44
1 www.bppaudnisurabaya.id edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II) PEMIMPIN REDAKSI/PENANGGUNG JAWAB Eko Yunianto REDAKTUR PELAKSANA M. Subchan Sholeh DEWAN REDAKSI Eko Yunianto Edi Basuki Abdoel Muntholib Mukharlis Yunizal Lilik Rahajoe Lestari Ary Widyastu M. Subchan Sholeh REDAKTUR Edi Basuki Mukharlis Yunizal Lilik Rahajoe Lestari Ary Widyastu Abdoel Muntholib PENATA LETAK Ahmad Abdul Ghofur SEKRETARIS REDAKSI Ahmad Abdul Ghofur ALAMAT REDAKSI Kantor BP-PAUDNI Reg. II Surabaya Jl. Gebang Puh 10 Sukolilo, Surabaya 60117 Telp/Fax. 031 5925972, 5945101/031 5953787 LAMAN www.bppnfi-reg4.net Tantangan Sabu Raijua SALAM REDAKSI S abu Raijua, sebuah kabupaten yang letaknya paling selatan di Nusa Tenggara Timur, bahkan di Indonesia. Kabupaten ke-21 di Nusa Tenggara Timur yang merupakan pemeka- ran dari Kabupaten Kupang pada tahun 2008 ini, memiliki luas 460,54 km 2 . Penduduknya berjumlah 80.897 orang (BPS Sabu Raijua, 2014). Menurut Marthen Luther Dira Tome (50), Bupa- ti pertama Sabu Raijua, wilayahnya memiliki kekayaan alam yang potensial dikembangkan melalui pendidikan luar sekolah. Khususnya untuk mengatasi masalah kemiskinan dan pengang- guran. Selain hasil bumi dan hasil lautnya, Sabu Raijua juga memili- ki potensi wisata yang luar biasa. Lautnya memiliki potensi wisa- ta snorkeling, diving, maupun surfing. Di daratan, potensi wisata alam, sejarah, dan budaya tidak kalah menariknya. Meskipun di permukaan tampak kerontang, dengan program “Kebun Rakyat Mandiri”, pada puncak musim kemarau, orang Sabu Raijua panen dimana-mana. Panen jagung, panen bawang dan panen berbagai hasil bumi yang mereka tanam saat musim kering. La- gi-lagi sentuhan pada potensi manusianya menjadi penting un- tuk kemakmuran Sabu Raijua. Inilah yang menjadi alasan mengapa Bupati Sabu Raijua mendirikan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) pada saat banyak pemerintah daerah berpaling dari UPT Daerah ini. Menurut Bu- pati Sabu Raijua, dalam melaksanakan berbagai program pem- bangunan yang ada, baik ekonomi, pendidikan, harus dilakukan pendampingan-pendampingan. Lembaga dibutuhkan. Salah satu yang sangat perlu khususnya di bidang pendidikan dan ekono- mi. Untuk itu perlu didirikan sebuah UPT bernama SKB. Karena di UPT ini selain memberikan pembelajaran pada masyarakat melalui percontohan-percontohan, tapi juga akan berakibat ter- hadap keterampilan dan ekonomi masyarakat. Selain tantangan Sabu Raijua untuk maju melalui insan pen- didikan luar sekolah, edisi ini mengulas sepintas pro kontra pen- gaturan sekolah rumah atau homeschooling. Diundangkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 129 Ta- hun 2014 tentang Sekolahrumah, yang merupakan bentuk pen- gakuan pemerintah terhadap pendidikan informal (yang sela- ma ini terkesan dibiarkan) disikapi dengan penolakan sebagian pelaku sekolah rumah. Apa alasannya? dapat dibaca di edisi kali ini.

Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

1www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

PEMBINA Pria Gunawan

(Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

PEMIMPIN REDAKSI/PENANGGUNG JAWAB Eko Yunianto

REDAKTUR PELAKSANAM. Subchan Sholeh

DEWAN REDAKSI Eko Yunianto

Edi Basuki Abdoel MuntholibMukharlis Yunizal

Lilik Rahajoe Lestari Ary Widyastuti

M. Subchan Sholeh

REDAKTUREdi Basuki

Mukharlis Yunizal Lilik Rahajoe Lestari

Ary WidyastutiAbdoel Muntholib

PENATA LETAKAhmad Abdul Ghofur

SEKRETARIS REDAKSIAhmad Abdul Ghofur

ALAMAT REDAKSI Kantor BP-PAUDNI Reg. II Surabaya

Jl. Gebang Putih 10 Sukolilo, Surabaya 60117 Telp/Fax. 031 5925972, 5945101/031 5953787

LAMAN www.bppnfi-reg4.net

Tantangan Sabu Raijua

SALAM REDAKSI

Sabu Raijua, sebuah kabupaten yang letaknya paling selatan di Nusa Tenggara Timur, bahkan di Indonesia. Kabupaten ke-21 di Nusa Tenggara Timur yang merupakan pemeka-

ran dari Kabupaten Kupang pada tahun 2008 ini, memiliki luas 460,54 km2. Penduduknya berjumlah 80.897 orang (BPS Sabu Raijua, 2014). Menurut Marthen Luther Dira Tome (50), Bupa-ti pertama Sabu Raijua, wilayahnya memiliki kekayaan alam yang potensial dikembangkan melalui pendidikan luar sekolah. Khususnya untuk mengatasi masalah kemiskinan dan pengang-guran.

Selain hasil bumi dan hasil lautnya, Sabu Raijua juga memili-ki potensi wisata yang luar biasa. Lautnya memiliki potensi wisa-ta snorkeling, diving, maupun surfing. Di daratan, potensi wisata alam, sejarah, dan budaya tidak kalah menariknya. Meskipun di permukaan tampak kerontang, dengan program “Kebun Rakyat Mandiri”, pada puncak musim kemarau, orang Sabu Raijua panen dimana-mana. Panen jagung, panen bawang dan panen berbagai hasil bumi yang mereka tanam saat musim kering. La-gi-lagi sentuhan pada potensi manusianya menjadi penting un-tuk kemakmuran Sabu Raijua.

Inilah yang menjadi alasan mengapa Bupati Sabu Raijua mendirikan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) pada saat banyak pemerintah daerah berpaling dari UPT Daerah ini. Menurut Bu-pati Sabu Raijua, dalam melaksanakan berbagai program pem-bangunan yang ada, baik ekonomi, pendidikan, harus dilakukan pendampingan-pendampingan. Lembaga dibutuhkan. Salah satu yang sangat perlu khususnya di bidang pendidikan dan ekono-mi. Untuk itu perlu didirikan sebuah UPT bernama SKB. Karena di UPT ini selain memberikan pembelajaran pada masyarakat melalui percontohan-percontohan, tapi juga akan berakibat ter-hadap keterampilan dan ekonomi masyarakat.

Selain tantangan Sabu Raijua untuk maju melalui insan pen-didikan luar sekolah, edisi ini mengulas sepintas pro kontra pen-gaturan sekolah rumah atau homeschooling. Diundangkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 129 Ta-hun 2014 tentang Sekolahrumah, yang merupakan bentuk pen-gakuan pemerintah terhadap pendidikan informal (yang sela-ma ini terkesan dibiarkan) disikapi dengan penolakan sebagian pelaku sekolah rumah. Apa alasannya? dapat dibaca di edisi kali ini.

Page 2: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

2 BP-PAUDNI Regional II

DAFTAR ISI

LAPORAN UTAMA

01

LANGKAH MAJU SABU BERSAMA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

12

SKB SABU RAIJUA MERAJUT ASA

16

GELIAT PEMBANGUNAN DI RAI HAWU

RAGAM KOLOM WAWANCARA

24 34Bupati Sabu Raijua Ir Marthen Lu-ther Dira Tome (50) bicara panjang lebar soal tekadnya memajukan tanah kelahirannnya. Salah satunya melalui pendidikan luar sekolah (PLS), dunia yang telah membesarkan namanya.

Terbitnya regulasi baru membawa an-gin segar bagi eksistensi homeschool-ing di Indonesia. Sejumlah catatan disampaikan pengelola homeschool-ing agar regulasi baru tak membatasi ruang gerak homeschooling.

HOMESCHOOLING MEMASUKI BABAK BARU

30

Kebodohan adalah sesuatu yang hidup. Tidak bodoh saat ini belum tentu tidak bodoh kemudian hari, bodoh hari ini belum tentu bodoh di masa nanti. Menjaga diri untuk men-jadi tidak bodoh adalah usaha tiada henti setiap insan manusia.

IKHTIAR AKSARA PEMIMPIN MENUJU MASYARAKAT CERDAS

Page 3: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

3www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

Berjarak sekitar 30 Kilometer (Km) dari Kalabahi, ibukota Kabu-paten Alor, atau menempuh waktu sekitar 45 menit, berdiri sebuah desa yang masih memegang teguh buda-ya leluhur. Desa adat yang berteng-ger di atas pegunungan ini menyu-guhkan pemandangan sekitar yang menawan. Lokasi yang berhadapan langsung dengan Teluk Bantelang, menghadirkan eloknya hamparan laut seluas langit yang memeluk barisan perbukitan di sekitarnya. Kapas-kapas awan berpencar-pen-car menawan di horison biru muda. Terbentang tak terhingga.

Kampung bernama Takpala ini berada di Desa Lembur Barat, Ke-camatan Alor Tengah Utara. Tangga batu berlanjut dengan jalan menda-ki beraspal menjadi pintu masuk desa yang didiami suku Abui. Nama desa diambil dari kata “tak” (pem-batas) dan “pala” (kayu). Ini kare-na kayu merupakan pembatas seka-ligus tempat berlindung bagi Suku Abui yang menghuni desa ini. Kayu bersama bambu dan ilalang menja-

di bahan baku utama rumah-rumah adat di sini. Tak ada satu pun batu, atau semen yang digunakan untuk mendirikan rumah adat.

“Kerangka rumah ini me-makai bambu licin,” ujar Martinus Kafelkai (42), penjaga Desa Takpa-la dari keturunan Suku Abui, Suku Kapitang dan Suku Maran.

Martinus menerangkan, da-lam rumah adat yang disebut Fala Foka ini ada empat tingkat atau lantai dengan fungsi berbeda. Ting-kat pertama berfungsi laiknya ru-ang keluarga untuk berkumpul dan menerima tamu. Di tingkat kedua yang memiliki luas serupa dengan tingkat pertama, digunakan seba-gai dapur dan tempat tidur. Mereka masih memasak secara tradisional dengan tungku batu. Berbagai per-alatan memasak diletakkan di rak bambu yang menempel di dinding.

Pada tingkat ketiga dipakai se-bagai area menyimpan bahan ma-kanan atau hasil pertanian. Di ting-kat keempat dengan luas area yang sempit, digunakan sebagai tempat

Budaya Terjaga di Desa Takpala

KLIK

Searah jarum jam :Fala Foka, rumah adat bertingkat empat

di Desa Takpala.

Tingkat pertama yang berfungsi sebagai ruang keluarga, dan ruang tamu.

Tingkat kedua berfungsi sebagai dapur dan tempat tidur.

Benda adat untuk upacara adat

Moko, nekara perunggu untuk mahar.

Naskah : M. Subchan SFoto : M. Subchan S - Alief Habibiy

12

16

Page 4: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

LAPORAN UTAMA

4 BP-PAUDNI Regional II

menyimpan benda adat seperti gong, senjata, hingga moko yaitu nekara perunggu untuk mahar.

Rumah adat ini bahkan disebut Unesco (Badan PBB untuk Sains, Pendidikan dan Kebudayaan), se-bagai rumah tradisional bertingkat empat pertama di dunia. Terdap-at 15 rumah Fala Foka di Takpala. Martinus mengungkapkan, ada 13 kepala keluarga atau 43 jiwa yang menghuni itu. Dalam satu rumah adat biasanya dihuni satu atau dua keluarga.

Ada pula sepasang rumah suku yang disebut dengan rumah lopo. Rumah adat ini berbentuk limas, dan beratap ilalang seperti gazebo. Ornamen ukiran hitam dan putih di dinding bambu setinggi sekitar satu meter menjadi pembeda dua rumah adat itu. Bangunannya berbahan

kayu yang ditopang oleh enam tiang kayu merah.

Rumah suku ini hanya dibuka pada saat tertentu. Tepatnya saat mulai masuk musim tanam dengan ritual Tifoltol atau buka lahan.

Martinus menambahkan, kehidu-pan sehari-hari warga Suku Abui ditopang dari aktivitas berladang dan berburu hasil hutan di bela-kang desa oleh kaum pria. Termasuk pula mengolah hasil hutan untuk di-jadikan suvenir yang ditekuni kaum perempuan. Misalnya, biji-bijian yang dijadikan gelang, dan kalung. Ada juga gelang dan cincin dari akar pohon. Bambu dianyam jadi tas selempang yang disebut tas fu-lak untuk membawa sirih pinang atau tempat menyimpan uang.

Selain itu, kaum perempuan Takpala juga menghasilkan tenun

ikat dalam berbagai bentuk seperti selendang, syal, sarung dan lemba-ran kain. Motif dan warnanya be-ragam seperti bunga, kepiting, ku-ra-kura dan ikan dalam kombinasi warna hitam, merah, kuning, dan biru. Kerajinan tenun ini dibandrol dengan harga Rp 50 - 300 ribu.

Desa yang telah mendunia ini ru-tin menerima kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara set-iap tahunnya. Untuk melindungin-ya, Pemkab Alor telah menetapkan Takpala sebagai cagar budaya.

Searah jarum jam:Sepasang rumah lopo, rumah suku yang 1. hanya dibuka pada waktu-waktu tertentu.Papan penunjuk menuju Desa Takpala2. Martinus Kafelkai, penjaga Desa Takpala.3. Aneka suvenir berupa gelang, kalung, dan 4. cincin dari akar dan biji-bijian buatan warga perempuan Desa Takpala.

Page 5: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

5www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

facebook.com/aniesbaswedan

Page 6: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

LAPORAN UTAMA

6 BP-PAUDNI Regional II

“Saya berharap (Sabu Raijua) jadi binaan langsung BPPAUDNI.

Lebih baik kita manfaatkan rekan sejawat karena potensi PLS di Sabu sangat besar,” ujar Bupati Sabu Ra-ijua, Marthen Luther Dira Tome (50)

dengan mimik wajah serius. Lugas sekali Marthen menyam-

paikan permintaan itu saat berau-diensi dengan jajaran manajemen dan staf Balai awal Maret silam. Tak heran, Kepala Balai Pria Gunawan

(53), Kasi Program Endah Warsiati (51), Kasi Informasi dan Kemitraan Eko Yunianto (48), Koordinator Pa-mong Belajar (PB) Balai Widya Ayu Puspita (39), dan anggota tim Mod-el Batung Bingar Erfan Agus Munif

LANGKAH MAJU SABU BERSAMA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAHTekad Sabu Raijua mengejar ketinggalan pembangunan dengan kabupaten lain di Nusa Tenggara Timur (NTT) tak terbendung lagi. Kabupaten terbungsu di bumi Nusa Cendana itu membidik pendidikan luar sekolah (PLS) sebagai salah satu strategi akselerasi pembangunan di teras nusantara. Balai digandeng sebagai mitra strategis.

Page 7: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

7www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

(39), menyimak serius paparan Mar-then siang itu.

Seolah ingin menunjukkan kes-eriusannya, Marthen meminta Balai segera memetakan potensi PLS di wilayahnya.

“Kami siap jadi laboratorium percontohan binaan BPPAUDNI. Silahkan datang, minimal satu min-ggu untuk bisa mengenali potensi Sabu Raijua,” jelas mantan Kepala Bidang (Kabid) PLS Dinas Pendidi-kan, Pemuda, dan Olahraga (PPO)

Provinsi NTT itu.Kenyang asam garam di dunia

PLS membuat Marthen bertekad menjadikan PLS sebagai salah satu motor pembangunan di bumi Rai Hawu. Dia juga tak mau setengah-setengah.

“Saya dikenal sebagai orang PLS, maka PLS harus jadi yang ter-baik (di Sabu),” tandas Marthen.

Balai sudah seperti rumah ked-ua Marthen. Semasa aktif sebagai pamong belajar (PB) di SKB Ende pada tahun 1992-1996, dia rajin mengikuti berbagai pelatihan yang digelar Balai. Berselang hampir dua dekade kemudian, dia kembali menginjakkan kakinya di Balai. Na-mun, kali ini Marthen datang den-gan status berbeda. Ia hadir sebagai bupati di salah satu pulau terdepan Indonesia.

“Ketika saya mau datang ke sini kemarin, saya merasa bah-wa saya kembali ke rumah sendiri,”selorohnya disambut tawa peserta rapat.

