22
TEORI BELAJAR OPERANT CONDITIONING MENURUT BURRHUS FREDERIC SKINNER BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B.F. Skinner adalah salah satu tokoh Behaviorisme. Behavior sendiri diartikan tingkah laku. Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. 1 [1] Menurut teori ini, apa saja yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan, karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan kepada peserta didik sebagai stimulus, dan apa saja yang dihasilkannya sebagai respon, semuanya harus dapat diamati dan dapat diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran 1

Teori Conditioning Burhus

Embed Size (px)

Citation preview

TEORI BELAJAR OPERANT CONDITIONING MENURUT BURRHUS FREDERIC SKINNER

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahB.F. Skinner adalah salah satu tokoh Behaviorisme. Behavior sendiri diartikan tingkah laku. Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.[footnoteRef:2][1] [2: ]

Menurut teori ini, apa saja yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan, karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan kepada peserta didik sebagai stimulus, dan apa saja yang dihasilkannya sebagai respon, semuanya harus dapat diamati dan dapat diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku terhadap peserta didik.[footnoteRef:3][2] [3: ]

B.F. Skinner, dengan teori operant conditioning-nya, ternyata juga membesarkan nama behaviorisme. Ia terkenal dengan pengembangan dan penggunaan aparatus yang biasa disebut kotak Skinner. Dengan kotak ini, ia meneliti perilaku hewan, biasanya tikus dan burung merpati. Pekerjaan Skinner dengan tikus dan burung merpati menghasilkan sekumpulan prinsip atau teori tentang perilaku yang telah ditunjang oleh ratusan studi yang melibatkan manusia atau hewan.[footnoteRef:4][3] [4: ]

Skinner Box yang digunakan oleh Skinner dalam ekprimennya, terdiri atas dua macam komponen pokok, yakni: manipulandum dan alat pemberi reinforcement yang antara lain berupa wadah makanan. Manipulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri atas tombol, batang jeruji, dan pengungkit.[footnoteRef:5][4] [5: ]

Dalam ekprimennya itu, mula-mula tikus mengeksplorasi peti dengan cara lari ke sana kemari, mencium benda-benda yang ada di sekitarnya, mencakar dinding, dan sebagainya. Aksi-aksi seperti ini disebut emitted behavior (tingkah laku yang terpancar), yakni tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa mempedulikan stimulus tertentu. Kemudian pada gilirannya, secara kebetulan salah satu emitted behavior tersebut dapat menekan pengungkit. Tekanan ini mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadah yang telah disediakan.[footnoteRef:6][5] [6: ]

Butir-butir makanan itu disebut dengan reinforcer bagi penekanan pengungkit, dan penekanan pengungkit inilah yang disebut dengan tingkah laku operant yang akan terus meningkat apabila diiringi dengan reinforcement, yakni penguatan yang berupa butir-butir makanan yang muncul pada waktu penekanan.Eksprimen Skinner ini mirip dengan teori trial and error learning yang ditemukan oleh Thorndike. Dalam hal ini, fenomena tingkah laku belajar menurut Thorndike selalu melibatkan satisfaction (kepuasan), sedangkan menurut Skinner fenomena tersebut melibatkan reinforcement (penguatan). Dengan demikian, baik belajar dalam teori S-R Bond maupun dalam teori operant conditioning langsung atau tidak, keduanya mengakui arti penting law of effect.[footnoteRef:7][6] [7: ]

Teori yang diusung Skinner, ternyata memiliki perbedaan dengan tokoh behaviorisme yang lain. Pavlov contohnya. Pada umumnya, Pavlov memusatkan pada perilaku yang disangkanya ditampilkan oleh stimulus-stimulus khusus. Tetapi, menurut Skinner, bahwa perilaku-perilaku semacam itu mewakili hanya sebagian kecil dari semua perilaku yang ada. Ia menyarankan suatu kelas lain dari perilaku, yang disebutnya dengan perilaku operant. Sebab, perilaku-perilaku ini beroperasi terhadap lingkungan tanpa adanya stimulus-stimulus yang tidak terkondisi apa pun, seperti makanan.[footnoteRef:8][7] [8: ]

