14
i TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUKO (Studi Penerapan Asas Mengikatnya Perjanjian/Pacta Sunt Servanda) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Oleh: JAE PRASETIO SAKUNTALA C100150030 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020

TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM …

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM …

i

TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM

PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUKO

(Studi Penerapan Asas Mengikatnya Perjanjian/Pacta Sunt Servanda)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1

pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Oleh:

JAE PRASETIO SAKUNTALA

C100150030

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020

Page 2: TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM …

i

HALAMAN PERSETUJUAN

TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM

PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUKO

(Studi Penerapan Asas Mengikatnya Perjanjian/Pacta Sunt Servanda)

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

JAE PRASETIO SAKUNTALA

C100150030

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

(Septarina Budiwati, S.H., M.H., C.N.)

Page 3: TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM …

ii

Page 4: TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM …

iii

Page 5: TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM …

1

TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM

PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUKO

(Studi Penerapan Asas Mengikatnya Perjanjian/Pacta Sunt Servanda)

Abstrak

Tujuan diadakannya perjanjian sewa menyewa adalah untuk memberikan hak

pemakaian kepada pihak penyewa sehingga benda yang bukan berstatus hak milik

dapat disewakan oleh pihak yang mempunyai hak atas benda atau barang tersebut.

Penelitian ini bertujuan mengetahui bentuk dan isi perjanjian sewa menyewa ruko

antara kedua belah pihak, mengetahui tanggung jawab hukum perjanjian sewa

menyewa ruko antara kedua belah pihak dan mengetahui penerapan asas

mengikatnya suatu perjanjian atau pacta sunt servanda pada perjanjian sewa

menyewa ruko antara kedua belah pihak. Penelitian ini menggunakan pendekatan

yuridis normatif. Jenis penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukan Bentuk

Perjanjian ini dibuat secara tertulis dibawah tangan dan telah memenuhi 4 (empat)

syarat sahnya perjanjian, Isi perjanjian sewa menyewa ruko di beteng di jelaskan

pada premis perjanjian yang berbunyi “kedua belah pihak dengan ini menerangkan

bahwa pihak kedua selaku pemilik sah dan telah setuju untuk menyewakan kepada

pihak pertama,dan pihak pertama telah setuju untuk menyewa dari pihak kedua

berupa: Ruko Blok A.” Hal ini berarti perjanjian ini benar sesuai dengan perjanjian

sewa menyewa pasal 1548 KUH Perdata dimana pihak yang satu mengikatkan

dirinya untuk memberikan kepada pihak lainnya kenikmatan dari suatu barang,

selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga. Hak dan kewajiban

para pihak sewa menyewa ruko di beteng berdasarkan pada pasal 1338 KUH Perdata.

Perjanjian sewa menyewa ruko di Benteng Trade Center dijalankan berdasarkan asas

pacta sunt servanda bahwa perjanjian yang dibuat secara sah maka mengikat kepada

para pihak untuk memenuhinya.

Kata Kunci: perjanjian sewa menyewa, asas pacta sunt servanda, tanggung jawab

hukum

Abstract

The purpose of holding a lease agreement is to give the right of use to the lessee so

that the object that is not the title can be leased by the party who has the right to the

object or goods. This study aims to determine the form and contents of the shop lease

agreement between the two parties, know the legal responsibilities of the shop lease

agreement between the two parties and know the application of the principle of

binding an agreement or pacta sunt servanda on the shop lease agreement between

the two parties. This research uses a normative juridical approach. Type of

qualitative research. The results of this research show that the form of this

Agreement is made in writing under the hand and has fulfilled 4 (four) conditions for

the legality of the agreement. has agreed to lease it to the first party, and the first

party has agreed to lease from the second party in the form: Ruko Blok A. "This

means that this agreement is true in accordance with the lease agreement article 1548

of the Civil Code in which one party is bound to give it to the party others enjoyment

of an item, for a certain time and with the payment of a price. The rights and

Page 6: TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM …

2

obligations of the parties to rent a shop in Beteng are based on article 1338 of the

Civil Code. The lease agreement for the shop house at Benteng Trade Center is based

on the principle of pacta sunt servanda that the agreement made legally is binding on

the parties to fulfill it.

