Suku Dayak Sosial Budaya

Embed Size (px)

Citation preview

Suku Dayak

Asal Usul Suku Dayak..Dayak merupakan sebutan bagi penduduk asli pulau Kalimantan. Pulau kalimantan terbagi berdasarkan wilayah Administratif yang mengatur wilayahnya masing-masing terdiri dari: Kalimantan Timur ibu kotanya Samarinda, Kalimantan Selatan dengan ibu kotanya Banjarmasin, Kalimantan Tengah ibu kotanya Palangka Raya, dan Kalimantan Barat ibu kotanya Pontianak. Kelompok Suku Dayak, terbagi lagi dalam sub-sub suku yang kurang lebih jumlahnya 405 sub (menurut J. U. Lontaan, 1975). Masing-masing sub suku Dayak di pulau Kalimantan mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip, merujuk kepada sosiologi kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat, budaya, maupun bahasa yang khas. Masa lalu masyarakat yang kini disebut suku Dayak, mendiami daerah pesisir pantai dan sungaisungai di tiap-tiap pemukiman mereka. Etnis Dayak Kalimantan menurut seorang antropologi J.U. Lontaan, 1975 dalam Bukunya Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, terdiri dari 6 suku besar dan 405 sub suku kecil, yang menyebar di seluruh Kalimantan. Kuatnya arus urbanisasi yang membawa pengaruh dari luar,seperti melayu menyebabkan mereka menyingkir semakin jauh ke pedalaman dan perbukitan di seluruh daerah Kalimantan. Mereka menyebut dirinya dengan kelompok yang berasal dari suatu daerah berdasarkan nama sungai, nama pahlawan, nama alam dan sebagainya. Misalnya suku Iban asal katanya dari ivan (dalam bahasa kayan, ivan = pengembara) demikian juga menurut sumber yang lainnya bahwa mereka menyebut dirinya dengan nama suku Batang Lupar, karena berasal dari sungai Batang Lupar, daerah perbatasan Kalimantan Barat dengan Serawak, Malaysia. Suku Mualang, diambil dari nama seorang tokoh yang disegani (Manok Sabung/algojo) di Tampun Juah dan nama tersebut diabadikan menjadi sebuah nama anak sungai Ketungau di daerah Kabupaten Sintang (karena suatu peristiwa) dan kemudian dijadikan nama suku Dayak Mualang. Dayak Bukit (Kanayatn/Ahe) berasal dari Bukit/gunung Bawang. Demikian juga

