41
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki jenis tanaman obat yang banyak ragamnya. Jenis tanaman yang termasuk dalam kelompok tanaman obat mencapai lebih dari 1000 jenis, salah satunya yaitu sirih (Piper betle L.). Daun sirih dapat digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit diantaranya obat sakit gigi dan mulut, sariawan, abses rongga mulut, luka bekas cabut gigi, penghilang bau mulut, batuk dan serak, hidung berdarah, keputihan, wasir, tetes mata, gangguan lambung, gatal-gatal, kepala pusing. Semua sub ras di Indonesia telah lama mengenal tanaman sirih. Kegunaan sirih sebagai obat dan merupakan kegemaran untuk kenikmatan dalam mengunyah sirih sudah terjadi sejak lama di kenal terutama di negara-negara

TA Radit New Jmber

Embed Size (px)

DESCRIPTION

68fyrdfdfryfibiyhbuibhibiunom8865434wszxc vbubihbih bbbboiubninmom90ij9hhy88888888888888888888888888888888888888888hubghvfhcgdxdexrweszwrs24aq2343gbubu

Citation preview

Page 1: TA Radit New Jmber

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki jenis tanaman obat yang banyak ragamnya. Jenis tanaman

yang termasuk dalam kelompok tanaman obat mencapai lebih dari 1000 jenis, salah

satunya yaitu sirih (Piper betle L.). Daun sirih dapat digunakan untuk pengobatan

berbagai macam penyakit diantaranya obat sakit gigi dan mulut, sariawan, abses

rongga mulut, luka bekas cabut gigi, penghilang bau mulut, batuk dan serak, hidung

berdarah, keputihan, wasir, tetes mata, gangguan lambung, gatal-gatal, kepala pusing.

Semua sub ras di Indonesia telah lama mengenal tanaman sirih. Kegunaan

sirih sebagai obat dan merupakan kegemaran untuk kenikmatan dalam mengunyah

sirih sudah terjadi sejak lama di kenal terutama di negara-negara tropis. Sebagai obat

tradisional daun sirih dimanfaatkan untuk obat antara lain : obat sakit

gigi,menghentikan pendarahan, membersihkan luka, obat kumur dan sebagainya.

Tanaman yang berasal dari daratan india ini (Darwis 1992.cit.Sadono 2000).

Daun sirih (Piper betle L.) secara umum telah dikenal masyarakat sebagai

bahan obat tradisional. Seperti halnya dengan antibiotika, daun sirih juga mempunyai

daya antibakteri. Kemampuan tersebut karena adanya berbagai zat yang terkandung

didalamnya. Daun sirih mengandung 4,2 % minyak atsiri yang sebagian besar terdiri

dari Chavicol paraallyphenol turunan dari Chavica betel.

Page 2: TA Radit New Jmber

2

Karvakol bersifat sebagai desinfektan dan antijamur sehingga bisa digunakan

sebagai antiseptik, euganol dan methyl-euganol dapat digunakan untuk mengurangi

sakit gigi (Syukur dan Hernani, 1997). Selain itu didalam daun sirih juga terdapat

flavanoid, saponin, dan tannin. Menurut Mursito (2002) saponin dan tannin bersifat

sebagai antiseptik pada luka permukaan, bekerja sebagai bakteriostatik yang biasanya

digunakan untuk infeksi pada kulit, mukosa dan melawan infeksi pada luka.

Flavanoid selain berfungsi sebagai bakteriostatik juga berfungsi sebagai anti

inflamasi. Kartasapoetra (1992) menyatakan daun sirih antara lain mengandung

kavikol dan kavibetol yang merupakan turunan dari fenol yang mempunyai daya

antibakteri lima kali lipat dari fenol biasa terhadap Staphylococcus aureus.

Cara kerja fenol dalam membunuh mikroorganisme yaitu dengan cara mendenaturasi

protein sel (Pelczar dan Chan, 1981). Dengan terdenaturasinya protein sel, maka

semua aktivitas metabolisme sel dikatalisis oleh enzim yang merupakan suatu protein

(Lawrence dan Block, 1968).

Beberapa penelitian melaporkan bahwa mengunyah sirih menyebabkan gigi

kuat dan tidak mudah terserang karies,karena sirih mengandung minyak atsiri,

minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan

chavicol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti

jamur.

