Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TESIS
ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA
DI KABUPATEN MAMUJU TENGAH
AN ANALYSIS ON THE IMPLEMENTATION OF VILLAGE FUND POLICY
IN CENTRAL MAMUJU REGENCY
OLEH:
ARSAL ARAS
P08 042 16 011
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA
DI KABUPATEN MAMUJU TENGAH
AN ANALYSIS ON THE IMPLEMENTATION OF VILLAGE FUND POLICY
IN CENTRAL MAMUJU REGENCY
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi Magister Administrasi Pembangunan
disusun dan diajukan oleh
ARSAL ARAS
P08 042 16 011
kepada
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
v
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur Penulis haturkan kehadirat Allah SWT, atas
Berkah dan Hidayahnya sehingga kita masih di berikan limpahkan rezeki
dan kehidupan sehingga penulisan tesis ini dapat terlaksana dengan baik
tanpa ada hambatan yang berarti. Penulisan Tesis ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan
pendidikan S2 Program Pasca Sarjana departemen Administrasi
pembangunan Konsentrasi Administrasi Pemerintahan Daerah Universitas
Hasanuddin.
Dalam penyelesaian tesis ini, penulis menyadari bahwa tidak
terlepas dari campur tangan berbagai pihak, yang telah memberikan
bantuan baik berupa dana, doa, motivasi, arahan dan lain sebagainya,
terutama untuk Ayahanda H. ARAS TAMMAUNI Istriku tercinta ASRIANI
BUSTAM, SE serta Anak2ku dan KELUARGA tiada henti berdoa dan
berharap akan keberhasilan penulis dalam menyelesaikan studi ini.
Pada kesempatan ini juga penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof.Dr. Dwia Aries Tina,MA., selaku Rektor Universitas Hasanuddin
Makassar.
2. Prof. Dr. Armin Arsyad,M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar.
3. Dr.Muhammad Yunus, M.A., sebagai Ketua Program Studi Administrasi
Pembangunan PascaSarjana Universitas Hasanuddin Makassar
vi
4. Dr. H. Andi Samsu Alam, M.Si., sebagai Ketua Kosentrasi Administrasi
Pemerintahan Daerah Program Studi Administrasi Pembangunan
PascaSarjana Universitas Hasanuddin Makassar sekaligus sebagai
Ketua Komisi Penasehat,atas bantuan dan bimbingan yang telah
diberikan mulai dari awal penyusunan proposal hingga selesainya
penelitian ini.
5. Dr. H. A.M. Rusli, M.Si., sebagai Anggota Komisi Penasehat,atas
bantuan dan bimbingan yang telah diberikan mulai dari awal
penyusunan proposal hingga selesainya penelitian ini.
6. Prof. Dr. H. Rasyid Thaha, M.Si, Prof. Dr. H. Andi Gau Kadir, M.A ,dan
Dr. Nurlinah, M.Si, sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan
saran dalam perbaikan pada tesis ini.
7. Para dosen-dosen PPs Administrasi Pembangunan Konsentrasi
Administrasi Pemerintahan Daerah dan seluruh staf karyawan Fisip
Unhas atas bantuannya selama penulis menempuh pendidikan.
8. Bapak Bupati Mamuju Tengah, Bapak H. ARAS TAMMAUNI beserta
jajarannya yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian
sehingga penulis dapat menyelesaikannya dalam bentuk Tesis.
9. Bapak Zulkifli Ramli selaku Kepala Dinas PMD Kabupaten Mamuju
Tengah, yang telah mendukung dan memberikan perhatian sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian.
10. Seluruh Guru-guru Penulis, di Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin
yang banyak membimbing penulis hingga saat ini.
vii
11. Teman-teman Pascasarjana Administrasi Pembangunan Konsentrasi
Administrasi Pemerintahan Daerah Angkatan 2015. Saddam, Isal, H.
Sahrul Sukardi, Adnan Pratama, Wahyu Budi Pratama, Surahmat
Musa, Gorby Arkeysya, Rahmat Hidayat, Rima Adriani, Hilal Bahnar, A.
Ridha rimbawan, Sambolangi, yang telah membantu dan memberikan
motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam
menyelesaikan Tesis ini.
Doa Penulis Kepada Allah SWT semoga Berkah dan Rezeki
mengiringi setiap saudara/i yang sudah memberikan kontribusi sampai
penelitian dan penulisan Tesis ini bisa terselesaikan dengan baik.
Makassar, November 2018
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman sampul i
Halaman pengesahan ii
Abstrak iii
Kata pengantar v
Daftar isi viii
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan masalah 10
1.3. Tujuan penelitian 10
1.4. Manfaat penulisan 11
BAB II Tinjauan pustaka
2.1. Konsep Analisis 12
2.2. Konsep Kebijakan 13
2.3. Analisis Kebijakan 14
2.4. Bentuk-bentuk Analisis Kebijakan 14
2.5. Konsep pengelolaan 16
2.6. Konsep dan Teori implementasi Kebijakan 18
2.7. Konsep Desa 29
2.8. Konsep Pemerintah 35
2.9. Pemanfaatan 42
ix
2.10. Dana Desa 44
2.11. Pembangunan Desa 78
2.12. Penelitian terdahulu 81
2.13. Kerangka Pikir 84
BAB III Metode penelitian
3.1. Jenis Penelitian 89
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 89
3.3. Jenis dan Sumber Data 90
3.4. Informan 90
3.5.Teknik Pengumpulan Data 92
3.6.Teknik Analisis Data 94
3.7. Defenisi Operasional 95
BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian 98
4.2. Implementasi kebijakan pengelolaan dana desa 160
4.3. Pemanfaatan dana desa dalam pelaksanaan pembangunan
desa di Kabupaten Mamuju Tengah
201
4.4. Analisis Teoritik 219
BAB V Penutup
5.1. Kesimpulan 231
5.2. Saran 234
x
Daftar pustaka 236
Lampiran-lampiran 239
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini Pemerintah Indonesia terus mengupayakan peningkatan
pelaksanaan Pembangunan Nasional agar laju pembangunan daerah yang di
dalamnya juga termasuk pembangunan desa semakin seimbang. Salah satu
upaya pemerintah untuk membangun Indonesia yang lebih baik yaitu dengan
adanya Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah menjelaskan bahwa pemerintah di daerah diberi kewenangan untuk
mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri baik dari segi
perencanaan, pembiayaan maupun dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini
pemerintah daerah memiliki kewenangan penuh dalam penentuan
kebijaksanaan, perencanaan dan pelaksanaan hingga pembiayaan. Hal ini
didukung dengan adanya Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa yang lebih dikenal dengan Undang – Undang Desa.1
Dengan disahkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa
diberikan kesempatan yang besar untuk mengurus tata pemerintahannya
sendiri serta pelaksanaan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan
dan kualitas hidup masyarakat desa. Selain itu pemerintah desa diharapkan
untuk lebih mandiri dalam mengelola pemerintahan dan berbagai sumber
1 Undang-undang 23 Tahun 2014
2
daya alam yang dimiliki, termasuk di dalamnya pengelolaan keuangan dan
kekayaan milik desa. Begitu besar peran yang diterima oleh desa, tentunya
disertai dengan tanggung jawab yang besar pula. Oleh karena itu pemerintah
desa harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas dalam tata
pemerintahannya, dimana semua akhir kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
desa sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.2
Beberapa tujuan dari UU Desa terdapat pada pasal 4 diantaranya
yaitu memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi
kesenjangan pembangunan nasional dan memperkuat masyarakat Desa
sebagai subjek pembangunan. Dalam rangka meningkatkan
penyelenggaraan pemerintah desa menuju tercapainya otonomi desa untuk
menciptakan Desa Mandiri, perlu adanya upaya untuk menata, mengelola,
menggali dan menggerakkan seluruh potensi yang ada di masyarakat,
olehnya itu Pemerintah Pusat melalui APBN memberikan bantuan berupa
Dana desa
UU Desa yang didukung PP No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan PP
No. 60 tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN, telah memberikan
pondasi dasar terkait dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
2 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
3
pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dengan demikian desa sangat
berperan penting dalam mendukung kesuksesan Pemerintahan Nasional.
Melalui Undang – Undang Nomor 6 tentang Desa tersebut posisi desa bisa
menjadi “arena” pelaksanaan program pembangunan dari pemerintah, tidak
seperti dulu lagi yang hanya sebatas sebagai “lokasi” program
pembangunan. Dengan begitu desa akan menyelenggarakan pemerintahan,
pembangunan, pemberdayaan masyarakat sendiri secara penuh. Desa akan
menjadi subjek pembangunan bukan lagi sebagai objek pembangunan.3
Undang – Undang Desa telah menempatkan desa sebagai organisasi
campuran (hybrid) antara masyarakat berpemerintahan (self governing
community) dengan pemerintahan local (local self government). Dengan
begitu, sistem pemerintahan di Desa berbentuk pemerintahan masyarakat
atau pemerintahan berbasis masyarakat dengan segala kewenangannya
(authority). Karena adanya kewenangan dan tuntutan dari pelaksanaan
otonomi desa harus ditunjang dengan tersedianya dana yang cukup, karena
pembiayaan atau keuangan merupakan faktor essensial dalam mendukung
penyelenggaraan otonomi desa, seperti halnya pada penyelenggaraan
otonomi daerah. 4
3 PP Nomor 43 Tahun 2014 4Astuti, T.P Dan Yulianto, 2016. Good Governance Pengelolaan Keuangan Desa Menyongsong Berlakunya undang-undang No.6 Tahun 2014. Berkala akuntansi dan keuangan Indonesia, 1(1): 1-14
4
Salah satu poin yang paling krusial dalam Undang-Undang Desa,
adalah terkait alokasi anggaran untuk desa, di dalam penjelasan Pasal 72
tentang Keuangan desa, besaran alokasi anggaran yang peruntukannya
langsung ke Desa ditentukan 10% (sepuluh perseratus) dari dan di luar dana
transfer daerah secara bertahap. Anggaran yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dihitung berdasarkan jumlah desa
dan dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka
kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis. Setiap desa
mendapatkan dana sekitar Rp. 1.4 miliar berdasarkan perhitungan dalam
penjelasan UU desa yaitu, 10 persen dari dana transfer daerah menurut
APBN dan untuk perangkat desa sebesar Rp. 59, 2 triliun, ditambah dengan
dana dari APBD sebesar 10 persen sekitar Rp. 45,4 triliun. Total dana untuk
desa adalah Rp. 104, 6 triliun yang akan dibagi ke 72 ribu desa se
Indonesia.5
Maksud pemberian Dana Desa tersebut adalah sebagai bantuan
stimulan atau dana perangsang untuk mendorong dalam membiayai program
pemerintah desa yang ditunjang dengan partisipasi swadaya gotong royong
masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan
masyarakat, demi meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan
pembangunan desa. Namun demikian, ternyata dalam implementasi
kebijakan dana desa masih menghadapi berbagai permasalahan.
5 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
5
Seiring diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, maka yang menjadi perhatian kita bersama adalah bagaimana
selanjutnya pemerintahan desa mengelola keuangan dan
mempertanggungjawabkannya. Hal tersebut ditindaklanjuti dengan Peraturan
Pemerintah No. 60 tahun 2014 pasal 2 menyatakan bahwa Dana Desa
dikelola secara tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta mengutamakan
kepentingan masyarakat setempat.6
Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan tersebut keefektifan menjadi
salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan dana desa untuk
program atau kegiatan yang sesuai dengan tujuan dana desa. Untuk apa
suatu kebijakan dijalankan apabila tidak efektif dalam membantu mengatasi
berbagai masalah di bangsa ini. Terkhusus masalah yang ada dalam Desa
dimana Desa saat ini merupakan subjek pembangunan dan diberi
kewenangan untuk mengelola sendiri keuangan Desanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat garis kemiskinan di Indonesia
naik 2,78% dari Rp. 344.809 per kapita per bulan pada September 2015
menjadi Rp. 354.386 per kapita perbulan pada Maret 2016. Garis kemiskinan
di perdesaan secara nasional juga naik 3,19% dari Rp. 333.034 per kapita
perbulan pada September 2015 menjadi Rp.343.646 per kapita perbulan
6 PP 60 Tahun 2014
6
pada Maret 2016. Olehnya itu, kemiskinan menjadi masalah utama dalam
pembahasan dana desa tersebut.7
Salah satu daerah kabupaten yang mendapatkan bantuan berupa
dana desa adalah kabupaten Mamuju Tengah. Mamuju tengah memiliki
jumlah 54 desa yang terdiri dari 5 kecamatan. Pada tahun 2018, Kabupaten
mamuju tengah mendapatkan dana desa sebesar Rp. 45.226.000.004
(sumber: PMD Kabupaten Mamuju Tengah). Dengan bantuan dana tersebut
diharapkan pemerintah desa selaku pengelola dituntut agar dapat mengelola
dana tersebut dengan baik. Pemerintah desa harus bersinergi dengan
masyarakat dalam pelaksanaan program atau kegiatan dalam artian bahwa
masyarakat harus berperan aktif agar dapat tercapai kata efektif dan efisien
dalam penggunaan dana desa tersebut. Inilah mengapa penggunaan dana
desa harus dikawal dan diawasi oleh masyarakat desa agar tepat sasaran.
Pengelolaan keuangan Desa tentunya harus dilakukan dengan
manajemen yang baik dan akuntabel karena dana yang masuk ke Desa
bukanlah dana yang kecil, melainkan sangat besar untuk dikelola oleh
sebuah Pemerintahan Desa. Dengan adanya kebijakan Dana Desa tersebut,
maka dimensi manajemen pada pelaksanaan kebijakan Dana Desa tersebut
perlu untuk diterapkan dengan baik karena menurut Nugroho, kebijakan
publik di dalamnya terjadi proses perancangan dan perencanaan;
pelaksanaan melalui berbagai organisasi dan kelembagaan; serta untuk
7 BPS Tahun 2014-2015
7
mencapai hasil yang optimal, maka implementasi kebijakan publik harus
dikendalikan. Dari pemaparan ahli tersebut jelas bahwa implementasi
kebijakan yang baik di dalamnya dipengaruhi oleh proses manajemen yang
baik pula untuk mencapai sesuatu yang diharapkan ketika pelaksanaan
kebijakan sudah berjalan. Selanjutnya, Ramdhani, & Ramdhani (2017)
menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah implementasi atau
penerapan suatu kebijakan melalui program, aktifitas, aksi, atau tindakan
dalam suatu mekanisme yang terikat pada suatu sistem tertentu8
Dana Desa merupakan kebijakan yang baru bagi Desa itu sendiri,
banyak kalangan yang meragukan keberhasilan dari kebijakan ini karena
ketidaksiapan dari Aparatur Pemerintah Desa itu sendiri, terutama dalam
pengelolaan keuangan yang bussiness process-nya hampir sama dengan
tingkat Pemerintah Daerah. Padahal menurut Edward III (dalam Nugroho,
2014) bahwa ketersediaan sumberdaya pendukung, khususnya Sumber
Daya Manusia (SDM) yang cakap menjadi faktor untuk carry out kebijakan
publik yang efektif. Menurut John P (2015) pun berpendapat bahwa
lemahnya sumberdaya menjadi salah satu faktor implementasi kebijakan
tidak efektif dan tidak tepat sasaran yang mengakibatkan pelaksanaan
pembangunan tidak berjalan dengan semestinya. Pemanfaatan pada
dasarnya menunjukan kepada suatu ukuran tingkat kesesuaian antara hasil
8 Nugroho 2014
8
yang dicapai dengan hasil yang diharapkan sebagaimana telah terlebih
dahulu ditetapkan.9
Potensi yang cukup baik di daerah Mamuju Tengah, ditambah lagi
adanya bantuan dana desa, diharapkan dari meningkatnya pendapatan
masyarakat yang akhirnya mampu menyejahterakan kehidupan masyarakat.
Kemudian kita kembali melihat bagaimana hasil dari kerja keras pemerintah
desa dalam mengelola dana tersebut, apakah mampu mempergunakan
bantuan dengan baik dan berdaya guna bagi masyarakat serta tercapainya
tujuan dari dana desa itu sendiri.
Dalam pelaksanaan pemanfaatan Dana Desa tersebut, berdasarkan
wawancara dengan beberapa narasumber dalam studi pendahuluan
penelitian ini, masih mengalami beberapa kendala seperti, lambatnya
pencairan Dana Desa sehingga menghambat program-program
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa serta
minimnya sumber daya manusia yang ahli dalam pelaporan penggunaan
Dana Desa.
Hal tersebut juga di ungkapkan oleh Sekertaris Provinsi Sulbar, bapak
Ismail Zainuddin mengatakan bahwa pengelolaan dana desa juga
dihadapkan pada sejumlah persoalan yang harus segera diselesaikan,
seperti, kurangnya konsistesi regulasi dan sinergitas antara Kementrian
terkait, lemahnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah
9 Jhon P 2015 dan Iskandar 2016
9
provinsi, pemerintah kabupaten dalam hal pembinaan dan pengawasan
terhadap pemerintahan di desa yang mesti dicarikan solusi. 10
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ternyata masih
terdapat berbagai permasalahan dalam penggunaan dana desa. Hal ini
memperlihatkan bahwa berbagai kebijakan dan program pembangunan yang
dirancang secara baik oleh pemerintah ketika diimplementasikan terkadang
pencapaiannya jauh dari apa yang diharapkan. Fakta yang ada menunjukkan
bahwa berbagai kondisi ideal yang tercantum dalam dokumen kebijakan
seperti yang terwujud dalam bentuk Undang–Undang, peraturan pemerintah,
regulasi setingkat menteri dan program pembangunan tahunan yang rutin
ternyata ketika harus berhadapan dengan berbagai realitas lapangan menjadi
“mandeg” atau sulit untuk di realisasikan, sehingga kebijakan tersebut
menjadi kurang efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, Mamuju Tengah merupakan kabupaten kategori muda di
bandingkan kabupaten lain di Sulawesi Barat, masalah lain adalah
perkembangan pembangunan di desa jauh lebih lambat dan berkurang dari
pada dikota, akses pelayanan publik di kota jauh lebih cepat berkembang
daripada di desa dan dengan demikian pelayanan masyarakat semakin
senjang dari waktu ke waktu akan semakin maju tentu saja perubahan itu
ingin diikuti oleh desa. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas
10 cendananews.com
10
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis
Implementasi Kebijakan Dana Desa di Kabupaten Mamuju Tengah ”
1.2. Rumusan Masalah
Semenjak diberlakukannya UU Desa empat tahun terakhir pemerintah
Desa diberi kesempatan dan kewenangan untuk mengelola sendiri keuangan
desa. Hal ini bertujuan untuk dapat meningkatkan pembangunan nasional
melalui pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.
Selanjutnya pemerintah desa membuat program – program yang sesuai
dengan petunjuk prioritas penggunaan dana desa. Kemudian, pemerintah
desa mengimplementasikan program tersebut. Namun dalam kenyataannya,
pengimplementasian suatu kebijakan sering mengalami kesenjangan antara
harapan dan kenyataan. Atas dasar itu, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kemampuan pemerintah desa dalam pengelolaan dana
desa di Kabupaten Mamuju Tengah?
2. Bagaimana pemanfaatan dana desa dalam pelaksanaan
pembangunan desa di Kabupaten Mamuju Tengah?
1.3. Tujuan penelitian
1. untuk menganalisis kemampuan pemerintah desa dalam pengelolaan
dana desa di Kabupaten Mamuju Tengah.
11
2. Untuk menganalisis pemanfaatan dana desa dalam pelaksanaan
pembangunan desa di Kabupaten Mamuju Tengah
1.4. Manfaat Penulisan
1. Memperkaya kajian teoritik dalam pengembangan ilmu pemerintahan,
terutama yang berkaitan dengan studi tentang pemerintahan desa,
khususnya dalam aspek pengelolaan keuangan desa. Selain itu
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para
peneliti lain yang berminat untuk melakukan pengembangan kajian,
khususnya dalam hal studi tentang masalah-masalah pemerintahan
desa.
2. Memberikan kontribusi kepada Pemerintah Kabupaten Mamuju
Tengah untuk menemukan berbagai permasalahan yang terjadi di
lingkungan pemerintah desa, khususnya yang berkaitan dengan
pengelolaan dana desa, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan dan perumusan berbagai kebijakan
yang terkait dengan pembangunan desa.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini akan diuaraikan berbagai konsep-konsep yang disesuaikan
berdasarkan topik, judul dan fokus penulisan. Konsep-konsep ini menjadi
landasan atau kerangka berpikir dalam perumusan pelaksanaan studi, kajian,
dan penelitian yang dilakukan.
2.1. Konsep Analisis
Analisis merupakan salah satu hal yang penting dalam menentukan
suatu kebijakan, sebab dalam pelaksanaan dan penentuan suatu kebijakan
tanpa adanya suatu analisis, maka tolak ukur dalam menentukan tingkat
keberhasilannya tentunya akan sangat sulit menilainya.
The Liang Gie, memberi pengertian analisis dengan menyatakan
bahwa :
“analisis merupakan segenap rangkaian pikiran yang menelaah sesuatu hal secara mendalam, terutama mempelajari bagian-bagian dari suatu kebulatan untuk mengetahui diri masing-masing bagian, hubungan satu sama lainnya dan peranannya dalam keseluruhan yang bulat itu”.11 Kemudian dalam Kamus Bahasa Indonesia, definisi kata analisis
mengandung arti penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,
perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yg sebenarnya (sebab-musabab,
duduk perkaranya, dan sebagainya).
11 The Liang Gie, Administrasi Perkantoran Modern, Andi Offset, Yogyakarta, 1989, Hal 26-27.
13
Menurut penulis yang terpenting adalah aspek fungsi dari sebuah
analisis dalam suatu hal sangat urgent dalam menentukan suatu
kebijaksanaan terutama mengenai tindak lanjut pembangunan karena dalam
mengambil keputusan peran analisis sangat berarti. Oleh karena itu, dalam
analisis yang diperlukan adalah kesimpulan, dimana dapat digunakan
sebagai pegangan terhadap pelaksanaan tindakan.
2.2. Konsep Kebijakan
Istilah kebijakan/kebijaksanaan muncul dalam waktu dan konteks
yang berlainan sehingga menimbulkan keragaman istilah tertentu Laswell
dan Kaplan dalam Islamy (1991), mengemukakan pendapatnya mengenai
kebijaksanan
“ policy as projected of good, values and practices “( Kebijaksanan sebagai suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek praktek yang terarah). Dengan demikian kebijaksanaan diartikan sebagai sekumpulan tindakan-tindakan individu, kelompok, pemerintah/ swasta, baik yang sengaja dilakukan maupun ketidakmampuan untuk bertindak secara sengaja yang diarahkan pada pemecahan masalah yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang telah digariskan12.
Berdasarkan pengertian kebijakan tersebut, penulis mengartikan
bahwa kebijakan adalah sebuah keputusan yang di lakukan seseorang atau
sekelompok orang (Pemerintah) untuk di ikuti dan dipatuhi serta dapat
memepengaruhi banyak orang dalam setiap keputusan dan tindakannya
guna memecahkan permasalahan tertentu di tengah masyarakat.
12 Irfan Islamy, Materi Pokok Kebijakan Publik, Karunika, 1991, Hal.16.
14
2.3. Analisis Kebijakan
E.S Quade di dalam buku Analisis kebijakan Publik, mendifiniskan
analisis kebijakan adalah :
“ Suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga dapat memberi landasan dari para pembuat kebijakan dalam membuat keputusan dalam analisa kebijakan, kata analis digunakan dalam pengertian yang paling umum, termasuk penggunaan intuisi dan pengungkapan pendapat dan mencakup tidak hanya pengujian kebijakan dengan memilah-milahkannya ke dalam sejumlah komponen tetapi juga perancangan dan sintesa alternatif-alternatif baru. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dapat direntangkan mulai penelitian untuk menjelaskan atau memberikan pandangan-pandangan terhadap isu-isu atau masalah-masalah yang terantisipatif sampai mengevaluasi suatu program yang lengkap. Beberapa analisis kebijakan bersifat informal, meliputi tidak lebih proses berfikir yang keras dan cermat , sementara yang lainnya memerlukan pengumpulan data yang ekstensif dan penghitungan yang teliti dengan menggunakan proses matematis yang canggih “.13 Selain itu menurut William Dunn, pengertian analisis kebijakan :
“Analisis kebijakan merupakan suatu alat untuk mensintesakan informasi untuk dipakai dalam merumuskan alternatif dan preferensi kebijakan yang dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam bahasa kuantitatif dan kualitatif sebagai landasan atau penuntun dalam pengambilan keputusan kebijakan secara konseptual tidak termasuk menggumpulkan informasi.”14
2.4. Bentuk-bentuk Analisis Kebijakan
William Dunn, dalam bukunya yang berjudul Pengantar Analisis
kebijakan mengelompokkan bentuk-bentuk Analisis Kebijakan sebagai
berikut :
13 William N Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1999, hal 96. 14 Ibid, Hal 118
15
a. Analisis Kebijakan Prospektif
berupa produksi dan transpormasi informasi sebelum aksi kebijakan
dimulai dan diimplementasikan cenderung mencari cara beroprasinya para
ekonom , analis sistem dan peneliti operasi.
b. Analisis kebijakan Retrosfektif
Analisis ini dijelaskan sebagai penciptaan dan transpormasi informasi
sesudah aksi kebijakan dilakukan, mencakup berbagai tipe kegiatan yang
dikembangkan oleh tiga kelompok analis :
1. Analis yang berorientasi pada disiplin, sebagian besar terdiri dari para
ilmuwan politik dan sosiologi, yang mengembangkan dan menguji teori
yang menerangkan sebab-sebab dan konsekwensi kebijakan.
2. Analis yang berorientasi pada masalah ( Problem –Orentid analyst )
Kelompok ini sebagian besar berusaha menerangkan sebab-sebab
dan konsekwensi kebijakan, tetapi kurang menaruh perhatian pada
pada pengembangan dan pengujian teori yang dianggap penting
dalam ilmu sosial.
3. Analis yang berorientasi pada aplikasi ( Aplication-orented)kelompok
analis yang umumnya dari Imuwan Politik, Sosiologi, pekerja sosial
dan Administarsi Publik dan Penelitian Evaluasi. Berusaha
menerangkan sebab-sebab dan konsekwensi kebijakan-kebijakan dan
program publik, tetapi tidak menaruh perhatian pada pengembangan
dan pengujian teori-teori dasar. lebih jauh tidak hanya menaruh
perhatian pada variabel-variabel kebijakan tetapi juga melakukan
16
identifikasi tujuan dan sasaran kebijakan publik dari para pembuat
kebijakan dan pelaku kebijakan.
c. Analisis Kebijakan yang Terintegrasi
Mengkombinasikan gaya operasi para praktisi yang menaruh
perhatian pada penciptaan dan transpormasi informasi sebelum dan sesudah
tindakan kebijakan diambil. Menuntut para analis setiap saat terus menerus
mentranspormasikan dan mengahasilkan informasi. Kegiatan analis ini
berulang-ulang terus menerus tanpa ujung sebelum masalah kebijakan yang
memuaskan ditemukan”15.
Dari beberapa bentuk analisis kebijakan yang ada, penulis
berkecendrungan untuk terlibat dalam analisis Kebijakan retrosfektif yang
berorientasi pada aplikasi dimana penulis menekankan pada pengelolaan
dari kebijakan dan dampak yang dimunculkan dari kebijakan tersebut.
2.5. Konsep pengelolaan
Secara umum pengelolaan merupakan kegiatan merubah sesuatu
hingga menjadi baik berat memiliki nilai-nilai yang tinggi dari semula.
Pengelolaan dapat juga diartikan sebagai untuk melakukan sesuatu agar
lebih sesuai serta cocok dengan kebutuhan sehingga lebih bermanfaat.
Nugroho, mengemukakan bahwa :
“Pengelolaan merupakan istilah yang dipakai dalam ilmu manajemen. Secara etomologi istilah pengelolaan berasal dari kata kelolah. (to
15 William N Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1999, hal 117-124.
17
manage) dan biasanya merujuk pada proses mengurus atau menangani sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu”16. Jadi pengelolaan merupakan ilmu manajemen yang berhubungan
dengan proses mengurus dan menangani sesuatu untuk mewujudkan tujuan
tertentu yang ingin dicapai.
Selanjutnya mengenai pengertian pengelolaan, Pamudji
mengemukakan sebagai berikut :
“Perkataan pengelolaan berasal dari kata .kelola. yang berarti sama dengan mengurus. Jadi pengelolaan diartikan sebagai pengurusan yaitu merubah nilai-nilai yang lebih tinggi, dengan demikian pengelolaan juga mengandung makna sebagai pembaharuan, yaitu melakukan usaha-usaha untuk membuat sesuatu lebih sesuai atau cocok dengan kebutuhan menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat”17. Pendapat Pamudji di atas mengenai pengelolaan terlihat menitik-
beratkan pada dua faktor penting yaitu :
a. Pengelolaan sebagai pembangunan yang merubah sesuatu sehingga
menjadi baru dan memiliki nilai yang lebih tinggi.
b. Pengelolaan sebagai pembaharuan yaitu usaha untuk memelihara
sesuatu agar lebih cocok dengan kebutuhan-kebutuhan.
Selanjutnya, Admosudirjo mendefinisikan bahwa: “Pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan semua faktor sumber daya yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk menyelesaikan suatu tujuan tertentu”18.
16 Riant Nugroho, Public Policy, Gramedia, Jakarta, 2009, 119. 17 S.Pamudji, Kepemimpinan Pemerintahan Di Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1985, Hal 7. 18 Admosudirjo, Sistem Informasi Manajemen, 2005, Hal 160.
18
Berdasarkan pengertian di atas, Admosudirjo menitikberatkan
pengelolaan pada proses mengendalikan dan memanfaatkan semua faktor
sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat.
Sedangkan Terry, mengemukakan bahwa Pengelolaan sama dengan
manajemen sehingga pengelolahan difahami sebagai suatu proses
membeda-bedakan atas perencanaan, pegorganisasian, penggerakan dan
pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni agar dapat
menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya19.
Pengelolaan atau yang sering disebut manajemen pada umumnya
sering dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas dalam organisasi berupa
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, pengarahan, dan
pengawasan. Istilah manajemen berasal dari kata kerja “to manage” yang
berarti menangani, memimpin, membimbing, atau mengatur. Sejumlah ahli
memberikan batasan bahwa manajemen merupakan suatu proses, yang
diartikan sebagai usaha yang sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan.
Proses ini merupakan serangkaian tindakan yang berjenjang, berlanjut dan
berkaitan dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.6. Konsep dan Teori implementasi Kebijakan
Secara sederhana, implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau
penerapan. Menurut Browne dan Wildaysky, implementasi adalah perluasan
19 George R Terry ,Prinsip-Prinsip Manajemen Cetakan 10, PT.Bumi Aksara, Jakarta, 2009, Hal 9.
19
aktivitas yang saling menyesuaikan. Kamus Webster, merumuskan secara
pendek bahwa to implement (mengimplementasikan), berarti to provide the
means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu),
to give practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu).
Untuk kebijakan yang mikro, implementasi hanya melibatkan satu badan
yang berfungsi sebagai implementor, misalnya, kebijakan komite sekolah
untuk mengubah metode pengajaran guru dikelas. Sebaliknya untuk
kebijakan makro, misalnya, kebijakan pengurangan kemiskinan di pedesaan,
maka usaha-usaha implementasi akan melibatkan berbagai institusi, seperti
birokrasi kabupaten, kecamatan dan pemerintah desa.
Tahapan implementasi sebuah kebijakan merupakan tahapan yang
krusial, karena tahapan ini menentukan keberhasilan sebuah kebijakan.
Tahapan implementasi perlu dipersiapkan dengan baik pada tahap
perumusan dan pembuatan kebijakan.
Implementasi sebuah kebijakan secara konseptual bisa dikatakan
sebagai sebuah proses pengumpulan sumber daya (alam, manusia maupun
biaya) dan diikuti dengan penentuan tindakan-tindakan yang harus diambil
untuk mencapai tujuan kebijakan. Rangkaian tindakan yang diambil tersebut
merupakan bentuk transformasi rumusan-rumusan yang diputuskan dalam
kebijakan menjadi pola-pola operasional yang pada akhirnya akan
menimbulkan perubahan sebagaimana diamanatkan dalam kebijakan yang
telah diambil sebelumnya. Hakikat utama implementasi adalah pemahaman
atas apa yang harus dilakukan setelah sebuah kebijakan diputuskan.
20
Tahapan ini tentu saja melibatkan seluruh stake holder yang ada, baik
sektor swasta maupun publik secara kelompok maupun individual.
Implementasi kebijakan meliputi tiga unsur yakni tindakan yang diambil oleh
badan atau lembaga administratif; tindakan yang mencerminkan ketaatan
kelompok target serta jejaring sosial politik dan ekonomi yang mempengaruhi
tindakan para stake holder tersebut. Interaksi ketiga unsur tersebut pada
akhirnya akan menimbulkan dampak, baik dampak yang diharapkan maupun
dampak yang tidak diharapkan.
Keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak
variabel atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling
berhubungan satu sama lain. untuk memperkaya pemahaman kita tentang
berbagai variabel yang terlibat didalam implementasi, maka dari itu ada
beberapa teori implementasi kebijakan yang lazim dugunakan dalam
berbagai kajian, antara lain:
• Teori George C.Edwards III (1980)
Dalam pandangan George C. Edwards III (1980) dalam buku dasar-
dasar kebijakan publik, Leo Agustino (2008:149) keberhasilan implementasi
kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni: (1) komunikasi, (2)
sumberdaya, (3) disposisi, dan (4) struktur birokrasi. Keempat variabel
tersebut juga saling berhubungan satu sama lain.
1. Komunikasi
Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor
mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan
21
sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target
group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan
sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali
oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari
kelompok sasaran.
2. Sumber daya
Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan
konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk
melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya
tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi
implementor dan sumber daya finansial.sumberdaya adalah faktor penting
untuk implementasi kebijakan agar efektif. Tanpa sumber daya, kebijakan
hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja.
3. Disposisi
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki implementor.
apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan
menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh
pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang
berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan
juga menjadi tidak efektif. berbagai pengalaman pembangunan dinegara-
negara dunia ketiga menunjukkan bahwa tingkat komitmen dan kejujuran
aparat rendah. Berbagai kasus korupsi yang muncul di negara-negara dunia
ketiga, seperti indonesia adalah contoh konkrit dari rendahnya komitmen dan
22
kejujuran aparat dalam mengimplementasikan program-program
pembangunan.
4. Struktur birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah
satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya
prosedur operasi yang (standard operating procedures atau SOP). SOP
menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Struktur
organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan
dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan
kompleks. Ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak
fleksibel.
• Teori Merilee S. Grindle (1980)
Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle (1980) dalam
buku dasar-dasar kebijakan publik, Leo Agustino (2008:154) dipengaruhi oleh
dua variabel besar, yakni isi kebijakan dan lingkungan implementasi.
variabel isi kebijakan ini mencakup:
1. Sejauh mana kepentingan kelompok atau target groups termuat dalam
isi kebijakan.
2. Jenis manfaat yang diterima oleh target groups.
3. Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari kebijakan.
4. Apakah letak sebuah program sudah tepat.
23
5. Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan
rinci.
6. Apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai.
Sedangkan variabel lingkungan kebijakan mencakup beberapa
hal :
a. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki
oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.
b. Karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa.
c. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.
• Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983)
Mazmanian dan Sabatier (1983) dalam buku Leo Agustino (2008:139)
mendefenisikan implementasi kebijakan sebagai :
“Pelaksanan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya “. Menurut Mazmanian dan Sabatier, ada tiga kelompok variabel yang
mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni:
1. Karakteristik dari masalah
a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan. Di satu pihak
ada beberapa masalah sosial secara teknis mudah dipecahkan, dipihak
lain terdapat masalah-masalah sosial yang relatif sulit dipecahkan,
seperti kemiskinan, pengangguran, korupsi, dan sebagainya. Oleh
24
karena itu, sifat masalah itu sendiri akan memengaruhi mudah tidaknya
suatu program diimplementasikan.
b. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran. Ini berarti bahwa suatu
program akan relatif mudah diimplementasikan apabila kelompok
sasarannya heterogen, maka implementasi program akan relatif lebih
sulit, karena tingkat pemahaman setiap anggota kelompok sasaran
terhadap program relatif berbeda.
c. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi.sebuah program
akan relatif sulit implementasikan apabila sasaranya mencakup semua
populasi. Sebaliknya sebuah program relatif mudah diimplementasikan
apabila jumlah kelompok sasarannya tidak terlalu besar.
d. Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan. Sebuah program yang
bertujuan memberikan pengetahuan atau bersifat kognitif akan relatif
mudah diimplementasikan daripada program yang bertujuan untuk
mengubah sikap dan prilaku masyarakat.
2. Karakteristik kebijakan/undang-undang
a. Kejelasan isi kebijakan. Ini berarti semakin jelas dan rinci isi sebuah
kebijakan akan mudah diimplementasikan karena implementor mudah
memahami dan menterjemahkan dalam tindakan nyata.
b. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis.kebijakan
yang memiliki dasar teoritis memiliki sifat lebih mantap karena sudah
teruji, walaupun untuk beberapa lingkungan sosial tertentu perlu ada
modifikasi.
25
c. Besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap kebijakan tersebut.
d. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai
institusi pelaksana.kegagalan program sering disebabkan kurangnya
koordinasi vertikal dan horizontal antarinstansi yang terlibat dalam
implementasi program.
e. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana.
f. Tingkat komitmmen aparat terhadap tujuan kebijakan
g. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi
dalam implementasi kebijakan. Suatu program yang memberikan
peluang luas bagi masyarakat untuk terlibat akan relatif mendapat
dukungan daripada program yang tidak melibatkan masyarakat.
3. Variabel lingkungan
a. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tigkat kemajuan teknologi.
Masyarakat yang sudah terbuka dan terdidik akan relatif mudah
menerima program-program pembaruan dibanding dengan
masyarakat yang masih tertutup dan tradisional.demikian juga,
kemajuan teknologi akan membantu dalam proses keberhasialan
implementasi program, karena program-program tersebut dapat
disosialisasikan dan diimplementasikan dengan bantuan teknologi
modern.
b. Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan. Kebijakan yang
memberikan insentif biasanya mudah mendapatkan dukungan publik.
26
Sebaliknya kebijakan yang bersifat dis-intsentif, seperti kenaikan BBM,
atau kenaikan pajak akan kurang mendapatkan dukungan publik.
c. Sikap dari kelompok pemilih (constituency groups) kelompok pemilih
yang ada dalam masyarakat dapat memengaruhi implementasi
kebijakan melalaui berbagai cara antara lain:
i. Kelompok pemilih dapat melakukan intervensi terhadap keputusan
yang dibuat badan-badan pelaksana melalui berbagai komentar
dengan maksud untuk mengubah keputusan.
ii. Kelompok pemilih dapat memiliki kemampuan untuk memengaruhi
badan-badan pelaksana secara tidak langsung melalui kritik yang
dipublikasikan terhadap kinerja badan-badan pelaksana, dan
membuat pertanyaan yang ditujukan kepada badan legislatif.
d. Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor.
Pada akhirnya, komitmen aparat pelaksana untuk merealisasikan
tujuan yang telah tertuang dalam kebijakan adalah variabel yang
paling krusial. Aparat badan pelaksana harus memiliki keterampilan
dalam membuat prioritas tujuan dan selanjutnya merealisasikan
prioritas tujuan tersebut.
Enam variable yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni:
1. Standar dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan
harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir.
2. Sumberdaya. Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya
baik sumberdaya manusia (human resources) maupun sumberdaya
27
non-manusia (non-human resourse). Keberhasilan proses
implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan
memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan
sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan
proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses
implementasi menuntut adanya sumberdaya manusia yang
berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh
kebijakan yang telah ditetapkan. Tetapi ketika kompetensi dan
kapabilitas dari sumber-sumberdaya itu nihil, maka kinerja kebijakan
publik sangat sulit untuk diharapkan.
3. Komunikasi antar Organisasi. Dalam banyak program, implementasi
sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan intansi lain.
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam
implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi
diantara pihak-pihak yang terkait dalam proses implementasi,
kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi.
4. Karakteristik agen pelaksana. Yang dimaksud karakteristik agen
pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan
pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu
akan memengaruhi implementasi suatu program.
5. Lingkungan eksternal. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang
tidak kondusif dapat menjadi kegagalan dari kinerja implementasi
28
kebijakan. Dengan kata lain, lingkungan eksternal yang kondusif
dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan.
6. Sikap/Kecenderungan (Disposition) para pelaksana. Sikap
penerimaan atau penolakan dari pelaksana akan sangat banyak
mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi
kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena
kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga
setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan yang
mereka rasakan.
Tahapan implementasi kebijakan
Tahapan dari implementasi kebijakan merupakan tahapan yang
krusial, karena tahapan ini menentukan keberhasilan sebuah kebijakan.
Dalam buku Dr.H.Faried Ali SH., MS studi tentang kebijakan pemerintah
(2010:18-19). Tahapan implementasi kebijakan yang menempatkan
kebijakan dalam pengaruh berbagai faktor dalam rangka pelaksanaan
kebijakan itu sendiri. Disini akan dapat dipahami, bagaimana kinerja dari
suatu kebijakan, bagaimana isi yang berinteraksi dengan kelompok sasaran
dan bagaimana sejumlah faktor yang berasal dari lingkungan (politik, sosial
dan lain-lainnya) berpengaruh pada pelaksanaan kebijakan. Terhadap
berbagai faktor dalam implementasi kebijakan, wibawa (1994:39)
memberikan gambaran dalam bentuk bagan atas determinan kinerja
implementasi kebijakan. Dijelaskan bahwa ada 4 (empat) faktor yang saling
berinteraksi yang berfokus pada kinerja kebijakan, faktor tersebut secara
29
berturut-turut adalah: 1) isi kebijakan, 2) political will, 3) karakteristik
kelompok sasaran, dan 4) dukungan lingkungan.
