6
TENTIR GASTROINTESTIN TENTIR GASTROINTESTIN TENTIR GASTROINTESTIN TENTIR GASTROINTESTIN SUMATIF II - PART T T T- - -15 Penyakit dan Kelainan S 15 Penyakit dan Kelainan S 15 Penyakit dan Kelainan S 15 Penyakit dan Kelainan S dan Pankreatohepatobilier di Bi dan Pankreatohepatobilier di Bi dan Pankreatohepatobilier di Bi dan Pankreatohepatobilier di Bi Anak Anak Anak Anak Davrina Rianda T T T- - -20 20 20 20 Faktor Psikologis yang Faktor Psikologis yang Faktor Psikologis yang Faktor Psikologis yang Mempe Mempe Mempe Mempengaruhi Kondisi Gastro ngaruhi Kondisi Gastro ngaruhi Kondisi Gastro ngaruhi Kondisi Gastro Karina Maharani P. NAL 2011 NAL 2011 NAL 2011 NAL 2011 T V Sistem GI Sistem GI Sistem GI Sistem GI idang Bedah idang Bedah idang Bedah idang Bedah ointestina ointestina ointestina ointestinal l l T – 15 Penyakit dan Kelainan Siste Bedah Anak Halo! Selamat datang pada bagian Bedah A sekian sekian, tapi tetap semangat ya! ^.^ Data-Data Kelainan Abdomen Menurut data RSCM, sebagian besar pasien kelainan kongenital (70%, posisi pertam Indonesia, kelainan kongenital abdomen atresia ani (9,68%) dan morbus hischsprun Ternyata, angka kematian akibat kelainan yaitu pada usia 0-30 hari. Mengapa? disebabkan karena terlambat ditangan lucu-lucu lho, soalnya kadang-kadang ka gastroskisis. Berdasarkan data yang ada dibawa pada waktu kurang dari 6 jam itu h di luar, kok masih aja ya bisa telat dibawa ini mau dibuang sama keluarganya. Dihara ke rumah sakit aja. Uuu.. Ciyyaaan Ini kalau mau iseng-iseng dihafal: Anomali Anorektal: <6 jam 9,6% (sediki Omfalokel: <6 jam 15,9% Hirschsprung: <6 jam 3% Berdasarkan data tersebut, dapat terlihat, kematian tertinggi, namun teteeep saja ma Lokasi Kelainan Kongenital Abdomen 1. Dinding Abdomen Defek sebagian/seluruh lapisan Tanpa defek 2. Organ Intraperitoneal (biasanya ke Traktus Digestivus Traktus Urinarius Genitalia Hepatobilier Limpa 3. Retroperitoneal (biasanya keganasa 1 em GI dan Pankreatohepatobilier di Bidang Anak. Walaupun ini tergolong tentir sumatif II part ^ n yang menjalani rawat inap adalah pasien dengan ma), infeksi (12,7%), dan trauma (1,14%). Di pada bayi yang paling sering ditemukan adalah ng (9,26%). n kongenital abdomen tinggi pada usia neonatus, ? Karena rata-rata, nenonatus yang meninggal ni kelainan saat lahirnya. Kasus meninggalnya ini asusnya yang udah keliatan dari lahir. Misalnya, a, ternyata kasus bayi dengan gastroskisis yang hanya 16,6%. Udah jelas banget kalau ususnya ada anya? Nah, ada kemungkinan bayi yang tanpa dosa apkan mati, tapi kok nggak mati-mati, jadi dibawa it banget kan?) dengan golongan yang cukup besar dan ancaman asuk RS-nya terlambat. elainan bawaan) an)

Tentir Modul Gastrointestinal 2011 - Sumatif II Part V

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tentir Modul Gastrointestinal 2011 - Sumatif II Part V

TENTIR GASTROINTESTINAL 2011TENTIR GASTROINTESTINAL 2011TENTIR GASTROINTESTINAL 2011TENTIR GASTROINTESTINAL 2011

SUMATIF II - PART

TTTT----15 Penyakit dan Kelainan Sistem GI 15 Penyakit dan Kelainan Sistem GI 15 Penyakit dan Kelainan Sistem GI 15 Penyakit dan Kelainan Sistem GI dan Pankreatohepatobilier di Bidang Bedah dan Pankreatohepatobilier di Bidang Bedah dan Pankreatohepatobilier di Bidang Bedah dan Pankreatohepatobilier di Bidang Bedah AnakAnakAnakAnak

Davrina Rianda

TTTT----20202020 Faktor Psikologis yang Faktor Psikologis yang Faktor Psikologis yang Faktor Psikologis yang MempeMempeMempeMempengaruhi Kondisi Gastrointestinangaruhi Kondisi Gastrointestinangaruhi Kondisi Gastrointestinangaruhi Kondisi Gastrointestina

Karina Maharani P.