Frekuensi dan dsistribusinya karies gigi antara suatu masyarakat tertentu

dengan masyarakat lainnya sangat bervariasi. Hal ini disebabkan karena tidak hanya

Page 3: TA Radit New Jmber

3

satu faktor yg memegang peran dalam proses terjadinya karies gigi,yaitu : (hospes

dan saliva),mikro,sirih giginya lebih kuat dan organisme,substrat dan faktor resiko

luar (usia,jenis kelamin,keadaan penduduk dan lingkungan ,pengetahuan kesadaran

dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi.

Perlu diketahui bahwa anggapan yang mengatakan mengunyah sirih

giginya lebih kuat dan tidak mudah terserang karies,perlu di teliti

kebenarannya,sehingga perlu penelitian lebih lanjut. Berdasarkan hasil penelitian

Syarif Suwondo dkk. sirih dapat juga berfungsi sebagai zat anti mikroba yaitu bakteri

gingivitis bakteri pembentuk plak atau caries gigi(Streptococcus Mutans). Maka

penulis ingin mengetahui pengaruh menginang terhadap frekuensi karies gigi.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana pengaruh kebiasaan menginang terhadap frekuensi karies?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh daun sirih terhadap gigi.

Page 4: TA Radit New Jmber

4

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.a Mengetahui pengaruh daun sirih terhadap caries gigi.

1.3.2.b Mengetahui dampak menginang pada gigi.

1.3.2.c Untuk mengetahui pengaruh menginang terhadap frekuensi

karies.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1.a Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam melakukan

penelitian.

1.4.1.b Sebagai sarana latihan penerapan dan ilmu yang di peroleh di

bangku kuliah.

Page 5: TA Radit New Jmber

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Teori Terjadinya Karies Gigi

Sebelum mengetahui tentang apa yang di maksud dengan karies gigi yang

normal . anatomi normal dapat dilihat pada gambar berikut :

2.1.1 Anatomi Gigi

Gigi merupakan salah satu organ mestikasi yang terdiri dari gigi-gigi pada

rahang atas dan pada rahang bawah ,serta lidah dan saluran-saluran penghasil air

ludah.

Page 6: TA Radit New Jmber

6

Kalau di perhatikan sebuah gigi di luar mulut maka dapat kita bagi gigi tersebut atas

tiga bagaian, yaitu :

1. Mahkota gigi

2. Akar gigi

3. Leher gigi yang terletak diantara kedua bagian tersebut di atas

2.1.2 Definisi Karies Gigi

Karies gigi adalah penyakit jaringan berkapur bagi gigi ,yang dimulai pada

permukaan gigi dengan adanya dekalsifikasi email,diikuti rusaknya enzim dari bagian

organik gigi, yang kemudian akan terjadi kavitas/berlubang,yang bila tidak segera di

rawat akan meluas ke dentin dan selanjutnya ke pulpa.

Karies adalah suatu penyakit yang terjadi pada jaringan gigi yang mengalami

klasifikasi ,ditandai dengan adanya destruksi pada jaringan gigi yang dimulai dari

permukaan gigi dengan predileksipit,fissure dan proksimal, yang akhirnya dapat

menjalar sampai ke pulpa.

Menurut Srigupta (2004) proses karies berkembang berdasarkan tiga tahap yaitu :

1. Berbagai bakteri yang ada dalam mulut membentuk asam, dari gula yang

terkandung dalam makanan, yang melekat pada permukaan gigi

2. Asam ini melarutkan “Email” pelapis gigi berwarna putih yang menghancurkan

susunan gigi. Proses ini dikenal dengan karies gigi dan menyebabkan gigi berlubang

Page 7: TA Radit New Jmber

7

3. Lebih jauh lagi asam tersebut menyebabkan penetrasi karies dari email ke gigi

bagian dalam di bawah gigi kepala.

Ada 5 faktor utama terjadinya karies yaitu: gigi dan saliva, mikroorganisme, dan

subtrat serta waktu sebagai tambahan.

Selain faktor luar terdapat faktor-faktor yang tidak langsung ( faktor risiko luar ) yang

merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies, faktor luar itu

antara lain jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan dan

perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi (Library Sumut, 2008).

