8
SURAT DARI SANTO PETRUS KEPADA PARA SEMINARIS DI KENTUNGAN Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada para seminaris yang berdatangan dari wilayah tersebar-sebar di Indonesia, yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas Anda sekalian (cf. 1 Pt 1:1-2). Yah, Anda sekalian telah dipilih, dan bukan Anda yang pertama-tama memilih. Sama seperti saya juga dahulu tak pernah menyangka akan dipilih untuk menjadi penjala manusia, padahal kerja saya sehari-hari cuma menjala ikan, tanpa pendidikan apa-apa. Itulah enaknya zaman saya dulu, bisa saja menjadi Rasul tanpa pendidikan khusus kecuali perintah Guru. Kalau di zaman Anda tentu lain, kalau tak punya gelar ber-ES-ES, tentu Anda tidak laku. Pilihan Allah atas diri Anda itu bukan terjadi begitu saja asal terjadi, bukan mendadak atau tiba-tiba (seperti layaknya kalau Anda belajar menghadapi ujian persis semalam sebelumnya), melainkan sudah dipersiapkan sejak dahulu kala, bahkan sebelum Anda dibentuk dalam rahim ibu Anda, sesuai dengan  planning Allah sendiri. Yah, Anda sekalian memang dikuduskan, dan dalam konteks imamat zaman kami dulu itu istilah 'dikuduskan' berarti dikhususkan, disendirikan, dipersembahkan untuk Allah sendiri demi suatu tugas tertentu. Anda dikuduskan demi tugas khusus tertentu, dan bukan pertama-tama demi Anda sendiri. Anda adalah  Man for Mission atau  Man on Mission , tapi bukan  Mission Impossible . Seperti saya dulu juga dikhususkan untuk tugas tertentu, yaitu untuk berada bersama Dia dan diutus memberitakan Injil (Mk 3:14), menguatkan iman saudara-saudara saya (Luk 22:32), serta menggembalakan domba-domba-Nya (Yoh 21:15- 19), dan bukan dikhususkan untuk diri saya sendiri. Saya tahu Anda sekalian merasa terkejut dan tidak pantas menerima surat saya ini. Bayangkan, surat dari Santo Petrus sendiri, dari Sang Pemegang Kunci Kerajaan Sorga (Mat 16:19)! Tapi saya yakinkan, bahwa ini surat saya sendiri, asli se-aslinya. Memang, tak ada tanda tangan saya di sini, tapi itu bukan sekedar karena saya tak dapat menulis melainkan karena surat ini dikirim lewat internet. Yah, jangan heran! Kami di sorga sudah pakai internet sejak lama, bahkan jauh sebelum internet ditemukan orang di bumi. Bukankah setiap hari

Surat Petrus kepada para Seminaris

Embed Size (px)

Citation preview

8/14/2019 Surat Petrus kepada para Seminaris

http://slidepdf.com/reader/full/surat-petrus-kepada-para-seminaris 1/8

SURAT DARI SANTO PETRUS

KEPADA PARA SEMINARIS DI KENTUNGAN

Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada para seminaris yang berdatangan dari wilayah

tersebar-sebar di Indonesia, yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah,

Bapa kita, dan dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima

percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas Anda

sekalian (cf. 1 Pt 1:1-2).

Yah, Anda sekalian telah dipilih, dan bukan Anda yang pertama-tama memilih. Sama

seperti saya juga dahulu tak pernah menyangka akan dipilih untuk menjadi penjala manusia,

padahal kerja saya sehari-hari cuma menjala ikan, tanpa pendidikan apa-apa. Itulah enaknya

zaman saya dulu, bisa saja menjadi Rasul tanpa pendidikan khusus kecuali perintah Guru.

Kalau di zaman Anda tentu lain, kalau tak punya gelar ber-ES-ES, tentu Anda tidak laku.

