Upload
edi94
View
227
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dwnl
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu lingkungan kerja yang menyenangkan sangat penting untuk
mendorong tingkat kinerja karyawan yang paling produktif. Dalam interaksi
sehari-hari, antara atasan dan bawahan, berbagai asumsi dan harapan lain muncul.
Ketika atasan dan bawahan membentuk serangkaian asumsi dan harapan mereka
sendiri yang sering agak berbeda, perbedaan-perbedaan ini yang akhirnya
berpengaruh pada tingkat kinerja. Kinerja adalah hasil seseorang secara
keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas, seperti standar
hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu
dan telah disepakati bersama (Rivai & Basri, 2004: 14 ).
Bennis (dalam Kartono, 1982) memberi batasan kepemimpinan sebagai
“… the process by which an agent induces a subordinate to behave in a desired
manner” (proses yang digunakan seorang pejabat menggerakkan bawahannya
untuk berlaku sesuai dengan cara yang diharapkan). Dari defenisi tersebut dapat
dinyatakan bahwa kepemimpinan adalah merupakan proses mempengaruhi atau
menggerakkan bawahan (followers) agar mau melaksanakan apa yang diinginkan
atau diharapkan oleh pimpinan tersebut. Oleh karena pentingnya peranan
kepemimpinan di dalam kehidupan organisasional, ada pakar yang menyebut
bahwa “Leadership is getting things done by the others” yaitu memperoleh suatu
2
hal dari pekerjaan orang lain.
Sedangkan kepemimpinana memainkan peranan yang amat penting,
bahkan dapat dikatakan amat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Pimpinan membutuhkan orang lain, yaitu bawahan
untuk melaksanakan secara langsung tugas-tugas, di samping memerlukan sarana
dan prasarana lainnya. Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang
mampu menumbuhkan, memelihara dan mengembangkan usaha dan iklim yang
kondusif di dalam kehidupan organisasional.
Seorang pemimpin di dalam melaksanakan kepemimpinan haruslah
memiliki kriteria-kriteria yang diharapkan, dalam arti seorang pemimpin harus
memiliki kriteria yang lebih dari pada bawahannya misalnya jujur, adil,
bertanggung jawab, loyal, energik, dan beberapa kriteria-kriteria lainnya.
Kepemimpinan merupakan sebuah hubungan yang kompleks, oleh karena
berhadapan dengan kondisi-kondisi ekonomi, nilai-nilai sosial dan pertimbangan
politis.
Untuk meningkatkan kinerja, model/ gaya kepemimpinan situasional
(Hersey dan Blancard) adalah model yang paling sesuai diterapkan seorang
pemimpin/pimpinan saat ini, mengingat bahwa penerapan gaya ini disesuaikan
dengan tingkat kematangan bawahan/pengikut. Hal ini didasari asumsi bahwa
setiap bawahan/orang lain akan memiliki tingkat kematangan yang berbeda satu
sama lain.
Pada dasarnya, konsepsi model/ gaya kepemimpinan situasional
3
menekankan kepada perilaku pimpinan dengan bawahan (followers) saja, yang
dihubungkan dengan tingkat kematangan dan kesiapan bawahannya. Kematangan
(maturity) dalam hal ini diartikan sebagai kemauan dan kemampuan dari bawahan
(followers) untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan perilaku sendiri.
Model/ gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi
sebaiknya menggunakan pengaruh bawahan/orang lain, agar tercapai apa yang
diinginkannya, yang menganggap bahwa hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Cara-cara kerja hari ini harus
lebih baik dari cara-cara kerja kemarin, dan cara-cara kerja hari esok harus lebih
baik dari cara-cara kerja hari ini.
Menurut Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, dalam Taufiqurrahman (2010:229)
pemimpin perguruan tinggi harus berani bertindak seperti seorang pawang,
pawang singa misalnya, sehari-hari ia harus selalu berani bergaul, bermain dan
bahkan melayani serangan singa. Perguruan tinggi harus memiliki kekayaan
berupa orang-orang tangguh dan berkualitas. Kekayaan itu harus ditumbuh-
kembangkan. Jika seorang pemimpin perguruan tinggi beban tugasnya seperti itu,
syarat-syarat formal seperti misalnya, ia sudah harus berjabatan akademik guru
besar, berpangkat IV/ c dan sejenisnya, mestinya belum cukup. Ia harus benar-
benar sebagai seorang pemberani dan mampu menjadi seorang pawang, yaitu
pawang para guru besar dikampus yang keberadaannya dihormati dan dikagumi.
Untuk mencapai Visi, misi, dan tujuan, UIN Maliki Malang telah
menetapkan Rencana Strategis (Renstra) pengembangan UIN Maliki Malang 25
tahun kedepan (2006-2030). Secara khusus penyusunan renstra ini bertujuan
4
untuk lebih mengarahkan program universitas dalam rangka mutu, relevansi, dan
daya saing ditengah percaturan global.
Pada dasarnya, renstra ini merupakan kelanjutan dan pengembangan dari
renstra yang telah dibuat sebelumnya, yakni renstra pengembangan STAIN
Malang 10 tahun kedepan. Renstra tersebut dianggap telah berhasil menggetarkan
kampus yang berubah statusnyamenjadi UIN Malang sehingga mendapat
perhatian dari lembaga keuangan internasional Islamic Development Bank (IDB)
berupa bantuan pembangunan kampus yang megah.
Masa pengembangan jangka pendek UIN Maliki Malang merupakan masa
pemantapan kelembagaan dan penguatan akademik yang memberikan landasan
untuk berkembang sebagai Universitas terkemuka ditingkat regional, khususnya
negara-negara sahabat (Islam).
Dalam usaha pencapaian tujuan suatu organisasi, diperlukan juga suatu
hierarki struktur tata kerja sebagai suatu sarana dalam memperjelas pembagian
tugas dan pengaturan job discription. Adanya unsur pimpinan dan karyawan
adalah sebagai elemen penting organisasi dalam sebuah organisasi yang
mempunya peran dalam sebuah organisasi yang mempunyai peran dalam
menjalankan operasional dan rencana strategi. Bila fungsi tersebuttidak dapat
berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka dapat mempengaruhi kelancaran
kegiatan organisasi. Pemimpin dan karyawan harus bersama-sama mengemban
tanggungjawab dan dituntut supaya memiliki sikap kesetiaan, kesungguhan,
kecakapan, kecermatan, gairah kerja, serta kekompakan dalam melaksanakan
pekerjaannya. Dapat dikatakan dalam suatu organisasi harus memiliki semangat
5
untuk tidak mudah menyerah bila mendapat kesulitan-kesulitan dalam
melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepada semua pekerja.
Masalah model/ gaya kepemimpinan Rektor UIN Maliki Malang
menyangkut bagaimana seorang pemimpin menterjemahkan kapasitas
kepemimpinannya dalam sikap dan perilakunya sehari-hari baik dalam hal
bagaimana pemimpin itu memberi perintah, membagi tugas dan wewenang, cara
memotivasi, cara membimbing, mengawasi dan mengambil keputusan yang
secara langsung dapat memberi dampak pada kinerja karyawan Universitas Islam
Negeri (UIN) Maliki Malang.
Kinerja pada semua elemen universitas sangat menentukan terwujudnya
visi dan misi universitas. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang diharapkan memiliki karyawan dengan kinerja tinggi serta dengan
komitmen yang besar.
Namun, sebagai lembaga public service milik pemerintah yang
keseluruhan para karyawannya dibayar dan digaji oleh pemerintah pusat,
rendahnya kinerja para pegawai telah menjadi rahasia umum. Kinerja para
karyawan pemerintah identik dengan birokrasi yang berbelit-belit, serta lamban
dalam menyelesaikan pekerjaan. Bila diukur dalam prosentasi maka sekitar 55%
dari total karyawan dikatakan berkinerja buruk (Kompas, 12 Januari 2007 dalam
Imtahanah).
Dengan rasa kagum yang dimiliki oleh semua warga UIN Maliki Malang
saya merasa perlu mengetahui bagaimana model kepemimpinan di Universitas ini,
6
yang begitu cepat dalam melakukan perubahan dari beberapa sudut pandang
perubahan itu.
Atas dasar problematika diatas maka penelitian ini di ungkapkan dengan
judul ”ANALISIS PENERAPAN MODEL KEPEMIMPINAN DI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG”.
B. Rumusan Masalah
Berdasrkan latar belakang diatas saya dapat membuat sebuah
rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana model kepemimpinan Rektor di Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang
2. Apakah model kepemimpinan Rektor di Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang sudah sesuai dengan kepemimpinan
menurut Islam
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui model kepemimpinan Rektor di Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
2. Untuk mengetahui apakah model kepemimpinan Rektor di Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang sesuai dengan
kepemimpinan menurut Islam
7
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
a. Sebagi syarat untuk menyelesaikan program strata 1 (S-1)
b. Untuk mengetahui bandingan teori dengan realita yang ada
c. Untuk menambah wawasan terkait dengan penelitian ini
2. Bagi Instansi (Universitas)
a. Sebagai bahan informasi kepada instansi
b. Pengambilan keputusan
c. Konsep baru dalam penerapan peningkatan kinerja karyawan
3. Bagi Almamater
a. Menambah referensi bahan bacaan proposal skripsi
b. Kontribusi positif yang diberikan dalam hal penelitian
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nurrachmat (2006) meneliti mengenai peran kepemimpinan
transformasional, kepemimpinan transaksional, komunikasi internal, dan
pengembangan karir terhadap kepuasan kerja di PT. Sumber Bengawan Plasindo
Karanganyar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan/pegawai PT.
Sumber Bengawan Plasindo Karanganyar yang berjumlah 1.026 orang.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
convenience sampling. Sampling convenience adalah cara memilih anggota dari
populasi untuk dijadikan sampel di mana sesukanya peneliti (convenience).
Mengingat penelitian ini merupakan studi korelasional, maka besarnya
sampel yang diambil dalam penelitian ini ditetapkan 100 orang. Hasil penelitian
dengan pengolahan data menggunakan analisis regresi binary logistic diperoleh
hasil bahwa variabel independen yang terdiri dari kepemimpinan
transformasional, kepemimpinan transaksional, komunikasi internal, dan
pengembangan karir berpengaruh positif dan significan terhadap kepuasan kerja,
hal ini ditunjukkan dengan nilai hosmer and lemeshow test menunjukkan besarnya
sig. 0,816 yang berarti lebih besar dari 0,05. Hasil uji ekspektasi B atau Exp (B)
diketahui bahwa kontribusi yang diberikan variabel pengembangan karir terhadap
kepuasan kerja yang paling besar dibandingkan variabel kepemimpinan
9
transformasional, kepemimpinan transaksional, dan komunikasi internal. Hal ini
ditunjukkan dari besarnya nilai Exp(B) = 1,375 yang paling besar dari nilai
Exp(B) variabel yang lain. Hal ini juga dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien
Beta variabel pengembangan karir paling besar yaitu 0,319.
Tondok (2004) meneliti mengenai hubungan antara persepsi gaya
kepemimpinan transformasional dan transaksional dengan kepuasan kerja
karyawan, subjek dalam penelitian ini terdiri dari 100 orang karyawan Badan
Koordinasi Koperasi Kredit Daerah Sumatera Selatan. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampling. Hasil penelitian
pada hipotesis pertama yang menggunakan analisis korelasi parsial menunjukkan
bahwa persepsi gaya kepemimpinan transformasional dengan kepuasan kerja
berkorelasi secara positif dan sangat signifikan dengan koefisien korelasi sebesar
0,835; p < 0,01. Hipotesis kedua yang dianalisis dengan dengan analisis korelasi
parsial menunjukkan bahwa persepsi gaya kepemimpinan transaksional
berkorelasi secara negatif dan tidak signifikan dengan kepuasan kerja, dengan
koefisien korelasi sebesar -0,061; p > 0,05. Hipotesis ketiga yang dianalisis
dengan analisis korelasi regresi ganda menunjukkan bahwa persepsi gaya
kepemimpinan transformasional dan transaksional, secara bersama-sama,
berkorelasi secara positif dan sangat signifikan dengan kepuasan kerja, dengan
koefisien korelasi sebesar 0,695; p < 0,01. Hipotesis keempat yang dianalisis
dengan uji-t menunjukkan bahwa kepuasan kerja karyawan perempuan lebih
tinggi dibandingkan dengan karyawan laki-laki, berkaitan dengan kelima faktor
kepuasan kerja, yaitu factor pekerjaan, rekan kerja, gaji, promosi, dan pimpinan.
10
Hal ini diketahui dari hasil uji-t yang menunjukkan rerata sebesar 116,42 untuk
karyawan perempuan dan 109,68 untuk karyawan laki-laki.
Agustini (2005) meneliti mengenai penerapan gaya kepemimpinan Mudir
Ma’had terhadap efektifitas program kegiatan di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly
(MSAA) UIN Malang. Dalam penelitian ini variabelnya gaya kepemimpinan dan
efektifitas dengan mengunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peran gaya kepemimpinan sangat mempengaruhi efektifitas program
kegiatan di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly (MSAA) UIN Malang.
Imtihanah (2009) meneliti mengenai pengaruh gaya kepemimpinan
terhadap kinerja pegawai (studi empiris pada pegawai Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang). Penelitian ini
menggunakan deskriptif kualitatif dengan variabel bebas gaya kepemimpinan
maupun variabel terikat kinerja pegawai. Hasil penelitian menunjukkan gaya
kepemimpinan sangat mempengaruhi kinerja pegawai di Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Perbedaan penelitian terdahulu yang telah diteliti oleh Ana Elok Imtihanah
(2009) adalah pada teori-teori yang di pergunakan dalam penentuan variabelnya.
Pada penelitian terdahulu menggunakan teori dari Hessey dan Blanchard yang
menerangkan 4 gaya kepemimpinan yaitu Telling, Selling, Partisipatif, dan
Delegating sebagai variable bebasnya. Sedangkan dalam penelitian ini
menggunakan teori dari Bass yang menerangkan 2 Model kepemimpinan (Model
Kepemimpinan Transformasional dan Model Kepemimpinan Transaksional).
Perbedaan yang lain adalah dari segi obyek penelitian, yaitu pada penelitian ini
11
memfokuskan pada wawancara Rektor, para Pembantu Rektor, sebagian Dekan,
dan sebagian Karyawan UIN Maliki Malang.
B. Kajian Teoritis
1. Kepemimpinan
a. Pengertian Kepemimpinan
Gibson (1997:334) dalam Imtihanah (2009:14) mengatakan kepemimpinan
adalah upaya menggunakan berbagai jenis pengaruh yang bukan paksaan untuk
memotivasi organisai agar mencapai tujuan tertentu. Menurut D. Katz & Khan
(1978:528) dalam Yukl (2009:4) kepemimpinan adalah pengaruh tambahan yang
melebihi dan berada di atas kebutuhan mekanis dalam mengarahkan organisasi
secara rutin.
Stogdill (1994:68) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai
kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak sekali orang yang telah mencoba
mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut. Namun demikian, semua definisi
kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur yang sama. Menurut Sarros
dan Butchatsky (1996:42), ”leadership is defined as the purposeful behaviour of
influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of
individual as well as the organization or common good”
Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu
perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota
kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan
manfaat individu dan organisasi. Sementara itu menurut Ordway Tead (1935)
12
dalam Sutarto (2006:12) ”Leadership is the aktivity of influencing people to
cooperate toward some goal which come to find desirable.” Yaitu kepemimpinan
adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk
mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan. Berdasarkan definisi-definisi
tersebut kepemimpinan memiliki beberapa implikasi, antara lain:
a. Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para
karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus
memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun
demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak akan
ada juga.
b. Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan
kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk
mencapai kinerja yang memuaskan. Menurut French dan Raven (1996:102),
kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin dapat bersumber dari:
1. Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan, bahwa
pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan
penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.
2. Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa
pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan
yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.
13
3. Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa
pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang
dimilikinya.
4. Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan)
bawahan terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan
pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya.
5. Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa
pemimpin adalah seeorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai
keahlian dalam bidangnya. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-
bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi
perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
c. Kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri
(integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan
(cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment),
kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan
untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun
organisasi. Walaupun kepemimpinan (leadership) seringkali disamakan
dengan manajemen (management), kedua konsep tersebut berbeda.
