56
BAB I PENDAHULUAN Tubuh sebagian besar terdiri dari air. Air dan zat-zat yang terkandung didalamnya yang terdapat didalam tubuh disebut juga cairan tubuh berfungsi menjadi pengangkut zat makanan ke seluruh sel tubuh dan mengeluarkan bahan sisa dari hasil metabolisme sel untuk menunjang berlangsungnya kehidupan. Jumlah cairan tubuh berbeda-beda tergantung dari usia, jenis kelamin, dan banyak atau sedikitnya lemak tubuh. 1 Tubuh kita terdiri atas 60 % air, sementara 40 % sisanya merupakan zat padat seperti protein, lemak, dan mineral. Proporsi cairan tubuh menurun dengan pertambahan usia, dan pada wanita lebih rendah dibandingkan pria karena wanita memiliki lebih banyak lemak jika dibandingkan dengan pria, dan lemak mengandung sedikit air. Sementara neonatus atau bayi sangat rentan terhadap kehilangan air karena memiliki kandungan air yang paling tinggi dibandingkan dengan dewasa. Kandungan air pada bayi lahir sekitar 75 % berat badan, usia 1 bulan 65 %, dewasa pria 60 %, dan wanita 50 %. 1,2,3 Zat-zat yang terkandung dalam cairan tubuh antara lain adalah air, elektrolit, vitamin, dan nutrien- nutrien lain seperti protein, karbohidrat, dan lemak. 1

Terapi Cairan

  • Upload
    dodki

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Terapi Cairan

BAB I

PENDAHULUAN

Tubuh sebagian besar terdiri dari air. Air dan zat-zat yang terkandung

didalamnya yang terdapat didalam tubuh disebut juga cairan tubuh berfungsi

menjadi pengangkut zat makanan ke seluruh sel tubuh dan mengeluarkan bahan

sisa dari hasil metabolisme sel untuk menunjang berlangsungnya kehidupan.

Jumlah cairan tubuh berbeda-beda tergantung dari usia, jenis kelamin, dan banyak

atau sedikitnya lemak tubuh.1

Tubuh kita terdiri atas 60 % air, sementara 40 % sisanya merupakan zat

padat seperti protein, lemak, dan mineral. Proporsi cairan tubuh menurun dengan

pertambahan usia, dan pada wanita lebih rendah dibandingkan pria karena wanita

memiliki lebih banyak lemak jika dibandingkan dengan pria, dan lemak

mengandung sedikit air. Sementara neonatus atau bayi sangat rentan terhadap

kehilangan air karena memiliki kandungan air yang paling tinggi dibandingkan

dengan dewasa. Kandungan air pada bayi lahir sekitar 75 % berat badan, usia 1

bulan 65 %, dewasa pria 60 %, dan wanita 50 %.1,2,3

Zat-zat yang terkandung dalam cairan tubuh antara lain adalah air,

elektrolit, vitamin, dan nutrien-nutrien lain seperti protein, karbohidrat, dan

lemak. Dengan makan dan minum maka tubuh kita akan tercukupi akan

kebutuhan nutrient-nutrien tersebut.

Air dan elektrolit yang masuk ke dalam tubuh akan dikeluarkan dalam

waktu 24 jam dengan jumlah yang kira-kira sama melalui urin, feses, keringat,

dan pernafasan. Tubuh kita memiliki kemampuan untuk mempertahankan atau

memelihara keseimbangan ini yang dikenal dengan homeostasis.4

Namum demikian, terapi cairan parenteral dibutuhkan jika asupan melalui

oral tidak memadai atau tidak dapat mencukupi. Sebagai contoh pada pasien

koma, anoreksia berat, perdarahan banyak, syok hipovolemik, mual muntah yang

hebat, atau pada keadaan dimana pasien harus puasa lama karena akan dilakukan

1

Page 2: Terapi Cairan

pembedahan. Selain itu dalam keadaan tertentu, terapi cairan dapat digunakan

sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau

untuk menjaga keseimbangan asam-basa.

Gangguan cairan dan elektrolit adalah hal yang sangat sering terjadi dalam

masa perioperatif maupun intraoperatif. Sejumlah besar cairan intravena sering

dibutuhkan untuk mengkoreksi kekurangan cairan dan elektrolit serta

mengkompensasi hilangnya darah selama operasi. Oleh karena itu, ahli anestesi

harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang fisiologi normal cairan dan

elektrolit serta gangguannya. Gangguan yang besar terhadap keseimbangan cairan

dan elektrolit dapat secara cepat menimbulkan perubahan terhadap fungsi

kardiovaskular, neurologis, dan neuromuskular. 1,4

2

Page 3: Terapi Cairan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi terapi cairan

Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara ataupun mengganti cairan

tubuh dengan pemberian cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma

ekspander) secara intravena untuk mengatasi berbagai masalah gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit, meliputi mengantikan volume cairan yang

hilang akibat perdarahan, dehidrasi atau syok.1

Terapi cairan perioperative meliputi tindakan terapi yang dilakukan pada masa

pra-bedah, selama pembedahan, dan pasca bedah. Dalam pembedahan dengan

anestesia yang memerlukan puasa sebelum dan sesudah pembedahan, maka terapi

cairan berfungsi untuk mengganti cairan saat puasa sebelum dan sesudah

pembedahan, mengganti kebutuhan rutin saat pembedahan, mengganti perdarahan

yang terjadi, dan mengganti cairan yang pindah ke rongga ketiga.1

2.2 Tujuan terapi cairan 1

Terapi cairan berfungsi untuk tujuan:

1. Mengganti kekurangan air dan elektrolit.

2. Untuk mengatasi syok.

3. Untuk mengatasi kelainan yang ditimbulkan karena terapi yang diberikan.

Terapi cairan preoperatif meliputi tindakan terapi yang dilakukan pada

masa pra-bedah, selama pembedahan dan pasca bedah. Pada penderita

yang menjalani operasi, baik karena penyakitnya itu sendiri atau karena

adanya trauma pembedahan, terjadi perubahan-perubahan fisiologi.

3

Page 4: Terapi Cairan

2.3 Komposisi cairan tubuh

Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan, pada bayi prematur

jumlahnya sebesar 80% dari berat badan, bayi normal sebesar 70-75% dari berat

badan, sebelum pubertas 65-70% dari berat badan, orang dewasa normal sekitar

50-60% dari berat badan. Kandungan air di dalam sel lemak lebih rendah dari

pada kandungan air di dalam sel otot, sehingga cairan total pada orang gemuk

lebih rendah dari pada mereka yang tidak gemuk.3,4

Cairan dalam tubuh dibagi dalam dua kompartemen utama yaitu cairan

ekstrasel dan intrasel. Volume cairan intrasel sebesar 60% dari cairan tubuh total

atau sebesar 36% dari berat badan pada orang dewasa. Volume cairan ektrasel

sebesar 40% dari cairan tubuh total atau sebesar 24% dari berat badan pada orang

dewasa. Cairan ekstrasel dibagi dalam dua subkompartemen yaitu cairan

interstisium sebesar 30% dari cairan tubuh total atau 18% dari berat badan pada

orang dewasa dan cairan intravascular (plasma) sebesar 10% dari cairan tubuh

total atau sebesar 6% dari berat badan pada orang dewasa.4

Bagan 1 : Komposisi cairan tubuh

4

Page 5: Terapi Cairan

Kandungan air dalam tiap organ tidak seragam seperti terlihat pada tabel 1

dibawah ini:

Tabel 1 : Kandungan air tiap anggota tubuh

Jaringan Persentase Air

Otak 84

Ginjal 83

Otot lurik 76

Kulit 72

Hati 68

Tulang 22

Lemak 10

Komponen Intraselular

Komponen intraseluler merupakan cadangan cairan tubuh yang terbesar,

dan berhubungan dengan cairan dalam sel. Komposisi ionnya berbeda dengan

komponen ekstraseluler karena mengandung ion kalium dalam konsentrasi tinggi

(140-150 mmol/liter) dan ion natrium dalam konsentrasi rendah (8-10 mmol/liter)

dan ion klorida (3mmol/liter). Jadi jika air diberikan bersama natrium dan klorida,

maka cenderung mengisi komponen ekstraseluler. Air yang diperlukan dalam

bentuk larutan glukosa akan didistribusikan kesemua bagian tubuh dan glukosa

akan dimetabolisme. Air murni tidak pernah diberikan secara intravena karena

dapat menyebabkan hemolisis masif.5

Komponen Ekstraselular

5

Page 6: Terapi Cairan

Komponen ekstraseluler dapat dibagi menjadi intravaskuler dan intertitial:

a. Komponen Intravaskuler

Volume darah normal kira-kira 70 ml/kgbb pada dewasa dan 85-90

ml/kgbb pada neonatus. Selain darah, komponen intravskuler juga terdiri dari

protein plasma dan ion, terutama natrium (138-145 mmol/liter), klorida (97-105

mmol/liter) dan ion bikarbonat. Hanya sebagian kecil kalium tubuh berada di

dalam plasma (3,5-4,5 mmol/liter), tetapi konsentrasi kalium ini mempunyai

pengaruh besar terhadap fungsi jantung dan neuromuskuler.5

b. Komponen Interstitial

Komponen interstitial lebih besar dari pada komponen intravaskuler. Jumlah

total cairan ekstraseluler (intravaskuler ditambah interstitial) bervariasi antara 20-

35% dari berat badan dewasa dan 40-45% pada neonatus. Air dan elektolit dapat

bergerak bebas di antara darah dan ruang interstitial, yang mempunyai komposisi

ion yang sama, tetapi protein plasma tidak dapat bergerak bebas keluar dari ruang

intravaskuler kecuali bila terdapat cedera kapiler misalnya pada luka bakar atau

syok septik.5

Jika terdapat kekurangan cairan dalam darah atau volume darah yang menurun

dengan cepat, maka air dan elektrolit akan ditarik dari komponen interstitial ke

dalam darah untuk mengatasi kekurangan volume intravaskuler, yang

diprioritaskan secara fisiologis. Pemberian cairan intravena yang terutama

mengandung ion natrium dan klorida, seperti NaCl fisiologis (9 g/liter atau 0,9%)

atau larutan Hartman (larutan ringer laktat), dapat bergerak bebas kedalam ruang

intertitial sehingga efektif untuk meningkatkan volume intervaskuler dalam waktu

singkat.5

Larutan yang mengandung molekur yang lebih besar, misalnya plasma, darah

lengkap, dekstran, poligelin, hidroksietil, gelatin, lebih efektif untuk

mempertahankan sirkulasi jika diberikan secara intravena karena komponen ini

lebih lama berada dalam komponen intravaskuler. Cairan ini biasanya disebut

sebagai plasma ex-pander

c. Cairan transseluler 6

6

Page 7: Terapi Cairan

Merupakan cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh.

Contoh (CTS) meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan

cairan intraokular serta sekresi lambung dengan jumlah hamper mendekati angka

1 L, namun sejumlah besar cairan bergerak kedalam dan keluar ruang transelular

setiap harinya. Sebagai contoh, saluran gastro-intestinal (GI) secara normal

mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-hari.

Dalam dua kompartemen cairan tubuh ini terdapat solute berupa kation dan

anion (elektrolit) yang penting dalam mengatur keseimbangan cairan dan fungsi

sel. Ada dua kation yang penting yaitu natrium dan kalium. Keduanya

mempengaruhi tekanan osmotik cairan ektrasel dan intrasel serta langsung

berhubungan dengan fungsi sel. Kation dalam cairan ekstrasel adalah natrium

(kation utama) dan kalium, kalsium, magnesium. Untuk menjaga netralitas

(elektronetral) didalam cairan ekstrasel terdapat anion-anion seperti klorida,

bikarbonat dan albumin. Kation utama dalam cairan intrasel adalah kalium dan

anion utama adalah fosfat.

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit dan non

elektrolit.

Elektrolit

Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus

listrik. Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif

(anion). Jumlah kation dan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur

dalam miliekuivalen).3

Kation

Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah Natrium (Na+),

sedangkan kation utama dalam cairan intraselular adalah Kalium (K+). Suatu

sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar Natrium

dan Kalium ini.

Natrium

7

Page 8: Terapi Cairan

Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan

paling berperan di dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar

natrium plasma: 138-145mEq/liter. Kadar natrium dalam tubuh 58,5

mEq/kgBB dimana 70% atau 40,5 mEq/kgBB dapat berubah-ubah.

Ekresi natrium dalam urine 100-180 mEq/liter, faeces 35 mEq/liter dan

keringat 58 mEq/liter. Kebutuhan setiap hari = 100 mEq (6-15 gram

NaCl).

Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan

interstitial maupun ke dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak

mengeluarkan natrium (muntah,diare) sedangkan pemasukkan terbatas

maka akan terjadi keadaan dehidrasi disertai kekurangan natrium.

Kekurangan air dan natrium dalam plasma akan diganti dengan air dan

natrium dari cairan interstitial. Apabila kehilangan cairan terus

berlangsung, air akan ditarik dari dalam sel dan apabila volume plasma

tetap tidak dapat dipertahankan terjadilah kegagalan sirkulasi.3

Kalium

Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan

ekstraseluler berperan penting di dalam terapi gangguan

keseimbangan air dan elektrolit. Jumlah kalium dalam tubuh sekitar

53 mEq/kgBB dimana 99% dapat berubah-ubah sedangkan yang tidak

dapat berpindah adalah kalium yang terikat dengan protein didalam

sel.

Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari

1-3 mEq/kgBB. Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan

konsentrasi H+ ekstraseluler. Ekskresi kalium lewat urine 60-90

mEq/liter, faeces 72 mEq/liter dan keringat 10 mEq/liter. 3

Kalsium

8

Page 9: Terapi Cairan

Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu,

80-90% dikeluarkan lewat faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah

pengeluaran ini tergantung pada intake, besarnya tulang, keadaan

endokrin. Metabolisme kalsium sangat dipengaruhi oleh kelenjar-

kelenjar paratiroid, tiroid, testis, ovarium, dan hipofisis. Sebagian

besar (99%) ditemukan didalam gigi dan 1% dalam cairan

ekstraseluler dan tidak terdapat dalam sel.3

Magnesium

Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan

untuk pertumbuhan + 10 mg/hari. Dikeluarkan lewat urine dan faeces.

Anion

Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan

bikarbonat (HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular

adalah ion fosfat (PO43-).

