35
1 TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN PERATURAN BPD TENTANG PERATURAN TATA TERTIB BPD Oleh : SALAM LAMANGKAU 1 (KEPALA BAGIAN PRODUK HUKUM DAERAH PROVINSI PADA BIRO HUKUM SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH) I. PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Dasar hukum yang digunakan dalam Sosialisasi Peraturan Desa tentang Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa), dan Peraturan Badan Permusyawaratan Desa tentang Peraturan Tata Tertib Badan Permusyawaratan Desa meliputi dasar hukum formil dan dasar hukum materiil. Dasar hukum formil merupakan peraturan yang terkait dengan teknik penyusunan peraturan perundang-undangan, serta terkait jenis dan bentuk produk hukum di desa.Sedangkan dasar hukum materiil yakni peraturan perundang-undangan terkait dengan isi atau materi mengenai Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) dan tentang Peraturan Tata Tertib Badan Permusyawaratan Desa. Adapun dasar hukum dimaksud sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa 4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa 5. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa. 7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor110 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa. 9. Peraturan Bupati Banggai Laut Nomor 28 Tahun 2015 tentang Daftar Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa. 1 Disampaikan pada Kegiatan Sosialisasi Penyusunan Peraturan Perundang-undangan terkait Peraturan Tatib BPD dan Perdes BUM Desa Bagi BPD dan Kades Se Kabupaten Banggai Laut Banggai, Banggai 16 November 2017

TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

1

TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN PERATURANBPD TENTANG PERATURAN TATA TERTIB BPD

Oleh : SALAM LAMANGKAU1

(KEPALA BAGIAN PRODUK HUKUM DAERAH PROVINSI PADA BIRO HUKUMSEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH)

I. PENDAHULUAN

A. Dasar Hukum

Dasar hukum yang digunakan dalam Sosialisasi Peraturan Desa tentang BadanUsaha Milik Desa (BUM Desa), dan Peraturan Badan Permusyawaratan Desatentang Peraturan Tata Tertib Badan Permusyawaratan Desa meliputi dasarhukum formil dan dasar hukum materiil.

Dasar hukum formil merupakan peraturan yang terkait dengan teknik penyusunanperaturan perundang-undangan, serta terkait jenis dan bentuk produk hukum didesa.Sedangkan dasar hukum materiil yakni peraturan perundang-undanganterkait dengan isi atau materi mengenai Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) dantentang Peraturan Tata Tertib Badan Permusyawaratan Desa.

Adapun dasar hukum dimaksud sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan PeraturanPerundang-undangan

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa5. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan PelaksanaanUndang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 tentang PedomanTeknis Peraturan Di Desa.

7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan TransmigrasiNomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, danPembubaran Badan Usaha Milik Desa

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor110 Tahun 2016 tentang BadanPermusyawaratan Desa.

9. Peraturan Bupati Banggai Laut Nomor 28 Tahun 2015 tentang DaftarKewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal BerskalaDesa.

1 Disampaikan pada Kegiatan Sosialisasi Penyusunan Peraturan Perundang-undangan terkait Peraturan Tatib BPD danPerdes BUM Desa Bagi BPD dan Kades Se Kabupaten Banggai Laut Banggai, Banggai 16 November 2017

Page 2: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

2

B. Produk Hukum Di Desa

Jenis peraturan di Desa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa sebagai berikut:

1. Peraturan Desa, yaitu PeraturanPerundang-undanganyangditetapkan olehKepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD. Peraturan Desa iniberisi materi pelaksanaan kewenangan desa dan penjabaran lebih lanjut dariPeraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

2. Peraturan BersamaKepala Desa, yaitu Peraturan yang ditetapkan oleh duaatau lebih Kepala Desa dan bersifat mengatur. Peraturan BersamaKepala Desaini berisi materi kerjasama desa.

3. Peraturan Kepala Desa, yaitu Peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desadan bersifat mengatur. Peraturan Kepala Desa ini berisi materi pelaksanaanperaturan desa, peraturan bersama kepala desa dan tindak lanjut dariperaturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Selain produk hukum di desa yang bersifat pengaturan tersebut, Kepala Desa dapatmenetapkan Keputusan Kepala Desa untuk pelaksanaan Peraturan di desa,peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan dalam rangka pelaksanaankewenangan desa yang bersifat penetapan. Keputusan Kepala Desa ini adalahpenetapan yang bersifat konkrit, individual, dan final.

Di dalam Permendagri Nomor 111 Tahun 2014 tidak mengenal jenis PeraturanBadan Permusyawaratan Desa. Peraturan Badan Permusyawaratan Desa ini hanyadikenal dalam Permendagri Nomor 110 Tahun 2016 tentang BadanPermusyawaratan Desa, khusus untuk mengatur secara internal ( ke dalam) BPDdalam menjalankan tugas, fungsi dan wewenang BPD dimaksud.

C. Bentuk, Teknik Penyusunan, dan Materi Muatan Produk Hukum Di Desa

Mengkaji mendalam tentang peraturan termasuk produk hukum di Desa, didalamnya terdapat 3 (tiga) hal, yaitu:1. Bentuk;2. Teknik Penyusunan; dan3. Materi Muatan.

“Bentuk”Produk Hukum Di Desa mengacu pada Lampiran Permendagri Nomor111 Tahun 2014.Mengkaji “bentuk” dari produk hukum di Desa dalam Permendagriini, tentunya tidak serta dipahami dan langsung diterapkan dalam setiapperancangan produk hukum di Desa karena terdapat hal yang harus dipatuhiterkait teknis penyusunan.

“Teknik Penyusunan” Produk Hukum Di Desa menurut ketentuan Pasal 32 ayat(1) Permendagri No. 111 Tahun 2014 menegaskan bahwa: “Ketentuan mengenaiteknik penyusunan Peraturan di Desa dan Keputusan Kepala Desa sesuai denganketentuan Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

Page 3: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

3

undangan.” Maknanya adalah teknik penyusunan produk hukum di Desa tundukpada Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 yakni pada pedoman penyusunan yangterdapat pada Lampiran II.

“Materi Muatan” Produk Hukum Di Desa adalah isi/materi dari peraturan yangakan diatur. Isi/materi ini adalah terkait materi yang diinginkan dalam suatupengaturan berdasarkan kondisi di desa/masyarakat yang akan diatur dengantetap berpedoman pada materi muatan peraturan perundang-undangan yangterkait dengan produk hukum di Desa yang akan dibentuk.

Misalnya materi muatan terkait: Peraturan Tata Tertib BPD maka merujuk pada materi Peraturan Tata Tertib

yang terdapat pada PP No. 43 Tahun 2014 dan Permendagri No. 110 Tahun2016 yang disesuaikan dengan kondisi yang ada pada BPD masing-masingdesa.

BUM Desa, maka merujuk pada materi BUM Desa yang terdapat pada PP No.43 Tahun 2014 dan Permen Desa No. 4 Tahun 2015 yang disesuaikan dengankondisi/potensi yang dimiliki oleh desa masing-masing.

II. PERATURAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 dan Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa makadapat dikemukakan beberapa hal terkait materi muatan yang dijadikan pedomandalam menyusun Peraturan BPD tentang Peraturan Tata Tertib BPD seperti diuraikanberikut.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau dengan nama lain adalah lembaga yangmelaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari pendudukDesa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

BPD mempunyai fungsi sebagai berikut:1. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;2. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan3. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

BPD mempunyai tugas:1. menggali aspirasi masyarakat2. menampung aspirasi masyarakat;3. mengelola aspirasi masyarakat;4. menyalurkan aspirasi masyarakat;5. menyelenggarakan musyawarah BPD;6. menyelenggarakan musyawarah Desa;7. membentuk panitia pemilihan Kepala Desa;8. menyelenggarakan musyawarah Desa khusus untuk pemilihan Kepala Desa

antarwaktu;9. membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;

Page 4: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

4

10. melaksanakan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa;11. melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa;12. menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan Pemerintah Desa dan

lembaga Desa lainnya; dan13. melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan.

