Upload
fegi-nugraha
View
49
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
TENTIR GASTROINTESTINAL 2011TENTIR GASTROINTESTINAL 2011TENTIR GASTROINTESTINAL 2011TENTIR GASTROINTESTINAL 2011
SUMATIF II - PART
TTTT----15 Penyakit dan Kelainan Sistem GI 15 Penyakit dan Kelainan Sistem GI 15 Penyakit dan Kelainan Sistem GI 15 Penyakit dan Kelainan Sistem GI dan Pankreatohepatobilier di Bidang Bedah dan Pankreatohepatobilier di Bidang Bedah dan Pankreatohepatobilier di Bidang Bedah dan Pankreatohepatobilier di Bidang Bedah AnakAnakAnakAnak
Davrina Rianda
TTTT----20202020 Faktor Psikologis yang Faktor Psikologis yang Faktor Psikologis yang Faktor Psikologis yang MempeMempeMempeMempengaruhi Kondisi Gastrointestinangaruhi Kondisi Gastrointestinangaruhi Kondisi Gastrointestinangaruhi Kondisi Gastrointestina
Karina Maharani P.
TENTIR GASTROINTESTINAL 2011TENTIR GASTROINTESTINAL 2011TENTIR GASTROINTESTINAL 2011TENTIR GASTROINTESTINAL 2011
ART V
15 Penyakit dan Kelainan Sistem GI 15 Penyakit dan Kelainan Sistem GI 15 Penyakit dan Kelainan Sistem GI 15 Penyakit dan Kelainan Sistem GI dan Pankreatohepatobilier di Bidang Bedah dan Pankreatohepatobilier di Bidang Bedah dan Pankreatohepatobilier di Bidang Bedah dan Pankreatohepatobilier di Bidang Bedah
ngaruhi Kondisi Gastrointestinangaruhi Kondisi Gastrointestinangaruhi Kondisi Gastrointestinangaruhi Kondisi Gastrointestinallll
T – 15 Penyakit dan Kelainan Sistem
Bedah Anak
Halo! Selamat datang pada bagian Bedah An
sekian sekian, tapi tetap semangat ya! ^.^
Data-Data Kelainan Abdomen
Menurut data RSCM, sebagian besar pasien
kelainan kongenital (70%, posisi pertama), infeksi (12,7%), dan trauma (1,14%).
Indonesia, kelainan kongenital abdomen p
atresia ani (9,68%) dan morbus hischsprung (9,26%).
Ternyata, angka kematian akibat kelainan
yaitu pada usia 0-30 hari. Mengapa? Karena r
disebabkan karena terlambat ditangan
lucu-lucu lho, soalnya kadang-kadang kas
gastroskisis. Berdasarkan data yang ada,
dibawa pada waktu kurang dari 6 jam itu hanya 16,6%.
di luar, kok masih aja ya bisa telat dibawan
ini mau dibuang sama keluarganya. Diharapkan mati, tapi kok nggak mati
ke rumah sakit aja. Uuu.. Ciyyaaan �
Ini kalau mau iseng-iseng dihafal:
Anomali Anorektal: <6 jam � 9,6% (sedikit banget kan?)
Omfalokel: <6 jam � 15,9%
Hirschsprung: <6 jam � 3%
Berdasarkan data tersebut, dapat terlihat, d
kematian tertinggi, namun teteeep saja masuk RS
Lokasi Kelainan Kongenital Abdomen
1. Dinding Abdomen
• Defek sebagian/seluruh lapisan
• Tanpa defek
2. Organ Intraperitoneal (biasanya kelainan bawaan)
• Traktus Digestivus
• Traktus Urinarius
• Genitalia
• Hepatobilier
• Limpa
3. Retroperitoneal (biasanya keganasan)
1
stem GI dan Pankreatohepatobilier di Bidang
h Anak. Walaupun ini tergolong tentir sumatif II part
^.^
sien yang menjalani rawat inap adalah pasien dengan
(70%, posisi pertama), infeksi (12,7%), dan trauma (1,14%). Di
en pada bayi yang paling sering ditemukan adalah
atresia ani (9,68%) dan morbus hischsprung (9,26%).
