Upload
tranthuy
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Tema:
TEORI PERUBAHAN SOSIAL: TEORI PERUBAHAN TERHADAP SEJARAH
PERADABAN
(A)
JUDUL:
PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT ARAB SETELAH KEDATANGAN ISLAM
(PENDEKATAN TEORI KONFLIK)
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan:
LK II HMI CABANG SUBANG
PENYUSUN:
Nama : Lu’luin Maknun
E-mail : [email protected]
Nomor Hp : 081219280498
Himpunan Mahasiswa Islam
Komisariat Ahmad Dahlan I
Cabang Sukoharjo
2018
II
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan segala
nikmatnya kepada kita sehingga kita dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan
pernuh ridho-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman kebodohan ke kehidupan yang
penuh dengan ilmu pengetahuan.
Selanjutnya penulis sangat bersyukur dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Perubahan Sosial Masyarakat Arab Setelah Kedatangan Islam
(Pendekatan Teori Konflik)”. Makalah ini ditujukan guna memenuhi syarat mengikuti
LK II Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Subang.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
memberikan dukungan dan bantuan. Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan
dalam penulisan makalah. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi yang
membacanya.
Sukoharjo, 10 September 2018
Penulis
Lu’luin Maknun
III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... II
DAFTAR ISI ................................................................................................................. III
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................2
A. Teori Konflik ..........................................................................................................2
B. Teori Konflik Dalam Perubahan Sosial Masyarakat Islam di Arab ................4
C. Revolusioner Nabi Muhammad SAW Terhadap Masyarakat Arab.................10
BAB III PENUTUP ........................................................................................................11
A. Kesimpulan .............................................................................................................11
B. Saran .........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................12
LAMPIRAN .....................................................................................................................13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendekatan teori sosial merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mengkaji perubahan sosial yang terjadi di masyarakat.
Teori yang akan digunakan untuk mengkaji perubahan sosial yang terjadi di
kalangan masyarakat Arab disini adalah teori konflik dari Karl Marx. Dan
perubahan sosial yang terjadi di kalangan masyarakat Arab ini dapat dilihat
melalui Sirah Nabawiyah.
Seperti dalam kasus sebelum masuknya Islam kebanyakan kaum
Arab beribadah dengan cara melakukan penyembahan terhadap berhala dan
mereka menjadikan Ka’bah sebagai pusat peribadatan mereka. Lalu
datanglah Nabi Muhammad SAW dengan membawa keyakanin lain yaitu
teologi ketauhidan guna meluruskan keyakinan yang salah sebelumnya.
Dalam melancarkan keyakinan yang dibawanya Nabi Muhammad SAW
menggunakan sarana dakwah. Untuk lebih lanjut akan dijelaskan di dalam
makalah ini dengan judul “Perubahan Sosial Masyarakat Arab Setelah
Kedatangan Islam (Pendekatan Teori Konflik)”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori konflik?
2. Bagaimana pendekatan teori konflik dalam perubahan sosial masyarakat
Islam di Arab?
3. Apa revolusi yang dibawa Nabi Muhammad SAW terhadap masyarakat
Arab?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori konflik
2. Untuk mengetahui pendekatan teori konflik yang digunakan dalam
memahami perubahan sosial masyarakat Islam di Arab
3. Untuk mengetahui revolusi yang dibawa Nabi Muhammad SAW
terhadap masyarakat Arab
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Konflik
Teori konflik muncul sebagai bentuk reaksi atas tumbuh
suburnya teori fungsionalisme struktural yang dianggap kurang
memperhatikan fenomena konflik sebagai salah satu gejala di
masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian. Pemikiran yang paling
berpengaruh atau menjadi dasar dari teori konflik ini adalah pemikiran
Karl Max dan pada tahun 1960-an teori konflik semakin mulai merebak.
Teori ini bertujuan untuk menganalisis asal usul suatu kejadian
di mana terjadinya sebuah pelanggaran peraturan atau latar belakang
seseorang yang berperilaku menyimpang. Konflik disini menekankan
sifat pluralistik dari masyarakat dan ketidak seimbangan distribusi
kekuasaan yang terjadi di antara berbagai kelompok, karena kekuasaan
yang dimiliki kelompok elit maka kelompok itu juga memiliki
kekuasaan untuk menciptakan peraturan khususnya hukum yang bisa
melayani kepentingan mereka.