Keywords: lease agreement, pacta sunt servanda principle, legal responsibility

1. PENDAHULUAN

Bangunan adalah suatu tempat kita untuk berlindung dari teriknya matahari dan

derasnya hujan. Semakin berkembangnya jaman, bangunan bukan hanya di

peruntukkan sebagai tempat berlindung dari teriknya matahari dan juga deras nya air

hujan, akan tetapi juga dapat difungsikan sebagai tempat jual beli barang. Tempat ini

biasa di sebut Rumah Toko atau orang indonesia biasa menyebutnya Ruko. Dalam

era Industrialisasi ini berkembangnya teknologi yang semakin maju maka kebutuhan

manusia akan semakin meningkat, seiring dengan berkembangan zaman. Pada

dasarnya manusia dituntut untuk memenuhi kebutuhannya. Karena keterbatasan

kemampuan yang berbeda-beda, tidak sedikit orang yang lebih cenderung memilih

jasa penyewaan ruko untuk usaha.

Ruko adalah sebutan bagi bangunan bangunan di Indonesia yang umumnya

bertingkat antara dua hingga lima lantai,dimana tempat tersebut biasanya disewakan

untuk tempat usaha. Ruko biasanya berpenampilan sederhana dan sering dibangun

bersama ruko-ruko lainnya yang sama atau mirip sebagai suatu komplek. Bagi

masyarakat yang taraf perekonomiannya tinggi yang mampu membangun ruko,

mereka dapat menyewakan ruko tersebut kepada orang orang yang membutuhkan.

Pada pasal 1548 KUHPerdata yang berbunyi “Sewa menyewa adalah suatu

perjanjian,dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan

kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang,selama suatu waktu tertentu

dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu

disanggupi pembayarannya”.

Sewa menyewa dalam hukum Islam dalam fiqih disebut dengan ijarah yang

menurut bahasa berarti al-ajru yang berarti al-iwadu atau ganti. Menurut istilah sewa

menyewa atau ijarah adalah memberikan manfat benda kepada orang lain dengan

suatu ganti pembayaran (Abdurrahman, 1992). kebolehan transaksi ijarah ini

Page 7: TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM …

3

didasarkan pada Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 233 sebagai

berikut:

Artinya: “Jika kamu hendak menyusukan anak kamu (kepada orang lain)

maka tidak bedosa apabila kamu memberikan pembayaran secara pantas.

Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ingatlah bahwa Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Baqarah: 233)

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat penulis kemukakan bahwa dalam

perjanjian sewa menyewa apabila yang menjadi objek transaksi adalah manfaat atau

jasa dari suatu benda disebut ijârah al’ain, seperti sewa menyewa rumah untuk

ditempati. Bila yang menjadi objek transaksi itu berupa manfaat atau jasa dari tenaga

seseorang disebut ijarah az-zimmah atau upah mengupah. Sekalipun objeknya

berbeda keduanya dalam konteks fiqih disebut al-ijârah (Ghazaly, 2010). Tujuan

diadakannya perjanjian sewa menyewa adalah untuk memberikan hak pemakaian

kepada pihak penyewa sehingga benda yang bukan berstatus hak milik dapat

disewakan oleh pihak yang mempunyai hak atas benda atau barang tersebut.

Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya pada satu orang lain atau lebih

(Budiwati, 2018). dari peristiwa ini terciptanya suatu hubungan hukum antara dua

orang tersebut yang di namakan perikatan. Dalam suatu perjanjian biasanya

melibatkan dua pihak yaitu pihak yang mengikatkan dirinya untuk memberikan

kenikmatan dari suatu barang (pemberi sewa) dan pihak yang menerima dan

merasakan kenikmatan dari suatu barang sewa (penyewa),maka sudah sepatutnya

penyewa memberikan perlindungan hukum terhadap barang yang disewakan

terhadap penyewa (Harahap,1986).

Adapun perjanjian yang sah, ada bila perjanjian yang memenuhi syarat-syarat

yang ditentukan undang-undang, dengan demikian perjanjian tersebut diakui oleh

hukum. Seperti disebutkan dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Page 8: TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM …

4

mengenai syarat syahnya perjanjian yaitu: Ada persetujuan kehendak antara para

pihak yang mengadakan perjanjian (consessus). ada kecakapan para pihak untuk

suatu perjanjian (capacity), ada sesuatu hal tertentu (certain subject metter) dan, ada

sebab yang halal (legal cause) (Kadir, 1982).

