bersalah kecuali

jika pikiran orang itu jahat”. Ajaran Mens-Rea ini dalam sistem

hukum Inggris dirumuskan berbeda-beda tergantung dari

kualifikasi delik yang dilakukan seseorang. Pada sistem hukum

Common Law, doktrin Mens-Rea secara klasik diartikan setiap

perkara pelanggaran hukum yang dilakukan adalah disebabkan

karena pada diri orang itu sudah melekat sikap batin yang jahat

(evil will), dan karenanya perbuatan tersebut dianggap merupakan

dosa. Lord Denning, seorang hakim terkemuka di Inggris

memberikan komentar atas doktrin Mens-Rea, dengan mengatakan:

“In order that an act should be punishable it must be morally

blame-worthy”. Sedangkan Jerome Hall, mengatakan bahwa

Means-Rea adalah “a voluntary doing of morally wrong act

forbidden by penal law”.(Roeslan Saleh, 1982:23).

Kelima. Dalam sistem Common Law (Inggris)

pertanggungjawaban pidana tergantung dari ada atau tidaknya: a)

actus-reus dan b) mens-rea. Namun demikian unsur “mens-rea” ini

adalah merupakan unsur yang mutlak dalam pertanggungjawaban

pidana dan harus ada terlebih dulu pada perbuatan tersebut

sebelum dilakukan penuntutan (Roeslan Saleh,1982:28). Dewasa

ini dalam peraturan perundangan modern unsur “mens-rea” ini

tidak lagi dianggap sebagai syarat utama, misalnya pada delik-

delik tentang ketertiban umum atau kesejahteraan umum.

Keenam. Sistem hukum Inggris dan negara-negara yang

menganut sistem Common Law tidak mengenal perbedaan antara

Kejahatan dan Pelanggaran. Sistem Common Law membedakan

tindak pidana (secara klasik) dalam: Kejahatan berat atau

“felonies”, kejahatan ringan atau “misdemeanors” dan kejahatan

Page 34: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

terhadap negara atau “treason”. Setelah dikeluarkannya “Criminal

Law Act” (1967) pembedaan sebagai berikut:

a) Indictable Offences, adalah kejahatan-kejahatan berat yang hanya

dapat diadili dengan sistem Juri melalui pengadilan yang disebut

Crown Court.

b) Summary Offences, adalah kejahatan-kejahatan kurang berat yang

hanya dapat diadili oleh suatu pengadilan (magistrate court) tanpa

dengan sistem Juri.

c) Arrestable Offence, adalah kejahatan-kejahatan yang diancam

dengan hukuman di bawah 5 (lima) tahun kepada seorang pelaku

kejahatan yang belum pernah melakukan kejahatan. Penangkapan

terhadap pelaku tersebut dilakukan tanpa surat perintah penangkapan.

Klasifikasi terbaru mengenai tindak pidana dalam sistem hukum

pidana Inggris dicantumkan dalam criminal law act tahun 1977.

Ketujuh. Sistem hukum acara pidana yang berlaku di negara-

negara Common Law pada prinsipnya menganut “sistem accusatoir” atau

yang secara populer dikenal dengan sebutan “Advesary System”. Sistem

accusatoir atau adversary system menempatkan tersangka dalam proses

pemeriksaan pendahuluan dan pemeriksaan di muka sidang-sidang

pengadilan sebagai subjek hukum yang memiliki hak (asasi) dan

kepentingan yang harus dilindungi.

Kedelapan. Sistem pemidanaan yang berlaku pada umumnya

negara-negara yang menganut sistem Common Law adalah bersifat

komulatif. Sistem pemidanaan tersebut memungkinkan seseorang

dituntut dan dijatuhi pidana karena melakukan lebih dari satu tindak

pidana. Jika kesemua tuntutan tersebut terbukti di muka sidang

pengadilan maka pelaku tindak pidana tersebut dijatuhi sekaligus semua

ancaman hukuman yang dikenakan kepadanya.

2) Karakteristik Sistem Hukum Belanda (civil law) pada umumnya,

khususnya dalam hukum pidana dan acara pidana

Pertama. Sistem hukum Belanda (Civil Law System)

bersumber pada :

a) Undang-Undang Dasar;

Page 35: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

b) Undang-undang;

c) Kebiasaan case-law;

d) Doktrin.

Peraturan perundang-undangan yang mengatur hukum

pidana umum adalah sebagai berikut :

a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Penal Code atau

Wetboek van Strafrecht).

b) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Code of Crime

Procedure atau Wetboek van Strafvordering).

c) Undang-Undang tentang Susunan, organisasi, kekuasaan dan

tugas-tugas Pengadilan dan Sistem Penuntutan (Judicial Act

atau Wet op de Rechterlijke Organisatie).

Kedua. Karakateristik kedua dari sistem hukum Belanda

(Civil Law System) adalah dianutnya asas legalitas atau “the

principles of legality”. Asas ini mengandung makna sebagi berikut:

a) Tiada suatu perbuatan merupakan suatu tindak pidana, kecuali

telah ditentukan dalam undang-undang terlebih dahulu.

Undang-undang dimaksud adalah hasil dari perundingan

Pemerintah Parlemen.

b) Ketentuan undang-undang harus ditafsirkan secara harfiah dan

pengadilan tidak diperkenankan memberikan suatu penafsiran

analogis untuk menetapkan suatu perbuatan sebagai tindak

pidana.

c) Ketentuan undang-undang tidak berlaku surut.

d) Mentapkan bahwa hanya pidana yang tercantum secara jelas

dalam undang-undang yang boleh dijatuhkan.

Dalam praktik penyelesaian perkara pidana di negeri

belanda prinsip legalitas dan penafsiran yang diperbolehkan dari

prinsip tersebut diserahkan sepenuhnya kepada para pelaksana /

praktisi hukum, seperti, jaksa dan hakim. Mengingat penafsiran

yang bersifat kaku terhadap ketentuan undang-undang menurut

Page 36: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

asas legalitas ini, maka peranan putusan Mahkamah Agung

menjadi lebih penting. (Romli Atmasasmita, 2000 : 48).

Ketiga. Dianutnya asas legalitas sebagaimana diuraikan

dalam butir kedua diatas, sangat berpengaruh terhadap soal

pertanggungjawaban pidana (criminal liability atau strafbaarheid).

Syarat umum bagi adanya pertanggungjawaban pidana menurut

hukum pidana Belanda adalah adanya gabungan antara perbuatan

yang dilarang dan pelaku yang diancam dengan pidana. Perbuatan

pelanggaran hukum dari pelaku harus memenuhi syarat sebagai

berikut :

a) Bahwa perbuatan tersebut (berbuat atau tidak berbuat)

dilakukan seseorang.

b) Diatur dalam ketentuan undang-undang termasuk lingkup

definisi pelanggaran.

c) Bersifat melawan hukum.

Ketiga syarat bagi adanya suatu pertanggungjawaban

pidana tersebut di atas sesungguhnya merupakan suatu konstruksi

gabungan dari syarat-syarat adanya sifat pertanggungjawaban

pidana dan kekecualian-kekecualian dari pertanggungjawaban

pidana.

Keempat. Dianutnya asas legalitas dalam sistem hukum

pidana Belanda mengakibatkan keterikatan hakim terhadap isi

ketentuan undang-undang dalam menyelesaikan perkara pidana.

Hakim tidak diperbolehkan memperluas penafsiran terhadap isi

ketentuan undang-undang sedemikian rupa sehingga dapat

membentuk delik-delik baru.

Kelima. Sistem hukum pidana belanda mengenal

pembedaan antara Kejahatan (Misdrijven) dan Pelanggaran

(Overtredingen). Pembedaan dimaksud berasal dari perbedaan

antara mala in se dan mala prohibita yaitu perbedaan yang dikenal

dalam hukum Yunani. Mala in se adalah perbuatan yang disebut

Page 37: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

sebagai kejahatan karena menurut sifatnya adalah jahat. Sedangkan

Mala prohibita, suatu perbuatan yang dilarang. Pembedaan antara

kejahatan karena undang-undang menetapkan sebagai perbuatan

yang dilarang. Pembedaan anatara kejahatan dan pelanggaran

tersebut semula didasarkan atas pertimbangan tentang adanya

pengertian istilah “rechtedelict” dan ”wetdelict”; namun perbedaan

tersebut tidak dianut lagi dalam doktrin. Perbedaan kejahatan dan

pelanggaran dewasa ini didasarkan atas ancaman hukumannya;

kejahatan memperoleh ancaman hukum yang lebih berat dari

pelanggaran.

Keenam. Sistem peradilan yang dianut di semua negara

yang berlandaskan “Civil Law System” pada umumnya adalah

sistem Inquisatoir. Sistem Inquisatoir menempatkan tersangka

sebagai objek pemeriksaan baik pada tahap pemeriksaan

pendahuluan maupun pada tahap pemeriksaan di muka sidang

pengadilan.

Ketujuh. Sistem pemidanaan yang dianut pada umumnya di

negara-negara yang berlandaskan civil law system adalah sistem

pemidanaan Alternatif dan Alternatif-kumulatif, dengan batas

minimum dan maksimum anaman pidana yang diperkenankan

menurut Undang-Undang.

Sesungguhnya apabila kita telusuri karakteristik yang

melekat pada kedua sistem hukum sebagaimana telah diuraikan di

atas, pendekatan dari segi historis, khususnya mengenai

perkembangan hukum pidana di Eropa Continental yang menganut

sistem “Civil Law” lebih menonjol dan lebih menampakkan dirinya

keluar dari batas wilayah yuridiksi sistem “Common Law”.

Perkembangan penerapan sistem “Civil Law” di negara dunia

ketiga pada awalnya dipaksakan jika dibandingkan dengan

penerapan penggunaan sistem “Common Law” di negara-negara

bekas jajahan-jajahannya. Sebagai contoh penggunaan dan

Page 38: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

pemakaian sistem hukum Belanda di Indonesia dan sistem hukum

Inggris dan Malaysia atau Singapura. Satu-satunya karakteristik

yang sama antara kedua sistem hukum (legal system) tersebut

adalah bahwa keduanya menganut falsafah dan doktrin liberalisme

(Romli Atmasasmita, 2000 :50).

3. Tinjauan Umum tentang Perlindungan Saksi dan Korban

1) Pengertian Perlindungan

Istilah perlindungan dalam Undang-ndang PSK adalah bentuk

perbuatan untuk memberikan tempat bernaung atau berlindung bagi

seseorang yang membutuhkan, sehingga merasa aman terhadap

ancaman sekitarnya. Pengertian perlindungan ini hampir sama dengan

pengertian perlindungan dalam Peraturan Pemerintah Nomor. 2 Tahun

2002 yang menyatakan bahwa perlindungan adalah suatu bentuk

pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau

aparat keamanan untuk memberikan rasa aman baik fisik maupun

mental, kepada korban dan saksi dari ancaman, gangguan, teror, dan

kekerasan dari pihak manapun yang diberikan pada tahap penyelidikan,

penyidikan, penuntutan dan atau pemeriksaan di sidang pengadilan.

2) Pengertian Saksi

Pengertian saksi dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006

tentang Perlindungan Saksi dan Korban (UU PSK) menggunakan

konsep tentang pengertian saksi seperti yang diatur oleh Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Saksi dinyatakan sebagai

orang yang hendak memberikan keterangan guna kepentingan

penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu

perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan/ atau ia alami

sendiri. Perbedaan dengan rumusan KUHAP adalah bahwa rumusan

saksi dalam Undang-Undang PSK mulai dari tahap penyelidikan sudah

Page 39: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

dianggap sebagai saksi sedangkan KUHAP hanya dimulai dari tahap

penyidikan.

Tentang perlindungan terhadap Pelapor sendiri telah lebih awal

diatur dalam Pasal 31 Undang-undang Nomor. 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang menjelaskan bahwa

pelapor tidak dapat diajukan dalam sidang pengadilan melainkan harus

dilindungi identitas dan alamatnya. Saksi dalam rumusan Undang-

undang PSK dinyatakan sebagai saksi yang akan memberikan

keterangan untuk mendukung proses penyelesaian perkara pidana.

Saksi dalam definisi ini terpisah dengan pihak lain yang ada korelasi

dengan saksi yang bisa terlibat atau mendapatkan hak-hak yang

tercatum dalam Undang-Undang ini.

Pembentuk Undang-Undang lebih memilih pihak-pihak yang

termasuk dalam pengertian saksi dalam Undang-Undang ini dipisah

yaitu antara saksi itu sendiri dengan keluarga saksi. Pada poin 5 Pasal 1

Undang-Undang PSK menjelaskan tentang siapa yang dimaksud

dengan keluarga saksi yaitu orang yang mempunyai hubungan darah

dalam garis lurus ke atas atau kebawah, atau mempunyai hubungan

perkawinan, atau orang yang menjadi tanggungan saksi dan atau

korban. Rumusan tentang saksi yang demikian berbeda, misalnya,

dengan pengertian saksi dalam Undang-Undang tentang perlindungan

saksi negara Kanada yang menyatakan bahwa seorang saksi dalam

program ini adalah:

1) saksi adalah seseorang yang memberikan atau setuju untuk

memberikan informasi atau bukti atau yang ambil bagian dalam

suatu hal yang terkait dengan suatu penyelidikan atau investigasi

atau penuntutan suatu kejahatan, dan yang mungkin membutuhkan

perlindungan karena resiko keamanan atas dirinya dalam kaitan

dengan penyelidikan, investigasi, atau penuntutan tersebut, atau

2) seseorang yang karena hubungan atau ikatannya dengan orang yang

disebut pada bagian diatas mungkin juga membutuhkan

Page 40: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

perlindungan karena alasan yang sama seperti bagiana diatas

(www.elsam.or.id/031807/html).