Tabel 2. Menunjukkan jumlah dan jenis kation dan anion dalam tiap

kompartemen:4

(mEq/L) Plasma Interstitial InterselulerKation Na 142 114 15

K 4 4 150Ca 5 2,5 2Mg 3 1,5 27

Total 154 152 194Anion Cl 103 114 8

HCO3 27 30 10HPO4 2 2 100SO4 1 1 20

As Organik 5 5 0Protein 16 0 63Total 154 152 194

Non elektrolit

9

Page 10: Terapi Cairan

Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam

cairan. Zat lainya termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubin.

Perbedaan cairan ekstrasel dan intrasel

Cairan ekstrasel mengandung banyak ion natrium, klorida dan bikarbonat

dan berbagai nutrien untuk sel, seperti oksigen, glukosa, asam lemak dan asam

amino. Cairan ekstrasel juga mengandung karbondioksida yang diangkut dari sel

ke paru untuk diekskresi, ditambah berbagai produk sampah sel lainnya yang

diangkut ke ginjal untuk di ekskresi.3

Cairan intrasel sangat berbeda dari cairan ekstrasel, cairan intrasel

mengandung banyak ion kalium, magnesium dan fosfat dari pada di dalam cairan

ekstrasel.3

2.4 Proses Pergerakan Cairan Tubuh

Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan

mekanisme transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak

membutuhkan energy sedangkan mekanisme transpor aktif membutuhkan energi.

Difusi dan osmosis adalah mekanisme transpor pasif. Sedangkan mekanisme

transpor aktif berhubungan dengan pompa Na-K yang memerlukan ATP. 1,4

Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung

secara:

a. Tekanan Osmotik

Tekanan osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah

perembesan (difusi) cairan melalui membran semipermiabel kedalam cairan lain

yang konsentrasinya lebih tinggi. Membran semipermeabel adalah membran yang

dapat dilalui air (pelarut), namun tidak dapat dilalui zat terlarut misalnya protein.

Tekanan osmotik plasma darah adalah 285 ± 5 mOsm/L. Larutan dengan

tekanan osmotik kira-kira sama disebut isotonk (NaCl 0,96%, Dekstrosa 5%,

Ringer-Laktat) lebih rendah disebut hipotonik (akuades) dan lebih tinggi disebut

hipertonik. Cairan lain yang konsentrasinya lebih tinggi. Membran semipermeabel

adalah membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun tidak dapat dilalui zat

terlarut misalnya protein.

10

Page 11: Terapi Cairan

Konsentrasi molar (mol) adalah jumlah zat yang setara dengan berat atom

atau berat molekul zat dalam gram (1 mol zat mengandung jumlah partikel sama

6,02 x 10 23). 1 mol Na setara dengan berat atom Na yaitu 23 g. 1 mol Na Cl = Na

(23 g) + Cl (35,5 g) = NaCl (58,5 g). NaCl 0,9% 100 ml mengandung 0,9

gram atau 1 liter 9000 mg.

mMol = massa (mg) solute dalam 11 larutan berat molekul solute.

mMol = Massa NaCl (mg) dalam 1 liter larutan = 9000 = 154 mMol

Berat molekul NaCl 58,5

Miliosmol (mOsm/kg H2O), unit untuk menyatakan tekanan osmotik bila

solute dilarutkn dalam 1 liter larutan.

Miliosmol (mOsm/kg H2O) miliosmol (mmol/kg H2O x jumlah partikel)

Zat-zat tak terionisasi (dekstrosa, dekstran, urea)

1 mM urea = 1 mOsm/L

Zat-zat terionisasi (NaCl, CaCl2)

1 mMol NaCl = 2 mOsm/L 1 mM CaCl2 = 3 mOsm/L

Miliekivalen (mEq/L) menyatakan konsentrasi elektrolit mEq/L = mmol

x jumlah muatan listrik. 1,4

b. Difusi

Difusi ialah gerakan molekul yang terus menerus diantara molekul yang

satu dengan yang lainnya dalam cairan, maupun dalam gas. Ion-ion berdifusi

dengan cara yang sama seperti semua molekul, bahkan partikel koloid tersuspensi

berdifusi dengan cara yang sama juga kecuali bahwa proses difusinya berlangsung

sangat lambat dibandingkan dengan zat-zat molekular akibat ukurannya yang

sangat besar.

Difusi melalui membran sel terbagi atas difusi sederhana dan difusi yang

dipermudah. Difusi sederhana dapat terjadi melalui membran sel dengan dua cara

yaitu:

11

Page 12: Terapi Cairan

1. Melalui celah pada lapisan lipid ganda, khususnya jika bahan yang

berdifusi terlarut-lipid

2. Melalui saluran licin pada beberapa protein transfor. 1,4

c. Transpor Aktif Primer

Pompa Natrium Kalium

Zat-zat yang ditranspor oleh transpor aktif primer antara lain adalah

natrium, kalium, kalsium, hidrogen, klorida dan beberapa ion lainya.

Pompa natrium-kalium adalah suatu proses transpor yang memompa

ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat yang bersamaan

memompa ion kalium dari luar kedalam. 1

Peran natrium

Ekskresi air hampir selalu disertai oleh ekskresi natrium air lewat

urin, feces, atau keringat, karena itu kekurangan air (dehidrasi) selalu diberi

cairan infus yang mengandung natrium. Natrium berperan memelihara

tekanan osmotik dan volume cairan ekstraseluler dan natrium sebagian

besar (84%) berada dicairan ekstraseluler. Kebutuhan natrium perhari

sekitar 50-100 mEq atau 3-6 gram NaCl. Keseimbangan Na diatur terutama

oleh ginjal. Berat atom Na = 23 dengan muatan listrik 1.

1 gram NaCl = 17 mEq. Kekurangan Na biasanya disebabkan oleh

pemberian infus berlebihan tanpa Na, pada sindroma reseksi prostat atau

pada menurunnya sekresi ADH (hormon anti diuretik). 1

Peran kalium

Sebagian besar K terdapat dalam sel (150 mEq/L). Pembedahan

menyebabkan katabolisme jaringan dan moilisasi kalium pada hari-hari

pertama dan kedua. Kebutuhan akan kalium cukup diatasi dengan

kebutuhan rutin saja sekitar 0,5 mEq/kgBB/hari. Kemampuan ginjal

menahan kalium sangat rendah. Kadar kalium dalam plasma hanya 2% dari

total K tubuh, sehingga kekurangan K jarang terdeteksi. Fungsi K adalah

12

Page 13: Terapi Cairan

merangsang saraf otot, menghantarkan impuls listrik, membantu utilisasi

O2, asam-amino, glikogen dan pembentukan sel.

Kadar K serum normalnya 3-5 mEq/L. Hipokalemia (<3 mEq/L),

memyebabkan keletihan otot, lemas, kembung, ileus paralitik, gangguan

irama jantung. Konsentrasi K dalam infus sebaiknya < 40 mEq/L atau

kecepatan pemberian < 20 mEq/jam. 1

2.5 Etiologi kehilangan cairan 1,2,3

Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal,

kulit, paru-paru dan gastrointestinal.

1. Ginjal

Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam

pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit.Hal ini pada fungsi ginjal yakni

sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur

keseimbangan asam basa darah, dan pengaturan eksresi bahan buangan

atau kelebihan garam.

