40
TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA BONGKA MAKMUR KECAMATAN ULU BONGKA KABUPATEN TOJO UNA-UNA BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN 2007 2007

TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/primatanipdf... · Pola Tanam dan Potensi Masa Tanam ..... 7 III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN

Embed Size (px)

Citation preview

TEKNOLOGI PEMUPUKAN

SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH

DESA BONGKA MAKMUR KECAMATAN ULU BONGKA KABUPATEN TOJO UNA-UNA

BALAI PENELITIAN TANAH

BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN

2007 2007

Penanggung jawab : Kepala Balai Penelitian Tanah

Penyusun : Antonius Kasno

Deddy Erfandi

Achmad Rachman

Penyunting : Wiwik Hartatik

Design Cover : Sukmara

Setting/Layout : Rahmah D. Yustika

Didi Supardi

Penerbit : Balai Penelitian Tanah

Jl. Ir. H. Juanda No. 98. Bogor 16123,

Telp. (0251) 336757, Fax. (0251) 321608,

322933, E-mail: [email protected]

ISBN 978-602-8039-01-7

Penulisan dan pencetakan buku ini dibiayai dari dana DIPA

Tahun Anggaran 2007, Balai Penelitian Tanah, Bogor

http://balittanah.litbang.deptan.go.id

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

i

KATA PENGANTAR

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Prima Tani, Balai

Penelitian Tanah telah menyusun Booklet Formulasi Teknologi

Pemupukan Spesifik Lokasi dan Konservasi Tanah dan Air sebagai

acuan bagi pelaksana Prima Tani dalam menerapkan rekomendasi

teknologi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air

mendukung kegiatan Prima Tani.

Booklet disusun berdasarkan hasil survei tanah di lokasi-

lokasi Prima Tani dimana Balai Penelitian Tanah menjadi

penanggung jawab survei. Booklet ini merupakan suatu kebutuhan

yang mendesak dalam mengimplementasikan teknologi pemupukan

dan konservasi tanah dan air. Sesuai dengan judulnya, booklet ini

menyajikan formulasi teknologi pemupukan spesifik lokasi dan teknik

konservasi tanah dan air.

Sasaran dari penyusunan booklet formulasi pemupukan

spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air adalah para pelaksana

dan pengguna teknologi yang terkait langsung dengan kegiatan

Prima Tani, yaitu Pemandu Teknologi, Manajer Laboratorium

Agribisnis, Penyuluh Pertanian Lapangan, Dinas Pertanian Provinsi

dan Kabupaten/Kota, Kelompok Tani peserta Prima Tani.

Semoga booklet ini bermanfaat, khususnya dalam

mensukseskan Prima Tani sebagai salah satu upaya mendukung

program pemerintah mensejahterakan masyarakat di pedesaan.

Bogor, November 2007

Kepala Balai,

Dr. Achmad Rachman NIP. 080.079.028

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

ii

DAFTAR ISI Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................... ii

DAFTAR TABEL ..................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................. iv

I. PENDAHULUAN ................................................................ 1

II. KEADAAN FISIK DAERAH .................................................. 3

2.1. Lokasi dan Perhubungan ............................................. 3

2.2. Penggunaan Lahan dan Pertanian .............................. 4

2.3. Iklim dan Hidrologi ..................................................... 6

2.4. Pola Tanam dan Potensi Masa Tanam .......................... 7

III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI ..................... 10

3.1. Rekomendasi Pemupukan Spesifik Lokasi .................... 12

3.2. Cara dan Waktu Pemberian Pupuk ............................... 16

3.3. Pengelolaan Bahan Organik......................................... 19

IV. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR ...................... 21

4.1 Teknik Konservasi Tanah Saat Ini ................................. 21

4.2. Rekomendasi Teknik Konservasi Tanah ........................ 22

V. DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 34

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

iii

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 1. Data iklim dari stasiun BKPPP Ulu Bongka (1996-

2005) ................................................................ 7

Tabel 2. Arahan pengembangan komoditas di Desa Bongka Makmur ................................................ 10

Tabel 3. Data analisis contoh tanah Desa Bongka Makmur, Kec. Ulu Bongka, Kab. Tojo Una-una, Sulawesi Tengah ............................................................. 13

Tabel 4. Status hara P dan K, pH, dan kandungan bahan organik tanah di Desa Bongka Makmur, Kec. Ulu Bongka, Kab. Tojo Una-una, Sulawesi Tengah ..... 14

Tabel 5. Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi tanaman jagung dan kedelai pada lahan kering di Desa Bongka Makmur, Kec. Ulu Bongka, Kab. Tojo Una-una ............................................................ 15

Tabel 6. Beberapa jenis tanaman pakan ternak yang cocok untuk tanaman pagar ........................................ 26

Tabel 7. Rekomendasi teknologi konservasi untuk usaha tani lahan kering pada lokasi Prima Tani Desa Bongka Makmur, Kec. Ulu Bongka, Kab. Tojo Una-Una, Sulteng .............................................. 33

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

iv

DAFTAR GAMBAR Halaman

Gambar 1. Peta lokasi Desa Bonga Makmur, Kec. Ulu Bongka,

Kab. Tojo Una-una ............................................. 4

Gambar 2. Hamparan penggunaan lahan dan tanaman jagung yang kekurangan air ............................... 5

Gambar 3. Grafik distribusi curah hujan bulanan di daerah penelitian .......................................................... 7

Gambar 4. Penentuan pola dan masa tanam serta kebutuhan irigasi di Desa Bongka Makmur berdasarkan kondisi surplus dan defisit curah hujan ................ 9

Gambar 5. Peta arahan penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas di Desa Bongka Makmur, Kec. Ulu Bongka, Kab. Tojo Una-una ..... 11

Gambar 6. Kondisi lahan pertanian berlereng ....................... 21

Gambar 7. Sistem budi daya lorong dengan Gliricidia sepium sebagai tanaman pagar dan bidang olah untuk tanaman semusim. ............................................ 23

Gambar 8. Sketsa tanaman pagar ....................................... 24

Gambar 9. Sketsa guludan dengan penguat teras ................ 27

Gambar 10. Mukuna (Mucuna sp.) sebagai tanaman penutup . 28

Gambar 11. Tanaman kudzu (Pueraria javanica) sebagai tanaman penutup tanah ..................................... 28

Gambar 12. Mukuna ditanam di bawah ................................. 28

Gambar 13. Rorak/slot mulsa pada tanaman tahunan ............ 29

Gambar 14. Sketsa penampang samping teras gulud. ............ 29

Gambar 15. Saluran pembuangan air .................................... 311

Gambar 16. Teras bangku dengan tampingan rumput gajah ... Error! Bookmark not d

Gambar 17. Penanaman rumput gajah pada tampingan teras . Error! Bookmark not d

Gambar 18. Sketsa empat tipe teras bangku .......................... 33

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

1

I. PENDAHULUAN

Informasi potensi sumber daya lahan dan arahan

pengembangan komoditas merupakan informasi dasar yang diperlukan

untuk perencanaan pembangunan pertanian di suatu wilayah. Data

dan informasi ini perlu dilengkapi dengan formulasi teknologi

pengelolaan sumber daya lahan yang lebih spesifik, antara lain dalam

penerapan teknik konservasi tanah, pengelolaan kesuburan tanah

khususnya pemupukan spesifik lokasi, dan pengelolaan bahan organik.

