36
 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Di ar e hi ngga saat ini masi h me rupaka n salah satu penyebab ut ama kes aki tan dan kemati an hampir di sel uru h dae rah geo gra fis di dun ia dan semua k elompok usia bisa diserang oleh d iare, tetapi penyakit berat dengan kemati an yang tingg i terutama terjad i pada bayi dan ana k balita. Di negara  berkembang, anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian. Di negara berkembang, anak-anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali ke jadian d iare pe r tahun tetap i di bebe rapa tempat terja di lebih d ari 9 kali kejadi an dia re per tahu n atau hampi r 15-2 0% wakt u hidup anak dihabiskan untuk diare. 1,2 Sec ara operas ion al dia re bal ita dap at dib agi 2 kla sif ika si, yai tu yan g  pert ama di are akut adal ah di ar e yang di tandai dengan buang ai r be sar  lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari  biasanya (3 kali atau lebih sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari, dan yan g ked ua yai tu dia re ber mas alah yan g terd iri dar i dis ent ri ber at, dia re  persisten, diare dengan kurang energi protein (KEP) berat dan diare dengan  penyakit penyerta. 3,4 Pen yak it dia re di Indonesia mer upa kan salah satu masa lah kesehatan masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesak itan diare yang menimbulkan ban yak kematia n terutama pada balita. Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Angka kesakitan diare pada tahun 2006 yaitu 423 per 1000 penduduk, dengan  jumlah kasus 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Di Indon esia dilap orkan terdap at 1,6 sampai 2 kejad ian diare per tahun pa da  balit a, sehin gga sec ara keselu ruhan d iperki rakan ke jadian diare pa da balit a  berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000-400.000

TA Zahra Ayu Lukita Sari

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 1/36

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan

Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama

kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan

semua kelompok usia bisa diserang oleh diare, tetapi penyakit berat dengan

kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita. Di negara

 berkembang, anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal

ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab

kematian. Di negara berkembang, anak-anak balita mengalami rata-rata 3-4

kali kejadian diare per tahun tetapi di beberapa tempat terjadi lebih dari 9

kali kejadian diare per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak 

dihabiskan untuk diare.1,2

Secara operasional diare balita dapat dibagi 2 klasifikasi, yaitu yang

  pertama diare akut adalah diare yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari

 biasanya (3 kali atau lebih sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari, dan

yang kedua yaitu diare bermasalah yang terdiri dari disentri berat, diare

 persisten, diare dengan kurang energi protein (KEP) berat dan diare dengan

 penyakit penyerta.3,4

Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angkakesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita.

Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat.

Angka kesakitan diare pada tahun 2006 yaitu 423 per 1000 penduduk, dengan

 jumlah kasus 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Di

Indonesia dilaporkan terdapat 1,6 sampai 2 kejadian diare per tahun pada

 balita, sehingga secara keseluruhan diperkirakan kejadian diare pada balita

 berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000-400.000

Page 2: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 2/36

2

 balita. Pada survei tahun 2000 yang dilakukan oleh Ditjen P2MPL Depkes di

10 provinsi, didapatkan hasil bahwa dari 18.000 rumah tangga yang disurvei

diambil sampel sebanyak 13.440 balita, dan kejadian diare pada balita yaitu

1,3 episode kejadian diare pertahun.2

Upaya pemerintah dalam menanggulangi penyakit diare, terutama diare

  pada balita sudah dilakukan melalui peningkatan kondisi lingkungan baik 

melalui program proyek desa tertinggal maupun proyek lainnya, namun

sampai saat ini belum mencapai tujuan yang diharapkan, karena kejadian

 penyakit diare masih belum menurun. Apabila diare pada balita ini tidak 

ditangani secara maksimal dari berbagai sektor dan bukan hanya tanggung

  jawab pemerintah saja tetapi masyarakatpun diharapkan dapat ikut serta

menanggulangi dan mencegah terjadinya diare pada balita ini, karena apabila

hal itu tidak dilaksanakan maka dapat menimbulkan kerugian baik itu

kehilangan biaya untuk pengobatan yang cukup besar ataupun dapat pula

menimbulkan kematian pada balita yang terkena diare.4

Hal yang menyebabkan seseorang mudah terserang penyakit diare pada

  balita adalah perilaku hidup masyarakat yang kurang baik dan sanitasi

lingkungan yang buruk. Diare dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani

secara serius karena tubuh balita sebagian besar terdiri dari air dan daging,

sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi.5 

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak 

memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana

kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis, kebersihan perorangan dan

lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang

tidak semestinya. Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung

dapat menjadi faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agent,

  penjamu, lingkungan dan perilaku. Faktor penjamu yang menyebabkan

meningkatnya kerentanan terhadap diare, diantaranya tidak memberikan

ASI selama 2 tahun, kurang gizi, penyakit campak, dan imunodefisiensi.

Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih

dan pembuangan tinja, kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan

Page 3: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 3/36

3

  perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar 

kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat

 pula, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi.6

Angka kejadian diare di palembang dari data dinas kesehatan kota

Palembang didapatkan pada tahun 2006 sebanyak 53.429 orang, tahun 2007

46.738 orang, tahun 2008 sebanyak 53.824 orang, tahun 2009 sebanyak 

54.162 orang, sedangkan pada tahun 2010 sebanyak 49.897 orang. Walaupun

angka kejadian diare pada tahun 2010 menurun tetapi masih tinggi dengan

cakupan wilayah sebesar 81%. Pada tahun 2009 didapatkan angak kejadian

diare pada balita sebanyak 26.413 balita.7

Puskesmas Sekip Palembang terletak di wilayah Kelurahan 20 ilir D II

kecamatan Kemuning Kota Palembang dengan luas wilayah 674,3 Ha.