2.7. Konsep Desa
Secara etimologi kata Desa berasal dari bahasa Sansekerta,
deca yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif
geografis, Desa atau village diartikan sebagai “a groups of hauses or shops
in a country area, smaller than a town”. Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengurus rumah
tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui
dalam pemerintahan nasional dan berada di daerah Kabupaten. 20
Desa dalam pengertian umum adalah sebagai suatu gejala yang
bersifat universal, terdapat dimana pun di dunia ini, sebagai suatu komunitas
kecil, yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal (secara
menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan yang terutama yang
tergantung pada sektor pertanian. Pengertian Desa secara umum lebih
sering dikaitkan dengan Pertanian menurut Egon E. Bergel adalah setiap
pemukiman para petani (peasants). Sebenarnya, faktor pertanian
bukanlah ciri yang harus melekat pada setiap desa. Ciri utama yang terlekat
pada setiap desa adalah fungsinya sebagai tempat tinggal (menetap) dari
suatu kelompok masyarakat yang relatif kecil, sementara itu menurut
Raharjo, bahwa Sekitar 65 persen dari total penduduk indonesia (220 juta
20 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
30
jiwa), yaitu sebanyak 143 juta bermukim di daerah pedesaan, yang
mempunyai mata pencaharian utama pada sektor pertanian dalam arti luas
(meliputi sub-sub sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan,
perikanan, dan kehutanan).21
Sedangkan Koentjaraningrat, memberikan pengertian tentang desa
melalui pemilahan pengertian komunitas dalam dua jenis, yaitu komunitas
besar (seperti: kota, negara bagian, negara) dan komunitas kecil
(seperti: desa, rukun tetangga dan sebagainya). Dalam hal ini
Koentjaraningrat mendefinisikan desa sebagai komunitas kecil yang menetap
di suatu tempat. 22
Koentjaraningrat tidak memberikan penegasan bahwa komunitas
desa secara khusus tergantung pada sektor pertanian. Dengan kata
lain artinya bahwa masyarakat desa sebagai sebuah komunitas kecil itu
dapat saja memiliki ciri-ciri aktivitas ekonomi yang beragam, tidak di sektor
pertanian saja. Selanjutnya, menurut Landis H, seorang sarjana sosiologi
perdesaan dari Amerika Serikat, mengemukakan definisi tentang Desa
dengan cara membuat tiga pemilahan berdasarkan pada tujuan analisis
yaitu untuk tujuan analisis statistik, Desa didefinisikan sebagai suatu
lingkungan yang penduduknya kurang dari 2500 orang, Untuk tujuan analisa
sosial-psikologi, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang
penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan serba informal diantara
21 Egon E. Bergel (1955: 121) 22 Koentjaraningrat (1977 : 162)
31
sesama warganya. Sedangkan untuk tujuan analisa ekonomi, Desa
didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya tergantung
kepada pertanian.23
Desa menurut Widjaja H.A.W. dalam bukunya yang berjudul
Otonomi Desa menyatakan bahwa Desa adalah sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-
usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai
Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli,
demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.24
Desa menurut Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang
Desa mengartikan bahwa Desa adalah desa dan desa adat atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. 25
Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-
usul Desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan
Desa dapat berupa penggabungan beberapa Desa, atau bagian Desa yang
23 menurut Landis H. (2012 :12-13) 24 Widjaja H.A.W. (2012 : 3) 25 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
32
bersandingan, atau pemekaran dari satu Desa menjadi dua Desa atau lebih,
atau pembentukan Desa di luar Desa yang telah ada. Pembentukan Desa
tidak semata-mata sesuai dengan keinginan perangkat Desa yang
berwenang mengatur keseluruhan kegiatan di Desa, seperti halnya dengan
pembentukan atau pendirian organisasi baru, pembentukan Desa pun harus
memenuhi aturan-aturan yang ada, berikut landasan hukum pembentukan
Desa adalah Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa dan diatur
lebih lanjut dalam PP No 43 tahun 2014 yang telah direvisi menjadi PP No 47
tahun 2015 tentang peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun
2014.
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 pembetukan Desa harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Batas usia Desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun
terhitung sejak pembentukan;
b. Jumlah penduduk sebagaimana diatur pada pasal 8 ayat (3) b;
c. Wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antar
wilayah;
d. Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup
bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat Desa;
e. Memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber
daya manusia, dan sumber daya ekonomi pendukung;
33
f. Batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta
Desa yang telah ditetapkan dalam peraturan
Bupati/Walikota;
g. Sarana dan prasarana bagi Pemerintahan Desa dan
pelayanan publik dan tersedianya dana operasional,
penghasilan tetap,dan tunjangan lainnya bagi perangkat
Pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. 26
Landasan hukum yang menjadi latar belakang pembentukan suatu
Desa, ada hal lain yang harus dilengkapi juga yaitu unsur-unsur Desa. Dalam
hal ini, yang dimaksud dengan unsur-unsur Desa adalah komponen-
komponen pembentuk Desa sebagai satuan ketatanegaraan. Komponen-
komponen tersebut adalah :
a. Wilayah Desa, merupakan wilayah yang menjadi bagian dari
wilayah kecamatan
b. Penduduk atau masyarakat Desa, yaitu mereka yang bertempat
tinggal di Desa selama beberapa waktu secara berturut-turut.
c. Pemerintahan, adalah suatu system tentang pemerintah sendiri
dalam arti dipilih sendiri oleh penduduk desa yang nantinya akan
bertanggung jawab kepada rakyat Desa.
26 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
34
d. Otonomi, adalah sebagai pengatur dan pengurus rumah tangga
sendiri.
Desa memiliki wewenang sesuai dengan yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa:
a. kewenangan berdasarkan hak asal usul;
b. kewenangan lokal berskala Desa;
c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan
d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Landasan dan unsur-unsur Pemerintah Desa merupakan salah satu
dari beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah Desa dalam
penyelenggaraan pemerintahannya, keseluruhan merupakan aturan atau
dasar ideal pelaksanaan pemerintahan Desa. Otonomi daerah yang
diterapkan membantu pemerintah Desa dalam melakukan improvisasi kinerja
dan program-program yang telah di tentukan bisa dijalankan dengan
maksimal. Otonomi tersebut memberi peranan seutuhnya pada pemerintah
Desa dalam mengatur rumah tangga sendiri dengan tetap berpegang teguh
pada kearifan lokal yang dimiliki masyarakat tersebut, karena masyarakat
adalah unsur yang paling mendasar terciptanya Desa yang merupakan
pemerintahan yang paling terkecil.
35
2.8. Konsep Pemerintah
2.8.1 Pengertian Pemerintah
Secara etimologi kata pemerintah berasal dari kata “perintah” yang
kemudian mendapat imbuhan “pe” menjadi kata “pemerintah” yang berarti
badan atau organ elit yang melakukan pekerjaan mengurus suatu negara.
sedangkan dalam arti sempit pemerintah berarti perkumpulan orang yang
memiliki kebijakan tersendiri mengelolah, memanage, serta mengatur
jalannya suatu proses atau sistem pemerintahan. Atau dapat juga berarti
sekumpulan orang yang secara bersama-sama memikul tanggung jawab
terbatas untuk menggunakan kekuasaan.27
Istilah pemerintah diartikan dengan perbuatan (cara, hal urusan dan
sebagainya) memerintah. Dalam kata dasar “perintah” paling sedikit ada
empat unsur penting yang terkandung didalamnya, yaitu sebagai berikut :
a. Ada dua pihak, yaitu yang memerintah disebut pemerintah dan yang
diperintah disebut rakyat atau masyarakat.
b. Pihak yang mewakili kewenangannya dan legitimasi untuk mengatur
dan mengurus rakyatnya.
c. Hak yang diperintah memiliki keharusan untuk taat kepada
pemerintah yang sah.
27 Drs. Inu Kencana Kepemimpinan pemerintahan Indonesia
36
d. Antara pihak yang memerintah terdapat hubungan timbal balik28
2.8.2 Pemerintahan Desa Perspekrif Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa
Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada
pada masyarakat untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan
desa tersebut. Dalam pelaksanaan hak, kewenangan dan kebebasan dalam
penyelenggaraan otonomi desa harus tetap menjunjung nilai-nilai
tanggungjawab terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
menekankan bahwa desa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa
dan negara Indonesia. Pelaksanaan hak, wewenang dan kebebasan otonomi
desa menuntut tanggungjawab untuk memelihara integritas, persatuan dan
kesatuan bangsa dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
tanggungjawab untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang dilaksanakan
dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku.29
Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
28 Sri Soemantri, 1976 : 17 29 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Widjaja, 2003:66
37
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1). Pemerintahan Desa
merupakan bagian dari pemerintahan Nasional yang penyelenggaraannya
ditujukan pada pedesaan. Pemerintahan Desa adalah suatu proses dimana
usaha-usaha masyarakat desa yang bersangkutan dipadukan dengan usaha-
usaha pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
Menurut ketentuan umum Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang
disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa. Sedangkan Pemerintah Desa adalah
Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Dan pemeritahan Desa
adalah Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan desa diselenggarakan oleh
pemeritah desa, yakni Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan
yang dibantu oleh perangkat desa atau yang disebut dengan nama lain.
Kewenangan desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa.
38
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Pasal 26 Ayat 1 Kepala Desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan
desa, melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa,
dan pemberdayaan masyarakat desa. Kewenangan yang di miliki kepala
desa adalah melaksanakan tugas, Kepala Desa berwenang:
a. memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa
b. mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa
c. memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa
d. menetapkan Peraturan Desa
e. menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
f. membina kehidupan masyarakat Desa
g. membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa
h. Membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta
mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala
produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat
Desa
i. Mengembangkan sumber pendapatan desa
j. mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan
negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa
k. mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa
l. memanfaatkan teknologi tepat guna
m. mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif
39
n. mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk
kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, dan
o. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. (Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Pasal 26 Ayat 2)
Berdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh kepala desa, maka
secara hukum memiliki tanggung jawab yang besar, untuk efektif harus ada
pendelegasian kewenangan kepada para pembantunya atau memberikan
mandat. Oleh karena itu dalam melaksanakan kewenangan Kepala berhak:
a. mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah
Desa
b. mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa
c. menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan
penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan
kesehatan
d. mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang
dilaksanakan
e. memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya
kepada perangkat Desa. (Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Pasal 26 Ayat 3)
40
Pemerintahan Desa mempunyai wewenang untuk mengurus dan
mengatur pemerintahan desa. Mempunyai unsur penyelenggara
pemerintahan desa. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Pasal 1 angka 4, yakni Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut
dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan
yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 55 menyebutkan bahwa Badan
Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi:
a. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa
bersama Kepala Desa
b. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa, dan
c. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.
Penyelenggaraan pemerintah desa dalam membuat dan mengelola
APBDes harus memenui asas Trasparasi, Akuntabilitas dan Parsitipasi. Oleh
karena itu di sebutkan juga menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa Pasal 24 menyebutkan bahwa: Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa berdasarkan asas:
a. kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan,
kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
41
b. tertib penyelenggaraan pemerintah adalah asas yang menjadi
landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam
pengendalian penyelenggara Pemerintahan Desa.
c. tertib kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan
kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif,
dan selektif.
d. Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan
tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa
dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
e. Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
f. Profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
g. Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat Desa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
42
h. Pemanfaatan dan efisiensi adalah asas yang menentukan
bahwa setiap kegiatan yang dilaksanakan harus berhasil
mencapai tujuan yang diinginkan masyarakat Desa. Sedangkan
yang di maksud “efisiensi” adalah asas yang menentukan
bahwa setiap kegiatan yang dilaksanakan harus tepat sesuai
dengan rencana dan tujuan.
i. kearifan lokal adalah asas yang menegaskan bahwa di dalam
penetapan kebijakan harus memperhatikan kebutuhan dan
kepentingan masyarakat Desa.
j. Keberagaman adalah penyelenggaraan Pemerintahan Desa
yang tidak boleh mendiskriminasi kelompok masyarakat tertentu
k. Partisipatif penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang
mengikutsertakan kelembagaan Desa dan unsur masyarakat
Desa.
2.9. Pemanfaatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Manfaat mempunyai arti
proses untuk mendapatkan hasil, sedangakan pemanfaatan adalah proses
keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang
melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Pemanfaatan pada
dasarnya menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, sering atau senantiasa
dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan
diantara keduanya. Manfaat adalah suatu keadaan yang menunjukkan sejauh
43
mana rencana dapat tercapai. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai,
semakin efektif pula kegiatan tersebut, sehingga kata Pemanfaatan dapat
juga diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu
cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.30
Menurut Sondang, manfaat adalah pengunaan manfaatan sumber daya,
sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang
dijalankannya. Pemanfaatan menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai
tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin
mendekati sasaran, berarti makin tinggi Pemanfaatan nya. Sejalan dengan
pendapat tersebut, Abdurahmat dalam Othenk menegaskan, bahwa
pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu
yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah
pekerjaan tepat pada waktunya. Dapat disimpulkan bahwa Pemanfaatan
berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan,
ketepatan waktu, dan partisipasi aktif dari anggota serta merupakan
keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat
kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai.31
30 Kamus Besar Bahasa Indonesia 31 Sondang dalam Othenk (2008: 4)
44
2.10. Dana Desa
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang
diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Dalam Peraturan Pemerintah disebutkan pula bahwa pengalokasian Dana
Desa dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan dengan
memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan
tingkat kesulitan geografis32
Dana Desa digunakan untuk mendanai pelaksanaan kewenangan
berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa yang diatur
dan diurus oleh desa. Menurut Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan
APBN fokus penting dari penyaluran dana ini lebih terkait pada implementasi
pengalokasian Dana Desa agar bisa sesempurna gagasan para inisiatornya.
Skenario awal Dana Desa ini diberikan dengan mengganti program
pemerintah yang dulunya disebut PNPM, namun dengan berlakunya Dana
Desa ini, dapat menutup kesempatan beberapa pihak asing untuk
menyalurkan dana ke daerah di Indonesia dengan program-program yang
sebenarnya juga dapat menjadi pemicu pembangunan daerah. 33
32 Tim UJDIH BPK, 2015: 2 33 Thomas. 2013. Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Upaya Meningkatkan Pembangunan di Desa Sebawang Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung. eJournal Pemerintahan Integratif, 1 (1): 51-64.
45
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa, Pemerintah akan mengalokasikan Dana Desa, melalui mekanisme
transfer kepada Kabupaten/Kota. Berdasarkan alokasi dana tersebut, maka
tiap Kabupaten/Kota mengalokasikannya ke pada setiap desa berdasarkan
jumlah desa dengan memperhatikan jumlah penduduk (30%), luas wilayah
(20%), dan angka kemiskinan (50%). Hasil perhitungan tersebut disesuaikan
juga dengan tingkat kesulitan geografis masing-masing desa. Alokasi
anggaran sebagaimana dimaksud di atas, bersumber dari belanja pusat
dengan mengefektifkan program yang berbasis desa secara merata dan
berkeadilan. Besaran alokasi anggaran yang peruntukannya langsung ke
desa ditentukan 10% (sepuluh perseratus) dari dan di luar dana transfer
daerah (on top) secara bertahap. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 60
Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber dari APBN, dengan
luasnya lingkup kewenangan desa dan dalam rangka mengoptimalkan
penggunaan Dana Desa, maka penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk
membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Mekanisme
penyaluran Dana Desa terbagi menjadi 2 (dua) tahap yakni tahap mekanisme
transfer APBN dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas
Umum Daerah (RKUD) dan tahap mekanisme transfer APBD dari RKUD ke
kas desa. Penyaluran Dana Desa tersebut dilakukan secara bertahap pada
tahun anggaran berjalan, dengan ketentuan sebagai berikut: 34
34 Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah. 2015. Petunjuk Pelaksanaan
46
1) tahap I, pada bulan April sebesar 40%;
2) tahap II, pada bulan Agustus sebesar 40%; dan
3) tahap III, pada bulan Oktober sebesar 20%.
Penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKUD setiap tahap sebagaimana
tersebut di atas dilakukan paling lambat pada minggu kedua bulan yang
bersangkutan. Sedangkan penyaluran Dana Desa dari RKUD ke Rekening
Kas Desa (RKD) setiap tahap, dilakukan paling lambat tujuh hari kerja
setelah diterima di RKUD.
Secara umum Dana Desa digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat,
dan kemasyarakatan, namun Peraturan Menteri Keuangan Nomor
93/PMK.07/2015 mengamanatkan prioritas penggunaan Dana Desa
diarahkan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
Lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan tersebut, disebutkan bahwa
penggunaan Dana Desa dilaksanakan sesuai dengan prioritas yang
ditetapkan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi. Adapun prioritas penggunaan Dana Desa yang diatur dalam
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa
Tahun 2015, menyebutkan bahwa prioritas penggunaan Dana Desa untuk
pembangunan desa dialokasikan untuk mencapai tujuan pembangunan desa
Bimbingan & Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa. Jakarta: Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan.
47
yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup
manusia serta penanggulangan kemiskinan, melalui: 35
a. Prioritas penggunaan Dana Desa untuk pemenuhan kebutuhan dasar
b. Prioritas penggunaan Dana Desa untuk pembangunan sarana dan
prasarana desa,
c. Prioritas penggunaan Dana Desa untuk pengembangan potensi
ekonomi lokal didasarkan atas kondisi dan potensi desa,
d. Prioritas penggunaan Dana Desa untuk pemanfaatan sumber daya
alam dan lingkungan secara berkelanjutan,
Sedangkan Penggunaan Dana Desa yang bersumber dari APBN
untuk pemberdayaan masyarakat desa terutama diarahkan untuk
penanggulangan kemiskinan dan peningkatan akses atas sumber daya
ekonomi, sejalan dengan pencapaian target RPJMDesa dan RKPDesa setiap
tahunnya, yang diantaranya dapat mencakup:
a. peningkatan kualitas proses perencanaan desa;
b. mendukung kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh BUM
Desa maupun oleh kelompok usaha masyarakat desa lainnya;
c. pembentukan dan peningkatan kapasitas Kader Pemberdayaan
Masyarakat Desa;
35 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa. 2014. Jakarta: Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
48
d. pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi paralegal
untuk memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat
desa;
e. penyelenggaraan promosi kesehatan dan gerakan hidup bersih
dan sehat;
f. dukungan terhadap kegiatan desa dan masyarakat pengelolaan
hutan desa dan hutan kemasyarakatan; dan
g. peningkatan kapasitas kelompok masyarakat melalui kelompok
usaha ekonomi produktif, kelompok perempuan, kelompok tani,
kelompok masyarakat miskin, kelompok nelayan, kelompok
pengrajin, kelompok pemerhati dan perlindungan anak, kelompok
pemuda dan kelompok lain sesuai kondisi desa.
Kelahiran UU Desa dilatarbelakangi pertimbangan bahwa pengaturan
tentang desa yang selama ini berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan kedudukan masyarakat, demokratisasi serta upaya
pemerintah dalam mendorong kemajuan dan pemerataan pembangunan.
Selain itu, UU Desa sekaligus merupakan penegasan bahwa desa memiliki
hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat.
UU Desa membawa misi utama bahwa negara wajib melindungi dan
memberdayakan desa agar menjadi kuat, maju, mandiri dan demokratis
sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan
49
pemerintahan. Dengan demikian pembangunan desa diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kualitas hidup manusia
Indonesia. Pembangunan desa akan berdampak positif bagi upaya
penanggulangan kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan
dasar masyarakat, pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan
potensi ekonomi lokal dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan
secara berkelanjutan2. Berdasarkan azas rekognisi dan subsidiaritas, UU
Desa membawa perubahan pokok antara lain:
a. Desa memiliki identitas yang mandiri sebagai self-governing
community dalam tata pemerintahan di Indonesia dimana
pemerintahan desa dipilih secara demokratis dan akuntabel oleh
masyarakat.
b. Desa menyelenggarakan pembangunannya secara partisipatif dimana
desa menyusun perencanaan, prioritas belanja dan melaksanakan
anggaran secara mandiri termasuk mengelola anggaran yang
didapatkan secara langsung serta mendaftarkan dan mengelola aset
untuk kesejahteraan masyarakat termasuk mendirikan BUMDesa.
c. Desa memiliki wewenang untuk bekerjasama dengan desa lain untuk
peningkatan pelayanan dan kegiatan ekonomi.
UU Desa secara khusus meletakkan dasar bagi perubahan tata kelola
desa yang dibangun di atas prinsip keseimbangan antara lembaga (check
and balance), demokrasi perwakilan dan permusyawaratan serta proses
pengambilan keputusan secara partisipatif melalui musyawarah desa sebagai
50
forum pengambil keputusan tertinggi dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan pertanggungjawaban pembangunan desa. Dengan
melibatkan partisipasi berbagai kelompok kepentingan di masyarakat, Kepala
Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menyelenggarakan
musyawarah desa sebagai forum pengambil keputusan tertinggi untuk
menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa dan
Rencana Tahunan Desa, pengelolaan aset dan BUMDesa serta keputusan-
keputusan strategis lainnya seperti yang terlihat dalam skema di bawah
berikut:36
Gambar 1
Desain Tata Kelola Desa
Sumber: Suhirman, 2015
36 UU Desa
51
Pembiayaan pembangunan desa berasal dari keuangan desa yang
diperoleh dari beberapa sumber yaitu: pendapatan asli desa, alokasi APBN,
bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, bantuan
keuangan dari APBD provinsi dan kabupaten/kota, hibah dan sumbangan
yang tidak mengikat dan pendapatan desa lain yang sah.
Pengelolaan keuangan desa pada dasarnya mengikuti pola pengelolaan
keuangan daerah dimana Kepala Desa merupakan pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan desa. Pendapatan, belanja dan pembiayaan desa
harus ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APB) Desa
yang ditetapkan dalam peraturan desa oleh Kepala Desa bersama Badan
Permusyawaratan Desa (BPD). Pertanggungjawaban terhadap penggunaan
dan pengelolaan keuangan desa ini merupakan tanggungjawab Kepala Desa
untuk disampaikan kepada:
a. Bupati/Walikota pada setiap akhir tahun anggaran yang disampaikan
melalui camat,
b. Badan Permusyawaratan Desa pada setiap akhir tahun anggaran,
c. Masyarakat dalam musyawarah desa.
52
Gambar 2
Mekanisme Keuangan Desa
Sumber: Suhirman, 2015
Berdasarkan UU Desa terdapat 4 (empat) sumber pembiayaan yang
dikelola oleh kas desa yakni sumber pembiayaan dari Pusat, sumber
pembiayaan dari Daerah baik Kabupaten maupun Provinsi; sumber
pembiayaan yang berasal dari usaha desa dan sumber pembiayaan lainnya,
dengan penjelasan sebagai berikut;
1. Sumber Pembiayaan dari Pusat
Anggaran yang bersumber dari APBN yang mengalir ke kas desa
terbagi kedalam 2 (dua) mekanisme penyaluran, dana transfer ke daerah (on
top) secara bertahap yang dikenal dengan Dana Desa dan mekanisme dana
transfer melalui APBD kabupaten/kota yang dialokasikan 10% oleh
53
pemerintah daerah untuk disalurkan ke kas desa secara bertahap yang
dikenal dengan Alokasi Dana Desa (ADD).
a. Dana Desa
Penetapan definisi, pengalokasian dan mekanisme transfer untuk dana
desa ini diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 tahun 2014 tentang
Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Berdasarkan PP No. 60 tahun 2014, dana desa adalah dana yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi
desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat. PP 60/2014 ini kemudian direvisi kembali melalui
PP 22/2015. Substansi yang dirubah dalam PP 60/2014 ke PP 22/2015
adalah pada formula alokasi atau pembagian dana desa dari pusat ke
kabupaten dan dari kabupaten ke desa. Perubahan formula tersebut terlihat
dalam gambar berikut:37
37 Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
54
Gambar 3
Formula Penyaluran Dana Desa
Sumber: DJPK, 2015
Proses pengalokasian dana desa terbagi kedalam 2 (dua) tahap, yakni:
Tahap 1. Pengalokasian dari APBN ke APBD Kab/Kota oleh
Menteri Keuangan melalui Dirjen Perimbangan Keuangan (DJPK)
55
➢ Berdasarkan pagu yang ditetapkan dalam APBN, DJPK
melakukan penghitungan Dana Desa sesuai formula yang diatur
dalam PP untuk setiap Kabupaten/Kota.
➢ Rincian Dana Desa setiap Kabupaten/Kota kemudian ditetapkan
dengan peraturan perundang- undangan (Perpres Rincian APBN) dan
disampaikan kepada Bupati/Walikota;
Tahap 2. Pengalokasian dari APBD ke APBDesa (oleh
Bupati/Walikota)
➢ Berdasarkan rincian Dana Desa setiap Kabupaten/Kota,
Bupati/Walikota menetapkan besaran Dana Desa setiap Desa
berdasarkan formula yang diatur dalam ketentuan yang berlaku;
➢ Tata cara penghitungan dan penetapan besaran Dana Desa
setiap Desa ditetapkan melalui peraturan Bupati/Walikota.
Seperti halnya pengalokasiannya, mekanisme penyaluran dana desa
juga terbagi menjadi 2 (dua) tahap yakni; Tahap mekanisme transfer APBN
dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah
(RKUD) dan tahap mekanisme transfer APBD dari RKUD ke kas desa,
seperti yang terlihat dalam gambar berikut:
56
Gambar 4
Mekanisme Penyaluran Dana Desa
Sumber: DJPK, 2015
Dalam proses pencairan dana desa, terdapat beberapa syarat yang
harus dipenuhi oleh Pemerintah Daerah untuk dicairkannya dana desa ke
RKUD dan syarat yang harus dipenuhi pemerintah desa agar dana desa
dapat dicairkan ke rekening desa.
Persyaratan yang harus dipenuhi pemerintah daerah agar Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) dapat menerbitkan Surat
Perintah Membayar (SPM) ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN) adalah bahwa DJPK telah menerima dokumen:
➢ Peraturan Bupati/Walikota mengenai tata cara pembagian dan
penetapan besaran Dana Desa;
➢ Peraturan Daerah mengenai APBD tahun berjalan; dan
57
➢ Laporan realisasi tahun anggaran sebelumnya, untuk pencairan tahun
ke-2.
Pencairan dana desa dari RKUN ke RKUD ini dilakukan dalam 3 (tiga)
tahap yakni; 40% untuk pencairan tahap I yang rencananya dicairkan pada
setiap bulan April, 40% tahap II di bulan Agustus dan 20% di bulan Oktober.
Setelah Dana Desa masuk ke RKUD, Pemerintah Kabupaten/Kota
wajib mencairkan dana desa ke rekening desa paling lambat 14 hari
setelah dana diterima. Untuk mencairkan dana desa ke rekening desa, desa
wajib menyampaikan Peraturan Desa mengenai APBDesa dan laporan
realisasi dana desa ke pemerintah Kabupaten/Kota. Seperti halnya dengan
pencairan RKUN ke RKUD, Pencairan dana desa ke rekening desa juga
terbagi tiga tahap dengan proporsi yang sama yakni 40% untuk tahap I, 40%
untuk tahap II dan 20 % untuk tahap III.
b. Alokasi Dana Desa (ADD)
Proses pendanaan keuangan desa melalui mekanisme transfer dari
RKUD sebenarnya sudah dilakukan sejak lama. Berdasarkan PP No. 72
tahun 2005 tentang Desa, pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk
mengalokasikan dana transfer dari Pusat untuk diteruskan ke rekening desa
yang dikenal dengan Alokasi Dana Desa (ADD). Definisi ADD dalam PP No.
72 tahun 2005 adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk desa, yang bersumber dari bagian dana
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
Kabupaten/Kota. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah
58
yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10%
dibagikan secara proporsional ke setiap desa. Perhitungan besaran
anggaran ADD yang harus dialokasikan daerah untuk diteruskan ke rekening
desa, juga diatur dalam PP No. 72 tahun 2005 dengan formula sebagai
berikut:
Pengaturan mengenai ADD dalam PP No. 72 tahun 2005 ini
kemudian diatur lebih detil dalam Permendagri No. 37 tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Dalam Permendagri No. 37 tahun
2007 dijelaskan mengenai tujuan ADD, tata cara penghitungan besaran
anggaran per Desa, mekanisme penyaluran, penggunaan dana sampai
dengan pertanggungjawabannya. Secara garis besar terdapat beberapa hal
penting dalam pelaksanaan ADD berdasarkan Permendagri No. 37 tahun
2007, yaitu:
1. ADD bertujuan untuk peningkatan aspek pembangunan baik
prasarana fisik maupun non fisik dalam rangka mendorong tingkat
partisipasi masyarakat untuk pemberdayaan dan perbaikan taraf
hidupnya.
2. Azas dan prinsip pengelolaan ADD yaitu transparan, akuntabel, dan
partisipatif. Artinya ADD harus dikelola dengan mengedepankan
ADD = 10% x (Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak dan Sumber Daya Alam +
Dana Alokasi Umum (DAU) - Belanja Pegawai)
59
keterbukaan, dilaksanakan secara bertanggungjawab, dan juga harus
melibatkan peran serta aktif segenap masyarakat setempat.
3. ADD merupakan bagian yang integral (satu kesatuan/tidak
terpisahkan) dari APBDesa mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pertanggungjawaban, dan pelaporannya.
4. Penggunaan ADD ditetapkan sebesar 30% untuk belanja aparatur dan
operasional Desa dan sebesar 70% untuk belanja pemberdayaan
masyarakat.
5. Diperlukan pelaporan atas setiap kegiatan yang dibiayai dari anggaran
ADD secara berkala (bulanan) dan laporan hasil akhir penggunaan
ADD. Laporan ini terpisah dari pertanggungjawaban APBDesa,hal ini
sebagai bentuk pengendalian dan monitoring serta bahan evaluasi
bagi Pemda.
6. Untuk pembinaan dan pengawasan pengelolaan ADD dibentuk Tim
Fasilitasi Kabupaten/Kota dan Tim Pendamping Kecamatan dengan
kewajiban sesuai tingkatan dan wewenangnya. Pembiayaan untuk Tim
dimaksud dianggarkan dalam APBD dan diluar untuk anggaran ADD.
Dengan ditetapkannya UU Desa, prinsip pelaksanaan ADD semakin
diperkuat. Melalui PP No. 43 tahun 2014 tentang dana desa, diatur
mekanisme pelaksanaan ADD dan juga pengalokasiannya. Secara umum
tidak ada perubahan mendasar dalam tata kelola pelaksanaan ADD dengan
dikeluarkannya PP No. 43 tahun 2014 ini, kecuali untuk penetapan formula,
terdapat perubahan yang signifikan terutama dalam penetapan besaran
60
anggaran yang dialokasikan APBD untuk dialokasikan ke rekening desa. Jika
dulu pengurangnya adalah belanja pegawai, dengan diberlakukannya PP No.
43 tahun 2014 ini pengurangnya adalah Dana Alokasi Khusus (DAK).
Pada mayoritas pemerintah daerah, proporsi belanja pegawai dalam
APBD merupakan proporsi yang dominan, sehingga tentunya, akan
memberatkan bagi Pemda jika mereka harus menyalurkan ADD ke desa
sesuai dengan formula dalam PP No. 43 tahun 2014, berikut:
Jika daerah mengikuti formula sesuai dalam PP No. 43 tahun 2014,
Potensi ADD yang ditransfer ke daerah jumlahnya cukup besar.
2. Sumber Pembiayaan dari APBD
Selain menerima alokasi anggaran dari APBN, desa juga menerima
sejumlah dana yang berasal dari APBD kabupaten dan bantuan dana dari
APBD provinsi. Sumber pendapatan dari APBD yang cukup signifikan dan
besarannya diatur bervariasi untuk tiap desa adalah penerimaan dari
komponen pajak dan retribusi daerah. Dalam pasal 68 PP No. 72 tahun 2005
tentang desa disebutkan bahwa ”bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota
paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa dan dari retribusi
Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa.” Artinya pengalokasian
retribusi dan bagi hasil pajak daerah untuk desa telah dirasakan desa sejak
ADD = 10% x (Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak dan Sumber Daya
Alam + Dana Alokasi Umum (DAU) – Dana Alokasi Khusus (DAK))
61
diberlakukannya PP No. 72 tahun 2005, yang kemudian terus dilanjutkan
diatur dalam PP No. 43 tahun 2014.
Berdasarkan amanah PP No. 72 tahun 2005 dan PP No. 43 tahun 2014
tentang desa, diatur bahwa pengalokasian retribusi dan bagi hasil pajak
berbeda tiap desa. Desa yang berkontribusi menyumbangkan pajak lebih
besar, berhak menerima alokasi retribusi yang lebih tinggi dibandingkan desa
dengan kontribusi lebih kecil.
Selain menerima anggaran dari kabupaten, Provinsi juga
mengalokasikan APBDnya untuk pembangunan desa yang ditransfer
langsung ke rekening desa. Besaran dana dari provinsi ini tergantung
kemampuan dan strategi pembangunan provinsi masing-masing.
3. Sumber Pendapatan Asli Desa
Dalam UU No. 6 tahun 2014 tentang desa disebutkan bahwa sumber
pembiayaan pembangunan dapat diperoleh desa melalui pendapatan asli
desa (PADesa). PADesa ini berasal dari hasil usaha, hasil aset, swadaya dan
partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa. Berbagai jenis
pengelolaan pembangunan dan aset yang dimiliki desa berpotensi
menghasilkan berbagai jenis pendapatan desa. Berdasarkan hasil field
review, beberapa jenis pendapat asli daerah yang umumnya diperoleh desa
antara lain adalah:
a. Hasil usaha desa: Hasil dari tanah kas desa, hasil dari pasar desa,
hasil dari pemandian umum dan objek wisata yang diurus oleh desa,
62
hasil dari sewa kekayaan/aset desa, hasil dari pungutan desa: jalan
desa, irigasi desa, pemakaman umum yang diurus desa.
b. Hasil pengelolaan kekayaan desa yang dipisahkan: Bagian laba atas
penyertaan modal pada Perusahaan milik desa (BUMDesa, Koperasi
Desa, Pasar Desa), pada perusahaan milik daerah/BUMD, pada
perusahaan milik negara/BUMN dan pada perusahaan milik swasta
atau usaha milik masyarakat.
c. Hasil swadaya dan partisipasi masyarakat.
d. Hasil gotong royong.
e. Lain-lain pendapatan asli desa yang sah, yang terdiri dari:
1. Pelayanan surat menyurat: Pengantar pembuatan KTP,
pembuatan keterangan domisili, regristrasi surat keterangan lahir,
mati, datang dan pindah, surat pengantar keterangan pembuatan
SKCK, pengantar pembuatan ijin keramaian, surat pengantar
IMB, surat keterangan jemaah haji, pelayanan jual beli/potong
hewan ternak, registrasi dan pelayanan jasa pertanahan,
2. Pungutan/iuran lainnya: Pungutan terhadap perusahaan /took
/warung (pengolahan kayu, penggilingan padi, warung besar dan
warung kecil, angkutan kendaraan).
Kewenangan desa untuk mengusahakan pendapatannya secara
swakelola tersebut diatur lebih lanjut dalam Permendes No. 1 tahun 2015
tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan
Kewenangan Lokal Berskala Desa. Dalam Pasal 22, berdasarkan Permendes
63
No. 1 tahun 2015 disebutkan bahwa: (i) Desa dilarang melakukan pungutan
atas jasa layanan administrasi yang diberikan kepada masyarakat Desa. (2)
Jasa layanan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a.
surat pengantar; b. surat rekomendasi; dan c. surat keterangan.
Meskipun telah dikeluarkan aturan tersebut, namun hingga saat ini, rata-
rata pemasukan desa dari pungutan yang paling signifikan justru berasal dari
pungutan atas jasa layanan administrasi.
4. Sumber Pembiayaan Lainnya
Sumber pembiayaan lain yang dapat dinikmati desa berasal dari hibah
atau bantuan dari pribadi, atau perusahaan yang umumnya melalui program
Corporate Social Responsibility maupun program bantuan sosial atau hibah
dari Kementerian/Lembaga. Pembiayaan melalui mekanisme hibah dari
Kementerian/Lembaga umumnya dalam bentuk program. Berdasarkan hasil
riviu di lapangan, bantuan dari Kementerian/Lembaga tidak dicatatkan dalam
APBDesa, contoh: Desa Cigombong dan Desa Pabuaran Kab. Bogor
menerima bantuan perbaikan rumah layak huni dari Kemenpera, namun tidak
mencatatkannya ke dalam APBDesa. Aparat desa tidak merasa memiliki
kewajiban mencatatkan bantuan tersebut, karena bantuan diterima “in kind”
atau dalam bentuk barang.
Pengertian Keuangan Desa menurut UU Desa adalah semua hak dan
kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa
uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
Desa. Hak dan kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan, belanja,
64
pembiayaan yang perlu diatur dalam pengelolaan keuangan desa yang baik.
Siklus pengelolaan keuangan desa meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban, dengan periodisasi 1
(satu) tahun anggaran, terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31
Desember. Gambaran rincian proses Siklus Pengelolaan Keuangan Desa
dapat dilihat pada gambar berikut:
Perencanaan
Penganggaran
PelaksanaanPenata
usahaan
Pelaporan dan Pertang-gungjawaban
Gambar 5
Siklus Pengelolaan Keuangan Desa
65
1. Perencanaan
Pemerintah Desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai
dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan
kabupaten/kota. Perencanaan Pembangunan Desa meliputi RPJM Desa dan
RKP Desa yang disusun secara berjangka dan ditetapkan dengan Peraturan
Desa. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) untuk
jangka waktu 6 (enam) tahun sedangkan Rencana Pembangunan Tahunan
Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun. RKP Desa merupakan penjabaran dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa. Perencanaan pembangunan desa
disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah desa yang
pelaksanaannya paling lambat pada bulan Juni tahun anggaran berjalan.
Rancangan RKP Desa dilampiri Rencana Kegiatan dan Rencana
Anggaran Biaya (RAB), yang telah diverifikasi oleh tim verifikasi. Selanjutnya,
Kepala Desa menyelenggarakan Musrenbangdes yang diadakan untuk
membahas dan menyepakati rancangan RKP Desa. Rancangan RKP Desa
memuat rencana penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat
desa. RKP Desa menjadi dasar dalam penyusunan rancangan APB Desa
(RAPB Desa). Teknis penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa agar tercipta
keselarasan telah diatur tata caranya dalam Permendagri Nomor 114 Tahun
2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa, sedangkan untuk prioritas
penggunaan Dana Desa khususnya tahun 2015 telah ditetapkan dalam
66
Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 5 tentang Penetapan
Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015.
Perencanaan pembangunan desa mengacu pada konsep Membangun
Desa dan Desa Membangun. Konsep membangun desa dalam konteks
perencanaan adalah bahwa dalam merencanakan pembangunan, desa perlu
mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota. Hal tersebut
diatur dalam UU Desa terutama pada pasal 79 dan pasal 80. Dalam pasal 79
UU Desa disebutkan bahwa:
1. Pemerintah Desa menyusun perencanaan Pembangunan Desa sesuai
dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan
pembangunan Kabupaten/Kota.
2. Perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disusun secara berjangka meliputi:
a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka
waktu 6 (enam) tahun; dan
b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut
Rencana Kerja Pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun.
3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana
Kerja Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Desa.
67
4. Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa merupakan satu-satunya
dokumen perencanaan di Desa.
5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja
Pemerintah Desa merupakan pedoman dalam penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa yang diatur dalam Peraturan Pemerintah.
6. Program Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah yang berskala lokal
Desa dikoordinasikan dan/atau didelegasikan pelaksanaannya kepada
Desa.
7. Perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan salah satu sumber masukan dalam perencanaan
pembangunan Kabupaten/Kota.
Berdasarkan isi dari pasal 79 tersebut, jelas diatur bahwa proses
perencanaan pembangunan desa harus bersinergi dengan perencanaan
pembangunan kabupaten/kota, yang berarti juga harus bersinergi dengan
perencanaan pembangunan di tingkat nasional. Dalam konteks pasal 79,
paradigma pembangunan desa dibangun dengan proses top-down, seperti
yang terlihat dalam Gambar dibawah ini:
68
Gambar 6
Paradigma Pembangunan Desa
Sumber: Dinas PMD Kabupaten Mamuju Tengah, 2017
Pada UU Desa, untuk mengakomodir asas demokrasi, kemandirian,
partisipasi, kesetaraan dan pemberdayaan, perencanaan pembangunan desa
tidak semata-mata bersifat top down, namun juga mengusung konsep desa
membangun. Konsep desa membangun ini mengedepankan musyawarah
desa untuk mengakomodir kebutuhan riil masyarakat. Hal tersebut dijelaskan
dalam pasal 80, UU Desa yang menyebutkan bahwa:
1. Perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 79 diselenggarakan dengan mengikutsertakan masyarakat
desa.
69
2. Dalam menyusun perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Desa wajib menyelenggarakan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa.
3. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa menetapkan prioritas,
program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai
oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat
desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota.
4. Prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dirumuskan berdasarkan
penilaian terhadap kebutuhan masyarakat Desa yang meliputi:
a. Peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar;
b. Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan
berdasarkan kemampuan teknis dan sumber daya lokal yang
tersedia;
c. Pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif;
d. Pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk
kemajuan ekonomi; dan
e. Peningkatan kualitas ketertiban dan ketenteraman
masyarakat Desa berdasarkan kebutuhan masyarakat desa.
Bagi daerah yang membina desanya dengan baik, tidak akan
menjumpai kesulitan yang berarti untuk mengimplementasikan mekanisme
perencanaan dalam UU Desa, karena secara umum perencanaan
70
pembangunan dalam UU Desa ini serupa dengan yang telah diatur dalam
Permendagri No. 66 tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa.
Dalam Permendagri No. 66 tahun 2007, disebutkan bahwa desa wajib
menyusun RPJMDesa untuk kemudian dijabarkan ke dalam RKPDesa.
Namun, pada observasi di lapangan terdapat beberapa desa yang belum
menyusun RPJMDes.
Setelah RKP Desa ditetapkan maka dilanjutkan proses penyusunan
APB Desa. Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya yang telah
ditetapkan dalam RKP Desa dijadikan pedoman dalam proses
penganggarannya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa)
merupakan rencana anggaran keuangan tahunan pemerintah desa yang
ditetapkan untuk menyelenggarakan program dan kegiatan yang menjadi
kewenangan desa. Pada siklus penganggaran mencakup pendapatan,
belanja dan pembiayaan keuangan desa.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan yaitu tahap realisasi penerimaan anggaran hingga belanja
anggaran, tahap ini dalam siklus manajemen disitilahkan sebagai actuating.
Pelaksanaan anggaran seharusnya mengikuti pedoman penyelenggaraan
anggaran baik yang berupa peraturan yang berlaku maupun berdasarkan
kesepakatan warga yang teruang dalam peraturan desa tentang APBDes.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2014 tentang Dana
Desa yang Bersumber dari APBN dan Peraturan Pemerintah No. 43 tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014
71
tentang Desa telah diatur beberapa pokok penggunaan keuangan desa.
Pada pasal 100 PP No. 43 tahun 2014 disebutkan bahwa Belanja Desa yang
ditetapkan dalam APBDesa digunakan dengan ketentuan:
a. Paling sedikit 70% dari jumlah anggaran belanja Desa digunakan
untuk mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa; dan
b. Paling banyak 30% dari jumlah anggaran belanja Desa digunakan
untuk:
1) Penghasilan tetap dan tunjangan kepala Desa dan perangkat
Desa;
2) Operasional Pemerintah Desa;
3) Tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa;
4) Insentif rukun tetangga dan rukun warga.
Dari pasal tersebut terlihat bahwa keuangan desa hanya dibatasi untuk
melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, pemberdayaan
masyarakat desa, dan membayar penghasilan maupun tunjangan insentif
bagi perangkat desa, Badan Permusyawaratan Desa dan rukun
tetangga/rukun warga.
Dalam merealisasikan APBDesa, Kepala Desa bertindak sebagai
koordinator kegiatan yang dilaksanakan oleh perangkat desa dan/atau unsur
masyarakat desa. Pelaksanaan kegiatan harus mengutamakan pemanfaatan
72
sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di desa serta
mendayagunakan swadaya dan gotong royong masyarakat. Semua
ketentuan tersebut tercantum dalam pasal 121 PP No. 43 tahun 2014.
Selain itu, APBDesa juga dapat digunakan untuk pembangunan antar
desa atau biasa disebut pembangunan kawasan perdesaan. Pembangunan
kawasan perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar desa yang
dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas
pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat desa melalui
pendekatan pembangunan partisipatif. Inisiatif untuk melakukan
pembangunan kawasan perdesaan dapat dilakukan secara bottom-up
dengan pengusulan Kepala Desa kepada Bupati/Walikota dan dapat juga
secara top-down sebagai program Gubernur atau Bupati/Walikota.
Hal lain yang dapat didanai oleh APBDesa adalah kegiatan
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat desa bertujuan
memampukan desa dalam melakukan aksi bersama sebagai suatu kesatuan
tata kelola Pemerintahan Desa, kesatuan tata kelola lembaga
kemasyarakatan desa dan lembaga adat, serta kesatuan tata ekonomi dan
lingkungan. Sesuai dengan pasal 127 ayat (2) PP No. 43 tahun 2014
pemberdayaan masyarakat desa dilakukan dengan:
a. Mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan
pembangunan desa yang dilaksanakan secara swakelola oleh desa.
73
b. Mengembangkan program dan kegiatan pembangunan desa
secara berkelanjutan dengan mendayagunakan sumber daya
manusia dan sumber daya alam yang ada di desa.
c. Menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan prioritas,
potensi, dan nilai kearifan lokal.
d. Menyusun perencanaan dan penganggaran yang berpihak kepada
kepentingan warga miskin, warga disabilitas, perempuan, anak, dan
kelompok marginal.
e. Mengembangkan sistem transparansi dan akuntabilitas dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan desa.
f. Mendayagunakan lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga adat.
g. Mendorong partisipasi masyarakat dalam penyusunan kebijakan desa
yang dilakukan melalui musyawarah desa.
h. Menyelenggarakan peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya
manusia masyarakat desa.
i. Melakukan pendampingan masyarakat desa yang berkelanjutan.
j. Melakukan pengawasan dan pemantauan penyelenggaraan
pemerintahan desa dan pembangunan desa yang dilakukan secara
partisipatif oleh masyarakat desa.
Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pembangunan tersebut,
masyarakat dan pemerintah desa dapat memperoleh bantuan pendampingan
secara berjenjang. Secara teknis, pendampingan dilaksanakan oleh satuan
kerja perangkat daerah kabupaten/kota dan dapat dibantu oleh tenaga
74
pendamping profesional, kader pemberdayaan masyarakat desa, dan/atau
pihak ketiga yang dikoordinasikan oleh camat di wilayah desa tersebut.
Ketentuan tentang pendamping bagi masyarakat dan pemerintah desa telah
diatur pada pasal 128-131 PP No. 43 tahun 2014 dan Peraturan Menteri
Desa No. 3 tahun 2015 tentang Pendampingan Desa.
Dalam melaksanakan kegiatan dengan menggunakan APBDesa,
pemerintah desa juga dapat melakukan pengadaan barang dan jasa.
Pengaturan terhadap proses pengadaan barang dan jasa di tingkat desa
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati/Walikota dengan
berpedoman pada Peraturan Perundangan yang berlaku. Hingga laporan ini
dibuat, pedoman Peraturan Perundangan yang dijadikan acuan adalah
Peraturan Kepala LKPP No. 13 tahun 2013 tentang Pedoman Tata Cara
Pengadaan Barang dan Jasa di Desa.
Hal yang belum banyak tersentuh dalam pengaturan penggunaan
APBDesa adalah terkait standar harga barang dan jasa serta pengeluaran
lainnya. Hal ini sangat penting bagi Pemerintah Desa dalam merencanakan
anggaran dan sebagai upaya preventif terjadinya korupsi dan fraud dalam
pelaksanaan anggaran.
3. Penatausahaan
Penatausahaan Keuangan Desa adalah kegiatan pencatatan yang
khususnya dilakukan oleh Bendahara Desa. Bendahara Desa wajib
melakukan pencatatan terhadap seluruh transaksi yang ada berupa
penerimaan dan pengeluaran. Bendahara Desa melakukan pencatatan
75
secara sistematis dan kronologis atas transaksi-transaksi keuangan yang
terjadi. Penatausahaan keuangan desa yang dilakukan oleh Bendahara Desa
dilakukan dengan cara sederhana, yaitu berupa pembukuan belum
menggunakan jurnal akuntansi.
4. Pelaporan dan pertanggungjawaban
Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya
dalam pengelolaan keuangan desa, kepala desa memiliki kewajiban untuk
menyampaikan laporan. Laporan tersebut bersifat periodik semesteran dan
tahunan, yang disampaikan ke Bupati/Walikota dan ada juga yang
disampaikan ke BPD. Rincian laporan sebagai berikut:
Laporan kepada Bupati/Walikota (melalui camat):
- Laporan Semesteran Realiasasi Pelaksanaan APB Desa;
- Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa
kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran.
- Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa
Laporan kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yaitu Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa terdiri
dari Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan.
Kepala Desa adalah penanggung jawab dari pengelolaan keuangan
desa secara keseluruhan. Dalam PP No. 43 tahun 2014 pasal 103-104
mengatur tata cara pelaporan yang wajib dilakukan oleh Kepala Desa.
Kepala Desa diwajibkan menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan
APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap semester tahun berjalan (laporan
76
semesteran). Selain itu, Kepala Desa juga diwajibkan menyampaikan laporan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa kepada bupati/walikota
setiap akhir tahun anggaran (laporan tahunan). Laporan yang dibuat oleh
Kepala Desa ditujukan kepada Bupati/Walikota yang disampaikan melalui
camat.
Lebih detail, pengaturan pelaporan dan pertanggungjawaban
penggunaan APBDesa tercantum dalam Permendagri No. 113 tahun 2014
tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Dalam Permendagri tersebut, diatur
pula standar dan format pelaporan pertanggungjawaban yang harus disusun
oleh Kepala Desa. Seperti ketentuan lampiran yang perlu dipenuhi dalam
laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa, yaitu:
a. Format laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa
tahun anggaran berkenaan.
b. Format laporan kekayaan milik desa per 31 Desember tahun anggaran
berkenaan.
c. Format laporan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang
masuk ke desa.
Selain itu, Permendagri juga mengatur penatausahaan harian dan
laporan pertanggungjawaban bulanan yang harus dilakukan oleh Bendahara
Desa dalam membantu Kepala Desa. Bendahara Desa diwajibkan untuk
melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan
tutup buku setiap akhir bulan secara tertib dan mempertanggungjawabkan
77
uang melalui laporan pertanggungjawaban yang disampaikan setiap bulan
kepada Kepala Desa dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Dari PP No. 43 tahun 2014 dan Permendagri No. 113 tahun 2014
terlihat bahwa laporan pertanggungjawaban yang harus dibuat oleh Kepala
Desa harus terintegrasi secara utuh, tidak melihat sumber dana yang
diperoleh desa. Hal ini berbeda dengan aturan sebelumnya yang mewajibkan
desa untuk menyusun laporan pertanggungjawaban penggunaan dana
berdasarkan sumber dananya. Misalnya, penggunaan ADD maka dibuat
laporan realisasi penggunaan ADD terpisah dengan penggunaan Dana
Bantuan Provinsi atau Kabupaten/Kota yang perlu juga dibuat laporan
realisasi penggunaannya. Hal ini tentu perlu diapresiasi karena akan
memperingan beban administrasi perangkat desa, namun substansi
pertanggungjawaban tetap terlaksana.
Pelaporan dan pertanggungjawaban yang keluar dari ketentuan PP No.
43 tahun 2014 adalah ketentuan pada PP No. 60 tahun 2014 tentang Dana
Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Dalam PP tersebut, Kepala Desa diharuskan membuat laporan
pertanggungjawaban khusus dana desa yang bersumber dari APBN. Hal ini
berarti di luar dari laporan pertanggungjawaban penggunaan APBDesa
secara keseluruhan. Padahal dana dsa sudah termasuk dalam salah satu
sumber dana yang masuk dalam APBDesa.
Secara siklus, laporan pertanggungjawaban penggunaan dana desa
yang bersumber dari APBN sama dengan laporan pertanggungjawaban
78
keuangan desa yaitu setiap semester. Laporan pertanggungjawaban
penggunaan dana desa juga ditujukan kepada Bupati/Walikota melalui
Camat.
2.11. Pembangunan Desa
Desa merupakan satuan pemerintah terkecil dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang perlu dibina dan ditingkatkan pelayanan
administrasi pemerintahannya kearah yang lebih memadai kepada
masyarakat desa. Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia mutlak
menjadi titik perhatian pemerintah, karena dengan berhasilnya pembangunan
desa berarti sebagian besar penduduk Indonesia turut ditingkatkan
kesejahteraannya. Pembangunan desa merupakan bagian dari
pembangunan nasional dan pembangunan desa ini memiliki arti dan peranan
yang penting dalam mencapai tujuan nasional, karena desa beserta
masyarakatnya merupakan basis dan ekonomi, politik, sosial budaya dan
pertahanan keamanan. Adapun definisi pembangunan desa menurut para
ahli adalah sebagai berikut :
Menurut Kartasasmita mengatakan bahwa hakekat pembangunan
nasional adalah manusia itu sendiri yang merupakan titik pusat dari segala
upaya pembangunan dan yang akan dibangun adalah kemampuan dan
kekuatannya sebagai pelaksana dan yang akan dibangun adalah
79
kemampuan dan kekuatannya sebagai pelaksana dan penggerak
pembangunan.38
Pada hakekatnya pembangunan desa dilakukan oleh masyarakat
bersama-sama pemerintah terutama dalam memberikan bimbingan,
pengarahan, bantuan pembinaan, dan pengawasan agar dapat ditingkatkan
kemampuan masyarakat dalam usaha menaikan taraf hidup dan
kesejahteraannya.
Suparno menegaskan bahwa pembangunan desa dilakukan dalam
rangka imbang yang sewajarnya antara pemerintah dengan masyarakat.
Kewajiban pemerintah adalah menyediakan prasarana-prasarana,
sedangkan selebihnya disandarkan kepada kemampuan masyarakat itu
sendiri.39
Proses pembangunan desa merupakan mekanisme dari keinginan
masyarakat yang dipadukan dengan masyarakat. Perpaduan tersebut
menentukan keberhasilan pembangunan seperti yang dikemukakan oleh
Ahmadi mekanisme pembangunan desa adalah merupakan perpaduan yang
serasi antara kegiatan partisipasi masyarakat dalam pihak dan kegiatan
pemerintah di satu pihak.40
Bahwa pada hakekatnya pembangunan desa dilakukan oleh
masyarakat sendiri. Sedangkan pemerintah memberikan bimbingan, bantuan,
38 Kartasasmita 2001:66 39 Suparno 2001 : 46 40 Ahmadi 2001:222
80
pembinaan, dan pengawasan. Secara teoritis, pembangunan desa meliputi
dua aspek utama, yaitu :
1. Pembangunan desa dalam aspek fisik, yaitu pembangunan yang objek
utamanya dalam aspek fisik (sarana, prasarana dan manusia) di
pedesaan seperti jalan desa, bangunan rumah, pemukiman, jembatan,
bendungan, irigasi, sarana ibadah, pendidikan (hardware berupa sarana
dan prasarana pendidikan, dan software berupa segala bentuk
pengaturan, kurikulum dan metode pembelajaran), keolahragaan, dan
sebagainya.
2. Pembangunan dalam aspek non fisik, yaitu pembangunan yang objek
utamanya aspek pengembangan dan peningkatan kemampuan, skill
dan memberdayakan masyarakat di daerah pedesaan sebagai warga
negara, seperti pendidikan dan pelatihan, pembinaan usaha ekonomi,
Pertanian, kesehatan, spiritual, dan sebagainya.
81
2.12. Penelitian terdahulu
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan
Pemanfaatan Dana Desa terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Temuan dan Hasil Penelitian
Risya Novita Sari
(Tesis, 2015)
Pengelolaan Dana
Desa Dalam Prespektif
Pemberdayaan
Masyarakat (study
pada kantor
pemerintah Desa
ngasem, kecamatan
ngasem, kabupaten
Kediri)
Pelaksanaan alokasi dana Desa
(ADD) di Desa ngasem masih
kurang sempurna. Terlihat dengan
masih adanya selisih dari jumlah
dana Desa yang telah di terima oleh
Desa ngasem. Oleh karena itu, perlu
adanya pengkajian ulang untuk
memperbaiki pengelolaan dan oleh
Desa ngasem. Selain itu, perlu
memperhatikan adanya faktor
pendudkung yaitu: dukungan
kebijakan dari pemerintah sekitar
Desa ngasem dan kualitas sumber
daya manusia yang harus
ditingkatkan. Faktor penghambat
yang meliputi: rendahnya
sinkronisasi antara perencanaan
ditingkat Desa dan kecamatan,
jumlah alokasi dana Desa (ADD) 15
sebagai operasinal administrasi
pemerintah masih terbatas, dan
kurangnya intensitas sosialisasi
alokasi dana Desa (ADD) pada
masyarakat yang harus terus dikaji
ulang secara mendalam, sehingg
akan dapat menemukan solusi untuk
meminimalkannya.
Nurul Syapri
Akhdiyat (skripsi,
2017)
Strategi Penguatan
Partisipasi Dan
Kapasitas Desa Dalam
Pengelolaan Alokasi
Dana Desa Di Desa
Upaya peningkatan kapasitas Desa
tidak bisa di bebankan sepenuhnya
pada ADD, melainkan harus ada
kebijakan khusus dari pemerintah
Desa. Hal ini disebabkan karena
82
1 2 3
Sekongkang Atas minimnya peran ADD dalam
peningkatan kapasitas
kepemimpinan, kapasitas
pemerintahan, kapasitas
kemasyarakatan dan kapasitas
ruang. Strategi inti untuk
memperkuat kapasitas dan kapasitas
Desa dalam pengelolaan ADD
meliputi: (a) meningkatkan ADD
berdasarkan amanat undangundang;
(b) mewujudkan program unggulan
Desa berdasarkan hasil
musrenbang; (c) meningkatkan
kapasitas Desa melalui program
ADD pemerintah dengan CSR PT
NTT; dan (d) memaksimalkan peran
stakeholder (terutama anggota DPR)
dalam melakukan advokasi
kebijakan anggaran.
Astuty (Desertasi,
2016)
Pemerintah Desa
Dalam Pengelolaan
Anggaran Pendapatan
Dan Belanja Desa
(APBDES)(St udiy
Pada Alokasi Dana
Desa Tahun Anggaran
2011
Kabupaten Madiun) Pengawasan
yang dilakukan oleh Badan
Permusyawaratan Desa dalam
Alokasi Dana Desa di Desa Sareng
secara administratif sudah baik.
Terbukti dari Surat
Pertanggungjawaban (SPJ) yang
dibuat dalam II tahap yang menjadi
aturan dalam Peraturan Bupati
Nomor 8 Tahun 2011. SPJ yang
sudah baik dan lengkap menjadi
acuan dalam perolehan ADD tahun
berikutnya. Namun dalam hal
pertanggungjawaban secara teknis
dalam program Posyandu Lansia
masih menjadi kendala. Kendala
utama karena rendahnya partisipasi
masyarakat untuk mengikuti kegiatan
tersebut dan pengalihan dana
Posyandu Lansia tanpa adanya bukti
kuitansi dalam SPJ. Sehingga masih
memerlukan perbaikan secara teknis
83
1 2 3
beroperasi kembali sampai saat ini
dan keadaan puskesmas tersebut
tidak terawat dalam pengelolaan
ADD untuk tahun berikutnya.
Novita Lenak (tesis,
2015)
Partisipasi Masyarakat
Dalam Pengelolaan
Alokasi Dana Desa Di
Kabupaten Minahasa
evaluasi kegiatan dilakukan
pemerintah dengan mengadakan
rapat Desa, namun rapat Desa yang
dilakukan tidak melibatkan
masyarakat sehingga masyarakat
melakukan penilaian keberhasilan
program dengan melihat
pembangunan yang sudah selesa.
Disisi lain pemanfaatan hasil, masih
ada program Desa yang tidak
dimanfaatkan dengan baik seperti
puskesmas Desa yang saat ini tidak
lagi digunakan. Semenjak perawat
yang tinggal di situ di pindah
tugaskan, puskesmas tersebut tidak
Berdasarkan penelitian terdahulu yang peneliti sajikan diatas, terlihat
bahwa kebanyakan penelitian tentang Alokasi Dana Desa (ADD) dan banyak
yang menfokuskan penelitiannya pada peran masyakat dalam pembangunan
Desa dengan alokasi dana Desa. Pada penelitian ini, walaupun juga
berbicara tentang pertanggungjawaban anggaran, tetapi dipandang dari
penggunaan bantuan anggaran dari APBN atau pemerintah pusat yaitu Dana
Desa dengan mengfokuskan tentang efektefitas pemanfaatan dana desa
dengan mengacu pada Undang-Undang no 6 Tahun 2014 tentang desa dan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Dana Desa Yang
Bersumber dari APBN. Ditinjau dari lokasi penelitian, penelitian ini dapat
84
dikatakan sebagai penelitian baru dan terbarukan khususnya di lingkup
wilayah Kabupaten Mamuju Tengah.
2.13. Kerangka Pikir
Lahirnya UU Desa No 6 Tahun 2014 dan tersedianya dana desa
melalui APBN ialah bentuk komitmen pemerintah pusat untuk membangun
desa menjadi mandiri dan sejahtera. Komitmen itu merupakan respons
terhadap dorongan kuat yang berasal dari sebagian masyarakat yang peduli
terhadap nasib desa selama ini. Mereka beranggapan selama masa Orde
Baru, desa cuma dieksploitasi dan dimanipulasi untuk kepentingan politik
pusat semata-mata. Akibatnya, desa nyaris kehilangan identitas diri yang asli
dan secara ekonomi jauh dari sejahtera. Sebenarnya, di masa awal era
reformasi hingga terbitnya UU Desa, pemerintah pusat telah melaksanakan
berbagai program nasional dalam kerangka pemberdayaan masyarakat desa.
Namun, mungkin program-program yang ada dianggap belum memperkuat
desa sebagai sebuah institusi lokal. Inilah salah satu situasi yang kemudian
mendorong lahirnya UU Desa dan sekaligus tersedianya dana bagi desa.41
Sejak berlakunya Undang-Undang no 6 Tahun 2014 tentang desa,
desa diharuskan untuk lebih mandiri dalam mengelola semua urusannya, tak
terkecuali dalam urusan pengelolaan Dana Desa, desa mendapat dana yang
cukup besar yaitu 10 persen dari dana transfer APBN dan ditambah sepuluh
persen dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dari APBD,
41 Undang-Undang nomor 6 Tahun 2014
85
desa harus melakukan pemanfaatan yang baik. Pemanfaatan dana desa ini
dapat dilihat dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga
pertanggungjawaban. Hasill dari Penerapan Pemanfaatan Dana Desa tidak
lain bertujuan untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance).
Pembangunan desa adalah suatu usaha dalam kesatuan wilayah atau
daerah yang ditempati sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki wewenang untuk mengatur atau mengadakan
pemerintahan sendiri menurut prakarsa masyarakat tersebut untuk
meningkatkan taraf hidup mereka. Dalam merealisasikan pembangunan desa
agar sesuai dengan apa yang diharapkan perlu memperhatikan beberapa
pendekatan dengan ciri-ciri khusus yang sekaligus merupakan identitas
pembangunan desa itu sendiri, seperti yang dikemukakan oleh Kansil yaitu :42
1. Komprehensif multi sektoral yang meliputi berbagai aspek, baik
kesejahteraan maupun aspek keamanan dengan mekanisme dan
sistem pelaksanaan yang terpadu antar berbagai kegiatan pemerintah
dan masyarakat.
2. Perpaduan sasaran sektoral dengan regional dengan kebutuhan
essensial kegiatan masyarakat.
3. Pemerataan dan penyebarluasan pembangunan keseluruhan
pedesaan termasuk desa-desa di wilayah kelurahan.
42 Kansil (dalam Todaro dan Smith, 2006:251
86
4. Satu kesatuan pola dengan pembangunan nasional dan regional dan
daerah pedesaan dan daerah perkotaan serta antara daerah
pengembangan wilayah sedang dan kecil.
5. Menggerakkan partisipasi, prakarsa dan swadaya gotong royong
masyarakat serta mendinamisir unsur-unsur kepribadian dengan
teknologi tepat waktu.
Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban keuangan desa. Penyelenggaraan kewenangan Desa
berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa didanai oleh
APBDesa. Penyelenggaraan kewenangan lokal berskala Desa selain didanai
oleh APB Desa, juga dapat didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja
negara dan anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Penyelenggaraan kewenangan Desa yang ditugaskan oleh
Pemerintah didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja negara. Dana
anggaran pendapatan dan belanja negara dialokasikan pada bagian
anggaran kementerian/lembaga dan disalurkan melalui satuan kerja
perangkat daerah kabupaten/kota. Penyelenggaraan kewenangan Desa yang
ditugaskan oleh pemerintah daerah didanai oleh anggaran pendapatan dan
belanja daerah.
Seluruh pendapatan Desa diterima dan disalurkan melalui rekening
kas Desa dan penggunaannya ditetapkan dalam APB Desa. Pencairan dana
87
dalam rekening kas Desa ditandatangani oleh kepala Desa dan Bendahara
Desa. Pengelolaan keuangan Desa meliputi:
a. perencanaan;
b. pelaksanaan;
c. penatausahaan;
d. pelaporan; dan
e. pertanggungjawaban
Kerangka pemikiran penelitian Analisis Implementasi Kebijakan Dana
Desa Di Kabupaten Mamuju Tengah digambarkan dalam bagan kerangka
pikir sebagaimana terlihat pada skema berikut :
88
Gambar 7
Skema Kerangka Pikir Penelitian
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA
▪ Undang-Undang no 6 Tahun 2014 tentang desa ▪ Peraturan pemerintah republik indonesia Nomor 60 tahun
2014 Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan pemerintah nomor 22 tahun 2015 dan Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2016 Tentang Dana Desa
PENGELOLAAN DANA DESA
a. perencanaan; b. pelaksanaan; c. penatausahaan; d. pelaporan; dan e. pertanggungjawaban
PEMANFAATAN DANA DESA
• Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
• Pembangunan Desa • Pemberdayaan masyarakat
Desa
Merilee S. Grindle
• Isi Kebijakan
• Lingkungan
Kebijakan
89
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi yang akurat sehubungan
dengan penulisan ini, maka pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode
kualitatif. Menurut Moleong penelitian kualitatif adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara
holistik (utuh) dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata serta
bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah. Sugiono juga mengemukakan bahwa bila masalah
belum jelas atau masih samar-samar, kondisi semacam ini cocok di teliti
dengan metode kualitatif, karena peneliti kualitatif akan langsung masuk ke
obyek, melakukan penjelajahan dengan grant tour question, sehingga
masalah akan ditemukan dengan jelas.43
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun waktu pelaksanaannya sekitar kurang lebih Juni bulan yaitu
pada bulan Maret sampai dengan Juni 2018. Pada saat penyusunan proposal
telah dilakukan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi permasalahan yang
akan diteliti.
43 Basuki, S. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
90
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian yang dilakukan adalah terdiri dari dua
jenis, yaitu : Data Primer dan Data Sekunder.
1) Data Primer diperoleh dari hasil wawancara dengan informan kunci
mengenai pengetahuan mereka terhadap masalah-masalah tentang
pemanfaatan penggunaan dana desa dalam program Pembangunan
Desa di Kabupaten Mamuju Tengah.
2) Data Sekunder adalah data olahan yang berasal dari penelusuran dan
penelahan dokumen-dokumen dan laporan-laporan yang berkaitan
dengan proses pemanfaatan penggunaan dana desa dalam program
Pembangunan Desa di Kabupaten Mamuju Tengah.44
3.4. Informan
Informan ditentukan secara purpossive, yaitu orang yang dapat
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan ini
harus memiliki banyak pengalaman tentang objek penelitian, serta dapat
memberikan pandangan pandangannya tentang nilai-nilai, sikap, proses dan
kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat.
Lokasi Penelitian ditentukan berdasarkan wilayah yang dipilih sebagai
lokasi penelitian yang terdiri dari kecamatan dan desa. Kabupaten Mamuju
Tengah terdiri dari 5 (lima) kecamatan dan 54 desa. Dari 5 kecamatan
tersebut akan dipilih 1(satu) desa setiap kecamatan dengan menggunakan
44 Sugiyono. 2013. Metode Penelitian.Bandung: Penerbit Alfabeta.
91
kriteria besar-kecilnya dana desa yang diperoleh, serta mempertimbangkan
aspek keterjangkauan desa penerima dana desa serta aspek letak geografis
desa tersebut. Adapun penentuan lokasi tersebut berdasarkan penelusuran
dokumen yaitu:
1. Desa Pasapa di Kecamatan Budong-budong mewakili desa yang
mendapatkan dana desa tertinggi tahun anggaran 2017 di Kabupaten
Mamuju Tengah
2. Desa Lemo-Lemo di Kecamatan Pangale mewakili desa yang
mendapatkan dana desa terendah tahun anggaran 2017 di Kabupaten
Mamuju Tengah
3. Desa Tumbu di Kecamatan Topoyo sebagai desa yang mewakili
wilayah pesisir di Kabupaten Mamuju Tengah
4. Desa Sanjango di Kecamatan Karossa sebagai desa yang mewakili
wilayah pegunungan di Kabupaten Mamuju Tengah
5. Desa Tobadak di Kecamatan Tobadak sebagai desa yang terletak
pusat kota Kabupaten Mamuju Tengah
Dalam penelitian ini informan yang peneliti maksudkan adalah
keseluruhan sumber informasi dalam Lingkup Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Desa kabupaten Mamuju Tengah. yaitu :
a. Bupati Kabupaten Mamuju Tengah
b. Kepala Pemberdayaan Masyarakat Desa kabupaten Mamuju
Tengah
92
c. Camat/staff di lingkup kabupaten Mamuju Tengah = 5 orang
d. Kepala Desa di lingkup kabupaten Mamuju Tengah = 5 orang
e. Sekertaris Desa di lingkup Kabupaten Mamuju Tengah = 5 orang
f. Staff Pemerintah desa di lingkup kabupaten Mamuju Tengah = 10
orang
g. Ketua BPD dan anggota BPD di lingkup kabupaten Mamuju
Tengah = 10 orang
h. Pendamping Desa di lingkup kabupaten Mamuju Tengah = 5 orang
i. Masyarakat /Tokoh masyakat Desa = 10 orang
3.5.Teknik Pengumpulan Data
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian diarahkan
pada pengumpulan data yang lebih banyak bergantung kepada peneliti
sendiri sebagai pengumpul data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini meliputi:
1. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara secara mendalam dengan
informan kunci untuk mendapatkan informasi yang dianggap
penting yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti baik dari
sisi akitivitas (activity) maupun orang-orang (octors). Pemberian
pertanyaan kepada informan dilakukan secara terbuka dan fleksibel
93
dengan tidak menggunakan pedoman wawancara secara
terstruktur dalam rangka menyerap informasi mengenai persepsi,
pola maupun pendapat-pendapat dari informan tersebut.
2. Observasi
Proses pengamatan dilakukan secara langsung di lokasi
penelitian untuk melihat kenyataan dan fakta sosial di sehingga
dapat dicocokkan antara hasil wawancara atau informasi dari
informan dengan fakta yang ada di lapangan baik daria aspek
activity maupun actors.
3. Dokumen dan Arsip
Pada teknik ini dilakukan telaah pustaka, dimana peneliti
mengumpulkan data dari penelitian sebelumnya berupa buku,
jurnal, dan tesis. Dokumen berguna karena dapat memberikan
latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian.
Dokumen dan arsip mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan
fokus penelitian yang merupakan salah satu sumber data yang
paling penting dalam penelitian. Dokumen yang dimaksud adalah
dokumen tertulis, gambar/foto, atau film audio-visual, data statistik,
laporan penelitian sebelumnya maupun tulisan-tulisan ilmiah.
94
3.6.Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul akan dianalisa secara Deskriptif dengan
pendekatan kualitatif sesuai jumlah variabel yang dijadikan indikator dalam
penelitian ini dan didukung dengan data sekunder .Untuk menganalisis fakta-
fakta yang ditemukan di lapangan, dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Reduksi data yaitu melakukan penyusunan data yang diperoleh,
kemudian ditentukan data yang sesuai dengan penelitian ini
dengan pengklasifikasian yang ada. Sementara data yang
kurang relevan dikesampingkan. Data-data yang sesuai
tersebut berkaitan dengan masalah utama yang teridentifikasi.
2. kompleksitas data yang penting dan relevan di atas, kemudian
dilakukan pengklasifikasian data dalam beberapa titik tekan
persoalan munculnya. Pada tahap inilah dibahas pendekatan-
pendekatan teori untuk memahami dan meneliti perilaku dalam
penelitian ini diterapkan.
3. dilakukan pengolahan data secara kualitatif. Dalam tahapan ini
setiap data diberikan pengertian sehingga mudah untuk
dipahami. Pengertian ini dimaksudkan untuk menganalisis inti
pemikiran yang ada dalam data. Terakhir, dilakukan
penyimpulan ringan sebagai langkah awal untuk membuat
kesimpulan akhir dari penelitian ini. Kerangka konsep yang
95
menyangkut beberapa faktor yang mempunyai kecenderungan
digunakan sebagai asumsi-asumsi untuk menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan sementara dalam penelitian ini.
Penggabungan antara kerangka konsep dan teori-teori yang
ada dengan kondisi obyektif hasil penelitian kemudian dijadikan
pedoman untuk melakukan penyimpulan akhir dalam penelitian
ini.
3.7. Defenisi Operasional
Untuk memberikan suatu pemahaman agar memudahkan penelitian ini
maka penulis memberikan beberapa batasan penelitian, dan fokus penelitian
ini yang dioperasionalkan melaui beberapa indikator sebagai berikut:
a. Pemerintah desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan
nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa. Pemerintah Desa yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah Pemerintah Desa di Lingkup Kabupaten Mamuju Tengah.
b. Dana Desa adalah Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat. Tujuan dari dana desa pada dasarnya
96
adalah mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dengan lebih
memeratakan pendapatan
c. Pengelolaan dana desa yaitu suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang
dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja
dalam mencapai tujan tertentu. pengelolaan dana Desa didalamnya
disebutkan tahapan-tahapannya yaitu :
1. Perencanaan yang dimaksudkan adalah tahapan perencanaan
penggunaan dana desa yaitu pembuatan rencana.
2. Pelaksanaan yang dimaksudkan yaitu tahapan penggunaan
dana desa.
3. Penatausahan yang dimaksud yaitu segala rangkaian kegiatan
yang meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan barang
milik desa yang diperoleh dari hasil penggunaan dana desa.
4. Pelaporan yang dimaksud yaitu upaya pemanfaatan untuk
melaporkan setiap perkembangan kegitan yang sedang
dijalankan atau telah diselesaikan oleh pendamping ataupun
penanggungjawab dana desa.
5. Pertanggung jawaban keuangan Desa yang dimaksudkan
penulis adalah pertanganggung jawaban penggunaan Dana
Desa sebagai bentuk laporan hasil realisasi dari penggunaan
Dana Desa .
97
d. Pemanfaatan Dana Desa meliputi :
1. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa adalah proses kegiatan
pelayanan publik masyarakat desa yang dilakukan oleh aparat
pemerintahan di lingkup desa
2. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan untuk sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat Desa
3. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan
pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran,
serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan,
program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.
98
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian
4.1.1. Kabupaten Mamuju Tengah
1. Letak Geografis
Secara Geografis Kabupaten Mamuju Tengah terletak pada Bagian
Barat Pulau Sulawesi dan berposisi pada bentangan Selat Makassar,
yakni10 47’ 82’’ – 20 17’ 31’’ Lintang Selatan, 1190 08’ 13“ – 1190 24’
08” Bujur Timur, Jakarta (00 0‘ 0“, Jakarta= 1600 48‘ 28“ Bujur Timur
Green Witch). Dengan batas wilayah :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Sungai Benggaulu Desa
Benggaulu Kecamatan Dapurang Kabupaten Mamuju Utara;
2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Batu Bicara, Kecamatan
Seko Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan;
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Karama dan Desa
Tarailu Kecamatan Sampaga, Kecamatan Tommo Kabupaten
Mamuju; dan
4. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar.
Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2013, luas wilayah
Kabupaten Mamuju Tengah adalah 3.014,37 km2, secara
administrasi pemerintahan, terdiri atas 5 Kecamatan, 54 Desa, dan 2
99
(UPT) Unit Pemukiman Transmigrasi. Ibukota kabupaten terletak di
Wilayah Benteng Kayu Mangiwang Kecamatan Tobadak.
Berdasarkan orbitasi, kecamatan yang letaknya terjauh dari ibukota
kabupaten adalah ibukota Kecamatan Karossa (Karossa) yaitu
sejauh 45 Km, dan ibukota kecamatan yang terdekat dari ibukota
kabupaten adalah Kecamatan Topoyo dan Kecamatan Budong-
Budong yang berbatasan langsung dengan Ibukota Kabupaten
Mamuju Tengah. Berikut tabel wilayah administrasi dan luas wilayah
Kabupaten Mamuju Tengah, seperti pada tabel 4.2 berikut:45
45 Mamuju Tengah dalam Angka
100
Tabel 4.2 Wilayah Administrasi dan Luas Wilayah
Per Desa/ UPT Kabupaten Mamuju Tengah
No
Kecamatan
Nama Desa
Luas (Ha)
Presentasi
Terhadap Luas
Kec.
Desa
1 2 3 4 5 6
1. Tobadak Sulobaja 18,00 3,32 0,57
Bambadaru 18,82 3,47 0,60
Batu Parigi 210,24 38,80 6,77
Palongan 30,88 5,70 0,99
Mahahe 7,00 1,29 0,22
Tobadak 86,42 15,95 2,78
Salo Adak 86,42 8,80 1,53
Sejati 86,42 22,66 3,95
2 Pangale
Pangale 14,27 12,78 0,18
Sartanamaju 10,02 8,97 0,13
Polo Pangale 13,98 8,7 0, 34
Kuo 21,58 19,32 0,27
Polo Lereng 20,02 17,92 0,25
Polo Camba 10,01 8,96 0,13
Lamba Lamba 11,66 10,44 0,15
Kombiling 2,91 2,61 0,04
Lemo Lemo 7,28 6,52 0,09
Sartanamaju 10,02 8,97 0,13
3.
Budong-Budong
Lumu 13,92 6,26 0,48
Tinali 3,38 1,52 0,12
Salumanurung 13,34 6,00 0,46
Kire 28,68 12,90 1,00
Salogatta 12,95 5,82 0,45
Pontanakayang 31,31 14,08 1,09
Babana 38,32 17,23 1,33
Pasappa 17,48 7,86 0,61
Bojo 47,56 21,39 1,65
Barakkang 12,24 5,50 0,43
101
1
2
3 4 5 6
Lembah Hada 3,21 1,44 0,11
4.
Topoyo
Budong Budong 10,04 1,15 0,13
Paraili 9,39 1,08 0,12
Topoyo 7,28 0,84 0,09
Kabubu 4,28 0,49 0,05
Waeputeh 12,34 1,42 0,16
Tappilina 9,31 1,07 0,12
Tangkou 5,00 0,57 0,06
Tabolang 27,46 3,16 0,35
Salupangkang 9,61 1,10 0,12
Salupangkang IV 8,70 1,00 0,11
Tumbu 18,20 2,09 0,23
Bambamanurung 5,55 0,64 0,07
Pangalloang 17,19 1,98 0,22
Sinabatta 20,41 2,35 0,26
Salulekbo 705,12 18,06 81,06
5.
Karossa
Kambunong 171,69 15,08 2,16
Tasokko 175,32 15,40 2,21
Lara 181,50 15,94 2,29
Nama Desa
Luas Ha
Presentasi
Terhadap Luas
Kec.
Desa
Karossa 280,44 24,64 3,53
Lembah Hopo 93,60 8,22 1,18
UPT Lara III 3,23 0,28 0,04
Banggaulu 12,92 1,14 0,16
UPT Mora IV 13,63 1,20 0,17
Kayu Calla 8,75 0,77 0,11
Kadaila 15,36 1,35 0,19
Sukamaju 11,29 0,99 0,14
Salubiro 120,29 10,57 1,51
Sanjango 50,27 4,42 0,63
102
Tabel 4.3
Batas Wilayah Administrasi per Kecamatan di Kabupaten Mamuju Tengah Tahun 2018
No Kecamatan Batas Wilayah
Utara Selatan Barat Timur
1. Topoyo
Kec. Karossa
Kec. Tobadak
Selat Makassar Prov. Sulsel
2. Budong-Budong
Kec. Topoyo Kec. Pangale
Selat Makassar
Kab.Mamuju
3. Tobadak Kec. Topoyo Kab. Mamuju
Kec. Budong-Budong
Prov. Sulsel
4. Pangale Kec. Budong-Budong
Kab. Mamuju
Prov. Sulsel Kab.Mamuju
5. Karossa Kab.Mamuju Utara
Kec. Topoyo
Selat Makassar
Prov. Sulsel
103
Gambar 8
Peta Administrasi Mamuju Tengah 2017
104
2. Pemerintahan
Struktur organisasi dalam lingkungan Pemerintah Kabupaten
Mamuju Tengah diatur dalam 5 (lima) Peraturan Bupati, yakni
Peraturan Bupati Kabupaten Mamuju Tengah Nomor 1 Tahun 2013
Tentang pembentukan Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD
Kabupaten Mamuju Tengah, Peraturan Bupati Kabupaten Mamuju
Tengah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pembentukan Tata Kerja
Daerah Kabupaten Mamuju Tengah, Peraturan Bupati Kabupaten
Mamuju Tengah Nomor 3 tahun 2013 Tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Tekhnis Kabupaten Mamuju
Tengah, Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2014 Tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan di Kabupaten
Mamuju Tengah dan Peraturan Bupati Nomor 18 Tahun 2014 Tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah
Satelit Kabupaten Mamuju Tengah.46
a. Sekretariat Daerah Kabupaten Mamuju Tengah.
Sekretariat Daerah adalah unsur staf pemerintahan kabupaten
yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah Kabupaten yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati.
