51
ILMU KEPERAWATAN KLINIK IVB ASUHAN KEPERAWATAN PENINGKATAN TEKANAN INTRA KRANIAL MAKALAH oleh KELOMPOK 1 ii

Tekanan Intra Kranial

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tik

Citation preview

Page 1: Tekanan Intra Kranial

ILMU KEPERAWATAN KLINIK IVB

ASUHAN KEPERAWATAN PENINGKATAN TEKANAN INTRA

KRANIAL

MAKALAH

oleh

KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNVERSITAS JEMBER

2016

ii

Page 2: Tekanan Intra Kranial

ILMU KEPERAWATAN KLINIK IVB

ASUHAN KEPERAWATAN PENINGKATAN TEKANAN INTRA

KRANIAL

MAKALAH

diajukansebagaipemenuhantugasmata kuliah IlmuKeperawatan Klinik IVB

dengan dosen: Ns.Baskoro Setioputro,M.Kep

oleh:

Mufreda Yuliana Indriani NIM 142310101008

Yessi Anggun Perdana NIM 142310101023

Lisnawati NIM 132310101033

Vidya Fajrin Ningtyas NIM 142310101038

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNVERSITAS JEMBER

2016

Page 3: Tekanan Intra Kranial

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karuni-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Asuahan Keperawatan Peningkatan Tekanan Intra

Kranial”. Makalah ini disusun berdasarkan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan Klinik IVB Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.

Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ns. Jon Hafan M.Kep., Sp.Kep.MB selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah

Keperawatan Klinik IVB Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Jember;

2. Ns. Baskoro Setioputro M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah;

3. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan perhatian dan dukungannya

baik secara materil maupun non materil;

4. Rekan-rekan satu kelompok yang sudah bekerjasama dan berusaha

semaksimal mungkin sehingga makalah ini dapat terealisasi dengan baik;

5. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini

yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi

kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Jember, Maret 2015 Penulis

ii

Page 4: Tekanan Intra Kranial

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL Error: Reference source not found

HALAMAN JUDUL i Error: Reference source not found

PRAKATA ii

DAFTAR ISI iii

BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN 1

1.1 DEFINISI..................................................................................................1

1.2 EPIDEMIOLOGI......................................................................................1

1.3 ETIOLOGI................................................................................................1

1.4 PATOFISIOLOGI.....................................................................................2

1.5 MANIFESTASI KLINIS..........................................................................4

1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG..............................................................7

1.7 PEMERIKSAAN MEDIS.........................................................................8

BAB 2. PROSES KEPERAWATAN. 12

2.1 PENGKAJIAN........................................................................................12

2.2 DIAGNOSA............................................................................................15

2.3 INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI.................................................16

2.4 EVALUASI.............................................................................................25

BAB 3. PATHWAY. 27

BAB 4. PENUTUP 29

4.1 Kesimpulan..............................................................................................29

iii

Page 5: Tekanan Intra Kranial

4.2 Saran........................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA 30

iv

Page 6: Tekanan Intra Kranial

BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi

Tekanan Intrakranial (TIK) adalah tekanan atau hubungan volume di

antara kranium dan isi kubah kranium. Volume kranium terdiri atas darah,

jaringan otak, dan cairan serebrospinal (CSS). Peningkatan tekanan intrakranial

ini merupakan peningkatan CSS lebih dari 15 mmHg. Faktor yang

mempengaruhi kemampuan tubuh untuk dapat menstabilkan tekanan intrakranial

adalah tekanan darah sistemik, ventilasi dan oksigen, jumlah metabolik dan

kebutuhan oksigen (demam, aktivitas, perubahan), vasospasme area serebral,

dan saturasi oksigen serta hematrokit.

Ketidakmampuan mengatur dan menstabilkan tekanan intrakranial

diakibatkan oleh peningkatan TIK, sebagai akibat dari trauma kepala, edema

serebral, abses dan infeksi, lesi, serta bedah intrakranial. Peningkatan tekanan

intrakranial memerlukan penanganan darurat dan terapi. Tekanan intrakranial

dapat dimonitor dengan kateter intraventrikular, pemasangan skew subarakhoid,

dan merekam tekanan epidural dengan alat.

1.2 Epidemiologi

Kenaikan tekanan intrakranial merupakan salah satu kegawat-daruratan yang

terjadi dalam bidang neurologis. Salah satu penyebab terjadinya kenaikan tekanan

intrakranial adalah akibat trauma pada kepala. Studi epidemiologis menunjukan

bahwa setiap tahun terdapat lebih dari 10 juta kasus trauma kepala yang

menyebabkan kematian. Tekanan intrakranial dapat menyerang semua umur.

Insiden tertinggi tekanan intrakranial adalah pada jenis kelamin perempuan

dengan obesitas.

1.3 Etiologi

Pada peningkatan tekanan intrakranial, klinis yang sering ditemui dan

dipantau adalah pada cedera kepala, dimana pada mekanisme tersebut

menyebabkan perubahan volume intrakranial. Kasus seperti Hematoma traumatik

dapat terkumpul dalam intraserebral, ruang subarakhnoid, ruang subdural, atau

1

Page 7: Tekanan Intra Kranial

ekstradural, menciptakan tekanan gradien dalam tengkorak dan mengakibatkan

pergeseran otak. Penambahan volume ekstra dalam bentuk air pada dasarnya

terjadi pada kasus edema serebral baik sitotoksik (karena kegagalan pompa

membran sel) atau vasogenik (karena cedera pembuluh darah). Perubahan CBV

menyebabkan gangguan autoregulasi aliran darah otak (Cerebral Blood

Flow/CBF) dan metabolisme yang dapat menyebabkan kongesti vaskular

(hiperemi), namun umumnya peningkatan tekanan intrakranial lebih besar jika

dibanding peningkatan tekanan intrakranial setelah cedera kepala pada orang

dewasa.