Konflik berasal dari bahasa latin configere yang berarti saling
memukul, yang merupakan proses sosial antara dua orang atau lebih
pada saat salah satu pihak berusaha melenyapkan pihak lain dengan
mengahancurkannya atau membuatnya tidak berdaya yang dapat di latar
belakangi oleh berbagai faktor, misalnya perbedaan ras, etnis,
kebudayaan, tradisi, agama, kepentingan politik, ekonomi, ideologi, dll
(Asep, 2016: 207).
Bentuk dari konflik sosial itu bermacam-macam, yakni konflik
antara individu, kelompok atau pun bangsa. Marx mengatakan bahwa
potensi konflik terutama terjadi dalam bidang perekonomian dan ia pun
memperlihatkan bahwa perjuangan atau konflik juga terjadi dalam
bidang distribusi prestise dan kekuasaan politik.
3
Pemikiran Marx pada dasarnya berpusat pada usaha untuk
membuka sebuah kedok sistem masyarakat, pola kepercayaan, dan
bentuk kesadaran sebagai ideologi yang mencerminkan dan
memperkuat kepentingan kelas yang berkuasa. Pentingnya sebuah
kondisi materiil yang terdapat dalam struktur masyarakat membatasi
akan kesadaran setiap individu.
Kenyataan sosial yang tidak dapat dihiraukan dari teori apa pun
atas pernyataan Marx adalah terkait pengakuan terhadap adanya struktur
kelas dalam masyarakat, kepentingan ekonomi yang saling bertentangan
di antara orang-orang dalam kelas yang berbeda, pengaruh besar yang
berdampak pada kelas ekonomi terhadap gaya hidup seseorang serta
bentuk kesadaran dan berbagai konflik yang muncul menimbulkan
perubahan sosial. Kemudian konflik sosial dan perubahan sosial
menjadi satu pengertian yang setara, karena perubahan sosial berasal
dari adanya konflik itu sendiri (Agus, 2002: 38).
Secara umum pendekatan konflik dibagi menjadi dua dan Karl
Marx memandang masyarakat terdiri dari dua kelas yang didasarkan
pada kepemilikan sarana dan alat produksi (property), yaitu kelas
borjuis dan proletar. Kelas borjuis adalah kelompok yang memiliki
sarana dan alat produksi dalam hal ini adalah perusahaan sebagai modal
dalam usaha. Kelas proletar adalah kelas yang tidak memiliki sarana dan
alat produksi sehingga dalam pemenuhan akan kebutuhan ekonominya
tidak lain hanyalah menjual tenaganya. Konflik antar kelas terjadi
melalui proses produksi sebagai salah satu kegiatan ekonomi di mana
dalam proses produksi terjadi kegiatan pengeksploitasian terhadap
kelompok proletar oleh kelompok borjuis. Perubahan sosial ini lah yang
justru membawa dampak buruk bagi kelompok proletar karena
berkaitan dengan pertambahan penduduk.
Dengan bertambahnya penduduk maka semakin sulit untuk
mendapatkan lapangan pekerjaan karena tingginya jumlah penawaran
4
tenaga kerja dan hal ini pun akan berpengaruh kepada pendapatan yang
semakin rendah.
B. Teori Konflik Dalam Perubahan Sosial Masyarakat Islam di Arab
Dalam teori konflik Marx ada dua tujuan akhir perubahan sosial
di masyarakat, pertama: muara konsensus, yaitu perubahan sosial yang
didapatkan dari hasil perjuangan dengan perjanjian antara dua kelas
yang berkonflik yaitu antara kelompok borjuis dan kelompok proletar.
Namun, ada prinsip-prinsip dasar yang tidak terwujud secara total
karena ada yang harus disepakati untuk membangun harmoni. Kedua:
muara revolusioner, yaitu perubahan sosial yang didapatkan dari hasil
perjuangan kelompok borjuis dan kelompok proletar secara total. Tidak
ada kompromi sedikit pun di dalam muara revolusioner ini sehingga
perubahan yang terjadi di masyarakat adalah perubahan totalitas dari
masyarakat buruk ke masyarakat baik.
Dari teori konflik tersebut dapat ditarik benang merah bahwa
perubahan sosial yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dalam
menyebarkan Islam bermuara pada perubahan revolusioner karena
perubahan yang dibawanya. Dapat dikatakan demikian dilihat dari Sirah
Nabawiyah yang ada. Sebelum masuknya Islam kebanyakan kaum Arab
beribadah dengan cara melakukan penyembahan terhadap berhala dan
mereka menjadikan Ka’bah sebagai pusat peribadatan mereka.
