76
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA DI PABRIK KELAPA SAWIT SEI GALUH KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2012 KARYA TULIS ILMIAH MAGISTER DISUSUN OLEH : KURSIAH WARTI NINGSIH 0905062 PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HANG TUAH PEKANBARU 2012

Bab i iii tesis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab i iii tesis

0

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

TEKANAN DARAH PEKERJA DI PABRIK KELAPA SAWIT

SEI GALUH KABUPATEN KAMPAR

TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH MAGISTER

DISUSUN OLEH :

KURSIAH WARTI NINGSIH

0905062

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PROGRAM STUDI MAGISTER

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

HANG TUAH PEKANBARU

2012

Page 2: Bab i iii tesis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tekanan darah sangat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau

penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatis di dalam tubuh.

Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam

arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga terbentuklah suatu aliran darah

yang menetap. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi maka terjadilah

gangguan pada sistem transportasi oksigen, karbondioksida dan hasil metabolisme

yang lain. Masalah yang menyertai tekanan darah adalah masalah umum yang

sering terjadi ditengah tengah masyarakat kita bahkan di banyak Negara di Dunia.

Terdapat dua macam kelainan tekanan darah yakni tekanan darah tinggi yang

biasa disebut dengan hipertensi dan tekanan darah rendah yang disebut dengan

hipotensi. (Ibnu, M. 1996 dalam Fida, 2009).

Peningkatan tekanan darah di atas normal merupakan faktor yang dapat

menyebabkan penyakit lanjutan lainnya yang lebih seperti stroke (terjadi pada otak

dan berdampak pada kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi

kerusakan pada pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri/ bilik kiri

(terjadi pada otot jantung). Selain penyakit penyakit tersebut tekanan darah yang

diatas normal dapat pula menyebabkan gagal ginjal, penyakit pembuluh lain, diabetes

mellitus dan lainnya (Sugiarto, 2007).

1

Page 3: Bab i iii tesis

2

Berdasarkan data Global Burden of Disease (GBD) tahun 2000, 50% dari

penyakit kardiovaskuler disebabkan oleh tekanan darah diatas normal / hipertensi

(Shapo L, 2003). Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey

(NHANES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hiperensi pada orang

dewasa adalah sekitar 29-31% (Yogiantoro, 2006). Penyakit kardiovaskuler menurut

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 merupakan penyebab kematian

terbesar di Indonesia sebesar 26,3% (Yunis, 2003).

Ratusan tenaga kerja di seluruh dunia saat bekerja pada kondisi yang tidak

nyaman dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Menurut International Labor

Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh

penyakit atau yang disebabkan oleh pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi

dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat kerja

dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru

setiap tahunnya (Tarwaka, dkk, 2004). Di tempat kerja dalam prinsip keselamatan

dan kesehatan kerja (K3) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan

pekerja seperti kapasitas pekerja, beban kerja dan lingkungan kerja

(Tresnaningsih, 2004).

Di Indonesia angka prevalensi hipertensi berkisar antara 0,65-28,6%,

biasanya kasus terbanyak ada pada daerah perkotaan. Berdasarkan hasil penelitian

Ekowati dkk pada tahun 2009 dalam Majalah Kedokteran Indonesia Prevalensi

tertinggi ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan (39,6%) sedangkan terendah

di Papua Barat (20,1%). Sedangkan untuk Propinsi Riau sendiri angka kejadian

hipertensi terbilang cukup tinggi (34%). Dan perlu diketahui di Provinsi Riau

Page 4: Bab i iii tesis

3

mempunyai prevalensi hipertensi yang cukup tinggi namun cakupan pelayanan

kesehatannya hanya 24,1%. Hal ini berarti masih ada 75,9% kasus hipertensi di

masyarakat yang belum terdeteksi (Boedhi, 2001).

Beberapa penelitian menunjukkan prevalensi tekanan darah diatas normal

meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian episdemiologi

yang di lakukan di Indonesia menunjukkan 1,8-28,6% penduduk yang berusia 20

tahun mengalami tekanan darah diatas normal. Padahal usia 20 tahun keatas

merupakan usia produktif untuk bekerja.

Agar tenaga kerja dapat memberikan produktifitas maksimal, maka

kesehatan tenaga kerja harus selalu terjaga. Dalam prinsip kesehatan kerja

terdapat tiga faktor utama untuk menyelaraskan produktifitas kerja yaitu kapasitas

kerja, beban kerja dan lingkungan kerja. Tekanan darah yang tidak normal

merupakan salah satu bentuk hasil ketidakseimbangan dalam prinsip kesehatan

kerja (Tresnaningsih, 2012).

Berdasarkan data kasus penyakit tidak menular (PTM) di RS rawat jalan

Provinsi Riau dari tahun 2008, 2009 dan 2010 terus mengalami peningkatan yang

signifikan. Pada tahun 2008 terlihat kejadian hipertensi yang meruapakan kelainan

tekanan darah diatas normal sebanyak 1215 kasus, pada tahun 2009 meningkat

menjadi 1327 kasus dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 2414 kasus. Kasus

hipertensi mulai banyak terjadi pada umur produktif untuk bekerja Sedangkan

data lainnya menunjukkan Hipertensi merupakan penyakit tidak menular (PTM)

yang paling banyak ditemukan di RS rawat jalan di Provinsi Riau (Profil Dinas

Kesehatan Propinsi Riau, 2008, 2009, 2010).

Page 5: Bab i iii tesis

4

Dari data Rumah Sakit Nusa Lima Pekanbaru yang merupakan rumah

sakit rujukan Perkebunan Nusantara V, dimana angka kejadian tekanan darah

diatas normal (hipertensi) dari PKS Sei Galuh terus meningkat dari tahun ketahun.

Tahun 2010 terjadi 4 kasus, pada tahun 2011 meningkat menjadi 6 kasus dan

untuk tahun 2012 ini hingga pertengahan tahun telah terjadi 5 kasus (RS Nusa

Lima, 2010, 2011, 2012).

Dan dari observasi awal saat walk trought survey pada bagian produksi

pabrik kelapa sawit perkebunan Nusantara Sei Galuh Kabupaten Kampar tahun

2011 pekerja banyak yang mengeluhkan seringnya terasa sakit kepala saat bekerja

ataupun jika lama bekerja yang mana hal ini merupakan salah satu gejala awal

dari masalah dalam tekanan darah. Pada pemeriksaan awal dari 10 orang pekerja

di PTPN V 7 orang didapatkan tekanan darahnya berada di atas normal

(>140/90mmHg)

B. Rumusan Umum Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dibuatlah perumusan masalah

umum penelitian yaitu : Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan Tekanan

Darah Pada Pekerja di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Perkebunan Nusantara V Sei

Galuh Kabupaten Kampar Tahun 2012?

Page 6: Bab i iii tesis

5

C. Tujuan Penelitian

Diketahuinya informasi mengenai Faktor Faktor yang Berhubungan

dengan Tekanan Darah Pada Pekerja di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Perkebunan

Nusantara V Sei Galuh Kabupaten Kampar Tahun 2012.

D. Manfaat Penelitian

1. Signifikansi Sosial

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi perusahaan untuk

menjaga kesehatan para pekerja demi kelangsungan pekerjaan yang dilakukan

para pekerja dan pekerja dapat lebih mengetahui apa saja hal-hal yang dapat

meningkatkan tekanan darah dalam bekerja sehingga pekerja dapat menjaga

tekanan darahnya agar tetap normal dan dapat tetap bekerja secara efektif.

2. Signifikansi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian sejenis tentang tekanan darah dan

dapat mengembangkan metode penelitian yang lebih baik.

E. Langkah dan Sifat Penelitian

Dilakukan penelitian kuantitatif analitik dengan menggunakan jenis desain

studi penampang analitik (analytic cross sectional study) dimana variabel

independen dan variabel dependen diukur dalam waktu tertentu secara bersamaan

(point time approach). Langkah-langkah yang dilakukan mulai dari

mengidentifikasi kepustakaan yang relevan sehingga dirumuskan kerangka teori,

Page 7: Bab i iii tesis

6

kerangka konsep dan masalah khusus penelitian yang menjadi tujuan khusus

dalam rancangan penelitian, dengan menggunakan metode penelitian untuk

mencapai tujuan khusus tersebut.

Page 8: Bab i iii tesis

7

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Tekanan Darah

Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang

memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang ada di sektor formal

maupun yang berada pada sektor informal. Kesehatan kerja bertujuan agar pekerja

memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun

sosial. Tujuan tersebut dicapai dengan usaha-usaha preventif, kuratif dan

rehabilitatif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh

faktor pekerjaaan, lingkungan kerja serta penyakit umum (Depkes RI, 1994).

Tenaga kerja merupakan faktor strategis dalam mendukung melesatnya

perkembangan industri dan usaha, serta pembangunan secara menyeluruh.

Interaksi antara tenaga kerja dengan pekerjaannya dan peralatan produksi yang

semakin canggih meningkatkan pemaparan terhadap resiko kecelakaan dan

penyakit akibat kerja (Sri, 2001).

1. Pengertian

Tekanan darah adalah daya dorong darah ke semua arah pada seluruh

permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah

(Ethel, 2003). Tekanan darah merupakan tekanan yang ditimbulkan pada dinding

arteri. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik

terhadap tekanan diastolic, dengan nilai dewasa normalnya 100/60 sampai 140/90.

Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer&Bare, 2001).

7

Page 9: Bab i iii tesis

8

2. Hubungan Antara Tekanan Darah, Aliran Darah Dan Tahanan Dalam

Darah

Aliran melalui pembuluh darah melali dua faktor (Guyton, 1996):

a. Perbedaan tekanan antara kedua ujung pembuluh.

b. Rintangan bagi aliran darah melalui pembuluh yang disebut tahanan

vascular

Aliran darah berbanding lurus dengan perbedaan tekanan tapi berbanding

terbalik dengan tahanan. Perbedaan tekanan anatar kedua ujung pembuluh bukan

tekanan absolute dalam pembuluh yang menentukan kecepatan aliran. Sebagai

contoh bila tekanan antara kedua segmen adalah 100mmHg dan tidak ada

perbedaan antara kedua ujung, tidak akan ada aliran meskipun terdapat tekanan

sebesar 100mmHg.

Secara sederhana aliran darah berarti jumlah darah yang mengalir melalui

suatu titik tertentu di sirkulasi dalam satuan darah satuan waktu tertentu. Aliran

darah total pada sirkulasi orang dewasa dalam keadaan istirahat adalah

5000ml/menit. Aliran darah ini disebut curah jantung karena ini merupakan darah

yang dipompa oleh jantung dalam kurun waktu tertentu.

Aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah

melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalir melalui system pembuluh tertutup

karena ada perbedaan tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel kiri dan

atrium kanan. Tekanan ventrikular kiri berubah dari setinggi 120 mmHg saat

sistole sampai serendah 0 mmHg saat diastole. Tekanan aorta berubah dari

Page 10: Bab i iii tesis

9

setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 80 mmHg saat diastole. Tekanan

diastolik tetap dipertahankan dalam arteri karena efek lontar balik dari dinding

elastis aorta. Rata-rata tekanan aorta adalah 100 mmHg.

Perubahan tekanan sirkulasi sistemik. Darah mengalir dari aorta (dengan

tekanan 100 mmHg) menuju arteri (dengan perubahan tekanan dari 100 ke 40

mmHg) ke arteriol (dengan tekanan 25 mmHg di ujung arteri sampai 10 mmHg di

ujung vena) masuk ke vena (dengan perubahan tekanan dari 10 mmHg ke 5

mmHg) menuju vena cava superior dan inferior (dengan tekanan 2 mmHg) dan

sampai ke atrium kanan (dengan tekanan 0 mmHg) (Ethel, 2003).

3. Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah Seseorang

Faktor-faktor yang menentukan tekanan darah adalah (Ethel, 2003):

Faktor Fisiologis :

a. Kelenturan dinding arteri

b. Volume darah, semakin besar volume darah maka semakin tinggi tekanan

darah.

c. Kekuatan gerak jantung

d. Viscositas darah, semakin besar viskositas, semakin besar resistensi terhadap

aliran.

e. Curah jantung, semakin tinggi curah jantung maka tekanan darah meningkat

f. Kapasitas pembuluh darah, makin basar kapasitas pembuluh darah maka

makin tinggi tekanan darah.

Page 11: Bab i iii tesis

10

Faktor Patologis:

a. Posisi tubuh : Baroresepsor akan merespon saaat tekanan darah turun dan

berusaha menstabilankan tekanan darah

b. Aktivitas fisik : Aktivitas fisik membutuhkan energi sehingga butuh aliran

yang lebih cepat untuk suplai O2 dan nutrisi (tekanan darah naik)

c. Temperatur : menggunakan sistem renin-angiontensin –vasokontriksi perifer

d. Usia : semakin bertambah umur semakin tinggi tekan darah (berkurangnya

elastisitas pembuluh darah)

e. Jenis kelamin : Wanita cenderung memiliki tekanan darah rendah karena

komposisi tubuhnya yang lebih banyak lemak sehingga butuh O2 lebih untuk

pembakaran

f. Emosi : Emosi Akan menaikan tekanan darah karena pusat pengatur emosi

akan menset baroresepsor untuk menaikan tekanan darah.

4. Pengaturan Tekanan Darah

a. Pengaturan saraf (Ethel, 2003).

Pusat vasomotorik pada medulla otak mengatur tekanan darah. Pusat

kardiokselerator dan kardioinhibitor mengatur curah jantung.