Terjadinya karies merupakan multi faktor yang terdiri dari faktor luar dan dalam, dari

faktor luar antara lain faktor dari usia, suku bangsa kultur sosial penduduk dan

kesadaran, sikap dan perilaku, individu terhadap kesehatan gigi.

2.2 Teori Karies Gigi

Teori terjadinya karies gigi dapat di bagi sebagai berikut :

2.2.1 Teori berdasarkan mekanisme pembentukan karies gigi:

1. Teori asidogenesis

Page 8: TA Radit New Jmber

8

Asidogenesis adalah proses larutnya bagian anorganik oleh asam.

Penganut teori ini menyebutkan bahwa asam yang di hasilkan oleh

kuman akan melarutkan bahan-bahan anorganik email.

2. Teori proteolisis

Proteolisis adalah proses larutnya matriks email. Penganut teori ini

menyebutkan bahwa larutnya matriks organic di sebabkan enzyme-

enzym dapat melarutkan protein.

3. Teori asidogenesis dan proteolisis

Merupakan proses larutnya bahan anorganik dan matriks organic

secara bersama-sama,proses ini jarang terjadi.

2.3 Etiologi Karies Gigi

Beberapa penelitian yang telah di lakukan oleh klinikus menjelaskan beberapa

teori tentang etiologi dari karies gigi yang dapat menjelaskan di bawah ini.

a. Gigi dan saliva

Gigi sebagai penjamu di pengaruhi morfologi, bentuk gigi celah gusi dan

flour. Saliva merupakan sistem pertahanan utama mulut dan gigi, berperan

Page 9: TA Radit New Jmber

9

penting untuk melindungi pajanan pada permukaan gigi. Saliva

melindungi gigi dengan menetralisir perubahan asam dalam mulut yang

terjadi misalnya sesaat sesudah mengkonsumsi makanan asam, berperan

sebagai lubrikan, menyebarkan kalsium, fosfat dan fluoride pada

permukaan gigi, serta membersihkan makanan dan bakteri dari mulut

setelah makan. Jika saliva berhenti melindungi gigi maka akan terjadi hal

buruk antara lain berkurangnya aktivitas pembersihan bakteri dan bekas

makanan dari mulut, berkurangnya buffer karena perubahan asam mulut,

hingga aktivitas mulut menjadi semakin asam dan selanjutnya akan

memicu terjadinya perubahan struktur gigi karena karies.

b. Mikroorganisme

Bakteri penyebab karies yaitu S,mutans,Lactobachilus Acidopilus dan

Acinomices viscocus(Lehner 1992).

c. Substrat

Beberapa jenis karbohidrat ,misalnya glukosa dan sukrosa, dapat di ragikan

oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga ph akan menurun sampai

di bawah lima dalam waktu 1-3 menit. Penurunan pH yang berulang –ulang

pada waktu tertentu mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang

rentan dan proses karies pun di mulai.

d. Waktu

Page 10: TA Radit New Jmber

10

Dari ketiga faktor diatas,karies gigi akan muncul apabila telah terpenuhi

faktor waktu sebagai factor tambahannya.

2.4 Karbohidrat dan Karies Gigi.

Berdasarkan penelitian, dicatat bahwa orang-orang yang dietnya

mengandung sejumlah tepung dan gula cenderung mengalami kerusakan gigi lebih

banyak dibandingkan dengan orang-orang dietnya yang mengandung lemak dan

protein.

Untuk membuktikan karbohidrat ada hubungannya dengan terjadinya karies

maka harus terpenuhi hal-hal dibawah ini, yaitu :

1.Terdapat dalam makanan jumlah yang cukup.

2. Pembersihan lama atau sering dimakan.

3. Segera difermentasi oleh bakteri kariogenik.

Untuk mengetahui peranan karbonhidrat dalam karies gigi , maka perlu

diketahui ikhtisar tersebut :

1. Karbohidrat harus ada dalam mulut untuk memulai terjadinya karies gigi.

2. Karbohidrat harus peka terhadap mikroorganisme dalam mulut,sampai

produk yang menghasilkan dapat merusak email.

Page 11: TA Radit New Jmber

11

3. Banyaknya jenis makanan yang mengandung polisakarida,

disakarida,monosakarida yang mempunyai sifat kariogenik.

4. Karbohidrat yang alamiah maupun buatan mampu menghasilkan karies

gigi.

5. Karbohidrat yang cepat membentuk plaque dan lambat pembersihannya

dari mulut akan mempunyai potensi.

