Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING
MENGGUNAKAN ANIMASI DAN PICTORIAL RIDDLE
DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR
DAN SIKAP ILMIAH SISWA
(Studi Kasus pada Materi Usaha dan Energi Kelas XI IPA Semester 1
SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011)
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama Pendidikan Fisika
Oleh :
HAZAIRIN NIKMATUL LUKMA
NIM : S831002044
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING
MENGGUNAKAN ANIMASI DAN PICTORIAL RIDDLE
DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR
DAN SIKAP ILMIAH SISWA
(Studi Kasus Pada Materi Usaha Dan Energi Kelas XI IPA Semester 1
SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011)
Disusun Oleh
HAZAIRIN NIKMATUL LUKMA
NIM : S831002044
Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I :
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP 19520116 198003 1 001
................. ................
Pembimbing II :
Dra. Suparmi, MA, Ph.D. NIP 19520915 197603 2 001
................ ................
Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP 19520116 198003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING
MENGGUNAKAN ANIMASI DAN PICTORIAL RIDDLE
DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR
DAN SIKAP ILMIAH SISWA
(Studi Kasus Pada Materi Usaha Dan Energi Kelas XI IPA Semester 1
SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011)
Disusun Oleh
HAZAIRIN NIKMATUL LUKMA
NIM : S831002044
Telah Disahkan Oleh Tim Penguji
Pada tanggal.................................
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua : Prof. Dr. H. Ashadi .......................
Sekretaris : Drs. Cari, M.A, M.Sc, Ph.D .......................
Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M Pd ........................
2. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D ........................
Mengetahui Surakarta, 2011
Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP 19570820 198503 1 004 NIP 19520116 198003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : HAZAIRIN NIKMATUL LUKMA
NIM : S831002044
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul
“PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING
MENGGUNAKAN ANIMASI DAN PICTORIAL RIDDLE DITINJAU DARI
MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA” (Studi Kasus Pada
Materi Usaha Dan Energi Kelas XI IPA Semester 1 SMA Terpadu Abul Faidl
Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011) adalah benar-benar hasil karya sendiri.
Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan
dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, April 2011
Yang membuat pernyataan
HAZAIRIN NIKMATUL LUKMA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Hazairin Nikmatul Lukma, S831002044. 2011. Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle ditinjau dari Motivasi Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa. (Studi Kasus pada Materi Usaha dan Energi Kelas XI IPA Semester 1 SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011). Tesis Pembimbing I Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. dan pembimbing II : Dra. Suparmi, MA, Ph.D, Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pengaruh Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle terhadap prestasi belajar fisika, pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika, pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika, interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika, interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika, interaksi antara motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika, interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar serta sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI. Sampel penelitian diambil secara cluster random sampling, yaitu kelas XI IPA 1 menggunakan Animasi dan kelas XI IPA 2 menggunakan Pictorial Riddle. Pengumpulan data dilakukan melalui tes untuk prestasi belajar dan angket untuk motivasi belajar dan sikap ilmiah. Analisis menggunakan Analisis Varians (ANAVA) tiga jalan dengan desain faktorial 2 x 2 x 2.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa:ada pengaruh Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle terhadap prestasi belajar fisika dimana rerata yang lebih baik diperoleh siswa pada kelas eksperimen I (media Animasi), ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika dimana rerata yang lebih baik diperoleh siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika dimana rerata yang lebih baik diperoleh siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi, tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika, tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika, tidak ada interaksi antara motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika, tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar serta sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.
Kata kunci : Pembelajaran fisika, inkuiri terbimbing, animasi, pictorial riddle, motivasi
belajar, sikap ilmiah, prestasi belajar, usaha dan energi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Hazairin Nikmatul Lukma, S831002044. 2011. Physics Learning using Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle over viewed from Student Motivation and Scientific Attitude. (A Case Study on Work And Energy Concept for XIth Grade Student at SMA Terpadu Wonodadi Blitar in 2010/2011 Academic Year). The Thesis, Advisor I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. and Advisor II : Dra. Suparmi, MA, Ph.D, Science Education Program of Post Graduate, Sebelas Maret University of Surakarta, 2011 The purposes of this research were to know: the effect of the use of Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle toward to the student achievement, the effect of the use of high and low student motivation toward to the student achievement, the effect of the use of high and low scientific attitude toward to the student achievement, the interaction between Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle and student motivation toward to the student achievement, the interaction between Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle and scientific attitude toward to the student achievement, the interaction between student motivation and scientific attitude toward to the student achievement, the interaction among Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle, student motivation and scientific attitude toward to the student achievement. This research was carried out at SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar in 2010/2011 academic year. This research used experimental method. The population was all students in XI grade. The sampel was taken using cluster random sampling, are XI IPA 1 used Animation learning media, and XI IPA 2 used Pictorial Riddle learning media. The data was collected using test for student achievement and quistionere for student motivation and scientific attitude. Then the data was analized using Anova with 2 x 2 x 2 factorial design. The results of data analysis were: there was effect of the use of Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle toward to the student achievement; which the better result is Animation class; theres was effect of the use of high and low student motivation toward to the student achievement, which the better result is student with high motivation; there was effect of the use of high and low scientific attitude toward to the student achievement, which the better result is student with high scientific attitude; there was no interaction between Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle and student motivation toward to the student achievement; there was no interaction between Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle and scientific attitude toward to the student achievement; there was no interaction between student motivation and scientific attitude toward to the student achievement; there was no interaction among Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle, student motivation and scientific attitude toward to the student achievement. Keywords : Physics learning, guided inquiry, animation, pictorial riddle, student
motivation, scientific attitude, student achievement, work and energy
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa di antara kamu (QS. Al-Hujurat : 13)
Puncak ilmu pengetahuan ialah apabila kita mengetahui sedalam-dalamnya
makna taat dan ibadah
Jaga hatimu dengan ilmumu untuk mengetahui sifat-sifat hawa nafsu
sehingga hatimu bisa lepas dari belenggu dunia dan lalu mendekat
kepada-Nya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada
Ayahanda dan Ibunda tercinta Sahabat Pendidikan Sains Angkatan Pebruari 2010 dan
Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan rancangan tesis yang berjudul
”Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa” ini
dengan lancar. Penelitian ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Selesainya penyusunan penelitian ini tidak lepas dari bimbingan dan
bantuan berbagai pihak yang dengan ikhlas dan tanpa kenal lelah telah membantu
penulis. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana
yang telah memberikan beragam fasilitas dan kemudahan dalam penyusunan
proposal penelitian ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Sains dan Pembimbing I yang telah memberikan dorongan,
bimbingan, dan kesempatan kepada penulis.
3. Ibu Dra. Suparmi, MA, Ph.D selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan banyak pengarahan dan bimbingan.
4. Bapak Masroni, S.Ag. M.H selaku Kepala SMA Terpadu Abul Faidl
Wonodadi Blitar yang telah memberikan izin tempat penelitian tesis kepada
penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana
yang dengan kebesaran hati dan senantiasa membagi ilmu dalam penyusunan
penelitian ini.
6. Ayahanda dan Ibunda serta keluarga yang senantiasa mendoakan, memberi
dorongan, kasih sayang tiada henti dan doa restu.
7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret angkatan Pebruari 2010 yang
senantiasa saling memberi dorongan semangat selama penyusunan penelitian
ini.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
mendukung demi selesainya penyusunan penelitian ini.
Saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis harapakan untuk
perbaikan kualitas penulisan dan pengembangan penelitian di Indonesia pada
umumnya.
Surakarta, April 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................
PERNYATAAN.........................................................................................
ABSTRAK..................................................................................................
ABSTRACT................................................................................................
HALAMAN MOTTO ...............................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN...............................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR............................................................................... viii
DAFTAR ISI..............................................................................................
DAFTAR TABEL.......................................................................................
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
xi
xvi
xix
xxi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………….
B. Identifikasi Masalah ……………………………………….
C. Pembatasan Masalah ………………………………………
D. Perumusan Masalah ………………………………………...
E. Tujuan Penelitian ..................................................................
1
1
14
16
16
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
F. Manfaat Penelitian................................................................ 18
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA
BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori..........................................................................
1. Definisi Belajar dan Pembelajaran Fisika..........................
a. Definisi Belajar.............................................................
b. Definisi Pembelajaran...................................................
2. Teori-Teori Belajar............................................................
a. Teori Kognitif Jean Piaget............................................
b. Teori Penemuan Jerome Bruner...................................
c. Teori Belajar Bermakna Ausubel..................................
3. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing......................................
a. Definisi Pembelajaran Inkuiri.......................................
b. Definisi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing....................
c. Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing...
d. Keuntungan Penerapan Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing....................................................................
4. Media Pembelajaran...........................................................
5. Animasi..............................................................................
6. Pictorial Riddle..................................................................
7. Motivasi Belajar.................................................................
8. Sikap Ilmiah.......................................................................
9. Prestasi Belajar..................................................................
20
20
20
20
21
23
23
27
30
32
32
33
34
35
36
38
40
42
44
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
a. Aspek Kognitif (Cognitive Domain)............................
b. Aspek Afektif (Affective Domain)..............................
c. Aspek Psikomotorik (Psychomotoric Domain)............
10. Hakikat Pembelajaran Fisika.............................................
11. Materi Usaha dan Energi...................................................
B. Penelitian yang Relevan...........................................................
C. Kerangka Berpikir....................................................................
D. Hipotesis..................................................................................
48
49
49
50
53
68
72
80
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................
1. Tempat Penelitian..............................................................
2. Waktu Penelitian...............................................................
B. Populasi dan Sampel...............................................................
1. Populasi............................................................................
2. Sampel..............................................................................
C. Metode Penelitian...................................................................
D. Variabel Penelitian..................................................................
1. Variabel Bebas.................................................................
2. Variabel Moderator..........................................................
3. Variabel Terikat................................................................
E. Data Penelitian........................................................................
1. Jenis Data.........................................................................
2. Sumber Data....................................................................
81
81
81
81
82
82
82
83
83
83
84
85
86
86
86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
3. Teknik Pengumpulan Data...............................................
F. Instrumen Penelitian...............................................................
1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran...............................
2. Instrumen Pengambilan Data...........................................
G. Uji Coba Instrumen................................................................
1. Uji Validitas.....................................................................
2. Uji Reliabilitas..................................................................
3. Uji Taraf Kesukaran..........................................................
4. Uji Daya Beda..................................................................
H. Teknik Analisis Data...............................................................
1. Uji Prasyarat Analisis........................................................
a. Uji Normalitas..............................................................
b. Uji Homogenitas...........................................................
2. Uji Hipotesis (Analisis Variansi Tiga Jalan).....................
3. Tata Letak Data................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data..........................................................................
1. Data Prestasi Belajar ditinjau dari Motivasi Belajar
Siswa.................................................................................
2. Data Prestasi Belajar ditinjau dari Sikap Ilmiah
Siswa.................................................................................
3. Data Prestasi Belajar Fisika...............................................
a. Data Prestasi Belajar Fisika Ranah Kognitif................
86
87
87
87
87
87
90
91
92
93
93
93
94
94
96
99
99
99
102
105
105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
b. Data Prestasi Belajar Fisika Ranah Afektif.................
c. Data Prestasi Belajar Fisika Ranah Kognitif dan
Afektif.........................................................................
B. Uji Prasyarat............................................................................
1. Uji Normalitas...................................................................
2. Uji Homogenitas...............................................................
C. Pengujian Hipotesis..................................................................
D. Pembahasan Hasil Analisis Data.............................................
E. Keterbatasan Penulis................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................
B. Implikasi................................................................................
1. Implikasi Teoritis............................................................
2. Implikasi Praktis.............................................................
C. Saran......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
110
111
112
112
114
115
123
132
133
133
140
140
141
141
143
147
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8.
3.9.
3.10.
3.11.
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
Nilai Ulangan Harian K.D Usaha dan Energi Kelas XI
Tahun Ajaran 2009/2010......................................................
Agenda Penelitian................................................................
Rancangan Penelitian...........................................................
Interpretasi Validitas Soal...................................................
Hasil Uji Validitas...............................................................
Interpretasi Reliabilitas Soal................................................
Hasil Uji Reliabilitas............................................................
Klasifikasi Taraf Kesukaran................................................
Hasil Uji Taraf Kesukaran..................................................
Interpretasi Daya Pembeda.................................................
Hasil Uji Daya Pembeda.....................................................
Tata Letak Data...................................................................
Deskripsi Data Prestasi Belajar ditinjau dari Motivasi
Belajar..................................................................................
Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari
Motivasi Belajar Tinggi.......................................................
Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari
Motivasi Belajar Rendah.....................................................
Deskripsi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari
6
81
83
88
89
90
91
92
92
93
93
96
99
100
100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
4.5.
4.6.
4.7.
4.8.
4.9.
4.10.
4.11.
4.12.
4.13.
4.14.
4.15.
4.16.
4.17.
Sikap Ilmiah.........................................................................
Deskripsi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari
Sikap Ilmiah Tinggi..............................................................
Deskripsi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari
Sikap Ilmiah Rendah...........................................................
Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Kognitif Siswa
dalam Media Pembelajaran...................................................
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Fisika Siswa pada
Kelas Eksperimen I (Media Animasi)..................................
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Fisika Siswa pada
Kelas Eksperimen II (Media Pictorial Riddle)....................
Distribusi Keseluruhan Data................................................
Rerata Prestasi Belajar........................................................
Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Afektif Siswa dalam
Media Pembelajaran.............................................................
Deskripsi Distribusi Data Keseluruhan................................
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Ditinjau dari
Motivasi Belajar....................................................................
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Ditinjau dari Sikap
Ilmiah....................................................................................
Hasil Uji Normalitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Media Animasi dan Pictorial Riddle.....................................
Hasil Uji Homogenitas..........................................................
102
103
103
105
106
106
108
109
110
112
113
113
114
115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
4.18.
Hasil Uji Anava..................................................................... 116
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Bentuk-Bentuk Belajar......................................................... 31
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
2.8.
2.9.
2.10.
4.1.(a)
4.1.(b)
4.2.(a)
Usaha yang Dilakukan oleh Sebuah Gaya yang
Konstan.................................................................................
Balok di atas Bidang Datar Dikenai Beberapa Gaya...........
Gaya Pegas............................................................................
Besarnya Usaha yang Dilakukan oleh Gaya Pegas...............
Hubungan antara Usaha dan Energi......................................
Energi Potensial Gravitasi.....................................................
Perubahan Energi Potensial tidak bergantung pada
Lintasan.................................................................................
Sebuah Balok Bergerak dari A ke B, melintasi Garis Lurus
AB atau Melewati Busur Setengah Lingkaran AB...............
Posisi dan kecepatan dua buah bola pada saat yang sama....
Gambar Histogram Prestasi Belajar ditinjau dari Kelompok
Motivasi Belajar Tinggi........................................................
Gambar Histogram Prestasi Belajar ditinjau dari Kelompok
Motivasi Belajar Rendah.......................................................
Gambar Histogram Prestasi Belajar ditinjau dari Kelompok
Sikap Ilmiah Tinggi...............................................................
54
56
57
58
59
62
63
64
66
101
101
104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
4.2.(b)
4.3.(a)
4.3(b).
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
Gambar Histogram Prestasi Belajar ditinjau dari Kelompok
Sikap Ilmiah Rendah............................................................
Histogram Prestasi Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen I
(Media Animasi)...................................................................
Histogram Prestasi Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
II (Media Pictorial Riddle)....................................................
Grafik Interaksi Media dengan Motivasi Belajar terhadap
Prestasi Belajar Siswa..........................................................
Grafik Interaksi Media dengan Sikap Ilmiah terhadap
Prestasi Belajar Siswa..........................................................
Grafik Interaksi Motivasi Belajar dengan Sikap Ilmiah
terhadap Prestasi Belajar Siswa............................................
Grafik Interaksi Media-Motivasi Belajar-Sikap Ilmiah
terhadap Prestasi Belajar Siswa..........................................
104
107
107
118
120
121
122
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1
2
3
Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar.....................................
Uji Coba Angket Motivasi Belajar.....................................
Kisi-Kisi Angket Sikap Ilmiah...........................................
147
153
157
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Uji Coba Angket Sikap Ilmiah...........................................
Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar.............................................
Uji Coba Tes Prestasi Belajar..............................................
Kunci Jawaban Uji Coba Tes Prestasi Belajar....................
Lembar Angket Motivasi Belajar........................................
Lembar Angket Sikap Ilmiah..............................................
Tes Prestasi Belajar.............................................................
Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar....................................
Silabus.................................................................................
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).........................
Lembar Kegiatan Siswa (LKS)...........................................
Pedoman Penilaian Aspek Afektif Siswa............................
Analisis Data Motivasi Belajar...........................................
Analisis Data Sikap Ilmiah.................................................
Analisis Data Prestasi Belajar.............................................
Hasil Uji Normalitas Data Angket Motivasi Belajar..........
Hasil Uji Normalitas Data Angket Sikap Ilmiah.................
164
168
170
176
177
180
184
190
191
195
227
263
265
267
269
271
274
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Hasil Uji Normalitas Tes Prestasi Belajar...........................
Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar..............................
Hasil Uji Hipotesis...............................................................
Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan
Tingkat Kesukaran Tes Prestasi Belajar...............................
Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Motivasi Belajar........
Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Sikap Ilmiah..............
Hasil Tes Prestasi Belajar Siswa...........................................
Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian...................................
Surat Perijinan......................................................................
277
280
281
282
286
288
291
327
329
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 termaktub bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
Merujuk pada isi Undang-Undang tersebut, pendidikan nasional memiliki peran
yang sangat urgent, yakni mengembangkan kemampuan dan watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat. Sehingga kualitas pendidikan sangat
menentukan eksistensi dan masa depan suatu bangsa.
Pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasar kepada pencapaian tujuan
pembangunan nasional Indonesia. Sistem pendidikan nasional (Sisdiknas)
merupakan satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan
pendidikan yang saling berkaitan untuk mengusahakan tercapainya tujuan
pendidikan nasional. Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, bahwa
pendidikan di Indonesia harus mampu mendukung pembangunan di masa yang
akan datang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang
adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang
bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang
dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun kemampuan
kompetensi siswa. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika
seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang
bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk
menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun
yang akan datang (Trianto, 2009:1). Konsekuensi logisnya adalah pendidikan
harus terus mengalami kontinuitas peningkatan kualitas, selaras dengan kebutuhan
dan tantangan masa depan, dalam perkembangan dunia kerja maupun
perkembangan ilmu pengetahuan. Sehingga pada nantinya akan terbentuk sumber
daya manusia yang tangguh dan kompeten yang siap berlaga dalam kancah
perkembangan pembangunan nasional.
Pemerintah terus bekerja keras dalam upaya meningkatkan pendidikan
nasional, tercermin dari upaya peningkatan profesionalisme guru, mengingat
peran guru yang cukup sentral dalam dunia pendidikan. Upaya pemerintah
tersebut diawali dengan ditetapkannya Undang-Undang no. 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen, dimana dalam undang-undang ini diatur kualifikasi-
kualifikasi yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Diharapkan dengan
terpenuhinya syarat-syarat seorang guru sebagaimana tertuang dalam undang-
undang tersebut guru dapat memberikan suatu kontribusi terciptanya kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pembelajaran yang sesuai PAIKEM, yaitu pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, dan menyenangkan.
