Upload
dicky-endrianto-saputro
View
53
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
budidaya tapak doro
Citation preview
1
I. PEMBIBITAN TANAMAN TAPAK DORO
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki berbagai
jenis tanaman obat berkhasiat. Pengenalan khasiat dan manfaat tanaman
obat di Indonesia merupakan hal yang harus diketahui agar dalam
kaitannya sebagai sumber bahan alam dapat berdaya guna dan berhasil
guna sejajar dengan kebijaksanaan obat nasional. Baik itu untuk obat
tradisional untuk precursor maupun bahan baku obat, dalam rangka
mendapat salah satu program pembangunan dibidang kesehatan.
Hasil pertanian berupa tanaman obat merupakan komoditi yang
sangat banyak diminati oleh para konsumen baik lokal maupun
internasional, hal ini dikarenakan sebagian besar komoditi pertanian ini
mengandung berbagai macam nutrisi yang diperlukan oleh tubuh
manusia. Dengan semakin meningkatnya permintaan konsumen akan
kebutuhan komoditi tanaman obat, para petani berusaha untuk
menghasilkan komoditi yang memiliki mutu serta kualitas yang sesuai
dengan permintaan konsumen.
Tanaman tapak doro (cantharathus roseus) dapat diperbanyak
secara generatif meupun vegetatif. Perbanyakan secara generatif ini dapat
dilakukan dengan biji. Sedangkan perbanyakan tanaman tapak doro
secara vegetatif dilakukan dengan cara setek batang. Pada prktikum kali
ini akan dibahas perbanyakan tanaman tapak doro dengan cara setek
batang.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum Agronomi Tanaman Khasiat Obat acara ini adalah
untuk mengetahui pengaruh bahan setek terhadap pertumbuhan setek
tapak doro.
1
2
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Pembibitan dan Penanaman Tapak Doro ini
dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 2 November 2010 pada pukul
08.00 WIB. dan panen pada hari Selasa tanggal 28 Desember 2010 pukul
09.00 WIB. Bertempat di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Dalam membudidayakan berbagai tanaman dalam rangka
mewujudkan apotik hidup, yang dapat dikembangkan pada lahan- lahan
pekarangan rumah atau misalnya hendak mengambangkannya pada sebidang
tanah yang khusus diperuntukkan tanaman tanaman yang berkhasiat obat-
obatan, diperlukan pengelolaan yang baik, karena tanaman-tanaman yang
mulus pertumbuhannya akan memberikan hasil yang baik, bagi pengguna
sendiri maupun yang banyak dicari/dibutuhkan oeh para pengusaha industri
obat-obatan, apotik atau industri obat-obatan tradisional
(Kartasapoetra, 1988).
Tumbuhan Tapak doro, berasal dari Amerika Tengah, umumnya
ditanam sebagai tanaman hias. Tapak doro bisa tumbuh ditempat-tempat
terbuka atau terlindung pada bermacam-macam iklim, ditemukan dari dataran
rendah sampai ketinggian 800 dpl (Setiawan, 1999).
Tapak doro (cantharanthus roseus) banyak dipelihara oleh masyarakat
sebagai tanaman hias. Tapak doro sering dibedakan menurut jenis bunganya
yaitu bunga yang berwarna putih dan merah. Tumbuhan semak tegak yang
dapat mencapai ketinggian sampai 100 cm. Tanaman tapak doro ini
merupakan tanamana liar yang biasa tumbuh subur di padang atau pedesaan
beriklim tropis. Tanaman tapak doro ini dapat diperbanyak dengan biji
maupun dengan setek batang. Untuk perbanyakan dengan biji media yang
digunakan pasir dan kompos dengan perbandingan 1:1, sedangkan untuk
perbanyakan dengan setek batang media yang digunakan pasir, tanah dan
3
kompos dengan perbandingan 1:1:1, dan panjang setek 5-10cm
(Gunawan, Soegiharjo dan Koensoemardiyah, 1989).
Ciri tanaman tapak doro ini memiliki batang yang berbentuk bulat dan
diameter berukuran kecil, berkayu, beruas, dan bercabang serta berambut.
Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau dan diklasifikasikan berdaun
tunggal. Bunganya indah menyerupai terompet dengan permukaan berbulu
halus. Tapak doro juga memiliki rumah biji yang berbentuk silindris
menggantung pada batang. Perbanyakan tanaman ini dengan biji dan setek
batang (Setiaji, 1980).
Tumbuhan ini tidak tahan terhadap pemangkasan besar dan dapat mati
karenanya. Tapak dara biasanya diperbanyak dengan bijinya yang lembut.
Caranya, sediakan biji-biji yang tua, lalu semaikan pada suatu tempat
persemaian. Masukkan biji ke dalam tanah, lalu tutup dengan lapisan tanah
setipis tebal bijinya. Rajinlah menyiram. Bila biji-biji mulai tumbuh, dan
tingginya sudah mencapai sekitar 15 - 20 cm, umumnya dapat dipindahkan ke
tempat yang diinginkan. Jika ingin ditanam dalam pot, tentu perlu disiapkan
pot dan media tanamnya. Pot bisa dari tanah liat, semen, atau kaleng bekas.
Media tanamnya berupa campuran tanah subur, kompos, dan pupuk kandang
(2 : 1 : 1). Bibit langsung ditanam, dan setelah itu diletakkan di tempat teduh.
Seminggu kemudian, ditempatkan di tempat terbuka (Anonim, 2011)
C. Alat, Bahan, dan Cara Kerja
1. Alat
a. Polibag
b. Pisau
c. Penggaris
2. Bahan
a. Setek batang tanaman tapak doro
b. Media semai tanah, pasir dan bahan organik
3. Cara Kerja
a. Membuat setek tanaman tapak doro
4
b. Mencampurkan media semai yang tersedia dan memasukkan
kedalam polibag kemudian membasahinya dengan air secukupnya.
c. Menanam bahan setek tapak doro sesai perlakuan.
d. Memeliharan setek pada media semai.
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Data Rekapitulasi Pengamatan Jumlah Tunas Tanaman Tapak
Doro
Perlakuan
Jumlah Tunas
Rata-rataUlangan
1 2 3 4
Ujung - 1 - - 0,25
Tengah - - - - -
Pangkal - - - - -
Sumber :Rekapitulasi Data Kelompok
Tabel 1.2 Data Rekapitulasi Pengamatan Panjang Tunas Tanaman Tapak
Doro
Perlakuan
Panjang Tunas (cm)
Rata-rataUlangan
1 2 3 4
Ujung - 25,5 - - 6,375
Tengah - - - - -
Pangkal - - - - -
Sumber : Rekapitulasi Data Kelompok
5
Tabel 1.3 Data Rekapitulasi Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Tapak
Doro
Perlakuan
Jumlah Daun
Rata-rataUlangan
1 2 3 4
Ujung - 16 - - 4
Tengah - - - - -
Pangkal - - - - -
Sumber : Rekapitulasi Data Kelompok
2. Pembahasan
Pada masa sekarang sumber tanaman yang berkasiat obat di
Indonesia semakin rendah atau menurun. Hal ini dikarenakan
produktifitas dari tanaman obat makin rendah, pengambilan tanaman obat
lebih besar dari pada produktifitas. Hal ini dikarenakan dengan
banyaknya permintaan akan obat-obatan sehingga pengambilan bahan-
bahan alam lebih besar dari produktifitasnya. Selain menurunnya sumber
tanaman obat juga disebabkan karena sebagian macam tanaman obat
terancam langka. Sehingga diperlukan beberapa cara agar agar sumber
tanaman obat tidak berkuranng, seperti pelestarian tanaman obat yang
langka, memproduksi tanaman obat diluar habitat asli sehingga tanaman
akan lebih banyak dan dengan meningkatkan kawasan konservasi.
Dengan adanya upaya-upaya tersebut maka suplai akan lebih besar dari
permintaan, penyediaan bahan baku secara lestari serta pelestarian
plasma nutfah tanaman obat lebih terjamin.
Tapak doro (catharanthus roseus) merupakan tanaman yang
mempunyai kasiat obat. Tanaman tapak doro ini selain sebagai tanaman
obat banyak orang yang menanamnya sebagai tanaman hias. Karena
tanaman tapak doro ini memiliki bunga yang menarik. Untuk
perbanyakan tanaman tapak doro ini dapat dilakukan dengan
6
menggunakan biji ataupun dengan menggunakan setek. Pada prakitkum
ini perbanyakannya dilakukan dengan setek batang. Batang yang
digunakan adalah bagian ujung, bagian tengah dan bagian pangkal.
