Upload
niezar-j-za
View
215
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tb anak
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
TB bukanlah penyakit yang hanya dapat diderita orang dewasa. Anak-anak pun terancam.
Anak sangat rentan selama tahun pertama dari tiga tahun kehidupan selama dan segera setelah
pubertas. Baru-baru ini, jumlah kasus TB semakin meningkat, banyak yang tercatat, terutama
kaum gelandangan, pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah, dan mereka yang
terinfeksi kuman HIV. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terdapat lebih dari
250.000 anak menderita TB dan 100.000 di antaranya meninggal dunia. Disinilah masalah mulai
muncul. Insiden yang terus merangkak tidak disertai dengan kemudahan menegakkan diagnosis
sedini mungkin. Demikian papar Prof Dr. dr. Cissy B Kartasasmita, SpA(K) dalam The 2007
National Symposium Update on Tuberculosis and Respiratory Disorders, Bandung, 23-25 Maret
2006. Pada orang dewasa, diagnosis pasti ditegakkan apabila menemukan kuman M. tuberculosis
dalam sputum/dahak. Akan tetapi, anak-anak sangat sulit bila diminta untuk mengeluarkan
dahak. Bila pun ada, jumlah dahak yang dikeluarkan tidak cukup. Jumlah dahak yang cukup
untuk dilakukan pemeriksaan basil tahan asam adalah sebesar 3-5 ml. .
Masalah kedua adalah jumlah kuman M. tuberculosis dalam sekret bronkus anak lebih sedikit
daripada orang dewasa. Hal itu dikarenakan lokasi primer TB pada anak terletak di kelenjar
limfe hilus dan parenkim paru bagian perifer. BTA positif baru dapat dilihat bila minimal jumlah
kuman 5000/ml dahak. Selain itu, gejala klinis TB pada anak tidak khas. Hal-hal tersebutlah
yang sering membuat kita misdiagnosis atau overdiagnosis. Gejala TB pada anak sangat
bervariasi dan tidak saja melibatkan organ pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain seperti
kulit (skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ lain.
Penyakit tuberkulosis pada anak merupakan penyakit yang bersifat sistemik,
yang dapat bermanifestasi pada berbagai organ, terutama paru. Sifat sistemik ini
disebabkan oleh penyebaran hematogen dan limfogen setelah terjadi infeksi Mycobacterium
tuberculosis. Data umum tuberkulosis pada anak tidak mudah. Penelitian indeks
tuberkulin dapat diperkirakan angka kejadian tuberkulosis anak. Kriteria masalah tuberkulosis
di suatu negara adalah kasus BTA positif per satu juta penduduk. Jadi sampai saat ini belum ada
satu negara pun yang bebas dari tuberkulosis. TB merupakan penyakit yang dapat dicegah
dengan pemberian imunisasi BCG pada anak dan pengoba t an sumbe r i n f eks i ,
1
ya i t u pende r i t a TB dewasa . D i samp ing i t u dengan adanya penyakit HIV maka
perhatian pada penyakit TB harus lebih ditingkatkan. Anak b i a sanya t e r t u l a r TB a t au
j uga d i s ebu t mendapa t i n f eks i p r ime r TB , akan membentuk imunitas sehingga uji
tuberkulin akan menjadi positif. Tidak semua anak yang terinfeksi TB primer ini akan sakit TB
(Nurul Najwa Kamel, 2012).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar TB Paru.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi TB Paru.
b. Mahasiswa mampu memahami etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi, pathway,
komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan TB Paru.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
TB Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang terutama menyerang parenkim paru
yang disebabkan oleh kuman M y cobacterium tuber c ulosis (Brunner dan Suddarth, 2002 ).
TB Paru adalah Penyakit infeksi kronis dengan karakteristik terbentuknya tuberkel
granuloma pada paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (Amin M.,1999).
TB Paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, yaitu suatu bakteri tahan asam (Suriadi, 2010).
B. Anatomi Fisiologi
Proses metabolisme merupakan karakteristik seluruh sel hidup di dalam tubuh. Proses ini
memerlukan suplai O2 yang konstan bagi setiap selnya dan sekaligus mampu membuang produk
metaboliknya : misalnya CO2 istilah respirasi tidak hanya di tujukan pada bernapas tetapi juga
pada pertukaran gas antara atmosfer darah dan sel tubuh
Secara umum fungsi saluran pernapasan adalah sebagai berikut :
a. Pertukaran gas dalam proses respirasi seluler
b. Produksi suara atau vokalisasi
c. Membantu dalam kompresi abnormal selama BAK : defeksi dan melahirkan
d. Batuk dan bersin merupakan reson reflex
Secara anatomis sistem pernafasan terbagi 2 bagian yaitu :
1) Area konduksi yang membawa udara ke dan dari alveolus dimana pada bagian ini tidak
terjadi pertukaran gas
Area konduksi terdiri dari :
a) Hidung: Meliputi bagian eksternal yang menonjol dari wajah dan bagian internal
berupa rongga hidung sebagai alat penyalur udara.
