27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan KB yang merupakan salah satu didalam paket pelayanan kesehatan reproduksi esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan KB yang berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Program KB nasional sudah dilaksanakan di Indonesia selama lebih dari tiga puluh wtahun, selama kurun waktu tersebut telah banyak hasil yang dicapai, salah satu keberhasilan program antara lain semakin tingginya angka pemakaian alat kontrasepsi. Hasil survey demografi dan kesehatan indonesia (SDKI)tahun 2002 / 2003 menunjukkan pasangan usia subur yang menjadi peserta KB dari 57% sampai dengan 60,3%. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) mencapai sekitar 40 juta pasangan, dengan demikian total akseptor KB nasional mencapai 25 juta orang. Berdasarkan register kunjungan KB, menunjukkan bahwa jenis akseptorkontrasepsi suntik DMPA merupakan slah satu alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan. Ini disebabkan karena lebih aman, efektif, sederhana dan murah. Adapun efek samping yang terjadi dar metodekontrasepsi ini antara lain 1

Suntik Dmpa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dmpa

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan KB yang merupakan salah satu didalam paket pelayanan

kesehatan reproduksi esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius,

karena dengan mutu pelayanan KB yang berkualitas diharapkan akan dapat

meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Program KB nasional sudah dilaksanakan di Indonesia selama lebih dari

tiga puluh wtahun, selama kurun waktu tersebut telah banyak hasil yang

dicapai, salah satu keberhasilan program antara lain semakin tingginya angka

pemakaian alat kontrasepsi. Hasil survey demografi dan kesehatan indonesia

(SDKI)tahun 2002 / 2003 menunjukkan pasangan usia subur yang menjadi

peserta KB dari 57% sampai dengan 60,3%. Jumlah Pasangan Usia Subur

(PUS) mencapai sekitar 40 juta pasangan, dengan demikian total akseptor KB

nasional mencapai 25 juta orang.

Berdasarkan register kunjungan KB, menunjukkan bahwa jenis

akseptorkontrasepsi suntik DMPA merupakan slah satu alat kontrasepsi yang

paling banyak digunakan. Ini disebabkan karena lebih aman, efektif,

sederhana dan murah. Adapun efek samping yang terjadi dar

metodekontrasepsi ini antara lain spotting, amenorhea, pusing atau sakit

kepala, penngkatan berat badan, dan kenaikan tekanan darah.

Akseptor KB dengan efek samping spotting sering ditemukan. Hal ini

biasanya menyebabkan klien cemas dan khawatir dengan keadaannyases

belajar sehingga diperlukan konseling agar klien tenang dan bila perlu

penanganan penyebab perdarahan tersebut dengan cara yang sesuai sehingga

klien bisa beradaptasi dengan efek samping dari alat kontrasepsi yang

digunakan dan meningkatkan keberhasilan program keluarga berencana dalam

mewujudkan visi keluarga berkualitas. Dari permasalahan di atas, kami

sebagai mahasiswa kebidanan ingin mengetahui asuhan kebidanan KB pada

aseptor DMPA yang tepat dari anamnesa hingga konselingnya. Sehingga,kami

1

membuat makalah ini sebagai proses belajar kami dalam memberikan asuhan

kebidanan pada aseptor KB DMPA.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar kontrasepsi suntik DMPA?

2. Bagaimana mekanisme kerja kontrasepsi suntik DMPA?

3. Bagaimana efektivitas kontrasepsi suntik DMPA?

4. Bagaimanakeuntungan dan kerugian pada pemakaian kontrasepsi suntik

DMPA?

5. Bagaimana konsep dasar asuhan yang diberikan bidan pada ibu yang

menggunakan kontrasepsi suntik DMPA?

6. Bagaimana dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu yang menggunakan

kontrasepsi suntik DMPA?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami konsep dasar kontrasepsi suntik DMPA.

2. Mengetahui dan memahami mekanisme kerja kontrasepsi suntik DMPA.

3. Mengetahui dan memahami efektivitas kontrasepsi suntik DMPA.

4. Mengetahui keuntungan dan kelebihan dalam penggunaan kontrasepsi

suntik DMPA.

