40
MAK :1800.012.017 PROPOSAL PENELITIAN TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA BAKU MUTU TANAH UNTUK PENINGKATAN KUALITAS TANAH DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA PANGAN Dr. Irawan BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

i

MAK :1800.012.017

PROPOSAL PENELITIAN

TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA BAKU MUTU TANAH

UNTUK PENINGKATAN KUALITAS TANAH DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN MENDUKUNG

PROGRAM SWASEMBADA PANGAN

Dr. Irawan

BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2014

Page 2: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

ii

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL RPTP : Teknologi Pemulihan Lahan dan Penyusunan Kriteria

Baku Mutu Tanah untuk Peningkatan Kualitas Tanah

dan Produktivitas Tanaman Mendukung Program

Swasembada Pangan

UNIT KERJA : Balai Penelitian Tanah

ALAMAT UNIT KERJA : Jl. Tentara Pelajar No.12, Bogor

SUMBER DANA : DIPA/RKAKL Satker: Balai Penelitian Tanah

Tahun Anggaran 2014

STATUS PENELITIAN : Lanjutan &Baru

PENANGGUNGJAWAB PROGRAM :

a. Nama : Dr. Irawan

b. Pangkat/Golongan : Pembina Muda/IV C

c. Jabatan Fungsional : Peneliti Madya

LOKASI : Jawa Barat, Banten, DI Yogjakarta/Jawa Tengah,

Lampung, Nusa Tenggara Barat, Lampung, Riau,

Kalimantan Selatan

AGROEKOSISTEM : Lahan kering

TAHUN MULAI : 2013

TAHUN SELESAI : 2015

OUTPUT TAHUNAN : Informasimengenaipengaruhmanajemenpengelola

anlimbahpertanian, penggunaanpupukdanpembenahtanahterhadapperubahansifat-sifattanahdanproduksitanamanpadi di lahansawahterdegradasi

Informasisifat-sifattanahpadalahanlahanbekaspertambanganbatubara

Informasi data cadangankarbonpadaberbagaisistimusahatani di lahankeringmasamberiklimbasah.

Baku mutuhayatitanahpadalahansawah

Baku mututanahpadalahankeringberbahanindukbatuanvulkanikdankapur.

OUTPUT AKHIR : Satupaketteknologipengelolaanlimbahpertanian,

penggunaanpupuk NPK danhayatiuntukpemulihanproduktivitaslahansawah yang terdegradasi

Komponenteknologirehabilitasilahanbekastambangbatubara

Strategipengelolaanlahanusahatani yang

Page 3: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

iii

berkelanjutan, rendahemisi GRK, efisienkarbondanproduktivitastinggi

Baku mutuhayatitanahpadalahansawahdanbakumututanahpadalahankeringberbahanindukbatuanvulkanikdankapur.

BIAYA PENELITIAN : Rp 685.500.000,- (Enam ratus delapan puluh lima

juta lima ratus ribu rupiah)

Koordinator Program

Dr. Neneng L. Nurida NIP. 19631229 199003 2 001

Penanggung JawabRPTP

Dr. Irawan NIP. 19581128 1983031 002

Mengetahui,

Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian

Dr. Muhrizal Sarwani, M.Sc NIP. 19600329 198403 1 001

Kepala Balai Penelitian Tanah

Dr. Ali Jamil, MP NIP. 19650830 199803 1 001

Page 4: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

iv

RINGKASAN USULAN PENELITIAN 1 Judul RPTP : Teknologi Pemulihan Lahan dan Penyusunan Kriteria

Baku Mutu Tanah untuk Peningkatan Kualitas Tanah

dan Produktivitas Tanaman Mendukung Program

Swasembada Pangan

2 Nama dan Alamat Unit Kerja : Balai Penelitian Tanah

Jl. Tentara Pelajar No. 12. Cimanggu, Bogor 3 Sifat Usulan Penelitian : Lanjutan dan Baru

4 Penanggungjawab : Dr. Irawan

5 Jastifikasi : Degradasi tanah adalah proses terganggunya salah satu atau lebih fungsi lingkungan yang melekat pada tanah. Fungsi tersebut meliputi tanah sebagai sarana penghasil biomassa, penyaring, penyangga, pentransformasi (air, hara, polutan), habitat hayati, sumber genetik, dan lainnya. Praktek pertanian yang hanya mengandalkan penggunaan agrokimia secara terus menerus dapat mengakibatkan degradasi lahan sawah. Praktek pertanian yang kurang tepat khususnya penanaman secara monokultur, pengolahan tanah intensif, pengangkutan biomassa tanaman ke luar lahan secara terus menerus, penggunaan air irigasi dan pupuk/pestisida yang kurang tepat serta adanya zat polutan merupakan penyebab degradasi tanah. Degradasi lahan sawah juga dapat disebabkan oleh adanya instrusi air laut sehingga salinitas tanah sawah meningkat dan tidak cocok untuk budidaya padi sawah. Pengaruh intrusi air laut terhadap usahatani padi sawah diperkirakan akan meningkat sejalan dengan dampak perubahan iklim melalui peningkatan muka air laut (sea level rise). Hal ini dapat mengganggu pencapaian target produksi padi nasional dan stok beras sebesar 10 juta ton pada tahun 2014. Oleh karena itu diperlukan teknologi pemulihan lahan terdegradasi tersebut dengan memanfaatan sumberdaya pertanian yang dapat mempertahankan keberlangsungan produk-tivitas tanah yang tinggi dan berkesinambungan, baik melalui pemanfaatan bahan organik in-situ maupun pembenah tanah dan input produksi lainnya. Ketersedian lahan untuk usaha pertanian semakin menyusut akibat alih fungsi lahan pertanian. Pemanfaatan lahan bekas tambang untuk usaha pertanian merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menjadi solusi mengatasi masalah kekurangan lahan. Lahan bekas penambangan batubara umumnya padat, miskin bahan organik dan

Page 5: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

v

unsur hara, mengandung logam berat, dan kehidupan mikro-organisme sangat terbatas. Dengan demikian kondisi sifat fisik, kimia dan biologi tanah bekas tambang batubara kurang mendukung untuk usaha pertanian. Oleh karena itu diperlukan upaya peningkatkan kualitas lahan bekas tambang untuk dijadikan usaha pertanian. Konservasi karbon tanah berpotensi meningkatkan daya adaptasi pertanian terhadap pengaruh perubahan iklim dan sekaligus meningkatkan cadangan karbon tanah, terutama dalam bentuk bahan organik. Bahan organik tanah berperan sebagai sumber unsur hara, penstabil agregat dan pengikat kation-kation atau unsur hara. Pengembangan sistem pertanian yang diintegrasikan dengan ternak, selain meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan, juga akan menurunkan emisi GRK dan meningkatkan kualitas lingkungan, karena ada saling sinergi antara usaha pemeliharaan ternak dengan budidaya tanaman (padi dan/atau palawija). Integrasi ternak dan tanaman pangan akan menghasilkan: (a) pupuk organik dan pembenah tanah berupa kompos kotoran hewan dan sisa tanaman, (b) bahan bakar terbarukan berupa biogas (CH4), biochar dan bahan bakar padat lainnya, dan (c) penurunan emisi GRK melalui pengurangan penggunaan pupuk dan fosil fuel tingkat rumah tangga. Mengingat hal itu maka diperlukan penelitian mengenai pengelolaan lahan pada berbagai sistem usahatani berbasis efisiensi karbon. Pengelolaan lahan usahatani yang intensif, misalnya dicirikan oleh penggunaan pupuk anorganik dan pestisida kimia akan menekan perkembangan populasi organisme heterotrof, terutama fauna tanah. Populasi organisme tanah didominasi oleh mikro-organisme yang memiliki kemampuan merombak bahan organik dengan semakin cepatnya penurunan kandungan bahan organik tanah dan tingginya emisi CO2 sehingga fauna tanah semakin tertekan. Hilangnya peranan organism tanah dalam daur hara di dalam tanah akan semakin mempercepat laju degradasi tanah. Mengingat pentingnya peranan populasi hayati tanah maka perlu ditetapkan ambang batas populasi hayati tanah sebagai indikator tanah lahan sawah telah terdegradasi. Balai Penelitian Tanah sudah meneliti baku mutu tanah pada lahan pertanian berbahan induk sedimen. Berdasarkan hasil tersebut baku mutu tanah untuk

Page 6: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

vi

mempertahankan sifat fisika dan kimia tanah, serta produksi jagung dalam kondisi optimum, kandungan C-organik berada pada kisaran 1,7% - 2,3% atau setara dengan kandungan bahan organik tanah sebesar 2,9 – 4,0. Lahan kering yang berasal dari bahan induk vulkanik dan kapur di Indonesia relatif luas. Pada lahan tersebut diperlukan identifikasi dan penilaian beberapa parameter sifat kimia, fisika dan biologi tanah yang peka terhadap perubahan akibat pengelolaan lahan dalam suatu sistem usahatani. Baku mutu tanah merupakan suatu konsep penilaian kualitas tanah (kimia, fisika dan biologi tanah) yang dapat menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan suatu produk atau hasil pertanian secara optimal dan berkelanjutan. Penelitian penyusunan kriteria beberapa parameter sifat kimia dan fisika tanah diharapkan akan memberikan informasi tentang kapasitas tanah untuk menyediakan media tumbuh bagi tanaman secara optimal.

6 Tujuan

a. Jangka Pendek : 1. Mendapatkan teknologi pemulihan kesuburan tanah sawah terdegradasi akibat pengelolaan yang intensif.

2. Mengidentifikasi lahan bekas tambang batubara dan mendapatkan komponen teknologi rehabilitasinya untuk pemanfaatan usaha pertanian.

3. Mendapatkan teknologi pemulihan kualitas lahan sawah terdegradasi akibat intrusi air laut, dan memulihkan fungsi produksi lahan sawah sebagai penghasil padi/beras

4. Menganalisa pola input dan output karbon pada manajemen/pengelolaan usahatani yang berbeda, dan mengevaluasi siklus karbon pada sistem usahatani dalam kaitannya dengan life cycle carbon.

5. Mendapatkan informasi mengenai populasi dan jenis organisme hayati tanah sebagai indikator ambang batas hayati tanah sawah terdegradasi.

6. Mendapatkan informasi mengenai besarnya nilai beberapa parameter sifat fisika dan kimia tanah pada lahan pertanian berbahan induk batuan vulkanik dan kapur/gamping untuk tanaman semusim.

b. Jangka Panjang : 1. Mendapatkan teknologi pengelolaan lahan usahatani yang dapat meningkatkan produktivitas lahan, efisien karbon, rendah emisi GRK serta teknik pemulihan lahan terdegradasi.

Page 7: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

vii

2. Menyusun strategi pengelolaan lahan (lahan sawah dan lahan kering) untuk usahatani yang berkelanjutan, dengan produktivitas tinggi, rendah emisi GRK, dan efisien karbon.