1) Pusat vasomotorik

(1) Tonus vasomotorik merupakan stimulasi tingkat rendah yang terus

menerus pada serabut otot polos dinding pembuluh. Tonus ini

mempertahankan tekanan darah melalui vasokontriksi pembuluh.

Page 12: Bab i iii tesis

11

(2) Pertahanan tonus vasomotorik ini dilangsungkan melalui impuls dari

serabut saraf vasomotorik yang merupakan serabut eferen saraf

simpatis pada sistem saraf otonom.

(3) Vaso dilatasi biasanya terjadi karena pengurangan impuls

vasokonstriktor. Pengecualian hanya terjadi pada pembuluh darah di

jantung dan otak. Pembuluh darah di jantung dan otak memilki

reseptor-reseptor beta adrenergik, merespon epinefrin yang

bersirkulasi dan yang dilepas oleh medulla adrenae. Mekanisme ini

memastikan suplai darah yang cukup untuk organ-organ vital selama

situasi menegangkan yang menginduksi stimulasi saraf simpatis dan

vasokontriksi di suatu tempat pada tubuh. Stimulasi parasimpatis

menyebabkan vasodilatasi pembuluh hanya di beberapa tempat;

misalnya, pada jaringan erektil genetalia dan kelenjar saliva tertentu.

a. Pusat akselerator dan inhibitor jantung serta baroreseptor aorta dan

karotis, yang mengatur tekanan darah melalui SSO.

1) Pengaturan kimia dan hormonal

Ada sejumlah zat kimia yang secara langsung atau tidak langsung

mempengaruhi tekanan darah. Zat tersebut meliputi :

a. Hormon medulla adrenal (norepineprin termasuk vasokonstriktor)

epinefrin dapat berperan sebagai suatu vasokonstriktor atau

vasodilator, bergantung pada jenis reseptor otot polos pada pembuluh

darah organ.

Page 13: Bab i iii tesis

12

b. Hormon antidiuretik (vasopresin) dan oksitosin yang disekresi dari

kelenjar hipofisis posterior termasuk vasokontriktor.

c. Angiotensin adalah sejenis peptida darah yang dalam bentuk aktifnya

termasuk salah satu vasokontriktor kuat.

d. Berbagai angina dan peptide seperti histamin, glukagon,

kolesistokinin, sekretin, dan bradikinin yang diproduksi sejumlah

jaringan tubuh, juga termasuk zat kimia vasoaktif.

e. Prostaglandin adalah agens seperti hormone yang diproduksi secara

local dan mampu bertindak sebagai vasodilator atau vasokonstriktor

i. Pengukuran Tekanan Darah Arteri Sistolik Dan Diastolik

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak

langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri.

Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metoda ini sangat berbahaya dan

dapat menimbulkan masalah kesehatan lain (Smeltzer&Bare, 2001). Menurut

Nursecerdas (2009), bahaya yang dapat timbul saat pemasangan kateter arteri

yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukan, bekuan darah karena tertekuknya

kateter, perdarahan: ekimosis bila jarum lepas dan tromboplebitis. Sedangkan

pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan

sphygmomanometer dan steteskop.

Tekanan darah perorangan dinyatakan sebagai tekanan darah

sistolik/diastolik, contohnya, 120/80. Tekanan darah sistolik (angka yang diatas)

Page 14: Bab i iii tesis

13

mewakili tekanan di arteri-arteri ketika otot jantung berkontraksi dan memompa

darah kedalamnya. Tekanan puncak terjadi pada saat dinding ventrikel

berkontraksi dan disebut tekanan sistolik.

Tekanan darah diastolik (angka yang dibawah) mewakili tekanan di arteri-

arteri ketika otot jantung mengendur (relax) setelah ia berkontraksi. Tekanan

diastolic adalah tekanan terendah yang terjadi pada saat jantung beristirahat.

Tekanan darah selalu akan lebih tinggi ketika jantung sedang memompa dari pada

ketika ia sedag mengendur (relax).

Sumber: Wikipedia, 2012

Gambar 2.1.

PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH TIDAK LANGSUNG

Pengukuran tekanan secara tidak langsung dapat menggunakan

sphygmomanometer terdiri atas manset yang bisa dikembangkan dan alat

pengukur tekanan yang berhubungan dengan ringan dalam manset. Alat ini

dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang tertera pada manometer air

raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer&Bare, 2001).

Menurut Budiyanto (2002), bahwa tekanan darah sistolik (atas) adalah

puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar

melalui arteri. Tekanan darah sistolik dicatat apabila terdengar bunyi pertama

Page 15: Bab i iii tesis

14

(Korotkoff I) pada alat pengukur darah. Tekanan darah diastolic (angka bawah)

diambil ketika tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah

kembali. Tekanan darah diastolik dicatat apabila bunyi tidak terdengar lagi

(Korotkoff V).

ii. Jenis Tekanan Darah

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi

dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah dari

pada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan

lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.

Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan

paling rendah pada saat tidur malam hari.

Tabel 2.1 berikut ini menunjukkan ukuran normal tekanan darah pada

orang dewasa. Tabel tersebut juga menunjukkan kapan dikatakan bahwa anda

memiliki resiko terkena tekanan darah tinggi atau gangguan kesehatan lainnya.

Tekanan darah sering turun atau naik, bahkan pada orang yang memiliki tekanan

darah normal.

Tabel 2.1.

KATEGORI TEKANAN DARAH TINGGI PADA ORANG DEWASA (DALAM

MMHG, ATAU MILIMETER MERKURI) :

Category Systolic

(angka atas)

Diastolic

(angka bawah)

Hipotensi < 90 atau < 60

Normal 90 – 120 dan 61 – 80

Prahipertensi 120 –139 atau 81 – 89

Tekanan Darah Tinggi

Tahap 1 140 – 159 atau 90–99

Tahap 2 160 – 180 atau 100 – 109

Page 16: Bab i iii tesis

15

Krisis Hipertensi >181 atau >110

Sumber: JNC 7 (The Seventh Report of the Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure)

Ukuran pertahapan diatas adalah untuk kebanyakan orang dewasa (umur

18 atau lebih) yang tidak memiliki penyakit serius. Tekanan darah diatas 120/80

mmHg sangat beresiko, dan resiko terus bertambah mengikuti naiknya tekanan

darah. “PraHipertensi” berarti tahap mendekati seseorang mengalami penyakit

tekanan darah tinggi, kecuali dilakukan langkah-langkah untuk mengatasinya.

Masalah dalam tekanan darah umum yang terjadi adalah tekanan darah rendah dan

tekanan darah tinggi.

a. Tekanan Darah Rendah

Tekanan darah rendah atau yang disebut Hipotensi adalah suatu keadaa

dimana tekanan darah lebih rendah atau turun dibawah angka normal hingga

mencapai 90/60 mmhk dimana nilai normal tekanan darah seseorang pada orang

sehat secara umum berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah merupakan hadil kerja

jantung yang memompa darah untuk bersikulasi di dalam tubuh melalui pembuluh

darah.

Tekanan darah rendah (hypotension) adalah tekanan begitu rendah yang

menyebabkan gejala-gejala atau tanda-tanda yang disebabkan oleh aliran darah

yang rendah melalui arteri-arteri dan vena-vena. Ketika aliran darah terlalu rendah

untuk menyerahkan oksigen dan nutrisi-nutrisi yang cukup pada organ-organ vital

seperti otak, jantung dan ginjal, organ-organ tidak berfungsi secara normal dan

mungkin rusak secara permanen.

Page 17: Bab i iii tesis

16

Untuk mengetahui seseorang dalam kondisi tekana darah rendah maupun

tekanan darah tinggi seseorang harus melakukan pemeriksaan tensi darah dengan

menggunakan alat pengukur tekanan darah dengan memperhatikan angka systolic

(bagian atas) dan angka bawah (diastolic).

Pada orang yang mengalami tekanan darah rendah biasanya ditandai

dengan gejala seperti berikut:

1) Sering pusing dan keringat dingin

2) Mudah merasa kantuk dan sering menguap

3) Mata sering terasa berkunang kunang dan penglihatan kurang jelas

terutama setelah duduk lama lalu berjalan

4) Wajah terlihat pucat karena suplai darah keseluruh jaringan tubuh

tidak maksimal

Terjadinya tekanan darah rendah berkaitan dengan adanya gangguan

jantung dalam memompa darah, untuk lebih jelasnya seperti dibawah ini:

1) Melemahnya otot jantung yang berakibat volume darah yang

dipompa oleh jantung sedikit sehingga tekanan darah menurun.

2) Terjadinya peradangan pada kantong yang mengelilingi jantung

(pericardium) yang biasa dikenal sebagai pericarditis yang

menyebabkan cairan menumpuk di dalam pericardium dan

menekan jantung sehingga membatasi kemampuan jantung untuk

mengisi dan memompa darah keseluruh tubuh.

3) Adanya bekuan darah dalam pembuluh vena (pulmonaly elbolism)

dimana bekuan darah ini dapat menghalangi aliran darah ke dalam

Page 18: Bab i iii tesis

17

bilik kiri (left ventrikel) dari paru paru dan akibatnya akan

mengurangi darah yang kembali ke jantung untuk dipompa.

4) Bradycardia atau denyut jantung yang lambat yang dapat

mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh jantung. Angka detak

jantung untuk orang dewasa sehat adalah antara 60 sampai 100

detak permenit, hal ini berpengaruh dengan hearth rate yaitu berapa

kali jantung berdenyut dalam satu menitnya. Semakin tinggi hearth

rate semakin tinggi pula tekanan darah.

5) Tegangan perifer atau tegangan kekakuan pembuluh darah.

Pembuluh darah yang kaku akan semakin tingginya tekanan darah,

begitu juga sebaliknya.

Banyak orang menderita tekanan darah rendah. Tak hanya orang tua, usia

muda pun sering terkena. Bagi pekerja, gangguan tekanan darah ini sangat

mempengaruhi semangat dan produktivitas kerja. Serangan pusing yang terjadi

tiba-tiba, muka pucat, tangan dan kaki yang dingin dapat dikatagorikan karena

tekanan darah yang rendah.

Terjadinya tekanan darah rendah dipengaruhi 3 hal, apabila salah satu atau

ketiganya mengalami ganguan penurunan maka tekanan darah akan turun.

Pertama adalah stroke volume, yakni kekuatan otot jantung untuk menguncup

mengeluarkan darah dari rongga otot jantung ke seluruh tubuh. Makin baik otot

jantung maka makin banyak volume darah yang dipompakan. Sebaliknya jika

Page 19: Bab i iii tesis

18

fungsi otot jantung kurang baik maka volume darah yang dipompakan sedikit

sehingga tekanan darah menurun.

Kedua, heart rate yaitu berapa kali jantung berdenyut dalam satu menitnya.

Semakin tinggi heart rate, semakin tinggi pula tekanan darah. Yang terakhir

adalah tegangan perifer atau tegangan kekakuan pembuluh darah. Makin kaku

pembuluh darah, maka makin tinggi tekanan darah. Demikian juga sebaliknya,

makin lembek pembuluh darah maka tekanan darah akan makin rendah.

Terdapat beberapa hal lain yang bisa menyebabkan tekanan darah rendah,

seperti diare. Diare hebat membuat kondisi seseorang kekurangan cairan sehingga

tidak bertenaga. Kondisi ini membuat otot jantung lemah dalam memompakan

darah dari jantung ke seluruh tubuh. Akibatnya tekanan darah menjadi menurun.

Berdiri terlalu lama terlebih dalam kondisi yang misalnya, belum sarapan pagi

atau malam harinya yang kurang tidur bisa juga menyebabkan tekanan darah

rendah. Hal ini disebabkan pada posisi berdiri darah cukup sulit sampai di kepala.

Dibutuhkan tekanan cukup besar agar darah sampai kepala. Kurangnya darah

sampai di kepala membuat tekanan darah rendah dan jatuh pingsan. Tekanan

darah menurun juga bisa terjadi karena seseorang mengalami pendarahan akibat

luka terbuka atau luka di bagian dalam. Bisa juga akibat pelebaran pembuluh

darah karena infeksi berat. Penyebab lainnya ialah kondisi lemah jantung,

serangan jantung dan alergi obat.

Tekanan darah rendah baru menimbulkan gejala bila suplai darah ke otak

terganggu. Kondisi ini akan membuat seseorang merasa pusing, sering menguap,

Page 20: Bab i iii tesis

19

penglihatan kurang jelas, keringat dingin, merasa cepat lelah, muka pucat, tangan

dan nkaki dingin, keseimbangan terganggu dan bisa pingsan. Pada pemeriksaan

secara umum denyut nadi teraba lemah.

Bagi orang yang memiliki riwayat tekanan darah rendah harus

memperhatikan diri, sebab gangguan ini mudah sekali kambuh. Dampak tekanan

darah rendah tergantung penyebabnya. Celakanya bila kambuh penyakit ini sering

membuat seseorang pingsan. Jika hal ini terjadi, baringkan penderita, dengan

posisi berbaring aliran darah ke otak akan lancar sehingga penderita akan segera

sadar. Obat-obatan tidak perlu diberikan, kecuali tekanan darah rendah itu benar-

benar mengganggu aktivitas keseharian. Bila tidak ada gangguan serius paling

obat yang diberikan hanya vitamin.

b. Tekanan Darah Tinggi/ Hipertensi

Pada sekitar 90% penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui dan

keadaan ini dikenal sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer. Seringkali

tidak ada penyebab tekanan darah tinggi yang dapat diidentifikasi, tapi kadang-

kadang terjadi sebagai akibat dari yang mendasari gangguan ginjal atau gangguan

hormon. Obesitas, gaya hidup, stres, merokok dan alkohol atau garam dalam

makanan berlebihan semua bisa memainkan peranan terjadinya tekanan darah

tinggi pada orang yang memiliki keturunan hipertensi. Hampir pada semua orang,

hipertensi tidak mempunyai gejala.

