17
TEORI SEDIAAN – Suspensi Antasida APT MARET 2010 Berusaha dan Berdoa, pasti bisa!!! SUSPENSI ANTASIDA I. DEFINISI SEDIAAN Antasida digunakan untuk menetralkan asam lambung. Jika asam lambung terlampau asam atau pH sangat rendah dapat menyebabkan ulcer atau luka sehingga pH tidak boleh terlalu rendah. Antasida adalah : 1. Zat yang bereaksi dengan asam didalam lambung dan idealnya dapat meningkatkan pH isi lambung antara 4 – 5 2. Semua produk antasida mengandung sekurangnya salah satu dari bahan untuk neutralizer primer yang merupakan senyawa-senyawa dari NaHCO 3 , CaCO 3 , garam Al dan Mg. Kemudian dicampur dengan zat-zat lain agar memenuhi syarat antasida. Fungsi antasida yaitu untuk menetralkan kelebihan asam lambung. II. TEORI UMUM a. ATURAN UMUM/PERSYARATAN/KARAKTERISTIK Syarat-syarat ideal antasida yaitu : - Efisien : hanya dibutuhkan sejumlah kecil untuk mengontrol / menetralkan kelebihan asam. - Efektif : efek dapat bertahan lama tanpa pengikatan kembali (rebound) asam atau pelepasan CO 2 setelah terjadinya reaksi antara HCl dan antasida. - Aman : produk tidak boleh mengganggu kesetimbangan elektrolit atau glukosa darah / menyebabkan diare / konstipasi (hampir semua antasida primer menyebabkan konstipasi sehingga dicampur dengan yang lain/tidak murni). - Harga : tidak mahal karena penderita menggunakan antasida ini dalam jangka waktu lama. - Palatable: rasa menyenangkan atau dapat diterima oleh mulut. Saat ini tidak ada produk di pasaran yang memenuhi semua persyaratan tersebut. Contoh : - Al(OH)CO 3 dan Al(OH) 3 menyebabkan konstipasi - Mg(OH) 2 laksatif - NaHCO 3 alkalosis sistematik dan mengikat lagi asam juga melepas CO 2 - CaCO 3 menginduksi hipersekresi gastric (pH 3 – 5) dan melepas CO 2 Yang penting dari clay dan antasida adalah struktur dan muatan elektrik. Sifat-sifat koloid berbeda-beda, ada yang elektropositif dan elektronegatif. Sesuai dengan sifat elektromagnet, muatan yang sama akan tolak menolak dan muatan yang berbeda akan tarik menarik. Maka struktur

Suspensi Antasida

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fsdf

Citation preview

TEORI SEDIAAN Suspensi Antasida

TEORI SEDIAAN Suspensi Antasida

APT MARET 2010

Berusaha dan Berdoa, pasti bisa!!!

SUSPENSI ANTASIDA

I. DEFINISI SEDIAAN

Antasida digunakan untuk menetralkan asam lambung. Jika asam lambung terlampau asam atau pH sangat rendah dapat menyebabkan ulcer atau luka sehingga pH tidak boleh terlalu rendah.

Antasida adalah :

1. Zat yang bereaksi dengan asam didalam lambung dan idealnya dapat meningkatkan pH isi lambung antara 4 5

2. Semua produk antasida mengandung sekurangnya salah satu dari bahan untuk neutralizer primer yang merupakan senyawa-senyawa dari NaHCO3, CaCO3, garam Al dan Mg. Kemudian dicampur dengan zat-zat lain agar memenuhi syarat antasida. Fungsi antasida yaitu untuk menetralkan kelebihan asam lambung.

II. TEORI UMUM

a. ATURAN UMUM/PERSYARATAN/KARAKTERISTIK

Syarat-syarat ideal antasida yaitu :

Efisien : hanya dibutuhkan sejumlah kecil untuk mengontrol / menetralkan kelebihan asam.

Efektif : efek dapat bertahan lama tanpa pengikatan kembali (rebound) asam atau pelepasan CO2 setelah terjadinya reaksi antara HCl dan antasida.

Aman : produk tidak boleh mengganggu kesetimbangan elektrolit atau glukosa darah / menyebabkan diare / konstipasi (hampir semua antasida primer menyebabkan konstipasi sehingga dicampur dengan yang lain/tidak murni).

Harga : tidak mahal karena penderita menggunakan antasida ini dalam jangka waktu lama.

Palatable: rasa menyenangkan atau dapat diterima oleh mulut.

Saat ini tidak ada produk di pasaran yang memenuhi semua persyaratan tersebut. Contoh :

Al(OH)CO3 dan Al(OH)3 menyebabkan konstipasi

Mg(OH)2 laksatif

NaHCO3 alkalosis sistematik dan mengikat lagi asam juga melepas CO2

CaCO3 menginduksi hipersekresi gastric (pH 3 5) dan melepas CO2

Yang penting dari clay dan antasida adalah struktur dan muatan elektrik. Sifat-sifat koloid berbeda-beda, ada yang elektropositif dan elektronegatif. Sesuai dengan sifat elektromagnet, muatan yang sama akan tolak menolak dan muatan yang berbeda akan tarik menarik. Maka struktur clay akan membentuk bangunan seperti rumah. Sehingga sifat aliran berbeda jika muatannya berbeda.