Teknologi pemupukan spesifik lokasi dengan menerapkan

pemupukan berimbang adalah pemupukan untuk mencapai status

semua hara dalam tanah optimum untuk pertumbuhan dan hasil suatu

tanaman. Untuk hara yang telah berada dalam status tinggi, pupuk

hanya diberikan dengan takaran yang setara dengan hara yang

terangkut panen, sebagai takaran pemeliharaan. Pemberian takaran

pupuk yang berlebihan justru akan menyebabkan rendahnya efisiensi

pemupukan dan masalah pencemaran lingkungan. Kondisi atau status

optimum hara dalam tanah tidak sama untuk semua tanaman pada

suatu tanah. Demikian juga status optimum untuk suatu tanaman,

berbeda untuk tanah yang berlainan. Agar pupuk yang diberikan lebih

tepat, efektif dan efisien, maka rekomendasi pemupukan harus

mempertimbangkan faktor kemampuan tanah menyediakan hara dan

kebutuhan hara tanaman. Rekomendasi pemupukan yang berimbang

disusun berdasarkan status hara di dalam tanah yang diketahui melalui

teknik uji tanah.

Penerapan teknik konservasi tanah dan air merupakan kunci

keberlanjutan usaha tani dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

2

lahan kering. Teknologi konservasi tanah dan air dimaksudkan untuk

melestarikan sumber daya alam dan menyelamatkannya dari

kerusakan. Target minimal dari aplikasi teknik konservasi adalah

menekan erosi yang terjadi di setiap bidang tanah hingga di bawah

batas yang diperbolehkan. Secara umum, teknik konservasi tanah

dan air dibagi dalam tiga golongan yaitu: (1) teknik konservasi

vegetatif; (2) teknik konservasi mekanik atau teknik konservasi sipil

teknis; dan (3) teknik konservasi kimia. Dalam aplikasi di lapangan

teknik konservasi tersebut tidak berdiri sendiri, namun dapat

merupakan kombinasi dari dua atau tiga teknik konservasi. Pemilihan

teknik konservasi yang tepat harus bersifat spesifik lokasi dan sesuai

pengguna artinya harus mempertimbangkan kondisi biofisik dan

sosial ekonomi petani setempat. Oleh sebab itu rekomendasi teknik

konservasi yang dianjurkan di setiap lokasi disusun dengan

mempertimbangkan tipe penggunaan lahan, kemiringan, vegetasi,

dan teknik konservasi yang ada di lapangan (existing) di masing-

masing lokasi.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

3

II. KEADAAN FISIK DAERAH

2.1. Lokasi dan Perhubungan

Desa Bongka Makmur, Kecamatan Ulu Bongka Makmur,

Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah, mempunyai luas sekitar

990 ha dengan jumlah 285 KK. Terletak pada koordinat 121°29’30” –

121°31’30” Bujur Timur (Greenwich) dan antara 01°03’20”`-

01°6’30” Lintang Utara. Kabupaten Tojo Una-una (Touna)

merupakan pemekaran dari Kabupaten Poso. Sedangkan Desa

Bongka Makmur semula merupakan daerah transmigrasi dengan

nama Desa Uekambuno II. Mata pencaharian sebagian besar

penduduk adalah sebagai petani (BPS Kab. Tojo Una-una, 2006).

Kota Ampana (ibukota kabupaten) dapat dicapai dari Palu

dengan mobil lewat Poso selama 8 jam dengan rute Palu-Poso-

Ampana. Sekitar 30 km sebelum Ampana, yaitu di Tampanomo belok

ke selatan melalui jalan tanah sejauh 17 km sampai Uekambuno I,

kemudian menyeberangi Sungai Ulu Bongka untuk sampai ke Desa

Bongka Makmur. Peta lokasi Kec. Ulu Bongka disajikan pada Gambar

1.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

4

Gambar 1. Peta lokasi Desa Bonga Makmur, Kec. Ulu Bongka, Kab. Tojo Una-una

2.2. Penggunaan Lahan dan Pertanian

Kebun atau tegalan

Penyebarannya di dataran aluvial dan dataran tektonik

bergelombang sampai berbukit dengan tanaman utama adalah

jagung. Lahan ini merupakan lahan pekarangan dan lahan usaha I.

Sumber air pengairan berasal dari air hujan. Sungai Bongka

tampaknya belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk

pengairan, karena sungai bersifat ‘braiding’ (aliran deras, dangkal,

berbatu, dan berpindah-pindah) sewaktu-waktu dapat terjadi banjir

dengan membawa material batu dan kerikil. Pola tanam umumnya

jagung-jagung-jagung, tergantung air hujan. Jika air mencukupi,

hasil jagung cukup baik, sekitar 5-7 t ha-1 dengan harga Rp 1.050,-

kg-1, dan jika kurang air jagung menjadi puso. Tanaman lainnya

adalah kedelai, kacang hijau, kelapa, kakao, mangga, nangka, nanas,

jambu, dan jeruk.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

5

Pekarangan

Penyebarannya di sekitar pemukiman penduduk di wilayah

datar sampai agak datar. Tanaman yang diusahakan terdiri atas

kelapa, kakao, mangga, nangka, jeruk, nanas, dan gamal. Kakao

dan kelapa paling banyak diusahakan oleh penduduk setempat.

Hutan dan semak belukar

Penyebarannya cukup luas, terdapat di sebagian besar

wilayah perbukitan di sebelah timur daerah penelitian. Sebagian

wilayah perbukitan sudah diusahakan untuk tanaman jagung.

Kondisi pertanaman jagung, dan tanaman tahunan disajikan pada

Gambar 2.

Gambar 2. Hamparan penggunaan lahan dan tanaman jagung yang kekurangan air

Komoditas pertanian utama yang diusahakan penduduk Desa

Bongka Makmur adalah jagung dan ternak, terutama sapi. Selain

rumput, peternak sapi juga memanfaatkan tanaman jagung sebagai

pakannya. Tanaman lainnya yang diusahakan cukup bervariasi, yaitu

kedelai, kacang hijau, kelapa, kakao, mangga, nangka, nanas, jeruk,

jambu air, pepaya, dan pisang. Produksi jagung rata-rata di tingkat

Kecamatan Ulu Bongka adalah 5-6 t ha-1 dengan harga bervariasi

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

6

antara Rp 800,- sampai 1.200,- kg-1. Produksi komoditas perkebunan

yang paling banyak adalah kelapa dan kakao (Hikmatullah et al.,

2007).

