Teknik Pemisahan Kimia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Koef Partisi

Citation preview

TUGAS TPKPENENTUAN KOEFISIEN PARTISI ASAM BORAT DAN ASAM BENZOAT

Disusun oleh:Ernando Widyapratama (126380)2A Lingkungan

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIAPUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRIAKADEMI KIMIA ANALISISBOGOR2014DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR ISI2PENDAHULUAN3Latar Belakang3TINJAUAN PUSTAKA4Teori Umum4Uraian Bahan7Reaksi10ISI13DAFTAR PUSTAKA 15

BAB IPENDAHULUANLatar BelakangFenomena distribusidan kelarutan sangat penting dipelajari dalam bidang kimia khususnya farmasi karena kelarutan dapat membantu kita untuk memilih medium pelarut yang cocok untuk obat dan dapat digunakan sebagai uji kemurnian dari obat.Selain itu kelarutan dapat memberi penjelasan atau informasi mengenai struktur obat dan gaya antar molekul obat.Pada dasarnya kelarutan suatu zat bias dipengaruhi oleh jenis pelarut yang ada dalam larutan, pengaruh pH, temperatur, konstanta dielektrik, bentuk dan ukuran partikel dan penampang zat-zat lain, disamping itu faktor yang aling penting dalam kelarutan suatu zat adalah polaritas pelarut, penambahan polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar, ionik dan begitu pula sebaliknya.Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu obat-obat yang digunakan dalam jangka panjang dan pendek.Dalam percobaan ini minyak dimisalkan sebagai lemak dalam tubuh dan air suling sebagai cairan tubuh.Obat yang efeknya panjang akan tersimpan di dalam lemak yang memiliki durasi dan onset yang lama.Seangkan obat yang efeknya pendek akan diserap langsung dalam cairan tubuh memiliki durasi dan onset yang cepat di dalam tubuh.

BAB IITINJAUAN PUSTAKATeori UmumSuatu zat dapat larut ke dalam dua macam pelarut yang keduanya tidak saling bercampur. Jika kelebihan cairan atau zat padat ditambahkan ke dalam campuran dari dua cairan tidak bercampur, zat itu akan mendistribusi diri diantara dua fase sehingga masing-masing menjadi jenuh. Jika zat itu ditambahkan kedalam pelarut tidak tercampur dalam jumlah yang tidak cukup untuk menjenuhkan larutan, maka zat tersebut akan tetap terdistribusikan diantara kedua lapisan dengan konsentrasi tertentu.Pelarut secara umum dibedakan atas dua pelarut, yaitu pelarut air dan bukan air. Salah satu ciri penting dari pelarut tetapan dielektriknya (E), yaitu gaya yang bekerja antara dua muatan itu dalam ruang hampa dengan gaya yang bekerja pada muatan itu dalam dua pelarut. Tetapan ini menunjukkan sampai sejauh mana tingkat kemampuan melarutkan pelarut tersebut. Misalnya air dengan tetapan dielektriknya yang tinggi (E = 78,5) pada suhu 25oC, merupakan pelaruit yang baik untuk zat-zat yang bersifat polar, tetapi juga merupakan pelarut yang kurang baik untuk zat-zat non polar. Sebaliknya, pelarut yang mempunyai tetapan dielektrik yang rendah merupakan pelarut yang baik untuk zat non polar dan merupakan pelarut yang kurang baik untuk zat berpolar.Pengetahuan tentang koefisien partisi atau koefisien distribusi sangat penting diketahui oleh seorang farmasis. Prinsip dari koefisien ini sangat banyak berhubungan dengan ilmu farmasetik, termasuk disini adalah pengawetan system minyak-air, kerja obat di tempat yang tidak spesifik, absorbsi dan distribusi obat ke seluruh tubuh. Sebagai molekul terdisosiasi dalam ion-ion salah satu dari fase tersebut. Hukum distribusi digunakan hanya untuk yang umum konsentrasinya pada kedua fase, yaitu monomer atau molekul sederhana dari zat tersebut.Apabila ditinjau dari suatu zat tunggal yang tidak bercampur dalam suatu corong pisah maka dalam sistem tersebut akan terjadi swuatu keseimbangan sebagai suatu zat terlarut dalam fase bawah dan zat terlarut dalam fase atas. Menurut hukum Termodinamika, pada keadaan seimbang dan rasio aktivitas species terlarut dalam kedua fase itu merupakan suatu ketetapan atau konstanta. Hal ini disebut sebagai Hukum Distribusi Nerst. Nilai K tergantung pada suhu, bukan merupakan fungsi konstanta absolut zat atau volume kedua fase itu.Kerja pengawetan dari asam lemah dalam system air. Larutan, makanan dan kosmetik merupakan sasaran kerusakan oleh enzim mikroorganisme, yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi penguraian. Enzim-enzim yang dihasilkan oleh ragi, kapang dan bakteri harus dimatikan atau dihambat pertumbuhannya untuk mencegah pengrusakan. Sterilisasi dan penambahan zat kimia pengawet adalah hal umum digunakan dalam bidang farmasi untuk mengawetkan larutan obat dari serangan berbagai mikroorganisme. Asam benzoat dalam bentuk garam larut yaitu Natrium benzoat, kadang-kadang digunakan untuk tujuan ini karena efeknya yang tidak membahayakan untuk manusia jika dimakan dalam jumlah kecil.Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi distribusi zat dalam larutan, yaitu : 1. Temperatur Kecepatan berbagai reaksi bertambah kira-kira 2 atau 3 tiap kenaikan suhu 10oC. 2. Kekuatan IonSemakin kecil konsentrasi suatu larutan maka laju distribusi makin kecil.3. Konstanta DielektrikEfek konstanta dielektrik terhadap konstanta laju reaksi ionik diekstrapolarkan sampai pengenceran tak terbatas, yang pengaruh kekuatan ionnya 0. Untuk reaktan ion yang kekuatannya bermuatan berlawanan maka laju distribusi reaktan tersebut adalah positif dan untuk reaktan yang muatannya sama maka laju distribusinya negatif.

