18
Bahan Ajar Mata Pelajaran Al-Qur’an pada SMA An-Nuriyyah Bumiayu kelas XI MIA – IIS TA. 2014/2015 TAFSIR AL-BAQARAH 21 – 29 KEWAJARAN PENYEMBAHAN TERHADAP ALLAH Oleh: Azim Izzul Islami A. Pendahuluan Ayat sebelumnya (al-Baqarah: 1 – 20) menceritakan tentang 3 golongan manusia: mu’min, kafir dan munafiq, lengkap disertai dengan ciri-cirinya. Ayat selanjutnya (21 – 29) Allah memberikan seruan kepada ketiga golongan manusia di atas untuk melakukan penyembahan kepada-Nya dengan disertai argumen- argumen ilmiah dan valid disertai dengan ancaman bagi mereka yang menentang dan janji kenikmatan bagi mereka yang mengindahkan seruan ini. B. Pembahasan 21. “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa” a. ‘Abada – ya’budu – a’bud secara istilah berarti menyembah, patuh atau taat. A’bud merupakan bentuk fiil amar sehingga mempunyai arti “Sembahlah” atau “patuhlah” atau “taatlah”. Kepatuhan dalam lafadz ‘abada merupakan ketaatan pada sesuatu yang tidak diketahui namun diyakini sebagai penguasa diri. Dengan kata lain kerpatuhan terhadap selain Tuhan tidak bisa disebut sebagai ibadah. Ibadah sendiri terdiri dari ibadah ibadah mubni (yang telah ditentukan seperti shalat, haji dan sebagainya) dan ibadah ghairu mubni (seperti sedekah, jual beli dan sebagainya). b. Rabb bermakna pemelihara dan pendidik. Dalam konteks pemeliharaan dan pendidikan Tuhan sesekali memberikan pujian (reward) dan hukuman (punishment)kepada manusia. Konflik dan masalah terhadap manusia bisa berupa ujian yang merupakan salah satu bagian dari elemen pendidikan dengan tujuan mengangkat derajat manusia dan juga bisa berupa azab yang merupakan hukuman bagi mereka yang tidak mau mengikuti prosedur kehidupan yang telah ditetapkan Tuhan. c. Alladzina min qablikum mempunyai maksud kesamaan antara orang dahulu dengan orang zaman sekarang. Maksudnya tidak ada perbedaan derajat antara orang zaman dahulu dengan orang zaman sekarang di mata Tuhan. Dapat pula diartikan semua manusia sama di hadapan

TAFSIR ALBaQ

  • Upload
    azim

  • View
    35

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi alquran kelas xi

Citation preview

Bahan Ajar Mata Pelajaran Al-Quran pada SMA An-Nuriyyah Bumiayu kelas XI MIA IIS TA. 2014/2015TAFSIR AL-BAQARAH 21 29KEWAJARAN PENYEMBAHAN TERHADAP ALLAHOleh: Azim Izzul Islami

A. PendahuluanAyat sebelumnya (al-Baqarah: 1 20) menceritakan tentang 3 golongan manusia: mumin, kafir dan munafiq, lengkap disertai dengan ciri-cirinya. Ayat selanjutnya (21 29) Allah memberikan seruan kepada ketiga golongan manusia di atas untuk melakukan penyembahan kepada-Nya dengan disertai argumen-argumen ilmiah dan valid disertai dengan ancaman bagi mereka yang menentang dan janji kenikmatan bagi mereka yang mengindahkan seruan ini.B. Pembahasan