Ketentuan mengenai dapat dimasukkannya pihak lain selain saksi

dan keluarga saksi akan menjamin bahwa pihak-pihak lain yang

mempunyai hubungan dengan saksi juga akan mendapatkan

perlindungan. Undang-undang perlindungan saksi Negara Kanada.tidak

mendefenisikan saksi, namun langsung menyatakan pihak-pihak yang

dapat ikut dalam program perlindungan.

Undang-Undang Perlindungan Saksi di Quensland (Queensland,

Witness Protection Act 2000) juga menyatakan bahwa seseorang yang

boleh diikutsertakan ke dalam perlindungan saksi adalah orang yang

membutuhkan perlindungan dari suatu bahaya yang muncul karena

orang tersebut telah membantu, atau sedang membantu, suatu badan

penegak hukum dalam menjalankan fungsinya. Namun, jika menurut

Undang-Undang Perlindungan Saksi di Afrika Selatan (South

Afrika,Witness Protection Bill 1998) saksi didefinisikan sebagai setiap

orang yang sedang atau dapat diminta, atau yang telah member

kesaksian dalam suatu persidangan.

3) Pengertian Korban

Korban dalam Undang-Undang PSK dinyatakan sebagai

seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental dan/ atau kerugian

ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana. Sedangkan

pengertian keluarga korban dalam Undang-undang ini adalah orang

yang mempunyai hubungan darah dalam garis lurus ke atas atau

kebawah, atau mempunyai hubungan perkawinan, atau orang yang

menjadi tanggungan saksi dan atau korban.

Pengertian tentang korban juga dapat dilihat dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 2 Tahun 2002 tentang tata cara pemberian

perlindungan kepada saksi dan korban pelanggaran HAM berat yaitu

menyatakan bahwa korban adalah orang perseorangan atau kelompok

orang yang mengalami penderitaan sebagai akibat pelanggaran hak

Page 41: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

asasi manusia yang berat yang memerlukan perlindungan fisik dan

mental dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak

manapun.

Pengertian korban menurut Resolusi Majelis Umum PBB Nomor.

40/34 Tahun 1985 memiliki cakupan yang lebih luas, yaitu korban

adalah orang-orang, baik secara individual maupun kolektif, yang

menderita kerugian akibat perbuatan atau tidak berbuat yang melanggar

hukum pidana yang berlaku disuatu negara, termasuk peraturan yang

melarang penyalahgunaan kekuasaan.

Pengertian kerugian (harm) menurut Resolusi Majelis Umum

PBB Nomor. 40/34 Tahun 1985, meliputi kerugian fisik maupun mental

(physical or mental injury), penderitaan emosional (emotional

suffering), kerugian ekonomi (economic loss), atau perusakan

substansial dari hak-hak asasi para korban (substansial impairment of

their fundamental rights). Selanjutnya disebutkan, bahwa seseorang

dapat dipertimbangkan sebagai korban tanpa melihat apakah si pelaku

kejahatan itu sudah diketahui, ditahan, dituntut, atau dipidana dan tanpa

memandang hubungan keluarga antara si pelaku dan korban. Istilah

korban juga mencakup keluarga dekat atau orang-orang yang menjadi

tanggungan korban, dan juga orang-orang yang menderita kerugian

karena berusaha mencegah terjadinya korban.

4. Tinjauan Umum tentang Whistleblower (Peniup Peluit)

1) Pengertian Whistleblower

a) Adapun istilah pengungkap fakta (whistleblower) dalam

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pelindungan

Saksi dan Korban tidak memberikan pengertian tentang

“pengungkap fakta” dan berkaitan dengan itu hanya

memberikan pengertian tentang saksi.

Page 42: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Di Indonesia dalam Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2006

kewenangan untuk memberikan perlindungan terhadap saksi dan

korban diberikan kepada lembaga perlindungan saksi dan

korban.

b) Adapun pengertian whistleblower menurut PP Nomor.71 Tahun

2000 adalah orang yang memberi suatu informasi kepada

penegak hukum atau komisi mengenai terjadinya suatu tindak

pidana korupsi dan bukan pelapor (Ketua Badan Litbang Diklat

Kumdil MA-RI).

c) Seorang whistleblower (whistle-blower atau peniup peluit)

adalah orang yang memberitahu publik atau seseorang yang

berkuasa tentang kegiatan tidak jujur atau ilegal yang diduga

terjadi di sebuah departemen pemerintah, organisasi publik atau

swasta, atau perusahaan. Para pelanggar diduga dapat

diklasifikasikan dalam banyak cara, misalnya, sebuah

pelanggaran terhadap hukum, aturan, peraturan dan atau

ancaman langsung terhadap kepentingan umum, seperti, penipuan

pelanggaran, keselamatan, dan korupsi (Claim False Act 1986

USA’s).

US Marshals Sevice adalah salah satu lembaga yang diberikan

kewenangan oleh Negara untuk memberikan perlindungan

terhadap saksi dan korban.

2) Sejarahnya Whistleblower

Whistleblower sangat erat kaitanya dengan organisasi

kejahatan ala mafia sebagai organisasi kejahatan tertua dan terbesar

di Italia yang berasal dari Palermo, Sicilia, sehingga sering disebut

Sicilian Mafia atau Cosa Nostra. Kejahatan terorganisasi yang

dilakukan oleh para Mafioso (sebutan terhadap anggota mafia)

bergerak dibidang perdagangan heroin dan berkembang diberbagai

belahan dunia, sehingga kita mengenal organisasi sejenis diberbagai

Negara seperti Mafia di Rusia, cartel di Colombia, triad di Cina, dan

Page 43: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Yakuza di Jepang. Begitu kuatnya jaringan organisasi kejahatan

tersebut sehingga orang-orang mereka bias menguasai berbagai

sektor kekuasaan, apakah itu eksekusf, legislatif maupun yudikatif

termasuk aparat penegak hukum (Eddy O.S. Haijerj, 23: 2010).

Tidak jarang suatu sindikat bisa terbongkar karena salah

seorang dari mereka ada yang berkhianat. Artinya, salah seorang

dari mereka melakukan tindakan sendiri sebagai peniup peluit

(whistleblower) untuk mengungkap kejahatan yang mereka lakukan

kepada publik atau aparat penegak hukum. Sebagai imbalannya

whistleblower tersebut dibebaskan dari segala tuntutan hukum.

Page 44: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

5. Kerangka Pemikiran

Gambar. 1

Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Dalam hukum pelaksanaan hukum acara pidana, peranan saksi

yang melihat, mendengar dan atau mengetahui sendiri suatu kejadian

tindak pidana merupakan salah satu alat bukti dan alat bantu bagi hakim

untuk mengungkap suatu tindak pidana menjadi terang benderang dan

membantu menemukan keyakinan dalam memutus perkara.

Kedudukannya yang bersinggungan dengan suatu kejadian tindak pidana

baik yang meringankan kedudukan tersangka dan atau terdakwa maupun

yang memberatkan kedudukan si tersangka dan atau terdakwa perlu

Menurut Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2006

Menurut US Marshal Service Witness Security Program

USA

Perlindungan hukum terhadap whistleblower

Persamaan dan Perbedaan

Kelebihan dan Kelemahan

Jaminan perlindungan terkait prinsip kerahasiaan dan keringanan hukuman bagi whistleblower

Lembaga Perlindungan

Saksi dan Korban

US Marshal Service

Page 45: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

mendapat perlindungan hukum, terlebih jika saksi tersebut merupakan

seorang whistleblower.

Bagi seorang whistleblower, kedudukannya sebagai informan

dalam mengungkap suatu tindak pidana selain penting juga sangat rawan

terhadap adanya proses viktimisasi terhadap dirinya sendiri. Mencermati

tidak tertutupnya kemungkinan bahwa niat untuk memberikan informasi

terhadap aparat penegak hukum dapat menjadikannya sebagai salah satu

tersangka dan diproses terlebih dahulu sebelum terungkap aktor

intelektual dari tindak pidana yang dilaporkannya. Mengingat

bahwasanya Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2006 tentang

Perlindungan saksi dan Korban (UU PSK) tidak memberikan pengertian

secara jelas kedudukan seorang whistleblower maka perlu dikaji sejauh

mana Undang-Undang tersebut dapat berperan sebagai jaring pengaman

bagi whistleblower dalam memberikan informasi terhadap terjadinya

suatu tindak pidana. Dalam Undang-Undang PSK kewenangan untuk

memberikan perlindungan kepada saksi dan korban diberikan kepada

Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Berangkat dari prinsip

kerahasiaan dan keringanan hukuman bagi seorang whistleblower LPSK

diharapkan mampu memberikan jaminan perlindungan terhadap prinsip

tersebut.

Untuk mengkaji sejauh mana Undang-Undang Nomor. 13 Tahun

2006 dan LPSK dapat memberikan jaminan hukum terkait prinsip

kerahasiaan dan keringanan hukuman, diperlukan adanya bahan

perbandingan hukum yang cukup dari peraturan mengenai Criminal

Procedure Law negara yang memiliki sistem hukum yang berbeda pula

dengan Indonesia, yaitu negara-negara yang menganut sistem “Common

Law (Anglo Saxon)” khususnya di negara Amerika Serikat, khususnya

mengenai prinsip kerahasiaan dan keringanan hukuman bagi

whistleblower. Berangkat dari konsep tersebut penulis mencoba

memperbandingkan mekanisme penerapan prinsip kerahasiaan dan

Page 46: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

keringanan hukuman melalui hukum dan lembaga yang berkembang

dalam sistem peradilan pidana di Indonesia (eropa kontinental) dan proses

perlindungan hukum yang berkembang dalam sistem peradilan pidana

Amerika Serikat (common law ). Hal tersebut diperlukan untuk

mengetahui persamaan dan perbedaan dalam hal penerapan mekanisme

perlindungan saksi dan korban serta kelemahan dan kelebihan masing-

masing sistem hukum tersebut dalam memberikan jaminan perlindungan

hak whistleblower atau pihak ketiga yang berkepentingan atas

dilakukannya tindakan hukum terhadap informasi yang diberikan.

Page 47: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian mencermati ketentuan perbandingan terhadap kedua

sistem hukum regulasi prinsip kerahasiaan dan keringanan hukuman

bagi whistle blower menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2006

Tentang Perlindungan Saksi dan Korban dengan US Marshal Service

Witness Security Program USA

1. Pengaturan Program Perlindungan Saksi dan Korban dalam UU

No.13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban

a. Latar Belakang UU No. 13 tahun 2006

Salah satu aspek penting dalam proses peradilan yang fair

adalah perlindungan terhadap saksi, terlebih untuk kasus-kasus

khusus yang sulit pembuktiannya. Keberadaan saksi sangat

penting guna mengungkap persekongkolan jahat, yang sulit

ditembus dengan pendekatan formal. Dalam konteks hukum di

Indonesia, perlindungan hukum bagi saksi tampaknya belum

memperoleh perhatian serius, khususnya oleh penyelenggara

negara. Bahkan, seringkali para saksi yang seharusnya

memperoleh perlindungan malah mendapatkan perlakuan yang

tidak semestinya dari aparat penegak hukum. Ada kasus Gayus

tambunan dan Susno Duadji yang dapat dirujuk sebagai fenomena

lemahnya perlindungan hukum bagi saksi pelapor dan atau

tersangka dan atau terdakwa yang memberikan laporan mengenai

tindak pidana yang dilakukan. Di Indonesia, tingkat terjadinya

extraordinary crime semakin meningkat dan dibutuhkan pula

penanganan yang bersifat luarbiasa pula (Eddie O.S. Hiariej, 4:

2011). Kasus korupsi, pelanggaran hak asasi manusia, money

laundring, penggelapan pajak dan illegal logging merupakan

beberapa sampel yang dapat dijadikan tolok ukur perlunya

memberantas tindak kejahatan tersebut.

Page 48: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Menurut Komariah E. Sapardjaja, peran whistleblower sangat

penting dan diperlukan dalam rangka proses pemberantasan tidak

pidana korupsi. Namun demikian, asal bukan semacam suatu gosip

bagi pengungkapan kasus korupsi maupun mafia peradilan. Yang

dikatakan whistleblower itu benar-benar didukung oleh fakta

konkret, bukan semacam surat kaleng atau rumor saja. Penyidikan

atau penuntut umum kalau ada laporan seorang whistleblower

harus hati-hati menerimanya, tidak sembarangan apa yang

dilaporkan itu langsung diterima dan harus diuji terlebih dahulu

(Newsletter Komisi Hukum Nasional, Juli 2010).

Istilah whistleblower dalam bahasa Inggris diartikan sebagai

“peniup peluit”, disebut demikian karena sebagaimana halnya

wasit dalam pertandingan sepak bola atau olahraga lainnya yang

meniupkan peluit sebagai pengungkapan fakta terjadinya

pelanggaran. Secara terjemahan harfiah dalam Bahasa Indonesia

adalah “peniup peluit” maksudnya adalah orang-orang yang

memberi peringatan kepada publik. (Anwar Usman, Whistleblower

Dalam Perdebatan). Dalam tulisan ini, istilah whistleblower

diartikan sebagai pelapor atau orang yang mengungkap fakta

kepada publik mengenai sebuah skandal, bahaya, malpraktik atau

korupsi.