2.3. Iklim dan Hidrologi

Data iklim yang tersedia hanya data curah hujan selama 10

tahun terakhir (1996-2005) diperoleh dari stasiun hujan di BKPP Ulu

Bongka (Tabel 1). Curah hujan rata-rata tahunan sebesar 1.306 mm,

dengan rata-rata tahunan tertinggi 1.536 mm dan terendah 787 mm.

Curah hujan rata-rata bulanan tertinggi 175 mm pada bulan Mei dan

terendah 62 mm terjadi pada bulan September. Musim hujan

berlangsung sekitar bulan Februari-Juli, sedangkan musim kemarau

September-Januari.

Menurut tipe hujannya, termasuk tipe D dengan jumlah bulan

basah (> 100 mm) 7 bulan tanpa bulan kering (< 60 mm) (Schmidt

dan Ferguson, 1951). Sedangkan menurut Oldeman dan Darmiyati

(1977) termasuk zona agroklimat E3 dengan jumlah bulan kering (<

100 mm) selama 5 bulan dan tanpa memiliki bulan basah (> 200

mm) (Gambar 3). Suhu udara rata-rata bulanan antara 26,5-27,4°C,

kelembapan udara rata-rata bulanan antara 80-87%. Berdasarkan

data curah hujan tersebut, daerah penelitian termasuk beriklim

kering. Walaupun lahan sesuai untuk pertumbuhan kebanyakan

tanaman pangan dan perkebunan, namun akan mengalami

kekurangan air cukup lama. Hasil prediksi neraca air menurut NSM

(Wambeke et al., 1987), daerah penelitian termasuk rejim

kelembapan tanah ustik dan mengalami defisit hampir sepanjang

tahun, kecuali bulan Mei.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

7

Tabel 1. Data iklim dari stasiun BKPPP Ulu Bongka (1996-2005)

Unsur Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jumlah

Curah hujan (mm)* 98 115 118 114 175 116 135 91 62 118 66 98 1.306

Curah hujan (mm)** 73 81 113 118 116 125 127 76 23 26 66 78 1.023

Suhu udara (°C)** 26,6 26,6 26,6 27,1 27,4 27,0 26,6 26,8 27,0 27,4 26,9 26,5 26,8

Kelembapan udara relatif (%)**

87 87 86 87 86 85 86 82 80 85 84 85 85

Radiasi matahari (mm hr-1)**

15,0 15,5 16,0 15,4 14,4 13,8 14,1 14,8 15,5 15,7 15,1 14,9 15,0

*) Stasiun Ulu Bongka; **) RePProT (1988)

Gambar 3. Grafik distribusi curah hujan bulanan di daerah penelitian

2.4. Pola Tanam dan Potensi Masa Tanam

Daerah ini merupakan daerah pengembangan tanaman

jagung. Pola tanam tanaman pangan di lokasi umumnya jagung-

jagung-bera. Analisis potensi masa tanam menggunakan data curah

hujan bulanan yang digunakan sebagai perhitungan neraca air dan

skenario penentuan waktu tanam terbaik berdasarkan kebutuhan air.

Penetapan awal masa tanam (MT) yang terbaik dalam satu tahun

untuk pengembangan komoditas pertanian tanaman pangan

0255075

100125150175200

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Cur

ah h

ujan

(mm

)

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

8

didasarkan hasil analisis neraca air untuk tanaman tersebut.

Perhitungan ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko kehilangan

atau kegagalan panen akibat cekaman air.

Hasil analisis penentuan potensi tanam untuk pola tanam

jagung-jagung-bera, dengan asumsi umur jagung 115 hari disajikan

pada Gambar 4. Masa tanam terbaik ditetapkan berdasarkan kondisi

surplus dan defisit curah hujan. Kondisi surplus diperoleh apabila

curah hujan lebih besar daripada evapotranspirasi, sedangkan

kondisi defisit sebaliknya. Asumsi evapotranspirasi sekitar 4,4 mm

hari-1. Kondisi curah hujan kurang memungkinkan untuk bertanam

padi baik pada MT I maupun MT II. Pertanaman jagung atau

palawija lain dapat dilakukan terutama pada MT I. Sedangkan pada

MT II masih dapat ditanami dengan catatan frekuensi penyiraman

harus lebih sering.

Awal masa tanam jagung musim tanam I antara bulan Mei-

Agustus. Awal masa tanam jagung musim tanam II antara bulan

September-Desember. Berdasarkan hasil analisis neraca air bulanan

yang diperoleh, sepanjang tahun tidak terdapat surplus curah hujan.

Sebaliknya defisit hampir terjadi sepanjang tahun, kecuali bulan Mei

dan Juli. Pertanaman jagung musim tanam I memerlukan tambahan

irigasi sekitar 0,21 l detik-1 ha-1. Pada musim tanam jagung kedua

dibutuhkan tambahan air irigasi sekitar 0,54 l detik-1 ha-1 untuk

keseluruhan musim tanam (Gambar 4). Pada musim tanam ketiga,

apabila tidak diberakan, dapat pula ditanami palawija, terutama

palawija yang membutuhkan tambahan air sedikit.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

9

Gambar 4. Penentuan pola dan masa tanam serta kebutuhan

irigasi di Desa Bongka Makmur berdasarkan kondisi surplus dan defisit curah hujan

POLA TANAM BERDASARKAN NERACA AIR BULANAN

-100

-50

0

50

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

TIN

GG

I KO

LOM

AIR

(mm

/bul

an) .

Neraca Air Kebutuhan irigasi

Defisit

BERA JAGUNG-1 JAGUNG-2

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

10

III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI

Dalam penelitian ini komoditas yang dinilai adalah komoditas

unggulan hasil PRA dan komoditas potensial di Desa Bongka

Makmur, yaitu: jagung dan ternak terutama sapi. Pola tanam yang

umum dilakukan di lokasi penelitian adalah jagung-jagung-bera.

Arahan pengembangan komoditas merupakan hasil dari

evaluasi lahan dengan mempertimbangkan komoditas unggulan dan

penggunaan lahan saat ini. Berdasarkan hasil overlay evaluasi lahan,

komoditas unggulan, dan penggunaan lahan saat ini di Desa Bongka

Makmur menjadi tiga arahan pengembangan komoditas (Tabel 2).