Letaknya sangat strategis di tepi jalan raya sehingga mudah dijangkau oleh

masyarakat umum baik dengan kendaraan umum maupun pribadi.8

Geografi wilayah kerja Puskesmas Sekip sebagaian besar terdiri dari

daratan dan sebagian kecil di pinggir sungai dan rawa. Batas wilayah kerja

meliputi : sebelah utara dengan sungai Bendung, sebelah selatan dengan Jln.

Mayor Ruslan, sebelah barat dengan Jl. Jendral Sudirman, sebelah timur 

dengan Sungai Bendung 9 ilir.8

Jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Sekip adalah 44.188

 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 22.286 jiwa dan perempuan

sebanyak 21.896 jiwa. Jumlah bayi pada wilayah kerja Puskesmas Sekip

sebanyak 822 jiwa sedangkan balita sebanyak 4.037 jiwa.8

Jumlah penyakit diare yang datang ke poli MTBS PKM Sekip tahun 2010

sebanyak 1.530 balita dengan perincian usia kurang dari satu tahun sebanyak 

258 bayi, umur 1-4 tahun 507 balita, sedangkan usia kurang 5 tahun sebanyak 

765 balita.8

Page 4: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 4/36

4

1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana distribusi balita penderita diare yang datang berobat ke

Puskesmas Sekip, Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan jenis kelamin?

 b. Bagaimana distribusi balita penderita diare yang datang berobat ke

Puskesmas berdasarkan umur balita?

c. Apa jenis pekerjaan ibu dari balita yang mengalami diare?

d. Bagaimana tingkat pendidikan ibu dari balita yang mengalami diare?

e. Bagaimana sumber air minum yang digunakan balita penderita diare?

f. Bagaimana perilaku higiene ibu dari balita yang mengalami diare?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi faktor sosiodemografi (pendidikan ibu dan

  pekerjaan ibu), sumber air minum keluarga, dan perilaku higiene ibu

sehari-hari pada balita yang datang berobat ke Puskesmas Sekip.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi distribusi jenis kelamin balita penderita diare yang

datang berobat ke Puskesmas Sekip

b. Mengidentifikasi distribusi umur balita penderita diare yang datang

 berobat ke Puskesmas Sekip

c. Mengidentifikasi distribusi jenis pekerjaan ibu dari balita penderita diare

yang datang berobat ke Puskesmas Sekip

d. Mengidentifikasi distribusi tingkat pendidikan ibu dari balita penderita

diare yang datang berobat ke Puskesmas Sekip.

e. Mengetahui sumber air minum yang digunakan setiap hari oleh balita

 penderita diare yang datang berobat ke Puskesmas Sekip

f. Mengetahui perilaku higiene ibu dari balita penderita diare yang datang

 berobat ke Puskesmas Sekip

Page 5: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 5/36

5

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Untuk Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

keadaan sosiodemografi berupa tingkat pendidikan ibu dan pendapatan

keluarga, sumber air minum serta perilaku higiene ibu dari balita yang

mengalami diare bagi peneliti dan pembaca. Selain itu juga dapat

digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk penyusunan kebijakan,

 pengambilan keputusan dalam berbagai penelitian selanjutnya.

1.4.2. Untuk Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman

kepada masyarakat terutama para ibu tentang pentingnya memperhatikan

faktor faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit diare pada

 balita sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kejadian diare.

Page 6: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 6/36

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Diare akut adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air 

saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau

lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari.9,10

Menurut WHO diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari

tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan

 berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari.10

Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Diare

kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari namun tidak terus

menerus dan dapat disertai penyakit lain. Diare persisten merupakan istilah

yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30

hari dan berlangsung terus menerus.10,11

Tabel. 1 Frekuensi Defekasi pada Bayi dan Anak 

Usia Frekuensi

defekasi

(kali/minggu)

Rata-rata

Frekuensi

defekasi

(kali/hari)

0-3 bulan

• Bayi yang mendapat

ASI

• Bayi yang mendapat

susu formula

5-40

5-28

2,9

2,0

6-12 bulan 5-28 1,8

1-3 tahun 4-21 1,4

>3 tahun 3-14 1,0

Dikutip dengan modifikasi dari Biggs WS, Dery WH. Evaluation and

Treatment of Constipation in Infant and Children. J Am Fam Psys 2006

2.2.Etiologi

Page 7: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 7/36

7

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, antara lain:11,12

1. Faktor infeksi

a. Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang

merupakan penyebabutama diare, meliputi:

• Infeksi bakteri: Vibrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio

  parahemolyticus, Escherichia coli, Salmonella typhi,

Salmonella para typhi A/B/C, Shigella dysentriae, Shigella

 flexneri, Clostridium perfrigens, Campilobacter (Helicobacter)

  jejuni, Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Yersinia

intestinalis, Coccidiosis, dan sebagainya.

• Infeksi virus:   Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus,

 Norwalk dan lain-lain.

• Infeksi parasit: Cacing (  A. lumbricodes, A. duodenale, N.

americanus, T. trichiura, O. velmicularis, S. stercoralis, T.

  saginata dan T. solium dan lain-lain), Protozoa ( Entamoeba

hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, Isospora sp

dan lain-lain), jamur (Candida albicans).

 b. Infeksi parenteral, yaitu infeksi di luar alat pencernaan makanan

seperti: otitis media akut, tonsilitis/tonsilofaringitis,

  bronkhopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini

terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

2. Faktor malabsorpsi

a. Malabsorpsi karbohidrat (pada bayi dan anak yang tersering adalah

intoleransi laktosa)

 b. Malabsorpsi lemak 

c. Malabsorpsi protein

3. Faktor makanan, yaitu makanan basi, beracun, serta alergi terhadap

makanan.

4. Faktor kebersihan yang kurang

Page 8: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 8/36

8

Penularan melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung,

seperti :

• Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang

sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang

kotor.

• Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak 

air dengan benar.

• Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.