Perbedaan antara pemimpin dan manajer dinyatakan secara jelas oleh Bennis
and Nanus (1995). Pemimpin berfokus pada mengerjakan yang benar
sedangkan manajer memusatkan perhatian pada mengerjakan secara tepat
("managers are people who do things right and leaders are people who do
the right thing"). Kepemimpinan memastikan tangga yang kita daki
14
bersandar pada tembok secara tepat, sedangkan manajemen mengusahakan
agar kita mendaki tangga seefisien mungkin.
Nawawi (2006:56), kepribadian sebagai totalitas tampak berupa sikap dan
prilaku, tidak terkecuali pada pemimpin. Sehubungan dengan itu proses
kepemimpinan akan berlangsung efektif, bilamana kepribadian pemimpin
memiliki aspek-aspek sebagai berikut:
1. Mencintai kebenaran dan beriman pada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Dapat dipercaya dan mampu mempercayai orang lain.
3. Mampu bekerja sama dengan orang lain.
4. Ahli dibidangnya dan berpandangan luas didasari oleh kecerdasan
(intelegensi) yang memadai.
5. Senang bergaul, ramah tamah, suka menolong, dan memberikan
petunjuk serta terbuka pada kritik orang lain.
6. Memiliki semangat untuk maju, pengabdian adan kesetiaan yang
tinggi, serta kreatif, dan penuh inisiatif.
7. Bertanggung jawab dalam mengambil keputusan, konsekuen,
berdisiplin, dan bijaksana.
8. Aktif memelihara kesehatan jasmani dan rohani.
Dari aspek-aspek diatas masih cukup banyak yang belum disebutkan,
berdasarkan aspek-aspek diatas kepemimpinan berhubungan langsung dengan
kepribadian, yang disebut budi pekerti atau akhlak. Seseorang hanya akan menjadi
15
pemimpin yang efektif, jika memiliki budi pekerti atau akhlak yang berisi sifat-
sifat yang terpuji. Perlu ditekankan juga bahwa tidak semua orang yang memiliki
akhlak yang terpuji dan bahkan mulia, secara otomatis mampu mewujudkan
kepemimpinan yang efektif. Faktor-faktor lain juga tidak dapat diabaikan. Faktor-
faktor itu antara lain kemampuan menggerakkan, kemampuan mengarahkan dan
membimbing, kemampuan memotivasi, dan lain-lain.
b. Model-Model Kepemimpinan.
Banyak studi mengenai kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang
dibahas dari berbagai perspektif yang telah dilakukan oleh para peneliti. Analisis
awal tentang kepemimpinan, dari tahun 1900-an hingga tahun 1950-an,
memfokuskan perhatian pada perbedaan karakteristik antara pemimpin (leaders)
dan pengikut/karyawan (followers). Karena hasil penelitian pada saat periode
tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat satu pun sifat atau watak (trait) atau
kombinasi sifat atau watak yang dapat menerangkan sepenuhnya tentang
kemampuan para pemimpin, maka perhatian para peneliti bergeser pada masalah
pengaruh situasi terhadap kemampuan dan tingkah laku para pemimpin. Studi-
studi kepemimpinan selanjutnya berfokus pada tingkah laku yang diperagakan
oleh para pemimpin yang efektif. Untuk memahami faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi tingkah laku para pemimpin yang efektif, para peneliti
menggunakan model kontingensi (contingency model). Dengan model kontingensi
tersebut para peneliti menguji keterkaitan antara watak pribadi, variabel-variabel
situasi dan keefektifan pemimpin. Studi-studi tentang kepemimpinan pada tahun
1970-an dan 1980-an, sekali lagi memfokuskan perhatiannya kepada karakteristik
16
individual para pemimpin yang mempengaruhi keefektifan mereka dan
keberhasilan organisasi yang mereka pimpin.
Hasil-hasil penelitian pada periode tahun 1970-an dan 1980-an mengarah
kepada kesimpulan bahwa pemimpin dan kepemimpinan adalah persoalan yang
sangat penting untuk dipelajari (crucial), namun kedua hal tersebut disadari
sebagai komponen organisasi yang sangat komplek.
Para ahli (misalnya Bass, 1990; Berry dan Houston, 1993); Burn dalam
Pawar dan Eastman, 1997; Eisenbach dkk., 1999; Keller, 1992) dalam jurnal
andarika mengemukakan ada dua gaya kepemimpinan dalam organisasi, yakni
gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional.
a. Model Kepemimpinan Transaksional (Model of Transactional
Leadership)
Pengertian kepemimpinan transaksional merupakan salah satu gaya
kepemimpinan yang intinya menekankan transaksi di antara pemimpin dan
bawahan. Kepemimpinan transaksional memungkinkan pemimpin memotivasi
dan mempengaruhi bawahan dengan cara mempertukarkan reward dengan kinerja
tertentu. Artinya, dalam sebuah transaksi bawahan dijanjikan untuk diberi reward
bila bawahan mampu menyelesaikan tugasnya sesuai dengan kesepakatan yang
telah dibuat bersama. Alasan ini mendorong Burns untuk mendefinisikan
kepemimpinan transaksional sebagai bentuk hubungan yang mempertukarkan
jabatan atau tugas tertentu jika bawahan mampu menyelesaikan dengan baik tugas
tersebut. Jadi, kepemimpinan transaksional menekankan proses hubungan
17
pertukaran yang bernilai ekonomis untuk memenuhi kebutuhan biologis dan
psikologis sesuai dengan kontrak yang telah mereka setujui bersama.
Menurut Bass (1985: 67), sejumlah langkah dalam proses transaksional
yakni; pemimpin transaksional memperkenalkan apa yang diinginkan bawahan
dari pekerjaannya dan mencoba memikirkan apa yang akan bawahan peroleh jika
hasil kerjanya sesuai dengan transaksi. Pemimpin menjanjikan imbalan bagi usaha
yang dicapai, dan pemimpin tanggap terhadap minat pribadi bawahan bila ia
merasa puas dengan kinerjanya.
b. Model Kepemimpinan Transformasional (Model of Transformational
Leadership)
Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif baru
dalam studi-studi kepemimpinan. Burns (1997: 122) merupakan salah satu
penggagas yang secara eksplisit mendefinisikan kepemimpinan transformasional.
Menurutnya, untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang model
kepemimpinan transformasional, model ini perlu dipertentangkan dengan model
kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transaksional didasarkan pada
otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada
hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang
perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi.
Disamping itu, pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri pada
penyelesaian tugas-tugas organisasi. Untuk memotivasi agar bawahan melakukan
tanggungjawab mereka, para pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada
18
sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada bawahannya. Sebaliknya,
Burns menyatakan bahwa model kepemimpinan transformasional pada
hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya
untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan.
Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan
dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan
mengakui kredibilitas pemimpinnya.Model yang relatif baru dalam studi
kepemimpinan disebut sebagai model kepemimpinan transformasional. Model ini
dianggap sebagai model yang terbaik dalam menjelaskan karakteristik pemimpin.
Konsep kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang
dikembangkan dalam pendekatan watak, gaya dan kontingensi.
Hater dan Bass (1998: 69) menyatakan bahwa "the dynamic of
transformational leadership involve strong personal identification with the leader,
joining in a shared vision of the future, or going beyond the self-interest exchange
of rewards for compliance". Dengan demikian, pemimpin transformasional
merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis
dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga
harus mempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan
bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih
tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan.
Menurut Yammarino dan Bass (1990: 62), pemimpin transformasional
harus mampu membujuk para bawahannya melakukan tugas-tugas mereka
melebihi kepentingan mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih
19
besar. Yammarino dan Bass (1990: 67) menyatakan bahwa pemimpin
transformasional mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik,
menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh parhatian pada
perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya. Dengan demikian, seperti
yang diungkapkan oleh Tichy and Devanna (1990: 76), keberadaan para
pemimpin transformasional mempunyai efek transformasi baik pada tingkat
organisasi maupun pada tingkat individu.
Dalam buku mereka yang berjudul "Improving Organizational
Effectiveness through Transformational Leadership", Bass dan Avolio (1994: 42)
menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai empat dimensi
yang disebutnya sebagai "the Four I's". Dimensi yang pertama disebutnya sebagai
idealized influence (pengaruh ideal). Dimensi yang pertama ini digambarkan
sebagai perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi,
menghormati dan sekaligus mempercayainya.
Dimensi yang kedua disebut sebagai inspirational motivation (motivasi
inspirasi). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai
pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap
prestasi bawahan, mendemonstrasikan komitmennya terhadap seluruh tujuan
organisasi, dan mampu menggugah spirit tim dalam organisasi melalui
penumbuhan entusiasme dan optimisme. Dimensi yang ketiga disebut sebagai
intellectual stimulation (stimulasi intelektual). Pemimpin transformasional harus
mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap
permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan, dan memberikan motivasi
20
kepada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan yang baru dalam
melaksanakan tugas-tugas organisasi. Dimensi yang terakhir disebut sebagai
individualized consideration (konsiderasi individu). Dalam dimensi ini, pemimpin
transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau
mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara
khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan
karir.
2. Kinerja Karyawan
a. Pengertian Kinerja
Nawawi (2005:234) perkataan kinerja dimaksudkan adalah hasil
pelaksanaan suatu pekerjaan, baik bersifat fisik/ material maupun non-fisik/ non-
material. Suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur, menilai, dan
mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku, dan hasil,
termasuk tingkat ketidakhadiran. Fokusnya adalah untuk mengetahui seberapa
produktif seorang karyawan dan apakah ia bisa berkinerja sama atau lebih efektif
pada masa yang akan datang, sehingga karyawan, organisasi, dan masyarakat
semuanya memperoleh manfaat. (Schuler & Jackson, 1996:3)
Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah satu tolak ukur
kerja individu. Menurut Robbins (1996) yang dikutip oleh Rivai dan Basri dalam
bukunya yang berjudul performance apprasial, pada halaman 15 menyatakan
bahwa ada tiga kriteria dalam melakukan penilaian kinerja individu yaitu:
a) Tugas individu
21
b) Perilaku individu
c) Ciri individu.
Dari beberapa pengertian kinerja di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja adalah suatu prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan
tugas atau pekerjaannya, sesuai dengan standar kriteria yang ditetapkan dalam
pekerjaan itu. Prestasi yang dicapai ini akan menghasilkan suatu kepuasan kerja
yang nantinya akan berpengaruh pada tingkat imbalan. Suatu kinerja individu
dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan kemampuan.
Kinerja individu sendiri dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu
sendiri adalah perasaan individu terhadap pekerjaannya. Perasaan ini berupa suatu
hasil penilaian mengenai seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan mampu
memuaskan kebutuhannya. Dalam hal ini dibutuhkan suatu evaluasi, yang
kemudian dikenal dengan penilaian kinerja.Penilaian kinerja merupakan metode
mengevaluasi dan menghargai kinerja yang paling umum digunakan. Dalam
penilaian kinerja melibatkan komunikasi dua arah yaitu antara pengirim pesan
dengan penerima pesan sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik.
Penilaian kinerja dilakukan untuk memberi tahu karyawan apa yang diharapkan
pengawas untuk membangun pemahaman yang lebih baik satu sama lain.
Penilaian kinerja menitikberatkan pada penilaian sebagai suatu proses pengukuran
sejauh mana kerja dari orang atau sekelompok orang dapat bermanfaat untuk
mencapai tujuan yang ada.
22
b. Pengukuran Kinerja
Kinerja seorang karyawan merupakan hal yang bersifat individual, karena
setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda - beda dalam
mengerjakan tugasnya. Pihak manajemen dapat mengukur karyawan atas unjuk
kerjanya berdasarkan kinerja dari masing-masing karyawan.
Praworosentono (1999:186), menegaskan bahwa pengukuran kinerja
karyawan suatu perusahaan sangat penting bagi seorang pemimpin perusahaan,
guna evaluasi dan perencanaan masa depan. Pada tahap awal yang diukur adalah
kinerja perusahaan secara keseluruhan, kemudian unit-unit kerja yang
mendukungnya, dan pada akhirnya kinerja karyawan yang berperan dalam unit-
unit kerja tersebut adalah manusia, maka kinerja setiap perilaku dalam unit-unit
kerja tersebut adalah manusia, maka kinerja setiap prilaku dalam unit-unit kerja
tersebut harus dinilai.
Penentuan sistem dan standar nilai ukur akan membantu seorang
pemimpin perusahaan untuk mengukur atau menilai kinerja karyawannya.
Menurut James Brian Quinn (1992) dalam Imtihanah (2009:37), terdapat empat
langkah pengukuran kinerja karyawan adalah sebagai berikut:
1. Membangun suatu standar kinerja yang telah dilandasi untuk mencapai
tujuan penelitian perusahaan
2. Mengukur kinerja sebenarnya yang telah dilakukan
3. Membandingkan kinerja nyata dengan standar kinerja yang ditentukan
4. Mengambil tindakan yang diperlukan
23
Menurut Agus Darma (1998:225) dalam Imtihanah (2009:37), terdapat
beberapa standar yang cara pengukuran atas pelaksanaan kinerja karyawan yaitu:
1. Kualitas jumlah yang harus diselesaikan
2. Kualitas mutu yang harus dihasilkan
3. Ketepatan waktu sesuai yang dilaksanakan
Pendapat diatas menyatakan bahwa kuantitas, kualitas dan ketetapan
waktu dalam mengerjakan tugas yang diberikan kepada karyawan dapat dijadikan
salah satu acuan standar seorang pemimpin dalam menilai kinerja karyawannya.
Sedangkan Bernice dan Meredith dalam Imtihanah (2009:37), secara lebih
jelas menyebutkan bahwa pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan melihat
sejauh mana pencapaian tujuan dari industri bersangkutan, sehingga hal ini
kemudian dijadikan indikator dalam pengukuran kinerja. Adapun beberapa
indikator yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Produktifitas yang tinggi
b. Kepemimpinan industri
c. Menciptakan lapangan kerja baru
d. Stabilitas usaha
e. Tingkat keuntungan yang tinggi
f. Biaya produksi yang rendah
g. Mengembangkan masyarakat
h. Pertumbuhan usaha (Bernice dan Meredith 1997)
24
3. Kepemimpinan menurut Islam
Menurut Al-Qur’an gaya kepemimpinan disebut juga dengan ulil amri
adalah orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan orang lain. Dengan
kata lain, pemimpin itu adalah orang yang mendapat amanah untuk mengurus
urusan rakyat. Dalam suatu organisasi atau perusahaan, jika ada pemimpin yang
tidak mengurus kepentingan organisasi atau perusahaannya, maka itu bukan
seorang pemimpin. Firman Allah surat an-Nisaa’ ayat 59:
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-
Nisaa’: 59)
Menurut (Stepen P. Robbins 1996:47) dalam Ilfi Nur Diana (2008:172)
kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi suatu
kelompok (masyarakat dalam suatu organisasi formal) karena terciptanya tujuan.
Seseorang dapat menjalankan suatu kepemimpinan semata karena kedudukannya
dalam organisasi, tetapi tidak semua pemimpin itu adalah pemimpin. Menurut
25
Kreitner (1995:299-300) dalam Ilfi Nur Diana (2008:172) menyatakan bahwa
memimpin (Leading) berbeda dengan mengelola (managing). Mengelola terfokus
pada memberikan perintah dan konsisten pada organisasi, termasuk
merencanakan, mengorganisasikan, staffing, Budgeting, pengawasan/
pengendalian, dan mengatur tujuan-tujuan untuk yang berkualitas. Sedangkan
kepemimpinan (Leading) adalah kemampuan untuk mempengaruhi, memotivasi,
dan memberi perintah pada orang lain secara langsung untuk mencapai tujuan-
tujuan yang diinginkan.
Rivai (2004:72), Rasulullah SAW, dalam sabdanya menyatakan bahwa
pemimpin suatu kelompok adalah pelayan pada kelompok tersebut. Sehingga
sebagai seorang pemimpin hendaklah dapat dan mampu melayani serta menolong
orang lain untuk maju dengan ikhlas.