asal usul Dayak Kayan, Kantuk, Tamambaloh, Kenyah, Benuag, Ngaju dan lain-lain, yang mempunyai latar belakang sejarah sendiri-sendiri. Namun ada juga suku Dayak yang tidak mengetahui lagi asal usul nama sukunya. Nama "Dayak" atau "Daya" adalah nama eksonim (nama yang bukan diberikan oleh mayarakat itu sendiri) dan bukan nama endonim (nama yang diberikan oleh masyarakat itu sendiri). Kata Dayak berasal dari kata Daya yang artinya hulu, untuk menyebutkan masyarakat yang tinggal di pedalaman atau perhuluan Kalimantan umumnya dan Kalimantan Barat khususnya, (walaupun kini banyak masyarakat Dayak yang telah bermukim di kota kabupaten dan propinsi) yang mempunyai kemiripan adat istiadat dan budaya dan masih memegang teguh tradisinya. Kalimantan Tengah mempunyai problem etnisitas yang sangat berbeda di banding Kalimantan Barat. Mayoritas ethnis yang mendiami Kalimantan Tengah adalah ethnis Dayak, yang terbesar suku Dayak Ngaju, Ot Danum, Maanyan, Dusun, dsb. Sedangkan agama yang mereka anut sangat variatif. Dayak yang beragama Islam di Kalimantan Tengah, tetap mempertahankan ethnisnya Dayak, demikian juga bagi Dayak yang masuk agama Kristen. Agama asli suku Dayak di Kalimantan Tengah adalah Kaharingan, yang merupakan agama asli yang lahir dari budaya setempat sebelum bangsa Indonesia mengenal agama pertama yakni Hindu. Karena Hindu telah meyebar luas di dunia terutama Indonesia dan lebih dikenal luas, jika dibandingkan dengan agama suku Dayak, maka Agama Kaharingan dikategorikan ke cabang agama Hindu. Propinsi Kalimantan Barat mempunyai keunikan tersendiri terhadap proses alkurturasi cultural atau perpindahan suatu culture religius bagi masyarakat setempat. Dalam hal ini proses tersebut sangat berkaitan erat dengan dua suku terbesar di Kalimantan Barat yaitu Dayak,Melayu dan Tiongkok. Pada mulanya Bangsa Dayak mendiami pesisir Kalimantan Barat, hidup dengan tradisi dan budayanya masing-masing, kemudian datanglah pedagang dari gujarab beragama Islam (Arab Melayu) dengan tujuan jual-beli barang-barang dari dan kepada masyarakat Dayak, kemudian karena seringnya mereka berinteraksi, bolak-balik mengambil dan mengantar barang-barang dagangan dari dan ke Selat Malaka (merupakan sentral dagang di masa lalu), menyebabkan mereka berkeinginan menetap di daerah baru yang mempunyai potensi dagang yang besar bagi keuntungan mereka. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Dayak ketika bersentuhan dengan pendatang yang membawa pengetahuan baru yang asing ke daerahnya. Karena sering terjadinya proses transaksi jual beli barang kebutuhan, dan interaksi cultural, menyebabkan pesisir Kalimantan Barat menjadi ramai, di kunjungi masyarakat lokal (Dayak) dan pedagang Arab Melayu dari Selat Malaka. Di masa itu system religi masyarakat Dayak mulai terpengaruh dan dipengaruhi oleh para pedagang Melayu yang telah mengenal pengetahuan, pendidikan dan agama Islam dari luar Kalimantan. Karena hubungan yang harmonis terjalin baik, maka masyarakat lokal atau Dayak, ada yang menaruh simpati kepada pedagang Gujarat tersebut yang lambat laun terpengaruh, maka agama Islam diterima dan dikenal pada tahun 1550 M di Kerajaan Tanjung Pura pada penerintahan Giri Kusuma yang merupakan kerajan melayu dan lambat laun mulai menyebar di Kalimantan Barat. masyarakat Dayak masih memegang teguh kepercayaan dinamismenya, mereka percaya setiap tempat-tempat tertentu ada penguasanya, yang mereka sebut: Jubata, Petara, Ala Taala, Penompa dan lain-lain, untuk sebutan Tuhan yang tertinggi, kemudian mereka masih mempunyai penguasa lain dibawah kekuasaan Tuhan tertingginya: misalnya: Puyang Gana (

Dayak mualang) adalah penguasa tanah , Raja Juata (penguasa Air), KamaBaba (penguasa Darat),Jobata,Apet Kuyan'gh(Dayak Mali) dan lain-lain. Bagi mereka yang masih memegang teguh kepercayaan dinamisme nya dan budaya aslinya nya, mereka memisahkan diri masuk semakin jauh kepedalaman. adapun segelintir masyarakat Dayak yang telah masuk agama Islam oleh karena perkawinan lebih banyak meniru gaya hidup pendatang yang dianggap telah mempunyai peradaban maju karena banyak berhubungan dengan dunia luar. (Dan sesuai perkembangannya maka masuklah para misionaris dan misi kristiani/nasrani ke pedalaman). Pada umumnya masyarakat Dayak yang pindah agama Islam di Kalimantan Barat dianggap oleh suku dayak sama dengan suku melayu. Suku Dayak yang masih asli (memegang teguh kepercayaan nenek moyang) di masa lalu, hingga mereka berusaha menguatkan perbedaan, suku dayak yang masuk Islam(karena Perkawinan dengan suku Melayu) memperlihatkan diri sebagai suku melayu.banyak yang lupa akan identitas sebagai suku dayak mulai dari agama barunya dan aturan keterikatan dengan adat istiadatnya. Setelah penduduk pendatang di pesisir berasimilasi dengan suku Dayak yang pindah(lewat perkawinan dengan suku melayu) ke Agama Islam,agama islam lebih identik dengan suku melayu dan agama kristiani atau kepercayaan dinamisme lebih identik dengan suku Dayak.sejalan terjadinya urbanisasi ke kalimantan, menyebabkan pesisir Kalimantan Barat menjadi ramai, karena semakin banyak di kunjungi pendatang baik local maupun nusantara lainnya. Untuk mengatur daerah tersebut maka tokoh orang melayu yang di percayakan masyarakat setempat diangkat menjadi pemimpin atau diberi gelar Penembahan (istilah yang dibawa pendatang untuk menyebut raja kecil ) penembahan ini hidup mandiri dalam suatu wilayah kekuasaannya berdasarkan komposisi agama yang dianut sekitar pusat pemerintahannya, dan cenderung mempertahankan wilayah tersebut. Namun ada kalanya penembahan tersebut menyatakan tunduk terhadap kerajaan dari daerah asalnya, demi keamanan ataupun perluasan kekuasaan. Masyarakat Dayak yang pindah ke agama Islam ataupun yang telah menikah dengan pendatang Melayu disebut dengan Senganan, atau masuk senganan/masuk Laut, dan kini mereka mengklaim dirinya dengan sebutan Melayu. Mereka mengangkat salah satu tokoh yang mereka segani baik dari ethnisnya maupun pendatang yang seagama dan mempunyai karismatik di kalangannya, sebagai pemimpin kampungnya atau pemimpin wilayah yang mereka segani.

