Upload
buithu
View
255
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
SUSUNAN TIM KEGIATAN “PENJARINGAN ASPIRASI MASYARAKAT MENGENAI RENCANA
PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM BARU DI KABUPATEN INDRAMAYU BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 ”
NO NAMA
1 Prof. Dr. Sadu Wasistiono, MS
2 Drs. A. Widanarto, M.Si
3 H. Abdul Mutholib, ME
4 Drs. M. Sugandhi, M.Si
5 Hidayat Supriadi, BA
6 Sutiyono, ST
7 Drs. Asep Jatnika
8 Agus Subagyo, S.IP., M.Si
9 Dr. H. Nandang Alamsyah D., SH., M.Hum
10 F. Simangunsong S., STP., M.Si
11 Dadan Kurniansyah, S.IP
12 Harnoto, SE
13 Sunarti, SH., MH
14 Rochaenah, ST
15 Ismonohadi Yono Utomo, ST
16 Feiza Ghozalba, ST
ii
SUSUNAN TIM PENYUSUN LAPORAN “PENJARINGAN ASPIRASI MASYARAKAT MENGENAI
RENCANA PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM BARU DI KABUPATEN INDRAMAYU BERDASARKAN
UU 32 TAHUN 2004”
NO NAMA KOMPETENSI
1 Prof. Dr. Sadu Wasistiono, MS
Guru Besar/Ahli Manajemen Pemerintahan
2 Drs. A. Widanarto, M.Si
Ahli Ilmu Pemerintahan
3 M. Sugandi, Drs., M.Si
Ahli Sosiologi Pemerintahan
4 Dr. H. Nandang Alamsyah D., SH., M.Hum
Ahli Ilmu Hukum
5 Agus Subagyo, S.IP., M.Si
Ahli Ilmu Politik
6 F. Simangunsong, S.STP., M.Si
Ahli Otonomi Pemerintahan
7 D. Asep Jatnika, Drs Ahli Ilmu Pemerintahan
8 Dadan Kurniansyah, S.IP
Ahli Ilmu Pemerintahan
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, laporan akhir penjaringan
aspirasi masyarakat tentang kemungkinan pembentukan daerah otonom baru di
Kabupaten Indramayu telah selesai dilaksanakan sesuai dengan target waktu
yang ditetapkan.
Berdasarkan Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah bahwa pembentukan daerah pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan publik guna terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian
daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah
atau lebih
Proses pembentukan daerah didasari pada persyaratan administratif,
teknis dan fisik kewilayahan. Persyaratan administratif prosesnya didasarkan
atas aspirasi sebagian besar masyarakat setempat untuk ditindaklanjuti oleh
pemerintah daerah dengan melakukan kajian akademis terhadap rencana
pembentukan daerah. Persyaratan teknis didasari pada faktor kemampuan
ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas
daerah, pertahanan, keamanan, kemampuan keuangan, kesejahteraan
masyarakat, dan rentang kendali. Persyaratan fisik kewilayahan meliputi
cakupan wilayah, lokasi calon ibu kota, sarana dan prasarana pemerintahan.
Pada hakekatnya, pembentukan daerah tidak boleh mengakibatkan
daerah induk menjadi tidak mampu menyelenggarakan otonomi daerah.
Dengan demikian, daerah yang dibentuk dan daerah induknya harus mampu
menyelenggarakan otonomi daerah. Untuk memperlancar penyelenggaraan
pemerintahan di daerah otonom baru, pemerintahan daerah dari daerah induk
agar melaksanakan kewajibannya sebagai daerah induk. Sedangkan pemerintah
iv
berkewajiban melakukan pembinaan, fasilitasi, dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Dalam konteks Kabupaten Indramayu, langkah awal dalam pembentukan
daerah otonom baru adalah menjaring aspirasi masyarakat apakah setuju
dibentuk daerah otonom baru atau tidak. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah
Kabupaten Indramayu menunjuk Bapeda Kabupaten Indramayu untuk
melakukan kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat. Dalam pelaksanaannya,
Bapeda bekerjasama dengan tim tenaga ahli yang ada di Jawa Barat.
Maksud kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat ini adalah untuk :
(1) Menjaring aspirasi masyarakat melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
dan Forum Ketua RW Se-Kabupaten Indramayu; (2) Bila masyarakat menyetujui
rencana pembentukan kota otonom di Kabupaten Indramayu, maka Pemerintah
Kabupaten Indramayu dapat melanjutkan tahap kegiatan rencana pembentukan
kota otonom dengan melalui kajian ilmiah tentang syarat-syarat pembentukan
kota otonom.
Sedangkan tujuan kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat ini adalah :
(1) Untuk menjaring aspirasi masyarakat Kabupaten Indramayu dalam
mensikapi wacana dibentuknya Kota otonom di Kabupaten Indramayu; (2)
Untuk mengetahui bagaimana kemungkinan pembentukan kota otonom baru di
Kabupaten Indramayu.
Bentuk kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat ini dilakukan melalui
pertemuan dengan seluruh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) untuk tingkat
desa dan Forum Ketua RW untuk tingkat kelurahan di Kabupaten Indramayu
yang agendanya mengenai setuju atau tidak setuju bila di Kabupaten Indramayu
dibentuk kota otonom. Jika sudah setuju, maka dibuat Berita Acara yang
dinyatakan secara tertulis dan disampaikan kepada Pemda dan DPRD
Kabupaten Indramayu.
Kegiatan ini telah selesai dilakukan dengan memakan waktu 4 bulan,
dimulai pada bulan September 2006 sampai dengan bulan Desember 2006. Oleh
v
karena kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak-
pihak yang telah membantu kegiatan ini, khususnya kepada para anggota BPD
dan Ketua RW di seluruh wilayah Kabupaten Indramayu.
Semoga laporan akhir kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat tentang
kemungkinan pembentukan daerah otonom baru di Kabupaten Indramayu ini
dapat dijadikan sebagai dasar untuk dilakukannya kegiatan selanjutnya, yakni
studi kelayakan / kajian akademis-ilmiah tentang layak tidaknya dibentuk
daerah otonom di Kabupaten Indramayu. Terimakasih.
Indaramayu, 14 Desember 2006 Bapeda Kabupaten Indramayu
Kepala,
Drs. H.M.Syahri Thohir, SH., MH.
vi
DAFTAR ISI
Hal
SUSUNAN TIM KEGIATAN ............................................................................ i SUSUNAN TIM PENYUSUN LAPORAN ...................................................... ii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 5 C. Perumusan Masalah ...................................................................... 7 D. Maksud dan Tujuan ..................................................................... 7 E. Metode Penelitian .......................................................................... 8 F. Bentuk Kegiatan ............................................................................ 9 G. Pelaporan ....................................................................................... 9
BAB II LANDASAN HUKUM ...................................................................... 11
A. UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah …. 11 B. Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Pemekaran
Wilayah ........................................................................................... 13
BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN .............................. 16
A. Visi .................................................................................................. 16 B. Misi .................................................................................................. 16 C. Kondisi Geografi, Demografi, dan Topografi ........................... 16 D. Sejarah .............................................................................................. 18 E. Pemerintahan ................................................................................. 21 F. Sosial Budaya ................................................................................. 22 G. Rencana Pengembangan Wilayah .............................................. 23
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ................................................... 25
A. Rekapitulasi Hasil Penjaringan Aspirasi Masyarakat .............. 25 B. Hasil Penjaringan Aspirasi Masyarakat Per Kecamatan ......... 28
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 61
A. Kesimpulan ..................................................................................... 61 B. Saran ................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 63 LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat memerlukan organisasi pemerintah karena banyak bagian
penting dari kebutuhannya yang tidak dapat dipenuhi oleh organisasi lain
seperti organisasi swasta profit maupun organisasi non profit. Organisasi
swasta non profit akan gagal memenuhi kebutuhan masyarakat
menyangkut eksternalitas dan barang publik. Begitu pula hanya dengan
organisasi swasta non profit mampu memberikan pelayanan dalam skala
kecil dan sederhana, serta terbatas pada lapisan masyarakat tertentu.
Organisasi pemerintah selain memiliki misi penyelenggaraan
pelayanan publik, juga memiliki misi lain yang memegang peranan penting
diperlukan masyarakat tetapi tidak dapat disediakan organisasi lain, seperti
terjaminnya pemenuhan kepentingan masyarakat. Misi organisasi
pemerintah dalam menjamin terpenuhinya kepentingan masyarakat dapat
dilihat antara lain dari fungsi pengaturan kehidupan masyarakat, baik
menyangkut pengaturan persaingan maupun pengaturan terhadap
perlindungan masyarakat.
Keberadaan organisasi pemerintah diperlukan untuk memenuhi
kepentingan masyarakat karena organisasi pemerintah bekerja dalam rangka
mengemban misi yang diamanatkan oleh masyarakat dan sekaligus
mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada masyarakat. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Rasyid (dalam Widodo, 2001:269) yang
menyatakan bahwa :
“Pemerintah tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya demi mencapai tujuan bersama. Karenanya birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan publik yang baik dan profesional”.
2
Pandangan umum mengakui bahwa pemerintahan yang sentralistik
semakin kurang populer, karena ketidakmampuannya untuk memahami
secara tepat nilai-nilai daerah atau setimen aspirasi lokal. Alasannya, warga
masyarakat akan lebih aman dan tentram dengan pemerintah daerah yang
lebih dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun psikologis.
Pemerintah telah menetapkan kebijakan otonomi daerah yang luas,
nyata dan bertanggung jawab. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah pada Bab I Pasal 1 huruf 5, bahwa
Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setepat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Implementasi kebijakan desentralisasi hingga saat ini telah banyak
ditetapkan berbagai undang-undang yang menyangkut pemekaran/
pembentukan provinsi, kabupaten dan kota. Fakta tersebut menggambarkan
bahwa dalam perjalanan implementasi kebijakan otonomi daerah,
pemekaran/pembentukan daerah baik di provinsi maupun kabupaten/kota
telah banyak dilakukan. Hal ini dapat dimaklumi, sebab substansi
pemekaran/pembentukan daerah dimaksudkan untuk mendekatkan
pelayanan organisasi pemerintah kepada masyarakat. Melalui
pemekaran/pembentukan daerah diharapkan tujuan kebijakan otonomi
daerah seperti peningkatan pelayanan, demokratisasi dan pemberdayaan
masyarakat dapat terwujud.
Adanya aspirasi masyarakat yang berkembang dan menghendaki
adanya pemekaran/pembentukan daerah otonom baru di Kabupaten
Indramayu perlu mendapat respon dari berbagai pihak utamanya jajaran
DPRD sebagai wakil rakyat dan pemerintah daerah. Hal ini seiring dengan
penjelasan undang-undang dimaksud bahwa penyelenggaraan otonomi
daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan dengan
selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam
3
masyarakat. Persoalannya apakah aspirasi yang muncul ini dapat menjamin
peningkatan pelayanan umum dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di
Kabupaten Indramayu.