7 Luaran yang diharapkan

a. Jangka Pendek : 1.Teknologi pemulihan kualitas lahan sawah terdegradasi akibat pengelolaan yang intensif dan instrusi air laut

2.Teknologi rehabilitasi lahan bekas tambang batubara untuk usaha pertanian

3.Informasi input dan output karbon pada pengelolaan lahan kering masam.

4.Informasi populasi dan jenis hayati tanah sebagai indikator tanah sawah terdegradasi.

5.Informasi besarnya nilai beberapa parameter sifat kimia dan fisika tanah yang berasal dari bahan induk vulkanik dan kapur/gamping untuk tanaman semusim.

b. Jangka Panjang : 1. Teknologi pengelolaan pemulihan produktivitas tanah terdegradasi.

2. Strategi pengelolaan lahan untuk usahatani berkelanjutan dengan produktivitas tinggi dan efisien karbon.

3. Batas ambang indikator tanah sawah terdegradasi dari aspek hayati tanah

4. Baku mutu tanah lahan kering berbahan induk vulkanik dan kapur

8 Outcome : Meningkatnya kualitas tanah dan produktivitas tanaman dan mengembangkan pertanian efisien karbon.

9 Sasaran akhir : Ketahanan pangan dan mitigasi degradasi lahan, serta efisien karbon dari lahan usaha tani.

10 Lokasi penelitian : Nusa Tenggara Barat, Banten, Jawa Barat, DI Yogjakarta/Jawa Tengah, Lampung, Riau, dan Kalimantan Selatan

11 Jangka waktu : Mulai T.A. 2013, berakhir T.A. 2015

12 Sumber dana : DIPA/RKAKL Satker: Balai Penelitian Tanah T.A. 2014

Page 8: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

viii

SUMMARY

1 Title of RPTP : Land Restoration and Preparation of Soil Quality Standards to Increase Soil Quality and Crop Productivity to Support Food Self-Sufficiency Program

2 Implementation unit

: Indonesia Soil Research Institute (ISRI) Jl. Tentara Pelajar No 12 A. Bogor 16123

3 Location : West Nusa Tenggara, Banten, West Java, Lampung, Riau, South Kalimantan, DI Yogjakarta/Central Java

4 Objective :

a. Short term : 1.To obtain soil restoration technologies for degraded paddy soils mainly caused by intensification.

2.To identify coal mined land rehabilitation and obtain component technologies of mined lands for agriculture use.

3.To obtain soil restoration technology for degraded paddy soils, mainly caused by sea water intrusion or salinity.

4.To analyze input and output patterns of carbon management on different farm management, and evaluating the energy cycle in farming systems in relation to the carbon life cycle.

6.To obtain information about population and type of soil organisms as biological indicators of biological threshold degraded paddy soil.

7. To obtain information about the value of some soil chemical and physical parameters on secondary crops land with soil parent material of volcanic and limestone

b. Long term : 1. To obtain land management technology that can increase soil quality, improve crops productivity, carbon efficient, low GHG emissions and degraded land restoration techniques.

2. To formulate strategy on land management for sustainable farming, with high productivity, low GHG emissions, and carbon efficient.

5 Expected output

a. Short term : 1. Technology of soils restoration to increase soil productivity on degraded paddy field caused by intensification and sea water intrusion.

2. Technology of coal mined land rehabilitation for agricultural land purposes.

3. Land management strategies for sustainable farming with high productivity and carbon efficient.

4. Biological threshold indicator of degraded paddy soil 5. Soil quality standards for dry land on soil parent materials

of volcanic and limestone. b. Long term : 1. Technology of soil restoration and land rehabilitation to

increase soil productivity and crop yield. 2. Land management strategic for sustainable farming

Page 9: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

ix

systems with high productivity and carbon efficient.

6 Description of methodology

: Research activities consist of: 1. Research on degraded paddy soils restoration due to

intensification by managing in-situ agricultural wastes. The research will be carried out in two activities: a) Reseach of rice straw management for improving

productivity of paddy fields. The treatment will be set at randomized block design, with 12 treatments and 3 replications. The treatments are: 1. Control (without rice straw), 2. Straw is returned in the form of compost-1, 3. Straw is returned in the form of compost-2, 4. Straw is returned in the form of compost-1 + bio fertilizer, 5. Straw is returned in the form of compost-2 + bio fertilizer, 6 Spread fresh straw and composted in situ (decomposers 1 / solid), 7. Spread fresh straw and composted in situ (decomposers 1 /liquid), 8. Spread fresh straw and composted in situ (decomposers 1 / solid) + bio fertilizer, 9. Spread fresh straw and composted in situ (decomposers 1 /liquid) + bio fertilizer, 10. Fresh straw, 11. Straw burning, 12. Manure.

b). Research for fertility recovery of degraded paddy fields. The research will be set at randomized block design with 8 treatments and 3 replications. The treatments are: 1. Control (without input), 2. NPK recommendation, 3. NPK recommendation + composted straw by decomposers 1, 4. NPK recommendation + composted straw by decomposers 2, 5. NPK recommendation + fresh straw, 6. 75 % NPK recommendation + composted straw (decomposers 1), 7. 5 % NPK recommendation + composted straw (decomposers 2), 8. 75 % NPK recommendationn + fresh straw.

Parameters observed including soil properties before and after planting seasons, agronomic indicators and crop yield.

2. Research on rehabilitation of ex-coal mining land to increase

soil quality and crop productivity. This research will be conducted in ex-coal mining land in South Kalimantan. The field experiment will be set at randomized block design with 7 treatments and 3 replications.

Parameters observed including soil properties before and after planting seasons, agronomic indicators and crop yield.

3. Research on restoration of degraded paddy fields due to sea

water intrusion to support the improvement of land quality. This research will be carried out by using factorial experiment design with two factors and 3 replications. The factors consist of irrigation water sources and soil conditioners use. The source of water comes from agricultural well and river. The treatment of soil conditioners are control (without soil conditioner), gypsum 5 t/ha, SP50

Page 10: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

x

soil conditioner 15 t/ha, Volcanors (S424) 15 t/ha, SP50 15 t/ha enriched by micro organism, and S424 15 t/ha enriched by micro organism.

Parameters observed including soil properties, especially nutrients leaching, agronomic indicators and crop yield.

4. Research In Various Efficiency Carbon-Based Farming

Systems to support Sustainable and Environmentally Agricultural Systems. This research consist of two activities, namely: (1) Evaluation of the influence of bio-char, bio-fertilizers, and animal waste compost organic matter to carbon uptake, productivity of land / crop, and the input and output of carbon in maize farming system in upland acid soils, at the experimental garden of (KP) Tamanbogo, East Lampung, and (2) Evaluation of carbon dynamics (input, uptake and utilization), crop productivity, and energy use in a variety of farming systems that exist in KP Tamanbogo. At least there are 6 farming systems to study.

Parameters observed including carbon sequestration, carbon dynamics, crops yield and farming analysis.

5. Research on critical point of biological soil quality on

degraded paddy fields to support sustainable food self-sufficiency program. This research is a survey on 6 selected center of rice production areas, which have high yield of rice (> 8 t/ha), medium or average yield of rice (6-8 t/ha) and low yield of rice (< 4 t/ha).

Parameters observed including soil properties, vegetative and generative phase of crop growth, and population of microorganism.

6. Research on preparation of standard soil quality criteria in

dry land on some soil parent materials to support sustainable agriculture. This research consists of desk study and field survey activities. The desk study will focus on soil mapping results in the agricultural area which consist of dry land with soil parent materials of volcanic and limestone. The results of desk study will guide to determine of site for field survey. During the field survey soil composite samples will be taken and farmers will be interviewed to know farming management and crops yield. Soil samples then analyzed in soil laboratory to measure soil physical and chemical properties.

Parameters observed including soil properties, crops yield, and farming inputs related to fertilizers used by farmers.

7 Duration : 3 Year; FY 2013/FY 2015

8 Budget/fiscal year : Rp. 685,500,000. (six hundred and eighty five millions, five hundred thousand rupiahs)

9 Source of budget : DIPA/RKAKL 648680 Indonesia Soil Research Institute (ISRI), Fiscal Year 2014

Page 11: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tantangan pembangunan pertanian masa depan terfokus pada upaya

mewujudkan dan sekaligus memantapkan ketahanan pangan nasional yang

berkelanjutan, meningkatkan kesejahteraan petani, serta menjaga keberlanjutan dan

kelestarian sumberdaya alam. Namun, dengan adanya fenomena alih fungsi lahan

dari pertanian ke non pertanian, dampak perubahan iklim yang tidak mendukung

produksi beras, dan kondisi lahan pertanian yang sudah mencapai kondisi leveling

off menyebabkan peningkatan produksi pangan, kususnya beras nasional tidak

mampu memenuhi kebutuhan penduduk. Ketidak cukupan produksi beras mulai

terjadi setelah era 1990-an dan pemerintah sering mengambil kebijakan untuk

mengimpor beras dari negara tetangga seperti Thailand, Vietnam, dan Kamboja.

Lakitan (2009) meramalkan bahwa peningkatan produksi pangan terutama beras

dimasa mendatang akan semakin sulit karena berkurangnya lahan subur di daerah

sentra produksi karena alih fungsi lahan sekitar 110.000 hektar/tahun, tenaga kerja

di sektor pertanian semakin langka, dan dampak negatif perubahan iklim bagi sektor

pertanian. Senada dengan hal tersebut, Menteri Riset dan Teknologi (2011)

menyatakan bahwa lahan pertanian pangan yang subur semakin berkurang luasnya

dan diestimasi pada tahun 2021 luas lahan tersebut hanya sekitar 18% dan

selebihnya merupakan lahan sub-optimal dengan kendala agronomis beragam

seperti miskin unsur hara, terlalu kering, berisiko banjir dan lain-lain.

Pada sisi lain, dalam konteks perubahan iklim, pertanian memiliki posisi yang

sangat dilematis. Kenaikan suhu rata-rata 1oC pada beberapa dekade terakhir telah

berpotensi menurunkan produksi pangan khususnya padi antara 8-10% bila tidak

dilakukan upaya adaptasi. Bagaimanapun, mewujudkan atau menjawab tantangan

dan masalah tersebut bukan merupakan hal yang mudah, karena Indonesia secara

geografis merupakan bagian dari ekosistem tropika basah yang tergolong sangat

rentan terhadap degradasi lahan. Tanah-tanah di daerah tropika basah merupakan

tanah yang rentan terhadap degradasi, selain disebabkan faktor alami juga akibat

campur tangan manusia, seperti pengelolaan usahatani yang intensif baik

pengolahan tanah maupun penggunaan pupuk dan obat-obatan kimiawi. Degradasi

Page 12: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

2

lahan akibat aktivitas penambangan adalah merupakan salah satu contoh dampak

negatif campur tangan manusia terhadap lahan.