Tato Pada Tubuh..Merajah tato bukan sekadar seni bagi suku Dayak. Ada nilai filosofis di setiap motif tato yang tergurat di badan. Motif burung enggang ataupun naga untuk kalangan bangsawan. Bunga terung untuk ksatria. Sementara tato dengan motif manusia, akar-akaran, dan anjing diperuntukkan bagi masyarakat kebanyakan. Bagi suku Dayak, tato dipercaya akan bercahaya setelah si empunya meninggal. Ini akan membuat para leluhur mengenali arwah dan membawanya ke surga ...

Telinga Panjang.... ..

Motif-motif Unik.... ..

Kisah di Balik Tarian "AJAT TEMUAI DATAI"Ajat Temuai Datai diangkat dari bahasa Dayak Mualang (Ibanic Group), yang tidak dapat diartikan secara lansung, karna terdapat kejanggalan jika di diartikan kata per kata. Tetapi maksudnya adalah Tari menyambut tamu, bertujuan untuk penyambutan tamu yang datang atau tamu agung (diagungkan). Awal lahirnya kesenian ini yakni dari masa pengayauan / masa lampau, diantara kelompok-kelompok suku Dayak. Mengayau, berasal dari kata me ngayau, yang berarti musuh (bahasa Dayak Iban). Tetapi jika mengayau mengandung pengertian khusus yakni suatu tindakan yang mencari kelompok lainnya (musuh) dengan cara menyerang dan memenggal kepala lawannya. Pada masyarakat Dayak Mualang dimasa lampau para pahlawan yang pulang dari pengayauan dan menang dan membawa bukti perang berupa kepala manusia, merupakan tamu yang agung serta dianggap sebagai seorang yang mampu menjadi pahlawan bagi kelompoknya. Oleh sebab itu diadakanlah upacara Ajat Temuai Datai. Masyarakat Dayak percaya bahwa pada kepala seseorang menyimpan suatu semangat ataupun kekuatan jiwa yang dapat melindungi si empunya dan sukunya. Menurut J, U. Lontaan (Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat 1974), ada empat tujuan dalam mengayau yakni: untuk melindungi pertanian, untuk mendapatkan tambahan daya jiwa, untuk balas dendam, dan sebagai daya tahan berdirinya suatu bangunan. Setelah mendapatkan hasil dari mengayau, para pahlawan tidak boleh memasuki wilayah kampungnya, tetapi dengan cara memberikan tanda dalam bahasa Dayak Mualang disebut Nyelaing (teriakan khas Dayak) yang berbunyi Heeih !, sebanyak tujuh kali yang berarti pahlawan pulang dan menang dalam pengayauan dan memperoleh kepala lawan yang masih segar. Jika teriakan tersebut hanya tiga kali berarti para pahlawan menang dalam berperang atau mengayau tetapi jatuh korban dipihaknya. Jika hanya sekali berarti para pahlawan tidak mendapatkan apa-apa dan tidak diadakan penyambutan khusus. Setelah memberikan tanda nyelaing, para pengayau mengirimkan utusan untuk menemui pimpinan ataupun kepala sukunya agar mempersiapkan acara penyambutan. Proses penyambutan ini, melalui tiga babak yakni: Ngiring Temuai (mengiringi tamu ataupun memandu tamu) sampai kedepan Rumah Panjai (rumah panggung