Tabel 2. Arahan pengembangan komoditas di Desa Bongka Makmur

Simbol Arahan

penggunaan lahan

Alternatif komoditas Alternatif teknologi Luas

ha %

TS-1 Tanaman semusim

Jagung, kedelai

Pola dan jadwal tanam, pemupukan spesifik lokasi, pengelolaan bahan organik

TS-2 Tanaman semusim

Jagung, kedelai

Pola dan jadwal tanam, pemupukan spesifik lokasi, pengelolaan bahan organik

192 10,25

TT Tanaman tahunan

Kakao dan buah- buahan

Pemupukan, pemberian bahan organik, penanaman legume cover crop (LCC) dan mulsa vertikal

1.063 56,75

KK Kawasan konservasi

Tanaman tahunan/kelapa

Pemupukan spesifik lokasi, dan pemberian bahan organik

98 5,23

Jumlah 1.873 100,0

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

11

Arahan pengembangan komoditas di Desa Bongka adalah

untuk tanaman semusim (TS 1 dan TS 2), tanaman tahunan (TT),

dan kawasan konservasi (KK). Wilayah tanaman semusim diarahkan

untuk tanaman jagung dan kedelai. Penyebaran arahan

pengembangan komoditas disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Peta arahan penggunaan lahan untuk pengembangan

komoditas di Desa Bongka Makmur, Kec. Ulu Bongka, Kab. Tojo Una-una

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

12

Tanaman semusim (TS1 dan TS 2) dengan tanaman jagung

dan kedelai, dibedakan berdasarkan kemiringan lahan. Pada TS 1

kemiringan lahan < 3%, sedangkan pada TS 2 kemiringan lahannya

8-15%. Luas lahan yang diarahkan TS 1 (520 ha) lebih luas

dibandingkan dengan TS 2 (192 ha).

Wilayah kawasan konservasi (satuan lahan 1) terutama

diarahkan pada landform dataran banjir Sungai Bongka. Alternatif

komoditas yang disarankan adalah tanaman tahunan atau tanaman

hutan untuk mencegah kemungkinan bahaya banjir dan longsor

serta erosi yang tinggi. Luas wilayah kawasan konservasi ini sekitar

98 ha (5,23%).

3.1. Rekomendasi Pemupukan Spesifik Lokasi

Tanah di Desa Bongka Makmur bertekstur debu berliat (silt

loam) dengan rata-rata kadar debu 66 dan liat 23%. Tanah bersifat

basa dengan pH > 7,8, kadar C-organik dan N rendah. Hara P dan K

berstatus tinggi. Kation dalam tanah didominasi oleh hara Ca (71%),

dan Mg (27%), sedangkan hara K hanya 1,29%. Menurut McLean

(1977) kejenuhan kation yang ideal dalam tanah adalah 60% Ca,

10% Mg, 5% K dan 20% H. Dengan demikian tanah di Desa Bongka

Makmur, walaupun hara K tinggi tapi perlu pemupukan K yang

cukup.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

13

Tabel 3. Data analisa contoh tanah Desa Bongka Makmur, Kec. Ulu Bongka, Kab. Tojo Una-una, Sulawesi Tengah

Kode Batas horison

Tekstur (pipet) Ekstrak 1:5 Terhadap contoh kering 105oC

Pasir Debu LiatpH Bahan

organik HCl 25% OlsenP2O5

Nilai tukar kation (NH4-Acetat, pH 7)

H2O KCl C N C/N P2O5 K2O Ca Mg K Na Juml KTK KB cm % % mg 100g-1 ppm cmol(+) kg-1 % BM 1/1 0-25 4 74 22 8,1 7,0 2,04 0,27 8 61 162 12 38,92 12,60 0,73 0,00 52,25 33 >100

BM 1/2 25-50 4 73 23 8,5 7,2 0,77 0,09 9 63 106 8 31,47 25,84 0,40 0,05 57,76 31 >100

BM 3/1 0-25 15 61 24 7,8 6,4 0,95 0,11 9 25 88 8 28,87 18,87 0,35 0,00 48,09 33 >100

BM 3/2 25-50 11 60 29 8,3 7,0 0,54 0,07 8 28 73 6 32,37 24,46 0,25 0,02 57,10 34 >100

BM 4/1 0-25 14 64 22 8,4 7,1 1,66 0,22 8 62 335 15 42,69 9,98 0,94 0,07 55,68 35 >100

BM 4/2 25-50 44 27 29 8,0 7,2 2,21 0,22 10 97 539 37 24,34 5,91 0,71 0,02 30,98 23 >100

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

14

Status hara P, K, pH tanah dan kandungan bahan organik

lapisan atas (0-20 cm) ditetapkan dengan menggunakan perangkat

uji tanah kering (PUTK) di lapangan, hasilnya disajikan pada Tabel 4.

Hasil analisis menunjukkan bahwa lahan kering di Desa Bongka

Makmur berstatus hara P dan K tinggi, pH tanah tinggi dan kadar C-

organik rendah hingga sedang. Walaupun tanah ini berstatus K

tinggi tetapi kejenuhan hara K dibandingkan kation lain rendah,

sehingga diperlukan pupuk K 100 kg KCl ha-1. Perbedaan kadar C-

organik disebabkan oleh perbedaan pengelolaan, dan perbedaan laju

dekomposisi bahan organik.

Tabel 4. Status hara P dan K, pH, dan kandungan bahan organik tanah di Desa Bongka Makmur, Kec. Ulu Bongka, Kab. Tojo Una-una, Sulawesi Tengah

Sampel/pemilik lahan

No. SL P K pH C-

organik AL-5: Wayan Putra 2 Tinggi Tinggi 7,0 Rendah

AL-6: Sudjamat 2 Tinggi Tinggi 7,0 Rendah AL-7: Sadiran 4 Tinggi Tinggi 7,0 Sedang AL-8: TKD-I 3 Tinggi Tinggi 7,0 Sedang AL-9: TKD-II 3 Tinggi Tinggi 7,0 Sedamg

Rekomendasi pemupukan jagung dan kedelai

Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi pada lahan kering

didasarkan pada status hara P dan K, pH, dan kandungan bahan

organik tanah lapisan atas yang ditetapkan dengan alat bantu

perangkat uji tanah kering (PUTK) dan analisis tanah di laboratorium

disajikan pada Tabel 5. Takaran pupuk urea untuk tanaman jagung

berkisar 300-400 kg urea ha-1 dan untuk tanaman kedelai 50 kg urea

ha-1. Pupuk urea untuk tanaman kedelai digunakan sebagai starter,

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

15

sehingga semua pupuk urea diberikan pada awal tanam. Dengan pH

tanah yang tinggi tanah di Desa Bongka Timur perlu ditambah pupuk

S. Sumber pupuk S yang digunakan adalah pupuk ZA (amonium

sulfat) dengan takaran 100 kg ZA untuk jagung dan 50 kg ZA ha-1

untuk kedelai.