nan kongenital abdomen tinggi pada usia neonatus,
30 hari. Mengapa? Karena rata-rata, nenonatus yang meninggal
terlambat ditangani kelainan saat lahirnya. Kasus meninggalnya ini
kasusnya yang udah keliatan dari lahir. Misalnya,
ada, ternyata kasus bayi dengan gastroskisis yang
m itu hanya 16,6%. Udah jelas banget kalau ususnya ada
wanya? Nah, ada kemungkinan bayi yang tanpa dosa
ini mau dibuang sama keluarganya. Diharapkan mati, tapi kok nggak mati-mati, jadi dibawa
9,6% (sedikit banget kan?)
at, dengan golongan yang cukup besar dan ancaman
tertinggi, namun teteeep saja masuk RS-nya terlambat.
(biasanya kelainan bawaan)
(biasanya keganasan)
2
• Ginjal
• Suprarenalis
Defek Dinding Abdomen
1. Tanpa defek
Hernia umbilikalis atau nama kerennya bodong. Kulit masih utuh, dan seperti benjolan.
Kalau menangis, benjolannya akan semakin besar. Hal ini menjadi indikasi untuk ditutup
dengan operasi, karena takutnya ususnya terjepit.
Granuloma umbilikalis, yang bagian dalamnya jaringan granular tidak kering, merupakan
sisa duktus ovalomesenterikus. Duktus ini adalah suatu hubungan antara ibu dengan bayinya
yang ujung-ujungnya nyambung ke usus bayi. Kalau terjadi granuloma umbilikalis ini, bisa
terjadi perputaran usus (volvulus) yang menyebabkan nekrosis. Biasanya dokter akan
melakukan reseksi usus. Nah, biasanya si ibunya kaget nih, soalnya masa cuma kayak udel
bodong yang ada merah-merahnya, sampe harus direseksi?
Sebagai tambahan, biasanya akan ada peritoneum zannium, yaitu vaskularisasi yang buruk
dan mudah nekrosis. Kalau ada sisa pembuluh darah, biasanya di kauterisasi.
2. Defek Kulit
Yang beken adalah… Omfalokel dan Gastroskisis!
Nah, apa sih omfalokel itu? Doi adalah suatu kelainan dimana dalam selaput yang tipis
(peritoneum), terdapat usus dan hepar. Makin kecil, akan makin mudah pecah. Terdapat pula
yang namanya giant omfalokel jika ukurannya lebih dari 5 cm. Kasus omfalokel ini sering
diiringi dengan kelainan kongenital lain (umumnya kelainan jantung). Bagaimana
tatalaksananya? Kalau si om-omnya ini besar-besar, maka terapinya konservatif aja, yaitu
pakai pemberian antiseptik. Kalau si om-omnya kecil-kecil, KUDU langsung dioperasi, karena
takutnya usus/heparnya kejepit.
Selain omfalokel, ada pula gastroskisis, yaitu kelainan dengan usus yang berada di luar.
Nilai survival mencapai 95% lho! Di Indonesia, gastroskisis ini memiliki tingkat mortalitas yang
tinggi. Biasanya kalau di rumah sakit, dikasih TPN (Total Parenteral Nutrition). Jarang disertai
dengan kelainan kongenital lain, sehingga prognosis lebih baik dari omfalokel.
Nah, apa yang harus dilakukan kalau omfalokelnya tiba-tiba pecah? Apa pula yang harus
dilakukan kalau kita dihadapi dengan kasus gastroskisis? Kan organ dalam yang harusnya di
“dalam” malah jadi di “luar”. Kalau kasusnya kayak gini, maka neonatus harus dijaga
suhunya, jangan sampai hipotermia. Mengapa oh mengapa? Karena bisa-bisa
metabolismenya kacau! Bagaimana cara mencegahnya? Bisa dengan kompres NaCl hangat
(pada semua organ yang ada di luar). Tapi habis dikompres, tetap harus didampingi ya! Kan
bisa aja kompresnya jadi dingin lagi, jadi kemungkinan hipotermia masih ada. Tetapi harus
diganti tiap 5 menit sekali. Kalau si bayi mau ditinggal-tinggal, dapat pula si doi ditutupi kasa
aja lalu dimasukkan ke inkubator.