TENTIR GASTROINTESTINAL 2011TENTIR GASTROINTESTINAL 2011TENTIR GASTROINTESTINAL 2011TENTIR GASTROINTESTINAL 2011

ART V

15 Penyakit dan Kelainan Sistem GI 15 Penyakit dan Kelainan Sistem GI 15 Penyakit dan Kelainan Sistem GI 15 Penyakit dan Kelainan Sistem GI dan Pankreatohepatobilier di Bidang Bedah dan Pankreatohepatobilier di Bidang Bedah dan Pankreatohepatobilier di Bidang Bedah dan Pankreatohepatobilier di Bidang Bedah

ngaruhi Kondisi Gastrointestinangaruhi Kondisi Gastrointestinangaruhi Kondisi Gastrointestinangaruhi Kondisi Gastrointestinallll

T – 15 Penyakit dan Kelainan Sistem

Bedah Anak

Halo! Selamat datang pada bagian Bedah An

sekian sekian, tapi tetap semangat ya! ^.^

Data-Data Kelainan Abdomen

Menurut data RSCM, sebagian besar pasien

kelainan kongenital (70%, posisi pertama), infeksi (12,7%), dan trauma (1,14%).

Indonesia, kelainan kongenital abdomen p

atresia ani (9,68%) dan morbus hischsprung (9,26%).

Ternyata, angka kematian akibat kelainan

yaitu pada usia 0-30 hari. Mengapa? Karena r

disebabkan karena terlambat ditangan

lucu-lucu lho, soalnya kadang-kadang kas

gastroskisis. Berdasarkan data yang ada,

dibawa pada waktu kurang dari 6 jam itu hanya 16,6%.

di luar, kok masih aja ya bisa telat dibawan

ini mau dibuang sama keluarganya. Diharapkan mati, tapi kok nggak mati

ke rumah sakit aja. Uuu.. Ciyyaaan �

Ini kalau mau iseng-iseng dihafal:

Anomali Anorektal: <6 jam � 9,6% (sedikit banget kan?)

Omfalokel: <6 jam � 15,9%

Hirschsprung: <6 jam � 3%

Berdasarkan data tersebut, dapat terlihat, d

kematian tertinggi, namun teteeep saja masuk RS

Lokasi Kelainan Kongenital Abdomen

1. Dinding Abdomen

• Defek sebagian/seluruh lapisan

• Tanpa defek

2. Organ Intraperitoneal (biasanya kelainan bawaan)

• Traktus Digestivus

• Traktus Urinarius

• Genitalia

• Hepatobilier

• Limpa

3. Retroperitoneal (biasanya keganasan)

1

stem GI dan Pankreatohepatobilier di Bidang

h Anak. Walaupun ini tergolong tentir sumatif II part

^.^

sien yang menjalani rawat inap adalah pasien dengan

(70%, posisi pertama), infeksi (12,7%), dan trauma (1,14%). Di

en pada bayi yang paling sering ditemukan adalah

atresia ani (9,68%) dan morbus hischsprung (9,26%).

nan kongenital abdomen tinggi pada usia neonatus,

30 hari. Mengapa? Karena rata-rata, nenonatus yang meninggal

terlambat ditangani kelainan saat lahirnya. Kasus meninggalnya ini

kasusnya yang udah keliatan dari lahir. Misalnya,

ada, ternyata kasus bayi dengan gastroskisis yang

m itu hanya 16,6%. Udah jelas banget kalau ususnya ada

wanya? Nah, ada kemungkinan bayi yang tanpa dosa

ini mau dibuang sama keluarganya. Diharapkan mati, tapi kok nggak mati-mati, jadi dibawa

9,6% (sedikit banget kan?)

at, dengan golongan yang cukup besar dan ancaman

tertinggi, namun teteeep saja masuk RS-nya terlambat.

(biasanya kelainan bawaan)

(biasanya keganasan)

Page 2: Tentir Modul Gastrointestinal 2011 - Sumatif II Part V

2

• Ginjal

• Suprarenalis

Defek Dinding Abdomen

1. Tanpa defek

Hernia umbilikalis atau nama kerennya bodong. Kulit masih utuh, dan seperti benjolan.

Kalau menangis, benjolannya akan semakin besar. Hal ini menjadi indikasi untuk ditutup

dengan operasi, karena takutnya ususnya terjepit.