Persoalan itu hanya dapat dijawab secara obyektif jika terlebih dahulu
dilakukan pengkajian terhadap potensi wilayah dan masalah yang ada di
Kabupaten Indramayu, dan sekaligus menggali aspirasi dan pendapat
masyarakat melalui instrumen wawancara langsung dan kuesioner atau
daftar pertanyaan yang ditujukan kepada responden sesuai tujuan
penelitian. Pembentukan kota otonom di Kabupaten Indramayu sebaiknya
dilakukan jika terjadinya pemekaran yang berdampak positif terhadap
peningkatan dan pemerataan pembangunan dan pelayanan umum.
Pengkajian kemungkinan pembentukan Kota Otonom di Kabupaten
Indramayu tersebut sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dimana Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 4 ayat (3)
menyebutkan bahwa pembentukan daerah dapat berupa penggabungan
beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran itu
dari satu sisi daerah menjadi dua daerah atau lebih. Salah satu prosedur
pembentukan/pemekaran daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor
129 Tahun 2000 Pasal 16 ayat (1) huruf a adalah ada kemauan politik dari
pemerintah daerah dan masyarakat bersangkutan.
Di samping itu, pengkajian ini juga dimaksudkan untuk memenuhi
syarat lainnya, seperti tersebut dalam Pasal 13 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 129 Tahun 2000 bahwa pemekaran daerah dapat dilakukan
berdasarkan kriteria kemampuan ekonomi, pontensi daerah, sosial budaya,
sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lain yang
memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Dalam penjelasan
peraturan pemerintah dimaksud disebutkan pula pembentukan, pemekaran,
penghapusan dan penggabungan daerah otonom memerlukan penilaian
dengan menggunakan indikator yang tersedia.
4
Berdasarkan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang
pemekaran wilayah sebagai pengganti PP No.129 Tahun 2000, disebutkan
bahwa proses pembentukan daerah didasari pada persyaratan administratif,
teknis dan fisik kewilayahan. Persyaratan administratif prosesnya
didasarkan atas aspirasi sebagian besar masyarakat setempat untuk
ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah dengan melakukan kajian akademis
terhadap rencana pembentukan daerah. Persyaratan teknis didasari pada
faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik,
kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, kemampuan keuangan,
kesejahteraan masyarakat, dan rentang kendali. Persyaratan fisik
kewilayahan meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibu kota, sarana dan
prasarana pemerintahan.
Sehubungan dengan itu, kiranya perlu segera dilakukan pengkajian
potensi daerah dalam rangka mengukur dan mengevaluasi variabel atau
kriteria potensi daerah yang dipersyaratkan untuk mengetahui dapat atau
tidaknya daerah otonom baru di Kabupaten Indramayu.
Namun demikian, sebelum melakukan pengkajian kelayakan potensi
daerah, terlebih dahulu akan dilakukan kajian tentang aspirasi masyarakat,
sesuai dengan RPP tentang Pemekaran Wilayah sebagai pengganti PP No.
129 Tahun 2000, dalam mensikapi wacana pemekaran wilayah, khususnya
gagasan untuk dibentuknya Kota Indramayu, melalui penelitian yang
berjudul “Penjaringan Aspirasi Masyarakat Mengenai Rencana
Pembentukan Daerah Otonom Baru Di Kabupaten Indramayu
Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004”.
Kajian tentang proses penjaringan aspirasi masyarakat Kabupaten
Indramayu ini merupakan tahapan kajian pertama sebelum melangkah pada
tahapan kajian kedua, yakni studi kelayakan potensi daerah Kabupaten
Indramayu. Kajian penjaringan aspirasi masyarakat sangat penting
menngingat setiap upaya pemekaran wilayah di seluruh Indonesia harus
diawali dengan keinginan dan aspirasi masyarakat untuk memekarkan diri.
5
Artinya, usulan pemekaran wilayah, bisa berupa pembentukan kota, harus
bersifat bottom up, dan bukan top down.
Menyadari terhadap permasalahan tersebut, Badan Perencanaan
Daerah Kabupaten Indramayu berencana untuk menjaring dan merekam
aspirasi masyarakat Kabupaten Indramayu dalam pemekaran wilayah
sehingga dapat terpetakan dan terjabarkan apa keinginan warga masyarakat
tentang gagasan pembentukan Kota Indramayu.
Gagasan pembentukan Kota Indramayu yang diusulkan meliputi
wilayah Kecamatan Sindang, Balongan, Pasekan, dan Indramayu, sesuai
dengan amanat UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang
menyatakan bahwa pembentukan kota otonom baru mencakup minimal 4
kecamatan. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan adanya
penambahan jumlah kecamatan jika aspirasi masyarakat menghendaki lebih
dari 4 kecamatan.
B. Identifikasi Masalah
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
mengatur masalah pembentukan daerah dan kawasan khusus. Sebagai
penjabaran Peraturan Undang-Undang tersebut, pemerintah dalam waktu
dekat ini akan menerbitkan RPP tentang pemekaran wilayah sebagai
pengganti dari Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 tentang
Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan
penggabungan Daerah yang masih mengacu pada UU No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah.
Persyaratan pembentukan suatu daerah otonomi setidaknya harus
memenuhi syarat administratif, teknis dan fisik kewilayahan. Syarat
administratif untuk provinsi meliputi adanya persetujuan DPRD
kabupaten/kota dan bupati/walikota yang akan menjadi cakupan wilayah
provinsi, persetujuan DPRD provinsi induk dan Gubernur, serta
rekomendasi Menteri Dalam Negeri, sedangkan syarat administratif untuk
6
kabupaten/kota meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan
bupati/walikota yang bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi dan
Gubernur serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri.
Adapun syarat teknis meliputi faktor yang menjadi dasar
pembentukan daerah yang mencakup faktor kemampuan ekonomi, potensi
daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan
keamanan dan faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi
daerah, sedangkan syarat fisik meliputi paling sedikit 5 (lima)
kabupaten/kota untuk pembentukan provinsi dan paling sedikit 5 (lima)
kecamatan untuk pembentukan kabupaten dan 4 (empat) kecamatan untuk
pembentukan kota, lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana
pemerintahan.
Selain itu, dalam penjelasan Pasal 4 (4) Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 disebabkan bahwa pemekaran satu daerah menjadi 2
penyelenggaraan pemerintahan, dimana untuk provinsi adalah 10 tahun,
kabupaten/kota 7 dan kecamatan 5 tahun.
Persyaratan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 dan RPP tentang
Pemekaran Wilayah pada dasarnya menunjukkan sejauhmana kemampuan
daerah dalam penyelenggaraan pemerintah. Pemahaman terhadap tingkat
kemampuan daerah akan sangat berguna selain bagi kepentingan
pembangunan potensi daerah otonom, juga untuk pemekaran daerah dalam
rangka perencanaan daerah otonom.
Dalam konteks upaya pemekaran Kabupaten Indramayu,
permasalahan sementara yang dapat diidentifikasi saat ini adalah : (1)
Bagaimana gambaran tingkat kemampuan di daerah Kabupaten Indramayu
dalam mendorong keberhasilan implementasi kebijakan otonomi daerah;
dan (2)Apakah dimungkinkan untuk melakukan pemekaran wilayah
berdasarkan kriteria pemekaran daerah yang sesuai dengan persyaratan
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pemekaran Wilayah.
7
Sejalan dengan hal tersebut, fokus penelitian dapat dibatasi sesuai
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pemekaran Wilayah berupa
pengukuran dan penilaian terhadap variabel yang merupakan persyaratan
pembentukan dan kriteria pemekaran daerah, antara lain kemampuan
ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah
penduduk/kependudukan, luas wilayah dan pertimbangan lain yang
memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah seperti faktor pertahanan-
keamanan, ketersediaan sarana pemerintahan, dan rentang kendali.
Penelitian ini juga menyertakan jajak pendapat guna memastikan
kemurnian aspirasi masyarakat untuk membentuk kota otonom di
Kabupaten Indramayu. Selain itu, fokus dalam penelitian ini adalah seluruh
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) untuk tingkat desa dan Forum Ketua
RW untuk tingkat kelurahan di semua wilayah Kabupaten Indramayu.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : Bagaimana aspirasi masyarakat yang
diwakili oleh BPD (Badan Permusyawaratan Desa) untuk tingkat desa dan
Forum Ketua RW untuk tingkat kelurahan yang ada di Kabupaten
Indramayu mengenai rencana pembentukan kota otonom ?
D. Maksud dan Tujuan
Maksud kegiatan ini adalah untuk menjaring aspirasi masyarakat
melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD) untuk tingkat desa dan forum
ketua RW untuk tingkat kelurahan. Bila masyarakat menyetujui rencana
pembentukan kota otonom di Kabupaten Indramayu, maka Pemerintah
Kabupaten Indramayu dapat melanjutkan tahap kegiatan rencana
pembentukan kota otonom dengan melalui kajian ilmiah tentang syarat-
syarat pembentukan kota otonom.
8
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menjaring aspirasi masyarakat Kabupaten Indramayu yang
diwakili oleh BPD dan Forum Ketua RW dalam mensikapi wacana
dibentuknya kota otonom di Kabupaten Indramayu;
2. Untuk mengetahui pandangan masyarakat tentang bagaimana
kemungkinan pembentukan kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu;
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan aplikasi model pengukuran aspirasi
masyarakat Kabupaten Indramayu yang akan menggambarkan dan
menjelaskan tingkat kekuatan aspirasi masyarakat atau pengaruh
variabel yang diamati terhadap pembentukan kota otonom.
Melalui pendekatan ini dapat diketahui secara obyektif dan
mendalam tingkat aspirasi masyarakat di Kabupaten Indramayu yang
diwakili oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Forum ketua
RW terhadap adanya wacana pembentukan kota otonom di
Kabupaten Indramayu.
Berdasarkan aspirasi masyarakat, maka kegiatan selanjutnya
dapat segera dilakukan kajian ilmiah tentang persyaratan teknis
pembentukan kota otonom di Kabupaten Indramayu.
2. Populasi dan Sampel
Unit analisis pengkajian aspirasi masyarakat adalah seluruh
masyarakat pada tingkat kabupaten, kecamatan dan desa/kelurahan.
Selain itu, unit analisis yang menjadi penelitian adalah
individu (stakeholders) dari suatu organisasi/kelompok yaitu anggota
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan anggota Forum Ketua RW.
Stakeholders sebagai unit analisis terdiri dari anggota Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dari seluruh Desa dan Forum Ketua
9
RW dari seluruh kelurahan yang ada di Kabupaten Indramayu. Ini
berarti populasi penelitian meliputi seluruh anggota Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dan Forum Ketua RW di Kabupaten
Indramayu yang berjumlah 310 (tiga ratus sepuluh) BPD dan 80 Ketua
RW.