Produk suspensi antasida cair atau antasida clay harus memenuhi syarat rasa, warna, bau, dan viskositas. Dosis yang digunakan harus disesuaikan dengan sifat-sifat fisik/kimia/biologi dari produk.

b. PENGGOLONGAN

Ada dua jenis suspensi antasida yaitu :

1. Antasida

2. Clay atau lempung seperti yang digunakan di formasi berfungsi untuk mengadsorpsi, biasanya digunakan untuk obat diare. Hampir sama dengan tablet seperti attapulgid.

TIPE-TIPE SUSPENSI ANTASID (Pharm Dosage Form, Disperse System, vol 2, 1989 hal 219)

Terdapat empat tipe suspensi antasid yaitu :

a. Single strength suspension, yaitu suspensi antasid yang memiliki kapasitas penetralan 10-15 mekiv terhadap HCl setiap 5 ml dosis.

b. (TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB OKTOBER 2008/2009LIKUIDA)Double strength suspension, yaitu suspensi antasid yang memiliki kapasitas penetralan 20-30 mekiv terhadap HCl setiap 5 ml dosis.

c. Antasid mengandung antiflatulen atau anti kembung. Antasid ini dapat single strength atau double strength, pada umumnya mengandung 20-40 mg simeticone setiap 5 ml dosis

d. Floating antasid suspension. Merupakan antasid yang memiliki kapasitas penetralan asam yang rendah. Pada umumnya juga mangandung alginate dan antasid berisi karbonat yang berkontak dengan asam lambung, membentuk lapisan dengan kerapatan rendah dan melapisi permukaan isi lambung (gastric content). Biasanya tipe ini digunakan untuk terapi penyakit refluks esophagus.

CLAY (Pharm Dosage Form, Disperse System, vol 2, 1989 hal 206 207)

Ada lima kelompok yang dibahas, yaitu : kaolin, bentonit, hectorite, atapulgit, MgAl silikat (antasida yang spesifik).

Senyawa clay:

1. Kimia inert sering digunakan sebagai obat OTC/obat bebas dan obat diare.

2. Sering diformulasikan dalam dosis tinggi.

3. Diformulasi dalam suspensi dengan penambahan flavour, untuk meningkatkan palatability.

(TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB OKTOBER 2008/2009LIKUIDA)Clay yang sering digunakan sebagai hidrokoloid dan adsorben adalah senyawa-senyawa silikat yang berbeda komposisi logamnya. Clay ada dua jenis, yaitu :

1. Clay dengan daya adsorpsi tinggi.

2. Clay dengan daya adsorpsi rendah.

Kedua jenis diatas hanya berbeda pada kation-kation senyawa silikat.

c. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN

III. FORMULA

a. FORMULA BAKU

A.FORMULA UMUM

a. Zat aktif (antasid, antiflatulen=anti kembung : untuk antasida yang melepaskan CO2 atau kembung perlu ditambahkan antiflatulen, dan clay).

b. Suspending agent penting diperhatikan karena peranan muatan dalam formulasi.

c. Pemanis (mencegah kontaminasi mikroba dan mencegah polimerisasi).

d. Pengawet. Perlu diperhatikan sifat adsorpsi dan pH efektif.

e. Anticacking dan antigelling agent dari sediaan.

f. Flavour.

g. Mouth feel : mempengaruhi rasa mulut agar tidak terasa pasir.

h. Colouring agent

b. CONTOH FORMULA DI BUKU

Bahan

Persentase dalam formula

A

B

AHLT-LW, gel AlOH3

23.33

28.75

Pasta MgOH2

13.11

16.4

Larutan sorbitol (70%) USP

-

10

Kalium sitrat, USP

0.6

-

Metilparaben, NF

0.2

0.2

Propilparaben, NF

0.02

0.02

Sakarin, NF

0.1

0.05

Minyak peppermint, NF (Flavor)

0.005

0.005

Alkohol, USP

1

1

Aquades, USP q.s

100

100

Tiap 60 ml mengandung : Al(OH)3 300 mg/5ml

% w/w

R/Gel Al(OH)3 kering4,7059 g

Na CMC5,00%

Gliserin20,00%

Sorbitol25,00 %

Sukrosa25,00 %

Sakarin0,02%

Na Benzoat0,10%

Minyak peppermint0,01%

Aquadest ad 60,00 ml

(Pharmaceutical Dosage Forms : disperse system, Vol 2, hal 220)

A. FORMULA ANTASID

% w/w

R/Alumunium hidroksida gel (8,9% Al2O3)24,0

Magnesium hidroksida pasta (29.5% Mg(OH)2) 12,9

Sorbitol2,0

Mannitol 0,25

Metil paraben0,10

Flavors0,10

Asam sitrat anhidrat0,06

Propil paraben0,05

Na Sakarin0,03

Air60,5

1 sdt mengandung 225 mg Al(OH)3 (ekivalen dengan 50% Al2O3, gel hidroksida Al kering) dan 200 mg Mg(OH)2.