Tabel 5. Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi tanaman jagung dan kedelai pada lahan kering di Desa Bongka Makmur, Kec. Ulu Bongka, Kab. Tojo Una-una

Sampel/pemilik lahan

Rekomendasi

SP-36 KCl Pupuk kandang

kg ha-1 t ha-1

AL-5: Wayan Putra 100 100 2

AL-6: Sudjamat 100 100 2

AL-7: Sadiran 100 100 2

AL-8: TKD-I * 100 100 2

AL-9: TKD-II * 100 100 2

*) TKD=tanah kas desa yang akan dijadikan lab agribisnis

Rekomendasi Pemupukan Kelapa dan Kakao

Menurut Dierolf et al. (2000) jumlah hara yang diserap

tanaman kelapa dengan produksi antara 6-10 t ha-1 adalah 210 kg N,

30 kg P, 115 kg K, dan 37 kg S. Pemupukan yang disarankan adalah

110-220 kg urea ha-1, 85-170 kg SP-36, 135-170 kg KCl serta 100-

150 kg ZA ha-1. Selanjutnya juga disampaikan bahwa jumlah hara

yang diserap tanaman kakao dengan hasil 1-2 t ha-1 adalah 170 kg N,

22 kg P, 175 kg K, dan 12 kg S ha-1. Pemupukan yang disarankan

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

16

adalah 85-140 kg urea, 150-200 kg SP-36, 85-120 kg KCl dan 50 kg

ZA ha-1. Pemupukan diberikan tiga kali setiap tahun.

Bahan organik merupakan pembenah tanah, namun takaran

pupuk kandang yang optimum belum diketahui dengan pasti. Untuk

itu disarankan pupuk kandang diberikan 10 kg/pohon, yang dapat

diberikan dua kali yaitu pada permulaan musim hujan dan kemarau.

3.2. Cara dan waktu pemberian pupuk

Bahan organik (pupuk kandang) yang sudah matang

diberikan sehari sebelum tanam dengan cara memasukkan ke dalam

lubang tanam kemudian ditutup dengan tanah. Dapat juga dilakukan

dengan cara diberikan pada barisan tanaman kemudian ditutup

dengan tanah. Benih jagung ditanam dengan cara menaruh di atas

bahan organik yang telah ditutup dengan tanah.

Setengah takaran pupuk urea dan KCl serta seluruh takaran

pupuk SP-36 diberikan sebelum tanaman berumur 14 hari setelah

tanam. Pupuk urea, SP-36 dan KCl dicampur, kemudian diberikan

pada larikan yang dibuat sejajar barisan tanaman atau ke dalam

lubang yang dibuat dengan tugal. Jarak larikan atau lubang tugal

dengan barisan tanaman kurang lebih 5 cm. Setelah pupuk

dimasukkan ke dalam larikan atau lubang tugal ditutup dengan

tanah. Setengan takaran pupuk urea dan KCl diberikan pada saat

tanaman jagung berumur satu bulan. Pupuk urea dan KCl sebelum

diaplikasikan dicampur terlebih dahulu. Pupuk dimasukkan ke larikan

atau lubang tunggal, kemudian ditutup dengan tanah.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

17

Pemupukan untuk tanaman kelapa dan kakao diberikan di

bawah tajuk daun dengan cara dimasukkan ke dalam lubang yang

dibuat keliling batang tanaman dan ditutup dengan tanah.

Pupuk N

Seluruh lokasi yang disurvei mempunyai kadar C-organik

rendah hingga sedang, hal ini menunjukkan bahwa hara N juga

rendah. Hasil analisis di laboratorium juga menunjukkan bahwa

sebagian hara N di lahan kering di Desa Bonga Makmur rendah.

Hara N merupakan hara yang mobil, mudah menguap (volatilisasi)

dan tercuci. Pengembalian sisa hasil panen atau pemberian pupuk

kandang dapat meningkatkan bahan organik tanah dan juga sebagai

sumber N. Dengan pH yang tinggi maka perlu pemupukan S untuk

itu perlu ditambah 100 kg ZA ha-1, sehingga pupuk urea dikurangi 45

kg ha-1. Pupuk ZA diberikan bersamaan dengan pemupukan awal,

saat tanaman berumur < 7-10 hari setelah tanam (HST). Demikian

juga untuk tanaman kedelai juga perlu ditambah pupuk ZA dengan

takaran 50 kg ha-1.

Pupuk P

Kandungan P tanah merupakan faktor penting yang perlu

diperhatikan dalam pemupukan P. Tanah yang mempunyai

kandungan P tinggi, pemupukan P ditujukan untuk mengganti P

yang terangkut panen, sedangkan pada tanah yang mempunyai

kandungan P sedang dan rendah, pemupukan P ditujukan selain

untuk mengganti P yang terangkut panen juga untuk meningkatkan

kandungan P tanah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan status

P tanah.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

18

Pada umumnya respon tanaman jagung terhadap

pemupukan P sangat nyata pada tanah-tanah yang status P-nya

rendah. Makin tinggi status P tanahnya makin kecil respon tanaman

jagung terhadap pemupukan P. Walaupun demikian pemupukan P

tetap diberikan, yaitu dengan takaran 100 kg SP-36 ha-1 musim-1,

meskipun status P tanahnya sudah tinggi. Rekomendasi ini diberikan

sebagai takaran pemeliharaan (maintenance rate) yang ditujukan

untuk mempertahankan agar kandungan P dalam tanah tetap tinggi,

sehingga dapat menjamin agar tanaman tidak akan mengalami

kekurangan unsur hara P lagi.

Secara keseluruhan lahan kering di Desa Bongka Makmur

umumnya memiliki status hara P tinggi. Tanah bersifat basa atau pH

tinggi sehingga pupuk P yang dianjurkan pupuk SP-36. Pupuk SP-36

mengandung 36% P2O5. Waktu pemupukan P yaitu seluruh pupuk P

diberikan pada saat tanaman berumur < 7-10 HST. Cara pemupukan

P diberikan dengan cara dilarikan sejajar dengan barisan tanaman

atau ditugal disebelah lubang tanaman, kemudian ditutup dengan

tanah. Jarak antara larikan untuk pupuk dengan barisan tanaman

atau jarak antara lubang pupuk yang dibuat dengan tugal dan

tanaman sekitar 3-5 cm.

Pupuk K

Pemupukan berimbang sesuai kebutuhan tanaman akan

dicapai apabila pemupukan K juga memperhatikan status hara K

dalam tanah. Lahan kering di Desa Bongka Makmur berstatus K

tinggi, namun kejenuhan hara K cukup rendah dibandingkan

kejenuhan K ideal yaitu 5%, sehingga takaran pupuk K untuk

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

19

tanaman jagung pada lahan kering berstatus K tinggi adalah 100 kg

KCl ha-1.

Sumber hara K tanah pada lahan kering adalah hara K dalam

tanah, bahan organik, dan pupuk K. Pupuk K yang umum dijumpai di

Indonesia yaitu KCl dengan kadar K2O 60% dan kalium zulfat (K2SO4)

atau yang lebih dikenal sebagai ZK yang mengandung kadar K2O 45%

dan 18% S.