3. Jenis Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang
didasarkan atas aspirasi masyarakat melalui anggota Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dan anggota Forum Ketua RW tentang
pembentukan kota otonom, khususnya yang berhubungan dengan
setuju atau tidak setuju bila di Kabupaten Indramayu dibentuk kota
otonom.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dipilih dalam penelitian
ini adalah melalui kegiatan pertemuan dengan anggota Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) di masing-masing BPD desa dan
seluruh Ketua RW di seluruh Kelurahan Se-Kabupaten Indramayu.
5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data kualitatif dianalisis melalui pendekatan isi dan
kedalaman menerjemahkan suatu fenomena terhadap aspirasi
masyarakat. Dari daftar struktur pertanyaan terbuka, kemudian
dilengkapi dengan kompilasi hasil wawancara secara mendalam, dan
dengan pengamatan di lapangan kemudian variabel itu dikompilasi
melalui file struktur. Namun sebagian dari data kualitatif direnovasi
menjadi data kualitatif melalui non-parametric process.
F. Bentuk Kegiatan
Pertemuan dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di desa dan
Ketua RW di Kelurahan yang ada di Kabupaten Indramayu tentang
setuju atau tidak setuju bila di Kabupaten Indramayu dibentuk Kota
10
Otonom, yang hasilnya didokumentasikan dalam bentuk Berita Acara
Penjaringan (BAP) dan Risalah Rapat sebagai bahan rekomendasi untuk
selanjutnya dijadikan bahan penelitian ilmiah.
G. Pelaporan
Pelaporan hasil penelitian meliputi : Laporan Akhir (Final Report) yang
berisikan hasil dari hasil analisis data yang diperoleh, khususnya hasil
perhitungan tentang setuju atau tidak setuju dari masyarakat Indramayu
yang diwakili oleh seluruh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan
Forum Ketua RW di Kabupaten Indramayu.
Dilampirkan pula Berita Acara Penjaringan (BAP) dan Risalah Rapat dari
seluruh BPD untuk tingkat desa dan Forum Ketua RW untuk tingkat
kelurahan yang ada di Kabupaten Indramayu.
11
BAB II
LANDASAN HUKUM
A. UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Tujuan kebijakan otonomi daerah sebagaimana dimuat dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah –
sebagai pengganti UU Nomor 22 Tahun 1999 - adalah peningkatan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan
kehidupan demokratisasi, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan
hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah serta antar
daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Tercapainya tujuan kebijakan otonomi daerah, sangat ditentukan oleh
tingkat kemampuan daerah dalam memanfaatkan kewenangan daerah
otonom yang luas, nyata dan bertanggung jawab untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat.
Tingkat kemampuan daerah dalam menyelenggarakan otonominya
dapat dilihat dari kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya,
sosial politik, jumlah penduduk, luas wilayah dan pertimbangan lain yang
memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.
Atas dasar itu, kesimpulan sementara yang dapat diambil bahwa
tingkat kemampuan daerah direfleksikan oleh kemampuan ekonomi, potensi
daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas wilah, dan
pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah
merupakan Faktor dominan dalam menentukan keberhasilan dan sekaligus
kegagalan pencapaian tujuan kebijakan otonomi daerah.
Jika dicermati, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pada Bab II
tentang Pembentukan Daerah dan Kawasan Khusus, terutama Pasal 4 ayat
12
(1) tampak bahwa dalam rangka pendayagunaan kemampuan daerah untuk
menyelenggarakan otonomi daerah, dimungkinkan diambil kebijakan
setingkat undang-undang untuk pembentukan, pemekaran, penghapusan
dan penggabungan daerah otonom. Selanjutnya pada Penjelasan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 5 ayat 2 dinyatakan bahwa :
“Persetujuan DPRD dalam ketentuan ini diwujudkan dalam bentuk
keputusan DPRD yang diproses berdasarkan pernyataan aspirasi sebagian
besar masyarakat setempat”
Berdasarkan UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa
pembentukan daerah pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan publik guna terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau
bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi
dua daerah atau lebih
Proses pembentukan daerah didasari pada persyaratan administratif,
teknis dan fisik kewilayahan. Persyaratan administratif prosesnya
didasarkan atas aspirasi sebagian besar masyarakat setempat untuk
ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah dengan melakukan kajian akademis
terhadap rencana pembentukan daerah
Persyaratan teknis didasari pada faktor kemampuan ekonomi, potensi
daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah,
pertahanan, keamanan, kemampuan keuangan, kesejahteraan masyarakat,
dan rentang kendali Persyaratan fisik kewilayahan meliputi cakupan
wilayah, lokasi calon ibu kota, sarana dan prasarana pemerintahan
Pada hakekatnya, pembentukan daerah tidak boleh mengakibatkan
daerah induk menjadi tidak mampu menyelenggarakan otonomi daerah.
Dengan demikian, daerah yang dibentuk dan daerah induknya harus
mampu menyelenggarakan otonomi daerah. Untuk memperlancar
penyelenggaraan pemerintahan di daerah otonom baru, pemerintahan
daerah dari daerah induk agar melaksanakan kewajibannya sebagai daerah
13
induk. Sedangkan pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan,
fasilitasi, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah
B. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Tentang Tata Cara
Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah
Sejalan dengan itu, Pemerintah saat ini telah menyusun Rancangan
Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pemekaran Wilayah sebagai pengganti
dari Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000, yang antara lain
mengatur syarat pembentukan dan kriteria pemekaran, penghapusan dan
penggabungan daerah. Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)
dimaksud telah pula diatur tentang cara pengukuran dan penilaian
pembentukan, pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah.
Pengukuran dan penilaian dilakukan terhadap tingkat kemampuan daerah
yang digambarkan oleh indikator dan sub indikator dari variabel/kriteria
kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah
penduduk, luas wilayah, pertahanan keamanan dan pertimbangan lain yang
memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.
Hasil pengukuran adalah jumlah skor tertentu dari tingkat
kemampuan daerah yang merupakan dasar penilaian apakah suatu daerah
layak atau tidak untuk dimekarkan. Penilaian tingkat kemampuan daerah
dalam rangka pemekaran adalah penilaian terhadap potensi kecamatan.
Hasil penilaian dapat dikategorikan ke dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu:
Mampu, Kurang Mampu dan Tidak Mampu.
Hasil penilaian merupakan rekomendasi kebijakan, sebagai berikut :
I) Jika kabupaten induk dan calon kota yang akan dibentuk Mampu,
maka pilihan tindakan yang diambil adalah;
- diusulkan pembentukan kota otonom baru, jika aspirasi
masyarakat menunjukkan kecenderungan mendukung pemekaran;
14
- diadakan sosialisasi terlebih dahulu jika aspirasi masyarakat
menunjukkan kecenderungan kurang mendukung pemekaran baru
kemudian diusulkan pembentukan kota otonom baru.
II) Jika kabupaten induk dan calon kota yang akan dibentuk Kurang
Mampu, maka pilihan tindakan yang diambil adalah :
- Jika aspirasi masyarakat menunjukkan kecenderungan mendukung
pemekaran, maka diusulkan pembentukan kota otonom baru
dengan melakukan pembinaan pengembangan potensi daerah
dalam jangka waktu 5 tahun, dan kemudian jika dalam batas waktu
tersebut belum memenuhi persyaratan dapat diusulkan untuk
digabung kembali dengan kabupaten induk;
- Jika aspirasi masyarakat menunjukkan kecenderungan kurang
mendukung pemekaran, maka diadakan sosialisasi terlebih dahulu,
kemudian baru diusulkan pembentukan kota otonom baru diikuti
dengan jangka waktu 5 tahun untuk dievaluasi dengan masa
tenggang 5 tahun, dan kemudian jika dalam batas waktu tersebut
belum memenuhi persyaratan dapat diusulkan untuk digabung
kembali dengan kabupaten induk.
III) Jika keduanya atau salah satu Tidak Mampu, maka pilih tindakan
yang diambil adalah :
- Jika aspirasi masyarakat menunjukkan kecenderungan mendukung
pemekaran, maka dilakukan pembinaan dan pengembangan
potensi kota otonom baru menuju kategori lulus bersyarat;
- Jika aspirasi masyarakat menunjukkan kecenderungan kurang
mendukung pemekaran, maka dilakukan sosialisasi seiring dengan
pembinaan dan pengembangan potensi kota otonom menuju
kategori lulus bersyarat.
Kerangka pemikiran pembentukan kota otonom di Kabupaten
Indramayu dapat dilihat pada diagram berikut :
15
PROSES PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM DI INDONESIA
Persetujuan
DPRD Provinsi Jawa
Barat
Persetujuan
Gubernur
Jawa Barat
Persetujuan
Bupati
Indramayu Persetujuan
DPRD
Kabupaten
Indramayu
UNDANG-UNDANG
PEMBENTUKAN
DPR PRESIDEN DPD
DEPDAGRI
Penelitian
Ilmiah
ASPIRASI
MASYARAKAT
TIDAK
SETUJU SETUJU
50%+1
Diambil dari BPD
(Badan Permusyawaratan Desa)
Seluruh Desa & Forum Ketua
RW di Kelurahan
LSM
DPOD
: Wilayah studi
16
BAB III
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Visi
Pemerintah Kabupaten Indramayu dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan rakyat dituangkan dalam rumusan visi, misi, dan program kerja
”SAPTA KARYA MULIH HARJA” dengan tujuan terwujudnya masyarakat
Indramayu yang Religius, Maju, Mandiri, dan Sejahtera.
Visi dan misi Kabupaten Indramayu mencerminkan platform politik
Pemerintah dengan kata lain merupakan penjabaran visi, misi dan program
Bupati/Wakil Bupati hasil pemilihan kepala daeah yang dilaksanakan secara
langsung pada tahun 2005.
Visi pembangunan Kabupaten Indramayu adalah sebagai berikut :
“Terwujudnya Masyarakat Indramayu yang religius, maju, mandiri,
dan sejahtera”.
Religius diartikan bahwa masyarakat Indramayu diharapkan memiliki
tingkat pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama secara baik dan
benar, sehingga dapat tercermin dalam pola berfikir dan bertingkah laku
sesuai dengan nilai-nilai agama yang diyakininya.
Maju diartikan bahwa masyarakat Indramayu cerdas, terampil, bergerak
dinamis, kreatif, inovasi dan tangguh menghadapi tantangan.
Mandiri diartikan bahwa segala sumber daya yang dimiliki sudah dapat
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Indramayu, sehingga sesuai
dengan nafas dan tujuan hakiki penyelenggaraan otonomi.
Sejahtera diartikan bahwa masyarakat Indramayu memiliki rata-rata
tingkat pendapatan yang memadai, tingkat pendidikan yang cukup dan
derajat kesehatan yang baik sehingga dapat hidup layak, baik secara fisik
maupun non fisik.
17
B. Misi
Berdasarkan visi tersebut maka Pemerintah Kabupaten Indramayu telah
menjabarkannya ke dalam 7 (tujuh) misi (SAPTA KARYA MULIH HARJA),
yaitu sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas SDM berbasis nilai agama dan budaya
2. Meningkatkan kinerja Pemerintah Daerah yang mandiri dan bebas
KKN.