“Di sini soalnya teman-teman saya semua, jadi bisa lebih hangat untuk bicara PLS,” sambungnya.

Marthen tak datang sendiri. Tu-rut bersamanya adalah Kabid PLS Dinas Pendidikan Kab. Sabu Raijua Yulens Koro dan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SKB Kab. Sabu Rai-jua Lady HY Buli (40). Dalam kun-jungan perdananya sebagai bupati, Marthen menyampaikan tekadnya untuk memajukan PLS di daerah-nya.

“Ketika saya datang ke Sabu, PLS harus diutamakan. Itu kerind-uan dan cita-cita saya,” tandasnya.

Demi mewujudkan tekad itu, Marthen merasa perlu datang ke Surabaya untuk berkonsultasi den-gan jajaran manajemen dan PB Balai. Marthen lantas bercerita pan-jang lebar soal kondisi PLS dan ke-kayaan alam wilayahnya yang po-tensial dikembangkan melalui PLS.

“Masyarakat Sabu Raijua ini banyak sekali yang buta huruf, tapi tidak buta semuanya. Indikator kita, baca tulis hitung. Kalau tiga

ini selesai, baru bisa dikatakan sele-sai untuk aksara,” jelasnya.

Dia mengungkapkan, profil pe-nyandang buta aksara di Sabu cu-kup unik. Ada yang bisa baca tapi belum bisa menulis. Ada pula yang bisa baca tapi belum bisa berhitung. Dia juga sadar perlu kerja keras un-tuk menjaring mereka yang belum menguasai tiga kemampuan dasar beraksara ini.

Marthen juga menaruh perha-tian besar pada bidang PAUD, pen-didikan kesetaraan dan kursus. PAUD diandalkannya untuk meny-iapkan generasi penerus yang ung-gul. Menurut dia, anak-anak wajib masuk PAUD agar tumbuh kem-bangnya optimal.

“PAUD itu sangat penting untuk membekali masa usia emas anak dengan pendidikan yang benar se-jak dini,” tandasnya.

Program kesetaraan diarahkan Marthen untuk menyasar pelajar yang putus lanjut di Sabu. Misal-nya, ada yang tamat SD tapi tidak lanjut ke SMP. Ada pula yang tamat SMP namun tidak lanjut ke SMA. Selain itu, dia hendak mengentas-kan pengangguran dengan kursus keterampilan.

“Ini akan menjadi bagian tugas dari SKB untuk membuat kursus atau model (pembelajaran) yang co-cok,” katanya.

Untuk menyelesaikan masalah kemiskinan dan pengangguran, Marthen mengulas strateginya yang mengandalkan sumber daya alam di wilayahnya. Dikelilingi Laut Sawu dan bertetangga dengan Samudera Hindia, membuat Marthen fokus ke laut. Dia paparkan programnya mengembangkan produksi garam, dan pengolahan rumput laut.

Marthen menuturkan, produksi garam rumah tangga di Sabu meng-hasilkan garam berkualitas siap pakai. Sebab, produksinya telah memakai teknologi geomembran, teknologi terbaru dalam produksi garam. Teknologi ini dapat mem-produksi garam lebih banyak, leb-ih cepat dan harga jual lebih mahal

Anak-anak TK Raemadia di Desa Raemadia Kecamatan Sabu Barat, Kab. Sabu Raijua, sedang bermain seusai pulang sekolah.

Mediksi/M. Subchan S

Page 8: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

LAPORAN UTAMA

8 BP-PAUDNI Regional II

dari cara tradisional. Harga jualnya juga lebih mahal dibanding Total produksi garam Sabu telah berlipat ganda. Jika di tahun 2011 atau ta-hun pertama, hanya 45 ton per bu-lan, maka tahun 2015 target produk-si melonjak di atas 1.000 ton.

“Tahun 2015 kita bertekad me-nambah menjadi 200 hektar,” ujarnya.

Dia menambahkan, peningka-tan lahan garapan ini untuk me-lipatgandakan hasil produksi. Se-bab, kualitas baik garam Sabu telah mendorong banyaknya permintaan khususnya dari industri di Pulau Jawa.

“Ada pesanan dari Jakarta seki-tar 10 ribu ton per bulan tapi kare-na lahan tambak garam kami masih sedikit sehingga belum mampu menjawab permintaan pasar yang besar,” ungkapnya.

Sejauh ini, pemasaran garam konsumsi bermerk “Nataga” ini masih terbatas di pasaran lokal. Dari tiap hektar lahan, terserap sep-uluh orang tenaga kerja. Sekarang dengan luas lahan garapan men-capai 21 hektar, total tenaga kerja yang terserap mencapai 210 orang.

Perhatian besar juga ditunjuk-kan Marthen pada budidaya rumput laut. Dia menerangkan, pihaknya sedang membangun pabrik pengo-lahan rumput laut dengan kapasi-tas produksi 10 ton per bulan. Dia hendak mendorong petani rumput

laut untuk mengubah cara pandan-gnya. Utamanya dengan mengolah rumput laut menjadi berbagai jenis produk untuk menaikkan nilai jual-nya.

“Selama ini rumput laut dijual mentah saja. Padahal, kalau diolah jadi dodol, keripik, atau chip bisa meningkatkan pendapatan mereka. Bahkan, kalau bisa diolah jadi ser-buk kualitas tinggi, harga jualnya tinggi, 1 kilo 80 juta,” urainya.

Saat ini, sambung dia, Sabu Rai-jua mempunyai 16 ribu hektar areal budidaya rumput laut. Namun, baru 1.000 hektar yang digarap. Dia men-gaku masih mempelajari dan memi-lah produk olahan rumput laut yang cocok untuk dikembangkan.

“Memang ini masih awal, kita masih belajar. Untuk itu, kita ker-jasama dengan BPPAUDNI dan dengan teman-teman (SKB) untuk merancang itu. SKB sebagai mo-tornya akan menyelesaikan masalah ini,” harapnya.

Dari produksi olahan rumput laut ini, Marthen ingin harga jual-nya naik sehingga dapat mendong-krak kesejahteraan petani rumput laut.

Lain di laut, lain pula di darat. Marthen menemukan bahwa tidak semua daratan Sabu kering ker-ontang. Sebagian perut bumi Sabu ternyata dikaruniai air melimpah dari kantong-kantor air di bawah tanah.

“Ternyata ada banyak air di bawah tanah sekitar 20 sampai 30 liter per detik, kemudian kita pikir bagaimana mengelolanya,” ujar Marthen.

Produksi air mineral kemasan menjadi pilihan. Setelah menda-tangkan peralatan dan bahan baku kemasan dari Jawa, produksi pun dimulai.

“Kualitas airnya tidak jauh dari ini,” kata Marthen sambil mengang-kat gelas air mineral kemasan dari merek ternama asal Pasuruan, Jawa Timur di hadapannya.

Untuk sementara, tambah dia, produksi gelas plastik masih dipe-san di Surabaya. Namun, dia beren-cana untuk mendirikan pabrik pem-buat gelas plastik karena peralatan dan bahan bakunya mudah didapat

“Alatnya dan bijih plas-tik sebagai bahannya tersedia, nan-ti kita buat (pabrik) sendiri. Kalau ini (pabrik) berdiri, akan menyerap tenaga kerja juga kan,” ujarnya op-timistis.

Usai Marthen menyampaikan paparannya, berbagai saran dan masukan disampaikan manajemen dan staf Balai. Widya Ayu mengata-kan, sesuai potensi alam yang kaya maka program yang cocok dikem-bangkan adalah program kursus dan pelatihan.

“Kita bisa bekerjasama untuk pengembangan program dan men-ghubungkan dengan NST (narasum-ber teknis) untuk memanfaatkan po-tensi itu. Kita punya teman-teman Pamong Belajar. Tapi, untuk pengo-lahan dan pemasaran produk maka-nan, kita butuh NST dari perguru-an tinggi yang punya jurusan boga, misalnya Unesa,” jelasnya.

Erfan Agus menyampaikan mod-el-model keaksaraan fungsional yang bisa dipakai Sabu untuk me-nekan kemiskinan. Di antaranya Batung Bingar, dan Kewirausahaan Sosial.

Sementara itu, Endah Warsiati mengapresiasi dukungan penuh bupati terhadap pengembangan PLS

Suasana pembelajaran di PAUD Fajar Baru, Desa Menia, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua

Mediksi/Abdoel Muntholib

Page 9: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

9www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

lebih baik,“ katanya.Agar replikasi model optimal,

Endah meminta ada dukungan fin-ansial dari APBD. Sebab, di daer-ah lain di NTT, dukungan angga-ran dari pemerintah daerah untuk pelaksanaan program-program di SKB masih kurang.

“Selain itu, pusat (Ditjen PAUD-NI) juga melihat sejauh mana peran aktif daerah dalam replikasi mod-el,” tandasnya.

Di sisi lain, Eko Yunianto yang telah menginjakkan kaki di Sabu menyarankan Lady untuk segera menyusun program. Pasalnya, SKB akan menjadi motor dalam realisasi kerjasama dengan Balai.

Kedatangan Marten dan jaja-rannya ini merupakan kunjungan balasan pasca kunjungan tim Balai pada 2014 silam. Pada medio Maret, dua staf Balai melakukan kunjun-gan perdana untuk pemetaan mutu PAUDNI. Saat itu, mereka diteri-ma langsung oleh Marthen di ruang kerjanya. Di penghujung 2014, gil-iran Eko Yunianto bersama seorang staf Balai menginjakkan kaki di Sabu. Dalam kunjungan kedua ini, tim Balai menjajaki kerjasama di bidang PLS.

Dua kali kunjungan tim Balai ke Sabu itu rupanya meninggalkan ke-san mendalam bagi Marthen. Bagi dia, kehadiran tim Balai itu meru-pakan bentuk perhatian pusat terh-adap daerah terpencil. Bak gayung bersambut, Marthen mengapresiasi perhatian Balai dengan mengutus Yulens Koro ke Balai pada awal 2015. Yulens mendapat mandat me-nyerahkan dasar hukum pendirian SKB Sabu Raijua yang baru saja di-teken Marthen kepada Kepala Balai Pria Gunawan. Berdasar Peraturan Bupati Sabu Raijua Nomor 20 Ta-hun 2014, SKB resmi berdiri sejak sejak 20 Desember 2014.

Untuk memberi gambaran pelak-sanaan tugas SKB, Marthen juga memerintahkan Yulens untuk studi banding ke SKB di wilayah Jawa Timur. Yulens lantas berkunjung ke SKB Gudo di Jombang. Di sana, Yulens mendapat penjelasan dari Kepala SKB Gudo Kasmudji Raha-rja seputar seluk beluk pengelolaan SKB. Dari pengelolaan program, anggaran, sarana prasarana, Pa-mong Belajar, dan kemitraan den-gan instansi terkait. Yulens juga me-nyaksikan proses belajar program

di wilayahnya. Dia menyarankan kerjasama dalam bentuk penerapan replikasi model Balai. Pelaksananya adalah SKB.

“Kalau di Sabu ini, bupatinya sudah jadi satu dengan PLS. Jadi, ada jaminan pengembangan PLS bisa lebih cepat dan ke arah yang

Pamong Belajar BPPAUDNI Reg. II Surabaya, Erfan Agus Munif (kanan bawah) menyampaikan masukannya terkait pemberantasan buta aksara kepada Bupati Sabu Raijua Marthen Luther Dira Tome

Bupati Sabu Raijua Marthen Luther Dira Tome saat beraudiensi dengan jajaran manajemen dan staf BPPAUDNI Reg. II Surabaya, awal Maret lalu

Kepala Balai BP PAUDNI Regional II Pria Gunawan (kiri) memberikan sambutan selamat datang kepada Bupati Sabu Raijua Marthen Luther Dira Tome (kanan)

Mediksi/A.A. Ghofur

Mediksi/A.A. Ghofur

Mediksi/A.A. Ghofur

Page 10: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

LAPORAN UTAMA

10 BP-PAUDNI Regional II

Kejar Paket C. Yulens juga aktif bertanya ke-

pada PB SKB sebagai ujung tom-bak pelaksanaan program di SKB. Walau kunjungannya cuma seten-gah hari, Yulens yang mantan peni-lik ini sudah punya gambaran apa yang akan dilaksanakan bila SKB Sarai berdiri.

“Beta (saya) kira pelaksanaan program SKB di Sabu yang utama adalah tentang PAUD. Selanjutnya tentang pendidikan pemuda-pemu-da agar bisa berkembang sesuai po-tensinya,” jelasnya.

Untuk menjamin terlaksananya program-program PLS di SKB, Yu-lens akan mendorong SKB untuk selalu bersinergi dengan pihaknya. Menurut dia, Dinas Pendidikan dan SKB wajib berbagi peran agar sasa-ran program dapat tergarap merata di seluruh wilayah.

Yulens kembali hadir kedua ka-linya di Balai untuk mendampingi Marthen. Tugas serupa kembali di-embannya. Studi banding pengelo-laan SKB. Bedanya, kali ini dia di-dampingi Plt. Kepala SKB Sabu Raijua Lady HY Buli. Keduanya pun meluncur ke dua SKB unggu-lan di Jatim yaitu SKB Kota Malang dan SKB Kab. Gresik.

Berselang dua bulan, kerjasama Balai dan Sabu mulai nyata. Pada bulan Mei 2015, Balai menetapkan dua program replikasi model un-tuk Sabu. Replikasi pertama meng-gunakan Model Pembelajaran Pen-didikan Karakter untuk Anak 2-4 Tahun bagi 20 anak di PAUD Rant-ai Kasih di Kelurahan Mebba Keca-matan Sabu Barat. Replikasi kedua memakai Model Baca Tulis Hitung Bicara Dengar (Batung Bingar) bagi 20 penyandang tuna aksara binaan PKBM Permata di Desa Eimadake Kecamatan Sabu Tengah. Setelah itu, pada akhir Mei 2015 balai men-gundang tutor PAUD Rantai Kasih untuk mengikuti pelatihan replikasi model tersebut.

Sikap aktif Pemkab Sabu Rai-jua untuk bangkit mengejar keting-galan patut diacungi jempol. Demi mencapai taraf hidup yang lebih baik, segenap potensi yang ada coba dimanfaatkan semaksimal mung-kin. Kerjasama dengan Balai jadi salah satu upaya optimalisasi po-tensi Sabu Raijua. Sebab Sabu juga ingin maju, berdiri sejajar bersama daerah lainnya di nusantara

“Kami mengundang bapak ibu untuk datang ke Sabu Raijua, kar-ena Sabu Raijua adalah milik kita.

Sabu Raijua adalah bagian dari In-donesia, dan Sabu Raijua butuh sentuhan kita semua untuk lebih maju,” pungkas Marthen di akhir pertemuan.

M Subchan Sholeh, Abdoel Muntholib

Mediksi/A.A. Ghofur

Mediksi/A.A. Ghofur

Dari atas ke bawahBupati Sabu Raijua Marthen Luther Dira Tome 1. (tengah) dan Kepala BPPAUDNI Reg. II Surabaya Pria Gunawan berfoto bersama jajaran manaje-men dan staf BPPAUDNI Reg. II Surabaya seusai audiensi. Tampak juga Kabid PLS Dinas Pendidi-kan Kab. Sabu Raijua Yulens Koro (keempat dari kiri), dan di sebelahnya Plt. Kepala SKB Kab. Sabu Raijua Lady HY Buli.Bupati Sabu Raijua Marthen Luther Dira Tome 2. (kanan) menyampirkan kain tenun Sabu sebagai kenang-kenangan kepada Kepala BPPAUDNI Reg. II Surabaya Pria Gunawan.

Page 11: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

11www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

Page 12: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

LAPORAN UTAMA

12 BP-PAUDNI Regional II

Dari kejauhan, bangunan kan-tor seluas dua lapangan bulu-tangkis itu terhampar sendi-

rian di atas lahan seluas sekitar satu hektar. Gundukan pasir setinggi lu-tut, dan lonjoran besi-besi beton berserak di depannya. Dinding tem-bok batako mengelilingi seluruh la-han milik Dinas Pendidikan, Pemu-da, dan Olahraga (PPO) Kabupaten Sabu Raijua (Sarai) itu.

Gedung eks kantor UPTD Dinas PPO Kecamatan Sabu Barat yang berada di Desa Ledeana itu tak lagi terbengkalai. Renovasi sedang ber-langsung. Lima pekerja bangunan menyebar di berbagai sudut bangu-nan berbentuk huruf T itu. Ada yang membenahi atap, memasang instala-si listrik, memasang kusen jendela,

dan pintu. Di halaman, para pekerja lainnya sibuk menyelesaikan pem-bangunan dinding tembok di bagian depan dan pagar kantor.