Proses pengaturan kebutuhun keseimbangan air ini diawali oleh

kemampuan bagian ginjal seperti glomerulus sebagai penyaring cairan.

Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir

melalui glomerulus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring

(filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-

selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan.Jumlah urine yang

diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-

rata 1 ml/kg/bb/jam.

2. Kulit

Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang

terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat

pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan

mengendalikan arteriolakutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi.

Banyak darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit

13

Page 14: Terapi Cairan

mempengaruhi jumlah keringat yang dikleluarkan. Proses pelepasan panas

kemudian dapat dilakukan dengan cara penguapan.

Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah

pengendalian saraf simpatis.Melalui kelenjar keringat ini suhu dapat

diturunkan dengan melepaskan air yang jumlahnya kurang lebih setengah

liter sehari.Perangsangan kelenjar keringat dapat diperoleh dari aktivitas

otot, suhu lingkungan dan melalui kondisi tubuh yang panas.

Proses pelepasan panas lainnya dilakukan melalui cara pemancaran

yaitu dengan melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut berupa

cara konduksi dan konveksi, cara konduksi yaitu pengalihan panas ke

benda yang disentuh, sedangkan cara konveksi yaitu mengalirkan udara

yang panas ke permukaan yang lebih dingin.

Jumlah rata-rata kehilangan air dengan cara difusi melalui kulit

kira-kira 300-400 ml/hari. Kehilangan ini diminimalkan oleh lapisan

korneum kulit yang mengandung kolestrol, yang memberikan

perlindungan terhadap kehilangan yang berlebihan melalui difusi. Bila

lapisan korneum ini hilang, seperti yang terjadi pada luka bakar yang luas,

kecepatan evaporasi dapat meningkat 10 kali lipat, mencapai 3 sampai 5

liter per hari. Oleh sebab itu, korban luka bakar harus diberi cairan dalam

jumlah yang besar, biasanya secara intravena, untuk mengimbangi

kehilangan cairan.

3. Paru-paru

Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan

menghasilkan insible water loss ± 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan

terkait dengan respons akibat perubahan frekuensi dan kedalaman

pernapasan (kemampuan bernapas), misalnya orang yang melakukan olah

raga berat. Namun dapat juga disebabkan jika terjadi demam yang di ikuti

pernapasan yang cepat.

4. Gastrointestinal

14

Page 15: Terapi Cairan

Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan

dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran

air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar

100- ml/ hari. Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter per hari

pada pasien diare berat. Oleh karena itu, diare yang berat dapat

membahayakan jiwa jika tidak ditangani dalam beberapa hari.

2.6 Kebutuhan Cairan Tubuh

Pada orang sehat asupan dan pengeluaran air seimbang. Bila terjadi

gangguan keseimbangan maka mungkin diperlukan koreksi dengan nutrisi

parenteral. Asupan air dan makanan rata-rata adalah sekitar 2000 ml dan kira-kira

200 ml air metabolik berasal dari metabolisme nutrien di dalam tubuh. Air

dieksresikan dalam urin dan melalui penguapan yang tidak disadari. Jumlah

eksresi urin sekitar 1300 ml/air, sedangkan melalui penguapan yang tidak disadari

(insensible evaporation) sekitar 900 ml/hari.

Maka pasien yang tidak memperoleh makanan melalui oral memerlukan

volume infus perhari yang setara dengan kehilangan air dari tubuh perhari, cara

untuk menghitung kehilangan air dalam tubuh perhari yaitu:

Volume urine normal : 0,5 – 1 cc/kg/jam

Air metabolisme

o Dewasa : 5 cc/kg/hari

o Anak 12-14 tahun : 5-6 cc/kg/hari

o Anak 7-11 tahun : 6 -7 cc/kg/hari

o Balita : 8 cc/kg/hari

Insensible water loss (IWL)

o Dewasa : 15 cc/kg/hari

o Anak : 30 – usia(tahun) cc/kg/hari

Jika ada kenaikan suhu IWL + 200

Kebutuhan air dan elektrolit perhari :

15

Page 16: Terapi Cairan

Pada orang dewasa

o Kebutuhan homeostatis kalium : 20-30 mEq/kg/hr2

o Air : 25-40 ml/kg/hr

o Na : 2 mEq/kg/hr3

o K : 1 mEq/kg/hr3

Pada anak dan bayi

o Air

10 kg : 100 ml/kg/hari

10-20 kg : 1000 ml/kg + 50 ml/kg diatas 10 kg/hr

> 20 kg : 1500 ml/kg + 20 ml/kg diatas 20 kg/hr

o Na : 2 mEq/kg/hr2

o K : 2,5 2 mEq/kg/hr2

Tabel 3. Kebutuhan Cairan1

Kebutuhan cairan meningkat Kebutuhan cairan menurun

       Demam ( 12% tiap kenaikan suhu

1C )

       Hiperventilasi

       Suhu lingkungan tinggi

       Aktivitas ekstrim

    Setiap kehilangan abnormal (ex: diare,

poliuri, dll )

  Hipotermi ( 12% tiap penurunan suhu 1C )

      Kelembaban sangat tinggi

      Oligouri atau anuria

      Aktivitas menurun

      Retensi cairan ( ex: gagal jantung, gagal

ginjal, dll )

Dehidrasi

Dehidrasi merupakan keadaan dimana kurangnya cairan tubuh dari jumlah

normal akibat kehilangan cairan, asupan yang tidak mencukupi atau kombinasi

keduanya.  Dengan manifestasi klinis seperti pada tabel 4 : 1

Tabel 4. Klasifikasi Dehidrasi8

16

Page 17: Terapi Cairan

Klinis Dehidrasi

Ringan (5%)

Dehidrasi

Sedang (5-10%)

Dehidrasi

Berat (> 10%)

Keadaan Umum Baik, Compos

Mentis

Gelisah,

rewel ,lesu

Letargik, tak sadar

Mata cekung,

keing

Normal Cekung Sangat cekung

Air mata Ada Kering Kering sekali

Mulut atau lidah

kering

Lembab Kering Sangat kering,

pecah-pecah

Haus Minum normal Haus Tak bisa minum

Turgor Baik Jelek Sangat jelek

Nadi Normal Cepat Cepat sekali

Tekanan darah Normal Turun Turun sekali

Air kemih Normal Kurang, oliguri Kurang sekali

Dehidrasi dibedakan atas:

a. Dehidrasi hipotonik

Kadar Na < 130 mmol/L

Osmolaritas < 275 mOsm/L

Letargi, kadang-kadang kejang

Dehidrasi isotonik

Na dan osmolaritas serum normal

b. Dehidrasi hipertonik

Na > 150 mmol/L

Osmolaritas > 295 mOsm/L

Harus, iritabel, bila Na > 165 mmol/L dapat terjadi kejang.

Pemeriksaan laboratorium pada keadaan dehidrasi yang menunjukakan

kelainan antara lain:

17

Page 18: Terapi Cairan

a. Hematokrit biasanya meningkat akibat hemokonsentrasi

b. Peningkatan berat jenis plasma

c. Peningkatan protein total

d. Kelainan pada analisis gas darah (asidosis metabolik)

e. Sel darah putih meningkat (karena hemokonsentrasi)

f. Fosfatase alkali meningkat

g. Natrium dan kalium masih normal, setelah reidrasi kalium ion dalam serum

rendah.

