40
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Virus Influenza merupakan penyakit yang disebabkan oleh Virus Influenza Tipe A subtipe H1N1, Tahun 1918, wabah pandemik virus influenza telah membunuh lebih dari 50-100 juta orang di dunia. Subtipe yang mewabah saat itu adalah virus H1N1 yang dikenal dengan “Spanish Flu”. Tahun 1957 virus bermutasi menjadi H2N2 atau “Asian Flu”. Tahun 1968 virus bermutasi menjadi H3N2 atau “Hongkong Flu”. Tahun 1977 virus bermutasi menjadi H5N1 atau “Avian Influenza”. Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, berada di garis depan dalam melawan penyakit Avian Influenza. Dewasa ini perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan menyebabkan terjadinya berbagai pergeseran prilaku dan menimbulkan fenomena penyakit yang mengalami pergeseran dan perubahan tidak terkecuali penyakit swine flu yang merupakan penyakit yang di timbulkan oleh virus influenza tipe A yakni H1N1 dan merupakan strain Virus baru. Virus ini pertama kali menimbulkan kasus yang besar dan di temukan di daerah Meksiko pada tahun 2009 kemudian menyebar dengan cepat di seluruh dunia termksud Inggris dan bahkan di laporkan pada tahun 2007 virus ini 1

Swine Flu (ISI)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

swine flu

Citation preview

Page 1: Swine Flu (ISI)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Virus Influenza merupakan penyakit yang disebabkan oleh Virus Influenza Tipe

A subtipe H1N1, Tahun 1918, wabah pandemik virus influenza telah membunuh

lebih dari 50-100 juta orang di dunia. Subtipe yang mewabah saat itu adalah virus

H1N1 yang dikenal dengan “Spanish Flu”. Tahun 1957 virus bermutasi menjadi

H2N2 atau “Asian Flu”. Tahun 1968 virus bermutasi menjadi H3N2 atau

“Hongkong Flu”. Tahun 1977 virus bermutasi menjadi H5N1 atau “Avian

Influenza”. Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, berada di

garis depan dalam melawan penyakit Avian Influenza.

Dewasa ini perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan menyebabkan

terjadinya  berbagai pergeseran prilaku dan menimbulkan fenomena penyakit yang

mengalami  pergeseran dan perubahan tidak terkecuali penyakit swine flu yang

merupakan penyakit yang di timbulkan oleh virus influenza tipe A yakni H1N1 dan

merupakan strain Virus baru. Virus ini pertama kali menimbulkan kasus yang besar

dan di temukan di daerah Meksiko pada tahun 2009 kemudian menyebar dengan

cepat di seluruh dunia termksud Inggris dan bahkan di laporkan pada tahun 2007

virus ini menyerang salah seorang masyarakat di pulau Luzon Filiphina.

Asia sebagai Benua terbesar di dunia dan di isi oleh  berbagai Negara

berkembang tidak terlepas dari keganasan virus ini, Benua Asia merupakan salah

satu wilayah yang terserang wabah flu babi pada tahun 2009.

Data yang dikumpulkan Badan Kesehatan Dunia, WHO juga memperkirakan

wabah empat tahun lalu itu menewaskan 200.000 orang di seluruh dunia. Tidak

terkecuali Indonesia. Untuk menganalisasa Prevalensi dan Virulensi dari Virus

swine flu, WHO melakukan sebuah Studi Yakni berupaya menemukan bukti-bukti

1

Page 2: Swine Flu (ISI)

dari sistem kekebalan tubuh yang  bertarung melawan virus tersebut. Sekelompok

peneliti internasional mengkaji lebih dari 90.000 sampel darah sebelum dan setelah

wabah swine flu yang melanda berbagai negara itu, antara lain India, Australia dan

Inggris. Dengan membandingkan angka sebelum dan setelah wabah, para peneliti

bisa memperkirakan jumlah orang yang terinfeksi virus swine flu. Dan  jumlah

warga dunia yang tertular amat banyak walau tidak semua berkembang menjadi

virus yang mematikan Selain itu di temukan bahwa Virus ini beresiko menyerang

Mereka pada risiko komplikasi yang hamil, anak-anak dan orang tua serta orang-

orang dengan kekebalan tertindas atau dengan kondisi berpenyakit permanen seperti

penyakit pernapasan kronis. Melihat dari bahayanya dan penyebarannya yang cepat

di karenakan Virus ini tidak hanya menyebar dari Hewan ke orang (zoonosis) tapi

juga dari orang ke orang serta frekuensi.

Kasus kematian yang timbul dimana setiap 2 dari 10.000 penduduk meninggal

akibat penyakit ini maka penulis merasa perlu adanya makalah yang membahas

lebih lanjut mengenai Virus Swine Flu (H1N1). Nilai CFR = 0,02. Data jumlah

kumulatif flu H1N1 di 168 negara adalah 182.166 kasus positif swine flu (H1N1)

dengan angka kematian 18.449 orang yang tersebar di semua benua. Sedangkan

jumlah kumulatif swine flu (H1N1) di Indonesia sampai dengan 23 Agustus 2009

sebanyak 1.005 orang dengan 5 orang diantaranya meninggal dunia.

2

Page 3: Swine Flu (ISI)

Tabel angka kematian flu babi (H1N1) berdasarkan region menurut WHO (2009)

Region Deaths

WHO Regional Office for Africa 168

WHO Regional Office for Americas At least 8533

WHO Regional Office for Eastern

Mediterranean

1019

WHO Regional Office for Europe At least 4879

WHO Regional Office for South-East

Asia

1992

WHO Regional Office for Western

pacific

1858

Total At least 18.449

Berdasarkan data tabel di atas angka kematian tertinggi flu babi (H1N1) terdapat

pada regional Amerika dengan jumlah 8533 orang, diikuti secara berturut-turut oleh

regional Eropa (4879 orang), Asia tenggara (1992 orang), pasifik barat (1858 orang),

mediterranean timur (1019 orang) dan angka kematian terendah terdapat pada

regional Afrika dengan jumlah 168 orang.