Renovasi gedung dengan enam ruang ini telah berlangsung sejak 2 April 2015 dengan target penye-lesaian selama empat bulan hingga akhir Juli 2015. Proyek ini menelan dana APBD Sarai 2015 sebesar Rp 264,3 juta. Selepas renovasi, gedung ini akan dipakai kembali sebagai kantor SKB Sarai. Lima ruang di dalamnya akan digunakan sebagai ruang kerja Kepala SKB, Pamong Belajar, dan Bagian Umum.

Untuk sementara, pembangunan masih terfokus pada gedung kantor, dinding, dan pagar. Adapun tanah lapang di sekelilingnya disiapkan

SKB Sabu Raijua Merajut Asa

Sejak dibentuk pada Desember 2014, umur SKB Sabu Raijua praktis baru tujuh bulan. Laiknya bayi, SKB masih belajar merangkak sebelum mampu menjejakkan kakinya lalu berjalan. Namun, peran SKB dalam mendorong per-cepatan pembangunan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan telah dinanti. SKB coba merajut asa untuk memenuhi tuntutan masyarakat dengan dukungan penuh sang bupati.

untuk gedung PAUD, ruang-ruang kelas, asrama, beserta fasilitas pen-dukungnya untuk menggelar ber-bagai program PAUDNI. Namun, pembangunannya dilaksanakan se-cara bertahap.

“Setelah gedung jadi, baru di-siapkan sarana dan prasarananya. Bupati Sabu Raijua itu orang yang paham tentang PLS, jadi masalah anggaran tak ada masalah,” ungkap Yulens Koro, Kabid PLS Dinas Pen-didikan Kab. Sarai, saat mendamp-ingi Mediksi menyaksikan perkem-bangan renovasi gedung itu medio Juni lalu. Turut bersamanya adalah Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SKB Kabupaten Sarai Lady HY Buli (40)

Lebih lanjut, Yulens menambah-kan, selepas renovasi kantor, pri-

Bekas kantor UPTD Dinas PPO Kecamatan Sabu Barat di Desa Ledeana, sedang direnovasi untuk digunakan sebagai Kantor UPTD SKB Sabu Raijua

Page 13: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

13www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

oritas berikutnya adalah membuka PAUD sebagai kegiatan pertama yang digelar SKB. Untuk forma-si Pamong Belajar (PB) SKB, Lady mengatakan akan mengisinya den-gan mengalihfungsikan sebagian penilik.

Selain itu, Yulens menuturkan, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Balai untuk menggelar pem-binaan dan pendampingan berkala terhadap SDM di SKB.

Terkait program prioritas SKB, Lady dengan yakin menyebut PAUD sebagai fokusnya. Yulens mendu-kung hal ini karena memang ses-uai dengan potensi anak usia dini di Sabu Raijua.

“Selain itu, beta kira yang pent-ing juga adalah pendidikan pemu-da-pemuda di Sabu Raijua agar bisa berkembang sesuai potensinya. Un-tuk program pemberantasan buta aksara beta kira di Sarai aman su-dah,” tandas Yulens.

Bukan tanpa sebab jika Yule-ns dan Lady sudah punya gamba-ran tentang program-program yang akan digarap SKB. Tiga bulan lalu, keduanya baru saja melakukan

studi banding pengelolaan SKB di Jawa Timur. Keduanya berkunjung ke SKB Kota Malang dan SKB Ka-bupaten Gresik.

Di SKB Kota Malang, mereka diterima Kepala SKB Kota Malang Heri Wiyono dan jajaran staf SKB. Selaku tuan rumah, Heri menjelas-

Dari atas ke bawah:Areal lahan seluas 9.000 meter persegi yang disiapkan sebagai Kantor UPTD SKB Sabu

Raijua.

Kabid PLS Dinas Pendidikan Kab. Sabu Raijua Yulens Koro (Kanan) dan Plt Kepala

SKB Kab. Sabu Raijua Lady HY Buli (tengah), ketika berkunjung ke SKB Kota

Malang

Plt Kepala SKB Kab. Sabu Raijua Lady HY Buli (kiri) melihat kolam lele milik SKB Kota

Malang

kan panjang lebar terkait program-program unggulan, fasilitas, dan manajemen SKB. tak hanya men-jelaskan di ruangan, Heri juga men-gajak Yulens dan Lady meninjau kolam-kolam ikan untuk budidaya ikan air tawar seperti lele, rumah bambu untuk budidaya jamur, ru-

Mediksi/M. Subchan S

Mediksi/Abdoel Muntholib

Mediksi/Abdoel Muntholib

Sumber : Sabu Raijua Dalam Angka Tahun 2012, SUSENAS 2013, BPS Kab. Kupang

PEMBANGUNAN MANUSIA DI SABU RAIJU

Page 14: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

LAPORAN UTAMA

14 BP-PAUDNI Regional II

Raut wajah Lady HY Buli tam-pak serius saat tiba di lobi Balai medio Maret lalu. Un-

tuk mengendurkan ketegangannya, sesekali dia berbincang ringan den-gan Helena, ajudan Bupati Sarai, Marthen Luther Dira Tome. Meski begitu, seulas senyum selalu ia had-irkan saat berjumpa dengan staf Balai yang hilir mudik di lobi.

Ekspresi tegang Lady bisa dipa-hami. Sebelum tiba di Balai, bupati telah memintanya untuk bersiap-siap memimpin SKB. Dia mengung-kapkan perasaannya yang masih campur aduk antara terkejut, bin-gung, minder, dan tidak percaya diri atas titah bupati itu. Ekspresi itu rupanya masih terbawa hingga di Kota Pahlawan.

“SKB itu unit pendidikan, se-mentara latar belakang saya kese-hatan. Jadi, saya sempat bingung,” ucap anak tunggal pasangan Kire Buli dan W Huki Lena ini.

Selama audiensi dengan jajaran manajemen dan staf Balai, Lady leb-ih banyak diam sembari memperha-tikan topik yang dibahas. Sesekali dia mencatat sesuatu di selembar kertas di hadapannya.

Ekspresi Lady ini berbeda 180

derajat saat Mediksi menjumpain-ya di Sabu medio Juni lalu. Pemi-lik rambut sebahu dengan belah-an pinggir yang dianugerahi kulit kuning langsat ini begitu murah se-nyum, bicara cepat khas NTT, ber-jalan cepat dan lincah.

Lady mengaku terus terang tidak mengerti dan tidak tertarik sama sekali dengan pendidikan luar seko-lah (PLS). Padahal, ayahnya adalah seorang pegiat PLS di Sarai. Bah-kan, sang ayah yang juga tokoh masyarakat Sarai ini juga men-gelola sebuah PKBM.

“Meskipun bapak saya adalah penyelenggara pro-gram PLS tapi saya tidak tahu sama sekali tentang program PLS. Beta tahu tentang PLS hanya dari ba-ca-baca buku saja,” ujarnya polos.

Ini masih ditambah dengan latar belakang pendidikan dan riwayat pekerjaannya sela-ma ini yang tidak ada hubungannya dengan dunia PLS. Lady ada-lah lulusan Diploma

TEKAD SANG PERAWAT

ang untuk praktek boga, salon dan spa.

Pada kunjungan perdananya ini, Lady banyak menyimak dan mem-perhatikan paparan Heri. Berbeda dengan Yulens yang rajin bertanya berbagai hal dari A sampai Z kepa-da Heri.

“Mau bertanya pun, tidak tahu apa yang harus ditanyakan, tapi set-elah kunjungan ke SKB Kota Ma-lang ini saya lebih mengerti. Seakan ada energi baru untuk mengemban tugas sebagai kepala SKB,” ungkap Lady.

Di SKB Kabupaten Gresik, ked-uanya disambut hangat Kepala SKB Sukino. Di hari kedua studi band- Plt Kepala SKB Kab. Sabu Raijua Lady HY Buli (kiri) melihat hasil kursus menjahit binaan SKB Kota Malang

Mediksi/Abdoel Muntholib

Mediksi/Abdoel Muntholib

Page 15: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

15www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

III Bidang Kesehatan Jurusan Kep-erawatan di Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan di Kota Kupang, NTT. Pendidikan tinggi yang dituntaskannya pada tahun 1997 ini membuatnya banyak bersentuhan dengan dunia keseha-tan.

Ibu empat anak yang pernah magang di RSUD dr Soetomo Sura-baya ini mengawali karirnya dengan menjadi perawat di RSUD Prof dr WZ Johannes, Kupang, pada tahun 2002. Setelah tujuh tahun bekerja, perempuan yang lahir pada 9 Juni 1975 ini mulai mengabdikan diri untuk kampung halamannya saat ditugaskan sebagai Kasi Kesehatan Keluarga di Dinas Kesehatan.

Pada jabatan barunya itu, Lady bertugas selama setahun hingga 2010. Penyuka berkebun ini kemu-dian mendapat tantangan baru tat-kala ditugaskan sebagai Kepala Puskesmas Seba selama empat ta-hun. Usai menunaikan tugas seba-gai Kepala Puskesman Seba, Lady kembali lagi ke Dinas Kesehatan. Kali ini dia dipercaya sebagai Kasi Pelayanan Kesehatan Rujukan.

Usai malang melintang di dun-ia kesehatan, kini tantangan baru menanti Lady. Pelan tapi pasti, dia menuturkan, rasa percaya dirinya mulai tumbuh. Utamanya karena

peran bupati yang telah makan asam garam dunia PLS bertahun-tahun. Konsultasi intensif dengan bupati tentang dunia PLS telah menguat-kannya untuk menjawab tantangan itu dengan aksi nyata.

“Setelah sambil jalan, ternyata (PLS) masih ada hubungannya den-gan kesehatan, khususnya di PAUD. Jadi, sekarang sudah mulai bisa be-radaptasi dengan tugas baru,” tam-bahnya.

Mama Lady, panggilan akrab-nya, menjelaskan, banyak sekali masukan yang disampaikan bupati terkait program-program PLS un-tuk SKB.

“Dari beliau (bupati), beta mu-lai paham tentang apa itu PLS teru-tama yang terkait dengan program PAUD,” lanjutnya.

Saat ini, Lady sudah punya gam-baran program prioritas yang akan digarap SKB yakni PAUD dan pen-didikan kesetaraan. Dia bertekad mengemban tugas sebaik-baiknya agar dapat melahirkan genera-si penerus Sarai yang unggul dan berkualitas.

“Saya juga ingin berperan un-tuk menaikkan IPM Sabu Raijua,” pungkasnya.

LADY H. Y. BULI, AMd Kep

TEMPAT DAN TANGGAL LAHIRPedami, Sabu, 9 Juli 1975

AYAHKire Buli

IBUW Huki Lena

SUAMISeptenius M Bule Logo SH, M.Hum

PENDIDIKAND III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kupang, NTT

RIWAYAT PEKERJAAN2002-2009 : Perawat di RSUD •

Prof dr WZ Johannes, Kupang

2009-2010 : Kasi Kesehatan • Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Sarai

2010-2014 : Kepala Puskesmas • Seba, Kabupaten Sarai

2014-2015 : Kasi Pelayanan • Kesehatan Rujukan Dinas Kesehatan Kabupaten Sarai

Mei 2015 : Plt. Kepala UPTD • SKB Kabupaten Sarai

Juni 2015 : Kepala UPTD SKB • Kabupaten Sarai

Abdoel Muntholib, M Subchan Sholeh

Abdoel Muntholib, M Subchan Sholeh

ing mereka, Sukino mengenalkan seluruh jajaran SKB. Dari para PB sampai staf Bagian Umum. Di ruang kerjanya, Sukino menjelaskan seluk beluk pengelolaan SKB, program-program unggulan SKB sampai jal-inan kerjasama SKB dengan Dinas Pendidikan setempat.

Setelah menyampaikan paparan singkatnya, Sukino lantas menga-jak Yulens dan Lady berkeliling komplek SKB melihat fasilitas yang dimiliki. Diawali ke gedung PAUD, lalu melihat ruang pelatihan ket-erampilan menjahit, ruang-ruang kelas untuk pendidikan kesetaraan, mobil Taman Bacaan Masyarakat (TBM) keliling, hingga gedung ser-

baguna yang biasa dipakai un-tuk senam dan bulutangkis. Yulens menunjukkan ketertarikannya pada mobil TBM keliling.

“Mobil ini cocok buat Sabu kar-ena di sana minim bahan bacaan. Bisa dipakai giliran antar desa,” tu-kasnya.

Di akhir kunjungan, Yulens ber-janji akan mengundang SKB di Ja-tim yang pernah didatanginya saat peresmian kantor SKB Sarai. Lady sendiri akan menggunakan hasil studi banding ini sebagai salah satu bahan dalam menyusun program kerja SKB.

“Sebagai SKB baru, saya coba susun program berdasar prioritas

dan data potensi yang dimiliki Di-nas Pendidikan,” ujarnya.

Ibarat bayi yang baru lahir, SKB Sarai membutuhkan perawatan, perlindungan, dan pendampingan dari Dinas Pendidikan Sarai serta Balai untuk memastikan tumbuh kembangnya optimal. Kelak, setelah mampu berdiri sendiri, SKB akan berjuang mewujudkan amanat war-ga Sarai dalam mengangkat mer-eka yang tertinggal, terbelakang, dan tak terjangkau oleh pendidikan formal. Agar kemiskinan, dan ke-bodohan segera sirna dari tanah Rai Hawu.

Page 16: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

LAPORAN UTAMA

16 BP-PAUDNI Regional II

Pada abad ke-17, pelaut legendaris Inggris, Kapten James Cook, pernah menginjakkan kakinya di tanah Rai Hawu. Di tanah yang kini menjadi kabupaten paling bontot di Nusa Cendana, geliat

pembangunan mewarnai pemandangan di seantero pulau.

Geliat Pembangunan di Rai Hawu

Page 17: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

17www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

Roda pesawat Cessna Grand Caravan Commuter menyen-tuh landasan dengan mulus.

Segera setelah pesawat berkapasitas 12 penumpang milik maskapai Susi Air berhenti sempurna, pilot dan kopilot asal Spanyol itu, menoleh ke belakang sambil mengacungkan jempol lalu tersenyum kepada para penumpang. Tanda penerbangan perintis rute Kupang-Sabu selama 60 menit telah berlangsung aman sejak lepas landas dari Bandara El Tari, Kupang hingga mendarat di Bandara Terdamu, Sabu, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sejurus kemudian, dua kru darat Susi Air mendekati pesawat dengan seorang di antaranya mendorong gerobak besi. Satu kru memasang tangga pendek di bagian belakang sambil membuka pintu penump-ang. Seorang lainnya membuka pintu kargo pesawat lalu memin-dahkan bagasi penumpang ke da-lam gerobak. Selanjutnya, sembilan penumpang bergantian menuruni tangga pesawat. Ada yang langsung melangkahkan kakinya menuju ru-

ang kedatangan karena jaraknya hanya sepelemparan batu. Penump-ang lainnya bergegas mengambil bagasi mereka di kargo pesawat.

Laiknya bandara perintis di daer-ah terdepan Indonesia, fasilitas di Terdamu memang terbatas. Tak ada bis pengantar penumpang ke ter-minal kedatangan, atau mobil pen-gangkut bagasi seperti di bandara nasional atau internasional. Sebab, tugas utama bandara perintis ada-lah pembuka isolasi dengan daerah di sekitarnya. Landasan pacunya yang sepanjang 900 meter dan leb-ar 23 meter, hanya bisa didarati pe-sawat berbadan kecil. Misalnya pe-sawat berbaling-baling dua seperti Cessna, Twin Otter dan sejenisnya. Meski begitu, penerbangan pergi pulang Kupang-Sabu oleh Susi Air tersedia setiap hari. Bahkan, dari tujuh hari jadwal penerbangan, ada enam hari jadwal penerbangan den-gan dua kali penerbangan pergi-pu-lang dalam sehari.

Bandara Terdamu berada di Seba, Kecamatan Sabu Barat. Seba adalah urat nadi Sabu Raijua. Di

ibukota Sabu Raijua inilah, pusat pemerintahan dan pusat perekono-mian berada. Pasar, sekolah, puskes-mas, bandara, pelabuhan, serta kan-tor-kantor satuan kerja pemerintah daerah. Sepanjang perjalanan dari bandara ke pusat kota, aktivitas pembangunan terlihat di mana-ma-na. Dari pembangunan jalan aspal, jembatan, selokan, pasar rakyat, ta-man kota, SPBU, pelebaran jalan, sampai renovasi gedung-gedung pe-merintahan.

Jika dilihat di peta, posisi Pulau Sabu dan Pulau Raijua seperti ter-isolir dari pulau-pulau besar lain-nya di NTT. Tepat di tengah Pu-lau Flores, Sumba dan Timor serta dikelilingi Laut Sawu dan Samude-ra Hindia. Letak geografis demikian membuat moda transportasi udara dan laut menjadi tumpuan lalu lin-tas manusia, barang dan jasa.