Jika diambil kesimpulan, sebagai berikut:

1. Volume intrakranial yang meninggi

Tumor serebri

Abses

Hematoma ekstraserebral

Trauma

Acute brain swelling

Pendarahan

Infark yang luas

2. Dari faktor pembuluh darah, meningkatnya tekanan vena yang diakibatkan

kegagalan jantung atau karena obstruksi mediastinal superior, bahkan tidak

hanya terjadi peninggian volume darah vena di piameter dan sinus

duramater, juga terjadi gangguan absorpsi cairan serebrospinalis.

3. Obstruksi pada aliran dan pada absorpsi dari cairan serebrospinalis, maka

dapat terjadi hidrosefalus.

4. Peningkatan produksi CSF dapat terjadi pada meningitis, subarachnoid

hemoragik, atau tumor pleksus choroid

1.4 Patofisiologi atau patologi

Ruang intrakranial adalah suatu ruangan kaku yang terisi penuh sesuai

kapasitasnya dengan unsur yang tidak dapat ditekan otak (1400 g), cairan

2

Page 8: Tekanan Intra Kranial

serebrospinal (sekitar 75 ml), dan darah (sekitar 75 ml). Peningkatan volume pada

salah satu dari ketiga unsur utama ini mengakibatkan desakan ruang yang

ditempati oleh unsure lainnya dan menaikan tekanan intrakranial. Apabila massa

intrakranial mulai mengalami peningkatan, kompensasi awal yang terjadi yaitu

pemindahan cairan serebrospinal ke kanal spinal. Kemampuan otak beradaptasi

terhadap meningkatnya tekanan tanpa peningkatan TIK dinamakan dengan

compliance. Perpindahan cairan serebrospinal keluar dari kranial adalah

mekanisme kompensasi pertama dan utama, namun lengkung kranial dapat

mengakomodasi peningkatan volume intrakranial hanya pada satu titik. Ketika

compliance otak berlebihan, TIK mengalami peningkatan sehingga timbul gejala

klinis dan usaha kompensasi lain untuk mengurangi tekananpun dimulai

(Black&Hawks, 2005).

Kompensasi kedua adalah menurunkan volume darah dalam otak. Ketika

volume darah diturunkan hingga 40%, jaringan otak menjadi asidosis. Ketika

60% darah otak hilang, gambaran EEG mulai berubah. Kompensasi ini mengubah

metabolisme otak, sering mengarah pada hipoksia jaringan otak dan iskemia

(Black&Hawks, 2005). Kompensasi tahap akhir dan paling berbahaya adalah

pemindahan jaringan otak melintasi tentorium dibawah falx serebri, atau melalui

foramen magnum ke dalam kanal spinal. Proses ini dinamakan herniasi dan sering

menimbulkan kematian dari kompresi batang otak. Otak disokong dalam berbagai

kompartemen intrakranial. Kompartemen supratentorial berisi semua jaringan

otak mulai dari atas otak tengah ke bawah. Bagian ini terbagi menjadi dua yaitu

kiri dan kanan yang dipisahkan oleh falx serebri sedangkan supratentorial dan

infratentorial (berisi batang otak dan serebellum) oleh tentorium serebri. Otak

dapat bergerak dalam semua kompartemen itu. Tekanan yang meningkat pada satu

kompartemen akan mempengaruhi area sekeliling yang tekanannya lebih rendah

(Black&Hawks, 2005).

Autoregulasi juga merupakan bentuk kompensasi berupa perubahan

diameter pembuluh darah intrakranial dalam mepertahankan aliran darah selama

perubahan tekana perfusi serebral. Autoregulasi hilang dengan meningkatnya

TIK. Peningkatan volume otak sedikit saja dapat menyebabkan kenaikan TIK

3

Page 9: Tekanan Intra Kranial

yang drastis dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk kembali ke batas

normal (Black&Hawks, 2005).

Edema otak (mungkin penyebab tersering peningkatan tekanan intrakranial)

yang disebabkan oleh banyak hal (termasuk peningkatan cairan intrasel, hipoksia,

iskemia otak, meningitis, dan cedera). Pada dasarnya efeknya sama tanpa melihat

factor penyebabnya. Tekanan intrakranial pada umumnya meningkat secara

bertahap. Setelah cedera kepala, edema terjadi dalam 36 hingga 48 jam hingga

mencapai maksimum.

Peningkatan tekanan intrakranial hingga 33 mmHg (450 mmH2O)

menurunkan secara bermakna aliran darah ke otak (cerebral blood flow, CBF).

Iskemia yang terjadi merangsang pusat vasomotor, dan tekanan darah sistemik

meningkat. Rangsangan pada pusat inhibisi jantung mengakibatkan bradikardia

dan pernapasan menjadi lebih lambat. Mekanisme kompensasi ini dikenal sebagai

reflek cushing, membantu mempertahankan aliran darah otak. (akan tetapi,

menurunnya pernapasan mengakibatkan retensi CO2 dan mengakibatkan

vasodilatasi otak yang membantu menaikan tekanan intracranial). Tekanan darah

sistemik akan terus meningkat sebanding dengan peningkatan tekanan

intrakranial, walaupun akhirnya dicapai suatu titik ketika tekanan intrakranial

melebihi tekanan arteria dan sirkulasi otak berhenti yang mengakibatkan kematian

otak. Pada umumnya, kejadian ini didahului oleh tekanan darah arteria yang cepat

menurun. Siklus deficit neurologik progresif yang menyertai kontusio dan edema

otak (atau setiap lesi massa intracranial yang membesar). Peningkatan tekanan

pada jaringan akhirnya meningkatkan tekanan intrakranial, yang pada gilirannya

akan menurunkan CBF, iskemia, hipoksia, asidosis (penurunan pH dan

peningkatan PaCO2), dan kerusakan BBB (Blood Brain Barrier) lebih lanjut.

Siklus ini akan terus berlanjut sehingga terjadi kematian sel dan bertambahnya

edema secara progresif kecuali bila dilakukan intervensi.