5. Faktor psikologis, yaitu rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapatterjadi pada orang dewasa).

2.3 Epidemiologi

Page 9: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 9/36

9

Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada balita dari pada anak 

yang lebih besar. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama

dengan anak perempuan. Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui

makanan dan minuman yang tercemar atau kontak langsung dengan tinja

 penderita.14 Prevalensi diare yang tinggi di negara berkembang merupakan

kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein yang

menyebabkan turunnya daya tahan tubuh.12

Penurunan angka kejadian diare pada bayi di negara-negara maju,

erat kaitannya dengan pemberian ASI, yang sebagian disebabkan oleh

kurangnya pencemaran minum anak dan sebagian lagi karena faktor 

  pencegahan imunologik dari ASI.12 Perilaku yang dapat menyebabkan

  penyebaran kuman enterik dan meningkatkan resiko terjadinya diare

antara lain, tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama

kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada

suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar oleh bakteri yang

 berasal dari tinja, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar.12

2.4 Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:

a. Gangguan osmotik 

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air 

dan elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang

usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

 b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan

selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk 

menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik 

Page 10: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 10/36

10

menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya

akan menimbulkan diare.

Patogenesis diare akut yaitu masuknya jasad renik yang masih hidup ke

dalam usus halus setelah melewati rintangan asam lambung. Jasad renik itu

 berkembang biak di dalam usus halus. Kemudian jasad renik mengeluarkan

toksin. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan

menimbulkan diare.Patogenesis diare kronik lebih kompleks dan faktor-

faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi,

malnutrisi dan lain-lain.

Sebagai akibat diare akut maupun kronis akan terjadi kehilangan air dan

elektronik (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan

asam basa (asidosis metabolik, hipokalemi, dan sebagainya), gangguan gizi

akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah),

hipoglikemia, gangguan sirkulasi darah.

Berikut adalah beberapa cara penularan diare, yaitu:

• Jalur penularan diare melalui mulut dan anus dengan perantaraan

lingkungan dan perilaku yang tidak sehat.

• Tinja penderita atau orang sehat yang mengandung kuman bila

mengeluarkan tinja akan mencemari lingkungan terutama air apabila tidak 

BAB di tempat yang seharusnya.

• Melalui makanan, alat dapur, dan lain-lain yang tercemar kuman atau

 penyebab lain akan masuk ke mulut kemudian terjadi diare.

2.5. Klasifikasi Diare

Page 11: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 11/36

11

Gejala Klinis Derajat Dehidrasi

Tanpa Dehidrasi Ringan-Sedang Berat

Keadaan

umum

Kesadaran Baik Gelisah, rewel Apatis-koma

Rasa haus + +++ -

 Nadi

(x/menit)

 Normal (<120) Cepat Cepat sekali, lemah-

tak teraba.

Pernafasan Biasa Cepat dan dalam

(jika ada asidosis)

Keadaan

spesifik 

Ubun-ubun

 besar 

 Normal Cekung Cekung sekali

Kelopak 

mata

 Normal Cekung Cekung sekali

Turgor 

(kembali

dalam )

  Normal (<1 detik) Kurang (1-2

detik)

Jelek (> 2 detik)

Selaput

lendir 

 Normal Agak kering Kering

Diuresis Normal Oliguri Anuri (> 6 jam)

Tabel 7. Penilaian Derajat Dehidrasi Berdasarkan Gejala Klinis

2.6. PENATALAKSANAAN

Menurut WHO ada 4 dasar terapi diare: (1) pemberian cairan: untuk 

mengobati atau mencegah dehidrasi, (2) Diet: meneruskan ASI dan makanan

lainnya, (3) obat-obatan: tidak memakai antibiotika, terkecuali pada kasus

kolera dan disentri, WHO telah merekomendasikan pemakaian zinc dan (4)

 penyuluhan. Secara umum penanganan diare ditujukan untuk : (1) mencegah /

menangulangi dehidrasi dan kemungkinan terjadinya intoleransi, (2)

mengobati kausa dari diare, (3) mencegah / menanggulangi gangguan gizi, dan

(4) menanggulangi penyakit penyerta.  Penanganan dehidrasi ringan/sedang

dengan oralit.

13

Page 12: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 12/36

12

Berikan oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.

Umur < 4 bulan 4 - <12 bulan 1 - <2 tahun 2 - <5 tahunBerat < 6 kg 6 - < 10 kg 10 - < 12 kg 12 – 19 kg

Jumlah 200 - 400 400 - 700 700 – 900 900 - 1400

• Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama.

Jumlah oralit yang diperlukan = berat badan (dalam Kg) x 75 ml

Digunakan UMUR hanya bila berat badan anak tidak diketahui.

o Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari

 pedoman diatas.o Untuk anak berumur kurang darib 6 bulan yang tidak 

menyusu, berikan juga 100-200 ml air matang selama

 periode ini.

• Tunjukan cara memberikan larutan oralit

o Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/

mangkuk/ gelas.

o

Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kamudian berikan lagilebih lambat.

o Lanjutkan ASI selama.

• Berikan tablet zinc selama 10 hari berturut-turut

Umur < 6 bulan : 10 mg/hari

Umur > 6 bulan : 20 mg/hari

• Setelah 3 jam :

o Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali drajat

dehidrasinya.

o Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan program

o Mulailah memberi makan anak 

• Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai :

o Tunjukan cara menyiapkan cairan oralit di rumah

o Tunjukan berapa banyak oralit yang harus diberikan di

rumah untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan

Page 13: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 13/36

13

o Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan

menambahkan 6 bungkus lagi sesuai yang di anjurkandalam rencana terapi A

• Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit.

Beri ibu 6 bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan di rumah.

Tunjukan kepada ibu berapa banyak oralit/ cairan lain yang harus

diberikan setiap kali anak berak:

• Sampai umur 1 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali

 berak • Umur 1 sampai 5 tahun : 100 sampai 200 ml setiap

kali berak 

Katakan kepada ibu :

• Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari

mangkuk/cangkir/gelas.

• Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan

lagi dengan lebih lambat.• Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare

 berhenti.13

2.7. Faktor Risiko

a. Umur 

Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan.