Degradasi lahan adalah proses penurunan produktivitas lahan, baik yang

sifatnya sementara maupun tetap. Akibat dari terus berlanjutnya proses degradasi

lahan pada satu kawasan adalah munculnya areal - areal yang tidak produktif atau

dikenal sebagai lahan kritis. Lahan kritis pada dasarnya merupakan kondisi tanah

yang secara fisik telah terdegradasi (lapisan tanah atas/subur telah hilang),

hilangnya kesuburan tanah (unsur hara mineral), dan terbatasnya aktivitas biota

tanah, sehingga tumbuhan sangat sulit untuk mendapatkan unsur hara yang pada

akhirnya tidak mampu untuk berproduksi secara optimal. Di Indonesia luas lahan

terdegradasi mencapai 4.477.459 ha, seluas 1.777.679 mengalami degradasi berat

dan sisanya terdegradasi ringan-sedang (Anonim, 2011).

Degradasi lahan pada umumnya disebabkan oleh faktor alami dan campur

tangan manusia. Degradasi lahan dan lingkungan pertanian yang disebabkan oleh

ulah manusia atau karena ganguan alam masih terus berlanjut dan cenderung terus

semakin meningkat saat ini. Pada sisi lain, lahan-lahan produktif yang biasanya

digunakan untuk usaha pertanian semakin banyak beralih fungsi menjadi lahan non

pertanian, sehingga lahan yang dialokasikan untuk aktivitas pertanian semakin

berkurang. Dampak dari kesemuanya ini, alokasi lahan untuk pengembangan

budidaya pertanian bergeser ke lahan-lahan kritis dan terlantar, sehingga

memerlukan input tinggi dan biaya mahal untuk dapat menghasilkan produk pangan

yang berkualitas. Campur tangan atau ulah manusia baik secara langsung maupun

tidak langsung terlihat lebih berkontribusi besar terhadap terjadinya degradasi lahan

dibandingkan dengan pengaruh faktor alami. Faktor penyebab degradasi lahan

akibat campur tangan manusia secara langsung diantaranya adalah penambangan

dan eksploitasi berlebihan, termasuk penggunaan agro-kimia berlebihan.

Pembangunan berwawasan lingkungan menjadi suatu kebutuhan penting bagi

setiap bangsa dan negara yang menginginkan sumberdaya alamnya lestari. Oleh

sebab itu, kelestarian sumberdaya alam perlu dijaga dan dipertahankan untuk

kelangsungan hidup manusia saat ini, sekaligus untuk generasi yang akan datang.

Berkaitan dengan pentingnya pelestarian sumber daya alam, dalam skala global

sektor pertanian juga dituntut untuk dapat meningkatkan kepedulian terhadap

Page 13: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

3

adanya isu-isu yang saling terkait saat ini, yaitu mengenai degradasi lahan,

penurunan tingkat kesuburan tanah, pencemaran lingkungan, pemanasan global

atau emisi GRK, serta upaya mitigasi dan pemulihan dampak dari isu-isu tersebut.

Sistem pertanian yang dapat mencegah degradasi lahan dan memitigasi emisi

karbon atau GRK dalam skala tertentu (mikro sampai luas) mungkin sudah ada yang

diterapkan di Indonesia, namun sampai saat ini masih terbatas informasi akurat

yang menginformasikan sistim yang mana serta peranannya dalam mencegah

degradasi lahan dan/atau mengurangi emisi GRK dari aktivitas di bidang pertanian

tersebut. Bagaimanapun beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan potensi

pencegahan degradasi lahan dan mitigasi kehilangan karbon dari aktivitas pertanian

telah ada yang teridentifikasi, seperti: aplikasi teknik konservasi tanah dan air pada

wilayah DAS berpotensi menekan erosi, modifikasi sistim pengairan pada padi sawah

dan pengembalian jerami atau mulsa ke lahan dapat mengurangi emisi metan (CH4)

sampai 30% dan meningkatkan cadangan karbon tanah, sistim precession

agriculture dapat menghemat dan mengefisienkan penggunaan pupuk sehingga

menekan laju emisi, sistim pengolahan tanah konservasi berpotensi mensquestrasi

karbon organik tanah dan meningkatkan kesuburan sekaligus hasil pertanian pada

tanah-tanah terdegradasi. Dengan adanya pemanfaatan lahan sub-optimal untuk

usaha pertanian tersebut, maka memicu untuk merekayasa rakitan teknologi

pengelolaan lahan yang lebih komprehensif, efisien, dan berkelanjutan. Penelitian

pengelolaan unsur hara terpadu dilaporkan mampu memulihkan produktivitas lahan

yang sudah menurun akibat ketidak seimbangan pemanfaatan pupuk anorganik dan

organik (Adimihardja dan Adiningsih, 2000).

Konsep baku mutu tanah (soil quality standards) muncul dalam literatur pada

awal tahun 1990-an (Doran dan Safely, 1997 dan Wienhold et al., 2004). Konsep

tersebut disetujui oleh Soil Science Society of America Ad Hoc Committee on Soil

Quality (S-581) dan dibahas oleh Karlen et al. (1997). Baku mutu tanah didefinisikan

sebagai kemampuan/kapasitas tanah untuk berfungsi secara alami atau dalam

batas-batas pengelolaan ekosistem untuk mendukung produktivitas tanaman dan

ternak secara berkelanjutan, memelihara dan meningkatkan kualitas air dan udara

dan mendukung kesehatan manusia.

Konsep baku mutu tanah yang berkaitan dengan kesehatan dan kualitas

Page 14: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

4

tanah berkembang dengan meningkatnya pemahaman terhadap tanah dan kualitas

tanah (Karlen dan Stott, 1994). Karlen et al. (2003) dan Letey et al. (2003)

mengemukakan bahwa kualitas tanah berhubungan dengan fungsi tanah dalam

memberikan produktivitas tanah dan tanaman yang dibudidayakan. Masalah utama

yang dihadapi dalam menentukan baku mutu tanah adalah tanah mempunyai

banyak fungsi sehingga jika baku mutu tanah ditetapkan hanya berdasarkan suatu

fungsi dapat bertentangan dengan fungsi yang lain. Sebagai contoh tanah sebagai

fungsi produksi sangat memerlukan pemupukan untuk meningkatkan kesuburan

tanah sehingga produktivitasnya meningkat secara tajam, tetapi di pihak lain

pemupukan tersebut akan menurunkan mutu lingkungan berupa timbulnya

pencemaran air dan udara.

Baku mutu tanah yang berasal dari bahan induk batuan sedimen yang

ditentukan berdasarkan nilai dari beberapa parameter sifat kimia dan fisika tanah

telah dilakukan di wilayah DAS Citanduy, Jawa Barat (Kurnia et al., 2008),

sedangkan penyusunan baku mutu tanah berbahan induk batuan vulkanik dan kapur

masih belum dilakukan dan hal itu menjadi salah satu indikator kinerja utama (IKU)

Balai Penelitian Tanah yang harus dicapai pada tahun anggaran 2014.

1.2. Dasar Pertimbangan

Praktek pertanian yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah

dan air, dan mengandalkan penggunaan bahan kimia baik sebagai pupuk, pestisida

ataupun herbisida secara terus menerus dapat mengakibatkan degradasi lahan,

termasuk pada areal persawahan. Besarnya tingkat alih fungsi lahan pertanian

produktif menjadi penggunaan non pertanian dan semakin terbatasnya areal lahan

produktif yang dapat dikembangkan untuk usaha pertanian, telah memaksa kita

untuk menggunakan lahan-lahan yang kurang atau tidak produktif seperti lahan

bekas tambang batubara untuk upaya perluasan areal pertanian. Kondisi ini

diperkirakan dapat mengganggu program pencapaian target produksi pangan

nasional khususnya stok beras yang harus mencapai surplus 10 juta ton pada tahun

2014. Oleh karena itu diperlukan upaya dan teknologi yang dapat mencegah

semakin bertambahnya kerusakan lahan pertanian produktif dan/atau pemulihan

Page 15: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

5

lahan-lahan terdegradasi, baik akibat langsung ulah manusia (sosial-ekonomi)

maupun karena kondisi alam (biofisik).

Usaha pertanian pada lahan kering (upland) dan lahan sawah (paddy field)

berpotensi besar mengemisikan karbon dalam bentuk GRK terutama CO2, N2O dan

CH4. Emisi karbon ini berkaitan erat dengan manajemen usahatani khususnya

pengelolaan tata air, pemupukan, pengelolaan hasil dan residu tanaman, dan

pengolahan tanah yang dilakukan pada lahan pertanian tersebut. Pengembangan

sistem pertanian tanaman pangan (padi-palawija) yang diintegrasikan dengan ternak

selain dapat meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan petani, juga dapat

menekan emisi GRK dan meningkatkan kualitas lingkungan, karena ada saling

sinergi antara usaha pemeliharaan ternak dengan budidaya tanaman (padi dan/atau

palawija). Pada sistem seperti ini, budidaya tanaman pangan ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan pangan keluarga, sedangkan ternak sapi diperuntukkan

sebagai sumber tenaga kerja dan pendapatan. Integrasi ternak dan tanaman pangan

akan menghasilkan: (a) pupuk organik dan pembenah tanah berupa bahan untuk

pembuatan kompos dari kotoran hewan dan sisa tanaman, (b) bahan bakar

terbarukan berupa biogas (CH4) dari kohe, biochar dan bahan bakar padat lainnya

dari sisa/residu tanaman, dan (c) penurunan emisi GRK melalui pengurangan

penggunaan pupuk pada budidaya tanaman dan pengurangan penggunaan bahan

bakar fosil (fosil fuel) pada rumah tangga.

Balai Penelitian Tanah sudah meneliti baku mutu tanah pada lahan pertanian

berbahan induk sedimen, sedangkan pada lahan pertanian berbahan induk vulkanik

dan kapur gamping belum dilakukan. Selain itu baku mutu hayati tanah untuk

menentukan tingkat degradasi tanah pada lahan sawah mendesak diperlukan.

1.3. Tujuan

a. Jangka pendek (TA 2014)

7. Mendapatkan teknologi pemulihan kesuburan tanah sawah terdegradasi akibat

pengelolaan yang intensif.

8. Mengidentifikasi lahan bekas tambang batubara dan mendapatkan komponen teknologi

rehabilitasinya untuk pemanfaatan usaha pertanian.

Page 16: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

6

9. Mendapatkan teknologi pemulihan kualitas lahan sawah terdegradasi akibat intrusi air

laut, dan memulihkan fungsi produksi lahan sawah sebagai penghasil padi/beras

10. Menganalisa pola input dan output karbon pada manajemen/pengelolaan usahatani

yang berbeda, dan mengevaluasi siklus karbon pada sistem usahatani dalam kaitannya

dengan life cycle carbon.

11. Mendapatkan informasi mengenai populasi dan jenis organisme hayati tanah sebagai

indikator ambang batas hayati tanah sawah terdegradasi.