Kehilangan cairan melalui diare:

a. Kehilangan Na menyebabkan hipovolemia

b. Kehilangan H20 menyebabkan dehidrasi

c. Kehilangan HCO3 menyebabkan asidosis metabolik

d. Kehilangan K menyebabkan hipokalemia

Kehilangan cairan melalui muntah:

a. Hipokloremi

b. Hipokalemi

c. Alkalosis metabolic

d. Gangguan keseimbangan air dan Na

Penatalaksanaan Pada Dehidrasi3

1. BJ plasma dengan rumus

kebutuhan cairan=BJ plasma−1,0250,001

x BB x 4 ml

2. Metode pierce berdasarkan klinis

Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5 % x BB (kg)

Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x BB (kg)

Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x BB (kg)

3. Metode daldiyono berdasarkan skor klinis

18

Page 19: Terapi Cairan

kebutuhan cairan= skor15

x10 % x BB X 1liter

bila skor < 3, dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral

(sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor >= 3 disertai syok,

maka diberikan cairan IV.

PEMBERIAN CAIRAN DEHIDRASI TERBAGI ATAS

1. Dua jam pertama : jumlah total kebutuhan cairan menurut rumus

BJ plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam ini

agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin

2. Satu jam berikutnya / jam ke – 3 (tahap kedua) pemberian

diberikan berdasarkan kehilangan cairan selama 2 jam pemberian

cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor

Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan oral.

3. Jam berikutnya cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan

melalui tinja dan IWL

Luka Bakar

19

Page 20: Terapi Cairan

Gambar 2.1 luka bakar

Resusitasi cairan di indikasikan bila luka bakar > 10% pada anak-anak

atau > 50% pada dewasa. Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi

perfusi yang adekuat dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional,

sehingga iskemik jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Dengan adanya

resusitasi cairan yang tepat, kita dapat mengupayakan stabilisasi pasien secepat

mungkin kembali kekondisi fisiologik dalam Persiapan menghadapi intervensi

bedah seawal mungkin.9

Baxter menemukan pasien dengan trauma inhalasi memerlukan tambahan

cairan jika dibandingkan dengan yang lain. Pruitt melaporkan pasien dengan

trauma elektrik dan yang resusitasinya rendah memerlukan cairan tambahan.

Bagaimanapun juga, muncul bukti bahwa pasien dengan luka bakar mayor

memerlukan cairan lebih banyak dari pada yang direkomendasikan Parkland

Formula. Volume resusitasi cairan yang besar berhubungan dengan peningkatan

resiko infeksi, ARDS, dan kematian.9

Formula yang sering digunakan untuk manajemen cairan pada luka bakar

mayor yaitu : Parkland, modified Parkland, Brooke,modified brooke, Evans

danMonafo’s Formula.9

A. Parkland Formula.

1. 24 jam pertama : Cairan RL 4 mL/kgBB untuk setiap 1 % permukaan

tubuh yang terbakar pada dewasa dan 3 mL/kgBB untuk setiap 1 %

permukaan tubuh yang terbakar pada anak. Cairan RL ditambah untuk

maintenance pada anak :

4 ml/kgBB/jam untuk anak dengan berat 0-10 kg

20

Page 21: Terapi Cairan

40 ml/kgBB/jam untuk anak dengan berat 10-20 kg

60 ml/kgBB/jam untuk anak dengan berat 20 kg atau lebih

Formula ini direkomendasikan tanpa koloid di 24 jam pertama.

2. 24 jam selanjutnya : koloid diberikan diberikan sebesar 20-60 % dari

kalkulasi volume plasma. Tanpa kristaloid. Glukosa pada air

ditambahkan untuk memperhatikan output urin 0,5 – 1 mL/jam pada

dewasa dan 1 mL/jam pada anak.

B. Modified Parkland Formula.

1) 24 jam pertama : RL 4 mL/kgBB untuk setiap 1 % permukaan tubuh

yang terbakar (dewasa)

2) 24 jam selanjutnya : mulai infuse koloid dengan koloid albumin 5%

0,3-1 mL/kgBB untuk setiap 1 % permukaan untuk setiap 1%

permukaan tubuh yang terbakar 16 jam.

C. Brooke Formula.

1) 24 jam pertama : Cairan RL 1,5 mL/kgBB untuk setiap 1 %

permukaan tubuh yang terbakar ditambah koloid 0,5 mL/kgBB untuk

setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar ditambah 2000 mL

glukosa dalam air.

2) 24 jam pertama : Cairan RL 1,5 mL/kgBB untuk setiap 1 %

permukaan tubuh yang terbakar dan jumlah yang sama dari glukosa

dalam air pada 24 jam pertama.

D. Modified Brooke

1) 24 jam pertama : tanpa koloid Cairan RL 2 mL/kgBB untuk setiap

1 % permukaan tubuh yang terbakar (dewasa) dan 3 mL/kgBB

untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar (anak)

2) 24 jam selanjutnya : koloid 0,3-0,5 mL/kgBB untuk setiap 1 %

permukaan tubuh yang terbakar dan tanpa kristaloid. glukosa air

ditambah untuk mepertahankan output urin yang cukup.

E. Evans Formula.

21

Page 22: Terapi Cairan

1. 24 jam pertama : kristaloid. 1 mL/kgBB untuk setiap 1 %

permukaan tubuh yang terbakar koloid 1 mL/kgBB untuk setiap 1

% permukaan tubuh yang terbakar ditambah 2000 mL glukosa di

air.

2. 24 jam selanjutnya : kristaloid 0,5 mL/kgBB untuk setiap 1 %

permukaan tubuh yang terbakar ditambah glukosa di air dengan

jumlah yang sama pada 24 jam pertama.

F. Monafo’s Formula

Monafo merekomendasikan menggunakan cairan yang mengandung Na

250 mEq, dan Cl 100 mEq. Jumlah ditambah sesuai dengan output urin.

24 jam selanjutnya, cairan di titrasi dengan 1/3 normal saline sesuai

dengang output urin.7

Formula yang sering digunakan untuk anak-anak

1. Shriner’s cincinati

a) Anak yang tua : cairan RL 4 mL/kgBB untuk setiap 1 % pemukaan

tubuh yang terbakar + 1500 mL/m2 total (1/2 volume total diberikan 8

jam pertama,dan sisa volume totalnya diberikan pada 16 jam

selanjutnya.

b) Anak yang lebih muda : 4 mL/kgBB untuk setiap 1 % permukaan

tubuh yang terbakar + 1500 mL/m2 total, pada 8 jam pertama cairan

RL+ 50 mEq NaHCo3. Cairan RL di 8 jam kedua. Albumin 5% pada

cairan RL pada 8 jam ketiga.

2. Galveston

24 jam pertama : RL 5000 mL/m2 + 2000 mL/m2 total (1/2 volume total

pada 8 jam pertama, dan sisanya pada 16 jam selanjutnya.

Resusitasi luka bakar yang ideal adalah mengebalikan volume plasma dengan

efektif tanpa efek samping . Kristaloid isotonic, cairan hipertonic ,dan koloid telah

digunakan untuk tujuan ini, namun setiap cairan memiliki kelebihan dan

kekurangan.