Studi Skinner terpusat pada hubungan antara perilaku dan konsekuensi-konsekuensinya. Sebagai contoh, bila perilaku seseorang segera diikuti oleh konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan, orang itu akan terlibat dalam perilaku tersebut secara intens. Penggunaan konsekuensi yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku disebut operant conditioning.[footnoteRef:9][8] [9: ]

Tidak seperti dalam respondent conditioning, yang responnya didatangkan oleh stimulus tertentu. Respon dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer sendiri sesungguhnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam clasical respondent conditioning.[footnoteRef:10][9] [10: ]

C. Rumusan MasalahDari penjelasan di atas, timbul sejumlah pertanyaan mengenai teori belajar operant conditioning menurut Skinner ini, sebagai berikut:1. Bagaimana teori operant conditioning yang ditemukan oleh Skinner dengan eksprimen yang dilakukannya?2. Sejauh mana operant conditioning dibuthkan dalam pembelajaran saat ini? D. Tujuan PembahasanMelalui penyajian makalah ini, diharapkan tercapainya tujuan pembahasan, sebagai berikut:1. Dapat menjelaskan teori operant conditining menurut B.F. Skinner.2. Dapat mengaplikasikan teori operant conditioning dalam pembelajaran saat ini.E. Manfaat PembahasanDari penyajian makalah yang sangat sederhana ini, setidaknya dapat memberikan sedikit informasi tentang operant conditioning menurut B.F. Skinner, dan atau dapat merekonstruksi teori ini, sesuai dengan kebutuhan berkembang. Dari segi praktis, pembahasan ini diharapkan dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran saat ini dengan segala rekonstruksinya.

BAB IIPEMBAHASANA. Sekilas Tentang B.F. Skinner

Skinner dilahirkan di Susquehanna, Pennsylvania pada 1904. Ia meraih gelar master (1930) dan gelar Ph.D (1931) dari Harvard University. Karena lebih sering gagal dalam dunia jurnalistik, ia berpikir untuk menjadi psikiater. Beberapa kali ia gagal mendeskripsikan perilaku manusia lewat karya sastra. Dan ternyata ia lebih sukses mendeskripsikan perilaku manusia lewat ilmu pengetahuan,[footnoteRef:11][10] dalam hal ini adalah psikologi. [11: ]

Skinner mengajar psikologi di University of Minnesota antara tahun 1936 dan 1945, dan selama masa ini ia menulis buku teksnya yang berpengaruh, The Behavior of Organisms (1938). Pada tahun 1945, ia pindah ke Indiana University untuk menjabat ketua jurusan Fakultas Psikologi. Pada tahun 1948 ia kembali ke Harvard, dan menetap di sana sampai ia meninggal dunia (1990).[footnoteRef:12][11] [12: ]

Dalam sebuah survei yang dilakukan sebelum kepergian Skinner, para sejarawan psikologi menempatkan Skinner di urutan delapan dalam daftar psikolog sepanjang zaman, dan di urutan pertama dalam daftar psikolog kontemporer paling top. Sedangkan dalam daftar para ketua jurusan psikologi, Skinner berada dalam urutan pertama untuk kedua jenis daftar tersebut.[footnoteRef:13][12] [13: ]

Begitulah pegaruh Skinner dalam dunia psikologi, yang pada akhirnya menjadi teladan bagi psikolog-psokolog lain, dan teori-teorinya menjadi rujukan banyak orang. Selama hidupnya, ia telah mengeluarkan beberapa karya, diantaranya:[footnoteRef:14][13] [14: ]

1. The Behavior of Organism: An Experimental Analysis2. Walden Two3. Are Theories of Learning Necessary? Psikological Review4. How to Teac Animals5. Science and Human Behavior6. The Science of Learning and the are of Teacing7. A Case History in Scientific Method8. Verbal Behavior9. Teacing Machines10. Pigeon in a Pelican11. A History of Psychologi in autobiography12. Beyond Freedom and Dignity13. Abaut Behaviorism14. The Shame of American Education15. What is Wrong With Daily Life in the Western World?16. Upon Further Reflection.