*Ekstrofi* (dijelasin dokternya tapi kok nggak ada di slide)
Ekstrofi vesika: vesika urinaria hanya terbentuk setengah, jadi “terbuka” deh karena
setengahnya (dinding anterior) “hilang”. Pada kasus ini, dapat terjadi penis epispedia dan
hipospadi. Bisa juga terjadi plakia, yaitu kondisi semua truktus tidak terbentuk.
Ekstrofi kloaka: traktus genital dan urinaria belum terpisah. Kasus ini lebih berat lho
dibandingkan ekstrofi vesika.
Organ Intraperitoneal
1. Atresia esofagus
Keadaan ini dicirikan dengan obstruksi yang menyebabkan saliva yang harusnya turun
melewati esofagus, jadi terkumpul dan naik ke atas (istilah Persistent drooling lebih
disukai dibandingkan hipersalivasi, soalnya kalau hipersalivasi kesannya produksinya yang
diperbanyak). Atresia yang banyak terjadi adalah
atresia tipe C.
Pada kasus ini, bisa terjadi aspirasi oleh makanan
maupun asam lambung. Mengapa? Karena salivanya
buanyak banget dan asam lambungnya bisa masuk
ke paru-paru. Kalau udah masuk ke paru-paru,
biasanya salah satu paru-paru harus dikorbanin
(huhuhu), caranya dikolapskan tuh salah satu paru
dengan memutuskan fistulanya. Nama metodenya
adalah torakotomi. Pada tipe C ini, udara juga bakal
banyak di lambung.
Apa saja yang perlu diperiksa untuk kasus ini?
• Paru-paru: apakah ada aspirasi asam
lambung atau tidak?
• Abdomen: udara � fistula T-E (kurang mengerti juga maksudnya, bagi teman-teman
yang tahu harap post di milis ya ☺)
• Anus, jantung, vertebra
• Temperatur
• Gas darah
Ada nih cara yang lebih “pasti” untuk mengecek atresia:
1. Hipersalivasi
2. Pastikan atresia
3. Masukkan NGT. Pada atresia esofagus, kalau NGT dimasukkan, akan memutar di bagian
yang buntu lalu naik lagi. Pemeriksaan yang lain dapat berupa foto polos abdomen untuk
mengecek adanya fistula.
Bagaimana tatalaksana nya kalau terjadi atresia gini? Tatalaksana utamanya adalah
menutup fistula permanen untuk mencegah aspirasi yang bisa bikin gangguan di paru-
paru. Dalam keadaan darurat, pencegahan aspirasi bisa dilakukan dengan menghisap liur dan
3
si pasien disuruh tidur tapi setengah duduk Berikan juga hidrasi dan dijaga jangan sampai
hipotermi.
2. Kelainan Gaster
Kelainan gaster lebih jarang ditemukan dan tidak muncul pada masa neonatus. Jadi, nggak
dibahas nih. (lumayan ngurangin bahan sumatif)
3. Obstruksi Duodenum
Kelainan duodenum biasanya obstruksi nich. Semua muntah yang terjadi pada 12 jam
setelah persalinan, berwarna hijau, dianggap
sebagai obstruksi duodenum sampai terbukti
tidak ada obstruksi (padahal cara mastiinnya
harus dengan operasi kata dokternya
-__-“). Penyebab obstruksinya itu bisa atresia,
membrane/web, pankreas annulare, dan
malrotasi. Pada kasus ini, tidak ada distensi
karena hanya di epigastrik. Mekanismenya
banyak nih, misalnya pankreas annulare, kalau
di gambar itu yang tipe F (pas embrio, pankreas
muternya tidak benar, sehingga bisa mencekek
duodenum). Tipe A, B, dan C merupakan
atresia. Tipe E merupakan jenis web.
