TEORI REM kESETIMBANGAN.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU

    2014

  • ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    PENGEREMAN

    1. Center of Gravity

    Center of gravity (CG) adalah titik pusat massa dimana bekerja gaya-gaya

    yang terkait dengan massa, misalnya gaya gravitasi dan gaya sentrifugal. Posisi CG

    sangat menentukan karakteristik gerak sepeda motor, pengaruh perpindahan beban,

    serta kestabilan geraknya.

    Gambar 1.a Perhitungan CoG

    Gambar. 1.b Perhitungan tinggi CoG

  • ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    Untuk mengetahui posisi titik berat sepeda motor kita melakukan suatu

    pengukuran berat yang ditumpu oleh kedua roda dalam kondisi horisontal dan miring

    dengan elevasi roda depan yang tertentu.

    Dari perhitungan kesetimbangan gaya dan momen kita peroleh:

    0M

    LW

    Wra

    L

    .2.1.a)

    aLb .2.1.b)

    frfL

    RRL

    aR

    a

    W

    dWrh

    tantansin

    ' .2.1.c)

    L

    dsin

    a jarak CG terhadap poros depan (m)

    b jarak CG terhadap poros belakang (m)

    d elevasi roda depan terhadap lintasan (m)

    L panjang wheelbase (m)

    fR jari-jari roda depan (m)

    rR jari-jari roda belakang (m)

    ', ff WW massa roda depan, pengukuran horisontal dan miring (kg)

    ', rr WW massa roda belakang, pengukuran horisontal dan miring (kg)

    sudut elevasi (degree)

  • ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    2 Kesetimbangan Rolling

    Sepeda motor merupakan kendaraan yang sangat tidak stabil, dapat terguling

    dengan sendirinya, jika berada dalam kondisi statis atau bergerak dengan kecepatan

    rendah. Namun, pada kondisi bergerak lurus di atas batas kecepatan tertentu sepeda

    motor dapat menstabilkan dirinya sendiri bahkan tanpa kontrol dari pengendara

    sekalipun.

    Gambar 2.2 balancing act dengan merubah posisi CG

    Kesetimbangan pada sepeda motor dapat dicapai bila CG total sepeda motor

    dan pengendara tepat berada di atas center line. Sehingga ada dua cara dalam menjaga

    kesetimbangan, yaitu dengan cara merubah posisi CoG agar selalu berada di atas

    center line. Cara ini biasanya dilakukan dengan cara merubah posisi tubuh dengan

    condong ke kiri dan ke kanan secara bergantian. Ini akan mudah bila dilakukan sambil

    berdiri di atas footrest, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh orang yang sedang

    belajar naik sepeda. Cara kedua adalah dengan menjaga centerline agar tetap berada di

  • ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    bawah CoG total. Hal ini dilakukan dengan cara memutar batang steer ke kiri-kanan

    sehingga posisi center line berubah sesuai keinginan.

    Jelas, pada kecepatan rendah, kemahiran pengendara sangat dibutuhkan untuk

    membuat sepeda tetap setimbang. Sedangkan parameter sepeda motor yang

    mempengaruhi kesetimbangan adalah, tinggi titik berat sepeda motor, jarak trail dan

    castor angle.

    Pada kecepatan yang lebih tinggi sepeda motor dapat stabil secara otomatis

    meski tanpa input kontrol dari pengendara, hanya saja mekanisme untuk setimbang

    menjadi lebih rumit. Pada kecepatan tinggi pengaruh giroskopik sangat berperan

    dalam menjaga kesetimbangan gerak sepeda motor.

    Pada saat sepeda motor bergerak maju dengan kecepatan tinggi kemudian

    kendaraan kita miringkan ke kiri maka pengaruh giroskopik pada roda depan akan

    menyebabkan batang kemudi berputar ke kiri. Hal ini akan menyebabkan sepeda

    motor bergerak melalui kurva sehingga sepeda motor mengalami gaya sentrifugal

    yang akan menyebabkan sepeda motor kembali tegak dan batang steer berputar ke

    arah sebaliknya. Hal inilah yang akan menyebabkan sepeda motor mempertahankan

    posisi setimbangnya.

