5
….persyaratan ini, dimana doktrin domestiknya merupakan aturan procedural baku, untuk menghindari penuntut menaikkan banding jika belum dibawa ke pengadilan, tidak dapat membenarkan pelanggaran tersebut. Mahkamah Agung Amerika telah berpegang bahwa putusan Mahkamah Internasional merupakan pertimbangan, tapi tidak mengikat. Walaupun memorandum Presiden 28 Februari 2005 telah menyatakan bahwa Amerika akan memenuhi kewajibannya. Pengadilan pidanda di Texas, di lain pihak, tidak berpegangan pada putusan Avena Mahkamah Internasional ataupun memorandum Presiden sebagai sesuatu yang mengikat di hukum federal Texas, sehingga pemohon tidak disediakan tinjauan Mahkamah Internasional ataupun Presiden. Di Australia permasalah mucul saat menafsirkan konstitusi yang memberi negara bagian untuk membuat hukum yang selaras dengan dengan urusan atau kepentingan dari luar. Pada kasus 1982, berhubungan dengan Undang Undang Diskriminasi Ras 1975 yang merupakan adopsi dari Konvensi 1965, menegaskan bahwa hukum tersebut sesuai dengan penghormatan dengan “urusan luar” pada konstitusi. Artinya “urusan luar” ini meluas sampai mengizinkan implementasi dari perjanjian internasional, walaupun permasalannya berada diluar kewenangan federal. Tidak diperlukan sebuah kewajiban akan sebuah perjanjian, faktanya norma terkait non diskriminasi sudah menjadi kebiasaan internasional sudah cukup dianggap sebagai bagian dari “urusan luar”. Di kasus yang kedua, terkait konstruksi dam di areal warisan dunia yang disahkan UNESCO pada 1972, yang mana Australia juga negara peserta. Pemerintah Federal pada 1983 menginginkan penghentian pembangunan dengan mengacu pada “urusan luar”, yang mana tidak punya kewenangan dalam h lingkungan. Sebagian besar pengadilan berpegangan bahwa “urusan luar” meluas sampai kepada implementasi perjanjian internasional. Tidak diperlukan subjek tersebut melekat secara internasional. Efeknya adalah, dalam konstitusi Australia mengurangi masalah yang diahadapi negara federal mengimplementasikan perjanjian internasional dibenturkan oleh yurisdiksi lokal. Kesulitan yang dihadapi negara federal juga menjadi jelas terkait isu pertanggungjawaban negara. Sebagai masalah hukum