010002000300040005000

Deaths

Deaths

3

Page 4: Swine Flu (ISI)

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa dari 33 keseluruhan

provinsi di Indonesia telah terdeteksi 25 provinsi yang menderita flu babi (H1N1).

Dalam hal ini KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan) kelas 1 Medan yang berinduk

di pelabuhan Belawan Medan mempunyai tugas pokok untuk melakukan skrinning

demam terhadap penumpang dan awak kapal yang datang langsung maupun tidak

langsung dari Negara terjangkit Swine Flu serta membagikan Health Alert Card

(HAC).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui review Swine Flu terkait Re-Emerging Disease.

4

Page 5: Swine Flu (ISI)

1.2.2 Tujuan Khusus

2. Untuk mengetahui Definisi, Etiologi, Symptom and Sign, Masa

Inkubasi, Penularan, Pencegahan, Sensifitas Virus dan Vaksin Swine

Flu.

3. Untuk mengetahui tentang Re-Emerging Disease.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Penyusun :

1. Dapat menyelesaiakan Tugas Individu yang di berikan Oleh Dosen

Pengajar.

2. Dapat menjadi tambahan literatur dalam peningkatan kajian dan

pengetahuanmengenai Penyakit Flu Babi sebagai penyakit menular

yang berbahaya dan dibawa oleh penumpang internasional.

3. Menjadi bahan pembelajaran dalam penyusunan makalah.

4. Dapat menentukan langkah-langkah apabila menemukan sesorang

yang di curiga terinfeksi penyakit flu babi.

1.3.2 Bagi Pembaca :

2. Diharapkan dapat menjadi informasi dan dapat meningkatkan

pengetahuan mengenai penyakit flu babi dan cara pencegahnnya.

3. Diharapkan dapat memberikan informasi tentang langkah-langkah

yang harus diambil jika menemukan seseorang yang dicurigai

terinfeksi flu babi.

4. Di harapkan dapat menjadi refrensi dalam penyusunan makalah

ataupun laporan yang berhubungan dengan Penyakit Flu Babi

maupun unsur-unsur terkait di dalamnya.

5

Page 6: Swine Flu (ISI)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Penyakit Swine Flu

Swine Flu adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan manusia yang di

sebabkan oleh virus Influenza A. Penyakit ini sering di sebut sebagai flu baru H1N1

atau Flu Meksiko dikarenakan penyakit ini mulai mewabah dan menimbulkan gejala

pandemik sejak tahun 2009 bersumber di daerah Meksiko, penyakit ini kemudian

menyerang dari manusia ke manusia yang pada awalnya bersifat zoonosis.

Penyakit Swine Flu ini disebabkan oleh virus Influenza yang dikenal sebagai

Swine Influenza Virus (SIV), yang biasanya menyerang binatang babi. Penyakit ini

dengan sangat cepat menyebar ke dalam kelompok ternak dalam waktu satu minggu.

Virus ini banyak menginfeksi babi di negara Amerika Serikat, Meksiko, Kanada,

Amerika Selatan, Eropa, Kenya, Cina, Taiwan, Jepang, sebagian Asia Timur.

Seperti layaknya virus Influenza lainnya, virus Swine Flu dapat berubah-

ubah. Babi dapat ditulari oleh virus Flu Burung, Swine Flu, maupun virus Influenza

yang berasal dari manusia.

Apabila virus Influenza yang berasal dari beberapa spesies ( unggas dan

manusia ) menginfeksi babi, di dalam tubuh babi virus-virus tersebut dapat

mengalami mutasi ( antigen shift ) dan membentuk subtipe baru. Swine Flu

disebabkan oleh serangan virus Influenza tipe A. Pada saat ini paling tidak ada

empat subtipe dari tipe A yang diidentifikasi pada babi, yaitu H1N1, H1N2, H3N2,

dan H3N1. Namun, dari subtipe tersebut yang banyak menyebabkan Swine Flu

adalah H1N1 ( Cahyono, 2009 dan Dermawan, 2009 ).

Di tubuh babi, virus mengalami perubahan dengan dua pola. Pola pertama

berupa adaptasi. Jika ini terjadi dampaknya tidak terlalu berbahaya karena tidak ada

perubahan struktur virus. Pola kedua berupa penyusunan ulang virus. Berdasarkan

6

Page 7: Swine Flu (ISI)

pola ini, virus bisa berkembang menjadi gabungan Swine Flu, flu unggas dan flu

manusia. Jika menyimak penjelasan beberapa peneliti di Amerika Serikat, ada

kemungkinan kejadian ini berupa penyusunan ulang virus ( Dermawan, 2009 : 13 ).

Pencampuran material genetik bermula ketika virus itu masuk ke tubuh babi. Virus

flu manusia dan virus flu babi masuk ke sel selaput lendir atau epitel babi melalui

reseptor alfa 2,6 sialic acid, sedangkan virus flu unggas masuk ke reptor alfa 2,3

sialic acid. Namun, babi memiliki kedua reseptor itu sehingga virus dengan mudah

masuk ke dalam sel babi. Di dalam sel babi, virus-virus tersebut bereplikasi.

Pada saat bereplikasi, diantara virus-virus itu bisa terjadi pertukaran material

genetik atau yang dikenal dengan istilah antigenik drift. Masing-masing virus

memiliki material genetik berupa delapan fragmen. Delapan fragmen itu adalah HA,

NA, PA, PB1, PB2, M, NP, dan NS. Fragmen-fragmen tersebut bisa bertukar antara

atau dengan lainnya sehingga terbentuk “anak” virus dengan sifat yang berbeda.