Sekretariat Daerah Kabupaten mempunyai tugas membantu
Bupati dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan
Pemerintahan, Administrasi, Organisasi dan Tatalaksana serta
46 Mamuju Tengah 2017
105
memberikan pelayanan Administratif kepada seluruh perangkat
Daerah Kabupaten.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sekretaris
Daerah Kabupaten mempunyai fungsi :
1. Pengkoordinasian perumusan kebijakan Pemerintah
Kabupaten
2. Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan
3. Pengelolaan Sumber Daya Aparatur, Keuangan, Prasarana
dan Sarana Pemerintahan Kabupaten
4. Pembinaan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai
tugas dan fungsinya.
Sekretariat Daerah, terdiri dari 2 (dua) asisten yang
dibawahi langsung oleh Sekda, terdiri dari beberapa bagian-
bagian, yaitu:
1. Asisten Bidang Pemerintahan, terdiri dari:
a. Bagian Pemerintahan, Satpol PP
b. Satuan Polisi Pamong Praja
c. Bagian Ortala
d. Bagian Hukum
e. Bagian Humas.
2. Asisten Bidang Administrasi dan Pembangunan, terdiri dari:
106
a) Bagian Ekonomi;
b) Bagian Bina Program;
c) Bagian Kesra
d) Bagian Umum;
e) Bagian Perlengkapan.
b. Sekretariat DPRD Kabupaten Mamuju Tengah
Sekretariat DPRD Kabupaten yang selanjutnya disebut Setwan
merupakan unsur staf pelayanan terhadap DPRD Kabupaten yang
dipimpin oleh seorang Sekretaris yang bertanggung jawab kepada
pimpinan DPRD dan secara administratif dibina oleh Sekretaris
Kabupaten.
Sekretaris DPRD Kabupaten mempunyai tugas pokok
memberikan pelayanan administratif kepada anggota DPRD. Untuk
melaksanakan tugas pokok sebagaimana yang dimaksud, Sekwan
mempunyai fungsi :
1. Fasilitator rapat anggota DPRD
2. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah
tangga, perjalanan Dinas anggota DPRD, kehumasan dan
protokoleran;
3. Pengelolaan administrasi tata usaha DPRD.
107
Tabel 4.4 Sekretariat DPRD Kab.Mamuju Tengah
JABATAN
NO
NAMA SKPD
TIPE
SEKRETARIS
ASISTEN
BAGIAN
SUBAG
1
SEKRETARIAT DAERAH
B
1
3
9
27
2 SEKRETARIAT DPRD B 1 - 3 9
Tabel 4.5
Analisis Jumlah Jabatan Pada Organisasi Perangkat Daerah Dalam Bentuk Inspektorat
JABATAN
NO
NAMA SKPD
TIPE
INSPEK INSPEKTUR
SEKRETARIS
SUBAG
TUR
PEMBANTU
1 INSPEKTORAT C 1 2 1 2
Tabel 4.6
Analisis Jumlah Jabatan Pada Organisasi Perangkat Daerah Dalam Bentuk Badan
NO NAMA SKPD TIPE JABATAN
SEKRETARIS SUBAG BIDANG SUBID
1 BADAN KEUANGAN B 1 2 5 15
2 BADAN PERENCANAAN, A 1 3 4 12
PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
3 BADAN KEPEGAWAIAN B 1 2 3 9
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
4 BADAN PENANGGULANGAN
BENCANA DAERAH
5 KANTOR KESATUAN BANGSA
DAN POLITIK
108
Dinas daerah yang terdapat di Kabupaten Mamuju Tengah, terdiri dari
Beberapa dinas, yaitu:
a. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
b. Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana
c. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi
d. Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang dan Perumahan Rakyat
e. Dinas Koperasi, Usaha Mikro kecil Menengah, Perdagangan,
Perindustrian dan Pertambangan
f. Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Perkebunan
g. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
h. Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga
i. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Lembaga Teknis Daerah yang terdapat di Kabupaten Mamuju Tengah, terdiri dari :
Lembaga Teknis Daerah adalah Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Mamuju Tengah yang mempunyai fungsi perumusan
kebijakan, pelaksanaan serta fungsi pelayanan masyarakat yang dapat
berbentuk Badan dan atau Kantor;
a. Inspektorat Daerah;
b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA);
c. Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah (BKDD);
d. Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD);
e. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Desa;
109
f. Badan Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
g. Badan penanggulangan Bencana Daerah;
h. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kecamatan
Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten yang
mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh Camat,
berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah. Mempunyai tugas melaksanakan kewenangan
pemerintahan yang dilimpahkan Bupati termasuk menangani sebagian
urusan otonomi daerah.
Kabupaten Mamuju Tengah, memiliki 5 (lima) kecamatan, yaitu:
a. Kecamatan Pangale;
b. Kecamatan Budong-Budong;
c. Kecamatan Tobadak;
d. Kecamatan Topoyo; dan
e. Kecamatan Karossa.
Keuangan Daerah Kabupaten Mamuju Tengah
a. APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan
110
ditetapkan dengan peraturan daerah. Selanjutnya Pendapatan Daerah
adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah.
Kemudian Penerimaan daerah terdiri dari pendapatan daerah dan
penerimaan pembiayaan daerah. Pendapatan Daerah merupakan perkiraan
yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber
pendapatan. Sedangkan Penerimaan Pembiayaan adalah semua
penerimaan yang perlu dibayar kembali pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Dalam
penyusunan APBD seluruh pendapatan daerah dan pembiayaan daerah
dianggarkan secara bruto.
Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Mentri Dalam Negeri
Nomor 13 tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan kedua
perubahannya ditetapkan bahwa struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah meliputi:
a. Pendapatan Daerah
b. Belanja Daerah
c. Pembiayaan Daerah
1. Pendapatan Daerah
Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan uang melalui
rekening kas umum daerah, menambah akuitas dana, merupakan hak
111
daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh
daerah. Pendapatan daerah yang dimaksud dikelompokkan atas:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri atas Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah.
2. Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi
Umum dan Dana Alokasi Khusus
3. Lain–lain Pendapatan Daerah Yang Sah yang terdiri dari Hibah, Dana
Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi Kepada Kabupaten/Kota,
Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi
Khusus dan Bantuan Keuangan Dari Provinsi atau Dari
Pemerintah Daerah Lainnya.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang
pajak dan Retribusi Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Daerah Sumber Pendapatan Daerah yang
dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Mamuju meliputi Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah
Yang Sah.
2. Belanja Daerah
Belanja Daerah sebagaimana tertuang dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah
Kabupaten/Kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan atau urusan
112
yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dilaksanakan
bersama antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan
perudang – undangan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006 beserta revisinya dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Struktur
Belanja Kabupaten Mamuju Tengah untuk tahun Anggaran 2013 dan 2014
dikelompokkan menjadi:
1. Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak
terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan
yang terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Belanja Subsidi,
Belanja Hibah, Belanja Bagi Hasil, Belanja Bantuan Keuangan dan
Belanja Tidak Terduga.
2. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan yang terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang
dianggarkan pada belanja SKPD yang bersangkutan seperti: Belanja
Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Modal.
3. Pembiayaan Daerah Pembiayaan daerah terdiri dari:
a. Penerimaan Pembiayaan yang mencakup: sisa lebih perhitungan
anggaran tahun lalu (SILPA), pencairan dan cadangan, hasil
penjualan kekayaan yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah,
113
penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang
daerah
b. Pengeluaran Pembiayaan yang mencakup: pembentukan dana
cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah,
pembayaran pokok utang dan pemberian pinjaman daerah serta
antara Anggaran Pendapatan Daerah mengakibatkan surplus atau
defisit anggaran.
4. Produk Domestik Regional Bruto
Indikator pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan pendapatan
per kapita dihitung berdasarkan suatu data yang disebut Produk
Domestik Bruto (PDB) untuk level nasional dan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) untuk wilayah propinsi dan wilayah
kabupaten/kota.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan suatu ukuran
yang digunakan untuk melihat kemajuan ekonomi suatu daerah, dan
salah satu cerminan berhasil atau tidaknya pelaksanaan
pembangunan yang telah dilaksanakan oleh suatu daerah. PDRB
didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang
dihasilkan dalam satu tahun di wilayah tersebut. Untuk lebih jelasnya
berikut ini adalah beberapa konsep dan definisi yang dipakai dalam
penghitungan PDRB.
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai tambah bruto,
yaitu tambahan nilai yang ditimbulkan oleh aktivitas faktor-faktor
114
produksi dalam merubah/memproses bahan-bahan baku dan
penolong sehingga lebih dekat kepada pengguna; atau nilai barang
dan jasa yang ditimbulkan oleh faktor produksi. Apabila seluruh
nilai tambah bruto atau nilai barang dan jasa yang ditimbulkan oleh
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di
wilayah tertentu pada jangka waktu tertentu (misalnya satu tahun)
2. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber
daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang
besar menunjukkan kemampuan sumber ekonomi yang besar
3. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk mengukur laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor
dalam suatu periode waktu
4. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan
struktur perekonomian dan peranan sektor ekonomi dalam suatu
wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran besar
menunjukkan basis perekonomian daerah tersebut
5. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan
produktivitas tiap penduduk dalam menciptakan output barang dan
jasa
6. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk
mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita.
115
Tabel 4.7 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mamuju Tengah Atas Dasar
Harga Berlaku (miliar rupiah)
Lapangan Usaha/ Kategori 2016 2017
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.292,57 1.458,58
Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 1.139,02 1.274,90
Tanaman Pangan dan Holtikultura 298,69 313,63
Perkebunan Semusim danTahunan 768,08 884,06
Peternakan dan Jasa Pertanian 72,26 77,21
Kehutanan dan Penebangan Kayu 12,26 13,36
Perikanan 141,28 170,32
Pertambangan dan Penggalian 20,34 24,75
Industri pengolahan 169,80 197,24
Pengadaan Listrik dan Gas 0,25 0,28
Pengadaan Air 1,17 1,21
Konstruksi 19,78 26,49
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 85,44 98,18
Transportasi dan Pergudangan 12,03 13,80
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,44 4,20
Informasi dan Komunikasi 17,57 20,74
Jasa Keuangan 15,78 72,99
Real State 63,95 72,99
Jasa Perusahaan 63,95 0,31
Administrasi pemerintahan, 19,78 27,16
Pertanahan dan Jaminan Sosial Wajib 0,28 27,16
Jasa Pendidikan 5,57 5,91
Jasa Lainnya 19,78 3,88
Produk Domestik Regional Bruto 1.800,62 2.044,48
Sumber : BPS Mamuju 2017
116
Tabel 4.8
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mamuju Tengah Atas Dasar Harga Konstant (miliar rupiah) 2016-2017
Lapangan Usaha/ Kategori 2016 2017
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.140,56 1.188,98
Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 1 020,56 1 058,91
Tanaman Pangan dan Holtikultura 272,08 275,39
Perkebunan Semusim danTahunan 687,74 720,79
Peternakan dan Jasa Pertanian 60,74 62,73
Kehutanan dan Penebangan Kayu 11,51 11,86
Perikanan 108,48 118,21
Pertambangan dan Penggalian 18,14 21,08
Industri pengolahan 163,31 178,17
Pengadaan Listrik dan Gas 0,29 0,33
Pengadaan Air 1,02 1,07
Konstruksi 18,04 22,28
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor 71,26 77,09
Transportasi dan Pergudangan - 11,15
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,07 3,53
Informasi dan Komunikasi 17,15 18,92
Jasa Keuangan 12,97 13,22
Real State 56,74 61,21
Jasa Perusahaan 0,28 0,29
Administrasi pemerintahan, 17,87 23,53
Pertanahan dan Jaminan Sosial Wajib 63,84 65,13
Jasa Pendidikan 4,61 4,80
Jasa Lainnya 3,04 3,34
Produk Domestik Regional Bruto 1 603,34 1 694,99
117
Tabel 4.9 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mamuju Tengah
Atas Dasar Harga Berlaku (persen) 2016-2017
Lapangan Usaha/ Kategori 2016 2017
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 71,78 71,34
Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 63,26 62,36
Tanaman Pangan dan Holtikultura 16,59 15,34
Perkebunan Semusim danTahunan 42,66 43,24
Peternakan dan Jasa Pertanian 4,01 3,78
Kehutanan dan Penebangan Kayu 0,68 0,65
Perikanan 7,85 8,33
Pertambangan dan Penggalian 1,13 1,21
Industri pengolahan 9,43 9,65
Pengadaan Listrik dan Gas 0,01 0,01
Pengadaan Air 0,06 0.06
Konstruksi 1,10 1,30
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor 4,74 4,80
Transportasi dan Pergudangan 0,67 0,67
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,19 0,21
Informasi dan Komunikasi 0,98 1,01
Jasa Keuangan 0,88 0,84
Real State 3,55 3,57
Jasa Perusahaan 0,02 0,02
Administrasi pemerintahan, 1,10 1,33
Pertanahan dan Jaminan Sosial Wajib 3,86 3,50
Jasa Pendidikan 0,31 0,29
Jasa Lainnya 0,19 0,19
Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00
118
Tabel 4.10
Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mamuju Tengah Atas Dasar Harga Berlaku (persen) 2016-2017
Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014 * 2015 **
% % % % %
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 13.44 12.02 12.66 12.84 12.91
B Pertambangan dan Penggalian 19.40 5.12 11.43 21.72 13.43
C Industri Pengolahan 15.61 6.61 5.98 16.75 4.87
D Pengadaan Listrik dan Gas 8.99 8.69 1.37 12.56 (13.57)
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 26.93 16.31 9.81 4.14 5.80
dan Daur Ulang
F Konstruksi 3.05 4.82 15.32 33.93 14.50
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 14.99 11.28 9.47 14.91 7.77
Mobil dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 7.68 5.16 10.26 14.69 12.37
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 13.67 9.81 11.58 18.71 7.82
J Informasi dan Komunikasi 7.89 6.69 9.72 18.05 9.96
K Jasa Keuangan dan Asuransi 31.33 25.92 12.58 8.56 7.61
L Real Estate 10.53 3.75 4.46 14.15 10.07
119
Tabel 4.11
Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mamuju Tengah Atas Dasar Harga Konstant (persen) 2016-2017
Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014 * 2015 **
% % % % %
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 9.31 9.84 5.21 4.25 6.43
B Pertambangan dan Penggalian 7.18 5.09 10.76 16.21 6.13
C Industri Pengolahan 12.05 6.40 5.37 9.10 4.10
D Pengadaan Listrik dan Gas 13.76 12.09 12.07 13.24 2.61
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan 18.65 9.62 9.27 4.22 5.38
Daur Ulang
Kategori Uraian 2011
% 2012
% 2013
% 2014 *
% 2015 **
%
F Konstruksi 2.20 1.83 9.21 23.50 11.90
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 4.98 5.07 5.91 8.19 2.19
dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 6.27 3.20 5.51 7.70 6.46
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9.49 6.27 6.83 11.17 4.27
J Informasi dan Komunikasi 5.59 6.37 9.75 10.36 9.93
K Jasa Keuangan dan Asuransi 26.12 15.23 5.29 1.92 4.01
L Real Estate 3.02 1.45 1.71 7.86 5.53
M,N Jasa Perusahaan 13.66 6.39 4.31 3.75 4.56
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 9.42 10.38 19.94 31.69 11.63
Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 7.44 3.41 6.33 2.01 3.76
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.54 6.68 4.02 4.24 6.38
R,S,T,U Jasa lainnya 4.50 4.07 4.32 9.97 7.94
PDRB 8.96 8.46 5.47 5.71 6.01
120
Tabel 4.13
Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mamuju Tengah Atas Dasar Harga Konstan
2010 (2010=100) (Persen), 2016-2017
Lapangan Usaha/ Kategori
2016 2017
1 2 3
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 126,32 131,69
Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 126,09 130,83
Tanaman Pangan dan Holtikultura 106,68 107,98
Perkebunan Semusim dan Tahunan 136,53 143,09
Peternakan dan Jasa Pertanian 119,97 123,90
Kehutanan dan Penebangan Kayu 106,10 109,27
Perikanan 131,28 143,05
Pertambangan dan Penggalian 124,76 144,98
Industri pengolahan 125,63 137,06
Pengadaan Listrik dan Gas 142,91 161,83
Pengadaan Air 142,13 148,13
Konstruksi 113,66 140,37
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda 116,83 126,40
Motor
Transportasi dan Pergudangan 115,71 124,62
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 124,30 143,03
Informasi dan Komunikasi 123,27 136,04
121
1 2 3
Jasa Keuangan 153,01 155,95
Real State 106,29 114,65
Jasa Perusahaan 126,14 130,87
Administrasi pemerintahan, Pertanahan dan Jaminan Sosial 144,86 190,77
Wajib
Jasa Pendidikan 118,13 120,51
Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial 114,89 119,76
Jasa Lainnya 113,45 124,76
Produk Domestik Regional Bruto 124,64 131,76
122
Tabel 4.14
Kabupaten Mamuju Tengah Atas Dasar Harga Berlaku (2010=100), 2016-2017
Lapangan Usaha/ Kategori 2016 2017
1 2 3
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 113,33 122,68
Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 111,61 120,40
Tanaman Pangan dan Holtikultura 109,78 113,89
Perkebunan Semusim dan Tahunan 111,68 122,65
Peternakan dan Jasa Pertanian 118,96 123,08
Kehutanan dan Penebangan Kayu 106,51 112,64
Perikanan 130,23 144,09
Pertambangan dan Penggalian 112,10 117,42
Industri pengolahan 103,97 110,70
Pengadaan Listrik dan Gas 84,03 83,52
Pengadaan Air 114,07 113,98
Konstruksi 109,60 118,86
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan 119,90 127,35
Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 107,91 114,91
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 112,05 118,99
Informasi dan Komunikasi 102,46 109,61
Jasa Keuangan 121,67 129,60
Real State 112,69 119,26
123
1 2 3
Jasa Perusahaan 99,94 105,60
Administrasi pemerintahan, Pertanahan dan Jaminan 110,72 115,42
Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 108,77 109,97
Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial 120,93 123,12
Jasa Lainnya 113,52 115,99
Produk Domestik Regional Bruto 112,30 120,62
124
Tabel 4.15
Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional
Bruto Kabupaten Mamuju Tengah Atas Dasar Harga Berlaku (2010=100), 2016-2017
Lapangan Usaha/ Kategori
2016 2017
1 2 3
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 7,08 8,25
Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 7,37 7,87
Tanaman Pangan dan Holtikultura 5,31 3,74
Perkebunan Semusim dan Tahunan 7,92 9,82
Peternakan dan Jasa Pertanian 10,56 3,46
Kehutanan dan Penebangan Kayu 2,17 5,76
Perikanan 5,18 10,64
Pertambangan dan Penggalian 0,60 4,74
Industri pengolahan 0,58 6,47
Pengadaan Listrik dan Gas (9,55) (0,60)
Pengadaan Air 0,49 (0,08)
Konstruksi 5,59 8,45
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan 3,37 6,21
Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 4,50 6,49
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,45 6,19
Informasi dan Komunikasi (0,03) 6,97
Jasa Keuangan 6,93 6,51
125
1 2 3
Real State 2,71 5,83
Jasa Perusahaan 2,82 5,66
Administrasi pemerintahan, Pertanahan dan Jaminan 3,67 4,25
Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 3,70 1,11
Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,09 1,81
Jasa Lainnya 1,76 2,17
Produk Domestik Regional Brutu 5,72 7,40
Sumber: BPS Mamuju, 2015
PDRB Kabupaten Mamuju Tengah atas harga berlaku tahun 2014
sebesar 2.044,48 miliar rupiah dengan kontribusi terbesar dari sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan yaitu 71,34 persen sedangkan sektor
dengan kontribusi terkecil adalah sektor Pengadaan Listrik, Gas sebesar 0,01
persen. Untuk lebih jelasnya, perkembangan PDRB Kabupaten Mamuju
Tengah, baik atas harga berlaku maupun atas harga konstan, tahun 2016
hingga dan tahun 2017, dapat dilihat pada diagram di bawah ini :
Gambar 9 PDRB Kabupaten Mamuju Tengah Tahun 2016 – 2017
1,500.00
1,000.00 HARGA KONSTAN
HARGA BERLAKU 500.00
-
2016
2017
2,500.00
2,000.00 1,800.62 2,044.48
1,694.99 1,603.34
126
Diagram di atas memperlihatkan perkembangan PDRB Kabupaten
Mamuju Tengah yang mengalami peningkatan sejak tahun 2016 hingga
tahun 2017. Peningkatan dialami oleh PDRB untuk harga berlaku maupun
attas harga konstan. Perkembangan PDRB atas Dasar Harga Berlaku
tersebut umumnya disumbang oleh sektor pertanian, kehutanan, dan
perikakan; industri pengolahan; perdagangan besar dan eceran, dan reparasi
mobil dan sepeda motor; dan lainnya.
4.1.2. Dinas PMD Kabupaten Mamuju Tengah
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa mempunyai tugas pokok
membantu Bupati dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Dalam
melaksanakan tugas pokok tersebut DPMD Kabupaten Mamuju Tengah
mempunyai fungsi, sebagai berikut :
1. Perumusan kebijakan teknis bidang pemberdayaan masyarakat
dan pemerintahan desa
2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan
daerah di bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan
desa
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pemberdayaan
masyarakat dan pemerintahan desa; dan pelaksanaan tugas lain
yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
127
Adapun tugas pokok dan fungsi dari masing-masing sebagai
berikut :
Berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Mamuju Tengah
Nomor 40 Tahun 2016 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Mamuju
Tengah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten
dalam bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa
yang menjadi ruang lingkup tanggung jawabnya.
Sususnan Organisasi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa (DPMD) terdiri atas :
a. Kepala
b. Sekretaris
1. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
2. Sub Bagian Umum, Keuangan dan Kepegawaian
c. Bidang-bidang yang terdiri atas :
1. Bidang Pemberdayaan Masyarakat
2. Bidang Pemerintahan Desa
3. Bidang Pelayanan Sosial Dasar
d. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang tenaga
fungsional senior yang ditunjuk diantara tenaga fungsional yang ada di
128
lingkungan Badan. Kelompok Jabatan Fungsional berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan. Kelompok Jabatan
Fungsional mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam
melaksanakan fungsi yang memerlukan keahlian tertentu secara
profesional sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD)
mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah dibidang perumusan strategi, arah dan kebijakan
teknis pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa dalam
mendukung upaya pembangunan di daerah secara menyeluruh.
Untuk melaksanakan tugas pokok, Kepala Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pemberdayaan masyarakat,
dan pemerintahan desa
b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan dalam mendukung pengembangan dan
pembangunan daerah
c. Pengkoordinasian tugas pengendalian, monitoring dan pelaporan
pelaksanaan program pembangunan daerah melalui kegiatan
pemberdayaan
d. Pelayanan penunjang pelaksanaan dan penyelenggaraan
pemerintahan daerah terkait masalah pemberdayaan masyarakat,
129
perempuan maupun pemberdayaan pemerintahan desa secara
umum.
Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD)
mempunyai tugas melaksanakan kegiatan administrasi umum,
kepegawaian, keuangan dan perlengkapan pada seluruh satuan
organisasi dalam lingkungan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa (DPMD) serta melaksanakan penyusunan rencana dan evaluasi
pembangunan daerah
Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa (DPMD).
Untuk melaksanakan tugas pokok Sekretaris mempunyai fungsi :
a. perumusan kebijakan teknis di bidang umum dan kepegawaian,
perlengkapan dan aset, perencanaan dan pelaporan serta
keuangan.
b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan urusan di bidang
umum dan kepegawaian, perlengkapan dan aset, perencanaan
dan pelaporan serta keuangan
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang umum dan
kepegawaian, perlengkapan dan aset, perencanaan dan pelaporan
serta keuangan
130
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas baik lisan
maupun tulisan sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsinya.
Sekretariat Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) terdiri
atas :
1. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
2. Sub Bagian Umum, Keuangan dan Kepegawaian
Untuk Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
mempunyai tugas pokok menghimpun dan menyusun bahan
perencanaan program kerja dan pengendaliannya serta menyiapkan
laporan kegiatan, Untuk melaksanakan tugas pokok dimaksud Sub
Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai fungsi :
a. Perencanaan kegiatan tahunan dan rencana anggaran kegiatan
dilingkup sub Bagian Perencanaan,Evaluasi dan Pelaporan yang
meliputi urusan perencanaan program kerja, evaluasi, serta
pelaporan program
b. Pembagian pelaksanaan tugas kepada bawahan yang meliputi
urusan Perencanaan,Evaluasi dan Pelaporan serta pelaporan
program dilingkup sub bagian Perencanaan,Evaluasi dan
Pelaporan
c. Pemberian bimbingan dan arahan kepada bawahan dilingkup sub
bagian Perencanaan,Evaluasi dan Pelaporan sesuai peraturan dan
prosedur yang berlaku
131
d. Pengkoordinasian penyusunan rencana kerja tahunan meliputi
urusan perencanaan program kerja, evaluasi, serta pelaporan
program dilingkup dinas
e. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi tugas sub bagian
Perencanaan,Evaluasi dan Pelaporan
f. Penyelenggaraan pelaporan hasil pelaksanaan tugas sub bagian
Perencanaan,Evaluasi dan Pelaporan kepada pimpinan
g. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan
pengembangan karier;
Sub Bagian Umum,keuangan dan Kepegawaian mempunyai tugas
pokok melaksanakan urusan surat menyurat, penatausahaan, urusan rumah
tangga dan keuangan kepegawaian perlengkapan,Untuk melaksanakan
tugas pokok dimaksud, Sub Bagian Umum,Keuangan dan Kepegawaian
mempunyai fungsi :
a. Penyusunan rencana kegiatan tahunan dan rencana anggaran
kegiatan yang meliputi urusan anggaran dinas, kepegawaian,
keprotokoleran, pembukuan dan verifikasi, perbendaharaan, urusan
persuratan, pengarsipan, pengelolaan dan pemeliharaan
perlengkapan dinas dan administrasi aset Dinas Kesehatan
b. Pengkoordinasian pelaksanaan rencana kegiatan dengan sub
bagian/seksi lain sesuai prosedur yang berlaku untuk kelancaran
pelaksanaan tugas.
132
c. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas di sub
bagian keuangan, kepegawaian dan umum
d. Penyelenggaraan laporan hasil pelaksanaan tugas sub bagian
keuangan, kepegawaian dan umum kepada pimpinan.
e. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan
pengembangan karier;
4.1.2.1. Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan
dan mengkoordinasikan kegiatan perencanaan di bidang pemberdayaan
Masyarakat dari aspek Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat
Desa,Bumdes dan pemberdayaan Masyarakat ,Pengembangan Kawasan
Pedesaan,Pendayagunaan Sumber Daya alam dan Teknologi Tepat
Guna.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagimana dimaksud Bidang
Pemberdayaan Masyarakat mempunyai fungsi :
a. Perencanaan operasional rencana kerja di lingkup bidang
Pemberdayaan masyarakat.
b. Perencanaan kebijakan dibidang Pemberdayaan masyarakat
sebagai pedoman kerja
c. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dengan Sekretaris dan
Kepala Bidang lain dilingkup bidang guna kelancaran pelaksanaan
tugas.
133
d. Pembagian pelaksanaan tugas meliputi Tupoksi Pemberdayaan
masyarakat .
e. Pelaporan hasil pelaksanaan tugas dilingkup bidang.
f. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan
pengembangan karier.
Bidang Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari :
a. Seksi Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat Desa,
Bumdes dan Pemberdayaan Masyarakat
b. Seksi Pengembangan Kawasan Pedesaan
c. Seksi Pendayagunaan Sumber Daya Alam Dan Teknologi Tepat
Guna
Seksi Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat Desa,
Bumdes dan Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas
mempersiapkan data penyusunan rencana, pelaksanaan kegiatan dan
monitoring program di bidang pengembangan ekonomi masyarakat
dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia dan
kesejahteraan masyarakat
Untuk melaksanakan tugas dimaksud Seksi Pengembangan
Usaha Ekonomi Masyarakat Desa, Bumdes dan Pemberdayaan
Masyarakat mempunyai fungsi :
a. Perencanaan kegiatan program tahunan dan rencana anggaran
kegiatan dilingkup seksi
134
b. Pembagian pelaksanaan tugas kepada bawahan yang meliputi
urusan Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat Desa,Bumdes
dan pemberdayaan Masyarakat sebagai acuan kerja dilingkup
seksi
c. Pembimbingan dan pengarahan kepada bawahan dilingkup seksi
dalam melaksanakan tugas sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku
d. Pengkoordinasian, pembinaan dan fasilitasi dalam urusan
Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat Desa,Bumdes dan
pemberdayaan Masyarakat.
e. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas
dilingkup seksi
f. Penyelenggaraan laporan hasil pelaksanaan tugas dilingkup seksi
kepada pimpinan
g. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan
pengembangan karier
Seksi Pengembangan Kawasan Pedesaan mempunyai tugas
mempersiapkan data penyusunan rencana, pelaksanaan kegiatan dan
monitoring program di bidang pengembangan Kawasan Pedesaan
dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia dan
kesejahteraan masyarakat
135
Untuk melaksanakan tugas dimaksud Seksi Pengembangan
Kawasan Pedesaan mempunyai fungsi :
a. Perencanaan kegiatan program tahunan dan rencana anggaran
kegiatan dilingkup seksi
b. Pembagian pelaksanaan tugas kepada bawahan yang meliputi
urusan Seksi Pengembangan Kawasan Pedesaan sebagai acuan
kerja dilingkup seksi
c. Pembimbingan dan pengarahan kepada bawahan dilingkup seksi
dalam melaksanakan tugas sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku
d. Pengkoordinasian, pembinaan dan fasilitasi dalam urusan Seksi
Pengembangan Kawasan Pedesaan.
e. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas
dilingkup seksi Pengembangan Kawasan Pedesaan
f. Penyelenggaraan laporan hasil pelaksanaan tugas dilingkup seksi
Pengembangan Kawasan Pedesaan kepada pimpinan
g. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan
pengembangan karier
4.1.2.2. Bidang Pelayanan Sosial Dasar
Bidang Pelayanan Sosial Dasar dan Pembangunan Sarana
Prasarana Desa mempunyai tugas melaksanakan dan
mengkoordinasikan kegiatan perencanaan pada bidang dari aspek
136
Pelayanan Sosial Dasar dan Pembangunan Sarana Prasarana Desa
dalam rangka penyelenggaraan Pelayanan Sosial Dasar di desa.
Untuk melaksanakan tugas sebagimana dimaksud Bidang
Pemberdayaan Masyarakat mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan program, kegiatan, dan pengendalian anggaran
pada lingkup bidang.
b. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan kegiatan lingkup bidang.
c. Pengkoordinasian dan pembinaan program kerja tiap-tiap seksi
pada lingkup bidang.
d. Pengendalian dan pengawasan pelaksanaan program di lingkup
bidang.
e. Penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan
lingkup bidang.
f. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan
pengembangan karier
Bidang Pemberdayaan Pelayanan Sosial Dasar terdiri atas :
a. Seksi Pelayanan Dasar Kesejahteraan Rakyat
b. Seksi Pembangunan Sarana prasana dan asset desa.
c. Seksi Adat Budaya dan perlindungan social.
Seksi Pelayanan Dasar Kesejahteraan Rakyat mempunyai
tugas merencanakan, mengumpulkan data-data dan bahan,
137
penyusunan, perumusan dan pelaksanaan kegiatan di Seksi
Pelayanan Dasar Kesejahteraan Rakyat .
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Seksi Pelayanan Dasar
Kesejahteraan Rakyat Desa mempunyai fungsi :
a. Perencanaan kegiatan dan rencana anggaran kegiatan dilingkup
Pelayanan Dasar Kesejahteraan Rakyat .
b. Pelaksanaan kegiatan program Pelayanan Dasar Kesejahteraan
Rakyat .
c. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta pengembangan
program Pelayanan Dasar Kesejahteraan Rakyat.
d. Pengkoordinasian Pelayanan Dasar Kesejahteraan Rakyat .
e. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas dilingkup
dilingkup seksi.
f. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan
pengembangan karier
Seksi Pembangunan Sarana prasana dan asset desa
mempunyai tugas merencanakan, mengumpulkan data-data dan
bahan, penyusunan, perumusan dan pelaksanaan kegiatan di Lingkup
Seksi.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Seksi Pembangunan
Sarana prasana dan asset desa mempunyai fungsi :
138
a. Pelaksanaan pengadaan sarana dan prasarana Desa dan asset
desa sesuai dengan ketentuan yang berlaku
b. Penyiapakan dan menyusun upaya peningkatan dan
pengembangan sarana dan prasarana dan asset desa
c. Penyelenggaraan Pembangunan sarana dan prasarana dan asset
desa
d. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan analisa data serta
pengelolaan sarana prasarana Desa
e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
tugas seksi
f. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh
pimpinan baik lisan maupun tulisan
Seksi Adat Budaya dan perlindungan sosial mempunyai tugas
merencanakan, mengumpulkan data-data dan bahan, penyusunan,
perumusan melaksanakan pengembangan dan pembinaan Adat Budaya dan
perlindungan sosial. Untuk melaksanakan tugas tersebut Seksi Adat Budaya
dan perlindungan sosial menyelenggarakan fungsi :
a. Perencanaan kegiatan dan rencana anggaran kegiatan dilingkup Adat
Budaya dan perlindungan sosial.
b. Pelaksanaan kegiatan program Adat Budaya dan perlindungan sosial.
c. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta pengembangan
program Adat Budaya dan perlindungan sosial.
139
d. Pengkoordinasian Pelayanan Adat Budaya dan perlindungan sosial.
e. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas dilingkup
Seksi.
f. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan
pengembangan karier.
4.1.2.3. Bidang Pemberdayaan Pemerintahan Desa
Bidang Pemerintahan Desa mempunyai tugas melaksanakan
dan mengkoordinasikan kegiatan perencanaan di bidang
Pemerintahan Desa dari aspek sumber daya aparat Desa, administrasi
desa,kelembagaan desa serta evaluasi perkembangan desa dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan desa dan pembangunan
daerah.
Bidang Pemerintahan Desa dipimpin oleh seorang kepala
bidang yang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD).Untuk
melaksanakan tugas sebagimana dimaksud Bidang Pemerintahan
Desa mempunyai fungsi :
a. Perencanaan kebijakan dibidang yang meliputi urusan
Pemerintahan Desa
b. Perencanaan operasional rencana kerja dilingkup bidang yang
meliputi program Pemerintahan Desa.
140
c. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dengan sekretaris dan
kepala bidang lain guna kelancaran pelaksanaan tugas.
d. Pembagian pelaksanaan tugas meliputi urusan Pemerintahan
Desa.
e. Pemberian petunjuk pelaksanaan kepada kepala seksi guna
kelancaran tugas.
f. Pelaporan hasil pelaksanaan tugas dilingkup bidang.
g. Menilai prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan
pengembangan karier.
Bidang Pemberdayaan Pemerintahan Desa terdiri atas :
a. Seksi Penataan Administrasi Pemerintahan Desa dan
Peningkatan Kapasitas Aparat.
b. Seksi Pembinaan Kelembagan Desa.
c. Seksi Evaluasi Perkembangan Desa.
Seksi Penataan Administrasi Pemerintahan Desa dan
Peningkatan Kapasitas Aparat mempunyai tugas mempersiapkan data
penyusunan rencana, pelaksanaan kegiatan dan monitoring program
di Lingkup Seksi dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya
Aparat Desa
Untuk melaksanakan tugas dimaksud Seksi Penataan
Administrasi Pemerintahan Desa dan Peningkatan Kapasitas Aparat
mempunyai fungsi :
141
a. Perencanaan kegiatan tahunan dan rencana anggaran kegiatan
dilingkup seksi Penataan Administrasi Pemerintahan Desa dan
Peningkatan Kapasitas Aparat
b. Pembagian pelaksanaan tugas kepada bawahan yang meliputi
urusan Penataan Administrasi Pemerintahan Desa dan
Peningkatan Kapasitas Aparat.
c. Pembimbingan dan pengarahan bawahan dilingkup seksi sesuai
peraturan dan prosedur yang berlaku
d. Pelaporan pelaksanaan tugas dilingkup Seksi Penataan
Administrasi Pemerintahan Desa dan Peningkatan Kapasitas
Aparat dilingkup seksi
e. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan
pengembangan karier
Seksi Pembinaan Kelembagan Desa mempunyai tugas
merencanakan, mengumpulkan data-data dan bahan, penyusunan,
perumusan dan pelaksanaan kegiatan dibidang kelembagaan Desa.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Seksi Pembinaan Kelembagan
Desa mempunyai fungsi :
a. Perencanaan kegiatan tahunan dan rencana anggaran kegiatan
dilingkup seksi Pembinaan Kelembagaan Desa
b. Pembagian pelaksanaan tugas kepada bawahan yang meliputi
urusan Pembinaan Kelembagaan Desa
142
c. Pembimbingan dan pengarahan bawahan dilingkup seksi sesuai
peraturan dan prosedur yang berlaku.
d. Pengkoordinasian, pembinaan dan fasilitasi dalam urusan
Pembinaan Kelembagaan Desa.
e. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas dilingkup
dilingkup seksi.
f. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan
pengembangan karier.
Seksi Evaluasi Perkembangan Desa mempunyai tugas
merencanakan, mengumpulkan data-data dan bahan, penyusunan,
perumusan dan pelaksanaan kegiatan Pada Seksi Evaluasi
Perkembangan Desa. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Seksi
Evaluasi Perkembangan Desa mempunyai fungsi :
a. Perencanaan kegiatan tahunan dan rencana anggaran kegiatan
dilingkup seksi Evaluasi Perkembangan Desa.
b. Pelaksanaan kegiatan program Evaluasi Perkembangan Desa.
c. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta pengembangan
program Evaluasi Perkembangan Desa.
d. Pengkoordinasian Evaluasi Perkembangan Desa.
e. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas dilingkup
dilingkup seksi.
143
f. Penilaian prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan
pengembangan karier.
Gambar 10
Struktur Organisasi Dinas PMD Kabupaten Mamuju
4.1.3. Gambaran Umum Desa
4.1.3.1. Desa Tobadak
Untuk menggali sumber data berdirinya Desa Tobadak Pemerintah Desa
bersama Tokoh Masyarakat mengundang para sesepuh dan beberapa warga
masyarakat yang setidaknya mengetahui sejarah berdirinya Desa Tobadak.
Para sesepuh dan tokoh masyarakat menuturkan bahwa Desa Tobadak
adalah Wilayah Transmigrasi pada pendaratan pertama pada tahun 1987
yang dihuni dari berbagai suku yaitu Jawa,Bali,Makassar,Bugis dan Toraja
serta Mandar yang biasanya ddisebut dengan Indonesia Mini dan juga
berbagai macam Bahasa Daerah, terbentuk menjadi Desa Persiapan
Tobadak 1 Tanggal 08 Agustus 1990 dengan Kepala Desa pertama bernama
144
H.M.ARAS TAMMAUNI yang menjabat sampai tahun 2013, selanjutnya
digantikan Oleh I KETUT UDIANA, S. Sos sebagai pelaksana dan pada
tahun 2017 diadakan pemilihan Kepala Desa yang dimenangkan oleh Bapak
ASHAR DJAMAL yang menjabat Hingga sekarang.
Dari mulai berdirinya menjadi sebuah desa yang diakui oleh
pemerintah dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan walaupun
belum sampai pada pemenuhan kebutuhan dasar, sehingga kepada
Pemerintah Desa bersama masyarakat dan tokoh-tokoh yang ada di Desa
Tobadak mempunyai kewajiban untuk menghargai pendiri desa dengan
melanjutkan membangun bersama-sama, saling bahu membahu dengan
semangat kegotong royongan untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.
1. Letak Geografis Desa
Secara geografis Desa Tobadak merupakan kawasan yang
potensial terbukti keberadaan kawasan perkebunan dan areal
persawahan yang subur, dengan curah hujan yang cukup tinggi.
Secara Administratif Desa Tobadak berada di wilayah Kecamatan
Tobadak Kabupaten Mamuju Tengah sehingga posisi Desa Tobadak
berbatasan dengan :
- Sebelah Utara : Sungai Budong-Budong
- Sebelah Timur : Desa Polongaan
- Sebelah Selatan : Desa Mahahe
- Sebelah Barat : Desa Babana
145
Jarak Desa Tobadak dengan Kantor Kecamatan 4 Km dan
jarak dengan Kantor Kabupaten sekitar 9 Km. Apabila ukuran dari
permukaan laut maka posisi Desa Tobadak berada di Ketinggian
antara 180 – 200 Meter Diatas Permukaan Laut.
2. Luas Wilayah Dan Tata Guna Lahan
Luas Desa Tobadak seluas 17,400 Km terdiri dari :
- Luas lahan sawah : 38.00 Ha
- Luas lahan Perkebunan : 541,25 Ha
- Luas lahan permukiman : 74,50 Ha
- Luas lahan lain-lain : 46.00 Ha
3. Kondisi Pemerintahan Desa
Wilayah Desa Tobadak terdiri dari 13 Dusun yaitu : Dusun Bina
Makmur ,Dusun Yudha Mulya, Dusun Tobadak, Dusun
Sipodecceng, Dusun Benteng, Dusun Talungallo, Dusun
Kondosapata, Dusun Mesakada, Dusun Sikamasse, Dusun
Batusitanduk, Dusun Sido Mulyo, Dusun Manurung, dan Dusun
Batu Papan yang masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala
Dusun. Posisi Kadus menjadi sangat strategis seiring banyaknya
limpahan tugas desa kepada aparat ini. Dalam rangka
memaksimalkan fungsi pelayanan terhadap masyarakat di Desa
Tobadak, dari ke 13 dusun tersebut terbagi menjadi 48 Rukun
Tetangga (RT).