Dalam hukum positif Indonesia, perlindungan terhadap saksi,

pelapor dan korban diatur dalam Undang-Undang No. 13 tahun

2006. Secara eksplisit perlindungan terhadap seorang

whistleblower dapat diketemukan payung hukumnya pada UU No.

13 tahun 2006 ini. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat

dalam mengungkap tindak pidana, perlu diciptakan iklim yang

kondusif dengan cara memberikan perlindungan hukum dan

keamanan kepada setiap orang yang mengetahui atau menemukan

suatu hal yang dapat membantu mengungkap tindak pidana yang

telah terjadi dan melaporkan hal tersebut kepada penegak hukum.

Page 49: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Pelapor yang demikian itu harus diberi perlindungan hukum dan

keamanan yang memadai atas laporannya, sehingga ia tidak

merasa terancam atau terintimidasi baik hak maupun jiwanya.

Dengan jaminan perlindungan hukum dan keamanan tersebut,

diharapkan tercipta suatu keadaan yang memungkinkan

masyarakat tidak lagi merasa takut untuk melaporkan suatu tindak

pidana yang diketahuinya kepada penegak hukum, karena

khawatir atau takut jiwanya terancam oleh pihak tertentu. Dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 50

sampai dengan Pasal 68 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana hanya mengatur perlindungan

terhadap tersangka atau terdakwa untuk mendapat perlindungan

dari berbagai kemungkinan pelanggaran hak asasi manusia.

Dengan latar belakang pemikiran yang demikian diharapkan

kehadiran UU No. 13 tahun 2006 dapat mengakomodasi terhadap

perlindungan saksi dan korban serta demi kepentingan

terungkapnya lebih banyak extraordinary crime dapat menjadi

penyeimbang sebagai wujud dari asas kesamaan di depan hukum

(equality before the law) yang menjadi salah satu ciri negara

hukum, bahwasanya saksi dan korban dalam proses peradilan

pidana harus diberi jaminan perlindungan hukum.

b. Perlindungan hukum terhadap whistleblower

Perkembangan modus tindak pidana kejahatan

extraordinary crime di negeri kita akhir-akhir ini menunjukkan

skala yang meluas dan semakin canggih. Kenyataan ini juga

mendorong upaya pengungkapan kasus-kasus untuk keluar dari

cara-cara konvensional. Adapun, salah satu cara untuk

mengungkap terorganisirnya extraordinary crime tersebut

diperlukan peran whistleblower yang dapat mendorong

pengungkapan modus tindak pidana tersebut menjadi relatif lebih

mudah untuk dibongkar.

Page 50: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Mencermati fenomena dan upaya diperlukannya peran

whistleblower dalam pengungkapan kejahatan terorganisir perlu

adanya regulasi yang jelas untuk menjamin perlindungan hukum

baginya. Oleh karena itu, Penulis akan mengkaji beberapa

peraturan hukum yang dapat dijadikan pisau analisa sekaligus

rujukan sebagai payung hukum whistleblower.

1) Undang-Undang No.13 Tahun 2006 tentang Perlindungan

Saksi dan Korban

Pengaturan mengenai perlindungan Whistleblower

(pengungkap fakta atau pelapor) secara eksplisit diatur dalam

Undang-Undang nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan

saksi dan korban. Pasal 10 Ayat (1) menyebutkan bahwa

“Seorang saksi, korban dan pelapor tidak dapat dituntut

secara hukum baik pidana maupun perdata atas laporan

kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikan “. Aturan

yang dimuat dalam Pasal 10 Ayat (1) UU No.13 tahun 2006 ini

menjadi ambigu dan bersifat kontradiktif terdapat pasal yang

sama dalam Pasal 10 Ayat (2) yang menyebutkan : “Seorang

saksi yang juga tersangka dalam kasus yang sama tidak dapat

dibebaskan dari tuntutan pidana apbila ia ternyata terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah, tetapi kesaksiannya

dapat dijadikan pertimbangan hakim dalam meringankan

pidana yang akan dijatuhkan”. Isi Pasal 10 Ayat (2) UU No.13

Tahun 2006, terdapat kata-kata ”saksi yang juga tersangka”

merupakan rumusan yang kurang bisa dipahami secara

konsisten terhadap saksi yang juga berstatus sebagai saksi

pelapor kemudian tiba-tiba berubah menjadi tersangka. Hal ini

dapat menimbulkan multitafsir dan menimbulkan

ketidakpastian hukum.

Apabila kita tengok diberbagai Negara tentang

Whistleblower dipastikan berada dalam suatu jaringan mafia,

Page 51: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

yang jelas mengetahui adanya permukafatan jahat, sehingga

tidak jarang kemudian adanya sindikat kejahatan itu dapat

dibongkar, dikarenakan adanya suatu pembangkangan yang

dilakukan oleh si peniup peluit (Whistleblower) untuk

membongkar atau mengungkap apa yang dilakukan oleh

kelompok mafia. Sebagai imbalan sang peniup peluit

(Whistleblower) tadi dibebaskan dari tuntutan pidana (AM.

Mujahidin, 5: 2010). Menurut pakar hukum pidana Eddy O.S.

Hiariej, bahwa Pasal 10 Ayat (2) UU No.13 Tahun 2006

adalah bertentangan dengan semangat Whistleblower, karena

pasal ini tidak memenuhi prinsip perlindungan terhadap

seorang Whistleblower, dimana yang bersangkutan tetap akan

dijatuhi hukuman pidana bilamana terlibat dalam kejahatan

tersebut. Lebih lanjut Eddy O.S. Hiariej memberikan penilaian

bahwa pasal 10 Ayat (1) dan Ayat (2) UU No. 13 Tahun 2006

terdapat 3 (tiga) kerancuan.

- Pertama, saksi yang juga tersangka dalam kasus yang sama

akan menghilangkan hak excusatie terdakwa. Hal ini

merupakan salah satu unsur objektifitas peradilan. Ketika

Whistleblower sebagai saksi dipengadilan maka

keterangannya sah sebagai alat bukti jika diucpkan dibawah

sumpah. Apabila Whistleblower berstatus sebagai terdakwa

yang diberikan tidak dibawah sumpah.

- Kedua, disitulah letak adanya ambigu, siapa yang akan

disidangkan terlebih dahulu atau disidangkan secara

bersamaan.

- Ketiga, ketentuan Pasal 10 Ayat (2) UU No.13 Tahun 2006

bersifat kontra legem dengan Ayat (1) dalam pasal dan

Undang-Undang yang sama, pada hakikatnya menyebutkan

bahwa saksi, korban, dan pelapor tidak dapat dituntut secara

hukum baik pidana maupun perdata atas laporan kesaksian

Page 52: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

yang akan, sedang atau telah diberikan (Eddy O.S. Hiariej,

4: 2010).

Pasal 10 Ayat (2) UU No. 13 Tahun 2006 membuat

pemahaman terhadap saksi yang juga tersangka semakin tidak

jelas, karena disana dijelaskan seorang saksi yang juga

tersangka tidak dapat dibebaskan dari tuntutan hukum. Hal ini,

berarti bisa saja pada waktu bersamaan seorang saksi menjadi

tersangka. Meskipun menurut Pasal 10 Ayat (2) ini,

memungkinkan akan memberikan keringanan hukuman bagi

whistleblower, namun kemungkinan tersebut tetap tidak dapat

membuat seorang yang menjadi whistleblower akan bernafas

lega atau bahkan sama sekali membuat seseorang tertarik

untuk menjadi whistleblower. Hal demikian harus dipisahkan

antara pemahaman seorang saksi mahkota, terdakwa yang

menjadi saksi bagi terdakwa lain, dengan seorang

whistleblower yang berkedudukan sebagai saksi terlebih

dahulu dan kemungkinan akan terjerat menjadi seorang

tersangka bahkan terdakwa.

Selain ketentuan Pasal 10 Ayat (2) UU No. 13 Tahun 2006, Pasal 191 Ayat (1) KUHAP menentukan bahwa jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemerikasaan di sidangkan pengadilan, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas. Sementara Whistleblower yang juga sebagai pelaku tindak pidana diduga kuat telah melakukan kesalahan.dan karenanya sangat mudah untuk membuktikannya secara sah dan meyakinkan di Pengadilan. Yang memungkinkan baginya adalah lepas dari tuntutan hukum sebagimana terdapat dalam Pasal 191 Ayat (2) KUHAP yang menyebutkan bahwa jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepadanya terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum. Hanya saja untuk lepas dari tuntutan hukum juga sulit, karena Whistleblower yang juga sebagai pelaku tindak pidana yang diduga kuat telah melakukan kesalahan, tindakannya

Page 53: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

tidak termasuk dalam kerangka dasar penghapusan pidana (Anwar Usman, 4: 2010).

Seorang yang telah menjadi Whistleblower, apabila

mengacu Pasal 10 Ayat (2) UU No. 13 Tahun 2006, harapan

untuk lepas dari tuntutan hukum sangat sulit, karena pasal ini

telah menegaskan bahwa seorang saksi yang juga tersangka

dalam kasus yang sama tidak dapat dibebaskan dari tuntutan

pidana apabila ia terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah.

Untuk bisa lepas dari tuntutan hukum adalah menjadi harapan

bagi Whistleblower yang sekaligus juga sebagai pelaku tindak

pidana, karena untuk dapat bebas dari tuntutan hukum, hampir

tidak mungkin.

Menurut Ahmad Yani di Indonesia belum ada pengaturan

secara jelas mengenai whistleblower. Dalam UU No. 13 Tahun

2006. hanya mengatur tentang perlindungan terhadap saksi dan

korban, bukan terhadap pelapor. Lebih lanjut menurut Yani,

whistleblower itu tidak dapat dituntut secara pidana maupun

perdata atas perkara-perkara yang dikemukakan kepada

penegak hukum. Kasus-kasus besar seperti mafia perpajakan

itu biasanya dibongkar oleh orang dalam sendiri, oleh karena

itu perlu ada pengaturan perlindungan terhadap whistleblower

(Ahmad Yani, 8: 2010). Contoh fakta dari pendapat Ahmad

Yani adalah dipidananya Vincentius Amin Sutanto. Vincentus

sebagai orang internal dalam Dirjen Pajak adalah orang yang

banyak mengetahui tindak pidana yang sedang diproses oleh

Dirjen Pajak, yang diduga merugikan keuangan Negara sangat

besar. Dan hanya dengan kesaksiannya, akan dapat diungkap

kasus tersebut, dan uang negara diselamatkan. Peran besar

Vincent dalam mengungkap kasus tersebut, ternyata tidak

diimbangi dengan perlindungan yang memadai. Vincent pada

akhirnya harus meringkuk dalam penjara, dengan tuduhan

Page 54: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

melakukan tindak pidana pencucian uang. Oleh Pengadilan,

Vincent diganjar 11 tahun penjara. Putusan Pengadilan Negeri

ini kemudian diperkuat oleh Pengadilan Tinggi dan Mahkamah

Agung (Legal Anotasi Catatan Hukum Bagi Whistleblower, 3:

2008).

Menghadapi kejahatan yang terorganisir diperlukan

kemauan dan keberanian memberikan perlindungan seseorang

dan juga keluarga seseorang tersebut yang bersedia berkorban

menjadi whistleblower. Konsekuensi perbuatan hukum dan

akibat hukum yang luas dan masif bagi dirinya maka reward

pengembalian yang layak ditawarkan adalah kepastian hukum

akan jaminan kerahasiaan dan juga keringanan hukuman.

2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Pengesahan

United Natlons Convention Against Corruption, 2003

(Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003)

Dengan diratifikasikannya United Nations Convention Againts

Corruption (UNCAC) melalui UU No. 7 tahun 2006 Indonesia

telah memasuki babak baru dalam perlindungan terhadap

Pelaku yang Bekerjasama. Dasar hukum tersebut menyatakan

bahwa setiap negara anggota UNCAC harus

mempertimbangkan pengambilan tindakan atau upaya untuk

mendorong insentif, termasuk dengan memberikan

pengurangan hukuman hingga imunitas kepada pelaku yang

mau bekerjasama dengan aparat penegak hukum dalam

mengungkap korupsi atau tindak pidana yang terorganisir.

Dalam Article 37 UNCAC dikatakan:

1. Each State Party shall take appropriate measures to

encourage persons who participate or who have

participated in the commission of an offence established in

accordance with this Convention to supply information

useful to competent authorities for investigative and

Page 55: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

evidentiary purposes and to provide factual, specific help to

competent authorities that may contribute to depriving

offenders of the proceeds of crime and to recovering such

proceeds.

2. Each State Party shall consider providing for the

possibility, in appropriate cases, of mitigating punishment

of an accused person who provides substantial cooperation

in the investigation or prosecution of an offence established

in accordance with this Convention.

3. Each State Party shall consider providing for the

possibility, in accordance with fundamental principles of its

domestic law, of granting immunity from prosecution to a

person who provides substantial cooperation in the

investigation or prosecution of an offenceestablished in

accordance with this Convention.

Secara tersurat bahwasanya menyebutkan kewajiban

negara anggota UNCAC untuk mempertimbangkan

pengambilan tindakan atau upaya untuk memberikan

perlindungan fisik dan psikis bagi Pelaku yang Bekerjasama

sebagaimana diatur dalam Pasal 32 UNCAC.