Dalam kasus Swine Flu, penataan ulang itu menghasilkan virus dengan struktur luar

sama dengan “induknya”, yaitu virus Swine Flu (karena itu virus ini tetap disebut

subtipe H1N1). Namun, material di dalamnya berasal dari fragmen virus flu manusia

dan flu unggas. Disamping terjadi pertukaran material genetik, kemungkinan pula

terjadi antigenetik shift, yaitu fragmen-fragmen yang ada saling bermutasi. Bila ini

yang terjadi, “anak” virus memiliki material genetik yang lebih kompleks. Bila

antigenetic shift dan antigenetik drift terjadi di dalam kasus Swine Flu, ini

merupakan perubahan yang sempurna. WHO akhirnya mengumumkan namanya flu

baru H1N1 mengingat bahwa hampir semua kasus pada manusia berasal dari

manusia, bukan lagi dari babi. Penularan dari manusia ini disebabkan karena

perubahan sifat virus yang mempunyai kemampuan menular dari manusia ke

manusia . S ementara itu, banyak Negara melaporkan penurunan perdagangan

produksi babi secara signifikan.

7

Page 8: Swine Flu (ISI)

Fase – Fase Pandemi

Fase Inter Pandemi

Fase 1 : Tidak ada subtipe virus baru yang terdeteksi pada manusia. Suatu subtipe

virus influenza yang telah menyebabkan infeksi pada manusia bisa saja

terdapat pada hewan. Jika virus ini terdapat pada hewan, resiko infeksi

atau penyakit pada manusia akan rendah.

Fase 2 : Tidak ada subtipe virus baru yang terdeteksi pada manusia. Namun suatu

subtipe virus influensa pada hewan yang bersirkulasi memiliki resiko

menumbulkan penyakit pada manusia.

Fase Waspada Pandemi

Fase 3 : Infeksi pada manusia bisa disebabkan oleh subtipe baru, tetapi tidak bisa

menyebar dari manusia ke manusia, atau setidaknya ada kejadian langka

adanya penyebaran pada kontak yang erat.

Fase 4 : Adanya kluster kecil, dengan penularan terbatas manusia ke manusia, tetapi

penyebaran sangat terlokalisir memberi kesan bahwa virus kurang

beradaptasi dengan manusia.

Fase5 : Adanya kluster besar, dengan penularan manusia ke manusia yang

penyebarannya masih terlokalisasi, menunjukkan bahwa virus menjadi

semakin lebih baik beradaptasi dengan manusia, tetapi mungkin belum

sepenuhnya berbahaya ( adanya resiko pandemi yang cukup besar ).

Fase Pandemi

Fase 6 : Adanya peningkatan dan penularan berkelanjutan pada populasi umum.

2.2 Epidemiologi

Penyebaran virus Influenza dari babi ke babi dapat melalui kontak moncong

babi, melalui udara atau droplet. Faktor cuaca dan stres akan mempercepat

penularan. Virus tidak akan tahan lama di udara terbuka. Kekebalan maternal dapat

8

Page 9: Swine Flu (ISI)

terlihat sampai 4 bulan tetapi mungkin tidak dapat mencegah infeksi, kekebalan

tersebut dapat menghalangi timbulnya kekebalan aktif.

Transmisi inter spesies dapat terjadi, sub tipe H1N1 mempunyai

kesanggupan menulari antara spesies terutama babi, bebek, kalkun dan manusia,

demikian juga sub tipe H3N2 yang merupakan sub tipe lain dari Influenza A. H1N1,

H1N2 dan H3N2 merupakan ke 3 subtipe virus Influenza yang umum ditemukan

pada babi yang mewabah di Amerika Utara ( WEBBY et al., 2000; ROTA et al.,

2000; LANDOLT et al., 2003 ), tetapi pernah juga sub tipe H4N6 diisolasi dari babi

yang terkena pneumonia di Canada ( KARASIN et al., 2000 ). Manusia dapat

terkena penyakit influensa secara klinis dan menularkannya pada babi.

Kasus infeksi sudah dilaporkan pada pekerja di kandang babi di Eropa dan di

Amerika. Beberapa kasus infeksi juga terbukti disebabkan oleh sero tipe asal

manusia. Penyakit pada manusia umumnya terjadi pada kondisi musim dingin.

Transmisi kepada babi yang dikandangkan atau hampir diruangan terbuka dapat

melalui udara seperti pada kejadian di Perancis dan beberapa wabah penyakit di

Inggris. Babi sebagai karier penyakit klasik di Denmark, Jepang, Italy dan

kemungkinan Inggris telah dilaporkan.

Kasus zoonosis yang dilaporkan menimpa wanita umur 32 tahun, pada bulan

September 1988, orang tersebut dirawat di rumah sakit akibat Pneumonia dan

akhirnya meninggal 8 hari kemudian. Dari hasil pemeriksaan ditemukan virus

Influenza patogen yang secara antigenik berhubungan dengan virus Influenza babi

( ROTA et al., 1989, WELLS et al.,1991 ). Setelah diselidiki ternyata pasien

tersebut 4 hari sebelum sakit mengunjungi pameran babi. Sementara itu, hasil

pengujian HI pada orang yang datang pada pameran babi tersebut menunjukkan

sebanyak 19 orang dari 25 orang ( 76% ) mempunyai titer antibodi ≥20 terhadap

Swine Flu. Walaupun disini tidak terjadi wabah penyakit, namun terdapat petunjuk

adanya penularan virus ( WELLS et al., 1991 )

9

Page 10: Swine Flu (ISI)

2.3 Penyebab Swine Flu

Swine Flu disebabkan oleh Influenza virus dimana virus ini terdiri atas

banyak jenis virus flu. Virus tersebut terus-menerus mengalami perubahan dan

bermutasi untuk menghindari sistem imun hewan yang diinfeksi.

Virus Influenza yang menyebabkan Swine Flu disebut H1N1 2009

dikarenakan virus ini pertamakali di temukan pada tahun 2009 di Meksiko. Secara

umum, ada tiga jenis utama dari virus flu yakni Influenza A, B, dan C.

Virus Swine Flu masuk dalam kelas Influenza tipe A yakni Virus H1N1 telah

menyebabkan wabah flu tahunan pada manusia dan pada tahun 2009 mengalami

pandemi disebabkan adanya variasi dalam virus H1N1 biasa. Hal ini secara khusus

disebut H1N1 2009 atau Swine Flu. Strain ini yang sebelumnya telah ditemukan

pada babi atau manusia diketahui membawa campuran gen dari flu pada manusia,

Swine Flu ( flu babi ) dan flu burung ( flu burung ).