subjek hukum internasional

  • Upload
    sora

  • View
    213

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

subjek hi dari shaw

Citation preview

.persyaratan ini, dimana doktrin domestiknya merupakan aturan procedural baku, untuk menghindari penuntut menaikkan banding jika belum dibawa ke pengadilan, tidak dapat membenarkan pelanggaran tersebut. Mahkamah Agung Amerika telah berpegang bahwa putusan Mahkamah Internasional merupakan pertimbangan, tapi tidak mengikat. Walaupun memorandum Presiden 28 Februari 2005 telah menyatakan bahwa Amerika akan memenuhi kewajibannya. Pengadilan pidanda di Texas, di lain pihak, tidak berpegangan pada putusan Avena Mahkamah Internasional ataupun memorandum Presiden sebagai sesuatu yang mengikat di hukum federal Texas, sehingga pemohon tidak disediakan tinjauan Mahkamah Internasional ataupun Presiden. Di Australia permasalah mucul saat menafsirkan konstitusi yang memberi negara bagian untuk membuat hukum yang selaras dengan dengan urusan atau kepentingan dari luar. Pada kasus 1982, berhubungan dengan Undang Undang Diskriminasi Ras 1975 yang merupakan adopsi dari Konvensi 1965, menegaskan bahwa hukum tersebut sesuai dengan penghormatan dengan urusan luar pada konstitusi. Artinya urusan luar ini meluas sampai mengizinkan implementasi dari perjanjian internasional, walaupun permasalannya berada diluar kewenangan federal. Tidak diperlukan sebuah kewajiban akan sebuah perjanjian, faktanya norma terkait non diskriminasi sudah menjadi kebiasaan internasional sudah cukup dianggap sebagai bagian dari urusan luar. Di kasus yang kedua, terkait konstruksi dam di areal warisan dunia yang disahkan UNESCO pada 1972, yang mana Australia juga negara peserta. Pemerintah Federal pada 1983 menginginkan penghentian pembangunan dengan mengacu pada urusan luar, yang mana tidak punya kewenangan dalam h lingkungan. Sebagian besar pengadilan berpegangan bahwa urusan luar meluas sampai kepada implementasi perjanjian internasional. Tidak diperlukan subjek tersebut melekat secara internasional.Efeknya adalah, dalam konstitusi Australia mengurangi masalah yang diahadapi negara federal mengimplementasikan perjanjian internasional dibenturkan oleh yurisdiksi lokal. Kesulitan yang dihadapi negara federal juga menjadi jelas terkait isu pertanggungjawaban negara. Sebagai masalah hukum internasional, negara bertanggungjawab akan tindakan mereka, temasuk organ subordinat terlepas dari pengaturan konstitusional negeri. Mahkamah internasional dalam Immunity from Legal Process of a Special Rapporteur menyebutkan bahwa hal tersebut adalah aturan kebiasaan internasional yang sudah terbentuk yang mana perilaku organ negara merupakan perilaku negara, juga berlaku bagi komponen unit negara federal. Pengadilan dalam catatannya dalam putusan 3 maret 1999 disebutkan bahwa tanggungjawab internasional dari negara dilihat dari tindakan organ yang berkompeten dan otoritas di negara tesebyt, apapun itu. Amerika memiliki kewajiban untuk memindahkan amanat ke Pemerintah negara bagian Arizona, dimana pemerintah memiliki kewajiban untuk bertindak selarah dengan tindakan internasional. Pada kasus yang hamper sama, pengadilan di Malaysia mencatat kewajiban pemerintah Malaysia untuk mengkomunikasikan opini pengadilan agar kewajiban internasioal Malaysia bisa berjalan. Demikian, tanggungjawab internasional negara aka nada dengan terbatasnya kapasitas internal untuk memperbaiki kesalahan internasional yang ada. Dalam keadaan ini, pemerintah pusat memiliki tugas untuk melihat dan melakukan persuasi kepada komponen untuk mengoreksi pelanggaran hukum internasional. Yang nanti, terlihat akan bertindak atas kewajiban internasional negara tersebut. Praktek federal dalam mengatur sengketa antar komponen menjadi nilai yang dipertimbangkan dalam hukum internasional. Ipraktek internasional mungkin sering relevan dalam resolusu dari konflik kedua komponen