3. Pemantapan struktur perekonomian masyarakat dan pengembangan
potensi daerah
4. Pemerataan dalam peningkatan sarana prasarana wilayah serta
prasarana dasar pemukiman
5. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
6. Menciptakan Kelestarian lingkungan hidup
7. Meningkatkan ketenteraman dan ketertiban
C. Kondisi Geografis, Demografi dan Topografi
Indramayu terletak pada 107°51° 108°36° Bujur Timur dan 6°15°-6"40°
Lintang Selatan. Bagian sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Subang,
sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sedangkan sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Laut Jawa serta sebelah Selatan
berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Sumedang, dan Cirebon.
Luas wilayah Kabupaten Indramayu 204.011 Ha yang didalamnya terdapat areal
sawah seluas 118.513 Ha, areal tambak dan kolam seluas 16.239 Ha, areal
perkebunan seluas 6.058 Ha serta areal hutan seluas 34.307 Ha. Dengan panjang
pantai 114 Km yang membentang sepanjang Pantai Utara antara Cirebon -
Subang, dimana sejauh 4 mil dari pantai merupakan kewenangan Kabupaten.
Jumlah Penduduk Kabupaten Indramayu pada Triwulan II tahun 2004
tercatat 1.653.451 jiwa dengan komposisi laki-laki 836.528 jiwa dan perempuan
816.923 jiwa, adapun kepadatan rata-rata 820 jiwa per kilometer persegi, dan
18
tercata 99,7% masyarakatnya memeluk agama Islam, sisanya memeluk agama
lain seperti Kristen, Katolik, Budha dan Hindu. Adapun tingkat laju
pertumbuhannya sampai dengan triwulan II tahun 2004 tercatat 0,65%
Kabupaten Indramayu mempunyai ketinggian 0 - 100 meter di atas
permukaan taut, dimana 98,70 % berada pada ketinggian 0 - 3 meter di atas
permukaan laut. Suhu harian di Kabupaten Indramayu berkisar antara 26°-27°C
dengan suhu harian tertinggi 3O°C dan terendah 18°C. Kelembaban udara
berkisar antara 70-80%. Curah hujan rata-rata tahunan 1.428,45 mm per tahun
dengan jumlah hujan 75 hari.
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, wilayah ini termasuk pada
type D (iklim sedang). Angin barat dan angin timur bertiup secara bergantian
kurang lebih setiap 6 bulan, angin barat bertiup bulan Desember sampai dengan
bulan April dan angin timur pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober.
Kecamatan yang mengalami curah hujan tinggi antara lain kecamatan
Anjatan, Cikedung dan kecamatan Haurgeulis secara berturut-turut adalah 2.167
mm/tahun, 1.869 mm/tahun dan 1.865 mm/tahun. Sedangkan hari hujan
terbanyak adalah kecamatan Cikedung dan Gabuswetan yaitu sebanyak 94 hari
hujan per tahun. Indramayu merupakan daerah hulu dari 14 aliran sungai yang
potensial sebagai sumber air bagi kebutuhan usaha pertanian, usaha industri
maupun bahan baku air bersih.
D. Sejarah
Indramayu adalah salah satu Kabupaten yang terletak di Pesisir Utara
Jawa Barat. Didirikan Oleh Raden Aria Wiralodra, putra Tumenggung Gagak
Singalodra dari Bagelen Jawa Tengah, Pada hari Jumat Kliwon, I Muharram, 934
H atau I Sura 1449 S, yang menurut kalender masehi adalah tanggal 7 Oktober
1527, Titimangsa tersebut resmi di tetapkan sebagai hari jadi Indramayu.
Wilayah Kabupaten Indramayu seluas 204.011 Ha dengan panjang pantai 114
Km dan banyak ditumbuhi hutan Mangrove.
19
Indramayu dikenal sebagai "Lumbung padi", mengingat 58,27 % dari luas
wilayahnya merupakan areal persawahan, dikenal juga sebagai produsen ikan
laut, karena dari seluruh produksi ikan laut Jawa Barat sepertiganya berasal dari
Indramayu.
Selain terkenal sebagai penghasil Buah Mangga yang merupakan
trademark, Indramayu juga memiliki potensi wisata yang lengkap, baik wisata
Alam, Wisata Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), Wisata Argo dan
Wisata Rohani serta Potensi Seni dan Budaya yang beraneka ragam misalnya
upacara adat Ngarot, Nadran, Ngunjung, Sintren, Tarling dan Genjring Akrobat.
Sejarah Putra Temunggung Gagak Singalodra dari Bagelen Jawa Tengah
bernama Raden Wiralodra yang mempunyai garis keturunan Majapahit dan
Pajajaran, dalam tapa bratanya di kaki Gunung Sumbing mendapat wangsit "Hai
Wiralodra apabila engkau ingin berbahagia berketurunan di kemudian hari,
pergilah ke arah matahari terbenam dan carilah lembah Sungai Cimanuk.
Manakala telah tiba disana, berhentilah dan tebanglah belukar secukupnya
untuk mendirikan pedukuhan dan menetaplah di sana. Kelak tempat itu akan
menjadi subur dan makmur serta tujuh turunanmu akan memerintah di sana".
R. Wiralodra ditemani Ki Tinggil dan berbekal senjata Cakra Undaksana.
Tokoh-tokoh lain dengan pendiri pedukuhan dimaksud adalah Nyi Endang
Darma yang cantik dan sakti, Aria Kemuning putra Ki Gede Lurah Agung yang
diangkat oleh Putri Ong Tien istri Sunan Gunung Jati. Ki Buyut Sidum / Kidang
Pananjung seorang pahlawan Panakawan Sri Baduga dari Palembang yang
mengajarkan kanuragan dengan 24 muridnya. Pedukuhan tersebut berkembang
dan diberi nama "Darma Ayu" oleh R. Wiralodra yang diambil dari nama
seorang wanita yang dikagumi karena kecantikan dan kesaktiannya "Nyi
Endang Darma" serta dapat diartikan "Kewajiban Yang Utama" atau "Tugas
Suci".
Pedukuhan Cimanuk yang diberi nama "Darma Ayu" yang kemudian
berubah menjadi "INDRAMAYU". Setelah terbebas dari kekuasaan Pajajaran
20
pada tahun 1527, diproklamirkan berdirinya oleh R. Wiralodra pada hari Jum'at
Kliwon tanggal 1 Muharam 934 H atau 1 Sura 1449 dan jatuh pada tanggal 7
Oktober 1527. Titimangsa tersebut resmi sebagai Hari Jadi Indramayu.
Setelah 1572, Daerah Indramayu terbagi dalam tiga propinsi meliputi :
1 Propinsi Singapura, meliputi sebelah Timur sampai Sungai Kamal.
2 Propinsi Rajagaluh, meliputi daerah Tengah sampai Jatitujuh.
3 Propinsi Sumedang, meliputi bagian Baratsampai Kandanghaur.
Pada masa ini berada dalam kekuasaan Kerajaan Demak. Tahun 1546
menjadi bagian kesultanan Cirebon. Tahun 1615 sebelah Timur Sungai Cimanuk
menjadi bagian kesultanan Cirebon dan bagian Baratnya termasuk dalam
wilayah Kerajaan Mataram. Tahun 1681, mulai dikuasai kompeni. Zaman
Pemerintahan Daendles (1806 - 1811) daerah sebelah Barat Sungai Cimanuk
dimasukkan dalam prefektur Karawang dan sebelah Timurnya masuk prefektur
Cirebon Utara.
Pada zaman kompeni menjadi ajang masuk pertempuran segitiga antara
kompeni, Mataram dan Banten. Tahun 1706, daerah Indramayu jatuh ke dalam
kekuasaan kompeni/Belanda seluruhnya .Seperti halnya dengan daerah-daerah
lain, Indramayu mempunyai perjalanan yang sama berada dalam kekuasaan
penjajah. Berikut ini akan diuraikan nama-nama Bupati Indramayu yang telah
mencapai jumlah 32 Bupati sampai saat ini :
1. R. Singalodra (Wiralodra I )
2. R. Wirapati (Wiralodra II)
3. R. Sawedi (Wiralodra III)
4. R. Banggala (Wiralodra IV)
5. R. Banggali (Wiralodra V)
6. R. Samaun (Wiralodra VI)
7. R. Mangali (Wiralodra VII)
8. R. Kristal -
9. R. Wiradibrata -
21
10. R.T Suranenggala -
11. R. Djlari (Purbadinegara I) (1900 - )
12. R. Rolat ( Purbadinegara II) (1900 - 1917)
13. R. Sosrowardjoyo (1917 - 1932)
14. R. A.A. Moch. Soediono (1933 - 1944)
15. Dr. R. Murdjani (1944 - 1946)
16. R. Wiraatmadja (1946 -1947)
17. M.I. Syafiuddin (1947 - 1948)
18. R. Wachyu (1949 - 1950)
19. Tikol ALMoch. Ichlas (1950 - 1951)
20. TB. Moch. Cholil (1951 - )
21. R. Djoko S. Prawirowidjojo (1952 - 1956)
22. R. Hasan Surjasatjakusumah (1956 - 1958)
23. R. Firman Ranuwidjojo (1958 - Pj )
24. Entol Dj. Satiawharja (1958 - 1960)
25. H.A. Dasuki (1960 - 1965)
26. M. Dirlam Sastromihardjo (1965 - 1973)
27. R. Hadian Suria Adiningrat (1974 - 1975)
28. H.A. Djahari, SH (1975 - 1985)
29. H. Adang Suryana (1985 - 1990)
30. H. Ope Mustofa (1990 -2000)
31. H. Irianto M.S. Syafiuddin (2000 - 2005)
32. H. Irianto M.S. Syafiuddin (2005 - Sekarang
E. Pemerintahan
Kabupaten Indramayu saat ini memiliki desa sebanyak 310 desa dan 8
kelurahan. Desa/kelurahan tersebut tersebar di 31 kecamatan, dimana pada
tahun 2004 telah terjadi pemekaran wilayah yang menghasilkan 4 (empat)
kecamatan baru yaitu Kecamatan Kedokanbunder hasil pemekaran dari
Kecamatan Karangampel, dan Kecamatan Sukagumiwang hasil pemekaran dari
Kecamatan Kertasemaya, Kecamatan Terisi hasil pemekaran dari Kecamatan
Cikedung dan Kecamatan Gantar hasil pemekaran dari Kecamatan Haurgeulis.