Bagaimana nich tatalaksananya? Prinsip tata
laksana yang utama adalah kembalikan kontinuitas usus, dengan cara:
Atresia: bikin anastomosis
Web/Membran: Dibuka membrannya
Pankreas Annulare: Di-bypass dari proksimal duodenum melewati pankreas (pankreas tidak
boleh dibuka!! Nanti bisa kena pancreatitis)
Khusus untuk yang berkaitan dengan malrotasi: kalau udah nekrosis pada midgut, tidak bisa
hidup tapi di luar negeri sih bisa transplantasi usus. Bagaimana sih proses malrotasi yang
bikin obstruksi duodenum? Jadi karena serabutnya masuk tidak sempurna, serabut yang di
kanan bawah (tempatnya caecum) jadi ke kanan atas dan menekan duodenum. Karena di
mesenterium juga ada arteri mesenterika superior, maka arteri ini akan ikut terputar,
menyebabkan nekrosis di duodenum hingga setengah kolon transversum proksimal.
4. Obstruksi Jejunum dan Ileum
Kalau obstruksi di jejunum/ileum gejala muntahnya akan lebih lambat, tetapi
distensinya bisa lebih hebat dan mengenai seluruh abdomen (bandingkan dengan
duodenum yang cuma di epigastrium). Biasanya obstruksinya karena adanya diskontinuitas
usus, bisa pada bagian lumennya, tapi bisa juga sudah terjadi diskontinuitas dari
mesenteriumnya. Diskontinuitas bisa disebabkan oleh atresia maupun membran/web.
Tatalaksana dalam keadaan darurat adalah dengan cegah aspirasi, berikan hidrasi, dan
pertahankan suhu (rata-rata tata laksananya sama ya?). Prinsip jangka panjangnya adalah
perbaiki kontinuitas usus secara bertahap dengan metode Santulli.
5. Anomali Anorektal
Kalau terjadi anomali anorektal, ada beberapa hal yang penting banget untuk diperiksa:
1. Kelainan bawaan lain, yaitu pada jantung, tulang belakang, dan saraf.
2. Tinggi/Rendah. Apa sih
bedanya? Kalau rendah, letak
“tergabung”nya ada di bagian
bawah (bisa di lihat di gambar yang
sebelah kiri), jadi tatalaksananya cukup
pisahkan feses dan urin dengan metode
anoplasti. Kenapa harus
dipisahkan antara feses dan urin? Karena
dapat membuat keadaan sepsis. Kalau
yang tinggi, terdapat otot di tempat
rektum seharusnya berada, jadi
tatalaksananya nggak bisa pake anoplasti, tapi pake kolostomi (bisa di lihat di gambar yang
sebelah kanan kalau ada ototnya). Nah, satu bulan paska kolostomi, baru deh dipisahi
(operasi definitif) dengan PSARP, yaitu semua struktur dipisahkan dan dimasukkan ke tempat
yang seharusnya.
Oh iya, karena luka di perineum selalu bikin striktur, maka 2 minggu paska operasi PSARP,
dilakukan dilatasi anal dengan bougie sampai dengan ukuran 13-14 (untuk usia 4-12
bulan, kira-kira se-ibu jari). Dilatasi ini dilakukan dua kali sehari. Baru setelah itu, kolonostomi
ditutup. Sayangnya, ada komplikasinya nih, seperti konstipasi, inkontinen (tidak ada saraf),
trauma operasi, dan efek psikososial.
3. Fistula/Tanpa fistula. Kalau ada fistula, perlu ditentukan arahnya, apakah kutaneus, uriner,
atau genitalia.
*Atresia Ani*
Salah satu penyebab atresia ani adalah karena tidak ada sacrum (kelainan vertebrae). Ini hal
yang gaswat karena fungsi anus tidak akan pulih karena tidak ada pleksus sakralis. Jadi sia-
sia saja kalau dioperasi, hufttt.