BPD mempunyai hak sebagai berikut:1. mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa

kepada Pemerintah Desa;

2. menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaanpembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaanmasyarakat Desa; dan

3. mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari AnggaranPendapatan dan Belanja Desa.

Anggota BPD mempunyai hak sebagai berikut:1. mengajukan usul rancangan Peraturan Desa;2. mengajukan pertanyaan;3. menyampaikan usul dan/atau pendapat;4. memilih dan dipilih; dan5. mendapat tunjangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Hak Anggota BPD di atas digunakan dalam musyawarah BPD.

Selain hak di atas BPD juga memiliki hak:1. memperoleh pengembangan kapasitas melalui pendidikan dan pelatihan,

sosialisasi, pembimbingan teknis, dan kunjungan lapangan yang dilakukan didalam negeri; dan

2. penghargaan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan PemerintahDaerah Kabupaten/Kotabagi pimpinan dan anggota BPDyang berprestasi.

Pimpinan dan anggota BPD mempunyai hak untuk memperoleh tunjangan, meliputi:

1. tunjangan pelaksanaan tugas dan fungsi, yang merupakan tunjangan kedudukan;dan

2. tunjangan lainnya,yang merupakan tunjangan kinerja.

Tunjangan kinerja bersumber dari Pendapatan Asli Desa.

Besaran tunjangan BPD ditetapkan oleh Bupati.

Anggota BPD wajib:1. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan danmemelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka TunggalIka;

2. melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan gender dalampenyelenggaraan Pemerintahan Desa;

Page 5: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

5

3. mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan/ataugolongan;

4. menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat Desa;5. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga Pemerintah

Desa dan lembaga desa lainnya; dan6. mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan

penyelenggaraan Pemerintahan Desa serta mempelopori penyelenggaraanPemerintahan Desa berdasarkan tata kelola pemerintahan yang baik.

Kewenangan BPD sebagai berikut:1. mengadakan pertemuan dengan mayarakat untuk mendapatkan aspirasi;2. menyampaikan aspirasi masyarakat kepada Pemerintah Desa secara lisan dan

tertulis;3. mengajukan rancangan Peraturan Desa yang menjadi kewenangannya;4. melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja Kepala Desa;5. meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada

Pemerintah Desa;6. menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan

pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaanmasyarakat Desa;

7. mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilanpenyelenggaraan Pemerintahan Desa serta mempelopori penyelenggaraanPemerintahan Desa berdasarkan tata kelola pemerintahan yang baik;

8. menyusun peraturan tata tertib BPD;9. menyampaikan laporan hasil pengawasan yang bersifat insidentil kepada

Bupati/Wali kota melalui Camat;10. Menyusun dan menyampaikan usulan rencana biaya operasional BPD secara

tertulis kepada Kepala Desa untuk dialokasikan dalam Rancangan Anggaran danPendapatan Belanja Desa

11. mengelola biaya operasional BPD;12. mengusulkan pembentukan Forum Komunikasi Antar Kelembagaan Desa

kepada Kepala Desa; dan13. melakukan kunjungan kepada masyarakat dalam rangka monitoring dan evaluasi

penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

Salah satu wewenang BPD di atas adalah menyusun peraturan tata tertibBPD.Peraturan Tata Tertib BPD sangat dibutuhkan dalam penyelenggarakan fungsidan tugas BPD, khususnya dalam menyelenggarakan musyawarah BPD danmusyawarah Desa.

Musyawarah BPD dilaksanakan dalam rangka menghasilkan keputusan BPDterhadap hal-hal yang bersifat strategis, seperti musyawarah pembahasan danpenyepakatan rancangan Peraturan Desa, evaluasi laporan keteranganpenyelenggaraan Pemerintahan Desa, menetapkan peraturan tata tertib BPD, danusulan pemberhentian anggota BPD.

Musyawarah Desa diselenggarakan oleh BPD yang difasilitasi oleh PemerintahDesa.Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh BPD,

Page 6: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

6

Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat Desa untuk memusyawarahkan hal yangbersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, yaitu:1. penataan Desa;2. perencanaan Desa;3. kerja sama Desa;4. rencana investasi yang masuk ke Desa;5. pembentukan BUM Desa;6. penambahan dan pelepasan Aset Desa; dan7. kejadian luar biasa.

Peraturan tata tertib Badan Permusyawaratan Desa paling sedikit memuat:1. Keanggotaan dan kelembagaan BPD.2. Fungsi, tugas, hak, kewajiban dan kewenangan BPD;3. Waktu musyawarah BPD;

Ad. 3: Waktu musyawarah BPD, meliputi:a. pelaksanaan jam musyawarah;b. tempat musyawarah;c. jenis musyawarah; dand. daftar hadir anggota Badan Permusyawaratan Desa.

4. Pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD;

Ad. 4: Pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD, yaitu:

a. penetapan pimpinan musyawarah apabila pimpinan dan anggota hadirlengkap;

b. penetapanpimpinanmusyawarahapabilaketua BPD berhalangan hadir;c. penetapanpimpinan musyawarah apabila ketua dan

wakil ketua berhalangan hadir; dand. penetapansecara fungsional pimpinan musyawarah sesuaidengan

bidangyangditentukandanpenetapan penggantian anggota BPD antarwaktu.

5. Tata cara musyawarah BPD;

Ad. 5: Pengaturan tata cara musyawarah BPD, meliputi:a. tata cara pembahasan rancangan peraturan Desa;b. konsultasimengenairencanadanprogramPemerintah Desa;c. tatacaramengenaipengawasankinerjakepalaDesa; dand. tatacara penampungan atau penyaluran aspirasi masyarakat.

6. Tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPD dan anggota BPD; dan

Ad. 6: Pengaturan Tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPD dan anggotaBPD, meliputi:

a. pemberianpandangan terhadap pelaksanaan Pemerintahan Desa;b. penyampaian jawaban atau pendapat kepala Desa atas pandangan Badan

Permusyawaratan Desa;c. pemberianpandangan akhir atas jawaban atau pendapat kepala Desa; dan

Page 7: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

7

d. tindaklanjut dan penyampaian pandangan akhir BPD kepada bupati.

7. Pembuatan berita acara musyawarah BPD.

Ad. 7: Pengaturan Pembuatan berita acara musyawarah BPD meliputi:a. penyusunan notulen rapat;b. penyusunan berita acara;c. format berita acara;d. penandatanganan berita acara; dane. penyampaian berita acara.

Berdasarkan materi-materi di atas maka dalam membentuk Peraturan BPD tentangPeraturan Tata Tertib BPD dapat disusun sesuai pendekatan kerangka sebagaiberikut:

A. JUDUL

B. PEMBUKAAN:1. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa2. Jabatan Pembentuk Peraturan Desa3. Konsiderans4. Dasar Hukum5. Diktum

C. BATANG TUBUH:

1. Ketentuan Umum2. Keanggotaan dan Kelembagaan BPD3. Fungsi, Tugas, Hak, Kewajiban dan Kewenangan BPD4. Waktu Musyawarah BPD5. Pengaturan Mengenai Pimpinan Musyawarah BPD6. Tata Cara Musyawarah BPD7. Tata Laksana dan Hak Menyatakan Pendapat BPD dan Anggota BPD8. Pembuatan Berita Acara Musyawarah BPD9. Ketentuan Penutup

D. PENUTUPE. PENJELASAN (jika diperlukan)F. LAMPIRAN (jika diperlukan)

III. BADAN USAHA MILIK DESA

Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 dan Peraturan MenteriDesa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan UsahaMilik Desa maka dapat dikemukakan beberapa hal terkait materi muatan yang

Page 8: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

8

dijadikan pedoman dalam menyusun Peraturan Desa tentang Badan Usaha Milik Desaseperti diuraikan berikut.

Pengertian, Maksud dan Tujuan BUM Desa:

Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) adalah badan usaha yang seluruh atausebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsungyang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasapelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakatDesa.