Virus Influenza mempunyai tata nama tertentu dalam pembagiannya

misalnya jika terdeteksi disebut dengan tambahan "v". Misalnya, jika H3N2 virus

variasi terdeteksi di seseorang, itu akan disebut "H3N2v" virus. Tatanama ini

disusun pada 6 Januari 2012 dalam upaya menekan morbiditas dan kematian

mingguan yang dilaporkan dari pusat untuk upaya pencegahan dan control penyakit

( 1-4 ).

Virus Swine Flu umumnya ketika menginfeksi babi memperlihatkan gejala

seperti demam, batuk ( menggonggong ), keluar cairan dari hidung atau mata,

bersin, kesulitan bernapas, mata merah dan berair dan tidak nafsu makan. Beberapa

babi mungkin terinfeksi tapi tidak memperlihatkan tanda-tanda suspect, selain itu

virus ini ditemukan jarang membunuh babi dan kebanyakan wabah terjadi selama

musim gugur dan musim dingin akhir seperti infeksi flu musiman pada manusia.

10

Page 11: Swine Flu (ISI)

Lebih lanjut, babi rentan terhadap tiga jenis flu sebagaimana dipaparkan

sebelumnya seperti Flu Burung, flu manusia dan Swine Flu. Hewan-hewan ini

mungkin terinfeksi dengan virus dari spesies yang berbeda sekaligus. Setelah ini

terjadi, virus berpotensi untuk membuat variasi baru yang dapat menyebar dengan

mudah dari orang ke orang. Ketika hal ini terjadi untuk strain Influenza dapat

menimbulkan antigenik shift dalam tubuh babi. Antigenik shift memungkinkan

munculnya mutasi pada virus dan ketika menyerang manusia yang tidak pernah

terinfeksi sebelumnya di karenakan tidak adanya informasi zat imun Hal inilah yang

menyebabkan pandemik pada tahun 2009 karena adanya varian virus baru yang

dapat di tularkan dari orang ke orang dalam jangka waktu yang cepat dimana World

Health Organization ( WHO ) melaporkan hingga tahun 2010 pada bulan Februari

telah membunuh 15.921 di seluruh dunia namun pada 10 Agustus 2010 World

Health Organization ( WHO ) menyatakan penurunan pandemik dikarenakan mulai

adanya vaksinasi yang menyebabkan penurunan prevalensi kasus Swine Flu.

2.4. Masa Inkubasi Swine Flu

Masa inkubasi virus H1N1 3 sampai 5 hari meski ada pula yang

menyebutkan 2-3 hari ( namun rata-rata 1-7 hari ). Gejala klinis yang tampak, antara

lain suhu tubuh mencapai 41 derajat celcius sampai 41,5 derajat celcius, gangguan

pernafasan berupa batuk, bersin, susah bernafas, radang hidung, sekret hidung

berlebih dan pneumonia . Babi tertular biasanya malas bergerak, saling bertumpuk,

11

Page 12: Swine Flu (ISI)

demam ( sampai 41,5oC ), Rhinitis, sekret hidung berlebihan, bersin, radang selaput

mata ( Konjungtivitis ) dan kehilangan berat badan, batuk hebat, frekuensi nafas

tinggi, susah bernafas dan pernafasan abdominal. Beberapa berkembang menjadi

Bronkopenumonia dan akhirnya mati. Tingkat kefatalan kasus kurang dari 1%.

Masa laten virus H1N1 adalah 3-5 hari. Periode Infeksi pasien positif Swine

Flu adalah sehari sebelum munculnya gejala sampai dengan 7 hari setelah muncul

gejala. Virus hidup pada hewan babi hingga 3 bulan, babi yang terinfeksi bisa

menginfeksi hewan atau manusia dalam 24 jam setelah masa inkubasi, virus mati

bisa mati dalam pemanasan 600C selama 30 menit atau selama 3 jam pada suhu 560C

dan satu menit pada suhu 80oC, virus dapat mati dengan alkohol 70%, deterjen dan

cairan yang mengandung iodin.

2.5 Transmisi Virus Swine Flu

Penyebaran virus Influenza dari babi ke babi dapat melalui kontak moncong

babi, melalui udara atau droplet. Faktor cuaca dan stres akan mempercepat

penularan. Virus tidak akan tahan lama di udara terbuka. Penyakit bisa saja bertahan

lama pada babi Breeder atau babi anakan. Kekebalan maternal dapat terlihat sampai

4 bulan tetapi mungkin tidak dapat mencegah infeksi, kekebalan tersebut dapat

menghalangi timbulnya kekebalan aktif. Transmisi inter spesies dapat terjadi, sub

tipe H1N1 mempunyai kesanggupan menulari antara spesies terutama babi, bebek,

kalkun dan manusia, demikian juga sub tipe H3N2 yang merupakan sub tipe lain

dari Influenza A. H1N1, H1N2 dan H3N2 merupakan ke 3 subtipe virus Influenza

yang umum ditemukan pada babi yang mewabah di Amerika Utara, tetapi pernah

juga sub tipe H4N6 diisolasi dari babi yang terkena pneumonia di Canada.

Rute utama penularan adalah melalui kontak langsung antara hewan yang

terinfeksi dan tidak terinfeksi Ini kontak dekat sangat umum selama transportasi

hewan. Pertanian intensif juga dapat meningkatkan resiko penularan, karena babi

yang dibesarkan dalam jarak yang sangat dekat satu sama lain. Para transfer

langsung dari virus mungkin terjadi baik oleh babi, menyentuh hidung, atau melalui

12

Page 13: Swine Flu (ISI)

lendir kering. Transmisi udara melalui aerosol yang dihasilkan oleh babi batuk atau

bersin juga merupakan sarana penting infeksi. Virus ini biasanya menyebar dengan

cepat melalui kawanan, menginfeksi semua babi hanya dalam beberapa hari.