Pembelajaran PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang
dikembangkan dengan cara membantu siswa membangun keterkaitan antara
informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah
dimiliki dan dikuasai siswa. Siswa dibelajarkan bagaimana mereka mempelajari
konsep dan bagaimana konsep tersebut dapat dipergunakan di luar kelas (Agus
Supriyono, 2009:xi). Kegiatan pembelajaran itu sendiri dalam sekolah merupakan
interaksi antara pendidik (guru) dengan siswa. Dalam Standar Nasional
Pendidikan (SNP) pasal 19 ayat 1, disebutkan bahwa :
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha
sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi
siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi
dua arah dari seorang guru dan siswa, dimana antara keduanya terjadi komunikasi
(transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan
sebelumnya (Trianto, 2009:17). Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas,
dalam pembelajaran, guru merupakan sebuah “centre” atau pengendali, karena
guru yang menjadi penentu dari iklim dan kegiatan pembelajaran. Sehingga
keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat tergantung pada bagaimana guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
memberikan pembelajaran yang efektif dan tepat sasaran dari tujuan pembelajaran
itu sendiri.
Upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat
dilakukan melalui perbaikan proses pembelajaran. Dalam perbaikan proses
pembelajaran ini peranan guru sangat penting, yaitu menetapkan metode
pembelajaran yang tepat. Oleh karena sasaran proses pembelajaran adalah siswa
belajar, maka dalam menetapkan metode pembelajaran, fokus perhatian guru
adalah pada upaya membelajarkan siswa (Sumiati, 2007:xiii). Dengan kata lain,
bagaimana menyesuaikan metode pembelajaran dengan karakteristik materi yang
ingin disampaikan itulah yang harus menjadi prioritas perhatian guru.
Peran guru sangat menuntut penguasaan bahan yang luas dan mendalam.
Guru perlu mempunyai pandangan yang sangat luas mengenai pengetahuan
tentang bahan yang akan diajarkan. Pengetahuan yang luas dan mendalam
memungkinkan seorang guru menerima pandangan dan gagasan yang berbeda dari
murid dan juga memungkinkan untuk menunjukkan apakah gagasan itu jalan atau
tidak. Penguasaan bahan memungkinkan seorang guru mengerti macam-macam
jalan dan model untuk sampai pada suatu pemecahan persoalan tanpa terpaku
pada satu model (Paul Suparno, 1996:69). Model ataupun metode pembelajaran
yang tepat serta ditunjang pula oleh media pembelajaran atau sarana dan prasarana
serta penataan lingkungan belajar yang kondusif menjadi komponen utama yang
akan menentukan keberhasilan pembelajaran.
Kenyataan yang dijumpai dalam praktek seringkali menunjukkan gejala
bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh seorang guru menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
keadaan yang “begitu-begitu saja” dari hari ke hari, atau untuk materi
pembelajaran apapun yang diajarkan (monoton) (Sumiati, 2007:3). Setiap materi
memiliki karakter masing-masing, oleh karena itu model pembelajaran sudah
seyogyanya disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Sehingga tidak
heran jika suasana kelas menjadi kurang menyenangkan jika guru tetap
mempertahankan kemonotonan itu. Pembelajaran menjadi hal yang tidak menarik
lagi dan membosankan bagi siswa, tak terkecuali untuk pembelajaran fisika.
Bagi siswa, pelajaran fisika selama ini merupakan “momok”, pelajaran
yang menakutkan karena penuh dengan beragam rumus yang sulit
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ditambah lagi, ketika di dalam
kelas guru menyampaikan materi fisika dengan nuansa ceramah yang sangat
monoton dan jarang memfasilitasi siswa dengan percobaan untuk melatih proses
berpikir. Sehingga identitas pelajaran membosankan, tidak menarik, tidak
menyenangkan, dan istilah lainnya semakin melekat dan bahkan menjadi
semacam “trademark” dalam pelajaran fisika.
Keberhasilan pembelajaran fisika dapat dilihat dari penguasaan dan
pemahaman siswa terhadap suatu materi, misalnya materi usaha dan energi.
Pemahaman siswa yang dimaksud bukanlah sekedar pemahaman substantif saja,
tetapi juga diharapkan ada efek yang menyertai pemahaman itu, misalnya siswa
mampu berpikir secara sistematis, logis dan kritis; siswa mampu memahami
peranan dan penerapan usaha dan energi dalam kehidupan manusia; siswa juga
diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi terhadap permasalahan
terkait materi usaha dan energi. Sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
biasanya dilihat dari nilai siswa, yang dikatakan tuntas jika nilai siswa mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan dikatakan tidak tuntas jika nilai siswa
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Tabel 1.1 menyajikan hasil
ulangan harian usaha dan energi kelas XI SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi
Blitar semester I tahun ajaran 2009/2010 :
Tabel 1.1. Nilai Ulangan Harian K.D Usaha dan Energi Kelas XI Thn. Ajaran 2009/2010
No. Kelas KKM Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Prosentasi
Ketuntasan
1. XI IPA 1 65 16 14 30 53,3%
2. XI IPA 2 65 15 14 29 51,7%
3. XI IPA 3 65 14 17 31 45,1%
Dari tabel terlihat bahwa prestasi belajar fisika materi usaha dan energi
masih rendah. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran
fisika selama ini yang dilaksanakan oleh guru belum berhasil. Kondisi
pembelajaran fisika di SMAT Abul Faidl Wonodadi Blitar masih dominansi
ceramah yang menunjukkan kemonotonan sehingga membuat siswa cepat merasa
bosan. Padahal ada beragam metode pembelajaran inovatif yang dapat mengemas
pembelajaran fisika menjadi pembelajaran yang menarik (misalnya melalui media
visual) yang dapat diaplikasikan guru, namun tampaknya guru belum
memperhatikan hal ini.
Karakteristik pembelajaran fisika yang menuntut untuk berpikir ilmiah dan
sistematis, melalui serangkaian proses ilmiah untuk menemukan sesuatu juga
luput dari perhatian guru. Padahal proses berpikir ilmiah tersebut dapat dikatakan
cukup penting, mengingat konsep fisika diperoleh dari serangkaian prosos ilmiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Saat pembelajaran berlangsung, guru hanya semata-mata memberikan informasi
saja, tanpa ada interaksi timbal balik antara guru dengan siswa. Kondisi siswa
SMAT Abul Faidl Wonodadi Blitar yang beragam, baik mengenai kemampuan
awal, motivasi belajar, sikap ilmiah, maupun IQ (Intelegence Quation) ternyata
juga lepas dari perhatian guru, karena guru memperlakukan secara sama semua
siswa dengan segala heterogenitasnya tersebut.
Hasil survei nasional pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa sistem
pendidikan formal di Indonesia pada umumnya masih kurang memberi peluang
bagi pengembangan kreativitas. Hal senada dikemukakan oleh Munandar bahwa
kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-
macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk
pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian. Rendahnya
pengembangan kreativitas disebabkan pembelajaran di sekolah yang terutama
dilatih adalah pengetahuan, ingatan, kemampuan berpikir logis atau berpikir
konvergen yaitu kemampuan menemukan satu jawaban yang paling tepat terhadap
masalah yang diberikan berdasarkan informasi yang tersedia. Dampaknya ketika
dihadapkan pada suatu permasalahan siswa sering mengalami kesulitan
menemukan alternatif pemecahan.
Selain keterampilan berpikir kreatif, yang perlu dikembangkan pada
pembelajaran di sekolah adalah kemampuan dasar bekerja ilmiah. Kemampuan
dasar bekerja ilmiah terdiri atas kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual.
Pembelajaran di sekolah selama ini lebih mengedepankan pengembangan
kecerdasan intelektual sehingga kecerdasan emosional dan berpikir kreatif kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
dikembangkan. Padahal fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (sains)
diperoleh dari berpikir ilmiah.
Di dalam kurikulum 2006 dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta, konsep atau prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Sebagaimana disebutkan di atas, fisika yang merupakan bagian dari
ilmu pengetahuam alam (IPA) banyak sekali ditemukan implementasinya dalam
kehidupan sehari-hari. Dapat diambil contoh misalnya untuk konstruksi gedung
bertingkat, dalam pembuatannya sering digunakan katrol untuk mengangkat alat-
alat berat dari bawah ke atas. Air bendungan bisa dimanfaatkan menjadi listrik
melalui PLTA. Jalan-jalan di wilayah pegunungan dibuat berkelok-kelok dengan
maksud tertentu. Selain itu jika diperhatikan dengan seksama, ban sepeda dan
kendaraan bermotor lainnya semakin lama digunakan, permukaannya akan
semakin licin. Hal ini dapat terjadi tentunya tidak terlepas dari fenomena-
fenomena fisika.
Kejadian-kejadian di atas merupakan contoh aplikasi dan implementasi
fisika dalam kehidupan sehari-hari untuk konsep usaha dan energi, dan masih
banyak contoh-contoh lainnya. Dengan demikian, materi fisika khusunya konsep
usaha dan energi penting sekali untuk dipelajari oleh siswa, mengingat konsep
usaha dan energi tidak jauh aplikasinya dari keseharian siswa. Dalam mempelajari
materi fisika khusunya konsep usaha dan energi ini, siswa dapat melakukan
observasi dalam laboratorium sekolah. Namun mengingat keterbatasan sarana dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
prasarana yang ada di SMAT Abul Faidl Wonodadi Blitar, proses pembelajaran
dilaksanakan dengan memanfaatkan suatu media pembelajaran.
Para ilmuwan sains (scientist) dulu ketika menemukan konsep-konsep
fisika, dilaksanakan melalui serangkaian proses atau kegiatan yang bersifat
inquiry atau discovery. Pada dasarnya proses yang digunakan oleh para ilmuwan
ini adalah proses menemukan yang diikuti serangkaian kegiatan, dimulai dari
penemuan masalah, perumusan hipotesis, melakukan eksperimen, diakhiri
penarikan kesimpulan, hingga kemudian diperoleh suatu konsep. Karena proses
fisika identik dengan proses inkuiri, maka dalam penelitian ini pendekatan
pembelajaran yang diterapkan adalah inkuiri. Ada beberapa macam pembelajaran
Inkuiri, diantaranya adalah Inkuiri Terbimbing. Menurut Michael Jabot dan
Christian H.Kautz (2007:1) pembelajaran Inkuiri Terbimbing menjadikan siswa
berpikir untuk mencari tahu dengan bimbingan guru, sehingga Inkuiri Terbimbing
memberikan pengaruh hasil yang lebih baik daripada pembelajaran yang hanya
berkutat pada ceramah saja. Mengingat siswa SMAT Abul Faidl belum pernah
melakukan proses inkuiri sebelumnya, maka inkuiri yang digunakan adalah
Inkuiri Terbimbing, dimana siswa dibimbing oleh guru selama proses inkuiri
tersebut.
Melalui pembelajaran ini juga siswa secara aktif akan terlibat dalam proses
mentalnya melalui kegiatan pengamatan, pengukuran, dan pengumpulan data
untuk menarik suatu kesimpulan. Dalam pembelajaran Inkuiri Terbimbing, guru
adalah fasilitator pembelajaran dan manajer lingkungan belajar. Terbimbing
(guided) dalam penelitian ini diartikan bahwa perencanaan pembelajaran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
penyusunan laporan, dan instrumen pencatatan data disediakan oleh guru. Hal ini
dimaksudkan agar proses belajar mengajar berlangsung efektif dan efisien,
sehingga akan dapat meningkatkan potensi intelektual siswa, meningkatkan
motivasi intrinsik siswa untuk belajar, mengarahkan siswa ke arah pola berpikir
induktif atau investigasi, dan meningkatkan ketahanlamaan memori. Sedangkan
ketika pembelajaran berlangsung, peran guru sebagai pembimbing yaitu
memberikan petunjuk-petunjuk seperlunya (fungsi guru adalah sebagai manajer
lingkungan belajar). Pembelajaran inkuiri terbimbing mampu mengeksplorasi
kemampuan siswa, sehingga siswa mampu memahami lebih dalam terhadap
materi tertentu (Rick Vanosdall, dkk, 2007:6). Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan bahwa proses pembelajaran Inkuiri terbimbing merupakan suatu
model pembelajaran yang menuntut siswa terlibat aktif di dalamnya melalui
kegiatan-kegiatan yang berorientasi ilmiah.
Model pembelajaran Inkuiri terbimbing mempunyai peranan penting di
dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, karena model pembelajaran ini
tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi siswa
yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan.
Bruner menyampaikan (Ratna Wilis, 1988:98) bahwa salah satu dari empat tema
pendidikan adalah motivasi atau keinginan untuk belajar, dan cara-cara yang
tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu. Pengalaman-pengalaman
pendidikan yang merangsang motivasi ialah pengalaman-pengalaman dimana para
siswa berpartisipasi secara aktif dalam menghadapi alamnya. Dengan dipilihnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
pembelajaran Inkuiri Terbimbing diharapkan siswa dapat berperan aktif, kreatif,
dan dapat berpikir secara sistematis dalam proses pembelajaran.
Konteks outdoors atau pelaksanaan pembelajaran dimana siswa
melakukan proses “inquiry” dimaksudkan untuk menginspirasi dan mengapresiasi
siswa. Sehingga pembelajaran sains melalui Inkuiri terbimbing dan kegiatan
eksperimen yang tidak selalu berpusat di dalam kelas diharapkan mampu
menciptakan suasana belajar yang kontruktivis, inspiratif, apresiatif, dan siswa
juga mampu berperan aktif, kreatif, serta juga dapat berpikir secara sistematis
(Oleg Popov, dkk :1). Dalam penelitian ini, pembelajaran fisika materi usaha dan
energi dilakukan melalui pendekatan inkuiri terbimbing melalui Animasi. Dengan
media ini siswa dapat memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil
kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan dari apa yang ditampilkan dari media
Animasi tersebut. Pembelajaran melalui media Animasi bersifat menghibur dan
sangat menarik perhatian siswa. Dalam pembelajaran, Animasi sebagai media
interaktif dapat memperkuat konsep yang ada pada diri siswa (RM Benito, dkk
2007:1). Sehingga melalui media Animasi diharapkan materi fisika yang
disampaikan menjadi tidak membosankan, dan siswa dapat lebih aktif dalam
proses pembelajaran.
Selain Animasi, pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing lain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Pictorial Riddle. Pictorial riddle disusun
dalam rangka meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap
pembelajaran fisika materi usaha dan energi, dalam diskusi kelompok kecil atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
kelompok besar. Pictorial merupakan salah satu bentuk yang cukup diminati oleh
siswa dalam menyelesaikan permasalahan fisika (Patrick B Kohl:1). Gambar,
peraga, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara
berpikir kritis dan kreatif dari siswa. Suatu “riddle” biasanya berupa gambar di
papan tulis, papan poster atau diproyeksikan dari suatu transparansi, kemudian
guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan “riddle” (Moh.
Amien, 1979:26-27). Pendekatan Inkuiri Terbimbing dengan media Pictorial
Riddle ini tepat digunakan dalam pembelajaran fisika materi usaha dan energi,
mengingat bahwa Pictorial Riddle dapat mengemas materi usaha dan energi
menjadi suatu pembelajaran fisika yang menarik dan tentu saja mengasyikkan
bagi siswa.
Sebagaimana yang telah disampaikan di atas, kegiatan pembelajaran itu
sendiri dalam sekolah merupakan interaksi antara pendidik (guru) dengan yang
terdidik (siswa). Sehingga keberhasilan suatu proses pembelajaran minimal
bergantung pada pada guru dan siswa itu sendiri, selain ditunjang pula oleh
sarana-prasarana seperti laboratorium misalnya. Faktor keberhasilan pembelajaran
khususnya pembelajaran fisika dari diri siswa misalnya adalah motivasi atau
pendorong siswa untuk belajar fisika, karena tanpa adanya motivasi, siswa tidak
akan serius dalam mengikuti pembelajaran. Namun sebaliknya jika siswa
memiliki motivasi tinggi, maka siswa akan tertarik dan selalu ingin terlibat dalam
proses pembelajaran. Hamzah B. Uno (2006:27) menyampaikan pentingnya
motivasi dalam kegiatan pembelajaran. Ada beberapa peranan penting dari
motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam menentukan hal-hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak
dicapai, menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, serta
menentukan ketekunan belajar.
Selain motivasi, sikap ilmiah siswa juga merupakan faktor keberhasilan
pembelajaran dari dalam siswa. Sikap ilmiah menunjukkan bagaimana seorang
siswa bertindak dan berpikir ilmiah sesuai metode ilmiah. Sebagaimana yang
disampaikan Syailani (2010:40) dalam Moh. Amin (1994:77), kumpulan
pengetahuan atau produk sains berupa fakta, observasi, eksperimentasi,
generalisasi, dan analisis yang rasional dan ilmuwan mengumpulkan pengetahuan
sains berusaha untuk bersikap obyektif dan jujur, mengikuti macam prosedur
eksperimen ini yang dikenal dengan sikap ilmiah. Dengan demikian, seorang
siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi akan selalu bersikap obyektif dan jujur.
Selain bersikap obyektif dan jujur, ciri-ciri sesorang yang mempunyai sikap
ilmiah tinggi meliputi sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap ingin menemukan, sikap
menghargai karya orang lain tekun, dan juga mempuyai sikap terbuka.
Untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran berlangsung dan
sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi usaha dan energi, digunakan tes
prestasi belajar. Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa, tes
dimaksudkan untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah
dicapai siswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu
tertentu. Dalam hubungannya dengan ha ini tes berfungsi sebagai alat untuk
mengukur keberhasilan program pengajaran. Sebagai alat untuk mengukur
keberhasilan program pengajaran, tes berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
program pengajaran yang telah ditentukan dapat dicapai, dan seberapa banyak
yang belum tercapai serta menentukan langkah apa yang perlu dilakukan untuk
mencapainya. Dengan kata lain, tes prestasi belajar merupakan suatu barometer
yang menunjukkan proses pembelajaran telah berhasil dilakukan atau belum
berhasil dilakukan oleh guru.
Dari penjabaran latar belakang di atas, peneliti mencoba menerapkan
pendekatan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle
ditinjau dari motivasi belajar dan sikap ilmiah. Materi usaha dan energi dipilih
dalam penelitian ini yang memiliki karakteristik bahwa materi usaha dan energi
pada dasarnya bersifat konkrit dalam arti siswa dapat merasakan dan mengamati
efek-efek dari proses usaha dan energi dalam kehidupan sehari-hari. Namun ada
sebagian konsep usaha dan energi yang akan lebih baik jika disampaikan melalui
bantuan media, misalkan mengenai konsep energi potensial pegas dan energi
kinetik yang dimiliki oleh air terjun. Proses usaha yang terjadi tentunya sulit
untuk diamati. Oleh karena itu pembelajaran tentang materi usaha dan energi
tersebut dapat dilaksanakan melalui Animasi dan Pictorial Riddle. Diharapkan
dari penggunaan Animasi dan Pictorial Riddle, dapat meningkatkan prestasi
belajar fisika siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan yang muncul, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
1. Pembelajaran fisika di SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar selama ini
masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga banyak siswa yang
memiliki prestasi belajar rendah.
2. Ada beragam model pembelajaran inovatif yang telah dikembangkan,
misalnya Inkuiri, Discovery, Proyek, Kooperatif, Problem Based Instruction,
Problem Based Learning dan lain sebagainya, tetapi guru belum
memperhatikan hal tersebut, sehingga kegiatan pembelajaran cenderung
selalu ceramah.
3. Ada berbagai macam media yang digunakan melalui pendekatan Inkuiri
Terbimbing, seperti Animasi, Pictorial Riddle, Power Point, modul, dan lain-
lain, namun belum banyak guru yang menggunakannya.
4. Guru belum memperhatikan motivasi siswa yang bervariasi.
5. Guru belum memahami pentingnya proses berpikir dan bersikap ilmiah
melalui metode ilmiah, bahwa fisika sebagai sains diperoleh dari berpikir
ilmiah, sehingga guru belum memperhatikan sikap ilmiah siswa yang
bervariasi.