Moda transportasi laut disokong oleh kapal feri yang beroperasi tiap hari dari tiga titik. Dari pelabuhan Bolok, Kupang, dan pelabuhan Ende perjalanan dengan kapal feri mema-kan waktu sekitar 13 jam atau set-

Garis pantai Kab. Sabu Raijua dilihat dari udara

Mediksi/M.Subchan S.

Page 18: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

LAPORAN UTAMA

18 BP-PAUDNI Regional II

cemerlang. Buktinya tampak pada hasil uji-

an nasional (UN) SMP tahun 2015. Sarai berhasil menjadi kabupaten dengan nilai tertinggi UN se-NTT dengan jumlah nilai 310,91 dan rata-rata nilai 77,72. Tak hanya itu, Sarai juga menjadi jawara pada hasil UN untuk mata pelajaran Bahasa Indo-nesia, Bahasa Inggris dan IPA. Ini belum cukup. Data Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kemendik-bud menunjukkan, SMPN Terbuka 1 Sabu Barat dan SMPN 3 Hawu Me-hara masuk dalam lima besar SMPN se-NTT yang meraih nilai kelulusan tertinggi. Torehan prestasi ini men-capai puncaknya tatkala Denada Lay (15), siswa SMPN1 Sabu Barat, menjadi peraih nilai tertinggi UN SMP se-NTT dengan nilai rata-rata 8,8.

Bupati Marthen dan Wakil Bu-pati Nikodemus Rihi Heke memang menaruh perhatian besar pada dun-ia pendidikan. Mereka bertekad meningkatkan kualitas pendidikan di semua sektor. Tak hanya pada pendidikan formal, tetapi juga pen-didikan nonformal dan informal (PNFI). Marthen bertekad mengolah potensi alam Sabu melalui PNFI.

Sejak menjadi daerah otonom baru, Sabu Raijua giat membangun ekonomi masyarakat. Khususnya di sektor pertanian dan perkebu-

engah hari lebih. Perjalanan lebih cepat satu jam jika berangkat dari pelabuhan Waingapu, Sumba Timur. Bila perjalanan dengan kapal feri terlalu lama, tersedia pula moda ka-pal cepat dari Kupang. Waktu tem-puhnya cuma 4 jam dengan frekuen-si dua kali seminggu. Adapun untuk menuju Pulau Raijua, satu-satunya moda transportasi hanya dengan kapal kayu berdurasi 90 menit sam-pai 2 jam.

Waktu yang tepat untuk men-gunjungi Pulau Sabu dan Raijua adalah pada bulan Februari sam-pai Oktober. Sebab pada kurun No-vember sampai Januari, cuaca tak bersahabat. Tinggi gelombang laut bisa mencapai 4 meter dengan tiu-pan angin kencang hingga 50 Km/jam. Moda transportasi laut sebagai andalan utama tak bisa beropera-si. Alhasil, hanya moda tranportasi udara dengan kapasitas maksimal 12 penumpang yang dapat berop-erasi. Dampaknya, lalu lintas manu-sia dan barang menjadi terhambat.

Gugusan Pulau Sabu dan Raijua terhimpun dalam sebuah kabupaten bernama Sabu Raijua (Sarai). Pen-duduk setempat menyebut pulau ini Rai Hawu yang berarti Tanah dari Hawu. Pulau Sabu adalah yang terbesar. Luasnya 421,42 Kilome-ter persegi sedangkan Pulau Raijua luasnya mencapai 39,05 Kilometer

persegi. Luas total kabupaten kep-ulauan ini setara dengan tiga kali luas Kota Kupang.

Sarai merupakan kabupaten pe-mekaran dari Kabupaten Kupang. Pembentukannya berdasar UU No. 52 Tahun 2008. Sampai sekarang, kabupaten ini memiliki enam keca-matan, lima kelurahan, dan 58 desa. Enam kecamatan itu adalah Sabu Barat, Sabu Tengah, Sabu Timur, Hawu Liae, Hawu Mehara, dan Rai-jua.

Belum ada transportasi publik di sini. Mobilitas warga bergantung pada moda transportasi pribadi sep-erti sepeda motor, mobil, atau truk milik pemkab. Warga yang tidak memiliki alat transportasi, biasa menumpang sepeda motor, mobil, atau truk. Ada pula yang memilih berjalan kaki. Ini juga yang dijalani anak-anak Sabu menuju sekolah se-tiap hari. Setiap pergi dan pulang sekolah, mereka berjalan kaki pulu-han kilometer.

Situasi ini mendorong Bupati Sarai Marthen Luther Dira Tome (50) menciptakan aturan tak tertu-lis kepada seluruh warganya. Buny-inya, “mobil atau motor siapapun yang berpapasan dengan anak seko-lah wajib memberi tumpangan”. Hingga hari ini, kebijakan ini cukup efektif menjamin terjaganya mimpi anak Sabu mengukir masa depan

Pembukaan jalan dan pemukiman baru terus ditingkatkan di Kab. Sabu Raijua Bentang alam wilayah darat Kab. Sabu Raijua

Mediksi/M.Subchan S.Mediksi/Abdoel Muntholib

Page 19: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

19www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

nan. Duet Marthen-Nikodemus me-luncurkan program “Kebun Rakyat Mandiri”. Ini adalah program me-nanam di musim kemarau untuk mencegah rawan pangan yang ker-ap terjadi di masa sulit air.

Untuk melaksanakan program itu, ketersediaan air menjadi syarat mutlak. Pemkab lantas membangun 150 embung untuk menyimpan air saat musim hujan serta memban-gun ratusan sumur bor. Tak hanya itu, pemkab juga memberi bantuan bibit, pupuk, traktor, mesin pompa air dan solar. Alhasil, ribuan hektar lahan warga dan lahan tidur dari ujung Barat hingga Timur Sabu bisa diolah menjadi sawah dan ladang.

Warga lantas menanaminya dengan jagung, ubi, kacang hijau, pisang, padi, dan bawang merah. Lahan yang semula tandus dan ger-sang kini menghijau dengan aneka komoditas pertanian dan perkebu-nan.

“Maka jangan heran ketika puncak musim kemarau, orang Sabu Raijua panen dimana-mana. Panen jagung, panen bawang dan panen berbagai hasil bumi yang mereka tanam saat musim kering,” ucap Marthen.

Bagi dia, masyarakat Sabu yang sejahtera adalah masyarakat yang mandiri pangan dan bebas dari raw-an pangan yang sebelumnya selalu mengancam.

Sumber daya bahari juga menja-di andalan Sabu untuk meningkat-kan pendapatan asli daerah (PAD) dan perekonomian masyarakat. Utamanya garam dan rumput laut. Sejak tahun 2011, Sarai mulai mem-produksi garam konsumsi siap pak-ai dengan teknologi geomembran. Di tahun pertama, baru 1 hektar la-han yang diusahakan. Sampai ta-hun 2014, pertumbuhan lahan ber-lipat ganda hingga 21 hektar. Total produksinya mencapai 45 ton per bulan.

Demi memenuhi permintaan pasar lokal yang makin mening-kat, kata Marthen, tahun 2015 ini akan dibangun lagi tambak-tam-

Pembangunan taman kota sedang berlangsung di Seba, ibukota Sabu Raijua

Pembangunan infrastruktur terus dipacu di Kabupaten Sabu Raijua. Salah satunya pelebaran dan pengaspalan jalan-jalan utama.

Salah satu tambak garam dengan teknologi geomembran di Sabu Raijua.

Mediksi/M.Subchan S.

Mediksi/M.Subchan S.

Mediksi/M.Subchan S.

Page 20: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

LAPORAN UTAMA

20 BP-PAUDNI Regional II

Page 21: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

21www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

Sumber: Sabu Raijua Dalam Angka Tahun 2012, BPS Kab. Kupang

Page 22: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

LAPORAN UTAMA

22 BP-PAUDNI Regional II

bak garam hingga 200 hektar. Total produksi otomatis ikut meningkat. Jika di tahun pertama, hanya 45 ton maka tahun 2015 target melonjak di atas 1.000 ton per bulan.

Produksi garam dengan teknolo-gi geomembran memiliki banyak keunggulan dengan garam produk-si tanah. Masa panen singkat antara 5-10 hari, produksi lebih banyak 40 persen, kualitas yodium lebih baik, dan harga jual lebih tinggi 30 pers-en. Teknologi ini berupa lahan ta-nah diberi rak kayu besar kemudi-an dilapisi lembaran plastik untuk produksi garam. Lembaran plas-tik yang dipakai jenis high density polyethylene (HDPE) dengan struk-tur fleksibel, tahan air, korosi, min-yak, asam, dan panas tinggi.

Pipa-pipa dijulurkan hingga jauh ke tengah laut untuk menyedot air laut. Ini untuk menghasilkan ga-ram berkualitas baik dengan kadar yodium tinggi. Lantas, air laut ini dialirkan ke dalam tambak-tambak yang telah dilapisi lembaran plastik khusus. Setelah sepuluh hari, ga-ram siap dipanen. Saat ini, sentra produksi garam dengan merk “Na-taga” ini berada di Kecamatan Sabu Timur dan Sabu Barat. Garam “Na-taga” tersedia dalam kemasan plas-tik ukuran 250 gram. Kelaikan kon-sumsi dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Kupang pun sudah dikantongi.

Budidaya rumput laut Sabu segera memasuki babak baru seir-ing didirikannya pabrik pengola-han rumput laut dengan kapasitas produksi 10 ton per bulan. Marthen hendak mendorong petani rumput laut untuk tidak sekadar menjual rumput laut mentah. Sebaliknya, rumput laut perlu diolah menja-di berbagai produk seperti dodol, keripik dan sejenisnya agar nilai jualnya meningkat.

Komoditi lain yang akan dikem-bangkan adalah minyak kayu putih. Adapun produk khas Sabu, gula nira cair telah ditingkatkan kuali-tas kemasannya dalam bentuk botol plastik sehingga mudah dibawa se-

Perkebunan pohon lontar di Kab. Sabu Raijua, penghasil gula lontar cair.

Pekerja sedang membungkus garam “Nataga” produksi Sabu Raijua dalam kemasan plastik.

Keindahan pantai Sabu, ombak yang tenang, pasir putih, langit biru penghias angkasa.

Mediksi/Abdoel Muntholib

Mediksi/M.Subchan S.

saburaijuakab.go.id

Page 23: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

23www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

bagai buah tangan. Untuk produksi air mineral kemasan, Sabu sedang bersiap untuk mendirikan pabrik pembuat gelas plastik karena per-alatan dan bahan bakunya mudah didapat

“Alatnya dan bijih plastik seba-gai bahannya tersedia, nanti kita buat (pabrik) sendiri. Kalau ini (pabrik) berdiri, akan menyerap tenaga kerja juga kan,” ujar Mar-then dengan nada optimistis.

Semangat Marthen untuk mem-ajukan Sabu begitu menggebu. Termasuk kebanggaannya akan produk khas Sabu. Mediksi yang berkesempatan diterima Marthen di ruang kerjanya menyaksikan

besarnya rasa bangga sang bupa-ti akan produk andalan daerahnya. Air mineral kemasan, gula lontar cair, gula lontar bubuk, dan garam tersaji di meja tamu ruang kerjanya. Setiap tamu yang menghadap bupa-ti dapat langsung mengenali potensi bumi Rai Hawu.

“Segala daya upaya telah kami lakukan untuk membangun daerah ini sekalipun dalam berbagai keter-batasan,” tandasnya.

Predikat sebagai pemimpin per-tama yang meletakkan fondasi pembangunan, Marthen sadar akan banyaknya tuntutan untuk menin-gkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, dia siap bekerja keras untuk menghadapi dan menyelesai-kan berbagai tantangan.

Kekayaan alam Sabu Raijua sep-erti tak ada habisnya. Bentang alam yang dikepung lautan dan samudra

menghadirkan pantai berpasir putih halus berpadu birunya laut. Jernih-nya laut membuat gradasi toska di bibir pantai menjadi biru muda di tengah laut bisa disaksikan dengan mudah. Begitu pula aktivitas peng-huni laut yang dapat diamati den-gan mata telanjang. Bila kurang puas, anda bisa snorkeling atau div-ing untuk menyaksikan keindahan terumbu karang dan para penghun-inya. Semua bisa dilakukan di pan-tai Seba, Bollow, dan Raijua. Bila ingin aktivitas yang lebih menant-ang, anda bisa menjajal menakluk-kan ombak di Pantai Ege dan Lobo-hede dengan selancar atau ski air.

Di daratan, Sarai sarat dengan wisata sejarah, budaya dan alam. Seperti kampung-kampung adat, gua prasejarah Liemadira, benteng Ege peninggalan Inggris, sumur Maja di Raijua yang konon pen-

inggalan Majapahit, serta menhir dan batuan megalitikum di Nama-ta, Seba. Pada jelang akhir tahun, digelar upacara adat Bangaliwu di semua kecamatan. Ada serangkaian ritual adat yang dihelat pada Ban-galiwu. Dari upacara perahu Kowa Hole, ritual adu taji ayam, sampai Pehere Jara yaitu ritual tarian kuda oleh sepasang pria dan wanita di atas kuda.

Bak berlian yang belum diasah, potensi Sarai tinggal menunggu sedikit saja sentuhan tangan dingin untuk menghadirkan kilaunya. Mar-then pun bertekad mengoptimalkan semua potensi Sarai dengan SKB sebagai penggeraknya. Bersama du-kungan seluruh warga, dia yakin Sabu Raijua mampu sejajar dengan daerah lain karena orang Sabu Rai-jua juga bisa.

Abdoel Muntholib, M Subchan Sholeh

Kampung adat Namata, salah satu destinasi wisata budaya di Sabu Raijua

Garam Nataga, produk unggulan Kab. Sabu Raijua

Gula Sabu, gula lontar cair produk unggulan Kab. Sabu Raijua

Pantai Seba, Kab. Sabu Raijua Sumur Gajah Mada atau Sumur Majapahit, peninggalan kerajaan majapahit di Pulau Sabu

saburaijuakab.go.id

saburaijuakab.go.id

saburaijuakab.go.id

Mediksi/M.Subchan S. Mediksi/A.A. Ghofur

Page 24: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

24 BP-PAUDNI Regional II

RAGAM

Bak pucuk dicinta ulam pun tiba, upaya homeschooling dalam menapaki eksistensinya

sebagai pendidikan alternatif mulai berbuah manis. Telah terbit regulasi baru yang menjamin penyelengga-raan pendidikan berbasis keluarga itu. Kini homeschooling di Indone-sia memasuki babaka baru.

Suara Patricia Lestari Taslim terdengar meninggi. Dia ungkapkan kegusarannya menyikapi aturan terbaru yang dinilai menyulitkan. Terlebih ada ketentuan untuk beru-rusan dengan Dinas Pendidikan ka-bupaten/kota terkait pelaksanaan aturan tersebut.

“Aturan-aturan yang ada ini mengada-ada sehingga menyulitkan

kami ketika menyelenggarakan homeschooling,” ujar Patri-cia dalam acara “Sosial-isasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebu-dayaan (Permendikbud) Nomor 129 Tahun 2014 tentang Sekolah Rumah” di BPPAUDNI Surabaya.

Patricia yang juga Ketua Aliansi Pendidikan Rumah Inde-penden Indonesia (Aprinesia) itu se-olah menemukan momentum yang tepat untuk menumpahkan unek-uneknya selama ini. Pasalnya, pe-serta sosialisasi tak hanya pengelola homeschooling (sekolah rumah). Tu-rut diundang pula perwakilan Di-nas Pendidikan kabupaten/kota di

Masuki Babak Baru

Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Total ada 72 pe-

serta yang mengikuti keg-iatan selama tiga hari pada awal Maret silam itu.

Dia tak setuju den-gan kewajiban mendaf-

tar atau mengantongi ijin sesuai layanan homeschooling

yang disediakan. Dia juga meno-lak ujian nasional dan ujian kes-etaraan yang terjadwal sebagai alat ukur hasil pendidikan peserta ho-meschooling. Serangkaian proses belajar yang harus diikuti dan do-kumen yang wajib dilengkapi seba-gai syarat mengikuti dua jenis ujian itu juga dinilainya memberatkan.

Homeschooling

Proses pembelajaran di Homeschooling Kak Seto Jakartawww.hsks.sch.id

Page 25: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

25www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

Patricia bersikukuh bahwa ujian peserta homeschooling dapat di-lakukan sewaktu-waktu sesuai ke-mampuan peserta seperti yang biasa dilakukannya.

Kritik lainnya datang dari Ket-ua I Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif (Asah Pena) Kusnanto. Secara khusus, dia me-nyoroti pasal 6 ayat 4 Permendik-bud 129/2014 terkait kewajiban sekolah rumah untuk mengantongi ijin pendirian satuan pendidikan nonformal.