Pelaku yang Bekerjasama dapat didefinisikan sebagai Orang yang juga pelaku tindak pidana yang membantu aparat penegak hukum untuk mengungkap suatu tindak pidana dan/atau pengembalian aset-aset/hasil suatu tindak pidana kepada negara dengan memberikan kesaksian, laporan atau informasi lain (Jurnal Buku Perlindungan Terhadap Pelaku Yang Bekerjasama, 11: 2010).

Yang menjadi catatan dalam regulasi ini adalah apakah

pelaku yang bekerjasama dapat dipersamakan dengan

whistleblower. Mencermati lebih jauh dari Jurnal Buku

Perlindungan Terhadap Pelaku Yang Bekerjasama Ada 2

(dua) aspek penting dalam definisi di atas. Pertama, status

pelaku yang bekerjasama dapat berupa saksi, pelapor, atau

Page 56: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

’hanya’ informan. Yang lebih menjadi penekanan, adalah nilai

dari informasi yang diberikannya untuk mengungkap tindak

pidana yang lebih besar atau mengembalikan aset hasil tindak

pidana dalam jumlah besar. Kedua, orang tersebut adalah

pelaku tindak pidana. Tindak pidana yang dimaksud di sini

adalah tindak pidana yang ia laporkan (pula) atau tindak

pidana lain. Karenanya bisa jadi seorang pejabat kepegawaian

di suatu kementerian yang tengah diproses karena menerima

suap dalam kasus penerimaan pegawai dijadikan pelaku yang

bekerjasama karena ia bersedia mengungkapkan praktek

korupsi sistemik dalam proses pengadaan barang di

kementerian tempat ia bekerja (Jurnal Perlindungan Terhadap

Pelaku Yang Bekerjasama, 11: 2010).

Jika mendasarkan pada definisi pelaku yang bekerjasama

dan juga penjelasan atas definisi tersebut, maka penulis

sependapat jika pengaturan perlindungan Undang-Undang

Nomor 7 tahun 2006 merupakan salah satu payung hukum bagi

whistleblower yang dengan itikad baik mau bekerjasama

dengan aparat penegak hukum dalam melawan kejahatan

extraordinary crime, sekaligus merupakan kewajiban bagi

negara untuk memberikan perlindungan hukum.

c. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Perlindungan Saksi dan Korban dalam ketentuan umumnya telah

menyatakan bahwa Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban,

yang selanjutnya disingkat LPSK, adalah lembaga yang bertugas

dan berwenang untuk memberikan perlindungan dan hak-hak lain

kepada Saksi dan/atau Korban sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang. Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban (UU

PSK) tidak merinci tugas dan kewenangan dari LPSK tersebut

lebih lanjut. Perumus Undang-Undang kelihatannya tidak

Page 57: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

menjabarkan tugas dan kewenangan LPSK dalam suatu bagian

atau bab tersendiri dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2006

seperti peraturan lainnya, melainkan menyebarkan di seluruh UU.

Adapun tugas dan kewenangan LPSK yang tersebar dalam

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006, yaitu:

1) Menerima permohonan saksi dan atau korban untuk

perlindungan.

2) Memberikan keputusan pemberian perlindungan saksi dan

atau korban.

3) Memberikan perlindungan kepada saksi dan atau korban.

4) menghentikan program perlindungan saksi dan atau korban.

5) mengajukan ke pengadilan (berdasarkan keinginan korban)

Berupa hak atas kompensasi dalam kasus pelanggaran hak

asasi manusia yang berat; dan hak atas restitusi atau ganti

kerugian yang menjadi tanggung jawab pelaku tindak pidana.

6) Menerima permintaan tertulis dari korban ataupun orang yang

mewakili korban untuk bantuan.

7) Menentukan kelayakan, jangka waktu dan besaran biaya yang

diperlukan diberikannya bantuan kepada saksi dan atau

korban.

8) Bekerja sama dengan instansi terkait yang berwenang dalam

melaksanakan pemberian perlindungan dan bantuan.

Jika dilihat dari tugas maupun kewenangan yang diberikan

oleh Undang-Undang PSK terhadap LPSK, secara umum terkesan

sudah mencukupi. Namun jika diperhatikan dengan teliti dengan

mandat dari undang-undangnya untuk melindungi saksi dan korban

maka kewenangan dari lembaga ini masih kurang memadai jika

dikaitkan dengan perlindungan terhadap whistleblower. Dalam

extraordinary crime banyak diatur mengenai tatacara pemberian

perlindungan bagi saksi, korban dan atau saksi pelapor disesuaikan

dengan ketentuan hukum khusus manakah yang dilanggarnya, akan

Page 58: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

tetapi tugas dan kewenangan mandatoris dalam pemberian

perlindungan terhadap saksi dan korban berada di bawah Lembaga

Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).

Keputusan LPSK dalam memberikan perlindungan bagi saksi

dan korban membawa konsekuensi yuridis bagi orang dan atau

badan hukum yang memaksakan kehendaknya meminta keterangan

dan atau kesaksian si pelapor. Mencermati konsekuensi yuridis dan

manfaat dari keberadaan LPSK, maka saksi dan atau korban yang

berada di bawah LPSK dapat terhindar dari abuse of power

penguasa dan atau orang-orang yang berkepentingan terhadap

kesaksian si pelapor.

Dalam pengungkapan kasus tindak pidana serius, termasuk

korupsi atau mafia hukum, keberadaan whitleblower dianggap

sangat penting karena sulit dan/atau besarnya sumberdaya yang

harus dikeluarkan untuk mengungkap tindak pidana semacam itu

tanpa adanya informasi dari “orang dalam”. Hal ini disebabkan

karena beberapa hal antara lain:

1) tindak pidana semacam ini kerap dilakukan secara terorganisir;

2) para pelaku sama-sama diuntungkan dengan adanya tindak

pidana sehingga sulit mengharapkan adanya laporan dari pihak

yang dirugikan;

3) pelaku tindak pidana tidak jarang melibatkan pihak yang

memiliki kekuatan (kekuasaan/jabatan, finansial, dsb) sehingga

orang yang mengetahui tindak pidana tersebut takut untuk

melaporkan ke aparat penegak hukum;

4) pelaku mengetahui cara dan semakin canggih dalam

menyembunyikan tindak pidana (transaksi dilakukan tunai,

melakukan money laundring, melalui perantara, menghindari

percakapan agar tidak terekam, dan sebagainya) sehingga tidak

mudah untuk menemukan bukti-bukti tindak pidana tersebut

(www.ELSAM.com).

Page 59: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Pertanyaannya, apa keuntungan atau insentif bagi wistleblower

yang mungkin juga pelaku tindak pidana untuk membantu aparat

penegak hukum mengungkap tindak pidana dimana ia sendiri

terlibat dan terancam pidana pula? Untuk menjawabnya dan

memberikan jaminan perlindungan dibawah LPSK, maka perlu

diketahui terlebih dahulu, apakah orang tersebut dapat

dikategorikan, saksi, pelapor atau korban yang dapat dilindungi

oleh Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2006.

d. Pengaturan Pemberian Perlindungan dan Bantuan LPSK

Whistleblower yang hanya berkedudukan sebagai seorang

saksi yang memberikan informasi mengenai tindak pidana

sepenuhnya akan mendapat perlindungan LPSK sesuai dengan

prosedur yang berlaku dalam Undang-Undang Nomor. 13 Tahun

2006. Namun jika whistleblower tersebut adalah saksi yang juga

turut serta melakukan tindak pidana, hukum positif Indonesia

belum secara memadai. Dikatakan tidak memadai, karena secara

yuridis dan fakta dibeberapa kasus pengungkapan tindak pidana

yang melibatkan whistleblower sebagai pelaku yang turut serta

belum terdapat regulasi yang jelas mengenai perlindungan

hukumnya. Oleh karena hal tersebut, maka yang akan menjadi

pokok permasalahan untuk diberikan perlindungan adalah

pengertian saksi sebagai seorang pelaku yang bekerjasama

dengan memberikan informasi ke aparat penegak hukum.

Jika LPSK dan lembaga penegak hukum lainnya mau

menerima perluasan definisi saksi, maka perlindungan bagi saksi,

pelapor dan atau pelaku yang bekerjasama yang terkait dengan

tindak pidana yang dilaporkan secara langsung baik yang terkait

sebagai orang yang turut serta dan atau saksi yang berkedudukan

sebagai korban dari tindak pidana tersebut secara eksplisit dalam

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2006 telah mengatur mengenai

Page 60: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

adanya perlindungan fisik, dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-

Undang menyatakan:

Seorang Saksi dan Korban berhak:

a) memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga,

dan harta bendanya, serta bebas dari Ancaman yang

berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang, atau telah

diberikannya;

b) ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk

perlindungan dan dukungan keamanan;

c) memberikan keterangan tanpa tekanan;

d) mendapat penerjemah;

e) bebas dari pertanyaan yang menjerat;

f) mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus;

g) mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan;

mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan;

h) mendapat identitas baru;

i) mendapatkan tempat kediaman baru;

j) memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan

kebutuhan;

k) mendapat nasihat hukum;

l) memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas

waktu perlindungan berakhir;

m) mendapatkan pendampingan dalam penyidikan sampai

dengan pemeriksaan di pengadilan;

n) mendapatkan tempat kediaman sementara; dan/atau

o) tidak dapat dituntut secara hukum baik pidana, administrasi

maupun perdata atas kesaksian, informasi lain yang akan,

sedang, atau telah diberikannya.

Perluasan definisi saksi yang penulis maksud dalam hal ini

adalah, pengertian saksi dalam Undang-Undang Nomor. 13

Tahun 2006 telah diberi batasan dalam pasal 1 angka 1 Undang-

Page 61: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Undang Nomor. 13 Tahun 2006 yaitu orang yang dapat

memberikan keterangan guna kepentingan penyelidikan,

penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan

tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat

sendiri, dan/atau ia alami sendiri, hal demikian menjadi rancu

karena pengertian saksi pelapor dan saksi yang dalam waktu

bersamaan menjadi tersangka tidak dapat berlindung dalam aturan

ini.

Dalam pemberian perlindungan secara psikologis terhadap

pelaku yang bekerjasama. Perlindungan dapat diberikan dengan

memberi perlindungan terhadap kerahasiaan identitas. Karena jika

merujuk pada ketentuan KUHAP saksi de charge selama

penyelidikan jika berkedudukan sebagai pelaku yang bekerjasama

dapat ditahan dan kerahasiaannya tidak dapat disembunyikan

karena berkaitan dengan pemeriksaan bagi tersangka lain yang.

Pasal 5 Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2006 adalah regulasi

yang terlewat dalam pengaturan pemberian perlindungan atas

kerahasiaan identitas bagi saksi (termasuk pelapor dan pelaku

yang bekerjasama), yang dalam kondisi-kondisi tertentu perlu

dirahasiakan dan pemisahan tempat penahanan. Hal ini perlu

diakomodir dalam revisi Undang-Undang tersebut. Khusus untuk

whistleblower yang dikategorikan sebagai pelaku yang

bekerjasama perlu pula dijamin adanya tempat penahanan dan

penghukuman yang berbeda atau terpisah dari tahanan atau

narapidana lain yang tindak pidananya diungkap oleh pelaku yang

bekerjasama. Hal ini penting untuk menjamin keamanan dan

keselamatan pelaku yang bekerjasama serta menghindari adanya

kemungkinan upaya dari pihak yang akan diungkap tindak

pidananya untuk mempengaruhi dukungan pengungkapan tindak

pidana yang akan dilakukan oleh pelaku yang bekerjasama.

Page 62: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Jika pengaturan mengenai perlindungan secara fisik dan

psikis dapat terpenuhi maka dapat diberlakukan dasar hukum

yang memungkinkan whistleblower dan atau pelaku yang

bekerjasama dalam memberantas tindak pidana yang terorganisir.

Secara jelas Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13/2006

mengatur bentuk perlindungan hukum bagi saksi dan pelapor,

yakni bahwa mereka tidak dapat dituntut secara hukum baik

pidana maupun perdata atas laporan, kesaksian yang akan,

sedang, atau telah diberikannya. Pengecualian dari jaminan

hukum tersebut adalah jika mereka memberikan keterangan tidak

dengan itikad baik, misalnya memberikan keterangan palsu,

sumpah palsu, dan permufakatan jahat (Pasal 10 ayat 3 dan

penjelasannya). Masalahnya, dapat terjadi konflik jika seseorang

(Pelapor) melaporkan suatu tindak pidana yang dilakukan oleh

orang lain (Terlapor) ke kepolisian dan si Terlapor melaporkan

balik si Pelapor ke kepolisian atas dasar, misal, “keterangan atau

sumpah palsu“. Dalam konflik semacam ini Undang-Undang

tidak mengatur permasalahan tentang prosedur yang seharusnya

ditempuh untuk menjamin perlindungan hukum bagi pelapor di

satu sisi dan hak terlapor di sisi lain.