Rivai (2004:72), beberapa ciri penting yang menggambarkan
kepemimpinan islam adalah sebagai berikut:
a. Setia
Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat kesetiaan kepada Allah.
b. Terikat Pada Tujuan
Seorang pemimpin ketika diberi amanah sebagai pemimpin dalam melihat
tujuan organisasi bukan saja berdasarkan kepentingan kelompok, tetapi juga
dalam ruang lingkup tujuan islam yang lebih luas.
c. Menjunjung Tinggi Syariah dan Akhlak Islam
d. Memegang Teguh Amanah (dalam surat Al-Hajj: 41)
26
Artinya: ”(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,
menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan
kepada Allah-lah kembali segala urusan”.
e. Tidak Sombong
Menyadari bahwa diri kita ini adalah kecil, karena yang besar dan maha
besar adalah Allah SWT, sehingga hanya Allah-lah yang boleh sombong.
Sehingga kerendahan hati dalam memimpin merupakan salah satu ciri
kepemimpinan yang patut dikembangkan.
f. Disiplin, Konsisten dan Konsekuen
Sebagai perwujudan seorang pemimpin yang profesional akan memegang
teguh terhadap janji, ucapan dan perbuatan yang dilakukan, karena ia menyadari
bahwa Allah SWT mengetahui semua yang ia lakukan bagaimanapun ia berusaha
untuk menyembunyikannya.
Rivai (2004:72), Prinsip dasar kepemimpinan dalam islam menurut Al-
Qur’an:
a) Musyawaroh (dalam surat As-Syura: 38, Al-Imran: 159)
27
Artinya: ”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu (urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan
politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya). kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”
b) Adil (dalam surat An-Nisa’: 58; Al-Maaidah (5): 8)
Artinya: ”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
28
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha mendengar lagi Maha melihat”.
c) Kebebasan Berfikir (dalam surat Al-Kahfi (18): 54; Al-Baqarah (2):
260)
Artinya: ”Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam
Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk
yang paling banyak membantah”.
d) Bertanggung Jawab (dalam surat Al-Hajj: 41, Ash-Shaff: 2-3)
Artinya: ”(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,
menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan
kepada Allah-lah kembali segala urusan”.
29
e) Beriman dan bertaqwa (dalam surat An-Nuur: 55, Al-A’raf: 96)
Artinya: “Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya“.
f) Berilmu pengetahuan (dalam surat Al-mujadilah: 11)
Aartinya: ”Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
30
C. Kerangka Berfikir
Gambar 1. Model Kerangka Berfikir
Model
Kepemimpinan Kinerja
Menurut Para ahli (misalnya Bass, 1990; Berry dan Houston, 1993);
mengemukakan ada model kepemimpinan dalam organisasi yang
baru, yaitu:
Model Kepemimpinan Transformasional (Model of Transformational
Leadership)
Mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik,
menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh
parhatian pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya.
pemimpin transformasional harus mampu membujuk para
bawahannya melakukan tugas-tugas mereka melebihi kepentingan
mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih besar.
Ada 4 dimensi:
1. idealized influence (pengaruh ideal)
2. inspirational motivation (motivasi inspirasi)
3. intellectual stimulation (stimulasi intelektual)
4. individualized consideration (konsiderasi individu)
Perspektif Islam
Rivai (2004:72), beberapa
ciri penting Pemimpin:
a. Setia
b. Terikat Pada Tujuan
c. Menjunjung Tinggi
Syariah dan Akhlak
Islam
d. Memegang Teguh
Amanah
e. Tidak Sombong
f. Disiplin, Konsisten dan
Konsekuen
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Penelitian deskriptif yang mendiskripsikan keadaan obyek penelitian
pada saat sekarng berdasarkan fakta dan data yang tampak atau sebagaimana
adanya. Penelitian kualitatif didefinisikan oleh Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam
Moleong (2006:4) dalam Imtihanah (2009:63) adalah sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang yang perilaku dapat diamati.
Istijanto (2006: 85), analisis data secara kualitatif bersifat memaparkan
hasil temuan secara mendalam melalui pendekatan bukan angka atau nonstatistik.
Analisis ini cenderung mengakomodasi setiap data atau tanggapan responden
yang diperoleh selama pengumpulan data agar mampu memperkaya wawasan
penelitian.
Adapun penelitian deskriptif menurut Ari Kunto (1998:309) dalam
Imtihanah (2009:63) adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan
informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menuntut
apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Tujuan dari penelitian deskriptif ini
adalah membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, aktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang dimiliki.
32
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa penelitian
deskriptif ini berusaha menggambarkan obyek penelitian berdasarkan fakta dan
data serta kejadian berusaha menghubungkan kejadian-kejadian atau obyek
penelitian sekaligus menganalisanya berdasarkan konsep-konsep yang telah
dikembangkan sebelumnya sehingga memudahkan peneliti dalam memecahkan
masalah.
Analisis kualitatif umumnya tidak digunakan untuk mencari data dalam
arti frekuensi, tetapi digunakan untuk menganalisis makna dari data yang tampak
di permukaan itu. Dengan demikian, analisis kualitatif digunakan untuk
memahami sebuah fakta, bukan untuk menjelaskan fakta tersebut. Bungin
(2001:66)
Dalam penilitian ini, peneliti mendiskripsikan tentang gaya kepemimpinan
transformasional dan kepemimpinan transaksional untuk peningkatan kinerja
karyawan pada Rektorat Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di Malang, tepatnya di Rektorat Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Berlokasi di Jl. Gajayana 50
Malang. Lokasi ini dipilih dengan alasan bahwa Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang juga merupakan instansi pemerintah yang juga
diindikasikan berpotensi memiliki masalah dengan kinerja pegawai.
33
C. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana saja data dapat diperoleh (Ari
Kunto.2002:107) dalam Imtihanah (2009:64) dalam penelitian ini sumber datanya
berjumlah 9 orang yaitu Rektor, para Pembantu Rektor dan sebagian karyawan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Dan lebih lanjut
dikatakan bahwa, secara garis besar ada tiga jenis sumber data yang biasanya
disingkat dengan 3 p, yaitu:
a. Person (orang): tempat peneliti bertanya mengenai variabel yang
diteliti
b. Paper (kertas): dokumen, arsip pedoman surat keputusan (SK) dan
lain sebagainya, tempat penelitian membaca dan mempelajari sesuatu yang
berhubungan dengan data penelitian.
c. Place (tempat): ruang laboratorium (yang berisi perlengkapan),
bengkel kelas dan sebagainya tempat berlangsungnya suatu kegiatan yang
berhubungan dengan penelitian.
Sumber data utama penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,
selebihnya data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. (Moleong, 2001: 112)
dalam Imtihanah (2009:65). Adapun sumber yang digunakan dalam penelitian ini
dengan dua sumber data:
Data primer (primary data), merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data
primer secara khusus dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
34
(Indriantoro, et, al, 2002: 146) dalam Imtihanah (2009:65). Data ini diperoleh
dengan melakukan wawancara dan observasi dengan pihak terkait. Khususnya
pada Rektor dan para Karyawan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang. Data sekunder (secondary data), merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (Indriantoro, et,
al, 2002: 146) dalam Imtihanah (2009:65). Data ini diperoleh dari dokumen-
dokumen yang umumnya berupa bukti, catatan atau laporan histories yang telah
tersusun dalam arsip (data dokumenter).
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian dari proses pengujian data yang
berkaitan dengan sumber dan cara untuk memperoleh data penelitian. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi (pengamatan)
Observasi adalah proses pencatatan perilaku subyek (orang), obyek
(benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi
dengan individu-individu yang diteliti (Indriantoro, et, al, 2002: 157) dalam
Imtihanah (2009:65). Peneliti melakukan pengamatan secara langsung dalam
kinerja karyawan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Interview (wawancara)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti
untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan
berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si
35
peneliti (Mardalis, 1999:64) dalam Imtihanah (2009:66). Peneliti melakukan
wawancara dengan pihak-pihak terkait dengan maksud untuk melengkapi data
yang diperoleh melalui observasi. Data ini berupa: bagaimana model
kepemimpinan yang diterapkan untuk meningkatkan kinerja karyawan Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Dalam hal ini yang menjadi obyek
wawancara adalah Rektor, Para Pembantu Rektor, Beberapa Dekan di Universitas,
dan sebagian Kepala bagian. Yang semuanya adalah pemimpin dan karyawan
yang menjabat di Universitas.
3. Dokumentasi
Menurut Indriantoro,dkk (2002:146) dalam Imtihanah (2009:66) data ini
berupa: faktur, jurnal surat-surat, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk
laporan program. Dalam penelitian ini, penelti menggunakan dokumentasi sebagai
sarana untuk mendapatkan data tentang: sejarah berdirinya Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
E. Teknik Analisis Data dan Keabsahan Data
Analisa data adalah proses mengatur urutan data mengorganisasikan
kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga lebih mudah dibaca
dan diinterprestasikan (Moleong, 2005: 112) dalam Imtihanah (2009:66). Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode analisa dan kualitatif yang tidak
menggunakan perhitungan statistik (non uji statistik) dan terbatas pada perhitunga
persentase saja, akan tetapi dengan menggunakan pemikiran logis untuk
menggambarkan, menjelaskan, menguraikan secara mendalam dan sistematis
36
sebenarnya baru kemudian ditarik kesimpulan sehingga diperoleh suatu
pemecahan masalah.
Tahap-tahap analisis data dapat dilakukan dengan beberapa tahapan
diantaranya: mengumpulkan data dengan analisis data, hasil pengumpulan data
tentu saja perlu direduksi (data reduction), yaitu dengan mengikhtiarkan hasil
pengumpulan data selengkap mungkin dan memilah-milahnya kedalam suatu
konsep tertentu, kategori tertentu, atau tema-tema tertentu. Seperangkat hasil
reduksi data juga perlu diorganisasikan kedalam suatu bentuk tertentu (display
data) sehingga terlihat sosok secara lebih utuh, display data tersebut sangat
diperlukan untuk memudahkan upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan
(Conclution) seperti yag ada pada gambar siklus analisa data yang ada berikut ini
prosesnya tidaklah sekali jadi melainkan berinteraktif secara bolak-balik (Miles
dan Huberman 91992) dalam Bungin, (2003:70) dalam Imtihanah (2009:67).
Gambar 2. Komponen-komponen analisa data model interaktif
Sumber: Huberman dalam Sugiono dalam Imtihanah (2003:2008)
37
Berdasarkan pendapat tersebut diatas maka langkah-langkah dalam
menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memeriksa data yang telah terkumpul dari hasil
wawancara dan dokumentasi dari obyek penelitian, apakah data tersebut
sudah lengkap sehingga siap untuk diproses lebih lanjut.
2. Meredupsi data-data yang telah terkumpul sesuai dengan
permasalahan yang ada, yaitu proses pemilihan, penyederhanaan data dan
membuat rangkuman inti data yang telah diklasifikasi.
3. Penyajian data berupa teori-teori sesuai dengan
permasalahan yang ada yaitu setelah data dianalisis dan diinterprestasikan,
selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian.
4. Penafsiran kembali secara deskriptif
Pengumpulan Data
(Data Collection)
Pengurangan Data
(Data Reduction)
Conclusion (drawing
Verivication)
Penyajian Data
(Data Display)
38
5. Pengulasan kembali langkah pertama sampai keempat.
Selanjutnya pada proses analisis data dalam memeriksa keabsahan data
peneliti emnggunakan metode triangulasi, metode triangulasi yaitu memriksakan
kebenaran data yang telah diperolehnya kepada pihak-pihak lainnya yang dapat
dipercaya (Usman,2005:88) dalam Imtihanah (2009:69). Adapun teknilk
triangulasi yang digunakan adalah triangulasi teknik. Triangulasi teknik menurut
Wiersma dalam Sugiono dalam Imtihanah dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama denga teknik yang berbeda, misalnya data diperoleh
dengan wawancara lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner.
Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan
data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada
sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data nama yang
benar atau mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda. Metode
ini yang dipakai peneliti untuk mengetahui model kepemimpinan di Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
39
BAB IV
PAPARAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Paparan Data Hasil Penelitian
1. Profil Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
a. Sejarah Kelembagaan Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang
1) Pendirian Perguruan Tinggi Islam di Indonesia
Gagasan pendirian Perguruan Tinggi Islam (PTI) di Indonesia dapat
dikatakan sejalan dengan munculnya gerakan kebangkitan nasional di Indonesia.
Seiring dengan adanya Politik Etis yang dijalankan pemerintah Hindia Belanda,
hingga tahun 1930-an di Indonesia didirikan 3 (tiga) lembaga pendidikan tinggi
milik pemerintah Belanda yaitu Technische Hoogeschool (Sekolah Tinggi
Teknik), kini menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB) --- yang berdiri di
Bandung tahun 1920, Rechts Hoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) yang berdiri
di Jakarta tahun 1924, dan Geneeskundige Hoogeschool (Sekolah Tinggi
Kedokteran) di Jakarta tahun 1927. Sekolah tinggi tersebut hanya diperuntukkan
bagi para elit priyayi saja. Kesempatan untuk menikmati pendidikan ini bagi
masyarakat umum sangat sulit, terlebih bagi umat Islam kebanyakan.
Kenyataan inilah yang kemudian mendorong munculnya gagasan untuk
mendirikan lembaga pendidikan tinggi Islam. Beberapa artikel yang muncul
40
terkait dengan gagasan itu di antaranya adalah tulisan Dr. Satiman Wirjosandjojo
dalam Majalah Pedoman Masjarakat Nomor 15 Tahun IV (1938) yang
mengemukakan gagasan pendirian Sekolah Tinggi Islam (Pesantren Luhur)
sebagai tempat mendidik muballigh yang cakap dan berpengetahuan luas. Artikel
itu direspon oleh M. Natsir dalam Pandji Islam dengan artikel yang berjudul
“Menuju Koordinasi Perguruan-perguruan Islam". Tulisan ini intinya adalah
perlunya ada koordinasi antara perguruan-perguruan Islam tingkat menengah dan
perguruan tinggi yang akan didirikan untuk menyatukan visi dan misi. Akhirnya,
gagasan pendirian perguruan tinggi Islam ini semakin mengerucut saat menjadi
agenda pembicaraan dalam forum kongres al-Islam II Majelis Islam A'la
Indonesia (MIAI) tahun 1939. Baru pada tanggal 8 Juli 1945, Sekolah Tinggi
Islam (STI) berhasil dibuka atas usaha musyawarah dari tokoh-tokoh Islam yang
disponsori Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang merupakan
metamorfosis MIAI karena dibubarkan oleh pemerintah Jepang di Indonesia.
Pendirian STI didahului dengan pembentukan Panitia Perencana STI yang
dipimpin oleh Moh. Hatta. Panitia inilah yang menyusun peraturan umum,
peraturan rumah tangga, susunan badan waqaf, dewan pengurus, dan senat STI.
Untuk pengurus, Moh. Hatta ditunjuk sebagai ketua dan M. Natsir sebagai
sekretarisnya. Untuk senat STI, A. Kahar Muzakir ditunjuk sebagai Rektor dengan
anggota: Mas Mansur, Dr. Slamet Imam Santoso, Moh. Yamin, Kasman
Singodimejo, Mr. Soenardjo, dan Zain Djambek.
Pada tahun 1947, tepatnya pada bulan November 1947, STI berubah
menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) yang peresmiannya dilaksanakan pada
41
tanggal 10 Maret 1948 di Ndalem Kepatihan Yogyakarta. Perubahan dari STI ke
UII dilandasi oleh pemikiran untuk meningkatkan efektivitas dan fungsi STI. Pada
saat ini dibuka empat Fakultas: Agama, Hukum, Ekonomi, dan Pendidikan.
Pada tahun 1950 UII mendapat tawaran dari pemerintah untuk
dinegerikan. Tawaran itu diterima dengan ketentuan bahwa status kelembagaan
tetap di bawah Kementerian Agama. Karena itu, fakultas yang dinegerikan hanya
Fakultas Agama UII, sedangkan yang lain tetap dikelola oleh UII. Penegerian
Fakultas Agama UII yang kemudian menjadi PTAIN (Perguruan Tinggi Islam
Negeri) ini diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 1950 tertanggal 14
Agustus 1950 yang ditandatangani Assaat selaku Pemangku Jabatan Presiden RI.
Peresmian PTAIN dilaksanakan pada tanggal 26 September 1951 dihadiri oleh
Menteri Agama RI, A. Wahid Hasyim.