Page 21: Bab i iii tesis

20

Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya,

melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat

alias mematikan. Laporan Komite Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi dan

Penanganan Hipertensi menyatakan bahwa tekanan darah yang tinggi dapat

meningkatkan risiko serangan jantung, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.

Penyebab hipertensi primer terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor

keturunan dapat dilihat dari riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga yang

dapat berupa sensitivitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stres, peningkatan

reaktivitas vaskular (terhadap vasokontriktor) dan resistensi insulin. Konsumsi

garam (natrium) berlebihan, stres psikis dan obesitas diyakini sebagai penyebab

hipertensi yang berasal dari lingkungan.

Sebagian penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara

tidak sengaja beberapa gejala dapat terjadi secara bersamaan dan dipercaya

berhubungan dengan tekanan darah tinggi ( hipertensi ) namun bisa saja bukan

merupakan gejala hipertensi. Dalam hal ini gejala yang dimaksud seperti sakit

kepala, pendarahan dari hidung (mimisan), pusing, wajah kemerahan dan

kelelahan. Gejala diatas adalah gejala umum tapi tidak dapat dijadikan sebagai

patokan bahwa seseorang yang mengalami gejala tersebut menderita penyakit

darah tinggi karena kenyataannya gejala yang telah disebutkan tadi juga dapat

dialami pada seseorang yang memilik tekanan darah normal. Sebagian besar

penderita hipertensi tidak merasakan gejala kenaikan tekanan darah karena

memang sifat tekanan darah itu senantiasa berubah-ubah dari jam ke jam.

Page 22: Bab i iii tesis

21

Pada orang normal, perubahan itu berada pada kisaran normal yaitu sekitar

120/80 mm Hg. Sedangkan perubahan pada penderita hipertensi yang belum

menjalankan pengobatan dan perawatan sering tidak menentu sehingga tekanan

darahnya terkadang normal dan terkadang tinggi sekali. Pada penderita hipertensi

yang berkategori berat , menahun dan belum menjalani pengobatan dan perawatan

maka bisa timbul gejala sebagai berikut. Diantaranya sakit kepala, kelelahan,

mual, muntah, sesak nafas dan gelisah. selain itu gejala lainnya adalah pandangan

mata menjadi kabur karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.

Terkadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan

koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati

hipertensi yang memerlukan penanganan segera.

2) Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh

i. Gambaran Umum Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten

Kampar

PT Perkebunan Nusantara V (persero) adalah sebuah badan usaha milik

negara, yang didirikan pada tanggal 14 Februari 1996 berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 10 tahun 1996 da disahkan oleh Notaris Hukum Kamil SH,

melalui Akta No. 38 tanggal 11 Maret 1996 dan Keputusan Mentri Kehakiman

Republik Indonesia no. C2-8333.HT.01.01 tahun 1996 tanggal 8 Agustus 1996.

Perkebunan Nusantara V Propinsi Riau Berpusat di Jalan Rambutan Nomor 43

Pekanbaru, Riau. PTPN V (Persero) mengelola kebun inti kelapa sawit seluas

65.831 hektar dan kebun karet 11.506 hektar. PTPN V (Persero) juga mengelola

kebun plasam sawit seluas 56.665 hektar dan karet 17.861 hektar. Produksi PTPN

Page 23: Bab i iii tesis

22

V (Persero) didukung oleh 12 unit Pabrik Kelapa Sawit yang memproduksi Crude

Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel serta 2 unit Pabrik Crumb Rubber dan 2 unit

Pabrik Sheet yang memproduksi RSS dan SIR.

Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh berdiri pada tahun 1989 dan mulai

beroperasi pada bulan Agustus 1990 yang berlokasi di Desa Pantai Cermin,

Kecamata Tapung Kabupaten Kampar. Pabrik Kelapa Sawit Sei galuh mempunyai

luas wilayah 19Ha yang terdiri dari perkantoran 1Ha, Gudang 0,5 Ha, bangunan

sosial 0,5 Ha, bahan limbah 4 Ha, tangki timbun 1 Ha, jalan diperkeras diaspal 0,5

Ha dan pekarangan/ tanah lapang 5,5 Ha. Pabrik Kelapa Sawit ini mempunyai

kapasitas produksi 60 ton TBS/ jam yang mengolah dari bahan baku dari kebun

inti Sei Galuh, kebun plasma dan menerima titip olah. Jumlah karyawan tetap

PKS ini hingga Juli 2012 sebanyak 165 orang dan pada sistem pengolahan

diberlakukan sistem 2 shiff.

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Sei Galuh PT. Perkebunan Nusantara V

memiliki fasilitas penunjang untuk mendukung kesehatan para pekerja yaitu

dengan adaya sebuah poliklinik kebun yang dipimpin 1 orang dokter perusahaan

yang memeriksa kesehatan pekerja. Paramedis selalu siap menangani jika ada

pekerja yang mengalami keluhan penyakit dan jika membutuhkan tindakan medis

lebih lanjut atau perawatan inap, maka pekerja akan dirujuk ke RS Nusa Lima di

Pekanbaru. PKS Sei Galuh mengadopsi isi dari peraturan perundang undangan

maupun standar standar Internasional.

ii. Proses Kerja Bagian Pengolahan Kelapa Sawit

Page 24: Bab i iii tesis

23

Pabrik kelapa sawit merupakan satu kesatuan dari beberapa mesin-mesin

instalasi yang bekerja berkaitan satu dengan lainnya dalam satu kesatuan proses

untuk mengolah bahan baku yang berupa buah kelapa sawit dan hasil olah berupa

minyak kelapa sawit (CPO) dan Inti sawit (kernel). Berikut tahapan proses

produksi di pabrik kelapa sawit serta proses produksi yang menimbulkan panas di

pabrik kelapa sawit (Ossiris, 2011):

a. Stasiun Penerimaan Buah

Sebelum diolah dalam PKS, tandan buah segar (TBS) yang berasal dari

kebun pertama kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang

di jembatan timbang dan ditampung sementara di penampungan buah.

b. Stasiun Perebusan/Sterilisasi

1) Sistem perebusan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan boiler

memproduksi uap, dengan sasaran bahwa tujuan perebusan dapat

tercapai. Sistem perebusan yang lazim dikenal di PKS adalah single

peak, double peak dan triple peak. Sistem perebusan Triple Peak

(SPTP) banyak digunakan, selain berfungsi sebagai tindakan fisika

juga dapat terjadi proses mekanik yaitu adanya goncangan yang

disebabkan oleh perubahan tekanan yang cepat. Keberhasilan SPTP

dipengaruhi oleh tekanan uap yang tersedia, kapasitas ketel perebusan,

bahan baku dan lama perebusan. Tekanan uap inilah yang

mempengaruhi suhu ruangan kerja dalam pabrik di bagian perebusan.

Page 25: Bab i iii tesis

24

Gambar 2.2.

REBUSAN (STERILLIZER)

2) Pemipilan (Thressing) dengan menggunakan alat pemipil yang

digunakan berupa tromol pemipil dengan dinding berbentuk silinder

berdiameter sekitar 2 m dan panjang 4-5 m dengan kapasitas per

unitnya 25-35 ton TBS per jam.

c. Stasiun Kempa

Stasiun ini bertujuan untuk mengeluarkan minyak dari massa eks Digester.

Dimana pada stasiun ini akan melewati dua tahap yaitu :

1) Pengadukan (Digestion) adalah alat untuk melumatkan brondolan,

sehingga daging buah terlepas dari biji.

2) Pengepressan (Pressing) dilakukan untuk mengambil minyak dari

massa adukan buah di dalam mesin pengempaan secara bertahap

dengan bantuan pisau-pisau pelempar dari ketel adukan.

3) Balance Tank adalah tangki penampungan minyak yang dipompakan

dari bak RO sebelum dimasukkan ke CST. Fungsi dari tangki ini

adalah untuk mengurangi tekanan cairan yang dipompakan ke CST

sehingga cairan di CST tenang.dengan kondisi seperti ini pemisahan

minyak dapat berlangsung lebih sempurna.

Page 26: Bab i iii tesis

25

4) Continous Settling Tank (CST), pada clarifier tank terjadi pemisahan

minyak dan kotoran berdasarkan perbedaan spesifik grafitasi. Minyak

akan naik ke atas sedangkan sludge akan turun ke bagian bawah.

5) Sludge Tank dan oil Tank . Sludge dari underflow clarifier tank masuk

ke sludge tank setelah diayak di vibrating sludge. Pada ST, temperatur

tetap dijaga 90 – 95 oC dengan steam injeksi.

6) Self Cleaning Strainer adalah alat-alat yang digunakan untuk

memisahkan serabut yang masih ada dalam sludge sebelum diolah di

sludge separator.

7) Desanding Cyclone, Sludge dari sludge tank dipompakan ke sludge

balance tank melalui sand cyclone.

8) Sludge Separator berfungsi mengutip minyak yang masih terkandung

dalam sludge. Pemisahan ini dilakukan dengan gaya sentrifugal.

9) Oil Purifier berfungsi untuk memurnikan atau memisahkan air dan

kotoran yang masih ada didalam minyak.

10) Vacum Drier berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam minyak.

Selain itu terdapat beberapa peralatan dalam produksi kelapa sawit yang

mengeluarkan panas berupa Water treatment yaitu pemurnian air untuk air pengisi

pada ketel uap (boiler) pada Pabrik Kelapa Sawit, dan Boiler berupa ketel uap

berasal dari kata ”boil” yang artinya mendidih dan menguap. Dengan demikian

boiler dapat diartikan sebagai suatu peralatan pembangkit/ pembentuk uap atau

disebut juga sebagai suatu peralatan yang berfungsi untuk mengkonversikan

energi kimia dari bahan bakar menjadi energi panas pembentukan uap. Serta

Page 27: Bab i iii tesis

26

kamar mesin yang terdiri dari Turbin Uap, Back Pressure Vessel (BPV) dan

Genset dan Alternator.

3) Faktor Faktor dalam Prinsip Kesehatan Kerja yang

mempengaruhi Tekanan Darah

Menurut Vony, dkk (2009) di tinjau dari aspek keselamatan dan kesehatan

kerja (K3) faktor lingkungan kerja dan beban kerja dapat mengakibatkan

gangguan kesehatan seperti kelelahan, kecelakaan dan gangguan kesehatan. Salah

satu indikasi awal untuk mengetahui adanya gangguan kesehatan yakni dengan

timbulnya peningkatan tekanan darah.

Dalam prinsip kesehatan kerja terdapat 3 (tiga) prinsip utama dalam

menyeimbangkan kesehatan pekerja untuk meningkatkan kinerja sehingga

produktifitas juga meningkat yaitu faktor pekerja, beban kerja dan lingkungan

kerja seperti terlihat pada gambar 2.3.

Faktor Pekerja

Produktifitas

Beban Kerja q Lingkungan kerja

Kinerja

Page 28: Bab i iii tesis

27

Gambar 2.3

SKEMA PRINSIP KESEHATAN KERJA

Sumber: Tresnaningsih, 2012

Jika pekerja dapat menjaga kesehatannya terutama tekanan darahnya tetap

normal maka pekerja dapat tetap bekerja secara efektif sehingga produktifitas

perusahaan (Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh) tetap tinggi.

i. Faktor Pekerja/ Personal

Dari hasil penelitian epidemiologi telah dibuktikan bahwa sejumlah faktor

resiko hipertensi mempunyai hubungan erat dengan timbulnya manifestasi

penyakit tidak terkecuali pada para pekerja. Hipertensi yang umumnya terjadi dan

tidak diketahui penyebabnya adalah hipertensi esensial yang dipengaruhi oleh

faktor umur, jenis kelamin, faktor riwayat keluarga serta faktor lingkungan yang

meliputi obesitas, stress, konsumsi garam, gaya hidup, merokok, konsumsi

alhokol, kafein dan stess.

a. Umur

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur, semakin

tua seseorang semakin besar terjadi resiko meningkatnya tekanan darah. Hal ini

disebabkan karena usia tua diperlukan keadaan darah yang meningkat untuk

memompakan sejumlah darah ke otak dan alat vital lainnya. Pada usia tua

pembuluh darah dan organ vital lainnya sudah mulai melemah dan dinding

Page 29: Bab i iii tesis

28

pembuluh darah sudah menebal, arteri kehilangan elastisitasnya atau

kelenturannya (Kiangdo, 1977 dalam Sugiharto 2007).

Menurut Garry, (2002) baik pria maupun wanita yang berumur di atas 60

tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan

160/90mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenarsi yang terjadi pada orang

yang bertambah usia. Sedangkan menurut Armilawati (2007) penyakit hipertensi

dominan terjadi pada umur 31-55 tahun. Berikut tabel hipertensi menurut

golongan umur.

Tabel 2.5.

HIPERTENSI MENURUT KELOMPOK UMUR

Kelompok Usia Normal (mmHg) Hipertensi (mmHg)

Bayi

Anak < 11 tahun

Remaja 12-17

Dewasa 20-45

Dewasa > 65

80/40

100/60

115/70

120/70

135-145/85

90/60

120/80

130/80

135/90

140/90

160/96

Sumber: Guidness WHO, 2005

Sedangkan Susalit (2001) menyatakan bahwa sebagian besar hipertensi

esensial terjadi pada usia 24-45 tahun dan hanya 20% yang di bawah 20 tahun.