Manusia dapat terkena penyakit Influenza secara klinis dan menularkannya

pada babi. Kasus infeksi sudah dilaporkan pada pekerja di kandang babi di Eropa

dan di Amerika. Beberapa kasus infeksi juga terbukti disebabkan oleh sero tipe asal

13

Page 14: Swine Flu (ISI)

manusia. Penyakit pada manusia umumnya terjadi pada kondisi musim dingin.

Transmisi kepada babi yang dikandangkan atau hampir diruangan terbuka dapat

melalui udara seperti pada kejadian di Perancis dan beberapa wabah penyakit di

Inggris. Babi sebagai karier penyakit klasik di Denmark, Jepang, Itali dan

kemungkinan Inggris telah dilaporkan.

Kasus zoonosis yang dilaporkan menimpa wanita umur 32 tahun, pada bulan

September 1988, orang tersebut dirawat di rumah sakit akibat pneumonia dan

akhirnya meninggal 8 hari kemudian. Dari hasil pemeriksaan ditemukan virus

Influenza patogen yang secara antigenik berhubungan dengan virus Influenza babi.

Setelah diselidiki ternyata pasien tersebut 4 hari sebelum sakit mengunjungi

pameran babi. Sementara itu, hasil pengujian HI pada orang yang datang pada

pameran babi tersebut menunjukkan sebanyak 19 orang dari 25 orang ( 76% )

mempunyai titer antibodi ≥20 terhadap flu babi. Walaupun disini tidak terjadi wabah

penyakit, namun terdapat petunjuk adanya penularan virus.

2.6. Manifestasi Klinis

Gejala penderita Swine Flu, hampir sama dengan penderita Influenza biasa.

Sehingga didiagnosa kemungkinan Swine Flu bila didapatkan gangguan pernafasan

berat yang tiba-tiba, disertai minimal dua tanda berikut, yaitu: demam, batuk, nyeri

menelan, nyeri-nyeri seluruh badan, sakit kepala, demam dan mengiggil, mual dan

muntah. Lama sakit berkisar 4 – 6 hari. Pada anak-anak akan didapatkan gejala yang

lebih berat yaitu sulit bernafas, pernafasan cepat, kebiruan, dehidrasi, gangguan

kesadaran dan tidak bisa tenang.

2.7 Penatalaksanaan Swine Flu

Tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit Influenza. Hanya saja

pengobatan dengan antibiotika seperti dengan Penisilin, Sulfadimidin atau mungkin

antibiotik yang berspektrum luas dapat menghadang infeksi bakteri dalam mencegah

infeksi sekunder. Pemerintah Amerika mengatakan dua obat yang biasa digunakan

14

Page 15: Swine Flu (ISI)

untuk mengobati flu, Tamiflu dan Relenza, tampaknya efektif dalam mengatasi

kasus-kasus yang terjadi sejauh ini. Belum jelas keefektifan vaksin flu yang kini ada

dalam melindungi manusia dari virus baru ini, karena secara genetik berbeda dengan

jenis flu lain. Ilmuwan Amerika telah mengembangkan satu vaksin baru, namun

diperlukan waktu untuk menyempurnakannya dan juga memproduksi dalam jumlah

yang cukup untuk memenuhi permintaan.

Perlakuan dapat menekan gejala klinis batuk dan anoreksia. Penyembuhan

dilakukan secara simptomatis dan pengobatan dengan antimikrobial untuk mencegah

terjadinya infeksi sekunder. Babi harus dipelihara dalam keadaan sanitasi yang baik,

kondisi kandang yang memadai dan eradikasi cacing askaris dan cacing paru-paru.

Desinfektan dapat digunakan untuk melindungi hewan dari serangan kutu. Pada

kasus-kasus penyakit yang dilakukan eradikasi, juga harus dilaksanakan

pengurangan populasi dan restocking.

2.8 Pencegahan Swine Flu

Pencegahan penyakit infeksi Influenza A rH1N1 pada manusia harus

melibatkan pencegahan infeksi pada babi dan unggas. Banyak ahli menyarankan

untuk melakukan imunisasi babi terhadap infeksi virus influenza A H1N1 sehingga

jumlah virus yang beredar pada babi berkurang dan penularan ke manusia juga

menurun. Hal yang sama juga diharapkan jika unggas diimunisasi.

15

Page 16: Swine Flu (ISI)

Imunisasi Babi

Dahulu banyak para ahli tidak setuju untuk mengimunisasi babi agar tidak

menularkan virus Influenza kepada manusia. Kemudian imunisasi babi dianggap

perlu, karena dapat mengurangi replikasi virus sehingga babi tidak sakit dan virus

tidak menyebar ke populasi manusia. Masalah yang selalu dihadapi dalam

mengimunisasi babi adalah mutasi drift dan mutasi shift pada gen virus, sehingga

vaksin kurang efektif untuk mencegah penyakit. Selain itu, babi umur muda masih

memiliki antibodi maternal yang diperoleh dari induknya yang mendapat imunisasi,

sehingga efikasi vaksin menjadi rendah. Dengan demikian, virus masih tetap dapat

beredar di dalam populasi babi.

Vaksin Influenza babi yang ada saat ini adalah vaksin virus utuh mati yang

dicampur . Virus yang digunakan diperbanyak di dalam telor bebek yang

berembrio. Vaksin tersebut mampu merangsang munculnya IgG titer tinggi di dalam

serum dan paru, sehingga dapat mengurangi timbulnya gejala klinis. Antibodi

terhadap protein H tampak paling protektif.

Perlindungan terhadap infeksi tidak seluruhnya dapat dihambat, tetapi

multiplikasi virus dapat dikurangi. Karena adanya varian virus baru yang

menginfeksi babi maka Departemen Pertanian Amerika Serikat menyarankan untuk

menambahkan komponen virus baru, agar vaksin memberikan efikasi yang lebih

tinggi, tetapi harga vaksin akan menjadi lebih mahal dan waktu yang dibutuhkan

untuk uji klinis akan lama. Untungnya, perlindungan silang yang diberikan oleh

vaksin terhadap berbagai varian antigenik virus Influenza lebih luas pada babi

dibandingkan dengan vaksin Influenza pada manusia.