“Mestinya pihak Dinas Pendidi-kan harus bisa menerjemahkan den-gan baik agar nantinya tidak mem-persulit,” tandas Kusnanto yang mengelola sekolah rumah di Jogja-karta.

Pasal 6 mengatur sejumlah ke-tentuan bagi penyelenggara seko-lah rumah. Bagi pengelola sekolah rumah tunggal dan majemuk wajib mendaftarkan diri ke Dinas Pen-didikan kabupaten/kota setempat. Lain halnya dengan pengelola seko-lah rumah komunitas. Mereka wa-jib mengantongi ijin pendirian se-bagai satuan pendidikan non formal berupa kelompok belajar dari Dinas Pendidikan kabupaten/kota setem-pat.

Sekolah rumah tunggal ada-lah pendidikan berbasis keluarga oleh orangtua dalam satu keluarga untuk peserta didik dan tidak ber-gabung dengan keluarga lain yang menerapkan sekolah rumah tung-gal lainnya. Adapun sekolah rumah majemuk merupakan layanan pen-didikan berbasis lingkungan oleh orangtua dari dua keluarga atau lebih dengan satu kegiatan pembe-lajaran bersama atau lebih. Dalam sekolah rumah majemuk kegiatan pembelajaran inti tetap dilaksana-kan dalam keluarga.

Untuk sekolah rumah komuni-tas merupakan gabungan sekolah rumah majemuk yang membentuk

Kholiq Fathoni (kiri), Kepala Bagian Peraturan Perundangan Biro Hukum dan Organisasi Kemdikbud, saat berbicara dalam kegiatan Sosialisasi Permendikbud Nomor 129 Tahun 2014 tentang Sekolah Rumah

Mediksi/Lilik RL

Page 26: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

26 BP-PAUDNI Regional II

RAGAM

Alam terkembang menjadi guru. Pepatah Minang ini berarti alam raya dan seluruh isinya menjadi sumber belajar dan guru. Filosofi ini menjadi roh dan jiwa dari Sekolah Dolan. Kelompok homeschooling komunitas di Kota Malang ini men-didik murid-muridnya dengan pembelajaran di luar ru-ang. Anak didik mereka diajak berkunjung dan belajar di banyak tem-pat. Dari sungai, pan-tai, sawah, terminal, perpustakaan, muse-um, peternakan ayam, puskesmas, pabrik tem-pe, dan banyak lagi lainnya.

Diambil dari bahasa Jawa, kata “dolan” berarti bermain. Pilihan nama ini bukan tanpa sebab. Lukman Hakim (49), pendiri Sekolah Dolan menjelaskan, ini untuk menggambarkan suasana belajar yang nyaman melalui bermain. Bukan sistem belajar yang mengharuskan anak didik duduk manis di kelas menyimak monolog guru.

Semula Lukman dan istrinya, Titin Nurhanendah memutuskan menerapkan homeschooling tung-gal kepada anak kedua dan ketigan-

ya sejak tahun 2006. Saat itu, lulu-san Teknik Sipil Universitas Negeri Malang ini melihat sejumlah kele-mahan pada pendidikan formal. Contohnya, munculnya ketakutan pada ujian nasional, beban berat pada siswa, dan kasus-kasus amoral

siswa. Berangkat dari kondi-

si itu, pasangan ini man-tap memulai pendidikan berbasis keluarga pada dua anaknya. Menu-rut Titin, ibu adalah pendidik pertama bagi

anak-anaknya. Rumah juga adalah sekolah per-

tama bagi anak.“Orangtua sebenarnya berperan

penting dalam pendidikan anak-anaknya,” imbuh Lukman.

Dalam perjalanannya, Lukman menjalin interaksi dengan pegiat homeschooling tunggal lainnya. Set-elah beberapa kali bertemu, mereka bersepakat untuk membentuk ko-munitas homeschooling. Tepat pada 23 Februari 2007, komunitas home-schooling bernama Klub Dolan itu pun berdiri.

Untuk menjamin kelangsun-gannya, mereka berupaya menjadi anggota Asosiasi Sekolah Rumah

Mari Belajar di Sekolah Dolan

kelompok belajar berbasis gabun-gan. Mereka menyelenggarakan pembelajaran bersama sesuai sila-bus, fasilitas belajar, waktu pembe-lajaran dan bahan ajar yang disusun bersama oleh sekolah rumah maje-muk bagi peserta didik sekolah ru-mah. Termasuk pula menentukan beberapa kegiatan pembelajaran yang meliputi olahraga, musik atau seni, bahasa dan lainnya.

Terkait kewajiban mendaftar atau mengantongi ijin bagi home-schooling, Kepala Bagian Peraturan Perundangan Biro Hukum dan Or-ganisasi Kemdikbud Kholiq Fa-thoni punya jawabannya. Kholiq menjelaskan, peserta didik home-schooling wajib mengikuti ujian sesuai pilihannya. Ujian nasion-al di lembaga pendidikan formal seperti SD, SMP, dan SMA atau ujian kesetaraan di PKBM. Agar dapat mengikuti ujian tersebut, se-tiap pengelola homeschooling wajib mendaftarkan lembaga dan peser-ta didiknya di lembaga formal atau nonformal terdekat.

Dalam sosialisasi ini, Kemdikbud tak hanya menyampaikan terbit-nya aturan baru homeschooling itu. Kemdikbud juga meminta masukan dari para peserta terkait rancangan petunjuk teknis sebagai turunan dari Permendikbud 129/2014.

Dikonfirmasi terpisah, Kasubag Hukum Ditjen PAUDNI Victor Ka-himpong menjelaskan, kewajiban itu semata-mata untuk kepentingan pendataan Dinas Pendidikan kabu-paten/kota dalam pelaksanaan uji-an kesetaraan. Bila telah mendaftar atau mengantongi ijin, maka peserta homeschooling dipastikan tercatat sebagai peserta ujian kesetaraan di Dinas Pendidikan kabupaten/kota setempat.

“Soalnya, untuk mengikuti ujian kesetaraan atau ujian nasional har-us diketahui Dinas Pendidikan ka-bupaten/kota setempat,” tandasnya

Oleh karena itu, Kholiq mendor-ong pengelola homeschooling segera mendaftarkan diri ke Dinas Pen-

Proses pembelajaran di Sekolah Dolan, Kota Malang

sekolahdolan.blogspot.com

Page 27: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

27www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

dan Pendidikan Alternatif (Asah Pena), pimpinan Kak Seto Mu-lyadi. Langkah ini berhasil den-gan terbentuknya Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Asah Pena Malang Raya pada 11 Januari 2008 dengan Lukman sebagai ketuanya. Pada perkembangan berikutnya, Klub Dolan berubah nama menjadi Seko-lah Dolan dengan tetap fokus men-jadi homeschooling komunitas.

Di awal berdiri, lokasi belajar mereka mengambil tempat di taman atau alun-alun kota. Setelah bebera-pa kali menyewa rumah toko (ruko), Sekolah Dolan akhirnya menetap di Perumahan Villa Bukit Tidar.

Sedikit demi sedikit lama-la-ma menjadi bukit. Awalnya, jum-lah anak didik mereka bisa dihi-tung dengan jari. Lama kelamaan, dari kabar mulut ke mulut, Sekolah Dolan mulai dikenal masyarakat. Jumlah anak didik mereka pun ter-us bertambah. Layanan yang diberi-kan juga ikut berkembang.

Sampai sekarang, total anak didik mereka telah mencapai 100 orang. Layanan yang semula han-ya sampai tingkat SMP, kini terse-dia dari Tempat Penitipan Anak (TPA) hingga SMA. Dari 100 anak didik, sebanyak 32 di antaranya di TPA, masing-masing 11 anak di SD, dan SMP serta 17 lainnya di jen-jang SMA. Mereka datang dari ber-bagai kota seperti Surabaya, Kediri, dan Malang. Bahkan, ada juga anak didik dari mancanegara seperti Tai-wan, Singapura, dan negara Eropa seperti Swiss.

“Mereka ini anak-anak Indone-sia juga tapi pindah sekolah karena mengikuti orangtua ke luar negeri. Siswa dari luar negeri ini tetap wa-jib datang untuk bertatap muka da-lam waktu-waktu yang telah diten-tukan,” ujar Lukman.

Bambang, Penanggungjawab Kurikulum Sekolah Dolan men-jelaskan, lembaganya menyediakan sejumlah program bagi anak-anak yang tak nyaman belajar di seko-lah formal, anak-anak yang mera-sa mampu melakukan akselerasi

belajar, atau anak berkebutuhan khusus.

Ada tiga program yang bisa dip-ilih di Sekolah Dolan, yaitu home visit, community visit dan distance learning.

Pembelajaran tiap program dirancang berdasar kalender pen-didikan, jam kegiatan, standar kom-petensi dan evaluasi pembelajaran yang disusun pendidik dan pengelo-la Sekolah Dolan.

Menurut dia, sistem evaluasi be-lajar anak didik homeschooling tak jauh beda dengan murid di sekolah formal. Ada pekerjaan rumah (PR), tugas, ulangan harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester ser-ta try out. Anak didik homeschool-ing juga harus memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM). In-dikatornya, 85% kehadiran selama setengah atau satu semester, dan pemenuhan KKM sebesar 70-75% pada tiap mata pelajaran yang dii-kuti.

“Kalau ada siswa yang masih di bawah KKM, maka tutor wajib memberikan remidi (ujian perbai-kan nilai),” tandas Bambang.

Para siswa ini juga telah mempu-nyai Nomor Induk Sekolah Nasional (NISN). Administrasi pembelajaran di sini pun serupa dengan sekolah

formal. Semua ini untuk memudah-kan mereka yang hendak pindah ke sekolah formal.

Di sisi lain, lanjut Bambang, tu-gas dan kewajiban para tutor Seko-lah Dolan tak ubahnya dengan guru. Selain menyusun jadwal mengajar selama satu semester, mereka juga harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

Hingga kini, Sekolah Dolan te-lah berhasil meluluskan 150 siswan-ya. Mereka melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya setelah lulus ujian kesetaraan sesuai jenjangnya. Ada pula yang berhasil diterima di sejumlah perguruan tinggi negeri dan beberapa universitas luar neg-eri.

Terkait pelaksanaan ujian ke-setaraan, Lukman meminta agar waktunya dilaksanakan berbeda antara murid homeschooling dan murid program Kejar Paket dari PKBM. Alasannya, rentang usia yang berbeda jauh di antara mere-ka membuat murid homeschooling merasa tidak nyaman.

Menginjak usia sewindu, Seko-lah Dolan tak hanya makin meman-tapkan diri di jalur homeschooling. Mereka juga mengembangkan usa-ha mandiri untuk menopang pem-biayaan sekolah. Budidaya jamur tiram putih yang dirintis sejak 2008 dan peternakan kambing yang baru dirintis telah ikut menopang aktivi-tas Sekolah Dolan.

Disinggung soal terbitnya Per-mendikbud nomor 129 Tahun 2014 tentang Sekolah Rumah sebagai payung hukum homeschooling, Lukman mengaku senang karena itu merupakan bentuk pengakuan atas keberadaan homeschooling. Namun, dia mengingatkan untuk segera melakukan sosialisasi kepada pihak terkait karena belum semua menge-tahui terbitnya aturan baru itu.

“Lebih bagus lagi kalau juknis-nya segera terbit agar kami bisa segera menyesuaikan diri dan so-sialisasi kepada para orangtua mu-rid,” pungkasnya.

Mari Belajar di Sekolah Dolan

Ary Widyastuti, Lilik Rahajoe Lestari

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Page 28: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

28 BP-PAUDNI Regional II

RAGAM

didikan masing-masing.“Nanti ijazahnya mengikuti

sekolah tempat dia terdaftar,” ung-kapnya

Menurut dia, adanya kewajiban ini makin menjamin kesetaraan lu-lusan homeschooling seperti tertu-ang dalam pasal 27 Undang-Un-dang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal itu menjelaskan bahwa hasil pen-didikan informal yang dilaksana-kan oleh keluarga dan lingkungan secara mandiri diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal.

“Syaratnya satu, peserta didik

harus lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan,” tegas Kholiq.

Hadirnya aturan baru ini, kata Victor, merupakan upaya aspi-ratif Kemdikbud terhadap keingi-nan pengelola homeschooling untuk memiliki payung hukum penyeleng-garaan homeschooling.

“Aturan ini dibuat atas permintaan masyarakat karena ada keinginan dari mereka untuk perlu diatur. Selama ini homeschooling memang belum ada peraturannya,” ungkapnya.

Walau menyampaikan kritik,

Tokoh Hasil Didikan HomeschoolingKusnanto juga menyampaikan rasa syukurnya karena akhirnya home-schooling memiliki legalitas setelah berjuang sekian lama.

Victor menganggap wajar mun-culnya polemik terkait aturan baru ini. Bagi dia, masyarakat berhak memberi masukan apapun untuk penyempurnaan aturan tersebut. Dia menambahkan, upaya perbai-kan terus dilakukan Kemdikbud. Salah satunya dengan menyusun petunjuk teknis (juknis).

“Juknis ini menjadi kebutuhan saat ini, agar persepsi kami, pen-gelola, dan Dinas Pendidikan ka-bupaten/kota bisa sama. Untuk itu, juknis ini perlu masukan semua pihak,” tuturnya.

Di sisi lain, Victor juga mendor-ong Dinas Pendidikan kabupaten/kota untuk mengambil peran den-gan menggelar sosialisasi aturan baru ini di wilayah masing-masing. Alasannya, ada delegasi kewenan-gan kepada daerah dalam pelaksa-naan peraturan ini.

Bagi Victor, hal penting dari aturan ini adalah adanya kepastian bagi mereka yang menempuh pen-didikan melalui homeschooling.

“Pendidikan itu pilihan. Jalurnya bisa formal, informal atau non-formal. Homeschooling dalam ra-nah informal karena diselenggara-kan oleh keluarga atau masyarakat, sekarang sudah pasti pijakannya,” pungkasnya.

Terbitnya Permendikbud 129/ 2014 ini menjadi angin segar bagi perkembangan homeschooling di Indonesia.

Kini homeschooling tak lagi be-rada di wilayah abu-abu. Para pe-serta dan pengelola homeschool-ing bisa makin fokus meningkatkan kualitas pembelajaran dan kelem-bagaan. Kemdikbud juga dituntut untuk terus menyempurnakan reg-ulasi penyelenggaraan homeschool-ing dari hulu sampai hilir.

Lilik Rahajoe Lestari, M. Subchan Sholeh

Proses pembelajaran di Sekolah Dolan, Kota Malang

sekolahdolan.blogspot.com

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Page 29: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

29www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

facebook.com/aniesbaswedan

Page 30: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

30 BP-PAUDNI Regional II

KOLOM

“Tidak ada sejarahnya sebuah sandiwara bisa menghancur-kan agama, hanya kebodo-

hanlah yang bisa menghancurkan agama.” Petikan dialog dalam film “Tanda Tanya” ini sengaja penulis petik untuk menggambarkan betapa penting untuk menjadi tidak bodoh. Ya, memang kebodohanlah yang akan menghancurkan, menghancur-kan apa saja, tidak saja agama na-mun juga menghancurkan bangsa.

Oleh karenanya menjadi tidak bodoh adalah sebuah proyek yang akan terus berlangsung karena ke-bodohan tidaklah statis. Kebodohan adalah sesuatu yang hidup. Tidak bodoh saat ini belum tentu tidak bodoh kemudian hari, bodoh hari ini belum tentu bodoh di masa nan-ti. Menjaga diri untuk menjadi tidak bodoh adalah usaha tiada henti set-iap insan manusia

Tidak ada orang yang ingin dicap bodoh sebagaimana tidak ada orang yang ingin dikategorikan miskin. Namun menjadi miskin dan sekali-gus menjadi bodoh adalah sebuah kondisi dari sebuah masyarakat di-mana instrumen negara tidak mam-pu memberikan ruang berkembang (gagal) sehingga penduduk tidak terjerembab dalam kebodohan akut sehingga menjadi miskin permanen.

Adalah tugas negara untuk men-jamin tidak ada manusia bodoh di pelataran negeri. Setiap warga harus dijamin hak-haknya untuk menda-patkan layanan pengetahuan, ket-erampilan dan sekaligus dibangun karakternya sehingga tidak saja ter-lepas dari kebodohan namun mam-pu memosisikan diri dalam ruang kehidupan berbangsa dan bernega-ra.