14p Pelau e. Ketentuan Pidana

1) Setiap orang yang memaksakan kehendaknya baik

menggunakan kekerasan maupun cara-cara tertentu, yang

menyebabkan Saksi dan/atau Korban tidak memperoleh

perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)

huruf a atau huruf d sehingga Saksi dan/atau Korban tidak

memberikan kesaksiannya pada tahap pemeriksaan tingkat mana

pun, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling

Page 63: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

sedikit Rp.40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah) dan paling

banyak Rp.200. 000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

2) Setiap orang yang melakukan pemaksaan kehendak

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sehingga menimbulkan

luka berat pada Saksi dan/atau Korban, dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh)

tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.80.000.000,00

(delapan puluh juta rupiah) dan paling banyak

Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3) Setiap orang yang melakukan pemaksaan kehendak

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sehingga mengakibatkan

matinya Saksi dan/atau Korban, dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama seumur hidup dan

pidana denda paling sedikit Rp.80.000.000,00 (delapan puluh

juta rupiah) dan paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah).

4) Setiap orang yang menghalang-halangi dengan cara apapun,

sehingga Saksi dan/atau Korban tidak memperoleh perlindungan

atau bantuan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)

huruf a dan huruf d, Pasal 6, atau Pasal 7 ayat (1), dipidana

denganpidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling

lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit

Rp.80.000.000,00 (delapan puluh juta rupiah) dan paling banyak

Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

5) Setiap orang yang menyebabkan Saksi dan/atau Korban atau

keluarganya kehilangan pekerjaan karena Saksi dan/atau Korban

tersebut memberikan kesaksian yang benar dalam proses

peradilan, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua)

tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp.80.000.000,00 (delapan puluh juta rupiah) dan paling

banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 64: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

6) Setiap orang yang menyebabkan dirugikannya atau

dikuranginya hak-hak Saksi dan/atau Korban sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, atau Pasal 7 ayat (1) karena

Saksi dan/atau Korban memberikan kesaksian yang benar dalam

proses peradilan, dipidana dengan pidana penjara paling singkat

1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda

paling sedikit Rp.30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) dan

paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

7) Setiap orang yang memberitahukan keberadaan Saksi dan/atau

Korban yang tengah dilindungi dalam suatu tempat khusus yang

dirahasiakan oleh LPSK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

ayat (1) huruf j, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3

(tiga) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda

paling sedikit Rp.80.000.000,00 (delapan puluh juta rupiah) dan

paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

8) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37,

Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40, dan Pasal 41 dilakukan oleh pejabat

publik, ancaman pidananya ditambah dengan 1/3.

f. Ketentuan Peralihan

Pada saat Undang-Undang ini diundangkan, peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai perlindungan

terhadap Saksi dan/atau Korban dinyatakan tetap berlaku

sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.

2. Pengaturan Perlindungan Saksi dan Korban dalam Regulasi

Prinsip Kerahasiaan dan Keringanan Hukuman dalam US

Marshal Service Witness Security Program USA

a. Latar Belakang US Marshal Service Witness Security Program

USA

Whistleblower adalah orang yang memberitahu publik atau

orang yang melakukan tindakan ilegal yang diduga ( kesalahan )

Page 65: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

yang terjadi di sebuah departemen pemerintah, organisasi publik

atau swasta, atau perusahaan. Para pelanggaran diduga dapat

diklasifikasikan dalam banyak cara, misalnya, suatu pelanggaran

terhadap hukum , aturan, peraturan dan atau ancaman langsung

terhadap kepentingan umum, seperti penipuan pelanggaran,

kesehatan atau keselamatan, dan korupsi. Whistleblowers dapat

membuat tuduhan mereka secara internal (misalnya, untuk orang

lain dalam organisasi dituduh) atau eksternal (untuk regulator,

penegak hukum, untuk media atau kelompok yang bersangkutan

dengan masalah) (www.wikipedia.com). Salah satu hukum pelapor

pertama yang dilindungi adalah False Claim Act (direvisi tahun

1986) tahun 1863 di Amerika Serikat yang mencoba untuk

memerangi penipuan oleh pemasok dari pemerintah Amerika

Serikat selama Perang Saudara. Tindakan itu mendorong

whistleblower dengan menjanjikan mereka persentase dari uang

yang kembali atau ganti rugi akibat kerusakan yang dimenangkan

oleh pemerintah dan melindungi mereka dari pemecatan salah.

Namun yang menjadi permasalahan adalah whistleblower sering

menghadapi aksi pembalasan, kadang-kadang di tangan organisasi

atau kelompok yang mereka tuduhkan, kadang-kadang dari

organisasi terkait, dan kadang-kadang di bawah hokum.

Program keamanan saksi (witnes security program, WITSEC)

federal Amerika Serikat dibentuk oleh Undang-Undang tentang

kejahatan terorganisir Tahun 1970. Program ini digambarkan

sebagai usaha pemerintah yang paling menyeluruh dan metodis

dalam mengambil langkah untuk melawan tindakan kejahatan

yang serius seperti kejahatan terorganisir, kejahatan kerah putih,

distribusi obat-obatan terlarangdan korupsi (Montanino 501: 1984,

dalam buku Nicholas, 2006). Dilema yang dihadapi dalam sistem

hukum Amerika Serikat adalah tingginya tingkat intimidasi

bahkan pembunuhan terhadap saksi-saksi yang berada di bawah

Page 66: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Program Perlindungan. Salah satu indikasi yang menunjukan skala

permasalahan yang ada diperoleh dari data Departemen

Kehakiman pada tahun 1979 yang memperkirakan 10% dari

korban kasus pembunuhan yang terkait dengan kejahatan

terorganisir dalam waktu empat tahun adalah saksi dari para jaksa

penuntut, sementara pada periode empat tahun sebelumnya,

Departemen Kehakiman melaporkan sebanyak 25 informan

terbunuh (Graham, 85:1985). Fakta ini berbanding lurus dengan

pendapat dari Gerald Schur bahwa “alat tertua dan terampuh yang

dimiliki oleh kejahatan terorganisir dalam melawan proses

penuntutan kriminal adalah membunuh para saksi yang bersaksi

melawan mereka” (Nicholas: 23: 2006).

US Marshall Service adalah lembaga penegakan hukum

pemerintah federal di Amerika Serikat, namun kantor eksekutif

untuk US Marshall, itu sendiri diciptakan baru ada pada tahun

1965 sebagai organisasi pertama untuk mengawasi Program

Perlindungan, salah satunya sebagai lembaga yang diberi tugas

dan wewenang atas pertunjuk Jaksa untuk memberikan

perlindungan berdasarkan pada WITSEC. Terbentuk dan

pengambil alihan tugas dan wewenang dalam program

perlindungan dapat sedikit membantu menekan perasaan takut

(psikologis) sebagai dampak dari perbuatan hukumnya

memberikan kesaksian. Penulis sengaja memberikan penilaian

bahwa perlindungan di bawah US Marshall Service hanya sedikit

memberikan pertolongan dalam rasa aman karena Penulis setuju

dan mendasarkan pada kajian dari Komisi Nasional Pengamat dan

Penegak Hukum yang menyimpulkan bahwa pelaksanaan keadilan

ditakdirkan untuk menderita karena beban ekonomi dan psikologis

yang tidak masuk akal yang dibebankan pada saksi saat bersaksi di

Pengadilan (Roberts, 2: 1991). Dalam konteks saksi yang

berkedudukan sebagai pelaku yang bekerjasama, maka penulis

Page 67: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

sepaham dan mampu memahami beban psikologis yang

ditimbulkan sebagai bagian dari intimidasi kejahatan yang

terorganisir. Dari sisi ekonomi, biaya dan waktu yang terkuras

adalah beban materi sekaligus psikologis yang menekan para

saksi. Sebagai contoh para saksi mungkin harus pergi ke

Pengadilan berkali-kali untuk memberikan kesaksian dan

kehilangan sumber pendapatan.

Pada saat adanya pergeseran paradigma untuk memberikan

perlindungan kepada korban dan saksi serta usaha pemerintah

Amerika Serikat untuk memberantas kejahatan terorganisir

dibentuklah WITSEC yang mengakomodasi perlindungan kepada

saksi dan korban. Pada masa awal terbentuknya aturan ini,

keseluruhan pengawasan berada di tangan pemerintah federal

masing-masing negara bagian. Mengingat besarnya ancaman bagi

saksi dan korban, maka pemerintah secara khusus mendelegasikan

kewenangan kepada US Marshall untuk turut membantu dan

memberikan perlindungan secara menyeluruh. Meskipun

berdasarkan kajian dari Montanino yang menggambarkan

bagaimana keadaan saksi yang diterima di dalam program

perlindungan bagaikan masuk dalam lingkar kematian dan

kelahiran sosial, namun keberadaan lembaga ini tidak bisa

dinisbikan sumbangsihnya bagi pengawalan saksi dan korban.

b. US Marshal Service

US Marshals Service adalah bagian dari eksekutif cabang

pemerintah, dan bagian dari pengadilan federal Amerika Serikat

(AS). Para Marshals AS bertanggung jawab untuk melindungi

petugas pengadilan dan operasi yang efektif dari pengadilan,

khususnya mengenai kejahatan terorganisir. Layanan ini juga

membantu dengan keamanan pengadilan dan transportasi tahanan,

Page 68: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

melayani perintah penangkapan, dan mencari buronan (www.US

Marshals Service.com).

US Marshals Service bertanggung jawab untuk menangkap

buronan, memberikan perlindungan untuk peradilan federal,

mengangkut tahanan federal, melindungi saksi federal yang

terancam, dan mengelola aset yang disita dari perusahaan kriminal.

Marshals Service bertanggung jawab atas 55,2 persen dari

penangkapan federal buronan. US Marshall Service juga

mengeksekusi semua surat perintah yang sah, proses, dan perintah

yang dikeluarkan di bawah otoritas Amerika Serikat, dan perintah

yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya. US Marshall tidak

dapat menggunakan tentara untuk tugas penegakan hukum saat

dalam seragam yang mewakili unit mereka (www.wikipedia.com).

c. Perlindungan Bagi Saksi dan Korban

Dalam hal pelaksanaan WITSEC, perlindungan terhadap

saksi melibatkan beberapa tahapan kunci (Graham, 87-88: 1985).

Seorang jaksa di Amerika Serikat yang mencari perlindungan bagi

seorang saksi harus membuat suatu permintaan tertulis kepada

Wakil Jaksa Agung di Kantor Pelaksanaan Penegakan (Office of

Enforcement Operations, OEO) di Departemen Kehakiman.

Dalam menilai aplikasi yang masuk, OEO akan

mempertimbangkan permintaan jaksa penuntut umum yang

berkaitan dengan beberapa kriteria, termasuk di dalamnya nilai

kepentingan dari penuntutan, bahaya yang dihadapi saksi dan

pandangan bagian Pelayanan Keamanan Publik (Marshal Service)

Amerika Serikat mengenai kelayakan saksi untuk dapat menjadi

bagian dari WITSEC. Bila permintaan itu disetujui maka Marshal

Service akan mengambil alih kuasa atas saksi. Seorang petugas

akan menghubungi saksi untuk menginformasikan mereka tentang

detail program dan mengumpulkan informasi latar belakang

Page 69: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

mengenai riwayat kerja dan kesehatan mereka (dan keluarganya).

Bila saksi membutuhkan perlindungan segera, maka mereka akan

dipindahkan sementara ke motel di luar “daerah bahaya”. Marshal

Service berkonsultasi dengan saksi lalu memilih daerah relokasi

dan mengatur kepindahan saksi, keluarga dan kepemilikan mereka

ke daerah itu. Di daerah relokasi, saksi diawasi oleh Deputy

Marshal yang berrtindak sebagai penghubung dan mengatur akses

para saksi dan keluarganya pada perumahan, pelayanan kesehatan

dan lainnya. Saksi kemudian diberikan bantuan dalam mencari

pekerjaan di daerah relokasi dan dibayar dengan tunjangan hidup

per bulan yang mencukupi yang biasanya berakhir dalam 120 hari

setelah masuk ke dalam program WITSEC. Para saksi dan

keluarganya juga diberikan dokumentasi yang diperlukan untuk

mengganti identitas mereka, termasuk akte kelahiran, surat izin

mengemudi, passport, dan catatan kesehatan dan sekolah.

Meskipun para saksi bisa berhubungan dengan keluarga dan

teman-teman mereka di daerah asal, hal itu hanya bisa dilakukan

melalui saluran penghubung surat yang aman yang diawasi oleh

Marshal Service.

Ada tiga organisasi federal yang berbeda yang terlibat

dalam menempatkan seorang saksi dalam program Perlindungan

Saksi dan mereka masing-masing fokus pada bidang tertentu

dalam program. Organisasi-organisasi ini dan area tanggung

jawab mereka adalah:

1) US Marshall Service

Memastikan bahwa para peserta perlindungan saksi dalam

persidangan yang tidak masuk penjara berada dalam keadaan

yang aman;

2) Kantor Operasi Penegakan (Office of Enforcement Operations,

OEO)

Page 70: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Organisasi ini menentukan siapa yang dibolehkan untuk

ditempatkan ke dalam program setelah mereka telah

memberikan kesaksian mereka;

3) Federal Bureau of Prisons

Organisasi ini mengawasi penahanan terhadap mereka yang

dianggap bersalah setelah sidang.