12. Mendapatkan informasi mengenai besarnya nilai beberapa parameter sifat fisika dan

kimia tanah pada lahan pertanian berbahan induk batuan vulkanik dan kapur/gamping

untuk tanaman semusim.

b. Jangka panjang

3. Mendapatkan teknologi pengelolaan lahan usahatani yang dapat meningkatkan

produktivitas lahan, efisien karbon, rendah emisi GRK serta teknik pemulihan

lahan terdegradasi.

4. Menyusun strategi pengelolaan lahan (lahan sawah dan lahan kering) untuk

usahatani yang berkelanjutan, dengan produktivitas tinggi, rendah emisi GRK,

dan efisien karbon.

1.4. Luaran yang diharapkan

a. Jangka pendek (tahun 2014)

1. Teknologi pemulihan kualitas lahan sawah terdegradasi akibat pengelolaan yang

intensif dan instrusi air laut

2.Teknologi rehabilitasi lahan bekas tambang batubara untuk usaha pertanian

3.Informasi input dan output karbon pada pengelolaan lahan kering masam.

4.Informasi populasi dan jenis hayati tanah sebagai indikator tanah sawah

terdegradasi.

5.Informasi besarnya nilai beberapa parameter sifat kimia dan fisika tanah yang

berasal dari bahan induk vulkanik dan kapur/gamping untuk tanaman semusim.

b. Jangka panjang

5. Teknologi pengelolaan pemulihan produktivitas tanah terdegradasi.

6. Strategi pengelolaan lahan untuk usahatani berkelanjutan dengan produktivitas tinggi

dan efisien karbon.

Page 17: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

7

7. Batas ambang indikator tanah sawah terdegradasi dari aspek hayati tanah

8. Baku mutu tanah lahan kering berbahan induk vulkanik dan kapur.

1.5. Perkiraan manfaat

Meningkatnya kualitas tanah terdegradasi dan produktivitas tanaman dan

mengembangkan pertanian efisien karbon untuk mendukung program ketahanan pangan

dan pertanian ramah lingkungan

Page 18: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

a. Kerangka Teoritis

Lahan sub-optimal (LSO) dapat didefinisikan sebagai lahan yang kurang dapat

mendukung berbagai kegiatan terkait dengan produksi pangan karena kekurangan

satu atau lebih unsur atau komponen pendukungnya seperti: lahan bekas tambang,

lahan pasang surut, lahan rawa, lahan kering masam. Menurut International Soil

Reference and Information Center (ISRIC) sekitar 46,4% tanah di Asia telah

terdegradasi dan mengalami penurunan produktivitas karena telah mengalami

kemunduran fungsi biologis tanah. Sebesar 15,1% tanah tersebut tidak bisa lebih

lama dipakai sebagai tanah pertanian karena telah kehilangan fungsi biologisnya.

Akibat pengelolaan hara yang kurang tepat serta tidak digunakannya bahan organik

sebagai salah satu input, mengakibatkan telah banyak terjadi penurunan kadar bahan

organik tanah, baik di lahan sawah maupun di lahan kering. Hasil kajian yang dilakukan

Kasno et al. (2003) menunjukkan bahwa sekitar 65% tanah sawah di indonesia berkadar c-

organik di bawah batas kritis (< 2%), dan hanya 35% yang berkadar c-organik > 2 %,

inipun terjadi pada lahan sawah yang bergambut. Hasil kajian Balai Penelitian Tanah

menunjukkan 49,5% lahan sawah beririgasi teknis di Kabupaten Karawang mempunyai

kadar bahan organik rendah dan rendah-sedang, 30,6% lahan sawah berkadar bahan

organik sedang-tinggi dan tinggi, serta sisanya (19,9%) berkadar bahan organik sedang.

Kadar bahan organik tanah berkorelasi positif dengan produktivitas tanaman padi sawah

dimana makin rendah kadar bahan organik makin rendah produktivitas lahan (Karama et al.,

1990).

Kondisi di lapangan saat ini, jerami padi belum optimum dimanfaatkan, jerami

lebih banyak ditumpuk di pematang dan dibakar, bahkan sebagian besar

penggunaan jerami padi bersaing dengan penggunaan lain seperti untuk pakan

ternak dan bahan pembuatan jamur. Sehingga pemanfaatan jerami padi hanya

berupa tunggul batang padi atau sisa hasil panen yang tertinggal di sawah. Pada sisi

lain, jerami sebenarnya berpotensi sebagai sumber C-organik bagi hayati tanah dan

sumber hara tanaman, dan secara berkala selalu tersedia. Pada umumnya, setiap

panen dihasilkan jerami rata-rata sebanyak 1,5 kali hasil gabah. Oleh karena itu

pengembalian jerami perlu dilakukan oleh para petani di setiap lahan sawah pada

Page 19: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

9

setiap musim tanam. Dengan demikian disadari atau tidak sebenarnya petani telah

menerapkan prinsip pengelolaan hara terpadu pada lahan sawahnya.

Ketepatan pengelolaan tanah juga akan memperbaiki komunitas hayati tanah,

sehingga dapat mengembalikan peranan hayati tanah bagi kesuburan tanah-

tanaman. Aktivitas berbagai komunitas hayati tanah seperti mikroorganisme,

mikroflora, dan fauna tanah saling mendukung bagi keberlangsungan proses siklus

hara, membentuk biogenic soil structure (Witt, 2004) yang mengatur terjadinya

proses-proses fisik, kimia, dan hayati dalam tanah. Berbagai mikroorganisme dapat

meningkatkan kesuburan tanah, melalui produksi berbagai senyawa penting, seperti

zat organik pelarut hara, fitohormon, dan antipatogen. Beberapa mikroba diazotorop

endofitik dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan melindungi strees

tanaman melalui hasil proses metabolisme seperti zat tumbuh alami, meningkatkan

ketersediaan hara dan bahan organik, sekresi senyawa antimikroba dan hama.

Kemampuan mikroba dalam menambat N2, melarutkan P tak tersedia menjadi

tersedia, menghasilkan zat tumbuh alami, merombak bahan organik, ini merupakan

sala satu peran penting mikroba dalam meningkatkan kesuburan tanah.

Limbah tanaman dari aktivitas usahatani seperti jerami atau biomasa lainnya

sebenarnya merupakan potensi sumberdaya pakan berserat yang sangat diperlukan

dan sesuai untuk ternak sapi dan ruminansia lainnya. Sebagai contoh, luas panen

padi sawah irigasi di Indonesia sekitar 12 juta ha setiap tahun, sehingga ada potensi

penyediaan jerami padi sebesar 48 juta t/tahun (Haryanto, 2009). Di banyak

daerah, limbah pertanian tanaman pangan seperti jerami padi tersebut, belum

dimanfaatkan sebagaimana mestinya, seperti sebagai sumber pakan ternak, bahkan

kebanyakan petani membakarnya. Hal ini berarti memaksa bahan organik atau

karbon hilang dari lahan, pada hal kalau dimanfaatkan untuk pakan ternak akan

memperpendek siklus karbon pada lahan tersebut, karena kotoran dari ternak yang

berasal dari tanaman tersebut dapat di kembalikan ke lahan.

Efektivitas dan efisiensi penggunaan pupuk juga sangat dipengaruhi oleh

kadar C-organik tanah. Kasno et al., (2003) mengemukakan bahwa kadar C-organik

lahan sawah intensifikasi yang berkadar < 2% sekitar 66%. Beberapa hasil

penelitian menunjukkan bawa penambahan jerami padi pada tanah tergenang dapat

meningkatkan ketersediaan N-NH4+ jauh lebih tinggi dibandingkan pemberian

Page 20: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

10

kompos jerami. Selanjutnya juga disampaikan bahwa pemberian bahan organik

(jerami padi dan kompos jerami padi) ke dalam tanah tergenang dapat

meningkatkan aktivitas enzim nitrogenase dalam penambat N2, sebagai sumber N

yang dapat digunakan tanaman padi pada fase generatif.

Sisa tanaman (jerami padi), hewan, atau juga sisa jutaan makhluk kecil yang

berupa bakteri jamur, ganggang, hewan satu sel, maupun banyak sel merupakan

sumber bahan organik yang sangat potensial bagi produktivitas tanah. Apabila

bahan tersebut dikelola dengan baik, akan sangat berguna untuk perbaikan sifat

fisik, kimia dan hayati tanah, dan sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap

lingkungan. Sebelum mengalami proses perombakan atau dekomposisi, sisa hewan

dan tumbuhan ini tidak berguna bagi tanaman, karena unsur hara masih terikat

dalam bentuk organik yang tidak dapat diserap oleh tanaman. Dengan adanya

dekomposisi, bahan organik akan dipecah menjadi bahan-bahan yang lebih

sederhana dan menyediakan unsur hara yang berguna bagi tanaman. Pirngadi

(2009) menyatakan bahwa penggunaan bahan organik dapat meningkatkan hasil

padi secara nyata (16%).

Disamping jerami padi, masih tersedia sisa tanaman jagung, kedelai, kacang

tanah, kacang hijau maupun ubi jalar dan ubi kayu. Data tahun 2006 menunjukkan

luas panen jagung mencapai 3,8 juta ha, kedelai 0,68 juta ha, kacang tanah 0,71

juta ha , kacang hijau 0,33 juta ha, ubi kayu 1,16 juta ha dan ubi jalar 0,17 juta ha

(BPS, 2006). Berdasarkan data tersebut Menurut Bamualim et al. (2008), limbah

tanaman pangan dapat menyediakan sekitar 86 juta ton bahan kering atau setara

dengan sekitar 60 juta ton bahan pakan berserat yang berpotensi untuk dijadikan

pakan ternak. Pada sisi lain, kebutuhan pakan berserat seekor sapi dewasa sekitar

20 kg/hari, atau setara dengan 7 t/tahun. Oleh karena itu potensi limbah tanaman

padi saja sebenarnyanya mampu mendukung kebutuhan pakan berserat untuk

sekitar 7 juta ekor sapi dewasa sepanjang tahun. Jumlah tersebut setara dengan

aset senilai Rp 35 trilliun, dengan asumsi harga sapi dewasa Rp 5 juta per ekor

(Haryanto, 2009).

Pupuk merupakan salah satu sarana produksi yang sangat penting dalam

upaya peningkatan produksi tanaman. Lahan sawah intensifikasi yang telah

dipetakan sebanyak 18 propinsi di Indonesia, sebagian besar berstatus P sedang dan

Page 21: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

11

tinggi (43 dan 40%), dan bersatatus K sedang dan tinggi (37 dan 51%). Berkaitan

dengan kondisi tersebut maka rekomendasi pemupukan padi sawah harus spesifik

lokasi sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman, misalnya untuk

pemupukan P dan K lahan sawah intensifikasi adalah 50-75 kg SP-36 dan 50 kg

KCl/ha.