22

Page 23: Terapi Cairan

2.7 Gangguan keseimbangan cairan pada pembedahan1

Gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan hal yang

umum terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktor-faktor preoperatif,

intraoperatif dan postoperatif, seperti pada tabel 5 :

Tabel 5 : gangguan keseimbangan cairan pada pembedahan

Faktor-faktor preoperatif Faktor-faktor intraoperatif Faktor-faktor postoperatif

Kondisi yang telah ada

Prosedur diagnostik

Pemberian obat

Preparasi bedah

Penanganan medis

terhadap kondisi yang

telah ada

Restriksi cairan

preoperatif

Defisit cairan yang telah

ada sebelumnya

Induksi anestesi

Kehilangan darah yang

abnormal.

Kehilangan abnormal

cairan ekstraselular ke third

space

Kehilangan cairan akibat

evaporasi dari luka operasi

Stres akibat operasi

dan nyeri pasca

operasi.

Peningkatan

katabolisme jaringan.

Penurunan volume

sirkulasi yang efektif.

Risiko atau adanya

ileus postoperatif.

2.8 Jenis-jenis cairan yang digunakan 1,6,7

Penggolongan jenis cairan berdasarkan sifat osmolaritasnya :

1. Cairan hipotonik

Cairan hipotonik osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum

(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut

dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik”

dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan

berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya

mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami”

dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik,

23

Page 24: Terapi Cairan

juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan

ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah

perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel,

menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial

(dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan

Dekstrosa 2,5%.

2. Cairan Isotonik

Cairan Isotonik osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya

mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus

berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang

mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah

terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan),

khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi.

Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan

garam fisiologis (NaCl 0,9%).

3. Cairan hipertonik

Cairan hipertonik osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,

sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam

pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan

produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya

kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45%

hipertonik, Dextrose 5% + Ringer-Lactate, Dextrose 5% + NaCl 0,9%,

produk darah (darah), dan albumin.

Penggolongan jenis cairan berdasarkan kelompoknya :

a) Cairan Kristaloid

24

Page 25: Terapi Cairan

Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler. Cairan

kristaloid bila diberikan dalam jumlah cukup (3-4 kali cairan koloid)

ternyata sama efektifnya seperti pemberian cairan koloid untuk mengatasi

defisit volume intravaskuler. Waktu paruh cairan kristaloid di ruang

intravaskuler sekitar 20-30 menit.

Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling

banyak digunakan untuk resusitasi cairan walau agak hipotonis dengan

susunan yang hampir menyerupai cairan intravaskuler. Laktat yang

terkandung dalam cairan tersebut akan mengalami metabolisme di hati

menjadi bikarbonat. Cairan kristaloid lainnya yang sering digunakan

adalah NaCl 0,9%, tetapi bila diberikan berlebih dapat mengakibatkan

asidosis hiperkloremik (delutional hyperchloremic acidosis) dan

menurunnya kadar bikarbonat plasma akibat peningkatan klorida.

Karena perbedaan sifat antara koloid dan kristaloid dimana

kristaloid akan lebih banyak menyebar ke ruang interstitiel dibandingkan

dengan koloid maka kristaloid sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisit

cairan di ruang interstitiel.

Pada suatu penelitian mengemukakan bahwa walaupun dalam

jumlah sedikit larutan kristaloid akan masuk ruang interstitial sehingga

timbul edema perifer dan paru serta berakibat terganggunya oksigenasi

jaringan dan edema jaringan luka, apabila seseorang mendapat infus 1 liter

NaCl 0,9. Selain itu, pemberian cairan kristaloid berlebihan juga dapat

menyebabkan edema otak dan meningkatnya tekanan intrakranial.

Tabel 6. Daftar Cairan Kristaloid8

Larutan Tonisitas Na+ Cl- K+ Ca2+ Glukosa Laktat

25

Page 26: Terapi Cairan

(mosml/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L)

D5 Hipotonis

(253)

- - - - 50 -

Normal

Saline

Isotonis

(308)

154 154 - - - -

D5 ¼

NS

Isotonis

(330)

38,5 38,5 - - 50 -

D5 ½

NS

Hipertonis

(407)

77 77 - - 50 -

D5 NS Hipertonis

(561)

154 154 - - 50 -

Ringers

Laktat

Isotonis

(280)

130 111,7 5,4 3,7 - 27,5

D5 RL Hipertonis

(525)

130 109 4 3 50 28

b) Cairan Koloid

Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut

“plasma substitute” atau “plasma expander”. Di dalam cairan koloid

terdapat zat/bahan yang mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas

osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama

(waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler.

Oleh karena itu koloid sering digunakan untuk resusitasi cairan

secara cepat terutama pada syok hipovolemik/hermorhagik atau pada

penderita dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein yang

26

Page 27: Terapi Cairan

banyak (misal luka bakar). Berdasarkan pembuatannya, terdapat 2 jenis

larutan koloid:

Koloid alami

Dibuat dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60°C

selama 10 jam untuk membunuh virus hepatitis dan virus lainnya. Fraksi

protein plasma selain mengandung albumin (83%) juga mengandung alfa

globulin dan beta globulin.

Koloid sintetis

1. Dextran

Dextran 40 dengan berat molekul 40.000 dan Dextran 70 dengan

berat molekul 60.000-70.000 diproduksi oleh bakteri Leuconostoc

mesenteroides B yang tumbuh dalam media sukrosa. Walaupun Dextran

70 merupakan volume expander yang lebih baik dibandingkan dengan

Dextran 40, tetapi Dextran 40 mampu memperbaiki aliran darah lewat

sirkulasi mikro karena dapat menurunkan kekentalan (viskositas) darah.

Selain itu Dextran mempunyai efek anti trombotik yang dapat

mengurangi platelet adhesiveness, menekan aktivitas faktor VIII,

meningkatkan fibrinolisis dan melancarkan aliran darah. Pemberian

Dextran melebihi 20 ml/kgBB/hari dapat mengganggu cross match,

waktu perdarahan memanjang (Dextran 40) dan gagal ginjal. Dextran

dapat menimbulkan reaksi anafilaktik yang dapat dicegah yaitu dengan

memberikan Dextran 1 (Promit) terlebih dahulu.

2. Hydroxylethyl Starch (Heta starch)

Tersedia dalam larutan 6% dengan berat molekul 10.000 –

1.000.000, rata-rata 71.000, osmolaritas 310 mOsm/L dan tekanan

onkotik 30 mmHg. Pemberian 500 ml larutan ini pada orang normal akan

dikeluarkan 46% lewat urin dalam waktu 2 hari dan sisanya 64% dalam

waktu 8 hari. Low molecullar weight Hydroxylethyl starch (Penta-

Starch) mirip Heta starch, mampu mengembangkan volume plasma

27

Page 28: Terapi Cairan

hingga 1,5 kali volume yang diberikan dan berlangsung selama 12 jam.

Karena potensinya sebagai plasma volume expander yang besar dengan

toksisitas yang rendah dan tidak mengganggu koagulasi maka Penta

starch dipilih sebagai koloid untuk resusitasi cairan pada penderita gawat.

3. Gelatin

Larutan koloid 3,5-4% dalam balanced electrolyte dengan berat

molekul rata-rata 35.000 dibuat dari hidrolisa kolagen binatang.