yang panjang) proses ngiring temuai ini dilakukan dengan cara menari dan tarian ini dinamakan tari Ajat (penyambutan). Kemudian kepala suku mengunsai beras kuning (menghamburkan beras yang dicampur kunir / beras kuning) dan membacakan pesan atau mantera sebagai syarat mengundang Senggalang burong (burung keramat / burung petuah penyampai pesan kepada Petara atau Tuhannya). Babak yang kedua yakni mancung buloh (menebaskan mandau atau parang guna memutuskan bambu), berarti bambu sengaja dibentangkan menutupi jalan masuk ke rumah panjai dan para tamu harus menebaskan mandaunya untuk memutuskan bambu tersebut sebagai simbol bebas dari rintangan yang menghalangi perjalanan tamu itu. Babak yang ketiga adalah Nijak batu (menginjakkan tumitnya menyentuh sebuah batu yang direndam didalam air yang telah dipersiapkan), sebagai simbol kuatnya tekad dan tinginya martabat tamu itu sebagai seorang pahlawan yang disegani. Air pada rendaman batu tersebut diteteskan pada kepala tamu itu sebagai simbol keras dan kuatnya semangat dari batu itu diteladani oleh pahlawan atau tamu yang disambut. Babak keempat yakni Tama Bilik (memasuki rumah panjai), setelah melalui prosesi babak diatas, maka tamu diijinkan naik ke rumah panjang dengan maksud menyucikan diri dalam upacara yang disebut Mulai Burung (mengembalikan semangat perang / mengusir roh jahat). by. John Roberto P, S.Sn Dokumen

Sumber : dari berbagai sumber di Internet dan buku..

Diposkan oleh Sosial Budaya Indonesia di 03:11 1 komentar

Jumat, 27 November 2009Tarian adat Indonesia

Berbicara mengenai tarian adat masyarakat Indonesia sangalah menarik.. Karena sangat beraneka ragam dan unik di setiap daerah.. Kita ambil contoh salah satu daerah, sebutlah Bali.. Jika kita mengunjungi Pulau Dewata ini, kita tidak hanya akan melihat turis-turis.. :P Tapi biasanya kita akan disuguhkan berbagai macam pertunjukkan seni tradisional khas Bali, seperti Tari Kecak yang sangat terkenal..

gambar dikutip dari : http://balisenang.com/tours_gallery.php?id=12

Dalam Tari Kecak mengandung suatu cerita yang sangat popular yaitu cerita Ramayana pada bagian dimana Raja Rama dan istrinya Dewi Shita serta adiknya Laksamana tengah berada di dalam hutan karena diasingkan dari kerajaan mereka. Dan pada setiap akhir pementasan seluruh penari pendukung ini akan berkumpul di atas panggung dan mengundang para pengunjung untuk membuat kenangan dengan berfoto bersama... Asyik kann..?!^^ yukk.. ayukk.. ke Bali..^^ Diposkan oleh Sosial Budaya Indonesia di 00:43 0 komentar

Selasa, 20 Oktober 2009Unique IndonesiaHey semuanya.. hmm.. saya mau bercuap-cuap sedikit neh yahh.. ^^ tentang negara tercinta kita yang tidak lain tidak bukan, yaitu.. INDONESIA.. ^^ Okay,,.. Kita semua tahu dengan jelas yah bahwa Indonesia kita ini adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas wilayah darat dan lautannya. Pulau- pulau tersebut dihubungkan atau dipisahkan (yah sama aja lah.. he..) dengan selat dan lautan. Alam Indonesia begitu kaya dan beragam. Dari pegunungan yang tinggi, hutan hingga pantai-pantai nan indah yang mengitari sepanjang tepian pulau-pulau nusantara. Dengan kondisi daratan yang berbeda-beda di setiap dataran dan pulau, maka kondisi ataupun kehidupan masyarakat yang ada di masing-masing daerah juga pasti akan berbeda. Dari kondisi masyarakat yang berbeda itu maka kebudayaan yang berkembang di setiap daerah juga akan sangat berbeda. Melihat faktor-faktor di atas, sangat masuk akal kalau negara Indonesia kita ini, memiliki banyaaak sekali keanekaragaman. Baik dari segi alamnya, flora dan faunanya, dan juga keanekaragaman penduduknya. Tapi walaupun berbeda-beda kita tetap satu.. Ingat kan dengan semboyan bangsa kita,, "Bhineka Tunggal Ika".. :) Nah, di sini saya ingin membahas lebih dalam tentang keanekaragaman penduduk Indonesia khususnya tentang budaya Indonesia dan kehidupan Sosial / Adat-Istiadat yang ada di Indonesia..^^