146
4. Struktur Organisasi Pemerintah Desa
Sebagai sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan
Desa Tobadak tidak bisa lepas dari strukur administratif
pemerintahan pada level di atasnya. Hal ini dapat dilihat dalam
bagan berikut ini:
Tabel 4.16
Nama Pejabat Pemerintah Desa Tobadak
No Nama Jabatan
1 ASHAR DJAMAL Kepala Desa
2 I KETUT UDIANA,S.Sos Sekretaris Desa
3 SURIANI Kepala Urusan Tata Usaha Dan Umum
4 FAJRIYAH. C, S. Sos Kepala Urusan Keuangan
5 RISMAYANTI,S.Sos Kepala Urusan Perencanaan
6 I GD ARI SUDIATMAKA Kasi Pemerintahan
7 PINCE TANDIKONDO Kasi Kesejahteraan
8 NANANG SUTEJO, S. Kom Kasi Pelayanan Umum
9 SUKARDI Dusun Bina Makmur
10 SUBIYO Dusun Yudha Mulya
11 SAENONG Dusun Batusitanduk
12 ADUL Dusun Tobadak
13 SOLEMAN Dusun Sipodeceng
14 ABU HASYIM Dusun Benteng
15 MANSYUR SAMAD Dusun Talungallo
16 CA’E Dusun Manurung
17 LUKAS.B Dusun Kondosapata
18 MANGOA Dusun Mesakada
19 SUMARIONO Dusun Sidomulyo
20 AGUS R Dusun Sikamasse
21 DARIUS DOA BUNTU Dusun Batu Papan
147
Tabel 4.17
Nama Badan Permusyawaratan Desa Tobadak
No Nama Jabatan
1 MURIONO Ketua
2 SIYADI Wakil Ketua
3 SALIM Sekertaris
4 H.MUSTAMIN Kabid Pemerintahan
5 AMIRUDDIN Kabid Pembangunan
6 ANDI TENRI WARE Anggota
7 SUGIANTO DP Anggota
8 ISMAIL SHALEH Anggota
9 NURDELI, S. Pd Anggota
Secara umum pelayanan pemerintahan Desa Tobadak kepada
masyarakat cukup memuaskan dan kelembagaan yang ada berjalan
sesuai tugas dan fungsinya masing-masing.
4.1.3.2. Desa Tumbu
Secara geografis Desa Tumbu merupakan kawasan daerah pesisir
pantai yang ada di Mamuju Tengah terbukti keberadaan kawasan Nelayan
dan areal Perkebunan ,. Secara Administratif Desa Tumbu berada di wilayah
Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah sehingga posisi Desa
Tumbu berbatasan dengan :
- Sebelah Utara : Desa Sinabatta
- Sebelah Timur : Desa Kabubu,Waipute dan paraili
- Sebelah Selatan : Desa Budong-Budong
- Sebelah Barat : Selat Makassar
148
1. Bagian Pemerintahan
Wilayah Desa Tumbu terdiri dari 7 Dusun yaitu : Dusun Tumbu,
Dusun Waitumbur , Dusun Tanjung Lallere, Dusun Padangloanng,
Dusun Tomakka, Dusun Wailotong, dan Dusun Wairandang, yang
masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Dusun. Posisi Kadus
menjadi sangat strategis seiring banyaknya limpahan tugas desa
kepada aparat ini. Dalam rangka memaksimalkan fungsi pelayanan
terhadap masyarakat di Desa Tumbu, dari ke 7 dusun tersebut terbagi
menjadi 18 Rukun Tetangga (RT).
2. Struktur Organisasi Pemerintah Desa
Sebagai sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan
Desa Tumbu tidak bisa lepas dari strukur administratif pemerintahan
pada level di atasnya. Hal ini dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
149
Tabel 4.18 Nama Pejabat Pemerintah Desa Tumbu
NO NAMA DUSUN NAMA KEPALA DUSUN
1 WAITUMBUR AKRAM
2 TUMBU USMAN.S
3 TANJUNG LALLERE SULAIMAN
4 PADANG LOANG HARUNA
5 TOMAKKA SYARIFUDDIN
6 WAILOTONG ARIFIN
7 WAIRANDANG MUSTAR.D
4.1.3.3. Desa Lemo-Lemo
Berdasarkan data dan informasi yang digali dari beberapa sumber -
termasuk para tokoh masyarakat, diperoleh penuturan bahwa sebelum
menjadi sebuah perkampungan, lokasi Desa Lemo-Lemo merupakan hutan
belantara. Konon ada seorang perambah hutan yang tersesat didalam hutan
tersebut . dan selalu mondar-mandir mencari jalan keluar dari hutan dan
sampai menjelang sore jalan keluar dari hutan tersebut tidak juga
ditemukannya. Dan lama kelamaan orang tua tersebut merasa kehausan dan
sudah sangat capek, ia duduk di bawah pohon untuk melepas lelah dan
memohon petunjuk dari yang maha kuasa. Dan ketika itu, orang tua tersebut
menghadap keatas, dan ternyata ia berada dibawah pohon jeruk yang
banyak buahnya sudah matang. Kemudian orang tua tersebut mengambil
beberapa buah jeruk untuk dimakan sebagai pelepas dahaga dan ternyata
buah jeruk ini terasa sangat manis.
150
Dari bahasa setempat, nama Lemo-Lemo berasal dari Bahasa Bugis yang
berarti Jeruk yang manis. Dasar inilah yang melatar belakangi nama kawasan
ini yang awalnya Dusun Lemo-Lemo yang waktu itu berada dalam wilayah
Desa Pangale. Dan dimulai oleh beberapa perambah yang selanjutnya
membentuk pemukiman. Dan dengan masuknya perusahaan kayu bundar
(PATIS) menjadikan lokasi ini semakin terbuka untuk dijadikan lahan
pertanian dan perkebunan.
Setelah proses kelengkapan administrasi untuk Pemekaran Desa,
Maka Pada tahun 2009 terbentuklah Desa Lemo-Lemo yang Pemekaran dari
Desa Pangale dan yang ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (PLT) Kepala
Desa sementara oleh Bapak M. TAHIR. NP, Bsc. Dan pada Tahun 2010
dilaksanakan pemilihan Kepala Desa, dan yang menjadi Kepala Desa
defenitif pertama yang terpilih pada waktu itu ialah Bapak ABD. RAHMAN.
untuk masa jabatan 2010-2015. Namun dalam Kepemimpinannya yang
menjelang 1 tahun lamanya, beliau Meninggal Dunia pada Tahun 2011. Dan
pada saat itu, yang ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Desa
sementara yaitu Bapak Camat Pangale (COLLENG SULAIMAN, S.Sos).
Selanjutnya, pada tahun 2013 dilaksanakan pemilihan Kepala Desa,
dan yang terpilih sebagai Kepala Desa Defenitif yaitu Bapak LAMATANG
untuk masa bakti 2013 – 2019. Pada bulan Januari 2013, terjadi pemekaran
Kabupaten. Kabupaten Mamuju dimekarkan, dan terbentuklah Kabupaten
Mamuju Tengah dengan 54 Desa dan 5 Kecamatan. Desa Lemo-Lemo
termasuk salah satunya dan berada dalam wilayah Kecamatan Pangale
151
1. Letak Geografis
Desa Lemo-Lemo merupakan desa yang beriklim tropis dan berada
tidak jauh dari Selat Makassar. Hal ini menjadi potensi berkembangnya
tanaman yang berorientasi ekspor, misalnya perkebunan sawit, kakao,
Jagung dll. Tidak ketinggalan pula luas persawahannya yang menunjang
tingkat perekonomian warganya.
Secara Administratif Desa Lemo-Lemo berada diwilayah Kabupaten
Mamuju Tengah, serta terletak di perbatasan Kabupaten Mamuju dengan
Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat. Secara rinci, posisi Desa Lemo-
Lemo berbatasan dengan :
- Sebelah Utara : Desa Polo Pangale
- Sebelah Timur : Desa Kalepu Kec. Tommo Kab. Mamuju
- Sebelah Selatan : Sungai karama Desa Tarailu Kec. Sampaga
Kab. Mamuju
- Sebelah Barat : Desa Pangale.
Adapun jarak ke ibu kota Kabupaten adalah ± 67 Km. untuk posisi
ketinggian dari permukaan laut, maka Desa Lemo-Lemo berada pada
ketinggian 20 – 100 m di atas permukaan laut.
2. Bagian Pemerintahan
Sesuai peta Desa Lemo-Lemo, Wilayah Desa Lemo-Lemo
terdiri dari 4 Dusun yaitu : Dusun Lemo-Lemo, Dusun Puncak Jaya,
Dusun Along-Along, Dusun Bajo. Posisi Kepala Dusun menjadi sangat
strategis seiring banyaknya limpahan tugas desa kepada aparat ini.
152
Dalam rangka memaksimalkan fungsi pelayanan terhadap masyarakat
di Desa Lemo-Lemo.
Sebagai sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan Desa
Lemo-Lemo tidak bisa lepas dari strukur administratif pemerintahan
pada level di atasnya. Sebagai bagian dari jenjang pemerintahan
desa, fungsi Kepala Dusun (Kadus) sangat penting dalam mendukung
pelayanan masyarakat. Hal yang sama pada organisasi PKK
(Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), Hal ini dapat dilihat dalam
bagan berikut ini:
Tabel 4.19
Pejabat Pemerintah Desa Lemo-Lemo
No Nama Jabatan
1 LAMATANG Kepala Desa
2 SYAMSURIADI Sekretaris Desa
3 AGUSTANG Bendahara Desa
4 SUDIRMAN Kepala Seksi Pemerintahan
5 SAMIRUDDIN Kepala Seksi Pelayanan
6 SULTAN Kepala Seksi Kesejahteraan Masyarakat
7 ABDUL ASIS Kepala Urusan Tata Usaha & Umum
8 ARIS MUNANDAR Kepala Urusan Perencanaan
9 JUMARDIN Kepala Urusan Keuangan
10 JUMALDI Kepala Dusun Lemo-Lemo
11 SUARDI RACHMAN Kepala Dusun Puncak Jaya
12 SABRIADI Kepala Dusun Along-Along
13 H. HASANUDDIN Kepala Dusun Bajo
153
Tabel 4.20
Badan Permusyawaratan Desa Lemo-Lemo
No Nama Jabatan
1 MARTANG Ketua
2 NURDIN Wakil ketua
3 SAMRIADI Sekretaris
4 SUKARDI Ketua Bidang Pemerintahan &
Pembinaan Masyarakat
5 BUDI Ketua Bidang Pembangunan &
Pemberdayaan Masyarakat
Secara umum pelayanan pemerintahan Desa Lemo-Lemo kepada
masyarakat cukup memuaskan dan kelembagaan yang ada berjalan
sesuai tugas dan fungsinya masing-masing.
4.1.2.4. Desa Sanjango
Berdasarkan data dan informasi yang digali dari beberapa sumber -
termasuk para tokoh masyarakat, diperoleh penuturan bahwa Desa
Sanjango sebelum dimekarkan dari desa karossa daerah ini sudah
didiami para pendahulu kami yang buktikan tanaman yang sampai
sekarang ini masih ada termasuk tanaman sagu coklat,kelapa dan
tanaman lainnya.jaman kolonial para pendahulu menambang emas
termasuk orang-orang diluar daerah berdatangan di daerah ini.pada
tahun1975 masyarakat bekerja sebagai perotang dan bercocok tanam
seperti tanaman coklat dan padi ladan sehingga dalam hal ini lahan yang
154
kami kuasai betul-betul lahan peninggalan orang tua kami yang sudah
ratusan tahun silang.
Dari jaman penjajahan Belanda muncul lagi penjajahan Jepang yang
disebut orang tua kami nippong keganasan penjajahan jepang di
Indonesia hususnya didaerah ini pada jaman itu maka orang tua kami
kembali kehutan dan mereka makan seadanya dan orang tua kami
bersembunyi disalah satu Goa yang panjangnya kurang lebih 200 m lebar
sekitar 2m.pada waktu siang hari ibiu-ibu dan anank-anak berada digua
para orang tua dan generasi berjaga jaga dan mencarai nafkah sehigga
gua tersebnut di beri nama kepala dusun beggaulu ambo sombong pada
waktu itu yaitu gua Gurilya.
Salah satu bukti penjajahan jepang dikarossa dan sekitarnya termasuk
didesa sanjango terbukti peggalian lubang yang digunakan untuk
berlindung para pengunsi dan jatuhnya pesawat jepang yang disebut
pesawat labolong di pantai karossa tahun 1947 dan diketemukan 1993
dan masih banyak lagi sejarah –sejarah pahit termasuk pembunuhan
penembakan masyarakat yang tidak berdosa sejarah-sejarah pahit dari
kolonial Belanda sampai penjajahan jepang di Indonesia termasuk
didaerah ini kami akan kembangkan ketika masih dibutuhkan. Tahun 1984
sebelum desa sanjango dimekarkan dari desa karossa muncul lagi
organisasi terlarang yang disebut (rps)termasuk daerah yang berdomisilih
melakukan gerakan–gerakan di daerah sanjango dalam hal ini sejara
sejarah yang ada di karossa pada waktu itu tempat pelarian
155
(persembunyian)orang –orang yang selalu berlawanan arah pemerintah
pada waktu itu salah satunya didesa sanjango
kejadian kejadian kami akan kembangkan apa bila dibutuhka untuk
kepentingan pembangunan di daerah ini.
1. LETAK GEOGRAFIS DESA
Desa Sanjango merupakan desa yang beriklim tropis dan berada tidak
jauh dari Selat Makassar. Hal ini menjadi potensi berkembangnya
tanaman yang berorientasi ekspor, misalnya perkebunan sawit, kakao,
Jagung,cengke,pala,kopi,marica,kelapa,alpokat, caberawit terkecuali
cabe keriting. Tidak ketinggalan pula luas persawahannya yang
menunjang tingkat perekonomian warganya.
Secara Administratif Desa Sanjango berada di wilayah Kabupaten
Mamuju Tengah, serta terletak di perbatasan:
• Sebelah Utara : Bebatasan Kab. Mamuju Utara/Kab,Sigi, Prov
Sulawesi Tengah
• Sebelah Timur : Berbatasan Kab. Luwu Prov.Sulawesi Selatan
• Sebelah Selatan : Berbatasan Kecamatan Topoyo Kab. Mamuju
Tengah
• Sebelah Barat : Berbatasan Desa Karossa Kab. Mamuju Tengah
Adapun jarak ke ibu kota Kabupaten adalah ± 70 Km. untuk
posisi ketinggian dari permukaan laut, maka Desa Sanjango berada
pada ketinggian 62 – 120 m di atas permukaan laut.
156
2. Pemerintahan
Sebagai sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan Desa
Sanjango tidak bisa lepas dari strukur administratif pemerintahan pada level
di atasnya. Sebagai bagian dari jenjang pemerintahan desa, fungsi Kepala
Dusun (Kadus) sangat penting dalam mendukung pelayanan masyarakat. Hal
yang sama pada organisasi PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga),
serta Pemuda Hal ini dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
Tabel 4.21 Nama Pejabat Pemerintah Desa Sanjango
No Nama Jabatan
1 MUHAMMAD YAMIN Kepala Desa
2 JUMRAN Sekretaris Desa
3 YUSRIANI Bendahara Desa
4 YASIR Kepala Seksi Pemerintahan
5 ALI FIRDAUS Kepala Seksi Pelayanan
6 SANDRAWANA Kepala Seksi Kesejahteraan Masyarakat
7 MARTA ALIK Kepala Urusan Tata Usaha & Umum
8 NURMIA Kepala Urusan Perencanaan
9 PITHER NUSHU Kepala Urusan Keuangan
10 JUMADI Kepala Dusun Sanjango
11 ANDRIADI Kepala Dusun Sanrege
12 AHMAD.TP Kepala Dusun Sanrege Timur
13 MARKUS Kepala Dusun Taname
14 KAMARUDDIN Kepala Dusun Piokedi
15 M.ALI Kepala Dusun Leluha
157
Tabel 4.22
Nama Badan Permusyawaratan Desa Sanjango
No Nama Jabatan
1 PARMIN Ketua
2 GAGA Wakil ketua
3 MURSAN .S Sekretaris
4 ISMAIL ILYAS Ketua Bidang Pemerintahan &
Pembinaan Masyarakat
5 ANDARIAS Ketua Bidang Pembangunan &
Pemberdayaan Masyarakat
6 ERIS PAULUS ANGGOTA
7 M.TANDI.LEMBANG ANGGOTA
158
Tabel 4.23
Tim Penggerak PKK Desa Sanjango
No Nama Jabatan
1 2 3
1 MUHAMMAD YAMIN PEMBINA
2 KUSMAWATI Ketua
3 RAJMAH Wakil Ketua
4 NURBAENA Sekretaris
5 SAHARA Bendahara
6 HJ.NURMAWATI Ketua POKJA I
7 ST NAMIRA Wakil Ketua POKJA I
8 SARNAWIA Anggota POKJA I
9 NURHAYATI Anggota POKJA I
10 NIRWANA Anggota POKJA I
11 NURMA Anggota POKJA I
12 NASMIRAWATI Ketua POKJA II
13 IRNA GAGA Wakil Ketua POKJA II
14 MARLAN Anggota POKJA II
15 ASRIANI Anggota POKJA II
16 ST MANAWIA Anggota POKJA II
17 DAHLIA Anggota POKJA II
18 SOPAWATI Ketua POKJA III
19 HARNIATI Anggota POKJA III
20 YUSRIANI Anggota POKJA III
21 CANIATI Anggota POKJA III
22 RAJADAENG Anggota POKJA III
23 JIRA Anggota POKJA III
24 NAHYA Ketua POKJA IV
25 SANDRAWANA Wakil Ketua POKJA IV
26 MARTA ALIK Anggota POKJA IV
159
1 2 3
27 KRIS Anggota POKJA IV
28 MARTINI Anggota POKJA IV
29 INDAH Anggota POKJA IV
Secara umum pelayanan pemerintahan Desa Sanjango dan
kelembagaan yang ada kepada masyarakat cukup baik dan berjalan sesuai
tugas dan fungsinya masing-masing.
4.1.2.5. Desa Pasapa
Secara geografis Desa Pasapa merupakan salah satu kawasan
daerah Pegunungan yang ada di Mamuju Tengah terbukti daerah ini
identik dengan Perkebunan dan persawahan dan hampir semua mata
pencaharian masyarakatnya adalah petani. Secara Administratif Desa
Pasapa berada di wilayah Kecamatan Budong-Budong Kabupaten
Mamuju Tengah sehingga posisi Desa Pasapa berbatasan dengan .
Wilayah Desa Pasapa terdiri dari 7 Dusun dan 17 (RT), yang dimana
masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Dusun. Posisi Kadus
menjadi sangat strategis seiring banyaknya limpahan tugas desa
kepada aparat ini. Dalam rangka memaksimalkan fungsi pelayanan
terhadap masyarakat di Desa Pasapa.
160
4.2. Implementasi kebijakan pengelolaan dana desa
4.2.1. Perencanaan
Pada urutan kegiatan pengelolaan Dana Desa, perencanaan
merupakan awal kegiatan. Fungsi yang lain akan bekerja setelah diberi
arahan oleh bagian perencanaan. Secara umum, perencanaan merupakan
proses penentuan tujuan organisasi dan kemudian menyajikan dengan jelas
strategi (program), taktik (cara melaksanakan program), dan operasi
(tindakan) yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Pengertian
perencanaan adalah proses dasar manajemen untuk menentukan tujuan dan
langkah-langkah yang harus dilakukan agar tujuan dapat tercapai.
Perencanaan memberikan informasi untuk mengkoordinasikan pekerjaan
secara akurat dan efektif. Suatu rencana yang baik harus berdasarkan
sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia dulu. Salah satu maksud dibuat
perencanaan adalah melihat program-program yang dipergunakan untuk
meningkatkan kemungkinan pencapain tujuan di waktu yang akan datang,
sehingga dapat meningkatkan pengambilan keputusn yang lebih baik. Oleh
karena itu, perencanaan organisasi harus aktif, dinamis, berkesinambungan
dan kreatif, sehingga manajemen tidak hanya bereaksi terhadap
lingkungannya, tapi lebih menjadi peserta aktif dalam dunia usaha. Ada dua
alasan dasar perlunya perencanaan : (1) Untuk mencapai “protective
benefits” yang dihasilkan dari pengurangan kemungkinan terjadinya
161
kesalahan dalam pembuatan keputusan.(2) Untuk mencapai “positive
benefits” dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian tujuan organisasi.
Dalam Perencanaan penggunaan Dana Desa, diawali dengan
pembuatan atau penyusunan RPJMDes (Rencana Program Jangka
Menengah Desa). RPJMDes adalah rencana pembangunan jangka 6 tahun,
sesuai rentang kekuasaan seorang klepala desa untuk sekali masa
kekuasaan. Apa saja yang akan dicapai adalah bagaimana mencapai adalah
beberapa hal yang harus terjelaskan dalam RPJMDes. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan bapak kepala desa Tobadak, bapak AD mengatakan
bahwa :
RJMDes memuat visi misi kepala desa dan apa yang akan dikerjakannya selama memimpin desanya. Dalam RPJMDes terdapat arah kebijakan pembangunan desa, rencana kegiatan yang meliputi penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan apa saja kegiatan pemberdayaan masyarakat yang bakal dilakukan pemerintah desa. (wawancara langsung, 2018)
Hal ini juga dibenarkan oleh bapak kepala Dinas PMD Kabupaten
Mateng, bapak DZ mengatakan bahwa :
“Di dalam penyusunan RPJMDes, RPJM Desa harus disusun berorentasikan masa depan. Supaya desa mampu mengantisipasi terhadap masalah-masalah yang akan muncul di masa depan. RPJMdes juga harus memuat prinsip
1. RPJM Desa memiliki roh pemberdayaan. Agar setiap desa dapat mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat desa dalam upaya menuju Desa Mandiri.
2. RPJM Desa disusun secara partisipatif. Makna partisipatif yaitu keterlibatan semua masyarakat desa secara aktif.
162
Semua masyarakat memiliki kesepatan berbicara dan menyalurkan pikiran dan gagasannya .
3. RPJM Desa harus berpihak kepada kepentingan seluruh rakyat desa, trutama masyarakat miskin, kaum difabel dan masyarakat marjinal yang ada di desa.
4. Penyusunan RPJM Desa harus terbuka. Permaknaan terbuka yaitu setiap proses perencanaan di desa dapat diketahui oleh masyarakat desa.
5. RPJM Desa harus akuntabel yaitu dapat dipertanggungjawabkan dengan benar untuk kepentingan pengawasan dan pemeriksaan baik oleh masyarakat desa sendiri maupun oleh pihak diluar desa.
6. RPJM Desa juga harus selektif. Pemaknaan selektif yakni dapat memperhitungkan keterjangkauan, dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan penguasa atau elit.”
Secara umum berikut beberapa Tujuan Penyusunan RPJM Desa atau
RPJMDes, antara lain
a. Menerapkan Pola Perencanaan Pembangunan desa secara
Partisipatif;
b. Meningkatkan Keberdayaan Masyarakat agar seluruh warga
desa dapat berpartisipasi aktif dalam seluruh proses
pembangunan dengan kemampuan, kesempatan dan
kecepatan yang profesional.
c. Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan desa yang
ditetapkan berdasarkan kajian terhadap masalah, kebutuhan
dan sumber daya yang tersedia.
163
d. Mengembangkan swadaya gotong royong masyarakat menuju
terciptanya pelaksanaan pembangunan desa yang bertumpu
pada kekuatan masyarakat desa sendiri
e. Memantapkan kesiapan masyarakat dalam menyongsong dan
mendukung program-program pembangunan di desa.
Berdasarkan penelurusan Indikator dokumen, berikut hasil
ketersediaan dokumen RMPJMDes di lima desa sampel yang
digunakan :
Tabel 4.24
ketersediaan Dokumen RPJMDes
Desa Ketersediaan RPJMDes Keterangan
Desa Tobadak Tersedia Tersusun baik
Desa Tumbu Tersedia Tersusun baik
Desa Lemo-lemo Tersedia Tersusun baik
Desa Pasapa Tersedia Tersusun baik
Desa Sanjango Tersedia Tersusun baik
Sumber: Hasil studi dokumen, 2018
Setelah penyusunan RPJMDes, kemudian langkah selanjutnya
adalah melaksanakan Musyawarah bersama antara Pemerintah Desa
dengan Tokoh–tokoh masyakat . dalam musyawarah ini, dimulai dengan
Musyawarah di tingkat Dusun. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Kepala Dusun Desa Tumbuh, bapak US mengatakan bahwa:
“Sebelum ke Musrenbang Tingkat Desa, kami melaksanakan musyawarah tingkat paling rendah dulu yaitu musrenbang tingkat
164
Dusun. Hal ini berguna untuk memudahkan dan memilah kebutuhan apa yang dibutuhkan oleh warga dan disampaian pada MusrenbangDes nanti”. (wawancara langsung, 2018)
Berdasarkan Permendesa Nomor 2 Tahun 2015, Musdus
dilaksanakan setiap bulan Januari paling lambat akhir minggu ke III. Dapat
dilaksanakan pada hari kerja maupun diluar hari kerja, siang hari maupun
malam hari namun tidak boleh dilaksanakan pada hari raya keagamaan dan
hari kemerdekaan sedangkan Tempat penyelenggaraan Musdus dapat
berupa gedung balai desa, gedung pertemuan desa, lapangan desa atau
gedung sekolah yang ada di desa atau tempat lainnya yang layak. Tempat
penyelenggaraan musyawarah harus berada diwilayah desa.
Setelah melaksanakan Musrembang Dusun, kegiatan selanjutnya
adalah MusrenbangDesa. MusrenbangDesa adalah forum musyawarah yang
membahas usulan-usulan rencana kegiatan pembangunan desa yang
berpedoman pada prinsip-prinsip perencanaan pembangunan partisipasi
masyarakat Desa serta transparansi pemerintah kepada masyarakat. Tujuan
diberikannya Anggaran Dana Desa ini adalah untuk meningkatkan
penyelenggaraan pemerintah Desa dalam melaksanakan pembangunan,
pemberdayaan masyarakat, dan pembinaan kemasyarakatan. Penyusunan
rencana kegiatan ini dilaksanakan pada saat menjelang awal tahun anggaran
baru atau berakhirnya tahun anggaran berjalan. Dalam penyusunan
daftar usulan rencana kegiatan yang melibatkan seluruh komponen yang ada
di Desa tentunya bertujuan untuk menyampaikan aspirasi mengenai usulan
165
kegiatan yang menjadi kepentingan dan kebutuhan masyarakat (Stakeholder)
yang ada dalam masyarakat pada umumnya akan mempengaruhi kebijakan
anggaran untuk kepentingan masyarakat, sehingga dalam proses
penyusunan anggaran apabila semakin melibatkan banyak pihak maka
hasilnya juga akan dapat mengakomodir banyak kepetingan yang ada.
Sebelum melaksanaan Musrembangdesa pemerintah desa
mengundang seluruh elemen yang ada desa. Hal ini juga disampaikan oleh
Kepala Desa Lemo-lemo, Bapak LT mengatakan bahwa :
“Perencanaan dilakukan melalui musrenbang dengan mengundang masyarakat secara lansung kekantor desa dan masyarakat menyampaikan aspirasinya apa maunya dan diketahui oleh kepala desa”. (wawancara langsung, 2018)
Adapun teknis mengundang masyarakat agar dapat berperan aktif
dalam kegiatan MusrembangDes yaitu dengan cara mengundang tertulis
mapun lisan, sesuai dengan yang diungkapkan Sekertaris Desa Lemo-Lemo,
bapak SR mengatakan bahwa:
“Untuk menarik perhatian masyarakat untuk berpartisipasi, biasanya kami mengundang secara tersurat/tertulis dengan melibatkan Kepala Dusun mengantarkan langsung dan menyampaikan maksud dan tujuan musrembang tersebut. Kamipun mengundang secara lisan, dengan penyampaian pada kegiatan-kegiatan keagamaan, misalnya pada saat selesai ibadah shalat Jumat. Untuk memancing perhatian masyarakat, kami mengungkapkan Jumlah Dana Desa yang dimiliki agar mereka tertarik datang pada kegiatan Musrembangdes”. (wawancara langsung, 2018)
166
Kepala Dinas PMD Kabupaten Mamuju Tengah, bapak FL
mengungkapkan bahwa Tujuan yang hendak dicapai dengan
dilaksanakannya musrenbang desa adalah:
a. Menyepakati prioritas kebutuhan dan masalah yang sangat mendesak
untuk direalisasikan dalam bentuk program maupun kegiatan pada
tahun perencanaan/tahun yang akan datang.
b. Menyepakati tim delegasi desa yang akan memaparkan masalah yang
menjadi kewenangan daerah yang berada di wilayah desa pada forum
musrenbang kecamatan
c. Dalam menentukan kesepakatan prioritas kebutuhan sebagaimana
pada huruf (a) di atas dihasilkan tiga kesepakatan yang akan menjadi
prioritas yaitu :
1) Menyepakati prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan oleh desa
yang akan dibiayai dari dana swadaya masyarakat dan atau dari
pendapatan asli desa (PAD). Kegiatan yang mendesak untuk
dilaksanakan dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat banyak,
namun kegiatan ini tidak dapat dibiayai dari dana ADD maupun
Dana Desa, harus dimasukan sebagai prioritas kegiatan desa
yang akan dilaksanakan sendiri oleh desa melalui swadaya
masyarakat. Contoh kegiatan pembangunan mesjid/mushalla,
penataan tempat pemakaman, pembangunan gapura desa dan
lain-lain.
167
2) Menyepakati prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan oleh desa
yang akan dibiayai dari Alokasi Dana Desa (ADD) , Dana Desa
(DD).
3) Menyepakati prioritas masalah daerah yang ada di desa yang
menjadi kewenangan pemerintah daerah maupun pusat dan akan
pada musrenbang kecamatan untuk diusulkan menjadi kegiatan
yang dibiayai APBD pemerintah daerah kabupaten/kota maupun
provinsi. Contoh pembangunan jalan desa yang berstatus jalan
kabupaten atau provinsi, pembangunan saluran irigasi tersier
maupun sekunder yang menjadi kewenangan pemerintah daerah.
Proses Musrenbangdesa dipimpin oleh Kepala Desa dan dihadiri oleh
seluruh elemen masyarakat, kemudian dalam proses ini dibicarakan segala
kebutuhan masyarakat baik yang telah diketahui sebelumnya maupun yang
baru disampaikan masyarakat. Hal ini berdasarkan hasil wawancara oleh
Ketua BPD Desa Sanjango, bapak PM Mengatakan bahwa :
“Perencanaan mulai dari proses musrenbang, apa yang kita kerjakan musyawarakan didesa itu yang dikerjakan dilapangan sehingga tidak terlewatkan perencanaan bersama masyarakat, jadi apa yang dikerjakan sesuai dengan usul dari masyarakat itu sendiri”. (wawancara langsung, 2018)
Sejalan dengan yang diungkapkan bapak PM diatas, Anggota DPRD
Kabupaten Mamuju Tengah, Bapak FT juga mengatakan:
“Saya sering hadir di kegiatan musrembangdes, selain untuk bertemu dengan konstituen saya, saya juga dapat membantu pemerintah desa untuk memberikan sumbangsih pemikiran tentang pembangunan desa
168
itu sendiri melalui anggaran dana desa. Selain itu, saya juga akan membantu dari sisi efektifitas dan memberikan pemahaman kepada pemerintah desa dan masyarakat tentang aturan aturan yang harus dipatuhi dan dijalankan khususnya dalm penggunaan dana desa.” (wawancara langsung, 2018)
Berdasarkan keterangan dari Kepala Bidang PMD, Dinas PMD
Kabupaten Mamuju Tengah, bapak PT menerangkan bahwa kegiatan
musrembangdes harus memenuhi unsur keterwakilan dari seluruh elemen
masyarakat. Keterwakilan itu terdiri dari :
a. Keterwakilan wilayah (dusun/kampung/RW/RT)
b. Keterwakilan berbagai sector (ekonomi /pertanian/ kesehatan/
pendidikan/ lingkungan)
c. Keterwakilan kelompok usia (generasi muda, generasi tua)
d. Keterwakilan kelompok social dan jenis kelamin (tokoh masyarakat,
tokoh adat, tokoh agama, bapak-bapak, ibu-ibu, kelompok marjinal)
e. Keterwakilan tiga unsure tata pemerintahan (pemerintah
desa/kelurahan, kalangan swasta/bisnis, masyarakat umum)
f. Keterwakilan berbagai organisasi yang menjadi pemangku
kepentingan dalam upaya pembangunan desa/kelurahan.
Berdasarkan studi dokumen, Desa-desa di Mateng berdasarkan desa
sampel, telah melaksanakan keterwakilan tersebut. Hal ini terlihat pada salah
satu gambar/foto absen daftar hadir pada kegiatan musrembangdes di Desa
Lemo-Lemo yaitu :
169
Gambar 11
Daftar hadir Musrembangdes Desa Lemo-lemo Tahun 2018
Sumber : Hasil Studi dokumen, 2018
Untuk melihat keterwakilan yang dilibatkan dari lima desa sampel, hal
tersebut dapat tersaji berikut:
Tabel 4.25
Unsur Kehadiran Musrembang
Desa Unsur yang hadir Lokasi Pelaksanaan
1 2 3
Desa Tobadak - Tokoh masyarakat
- Perwakilan
Pemerintah
Kecamatan
Aula Kantor Desa
170
1 2 3
- Babinsa dan
Babinkatibmas
- Tokoh
Pendidikan(guru)
- Tokoh Pemuda
(karang taruna)
- Tokoh pertanian
- Pendamping Desa
- Anggota DPRD
Desa Tumbu - Tokoh masyarakat
- Perwakilan
Pemerintah
Kecamatan
- Babinsa dan
Babinkatibmas
- Tokoh Pemuda
(karang taruna)
- Tokoh pertanian
- Pendamping Desa
Aula Kantor Desa
Desa Lemo-lemo - Tokoh masyarakat
- Perwakilan
Pemerintah
Kecamatan
- Babinsa dan
Babinkatibmas
- Tokoh pertanian
- Wartawan
- LSM
- Pendamping Desa
Aula Kantor Desa
Desa Pasapa - Tokoh masyarakat
- Perwakilan
Pemerintah
Kecamatan
- Babinsa dan
Babinkatibmas
- Tokoh pertanian
- Pendamping Desa
Aula Kantor Desa
Desa Sanjango - Tokoh masyarakat
- Perwakilan
Pemerintah
Kecamatan
- Babinsa dan
Babinkatibmas
Aula Kantor Desa
171
1 2 3
- Tokoh pertanian
- Pendamping Desa
Sumber: Studi dokumen, 2018
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, maka
dapat digambarkan bahwa proses perencanaan pengunaan Anggaran Dana
Desa yang dilaksanakan di Kabupaten Mamuju Tengah dalam skema
gambar berikut :
Gambar 12
Alur Perencanaan Penggunaan Anggaran Dana Desa
Sumber: Studi dokumen dan wawancara, 2018
Pembagian Undangan
MusrenbangDesa RKPDesa
Rapat Dusun
172
Tabel 4.26 Hasil Analisis Terhadap Perencanaan Penggunaan Anggaran Dana Desa
di Kabupaten Mamuju Tengah
No Tahapan Aktor/ Pemeran Analisis
1. Rapat Perdusun Kepala Dusun,Tokoh
masyarakat dan Masyarakat Proses perencanaan Anggaran Dana Desa
yang dilakukan oleh Pemerintah Desa
melibatkan partisipasi seluruh komponen yang
ada di Desa baik lembaga kemasyarakatan
maupun masyarakat umum.
3. Pembagian Undangan Perangkat Desa Perangkat Desa menyebarkan Undangan
kepada seluruh elemen masyarakat, tokoh
masyarakat, LSM, BPD, untuk menghadiri
proses MusrenbangDesa
4. MusrenbangDesa Camat, Kepala Desa, BPD, LSM,
Tokoh Masyarakat, dan
Masyarakat.
Pemerintah Desa mendapatkan usulan program
kerja dari seluruh elemen yang hadir dalam
proses musrenbang
Sumber : Analisis studi dokumen dan studi wawancara, 2018
Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan
penggunaan Anggaran Dana Kabupaten Mamuju Tengah dengan mengacu
pada RPJMDes masing-masing desa. RPJMDes tersebut ditindaklanjuti pada
kegiatan Musrenbang tingkat dusun dan dimatangkan di tingkatan
musrenbang tingkat desa kemudian ditetapkan melalui RKPDes (Rencana
Program Kerja Desa)
4.2.2. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan
perencanaan manejerial dan usaha-usaha organisasi. Actuating adalah
Pelaksanaan untuk bekerja. Untuk melaksanakan secara fisik kegiatan dari
173
aktivitas tesebut, maka pimpinan mengambil tindakan-tindakannya kearah itu.
Seperti: Leadership(pimpinan), perintah, komunikasi dan conseling (nasehat).
Actuating disebut juga“ gerakan aksi mencakup kegiatan yang dilakukan
seorang pimpinan untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang
ditetapkan oleh unsur-unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-
tujuan dapat tercapai. Dari seluruh rangkaian proses manajemen,
pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama
(Rahman,2011). Menurut George R. Terry (1986),dalam Dimas 2010,
mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-
anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan
berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-
anggota perusahaan tersebut, oleh karena para anggota itu juga ingin
mencapai sasaran-sasaran tersebut. Pandangan lain tentang pelaksanaan
(Actuating) adalah fungsi yang teramat penting dalam manajemen. Seringkali
diketahui perencanaan dan pengorganisasiannya bagus, namun dikarenakan
kurangnya kemampuan pelaksanaan, hasil kegiatan suatu pekerjaan belum
seperti diharapkan (Wijono, 1997). Istilah lain juga yang berhubungandengan
pengarahan atau pelaksanaan adalah Actuating atau disebut juga “gerakan
aksi”\mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer dalam mengawali
dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan
pengorganisasian, agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Actuating mencakup
penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari pegawai-pegawainya,
174
memberi penghargaan, memimpin, mengembangkan dan memberi
kompensasi kepada mereka (Terry, 2006 dalam Herman 2009).
Fungsi Pelaksanaan lebih menekankan pada kegiatan yang
berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan
dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan
penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan non-manusia pada
pelaksanaan tugas. Semua sumber daya manusia yang ada harus
dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Setiap
SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi, peran, keahlian, dan
kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja
organisasi yang telah ditetapkan. Fungsi dari Pelaksanaan (actuating) adalah
sebagai berikut: (James Stoner, 1993)
a. Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan
pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara
efektif dan efisien dalaMemberikan tugas dan penjelasan rutin
mengenai pekerjaan
b. Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
c. Sebagai Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh
seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua
pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh
kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
175
Pengelolaan Dana Desa harus sesuai dengan aturan tentang prioritas
dari Dana Desa dan sesuai dengan perencanaan dari hasil Musrembang .
Hal ini disampaikan oleh salah satu pendamping desa Kabupaten Mamuju
Tengah, bapak FL mengatakan bahwa:
“setelah melewati tahap musrembang, hasil selanjutnya adalah pembuatan RKPDes. RKPDes ini berfungsi sebagai acuan utama dalam melaksanakan program yang akan dibuat dengan menggunakan anggaran dana desa”. (wawancara langsung, 2018)
Wawancara ditempat terpisah dengan Kepala Urusan Pemerintahan
Desa Sanjango, bapak YR mengatakan bahwa :
“di dalam musrembang, kita mengerucutkan hal hal yang perlu didanai dengan melihat skala prerioritas dan mendesak. Untuk desa kami, yang paling krusial, adalah pembuatan Jalan Desa dan Jembatan”. (wawancara langsung, 2018)
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 tahun 2007,
Rencana Kerja Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat (RKP-Desa)
adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun dan merupakan
penjabaran dari RPJM-Desa yang memuat rancangan kerangka ekonomi
desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutahirkan,
program prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan serta
prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa
maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan
mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan RPJM-Desa.
Berdasarkan hasil studi dokumen, seluruh desa sampel telah memiliki
RKP dan APDes. Berikut ulasan tabelnya:
176
Tabel 4.27
Studi dokumen kepemilikan RKP di Desa Sampel Kabupaten Mamuju Tengah
Nama Desa Ketersediaan RKP
Desa
Ketersediaan RAB
Desa
Desa Tobadak Tersedia Tersedia
Desa Tumbu Tersedia Tersedia
Desa Lemo-lemo Tersedia Tersedia
Desa Pasapa Tersedia Tersedia
Desa Sanjango Tersedia Tersedia
Sumber: Studi dokumen, 2018
Berdasarkan hasil wawancara dengan Tenaga Ahli Pendamping Desa
Kabupaten Mamuju Tengah, bapak FL menjelaskan bahwa Setiap tahun
pada bulan Januari, biasanya didesa-desa diselenggarakan musrenbangdesa
dengan menghasilkan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa).
Penyusunan dokumen RKP Desa selalu diikuti dengan penyusunan dokumen
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), karena suatu rencana
apabila tanpa anggaran sepertinya akan menjadi dokumen atau berkas
belaka. Kedua dokumen ini tidak terpisahkan, dan disusun berdasarkan
musyawarah dan mufakat. RKP Desa dan APB Desa merupakan dokumen
dan infomasi publik. Pemerintah desa merupakan lembaga publik yang wajib
menyampaikan informasi publik kepada warga masyarakat. Keterbukaan dan
tanggung gugat kepada publik menjadi prinsip penting bagi pemerintah desa.