22
Jumlah kecamatan di kabupaten Indramayu ada 31 kecamatan, yakni
sebagai berikut :
1. Kecamatan Anjatan
2. Kecamatan Arahan
3. Kecamatan Balongan
4. Kecamatan Bangodua
5. Kecamatan Bongas
6. Kecamatan Cantigi
7. Kecamatan Cikedung
8. Kecamatan Gabuswetan
9. Kecamatan Gantar
10. Kecamatan Haurgeulis
11. Kecamatan Indramayu
12. Kecamatan Jatibarang
13. Kecamatan Juntiyuat
14. Kecamatan Kandanghaur
15. Kecamatan Karangampel
16. Kecamatan Kedokan Bunder
17. Kecamatan Kertasemaya
18. Kecamatan Krangkeng
19. Kecamatan Kroya
20. Kecamatan Lelea
21. Kecamatan Lohbener
22. Kecamatan Losarang
23. Kecamatan Sindang
24. Kecamatan Sliyeg
25. Kecamatan Sukagumiwang
26. Kecamatan Sukra
27. Kecamatan Trisi
23
28. Kecamatan Widasari
29. Kecamatan Pasekan
30. Kecamatan Tukdana
31. Kecamatan Patrol
F. Sosial Budaya
Strategi yang digunakan dalam melaksanakan pembangunan sosial
budaya adalah penguatan desentralisasi peningkatan peran masyarakat/swasta,
pemberdayaan masyarakat/keluarga, penguatan kelembagaan antar sektor dan
antar lembaga. Pembangunan sosial budaya di Kabupaten Indramayu meliputi
peningkatan kesejahteraan sosial (kesehatan, peran serta masyarakat, keluarga
berkualitas, pemberdayaan perempuan, gardu taskin dan ketahanan
masyarakat) pelestarian kebudayaan masyarakat lokal dan pariwisata,
kepemudaan dan olah raga, perluasan produktivitas tenaga kerja dan agama.
Arah kebijaksanaan Pembangunan Sosial Budaya di Kabupaten
Indramayu adalah mewujudkan kehidupan yang lebih sehat, terutama
kelompok masyarakat miskin dan anak terlantar, memantapkan penanganan
penyandang masalah kesejahteraan sosial, menciptakan iklim yang kondusif
bagi generasi muda seperti mengaktualisasikan potensi, bakat, minat dan
kebebasan mengorganisasikan dirinya sebagai wahana pendewasaan.
G. Rencana Pengembangan Wilayah
Untuk mewujudkan visi dan misi, Pemerintah Kabupaten Indramayu
telah menetapkan skala prioritas pembangunan berdasarkan latar belakang dan
keterkaitan masalah, serta tantangan pembangunan yang ada dengan tetap
menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Skala prioritas
yang dimaksud adalah sebagaimana tercantum dibawah ini
1. Mewujudkan pemerataan pembangunan dalam sistem sosial dan budaya
demokratis
24
2. Meningkatkan kualitas sumberdaya dan kesejahteraan masyarakat
3. Mewujudkan supremasi hukum
4. Memberdayakan kapasitas kelembagaan masyarakat
5. Membangun infrastruktur dasar dan mengembangkan ekonomi lokal
berbasis pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan
Didasarkan pada prioritas pembangunan tersebut, mesin pertumbuhan
Kabupaten Indramayu akan disandarkan pada 6 bisnis inti, yaitu Pengembangan
Sumber Daya Manusia, Agrobisnis, Manufakturing , Minyak dan Gas Bumi, Jasa
dan Pelayanan, Perikanan dan Kelautan.
1. Kawasan Industri Balongan
Adanya industri pengilangan Minyak Exor-1 seluas 1.000 Ha di
kawasan industri terbatas Balongan akan merangsang perkembangan
industri hilirnya (petrokimia). Aglomerasi ini terjadi karena kedekatan
dengan bahan baku yang merupakan faktor penting dalam pernilihan
lokasi industri untuk meminimalisasi biaya transportasi. Perkembangan
kegiatan industri di kawasan ini akan memberi efek ganda (multiplying
effect) bagi kegiatan lainnya seperti perdagangan dan jasa lainnya.
2. Zona Industri
Pemberlakuan Sistem Perdagangan global dunia, merupakan suatu
tantangan dan sekaligus peluang bagi daerah Indramayu untuk dapat
meningkatkan masuknya para calon investor dari berbagai negara.
Sehubungan dengan itu, Pemerintah Kabupaten Indramayu telah
menyiapkan suatu kebijakan yang Komprehensif dalam rangka
pengembangan Hi-tech Industry/ Manufaktur pada lokasi Zona Industri
Indramayu yang sudah ditentukan,yaitu zona Industri Losarang,
Kandanghaur dan Sukra seluas 5.000 ha.
Secara geografis, berdekatan dengan Pelabuhan Eretan dan dilalui jalan
regional pantura sehingga diharapkan dapat menampung investasi dan
sektor swasta yang akan menanamkan modalnya di kawasan ini,
25
terutama jenis-jenis industri yang memiliki kaitan erat dengan
penggunaan fasilitas pelabuhan yang berorientasi ekspor.
25
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Rekapitulasi Hasil Penjaringan Aspirasi Masyarakat
1. Data Kuantitatif
Berdasarkan Berita Acara Penjaringan dan Risalah Rapat yang disebarkan
ke 310 BPD untuk tingkat desa dan Forum Ketua RW untuk tingkat
kelurahan di seluruh wilayah Kabupaten Indramayu, sebanyak 305 telah
diisi dan dikembalikan ke kecamatan untuk kemudian diteruskan ke
Bapeda Kabupaten Indramayu.
Dari 305 Berita Acara Penjaringan dan Risalah Rapat yang telah diisi,
diketahui aspirasi masyarakat tentang kemungkinan rencana
pembentukan kota otonom baru di Kabupaten Indramayu, sebagaimana
dituangkan dalam tabel berikut ini.
NO KECAMATAN JUMLAH
SETUJU TIDAK SETUJU
1 Anjatan 9 4
2 Sukra 6 1
3 Patrol 6 2
4 Sindang 9 0
5 Indramayu 16 1
6 Pasekan 6 0
7 Lohbener 7 5
8 Bangodua 3 3
9 Tukdana 8 4
10 Widasari 3 7
11 Kertasemaya 13 0
12 Sukagumiwang 4 2
13 Cikedung 6 1
26
14 Trisi 2 7
15 Karangampel 4 7
16 Kedokanbunder 2 5
17 Haurgeulis 2 7
18 Gantar 2 4
19 Juntinyuat 7 5
20 Sliyeg 5 9
21 Balongan 10 0
22 Gabuswetan 8 2
23 Cantigi 5 1
24 Arahan 7 1
25 Krangkeng 1 10
26 Losarang 11 1
27 Bongas 7 1
28 Kandanghaur 13 0
29 Kroya 8 0
30 Jatibarang 10 4
31 Lelea 6 5
JUMLAH TOTAL 206 99
Berdasarkan data yang tertera dalam tabel di atas dapat dinyatakan
bahwa sebanyak 206 BPD untuk tingkat desa dan Forum Ketua RW untuk
tingkat kelurahan atau 66,45% dari seluruh BPD dan Forum Ketua RW di
kelurahan menyatakan ”SETUJU” dibentuk kota otonom baru di
Kabupaten Indramayu, sedangkan sebanyak 99 atau 31,94% BPD untuk
tingkat desa dan Forum Ketua RW untuk tingkat kelurahan menyatakan
”TIDAK SETUJU” dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu,
sedangkan 5 atau 1,61% dari BPD dan Forum Ketua RW di kelurahan,
sampai batas akhir penyerahan Berita Acara dan Risalah Rapat, tidak
menyerahkan hasil.
27
Dengan demikian, berdasarkan kalkulasi jumlah suara, dapat dinyatakan
bahwa jumlah suara yang menyatakan ”SETUJU” (66,45%) lebih banyak
dibandingkan jumlah suara yang ”TIDAK SETUJU” (31,94%). Bahkan,
jumlah suara yang ”SETUJU” telah melebihi jumlah mayoritas sederhana
(untuk diketahui bahwa jumlah mayoritas sederhana adalah : 156 atau
50% + 1 dari seluruh BPD dan Forum Ketua RW di Kabupaten
Indramayu).
2. Analisis Kualitatif
Berdasarkan data kuantitatif yang ada dalam tabel di atas dapat dianalisis
sebagai berikut :
Dari 206 atau 66,45% dari seluruh BPD dan Forum Ketua RW yang
menyatakan setuju dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu,
secara umum mengungkapkan bahwa alasan persetujuannya adalah
bahwa dengan pembentukan kota otonom baru maka :
(1) Perhatian dari Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan pembangunan
dan pelayanan publik akan menjadi semakin besar karena jumlah
penduduk dan wilayah akan dibagi menjadi dua;
(2) Proses pembangunan dan pelayanan publik akan dapat menyentuh
pada tataran masyarakat yang paling bawah (grass root);
(3) Peluang partisipasi dan aspirasi masyarakat akan semakin besar
karena adanya pemberdayaan masyarakat (community development)
dari pemerintah daerah yang baru;
(4) Peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan penambahan fasilitas,
sarana prasarana, serta infra struktur demi kelancaran
pembangunan;
(5) Pemberian peluang pekerjaan bagi warga masyarakat karena adanya
formasi baru dalam dunia kerja yang tentunya lebih mengutamakan
orang daerah;
28
(6) Adanya aliran dana dari pusat untuk kebutuhan belanja publik
secara reguler tiap tahunnya;
(7) Seperti lazimnya daerah lain, pembentukan Kabupaten - Kota
terlebih dahulu akan lebih baik bagi Indramayu dibandingkan
dibentuk Kabupaten – Kabupaten.
Sedangkan dari 99 atau 31,94% BPD dan Forum Ketua RW yang
menyatakan tidak setuju dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, secara umum mengungkapkan bahwa alasan
ketidaksetujuannya adalah bahwa dengan pembentukan kota otonom
baru maka :
(1) Tidak akan menjamin kesejahteraan masyarakat, namun hanya
segelintir orang yang akan menikmati pembentukan kota;
(2) Pengalaman di daerah lain menunjukkan bahwa pembentukan suatu
daerah tidak otomatis meningkatkan kesejahteraan rakyat, bahkan
rakyat malah kesulitan dalam pelayanan publik;
(3) Pembentukan kota otonom tidak senafas dengan aspirasi masyarakat
yang menginginkan pembentukan kabupaten, yakni Kabupaten
Indramayu Barat dan Kabupaten Indramayu Timur.
B. Hasil Penjaringan Aspirasi Masyarakat Per Kecamatan
1. Kecamatan Anjatan
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Anjatan Tidak
2 Anjatan Baru Ya
3 Anjatan Utara Ya
4 Bugistua Ya
5 Kedungwungu Ya
6 Kopyah Tidak
7 Lempuyang Ya
29
8 Mangunjaya Ya
9 Salamdarma Ya
10 Wanguk Tidak
11 Cilandak Tidak
12 Cilandak Lor Ya
13 Bugis Ya
JUMLAH 9 4
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 13 BPD yang
ada di Kecamatan Anjatan, sebanyak 13 BPD mengembalikan Berita
Acara Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 13 BPD tersebut, 9 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 4 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah dapat mempercepat proses pembangunan dan meningkatkan
pemerataan pembangunan. Sedangkan alasan yang melatarbelakangi
ketidaksetujuan dibentuk kota otonom di Kabupaten Indramayu
adalah karena yang dikehendaki masyarakat adalah pemekaran
wilayah menjadi dua, yakni Kabupaten Indramayu Barat dan
Kabupaten Indramayu Timur.