Boedhi, Darmdjo (2001) dalam naskah ilmiahnya menyebutkan bahwa 1,8 –

17,8% penduduk Indonesia berumur diatas 20 tahun menderita hipertensi. Dalam

penelitian ini juga menyebutkan bahwa umur setelah 45 tahun proporsi hipertensi

naik, terutama pada wanita.

Menurut Gray (2005) 50% dari pria dan wanita yang berusia diatas 60

tahun menderita hipertensi sistolik terisolasi (TD sistolik 160mmHg dan diastolic

90mmHg).

Page 30: Bab i iii tesis

29

b. Riwayat Keluarga/ Faktor Genetik

Adanya faktor genetic dalam keluarga akan menyebabkan keluarga itu

mempunyai resiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan

kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium

individu dengan orang tua hipertensi dari pada orang yang tidak memunyai

keluarga dengan riwayat hipertensi. Beberapa peneliti mengatakan terdapat

kelainan pada gen angiotensinnogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat

poligenik (Ibnu, 1996 dalam Fida, 2009).

Peran riwayat keluarga terhadap hipertensi dapat dilihat pada kejadian

hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu sel telur) dari pada

heterozygote (berbeda sel telur). Seseorang penderita yang mempunyai sifat

genetic hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa

intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya

berkembang dalam waktu 30-50 tahun tanpa tanda dan gejala (Sugiharto, 2007)

Susalit (2001), menjelaskan bahwa terjadinya hipertensi disebabkan oleh

beberapa faktor yang saling mempengaruhi, diantara faktor yang saling

mempengauhi, dimana faktor utama berperan dalam patofisologi hipertensi adalah

faktor genetic, dan paling sedikit tiga faktor lingkungan yaitu asupan gizi, garam,

stess dan obesitas.

Penelitian Sigariaki (2000) yang dilakukan di RSUD FK-UKI Jakarta

menemukan bahwa orang yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi

mempunyai risiko hampir 6 kali untuk menderita hipertensi dari pada orang yang

Page 31: Bab i iii tesis

30

tidak mempunyai riwayat keluarga hipertensi. Penelitian ini mengahsilkan OR

=5,575 dengan CI 95%= 2,47-12,03. Hasil temuan ini diperkuat oleh Suarthana

(2001) bahwa tingginya hipertensi di daerah Utan Kayu Jakarta dipengaruhi oleh

tingginya persentase riwayat hipertensi dalam keluarga. Dalam penelitiannya

didapatkan 28,3% berusia < 45 tahun dan 54,7% memiliki riwayat hipertensi

dalam keluarganya.

c. Jenis Kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun

wanita terlindung dari penyakit kardiovaskular sebelum menopause. Wanita yang

belum mengalami menopause dilindungi oleh hormone estrogen yang berperan

dalam meningkatkan kadar HDL (High Density Lipoprotein). Kadar kolesterol

HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses

ateroskleridosis. Efek pelindunf estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya

imunitas wanita usia premonopause. Pada premenopause wanita akan kehilangan

sedikit demi sedikit hormone estrogen yang selama ini melindungi pembuluh

darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut

berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya

mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Ibnu, M. 1996 dikutip oleh Fida,

2009).

Berdasarkan penelitian hipertensi Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas)

2001 menunjukkan proporsi hipertensi pada pria 27% dan wanita 29%. Penyakit

sistem sirkulasi dari hasil SKRT tahun 1992, 1995, dan 2001 selalu meduduki

Page 32: Bab i iii tesis

31

peringkat pertama dengan prevalensi terus meningkat yaitu 16,0%, 18,9%, dan

26,4%. Survei faktor risiko penyakit kardiovaskular (PKV) oleh proyek WHO di

Jakarta, menunjukkan angka prevalensi hipertensi dengan tekanan darah 160/90

mmHg masing-masing pada pria adalah 13,6% (1988), 16,5% (1993), dan 12,1%

(2000). Pada wanita, angka prevalensi mencapai 16% (1988), 17% (1993), dan

12,2% (2000). Secara umum, prevalensi hipertensi pada usia lebih dari 50 tahun

berkisar antara 15%-20%. Survei di pedesaan Bali menemukan prevalensi pria

sebesar 46,2% dan 53,9% pada wanita.

d. Etnis/ ras

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang

berkulit putih. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun

pada orang kulit hitam ditemukan kadar rennin yang lebih rendah dan sensitifitas

terhadap vasopressin yang lebih besar.

Dari hasil penelitian Margaret, 2002 yang berjudul Assosiation of Fat

Distribution and Obesity with Hipertension In Bi-Ethnic Population Deskriptif,

dari 15.063 kulit hitam dan kulit putih amerika umur 45-64 tahun dari tahun 1987-

1989 didapatkan hasil wanita da pria kulit hitam yang obes beresiko 2,7 kali dan

3,06 kali menderita hipertensi dibandingkan yang tidak obes, sedangkan wanita

dan pria kulit putih yang obes berisioko 5,4 kali dan 4,06 kali menderita

hipertensi dibandingkan yang tidak obes.

Page 33: Bab i iii tesis

32

e. Obesitas

Obesitas atau kegemukan dimana berat nadan mencapai indeks masa tubuh

> 25 (berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m)) merupakan faktor

resiko yang sering dikaitkan dengan tekanan darah tinggi/ hipertensi. Berat badan

merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan kelompok

etnik disemua umur. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita

hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari pada penderita hipertensi yang tidak

obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktifitas

saraf simpatis meninggi dengan aktifitas rennin plasma yang rendah.

Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan yang

mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan resiko terjadinya hipertensi

karena beberapa sebab. Makin besar masa tubuh, makin banyak darah yang

dialirkan untuk memasuk oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti

volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga

memberikan tekanan yang lebih besar pada dinding arteri. Keleihan berat badan

juga meningkatkan frekwensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah.

Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air. (Sugiharto,

2007).

National Institute for Health USA (NIH, 1998) prevalensi tekanan darah

tinggi pada orang dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) > 30 (obesitas) adalah 38%

untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17 % bagi

wanita yang memiliki IMT < 25 (status gizi normal menurut standar interntional).

Page 34: Bab i iii tesis

33

Individu dengan kelebihan berat badan 20% memiliki resiko hipertensi 3-8 kali

lebih tnggi dibandingkan dengan berat badan normal (Suarthana dkk, 2001).

WHO merekomendasikan bahwa obesitas dapat diukur dengan BMI (Body Mass

Indeks) yang digunakan dalam penentuan status gizi orang dewasa dengan

indicator berat nadan normal < 25, kelebihan berat badan >25 dan obesitas > 30).

f. Merokok

Menurut WHO (1999), individu yang terus menerus menggunakan

tembakau cenderung meningkat resiko hipertensi, hal ini disebabkan karena

adanya konsumsi komulatif dari penggunaan tembakau. Perokok berat

dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maglima dan resiko

terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami arteriosklerosis.

Menurut Dorah M (2011), merokok adalah kebiasaan yang harus

dihentikan, dalam asap rokok yang membara karena dihisap, tembakau terbakar

kurang sempurna sehingga menghasilkan karbonmonoksida yang menyebabkan

sesak nafas, batuk batuk. Nikotin juga dapat merangsang meningkatkanya tekanan

darah. Penelitian Wasdiyanto dan Yuwono (1996) menyatakan bahwa orang yang

merokok mempunyai resiko untuk menderita hipertensi sebesar 2,9 kali dengan

orang yang tidak mempunyai kebiasaan merokok. Penelitian lain yang dilakukan

Lee (2001) mendapatkan bahwa orang yang merokok yang diikuti selama 3 tahun

mempunyai resiko hipertensi sebesar 3,5 kali dibandingkan dengan orang yang

tidak merokok.

Page 35: Bab i iii tesis

34

Zat kimia beracun seperti nikotin dan karbonmonoksida yang dihisap

melalui rokok yang masuk ke dalam aliran daraharteri dan mengakibatkan proses

arterikleosis dan hipertensi. Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab

meingkatkanya tekanan darah segera setelah isapana pertama. Seperti zat kimia

lainnya dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh darah amat kecil di

dalam paru paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik

nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi pada nikotin dengan memberikan

sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepaskan efinefrin (adrenalin). Hormon yang

kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja

leih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah dua batang rokok saja maka

tekanan sistolik maupun diastolic akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan

tetap pada ketimggian ini hingga 30 menit setelah berhenti menghisap rokok.

Namun pada perokok berat tekanan arah akan berada pada level tinggi sepanjang

hari (Sugiharto, 2007).

Dalam penelitian kohort prosfectife oleh dr. Thomas S Bowman dari

Brigmas and Women Hospital, Massachussettts terhadap 28.236 subjek yang

awalnya tidak ada riwayat penyakit hipertensi, 51% subjek tidak merokok, 36%

merupakan perokok pemula, 5% subjek merokok 1-14 batang perhari dan 8%

subjek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subjek terus diteliti dan dalam

media waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi

terdapat pada kelompok subjek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang

perhari.

Page 36: Bab i iii tesis

35

g. Konsumsi Alkohol

Mengkonsumsi alcohol secara berlebihan tidak hanya akan meningkatkan

tekanan darah, tapi juga meningkatkan berat badan. Beberapa studi menunjukkan

hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alcohol dan diantaranya

melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru tampak apabila

mengkonsumsi alcohol 2-3 gelas perharinya (Kardiaydi, 2002).

Alkohol dihubungkan dengan hipertensi, karena peminum alcohol akan

cenderung hipertensi, meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui

secara pasti. Namun diduga peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume

sel darah merah serta kekentalan darah berperan menaikkan tekanan darah.

Alcohol juga diduga mempunyai efek pressor langsung pada pembuluh darah,

karena alcohol menghambat natrium dan kalium, sehingga terjadi peningkatan

natrium intrasel yang menghambat pertukaran natrium dan kalium seluler yang

akan memudahkan kontraksi sel otot. Otot pembuluh darah akan menjadi lebih

sensitive terhadap zat zat pressor seperti angiotensi dan katekolamin (Sugiharto,

2007).

Hasil penelitian Saverio (2004) menunjukkan peminum alcohol

mempunyai resiko 2,31 kali menderita hipertensi dibadingkan dengan yang tidak

meminum alcohol. Pada suatu penelitian yang dilakukan terhadap peminum

alcohol selama 4 tahun, didaptkan insiden hipertensi 4 kali lebih tinggi peminum

alcohol berat atau >60gr/ hari dibandingkan dengan bukan peminum dan

peminum alcohol yang ringan (McMahon 1984, dalam Fida, 2009).

Page 37: Bab i iii tesis

36

Allison (1996) dalam Erlani (2007) menyatakan, seseorang yang

mengkonsumsi alcohol mempunyai resiko sangat tinggi menderita hipertensi

dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi alcohol. Mengkonsumsi alcohol

dapat menyebabkan dinding arteri mengerut dan akhirnya mengalami pengerasan

arteri dan akan mengganggu sirkulasi darah karena elastisitas arteri berkurang.

Karena efek alcohol akan menekan system syaraf dan memperlebar pembuluh

darah sehingga orang kelihaan rilexs akibat tekanan darah menurun, tetapi selang

beberapa lama kemudian tekanan darah akan naik secara drastic dari tekanan

darah sebelum meminum lakohol.

h. Konsumsi minuman yang mengandung kafein

Kafein adalah senyawa kimia yang dapat ditemui secara alami pada

makanan contohnya biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola, guarana, dan mate. Ia

terkenal dengan rasanya yang pahit dan berlaku sebagai perangsang system syaraf

pusat, jantung dan pernafasan. Kafein juga bersifat diuretic (yang dapat

dikeluarkan melalui kencing). Minuman yang mengandung kafein sudah sejak

dulu dianggap merupakan minuman yang tidak menguntungkan bagi kesehatan

tubuh. Kafein sebagai salah satu bahan kimia yang banyak terkandung dalam

minuman dan makanan yang akrab dikonsumsi sehari hari seperti kopi, the,

minuman cola, minuman supplement dan oba obatan. Padahal kafein merupakan

zat yang berbahaya bagi kesehatan dan sudah dibuktikan dari berbagai macam

penelitian (jika dikonsumsi berlebihan).

Page 38: Bab i iii tesis

37

William (2004) dalam jurnal penelitiannya menyebutkan bahwa kafein

meningatkan tekanan darah secara akut. Efek klinis yang terjadi tergantung pada

respon tekanan darah responden yang diuji dengan mengkonsumsi kafein setiap

hari. Siswono (2001) mengatakan efek langsung dari kafein terhadap kesehatan

sebetulnya tidak ada. Yang ada adalah efek tidak langsungnya yang bias

mempercepat denyut jantung. Efek tidak langsung ini disebabkan karena kafein

mengandung zat aditif. Zat ini akan berbahaya bagi penderita tekanan darah

tinggi, karena zat ini akan memacu naiknya tekanan darah.

Kafein bekerja didalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosine

dalam sel syaraf yang akan mengacu produksi hormone adrenalin yang

menyebabkan meningkatnya tekanan darah, sekresi asam lambung dan aktifitas

otot, serta perangsangan hati untuk melepaskan senyawa gula untuk menghasilkan

energy ekstra. Dalam berbagai produk kandungan kafein dalam 150 ml kopi

seduhan sebanyak 100-150mg, kopi instan 40-108 mg, decaffeinate (kopi dengan

kadar kafein rendah) 1-5 mg, sementara dalam teh berkisar 9-50 mg teh seduhan,

teh instan 12-28 mg, dan minuman teh ringan 22-36 mg. pada minuman cola

mencapai 40-60 mg. minuman energy/ suplemen 50-80 mg, coklat 5-35 mg dan

obat obatan 100-200 mg, 32-65 mg (analgesic/ pereda sakit) dan 10-30 mg (obat

demam).