Untuk mempermudah pemahaman mengenai kewenangan

serta prosedur pemberian perlindungan saksi di Amerika Serikat,

maka Penulis akan memberikan gambaran prosedurnya dalam

bentuk gambar sebagai berikut :

Page 71: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Gambar 2. Alur prosedur pemberian perlindungan dan lembaga berwenang yang terkait

Sumber : Supriyadi Widodo, www.perlindungansaksi.wordpress.com

Jaksa , Penuntut Umum, badan penyelidikan lainnya yang

membutuhkan program perlindungan saksi

Jaksa Agung US

KANTOR OPERASI PENEGAKAN

Unit Perlindungan saksi, Divisi Criminal,

Departemen of Justice US

Lembaga lain yang relevan

seperti :

Kantor naturalisasi dan imigrasi

FBI Pemerintahan negara

bagian

Bureau of Prison

United States

Marshals Service

Pengadilan

Page 72: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Dalam memberikan perlindungan program US Marshall

membaginya dalam tiga tahapan yang harus dilalui. Tahapan yang

harus dilalui oleh seorang yang setuju untuk masuk dala program

perlindungan adalah sebagai berikut :

1) Perlindungan Pra Persidangan

Setelah seseorang telah dianggap membutuhkan program

Perlindungan Saksi, US Marshall kemudian memberikan

identitas baru bagi saksi tersebut, sehingga di Amerika Serikat

sering dikenal istilah fall off the face of the earth (jatuh dari

muka bumi) atau orang yang baru saja dilahirkan dengan paket

identitas diri yang lengkap (www.stuff.com). Ini termasuk hal-

hal seperti menciptakan identitas baru untuk saksi dan

keluarganya, serta menemukan tempat relokasi bagi mereka.

Menciptakan identitas baru tidak dilakukan oleh US Marshall

saja. Ini melibatkan banyak instansi pemerintah yang berbeda

dan tingkat kerahasiaan tinggi. Sebelumnya yang diperlukan

adalah harus dipenuhi kewajiban-kewajiban orang tersebut

sebelum orang tersebut akan ditempatkan ke dalam

Perlindungan Saksi. Setelah saksi telah bertemu dengan US

Marshal Service, mereka dan keluarga mereka, dan setiap orang

yang terancam keberadaannya yang terkait dengan kasus ini,

akan diambil dari lokasi mereka saat ini dan segera akan

dipindahkan ke lokasi lain. Rumah baru mereka, itu hanya lokasi

sementara di mana mereka akan tetap aman sebelum

memindahkan mereka ke tempat yang lebih aman.

Saksi memang akan dapat memulai hidup baru bagi diri

mereka sendiri sekali dalam lokasi permanen yang baru. US

Marshall Service akan memberitahu penegak hukum lokal apa

yang saksi lakukan di lokasi baru dan akan mengungkapkan

semua rincian dari setiap kegiatan kriminal masa lalu US

Page 73: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Marshall juga akan membantu saksi menyesuaikan diri dengan

kehidupan di komunitas baru mereka serta mereka dapat.

Mereka akan:

a) Mendapatkan satu kesempatan mencari pekerjaan;

b) Bantuan saksi menemukan tempat tinggal;

c) Menyediakan mereka dengan dana untuk hidup, sekitar $

60.000 setahun;

d) Pengaturan untuk bimbingan konseling yang diperlukan.

Untuk waktu masa percobaan saksi berada dalam

perlindungan saksi, US Marshall akan memberikan

keamanan 24-jam, terutama ketika situasi yang berisiko

tinggi seperti pada saat percobaan dan pra-sidang proses

(www.stuff.com).

2) Perlindungan Dalam Masa Persidangan (Ketika Saksi Bersaksi)

Saksi belum akan berada di lokasi baru mereka, selama

mereka dibutuhkan untuk bersaksi di pengadilan. Mereka justru

akan masih berada di lokasi sementara dan aman sewaktu

pertama kali ditempatkan setelah memasuki program. Ketika

saksi perlu bersaksi dalam sidang, tindakan pencegahan banyak

sekali yang diambil untuk memastikan bahwa saksi akan tetap

aman sampai waktunya bagi mereka untuk pindah ke rumah

baru mereka. Selama persidangan, jika ada saksi yang sudah

tidak berada dalam program perlindungan, mereka masih akan

diberi perlindungan untuk memastikan bahwa mereka juga tetap

aman selama persidangan. Pengaman tersebut dicontohkan pada

saat, saksi datang dibawa dengan helikopter, truk dan bahkan

bisa menggunakan perahu nelayan.

Keamanan dilakukan dengan ketat karena saksi berada di

dekat intimidasi hadirnya tersangka yang mungkin ingin

menyakiti, sebelum mereka memberikan kesaksian mereka.

Page 74: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Untuk saksi yang muncul di pengadilan, permintaan harus

datang dari US Marshals atau OEO dan saksi harus diberitahu

10 hari pemberitahuan terlebih dahulu (Supriyadi Widodo, 11:

2005). Mereka yang ingin meminta kesaksian saksi harus

melakukannya di sebuah lokasi yang dirahasiakan dan netral,

yang ditentukan oleh US Marshals. Hal ini mungkin tampak

seperti masalah besar bagi pemerintah, terutama dalam segi

pembiayaan, tetapi mereka melakukannya untuk alasan yang

sangat bagus. Sejak program ini dimulai pada tahun 1970,

Perlindungan Saksi telah mendapat tingkat keyakinan 89%

melalui keterangan saksi direlokasi dan lebih dari 10.000

penjahat telah dihukum (www.stuff.com).

3) Perlindungan Setelah Masa Persidangan (Ketika Saksi

Direlokasi)

Setelah saksi telah dipindahkan ke lokasi baru mereka,

mereka tidak pernah harus kembali ke lokasi yang mereka pergi.

Mereka juga tidak pernah harus menghubungi anggota keluarga

atau teman yang tidak dilindungi. Saksi juga harus agresif

mengejar kesempatan kerja dan jika mereka gagal untuk

melakukannya, semua pembayaran dari pemerintah otomatis

akan dihentikan. Setelah saksi menetap ke dalam kehidupan

baru mereka, mereka masih harus menghubungi pejabat

pemerintah setahun sekali. Namun, mereka harus selalu

menghubungi pemerintah jika memilih untuk berpindah-pindah

tempat.

Berdasarkan prosedur pemberian saksi di Amerika Serikat,

jika ada keinginan seseorang untuk menghubungi saksi setelah

mereka direlokasi, mereka hanya dapat melakukannya bila

mereka telah membuat permintaan ke US Marshals Service atau

OEO tersebut. Setelah menyetujui beberapa fase tahapan

Page 75: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

terhadap program perlindungan, maka sebagai kompensasi atas

keberaniannya untuk menjadi whistleblower maka pemerintah

akan memberikan penghargaan. Beberapa penghargaan yang

ditawarkan bagi adanya program perlindungan adalah sebagai

berikut :

1) Pembayaran Uang Penghargaan

Kantor Operasi Penegakan harus diberitahu tentang

setiap pembayaran uang penghargaan bagi peserta Program

Keamanan Saksi. Kantor pusat badan investigasi

bersangkutan harus menyampaikan laporan tertulis tentang

pembayaran semacam itu. Dalam laporan itu tertera alasan

perbayaran itu dan bukti bahwa Jaksa yang menangani

perkara menyetujui pembayarannya.

2) Pengamanan Khusus

Semua dokumen menyangkut saksi yang dilindungi atau

seseorang yang dicalonkan untuk dilindungi harus mendapat

penanganan khusus hal ini di lakukan untuk menjamin bahwa

informasi itu hanya akan dibuka berdasarkan alasan yang

jelas.

3) Tanggungjawab untuk Keberlangsungan Perlindungan

Begitu diterima ke dalam Program Keamanan Saksi,

bahkan bila tidak lagi di dalam Program, seorang saksi akan

mendapatkan perlindungan di dalam ruang sidang saat ia

bersaksi untuk kasus-kasus mana ia diikutsertakan dalam

Program. Bila saksi tidak lagi di bawah Program, tetapi

tinggal di tempat yang dianggap tidak berbahaya baginya,

Kantor Marsekal AS dapat juga memperbolehkan mereka

untuk bersaksi. Akan tetapi, jika jelas-jelas terbukti bahwa

saksi yang telah mengundurkan diri dari Program berada

dalam bahaya mendesak yang disebabkan oleh keterlibatan

sebelumnya yang bukan karena kesalahan saksi sendiri,

Page 76: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

kelanjutkan layanan perlindungan baginya akan

dipertimbangkan, dan bila dianggap pantas akan

dilaksanakan.

4) Permohonan Informasi

Semua permintaan akan informasi langkah-langkah

hukum terkini yang berkaitan dengan kesaksiaannya.

5) Dana Kompensasi Korban

Sesuai ketentuan Judul 18 Kitab Pidana AS bagian

3525, Dana Kompensasi Korban telah dibentuk untuk

memberi ganti rugi kepada korban kejahatan tertentu.

Umumnya, dana ini akan dipakai untuk membayar biaya

pengobatan dan atau penguburan dan pendapatan yang hilang

jika berkedudukan sebagai saksi sekaligus korban. Kepada

Kantor Operasi Penegakan telah diberikan wewenang untuk

mengatur pengelolaan dana ini dan harus dihubungi bila ada

yang membutuhkan informasi tentang dana itu atau ada klaim

pembayaran (Supriyadi Widodo, 19-20: 2005).

d. Syarat dan Tata Cara Pemberian Perlindungan dan Bantuan

Perlindungan saksi sangat penting untuk aparat penegak

hukum dan orang-orang di pengadilan yang perlu mendapatkan

kesaksian penting dari kejahatan yang terorganisir. Namun, ada

kasus-kasus tertentu di mana besar kemungkinan bahwa individu

yang bersaksi akan terintimidasi atau dibunuh untuk memberikan

kesaksian yang penting tersebut. Kasus yang telah melibatkan

Mafia adalah beberapa kasus di mana Program Perlindungan

Saksi diperlukan. Program Perlindungan Saksi diciptakan pada

tahun 1970 oleh Gerald Shur. (Nicholas R Fyfe, 19: 2006). Gerald

menyadari bahwa saksi takut untuk maju dalam Peradilan, karena

konsekuensi yang kemungkinan besar mereka akan menderita.

Page 77: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Oleh karena itu dirumuskan syarat dan prosedur pemberian

program perlindungan terhadap saksi dan korban.

1) Syarat Mendapatkan Program Perlindungan Saksi

Untuk mempermudah pengurusan permohonan yang

diajukan oleh Jaksa Pemerintah untuk mengikutsertakan

seorang saksi dalam Program Perlindungan Saksi , Unit

Perlindungan Saksi pada Kantor Operasi Penegakan (OEO)

telah menyiapkan suatu formulir permohonan yang

mensyaratkan informasi tertentu untuk mendukung suatu

permohonan. Sebagian besar informasi tersebut telah

dirumuskan dalam UU tentang Reformasi Keamanan Saksi

dimana Jaksa Agung harus mendapatkan dan mengevaluasi

semua informasi yang diberikan mengenai pengikutsertan

seorang saksi ke dalam Program. Informasi ini meliputi

ancaman yang dialami saksi, riwayat kriminal saksi (bila

ada), penilaian psikologis atas saksi dan setiap identitas

menyangkut anggota rumah tangganya yang telah dewasa (

berumur 18 tahun atau lebih) yang akan diikutsertakan ke

dalam Program (Supriyadi Widodo, 2: 2005).

Selain itu, Jaksa Agung diwajibkan juga untuk

membuat sebuah penilaian tertulis atas resiko yang mungkin

diderita suatu komunitas dimana saksi dan anggota

keluarganya yang sudah dewasa akan dipindahkan. Faktor-

faktor yang mesti dievaluasi dalam penilaian tentang resiko

ini meliputi, catatan kriminal, kemungkinan serta alternatif

lain (selain mengikutsertakan dalam Program perlindungan)

dan kemungkinan mendapatkan informasi yang dibutuhkan

dari sumber lain. Jika diyakini bahwa ada bahaya (resiko)

yang lebih besar yang akan diterima oleh bagi suatu

komunitas (tempat dimana saksi dan anggota keluarganya

yang dewasa dipindahkan) daripada pentingnya memulai

Page 78: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

persidangan dari suatu kasus maka Jaksa Agung dapat

diminta untuk mengeluarkan saksi dari Program Keamanan

Saksi.

Sebelum secara resmi masuk ke dalam Program, saksi-

saksi akan diwajibkan membayar semua hutang yang dapat

dibuktikan keberadaannya secara valid atau membuat

perencanaan yang menyakinkan untuk membayarnya,

membereskan semua kewajiban di bidang pidana maupun

perdata (misalnya: denda, kewajiban kepada komunitas,

restitusi), menyiapkan dokumen-dokumen pemeliharaan anak

yang tepat, dan menyediakan dokumen-dokumen imigrasi

yang tepat jika diperlukan. Selain itu, agar seorang saksi

diterima resmi ke dalam Program, Departemen Kehakiman

boleh (bila dianggapnya perlu) memberitahu badan penegak

hukum lokal tentang keberadaaan saksi dalam suatu

komunitas dan riwayat kriminalnya, mewajibkan

dilakukannya tes obat bius dan alkohol dan atau konseling

tentang penyalahgunaan obat-obatan, dan menetapkan syarat-

syarat lain yang dipercaya akan sangat berguna bagi

Program.

Berdasarkan kajian yang dilakukan US Marshals untuk

menghindari penundaan yang tidak penting dalam

memproses suatu permohonan untuk masuk dalam Program,

Jaksa Pemerintah sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut:

Pertama, untuk memastikan agar permohonan seorang saksi

untuk masuk ke dalam Program benar-benar sesuai dan tepat

waktu, maka sebelum diterima ke dalam Program, saksi harus

hadir atau bersaksi di hadapan dewan juri atau dengan cara

tertentu bersumpah bahwa dia akan bersaksi di persidangan.

