Upload
pandega-wynalda-sujanarko
View
61
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar IPA
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan manusia yang berakal. Pengetahuan, sikap dan
keterampilan akan terbentuk, termodifikasi serta berkembang melalui proses
belajar. Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu sebagai akibat
dari pengalaman. Oleh karena itu seseorang dikatakan belajar bila didalam
dirinya terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah
laku. Perubahan tingkah laku ini disertai usaha, karena tanpa usaha tidak dapat
dikatakan belajar.Dengan demikian belajar menyangkut proses dan hasil belajar.
(Slameto,2003:2).
Untuk lebih jelasnya kita perhatikan beberapa definisi belajar yang
dikemukakan oleh para ahli yang dikutip oleh (R.Angkowo :2007:48) sebagai
berikut :
1) Hilgard dan Bower, dalam bukunya Theories of Learning
mengemukakan
“belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap
sesuatu situasi tertentu yang disebabkan perubahan tingkah laku itu tidak
11
dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, atau
keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat
dan sebagainya)”.
2) Gagne, dalam bukunya The Condition of learning (1977) menyatakan
bahwa :
“belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan
mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya
(performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu
kewaktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.
3) Morgan, dalam bukunya Introduction of psychology (1978)
mengemukakan bahwa :
“belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dan latihan atau pengalaman”.
4) Witheringthon, dalam bukunya Educational psychology mengemukakan
bahwa :
“belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan
diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya
beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu :
12
a) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu
dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada
kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
b) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan-latihan atau
pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti
perubahan-perubahan pada diri seorang bayi.
c) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus
merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama
periode waktu itu berlangsung, sulit ditentukan dengan pasti tetapi perubahan
itu hendaknya akhir dari suatu periode yang berlangsung . ini berarti bahwa
kita harus mengesampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang
disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau
kepekaan seseorang yang biasanya berlangsung sementara.
d) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai
aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti : perubahan dalam
pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan,
kecakapan,kebiasaan atau pun sikap.
Dari beberapa teori dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
proses aktifitas yang dilakukan secara sadar oleh manusia dengan mengoptimalkan
kemapuan indera yang dimilikinya untuk memperoleh perubahan tingkah laku,
13
kemampuan, keterampilan maupun sifat-sifat yang ada dalam dirinya kearah yang
lebih baik sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. ( Hamid
Hasan,2008:130).
b. Hasil Belajar.
Menurut Saiful Bakri Djamarah hasil adalah buah positif atau negatif dari
suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun
kelompok, hasil tidak akan pernah tercipta selama orang tidak melakukan sesuatu.
Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan
yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh-sunguh, kemauan yang tinggi
dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mencapainya. Sudjana
mengemukakan, “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Selanjutnya Nasution juga berpendapat “ hasil belajar sebagai suatu
perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan saja pengetahuan tetapi
kecakapan, sikap dan perilaku.
WJS. Poerwadarminta berpendapat, bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai
(dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan menurut Mas’ud Khasan
Abdul Qohar, prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang
menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
Sementara Nasrun Harahap dan kawan-kawan, memberi batasan, bahwa hasil
adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang
14
berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta
niali-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
Dari beberapa pendapat di atas jelaslah bahwa seseorang yang sudah belajar
tidak sama keadaanya dengan saat ketika belum belajar. Perubahan tingkah laku
yang didapat setelah belajar menurut Benjamin Bloom ( dalam R.Angkowo,
2007:54) dapat diamati melalui tiga ranah yaitu :
a) Ranah kognitif : berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sitesis dan
evaluasi.
b) Ranah Afektif : berkenaan dengan hasil belajar sikap yang terdiri dari lima
aspek yaitu penerimaan, reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
c) Ranah Psikomotorik : berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak.
Dari beberapa pengertian hasil yang dikemukakan oleh para ahli diatas, jelas
terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama
yakni hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Jadi hasil adalah prestasi dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan keuletan kerja baik secara individu maupun kelompok.
Sedangkan ‘belajar’ diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungan.
Dalam pengertian ini terdapat kata “perubahan” yang berarti bahwa seseorang
15
setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik
secara aspek pengetahuan, keterampilannya maupun aspek sikap.
Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari ragu-
ragu menjadi yakin. Kriteria keberhasilan dalam belajar diantaranya ditandai
dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar.
(Dalyono,2007:49)
Sejalan dengan pendapat diatas, Hilgard dan Bower mengemukakan bahwa
belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seeorang.
Wittig dalam bukunya psychology of learning and memory mendefinisikan
belajar sebagai : any relatively permanent change in an organism’s behavioral
repertoire that occurs as a result of experience. Yang artinya, belajar adalah
perubahan yang relative menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruh
tingkah laku suatu organisme sebagi suatu hasil pengalaman.
Definisi belajar menurut Wittig tidak menekankan perubahan yang disebut
behavioral change tetapi behavioral repertoire change, yakni perubahan yang
menyangkut seluruh aspek psiko-fisik organisme. Penekanan yang berbeda ini
didasarkan pada kepercayan bahwa tingkah laku lahiriah organisme itu sendiri
bukan indikator adanya peristiwa belajar, karena proses itu tidak dapat
diobservasikan secara langsung.
16
Setelah menelusuri uraian diatas tentang pengertian “hasil” dan “belajar”,
dapat dipahami bahwa hasil pada dasarnya adalah pola-pola peningkatan
perubahan tingkah laku seseorang yang meliputi aspek kognitif, afektif dan/atau
psikomotorik setelah menempuh kegiatan belajar tertentu yang tingkat kualitas
perubahannya sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan
lingkungan social yang mempengaruhinya.
c. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains (Science) didefinisikan sebagai
pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan angket dengan eksperimen,
pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjslasan tentang sebuah
gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam Sains yaitu: (1)
kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk
memprediksi apa yang belum diamati, dan (3) kemampuan untuk menguji tindak
lanjut hasil eksperimen (Arthur A. Carin, Robert B. Sund. Teaching Science
Through Discovery.Sixth Edition. (Colombus Ohio: Merrill Publishing Company.
1989).p. 5.) Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Sains mengandung makna
mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan
jawaban tentang "apa", "mengapa", dan "bagaimana" baik tentang gejala alam
maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan
diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. (Pusat Kurikulum. Kurikulum dan
Hasil belajar Rumpun Pelajaran Sains. (Jakarta: Balitbang Depdiknas, 2002:1).