6. Morbus Hirschsprung (Aganglionosis kongenital)
Kalau dilihat penampakannya, pasti kita mikirnya “bagian kolon yang membesar adalah yang
mengalami kelainan”. Ini SALAH banget loooch! Ternyata, bagian kolon yang tampak
kecil lah yang tidak memiliki saraf, akibatnya tidak ada gerakan peristaltik, dan akhirnya
menyebabkan obstruksi. Ciri khas dari morbus hirschsprung adalah muntah yang selalu
mulai pada saat neonatus (biasanya pada 18-24 jam kelahiran)
mengejan. Secara umum, gejalanya adalah:
• Tidak BAB dan tidak flatus
• Kembung
• Muntah
Terdapat dua jenis morbus hirschsprung, yaitu:
• Tinggi: feses tidak bisa keluar dengan rectal touché (berkaitan dengan pleksura
lienalis)
• Rendah: feses bisa keluar dengan rectal touché (berkaitan dengan aganglion
rectosigmoid).
Lalu, bagaimana tatalaksananya?
1. Neonatus
• Klasik/rendah: kolostomi
• Panjang/tinggi: ileostomi
Setelah usia 3 bulan, barulah dilakukan operasi definitif (mirip
anorektal ya). Jenis operasinya bisa Duhamel, Swenson, dan Soave.
2. Transanal Mukosektomi
[Davrina Rianda]
T-20 Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Kondisi Gastrointestinal
Ketemu saya lagi di tentir ini nhh..tenang ajah isinya ringan dan sangat mudah dipahami kok.
Pasti bisa dan menyegarkan di tengah lautan materi yang bikin suntuk. Udah deeh langsung
mulai ajah.. silahkan..
Menurut DSM (Diagnosis and Statistical Manual) IV TR -> biasa yang digunakan di
psikiatri
Satu atau lebih masalah psikologis atau perilaku secara nyata memiliki pengaruh
perjalanan penyakit atau outcome dari gejala kondisi medis umum (GI) atau yang
bermakna meningkatkan resiko dari seseorang untuk mengalami efek samping dari
permasalahan tersebut. Maksudnya bisa jadi lesi terasa lebih berat gara2 masalah psikologis.
Contohnya ada pasien yang peptic ulcer padahal kecil lukanya tapi pasien merasakan itu luka
yang besar. Tidak hanya pada GI, contoh yang lain pada respiratori (asma dapat diakibatkan
oleh stress), dan lain sebagainya.
Kedokteran Psikosomatik
Menekan pada adanya interaksi kesatuan antara pikiran dan tubuh kita
kalo lagi sakit kepala pasti manusia lebih cenderung merasa marah atau sebaliknya misal mau
ketemu do’i tegang nh sering terasa sakit perut kan. Jadi dalam menangani kasus ini dan
), dan tidak ada refleks
touché (berkaitan dengan pleksura
touché (berkaitan dengan aganglion
Setelah usia 3 bulan, barulah dilakukan operasi definitif (mirip-mirip kayak anomaly
anorektal ya). Jenis operasinya bisa Duhamel, Swenson, dan Soave.
Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Kondisi Gastrointestinal
Ketemu saya lagi di tentir ini nhh..tenang ajah isinya ringan dan sangat mudah dipahami kok.
Pasti bisa dan menyegarkan di tengah lautan materi yang bikin suntuk. Udah deeh langsung
> biasa yang digunakan di
memiliki pengaruh pada
dari gejala kondisi medis umum (GI) atau yang secara
dari seseorang untuk mengalami efek samping dari
bisa jadi lesi terasa lebih berat gara2 masalah psikologis.
ulcer padahal kecil lukanya tapi pasien merasakan itu luka
Tidak hanya pada GI, contoh yang lain pada respiratori (asma dapat diakibatkan
pikiran dan tubuh kita. Contoh
kalo lagi sakit kepala pasti manusia lebih cenderung merasa marah atau sebaliknya misal mau
. Jadi dalam menangani kasus ini dan
kasus lainnya harus memperbaiki kondisi fisi
hanya salah satu aja.