5. Mengetahui dan memahami konsep dasar asuhan yang diberikan bidan

pada ibu yang menggunakan kontrasepsi suntik DMPA.

6. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu yang

menggunakan kontrasepsi suntik DMPA.

2

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Keluarga Berencana

Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau

merencanakan jumlah jarak kehamilan dengan memakai Kontrasepsi.

(Mochtar, 1998: 255).

Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah cara untuk

mencegah terjadinya konsepsi.( Mochtar, 1998 : 256 ).

KB Suntik Kombinasi adalah 25 mg depo medroksiprogesteron asetat dan

5 mgestradiol sipionat yang diberikan injeksi IM (Intra Muskuler) sebulan

sekali(Cyclofem) dan 50 mg Noretindon enantat dan 5 mg estradiol valerat

yangdiberikan injeksi IM sebulan sekali. ( Sarwono Prawirohardjo,

PelayananKontrasepsi : 11 – 46 ).

Syarat – syarat Kontrasepsi

1) Aman/tidak berbahaya

2) Dapat diandalkan

3) Sederhana

4) Murah

5) Dapat diterima oleh orang banyak

6) Pemakaian jangka panjang

Faktor-faktor dalam memilih kontrasepsi

1. Faktor pasangan, motivasi dan rehabilitasi

a) Umur

b) Gaya hidup

c) Frekuensi senggama

d) Jumlah keluarga yang di inginkan

e) Pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu

f) Sikap kewanitaan

3

g) Sikap kepriaan

2. Faktor kesehatan

a)  Status kesehatan

b) Riwayat haid

c) Riwayat keluarga

d) Pemeriksaan fisik

e) Pemeriksaan panggul

3. Faktor metode kontrasepsi, penerimaan dan pemakaian

berkesinambungan.

a) Efektifitas

b) Kondisi medis yang meningkatkan resiko jika terjadi kehamilan

c) Kembalinya kesuburan

d) Klasifikasi persyaratan medis

Macam-macam Kontrasepsi

4. Hormonal

- Pil

- Suntik

- Implant

5. Non Hormonal

- Metode Amenorhea Laktasi (MAL)

- Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

- Senggama terputus

- Metode Barier

- KondoM

- Diafragma

- Spermisida

- Intrauterine Devices (IUD/AKDR)

- Kontrasepsi Mantap

a. Medis Operatif Pria (Vasektomi)

b. Medis Operatif Wanita (Tubektomi)

4

2.2. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik DMPA

Jenis Kontrasepsi Suntik

Dua kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang tidak membutuhkan

pemakaian setiap hari atau setiap akan bersenggama, yang sekarang banyak

dipakai adalah :

a. DMPA (Depo Metroxy Progesteron Asetat)

Dipakai lebih dari 90 negara telah digunakan selama ± 20 tahun dan

sampai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita. Diberikan

sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg.

b. Depo Noristerat (Depo Noretisteron Enanthate)

Dipakai lebih dari 40 negara dengan jumlah akseptor kira-kira 1,5 juta

wanita. Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau setiap 9

minggu.

2.3. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik DMPA

a. Primer : Mencegah Ovulasi

Kadar FSH danLH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH

Surge). Respon kelenjar hypofise terhadap gonadotropin releasing

hormone esterogen tidak berubah. Sehingga memberi kesan proses

terjadi di hipotalamus daripada di kelenjar hypofise. Pada pemakaian

DMPA, endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan kelenjar-

kelenjar yang tidak aktif. Dengan pemakaian jangka lama

endometrium dapat menjadi sedemikian sedikitnya sehingga tidak

didapatkan atau hanya didapatkan sedikit sekali saringan bila

dilakukan biopsy. Tetapi perubahan-perubahan tersebut akan menjadi

normal kembali setelah 90 hari setelah suntikann DMPA terakhir.

b. Sekunder

Lendir servik menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier

terhadap spermatozoa.

Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi

dari ovum yang telah dibuahi

5

Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba

fallopi

2.4. Efektivitas Kontrasepsi Suntik DMPA

a. Dosis DMPA dengan daya kerja kontrasepsi yang paling sering dipakai

150 mg setiap 3 bulan adalah dosis yang tinggi. Setelah suntikan 150 mg

DMPA, ovulasi tidak akan terjadi untuk minimal 14 minggu. Sehingga

terdapat periode “tenggang waktu/waktu kelonggaran” selama 2 minggu

untuk akseptor DMPA yang disuntik selang 3 bulan.

b. NET-EN 200mg lebih efektif bila diberikan dalam jangka waktu yang

terlalu pendek. Penyuntikan sekali setiap 8 minggu, angka kegagalan 0,4 –

1,8 per 100 wanita per 24 bulan. Penyuntikan sekali setiap 12 minggu,

angka kegagalan 6,6 per 100 wanita per 24 bulan.

Keuntungan Dan Kerugian

a. Keuntungan Kontrasepsi

1) Resiko terhadap kesehatan kecil

2) Pencegahan kehamilan jangka panjang

3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

4) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI

5) Sedikit efek sampingnya

6) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

7) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai

menopause

b. Keuntungan Non Kontrasepsi

1) Mengurangi jumlah perdarahan

2) Mengurangi nyeri saat haid

3) Mencegah kehamilan ektopik

4) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara

5) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul

6

c. Kerugian

1) Sering ditemukan gangguan haid, seperti : Siklus haid yang

memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit,

perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid

sama sekali.

2) Klien sangat bergantung pada sarana pelayanan kesehatan (harus

kembali untuk suntikan)

3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya

4) Permasalan berat badan merupakan efek samping tersering

5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular

seksual, hepatitis, infeksi virus HIV

6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian

7) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena belum habisnya

pelepasan otot suntikan dari tempat suntikan.

Indikasi Dan Kontraindikasi

a. Indikasi

Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntik antara lain :

1) Usia reproduksi

2) Nulipara dan yang telah memiliki anak

3) Menghendaki kontrasepsi jangaka panjang

4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai

5) Setelah melahirkan

6) Setelah abortus dan keguguran

7) Perokok

8) Menggunakan obat untuk epilepsy

9) Sering lupa menggunakan pil

10) Anemia defisiensi besi

11) Tekanan darah < 160/110 mmHg dengan masalah pembekuan darah

7

b. Kontra Indikasi

WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntik pada :

1) Kehamilan (hamil atau diduga hamil risiko cacat pada janin > per

100.000 kehamilan)

2) Menderita kanker

3) Menderita tumor jinak

4) Karsinomatraktur seritalia dan perdarahan yang abnormal pada

uterus

5) Pada wanita dengan diabetes mellitus (DM) disertai dengan

komplikasi.

Efek Samping

a. Gangguan haid

1) Pola haid yang normal dapat berubah menjadi :

2) Amenorhea, perdarahan irregular, perdarahan bercak, perubahan

dalam Frekuensi dalam jumlah darah yang hilang

3) Efek pada haid tergantung pada lama pemakaian

4) Perdarahan intermenstrual dan perdarahan bercak berkurang

dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenorrhea bertambah

besar.

5) Insiden yang tinggi dari amenorrhea diduga berhubungan dengan

atrofi endometrium. Sedangkan sebab-sebab dari perdarahan

irregular masih belum jelas dan tampaknya tidak ada hubungan

dengan perubahan-perubahan dalam kadar hormone atau histology

endometrium.

6) DMPA lebih sering menyebabkan perdarahan, perdarahan bercak

danamenorhea, pertambahan berat badan tinggi.

7) Bila terjadi amenorrhea, memberikan efek yang menguntungkan

yakni berkurangnya insiden anemi.

b. Berat badan bertambah

8

1) Umumnya penambahan berat badan tidak terlalu besar bervariasi

antara kurang dari 1 Kg sampai 5 Kg dalam tahun pertama.