Pendirian BUM Desa dimaksudkan sebagai upaya menampung seluruh kegiatan dibidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerjasama antar-Desa.

Pendirian BUM Desa bertujuan:1. meningkatkan perekonomian Desa;2. mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa;3. meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa;4. mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak

ketiga;5. menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan

umum warga;6. membuka lapangan kerja;7. meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum,

pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa; dan8. meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa.

Pendirian BUM Desa:Desa dapat mendirikan BUM Desa berdasarkan Peraturan Desa tentang PendirianBUM Desa. Pendirian BUM Desa mempertimbangkan:1. inisiatif Pemerintah Desa dan/atau masyarakat Desa;2. potensi usaha ekonomi Desa;3. sumberdaya alam di Desa;4. sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUM Desa; dan5. penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan

kekayaan Desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUMDesa.

Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah Desa.Pokok bahasan yangdibicarakan dalam Musyawarah Desa meliputi :1. pendirian BUM Desa sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial budaya

masyarakat;2. organisasi pengelola BUM Desa;3. modal usaha BUM Desa; dan4. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa.

Page 9: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

9

Hasil kesepakatan Musyawarah Desa tersebut menjadi pedoman bagi PemerintahDesa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk menetapkan Peraturan Desatentang Pendirian BUM Desa.

Dalam rangka kerja sama antar-Desa dan pelayanan usaha antar-Desa dapatdibentuk BUM Desa bersama yang merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih.Pendirian BUM Desa bersama disepakati melalui Musyawarah antar-Desa yangdifasilitasi oleh badan kerja sama antar-Desa yang terdiri dari:a. Pemerintah Desa;b. anggota Badan Permusyawaratan Desa;c. lembaga kemasyarakatan Desa;d. lembaga Desa lainnya; dane. tokoh masyarakat dengan mempertimbangkan keadilan gender.

Ketentuan mengenai Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5berlaku secara mutatis mutandis terhadap pendirian BUM Desa bersama.

Pendirian BUM Desa Bersama disepakati melalui Musyawarah Desa.Pokokbahasan yang dibicarakan dalam Musyawarah Desa yang melibatkan antar desameliputi :a. pendirian BUM Desa Bersama sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial

budaya masyarakat;b. organisasi pengelola BUM Desa Bersama;c. modal usaha BUM Desa Bersama; dand. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa Bersama.

BUM Desa Bersama ditetapkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa tentangPendirian BUM Desa bersama.

Bentuk Organisasi BUM Desa:

BUM Desa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum. Unit usaha yangberbadan hukum dapat berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasaldari BUM Desa dan masyarakat.

Dalam hal BUM Desa tidak mempunyai unit-unit usaha yang berbadan hukum,bentuk organisasi BUM Desa didasarkan pada Peraturan Desa tentang PendirianBUM Desa.

BUM Desa dapat membentuk unit usaha meliputi:1. Perseroan Terbatas sebagai persekutuan modal, dibentuk berdasarkan

perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal yang sebagian besardimiliki oleh BUM Desa, sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentangPerseroan Terbatas; dan

2. Lembaga Keuangan Mikro dengan andil BUM Desa sebesar 60 (enam puluh)persen, sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang lembagakeuangan mikro.

Organisasi Pengelola BUM Desa:

Page 10: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

10

Organisasi pengelola BUM Desa terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa.

Susunan kepengurusan organisasi pengelola BUM Desa ada 3 (tiga) sebagai terdiridari:

1. Penasihat

Kewajiban Penasihat adalah:a. memberikan nasihat kepada Pelaksana Operasional dalam melaksanakan

pengelolaan BUM Desa;b. memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap penting

bagi pengelolaan BUM Desa; danc. mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUM Desa.

Wewenang Penasihat adalah:a. meminta penjelasan dari Pelaksana Operasional mengenai persoalan yang

menyangkut pengelolaan usaha Desa; danb. melindungi usaha Desa terhadap hal-hal yang dapat menurunkan kinerja BUM

Desa.

2. Pelaksana Operasional

Pelaksana Operasional mempunyai tugas mengurus dan mengelola BUM Desasesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

Kewajiban Pelaksana Operasional adalah:a. melaksanakan dan mengembangkan BUM Desa agar menjadi lembaga yang

melayani kebutuhan ekonomi dan/atau pelayanan umum masyarakat Desa;b. menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi Desa untuk

meningkatkan Pendapatan Asli Desa; danc. melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga perekonomian Desa

lainnya.

Wewenang Pelaksana Operasional adalah:a. membuat laporan keuangan seluruh unit-unit usaha BUM Desa setiap bulan;b. membuat laporan perkembangan kegiatan unit-unit usaha BUM Desa setiap

bulan;c. memberikan laporan perkembangan unit-unit usaha BUM Desa kepada

masyarakat Desa melalui Musyawarah Desa sekurang-kurangnya 2 (dua)kali dalam 1 (satu) tahun.

Dalam melaksanakan kewajibannya, Pelaksana Operasional dapat menunjukAnggota Pengurus sesuai dengan kapasitas bidang usaha, khususnya dalammengurus pencatatan dan administrasi usaha dan fungsi operasional bidangusaha.

Page 11: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

11

Pelaksana Operasional dapat dibantu karyawan sesuai dengan kebutuhan danharus disertai dengan uraian tugas berkenaan dengan tanggung jawab,pembagian peran dan aspek pembagian kerja lainnya.

Persyaratan menjadi Pelaksana Operasional meliputi:a. masyarakat Desa yang mempunyai jiwa wirausaha;b. berdomisili dan menetap di Desa sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;c. berkepribadian baik, jujur, adil, cakap, dan perhatian terhadap usaha ekonomi

Desa; dand. pendidikan minimal setingkat SMU/Madrasah Aliyah/SMK atau sederajat.

Pelaksana Operasional dapat diberhentikan dengan alasan:a. meninggal dunia;b. telah selesai masa bakti sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga BUM Desa;c. mengundurkan diri;d. tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik sehingga menghambat

perkembangan kinerja BUM Desa; ataue. terlibat kasus pidana dan telah ditetapkan sebagai tersangka.

3. Pengawas

Pengawas mewakili kepentingan masyarakat. Susunan kepengurusanPengawas terdiri dari:a. Ketua;b. Wakil Ketua merangkap anggota;c. Sekretaris merangkap anggota;d. Anggota.

Pengawas mempunyai kewajiban menyelenggarakan Rapat Umum untukmembahas kinerja BUM Desa sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.

Pengawas berwenang menyelenggarakan Rapat Umum Pengawas untuk:a. pemilihan dan pengangkatan pengurus;b. penetapan kebijakan pengembangan kegiatan usaha dari BUM Desa; danc. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja Pelaksana

Operasional.

Masa bakti Pengawas diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga BUM Desa.

Penamaan susunan kepengurusan organisasi BUM Desa dapat menggunakanpenyebutan nama setempat yang dilandasi semangat kekeluargaan dankegotongroyongan.

Klasifikasi jenis usaha BUM Desa:

Page 12: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

12

Klasifikasi jenis usaha BUM Desa dapat berupa:1. Bisnis sosial sederhana yang memberikan pelayanan umum kepada

masyarakat dengan memperoleh keuntungan finansial.BUM Desa yang menjalankan unit usaha Bisnis sosial sederhanaini dapatmemanfaatkan sumber daya lokal dan teknologi tepat guna meliputi:a. air minum Desa;b. usaha listrik Desa;c. lumbung pangan; dand. sumber daya lokal dan teknologi tepat guna lainnya.

2. Bisnis penyewaan barang untuk melayani kebutuhan masyarakat Desa danditujukan untuk memperoleh Pendapatan Asli Desa.BUM Desa yang menjalankan unit usaha bisnis penyewaan barangdapatmenjalankan kegiatan usaha penyewaan meliputi:a. alat transportasi;b. perkakas pesta;c. gedung pertemuan;d. rumah toko;e. tanah milik BUM Desa; danf. barang sewaan lainnya.