Hara K bersifat mobil sehingga pemupukan K sebaiknya

diberikan dengan cara di split dua atau tiga kali untuk menghindari

pencucian K. Pemupukan K pertama diberikan pada tanaman jagung

berumur < 7-10 HST, dan pemupukan kedua diberikan saat tanaman

jagung berumur 30-35 HST. Pemupukan K diberikan dengan cara

larikan sejajar dengan barisan tanaman atau ditugal dekat dengan

lubang tanaman, kemudian ditutup dengan tanah. Untuk

meningkatkan efisiensi pemupukan dianjurkan untuk mengembalikan

sisa hasil tanaman sebagai sumber bahan organik tanah.

3.3. Pengelolaan Bahan Organik

Hasil analisis baik di laboratorium maupun dengan

menggunakan PUTK diketahui bahwa kadar C-organik pada lahan

kering di Desa Bongka Makmur rendah. Sehingga penambahan

bahan organik sangat perlu dilakukan. Penambahan bahan organik

dimaksudkan selain untuk meningkatkan kadar bahan organik tanah,

juga untuk meningkatkan KTK tanah, efisiensi, dan efektivitas

penggunaan pupuk N, P, dan K.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

20

Pengelolaan hara N, P, dan K pada tanah lahan kering tidak

dapat dipisahkan dari pengelolaan bahan organik. Penggunaan

bahan organik dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas

penggunaan pupuk. Sumber bahan organik dapat berupa pupuk

kandang (kotoran sapi, ayam, kelinci, kambing, domba, kerbau

maupun babi), sisa hasil tanaman, tanaman penutup tanam maupun

tanaman sumber bahan organik yang ditanam sebagai tanaman

pagar.

Pupuk kandang dan pupuk hijau maupun sisa hasil tanaman

yang akan digunakan sebagai sumber bahan organik dipastikan

sudah matang. Pada tanaman jagung dan kedelai, bahan organik

dapat diberikan disebarkan merata ke seluruh petakan maupun

hanya pada lubang tanam. Pemberian dengan cara disebar dilakukan

satu minggu sebelum tanam, setelah disebar di atas permukaan

tanah bahan organik dicampur dengan tanah. Sedang yang diberikan

pada lubang tanam, pupuk kandang dibuat terlebih dahulu,

kemudian pupuk kandang ditaruh pada lubang, kemudian ditutup

dengan tanah, selanjutnya benih jagung atau kedelai ditaruh di atas

tanah. Selanjutnya benih jagung atau kedelai ditutup dengan tanah.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

21

IV. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR

4.1 Teknik Konservasi Tanah Saat Ini

Desa Bongka Makmur termasuk agroekosistem LKDRIK

(lahan kering dataran rendah iklim kering). Dari hasil pengamatan

kondisi lahan pertanian, di lokasi ini belum ada teknologi konservasi

tanah (Gambar 6), padahal lahan di wilayah ini banyak yang

berlereng/berbukit, yang berpotensi menyebabkan terjadinya erosi,

walaupun curah hujan tergolong rendah, yaitu rata-rata 1.306 mm

tahun-1.

Dengan tanah yang memiliki tekstur halus, erosi alur sering

terjadi terutama pada lereng berombak hingga bergelombang. Pada

wilayah ini merupakan lahan usaha I yang diperuntukkan tanaman

pangan. Produksi tanaman terutama jagung produksi stabil, hal ini

seolah-olah dampak erosi tidak mempengaruhi produksi tanaman.

Ditinjau dari karakteristik tanah ternyata areal tersebut memiliki solum

yang dalam. Namun pengelolaan lahan tanpa kaidah konservasi tanah,

lambat laun akan terjadi kemerosotan produksi dan akhirnya terjadi

degradasi lahan.

Gambar 6. Kondisi lahan pertanian berlereng

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

22

4.2. Rekomendasi Teknik Konservasi Tanah

Rekomendasi teknik konservasi tanah sangat diperlukan pada

daerah tegalan (lahan usaha I), kebun campuran, dan wilayah

perbukitan. Untuk mempertahankan kualitas tanah, teknik

konservasi tanah secara insitu sangat diperlukan. Terutama dalam

penyediaan tanaman untuk pengelolaan bahan organik, seperti

tanaman budi daya lorong dan tanaman penguat teras. Hal ini guna

mengefisiensikan tenaga dan biaya.

Dataran banjir

Lokasi ini diperlukan tanaman yang memiliki perakaran

banyak dan dalam. Hal ini berguna untuk mengantisipasi bahaya

erosi dan banjir. Tanaman yang ada pada lahan ini, seperti kelapa

dan pinus harus dipertahankan, karena selain dapat beradaptasi

dengan baik, tanaman ini mampu menahan aliran permukaan dan

erosi.

Tegalan (dataran Alluvial)

Pengelolaan bahan organik dengan sistim budi daya lorong

(alley cropping) dapat menghasilkan bahan hijauan. Hijauan tersebut

dapat digunakan sebagai mulsa dan pupuk hijau yang dapat

menyumbangkan hara.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi budi daya lorong:

a. Persyaratan penerapan budi daya lorong

• Kemiringan lahan berkisar antara 3-40%

• Kedalaman solum > 20 cm

• Interval horizontal 3-10 m

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

23

Gambar 7. Sistem budi daya lorong dengan Gliricidia sepium sebagai tanaman pagar dan bidang olah untuk tanaman semusim.

b. Persyaratan tanaman untuk digunakan sebagai tanaman

pagar (Departemen Pertanian, 2006)

• Tahan pemangkasan dan dapat bertunas kembali secara

cepat sesudah pemangkasan.

• Menghasilkan banyak hijauan

• Dapat menambat nitrogen (N2) dari udara

• Tingkat persaingannya dengan tanaman utama tidak

begitu tinggi

• Memiliki perakaran vertikal yang dalam sehingga daya

saingnya terhadap tanaman utama berkurang

• Tidak bersifat alelopati (mengeluarkan zat beracun) bagi

tanaman utama

• Sebaiknya mempunyai manfaat ganda supaya mudah

diadopsi petani

Tanaman pagar

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

24

Gambar 8. Sketsa tanaman pagar

c. Teknik penanaman dan pemeliharaan tanaman pagar

(Departemen Pertanian, 2006; Proyek Pengelola dan

Konservasi DAS Nasional, 1999)

• Lamtoro dan Flemingia biasa ditanam dengan

menggunakan biji sedangkan Gliricidia dengan

menggunakan stek

• Untuk bahan stek pilih cabang yang sudah berwarna putih

(tidak lagi hijau) yang berdiameter 2-4 cm. Panjang stek

kurang lebih 30 cm.

• Stek atau benih ditanam sejajar kontur. Untuk stek

gunakan jarak tanam dalam baris 20-30 cm. Untuk

penanaman dengan biji (lamtoro atau Flemingia)

penanaman dideder dengan jarak antar biji sekitar 5 cm.

Pemberian pupuk TSP atau SP-36 satu sendok teh untuk

satu meter barisan akan mempercepat pertumbuhan

tanaman pagar.