Granuloma umbilikalis, yang bagian dalamnya jaringan granular tidak kering, merupakan

sisa duktus ovalomesenterikus. Duktus ini adalah suatu hubungan antara ibu dengan bayinya

yang ujung-ujungnya nyambung ke usus bayi. Kalau terjadi granuloma umbilikalis ini, bisa

terjadi perputaran usus (volvulus) yang menyebabkan nekrosis. Biasanya dokter akan

melakukan reseksi usus. Nah, biasanya si ibunya kaget nih, soalnya masa cuma kayak udel

bodong yang ada merah-merahnya, sampe harus direseksi?

Sebagai tambahan, biasanya akan ada peritoneum zannium, yaitu vaskularisasi yang buruk

dan mudah nekrosis. Kalau ada sisa pembuluh darah, biasanya di kauterisasi.

2. Defek Kulit

Yang beken adalah… Omfalokel dan Gastroskisis!

Nah, apa sih omfalokel itu? Doi adalah suatu kelainan dimana dalam selaput yang tipis

(peritoneum), terdapat usus dan hepar. Makin kecil, akan makin mudah pecah. Terdapat pula

yang namanya giant omfalokel jika ukurannya lebih dari 5 cm. Kasus omfalokel ini sering

diiringi dengan kelainan kongenital lain (umumnya kelainan jantung). Bagaimana

tatalaksananya? Kalau si om-omnya ini besar-besar, maka terapinya konservatif aja, yaitu

pakai pemberian antiseptik. Kalau si om-omnya kecil-kecil, KUDU langsung dioperasi, karena

takutnya usus/heparnya kejepit.

Selain omfalokel, ada pula gastroskisis, yaitu kelainan dengan usus yang berada di luar.

Nilai survival mencapai 95% lho! Di Indonesia, gastroskisis ini memiliki tingkat mortalitas yang

tinggi. Biasanya kalau di rumah sakit, dikasih TPN (Total Parenteral Nutrition). Jarang disertai

dengan kelainan kongenital lain, sehingga prognosis lebih baik dari omfalokel.

Nah, apa yang harus dilakukan kalau omfalokelnya tiba-tiba pecah? Apa pula yang harus

dilakukan kalau kita dihadapi dengan kasus gastroskisis? Kan organ dalam yang harusnya di

“dalam” malah jadi di “luar”. Kalau kasusnya kayak gini, maka neonatus harus dijaga

suhunya, jangan sampai hipotermia. Mengapa oh mengapa? Karena bisa-bisa

metabolismenya kacau! Bagaimana cara mencegahnya? Bisa dengan kompres NaCl hangat

(pada semua organ yang ada di luar). Tapi habis dikompres, tetap harus didampingi ya! Kan

bisa aja kompresnya jadi dingin lagi, jadi kemungkinan hipotermia masih ada. Tetapi harus

diganti tiap 5 menit sekali. Kalau si bayi mau ditinggal-tinggal, dapat pula si doi ditutupi kasa

aja lalu dimasukkan ke inkubator.

*Ekstrofi* (dijelasin dokternya tapi kok nggak ada di slide)

Ekstrofi vesika: vesika urinaria hanya terbentuk setengah, jadi “terbuka” deh karena

setengahnya (dinding anterior) “hilang”. Pada kasus ini, dapat terjadi penis epispedia dan

hipospadi. Bisa juga terjadi plakia, yaitu kondisi semua truktus tidak terbentuk.

Ekstrofi kloaka: traktus genital dan urinaria belum terpisah. Kasus ini lebih berat lho

dibandingkan ekstrofi vesika.

Organ Intraperitoneal

1. Atresia esofagus

Keadaan ini dicirikan dengan obstruksi yang menyebabkan saliva yang harusnya turun

melewati esofagus, jadi terkumpul dan naik ke atas (istilah Persistent drooling lebih

disukai dibandingkan hipersalivasi, soalnya kalau hipersalivasi kesannya produksinya yang

diperbanyak). Atresia yang banyak terjadi adalah

atresia tipe C.

Pada kasus ini, bisa terjadi aspirasi oleh makanan

maupun asam lambung. Mengapa? Karena salivanya

buanyak banget dan asam lambungnya bisa masuk

ke paru-paru. Kalau udah masuk ke paru-paru,

biasanya salah satu paru-paru harus dikorbanin

(huhuhu), caranya dikolapskan tuh salah satu paru

dengan memutuskan fistulanya. Nama metodenya

adalah torakotomi. Pada tipe C ini, udara juga bakal

banyak di lambung.