Meski belum ada keputusan mutlak tentang bahaya mengkonsumsi kafein

bagi kesehatan orang dewasa di kalangan ahli, dapat dipastikan kafein memang

bisa mengakibatkan kecanduan jika mengkonsumsi kafein sebanyak 600 mg

(sekitar 5-6 cangkir kopi perhari) selama 10-15 hari berturut turut.

Page 39: Bab i iii tesis

38

i. Stress

Stress menurut Greenberg (2002) adalah interaksi antara seseorang dengan

lingkungan termasuk penilaian seseorang terhadap tekanan dari suatu kejadian dan

kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi tekanan tersebut, keadaan ini diikuti

respon secara psikologis, fisiologis dan perilaku. Respon secara psikologis berupa

emosi, kecemasan, depresi dan perasaan stess. Sedangkan respon secara fisiologis

dapat berupa rangsangan fisik meningkat, perut mules, badan berkeringat, jantung

berdebar debar. Respon secara perilaku dapat berupa mudah marah, mudah lupa,

susah berkonsentrasi.

Hubungan Stress dan kelainan tekanan darah yang umumnya berupa

penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi) diduga melalui aktifitas saraf simpatis,

yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stess menjadi

berepanjangan dapa berakibar tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal ini secara

pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang dberikan paparan

terhadap stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi hipertensi. Menurut

Sarafino (2007) yang dikutip oleh Bart Smet, stress adalah suatu kondisi yang

disebabkan oleh transaksi anatar individu dengan lingkungan yang menyebabkan

persepsi jarak anatar tuntutan tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber

daya system biologis, psikologis dan social dari seseorang (Sugiharto, 2007).

Stress dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila

sress sudah hilang tekanan darah bias normal kembali. Stress akan meningkatkan

resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi

Page 40: Bab i iii tesis

39

aktifitas saraf simpatis. Adapun stess dapat berhubungan dengan pekerjaan, beban

kerja, kelas social, ekonomi dan karakteristik personal.

Peristiwa mendadak menyebabkan stress dapt meningkatkan tekanan

darah, namun akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi

belum dapat dipastikan. Penelitian Supargo (1989) dalam Fida (2009) menyatakan

bahwa orang yang mengalami stress mempunyai resiko untuk menderita

hipertesni 2,5 ali dibandingkan dengan orang yang tidak stress. Penelitian Manwar

(2004) juga menyatakan bahwa stress dapat meningkatkan hipertensi dengan

OR=4,22 dengan CI 95%= 1,105-16,122.

ii. Beban Kerja

Beban kerja adalah beban yang diterima pekerja untuk menyelesaikan

pekerjaannya. Setiap pekerjaan apapun jenisnya baik memerlukan kekuatan otot

atau pikiran adalah merupakan beban bagi yang melakukannya. Dengan demikian

beban ini dapat berupa beban beban fisik dan mental sesuai dengan jenis

pekerjaan tenaga kerja (Notoadmodjo, 2003).

a. Beban Kerja Fisik

Aspek fisik meliputi perhitungan beban kerja berdasarkan kriteria-kriteria

fisik manusia. Seperti halnya mesin, jika beban yang diterima melebihi

kapasitasnya, maka akan menurunkan usia pakai mesin tersebut, bahkan menjadi

rusak. Begitu pula manusia, jika ia diberikan beban kerja yang berlebihan, maka

akan menurunkan kualitas hidup (kelelahan, dsb) dan kualitas kerja orang tersebut

Page 41: Bab i iii tesis

40

(tingginya error rate dsb), dan juga dapat mempengaruhi keselamatan dan

kesehatan kerja. Beban kerja fisik terdiri dari:

1) Mengangkat

Mengangkat benda dengan tidak sehat dapat memicu stress dan

kelelahan. Stres merupakan salah satu faktor resiko yang dapat

meningkatkan tekanan darah. Untuk itu dalam mengangkat benda

diperlukan teknik agar tidak menambah beban pekerja saat bekerja. Ada

beberapa teknik mengakat benda, teknik terbaik dalam mengangkat adalah

pengangkatan secara diagonal. Kaki anda memisah, dengan satu kaki

sedikit ke depan dari kaki yang lain. Ini memberikan basis penyangga

yang lebar, lebih stabil, lebih bertenaga, dan lebih kuat. Tekuk lutut anda

dan berjongkok; jaga punggung anda tetap lurus dan kepala anda juga

lurus selama mengangkat. Posisi ini memberikan kekuatan yang lebih

untuk otot-otot tungkai yang lelih luas dan menjaga keseimbangan

punggung anda.

Gambar 2.4 Gambar 2.5

TEKNIK MENGAMBIL FILE DI LACI TEKNIK MENGANGKAT

BARANG

2) Membawa benda

Membawa benda dalam bekerja juga dapat mengakibatkan kelehan

secara fisik dan stres secara emosional yang dapat meningkatkan tekanan

Page 42: Bab i iii tesis

41

darah. Untuk itu perlu teknik dalam membawa benda yaitu, pastikan benda

selalu menempel pada tubuh, selama mengangkat dan membawanya.

Semakin jauh anda membawa suatu benda dari tubuh anda, semakin

beresiko untuk punggung anda. Ketika membawa suatu benda, gunakan

postur yang tepat yaitu berdiri tegak. Jangan terlalu membungkuk ketika

berjalan. Membawa dengan beban di depan dan menempel ke tubuh, tetapi

ketika membawa dengan jarak yang jauh, bawalan benda dengan

menggunakan bahu anda, dan jika benda terlalu berat, carilah bantuan.

Gambar 2.6 TEKNIK MEMBAWA BARANG

3) Lama Kerja

Lama Kerja/ jam kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan,

dapat dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi para

pekerja di sektor swasta diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85.

Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk

melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur

dalam 2 sistem seperti yang telas disebutkan diatas yaitu:

a) 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6

hari kerja dalam 1 minggu; atau

Page 43: Bab i iii tesis

42

b) 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5

hari kerja dalam 1 minggu.

Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam

kerja yaitu 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila melebihi

dari ketentuan waktu kerja tersebut, maka waktu kerja biasa dianggap

masuk sebagai waktu kerja lembur sehingga pekerja/buruh berhak atas

upah lembur. Pengaturan jam kerja dalam sistem shift diatur dalam UU

no.13/2003 mengenai Ketenagakerjaan.

Pengoperasian alat alat industry secara terus menerus selama 24

jam serta meningkatnya kebutuhan akan layanan jasa menyebabkan kerja

bergilir mutlak diperlukan. Dampak yang diakibatkan dari giliran kerja

tersebut tidak dapat dihindarkan yang menmungkinkan timbulnya dampak

negative pada kesehatan pekerja. Astrand dan Rodahl (1989); Phoon

(1998) dan Pulat (1992) menyatakan bahwa banyak keluhan akibat giliran

kerja seperti; tidak dapat tidur siang, selera makan menurun, gangguan

pencernaan, pusing dan kelelahan selama atau setelah giliran kerja malam.

Pusing merupakan salah satu gejala dari kelaian tekanan darah baik tinggi

maupun rendah (Iwan, 2007).

Dalam penelitian Fida (2009) menunjukkan ada hubungan yang

signifikan antara tekanan darah supir truck dan lama kerjanya. Penelitian

serupa tentang lama kerja Yang (2006) juga menunjukkan ada hubungan

antara jam kerja dan kejadian hipertensi. Penelitian dengan studi cross

sectional dan bedasarkan populasi ini menunjukkan bahwa lama jam kerja

Page 44: Bab i iii tesis

43

mempengaruhi pada kejadian hipertensi yang disebabkan stress kerja. Hal

tersebut juga dipengaruhi lingkungan tempat bekerja, seperti paparan

panas, debu ataupun asap, sehingga jika terpapar dalam waktu yang lama

akan dapat mengakibatkan stress kerja, sedangkan stress merupakan salah

satu faktor resiko penyakit hipertensi. Penelitian tersebut menghasilkan

OR = 1,29 pada CI 95% = 1,10-1,52 pada orang yang bekerja > 51 jam

perminggu.

Secara fisiologis, respon terhadap stress dipegaruhi oleh system

neuroendokrin. System neuroendokrin terdiri dari kelenjar endokrin yang

dikontrol oleh system syaraf. Stressor yang dirasakan akan membuat saraf

simpatik mengaktifkan medula adrenal yang mengahasilkan kartekolamin

(adrenalin dan noradrenalin yang disebut juga epineprhin dan

norephineprin). Hal itu menyebabkan perubahan pada tekanan darah, detak

jantung dan berkeringat, pemebsaran pupil mata. Respon ini sama dengan

fiht or flight response yang dikemukan Canon (1932). Kartekolamin

memiliki efek pada jaringan tubuh dan dapat menyebabkan perubahan

system imun tubuh (Fida, 2009).

4) Masa Kerja

Masa kerja diwakili dengan menghitung lama kerja berdasarkan

jumlah tahun mulai bekerja hingga tahun saat penelitian dilaksanakan.

Dalam hasil penelitian Fida (2009) menunjukkan ada hubungan antara

masa kerja dengan tekanan darah. Hubungan antara masa kerja

Page 45: Bab i iii tesis

44

ditunjukkan dengan analisis inferensi atau uji beda dengan Man-Whitney.

Hasil uji ini menunjukkan ada perbedaan.

Dari hasil penelitian Erlani (2007), menunjukkan semakin lama

masa kerja karyawan SPBU akan diikuti dengan naiknya tekanan

darahnya, karena nilai rhitung 0,323 > rtable 0,320 maka terdapat hubungan

antara masa kerja dan tekanan darah. Dan dari penelitian Niryani (2002),

bahwa terjadinya hipertensi ataupuperubahan tekanan darah harus

mempertimbangkan lama/ masa kerja tersebut.

Seseorang yang bekerja dalam suatu lingkungan kerja yang tidak

mendukung, maka suatu saat apakah kronis atau akut akan berdampak

kelainan perubahan metabolism dalam tubuhnya. Perubahan metabolism

akan memicu perubahan tekanan darah (Erlani, 2007).

b. Beban Kerja Mental

Aspek mental merupakan perhitungan beban kerja dengan

mempertimbangkan aspek mental (psikologis). Mental yang dirasakan oleh

pekerja dalam melakukan pekerjaannya baik karena penghasilan dalam bekerja,

hubungan kerja terhadap atasan maupun rekan sekerja. Beban kerja yang tidak

sesuai dengan kemampuan pekerja dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang

juga dapat berpengaruh terhadap perilaku dan hasil kerjanya. Beban kerja mental

secara langsung mempengaruhi stress pekerja, dimana stress merupakan salah satu

faktor resiko tekanan darah tinggi. Pendapatan atau gaji juga dapat mempengaruhi

hasil kerja seorang pekerja (Hermawati, 2006).

Page 46: Bab i iii tesis

45

iii. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor pada pekerja yang dapat

meningkatkan tekanan darah. Kelainan tekanan darah baik tinggi maupun rendah

merupakan salah satu gangguan kesehatan pada pekrja yang dapat mengakibatkan

penyakit akibat kerja dan atau yang berhubungan dengan pekerja yang disebabkan

oleh pemajanan di lingkungan. Lingkungan kerja adalah lingkungan di sekitar

tempat kerja yang dapat menjadi beban tambahan bagi pekerja seperti bising,

cahaya, suhu panas, debu, alat kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh,

lama kerja yang terlalu tinggi atau rendah, massa kerja. Bahaya di lingkungan

kerja dapat didefinisikan sebagai segala kondisi yang dapat memberi pengaruh

yang merugikan terhadap kesehatan atau kesejahteraan orang yang terpajan.

Faktor bahaya di lingkungan kerja meliputi faktor Kimia, Biologi, Fisika,

Fisiologi dan Psikologi (Hardi, 2007).

Pengertian yang lain dari lingkungan kerja adalah faktor-faktor di

lingkungan tempat kerja tersebut yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

pekerja. Faktor-faktor tersebut antara lain.

a. Faktor Kimia

Bahan kimia dapat masuk kedalam tubuh dengan berbagai cara seperti

pernapasan (inhalation), kulit (skin absorption), dan tertelan (ingestion). Racun

dapat menyebabkan efek yang bersifat akut,kronis atau kedua-duanya. Bahaya

Page 47: Bab i iii tesis

46

Bahan Kimia terhadap pekerja seperti korosi, iritasi, reaksi alergi, alfiksiasi,

kanker, berefek pada reproduksi dan sebagai racun sistemik.

b. Faktor Biologi

Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari

sumber-sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari

binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang

terdegradasi. Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan

infeksi dan non-infeksi. Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi lagi

menjadi organisme viable, racun biogenik dan alergi biogenik.

c. Faktor fisika

1) Kebisingan di tempat kerja

Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat

mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan

dalam satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai

bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang

menjengkelkan. Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang

tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang

pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan

pendengaran.

Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang

bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul

udara sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran

sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis

Page 48: Bab i iii tesis

47

dalam medium udara menurut pola ramatan longitudinal. Rambatan

gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan

konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan

kenyamanan dan kesehatan salah satunya peningkatan tekanan darah.

2) Getaran ditempat kerja

Getaran adalah gerakan bolak-balik yang ada di sekitar titik keseimbangan

di mana kuat lemahnya dipengaruhi besar kecilnya energi yang diberikan. Satu

getaran frekuensi adalah satu kali gerak bolak-balik penuh. Getaran

mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi,

amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau

intermitten.