1.5 Manifestasi Klinis

a. Nyeri Kepala (Gilroy J, Youman JR)

Nyeri kepala pada tumor otak ini sering ditemukan pada orang dewasa

dibandingkan pada anak-anak. Nyeri kepala terutama terjadi pada waktu bangun

4

Page 10: Tekanan Intra Kranial

tidur, karena selama tidur PCO2 arteril serebral meningkat sehingga

mengakibatkan peningkatan dari serebral blood flow dan dengan demikian

semakin mempertinggi tekanan intra kranium. Terjadi lonjakan tekanan intra

kranium sejenak ketika batuk, mengejan dan akan semakin memperberat nyeri

kepala. Pada anak dengan usia dibawah 10-12 tahun, nyeri kepala dapat hilang

sementara dan biasanya nyeri kepala terasa di daerah bifrontal serta jarang di

daerah yang sesuai dengan lokasi tumor. Pada tumor di daerah fossa posterior,

nyeri kepala terasa dibagian belakang dan leher.

b. Muntah

Sering terjadi pada 1/3 penderita dengan gejala tumor otak danbiasanya disertai

dengan nyeri kepala. Muntah tersering adalah akibat tumor di fossa posterior.

Muntah tersebut dapat bersifat proyektil atau tidak dan sering tidak disertai

dengan perasaan mual serta dapat hilang untuk sementara waktu.

c. Kejang

Umumnya dijumpai pada 20-50% kasus tumor otak, dan merupakan gejala

permulaan pada lesi supratentorial pada anak sebanyak15%. Pertumbuhan tumor

sendiri mempengaruhi frekuensi kejang yang terus meningkat. Pada tumor di

fossa posterior kejang hanya terlihat pada stadium yang lebih lanjut. Schmidt dan

Wilder (1968) mengemukakan bahwa gejala kejang lebih sering terjadi pada

tumor yang letaknya dekat korteks serebri dan jarang ditemukan jika tumor

terletak dibagian yang lebih dalam dari himisfer, batang otak dan difossa

posterior.

d. Edema papil

Tekanan tinggi intrakranial akan menyebabkan oklusivena sentralis retina,

sehingga terjadilah edem papil. Barley dkk mengemukakan bahwa papil edema

ditemukan pada 80% anak dengan tumor otak.

Gejala lain yang ditemukan:

5

Page 11: Tekanan Intra Kranial

a. Apabila peningkatan tekanan intra kranial berlanjut dan progresif

berhubungan dengan penggeseran jaringan otak maka akan terjadi sindroma

herniasi dan tanda-tanda umum Cushing’s triad (hipertensi, bradikardi,

respirasi ireguler) muncul. Pola nafas akan dapat membantu melokalisasi

level cedera.

b. Kelainan atau gangguan neurologis seperti didapatkan gejala perubahan

tingkat kesadaran; gelisah, iritabilitas, letargi; dan penurunan fungsi

motorik. Gejala neurologis fokal, dapat ditemukan sesuai dengan lokalisasi

tumor:

Tumor lobus frontalis

Karakteristik dari tumor lobus frontalis adalah ditemukannya gangguan

fungsi intelektual. Ada 2 tipe perubahan kepribadian:

- apatis dan masa bodoh

- euforia

Tetapi lebih sering ditemukan adalah gabungan dari kedua tipe tersebut.

Bila masa tumor menekan jaras motorik maka akan menyebabkan

hemiplegic kontralateral. Tumor pada lobus yang dominan akan

menyebabkan afasiamotorik dan disartri.

Tumor lobus parietalis

Tumor pada lobus parietalis dapat menyebabkan bangkitan kejang umum

atau fokal, hemianopsia homonim, dan apraksia. Bila tumor terletak pada

lobus yang dominan dapat menyebabkan afasia sensorik atau afasia sensorik

motorik, agrafia dan finger agnosia.

Tumor lobus temporalis

Tumor yang letaknya dibagian dalam lobus temporalis dapat menyebabkan

hemianopsia kontra lateral, bangkitan psikomotor atau bangkitan kejang

yang didahului oleh auraol faktorius, atau halusinasi visual dari bayangan

yang kompleks. Tumor yang letaknya pada permukaan lobus dominan dapat

menyebabkan afasia sensorik motorik atau disfasia.

6

Page 12: Tekanan Intra Kranial

Tumor lobus oksipitalis

Tumor lobus oksipitalis umumnya dapat menyebabkan kelainan lapangan

pandang kuadrantik yang kontralateral atau hemianopsia dimana makula

masih baik. Dapat terjadi bangkitan kejang yang didahului oleh auraberupa

kilatan sinar yang tidak berbentuk.

Tumor fossa posterior

Tumor pada ventrikel IV dan serebelum akan menggangu sirkulasi cairan

serebrospinalis sehingga memperlihatkan gejala tekanan tinggi intrakranial.

Keluhan nyeri kepala, muntah dan papil edem akan terlihat secara akut,

sedangkan tanda-tanda lain dari serebelum akan mengikuti kemudian.

1.6 Pemeriksaan Penunjang

a. Computerized Tomography / CT SCAN

CT Scan merupakan pemeriksaan yang aman dan tidak invasif serta

mempunyai ketepatan yang tinggi. Tujuan utama penggunaan ct scan adalah

mendeteksi perdarahan intra cranial, lesi yang memenuhi rongga otak (space

occupying lesions/ SOL), edema serebral dan adanya perubahan struktur otak.

b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI dapat mendeteksi tumor dengan jelas dimana dapat dibedakan antara

tumor dan jaringan sekitarnya. MRI dapat mendeteksi kelainan jaringan

sebelum terjadinya kelainan morfologi.

c. Cerebral angiography

Tindakan angiography ini dilaksanakan dengan memasukan kateter ke

dalam pembuluh darah besar (biasanya melalui arteri femoralis) dan

memasukan zat kontras setelah kateter mencapai arteri karotis. Tindakan ini

berguna untuk mendeteksi adanya penyempitan ataupun sumbatan pada

pembuluh darah pada daerah cerebral.

7

Page 13: Tekanan Intra Kranial

1.7 Penatalaksanaan Medis

Tujuan utama dari penatalaksanaan PTIK adalah :

1. Menjamin pasokan oksigen dan nutrisi serebral yang adekuat dengan cara

memelihara TPO dan oksigenasi anteriol dan menghindari hipoglikemi

serta hiperglikemi.