2.5 Cara Pencegahan Karies Gigi

Pencegahan karies gigi dapat ditempuh melalui dua cara :

1. Mempertinggi resistensi gigi terhadap dekalsifikasi ,cara ini dapat dilakukan

dengan :

a. Menambah flour dalam jumlah yang sesuai ke dalam air minuman atau

diet manusia ,terutama sebelum gigi erupsi .

b. Pemberian tablet flour .

c. Flour topical application yaiutu member lapisan flour pada permukaan

gigi yang memiliki cekungan yang dalam.

2. Menghalangi pembentukan dan menghilangkan dengan segera ,factor-faktor

yang menyerang di sekitar gigi c,cara ini dapat di lakukan :

Page 12: TA Radit New Jmber

12

a. Menghalangi atau mengontrol adnya plaque pada permukaan gigi, serta

menghilangkan plaque yang telah terbentuk secepat mungkin .

b. Mengurangi makanan yang banyak mengandung karbonhidrat terutama

gula-gula.

Pencegahan karies gigi meliputi :

1. Faktor-faktor predisposisi penyakit, misalnya plaque gigi dan deposit-deposit

lain.

2. Faktor-faktor yang mendorong meningkatnya penyakit ,misalnya resistensi

gigi,trauma okulasi .

3. Komplikasi penyakit dan adnya perubahan-perubahan ,misalnya

deformitas ,pergeseran gigi dan malokulasi gigi.

4. Faktor-faktor yang mendukung dengan rehabilitasi ,misalnya defectif restoratif

dentistry.

5. Faktor-faktor penyebab kambuhnya penyakit,misalnya kebersihan mulut yang

jelek dan kurangnya motivasi penderita.

Pencegahan karies gigi maupun perawatan pada gigi dapat dilakukan dengan

perawatan non invasive yaitu :

Page 13: TA Radit New Jmber

13

1. Penilaian faktor diet. Penilaian secara menyeluruh terhadap diet sebaiknya

dilakukan untuk menentukan makanan apa saja yang dapat menyebabkan

karies gigi. Kontrol diet dalam pencegahan karies sangat bergantung pada

kemauan pasien sendiri. Tugas dokter gigi memberikan pengetahuan yang

cukup mengenai makanan dan minuman yang baik untuk kesehatan gigi.

Misalnya, sehabis makan pasien dianjurkan makan buah – buahan yang berair

dan berserat karena makanan tersebut memberikan efek self cleansing pada

gigi geligi. Selain itu makanlah makanan yang mengandung vitamin terutama

vitamin C yang menyehatkan gusi.

2. Mengkonsumsi xylitol, merupakan pemanis alami yang ada dalam

konsetrasi rendah pada buah – buahan dan sayuran. Rasa manisnya sama

dengan sukrosa tapi kandungan kalorinya 40% lebih rendah. Biasanya

dikemas dalam bentuk permen karet dan memiliki manfaat dalam rongga

mulut yaitu meningkatkan produksi dan pH saliva sehingga proses

remineralisasi dapat meningkat dan menghambat terjadinya proses

demineralisasi.

3. Peningkatan faktor pelindung saliva. Penurunan kemampuan proteksi saliva

dapat menyebabkan terjadinya karies akibat penurunan produksi saliva.

Penurunan tersebut dapat disebabkan karena konsumsi obat – obat yang

menurunkan jumlah saliva dan penyakit sistemik yang mempengaruhi saliva.

Salah satu cara meningkatkan kualitas saliva adalah dengan banyak

mengkonsumsi air putih.

Page 14: TA Radit New Jmber

14

4. Penggunaan obat kumur antiseptik yang mengandung klorheksidin.

Penggunaannya harus dikombinasikan dengan penyikatan gigi dan digunakan

setelah menyikat gigi untuk mengurangi terjadinya plak. Obat kumur

antiseptik tidak boleh digunakan dalam waktu lama karena dapat mengubah

ekosistem flora normal rongga mulut. Jika ada radang dan karies yang banyak,

penggunaannya boleh setiap hari dengan maksimal waktu penggunaannya

selama 2 minggu. Obat kumur yang mengandung pewangi dan berfungsi

sebagai penyegar mulut tanpa kandungan antiseptik, boleh digunakan setiap

hari.