4. KatalisisKatalisis dapat menurunkan laju - laju distribusi (Katalis negatif). Katalis dapat juga menurunkan energi aktivitas dengan mengubah mekanisme reaksi sehingga kecepatan bertambah.5. Katalis Asam Basa SpesifikLaju distribusi dapat dipercepat dengan penambahan asam atau basa. Jika laju peruraian ini terdapat bagian yang mengandung konsentrasi ion hidrogen atau hidroksi.6. Cahaya Energi Cahaya seperti panas dapat memberikan keaktifan yang diperlukan untuk terjadi reaksi. Radisi dengan frekuensi yang sesuai dengan energi yang cukup akan diabsorbsi untuk mengaktifkan molekul molekulMekanisme kerja dari pengawet atau bakteriostatik dari asam benzoat dan asam-asam lainnya disebabkan hampir seluruhnya atau oleh asam yang terdisosiasi dan tidak dalam bentuk ionik. Para peneliti menemukan bahwa ragi saccaromyces ellipsoideus yang tumbuh secara normal pada pH 2.5 7 dengan adanya asam atau garam organik kuat, ditahan pertumbuhannya apabila konsentrasi asam sampai 25 mg/100ml. Kerja pengawetan dari asam benzoat tidak terdisosiasi jika dibndingkan dengan efektivitas dari ion asam benzoat diduga disebabkan oleh mudahnya molekul tidak terionisasi relatif menembus membran hidup dan sebaliknya, sulitnya ion melakukan hal itu. Molekul tidak terdisosiasi, yang terdiri dari bagian non polar yang besar, larutan dalam membran lipid dari mikroorganisme dan menembus membran ini dengan cepat. (3) C(HA)w= -------------------------------- Kq + 1 + Ka/(H3O=) Dimana : (HA)w = Kadar asam dalam air C = Kadar asam total K = Koefisien disribusi q = Perbandingan volume kedua cairan Ka = Konstanta asamUraian Bahan1. Air suling Nama resmi: Aqua destillataNama lain: Aquadest, air sulingRumus molekul : H2OBerat molekul: 18,02Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasaPenyimpanan: Dalam wadah tertutup baikKegunaan: Sebagai pelarut, media distribusi