B. Teori Operant ConditioningKata operant berasal dari bahasa inggris yang dapat diartikan sebagai sejumlah perilaku atau respon yang membawa efek terhadap lingkungan yang dekat. Sedangkan kata conditioning, dapat diartikan sebagai sebuah keadaan yang berkaitan dengan waktu dan tempat. Jadi gabungan kata operant conditioning dapat diartikan sebagai keadaan atau lingkungan yang dapat memberikan efek kepada orang yang berada di sekitarnya.[footnoteRef:15][14] [15: ]

Seperti Pavlov, Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respon. Tetapi berbeda dengan Pavlov, Skinner membuat perincian lebih jauh. Skinner membedakan adanya dua macam respon, yaitu:[footnoteRef:16][15] [16: ]

1. Respondent respons atau reflexive respons, yaitu respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang-perangsang itu disebut eliciting stimuli, yang menimbulkan respon yang relatif tetap, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Pada umumnya, peransang-peransang demikian itu mendahului respon yang ditimbulkannya.2. Operant respons atau instrumental respons, yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian itu disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, peransang-peransang tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, perangsang yang demikian itu mengikuti, dan karenanya memperkuat, sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Jika seorang anak belajar, lalu mendapatkan hadiah, maka dia akan lebih giat lagi belajar, responnya menjadi lebih intens.

Fokus teori Skinner pada respon yang kedua. Karena, menurutnya, itu merupakan bagian terbesar dari tingkah laku manusia, dan kemungkinannya untuk dimodifikasi boleh dikatakan tak terbatas. Berbeda dengan yang pertama, karena adanya hubungan pasti antara stimulus dengan respon, kemungkinan untuk memodifikasinya adalah kecil. Teori Skinner menyatakan bahwa setiap kali memperoleh stimulus, individu akan mengadakan respon berdasarkan hubungan S - R. Tingkah laku bukanlah sekedar respon terhadap stimulus, tetapi suatu tindakan yang disengaja atau operant. Operant ini dipengaruhi oleh konsekuensi. Tingkah laku adalah perbuatan yagn dilakukan pada situasi tertentu. Tingkah laku ini terletak di antara dua pengaruh; antecedent atau pengaruh yang mendahuluinya dan konsekuensi. Dengan demikian, tingkah laku dapat diubah dengan cara mengubah antecedent, konsekuensi, atau keduanya. Menurut Skinner, konsekuensi sangat menentukan apakah tingkah laku akan diulangi pada saat lain.[footnoteRef:17][16] [17: ]

Jika disederhanakan, prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant conditioning adalah sebagai berikut:[footnoteRef:18][17] [18: ]

1. Melakukan identifikasi mengenai hal apa yang merupakan reinforcer bagi tingkah laku yang akan dibetuk.2. Dilakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk tingkah laku yang dimaksud. Komponen-komponen itu lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada pembentukan tingkah laku yang dimaksud.3. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara, lalu mengidentifikasi reinforcer untuk masing-masing komponen.4. Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun. Kalau komponen pertama dilakukan maka hadiahnya diberikan; hal ini akan mengakibatkan seringnya komponen itu dilakukan. Kalau ini sudah terbentuk, masuk pada komponen kedua yang diberi hadiah, sedangkan komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi. Demikianlah sampai pada komponen terakhir. Hingga tingkah laku yang diharapkan akan terbentuk.

Kesimpulan yang dapat ditarik Skinner setelah melakukan percobaan melalui Skinner Box-nya, dengan pemberian penguatan adalah:[footnoteRef:19][18] [19: ]

1. Setiap langkah dalam proses belajar perlu dibuat pendek-pendek, berdasarka tingkah laku yang pernah dipelajari sebelumnya.2. Pada permulaan belajar perlu ada penguatan atau imbalan, serata perlu ada pengontrolan secara hati-hati terhadap pemberian penguatan baik yang bersifat kontinu maupun temporer.3. Penguatan harus diberikan secepat mugkin begitu terlihat adanya respon yang benar. Hal ini juga dapat berfungsi sebagai umpan balik bagi mereka yang belajar sehingga motivasi diharapkan dapat meningkat karena mereka mengetahui kemajuan yang telah dicapainya dalam proses belajar.4. Individu yang belajar perlu diberi kesempatan untuk mengadakan generalisasi dan deskriminasi stimuli yang diterima karena hal ini akan memperbesar kemungkinan adanya keberhasilan.