17
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan. Merujuk pada pengertian IPA diatas
maka IPA mempunyai empat unsur utama yaitu : sikap, proses, produk dan
aplikasi. (Triyanto,2007:99).
Istilah ilmu alam (natural science) atau ilmu pengetahuan alam adalah ilmu
mengenai aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang Bumi dan alam sekitarnya.
Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan
dari ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni. IPA tidak dianggap sebagai ilmu
alam, akan tetapi digunakan sebagai penyedia alat/perangkat dan kerangka kerja
yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam. Istilah ilmu alam juga digunakan untuk
mengenali "ilmu" sebagai disiplin yang mengikuti metode ilmiah, berbeda dengan
filsafat alam. Di sekolah, ilmu alam dipelajari secara umum di mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (biasa disingkat IPA). Di samping penggunaan secara
tradisional di atas, saat ini istilah "ilmu alam" kadang digunakan mendekati arti
yang lebih cocok dalam pengertian sehari-hari. Dari sudut ini, "ilmu alam" dapat
menjadi arti alternatif bagi biologi, terlibat dalam proses-proses biologis, dan
dibedakan dari ilmu fisik (terkait dengan hukum-hukum fisika dan kimia yang
mendasari alam semesta). Ilmu Pengetahuan Alam, biasa disingkat IPA, adalah
sebuah mata pelajaran yang mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar
(SD), sekolah menengah tingkat pertama (SMP/SLTP) dan sekolah menengah
18
kejuruan (SMK) . Namun berbeda pada istilah yang terdapat di sekolah menengah
umum tingkat atas, kata IPA lebih dikenal sebagai salah satu penjurusan kelas
yang secara khusus lebih memfokuskan untuk membahas ilmu-ilmu eksakta.
Dalam ilmu pengetahuan, istilah ilmu pengetahuan alam merujuk kepada
pendekatan logis untuk mempelajari alam semesta. Ilmu pengetahuan alam
mempelajari alam dengan menggunakan metode-metode sains. Ilmu pengetahuan
jenis ini berbeda dengan ilmu pengetahuan sosial yang menggunakan metode sains
untuk mempelajari perilaku manusia dan masyarakat; ataupun ilmu pengetahuan
formal seperti IPA.
Ilmu bisa berarti proses memperoleh pengetahuan, atau pengetahuan
terorganisasi yang diperoleh lewat proses tersebut. Proses keilmuan adalah cara
memperoleh pengetahuan secara sistematis tentang suatu sistem. Perolehan
sistematis ini umumnya berupa metode ilmiah, dan sistem tersebut umumnya
adalah alam semesta. Dalam pengertian ini, ilmu sering disebut sebagai sains. Ilmu
pengetahuan alam dapat digolongkan menurut cara berikut ini,
Ilmu pasti (ilmu dalam arti yang lebih ketat)
o Ilmu terapan (rekayasa)
o IPA
o Ilmu alam
Ilmu kedokteran dan farmasi
19
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari
oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi,
hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian
adalah benar atau berguna. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai
gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi.
Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya
untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau
dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru
dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma
masakan tersebut. Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan
pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan
aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan
observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris
tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang
dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada
objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui
pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang
sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan
pengetahuan tentang manajemen organisasi.
Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui
akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih
menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada
20
pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang IPA. Dalam IPA, hasil 1 + 1 = 2
bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan
melalui sebuah pemikiran logis akal budi. Pengetahuan tentang keadaan sehat dan
sakit adalah pengalaman seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang
yang menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk mengatasi masalah
sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan kesehatannya atau bahkan
meningkatkan status kesehatannya. Rasa sakit akan menyebabkan seseorang
bertindak pasif dan atau aktif dengan tahapan-tahapannya. Mengetahui cara
pandang tentang sains merupakan faktor penting yang menentukan arah
pembelajaran sains. Pernyataan ini bukan khayalan, tetapi hasil penelitian, yakni
bahwa persepsi guru tentang sains akan mempengaruhi proses pembelajarannya.
Berbeda alat pandang akan memberikan hasil pandang yang berbeda. Orang
awam akan memandang sains sebagai susunan informasi-informasi ilmiah an
sich. Ilmuwan akan memandang atau mendefinisikan sains sebagai metode yang
dengannya hipotesis diuji. Filsuf akan memandang sains sebagai cara yang berisi
tanya-jawab, rangkaian tanya-jawab akan kebenaran dari apa yang telah diketahui
manusia.
a). Sains sebagai cara untuk berpikir (Way of Thinking)
Sains merupakan aktivitas manusia yang dicirikan oleh adanya proses
berpikir yang terjadi di dalam pikiran siapapun yang terlibat di dalamnya.
Pekerjaan para ilmuwan yang berkaitan dengan akal, menggambarkan
keingintahuan manusia dan keinginan mereka untuk memahami gejala alam.
21
Masing-masing ilmuwan memiliki sikap, keyakinan, dan nilai-nilai yang
memotivasi mereka untuk memecahkan persoalan-persoalan yang mereka temui di
alam. Ilmuwan digerakkan oleh rasa keingintahuan yang sangat besar, imajinasi,
dan pemikiran dalam penyelidikan mereka untuk memahami dan menjelaskan
fenomena-fenomena alam. Pekerjaan mereka termanifestasi dalam aktivitas kreatif
dimana gagasan-gagasan dan penjelasan-penjelasan tentang fenomena alam
dikonstruksi di dalam pikiran.
b). Sains sebagai cara untuk menyelidiki (Way Of Investigating)
Siapa saja yang berkeinginan memahami alam dan menyelidiki hukum-
hukumnya harus mempelajari gejala alam/peristiwa alam dan segala hal yang
terlibat di dalamnya. Petunjuk-petunjuk yang ada pada gejala alam pada
kenyataannya telah tertanam di alam itu sendiri. Sains terbentuk dari proses
penyelidikan yang terus menerus. Hal yang menentukan sesuatu dinamakan
sebagai sains adalah adanya pengamatan empiris. Jika ketajaman perhatian kita
pada fenomena alam ditandai dengan adanya penggunaan proses ilmiah seperti
pengamatan, pengukuran, eksperimen, dan prosedur-prosedur ilmiah lainnya,
maka itulah pengetahuan ilmiah.
c). Sains Sebagai Batang Tubuh Pengetahuan (A Body Of Knowledge)
Sains merupakan batang tubuh pengetahuan yang terbentuk dari fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, hipotesis-hipotesis, teori-teori, dan model-model
membentuk kandungan (content) sains. Pembentukan ini merupakan proses
22
akumulasi yang terjadi sejak zaman dahulu hingga penemuan pengetahuan yang
sangat baru.