Apa saja yang perlu diperiksa untuk kasus ini?

• Paru-paru: apakah ada aspirasi asam

lambung atau tidak?

• Abdomen: udara � fistula T-E (kurang mengerti juga maksudnya, bagi teman-teman

yang tahu harap post di milis ya ☺)

• Anus, jantung, vertebra

• Temperatur

• Gas darah

Ada nih cara yang lebih “pasti” untuk mengecek atresia:

1. Hipersalivasi

2. Pastikan atresia

3. Masukkan NGT. Pada atresia esofagus, kalau NGT dimasukkan, akan memutar di bagian

yang buntu lalu naik lagi. Pemeriksaan yang lain dapat berupa foto polos abdomen untuk

mengecek adanya fistula.

Bagaimana tatalaksana nya kalau terjadi atresia gini? Tatalaksana utamanya adalah

menutup fistula permanen untuk mencegah aspirasi yang bisa bikin gangguan di paru-

paru. Dalam keadaan darurat, pencegahan aspirasi bisa dilakukan dengan menghisap liur dan

Page 3: Tentir Modul Gastrointestinal 2011 - Sumatif II Part V

3

si pasien disuruh tidur tapi setengah duduk Berikan juga hidrasi dan dijaga jangan sampai

hipotermi.

2. Kelainan Gaster

Kelainan gaster lebih jarang ditemukan dan tidak muncul pada masa neonatus. Jadi, nggak

dibahas nih. (lumayan ngurangin bahan sumatif)

3. Obstruksi Duodenum

Kelainan duodenum biasanya obstruksi nich. Semua muntah yang terjadi pada 12 jam

setelah persalinan, berwarna hijau, dianggap

sebagai obstruksi duodenum sampai terbukti

tidak ada obstruksi (padahal cara mastiinnya

harus dengan operasi kata dokternya

-__-“). Penyebab obstruksinya itu bisa atresia,

membrane/web, pankreas annulare, dan

malrotasi. Pada kasus ini, tidak ada distensi

karena hanya di epigastrik. Mekanismenya

banyak nih, misalnya pankreas annulare, kalau

di gambar itu yang tipe F (pas embrio, pankreas

muternya tidak benar, sehingga bisa mencekek

duodenum). Tipe A, B, dan C merupakan

atresia. Tipe E merupakan jenis web.

Bagaimana nich tatalaksananya? Prinsip tata

laksana yang utama adalah kembalikan kontinuitas usus, dengan cara:

Atresia: bikin anastomosis

Web/Membran: Dibuka membrannya

Pankreas Annulare: Di-bypass dari proksimal duodenum melewati pankreas (pankreas tidak

boleh dibuka!! Nanti bisa kena pancreatitis)

Khusus untuk yang berkaitan dengan malrotasi: kalau udah nekrosis pada midgut, tidak bisa

hidup tapi di luar negeri sih bisa transplantasi usus. Bagaimana sih proses malrotasi yang

bikin obstruksi duodenum? Jadi karena serabutnya masuk tidak sempurna, serabut yang di

kanan bawah (tempatnya caecum) jadi ke kanan atas dan menekan duodenum. Karena di

mesenterium juga ada arteri mesenterika superior, maka arteri ini akan ikut terputar,

menyebabkan nekrosis di duodenum hingga setengah kolon transversum proksimal.

4. Obstruksi Jejunum dan Ileum

Kalau obstruksi di jejunum/ileum gejala muntahnya akan lebih lambat, tetapi

distensinya bisa lebih hebat dan mengenai seluruh abdomen (bandingkan dengan

duodenum yang cuma di epigastrium). Biasanya obstruksinya karena adanya diskontinuitas

usus, bisa pada bagian lumennya, tapi bisa juga sudah terjadi diskontinuitas dari

mesenteriumnya. Diskontinuitas bisa disebabkan oleh atresia maupun membran/web.

Tatalaksana dalam keadaan darurat adalah dengan cegah aspirasi, berikan hidrasi, dan

pertahankan suhu (rata-rata tata laksananya sama ya?). Prinsip jangka panjangnya adalah

perbaiki kontinuitas usus secara bertahap dengan metode Santulli.