3. Usaha perantarayang memberikan jasa pelayanan kepada warga.BUM Desa yang menjalankan Usaha perantara ini dapat menjalankan kegiatanusaha perantara meliputi:a. jasa pembayaran listrik;b. pasar Desa untuk memasarkan produk yang dihasilkan masyarakat; danc. jasa pelayanan lainnya.

4. Bisnis yang berproduksi dan/atau berdagang barang-barang tertentu untukmemenuhi kebutuhan masyarakat maupun dipasarkan pada skala pasar yanglebih luas.BUM Desa yang menjalankan bisnis yang berproduksi dan/atau berdagangini dapat menjalankan kegiatan perdagangan meliputi:a. pabrik es;b. pabrik asap cair;c. hasil pertanian;d. sarana produksi pertanian;e. sumur bekas tambang; danf. kegiatan bisnis produktif lainnya.

5. Bisnis keuangan yang memenuhi kebutuhan usaha-usaha skala mikro yangdijalankan oleh pelaku usaha ekonomi Desa.Unit usaha Bisnis keuangan dalam BUM Desa ini dapat memberikan akseskredit dan peminjaman yang mudah diakses oleh masyarakat Desa.

6. Usaha bersama sebagai induk dari unit-unit usaha yang dikembangkanmasyarakat Desa baik dalam skala lokal Desa maupun kawasan perdesaan.

Page 13: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

13

Unit-unit usaha dari Usaha bersama ini dapat berdiri sendiri yang diatur dandikelola secara sinergis oleh BUM Desa agar tumbuh menjadi usaha bersama.

Unit usaha Usaha bersama dalam BUM Desa ini dapat menjalankan kegiatanusaha bersama meliputi:a. pengembangan kapal Desa berskala besar untuk mengorganisasi nelayan

kecil agar usahanya menjadi lebih ekspansif;b. Desa Wisata yang mengorganisir rangkaian jenis usaha dari kelompok

masyarakat; danc. kegiatan usaha bersama yang mengkonsolidasikan jenis usaha lokal lainnya.

Modal BUM Desa:

Modal awal dalam mendirikan BUM Desa bersumber dari Anggaran Pendapatandan Belanja Desa (APB Desa). Modal BUM Desa terdiri atas:

1. Penyertaan modal Desa:Penyertaan modal Desa ini terdiri atas:a. hibah dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/atau

lembaga donor yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa;b. bantuan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa;c. kerjasama usaha dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi

kemasyarakatan dan/atau lembaga donor yang dipastikan sebagai kekayaankolektif Desa dan disalurkan melalui mekanisme APB Desa;

d. aset Desa yang diserahkan kepada APB Desa sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan tentang Aset Desa.

2. Penyertaan modal masyarakat Desa:Penyertaan modal masyarakat Desa berasal dari tabungan masyarakatdan/atau simpanan masyarakat.

Alokasi Hasil Usaha BUM Desa

Hasil usaha BUM Desa merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil transaksidikurangi dengan pengeluaran biaya dan kewajiban pada pihak lain, sertapenyusutan atas barang-barang inventaris dalam 1 (satu) tahun buku.

Pembagian hasil usaha BUM Desa ditetapkan berdasarkan ketentuan yang diaturdalam Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga BUM Desa.Alokasi pembagian hasil usaha dapat melalui sistem akuntansi sederhana.

Kepailitan BUM Desa

Kerugian yang dialami BUM Desa menjadi beban BUM Desa.Dalam hal BUM Desatidak dapat menutupi kerugian dengan aset dan kekayaan yang dimilikinya,dinyatakan rugi melalui Musyawarah Desa.

Page 14: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

14

Unit usaha milik BUM Desa yang tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dankekayaan yang dimilikinya, dinyatakan pailit sesuai dengan ketentuan dalamperaturan perundang-undangan mengenai kepailitan.

Kerjasama BUM Desa Antar-Desa

BUM Desa dapat melakukan kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih.Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dapat dilakukan dalam satukecamatan atau antar kecamatan dalam satu kabupaten/kota.Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih harus mendapat persetujuanmasing-masing Pemerintah Desa.

Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dibuat dalam naskah perjanjiankerjasama. Naskah perjanjian kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih palingsedikit memuat:a. subyek kerjasama;b. obyek kerjasama;c. jangka waktu;d. hak dan kewajiban;e. pendanaan;f. keadaan memaksa;g. pengalihan aset ; danh. penyelesaian perselisihan

Naskah perjanjian kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih ditetapkan olehPelaksana Operasional dari masing-masing BUM Desa yang bekerjasama.

Kegiatan kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dipertanggungjawabkankepada Desa masing-masing sebagai pemilik BUM Desa.

Dalam hal kegiatan kerjasama antar unit usaha BUM Desa yang berbadan hukumdiatur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan tentang PerseroanTerbatas dan Lembaga Keuangan Mikro.

Pertanggungjawaban Pelaksanaan BUM Desa

Pelaksana Operasional melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan BUM Desakepada Penasihat yang karena jabatannya dijabat oleh Kepala Desa.

BPD melakukan pengawasan terhadap kinerja Pemerintah Desa dalam membinapengelolaan BUM Desa.

Pemerintah Desa mempertanggungjawabkan tugas pembinaan terhadap BUMDesa kepada BPD yang disampaikan melalui Musyawarah Desa.

Berbeda dengan Peraturan BPD tentang Peraturan Tata Tertib BPD, peraturanperundang-undangan tidak mengatur materi muatan minimal apabila membentukPerdes tentang BUM Desa. Namun demikian materi yang dipaparkan di atas dapatmenjadi pedoman dalam membentuk Peraturan Desa tentang Pendirian BUM Desa

Page 15: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

15

dapat disusun sesuai pendekatan kerangka (khusus materi muatan dalam BatangTubuh, tidak terikat pada apa yang ditampilkan) sebagai berikut:

A. JUDULB. PEMBUKAAN:

1. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa2. Jabatan Pembentuk Peraturan Desa3. Konsiderans4. Dasar Hukum5. Diktum

C. BATANG TUBUH:1. Ketentuan Umum2. Pembentukan (nama, kedudukan dan bidang usaha)3. Organisasi Pengelola BUM Desa4. Modal Usaha BUM Desa5. Bagi Hasil Usaha6. Keuntungan dan Kepailitan7. Mekanisme Pertanggungjawaban8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa

D. PENUTUPE. PENJELASAN (jika diperlukan)F. LAMPIRAN (jika diperlukan)

IV. TEKNIK PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DI DESA:

IV.1. Teknik Penyusunan Produk Hukum Di Desa Pada Umumnya:

Ketentuan Pasal 32 ayat (1) Permendagri No. 111 Tahun 2014 menegaskanbahwa: “Ketentuan mengenai teknik penyusunan Peraturan di Desa danKeputusan Kepala Desa sesuai dengan ketentuan Undang-Undangtentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.”

Hal di atas dipahami bahwa dalam menyusun Peraturan Di Desa (meliputi:Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa, danKeputusan Kepala Desa, termasuk Peraturan BPD) mematuhi danmempedomaniteknik penyusunan yang diatur dalam Lampiran II Undang-Undang Nomor 12Tahun 2011.

Dengan demikian dalam menyusun Peraturan BPD tentang Peraturan Tata TertibBPD dan Peraturan Desa tentang BUM Desa juga tunduk pada teknik penyusunanyang diatur dalam Lampiran II UU No. 12 Tahun 2011 tersebut seperti dijelaskansecara sederhana di bawah.