Kebudayaan IndonesiaSuku-suku Bangsa (Etnis) Indonesia :No 1 2 3 Suku Abai Abung Aceh Propinsi Kalimantan Timur Sumatra DI Aceh

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53

Adang Adonara Akit Alas Alifuru Alor Solor Ambon Ampana Anak Dalam Anambas Aneuk Jame Anggi Angkola Aput Arab Arguni Aru Asmat Atoni Awiu Ayou Bacan Bada Badar Bahau Bajau Bajo Baku Balantak Balatan Bali Bali Aga Banda Banggai Bangka Banjar Banjar Hulu Banjar Kuala Banten Bantenan Bantik Banyak Basap Batak Batang Lupar Batanta Batin Batu Batu Blah Bawean

Kalimantan NTB/NTT Sumatra DI Aceh Maluku NTB/NTT Maluku Sulawesi Riau Sumatra Sumatra Papua Sumatra Kalimantan DKI Jakarta Papua Maluku Papua NTB/NTT Papua Kalimantan Maluku Sulawesi Maluku Kalimantan Jambi Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sulawesi Tengah Bali NTB/NTT Maluku Sulawesi Tengah Sumatra Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Jawa Barat Sulawesi Sulawesi Utara Sumatra Kalimantan Sumatra Kalimantan Papua Jambi Sumatra Kalimantan Jawa

54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89

90 91 92 93 94 95 96 97

Bela Belang Belu Bengkulu Benua Berusu Besoa Betawi Betawi Biaju Biak Biasaya Biliton Bima Bintuni Bobongko Bodha Boh Bolaang Mongondow Bonai Bonfia Bugis Bukar,Dayak Bukar,Punan Bukit Bukitan Bukupai Buli Bulungan Bungku Buol Buru Busang Buton Buyu Caniago Cina Cina Cina Cina Damar Damar Dani Darat Dawan Dayak Dayak Demta Desa Dodongko

Sumatra Sulawesi NTB/NTT Bengkulu Sumatra Kalimantan Timur Sulawesi DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan Papua Kalimantan Sumatra NTB Papua Sulawesi NTB/NTT Kalimantan Sulawesi Utara Riau Maluku Sulawesi Selatan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Maluku Kalimantan Timur Sulawesi Sulawesi Maluku Kalimantan Sulawesi Tenggara Sulawesi Sumatra Barat DKI Jakarta Jawa Kalimantan Sumatra Maluku NTB/NTT Papua Sumatra NTT Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Papua Kalimantan NTB/NTT

98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122

123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 ...

Dompo Dusun Ende Enggano Flores Furuaru Galela Gane Gayo Genyem Gimpu Goram Gorontalo Guai Guci Halmahera Hattam Helong Hutan Iban Iha Jakui Jambak Jambi Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Juru Kabaena Kadayan Kahayan Kaidipan Kaili Kalabit Kangean Kanowit Kapauku Karimun Karo Katingan Kayan Kayoa Kei Kelai Kenya

NTB/NTT Kalimantan Barat NTB/NTT Bengkulu NTT Maluku Maluku Maluku DI Aceh Papua Sulawesi Maluku Sulawesi Utara Papua Sumatra Barat Maluku Papua NTT Riau Kalimantan Papua Papua Sumatra Barat Jambi Bali DI Yogyakarta Jawa Tengah Jawa Timur Sumatra Sumatra Sulawesi Kalimantan Kalimantan Sulawesi Sulawesi Tengah Kalimantan Jawa Tengah Kalimantan Papua Jawa Tengah Sumatra Utara Kalimantan Kalimantan Timur Maluku Maluku Kalimantan Kalimantan Timur