6. Prestasi belajar yang diperhatikan guru hanya aspek kognitif saja, padahal
seharusnya mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
7. Guru belum memperhatikan pentingnya pemahaman konsep
dasar/pengetahuan awal siswa dari materi fisika, padahal antar konsep satu
dengan yang lain saling berkaitan, misalnya pada kelas XI IPA semester I
yang mencakup materi gerak dengan analisis vektor, medan gravitasi dan
gerak planet, elastisitas dan getaran, usaha dan energi, serta impuls dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
momentum, materi usaha dan energi diberikan kepada siswa, setelah siswa
mendapatkan materi elastisitas. Antara konsep elastisitas dengan usaha dan
energi keduanya saling berkaitan.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah yang muncul serta untuk menghindari agar
penyusunan tesis ini tidak lepas dari tujuan penelitian, maka perlu dilakukan
pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran dilaksanakan melalui pendekatan Inkuiri Terbimbing
menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle.
2. Motivasi belajar siswa dibatasi hanya dalam mengikuti pembelajaran di
sekolah, dalam kategori tinggi dan rendah.
3. Sikap ilmiah dibatasi hanya dalam mengikuti pembelajaran di sekolah, dalam
kategori tinggi dan rendah.
4. Prestasi belajar yang dibandingkan adalah kemampuan pemecahan masalah
dalam ranah kognitif dan afektif pada materi usaha dan energi, karena dalam
pembelajaran, siswa hanya mengamati saja.
5. Materi fisika yang dipilih dalam penelitian ini adalah usaha dan energi kelas
XI SMA sesuai dengan KTSP 2006.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah tersebut di atas, maka dilakukan perumusan masalah sebagai pengkajian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
variabel-variabel yang merupakan center point dalam penelitian ini. Adapun
perumusan masalah tersebut antara lain :
1. Apakah ada pengaruh penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi
dan Pictorial Riddle terhadap prestasi belajar fisika?
2. Apakah ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar fisika?
3. Apakah ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
fisika?
4. Apakah ada interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan
Animasi dan Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi
belajar fisika?
5. Apakah ada interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan
Animasi dan Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
fisika?
6. Apakah ada interaksi antara motivasi belajar dan sikap ilmiah siswa terhadap
prestasi belajar fisika?
7. Apakah ada interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan
Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap
prestasi belajar fisika?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengaruh penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial
Riddle terhadap prestasi belajar fisika.
2. Pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.
3. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.
4. Interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika.
5. Interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.
6. Interaksi antara motivasi belajar dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi
belajar fisika.
7. Interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
fisika.
F. Manfaat Penelitian
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik bagi
guru maupun bagi siswa. Dalam lingkup yang lebih khusus, manfaat penelitian ini
dapat ditinjau dari manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengetahui pengaruh Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle terhadap materi usaha dan energi sehingga dapat menambah
wacana ilmu pengetahuan.
b. Sebagai bahan pertimbangan, masukan, dan acuan bagi penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan pertimbangan bagi guru dalam penyusunan sekenario
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik baik siswa maupun materi
pembelajaran.
b. Memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
c. Menambah daya ingat (retensi) siswa terhadap materi usaha dan energi.
d. Melatih siswa berpikir secara sistematik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
BAB II
KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA
BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Definisi Belajar dan Pembelajaran Fisika
a. Definisi Belajar
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar merupakan proses
perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Dengan
pengembangan teknologi informasi belajar tidak hanya diartikan sebagai suatu
tindakan terpisah dari kehidupan manusia. Banyak ilmuwan yang mengartikan
belajar menurut sudut pandang mereka. Beberapa definisi belajar sebagai suatu
perubahan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
Menurut Morgan (dalam Purwanto, Ngalim, 1992:84) menyatakan bahwa
”belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Robert M. Gagne (dalam
Syaiful Sagala, 2003:17) mengatakan bahwa ”belajar merupakan kegiatan
kompleks, yang dapat terjadi apabila suatu stimulus bersama dengan isi ingatan
mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya)
berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia
mengalami situasi tadi”. Sedangkan W.S. Winkel (1991:36) dalam bukunya yang
berjudul: ‘Psikologi Pengajaran.’ Menurutnya, pengertian belajar adalah: “Suatu
aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan
dan berbekas”(http://spesialis-torch.com-084PrestasiBelajar.htm). Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa orang yang telah belajar akan mengalami
perubahan dan perkembangan yang terwujud secara mental atau psikis.
Dari pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah terjadinya perubahan pada seseorang yang belajar karena pengalaman.
Bahwa dalam belajar ada proses perubahan ke arah lebih baik, dari tidak dapat
menjadi dapat dan dari tidak tahu menjadi tahu. Lebih lanjut, perubahan tersebut
relatif permanen, dalam arti tidak mudah hilang, dan terjadi bukan semata-mata
karena kematangan atau pertumbuhan.
b. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:297 dalam Syaiful
Sagala, 2003:62) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar. UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar suatu
lingkungan belajar. Menurut Trianto (2009:17), pembelajaran merupakan aspek
kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan.
Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai produk interaksi
berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang
lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru
untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan
demikian, pembelajaran adalah interaksi timbal balik anatara guru dengan siswa,
dimana terjadi komunikasi yang intensif antara keduanya dan mengarah pada
suatu sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Hudojo (1998) dalam Trianto (2009:18-19), implikasi ciri-ciri
pembelajaran dalam pandangan konstruktivisme adalah penyediaan lingkungan
belajar yang konstruktif yaitu lingkungan belajar yang menyediakan pengalaman
belajar yang mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa sehingga belajar merupakan proses pembentukan pengetahuan,
menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, mengintegrasikan
pembelajaran dengan situasi realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman
konkret, mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi
dan kerjasama antara siswa, memanfaatkan berbagai media agar pembelajaran
lebih menarik, melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga fisika lebih
menarik dan siswa mau belajar
Dewasa ini, pembelajaran fisika terlihat belum menekankan proses belajar
yang bersifat aktif, kreatif, inovatif, menyenangkan, serta belum terlihat pula
adanya penekanan pada proses berpikir siswa. Fisika sebagai bagian dari ilmu
sains sudah seharusnya jika dalam pembelajaran fisika dilaksanakan melalui
penekanan bagaimana proses terbentuknya suatu pengetahuan. Dalam praktek
pendidikan sains, konstruktivisme atau bentukan pengetahuan sangat berpengaruh.
Banyak cara belajar mengajar di sekolah didasarkan pada teori ini, seperti cara
belajar yang menekankan peranan siswa dalam membentuk pengetahuannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan siswa
tersebut dalam pembentukan pengetahuannya.
2. Teori-Teori Belajar
Beberapa teori belajar yang mendukung dan mendasari pembelajaran
inkuiri terbimbing, antara lain teori kognitif Piaget, teori belajar penemuan Jerome
S. Bruner, dan teori belajar bermakna David Ausubel.
a. Teori Kognitif Jean Piaget
Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi aktif
anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa
pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya
perubahan perkembangan (Nur, 1998 dalam Trianto, 2009:29). Dalam
menjelaskan proses seseorang mencapai pengertian, Piaget (dalam Paul Suparno,
1996:30-33) menggunakan beberapa istilah baku. Istilah yang pertama yaitu
skema/skemata. Skema adalah suatu struktur mental atau kognitif yang dengannya
seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan
sekitarnya. Skemata itu akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan
mental anak. Skemata seorang anak berkembang menjadi skemata orang dewasa.
Gambaran dalam pikiran anak menjadi semakin berkembang dan lengkap.
Istilah yang kedua adalah asimilasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang
dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru
ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dapat
dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru dalam skema yang telah
ada. Menurut Wadsworth, asimilasi tidak menyebabkan perubahan/pergantian
skemata, melainkan memperkembangkan skemata. Asimilasi adalah salah satu
proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan
lingkungan baru sehingga pengertian orang itu berkembang.
Istilah yang ketiga disebut akomodasi. Akomodasi adalah membentuk
skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi
skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Akomodasi dapat terjadi
jika dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru seseorang tidak
dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru tersebut dengan skemata yang
dimiliki. Selanjutnya istilah yang biasa digunakan oleh Piaget yaitu ekuilibrasi.
Proses asimilasi dan akomodasi perlu untuk perkembangan kognitif seseorang.
Dalam perkembangan intelek seseorang, diperlukan keseimbangan antara
asimilasi dan akomodasi. Proses ini disebut equilibrium, yakni pengaturan diri
secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.
Proses ini membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur
dalamnya (skemata).
Masih dalam Paul Suparno (1997:33), istilah yang terakhir adalah teori
adaptasi intelek. Mengerti adalah proses adaptasi intelektual yang dengannya
pengalaman-pengalaman dan ide-ide baru diinteraksikan dengan apa yang sudah
diketahui oleh seseorang yang sedang belajar untuk membentuk struktur
pengertian baru (Shymansky:1992 dan Von Glaserveld:1988). Menurut Piaget,
dalam pikiran seseorang ada struktur pengetahuan awal (skemata). Setiap skema
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
berperan sebagai suatu filter dan fasilitator bagi ide-ide dan pengalaman-
pengalaman baru. Skemata mengatur, mengkoordinasi, dan mengintensifkan
prinsip-prinsip dasar. Melalui kontak dengan pengalaman baru, skema dapat
dikembangkan dan diubah, yaitu dengan proses asimilasi dan akomodasi. Bila
pengalaman baru itu masih bersesuaian dengan skema seseorang, maka skema itu
hanya dikembangkan melalui proses asimilasi. Bila pengalaman baru itu sungguh
berbeda dengan skema yang ada, sehingga skema yang lama tidak cocok lagi
untuk menghadapi pengalaman baru, skema yang lama diubah sampai ada
keseimbangan lagi. Inilah proses akomodasi.
Menurut Piaget dalam Paul suparno (1996:35) secara konseptual
perkembangan kognitif berjalan dalam semua level perkembangan pemikiran
seseorang dari lahir sampai dewasa. Dengan asimilasi seseorang mencocokkan
rangsangan dengan skemata yang ada, dan dengan akomodasi ia mengubah skema
yang ada agar menjadi cocok dengan rangsangan yang dihadapi. Equilibrium
adalah mekanisme internal yang mengatur kedua proses itu. Menurut
perkembangan kognitif, seseorang memiliki tiga unsur : isi, fungsi, dan struktur.
Masih menurut Piaget dalam Paul Suparno (1996:34-35), isi adalah apa
yang diketahui oleh seseorang. Ini menunjuk kepada tingkah laku yang dapat
diamati-sensori motor dan konsep yang mengungkapkan aktivitas intelek. Isi
intelegensi berbeda-beda dari umur ke umur dan dari anak ke anak. Fungsi,
menunjuk kepada sifat dari aktivitas intelektual-asimilasi dan akomodasi-yang
tetap dan terus menerus dikembangkan sepanjang perkembangan kognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Struktur menunjuk pada sifat organisatoris yang dibentuk (skemata) yang
menjelaskan terjadinya perilaku khusus.
Menurut Piaget dalam Paul Suparno (1996:35), sistem pemikiran di atas
menuntut seorang anak itu bertindak aktif terhadap lingkungannya jika
perkembangan kognitifnya jalan. Perkembangan struktur kognitif hanya berjalan
bila anak itu mengasimilasikan dan mengakomodasikan rangsangan dalam
lingkungannya. Ini hanya mungkin bila nalar anak dibawa ke situasi lingkungan
tertentu. Baru bila seseorang bertindak terhadap lingkungannya, bergerak dalam
ruang, berinteraksi dengan objek, mengamati dan meneliti, serta berpikir, orang
tersebut berasimilasi dan berakomodasi terhadap alam. Perbuatannya itu
mengakibatkan perkembangan skemata dan juga pengetahuannya.
Pembelajaran dengan Inkuiri Terbimbing melalui media Animasi dan
Pictorial Riddle dalam materi usaha dan energi dimulai dengan pemberian
masalah oleh guru, merumuskan hipotesa, mengumpulkan data dari pengamatan
yang ditunjukkan oleh media, menguji hipotesa dengan menganalisa data dan
menarik kesimpulan. Di dalam pikiran siswa sedikit banyak sudah terbentuk
konsep tentang usaha dan energi. Ketika diberi permasalahan tentang karaketristik
usaha dan energi, siswa akan menggali pengetahuannya untuk menyusun
hipotesis. Dari hasil pengamatan terhadap media yang ditampilkan oleh guru,
siswa memperoleh beberapa data untuk menguji hipotesisnya. Proses asimilasi
terjadi dalam tahap ini, dimana siswa mengintegrasikan informasi tentang
karakteristik usaha dan energi yang baru saja diterima ke dalam struktur kognitif
yang telah dimiliki, dan mengorganisasikannya dengan pengetahuan lama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Secara simultan juga terjadi proses akomodasi, dimana siswa
menyesuaikan informasi tentang usaha dan energi yang baru diperoleh dengan
struktur kognitif yang sekarang dimiliki oleh siswa. Siswa memodifikasi apa yang
telah diketahui sehingga hasilnya dapat dipahami dengan baik. Setelah dilakukan
analisis data, siswa dapat menyimpulkan konsep karakteristik usaha dan energi.
Ketika terjadi ketidaksesuaian antara hasil pengamatan dengan pengetahuan dan
pemikiran siswa, mereka akan mengubah struktur kognitifnya sehingga dicapai
kesesuaian antara apa yang diamati dengan apa yang dipikirkan. Disinilah terjadi
proses ekuilibrasi atau proses pengaturan keseimbangan antara asimilasi dan
akomodasi.
Dari proses adaptasi intelektual sehingga pengetahuan baru diinteraksikan
dengan apa yang sudah diketahui untuk membentuk struktur pengetahuan baru
inilah yang disebut dengan siswa memahami karakteristik usaha dan energi.
Dengan kata lain siswa telah mendapatkan konsep dari materi usaha dan energi.
Langkah-langkah pembelajaran Inkuiri Terbimbing sebagaimana yang telah
dijelaskan tersebut memenuhi tahapan-tahapan proses belajar asimilasi,
akomodasi, ekuilibrasi, dan teori adaptasi intelek sebagaimana teori Piaget.
b. Teori Penemuan Jerome Bruner
Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah
model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery
learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang
paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna. Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui
partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka
dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-
eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu
sendiri (Ratna Wilis, 1988:103). Dengan kegiatan tersebut, diharapkan siswa
dapat terlibat langsung untuk menemukan konsep, sehingga melalui serangkaian
proses siswa dapat lebih mampu memahami tentang suatu konsep.
Masih dalam Ratna Wilis (1988:106), Bruner mengemukakan dalam
bukunya Toward of Instruction yaitu :
“we teach a subject not to produce little living libraries on that subject, but rather to get a student to think mathematically for himself, to consider matters as an historian does, to take part in the process of knowledge-getting. Knowing is a process, not a product”.
Dari pernyataan Bruner tersebut jelas bahwa mengetahui bukan suatu hasil, tetapi
terletak pada suatu proses bagaimana seseorang menemukan pengetahuan
tersebut.
Menurut Bruner (1960) dalam Syaiful Sagala (2003:35) dalam proses
belajar dapat dibedakan pada tiga fase, yang pertama yaitu : informasi, dimana
dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah
pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya,
ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui
sebelumnya. Yang kedua adalah transformasi. Informasi itu harus dianalisis,
diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak, atau konseptual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini bantuan guru
sangat diperlukan. Fase yang terakhir adalah evaluasi, dimana pada fase ini
informasi tersebut kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan
transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Masih dalam Syaiful Sagala (2003:35), kurikulum hendaknya
mementingkan struktur pengetahuan. Hal ini perlu sebab dengan struktur
pengetahuan, guru menolong para siswa untuk melihat, bagaimana fakta-fakta
yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain,
dan pada informasi yang telah mereka miliki. Tema kedua, ialah tentang kesiapan
(readiness) untuk belajar. Menurut Bruner dalam Syaiful Sagala (2003:35)
kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana
yang dapat mengijinkan seseorang untuk mencapai keterampilan-keterampilan
yang lebih tinggi.
Menurut Bruner, suatu proses belajar dapat dikatakan berlangsung dengan
baik jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh yang dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Teori penemuan Bruner ini sangat tepat tepat jika
diaplikasikan pada mata pelajaran IPA yang selalu mengalami perkembangan, tak
terkecuali mata pelajaran fisika. Dalam mempelajari IPA selalu didahului dengan
penyampaian informasi yang berasal dari alam atau produk pengetahuan.
Informasi tersebut ditransfer siswa pada saat terjadi proses pembelajaran dan
dapat digunakan siswa di dalam kehidupannya, baik untuk mengembangkan
pengetahuan maupun untuk tujuan praktis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Dalam penelitian ini diterapkan pembelajaran fisika melalui Inkuiri
Terbimbing pada materi usaha dan energi yang diawali dengan pengajuan masalah
yang berkaitan dengan materi usaha dan energi. Dari pengajuan masalah ini siswa
akan memproleh informasi untuk selanjutnya siswa dapat menambah,
mengurangi, ataupun memperhalus informasi yang telah diketahui sebelumnya.
Setelah memperoleh informasi, siswa akan mentransformasi pengetahuan mereka
dengan merumuskan hipotesis, menjawab pertanyaan dari guru yang bersifat
membimbing menuju penyelesaian masalah, melakukan penyelidikan, dan
menganalisa data untuk mendapatkan konsep materi usaha dan energi. Tahap yang
terakhir adalah siswa mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh dengan
mendiskusikan hasil analisis data bersama-sama dengan teman melalui bimbingan
guru. Tahap-tahap pembelajaran Inkuiri di atas sesuai dengan langkah-langkah
teori belajar yang disampaikan oleh Bruner.
c. Teori Belajar Bermakna David Ausubel
Menurut Ausubel (dalam Ratna Wilis, 1989:110), belajar dapat
diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, seperti yang dinyatakan oleh gambar 2.1.
Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran
disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua
menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur
kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan
generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Gambar 2.1
menyajikan pengkalisifikasian belajar menurut Ausubel :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Gambar 2.1. Bentuk-bentuk belajar (menurut Ausubel & Robinson, 1969)
(dalam Ratna Wilis, 1989:110-111)
Menurut Ratna Wilis (1989:111) pada tingkat pertama dalam belajar,
informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk belajar
penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupun dengan
bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri
sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa
menghubungkan atau mengkaitkan informasi itu pada pengetahuan (berupa
konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya; dalam hal ini terjadi belajar
bermakna. Akan tetapi siswa itu dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan
informasi-informasi baru itu tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep yang
telah ada dalam struktur kognitifnya; dalam hal ini terjadi belajar hafalan.
Masih dalam Ratna Wilis (1989:117), Ausubel mengemukakan bahwa
“the most important single factor influencing learning is what the learner already
Siswa dapat mengasimilasi
materi pelajaran
Secara penerimaan
Secara penemuan
Belajar dapat
hafalan bermakna
1. Materi disajikan dalam bentuk final
2. Siswa menghafal materi yang disajikan
1. Materi disajikan dalam bentuk final
2. Siswa memasukkan materi ke dalam struktur kognitif
1. Materi ditemukan oleh siswa
2. Siswa menghafal materi
1. Siswa menemukan materi
2. Siswa memasukkan materi ke dalam struktur kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
knows, asecertain this and teach him avvordingly”. Maksud dari ungkapan
Ausubel di atas yaitu faktor yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah
diketahui siswa, yakinilah dan ajarkan demikian.