177
Gambar 13 Spanduk APB Desa Lemo-Lemo
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018
Gambar 14
Papan informasi desa Tumbu
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018
Berdasarkan hasil penelusuran lapangan peneliti, Pemerintah Desa di
wilayah desa sampel, dominan telah memberikan transparansi anggaran
178
yang dimiliki melalui pemasangan spanduk dan informasi. Berikut gambaran
kelima desa tersebut:
Tabel 4.28
Media Pengumumam APB Desa Tahun Anggaran 2017
Nama Desa Media yang digunakan
Lokasi Media Realitas
1 2 3 4
Desa Tobadak Spanduk Halaman Kantor Desa, di Tiap persimpangan perdusun
terdokumentasi
Papan Informasi Halaman Kantor Desa
terdokumentasi
Papan Proyek Lokasi Pembangunan
terdokumentasi
Penyampaian lisan Di Mesjid terdokumentasi
Desa Tumbu Spanduk Halaman Kantor Desa
terdokumentasi
Papan Informasi Lokasi Pembangunan
terdokumentasi
Papan Proyek Lokasi Pembangunan
terdokumentasi
Penyampaian lisan setiap kegiatan pertemuan
terdokumentasi
Desa Lemo-lemo
Spanduk Halaman Kantor Desa, di Tiap persimpangan perdusun
terdokumentasi
Papan Informasi Halaman Kantor Desa, di depan masjid
terdokumentasi
Papan Proyek Lokasi Pembangunan
terdokumentasi
Penyampaian lisan Di Mesjid, dan di setiap kegiatan pertemuan
terdokumentasi
Desa Pasapa Spanduk Tidak Nampak Terdokumentasi
Papan Informasi Tidak nampak terdokumentasi
Desa Sanjango
Spanduk Halaman Kantor Desa, di Tiap persimpangan
terdokumentasi
179
2 3 4
perdusun
Papan Informasi Halaman Kantor Desa, di depan masjid
terdokumentasi
Papan Proyek Lokasi Pembangunan
terdokumentasi
Sumber: Analisis lapangan, 2018
Berdasarkan tabel diatas, ditemukan data bahwa salah satu desa Di Mamuju
Tengah terkesan tertutup dalam memperlihatkan Anggaran yang dimiliki.
Untuk memperjelas permasalahan tersebut, Peneliti mewancarai Kepala
Dusun 1, Desa Pasapa, bapak FR mengungkapkan bahwa:
“Selama saya menjabat kepala dusun ditempat ini, saya belum lihat ada spanduk atau pengumuman langsung kepada masyarakat untuk APBDes seperti yang telah dilakukan desa-desa lain”. (wawancara langsung, 2018).
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh warga Desa Pasapa,
bapak CR mengatakan bahwa:
“Saya sebenarnya tidak tau sama sekali berapa anggaran dana desa kami. Kami tidak pernah sama sekali melihat data rill tentang jumlah anggaran kami, khususnya di tahun 2017 lalu”.(wawancara langsung, 2018)
Untuk menyakinkan itu hal tersebut, peneliti berkunjung ke kantor
kepala desa Pasapa dan hasilnya tidak menemukan data/spanduk
pengumuman kepada masyarakat yang berkaitan dengan APBDesa Pasapa.
180
Gambar 15 Kantor Desa Pasapa
Sumber: dokumentasi pribadi,2018
Berkaitan dengan masalah hal tersebut, peneliti mencari informasi dari pihak
lain yaitu Kordinator Pendamping Desa Kabupaten Mamuju Tengah, bapak
FL mengungkapkan bahwa:
“Kami pasti kecewa dengan hal tersebut. Dana desa itu dalam pengggunaan dan perencanaan serta pemanfaatannya harus bersifat transparansi. Perangkat Desa harus mengumumkan kepada khalayak masyarakat bersangkutan tentang rencananya dan anggaran yang akan dipakai, apalagi sesuai dengan data yang kami peroleh, Desa Pasapa merupakan desa yang paling banyak membutuhkan asupan dana akibat Desa yang terpencil dan jauh dari pusat Kota Mamuju Tengah. Olehnya itu, Jika memang hal tersebut betul terjadi, maka kami akan laporkan ke Inspektorat untuk dapat meng cross check”. (wawancara langsung, 2018)
181
RKP Desa ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Desa dan
disusun melalui forum musyawarah perencanaan pembangunan
(musrenbang) tahunan atau biasa disebut musrenbang Desa. Dokumen
RKPDesa kemudian menjadi masukan (input) penyusunan dokumen APB
Desa dengan sumber anggaran dari Alokasi Dana Desa (ADD), Pendapatan
Asli Desa (PA Desa), swadaya dan pastisipasi masyarakat, serta sumber-
sumber lainnya yang tidak mengikat. Dalam penyusunan RKPDes, Desa
harus memperhatikan rencana kegiatan prioritas dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
Berdasarkan studi dokumen Dinas PMD, Kabupaten Mamuju Tengah
memperoleh dana desa sebesar Rp. 45.226.000.004. Jumlah anggaran
Dana Desa tahun anggaran 2017 yang diterima dari lima desa sampel yang
diteliti dapat diuraikan sebagai berikut:
182
Tabel 4.29
Jumlah Anggaran Dana Desa di Kabupaten Mamuju Tengah Tahun 2017
Sumber: Studi Dokumen Dinas PMD Kabupaten Mamuju Tengah, 2017
NO KECAMATAN ADD ADD TAHAP I ADD TAHAP II DD DD TAHAP I DD TAHAP II
1 2 4 5 6 7 8 9
1 1 MAHAHE 362.093.000 217.256.000 144.837.000 778.862.000 467.317.000 311.545.000
2 2 SALOBAJA 366.791.000 220.075.000 146.716.000 793.075.000 475.845.000 317.230.000
3 3 TOBADAK 425.069.000 255.041.000 170.028.000 969.375.000 581.625.000 387.750.000
4 4 PALONGAAN 374.557.000 224.734.000 149.823.000 816.569.000 489.941.000 326.628.000
5 5 BATU PARIGI 413.827.000 248.296.000 165.531.000 935.366.000 561.220.000 374.146.000
6 6 BAMBADARU 368.685.000 221.211.000 147.474.000 798.804.000 479.282.000 319.522.000
7 7 SEJATI 397.543.000 238.526.000 159.017.000 886.103.000 531.662.000 354.441.000
8 8 SALOADAK 391.377.000 234.826.000 156.551.000 867.449.000 520.469.000 346.980.000
9 1 POLO PANGALE 365.755.000 219.453.000 146.302.000 789.941.000 473.965.000 315.976.000
10 2 PANGALE 389.788.000 233.873.000 155.915.000 862.645.000 517.587.000 345.058.000
11 3 SARTANAMAJU 367.170.000 220.302.000 146.868.000 794.221.000 476.533.000 317.688.000
12 4 POLO LERENG 382.327.000 229.396.000 152.931.000 840.074.000 504.044.000 336.030.000
13 5 KUO 376.285.000 225.771.000 150.514.000 821.796.000 493.078.000 328.718.000
14 6 POLO CAMBA 364.733.000 218.840.000 145.893.000 786.849.000 472.109.000 314.740.000
15 7 LAMBA-LAMBA 367.413.000 220.448.000 146.965.000 794.955.000 476.973.000 317.982.000
16 8 KOMBILING 380.988.000 228.593.000 152.395.000 836.023.000 501.614.000 334.409.000
17 9 LEMO-LEMO 360.420.000 216.252.000 144.168.000 773.801.000 464.281.000 309.520.000
18 1 BABANA 401.346.000 240.808.000 160.538.000 897.607.000 538.564.000 359.043.000
19 2 LUMU 394.642.000 236.785.000 157.857.000 877.328.000 526.397.000 350.931.000
20 3 PONTANAKAYANG 380.727.000 228.436.000 152.291.000 835.232.000 501.139.000 334.093.000
21 4 SALOGATTA 368.355.000 221.013.000 147.342.000 797.805.000 478.683.000 319.122.000
22 5 KIRE 425.812.000 255.487.000 170.325.000 971.620.000 582.972.000 388.648.000
23 6 TINALI 365.349.000 219.209.000 146.140.000 788.712.000 473.227.000 315.485.000
24 7 SALUMANURUNG 375.717.000 225.430.000 150.287.000 820.077.000 492.046.000 328.031.000
25 8 PASAPA 394.400.000 236.640.000 157.760.000 876.594.000 525.956.000 350.638.000
26 9 BOJO 372.095.000 223.257.000 148.838.000 809.119.000 485.471.000 323.648.000
27 10 BARAKKANG 389.221.000 233.533.000 155.688.000 860.928.000 516.557.000 344.371.000
28 11 LEMBAH HADA 364.445.000 218.667.000 145.778.000 785.979.000 471.587.000 314.392.000
29 1 BUDONG-BUDONG 372.337.000 223.402.000 148.935.000 809.850.000 485.910.000 323.940.000
30 2 TOPOYO 383.061.000 229.837.000 153.224.000 842.293.000 505.376.000 336.917.000
31 3 TUMBU 383.827.000 230.296.000 153.531.000 844.611.000 506.767.000 337.844.000
32 4 KABUBU 364.121.000 218.473.000 145.648.000 784.996.000 470.998.000 313.998.000
33 5 WAEPUTEH 363.670.000 218.202.000 145.468.000 783.632.000 470.179.000 313.453.000
34 6 TANGKOU 359.352.000 215.611.000 143.741.000 770.569.000 462.341.000 308.228.000
35 7 TABOLANG 384.491.000 230.695.000 153.796.000 846.619.000 507.971.000 338.648.000
36 8 PARAILI 363.401.000 218.041.000 145.360.000 782.819.000 469.691.000 313.128.000
37 9 SALUPANGKANG 365.480.000 219.288.000 146.192.000 789.107.000 473.464.000 315.643.000
38 10 SALUPANGKANG IV 360.265.000 216.159.000 144.106.000 773.333.000 464.000.000 309.333.000
39 11 TAPPILINA 362.270.000 217.362.000 144.908.000 779.399.000 467.639.000 311.760.000
40 12 BAMBAMANURUNG 362.065.000 217.239.000 144.826.000 778.779.000 467.267.000 311.512.000
41 13 SALULEKBO 441.832.000 265.099.000 176.733.000 1.020.083.000 612.050.000 408.033.000
42 14 PANGALLOANG 375.092.000 225.055.000 150.037.000 818.187.000 490.912.000 327.275.000
43 15 SINABATTA 365.982.000 219.589.000 146.393.000 790.628.000 474.377.000 316.251.000
44 1 KAROSSA 428.199.000 256.919.000 171.280.000 978.842.000 587.305.000 391.537.000
45 2 TASOKKO 421.539.000 252.923.000 168.616.000 958.695.000 575.217.000 383.478.000
46 3 LARA 397.200.000 238.320.000 158.880.000 885.065.000 531.039.000 354.026.000
47 4 KADAILA 366.515.000 219.909.000 146.606.000 792.239.000 475.343.000 316.896.000
48 5 KAYU CALLA 362.024.000 217.214.000 144.810.000 778.652.000 467.191.000 311.461.000
49 6 LEMBAH HOPO 382.990.000 229.794.000 153.196.000 842.078.000 505.247.000 336.831.000
50 7 BENGGAULU 375.900.000 225.540.000 150.360.000 820.630.000 492.378.000 328.252.000
51 8 SUKA MAJU 378.011.000 226.807.000 151.204.000 827.016.000 496.210.000 330.806.000
52 9 KAMBUNONG 391.812.000 235.087.000 156.725.000 868.767.000 521.260.000 347.507.000
53 10 SALUBIRO 387.172.000 232.303.000 154.869.000 854.731.000 512.839.000 341.892.000
54 11 SANJANGO 381.355.000 228.813.000 152.542.000 837.131.000 502.279.000 334.852.000
20.566.893.000 12.340.135.000 8.226.758.000 45.125.660.000 27.075.394.000 18.050.266.000JUMLAH
TOBADAK
PANGALE
BUDONG-BUDONG
TOPOYO
KAROSSA
DESA
3
183
Pelaksanaan pengelolaan dana desa yang dilakukan oleh perangkat
Pemerintah Desa harus selalu berkoordinasi dengan ketua BPD dalam
menjalankan pelaksanaan program kerja yang ditetapkan pada saat
Musrenbangdes. Hal tersebut juga didukung dan tertuang pada Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 55 disebutkan Badan
Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi:
a. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama
Kepala Desa;
b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
c. Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.
Peranan BPD dalam pengawasan anggaran dana desa juga tertuan
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 48 yaitu :
Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya,
kepala Desa wajib:
a. Menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada
akhir masa jabatan kepada bupati/walikota;
b. Menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa setiap
akhir tahun anggaran kepada bupati/walikota;
c. menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan
secara tertulis kepada Badan Permusyawaratan Desa setiap akhir
tahun anggaran.
184
Hal ini juga didukung pada Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
Pasal 51 mengungkapkan bahwa Kepala Desa menyampaikan laporan
keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 huruf c setiap akhir tahun anggaran kepada Badan
Permusyawaratan Desa secara tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
berakhirnya tahun anggaran.
Dari uraian tersebut diatas sudah jelas bahwa Badan
Permusyawaratan Masyarakat Desa mempunyai peran yang strategis dalam
ikut mengawal penggunaan dana desa tersebut agar tidak diselewengkan.
Sekertaris Daerah Kabupaten Mamuju Tengah, Bapak AA
mengatakan bahwa:
“Peranan BPD sangat berpengaruh dan paling harus terdepan dalam mengawasi dalam pelaksanaan penggunaan dana desa. Perangkat BPD harus cerdas dan sigap. Olehnya itu BPD jangan lemah dalam pengawasannya”. (wawancara langsung, 2018)
Berkaitan dengan Teknis Pengawasan Dana Desa, Ketua BPD desa
Sanjango, bapak PN mengatakan bahwa :
“Kepala Desa harus selalu berkoordinasi dengan BPD terkait dengan pelaksanaan pengelolaan dana desa ini. Pelaksanaan pengelolaan dana desa ini dilakukan oleh sesuai dengan aturan yang berlaku,”. (wawancara langsung, 2018)
Untuk melihat peranan BPD dalam pengawasan Pelaksanaan
Pembangunan Dana Desa berikut tabel matriks wawancara dengan Ketua
BPD di desa sampel
185
Tabel 4.30
Matrix Peranan BPD di desa Sampel Dalam Penggunaan Anggaran Dana Desa di Sampel Kabupaten Mamuju Tengah
Nama Desa Perangkat BPD yang wawancarai
Peranan BPD dalam Pelaksanaan Dana Desa
Desa Tobadak Ketua BPD Aktif
Desa Tumbu Ketua BPD Aktif
Desa Lemo-lemo Ketua BPD Aktif
Desa Pasapa Sekertaris BPD Aktif
Desa Sanjango Ketua BPD Aktif
Sumber: Studi Wawancara langsung, 2018.
Berdasarkan analisis di atas, dapat kita simpulkan bahwa dalam
pelaksanaan penggunan dana desa di Kabupaten Mamuju Tengah, telah
berjalan baik. Namun terdapat satu desa, yaitu desa Pasapa tidak
memberikan informasi terbuka mengenai APDes kepada Masyarakat,
sehingga hal tersebut akan memunculkan kecurigaan oleh masyarakat
setempat akan terjadinya penyelewengan dana Desa. Peranan Badan
Permusyarawatan Desa (BPD), telah aktif dalam pengawasan pelaksanaan
penggunaan dana desa, sehingga diharapkan Dana Desa tersebut dapat
dipakai sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.
4.2.3. Penatausahaan
Penatausahaan Keuangan Desa adalah kegiatan pencatatan yang
khususnya dilakukan oleh Bendahara Desa. Bendahara Desa wajib
melakukan pencatatan terhadap seluruh transaksi yang ada berupa
penerimaan dan pengeluaran. Bendahara Desa melakukan pencatatan
secara sistematis dan kronologis atas transaksi-transaksi keuangan yang
186
terjadi. Penatausahaan keuangan desa yang dilakukan oleh Bendahara Desa
dilakukan dengan cara sederhana, yaitu berupa pembukuan belum
menggunakan jurnal akuntansi.
Penatausahaan Keuangan Desa adalah seluruh kegiatan
keuangan yang dilakukan oleh pemerintahan desa yakni Bendahara Desa
terdiri dari Penatausahaan penerimaan dan Penatausahaan
pengeluaran serta pelaporan pertanggungjawabannya kepada pihak yang
berkepentingan. Kepala Desa memegang kuasa tertinggi dalam
pengelolaan keuangan Desa karena jabatannya sebagai kepala
pemerintahan di tingkat Desa. Dalam pelaksanaannya, kepala Desa
dibantu oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) yang
merupakan perangkat desa yang ditunjuk kepala Desa, PTPKD atau
Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa merupakan unsur
perangkat desa yang membantu Kepala Desa untuk melaksanakan
pengelolaan keuangan desa. Bendahara di jabat oleh staf pada Urusan
Keuangan. Bendahara mempunyai tugas menerima, menyimpan,
menyetorkan atau membayar, menatausahakan, dan mempertanggung
jawabkan penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan desa
dalam rangka pelaksanaan APBDesa.
Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan
pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib
dan Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui
187
laporan pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban disampaika
setiap bulan kepada Kepala Desa paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Dokumen yang digunakan oleh bendahara dalam melakukan penatausahaan
penerimaan dan pengeluaran antara lain: buku kas umum, buku kas
pembantu pajak dan buku bank. Buku kas umum digunakan untuk mencatat
seluruh bukti transaksi keuangan desa. Buku kas pembantu pajak
digunakan untuk mencatat bukti transaksi terkait dengan pemungutan
maupun penyetoran pajak oleh bendahara desa. Buku bank digunakan untuk
mencatat bukti transaksi terkait dengan penerimaan maupun pengeluaran
melalui bank.
Tabel 4.31 ketersediaan dokumen penatausahaan di desa sampel
di Kabupaten Mamuju Tengah
Nama Desa Dokumen Penatausahaan
buku kas umum buku kas pembantu
pajak
buku bank
Desa Tobadak ✓ ✓ ✓
Desa Tumbu ✓ ✓ ✓
Desa Lemo-lemo ✓ ✓ ✓
Desa Pasapa ✓ ✓ ✓
Desa Sanjango ✓ ✓ ✓
Sumber: Studi dokumen, 2018
Berdasarkan hasil dengan wawancara dengan seluruh bendahara
desa Sampel, peneliti merangkumkan untuk bahwa pelaporan dilaksanakan
188
tiap bulan dalam melaporkan keuangan Desa. adapun alur dari
penatausahaan yang dilakukan dengan Skema gambar dibawah in
Tabel 4.32 Penatausahaan Keuangan Dana Desa di Kabupaten Mamuju Tengah
No Tahapan Aktor/ Pemeran Utama
Analisis 1 Penatausahaan
Penerimaan Bendahara Desa Pencatatan penerimaan keuangan
sudah dilaksanakan dengan baik
2 Penatausahaan Pengeluaran
Bendahara Desa Pencatatan pengeluaran keuangan sudah dilaksanakan dengan baik
3 Pelaporan Pertanggungjawaban
Kepala Desa dan Bendahara Desa
Setiap bulan Desa melaporkan kondisi keuangan Desa kepada kepala Desa
Sumber: Analisis wawancara, 2018
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa proses penatausahaan
yang dilakukan oleh Bendahara berjalan sesuai dengan prosedur yang ada,
baik penatausahaan penerimaan sampai dengan pelaporan
pertanggungjawaban.
Selain tahapan penatausahaan yang di atur, Bendahara Desa
wajib melakukan pencatatan terhadap seluruh transaksi yang berupa
penerimaan dan pengeluaran. Bendahara Desa melakukan pencatatan
secara sistematis atas transaksi-transaksi keuangan yang terjadi. terkait
dengan pernyataan tersebut, Bendahara Desa Lemo-Lemo, bapak AG
mengatakan bahwa :
189
“Pada saat pengeluaran kas berupa belanja untuk melaksanakan operasional kegiatan Desa dan program-program Desa, kita harus simpan bukti-bukti transaksi keuangan, baik kas masuk maupun kas keluar, kemudian mencatatnya ke dalam buku kas umum, buku kas pembantu pajak dan buku bank kemudian desa melakukan penutupan pada setiap bulannya atas buku kas umum, buku kas pembantu pajak dan buku bank, sebagai laporan pertanggungjawaban kepada kepala desa”. (wawacara langsung, 2018)
Hal tersebut sesuai dengan yang diterangkan oleh Kepala Desa
Sanjango, bapak MY mengatakan bahwa:
“Bendahara Desa wajib mencatat semua pengeluaran dan penerimaan Keuangan Desa. Dalam melakukan pengeluaran dan penerimaan Keuangan Desa Bendahara wajib mencatat semua kedalam buku Kas dan bendahara Desa telah telah melaksanakannya sesuai dengan aturan yang ada”. (wawancara langsung, 2018)
Sementara di tempat yang terpisah, Wawancara dengan Bendahara
Desa AG, mengungkapkan bahwa kendala yang dialami pada saat
melakukan Penatausahaan Keuangan Desa yaitu belum mahirnya dalam
menggunakan computer dan aplikasi serta belum intensnya intensnya
pelaksanaan pelatihan aplikasi/program tersebut oleh pihak berwenang.
Gambar 16 Buku Bank Desa
190
Gambar 17
Buku Kas Pembantu
Sumber: Data Pribadi
Dari Gambar diatas menunjukkan bahwa buku kas yang
digunakan oleh Desa yang ada di kabupaten Mamuju Tengah menggunkan
aplikasi sistem keuangan dana desa. Siskeudes (Sistem Keuangan Desa)
adalah sebuah aplikasi yang berjalan pada OS Windows dengan database
Microsoft Access yang dikembangkan oleh BPKP sebagai sarana membantu
pemerintahan desa dalam rangka mengimplementasikan UU Nomor 6 Tahun
2016. Aplikasi Siskeudes sebelumnya bernama Simda-Desa, yang pada
awalnya dikembangkan oleh perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat
sebagai proyek percontohan di lingkungan BPKP pada bulan Mei 2015.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kepala Dinas PMD Kabupaten
Mamuju Tengah, bapak DZ mengatakan bahwa:
“Kami akui, masih ada beberapa perangkat desa, khususnya bendahara desa masih belum mampu secara baik menggunakan aplikasi Siskeudes walaupun kita telah melakukan bimtek. Olehnya itu kami memberikan mereka modul untuk mereka pelajari sehingga jika mereka bingung, dapat membuka modul tersebut. (wawancara langsung, 2018)
191
Dari lima desa sampel diatas menunjukkan bahwa proses
penatausahaan terutama dipelaporan berjalan dengan baik, semua desa
yang dijadikan sampel secara rutin melaporkan keuangan desa kepada
kepala desa setiap bulan. Pelaporan dilakukan setiap akhir bulan pada saat
bendaharan desa melakukan proses tutup buku untuk bulan berjalan.
4.2.4. Pelaporan dan pertanggungjawaban
Pelaporan atau reporting menurut Luther M. Gullick dalam bukunya
Papers on the Science of Administration merupakan salah satu fungsi
manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau
pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan
fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi. baik secara lisan maupun
tertulis sehingga dalam penerimaan laporan dapat memperoleh gambaran
bagaimana pelaksanaan tugas orang yang member laporan. Selain itu,
pelaporan merupakan catatan yg memberikan informasi tentang kegiatan
tertentu dan hasilnya disampaikan ke pihak yang berwenang atau berkaitan
dengan kegiatan tertentu (Siagina, 2003). Pelaporan merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan bawahan untuk menyampaikan hal-hal yang
berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama satu
periode tertentu. Pelaporan dilakukan kepada atasan kepada siapa bawahan
tersebut bertanggung jawab. Pelaporan adalah aktivitas yang berlawanan
arah dari pengawasan, Jika pengawasan dilakukan oleh pihak atasan untuk
mengetahui semua hal yang menyangkut pelaksanaan kerja bawahan, maka
192
pelaporan merupakan jawaban dari kegiatan pengawasan tersebut.
Pelaporan tidak dibawa langsung oleh atasan pada waktu mengadakan
pengawasan, tetapi “diantar” oleh bawahan baik dibawa sendiri maupun
dikirim. Laporan dibuat oleh semua personal yang mendapat tugas dari
atasan. Laporan bukan merupakan monopoli para atasan saja. Karena
atasan harus membuat laporan kepada atasannya lagi. Laporan yang
disampaikan kepada atasan tidak harus berupa uraian lengkap seperti
memorandum akhir jabatan, atau tidak juga seperti laporan penelitian yang
wujudnya tebal dengan sistematika baku, tetapi dapat disusun mulai dari
bentuk yang paling sederhana sampai yang paling lengkap.
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah,
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung
jawab menurut kamus Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung,
memikul jawab,mananggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab
dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia
akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di
sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajibannya.Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya
sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti
dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab,
maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan
193
demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak
yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain.
Pelaporan dan Pertanggungjawaban adalah babakan terakhir dalam
siklus Pengelolaan Keuangan Desa. Hal-hal pokok yang perlu dipahami
berkenaan dengan Pelaporan dan Pertanggungjawaban Pengelolaan
Keuangan Desa ini mencakup: pengertian dan makna laporan
pertanggungjawaban, tahap, prosedur, dan tatacara penyampaian laporan
pertanggungjawaban. Selain itu perlu dihayati bahwa pada hakikatnya
laporan pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa adalah
pemenuhan tanggungjawab kepada masyarakat/rakyat desa atas
pengelolaan uang dan kepentingan rakyat oleh Pemerintah Desa.
Pelaporan merupakan salah satu mekanisme untuk mewujudkan dan
menjamin akuntabiltas pengelolaan keuangan desa, sebagaimana
ditegaskan dalam asas Pengelolaan Keuangan Desa (Asas Akuntabel).
Hakikat dari pelaporan ini adalah Pengelolaan Keuangan Desa dapat
dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek: hukum, administrasi, maupun
moral. Dengan demikian, pelaporan pengelolaan keuangan desa menjadi
kewajiban Pemerintah Desa sebagai bagian tak terpisahkan dari
penyelengaraan pemerintahan desa.
Berkaitan dengan Pelaporan dan pertanggung jawaban, Kepala
bidang DZ, dinas PMD Kabupaten Mamuju Tengah mengatakan bahwa:
194
“Pelaporan dan pertanggung jawaban sebagai salah satu alat pengendalian untuk: Mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan, danMengevaluasi berbagai aspek (hambatan, masalah, faktor-faktor berpengaruh, keberhasilan, dan sebagainya) terkait pelaksaan kegiatan dalam penggunaan desa khususnya di lingkup desa-desa di Mamuju Tengah”. (wawancara langsung, 2018)
a. Pelaporan
Berdasarkan informasi dari Kepala Dinas PMD Kabupaten Mamuju
Tengah, bapak DZ menjelaskan bahwa Bentuk Pelaporan atas kegiatan-
kegiatan dalam APBDesa mempunyai dua tahap Pelaporan. Pertama,
Laporan berkala yaitu Laporan mengenai pelaksanaan realisasi Dana Desa
yang dibuat secara rutin setiap semester dan atau 6 Bulan sesuai dengan
tahapan pencairan dan pertanggung jawaban yang berisi realisasi
penerimaan Dana Desa dan belanja Dana Desa. Kedua, Laporan akhir dari
penggunaan Dana Desa mencangkup pelaksanaan dan penyerapan dana,
masalah yang dihadapi dan rekomendasi penyelesaian hasil akhir
penggunaan Dana Desa. Kedua laporan ini dibuat oleh Kepala Desa,
Sekretaris Desa dan Bendahara Desa.
195
Tabel 4.33
Ketersediaan laporan realisasi penggunaan dana desa
Nama Desa Dokumen Realisasi Penggunaan dana desa
LAPORAN
REALISASI I
LAPORAN
REALISASI II
KET
ADA TDK ADA ADA TDK ADA
Desa Tobadak ✓ ✓
Desa Tumbu ✓ ✓
Desa Lemo-lemo ✓ ✓
Desa Pasapa ✓ ✓
Desa Sanjango ✓ ✓
Sumber: studi dokumen, 2018
Berdasarkan tabel tersebut diatas, Semua desa yang dijadikan sampel
memiliki dokumen laporan realisasi tahap 1 dan tahap 2. Laporan ini bersifat
wajib karena dijadikan sebagai syarat utama untuk pencairan anggaran pada
tahap berikutnya.
Di dalam setiap pelaporannya, terkadang ditemukan berbagai kendala.
Misalnya volume fisik yang berbeda dengan laporan yang diajukan. Hal ini
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kepala Dinas Inspektorat Daerah
Kabupaten Mamuju Tengah, bapak AP mengungkapkan bahwa:
“Permasalahan yang lazim kami temukan adalah volume fisik berbeda dengan yang laporkan pada kami. Hal ini terlihat disaat kami croos check dilapangan. Adapun tindakan kami adalah memberikan tindakan teguran kepada desa yang bersangkutan agar segera merealisasikan sesuai dengan anggaran serta volume yang ditetapkan. Alhamdulillah desa-desa di Mamuju Tengah hampir keseluruhan sigap dan
196
memperbaiki disetiap teguran yang kami sampaikan dan segera memperbaiki kesalahan. (wawancara langsung, 2018)
Dalam pembuatan laporan realisasi, perangkat pemerintahan desa
sampel mengeluhkan bahwa bentuk laporan realisasi terkadang berbeda-
beda beda, sehingga akan membuat ribet serta perangkat desa akan
kebingungan. Hal ini diungkapkan oleh kepala desa Pasapa, bapak PL
mengatakan bahwa:
“Kebingungan kami adalah mengenai format laporan realisasinya. Setiap pejabat instansi/lembaga memiliki format masing-masing. Saya contohkan pemeriksa dari inspektorat berbeda model laporan yang diminta oleh PMD”. (wawancara langsung, 2018)
Hal ini dibenarkan oleh Sekertaris desa , bapak IK mengungkapkan bahwa:
“Harapan saya kedepannya, pemeriksa harus satu pendirian atau satu patokan dalam teknis laporan realisasi, agar kami hanya membuat satu format. Selain akan mempermudah, akan membuat efisiensi juga” (wawancara langsung, 2018)
Dalam proses penyampaian laporan penggunaan Dana Desa, Kepala
Desa yang bersangkutan dituntut untuk menyampaikan laporan tepat waktu.
Apabila laporan tersebut tidak tepat waktu atau terlambat maka seluruh Desa
yang ada di Kabupaten Mamuju dtunda Proses pencairannya. Proses
pelaporan Dana Desa dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tahap semester
pertama dan semester dua. hal tersebut di terangkan oleh sekertaris desa
Tobadak, bapak IK mengatakan bahwa :
“Untuk pengelolaan dana desa terkhusus di pelaporan menggunakan dua tahap yakni semseter satu dan dua. apabila proses pelaporan tidak dilakukan, otomatis akan menganggu proses penyaluran Dana Desa di seluruh Kabupaten Mamuju Tengah. Sehingga para pemerintah desa harus dberikan tekanan agar mengerjalan laporan tersebut tepat waktu”.(Wawancara langsung, 2018)
197
Sama halnya yang disampaikan oleh salah satu Pendamping Desa
Kabupaten Mamuju Tengah, Bapak FL mengatakan bahwa:
“memang pelaporan menggunakan 2 tahap dan ketika ada Desa yang terlambat melaporkan akan menganggu proses pencairan dana desa yang akan datang di seluruh Desa yang ada di kabupaten mamuju tengah”
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, pelaporan penggunaan
Dana Desa terdiri atas Laporan Berkala dan Laporan Akhir. Proses
pembuatan Laporan Berkala dan Laporan Akhir terbilang sama namun
berbeda pada lampiran laporan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perangkat desa sampel
kabupaten Mamuju Tengah, Berikut analisis rangkuman alur laporan
penggunaan dana desa di Kabupaten Mamuju Tengah
Gambar 18
Alur Pelaporan Penggunaan Dana Desa Kabupaten Mamuju Tengah
Sumber: analisis studi wawancara, 2018
Laporan Tingkat Desa. (disampaikan kepada BPD Desa)
Laporan diteruskan kepada: Pemerintah kecamatan, Keuangan, PMD dan Inspektorat untuk diferivikasi
Rekomendasi hasil verifkasi
PENCAIRAN KE BANK SULSELBAR
198
Pelaporan Dana Desa yakni Laporan Berkala dan Laporan Akhir
yang diajukan oleh Kepala Desa kepada PMD untuk Keuangan yang
telah diverifikasi dan mendapat rekomendasi pencairan dari PMD harus
disertai dengan beberapa lampiran. Untuk Laporan Berkala ( Tahap I)
disertai dengan lampiran
Berikut lampiran yang dimaksud:
1. Peraturan Desa Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa ( RPJMDesa)
2. Peraturan Desa tentang Rencana Kerja Pemerintah Desa
(RKPDesa)
3. LPPD Akhir tahun pada tahun sebelumnya
4. LKPJ Akhir tahun pada tahun sebelumnya
5. Peraturan Desa Tentang APBDes tahun berjalan
6. Rencana Penggunaan Dana
7. Pertanggungjawaban Penggunaan Dana Tahap II Tahun Anggaran
Sebelumnya.
8. SPTB bermaterai Rp.6.000,- tahap sebelumnya
9. Kwitansi bermaterai RP.6.000,-
10. Foto Copy Rekening Pemerintah Desa
Sedangkan untuk Surat Permohonan Pencairan Dana Desa
Laporan Akhir (Tahap II) disertai dengan lampiran:
1. Rencana Penggunaan Dana
199
2. Surat Pernyataan Tanggungjawab belanja tahap sebelumnya
3. Kwitansi bermaterai Rp. 6.000,-
4. Pertanggung Jawaban Tahap I (Pertama)
b. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban penggunaan dana desa terintegrasi dengan
Pertanggungjawaban APBDesa, sehingga pertanggung jawaban tersebut
adalah Pertanggungjawaban APBdesa.
Pembuatan Laporan Pertanggungjawaban yang dilakukan Pemerintah
Desa khususnya Sekertaris Desa pada daerah sampel, ternyata ditemukan
beberapa desa sampel menggunakan jasa pihak ketiga. Hal ini diungkapkan
oleh Kepala Desa Sanjango, Bapak MY mengatakan bahwa:
“Dalam Pembuatan Laporan PertanggungJawaban biasanya kami lebih memilih menggunakan jasa pihak ketiga, jadi karena belum mampu membuat biasanya kami menyewa Jasa, hal ini disebabkan pengetahuan sekdes kami masih baru dan masih minim pengalaman, tapi untuk kedepannya kami akan berusaha mandiri.” (wawancara langsung, 2018).
Berikut tabel hasil wawancara yang akan memberikan gambaran
tentang penanggungjawab pembuatan laporan akhir dari desa sampel
200
Tabel 4.34
penangggungjawab laporan akhir desa Sampel
Nama Desa Penanggung jawab laporan Keterangan
Desa Tobadak Kepala Desa, Sekertaris desa Dikerjakan langsung oleh
Perangkat desa
Desa Tumbu Seluruh perangkat pemerintahan desa Dikerjakan langsung oleh
Perangkat desa
Desa Lemo-lemo Kepala desa Dikerjakan langsung oleh
Perangkat desa
Desa Pasapa Kepala desa, sekertaris desa Laporan dikerjakan oleh pihak
ketiga
Desa Sanjango Kepala Desa, Laporan dikerjakan oleh pihak
ketiga
Sumber: analisis studi wawancara, 2018
Berdasarkan informasi dari kepala desa Sanjango, bapak MY
menjelaskan bahwa, laporran pertanggungjawaban selain ditujukan kepada
dinas PMD, keuangan dan inspektorat, Pemerintah Desa wajib
mempertanggungjawabkan laporan Ke BPD dan masyarakat secara terbuka.
Hal ini berguna agar masyarakat dapat mengetahui dana yang digunakan,
serta hasil yang diperoleh dari penggunaan anggaran dana desa tersebut
Untuk mewujudkan transparansi, berikut tabel analisis wawancara
dengan warga desa, yang akan menampilkan media yang digunakan oleh
desa sampel dalam mempertanggung jawabkan penggunaan laporan
desanya.
Tabel 4.35 Media pertanggung jawaban Pemerintah Desa
Nama Desa Media Informasi yang digunakan Keterangan
Desa Tobadak Papan informasi, dan disampaikan langsung pada forum
forum pertemuan dengan warga
Desa Tumbu Papan informasi
Desa Lemo-lemo Papan informasi, dan pada kegiatan keagamaan (shalat
jumat)
Desa Pasapa Tidak ditemukan
Desa Sanjango Papan informasi di desa, dan papan informasi disetiap
proyek
Sumber: Analisis studi Wawancara, 2018
201
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa pemerintah desa menggunakan
berbagai media untuk menyampaikan pertanggung jawaban kepada
masyarakat kebanyakan melalui media papan informasi. Beberapa desa
sampel juga menyampaikan informasi secara lisan kepada warga pada
moment forum berkumpulnya masyarakat. Namun, terdapat satu desa yaitu
Desa Pasapa cenderung tidak memberikan pertanggungjawaban kepada
masyarakat. Selain peneliti mewancarai masyarakat, peneliti juga
memperhatikan papan informasi di kantor desa, namun tak melihat gambar,
ataupun tulisan yang memperlihatkan hasil penggunaan dana desa yang
terpasang.
Berdasarkan hasil analisis penggunaan dana desa ditinjau dari laporan
dan pertanggungjawaban, dapat disimpulkan bahwa desa sampel di Mamuju
Tengah telah melaksanakan laporan pertanggungjawaban dengan baik,
hanya saja terdapat satu desa yang tidak terbuka melaporkan laporan
realisasinya kepada masyarakat, sehingga hal tersebut harus diantisipasi
agar tidak ada penyelewengan anggaran dana desa
4.3. pemanfaatan dana desa dalam pelaksanaan pembangunan desa di
Kabupaten Mamuju Tengah
4..3.1. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Penyelenggaraan pemerintahan desa tidak terpisahkan dari
penyelenggaraan otonomi daerah. Pemerintahan desa merupakan unit
terdepan (ujung tombak) dalam pelayanan kepada masyarakat serta tombak
202
strategis untuk keberhasilan semua program.Karena itu, upaya untuk
memperkuat desa (Pemerintah Desa dan Lembaga Kemasyarakatan)
merupakan langkah mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
sebagai tujuan otonomi daerah. Sehingga penyelenggaraan Pemerintahan
Desa merupakan sub sistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan,
sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengaturan mengurus
kepentingan masyarakatnya.
Pemerintah desa adalah kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa .Pemerintah desa
merupakan lembaga eksekutif desa dan BPD sebagai lembaga legeslatif
desa. Pemerintah desa terdiri kepala desa dan perangkat desa. Perangkat
desa bertugas membantu kinerja kepala desa dalam melaksanakan tugas-
tugas dan fungsi-fungsi pemerintah desa. Perangkat desa terdiri dari
sekretaris desa dan perangkat desalainnya.
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Dinas Pemberdayaan
Masyarakat Desa Kabupaten Mamuju Tengah, bapak DZ mengatakan
bahwa:
“Disetiap pertemuan kami selalu tekankan kepada perangkat desa baik itu kepala desa, sekertaris desa serta kaurnya bahwa Tugas utama pemerintah desa itu Tugas : menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan desa, melaksanakan pembinaan, kemasyarakatan desa, dan melaksanakan pemberdayaan masyarakat desa. Tak hanya itu, untuk pemerintah desa yang baru. Kami selalu memberikan pelatihan khusus untuk mereka. Hal ini bertujuan agar pemerintah desa mampu mengetahui fungsinya sebagai pelayan masyarakat”. (wawancara langsung, 2018)
203
Hal ini dibenarkan oleh kepala desa Tobadak, bapak AD yang mengatakan
bahwa :
Sebelum masuk pencalonan kepala desa, alangkah baiknya kita sudah khatam tentang peranan pemerintah desa. Sehingga disaat nanti setelah menjabat tidak kaget. Apalagi sekarang trend yang muncul dimasyarakat, mereka mau menjadi kepala desa karena tergiur dengan dana desa yang banyak untuk dikelola tanpa memperhatikan fungsi utamanya sebagai abdi masyarakat”. (wawancara langsung, 2018).
Bersama perangkat desa, kepala desa sebagai pimpinan struktur
pemerintah desa memiliki peranan yang signifikan dalam pengelolaan proses
social dalam masyarakat. Tugas utama yang harus diemban pemerintah
desa adalah bagaimana menciptakan kehidupan demokratik, memberikan
pelayanan sosial yang baik sehingga membawa masyarakatnya pada
kehidupan yang sejahtera, rasa tenteram, dan berkeadilan. Pemerintah desa
dituntut untuk lebih memahami apa yang menjadi kebutuhan dari warganya
yang terdiri dari berbagai lapisan. Artinya, bahwa pemerintah dalam
pemerintahannya dan dalam pembuatan kebijakan, dituntut untuk melibatkan
seluruh unsur masyarakat untuk mengetahui secara langsung sejauhmana,
seperti apa kondisi dan apa yang sesungguhnya menjadi kebutuhan
masyarakatnya. Itu juga berarti bahwa tata pemerintahan dan proses
pembuatan kebijakan dan kebijakan yang dihasilkan menyangkut masalah
bersama harus dapat diakses serta mampu dipertanggung jawabkan kepada
publik
204
Salah satu unsur utama dalam peningkatan penyelenggaraan
pemerintahan di desa adalah sumber daya manusia. Pengaruh SDM yang
pemerintahan desa yang profesional dan kompeten dalam pemerintahan
daerah merupakan faktor yang paling penting dalam penentuan kapasitas
suatu institusi pemerintah, disamping faktor-faktor kapasitas lain seperti :
sistem, teknologi, informasi dan perangkat pendukung organisasi lainnya.