Saat ini, vaksin virus hidup yang dimodifikasi untuk babi tidak ada. Jenis

vaksin tersebut sebenarnya mempunyai keuntungan, karena dapat meningkatkan

rangsangan imunitas seluler, terutama ditujukan terhadap protein NP yang sangat

dilindungi, sehingga lebih memberikan imunitas heterosubtipik. Penggunaan jenis

16

Page 17: Swine Flu (ISI)

vaksin hidup harus berhati-hati karena dapat terjadi reassortment dengan galur virus

liar.

Ada berbagai jenis vaksin lain, misalnya vaksin dengan menggunakan vektor

seperti virus Vaksinia, Baculovirus, Alphavirus, dan Adenovirus yang sekarang

sedang dipelajari. Vaksin DNA juga sekarang sedang dipelajari. Vaksin ini

tampaknya cukup menguntungkan karena tidak menggunakan virus hidup, tetapi

dapat menghasilkan protein virus dengan konformasi yang normal. Vaksin ini dapat

merangsang imunitas humoral maupun seluler dalam jangka waktu yang sangat

panjang.

Imunisasi Unggas

Unggas, terutama burung air dapat diinfeksi berbagai subtipe virus Influenza,

jadi tanpa memandang subtipe H dan N. Strategi mengawasi infeksi Influenza pada

unggas liar sampai saat ini belum ada. Karena virus Influenza selalu beredar pada

unggas liar, maka tujuan utama pengawasan adalah untuk mengurangi paparan virus

terhadap peternakan unggas dan babi. Imunisasi ternak unggas pada prinsipnya sama

dengan imunisasi pada mamalia yaitu pada manusia dan babi.

Antibodi terhadap protein H sangat penting untuk perlindungan terhadap

infeksi virus. Vaksin pada unggas mempunyai perlindungan silang yang lebih luas

terhadap berbagai variasi antigenik virus influenza dibandingkan vaksin Influenza

untuk manusia. Selain itu, virus Influenza liar yang menginfeksi unggas hanya

sedikit mengalami mutasi drift, sehingga perubahan struktur protein sangat jarang,

walaupun pernah dilaporkan mutasi drift pada virus Influenza yang menginfeksi

ternak di Meksiko.

Imunisasi pada Manusia

Imunisasi pada manusia sangat penting untuk mencegah agar tidak menderita

penyakit virus influenza rH1N1, tetapi vaksin tersebut sampai saat ini belum ada.

Pemerintah Amerika Serikat sekarang sedang berusaha untuk membuat vaksin yang

17

Page 18: Swine Flu (ISI)

mengandung virus rH1N1.18 Vaksin virus influenza yang ada walaupun sudah

mengandung komponen virus influenza H1N1 musiman pada manusia, kurang

efektif untuk mencegah penyakit virus influenza rH1N1. Meskipun demikian,

beberapa ahli menyatakan bahwa vaksin masih dapat digunakan untuk meringankan

gejala penyakit, karena masih memiliki beberapa persamaan epitop antigenik

padaprotein H maupun protein N.18.

Kemoprofolaksis Antivirus

Untuk profilaksis infeksi virus influenza A rH1N1 disarankan menggunakan

oseltamivir atau zanamivir. Lama pemberian kemoprofilaksis antivirus setelah

pajanan adalah 10 hari sesudah terpajan virus influenza A rH1N1. Indikasi

pemberian kemoprofilaksis pasca pajanan adalah bila mengadakan kontak erat

dengan kasus confirmed, probable, dan suspect penderita rH1N1 dalam masa

infeksius. Masa infeksius seseorang yang terinfeksi virus rH1N1 diperkirakan sama

dengan yang diamati pada infeksi virus influenza A musiman.

Dari studi yang dilakukan pada infeksi influenza musiman, penderita dapat

menularkan penyakit mulai satu hari sebelum munculnya gejala sampai 7 hari

sesudah menjadi sakit. Anak-anak terutama bayi yang masih muda mempunyai

kecenderungan untuk infeksius dalam waktu yang lebih panjang. Sebagai pegangan,

masa infeksius adalah satu hari sebelum munculnya gejala sampai 7 hari setelah

munculnya gejala. Bila kontak dengan penderita terjadi lebih dari 7 hari dari saat

munculnya penyakit, maka pemberian profilaksis tidak perlu. Untuk profilaksis

sebelum terpajan, antivirus diberikan selama terpajan dan diteruskan 10 hari setelah

terpajan terakhir dengan penderita rH1N1 dalam masa infeksius. Oseltamivir dapat

juga digunakan untuk profilaksis pada anak yang berumur kurang dari 1 tahun.

Kemoprofilaksis antivirus setelah terpapar penderita infeksi virus rH1N1

menggunakan oseltamivir atau zanamivir dapat dipertimbangkan untuk:

1. Orang yang mengadakan kontak erat dengan kasus (confirmed, probable, dan

suspect) yang mempunyai risiko tinggi mendapat komplikasi Influenza.

18

Page 19: Swine Flu (ISI)

2. Petugas perawatan, petugas kesehatan masyarakat, orang yang menemukan kasus

pertama yang tidak menggunakan alat proteksi terpapar dengan penderita

influenza rH1N1 (confirmed, probable, suspect) dalam masa infeksius.

Kemoprofilaksis antivirus sebelum terpapar harus digunakan seperlunya dan

harus dikonsultasikan kepada petugas kesehatan yang berwenang. Untuk petugas

yang mempunyai risiko tinggi mendapat komplikasi (petugas keperawatan, petugas

kesehatan masyarakat, petugas terdepan di masyarakat) harus menggunakan alat

pelindung diri atau melakukan tugas secara bergantian.

1. Cuci tangan secara teratur dengan air dan sabun sebelum menyentuh makanan

sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah memegang bayi, dan setelah

memegang sesuatu yang kotor.

2. Hindari kontak langsung dengan penderita flu babi agar tidak tertular.

3. Lakukan pola hidup sehat sepeti makan makanan gizi seimbang, tidur cukup,

dan olahraga.

4. Tidak ada bukti flu babi menular lewat konsumsi daging binatang yang

terjangkit. Namun, daging itu harus dimasak matang, suhu 70C akan membunuh

virus itu.