    3. Kondisi Belok

    Jika dalam kecepatan tinggi pengendara membelokkan sepeda motornya

    dengan memutar batang kemudi ke arah belokan yang dikehendaki secara langsung

    dapat dipastikan ia akan terjatuh bersama kendaraannya akibat gaya sentrifugal yang

    terjadi. Untuk itu sebelumnya pengendara harus memperoleh kemiringan yang sesuai

    untuk berbelok sehingga tidak terjatuh.

  • ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    Gambar.3 Berbelok dengan metode counter steering

    Untuk memperoleh kemiringan yang tepat saat berbelok pengendara biasanya

    melakukan yang disebut counter steering atau dengan cara lain Steering with no

    hand. Cara counter steering dilakukan dengan terlebih dahulu memutar batang

    kemudi ke arah berlawanan dengan arah belokan yang diinginkan. Hal ini dilakukan

    agar gaya sentrifugal, sebagai akibat radius yang terbentuk saat memutar batang

    kemudi, mendorong sepeda motor miring ke arah belokan yang diinginkan. Akibat

    pengaruh giroskopik, karena kemiringan kendaraan, batang kemudi akan berputar

    mengikuti kemiringan kendaraan ke arah lintasan yang diinginkan. Sekarang sepeda

    motor melintasi belokan yang dikehendaki yang juga akan mengakibatkan munculnya

    gaya sentrifugal yang juga akan melempar kendaraan keluar lintasan. Namun,

    kendaraan tidak akan terjatuh karena sepeda motor telah mengalami kemiringan yang

  • ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    mencukupi untuk menghasilkan gaya gravitasi untuk melawan pengaruh gaya

    sentrifugal.

    Gambar 2.4 Berbelok dengan metode Steer with No Hands

    Steering with no hands berbeda dalam hal mencapai kemiringan yang tepat.

    Di sini pengendara mencapai kemiringan yang tepat dengan membanting inersia

    tubuhnya ke dalam lintasan seperti yang biasa dilakukan pembalab motor GP.

    Pada kondisi ini sudut steer yang terjadi kecil dan arah gerak sepeda motor

    sangat ditentukan oleh kemiringan kendaraan. Merubah arah lintasan sepeda motor

    dengan cara seperti ini dapat terjadi karena bentuk penampang ban sepeda motor

    berbentuk kurva. Bentuk ini yang menyebabkan roda sepeda motor, ketika berbelok

    dalam kondisi miring, dapat diumpamakan seperti sebuah kerucut yang sedang

    menggelinding pada bidang datar dengan ujung kerucut sebagai pusat radius

    lintasannya.

  • ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    4 Rasio Sudut Steer

    Jika sumbu steer berhimpit dengan sumbu vertikal roda kemudi, yang berarti

    castor angle bernilai nol, maka roda kemudi akan berputar sebesar sudut yang

    diberikan pengendara pada batang kemudi. Namun, jika keduanya tidak berhimpit,

    terdapat castor angle, maka akan terjadi perbedaan antara sudut input pengendara

    pada batang kemudi dengan sudut putaran roda. Besar perbedaan ini bergantung pada

    besar castor angle dan roll angle sepeda motor saat berbelok atau melakukan manuver.

    Gambar 5 pengaruh castor angle terhadap sudut arah gerak roda kemudi

    Kita dapat menghitung rasio sudut gerak roda terhadap sudut steer pengendara

    pada batang kemudi dengan melakukan analisa geometri pada sistem kemudi. Dengan

    demikian diperoleh hubungan:

    coscos

    f .2.2.a)

    sinf .2.2.b)

  • ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    fb

    fL

    b

    5 Radius Ackerman

    Kita dapat menentukan radius belok ideal tanpa menyertakan pengaruh sudut

    slip. Model sepeda motor belok dapat digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 2.6 Model belok sepeda motor untuk menentukan Radius Ackerman

    Radius belok dapat diperoleh dengan perbandingan keliling lintasan belok

    dengan tali busur dari titik CoG ke titik kontak ban belakang:

    fLbb

    R

    360

    cos

    2 2.3)