Titik paling dasar dari pintu

utama mengatasi kebodohan ada-lah dengan beraksara. Kemampuan beraksara adalah pintu masuk bagi warga untuk mengetahui dan mema-hami sesuatu. Lebih dari itu aksara tidak sekadar huruf dengan makna namun lebih dari itu aksara ada-lah sebuah simbol dari peradaban. Melalui kegiatan beraksara manusia akan mampu menyambut tantangan yang dihadapi baik tantangan hari ini maupun tantangan masa depan.

Masalahnya, bangsa Indonesia adalah bangsa yang gagap dengan aksara. Bertahun melakukan pem-belajaran aksara, namun angka melek aksara masih cukup tinggi. Catatan statistik tentang keberhasi-lan berbagai program pemberan-tasan buta aksara hanya berakhir sebagai tonggak atas program yang dilakukan. Secara statistik angka pengentasan buta aksara sangatlah fantastis. Penghargaan King Sejong dari Unesco adalah bukti keberhasi-lan Indonesia dalam memberikan layanan pendidikan keaksaraan da-lam skala yang masif.

Namun, apakah capaian ang-ka statistik perihal angka buta ak-sara menggambarkan secara tepat bahwa penduduk buta aksara telah lepas dari kebodohan, tentu perlu dikaji lebih mendalam. Jika meru-juk berbagai fakta perihal proses politik dan berbagai dimensi lain dari kemampuan dan kesadaran masyarakat dalam pengambilan keputusan, khususnya keputusan personal berhubungan dengan posi-si diri dan masyarakat, tampaknya program pemberantasan buta ak-sara belum menyentuh aspek hakiki dari keaksaraan. Yakni kemampuan diri untuk kritis membaca realitas sehingga bisa menjadi modal me-

ngatasi kebodohan dan kemiskinan.Pencerdasan kehidupan ber-

bangsa melalui pendidikan adalah amanah undang undang dan pe-merintahan di segala tingkatan wa-jib memenuhinya. Otonomi daerah memberi ruang kreativitas dan ino-vasi bagi para pemimpin daerah un-tuk berlomba memberikan layanan pendidikan terbaik kepada warg-anya. Ikhwal pemimpin daerah ada-lah jabatan yang digunakan untuk membangun daerah, target utama pastinya adalah bagaimana setiap warga terjamin kesejahteraannya dan menghilangkan kemiskinan se-bagai prioritas utama.

Banyaknya warga buta aksara mengindikasikan masih banyaknya warga yang terjerat kemiskinan. Karena bagaimanapun juga kemiski-nan identik dengan buta aksara, dan

IKHTIAR AKSARA PEMIMPIN MENUJU MASYARAKAT CERDAS

Page 31: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

31www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

sebaliknya buta aksara identik den-gan kemiskinan. Lebih dari itu ban-yaknya warga buta aksara mem-perlemah upaya pemerintah daerah dalam membangun karena buta ak-sara adalah potret ketertinggalan, dan keterbelakangan. Imbasnya, partisipasi kritis masyarakat men-jadi rendah. Sebuah kelemahan dalam menciptakan pemerintahan yang kuat.

Walau ada adagium “semakin bodoh masyarakat maka semakin mudah memerintah, karena mudah dibohongi” namun tampaknya ada-gium ini semakin lama semakin ter-pinggirkan. Terlebih ketika kema-juan teknologi informasi membuka ruang bagi penyebaran informasi.

Masyarakat yang kuat adalah masyarakat yang tidak saja sehat se-cara fisik namun juga sehat nurani.

Masyarakat yang tidak hanya melek aksara namun secara kritis mampu memanfaatkan aksara tidak saja dalam dimensi ekonomi fungsional namun secara fungsional dalam me-merankan diri sebagai masyarakat yang cerdas.

Saat ini adalah era dimana pe-merintahan yang kuat bukanlah pemerintah otoriter dengan tan-gan besi. Sebaliknya, pemerintah-an yang kuat adalah pemerintah yang didukung oleh sumber daya kuat, serta dukungan kritis rakyat. Dukungan terhadap aspek positif pemerintahan sekaligus tak lupa mengingatkan jika ada kesalahan. Tanpa kepemimpinan kepala daer-ah yang tepat dan amanah, berat tentunya memikul tanggungjawab tersebut. Kreativitas dan inovasi pemimpin daerah bisa menjadi poin penting dalam menjalankan ama-nah dari rakyat.

Tanpa kepemimpinan yang kuat dan percaya diri, pembelajaran keaksaraan seperti halnya program yang lain akan terjebak sebagai pro-gram bahkan proyek semata. Jamak terjadi ketika program terjebak se-bagai proyek, tak penting apa hasil dari sebuah kegiatan, namun yang penting seberapa besar manfaat yang bisa didapatkan oleh para pen-gelola proyek, dari level atas sam-pai level bawah. Semua berlomba mendapat keuntungan dari proyek. Perihal penerima manfaat sesung-guhnya dari proyek tersebut, siapa peduli?

Oleh karena itu, dibutuhkan postur kepemimpinan daerah yang kuat. Kepemimpinan daerah yang berpikir bahwa semakin cerdas rakyat, semakin kritis rakyat maka semakin baik pemerintahannya.

Oleh : Erfan Agus Munif *

Kepemimpinan yang tak hanya ber-pikir strategi memperpanjang masa jabatan. Apalah artinya sebuah daerah ditasbihkan sebagai daerah bebas buta aksara bila masih penuh dengan kebodohan dan kemiskinan.

Mengubah mindset tentang capa-ian program keaksaraan dari sebel-umnya berbasis program menjadi basis kompetensi dengan alat evalu-asi yang terukur bisa menjadi awal yang baik bagi daerah untuk sedikit demi sedikit secara komperehensif membangun peradaban baru mela-lui pendidikan keaksaraan. Berat memang menerima kenyataan, bila sebelumnya hampir tak ada catatan tentang peserta program keaksara-an yang DO atau tidak lulus, namun dengan pendekatan baru serta me-kanisme evaluasi yang terukur men-jadi banyak yang tidak lulus.

Tentu dibutuhkan pemimpin yang tegar dan dukungan staf yang tidak asal bapak senang yang mam-pu menanggung beban ini. Sebuah kombinasi yang tentunya pada masa kini semakin banyak tumbuh, seir-ing otonomi, seiring keterbukaan, dan sikap kritis masyarakat.

Pendidikan keaksaraan seba-gai program terjebak hanya men-gubah statistik, namun kebodohan dan kemiskinan tetap akan me-lekat. Sebab, hakekatnya melek ak-sara adalah melek dalam menentu-kan pilihan baik dalam aspek sosial, ekonomi bahkan politik.

*) Penulis adalah Pamong Belajar BPPAUDNI Regional II Surabaya

Page 32: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

32 BP-PAUDNI Regional II

WAWANCARA

Bupati Sabu Raijua Marthen Luther Dira Tome:

“SKB MAMPU DORONG PERUBAHAN”

Kenyang asam garam di dun-ia pendidikan luar sekolah (PLS), Ir Marthen Luther

Dira Tome (50) menjajal pengala-man baru yang lebih menantang. Sejak 24 Januari 2011, Marthen di-nobatkan sebagai pemimpin tert-inggi di Sabu Raijua (Sarai), kabu-paten terbungsu di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk tahun 2011-2016. Marthen dan pasangan-nya Drs Nikodemus Rihi Heke MSi berhasil meraih suara terbanyak dalam pilkada pertama Sabu Raijua pada tahun 2010.

Berbagai program telah disiap-kan Marthen untuk memajukan ta-nah kelahirannnya. Namun, ia tetap ingat akan dunia PLS yang telah membesarkan namanya. Tak in-gin menjadi kacang yang lupa pada kulitnya, mantan Kepala Bidang PLS Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) Provinsi NTT (2008-2010) ini juga menaruh per-hatian besar pada bidang PLS. Salah satu yang jadi perhatiannya adalah pendirian Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) sebagai motor pengemban-gan PLS. Di sela kunjungannya ke BPPAUDNI Regional II Surabaya, awal Maret lalu, dia paparkan ren-cana-rencananya membangun Sabu melalui PLS. Anda begitu getol mendirikan SKB di Sabu Raijua yang termasuk kabupaten baru. Apa latar belakangnya ? Kabupaten Sabu Raijua memang merupakan kabupaten baru yang secara definitif memiliki pemerintahan selama 4 tahun 1 bulan lebih. Selama ini Sabu Raijua

berdiri sendiri sebagai daerah otonom maka tentu saja komplek persoalannya tidak sedikit, terlalu banyak. Persoalan apa saja yang dihadapi Sabu Raijua sebagai daerah otonom baru ?Masalah kemiski-nan, kebodo-han, kesehatan iya, itu terjadi tapi keper-cayaan ini t i d a k

boleh disia-siakan. Justru kepercayaan sebagai daerah oto-nom itu tujuannya ada tiga. Pendekatan pe-layanan, kesetaraan, dan bagaimana kita melihat semua pe-luang agar daerah menjadi daerah yang tumbuh secara baik dengan penghasi-lannya sendiri. Oleh karena itu dengan segala

Mediksi/A.A. Ghofur

Page 33: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

33www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

kekurangan itu kita mencoba mem-bangun segala program. Pertama, akselerasi pembangunan ekonomi masyarakat yang kedua, akselerasi pembangu-nan pendidikan, dan yang ketiga akselerasi pembangunan kesehatan.Mengapa anda sangat fokus pada tiga aspek ini ?Tiga hal ini menjadi hal dasar yang sangat dibutuhkan masyarakat Sabu Raijua. Mereka hidup di bawah garis kemiskinan, bayangkan dari 18 ribu KK di Sabu Raijua, 15 ribu itu keluarga miskin. Apa artinya orang miskin? Apa akibat yang mereka terima? Kalau orang sudah miskin tentu saja bodoh, tidak berdaya. Nah, apapun alasannya karena mereka adalah masyarakat, warga negara, dan kita bertanggungjawab untuk itu maka pembangunan harus diarahkan ke sana. Dalam menyelesaikan masalah kemiskinan di Sabu Raijua tidak bisa serta merta membalik telapak tangan. Tentu ada langkah-langkah yang harus dilakukan, pemberdayaan, penyadaran, dan lainnya. Lalu dimana peran SKB dalam menunjang akselerasi tiga sektor prioritas ini ?Yang pasti adalah dalam melak-sanakan berbagai program pem-bangunan yang ada, baik ekonomi, pendidikan, harus lakukan pen-dampingan-pendampingan. Lem-baga dibutuhkan. Salah satu yang sangat perlu khususnya di bidang pendidikan dan ekonomi, kita perlu dirikan sebuah UPT namanya Sang-gar Kegiatan Belajar atau SKB. Karena di UPT ini selain memberi-kan pembelajaran pada masyarakat melalui percontohan-percontohan, pembuatan bahan ajar tapi ini juga akan berakibat terhadap keterampi-lan dan ekonomi masyarakat. Den-gan demikian saya berpikir bahwa SKB harus dibikin, mudah-muda-han pendirian SKB akan memberi warna tersendiri sehingga cita-cita kita untuk melakukan percepatan pada tiga hal itu secepatnya terca-pai.

Anda berharap SKB sebagai akselerator pembangunan ?Ya, betul. Dari keberadaan SKB yang sudah lebih dulu ada di daerah-daerah lain, bukan hanya di Sabu, kita semua tahu uraian tugas SKB itu apa saja. Dengan uraian tugas itu dan beban yang ada maka saya pikir SKB akan mampu menjawab tantangan-tantangan yang kita hadapi sebagai daerah baru ini.Kelak, pendirian SKB ini akan dikenang sebagai warisan anda karena status anda sebagai bupati pertama di Sabu Raijua. Apakah itu juga jadi tujuan anda?Saya pikir ini tujuan antara. Bahwa kemudian ada mata memandang be-gitu, itu tidak dilarang, biarkan saja, tidak masalah. Tapi sesungguhnya tujuan SKB menyelesaikan masalah kemiskinan, kebodohan, itu tujuan utama kita. Kalau itu dikenang, itu soal lain. Itu bukan tujuan utama.Sebesar apa sebetulnya potensi pendidikan luar sekolah di Sabu Raijua ?Saya pikir sasaran sangat besar karena selama ini jauh, kesempa-tan masyarakat untuk mengenyam pendidikan tentu saja kurang den-gan demikian maka berbagai pro-gram dan inovasi yang ada di SKB akan menjawab itu. Yang belum tahu calistung kita garap dengan keaksaraan fungsional, yang ked-ua karena ekonomi tidak mampu, lalu tidak bisa lanjut sekolah. Mis-al tamat SD, tamat SMP tapi tidak lanjut, itu namanya putus lanjut. Ini jadi wilayah garapan kita. Mereka yang menganggur, kompetensi cuk-up tapi menganggur, ini ada bagian dari SKB yang kita buat jadi kursus atau model. Ini harus menjawab masalah pengangguran dan pada akhirnya berakibat pada ekonomi dan kemiskinan. Ini belum lagi bi-cara masalah PAUD. Kita tahu ke-cerdasan atau kepintaran itu bu-kan bicara masalah setelah umur SD dia hrs masuk SD, bersekolah, tapi masalah kesiapan orang masuk jenjang pendidikan yang lebih ting-gi, itu harus dilihat. PAUD ini ‘kan

Ir MARTHEN LUTHER DIRA TOME

TEMPAT DAN TANGGAL LAHIRSabu, 21 Juli 1964

PENDIDIKANSD Negeri III Seba, Sabu.• SMP Negeri 1 Seba,Sabu. • SMA Negeri 1 Kupang. • Fakultas Peternakan Universitas • Nusa Cendana, Kupang.

ORGANISASIPelatih silat nasional Perisai Diri • (1984 – 1990)Ketua Dewan Pendiri Forum • Pemuda Kristen Indonesia NTT Penasehat Himpunan • Penyelenggara Kursus Indonesia Nusa Tenggara TimurAnggota Majelis Sinode GMIT • (2004 – 2011)

RIWAYAT PEKERJAANTenaga volunteer pada Yayasan • Ie Rai (1985 – 1988)Asisten Manajer KUD (1990)• Staf peneliti pada Lembaga • Peneliti Nataga Jaya (1992)Pamong Belajar SKB Kabupaten • Ende (1992-1996)Pemimpin Proyek Pendidikan • Luar Sekolah (2000–2006)Kepala Seksi Pendidikan • Berkelanjutan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT (2006-2008)• Kepala Sub Dinas Bidang • Pendidikan Luar Sekolah, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi NTT (2006-2008)Kepala Bidang Pendidikan Luar • Sekolah, Dinas pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi NTT (2008-2010)Bupati Sabu Raijua (2011-2016)•

merupakan ounderbouw (dalam naungan) Kabupaten Kupang. Dia pulau terluar dan sangat jauh dari ibukota provinsi selama ini. Oleh karena itu, daerah itu tidak terurus secara baik. Tidak dipersiapkan secara baik. Ketika tiba-tiba diberi kepercayaan pemerintah pusat

Mediksi/A.A. Ghofur

Sumber: saburaijuakab.go.id

Page 34: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

34 BP-PAUDNI Regional II

WAWANCARA

sangat berpengaruh terhadap tum-buh kembang seorang anak, dari sisi fisik motorik dan otak anak. Kalau anak-anak kita tidak disiap-kan dengan PAUD, akhirnya masa-masa emasnya terlewat begitu saja. Dengan demikian maka PAUD juga menjadi bidikan utama kita yang akan mempengaruhi mutu dan daya saing sumber daya manusia Sabu Raijua.Dari semua sasaran pada pendidikan luar sekolah, apa sasaran utama anda ?Semuanya harus digarap. Kita menyesuaikan. Semua harus maju bersama-samaBagaimana kesiapan sumber daya manusia, anggaran dan sarana prasarana untuk menunjang kerja-kerja SKB?Sumber daya manusia ini ‘kan terkait manajemen lembaga itu. Di situ kami kurang tapi tidak berarti karena kurang itu kami takut untuk melakukan, itu mundur. Dengan ke-tiadaan itu, kita mencoba bangun komunikasi karena tekad dan niat kita membangun ini agar terlayani semua masyarakat dengan pendidi-kan ini. Ini bisa dengan kita bangun komunikasi. Ini misalnya ketika kita sekarang datang ke BPPAUDNI ini, ini sebenarnya kita sedang membi-carakan masalah ini, salah satunya. Jadi, kalau ini (SKB) kita mau rintis, jangan dibiarkan berjalan sendiri, ini menjadi tanggung jawab kita bersama, kekurangan sumber daya manusia dalam hal ini tenaga, pen-gelola, di sini kita coba. Bagaimana ke depan ini sangat tergantung dari yang kita lakukan sekarang. Kita bisa saja lakukan pendampin-gan dengan teman-teman dari dari Balai, itu satu. Di sana tidak berar-ti (SDM) awam sama sekali. Sudah ada juga teman-teman yang selama ini menjadi TLD (tenaga lapangan Dikmas, Red) telah diangkat jadi PNS tapi tentu saja seperti saya ka-takan tadi, karena mereka terlalu jauh dari pusat informasi kemudian mereka menjadi tertinggal. Tidak setara pengetahuannya dengan te-

man-teman yang ada di Jakarta, Surabaya dan sebagainya.Ini persoalan dan kita perlu tingkat-kan saja. Terkait dengan masalah keuangan, saya pikir juga dimana-mana. Ada juga daerah yang punya uang banyak tapi tidak memberi-kan uang karena ini (SKB) dinilai tidak ada manfaat apa-apa. Tapi kalau saya sebagai orang yang mu-lai membangun karya saya di dunia PLS, saya pikir ini program sangat baik untuk masyarakat, yang pent-ing dilaksanakan secara baik. Itu yang jadi pemikiran kita.Jadi, berapa dana APBD yang anda siapkan untuk SKB baru ini ?Sekitar 3 miliar, untuk operasional dan program. Mungkin lebih juga karena saya tidak tahu persisnya. Kemarin saya sudah minta teman-teman di PLS untuk lakukan iden-tifikasi terhadap sasaran-sasaran, berapa banyak sasarannya, kita bi-ayai. Termasuk sekarang ini kita ploting anggaran untuk bangun ge-dung dan pagar untuk kantor (SKB). Mudah-mudahan dalam waktu tidak terlalu lama, ini sudah selesai sehingga SKB bisa berkantor di situ dan SKB bebas beraktivitas, bebas berimprovisasi dengan apa yang dia mau lakukan. Lakukan pengemban-gan-pengembangan di wilayah ini karena kawasannya cukup luas un-tuk dikelola dengan baik.Dimana anda tempatkan kantor SKB ?Di gedung UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan yang sudah dipindah, yang saat ini sedang direhab ulang.Untuk mengisi personil di SKB, berapa orang yang sudah anda siapkan untuk mengisi posisi sebagai staf struktural dan fungsional ?Itu sesuai dengan struktur yang ada dulu. Kepala SKB, Kasubag TU dan Pamong Belajar. Paling sedikit ada sekitar tujuh orang untuk semua.Untuk posisi Pamong Belajar, berapa orang yang anda siapkan?Untuk Pamong Belajar kita akan tarik dari teman-teman TLD, seki-tar 5 orang.