Pemanfaatan pupuk hayati tanah bila dipadukan dengan penggunaan pupuk

anorganik merupakan inovasi teknologi yang paling tepat bagi usaha meningkatkan

dan mempertahankan produksi tanaman padi. Teknologi tersebut merupakan

teknologi yang ramah lingkungan, pengunaan pupuk anorganik yang efisien, dan

produktivitas berkelanjutan. Teknologi ini didasarkan atas penggunaan pupuk

anorganik secara rasional yaitu berdasarkan atas sifat tanah (terutama kadar hara)

dan kebutuhan tanaman, pemanfaatan hayati tanah unggul, dan penggunaan bahan

organik insitu.

Pemanfaatan lahan bekas penambangan untuk perluasan areal pertanian

merupakan salah satu alternatif pilihan karena semakin terbatasnya ketersediaan

lahan yang dapat dimanfaatkan saat ini. Namun, sebelum dimanfaatkan untuk usaha

pertanian, maka upaya reklamasi perlu dilakukan terlebih dahulu untuk

meningkatkan daya dukung dan daya gunanya bagi produksi biomas. Kondisi lahan

bekas tambang biasanya tidak berstruktur, dan memiliki tingkat kesuburan yang

rendah, kandungan bahan organik rendah sehingga aktivitas mikroba juga renda.

Pada lahan bekas tambang, permukaan lahan yang berupa timbunan berasal dari

lapisan tanah bawah yaitu berupa lapisan horizon C ataupun bahan induk . Dalam

kondisi tanah demikian tanaman pangan tidak mampu tumbuh dengan baik, karena

terbatasnya penetrasi akar ke dalam tanah untuk mendapatkan air dan nutrisi.

Akibat adanya pembentukan kerak (crust formation) dan peningkatan kekuatan

tanah ketika tanah menjadi kering pada lahan bekas tambang menyebabkan air

infiltrasi seperti curah hujan dan irigasi menjadi sulit menembus permukaan tanah

karena adanya penutupan pori, perkecambahan benih tanaman juga menjadi

terhambat.

Penurunan kualitas tanah diperkirakan akan terus terjadi dalam sistem

usahatani di lahan kering sehingga akan memberikan dampak negatif terhadap

keberlanjutan produktivitas pertanian dalam jangka panjang. Berkurang atau

Page 22: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

12

menurunnya produktivitas tanah, khususnya hasil/produk pertanian sangat

dipengaruhi oleh sifat-sifat tanahnya (fisik, kimia, dan biologi). Namun, parameter-

parameter sifat tanah apa dan berapa nilai parameter-parameter sifat tanah tersebut

dapat mencapai produktivitas yang optimal belum diketahui. Konsep klasifikasi

kesesuaian lahan dengan parameter-parameter sifat tanah sebagai kriteria dapat

digunakan sebagai dasar untuk mengetahui produktivitas lahan. Hasil penelitian

Markus Anda et al. (2004) mendapatkan bahwa tipe mineral liat, tekstur tanah,

kadar C-organik, dan kandungan P tanah, merupakan sifat-sifat tanah yang

menentukan potensi hasil jagung. Tanah dengan kandungan C-organik sekitar 2,5%

dapat mencapai separuh hasil atau produksi maksimum jagung.

b. Hasil-hasil Penelitian

Fenomena penurunan produktivitas lahan kering terjadi tidak saja di

Indonesia, tetapi juga berlangsung di negara-negara lain di Asia. Faktor utama

penyebab menurunnya produktivitas lahan tersebut diduga terkait erat dengan

penurunan bahan organik tanah. Hasil penelitian Badan Litbang Pertanian (2006)

menunjukkan bahwa hampir semua lahan kering di Indonesia memiliki kandungan

bahan organik rendah sampai sangat rendah (C<2%). Sejalan dengan temuan

tersebut, dugaan lainnya menyatakan bahwa penurunan produktivitas lahan kering

disebabkan oleh: (1) penurunan kuantitas dan kualitas bahan organik tanah, (2)

penurunan kecepatan penyediaan unsur hara terutama N, P, dan K kedalam bentuk

tersedia bagi tanaman, (3) penimbunan senyawa-senyawa toksik bagi tanaman, dan

(4) menurunnya ketersediaan hara di dalam tanah.

Sistem usaha tani yang umum berkembang saat ini dan sangat dianjurkan

adalah integrasi tanaman – ternak, sistem ini pada prinsipnya adalah

mengintegrasikan seluruh komponen usaha tani baik secara horizontal maupun

vertikal, sehingga tidak ada limbah yang terbuang (Dwiyanto dan Haryanto, 1999).

Sistem ini sangat ramah lingkungan dan mampu memperluas sumber pendapatan

dan menekan resiko kegagalan (Nitis, 1995; Adnyana, 2005). Sisa tanaman semusim

(tanaman pangan) berupa jerami, berpotensi dapat digunakan sebagai pakan ternak

yang baik. Pada sisi lain, limbah ternak berupa kotoran hewan (kohe) dapat

dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik tanah dan pupuk bagi tanaman.

Page 23: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

13

Semua limbah ternak dan pakan dapat diproses secara in-situ, untuk menghasilkan

gas-bio sebagai alternatif energi. Residu pembuatan gas bio ini, dalam bentuk

kompos merupakan sumber pupuk organik yang sangat dibutuhkan tanaman,

sekaligus menjadi pembenah tanah (soil amandement) (Haryanto, 2009).

Hasil penelitian Purwani et al. (2008) pada pengomposan pupuk kandang sapi

dengan menggunakan aktivator biodekomposer MDec dalam waktu 3 minggu

meningkatkan status hara K kompos dari 0,84% menjadi 3,51% dibandingkan pupuk

kandang sapi yang ditumpuk oleh petani selama 3-6 bulan kadar hara K mencapai

2,56%. Beberapa peneliti juga tela melaporkan bawa hasil pengomposan jerami

meningkatkan kandungan P, Ca, Mg total dan P, K, Ca, Mg larut air. Penggunaan

Trichoderma dan bakteri pada pengomposan dapat meningkatkan kandungan hara

kompos P2O5 dan K2O. Terliat jelas disini bahwa integrasi ternak dan tanaman pada

sistim usaha tani memberikan manfaat yang lebih bila dibandingkan dengan hanya

menggunakan tanaman.

Pada kondisi lain, inisiasi perakitan teknologi peningkatan produktivitas lahan

terdegradasi melalui pemanfaatan ameliorasi tanah, bahan organik dan pupuk hayati

juga telah dimulai pada dekade 1990-an. Pengembalian jerami ke petakan sawah

misalnya dapat menunda pemiskinan unsur hara K dan Si, seperti dilaporkan oleh

Adiningsih (1984) dengan mengembalikan jerami padi sebanyak 5 ton/ha/musim

dan dilakukan berturut-turut selama 4 musim tanam, selain dapat mensubstitusi

keperluan pupuk K, produksi padi juga meningkat melalui perbaikan sifat kimia

(peningkatan kadar C-organik, N, P, K, Mg, Si) dan fisika tanah berupa peningkatan

agregat. Secara kuantitatif, sumbangan unsur hara dari jerami tersebut setara

dengan 170 kg K, 160 kg Mg, 200 kg Si, dan 1700 kg C-organik/ha

Pengembalian jerami ke lahan sebanyak 5 ton/ha secara berturut-turut

selama 6 musim tanam pada tanah sawah Latosol Cicurug, Sukabumi dapat

meningkatkan hasil gabah menjadi 7 ton/ha. Selain itu, efisiensi pupuk N dan P juga

meningkat. Pada lokasi lainnya, lahan sawah intensifikasi di Sumatera Barat, dengan

pemberian jerami sebanyak 5 ton/ha kombinasi dengan pupuk N, P, dan K serta

dolomit dapat meningkatkan hasil gabah setinggi 40% atau setara dengan 1,7 ton

gabah/ha. Kemudian pengembalian jerami yang dikombinasikan dengan 5 ton

Page 24: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

14

pupuk kandang/ha bisa meningkatkan hasil padi sebanyak 1,0 ton/ha (Adiningsih,

1986).

Hasil kajian lain juga melaporkan bawa penggunaan kompos, pupuk NPK, dan

pupuk hayati pada sistim usaha tani memperlihatkaan hasil bahwa penggunaan

NPK-tunggal (berupa urea, SP-36, dan KCl), NPK 15-15-15, dan NPK 20-10-10

memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang relatif sama, tetapi penggunaan

NPK 30-6-8 memberikan pertumbuhan tanaman dan hasil padi yang paling rendah

(Balittanah, 2011). Sedangkan penggunaan pupuk hayati + kompos 2,5 t/ha + ½

(NPK)-rekomendasi pada sistem budidaya pengelolaan tanaman terpadu (PTT)

maupun konvensional (praktek petani) memberikan hasil nyata lebih tinggi

dibanding dengan yang hanya pemberian kompos 5 t/ha ataupun demikian pula

pada penggunaan mikroorganisme lokal (MOL) pada system rice intensification

(SRI). Informasi ini memberikan indikasi bahwa kombinasi penggunaan bahan

organik, pupuk hayati (mikroba yang unggul/hasil seleksi), dan pupuk anorganik ½

dosis rekomendasi pada tanah sawah merupakan kombinasi yang paling ideal bagi

budidaya tanaman padi sawah (Balittanah, 2011).

Pemanfaatan bahan organik berupa tanaman leguminosa yang

berkemampuan memfiksasi N udara seperti Crotalaria juncea, Azolla mycrophyla,

dan Sesbania rostrata pada lahan sawah menunjukkan peningkatan hasil padi yang

nyata. Pembenaman Sesbania rostrata (berumur 45 hari) yang tahan genangan dan

membentuk bintil pada batangnya dapat menyumbangkan biomas sekitar 12,5

ton/ha setara dengan 75 kg N/ha atau mensubstitusi lebih dari 50% takaran anjuran

Urea (Adiningsih, 1988). Demikian pula dengan Azolla mycrophyla yang

ditumbuhkan bersama-sama padi sawah dan dibenamkam secara berkala dapat

menyumbangkan sekitar 40 ton/ha biomas yang setara dengan 60 kg N/ha serta

meningkatkan KTK dan C-organik tanah (Prihatini dan Komariah, 1988).

Penggunaan pupuk hayati yang sedang berkembang pada usaha tani

saat ini adalah mikroba penambat nitrogen, pelarut fosfat, dan bioaktivator jerami.

Substansi yang dihasilkan oleh campuran bakteri penambat nitrogen dapat memicu

pertumbuhan akar tanaman padi (Saraswati et al., 1992). Bakteri diazotrop yang

berasosiasi dengan tanaman padi melalui penambatan nitrogen dapat memperbaiki

nutrisi N, produksi fitohormon, merubah fisiologi dan morfologi akar sehingga bisa

Page 25: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

15

meningkatkan biomasa akar dan lebih banyak mengekploitasi volume tanah,

meningkatkan serapan hara, pertumbuhan dan produksi tanaman (Bastian et

al.,1998).