Pada perkembangan selanjutnya, tepatnya tanggal 1 Juni 1957, selain ada
PTAIN di Yogyakarta, berdiri juga Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di
Jakarta Mencermati perkembangan yang ada dan karena keinginan yang besar
untuk mengembangkan, meningkatkan, dan meluaskan status kelembagaan
muncul keinginan untuk menggabungkan PTAIN dan ADIA menjadi sebuah
"Institut". Akhirnya, pada tanggal 9 Mei 1960 terbitlah Peraturan Presiden Nomor
11 Tahun 1960 tentang Pembentukan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dengan
nama al-Jami'ah al-Islamiyyah al-Hukumiyyah. Peraturan Presiden ini terbit
berkat kesepakatan antara Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
(PP&K), dan Menteri Agama. Sejak saat itulah Kementerian Agama memiliki
kewenangan independen untuk mengawasi dan mengurusi IAIN.
42
IAIN yang merupakan leburan dari PTAIN Yogyakarta dan ADIA Jakarta
akhirnya diresmikan pada tanggal 24 Agustus 1960 oleh Menteri Agama Wahib
Wahab di Gedung Kepatihan Yogyakarta. Pada saat itu IAIN terdiri atas Fakultas
Ushuluddin, Fakultas Syari'ah (di Yogyakarta), Fakultas Tarbiyah, dan Fakultas
Adab (di Jakarta). Pada masa ini Presiden/Rektor dijabat oleh Prof. KH. R. Moh.
Adnan.
Dari dua tempat inilah IAIN dengan cepat berkembang di belahan
nusantara beserta fakultas-fakultas cabang yang berada di kota-kota sekitarnya
untuk melayani dan memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan tinggi
Islam. Perkembangan IAIN yang pesat, menyebabkan dikeluarkannya Peraturan
Presiden No. 27 Tahun 1963, yang memungkinkan didirikannya IAIN yang
terpisah dari pusat. Berdirilah untuk IAIN yang kedua yaitu IAIN Jakarta.
Kemudian, disusullah dengan berdirinya berbagai IAIN di seantero negeri yang
berjumlah 14 dengan dibukanya IAIN termuda di Sumatera Utara pada tahun
1970-an.
2) Berdirinya Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel di Malang
Pada masa kepemimpinan Prof. Mr. R.H.A. Soenarjo, PTAIN di
Yogjakarta membuka beberapa fakultas cabang di berbagai daerah selain di
Yogyakarta sendiri. Tercatat pada tahun ajaran 1960/1961 telah dibuka empat
fakultas yaitu:
a). Fakultas Tarbiyah di Yogyakarta.
b). Fakultas Syari'ah di Kutaraja, Banda Aceh.
43
c). Fakultas Syari'ah di Banjarmasin.
d). Fakultas Syari'ah di Palembang.
Untuk mempersiapkan calon mahasiswa, didirikan juga beberapa Sekolah
Persiapan IAIN, yaitu:
a). SP IAIN di Yogyakarta.
b). SP IAIN di Kutaraja, Banda Aceh.
c). SP IAIN di Banjarmasin.
d). SP IAIN di Palembang.
Pada tahun ajaran 1961/1962, IAIN Yogyakarta membuka tiga fakultas
lagi, yaitu: Fakultas Adab di Yogyakarta, Fakultas Syari'ah di Surabaya, dan
Fakultas Tarbiyah di Malang.
Dengan demikian, pada awalnya Fakultas Tarbiyah di Malang merupakan
fakultas cabang IAIN di Yogyakarta. Fakultas Tarbiyah ini berdiri berdasarkan
KMA No. 17 Tahun 1961. Berdirinya fakultas cabang di Jawa Timur tidak lain
karena keinginan dari tokoh agama di Jawa Timur untuk mendirikan suatu
perguruan tinggi Islam di bawah naungan Departemen Agama RI dan juga untuk
memenuhi kebutuhan tenaga agama pada saat itu. Peresmian dua fakultas cabang
IAIN Yogyakarta di Jawa Timur tersebut dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober
1961.
Pada tahun 1963 terbit Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 1963 yang
memungkinkan penggabungan 3 fakultas menjadi sebuah IAIN baru. Dalam
44
sejarah panjang kelembagaan IAIN Yogyakarta diketahui bahwa pada tahun
1962/1963 telah membuka beberapa faukultas cabang dan SP IAIN di berbagai
daerah, yaitu:
a). Fakultas Syari'ah di Serang.
b). Fakultas Ushuluddin di Jakarta.
c). Fakultas Syari'ah di Makasar.
d). Fakultas Syari'ah di Jambi.
e). Fakultas Tarbiyah di Banda Aceh.
f). Fakultas Tarbiyah di Padang.
g). Fakultas Ushuluddin di Banda Aceh.
h). SP IAIN di Purwokerto.
i). SP IAIN di Makasar.
j). SP IAIN di Kediri.
k). SP IAIN di Purworejo.
l). SP IAIN di Mataram.
Dengan adanya Peraturan Presiden tersebut berdirilah beberapa IAIN baru
di Indonesia sebagai langkah untuk mempermudah koordinasi, yaitu:
a) IAIN di Yogyakarta mengkoordinasi Fakultas Tarbiyah, Syari'ah,
Adab, dan Ushuluddin, serta Fakultas Tarbiyah di Purwokerto, SP
IAIN di Yogyakarta, Purwokerto, dan Purworejo.
b) IAIN di Jakarta mengkoordinasi semua fakultas dan SP IAIN di
Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Sumatra.
45
c) IAIN di Banjarmasin, mengkoordinasi semua fakultas di
Banjarmasin, Barabai, Amuntai, dan Kandangan.
d) IAIN di Surabaya, mengkoordinasi fakultas di Surabaya, Malang
dan Kediri.
e) IAIN di Makasar, mengkoordinasi semua fakultas yang ada di
Makasar.
Berdasarkan hal tersebut, lahirnya IAIN di Surabaya yang kemudian diberi
nama IAIN Sunan Ampel Surabaya berarti merupakan hasil otonomisasi dalam
rangka mempermudah koordinasi bagi fakultas-fakultas cabang IAIN Yogyakarta
yang ada di wilayah Jawa Timur. Nama 'Sunan Ampel' Surabaya sendiri
didasarkan atas KMA No. 20/1965 tanggal 5 Juli 1965.
Dengan demikian, kelahiran Fakultas Tarbiyah Sunan Ampel di Malang
yang kemudian menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang tidak dapat
dipisahkan dari sejarah IAIN pendahulunya yaitu IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta dan IAIN Sunan Ampel Surabaya.
3) Dari STAIN Malang ke UIIS dan UIN Malang
Sebagaimana telah disebutkan, bahwa pada awalnya perguruan tinggi ini
merupakan bagian dari IAIN Sunan Ampel Surabaya, dikenal dengan nama
Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel di Malang. IAIN Sunan Ampel pada waktu
itu terdiri atas tiga fakultas induk, yaitu Fakultas Syari’ah di Surabaya, Fakultas
Ushuluddin di Kediri, dan Fakultas Tarbiyah di Malang. Sekalipun pada awalnya
berstatus sebagai fakultas induk di lingkungan IAIN Sunan Ampel, akan tetapi
46
sejak awal tahun 1980-an ketika IAIN Sunan Ampel Surabaya membuka Fakultas
Tarbiyah sendiri di Surabaya, maka status sebagai fakultas induk tersebut dengan
sendirinya berubah menjadi fakultas cabang, sama dengan fakultas-fakultas
lainnya di daerah.
Dalam catatan perkembangan kelembagaan IAIN Sunan Ampel Surabaya,
hingga tahun 1993 terdapat 13 fakultas cabang yang berada di bawah
koordinasinya yaitu:
a) Fakultas Syari'ah di Surabaya.
b) Fakultas Tarbiyah di Malang.
c) Fakultas Ushuluddin di Kediri.
d) Fakultas Tarbiyah di Jember.
e) Fakultas Ushuluddin di Surabaya.
f) Fakultas Tarbiyah di Mataram.
g) Fakultas Tarbiyah di Pamekasan.
h) Fakultas Adab di Surabaya.
i) Fakultas Tarbiyah di Tulung Agung.
j) Fakultas Syari'ah di Ponorogo.
k) Fakultas Dakwah di Surabaya.
l) Fakultas Tarbiyah di Surabaya.
m) Fakultas Syari'ah di Mataram.
Fakultas Tarbiyah Malang sendiri, sejak berdiri tahun 1961 sampai tahun
1997, yaitu sejak menjadi cabang IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan IAIN
47
Sunan Ampel Surabaya, telah dipimpin oleh 8 orang Dekan. Secara berturut-turut
adalah:
a) Prof. Dr. H. Moh. Koesnoe, SH. (1961-1967)
b) KH. R. Oesman Mansoer (1967-1972)
c) KH. Maksoem Oemar (1972-1974)
d) Prof. Syafi'i A. Karim (Pj. Dekan 1974-1975)
e) Drs. KH. Abdul Mudjib (1975-1979)
f) Prof. Dra. Hj. Zuhairini (1979-1988)
g) Drs. H. Moh. Anwar, Bc. Hk. (1988-1994)
h) Drs. H. M. Djumrasjah Indar, M.Ed. (1994-1997).
Pembukaan fakultas-fakultas cabang di berbagai daerah tersebut pada
awalnya diharapkan mampu memberikan pelayanan pendidikan tinggi yang lebih
luas terhadap masyarakat muslim yang jauh dari kota propinsi di mana umumnya
IAIN didirikan. Namun, di sisi lain, keadaan fakultas cabang ini juga
menimbulkan kendala terutama yang berkaitan dengan aspek manajerial pada
tinggak IAIN Induk. Terlebih, pada dasa warsa pertama tahun 1990-an sedang
gencar-gencarnya wacana peningkatan kualitas pendidikan tingggi Islam
menghadapi era globalisasi. Karena itu, kemudian muncul wacana untuk
melakukan rasionalisasi organisasi dan otonomi fakultas cabang. Lahirlah
Keppres No. 11 Tahun 1997 tentang Pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri.
Berdasarkan Keppres No. 11 Tahun 1997 tersebut, seluruh fakultas cabang
48
di lingkungan IAIN berubah menjadi Sekolah Tinggi (STAIN). Berdasarkan
ketentuan tersebut, Fakultas Tarbiyah Sunan Ampel Malang yang saat itu menjadi
cabang IAIN Sunan Ampel Surabaya juga berubah menjadi Sekolah Tinggi yang
kemudian dikenal dengan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malang.
Kampus ini selanjutnya dikenal dengan nama STAIN Malang. Jabatan Ketua
STAIN pada fase awal ini adalah Drs. HM. Djumransjah Indar, M.Ed. (1997-
1998) meneruskan masa jabatannya dan kemudian digantikan Prof. Dr. H. Imam
Suprayogo (1998-sekarang).
Dengan status baru sebagai Sekolah Tinggi yang memperoleh otonomisasi
dalam pengelolaan pendidikannya, STAIN Malang menjadi lebih leluasa untuk
mengembangkan diri, termasuk dalam pengembangan kelembagaannya. Terkait
dengan pengembangan kelembagaan ini, STAIN Malang berusaha untuk merubah
status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Proposal perubahan status ini
diajukan ke Departemen Agama RI sejak tahun 1999 bersamaan dengan usulan
perubahan status dari beberapa IAIN di Indonesia, seperti IAIN Syarif
Hidayatullah di Jakarta, IAIN Syarif Qosim di Pekanbaru, IAIN Sunan Gunung
Djati di Bandung dan IAIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta.
Rencana perubahan STAIN Malang menjadi UIN Malang sejalan dengan
Rencana Strategis Pengembangan STAIN Malang 10 Tahun Ke Depan (1998-
2008). Dalam RSP tersebut disebutkan bahwa pada tahun 2004/2005 STAIN
Malang telah berstatus sebagai Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Dalam
RSP tersebut dijelaskan tentang tahapan pengembangan STAIN Malang mulai
dari pengembangan akademik, kelembagaan, kemahasiswaan, alumni, hingga
49
pengembangan fisik seperti yang saat ini.
Keinginan besar warga kampus STAIN Malang untuk menjadi UIN tidak
lain didasari atas pemikiran bahwa secara kelembagaan adalah kurang leluasa
dalam pengembangan keilmuan jika bentuk kelembagaan masih berupa Sekolah
Tinggi. Sebab, tujuan pendidikan Islam tidak lain adalah untuk mengembangkan
nilai-nilai Islam yang bersifat universal yang berarti mencakup berbagai macam
disiplin keilmuan baik yang dikenal dengan istilah “ilmu umum” ataupun “ilmu
agama”. Dengan menjadi Universitas diharapkan lembaga ini mampu
mengembangkan berbagai disiplin keilmuan yang sedemikian luas sejalan dengan
semangat universalitas Islam.
Di tengah proses pembahasan usulan alih status menjadi Universitas Islam
Negeri (UIN), STAIN Malang ditunjuk oleh Menteri Agama sebagai pelaksana
MOU antara Pemerintah Republik Sudan dengan Indonesia yang di antara isi
MOU itu adalah kedua negara sepakat untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi
dengan nama Universitas Islam Indonesia Sudan. Atas dasar Surat Keputusan
Menteri Agama Nomor 353 Tahun 2002 tanggal 17 Juli 2002, STAIN Malang
ditetapkan menjadi Universitas Islam Indonesia Sudan (UIIS) yang peresmiannya
dilakukan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia dan disaksikan oleh Wakil
Presiden Republik Sudan pada tanggal 21 Juli 2002 di Malang.
Akan tetapi, status UIIS yang disandang STAIN Malang tersebut ternyata
justru menghalangi keinginannya untuk menjadi UIN. Sebab, perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia tidak mengenal adanya pengelolaan
perguruan tinggi negeri dengan menggunakan nama dua negara. Karena itu,
50
setelah melalui proses panjang, sebagai jalan keluarnya disepakati oleh pihak-
pihak yang terkait yaitu Menteri Agama dan Menteri Pendidikan Nasional bahwa
untuk dapat melakukan perubahan status kelembagaan menjadi Universitas Islam
Negeri, maka kampus ini tidak lagi menggunakan nama Universitas Islam
Indonesia Sudan (UIIS) melainkan nama Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.
Akhirnya, setelah melalui proses yang sangat panjang, pada tanggal 21
Juni 2004 diperoleh hasil perubahan status kelembagaan dengan ditanda-
tanganinya Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 2004 tentang perubahan STAIN
Malang menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Peresmiannya sendiri
dilakukan oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Prof. DR. H. Malik
Fadjar, M.Si, bersama Menteri Agama, Prof. DR. H. Said Agil al-Munawar, atas
nama Presiden Republik Indonesia, pada tanggal 8 Oktober 2004. Lebih lanjut,
UIN Malang memperoleh rekomendasi dari Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara untuk membuka 6 Fakultas, yaitu (1) Fakultas Tarbiyah, (2) Fakultas
Syari’ah, (3) Fakultas Ekonomi, (4) Fakultas Psikologi, (5) Fakultas Humaniora
dan Budaya dan (6) Fakultas Sains dan Teknologi.
Perjuangan mengubah status dari sekolah tinggi menjadi universitas
memerlukan waktu yang panjang, energi yang banyak dan berat, serta biaya yang
tidak sedikit. Itu semua dilakukan karena didorong oleh cita-cita, idealisme dan
niat yang dipandang mulia untuk mewujudkan UIN Malang menjadi universitas
negeri yang memiliki ciri khusus yang berbeda dari universitas pada umumnya,
termasuk dengan universitas yang menyandang nama atau identitas Islam yang
sudah ada selama ini. Perbedaan identitas yang dimaksud tergambar pada
51
bangunan keilmuan, ciri khas sebagai kekuatan yang ingin dikembangkan, tradisi
maupun pilar-pilar universitas yang hendak dibangun. Meskipun ada perbedaan
identitas yang ingin dibangun, hal itu tidak dimaksudkan untuk menyimpang dari
aturan umum yang diberlakukan oleh perundang-undangan dan aturan pemerintah
Republik Indonesia. Sebagai universitas negeri dan bagian dari sistim pendidikan
nasional, UIN Malang sesungguhnya hanya berupaya meningkatkan kualitas
manusia yang ingin dihasilkan dari proses pendidikan di dalamnya.
Konversi IAIN/ STAIN menjadi UIN didukung oleh sebuah ideologi dan
cita-cita luhur untuk mengangkat citra Islam sebagai agama dengan ajaran yang
bersifat universal, juga berdasarkan keinginan untuk memerankan perguruan
tinggi Islam sebagai pembangun peradaban manusia. Sebagai universitas, UIN
Malang mengejar kualifikasi sebagai The Real University-seperti diamanatkan
oleh Mendiknas A. Malik Fadjar. Lebih jauh lagi sesuai dengan rencana awal,
UIN Malang berjuang menjadi Center of Islamic Civilization di Indonesia. Hady
(2004:50).