2) Penyebab pertambahan berat badan belum jelas. Hipotesis para ahli

DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus

yang menyebabkan akseptor  makan lebih banyak daripada

biasanya.

c. Sakit kepala

Insiden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET EN dan

terjadi pada < 17 % akseptor

d. Efek metabolik

DMPA mempengaruhi metabolisme karbohidrat, tetapi tidak ditemukan

terjadi diabetes pada akseptor

e. Efek pada reproduksi

Kembalinya kesuburan/ fertilitas, efek pada telur/janin, laktasi.

f. Efek pada kardiovaskuler

1) Tampaknya hampir tidak ada efek pada tekanan darah atau system

pembekuan darah

2) Perubahan pada metabolisme lemak kolesterol baik pada DMPA

atau NET-EN dicurigai dapat menambah besar resiko timbulnya

penyakit kardiovaskuler.

9

BAB III

MANAJEMEN KONSEP

3.1 Pengumpulan Data atau Pengkajian

a. Data Subyektif

Identitas

*Nam a . Meliputi ibu dan suami yang bertujuan untuk

membedakan pasien supaya tidak keliru dengan pasien lain.

*Umur. Untuk mengetahui usia pasien dan mendeteksi resiko

tinggi. Pengguna kontrasepsi suntik DMPA adalah wanita usia

reproduktif dengan rentang usia kurang dari 20 tahun dengan

maksud menunda kehamilan, dan rentang usia 20 – 35 tahun

untuk mengatur jarak kehamilan.

*Bangsa/Suku :  Mengenal adat kebiasaan dan kandungan yang

dilakukan.

*Pendidikan   :  Dapat memberikan penjelasan dan motivasi yang

sesuai dengan tingkat pengetahuan.

*Pekerjaan: Mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi pasien

untuk menentukan langkah selanjutnya.

*Alamat:  Untuk mengetahui pasien tinggal dimana, menjaga

kemungkinan bila ada pasien yang namanya sama.

Alasan Kunjungan

Untuk mengetahui jenis pelayanan yang akan diberikan serta

mengetahui keluhan klien atau akseptor KB selama pemakaian

alat kontrasepsi dan kunjungan saat ini apakah kunjungan pertama

atau kunjungan ulang.

Keluhan Utama

Efek samping dari KB suntik DMPA yang mengganggu pasien

seperti:

1) Siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan

yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau

perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali.

10

2) Permasalahan berat badan

Riwayat Pernikahan

Usia pertama kali menikah menunjukkan kesiapan organ

reproduksi untuk hamil sehingga pertimbangan untuk

diberikannya suntik DMPA.

Riwayat Mestruasi

Untuk mengetahui siklus menstruasi, lama, jumlah, dapat

dijadikan acuan apabila timbul keluhan amenorrhea atau

perdarahan yang banyak. Memastikan bahwa pasien datang tidak

dalam keadaan hamil melalui HPHT. Disminorhea, warna, bau,

flour albus Memastikan bahwa tidak ada keluhan saat menstruasi

seperti dismenorhea, fluor albus yang berlebihan karena

memungkinkan ditemukan masalah seperti infeksi saluran

reproduksi, tumor, mioma/kista, bahkan kanker. pada gangguan

menstruasi yang penyebabnya tidak diketahui sebagian besar

metode DMPA ini akan mengacaukan gambaran klinis.

Riwayat Obstetri

Meliputi jenis persalinan, penolong persalinan, penyulit, BB/PB

lahir, jenis kelamin, lama meneteki, umur anak. Dari riwayat

obstetri dapat diketahui :

a. Jarak persalinan terakhir

b. Ibu sedang atau tidak menyusui (diperbolehkan

menggunakan metode suntik DMPA pada ibu yang

menyusui lebih dari 6 minggu untuk menghindari

kemungkinan efek teoritis pada hipotalamus dan hati

neonatus)

Riwayat Kontasepsi

KB suntik DMPA sangat dianjurkan bagi wanita dengan riwayat

menggunakan kontrasepsi pil namun sering lupa

mengkonsumsinya.

11

Riwayat Penyakit

a. Ibu yang mengalami penyakit gangguan koagulasi beresiko

memberikan efek pembentukan hematom di tempat

penyuntikan.

b. Pemberian DMPA pada pasien dengan osteoporosis dapat

memperparah keadaan karena pemakai DMPA memiliki

estradiol dengan kadar sangat rendah dalam darah.

c. Meningkatkan resiko karsinoma bagi klien dengan riwayat

tumor atau kanker.

d. Hipertensi berat sebaiknya dikontrol dahulu sebelum

menggunakan progesterone dosis rendah, dan kemudian

dipantau secara cermat.

e. Ibu dengan TBC atau penyakit infeksi lainnya dapat

mengurangi efektivitas KB suntik DMPA karena akumulasi

bakteri dalam tubuh.