FORMULA ANTIFLATULEN/ANTASID

% w/w

R/Alumunium hidroksida gel (8,9% Al2O3) 21,0

Magnesium hidroksida pasta (29,5% Mg(OH)2) 12,9

Sorbitol6,0

Simethicone (90,5%simethicone)0,37

HPC0,33

Metil paraben0,16

Flavors 0,12

Avicell,RC-5910,11

Asam Sitrat anhidrat0,06

Metil selulosa0,03

Propil paraben0,03

Na sakarin0,02

Air58,87

1 sdt mengandung 200 mgMg(OH)2, 200 mg Al(OH)3, dan 20 mg simetikon.

EXTRA STRENGTH ANTACID

% w/w

R/Alumunium hidroksida gel (8,9% Al2O3) 42,0

Magnesium hidroksida pasta (29,5% Mg(OH)2) 25,8

Larutan sorbitol18,0

Simethicone (90,5%simethicone)0,55

Asam sitrat anhidrat0,10

Metil paraben0.09

Guar gum0.07

Metil selulosa0.04

Propil paraben0.04

Flavour 0.02

Air12,99

Sediaan di atas dibuat dengan menggunakan bahan baku antasida viskositas rendah, dengan meningkatkanukuran partikel Mg(OH)2 dan Al(OH)3 yang tersuspensi. Dapat ditambahkan suspending agent satu atau lebih untuk menurunkan kecepatan sedimentasi.

FORMULA ALUMUNIUM HIDROKSIDA

% w/w

R/Alumunium hidroksida (300 mg Al(OH)3 /5ml) 362,8

Larutan sorbitol282,0

Syrup93,0

Gliserin25,0

Metil paraben0,9

Propil paraben0,3

Flavourq.s

Airad 1000 ml

Formula di atas biasanya digunakan untuk pasien yang menjalani dialisis dan membutuhkan eliminasi fosfat. Kandungan alumunium akan mengikat fosfat menjadi alumunium fosfat yang sangat tidak larut dan dielminasi lewat feses.

FORMULA CLAY

% w/v

R/ Attapulgite koloidal14

Sakarin0,09

Metil paraben0,2

Propil paraben0,05

Flavourq.s

Air

Maldagrate tidak membutuhkan dapar khusus untuk menstabilkan sistem.

IV. PENJELASAN FORMULA

(Pharm. Dosage Form: Disperse System Volume 2, hlm. 209-213)

1. ANTASIDA

a. Al(OH)3

Biasa digunakan dalam bentuk tunggal atau campuran reaksi. Agar reaksi berjalan dalam waktu singkat maka digunakan Al(OH)3 dalam bentuk amorf. Al(OH)3 akan mengalami polimerisasi cepat membentuk kristalin. Dikenal dengan nama gibbsite (bentuk kristalin). Bentuk gibbsite bereaksi lemah dan lama dengan HCl. Dalam kebanyakan sediaan antasida Al(OH)3 digunakan dalam bentuk Al(OH)CO3, dimana CO3 akan memberikan stabilisasi reaktivitas asam dengan meminimalkan polimerisasi. Al(OH)3 mempunyai kemampuan dapar lambung pada pH 3 4 (uji Rosset Rise Test/RRT). Antasida ideal mampu mendapar pada pH 3 5. Dengan meningkatnya pH > 3 sebagian besar pepsin akan diinaktifkan. Sedangkan bila pH lebih dari 5 kemungkinan terjadi pengikatan kembali asam/acid rebound. Al(OH)3 adalah antasida non sistemik karena bekerja lokal dan tidak diabsorpsi.

Reaksi Al(OH)3 dengan HCl secara stoikiometri :

Al(OH)3 + 3HCl AlCl3 + 3H2O

Ekivalensi 1 gram Al(OH)3 kering mampu menetralkan 29,4 mekiv HCl. Sehingga bisa single strength atau double strength.

Kelemahannya :

akan mengadsorpsi pepsin PO4 dan garam-garam empedu

pada dosis tinggi akan menyebabkan konstipasi

akan memperlama pengosongan lambung.

Kelebihan : karena kandungan Na rendah maka dapat digunakan untuk penderita hipertensi

Untuk suspensi biasanya digunakan bentuk gel atau cairan yang dapat disemprot, pada beberapa kasus bisa dalam bentuk serbuk. Bentuk gel menghasilkan suspensi yang paling baik untuk rasa mulut, namun karena menyebabkan viskositas yang tinggi maka penggunaannya dibatasi untuk suspensi potensi tinggi. Gel juga butuh lebih banyak agitasi selama proses pembuatan untuk mendispersikan bahan baku lain agar homogeny. Bentuk serbuk memiliki ukuran partikel besar sehingga menyebabkan rasa tidak enak (seperti kapur) dan reaktivitas asam rendah.

b. Mg(OH)2

Mg(OH)2 jarang digunakan sendiri, lazim campuran dengan Al(OH)3 karena keuntungankeuntungan tadi. Mg(OH)2 berbentuk kristal bernama brussite, yang bereaksi dengan cepat dengan HCl meningkatkan pH lebih cepat pada pH>3. Reaksinya adalah sebagai berikut :