3) Suhu Ruang Kerja

Panas atau suhu yang tinggi merupakan salah satu dari agen fisik yang

dapat menyebabkan penyakit akibat kerja (PAK). Tekanan panas disuatu

lingkungan kerja merupakan perpaduan antara suhu udara, kelembaban,

radiasi, kecepatan gerakan udara dan panas metabolisme sebagai aktifitas dari

seseorang. Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu

lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut (Sugeng,

2003):

a) Efek panas pada manusia dapat berupa heat cramps, heat exchaustion,dan

heat stroke.

b) Gangguan Kesehatan Akibat Tekanan Panas

Page 49: Bab i iii tesis

48

Kelainan atau gangguan yang tampak secara klinis akibat gangguan

mekanisme pengatur suhu dibagi atas (Tarwaka, 2004):

(1) Gangguan perilaku dan performasi kerja sepeti terjadi kelelahan, sering

mengambil waktu istirahat.

(2) Dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang

disebabkan baik oleh pergantian cairan yang tidak cukup maupun

karena gangguan kesehatan. Pada kehilangan cairan tubuh < 1,5%

gejalanya tidak nampak, kelelahan muncul lebih awal dan mulai

kering.

(3) Heat Rash

Keadaan seperti biang keringat atau keringat bantat, gatal kulit akibat

kondisi kulit terus basah. Pada kondisi demikian pekerja perlu

beristirahat pada tempat yang lebih sejuk dan menggunakan bedak

penghilang keringat.

(4) Millaria Rubra, sering dijumpai di kalangan militer atau pekerja fisik

lainnya yang tinggal di daerah beriklim panas. Tampak adanya

bintik papulovesikal kemerahan pada kulit yang terasa nyeri bila

kepanasan.

(5) Heat Crams atau Kejang Panas dapat terjadi sebagai kelainan sendiri

atau bersama dengan kelelahan panas, kejang otot timbul secara

mendadak terjadi setempat atau menyeluruh, terutama pada otot-otot

ekstrimitas dan abdomen. Penyebab utamanya adalah karena defisiensi

garam karena minum air terlalu banyak dengan sedikit garam natrium.

Page 50: Bab i iii tesis

49

(6) Heat Exhausion atau kelelahan panas timbul sebagai akibat kolaps

sirkulasi darah periferkarena dehidrasi dan defisiensi garam. Dalam

usaha untuk menurunkan panas aliran darah ke perifer bertambah,

yang mengakibatkan pola produksi keringat terhambat dan

penimbunan darah perifer yang dipompa dari jantung ke organ-organ

lain tidak lancar sehingga timbul gangguan. Gejalanya mulut kering,

sangat haus, lemah dan sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak

dialami pekerja yang belum beraklimatisasi terhadap suhu udara panas.

(7) Heat Stroke atau Sengatan Panas adalah suatu keadaan darurat

mendekati dengan angka kematian yang tinggi, terlibat berupa suhu

tinggi pada penderita mencapai 410C atau lebih atau berhenti

berkeringat, disertai rasa bingung dan pingsan. Gejala-gejala ini timbul

karena pengaturan suhu oleh sel sel syaraf otak terganggu dan tidak

lagi merangsang kelenjar keringat. Pada kelelahan panas mekanisme

pengaturan suhu bekerja berlebihan tetapi masih berfungsi sedangkan

pada sengatan panas mekanisme pengaturan suhu tubuh tidak

berfungsi disertai pula dengan bertambahnya prosesevaporasi secara

total.

Menurut Sutarman dalam Fida (2009), ada 3 cara tubuh dalam

menghadapi panas:

a. Pengaturan peredaran darah

Keadaan udara lingkungan yang panas maka akan terjadi vasodilatasi

pembuluh darah tepi dan vasokontraksi pembuluh darah dalam tapi

Page 51: Bab i iii tesis

50

dilingkungan dingin akan terjadi vasokontraksi pembuluh darah tepi

dan vasodilatasi pembuluh darah dalam.

b. Dengan memproduksi keringat dan mekanisme penguapan sehingga

menyebabkan penurunan suhu tubuh.

c. Dengan Mengigil suhu udara yang dingin akan menyebabkan

metabolisme dan produksi panas akan menurunkan laju metabolisme

tubuh.

Pengeluaran keringat oleh tubuh bukan untuk mendinginkan tubuh tapi

untuk mengeluarkan cairan dari kulit melalui proses evaporasi. Pada

kondisi kelembaban yang tinggi, proses evaporasi keringat dari kulit akan

menurun dan upaya tubuh untuk menjaga temperatur tubuh pada batas

yang bisa diterima akan menjadi terganggu. Kondisi ini akan dapat

mengganggu kemampuan kerja individu yang bekerja di lingkungan yang

panas. Dengan banyaknya darah yang mengalir ke permukaan tubuh

bagian luar, akan menyebabkan penurunan aktivitas otot, otak, organ

internal, penurunan kekuatan, dan fatigue yang terjadi lebih cepat.

Pengaruh perubahan temperature terhadap tekanan darah (Ethel, 2003):

Jika temperatur suhu tubuh panas atau tinggi, ketika suhu tubuh meningkat

dideteksi oleh thermoreseptor di kulit dan membran mukosa kemudian

impuls ini akan disampaikan ke pusat pengaturan di preotic area yaitu di

hipotalamus anterior sebagai pusat penurun suhu. Lalu hipotalamus akan

menyampaikan impuls saraf yang menstimulasi sistem saraf parasimpatis

untuk vasodilatasi pembuluh darah kulit di seluruh tubuh.Vasodilatasi ini

Page 52: Bab i iii tesis

51

menyebabkan aliran darah menjadi lambat tetapi banyak, curah jantung

menurun, tekanan darah menurun tetapi volume dan aliran darah hangat

kekulit meningkat sehingga panas tubuh bisa berkurang dan suhu kembali

normal.

Gambar 2.7

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN TEKANAN DARAH

Saat tekanan darah turun karena proses penyesuain tubuh tehadap

panas, rennin akan mempengaruhi gen angiotensinogen. Gen

angitensinogen berperan penting dalam memproduksi zat penekan

angiotensin, yang mana zat tersebut dapat meningkatkan tekanan darah.

Terjadinya perubahan dalam angiotensinogen menjadi angiotensin I dan di

dalam sirkulasi pulmonal angiotensi I diubah menjadi angiotensi II dan

selanjutnya bahan angiotensin inilah yang berperan merangsang beberapa

pusat yang penting dan mengakibatkan terjadinya perubahan tekanan

darah. Dalam mekanismenya, bahan angiotensi II merangsang dan

mempengauhi pusat haus dan minum di bagian hypothalamus di dalam

Page 53: Bab i iii tesis

52

otak. Sehingga menyebabkan rangsangan yang meningkatkan masukan air

dan selain itu juga merangsang syaraf simpatis kepada arteriola,

myocardium dan pacu jantung yang mengakibatkan tekanan darah tinggi

atau hipertensi (Ibnu, 1996, dalam Fida, 2009).

Jika suhu ruang kerja terlalu tinggi yang disebut lingkungan kerja

panas, selain mengganggu kenyamanan juga mempengaruhi keseimbangan

cairan dan elektrolit tubuh. Berkurangnya cairan dan garam dalam tubuh

(termasuk natrium, kalium dan magnesium) akibat keringat yang keluar

ketika melakukan aktifitas fisik bagi mereka pekerja manual dapat secara

tiba-tiba memberikan efek rasa nyeri dan kram pada tangan, betis dan kaki,

selanjutnya otot menjadi keras dan tegang. Jika jumlah cairan dan

elektrolit yang keluar melalui keringat sangat banyak sedangkan cairan

yang masuk tidak mencukupi, dengan kata lain pengeluaran keringat yang

tidak diiringi dengan masukan air minum yang cukup akan mempengaruhi

tekanan darah. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong

mengalirnya darah dalam arteri, arteriola, kapiler dan system vena,

sehingga terbentuklah suatu aliran yang menetap (Ibnu, M. 1996).

Pada saat bekerja terjadi peningkatan metabolisme sel –sel otot

sehingga aliran darah meningkat untuk memindahkan zat –zat makanan

dari darah yang dibutuhkan jaringan otot. Semakin tinggi aktivitas maka

semakin meningkat metabolisme otot sehingga curah jantung akan

meningkat untuk mensuplai kebutuhan zat makanan melalui peningkatan

aliran darah. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan frekwensi

Page 54: Bab i iii tesis

53

denyut jantung yang akan meningkatkan denyut nadi pada akhirnya. Selain

itu iklim kerja yang panas juga meningkatkan kinerja jantung untuk untuk

mengalirkan darah ke kulit untuk meningkatkan penguapan keringat dalam

rangka mempertahankan suhu tubuh.

Suma’mur (1996) melaporkan bahwa pengujian pada 6 (enam)

perusahaan dengan pemeriksaan pada 48 tenaga kerja (27 %) sampel,

sebanyak 60 % dari tenaga kerja yang pada tekanan panas ISBB 28,8-29,2

0C menyatakan perasaan panas. Seluruh tenaga kerja pada ISBB dari

30,20C menyatakan bahwa keadaan panas tidak tertahankan. Sedangkan

pada ISBB yang kurang dari 27,65 0C , mereka tidak merasakan sesuatu

efek panas (Fida, 2009).

Menurut Suma’mur (1996), bahwa suhu tubuh manusia dipertahankan

dengan hampir menetap (homoeoterms) oleh suatu pegaturan suhu

(thermoregulatory system). Suhu menetap ini dapat dipertahankan akibat

keseimbangan di antara panas yang dihasilkan metabolism tubuh dan

pertukaran panas di tubuh dengan lingkungan sekitarnya.sedangkan

produksi panas di dalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh,

makanan dan gangguan system pengaturan panas seperti dalam kondisi

demam. Selanjutanya faktor faktor yang menyebabkan pertukaran panas di

anatar tubuh dengan lingkungan sekitarnya adalah panas konduksi, panas

konveksi, panas radiasi dan panas evavorasi (Tarwaka, dkk. 2004).

Salah satu penelitian yang dilakukan Hobbesland, Kjuus and Thelle,

yang mengidentifikasi reaksi tubuh terhadap paparan panas terutama

Page 55: Bab i iii tesis

54

dampak yang terjadi pada para pekerja. Mereka menginvestigasi penyebab

peningkatan mortalitas dari insidensi kematian mendadak pada 12 warga Norwegia

yangmerupakan pekerja pabrik logam besi. Hipertensi yang terkait dengan

penyakit yang diderita oleh para pekerja ditemukan berhubungan dengan

keadaan kondisi tempat mereka bekerja, yaitu pada tempat tungku

perapian (paparan panas yang tinggi, psikososial stress, kerja shift, bising

suara, dan asap dari pabrik-karbonmonoksida) yang pada umumnya juga

banyak ditemukan pada pabrik-pabrik industri lainnya. Penelitian yang

lain yang dilakukan oleh Saini et al, yang mengidentifikasiproses adaptasi

tubuh terhadap paparan panas yang kronis dengan menggunakan serial

nocturnal blood collections. Pengumpulan darah yang diambil menilai

kadar growth hormone, prolaktin, tirotropin, dan aktivitas renin dalam

plasma dari 12 laki-laki selama 11 hari dengan mendapat paparan panas

yang terkontrol. Tercatat setelah 5 hari, mereka yang terpapar dengan suhu

panas, aktivitas renin dalam plasma menjadi terstimulasi. Sedangkan

hormon-hormon pituitari hanya mengalami sedikit perubahan akibat

respon terhadap paparan panas tersebut. Mereka yang terpapar pada suhu

yang lebih rendah tidak mengalami perubahan pada profil hormonnya.

Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan bahwa sistem endokrin

utama yang terlibat dalam respon terhadap paparan panas kronis yaitu

sistem reninangiotensin yang bekerja kounteraktif melawan hilangnya

cairan dan garam dalam tubuh yang meningkatkan tekanan darah (Iwan, 2007).

Page 56: Bab i iii tesis

55

Berdasarkan hasil penelitian Fida (2009) tentang Hubungan Tekanan

Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat

(TKBM) di Pelabuhan Belawan, ada hubungan antara beban bekerja,

tekanan panas dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja.

Sedangkan berdasarkan hasil peneliian Subagiao (2007) tentang Perbedaan

Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terpapar Tekanan Panas pada

Pekerja Bagian Moulding Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang

terdapat perbedaan tekanan darah sistole dan tekanan darah arteri rata-rata

pada pekerja sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas, dan tekanan

darah sesudah terpapar tekanan panas cenderung menurun dari pada

sebelum terpapar tekanan panas, sedangkan tekanan darah diastole tidak

ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas

pada pekerja.

Menurut hasil penelitian Saridewi (2002) menyatakan bahwa terdapat

perbedaan peningkatan tekanan darah yang signifikan pada tenaga kerja

sebelum dan sesudah terpapar panas.

4) Radiasi Non Mengion

Radiasi non mengion antara lain : radiasi ultraviolet, visible radiation,

inframerah, laser, medan elektromagnetik (microwave dan frekuensi

radio).

5) Pencahayaan ( Illuminasi )

Tujuan pencahayaan adalah memberi kenyamanan dan efisiensi dalam

melaksanakan pekerjaan dan memberi lingkungan kerja yang aman.

Page 57: Bab i iii tesis

56

d. Faktor Faal ergonomic

Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim,

sosial ekonomi dan derajat kesehatan. Pembebanan tidak melebihi 30 –

40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam jangka waktu 8

jam sehari.

e. Faktor Psikososial

Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik

terhadap setiap tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap tubuh itu

berlebihan, maka hal ini dinamakan stress. Stress merupakan salah satu

faktor yang mempengruhi tekanan darah.