Kalau dilihat, ada perbedaan mendasar antara clasical conditioning yang digagas oleh Pavlov dengan operant conditioning Skinner, sebagai berikut:[footnoteRef:20][19] [20: ]

a. Dari segi respon. Dalam clasical conditioning, respon dikontrol oleh pihak luar. Pihak ini yang menentukan kapan dan apa yang akan diberikan sebagai stimulus. Peranan orang yang belajar bersifat pasif, karena untuk mengadakan respon perlu adanya stimulus tertentu. Sebaliknya, Skinner mengatakan bahwa pihak luarlah (pengajar) yang harus menanti adanya respon yang diharapkan. Kalau respon terlihat, maka dapat diberikan penguatan. Individu yang mengajar harus mengadakan aksi dan bertindak secara aktif agar dapat memperoleh penguatan. b. Dari segi penguatan. Clasical conditioning mengatakan bahwa stimulus yang tidak terkontrol (unconditioning stimulus) mempunyai hubungan dengan penguatan. Stimulus itu sendirilah yang menyebabkan adanya pengulangan tingkah laku dan berfungsi sebagai penguat. Sebaliknya, menurut Skinner, responlah yang merupakan sumber penguatan. Adanya respon menyebabkan seseorang memperoleh penguatan dan hal ini menyebabkan respon tersebut cenderung untuk diulang.

C. Punishment dalam Teori Operant Conditioning Hergenhahn menjelaskan bahwa punishment terjadi ketika suatu respon menghilangkan sesuatu yang positif dan atau menambah sesuatu yang negatif. Dalam keseharian, punishment dapat dikenal dengan mencegah pemberian sesuatu yang diharapkan oleh organisme, atau memberinya sesuatu yang tidak diinginkan. Dalam setiap kasus, hasil dari respon punishment akan menurunkan probabilitas terulangnya respon secara temporer. Dalam hal ini, Skinner dan Thorndike memiliki pendapat yang sama, bahwa punishment tidak menurunkan probabilitas respon. Walau dapat menekan respon selama punishment itu diterapkan, namun tetap saja tidak akan melemahkan kebiasaan.[footnoteRef:21][20] [21: ]

Alasan penolakan Skinner terhadap punishment adalah, bahwa punishment dalam jangka panjang tidak akan efektif. Tampak bahwa hukuman hanya menekan perilaku, dan ketika ancaman hukuman dihilangkan, tingkat perilaku akan kembali ke level semula. Jadi, hukuman sering kelihatannya sangat berhasil, padahal sebenarnya bersifat temporer. Argumen lain dalam penolakan punishment adalah:[footnoteRef:22][21] [22: ]

1. Hukuman menyebabkan efek samping emosional yang buruk. Peserta didik yang dihukum menjadi takut, dan ketakutan ini tergeneralisasi ke sejumlah stilmulus yang terkait dengan stimulus yang ada saat hukuman diterapkan.2. Hukuman menunjukkan apa yang tidak boleh dilakukan organisme, bukan apa yang seharusnya dilakukan. Seringkali hukuman hanya memberi informasi bahwa respon yang dihukum itu adalah respon yang tidak akan melahirkan penguatan dalam situasi tertentu, dan karenanya dibutuhkan pelajaran tambahan untuk memberitahukan respon yang bisa melahirkan penguatan.3. Hukuman dapat menjutifikasi tindakan menyakiti pihak lain. Hal ini berlaku untuk penggunaan hukuman dalam pengasuhan anak. Ketika anak dipukul, satu-satunya hal yang mereka pelajari adalah bahwa dalam situasi tertentu adalah diperbolehkan untuk menyakiti orang lain.4. Berada dalam situasi dimana perilaku yang dahulu dihukum kini dapat dilakukan tanpa mendapat hukuman lagi, mungkin akan menyebabkan anak merasa diperbolehkan melakukannya lagi. Jadi, jika tidak ada agen yang menghukum, anak mungkin akan melakukan hal yang tidak diingikan.5. Hukuman akan menimbulkan agresi terhadap pelaku penghukum dan pihak lain. Hukuman menyebabkan organisme yang dihukum menjadi agresif, dan agresi ini mungkin akan menimbulkan problem tambahan.6. Hukuman sering mengganti respon yang tidak diinginkan dengan respon yang tidak diinginkan lainnya.