Mg(OH)2 + 2 HCl Mg Cl2 + 2 H2O

Berbeda dengan Al(OH)3, Mg(OH)2 tidak mampu mendapar lambung hingga pHnya 3 5 tetapi pada pH 8 9. pH tinggi ini akan menimbulkan pengikatan kembali asam. Merupakan antasida non sistemik. Muatan permukaan tergantung pada pH. Ekivalensinya 1 gr Mg(OH)2 kering mampu menetralkan 34,3 mekiv HCl. Mengandung Na rendah sehingga dapat digunakan pada penderita hipertensi. Menunjukkan efek laksatif, mengikat beberapa garam empedu tapi tidak (TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB OKTOBER 2008/2009LIKUIDA)semudah Al(OH)3. Mg(OH)2 jika dikombinasi dengan Al(OH)3 suspensi bereaksi dengan HCl secara cepat dan mendapar lambung pada pH lambung 3 5. Bisa membentuk gel tiksotropik karena ada gaya tarik elektrostatik antara keduanya. Oleh karena itu untuk mencegah viskositas yang terlalu tinggi, perlu ditambahkan antigelling agent (Al menyebabkan polimerisasi, Mg menyebabkan tiksotropik jadi bentuk dodol).

Untuk suspensi biasanya digunakan bentuk gel atau cairan yang dapat disemprot, pada beberapa kasus bisa dalam bentuk serbuk. Gel viskositas rendah digunakan untuk suspensi antasida potensi tinggi.

c. CaCO3

CaCO3 digunakan sendiri atau campuran dengan Al atau Mg(OH)2. CaCO3 adalah mineral bentuk kristalin bernama calcite. CaCO3 kristalin bereaksi cepat dengan HCl yaitu secara cepat meningkatkan pH lambung >3. Reaksi yang terjadi secara stoikiometri :

CaCO3 + 2HCl CaCl2 + CO2 + H2O

Menurut RRT secara in vitro : pH tetap terjaga pada pH 7 yang merangsang acid rebound. Merupakan antasida nonsistemik karena tidak menyebabkan alkalosis. Namun penggunaan kronik dapat mengakibatkan patologi ginjal dan alkalosis sistemik. Dalam dosis tinggi dapat menyebabkan efek konstipasi, dapat meyebabkan perut kembung karena membebaskan CO2 saat bereaksi dengan HCl. Tersedia dalam berbagai macam grade yang berbeda dalam ukuran partikelnya. Dalam suspensi dengan grade yang ringan, digunakan ukuran partikel 1 4 m.

d. Magnesium trisilikat

Mg trisilikat : 2MgO. 3SiO2. xH2O merupakan antasida yang lemah. Kerja onset lambat. Tidak mampu memenuhi syarat sediaan untuk obat bebas. Oleh sebab itu selalu dikombinasi dengan antasida lain. Di dalam lambung, Mg trisilikat yang tidak bereaksi (unreacted) dapat teradhesi pada luka ulcer dan memberi efek protektif terhadap pengaruh asam lambung. Merupakan antasida non sistemik. Acid consuming capacity : setelah empat jam pada 37C mampu menetralisir 15 mekiv HCl per 1 gram bahan kering. Tidak menginaktifkan pepsin pH5 dan dapat menyebabkan acid rebound. Dosis moderat tinggi dapat menyebabkan efek laksan, flatulensi karena melepaskan CO2 saat bereaksi dengan HCl. Ada dalam bentuk serbuk ringan, serbuk berat. BJ tergantung pada kosentrasi reaktan, temperatur selama pengendapan, dan lamanya aging selama manufaktur. Untuk suspensi antasida digunakan bentuk ringan/light.

(MgCO3)4.Mg(OH)2.5H2O + 10 HCl 5 MgCl2 + 4 CO2 + 11 H2O

f. Magaldrat

Magaldrat merupakan kelompok hidrotalcite. Struktur seperti MgOH pada mana 1 ion Al menggantikan setiap 3 Mg dalam lattice brucite (struktur ruangnya). Hal ini menyebabkan lactice bermuatan positif dimana anion terletak antara lapisan Mg dan Al secara bergantian. Dalam malgadrat sebagian besar anion adalah SO42-. Struktur malgadrat adalah Mg4Al2(OH)12SO4.1H2O. Kerja cepat dengan kemampuan mendapar pada pH 3 5 (uji in vitro). Kapasitas penetralan asam 1 gram serbuk malgadrat sebanding dengan 25, 6 mekiv HCl. Sifat antara laksan dan konstipasi relatif seimbang. Kadar Na rendah. Tersedia dalam bentuk serbuk dan pasta. Na dapat berasal dari impurities dari pendaparan, sisa pijar/abu.

Mg4Al2(OH)12SO4.1H2O + 12 HCl MgSO4 + 3 MgCl2 + 2 AlCl3 + 13 H2O

2. CLAY

a. Kaolin

Kaolin adalah alumunium silikat terhidrasi alami dengan rumus kimia Al2O3.2SiO2.2H2O. Merupakan senyawa yang berasal dari alam. Sebagian besar kaolin deposit dikontaminasi oleh besi oksida dan pengotor lain seperti CaCO3 dan MgCO3. Untuk memurnikan kaolin digunakan HCl atau asam sulfat lalu dibilas. Kaolin memiliki sedikit muatan pada permukaan partikelnya dan pada ujung partikelnya dia bermuatan negatif. Kaolin tidak mengembang dalam air. Kaolin mengadsorpsi senyawa-senyawa toksik. Ukuran partikelnya berkisar 0,5 1 m. Kaolin mengandung 0,2% natrium, (TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB OKTOBER 2008/2009LIKUIDA)memiliki luas permukaan yang kecil (7 30 m2/gram). Karena kemampuan adsorpsinya, maka ada obat-obat yang dapat diadsorpsi oleh kaolin. Kapasitas penukaran kation rendah (3 5 mEq/100 gram).