Seperti yang dilakukan oleh Amru bin Luhay pemimpin Bani
Khuza’ah. Ketika ia mengadakan perjalanan ke Syam ia melihat
penduduk disana menyembah berhala. Ia menganggap hal itu adalah
suatu kebenaran karena Syam merupakan tempat para rasul dan kitab.
Kemudian ia pulang membawa berhala Hubal dan meletakkannya di
dalam Ka’bah lalu mengajak penduduk Mekkah melakukan kesyirikan
terhadap Allah SWT (Syaikh, 2012: 71).
Syirik sendiri tidak dibenarkan dalam Islam, syirik berasal dari
akar kata "syaraka yasyraku-syirkan-fahuwa syaarikun”, artinya
5
mencampur. Kemudian mendapatkan awalan alif menjadi "asyraka-
yusyriku-isyrakan-fahuwa musyirikun", artinya mencampurkan atau
menyekutukan, campur aduk, tidak keruan, bersyarikat. Menurut syara
berarti perbuatan seseorang yang telah mengaku beriman kepada Allah
SWT dengan segala konsekuensi tetapi masih mengikuti cara hidup
menurut ketentuan di luar petunjuk Allah SWT (Taufik, 2013: 58).
Hingga akhirnya kedatangan Nabi Muhammad SAW membawa
keyakinan lain yaitu ketauhidan. Tapi hal tersebut tidak dapat dengan
mudah diterima, terbukti dengan penolakan yang diberikan oleh kaum
kafir Quraisy. Dalam membawa keyakinan tauhid Nabi Muhammad
SAW menggunakan metode dakwah dalam penyebarannya. Melalui
dakwah tersebut Nabi Muhammad SAW melakukan suatu perubahan
sosial terhadap tatanan masyarakat Arab. Ketauhidan ini merupakan
perubahan sosial pertama yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.
Terkait penolakan yang diberikan oleh kafir Quraisy terhadap
Islam. Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong kaum
kafir Quraisy untuk menolak Islam:
1. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan
2. Nabi Muhammad SAW menyerukan persamaan hak antara
bangsawan dan hamba sahaya
3. Tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan
pembalas di akhirat
4. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berakar pada
bangsa Arab
5. Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang
rezeki.
Dilihat dari point kedua kaum kafir Quraisy sangat menentang
persamaan kelas antara bangsawan dan hamba sahaya. Dan bila
dikaitkan dengan teori konflik, menurut Marx, kelas dalam sejarah
masyarakat adalah sejarah perjuangan kelas. Artinya perjuangan kelas
merupakan faktor dominan dalam perubahan sosial yang terjadi.
6
Struktur kelas pada zaman Nabi Muhammad SAW adalah kelompok
borjuis (majikan dan penguasa kafir Quraisy) sedangkan kelompok
proletar (budak dan minoritas Islam). Seringnya penindasan yang terjadi
pada zaman Nabi Muhammad SAW seperti yang dilakukan kelompok
borjuis (Abu Jahal, dll) terhadap kelompok proletar (budak dan
minoritas Islam) adalah untuk mempertahankan dominasi kekuasaan
agama, politik maupun ekonomi semata di kalangan masyarakat.
Dampak dari penindasan yang dilakukan kelompok borjuis
(majikan dan penguasa kafir Quraisy) terhadap kelompok proletar
(budak dan minoritas Islam) menyebabkan kesengsaraan yang
mendalam. Disinilah peran Nabi Muhammad SAW, untuk
mengorganisir dan memobilisasi kaum proletar (budak dan minoritas
Islam) untuk bangkit melawan penindasan.
Strategi perjuangan revolusioner Nabi Muhammad SWA dalam
melakukan perubahan sosial di masyarakat Arab adalah, pertama:
Dakwah pada keluarga dan teman-temannya. Dengan turunnya wahyu
yang pertama (QS. Al-‘Alaq: 1-5), berarti Muhammad telah dipilih
Allah SWT sebagai Nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum
diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama. Lalu
turunlah wahyu yang kedua (QS. Al-Mudatstsir: 1-7) yang menjelaskan
akan tugas Rasulullah SAW yaitu menyeru umat manusia untuk
menyembah dan meng-Esakan Allah SWT. Dengan perintah tersebut
Rasulullah SAW mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi.