Bahasa-bahasa Daerah :a. Sumatera 1. Aceh 2. Alas 3. Angkola 4. Batak 5. Enggano 6. Gayo 7. Karo 8. Kubu 9. Lampung 10. Lom 11. Mandailing 12. Mentawai 13. Melayu 14. Minangkabau 15. Nias 16. Orang Laut 17. Pak-Pak 18. Rejang Lebong 19. Riau 20. Sikule 21. Simulur b. Jawa 1. Jawa 2. Madura 3. Sunda c. Bali 1. Bali 2. Sasak d. NTB 1. Sasak 2. Sumba e. NTT 1. 2. 3. 4. Sasak Sumbawa Timor Tetun

f. Kalimantan

1. Bajau 2. Banjar 3. Bahau 4. Iban 5. KAyan 6. Kenya 7. Klemautan 8. Milano 9. Melayu 10. Ot-danum g.Sulawesi 1. Bada' Besona - Toraja 2. Balantak - Loinan 3. Banggai - Loinan 4. Bantik - Sulut 5. Bobongko - Loinan 6. Bonerate - Muna Butung 7. Bugis - Sulsel 8. Bulanga - Gorontalo 9. Buol - Gate 10. Butung - Muna Butung 11. ... h. Maluku 1. Alor 2. Ambelan 3. Aru 4. Bacan 5. Banda 6. Belu 7. Buru 8. Geloli 9. Goram 10. Helo 11. ... Alat-alat Musik Daerah : No. Nama Alat Musik 1 Angklung 2 Kecapi 3 Kledi 4 Marwas 5 Popondi 6 Rebab 7 Saluang 8 Sasando 9 Serunai

Keterangan Terbuat dari bambu Gitar kecil dua dawai Alat musik tiup Alat musik pikul Alat musik petik Alat musik gesek Seruling bambu Alat musik petik Alat musik tiup

Asal Daerah Jawa Barat seluruh Nusantara Kalimantan Sumatra Toraja Jawa Barat Minangkabau NTT Sumatra

10 11 12

Siter/Celempung Talempong/Pacik Tifa

Alat musik petik Alat musik pukul Genderang kecil

Jateng; Jabar Sumatra Barat Maluku/Papua

Lingkungan Sosial BudayaManusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sebagai makhluk biologis dan makhluk sosial. Sebagai makhluk biologis, makhluk manusia atau homo sapiens, sama seperti makhluk hidup lainnya yang mempunyai peran masing-masing dalam menunjang sistem kehidupan. Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan bagian dari sistem sosial masyarakat secara berkelompok membentuk budaya.

Ada perbedaan mendasar tentang asal mula manusia, kelompok evolusionis pengikut Darwin menyatakan bahwa manusia berasal dari kera yang berevolusi selama ratusan ribu tahun, berbeda dengan kelompok yang menyanggah teori evolusi melalui teori penciptaan, yang menyatakan bahwa manusia itu diciptakan oleh Allah.

Pemahaman tentang hidup dan kehidupan, itu tidak mudah. Makin banyak hal yang Anda lihat tentang gejala adanya hidup dan kehidupan, makin nampak bahwa hidup itu sesuatu yang rumit. Pada individu dengan organisasi yang kompleks, hidup ditandai dengan eksistensi vital, yaitu: dimulai dengan proses metabolisme, kemudian pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, dan adaptasi internal, sampai berakhirnya segenap proses itu bagi suatu individu. Tetapi bagi individu lain seperti sel-sel, jaringan, organ-organ, dan sistem organisme yang termasuk dalam alam mikroskopis, batasan hidup adalah tidak jelas atau samar-samar.

Kehidupan adalah fenomena atau perwujudan adanya hidup, yang didukung tidak saja oleh makhluk hidup (biotik), tetapi juga benda mati (abiotik), dan berlangsung dalam dinamikanya seluruh komponen kehidupan itu. Ada perpaduan erat antara yang hidup dengan yang mati dalam kehidupan. Mati adalah bagian dari daur kehidupan yang memungkinkan terciptanya kehidupan itu secara berlanjut.

Makhluk hidup bersel satu adalah makhluk yang pertama berkembang. Jutaan tahun kemudian kehidupan di laut mulai berkembang. Binatang kerang muncul, lalu ikan

kemudian disusul amphibi. Lambat laun binatang daratan berkembang pula muncul reptil, burung dan binatang menyusui. Baru kira-kira 25 juta tahun yang lalu muncul manusia kemudian berkembang berkelompok dalam suku-suku bangsa seperti saat ini, dan hampir di setiap sudut bumi ditempati manusia yang berkembang dengan cepat.