b. Bentonit

Bentonit merupakan bahan alam yang mengandung silikat alumunium terhidrasi, memiliki rumus kimia Al2O3.4SiO2.H2O. Secara struktur, bentonit mirip dengan hectorite. Kisi hectorite mengandung sedikit lithium dan fluor. Bentonit mengandung besi oksida, kalsium karbonat, dan magnesium karbonat sebagai pengotor. Bentonit mengandung 1,5% natrium. Bentonit tidak larut dalam air tetapi mengembang menjadi 12 kali dalam air. Bentonit membentuk suspensi tiksotropik. Bersifat higroskopik sehingga harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat. Bentonit dapat mengendap oleh asam. Bentonit yang telah dicuci dengan asam tidak lagi memiliki kemampuan mensuspensi.

Bentonit biasa digunakan sebagai suspending agent, stabilizer emulsi, dan absorben. pH suspensi bentonit sekitar 10. Memiliki luas permukaan partikel yang besar (600 800 m2/gm). Partikelnya berbentuk plat dan bermuatan negatif, punya kapasitas penukar kation tinggi (80 100 mEq/100 gram), dan harus disterilisasi setelah diambil dari penambangan. Bentonit ini inkompatibel dengan elektrolit kuat dan partikel dengan muatan positif yang kuat. Kemampuan membentuk gel dari bentonit ini dikurangi dengan adanya asam dan dapat ditingkatkan dengan alkali seperti magnesium oksida.

c. Attapulgit

Attapulgit ini merupakan alumunium magnesium silikat hidrat. Rumus kimianya MgO.Al2O3.SiO2.H2O. Attapulgit diaktivasi dengan panas, tidak atau hanya memiliki kapasitas penukaran kation yang rendah. Memiliki luas permukaan yang menengah (125 160 m2/gm) sehingga memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi dari kaolin. Suspensi yang dihasilkannya bersifat tiksotropik dan memiliki pH sekitar 8,5. Viskositas maksimum dicapai pada pH 6 8,5. Attapulgit ini tersedia dalam dua grade, yaitu : bentuk aktif yang regular (ukuran partikel 2,9 m) dimana memiliki sifat adsorpsi yang baik tetapi sifat koloidalnya rendah; dan bentuk aktif koloidal (ukuran partikel 0,14 m) dimana memiliki sifat koloidal dan adsorpsi yang baik.

d. Magnesium Alumunium Silikat

Magnesium Alumunium Silikat merupakan bentonit magnesium, dimana magnesium menggantikan beberapa tempat alumunium dalam struktur bentonit. Memiliki 3 lapis kisi Kristal alumunium oktahedral dan 2 silika tetrahedral. Dalam air dapat berkembang hingga berkali-kali lipat volume awal, dan volume akhirnya bahkan lebih besar daripada bentonit. Membentuk suspensi tiksotropik pseudoplastik dan dapat dibasahi dan dikeringkan secara berulang tanpa kehilangan kemampuan mengembangnya. Suspensi yang dibentuknya memiliki pH 9 dan stabil pada pH 3,5 11. Viskositas suspensinya meningkat dengan adanya panas, lama penyimpanan, dan penambahan elektrolit. Mg Al silikat ini mencegah terjadinya caking, mengandung 1,5% natrium. Namun, Mg Al silikat dapat mengganggu bioavailabilitas beberapa obat.

3. ANTIFLATULEN (ANTIKEMBUNG)

Zat aktif antiflatulen ini adalah simetikon. Simetikon terdiri dari polimer dimetilpolioksan dan silicon dioksida. Simetikon ini memiliki kemampuan antifoam karena dapat mengurangi tekanan permukaan gas busa. Biasanya dikombinasikan dengan antasid sebagai antiflatulen. Konsentrasi simetikon dalam suspensi antasid berkisar 20-40 mg per 5 mL.

B. SUSPENDING AGENT UNTUK SUSPENSI ANTASID

(Pharm.Dosage Form : Disperse System, vol 2, 1989, hal 213-215)

Tujuan penggunaan suspending agent pada formula antasid adalah untuk mencegah pengendapan dan mencegah pembentukan caking dari beberapa bahan baku antasid. Suspending agent juga dapat memperbaiki raba mulut sediaan antasid yang pada umumnya berpasir dan berkapur. Suspending agent yang dapat digunakan untuk sediaan antasid adalah suspending agent yang stabil pada pH tinggi (7,5 9,5). Karena beberapa bahan baku suspensi mempunyai kelarutan terbatas, suspending agent yang dapat menyebabkan ikatan silang dengan adanya kation polivalen harus dihindari. Suspensi yang membentuk agregat besar selama freeze thaw cycle menyebabkan tekstur kasar (butir2/grainy). Beberapa suspending agent polimerik dapat meningkatkan freeze thaw stability suspension. Untuk mencegahnya dapat digunakan HPMC, MC, CMC Na, Na alginate, dan PVP. Suspending agent yang biasa ditemui dalam sediaan antasid :

1. AVICELL RC 591

Avicel RC 591 terdiri dari 89% selulosa mikrokristalin dan 11% Na CMC yang stabil pada rentang pH luas. Avicel RC 591 membentuk gel yang bersifat tiksotropik pada kosentrasi rendah yang menunjukkan geseran tipis dengan pengadukan sedang dapat diflokulasi dengan menggunakan polimer kationik dan surfaktan.