    6 Kecepatan Aman untuk Belok

    Pengendara sepeda motor harus memiringkan kendaraan dan atau tubuhnya

    pada saat berbelok agar gaya gravitasi dari kendaraan dan tubuhnya mampu

    mengimbangi gaya sentrifugal sehingga dapat mencapai keseimbangan dan terhindar

  • ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    dari rolling. Secara sederhana kesetimbangan momen saat sepeda motor berbelok

    dapat digambarkan sebagai berikut:

    Gambar.7 Kesetimbangan momen kondisi belok

    Dengan mengambil kesetimbangan di titik O, diperoleh:

    0OM

    0 yFxW Ct

    tan2

    2

    Rgv

    Rym

    xgmv

    t

    t

    .2.4)

    Dalam kondisi steady turning hanya ada satu nilai kecepatan belok yang sesuai

    untuk set kondisi tertentu, yaitu radius belok, roll angle, dan hip angle tertentu.

    7. Geometri Sistem Steer

    Geometri sistem kemudi menyangkut 3 hal pokok:

    Wheelbase

    Castor angle

    Trail.

    Trail adalah jarak antara titik kontak ban terhadap titik potong sumbu steer

    terhadap jalan. Untuk sudut steer dan sudut roll sama dengan nol, normal trail:

    dRaa fn sincos 2.5)

  • ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    Gambar.8 Geometri sistem steer sepeda motor

    Trail diperoleh dari castor angle dan offset poros roda depan terhadap sumbu

    steer. Konstruksi sistem kemudi sepeda motor dapat seperti yang ditunjukkan pada

    gambar berikut ini:

    Gambar.9 Variasi konstruksi sistem steer

    Dengan beragamnya desain dari sistem steer ini memungkin untuk diperoleh

    banyak variasi jarak trail. Sangat mungkin untuk memperoleh jarak trail meskipun

    sudut castor nol ataupun sebaliknya jarak trail nol untuk castor angle tertentu dengan

    menambahkan jarak offset.

  • ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    Gambar.10 macam jarak trail dengan offset

    8. Kestabilan Arah Gerak Roda

    Pada saat sepeda motor berbelok pada titik kontak roda depan akan bekerja

    gaya normal dan gaya lateral.

    Gambar.11 pengaruh gaya lateral dan gaya normal terhadap kestabilan arah

    Sepeda motor yang sedang bergerak lurus mendapat gangguan luar sehingga

    menimbulkan perubahan sudut steer yang kecil. Sepeda motor akan mulai berbelok ke

    arah kiri sehingga bekerja gaya sentrifugal ke arah kanan. Gaya ini akan diimbangi

    oleh gaya gesek yang dikerjakan jalan terhadap ban. Gaya gesek ini satu garis kerja

    namun berlawanan arah dengan arah slip.

  • ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    Gambar.12 prinsip stabilisasi arah oleh gaya gesek

    Gaya gesek selalu melawan arah laju slip dan menimbulkan momen terhadap

    sumbu steer. Momen ini akan sangat berpengaruh terhadap besar torsi kemudi yang

    harus diberikan pengendara pada batang steer. Hal ini pasti akan mempengaruhi

    sensasi berkendara, karakter handling serta kemampuan bermanuver dari sepeda

    motor.

    Dengan menguraikan gaya-gaya yang bekerja pada titik kontak ban ke dalam

    komponen normal jarak trail kita akan dapat menghitung besar self aligning momen

    yang bekerja pada sumbu steer.

    Gambar.13 komponen gaya normal dan gaya lateral yang berpengaruh pada self aligning moment

  • ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    9 Cornering Force

    Karena penampang ban sepeda motor memiliki jari-jari radial yang berbeda,

    maka saat berbelok dengan memiringkan bodinya, akan terdapat perbedaan kecepatan

    pada tapak ban. Bagian yang memiliki radius lebih besar akan mempunyai kecepatan

    yang lebih besar dan sebaliknya. Model gerak seperti ini seperti gerak sebuah kerucut

    yang menggelinding dengan ujung kerucut sebagai pusat rotasinya. Hal inilah yang

    mengakibatkan ban berbelok meski tanpa input sudut steer.