Tabel 7. Daftar Cairan Koloid

Jenis

Koloid

Produksi Tipe BM

rata-rata

Waktu

paruh

Indikasi

Plasma

protein

Human

plasma

Serum

consered

human

albumin

50.000 4-5 hari a. Pengganti

volume

b.Hiponatremia

c. Hemodilusi

Dextran Leuconostoc

mesenteroid

B 512

D 60/70 60.000 –

70.000

6 jam a. Hemodilusi

b. Gangguan

mikrosirkula

si (stroke)

Gelatin Hidrolisis

dari kolagen

binatang

- Modifien

gelatin

- Urea linked

- Oxylopigelat

in hydroxy

ethyl

35.000 2-3 jam Substitusi

volume

Starch Hidrolisis

asam dan

ethylen

oxyde

Hydroxy ethyl 450.000 6 jam 1. Substitusi

volume

2. Hemodilusi

28

Page 29: Terapi Cairan

treatment dari

kedelai dan

jagung

Polyvinyl

pyrrolidone

Sintetik

polimer vinyl

pyrrolidone

- Subtosan

- Periston

50.000

25.000

Substitusi

volume

Tabel 8. memperlihatkan keuntungan dan kerugian dari masing-masing

golongan cairan :

Nama Kristaloid Koloid

Keuntunga

n

Tidak mahal

Aliran urin lancar  

(meningkatkan volume

intravaskular)

Pilihan cairan pertama untuk

resusitasi perdarahan dan

trauma

Mempertahankan cairan

intravaskular lebih baik (1/3

cairan bertahan selama 24 jam)

Meningkatkan tekanan onkotik

plasma

Membutuhkan volume yang

lebih sedikit

Mengurangi kejadian edema

perifer

Dapat menurunkan tekanan

intrakranial

Kerugian Mengencerkan tekanan

osmotik koloid

Menginduksi edema perifer

Insidensi terjadinya edema

pulmonal lebih tinggi

Membutuhkan volume yg

lebih besar

Efeknya sementara

Mahal

Menginduksi koagulopati

(dextran & helastarch)

Jika terdapat kerusakan kapiler,

dapat berpotensi terjadi

perpindahan cairan ke

interstitial

Mengencerkan faktor

pembekuan dan trombosit

29

Page 30: Terapi Cairan

Berpotensi menghambat

tubulus renalis dan sel

retikuloendotelial di hepar

Kemungkinan adanya reaksi

anafilaksis (dextran)

2.9 Tatalaksana terapi cairan 1,8

1) Terapi cairan resusitasi

Terapi cairan resusitasi ditujukan untuk menggantikan kehilangan

akut cairan tubuh atau ekspansi cepat dari cairan intravaskuler untuk

memperbaiki perfusi jaringan. Misalnya pada keadaan syok dan luka

bakar. Terapi cairan resusitasi dapat dilakukan dengan pemberian infus

Normal Saline (NS), Ringer Asetat (RA), atau Ringer laktat (RL) sebanyak

20 ml/kg selama 30-60 menit. Pada syok hemoragik bisa diberikan 2-3 L

dalam 10 menit.

Pada saat awal cairan hangat diberikan dengan tetesan cepat sebagai

bolus. Dosis awal adalah 1-2 liter pada dewasa dan 20 ml/kgbb pada anak.

Respon penderita terhadap pemberian cairan harus dipantau dan keputusan

pemeriksaan diagnostik atau terapi lebih lanjut akan tergantung respon ini.8

Jumlah cairan dan darah yang diperlukan untuk resusitasi dapat

ditentukan dengan perkiraan kehilangan cairan dan darah. Perhitungan kasar

untuk jumlah total volume kristaloid yang secara akut diperlukan adalah

mengganti setiap mililiter darah yang hilang dengan 3 ml cairan kristaloid,

sehingga memungkinkan resusitasi volume plasma yang hilang kedalam

ruang intestisial dan intrasel. Ini dikenal dengan “Hukum 3 untuk 1”.

Tabel 9. Perkiraan kehilangan cairan dan darah

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

30

Page 31: Terapi Cairan

Kehilangan darah (ml)

Kehilangan darah (%vol darah)

Denyut Nadi

Tekanan Darah (mmHg)

Frekuensi pernapasan

Produksi urine (ml/jam)

Status mental

Penggantian cairan

750

15%

<100

Normal

14-20

>30

Sedikit

cemas

Kristaloid

750-1500

15-30%

>100

Menurun

20-30

20-30

Agak

cemas

Kristaloid

1500-2000

30-40%

>120

Menurun

30-40

5-15

Cemas

Kristaloid

dan darah

>2000>40%

>140Menurun

>35Tidak berartiBingung, lesuKristaloid dan darah

2) Terapi rumatan

Terapi rumatan bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh dan

nutrisi. Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35 ml/kgBB/hari dan

elektrolit utama Na+ = 1-2 mmol/kgBB/hari dan K+ = 1 mmol/kgBB/hari.

Kebutuhan tersebut merupakan pengganti cairan yang hilang akibat

pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat (lewat kulit) dan

pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible water losses.

Digunakan rumus Holiday Segar 4:2:1

Tabel 10. Kebutuhan Cairan berdasarkan Rumus Holiday Segar

Terapi rumatan dapat diberikan infus cairan elektrolit dengan

kandungan karbohidrat atau infus yang hanya mengandung karbohidrat saja.

Larutan elektrolit yang juga mengandung karbohidrat adalah larutan KA-EN,

dextran + saline, DGAA, Ringer's dextrose, dll. Sedangkan larutan rumatan

31

Berat badan Rumus

10 kg pertama 4 ml/kgbb

10 kg kedua 2 ml/kgbb

Sisa berat badan 1 ml/kgbb

Page 32: Terapi Cairan

yang mengandung hanya karbohidrat adalah dextrose 5%. Tetapi cairan tanpa

elektrolit cepat keluar dari sirkulasi dan mengisi ruang antar sel sehingga

dextrose tidak berperan dalam hipovolemik.

Pada pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke ruang ketiga,

ke ruang peritoneum, ke luar tubuh. Untuk menggantinya tergantung besar

kecilnya pembedahan, yaitu :

a. 6-8 ml/kg untuk bedah besar.

b. 4-6 ml/kg untuk bedah sedang.

c. 2-4 ml/kg untuk bedah kecil.