Kerangka Peraturan Desa dapat diuraikan diuraikan sebagai berikut:

Page 16: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

16

A. JUDULB. PEMBUKAAN:

1. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa2. Jabatan Pembentuk Peraturan Desa3. Konsiderans4. Dasar Hukum5. Diktum

C. BATANG TUBUH:1. Ketentuan Umum2. Materi Pokok yang Diatur3. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan)4. Ketentuan Penutup

D. PENUTUPE. PENJELASAN (jika diperlukan)F. LAMPIRAN (jika diperlukan)

Bentuk Peraturan Desa dapat ditampilkan secara sederhana sebagai berikut:

KEPALA DESA ….. (Nama Desa)KABUPATEN BANGGAI LAUT

PERATURAN DESA… (Nama Desa)

NOMOR … TAHUN …

TENTANG

(Nama Peraturan Desa)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA (Nama Desa),

Menimbang: a. bahwa ……………………………………;b. bahwa ……………………………………;c. bahwa …………………………………….;d. bahwa berdasarkan pertimbangan …..;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Desa(Lembaran Negara Republik Indonesia…..…. dst;

2. ………………………………………………………….;3. dst…………………………….. ……………..;

Page 17: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

17

Dengan Kesepakatan BersamaBADAN PERMUSYAWARATAN DESA … (Nama Desa)

danKEPALA DESA … (Nama Desa)

MEMUTUSKAN:Menetapkan: PERATURAN DESA TENTANG ... (Nama Peraturan Desa).

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1…………………………………………………………………

Pasal 2(1) …………………………………………………………….(2) …………………………………………………………….Dst ……………………………………………………………

BAB …KETENTUAN PENUTUP

Pasal ….Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Lembaran Desa …(Nama Desa).

Ditetapkan di …pada tanggal …

KEPALA DESA…(Nama Desa),

tanda tanganNAMA

Diundangan di …pada tanggal …

SEKRETARIS DESA (Nama Desa),

tanda tanganNAMA

LEMBARAN DESA … (Nama Desa) TAHUN … NOMOR …

Page 18: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

18

Bentuk Peraturan Kepala Desa dapat ditampilkan secara sederhana sebagaiberikut:

KEPALA DESA ….. (Nama Desa)KABUPATEN BANGGAI LAUT

PERATURAN KEPALA DESA… (Nama Desa)

NOMOR … TAHUN …

TENTANG

(Nama Peraturan Kepala Desa)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA (Nama Desa),

Menimbang: a. bahwa ……………………………………;b. bahwa ……………………………………;c. bahwa …………………………………….;d. bahwa berdasarkan pertimbangan …..;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Desa(Lembaran Negara Republik Indonesia…..…. dst;

2. ………………………………………………………….;3. dst…………………………….. ……………..;

MEMUTUSKAN:Menetapkan: PERATURAN KEPALA DESA TENTANG ... (Nama

Peraturan Kepala Desa).

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1…………………………………………………………………

Pasal 2(1) …………………………………………………………….

Page 19: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

19

(2) …………………………………………………………….Dst ……………………………………………………………

BAB …KETENTUAN PENUTUP

Pasal ….Peraturan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Kepala Desa ini dengan penempatannya dalam Berita Desa… (Nama Desa).

Ditetapkan di …pada tanggal …

KEPALA DESA…(Nama Desa),

tanda tanganNAMA

Diundangan di …pada tanggal …

SEKRETARIS DESA (Nama Desa),

tanda tanganNAMA

BERITA DESA … (Nama Desa) TAHUN … NOMOR …

Secara sederhana dapat dijelaskan teknik penyusunan Peraturan di Desa sesuaikerangka dan bentuk di atas sebagai berikut:

IV.1.1.Menyusun Judul:

1. Judul memuat keterangan mengenai Jenis, Nomor, Tahun Pengundangan AtauPenetapan, & Nama Peraturan Desa

Page 20: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

20

2. Judul dibuat secara singkat, hanya menggunakan 1 kata atau frasa tetapi secaraesensial maknanya telah & mencerminkan isi Peraturan Desa/Peraturan KepalaDesa.

3. Judul tidak boleh ditambah singkatan atau akronim.

Contoh 1 :PERATURAN DESA KALIBUAYA

NOMOR 6 TAHUN 2015

TENTANG

PENDIRIAN, PENGURUSAN DAN PENGELOLAANBADAN USAHA MILIK DESA

Contoh 2:PERATURAN DESA PEJARAKAN

NOMOR 3 TAHUN 2016

TENTANG

BADAN USAHA MILIK DESA (BUM Desa)

Page 21: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

21

Contoh 3 (Perubahan pertama ):

PERATURAN DESA KENEK

NOMOR 6 TAHUN 2015

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA KENEK NOMOR 6 TAHUN 2015TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA

Contoh 4 (Perubahan Kedua dst ):

PERATURAN DESA BONTOSI

NOMOR 3 TAHUN 2016

TENTANG

PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DESA BONTOSINOMOR 3 TAHUN2016 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN HASIL

PEMBANGUNAN DESA

IV.1.2.Teknik Menyusun Pembukaan:

1. Pembukaan memuat:a. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esab. Jabatan Pembentuk Peraturan Desac. Konsideransd. Dasar Hukume. Frasa Kesepakatan Bersamaf. Diktum

9. Pada Pembukaan tiap jenis peraturan desa sebelum nama jabatan pembentukperaturan Desa (yakni: Kepala Desa) dicantumkan frasa “DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA” yg ditulis seluruhnya dgn huruf kapital diletakkandi tengah baris tanpa diakhiri tanda baca.

10. Jabatan pembentuk peraturan Desa/peraturan Kepala Desa ditulisseluruhnya dgn huruf besar yg diletakkan di tengah baris & diakhiri dengantanda baca KOMA.

Cara penulisan:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA LALONG,

11. Konsiderans: Konsiderans diawali dengan kata:“Menimbang:” Konsiderans memuat uraian singkat mengenai pokok pikiran yg menjadi

pertimbangan & alasan pembentukan Perdes

Page 22: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

22

Pokok pikiran pada konsiderans PERDES memuat unsur filosofis,sosiologis & yuridis yg menjadi pertimbangan & alasan pembentukannyajika PERDES tersebut bukan perintah langsung peraturan perundang-undangan lebih tinggai.

Cara penulisannya ditempatkan secara berurutan dari filosofis, sosiologisdan yuridis: Unsur FILOSOFIS menggambarkan bahwa PERDES yg dibentuk

mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, & cita hukum ygmeliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia ygbersumber dari Pancasila & UUD 1945.

Unsur SOSIOLOGIS menggambarkan bahwa PERDES yg dibentukuntuk memenuhi kebutuhan masyarakat DESA berbagai aspek.

Unsur YURIDIS menggambarkan bahwa PERDES yg dibentuk untukmengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukumdengan mempertimbangkan aturan yg telah ada, yg akan diubah, atauyg akan dicabut guna menjamin kepastian hukum & rasa keadilanmasyarakat.

Contoh 1:penulisan Konsiderans bukan perintah langsung peraturan yang lebihtinggi:

Jika Perdes bukan perintah langsung dari peraturan perudang-undanganyang lebih tinggi maka konsiderans memuat lebih dari satu pertimbangansebagai berikut :

Menimbang : a. bahwa ………………………………………………..;b. bahwa ………………………………………………..;c. bahwa ………………………………………………..;d. bahwa berdasarkan pertimbangansebagaimana dimaksud

dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkanPeraturan Desa Kenek tentang ……………………;

Contoh 2 Konsiderans Perintah Perundang-undangan yang lebih tinggi:

Misalnya ketentuan Pasal 48 ayat (2) Permendagri No. 114 Tahun 2014 tentangPedoman Pembangunan Desa berbunyi sbb:(2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja

Pemerintah Desa sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Maka Konsiderans cukup satu pokok pikiran, dan cara penulisannya sbb:

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat (2) PeraturanMenteri Dalam Negeri RepublikIndonesiaNomor 114 Tahun 2014tentang Pedoman Pembangunan Desa perlu menetapkanPeraturan Desa Tolokibit tentang Rencana Pembangunan JangkaMenengah Desa Tahun 2017-2023;

12.Dasar Hukum:

Dasar hukum diawali dengan kata “Mengingat.”