5 mTanaman pagar

Tanaman semusim

5 m5 mTanaman pagar

Tanaman semusim

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

25

• Agar cukup efektif mencegah erosi, jarak antar baris

tanaman pagar ditentukan dengan menggunakan rumus

VI/HI = % kemiringan lahan (VI = tinggi vertikal, dan HI

= jarak horizontal). Untuk mendapatkan jarak horizontal

(HI), VI harus ditetapkan terlebih dahulu, berkisar antara

0,50-1,00 m untuk lereng < 25% dan 1,00-1,50 m untuk

lereng > 25% lebih kurang 5 m (lebar lorong sekitar 4,75

m).

d. Pemangkasan dan penggunaan hijauan

Setelah berumur sekitar 4-6 bulan atau setelah

mencapai ketinggian yang dapat menaungi tanaman utama

yang menyebabkan pertumbuhannya terganggu, tanaman

pagar dipangkas pada ketinggian 50-60 cm dari permukaan

tanah. Daun-daun tanaman pagar yang dipangkas disebarkan

di permukaan tanah. Pemangkasan tanaman pagar dilakukan

dengan interval 2-4 bulan sekali, tergantung pada kecepatan

pertumbuhannya.

Beberapa jenis tanaman pagar yang sesuai untuk pengendali

erosi dan sekaligus sebagai pakan ternak disajikan pada Tabel 6.

Guludan merupakan salah satu upaya untuk memperpendek

lereng agar produktivitas tanah tidak menurun. Guludan dapat

diperkuat dengan tanaman pakan ternak seperti setaria atau rumput

gajah. Guludan ini apabila terpelihara akan membentuk teras kredit

dengan membentuk teras gulud yang stabil.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

26

Tabel 6. Beberapa jenis tanaman pakan ternak yang cocok untuk tanaman pagar (Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat, 1999)

Nama latin Nama lokal Kegunaan Persyaratan tumbuh Ficus subcordata

Wunut (J), bunut lengis (B), sipadi (M).

Reklamasi lahan, tanaman pagar, penahan angin (windbreak)

Elevasi 0-800 m dpl, tumbuh baik pada lahan kering dan lahan berlereng dengan curah hujan 900-2.500 mm. Cocok pada berbagai jenis tanah, termasuk tanah calcareous (pH tinggi).

Gliricidia sepium

Gamal (J), Glirisidia (I)

Tanaman penaung, tanaman pagar, pupuk hijau, reklamasi lahan

Curah hujan 900-1.500 mm dengan sekitar 5 bulan periode kering. Cocok pada berbagai jenis tanah dari masam sampai basa.

Leucaena leucocephala

Lamtoro gung, petai cina (I), kemlandingan (J)

Tanaman serbaguna

Elevasi 0-1.000 m dpl, curah hujan 650-1.500 mm. Juga ditemukan pada daerah yang lebih kering atau lebih basah. Cocok pada tanah dengan pH > 5 dan ditemukan juga pada tanah bergaram (salin).

Sesbania grandiflora

Turi (I, J, S), tuwi (B)

Penahan angin, tiang panjat, tanaman penaung

Elevasi 0-800 m dpl, curah hujan 800-4.000 mm. Tumbuh pada berbagai jenis tanah, termasuk tanah tandus atau tanah sering tergenang. Toleran terhadap tanah bergaram dan tanah alkalin.

Sesbania sesban

Jayanti (S), Janti (J)

Pupuk hijau, tanaman naungan

Elevasi 0-2.300 m dpl, curah hujan 500-2.000 mm.Tumbuh pada berbagai jenis tanah mulai dari tanah berpasir sampai tanah liat. Toleran terhadap tanah salin dan tanah masam.

Calliandra calothyrsus

Kaliandra (I) Tanaman konservasi pada lembah, jurang (gully) dan lahan berlereng curam, tanaman pagar, pupuk hijau.

Elevasi 200-1.800 m dpl, curah hujan 700-4.000 mm dengan 1-7 bulan kering. Cocok pada berbagai jenis tanah termasuk tanah masam berkesuburan rendah. Menyukai tanah dengan tekstur ringan (lempung-berpasir).

I = Indonesia, J = Jawa, S = Sunda, B = Bali, M = Minang.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

27

Tanaman penguatTanaman penguat

Gambar 9. Sketsa guludan dengan penguat teras

Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang ditanam

tersendiri (pada saat lahan tidak ditanamai tanaman pokok) atau

ditanam bersama-sama dengan tanaman pokok. Fungsi tanaman

penutup adalah untuk menutupi tanah dari terpaan langsung air

hujan, menjaga kesuburan tanah, menyediakan bahan organik. Jenis

tanaman penutup tanah yang dapat diterapkan adalah Centrosema

sp., Mucuna sp., Puraria javanica, dan Arachis pintoi. Tanaman ini

dipanen berupa hijauan (daun) pada saat umur tanaman 3-4 bulan.

Hal ini karena pada umur tersebut hijauan tanaman tumbuh

maksimal, sehingga menghasilkan hijauan yang tinggi. Tanaman

dipangkas/dibabat dan disebarkan sebagai mulsa. Tanaman penutup

tanah ini dapat juga ditanam di bawah tegakan kelapa, kakao,

cengkih dan lain-lain pada kebun campuran.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

28

Gambar 10. Mukuna (Mucuna

sp) sebagai tanaman penutup

Gambar 11. Tanaman kudzu

(Pueraria javanica) sebagai tanaman penutup tanah

Gambar 12. Mukuna ditanam di bawah

tegakan tanaman keras

Rorak merupakan lubang penampung atau resapan air,

dibuat dibidang olah atau di antara tanaman tahunan. Pembuatan

rorak bertujuan untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah

dan menampung tanah yang tererosi. Pada lahan kering beriklim

kering, rorak berfungsi sebagai tempat pemanen air hujan dan aliran

permukaan. Lubang rorak dibuat sejajar lereng dengan ukuran

panjang 2 m, lebar 1 m, dan dalam 1 m. Jarak ke samping antara

rorak 1,50-2,00 m. Pada periode tertentu, rorak akan terisi oleh

tanah atau serasah tanaman. Bahan yang masuk ke dalam rorak

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

29

diangkat keluar dan diberikan atau disebar/dilarikan pada tanaman

tahunan sebagai pupuk organik, kompos atau pupuk hijau.

Rorak/slot mulsaRorak/slot mulsa

Gambar 13. Rorak/slot mulsa pada tanaman tahunan

Tegalan (Dataran tektonik)

Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan

saluran air di bagian belakang gulud. Metode ini dikenal pula dengan

istilah guludan bersaluran. Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas

guludan, saluran air, dan bidang olah (Gambar 14).