Syarat ini terkait dengan komitmen saksi untuk bersaksi dan

dimaksudkan untuk memastikan bahwa kesaksian saksi

Page 79: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

tersebut akan tersedia pada saat persidangan. Syarat yang

juga sama pentingnya adalah bahwa Penuntut Umum

menginginkan si saksi untuk bersaksi dan bahwa

kesaksiannya benar-benar mendasar dan penting untuk

suksesnya persidangan. Kedua, perlindungan atau

pemindahan saksi dan anggota keluarganya adalah pekerjaan

yang mahal dan rumit. Selain itu, Departemen Kehakiman

wajib menjamin keselamatan dan kesejahteraan saksi yang

dilindungi dan anggota keluarganya dalam waktu yang lama

sesudah saksi memberi kesaksian (www. marshals

service.com). Oleh karena itu, sudah seharusnyalah Jaksa

yang mendukung masuknya seorang saksi ke dalam Program

hanya sebaiknya membuat permohonan setelah memastikan

bahwa kesaksian dari saksi itu benar-benar mendasar dan

penting untuk suksesnya persidangan.

Ada persyaratan tertentu yang ditetapkan oleh negara

jika ada individu, atau kasus, yang membutuhkan regulasi

Perlindungan Saksi. Kriteria pertama yang harus dipenuhi

adalah bahwa kesaksian individu harus dianggap kredibel dan

dianggap sangat penting untuk kasus dalam rangka untuk

Perlindungan Saksi untuk mengambil tempat. Saksi juga

harus dipertimbangkan dapat diandalkan dalam kesediaannya

memberikan kesaksian. Ini berarti bahwa hal itu harus dibuat

jelas bahwa saksi tidak akan mundur dari memberikan

kesaksian mereka di pengadilan. Hal ini akan ditegaskan

dalam wawancara pendahuluan dengan Jaksa. Kriteria lain

bahwa terjadi pelanggaran-pelanggaran yang berkaitan

dengan yurisdiksi dan atau kepentingan dari keberadaan

program perlindungan. Berikut beberapa pelanggaran yang

menjadi salah satu kriteria pemberlakuan program

Page 80: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

perlindungan (sistem hukum common law tidak membedakan

istilah antara pelanggaran dan kejahatan) :

1) Setiap pelanggaran yang tertulis dari United States Code

Bab 18, Section 1961 yang melibatkan kejahatan

terorganisir dan pemerasan;

2) Setiap pelanggaran yang tertulis dalam United State Code

Bab 21, yang melibatkan perdagangan narkoba;

3) Pelanggaran kejahatan yang akan menempatkan individu

dalam bahaya membahayakan tubuh, atau ancaman

kekerasan fisik, setelah mereka telah memberikan

kesaksian mereka;

4) Pelanggaran negara yang menyerupai salah satu

pelanggaran yang tercantum di atas;

5) Beberapa kasus perdata dan administrasi yang akan

menempatkan saksi dalam bahaya setelah mereka telah

memberikan kesaksian mereka (Supriyadi Widodo, 2-6:

2005).

Untuk mempermudah pemahaman mengenai jenis pelanggaran dan

kewenangan lembaga federal yang manakah yang berhak memberikan

perlindungan serta prosedur pemberian perlindungan saksi di Amerika

Serikat, maka Penulis akan memberikan gambaran prosedurnya dalam

bentuk gambar sebagai berikut :

Page 81: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Gambar 3. Lembaga-lembaga (institusi) yang berkaitan erat dengan program

perlindungan saksi di Amerika serikat

Sumber : Supriyadi Widodo, www.perlindungansaksi.wordpress.com

Jenis saksi yang masuk kualifikasi dalam program

perlindungan saksi, departemen of justice US Yang diatur oleh witnes protection

(kualifikasi ini kemudian akan memilki implikasi dalam perbedaan prosedur dan administratif)

Saksi dalam status biasa, dibedakan menjadi saksi: Dalam lingkup federal Dan saksi dalam lingkup lokal atau negara bagian

Saksi yang berstatus tahanan

Saksi yang berstatus orang asing -ilegal

Saksi yang berstatus narapidana

Saksi yang berstatus informan atau informan yang masuk dalam program perlindungan saksi

Lembaga yang paling terkait

US Marshals

Lembaga yang palingterkait Bureau of Prison

Lembaga terkait US Marshals Kantor Imigrasi

Lembaga yang paling terkait Bureau of prison

Lembaga yang paling terkait

US Marshals

Page 82: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

B. Pembahasan Mencermati Hasil Penelitian Prinsip Kerahasiaan dan

Keringanan Hukuman Bagi Whistle Blower menurut Undang-Undang

No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban dengan

US Marshal Service Witness Security Program USA

1. Persamaan dan Perbedaan

Dengan memperbandingkan regulasi perlindungan seperti yang

telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik suatu pembahasan yang

menjelaskan mengenai persamaan dan perbedaan di antara keduanya.

Ditinjau dari sudut sejarahnya Indonesia dan Amerika Serikat adalah

negara yang sama-sama menempatkan hukum sebagai landasan

fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai negara

hukum yang memiliki kiblat berbeda dalam sistem hukum yang

dianutnya yakni, sistem hukum Eropa Kontinental dan sistem hukum

common law, namun semua sistem hukum yang ada dan dianut oleh

negara-negara di dunia memiliki persamaan akan jaminan perlindungan

hak asasi manusia dalam penegakan hukum. Hal ini telah menjadi

prinsip universal yang berlaku di seluruh dunia tanpa melihat sistem

hukum yang dianut.

Sebagai negara hukum (rule of law) keadilan harus tetap

ditegakkan dengan tetap memperhatikan hak-hak yang dimiliki oleh

orang yang diduga bersalah, karena pada hakikatnya orang yang

dianggap bersalah belum tentu bersalah sampai ada suatu putusan

hukum yang tetap. Hukum formil dirancang sebagai suatu alat untuk

melaksanakan dan mempertahankan pelaksanaan terhadap hukum

materiil. Idealnya hukum formil mampu memberikan alat bagi aparat

penegak hukum untuk melakukan pengungkapan kejahatan dan

perlindungan terhadap para pihak yang dinyatakan terlibat melakukan

pelanggaran dalam hukum materiil sampai ada putusan dari hakim yang

bersifat tetap (in kracht van gewijsde). Melihat posisi hukum formil

yang demikian, memberikan pemahaman seberapa pentingnya

Page 83: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

melakukan kajian terhadap ketentuan hukum formil, salah satunya

adalah dengan cara memperbandingkan dengan ketentuan hukum

negara lain. Dari memperbandingkan ketentuan sistem hukum yang

berbeda dapat dilihat persamaan dan perbedaan yang dapat dijadikan

bahan materiil untuk mengetahui seberapa jauh sistem hukum di

Indonesia memberikan kewajiban dan hak bagi para pihak yang terkait.

Persamaan perlindungan bagi whistle blower menurut UU No. 13

Tahun 2006 dengan US Marshal Service Witness Security Program

USA dapat dikaji dari tujuan pembentukan hukum formil bagi kedua

negara. Pembentuk undang-undang menghendaki adanya suatu sistem

hukum yang memberikan perlindungan terhadap saksi, pelapor dan atau

pelaku yang bekerjasama dalam rangka memerangi extraordinary crime

yang meliputi kejahatan yang terorganisir. Seperti yang telah

dipaparkan pada hasil penelitian, Indonesia dan Amerika Serikat

berupaya memerangi kejahatan extraordinary crime yang telah

membuat kerugian bagi negara dan berdampak bagi masyarakat luas.

Oleh karena hal tersebut maka diperlukan cara-cara yang extraordinary

untuk menanggulanginya.

Cara-cara yang extraordinary untuk menanggulanginya diberikan

negara dengan memberikan jenis berupa perlindungan fisik, relokasi,

penyamaran identitas dan kepemilikan, serta perubahan identitas yang

dilindungi oleh undang-undang. Prinsip kerahasiaan yang menjadi

penekanan bagi salah satu cara pemberian perlindungan dapat

diberlakukan bagi perlindungan fisik, relokasi dan penyamaran

identitas. Prosedur pemberian perlindungan Saksi dan atau korban yang

bersangkutan dapat diperoleh baik atas inisiatif sendiri maupun atas

permintaan pejabat dan atau lembaga yang berwenang. Demikian

halnya dengan cara memperoleh penghentian perlindungan dilakukan

berdasarkan pada ketentuan undang-undang, yang keseluruhan

pembiayaan untuk perlindungan bagi saksi dan korban, berasal dari

anggaran pendapatan dan belanja negara di Indonesia diusulkan oleh

Page 84: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

DPR dan Presiden, di Amerika Serikat di usulkan oleh house of

representativie.

Mencermati persamaan yang didapat dari hasil penelitian, maka

dapat dipaparkan pula perbedaan kedua sistem hukum yang dianalisis

dari hasil penelitian yang diperoleh. Perbedaan yang fundamental pada

perlindungan yang diberikan dapat dicermati pada perbedaan definisi

whistleblower, perbedaan prinsip pada pengertian definisi sistem

hukum Indonesia secara eksplisit diatur dalam Undang-Undang nomor

13 Tahun 2006 tentang Perlindungan saksi dan korban. Pasal 10 Ayat

(1) menyebutkan bahwa Seorang saksi, korban dan pelapor tidak dapat

dituntut secara hukum baik pidana maupun perdata atas laporan

kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikan. Menurut PP No.71

Tahun 2000 adalah orang yang publik suatu informasi kepada penegak

hukum atau komisi mengenai terjadinya suatu tindak pidana korupsi

dan bukan pelapor (Ketua Badan Litbang Diklat Kumdil MA-RI).

Dalam sistem hukum Amerika Serikat dimaknai seorang whistleblower

(whistle-blower atau peniup peluit) adalah orang yang memberitahu

publik atau seseorang yang berkaitan dengan kegiatan tidak jujur atau

ilegal yang diduga terjadi di sebuah departemen pemerintah, organisasi

publik atau swasta, atau perusahaan (Claim False Act 1986 USA’s).

Sebagai alat perlindungan yang disediakan oleh negara dalam

rangka memerangi kejahatan extraordinary crime dan dibiayai oleh

negara maka secara atributive kewenangan memberikan perlindungan

berada di bawah lembaga negara. Di Indonesia kewenangan atributive

berada di bawah Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), di

Amerika Serikat kewenangan atributive berada pada tiga lembaga

negara yaitu US Marshall Service, Kantor Operasi Penegakan (Office of

Enforcement Operations, OEO) Di bawah depatemen Kehakiman, dan

Federal Bureau of Prisons. Pada prinsip kerahasiaan kedua sistem

hukum sama-sama memberikan perlindungan yang sama, tidak

demikian halnya dengan prinsip keringanan hukuman. Dalam Undang-

Page 85: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Undang No. 13 tahun 2006 disebutkan pasal 10 yaitu: seorang saksi

yang juga tersangka dalam kasus yang sama tidak dapat dibebaskan dari

tuntutan pidana apabila jika terbukti bersalah, tetapi kesaksiannya dapat

dijadikan pertimbangan. Di Amerika Serikat seorang whistleblower

setelah menjalani hukuman, diberikan perlakuan khusus sebelum,

selama, dan sesudah memberikan kesaksian. Perbedaan terakhir ada

pada ketentuan pidana yang terdapat pada Undang-Undang No. 13

Tahun 2006 yang tidak dikenal dalam US Marshals Service witness

security program USA.

Agar lebih mempermudah memahami pembahasan Penulis, maka

akan dipaparkan persamaan dan perbedaan antara keduanya dalam

format yang berbentuk tabel sebagai berikut :

a. Persamaan :

Tabel 1. Persamaan perlindungan bagi whistle blower menurut UU No. 13 Tahun

2006 dengan US Marshal Service Witness Security Program USA

No. Persamaan Keterangan

1. Tujuan Memberikan perlindungan terhadap saksi, pelapor dan atau

pelaku yang bekerjasama dalam rangka memerangi

extraordinary crime yang meliputi kejahatan yang

terorganisir

2. Jenis

perlindungan

saksi dan korban

dalam undang

undang

Perlindungan fisik, relokasi, penyamaran identitas dan

kepemilikan, serta perubahan identitas.

3. Prinsip

Kerahasiaan

Berlaku bagi perlindungan fisik, relokasi dan penyamaran

identitas

Page 86: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

4. Prosedur

pemberian

perlindungan

Saksi dan atau korban yang bersangkutan, baik atas

inisiatif sendiri maupun atas permintaan pejabat dan atau

lembaga yang berwenang.