Pola Kehidupan Sehari-hari

*Pola Nutrisi

Untuk mengetahui nutrisi yang dikonsumsi ibu

*Pola Eliminasi

Untuk mengetahui bagaimana pola eliminasi ibu sehari-hari

*Pola Istirahat

Untuk mengetahui kebutuhan istirahat ibu

*Pola Aktifitas

Untuk mengetahui kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh

ibu sehari-hari

*Pola kebiasaan

Untuk mengetahui kebiasaan dilakukan oleh ibu sehari-hari

12

*Pola Seksual

Untuk mengetahui pola seksual yang dilakukan oleh ibu sehari-

hari

Riwayat Psikososial

Meliputi pengetahuan ibu tentang kontrasepsi secara umum

dan yang ingin digunakan. pada pemakainan DMPA

pengembalian kesuburan relative lama,sehingga cocok untuk

pasangan yang ingin tidak segera subur kembali.

b. Data Obyektif

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : kesadarancomposmentis

Tanda Vital

Tekanan darah: 120-140/80-100 mmHg

Nadi : 80-95 kali per menit

Pernafasan :18-25 kali per menit

Suhu : 36,5-37,5oC

PertambahanBB: 1-5 kg dalam tahun pertama

Kepala dan Leher

Hiperpigmentasi : adanya kloasma gravidarum merupakan

tanda tidakpasti hamil

Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih (keadaan

tidak anemia)

Mulut : Bersih, bibir dangusimerah muda (keadaan tidak

anemia)

Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, vena

jugularis dan kelenjar limfe yang merupakan

kontraindikasi pemakaian KB suntik DMPA.

Payudara

Massa / tumor : tidak teraba adanya massa, nyeri tekan.

Abdomen

13

Bentuk : Tidak tampak pembesaran yang mengindikasi

adanya kehamilan

Genetalia Luar

Tanda Chadwick : menunjukkan tanda mungkin hamil

Karakteristik cairan yang keluar dari kemaluan (warna,

konsistensi, bau, jumlah, keluhan)

Pemeriksaan Penunjang

Pada kondisi tertentu, akseptor KB harus menjalani

beberapa pemeriksaan penunjang untuk melengkapi data

yang telah dikumpulkan dan keperluan menegakkan

adanya kehamilan. Beberapa pemeriksaan laboratorium

yang harus dilakukan pada akseptor KB adalah

pemeriksaan tes kehamilan, bahkan USG.

3.2 Intrepetasi Data

Menentukan diagnosa / masalah yang timbul berdasarkan pengkajian

data.

a. DX  :  P10001  usia .... tahun Akseptor Aktif KB suntik 3 bulan

b. DS   : Berdasarkan alasan klien datang dan maslah yang dirasakan.

c. DO    :  Keadaaan Umum, TTV.

3.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah potensial

Langkah ini menggambarkan proses manajemen yang dapat

mengidentifikasi situasi yang gawat dimana petugas kesehatan harus

mengatisipasi dari diagnosa potensial agar menentukan tindakan

segera apabila terjadi komplikasi.

3.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Langkah ini mencakup kebutuhan akan tindakan yang harus segera

dilakukan untuk mengatasi diagnosa atau masalah potensial yang

terjadi agar tidak terjadi komplikasi, kolaborasi, dengan dokter dan

rujukan.

14

3.5 Intervensi / Perencanaan

Langkah ini berisi serangkaian asuhan yang akan diberikan

kepada  bayi sesuai diagnosa atau masalah awal yang ada sesuai

standart pelayanan dan disertai rasionalnya. Umumnya pada akseptor

KB DMPA langkah-langkah intervensinya seperti dibawah ini :

1. Jelaskan mengenai KB secara umum, terlebih untuk calon

akseptor baru

2. Jelaskan mengenai kontrasepsi DMPA secara khusus, bagi

calon akseptor suntik DMPA

3. Jelaskan cara kerja DMPA mencegah kehamilan

4. Terangkan efektifitas DMPA

5. Jelaskan keuntungan DMPA

6. Terangkan kerugian DMPA

7. Jelaskan efek samping DMPA

8. Apabila sesuai prasyarat, lakukan penyuntikan pada hari itu

9. Anjurkan agar kembali ke klinik sebelum waktu suntik ulang

dijadwalkan dan bila ada gangguan menstruasi.