2. Mencegah terjadinya peningkatan metabolisme otak.

Hal-hal yang perlu dilakukan sehubungan dengan tujuan di atas adalah :

1. Hindari faktor pencetus TIK seperti kejang, demam, nyari, penggunaan

SSP (ketakamin, hiperkapnea dan hipotensi), batuk muntah, atau

mengejan, hipotensi atau hipertensi, hopoglikemia atau hiperglikemia dan

hiponatremia.

2. Menghilangkan penyebab primer misalnya evakuasi massa intrakranial,

operasi pintas untuk hidrosefalus, atasi edema serebral dan dilatasi

serebrovaskuler.

3. Menurunkan tekanan intrakranial dengan cara memposisikan kepala lebih

tinggi dan dengan memberikan obat antara lain ; glukokortikoid, diuretika,

pembatasan cairan, barbiturat, lidokain, drainasse likuor, operasi

dekompresi dan hipotermia.

Manitol

Manitol bertujuan untuk menurunkan TIK karena manitol bekerja pada

bagian sawar darah otak yang relatif dapat mengurangi volume intrakranial. Pada

kaus TTIK yang gawat diberikan manitol per infus dengan dosis 0,50-1,50 g/kg

BB diberikan dengan di guyur, dan kemudian dilanjutkan dengan dosis 0,25-0,50

g/kg BB setiap 4-6 jam untuk memelihara TIK tetap aman dengan syarat

osmolaritas serum tidak melebihi 320 mOsm. Ada beberapa hal ang harus

diwaspadai dalam penggunaan manitor antara lain :

1. Vasodilatasi sistemik dan serebral apabila diberikan dosis besar

2. Hipovolemia intravaskuler

3. Gangguan elektrolit serum

4. Hiperosmotik8

Page 14: Tekanan Intra Kranial

5. TTIK berulang (rebound phenomenon) pada penghentian pemberian

mendadak

6. Eksaserbasi perdarahan inrakranial yang aktif

7. Dalam dosis tinggi dapat beresiko hipovolemi, hemokonsentrasi,

hiperglikemi, hiperglikemia, asidosis metabolik dan gagal ginjal.

Hiperventilasi

Hiperventilasi diberikan dengan sasaran tercapainya PaCO2 25-35 mmHg.

Tindakan ini dapat dengan cepat menurunkan aliran dan volume darah serebral

dan juga menurunkan CSS sehingga dengan cepat dapat menurunkan TIK.

Hiperventilasi sangat efektif diberikan pada pasien yang terpasang ETT. Pasien

yang diberikan hiperventilasi aliran darahnya akan kembali normal dalam waktu

1-2 jam. Hal hal yang perlu diwaspadai antaralain :

1. Komplikaasi dari intubasi endotrakheal lama

2. Hipotensi

3. TTIK paradoksal akibat peningkatan vena serebral

4. Alkalosis

5. Penurunan aliran darah serebral

6. Afinitas hemoglobin meningkat

7. Asidosis likuor paradoksal dengan peningkatan aliran darah serebral

8. Turunnya nilai ambang kejang

Krtikosteroid

Kortikosteroid bertujuan mennurunkan edema vasogenik terutama edema

yang disebabkan oleh tumor dengan begitu TIK juga turun. Diberikan

deksametason 4-20 mg intravena setiap 6 jam. Pengguan kortikosteroid dalam

kasus trauma masih kontroversial. Beberapa efek yang dapat timbul antaralain ;

penurunan sistem kekebalan, supresi adrenal, hiperglikemi, hipokalemi, alkalosis

metabolik, retensi cairan, penyembuhan luka yang terlambat, psikosis, miopatia,

ulserasi lambung, dan hipertensi.

Furosemida9

Page 15: Tekanan Intra Kranial

Diberikan 10-20 mg intravena dan obat diuretika lainnya bertujuan untuk

mengurangi edema dan produksi CSS, diuretika hanya efektif untuk TTIK yang

akut. Efek samping yang timbul antaralain ; hipovolemi, azotemia, alkalosis

metabolik, abnormalitas elektrolit, netrotoksik, dan ontotoksik.

Posisi kepala

Posisi kepala elevesi 30-45 derajat (posisi semi fowler) untuk

melancarkan drainase vena serebral tetapi ADO masih relatif tetap.

Retriksi cairan

Pembatan cairan bertujuan untuk menurunkan kesuluruhan cairan tubuh

dan mempertahankan osmolalitas serum yang tinggi. Dapat diberikan melalui

intravena separuh sampai dua per tiga kebutuhan yang biasanya.

Barbiturat

Barbiturat dapat menurunkan aliran darah otak, menurunkan metabolisme

otak, dan menegah aktifitas kejang. Pada keadaan akut diberikan 1-4 mg/kg BB

atau metoheksitalyang diberikan secara bolusintravena dan selanjutnya diberikan

berulang khusunya pada pasien yang terpasang intubasi.

Efek yang dapat timbul adalah turunnya kesadaran sehingga keadaan

neurologisnya terganggu, depresi nafas dan hipotensi, gangguan pencernaan,

depresi termoregulasi.

Lidokain

Diberikan 0,5-1,5 mg/kk BB intravena dapat menurunkan TIK melalui

penurunan metabolisme dan penurunan aliran darah otak. Pada dosis tinggi dapat

menibulkan kejang. Penggunaan lidokain ditujukkan pada pasien akut dengan

hemidinamik dan beresiko tinggi diberikan barbiturat.

Drainase Likuor

Ditujukkan pada kasus hidrosefalus dengan TTIK akut yang tidak

memberikan respons terhadap modalitas terapi lain.

Operasi Dekompresi10

Page 16: Tekanan Intra Kranial

Merupakan operasi membuka tulang kepala dan durameter, sehingga TIK

juga kan turun, terjadi dekompresi dan menciptakan perfusi serebral yang adekuat.

Alternatif lain adalah tindakan operasi reseksi jaringan otak yang mengalami

edema (dekompresi internal) yang dimana dalam hal ini tulang kepala dapat

ditutup kembali. Operasi dekompresi ditujukkan khusus kepada pasien yang tidak

berespns terhadap terapi lain.