3
b) Pharynx: Merupakan saluran yang memiliki panjang + 13 cm yang menghubungkan
nasal dan rongga mulut kepada larynx pada dasar tengkorak, pharyx ini terbagi
menjadi 3 bagian yaitu : Nasopharyx, oropharix dan laryngopharynx.
c) Larynx: Larynx terusun dari 9 kartilago 96 kartilago kecil dan 3 kartilago besar).
Larynx terletak pada bagian tengah anterior dari leher pada vertebra cervical 4
sampai 6.
d) Trachea : Merupakan saluran rigid yang memiliki panjang 11-12 cm dengan diameter
2,5 cm. trakhea mengalami percabangan pada carina membentuk bronchus kiri dan
kanan terjadi obstruksi, kerusakan atau aspirasi benda asing maka diperlukan
tindakan pembedahan (tracheostomy).
e) Bronchus : Bronchus kanan kurang pendek, lebih besar dan memiliki lumen yang
besar pada saat masuk ke paru, bronchus terbagi jadi 5 percabangan ; lobus atas,
tengah dan bawah pada paru kanan dan lobus atas dan bawah pada paru kiri.
f) Bronchialis: Adalah cabang dari bronchus, bronchiolus mensuplay segmen-segmen
broncho pulmonal, dimana cabang bronchiaolus terminal membentuk duktus alveolar
yang berhubungan langsung dengan alveolus.
2) Area respirasi yaitu pada alveolus yang merupakan unit fungsional dimana pada area ini
terjadi pertukaran gas.
Paru-paru di dalam rongga thorax yang dipisahkan oleh jantung, setiap paru dilapis oleh
suatu membran serous yang disebut dengan pleura viceral sementara dinding thorax
dilapisi oleh pleura parietale diantara kedua lapisan tersebut terdapat rongga yang berisi
cairan surfaktan yang berfungsi untuk mencegah gesekan kedua lapisan pleura saat
proses respirasi.
Adanya mycobacterium tuberkulosa ini akan membuat suatu lesi tuberkel yang melekat
pada paru maupun pleuranya ukuran lesi ini bisa bermacam-macam ada yang sampai 1-2
cm dan sangat khas, biasanya menyerang bagian apeks paru dan biasanya dapat
menyebar ke daerah lobus tengah ataupun bawah tergantung dari keadaan penderitanya.
4
C. Etiologi
1. Mycobacterium tuberculosis dengan sifat-sifat:
a. Bentuk batang, panjang 1-4 m, diameter 0,3 – 0,6 m
b. Merupakan batang tahan asam
c. Aerob
d. Pertumbuhan lambat
e. Doubling time 2-24 jam
f. Dapat hidup intrasel (dalam makrofag) maupun ekstrasel (dalam kavitas).
g. Bakteri ini menyerang berbagai organ terutama paru-paru
(Silvia A. Price, 1995).
2. Faktor-faktor yang lainnya:
a. Herediter: resistens seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara genetik.
b. Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan lebih
banyak terjadi pada anak perempuan.
c. Usia: pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
d. Masa puber dan remaja di mana terjadi masa pertumbuhan yang cepat, kemungkinan infeksi
cukup tinggi karena diit yang tidak adekuat.
e. Keadaan stress: sesuatu yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi, stress
emosional, kelelahan yang kronik).
f. Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan memindahkan untuk
penyebarluasan infeksi.
g. Anak yang mendapatkan terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih mudah.
h. Nutrisi: status nutrisi yang kurang.
i. Infeksi berulang: HIV, Measles, pertusis.
j. Tidak mematuhi aturan pengobatan.(Suriadi, 2010).
D. Manifestasi Klinik
1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas, atau BB tidak naik dalam satu bulan dengan
penanganan gizi.
2. Kegagalan dalam tumbuh kembang.
5
3. Batuk dan demam lama yang berulang yanpa sebab yang jelas, bukan tifus malaria atau infeksi
saluran nafas akut, dapat disertai keringan di malam hari
4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit biasanya multifel.
5. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.(Great Anoa, 2012)
6. Gejala lanjut (jaringan paru-paru sudah banyak yag rusak), pucat, anemia lemah.
7. Permulaan tuberkulosis primer biasanya sukar diketahui karena mulanya penyakit secara
perlahan. Kadang tuberkulosis ditemukan pada anak tanpa gejala atau keluhan. Tetapi secara
rutin dengan uji tuberkulin dapat ditemukan penyakit tersebut. Gejala tuberkulosis primer dapat
berupa demam yang naik turun 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gambaran
klinisnya: demam, batuk, anoreksia, dan berat badan menurun.(Suriadi, 2010).
E. Patofisiologi
Masuknya kuman tuberkulosis ke dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit. infeksi
dipengaruhi oleh virulns atau banyaknya basil tuberkulosis serta daya tahan tubuh manusia.
Segera setelah menghirup basil tuberkulosis hidup ke dalam paru-paru, maka terjadi
eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus primer. Basil tuberkulosis aka menyebar,
histofit mulai mengangkut organisme tersebut ke kelenjar limfe regional melalui selaput getah
bening menuju kelenjar regional sehingga terbentuk kompleks primer dan menyebabkan reaksi
eksudasi terjadi sekitar 2-10 minggu (6-8 minggu) pasca infeksi.
Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi pula hipersensitivitas terhadap
tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui uji tuberkulin. Masa terjadinya infeksi sampai
terbentuknya kompleks primer disebut masa inkubasi.
Pada anak yang mengalami lesi dalam paru dapat terjadi di manapun terutama di perifer
dekat pleura, tetapi lebih banyak terjadi di lapangan bawah paru dibanding dengan lapangan atas
paru. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional serta penyembuhannya mengalah ke klasifikasi
dan penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogen.
Pada reaksi radang di mana leukosit polimorfonuklear tampak pada alveoli dan memfagosit
bakteri namun tidak membunuhnya. Kerusakan basil menyebar ke limfe dan sirkulasi. Dalam
beberapa minggu limfosit T menjadi sensitif terhadap organisme. TBC dan membebaskan
limfokin yang merubah makrofag atau mengaktifkan makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh
6
denga sendirinya, sehingga tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal atau proses dapat berjalan
terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak dalam sel. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid
yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis pada bagian sentral memberikan gambar yang relatif
padat pada keju, yang disebut nekrosis kaseosa.
Terdapat 3 macam penyebaran secara patogen pada tuberculosis anak, Penyebaran
hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin menimbulkan gejala atau tanpa gejala klinis,
penyebaran milier, biasanya terjadi sekaligus dan menimbulkan gejala akut, kadang-kadang
kronis, penyebaran hematogen berulang.
7
F. Pathway
Mycobacterium tuberculosis terhirup dari udara
Mycobacterium bovis masuk ke paru-paru
menempel pada bronchiole atau alveolus
memperbanyak 18-24 jam
Proliferasi sel epitel di sekeliling basil dan membentuk dinding
basil dan organ yang terinfeksi (tuberkel). Basil menyeba melalui
kelenjar getah bening, menuju kelenjar regional dan menimbulkan reaksi.
Lesi primer menyebabkan kerusakan jaringan
meluas ke seluruh paru-paru (bronchi atau pleura)
erosi pembuluh darah
Basil menyebar ke daerah yang dekat dan jauh (TB Milier)
otak ginjal tulang
(Suriadi, 2010)
G. Komplikasi
1. Efusi pleura
2. Sirosis hepatis
3. Meningitis.(Smeltzer dan Brenda, 2002)
4. Spondilitis
5. Pleuritis
6. Bronkopneumoni
8
7. Atelektasis.(Suriadi, 2010)
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik
2. Riwayat penyakit: riwayat kontak dengan individu yag terinfeksi penyakit.
3. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik termasuk sebagai bagian dari proses pengumpulan
data perawat harus waspada terhadap hasil pemeriksaan signifikan yang membutuhkan pelaporan
pada dokter dan atau melakukan intervensi keperawatan khusus.
Beberapa pemeriksaan digunakan untuk mendiagnosa penyakit, sementara yang lainnya
sangat berguna dalam mengikuti perjalanan penyakit atau penyesuaian terapi pada banyak kasus
hubungan antara pemeriksaan fisik dengan patofisiologi penyakit cukup jelas, tetapi pada kasus
lain tidak jelas, hal ini merupakan interelasi antara berbagai organ dan sistem tubuh.