Pilihan Allah atas diri Anda itu bukan terjadi begitu saja asal terjadi, bukan mendadak atau

tiba-tiba (seperti layaknya kalau Anda belajar menghadapi ujian persis semalam

sebelumnya), melainkan sudah dipersiapkan sejak dahulu kala, bahkan sebelum Anda

dibentuk dalam rahim ibu Anda, sesuai dengan planning Allah sendiri.

Yah, Anda sekalian memang dikuduskan, dan dalam konteks imamat zaman kami

dulu itu istilah 'dikuduskan' berarti dikhususkan, disendirikan, dipersembahkan untuk Allah

sendiri demi suatu tugas tertentu. Anda dikuduskan demi tugas khusus tertentu, dan bukan

pertama-tama demi Anda sendiri. Anda adalah  Man for Mission atau  Man on Mission, tapi

bukan   Mission Impossible. Seperti saya dulu juga dikhususkan untuk tugas tertentu, yaitu

untuk berada bersama Dia dan diutus memberitakan Injil (Mk 3:14), menguatkan iman

saudara-saudara saya (Luk 22:32), serta menggembalakan domba-domba-Nya (Yoh 21:15-

19), dan bukan dikhususkan untuk diri saya sendiri.

Saya tahu Anda sekalian merasa terkejut dan tidak pantas menerima surat saya ini.

Bayangkan, surat dari Santo Petrus sendiri, dari Sang Pemegang Kunci Kerajaan Sorga (Mat

16:19)! Tapi saya yakinkan, bahwa ini surat saya sendiri, asli se-aslinya. Memang, tak ada

tanda tangan saya di sini, tapi itu bukan sekedar karena saya tak dapat menulis melainkan

karena surat ini dikirim lewat internet. Yah, jangan heran! Kami di sorga sudah pakai internet

sejak lama, bahkan jauh sebelum internet ditemukan orang di bumi. Bukankah setiap hari

8/14/2019 Surat Petrus kepada para Seminaris

http://slidepdf.com/reader/full/surat-petrus-kepada-para-seminaris 2/8

Martin/Petrus/hal. 2

Anda sekalian bernyanyi, "terjadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam sorga"? Jadi

sesuatu itu terjadi dulu di sorga, dan baru kemudian di bumi. Bukankah segala sesuatu yang

ada di bumi itu merupakan copy dari model yang ada di sorga sini (ingat saja Plato dan dunia

idenya, atau Kel 25:9)? Dan janganlah Anda merasa tidak pantas. Jelek-jelek, bukankahAnda sekalian ini calon penerus-penerus kami Yang Duabelas? Dosen KS anda saja

bukankah barusan diangkat sebagai penerus kami di Keuskupan Agung Semarang? Nah,

kalau beliau saja bisa, apalagi Anda sekalian, yang jauh lebih rendah usia dan rendah hati!

Semoga!

Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang

besar telah memanggil Anda sekalian untuk menjadi rasul-rasul-Nya. Ya, Anda sekalian,

yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena iman Anda sementara Anda menantikan

anugerah tahbisan imamat yang telah tersedia bagi Anda sekalian pada akhir zaman nanti (cf.

1 Pt 1:3-5), eh maksud saya, pada akhir pendidikan seminari tinggi nanti.

Saya ingin menghibur Anda sekalian dengan kata-kata ini: Bergembiralah akan hal

itu, sekali pun sekarang ini Anda sekalian harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan

(cf. 1 Pt 1:6), khususnya di tangan dosen-dosen Anda yang dengan penuh kebaikan hati

menggembleng Anda tak habis-habisnya, yang menyebabkan Anda sampai tak habis pikir,

habis ingatan, habis daya, habis waktu dan ... habis-habisan. Maksud semuanya itu ialah

untuk membuktikan kemurnian iman Anda sekalian -yang jauh lebih tinggi nilainya daripada

cincin berlian hadiah Dodi kepada Princess Diana, yang diuji kemurniannya oleh benturan

dalam kecepatan tinggi di Terowongan Alma- sehingga Anda sekalian nanti dapat

memperoleh gelar Licensiat, atau paling tidak Baccalaureat, ... eh maksud saya, puji-pujian

dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya kepada Anda

sekalian (cf. 1 Pt 1:7).