Page 23: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

23

Dasar hukum memuat :1. Dasar kewenangan pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Peraturan Desa/Peraturan Kepala Desa/Peraturan Bersama KepalaDesa).

Dasar kewenangan pembentukan Peraturan Desa/Peraturan KepalaDesa/Peraturan Bersama Kepala Desa adalah:a. UU tentang Desa.

b. Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan UU tentang Desa.c. Peraturan Daerah Kabupaten tentang Pembentukan Desa yang

bersangkutan

Apabila Peraturan Daerah Kabupaten tentang Pembentukan Desayang bersangkutan sulit diperoleh lagi maka peraturan sebagaidasar kewenangan ini diganti dengan Undang-Undang PembentukanKabupaten yang bersangkutan, yakni Pembentukan KabupatenBanggai Laut.

2. Peraturan Perundang-undangan yang memerintahkan pembentukanPeraturan Perundang-undangan (Peraturan Desa/Peraturan KepalaDesa/Peraturan Bersama Kepala Desa).

Penjelasan angka 2 di atas adalah jika terdapat peraturanperundang-undangan di bawah UUD 1945 yg memerintahkan secaralangsung pembentukan Peraturan di Desa maka peraturanperundang-undangan tersebut dimuat dalam Dasar Hukum, disamping peraturan perundang-undang Dasar kewenanganpembentukan Peraturan di Desa sebagaimana pada angka 1 di atas.

Contoh perintah langsung adalah:Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 tentangPedoman Pembangunan Desa, memerintahkan sebagai berikut:

(2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa danRencana Kerja Pemerintah Desasebagaimana dimaksud padaayat(1) ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Maka Peraturan (Permendagri) tersebut dimuat dalam DasarHukum, dengan penulisan sebagai berikut:

… Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 tentang PedomanPembangunan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun2014 Nomor 2094);

Peraturan Perundang–undangan yang digunakan sebagai dasar hukumhanya Peraturan Perundang–undangan yang tingkatannya sama ataulebih tinggi. Misalnya, jika menyusun Perdes maka Dasar Hukum yangboleh digunakan adalah paling rendah yang tingkatannya sama, yaituPeraturan Desa. Dengan demikian,dalam menyusun Perdes tidak bolehmenggunakan dasar hukum Peraturan Kepala Desa.

Peraturan Perundang-undangan yang akan dicabut dengan PeraturanPerundang-undangan yang akan dibentuk, Peraturan Perundang–

Page 24: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

24

undangan yang sudah diundangkan tetapi belum resmi berlaku, tidakdicantumkan dalam dasar hukum.

Jika jumlah Peraturan Perundang–undangan yang dijadikan dasar hukumlebih dari satu maka urutan pencantuman perlu memperhatikan tataurutan Peraturan Perundang–undangan. Peraturan tingkatannya lebihtinggi maka urutannya lebih dahulu dari peraturan lainnya, demikianseterusnya. Dan jika peraturan tersebut tingkatannya sama, misalnyasama-sama Undang-Undang maka disusun secara kronologisberdasarkan saat pengundangan atau penetapannya, yaitu Undang-Undang yang pengundangan atau penetapannya dicantumkan lebihdahulu dibandingkan Undang-Undang yang pengundangan ataupenetapannya kemudian.

Sebagai pedoman dalam pencantuman urutan Dasar Hukum, berikutdikemukakan tata urutan dan jenis peraturan perundang-undangansebagai berikut:a. UUD 1945;b. Ketetapan MPR;c. Undang-Undang/Peraturan Pemeritah Pengganti Undang-Undang

(Perpu);d. Peraturan Pemerintah;e. Peraturan Presiden;f. Peraturan Daerah Provinsi; dang. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Selain jenis peraturan perundang-undangan di atas, dikenal peraturanPeraturan yg ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, DewanPerwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung,Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, BankIndonesia, Menteri, Badan, Lembaga atau Komisi yg setingkat dgnUndang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, DPRDProvinsi, Gubernur, DPRD Kab/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atauyg setingkat.

Peraturan perundang-undangan di atas diakui keberadaannya danmempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan olehperaturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentukberdasarkan kewenangan.

Peraturan Perundang-undangan di Daerah sebagai berikut:1. Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kab/Kota;2. Peraturan Kepala Daerah (Peraturan Gubernur/ Peraturan Bupati/

Walikota);3. Peraturan Bersama Kepala Daerah4. Peraturan DPRD (Provinsi/ Kab/ Kota)

Peraturan Perundang-undangan di Desa sebagai berikut:1. Peraturan Desa;2. Peraturan Bersama Kepala Desa;3. Peraturan Kepala Desa.

Semua peraturan perundang-undangan yang disebut di atas adalahbersifat Pengaturan dan dapat dijadikan dasar hukum.Selain

Page 25: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

25

peraturanperundang-undangan tersebut juga dikenal produk hukum yangbersifat Penetapan seperti Keputusan Gubernur, Keputusan Bupati,Keputusan DPRD, termasuk Keputusan Kepala Desa. Produk hukumyang bersifat penetapan ini tidak boleh dicantumkan dalam DasarHukum Mengingat.

Contoh 1: Cara Penyusunan Dasar Hukum (Dasar Kewenangan)ProdukHukum di Desa sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentangPeraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah denganPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentangPerubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5717);

3. Peraturan Daerah Kabupaten Banggai Laut Nomor … Tahun…. tentang Pembentukan Desa ……. (Lembaran DaerahKabupaten …. Tahun … Nomor … , Tambahan LembaranDaerah Kabupaten ….… Nomor ……);

Contoh 2: Cara Penyusunan Dasar Hukum (Dasar Kewenangan) ProdukHukum di Desa apabila Perda Kabupaten tentang PembentukanDesa yang bersangkutan tidak diperoleh), yaitu diganti dengan UUPembentukan Kabupaten sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2013 tentang PembentukanKabupaten Banggai Laut di Provinsi Sulawesi Tengah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 20,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5398);

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentangPeraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah denganPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentangPerubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5717);

4. Peraturan Daerah Kabupaten Banggai Laut Nomor … Tahun…. tentang Pembentukan Desa ……. (Lembaran Daerah

Page 26: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

26

Kabupaten …. Tahun … Nomor … , Tambahan LembaranDaerah Kabupaten ….… Nomor ……);

Peraturan perundang-undangan di atas sudah cukup dicantumkan dalamdasar hukum Mengingat, apabila tidak ada perintah langsung dari peraturanperundang-undangan yang lebih tinggi untuk membentuk Perdes/PeraturanBersama Kepala Desa/Peraturan Kepala Desa.

Jika terdapat perintah langsung, maka peraturan perundang-undanganyang memerintahkan secara langsung tersebut dicantumkan bersamadengan dasar hukum yang menjadi dasar kewenangan.

Contoh 3: Cara Penyusunan Dasar Hukum lengkap Dasar Kewenangan danyang Memerintahkan Secara Langsung dibentuknya PerdesRencana Jangka Menengah Desa sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentangPeraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah denganPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentangPerubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5717);

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 tentang PedomanPembangunan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun2014 Nomor 2094);

4. Peraturan Daerah Kabupaten Banggai Laut Nomor … Tahun…. tentang Pembentukan Desa ……. (Lembaran DaerahKabupaten …. Tahun … Nomor … , Tambahan LembaranDaerah Kabupaten ….… Nomor ……);

Atau seperti di bawah ini apabila tidak terdapat Perda Pembentukan Desayang bersangkutan.