Saat ini UIN Malang telah memiliki 6 fakultas dengan beberapa
jurusan/program studi Yaitu,
1. Fakultas Tarbiyah, dengan 3 jurusan/program studi dan 1 program,
a. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
b. Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
c. Jurusan Pendidikan Guru Madradah Ibtidaiyah (PGMI)
d. Program Akta IV
52
2. Fakultas Syariah, dengan 2 jurusan/program studi, yaitu
a. al-Ahwal al-Syahsiyah
b. Hukum Bisnis Syariah.
3. Fakultas Humaniora dan Budaya, dengan 3 jurusan,
a. Jurusan Bahasa dan Sastra Arab
b. Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris
c. Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
4. Fakultas Ekonomi, dengan 3 jurusan/program studi, yaitu:
a. Jurusan/ program studi Manajemen.
b. Jurusan/ program studi Akuntansi
c. Jurusan/ program studi Perbankan Syari’ah
5. Fakultas Psikologi, dengan 1 jurusan/program studi, yaitu
jurusan/program studi Psikologi.
6. Fakultas Sains dan Teknologi, dengan 6 jurusan/program studi,
a. Jurusan/ program studi Matematika
b. Jurusan/ program studi Biologi
c. Jurusan/ program studi Fisika
d. Jurusan/program studi Kimia
e. Jurusan /program studi Teknik Informatika
53
f. Jurusan /program studi Teknik Arsitektur
Selain itu, UIN Malang juga telah mempunyai Program Pascasarjana,
Magister (S-2) maupun Doktor (S-3), dengan 6 program, yaitu
1. Program Magister Pembelajaran Bahasa Arab
2. Program Magister Manajemen Pendidikan Islam
3. Program Magister Studi Agama Islam.
4. Program Magister Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
5. Program Doktor Manejemen Pendidikan Islam
6. Program Doktor Pendidikan Bahasa Arab
b. Lokasi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Dengan lokasi yang strategis mudah dijangkau, di Jalan Gajayana, 50,
Dinoyo, Malang, dan menempati lahan seluas 14 hektar, UIN Malang menjadi
semakin memadai bagi upaya mewujudukan cita-citanya. Dengan dukungan dana
pembangunan dari Islamic Development Bank (IDB) melalui Surat Persetujuan
IDB No. 41/IND/1287 tanggal 17 Agustus 2004, sarana dan prasarana yang
dimiliki UIN Malang, mulai dari gedung perkuliahan, perkantoran, laboratorium,
masjid, ma’had dan sarana lainnya semakin mendukung tekatnya untuk
menjadikan lembaga ini sebagai center of excellence dan center of Islamic
civilization sekaligus mengimplementasikan ajaran Islam sebagai rahmat li al-
alamin.
54
c. Visi dan Misi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang
1. Visi
Visi Universitas adalah menjadi universitas Islam terkemuka dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kedalaman spiritual,
keluhuran akhlak, keluasan ilmu, dan kematangan profesional, dan menjadi pusat
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang bernafaskan Islam
serta menjadi penggerak kemajuan masyarakat.
2. Misi
a) Mengantarkan mahasiswa memiliki kedalaman spiritual,
keluhuran akhlak, keluasan ilmu, dan kematangan profesional.
b) Memberikan pelayanan dan penghargaan kepada penggali
ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta
seni yang bernafaskan Islam.
c) Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
melalui pengkajian dan penelitian ilmiah.
d) Menjunjung tinggi, mengamalkan, dan memberikan
keteladanan dalam kehidupan atas dasar nilai-nilai Islam dan budaya
luhur bangsa Indonesia.
55
3. Tujuan
a) Menyiapkan mahasiswa agar menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan, dan/atau menciptakan ilmu penge-
tahuan dan teknologi serta seni dan budaya yang bernafaskan Islam.
b) Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta seni dan budaya yang bernafaskan Islam, dan
mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
d. Struktur Organisasi Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang
Penerapan status BLU pada UIN Malang memberikan pengaruh kepada
struktur organisasi UIN Malang. Diperlukan pengembangan struktur lama untuk
memenuhi persyaratan sebagai instansi yang menerapkan status BLU di mana
dalam struktur organisasi yang baru ditambahkan Dewan Pengawas, Satuan
Pemeriksa Internal dan Holding Company. Bagan tersebut dapat digambarkan
seperti di bawah ini:
Bagan 3: Struktur Organisasi UIN Malang Setelah Berstatus BLU
(dan pada Lampiran Struktur secara umum)
56
I. Pimpinan Universitas dan BLU
1. Pemimpin Universitas adalah Rektor yang berperan sebagai
pembantu Menteri di bidang yang menjadi tugas kewajibannya.
57
2. Rektor mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi perumusan
kebijakan dan memimpin penyelenggaraan pendidikan, penelitian,
pengabdian kepada masyarakat; membina tenaga kependidikan, mahasiswa,
tenaga administrasi dan hubungan dengan lingkungannya.
3. Rektor dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 4 (empat) orang
Pembantu Rektor yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Rektor.
4. Pembantu Rektor terdiri atas Pembantu Rektor Bidang Akademik
(PR I), Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum (PR II), Pembantu
Rektor Bidang Kemahasiswaan (PR III) , dan Pembantu Rektor Bidang
Kerjasama (PR IV).
5. Pembantu Rektor Bidang Akademik mempunyai tugas membantu
Rektor dalam memimpin pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, penelitian,
pengabdian kepada masyarakat.
6. Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum mempunyai tugas
membantu Rektor dalam memimpin pelaksanaan kegiatan bidang keuangan
dan administrasi umum.
7. Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan mempunyai tugas
membantu Rektor dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang
pembinaan dan pelayanan kesejahteraan mahasiswa.
8. Pembantu Rektor Bidang Kerjasama mempunyai tugas membantu
Rektor dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang kerjasama.
9. Rektor dan Pembantu Rektor bertindak sebagai Pemimpin BLU
58
dan berfungsi sebagai penanggung jawab umum operasional dan keuangan
Universitas.
Oleh karena itu, di samping melaksanakan tugas sebagaimana disebutkan,
juga memiliki kewajiban sebagai berikut:
a. Menyiapkan Rencana Strategis Bisnis (RSB) Universitas.
b. Menyiapkan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) tahunan.
c. Mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
d. Menyampaikan pertanggungjawaban kinerja operasional dan
keuangan Universitas.
II. Pelaksanaan Administrasi dan Pejabat Keuangan
1. Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan
a) Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan adalah
unsur pembantu pimpinan di bidang administrasi akademik dan
kemahasiswaan yang berada dan bertanggung jawab langsung kepada
Rektor.
b) Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan
mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi di bidang akademik,
kemahasiswaan dan kerjasama di lingkungan Universitas.
c) Dalam melaksanakan tugas tersebut, Biro Administrasi
Akademik dan Kemahasiswaan menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan administrasi akademik.
59
b. Pelaksanaan administrasi kemahasiswaan dan alumni.
c. Pelaksanaan kerja sama dengan lembaga lain.
d) Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan dipimpin
oleh seorang Kepala.
e) Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan terdiri
atas Bagian Akademik, Bagian Kemahasiswaan dan Bagian Kerjasama.
f) Bagian Akademik mempunyai tugas melaksanakan
pelayanan administrasi pendidikan dan ketatausahaan serta administrasi
Program Pascasarjana.
g) Bagian Kemahasiswaan mempunyai tugas melaksanakan
penyelenggaraan administrasi kegiatan mahasiswa dan alumni.
h) Bagian Kerjasama mempunyai tugas melaksanakan
hubungan kerjasama dengan lembaga pemerintah dan non-pemerintah.
2. Biro Administrasi Umum
a) Biro Administrasi Umum adalah unsur pembantu pimpinan
di bidang administrasi umum yang berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Rektor.
b) Biro Administrasi Umum mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan rencana dan program, administrasi kepegawaian,
administrasi keuangan dan Inventaris Kekayaan Negara (IKN),
perlengkapan, kerumahtanggaan dan ketatausahaan di lingkungan
Universitas.
60
c) Dalam melaksanakan tugas tersebut, Biro Administrasi
Umum menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana dan fungsi.
b. Pelaksanaan administrasi kepegawaian.
c. Pelaksanaan administrasi keuangan dan IKN.
d. Pelaksanaan kerumahtanggaan.
e. Pelaksanaan administrasi ketatausahaan.
d) Biro Administrasi Umum dipimpin oleh seorang kepala.
e) Biro Administrasi Umum terdiri atas Bagian Perencanaan,
Bagian Kepegawaian, Bagian Keuangan dan IKN serta Bagian Umum.
f) Bagian Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan rencana dan program serta pelaksanaan evaluasi dan
penyusunan laporan.
g) Bagian Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan
pelayanan administrasi kepegawaian, organisasi dan ketatalaksanaan.
h) Bagian Keuangan dan IKN mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan dan IKN.
i) Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan
perlengkapan, kerumahtanggaan dan ketatausahaan.
j) Dengan mengacu pada pasal 32 ayat 3 Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005, Kepala Biro
Administrasi Umum bertindak sebagai Pejabat Keuangan dan berfungsi
sebagai penanggung jawab keuangan Universitas.
61
k) Di samping melaksanakan tugas sebagaimana disebutkan,
Kepala Biro Administrasi Umum memiliki kewajiban sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Bisnis Anggaran
(RBA).
b. Menyiapkan dokumen pelaksanaan anggaran universitas.
c. Melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja.
d. Menyelenggarakan pengelolaan kas.
e. Melakukan pengelolaan hutang dan piutang.
f. Menyusun kebijakan pengelolaan barang, aset tetap, dan
investasi universitas.
g. Menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan.
h. Menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan
keuangan.
Pelaksanaan Tri Dharma dan Pejabat Teknis
1) Fakultas
a. Fakultas adalah unsur pelaksana akademik Universitas yang
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Universitas yang berada di
bawah Rektor.
b. Fakultas mempunyai tugas mengkoordinasikan dan
melaksanakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam satu
atau seperangkat cabang ilmu pengetahuan, agama, sains dan
teknologi dan/atau seni budaya tertentu.
62
c. Fakultas dipimpin oleh seorang Dekan yang bertanggung
jawab langsung kepada Rektor.
d. Dekan mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan
pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat serta membina
tenaga kependidikan, mahasiswa, tenaga administrasi dan administrasi
Fakultas.
e. Dalam melaksanakan tugas, Dekan dibantu oleh 3 (tiga)
Pembantu Dekan yang terdiri atas Pembantu Dekan Bidang Akademik
(PD I), Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum (PD II), dan
Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan (PD III).
f. Pembantu Dekan Bidang Akademik mempunyai tugas
membantu Dekan dalam memimpin pelaksanaan pendidikan,
penelitian, pengabdian kepada masyarakat.
g. Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum mempunyai
tugas membantu Dekan dalam memimpin dan mengkoordinasikan
pelaksanaan kegiatan di bidang keuangan dan administrasi umum.
h. Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan mempunyai
tugas membantu Dekan dalam memimpin dan mengkoordinasikan
pelaksanaan kegiatan pembinaan kemahasiswaan.
63
i. Unit pelaksana akademik pada Fakultas adalah
Jurusan/Program Studi yang dipimpin oleh Ketua Jurusan/Program
Studi.
j. Ketua Jurusan/Program Studi dalam melaksanakan
tugasnya dibantu oleh seorang Sekretaris Jurusan/Program Studi.
k. Ketua Jurusan/Program Studi mempunyai tugas memimpin
pelaksanaan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam
sebagian atau satu cabang ilmu pengetahuan, agama, sains dan
teknologi, dan/atau seni tertentu.
l. Sekretaris Jurusan/Program Studi mempunyai tugas
melaksanakan urusan administrasi Jurusan/Program Studi.
2) Program Pascasarjana
a. Program Pascasarjana adalah unsur pelaksana akademik
Universitas yang melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Universitas
yang berada di bawah Rektor.
b. Program Pascasarjana mempunyai tugas menyelenggarakan
pendidikan Program Pascasarjana.
c. Program Pascasarjana menyelenggarakan fungsi
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian
kepada masyarakat, pembinaan sivitas akademika dan kerja sama
dengan Fakultas dan/atau lembaga-lembaga lain.
64
d. Program Pascasarjana dipimpin oleh seorang Direktur yang
bertanggungjawab langsung kepada Rektor.
e. Direktur mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi
perumusan kebijakan dan memimpin penyelenggaraan pendidikan,
penelitian, pengabdian kepada masyarakat serta membina tenaga
kependidikan, mahasiswa, tenaga administrasi dan hubungan dengan
lingkungannya di tingkat Program Pascasarjana.
f. Dalam menjalankan tugas sehari-hari, Direktur dibantu oleh
dua Asisten Direktur.
g. Asisten Direktur bertanggungjawab langsung kepada
Direktur.
3) Lembaga Penelitian dan Pengembangan
a. Lembaga Penelitian dan Pengembangan adalah unsur
pelaksana sebagian tugas dan fungsi Universitas di bidang penelitian
yang berada di bawah Rektor.
b. Lembaga Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas
melaksanakan, mengkoordinasikan, mengembangkan, memantau dan
menilai pelaksanaan kegiatan penelitian dan bekerjasama dengan
lembaga-lembaga lain.
c. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Lembaga Penelitian
dan Pengembangan menyelenggarakan fungsi:
a) Perumusan kebijakan di bidang penelitian.
65
b) Pelaksanaan penelitian ilmu agama Islam, ilmu
pengetahuan, teknologi dan/atau seni yang bernafaskan Islam
dimaksudkan untuk menunjang pengembangan konsepsi
pembangunan nasional, wilayah dan/atau daerah.
c) Pelaksanaan penelitian untuk pengembangan sistem
pendidikan dan institusi Universitas.
d) Pelaksanaan tugas administrasi lembaga penelitian.
e) Pelaksanaan pengembangan pola dan konsepsi
pembangunan nasional, wilayah dan/atau daerah berdasarkan nilai
agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni.
f) Lembaga Penelitian dan Pengembangan dipimpin
oleh Ketua yang bertanggung jawab langsung kepada Rektor.
g) Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan
mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi perumusan
kebijakan dan memimpin penyelenggaraan penelitian,
mengembangkan dan memantau serta menilai pelaksanaan
penelitian yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian serta
mengusahakan dan mengendalikan administrasi dan sumber daya
yang diperlukan.
h) Ketua dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh
Sekretaris.
4) Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat
66
a. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat adalah unsur
pelaksana sebagian tugas dan fungsi Universitas di bidang
pengabdian kepada masyarakat yang berada di bawah Rektor.
b. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat mempunyai tugas
menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat dan
kerjasama dengan lembaga-lembaga lain.
c. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Lembaga Pengabdian
kepada Masyarakat menyelenggarakan fungsi:
a) Perumusan kebijakan di bidang pengabdian kepada
masyarakat.
b) Pengamalan nilai agama, ilmu pengetahuan, teknologi
dan/atau seni.
c) Peningkatan relevansi program Universitas sesuai
kebutuhan masyarakat.
d) Pelaksanaan pemberian bantuan kepada masyarakat
dalam melaksanakan pembangunan.
e) Pelaksanaan administrasi lembaga kepada masyarakat.
d. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat dipimpin oleh
Ketua yang bertanggung jawab langsung kepada Rektor.
e. Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat mempunyai
tugas mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan
memimpin penyelenggaraan pengabdian kepada masyarakat,
67
mengembangkan, memantau dan menilai pelaksanaan
penelitian yang diselenggarakan oleh Pusat Pengabdian
kepada Masyarakat serta mengusahakan dan mengendalikan
administrasi dan sumberdaya yang diperlukan.
f. Ketua dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Sekretaris.