Perjanjian yang sudah dibuat secara sah maka mengikat kepada para pihak

untuk memenuhinya. Dalam pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata, yang menyatakan bahwa “setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku

sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak itu mengikat para pihak

tersebut, Dalam hal salah satu pihak dalam perjanjian tidak melaksanakanya, maka

pihak lain dalam pelaksanaan berhak untuk memaksakan pelaksanaan melalui

mekanisme dan jalur hukum yang berlaku (Subekti, 1995). Perjanjian itu mengikat

kepada para pihak yang membuatnya artinya menimbulkan tanggung jawab hukum

untuk memenuhinya “pacta sunt servanda atau janji itu mengikat”

Hukum sewa menyewa juga tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor.44

Tahun 1994 yaitu tentang jaminan hukum antara pemilik properti dan penyewa, asal

terdapat perjanjian tertulis yang sah. Perjanjian tertulis tersebut berisi 3 klausa yang

penting yakni hak dan kewajiban pemilik dan penyewa, jangka waktu sewa, beserta

harga sewa properti.

Dalam penelitian ini penulis akan membahas mengenai pelaksanaan perjanjian

sewa menyewa ruko di beteng, dalam penerapan asas pacta sunt servanda yaitu

mengikatnya tanggung jawab hukum kepada para pihak untuk memenuhinya.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat

permasalahan tersebut dengan melakukan penelitian skripsi yang berjudul “

TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN SEWA

MENYEWA RUKO (Studi penerapan Asas Mengikatnya Perjanjian/Pacta Sunt

Servanda).

2. METODE

Metode penelitian menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu metode

pendekatan dengan menggunakan sumber data sekunder (Soemitro, 1990).

Page 9: TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM …

5

Menggunakan jenis penelitian penelitian kualitatif dengan menggunakan studi

pustaka sebagai acuannya. Mengenai penelitian ini, penulis akan menggunakan

metode pendekatan deskriptif yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat

suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan ada

tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat

(Amiruddin dan Asikin, 2012). Menggunakan jenis data sekunder berupa bahan

hukum pimer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer yang digunakan

adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Bahan hukum sekunder adalah

sumber data yang berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan

dokumen-dokumen (Marzuki, 2007). Teknik pengumpulan data melalui studi

lapangan dengan observasi dan wawancara serta tinjauan kepustakaan. Wawancara

adalah merupakan alat pengumpul data untuk memperoleh informasi langsung dari

responden (Ishaq, 2017). Observasi adalah merupakan alat pengumpul data yang

biasanya dipergunakan, apabila tujuan penelitian hukum yang bersangkutan adalah

mencatat perilaku hukum sebagaimana terjadi di dalam kenyataan. Metode analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif

adalah suatu analisis data yang digunakan untuk aspek-aspek normatif (yuridis)

melalui metode yang bersifat deskriptif analisis, seperti menguraikan gambaran dari

data yang diperoleh dan menghubungkannya satu sama lain untuk mendapatkan

suatu kejelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga memperoleh

gambaran yang baru ataupun menguatkan suatu gambaran yang sudah ada atau

sebaliknya. Data tersebut kemudian dianalisa secara interpretative menggunakan

teori maupun hukum positif yang telah dituangkan kemudian secara deduktif ditarik

kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada (Sugugono, 2003).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Bentuk dan Isi Dari Perjanjian Sewa Menyewa Ruko di Benteng Trade

Center

Bentuk dan isi perjanjian sewa menyewa ruko dibuat secara tertulis dibawah tangan,

para pihak dalam perjanjian ini menuangkannya dalam bentuk tertulis mengenai

kepentingan mereka dalam perjanjian, syarat-syarat yang diperjanjikan serta

Page 10: TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM …

6

kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi dalam perjanjian. Bentuk perjanjian yang

dibuat secara tertulis ini merupakan wujud dari Asas Kebebasan berkontrak yang

dianut oleh Buku III Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Selain berisi nama para pihak, perjanjian tersebut memuat klausul-klausul yang

dijabarkan dalam pasal-pasal, yang antara lain mengatur tentang objek yang

disewakan, ketentuan-ketentuan khusus, harga sewa, biaya service charge, kewajiban

pihak pertama,masa berlaku perjanjian, tambahan, hak dan kewajiban pihak kedua,

pengembalian objek sewa, perpanjang sewa menyewa, lain-lain, penutup serta

ketentuan tentang tata cara penyelesaian sengketa dan domisili hukum.