11

Page 17: Tekanan Intra Kranial

BAB 2. PROSES KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

1. Identitas pasien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,

status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, no. register,

tanggal masuk rumah sakit, alasan berobat ke fasilitas kesehatan serta

harapan  pasien. Identitas pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial

dapat menyerang semua umur, mayoritas menyerang wanita pada usia

subur serta mengalami obesitas.

2. Keluhan Utama

Umumnya keluhan utama yang dirasakan pasien dengan peningkatan TIK

adalah nyeri di kepala.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Meliputi penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai

dengan dibawa ke rumah sakit. Seperti pada klien dengan peningkatan

tekanan intrakranial mengalami nyeri kepala sejak 3 hari yang lalu, mual

dan muntah dan terkadang klien mengalami kejang.

Upaya yang telah dilakukan keluarga klien dalam kaitannya usaha untuk

mengurangi keluhan yang terjadi baik yang rasional maupun irrasional

seperti diberikan obat.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Merupakan penyakit yang berhubungan dengan penyakit saat ini atau

penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit

yang diderita klien saat ini. Contoh: Klien memiliki riwayat hipertensi 5

tahun yang lalu dan didiagnosis gagal jantung.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

12

Page 18: Tekanan Intra Kranial

Riwayat keluarga dihubungkan dengan kemungkinan adanya penyakit 

keturunan, kecenderungan alergi dalam satu keluarga, penyakit menular

akibat kontak langsung maupun tak langsung antar anggota keluarga.

Peningkatan tekanan intrakranial tidak berasal dari penyakit keturunan

tetapi peningkatan tekanan intrakranial diakibatkan oleh gangguan pada

sistem neurologi.

4. Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola nutrisi dan metabolisme : pasien dengan peningkatan tekanan

intrakranial mengalami mual dan muntah sehingga menyebabkan

gangguan pola nutrisi dan metabolisme.

b. Pola aktivitas : pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial akan

mengalami gangguan pada pola aktivitas karena rasa nyeri pada bagian

kepala yang sering terjadi secara berulang-ulang.

c. Pola istirahat : nyeri pada bagian kepala yang sering terjadi secara

berulang-ulang dapat menggangu kenyamanan pola istirahat/tidur pasien.

d. Pola kognitif dan persepsi sensori : pola ini mengenai pengetahuan

terhadap penyakit yang diderita pasien.

e. Pola konsep diri : bagaimana persepsi pasien terhadap pengobatan dan

perawatan yang akan dilakukan.

f. Pola hubungan peran : peran keluarga sangat dibutuhkan dalam merawat

dan mengobati pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial dan

keterbatasan gerak kemungkinan pasien tidak bisa melakukan peran baik

dalam keluarganya.

g. Pola mekanisme koping : keluarga perlu memberikan dukungan dan

semangat sembuh bagi pasien.

h. Pola nilai dan kepercayaan : keluarga selalu optimis dan berdoa agar

penyakit pada pasien dapat sembuh dengan cepat.

5. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai,

konjungtiva anemis.

13

Page 19: Tekanan Intra Kranial

b. Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema, TD

>110/70mmHg, hipertermi.

c. Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris,

ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak

terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing.

d. Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda

adanya infeksi dan pendarahan.

e. Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit

pinggang serta tidak bisa mengeluarkan urin secara lancar

f. Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam bergerak karena proses

perjalanan penyakit dan nyeri yang dirasakan secara berulang-ulang.

g. Sistem Integumen : terdapat edema, turgor kulit menurun, sianosis, pucat.

h. Abdomen : terdapat nyeri tekan, peristaltik pada usus ditandai dengan

distensi abdomen, bising usus.

i. Pemeriksaan GCS

GCS adalah pengkajian neurologi yang paling umum dan terdapat tiga

komponen pemeriksaan yaitu membuka mata, respon verbal dan respon

motorik. Nilai tertinggi 15 dan nilai terendah 3. Pemeriksaan GCS tidak

dapat dilakukan jika klien diintubasi sehingga tidak bias berbicara, mata

bengkak dan tertutup, tidak bisa berkomunikasi, buta, afasia, kehilangan

pendengaran,dan mengalami paraplegi/paralysis. Pemeriksaan GCS

pertama kali menjadi nilai dasar yang akan dibandingkan dengan nilai

hasil pemeriksaan selanjutnya untuk melihat indikasi keparahan.

Penurunan nilai 2 poin dengan GCS9 atau kurang menunjukkan injuri

yang serius (Black&Hawks,2005).

j. Tingkat kesadaran

Perubahan pertama pada klien dengan gangguan perfusi serebral adalah

perubahan tingkat kesadaran. Pengkajian tingkat kesadaran berlanjut dan

rinci perlu dilakukan sampai klien mencapai kesembuhan maksimal

(Black&Hawks,2005).

k. Respon pupil.

14

Page 20: Tekanan Intra Kranial

Pupil diperiksa tampilan dan respon fisiologisnya. Pupil yang terpengaruh

biasanya pada sisi yang sama (ipsilateral) dengan lesi otak yang terjadi,

dan deficit motorik dan sensorik biasanya pada sisi yang berlawanan

(kontralateral). Pemeriksaan pupil meliputi :kesamaan ukuran pupil,ukuran

pupil, posisi pupil (ditengah atau miring), reaksi terhadap cahaya,bentuk

pupil (pupil oval bukti awal peningkatan TIK), akomodasi pupil

(Black&Hawks,2005).

l. Gerakan mata.

Gerakan mata normalnya bersamaan. Jika bergerak tidak bersamaan

(diskonjugasi),catat dan segera laporkan.

m. Tanda– tanda vital.

Tanda-tanda vital diperiksa setiap 15 menit sampai keadaan klien stabil.

Suhu tubuh diukur setiap 2 jam. Pola nafas klien dikaji dengan cermat.

Jika TIK meningkat dan herniasi terjadi dimedulla, maka Chusingresponse

dapat terjadi,sehingga respon ini perlu juga diperiksa.

n. Pemeriksaan saraf kranial.