Dari satu pihak saya merasa lebih beruntung daripada Anda sekalian. Anda sekalian

masih harus berjuang keras di bawah sini, apalagi di saat-saat Ujian Semester, sedangkan

saya sudah tinggal ongkang-ongkang kaki saja. Tapi di lain pihak, saya merasa ketinggalan

dalam hal iman. Anda sekalian tahu bagaimana dahulu itu, ketika saya masih hidup di

Palestina dan mengikuti Guru kita ke mana-mana, seringkali saya didamprat oleh Guru kita

itu karena dianggap tak punya iman. Bahkan saya pernah disebut "Iblis" (Mat 16:23). Dan itu

pun hanya gara-gara saya tak ingin Guru kita itu sengsara. Coba, murid mana yang tidak 

menginginkan kebahagiaan gurunya? Mungkin murid macam itu ada di seminari tinggi

Anda, tapi di Palestina jelas tidak ada.

8/14/2019 Surat Petrus kepada para Seminaris

http://slidepdf.com/reader/full/surat-petrus-kepada-para-seminaris 3/8

Martin/Petrus/hal. 3

Begitu seseorang menyerahkan diri untuk dibimbing oleh seorang Rabbi, mati

hidupnya ada di tangan Rabbi itu, karena hanya lewat Rabbi itulah sang murid dapat sampai

pada pengenalan akan Allah. Saya kira halnya demikian pula di dunia Timur tempat Anda

sekalian tinggal. Pernah saya dengar kisah tentang seorang mistikus besar, Kabir. Ia berkatabegini, "Seandainya Allah menampakkan diri-Nya kepada saya saat ini, dan Guru saya begitu

pula, maka saya akan sujud di bawah kaki Guru. Karena hanya berkat Gurulah saya dapat

mengenal Allah!"

Begitulah kecintaan dan keterpautan kami para murid kepada Guru kami itu. Bagi

kami hal itu gampang-gampang susah. Gampang, karena kami selalu bersama Dia sejak 

permulaan, yaitu sejak Baptisan Yohanes di Yordan, sampai saat Ia terangkat ke sorga

meninggalkan kami. Anda sekalian tahu, itulah syarat utama seseorang dapat diterima

sebagai saksi kebangkitan Guru kami itu (Kis 1:22). Tapi juga susah, karena Anda sekalian

dapat membaca sendiri di kisah-kisah yang diteruskan kepada Anda betapa Guru kami itu

amat radikal, terlalu menuntut, tak kenal lelah, sehingga kami para murid-Nya pun terpaksa

berbuat begitu juga.

Di sinilah, seperti saya katakan tadi (bahwa saya merasa ketinggalan dalam hal iman

dibandingkan Anda sekalian), saya merasa iri dengan Anda sekalian. Guru kami tentu akan

lebih memuji iman Anda sekalian, daripada iman saya sendiri. Mengapa? Yah, karena sekali

pun Anda sekalian belum pernah melihat Dia, namun Anda sekalian mengasihi-Nya; Anda

sekalian percaya kepada Dia, sekali pun Anda sekalian sekarang tidak melihat-Nya (1 Pt

1:8).

Itu dari satu sisi, dari sisi lain bisa dikatakan saya merasa iri juga pada Anda sekalian,

karena mudah saja bagi Anda sekalian yang belum pernah melihat Dia untuk punya 'excuse'

bagi banyak hal. Dulu saya akan langsung disemprot Guru kami, bila saya salah sedikit. Mau

tak mau saya juga mengikuti gaya hidup Guru kami itu. Kalau kami mau hidup enak-enak,

dengan segala macam jaminan yang dapat saja kami terima karena menjadi pengikut Guru

kami itu (bayangkan, banyak lho para janda kaya yang mengikuti Guru kami ke mana-mana

dan melayani rombongan kami dengan kekayaan mereka, Luk 8:1-3) (jadi ya jangan kaget

kalau kelak pun Anda sekalian mengalami nasib demikian!), Dia akan berkata, "Burung

punya liang, srigala punya sarang, eh terbalik, burung punya sarang, srigala punya liang, tapi

Aku, bantal guling satu pun ndak punya!" (kalau kasur memang banyak, karena bukankah

kami cuma memakai daun-daun palem yang dihamparkan di lantai?).