21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwaa. Abada yabudu abud secara istilah berarti menyembah, patuh atau taat. Abud merupakan bentuk fiil amar sehingga mempunyai arti Sembahlah atau patuhlah atau taatlah. Kepatuhan dalam lafadz abada merupakan ketaatan pada sesuatu yang tidak diketahui namun diyakini sebagai penguasa diri. Dengan kata lain kerpatuhan terhadap selain Tuhan tidak bisa disebut sebagai ibadah. Ibadah sendiri terdiri dari ibadah ibadah mubni (yang telah ditentukan seperti shalat, haji dan sebagainya) dan ibadah ghairu mubni (seperti sedekah, jual beli dan sebagainya).b. Rabb bermakna pemelihara dan pendidik. Dalam konteks pemeliharaan dan pendidikan Tuhan sesekali memberikan pujian (reward) dan hukuman (punishment)kepada manusia. Konflik dan masalah terhadap manusia bisa berupa ujian yang merupakan salah satu bagian dari elemen pendidikan dengan tujuan mengangkat derajat manusia dan juga bisa berupa azab yang merupakan hukuman bagi mereka yang tidak mau mengikuti prosedur kehidupan yang telah ditetapkan Tuhan.c. Alladzina min qablikum mempunyai maksud kesamaan antara orang dahulu dengan orang zaman sekarang. Maksudnya tidak ada perbedaan derajat antara orang zaman dahulu dengan orang zaman sekarang di mata Tuhan. Dapat pula diartikan semua manusia sama di hadapan Tuhan tanpa memandang ruang dan waktu (ras,suku, bangsa, orang zaman dahulu maupun zaman sekarang)d. Tujuan penyembahaan dan ketaatan kepada Tuhan tidak lain adalah demi mencapai derajat takwa. Takwa merupakan upaya untuk menghindari siksa Tuhan. Takwa ada dua macam: siksa duniawi dan siksa ukhrawi. Siksa duniawi contohnya siksaan bagi mereka yang memakan makanan yang tidak halal sehingga berpotensi terkena penyakit, sedang contoh dari siksa ukhrawi yakni siksaan bagi mereka yang meninggalkan shalat di akhirat kelak.

22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.a. Jaala berarti menjadikan sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Berbeda dengan lafadz khalaqa yang berarti menciptakan sesuatu yang sebelumnya belum ada. Allah menjadikan bumi ini terhampar dan langit menjadi atap, sebab sebelumnya bumi dan langit menyatu dan kemudian berpisah melalui proses yang panjang. Bumi terhampar karena akan dimanfaatkan oleh manusia, sedang langit menjadi atap sebagai media bernaung dari radiasi kosmos dan bahaya-bahaya dari angkasa luar (sinar UV matahari, meteor dan sebagainya).b. Allah juga menurunkan hujan dan dari hujan tersebut kemudian tumbuhlah tumbuhan yang menjadi rezeki manusia. Oleh sebab itu jangan sampai rezeki tersebut menjadi media untuk menyekutukan Allah. Penyekutuan terhadap Allah sendiri bisa berupa pengangkatan Tuhan selain Allah, bisa juga orientasi ibadah yang menyimpang (tidak karena Allah).

23. Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benara. Allah menyebutkan lafadz abd yang merupakan representasi dari Nabi Muhammad. Sehingga dapat diartkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh Nabi merupakan ibadah yang mengandung unsur pahala (shawab).b. Jika terdapat keraguan akan kebenaran terhadap apa yang diturunkan kepada hamba Allah (Al-Quran) maka dalam ayat ini Allah menantang siapapun yang meragukannya untuk membuat satu surat saja. Tantangan ini menunjukkan keoptimisan Tuhan akan kebenaran al-Quran dan ketidakmungkinan pembuatan satupun surat yang menyerupai al-Quran meskipun para penentang tersebut mengajak orang lain untuk membantunya.

24. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya) -, peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.Allah sangat yakin dan tidak ragu sedikitpun akan kebenaran ucapan-Nya sehingga Dia menghimbau manusia agar mengikuti Firman-Nya. Sebab upaya untuk tidak mengindahkan dan meragukan firman-Nya merupakan hal yang bodoh, sia-sia dan merugikan. Perbuatan demikian membuat mereka menjadi ahli neraka yang bahan bakarnya adalah manusia.

25. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnyaa. Setelah menyampaikan ancaman, biasanya Allah akan menyampaikan kabar gembira. Kabar gembira dalam ayat ini diberikan kepada mereka yang beriman dan bertakwa. Mereka dijanjikan surga dengan sungai-sungai yang indah.b. Di surga, orang yang mukmin dan bertakwa akan diberi rizki berupa buah-buahan yang sama bentuknya seperti buah-buahan bumi namun memiliki rasa dan kualitas yang berbeda. Hal ini Allah lakukan karena sifat alamiah manusia yang akan menolak apa yang tidak diketahuinya. Dengan kata lain, diserupakannya bentuk buah bumi dan buah surga agar manusia tidak segan memakannya. Hal yang berbeda adalah rasa buah surga yang rasanya jauh lebih nikmat meskipun memiliki bentuk yang sama dengan buah bumi.c. Azwaajun muthahharah secara bahasa berarti isteri-isteri yang suci. Suci di sini tidak selalu berarti suci dari hadas kecil maupun hadas besar yang kerap dipersepsikan oleh banyak ulama. Isteri yang suci bisa berarti kesucian batin, yakni isteri dengan sikap yang baik dan paras yang cantik (suci lahir dan batin).d. Khaliidun berarti kekal. Merupakan janji Allah bahwa eksistensi penghuni surga akan diberi kekekalan dan tanpa akhir. Sebab, merupakan sifat alamiah manusia yang akan khawatir kenikmatan akan berakhir. Namun Allah menjanjikan surga dengan kenikmatan tanpa akhir bagi mereka yang beriman dan bertakwa.

26. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan : "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,a. Ketidakmampuan manusia yang meragukan kebenaran al-Quran akan tantangan Tuhan menjadikan mereka hanya bisa mengkritik dan mencela al-Quran. Salah satu kritik mereka adalah kelemahan al-Quran yang menyebutkan hal-hal remeh dan tidak berdaya seperti baudhatan yang berarti nyamuk/kutu (serangga penghisap darah).b. Allah tidak malu dan tidak ragu menyebutkan hal-hal yang dianggap remeh seperti baudhatan. Sebab orang mumin akan meyakini hal tersebut sebagai kebenaran sebab orang kafir menganggap hal itu sebagai kekonyolan.c. Kebenaran akan al-Quran terhadap baudhatan dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern yang banyak mengkaji ilmu biologi. Nyamuk contohnya menyimpan berjuta-juta pengetahuan dalam proses metamorfosisnya, proses penghisapan darah dan sebagainya. Dimana semua proses yang dilakukan nyamuk dibantu oleh organ tubuhnya yang super canggih dan dalam bentuk yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia biasa (harus melalui metode ilmiah). Dan perlu dikatahui bahwa nyamuk menjadi hewan yang sangat berbahaya yang dapat membunuh manusia dan hewan besar (gajah) yang ukurannya ribuan kali lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa hal yang dianggap remeh belum tentu tidak memiliki hikmah, justru melalui isyarat akan mujizat ilmi ini Allah memperlihatkan kehebatan-Nya melalui keajaiban hewan-hewan yang dianggap remeh.d. Orang yang disesatkan adalah orang-orang yang fasiq. Apa yang dimaksud fasiq?

27. (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.a. Fasiq adalah (1) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan (2) memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan (3) membuat kerusakan di muka bumi.b. Yanqudhuna ahda Allah bermakan melanggar perjanjian atau melanggar sumpah dan kesaksian akan ketuhanan Allah (syahadat). Pelanggaran terhadap syahadat bermakna mengakui Allah sebagai Tuhan namun juga menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain atau berupa melakukan perbuatan yang dilarang oleh Tuhan.c. Yaqthauuna maa amara Allah bermakna memutuskan apa yang diperintahkan Allah. Beberapa ulama menafsirkan kalimat ini bermakna memutuskan tali silaturahmi. Beberapa juga berpendapat bahwa kalimat ini bermakna memutuskan (tidak menyampaikan) apa yang diperintahkan oleh Tuhan kepada manusia (tidak menyampaikan kebenaran pada mereka yang tidak tahu kebenaran - tidak berdakwah.d. Khaasirun berarti orang yang rugi. Orang yang meragukan al-Quran adalah orang fasiq dan orang fasiq adalah orang yang merugi.

28. Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?Allah mengajukan pertanyaan retoris dan meminta manusia berfikir bahwa Allahlah yang menghidupkan manusia dari kematian, kemudia mematikannya dari kehidupan dan kemudian membangkitkannya kembali di akhirat. Manusia tidak diberi sedikitpun kuasa untuk bisa menghindar dari ketetapan Tuhan yang ini, dalam artian bahkan manusia sendiri tidak memiliki kuasa atas dirinya sendiri dari kehidupan dan kematian yang Allah berikan. Jadi alasan apa lagi yang akan digunakan untuk menghindar dari perintah untuk menyembah-Nya?

29. Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatua. Khalaqa berarti menciptakan (menjadikan sesuatu yang semula tidak ada menjadi ada)b. Yang diciptakan adalah buah-buahan, tumbuhan dan hewan yang semula tidak ada, kemudian lahir sel-sel yang kemudian tersusun menjadi makhluk-makhluk yang kemudian dijadikan oleh-Nya sebagai rezeki yang bisa dimanfaatkan oleh manusia untuk melanjutkan eksistensinya di muka bumi.

C. KesimpulanBerbagai macam argumen ilmiah yang Allah sampaikan menjadi hikmah bagi manusia agar senantiasa istiqamah dalam penyembahan terhadap-Nya. Selain itu, terkandung juga rahasia ilmu pengetahuan yang Allah sampaikan secara implisit dalam ayat tersebut yang dapat mempermuddah kehidupan bagi mereka yang mampu menyingkapnya. Begitu banyak argumen logis yang tak terbantahkan yang Allah sampaikan sebagai bukti kewajaran penyembahan terhadapnya. Sehingga orang yang menghiraukan seruan ini terancam menjadi orang yang fasiq dan merugi.

TAFSIR AL-BAQARAH 30 - 39Oleh: Azim Izzul IslamiA. PendahuluanSurat al-Baqarah 30 39 berisi tentang kisah penciptaan manusia dan penunjukkan manusia sebagai khalifah di bumi. Penunjukkan khalifah ini ternyata menimbulkan pertanyaan dan keraguan pada malaikat. Namun setelah Allah menjelaskan Malaikat memahami dan taat, kecuali iblis. Iblis kemudian menjerumuskan Adam dalam dosa sehingga ia beserta isterinya kemudian Allah perintahkan untuk turun ke Bumi dan memaafkan kesalahan Adam.B. Pembahasan