Kedokteran psikosomatik adalah bagian dari ilmu kedokteran perilaku
perilaku merupakan keilmuan interdisiplin ya
dan integrasi dari perilaku dan ilmu biomedis
kesehatan serta aplikasinya untuk prevensi (pencegahan), diagnostik, dan rehabilitasi
Cuma untuk diagnostik dan terapi saja, butuh juga prevensi
kembali sakit lagi atau relaps kedepannya.
Teori stress
Menurut si Selye stres tuh Sindrom adaptasi umum
exhaustion). Kalo kita stress jadi gampang terbangun
tenang, sering ke kamar mandi, BAB sering,
terpengaruh apa ajah shh kalo kita stress ???
1. Respon neurotransmitter: sistem Nor
cathecolamines dan mengaktifkan sistem serotonic
2. Respon endokrin: CRF
ACTH�glucocorticoid�mempengaruhi fungsi flight (lari) atau fight (hadapi).
3. Respon imun terhadap stress: respon imun bisa turun karena stress.
menginhibisi glucocorticoid dan mengaktivasi
membuat seseorang rentan thdp penyakit looh.
4. Kejadian pada kehidupan sehari
a. Social re-adjustment
b. Personality (faktor kepribadian)
berbeda dalam menghadapi masalah
c. Konflik yang sifatnya tidak sadar
muncul lagi. (biasanya terjadi pada orang yang suka nahan marah)
d. Teori stress yang tidak spesifik lainnya.
Intinya jangan cuma gejalanya aja yang diperhatikan
juga.
Fungsi GI dan status emosional
1. Rasa cemas, depresi, dan marah
motilitas, dan warna mukosa. Con
meningkat, motilitas hiperaktif �
2. Interaksi antara kortex, aks
otak�bisa mempengaruhi fungsi GI.
3. Interpersonal events (per
seseorang)�mempengaruhi fungsi GI
4. Kalo GI Hiperfungsi�berarti lagi dalam emosi
Kalo GI Hipofungsi�sadness (sedih
4
memperbaiki kondisi fisik dan kondisi psikologisnya, ga bisa
bagian dari ilmu kedokteran perilaku. Ilmu kedokteran
lin yang menaruh perhatian lebih pada perkembangan
edis serta teknik yang relevan terhadap penyakit dan
kesehatan serta aplikasinya untuk prevensi (pencegahan), diagnostik, dan rehabilitasi. Jadi ga
Cuma untuk diagnostik dan terapi saja, butuh juga prevensi dan rehabilitasinya supaya tidak
Sindrom adaptasi umum (alarm reaction, resistance, and
Kalo kita stress jadi gampang terbangun (karena ada tanda ancaman), ga
, BAB sering, diare, gastritis, atau badan mudah lelah. Yang
terpengaruh apa ajah shh kalo kita stress ???
: sistem Nor-adrenergic teraktivasi�mengeluarkan
n mengaktifkan sistem serotonic (alarm perasaan diaktifkan)
: CRF (Corticotrophin Releasing Factor),
mempengaruhi fungsi flight (lari) atau fight (hadapi).
: respon imun bisa turun karena stress. Stress akan
enginhibisi glucocorticoid dan mengaktivasi IL1 dan IL6 (sitokin). Keadaan ini akan
membuat seseorang rentan thdp penyakit looh.
Kejadian pada kehidupan sehari-hari:
Personality (faktor kepribadian)�orang yang perfeksionis dan orang yang santai
berbeda dalam menghadapi masalah (kalian yang mana hayo!)
Konflik yang sifatnya tidak sadar�konflik masa lalu yang udah disimpan,
. (biasanya terjadi pada orang yang suka nahan marah)
Teori stress yang tidak spesifik lainnya.
Intinya jangan cuma gejalanya aja yang diperhatikan tapi masalah yang melatarbelakangi
Rasa cemas, depresi, dan marah� menimbulkan perubahan pada sekresi GI,
Contoh: pada saat kita cemas, asam lambung akan
diare.
aksis hipotalamus dan neurotransmitter di
bisa mempengaruhi fungsi GI.