8/14/2019 Surat Petrus kepada para Seminaris

http://slidepdf.com/reader/full/surat-petrus-kepada-para-seminaris 4/8

Martin/Petrus/hal. 4

Anda sekalian tentu pernah melihat film tentang saya, Quo Vadis? Nah, saat di Roma

itu saya takut, amat sangat takut, menanggung penderitaan dan salib akibat menjadi pewarta

ajaran Guru kami. Apalagi ada ancaman keras bahwa saya akan disalibkan juga! Nah, maka

saya pun melarikan diri keluar dari Roma. Tapi apa yang terjadi? Guru kami itu, yang sudahlama meninggal, bangkit dan naik ke sorga serta duduk di sisi kanan Bapa, ternyata kok ya

sempat-sempatnya menampakkan diri di Jalan Appia itu. Saya melihat Guru kami itu

memanggul salib dan berjalan berlawanan arah dengan saya. Tentu saja saya tak bisa pura-

pura tidak kenal! Saya pun menyapa Dia, "Quo Vadis, Domine?" (Ke manakah Engkau pergi,

oh Tuhan?). Eh, beliau menjawab, "Aku akan pergi ke Roma!" Saya tanya lagi, "Lho,

kenapa, lha wong saya saja mau pergi kok?". Nah, Dia menjawab, "Nah, itu dia! Karena

kamu mau pergi dari Roma, dan tak mau disalibkan di situ, maka biarlah aku saja yang ke

Roma dan disalibkan lagi!" Lha, kalau sudah demikian, siapa murid yang tak merasa ditegur,

kecuali dia punya hati keras teramat keras seperti batu akik?

Yah, tanpa bilang apa-apa lagi, saya ya terus berbalik, kembali ke Roma. Dan Anda

semua tahu, saya minta disalibkan secara terbalik, kepala di bawah kaki di atas. Ada yang

bilang saya minta itu karena saya rendah hati, tak ingin disamakan dengan nasib Guru saya.

Yah, sebenarnya maksud saya itu cuma sederhana saja, yaitu supaya bisa dengan gampang

melihat ke atas, ke sorga sana, sambil mati, tanpa harus dangak-dangak . Yah, saya ingin

mengalami seperti Stefanus, martir pertama, yang menghembuskan nafas sambil melihat

langit terbuka dan memandang kemuliaan Allah dan Guru kami itu di sebelah kanan Allah.

Yah, ibaratnya ya seperti Anda sekalian kalau sedang nonton TV sambil duduk selonjor,

tanpa repot-repot harus mengangkat kepala!

Nah, itu sekedar contoh betapa sulitnya bagi kami untuk tak hidup seturut teladan dan

gaya hidup Guru kami sendiri. Nah, sedangkan Anda sekalian? Kalau Anda sekalian tak 

mengikuti gaya hidup Guru kami itu, Anda sekalian dapat saja berkilah, "lha wolak-waliking

  jaman tho mas, ana jaman edan ana jaman dolan, ana sing kelangan ana sing keduman",

"nasibe wong kui rak dhewe-dhewe", "lain Semarang, lain Ujung Pandang, lain Jakarta, lain

Purwokerta, lain yang sembahyang, lain yang foya-foya." Tak ada suara geledek Guru kami

itu yang akan mendamprat Anda!