d). Sains Sebagai Fakta
Fakta merupakan produk paling dasar dari sains (IPA) Fakta-fakta merupakan
dasar dari konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori. Fakta menunjukkan
kebenaran dan keadaan sesuatu. Karena fakta-fakta diperoleh dari hasil observasi,
maka fakta-fakta merepresentasikan apa yang dapat dilihat. Seringkali, dua buah
kriteria berikut ini digunakan untuk mengidentifikasi sebuah fakta, (a) dapat
diamatai secara langsung, (b) dapat didemonstrasikan kapan saja. Oleh karena itu,
fakta-fakta terbuka bagi siapapun yang ingin mengamatinya. Namun, kita harus
ingat bahwa dua kriteria di atas tidak selalu berlaku karena ada informasi faktual
yang hanya terjadi sekali dalam jangka waktu yang sangat lama, seperti erupsi
gunung berapi.
e). Sains Sebagai Konsep
Fakta-fakta hanyalah merupakan bahan kasar dan harus diolah lagi sehingga
membentuk gagasan yang berarti dan hubungan-hubungan antarfakta. Aktivitas
berpikir dan menalar diperlukan untuk mengidentifikasi pola dan membuat kaitan
antardata, sehingga membentuk pertalian yang disebut dengan konsep. Konsep
adalah abstraksi dari kejadian-kejadian, banda-benda, atau gejala yang memiliki
sifat tertentu atau lambang. Ikan, misalnya, memiliki karakteristik tertentu yang
membedakannya dengan reptil dan mamalia. Dikemukakan oleh Collette &
Chiappetta, menurut Bruner, Goodnow, dan Austin, sebuah konsep setidaknya
23
memiliki 5 unsur, (1) nama, (2) definisi, (3) lambang, (4) nilai, dan (5) contoh.
Misalnya konsep tentang perpindahan. Nama dari konsep adalah perpindahan,
definisinya adalah sebuah vektor yang arahnya dari benda pada kedudukan awal
menuju kedudukan akhir dan mempunyai besar yang sama dengan jarak terpendek
antara dua kedudukan.. Kata konsep dan generalisasi sering dipergunakan secara
bergantian. Konsep kadangkala diartikan sebagai bayangan mental atau sudut
pandang secara individual. Sebagai contoh, jika seorang anak mempunyai konsep
jarak bumi ke bulan, maka konsep ini khas untuk dirinya sendiri. Sementara
generalisasi adalah pernyataan yang didasarkan atas akumulasi pengalaman-
pengalaman yang terjadi dalam komunitas ilmiah.
Contoh lain dari konsep dalam sains antara lain:
Hewan berdarah dingin adalah hewan yang menyesuaikan suhu tubuhnya
dengan suhu lingkungannya..
Satelit adalah benda angkasa yang bergerak mengelilingi planet.
Air adalah zat yang molekulnya tersusun atas 2 atom hidrogen dan 1 atom
oksigen.
f). Pendidikan Sains
Peradaban dunia mengalami berbagai transisi dari era pertanian ke era industri
dan informasi, menampakkan diri secara simultan pada layar kehidupan bangsa
Indonesia, yang berdampak terhadap keseluruhan kehidupan masyarakat dan
sistem pendidikan kita ( Sudi Lestari, 2010:48)
24
Berdasarkan asumsi tersebut pendidikan sains perlu ditangani berdasarkan
suatu visi tertentu, visi tersebut adalah ;
1. Visi pertama terkait dengan konsep sains bagi semua warga dijabarkan
dari konsep science for all.
Yang dimaksud dengan sains adalah pengkajian dan penterjemahan
pengalaman manusia tentang dunia fisik dengan cara teratur dan
sistematis. Sedangkan teknologi menunjuk pada aplikasi sains dengan
menggunakan berbagai teknik dan metode serta penalaran dalam
cakupan pengetahuan sains (UNESCO, 1980).
Karena dikatakan bahwa sains bagi semua warga maka diharapkan
masyarakat menjadi terdidik sains dan terbentuklah suasana kondusif
untuk meminati sains
2. Visi kedua mengisyaratkan bahwa sains tidak bias diajarkan semata
dengan ceramah, karena pendidikan sains merupakan proses
pembelajaran terjadi by doing science.
Visi ini terutama berlaku bagi pendidikan sekolah, terutama anak usia
SD, tetapi juga valid bagi semua kelompok sasaran lainnya, dengan
bertolak dari pengetahuan yang mereka miliki sebagai kemampuan
awalnya adanya revolusi dalam “Belajar Bagaimana Belajar”
( Learning How To Learn ) anak akan tertantang berpikir pragmatis
dan rasional dalam tumbuh kembang minat terhadap sains untuk
memperoleh landasan ilmiah.
25
g). Prinsip-prinsip dan hukum-hukum
Prinsip-prinsip dan hukum-hukum merupakan hasil generalisasi dari konsep-
konsep. Prinsip dan hukum seringkali digunakan secara bergantian sebagai
sinonim. Prinsip atau hukum terdiri dari fakta-fakta dan konsep-konsep. Prinsip-
prinsip dan konsep-konsep lebih umum daripada fakta-fakta, tetapi juga sering
dikaitkan dengan gejala yang dapat diamati di bawah kondisi-kondisi tertentu.
Prinsip-prinsip yang mengatur pertumbuhan dan reproduksi menyediakan
informasi yang dapat dipercaya berkenaan dengan perubahan yang terjadi dalam
sistem kehidupan.
Contoh produk IPA yang merupakan prinsip ialah :
Logam bila dipanaskan memuai
Semakin besar besar intensitas cahaya, semakin efektif proses fotosintesis
Larutan yang bersifat asam bila dicampur dengan larutan yang bersifat basa
akan membentuk garam dan bersifat netral.
Semakin besar perbedaan tekanan udara, semakin kuat angin berhembus
Hukum adalah prinsip yang bersifat spesifik. Kekhasan hukum dapat
ditunjukkan dari :
Bersifat lebih kekal karena telah berkali-kali mengalami pengujian.
Pengkhususannya dalam menunjukkan hubungan antar variable.
Hukum-hukum tentang gas, hukum-hukum tentang gerak, dan hukum tentang
listrik sebagai contoh, menentukan hal-hal yang dapat diamati di bawah kondisi-
kondisi tertentu.