5) Unit Pelaksana Teknis
a. Pusat Studi Bahasa dan Ma'had
a) Pusat Studi Bahasa dan Ma'had adalah Unit
Pelaksana Teknis di bidang pengembangan bahasa, budaya,
agama, dan pendidikan khusus untuk membangun kedewasaan
spiritual, sosial, maupun intelektual para mahasiswa yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Rektor.
b) Pembinaan sehari-hari Pusat Studi Bahasa dan
Ma'had dilakukan oleh Pembantu Rektor Bidang Akademik.
c) Pusat Studi Bahasa dan Ma'had mempunyai tugas
melaksanakan program pengembangan bahasa dan budaya serta
membangun kedewasaan spiritual, sosial, maupun intelektual
para mahasiswa di lingkungan Ma’had.
d) Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat Studi Bahasa
dan Ma’had menyelenggarakan fungsi:
1. penyusunan rencana dan program pengembangan
bahasa dan budaya;
68
2. penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran bahasa
dan budaya;
3. penyelenggaraan pendidikan khusus untuk
membangun kedewasaan spiritual, sosial, maupun
intelectual para mahasiswa di lingkungan Ma’had.
b. Pusat Komputer dan Sistem Informasi
a) Pusat Komputer dan Sistem Informasi adalah Unit
Pelaksana Teknis di bidang komputer dan sistem
informasi, dipimpin oleh seorang kepala yang berada
di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Rektor.
b) Pembinaan sehari-hari Pusat Komputer dan Sistem
Informasi dilakukan oleh pembantu Rektor Bidang
Akademik.
c) Pusat Komputer dan Sistem Informasi mempunyai
tugas melaksanakan pengelolaan sistem komputer dan
pelayanan informasi.
d) Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat Komputer dan
Sistem Informasi menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan dan pelayanan operasionalisasi sistem
informasi;
b. pengembangan sistem dan program komputer; dan
c. pelayanan informasi.
69
c. Perpustakaan Universitas
a) Perpustakaan Universitas adalah unit pelaksana
teknis di bidang perpustakaan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Rektor dan pembinaannya
dilakukan oleh Pembantu Rektor Bidang Akademik.
b) Perpustakaan dipimpin oleh seorang kepala yang
ditunjuk di antara pustakawan atau dosen yang memiliki
keahlian di bidang perpustakaan.
c) Perpustakaan mempunyai tugas melaksanakan
pelayanan perpustakaan untuk keperluan pendidikan, penelitian,
dan pengabdian kepada masyarakat.
d) Dalam melaksanakan tugasnya, Perpustakaan
Universitas menyelenggarakan fungsi:
1. penyusunan dan perumusan konsep kebijakan dan
perencanaan perpustakaan;
2. pengembangaqn kepustakaan dan pustakawan;
3. pengadaan, pelayanan, dan pemeliharaan bahan
pustaka; dan
4. pelaksanaan kerjasama antar perpustakaan
perguruan tinggi dan/atau badan lain di dalam dan
di luar negeri.
70
d. Lembaga Penjaminan Mutu Universitas
a) Lembaga Penjaminan Mutu Universitas adalah unit
pelaksana teknis di bidang peningkatan dan jaminan mutu
akademik Universitas.
b) Lembaga Penjaminan Mutu Universitasdipimpin
oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Rektor dan pembinaannya dilakukan
oleh Pembantu Rektor Bidang Akademik.
c) Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Universitas
diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.
d) Lembaga Penjaminan Mutu Universitas mempunyai
tugas mengembangkan kurikulum, mendesain proses belajar
mengajar, meningkatkan kemampuan mengajar dosen,
melakukan kajian tentang metode mengajar yang baru dan
inovatif, dan kajian lain yang berkaitan dengan upaya
peningkatan mutu akademik, serta melakukan evaluasi kegiatan,
dan menyusun laporan kegiatan dalam rangka memberikan
jaminan mutu lulusan Universitas.
e) Struktur organisasi Lembaga Penjaminan Mutu
Universitas ditetapkan oleh Rektor.
71
e. Unit Bisnis
a) Unit Bisnis adalah unit pelaksana teknis di bidang
usaha universitas yang bertujuan menggali potensi-potensi
pendanaan dari hasil usaha universitas.
b) Unit bisnis dilingkungan universitas
dikoordinasikan Holding Company yang dipimpin oleh kepala
yang diangkat oleh dan bertanggungjawab kepada Rektor.
c) Struktur organisasi dan uraian tugas unit bisnis
ditetapkan dengan keputusan Rektor.
d) Pembinaan secara teknis unit bisnis dilakukan oleh
Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum.
6) Unit Penunjang/ Lembaga Non Struktural
a. Lembaga nonstruktural merupakan bagian dari
unsur penunjang, berupa lembaga atau badan organisasi, atau
bentuk lainnya di luar organisasi dan tata kerja Universitas.
b. Universitas dapat membentuk lembaga
nonstruktural sesuai dengan kebutuhan.
c. Penambahan jabatan di luar Keputusan Menteri
Agama Nomor 389 Tahun 2004 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang hanya dapat dilakukan
Universitas setelah mendapat persetujuan tertulis Direktur Jenderal.
d. Direktur Jenderal dapat menutup lembaga
nonstruktural yang dinilai tidak efektif atau tidak efisien.
72
Unsur lain
1. Dewan Penyantun
a) Dewan Penyantun adalah forum yang terdiri atas tokoh-
tokoh masyarakat dan pemerintah yang menaruh perhatian
terhadap pengembangan Universitas.
b) Dewan Penyantun bertugas memberi saran dan/atau
bantuan bagi pengembangan dan kemajuan Universitas.
c) Dewan Penyantun terdiri atas Ketua, Sekretaris, dan
Anggota.
d) Ketua Dewan Penyantun dipilih dari dan oleh para anggota.
e) Ketua Dewan Penyantun dibantu seorang Sekretaris yang
dijabat oleh Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum.
f) Dewan Penyantun ditetapkan dengan Keputusan Rektor
setelah mendapat pertimbangan Senat Universitas.
g) Masa bakti Dewan Penyantun sama dengan masa bakti
jabatan Rektor.
h) Dewan Penyantun bersidang sekurang-kurangnya satu kali
dalam setahun.
2. Senat Universitas
a) Senat Universitas merupakan badan normatif dan
perwakilan tertinggi di Universitas Islam Negeri (UIN)
Malang.
73
b) Senat Universitas di Universitas Islam Negeri (UIN)
Malang mempunyai tugas pokok:
a. Merumuskan kebijakan akademik dan pengembangan
Universitas.
b. Memberikan pertimbangan teknis terhadap pelaksanaan
kebijakan akademik dan pengembangan Universitas,
termasuk akreditasi internal Universitas dalam hal
pembukaan dan/atau penutupan Jurusan/Program Studi.
c. Merumuskan kebijakan penilaian prestasi akademik dan
kecakapan serta kepribadian sivitas akademika.
d. Merumuskan norma dan tolok ukur penyelenggaraan
perguruan tinggi.
e. Memberikan pertimbangan dan persetujuan atas Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Universitas yang
diajukan oleh Rektor.
f. Memberikan pertimbangan atas Calon Rektor yang
diajukan kepada Menteri untuk diangkat menjadi Rektor
oleh Presiden Republik Indonesia.
g. Memberikan pertimbangan para calon Pembantu Rektor
yang diajukan kepada Rektor untuk diangkat menjadi
Pembantu Rektor.
74
h. Memberikan pertimbangan terhadap calon Direktur dan
Asisten Direktur Program Pascasarjana yang selanjutnya
ditetapkan dan diangkat dengan Keputusan Rektor.
i. Menilai pertanggungjawaban Rektor atas pelaksanaan
kebijakan yang telah ditetapkan.
j. Merumuskan peraturan pelaksanaan, kebebasan akademik
dan otonomi keilmuan pada Universitas.
k. Menegakkan norma-norma yang berlaku bagi sivitas
akademika.
l. Mengukuhkan gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris
Causa) kepada seseorang yang dipandang memenuhi
syarat.
c) Senat Universitas terdiri atas para guru besar,
pimpinan universitas, para dekan, wakil dosen dan unsur lain yang
ditetapkan senat.
3. Dewan Pengawas
a) Dewan Pengawas bertugas melakukan pengawasan
terhadap pengurusan universitas yang dilakukan oleh Pejabat
Pengelola Universitas mengenai pelaksanaan Rencana Bisnis dan
Anggaran (RBA), Rencana Strategis Bisnis Jangka Panjang, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b) Dewan Pengawas berkewajiban:
(1) Memberikan pendapat dan saran kepada Menteri
75
Agama dan Menteri Keuangan mengenai Rencana Strategis Bisnis
( RSB ) dan Rencana Bisnis Anggaran (RBA) yang diusulkan oleh
Pejabat Pengelola Universitas.
(2) Mengikuti perkembangan kegiatan universitas serta
memberikan pendapat dan saran kepada Menteri Agama dan
Menteri Keuangan mengenai setiap masalah yang dianggap penting
bagi pengurusan universitas.
(3) Melaporkan kepada Menteri Agama dan Menteri
Keuangan apabila terjadi gejala menurunnya kinerja universitas.
(4) Memberikan nasihat kepada Pejabat Pengelola
Universitas dalam melaksanakan pengurusan universitas.
(5) Memberikan masukan , saran dan tanggapan atas
Laporan Keuangan dan kinerja BLU kepada pejabat pengelola
BLU.
c) Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada
Menteri Agama dan Menteri Keuangan secara berkala paling sedikit 1
(satu) kali dalam satu semester dan sewaktu-waktu apabila diperlukan.
4. Satuan Pemeriksa Intern
a) Pimpinan Universitas membentuk Satuan Pemeriksa Intern
yang merupakan aparat intern universitas untuk membantu Pimpinan
Universitas dalam mendukung terciptanya sistem pengendalian intern
yang efektif di lingkungan universitas.
76
b) Satuan Pemeriksa Intern dipimpin oleh seorang kepala yang
bertanggung jawab secara langsung kepada Rektor.
c) Satuan Pemeriksa Intern terdiri dari tim audit bidang
keuangan, tim audit bidang non-keuangan, serta tim audit bidang
lainnya sesuai dengan kebutuhan universitas.
d) Satuan Pemeriksa Intern melaksanakan audit secara rutin
terhadap seluruh unit kerja di lingkungan universitas meliputi bidang
pendidikan, kemahasiswaan, keuangan, dan ketenagakerjaan.
e) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata kerja
Satuan Pemeriksa Intern ditetapkan dengan keputusan Rektor.
e. Tatalaksana Pekerjaan Pada Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang
Berdasarkan hasil penelitian tata jam bekerja pada universitas seperti pada
instansi negeri lainnya, mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh departemen
agama. Berikut ini petikan surat edaran mengenai tata tertib jam bekerja:
Menindak lanjuti surat edaran Sekretaris Jenderal Departemen
Agama Nomor SJ/B.V/HK.03.03/1999/2008 Tanggal 28 November
2008 perihal sebagaimana tersebut pada pokok surat, maka
sampaikan ketentuan jumlah jam kerja efektif 37.50 jam/ minggu
dengan rincian hari senin s.d kamis: jam 08.00-15.00 hari jum’at: jam
07.30-11.00 hari sabtu: 08.00-14.00 (surat edaran pembantu rektor
bidang akademik dan administrasi umum).
Kegiatan tatalaksana pekerjaan pada Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang, telah diatur oleh pemerintah yang mengacu pada
tataaturan pemerintah pusat.
77
Kehadiran para karyawan dengan adanya ketentuan yang diedarkan
melalui suatu edaran terlihat cukup baik, meskipun ada sebagian kecil yang belum
bisa ontime. Tapi di Universitas ini hal itu harus didasarkan pada kegiatannya dan
kepentingannya.
Hasil pengamatan (observasi) peneliti pada waktu masuk dibeberapa
kantor universitas, saya melihat beberapa keganjalan terkait penerapan surat
edaran diatas. Yaitu:
Ketika peneliti lewat ke beberapa Fakultas, yaitu pada bulan Januari 2011
pagi, jam masih menunjukkan Pukul 08.00 WIB. Suasana masih sepi.
Hanya bagian kebersihan saja yang kelihatan, yang melakukan tugasnya.
Dan pada pukul 08.10 WIB belum terlihat sama sekali pegawai lain yang
datang hingga jam menunjukkan Pukul 08.25 WIB terlihat beberapa orang
saja yang datang di ruang-ruang fakultas. (Ali, 14 Januari 2011)
Dan realita yang lain juga terjadi pada ruang rektorat, pada waktu saya
beberapa hari akan mengadakan wawancara dengan beberapa informan.
Pada pukul 08.05 WIB akan tetapi karyawan juga masih kelihatan sepi.
Dan hanya didapati beberapa mahasiswa yang sedang menunggu sesuatu
di dalam ruang-ruang tersebut. Yang saya lihat bahwasanya selama ini
masih belum ada petugas khusus yang mengontrol karyawan yang
terlambat datang kekantor.
78
2. Model Kepemimpinan dan Kinerja Di Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang
a. Pernyataan Mengenai Model Kepemimpinan Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Dalam artikel yang ditulis Bapak Imam Suprayogo mencoba menjelaskan,
bahwa pemimpin itu banyak macamnya. Ada pemimpin olah raga, seperti
misalnya pemimpin pemain sepak bola, bola basket, folly ball, dan lain-lain. Juga
ada pemimpin lembaga pendidikan, seperti kyai pesantren, kepala sekolah,
pemimpin perguruan tinggi yang disebut dengan rektor. Ada juga pemimpin
pemerintahan, atau seringkali disebut pejabat, dari yang terbawah sampai yang
tertinggi, mulai kepala desa, atau lurah, camat, bupati, wali kota gubernur sampai
presiden. Selain itu ada pemimpin perusahaan, usaha apa saja, misalnya tekstil,
perusahaan rokok, perusahaan mobil, perusahaan, perbankan, asuransi,
transportasi. Contoh-contoh tersebut, tentu yang dikenal bagus. Sebab selain itu
juga ada pemimpin komunitas yang tidak bagus, yang tentu tidak perlu
ditambahkan di sini. Dan, tentu saja yang dicita-citakan anak muda yang
disebutkan di muka adalah pemimpin yang bagus-bagus itu.
Kemudian saya menjelaskan bahwa seorang pemimpin agar
kepemimpinannya sukses harus memiliki beberapa modal sebagai bekalnya.
Diantaranya, pertama, seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan.
Seseorang ingin menjadi pemimpin, tetapi jika ia tidak memiliki jiwa
kepemimpinan juga akan repot sendiri. Pemimpin itu harus kaya ide, semangat
tinggi untuk mewujudkan idenya itu, sabar, ikhlas, suka berkorban dan tentu saja
79
memiliki pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk komunitas yang
dipimpinnya. Misalnya sebagai pemimpin bank, ia harus tahu tentang perbankan.
Pemimpin perusahaan asuransi, ia juga harus memiliki pengetahuan tentang ke
asuransian dan seterusnya.
Kedua, seorang pemimpin adalah orang yang bisa mencintai semua
bawahannya. Ia harus bisa membagi cintanya, setidak-tidaknya kepada semua
orang yang dipimpinnya. Kalimat ini mudah diucapkan dan seolah-olah bisa
dimiliki oleh semua orang. Akan tetapi dalam praktek kehidupan sehari-hari,
ternyata tidak semua orang yang dipimpin mudah diatur, mengikuti dan mau
menjalankan tugas-tugas yang seharusnya diselesaikan olehnya. Anak buah,
sebagai manusia biasa, tidak jarang lupa, salah, kurang semangat bekerja dan
bahkan juga sesekali membantah, mengkritik dan sampai berani melawan.
Sebagai seorang pemimpin harus mampu menghadapi perilaku bawahan apapun
sikap-sikap, karakter, watak yang dimilikinya. Mencinai orang yang mencitainya
mudah, tetapi tidak gampang bagi siapapun mencintai orang yang sulit diatur dan
bahkan memusuhinya.
Dalam buku yang ditulis oleh Taufiq, Bapak Imam mengatakan Seorang
pemimpin rasanya tepat jika diumpamakan sebagai seorang pawang binatang buas
dalam permainan circus . Pawang mampu membikin permainan indah dari
binatang buas. Padahal binatang tersebut selalu memiliki keinginan menerkam,
tetapi seorang pawang justru bisa menaklukkan dan memanfaatkan kelebihan
singa dan binatang buas lainnya menjadi tontonan yang indah. Seorang pawang
tidak pernah segera membunuh binatang piaraannya, hanya karena binatang-
80
binatang itu membahayakan. Bahkan sebaliknya, pawang itu justru menyenangi
binatang-binatang buas itu. Dan jika berhasil melatih dan memimpinnya, ia
merasa berpretasi. Sebagai pawang singa, juga tidak tertarik jika perannya diganti
menjadi pawang kelinci, kucing atau bahkan pawang itik atau bebek. Siapapun
tidak pernah mau dan juga tidak akan dihargai sebatas sebagai pawang binatang
jinak ini.