Menurut pengertian di atas, kapasitas birokrasi pemerintahan desa, harus
selalu dikembangkan sesuai dengan perkembangan paradigma, sistem dan
manajemen perencanaan pembangunan yang terjadi baik dalam lingkup
global, nasional dan lokal. Dalam hal ini perubahan dan perkembangan yang
perlu dipertimbangkan dalam menentukan kapasitas suatu pemeintahan
daerah, antara lain : UU No. 32 tentang pemerintahan daerah, UU No. 25
tentang perimbangan keuangan pusat dan daaerah, dan UU No. 43 tentang
pokok-pokok kepegawaian, serta peraturan turunannya. Untuk melihat
tersebut, indikator yang digunakan untuk melihat kemampuan Sumberdaya
manusia dapat dilihat pada pengalaman pendidikan. Berikut tabel latar
belakang pendidikan dari 5 desa sampel di Kabupaten Mamuju Tengah
205
Tabel 4.36 Latar belakang Pendidikan Terakhir Kepala Desa dan Sekertaris Desa
Nama Desa Kepala Desa Sekertaris Desa
Desa Tobadak SMA S1
Desa Tumbu SMA SMA
Desa Lemo-lemo SMA S1
Desa Pasapa SMA SMA
Desa Sanjango SMA SMA
Sumber: analisis wawancara, 2018 Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa lima desa yang dijadikan
sampel secara keseluruhan kepala desa memiliki latar belakang pendidikan
tingkat SMA. Hal ini sesuai dengan prasyarat utama calon kepala desa
tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Mamuju Tengah No. 1 Tahun
2017 Tentang Pemilihan Kepala Desa. Dalam Pasal 24 ayat (2) ditegaskan
bahwa Persyaratan untuk menjadi Kepala desa, meliputi, antara lain
berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah atas atau sederajat
dan/atau yang disetarakan.
Hal tersebut sesuai dengan pandangan yang diungkapkan oleh kepala
Dinas PMD kabupaten Mamuju Tengah, bapak LB mengatakan bahwa:
“Kami di Mamuju Tengah, sudah mengupgrade syarat kepala desa yang awalnya hanya tamatan SLTP sekarang menjadi SMA. Ada beberapa pertimbangan kami lakukan peningkatan tersebut, utamanya agar para kades ini bukan saja memiliki kemampuan manajerial, tapi memiliki wawasan yang intelektual”. (wawancara langsung, 2018)
Sedangkan untuk perangkat desa harus mutlak minimal tamatan SMA.
Hal ini sudah ditegaskan pada UU Dalam Pasal 50 ayat (1) Undang - undang
Repulik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyebutkan,
206
perangkat desa harus berpendidikan paling rendah tamatan sekolah
menengah umum atau sederajat. Adapun tingkat pendidikan perangkat
pemerintahan desa sampel sebagai berikut :
Tabel 4.37 Latar belakang Pendidikan Terakhir Perangkat Pemerintahan Desa
Sampel Kabupaten Mamuju Tengah
NAMA DESA
Jabatan
Sekdes KAUR Pemerintahan
KAUR PEMBANGUNAN
KAUR kesejahteraan
Rakyat
KAUR Keuangan
KAUR Umum
Desa Tobadak
S1 SMA SMA SMA D3 SMA
Desa Tumbu
SMA SMA SMA SMA SMA SMA
Desa Lemo-lemo
S1 SMA SMA SMA S1 SMA
Desa Pasapa
SMA SMA SMA SMA SMA SMA
Desa Sanjango
SMA SMA SMA SMA SMA SMA
Berdasarkan tabel tersebut, secara keseluruhan para perangkat desa
telah melaksanakan amanah dari UU Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2014 bahwa perangkat pemerintah desa minimal pendidikan terakhir adalah
SMA/sederajat, bahkan terdapat dua desa yaitu desa Tobadak dan Desa
Lemo-lemo yang memiliki pejabat Sekertaris desa latar belakang pendidikan
strata satu.
Pemerintah Desa memiliki peran signifikan dalam pengelolaan proses
sosial di dalam masyarakat. Tugas utama yang harus diemban pemerintah
desa adalah bagaimana menciptakan kehidupan demokratik, memberikan
pelayanan sosial yang baik sehingga dapat membawa warganya pada
kehidupan yang sejahtera, rasa tenteram dan berkeadilan. Guna
mewujudkan tugas tersebut, pemerintah desa dituntut untuk melakukan
207
perubahan, baik dari segi kepemimpinan, kinerja birokrasi yang berorientasi
pada pelayanan yang berkualitas dan bermakna, sehingga kinerja
pemerintah desa benar-benar makin mengarah pada praktek good local
governance, bukannya bad governance.
Dimensi peningkatan kapasitas perangkat desa mencakup
penguasaan pengetahuan, keterampilan dan wawasan yang diperoleh
melalui pendidikan, latihan, belajar dan pengalaman. Tiga tingkat
kemampuan yang harus dimiliki oleh perangkat desa yaitu: 1) kemampuan
dasar; 2) kemampuan manajemen; dan 3) kemampuan kemampuan teknis.
Kemampuan dasar yang harus dimiliki perangkat desa adalah meliputi:
pengetahuan tentang regulasi desa, pengetahuan tentang dasar-dasar
pemerintahan desa, dan pengetahuan tentang tugas pokok dan fungsi.
Kemampuan manajemen meliputi: manajamen SDM, manajemen pelayanan
publik, manajamen asset, dan managemen keuangan. Sedangkan
Kemampuan Teknis meliputi: penyusunan administrasi desa, penyusunan
perencanaan pembangunan, penyusunan anggaran, penyusunan Perdes,
dan pelayanan public.
Kebijakan yang lain adalah menyiapkan anggaran untuk
pengembangan skill dari aparat pemerintah Desa serta masyarakat desa. Hal
ini terlihat dalam APDes di setiap desa sampel, menyisihkan anggaran untuk
pengembangan kapasitas aparaturnya. Berikut gambarannya:
208
Tabel
Gambaran pengembangan kapasitas aparatur dan masyarakat desa di Kabupaten Mamuju Tengah
DESA TOBADAK 1. Pelatihan kepala desa dan perangkat desa RP. 10.000.000 2. Pemberdayaan Posyandu, UP2K dan BKB RP. 17.000.000 3. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Rp. 12.500.000 4. Pelatihan TTG Rp. 12.000.000 5. Pelatihan Usaha Kecil dan Industri Rumah Rp. 10.000.000
DESA LEMO-LEMO 1. Pelatihan kepala desa dan perangkat desa Rp. 3.625.000 2. Pemberdayaan Posyandu, UP2K dan BKB Rp. 1.000.000 3. Pelatihan TTG Rp. 5.212.000
DESA PASAPA 1. Pelatihan kepala desa dan perangkat desa Rp. 10.000.000 2. Peningkatan Kapasitas Lembaga Masyarakat Rp. 18.000.000 3. Pemberdayaan Posyandu, UP2K dan BKB Rp. 36.200.000 4. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Rp. 9.500.000
DESA TUMBU 1. Pelatihan kepala desa dan perangkat desa Rp. 10.000.000 2. Peningkatan Kapasitas Lembaga Masyarakat Rp. 36.000.000 3. Pemberdayaan Posyandu, UP2K dan BKB Rp. 17.200.000 4. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Rp. 8.000.000
DESA SANJANGO 1. Pelatihan kepala desa dan perangkat desa Rp. 10.000.000 2. Peningkatan Kapasitas Lembaga Masyarakat Rp. 7.125.000 3. Pemberdayaan Posyandu, UP2K dan BKB Rp. 6.000.000 4. Pelatihan Kelompok Tani dan Nelayan Rp. 16.815.000
Sumber: analisis dokumen, 2018
Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ketua Asosiasi
Pemerintah Desa Indonesia Kabupaten Mamuju Tengah, bapak HM
mengungkapkan:
“didalam pengelolaan dana desa, ada tiga komponen yang harus tersalurkan dalam penggunaanya yaitu: (a)Belanja Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa, (b)Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa, (c)Bidang Pembinaan Kemasyarakatan, (d)
Pemberdayaan Masyarakat, dan bidang Bidang Tak Terduga. Khusus
209
bidang Pembinaan Kemasyarakatan Belanja jenis ini digunakan untuk pembinaan masyarakat desa, misalnya pendanaan untuk pelatihan perangkat desa, pendanaan untuk kegiatan PKK, Taruna, Kepemudaan dan lain2. Peranan kami dari APDESI Mamuju Tengah selain sebagai wadah pemerintah desa untuk saling sharing pengalaman serta koordinasi, adalah selalu menyampaikan pada setiap pertemuan bahwa aparatur desa harus memiliki kemampuan intelektual dalam administrasi desa, karena semakin kedepan, aturan pengelolaan dana desa semakin kompleks dan mengalami peningkatan teknologi ” (Wawancara Langsung 2018)
Pemerintah desa sebagai ujung tombak dalam sistem pemerintahan
daerah akan berhubungan dan bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Karena itu, sistem dan mekanisme penyelenggaraan pemerintahan daerah
sangat didukung dan ditentukan oleh Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai bagian dari Pemerintahan desa.
Struktur kelembagaan dan mekanisme kerja di semua tingkatan pemerintah,
khususnya pemerintahan desa harus diarahkan untuk dapat menciptakan
pemerintahan yang peka terhadap perkembangan dan perubahan yang
terjadi dalam masyarakat. Berdasarkan hasil studi wawancara, peranan BPD
pada desa sampel di kabupaten Mamuju Tengah telah memahami
peranannya dalam lembaga pemerintahan yaitu membahas dan menyepakati
Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat desa dan melakukan pengawasan kinerja
kepala desa. Berikut tabel matriks wawancara tersebut:
210
Tabel 4.38
Matrix wawancara dengan Ketua BPD
Nama Desa Peranan BPD
Desa Tobadak Melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kinerja Pemerintahan Desa
Desa Tumbu Sebagai perwakilan masyarakat dalam menyalurkan aspirasi dalam membangun Desa
Desa Lemo-lemo Melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kinerja Pemerintahan Desa
Desa Pasapa Perwakilan masyarakat desa
Desa Sanjango Melaksanakan peranan sebagai pengawas dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa
Sumber: hasil wawancara dengan ketua/sekertaris BPD
Berdasarkan data dan wawancara diatas, perangkat pemerintahan
desa di Kabupaten Mamuju Tengah telah mengetahui dan telah menjalankan
fungsinya sebagai Pemerintah desa sebagai ujung tombak dalam sistem
pemerintahan daerah akan berhubungan dan bersentuhan langsung dengan
masyarakat
4.3.2. Pembangunan Desa
Desa merupakan satuan pemerintah terkecil dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang perlu dibina dan ditingkatkan pelayanan
administrasi pemerintahannya kearah yang lebih memadai kepada
masyarakat desa. Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia mutlak
menjadi titik perhatian pemerintah, karena dengan berhasilnya pembangunan
desa berarti sebagian besar penduduk Indonesia turut ditingkatkan
kesejahteraannya. Pembangunan desa merupakan bagian dari
211
pembangunan nasional dan pembangunan desa ini memiliki arti dan peranan
yang penting dalam mencapai tujuan nasional, karena desa beserta
masyarakatnya merupakan basis dan ekonomi, politik, sosial budaya dan
pertahanan keamanan. Adapun definisi pembangunan desa menurut
Kartasasmita yaitu hakekat pembangunan nasional adalah manusia itu
sendiri yang merupakan titik pusat dari segala upaya pembangunan dan yang
akan dibangun adalah kemampuan dan kekuatannya sebagai pelaksana dan
yang akan dibangun adalah kemampuan dan kekuatannya sebagai
pelaksana dan penggerak pembangunan. Pada hakekatnya pembangunan
desa dilakukan oleh masyarakat bersama-sama pemerintah terutama dalam
memberikan bimbingan, pengarahan, bantuan pembinaan, dan pengawasan
agar dapat ditingkatkan kemampuan masyarakat dalam usaha menaikan
taraf hidup dan kesejahteraannya. Sedangkan Suparno menegaskan bahwa
pembangunan desa dilakukan dalam rangka imbang yang sewajarnya antara
pemerintah dengan masyarakat. Kewajiban pemerintah adalah menyediakan
prasarana-prasarana, sedangkan selebihnya disandarkan kepada
kemampuan masyarakat itu sendiri.
Proses pembangunan desa merupakan mekanisme dari keinginan
masyarakat yang dipadukan dengan masyarakat. Perpaduan tersebut
menentukan keberhasilan pembangunan seperti yang dikemukakan oleh
Ahmadi mekanisme pembangunan desa adalah merupakan perpaduan yang
212
serasi antara kegiatan partisipasi masyarakat dalam pihak dan kegiatan
pemerintah di satu pihak.
Bahwa pada hakekatnya pembangunan desa dilakukan oleh
masyarakat sendiri. Sedangkan pemerintah memberikan bimbingan, bantuan,
pembinaan, dan pengawasan. Secara teoritis, pembangunan desa meliputi
dua aspek utama, yaitu :
1. Pembangunan desa dalam aspek fisik, yaitu pembangunan yang
objek utamanya dalam aspek fisik (sarana, prasarana dan
manusia) di pedesaan seperti jalan desa, bangunan rumah,
pemukiman, jembatan, bendungan, irigasi, sarana ibadah,
pendidikan (hardware berupa sarana dan prasarana pendidikan,
dan software berupa segala bentuk pengaturan, kurikulum dan
metode pembelajaran), keolahragaan, dan sebagainya.
2. Pembangunan dalam aspek non fisik, yaitu pembangunan yang
objek utamanya aspek pengembangan dan peningkatan
kemampuan, skill dan memberdayakan masyarakat di daerah
pedesaan sebagai warga negara, seperti pendidikan dan
pelatihan, pembinaan usaha ekonomi, Pertanian, kesehatan,
spiritual, dan sebagainya.
Dari kedua aspek pembangunan khususnya di Kabupaten Mamuju
Tengah berjalan cukup baik hal ini disampaikan oleh salah satu tokoh
masyarakat desa Lemo-Lemo, Bapak TR yang mengatakan bahwa :
213
“Pembangunan disini berjalan dengan baik, fisik maupun non fisik karena itu di usulkan pada saat Proses MusrenbangDesa seperti contohnya fisik Jembatan, perbaikan jalanan dan lainnya sedangkan pada Non fisik sepengetahuan saya bahwa biasanya ada perangkat desa yang iku pelatihan jadi saya kira pembangunan disini berjalan dengan baik” (Wawancara Langsung, 2018)
Sama halnya yang disampaikan oleh pendamping desa, bapak FL
juga mengatakan bahwa :
“Pembangunan disini dengan melihat usulan-usulan dari masyarakat, kami melihat bahwa proses perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah Desa khususnya MusrenbangDesa itu berjalan dengan baik pemerintah desa menampung usulan masyarakat terkait dengan pembangunan seperti misalkan perbaikan jalan, jembatan, dan lainnya selanjutnya pemerintah desa menjalankan usulan masyarakat tersebut” (Wawancara Langsung 2018)
Sejalan dengan hal tersebut, Kepala Desa Sanjango, bapak MY juga
berpendapat bahwa:
“untuk pembangunan itu sendiri kami mengacu pada usulan masyarakat pada saat proses perencanaan (MusrenbangDesa), terkait usulan tersebut itupun kami melihat kondisi di Desa apakah usulan itu bisa di jalankan sesuai kebutuhan atau tidak, usulan yang paling banyak itu perbaikan jalan, jalan tani, maupun jembatan”. (Wawancara Langsung 2018)
Tabel 4.39 Pembangunan Desa Fisik tahun 2017
Nama Desa Pembangunan Desa (Fisik) Keterangan
Desa Tobadak Jembatan, Plat Dekker, Jambang Keluarga
Terealisasi
Desa Tumbu Perbaikan jalan Terealisasi
Desa Lemo-lemo
Jembatan Teralisasi
Desa Pasapa Perbaikan jalan, jalan tani, jembatan Terealisasi
Desa Sanjango
Perbaikan jalan Terealisasi
Sumber : Hasil studi dokumen dan wanwancara
214
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembangunan desa
yang ada di kabupaten Mamuju Tengah berjalan dengan baik,
pembangunan fisik maupun Non fisik seperti pembangunan jembatan,
perbaikan jalan dan lainnya, untuk proses pembangunan pun itu dimulai
MusrenbangDesa pemerintah desa menampung usulan-usulan
masyarakat terkait dengan prioritas pembangunan yang sesuai dengan
kebutuhan di desa masing-masing.
Gambar 19
Alur Pelaporan Pembangunan Desa Kabupaten Mamuju Tengah
Sumber: analisis studi wawancara dan dokumen, 2018
Dari Gambar diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk proses
pembangunan itu sendiri dimulai pada pengusulan dtingkat dusun dan
dilanjutkan pada proses musrenbang kemudian ditindaklanjuti oleh
pemerintah desa dan terakhir adalah proses pelaksanaan pembangunan.
Selain dari pembangunan Fisik yang dilakukan oleh pemerintah Desa
di kabupaten mamuju tengah juga dilakukan pembangunan non fisik
Pengusulan tingkat dusun
Disampakan pada saat MusrenbangDesa
Pemerintah Desa menampung usulan
pembangunan
Pelaksanaan pembangunan
215
utamanya aspek pengembangan dan peningkatan kemampuan, skill dan
memberdayakan masyarakat di daerah pedesaan sebagai warga negara,
seperti pendidikan dan pelatihan, pembinaan usaha ekonomi, Pertanian,
kesehatan, spiritual, dan sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan oleh salah satu sekertaris desa Sanjango, bapak JN yang
mengatakan bahwa :
“Selain pembangunan fisik juga dilakukan non fisik seperti adanya bimbingan teknis akan tetapi kami mempunyai kendala karena tidak mengetahui teknologi (komputer) dan semua pelaporan itu melalui teknologi sedangkan baru kami kenal dengan teknologi seperti ini jadi ini kendala besar dan biasanya kami melakukan pelaporan menggunakan jasa pihak ketiga”. (Wawancara Langsung 2018)
Sama halnya yang disampaikan oleh Kordinator Pendamping Desa
Kabupaten Mamuju Tengah, bapak FL juga mengatakan bahwa :
“Tidak bisa pungkiri bahwa pengetahuan dari aparat desa terutama sekertaris desa itu masih kurang pengetahuan teknologi, ketika melakukan bimbingan teknis mereka hanya menyimak saja mereka tidak tau apa-apa tentang komputer jadi hanya sekedar formalitas jadi sekertaris yang mengerjakan pelaporannya. biasanya adalah staff lainnya yang masih muda dan lebih paham menggunakan computer secara online bahkan menggunakan jasa pihak ketiga”. (Wawancara langsung, 2018)
Dari tabel diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pembangunan
Fisik non fisik sudah dilakukan oleh pemerintah desa di kabupaten Mamuju
Tengah, hal ini terlihat dari pemahaman Pemerintah Desa tentang alur
pelaksanaan pembangunan tersebut dari pengusulan hingga ditahap
evaluasi. Namun permasalahan dalam pembangunan ini adalah ditahap
administrasi yang bersifat teknologi online. Mash ada beberapa perangkat
216
desa belum memahami penggunaan aplikasi administrasi desa. Olehnya itu,
bimbingan teknis berkaitan dengan hal tersebut harus lebih diperketat dan
ditingkatkan agar perangkat desa mampu menjalankan tugasnya menjadi
lebih baik.
4.3.3. Pemberdayaan Masyarakat Desa
Kepala desa merupakan pimpinan tertinggi di desa. Oleh karena itu
kepala desa bertanggung jawab penuh atas roda pemerintahan yang ada di
desa. Selain pemimpin dalam roda pemerintahan, kepala desa juga memiliki
peranan penting dalam pembangunan yang ada di desa. Sebagaimana diatur
dalam Pasal 14 ayat (1) PP Nomor 72 Tahun 2005 pembangunan desa
menjadi tanggung jawab kepala desa dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.
Sehingga maju dan mundurnya suatu desa tergantung dari sosok
pemimpin yang ada di desa tersebut. Salah satu konsep pembangunan
ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial saat ini adalah melalui
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat menempatkan
masyarakat sebagai pelaku dan penerima manfaat dari proses mencari solusi
dan meraih hasil pembangunan.
Desa yang ada di kabupaten mamuju tengah terdapat banyak
program pemberdayaan masyarakat. Program pemberdayaan masyarakat
yang ada di desa kabupaten mamuju tengah sebahagian besar berasal dari
217
Anggaran dana desa. Program pemberdayaan masyarakat dimaksudkan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program pemberdayaan
masyarakat yang ada di desa ini mencakup Pelatihan PKK, Pelatihan
Kelompok Tani, Pelatihan Kader Kesehatan, dan Studi Banding.
Hal tersebut sesuai dengan dengan wawancara anggota DPRD
Kabupaten Mamuju Tengah, Bapak FT mengatakan bahwa :
“Program pemberdayaan itu harus bersentuhan lansung dengan masyarakat seperti pelatihan kelompok tani dan semacamnya dan ini sudah diatur dalam konstitusi yang tercantum dalam Undang-undang nomor 6 tentang desa, bukan hanya desa menangani pemerintahan akan tetapi pemberdayaan dan pembinaan pun harus dilakukan apalagi memiliki anggaran yang cukup besar dari pemerintah pusat”. (Wawancara Langsung,2018).
Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh bapak kepala desa
Tobadak, bapak AD yang mengatakan bahwa :
“Hampir sebahagian besar penduduk di desa ini bermata pencaharian utamanya adalah petani/pekebun. Dan sebahagian lagi sebagai buruh bangunan sebagai mata pencaharian sampingan. Karena jika mengharapkan dari hasil pertanian saja tidak cukup karena rendahnya harga jual beras di pasaran. Sedangkan ekonomi semakin sulit, dengan itu kami membuat program pelatihan kelompok tani yang bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi mereka selain bisa membantu pengetahuan terkait dengan cara bercocok tanam juga mampu mengasah kemampuan para petani”. (Wawancara Langsung,2018).
Sejalan dengan hal tersebut, salah satu tokoh masyarakat desa Tobadak,
yang berprofesi sebagai petani, bapak DR mengatakan bahwa:
“Saya selaku petani disini sangat senang dengan adanya pelatihan ataupun pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah desa, hal ini sangat membantu masyarakat terkhusus para petani untuk dalam rangka meningkatkan hasil pertanian kami dan ini adalah langkah awal
218
kami selaku mayoritas petani bagaimana mengembangkan usaha hasil pertanian dan sangat berdampak positif terhadap para petani”. (Wawancara Langsung 2018)
Selain pemberdayaan dilakukan oleh para petani, pemerintah desa
juga memberdayakan para pemuda-pemudi khususnya dalam minat
olahraga, hal ini disampaikan oleh bapak kepala desa Pasapa, bapak PL
yang mengatakan bahwa :
“Bukan hanya kami berdayakan petani, anak muda pun kami memberdayakan seperti membuat lapangan olahraga yang dipakai dalam segala aktivitas olahraga disore hari”. (Wawancara Langsung, 2018).
Hal tersebut terlihat pada fasilitas yang telah dibuat pemerintah desa tergambar pada tabel berikut:
Tabel 4.40
Fasilitas olahraga di Desa Sampel Kabupaten Mamuju Tengah
Nama Desa Fasilitas
Desa Tobadak Lapangan sepak bola, lapangan volley, meja pingpong
Desa Tumbu Lapangan sepak bola, lapangan volley
Desa Lemo-lemo Lapangan sepak bola, lapangan takraw
Desa Pasapa Lapangan sepak bola, lapangan volley, lapangan bulu tangkis
Desa Sanjango Lapangan sepak bola, lapangan volley
Sumber : Studi dokumen dan fisik, 2018
Selain kaum pemuda diberdayakan oleh pemerintah desa yang ada di
kabupaten mamuju tengah juga kaum perempuan diberdayakan, hal ini
219
sampaikan oleh salah satu tokoh perempuan, ibu SR yang mengatakan
bahwa :
“Pada saat rapat terkait program yang ingin dijalankan oleh pemerintah desa, kami mewakili perempuan mengusulkan pelatihan PKK, dan alhamdulillah pemerintah disini sudah melakukan hal tersebut”. (wawancara langsung, 2018).
Dari tabel dan wanwacara diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah desa berjalan dengan baik,
hal ini terlihat dari pemberdayaan terhadap petani, kaum perempuan dan
pemuda telah terealisasi dan mengalami perkembangan yang signifikan.
4.4 Analisis Teoritik
Berdasarkan uraian pada bagian Tinjauan Pustaka dimana telah
dipaparkan beberapa teori implementasi kebijakan, maka dalam pembahasan
hasil penelitian ini, teori yang dianggap relevan untuk menganalisis
implementasi kebijakan dana desa di Kabupaten Mamuju Tengah adalah
teori yang dikemukakan oleh Merilee S. Grindle. Keberhasilan implementasi
menurut Grindle dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan dan
lingkungan implementasi.
• Variabel isi kebijakan meliputi beberapa aspek, yaitu:
1. Sejauh mana kepentingan kelompok atau target groups termuat dalam
isi kebijakan.
2. Jenis manfaat yang diterima oleh target groups.
3. Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari kebijakan.
220
4. Apakah letak sebuah program sudah tepat.
5. Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan
rinci.
6. Apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai.
• Variabel lingkungan kebijakan mencakup beberapa hal :
1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki
oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.
2. Karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa.
3. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.
Dalam bagian ini akan diuraikan keterkaitan fakta-fakta empirik yang
berupa data hasil penelitian dengan indikator-indikator dari turunan variabel
teori yang dikemukakan oleh Grindle. Hal ini tidak terlepas dari metode
penelitian yang digunakan, yaitu metode penelitian kualitatif yang berangkat
dari fenomena-fenomena untuk mencari kesesuaian atau relevansi teoritik.
a. Variabel Isi Kebijakan
1. Sejauh mana kepentingan kelompok atau target groups termuat dalam
isi kebijakan.
Target groups atau kelompok sasaran kebijakan ini adalah
masyarakt desa, dalam konteks penelitian adalah masyarakat desa di
Kabupaten Mamuju Tengah. Kepentingan Kelompok sasaran dapat
dilihat pada muatan kebijakan yang tertuang dalam berbagai aturan
perundang-undangan. Salah satu poin yang paling krusial dalam
Undang-Undang Desa, adalah terkait alokasi anggaran untuk desa, di
221
dalam penjelasan Pasal 72 tentang Keuangan desa, besaran alokasi
anggaran yang peruntukannya langsung ke Desa ditentukan 10%
(sepuluh perseratus) dari dan di luar dana transfer daerah secara
bertahap. Anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dihitung berdasarkan jumlah desa dan
dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka
kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis.
Kabupaten Mamuju Tengah. memiliki jumlah 54 desa yang
terdiri dari 5 kecamatan. Pada tahun 2017 Kabupaten Mamuju Tengah
memperoleh Dana Desa sebesar Rp. 45.125.660.000. Sedangkan pada
tahun 2018, bantuan dana desa yang diberikan kepada Kabupaten
mamuju tengah mengalami peningkatan, yaitu sebesar
Rp.45.226.000.004. Dengan bantuan dana tersebut diharapkan
pemerintah desa selaku pengelola dituntut agar dapat mengelola dana
tersebut dengan baik. Pemerintah desa harus bersinergi dengan
masyarakat dalam pelaksanaan program atau kegiatan dalam artian
bahwa masyarakat harus berperan aktif agar dapat tercapai tujuan yang
efektif dan efisien dalam penggunaan dana desa tersebut.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60
Tahun 2014 Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 22 Tahun 2015 Dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016
Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Negara, pasal 19 (1) Dana Desa digunakan untuk membiayai
222
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan
masyarakat, dan kemasyarakatan. (2) Dana Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan untuk membiayai pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang menjadi
payung hukum pelaksanaan bantuan dana desa jelas tercantum
mengenai besarnya kepentingan target groups atau masyarakat desa,
yaitu diprioritaskan penggunaannya pada bidang pembangunan desa
dan pemberdayaan masyarakat desa.
2. Jenis manfaat yang diterima oleh target groups
Jenis manfaat yang diterima oleh target groups adalah sesuai
dengan peruntukan dana desa itu sendiri, yaitu digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan,
pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Keseluruhan aspek
ini merupakan unsur-unsur pembangunan desa yang bersankut paut
dengan kebutuhan masyarakat desa. Dengan demikian manfaat yang
diterima oleh target groups melalui kebijakan ini sangat besar sekali,
sehingga respons masyarakat desa terhadap bantuan dana desa
sangat positif.
3. Perubahan yang dinginkan dari kebijakan
Kebijakan bantuan dana desa dimaksudkan untuk memperkuat
sendi-sendi perekonomian masyarakat desa. Dengan bantuan dana
desa ini akan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan
223
masyarakat melalui berbagai program-program pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat yang dibiayai oleh bantuan dana desa.
Perubahan signifikan yang diharapkan oleh target groups dari
kebijakan bantuan dana desa adalah terjadinya percepatan
pembangunan di pedesaan. Selama ini pelaksanaan program-program
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di pedesaan selalu
terkendala dengan persoalan keterbatasan anggaran, sehingga
seringkali terjadi program-program yang telah disusun dari bawah
melalui musrembang kandas di tengah jalan. Dengan adanya kebijakan
ini, maka pemerintah desa dan masyarakatnya ditantang untuk
mempercepat proses pembangunan, sehingga pembangunan desa
akan menjadi pundasi pembangunan nasional yang bersinerji dengan
berbagai komponen pembangunan nasional yang lainnya.
4. Apakah letak sebuah program sudah tepat
Penyusunan atau peletakan suatu program pembangunan desa
yang berkaitan dengan kebijakan ini dapat dideteksi ketapatannya
melalui Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa). Pemerintah Desa
menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan
kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan
kabupaten/kota.
Perencanaan Pembangunan Desa meliputi RPJM Desa dan
RKP Desa yang disusun secara berjangka dan ditetapkan dengan
Peraturan Desa. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
224
(RPJM Desa) untuk jangka waktu 6 (enam) tahun sedangkan Rencana
Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja
Pemerintah Desa (RKP Desa) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. RKP
Desa merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa. Perencanaan pembangunan desa disusun
berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah desa yang
pelaksanaannya paling lambat pada bulan Juni tahun anggaran
berjalan.
Rancangan RKP Desa dilampiri Rencana Kegiatan dan Rencana
Anggaran Biaya (RAB), yang telah diverifikasi oleh tim verifikasi.
Selanjutnya, Kepala Desa menyelenggarakan Musrenbangdes yang
diadakan untuk membahas dan menyepakati rancangan RKP Desa.
Rancangan RKP Desa memuat rencana penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat desa. RKP Desa
menjadi dasar dalam penyusunan rancangan APB Desa (RAPB Desa).
Teknis penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa agar tercipta
keselarasan telah diatur tata caranya dalam Permendagri Nomor 114
Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa, sedangkan untuk
prioritas penggunaan Dana Desa khususnya tahun 2015 telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi
Nomor 5 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun
2015.
225
Perencanaan pembangunan desa mengacu pada konsep
Membangun Desa dan Desa Membangun. Konsep membangun desa
dalam konteks perencanaan adalah bahwa dalam merencanakan
pembangunan, desa perlu mengacu pada perencanaan pembangunan
Kabupaten/Kota. Hal tersebut diatur dalam UU Desa terutama pada
pasal 79 dan pasal 80. Dalam pasal 79 UU Desa disebutkan bahwa:
1. Pemerintah Desa menyusun perencanaan Pembangunan Desa
sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada
perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota.
2. Perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disusun secara berjangka meliputi:
a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka
waktu 6 (enam) tahun; dan
b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut
Rencana Kerja Pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun.
3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan
Rencana Kerja Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Desa.
4. Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa merupakan
satu-satunya dokumen perencanaan di Desa.
226
5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja
Pemerintah Desa merupakan pedoman dalam penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
6. Program Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah yang berskala
lokal Desa dikoordinasikan dan/atau didelegasikan pelaksanaannya
kepada Desa.
7. Perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan salah satu sumber masukan dalam perencanaan
pembangunan Kabupaten/Kota.
Berdasarkan isi dari pasal 79 tersebut, jelas diatur bahwa
proses perencanaan pembangunan desa harus bersinergi dengan
perencanaan pembangunan kabupaten/kota, yang berarti juga harus
bersinergi dengan perencanaan pembangunan di tingkat nasional.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peletakan program-program
pembangunan di desa selalu memperhatikan sinergitas dengan
pembangunan yang berada di atasnya.
5. Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan
rinci.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60
Tahun 2014 Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 22 Tahun 2015 Dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016
Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan
227
Belanja Negara, melalui beberapa pasalnya telah menetapkan tugas
dan kewenangan yang menjadi pelaksana kebijakan ini. Dengan
demikian implementor kebijakan ini sangat jelas.
Berkaitan dengan penelitian ini, implementor kebijakan di
tingkat desa adalah Kepala Desa bersama dengan perangkat desa. Hal
ini sangat jelas tugas dan kewenangan Kepala Desa bersama dengan
perangkat desa mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, sampai
pada pelaporan dan pertanggung jawaban. Meskipun demikian perlu
dijelaskan bahwa implementor kebijakan dana desa bukanlah hanya
kepala desa dan perangkat desa, melainkan juga terdapat implementor
yang lain pada level pemerintahan yang lebih tinggi sesuai dengan
kewenangannya masing-masing.
6. Apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai.
Sumber daya dalam kebijakan ini secara garis besar ada tiga
komponen, yaitu; sumber daya alam, sumber daya dana dan sumber
daya manusia. Dilihat dari sumber daya alam, Kabupaten Mamuju
Tengah meskipun merupakan kabupaten baru sebagai hasil
pemekaran, namun potensi yang dimiliki tergolong cukup besar,
sehingga sumber daya alam ini akan sangat potensil menghasilkan
sumber daya financial. Dengan kata lain bahwa kebijakan bantuan dana
desa akan menciptakan sumber dana yang lebih besar bagi
pembangunan daerah.
228
Berkaitan dengan kebijakan dana desa di Kabupaten Mamuju
Tengah, faktor yang masih perlu mendapat perhatian adalah sumber
daya manusia yang juga menjadi implementor kebijakan, yaitu Kepala
Desa dan Perangkat Desa. Keterbatasan sumber daya manusia ini
dalam kenyataannya menjadi penghambat implementasi kebijakan ini.
Bahkan berdasarkan hasil penelitian, rata-rata kemampuan aparat
pemerintah desa, termasuk kepala desa memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang sangat minim dalam pembuatan laporan dan
pertanggungjawaban dana desa.
b. Variabel lingkungan kebijakan:
1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh
para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.
Dalam suatu kebijakan perlu dipertimbangkan pula kekuatan
atau kekuasaan, kepentingan serta strategi yang digunakan oleh para
actor yang terlibat guna memperlancar jalannya pelaksanaan suatu
implementasi kebijakan. Bila hal ini tidak diperhitungkan dengan
matang, sangat besar kemungkinan program yang hendak
diimplementasikan akan jauh hasilnya dari yang diharapkan.
Pada tingkat desa, aktor yang terlibat dalam implementasi
kebijakan dana desa selain Kepala Desa juga Badan Permusyawaratan
Desa (BPD). Kepala Desa bersama perfangkat desa selaku pelaksana
kebijakan mendapat pengawasan dari Badan Permusyawaratan Desa
(BPD), bahkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, Kepala
229
Desa harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
dana desa kepada BPD.
Hubungan antar aktor dalam suatu implementasi kebijakan
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi kebijakan itu
sendiri. Dalam konteks penelitian ini sinergitas antara Kepala Desa dan
BPD dalam implementasi program sangat dibutuhkan, sehingga
program-program pembangunan yang telah disusun dari bawah melalui
musrembang akan terealisasi.
2. Karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa.
Sebagai suatu organisasi pemerintah yang meiliki fungsi
pembangunan dan pemberdayaan, maka semua level birokrasi
pemerintahan di Kabupaten Mamuju Tengah mendukung kebijakan ini,
karena program ini diharapkan dapat meningkatkan pembangunan di
pedesaan. Dalam kenyataannya program-program pembangunan yang
disusun oleh pemerintah desa dan masyarakatnya juga selalu mengacu
pada visi dan misi pembangunan daerah Mamuju Tengah.
3. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.
Masyarakat desa di Mamuju Tengah sebagai target kebijakan
sepenuhnya mendukung kebijakan ini, hal ini terlihat dalam proses
penyusunan rencana pembangunan desa melalui musrembang desa.
Responivitas masyarakat terhadap kebijakan ini sangat tinggi, karena
berdasarkan hasil wawancara seperti yang telah dipaparkan terdahulu,
bahwa warga masyarakat mengharapkan bantuan dana desa ini dapat
230
dipergunakan untuk kepentingan pembangunan desa dan
pemberdayaan masyarakat.
231
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini diarahkan untuk menganalisis implementasi kebijakan
dana desa dan pemanfaatanya terhadap pembangunan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan
terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai Implementasi kebijakan
dana desa di Kabupaten Mamuju Tengah dapat dijelaskan dalam beberapa
hal, yaitu :
1. Kemampuan pemerintah desa dalam pengelolaan dana desa di
Kabupaten Mamuju Tengah dapat dianalisis sebagai berikut :
a. Proses perencanaan penggunaan Anggaran Dana Desa di
Kabupaten Mamuju Tengah dengan mengacu pada RPJMDes
yang telah dibuat masing-masing desa. RPJMDes tersebut
ditindaklanjuti pada kegiatan Musrenbang tingkat dusun dan
dimatangkan di tingkatan musrenbang tingkat desa kemudian
ditetapkan melalui RKPDes (Rencana Program Kerja Desa)
b. Pelaksanaan penggunan dana desa di Kabupaten Mamuju
Tengah, telah berjalan baik. Namun terdapat satu desa, yaitu desa
Pasapa tidak memberikan informasi terbuka mengenai APDes
kepada Masyarakat, sehingga hal tersebut akan memunculkan
kecurigaan oleh masyarakat setempat akan terjadinya
232
penyelewengan dana Desa. Untuk Peranan Badan
Permusyarawatan Desa (BPD), telah aktif dalam pengawasan
pelaksanaan penggunaan dana desa, sehingga diharapkan Dana
Desa tersebut dapat dipakai sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat sebelumnya.
c. Proses penatausahaan anggaran dana desa di Kabupaten Mamuju
tengah terutama dalam hal pelaporan berjalan dengan baik,
Pemerintah Desa secara rutin melaporkan keuangan desa kepada
kepala desa setiap bulan. Pelaporan dilakukan setiap akhir bulan
pada saat bendahara desa melakukan proses tutup buku untuk
bulan berjalan.
d. Proses pelaporan anggaran dana desa di Kabupaten Mamuju
Tengah di lakukan secara berkala dan laporan akhir. Proses
pelaporan tersebut sebenarnya sama namun berbeda dalam
lampiran, setiap desa wajib melaporkan realiasisi anggarannya dan
ketika ada di antara salah satu desa yang terlambat dalam
melakukan pelaporan akan berdampak pada proses pencairan
anggaran selanjutnya.
e. Proses pertanggungjawaban anggaran dana desa di Mamuju
Tengah telah melaksanakan laporan pertanggungjawaban dengan
baik, hanya saja terdapat satu desa yang tidak terbuka melaporkan
laporan realisasinya kepada masyarakat, sehingga hal tersebut
233
harus diantisipasi agar tidak ada penyelewengan anggaran dana
desa.
2. Pemanfaatan dana desa dalam pelaksanaan pembangunan desa di
Kabupaten Mamuju Tengah sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan Pemerintahan terutama perangkat desa di
Kabupaten Mamuju Tengah telah mengetahui dan telah
menjalankan fungsinya sebagai Pemerintah desa yang merupakan
ujung tombak dalam sistem pemerintahan daerah akan
berhubungan dan bersentuhan langsung dengan masyarakat
b. Pembangunan desa di Kabupaten Mamuju Tengah terdiri dari
pembangunan Fisik dan non fisik sudah dilakukan oleh pemerintah
desa di kabupaten Mamuju Tengah, hal ini terlihat dari
pemahaman Pemerintah Desa tentang alur pelaksanaan
pembangunan tersebut dari pengusulan hingga ditahap evaluasi.
Namun permasalahan dalam pembangunan ini adalah ditahap
administrasi yang bersifat teknologi online. Mash ada beberapa
perangkat desa belum memahami penggunaan aplikasi
administrasi desa. Olehnya itu, bimbingan teknis berkaitan dengan
hal tersebut harus lebih diperketat dan ditingkatkan agar perangkat
desa mampu menjalankan tugasnya menjadi lebih baik.
c. Pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah desa di Kabupaten
Mamuju Tengah telah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari
234
pemberdayaan terhadap petani, kaum perempuan dan pemuda
telah terealisasi dan mengalami perkembangan yang signifikan.
5.2. Saran
Implementasi kebijakan dana desa di Kabupaten Mamuju Tengah
secara umum telah mengikuti aturan, meskipun dalam pelaksanaannya
masih belum optimal. Atas dasar itu, maka melalui penelitian ini disarankan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan dana desa, maka pemerintah
Kabupaten Mamuju Tengah diharapkan meningkatkan pengawasan
terhadap penggunaan dana desa melalui laporan yang diajukan oleh
Kepala Desa sebagai penanggung jawab, sehingga pembangunan yang
dilakukan di desa akan mendukung RPJMD dan RKPD sebagai suatu
sistem yang integral dalam pembangunan daerah.
2. Mamuju Tengah sebagai kabupaten yang masih tergolong baru, memiliki
sumber daya manusia yang terbatas baik dari kualitas maupun kuantitas.