26
h).Teori-teori
Ilmuwan menggunakan teori untuk menjelaskan pola-pola. Teori merupakan
usaha intelektual yang sangat keras karena ilmuwan harus berhadapan dengan
kompleksitas dan kenyataan yang tidak jelas dan tersembunyi dari pengamatan
langsung. Gagasan ini menjadi jelas ketika orang merujuk teori atom, yang
menyatakan bahwa seluruh benda tersusun atas partikel-partikel yang sangat kecil
yang disebut dengan atom. Gambaran visual ini akan lebih sukar diterima ketika
kita meninjau salah satu aspek teori yang menyatakan bahwa sebuah atom
sebenarnya 99,99 % kosong.
Teori memiliki tujuan yang berbeda dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan
hukum-hukum, tetapi ilmuwan menggunakan jenis pengetahuan ini untuk
menyajikan penjelasan-penjelasan dari fenomena-fenomena yang terjadi. Teori-
teori mempunyai hakikat berbeda dan tidak pernah menjadi fakta atau hukum,
tetapi teori tetap berlaku sementara sampai disangkal atau direvisi.
i). Model
Model ilmiah adalah representasi dari sesuatu yang tidak dapat kita lihat.
Model ini menjadi gambaran mental yang digunakan untuk menunjukkan gajala
dan gagasan-gagasan yang abstrak. Model-model tersebut harus menyertakan hal-
hal yang menonojol dan penting dari gagasan atau teori yang mana ilmuwan
mencoba untuk memahamkannya atau menjelaskan gagasan atau teori tersebut.
Model atom Bohr, model tata surya, dan model DNA double helix merupakan
representasi konkret dari gejala-gejala/fenomena-fenomena yang tidak dapat kita
27
amati secara langsung. Buku teks merupakan referensi utama ketika kita ingin
menemukan model-model untuk membantu kita dalam belajar. Sayangnya, orang
kemudian percaya begitu saja pada model yang dia lihat, tidak tahu bahwa model
hanyalah merupakan alat bantu mengkonseptualisasi fitur yang menonjol dari
prinsip-prinsip dan teori-teori, dan gambaran mental tidaklah sesuai dengan
kenyataannya.
d. Pengertian Hasil Belajar IPA
Seperti dikemukakan diatas bahwa hasil belajar adalah pola-pola perubahan
tingkah laku yang meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan afektif setelah
menempuh kegiatan belajar tertentu yang kualitas perubahannya sangat ditentukan
oleh faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan lingkungan yang
mempengaruhinya. Perubahan yang terjadi dalam diri individu sebagai hasil dari
pengalaman itu sebenarnya usaha dari individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Interaksi yang dimaksud tidak lain adalah interaksi edukatif yang
memungkinkan terjadinya interaksi proses belajar mengajar. Dalam hal ini
memang perlu diakui, bahwa belajar tidak selamanya terjadi dalam proses
interaksi belajar mengajar, tetapi bisa juga terjadi diluar prose situ. Individu yang
belajar dirumah adalah aktifitas belajat yang terlepas dari proses interaksi belajar
mengajar. Namun bagaimanpun juga belajar tetap merupakan suatu usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Hal ini dijelaskan
28
oleh Drs. Slamento (2003:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Belajar merupakan kegiatan manusia yang berakal. Pengetahuan, sikap dan
keterampilan akan terbentuk, termodifikasi serta berkembang melalui proses
belajar. Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu sebagai akibat
dari pengalaman. Oleh karena itu seseorang dikatakan belajar bila didalam dirinya
terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku.
Perubahan tingkah laku ini disertai usaha, karena tanpa usaha tidak dapat
dikatakan belajar.Dengan demikian belajar menyangkut proses dan hasil belajar.
Belajar selalu melibatkan perubahan dalam diri individu seperti kematangan
berpikir, berprilaku maupun kedewasaan dalam menentukan keputusan dan
pilihan. Dalam belajar dituntut kedisiplinan dan kemauan yang keras karena tanpa
hal tersebut maka hasil belajar tidak akan tampak secara nyata baik dari perubahan
tingkah laku maupun hasil dan prestasi yang diharapakan. Prestasi merupakan
sekumpulan nilai sebagai hasil dalam penilian proses belajar. Untuk memperoleh
hasil belajar seperti yang diharapkan maka diperlukan kerja keras dan peran serta
orang tua maupun lingkungan yang dapat menunjang hasil seprti yang diharapkan.
Istilah ilmu alam (natural science) atau ilmu pengetahuan alam adalah ilmu
mengenai aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang Bumi dan alam sekitarnya.
Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan
29
dari ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni. IPA tidak dianggap sebagai ilmu
alam, akan tetapi digunakan sebagai penyedia alat/perangkat dan kerangka kerja
yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam. Istilah ilmu alam juga digunakan untuk
mengenali "ilmu" sebagai disiplin yang mengikuti metode ilmiah, berbeda dengan
filsafat alam. Pengertian IPA menurut Carin & Sound (1989 : 221) adalah suatu
sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang
terkontrol. Abruscato (1996 : 83) dalam bukunya yang berjudul “Teaching
Children Science” mendefinisikan tentang IPA sebagai pengetahuan yang
diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematik guna mengungkap segala
sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta. (Triyanto,2007:102)
Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
IPA adalah sesuatu yang diperoleh setelah melakukan proses belajar ilmu yang
timbul akibat pikiran-pikiran manusia yang bertalian dengan logika dan
pengorganisasian ilmu yang bersifat logis.
Hasil Belajar IPA pada penelitian ini beracuan kepada Lampiran Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 mata pelajaran IPA yaitu
sebagai berikut :
1. Mampu mengenali gejala-gejala alam melalui pengamatan langsung dan
menafsirkannya untuk kepentingan kehidupan sehari-hari
2. Mengenali berbagai jenis polusi dan dampaknya terhadap manusia dan
lingkungan
30
3. Memiliki kesadaran dan mampu berperanserta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan ekosistem lingkungan dan sumber daya alam
4. Menerapkan IPA sebagai dasar penguasaan kompetensi produktif dan
pengembangan diri
Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
IPA adalah sesuatu ilmu pengetahuan yang diperoleh setelah melakukan proses
belajar ilmu yang timbul akibat pikiran-pikiran manusia yang bertalian dengan
logika dan pengorganisasian ilmu yang bersifat logis.