5. Anomali Anorektal

Kalau terjadi anomali anorektal, ada beberapa hal yang penting banget untuk diperiksa:

1. Kelainan bawaan lain, yaitu pada jantung, tulang belakang, dan saraf.

2. Tinggi/Rendah. Apa sih

bedanya? Kalau rendah, letak

“tergabung”nya ada di bagian

bawah (bisa di lihat di gambar yang

sebelah kiri), jadi tatalaksananya cukup

pisahkan feses dan urin dengan metode

anoplasti. Kenapa harus

dipisahkan antara feses dan urin? Karena

dapat membuat keadaan sepsis. Kalau

yang tinggi, terdapat otot di tempat

rektum seharusnya berada, jadi

tatalaksananya nggak bisa pake anoplasti, tapi pake kolostomi (bisa di lihat di gambar yang

sebelah kanan kalau ada ototnya). Nah, satu bulan paska kolostomi, baru deh dipisahi

(operasi definitif) dengan PSARP, yaitu semua struktur dipisahkan dan dimasukkan ke tempat

yang seharusnya.

Oh iya, karena luka di perineum selalu bikin striktur, maka 2 minggu paska operasi PSARP,

dilakukan dilatasi anal dengan bougie sampai dengan ukuran 13-14 (untuk usia 4-12

bulan, kira-kira se-ibu jari). Dilatasi ini dilakukan dua kali sehari. Baru setelah itu, kolonostomi

ditutup. Sayangnya, ada komplikasinya nih, seperti konstipasi, inkontinen (tidak ada saraf),

trauma operasi, dan efek psikososial.

3. Fistula/Tanpa fistula. Kalau ada fistula, perlu ditentukan arahnya, apakah kutaneus, uriner,

atau genitalia.

*Atresia Ani*

Salah satu penyebab atresia ani adalah karena tidak ada sacrum (kelainan vertebrae). Ini hal

yang gaswat karena fungsi anus tidak akan pulih karena tidak ada pleksus sakralis. Jadi sia-

sia saja kalau dioperasi, hufttt.

6. Morbus Hirschsprung (Aganglionosis kongenital)

Kalau dilihat penampakannya, pasti kita mikirnya “bagian kolon yang membesar adalah yang

mengalami kelainan”. Ini SALAH banget loooch! Ternyata, bagian kolon yang tampak

kecil lah yang tidak memiliki saraf, akibatnya tidak ada gerakan peristaltik, dan akhirnya

menyebabkan obstruksi. Ciri khas dari morbus hirschsprung adalah muntah yang selalu

Page 4: Tentir Modul Gastrointestinal 2011 - Sumatif II Part V

mulai pada saat neonatus (biasanya pada 18-24 jam kelahiran)

mengejan. Secara umum, gejalanya adalah:

• Tidak BAB dan tidak flatus

• Kembung

• Muntah

Terdapat dua jenis morbus hirschsprung, yaitu:

• Tinggi: feses tidak bisa keluar dengan rectal touché (berkaitan dengan pleksura

lienalis)

• Rendah: feses bisa keluar dengan rectal touché (berkaitan dengan aganglion

rectosigmoid).

Lalu, bagaimana tatalaksananya?

1. Neonatus

• Klasik/rendah: kolostomi

• Panjang/tinggi: ileostomi

Setelah usia 3 bulan, barulah dilakukan operasi definitif (mirip

anorektal ya). Jenis operasinya bisa Duhamel, Swenson, dan Soave.

2. Transanal Mukosektomi

[Davrina Rianda]

T-20 Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Kondisi Gastrointestinal

Ketemu saya lagi di tentir ini nhh..tenang ajah isinya ringan dan sangat mudah dipahami kok.

Pasti bisa dan menyegarkan di tengah lautan materi yang bikin suntuk. Udah deeh langsung

mulai ajah.. silahkan..

Menurut DSM (Diagnosis and Statistical Manual) IV TR -> biasa yang digunakan di

psikiatri

Satu atau lebih masalah psikologis atau perilaku secara nyata memiliki pengaruh

perjalanan penyakit atau outcome dari gejala kondisi medis umum (GI) atau yang

bermakna meningkatkan resiko dari seseorang untuk mengalami efek samping dari

permasalahan tersebut. Maksudnya bisa jadi lesi terasa lebih berat gara2 masalah psikologis.

Contohnya ada pasien yang peptic ulcer padahal kecil lukanya tapi pasien merasakan itu luka

yang besar. Tidak hanya pada GI, contoh yang lain pada respiratori (asma dapat diakibatkan

oleh stress), dan lain sebagainya.

Kedokteran Psikosomatik

Menekan pada adanya interaksi kesatuan antara pikiran dan tubuh kita

kalo lagi sakit kepala pasti manusia lebih cenderung merasa marah atau sebaliknya misal mau

ketemu do’i tegang nh sering terasa sakit perut kan. Jadi dalam menangani kasus ini dan

), dan tidak ada refleks

touché (berkaitan dengan pleksura

touché (berkaitan dengan aganglion

Setelah usia 3 bulan, barulah dilakukan operasi definitif (mirip-mirip kayak anomaly

anorektal ya). Jenis operasinya bisa Duhamel, Swenson, dan Soave.

Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Kondisi Gastrointestinal

Ketemu saya lagi di tentir ini nhh..tenang ajah isinya ringan dan sangat mudah dipahami kok.

Pasti bisa dan menyegarkan di tengah lautan materi yang bikin suntuk. Udah deeh langsung

> biasa yang digunakan di

memiliki pengaruh pada

dari gejala kondisi medis umum (GI) atau yang secara

dari seseorang untuk mengalami efek samping dari

bisa jadi lesi terasa lebih berat gara2 masalah psikologis.

ulcer padahal kecil lukanya tapi pasien merasakan itu luka

Tidak hanya pada GI, contoh yang lain pada respiratori (asma dapat diakibatkan

pikiran dan tubuh kita. Contoh

kalo lagi sakit kepala pasti manusia lebih cenderung merasa marah atau sebaliknya misal mau

. Jadi dalam menangani kasus ini dan

kasus lainnya harus memperbaiki kondisi fisi

hanya salah satu aja.

Kedokteran psikosomatik adalah bagian dari ilmu kedokteran perilaku

perilaku merupakan keilmuan interdisiplin ya

dan integrasi dari perilaku dan ilmu biomedis

kesehatan serta aplikasinya untuk prevensi (pencegahan), diagnostik, dan rehabilitasi

Cuma untuk diagnostik dan terapi saja, butuh juga prevensi

kembali sakit lagi atau relaps kedepannya.

Teori stress

Menurut si Selye stres tuh Sindrom adaptasi umum

exhaustion). Kalo kita stress jadi gampang terbangun

tenang, sering ke kamar mandi, BAB sering,

terpengaruh apa ajah shh kalo kita stress ???

1. Respon neurotransmitter: sistem Nor

cathecolamines dan mengaktifkan sistem serotonic

2. Respon endokrin: CRF

ACTH�glucocorticoid�mempengaruhi fungsi flight (lari) atau fight (hadapi).

3. Respon imun terhadap stress: respon imun bisa turun karena stress.

menginhibisi glucocorticoid dan mengaktivasi

membuat seseorang rentan thdp penyakit looh.

4. Kejadian pada kehidupan sehari

a. Social re-adjustment

b. Personality (faktor kepribadian)

berbeda dalam menghadapi masalah

c. Konflik yang sifatnya tidak sadar

muncul lagi. (biasanya terjadi pada orang yang suka nahan marah)

d. Teori stress yang tidak spesifik lainnya.

Intinya jangan cuma gejalanya aja yang diperhatikan

juga.

Fungsi GI dan status emosional

1. Rasa cemas, depresi, dan marah

motilitas, dan warna mukosa. Con

meningkat, motilitas hiperaktif �

2. Interaksi antara kortex, aks

otak�bisa mempengaruhi fungsi GI.

3. Interpersonal events (per

seseorang)�mempengaruhi fungsi GI

4. Kalo GI Hiperfungsi�berarti lagi dalam emosi

Kalo GI Hipofungsi�sadness (sedih

4

memperbaiki kondisi fisik dan kondisi psikologisnya, ga bisa

bagian dari ilmu kedokteran perilaku. Ilmu kedokteran

lin yang menaruh perhatian lebih pada perkembangan

edis serta teknik yang relevan terhadap penyakit dan

kesehatan serta aplikasinya untuk prevensi (pencegahan), diagnostik, dan rehabilitasi. Jadi ga

Cuma untuk diagnostik dan terapi saja, butuh juga prevensi dan rehabilitasinya supaya tidak

Sindrom adaptasi umum (alarm reaction, resistance, and

Kalo kita stress jadi gampang terbangun (karena ada tanda ancaman), ga

, BAB sering, diare, gastritis, atau badan mudah lelah. Yang

terpengaruh apa ajah shh kalo kita stress ???

: sistem Nor-adrenergic teraktivasi�mengeluarkan

n mengaktifkan sistem serotonic (alarm perasaan diaktifkan)

: CRF (Corticotrophin Releasing Factor),

mempengaruhi fungsi flight (lari) atau fight (hadapi).

: respon imun bisa turun karena stress. Stress akan

enginhibisi glucocorticoid dan mengaktivasi IL1 dan IL6 (sitokin). Keadaan ini akan

membuat seseorang rentan thdp penyakit looh.