Tapi jangan salah duga, Guru kami itu tak selalu bersikap keras. Ya tergantung pada

orangnya lah. Kalau harus berurusan dengan orang keras kepala, nekad, dan kadang ngawur

seperti saya ini, ya terpaksalah Guru kami itu bersikap keras. Kalau tak dikerasi, saya ya tak 

bakalan paham dan memperbaiki diri! Bukankah tentang Guru kami itu Nabi Yesaya pernah

8/14/2019 Surat Petrus kepada para Seminaris

http://slidepdf.com/reader/full/surat-petrus-kepada-para-seminaris 5/8

Martin/Petrus/hal. 5

berkata, "Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar

nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya" (Yes 42:1-2; Mat 12:20)? Terhadap Anda sekalian,

saya yakin, Guru kami itu akan bersikap ekstra manis dan lembut. Kalau tidak, tentu Anda

sekalian sudah kabur entah ke mana!Tapi lepas dari semua itu, saya ingin mendesak Anda sekalian, siapkanlah akal budi

Anda (terutama di saat-saat mendengarkan kuliah atau saat wajib belajar sore dan malam

hari), waspadalah (kapan Prefek Disiplin atau Rektor lewat) dan letakkanlah pengharapan

Anda seluruhnya -bukan pada hal-hal atau orang tertentu- tapi pada karunia yang

dianugerahkan kepada Anda sendiri pada waktu Yesus menyatakan diri-Nya kepada Anda

(cf. 1 Pt 1:13), yaitu pada saat Anda untuk pertama kalinya merasa terpanggil untuk menjadi

Rasul-Nya, atau pada saat Anda menerima konsolasi-konsolasi khusus selama doa dan

meditasi, dalam kegiatan ekstra-kurikuler Anda ketika Anda berjumpa dengan banyak orang

yang melayani Anda, eh maksud saya, dilayani oleh Anda. Yah, bukankah Anda, seperti

Guru kami itu, datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan diri

seutuhnya (Mk 10:45)?

Hiduplah sebagai putera-putera yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang

menguasai Anda sekalian pada waktu kebodohan Anda, tetapi hendaklah Anda menjadi

kudus di dalam seluruh hidup Anda sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil

Anda, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus (cf. 1 Pt 1:14). Kudus tak harus

berarti tanpa dosa dan cela, Anda sendiri tahu betapa saya tak lepas dari dosa dan

penyangkalan iman. Orang modern suka bilang, "holiness is wholeness", persis seperti

maksud bangsa kami dulu juga, yaitu "kudus berarti utuh, tak terbagi-bagi". Dulu Guru kita

suka memberi wejangan, "Ya katakan ya, tidak katakan tidak", jangan 'ya' dibilang 'tidak' dan

'tidak' dibilang 'ya', itu namanya mencla-mencle, bisa membuat banyak cewek, eh maksud

saya, banyak orang kecele atau mencrat-mencret! Di lain kesempatan beliau juga bilang,

"Orang tak bisa mengabdi pada dua majikan, ia akan mengindahkan yang satu dan

menyepelekan yang lain". Orang tak bisa sekaligus mengabdi Mammon dan Tuhan, artinya:

Anda tak bisa sekaligus jadi Babon (Pejantan) dan Imam, bisa repot sendiri. Paling tidak itu

bagi Anda sekalian di zaman ini. Di zaman saya dulu itu, saya dan para Rasul lainnya malah

bisa membawa seorang istri (ingat, cuma satu lho ya!) dalam perjalanan pewartaan kami,

kecuali Rasul Paulus tentu saja, tapi ya ... itu salahnya sendiri (1 Kor 9:5).

Nah, tambahan lagi, karena Anda telah menyucikan diri Anda oleh ketaatan kepada

kebenaran (yang mudah-mudahan diajarkan dengan tepat dan diamalkan dengan setia di

8/14/2019 Surat Petrus kepada para Seminaris

http://slidepdf.com/reader/full/surat-petrus-kepada-para-seminaris 6/8

Martin/Petrus/hal. 6

FTW), sehingga Anda dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah

Anda bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hati Anda. Bukankah rekan

kerja saya, Paulus, sudah pernah menasehati Anda, "Hendaknya kasih Anda itu jangan pura-

pura!" (Rom 12:9). Nah, janganlah Anda saling tersenyum, padahal sebenarnya di hati salingmencurigai atau mengutuk satu sama lain. Kalau mau senyum, ya senyum saja. Kalau mau

mengutuk, ya mengutuk saja. Dan setelah itu ya selesai. Paulus juga pernah bilang,

"Janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" (Ef 4:26).