5. Bagi peternak sebaiknya sering membersihkan alat-alat peternakan yang di

gunakan dan menggunakan masker saat berada di area peternakan.

Dinas Kesehatan Provinsi

1. Memberikan/meneruskan informasi-informasi kepada Dinas Kesehatan

Kab/Kota

2. Menghimbau Dinkes kab/kota untuk melaksanakan peningkatan surveilans

Influenza Like Illness dan Pneumonia di Puskesmas dan Rumah sakit serta

fasilitas pelayanan kesehatan lainnya

3. Menghimbau Dinkes Kab/Kota untuk mencermati adanya kluster ILI,

Pneumonia dan kematian akibat Pneumonia yang tidak jelas penyebabnya

19

Page 20: Swine Flu (ISI)

4. Berkoordinasi dengan kantor kesehatan Pelabuhan setempat dalam

mengantisipasi masuknya Swine Flu ke Indonesia

5. Mulai mempersiapkan posko KLB jika diperlukan sesuai dengan

perkembangan penyebaran penyakit.

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

1. Kantor kesehatan pelabuhan (KKP) agar melakukan

a. Screening demam terhadap penumpang dan awak kapal/pesawat yang

datang langsung maupun tidak langsung dari negara terjangkit Swine Flu

b. Membagikan Health Alert Card (HAC)

Apabila ditemukan panas, maka dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :

a. Pemeriksaan di klinik KKP

b. Di karantina oleh KKP sesuai dengan prosedur

c. Dirawat di Rumah Sakit rujukan

2. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota agar melakukan hal-hal sebagai

berikut

a. Surveilans intensif terhadap kasus ILI dan Pneumonia.

b. Mengkoordinir kesiapan pelayanan kesehatan di daerah dan unit

kesehatan lain terkait.

20

Page 21: Swine Flu (ISI)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Emerging Disease

Menurut WHO, Emerging Infectious Diseases adalah penyakit yang pertama

kali muncul dalam suatu populasi,atau penyakit yang telah ada sebelumnya

tetapi mengalami peningkatan insidensi atau area geografis dengan cepat.

3.1.1. New Emerging

Merupakan penyakit yang baru muncul di populasi ( Hewan ke

manusia ) secara cepat yang berhubungan dengan peningkatan penyakit

yang dapat terdeteksi.

3.1.2. Re-Emerging

Salah satu penyakit yang sebelumnya sudah di kontrol,namun muncul

kembali dan terjadi masalah kesehatan yang signifikan yang mengacu pada

suatu penyakit yang awalnya terdapat pada satu area geografi yang sekarang

menyebar ke daerah lain.

21

Page 22: Swine Flu (ISI)

No New Emerging Re-Emerging

1 Poliomyelitis SARS

2 Tuberculosis Avian Flu

3 Dengue Demam Berdarah Hanta-Virus Pulmonary Syndrome

4 Human Imunodefesiensi Virus( HIV) Hanta –Virus Infection with Renal

Involvement

5 Demam Typhoid Japanese Ensepabilitis

6 Salmonellosis Nipah disease

7 Leptospirosis West Nile Fever

8 Anthrax

9 Rabies

10 Pes

Swine flu merupakan penyakit alat pernapasan yang sering kali secara

enzootic/endemic kejadian penyakit dalam periode tertentu pada suatu

daerah yang sering kali terjadi pada kasus penyakit dalam jumlah yang selalu

relative sama dan biasa terjadi. Namun demikian kasus Swine flu yang

terjadi pada manusia saat ini sudah bersifat Pandemic (penyakit sudah

tersebar ke mancanegara).

Menurut situs Center for Control and Prefention (CDC) Amerika

Serikat, normalnya virus Swine flu hanya berjangkit pada babi dengan

kematian rendah. Namun secara sporadic terjadi infeksi pada manusia

Penyebab Swine Flu adalah virus influenza tipe A subtype H1N1 dari

Familia Orthomyxoviridae.

Flu atau influenza ada 2 type :

1. Type A : Menular pada unggas (ayam, itik, dan burung) serta babi

2. Type B dan type C : Menular pada manusia

Pandemik Flu 1918 (biasa disebut Flu Spanyol) adalah Pandemik

Influenza kategori 5 yang mulai menyebar di Amerika Serikat, muncul di

22

Page 23: Swine Flu (ISI)

Afrika Barat dan Perancis, lalu menyebar hampir ke seluruh dunia. Penyakit

ini disebabkan oleh Virus Influenza Tipe A subtipe H1N1.

Kebanyakan korban Flu ini adalah dewasa muda. 50 sampai 100 juta

orang di seluruh dunia meninggal akibat Flu Spanyol terjadi dari Maret 1918

sampai Juni 1920, menyebar sampai ke Arktik dan kepulauan Pasifik. 1917,

memasuki tahun ketiga berlangsungnya Perang Dunia I, negara perjanjian

dan negara sekutu sedang gencar-gencarnya berperang, yang membuat kedua

belah pihak gencatan senjata justru adalah perang tak terlihat antara manusia

dengan virus wabah flu.

Catatan paling awal menyatakan pagi 18 Maret 1918, tukang masak

suatu satuan tentara Amerika Serikat yang sedang bergerak menuju medan

perang di Eropa mendadak merasa sakit kepala, panas, sakit tenggorokan,

dan ngilu pada otot, dokter militer beranggapan bahwa ia hanya menderita

demam biasa sehingga tidak memperhatikannya. Bahkan setelah beberapa

hari kemudian, setelah penyakit itu menjangkiti lebih dari 500 orang,

pasukan Amerika Serikat tetap menjalankan rencananya menuju Eropa.

Pendaratan pertama Pasukan Amerika Serikat adalah Spanyol. Hanya

dalam waktu singkat yakni 1 bulan, 8 juta penduduk Spanyol atau sekitar

1/3 dari total populasinya telah terjangkit wabah flu. Pemerintah menutup

semua kantor, lalu lintas pun terhenti, pusat perdagangan menghentikan

usaha, seluruh kota lumpuh total, bahkan raja Spanyol pun meninggal dunia

akibat virus ini.