Bila merujuk Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Nega-ra dan Reformasi Birokrasi No. 15 Tahun 2010 tentang tentang Jaba-tan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya, jumlah maksi-mal Pamong Belajar di SKB adalah 35 orang. Artinya, jumlah Pamong Belajar di SKB Sabu Raijua saat ini masih belum sesuai. Apa upaya anda untuk memenuhi jumlah Pa-mong Belajar SKB sesuai aturan demi optimalisasi pelaksanaan pro-gram ?Itu ‘kan untuk (SKB) yang sudah mapan. Ini kita SKB rintisan. Kita rintis dulu tahun ini, nanti kita terus dorong sampai sesuai dengan jumlah minimal. Pasti itu. Pasca otonomi daerah, terjadi penutupan atau alih fungsi SKB di berbagai daerah dengan berbagai alasan. Nah, apa jaminan anda agar hal serupa tidak terjadi di SKB Sabu Raijua ?SKB itu dia bisa lahir, yang pertama karena ada regulasi. Kita buat regulasinya. ‘Kan ada peraturan bupati (Perbup). Dia (SKB) tidak boleh hanya Perbup saja, harus dibuat dalam peraturan daerah. Memang dalam struktur organisasi kita sudah ada itu, bahwa ada UPT (unit pelaksana teknis). Memang tidak disebut UPT itu apa, SKB atau lainnya tapi ada UPT karena itu kita buat. Nanti kita akan dorong tahun depan ada sebuah peraturan daerah yang mengatur tentang ini (SKB) sehingga tidak mudah orang menghapus (SKB) begitu saja. Itu satu. Yang kedua, pada saat dirintis, kita harus beri keyakinan pada masyarakat dan pemerintah bahwa manfaat dari SKB itu besar, untuk mendorong terjadinya perubahan-perubahan baik dari sisi pendidi-kan, ekonomi dan sebagainya. Ini jadi pemikiran kita. Ini jadi peker-jaan rumah kita.Potensi daerah seperti apa yang akan anda kembangkan lewat peran SKB ?Banyak banget potensinya. Ada

Page 35: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

35www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

potensi yang kelihatan, dan tidak kelihatan di sana. Yang kelihatan itu ada garam, rumput laut, lontar. Ini kita coba. Jadi ada kegiatan-kegiatan yang ditangani masyarakat selama ini yang mengarah pada perbaikan ekonomi. Ini perlu kita bantu-bantu mereka dengan lakukan pendampingan, kemudian bantu masalah modal dan peralatan,

dan sebagainya. Nanti akan lahir produk-produk unggulan dari Sabu yang bisa diterima di pasar luas. Terlalu banyak potensi, bagaimana mengolah ikan, hasil pertanian bisa laku jual, mengolah rumput laut jadi permen, bagaimana buat suvernir-suvenir dan sebagainya ini tugas-tugas kita. Ini bisa dilakukan oleh SKB. Sekarang tinggal menemukan

narasumber teknis. Kita coba combine teman-teman dari Jawa, Surabaya (Balai) tentu saja. Teman-teman di PTN (perguruan tinggi negeri), PTS (perguruan tinggi swasta), kita komunikasikan, kita ajak untuk bekerjasama.Walau belum genap satu peri-ode menjadi nahkoda Sabu Rai-jua, kepemimpinan Marthen mulai membuahkan hasil. Di tahun 2014, hasil evaluasi Direktur Jenderal (Dirjen) Otonomi Daerah (Otoda), Kementerian Dalam Negeri (Ke-mendagri) terhadap Daerah Otono-mi Baru (DOB) menempatkan Ka-bupaten Sabu Raijua pada rangking ke delapan dari 36 DOB yang diben-tuk pada tahun 2008-2009. Padahal, pada awal dibentuk, Sabu Raijua pernah masuk dalam lima DOB ter-buruk. “Saat masih dipimpin Penjabat Bu-pati pada tahun 2009-2010, Sabu Raijua hanya mendapatkan skor 40. Ketika kami menjabat tahun 2011 kami berusaha meningkatkan skor tersebut menjadi 64 kemudian naik menjadi 71 dan sekarang men-jadi 76,2,” ujar Marthen kepada Pos Kupang. Dia menjelaskan, mening-katnya skor hasil evaluasi itu kare-na adanya akselerasi pembangunan yang dilakukan di berbagai bidang seperti bidang pendidikan, ekonomi maupun kesehatan.“Indikator ini yang akan dinilai Ke-mendagri lewat Dirjen Otda, apak-ah ada peningkatan atau tidak,” ujarnya.Anda memakai pendekatan amfibi dalam membangun Sabu. Apa maksudnya ?Itu pemberdayaan ekonomi dengan pendekatan amfibi. Yang pasti di Sabu itu ada potensi. Ada potensi di darat, ada juga potensi di laut. Karena di Sabu itu tempatnya san-gat terbuka, di tengah-tengah sam-udera maka tidak sepanjang musim dia bisa bersahabat dengan manu-sia. Ketika laut tidak bersahabat, darat jadi tempat untuk berusaha. Saat darat tidak bersahabat maka dia harus kembali ke laut. Dua po-

Bupati Sabu Raijua Marthen Luther Dira Tome (kiri) berfoto bersama Kepala BPPAUDNI Reg II Surabaya, di ruang kepala BPPAUDNI Reg II

Mediksi/A.A. Ghofur

Page 36: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

36 BP-PAUDNI Regional II

WAWANCARA

tensi besar ini dimainkan secara bersama-sama. Tak bisa di laut, kita ke darat. Tak bisa di darat, kita ke laut. Ini yang saya sebut dengan pendekatan amfibi.Anda juga sangat memperhatikan pembangunan di sektor kesehatan...Tiga hal ini, ekonomi, pendidikan, kesehatan. Ini ‘kan menjadi indika-tor HDI (human development in-dex / indeks pembangunan manu-sia) suatu bangsa, suatu daerah. Di sisi kesehatan, angka kematian ibu dan anak itu jadi perhatian kita, usia harapan hidup juga. Dengan demikian maka untuk memperbaiki ini, banyak hal harus kita benahi. Seperti apa konkritnya?Begini, seorang ibu hamil kalau pola makannya tidak diatur secara baik mungkin anak di dalam kan-dugannya tidak akan tumbuh den-gan baik. Itu menjadi masalah. Ka-lau dia (ibu hamil) tidak mendapat perawatan dengan baik, itu menjadi masalah ibu dan anak. Mengapa kita bicara masalah kecukupan gizi bagi ibu hamil? Agar dia bisa melahir-kan bayi secara normal. Ini masalah yang harus kita pikirkan. Belum lagi bicara masalah lingkungan, ba-gaimana orang miliki MCK yang baik, bagaimana air minum yang baik, termasuk juga bagaimana dia mendapatkan perawatan tepat wak-

tu, pengobatan tepat waktu. Nah, kita bangun pustu-pustu (puskes-mas pembantu) sampai di desa-de-sa. Kita kontrak tenaga paramedis, dokter di Sabu tidak ada. Kalau ada tamatan-tamatan dokter atau dok-ter mau pindah ke sana (Sabu), si-lahkan saya siap, kami welcome. Anda memakai motto “Orang Sabu Raijua juga bisa”. Mengapa ?Saya adopsi dari motto di SMK, ketika saya masih aktif, dan tagline itu menimbulkan semangat luar biasa kepada Sabu, bahwa mereka tidak boleh takut dengan situasi ini. Orang lain bisa gerak, kenapa kita tidak bisa. Motto ini menyatu dengan visi yang saya bangun, mimpi besar yang saya bangun, menjadikan Sabu Raijua kabupaten yang inovatif, maju dan bermartabat. Melalui inovatif, maju dan bermartabat, semua orang yang di daerah ini, apakah petani miskin, nelayan miskin, peternak miskin, pegawai kecil, pegawai besar, dia harus mampu berpikir melampaui yang orang lain pikir dan mampu melakukan sesuatu melampaui yang orang lain lakukan, dengan semangat dalam motto “Orang Sabu Raijua juga bisa”. Kita bisa, kenapa tidak? Apa bukti nyatanya ? Saya sudah buktikan bahwa ada

sekian banyak hal yang tidak bisa dilakukan di tempat lain tapi kita bisa. Pabrik garam, rumput laut, air kemasan. Tagline yang membangun kepercayaan diri itu pentingAnda juga dikenal suka blusukan ke desa-desa. Itu murni untuk mendengar keinginan masyarakat atau pencitraan semata ?Saya datang dari pemikiran bahwa kalau saya hanya menunggu di kantor, tak mungkin orang-orang itu bisa menyampaikan apa yang dia butuhkan, aspirasinya. Mungkin juga saya tidak bisa melakukan perencanaan yang baik karena saya tidak pernah melihat apa yang mereka alami di sana, apa yang mereka butuhkan. Yang mereka butuhkan itu kan bisa kita lihat tapi kadang mereka tidak bisa sampaikan. Nah, yang kita lihat itu yang kita buat jadi program-program yang sesuai kebutuhan mereka. Ini bukan baru setelah jadi bupati. Sebelum jadi bupati, saat saya jadi pegawai, saya selalu (blusukan). Itu menjadi hobi saya, untuk jalan kemana-mana untuk tahu yang dbutuhkan yang diiinginkan masyarakat. Tanpa itu kita mungkin membuat program asal-asalan, program-program yang tidak bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat. Kalau ada yang mengatakan pencitraan, itu sah-sah saja.Pulau Sabu Raijua adalah pulau terluar, atau halaman depan Indonesia. Bagaimana upaya anda dalam mempercantik wajah teras nusantara ini?Jadi begini, tentu saja sebagai bu-pati saya tidak bisa membangun dengan APBD saja. Karena itu saya mencoba untuk bagaimana caranya agar masyarakat harus diberdaya-kan kemudian tumbuh kemampuan-nya untuk membangun daerahnya dengan cara bayar pajak tepat wak-tu, memberikan retribusi. Itu syu-kur bisa terwujud, dengan demikian maka ada pembangunan fisik seba-gai infrastruktur penunjang. Mem-bangun jalan jembatan, membangun embung-embung untuk menampung

Bupati Sabu Raijua Marthen Luther Dira Tome turut membantu memberikan air ke warga, dalam rangka mengatasi krisis air bersih.

saburaijuakab.go.id

Page 37: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

37www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

air, dan untuk membangun sektor pertanian. Sektor pariwisata juga sedang kita bangun. Ini yang semen-tara kita kerjakan di Sabu Raijua untuk memperbaki wajah Indonesia. Mudah-mudahan ke depan dengan adanya kucuran dana yang baik dan pengelolaan yang baik Sabu Raijua akan kelihatan lebih maju lagi. Artinya, masih banyak infrastruktur yang belum dibangun....Untuk infrastruktur yang besar, yang kami butuhkan sekarang ini adalah dermaga. Kemarin ada te-man-teman dari Kemenhub, dan Pelni, mereka datang survei untuk program tol laut itu. Nah, dengan mereka melihat secara langsung ko-moditi-komoditi yang kami hasil-kan, misalnya rumput laut yang sangat banyak, garam yang san-gat banyak, ini kesempatan untuk mengubungkan Sabu langsung ke Jakarta atau Surabaya. Kalau bi-cara masalah transportasi, ini su-dah terjawab, masalah aksesibilitas, ini sudah terjawab. Dengan demiki-an, harga minyak (BBM) akan leb-ih terjangkau, barang yang masuk dan keluar juga akan lebih baik lagi dengan adanya aksesibilitas ini. Dengan demikian masalah ekonomi akan terselesaikan di sini. Bandara juga sebentar akan kita bangun kar-ena seperti saya katakan tadi, tidak semua musim bersahabat dengan orang Sabu. Ketika laut tidak bersa-habat, ini tidak sulit. Tidak ada ka-pal, dengan demikian bandara pun menjadi bidikan kita saat ini. Kita ingin agar (landasan) bandara diper-panjang dan sekarang sudah masuk tahap keempat. Pembebasan lahan sudah, feasibility study (studi ke-layakan) sudah, rencana induk atau master plan sudah, sekarang Amdal (analisis mengenai dampak lingkun-gan). Ini sementara yang sudah kita lakukan. Mudah-mudahan nanti pak menteri mau mengalokasikan anggaran untuk kita sehingga kita bisa bangun itu. Bicara masalah wa-jah, kita sudah mulai dandan, walau belum semuanya.

Tahun 2014 sudah memasuki tahun keempat jabatan anda. Program apa yang belum selesai ? Masih banyak sekali. Jadi, melak-sanakan pembangunan tidak semu-dah membalikkan telapak tangan. Sulit. Karena banyak faktor pem-batasnya. Masalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sum-ber daya keuangan. Ini menjadi fak-tor pembatas kita tidak bisa sece-patnya mencapai tujuan. Tapi sekali lagi, ini tidak membuat nyali kita menjadi kecil. Kita lihat itu sebagai tantangan, lalu kita coba. Kita bisa bangun komunikasi kemana-mana, pada akhirnya ini bisa mengeliminir kesenjangan-kesenjangan yang ada. Yang sangat sulit saya selesaikan adalah saya masih gagal bagaima-na melakukan penyadaran kepada masyarakat untuk dia bisa given, terima dengan keadaan yang ada. Itu pekerjaan berat sekali karena itu dunia pendidikan sangat dibu-tuhkan di sini. Kalau terjadi pen-gelompokan-pengelompokan sesuai ketrampilan, keinginan ini bisa kita tularkan ilmu sikap sehingga peri-lakunya akan berubahKabarnya, anda siap maju lagi di Pilkada Sabu Raijua tahun 2015 ?Siap maju lagi karena kita belum menyelesaikan semua tugas-tugas. Bukan bicara masalah bupatinya, tapi bagaimana tugas-tugas yang

masih tersisa harus diselesaikan secara sempurnaAnda lebih suka pilkada langsung atau pilkada lewat DPRD ? Pilkada langsungKalau ditetapkan pilkada lewat DPRD, anda masih mau maju Kalau (dipilih) di DPRD, saya tidak perlu majuSerius ...Serius. Kalau (pilkada) langsung, saya maju lagi. Jadi, tidak bisa kita paksa diri. Saya tidak bisa ada di bawah itu (DPRD) dan saya tidak bisa bargaining dengan hal-hal yang tidak senafas dengan saya. Ada perbedaan antara kita dan DPRD itu. DPRD itu bisa hari ini ya, bisa besok tidak. DPRD itu kata Pak SBY, mereka harus sampai hati untuk mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan hati nuraninya. Kata SBY, di setiap hembusan dan tarikan nafasnya (DPRD) bercampur kebohongan ha-ha-ha....Saya tidak mau masuk kesitu.Kalau misalnya mereka (DPRD) yang pilih, saya tidak mau, tapi ka-lau rakyat yang pilih, ya saya mau berjuang untuk rakyat.Jika pilkada langsung, anda optimistis terpilih lagi?Ya, saya pikir begitu karena kita su-dah bekerja ha-ha-ha.....