4) Kerangka Teori

Berdasarkan uraian latar belakang dan tinjauan kepustakaan, maka

dibuat kerangka teori faktor-faktor yang berhubungan dengan tekanan

darah pekerja yang diambil dari prinsip kesehatan kerja yaitu faktor

pekerja, beban kerja dan lingkungan kerja (Tresnaningsih, 2004) dan

dimodifikasi teori lainnya seperi faktor pekerja yang menjelaskan umur

(Garry 2002, Armilawati 2007), riwayat keluarga (Ibnu 1996, Susalit

2001, Sugiarto 2007), jenis kelamin (Ibnu 1996), suku (Margaret, 2002),

obesitas (NIH 1998, Kodyat 1999, Dorah 2011), alcohol (Kardianyati

2002), konsumsi kafein (William 2004), stress (Sugiharto 2007), faktor

Page 58: Bab i iii tesis

57

beban kerja (UU no 13 tentang ketenagakerjaan) dan lingkungan kerja

(Hardi, 2007) dengan gambaran sebagai berikut :

Gambar 2.8

KERANGKA TEORI

5) Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori, maka variabel yang tidak dapat

dioperasionalkan adalah; pada faktor pekerja (obesitas, suku/ ras dan stess),

pada beban kerja (beban kerja fisik; mengangkat dan membawa barang dan

beban kerja mental) dan pada lingkungan kerja (fisik; {kebisingan ditempat

kerja dan getaran ditempat kerja}, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial)

sedangkan variabel yang dapat dioperasionalkan yaitu :

Gambar 2.9

KERANGKA KONSEP

VariabelIndependen

FAKTOR PEKERJA

A. UMUR (Garry, 2002, Armilawati, 2007)

B. RIWAYAT KELUARGA (Ibnu, 1996, Susalit, 2001, Sugiarto, 2007)

C. JENIS KELAMIN (Ibnu, 1996) D. SUKU/ RAS (Margaret, 2002) E. OBESITAS (NIH, 1998, Kodyat

1996, Suarthanan, 2001) F. KEBIASAAN MEROKOK (WHO,

1999, Dorah, 2011) G. ALKOHOL (Kardiayadi, 2002) H. KONSUMSI KAFEIN (KOPI

DLL) (William, 2004,) I. STRESS (Sugiharto, 2007)

Penyakit Akibat Kerja (PAK)

BEBAN KERJA (Ditto, 2012, UU no 13 tentang Ketenagakerjaan)

A. FISIK - MENGANGKAT - MEMBAWA BARANG - LAMA KERJA PERHARI - MASA KERJA -

B. MENTAL - GAJI - HUBUNGAN DENGAN

ATASAN - HUBUNGAN DENGAN

REKAN SEKERJA

LINGKUNGAN KERJA (Hardi, 2007)

A. FISIK - KEBISINGAN DI

TEMPAT KERJA - GETARAN DI

TEMPAT KERJA - SUHU RUANG

KERJA B. KIMIA C. BILOGI D. ERGONOMI E. PSIKOSOSIAL

FAKTOR PEKERJA

a. UMUR b. RIWAYAT KELUARGA c. JENIS KELAMIN d. KEBIASAAN MEROKOK e. ALKOHOL f. KONSUMSI KAFEIN (KOPI

DLL)

BEBAN KERJA a. BEBAN KERJA FISIK - LAMA KERJA PERHARI - MASA KERJA

LINGKUNGAN KERJA

a. FISIK - SUHU RUANG

KERJA

Tekanan Darah

Page 59: Bab i iii tesis

58

Varibale Dependen

6) Perumusan Masalah Khusus Penelitian

Dari kerangka konsep tersebut, dirumuskan masalah penelitian

khusus yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan antara umur dengan tekanan darah pekerja Pabrik

Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten Kampar tahun 2012?

2. Bagaimana hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah pekerja

Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten Kampar tahun 2012?

3. Bagaimana hubungan antara riwayat keluarga dengan tekanan darah

pekerja Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten Kampar tahun 2012?

4. Bagaimana hubungan antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah

pekerja Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten Kampar tahun 2012?

5. Bagaimana hubungan antara konsumsi alkohol dengan tekanan darah

pekerja Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten Kampar tahun 2012?

6. Bagaimana hubungan antara konsumsi kafein dengan tekanan darah

pekerja Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten Kampar tahun 2012?

7. Bagaimana hubungan antara lama kerja perhari dengan tekanan darah

pekerja Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten Kampar tahun 2012?

Tekanan Darah

Page 60: Bab i iii tesis

59

8. Bagaimana hubungan antara masa kerja dengan tekanan darah pekerja

Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten Kampar tahun 2012?

9. Bagaimana hubungan antara suhu udara ruangan kerja dengan tekanan

darah pekerja Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten Kampar tahun

2012?

Page 61: Bab i iii tesis

60

BAB III

RANCANGAN PENELITIAN

A. Tujuan Khusus Penelitian

1. Diketahuinya hubungan umur terhadap tekanan darah karyawan Pabrik

Kelapa Sawit Perkebunan Nusantara V Sei Galuh tahun 2012.

2. Diketahuinya hubungan jenis kelamin pekerja terhadap tekanan darah

karyawan Pabrik Kelapa Sawit Perkebunan Nusantara V Sei Galuh

tahun 2012

3. Diketahuinya hubungan riwayat keluarga pekerja terhadap tekanan

darah karyawan Pabrik Kelapa Sawit Perkebunan Nusantara V Sei

Galuh tahun 2012

4. Diketahuinya hubungan kebiasaan merokok pekerja terhadap tekanan

darah karyawan Pabrik Kelapa Sawit Perkebunan Nusantara V Sei

Galuh tahun 2012

5. Diketahuinya hubungan kebiasaan konsumsi alkohol pekerja terhadap

tekanan darah karyawan Pabrik Kelapa Sawit Perkebunan Nusantara V

Sei Galuh tahun 2012

6. Diketahuinya hubungan kebiasaan konsumsi kafein pekerja terhadap

tekanan darah karyawan Pabrik Kelapa Sawit Perkebunan Nusantara V

Sei Galuh tahun 2012

66

Page 62: Bab i iii tesis

61

7. Diketahuinya hubungan lama kerja perhari terhadap tekanan darah

karyawan Pabrik Kelapa Sawit Perkebunan Nusantara V Sei Galuh

tahun 2012

8. Diketahuinya hubungan masa bekerja terhadap tekanan darah

karyawan Pabrik Kelapa Sawit Perkebunan Nusantara V Sei Galuh

tahun 2012

9. Diketahuinya hubungan suhu udara ruang kerja terhadap tekanan darah

karyawan Pabrik Kelapa Sawit Perkebunan Nusantara V Sei Galuh

tahun 2012

B. Hipotesis

1. Pernyataan hipotesis dan sub hipotesis

a. Pernyataan hipotesis

Y = f(X1, X2, X3………….. X9)

Y = Tekanan Darah

X1 = Suhu Udara Ruang Kerja

X2 = Lama Kerja Perhari

X3 = Masa Kerja

X4 = Kebiasaan Merokok

X5 = Konsumsi Alcohol

X6 = Konsumsi Kafein

X7 = Umur

X8 = Jenis Kelamin

Page 63: Bab i iii tesis

62

X9 = Riwayat Keluarga

b. Pernyataan Sub Hipotesis

1) Semakin tinggi suhu udara ruangan kerja semakin tinggi tekanan

darah pekerja.

2) Pekerja yang lama kerja perharinya melebihi jam kerja normal (8

jam sehari atau 40 jam seminggu) rata rata tekanan darahnya lebih

tinggi dibandingkan dengan pekerja yang jadwal kerjanya sesuai

jam kerja normal atau dibawahnya.

3) Semakin lama masa kerja pekerja semakin tinggi tekanan

darahnya.

4) Semakin banyak batang rokok yang dihisap pekerja dalam

seharinya semakin tinggi tekanan darah pekerja.

5) Pekerja yang sering mengkonsumsi alkohol rata rata tekanan

darahnya lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja yang tidak

menkonsumsi alkohol.

6) Semakin tinggi kafein yang dikonsumsi setiap hari, semakin tinggi

tekanan darah pekerja.

7) Semakin tua umur pekerja semakin tinggi tekanan darahnya.

8) Pekerja laki laki rata rata tekanan darahnya lebih tinggi

dibandingkan dengan pekerja perempuan.

Page 64: Bab i iii tesis

63

9) Pekerja yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi (genetic) rata

rata tekanan darahnya lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja

yang tidak mempunya riwayat keluarga hipertensi.

2. Sokongan Hipotesis

Variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini terdapat dalam

sumber-sumber yang digunakan dan dilakukan penelitian oleh peneliti

sebelumnya pada tempat yang berbeda dengan penelitian ini. Sokongan

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1

SOKONGAN HIPOTESIS TERHADAP HUBUNGAN BEBERAPA

VARIABEL INDEPENDEN DENGAN VARIABEL DEPENDEN: TEKANAN

DARAH

No Variabel Independen Sumber

1 Suhu Ruang Kerja Sugeng (2003), Hardi (2007), Niryani (2002),

Erlani (2007)

2 Lama Kerja Perhari UU No.13 tahun 2003, Iwan (2007), Fida

(2009), Yang (2006)

3 Masa Kerja Fida (2009)

4 Kebiasaan merokok pekerja WHO (1999), Dorah (2011), Sugiharto (2007)

5 Kebiasaan konsumsi alcohol

pekerja

Kardiaydi (2002), Sidabutar (1990), William

(2004), Sugharto (2007), Saverio (2004), Erlani

(2007)

6 Keiasaan konsumsi kafein

pekerja

William (2004), Siswono (2001),

7 Umur Pekerja Gary (2002), Armilawati (2007), Sugiharto

(2007), Susalit (2001), Gray (2005)

8 Jenis Kelamin Pekerja Ibnu (1996), Susalit (2001), Fida (2009)

9 Riwayat Keluarga Pekerja Ibnu (1996), Sugiharto (2007), Fida (2009),

Sugiharto (2007), Sigariaki (2000)

C. Defenisi Operasional

Tabel. 3.2

DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL DEPENDEN

Variable Defenisi Operaional Skala

Ukur

Kategori

Page 65: Bab i iii tesis

64

Tekanan

darah

sistolik

Nilai tekanan atas saat pengukuran

tekanan darah, dimana jantung

berkontraksi dan memponpakan darah

keluar melalui arteri, ditandai dengan titik

pertama pulsasi yang terdengar (bunyi

korotkoff pertama). Tekanan darah

sistolik diukur pada kondisi responden

telah istirahat selama 5 menit.

Rasio -

Tekanan

darah

diastolic

Nilai tekanan bawah saat saat pengukuran

tekanan darah, saat jantung berelaksasi

dan mengisi darah kembali, ditandai

dengan titik dimana pulsasi menghilang

(bunyi korokoff ke-5). Tekanan darah

sistolik diukur pada kondisi responden

telah istirahat selama 5 menit.

Rasio -

Tabel. 3.3

DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL INDEPENDEN

Variable Defenisi Operaional Skala

Ukur

Kategori

Suhu Ruang

Kerja

Suhu udara ruang kerja responden selama

bekerja (dalam 0C)

Rasio -

Lama kerja

perhari

Waktu pekerja bekerja efektif dalam

setiap harinya (dalam jam perhari)

Ordinal 1 : >8 jam

0 : < 8 jam

Masa Kerja Waktu yang dilalui pekerja sejak masuk

ke pabrik kelapa sawit sei galuh hingga

saat ini (dalam tahun)

Rasio

-

Kebiasaan

Merokok

Kecenderungan seseorang untuk selalu

menghisap rokok setiap harinya (batang

rokok perharinya)

Rasio -

Kebiasaan

konsumsi

alkohol

Kecenderungan seseorang yang terbiasa

mengkonsumsi minuman yang

mengandung alcohol

Ordinal 1 : minum alkohol

0 : tidak minum alcohol

Kebiasaan

konsumsi

Minuman

berkafein

Kecenderungan seseorang yang

mempunyai kebiasaan mengkonsumsi

minuman yang mengandung kafein

seperti kopi (137mg/gelas), teh

(57mg/gelas), coklat

(5mg/kemasan),minuman ringan,

minuman energy dan minuman cola

(50mg/kemasan)

Rasio 5 : kopi

4; minuman penambah

tenaga

3 : minuman cola,

minuman ringan,

2 : teh

1 : coklat

0 : air putih

Umur Umur responden sejak ia dilahirkan

hingga ulang tahun terakhirnya saat

diberikan kuesioner (dalam tahun)

Rasio -

Jenis

Kelamin

Sifat Jasmani/ Jenis kelamin responden Nominal 1 : laki laki

0 : perempuan

Riwayat

Keluarga/

Genetik

Riwayat keluarga responden yang

mempunyai hipertensi

Nominal 1: ada

0: tidak ada

D. Jenis Desain Peneitian

Page 66: Bab i iii tesis

65

Metode Penelitian ini bersifat kuantitatif analitik observasional dengan

jenis desain penelitian studi penampang analitik (analitik cross sectional) dimana

variabel independen dan variabel dependen diukur dalam waktu tertentu secara

bersamaan (point time approach).

Analytic cross sectional study dapat menganalisis adanya hubungan

beberapa variabel (dependen dan independen) dan lebih praktis dilaksanakan,

yang dapat digunakan untuk bidang kesehatan, karena dapat mengamati hubungan

suatu penyakit dengan variable independen tertentu (Murti, 2003 ; Lapau, 2010).