2. ALGINAT

Alginat merupakan polisakarida anion hidrofil dengan bobot molekul besar. Viskositas larutan akan menurun dengan peningkatan suhu tetapi hal ini bersifat reversible. Alginat stabil pada (TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB OKTOBER 2008/2009LIKUIDA)pH 4-10 dan membentuk aliran pseudoplastik. Alginat akan mengendap dengan adanya kation polivalen dan inkompatibel dengan senyawa nitrogen quartener.

3. METILSELULOSA-HPMC

Larut dalam air dingin dan tidak larut dalam air panas, membentuk aliran pseudoplastik dan nontiksotropik, viskositas larutan akan menurun dengan meningkatnya suhu dengan titik gel dicapai. Dapat berfungsi emulsifier tetapi dapat menyebabkan busa. Stabil pada pH 3-11.

4. GUAR GUM

Merupakan polimer polisakarida non ionik produk netral dengan bobot molekul besar, dapat mengembang dalam air dingin. Guar gum membentuk aliran pseudoplastik nontiksotropik, viskositas akan menurun dengan meningkatnya suhu secara reversible. Pemanasan yang terlalu lama dapat menimbulkan hilangnya viskositas secara irreversible. Guar gum memiliki stabilitas pH yang baik, rentan terhadap mikroba.

5. HPC

Merupakan polimer polisakarida non ionik dengan pH stabilitas 6-8, larut dalam air pada suhu < 40oC dan akan mengendap pada suhu > 45oC, dapat membentuk aliran pseuodoplastik. Nontiksotropik, dapat menimbulkan busa, serta inkompatibel dengan pengawet paraben.

6. XANTHAN GUM

Merupakan polimer polisakarida anionik dengan bobot molekul tinggi, membentuk aliran pseudoplastik, memiliki stabilitas yang baik, tetapi larutannya dapat membentuk gel pada pH tinggi dengan adanya kation divalent, dan membentuk gel dengan adanya kation trivalent pada pH netral. Meningkatnya temperatur dapat sedikit merubah viskositasnya.

7. CMC

Merupakan polimer polisakarida anionik dengan bobot molekul besar. Larutannya dapat mengendap dengan keberadaan kation trivalen, larutan karboksi metil selulosa akan kehilangan viskositasnya pada peningkatan suhu. Stabil pada pH 5-9 serta membentuk aliran pseudoplastik dan tiksotropik.

8. MG AL TRISILIKAT

Merupakan clay yang dapat digunakan pada formula antasid unuk memperbaiki disperse bahan dan mencegah pengendapan serta pembentukan cake. Penggunaannya pada sediaan antasid harus diperhatikan terhadap kemungkinan terjadinya interaksi dengan bahan aktif antasid yang berhubungan dengan muatan permukaan masing-masing bahan.

C. PEMANIS (Pharm. Dosage Form: Disperse System Volume 2, hlm. 215 - 21 6)

Pemanis digunakan untuk memperbaiki keberterimaan rasa dan raba mulut sediaan antasid. Beberapa pemanis dapat terabsoprsi pada permukaan alumunium hidroksida sehingga dapat mengurangi kemampuan polimerisasi alumunium hidroksida sehingga dapat menstabilkan kapasitas penetralan asam. Tetapi beberapa pemanis juga dapat mencegah interaksi samping antara alumunium-magnesium. Interaksi ini berupa peningkatan viskositas atau bahan pembentukan gel yang dapat menurunkan kapasitas penetralan asam. Dalam pemilihan pemanis yang harus dipertimbangkan adalah keseimbangan keberterimaan rasa, harga, kandungan kalori, efek laksatif dan lain-lain. Pemanis yang digunakan untuk sediaan antasid :

1. SUKROSA

Memilki rasa baik serta dapat menambah konsistensi dan raba mulut suspensi, kandungan kalori 4 kal/g, dapat menyebabkan karang gigi, harus diperhatikan pada penderita diabetes dapat juga menimbulkan cap-locking hingga pengkristalan pada leher botol.

2. SORBITOL

Memilki kemanisan setengah dari sukrosa, dapat memperbaiki raba mulut, mengandung 4 kalori/g yang terabsorpsi sebagian maka sering dipertimbangkan menjadi nonkalori, merupakan diuretik osmotik dengan mencegah polimerisasi selama proses. Lambat laun dapat menimbulkan caplocking .Dapat menyebabkan diare.

(TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB OKTOBER 2008/2009LIKUIDA)3. MANITOL

Memiliki efek mendinginkan, mengandung 4 kal/g yang terabsorpsi sebagian maka sering dipertimbangkan menjadi nonkalori, merupakan diuretik osmotik dan dapat menyebabkan diare. Dapat menstabilkan alumunium hidroksida dengan mencegah polimerisasi selama proses.