Pemeriksaan dignostik pada penderita tuberkulosis antara lain :
a. Uji Tuberkulin merupakan uji paling penting untuk menentukan apakah anak sudah
terinfeksi tuberkel basilus atau tidak. Prosedur yang dianjurkan adalah Uji Mantoux,
yang menggunakan derifat protein murni (PPD, Purified protein derifatif). Dosis standar
adalah 5 unit tuberkulin dalam 0,1 ml larutan, di injeksi secara intradermal. Pembacaan
uji tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan di ukur diameter melintang
dari indurasi yang terjadi. Hasil dianggap positif bila terdapat indurasi dengan 5 mm
keatas, bila 4 mm negatif, 5-9 mm masih dianggap meragukan, tetapi jika 10 mm keatas
jelas positif.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan radiologis. Secara rutin
dilakukan foto rontgen paru, dan untuk diagnosis tidak cukup hanya pemeriksaan
radiologis tetapi diperlukan juga data klinis.
c. Pemeriksaan bakteriologis
9
Ditemukannya basil tuberkulosis akan memastikan diagnosis tuberkulosis. Bahan-bahan
yang digunakan untuk pemeriksaan bakteriologis ialah :
1) Bilasan lambung
2) Sekret bronkus
3) Sputum (pada anak yang besar)
4) Cairan pleura
d. Uji BCG
Di Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji tuberkulin. Bila ada
anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu
kurang dari 7 hari setelah penyuntikan berarti perlu dicurigai adanya tuberkulosis. Pada
anak dengan tuberkulosis BCG akan menimbulkan reaksi lokal yang lebih cepat dan
besar oleh karena itu, reaksi BCG dapat dijadikan alat diagnostik.
Vaksin BCG diletakkan pada ruang/tempat bersuhu 200C-80C serta pelindung dari
cahaya. Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi intradermal atau
intrakutan pada lengan bagian atas atau injeksi perkutan sebagai alternatif bayi usia
muda yang mungkin sulit menerima injeksi terdermal. Dosis yang digunakan sebagai
berikut :
1) Untuk infant atau anak-anak kurang dari 12 bulan diberikan satu dosis vaksin BCG
sebanyak 0,05 mg.
2) Untuk anak-anak di atas 12 bulan dan dewasa diberikan satu dosis vaksin BCG
sebanyak 0,1 mg
10
I. Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologi
1) Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari, diberikan satu kali sehari per oral,
diminum dalam keadaan lambung kosong, diberikan selama 6-9 bulan
2) INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang aktif
ekstraseluler dan basil didalam makrofag. Dosis INH 10-20/kgBB/hari per oral, lama
pemberian 18-24 bulan
3) Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler, dosis 30-35
mg/kgBB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.
4) Etambutol, dosis 20 mg/kgBB/hari dalam keadaan lambung kosong, 1 kali sehari
selama 1 tahun.
5) Kortikosteroid, diberikan bersama-sama dengan obat antituberkulosis yang masih
sensitif, diberikan dalam bentuk kortison dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari.
Kortikosteroid di berikan sebagai antiflogistik dan ajuvan pada tuberkulosis milier,
meningitis serosa tuberkulosa, pleuritis tuberkulosa, penyebaran bronkogen,
atelektasis, tuberkulosis berat atau keadaan umum yang buruk.
b. Non farmakologi
1) Memberikan posisi ektensi ( kepala lebih tinggi dari badan )
2) Melakukan postural drainase
3) Melakukan suction untuk mengeluarkan dahak
4) pemberian nutrisi yang adekuat, untuk menjaga daya tahan tubuh klien agar tidak
terjadi penyebaran infeksi ke organ tubuh yang lainnya
5) memantau kepatuhan ibu dalam memberikan obat kepada anaknya
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) TB Paru adalah TB Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang terutama menyerang
parenkim paru yang disebabkan oleh kuman M y cobacterium tuber c ulosis .
2) Penyebab TB Paru selain bakteri yaitu faktor hereditas, jenis kelamin, usia, keadaan stress,
dan juga nutrisi.
3) Gejala yang timbul dapat berupa menurunnya berat badan, batuk, demam, nafsu makan
menurun, dll.
4)Komplikasi yang timbul akibat TB Paru yaitu efusi pleura, sirosis hepatis, meningitis,
spondilitis, dan bronkopneumoni.
12
DAFTAR PUSTAKA
Amin M. 1999. Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga Univercity Press.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Great Anoa. 2012. Asuhan Keperawatan TBC Paru pada Anak. available from:
http://healthyfocusnews.blogspot.com/2012/09/asuhan-keperawatan-tbc-paru-pada-anak.html
(dipostkan oleh Great Anoa pada 30 September 2012)
Wian. 2012. Asuhan Keperawatan TBC Paru pada Anak. available from:
http://www.healthyrecipesdiary.org/asuhan-keperawatan-tbc-paru-pada-anak/
(dipostkan oleh Wian pada 14 April 2012)
Suriadi. 2010. Asuhan Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta: Sugeng Seto.
13