Hal yang perlu menjadi catatan agaknya, bahwa ternyata Skinner sendiri tidak pernah dihukum secara fisik oleh ayahnya, dan hanya sekali dihukum fisik oleh ibunya. Ia disuruh mencuci mulutnya dengan sabun karena ia berkata jorok, sebagai hukumannya.[footnoteRef:23][22] Dari pengalaman ini mungkin Skinner berpijak. [23: ]

Kalau sudah hukuman dihindari, lalu apa alternatif lain untuk mencegah organisme melakukan hal yang tidak diinginkan? Menurut Skinner, situasi yang menyebabkan perilaku yang tak diinginkan bisa diubah, dan karenanya akan mengubah perilaku. Misalnya, memindahkan piring hiasan dari ruang keluarga akan mengeliminasi problem anak memecahkan barang itu. Atau respon yang tak diiginkan dapat dibuat jadi menjemukan dengan cara membiarkan organisme melakukan respon yang tak diinginkan itu sampai ia bosan, seperti membiarkan anak bermain korek api atau makan permen. Jika perilaku yang tak diinginkan itu adalah fungsi dari tahap perkembangan anak, ia bisa dieliminasi cukup dengan menunggu anak itu tumbuh menjadi lebih besar. Atau biarkan waktu yang akan mengajarkan hal itu kepadanya.[footnoteRef:24][23] [24: ]

Dalam teori Skinner ini ada istilah penguat positif dan penguat negatif. Penguat positif (primer atau sekunder) adalah sesuatu yang apabila ditambahkan ke situasi oleh suatu respon tertentu, akan meningkatkan probabilitas terulangnya respon tersebut. Sedangkan penguat negatif, primer atau sekunder, adalah sesuatu yang jika dihilangkan dari situasi tertentu, akan meningkatkan probabilitas terulangnya respon tersebut. Dan menurut Skinner, hukuman tidak sama dengan penguat negatif.[footnoteRef:25][24] [25: ]

Abdul Hamid menjelaskan perbedaan ini, bahwa hukuman merupakan suatu pengertian yang berbeda dengan penguatan. Ketika penguatan adalah pemberian stimulus positif atau penghilangan stimulus negatif, maka punishment merupakan pemberian stimulus negatif atau penghilangan stimulus positif. Jadi dapat dikatakan bahwa apabila adanya stimulus memantapkan respon yang diberikan, maka hal itu dinamakan penguatan. Sebaliknya, adanya stimulus yang melemahkan atau menghilangkan respon yang diberikan maka hal itu disebut hukuman.[footnoteRef:26][25] [26: ]

BAB IIIPENUTUP

A. SimpulanOperant conditioning diartikan sebagai keadaan atau lingkungan yang dapat memberikan efek kepada orang yang berada di sekitarnya. kegiatan pembelajaran melalui teori operant conditioning ini pada dasarnya adalah sebuah upaya menciptakan lingkungan yang memungkinkan timbulnya insiatif belajar pada peserta didik. Kondisi lingkungan ini harus diciptakan oleh guru, dan setiap respon yang diberikan peserta didik terhadap lingkungan tersebut harus diberikan apresiasi yang pantas dan memuaskan peserta didik. Dengan cara demikian, maka kegiatan belajar mengajar akan berjalan sebagaimana dikehendaki. Konsep-konsep yang dikemukan oleh Skinner ternyata dapat mengungguli teori lain yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh sebelumnya.[footnoteRef:27][26] Ia mengungkapkan teorinya secara sederhana, namun ia mampu menunjukkan konsepnya tentang belajar secara lebih komprehensif. [27: ]

Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dengan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh sebelumnya. Untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar, perlu terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya, serta memahami respon yang mungkin dimunculkan dan pelbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari respon tersebut.[footnoteRef:28][27] [28: ]

Bagi Skinner juga, punishment bukanlah solusi untuk mengubah perilaku organisme pada respon yang diinginkan. Justeru, punishment akan membesarkan masalah, serta menimbulkan masalah baru. Hal ini, jauh sebelum Skinner dilahirkan dan melahirkan teorinya, al-Ghazali sudah terlebih dahulu melakukannya. Al-Ghazali juga tidak sependapat dengan diberlakukannya punishment dalam dunia pendidikan.Menurut Skinner, penguatan terbagi dua: positif dan negatif. Penguat positif (primer atau sekunder) adalah sesuatu yang apabila ditambahkan ke situasi oleh suatu respon tertentu, akan meningkatkan probabilitas terulangnya respon tersebut. Sedangkan penguat negatif, primer atau sekunder, adalah sesuatu yang jika dihilangkan dari situasi tertentu, akan meningkatkan probabilitas terulangnya respon tersebut. Dan hukuman tidak sama dengan penguat negatif.