4. SAKARIN

Merupakan pemanis sintetik dengan derajat kemanisan 500 kali sukrosa, memilki aftertaste pahit. Kelarutannya rendah di dalam air tetapi garam natrium dan kalsiumnya lebih mudah larut dalam air. Tidak mengandung kalori.

3. GLISERIN

Merupakan pemanis yang memiliki aftertaste baik dan dapat memperbaiki raba mulut. Mengandung 4,3 kal/g dan dapat diberikan pada penderita diabetes, merupakan diuretik osmotik dan dapat menyebabkan diare, dapat mengurangi kemungkinan terjadinya caplocking. Dapat menstabilkan alumunium hidroksida dengan mencegah polimerisasi selam proses.

4. GLISERIZINAT

Ammonium glisirizinat dan monoammonium glisirizinat merupakan pemanis alam dengan derajat kemanisan 50 kali lebih manis dari sukrosa. Dapat digunakan untuk menutupi rasa pahit dari bahan tetapi pemanis ini dapat menimbulkan busa.

D. PENGAWET (Pharm. Dosage Form: Disperse System Volume 2, hlm. 216-217)

Berkaitan dengan tingginya pH sediaan antasid maka dalam memformulasikan sediaan antasid harus dipilih bahan-bahan pembantu yang dapat bekerja efektif pada rentang pH tersebut. Untuk pengawet terdapat beberapa pilihan pengawet yang dapat digunakan dalam sediaan antasid. Pada pH 8 pengawet seperti benzoate dan sorbat tidak efektif karena akan terjadi ionisasi. Beberapa pengawet yang dapat digunakan untuk sediaan antasid misalnya:

1. KLORIN (NATRIUM HIPOKLORIT)

Efektif membunuh bakteri, beberapa yeast, fungi dan protozoa. Stabil pada pH alkali, lebih efektif pada pH asam. Hanya efektif untuk jangka pendek (short-term) dan dapat berpengaruh pada rasa produk.

2. HIDROGEN PEROKSIDA

Efektif untuk melawan sebagian besar mikroorganisme, efeknya tidak lama (short term) dan penggunaannya harus dikombinasi dengan pengawet lain.

3. PARABEN

Paraben yang sering digunakan: metil, etil, propil dan butil ester. Efektif untuk molds, yeast dan fungi. Inaktif untuk bakteri gram positif dan kurang efektif untuk bakteri gram negatif. Efek paraben meningkat jika dikombinasi dengan yang lain. Menimbulkan rasa pahit.

4. PASTEURISASI

Dengan proses koagulasi protein dari mikroorganisme, short term, dan harus dikombinasi dengan pengawet lain.

5. OZONISASI

Short term, dengan kombinasi pengawet lain dan dapat berpengaruh terhadap rasa produk.

E. ANTICAKING DAN ANTIGELLING AGENT (Pharm. Dosage Form: Disperse System Volume 2, hlm. 217) Bahan-bahan ini digunakan untuk dapat mempermudah redispersi padatan yang mengendap serta mencegah pembentukan gel dari sediaan antasid.

1. EDTA

Dapat menyebabkan ikatan silang beberapa suspending agent yang dapat menyebabkan peningkatan viskositas.

2. ASAM SITRAT DAN KALIUM SITRAT

Digunakan dalam sediaan antasid yang mengandung alumunium hidroksida untuk menurunkan viskositas dan mencegah interaksi antara Al(OH)3 dengan senyawa magnesium.

(TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB OKTOBER 2008/2009LIKUIDA)3. KALIUM FOSFAT

Digunakan sebagai dapar dan sequestran agen.

4. SILIKA

Cab-o-sil, aerosil dan quso adalah bentuk komersil dari silika, efektif sebagai anticaking agent, walaupun pada konsentrasi tinggi dapat mempengaruhi baik viskositas maupun raba mulut., silika juga dapat mengurangi derajat sedimentasi suspensi.

F. FLAVOUR-MOUTHFEEL SYSTEM (Pharm. Dosage Form: Disperse System Volume 2, hlm. 217-218) Pemilihan flavour yang akan digunakan untuk sediaan antasid harus mempertimbangkan stabilitas flavour pada pH tinggi, stabilitas dalam botol plastik dan gelas, kemampuan untuk menutupi rasa tidak enak dari flavour.

Flavour yang biasa digunakan dalam suspensi antasid antara lain : 1. Mint (pepermint, spearmint, dan wintergreen), 2. Citrus (lemon, lime, dan orange), 3. Cream (Vanilla), dan 4.Anise. Senyawa yang ditambahkan yang tidak memiliki rasa dan digunakan untuk memperbaiki mouthfeel dalam antasid antara lain minyak mineral, milk solids, glisin, dan gum alami dan buatan..

G. PEWARNA (Pharm. Dosage Form: Disperse System Volume 2, hlm. 218)

Semua pewarna yang larut air memiliki muatan listrik dan dapat berinteraksi dengan senyawa yang muatannya berlawanan yang terdapat dalam antasid dan clay. Hal ini akan menyebabkan warna yang dihasilkan tidak merata. Jadi, untuk mencegah terjadi interaksi tersebut maka gunakan pewarna lake (pewarna yang tidak larut air).