Berkaitan dengan pemanfaatan lahan bekas tambang untuk usaha pertanian,

di daerah Perlang, Kabupaten Bangka Tengah, telah mulai menginisiasinya dengan

memanfaatkan lahan berupa semak dan sebagian lagi lahan yang telah direklamasi

dengan tanaman Acasia mangium. Kondisi lahan umumnya agak landai dengan

lereng 3-12%, permukaan tanah tidak teratur, tanah umumnya berpasir yaitu terdiri

dari campuran bahan induk dan bahan galian, tekstur pasir berlempung sampai

lempung liat berpasir. Pada lahan sawah yang baru dicetak tersebut perlu

penambahan bahan tanah berliat sebanyak 1.000 ton/ha dan bahan organik (pupuk

kandang) 10 ton/ha untuk media tumbuh tanaman padi. Dosis pupuk yang

direkomendasikan untuk padi sawah adalah 200 kg Superphos, 100 kg KCl, dan

1000 kg dolomit, dan pemberian urea awal sebanyak 100 kg/ha. (Subarja, et. al.,

2010 ). Varietas padi yang sudah dicobakan diantaranya adalah Inpara 3, Inpari 8,

dan Lambur. Hasil penelitian awal di lahan bekas tambang menunjukkan bahwa

varietas Ciherang mengalami keracunan besi tertinggi dengan jumlah daun kuning

sebanyak 10,88% dan jumlah akar yang berwarna coklat kemerahan sebanyak

53,33%, sedangkan tingkat keracunan besi yang terendah dialami oleh varietas

mendawak, dengan jumlah daun kuning sebanyak 6,43% dan jumlah akar berwarna

coklat kemerahan sebanyak 13,33%. Varietas Banyuasin, IR-64, dan Inpara 2

cukup baik dikembangkan dilahan sawah bekas galian timah dengan produktivitas

masing-masing sebesar 3,71t/ha; 3,13 t/ha; dan 2,88 t/ha. Peningkatan produksi

padi dilahan bekas galian timah dapat ditingkatkan melalui penambahan bahan

organik, kapur, pupuk anorganik dan perbaikan sistem pengairan ( Asmarhansyah,

et al. 2011).

Balai Penelitian Tanah sudah meneliti baku mutu tanah pada lahan pertanian

berbahan induk sedimen (Kurnia, et al., 2008). Berdasarkan hasil tersebut baku

mutu tanah untuk mempertahankan sifat fisika dan kimia tanah, serta produksi

jagung dalam kondisi optimum, kandungan C-organik berada pada kisaran 1,7% -

2,3% atau setara dengan kandungan bahan organik tanah sebesar 2,9 – 4,0 %.

Pada tanah Oxisols Mekarmukti kandungan atau peningkatan C-organik sangat nyata

Page 26: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

16

mampu mempertahan indeks kemantapan agregat dalam kelas sangat mantap,

tetapi pada tanah Alfisols peningkatan C-organik tersebut hanya mampu

mempertahankan indeks kemantapan agregat tanah dalam kelas tidak mantap atau

tidak berubah dari kondisi sebelumnya. Sumber bahan organic dapat berasal dari

pembenah tanah.

Pembenah tanah berbahan dasar bahan organic diantaranya adalah SP50

yang mengandung minimal 50% biochar dan sisanya kotoran hewan. Pembenah

tanah ini telah menunjukkan pengaruhnya terhadap perbaikan sifat fisika tanah

lahan kering, dan peningkatan kapasitas air tersedia tanah (Sutono dan Nurida,

2012). Pembenah tanah dengan bahan dasar abuvolkanik yang dibuat khusus untuk

lahan sawah adalah Volkanorfs (S532) yang terbuat dari campuran abuvolkanik,

fosfat alam, dan kompos jerami. Volkanorfs mampu mempertahankan produksi padi

di KP Tamanbogo (Sutono, et al. 2012). Abuvolkan mengandung banyak Ca dan S

(Suriadikarta, 2012). Unsur terakhir itulah yang diharapkan mampu mengikat Na

dan meloloskannya ke luar bidang perakaran.

Page 27: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

17

III. METODOLOGI PENELITIAN

1.1. Pendekatan/kerangka pemikiran

Penelitian ini terdiri atas enam kegiatan penelitian dengan status baru dan

lanjutan. Tujuan akhir kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas tanah dan

produktivitas tanaman pada lahan terdegradasi, serta mengurangi kehilangan karbon

dan/atau emisi GRK pada sistem usaha pertanian. Penggunaan teknologi yang tepat,

mudah dan sederhana dalam menekan laju degradasi lahan, pemulihan lahan

terdegradasi dan mengevaluasi dinamika dan keseimbangan karbon, serta

memprediksi kehilangan karbon dan/atau emisi GRK pada sistim usaha pertanian

merupakan faktor penting dalam manajemen usahatani yang berkelanjutan. Efisiensi

penggunaan pupuk, mengurangi penggunaan energi, dan manajemen pengelolaan

lahan dan residu tanaman yang tepat pada aktivitas usaha pertanian merupakan

upaya terukur yang dapat memitigasi degradasi lahan dan kehilangan karbon serta

emisi GRK dari sistem usaha pertanian.

3.2. Ruang lingkup kegiatan

Pada tahun anggaran 2014 RPTP berjudul “Teknologi Pemulihan Lahan dan

Penyusunan Kriteria Baku Mutu Tanah untuk Peningkatan Kualitas Tanah dan

Produktivitas Tanaman Mendukung Program Swa-sembada Pangan” terdiri atas

enam kegiatan penelitian dengan pendekatan desk work dan kegiatan lapangan.

Penjelasan singkat ke-enam kegiatan penelitian tersebut adalah sebagaimana uraian

di bawah ini.

1. Penelitian Pemulihan Lahan Sawah Terdegradasi dengan Pengelolaan Limbah Pertanian

In Situ Untuk Mendukung Optimalisasi Lahan Pertanian

Kegiatan penelitian akan dilaksanakan di Provinsi Banten dan Nusa Tenggara

Barat.

A. Penelitian pengelolaan jerami untuk meningkatkan produktivitas tanah sawah

Percobaan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok dengan 12 perlakuan

dan tiga ulangan. Perlakuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Kontrol (tanpa jerami)

2. Jerami dikembalikan dalam bentuk kompos-1

Page 28: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

18

3. Jerami dikembalikan dalam bentuk kompos-2

4. Jerami dikembalikan dalam bentuk kompos-1+ pupuk hayati

5. Jerami dikembalikan dalam bentuk kompos-2 + pupuk hayati

6. Jerami segar disebar dan dikomposkan in situ (dekomposer 1/padat)

7. Jerami segar disebar dan dikomposkan in situ (dekomposer 1/cair)

8. Jerami segar dibar dan dikomposkan in situ (dekomposer 1/padat) + pupuk

hayati

9. Jerami segar disebar dan dikomposkan in situ (dekomposer 1/cair) + pupuk

hayati

10. Jerami segar

11. Jerami dibakar

12. Pupuk kandang

B. Teknologi pemupukan dan pengomposan jerami untuk memperbaiki tanah

sawah terdegradasi

Kegiatan ini terdiri atas dua percobaan. Percobaan pertama dilaksanakan

dengan menggunakan rancangan acak kelompok, 8 perlakuan dan 3 ulangan.

Percobaan dilaksanakan selama satu musim tanam dengan susunan kombinasi

sebagai berikut:

1 Kontrol lengkap (tanpa input)

2 NPK rekomendasi uji tanah

3 NPK rekomendasi + jerami dikomposkan dengan dekomposer padat

4 NPK rekomendasi + jerami dikomposkan dengan dekomposer cair

5 NPK rekomendasi + jerami segar

6 75 % NPK rekomendasi + kompos jerami (dekomposer 1)

7 75 % NPK rekomendasi + kompos jerami (dekomposer 2)

8 75 % NPK rekomendasi + jerami segar

Sebagai pupuk dasar adalah Urea, SP-36, dan KCl. Dosis jerami segar adalah

5 ton/ha dan dosis pupuk kandang sebanyak 3 ton/ha. Parameter yang diamati

meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah setelah panen serta pengamatan tinggi

tanaman dan jumlah anakan, bobot gabah dan jerami.

Page 29: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

19

Percobaan kedua dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak

kelompok, 5 perlakuan dengan 3 ulangan. Percobaan dilaksanakan selama satu

musim tanam dengan susunan perlakuan sebagai berikut:

1. NPK rekomendasi

2. NPK + 2 ton kompos jerami

3. NPK + 2 ton pupuk kandang

4. 75% NPK + 2 ton kompos jerami

5. 75% NPK + 2 ton pupuk kandang

Sebagai pupuk dasar adalah Urea, SP-36, dan KCl. Parameter yang diamati

mencakup sifat-sifat tanah sebelum tanam dan sesudah panen, pertumbuhan

tanaman padi fase vegetatif dan generatif, dan hasil padi.

2. Penelitian Rehabilitasi Lahan Bekas Penambangan Batubara Untuk Meningkatkan Kualitas

Tanah dan Produktivitas Tanaman

Penelitian akan dilakukan pada lahan bekas penambangan batubara yang

berlokasi di Provinsi Kalimantan Selatan. Rancangan percobaan yang digunakan

adalah Acak Kelompok dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Ukuran petak percobaan

5 m x 5 m dengan tanaman indikator jagung. Perlakuan penelitian adalah sebagai

berikut;

1. Pupuk NPK Berimbang+ tanaman penutup tanah (LCC)

2. Pupuk NPK Berimbang + Pupuk Kandang

3. Pupuk NPK berimbang + Kompos insitu

4. Pembenah Tanah + Pupuk NPK berimbang + LCC

5. Pembenah Tanah + Pupuk NPK berimbang + Pupuk Kandang

6. Pembenah tanah + Pupuk NPK berimbang + Kompos insitu

7. Kontrol (tanpa perlakuan)

Aplikasi tanaman penutup tanah, pupuk kandang, dan kompos insitu diterapkan 2

bulan sebelum tanaman jagung. Tanaman penutup tanah (LCC) akan dibenam 2 bulan

setelah tanam. Pupuk kandang dan kompos insitu diberikan 10 t/ha. Sedangkan pembenah

tanah SP-50 diberikan 2,5 t/ha dan dosis pupuk NPK berimbang diperoleh dari penentuan

PUTK dan analisis laboratorium. Aplikasi pembenah tanah diterapkan 3 minggu sebelum

tanam jagung. Seluruh perlakuan diberikan kapur sebanyak 5 t/ha dengan aplikasi 3 minggu

Page 30: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

20

sebelum tanam jagung. Parameter yang diamati mencapuk sifat-sifat tanah sebelum

dan sesudah penelitian, pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman.

3. Penelitian pemulihan lahan sawah terdegradasi akibat intrusi air laut untuk mendukung

peningkatan kualitas lahan

Penelitian dilaksanakan di rumah kaca dengan menggunakan rancangan Faktorial

dengan dua faktor dan empat ulangan dengan petak petak percobaan ditata secara split

plot.

