2
Studium Generale FISIP 2017, Demokrasi dan Otonomi Daerah perlu diefektifkan di Indonesia Dikirim oleh prasetyaFISIP pada 03 October 2017 | Komentar : 0 | Dilihat : 1455 kuliah tamu di FISIP Stadium Generale FISIP UB 2017 Memasuki bulan kedua perkuliahan, FISIP UB (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya) menggelar Studium Generale (Kuliah Tamu) yang diperuntukkan khusus bagi Mahasiswa FISIP UB angkatan 2017, Selasa (03/10/2017). Kuliah tamu yang digelar merupakan rangkaian pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru. Tujuan dari diadakannya acara tersebut untuk memberi pemahaman seputar tema Demokrasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. FISIP UB menghadirkan pembicara yakni Prof. Dr. R. Siti Zuhro, M.A. selaku perwakilan dari Lembaga Penelitian Ilmiah Indonesia (LIPI) yang dimoderatori oleh Dosen Ilmu Politik FISIP UB, Wawan Sobari, Ph.D. Seperti diketahui sistem otonomi merupakan sistem pemerintahan rakyat yang mendekatkan pertanggungjawaban kepada rakyat. Mengutip pendapat Bung Hatta pada pidato wakil presiden di rapat Pematang Siantar tanggal 22 November 1950, Siti Zuhro mengatakan jika di pusat saja diadakan demokrasi, maka kontrol dari rakyat jauh sekali dan tidak langsung, maka dari itu diperlukan sistem otonomi untuk mendekatkan pertanggung jawaban masyarakat terhadap rakyat. Pada sesi materi, Zuhro juga mengutip pendapat Bung Karno tentang pentingnya otonomi daerah. Menurutnya, keberadaan otonomi daerah diperlukan agar rakyat dapat mengontrol pemerintah agar setiap daerah dengan karakteristik dan kekhasannya dapat menentukan nasibnya sendiri. Meskipun begitu, keberadaan otonomi daerah di Indonesia memiliki beberapa masalah. Zuhro menjelaskan kendala tersebut seperti berupa koordinasi dan sinergi antar jejaring pemerintahan yang kurang efektif sehingga menyebabkan kesenjangan pembangunan antar pusat dan daerah. Pada intinya, keberadaan otonomi daerah sampai sekarang ini belum efektif di Indonesia, sebagaimana fakta yang digambarkan di lapangan, hanya sekitar sepuluh persen dari daerah di Indonesia yang menjalankan sistem otonomi

Studium Generale FISIP 2017, Demokrasi dan Otonomi Daerah … · Mengutip pendapat Bung Hatta pada pidato wakil presiden di rapat Pematang Siantar tanggal 22 November 1950, Siti Zuhro

  • Upload
    dobao

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Studium Generale FISIP 2017, Demokrasi dan Otonomi Daerah perlu diefektifkan di Indonesia

Dikirim oleh prasetyaFISIP pada 03 October 2017 | Komentar : 0 | Dilihat : 1455

kuliah tamu di FISIP

Stadium Generale FISIP UB 2017

Memasuki bulan kedua perkuliahan, FISIP UB (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya) menggelar Studium Generale (Kuliah Tamu) yang diperuntukkan khusus bagi Mahasiswa FISIP UB angkatan 2017, Selasa (03/10/2017). Kuliah tamu yang digelar merupakan rangkaian pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru. Tujuan dari diadakannya acara tersebut untuk memberi pemahaman seputar tema Demokrasi dan Otonomi Daerah di Indonesia.

FISIP UB menghadirkan pembicara yakni Prof. Dr. R. Siti Zuhro, M.A. selaku perwakilan dari Lembaga Penelitian Ilmiah Indonesia (LIPI) yang dimoderatori oleh Dosen Ilmu Politik FISIP UB, Wawan Sobari, Ph.D. Seperti diketahui sistem otonomi merupakan sistem pemerintahan rakyat yang mendekatkan pertanggungjawaban kepada rakyat.

Mengutip pendapat Bung Hatta pada pidato wakil presiden di rapat Pematang Siantar tanggal 22 November 1950, Siti Zuhro mengatakan jika di pusat saja diadakan demokrasi, maka kontrol dari rakyat jauh sekali dan tidak langsung, maka dari itu diperlukan sistem otonomi untuk mendekatkan pertanggung jawaban masyarakat terhadap rakyat.

Pada sesi materi, Zuhro juga mengutip pendapat Bung Karno tentang pentingnya otonomi daerah. Menurutnya, keberadaan otonomi daerah diperlukan agar rakyat dapat mengontrol pemerintah agar setiap daerah dengan karakteristik dan kekhasannya dapat menentukan nasibnya sendiri.

Meskipun begitu, keberadaan otonomi daerah di Indonesia memiliki beberapa masalah. Zuhro menjelaskan kendala tersebut seperti berupa koordinasi dan sinergi antar jejaring pemerintahan yang kurang efektif sehingga menyebabkan kesenjangan pembangunan antar pusat dan daerah.

Pada intinya, keberadaan otonomi daerah sampai sekarang ini belum efektif di Indonesia, sebagaimana fakta yang digambarkan di lapangan, hanya sekitar sepuluh persen dari daerah di Indonesia yang menjalankan sistem otonomi

daerah.

Melalui rangkaian kuliah tamu tersebut, mahasiswa diharapkan dapat berkontribusi mengembangkan ide dan penelitiannya seputar dunia pemerintahan di Indonesia. [Anata/Novia/Humas FISIP UB/Humas UB]

  Artikel terkait

Laboratorium HI Perkenalkan Migrasi Sebagai Fenomena GlobalEldo dan Dimas, Presiden dan Wakil Presiden BEM FISIP UB 2019Tohoku University Lakukan Kunjungan Inisiasi Kerjasama ke FILKOMTendik Award 2018 Bentuk Apresiasi FISIP pada KaryawanAlumni FISIP UB Harus Miliki Sifat Kritis