H. AIR (Pharm. Dosage Form: Disperse System Volume 2, hlm. 218)

Air merupakan konstituen utama dalam semua suspensi antasid dan clay. Pengotor dalam air ini antara lain kalsium, magnesium, besi, silika, dan natrium. Kation-kation tersebut biasanya disertai oleh anion karbonat, bikarbonat, sulfat, dan klorida. Deionisasi dapat dicapai dengan destilasi, pertukaran ion atau reverse osmosis. Untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dilakukan proses klorinasi, ozonisasi, sinar UV, pemanasan, dan filtrasi.

V. PROSEDUR PEMBUATAN

1. Aquadest sebagai pelarut dididihkan, kemudian dinginkan dalam keadaan tertutup.

2. Timbang gel Al(OH)3 kering beserta bahan-bahan pembantu yang lain.

3. Haluskan bahan-bahan padat yang digunakan atau diayak sampai rentang ukuran partikel tertentu.

4. Ke dalam mortir yang lain, masukkan Na CMC kemudian tambahkan aquadest sebanyak bobot Na CMC, gerus sampai terbentuk massa jernih.

5. Di dalam mortar lain, masukkan gel Al(OH)3 kering tambahkan gliserin sebagai pembasah, gerus kuat sampai homogeny

6. Tambahkan zat pensuspensi, Na CMC ke dalam campuran (5), aduk sampai homogen.

7. Larutkan sorbitol, sukrosa dan sakarin dalam air, kemudian tambahkan ke dalam campuran (6), aduk sampai homogen.

8. Larutkan Na benzoate dalam air (1:1,18) kemudian tambahkan ke dalam campuran ( 4) aduk sampai homogen.

9. Tambahkan minyak peppermint ke dalam campuran (5), aduk sampai homogen.

10. Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit aduk sampai homogen kemudian masukkan ke dalam botol yang telah ditara terlebih dahulu (60 m

VI. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN

1. Al(OH)3

Gel Al(OH)3 kering mengandung tidak kurang dari 76,5% Al(OH)3.

Al(OH)3 yang dibutuhkan adalah 300 mg/5ml.

Jumlah gel Al(OH)3 kering yang dibutuhkan : Al(OH)3 = 100/76,5 x 300 mg

= 392,1569 mg/5 ml

Untuk 60 ml = 60,0 ml/5,0 ml x 392,1569 mg

= 4705,8826 = 4,7059 g

2. (TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB OKTOBER 2008/2009LIKUIDA)Na CMC

Na CMC yang dibutuhkan adalah 5,00% (BJ = 0,75 g/cm3)

Na CMC = 5/100 x 60 ml = 3 ml NaCMC

yang ditimbang adalah Na CMC = 0,75 g/cm3 x 3 ml = 0,0225 g = 22,5 mg

3. Gliserin

Gliserin yang dibutuhkan adalah 20% Gliserin = 20/100 x 60 ml = 12 ml

4. Sorbitol

Sorbitol yang dibutuhkan adalah 25% (BJ = 1,49 g/cm3) Sorbitol= 25/100 x 60 ml = 15 ml

Banyaknya sorbitol yang ditimbang :

Sorbitol= 15 ml x 1,49 g/cm3 = 0,2235 g = 223,5 mg

5. Sukrosa

Sukrosa yang dibutuhkan adalah 25% (BJ = 1,56 g/cm3) Sukrosa = 25/100 ml x 60 ml = 15 ml

Banyaknya sukrosa yang ditimbang :

Sukrosa = 15 ml x 1,56 g/cm3

= 0,234 g = 234 mg

6. Sakarin

Sakarin yang dibutuhkan adalah 0,02% (BJ = 0,7 g/cm3)

Sakarin= 0,02/100 x 60 ml = 0,012 ml

Sakarin yang ditimbang :

Sakarin= 0,012 ml x 0,7 g/cm3 = 0,000084 g = 0,084 mg

7. Na benzoate

Na benzoate yang dibutuhkan 0,1% (BJ = 1,15 g/cm3)

Na benzoate= 0,1/100 x 60 ml = 0,06 ml

Na benzoate yang ditimbang:

Na benzoate= 0,06 ml x 1,15 g/cm3 = 0,00069 g = 0,69 mg

8. Minyak peppermint

Minyak peppermint yang dibutuhkan adalah 0,01%

Minyak peppermint = 0,01/100 x 60 ml = 0,006 ml

VII. EVALUASI SEDIAAN

a. EVALUASI FISIK

1. Organoleptik

2. Dilakukan pengamatan terhadap warna (intensitas warna), bau (terjadinya perubahan bau), rasa (perubahan mouthfeel), penampilan (perubahan tekstur).

3. Penentuan Volume sedimentasi

4. Penentuan Redispersibilitas

5. Penentuan distribusi ukuran partikel

6. Penentuan viskositas dan sifat aliran

7. Penentuan BJ

8. Penentuan homogenitas

9. Penentuan pH

b. EVALUASI KIMIA

1. Penetapan KPA (Kapasitas Penetralan Asam)

2. Penetapan kadar (dalam monografi zat aktif masing-masing)

3. Identifikasi (dalam monografi zat aktif masing-masing)

c. EVALUASI BIOLOGI

1. Penetapan uji batas mikroba (FI IV hal 847-854)

2. Pengujian efektivitas pengawet (FI IV hal 854)