Mengapa ini semua saya katakan kepada Anda? Karena Anda telah dilahirkan

kembali, bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, yaitu Firman Allah,

yang hidup dan yang kekal. Firman itu bukanlah kata sembarang kata, melainkan firman

yang memberi hidup. Dulu ketika saya dan rasul-rasul lain dipenjara karena pewartaan kami

akan nama Yesus, Guru kami, malaikat membebaskan kami dengan berkata, "Pergilah,

berdirilah di Bait Allah dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak!"

(Kis 5:20). Dan siapakah yang memiliki firman hidup itu?

Tentu saja Sang Sabda yang telah menjelma dan tinggal di antara kita, yaitu Guru

kami itulah yang memiliki firman hidup itu. Dia pada suatu hari berkata, "Perkataan-

perkataan yang kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup" (Yoh 6:63), artinya: kata-kata-

Nya adalah Roh Kehidupan. Pernah pada suatu ketika, banyak rekan-rekan saya yang

memutuskan untuk meninggalkan Guru kami itu karena macam-macam alasan, khususnya

karena kata-kata Guru kami itu memang sulit ditangkap, apalagi diterima. Nah, saat itu juga

Guru kami menantang kami Yang Duabelas, "Apakah kalian tidak mau pergi juga?" (Yoh

6:67). Pada detik itu juga, entah dari mana datangnya ilham, saya terdorong menjawab,

"Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-mu adalah perkataan hidup abadi".

Yah, Guru kami itu adalah Sabda Allah sendiri, yang telah turun ke dunia, meski

tidak perlu sampai berlari-lari seperti dikatakan oleh Pemazmur (Mzm 147:15, "Ia

menyampaikan perintah-Nya ke bumi, dengan segera firman-Nya berlari"). Tapi satu hal

 jelas teramat jelas, yaitu bahwa Ia tak keluar dari mulut Allah dengan percuma, Ia tidak akan

kembali kepada Allah dengan sia-sia, seperti dikatakan dengan tepat oleh Nabi Yesaya. Ia

akan melaksanakan apa yang dikehendaki oleh Allah dan akan berhasil dalam apa yang

disuruhkan Allah kepada-Nya (Yes 55:11). Karena itulah di akhir hidup-Nya, Dia bisa

berkata "Allahku, Allahku, mengapa Kau tinggalkan aku?" (Mat 27:46). Dia tak merasakan

kehadiran Bapa-Nya lagi, bukan karena Dia jauh dari Bapa, tapi justru karena Bapa menjadi

terlalu dekat dengan Dia, bahkan bersatu dengan Dia, bagaikan ikan yang tak merasakan atau

8/14/2019 Surat Petrus kepada para Seminaris

http://slidepdf.com/reader/full/surat-petrus-kepada-para-seminaris 7/8

Martin/Petrus/hal. 7

menyadari lagi kehadiran air yang mengelilinginya. Karena itulah, Dia bisa juga berkata,

"Sudah terpenuhi!" (Yoh 19:30), bagaikan kata yang tak lagi terpisah dari sang pembicara,

tapi sudah kembali menyatu dengannya dalam pribadi, tingkah laku dan perbuatannya,

sehingga sulit dibedakan lagi antara pembicara dan kata-katanya.Para seminaris terkasih, Sang Firman itulah yang sebenarnya disampaikan Injil

kepada Anda (1 Pt 1:25). Dan tentang ini semua, saya dan para Rasul lainnya adalah saksi

dan penerus. Pribadi dan hidup Guru kami sendiri itulah yang disampaikan lewat pewartaan

kami dan lewat berbagai tradisi sampai kepada Anda sepanjang masa (ingat Tesis

Baccalaureat Anda nomor 5). Yang disampaikan kepada Anda bukanlah kata-kata kosong,

doktrin-doktrin beku, pengertian-pengertian fana, melainkan Pribadi Ilahi sendiri! Pribadi

Yang Hidup!