2. Kompetensi Kepribadian Guru
a. Kepribadian Guru
Kompetensi kepribadian guru ini merupakan salah satu kompetensi dasar
yang harus dimiliki oleh guru. Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing
sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Pengertian kepribadian adalah :
“Suatu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan,
Tindakan, ucapan, cara berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan“
(Syaiful Bahri Djamarah,2005,39)
Kepribadian manusia merupakan gabungan dari berbagai sifat dan konsep
diri orang. Jika dikaji lebih dalam sebenarnya proses ini sudah berjalan dengan
memberi pengalaman dan mewarnai perkembangan kepribadian seseorang. Jadi
secara umum, dapat dikatakan bahwa kepribadian merupakan suatu proses
31
dinamis didalam diri, yang terus menerus dilakukan terhadap sistim psikofisik
(fisik dan mental) sehingga terbentuk pola penyesuaian diri yang unik atau khas
pada setiap orang terhadap lingkungan. (H.Djaali,2007:3)
Kepribadian guru adalah sosok pribadi guru yang memiliki karakteristik
atau sifat kepribadian yang spesifik. Karakteristik kepribadian yang dimaksud
adalah sejumlah ciri-ciri khas kepribadian guru yang dapat menunjang
penyesuaian dirinya dengan lingkungan serta dapat menunjang kelancaran proses
belajar mengajar di sekolah.
Dalam tesis ini akan dibahas tentang kompetensi kepribadian guru yang
terkait dengan sifat pribadi individu guru meliputi aspek :
a. Fleksibilitas Kognitif Guru.
Dalam hal ini dibahas tentang sikap kognitif guru terhadap siswa dan
sikap kognitif guru terhadap materi dan metode mengajar. Guru sebagai salah
satu komponen dalam sistem pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
siswa, memiliki peranan penting dalam menentukan arah dan tujuan dari proses
pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut menguasai sejumlah
kemampuan dan ketrampilan yang berkaitan dengan proses pembelajaran antara
lain menurut (M.Sobri Sutikno,2007:125) yaitu : (1) Kemampuan menguasai
bahan ajar (2) Kemampuan menggunakan metode,media dan bahan ajar (3)
Kemampuan dalam mengelola kelas (4) Kemampuan melakukan penilaian baik
proses maupun hasil.
32
Kemampuan merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan
yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Perilaku yang
rasional merupakan wujud dari kemampuan seseorang. Berarti orang yang
memiliki suatu kemampuan adalah benar-benar orang yang mempunyai keahlian
dibidangnya, atau dikenal dengan istilah Profesional (Syaiful Sagala,2007:99)
Guru kompeten dapat dibuktikan dengan perolehan sertifikasi guru berikut
tunjangan profesi yang memadai menurut ukuran Indonesia. Sekarang ini,
terdapat sejumlah guru yang telah tersertifikasi, akan tersertifikasi, telah
memperoleh tunjangan profesi, dan akan memperoleh tunjangan profesi.
Fakta bahwa guru telah tersertifikasi merupakan dasar asumsi yang kuat,
bahwa guru telah memiliki kompetensi. Kompetensi guru tersebut mencakup
empat jenis, yaitu :
(1) kompetensi pedagogik
(2) kompetensi profesional,
(3) kompetensi sosial, dan
(4) kompetensi kepribadian. (Syaiful Sagala, 2008: 209)
Persoalan yang muncul kemudian, bahwa guru yang diasumsikan telah
memiliki kompetensi yang hanya berlandaskan pada asumsi bahwa mereka telah
tersertifikasi, tampaknya dalam jangka panjang sulit untuk dapat
dipertanggungjawabkan secara akademik. Bukti tersertifikasinya para guru
adalah kondisi sekarang, yang secara umum merupakan kualitas sumber daya
guru sesaat setelah sertifikasi. Oleh karena sertifikasi erat kaitannya dengan
33
proses belajar, maka sertifikasi tidak bisa diasumsikan mencerminkan
kompetensi yang unggul sepanjang hayat. Pasca sertifikasi seyogyanya
merupakan tonggak awal bagi guru untuk selalu meningkatkan kompetensi
dengan cara belajar sepanjang hayat. Untuk memfasilitasi peningkatan
kompetensi guru, diperlukan manajemen pengembangan kompetensi guru. Hal
ini perlu dipikirkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, karena
peningkatan kompetensi guru diantaranya : memiliki suatu kemampuan khusus,
memiliki teori baku secara universal dan mengabdikan diri untuk masyarakat
bukan untuk dirinya sendiri merupakan indikator peningkatan profesionalisme
guru itu sendiri. ( H.A.R Tilaar,2004 : 137)
Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan.
Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat sesuatu yang terjadi dalam kelas
untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran
hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai
suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa.
Guru hanya merupakan salah satu diantara berbagai sumber dan media belajar.
Maka dengan demikian peranan guru dalam belajar ini menjadi lebih luas dan
lebih mengarah kepada peningkatan motivasi belajar siswa. Melalui peranannya
sebagai pengajar, guru diharapkan mampu mendorong siswa untuk senantiasa
belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media. Guru
hendaknya mampu membantu setiap siswa untuk secara efektif dapat
34
mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan berbagai sumber serta media
belajar. Hal ini berarti bahwa guru hendaknya dapat mengembangkan cara dan
kebiasaan belajar yang sebaik-baiknya. Selanjutnya sangat diharapkan guru dapat
memberikan fasilitas yang memadai sehingga siswa dapat belajar secara efektif.
(Abu Ahmadi, 1991:109)
Menurut (Slameto, 2003:98) peranan guru telah meningkat dari sebagai
pengajar menjadi sebagai derektur pengarah belajar. Sebagai derektur belajar,
tugas dan tanggung jawab guru menjadi lebih meningkat yang kedalamnya
termasuk fungsi-fingsi guru sebagai perencana pengajaran, pengelola pengajaran,
penilai hasil belajar, sebagai motivator belajar, dan sebagai pembimbing.
Sebagai perencana pengajaran, seorang guru diharapkan mampu untuk
merencanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif. Untuk itu ia harus
memiliki pengetahuan yang cukup tentang teknik-teknik memproses belajar para
siswa. Tenik-teknik mengajar adalah sebagai dasar dalam merancang kegiatan
belajar mengajar, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan, memilih metode,
menetapkan evaluasi, dan sebagainya ( Made Pidarta.2004 : 86 )
Sebagai pengelola pengajaran, seorang guru harus mampu mengelola
seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi
belajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar secara efektif dan
efisien.