Pemeriksaan ini misalnya berupa memeriksa gerakan ekstraokular,

pemeriksaan otot wajah.

o. Pemeriksaan radiografi

CT scan

Foto polos kepala

MRI

Angiografi serebral

Selain pemeriksaan diatas, pengkajian menyeluruh terhadap semua data-

data lain dari klien tetap diperlukan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap,

sehingga dapat disusun rencana keperawatan dengan akurat dan tepat.

2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:

1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan

tekanan intrakranial.

15

Page 21: Tekanan Intra Kranial

2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan

intrakranial.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat, mual dan muntah.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. 

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepala akibat akibat

tekanan intracranial.

2.3 Intervensi dan Implementasi

NO DxTujuan dan Kriteria

HasilIntervensi Implementasi

1 Gangguan

perfusi

jaringan

serebral

berhubungan

dengan

peningkatan

tekanan

intrakranial

Setelah dilakukan

perawatan selama

3x24 jam klien akan

memiliki tekanan

perfusi serebral (CPP)

minimal 50 lebih 60

atau adekuat dengan

kriteria hasil :

1. Tingkat kesadaran

membaik (GCS:

E4 M6 V5).

2. Tidak kaku kuduk.

3. Tidak terjadi

kejang.

4. TD dalam batas

normal (bayi

85/54 mmHg,

toddler 95/65

mmHg, sekolah

105-165 mmHg,

remaja 110/65

1. Observasi tingkat

klien, tingkah

laku, fungsi

motorik/sensorik,

pupil setiap 1-2

jam sekali dan

sebagaimana

kebutuhan.

2. Monitor tanda-

tanda vital setiap

15 menit sampai

dengan 1 jam dan

sebagaimana

kebutuhan:

perubahan

pernafasan

merupakan tanda

awal dari

peningkatan

tekanan intakranial

dan

1. Mengobservasi

tingkat klien,

tingkah laku,

fungsi

motorik/sensorik,

pupil setiap 1-2

jam sekali dan

sebagaimana

kebutuhan.

2. Memonitor tanda-

tanda vital setiap

15 menit sampai

dengan 1 jam dan

sebagaimana

kebutuhan:

perubahan

pernafasan

merupakan

tanda awal dari

peningkatan

tekanan

16

Page 22: Tekanan Intra Kranial

mmHg).

5. Tidak terjadi

muntah progresif.

6. Tidak sakit kepala.

7. GDA normal( >

95%)

hipoksia/hiperkapn

ia.

3. Monitor nilai

analisa gas darah

arteri untuk

ketidaknormalan

asam basa dan

penurunan saturasi

oksigen.

4. Hiperventilasi

sebelum

penghisapan

sekret; batasi

penghisapan

sekret 10-15

detik untuk

mengurangi kadar

CO2, untuk

meningkatkan

kadra oksigenasi

dan mencegas

hipoksia.

5. Monitor

peningkatan

tekanan

intrakranial setiap

15 menit sampai

dengan 1 jam dan

sebagaimana

kebutuhan.

6. Pertahankan

aliran vena yang

intakranial dan

hipoksia/hiperkap

nia.

3. Memonitor nilai

analisa gas darah

arteri untuk

ketidaknormalan

asam basa dan

penurunan

saturasi oksigen.

4. Melakukan

hiperventilasi

sebelum

penghisapan

sekret; batasi

penghisapan

sekret 10-15

detik untuk

mengurangi kadar

CO2, untuk

meningkatkan

kadra oksigenasi

dan mencegas

hipoksia.

5. Memonitor

peningkatan

takanan

intrakranial setiap

15 menit sampai

dengan 1 jam dan

sebagaimana

17

Page 23: Tekanan Intra Kranial

keluar dari otak

dengan

meninggikan

bagian kepala

tempat tidur.

7. Monitor

pemasukan dan

pengeluaran,

elektrolit dan berat

jenis untuk

menetapkan

kemungkinan

ketidakseimbanga

n cairan yang

mendukung

terjadinya edema

serebral.

8. Berikan cairan

dengan jumlah

terbatas

(1400cc/24jam)

untuk mencegah

edema serebral.

9. Intruksi untuk

tidak melakukan

aktivitas yang

dapat meningkatan

intratoraks dan

intra abdomen

(misalnya

mengedan, latihan

isometric, fleksi

kebutuhan.

6. Mempertahankan

aliran vena yang

keluar dari otak

dengan

meninggikan

bagian kepala

tempat tidur.

7. Memonitor

pemasukan dan

pengeluaran,

elektrolit dan

berat jenis untuk

menetapkan

kemungkinan

ketidakseimbanga

n cairan yang

mendukung

terjadinya edema

serebral.

8. Memberikan

cairan dengan

jumlah terbatas

(1400cc/24jam)

untuk mencegah

edema serebral.

9. Mengintruksi

untuk tidak

melakukan

aktivitas yang

dapat

meningkatan

18

Page 24: Tekanan Intra Kranial

panggul, batuk).

10. Observasi tingkat

kenyamanan klien

(sakit kepala,

mual, muntah)

dimana merupakan

indikasi adanya

peningkatan

tekanan

intrakranial.

11. Berikan obat-

obatan sesuai

dengan intruksi

(misalnya pelunak

feses, antiemetik,

analgesik) evaluasi

efektifitasnya.

12. Berikan steroid

untuk mencegah

edema serebri

sebagaimana

intruksi.

13. Kelola asuahan

keperawatan yang

diberikan untuk

memberikan waktu

istirahat yang

optimal bagi klien.

14. Gunakan teknik

aseptik dan

antiseptik secara

optimal pada

intratoraks dan

intra abdomen

(misalnya

mengedan,

latihan isometric,

fleksi panggul,

batuk).

10. Mengobserva

si tingkat

kenyamanan klien

(sakit kepala,

mual, muntah)

dimana

merupakan

indikasi adanya

peningkatan

tekanan

intrakranial.

11. Memberikan

obat-obatan

sesuai dengan

intruksi (misalnya

pelunak feses,

antiemetik,

analgesik)

evaluasi

efektifitasnya.