2. Kecamatan Sukra
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Bogor Tidak
2 Sukra Ya
3 Sukrawetan Ya
4 Sumuradem Ya
5 Tegaltaman Ya
6 Ujunggebang Ya
30
7 Sumuradem Timur Ya
JUMLAH 6 1
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 7 BPD yang
ada di Kecamatan Sukra, sebanyak 7 BPD mengembalikan Berita
Acara Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 7 BPD tersebut, 6 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 1 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah karena terciptanya pertumbuhan ekonomi yang pesat, peluang
tenaga kerja yang besar dan aliran dana yang besar dari Pusat.
Sedangkan alasan yang melatarbelakangi ketidaksetujuan dibentuk
kota otonom di Kabupaten Indramayu adalah karena masyarakat
menginginkan Kabupaten Indramayu Barat dan Indramayu Timur.
3. Kacamatan Patrol
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Mekarsari Ya
2 Limpas Ya
3 Patrol Ya
4 Patrol Lor Tidak
5 Patrol Baru Ya
6 Bugel Tidak
7 Arjasari Ya
8 Sukahaji Ya
JUMLAH 6 2
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 8 BPD yang
ada di Kecamatan Patrol, semua BPD mengembalikan Berita Acara
31
Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 8 BPD tersebut, 6 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 2 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah pelayanan publik yang dapat meningkat. Sedangkan alasan
yang melatarbelakangi ketidaksetujuan dibentuk kota otonom di
Kabupaten Indramayu adalah karena yang diiinginkan masyarakat
adalah pembentukan Kabupaten Indramayu Barat dan Kabupaten
Indramayu Timur.
4. Kecamatan Sindang
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Dermayu Ya
2 Kenanga Ya
3 Panyindangan Kulon Ya
4 Penganjang Ya
5 Penyindangan Wetan Ya
6 Rambatan Wetan Ya
7 Sindang Ya
8 Terusan Ya
9 Babadan Ya
JUMLAH 9 0
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 9 BPD yang
ada di Kecamatan Sindang, semua BPD mengembalikan Berita Acara
Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 9 BPD tersebut, semuanya
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu.
32
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah karena melihat peluang yang besar jika dibentuk kota otonom
baru, khususnya peningkatkan pembangunan di seluruh sektor dan
pemerataan pembangunan.
5. Kecamatan Indramayu
a. Data Kuantitatif
NO NAMA KELURAHAN/DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Dukuh Ya
2 Karangsong Ya
3 Kelurahan Karanganyar Ya
4 Kelurahan Karangmalang Ya
5 Kelurahan Kepandean Ya
6 Kelurahan Lemahabang Ya
7 Kelurahan Lemahmekar Ya
8 Kelurahan Margahadi Ya
9 Kelurahan Paoman Ya
10 Pabean Udik Ya
11 Pekandanganjaya Ya
12 Pekandangan Ya
13 Plumbon Ya
14 Singajaya Ya
15 Singaraja Ya
16 Telukagung Tidak
17 Kel. Bojongsari Ya
JUMLAH 16 1
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 17 BPD/Forum
Ketua RW yang ada di Kecamatan Indramayu, semua BPD / Forum
Ketua RW mengembalikan Berita Acara Penjaringan dan Risalah
Rapat. Dari 17 BPD/Forum Ketua RW tersebut, 16 BPD/Forum Ketua
33
RW menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 1 BPD/Forum Ketua RW menyatakan TIDAK
SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah akan meningkatkan pelayanan masyarakat, perbaikan taraf
ekonomi masyarakat dan pembangunan dapat berjalan dengan lancar.
Sedangkan alasan yang melatarbelakangi ketidaksetujuan dibentuk
kota otonom di Kabupaten Indramayu adalah kekhawatiran akan
menyebabkan wilayah Kabupaten Indramayu menjadi lemah sumber
daya alam dan sumber daya manusianya.
6. Kecamatan Pasekan
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Pasekan Ya
2 Pagirikan Ya
3 Brondong Ya
4 Pabean Ilir Ya
5 Totoran Ya
6 Karanganyar Ya
JUMLAH 6 0
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 6 BPD yang
ada di Kecamatan Pasekan, semua BPD mengembalikan Berita Acara
Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 6 BPD tersebut, semua BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu.
34
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah karena pembentukan kota otonom baru akan menciptakan
peluang tenaga kerja masyarakat setempat dan mampu
menyelenggarakan proses pembangunan yang menyentuh seluruh
masyarakat Indramayu.
7. Kecamatan Lohbener
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Bojongslawi Tidak
2 Kiajaran Kulon Ya
3 Kiajaran Wetan Ya
4 Langut
5 Lanjan Ya
6 Larangan Ya
7 Legok Tidak
8 Lohbener Tidak
9 Pamayahan
10 Sindangkerta
11 Waru Ya
12 Rambatan Kulon
JUMLAH 7 5
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 12 BPD yang
ada di Kecamatan Lohbener, sebanyak 12 BPD mengembalikan Berita
Acara Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 12 BPD tersebut, 7 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 5 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
35
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah bahwa Kecamatan Lohbener masuk dalam wilayah kota
otonom baru yang akan dibentuk sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Lohbener. Sedangkan alasan yang
melatarbelakangi ketidaksetujuan dibentuk kota otonom di Kabupaten
Indramayu adalah karena Kecamatan Lohbener direncanakan tidak
dimasukkan dalam wilayah kota otonom baru tersebut.
8. Kecamatan Bangodua
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Bangodua Ya
2 Karanggetas Ya
3 Mulyasari Tidak
4 Malangsari Ya
5 Rancasari Tidak
6 Tegalgirang Tidak
7 Wanasari
8 Beduyut
JUMLAH 3 3
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 8 BPD yang
ada di Kecamatan Bangodua, sebanyak 6 BPD mengembalikan Berita
Acara Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 6 BPD tersebut, 3 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 3 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
36
adalah karena akan dapat menyelenggarakan pelayanan masyarakat
yang optimal dan pemerataan pembangunan. Sedangkan alasan yang
melatarbelakangi ketidaksetujuan dibentuk kota otonom di Kabupaten
Indramayu adalah karena masyarakat menginginkan pembentukan
kabupaten Indramayu Barat dan kabupaten Indramayu Timur.
9. Kecamatan Tukdana
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Lajer Ya
2 Mekarsari Ya
3 Sukamulya Tidak
4 Tukdana Tidak
5 Karangkerta Tidak
6 Sukadana Ya
7 Sukaperna Ya
8 Pagedangan Ya
9 Cangko
10 Gadel Ya
11 Kerticala Ya
12 Bodas Ya
13 Rancajawat Tidak
JUMLAH 8 4
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 13 BPD yang
ada di Kecamatan Tukdana, sebanyak 12 BPD mengembalikan Berita
Acara Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 12 BPD tersebut, 8 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 4 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
37
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah dengan pembentukan kota maka pengadaan infrastruktur dan
tata letak daerah dapat menunjang kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan alasan yang melatarbelakangi ketidaksetujuan dibentuk
kota otonom di Kabupaten Indramayu adalah pembentukan kota
ditakutkan akan semakin memiskinkan desa-desa yang ada di wilayah
Kabupaten Indramayu.
10. Kecamatan Widasari
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Bangkaloa Ilir Tidak
2 Bunder Tidak
3 Kalensari Ya
4 Kasmaran Ya
5 Kongsijaya Tidak
6 Leuwigede Tidak
7 Ujungaris Tidak
8 Ujungjaya Tidak
9 Ujungpendok Jaya Ya
10 Widasari Tidak
JUMLAH 3 7
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 10 BPD yang
ada di Kecamatan Widasari, sebanyak 10 BPD mengembalikan Berita
Acara Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 9 BPD tersebut, 3 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 7 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
38
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah akan memperluas lapangan kerja dan memberi kesejahteraan
pada masyarakat. Sedangkan alasan yang melatarbelakangi
ketidaksetujuan dibentuk kota otonom di Kabupaten Indramayu
adalah karena pemekaran wilayah biasanya sarat dengan kepentingan
politisa dan rawan terjadinya konflik sehingga lebih baik tidak
dimekarkan saja.
11. Kecamatan Kertasemaya
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Jambe Ya
2 Jengkok Ya
3 Kertasemaya Ya
4 Kliwed Ya
5 Larangan Jambe Ya
6 Lemahayu Ya
7 Manguntara Ya
8 Tegalwirangrong Ya
9 Tenajar Ya
10 Tenajar Kidul Ya
11 Tenajar Lor Ya
12 Tulungagung Ya
13 Sukawera Ya
JUMLAH 13 0
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 13 BPD yang
ada di Kecamatan Kertasemaya, semua BPD mengembalikan Berita
Acara Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 13 BPD tersebut, semua
39
BPD menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah banyak keuntungan yang diperoleh jika dibentuk kota otonom.
Selain itu, sebagai saran, sebaiknya Kecamatan Balongan masuk
kabupaten lama, sedangkan sebagai penggantinya, Kecamatan
Arahan, Cantigi dan Lohbener masuk kota otonom baru tersebut.
12. Kecamatan Sukagumiwang
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Bondan Ya
2 Candangpinggan Ya
3 Cibeber Tidak
4 Gunungsari Ya
5 Sukagumiwang Tidak
6 Tersana Ya
JUMLAH 4 2
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 6 BPD yang
ada di Kecamatan Sukagumiwang, semua BPD mengembalikan Berita
Acara Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 6 BPD tersebut, 4 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 2 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah terbukanya lapangan kerja, optimalnya pelayanan terhadap
40
masyarakat dan meringankan dalam pengawasan pembangunan.
Sedangkan alasan yang melatarbelakangi ketidaksetujuan dibentuk
kota otonom di Kabupaten Indramayu adalah karena Kecamatan
Balongan masuk kota, idealnya Kecamatan Balongan masuk dalam
wilayah kabupaten yang lama.
13. Kecamatan Cikedung
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Amis Ya
2 Cikedung Ya
3 Cikedung Lor Ya
4 Jambak Tidak
5 Jatisura Ya
6 Loyang Ya
7 Mundakjaya Ya
JUMLAH 6 1
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 7 BPD yang
ada di Kecamatan Cikedung, semua BPD mengembalikan Berita Acara
Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 7 BPD tersebut, 6 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 1 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah dapat menciptakan pelayanan optimal kepada masyarakat.
Sedangkan alasan yang melatarbelakangi ketidaksetujuan dibentuk
kota otonom di Kabupaten Indramayu adalah karena beban
pemerintah pusat semakin besar untuk mengalirkan dana ke kota
41
otonom baru dan aliran dana dari Pusat pasti akan digunakan untuk
membangun prasaran fisik tanpa mengindahkan nasib riel kebutuhan
hidup masyarakat.