5. Penggunaan fluoride. Adanya peningkatan fluoride dalam rongga mulut

dapat menghambat terjadinya demineralisasi. Umumnya dokter gigi akan

memberikan secara topikal (dioleskan secara merata) pada seluruh permukaan

gigi dan waktu pemberiannya sesuai dengan aturan pabrik yang tertera di

kemasan masing – masing produknya. Kadar fluor yang diberikan biasanya

lebih tinggi dibandingkan dengan kadar fluor dalam pasta gigi.

Selain cara-cara di atas, karies juga dapat dicegah dengan suatu cara bernama

Minimal Invasive Density (MID), yaitu paradigma baru tentang cara memperhatikan

kesehatan gigi, mencegah penyakit terutama karies melalui perawatan. Sebagai

diagnosis awal, dilakukan identifikasi faktor resiko karies yang disebabkan oleh

banyak faktor seperti ekologi bakteri, frekuensi fermentasi asupan karbohidrat, saliva

yang tidak sehat, dan plak

Page 15: TA Radit New Jmber

15

2.6.Sirih (Piper Bettle Linn)

Klasifikasi

Divinisi : Spermasohyta

Sub Divisi : Arglospermae

Kelas : Dicotyledonal

Suku : Diperoceae

Marga : Piper

Jenis : Piper betle L

Nama umum : Sirih

Sirih adalah satu jenis tumbuhan terna memanjat yang termasuk family

Piperaceae. Asal usul ini tidak di ketahui dengan pasti. Tanaman sirih tumbuh subur

di sepanjang asia tropis hingga afrika timur, Malaysia, Thailand, Sri Langka, India

hingga Madagaskar. Sirih merupakan tanaman terna, tumbuh merambat atau menjalar

menyerupai tanaman lada. Tinggi tanaman sirih bisa mncapai 15 m, tergantung sesuai

kesuburan media tanam dan rendahnya media untuk merambat. Batang berwarna

coklat kehijauan, berbentuk bulat berkerut daun beruas tempat keluarnya akar.

Daunnya berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang seling ,

bertangkai ,teksturnya agak kasar ketika diraba, dan mengeluarkan bau yang sedap

Page 16: TA Radit New Jmber

16

(aromatis) jika diremas. Warna daun sirih bervariasi dari kuning,hijau, sampai hijau

tua. Sirih berbunga majemuk berbentuk bulir dan merunduk. Bunga sirih dilindungi

oleh daun pelindung yang berbentuk bulat panjang dengan diameter 1mm. bulir

jantan panjangnya sekitar 1.5-3 cm dan memiliki dua benang sari yang pendek.

Sementara bulir betina panjangnya sekitar 1.5-6 cm , memiliki kepala putik 3 sampai

5 buah yang berwana putih dan hijau kekuningan.

Buahnya terletak tersembunyi atau buni, berbentuk bulat, berdaging, dan

warna kekuningan hingga hijau keabu-abuan. Tanaman sirih berakar tunggang yang

bentuknya bulat dan berwarna coklat kekuningan.

2.7 Kandungan Daun Sirih

Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betIephenol),

seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan chavicol yang memiliki daya

mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Sirih berkhasiat

menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga

bersifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan saluran

pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan

ludah, hemostatik, dan menghentikan perdarahan.

Page 17: TA Radit New Jmber

17

2.8 Khasiat Daun Sirih

Sebagai tanaman tradisional, daun sirih banyak di kemukakan dalam resep-

resep dan sebagai obat di rumah. Sirih biasanya digunakan untuk menyembuhkan

mata merah bengkak iritasi karena terkena sesuatu. Biasanya daun sirih direndam

didalam air mendidih. Setelah airnya agak dingin dipakai mencuci mata dengan cara

merendam muka, terutama bagian mata ke dalam air sirih. Sirih juga digunakan untuk

menyembuhkan atau menghentikan perdarahan akibat mimisan. Menurut

NY.Kloppenburg ekstrak daun sirih bia digunakan untuk menyegarkan nafas

menghentikan pendarahan untuk cabut gigi, untuk kumur-kumur kalau mulut

bengkak, dan untuk membersihkan luka-luka. Rasa gatal dan bisul kecil disebabkan

karena flour albes dapat dicuci dengan bahan tersebut. Penyakit keputihan dapat

diobati dengan cara merendam diri dalam ekstrak sirih.