Insiden paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan

makanan pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami

dari anak pada umur di bawah 24 bulan.

 b. Jenis Kelamin

Resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada

laki-laki karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.

c. Musim

Page 14: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 14/36

14

Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi

sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau

ke musim penghujan.

d. Status Gizi

Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi

karena pemberian makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat,

  berakhir lebih lama dan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare

 persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat. Resiko meninggal

akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat bila anak sudah

kurang gizi.

e. Lingkungan

Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi

yang jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis

yaitu salah satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi

 berlangsung sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang

 berumur antara 6 bulan sampai 3 tahun.

f. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota

keluarga. Hal ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk 

memenuhi kebutuhan gizi keluarga khususnya pada anak balita sehingga

mereka cenderung memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk 

yang memudahkan balita tersebut terkena diare. Mereka yang berstatus

ekonomi rendah biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat

kesehatan sehingga memudahkan seseorang untuk terkena diare.

2.8. Epidemiologi penyakit diare 10

Menurut Depkes RI , epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut :

a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare

Page 15: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 15/36

15

Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral

antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau

12 kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat

menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko

terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan

 pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan

masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak 

mencuci tangan sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja

anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang tinja

dengan benar.

 b. Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare

Faktor pada pejamu yang dapat meningkatkan insiden, beberapa

  penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah tidak 

memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak,

imunodefisiensi atau imunosupresi dan secara proposional diare lebih

 banyak terjadi pada golongan balita.

c. Faktor lingkungan dan perilaku

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis

lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan

 pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku

manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman

diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu

melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.

• Faktor lingkungan

o Sumber air minum

Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam tubuh

manusia sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 

55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%

dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat

Page 16: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 16/36

16

kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan

sebagainya. Di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia

tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Di antara

kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah

kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum

dan masak air harus mempunyai persyaratan khusus agar air 

tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia.7

Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana

sanitasi yang tidak kalah pentingnya berkaitan dengan kejadian

diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui

 jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke

dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja,

misalnya air minum, jari-jaritangan, dan makanan yang disiapkan

dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.6 Syarat air minum

ditentukan oleh syarat fisik, kimia dan bakteriologis. Syarat fisik 

yakni, air tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih dengan

suhu sebaiknya di bawah suhu udara sehingga terasa nyaman.

Syarat kimia yakni, air tidak mengandung zat kimia atau mineral

yang berbahaya bagi kesehatan misalnya CO2, H2S, NH4. Syarat

 bakteriologis yakni, air tidak mengandung bakteri E. coli yang

melampaui batas yang ditentukan, kurang dari 4 setiap 100 cc air.

Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum.

Sumber-sumber air ini antara lain : air hujan, mata air, air sumur 

dangkal, air sumur dalam, air sungai & danau.

Ada beberapa macam sumber air minum antara lain:

1. Air permukaan adalah air yang terdapat pada permukaan tanah.

Misalnya air sungai, air rawa dan danau.

2. Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah

dangkal atau air tanah dalam. Air dalam tanah adalah air yang

diperoleh pengumpulan air pada lapisan tanah yang dalam.

Misalnya air sumur, air dari mata air.

Page 17: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 17/36

17

3. Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan

dan salju.

Menurut Depkes RI ,hal - hal yang perlu diperhatikan dalam

 penyediaan air bersih adalah : 10,12

1. Mengambil air dari sumber air yang bersih.

2. Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan

tertutup serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil

air.

3. Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh

  binatang, anak-anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara

sumber air minum dengan sumber pengotoran seperti

septictank, tempat pembuangan sampah dan air limbah harus

lebih dari 10 meter.

4. Mengunakan air yang direbus.

5. Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang

 bersih dan cukup.

o Jenis lantai rumah

Menurut Notoatmodjo syarat rumah yang sehat jenis lantai

yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada

musim penghujan. Lantai rumah dapat terbuat dari: ubin atau

semen, kayu, dan tanah yang disiram kemudian dipadatkan. Lantai

yang basah dan berdebu dapat menimbulkan sarang penyakit.

Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan

tidak lembab. Bahan lantai harus kedap air dan mudah

dibersihkan,paling tidak perlu diplester dan akan lebih baik kalau

dilapisi ubin atau keramik yang mudah dibersihkan.

Jenis lantai rumah tinggal mempunyai hubungan yang

  bermakna pula dengan kejadian diare pada anak balita, Hal ini

ditinjau dari jenis alas atau bahan dasar penutup bagian bawah,

Page 18: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 18/36

18

dinilai dari segi bahan dan kedap air. Lantai dari tanah lebih baik 

tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab

sehingga dapat menimbulkan gangguan atau penyakit pada

 penghuninya, oleh karena itu perlu dilapisi dengan lapisan yang

kedap air (disemen, dipasang keramik, dan teraso). Lantai

dinaikkan kira-kira 20 cm dari permukaan tanah untuk mencegah

masuknya air ke dalam rumah.

2.9. KERANGKA KONSEP

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis Penelitian

Variabel Bebas:

1. Faktor sosiodemografi :

a. pendidikan ibu

 b. pekerjaan ibu

2. Faktor lingkungan : sumber 

air minum

3. Faktor perilaku:

a. kebiasaan mencuci tangan ibu

 b. kebiasaan mencuci tangan

anak 

c. memasak air sampai

mendidih

Variabel Terikat :

Kejadian diare (anak

balita)

Page 19: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 19/36

19

Jenis penelitian yang dilakukan adalah survei deskriptif dengan

teknik accidental.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini rencananya akan dilakukan pada tanggal 12 Desember 2011

samapai 31 Desember 2011

3.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah Kecamatan Sekip.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1.Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah balita yang dibawa para ibu atau wali ke

Puskesmas Sekip.

3.3.2.Sampel

Sampel diambil secara langsung dari populasi, yaitu seluruh balita yang

dibawa para ibu atau wali ke Puskesmas Sekip yang didiagnosis menderita

diare akut.