30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."a. Khalifah berarti yang dibelakang. Maksudnya adalah yang berada di belakang Nabi, yaitu pemimpin setelah Nabi (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali). Manusia sebagai khalifah yang berarti menyusul menunjukkan bahwa ada khalifah sebelum manusia di bumi yang menjadi penghuni bumi. Khalifah juga sering diartikan sebagai pemimpin atau pemegang mandat. Manusia sebagai pemimpin berarti manusia menjadi pemegang mandat Tuhan dalam menjalankan prosedur-prosedur alam yang telah Allah tetapkan. Sebagai contoh, penciptaan laut agar dimanfaatkan ikannya, digunakan untuk berlayar dan lain-lain, penciptaan pohon agar dimanfaatkan buahnya, batangnya, akarnya dan sebagainya. Sehingga tidak sesuai dengan konsep kekhalifahan penyembelihan anak ayam, pemetikan bunga yang belum mekar dan sebagainya karena tidak ada manfaat dari perbuatan tersebut. b. Khalifah diakhiri ta marbutah tidak berarti menunjukkan gender (perempuan) karena tidak selalu kalimat yang diakhiri ta marbutah menunjukkan makna muannats. Artinyapemimpin bisa terdiri dari laki-laki bisa juga dari perempuan.c. Pertanyaan malaikat akan kekhawatiran penciptaan khalifah ini dikarenakan karena sebelum diciptakannya Adam, bumi telah dihuni oleh makhluk lain yang hobi merusak. Pertanyaan malaikat memiliki dasar argumen bahwa khalifah yang bumi yang diciptakan oleh Allah hanyalah perusak tidak seperti malaikat yang senantiasa bertasbih dan selalu taat pada-Nya. Namun kemudian Allah menjawab Aku lebih tahu sesuatu yang tidak kalian ketahui. Hal ini menunjukkan bahwa ketaatan malaikat tehadap Tuhan tidak bermanfaat bagi kekhalifahan di muka bumi. Sebab malaikat memang diciptakan untuk patuh dan tidak memiliki inisiatif untuk menyimpang. Padahal penyimpangan yang kerap dilakukan manusia merupakan inisiatif yang pada akhirnya banyak menghasilkan penemuan-penemuan yang berguna bagi fungsi kekhalifahan (keberlangsungan eksistensi manusia). Pada akhirnya malaikat juga kemudian diberi tugas berkaitan dengan kegiatan manusia.

31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!a. Allah mengajarkan ilmu alam kepada Adam sebagai bekal hidup Tuhan di muka bumi. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang akan menjalankan fungsi kekhalifahan harus mengetahui ilmunya. Orang yang hendak beribaddah harus tahu ilmu ibadah, orang hendak berdagang harus tahu ilmu berdagang dsb.b. Setelah Allah mengajarkan Adam, Adam unjuk gigi pada malaikat bahwa ia mampu menjadi khalifah di Bumi. Kemudian Allah menantang malaikat untuk melakukan sebagaimana yang adam lakukan dengan tujuan agar malaikat tahu bahwa Adam jauh lebih berkompeten menjadi khalifah di bumi dibanding malaikat.

32. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksanaa. Malaikat menjawab kami tidak tahu apa yang tidak diajarkan pada kami. Jawaban ini menunjukkan bahwa malaikat sudah mengetahui dan memahami tujuan kekhalifahan manusia.b. Ayat ini juga mengandung pengajaran bahwa kita perlu mengetahui apa yang perlu diketahui dan tidak perlu mengetahui apa yang tidak perlu ddiketahui. Sebab semakin banyak ilmu yang tidak perlu diketahui namun kita ketahui membuatnya menjadi ilmu yang tidak bermanfaat dan semakin membuat manusia semakin bingung. Sebagai ibarat semakin banyak koleksi baju akan semakin bingung memilih baju. Dan di antara salah satu ilmu yang tidak perlu diketahui adalah ilmu infotainment (acara gosip di televisi)

33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan ?"Allah kemudian menyuruh Adam menunjukkan kembali kemampuannya agar malaikat semakin yakin. Dan Allah menegaskan bahwa Allah mengetahui apa yang diri-Nya kerjakan.

34. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafira. Allah kemudian menyuruh malaikat sujud pada Adam dan seketika itu pula malaikat bersujud, namun iblis enggan sujud karena sikap takabburnya. Iblis merasa irinya lebih mulia dari manusia karena ia diciptakan dari api sedang Adam diciptakan dari tanah yang kotor dan hina.b. Ayat ini juga mengadnung pengajaran bahwa hendaknya kita menghormati seseorang tanpa melihat status sosial. Orang yang rendah status sosialnya bukan berarti tidak memiliki kemampuan untuk menjadi orang sukses. Terbukti dengan manusia yang dianggap kotor oleh iblis, namun memiliki kemampuan menjadi khalifah di bumi.

35. Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalima. Perintah Allah pada Adam untuk mengambil manfaat dari rezeki-rezeki surga dan melarang satu jenis makanan (khuldi) menunjukkan bahwa lebih banyak apa yang diperbolehkan oleh Tuhan dari yang dilarang-Nya. Sehingga ayat ini berkaitan dengan kaidah al-Ashlu al-Asyau al-Ibahah hatta yaddulla addalilu ala tahrimihab. Lafadz hadzihi asy syajarata menunjukkan posisi antara pohon, Adam dan Allah begitu dekat. Namun saat Adam memakan buah khuldi Allah menyeru (fanaada) yang berarti jauh. Artinya, orang baik dengan dengan Tuhan sedang orang berdosa dijauhi Tuhan.

36. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukana. Setan kemudian merayu Adam dan isterinya untuk memakan buah khuldi sehingga mereka berdua kemudian Allah turunkan ke bumi karena melanggar aturan Allah.b. Sebenarna tanpa memakan buah khuldipun Allah tetap akan menurunkan Adam ke bumi. Penurunan adam ke bumi yang seblumnya tinggal di surga melalui skenario memakan buah khuldi atas rayuan setan bertujuan untuk memberikan pengajaran pada Adam. Setidaknya ada beberapa pelajaran yang diterima Adam atas peristiwa ini:1) Setelah melihat surga (studi banding), Allah mengajarkan Adam untuk membuat bayang-bayang surga di bumi2) Allah memberitahu Adam bahwa di bumi dia punya musuh abadi, yakni setan.c. Mataaun berarti kesenangan yang tidak seberapa (ada kesenangan yang lebih).

37. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.Taaba berarti kembali. Pada hakikatnya Allah juga bertaubat. Namun taubat Allah berbeda dengan taubat manusia. Taubat Allah adalah dengan memaafkan sedang taubat manusia adalah meminta maaf. Taubatnya Allah jauh lebih aktif dibanding taubat manusia.

38. Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati"Setelah memakan buah khuldi kemudian Allah memerintahkan Adam beserta isterinya untuk turun ke bumi dan keluar dari surga. Pesan Allah kepada Adam yang telah menjadi penduduk bumi adalah agar senantiasa mengindahkan petunjuk-petunjuk yang Allah berikan. Hal ini menunjukkan bahwa Allah sudah memaafkan dosa Adam, sedang Adam diminta untuk tidak mengulangi kesalahannya yang menyimpang dari aturan Tuhan

39. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnyaAyat ini merupakan lanjutan dari ayat sebelumnya. Dimana orang yang mengindahkan peringatan Tuhan di bumi akan senantiasa mendapat kemudahan dan petunjuk dari Allah, sedangkan orang yang berpaling dari petunjuk Tuhan maka mereka termasuk golongan orang-orang kafir ahli neraka yang abadi.C. KesimpulanDari pemaparan di atas, setidaknya ada beberapa hal yang dapat kita simpulkan beberapa pokok bahasan, antara lain:1. Ingat fungsi kita sebagai khalifahAllah menciptakan Adam sebagai khalifah dengan tujuan agar manusia dapat mengelola dan mengambil manfaat dari bumi. Allah tidak menunjuk malaikat dengan segala kesempurnaannya untuk menjadi khalifah, melainkan menunjuk manusia yang penuh salah dan lupa. Tapi kekurangan manusia ini menjadi potensi pengelolaan SDA menjadi lebih optimal. 2. Tidak ada seorangpun bisa luput dari rayuan syetanKisah Adam yang termakan rayuan Iblis cukup menjadi pelajaran bahwa setan akan selali menjerumuskan manusia ke dalam neraka tanpa melihat status sosial.3. Allah mempunyai solusi bagi hamba-Nya yang tergelincir, yakni tobat.Allah memaafkan kesalahan Adam karena Adam mau mengakui kesalahannya dan bertobat kepada Allah. Allah adalah Maha Penerima Tobat, Dia juga tetap membimbing Adam yang pernah melakukan kesalahan karena tobat Adam kepada-Nya.