2.9 Kebiasaan Mengunyah Sirih terhadap Frekuensi Karies

Kebiasan mengunyah sirih merupakan kebiasaan yang umum yang terdapat di

daerah tropis ,termasuk Indonesia . Walaupun sudah agak berkurang ,kebiasaan ini

ternyata masih terdapat cukup banyak didaerah pedesaan .

Pada pengunyah sirih umumnya menggunakan daun sirih , pinang , gambir

dan kapur dalam ramuan sirihnya. Kadang-kadang ditambahkan cengkeh atau kayu

manis ,bahkan pada masyarakt di India ditambahkan juga tembakau iris yang halus.

Page 18: TA Radit New Jmber

18

Di Indonesia, tembakau hanya digunakan sebagai sugi atau susur dan tidak

dimasukan ke dalam ramuan yang di kunyah.

Pada dasarnya mengunyah sirih hampir sama di semua daerah yaitu beberapa

helai (biasanya dua helai) daun sirih yang sudah diolesi dengan kapur sirih digunakan

untuk membungkus irisan pinang , gambir dan kadang-kadang cengkeh atau kayu

manis. Ramuan ini di kunyah dalam mulut kira-kira 5-30 menit dalam sehari biasa

dikunyah sampai belasan ramuan. Di India ramuan ini lalu ditelan, tetapi di Indonesia

ramuan ini selalu dibuang . Setelah ramuan ini agak halus lalu dilakukan pembersihan

gigi dan gusi dengan menggunakan gumpalan tembakau yang dikenal dengan susur,

digosokan dengan agak kuat dan berulang-ulang pada bagian tersebut untuk

kemudian dibiarkan agak lama diantara gusi dan bibir bawah.

Page 19: TA Radit New Jmber

19

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kebiasaan

Menginang daun sirih

Identitas :

1. Nama2. Umur3. Jenis kelamin

KARIES GIGI

Kelompok BFaktor Resiko :

1.Gigi dan Saliva2.Mikroorganisme3.Substrat4.Waktu

Kelompok A

Page 20: TA Radit New Jmber

20

Keterangan :

Kelompok A : Menginang

Kelompok B : Tidak Menginang

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

3.2 Hipotesis Penelitian

Kebiasaan mengunyah sirih menyebabkan gigi kuat dan tidak mudah terserang karies

dan berpengaruh terhadap terjadinya penurunan karies.

Page 21: TA Radit New Jmber

21

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan adalah survey epidemologi analitik dengan

pendekatan cross sectional.

4.2 Populasi, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah penduduk desa Arjasa baik yang menginang ataupun

tidak menginang yang berusia antara 45-55 tahun.

4.2.2 Besar Sampel

Besar sampel sebanyak 60 orang penduduk desa Arjasa

4.2.2.a Kriteria Inklusi :

- Penduduk desa Arjasa baik yang menginang maupun yang tidak

menginang dengan kriteria umur 50-55 tahun tanpa memandang

jenis kelamin.

4.2.2.b Kriteria Eksklusi :

- Penduduk desa Arjasa Baik yang menginang maupun yang tidak

menginang dengan usia diatas 55 tahun.

4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Page 22: TA Radit New Jmber

22

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara simple random sampling.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian : Penelitian ini akan dilakukan di Arjasa

Waktu Penelitian : 25 Desember 2013

4.4 Penentuan Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti :Pengaruh frekuensi menginang

terhadap karies gigi

Variabel yang tidak diteliti : Faktor resiko terjadinya karies gigi

4.5 Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui apakah sampel menginang ataukah tidak dengan cara

menanyakannya secara langsung kepada sampel.

Untuk menilai frekuensi karies gigi,digunakan criteria DMF-T. Frekuensi

karies dinilai dengan indeks DMF-T untuk gigi permanen dengan rincian sebagai

berikut :

D : Decay yaitu gigi berlubang yang masih bisa ditambal.

Page 23: TA Radit New Jmber

23

M : Missing yaitu gigi yang indikasi untuk pencabutan atau gigi yang

sudah di cabut akibat karies.

F : Filling yaitu gigi yang sudah di tambal akibat karies dan keadaan

tambalannya masih baik.

Nilai DMF yang di peroleh ,di ubah dalam bentuk sekala interval.