Karena itu, para Seminaris terkasih, buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat

dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah (1 Pt 2:1). Dan jadilah sama seperti

bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan ASI (Asli Susu Ibu), eh maksud saya, air susu

yang murni dan yang rohani, supaya olehnya Anda bertumbuh dan beroleh keselamatan, jika

Anda benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan. "Telah mengecap kebaikan Tuhan",

artinya: hidup dan pelayanan Anda itu hendaknya mengalir dari suatu kepenuhan kasih, dan

bukan dari suatu kehausan akan kasih. Anda sekalian diutus untuk menjadi Penerus Kasih,

dan bukan Pengemis Kasih.

Maka setelah kalimat "Dan Sabda telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita"

(Yoh 1:14), rekan saya Yohanes dalam Prolog Injilnya, tidak langsung mengatakan bahwa

kita semua harus mengikuti Sabda itu ke mana pun Sabda itu pergi, melainkan ia pertama-

tama mengatakan lebih dahulu, "Dan kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14). Dengan

demikian, pelayanan kita itu akan mengalir dari suatu penglihatan, dari suatu pengalaman

akan kemuliaan Allah sendiri, dan dengan begitu barulah kita bisa menjadi saksi. Seperti

Guru kami itu sendiri dahulu juga dapat menyatakan Allah Bapa-Nya, dapat menjadi saksi

Bapa sehingga barangsiapa melihat Dia melihat Bapa sendiri (Yoh 14:9), karena Ialah satu-

satunya yang pernah melihat Allah (Yoh 1:18). Kesaksian yang hidup dan berdaya-guna

mengalir dari kepenuhan, dan bukan dari kekosongan. Dan kepenuhan itu bukanlah

kepenuhan diri kita sendiri, atau dari diri kita sendiri, melainkan kepenuhan Guru kami itu.

Maka itu Yohanes meneruskan, "Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima

kasih karunia ganti kasih karunia..." (Yoh 1:16).

8/14/2019 Surat Petrus kepada para Seminaris

http://slidepdf.com/reader/full/surat-petrus-kepada-para-seminaris 8/8

Martin/Petrus/hal. 8

Akhirnya, para seminaris terkasih, datanglah kepada-Nya itu, yaitu Batu yang Hidup

itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah.

Dan biarlah Anda sekalian juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu

rumah rohani bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yangkarena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. Andalah bangsa yang terpilih, imamat yang

rajani, bangsa yang kudus, kepunyaan Allah sendiri, supaya Anda memberitakan perbuatan-

perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil Anda keluar dari kegelapan kepada

terang-Nya yang ajaib (cf. 1 Pt 2:1-9).

Dan akhirnya, hendaklah Anda semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-

saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan,

atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah Anda saling memberkati,

karena untuk itulah Anda sekalian dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat (1 Pt 3:8).

Siapakah yang akan berbuat jahat terhadap Anda, jika Anda rajin berbuat baik?

Tetapi sekali pun Anda harus menderita juga karena kebenaran, Anda akan berbahagia (1 Pt

2:13-14). Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah,

daripada menderita karena berbuat jahat (1 Pt 3:17). Sebab itu janganlah Anda takuti apa

yang orang banyak takuti dan janganlah gentar. Kuduskanlah Kristus di dalam hati Anda

sebagai Tuhan! (1 Pt 3:15).

Berilah salam seorang kepada yang lain dengan cium yang kudus. Damai sejahtera

menyertai Anda sekalian yang berada dalam Kristus. Amin (1 Pt 5:14).

[rekoleksi Kentungan, 13-14 Sept. 1997

Martin Suhartono, S.J.]