Perlakuan yang akan dicobakan adalah:

Faktor 1: Sumber air untuk mencuci natrium

A. Penyiraman menggunakan air payau dari lokasi penelitian

B. Penyiraman menggunakan air hujan

Faktor 2: Penggunaan Pembenah Tanah

P0. Tanpa pembenah tanah

P1. Penggunaan gypsum 5 t.ha-1

P2. Penggunaan SP50 sebanyak 20 t.ha-1

P3. Penggunaan Volcanorfs (S424) 20 t.ha-1

P4. Penggunaan gypsum 5 t.ha-1 diperkaya mikroba

P5. Penggunaan SP50 sebanyak 20 t.ha-1 diperkaya mikroba

P6. Penggunaan Volcanorfs (S424) 20 t.ha-1 diperkaya mikroba

Parameter yang diamati adalah sifat-sifat tanah, terutama terkait dengan pencucian hara,

pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman padi.

4. Penelitian Pengelolaan Lahan pada Berbagai Sistem Usahatani Berbasis Efisiensi Karbon

untuk Mendukung Sistem Pertanian Ramah Lingkungan

Penelitian akan dilakukan di Provinsi Lampung terdiri atas dua kegiatan, yakni:

a. Evaluasi pengaruh biochar, pupuk hayati,dan bahan organik kompos kotoran

hewan (kohe) terhadap serapan karbon, produktivitas lahan/tanaman, input

dan output serta serapan karbon pada sistem usahatani jagung di lahan

kering masam, di Kebun Percobaan (KP) Taman Bogo, Lampung Timur.

Penelitian di lapang diseting dalam bentuk rancangan acak kelompok dengan

perlakuan:

1. Kontrol (tanpa perlakuan)

2. NPK rekomendasi.

Page 31: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

21

3. Biochardosis 5 ton/ha + NPK 50% rekomendasi.

4. Pupuk hayati Pelarut P dosis 2 kg/ha + NPK 50% rekomendasi.

5. Pupuk kandang dosis 5 ton/ha + NPK 50% rekomendasi.

6. Pupuk kandang dosis 5 ton/ha + NPK 50% rekomendasi + Biochar dosis 5

ton/ha + Pupuk hayati pelarut P dosis 2 kg/ha

b. Evaluasi dinamika karbon (input, serapan dan penggunaan), produktivitas

tanaman, dan penggunaan energi pada berbagai sistem usahatani. Kegiatan

ini merupakan monitoring atau observasi yang dilakukan terhadap beberapa

jenis usahatani yang ada di KP Tamanbogo, yaitu:

1. Sistem Usahatani monokultur ubi kayu

2. Sistim usahatani Surjan (Jeruk + sawah)

3. Sistem usahatani Alley cropping

4. Sistem usahatani Agroforestry

5. Sistem usahatani Jagung + ubikayu

6. Integrasi ternak (kebutuhan jumlah dan jenis pakan, produksi kohe, dan

manajemen kohe).

Pengamatan yang akan dilakukan mencakup sifat-sifat tanah, serapan karbon, siklus

dan dinamika karbon, analisis input-output usahatani.

5. Penelitian Penetapan Ambang Batas Populasi Hayati Tanah Sawah Terdegradasi

Mendukung Program Swasembada Pangan Berkelanjutan

Penelitian dilaksanakan dengan sistem survai pada enam lokasi sentra

produksi padi sawah dengan tipologi lahan memiliki kemampuan produksi tinggi

(>8 t/ha), sedang (6-8 t/ha), dan rendah (4-6 t/ha). Inventarisasi data mencakup

sejarah penggunaan lahan, pola tanam dan pengelolaan usahatani, produksi

(ubinan saat survai), sifat-sifat tanah (hasil analisis laboratorium), populasi hayati

tanah mencakup biota air, mikroba tanah, nematode, dan cacing tanah. Contoh

tanah diambil secara komposit pada lapisan olah (0-20 cm).

Parameter yang akan diamati mencakup sifat-sifat tanah, populasi

mikroorganisme, pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman.

6. Penelitian Penyusunan Kriteria Baku Mutu Tanah pada Lahan Kering berbagai Bahan

Induk untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan.

Page 32: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

22

Kegiatan Penelitian akan dilakukan melalui desk work dan observasi lapangan.

Kegiatan desk work mencakup studi pustaka dari hasil hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Balai Penelitian Tanah pada tanah berbahan induk batuan sedimen

dan hasil pemetaan tanah yang dilakukan oleh Balai Besar Litbang Sumberdaya

Lahan Pertanian (BBSDLP) pada tanah berbahan induk vulkanik dan kapur. Kegiatan

observasi lapang akan dilakukan pada lahan berbahan induk batuan vulkanik dan

kapur yang diusahakan dengan tanaman semusim (pangan atau sayuran). Observasi

lapang difokuskan untuk mengetahui sifat-sifat tanah (fisika dan kimia),

produktivitas tanaman semusim dan manajemen usahatani. Lahan kering yang

diobservasi terdiri atas lahan berbahan induk batuan vulkanik di Jawa Barat dan

batuan kapur di Jawa Tengah atau DI. Yogyakarta yang diusahakan dengan

tanaman semusim (pangan atau sayuran). Contoh tanah komposit dari bahan induk

vulkanik dan kapur (kedalaman 0-30 cm) untuk analisis fisika dan kimia tanah akan

diambil masing-masing sebanyak 3 ulangan dari petak lahan (usahatani) yang

menunjukkan penampilan tanaman semusim yang baik, sedang dan jelek/buruk.

Sedangkan contoh tanah ring untuk analisis fisika tanah akan diambil dengan ring

sampler pada dua kedalaman (0-15 cm dan 15-30 cm), masing-masing sebanyak 3

ulangan dari petak lahan (usahatani) yang menunjukkan penampilan tanaman

semusim yang baik, sedang dan jelek/buruk.

Contoh tanah komposit dianalisis di Laboratorium Kimia Tanah, Balai

Penelitian Tanah yang terdiri dari parameter sifat kimia tanah total bahan organik

tanah, N, P, K, pH, KTK, Total C:N dan kation basa yang dapat dipertukarkan.

Contoh tanah ring (kedalaman 0-15 cm dan 15-30 cm) untuk analisis fisika tanah

terdiri dari parameter tekstur tanah, BD, pF, stabilitas agregat, kapasitas tanah

menahan air/water holding capacity, infiltrasi, kandungan air tanah dan

permeabiltas. Beberapa sifat kimia dan fisika tanah akan diukur langsung di

lapangan dengan menggunakan alat yang tersedia. Kandungan C-organik, pH, unsur

hara makro dan beberapa parameter sifat kimia tanah lainnya akan diukur langsung

di lapangan dengan menggunakan perangkat uji tanah kering (PUTK), sedangkan

pengukuran terhadap ketahanan penitrasi tanah dengan menggunakan

penetrometer, infiltrasi dengan menggunakan infiltrometer dan kadar air tanah

dengan menggunakan TDR. Manajemen usahatani dan produktivitas tanaman

Page 33: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

23

semusim pada kedua bahan induk tanah yang diambil contoh tanahnya,

dikumpulkan dengan cara mewawancara petani secara semi structural/PRA. Jika

diperlukan pendalaman dan kuantifikasi data yang lebih akurat, wawancara petani

akan dilanjutkan dengan menggunakan kuisioner formal.

Data hasil wawancara petani yang terdiri dari pencapaian hasil tanaman

semusim dan managemen usahatani akan dikorelasikan dengan parameter hasil

analisis kimia dan fisika tanah dari laboratorium sehingga didapatkan nilai baku mutu

tanah dari lahan yang berbahan induk vulkanik dan kapur yang dapat mendukung

produktivitas tanaman semusim secara berkelanjutan.

Page 34: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

24

IV. ANALISIS RISIKO

4.1. Daftar Risiko

No.

RISIKO PENYEBAB DAMPAK

1. Pengurangan anggaran penelitian

Penghematan pengeluaran negara/Kebijakan Pemerintah

Dana penelitian berkurang

2. Kenaikan harga barang/jasa

Krisis ekonomi Dana penelitian tidak cukup

3. Faktor kondisi lapang yang ektrim, seperti iklim dan hama penyakit

Tidak tersedia air, serangan hama dan/atau penyakit

Penelitian gagal atau data tidak valid

4.2. Daftar Penanganan Risiko

No.

RISIKO PENYEBAB PENANGANAN RISIKO

1. Dana penelitian berkurang

Penghematan pengeluaran negara/Kebijakan Pemerintah

Pengurangan jumlah contoh tanah atau hal-hal yang diamati (pengamatan)

2. Kenaikan harga barang/jasa

Krisis ekonomi Perlakuan percobaan, lokasi kegiatan atau parameter pengamatan dikurangi sesuai dengan kemampuan pendanaannya.

3. Faktor kondisi lapang yang ektrim, seperti iklim dan hama serta penyakit

Tidak tersedia air, serangan hama dan/atau penyakit

Koordinasi yang baik dengan staf lapang, serta dukungan dana yang cukup.

Page 35: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

25

V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANA

5.1. Tenaga yang terlibat dalam kegiatan

Nama lengkap, Gelar dan NIP

Jabatan Kedudukan dalam kegiatan

Alokasi waktu (OB)