35
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar, seorang guru hendaknya
senantiasa secara terus menerus mengikuti hasil-hasil belajar yang telah dicapai
oleh siswa dari waktu kewaktu. (E. Mulyasa, 2008 :95)
b. Keterbukaan Psikologi Guru
Menurut Barlow yang dikutip oleh M Dalyono (2007: 7) psikologi yang
berkaitan dengan peran guru yaitu Psikologi Pendidikan yaitu :
”Sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologi yang menyediakan
serangkaian sumber-sumber yang membantu seseorang melaksanakan tugas
sebagai seorang guru dalam proses belajar mengajar secara efektif”
Sementara menurut, Tardif (1987) mendifinisikan psikologi pendidikan
adalah : ”....sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan
pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan”
Berkaitan dengan hal tersebut dibahas tentang kemampuan guru
berkomunikasi dengan orang lain dan empati yang dimiliki seorang guru
terhadap siswanya.
Startegi membangun komunikasi efektif guru dan siswa dalam proses
pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh (M.Sobri Sutikno, 2007:153) yaitu
ada 5 strategi :
1) Respek , komunikasi harus diawali dengan saling ,menghargai.
2) Empati, adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi
dan kondisi yang dihadapi orang lain.
36
3) Audibel, berarti ”dapat didengarkan” atau dapat dimengerti dengan
baik.
4) Jelas maknanya, pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan
tidak menimbulkan banyak pemahaman selain harus terbuka dan
transparan.
5) Rendah hati, sikap rendah hati mengandung makna saling menghargai,
tidak memandang rendah, lemah lembut, sopan dan penuh
pengendalian diri.
Menurut (Syaiful Bahri Djamarah,2005:2) Pada hakekatnya guru dan anak
didik itu bersatu .Mereka satu dalam jiwa, terpisah dalam raga. Raga mereka
boleh terpisah, tetapi jiwa mereka tetap satu sebagai ”Dwi Tunggal” yang kokoh
bersatu. Posisi mereka boleh berbeda tetapi tetap seiring dan setujuan, bukan
seiring tapi tidak setujuan. Kesatuan jiwa guru dengan anak didik tidak dapat
dipisahkan oleh dimensi ruang, jarak, dan waktu. Tidak pula dapat dicerai
beraikan oleh lautan, daratan dan udara. Guru tetap guru dan anak didik tetap
anak didik. Tidak ada istilah ”bekas guru” dan ” bekas anak didik ” meskipun
suatu waktu guru telah pensiun dari pengabdiannya disekolah atau anak didiknya
telah menamatkan sekolah dilembaga tempat guru tersebut mengabdikan diri.
Dalam interaksi edukatif yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan.
Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu
disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang
bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin
37
memberikan layanan yang terbaik kepada anak didik, dengan menyediakan
lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi
pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta
hubungan dua arah yang harmonis antara guru dengan anak didik. Ketika
interaksi edukatif itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan
berbuat dan mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya.
Semua kendala yang menjadi penghambat jalannya proses interaksi edukatif,
baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun yang bersumber dari luar
diri anak didik, harus dihilangkan, dan bukan membiarkannya. Karena
keberhasilan interaksi edukatif lebih banyak ditentukan oleh guru dalam
mengelola kelas. Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan
secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik.
Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan.
Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak
didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam
pengajaran.
Untuk mendorong agar terciptanya model pembelajaran yang demokratis
meminjam gagasan Paul Suparno,dkk. (Reformasi Pendidikan Sebuah
Rekomendasi) Ada beberapa hal yang mesti dilakukan sebagaimana yang dikutip
dalam Priyono Pasti( 2005 ) : Pertama, hindari indoktrinasi. Biarkan siswa aktif
dalam berbuat, bertanya, bersikap kritis terhadap apa yang dipelajarinya dan
mengungkapkan alternatif pandangannya yang berbeda dengan gurunya. Kedua,
38
Hindari paham bahwa hanya ada satu nilai saja yang benar. Guru tidak
berpandangan bahwa apa yang disampaikannya adalah yang paling benar.
Seharusnya yang dikembangkan adalah memberi ruang yang cukup lapang akan
hadirnya gagasan alternatif dan kreatif terhadap penyelesaian suatu persoalan.
Ketiga, Beri anak kebebasan untuk berbicara. Siswa mesti dibiasakan untuk
berbicara. Siswa berbicara dalam konteks penyampaian gagasan serta proses
membangun dan meneguhkan sebuah pengertian harus diberi ruang yang seluas-
luasnya. Keempat, Berilah ” Peluang” bahwa siswa boleh berbuat salah.
Kesalahan merupakan bagian penting dalam pemahaman, guru dan siswa
menelusuri bersama dimana telah terjadi kesalahan dan membantu
meletakkannya dalam kerangka yang benar. Kelima, Kembangkan cara berfikir
ilmiah dan berfikir kritis dengan siswa diarahkan untuk tidak selalu mengiyakan
apa yang dia terima, melainkan dapat memahami sebuah pengertian dan
memahami mengapa harus demikian. Keenam, Berilah kesempatan yang luas
kepada siswa untuk bermimpi dan berfantasi (gagasan Paula Freire). ( M.Sobri
Sutikno,2007: 104)
c. Sifat-sifat pribadi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sifat-sifat kepribadian yang
dimiliki seseorang antara lain faktor bawaan sejak lahir (herediter) salah satu
aspek yang diwarisi dari ibu, bapak, nenek atau kakek, faktor pengalaman
melalui interaksi dengan lingkungan dan faktor khusus (bakat) yang sangat
tergantung pada perkembangan kematangan individu. (Robertus Angkowo,A
39
kosasih (2007 : 61). Sedangkan menurut H.A.R Tilaar ( 1999 : 51 )
“ Kepribadian manusia sangat ditentukan oleh pendidikan “
Ada bermacam-macam sifat yang dimiliki oleh manusia misalnya : sabar,
jujur, memiliki rasa humor, ramah dan lain-lain. Berkaitan dengan sifat-sifat
pribadi guru, setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri pribadi
yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dengan
guru yang lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak,
hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan
dalam menghadapi setiap persoalan. Seperti yang dikatan oleh Prof.Dr.Zakiah
Daradjat (1980) yang dikutip oleh ( Syaiful Bahri Djamarah, 2005 : 40 )
mengatakan bahwa kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (ma’nawi),
sukar dilihat, atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah
penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya
dalam tindakannya, ucapan, cara bergaul, berpakaian, dan dalam menghadapi
setiap persoalan atau masalah baik yang ringan atau yang berat. Oleh karena itu
masalah kepribadian adalah suatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya
kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik atau masyarakat.
Dengan kata lain baik tidaknya citra seseorang ditentukan oleh kepribadiannya.