Flu dengan cepat menyebar ke seluruh Eropa, hanya Perancis yang

menderita korban meninggal paling sedikit yakni 400 ribu orang. Pendaratan

pertama pasukan Amerika Serikat adalah Spanyol. Hanya dalam waktu

singkat yakni 1 bulan, 8 juta penduduk Spanyol atau sekitar 1/3 dari total

populasinya telah terjangkit wabah flu. Pemerintah menutup semua kantor,

23

Page 24: Swine Flu (ISI)

lalu lintas pun terhenti, pusat perdagangan menghentikan usaha, seluruh kota

lumpuh total, bahkan raja Spanyol pun meninggal dunia akibat virus ini.

Flu dengan cepat menyebar ke seluruh Eropa, hanya Perancis yang

menderita korban meninggal paling sedikit yakni 400 ribu orang. Penderita

mengalami panas yang tidak bisa turun, mereka bernafas dengan susah payah

karena kekurangan oksigen, sejumlah orang mati karena gangguan

pernafasan, dari hidung dan mulut mereka keluar busa yang berbau darah.

Saat itulah orang-orang baru menyadari: wabah flu mematikan telah tiba.

Wabah flu tersebut secara sederhana dapat dibagi menjadi 3 gelombang:

musim semi 1918 adalah gelombang pertama, yang pada dasarnya hanyalah

wabah flu biasa.

Musim gugur 1918 adalah gelombang kedua dengan angka kematian

tertinggi. Sedangkan gelombang ketiga terjadi pada musim dingin 1919

sampai musim semi tahun berikutnya, dengan angka kematian berkisar

antara gelombang pertama dan kedua.

Sepanjang 1918, seiring dengan jalur pelayaran perdagangan, virus pun

dibawa hingga ke seluruh dunia, menyebar ke seluruh dataran Amerika

Utara, Eropa, Asia, Brasil dan Pasifik Selatan, dan membawa dampak

mematikan yang amat parah, di antaranya tingkat kematian di India paling

tinggi, yakni setiap 100 orang yang terjangkit 5 orang di antaranya mati

akibat wabah flu.

Perkembangan virus Swine flu dikatakan Re-emerging disease berawal

dari tahun 1918 ( Spanish influenza mengenai 20-40% populasi dunia saat

ini,50 juta kematian di seluruh dunia ). Tahun 1957 Asian Influenza,100.000

kasus dan pada tahun 1968 Hongkong Influenza,360.000 kasus. Tahun 1977

Rusian Influenza sehingga 1997,2003 Avian Influenza dan yang terakhir

2009 Swine Flu

24

Page 25: Swine Flu (ISI)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Swine influenza merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang sangat

menular, disebabkan oleh virus influenza yang termasuk dalam

orthomyxovirus. Virus ini berasal dari meksiko dan telah menjadi pandemic

di berbagai negara dunia. Penyakit Swine Flu ini disebabkan oleh virus

influenza yang biasanya menyerang binatang babi. Dan penyakit ini dengan

sangat cepat menyebar ke dalam kelompok ternak dalam waktu satu minggu.

Virus ini banyak menginfeksi babi di negara Amerika Serikat, Meksiko,

Kanada, Amerika Selatan, Eropa, Kenya, Cina, Taiwan, Jepang, dan

sebagian Asia Timur.

2. Perkembangan virus swine flu dikatakan re-emerging disease berawal dari

tahun 1918 ( spanish influenza mengenai 20-40% populasi dunia saat ini, 50

juta kematian di seluruh dunia ). Tahun 1957 Asian Influenza,100.000 kasus

dan pada tahun 1968 Hongkong Influenza,360.000 kasus. Tahun 1977

Rusian Influenza sehingga 1997,2003 Avian Influenza dan yang terakhir

2009 Swine Flu.

25

Page 26: Swine Flu (ISI)

4.2. Saran

A Untuk masyarakat

1. Bagi masyarakat yang ingin melakukan perjalanan wisata, sebaiknya

berkonsultasi dengan dokter.

2. Penggunaan masker bagi masyarakat setempat maupun turis

pendatang diwilayah terjangkit.

3. Bila ada mengalami gejala demam dan gangguan pernafasan setelah

kembali dari negara atau wilayah yang wabah Avian Influenza H7N9,

segera konsultasikan ke dokter dan ceritkan perjalanan sebelumnya.

4. Selalu cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan dan

setelah melakukan kegiatan di luar.

B Untuk KKP

1. KKP harus selalu waspada dan siap dalam mengantisipasi masuknya

penyakit flu babi ke Indonesia terutama di pintu masuk negara

(bandara,pelabuhan, dan perbatasan negara) dengan membuat

langkah-langkah, kebijakan-kebijakan serta peraturan-peraturan

dalam mencegah masuknya flu babi ke Indonesia serta

penanggulangannya.

2. KKP hendaknya melengkapi sarana dan prasarana dalam membantu

mendeteksi secara dini seseorang yang telah terinfeksi flu babi

26

Page 27: Swine Flu (ISI)

DAFTAR PUSTAKA

1. Corwin,Ellizabetz,2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta.EGC

2. Syafriati,Tatty.2009.Mengenali Penyakit Influenza Babi,Lokakarya Nasional

Penyakit Zoonosis. Jakarta.

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

424/Menkes/SK/IV/2007.

4. Kantor kesehatan pelabuhan kelas 2 Medan. Sejarah Karantina Kesehatan.

Available from : Http://SejarahKKP/ Accesed 24 januari 2012

5. WHO Emerging Disease Avaiable from

Http://www.whoint/topics/EmergingDisease/en

6. CDC, Outbreak of Swin-Origin Infuenza A (H1N1)Virus infection-Mexico,

march-april 2009,

7. WHO, Pandemic (H1N1)2009-Update 58

8. http://www.cdc.gov/swineflu/swineflu_you.htm

9. http://www.cdc.gov/swineflu/HAN/042609.htm

10. http://www.who.int/inf-fs/en/fact097.html

27