(peristiwa kehidupan yang terjadi pada
mempengaruhi fungsi GI
berarti lagi dalam emosi hostility (agresifitas)
sadness (sedih�depresi)
5
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) jagolaaah inii..hehe
Gejala: panas di dada (heartburn)�karena regurgitasi (asam lambung naik keatas). Biasanya
terasa nyeri. Terjadi pada orang yang mengkonsumsi antacid.
Bisa juga terjadi karena multifaktor: hernia hiatal, pengosongan lambung yang terlambat,
hipersekresi asam.
Bila yang bersangkutan mengalami distress psikologis�keparahan gejala akan meningkat
dann angka relaps akan meningkat �GERD memburuk.
Trigger: stress berat, kegembiraan yang berlebihan (hati2 yang GERD kalo dpet nilai
sumatif A hehe) , masalah keluarga, dan depresi.
Perlu diingat faktor psikologi di sini posisinya sebagai pemberat ajah looh bukan penyebab.
Kalo penyebabnya apa hayo..bukalah tentir dr. Marcell hehe
Ulkus Peptikum
Ulkus peptikum�mukosa mengalami ulserasi. Bisa mengakibatkan muntah atau BAB
berdarah�kalau udah dalam ulkusnya. Biasanya terjadi di distal lambung atau proksimal
duodenum. Gejalanya adalah rasa perih sekali, rasa terbakar epigastric pain biasanya 1-3 jam
setelah makan. Bila diberikan pola makan yang baik dan antacid akan merasa lebih ringan.
Gejala lainnya adalah nausea (mual), vomit (muntah), hematemesis atau melena bila ulkus
sudah dalam. Ulkus peptikum bisa disebabkan karena sekresi asam yang berlebihan atau
infeksi H. pylori.
Faktor psikologis�meningkatkan sekresi asam lambung�mengiritasi dinding
lambung�ulkus makin dalam.
Faktor psikososial�mengakibatkan gangguan gejala�daya tahan tubuh kurang�infeksi
sering.
Kolitis Ulseratif
Kolitis ulseratif adalah radang usus yang sebabnya tidak diketahui, biasanya terjadi pada usus
besar. Gejala utamanya adalah diare berdarah. Kolitis ulseratif bisa mengakibatkan
manifestasi ekstrakolon seperti uveitis, iritis, penyakit kulit, dan primary sclerosing cholangitis.
Segi psikologisnya -> Menurut penelitian dapat disebabkan oleh kepribadian yang
obsessive compulsive (perfeksionis). Kepribadian ini biasanya orangnya tidak bisa
marah (disimpan sendiri), terlalu memperhatikan kerapihan, keteraturan dan ketepatan
waktu. Sifat yang suka menyimpan amarah nhh malah justru menambah stressnya dan
“meledak” dalam bentuk penyakit si colitis ulserative. (hayo kamu gimana??? baca zodiak
deeh hehe)
Crohn’s Disease
Radang pada usus yang biasanya menyerang usus halus dan usus besar. Biasanya ditandai
dengan diare, nyeri abdomen, dan berat badan menurun. Penyakit ini bisa menjadi kronik,
walau bisa remisi. Pengobatannya dengan antibiotik, immunosupresi dan kortikosteroid.
Segi psikologisnya -> Menurut penelitian bila dibandingkan orang yang menderita penyakit
crohn dengan kontrol (orang normal) dan kolitis ulseratif, 23% mengalami gangguan
panik pada yang berpenyakit crohn. Gangguan panik ditandai dengan serangan
kecemasan yang tinggi, berdebar-debar, kepala pusing dan gejalanya sering kali seperti orang
serangan jantung. Sehingga sering kali pasien crohn dibawa bolak balik ke UGD dan setelah
dicek ternyata kondisinya normal�pure psikologis.
Functional gastrointestinal disorder
Disebabkan oleh psikological. Dirasakan oleh seseorang secara subyektif, setelah
diperiksa normal strukturnya tetapi gejalanya benar-benar dirasakan. Terjadi pada orang
yang menderita Globus histericus (merasa seperti ada yang nyangkut di esofagus,
sehingga tidak bisa menelan), dyspepsia fungsional, irritable bowel syndrome (IBS),
dan obstruksi defekasi. Bila menemukan pasien seperti ini pertama yang harus terpikir
adalah penyakit tersebut disebabkan oleh organik. Bila setelah diperiksa tidak ada gangguan
organik, barulah bisa dipastikan bahwa pasien mengalami gangguan fungsional.