Mula-mula istrinya, Khadijah masuk Islam, kemudian saudara
sepupu, Ali bin Abi Thalib yang baru berumur 10 tahun. Kemudian, Abu
Bakar sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Lalu Zaid, bekas
budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, pengasuh
nabi sejak ibunya Aminah masih hidup, juga termasuk orang yang
pertama masuk Islam. Sebagai seorang pedagang yang berpengaruh
Abu Bakar berhasil mengIslamkan beberapa orang teman dekatnya,
seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin ‘Auf,
Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah. Mereka dibawa
7
Abu Bakar langsung kepada Nabi Muhammad SAW dan masuk Islam
di hadapan Nabi Muhammad SAW sendiri.
Kedua, setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan
secara individual turunlah perintah agar Nabi Muhammad SAW
menjalankan dakwa secara terbuka. Mula-mula ia mengundang dan
menyeru kerabat karibnya dari Bani Abdul Muthalib. Ia mengatakan
kepada mereka, “Saya tidak melihat seorang pun di kalangan Arab yang
dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari apa
yang saya bawa kepada kalian. Kubawakan kepadamu dunia dan akhirat
yang terbaik. Tuhan memerintahkan saya mengajak kalian semua.
Siapakah di antara kalian yang mau mendukung saya dalam hal ini?”.
Mereka semua menolak kecuali Ali.
Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat tentang Islam
secara terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba
sahaya. Mula-mula ia menyeru penduduk Mekkah, kemudian penduduk
negeri-negeri lain. Di samping itu, ia juga menyeru orang-orang yang
datang ke Mekkah, dari berbagai negeri untuk mengerjakan haji. Jumlah
pengikut nabi yang tadinya hanya belasan orang, makin hari makin
bertambah. Mereka terutama terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja,
dan orang-orang yang tak punya.
Mendengar dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW
telah berlangsung secara terang-terangan kaum kafir Quraisy mencoba
menempuh cara baru untuk melumpuhkan kekuatan Nabi Muhammad
SAW yang bersandar pada kekuatan Bani Hasyim. Cara yang ditempuh
adalah pemboikotan, mereka memutuskan segala hubungan dengan
suku ini. Tidak seorang pun penduduk Mekkah yang diizinkan untuk
melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Akibat boikot
tersebut Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan, dan
kesengsaraan.
Pemboikotan itu baru berhenti setelah beberapa pemimpin
Quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sungguh suatu
tindakan yang keterlaluan. Namun, tidak lama kemudian paman nabi
8
Abu Thalib yang merupakan pelindung utamanya meninggal dunia
dalam usia 87 tahun. Tiga hari setelah itu Khadijah istri nabi meninggal
dunia pula.
Sepeninggal dua pendukung tersebut kafir Quraisy tidak segan-
segan lagi melampiaskan nafsu amarahnya terhadap Nabi Muhammad
SAW. Melihat reaksi penduduk Mekkah demikian rupa, nabi kemudian
berusaha menyebarkan Islam ke luar kota. Namun, di Thaif ia diejek,
disoraki, dan dilempari batu, bahkan sampai terluka di bagian kepada
dan badannya.
Pada tahun ke-10 kenabian, Allah SWT mengisra’ dan mikraj
kan Nabi Muhammad SAW. Setelah peristiwa Isra’ dan Mikraj, suatu
perkembangan besar bagi kemajuan dakwah Islam muncul.
Perkembangan datang dari sejumlah penduduk Yastrib yang berhaji ke
Mekkah. Mereka yang terdiri dari suku ‘Aus dan Khazraj masuk Islam.
Pada tahun ke sepuluh kenabian, beberapa orang Khazraj berkata
kepada Nabi: “Bangsa kami telah lama terlibat dalam permusuhan, yaitu
antara suku ‘Aus dan Khazraj. Mereka benar-benar merindukan
perdamaian. Kiranya Tuhan mempersatukan mereka kembali dengan
perantara engkau dan ajara-ajaran yang engkau bawa. Oleh karena itu,
kami akan berdakwah agar mereka mengetahui agama yang kami terima
dari engkau ini”.
Pada tahun kedua belas kenabian delegasi Yastrib, terdiri dari
sepuluh orang suku Khazraj dan dua orang suku ‘Aus serta seorang
wanita menemui Nabi disuatu tempat bernama Aqabah. Dihadapan Nabi
mereka menyatakan kesetiaan. Rombongan ini kemudian kembali ke
Yastrib sebagai juru dakwah dengan ditemani oleh Mus’ab bin Umair
yang sengaja diutus Nabi oleh permintaan mereka. Ikrar ini disebut
dengan perjanjian ‘Aqabah Pertama’.