Lebih lagi bagi seorang guru, masalah kepribadian merupakan faktor yang
menentukan keberhasilan melaksanakan tugas sebagai pendidik. Guru adalah
mitra anak didik dalam kebaikan, guru yang baik anak didikpun menjadi
baik.Masih menurut (Syaiful Bahri Djamarah, 2005: 42) Profil guru yang ideal
40
adalah sosok yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan jiwa, panggilan hati
nurani, bukan karena tuntutan uang belaka, yang membatasi tugas dan tanggung
jawabnya sebatas dinding sekolah.Guru yang ideal selalu ingin bersama anak
didik didalam dan diluar sekolah. Guru dalam melaksanakan tugas tidak
mengenal lelah.
c. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru
Berdasarkan Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, pada BAB IV kualifikasi dan kompetensi, pasal 7 ayat 2 berbunyi :
Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran meliputi kompetensi pedagogic,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
Usman (2004) membedakan kompetensi guru menjadi dua, yaitu
kompetensi pribadi dan kompetensi profesional. Kemampuan pribadi meliputi;
1) kemampuan mengembangkan kepribadian,
2) kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi,
3) kemampuan melaksanakan bimbingan dan penyuluhan.
Surya (2003:138) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai
kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan
agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup
kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri,
pengarahan diri, dan perwujudan diri.
Kompetensi kepribadian, yaitu bahwa guru hendaknya memiliki
kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan berakhlak
41
mulia. Didalamnya juga diharapkan tumbuhnya kemandirian guru dalam
menjalankan tugas serta senantiasa terbiasa membangun etos kerja. Hingga
semua sifat ini memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan guru dalam
kesehariannya.
Sementara itu, merujuk Peraturan Pemerintah RI No. 74 tahun 2008
tentang Guru pada pasal 3 ayat (5) menyebutkan bahwa kompetensi kepribadian
yang harus dimiliki sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang: beriman
dan bertakwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap,
berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi peserta didik dan
masyarakat,secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan
diri secara mandiri dan berkelanjutan.
3. Pengertian Kemampuan Matematika Siswa
a. Pengertian Matematika
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern. Matematika mempunyai peran penting dalam
mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan dibidang teknologi
informasi dan komunikasi dilandasi oleh perkembangan matematika. Peran
teori bilangan, aljabar, aljabar analitik, teori peluang dan matematika
diskrit sangat signifikan terhadap perubahan peradaban manusia.
Mengingat besarnya peran matematika terhadap kehidupan manusia,
hampir setiap Negara berusaha membangun sistem pendidikan dan
42
menempatkan pembelajaran matematika sebagai salah satu materi pokok.
Hal tersebut didukung oleh asumsi bahwa, langkah utama untuk dapat
membangun dapat menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat.
Matematika merupakan landasan pokok ilmu-ilmu pengetahuan lain, hal
ini dimungkinkan karena matematika dibangun secara ilmiah dan lebih
mengedepankan berfikir logis, praktis dan ilmiah. Keberadaan matematika
tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri namun bermanfaat bagi
perkembangan ilmu-ilmu lain, baik eksak maupun ilmu-ilmu sosial. Melalui
matematika akan memungkinkan seseorang untuk berfikir dan menganalisa
suatu masalah tanpa batas dan memiliki kebebasan dalam mengembangkan
berbagai ide-ide brilian demi mencari kebenaran.
Mathematics, the science of structure, order and relation that has envolved
from elementer practices of counting, measuring and describing the shape of
objects (Encyclopedia, 2000:933). Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan
bahwa matematika merupakan pengetahuan yang berkaitan dengan struktur,
pengaruh antar objek, perhitungan, penggukuran dan tentang kemampuan
memahami struktur benda atau objek tertentu yang ada dan bermanfaat bagi
kehidupan manusia.
Keberadaan matematika sangat membantu bagi perkembangan ilmu dan
teknologi. Tidak sedikit cabang ilmu pengetahuan yang berkembang dengan
pesat berkat bantuan ilmu matematika terutama dalam merumuskan
43
kesimpulan atas hipotesis. Matematika adalah ilmu tentang struktur yang
terorganisasi (Rusefendi, 1988:6). Lebih jelasnya dapat dinyatakan bahwa
konsep-konsep dan disiplin matematika dibangun atas dasar berpikir logis yang
tertata rapi, serta memiliki keunikan tersendiri. Matematika membangun bahasa
dengan menggunakan berbagai lambang serta notasi. Untuk dapat mempelajari
matematika dengan baik maka setiap orang harus mengusai berbagai lambang
dan notasi tersebut.
Sujono (1988:6) menyatakan bahwa dalam matematika terdapat banyak
sekali perjanjian dan kesepakatan, perjanjian dan kesepakatan harus dipenuhi.
Pelanggaran terhadap kesepakatan itu dinyatakan salah, kebenaran dalam
matematika adalah pasti. Mengacu dari pendapat tersebut perlu adanya energi
ekstra untuk dapat sukses mempelajari matematika. Karena setiap orang yang
mempelajari matematika harus dapat larut dengan berbagai aturan dan ketetapan
yang ada. Kesalahan dan pelanggaran dalam mentaati peraturan akan
mengakibatkan kekeliruan dalam perumusan kesimpulan.
Pada bagian lain Sujono (1988:16) menyatakan bahwa dengan berfikir
secara matematika maka jelas fikiran dafam filsafat menjadi realistis. Filsafat
merupakan induk dari pengetahuan, dengan mengusai cara berfikir berdasarkan
alur filsafat dengan benar akan mampu mengarahkan seseorang menjadi
pemikir yang handal dan ilmiah. Buah dari hasil berfikir seperti di atas akan
memperterang jalan untuk menguasai matematika.
44
Konsep matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan
pengaruh-pengaruh, diatur menurut aturan yang logis. Sajono menyatakan
bahwa matematika berkenaan dengan hal-hal yang abstrak, namun cara kerja
matematika itu sendiri yaitu observasi, menebak, merasa, mengetes hipotesa,
dan mencari analogi merupakan aktivitas mental (Sajono, 1986:23).
Melalui penerapan matematika dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan
dan keterampilan akan melatih diri seseorang untuk bertindak secara teratur dan
terstruktur yang dimulai dari rangkaian ilmiah dengan cara mengamati,
membuat hipotesis, manganalisa, dan mengambil kesimpulan atas kejadian yang
dialaminya, sehingga tindakan dan perilakunya tidak terlalu dipengaruhi oleh
emosional namun lebih cenderung realistis.
b. Pengertian Kemampuan Matematika
Kemampuan matematika adalah perwujudan dari proses keberhasilan
pembelajaran matematika yang dicerminkan dengan perubahan tingkah laku.