12. Memberikan

steroid untuk

mencegah edema

serebri

sebagaimana

19

Page 25: Tekanan Intra Kranial

setiap mengganti

selang atau

balutan.

15. Laporkan segera

pada dokter bila

ada perubahan

neorologi

(misalnya tanda-

tanda vital).

16. Lakukan tindakan

sesuai kebijakan

institusi untuk

mengatasi

peningkatan

tekanan

intrakranial

sebagaimana

intruksi :

pemberian

diuretik, mengatasi

keadaan

hiportemia,

mempersiapkan

klien untuk

pembedahan

intruksi.

13. Mengelola

asuhan

keperawatan yang

diberikan untuk

memberikan waktu

istirahat yang

optimal bagi klien.

14. Menggunakan

teknik aseptik dan

antiseptik secara

optimal pada

setiap memgganti

selang atau

balutan.

15.Melaporkan

segera pada

dokter bila ada

perubahan

neorologi

(misalnya tanda-

tanda vital).

16. Melakukan

tindakan sesuai

kebijakan institusi

untuk mengatasi

peningkatan

tekanan

intrakranial

sebagaimana

intruksi :

pemberian

20

Page 26: Tekanan Intra Kranial

diuretik,

mengatasi

keadaan

hiportemia,

mempersiapkan

klien untuk

pembedahan.

2 Gangguan

rasa nyaman

nyeri

berhubungan

dengan

peningkatan

tekanan

intrakranial.

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam,

nyeri berkurang

sampai hilang dengan

kriteria hasil :

1. Klien mampu

mengontrol nyeri

(tahu penyebab

nyeri, mampu

menggunakan

teknik

nonfarmakologi

untuk mengurangi

nyeri, mencari

bantuin)

2. Melaporkan bahwa

nyeri berkurang

dengan

menggunakan

manajemen nyeri

3. Mampu mengenali

nyeri (skala,

1. Ajarkan teknik

relaksasi dengan

menarik nafas

panjang.

2. Observasi

penyebab

timbulnya nyeri

(takut, marah,

cemas)

3. Monitor

karakteristik nyeri

melalui respon

verbal dan

hemodinamik.

4. Observasi adanya

gambaran nyeri

yang dialami klien

meliputi

tempatnya,

intensitas, durasi,

kualitas dan

penyebarannya.

5. Observasi tanda –

1. Mengajarkan

teknik relaksasi

dengan menarik

nafas panjang.

2. Mengobservasi

penyebab

timbulnya nyeri

(takut, marah,

cemas)

3. Memonitor

karakteristik nyeri

melalui respon

verbal dan

hemodinamik.

4. Mengobservasi

adanya gambaran

nyeri yang dialami

klien meliputi

tempatnya,

intensitas, durasi,

kualitas dan

penyebarannya.

5. Mengobservasi

21

Page 27: Tekanan Intra Kranial

intensitas, frekuensi

dan tanda nyeri)

4. Menyatakan rasa

nyaman

tanda vital sebelum

dan sesudah

pemberian obat

narkotik

6. Berikan analgetik

untuk mengurangi

nyeri

7. Tingkatkan

istirahat

8. Kolaborasikan

dengan dokter jika

ada keluhan dan

tindakan

mengatasi nyeri

tidak berhasil

tanda – tanda vital

sebelum dan

sesudah

pemberian obat

narkotik

6. Memberikan

analgetik untuk

mengurangi nyeri

7. Tingkatkan

istirahat

8. Mengkolaborasika

n dengan dokter

jika ada keluhan

dan tindakan

mengatasi nyeri

tidak berhasil

3 Ketidakseimb

angan nutrisi

kurang dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan intake

yang tidak

adekuat,

mual dan

muntah.

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam,

diharapkan kebutuhan

nutrisi klien terpebuhi

secara adekuat dengan

kriteria hasil :

1. Adanya

peningkatan berat

badan

2. Berat badan ideal

sesuai dengan

tinggi badan

3. Tidak ada tanda-

tanda malnutrisi

4. Keluhan mual,

1. Kaji pemenuhan

kebutuhan nutrisi

klien

2. Kaji penurunan

nafsu makan klien

3. Kaji berat badan

dan tinggi klien

4. Jelaskan

pentingnya

makanan bagi

proses

penyembuhan

5. Dokumentasikan

masukan oral

selama 24 jam,

riwayat makanan,

1. Mengkaji

pemenuhan

kebutuhan

nutrisi klien

2. Mengkaji

penurunan nafsu

makan klien

3. Mengkaji berat

badan dan

tinggi klien

4. Menjelakan

pentingnya

makanan bagi

proses

penyembuhan

5. Mendokumenta

22

Page 28: Tekanan Intra Kranial

muntah dan

anorexia berkurang

sampai hilang.

5. Nafsu makan klien

meningkat

jumlah kalori yang

tepat (intake).

6. Ciptakan suasana

makan yang

menyenangkan

7. Berikan makanan

dengan jumlah

sedikit dan

bertahap

8. Kolaborasi dengan

ahli gizi untuk

membantu

memilih makanan

yang dapat

memenuhi

kebutuhan gizi

selama sakit

sikan masukan

oral selama 24

jam, riwayat

makanan,

jumlah kalori

yang tepat

(intake).