GI drugs ����Psychiatric AE
Kita perlu melihat obat2 apa saja yang digunakan di pasien, karena ada obat2 yang
mempengaruhi kondisi psikiatri pasien. Apa ajah shh??
1. Cimetidine, ranitidine�bisa menimbulkan efek samping gejala psikiatri (delirium)
jika dipakai dalam jangka panjang dan dosis tinggi
2. Metoclopramide� depression, dystonic reaction & parkinsonism
3. Interferon α �depression, insomnia, anxiety, confusion
4. Omeprazole � meningkatkan konsentrasi Carbamazepine
5. Metronidazole � potential nephrotoxic bila digunakan bersamaan dengan Lithium,
interact with disulfiram.
Gampang kan konsepnya? Biar tambah gampang lihat ilustrasi kasus di bwah ini nhh.
Kasus Ilustrasi 1
Wanita 38 tahun, mengalami nyeri abdomen intermiten (hilang timbul) persistent. Wanita ini
khawatir dirinya mengalami kanker sehingga dia pergi ke gastroenterologist. Pasien takut
mengalami kanker pankreas karena ada dalam riwayat keluarganya. Setelah dilakukan CT
Scan tidak ditemukan tanda-tanda adanya kanker. Tambah lama nyeri abdomennya menjadi
sering, hal ini membuat wanita ini semakin khawatir. Lalu, setelah berkonsultasi dengan
psikiatri pasien diduga terkena hypochondriasis; gangguan jiwa sehingga pasien meyakini
dirinya mengidap suatu penyakit yang mengancam nyawa tertentu padahal sudah diperiksa
dan tidak ada apa-apa, biasanya nanti orang tersebut akan melakukan doctor shopping (cari
jodoh atau emang gejala kelainan nhh hehe). Pasien diberikan venlafaxine (anti
depresan) & terapi suportif.
Pasien ini kasihan juga soalnya suka jadi korban dokter yang “nakal”, disuruh pake dan
periksa ini itu padahal cuman dikasih obat anti depressan juga udah beres kok.
6
Kasus Ilustrasi 2
Laki-laki 20 tahun, seorang atlet mengalami kecemasan dan bersendawa sangat sering.
Pasien merasa susah bernapas, merasa perut penuh ketika sedang berlari, insomnia,dll. Tidak
ada riwayat minum alcohol atau obat-obatan. Terdapat masalah adjustment disorder
dengan kecemasan. Kelainan kejiwaan ini adalah perasaan takut berlebihan akibat pikiran2
negatifnya, padahal kenyataan sebenarnya gak gtu. Akibatnya dy belanja dokter terus untuk
ngurangin kekhwatirannya..lebay bahasa gampangnya lah haha)
Terapinya adalah terapi relaksasi dengan psikoterapi singkat dan cytalopram 20 mg
(anti depresan). 6 minggu setelahnya sembuh.
Kata dokternya nanti kalo kita udah jadi dokter, pada kelainan ini kita harus menganamnesis
dengan baik, dengarkan cerita pasien supaya gak salah diagnosis, soalnya ini bukan kelainan
organik dan bisa langsung merujuknya ke dokter kejiwaan. Kasihan juga kan pasiennya cape
belanja dokter.
CLP (Consultation Liaison Psychiatry)
Kerjasama sejawat departemen lain dan psikiatri dengan membentuk tim dalam menangani
seorang pasien. Dari departemen psikiatrinya akan mencari sisi psikologis yang bisa menjadi
komorbiditas penyakit khususnya kelainan GI. Jika memang ada kelainan psikologisnya,
dokter psikiatri akan melakukan terapi kombinasi farmakoterapi dan psikoterapi.
[Karina Maharani Pramudya]