Kejadian pada kehidupan sehari-hari:

Personality (faktor kepribadian)�orang yang perfeksionis dan orang yang santai

berbeda dalam menghadapi masalah (kalian yang mana hayo!)

Konflik yang sifatnya tidak sadar�konflik masa lalu yang udah disimpan,

. (biasanya terjadi pada orang yang suka nahan marah)

Teori stress yang tidak spesifik lainnya.

Intinya jangan cuma gejalanya aja yang diperhatikan tapi masalah yang melatarbelakangi

Rasa cemas, depresi, dan marah� menimbulkan perubahan pada sekresi GI,

Contoh: pada saat kita cemas, asam lambung akan

diare.

aksis hipotalamus dan neurotransmitter di

bisa mempengaruhi fungsi GI.

(peristiwa kehidupan yang terjadi pada

mempengaruhi fungsi GI

berarti lagi dalam emosi hostility (agresifitas)

sadness (sedih�depresi)

Page 5: Tentir Modul Gastrointestinal 2011 - Sumatif II Part V

5

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) jagolaaah inii..hehe

Gejala: panas di dada (heartburn)�karena regurgitasi (asam lambung naik keatas). Biasanya

terasa nyeri. Terjadi pada orang yang mengkonsumsi antacid.

Bisa juga terjadi karena multifaktor: hernia hiatal, pengosongan lambung yang terlambat,

hipersekresi asam.

Bila yang bersangkutan mengalami distress psikologis�keparahan gejala akan meningkat

dann angka relaps akan meningkat �GERD memburuk.

Trigger: stress berat, kegembiraan yang berlebihan (hati2 yang GERD kalo dpet nilai

sumatif A hehe) , masalah keluarga, dan depresi.

Perlu diingat faktor psikologi di sini posisinya sebagai pemberat ajah looh bukan penyebab.

Kalo penyebabnya apa hayo..bukalah tentir dr. Marcell hehe

Ulkus Peptikum

Ulkus peptikum�mukosa mengalami ulserasi. Bisa mengakibatkan muntah atau BAB

berdarah�kalau udah dalam ulkusnya. Biasanya terjadi di distal lambung atau proksimal

duodenum. Gejalanya adalah rasa perih sekali, rasa terbakar epigastric pain biasanya 1-3 jam

setelah makan. Bila diberikan pola makan yang baik dan antacid akan merasa lebih ringan.

Gejala lainnya adalah nausea (mual), vomit (muntah), hematemesis atau melena bila ulkus

sudah dalam. Ulkus peptikum bisa disebabkan karena sekresi asam yang berlebihan atau

infeksi H. pylori.

Faktor psikologis�meningkatkan sekresi asam lambung�mengiritasi dinding

lambung�ulkus makin dalam.

Faktor psikososial�mengakibatkan gangguan gejala�daya tahan tubuh kurang�infeksi

sering.

Kolitis Ulseratif

Kolitis ulseratif adalah radang usus yang sebabnya tidak diketahui, biasanya terjadi pada usus

besar. Gejala utamanya adalah diare berdarah. Kolitis ulseratif bisa mengakibatkan

manifestasi ekstrakolon seperti uveitis, iritis, penyakit kulit, dan primary sclerosing cholangitis.

Segi psikologisnya -> Menurut penelitian dapat disebabkan oleh kepribadian yang

obsessive compulsive (perfeksionis). Kepribadian ini biasanya orangnya tidak bisa

marah (disimpan sendiri), terlalu memperhatikan kerapihan, keteraturan dan ketepatan

waktu. Sifat yang suka menyimpan amarah nhh malah justru menambah stressnya dan

“meledak” dalam bentuk penyakit si colitis ulserative. (hayo kamu gimana??? baca zodiak

deeh hehe)

Crohn’s Disease

Radang pada usus yang biasanya menyerang usus halus dan usus besar. Biasanya ditandai

dengan diare, nyeri abdomen, dan berat badan menurun. Penyakit ini bisa menjadi kronik,

walau bisa remisi. Pengobatannya dengan antibiotik, immunosupresi dan kortikosteroid.

Segi psikologisnya -> Menurut penelitian bila dibandingkan orang yang menderita penyakit

crohn dengan kontrol (orang normal) dan kolitis ulseratif, 23% mengalami gangguan

panik pada yang berpenyakit crohn. Gangguan panik ditandai dengan serangan

kecemasan yang tinggi, berdebar-debar, kepala pusing dan gejalanya sering kali seperti orang

serangan jantung. Sehingga sering kali pasien crohn dibawa bolak balik ke UGD dan setelah

dicek ternyata kondisinya normal�pure psikologis.