Dengan penggunaan bahan setek yang berbeda-beda ini diharapkan
nantinya dapat diketahui setek batang bagian mana yang baik digunakan
sebagai bahan tanam, agar tanaman tapak doro dapat tumbuh dengan baik
dan dapat memberikan hasil yang lebih baik.
Praktikum kali ini memakai tanaman tapak doro yang masih segar
yang kemudian dipisahkan / dipotong untuk dijadikan bahan setek sesuai
dengan perlakuan tanam yang dilakukan setiap kelompok yaitu ujung
batang, batang tengah, dan pangkal batang. Kemudian ditanam pada
polibag yang telah diisi media dengan perbandingan 1:1:1.
Variabel pengamatannya adalah jumlah tunas, panjang tunas, dan
jumlah daun. Adapun pemeliharaan tanaman dengan menyiramnya setiap
hari. Pada tabel 1.1, 1.2, dan 1.3 menunjukkan bahwa tapak doro yang
hidup hanya pada perlakuan ujung batang ulangan ke-2. Rata-rata
jumlah tunas pada perlakuan ujung batang adalah 0,25 ; rata-rata panjang
tunas 6,375; sedangkan untuk rata-rata jumlah daun yang tumbuh pada
perlakuan ujung batang adalah 4.
Sedangkan untuk perlakuan setek batang tengah dan setek
pangkal batang tanaman tidaklah tumbuh dengan maksimal sehingga
mengakibatkan kematian. Hal ini dikarenakan pemeliharaan yang tidak
teratur.pada masalah penyiraman pada media. Penyiraman yang tidak
teratur ini mengakibatkan tanaman menjadi kering Dengan keringnya
media ini maka juga akan membuat batang yang disetek menjadi layu
dan akan berakibat tunas yang telah tumbuh pada batang menjadi mati
karena kurangnya air siraman pada media semai tapak doro. Sedangkan
untuk bagian ujung batang, setek tidak dapat tumbuh. Hal ini
dikarenakan beberapa faktor diantaranya media dan keadaan setek. Setek
batang ini tidak dapat tumbuh karena media yang digunakan tanahnya
berasal dari bekas media yang telah digunakan. Sehingga tidak dapat
7
mendukung pertumbuhan setek batang, selain itu juga karena setek
batang bagian pangkal jaringannya masih terlalu muda sehingga apabila
ditanam dalam tanah dan disiram air maka batang tersebut akan busuk.
Dari hasil pembahasan diatas dapat diketahui setek yang baik digunakan
sebagai bahan tanam adalah setek batang bagian tengah. Karena setek
bagian tengah ini jaringannya tidak terlalu tua dan muda. Batang yang
muda apabila ditanam dan disiram maka akan busuk.
E. Kesimpulan
Berdasarkan data pengamatan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Tapak doro (catharanthus roseus) merupakan tanaman yang mempunyai
kasiat obat.
2. Bahan tanam setek yang akan digunakan adalah ujung batang, batang
tengah, dan pangkal batang.
3. Variabel pengamatan yang dilakukan adalah jumlah tunas, panjang tunas,
dan jumlah daun.
4. Sesuai tabel dapat dilihat bahwa tapak doro yang hidup hanya pada
perlakuan ujung batang ulangan ke-2. Tunas yang tumbuh berjumlah 1
tunas, panjang tunas setinggi25,2 cm, sedangkan untuk jumlah daun yang
ditunjukkan tanaman tapak doro ini adalah sejumlah 16 daun.
8
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. http://wikipedia.com. Diakses tanggal 3 Januari 2011 pukul 23.14 WIB.
Gunawan, D., Soegihardjo, C.J. dan Koensoemardiyah., S.M. 1089. Empon-Empon dan Tanaman Lain Dalam Zingiberacea. Ikip Semarang Press. Semarang.
Kartasapoetra, G. 1988. Bididaya Tanaman Berkhasiat Obat. PT Rineka Cipta.
Setiajati, S. 1980. Tumbuhan Obat. Balai Pustaka. Surakarta.
Setiawan, D. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 1. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Jakarta.