E. Metoda Penelitian

1. Populasi dan Sample

a. Populasi

Populasi dalam Penelitian ini adalah seluruh pekerja di Pabrik

Kelapa sawit Nusantara V Sei Galuh sebanyak 165 orang.

b. Sampel

1) Penentuan ukuran sampel yang berskala rasio atau numerik

Informasi yang diperlukan :

a) Nilai Koefisien korelasi Product momen (r): berdasarkan

penelitian pendahuluan yang dilakukan terhadap 50 orang

responden.

b) Tingkat signifikansi (alpha) 5 %.

c) Kekuaatan Uji 90 % atau beta 10%.

Tabel 3.4

Page 67: Bab i iii tesis

66

PERHITUNGAN BESAR SAMPEL DENGAN VARIABEL

DEPENDEN DAN INDEPENDEN SKALA RASIO DALAM

PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA No Variabel Independen r α ß N

1 Umur 0,537 5% 10% 38

2 Kebiasaan merokok 0,597 5% 10% 25

3 Kebiasaan konsumsi kafein 0,488 5% 10% 38

4 Masa kerja 0,400 5% 10% 62

5 Suhu udara ruangan kerja 0,604 5% 10% 25

2) Penentuan Ukuran Sampel berskala ordinal

Informasi yang diperlukan adalah :

a) 2 Nilai rata-rata dari populasi ( kelompok ) independen

x1dan x2, diperoleh dari penelitian pendahuluan dengan 50

0rang responden.

b) Standar Deviasi pada kelompok 1 dan 2 yakni S1 dan S2,

masing-masing diperoleh dari penelitian pendahuluan

dengan 50 orang responden

c) Tingkat signifikansi (alpha ) 5 %.

d) Kekuaatan Uji 90 % atau beta 10%.

e) Dengan Menggunakan rumus :

Sp² = [( n1 – 1)S² 1 + ( n2 – 1)S² 2]

( n1 – 1 ) + ( n 2 – 1 )

Tabel 3.5

PERHITUNGAN BESAR SAMPEL DENGAN VARIABEL

DEPENDEN SKALA RASIO DAN VARIABEL

INDEPENDEN SKALA ORDINAL/NOMINAL DALAM

PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA No Variabel

Independen

_

x1

_

x2

s1

s2

α

5%

ß

10%

n

1 Jenis kelamin 46,14 47,25 5,759 5,674 1,96 1,28 97

2 Riwayat keluarga 45,00 46,80 5,734 5,342 1,96 1,28 31

3 Kebiasaan

konsumsi alkohol

45,57 47,62 5,095 6,008 1,96 1,28 17

4 Lama kerja perhari 43,26 50,87 4,110 4,383 1,96 1,28 1

Page 68: Bab i iii tesis

67

Atas dasar tabel 3.4 dan tabel 3.5 tersebut, maka sampel minimal

yang diperlukan adalah sebesar 97 orang responden, yang jatuh

pada variabel independen jenis kelamin.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi. Ronald (1995) mendefinisikan sampel adalah suatu

himpunan bagian dari populasi. Menurut Sutanto (2007)

persyaratan dalam analisis multivariate, jumlah sampel sangat

penting diperhatikan, sehingga setiap variable diperlukan minimal

10-15 responden sehingga dapat didapatkan sampel minimal 10

(variable) x 10 (orang responden minimal) jadi sampel yang akan

diambil adalah pekerja sebanyak minimal 100 orang.

Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Perkebunan

Nusantara V Sei Galuh pada dari bulan Oktober tahun 2012

dengan criteria sampel dalam penelitian ini:

a) Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh Kabupaten Kampar

b) Bersedia diwawancarai

c) Bersedia dilakukan pemeriksaan tekanan darah

d) Sehat dan berada di tempat

3) Prosedur pengambilan sampel

Jumlah populasi pekerja Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh adalah

165 orang, sedangkan besar sampel yang akan diambil adalah

Page 69: Bab i iii tesis

68

100. Sampling fraction atau interval yaitu 165 dibagi 100

diperoleh hasil 1,65 digenapkan menjadi 2. Prosedur

pengambilan sampel sebesar 100 dilakukan dengan systematic

random sampling. Kemudian ditentukan satu nomor secara

random misalkan didapatkan nomor 005, nomor berikutnya

007, 009...dst sampai sampel berjumlah 100.

2. Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu data yang langsung

didapatkan dari responden.

a. Tekanan darah systole dan diastole

Cara untuk menentukan tekanan darah adalah dengan melakukan

pengukuran tekanan darah secara tidak langsung dengan menggunakan

tensimeter set. Tekanan darah systole dan diastole diukur secara

bersamaan. Pengukuran dimulai dengan manset dipasangkan di lengan

responden dan denyut nadi diraba pada pergelangan tangan. Stetoskop

diletakkan di atas denyut arteri brakialis pada fosa kubiti. Tekanan pada

manset dinaikkan hingga denyut nadi tidak terasa kemudian tekanan pada

maset karet diturunkan perlahan dengan melongkarkan katupnya. Ketika

tekanan diturunkan dan mencapai tekanan darah sistolik terdengar suara

ketukan pada stetoskop (Korotkoff fase I). saat itu tinggi air raksa dalam

Page 70: Bab i iii tesis

69

manometer di catat, tekanan dalam manset dturunkan , suara semakin

keras sampai tekanan darah diastolic dicapai, karakter bunyi tersebut

berubah dan meredup (Korotkoff fase V).

b. Suhu udara ruang kerja

Pemeriksaan suhu udara ruanga kerja di lakukan pada tiap ruang kerja

yang dikunjungi saat melakukan pemeriksaan tekanan darah dan pengisian

kuesioner. Selama pemeriksaan dilakukan, thermometer digital diaktifkan

sehingga setelah selesai pemeriksaan didapatkan hasil suhu udara ruangan

kerja responden yang telah dilakukan pemeriksaan dan pengisian

kuesioner.

c. Umur responden

Umur responden ditanyakan dalam kuesioner yang diberikan. Responden

akan menuliskan berapa umur (usia responden hingga saat ini) dalam

tahun.

d. Jenis kelamin responden

Jenis kelamin responden ditanyakan dalam kuesioner, responden dapat

mencoret pilihan yang bukan merupakan jenis kelaminnya.

e. Riwayat Keluarga/ genetik

Riwayat keluarga didapatkan dari jawaban responden tentang riwayat

keluarga langsung dengan tekanan darah tinggi/ hipertensi yaitu ayah dan

ibu dan tidak langsung yaitu kakek, nenek (kandung).

f. Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok ditanyakan pada responden dalam kuesioner.

Page 71: Bab i iii tesis

70

g. Kebiasaan konsumsi alcohol

Kebiasaan konsumsi alkohol ditanyakan pada responden dalam kuesioner.

h. Kebiasaan konsumsi kafein

Kebiasaan konsumsi kafein ditanyakan pada responden dalam kuesioner.

i. Lama kerja perhari

Lama kerja perhari ditanyakan pada responden dalam kuesioner

j. Massa kerja

Masa kerja ditanyakan pada responden dalam kuesioner

F. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan

computer dengan tahap tahap sebagai berikut:

1. Editing dengan memeriksa validitas data yang masuk seperti memeriksa

kelengkapan pengisian kuesioner, kejelasan jawaban, konsistensi antar

jawaban, relevansi jawaban dan hasil pengukuran tekanan darah dan suhu

ruangan kerja.

2. Coding dengan mengklarifiksi data dan jawaban menurut kategori masing

masing sehingga memudahkan dalam pengelompokan data baik dalam

bentuk angka ataupun bilangan, guna mempermudah saat analisis data.

3. Entry yaitu memasukkan data yang telah disiapkan keadalam program

computer

4. Tabulasi yaitu meringkaskan data yang masuk (data mentah) ke dalam

table tabel yang telah disiapkan.

Page 72: Bab i iii tesis

71

5. Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-

entry apakah ada kesalahan atau tidak.

G. Analisis Data

Setelah data diolah kemudian dianalisis. Analisis berguna untuk

menyederhanakan, sehingga mudah untuk ditafsirkan. Dalam penelitian ini

analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat dengan

menggunakan komputer . Secara bertahap dilakukan sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

a. Data Numerik

Bila variable independen aau variable dependen numeric, maka

dihitung mean, standar deviasi (SD), nilai minmal, nilai maksimal

dan jumlah minimal dan maksimal persamaan garis 95% CI

(Convident Interval)

b. Data Kaegorik

Untuk analisis data kategorik dapat diketahui proporsi kategori

yang negartif atau beresiko dari variabel dependen dan independen,

sehingga diketahui besar situasi masalah dan potensi risiko dan

dapat pula menunjukkan data homogen yang salah satu kategorinya

kurang dari 15%.

2. Analisis Bivariat

Page 73: Bab i iii tesis

72

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui signifikansi

hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dengan variabel

dependen. Untuk mengetahui hubungan antara variabel yang

menggunakan data numerik dengan data kategorik digunakan uji t

Independen sedangkan untuk mengetahui hubungan varibale data numerik

dengan data numerik digunakan uji Regresi Linier Sederhana. Analisis ini

bertujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat yang bertujuan untuk mengetahui variabel

yang paling dominan. Analisis yang digunakan adalah regresi linier

ganda. Pada analisis ini dapat dilihat hubungan antara beberapa variabel

independen dengan satu variabel dependen. Dalam regresi liner ganda

variabel dependennya harus numerik sedangkan pada variabel independen

boleh semuanya numerik dan kategorik (Sutanto, 2007).

Dalam penelitian ini digunakan variabel dependen numerik yaitu

tekanan darah sistole dan diastole. Analisis regresi linier ganda dipilih

dalam menganalisis data bertujuan untuk menemukan model regresi yang

paling sesuai menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan

variabel dependen (Hastono,2007).

Ada 2 (dua) manfaat dari regresi linier ganda yaitu

(Murti,1997)

Page 74: Bab i iii tesis

73

a) Meramalkan varibel dependen dengan menggunakan informasi

yang ada pada sebuah atau set variabel independen.

b) Mengkuantifikasi hubungan sebuah atau lebih variabel independen

dan sebuah variabel dependen. Disini ditekankan tujuan

mengidentifikasi determinan–determinan penyakit dan mengukur

besarnya pengaruh determinan tersebut, baik pengaruh buruknya

ataupun pengruh protektifnya, setelah memperhitungkan pengaruh

variabel independen lainnya.

Secara matematik, model regresi linier ganda di ekspresikan sebagai

berikut:

Y = a+b1X1+b2X2+…….+ bkXk+ e

Keterangan :

Y = Variabel dependen

X = Variabel Independen

b = Koefisien regresi adalah taksiran besarnya rata-rata perubahan yang

dialami variabel Y untuk setiap unit perubahan variabel x. Besarnya

koefisien regresi ini mencerminkan besar pengaruh ( efek ) dari

variable X terhadap terjadinya variabel Y.

a = Konstanta adalah taksiran besarnya rata-rata variabel Y ketika nilai

variabel X1, X2,….X9 = 0 . Dengan kata lain meskipun tanpa pengaruh

suatu variabel Y sudah memiliki suatu nilai tertentu yang konstanta

sifatnya.

Page 75: Bab i iii tesis

74

e = Komponen kesalahan ( error)

k = Banyaknya variabel independen.

Langkah – langkah dalam permodelan regresi linier ganda (Hastono,

2007):

a) Melakukan analisis bivariat untuk menentukan variabel yang menjadi

kandidat model. Masing-masing variabel independen dihubungkan dengan

variabel dependen (bivariat), bila hasil uji bivariat mempunyai p value <

0,25 maka variabel tersebut masuk dalam model multivariat . Untuk

variabel yang p valuenya > 0,25 namun secara substansi penting, maka

variabel tersebut dapat masuk kedalam multivariat.

b) Lakukan analisis secara bersamaan, lakukan pemilihan variabel yang

masuk dalam model. Ketika kita sudah masuk dalam model multivariate,

seharusnya hanya variable independen dengan variable dependen dengan

p value ≤ 0,05. Untuk variabel yang p value > 0,05 dilakukan pengeluaran

dari model satu-persatu, mulai dari variabel yang p valuenya paling besar.

Bila variabel tersebut setelah dikeluarkan dari model mengakibatkan

koefisien dari variabel yang masih dalam model (Koefisien B) dan nilai r

Square berubah besar (lebih dari 10 % ) maka variabel tersebut tidak jadi

di keluarkan tapi dimasukkan kembali dalam model karena dianggap

sebagai variabel yang p value-nya > 0,05 dicoba dikeluarkan dari model

dan akhirnya jadilah model multivariat terakhir. Dalam

Page 76: Bab i iii tesis

75

pemilihan/penentuan variabel independen yang masuk model digunakan

metode ENTER.

c) Melakukan diagnostik regresi linier

(1) Melakukan pengujian terhadap kelima asumsi, yaitu asumsi ekstensi

(variabel random), asumsi independensi, asumsi linieritas,asumsi

homoscedascity dan asumsi normalitas.

(2) Melakukan pengujian adanya kolinearitas.

Kolinearitas terjadi bila antar variabel independen terjadi saling

hubungan yang kuat. Untuk mengetahui adanya kolinearitas dapat

dilihat dari koefisien korelasi, bila r lebih tinggi dari 0,8 maka terjadi

kolinearitas. Selain itu dapat diketahui dari nilai VIF atau tolerance ,

bila nilai VIF > 10, atau tolerance sekitar 1 (satu) maka model terjadi

kolinearitas.