Asas kebebasan berkontrak diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-

undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa : “Semua perjanjian yang dibuat

secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Dengan

menekankan pada perkataan semua, maka Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-undang

Hukum Perdata ini berisi suatu pernyataan kepada masyarakat bahwa kita

diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja atau tentang apa

saja, dan perjanjian itu akan mengikat mereka yang membuatnya seperti suatu

undang-undang. Asas kebebasan berkontrak memberikan kebebasan kepada

seseorang untuk mengadakan atau tidak mengadakan perjanjian dalam bentuk lesan

atau tertulis, mengadakan perjanjian dengan siapapun, menentukan isi, syarat dan

luasnya perjanjian.

Meskipun para pihak bebas untuk membuat perjanjian apa saja, hal ini tidak

berarti para pihak yang membuat perjanjian bisa seenaknya untuk membuat

perjanjian apa saja yang disukainya. Pasal 1337 KUH Perdata memberikan

pembatasan dalam membuat perjanjian. Pasal ini menyebutkan bahwa suatu sebab

adalah terlarang, apabila dilarang oleh Undang-undang atau apabila berlawanan

dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum. Jika bunyi Pasal 1337 KUH Perdata

ini dikaitkan dengan asas kebebasan berkontrak yang dianut oleh Buku III Kitab

Undang-undang Hukum Perdata, maka dapat dikemukakan suatu pernyataan bahwa

para pihak bebas untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan

perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum.

Dengan demikian, asas kebebasan berkontrak yang disebut juga dengan istilah

Page 11: TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM …

7

“sistem terbuka” ini memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat

untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar

ketertiban dan kesusilaan.

Pada premis perjanjian dijelaskan “kedua belah pihak dengan ini menerangkan

bahwa pihak kedua selaku pemilik sah dan telah setuju untuk menyewakan kepada

pihak pertama,dan pihak pertama telah setuju untuk menyewa dari pihak kedua

berupa: Ruko Blok A.” Hal ini berarti perjanjian ini benar sesuai dengan perjanjian

sewa menyewa pasal 1548 KUH Perdata dimana pihak yang satu mengikatkan

dirinya untuk memberikan kepada pihak lainnya kenikmatan dari suatu barang,

selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga.

Berdasarkan isi dan tujuan diadakan perjanjian sewa menyewa ruko antara ibu

nila nur’aini, SE dengan PT.Andalan Propertindo, maka dapat dinyatakan bahwa

perjanjian sewa menyewa ruko tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban

umum. Oleh karena itu, meskipun perjanjian sewa menyewa ruko tidak diatur dalam

Undang-undang, tetapi perjanjian ini tidak dilarang untuk dilaksanakan, asalkan

dalam pelaksanaannya telah memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian seperti yang

dintatakan dalam Pasal 1320 KUHPerdata yakni adanya persesuain kehendak atau

kesepakatan dari mereka yang membuat perjanjian, kecapakan untuk membuat

perjanjian, ada suatu hal tertentu, dan sebab yang halal.

Selain asas kebebasan berkontrak yang dianut dalam perjanjian sewa menyewa

rumah tersebut, juga menganut Asas kepercayaan. Asas kepercayaan ini mengandung

pengertian bahwa setiap orang yang akan mengadakan perjanjian akan memenuhi

setiap prestasi yang diadakan di antara mereka di belakang hari. Jadi perjanjian

tersebut menumbuhkan kepercayaan di antara kedua pihak yang mengadakan

perjanjian bahwa satu sama lain akan memegang janjinya. Dengan kata lain akan

memenuhi prestasinya di belakang hari. Tanpa adanya kepercayaan ini, maka

perjanjian itu tidak mungkin akan diadakan oleh para pihak.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat peneliti jelaskan bahwa perjanjian sewa

menyewa ruko antara Ibu nila nur’aini, SE dengan PT. Andalan Propertindo yang

dilakukan secara tertulis menurut peneliti sudah sah menurut hukum yang berlaku.

Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

Page 12: TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM …

8

Perdata, bahwa suatu perjanjian dinyatakan sah apabila telah memenuhi 4 (empat)

syarat komulatif.

3.2 Tanggung Jawab Hukum dari Para Pihak

Adanya hak dan kewajiban pada masing – masing pihak atau tanggung jawab hukum

dari masing – masing pihak. Apa yang menjadi kewajiban pihak pertama merupakan

hak dari pihak kedua, sedangkan kewajiban pihak kedua merupakan hak pihak

pertama selama perjanjian ini berlangsung. Kedua belah pihak harus memahami dan

menaati hak dan kewajiban masing – masing yang telah disepakati agar jalannya

perjanjian ini berlangsung dengan baik dan lancar tanpa adanya problematika atau

masalah di kemudian hari. Tanggung jawab hukum ini berlaku mengikat bagi para

pihak sejak adanya perjanjian hingga masa perjanjian berakhir.