2. Asam benzoat Nama resmi: Acidum bonzoicumNama lain : Asam benzoatRumus molekul: C7H6O2Berat molekul: 122,12Pemerian:Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbauKelarutan: Larut dalam kurang lebih 350 bagian air, dalam kurang lebih 3 bagian etanol (95 %) P. Dalam 8 bagian kloroform P, dalam 3 bagian eter PPenyimpanan: Dalam wadah tertutup baikKhasiat: Antiseptikum eksternKegunaan: Sebagai sampel

3. Asam borat Nama resmi : Acidum boricumNama lain: Asam boratRumus molekul: H3BO3Berat molekul: 61,83Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak asam dan pahit kemudian manisKelarutan: Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih, dalam 6 bagian etanol (95 %) P dan dalam 3 bagian gliserol PPenyimpanan: Dalam wadah tertutup baikKhasiat: Antiseptikum eksternKegunaan: Sebagai sampelPenetapan kadar: 1 ml natrium hidroksida setara dengan 61,83 mg H3BO3

4. Fenolftalein (4,5)Nama resmi: PhenolphtaleinNama lain: Fenolftalein

OOOHOHRumus molekul: C20H14O4 /318,00Rumus bangun:

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan lemah, tidak berbau, stabil di udaraKelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter Perubahan warna: Tidak berwarna dalam suasana asam dan alkali lemah dan memberikan warna merah dalam larutan alkali kuatRange pH : 8,3 10,0Kegunaan : Sebagai indicator

5. Minyak kelapa Nama resmi: Oleum cocosNama lain: Minyak kelapaPemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, kuning pucat, bau khas tidak tengik.Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95 %) P, sangat mudah larut dalam kloroform P dan dalam eterPenyimpanan: Dalam wadah tertutup baikKegunaan: Sebagai pelarut, media distribusi

6. Natrium hidroksida Nama resmi: Natrii hydroxidumNama lain: Natrium hidroksidaRumus molekul: NaOHBerat molekul: 40,00Pemerian: Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh, putih, mudah meleleh basah, sangat alkalis dan korosif, segera menyerap CO2.Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95 %) PPenyimpanan: Dalam wadah tertutup baikKegunaan: Sebagai larutan penitrasi

Reaksi 1. Asam boratH3BO3 + H2O HBO2 + 2H2OH3BO3 + NaOH Na3BO3 + 3H2O2. COO -Asam benzoat

COOH+ H2O + H3O+

COONaCOOH

+ NaOH+ H2

3. Reaksi indikator fenolftalein

COCOH + H2OCHOC OH + H3O+O-OHOHOO

H2In, fenolftalein HIn -, tidak berwarnatidak berwarna

CCOH + H3O+O-OO

In 2-, merah

BAB IIIISIBila zat padat atau zat cair dicampur ke dalam dua pelarut yang berbeda atau tidak saling bercampur, maka zat tersebut akan terdistribusi ke dalam dua pelarut dengan kemampuan kelarutannya. Koefisien distribusi adalah perbandingan konsentrasi kesetimbangan zat dalam dua pelarut yang berbeda yang tidak bercampur. Faktor yang mempengaruhi koefisien distribusi adalah konsentrasi zat terlarut dalam pelarut 1 dan pelarut 2, dirumuskan :