Pembelajaran fisika yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Inkuiri
Terbimbing pada materi usaha dan energi. Proses Inkuiri merupakan proses
menemukan konsep yang diawali dengan pengajuan masalah yang berkaitan
dengan materi usaha dan energi. Setelah memperoleh informasi, siswa akan
mengaitkan informasi yang baru mereka terima ke dalam pengetahuan mereka
yang telah ada sebelumnya dengan merumuskan hipotesis, menjawab pertanyaan
dari guru yang bersifat membimbing menuju penyelesaian masalah, melakukan
penyelidikan, dan menganalisa data untuk mendapatkan konsep materi usaha dan
energi. Tahap yang terakhir adalah siswa mengevaluasi pengetahuan yang
diperoleh dengan mengaitkan konsep dasar yang telah dibahas sebelumnya
dengan konsep yang baru diperoleh melalui bimbingan guru. Tahap-tahap
pembelajaran Inkuiri di atas sesuai dengan langkah-langkah teori belajar yang
disampaikan oleh Ausubel.
3. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
a. Definisi Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat,
dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan
penyelidikan. Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi
siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama
dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk
membangun kemampuan itu (www.herdianblogspot.com). Dengan melalui
serangkaian penyelidikan tersebut siswa akhirnya memperoleh suatu penemuan,
untuk membangun suatu konsep.
Dalam melaksanakan pembelajaran ini, siswa diajak untuk berpikir secara
analitis. Sebagaimana yang dikemukakan oleh David A. Jacobsen dkk (2009:243)
bahwa dalam pembelajaran Inkuiri, dimulai dengan memberi siswa masalah-
masalah yang berhubungan dengan suatu konsep tertentu. Dalam menyelesaikan
masalah, siswa menghasilkan hipotesis atau solusi tentatif untuk masalah tersebut,
mengumpulkan data yang relevan dengan hipotesis yang telah dibuat, dan
mengevaluasi data tersebut untuk sampai kepada kesimpulan. Dengan demikian
disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
b. Definisi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang pelaksaannya secara inkuiri melalui bimbingan guru.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk siswa yang belum berpengalaman
belajar dengan pendekatan inkuiri. Dalam prosesnya, guru memberikan
bimbingan berupa petunjuk yang cukup kepada siswa. Petunjuk itu berupa
pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya membimbing serta mengarahkan siswa pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
proses berpikir dan memecahkan masalah dengan metode problem solving. Hal ini
berarti siswa dihadapkan pada permasalahan yang belum diketahui jawabannya.
Untuk mendapatkan jawaban tersebut, siswa melakukan penyelidikan dan analisis.
Dengan demikian metode ini menitikberatkan pada pemecahan masalah yang
dilakukan oleh siswa itu sendiri, dan guru hanya sebagai fasilitator saja.
Pada umumnya inkuiri terbimbing terdiri dari : (1) pernyataan masalah,
yang dapat disampaikan melalui pertanyaan atau pernyataan biasa; (2) hipotesis,
merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang dimunculkan;
(3) pengumpulan data, dimana siswa melakukan kegiatan yang telah dirancang
guru kemudian mengamati dan mencatat hal-hal yang telah terjadi; (4) analisis
data, yaitu siswa menganalisis dari data yang telah terkumpul; kesimpulan, yaitu
siswa diminta membuat kesimpulan dari semua kegiatan yang telah dilakukan
dengan bimbingan guru.
c. Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri terbimbing
Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran inkuiri yang
dilaksanakan dengan bimbingan guru. Adapun langkah-langkah pembelajaran
inkuiri terbimbing diantaranya adalah klasifikasi permasalahan yang merupakan
langkah awal dalam menentukan permasalahan yang ingin dipecahkan.
Permasalahan dapat disiapkan oleh guru. Permasalahan hendaknya disesuaikan
dengan kemampuan siswa. Selanjutnya adalah identifikasi permasalahan, dimana
permasalahan perlu diidentifikasi dengan jelas dari tujuan sampai seluruh proses
pembelajaran, bersifat riil, dan dapat dikerjakan oleh siswa sesuai dengan
kemampuan siswa. Kemudian menyusun hipotesis, yaitu hipotesis siswa perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
dikaji apakah jelas atau tidak. Jika belum jelas, guru sebaiknya membantu
memperjelas maksudnya terlebih dahulu. Guru diharapkan tidak memperbaiki
hipotesis siswa yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya saja, karena
hipotesis yang salah nantinya akan terlihat setelah pengambilan data dan analisis
data yang diperoleh.
Langkah berikutnya yaitu mengumpulkan data. Dalam tahap ini siswa
mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan
apakah hipotesis mereka benar atau tidak. Berikutnya yaitu menganalisis data,
dimana data yang telah terkumpul harus dianalisa untuk membuktikan apakah
hipotesis benar atau tidak. Campur tangan guru diperlukan siswa dalam
menentukan langkah selanjutnya. Langkah terakhir yaitu mengambil kesimpulan.
Dari data yang telah dianalisis, kemudian diambil kesimpulan secara induktif.
Selanjutnya kesimpulan dicocokkan dengan hipotesis awal, apakah hipotesis dapat
diterima atau tidak. Setelah itu guru masih dapat memberikan catatan untuk
menyatukan seluruh penelitian ini. Sangat baik jika dalam mengambil keputusan
siswa dilibatkan sehingga mereka semakin yakin bahwa mereka mengetahui
secara benar. Bila ternyata hipotesis mereka tidak dapat diterima, mereka diminta
untuk mencari penjelasan. Guru membantu dengan berbagai pertanyaan yang
sifatnya menolong.
d. Keuntungan Penerapan Pembelajaran Inkuiri terbimbing
Jerome Bruner (dalam Moh. Amin, 1979:9) menyatakan beberapa
keuntungan pembelajaran inkuiri terbimbing, antara lain siswa akan mengerti
konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik, membantu dalam menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
ingatan dan transfer pada situasi-situasi proses belajar yang baru, mendorong
siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, mendorong siswa untuk
berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri, memberikan kepuasan
yang bersifat intrinsik, dan situasi belajar menjadi lebih merangsang
Selain yang disebutkan oleh Jerome Bruner di atas, keuntungan lain dari
penerapan pembelajaran inkuiri menurut Moh. Amin (1979:10-11) adalah
pengajaran menjadi “student centered”, proses belajar melalui kegiatan inkuiri
dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa, tingkat
pengharapan bertambah, yaitu dari pengalaman inkuiri siswa mempunyai ide
tertentu bagaimana ia dapat menyelesaikan suatu tugas dengan cara sendiri,
pembelajaran inkuiri dapat mengembangkan bakat/kecakapan tertentu,
pembelajaran inkuiri dapat menghindarkan siswa dari cara-cara belajar dengan
menghafal, pembelajaran inkuiri memberikan waktu bagi siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
4. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari
kata medium adalah sesuatu yang terletak di tengah (antara dua pihak atau dua
kutub) atau suatu alat. Secara umum, media adalah setiap orang, bahan, alat, atau
peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa untuk
menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dengan demikian, guru atau
dosen, buku ajar, lingkungan adalah media. Setiap media merupakan sarana untuk
menuju ke suatu tujuan. Di dalamnya terkandung informasi yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dikomunikasikan kepada orang lain (Sri Anitah, 2007:3). Dalam pembelajaran,
media memiliki peran sebagai penyalur pesan atau penyalur informasi untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Masih menurut Sri Anitah (2007:55-56) pemilihan media yang terbaik
untuk tujuan pembelajaran tertentu bukanlah hal yang mudah. Tetapi
bagaimanapun juga seorang guru harus dapat menentukan media yang paling tepat
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam pemilihan media, Gagne dkk
(1988) menyarankan perlunya mempertimbangkan beberapa variabel, diantaranya
variabel tugas. Dalam pemilihan media, guru harus menentukan jenis kemampuan
yang diharapkan dari siswa sebagai hasil pembelajaran, dan disarankan untuk
menentukan jenis stimulus yang diinginkan sebelum melakukan pemilihan media.
Variabel yang kedua adalah variabel siswa. Karakteristik siswa perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan media, walaupun belum ada kesepakatan
karakteristik mana yang penting. Namun guru menyadari bahwa para siswa
mempunyai gaya belajar yang berbeda. Variabel yang ketiga adalah lingkungan
belajar. Pertimbangan ini lebih bersifat administratif. Berbagai hal yang termasuk
di dalamnya adalah besarnya biaya sekolah, ukuran ruangan kelas, kemampuan
mengembangkan materi baru, kemampuan guru dan ketersediaan untuk usaha-
usaha nendisain pembelajaran, dan lain-lain.
Masih dalam Sri Anitah (2007:56), disebutkan bahwa variabel yang
keempat adalah lingkungan pengembangan. Jelas seakan sia-sia untuk
merencanakan penyajian yang baik, bila pengembangan sumber-sumber tidak
mendukung untuk tugas tersebut, misalnya ketersediaan waktu, pengembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
personel akan mempengaruhi keberhasilan penyajian. Variabel yang kelima yaitu
ekonomi dan budaya. Dalam pemilihan media perlu mempertimbangkan apakah
media itu dapat diterima oleh si pemakai dan sesuai dengan sumber dana serta
peralatan yang tersedia.
Variabel yang keenam adalah faktor-faktor praktis yang meliputi faktor-
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu besarnya
kelompok yang dapat ditampung dalam suatu ruangan, jarak antara penglihatan
dan pendengaran untuk penggunaan media, seberapa mudah media dapat
mempengaruhi respon siswa atau aktivitas lain untuk kelengkapan umpan balik,
adakah penyajian itu sesuai dengan respon siswa, media manakah yang paling
mendukung kondisi belajar untuk pencapaian tujuan, media manakah yang
dipandang kemungkinan lebih efektif bagi siswa, dan lain sebagainya. Dengan
demikian, pemilihan media pembelajaran yang baik setidak-tidaknya harus
memenuhi keenam variabel yang telah disebutkan di atas.
5. Animasi
Definisi animasi sendiri berasal dari kata 'to animate' yang berarti
menggerakkan atau menghidupkan. Misalkan sebuah benda yang mati, lalu
digerakkan melalui perubahan sedikit demi sedikit dan teratur sehingga
memberikan kesan hidup. Animasi adalah proses penciptaan efek gerak atau efek
perubahan bentuk yang terjadi selama beberapa waktu. Animasi juga merupakan
suatu teknik menampilkan gambar berurut sedemikian rupa sehingga penonton
merasakan adanya ilustrasi gerakan (motion) pada gambar yang ditampilkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Definisi tersebut mengartikan bahwa benda-benda mati dapat ‘dihidupkan’.
Pengertian tersebut hanyalah merupakan istilah yang memiripkan, dalam arti tidak
harus diterjemahkan secara denotatif, melainkan simbol yang menyatakan unsur
kedekatan.
Animasi dipandang sebagai suatu hasil proses dimana obyek-obyek yang
digambarkan atau divisualisasikan tampak hidup. Kehidupan tersebut dapat
dinyatakan dari suatu proses pergerakan. Meskipun demikian animasi tidak secara
eksplisit dinyatakan pada obyek-obyek mati yang kemudian digerakkan. Benda-
benda mati, gambaran-gambaran, deformasi bentuk yang digerakkan memang
dapat dikatakan sebagai suatu bentuk animasi, akan tetapi esensi dari animasi
tidak sebatas pada unsur menggerakkan itu sendiri, jika kehidupan memang
diidentikkan dengan pergerakan, maka kehidupan itu sendiri juga mempunyai
karakter kehidupan. Dengan demikian animasi tidak semata-mata hanyalah
menggerakkan, tetapi juga memberikan suatu karakter pada obyek-obyek yang
akan dianimasikan.
Esensi animasi tersebut yang kemudian dikembangkan oleh beberapa
animator-animator sehingga obyek animasinya tidak bersifat perubahan gerak,
tetapi lebih daripada itu, mood, emosi, watak juga sering dimasukkan sebagai
suatu pengembangan karakterisasi. Jadi Animasi dapat kita simpulkan secara
sederhana ialah "menghidupkan benda diam diproyeksikan menjadi bergerak".
Yang dimaksud diproyeksikan ialah dengan menggunakan tool proyeksi atau
software aplikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Di era teknologi saat ini banyak sekali software-software komputer yang
mendukung pembuatan animasi seperti : Macromedia Flash, Adobe Flash, Adobe
Image Ready, dan lain-lain. Teknologi berbasis komputer merupakan cara
menghasilkan atau menyampaikan materi menggunakan sumber-sumber yang
berbasis mikroprosesor. Menurut Suparno (2007:108) simulasi komputer adalah
model pembelajaran menggunakan program komputer untuk menganimasikan
beberapa percobaan fisika melalui monitor komputer dan siswa dapat
mempelajarinya dari animasi itu. Dari animasi itu siswa dapat memanipulasi data,
mengumpulkan data, menganalisis data, dan mengambil kesimpulan.
Animasi dalam pembelajaran fisika merupakan program pembelajaran
yang menarik, menghibur, dan menyenangkan yang ditampilkan dalam komputer
dalam bentuk gambar bergerak agar siswa dapat memahami konsep fisika.
Melalui animasi ini siswa diharapkan dapat melakukan penyelidikan tentang
karakteristik usaha dan energi. Animasi pada pembelajaran ini dibuat dengan
program Macromedia Flash 8. Macromedia Flash 8 merupakan aplikasi interaktif
yang memiliki beberapa kelebihan antara lain format grafis berbasis vektor,
kapasitas file hasil yang kecil, memiliki kemampuan mengatur interaktivitas
program, memiliki kelengkapan fasilitas dalam melakukan desain.
6. Pictorial Riddle
Menurut Moh. Amin (1979:27), pendekatan dengan menggunakan
Pictorial Riddle adalah salah satu teknik/metode untuk mengembangkan motivasi
dan ketertarikan siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
peraga, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara
berpikir kritis dan kreatif siswa. Masih menurut Moh. Amin (1979:27), dalam
membuat rancangan (desain) suatu riddle, guru harus mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut, yaitu memilih beberapa konsep atau prinsip yang akan diajarkan
atau didiskusikan, melukis suatu gambar, menunjukkan suatu ilustrasi atau
menggunakan potret (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi,
suatu prosedur bergantian adalah untuk menunjukkan sesuatu yang tidak
sewajarnya, dan kemudian meminta siswa untuk mencari dan menemukan mana
yang salah dengan riddle tersebut, membuat pertanyaan-pertanyaan berbentuk
“divergen” yang berorientasikan pada proses dan berkaitan dengan riddle (gambar
dan sebagainya) yang akan membantu siswa memperoleh pengertian tentang
konsep atau prinsip apakah yang terlibat di dalamnya.
Secara umum, terdapat dua tipe Pictorial Riddle. Tipe yang pertama
menunjukkan situasi yang bersifat aktual (nyata), dimana siswa dapat diminta
menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan situasi tersebut. Tipe pictorial
riddle yang kedua yaitu guru dapat memanipulasi sesuatu dalam sebuah gambar
atau serangkaian gambar, kemudian siswa diminta menunjukkan bagian-bagian
yang kurang sesuai dari gambar tersebut. Bentuk dari suatu riddle (teka-teki)
dapat berupa gambar yang menunjukkan peristiwa “sebelum” dan “sesudah”.
Sebagai contoh dari riddle tersebut, ada dua buah gambar yang disajikan,
misalkan gambar A dan gambar B. Gambar A menampilkan sebuah benda
sebelum terjadi peristiwa. Gambar B menunjukkan benda setelah melewati
serangkaian peristiwa, sehingga mengalami perubahan bentuk. Siswa kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
diminta untuk mengidentifikasi peristiwa yang terjadi, dan faktor-faktor yang
menyebabkan benda tersebut hingga mengalami perubahan bentuk. Yang harus
diperhatikan dalam menyajikan suatu Pictorial Riddle kepada siswa, hendaknya
ditunjukkan hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu apa yang harus dicari siswa
pada Pictorial itu, siswa harus mengerti bagaimana mempelajarinya, serta
bagaimana siswa menilai Pictorial.
7. Motivasi Belajar
Dalam pembelajaran, motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan atau
mendorong siswa untuk belajar atau menguasai materi pelajaran yang sedang
diikutinya. Tanpa motivasi, siswa tidak akan tertarik dan serius dalam mengikuti
pembelajaran. Sebaliknya, dengan adanya motivasi yang tinggi siswa akan tertarik
dan terlibat aktif bahkan berinisiatif dalam proses pembelajaran. Dengan motivasi
yang tinggi siswa akan berupaya sekuat-kuatnya dan dengan menempuh berbagai
strategi yang positif untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Mitchel (dalam
Winardi, 2001:1; dalam Abdorrakhman Gintings, 2007:86) mendefinisikan bahwa
motivasi mewakili proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya,
diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunteer)
yang diarahkan ke arah tujuan tertentu.
Ada tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu kebutuhan, dorongan,
dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara
apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Hakikat motivasi belajar adalah
dorongan internal dan eksternal pada siwa-siswa yang sedang belajar untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator
atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam
keberhasilan seseorang dalam belajar. Menurut Hamzah B. Uno (2010:23),
indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan, antara lain adanya hasrat dan
keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya
harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya
kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif,
sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik
Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan
pembelajaran, yaitu menentukan penguatan belajar dimana motivasi dapat
berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan
pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan
berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya, memperjelas tujuan belajar dimana
peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan
kemaknaan belajar. Anak juga akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang
dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi
anak. Motivasi juga dapat menentukan ketekunan belajar. Seorang anak yang
telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan
baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu
tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan, dan
tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidaksamaan antara apa yang
ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan, dan merupakan kekuatan
mental yang berorientasi pada pencapaian tujuan. Sedangkan tujuan adalah hal
yang ingin dicapai individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini
perilaku belajar (Dimyati, 2006:80-81). Ketiga komponen tersebut, yaitu
kebutuhan, dorongan, dan tujuan saling terkait satu sama lain.
Wigfield, Eccles, dan Rogriguez (1998) dalam Arthur A. Carin (2001:143)
menuliskan “when individuals are intrinsically motivated, they engage in
activities for their own sake and out of interest in the activity”. Hal ini
mengandung maksud bahwa ketika seseorang termotivasi terhadap suatu aktivitas
maka dia akan tertarik dan senang melaksanakan aktivitas tersebut. Bruner
mengungkapkan dalam tulisannya “.....most children are intrinsically motivated
to learn about the natural world, particularly when learning involves novel,
hands-on experiences and is perceived as relevant and can be made meaningful”.
Menurut Bruner, sebagian besar anak-anak suka dengan aktivitas dimana dia
sendiri terlibat di dalamnya. Dengan pengalaman seperti ini, anak-anak akan terus
terkesan karena pengalaman tersebut adalah pengalaman yang penuh arti bagi dia.
8. Sikap Ilmiah
Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “Attitude” sedangkan istilah
attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni “Aptus” yang berarti keadaan siap
secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Triandis mendefenisikan
sikap sebagai “an attitude is an idea charged with emotion which predis poses a
class of actions to aparcitular class of social situation”. Rumusan ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif,
komponen afektif dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan
suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau
negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang
senantiasa cenderung untuk berperilaku atau bereaksi dengan cara tertentu
bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek
(http://PKab.wordpress.com). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sikap
merupakan respon atau tanggapan seseorang ketika berada suatu kondisi tertentu.
Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa sikap ilmiah pada dasarnya
adalah sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat mereka melakukan
kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecenderungan
individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah
secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Beberapa sikap ilmiah
dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang biasa dilakukan
para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain
sikap ingin tahu. Apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya, maka
ia berusaha mengetahuinya, senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan
peristiwa, kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk
menyelidiki suatu masalah, memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam
menyelesaikan eksprimen. Sikap kritis juga merupakan sikap yang sesuai dengan
metode ilmiah. (http://PKab.wordpress.com). Hal ini mengandung maksud bahwa
seseorang tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang
kuat, kebiasaan menggunakan bukti-bukti pada waktu menarik kesimpulan, tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain, bersedia mengubah
pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat Sikap-sikap tersebut yang
biasanya menjadi indikator sesorang dikatakan bersikap ilmiah.
Sikap obyektif, yaitu melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu,
menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata
lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya
sebagai subjek. Sikap ingin menemukan, dimana ia selalu memberikan saran-
saran untuk eksprimen baru, kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen
dengan cara yang baik dan konstruktif, selalu memberikan konsultasi yang baru
dari pengamatan yang dilakukannya. Sikap menghargai karya orang lain, dimana
ia tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya,
menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.
Sikap tekun, yaitu ia tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia
mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan, tidak akan berhenti melakukan
kegiatan-kegiatan apabila belum selesai, terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya
ia berusaha bekerja dengan teliti. Sikap terbuka, yaitu seseorang bersedia
mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang
diketahuinya, terbuka menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya
(http://PKab.wordpress.com). Seseorang dikatakan memiliki sikap ilmiah tinggi
jika aspek-aspek sikap sebagaimana yang telah disebutkan di atas ditemukan pada
diri orang tersebut. Dengan kata lain, seseorang yang berjiwa ilmiah, dalam setiap
perilakunya pasti mengindikasikan adanya sikap-sikap di atas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
9. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan
hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar
harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli
mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang
mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik
persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28)
memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang
dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapor”.
Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar
adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam
melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan
menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “kesempurnaan yang
dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat (http://spesialis-torch.com-
084.prestasi belajar.htm). Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi
tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi
kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga
kriteria tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi
belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima,
menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi
belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan,
maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor internal) yaitu
kecerdasan, bakat, minat, dan motivasi, serta faktor yang terdiri dari luar siswa
(faktor eksternal) yaitu pengalaman, keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan
lingkungan masyarakat. Menurut Benjamin Bloom (dalam Syaiful, 2003:33-34),
keseluruhan tujuan pendidikan dibagi menjadi tiga taksonomi, yaitu :
a. Aspek kognitif (Cognitive Domain)
Aspek kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan
yang terdiri atas pengetahuan (knowledge) atau disebut C1 yaitu kemampuan
mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari, pemahaman (comprehensive)
atau disebut C2 yaitu kemampuan memahami isi materi pelajaran yang dipelajari,
penerapan (application) atau disebut C3 yaitu kemampuan menerapkan suatu
kaidah atau metode suatu permsalahan yang konkret dan baru, analisis (analysis)
atau disebut C4 yaitu kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian
sehingga struktur organisasinya dapat dipahami, sintesis (synthesis) atau disebut
C5 yaitu kemampuan memadukan bagian-bagian menjadi satu keseluruhan yang
berarti, dan yang terakhir adalah penilaian (evaluation) atau disebut C6 yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
kemampuan membentuk pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama
dengan pertanggungjawaban pendapat itu berdasarkan kriteria tertentu.
b. Aspek afektif (Affective Domain)
Aspek afektif mencakup kemampuan-kemampuan emosional dalam
mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi penerimaan (receiving)
mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam
suatu kegiatan, penilaian (valuing) mencakup kemampuan untuk memberikan
penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu,
organisasi (organization) mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem
nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan, pembentukan pola hidup
(characterization by a value or value complex) mencakup kemampuan untuk
menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa sehingga menjadi milik pribadi
dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.
Aspek afektif merupakan bagian dari prestasi siswa, namun dalam praktek di
sekolah, penentuan keberhasilan siswa tidak begitu memperhatikan aspek ini.
c. Aspek psikomotorik (Psychomotoric Domain)
Aspek psikomotorik adalah kemampuan-kemampuan motorik
menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan yang terdiri dari gerakan refleks
(kemampuan melakukan tindakan-tindakan yang terjadi secara tak sengaja dalam
menjawab suatu perangsang), gerakan dasar (kemampuan melakukan pola-pola
gerakan yang bersifat pembawaan terbentuk dari kombinasi gerakan-gerakan
refleks), kemampuan perseptual (kemampuan menterjemahkan perangsang yang
diterima melalui alat indera menjadi gerakan-gerakan yang tepat), kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
jasmani (kemampuan dan gerakan-gerakan dasar merupakan inti untuk
memperkembangkan gerakan-gerakan yang terlatih), gerakan-gerakan terlatih
(kemampuan melakukan gerakan-gerakan canggih dan rumit dengan tingkat
efisiensi tertentu), dan komunikasi nondiskursif (kemampuan melakukan
komunikasi dengan isyarat gerakan badan). Prestasi belajar yang diperhatikan
pada penelitian ini hanya mencakup aspek kognitif dan afektif. Dalam
pembelajaran Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictroial Riddle ini,
kemampuan motorik siswa misalnya kemampuan menggunakan alat ukur atau
kemampuan merangkai alat praktikum tidak banyak dilibatkan, karena selama
pembelajaran siswa mengumpulkan data cukup melalui media komputer saja.
10. Hakekat Pembelajaran Fisika
Fisika adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (sains). Oleh karena itu,
hakikat fisika dapat ditinjau dan dipahami melalui hakikat sains. Beberapa saintis,
antara lain Fisher, Conant, Campbell, Bube, M.T. Zen, Carin dan Sund, dan
Dawson mencoba mendefinisikan sains sebagai berikut (Sumaji, 2003:161).
Menurut Conant dalam Sumaji (2003:161), sains adalah bangunan atau deretan
konsep dan skema konseptual (conceptual schemes) yang saling berhubungan
sebagai hasil dari eksperimentasi dan observasi, yang berguna dan bernilai untuk
eksperimentasi serta observasi selanjutnya (Kuslan dan Stone, 1978). Dengan
demikian sains diperoleh dari serangkaian percobaan dan pengamatan, yang dapat
digunakan sebagai referensi terhadap percobaan dan pengamatan selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Menurut Fisher (1975) dalam Sumaji (2003:161), sains adalah bangunan
pengetahuan yang diperoleh menggunakan metode berdasarkan observasi.
Menurut Campbell masih dalam Sumaji (2003:161), sains adalah pengetahuan
(knowledge) yang bermanfaat dan praktis dan cara atau metode untuk
memperolehnya. Sedangkan menurut Dawson (1994) dalam Sumaji (2003:161),
sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia yang termotivasi oleh
keingintahuan akan alam di sekelilingnya dan keingintahuan untuk memahami,
menguasai, dan mengolahnya demi memenuhi kebutuhan.
Dua aspek penting dari sains menurut definisi-definisi tersebut adalah
proses sains dan produk sains. Yang merupakan proses sains adalah eksperimen
yang meliputi penemuan masalah dan perumusannya, perumusan hipotesis,
merancang percobaan, melakukan pengukuran, menganalisis data, dan menarik
kesimpulan (Sund, 1982). Sedangkan produk sains berupa bangunan sistematis
pengetahuan (body of knowledge) (Dawson, 1994; Carin dan Sund, 1989) sebagai
hasil dari proses yang dilakukan oleh para saintis. Produk sains tersebut terdiri
atas berbagai fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori (Sumaji, 2003:161-162).
Sehingga sains meliputi proses sains yang dilaksanakan dalam rangka
memperoleh produk sains.
Dalam fisika dapat disebutkan sederetan panjang konsep, misalnya cahaya,
lembab, getaran, elektron, ketidakpastian, bilangan kuantum, ketetapan Planck,
gelombang elektromagnetik, kecepatan relatif, waktu paruh, reaksi inti,
radioaktivitas, momentum sudut, dan sebagainya (Sumaji, 2003:162). Dalam
pembelajaran fisika, ada tujuan-tujuan yang ingin dicapai terkait dengan konsep-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
konsep tersebut. Menurut kurikulum 1994 (dalam Sumaji, 2003:165), secara
umum tujuan pembelajaran fisika mengacu pada tiga aspek esensial, yaitu
membangun pengetahuan yang berupa pemahaman konsep, hukum, dan teori
beserta penerapannya; kemudian kemampuan melakukan proses, antara lain
pengukuran, percobaan, bernalar melalui diskusi; dan yang terakhir adalah sikap
keilmuan, antara lain kecenderungan keilmuan, berpikir kritis, berpikir analitis,
perhatian pada masalah-masalah sains, penghargaan pada hal-hal yang bersifat
sains
Driyakarsa (1978) dalam Sumaji (2003:167) menyebutkan bahwa manusia
adalah subjek atau pribadi yang memiliki cipta, rasa, dan karsa yang mengerti dan
menyadari akan keberadan dirinya, yang dapat mengatur, menentukan, dan
menguasai dirinya, memiliki budi dan kehendak, memiliki dorongan untuk
mengembangkan pribadinya menjadi lebih baik dan lebih sempurna, yang sedang
mencari jati dirinya. Pembelajaran fisika menjadi lebih humanistis bila guru
mengakui dan menempatkan atau memperlakukan siswa sebagai subjek atau
pribadi yang memiliki sifat-sifat tersebut, dan pengakuannya itu dimanifestasikan
dalam proses pembelajaran, yaitu memberi kesempatan siswa seluasnya agar
mereka dapat mengembangkan diri, hingga potensinya, pribadinya, sikapnya
berkembang menuju ke taraf yang lebih baik atau lebih sempurna. Dengan kata
lain, siswa diperlakukan sebagai subjek yang mempunyai peran, dapat mengatur
kegiatannya, bukan sebagai objek yang segalanya ditentukan oleh guru (Sumaji,
2003:167). Jadi dalam pembelajaran fisika, peran aktif siswa sangat dituntut,
mengingat siswa adalah subjek, dan bukan lagi sebagai objek semata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Belajar seharusnya membangun konsepsi, bukan menerima konsep secara
verbal dari guru. Oleh karena itu, mengajar seharusnya diartikan sebagai
menciptakan situasi, kondisi, dan kemudahan, memberi pengarahan dan
bimbingan yang dapat mengantar siswa melakukan sederetan proses secara
berkesinambungan untuk membangun sendiri konsepsi dan mendefinisikannya,
bukan menginformasikan pengetahuan secara verbal untuk diterima dan dihafal.
Tugas guru seharusnya sebagai fasilitator yang memberi bimbingan kepada siswa
untuk berproses, bukan sebagai sumber informasi yang mendominasi kegiatan.
Siswa dibiasakan untuk berani mengungkapkan konsep bentukannya,
merumuskan sendiri definisinya, dan mengungkapkannya secara lisan maupun
tertulis agar terbuka dan diuji kebenarannya (Sumaji, 2003:169). Dengan
demikian, dalam pembelajaran siswa harus senantiasa aktif mencari tahu,
membangun konsep melalui serangkaian proses, dengan guru sebagai fasilitator.
11. Materi Usaha dan Energi
Materi usaha dan energi merupakan materi yang cukup familiar atau akrab
dengan kehidupan siswa. Sehingga siswa tidak merasa asing dengan terhadap
istikah-istilah yang ada dalam materi ini. Istilah ilmiah tentang usaha dan energi
dapat diibaratkan dengan persepsi istilah usaha dan energi dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya seseorang mempunyai energi cukup maka mampu
melakukan usaha, tetapi bila tidak cukup energi, maka orang tersebut tidak
mampu melakukan kerja. Dalam fisika, seperti dalam kehidupan sehari-hari, jika
sesuatu memiliki energi, maka sesuatu tersebut mempunyai kemampuan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
θ
F cos θ
F sin θ
melakukan usaha. Misalkan air yang ditampung di sebuah waduk, kemudian air
dialirkan ke bawah seperti benda jatuh bebas untuk menjalankan turbin yang bisa
digunakan untuk menghasilkan energi listrik. Dalam hal ini air mempunyai energi
dan mampu melakukan usaha yaitu membuat turbin berputar.
a. Usaha dengan Gaya Konstan
(a)
(b)
Gambar 2.2. Usaha yang dilakukan oleh sebuah gaya yang konstan
Dalam fisika, pengertian usaha dikaitkan dengan pengertian gaya yang
dikenakan pada benda dan perpindahan benda sebagai akibat gaya tersebut. Bila
sebuah gaya konstan F dikerjakan pada suatu benda seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.2 (a) sehingga menyebabkan benda tersebut bergerak sejauh d, maka
besarnya usaha yang dilakukan oleh gaya tersebut adalah merupakan hasil kali
antara komponen gaya F yang searah perpindahan dengan besarnya perpindahan
yang dialami benda tersebut. Secara matematik dapat dituliskan sebagai,
W = F.d (2.1)
Jika gaya yang bekerja pada benda membentuk sudut θ dengan arah
perpindahan benda seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2 (b), maka besarnya
d F
F
d
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
usaha yang dilakukan oleh gaya F, yang membentuk sudut θ terhadap arah
perpindahan, maka usaha dapat didefinisikan sebagai :
(2.2)
dimana adalah besar gaya F dan adalah besar dari perpindahan
benda d. Jika θ = 0o maka persamaan 2.2 menjadi persamaan 2.1. Bila
perpindahan benda arah mendatar (gambar2.1) dikatakan benda berpindah searah
dengan arah sumbu x, sehingga komponen gaya yang mendatar dapat dinyatakan
sebagai Fx dan komponen vertikal dinyatakan sebagai Fy. Besarnya komponen
sebuah gaya yang searah dengan sumbu x adalah Fx = Fcosθ, dimana θ adalah
sudut antara gaya F dengan sumbu x. Usaha yang dilakukan oleh komponen gaya
vertikal, Fy = Fsinθ adalah nol karena perpindahan d = 0.
Bila pada sebuah benda bekerja beberapa gaya sehingga benda tersebut
mengalami perpindahan sejauh d, maka besarnya usaha yang dilakukan oleh gaya-
gaya tersebut sama dengan jumlah usaha yang dilakukan oleh masing-masing
gaya, lihat gambar 2.3. Keempat gaya F1, F2, F3, dan F4 bekerja pada sebuah
benda sehingga benda tersebut mengalami perpindahan sejauh d pada sumbu x,
maka besarnya usaha yang dilakukan oleh masing-masing gaya adalah :
W = F1.d + F2.d + F3.d + F4.d
= F1cosθ1 + F2 cos θ2 + F3 cos θ3 + F4 cos θ4 (2.3)
Dari persamaan 2.3 dapat dilihat bahwa kerja total dari beberapa gaya yang
bekerja pada benda adalah sama dengan jumlah usaha yang dilakukan masing-
masing gaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
d
F1 cos θ1
F2 cos θ2 F3 cos θ3
F4 cos θ4
y
Gambar 2.3. Balok di atas bidang datar dikenai beberapa gaya
b. Usaha yang Dilakukan oleh Sebuah Gaya yang Berubah-Ubah
Pembicaraan pada subbab sebelumnya hanya terbatas pada usaha yang
dilakukan oleh gaya konstan, padahal secara umum kita mengetahui bahwa gaya
yang bekerja pada benda cenderung berubah-ubah, yaitu berubah pada waktu atau
posisi. Gaya gravitasi akan berubah bila benda jatuh dari tempat yang cukup
tinggi misalnya jatuhnya kembali pesawat ruang angkasa setelah menjelajahi
angkasa. Namun tidak semua gaya dapat melakukan kerja selama tidak ada
perpindahan yang dialami oleh benda yang diberi gaya.
Misalnya seseorang mencoba memindahkan almari buku yang penuh
dengan buku dengan cara mendorongnya, walaupun orang tersebut sudah
berkeringat ternyata almari buku tidak bergeser sedikitpun. Pada kondisi ini dapat
dikatakan bahwa orang tersebut tidak melakukan kerja meskipun berpeluh-peluh.
Contoh gaya yang berubah-ubah atau gaya variabel adalah gaya tarik atau tekan
yang diberikan pada sebuah pegas, lihat gambar 2.4 :
x0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar 2.4. Gaya Pegas
Gaya yang diperlukan untuk membuat pegas yang mula-mula berada pada
keadaan setimbang menjadi teregang atau tertekan berbanding lurus dengan
perubahan panjang pegas d seperti yang ditunjukkan oleh Hukum Hooke.
Fluar = kd (2.4)
Dari persamaan 2.4 di atas ditunjukkan bahwa nilai gaya bervariasi terhadap
fungsi posisi. Sedangkan gaya pemulih pegas yang merupakan gaya yang
melawan gaya luar yang dikenakan pada pegas, besarnya sama dengan gaya luar
tersebut tetapi arahnya berlawanan, dapat dituliskan sebagai :
F = -kd (2.5)
k disebut konstanta pembanding dan disebut konstanta pegas. Semakin besar nilai
k, semakin besar tingkat kekakuan pegas tersebut. Satuan k pada persamaan 2.4
Fx bernilai negatif
x
d
x=0 d
x=0
x=0
Fx bernilai positif
Fx = 0
(a)
(b)
(c)
sumbu x
sumbu x
sumbu x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
F = -kd
F0 = 0 d
F
Slope = -k
dan 2.5 adalah Newton/meter (N/m). Setelah pegas mencapai batas elastis, jika
kita tarik lagi dengan gaya F, maka kesebandingan linier antara gaya dan
perpindahan tidak berlaku lagi.
Gambar 2.5. Besarnya usaha yang dilakukan oleh gaya pegas
Untuk menghitung usaha yang dilakukan oleh gaya pegas, kita dapat
menggunakan pendekatan grafik seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.5 yaitu
besarnya usaha sama dengan luas area yang dibatasi oleh sumbu gaya F dan
sumbu perpindahan d. Berdasarkan luasan segitiga yang diarsir yang merupakan
besarnya usaha yang dilakukan oleh gaya pegas, diperoleh :
(2.6)
Jika pegas terenggang dari posisi d0 ke posisi d, maka usaha yang dilakukan pegas
adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Gaya F vo
d
(2.7)
c. Usaha dan Energi Kinetik
Sebuah benda yang bergerak dengan kecepatan a menunjukkan bahwa
resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut tidak sama dengan nol. Pada
kondisi seperti ini berlaku Hukum II Newton, F = ma, dan usaha yang dilakukan
adalah : W = F.d = m.a.d
Gambar 2.6. Hubungan antara usaha dan energi
Berdasarkan hubungan kecepatan awal, kecepatan akhir, dan percepatan
yang dibahas pada materi gerak lurus berubah beraturan, diketahui bahwa :
sehingga :
Maka besarnya usaha :
(2.8)
v
m m
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Dimana Ek = mv2 merupakan energi kinetik pada saat balok bergerak dengan
kecepatan v. Dari persamaan 2.8 dapat dikatakan bahwa usaha yang dilakukan
oleh gaya yang diberikan pada suatu benda besarnya sama dengan perubahan
energi kinetik pada benda tersebut. Persamaan 2.8 secara sederhana dapat
dituliskan dalam bentuk :
W = Ek1 – Eko = ∆Ek (2.9)
Persamaan 2.8 disebut sebagai persamaan bentuk teorema hubungan usaha-energi,
dan energi kinetik juga disebut energi gerak.