B. ImplikasiSkinner sangat tertarik untuk mengaplikasikan teori belajarnya ke proses pendidikan. Menurutnya, belajar akan berlangsung sangat efektif apabila:[footnoteRef:29][28] [29: ]

1. Informasi yang akan dipelajari disajikan secara bertahap.2. Pembelajar segera diberi umpan balik (feedback) mengenai akurasi pembelajaran mereka, yakni setelah belajar mereka segera diberi tahu apakah mereka sudah memahami informasi dengan benar atau tidak.3. Pembelajar mampu belajar dengan caranya sendiri.

Pandangan teori belajar operant conditioning ini cukup lama dianut oleh para guru dan pendidik, dan bahkan lebih besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behaviorisme sendiri. Program-program pembelajaran seperti teaching machine, pembelajaran berprogram, modul, program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respon serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.[footnoteRef:30][29] [30: ]

Di Indonesia, teori ini masih sangat kentara dilakukan. Unsur-unsur penting dalam teori ini, seperti hubungan antara stimulus dan respon, perilaku sebagai hasil belajar yang tampak, pembentukan perilaku dengan penataan kondisi, dan reinforcement terlihat dengan jelas pada penyelenggaraan pembelajaran di tingkat Kelompok Bermain (PG), Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, bahkan sampai di Perguruan Tinggi.Sepertinya, ada satu hal yang dianggap penting dalam proses pembelajaran khususnya di Indonesia, namun tidak disetujui oleh Skinner, yakni punishment. Sebenarnya, Skinner sendiri menuai kritik dari pelbagai kalangan perihal ketidaksetujuannya terhadap diberlakukannya punishment dalam proses pembelajaran. Staddon (1995) misalnya, menemukan pengaruh Skinner di sejumlah problem kemasyarakatan. Menurutnya, yang paling bertanggung jawab atas hal ini adalah pendapat Skinner bahwa hukuman itu tidak efektif, dan bahwa karena manusia tidak punya kendak bebas, mereka tidak bisa dituntut bertanggung jawab atas perilakunya. Staddon berpendapat bahwa keyakinan Skinnerian ini menyebabkan praktik pengasuhan yang keliru dan cacat, yang pada gilirannya menyebabkan naiknya angka kejahatan dan tindakan melanggat hukum.[footnoteRef:31][30] [31: ]

Mungkin kritik ini agak berlebihan, tapi tetap saja menjadi cacat kalau dalam dunia pendidikan tidak diberlakukannya sistem punishment. Karena peserta didik akan beranggapan bahwa perilaku yang tidak wajar dan respon yang tidak diharapkan adalah sah untuk dilakukan terus menerus.Bukan berarti dengan tidak diberlakukannya punishment dalam teori pendidikan Skinner, lalu semua teorinya menjadi tidak pantas untuk diterapkan. Karena tanpa disadari, ternyata teori ini banyak sedikitnya sudah dipraktikkan. C. SaranAgaknya, dengan segala kekurangan yang dimiliki teori operant conditioning, namun banyak sisi positif yang dapat diteladani atau bahkan diterapkan dalam proses pembelajaran hari ini. Bagi seorang guru tentu lebih mengetahui kondisi peserta didiknya, ketika teori ini diikutkan dalam pembelajaran, serta dikompromikan dengan kondisi lingkungan dan peserta didik, akan menjadi lebih sempurna, dan dapat menutupi kekurangan masing-masing.

BIBLIOGRAFI

Budiningsih, C. Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008.Dahar, Ratna Wilis. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga, 1989.Hamid, Abdul K. Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: Program Pascasarjana UNIMED, 2009.Hergenhahn, B.R. dan Matthew H. Olson. Theories of Learning (Teori Belajar), terj. Tri Wibowo B.S. Jakarta: Kencana, 2008.Nata, Abuddin. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2009. Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.