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1. Variabel bebas

Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah faktor sosiodemografi yang

meliputi pendidikan ibu, pekerjaan ibu, faktor lingkungan yang meliputi

sumber air minum, dan faktor perilaku yang meliputi higien ibu.

3.4.2.Variabel terikat

Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kejadian diare pada balita.

3.5. Definisi Operasional Variabel (DOV)

1) Kejadian diare

Page 20: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 20/36

20

a. Definisi : Suatu keadaan dimana terjadi buang air besar cair atau

mencret dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari dalam kurun waktu 3

 bulan terakhir yang dialami oleh balita yang terpilih sebagai sampel.

  b. Alat ukur : Kuisioner 

c. Hasil ukur : a. Diare

 b.Tidak diare

2) Sumber air minum

a. Definisi : Sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari untuk kebutuhan minum dan memasak. Dengan kriteria :

1) Sumur 2) PAM 3) Air Galon. Dikelompokkan menjadi air tidak 

terlindung (1) dan air terlindung (2 dan 3).

  b. Alat ukur : Kuisioner 

c. Hasil ukur : 1) Sumur 

2) PAM

3) Air galon

3) Tingkat pendidikan Ibu

a. Definisi : tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh ibu.

Dengan kriteria : 1)Tidak tamat SD 2) tamat SD 3) tamat SMP 4)

tamat SMA 5) perguruan tinggi

 b. Alat Ukur : kuisioner 

c. Hasil ukur :1) tidak tamat SD

2) tamat SD

3) tamat SMP

4) tamat SMA

5) perguruan tinggi

4) Pekerjaan Ibu

a. Definisi : pekerjaan yang dilakukan ibu. Dengan kriteria: 1)ibu

rumah tangga 2)buruh 3)pedagang/wiraswasta 4)PNS

 b. Alat Ukur : kuisioner 

c. Hasil ukur :1) ibu rumah tangga

Page 21: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 21/36

21

2) buruh

3) pedagang/wiraswasta

4) PNS

5) Perilaku kebersihan

a. Definisi : Perilaku yang dimaksud adalah sesuatu yang dilakukan

ibu ketika menyiapkan makanan apakah mencuci tangan atau tidak,

apakah anak mencuci tangan sebelum makan dan apakah ibu memasak 

air hingga mendidih.

b. Alat Ukur : Menggunakan kuesioner.

c. Hasil Ukur : Berdasarkan total skor perilaku dari kuesioner yang

dibuat. Cara penilaian hasil kuesioner : jika menjawab ya pada 2

 pertanyaan maka perilaku baik.

6) Usia Balita

a. Definisi: Balita adalah bayi dan anak yang belum berusia lima tahun

sampai waktu pengumpulan data untuk penelitian ini. Pada penelitian

ini balita dikelompokkan kedalam usia 0-1 tahun, 1-2 tahun, 2-3 tahun,

3-4 tahun.

 b. Alat ukur : kuesioner 

c. Hasil ukur : 1) 0-1 tahun

2) 1-2 tahun

3) 2-3 tahun

4) 3-4 tahun

3.6. Pengumpulan Data

1) Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yaitu umur ibu

dan data kualitatif yang meliputi tingkat pendidikan ibu, sumber air 

Page 22: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 22/36

22

minum, dan jenis lantai rumah. Yang merupakan faktor 

sosiodemografi dan faktor lingkungan kejadian diare pada balita.

2) Sumber Data

a. Data Primer 

Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung

terhadap responden yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.

 b. Data Sekunder 

Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi kesehatan untuk 

mengetahui data jumlah kasus, gambaran umum lokasi penelitian

dan data demografi dari daerah tersebut.

3) Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara secara

langsung kepada responden. Sedangkan data sekunder diperoleh

dari instansi kesehatan yang bersangkutan yaitu hasil rekapan

 puskesmas.

4) Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini meliputi tahapan sebagai

 berikut :

1. Editing, yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah

terkumpul pada kuisioner.

2. Coding, yaitu memberikan kode pada data untuk 

memudahkan dalam memasukkan data ke program

komputer.

3. Entry, yaitu memasukkan data dalam program komputer 

untuk dilakukan analisis lanjut.

Page 23: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 23/36

23

4. Tabulating, yaitu setelah data tersebut masuk kemudian

direkap dan disusun dalam bentuk tabel agar dapat dibaca

dengan mudah.

5. Analisis Data

Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan

  program SPSS 15. Analisis univariat dilakukan untuk 

menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing

variabel, baik variabel bebas, variabel terikat maupun

deskripsi karakteristik responden

BAB IV

Page 24: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 24/36

24

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka di bawah ini

akan dipaparkan hasil dan pembahasan penelitian. Penelitian yang dilaksanakan

dari tanggal 12 Desember 2011 - 31 Desember 2011 berlokasi di Puskesmas Sekip

Palembang. Diperoleh jumlah balita penderita diare akut dari seluruh balita yang

dibawa berobat ke puskesmas berjumlah 13 orang .

1. Umur Balita

UsiaDiare

TotalYa Tidak  

< 11 bulan

12.23Ulan

>24 bulan

Total

7,6%

15,3%

26,9%

50%

15,3%

19,2%

15,3%

50%

23,1%

34,6%

42,6%

100%

Dari tabel diatas, didapatkan distribusi umur balita yang menjadi

responden, yaitu balita dengan umur kurang dari 11 bulan sebanyak 6

 balita (23,1%), 9 balita (34,6%) berada pada kelompok usia 12 – 23 bulan.

Pada kelompok usia > 24 bulan berjumlah 11 balita atau 42,3%.

Berdasarkan hasil penelitian Direktorat Jendral Pemberantasan

Penyakit Menular (P2M) dalam buku ajar diare dijelaskan bahwa penyakit

diare akut lebih sering terjadi pada balita dari pada anak yang lebih besar.