Secara umum dapat dikatakan bahwa usaha merupakan bentuk transfer
energi kinetik. Contoh, usaha yang dilakukan oleh gaya yang diberikan oleh gaya
yang diberikan ke suatu benda menyebabkan kelajuan benda bertambah untuk
memberikan energi kinetiknya. Dengan kata lain jika ada gaya gesek
menyebabkan kelajuan benda berkurang dan energi kinetiknya juga berkurang.
d. Daya
Dari segi praktis, mungkin cukup menarik bila kita mengetahui besarnya
kerja yang dilakukan gaya per satuan waktu yang disebut sebagai daya. Bila
sebuah gaya luar yang bersifat konstan, F dikerjakan pada sebuah benda yang
mula-mula diam selama ∆t sehingga menyebabkan benda bergeser sejauh ∆d yang
searah dengan F, maka besarnya kerja yang dilakukan oleh gaya F adalah
W = F.∆d. Besarnya daya rata-rata dari kerja W adalah :
(2.10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Di mana vrt adalah besarnya kecepatan rata-rata selama gaya melakukan
kerja. Bila gaya yang dikerjakan pada benda membentuk sudut θ terhadap arah
perpindahan benda maka besarnya daya yang dihasilkan oleh gaya tersebut
adalah:
(2.11)
e. Usaha dan Energi Potensial
Sebuah benda yang bergerak mempunyai energi kinetik. Namun jika
benda tidak bergerak apakah mempunyai energi? Jawabannya adalah ya, artinya
bahwa baik benda diam maupun yang bergerak, keduanya sama-sama mempunyai
energi dalam bentuk lain, yaitu energi potensial. Energi potensial mengandung
pengertian mempunyai potensi untuk melakukan kerja, maka benda tersebut
mempunyai energi atau usaha yang tersimpan. Air dalam waduk dan tarikan busur
panah merupakan bentuk-bentuk adanya energi potensial. Dari contoh tersebut
ditunjukkan bahwa sebuah benda mempunyai energi potensial karena posisi benda
tersebut.
Energi potensial yang sudah dipahami oleh banyak khalayak adalah energi
potensial gravitasi. Contohnya, makin tinggi potensi waduk yang menyimpan air
untuk pembangkit listrik, makin tinggi pula energi listrik yang dihasilkan. Energi
potensial gravitasi adalah energi yang terkandung di dalam benda yang
mempunyai posisi ketinggian tertentu ditinjau dari permukaan bumi. Misalnya
sebuah benda bermassa m diangkat sampai setinggi h, seperti pada gambar 2.7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
F
h
ho
W=mg
Ep = mgh
Ep = mgho
Gambar 2.7. Energi potensial gravitasi
Berdasarkan gambar 2.7, berarti usaha yang dilakukan oleh gaya F untuk
mengangkat kaleng dari titik h0 menuju ke titik h sama dengan:
(2.12)
Dari persamaan 2.12 dapat dikatakan bahwa benda yang massanya m
berada pada ketinggian h mempunyai energi potensial sebesar mgh, dan disebut
energi potensial gravitasi dengan satuan Joule (J). Persamaan 2.12 adalah bentuk
persamaan energi potensial untuk benda di atas permukaan bumi dengan h << Rb,
Rb jari-jari bumi sehingga nilai g dianggap konstan.
f. Gaya Konservatif dan Gaya Non Konservatif
Secara umum gaya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu gaya konservatif
dan nonkonservatif. Contoh gaya konservatif adalah gaya gravitasi dan gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
mg mg mg
mg
mg
Ep = mgh
h
pegas. Gaya konservatif adalah gaya yang bila bekerja pada sebuah benda, maka
kerja yang dilakukan oleh gaya tersebut tidak tergantung pada lintasan yang
ditempuh tetapi hanya tergantung pada posisi awal dan akhir. Contoh kerja yang
dilakukan oleh gaya gravitasi diilustrasikan pada gambar 2.8 yang tidak
tergantung pada lintasannya dan hanya tergantung posisi awal dan akhir.
Gambar 2.8. Perubahan Energi Potensial Tidak Bergantung pada Lintasan
Besarnya usaha yang dilakukan oleh gaya gravitasi pada sebuah benda bermassa
m yang bergerak ke bawah dari tempat setinggi h, baik yang jatuh vertikal ke
bawah atau yang meluncur lewat bidang miring yang licin adalah sama, yaitu
W = mgh.
Contoh gaya nonkonservatif, misalnya seperti pada gaya gesek. Usaha
yang dilakukan gaya gesek tergantung pada lintasan yang ditempuh, seperti yang
diilustrasikan pada gambar 2.9 di bawah ini :
m
m m
m m
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Gambar 2.9. Sebuah Balok Bergerak dari A ke B, melintasi Garis Lurus AB atau
melewati busur setengah lingkaran AB
Sebuah balok berpindah dari titik A menuju ke titik B dapat melewati lintasan
lurus AB atau lintasan busur setengah lingkaran AB. Kedua lintasan tersebut sama
kasarnya dan terletak pada bidang datar. Usaha yang dilakukan oleh gaya gesek
pada balok tersebut bila melewati lintasan lurus AB yang panjangnya d adalah
(2.13) Sedangkan besarnya usaha gaya gesek bila balok melewati lintasan busur
setengah lingkaran dengan diameter d adalah :
(2.14)
dimana µ adalah koefisien gesekan kinetik dari kedua lintasan tersebut, dan m
adalah massa balok.
Dari kedua persamaan tersebut, persamaan 2.13 dan persamaan 2.14,
ditunjukkan bahwa untuk bergerak dari A ke B, gaya gesek melakukan kerja yang
berbeda bila lintasannya berbeda. Untuk memahami konsep gaya konservatif dan
nonkonservatif lebih mendalam, marilah kita tinjau kasus sebagai berikut : sebuah
buku yang tergeletak di meja belajar mempunyai energi potensial sebesar
Ep = mgh bila buku tersebut diambil dan dijatuhkan ke lantai, kemudian buku
tersebut diambil dan diletakkan kembali ke atas meja seperti posisi semula.
B
A
d
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Peristiwa ini menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan untuk menjatuhkan buku
dan mengambilnya kembali untuk diletakkan di atas adalah nol, karena perubahan
energi potensialnya adalah nol. Atau kerja yang dilakukan oleh gaya gravitasi
bersifat gaya konservatif.
Namun sedikit berbeda jika buku pada meja belajar tadi didorong di atas
meja dan akhirnya dikembalikan ke posisi semula. Buku yang didorong di atas
meja tadi mendapat gaya gesek dari permukaan meja. Usaha yang dilakukan oleh
gaya nonkonservatif ini tidak nol karena kerja oleh gaya gesek tadi telah diubah
menjadi energi bentuk lain seperti energi panas atau energi bunyi. Energi panas
yang timbul besarnya tergantung pada panjangnya lintasan, maka kerja yang
dilakukan oleh gaya gesek tergantung pada lintasan.
g. Hukum Kekekalan Energi
Sekarang kita dapat membedakan antara usaha dan energi, antara energi
kinetik dan energi potensial, dan hubungan antara usaha dengan energi kinetik dan
energi potensial. Usaha yang dilakukan oleh gaya yang bekerja pada benda berarti
terjadi transfer energi pada benda, sehingga benda mengalami penambahan energi
kinetik. Karena terjadi transfer energi maka energi dalam sistem tidak ada yang
hilang. Sebagai contohnya adalah benda yang jatuh dari tempat ketinggian tertentu
yang hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi, makin ke bawah posisi benda, makin
besar energi kinetiknya. Tetapi bila pada benda bekerja gaya gesek maka usaha
yang dilakukan oleh gaya gesek hanya menghasilkan panas dan energi kinetiknya
menjadi berkurang, hal ini berarti energi sistem benda yang dikenai gaya gesek
ada yang hilang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
h
h1
h2
V3y V3y
V2y V2y
V1y V1y
Misalkan kita mengamati gerak parabola dari sebuah bola baseball yang
dilemparkan dari satu pemain ke pemain lain, kita dapat menyimpulkan bahwa
posisi bola dan kecepatannya berubah-ubah dengan perubahan waktu. Karena bola
tersebut melakukan gerak peluru, maka pada titik tertinggi energi potensial bola
terbesar, tetapi pada titik terendah energi energi kinetik bola terbesar. Hal ini
terjadi karena pada saat bola dilemparkan atau saat bola jatuh kembali ditangkap
pemain, harga kecepatan bola terbesar.
Gambar 2.10. Posisi dan kecepatan dua buah bola pada saat yang sama
Bola putih ditembakkan tanpa kecepatan awal, bola abu-abu ditembakkan
dengan kecepatan awal mendatar v0, seperti yang diilustrasikan pada gambar 2.10.
Untuk masing-masing bola, jumlah energi kinetik dan energi potensial pada setiap
selalu sama karena gerak bola hanya dipengaruhi gaya gravitasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Untuk menyelidiki hubungan antara usaha, energi kinetik, dan enegi
potensial sebuah benda, mari kita perhatikan gerak bola yang dilepaskan dari
ketinggian h1 dengan kecepatan vertikal ke bawah v1. Pada saat posisinya setinggi
h2 balok turun ke bawah dengan kecepatan v2, maka hubungan antara usaha oleh
gaya gravitasi pada bola dengan perubahan energi potensial dan energi kinetik
dengan menggunakan persamaan 2.8 dan 2.12 adalah :
(2.15)
Dari persamaan 2.15 diperoleh :
atau
(2.16)
Persaamaan 2.16 menunjukkan bahwa jumlah energi kinetik dan energi
potensial benda pada posisi h1 sama dengan energi kinetik dan energi potensial
benda pada posisi h2. Jumlah energi kinetik dan energi potensial sebuah benda
disebut energi mekanik. Sebuah sistem yang hanya dipengaruhi gaya konservatif,
maka energi mekanik sistem tersebut kekal dan sistem ini tunduk pada hukum
kekekalan energi mekanik. Tapi perlu diingat bahwa gaya gesek antara benda
yang dijatuhkan dengan udara diabaikan, dan benda yang jatuh tidak berinteraksi
dengan benda yang lain kecuali dengan bumi. Benda yang tidak berinteraksi
dengan benda yang lain dikatakan dalam keadaan terisolasi. Jadi, hukum
kekekalan energi mekanik dinyatakan bahwa energi mekanik dalam sistem yang
terisolasi selalu kekal. Jumlah energi kinetik dan energi potensial yang disebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
energi mekanik E seperti pada masing-masing ruas pada persamaan 2.16 dapat
ditulis sebagai berikut :
E = Ek + Ep (2.17)
Untuk sebah sistem yang bersifat konservatif (sistem yang hanya
dipengaruh oleh gaya konservatif), energi mekanik total adalah konstan atau
kekal:
E = E0
(2.18) Persamaan 2.18 adalah suatu pernyataan hukum kekekalan energi mekanik, lihat
gambar 2.8. Energi kinetik dan potensial dalam suatu sistem mungkin berubah
tetapi jumlahnya selalu konstan. Untuk sistem yang nonkonservatif, energi
mekanik sistem dapat berubah karena adanya energi mekanik yang hilang (energi
panas atau gesek), sehingga energi mekaniknya tidak kekal.
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian Srining Winanti dengan Judul Pembelajaran IPA Berbasis
Masalah Melalui Inkuiri terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau dari
Sikap Ilmiah dan Kreativitas Siswa, secara keseluruhan menunjukkan bahwa
prestasi belajar IPA siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode inkuiri
memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding dengan metode inkuiri bebas
termodifikasi. Selain itu terdapat pula perbedaan yang signifikan antara sikap
ilmiah siswa dengan prestasi belajar, dimana siswa yang memiliki sikap ilmiah
tinggi memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi yang ditunjukkan dari nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
yang lebih tinggi dibanding siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Yang
membedakan dengan penelitian peneliti adalah penggunaan Animasi dan Pictorial
Riddle, dimana peninjauannya adalah motivasi belajar siswa. Peneliti mencoba
menerapkan pendekatan Inkuiri Terbimbing dalam pembelajaran fisika
menggunakan media Animasi dan Pictorial Riddle mengingat bahwa fisika
merupakan bagian dari sains, dimana para ilmuwan dulu memperoleh konsep-
konsep fisika melalui kegiatan yang sesuai dengan proses inkuiri. Inkuiri
Terbimbing diterapkan karena siswa belum pernah melakukan kegiatan inkuiri
sebelumnya. Pembelajaran fisika disampaikan kepada siswa melalui media
Animasi dan Pictorial Riddle agar menarik dan menyenangkan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Pada penelitian ini, peninjauannya selain sikap
ilmiah adalah motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan faktor internal siswa
yang mendorong siswa untuk belajar. Sehingga pada penelitian ini, pembelajaran
fisika disampaikan kepada siswa melalui pendekatan Inkuiri Terbimbing
menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle ditinjau dari motivasi belajar dan
sikap ilmiah.
Hasil penelitian Rakhmat dengan judul Pembelajaran Fisika dengan
Inkuiri Terbimbing Melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari
Gaya Belajar dan Motivasi Belajar Siswa, secara keseluruhan menunjukkan
bahwa ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika pada materi
pokok model elastisitas dan gaya harmonik. Yang membedakan dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti adalah penggunaan Animasi dan Pictorial Riddle,
pada materi pokok usaha dan energi. Kedua media tersebut digunakan agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
pembelajaran fisika dikemas menjadi sesuatu hal yang menarik, yakni melalui
sajian gambar-gambar, serta untuk mengatasi keterbatasan peralatan yang ada di
laboratorium. Selain itu materi usaha dan energi bersifat konkrit, dalam arti bahwa
peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari
dapat dirasakan dan dapat diamati efek yang terjadi. Mengacu pada penelitian
Rakhmat, motivasi belajar memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar fisika,
sehingga pada penelitian ini peninjauannya adalah motivasi belajar. Selain
motivasi belajar, peninjauan yang lain adalah sikap ilmiah. Sikap ilmiah
merupakan sikap-sikap yang ditunjukkan oleh para ilmuwan. Mengingat fisika
sebagai bagian dari sains, dimana para ilmuwan dahulu memperoleh konsep-
konsep fisika melalui serangkaian kegiatan ilmiah, maka peneliti menggunakan
sikap ilmiah sebagai peninjauannya yang lain.
Hasil penelitian Oleg Popov dan Irina Tevel dengan judul Developing an
Introductory Physics Course in Teacher Education Using Guided Inquiry and
Outdoors Approaches, menunjukkan bahwa kegiatan eksperimental dan kegiatan
yang melibatkan lingkungan siswa dapat meningkatkan apresiasi siswa. Konteks
outdoor merupakan kegiatan Inkuiri yang mampu menginspirasi siswa dan
menjadikan siswa dapat mengimplementasikan kemampuan dirinya. Yang
membedakan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah kegiatan
Inkuri Terbimbing di dalam kelas disampaikan melalui media Animasi dan
Pictorial Riddle. Peneliti melakukan kegiatan di dalam kelas, mengingat adanya
keterbatasan waktu dan peralatan, sehingga kegiatan Inkuiri disampaikan kepada
siswa di dalam kelas, yang disajikan melalui bantuan media Animasi dan Pictorial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Riddle. Dengan penggunaan kedua media tersebut diharapkan dapat mewakili
lingkungan nyata.
Hasil penelitian Rick Vanosdall, Michael Klentschy, Larry V. Hedges dan
Kathryn Sloane Weisbaum dengan judul A Randomized Study of the Effects of
Scaffolded Guided Inquiry Instruction on Student Achievement in Science,
menunjukkan bahwa pembelajaran Inkuiri Terbimbing mampu mengeksplorasi
kemampuan siswa, yang dapat menjadikan siswa mampu memahami lebih dalam
terhadap materi tertentu, sehingga meningkatkan prestasi belajar. Yang
membedakan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penggunaan
Animasi dan Pictorial Riddle, sebagai media yang digunakan dalam pembelajaran
Inkuri Terbimbing di dalam kelas. Diharapkan dengan pembelajaran ini, selain
siswa mampu memahami lebih dalam terhadap materi tertentu, tercipta juga
suasana pembelajaran yang menyenangkan melalui penggunaan media tersebut.
Hasil penelitian RM Benito, ME Camara, JC Losada, FJ Arranz, dan L.
Seidel dengan judul Using Moodle and Flash Animations in an Interactive
Learning Environment for Introductory Physics in Engineering. Dalam penelitian
ini disebutkan bahwa “Interactive materials (developed as Flash animations) are
thought in order to reinforce concepts through critical thinking and active
enrolment”. Hal ini mengandung maksud bahwa dalam pembelajaran, Animasi
sebagai media interaktif dapat memperkuat konsep yang ada pada diri siswa
karena siswa diajak untuk berpikir kritis dan terlibat aktif di dalamnya. Yang
membedakan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah selain
menggunakan Animasi, digunakan pula Pictorial Riddle dengan harapan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
mampu untuk berpikir aktif, kritis, dan kreatif dalam pembelajaran. Penggunaan
Pictorial Riddle menuntut siswa untuk berpikir abstrak.
Hasil penelitian Patrick B. Kohl dan Noah D. Finkelstein yang berjudul
Representational Format, Student Choice, and Problem Solving in Physics, yang
menyatakan bahwa Pictorial merupakan salah satu bentuk yang cukup diminati
oleh siswa dalam penyelesaian permasalahan fisika. Yang membedakan dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah selain menggunakan Pictorial
Riddle, digunakan pula media pembelajaran Animasi. Melalui media Animasi,
siswa dapat mengikuti setiap proses untuk memperoleh suatu konsep, dan
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang diterapkan guru di dalam kelas tidak selalu berhasil
dengan baik. Pembelajaran yang inovatif dan berpusat pada siswa harus
dilaksanakan sebagai upaya menumbuhkan motivasi dan meningkatkan perhatian
siswa terhadap pelajaran fisika. Dalam hal ini guru harus mampu berperan aktif
menggunakan pembelajaran yang bervariasi, misalnya dengan menggunakan
media visual atau mengangkat permasalahan fisika yang tidak jauh dari konteks
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian siswa menjadi tahu bahwa materi fisika
yang dipelajari sebenarnya ada di sekitar mereka, bahkan mereka alami sendiri.
Adapun kerangka berpikir pada penelitian ini adalah :
1. Pengaruh penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial
Riddle terhadap prestasi belajar fisika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Materi usaha dan energi yang dipilih pada penelitian ini adalah materi
fisika yang bersifat konkrit. Misalkan pada konsep usaha, untuk melakukan suatu
usaha maka diperlukan gaya. Dalam hal ini usaha yang dihasilkan dapat dirasakan
dan dapat diamati efeknya. Oleh karena itu dilakukan pembelajaran dimana siswa
dapat melakukan pengamatan. Agar tampil menarik sehingga siswa merasa
senang, pembelajaran dilakukan melalui Animasi dan Pictorial Riddle. Penelitian
ini dilakukan di SMAT Abul Faidl Wonodadi Blitar, dimana sarana prasarana
laboratorium fisika yang ada masih terbatas. Sehingga sangat efektif jika
pembelajaran dilakukan menggunakan bantuan media tersebut.
Sebagaimana yang telah disampaikan di atas, konsep usaha dan energi
bersifat konkrit, dapat dirasakan dan dapat diamati efeknya. Melalui media
animasi, konsep usaha dan energi dibuat menjadi lebih menarik. Dengan media ini
pula konsep-konsep yang tidak dapat diamati prosesnya dapat divisualisasikan,
sehingga siswa dapat mengamati proses tersebut. Animasi dalam pembelajaran
fisika merupakan program pembelajaran yang menarik, menghibur, dan
menyenangkan yang ditampilkan dalam komputer dalam bentuk gambar bergerak
agar siswa dapat memahami konsep fisika.