3.6 Implementasi / Pelaksanaan

Langkah ini berisikan tentang asuhan yang telah diberikan

kepada  bayi berdasarkan rencana yang telah disusun sebelumnya

untuk menangani diagnosa / masalah yang telah teridentifikasi.

3.7 Evaluasi

Langkah ini berisi tentang asuhan yang telah diberikan apakah

telah memenuhi kebutuhan klien, jika memang asuhan yang telah

diberikan belum efektif maka perlu dilakukan pengulangan atau

perbaikan pada pemberian asuhan selanjutnya

Berdasarkan evaluasi selanjutnya, asuhan kebidanan dituliskan

dalam bentuk catatan perkembangan yang mencakup SOAP :

S (Subyektif) : data yang didapat dari penyataan klien

15

O (Obyektif): data yang diperoleh dari hasil observasi dan

pemeriksaan

A (assesment): pernyataan gangguan yang terjadi atas data S dan O

P (Planning) :  perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah

yang terjadi.

16

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

DMPA (Depo Metroxy Progesteron Asetat) merupakan kontrasepsi KB

yang dipakai di lebih dari 90 negara dan telah digunakan selama ± 20 tahun

dan sampai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita. Kontrasepsi

ini diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg.Setelah suntikan 150

mg DMPA, ovulasi tidak akan terjadi untuk minimal 14 minggu. Sehingga

terdapat periode “tenggang waktu/waktu kelonggaran” selama 2 minggu untuk

akseptor DMPA yang disuntik selang 3 bulan.

DMPA efektif digunakan pada akseptor yang memenuhi syarat

penggunaannya. Namun DMPA juga memiliki kerugian seperti gangguan

siklus haid, seperti menyebabkan perdarahan, perdarahan bercak

danamenorhea, serta pertambahan berat badan.

Penggunaan KB DMPA tidak boleh dipaksakan pada seseorang. Bidan

bertugas memberikan penjelasan mengenai KB DMPA secara lengkap dan

jelas supaya klien memahami benar dan tidak kecewa terhadap metode KB

pilihannya. Seorang bidan harus memiliki manajemen asuhan yang tepat bagi

kliennya. Dalam kasus ini pada klien akseptor KB suntik DMPA, sehingga

tujuan KB sebagai pengatur kehamilan demi kesejahteraan keluarga dapat

terwujud.

4.2 Saran

Pelaksanaan program KB dan keberhasilannya dipengaruhi oleh dukungan

berbagai pihak. Mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, dan kesadaran

masyarakat yang berpartisipasi. Semua pihak memiliki tujuan yang sama dari

pelaksanaan program KB, yakni semakin sejahtera kehidupan setiap keluarga

karena hak asasi manusia yang terpenuhi.

Saran bagi pengguna KB adalah mencari informasi selengkap-lengkapnya

pada petugas kesehatan yang memberikan layanan KB supaya tidak merasa

dirugikan karena efek samping yang muncul dari penggunaan metode KB.

17

Saran bagi tenaga kesehatan, supaya memberikan pelayanan yang

maksimal mulai dari penjelasan hingga pemberian tindakan dengan

menggunakan manajemen asuhan yang tepat.

Saran bagi pemerintah adalah mendukung terus program KB dan memberi

fasilitas pada tenaga kesehatan sehingga dapat memberikan pelayanan yang

maksimal, serta membantu memberikan penyuluhan tentang pentingnya

program KB melalui berbagai media, contohnya melalui iklan di televisi.

Saran bagi masyarakat, mendukung program kerja KB yang digalakkan

oleh pemerintah dengan mengikuti program KB oleh pasangan usia subur

sehingga tercapai kesejahteraan keluarga di Indonesia.

18