14. Kecamatan Trisi
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Cibereng Tidak
2 Cikawung Tidak
3 Jatimulya Tidak
4 Jatimunggul Ya
5 Karangasem
6 Kendayakan Tidak
7 Manggungan Tidak
8 Plosokerep Tidak
9 Rajasinga
JUMLAH 2 7
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 9 BPD yang
ada di Kecamatan Trisi, sebanyak 9 BPD mengembalikan Berita Acara
Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 9 BPD tersebut, 2 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 7 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah karena akan meningkatkan pembangunan masyarakat,
khususnya pembangunan infrastruktur dan pemerataan
pembangunan di seluruh masyarakat. Sedangkan alasan yang
melatarbelakangi ketidaksetujuan dibentuk kota otonom di Kabupaten
Indramayu adalah karena pembentukan kota otonom baru tidak
42
sesuai dengan spirasi masyarakat yang menginginkan pembagian dua
Kabupaten, yakni Indramayu Barat dan Indramayu Timur.
15. Kecamatan Karangampel
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Benda Ya
2 Dukuh Jeruk Ya
3 Dukuh Tengah Ya
4 Karangampel Tidak
5 Karangampel Kidul Tidak
6 Mundu Tidak
7 Pringgacala Tidak
8 Sendang Ya
9 Kaplongan Lor Tidak
10 Tanjungpura Tidak
11 Tanjungsari Tidak
JUMLAH 4 7
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 11 BPD yang
ada di Kecamatan Karangampel, sebanyak 11 BPD mengembalikan
Berita Acara Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 11 BPD tersebut, 4
BPD menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 7 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah karena peningkatan perekonomian masyarakat dan
kesejahteraan rakyat. Sedangkan alasan yang melatarbelakangi
ketidaksetujuan dibentuk kota otonom di Kabupaten Indramayu
adalah karena pembentukan kota otonom akan menjauhkan
43
masyarakat dari pelayanan publik dan menciptakan jurang pemisah
antara kota dan kabupaten.
16. Kecamatan Kedokan Bunder
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Cangkingan Tidak
2 Jayalaksana Ya
3 Jayawinangun Ya
4 Kaplongan Tidak
5 Kedokan Agung Tidak
6 Kedokan Bunder Tidak
7 Kedokan Bunder Wetan Tidak
JUMLAH 2 5
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 7 BPD yang
ada di Kecamatan Kedokan Bunder, semua BPD mengembalikan
Berita Acara Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 7 BPD tersebut, 2
BPD menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 5 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah harapan akan mudah dan cepatnya pelayanan terhadap
masyarakat jika terbentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan alasan yang melatarbelakangi ketidaksetujuan dibentuk
kota otonom di Kabupaten Indramayu adalah rasa khawatir jika
terbentuk kota otonom baru justru akan menyengsarakan rakyat dan
malah akan meguntungkan sekelompok orang tertentu. Mereka
44
mengatakan bahwa jangan berbicara pemekaran wilayah sebelum
kemiskinan dapat dihapuskan, terutama kemiskinan di desa-desa.
17. Kecamatan Haurgeulis
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Cipancuh Tidak
2 Haurgeulis Tidak
3 Haurkolot
4 Karangtumaritis Ya
5 Kertanegara Tidak
6 Mekarjati Tidak
7 Sidadadi Tidak
8 Sukajati Tidak
9 Sumbermulya Ya
10 Wanakaya Tidak
JUMLAH 2 7
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 10 BPD yang
ada di Kecamatan Haurgeulis, sebanyak 9 BPD mengembalikan Berita
Acara Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 9 BPD tersebut, 2 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 7 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah harapan mudahnya pelayanan terhadap masyarakat jika
terbentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan
ketidaksetujuan dibentuk kota otonom di Kabupaten Indramayu
adalah karena yang diinginkan masyarakat pembentukan dua
45
Kabupaten, yakni Indramayu Barat dan Indramayu Timur, bukan
pembentukan kota otonom.
18. Kecamatan Gantar
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Baleraja Tidak
2 Bantarwaru Ya
3 Gantar Tidak
4 Mekarjaya Tidak
5 Sanca Tidak
6 Situraja Ya
JUMLAH 2 4
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 6 BPD yang
ada di Kecamatan Gantar, semua BPD mengembalikan Berita Acara
Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 6 BPD tersebut, 2 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 4 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah adanya harapan terhadap tumbuhnya perekonomian
masyarakat yang meningkat pesat. Sedangkan alasan yang
melatarbelakangi ketidaksetujuan dibentuk kota otonom di Kabupaten
Indramayu adalah bahwa keinginan masyarakat bukan pembentukan
kota otonom, melainkan kabupaten baru, Indramayu Barat dan
Indramayu Timur.
46
19. Kecamatan Juntinyuat
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Dadap Ya
2 Juntikebon Tidak
3 Juntikedokan Tidak
4 Juntinyuat Ya
5 Juntiweden Ya
6 Limbangan Ya
7 Lombang Tidak
8 Pondoh Tidak
9 Sambimaya Ya
10 Segeran Lor Tidak
11 Segeran Kidul Ya
12 Tinumpuk Ya
JUMLAH 7 5
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 12 BPD yang
ada di Kecamatan Juntinyuat, semua BPD mengembalikan Berita
Acara Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 12 BPD tersebut, 7 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 5 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah karena meningkatkan pelayanan publik dan pemerataan
pembangunan. Selain itu, diharapkan Kecamatan Juntinyuat
diusulkan untuk masuk wilayah Kota otonom baru tersebut.
Sedangkan alasan yang melatarbelakangi ketidaksetujuan dibentuk
kota otonom di Kabupaten Indramayu adalah karena wilayah
47
Indramayu cukup sempit sehingga lebih setuju apabila dibagi dua,
yakni dalam bentuk Kabupaten Indramayu Barat dan Kabupaten
Indramayu Timur.
20. Kecamatan Sliyeg
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Mekargading Ya
2 Gadingan Ya
3 Longok Tidak
4 Majasari Ya
5 Majasih Ya
6 Sleman Tidak
7 Sleman Lor Ya
8 Sliyeg Tidak
9 Sliyeg Lor Tidak
10 Sudikampiran Tidak
11 Tambi Tidak
12 Tambi Lor Tidak
13 Tugu Tidak
14 Tugu Kidul Tidak
JUMLAH 5 9
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 14 BPD yang
ada di Kecamatan Sliyeg, semua BPD mengembalikan Berita Acara
Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 14 BPD tersebut, 5 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 9 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah dengan terbentuknya kota otonom baru akan menciptakan
48
lapangan kerja dan menghasilkan pemerintahan daerah yang bebas
KKN. Sedangkan alasan yang melatarbelakangi ketidaksetujuan
dibentuk kota otonom di Kabupaten Indramayu adalah karena
Kecamatan Sliyeg tidak masuk dalam wilayah kota otonom baru
tersebut.
21. Kecamatan Balongan
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Balongan Ya
2 Gelarmendala Ya
3 Rawadalem Ya
4 Sukareja Ya
5 Sukaurip Ya
6 Tegalsembadra Ya
7 Tegalurung Ya
8 Majakerta Ya
9 Sudimampir Lor Ya
10 Sudimampir Ya
JUMLAH 10 0
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 10 BPD yang
ada di Kecamatan Balongan, semua BPD mengembalikan Berita Acara
Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 10 BPD tersebut, semua BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah karena akan tercipta pemerataan pembangunan, pelayanan
publik yang optimal dan penyiapan SDM yang berkualitas.
49
Singkatnya, pembentukan kota akan lebih banyak dampak positifnya
dibandingkan dengan dampak negatifnya.
22. Kecamatan Gabus Wetan
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Babakan Jaya Ya
2 Drunten Kulon Ya
3 Drunten Wetan Tidak
4 Gabus Kulon Ya
5 Gabus Wetan Ya
6 Kedokan Gabus Ya
7 Kedungdawa Tidak
8 Rancahan Ya
9 Rancamulya Ya
10 Sekarmulya Ya
JUMLAH 8 2
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 10 BPD yang
ada di Kecamatan Gabus Wetan, semua BPD mengembalikan Berita
Acara Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 10 BPD tersebut, 8 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 2 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah karena keempat kecamatan tersebut adalah jantung kota
Indramayu sehingga layak dijadikan sebagai kota dan diharapkan
dapat meningkatkan pembangunan masyarakat. Sedangkan alasan
yang melatarbelakangi ketidaksetujuan dibentuk kota otonom di
Kabupaten Indramayu adalah karena hanya menguntungkan empat
50
kecamatan yang masuk di wilayah kota otonom baru dan tentunya
merugikan kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten
yang lama.
23. Kecamatan Cantigi
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Cangkring Tidak
2 Cantigi Kulon Ya
3 Cantigi Wetan Ya
4 Lamaran Tarung Ya
5 Panyingkiran Kidul Ya
6 Panyingkiran Lor Ya
JUMLAH 5 1
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 6 BPD yang
ada di Kecamatan Cantigi, semua BPD mengembalikan Berita Acara
Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 6 BPD tersebut, 5 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 1 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah adanya persyaratan agar seluruh kecamatan eks kawedanaan
Indramayu dijadikan Kota, termasuk Kecamatan Cantigi.
Pembentukan kota diharapkan juga dapat meningkatkan IPM
masyarakat Indramayu. Sedangkan alasan yang melatarbelakangi
ketidaksetujuan dibentuk kota otonom di Kabupaten Indramayu
adalah bahwa rakyat masih miskin sehingga lebih baik fokus pada
51
pengentasan kemiskinan dibandingkan memikirkan pemekaran
wilayah.
24. Kecamatan Arahan
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Arahan Kidul Ya
2 Arahan Lor Tidak
3 Cidempet Ya
4 Linggajati Ya
5 Pranggong Ya
6 Sukadadi Ya
7 Sukasari Ya
8 Tawangsari Ya
JUMLAH 7 1
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 8 BPD yang
ada di Kecamatan Arahan, semua BPD mengembalikan Berita Acara
Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 8 BPD tersebut, 7 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu. Sedangkan 1 BPD menyatakan tidak setuju dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah dengan terbentuknya kota otonom dapat meningkatkan
pembangunan yang merata, pelayanan masyarakat menjadi optimal,
dan kesejahteraan masyarakat dapat terjamin.