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2013 tentang PembentukanKabupaten Banggai Laut di Provinsi Sulawesi Tengah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 20,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5398);

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentangPeraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik

Page 27: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

27

Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah denganPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentangPerubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5717);

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 tentang PedomanPembangunan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun2014 Nomor 2094);

Contoh 4: Cara Penyusunan Dasar Hukum lengkap Dasar Kewenangan danyang Memerintahkan Secara Langsung dibentuknya Perdestentang Rencana Kerja Pembangunan Desa sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2013 tentang PembentukanKabupaten Banggai Laut di Provinsi Sulawesi Tengah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 20,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5398);

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentangPeraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah denganPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentangPerubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5717);

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 tentang PedomanPembangunan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun2014 Nomor 2094);

5. Peraturan Desa …. (nama desa) Nomor 114 Tahun 2017tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa …(nama desa) Tahun 2017-2022 (Lembaran Desa … Tahun 2017Nomor ….);

13.Frasa Kesepakatan Bersama:

Terhadap Produk Hukum di Desa, frasa “Dengan Kesepakatan Bersama” hanyadikenal pada bentuk Perdes, sedangkan pada Peraturan Kepala Desa, PeraturanBersama Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa tidak dikenal.

Frasa Dengan Kesepakatan Bersama ini disusun dan diletakan setelah dasarhukum menibang.

Cara penulisan yang benar:

Page 28: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

28

Dengan Kesepakatan BersamaBADAN PERMUSYAWARATAN DESA … (Nama Desa)

danKEPALA DESA … (Nama Desa)

Cara penulisan yang keliru:

DENGAN PERSETUJUAN BERSAMABADAN PERMUSYAWARATAN DESA … (Nama Desa)

DANKEPALA DESA … (Nama Desa)

Catatan kesalahan:Tidak menggunakan kata “Persetujuan” dan tidak menggunakan seluruhnyadengan huruf besar

14.Diktum:

Diktum meliputi kata “ Memutuskan” dan kata “Menetapkan” serta diikuti denganjenis Produk Hukum di Desa yang akan dibentuk. Diktum ini dikenal pada semuajenis Produk Hukum di Desa.

Diktum diletakkan setelah frasa Dengan Kesepakatan Bersama (khusus Perdes).

Penulisan Diktum yang benar sebagai berikut:

MEMUTUSKAN:Menetapkan: PERATURAN DESA TENTANG ... (Nama Peraturan Desa).

Penulisan Diktum yang keliru:

M E M U T U S K A N :Menetapkan: PERATURAN DESA KENEK TENTANG ... (Nama Peraturan

Desa).

Catatan: Kesalahan sbb: kata “MEMUTUSKAN” tidak dispasi. Setelah frasa: “PERATURAN DESA” tidak diikuti dengannama Desa.

IV.1.3.Teknik Menyusun Batang Tubuh:

Batang tubuh peraturan perundang-undangan (Perdes/Peraturan BersamaKepala Desa/Peraturan Kepala Desa) memuat semua materi muatanperaturan perundang-undangan yang dirumuskan dalam pasal atau beberapapasal.

Pada umumnya materi muatan dalam Batang Tubuh dikelompokkan ke dalam:1. ketentuan umum;2. materi pokok yang diatur,3. ketentuan peralihan (jika diperlukan); dan4.ketentuan penutup.

Pengelompokan materi muatan dirumuskan secara lengkap sesuai kesamaanmateri yg bersangkutan & jika terdapat materi muatan yg diperlukan tetapi

Page 29: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

29

tidak dapat dikelompokan dalam ruang lingkup pengaturan yg sudah ada,materi tersebut dimuat dalam bab ketentuan lain-lain.

Berdasarkan ketentuan Pasal 15 UU No. 12 Tahun 2011, Ketentuan Pidanahanya boleh dimuat dalam UU dan Perda.

Urutan pengelompokan materi muatan sebagai berikut:a. bab dgn pasal atau beberapa pasal tanpa bagian & paragraf;b. bab dgn bagian dan pasal atau beberapa pasal tanpa paragraf; atauc. bab dgn bagian dan paragraf yg berisi pasal atau beberapa pasal

1. Ketentuan Umum

Ketentuan umum diletakan dlm bab satu. Jika dlm peraturan perundang-undangan (Perdes/PeraturanKades/Peraturan Bersama Kades) tdk dilakukanpengelompokan bab, ketentuan umum diletakan dalam pasal atau beberapapasal awal.

Ketentuan umum dapat memuat lebih dari satu pasal.

Isi Ketentuan Umum adalah: Batasan pengertian atau definisi. Singkatan atau akronim yang dituangkan dalam batasan pengertian atau

definisi; dan/atau Hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal atau beberapa

pasal berikutnya antara lain ketentuan yang mencerminkan asas, maksud,dan tujuan tanpa dirumuskan tersendiri dalam pasal atau bab .

Frasa pembuka dlm ketentuan umum disesuaikan dgn jenis peraturan(misalnya Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Peraturan BersamaKepala Desa)

Jika ketentuan umum lebih dari satu batasan pengertian, masing-masinguraiannya diberi nomor urut dengan angka Arab diawali dgn huruf kapital dandiakhiri dengan tanda baca titik.

Contoh :

Dalam Peraturan Desa ini, yang dimaksud dengan:1. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat

dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barangyang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.

2. Badan Usaha Milik Desa yang selanutnya disebut BUMDesadalah Badan Usaha yang bersifat ekonomis dibentuk dan dikelolaoleh Pemerintahan Desa dengan masyarakat Desa, yang modalseluruhnya atau sebagian merupakan kekayaan Desa yangdipisahkan.

3. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPDadalah ..............

4. Musyawarah Desa adalah musyawarah antara BadanPermusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakatyang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untukmenyepakati hal yang bersifat strategis.

Page 30: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

30

Jika di dalam Perdes/Peraturan Bersama Kades/Peraturan Kades memuatmateri muatan yang banyak harus memperhatikan cara melakukan tabulasiatau melakukan perincian.

Contoh bentuk tabulasi :

Pasal 10(1) ………………………………………………………………………….(2) …………………………………………………………………………..

Pasal 10(1) ………………………………………………………………………….(2) …………………………………………………………………………

a. ……………………………………….;b. ……………………………………….; (dan, atau, dan/atau)c. ………………………………………. .

Pasal 10(1) …………………………………………………………………………(2) ………………………………………………………………………….

a. ……………………………………………;b. ……………………………………………; (dan, atau, dan/atau)c. ……………………………………………;

1. ………………………………….;2. …………………………………..; (dan, atau, dan/atau)3. …………………………………... .

Pasal 10(1) …………………………………………………………….(2) …………………………………………………………….

a. ……………………………………………;b. ……………………………………………; (dan, atau, dan/atau)c. ……………………………………………;

1. ……………………………………….;2. ………………………………………; (dan, atau, dan/atau)3. ……………………………………….;

a) ……………………………………;b) ……………………………………; (dan, atau, dan/atau)c) ……........................................... .

Pasal 10(1) …………………………………………………………….(2) …………………………………………………………….

a. ……………………………………………;b. ……………………………………………; (dan, atau, dan/atau)c. ……………………………………………;

1. ……………………………………….;2. ………………………………………; (dan, atau, dan/atau)3. ……………………………………….;

a) ……………………………………;b) ……………………………………; (dan, atau, dan/atau)c) ……........................................... .

Page 31: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

31

1) ……………………………………..;2) …………………………………….; (dan, atau, dan/atau)3) ………………………………..…... .

Beberapa penggunaan kata yang perlu diperhatikan dalam perumusannorma dalam Batang Tubuh Peraturan Perundang-undangan (termasukProduk Hukum di Desa).

Kata-kata tersebut sebagai berikut: Kata “DAN” menyatakan sifat KUMULATIF (bermakna seluruhnya). Kata “ATAU” menyatakan sifat ALTERNATIF (bermakna pilihan). Kata “DAN / ATAU” menyatakan sifat KUMULAIF sekaligus ALTERNATIF

(bermakna bisa seluruhnya, bisa pilihan). Kata “BERHAK” menyatakan adanya suatu hak. Kata “BERWENANG” menyatakan pemberian kewenangan kepada

seseorang atau lembaga. Kata “DAPAT” menyatakan sifat diskresioner dari suatu kewenangan yang

diberikan kepada seorang atau lembaga. Kata “WAJIB” menyatakan adanya suatu kewajiban yang telah ditetapkan.