Semakin muda umur balita semakin besar kemungkinan terkena diare. Hal

Umur Balita Frekuensi Persentase

< 11 bulan

12-23 bulan

24 bulan

Total

6 balita

9 balita

11 balita

26

23,1

34.6

42.3

100

Page 25: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 25/36

25

ini karena semakin muda umur balita keadaan integritas mukosa usus

masih belum baik, sehingga daya tahan tubuh masih belum sempurna.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki

Perempuan

Total

6

20

26

23.1

76.8

100

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa balita laki-laki berjumlah lebih

sedikit daripada perempuan yaitu sebanyak 12 orang (46,3%), sedangkan

 penderita perempuan berjumlah 14 orang (53,8%).

3. Pekerjaan Ibu

Jenis Pekerjaan Ibu Frekuensi Persentase

Ibu rumah tangga

Pedagang

PNS

Total

19

1

6

26

73,1

3,8

23,1

100

Pekerjaan IbuDiare

TotalYa Tidak  

Ibu rumah tangga

Pedagang

PNS

Total

30,7%

3,8%

15,3%

50%

42,3%

0%

7,6%

50%

73,1%

3,8%

23,1%

100%

Tabel 3 menggambarkan jenis pekerjaan ibu yang dikelempokkan

menjadi 3, yaitu kelompok ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga

sebesar 73,1% atau 19 orang. 23,1% atau enam orang sebagai PNS,

Page 26: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 26/36

26

sedangkan untuk pekerjaan ibu berupa pedagang berjumlah satu orang

atau 3,8%.

Hasil ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang menyebutkan bahwa

anak dari ibu yang bekerja akan berisiko lebih besar untuk terpapar 

  berbagai penyakit, dikarenakan membiarkan anak mereka diasuh orang

lain. Hal ini dimungkinkan karena ibu-ibu yang bekerja tersebut masih

dapat merawat anaknya sendiri atau dari ibu yang tidak bekerja di luar 

rumah itu sendiri atau IRT sering memberikan kebebasan pada orang lain

untuk mengajak anaknya.

4. Pendidikan Ibu

Tingkat Pendidikan Ibu Frekuensi Persentase

Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SMA

Perguruan TinggiTotal

2

5

15

426

7,7

19,2

57,7

15,4100

Pendidikan

terakhir Ibu

DiareTotal

Ya Tidak  

Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SMA

Perguruan Tinggi

Total

3,8%

3,8%

30,7%

11,5%

50%

3,8%

15,3%

26,9%

3,8%

50%

7,7%

19,2%

57,7%

15,4%

100%

Berdasarkan tabel 4, sebanyak 15 orang atau sebesar 57,7%

  pendidikan ibu yaitu SMA. Ibu yang tamat SMP sebanyak 5 orang

(19,2%) dan yang tamat SD berjumlah dua orang ibu setara dengan 7,7%.

Untuk ibu yang mengecap perguruan tinggi berjumlah 4 orang atau 15,4%.

Page 27: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 27/36

27

Hal ini cukup sesuai dengan teori, dimana pendidikan ibu akan

mempengaruhi pemahamannya mengenai diare.  Pendidikan merupakan

hal yang penting dalam mempengaruhi pikiran seseorang. Pendidikan

masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit diberi tahu mengenai

  pentingnya kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan untuk 

mencegah terjangkitnya penyakit menular, yang salah satunya diare

(Sander, 2005).

Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pendidikan seseorang dapat

meningkatkan pengetahuannya tentang kesehatan. Salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan.

Pendidikan akan memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan

 perilaku positif yang meningkat. Menurut Widyastuti (2005), orang yang

memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi pada tindakan

  preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan

memiliki status kesehatan yang lebih baik.

Pada data diatas didapatkan bahwa pada kelompok ibu dengan

 pendidikan sarjana sebanyak 3 orang anaknya menderita hal ini. Walaupun

dengan pendidikan yang tinggi para ibu tersebut mengetahui tentang diare

tetapi kemungkinan ibu tersebut juga bekerja sehingga tidak ada waktu

dalam hal mengurus anaknya tersebut.

5. Sumber air minum

Sumber Air Minum Frekuensi Persentase

SUMUR 

PAM

Air Galon

Total

3

18

5

26

11.5

69,2

19,2

100

Page 28: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 28/36

28

Sumber Air 

Minum

DiareTotal

Ya Tidak  

Sumur 

PAM + Air 

Galon

Total

11,5%

38,6%

50%

0%

50%

50%

11,5%

88,4%

100%

Pada tabel 5 distribusi frekuensi jenis sumber air minum, sebanyak 

18 pasien (69,2%) menggunakan sumber air minum PDAM, 5 pasien

(19,2.0%) menggunakan sumber air minum air galon. Distribusi terendah,

3 pasien (11,5%) menggunakan air sumur sebagai sumber air minum.

Pada penelitian di kota Kano pula didapatkan bahwa rumah tangga

yang menggunakan air ledeng untuk kebutuhan air bersih rumah tangga

dapat mencegah 80 % diare pada anak. Penelitian oleh Program Magister 

Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret di lima propinsi di

Indonesia yang mendapatkan proyek Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG)

  pada bulan Agustus-September 2003 didapatkan bahwa keluarga yang

mempunyai sumber air bersih dari sumur dan ledeng dapat mencegah diare

 pada anak sebanyak 66 %. Penelitian di kota kano dan proyek KKG ini

tidak sesuai dengan hasil penelitian ini karena selain air minum hal yang

 paling potensial adalah perilaku sehat ibu.

Sumber air minum mempunyai peranan dalam penyebaran

  beberapa penyakit menular. Sumber air minum merupakan salah satu

sarana sanitasi yang berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman

infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat

ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang

tercemar dengan tinja (Depkes RI, 2000).