Frekuensi karies gigi tinggi : 11-15

Frekuensi karies gigi sedang : 6-10

Frekuensi karies gigi rendah : 1-5

4.5.1 Alat dan bahan

- Sonde

- Pinset

- Alkohol

- Kapas

4.6 Definisi Operasional

Kebiasaan menginang adalah semua kegiatan makan sirih ,yang di jumpai

pada masyarakat yang berusia lanjut yang masih di pengaruhi oleh faktor-faktor

sosial, tradisi, turun temurun dan sebagainya dimana ramuan bahan-bahan tersebut

terdiri dari sirih, gambir, cengkeh, di tambah dengan kapur dan tembakau sebagai

Page 24: TA Radit New Jmber

24

pembersih mulut ,yang di lakukan baik kadang-kadang, tanpa memandang jenis

kelamin. Frekuensi karies gigi adalah banyak karies yang di hitung berdasarkan DMF

indeks.

4.7 Analisa Data

Pengaruh kebiasaan menginang terhadap frekwensi karies,dianalisa dengan

menggunakan rumus “Chi Kwadrat”.

(fo-fh) ²

X² =

fh

Dimana :

X² = Chi kwadrat

fo = frekuensi yang diperoleh dari (diobservasi dalam sempel).

fh = frekuensi yang di harapkan dalam sempel sebagai pencerminan dari

frekwensi di harapkan dalam populasi.

Page 25: TA Radit New Jmber

25

Dengan d.b= 2 kita periksa table chi kwadrat. Bilamana kita sudah menetapkan salah

satu taraf signifikansi katakanlah 5%,maka ketentuannya adalah jika X²0 ≥ X²h

5%,nilai chi kwadrat yang kita peroleh atau X²0 kita katakana signifikan dan sebagai

konsekuensinya hipotesa (nihil) akan kita tolak. Sebaliknya jika X²0 ≥ X²h 5%,nilai

X²0 kita katakana non signifikan dan sebagai konsekuensinya hipotesa (nihil) akan

kita terima.

Page 26: TA Radit New Jmber

26

BAB V

PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN

5.1 Paparan Data

Setelah penulis melakukan penelitian awal di Desa Arjasa kabupaten Jember

dapat diketahui jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 60 orang dengan rentang

usia 50-55 tahun.

5.2 Pembahasan

Dari penelitian awal yang telah dilakukan, didapatkan total sampel dalam

penelitian sebanyak 60 orang dengan rentang usia 50-55 tahun. Dari 60 orang sampel,

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B. Kelompok A

merupakan 30 orang penduduk yang menginang daun sirih,sedangkan kelompok B

adalah 30 orang penduduk yang tidak menginang. Penelitian dilakukan dengan

metode cross sectional. Kemudian data yang diperoleh akan dianalisa dengan

menggunakan rumus Chi Kuadrat.

Page 27: TA Radit New Jmber

27

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan di bab sebelumnya dan

syarat sampel dalam melakukan penelitian telah terpenuhi maka sudah dapat

dilanjutkan penelitian mengenai pengaruh kebiasaan menginang terhadap frekuensi

karies pada usia 50-55 tahun di desa Arjasa Kabupaten Jember.

.

Page 28: TA Radit New Jmber

28

DAFTAR PUSTAKA

Andreoli,T.E, dkk. Dorland’s illustrated medical dictionary.ED.ke-30. 2003.

Astuti,Hardini Dyah , Efek Aplikasi Topikal Laktoferin dan Piper betle linn

pada mukosa mulut terhadap perkembangan karies gigi.2007. FKG-

Universitas Trisakti.Jakarta.

Berliana. Anatomi Gigi dan Mulut. 2008. FK-UNRI.RSUD.AA.Pekanbaru.

Budiarto,Eko.Metodologi penelitian kedokteran; sebuah pengantar.2003.

Jakarta : EGC

Karies gigi http//medicascore.com diakses tanggal 3 september 2012

Rini Damayanti..Khasiat dan manfaat daun sirih. cetakan ke-I. 2003.Jakarta.

Roeslan,B.O.Hambatan Terjadinya Karies Gigi dan Diaplikasikan pada

mukusa rongga Mulut.2001. Jakarta, FKUI. Disertasi

Srigupta AA.Perawatan gigi dan mulut.Jakarta:Prestasi Pustaka,2004:56-98