Fungsional Struktural

Dr. Irawan MSi NIP. 19581128 198303 1 002

Peneliti Madya - Penanggungjawab RPTP dan ROPP 6

6

Dr. Sri Rochayati, M.Sc NIP. 19570616 198603 2 001

Penelity Madya

- Penanggungjawab ROPP 1

4

Ir. Mas Deddy Erfandi NIP. 19580821 198803 1 001

Peneliti Madya - Penanggungjawab ROPP 2

4

Ir. Sutono, M.Si. NIP. 19540829 198101 1 001

Peneliti Madya Penanggungjawab ROPP 3

4

Dr. Ir. Maswar,M.Agric.Sc NIP. 19620527 199303 1 001

Peneliti Muda - Penanggungjawab ROPP 4

4

Dr. Subowo NIP. 19591210 198503 1 003

Peneliti Utama - Penanggungjawab

ROPP 5 4

Ir. Isak Juarsah, MM NIP. 19570912 198102 1 001

Peneliti Madya - Anggota 4

Dr. Neneng L Nurida NIP. 19631229 199003 2 001

Peneliti Madya - Anggota 3

Dr. Umi Haryati NIP. 19601017 198903 2 001

Peneliti Madya - Anggota 3

Ir. Yoyo Soelaiman MS NIP.19540201 198202 1 001

APU - Anggota 3

Dr. I G Putu Wigena NIP. 19581231 198703 1 004

Penelity Madya

- Anggota 3

Setiari Marwanto, MS NIP. 19770713 200212 1 003

Peneliti Pertama

- Anggota 3

Dr. Sukristiyonubowo, MSc NIP. 19591210 198503 1 003

Peneliti Madya Anggota 3

Ir. A. Kasno, MSi. NIP. 19600119 198303 1 001

Peneliti Madya Anggota 3

Dr. Etty Pratiwi. NIP. 19630419 199203 2 001

Peneliti Muda - Anggota 3

Ir. Jati Purwani, Msi NIP. 19620304 199203 2 001

Peneliti Madya - Anggota 3

Ir. Tagus Vadari NIP. 19591005 198903 1 001

Peneliti Konservasi

- Anggota 3

Drs. E.K. Anwar APU - Anggota 3

Page 36: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

26

Ibrahim A. Sipahutar, SP NIP. 19740305 200501 1 002

Peneliti Pertama

- Anggota 3

Rahmah D. Yustika, SP, MSi. NIP. 19781117 200312 2 001

Peneliti Pertama

- Anggota 3

Arif Budiyanto, B.Sc. NIP. 19721127 199903 1 001

Calon Peneliti - Anggota 3

Endang Hidayat, NIP. 19600319 198403 1 001

Teknisi - Anggota 3

Koko Kusuma Sumantri, SP NIP. 19580115 198203 1 002

Teknisi - Anggota 3

Sunarya NIP. 19711004 200701 1 003

Teknisi - Anggota 3

Eri Nurvitasari, A.Md NIP. 19790807 200501 2 001

Teknisi - Anggota 3

Darsana Sudjarwadi NIP. 19600401 198303 1 002

Teknisi - Anggota 3

Kartiwa NIP. 19630114 199203 1 002

Teknisi - Anggota 3

Subardi NIP. 19690208 200604 1 011

Teknisi - Anggota 3

Dr. Ir. Ali Jamil, MP NIP 19850830 199803 1 001

Peneliti Madya Ka. Balai Nara Sumber 1

5.2. Jadwal Palang

Kegiatan Bulan (2014)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Pembuatan proposal dan rencana kegiatan

X

2. Persiapan dan pemilihan lokasi kegiatan

x

x

3. Penanaman, Perawatan, Pengambilan sampel tanah dan tanaman serta analisa laboratorium dan Survey lapang

x

x

X

x

x

x

x

x

4. Analisis data dan pelaporan

x x x x x

Page 37: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

27

5.3. Pembiayaan

Tolok Ukur

Triwulan Total

x 1000 I II III IV

Belanja Bahan(521211) 38.000 47.500 47.500 19.000 152.000

Honor Output Kegiatan (521213)

44.875 56.100 45.000 33.525 179.500

Belanja barang non operasional lainnya(521219)

12.000 15.000 15.000 6.000 48.000

Belanja perjalanan lainnya (524119)

71.000 95.000 80.000 60.000 306.000

Jumlah 165.875

213.600 187.500 118.525 685.500

Page 38: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

28

VI. DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, A. And J Sri Adiningsih. 2000. Indonesia’s Lowland Rice Production and its Fertility Management. International Workshop on Improving Soil Fertility Management in South East Asia, Bogor, Indonesia:21-23. November 2000 (Unpublished).

Adiningsih,J. 1984. Pengaruh Beberapa Faktor terhadap Penyediaan Kalium Tanah Sawah Daerah Sukabumi dan Bogor. Disertasi Doktor pada Fakultas Pascasarjana IPB.

Adiningsih, J. Dan S. Rochayati. 1986. Peranan Bahan Organik dalam Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Pupuk dan Produktivitas Tanah. Dalam Pros. Lokakarya Nasional Pengunaan Pupuk, Cipayung, Nopember 1987. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Hal. 16-17. Bogor.

Adinigsih, J., M. Sudjadi, S. Rochayati. 1988. Organic Matter Management to Increase Fertilizers Efficiency and Productivity. Proc. of The ESCAP/FAO-TCDC Regional Seminar the Use of Recycled Organic Matter, Chengdu, China, 4-14 May 1988.

Adiningsih, J. 1992. Peranan Efisiensi Penggunaan Pupuk untuk Melestarikan Swasembada Pangan. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama.

Adnyana, M.O. 2005. Pengembangan system integrasi tanaman-ternak bebas limbah di KP Muara. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor.

Andrews, S. S., Karlen, D. L. and Cambardella, C. A. 2004. The soil management assessment framework: A quantitative soil quality evaluation method. Soil Sci.Soc. Am. J. 68, 1945-1962.

Anonim 2011. Soil contribution to agriculture, the carbone quation & climate change. Agriculture Practice Affecting soil organic Matter content. Tuesday, 23 August 2011.

Asmarhansyah, Issukindarsyah, Miranti D. Pertiwi, Adhe Phoppy. 2011. Pengkajian system pengelolaan hara tanah dan percepatan usahatani pertanian pasca pertambangan timah.Senin, 31 Oktober 2011 10:50.

Balittanah. 2010. Renstra Balittanah 2010-2014. Balai Penelitian Tanah.

Balai Penelitian Tanah, 2011. Laporan Tahunan. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Bamualim, A., Kuswandi, A. Azahari, dam B. Haryanto. 2008. Sistem Usahatani Tanaman – Ternak. Dalam Sistem Integrasi Tanaman Pangan – ternak Bebas limbah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Hlm 19 – 33.

Bastian, F., A.Colum, D.Piccoli, V. Lunas, R. Baraldi, Bottini. 1998. Production of Indole-3 acetic Acid and Giberrellines A1 and A3 by Acetobacter diazotrophicus and Herbaspirillum seropediceae in Chemically-defined Culture Media. Plant Growth Regulation.24: 7-11.

Doran, J.W. and Safley, M. 1997. Defining and assessing soil health and sustainable productivity. In: Pankhurst, C. et al. (eds.). Biological

Page 39: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

29

indicators of soil health. Wallingford, UK: CAB International. p. 1–28.

Dwiyanto,K dan B.Haryanto. 1999 Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan : Prospek pengembangan Ternak Pola Integrasi (Suatu Konsep Pemikiran & Bahan Diskusi).

Haryanto, B. 2009. Inovasi Teknologi Pakan Ternak Dalam Sistem Integrasi Tanaman-Ternak Bebas Limbah (SITT-BL) Mendukung Upaya Peningkatan Produksi Daging. Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Pakan Ternak Ruminansia. Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian. Departemen Pertaniam. Bogor, Maret 2009. ISBN : 978-979-8191-64-0.

Haryati,U.,Haryono dan A. Abdurachman. 1995. Pengendalian Erosi dan Aliran Permukaan serta Produksi Tanaman Pangan dengan Berbagai Teknik Konservasi pada Tanah Typic Eutropepts di Ungaran, Jawa Tengah. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk 13 : 40 – 50. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Karama, S.S., A.R. Marzuki, dan I. Manwan. 1990. Penggunaan pupuk organik pada tanaman pangan. Prosiding Lokakarya Nasional Penggunaan Pupuk V. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. Hal:395-425.

Karlen, D. L., Doran, J. W., Weinhold, B. J. and Andrews, S. S. 2003. Soil quality: Humankind's foundation for survival. Journal of Soil and Water Conservation 58.

Kasno, A., Nurjaya dan Diah Setyorini. 2003. Status C-organik lahan sawah di Indonesia. Prosiding Kongres Nasional VIII Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI). Padang 21-23 Juli 2003.

Kurnia, U., Ai Dariah, dan Sidik H. Talaouhu. 2007. Penyusunan Baku Mutu dan Teknologi Rehabilitasi Lahan Terdegradasi. Laporan Tengah Tahun Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Lakitan, B. 2009. Pangan 2050. www.ristek.go.id. 27 Desember 2011.

Markus Anda. 2004. Pemilihan Indikator Baku Baku Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Moersidi, S., Djoko Santoso, M. Soepartini, M. Al-Jabri, J. Sri Ainingsih dan M. Sudjadi. 1989. Peta keperluan fosfat Tanah sawah di Jawa dan Madura 1988. Pemb. Penelitian Tanah dan Pupuk 8, 1989. Pusat Penelitian Tanah, Bogor.

Menteri Riset dan Teknologi. 2011. Lahan Subur di Indonesia Kian Minim. www.ristek.go.id. 28 Desember 2011.

Menteri Pertanian, 2006. Peraturan Menteri Pertanian No. 02/Pert/HK.060/2/2006 tentang Pupuk Organik dan Pembenah Tanah. Deptan 2006.

Nitis, I.M. 1995. Research methodology for semiarid crop-animal system in Indonesia. In Devendra, C. And C. Sevilla (eds). Crop-animal interaction. IRRI Discussion Paper series No. 6. IRRI. Manila. Philippines.

Page 40: TEKNOLOGI PEMULIHAN LAHAN DAN PENYUSUNAN KRITERIA …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2014. 3. 28. · i mak :1800.012.017 proposal penelitian teknologi pemulihan

30

Pirngadi, K. 2009. Peran bahan organik dalam peningkatan produksi padi berkelanjutan mendukung ketahanan pangan nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian: 2 (1). Hal 48-64. Badan Litbang Pertanian.

Purwani, J. R. Saraswati, E. Yuniarti, dan Mulyadi. 2008.. Teknik aplikasi Pupuk Mikroba pada Kacang Tanah di Lahan Kering Iklim Kering Semin, Gunung Kidul Yogyakarta. Prosiding Seminar nasional Sumberdaya Lahan dan Lingkungan Pertanian. Buku II. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.dan Lingkungan Pertanian. 7-8 November 2007.

Saraswati R, Yuniarti E, Purwani J, Triny S, Sukristyonubowo. 2008. Laporan Akhir. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mikroflora Tanah Multiguna untuk Keberlanjutan produtivitas lahan pertanian. Satker 648680. Balai Penelitian Tanah Bogor.

Subardja. D., A. Kasno, Sutono, dan H. Sosiawan. 2010. Identifikasi dan karaterisasi lahan bekas tambang timah untuk pencetakan sawah baru di Perlang, Bangka Tengah. Makalah diterbitkan pada Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor, 30 November - 1 Desember 2010. Buku I: Potensi Lahan dan Pengelolaan Lingkungan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.

Suriadikarta, D.A. 2012. Identifikasi sifat kimia abu volkan, tanah, dan air yang terkena

dampak letusan Gunung Merapi. Hal 65 – 74 dalam Kajian Cepat Dampak Erupsi G.

Merapi 2010 terhadap Sumberdaya Lahan Pertanian dan Inovasi Rehabilitasinya.

BBSLDP. Bogor.

Sutono, S., A. Kasno, J. Purnomo, dan Y. Soelaeman. 2012. Pemanfaatan

Abuvolkanik untuk Peningkatan Produktivitas Lahan Suboptimal. Laporan

Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa. Kementerian Ristek dan

Tekinologi.

Wienhold, B. J., Andrews S. S. and Karlen D. L. 2004. Soil quality: A review of the science and experiences in the USA. Environ. Geochem. Hlth. 26, 89-95.

Witt, B. 2004. Using soil fauna to improve soil health. http://www.hort.agri.umn.edu/ h5015/97papers/witt/html (21-4-2007).