Pengeluaran tidak normal seperti stoma, aspirasi nasogastrik, diare

berkepanjangan, luka bakar, harus dianalisa dan diukur secara betul untuk

menghitung jumlah cairan yang diperlukan. Kekurangan cairan dan

elektrolit biasanya akibat kehilangan normal atau berlebihan atau

penurunan pemasukan normal. Salah satu contoh penyakit saluran cerna

adalah muntah dan diare. Anamnesis dan pemeriksaan fisik diperlukan

untuk memperkirakan apakah ada perkembangan kearah dehidrasi,

informasi ini untuk menentukan berapa persen dehidrasi yang terjadi 10%

berhubungan dengan defisit 100 ml/kgbb.10

Pengukuran elektrolit tidak dibutuhkan jika defisit hanya kurang

dari 5% berat badan tapi jika lebih dari 5% berat badan maka perlu

diperhitungkan kadar elektrolit dan hasil pemeriksaan laboratorium

lainnya seperti asam basa darah.10

Tabel 11. Kebutuhan Cairan dan elektrolit Rumatan (BB/hari)

Berat badan (kg)

Cairan dan elektrolit 0-10 10-20 >20

Total air 100 ml/kg 1000 ml + 50

ml/kg

1500 ml + 20

ml/kg

32

Page 33: Terapi Cairan

Untuk setiap kg

>10 kg

Untuk setiap kg

>20 kg

Natrium 3 Meq/kg 3 Meq/kg 3 Meq/kg

Kalium 2 Meq/kg 2 Meq/kg 2 Meq/kg

Khlorida 5 Meq/kg 5 Meq/kg 5 Meq/kg

c) Terapi Cairan Preoperatif 1

Defisit cairan dan elektrolit pra bedah dapat timbul akibat

dipuasakannya penderita terutama pada penderita bedah elektif (sekitar 6-12

jam), kehilangan cairan abnormal yang seringkali menyertai penyakit

bedahnya (perdarahan, muntah, diare, diuresis berlebihan, translokasi cairan

pada penderita dengan trauma), kemungkinan meningkatnya insensible water

loss akibat hiperventilasi, demam dan berkeringat banyak. Sebaiknya

kehilangan cairan pra bedah ini harus segera diganti dengan rumus cairan

rumatan sebelum dilakukan pembedahan.

d) Terapi Cairan Intraoperatif 1

Jumlah penggantian cairan selama pembedahan dihitung berdasarkan

kebutuhan dasar ditambah dengan kehilangan cairan akibat pembedahan

(perdarahan, translokasi cairan dan penguapan atau evaporasi). Jenis cairan

yang diberikan tergantung kepada prosedur pembedahannya dan jumlah darah

yang hilang:

1) Pembedahan yang tergolong kecil dan tidak terlalu traumatis misalnya

bedah mata (ekstrasi, katarak) cukup hanya diberikan cairan rumatan saja

selama pembedahan.

2) Pembedahan dengan trauma ringan misalnya: appendektomi dapat

diberikan cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar

ditambah 4 ml/kgBB/jam untuk pengganti akibat trauma pembedahan.

Total yang diberikan adalah 6 ml/kgBB/jam berupa cairan garam

seimbang seperti Ringer Laktat.

33

Page 34: Terapi Cairan

3) Pembedahan dengan trauma sedang diberikan cairan sebanyak 2

ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 8 ml/kgBB/jam untuk

pembedahannya. Total 10 ml/kgBB/jam.

e) Terapi Cairan Postoperatif 1

Terapi cairan pasca bedah ditujukan terutama pada hal-hal di bawah ini:

1. Pemenuhan kebutuhan dasar/harian air, elektrolit dan kalori/nutrisi.

Kebutuhan air untuk penderita di daerah tropis dalam keadaan basal

sekitar ± 50 ml/kgBB/24 jam. Penderita dengan keadaan umum baik

dan trauma pembedahan minimum, pemberian karbohidrat 100-150

mg/hari cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan kalori dan dapat

menekan pemecahan protein sampai 50% kadar albumin harus

dipertahankan melebihi 3,5 gr%. Penggantian cairan pasca bedah

cukup dengan cairan hipotonis dan bila perlu larutan garam isotonis.

Terapi cairan ini berlangsung sampai penderita dapat minum dan

makan.

2. Mengganti kehilangan cairan pada masa pasca bedah:

a) Akibat demam, kebutuhan cairan meningkat sekitar 12% setiap

kenaikan 1°C suhu tubuh.

b) Adanya pengeluaran cairan lambung melalui sonde lambung atau

muntah.

c) Penderita dengan hiperventilasi atau pernapasan melalui

trakeostomi dan humidifikasi.

3. Melanjutkan penggantian defisit cairan pembedahan dan selama

pembedahan yang belum selesai. Bila kadar hemoglobin kurang dari

10 gr%, sebaiknya diberikan transfusi darah untuk memperbaiki daya

angkut oksigen.

Koreksi terhadap gangguan keseimbangan yang disebabkan terapi cairan

tersebut. Monitoring organ-organ vital dilanjutkan secara seksama meliputi

34

Page 35: Terapi Cairan

tekanan darah, frekuensi nadi, diuresis, tingkat kesadaran, diameter pupil, jalan

nafas, frekuensi nafas, suhu tubuh dan warna kulit.

BAB III

KESIMPULAN

Tubuh mengandung 60 % air yang disebut juga cairan tubuh. Cairan tubuh

ini didalamnya terkandung nutrisi-nutrisi yang amat penting peranannya dalam

metabolisme sel, sehingga amat penting dalam menunjang kehidupan. Dalam

pembedahan, tubuh kekurangan cairan karena perdarahan selama pembedahan

ditambah lagi puasa sebelum dan sesudah operasi. Maka terapi cairan amat

diperlukan untuk pemeliharaan dan mencegah kehilangan cairan terlalu banyak

yang bisa membahayakan.

35

Page 36: Terapi Cairan

Cairan tubuh terdistribusi dalam ekstrasel dan intrasel yang dibatasi

membran sel. Adanya tekanan osmotik yang isotonik menjaga difusi cairan keluar

sel atau masuk ke dalam sel. Dalam terapi cairan harus diperhatikan

kebutuhannya sesuai usia dan keadaan pasien, serta cairan infus itu sendiri.

Pemberian infus yang tidak sesuai untuk keadaan tertentu akan sia-sia dan tidak

bisa menolong pasien.

Bentuk gangguan keseimbangan cairan yang paling sering adalah

kelebihan atau kekurangan cairan (air) berupa overhidrasi dan dehidrasi yang

memerlukan penatalaksanaan segera. Jenis cairan berdasarkan tujuan terapi yaitu

cairan resusitasi dan cairan pemeliharaan/ rumatan (maintenance).

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaswiyan U. Terapi cairan perioperatif. Bagian Anestesiologi dan

Reanimasi.Fakultas Kedokteran Universitas padjajaran.2010

2. Vanatta J.C, Fogelmen J.M. Buku Saku Keseimbangan cairan dan elektrolit.

Bina Putra Aksara.Jakarta.2010

3. Sudoyo W. A., Setiyohadi.B., dkk.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed.5. Jilid

1. Internal Publishing: Jakarta.2009

4. Guyton AC dan Hell JE.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.11. Jakarta :

EGC.2008

5. Dobson, Michel B. Penuntun  praktis Anestesi. Prinsip terapi cairan dan

elektrolit. Jakarta : EGC.2011

6. Sherwood L .Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi ke 6.

Jakarta:EGC.2009

7. Mulyono, I. Jenis-jenis Cairan, dalam Symposium of Fluid and Nutrition

Therapy in Traumatic Patients, Bagian Anestesiologi FK UI/RSCM,

Jakarta.2009

36

Page 37: Terapi Cairan

8. Latief AS, dkk. petunjuk praktis anestesiologi : terapi cairan pada

pembedahan, ed.2 bagian anestesiologi dan terapi intensif, FK UI. 200

9. Sjamsuhidajat, R, De Jong, Wim, Bab 3 : Luka, Luka Bakar dalam Buku Ajar

Ilmu Bedah, Jakarta : EGC, 2005.

10. Juffrie M. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada penyakit saluran

cerna. Diakses tanggal 22 April 2016. Diunduh dari

URL:http://www.saripediatri.idai.or.id.

37