25. Kecamatan Krangkeng
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Dukuhjati Tidak
52
2 Kalianyar Tidak
3 Kapringan Tidak
4 Kedungwungu Tidak
5 Krangkeng Tidak
6 Luwunggesik Ya
7 Purwajaya Tidak
8 Singakerta Tidak
9 Srengseng Tidak
10 Tanjakan Tidak
11 Tegalmulya Tidak
JUMLAH 1 10
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 11 BPD yang
ada di Kecamatan Krangkeng, semua BPD mengembalikan Berita
Acara Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 11 BPD tersebut, 1 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 10 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah adanya harapan terhadap peningkatan pelayanan masyarakat
dan kesejahteraan rakyat di wilayah Indramayu. Sedangkan alasan
yang melatarbelakangi ketidaksetujuan dibentuk kota otonom di
Kabupaten Indramayu adalah bahwa pembentukan kota otonom baru
tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat yang sebenarnya
menginginkan pembentukan Kabupaten Indramayu Barat dan
Kabupaten Indramayu Timur. Harapannya, jangan sampai
pembentukan kota otonom justru menguntungkan pihak-pihak
tertentu.
53
26. Kecamatan Losarang
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Cemara Ya
2 Jangga Ya
3 Jumbleng Ya
4 Krimun Ya
5 Losarang Ya
6 Muntur Ya
7 Pangkalan Ya
8 Pegagan Ya
9 Puntang Ya
10 Rajaiyang Ya
11 Ranjeng Ya
12 Santing Tidak
JUMLAH 11 1
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 12 BPD yang
ada di Kecamatan Losarang, semua BPD mengembalikan Berita Acara
Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 12 BPD tersebut, 11 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 1 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah karena perhatian masyarakat akan lebih mudah dan
menjangkau ke masyarakat yang paling bawah sehingga tercipta
kesejahteraan masyarakat. Sedangkan alasan yang melatarbelakangi
ketidaksetujuan dibentuk kota otonom di Kabupaten Indramayu
54
adalah karena keinginan masyarakat adalah terbentuknya Kabupaten
Indramayu Barat dan Kabupaten Indramayu Timur.
27. Kecamatan Bongas
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Bongas Ya
2 Cipaat Ya
3 Cipedang Ya
4 Kertajaya Ya
5 Kertamulya Ya
6 Margamulya Ya
7 Plawangan Ya
8 Sidamulya Tidak
JUMLAH 7 1
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 8 BPD yang
ada di Kecamatan Bongas, semua BPD mengembalikan Berita Acara
Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 8 BPD tersebut, 7 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 1 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi, pelayanan publik akan
lebih efektif-efisien, dan secara geografi dan demografi memang sudah
layak untuk dimekarkan. Sedangkan alasan yang melatarbelakangi
ketidaksetujuan dibentuk kota otonom di Kabupaten Indramayu
adalah karena keinginan untuk membentuk kabupaten baru, bukan
kota baru.
55
28. Kecamatan Kandanghaur
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Bulak Ya
2 Curug Ya
3 Eretan Kulon Ya
4 Eretan Wetan Ya
5 Ilir Ya
6 Karanganyar Ya
7 Karangmulya Ya
8 Kertawinangun Ya
9 Pareangirang Ya
10 Pranti Ya
11 Soge Ya
12 Wirakanan Ya
13 Wirapanjunan Ya
JUMLAH 13 0
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 13 BPD yang
ada di Kecamatan Kandanghaur, semua BPD mengembalikan Berita
Acara Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 13 BPD tersebut, semua
BPD menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah akan mendapat peluang kerja bagi masyarakat setempat,
perhatian pemerintah daerah akans emakin besar dan pelaksanaan
otonomi daerah akan semakin mudah.
29. Kecamatan Kroya
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Jayamulya Ya
56
2 Kroya Ya
3 Sukamelang Ya
4 Sukaslamet Ya
5 Sumbon Ya
6 Tanjungkerta Ya
7 Temiyang Ya
8 Temiyangsari Ya
JUMLAH 8 0
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 8 BPD yang
ada di Kecamatan Kroya, semua BPD mengembalikan Berita Acara
Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 8 BPD tersebut, semua BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah harapan dengan dibentuknya kota otonom baru dapat
menciptakan lapangan kerja dan mengurangi jumlah pengangguran di
masyarakat.
30. Kecamatan Jatibarang
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Bulak
2 Bulak Lor Ya
3 Jatibarang Tidak
4 Jatibarang Baru Tidak
5 Jatisawit Ya
6 Jatisawit Lor Ya
7 Kalimati Tidak
8 Kebulen Ya
9 Krasak Ya
10 Lobener Ya
57
11 Lobener Lor Ya
12 Malangsemirang Ya
13 Pawidean Ya
14 Pilangsari Tidak
15 Sukalila Ya
JUMLAH 10 4
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 15 BPD yang
ada di Kecamatan Jatibarang, sebanyak 14 BPD mengembalikan Berita
Acara Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 14 BPD tersebut, 10 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 4 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah karena dapat meningkatkan sumber daya manusia dan
pemerataan hasil-hasil pembangunan. Disarankan bahwa ibu kota
Kabupaten adalah di Kecamatan Jati Barang yang secara geografis
sangat strategis. Sedangkan alasan yang melatarbelakangi
ketidaksetujuan dibentuk kota otonom di Kabupaten Indramayu
adalah karena yang diinginkan adalah pembentukan Kabupaten
Indramayu Barat dan Kabupaten Indramayu Timur. Mohon kepada
pemerintah daerah memperhatikan aspirasi masyarakat.
31. Kecamatan Lelea
a. Data Kuantitatif
NO NAMA DESA SETUJU TIDAK SETUJU
1 Cempeh Tidak
2 Langgengsari Ya
3 Lelea Ya
4 Nunuk Tidak
5 Pengauban Tidak
6 Tamansari Tidak
58
7 Telagasari Ya
8 Tempel Ya
9 Tempel Kulon Tidak
10 Tugu Ya
11 Tunggul payung Ya
JUMLAH 6 5
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dari 11 BPD yang
ada di Kecamatan Lelea, sebanyak semua BPD mengembalikan Berita
Acara Penjaringan dan Risalah Rapat. Dari 11 BPD tersebut, 6 BPD
menyatakan SETUJU dibentuk kota otonom baru di Kabupaten
Indramayu, dan 5 BPD menyatakan TIDAK SETUJU dibentuk kota
otonom baru di Kabupaten Indramayu.
b. Analisis Kualitatif
Secara umum, dapat dianalisis bahwa alasan yang mendasari
persetujuan dibentuk kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
adalah untuk meningkatkan kredibilitas sumber daya manusia dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam pelayanan serta
menggali potensi yang ada sehingga dapat bersaing dengan kabupaten
atau kota yang lain. Sedangkan alasan yang melatarbelakangi
ketidaksetujuan dibentuk kota otonom di Kabupaten Indramayu
adalah bahwa fokus pembangunan dikhawatirkan akan fokus pada
wilayah Kota dan meminggirkan wilayah Kabupaten sehingga akan
meningkatkan jurang kemiskinan antara kota dan kabupaten.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan data kuantitatif yang dituangkan dalam analisis hasil
penelitian, dapat disimpulkan bahwa dari 310 BPD untuk tingkat desa
dan Forum Ketua RW untuk tingkat kelurahan di seluruh wilayah
Kabupaten Indramayu, sebanyak 305 atau 98,39% dari seluruh BPD dan
Forum Ketua RW telah mengisi dan mengembalikan Berita Acara
Penjaringan (BAP) dan Risalah Rapat ke Tim Penjaring Aspirasi
Masyarakat Kabupaten Indramayu.
2. Dari 305 BAP dan Risalah Rapat, sebanyak 206 atau 66,45% dari seluruh
BPD untuk tingkat desa dan Forum Ketua RW untuk tingkat kelurahan
menyatakan ”SETUJU” dibentuk kota otonom baru yang meliputi
Kecamatan Sindang, Pasekan, Balongan dan Indramayu di wilayah
Kabupaten Indramayu. Sedangkan sebanyak 99 atau 31,94% dari
seluruh BPD untuk tingkat desa dan Forum Ketua RW untuk tingkat
kelurahan menyatakan ”TIDAK SETUJU” dibentuk kota otonom baru
di Kabupaten Indramayu. Sedangkan 5 atau 1,61% dari seluruh BPD
dan Forum Ketua RW kelurahan di Kabupaten Indramayu tidak
menyerahkan Berita Acara dan risalah rapat penjaringan.
3. Berlandaskan perhitungan jumlah suara, dapat dinyatakan bahwa
jumlah suara yang menyatakan ”SETUJU” lebih banyak dibandingkan
jumlah suara yang ”TIDAK SETUJU”. Bahkan, jumlah suara yang
”SETUJU” telah melebihi jumlah mayoritas sederhana (untuk diketahui
bahwa jumlah mayoritas sederhana / 50% + 1, adalah : 156 BPD dan
Forum Ketua RW di kelurahan harus setuju).
4. Alasan utama yang mendasari persetujuan dibentuk kota otonom di
Kabupaten Indramayu adalah peningkatan pelayanan publik,
60
pemerataan pembangunan, peluang lapangan kerja, dan perbaikan
perekonomian masyarakat. Sedangkan alasan yang melandasi
ketidasetujuan dibentuk kota otonom baru adalah keinginan masyarakat
yang menghendaki dibentuknya Kabupaten Indramayu Barat dan
Kabupaten Indramayu Timur.
B. Rekomendasi
1. Menyarankan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu untuk
segera meneruskan laporan penjaringan aspirasi masyarakat tentang
kemungkinan pembentukan kota otonom baru di Kabupaten Indramayu
ini kepada BuPati Indramayu dan DPRD Kabupaten Indramayu untuk
dibahas lebih lanjut.
2. Menyarankan kepada Pemerintah Kabupaten Indramayu untuk segera
melakukan sosialisasi hasil penjaringan aspirasi masyarakat kepada
seluruh stake holders di wilayah Kabupaten Indramayu sehingga tercipta
kesamaan persepsi dan penyatuan pendangan terhadap rencana
pembentukan kota otonom baru di Kabupaten Indramayu.
3. Menyarankan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu untuk
segera membentuk tim kajian akademis dari perguruan tinggi dan
lembaga konsultan yang independent, dengan tugas mengkaji dan
menstudi kelayakan pembentukan kota otonom baru di wilayah
Kabupaten Indramayu dengan sumber pembiayaan yang berasal dari
APBD Tahun 2007.
61
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Monografi Kecamatan di Kabupaten Indramayu
Monografi Desa di Kabupaten Indramayu
BPS, Indramayu Dalam Angka, Tahun 2005
http://www.indaramayu.go.id
Pratikno, Otonomi Daerah : Peluang dan Tantangan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2001)
Riwokaho, Josef, Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia, (Yogyakarta : Tiara
Wacana, 2003).
Wasistiono, Sadu, Kapita Selekta Pemerintahan, (Bandung : Fokus Media , 2004).
Wasistiono, Sadu, Manajemen Pemerintahan Daerah, (Bandung : Fokus Media,
2004).
Dokumen Resmi Pemerintah :
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
PP No. 129 Tahun 2000 Tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria
Pemekaran, Penghapusan, Penggabungan Daerah
Rancangan Paraturan Pemerintah (RPP) Tentang Tata Cara Pembentukan,
Penghapusan, dan Penggabungan Daerah