Ketiga, sebagai seorang pemimpin harus mengetahui siapa dan akan
dibawa ke mana komunitas yang dipimpinnya. Pemimpin tim olah raga, seperti
sepak bola, bola folly, basket dan seterusnya kiranya tidak sulit menentukan akan
dibawa ke mana timnya itu. Pemimpin olah raga selalu bercita-cita agar suatu
ketika meraih juara. Atas dasar pemahamannya terhadap kekuatan tim yang
dipimpinnya, ia akan memiliki target-target yang ingin diraih. Misalnya suatu
ketika ingkin meraih juara tingkat RT, kemudian juara tingkat desa, selanjutnya
secara berturut-turut juara kecamatan, kabupaten, propinsi, juara nasional dan
bahkan suatu ketika ingin menjadi pemimpin tim olah raga tingkat dunia.
Tingkatan apa yang ingin diraih, seolah pemimpin juga bisa mengukur
kemampuan dirinya dan juga anggota tim pemainnya. Misalnya, belum pernah
menjuarai tingkat desa, lalu mendaftarkan diri mengikuti kejuaraan tingkat
propinsi, maka akan ditertawakan orang. Sedemikian mudah merumuskan visi dan
misi pemimpin olah raga. Dan tentu tidak sedemikkian mudah merumuskannya
kepemimpinan di bidang lain, misalnya pemimpin pemerintahan, pemimpin partai
politik, perusahaan termasuk juga pemimpin perguruan tinggi.
81
Pemimpin perguruan tinggi misalnya, ternyata tidak semuanya mampu dan
berhasil merumuskan visi dan misi secara jelas. Banyak pemimpin perguruan tingi
ternyata gagal sebatas hanya merumuskan itu. Tidak sedikit orang kemudian
berkomentar terhadap seseorang pimpinan perguruan tinggi yang sudah sekian
lama memimpin, tetapi tidak mampu merubah institusinya. Orang kemudian
mengomentari atas kegagalannya itu dengan mengatakan bahwa pemimpin
tersebut tidak memiliki visi dan misi yang jelas. Pemimpin perguruan tinggi
tersebut tidak memiliki jiwa kepemimpinan. Ia hanya sebatas mampu
menampilkan diri sebagai pejabat, dan bukan sebagai seorang pemimpin, dan
seterusnya.
Berdasarkan hasil penelitian penulis maka diperoleh informasi bahwa
strategi UIN Maliki Malang dalam meningkatkan kinerja karyawan ada tiga, yaitu
melalui:
a. Pemberian Motivasi
Pemberian motivasi yaitu pemberian semangat, dorongan berupa
penyuluhan atau pembinaan tentang penyadaran bahwa karyawan merupakan
subjek dalam Universitas. Sebagai subjek karyawan merupakan motor penggerak
terhadap jalannya Universitas akan ditentukan oleh kualitas kerja karyawan yang
ada. Sehingga hanya karyawan yang berkualitas dan mempunyai kontribusi yang
besar pada Universitas yang layak untuk mendapat posisi dan fasilitas-fasilitas.
Dengan pemberian penyadaran ini diharapkan karyawan dapat termotivasi untuk
selalu meningkatkan pengetahuan maupun kualitas kerjanya.
82
Bentuk pemberian motivasi berupa pengarahan dalam pertemuan,
pemberian motivasi secara internal melalui panggilan kepada karyawan secara
personal oleh pimpinan.
b. Pemberian Diklat
Dalam peningkatan kinerja karyawan Universitas mempunyai tujuan yang
dititikberatkan untuk memperbaiki efektivitas dan efisiensi kerja dalam
melaksanakan dan mencapai tujuan sasaran program kerja yang telah ditetapkan.
Dengan adanya pelatihan dan pengembangan yang diadakan Universitas
tentu akan memberikan manfaat yang diperoleh terutama Universitas dan
karyawan. Adapun manfaat yang diperoleh dalam strategi Universitas
meningkatkan kinerja karyawan yaitu:
1. Meningkatkan rasa puas, menunbuhkan semangat kerja dan rasa
percaya diri pada karyawan serta mengurangi angka
ketidakhadiran. Hal ini dapat meningkatkan dedikasi karyawan
terhadap perusahaan.
2. Memperbaiki metode dan sistem kerja. Hal ini dapat
memperlancar proses kerja dan efisiensi waktu.
3. Mengurangi kesalahan dalam bekerja sehingga mengurangi
beban pemborosan.
4. Komunikasi dan kerjasama antar karyawan menjadi lebih baik.
Hal ini menciptakan suasana yang nyaman dalam bekerja.
83
c. Diberikan Promosi Jabatan
Promosi adalah pemberian kepercayaan kepada karyawan untuk
menduduki jabatan tertentu pada jenjang atau eselon tertentu. Promosi jabatan
merupakan salah satu persyaratan karyawan untuk menduduki jabatan-jabatan
yang ada. Apabila terdapat lowongan jabatan pada struktur organisasi maka
pimpinan akan mempertimbangkan karyawan yang memiliki sertifikat diklat
disamping memiliki kapasitas dan kapabilitas sesuai dengan tugas, wewenang dan
tanggungjawab pada jabatan yang lowong tersebut.
Gaya kepemimpinan yang diterapkan pada Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang dapat dilihat pula dari pernyataan-pernyataan
yang diberikan oleh nara sumber.
Hasil wawancara dengan Bapak X1 “Dari itu semua saya mengatakan
kalau model kepemimpinannya adalah kepemimpinan
transformasional. Semua pekerjaan diselesaikan sesuai dengan tugas
dan fungsinya serta job disnya masing-masing. Dan pekerjaan ini
diselesaikan dengan seoptimal mungkin dengan berdasarkan tanggung
jawab. Motivasi yang dilakukan berupa ajakan untuk selalu berubah
dan ada juga berupa penghargaan kepada dosen atau karyawan
terbaik.” Dan menurut bapak X2 “Beliau juga memberikan motivasi
yang berupa penghargaan, hadiah, dan juga menghajikan para pegawai.
Motivasi juga berupa ajakan untuk selalu maju. Komunikasinya juga
menggunakan komunikasi dua arah dan saling bertukar pikiran. Dan
gaya kepemimpinannya adalah gaya kepemimpinan transformasional.”
Begitu juga apa yang dikatakan oleh bapak X5 “Cara beliau membuat
senang dalam bekerja adalah disadarkan karena pekerjaan ini adalah
membawa misi islam, dan islam itu berjama’ah tidak sendiri, jadi
semua dikerjakan dengan baik. Gambaran umumnya bapak rector
memimpin adalah inspirator, dan sebagai suri tauladan/ contoh yang
baik. Kalau dalam persepektif islam kepemimpinannya seperti itu tadi,
beliau sudah bisa mencakupinya. Menggunakan kepemimpinan
transformasional.
Dalam hal hubungan dan komunikasi antara pimpinan dan yang ada
84
dibawahnya, dapat diketahui sebagai berikut.
Dari hasil wawancara dengan bapak X8 “Hubungan dengan bapak
Rektor dan karyawan yang lain juga baik sehingga suasana kerja
seperti dalam keluarga sendiri. Hubungan batemp up juga digunakan
dalam hubungan kerja ini. Komunikasi sering dilakukan antara
bawahan dengan atasan dan atasan dengan bawahan. Sering sekali
pimpinan memiliki ide-ide serta masukan kepada kami, dan semuanya
itu kita bahas bersama dengan jalan musyawarah. Bapak Rektor sering
sekali memberikan/ memberitahukan pengalaman beliau, diantaranya
diberitahukan cara-cara beliau dalam bernegosiasi, misalkan cara-cara
dalam mencari atau bernegosiasi dalam sumber pencarian dana untuk
pengembangan Universitas. Dan menurut bapak X4 “Komunikasi juga
diadakan dan cukup baik, tapi ketika ada permasalahan atau persoalan,
semua diselesaikan dahulu, kalau perlu dengan beliau baru
dikonsultasikan. Dan semua pekerjaan sesuai dengan tugas dan fungsi
masing-masing. Persoalan yang ada dimusyawarahkan dan setiap
orang diberikan kebebasan dalam memberikan pendapat atau ide-ide.
Pimpinan disini selalu memberi motivasi dan dorongan dengan cara
pendekatan persuasif yang seharusnya disampaikan dengan serius tetapi santai.
Seperti yang dituturkan oleh nara sumber.
Menurut bapak X7 “Motivasi yang diberikan oleh pimpinan
diantaranya adalah dosen atau karyawan disekolahkan lagi, berhaji,
pemberian laptop sebagai peningkatan kerja atau pengajaran. Yang
kadang dilakukan oleh beliau dulu adalah jika ada pekerjaan belum
selesai, beliau tidak telaten melihatnya, maka beliau mencoba ikut
kerja didalamnya, contoh kecil jika ada sampah berserakan, dan tugas
itu belum dikerjakan, beliau juga bisa mengerjakannya sendiri. Tapi itu
juga masih batas kewajaran bahwa pimpinan juga sebagai suri tauladan
bagi bawahannya. Dan yang dikatakan oleh bapak X8 “Motivasi yang
diberikan berupa pengalaman informal dan lainnya dalam
perkembangan Universitas. Jika ada keluhan atau permasalahan teknis
maka semuanya itu dirapatkan internal bidang kalau tidak mendapat
pemecahannya maka di sampaikan ke pemimpin. Motivasi lain yang
diberikan adalah pemberian apresiasi atau penghargaan bagi dosen
atau karyawan terbaik, menghajikan, mensekolahkan para dosen dan
banyak bentuk yang lainnya. Pimpinan disini diberi kepercayaan
masing-masing oleh rektor dalam menjalankan tugas dan fungsinya,
dan semuanya itu telah terstandar.
85
Banyak sekali motivasi yang diberikan pimpinan yang diberikan kepada
para karyawan, diantaranya: pemberian apresiasi atau penghargaan bagi dosen
atau karyawan terbaik, menghajikan, mensekolahkan para dosen dan banyak
bentuk yang lainnya yang berupa kata-kata untuk penyemangat.
Kultur keislaman selalu ditampilkan dalam kepemimpinan Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Dari hasil wawancara dengan bapak X8 “Kultur-kultur islam selalu
diterapkan didalam kampus ini, seperti dalam penerimaan karyawan
atau dosen baru harus diseleksi dalam hal agamanya, misalkan harus
bias hafal Al-quran atau harus bisa baca Al-qur’an dengan baik. Kultur
yang lain adalah mengadakan khotmil Qur’an yang rutin setiap bulan
dilakukan selalu dilaksanakan,dan juga kegiatan istighotsah yang
biasanya dilakukan. Pemimpin disini sebagai publik figur, maka apa
yang dilakukannya harus mencerminkan prilaku muslim yang bagus,
baik dari tindakan di kampus maupun keadaan dikeluarganya. Dan
juga yang dituturkan oleh bapak X7 “Model kepemimpinan islam yang
saya lihat adalah beliau memunculkan tradisi-tradisi keislaman, yang
juga tradisi-tradisi itu bisa juga mendapat ide dari orang-orang
disekitarnya. Disini beliau menerapkan iklim islam. Dulu sewaktu
kantor karyawan masih saling berdekatan, beliau juga sering
menghampiri dan mengajak karyawannya untuk sholat berjama’ah ke
masjid bersama-sama. Beliau menggerakkan dirinya sendiri dan orang
lain untuk mengikuti kebaikan itu. Yang kedua adalah agenda khotmil
Qur’an yang dilakukan Uin. Dengan kegiatan itu Universitas pernah
mendapatkan dana dari Diknas kalau tidak salah sekitar 1.250.000.000
untuk membangun sebuah gedung, yakni gedung A. Hal tersebut
berawal dari bincang-bincang dan mengadakan kegiatan itu, sehingga
kegiatan Khotmil Qur’an ini banyak yang mengapresiasi. Yang ketiga
tradisi Shalawatan, ada seorang tokoh yakni Pak Nur untuk
bershalawatan, maka dengan cepat pak Imam mencari konsep
shalawatan tersebut, dan kemudian menemukan konsep dari Gus
Rofiq, yaitu seorang pimpinan di sebuah pondok pesantren. Dan juga
atas pemikiran-pemikiran pak H. Ahmad Mudhor (pondok Luhur).
Shalawat ini bernama shalawat Irfan, yang dijadikan lagu wajib pada
waktu sebuah acara-acara di kampus. Penilaian dalam bekerja semata-
mata ditekankan pada kesadarannya bahwa semua itu dinilai oleh
Allah, bukan cuma kepada manusia saja, tapi itu semua juga harus
diperhatikan.”
86
b. Pernyataan Kinerja Pada Karyawan
Dalam hal pekerjaan, berdasarkan hasil wawancara oleh peneliti kepada
narasumber atau informan menunjukkan bahwa para karyawan mengaku
melakukan dan menyelesaikan pekerjaan mereka secara optimal. Hal ini seperti
diceritakan berikut:
Berdasrkan hasil wawancara dengan bapak X1 tanggal 31 Desember
2010 beliau mengatakan bahwa “selalu mengerjakan sesuai dengan
standar kuantitas yang ditentukan oleh universitas dan berusaha
bekerja dengan baik sesuai standar kualitas yang ditetapkan.
Begitu juga yang diucapkan oleh bapak X3 “kami selama ini
mengerjakan dengan kuantitas yang ditetapkan universitas da apabila
ada pekerjaan harus sesuai dengan standar waktu yang telah ditentukan
dan pekerjaan baru selesai tidak boleh ditunda-tunda biar tidak
kendadapan”. Dan hasil wawancara lagi seperti yang dituturkan oleh
bapak X5 bahwa “dalam hal pekerjaan bawahan selalu mengerjakan
sesuai dengan standar kuantitas yang ditentukan oleh universitas dan
berusaha bekerja dengan baik sesuai standar kualitas yang telah
ditetapkan karena ingin melayani mahasiswa dengan sebaik-baiknya.
Kemudian para bawahan selalu mempunyai ide baru karena
permaslahan itu selalu ada ide untuk perkembangan kedepan dan
mengerjakan pekerjaan sesuai dengan job diskriptionnya masing-
masing dengan penuh kesadaran. Dalam hal pelayanan kadang waktu
kerja sudah habis tetapi kita masih melayani atau bekerja dengan
penuh rasa tanggung jawab yang sangat besar sampai mereka bekerja
melebihi standar waktu yang telah ditentukan oleh universitas.
Begitu juga para nara sumber yang lain, mereka juga mengatakan hal yang
sama bahwa mereka selalu berusaha mengerjakan pekerjaan mereka dengan
sungguh-sungguh dan bahkan disaat jam-jam pelayanan atau pekerjaan banyak
mereka bahkan dengan inisiatif sendiri tanpa memperdulikan waktu over time
mereka mengusahakan untuk bekerja lebih dari jam yang telah ditentukan.
Disamping itu juga para karyawan universitas mengaku bahwa mereka
selalu memegang nilai-nilai tanggung jawab atas tugas-tugas dan pekerjaan
mereka masing-masing.
87
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak X2 “ para karyawan selalu
bekerja dengan rasa tanggung jawab yang sanat besar sampai mereka
bekerja melebihi standar waktu yang telah ditentukan oleh universitas
dan itu semua dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.”
Pernyataan-pernyataan tersebut juga diperkuat dengan peneliti
mewawancarai Bapak Imam selaku rector. Data wawancara selanjutnta dapat
dilihat sebagai berikut.
Hasil wawancara dengan Bapak Imam pada tanggal 06 Januari 2011
disebutkan bahwa para karyawan mengerjakan pekerjaan sesuai
dengan tugas dan fungsinya masing-masing dengan baik, dan tanggung
jawab karena mereka merasakan denagan ada penilaian dan sesuatu
tantangan bagi mereka untuk bisa membuktikan bahwa pekerjaan yang
dilakukan sesuai dengan apa yang menjadi tanggung jawabnya.