Gambar 14. Sketsa penampang samping teras gulud

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

30

Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku,

yaitu untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan

penyerapan air ke dalam tanah. Saluran air dibuat untuk

mengalirkan aliran permukaan dari bidang olah ke saluran

pembuangan air. Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam

menanggulangi erosi dan aliran permukaan, guludan diperkuat

dengan tanaman penguat teras. Jenis tanaman yang dapat

digunakan sebagai penguat teras gulud adalah jenis pakan ternak

seperti setaria atau rumput gajah. Sebagai kompensasi dari

kehilangan luas bidang olah, bidang teras gulud dapat pula ditanami

dengan tanaman bernilai ekonomi (cash crops), misalnya tanaman

katuk, cabai rawit, dan sebagainya. Kemudian hal yang lebih penting

adalah komponen teras gulud itu sendiri yaitu saluran pembuangan

air (SPA). Ini berguna untuk mengalirkan kelebihan air.

Saluran pembuangan air ini dibuat searah lereng atau

sesuai dengan cekungan alami. Saluran pembuangan air

berfungsi untuk mengalirkan air dari saluran pengelak dan atau

saluran teras ke sungai atau tempat penampungan/pembuangan air

lainnya tanpa menyebabkan erosi pada Saluran pembuangan air.

Saluran pembuangan air biasanya berukuran 30 - 50 cm lebar dan

50 sampai 70 cm dalam. Untuk mengendalikan erosi pada dasar dan

dinding SPA, maka dapat dilakukan penanaman rumput atau

susunan batuan. Rumput dapat ditanami di seluruh dasar dan

dinding SPA atau sekurang-kurangnya pada jarak 2-5 m menyerupai

strip di dalam SPA. Jenis rumput yang cocok adalah rumput yang

mudah beradaptasi dan tidak disukai ternak, misalnya rumput

vetiver.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

31

Pada lahan yang kemiringannya > 8 %, SPA perlu dilengkapi

dengan beberapa terjunan air untuk mengurangi kecepatan aliran air.

Pada lahan yang terjal (> 30%) jika batu tersedia, dianjurkan

menggunakan susunan batu pada dasar saluran, terutama pada

bagian dasar terjunan.

Gambar 15. Saluran pembuangan air

Perbukitan

Wilayah yang berlereng < 15% masih dapat ditanami

tanaman pangan, dengan syarat mengikuti kaidah konservasi tanah.

Sedangkan untuk lereng yang lebih dari 15% dianjurkan menanam

tanaman tahunan seperti tanaman kayu-kayuan dan buah-buahan.

Teknik konservasi yang dapat diterapkan adalah teras bangku.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

32

Teras bangku dapat dibentuk pada areal tersebut. Hal ini

karena tanahnya memiliki solum yang dalam. Teras bangku atau

teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang lereng dan

meratakan tanah di bagian bawahnya, sehingga terjadi deretan

bangunan yang berbentuk seperti tangga. Pada usaha tani lahan

kering, fungsi utama teras bangku adalah: (1) memperlambat aliran

permukaan; (2) menampung dan menyalurkan aliran permukaan

dengan kekuatan yang tidak sampai merusak; (3) meningkatkan laju

infiltrasi; dan (4) mempermudah pengolahan tanah.

Rumput gajah (Pennisetum purpureum) banyak ditanam,

karena desa ini merupakan unggulan sapi perah. Jenis pakan ternak

yang dapat dijadikan penguat bibir dan tampingan teras adalah

Setaria sp. dan Paspalum notatum. Penanaman tanaman penguat

teras ini ditanam secara zig zag dengan jarak 25 cm. Selain itu

setiap 25 m teras dibuat saluran pembuangan air (SPA).

Teras bangku + rumput gajah

Teras bangku + rumput gajah

Gambar 16. Teras bangku dengan tampingan rumput gajah

Rumput gajah ditanampada tampingan terasRumput gajah ditanampada tampingan teras

Gambar 17. Penanaman

rumput gajah pada tampingan teras

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

33

Gambar 18. Sketsa empat tipe teras bangku

Tabel 7. Rekomendasi teknologi konservasi untuk usaha tani lahan

kering pada lokasi Prima Tani Desa Bongka Makmur, Kec. Ulu Bongka, Kab. Tojo Una-Una, Sulteng

Satuan lahan (No)

Lereng %

Penggunaanlahan

Konservasi existing

Rekomendasi teknik konservasi

Catatan

Dataran banjir (1)

<2 Semak, kelapa, pinus

Tidak ada tindakan konservasi tanah

Tanaman yang ada dipertahankan

Dataran aluvial (2,3)

0-3 Tegalan /pekarangan

Tidak ada tindakan konservasi tanah

• Budi daya lorong

• Tanaman penutup tanah.

• Guludan • rorak

Rumput gajah, rumput raja Mucuna, komak

Dataran tektonik (4)

8-15 Tegalan Tidak ada tindakan konservasi tanah

• Strip rumput • Teras gulud

Rumput gajah, rumput raja. Perlu dibuat SPA dan bangunan terjunan air

Perbukitan tektonik (5)

>15 Semak belukar

Tidak ada tindakan konservasi tanah

• Tanaman tahunan

• Teras bangku • Wanatani

SPA

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

34

V. DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Tojo Una-una. 2004. Kabupaten Tojo Una-una

Dalam Angka 2003. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tojo Una-una, Provinsi Sulawesi Tengah.

Departemen Pertanian. 2006. Peraturan Menteri Pertanian RI

Nomor: 47/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Umum Budi daya Pertanian Pada Lahan Pegunungan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber daya Lahan Pertanian.

Dierolf, T., T.H. Fairhurst dan E. W. Mutert. 2000. Soil Fertility Kit: A

tool for acid upland soil fertility management in Southeast Asia. P. 132. PPI.

Hikmatullah, M. Al-Jabri, dan Harry Kusnadi. 2007. Laporan akhir

Identifikasi dan pengelolaan lahan pertanian mendukung Prima Tani di Desa Bongka Makmur, Kecamatan Ulu Bongka, Kabupaten Tojo Una-una, Provinsi Sulawesi Tengah. Balai Penelitian Tanah, Bogor.

McLean, E.O. 1977. Contrasting concepts in soil test interpretation:

sufficiency levels of available nutrients versus basic cation saturation ratios. P. 39-52. In Soil Testing: Correlating and Interpretating the Anaytical Results. SSSA Madison, Wisconsin.

Oldeman, L.R, and Darmiyati S. 1977. The Agroclimatic Map of

Sulawesi, scale 1: 2,500,000. Contr. Centre. Res. Inst. Agric. Bulletin No.60, Bogor.

Proyek Pengelola dan Konservasi DAS Nasional. 1999. Teknik

Konservasi Tanah dan Air. Tim Pengendalian Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat.

Schmidt, F.H., and J.H.A. Ferguson. 1951. Rainfall Type Based on

Wet and Dry Period Ratios for Indonesia with Western New Guinea. Verh. No.42. Jawatan Met. dan Geofisik, Jakarta.

Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi

Pusat. 1999. Teknik Konservasi Tanah dan Air. Kelompok Kerja Penelitian dan Pengembangan (POKJA LITBANG)-NWMCP.