5. Pembiayaan Pembiayaan untuk perlindungan bagi saksi dan korban,

berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara di

Indonesia diusulkan oleh DPR dan Presiden, di Amerika

Serikat di usulkan oleh house of representativie (Nicholas

R. Fyfe)

6. Penghentian Perlindungan

- Saksi dan/atau Korban atas inisiatif sendiri meminta

dihentikan perlindungan

- Pejabat yang berwenang berpendapat bahwa Saksi

dan/atau Korban tidak lagi memerlukan perlindungan

- Atas permintaan pejabat yang berwenang dalam Saksi

dan/atau Korban melanggar ketentuan sebagaimana

tertulis dalam perjanjian.

b. Perbedaan :

Tabel 2. Perbedaan perlindungan bagi whistle blower menurut UU No. 13 Tahun

2006 dengan US Marshal Service Witness Security Program USA

No. Keterangan Indonesia Amerika Serikat

1. Definisi - Secara eksplisit diatur

dalam Undang-Undang

nomor 13 Tahun 2006

tentang Perlindungan saksi

dan korban. Pasal 10 Ayat

(1) menyebutkan bahwa

“Seorang saksi, korban

Seorang whistleblower (whistle-

blower atau peniup peluit)

adalah orang yang memberitahu

publik atau seseorang yang

berkaitan dengan kegiatan tidak

jujur atau ilegal yang diduga

terjadi di sebuah departemen

Page 87: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

dan pelapor tidak dapat

dituntut secara hukum baik

pidana maupun perdata

atas laporan kesaksian

yang akan, sedang, atau

telah diberikan

- menurut PP No.71 Tahun

2000 adalah orang yang

publik suatu informasi

kepada penegak hukum

atau komisi mengenai

terjadinya suatu tindak

pidana korupsi dan bukan

pelapor (Ketua Badan

Litbang Diklat Kumdil

MA-RI).

pemerintah, organisasi publik

atau swasta, atau perusahaan

(Claim False Act 1986 USA’s)

2. Lembaga

dan pejabat

khusus yang

menangani

perlindungan

saksi dan

korban

Lembaga Perlindungan Saksi

dan Korban (LPSK)

- US Marshall Service

- Kantor Operasi Penegakan

(Office of Enforcement

Operations, OEO), (Di

bawah depatemen

Kehakiman)

- Federal Bureau of Prisons

3. Prinsip

Keringanan

Hukuman

Disebutkan dalam pasal 10

yaitu: seorang saksi

yang juga tersangka dalam

kasus yang sama tidak dapat

dibebaskan dari tuntutan

pidana apabila jika terbukti

Diberikan perlakuan khusus

sebelum, selama, dan sesudah

memberikan kesaksian. (84%

dari mereka yang menjalani

hukuman adalah saksi yang

terlibat dalam kejahatan

Page 88: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

bersalah, tetapi kesaksiannya

dapat dijadikan pertimbangan

terorganisir)

4. Ketentuan Pidana

- Terdapat ketentuan pidana

dalam UU No.13 Tahun

2006 tentang perlindungan

saksi dan korban

- Dalam US Marshals Service

witness security program

USA tidak dicantumkan

ketentuan pidana.

2. Kelebihan dan Kelemahan

Berdasarkan pada perbandingan sebagaimana telah diuraikan pada

point sebelumnya, maka dapat dijelaskan suatu pembahasan mengenai

kelebihan dan kelemahan keduanya, antara lain sebagai berikut :

a. Pengaturan perlindungan bagi whistle blower menurut UU No. 13

Tahun 2006

1) Kelebihan perlindungan bagi whistle blower menurut UU No. 13

Tahun 2006

Sebagai negara hukum dan baru mengesahkan UU

Perlindungan Saksi dan Korban pada tahun 2006, keberadaan

dan kajian terhadap penguatan perlindungan dan LPSK oleh

pemerintah dan atau lembaga yang terkait patut untuk

diapresiasi sebagai langkah awal untuk memerangi kejahatan

yang terorganisir. Melihat fenomena yang berkembang pada

masyarakat mengenai khususnya tindak pidana korupsi, dengan

hadirnya LPSK, negara berusaha mendorong munculnya

whistleblower dan atau pelaku yang bekerjasama untuk

membongkar salah satu dari extraordinary crime yang

meresahkan masyarakat. Penyertaan ketentuan pidana yang jelas

dalam UU Perlindungan Saksi dan Korban No.13 Tahun 2006

secara tersurat dan tersirat memberikan kepastian hukum bagi

pelaku kejahatan yang bekerjasama untuk melaporkan tindak

pidana yang dilakukannya secara terorganisir.

Page 89: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

2) Kelemahan perlindungan bagi whistle blower menurut UU No.

13 Tahun 2006

Pilar hukum selain kepastian hukum juga berupa keadilan

dan kemanfaatan. Kepastian hukum dengan diterbitkannya

Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2006 belum mampu

memberikan dan mencerminkan pilar hukum keadilan dan

kemanfaatan. Tidak terdapat penjelasan tentang whistleblower

yang berkedudukan sebagai pelaku yang bekerjasama secara

jelas belum memberi keadilan dan kemanfaatan bagi seorang

yang berniat membongkar extraordinary crime. Hukum tidak

melulu bekerja pada jenjang Undang-Undang saja, implementasi

penegakan hukum juga dibutuhkan untuk memberi kepastian

hukum pada whistleblower. Penegakan hukum terkait saksi,

pelapor dan korban baik dari segi perlindungan fisik dan

psikologis belum dapat dilaksanakan secara nyata. (tidak

terdapat penjelasan tentang pengaturan pemberian identitas

baru).

b. Pengaturan perlindungan bagi whistle blower menurut US Marshal

Service Witness Security Program USA

1) Kelebihan perlindungan bagi whistle blower menurut US

Marshal Service Witness Security Program USA

Proses pembentukan perlindungan yang telah dikaji

selama 30 tahun memberikan perlindungan kepada saksi secara

menyeluruh dari pra-persidangan hingga setelah berakhirnya

kesaksian. WITSEC telah digambarkan oleh seorang pengamat

hukum Amerika Serikat, Graham, sebagai pelayanan yang

paling tidak biasa yang pernah ditawarkan oleh pemerintahan

manapun (selama) masa-masa damai. Konsistensi penerapan

hukum antara satu lembaga dengan lembaga negara lain dan

pengaturan kewenangannya yang jelas, menjadi modal yang

Page 90: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

kuat untuk membangun sistem birokrasi yang efektif dan

efisien dalam negara. Dari hal tersebut dapat terwujud

penegakan hukum yang konsisten antara hal yang tersurat yang

dikehendaki pembuat undang-undang untuk memberikan

perlindungan bagi whistleblower guna memerangi kejahatan

yang terorganisir dengan implementasi eksekusi janji yang

diberikan pemerintah dalam hal perlindungannya.

2) Kelemahan perlindungan bagi whistle blower menurut US

Marshal Service Witness Security Program USA

Tidak disertainya ketentuan pidana yang jelas mengenai

intimidasi dan kejelasan tindakan yang harus dilakukan aparat

penegak hukum, sehingga saksi menanggung beban fisik dan

psikologis yang tinggi. Perlu diketahui, dari hasil penelitian

dapat dianalisis bahwa tindak kejahatan, khususnya kejahatan

terorganisir yang masif, membuat saksi tidak berani

memberikan kesaksian. Berdasarkan pendapat G. Schur bahwa

alat terampuh yang dimiliki kejahatan terorganisir adalah

dengan membunuh para saksi yang terlibat delam proses

persidangan. Dari resiko tinggi yang dihadapi oleh

whistleblower, lembaga negara yang berwenang juga

menerapkan sistem perlindungan dengan sangat ketatnya. Bagi

para whistleblower penerapan sistem perlindungan dapat

memberikan akibat bagi anggota keluarga dan orang-orang

disekitarnya, demikian juga perlindungan yang diberikan

negara dapat menjadi tempat para pelaku kejahatan untuk

berlindung dari hasil kejahatan yang telah diperbuatnya.

Agar lebih mempermudah memahami pembahasan Penulis, maka

akan dipaparkan kelebihan dan kelemahan antara keduanya dalam

format yang berbentuk tabel sebagai berikut:

Page 91: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Tabel 3. Kelebihan dan kelemahan perlindungan bagi whistle blower menurut UU

No. 13 Tahun 2006 dengan US Marshal Service Witness Security Program USA

No. Negara Kelebihan Kelemahan

1. Amerika

Serikat

- Proses pembentukan

perlindungan yang telah

dikaji selama 30 tahun

memberikan perlindungan

kepada saksi secara

menyeluruh dari pra-

persidangan hingga setelah

berakhirnya kesaksian.

- WITSEC telah

digambarkan oleh seorang

pengamat hukum USA

Graham sebagai pelayanan

yang paling tidak biasa

yang pernah ditawarkan

oleh pemerintahn manapun

(selama) masa-masa damai

- Tidak disertainya ketentuan

pidana yang jelas mengenai

intimidasi dan kejelasan

tindakan yang harus dilakukan

aparat penegak hukum,

sehingga saksi menanggung

beban fisik dan psikologis

yang tinggi.

- Tindak kejahatan, khususnya

kejahatan terorganisir yang

masif, membuat saksi tidak

berani memberikan kesaksian.

Berdasarkan pendapat G.

Schur bahwa alat terampuh

yang dimiliki kejahatan

terorganisir adalah dengan

membunuh para saksi yang

terlibat delam proses

persidangan.

2. Indonesia - Sebagai negara hukum

dan baru mengesahkan

UU Perlindungan Saksi

dan Korban pada tahun

2006, keberadaan dan

kajian terhadap penguatan

perlindungan dan LPSK

- Indonesia tidak terdapat

penjelasan tentang

whistleblower yang

berkedudukan sebagai pelaku

yang bekerjasama secara jelas

- Penegakan hukum terkait

saksi, pelapor dan korban baik

Page 92: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

oleh pemerintah dan atau

lembaga yang terkait patut

untuk diapresiasi sebagai

langkah awal untuk

memerangi kejahatan

yang terorganisir.

- terdapat ketentuan pidana

yang jelas dalam UU

Perlindungan Saksi dan

Korban No.13 Tahun

2006

dari segi perlindungan fisik

dan psikologis belum dapat

dilaksanakan secara nyata.

(tidak terdapat penjelasan

tentang pengaturan pemberian

identitas baru)

Page 93: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan

1. Persamaan dan perbedaan perlindungan saksi dan korban terkait prinsip

kerahasiaan dan keringanan hukuman bagi whistle blower menurut

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan

Korban dengan US Marshal Service Witness Security Program USA?

Persamaan perlindungan oleh Undang-Undang No. 13 Tahun 2006

dengan US Marshal Service Witness Security Program USA, pertama satu

tujuan memerangi extraordinary crime yang meliputi kejahatan yang

terorganisir. Kedua, jenis perlindungan saksi dan korban dalam undang

undang, prinsip kerahasiaan, prosedur pemberian perlindungan dan

penghentian perlindungan terhadap whistleblower memiliki cara yang

sama. Ketiga, keseluruhan pembiayaan atas pemberlakuan perlindungan

menjadi tanggung jawab negara.

Perbedaan perlindungan oleh Undang-Undang No. 13 Tahun 2006

dengan US Marshal Service Witness Security Program USA, pertama

definisi mengenai whistleblower memiliki perbedaan yang mendasar.

Kedua, di Indonesia, Undang-Undang menunjuk di bawah satu lembaga

negara sedangkan di Amerika Serikat berada pada tiga lembaga negara

yang berbeda. Ketiga, terkait prosedur pemberian perlindungan mengenai

prinsip keringanan hukuman di Indonesia hanya sepanjang pemberian

keringanan hukuman, sedangkan di Amerika Serikat meliputi sebelum,

selama dan sesudah pemberian kesaksian, serta mengenai prosedur

perlindungan adanya sanksi ketentuan pidana yang dikenal dalam Undang-

Undang No. 13 Tahun 2006 yang tidak dikenal dalam US Marshal Service

Witness Security Program USA.

2. Kelebihan dan kelemahan perlindungan saksi dan korban terkait prinsip

kerahasiaan dan keringanan hukuman bagi whistle blower menurut

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan

Korban dengan US Marshal Service Witness Security Program USA?

Page 94: STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN SAKSI DAN … · tindakan yang harus dilakukan aparat penegak hukum,. Kata kunci ... Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Kelebihan, perlindungan oleh Undang-Undang No. 13 Tahun 2006

sebagai negara hukum keberadaan dan kajian terhadap penguatan

perlindungan dan LPSK oleh pemerintah dan atau lembaga yang terkait

patut untuk diapresiasi sebagai langkah awal untuk memerangi kejahatan

yang terorganisir.

Kelemahan, perlindungan oleh Undang-Undang No. 13 Tahun 2006

Indonesia tidak terdapat penjelasan tentang whistleblower yang

berkedudukan sebagai pelaku yang bekerjasama secara jelas sehingga

penegakan hukum terkait saksi, pelapor dan korban baik dari segi

perlindungan fisik dan psikologis belum dapat dilaksanakan secara pasti

dan nyata.

Kelebihan, perlindungan dengan US Marshal Service Witness

Security Program USA proses pembentukan perlindungan yang telah dikaji

selama 30 tahun memberikan perlindungan kepada saksi secara

menyeluruh dari pra-persidangan hingga setelah berakhirnya kesaksian.

Kelemahan, tidak disertainya ketentuan pidana yang jelas mengenai

intimidasi dan kejelasan tindakan yang harus dilakukan aparat penegak

hukum, sehingga saksi menanggung beban fisik dan psikologis yang

tinggi, karena tindak kejahatan, khususnya kejahatan terorganisir yang

masif, membuat saksi tidak berani memberikan kesaksian.

B. Saran

1. Memperluas definisi dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2006

whistleblower yang mencakup saksi yang berkedudukan hukum sebagai

pelaku yang bekerjasama memberikan kesaksian.

2. Penegakan hukum dalam bentuk konsistensi penerapan hukum dengan

apa yang dimaksud dalam peraturan perundang-undangan serta

semangat pembentukan hukum untuk memerangi kejahatan

extraordinary crime.