Selain melalui animasi, pembelajaran inkuiri terbimbing juga dilakukan
melalui Pictorial Riddle. Pictorial Riddle merupakan media yang
mengembangkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran fisika,
yang telah disusun secara sistematis mampu menumbuhkan sikap berpikir kritis
dan kreatif siswa. Melalui Pictorial Riddle, pembelajaran fisika materi usaha dan
energi dikemas menjadi pembelajaran yang menarik dengan adanya riddle berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
gambar, peraga, atau situasi yang sesungguhnya. Dalam pembelajaran ini, guru
mengajak siswa untuk berpikir kritis, aktif, dan kreatif. Ketika guru menampilkan
riddle, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang berkaitan
dengan riddle tersebut, yang membantu siswa memperoleh pengertian tentang
konsep atau prinsip apakah yang terlibat di dalamnya.
Untuk mengetahui bagaimana efektivitas kedua media pembelajaran
sebagaimana yang telah dipaparkan di atas dalam materi usaha dan energi, maka
perlu dilakukan penelitian ini. Pembelajaran fisika menggunakan Animasi lebih
menyenangkan dan tidak menuntut adanya kemampuan berpikir abstrak yang
tinggi, sehingga diduga bahwa siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika
dengan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi memperoleh prestasi belajar
fisika yang lebih baik dibandingkan siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika
dengan Inkuiri Terbimbing menggunakan Pictorial Riddle.
2. Pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika
Dalam pembelajaran, motivasi merupakan pendorong siswa untuk belajar
atau menguasai materi pelajaran yang sedang diikutinya. Tanpa motivasi, siswa
tidak akan tertarik dan serius dalam mengikuti pembelajaran. Sebaliknya dengan
adanya motivasi yang tinggi, siswa akan tertarik dan terlibat aktif bahkan
berinisiatif dalam proses pembelajaran. Dengan motivasi yang tinggi siswa akan
berupaya sekuat-kuatnya dan dengan menempuh berbagai strategi positif untuk
mencapai keberhasilan belajar, sehingga diduga siswa dengan motivasi belajar
tinggi akan memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa
yang memiliki motivasi belajar rendah. Siswa yang memiliki motivasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
tinggi akan selalu haus akan berbagai aspek yang terkait dengan materi usaha dan
energi. Bahkan siswa akan berinisiatif mencari sendiri materi-materi mana saja
yang ingin dikuasainya. Keadaan ini berlainan dengan siswa yang memiliki
motivasi belajar rendah. Siswa-siswa yang ada di SMAT Abul Faidl Wonodadi
Blitar memiliki motivasi belajar yang beragam, ada siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi, dan ada pula siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Oleh
karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh motivasi
belajar kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika pada materi
usaha dan energi.
3. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika
Sikap ilmiah merupakan perbuatan yang berdasarkan pada pendirian atau
pendapat atau keyakinan. Sikap ilmiah yaitu kecenderungan seorang siswa untuk
bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis
melalui langkah-langkah ilmiah. Diantara sikap ilmiah yaitu sikap ingin tahu,
kritis, obyektif, sikap ingin menemukan, menghargai karya teman, tekun, dan
terbuka. Dalam proses pembelajaran usaha dan energi, sikap-sikap ilmiah tersebut
sangat diperlukan sehingga diduga sikap ilmiah berpengaruh terhadap prestasi
belajar fisika, dan terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Siswa yang
memiliki sikap ilmiah tinggi diduga prestasi belajarnya lebih tinggi dibandingkan
siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Siswa yang ada di SMAT Abul Faidl
Wonodadi Blitar memiliki sikap ilmiah yang bervariasi. Oleh karena itu penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh sikap ilmiah kategori tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar fisika pada materi usaha dan energi.
4. Interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika
Materi usaha dan energi yang dipilih pada penelitian ini bersifat konkrit
yang dapat diamati dan dirasakan efeknya. Materi tersebut disampaikan kepada
siswa melalui suatu media. Media merupakan alat komunikasi agar pembelajaran
lebih efektif. Pada penelitian ini media pembelajaran yang digunakan adalah
berupa Animasi dan Pictorial Riddle, dengan pendekatan pembelajaran adalah
Inkuiri Terbimbing. Pendekatan pembelajaran adalah teknik dalam proses
pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami konsep dengan melakukan
penyelidikan untuk menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan media
Animasi dan Pictorial Riddle. Melalui media ini pembelajaran fisika dikemas
menjadi lebih menarik melalui visualisasi gambar. Motivasi belajar merupakan
sesuatu yang mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa
yang memiliki motivasi belajar tinggi akan berupaya semaksimal mungkin untuk
memperluas dan memperdalam lingkup materi yang harus dipelajari, khususnya
materi usaha dan energi dan selalu aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Siswa yang ada di SMAT Abul Faidl Wonodadi Blitar memiliki motivasi belajar
yang bervariasi. Dengan penggunaan Inkuiri Terbimbing melalui media Animasi
dan Pictorial Riddle yang menarik, siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
akan semakin aktif dalam pembelajaran. Demikian pula dengan siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah, melalui penggunaan media yang menarik dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
mendongkrak siswa yang memiliki motivasi belajar rendah tersebut untuk
meningkatkan prestasi belajarnya. Sehingga diduga ada interaksi antara
penggunaan Inkuiri Terbimbing melalui Animasi dan Pictorial Riddle dengan
motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika.
5. Interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika
Pada penelitian ini, materi yang dipilih adalah materi usaha dan energi
yang bersifat konkrit, dimana dalam kehidupan sehari-hari siswa dapat merasakan
dan mengamati efek dari peristiwa peristiwa yang melibatkan konsep usaha dan
energi. Materi ini disampaikan melalui suatu media dengan pendekatan
pembelajaran melalui Inkuiri Terbimbing. Dalam pembelajaran Inkuiri
Terbimbing terjadi serangkaian proses penyelidikan masalah yang melibatkan
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki suatu permasalahan
secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya. Sikap kritis, logis, analitis, sikap obyektif, jujur,
bekerjasama, teliti/cermat dan lain-lain merupakan sikap-sikap ilmiah yang sangat
diperlukan dalam pembelajaran inkuiri terbimbing. Keberhasilan belajar
merupakan integrasi dari faktor internal dan faktor eksternal siswa. Dalam hal ini
sikap ilmiah merupakan faktor internal, sedangkan media Animasi dan Pictorial
Riddle yang disampaikan kepada siswa melalui pendekatan Inkuiri Terbimbing
adalah faktor eksternal. Siswa yang ada di SMAT Abul Faidl Wonodadi Blitar
memiliki sikap ilmiah yang bervariasi. Dengan penggunaan media Animasi dan
Pictorial Riddle yang menarik dan merangsang siswa untuk berpikir kritis, siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah
akan meningkatkan sikap kritis yang mereka miliki dalam menganalisis suatu
masalah, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Sehingga diduga ada
interaksi antara penggunaan Inkuiri Terbimbing melalui Animasi dan Pictorial
Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.
6. Interaksi antara motivasi belajar dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
fisika
Motivasi merupakan sesuatu yang menggerakkan atau mendorong siswa
untuk belajar atau menguasai materi pelajaran yang sedang diikutinya. Siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi akan senantiasa aktif dalam pembelajaran. Sikap
aktif ini jika didukung pula dengan sikap kritis, sikap suka bekerjasama yang
merupakan ciri-ciri dari sikap ilmiah, menjadikan seorang siswa lebih mudah
dalam pemahaman materi usaha dan energi. Siswa yang ada di SMAT Abul Faidl
Wonodadi Blitar memiliki motivasi belajar dan sikap ilmiah yang bervariasi.
Siswa yang memiliki motivasi belajar dan sikap ilmiah yang tinggi, maka siswa
tersebut akan lebih mudah menerima informasi yang disampaikan oleh guru,
dibandingkan siswa dengan motivasi belajar dan sikap ilmiah rendah. Jika siswa
mudah menyerap informasi yang disampaikan guru, maka dapat meningkatkan
prestasi belajarnya. Sehingga siswa dengan motivasi belajar dan sikap ilmiah
tinggi diduga memiliki prestasi belajar fisika yang lebih tinggi dibanding siswa
dengan motivasi belajar dan sikap ilmiah rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
7. Interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
fisika
Materi yang dipilih adalah usaha dana energi yang bersifat konkrit, dapat
dirasakan dan dapat diamati efeknya dalam kehidupan sehari-hari. Materi ini
disampaikan kepada siswa melalui pendekatan Inkuiri Terbimbing menggunakan
media pembelajaran Animasi dan Pictorial Riddle. Pendekatan pembelajaran
merupakan suatu teknik guru menyampaikan materi kepada siswa agar siswa
dapat menerima materi tersebut dengan baik. Pembelajaran inkuiri terbimbing
menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle yang digunakan dalam penelitian ini
membantu siswa memahami konsep melalui tampilan visual yang menarik,
menghibur, menyenangkan, namun menuntut siswa mampu berpikir aktif, kritis
dan kreatif. Sehingga siswa dengan motivasi belajar dan sikap ilmiah tinggi dapat
lebih mudah memahami materi usaha dan energi. Demikian pula untuk siswa
dengan motivasi belajar dan sikap ilmiah rendah. Kondisi siswa di SMAT Abul
Faidl Wonodadi Blitar memiliki motivasi belajar dan sikap ilmiah yang bervariasi.
Sarana dan prasarana laboratorium fisika juga kurang mencukupi. Melalui
penggunaan kedua media yang cukup menarik tersebut, menjadikan siswa terlibat
aktif dalam pembelajaran. Sehingga diduga ada interaksi antara penerapan Inkuiri
Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar, dan
sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika pada materi usaha dan energi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
D. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, serta kerangka berpikir di
atas, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada pengaruh penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle terhadap prestasi belajar fisika
2. Ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
fisika.
3. Ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.
4. Ada interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika.
5. Ada interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.
6. Ada interaksi antara motivasi belajar dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi
belajar fisika.
7. Ada interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
81
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar,
Jl. Masjid Sunan Ampel Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar. Uji coba
instrumen prestasi belajar fisika (kognitif) serta angket motivasi belajar dan sikap
ilmiah dilaksanakan di SMA PGRI Srengat Kabupaten Blitar, Jl. Kendalrejo
Srengat Kabupaten Blitar.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini direncanakan dimulai pada bulan Agustus 2010
sampai dengan bulan April 2011 dengan jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel
3.1 :
Tabel 3.1. Agenda Penelitian
No. Kegiatan Tahun 2010-2011
Agst Sep. Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Maret April 1. Pengajuan
judul √ √
2. Seminar proposal
√
3. Perizinan √ 4. Penyusunan
instrumen pembelajaran
√
5. Penyusunan instrumen tes
√
6. Uji coba instrumen
√
7. Analisa uji coba √
8. Pelaksanaan √
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
penelitian 9. Pengambilan
data √
10. Pengolahan data
√ √
11. Pengolahan dan analisa data
√ √
12. Penyusunan laporan lengkap
√
13 Ujian tesis √ 14. Revisi √
B. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah teknik
“Cluster Random Sampling” yaitu pengambilan sampel secara acak 2 kelas dari 3
kelas. Hal ini dilakukan setelah memperhatikan ciri-ciri siswa mendapat materi
berdasarkan kurikulum yang sama dan siswa yang menjadi obyek penelitian
duduk pada tingkat kelas yang sama.
1. Populasi
Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA
SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Semester I Tahun Ajaran 2010/2011.
2. Sampel
Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah dua kelas dari
tiga kelas, yaitu kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2. Kelas XI IPA 1 mendapatkan
pembelajaran menggunakan Animasi (kelas eksperimen I) dan kelas XI IPA 2
mendapatkan pembelajaran menggunakan Pictorial Riddle (kelas eksperimen II).
Adapun jumlah sampel dari kedua kelas tersebut sebanyak 63 siswa, masing-
masing kelas berjumlah 32 siswa dan 31 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
C. Metode Penelitian
Metode penelitian berupa metode eksperimen, dimana rancangan
penelitian menggunakan anava 3 jalan dengan desain faktorial 2 x 2 x 2. Faktor
pertama adalah pendekatan Inkuiri Terbimbing yang dilaksanakan melalui media
Animasi dan Pictorial Riddle. Faktor kedua adalah motivasi belajar siswa, terbagi
menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan rendah. Faktor ketiga adalah sikap ilmiah
siswa, terbagi menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan rendah. Adapun rancangan
penelitian sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 3.2 :
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian
Motivasi Belajar Tinggi Motivasi Belajar Rendah
Sikap Ilmiah Tinggi
Sikap Ilmiah Rendah
Sikap Ilmiah Tinggi
Sikap Ilmiah Rendah
Pembelajaran Inkuiri
Animasi
Pictorial Riddle
D. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Inkuiri Terbimbing sebagai
pendekatan pembelajaran, dengan definisi operasionalnya yaitu : pendekatan
pembelajaran adalah suatu cara pandang seseorang dalam melaksanakan
pembelajaran fisika pada materi usaha dan energi. Pembelajaran yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
a. Inkuiri Terbimbing
Inkuiri Terbimbing adalah kegiatan belajar yang melibatkan seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya, dimana kegiatan Inkuiri Terbimbing
terdiri dari pernyataan masalah, hipotesis, pengumpulan data, dan analisis
data.
b. Animasi
Animasi adalah suatu hasil proses dimana obyek-obyek yang digambarkan
atau divisualisasikan tampak hidup. Pada penelitian ini pembuatan Animasi
dilakukan melalui Macromedia Flash 8.
c. Pictorial Riddle
Pictorial Riddle adalah salah satu teknik/metode untuk mengembangkan
motivasi dan ketertarikan siswa di dalam diskusi, yang disajikan dalam suatu
gambar, ilustrasi atau menggunakan potret yang menunjukkan konsep, proses,
atau situasi. Pada penelitian ini Pictorial Riddle disajikan kepada siswa
melalui powerpoint.
2. Variabel Moderator :
Variabel moderator dalam penelitian ini terdiri dari motivasi belajar dan
sikap ilmiah siswa.
a. Variabel moderator I : motivasi belajar
1) Definisi operasional :
Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong siswa untuk belajar atau
menguasai materi pelajaran fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
2) Skala pengukuran :
Skala pengukuran berupa ordinal dengan dua kategori yang dibedakan
dalam motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah
b. Variabel moderator II : sikap ilmiah
1) Definisi operasional :
Sikap ilmiah adalah kecenderungan siswa untuk bertindak atau berperilaku
dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah
ilmiah.
2) Skala pengukuran :
Skala pengukuran berupa ordinal dengan dua kategori yang dibedakan
dalam sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah
3. Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu prestasi belajar fisika
a. Definisi operasional :
Prestasi belajar fisika adalah tingkat penguasaan dan pemahaman siswa
terhadap pelajaran fisika khususnya materi energi dan usaha, yang dinyatakan
dalam bentuk angka sebagai skor hasil tes. Dalam penelitian ini prestasi yang
diukur meliputi kemampuan aspek kognitif dan afektif untuk materi usaha dan
energi.
b. Skala pengukuran :
Skala pengukuran berupa interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
E. Data Penelitian
1. Jenis data
Data yang diperlukan dalam tes penelitian ini adalah :
a. Prestasi belajar fisika materi usaha dan energi sebagai ranah kognitif,
diperoleh melalui tes setelah pelaksanaan pembelajaran fisika melalui Inkuiri
Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle. Dan prestasi belajar
fisika materi usaha dan energi sebagai ranah afektif diperoleh melalui
pengamatan dan wawancara.
b. Motivasi belajar dan sikap ilmiah siswa terhadap pembelajaran fisika materi
usaha dan energi, diperoleh melalui angket.
2. Sumber data
Sebagai sumber data adalah siswa kelas XI IPA SMA Terpadu Abul Faidl
Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011.
3. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes dilakukan secara tertulis dengan
tipe pilihan ganda (multiple choice) untuk mengukur ranah kognitif, dan angket
untuk mengetahui motivasi belajar dan sikap ilmiah siswa kategori tinggi dan
rendah. Teknik tes ini dilakukan dengan menyebarkan tes pilihan ganda dan
angket kepada para responden. Teknik non tes dilakukan melalui pengamatan dan
wawancara untuk mengukur ranah afektif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen pelaksanaan pembelajaran
Instrumen pelaksanaan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
ini adalah sebagai berikut :
a. Silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Animasi dan Pictorial
Riddle.
b. Catatan lapangan yang berisi hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran
berlangsung.
2. Instrumen pengambilan data
Sebagai instrumen dalam pengumpulan data penelitian berupa angket
motivasi belajar, angket sikap ilmiah, dan tes prestasi belajar fisika dengan materi
pembelajaran adalah usaha dan energi.
G. Uji Coba Instrumen
Sebelum melakukan pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan uji coba
terhadap instrumen untuk menguji apakah instrumen benar-benar layak digunakan
untuk mengukur kemampuan siswa. Uji coba instrumen meliputi :
1. Uji Validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui sampai dimana suatu tes
mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini, validitas
instrumen tes prestasi belajar (kognitif), angket motivasi belajar dan sikap ilmiah
digunakan korelasi Pearson Product Moment pada persamaan 3.1 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
( ){ }{ }∑ ∑∑ ∑∑ ∑∑
−−
−=
2222xy
)Y(YN.XXN
)Y).(X()XY(Nr (3.1)
(Masidjo, 1995:246)
Korelasi Pearson Product Moment (rxy) ini melibatkan jumlah responden (N),
skor butir (X) dan skor total (Y).
Dengan taraf signifikansi (α = 0,05), butir soal dinyatakan valid jika rxy >
rtabel, sebaliknya jika rxy < rtabel, berarti butir soal tidak valid. Interpretasi validitas
soal dapat dilihat pada tabel 3.3 :
Tabel 3.3. Interpretasi Validitas Soal
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 – 1,00 Sangat Tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
Negatif – 0,20 Sangat Rendah
(Masidjo, 1995:243)
Dengan menggunakan rumus korelasi Product-Moment ini dapat diketahui
besarnya validitas tiap item. Semua soal atau item dikatakan valid jika
mempunyai hasil perhitungan lebih besar dari tabel harga kritik Product-Moment.
Semua item soal dikatakan tidak valid jika harga perhitungan lebih kecil dari
harga tabel.
Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas tes prestasi belajar, angket
motivasi belajar dan sikap ilmiah siswa diperoleh data seperti yang tercantum
pada tabel 3.4 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas
Jenis Instrumen Jumlah
Item
Jumlah Item
Valid
Jumlah Item
Tidak Valid Nomor
Prestasi Belajar 30 22 8 1, 2, 7, 8, 16, 18, 27, 28
Motivasi Belajar 32 30 2 17, 18
Sikap Ilmiah 40 37 3 3, 7, 9
a. Prestasi Belajar
Berdasarkan hasil uji validitas di atas, pada instrumen tes prestasi belajar
dengan jumlah item sebanyak 30, diantaranya terdapat 8 item yang tidak valid.
Setiap indikator pembelajaran harus diwujudkan dalam tes prestasi belajar.
Sehingga setelah dilakukan perbaikan dan penyesuaian terhadap 8 item yang tidak
valid tersebut, item yang digunakan untuk penelitian tetap sebanyak 30.
b. Angket Motivasi Belajar
Berdasarkan hasil uji validitas di atas, pada instrumen angket motivasi
belajar dengan jumlah item sebanyak 32, diantaranya terdapat 2 item yang tidak
valid. Setiap indikator motivasi belajar harus diwujudkan dalam angket motivasi
belajar. Sehingga setelah dilakukan perbaikan dan penyesuaian terhadap 2 item
yang tidak valid tersebut, item yang digunakan untuk penelitian tetap sebanyak
32.
c. Angket Sikap Ilmiah
Berdasarkan hasil uji validitas di atas, pada instrumen angket sikap ilmiah
dengan jumlah item sebanyak 40, diantaranya terdapat 3 item yang tidak valid.