Sumber air minum tidak terlindung seperti sumur, harus

memenuhi syarat kesehatan sebagai air bagi rumah tangga, maka air harus

Page 29: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 29/36

29

dilindungi dari pencemaran. Sumur yang baik harus memenuhi syarat

kesehatan antara lain, jarak sumur dengan lubang kakus, jarak sumur 

dengan lubang galian sampah, saluran pembuangan air limbah, serta

sumber-sumber pengotor lainnya. Jarak sumur dengan tempat

 pembuangan tinja lebih baik 10 meter atau lebih.18

Pada tabel diatas didapatkan nilai Odd Ratio sebesar 2,3 dimana

Odd Ratio lebih dari satu menjukkan sumber air yang tidak terlindungi

(sumur) adalah faktor risiko dari kejadian diare sebesar 2,3%.

6. Bila Anak Terkena Diare

Tabel 6. Distribusi perilaku yang dilakukan orang tua bila anak terkena

diare (n=26)

Bila Anak Terkena Diare Frekuensi Persentase

Diobati sendiri

Dibawa ke puskesmas/dokter

Total

2

24

26

7.7

92.3

100

Dari tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa dari 26 responden yang

ada apabila anakanya terkena diare hanya 2 orang diobati sendiri oleh

orang tuanya (7,7%) dan 24 orang (92,3%) berobat ke Puskesmas. Dua

orang yang mengobati sendiri dengan cara memberikan laruta gula garam

kepada anak.

7. Faktor Perilaku

a. Kebiaaan Ibu mencuci tangan ketika menyiapkan makan

Page 30: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 30/36

30

Tabel 7. Distribusi perilaku ibu mencuci tangan ketika menyiapkan

makan anak(n-26)

Kebiasaan Ibu mencuci tangan ketika

menyiapkan makanan

Frekuensi Persentasi

Ya

Tidak 

Total

23

3

26

88,5

11,5

100

Dari tabel diatas didapatkan data bahwa dari 26 responden yang

ada sebanyak 3 orang ibu yang mempunyai kebiasaan tidak mencuci

tangan ketika menyiapkan makan anaknya sedangkan 23 orang ibu

(88,50%) mencuci tangan ketika menyiapkan makan.

 b. Memasak Sumber Air Minum

Tabel 8. Distribusi sumber air minum yang dimasak (n=26)

Memasak Sumber Air Frekwensi Persentase

Ya 26 100.0

Tidak 0 0%

Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa seluruh pasien diare pada

 puskesmas Sekip menggunakan air minum yang telah dimasak sebagai

sumber air minum. Distribusi berjumlah 13 orang (100%). Air minum

yang telah direbus sampai mendidih, akan mematikan mikroorganisme

yang ada dalam air tersebut, sehingga tidak menimbulkan penyakit. Untuk 

keperluan minum dan memasak sebagian ibu-ibu menampung air tersebut

ditempat penampungan air. Meskipun air minum tersebut ditampung di

tempat penampungan air dan tertutup, tetapi air tersebut masih dapat

tercemar oleh tangan ibu yang menyentuh air saat mengambil air.

Menggunakan air minum yang tercemar, dapat menjadi salah satu faktor 

Page 31: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 31/36

31

risiko terjadinya diare pada balita. Air mungkin sudah tercemar dari

sumbernya atau pada saat penyimpanan di rumah, seperti ditampung pada

tempat penampungan air.

c. Kebiasaan anak mencuci tangan sebelum makan

Tabel 9. Kebiasaan mencuci tangan anak sebelum makan (n=26)

Kebiasaan anak 

mencuci tangan

sebelum makan

Frekuensi Persentase

YaTidak 

Total

215

26

80,819,2

100

Dari tabel diatas diketahi bahwa sebanyak 80,8% atau 21 balita

mempunyai kebiasan mencuci tangan sebelum makan sedangkan 5

 balita mempunyai kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan.

Tabel 10. Faktor perilaku kelompok penderita diare dengan kelompok 

tidak menderita diare

DIARE Perilaku baik Perilaku Buruk Total

Ya 38,4% 11,5% 50%

Tidak 50% 0% 50%

Total 88,4% 11,5% 100%

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 10 dari 13 penderita diare

mempunyai kebiasaan (perilaku) yang baik, yaitu anak mencuci tangan

sebelum makan, ibu mencuci tangan ketika menyiapkan makan, dan ibu

memasak air hingga mendidih. Didapatkan nilai Odd Ratio sebesar 0.66

dimana OR<1, sehingga mempunyai arti dengan bersifat protektif.

Sehingga dengan prilaku yang baik maka angka kejadian diare dapat

dicegah sebesar 0,66 kali.

Berdasarkan hasil penelitian Direktorat Jendral Pemberantasan

Penyakit Menular (P2M) dalam buku ajar diare dijelaskan bahwa pada

Page 32: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 32/36

32

umumnya suatu mikro organisme yang mengkontaminasi pada usus dan

dapat menimbulkan diare, secara mekanisme sebagai berikut, baik tunggal

maupun majemuk, diantaranya: 1) Mekanisme toksikologik dari bakteri,

sehingga mukosa usus berubah integrasinya di mana terjadi sekresi air dan

elektrolit yang berlebihan. 2) Mekanisme patogenesis klasik sebagai

kejadian invasi, penetrasi dan pengrusakan (distruption) mukosa usus. 3)

Perlukaan epitel usus oleh berbagai substansi. Keadaan ini disebabkan

oleh aktivitas metabolik dari bakteri pada makanan dan atau sekresi

usus/host sendiri. Hal ini sangat berkaitan dengan proses memasak sumber 

air minum tersebut.

