10
Gerontik TEORI PENUAAN Dahulu para ilmuan telah membuat teori tentang penuaan seperti Aristoteles dan Hipocrates yang berisi tentang suatu penurunan suhu tubuh dan cairan secara umum. Sekarang dengan seiring jaman banyak orang yang melakukan penelitian dan penemuan dengan tujuan supaya ilmu itu dapat semakin jelas, komplek dan variatif. Ahli teori telah mendeskripsikan proses biopsikososial penuaan yang kompleks. Tidak ada teori yang menjelaskan teori penuaan secara utuh. Semua teori masih dalam berbagai tahap perkembangan dan mepunyai keterbatasan. Namum perawat dapat menggunakannnya untuk memahami fenomena yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan klien lansia. Proses menjadi tua itu pasti akan dialami oleh setiap orang dan menjadi dewasa itu pilihan.penuaan bukan progresi yang sederhana, jadi tidak ada teori universal yang diterima yang dapat memprediksi dan menjelaskan kompleksitas lansia. Penuaan dapat dilihat dari 3 perspektif yaitu : 1. Usia biologis

Teori Penuaan (Bu Mia Gerontik)

Embed Size (px)

Citation preview

Gerontik

TEORI PENUAAN

Dahulu para ilmuan telah membuat teori tentang penuaan seperti Aristoteles dan

Hipocrates yang berisi tentang suatu penurunan suhu tubuh dan cairan secara umum.

Sekarang dengan seiring jaman banyak orang yang melakukan penelitian dan penemuan

dengan tujuan supaya ilmu itu dapat semakin jelas, komplek dan variatif. Ahli teori telah

mendeskripsikan proses biopsikososial penuaan yang kompleks. Tidak ada teori yang

menjelaskan teori penuaan secara utuh. Semua teori masih dalam berbagai tahap

perkembangan dan mepunyai keterbatasan. Namum perawat dapat menggunakannnya

untuk memahami fenomena yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan klien

lansia.

Proses menjadi tua itu pasti akan dialami oleh setiap orang dan menjadi dewasa

itu pilihan.penuaan bukan progresi yang sederhana, jadi tidak ada teori universal yang

diterima yang dapat memprediksi dan menjelaskan kompleksitas lansia.

Penuaan dapat dilihat dari 3 perspektif yaitu :

1. Usia biologis

Berhubungan dengan kapasitas fungsi system organ

2. Usia psikologis

Berhubungan dengan kapasitas perilaku adaptasi

3. Usia social

Berhubungan dengan perubahan peran dan perilaku sesuai usia manusia.

Peran teori dalam memahami penuaan adalah sebagai landasan dan sudut pandang untuk

melihat fakta, menjawab pertanyaan filosofi, dan dasar memberikan asuhan keperawatan

pada pasien. Penuaan pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa bagian seperti biologi,

psikologi, social, fungsional dan spiritual. 

TEORI PSIKOLOGI (PSYCHOLOGIC THEORIES AGING)

Teori ini akan menjelaskan bagaimana seseorang berespon pada tugas

perkembangannya. Pada dasarnya perkembangan seseorang akan terus berjalan meskipun

orang tersebut telah menua.

1. Teori Hierarki Kebutuhan Manusia Maslow (Maslow’s Hierarchy of Human

Needs)

Dari hierarki Maslow kebutuhan dasar menusia dibagi dalam lima

tingkatan dari mulai yang terendah kebutuhan fisiologi, rasa aman, kasih sayang,

harga diri sampai pada yang paling tinggi yaitu aktualisasi diri. Seseorang akan

memenuhi kebutuhan tersebut dari mulai tingkat yang paling rendah menuju ke

tingkat yang paling tinggi.

Menurut Maslow semakin tua usia individu maka individu tersebut akan

mulai berusaha mencapai aktualisasi dirinya. Jika individu telah mencapai

aktualisasi diri maka individu tersebut telah mencapai kedewasaan dan

kematangan dengan semua sifat yang ada di dalamnya; otonomi, kreatif,

independent dan hubungan interpersonal yang positif.