Functional gastrointestinal disorder

Disebabkan oleh psikological. Dirasakan oleh seseorang secara subyektif, setelah

diperiksa normal strukturnya tetapi gejalanya benar-benar dirasakan. Terjadi pada orang

yang menderita Globus histericus (merasa seperti ada yang nyangkut di esofagus,

sehingga tidak bisa menelan), dyspepsia fungsional, irritable bowel syndrome (IBS),

dan obstruksi defekasi. Bila menemukan pasien seperti ini pertama yang harus terpikir

adalah penyakit tersebut disebabkan oleh organik. Bila setelah diperiksa tidak ada gangguan

organik, barulah bisa dipastikan bahwa pasien mengalami gangguan fungsional.

GI drugs ����Psychiatric AE

Kita perlu melihat obat2 apa saja yang digunakan di pasien, karena ada obat2 yang

mempengaruhi kondisi psikiatri pasien. Apa ajah shh??

1. Cimetidine, ranitidine�bisa menimbulkan efek samping gejala psikiatri (delirium)

jika dipakai dalam jangka panjang dan dosis tinggi

2. Metoclopramide� depression, dystonic reaction & parkinsonism

3. Interferon α �depression, insomnia, anxiety, confusion

4. Omeprazole � meningkatkan konsentrasi Carbamazepine

5. Metronidazole � potential nephrotoxic bila digunakan bersamaan dengan Lithium,

interact with disulfiram.

Gampang kan konsepnya? Biar tambah gampang lihat ilustrasi kasus di bwah ini nhh.

Kasus Ilustrasi 1

Wanita 38 tahun, mengalami nyeri abdomen intermiten (hilang timbul) persistent. Wanita ini

khawatir dirinya mengalami kanker sehingga dia pergi ke gastroenterologist. Pasien takut

mengalami kanker pankreas karena ada dalam riwayat keluarganya. Setelah dilakukan CT

Scan tidak ditemukan tanda-tanda adanya kanker. Tambah lama nyeri abdomennya menjadi

sering, hal ini membuat wanita ini semakin khawatir. Lalu, setelah berkonsultasi dengan

psikiatri pasien diduga terkena hypochondriasis; gangguan jiwa sehingga pasien meyakini

dirinya mengidap suatu penyakit yang mengancam nyawa tertentu padahal sudah diperiksa

dan tidak ada apa-apa, biasanya nanti orang tersebut akan melakukan doctor shopping (cari

jodoh atau emang gejala kelainan nhh hehe). Pasien diberikan venlafaxine (anti

depresan) & terapi suportif.

Pasien ini kasihan juga soalnya suka jadi korban dokter yang “nakal”, disuruh pake dan

periksa ini itu padahal cuman dikasih obat anti depressan juga udah beres kok.

Page 6: Tentir Modul Gastrointestinal 2011 - Sumatif II Part V

6

Kasus Ilustrasi 2

Laki-laki 20 tahun, seorang atlet mengalami kecemasan dan bersendawa sangat sering.

Pasien merasa susah bernapas, merasa perut penuh ketika sedang berlari, insomnia,dll. Tidak

ada riwayat minum alcohol atau obat-obatan. Terdapat masalah adjustment disorder

dengan kecemasan. Kelainan kejiwaan ini adalah perasaan takut berlebihan akibat pikiran2

negatifnya, padahal kenyataan sebenarnya gak gtu. Akibatnya dy belanja dokter terus untuk

ngurangin kekhwatirannya..lebay bahasa gampangnya lah haha)

Terapinya adalah terapi relaksasi dengan psikoterapi singkat dan cytalopram 20 mg

(anti depresan). 6 minggu setelahnya sembuh.

Kata dokternya nanti kalo kita udah jadi dokter, pada kelainan ini kita harus menganamnesis

dengan baik, dengarkan cerita pasien supaya gak salah diagnosis, soalnya ini bukan kelainan

organik dan bisa langsung merujuknya ke dokter kejiwaan. Kasihan juga kan pasiennya cape

belanja dokter.

CLP (Consultation Liaison Psychiatry)

Kerjasama sejawat departemen lain dan psikiatri dengan membentuk tim dalam menangani

seorang pasien. Dari departemen psikiatrinya akan mencari sisi psikologis yang bisa menjadi

komorbiditas penyakit khususnya kelainan GI. Jika memang ada kelainan psikologisnya,

dokter psikiatri akan melakukan terapi kombinasi farmakoterapi dan psikoterapi.

[Karina Maharani Pramudya]