K =C2C1

Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana distribusi suatu senyawa antara dua fase cair yang tidak saling bercampur, tergantung pada interaksi fisik dan kimia antara pelarut dan senyawa terlarut dalam dua fase yaitu struktur molekul.Suatu zat dapat larut dalam dua macam pelarut yang keduanya tidak saling bercampur. Jika kelebihan campuran atau zat padat ditambahkan ke dalam cairan yang tidak saling bercampur tersebut maka zat tersebut akan mendistribusi diri di antara dua fase sehingga masing-masing menjadi jenuh.Ada beberapa istilah yang digunakan dalam larutan yaitu larutan jenuh, larutan tidak jenuh dan larutan lewat jenuh. Larutan jenuh adalah suatu larutan di mana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut), larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu, sedangkan larutan lewat jenuh adalah larutan yang mengandung jumlah zat terlarut dalam konsentrasi yang lebih banyak daripada yang seharusnya pada temperatur tertentu.Pada percobaan ini disebutkan bahwa penentuan koefisien distribusi dari asam benzoat dan asam borat dengan cara perbandingan persen kadar minyak dengan persen kadar air. Pelarut yang digunakan adalah air dan minyak kelapa, dimana kedua pelarut ini tak dapat larut satu sama lain tetapi sampel dapat larut dalam kedua sampel tersebut. Hal ini disebabkan karena air merupakan pelarut polar sedangkan minyak kelapa merupakan pelarut non polar. Hal ini disebabkan karena pada minyak terdapat karbon sehingga menyebabkan bentuk streokimianya simetris sehingga tidak memiliki momen dipol. Momen dipol menentukan suatu zat itu bersifat polar atau kurang polar.Perlakuan dimana asam borat dan asam benzoat ditambahkan minyak kelapa lalu dimasukkan ke dalam corong pisah kemudian dilakukan pengocokan. Hal ini dilakukan agar zat dapat mengadakan keseimbangan antara yang larut dalam air dan yang larut dalam minyak kelapa. Pengocokan harus kuat dan lama agar gugus polar dan non (kurang) polar dari asam borat maupun dari asam benzoat dapat bereaksi dengan fase air minyak sehingga dapat dilihat pada pelarut mana kelarutannya paling besar. Gugus benzen dari asam benzoat merupakan gugus karbon yang memiliki momen dipol yang kecil sehingga konsentrasi dielektiknya juga kecil dan gugus ini akan bereaksi dengan minyak. Air memiliki momen dipol dan konstanta dielektriknya yang besar sehingga bersifat polar jadi mudah menarik gugus polar dari asam benzoat. Setelah dikocok, campuran dibiarkan beberapa saat. Hal ini bertujuan agar pemisahan antara kedua pelarut tersebut bisa sempurna. Setelah itu lapisan air yang berada di bawah diambil / ditampung dalam gelas ukur, sedangkan lapisan minyaknya dibuang. Ini dikarenakan lapisan air dari pengocokanlah yang akan dititrasi. Bila lapisan minyak yang dititrasi maka akan terjadi reaksi saponifikasi (penyabunan).Metode titrasi yang digunakan adalah alkalimetri yang dilakukan berdasarkan reaksi netralisasi yaitu sampel asam yang dititrasi dengan titran basa akan bereaksi sempurna dengan semua asam sehingga dapat diperoleh titik akhir titrasi dengan melihat perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda akibat penambahan indikator basa yaitu p.p sebelum dititrasi di mana trayek pH dari p.p adalah 8,3-10,0.Mekanisme perubahan warna yang terjadi pada titrasi alkalimetri yang digunakan adalah pada larutan titer yang bersifat asam yang telah ditambahkan indikator p.p dititrasi dengan titran yang bersifat basa, dimana akan terjadi reaksi antara sampel asam yaitu asam borat atau asam benzoat dengan titran basa yaitu NaOH membentuk larutan garam. Hal ini akan terus terjadi hingga larutan asam tepat telah habis bereaksi dengan NaOH dan disebut titik ekuivalen. Pada titik ekuivalen ini, belum terjadi perubahan warna tetapi kelebihan satu tetes saja larutan NaOH akan menyebabkan terjadinya perubahan warna dari bening menjadi merah muda yang berasal dari reaksi antara kelebihan titran basa dengan indikator p.p.Koefisien distribusi suatu senyawa dalam dua larutan yang tidak bercampur harus sama dengan dengan 1. Artinya bahwa senyawa tersebut terdistribusi secara merata pada dua fase yaitu fase minyak dan fase air. Jika nilai koefisien distribusi kecil dari 1 maka senyawa tersebut cenderung untuk terdistribusi dalam fase air dari pada fase minyaknya.

DAFTAR PUSTAKAErnest. 1999.Dinamika Obat. ITB. Bandung.

Ditjen POM.1979.Farmakope Indonesia EdisiKetiga.DepartemenKesehatanRI:Jakarta

Ditjen POM.1995.Farmakope IndonesiaEdisiKeempat.DepartemenKesehatanRI:Jakarta

Martin, A. 1993.Farmasi Fisika Edisi IIIJilid1.UI Press:Jakarta

Martin, A.1993.Farmasi Fisika Edisi III Jilid2.UI Press:Jakarta

2 | Page