Daerah mandat dan daerah waliDi akhir PD 1 dan kehancuran kekuasaan Axis dan Rusia, sekutu menciptakan sistem untuk menangani koloni bekas keduanya. Teritori ini akan diperintah yang memiliki prinsip kumpulan orang yang sejahtera dan berkembang menciptakan peradaban yang besar. Cara prinsip ini berjalan adalah kepercayaan untuk melakukan pengawasan kepada negara maju dilihat dari pengalaman dan geografisnya yang dapat mengemban tanggungjawab tersebut. Setelah PD 2 dan bubarnya LBB, sistem mandate dipegang oleh dewan perwalian PBB sesuai bagian 12 dan 13 Pakta PBB. Kekuasaan perwalian dipegang oleh DK PBB, buka dewan perwalian atas alasan keamanan walaupun Afrika Selatan menolak sistem ini. Amerika sendiri telah menandatangani perjanjian dengan persekamkuran pulau mariana utara CFA dengan negara federasi Micronesia dan republic kepulauan marshall. Tentang mereka masuk dengan paksa pada 1986, itu didasarkan pada perwalian yang sudah tidak berlaku lagi. Prosedur ini memberi kesempatan pada kesatuan politis dan Amerika diterima oleh dewan perwalians sebagai legitimasi pelaksanaan prinsip self determination. Tetapi CPA Palau yang diterima (merupakan negara wali terakhir tidak melalui pemaksaan sebagai hasil dari ketidaksepakatan terhadap izin transit kapal nuklir dan pesawat ke daerah perairan dan udara Palau dan sebab itulah Amerika terus mengatur otoritas perjanjian perwalian. Kesulitan ini kemudian terselesaikan. Afrika Barat Daya diperintah setelah PD 1 oleh mandate Afrika Selatan. Yang kembali digunakan setelah PD 2 untuk menempatkan teritori dalam sistem perwalian. Mahkamah Internasional dalam satus internasional Afrika Barat Daya menyatakan bahwa, Afsel masih terikat oleh mandate dari LBB. Afsel. Kompetensi Afsel tersisa dengan hubungan dengan PBB sebagai penerus LBB. Pada 1962 Mahkamah mendengarkan kasus yang dibawa Ethiopia dan Liberia, dan diputuskan bahwa keduanya tidak punya kepentingan secara hukum tentang mandate Afrika Barat Daya, dan keputusan ini menimbulkan akibat yang cukup besar di negara dunia ketiga. Majelis Umum memutuskan pada oktober 1966 bahwa Afsel gagal memenuhi kewajibannya, makanya mandate di putus. Afrika barat daya atau sekarang Namibia dating untuk mengambil tanggungjawab ini dari PBB. Sebuah dewan dibentuk untuk mengawasi teritori dan seotang commissioner tinggi diangkat. DK PBB memerintahkan afsel untuk melepaskan kekuasaannya juga untuk menahan berurusan dengan Namibia. DK PBB selanjutnya berpaling ke Mahkamah Internasional dan meminta saran terkait konsekusensi hukum keberadaan afsel di Namibia. Pengadilan menyatakana bahwa kehadiran afsel illegal di Namibia dan keberadaan tidak bisa berlanjut. Halaman 256Definisi self determinationJika sebuah prinsip ada dan legal, dan dipercaya dalam kasus, maka pertanyaannya adalah cakupan dan aplikasinya. PBB mengformulasikan prinsip dari deklarasi 1960 ke deklarasi 1970 tentang prinsip HI dan perjanjian HAM 1966 menekankan bahwa hak yang dimaksud adalah semua orang. Jika demikian maka semua orang dapat menjadi subjek HI, dan jika frasa orang digunakan adalah politik-sosisologis biasa, maka akan terjadi perubhana pandangan terhadap HI, dan faktanya itu tidak terjadi dan konsep HI mendasari orang untuk tujuan ini telah berubah, jadi frasa self dalam pertanyaan harus ditentukan dengan kerangka teritori colonial. Langkah untuk meluaskan tidak berhasil dan PBB selalu melawan usaha terhadap gangguan kesatuannegara dan integritas teritori negara. PBB mendasarkan kebijakannya dengan proposisi bahwa teritori koloni atau teritori yang berdiri sendiri lainnya dibawah Pakta PBB dengan status yang terpisah dan berbeda dengan teritori biasa dan akan tetap seperti itu sampai orang di teritori itu melaksanakan hak self determinationnya. Self determination juga dapat digunakan dengan prinsip integritas teritori agar dalam melindungi kerangka teritori dalam proses dekolonisasi dan menghindari aturan mengizinkan pemisahan diri dari kemerdekaan sejak awal. MA Kanada mencatat pada kasus Quebec bahwa HI memandang self determination dilakukan orang dalam kerangka kedaulatan negara yang telah ada dan secara konsisten mempertahankan integritas teritorinya