AL-QURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM YANG PALING UTAMAOleh: Azim Izzul IslamiA. PendahuluanAl-Quran merupakan kitab suci yang menjadi pedoman hidup manusia, khususnya orang Islam. Di dalamnya terdapat berbagai macam aturan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh manusia. Setidaknya ada 3 pokok bahasan al-Quran meliputi: Aqidah, Syariah dan akhlak. Dalam kajian syariah, al-Quran mengatur berbagai aspek kehidupan manusia seperti: munakahat, warats, muammalah, siyasah, jinayah, dualiyah dan sebagainya. Pada kesempatan ini, kita akan membahas tentang al-Quran sebagai sumber hukum yang paling utama dalam Islam.B. Pembahasan1. Definisi Al-QuranDitinjau dari bahasa, Al Qur'an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari kata benda (masdar) dari kata kerjaqara'a - yaqra'u - qur'ananyang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Konsep pemakaian kata tersebut dapat dijumpai pada salah satu surah al Qur'an yaitu pada surat al Qiyamah ayat 17 - Secara istilah, al Qur'an diartikan sebagai kalm Allah swt, yang diturunkan kepadaNabi Muhammadsaw sebagai mukjizat, disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah swt sendiri dengan perantara malaikat jibril dan mambaca al Qur'an dinilai ibadah kepada Allah swt. 2. Hukum IslamSecara sederhana Hukum Islam diartikan sebagai hukum atau aturan yang sesuai dengan ajaran Islam. Secara istilah Hukum Islam adalah seperangkat aturan yang berisi hukum-hukum syara yang bersifat terperinci, yang berkaitan dengan perbuatan manusia, yang dipahami dan digali dari sumber-sumber (al-Quran dan alHadis) dan dalil-dalil syara lainnya (ijtihad). Berdasarkan definisi ini, hukum Islam memiliki 2 cakupan makna, yakni syariah dan fiqh. Kedua istilah ini sering dipersamakan, padahal berbeda. Syariah menunjuk pada aturan hukum yang bersumber dari Allah dan Rasul-Nya (al-Quran dan Hadis), sedang Fiqh menunjuk pada aturan hukum yang dibuat oleh ulama yang digali dari al-Quran dan Hadis melalui ijtihad.Hukum Islam ada 2 macam:a. Hukum TaklifiHukum Taklifi sering disebut sebagai ahkam al-khamsah (hukum yang lima) meliputi: wajib, mandub (sunnah), mubah, makruh dan haram.b. Hukum WadhiHukum WadhI merupakan hukum yang menunjuk pada hukum taklifi. Ada beberapa macam hukum wadhI antara lain:1) Sabab yakni sesuatu yang menyampaikan pada sesuatu yang lain. Contoh: zawal asy-syams (tergelincirnya matahari) menjadi sebab wajibnya shalat dhuhur, maka jika Allah berkehendak untuk tidak menggelincirkan matahari tidak wajib shalat dhuhur.2) Syarat yakni sesuatu yang diperlukan untuk adanya sesuatu yang lain. Contoh: syarat shalat adalah bersuci (wudhu), maka tanpa bersuci shalat tidak sah3) Mani yakni sesuatu yang menghalangi sesuatu yang lain. Contoh: sebab waris adalah karena keturunan. Namun seorang anak yang membunuh bapaknya tidak berhak menerima waris (terhalang).4) Azimah5) Rukhsah6) ShihhahPenjelasan mengenai hal ini akan dijelaskan secara7) Buthlankomprehensif di lain kesempatan.8) Fasad3. Sumber Hukum IslamBerbicara sumber, maka akan muncul dalam benak kita tempat keluarnya sesuatu. Sumber hukum Islam diartikan dengan tempat hukum Islam berasal. Sebagai mana dijelaskan sebelumnya bahwa al-Quran menjadi sumber hukum Islam yang paling utama (diprioritaskan) dan diikuti oleh Hadis. Sebagaimana sebuah hadis menyatakan:

Artinya: aku tinggalkan 2 perkara untuk kalian dimana kalian tidak akan tersesat apabila berpegang tegunh padanya, yakni al-Quran dan SunnahNamun kita tidak boleh mengabaikan sumber yang lain, yakni Rayu (akal). Tuhan menciptakan akal agar kita mampu menggali substansi al-Quran dan Hadis sehingga tidak secara serampangan menafsirkannya. Potensi akal juga bisa digunakan agar manusia dapat menemukan hukum sesuatu yang tidak diatur secara tegas dalam nash. Sebab nash berbicara prinsip, dimana prinsip tersebut dapat diterapkan pada semua aspek kehidupan manusia.Secara umum, Sumber Hukum Islam meliputi:a. Al-Quran Firman Tuhanb. Hadis Meliputi Qaul, Afal dan Taqrir Nabi Muhammadc. Ijma Kesepakatan ulamad. Qiyas Analogi atau mempersamakanSelain keempat sumber hukum di atas, ada beberapa sumber hukum lain yang tidak disepakati oleh jumhur ulama, seperti : istihsan (menganggap baik/mencari dalil yang lebih tepat), istishab (keberlangsungan hukum hingga ada yang merubah), istishlah (maslahat/manfaat), urf (adat/budaya), sadz adzdzariah (menutup jalan), madzhab shahabi (madzhab sahabat), syaru man qablana (syariat orang terdahulu), dan sebagainya.4. Al-Quran sebagai Sumber Hukum Islam yang Paling UtamaAl-Quran yang diturunkan secara mutawatir, dari segi turunnya berkualitas qathi (pasti benar). Akan tetapi hukum-hukum yang dikandung al-Quran ada kalanya bersifat qathi (pasti benar) dan ada kalanya bersifat zhanni (Relatif benar). Menurut Abdul Wahab Khallaf, qathi adalah sesuatu yang menunjukkan kepada makna tertentu yang harus dipahami dari teks (ayat atau hadis). Qathi tidak mengandung kemungkinan takwil serta tidak ada tempat atau peluang untuk memahami makna selain makna yang ditunjukkan teks. Adapun Zhonni menurut kesepakatan ulama adalah dalil (ayat atau hadis) yang menunjuk kepada suatu makna yang mengandung pengertian lain.Dalam kajian hukum Islam, contoh ayat yang qathi adalah perintah shalat:

Artinya: "Dan dirikanlah shalat..." Dalil tersebut ditopang oleh sejumlah indikasi lain yang semua ulama mendukung pemaknaan perintah di dalam firman Allah Swt. di atas sebagai menunjukkan wajib. Misalnya kita menemukan adanya pujian terhadap orang yang mengerjakan shalat dan celaan terhadap orang yang meninggalkannya, adanya perintah shalat dalam keadaan duduk sekalipun apabila tidak bisa berdiri, atau berbaring apabila tidak bisa duduk, dan indikasi lainnya.Sedangkan contoh dalil yang dzanni adalah ayat tentang poligami:

Artinya: dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu milikiAyat ini memiliki berbagai macam pemaknaan. Beberapa ulama menganggap bahwa wawu athaf pada kalimat berarti wawu lil jami yang bermakna penambahan, ada juga yang berpendapat wawu athaf yang bermakna lit takhyir yang bermakna memilih.C. KesimpulanAl-Quran sebagai sumber hukum islam tidak dapat dipisahkan dari ikhtilaf (perbedaan pendapat) dalam menafsirkannya. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, nash hanya mengatur prinsip hukum, dimana akal diberi kewenangan untuk menafsirkannya tanpa membenturkannya dengan ayat yang lain. Perbedaan dalam menafsirkan ayat-ayat ahkam diperbolehkan, sebab hukum merupakan cabang (furu) bukan dasar (aqidah) dan perbedaan dalam penetapan hukum tidak dilarang, dan justru menjadi rahmat.