Menurut Nana Sudjana, (1992:22) “Hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah memiliki pengalaman belajarnya”
Selanjutnya S. Nasution (1982:39) juga berpendapat :
”Hasil belajar sebagai suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar
bukan saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi juga dalam bentuk
kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan dan penghargaan dalam
diri pribadi individu yang belajar”.
45
Dari kedua pendapat di atas jelaslah bahwa seseorang yang sudah belajar
tidak sama keadaannya dengan saat ketika belum belajar. Seorang yang belajar
akan memperoleh kematangan dari poses pengalaman belajar dalam bentuk
kecakapan.
Kemampuan matematika terwujud dari kecakapan seseorang dalam
menyelesaikan problema set ( masalah ) yang terkait dengan konsep-konsep
matematis. Indikasi kemampuan matematika siswa terwujud dari hasil belajar
matematika dan pengalaman belajar matematika, sehingga yang dimaksud
dengan kemampuan matematika pada penelitian disini adalah nilai yang
diperoleh dari hasil test matematika siswa-siswi SMK Mahadhika 1& 3 Jakarta.
B. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Kepribadian guru Terhadap hasil Belajar IPA
Guru profesional yang dibuktikan dengan empat kompetensi yaitu
kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogic, kompetensi propesional dan
kompetensi social yang dimilikinya akan mendorong terwujudnya proses dan
produk kinerja yang dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan.
Dalam pribadi seorang guru dibutuhkan kompetensi-kompetensi fleksibilitas;
mencari dan menggunakan informasi, motivasi, member bimbingan dan
kemampuan untuk belajar, berpikir kritis dan kreativitas di bawah tekanan
waktu, kolaborasi dan orientasi pelayanan kepada siswa, makin tinggi
46
kompetensi kepribadian yang dimiliki guru, maka makin tinggi pula hasil
belajar IPA siswa.
Dengan kompetensi kepribadian yang dimiliki seorang guru professional
secara langsung akan menjadi contoh positip kepada peserta didik bagaimana
bersikap dan berpikir kreativ. Dengan kata lain bahwa kepribadian guru
sangat berpengaruh terhadap kreativitas belajar IPA peserta didik. Dengan
demikian dapat diduga bahwa terdapat pengaruh positip antara kompetensi
kepribadian guru dengan hasil belajar IPA.
2. Pengaruh Kemampuan matematika Terhadap Belajar IPA
Matematika sebagai bidang studi memiliki karakteristik yang berbeda
dengan bidang studi lainnya. Sistem berpikir logis dan kemampuan berpikir
kritis dan kreatif merupakan kompetensi utama yang dimiliki siswa setelah
mempelajari matematika. Konsep matematika dan latihan problem solving
dalam matematika telah membuat banyak peserta didik terlatih untuk
mengorganisir tahapan berpikir.
Matematika bukanlah bidang studi yang harus dihafalkan secara rinci,
matematika dibangun melalui pengertian dan pemahaman yang utuh. Dengan
demikian keberanian mengelola konsep dan menggunakan ide pemecahan
masalah akan sangat mendukung bagi peserta didik dalam kehidupan sehari –
hari untuk memecahkan masalah belajar maupun kehidupan.
47
Kecakapan mengkolaborasikan konsep menjadi konsep baru yang sesuai
dengan masalah, akan menghasilkan pemikiran sistematis, kreatif dan logis
sedemikian sehingga tumbuh suatu kemampuan untuk menghasilkan langkah
unik dan tepat guna dalam belajar IPA, makin tinggi kemampuan matematika
siswa maka makin tinggi pula hasil belajar IPA.
Berdasarkan keterkaitan yang ada antara kemampuan matematika dengan
belajar IPA, diduga terdapat pengaruh kemampuan matematika dengan hasil
belajar siswa. Peningkatan kemampuan matematika , akan mempengaruhi
hasil belajar IPA. Dengan demikian peningkatan hasil belajar IPA siswa
dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan matematika. Dengan
memahami keterkaitan di atas diduga terdapat pengaruh yang positip
kemampuan matematika terhadap hasil belajar IPA.
3. Pengaruh bersama-sama antara kompetensi kepribadian guru dan
kemampuan matematika terhadap hasil belajar IPA siswa.
Hasil belajar siswa merupakan tujuan akhir proses pembelajaran, untuk
mendapatkan siswa memiliki hasil belajar IPA yang tinggi peran guru dalam
memfasilitasi sangat penting. Guru dituntut memiliki kompetensi kepribadian
sehingga guru menjadi figure yang dapat dicontoh oleh peserta didik. Dengan
kepribadian yang panutan peserta didik akan mudah melakukan interaksi dan
48
konsultasi pembelajaran. Melalui interaksi secara otomatis guru dapat
memberikan inpeksi positip tentang kreativitas dalam belajar.
Hasil belajar IPA khususnya untuk peserta didik SMK membutuhkan
kemampuan matematika, hal ini disebabkan karena dalam memahami konsep
IPA dibutuhkan penalaran dan pola pikir kritis. Pola pikir kritis dan kreativ
merupakan salah satu kompetensi yang dimiliki peserta didik dalam
matematika. Dengan demikian secara langsung dapat dikatakan kemampuan
matematika akan mempengaruhi hasil belajar IPA.
Berdasarkan pemikiran tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik
dalam meningkatkan hasil belajar IPA memerlukan panutan dari seseorang
untuk membuka pemikiran dan pemahaman akan belajar yang akan didapat
dari seorang guru dengan kepribadian unggul. Dengan kemampuan
matematika yang dimiliki peserta didik akan sangat membantu meningkatkan
hasil belajar IPA pada dirinya. Berdasarkan pengertian diatas dapat diduga
bahwa kedua variabel tersebut secara bersama-sama memiliki pengaruh
tinggi/positip terhadap hasil belajar IPA.
B. HIPOTESIS PENELITIAN
Dari kajian teori dan kerangka berpikir diatas penulis dapat menurunkan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh kompetensi kepribadian guru dengan hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Alam.
49
2. Terdapat pengaruh kemampuan matematika siswa dengan hasil belajar
Ilmu Pengetahuan Alam
3. Terdapat pengaruh secara bersama-sama antara kompetensi kepribadian
guru dan kemampuan matematika siswa terhadap hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Alam Siswa.
50