6. Menciptakan

suasana makan

yang

menyenangkan

7. Memberikan

makanan

dengan jumlah

sedikit dan

bertahap

8. Mengkolaborasi

kan dengan ahli

gizi untuk

membantu

memilih

makanan yang

dapat memenuhi

kebutuhan gizi

selama sakit

4 Intoleransi

aktifitas b.d

kelemahan

Setelah dilakukan

perawatan selama

3x24 jam pasien

meningkatkan

ambulan atau

aktivitas  Kriteria

1. Bantu pasien

melakukan gerak

aktif maupun

pasif

2. Ajarkan pasien

untuk

mempertahankan

1. Membantu

pasien

melakukan

gerak aktif

maupun pasif

2. Mengajarkan

pasien untuk

23

Page 29: Tekanan Intra Kranial

hasil:

1. Pasien mampu

mempertahankan

posisi

2. Pasien mampu

mempertahankan

dan meningkatkan

kekuatan fungsi

tubuh sendiri tubuh

postur tegak pada

saat duduk,

berdiri maupun

saat berjalan

3. Instruksikan

pasien untuk

istirahat tirah

baring atau jika

mampu duduk,

jika perlu atur

jadwal periode

istirahat agar

pola tidur di

malam hari tidak

terganggu

4. Jamin

lingkungan yang

aman seperti

pegangan di

toilet, naikan di

kursi, serta

penggunaan kursi

roda

5. Lakukan

kolaborasi

dengan ahli

fisioterapi

mempertahanka

n postur tegak

pada saat

duduk, berdiri

maupun saat

berjalan

3. Menginstruksik

an pasien untuk

istirahat tirah

baring atau jika

mampu duduk,

jika perlu atur

jadwal periode

istirahat agar

pola tidur di

malam hari

tidak terganggu

4. Menjamin

lingkungan

yang aman

seperti

pegangan di

toilet, naikan di

kursi, serta

penggunaan

kursi roda

5. Melakukan

kolaborasi

dengan ahli

fisioterapi

5. Gangguan

pola tidur

Setelah dilakukan

perawatan selama

1. Kaji pola tidur

pasien

1. Mengkaji pola

tidur pasien

24

Page 30: Tekanan Intra Kranial

b.d nyeri

kepala akibat

tekanan

intrakranial

3x24 jam klien dapat

menyesuaikan pola

tidur dengan

kebutuhan istirahatnya

Kriteria hasil :

1. Pasien

mengatakan

tidurnya cukup

2. Pasien

mengatakan

tidurnya nyenyak

karena nyeri di

kepala berkurang

2. Kondisikan

suasana

lingkungan yang

tenang dan

kondusif

3. Beri minum air

hangat kepada

pasien sebelum

tidur

4. Ajarkan pasien

untuk melakukan

relaksasi sebelum

tidur untuk

mengurangi nyeri

5. Beri obat

analgesik

2. Mengkondisikan

suasana

lingkungan yang

tenang dan

kondusif

3. Memberikan

minum air hangat

kepada pasien

sebelum tidur

4. Mengajarkan

pasien untuk

melakukan

relaksasi sebelum

tidur untuk

mengurangi nyeri

5. Memberikan obat

analgesic

2.4 Evaluasi

Dx 1

S: Pasien mengatakan sakit kepala mulai hilang.

O: Terpasang Oksigen 3 L/menit, RR: 24x/menit, Irama normal, Nadi: 80x/menit

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjut intervensi no 5,6,14

Dx 2

S : Klien menyatakan nyeri berkurang

O : Skala nyeri bekurang menjadi 3 dari skala nyeri (1-5)25

Page 31: Tekanan Intra Kranial

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi nomor 6, 7 dan 8

DX 3

S : Klien mengatakan tidak mual

O : Berat badan klien bertambah

A : Masalah teratasi

P : Hentikan internesi, lakukan terminasi

DX 4

S : pasien merasa lelah untuk melakukan aktifitas fisik

O : Pasien tidak mampu melakukan aktifitas, seperti berjalan

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

DX 5

S : pasien mengatakan nyeri kepala sehingga sulit tidur

O : pasien tampak gelisah di tempat tidur

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

BAB 3. PATHWAY

26

Page 32: Tekanan Intra Kranial

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK) merupakan tekanan atau hubungan

volume di antara kranium dan isi kubah kranium. Ketidakmampuan mengatur dan

menstabilkan tekanan intrakranial diakibatkan oleh peningkatan tekanan

27

Page 33: Tekanan Intra Kranial

intrakranial, sebagai akibat dari trauma kepala, edema serebral, abses dan infeksi,

lesi, dan bedah intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial memerlukan

penanganan darurat dan terapi. Ketidakmampuan mengatur dan menstabilkan

tekanan intrakranial diakibatkan oleh peningkatan tekanan intrakranial, sebagai

akibat dari trauma kepala, edema serebral, abses dan infeksi, lesi, dan bedah

intrakranial.

Peningkatan tekanan intrakarnial ini secara umum dapat disebabkan oleh 4

faktor, yaitu peninggian cerebral blood volume, edema serebri, obstruksi aliran

CSS (cairan serebro spinal) dan efek massa. Peningkatan TIK ini dapat

menyebabkan pemburukan derajat kesadaran, disfungsi pupil, abnormalitas visual,

nyeri kepala, muntah, perubahan tekanan darah dan denyut nadi, perubahan pola

pernafasan, perubahan suhu badan, serta papil udema. Salah satu komplikasi dari

peningkatan TIK ini yaitu herniasi batang otak. Penatalaksanaan kasus ini

diantaranya yaitu dengan pemberian terapi obat dan pembedahan. Pemantauan

tekanan intrakranial paling banyak digunakan untuk pencegahan dan kontrol

terhadap peningkatan TIK.

4.2 Saran

Sebagai seorang perawat kita juga harus tahu konsep dasar suatu penyakit

sehingga kita dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dan tepat

dengan penyakit yang dialami klien. Mahasiswa maupun tenaga kesehatan

diharapkan dapat lebih memahami asuhan keperawatan pada peningkatan tekanan

intra cranial dan dapat mengaplikasikannya dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan

Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika

28

Page 34: Tekanan Intra Kranial

http://www.academia.edu/9778118/

ASUHAN_KEPERAWATAN_GAWAT_DARURAT_II_TEKANAN_INTR

A_KRANIAL (diakses tanggal 27 Maret 2016)

http://health.detik.com/readpenyakit/556/peningkatan-tekanan-intrakranial

(diakses tanggal 27 Maret 2016)

https://nardinurses.files.wordpress.com/2008/01/manajemen-tik.pdf (diakses

tanggal 28 Pebruari 2016)

https://nardinurses.files.wordpress.com/2008/01/konsep-ct-scan-mri.pdf diakses

pada tanggal 1 Maret 2016

https://nardinurses.files.wordpress.com/2008/02/pemeriksaan-cerebral-

angiography.pdf diakses pada tanggal 1 Maret 2015

29