    Gambar.14 Gaya camber akibat pengaruh model gerak kerucut

    Gaya sentrifugal yang cenderung membuat sepeda motor bergerak lurus akan

    mendorong ban keluar lintasan sehingga akan memperbesar radius belok. Harus ada

    gaya lain yang mengimbangi gaya sentrifugal ini untuk menjaga ban agar tetap berada

    pada lintasannya. Gaya ini disebut sebagai gaya belok yang mencakup gaya camber

    dan gaya slip. Gaya camber timbul karena ban bergerak seperti sebuah kerucut

    sedangkan gaya slip terjadi karena perbedaan arah gerak dengan arah bidang vertikal

    ban.

  • ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    2.10 Pengaruh Sudut Camber

    Pada posisi vertikal tapak ban berbentuk ellips dan simetris dengan intensitas

    sebanding dengan besar tekanan ban terhadap jalan. Saat ban dimiringkan partikel

    tapak ban tidak lagi berada pada lintasan yang semestinya akibatnya karkas ban

    mengalami deformasi yang selanjutnya melahirkan gaya lateral yang bertambah besar

    dengan bertambahnya sudut camber. Besar gaya camber bergantung pada bentuk dan

    ukuran tapak ban yang bergantung pada karakteristik geometri (rolling radius dan

    cross section radius) dan kekakuan lateral/radial dari karkas.

    Gambar 2.15 Sudut camber mengakibatkan gaya camber ke dalam

    11 Pengaruh sudut side-slip

    Bila terdapat lateral slip maka tapak ban menjadi tidak simetris. Pada ujung

    tapak ban masih terlihat mengikuti arah kendaraan yang tidak berhimpit dengan

    bidang roda. Namun, pada bagian tengahnya akan terdeformasi mengikuti arah karkas

    sehingga memunculkan gaya lateral. Tapak ban bagian inilah yang mengalami

    gesekan dengan jalan. Jika deformasi terjadi lebih besar lagi sehingga melebihi gaya

  • ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    dukung jalan terhadap jalan maka pertikel ban akan sliding. Tekanan tapak ban secara

    keseluruhan akan mengakibatkan gaya lateral akibat side-slip.

    Gambar.16 Pengaruh sudut slip terhadap gaya lateral ban

    Gaya lateral secara analitis dapat dinyatakan sebagai fungsi linier dari sudut

    roll dan sudut slip dengan mengambil asumsi bahwa gaya lateral merupakan hasil

    penjumlahan dari dua komponen yang tidak saling terkait, yaitu komponen akibat

    sudut roll dan komponen akibat sudut slip.

    F lateral = Kroll * + K side-slip *

    Konstanta K memiliki arti geometris, yaitu tangensial dari kurva gaya lateral

    yang dinormalisasi sebagai fungsi sudut roll dengan sudut slip sama dengan nol.

  • ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    Gambar.17 Konstanta sudut camber dan sudut roll merupakan garis tangent dari kurva

    Untuk variasi sudut roll yang kecil dan tidak dominan, seperti pada mobil,

    gaya lateral digambarkan sebagai fungsi dari sudut slip. Namun tidak demikian halnya

    dengan sepeda motor dimana sudut roll sangat besar pengaruhnya terhadap gaya

    lateral dibandingkan dengan sudut slip yang sangat kecil. Sehingga akan lebih tepat

    jika gaya lateral digambarkan dalam grafik hubungan fungsi sudut roll untuk berbagai

    variasi sudut slip.

    Gambar .18 Gaya lateral sebagai fungsi sudut camber untuk variasi side-slip angle

    Ketika sepeda motor dalam kondisi steady turning dengan kecepatan konstan

    dan dengan mengabaikan pengaruh giroskopik, besar gaya camber adalah:

    Force lateral = load vertical * tang ()

  • ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

  • ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    Gambar.19 kesetimbangan gaya lateral

    Gaya camber ini dapat lebih besar atau kurang dari gaya lateral yang akan

    diimbanginya. Jika gaya camber lebih besar dari gaya lateral maka dibutuhkan gaya

    slip negatif agar kesetimbangan dapat teracapai, berarti dibutuhkan sudut slip negatif.

    Sebaliknya jika gaya camber terlalu kecil maka harus ada sudut slip positif untuk

    mengimbangi gaya sentrifugal.

  • ELEMEN MESIN II

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    Gambar.20 Gaya slip untuk kesetimbangan gaya ke arah lateral