B. Pembahasan Data Hasil Penelitian
1. Pembahasan Model Kepemimpinan
Penelitian ini memiliki bebererapa temuan yaitu dari data temuan hasil
penelitian diketahui bahwa pimpinan memberikan perintah sesuai dengan kondisi
dan tugas dan fungsi atau job discripsi masing-masing karyawan. Akan terkadang
tetapi perintah juga diberikan kepada karyawan tertentu. Sehingga pemberian
perintah tidak dilakukan pada semua karyawan. Jadi pimpinan memberikan teknik
pemberian tugas yang berbeda kepada setiap karyawan. Tinggi dan rendahnya
tugas diberikan kepada karyawan sesuai dengan kondisi dan keadaan pekerjaan
yang ada di universitas.
Cara pemimpin memberikan motivasi dan dorongan dengan cara
pendekatan persuasif yang disampaikan tidak secara tegang, dan semua yang
disampaikan bisa masuk semua. Didalam bekerja seseorang dituntut untuk bekerja
88
dengan giat tanpa ada sesuatu yang diharpkan sebelumnya, dalam bekerja harus
didasarkan pada niat yang ikhlas karena Allah semata. Tanpa adanya kesadaran
dan tanggung jawab masing-masing karyawan pula meskipun pemimpin juga
berpengaruh, maka tidak akan berhasil suatu pekerjaan dan pembangunan untuk
mengoptimalkan sebuah organisasi. (Ali, 11 Januari 2011)
Pada Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, pemimpin
memposisikan karyawan secara fleksibel yakni sebagai bawahan, partner kerja
dan pelaksana tugas. Hal ini dilakukan agar antara bawahan dan pimpinan tidak
ada sekat yang terlalu menonjol dan pemimpin selalu memberi teladan sesuai
dengan syariat islam, misalnya jika para karyawan kerja lembur pimpinan juga
ikut lembur.
Kontroling yang dilakukan oleh atasan atas hasil kinerja para karyawan
menerapkan manajemen kontroling sendiri. Dengan adanya manajemen kontrol
tersebut para pegawai diharapkan akan tetap bekerja secara optimal dangan penuh
kesadaran dan tanggung jawab terhadap sebuah pekerjaan tersebut.
Dengan demikian saya menyimpulkan ini telah mendeskripsikan bahwa
model kepemimpinan di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
adalah model kepemimpinan transformasional, karena dalam unifersitas ini
menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk
melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin
transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan
mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui
kredibilitas pemimpinnya. Dengan demikian, pemimpin transformasional
89
merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis
dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga
harus mempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan
bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih
tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan. Kepemimpinan transformasional
merupakan kepemimpinan yang sungguh bekerja menuju sasaran pada tindakan
mengarahkan organisasi kepada suatu tujuan yang tidak pernah diraih
sebelumnya. Para pemimpin secara riil harus mampu mengarahkan organisasi
menuju arah baru. Kepemimpinan transformasional melibatkan perubahan dalam
organisasi yang membutuhkan tindakan memotivasi para bawahan agar bersedia
bekerja demi sasaran-sasaran tingkat tinggi yang dianggap melampaui
kepentingan pribadinya pada saat itu.
Menurut Yammarino dan Bass (1990: 62), pemimpin transformasional
harus mampu membujuk para bawahannya melakukan tugas-tugas mereka
melebihi kepentingan mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih
besar. Yammarino dan Bass (1990: 67) menyatakan bahwa pemimpin
transformasional mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik,
menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh parhatian pada
perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya.
Jika dalam perspektif islam maka model kepemimpinan di Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang sangat sesuai dengan nilai-nilai
yang diajarkan, hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Nur Diana
(2008:185-186) dalam imtahanah pemimipin selalu menerapkan keputusan dan
90
melakukan pengarahan tentang pekerjaan ataupun keputusan sebanyak-banyaknya
kepada bawahan sehingga bawahn bisa berkembang terus dan lebih maju tidak
hanya kemampuannya sendiri dan bawahan juga akan mempunyai ketrampilan
baru dari pengarahan seorang pemimpin. Sehingga bawahn dapat
mengembangkan dan menyelesaikan suatu pekerjaan dan permasalahan yang ada
pada organisasi. Yaitu dengan dasar hadits berikut:
Nabi SAW bersabda: “tidak dikatakan beriman sempurna seseorang
diantara kamu sampai mencintai saudaranya akan sesuatu yang dicintai untuk
dirinya.” (HR. Bukhori: 12)
Adapun komunikasi yang dibangun oleh pimpinan universitas adalah
komunikasi persuasif yaitu kondisi suasana santai yang diharpkan agar terjalin
hubungan kekeluargaan dan luas serta tidak terlalu kaku antara semua elemen
yang ada dalam organisasi ini. (Nur Dianan, 2008: 178-181) ia mengambil hadits
berikut:
Dari kaab, ia berkata: “tetaplah membaca Al-Qur’an karena dapt
memberi pemahaman, menjadi cahaya kebenaran dan sumber ilmu, menceritakan
janji maha pengasih dalam kitab-kitab, dalam taurat dia berfirman, “wahai
Muhammad, aku turunkan padamu taurat yang baru pembuka mata yang buta,
telinga yang tuli, hati yang tertutup.” (HR. Darimi: 3193)
Dari keterangan diatas jelas bahwa model kepemimpinan di Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang sesuai dengan nilai-nilai ajaran
islam karena dilakukan dengan hubungan yang sangat baik, tanggung jawab yang
sangat tinggi, keteladanan pemimpin yang telah diikuti oleh yang lain.
91
Untuk membangun partisipasi secara luas dan kukuh, maka
dikembangkan manajemen terbuka. Pada setiap awal tahun diselenggarakan rapat
kerja yang diikuti oleh seluruh dosen dan karyawan. Pada forum itu dibahas
kebijakan dan agenda kegiatan selama setahun yang akan dating termasuk
pendanaannya. Dijelaskan dalam kesempatan itu secara terbuka anggaran yang
tersedia. Semua keluarga kampus, yaitu dosen dan karyawan harus mengetahui
keadaan keuangan justru yang tidak diperbolehkan bagi warga kampus ialah tidak
mau mengetahui sedetail-detailnya tentang isi kampusnya.
2. Karyawan UIN Maliki Malang Perspektif Islam
Dari model kepemimpinan yang telah diterpakan pada Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, kinerja pegawai yang ada saat ini dinilai
dapat melaksanakan seluruh pekerjaan dan dapat dinilai telah memenuhi kriteria.
Akan tetapi kedisiplinan, waktu dan ketepatan karyawan berdasarkan realita yang
ada hasil penelitian diketahui masih terdapat adanya ketidak sesuaian antara
aturan yang berlaku dan keadaan dilapangan. Data membuktikan masih ada
ketidak sesuaian antara waktu kerja karyawan dengan ketetapan dan keadaan
dilapangan.
Dan seharusnya harus seperti yang dikatakan Agus Darma (1998:225)
dalam Imtihanah (2009:37), terdapat beberapa standar yang cara pengukuran atas
pelaksanaan kinerja karyawan yaitu:
1. Kualitas jumlah yang harus diselesaikan
92
2. Kualitas mutu yang harus dihasilkan
3. Ketepatan waktu sesuai yang dilaksanakan
Pendapat diatas menyatakan bahwa kuantitas, kualitas dan ketetapan
waktu dalam mengerjakan tugas yang diberikan kepada karyawan dapat dijadikan
salah satu acuan standar seorang pemimpin dalam menilai kinerja karyawannya.
Menurut Bapak Rektor menuturkan bahwa kinerja pada Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang bagus sesuai dengan target yang kita
inginkan bahkan melebihi target yang kita inginkan.
Dan peneliti juga mengkroscek dari para karyawan mereka juga
menuturkan bahwa selama ini mereka bekerja sesuai dengan tugas dan fungsi
masing-masing karyawan yang mulai awal sudah ditetapkan oleh universitas dan
masing-masing bagian dan mereka juga mengatakan bahwa selama ini mereka
bekerja sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh universitas sampai
kadang melebihi waktu karena keinginan dari karyawan untuk bekerja semaksimal
mungkin untuk meningkatkan kualitas mutu universitas kedepan agar lebih baik
lagi. Dan mereka juga harus bekerja dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab
yang tinggi dan senang terhadap apa yang dikerjakannya karena mereka merasa
memiliki universitas itu semua juga karena motivasi yang telah diberikan oleh
pimpinan kepada semua elemen yanga ada dibawahnya agar bekerja dengan lebih
optimal dan penuh kesadaran dan tanggung jawab masing-masing orang. (Ali, 11
Januari 2011).
Dan juga seperti yang dikatakan oleh Prawirosentono (1992:2) dalam
93
Imtihanah menambahkan bahwa: kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai
tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral maupun etika.
Begitu juga islam memandang kinerja pegawai, hal ini bisa dilihat bahwa
para karyawan harus benar-benar memahami dan melaksanakan ketaatan pada
substansi ajaran islam, pada pedoman dan panduan pelaksanaan serta pilihan
untuk menciptakan titik normal, yang merupakan rangkaian kegiatan manajemen
pelayanan. Djalaludin menegaskan beberapa hal tersebut antara lain adalah fiqhul
al ahkam (pemahaman terhadap hukum dan aturan), kaifiyat al tathbiq (tata cara
pelaksanaan), dan ikhtiyar al apdhal (memilih yang utama dan optimal), sehingga
nantinya akan tercapai sebuah amal Islam yang berdedikasi tinggi. (Djalaluddin,
2007:2)
Sebagaimana telah difirmankan Allah dalam surah Asy Su’araa ayat 183:
Artinya: ”Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan
janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.”
Sikap mental yang harus dibangun selanjutnya di universitas itu adalah
keikhlasan. Me-manage lembaga seperti UIN ini harus didudukkan dalam konteks
beribadah kepada Allah secara penuh dan mendalam. Konsep ini dlam bahsa
Islam adalah lillahita’ala. Suasana batin yang mengarahkan kegiatannya hanya
94
semata-mata didasari oleh niat untuk memenuhi kebutuhan pribadi atau kelompok
dalam berbagai bentuknya tidak akan mengantarkan yang bersangkutan memiliki
integritas yang tinngi. Jiwa ikhlas yang tumbuh dan berkembang dari seorang
pemimpin lembaga atau organisasi akan melahirkan suasana ruhul jihad. Jika
suasana ini dapat ditumbuh kembangkan, lembaga itu telah memiliki kekuatan
yang kukuh. (Imam, 2006:148)
Selanjutnya adalah adanya kesadaran dan tanggung jawab merupakan
sikap mental yang harus dibangun secara terus menerus dan bersama-sama dalam
bekerja dan mengabdi. Setiap muslim harus berkeyakinan bahwa semua amal
perbuatan harus dapat dipertanggung jawabkan, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan dan didapat fakta untuk
menjawab rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu:
1. Kepemimpinan di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
menggunakan model kepemimpinan Transformasional, yakni merupakan
kepemimpinan yang sungguh bekerja menuju sasaran pada tindakan
mengarahkan organisasi kepada suatu tujuan yang tidak pernah diraih
sebelumnya. Para pemimpin secara riil harus mampu mengarahkan
organisasi menuju arah baru. Kepemimpinan transformasional melibatkan
perubahan dalam organisasi yang membutuhkan tindakan memotivasi para
bawahan agar bersedia bekerja demi sasaran-sasaran tingkat tinggi yang
dianggap melampaui kepentingan pribadinya pada saat itu. Dan juga
model kepemimpinan di UIN Maliki Malang sangat sesuai dengan konsep
islam karena kepemimpinanya mengedepankan hubungan yang baik dan
keteladanan yang tinggi dan tugas yang sangat maksimal dan tugas yang
sangat optimal pula.
2. Kepemimpinan di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim sudah
menerapkan konsep-konsep dalam perspektif islam, diantaranya pemimpin
sebagai Uswatunhasanah (suritauladan) bagi karyawan yang lain.
96
3. Strategi UIN Maliki Malang untuk meningkatkan kinerja karyawan adalah
melalui pemberian motivasi kerja kepada karyawan. Kinerja karyawan di
UIN Maliki Malang dapat dikatakan memenuhi kriteria sebagai karyawan
yang baik bahkan dapat dikatakan melebihi kriteria yang ada, karena
selama ini karyawan melakukan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-
masing dan mereka juga bekerja sesuai standar kualitas dan kuantitas.
Akan tetapi dalam hal standar waktu yang telah ditentukan oleh universitas
perlu diperhatikan lebih serius. Dan yang paling penting adalah penekanan
pada karyawan untuk selalu menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja
keras, kesadaran dan rasa memiliki yang tinggi terhadap universitas ini.
B. Saran
Berdasarkan hasil kajian dari bab diatas, selanjutnya peneliti dapat
memberikan sumbangan saran dalam penelitian ini yaitu:
1. Bahwa sebaiknya model kepemimpinan pada universitas perlu
dikembangkan lebih lanjut dan juga karyawan dan seluruh keluarga
universitas diberikan kesempatan yang seluas-luasnya, dalam memberikan
masukan untuk lebih meningkatkan kinerja mereka, sehingga akan timbul
rasa ikut memiliki yang lebih tinggi dan timbul tanggung jawab yang
besar. Dan para karyawan juga perlu dibimbing dalam bekerja dan
melayani pada universitas ini yaitu dengan di bimbing sesuai ajaran islam
dan diikutkan sebuah pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing karyawan.
97
2. Untuk peneliti selanjutnya hendaknya juga untuk lebih memperdalam
instrument-instrumen penelitian sehinnga akan menghasilkan data yang
lebih kompleks, dan juga informan lebih diperluas kepada semua keluarga
UIN Maliki Malang, sehingga diperoleh gambaran penerapan model
kepemimpinan yang lebih kompleks pula.
98
DAFTAR PUSTAKA
Arikunta, Suharsimi, 2002. Prosedur Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V,
Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta
Andarika, 2008 Jurnal Kepemimpinan Transfoemasional dan Transaksional
Bennis, Warren G. Dan Burd, Nanus Terjemahan Victor Purba 1990,
Kepemimpinan Strategi Dalam Mengemban Tanggungjawab. Prehalindo, Jakarta
Bungin, Burhan, 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta
Darma, Agus, 1948. Gaya Kepemimpinan Yang Efektif Bagi Para Manajer, PT.
Sinar Baru, Bandung.
Hasibuan S.P, Melayu, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi aksara,
Jakarta
Henry, Mintzberg dan Brian Quinn James, 1992. The Strategi Process: Concepts
and Context, Engewood Difft, N.J.Printice Hall
Ilfi Nur, Diana, 2008., Hadit Ekonomi, UIN Malang Press. Malang
Imtihanah, Ana Elok, 2009. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Istijanto, 2006. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Nawawi, Hadari, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk bisnis yang
kompetitif. Edisi keenam, Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Nawawi, Hadari Dan Hadari, M. Martini, 2006. Kepemimpinan Yang Efektif.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Rasmianto dan Hadi, Samsul, 2004. Konversi STAIN Malang Menjadi UIN
99
Malang, Aditya Media Yogyakarta bekerja sama dengan UIN Malang
Rasmianto dan Suprayogo, Imam, 2008. Perubahan Pendidikan Tinggi Islam
Refleksi Perubahan IAIN/ STAIN menjadi UIN, UIN Malang Press
Rita Andarika, 2009, Jurnal Penelitian. Hubungan Antara Persepsi Gaya
Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional dengan Kepuasan Kerja
Karyawan.
Rivai, Veithzal, 2004. Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Rivai, Veithzal, 2004. Kiat Memimpin dalam Abad Ke-21. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Robins, Stephen P. 1996. Perilaku Organisasi. Jakarta: Hadyana Pujatmaka.
Siswanto Dan Sucipto, Agus, 2008. Teori dan Perilaku Organisasi Suatu
Tinjauan Integrative, UIN Malang Press
Suprayogo, Imam, 2004. Proses perubahan STAIN menjadi UIN Malang dlam
rekaman media massa, UIN Malang Press
Suprayogo, Imam, 2006. Memelihara Sangkar Ilmu refleksi pemikiran dan
pengembangan UIN Malang, UIN Malang Press
Suprayogo, Imam, 2009. Universitas Islam Unggul Refleksi Pemikiran
Pengembangan Kelembagaan dan Reformulasi Paradigma Keilmuan Islam, UIN
Malang Press
Sutarto, 2006. Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Taufiqurrochman, 2010. Imam Al-jami’ah. UIN Malang Press. Malang
www.google.com. kepemimpinan menurut para ahli, pengertian kinerja
100
Yukl, Gary, 2009. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Edisi kelima, Penerbit. PT.
Indeks, Jakarta