Perjanjian tidak hanya diatur dalam hukum positif saja tetapi juga diatur

didalam al quran, Menurut surat Al Maidah ayat 1 yang artinya, Hai orang-orang

yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu..

Juga pada surat al Isra ayat 34 yang artinya Dan penuhilah janji; sesungguhnya

janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.

3.3 Penerapan Asas Pacta sunt Servanda

Perjanjian sewa menyewa ruko di Benteng Trade Center dijalankan berdasarkan asas

pacta sunt servanda bahwa perjanjian yang dibuat secara sah maka mengikat kepada

para pihak untuk memenuhinya. Dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang

menyatakan bahwa “perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang

undang bagi mereka yang membuatnya”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

perjanjian yang dibuat oleh para pihak itu mengikat para pihak tersebut. Dalam hal

salah satu pihak dalam perjanjian tidak melaksanakanya, maka pihak lain dalam

pelaksanaan berhak untuk memaksakan pelaksanaan melalui mekanisme dan jalur

hukum yang berlaku. Perjanjian itu mengikat kepada para pihak yang membuatnya

artinya menimbulkan tanggung jawab hukum untuk memenuhinya. Sehingga

terjadilah hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian tersebut.

Page 13: TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM …

9

4. PENUTUP

Bentuk Perjanjian ini dibuat secara tertulis dibawah tangan dan telah memenuhi 4 (

empat ) syarat sahnya perjanjian. Isi perjanjian sewa menyewa ruko di beteng di

jelaskan pada premis perjanjian yang berbunyi “kedua belah pihak dengan ini

menerangkan bahwa pihak kedua selaku pemilik sah dan telah setuju untuk

menyewakan kepada pihak pertama,dan pihak pertama telah setuju untuk menyewa

dari pihak kedua berupa: Ruko Blok A.” Hal ini berarti perjanjian ini benar sesuai

dengan perjanjian sewa menyewa pasal 1548 KUH Perdata dan memenuhi pasal

1338 KUH Perdata.

Hak dan kewajiban para pihak sewa menyewa ruko di beteng dibuat

berdasarkan pasal 1338 KUH Perdata dan telah sesuai.

Perjanjian sewa menyewa ruko di Benteng Trade Center dijalankan

berdasarkan asas pacta sunt servanda bahwa perjanjian yang dibuat secara sah maka

mengikat kepada para pihak untuk memenuhinya.

Bagi pihak pertama / pemilik ruko, Dalam melaksanakan perjanjian sewa

menyewa ruko pihak yang pemilik ruko harus mematuhi peraturan dan memenuhi

kewajiban yang sudah disepakati agar pelaksanaan perjanjian sewa menyewa ruko

berjalan dengan lancar dan tidak mengalami kerugian.

Bagi pihak kedua / penyewa ruko, Sebelum menyepakati perjanjian sewa

menyewa ruko yang sudah dibuat oleh kedua belah pihak, pihak penyewa harus

benar - benar mempelajari dengan baik akta perjanjian sewa menyewa ruko tersebut

agar tidak terjadi kesalahpahaman dikemudian hari. dan harus mematuhi peraturan

dan memenuhi kewajiban yang sudah di sepakati agar pelaksanaan perjanjian sewa

menyewa ruko tersebut berjalan dengan lancar dan tidak mengalami kerugian.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Masduha. (1992). Pengantar dan Asas-asas Hukum Perdta Islam,

Surabaya: Central Media.

Amiruddin dan Zainal Asikin. (2012). Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:

Rajawali Pers.

Page 14: TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM …

10

Budiwati, Septarina. (2018). Buku Ajar Hukum Perdata. Muhammadiyah University

Press: Surakarta.

Ghazaly, Abdul Rahman,dkk. (2010). Fiqih Muamalat. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Harahap, M. Yahya. (1986). Segi Segi Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni.

Ishaq. (2017). Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta

Disertasi, Bandung: Alfabeta.

Kadir, Muhammad Abdul. (1982). Hukum Perikatan. Bandung: Bandung Press.

Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

Marzuki, Peter Mahmud. 2007). Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana.

Soemitro, Ronny Hamitjo. (1990). Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri,

Semarang: Ghalia Indonesia.

Subekti. (1995). Aneka Perjanjian, cet.10. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Sugugono, Bambang. (2003). Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.