2. Teori Individualism Jung (Jung’s Theory of Individualism)

Menurut Carl Jung sifat dasar menusia terbagi menjadi dua yaitu

ekstrovert dan introvert. Individu yang telah mencapai lansia dia akan cenderung

introvert, dia lebih suka menyendiri seperti bernostalgia tentang masa lalunya.

Menua yang sukses adalah jika dia bisa menyeimbangkan antari sisi introvertnya

dengan sisi ekstrovertnya namun lebih condong kearah introvert. Dia tidak hanya

senang dengan dunianya sendiri tapi juga terkadang dia ekstrovert juga melihat

orang lain dan bergantung pada mereka.

3. Teori Delapan Tingkat Perkembangan Erikson (Erikson’s Eight Stages of

Life)

Menurut Erikson tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai individu

adalah ego integrity vs disapear. Jika individu tersebut sukses mencapai tugas ini

maka dia akan berkembang menjadi individu yang arif dan bijaksana (menerima

dirinya apa adanya, merasa hidup penuh arti, menjadi lansia yang bertanggung

jawab dan kehidupannya berhasil). Namun jika individu tersebut gagal mencapai

tahap ini maka dia akan hidup penuh dengan keputusasaan (lansia takut mati,

penyesalan diri, merasakan kegetiran dan merasa terlambat untuk memperbaiki

diri).

1. Optimalisasi Selektif dengan Kompensasi (Selective Optimization with

Compensation)

Menurut teori ini, kompensasi terhadap penurunan tubuh ada 3 elemen yaitu:

a. Seleksi.

Adanya penurunan dari fungsi tubuh karena proses penuaan maka mau tidak mau

harus ada peningkatan pembatasan terhadap aktivitas sehari-hari.

b. Optimalisasi.

Lansia tetap menoptimalkan kemampuan yang masih dia punya guna

meningkatkan kehidupannya.

c. Kompensasi.

Aktivitas-aktivitas yang sudah tidak dapat dijalakan arena proses penuaan

diganti dengan aktifitas-aktifitas lain yang mungkin bisa dilakukan dan

bermanfaat bagi alnsia.

Hurlock (1991) menyebutkan bahwa PWB atau kebahagiaan pada lanjut usia

tergantung dipenuhi atau tidaknya “tiga A” kebahagiaan, yaitu acceptance (penerimaan),

affection (kasih sayang), dan achievement (pencapaian). Apabila seorang lanjut usia tidak

dapat memenuhi “tiga A” tersebut maka akan sulit baginya untuk dapat mencapai

kebahagiaan. Ryff dalam buku Human Development (2000) juga memberi definisi well-

being dalam adulthood dan menunjukkan bagaimana orang dewasa memandang diri

mereka sendiri yang berbeda pada beberapa hal di masa adulthood mereka Salah satu

dimensi dari Psychological Well-Being dalam skala Ryff yang sejalan dengan Hurlock

adalah dimensi Self-Acceptance (penerimaan diri). Nilai tinggi pada dimensi ini

menunjukkan bahwa lanjut usia memiliki sikap yang positif pada diri sendiri, menerima

diri baik aspek yang positif maupun negatif, memandang positif masa lalu. Sedangkan

nilai rendahnya menunjukkan bahwa lanjut usia merasa tidak puas terhadap diri sendiri,

kecewa dengan masa lalu, ingin menjadi orang yang berbeda dari dirinya saat ini.

Dalam buku ”Bunga Rampai Psikologi Perkembangan Pribadi dari bayi sampai

lanjut usia” (2001), aspek emosional yang terganggu, kecemasan, apalagi stres berat

secara tidak langsung dapat mengganggu kesehatan fisik yang akan berakibat buruk

terhadap stabilitas emosi. Pada lanjut usia permasalahan psikologis terutama muncul bila

lanjut usia tidak berhasil menemukan jalan keluar masalah yang timbul sebagai akibat

dari proses menua. Proses penuaan yang baik berkaitan dengan menolak penyakit,

banyak dari kemampuan yang menurun secara lebih perlahan, cara diet yang sesuai, olah

raga, stimulasi mental yang layak, serta relasi dan dukungan sosial yang baik. Dengan

mengedepankan suatu kehidupan yang aktif daripada pasif akan diperoleh keuntungan –

keuntungan fisik dan psikologis.