Jika kewajiban tersebut tidak dipenuhi, yang bersangkutandijatuhi sanksi. Kata “HARUS” menyatakan pemenuhan suatu kondisi atau persyaratan

tertentu. Jika keharusantersebuttidak dipenuhi, yang bersangkutan tidakmemperoleh sesuatu yang seharusnya akan didapat seandainya iamemenuhi kondisi atau persyaratan tersebut.

Kata “DILARANG” menyatakan adanya larangan.

IV.1.4. Teknik Menyusun Ketentuan Peralihan:

Ketentuan Peralihan memuat penyesuaian pengaturan tindakan hukumatau hubungan hukum yang sudah ada berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang lama terhadap Peraturan Perundang-undangan yang baru,yang bertujuan untuk:a. menghindari terjadinya kekosongan hukum;b. menjamin kepastian hukum;c. memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang terkena dampak

perubahan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dand. mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau bersifat sementara.

Contoh perumusan:Pada saat Peraturan Desa ini mulai berlaku, semua pengurus BadanUsaha Milik Desa Sejahtera yang dibentuk berdasarkan PeraturanDesa Sejahtera Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan Usaha MilikDesa Sejahtera tetap melaksanakan tugas sampai dengan dibentukyang baru menurut Peraturan Desa ini.

IV.1.5.Teknik Menyusun Ketentuan Penutup:

Page 32: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

32

Ketentuan Penutup ditempatkan dalam bab terakhir. Jika tidak diadakanpengelompokan bab, Ketentuan Penutup ditempatkan dalam pasal ataubeberapa pasal terakhir.

Pada umumnya Ketentuan Penutup memuat ketentuan mengenai:a. penunjukan organ atau alat kelengkapan yg melaksanakan peraturan

perundang-undangan (Perdes/Peraturan Kades/ Peraturan BersamaKades).

b. nama singkat peraturan perundang-undangan (Perdes/Peraturan Kades/Peraturan Bersama Kades).

c. status peraturan perundang-undangan (Perdes/Peraturan Kades/ PeraturanBersama Kades) yang sudah ada, apakah masih berlaku atau dinyatakandicabut.

a. saat mulai berlaku peraturan perundang-undangan (Perdes/PeraturanKades/ Peraturan Bersama Kades)

Contoh perumusan:

Pasal 23Pada saat Peraturan Desa ini mulai berlaku, Peraturan Desa PadingkianNomor 15 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan JangkaMenengah Desa Padingkian Tahun 2010-2016 (Lembaran DesaPadingian Tahun 2010 Nomor 15) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 16Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Atau :

Pasal 16Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2016.

IV.1.6. Teknik Menyusun Penutup:

Penutup merupakan bagian akhir peraturan perundang-undangan yg memuat:a. rumusan perintah pengundangan & penempatan peraturan perundang-

undangan (Perdes/Peraturan Kades/Peraturan Bersama Kades) dalamLembaran Desa atau Berita Desa;

Perdes diundangkan dalam Lembaran Desa Perdes/Peraturan Kades/Peraturan Bersama Kades diundangkan dalam

Berita Desa.

b. penandatanganan pengesahan atau penetapan peraturan perundang-undangan (Perdes/Peraturan Kades/Peraturan Bersama Kades).

c. pengundangan atau penetapan peraturan perundang-undangan(Perdes/ Peraturan Kades/Peraturan Bersama Kades)

d. akhir bagian penutup

Page 33: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

33

Perumusan perintah pengundangan:

Contoh 1 yang benar:

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Lembaran DesaGonggong.

Contoh 2 yang keliru:

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Kepala Desa ini dengan penempatannyadalam Berita Desa Dodung.

Penandatangan pengesahan atau penetapan peraturan perundang-undanganmemuat :a. Tempat dan tanggal pengesahan atau penetapanb. Nama jabatanc. Tanda tangan pejabat; dand. nama pejabat yg menandatangani, tanpa gelar, pangkat, golongan dan NIP

Rumusan tempat dan tanggal pengesahan atau penetapan peraturanperundang-undangn diletakkan di sebelah kanan. Nama jabatan dannamapejabat ditulis dgn huruf kapital. Pada akhir nama jabatan diberi tanda koma.(sesuai angka 165 & 166 Lampiran II UU 12 Tahun 2011).

Contoh :Ditetapkan di Tolise Ubonopada tanggal 1 April 2017

KEPALA TOLISE UBONO,

tanda tangan

ADBUL RAHMAN, S.Sos

Pengundangan peraturan perundang-undangan memuat :a. Tempat dan tanggal pengundangan;b. Nama jabatan yg berwenang mengundangkan;c. Tanda tangan;d. Nama lengkap pejabat yg menandatangani, tanpa gelar, pangkat,

golongan, dan NIP.

Tempat tanggal pengundangan peraturan perundang-undangan diletakkan disebelah kiri (di bawah pendandatanganan pengesahan atau penetapan).

Nama jabatan dan nama pejabat diulis dengan huruf kapital. Pada akhir namajabatan diberi tanda baca koma. (Angka 169 Lampiran II UU 12/2011).

Pada akhir bagian penutup dicantumkan Lembaran Desa atau Berita Desa(Lampiran PERMENDAGRI 111 Tahun 2014).

Page 34: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

34

Contoh:Ditetapkan di Tolise Ubonopada tanggal 1 April 2017

KEPALA TOLISE UBONO,

tanda tangan

ADBUL RAHMAN, S.Sos

Diundangkan di Tolise Ubonopada tanggal 14 April 2017

SEKRETARIS DESA TOLISE UBONO,

tanda tangan

AHMAD YASIN, SHNIP. 19720212 20111002

LEMBARAN DESA TOLISE UBONO TAHUN 2017 NOMOR 15

IV.1.7.Teknik Menyusun Lampiran:

Dalam hal Perat perUUan memerlukan lampiran, hal tsb hrs dinyatakandlm Batang Tubuh dan bahwa lampiran dimaksud merupakan Bagianyang tidak terpisahkan dari Perat perUUan. (Angka 192 Lampiran II UU12/2011)

Lampiran dapat memaut antara lain uraian, daftar, tabel, gambar, petadan sketsa. (Angka 192 Lampiran II UU 12/2011)

Dalam hal lampiran perat perUUan memerlukan lebih dari 1 lampiran, tiaplampiran harus diberi nomor urut dgn menggunakan angka Romawi(Angka 193 Lampiran II UU 12/2011)

Judul Lampiran ditulis seluruhnya dgn huruf kapital yg diletakan di tengahmarjin tanpa diakhiri tanda baca (Angka 195 Lampiran II UU 12/2011)

Nama Lampiran ditulis seluruhnya dgn huruf kapital yg diletakan di tengahmarjin tanpa diakhiri tanda baca (Angka 196 Lampiran II UU 12/2011)

Contoh rumusan angka 195 & 196 Lampiran II UU 12/2011 :

LAMPIRAN IPERATURAN MANSALEANNOMOR 13 TAHUN 2016TENTANGRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESAMANSALEAN TAHUN 2015 - 2021

Page 35: TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN DESA TENTANG BUMDES DAN

35

DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESAMANSALEAN TAHUN 2015 – 2021 (judul lampiran)

Pada halaman terakhir tiap lampiran harus dicantumkan nama dan tandatangan pejabat yg mengesahkan atau menetapkan Perdes/PeraturanBersama Kades/Peraturan Kades, ditulis dengan huruf kapital diletakkandi sudut kanan bawah dan diakhiri dgn tanda baca koma setelah namapejabat yg mengesahkan atau menetapkan tersebut.

Contoh :KEPALA DESA MANSALEAN,

tanda tangan

SALAM LAMANGKAU

V. HURUF PERATURAN

Naskah peraturan perundang-undangan (termasuk Perdes, Peraturan Kades,Peraturan Bersama Kades dan Keputusan Kades ) diketik dengan jenis hurufbookman old style, dengan huruf 12, di atas kertas f4.