M Subchan Sholeh

Bupati Sabu Raijua Marthen Luther Dira Tome membantu memanen jagung milik warga.

saburaijuakab.go.id

Page 38: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

38 BP-PAUDNI Regional II

SOSOK

Jiwa pendidikan sepertinya tak pernah bisa lepas dari diri Dra Yohana Lingu Langu MSi (55).

Sempat bertugas di Dinas Pari-wisata serta Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi NTT, Yohana akhirnya kembali ke dunia yang telah memb-esarkan namanya. Lebih istimewa lagi karena Yohana dipercaya men-jabat Kepala Dinas Pendidikan, di daerah kelahirannya, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD).

Sejak bulan Mei 2015, perempuan kelahiran Wewewa Timur, SBD, ini memegang tampuk kepemimpinan tertinggi di instansi strategis itu.

“Saya akan fokus pada semuan-ya baik (pendidikan) formal mau-pun nonformal,” tegasnya saat di-tanya soal program-programnya untuk memajukan kualitas SDM di SBD melalui pendidikan.

Ditemui di ruang kerjanya, Yo-hana tak memungkiri jika dirinya juga tetap memberi perhatian lebih pada pendidikan non formal dan in-formal (PNFI). Ia tak ingin menja-di kacang yang lupa pada kulitnya. Bahkan, Yohana yang telah makan

asam garam selama tujuh tahun di dunia PNFI, akan menggunakan pengalaman dan jejaringnya di dun-ia PNFI untuk membangun pendidi-kan di SBD.

Mantan Kabid Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Dinas PPO Provinsi NTT dan Kepala Balai Pengem-bangan Kegiatan Belajar (BPKB) Provinsi NTT ini akan mengom-binasikan pendidikan formal dan PNFI untuk meningkatkan kualitas

SDM di SBD. Dia juga telah meme-takan sejumlah persoalan pendidi-kan di wilayahnya.

“Ada anak yang langsung masuk SD tanpa ikut PAUD, pada saat kelas 3-4, belum bisa baca. Seba-liknya, anak yang ikut PAUD sebe-lum SD, mereka bisa baca tulis,” ujar alumni Universitas Nusa Cen-dana, Kupang, NTT itu.

Atas dasar itu, perempuan ber-zodiak Cancer ini berupaya menga-jak masyarakat untuk memasukkan anak-anaknya ke PAUD sebelum SD. Selain itu, dia terus memoti-vasi pengelola dan tutor PAUD un-tuk tetap semangat mendidik anak-anak.

“Memang PAUD di sini belum baik, tapi saya akan terus tingkat-kan kualitasnya terutama kom-petensi tutornya,” tambah perem-puan kelahiran 19 Juli 1960 itu.

Hal lain yang jadi perhatiannya adalah pemberantasan buta huruf dan pelatihan keterampilan bagi warga miskin.

“Bisa dengan pelatihan tenun, budidaya di perkebunan atau lain-nya. Nanti teman-teman Suraba-ya (Balai) juga bisa bantu kami di sini,” pungkasnya sambil terse-nyum. (mss)

Kembali ke Pendidikan

Senang Braindance Di atas panggung, Agustin

Puspitasari (36) penuh per-caya diri memeragakan se-

nam braindance buatan Balai tahun 2012. Sambil memandu anak-anak yang berbaris di belakangnya, Agus-tin membawakan senam untuk opti-malisasi fungsi otak anak usia 3-4 tahun itu nyaris tanpa cela.

“Gerakannya mudah dan lebih lengkap untuk semua aspek. Mo-torik, bahasa, dan kognitif,” ujar Agustin seusai turun dari panggung acara “Gebyar PAUD Kabupaten Tulungagung” beberapa waktu lalu.

Untuk menirukan gerakan brain-dance dengan sempurna, Agustin mengaku hanya berlatih dua kali. Pelatihannya sendiri dilaksanakan oleh Himpunan Pendidik dan Ten-aga Kependidikan Anak Usia Dini

Indonesia (Himpaudi) Tulungagung.Guru PAUD Tunas Bangsa di Ke-

camatan Rejotangan, Tulungagung ini menambahkan, senam brain-dance ini juga telah dikenalkannya pada anak didiknya.

“Kami usahakan ada senam baru yang dikenalkan pada anak-anak agar tidak bosan. Karena braindance ini termasuk baru, jadi kami sudah praktekkan dengan anak-anak,” papar peraih juara harapan dua Lomba Cipta Senam PAUD Tingkat Provinsi Jatim tahun 2012 ini.

Agustin yang juga juara satu Lomba Cipta Senam PAUD Tingkat Kabupaten Tulungagung tahun 2012 ini menuturkan, kegiatan senam ru-tin diajarkan di PAUD tempatnya mengajar seminggu sekali. (mss)

Page 39: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

39www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

facebook.com/aniesbaswedan

Page 40: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

40 BP-PAUDNI Regional II

LINTAS BERITA

Surabaya – Sebanyak 17 staf BP-PAUDNI Regional II Surabaya mengikuti pelatihan pembuatan film animasi selama tiga hari. Da-lam kegiatan yang digelar pengelola Tempat Uji Kompetensi Teknologi Infor-masi dan Komunikasi (TUK TIK) BP-PAUDNI Regional II Surabaya pada 2-5 Maret 2015, para peserta dilatih membuat animasi untuk media be-lajar.

Pelatihan ini dipandu Fajar

Baskoro, SKom MT, dosen Teknik Informatika Fakultas Teknologi In-formasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Dalam pelatihan ini Fajar melatih peserta membuat animasi melalui program komputer (software) Scratch

“Membuat animasi media pem-belajaran melalui Scratch itu mu-dah karena seperti bermain dengan balok Lego,” ujarnya.

Untuk itu, dia mewajibkan para

Staf Balai Buat Film Animasi peserta memasang program Scratch di komputer masing-masing. Set-elah itu, Fajar memandu langkah-langkah pembuatan animasi secara bertahap. Agar materinya lebih ce-pat dipahami, Fajar memberi tugas pertama berupa cara membuat an-imasi agar seekor kucing bisa ber-jalan. Usai dengan tugas pertama, Fajar memberi tugas berikutnya yaitu membuat animasi permainan kepiting dan nenek sihir. Pada tugas kedua ini, peserta dilatih untuk me-mahami materi mengendalikan mul-tiple sprite. Di saat yang sama, Fa-jar menyisipkan pula materi teknik merekam suara dan efek suara.

Pada hari kedua, peserta dilatih teknik perekaman gambar animasi dan eknik penggabungan gambar dengan program movie maker. Pe-serta mendapat contoh ilmu cara membuat animasi pelajaran “siklus hujan”. Di hari ketiga yang merupa-kan hari terakhir, para peserta me-nampilkan hasil tugas akhir mereka dari seluruh materi yang sudah di-terima. (lrl)

Probolinggo – Sekitar 30 kepala sekolah dasar (SD), utusan dari seluruh kecamatan di Kabupaten Probolinggo dilatih menjadi tutor aksara selama tiga hari oleh tim Model Keaksaraan Baca Delila (Dengar, Lihat, Lakukan) BPPAUDNI Regional II Surabaya. Selanjutnya, mereka bertanggungjawab untuk melatih tutor aksara di kecamatan

Kepala Sekolah Jadi Tutor Aksaramasing-masing dengan Model Delila. Tak hanya para kepala SD, ada juga peserta lainnya dari unsur guru SD, staf UPTD, dan tutor aksara yang menjalani Training of Trainer (ToT) Tutor Pendidikan Keaksaraan Dasar dengan Metode Baca Delila pada 17-

bupaten Probolinggo masih 81.539 jiwa.

Di tahun 2015, Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo mencanan-gkan Gerakan Penutasan Buta Ak-sara dengan penerapan “Pembelaja-ran Keaksaraan Dasar Metode Baca Delila”. Model buatan Balai tahun 2013 ini pernah diujicoba di SKB Probolinggo.

“Selama ini kami memang ser-ing mendapatkan pelatihan terkait tugas kami di pendidikan formal. Namun, pelatihan ini memberi ilmu baru mengenai bagaimana melak-sanakan pembelajaran pada ranah pendidikan orang dewasa, Para narasumber juga sangat bermurah hati untuk menularkan semua ilmu-nya,” jelas Mukhlisin, salah satu pe-serta saat menyampaikan kesannya tentang pelatihan tersebut. (ims)

Karyawan BPPAUDNI Reg. II sedang menggunakan software untuk membuat animasi

Pamong Belajar BPPAUDNI Reg. II Sujarno, sedang memberikan materi pada TOT Model Baca Delila

Mediksi/Lilik RL

Mediksi/Im Sodiawati

19 Maret lalu di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kab. Probolinggo. Mereka dilatih oleh tim model Baca Delila BPPAUDNI Reg. II Surabaya yaitu Sujarno, Udik Pudjianto, dan Im Sodiawati.

Pelatihan ini merupakan tindak lanjut kerjasama Balai dengan Pem-kab Probolinggo dalam program pemberantasan buta aksara. Pasal-nya, sampai tahun 2014 lalu, jumlah penyandang buta aksara di di Ka-

Page 41: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

41www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

Mediksi/A.A. Ghofur

Surabaya – Sebanyak 20 anggota Saka Widya Budaya Bakti (SWBB) dari Pangkalan Kwartir Cabang Pa-suruan dan BPPAUDNI Regional II Surabaya berlatih tari dan membuat film bersama pada 13-14 April lalu. Kegiatan yang berlokasi di Pang-kalan SWBB BPPAUDNI Regional II Surabaya itu untuk menambah wawasan anggota SWBB yang ber-minat pada ilmu Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Seni dan Film.

“Belajar menari dan membuat film, cukup lima jam saja,” kata Eko Yunianto, Pimpinan SWBB Daerah Jawa Timur.

Untuk seni tari, para anggota SWBB diajari Pamong Belajar (PB) BPPAUDNI Reg. II Surabaya Pu-tut Purnawirawan. Kepada mereka, Putut mengajari tari daerah seperti dari Aceh, Sunda, Kalimantan dan Papua. Adapun untuk SKK Film, para peserta dilatih oleh Abdoel Muntholib, dan M Yogie Alamba-ra, staf struktural BPPAUDNI Reg. II Surabaya yang berpengalaman

membuat film-film pendek untuk dokumentasi atau pembelajaran. Keduanya memberi latihan singkat tentang proses pembua-tan film. Dari menulis ske-nario, teknik pengambilan gambar hingga penyuntin-gan gambar.

Selain latihan bersa-ma, Eko selaku pimpinan SWBB daerah juga mengu-kuhkan sembilan anggota baru SWBB Pangkalan Kwartir Cabang Pasuruan. Sementara itu, Pimpinan SWBB Nasional yang juga Kepala BPPAUDNI Reg. II Surabaya Pria Gunawan menyampaikan pesan agar para anggota SWBB Kwarcab Pasuruan dap-at mengembangkan SKK yang ada di daerahnya. Khususnya Krida Pendidi-kan Masyarakat. (lrl)

Anggota Saka Belajar Tari-Film

Dari atas ke bawah:Anggota Saka Widya Budaya Bakti sedang berlatih teknik pengambilan gambar video

Anggota Saka Widya Budaya Bakti sedang berlatih mengedit film

Anggota saka widya budaya bakti sedang berlatih menari, dipandu oleh Instruktur

Saka Kak Putut Purnawirawan

Mediksi/A.A. Ghofur

Mediksi/A.A. Ghofur

Page 42: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

42 BP-PAUDNI Regional II

LINTAS PERISTIWA

Mediksi/A.A. Ghofur

Mediksi/A.A. Ghofur

Mediksi/A.A. Ghofur

Mediksi/A.A. Ghofur Mediksi/A.A. Ghofur

Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat Dr Wartanto, memberikan motivasi ke Karyawan BPPAUDNI Regional II, untuk meningkatkan etos kerja, pada Kamis (19/2).

Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat Dr Wartanto (kanan, jaket hitam), memberikan arahan kepada Pamong Belajar BP PAUDNI Reg II, supaya membuat model sesuai kebutuhan masyarakat,khususnya bidang pendidikan masyarakat, pada Kamis (19/2).

Kepala BPPAUDNI Reg. II Pria Gunawan memberikan sambutan ketika pembukaan Soskontap 2015, pada Kamis (26/2).

Peserta “Orientasi Teknis (Ortek) Pemetaan Mutu PAUDNI Prov. NTT Tahun 2015”, mempresentasikan hasil diskusi kelompok, pada Kamis (30/4).

Upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional 2015, di kantor BPPAUDNI Reg. II berlangsung khidmat, pada Senin (4/5).

Murid TK Cahaya Tazkia ikut menjadi petugas paduan suara, dalam rangka Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2015, di kantor BPPAUDNI Regional II, pada Senin (4/5).

Mediksi/Abdoel Muntholib

Page 43: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

43www.bppaudnisurabaya.id

edisi I tahun 2015

Mediksi/A.A. Ghofur

Mediksi/A.A. Ghofur

Mediksi/A.A. GhofurMediksi/A.A. Ghofur

Siswa-siswi SMK N 8 Surakarta menampilkan tarian Bambangan Cakil, dalam pem-bukaan pameran Hari Pendidikan Nasional di Jogjakarta, pada Jum’at (22/5).

Anjungan BPPAUDNI Reg.II dalam pameran Hari Pendidikan 2015 di Jogjakarta, berisikan aneka kerajinan tangan yang berasal dari kerang. pada Jum’at (22/5).

Mediksi/A.A. Ghofur

Peserta orientasi teknis (ortek) pendataan PAUDNI Prov. Jatim, mempresentasikan hasil diskusi kelompok di hadapan peserta Ortek, pada Rabu (6/5).

Kepala Seksi Informasi dan Kemitraan BPPAUDNI Reg. II Surabaya Eko Yunianto (ka-nan) berjabat tangan dengan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo Tutug Edi Utomo usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) terkait pemberantasan buta aksara di Kabupaten Probolinggo, pada Selasa (28/7).

Mediksi/Abdoel Muntholib

Kepala Bidang PNFI Dinas Pendidikan Kab. Bojonegoro Muchlishin (kanan) men-erima cendera mata dari Kepala Seksi Informasi dan Kemitraan BPPAUDNI Reg. II Surabaya Eko Yunianto seusai pembukaaan kegiatan “Orientasi Teknis Aplikasi Pen-dataan Intensif Terintegrasi di Dinas Pendidikan Bojonegoro”, pada Selasa (16/6).

Para anak didik SKB Kab. Flores Timur sedang mengikuti lomba peragaan busana dalam rangka HUT ke-15 SKB Kab. Flores Timur, Sabtu (14/2) lalu, di Larantuka, Flores Timur.

Dok. SKB Flores TImur

Page 44: Tantangan Sabu Raijua PEMBINA S PEMIMPIN REDAKSI ...pauddikmasjatim.kemdikbud.go.id/ebook/mediksi/mediksi_1... 1 edisi I tahun 2015 PEMBINA Pria Gunawan (Kepala BP-PAUDNI Reg. II)

44 BP-PAUDNI Regional II

LINTAS PERISTIWA

Mediksi/A.A. Ghofur Mediksi/A.A. Ghofur

Mediksi/A.A. GhofurMediksi/A.A. Ghofur

Mediksi/A.A. Ghofur Mediksi/A.A. Ghofur

Orientasi teknis penerapan model Batung Bingar bagi SKB penerima dana BOP pen-erapan model Batung Bingar, pada Rabu (9/6).

Orientasi teknis penerapan model Delila bagi SKB penerima dana BOP penerapan model Baca Delila, pada Rabu (9/6).

Diklat penyususnan SKP untuk karyawan BP-PAUDNI Regional II Surabaya, diruang A. Yani, BP-PAUDNI Regional II, pada Senin (15/6).

Orientasi teknis penerapan model motorik halus bagi penerima dana BOP, diruang Agus Salim, BP-PAUDNI Regional II, pada Rabu (9/6).

Kepala BP-PAUDI Regional II Pria Gunawan (kiri), menyerahkan cendera mata ke-pada anak karyawan BP-PAUDNI Regional II yang telah tampil di acara Halal bi Halal Keluarga Besar BP-PAUDNI Regional II., pada Kamis (23/7).

Karyawan BP-PAUDNI Regional II, bersalam-salaman saling meminta maaf, pada ac-ara halal bi halal tahun 2015, pada Kamis (23/7).