Perkembangan Emosional

Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan

menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat

menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000).

Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidak ikhlasan menerima kenyataan

baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan

sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.

Hal – hal tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia kesulitan

dalam melakukan penyesuaian diri. Bahkan sering ditemui lanjut usia dengan

penyesuaian diri yang buruk. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan

fungsional, keadaan depresi dan ketakuatan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit

melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit

dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-

masa selanjutnya.

Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan

orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik,

maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan

antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan

kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat

memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.

Pada orang – orang dewasa lanjut atau lanjut usia, yang menjalani masa pensiun

dikatakan memiliki penyesuaian diri paling baik merupakan lanjut usia yang sehat,

memiliki pendapatan yang layak, aktif, berpendidikan baik, memiliki relasi sosial yang

luas termasuk diantaranya teman – teman dan keluarga, dan biasanya merasa puas dengan

kehidupannya sebelum pensiun (Palmore, dkk, 1985). Orang – orang dewasa lanjut

dengan penghasilan tidak layak dan kesehatan yang buruk, dan harus menyesuaikan diri

dengan stres lainnya yang terjadi seiring dengan pensiun, seperti kematian pasangannya,

memiliki lebih banyak kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan fase pensiun (Stull &

Hatch, 1984).

Penyesuaian diri lanjut usia pada kondisi psikologisnya berkaitan dengan dimensi

emosionalnya dapat dikatakan bahwa lanjut usia dengan keterampilan emosi yang

berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam

kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka. Orang

yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosinya akan mengalami

pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk berkonsentrasi ataupun

untuk memiliki pikiran yang jernih.

Ohman & Soares (1998) melakukan penelitian yang menghasilkan kesimpulan

bahwa sistem emosi mempercepat sistem kognitif untuk mengantisipasi hal buruk yang

mungkin akan terjadi. Dorongan yang relevan dengan rasa takut menimbulkan reaksi

bahwa hal buruk akan terjadi. Terlihat bahwa rasa takut mempersiapkan individu untuk

antisipasi datangnya hal tidak menyenangkan yang mungkin akan terjadi. Secara otomatis

individu akan bersiap menghadapi hal-hal buruk yang mungkin terjadi bila muncul rasa

takut. Ketika individu memasuki fase lanjut usia, gejala umum yang nampak yang

dialami oleh orang lansia adalah “perasaan takut menjadi tua”. Ketakutan tersebut

bersumber dari penurunan kemampuan yang ada dalam dirinya. Kemunduran mental

terkait dengan penurunan fisik sehingga mempengaruhi kemampuan memori, inteligensi,

dan sikap kurang senang terhadap diri sendiri.

Ditinjau dari aspek yang lain respon-respon emosional mereka lebih spesifik,

kurang bervariasi, dan kurang mengena pada suatu peristiwa daripada orang-orang muda.

Bukan hal yang aneh apabila orang-orang yang berusia lanjut memperlihatkan tanda-

tanda kemunduran dalam berperilaku emosional; seperti sifat-sifat yang negatif, mudah

marah, serta sifat-sifat buruk yang biasa terdapat pada anak-anak.

Orang yang berusia lanjut kurang memiliki kemampuan untuk mengekspresikan

kehangatan dan persaan secara spontan terhadap orang lain. Mereka menjadi kikir dalam

kasih sayang. Mereka takut mengekspresikan perasaan yang positif kepada orang lain

karena melalui pengalaman-pengalaman masa lalu membuktikan bahwa perasaan positif

yang dilontarkan jarang memperoleh respon yang memadai dari orang-orang yang diberi

perasaan yang positif itu. Akibatnya mereka sering merasa bahwa usaha yang dilakukan

itu akan sia-sia. Semakin orang berusia lanjut menutup diri, semakin pasif pula perilaku

emosional mereka.