Banyak penelitian mengenai perilaku sehat ibu diantaranya

 penelitian yang dilakukan Sobel J dkk di Sao Paulo, Brazil dijelaskan

 bahwa mencuci botol susu bayi dengan air mendidih dapat mencegah diare

sampai 80% serta kontak dengan tangan yang terkontaminasi dari

Penelitian di daerah kumuh Karachi, Pakistan menyatakan bahwa program

 pemberian sabun gratis pada masyarakat dapat menurunkan 53 % kasus

diare pada anak-anak. Selain itu ada pula penelitian yang dilakukan oleh

Hutin Y dkk pada KLB di kota Kano, Nigeria, didapatkan mencuci tangan

dengan sabun sebelum makan dengan sabun dapat mencegah diare pada

anak sebanyak 80 % dibanding yang tidak. Hal ini sesuai dengan hasil

  penelitian bahwa yang memenuhi kurang dari 2 kriteria menduduki

 persentase terbesar dan sangat berpengaruh terjadinya diare.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan

Page 33: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 33/36

33

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian pada bab sebelumnya, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari data didapatkan data diare terjadi paling banyak pada usia balita

kelompok usia > 24 bulan berjumlah 11 balita atau 42,3% sedangkan

 pada umur kurang dari 11 bulan sebanyak 6 balita (23,1%), 9 balita

(34,6%) berada pada kelompok usia 12 – 23 bulan. Hal ini karena

semakin muda umur balita keadaan integritas mukosa usus masih

 belum baik, sehingga daya tahan tubuh masih belum sempurna.

2. Diare lebih sering terjadi pada jenis kelamin   perempuan yaitu

sebanyak 12 orang (46,3%), sedangkan penderita perempuan

 berjumlah 14 orang (53,8%).

3.  Sebanyak 15 orang atau sebesar 57,7% pendidikan ibu yaitu SMA.

Ibu yang tamat SMP sebanyak 5 orang (19,2%) dan yang tamat SD

  berjumlah dua orang ibu setara dengan 7,7%. Untuk ibu yang

mengecap perguruan tinggi berjumlah 4 orang atau 15,4%.

4. Kelompok ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebesar 73,1%

atau 19 orang, 8 orang anaknya menderita diare sedangkan 11 orang

anaknya tidak menderita diare hal ini dikarenakan ibu yang tidak 

 bekerja mempunyai waktu yang cukup dalam hal mengurus anaknya.

5. Distribusi frekuensi jenis sumber air minum, sebanyak 18 pasien

(69,2%) menggunakan sumber air minum PDAM, 5 pasien (19,2.0%)

menggunakan sumber air minum air galon. Distribusi terendah, 3

 pasien (11,5%) menggunakan air sumur sebagai sumber air minum.

6. Bahwa 10 dari 13 penderita diare mempunyai kebiasaan (perilaku)

yang baik, yaitu anak mencuci tangan sebelum makan, ibu mencuci

tangan ketika menyiapkan makan, dan ibu memasak air hingga

mendidih.

5.1 Saran

Page 34: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 34/36

34

Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200

mg/hari) yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi

 buang air besar, tidak enak pada perinal, dan rasa terdesak untuk buang air 

 besar dengan atau tanpa inkontinensia fekal.1,2 Diare adalah suatu keadaan

yang disebabkan oleh faktor biologis, lingkungan dan perilaku. Dua faktor 

risiko di atas sangat berperan dalam timbulnya diare oleh karena itu

sebaiknya, dilakukan Peningkatan upaya penyuluhan kepada masyarakat

terutama ibu balita/pengasuh balita tentang pentingnya upaya perawatan

 balita seperti

DAFTAR PUSTAKA

Page 35: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 35/36

35

1. Zubir, Juffrie, M., dan Wibowo, T., 2006. Faktor-Faktor Risiko Kejadian

Diare Akut pada Anak 0-35 Bulan (BATITA) di Kabupaten Bantul. Sains

 Kesehatan. Vol 19. No 3. Juli 2006. ISSN 1411-6197 : 319-332.

2. Soebagyo, 2008.  Diare Akut pada Anak . Surakarta : Universitas Sebelas

Maret Press.

3. Daldiyono. Diare. Dalam : Sulaiman A, Daldiyono, Akbar N, Rani

AA,editors. Gastroenterologi-Hepatologi. CV Infomedika. 1990. 21-33

4. Dep Kes R.I. Buku Ajar Diare. Pegangan bagi mahasiswa. Jakarta.1999

5. Irianto, J., Soesanto. S., Supraptini, Inswiasri, Irianti, S., dan Anwar, A.,

1996. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak 

Balita (Analisis Lanjut Data SDKI 1994).  Buletin Penelitian Kesehatan.

Vol 24 (2 dan 3) 1996 : 77-96.

6. Depkes, RI., 2005.   Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta :

Ditjen PPM dan PL.

7. Dinas Kesehatan Kota Palembang. Profil Kesehatan Kota Palembang

2010. Diakses dari :

8. Profil Puskesmas Sekip, 2010.

9. Widjaja, 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta :

Kawan Pustaka.

10.Depkes, R. I., 2000.  Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare.

Jakarta: Ditjen PPM dan PL.

11.  Notoatmodjo, S., 2003.  Ilmu Kesehatan Masyarakat . Jakarta : Rineka

Cipta.

12. Partawihardja S. Penatalaksanaan Dietetic Penderita Diare Anak. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 1991, 1-50

13. Sunoto. Buku Ajar Diare. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal

PPM & PLP. Jakarta. 1990.1-21

14. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

Lingkungan Pemukiman. Buku Ajar Diare. Jakarta : Depkes RI, 1999. 3-

11, 53-59, 71-80

15. Departemen Kesehatan. Managemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta. 2010.

Page 36: TA Zahra Ayu Lukita Sari

5/12/2018 TA Zahra Ayu Lukita Sari - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ta-zahra-ayu-lukita-sari 36/36

36

16. Zubir, Juffrie, M., dan Wibowo, T., 2006. Faktor-Faktor Risiko Kejadian

Diare Akut pada Anak 0-35 Bulan (BATITA) di Kabupaten Bantul. Sains

Kesehatan. Vol 19. No 3. Juli 2006. ISSN 1411-6197 : 319-332.

17. Yulisa., 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada

Anak Balita (Studi pada Masyarakat Etnis Dayak Kelurahan Kasongan

Baru Kecamatan Kentingan Hilir Kabupaten Kentingan Kalimantan

Tengah). (Skripsi) Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas

Diponegoro.

18. Sukarni, M., 2002. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Bandung :

Kanisius