Hal ini terutama nampak pada kapasitas aparatur pemerintah desa yang
masih perlu ditingkatkan, sehingga pembuatan laporan
pertanggungjawaban pengelolaan dana desa dapat dilakukan secara
mandiri. Berkaitan dengan itu, Pemerintah Kabupaten Mamuju Tengah
harus proaktif melakukan pendampingan, serta peningkatan kapasitas
aparatur melalui berbagai pelatihan.
235
3. Kelambanan pencairan dana desa berdasarkan hasil penelitian
disebabkan oleh faktor internal yang bersumber dari pemerintah desa itu
sendiri, yaitu seringnya terjadi keterlambatan penyerahan dokumen
laporan pertanggungjawaban keuangan ke pemerintah kabupaten. Oleh
karena itu Pemerintah Kabupaten Mamuju Tengah harus bersikap tegas,
bahkan jika perlu pemberian sanksi terhadap Kepala Desa yang terlambat
menyerahkan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana desa.
236
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi.2001. Mekanisme Pembangunan Desa. Jakarta:Rineka
Cipta
Ali, Faried, Andi Syamsu Alam.2012. Studi Kebijakan Pemerintah.
Bandung: Refika Aditama.
Ali, Faried, Andi Syamsu Alam.2012. Studi Analisis Kebijakan.
Refika Aditama, Bandung.
Astuti, T.P. dan Yulianto. 2016. Good Governance Pengelolaan
Keuangan Desa Menyongsong Berlakunya Undang-Undang
No. 6 Tahun 2014. Berkala Akuntansi dan Keuangan
Indonesia, 1 (1): 1-14.
Akhdiyat, Nurul. 2017. Strategi Penguatan Partisipasi Dan
Kapasitas Desa Dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa Di
Desa Sekongkang Atas. Skripsi. Unversitas Teknologi
Sumbawa.
Basuki, S. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya
Sastra.
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN. Tanpa tahun.
Dana Desa: Alokasi Dan Potensi Inefektivitasnya. Jakata:
SETJEN DPR RI.
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah.
2015. Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan & Konsultasi
Pengelolaan Keuangan Desa. Jakarta: Badan Pengawasan
Keuangan Dan Pembangunan.
Effrianto, P., Yuliansyah., dan Putro, S.C. (Ed). 2016. Kiat-Kiat
Terhindar Dari Korupsi Pada Pengelolaan Keuangan Desa.
Jakarta: Imprint Change Publication.
Inu Kencana Syafiie Ilmu Pemerintahan. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
237
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Kartasasmita (2001)Pembangunan Untuk Rakyat. Bandung : Lan
Bandung
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2016. Kebijakan
Pengalokasian Dan Penyaluran Dana Desa Tahun 2017.
Jakarta
Krina, P. L. L. 2003. Indikator & Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas,
Transparansi & Partisipasi. Jakarta: BAPPENAS.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: C.V Andi
Offset (Penerbit ANDI).
Mamuju Tengah dalam angka 2017.
Lenak, Novita. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Alokasi
Dana Desa Di Kabupaten Minahasa. Universitas Sam
Ratulangi.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113
Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa. 2014.
Jakarta: Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia.
Sari, Novita. 2015. Pengelolaan Dana Desa Dalam Prespektif
Pemberdayaa n Masyarakat. Tesis: Universitas Kediri.
Sudarno, R. Suraji. 2010. Sinkronisasi Perencanaan Desa. Jakarta:
PATTIRO dan The Ford Foundation.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian.Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sukriono, D. 2011. Politik Hukum Pemerintahan Desa Dalam
Perspektif Filosofis, Yuridis Dan Sosiologis. Skripsi. Malang:
Fakultas Hukum Universitas Kanjuruhan Malang.
Suparno (2001 : 46) Pembangunan Desa
Thomas. 2013. Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Upaya
Meningkatkan Pembangunan di Desa Sebawang Kecamatan
238
Sesayap Kabupaten Tana Tidung. eJournal Pemerintahan
Integratif, 1 (1): 51-64.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Sekertaris Negara
Republik Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa. 2014. Jakarta: Sekertaris Negara Republik Indonesia.
Widjaja H.A.W. 2001. Internal Audit(suatu pengantar). Jakarta:
Harvindo
Yusuf, A. M. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, &
Penelitian Gabugan. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP
239
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran I :
KABUPATEN MAMUJU
TENGAH TAHUN
ANGGARAN 2015
No.
Nama Desa
Alokasi Dasar
Alokasi Berdasarkan Formula
Pagu Dana Desa
per-Desa
Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Luas Wilayah IKG
Total Bobot
Alokasi
Berdasarka
n Formula
Jumlah
Penduduk
Rasio Jumlah
Penduduk
Bobot
Jumlah
Penduduk
Miskin
Rasio Jumlah
Penduduk
Miskin
Bobot
Luas
Wilayah
Rasio Luas
Wilayah
Bobot
Indeks
Kesulitan
Geografis
Rasio Indeks
Kesulitan
Geografis
Bobot
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) = (6) + (9) + (12) + (15) (17) (18)= (3) + (17)
1 MAHAHE 265.412.500 2500 2,135% 0,534% 10 0,001 0,03% 10,764 0,36% 0,04% 30,96 1,13% 0,34% 0,94% 14.955.222 280.367.722
2 SALOBAJA 265.412.500 2092 1,787% 0,447% 59 0,005 0,17% 28,94 0,97% 0,10% 41,28 1,51% 0,45% 1,17% 18.605.128 284.017.628
3 TOBADAK 265.412.500 7221 6,168% 1,542% 552 0,046 1,60% 132,89 4,45% 0,44% 38,40 1,41% 0,42% 4,01% 63.851.204 329.263.704
4 PALONGAAN 265.412.500 2515 2,148% 0,537% 115 0,010 0,33% 47,48 1,59% 0,16% 47,08 1,72% 0,52% 1,55% 24.632.166 290.044.666
5 BATU PARIGI 265.412.500 5900 5,040% 1,260% 515 0,043 1,49% 32,33 1,08% 0,11% 54,67 2,00% 0,60% 3,46% 55.137.513 320.550.013
6 BAMBADARU 265.412.500 1624 1,387% 0,347% 104 0,009 0,30% 27,68 0,93% 0,09% 47,33 1,73% 0,52% 1,26% 20.082.675 285.495.175
7 SEJATI 265.412.500 2618 2,236% 0,559% 438 0,036 1,27% 18,88 0,63% 0,06% 70,70 2,59% 0,78% 2,67% 42.509.573 307.922.073
8 SALOADAK 265.412.500 1949 1,665% 0,416% 402 0,033 1,17% 73,35 2,45% 0,25% 49,28 1,80% 0,54% 2,37% 37.726.157 303.138.657
9 POLO PANGALE 265.412.500 1696 1,449% 0,362% 88 0,007 0,26% 21,45 0,72% 0,07% 39,06 1,43% 0,43% 1,12% 17.810.079 283.222.579
10 PANGALE 265.412.500 1790 1,529% 0,382% 463 0,038 1,34% 9,00 0,30% 0,03% 48,92 1,79% 0,54% 2,29% 36.511.550 301.924.050
11 SARTANAMAJU 265.412.500 1029 0,879% 0,220% 81 0,007 0,23% 15,41 0,52% 0,05% 61,96 2,27% 0,68% 1,19% 18.903.972 284.316.472
12 POLO LERENG 265.412.500 2280 1,947% 0,487% 284 0,024 0,82% 20,76 0,69% 0,07% 49,80 1,82% 0,55% 1,93% 30.690.264 296.102.764
13 KUO 265.412.500 2710 2,315% 0,579% 154 0,013 0,45% 33,18 1,11% 0,11% 45,05 1,65% 0,50% 1,63% 25.979.682 291.392.182
14 POLO CAMBA 265.412.500 1204 1,028% 0,257% 84 0,007 0,24% 15,39 0,52% 0,05% 47,00 1,72% 0,52% 1,07% 17.017.729 282.430.229
15 LAMBA-LAMBA 265.412.500 1471 1,256% 0,314% 75 0,006 0,22% 17,93 0,60% 0,06% 55,25 2,02% 0,61% 1,20% 19.090.247 284.502.747
16 KOMBILING 265.412.500 1467 1,253% 0,313% 309 0,026 0,90% 4,47 0,15% 0,01% 58,07 2,13% 0,64% 1,86% 29.659.622 295.072.122
17 LEMO-LEMO 265.412.500 754 0,644% 0,161% 25 0,002 0,07% 8,53 0,29% 0,03% 54,23 1,99% 0,60% 0,86% 13.663.473 279.075.973
18 BABANA 265.412.500 5802 4,956% 1,239% 353 0,029 1,02% 58,93 1,97% 0,20% 35,77 1,31% 0,39% 2,85% 45.432.921 310.845.421
19 LUMU 265.412.500 1800 1,537% 0,384% 282 0,023 0,82% 251,13 8,40% 0,84% 43,99 1,61% 0,48% 2,53% 40.224.972 305.637.472
20 PONTANAKAYANG 265.412.500 2722 2,325% 0,581% 201 0,017 0,58% 48,15 1,61% 0,16% 47,57 1,74% 0,52% 1,85% 29.430.267 294.842.767
21 SALOGATTA 265.412.500 3016 2,576% 0,644% 51 0,004 0,15% 28,06 0,94% 0,09% 32,61 1,19% 0,36% 1,24% 19.813.732 285.226.232
22 KIRE 265.412.500 3358 2,868% 0,717% 911 0,075 2,64% 44,10 1,48% 0,15% 49,55 1,81% 0,54% 4,05% 64.514.835 329.927.335
23 TINALI 265.412.500 1392 1,189% 0,297% 86 0,007 0,25% 24,03 0,80% 0,08% 42,91 1,57% 0,47% 1,10% 17.495.067 282.907.567
24 SALUMANURUNG 265.412.500 1568 1,339% 0,335% 226 0,019 0,66% 36,91 1,23% 0,12% 44,69 1,64% 0,49% 1,60% 25.557.507 290.970.007
25 PASAPA 265.412.500 1571 1,342% 0,335% 467 0,039 1,35% 26,88 0,90% 0,09% 67,09 2,46% 0,74% 2,52% 40.082.936 305.495.436
26 BOJO 265.412.500 1632 1,394% 0,348% 64 0,005 0,19% 73,13 2,45% 0,24% 58,92 2,16% 0,65% 1,43% 22.712.752 288.125.252
27 BARAKKANG 265.412.500 2043 1,745% 0,436% 316 0,026 0,92% 113,85 3,81% 0,38% 48,16 1,76% 0,53% 2,26% 36.035.633 301.448.133
28 LEMBAH HADA 265.412.500 1142 0,975% 0,244% 44 0,004 0,13% 3,21 0,11% 0,01% 61,14 2,24% 0,67% 1,05% 16.785.072 282.197.572
29 BUDONG-BUDONG 265.412.500 2153 1,839% 0,460% 101 0,008 0,29% 12,76 0,43% 0,04% 58,54 2,14% 0,64% 1,44% 22.909.135 288.321.635
30 TOPOYO 265.412.500 5943 5,076% 1,269% 110 0,009 0,32% 11,19 0,37% 0,04% 30,45 1,12% 0,33% 1,96% 31.215.158 296.627.658
31 TUMBU 265.412.500 2710 2,315% 0,579% 269 0,022 0,78% 29,92 1,00% 0,10% 49,23 1,80% 0,54% 2,00% 31.847.826 297.260.326
32 KABUBU 265.412.500 1088 0,929% 0,232% 59 0,005 0,17% 8,55 0,29% 0,03% 38,12 1,40% 0,42% 0,85% 13.551.174 278.963.674
33 WAEPUTEH 265.412.500 1313 1,122% 0,280% 20 0,002 0,06% 15,38 0,51% 0,05% 56,98 2,09% 0,63% 1,02% 16.178.489 281.590.989
No.
Nama Desa
Alokasi Dasar
Alokasi Berdasarkan Formula
Pagu Dana
Desa per-
Desa
Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Luas Wilayah IKG
Total Bobot
Alokasi
Berdasarka
n Formula
Jumlah
Penduduk
Rasio Jumlah
Penduduk
Bobot
Jumlah
Penduduk
Miskin
Rasio Jumlah
Penduduk
Miskin
Bobot
Luas
Wilayah
Rasio Luas
Wilayah
Bobot
Indeks
Kesulitan
Geografis
Rasio Indeks
Kesulitan
Geografis
Bobot
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) = (6) + (9) + (12) + (15) (17) (18)= (3) + (17)
34 TANGKOU 265.412.500 829 0,708% 0,177% 19 0,002 0,06% 6,72 0,22% 0,02% 50,18 1,84% 0,55% 0,81% 12.834.854 278.247.354
35 TABOLANG 265.412.500 2380 2,033% 0,508% 314 0,026 0,91% 37,10 1,24% 0,12% 44,58 1,63% 0,49% 2,03% 32.372.751 297.785.251
36 PARAILI 265.412.500 1291 1,103% 0,276% 73 0,006 0,21% 18,45 0,62% 0,06% 41,37 1,52% 0,45% 1,00% 15.983.507 281.396.007
37 SALUPANGKANG 265.412.500 1705 1,456% 0,364% 77 0,006 0,22% 10,38 0,35% 0,03% 43,93 1,61% 0,48% 1,10% 17.593.886 283.006.386
38 SALUPANGKANG IV 265.412.500 353 0,302% 0,075% 23 0,002 0,07% 8,57 0,29% 0,03% 61,86 2,27% 0,68% 0,85% 13.543.171 278.955.671
39 TAPPILINA 265.412.500 1218 1,040% 0,260% 20 0,002 0,06% 14,32 0,48% 0,05% 52,96 1,94% 0,58% 0,95% 15.095.056 280.507.556
40 BAMBAMANURUNG 265.412.500 1028 0,878% 0,220% 31 0,003 0,09% 9,23 0,31% 0,03% 54,40 1,99% 0,60% 0,94% 14.938.988 280.351.488
41 SALULEKBO 265.412.500 3374 2,882% 0,720% 455 0,038 1,32% 612,08 20,48% 2,05% 66,87 2,45% 0,73% 4,82% 76.806.359 342.218.859
42 PANGALLOANG 265.412.500 1956 1,671% 0,418% 153 0,013 0,44% 21,84 0,73% 0,07% 58,14 2,13% 0,64% 1,57% 25.055.746 290.468.246
43 SINABATTA 265.412.500 857 0,732% 0,183% 61 0,005 0,18% 25,44 0,85% 0,09% 62,24 2,28% 0,68% 1,13% 17.979.228 283.391.728
44 KAROSSA 265.412.500 5134 4,385% 1,096% 587 0,049 1,70% 302,56 10,12% 1,01% 31,95 1,17% 0,35% 4,16% 66.283.127 331.695.627
45 TASOKKO 265.412.500 3903 3,334% 0,833% 809 0,067 2,35% 26,96 0,90% 0,09% 52,05 1,91% 0,57% 3,84% 61.181.212 326.593.712
46 LARA 265.412.500 1731 1,479% 0,370% 368 0,030 1,07% 233,79 7,82% 0,78% 39,35 1,44% 0,43% 2,65% 42.226.533 307.639.033
47 KADAILA 265.412.500 1606 1,372% 0,343% 32 0,003 0,09% 18,84 0,63% 0,06% 59,67 2,19% 0,66% 1,15% 18.384.454 283.796.954
48 KAYU CALLA 265.412.500 730 0,624% 0,156% 38 0,003 0,11% 12,18 0,41% 0,04% 57,27 2,10% 0,63% 0,94% 14.908.431 280.320.931
49 LEMBAH HOPO 265.412.500 954 0,815% 0,204% 333 0,028 0,97% 52,53 1,76% 0,18% 55,96 2,05% 0,61% 1,96% 31.215.193 296.627.693
50 BENGGAULU 265.412.500 1289 1,101% 0,275% 235 0,019 0,68% 19,87 0,66% 0,07% 53,75 1,97% 0,59% 1,61% 25.701.357 291.113.857
51 SUKA MAJU 265.412.500 1211 1,034% 0,259% 272 0,023 0,79% 17,36 0,58% 0,06% 55,66 2,04% 0,61% 1,72% 27.345.093 292.757.593
52 KAMBUNONG 265.412.500 2961 2,529% 0,632% 357 0,030 1,04% 26,40 0,88% 0,09% 57,65 2,11% 0,63% 2,39% 38.052.272 303.464.772
53 SALUBIRO 265.412.500 1339 1,144% 0,286% 258 0,021 0,75% 154,95 5,18% 0,52% 55,48 2,03% 0,61% 2,16% 34.435.154 299.847.654
54 SANJANGO 265.412.500 1152 0,984% 0,246% 235 0,019 0,68% 54,24 1,81% 0,18% 70,08 2,57% 0,77% 1,88% 29.924.896 295.337.396
Total 14.332.275.000 117.074 1 0 12.068 1 0 2.988 1 0 2.730 1 0 1 1.592.475.000 15.924.750.000
(c)
(d)
(e)
(f)
-
(g)
(h)
(i)
(j)
Tobadak, 29 April 2015
Pejabat berwenang/bertanggung jawab (l) Petugas Penghitung Dana Desa (k)
Kabag. Pemdes, Kesbang dan Linmas Kasubag. Pemdes
S A F R I. S. Sos S I M U N. S. Pd
NIP. : 19590414 198603 1 032 NIP. : 19681230 198907 1 002
Bobot
JP 25%
JPM 35%
LW 10%
IKG 30%
Kontrol Penghitungan
Pagu Dana Desa Kabupaten X 15.924.750.000,00
Pagu Alokasi Dasar (90%) 14.332.275.000
Pagu Bagian Formula (10%) 1.592.475.000
Jumlah Desa 54
APBN Rata APBN Formula Total 60% 40%
1 2 3 4 5 = (3+4) 6 7
1Desa Tobadak Kec. Tobadak
Rp 565.640.000 Rp 107.417.732 673.057.732Rp 403.834.639Rp 269.223.093Rp
2Desa Mahahe Kec. Tobadak
Rp 565.640.000 Rp 91.432.053 657.072.053Rp 394.243.232Rp 262.828.821Rp
3Desa Polongaan Kec. Tobadak
Rp 565.640.000 Rp 94.595.591 660.235.591Rp 396.141.355Rp 264.094.236Rp
4Desa Bambadaru Kec. Tobadak
Rp 565.640.000 Rp 93.111.133 658.751.133Rp 395.250.680Rp 263.500.453Rp
5Desa Batuparigi Kec. Tobadak
Rp 565.640.000 Rp 104.573.353 670.213.353Rp 402.128.012Rp 268.085.341Rp
6Desa Sulobaja Kec. Tobadak
Rp 565.640.000 Rp 92.625.957 658.265.957Rp 394.959.574Rp 263.306.383Rp
7Desa Saluadak Kec. Tobadak
Rp 565.640.000 Rp 98.886.937 664.526.937Rp 398.716.162Rp 265.810.775Rp
8Desa Sejati Kec. Tobadak
Rp 565.640.000 Rp 100.449.531 666.089.531Rp 399.653.719Rp 266.435.812Rp
9Desa Salugatta Kec Budong-Budong
Rp 565.640.000 Rp 93.019.505 658.659.505Rp 395.195.703Rp 263.463.802Rp
10Desa Babana Kec. Budong-Budong
Rp 565.640.000 Rp 101.396.581 667.036.581Rp 400.221.949Rp 266.814.632Rp
11Desa Kire Kec. Budong-Budong
Rp 565.640.000 Rp 107.660.715 673.300.715Rp 403.980.429Rp 269.320.286Rp
RINCIAN DANA PER DESA
DANA DESA (APBN)KABUPATEN MAMUJU TENGAH
TAHUN ANGGARAN 2016
NO. Nama Desa
12Desa Lumu Kec. Budong-Budong
Rp 565.640.000 Rp 99.692.952 665.332.952Rp 399.199.771Rp 266.133.181Rp
13Desa Bojo Kec. Budong-Budong
Rp 565.640.000 Rp 93.965.873 659.605.873Rp 395.763.524Rp 263.842.349Rp
14Desa Barakkang Kec. Budong-Budong
Rp 565.640.000 Rp 98.329.273 663.969.273Rp 398.381.564Rp 265.587.709Rp
15Desa Salumanurung Kec. Budong-Budong
Rp 565.640.000 Rp 94.905.570 660.545.570Rp 396.327.342Rp 264.218.228Rp
16Desa Lembah Hada Kec. Budong-Budong
Rp 565.640.000 Rp 92.031.305 657.671.305Rp 394.602.783Rp 263.068.522Rp
17Desa Pasapa Kec. Budong-Budong
Rp 565.640.000 Rp 99.660.322 665.300.322Rp 399.180.193Rp 266.120.129Rp
18Desa Tinali Kec. Budong-Budong
Rp 565.640.000 Rp 92.265.950 657.905.950Rp 394.743.570Rp 263.162.380Rp
19Desa Pontanakayyang Kec. Budong-Budong
Rp 565.640.000 Rp 96.166.674 661.806.674Rp 397.084.004Rp 264.722.670Rp
20Desa Kambunong Kec. Karosssa
Rp 565.640.000 Rp 98.989.958 664.629.958Rp 398.777.975Rp 265.851.983Rp
21Desa Kadaila Kec Karossa
Rp 565.640.000 Rp 92.551.995 658.191.995Rp 394.915.197Rp 263.276.798Rp
22Desa Suka Maju Kec. Karossa
Rp 565.640.000 Rp 95.491.927 661.131.927Rp 396.679.156Rp 264.452.771Rp
23Desa Kayu Calla Kec Karossa
Rp 565.640.000 Rp 91.418.865 657.058.865Rp 394.235.319Rp 262.823.546Rp
24Desa Benggaulu Kec. Karossa
Rp 565.640.000 Rp 94.953.147 660.593.147Rp 396.355.888Rp 264.237.259Rp
25Desa Tasokko Kec. Karossa
Rp 565.640.000 Rp 106.566.032 672.206.032Rp 403.323.619Rp 268.882.413Rp
26Desa Lembah Hopo Kec. Karossa
Rp 565.640.000 Rp 96.758.527 662.398.527Rp 397.439.116Rp 264.959.411Rp
27Desa Karossa Kec Karossa
Rp 565.640.000 Rp 108.213.401 673.853.401Rp 404.312.041Rp 269.541.360Rp
28Desa Salubiro Kec. Karossa
Rp 565.640.000 Rp 97.803.046 663.443.046Rp 398.065.828Rp 265.377.218Rp
29Desa Sanjango Kec Karossa
Rp 565.640.000 Rp 96.330.494 661.970.494Rp 397.182.296Rp 264.788.198Rp
30 Desa Lara Kec. Karossa Rp 565.640.000 Rp 100.352.049 665.992.049Rp 399.595.229Rp 266.396.820Rp
31Desa Polo Camba Kec. Pangale
Rp 565.640.000 Rp 92.110.137 657.750.137Rp 394.650.082Rp 263.100.055Rp
32Desa Lemo-Lemo Kec Pangale
Rp 565.640.000 Rp 91.011.907 656.651.907Rp 393.991.144Rp 262.660.763Rp
33 Desa Kuo Kec. Pangale Rp 565.640.000 Rp 95.037.918 660.677.918Rp 396.406.751Rp 264.271.167Rp
34Desa Polo Pangale Kec. Pangale
Rp 565.640.000 Rp 92.368.828 658.008.828Rp 394.805.297Rp 263.203.531Rp
35Desa Lamba-Lamba Kec. Pangale
Rp 565.640.000 Rp 92.785.344 658.425.344Rp 395.055.206Rp 263.370.138Rp
36Desa Sartana Maju Kec. Pangale
Rp 565.640.000 Rp 92.725.041 658.365.041Rp 395.019.025Rp 263.346.016Rp
37Desa Polo Lereng Kec. Pangale
Rp 565.640.000 Rp 96.583.716 662.223.716Rp 397.334.230Rp 264.889.486Rp
38Desa Kombiling Kec. Pangale
Rp 565.640.000 Rp 96.249.461 661.889.461Rp 397.133.677Rp 264.755.784Rp
39Desa Pangale Kec. Pangale
Rp 565.640.000 Rp 98.495.353 664.135.353Rp 398.481.212Rp 265.654.141Rp
40Desa Pangalloang Kec. Topoyo
Rp 565.640.000 Rp 94.736.537 660.376.537Rp 396.225.922Rp 264.150.615Rp
41Desa Kabubu Kec. Topoyo
Rp 565.640.000 Rp 90.084.799 655.724.799Rp 393.434.879Rp 262.289.920Rp
42Desa Salule'bo Kec Topoyo
Rp 565.640.000 Rp 111.635.387 677.275.387Rp 406.365.232Rp 270.910.155Rp
43Desa Tangkau Kec. Topoyo
Rp 565.640.000 Rp 90.741.241 656.381.241Rp 393.828.745Rp 262.552.496Rp
44Desa Budong-Budong Kec. Topoyo
Rp 565.640.000 Rp 94.032.654 659.672.654Rp 395.803.592Rp 263.869.062Rp
45Desa Sinabatta Kec. Topoyo
Rp 565.640.000 Rp 92.421.991 658.061.991Rp 394.837.195Rp 263.224.796Rp
46Desa Tabolang Kec. Topoyo
Rp 565.640.000 Rp 97.134.615 662.774.615Rp 397.664.769Rp 265.109.846Rp
47Desa Salupangkang IV Kec. Topoyo
Rp 565.640.000 Rp 90.972.528 656.612.528Rp 393.967.517Rp 262.645.011Rp
48Desa Tumbu Kec. Topoyo
Rp 565.640.000 Rp 96.960.101 662.600.101Rp 397.560.061Rp 265.040.040Rp
49Desa Topoyo Kec. Topoyo
Rp 565.640.000 Rp 96.742.014 662.382.014Rp 397.429.208Rp 264.952.806Rp
50Desa Salupangkang I Kec. Topoyo
Rp 565.640.000 Rp 92.297.511 657.937.511Rp 394.762.507Rp 263.175.004Rp
51Desa Tappilina Kec. Topoyo
Rp 565.640.000 Rp 91.478.394 657.118.394Rp 394.271.036Rp 262.847.358Rp
52Desa Bambamanurung Kec. Topoyo
Rp 565.640.000 Rp 91.428.312 657.068.312Rp 394.240.987Rp 262.827.325Rp
53 Desa Paraili Kec. Topoyo Rp 565.640.000 Rp 91.772.051 657.412.051Rp 394.447.231Rp 262.964.820Rp
54Desa Waeputeh Kec. Topoyo
Rp 565.640.000 Rp 91.831.715 657.471.715Rp 394.483.029Rp 262.988.686Rp
30.544.560.000Rp 5.193.254.003Rp 35.737.814.003Rp 21.442.688.402Rp 14.295.125.601Rp T O T A L P A G U
PENGHITUNGAN DANA DESA SETIAP DESA
KABUPATEN MAMUJU TENGAH TAHUN
ANGGARAN 2018
(ribu rupiah)
No.
Kecamatan
Nama Desa
Alokasi Dasar
Klasifikasi Desa IDM
Desil
JPM
Alokasi
Afirmasi
Alokasi Formula Pagu Dana Desa per-
Desa
Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Luas Wilayah IKG Total Bobot
Alokasi Formula Jumlah
Penduduk
Rasio Jumlah
Penduduk
Bobot
Jumlah
Penduduk
Miskin
Rasio Jumlah
Penduduk
Miskin
Bobot
Luas Wilayah
Rasio L uas
Wilayah
Bobot
Indeks Kesulitan
Geografis
Rasio Indeks
Kesulitan Geografis
Bobot
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) = (10) + (13) + (16) + (19) (21) (22)= (4) + (7) + (21)
1 TOBADAK MAHAHE 616.345 BERKEMBANG 10 0 2739 0,0192 0,0019 10 0,0019 0,0010 10,76 0,0036 0,0005 30,96 0,0113 0,0028 0,0063 69.881 686.226
2 TOBADAK SALOBAJA 616.345 BERKEMBANG 3 0 2794 0,0196 0,0020 59 0,0115 0,0057 28,94 0,0097 0,0015 41,28 0,0151 0,0038 0,0129 144.162 760.507
3 TOBADAK TOBADAK 616.345 BERKEMBANG 4 0 9572 0,0670 0,0067 71 0,0138 0,0069 132,89 0,0445 0,0067 38,40 0,0141 0,0035 0,0238 265.345 881.690
4 TOBADAK PALONGAAN 616.345 N/A 5 0 2608 0,0182 0,0018 115 0,0224 0,0112 47,48 0,0159 0,0024 47,08 0,0172 0,0043 0,0197 219.736 836.081
5 TOBADAK BATU PARIGI 616.345 TERTINGGAL 5 0 6542 0,0458 0,0046 109 0,0212 0,0106 32,33 0,0108 0,0016 54,67 0,0200 0,0050 0,0218 243.203 859.548
6 TOBADAK BAMBADARU 616.345 TERTINGGAL 1 0 1470 0,0103 0,0010 5 0,0010 0,0005 27,68 0,0093 0,0014 47,33 0,0173 0,0043 0,0072 80.742 697.087
7 TOBADAK SEJATI 616.345 BERKEMBANG 4 0 1067 0,0075 0,0007 89 0,0173 0,0087 18,88 0,0063 0,0009 70,70 0,0259 0,0065 0,0168 187.629 803.974
8 TOBADAK SALOADAK 616.345 TERTINGGAL 8 157.549 1990 0,0139 0,0014 402 0,0781 0,0391 73,35 0,0245 0,0037 49,28 0,0180 0,0045 0,0487 542.847 1.316.741
9 PANGALE POLO PANGALE 616.345 BERKEMBANG 4 0 1990 0,0139 0,0014 88 0,0171 0,0086 21,45 0,0072 0,0011 39,06 0,0143 0,0036 0,0146 162.869 779.214
10 PANGALE PANGALE 616.345 TERTINGGAL 4 0 1963 0,0137 0,0014 90 0,0175 0,0087 9,00 0,0030 0,0005 48,92 0,0179 0,0045 0,0151 167.928 784.273
11 PANGALE SARTANAMAJU 616.345 TERTINGGAL 2 0 706 0,0049 0,0005 29 0,0056 0,0028 15,41 0,0052 0,0008 61,96 0,0227 0,0057 0,0098 108.880 725.225
12 PANGALE POLO LERENG 616.345 TERTINGGAL 1 0 1967 0,0138 0,0014 12 0,0023 0,0012 20,76 0,0069 0,0010 49,80 0,0182 0,0046 0,0081 90.860 707.205
13 PANGALE KUO 616.345 TERTINGGAL 6 0 2782 0,0195 0,0019 154 0,0299 0,0150 33,18 0,0111 0,0017 45,05 0,0165 0,0041 0,0227 253.304 869.649
14 PANGALE POLO CAMBA 616.345 TERTINGGAL 4 0 850 0,0059 0,0006 84 0,0163 0,0082 15,39 0,0052 0,0008 47,00 0,0172 0,0043 0,0138 154.345 770.690
15 PANGALE LAMBA-LAMBA 616.345 TERTINGGAL 1 0 998 0,0070 0,0007 14 0,0027 0,0014 17,93 0,0060 0,0009 55,25 0,0202 0,0051 0,0080 89.453 705.798
16 PANGALE KOMBILING 616.345 TERTINGGAL 3 0 1566 0,0110 0,0011 52 0,0101 0,0051 4,47 0,0015 0,0002 58,07 0,0213 0,0053 0,0117 130.433 746.778
17 PANGALE LEMO-LEMO 616.345 TERTINGGAL 1 0 764 0,0053 0,0005 13 0,0025 0,0013 8,53 0,0029 0,0004 54,23 0,0199 0,0050 0,0072 80.238 696.583
18 BUDONG-BUDONG BABANA 616.345 BERKEMBANG 4 0 7011 0,0491 0,0049 89 0,0173 0,0087 58,93 0,0197 0,0030 35,77 0,0131 0,0033 0,0198 220.767 837.112
19 BUDONG-BUDONG LUMU 616.345 BERKEMBANG 4 0 2557 0,0179 0,0018 86 0,0167 0,0084 251,13 0,0840 0,0126 43,99 0,0161 0,0040 0,0268 298.766 915.111
20 BUDONG-BUDONG PONTANAKAYANG 616.345 BERKEMBANG 6 0 3348 0,0234 0,0023 201 0,0391 0,0195 48,15 0,0161 0,0024 47,57 0,0174 0,0044 0,0287 319.643 935.988
21 BUDONG-BUDONG SALOGATTA 616.345 BERKEMBANG 3 0 3373 0,0236 0,0024 51 0,0099 0,0050 28,06 0,0094 0,0014 32,61 0,0119 0,0030 0,0117 130.658 747.003
22 BUDONG-BUDONG KIRE 616.345 TERTINGGAL 10 157.549 3763 0,0263 0,0026 400 0,0778 0,0389 44,10 0,0148 0,0022 49,55 0,0181 0,0045 0,0483 538.418 1.312.312
23 BUDONG-BUDONG TINALI 616.345 BERKEMBANG 4 0 1572 0,0110 0,0011 86 0,0167 0,0084 24,03 0,0080 0,0012 42,91 0,0157 0,0039 0,0146 162.815 779.160
24 BUDONG-BUDONG SALUMANURUNG 616.345 BERKEMBANG 3 0 1765 0,0124 0,0012 47 0,0091 0,0046 36,91 0,0123 0,0019 44,69 0,0164 0,0041 0,0117 131.062 747.407
25 BUDONG-BUDONG PASAPA 616.345 TERTINGGAL 8 157.549 2112 0,0148 0,0015 467 0,0908 0,0454 26,88 0,0090 0,0013 67,09 0,0246 0,0061 0,0544 606.453 1.380.347
26 BUDONG-BUDONG BOJO 616.345 TERTINGGAL 3 0 1929 0,0135 0,0013 51 0,0099 0,0050 73,13 0,0245 0,0037 58,92 0,0216 0,0054 0,0154 171.496 787.841
27 BUDONG-BUDONG BARAKKANG 616.345 TERTINGGAL 3 0 1774 0,0124 0,0012 60 0,0117 0,0058 113,85 0,0381 0,0057 48,16 0,0176 0,0044 0,0172 191.849 808.194
28 BUDONG-BUDONG LEMBAH HADA 616.345 SANGAT TERTINGGAL 2 0 548 0,0038 0,0004 23 0,0045 0,0022 3,21 0,0011 0,0002 61,14 0,0224 0,0056 0,0084 93.470 709.815
29 TOPOYO BUDONG-BUDONG 616.345 TERTINGGAL 1 0 2426 0,0170 0,0017 12 0,0023 0,0012 12,76 0,0043 0,0006 58,54 0,0214 0,0054 0,0089 98.889 715.234
30 TOPOYO TOPOYO 616.345 BERKEMBANG 1 0 9601 0,0672 0,0067 17 0,0033 0,0017 11,19 0,0037 0,0006 30,45 0,0112 0,0028 0,0117 130.753 747.098
31 TOPOYO TUMBU 616.345 BERKEMBANG 3 0 3016 0,0211 0,0021 52 0,0101 0,0051 29,92 0,0100 0,0015 49,23 0,0180 0,0045 0,0132 146.966 763.311
32 TOPOYO KABUBU 616.345 BERKEMBANG 5 0 1622 0,0113 0,0011 124 0,0241 0,0121 8,55 0,0029 0,0004 38,12 0,0140 0,0035 0,0171 190.848 807.193
33 TOPOYO WAEPUTEH 616.345 TERTINGGAL 2 0 1739 0,0122 0,0012 20 0,0039 0,0019 15,38 0,0051 0,0008 56,98 0,0209 0,0052 0,0092 102.075 718.420
34 TOPOYO TANGKOU 616.345 TERTINGGAL 2 0 1018 0,0071 0,0007 19 0,0037 0,0018 6,72 0,0022 0,0003 50,18 0,0184 0,0046 0,0075 83.567 699.912
35 TOPOYO TABOLANG 616.345 TERTINGGAL 2 0 3527 0,0247 0,0025 38 0,0074 0,0037 37,10 0,0124 0,0019 44,58 0,0163 0,0041 0,0121 135.044 751.389
36 TOPOYO PARAILI 616.345 BERKEMBANG 1 0 1367 0,0096 0,0010 6 0,0012 0,0006 18,45 0,0062 0,0009 41,37 0,0152 0,0038 0,0063 69.765 686.110
37 TOPOYO SALUPANGKANG 616.345 TERTINGGAL 4 0 1966 0,0138 0,0014 77 0,0150 0,0075 10,38 0,0035 0,0005 43,93 0,0161 0,0040 0,0134 149.524 765.869
38 TOPOYO SALUPANGKANG IV 616.345 TERTINGGAL 2 0 546 0,0038 0,0004 23 0,0045 0,0022 8,57 0,0029 0,0004 61,86 0,0227 0,0057 0,0087 97.185 713.530
39 TOPOYO TAPPILINA 616.345 TERTINGGAL 2 0 1593 0,0111 0,0011 20 0,0039 0,0019 14,32 0,0048 0,0007 52,96 0,0194 0,0048 0,0086 96.233 712.578
40 TOPOYO BAMBAMANURUNG 616.345 TERTINGGAL 2 0 1120 0,0078 0,0008 31 0,0060 0,0030 9,23 0,0031 0,0005 54,40 0,0199 0,0050 0,0092 103.097 719.442
41 TOPOYO SALULEKBO 616.345 SANGAT TERTINGGAL 4 0 3698 0,0259 0,0026 85 0,0165 0,0083 612,08 0,2048 0,0307 66,87 0,0245 0,0061 0,0477 532.077 1.148.422
42 TOPOYO PANGALLOANG 616.345 TERTINGGAL 2 0 1508 0,0106 0,0011 28 0,0054 0,0027 21,84 0,0073 0,0011 58,14 0,0213 0,0053 0,0102 113.755 730.100
43 TOPOYO SINABATTA 616.345 SANGAT TERTINGGAL 1 0 1104 0,0077 0,0008 12 0,0023 0,0012 25,44 0,0085 0,0013 62,24 0,0228 0,0057 0,0089 99.459 715.804
44 KAROSSA KAROSSA 616.345 BERKEMBANG 3 0 8815 0,0617 0,0062 46 0,0089 0,0045 302,56 0,1012 0,0152 31,95 0,0117 0,0029 0,0288 320.743 937.088
45 KAROSSA TASOKKO 616.345 TERTINGGAL 8 157.549 6159 0,0431 0,0043 379 0,0737 0,0368 26,96 0,0090 0,0014 52,05 0,0191 0,0048 0,0473 527.305 1.301.199
46 KAROSSA LARA 616.345 TERTINGGAL 8 157.549 2191 0,0153 0,0015 368 0,0715 0,0358 233,79 0,0782 0,0117 39,35 0,0144 0,0036 0,0526 587.243 1.361.137
47 KAROSSA KADAILA 616.345 TERTINGGAL 1 0 4402 0,0308 0,0031 9 0,0017 0,0009 18,84 0,0063 0,0009 59,67 0,0219 0,0055 0,0104 115.622 731.967
48 KAROSSA KAYU CALLA 616.345 TERTINGGAL 2 0 1005 0,0070 0,0007 38 0,0074 0,0037 12,18 0,0041 0,0006 57,27 0,0210 0,0052 0,0103 114.374 730.719
49 KAROSSA LEMBAH HOPO 616.345 TERTINGGAL 4 0 1345 0,0094 0,0009 68 0,0132 0,0066 52,53 0,0176 0,0026 55,96 0,0205 0,0051 0,0153 170.810 787.155
50 KAROSSA BENGGAULU 616.345 BERKEMBANG 3 0 2113 0,0148 0,0015 59 0,0115 0,0057 19,87 0,0066 0,0010 53,75 0,0197 0,0049 0,0131 146.502 762.847
51 KAROSSA SUKA MAJU 616.345 BERKEMBANG 7 0 2249 0,0157 0,0016 272 0,0529 0,0264 17,36 0,0058 0,0009 55,66 0,0204 0,0051 0,0340 379.071 995.416
52 KAROSSA KAMBUNONG 616.345 TERTINGGAL 3 0 4142 0,0290 0,0029 42 0,0082 0,0041 26,40 0,0088 0,0013 57,65 0,0211 0,0053 0,0136 151.548 767.893
53 KAROSSA SALUBIRO 616.345 SANGAT TERTINGGAL 7 0 1282 0,0090 0,0009 258 0,0502 0,0251 154,95 0,0518 0,0078 55,48 0,0203 0,0051 0,0388 433.205 1.049.550
54 KAROSSA SANJAN GO 616.345 TERTINGGAL 4 0 1239 0,0087 0,0009 84 0,0163 0,0082 54,24 0,0181 0,0027 70,08 0,0257 0,0064 0,0182 202.716 819.061
Total 33.282.630 787.745 142.913 1,0000 0,1000 5.144 1,0000 0,5000 2.988,41 1,0000 0,1500 2.730,13 1,0000 0,2500 1,0000 11.155.628 45.226.003
606.453 1.380.347
Kontrol Penghitungan Pagu Dana Desa Kab/Kota ............ 45.226.004 Hasil Perhitungan Pagu Dana Desa Kab/Kota ......... 45.226.003
Pagu Alokasi Dasar Kab/Kota ............ Hasil Hitung Alokasi Dasar Kab/Kota ............ 33.282.630 Pagu Alokasi Afirmasi Kab/Kota ............ Hasil Hitung Alokasi Afirmasi Kab/Kota ............ 787.745 Pagu Alokasi Formula Kab/Kota ............ 11.155.629 Hasil Hitung Alokasi Formula Kab/Kota ............ 11.155.628 Jumlah Desa
Bobot
JP 10%
JPM 50%
LW 15%
IKG 25%