Pada musim haji berikutnya, jamaah haji yang datang dari
Yastrib berjumlah 73 orang. Atas nama penduduk Yastrib, mereka
meminta pada Nabi agar berkenan pindah ke Yastrib. Mereka berjanji
9
akan membela nabi dari segala ancaman. Nabi pun menyetujui usul yang
mereka ajukan. Perjanjian ini disebut perjanjian ‘Aqabah Kedua’.
Ketiga, Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk berhijrah ke
Yastrib akibat intimadasi yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy
berujung pada rencanan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW.
Dalam perjalanan ke Yastib Nabi ditemani oleh Abu Bakar. Ketika di
Quba, sebuah desa yang jaraknya sekitar lima kilometer di Yastrib, nabi
istirahat beberapa hari lamanya. Dia menginap di rumah Kalsum bin
Hindun. Di halaman rumah ini nabi membangun sebuah masjid. Inilah
masjid pertama yang dibangun Nabi sebagai pusat peribadatan.
Ketika Nabi memasuki wilayah Yastrib Nabi sangat dielu-
elukan kedatangannya. Dan sebagai penghormatan atas kedatangan
Nabi , nama kota Yastrib diubah menjadi Madinatun Nabi (Kota Nabi)
atau sering juga disebut Madinatul Munawwarah (Kota yang
Bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh dunia.
Dalam kehidupan sehari-hari kota ini cukup disebut Madinah saja.
Sesampainya di Madinah Nabi resmi menjadi pemimpin kota
itu. Berbeda dengan Mekkah periode Madinah ini Islam sebagai
kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan
masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi selain menjadi kepala agama
juga mempunyai kedudukan sebagai kepala negara (Badri, 2016: 16-
32).
C. Revolusioner Nabi Muhammad SAW Terhadap Masyarakat Arab
1. Aspek Keagamaan
Meluruskan keyakinan yang dianut dari yang berteologi musyrik
menjadi berteologi tauhid. Artinya masyarakat Arab diajak untuk meng-
Esakan Allah SWT. Selain itu dilakukan pula pembangunan masjid,
majid selain digunakanan untuk tempat shalat juga sarana untuk
mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, di
samping sebagai tempat bermusyawarah dalam merundingkan masalah.
Masjid pada zaman Nabi bahkan berfungsi sebagai pusat pemerintahan.
10
2. Aspek Sosial
Nabi Muhammad SAW pun menciptakan ukhuwwah
islamiyyah, persaudaraan sesama Muslim. Nabi mempersaudarakan
antara golongan Muhajirin, orang-orang yang hijrah dari Mekkah ke
Madinah, dan Anshar, penduduk Madinah yang sudah masuk Islam dan
ikut membantu kaum Muhajirin tersebut. Apa yang dilakukan
Rasulullah ini berarti menciptakan suatud bentuk persaudaraan yang
baru, yaitu persaudaraan yang dibentuk berdasarkan agama,
menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.
3. Aspek Politik
Penghapusan kelas antara bangsawan dan budak, artinya Nabi
Muhammad SAW mencoba meletakkan dasar persamaan antar sesama
manusia. Karena sistem perbudakan ini sesungguhnya amat menyiksa
salah satu pihak dan menguntungkan pihak lain.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan sosial yang terjadi di kalangan masyarakat Arab
dikarenakan adanya konflik sosial yang terjadi. Konflik itu antara lain
seperti adanya sistem perbudakan yang amat menyiksa salah satu pihak
sedang pihak lain amat diuntungkan atau pun konflik dari adanya
perbedaan keyakinan yang dianut. Melalui pendekatan teori konflik
diketahui bahwa konflik yang terjadi yaitu karena adanya perebutan dan
pertahanan kepentingan oleh individu yang berkuasa (kafir Quraisy).
B. Saran
Perlunya pemahaman lebih terkait perubahan sosial yang terjadi
akibat dari konflik yang ada. Agar kemudian kedepannya konflik-
konflik yang terjadi dapat dijadikan suatu pembelajaran dalam
memecahkan suatu permasalah baik itu di kalangan individu atau pun
kelompok. Dan pemahaman tersebut bisa didapatkan dari kemampuan
membaca lingkungan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Muhtadi, Asep Saeful. 2016. Perspektif Perubahan Sosial. Bandung:
Pustaka Setia.
Rahman, Taufik. 2013. Tauhid Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia.
Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial Sketsa Teori dan Refleksi
Metodologi Kasus Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Shafiyyurrahman, Syaikh. 2012. Ar-Rahiq Al-Makhtum. Jakarta: Ummul
Qura.
Yatim, Badri. 2016. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II.
Jakarta: Rajawali Pers.