Setiap indikator sikap ilmiah harus diwujudkan dalam angket sikap ilmiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Sehingga setelah dilakukan perbaikan dan penyesuaian terhadap 3 item yang tidak
valid tersebut, item yang digunakan untuk penelitian tetap sebanyak 40.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keajegan)
alat pengumpul data atau instrumen yang digunakan. Taraf reliabilitas tes
dinyatakan dengan suatu reliabilitas atau rtt. Untuk uji reliabilitas instrumen tes
penelitian dengan menggunakan Kuder-Richardson 20 (KR-20) pada persamaan
3.2 :
(3.2)
(Masidjo, 1995:233)
Koefisien reliabilitas (rtt) ini melibatkan jumlah item tes (n), standar deviasi (SD),
indeks kesukaran (p), dan q, dimana q merupakan selisih antara nilai 1 dengan
indeks kesukaran.
Dengan taraf signifikansi (α = 0,05), item dinyatakan reliabel jika r > rtabel.
Interpretasi reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.5 :
Tabel 3.5. Interpretasi Reliabilitas Soal
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,91 – 1,00 Sangat tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
Negatif – 0,20 Sangat Rendah
(Masidjo, 1995:209)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas tes prestasi belajar, angket
motivasi belajar dan sikap ilmiah siswa diperoleh data seperti yang tercantum
pada tabel 3.6 :
Tabel 3.6. Hasil Uji Reliabilitas
Jenis Instrumen Reliabilitas Kriteria
Prestasi Belajar 0,882 Tinggi
Angket Motivasi Belajar 0,893 Tinggi
Angket Sikap Ilmiah 0,914 Sangat Tinggi
3. Uji Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyak siswa yang
menjawab benar. Taraf Kesukaran suatu item dinyatakan dalam suatu bilangan
indeks yang disebut indeks kesukaran (IK). Yang dimaksud indeks kesukaran
adalah bilangan yang merupakan hasil perbandingan antara jawaban benar yang
diperoleh dengan jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari suatu item.
(Masidjo, 1995:189).
maxNxSBIK = (3.3)
(Masidjo, 1995:189)
Indeks kesukaran soal (IK) seperti yang ditunjukkan pada persamaan 3.3
melibatkan jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa dari suatu item (B),
kelompok siswa (N), dan skor maksimal (Smax). Klasifikasi taraf kesukaran suatu
item dapat dilihat pada tabel 3.7 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Tabel 3.7 Klasifikasi Taraf Kesukaran
IK (%) Kualifikasi IK
0,81 – 1,00 Mudah Sekali (MS)
0,61 – 0,80 Mudah (Md)
0,41 – 0,60 Sedang/Cukup (Sd/C)
0,21 – 0,40 Sukar (Sk)
0,00 – 0,20 Sukar Sekali (SS)
Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen penelitian kognitif pada soal tes
prestasi belajar Fisika pada materi Usaha dan Energi yang dilakukan terangkum
pada tabel 3.8 :
Tabel 3.8. Hasil Uji Taraf Kesukaran
Kategori Soal Jumlah Soal Nomor Soal
Mudah Sekali (MS) 1 2
Mudah (Md) 7 1, 6, 11, 18, 23, 24, 27
Sedang (Sd) 15 3, 5, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 17, 19, 20, 22, 26,
29, 30
Sukar (Sk) 7 4, 7, 8, 16, 21, 25, 28
Sukar Sekali (SS) 0 -
4. Uji Daya Beda
Daya beda merupakan kemampuan soal untuk membedakan antara siswa
yang mempunyai kemampuan tinggi dan siswa yang mempunyai kemampuan
rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya beda soal disebut indeks
diskriminasi seluruh peserta tes (Masidjo, 1995:198)
DP = (3.4)
(Widha Sunarno, 2010:30)
Daya pembeda (DP) seperti yang ditunjukkan pada persamaan 3.4 melibatkan
jumlah jawaban benar kelompok atas (BA), jumlah jawaban benar kelompok
(Masidjo, 1995:1992)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
bawah (BB), jumlah pengikut kelompok atas (NA), dan jumlah pengikut kelompok
bawah (NB). Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada tabel 3.9 :
Tabel 3.9. Interpretasi Daya Pembeda
DP Klasifikasi
0,80 – 1,00 Sangat Membedakan (SM)
0,60 – 0,79 Lebih Membedakan (LM)
0,40 – 0,59 Cukup Membedakan (CM)
0,20 – 0,39 Kurang Membedakan (KM)
negatif – 0,19 Sangat Kurang Membedakan (SKM)
(Masidjo, 1995:201)
Hasil uji daya pembeda instrumen penelitian kognitif yang dilakukan
terangkum pada tabel 3.10 :
Tabel 3.10. Hasil Uji Daya Pembeda
Klasifikasi Soal Jumlah Soal Nomor Soal
Sangat Membedakan (SM) 2 17, 19
Lebih Membedakan (LM) 15 3, 5, 6, 10, 11, 12, 13, 14, 15,
22, 23, 24, 25, 26, 29
Cukup Membedakan (CM) 8 1, 4, 9, 20, 21, 27, 28, 30
Kurang Membedakan (KM) 4 2, 7, 16, 18
Sangat Kurang Membedakan (SKM) 1 8
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Sebagai uji prasyarat analisis dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
Selanjutnya dari data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varians tiga jalan
dengan sel tak sama.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Taraf signifikansi yaitu sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
0,05. Kriteria pengujian yaitu jika nilai probabilitas (sig.) ≥ 0,05, maka dapat
dikatakan data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Jika nilai
probabilitas (sig.) < 0,05, maka dapat dikatakan data berasal dari populasi yang
tidak berdistribusi normal. Adapun penentuan hasil uji normalitas menggunakan
Kolmogorov-Smirnov, dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and
Service Solution) seri 17.
b. Uji homogenitas
Untuk uji homogenitas, dilakukan dengan bantuan program SPSS
(Statistical Product and Service Solution) seri 17, dimana pada program ini uji
homogenitas dikenal dengan istilah Test of Equal Variances, dengan metode
Levene Test. Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians atau
homogenitas antar populasi. Jika populasi-populasi mempunyai varian-varian
sama, dikatakan populasi adalah homogen. Taraf signifikansi yaitu sebesar 0,05.
Adapun kriteria pengujian yaitu jika nilai probabilitas (sig.) ≥ 0,05, maka dapat
dikatakan populasi adalah homogen. Jika nilai probabilitas (sig.) < 0,05 maka
dapat dikatakan populasi tidak homogen.
2. Uji Hipotesis (Analisis Variansi Tiga Jalan)
Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan Analisis Variansi Tiga Jalan
(Anava) pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan bantuan program SPSS
(Statistical Product and Service Solution) seri 17. Pada penelitian ini hipotesis
yang akan diuji adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
1) HoA : Tidak ada pengaruh Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi
dan Pictorial Riddle terhadap prestasi belajar fisika.
H1A : Ada pengaruh Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle terhadap prestasi belajar fisika.
2) HoB : Tidak ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar fisika.
H1B : Ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar fisika.
3) HoC : Tidak ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar fisika.
H1C : Ada pengaruh sikap ilmiah kategori tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar fisika.
4) HoAB : Tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan
Animasi dan Pictorial Riddle dengan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar fisika.
H1AB : Ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan
Animasi dan Pictorial Riddle dengan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar fisika.
5) HoAC : Tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan
Animasi dan Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap
prestasi belajar fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
H1AC : Ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan
Animasi dan Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap
prestasi belajar fisika.
6) HoBC : Tidak ada interaksi antara motivasi belajar dengan sikap
ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.
H1BC : Ada interaksi antara motivasi belajar dengan sikap ilmiah
terhadap prestasi belajar fisika.
7) HoABC : Tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan
Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap
ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.
H1ABC : Ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan
Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap
ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.
3. Tata Letak Data
Untuk tata letak data, dapat dilihat sebagaimana yang ditunjukkan pada
tabel 3.11 :
Tabel 3.11. Tata Letak Data
B1 B2
C1 C2 C1 C2
A A1 A1B1C1 A1B1C2 A1B2C1 A1B2C2
A2 A2B1C1 A2B1C2 A2B2C1 A2B2C2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Tabel 3.11 yang merupakan tabel tata letak data dapat dijelaskan bahwa
dalam penelitian ini pembelajaran fisika dilakukan melalui pendekatan Inkuiri
Terbimbing (A), dimana dalam proses pembelajaran materi disampaikan kepada
siswa melalui media Animasi (A1) dan Pictorial Riddle (A2). Peneliti ingin
meninjau dari segi motivasi belajar siswa (B). Motivasi belajar ini terbagi menjadi
dua kategori, yaitu motivasi belajar kategori tinggi (B1) dan motivasi belajar
kategori rendah (B2). Selain motivasi belajar, peneliti juga melakukan tinjauan
dari segi sikap ilmiah siswa (C), dimana sikap ilmiah ini juga terbagi menjadi dua
kategori, yaitu sikap ilmiah kategori tinggi (C1) dan sikap ilmiah kategori rendah
(C2).
Pada baris 3 kolom 3, menunjukkan bahwa dalam penelitian ini dilakukan
pengambilan data untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Inkuiri Terbimbing
menggunakan media Animasi ditinjau dari motivasi belajar tinggi dan sikap
ilmiah tinggi (A1B1C1). Pada baris 3 kolom 4, menunjukkan bahwa dalam
penelitian ini dilakukan pengambilan data untuk mengetahui pengaruh
pembelajaran Inkuiri Terbimbing menggunakan media Animasi ditinjau dari
motivasi belajar tinggi dan sikap ilmiah rendah (A1B1C2). Pada baris 3 kolom 5,
menunjukkan bahwa dalam penelitian ini dilakukan pengambilan data untuk
mengetahui pengaruh pembelajaran Inkuiri Terbimbing menggunakan media
Animasi ditinjau dari motivasi belajar rendah dan sikap ilmiah tinggi (A1B2C1).
Pada baris 3 kolom 6, menunjukkan bahwa dalam penelitian ini dilakukan
pengambilan data untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Inkuiri Terbimbing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
menggunakan media Animasi ditinjau dari motivasi belajar rendah dan sikap
ilmiah rendah (A1B2C2).
Pada baris 4 kolom 3, menunjukkan bahwa dalam penelitian ini dilakukan
pengambilan data untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Inkuiri Terbimbing
menggunakan media Pictorial Riddle ditinjau dari motivasi belajar tinggi dan
sikap ilmiah tinggi (A2B1C1). Pada baris 4 kolom 4, menunjukkan bahwa dalam
penelitian ini dilakukan pengambilan data untuk mengetahui pengaruh
pembelajaran Inkuiri Terbimbing menggunakan media Pictorial Riddle ditinjau
dari motivasi belajar tinggi dan sikap ilmiah rendah (A2B1C2). Pada baris 4 kolom
5, menunjukkan bahwa dalam penelitian ini dilakukan pengambilan data untuk
mengetahui pengaruh pembelajaran Inkuiri Terbimbing menggunakan media
Pictorial Riddle ditinjau dari motivasi belajar rendah dan sikap ilmiah tinggi
(A2B2C1). Pada baris 4 kolom 6, menunjukkan bahwa dalam penelitian ini
dilakukan pengambilan data untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Inkuiri
Terbimbing menggunakan media Pictorial Riddle ditinjau dari motivasi belajar
rendah dan sikap ilmiah rendah (A2B2C2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh merupakan data prestasi belajar
pada ranah kognitif dan afektif, motivasi belajar, dan sikap ilmiah. Data tersebut
diperoleh dari kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen I (menggunakan Animasi)
dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen II (menggunakan Pictorial Riddle).
1. Data Prestasi Belajar ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa
Dalam penelitian ini, data motivasi belajar siswa diukur menggunakan
angket motivasi belajar siswa yang diberikan kepada para siswa sebagai
responden. Pemberian angket dilaksanakan ketika sebelum memulai
pembelajaran. Soal yang diberikan untuk mengukur motivasi belajar siswa telah
diuji validitas dan reliabilitasnya. Motivasi Belajar dibagi menjadi dua kategori,
yaitu kategori tinggi dan rendah. Kategori motivasi belajar tinggi ditentukan jika
skor motivasi belajar lebih besar atau sama dengan rerata motivasi belajar seluruh
siswa. Sedangkan kategori rendah ditentukan jika skor motivasi belajar kurang
dari rerata motivasi belajar seluruh siswa. Analisis data selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran. Deskripsi dari data prestasi belajar ditinjau dari motivasi belajar
dapat dilihat pada tabel 4.1 :
Tabel 4.1. Deskripsi Data Prestasi Belajar ditinjau dari Motivasi Belajar
Motivasi
Belajar
Jumlah
Data
Nilai
Maksimum
Nilai
Minimum Rerata SD
Tinggi 33 88 65 73,48 5,96
Rendah 30 75 53 65,90 5,74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan jumlah siswa
dengan motivasi belajar tinggi sebanyak 33 siswa, sedangkan jumlah siswa
dengan motivasi belajar rendah sebanyak 30 siswa. Rerata prestasi belajar siswa
yang memiliki motivasi belajar tinggi sebesar 73,48, dan rerata prestasi belajar
siswa yang memiliki motivasi belajar rendah sebesar 65,90. Dengan kata lain,
siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi memperoleh rerata hasil belajar lebih
tinggi dibandingkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.
Secara lebih detail, distribusi frekuensi dari masing-masing kategori
(motivasi belajar kategori tinggi dan rendah) dapat dilihat pada tabel 4.2 dan tabel
4.3 :
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari Motivasi Belajar Tinggi
No. Nilai Nilai Tengah Frek. Frek. Kumulatif Frek. Persen
1 65-68 66,5 8 8 24,2% 2 69-72 70,5 6 14 18,2% 3 73-76 74,5 10 24 30,3% 4 77-80 78,5 5 29 15,2% 5 81-84 82,5 2 31 6,1% 6 85-88 86,5 2 33 6,1%
JUMLAH 33 100,0%
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari Motivasi Belajar Rendah
No. Nilai Nilai Tengah Frek. Frek. Kumulatif Frek. Persen
1 53-56 54,5 2 2 6,7% 2 57-60 58,5 4 6 13,3% 3 61-64 62,5 3 9 10,0% 4 65-68 66,5 12 21 40,0% 5 69-72 70,5 5 26 16,7%
6 73-76 74,5 4 30 13,3%
JUMLAH 30 100,0% Keterangan : frek. = frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar pada siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah di atas, disajikan
histogram pada gambar 4.1 (a) dan (b) :
(a) (b)
Gambar 4.1. Gambar Histogram Prestasi Belajar ditinjau dari (a) Kelompok Motivasi
Belajar Tinggi (b) Kelompok Motivasi Belajar Tinggi
Pada gambar 4.1 (a) yang menunjukkan histogram prestasi belajar ditinjau
dari kelompok motivasi belajar tinggi, terlihat bahwa frekuensi tertinggi sebesar
10 berada pada rentang prestasi 73-76. Seperti yang telah disebutkan di atas
bahwa rerata prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi sebesar
73,48, berada pada rentang prestasi belajar tersebut (73-76). Prestasi belajar siswa
cenderung terdistribusi di bagian bawah rata-rata, dan sebagian lainnya
terdistribusi di bagian atas rata-rata.
Pada gambar 4.1 (b) yang menunjukkan histogram prestasi belajar ditinjau
dari kelompok motivasi belajar rendah, terlihat bahwa frekuensi tertinggi sebesar
12 berada pada rentang prestasi 65-68. Seperti yang telah disebutkan di atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
bahwa rerata prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi belajar rendah sebesar
65,90, berada pada rentang prestasi belajar tersebut (65-68). Prestasi belajar siswa
terdistribusi secara merata.
2. Data Prestasi Belajar ditinjau dari Sikap Ilmiah Siswa
Dalam penelitian ini, data sikap ilmiah siswa diperoleh dari pengisian
angket sikap ilmiah yang diberikan kepada siswa sebagai responden. Pemberian
angket dilaksananakan sebelum pembelajaran dilaksanakan. Sikap ilmiah siswa
dikategorikan menjadi dua, yaitu tinggi dan rendah. Sikap ilmiah siswa
dikategorikan tinggi jika skor sikap ilmiah lebih tinggi atau sama dengan rerata
skor (means) sikap ilmiah kelas, dan dikategorikan sikap ilmiah rendah jika skor
sikap ilmiah kurang dari rerata skor (means) sikap ilmiah kelas. Analisis data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Adapun deskripsi data prestasi belajar
ditinjau dari sikap ilmiah siswa dapat dilihat pada tabel 4.4 :
Tabel 4.4. Deskripsi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari Sikap Ilmiah
Sikap Ilmiah Jumlah Data Nilai Maksimum
Nilai Minimum
Rerata SD
Tinggi 31 88 65 73,71 6,06 Rendah 32 75 53 66,16 5,67
Dari tabel 4.4 di atas bahwa secara keseluruhan jumlah siswa dengan sikap
ilmiah tinggi sebanyak 31 siswa. Sedangkan jumlah siswa dengan sikap ilmiah
rendah sebanyak 32 siswa. Rerata prestasi belajar siswa yang memiliki sikap
ilmiah tinggi adalah 73,71, dan rerata prestasi belajar siswa yang memiliki sikap
ilmiah rendah adalah 66,16. Dengan demikian, siswa yang memiliki sikap ilmiah
tinggi memperoleh rerata prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding dengan
siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Secara lebih rinci, distribusi frekuensi prestasi belajar dari masing-masing
kategori dapat dilihat pada tabel 4.5 dan tabel 4.6 :
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari Sikap Ilmiah Tinggi
No. Nilai Nilai Tengah Frek. Frek. Kumulatif Frek. Persen
1 65-68 66,5 9 9 29,0% 2 69-72 70,5 4 13 12,9% 3 73-76 74,5 9 22 29,0% 4 77-80 78,5 5 27 16,1% 5 81-84 82,5 2 29 6,5% 6 85-88 86,5 2 31 6,5%
JUMLAH 31 100,0%
Tabel 4.6. Deskripsi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari Sikap Ilmiah Rendah
No. Nilai Nilai Tengah Frek. Frek. Kumulatif Frek. Persen
1 53-56 54,5 2 2 6,3%
2 57-60 58,5 4 6 12,5% 3 61-64 62,5 3 9 9,4% 4 65-68 66,5 11 20 34,4% 5 69-72 70,5 7 27 21,9% 6 73-76 74,5 5 32 15,6%
JUMLAH 32 100,0% Keterangan : Frek. = frekuensi
Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar siswa yang
memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah di atas, disajikan histogram yang dapat
dilihat pada gambar 4.2 (a) dan (b) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
(a) (b)
Gambar 4.2. Gambar Histogram Prestasi Belajar ditinjau dari (a) Kelompok Sikap Ilmiah
Tinggi (b) Kelompok Sikap Ilmiah Rendah
Pada gambar 4.2 (a) yang menunjukkan histogram prestasi belajar ditinjau
dari kelompok sikap ilmiah tinggi, terlihat bahwa frekuensi tertinggi sebesar 9
berada pada rentang prestasi 65-68 dan 73-76. Seperti yang telah disebutkan di
atas bahwa rerata prestasi belajar siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi sebesar
73,71, berada pada rentang prestasi belajar 73-76. Prestasi belajar siswa
cenderung terdistribusi di bagian bawah rata-rata, dan sebagian kecil lainnya
terdistribusi di bagian atas rata-rata.
Pada gambar 4.2 (b) yang menunjukkan histogram prestasi belajar ditinjau
dari kelompok sikap ilmiah rendah, terlihat bahwa frekuensi tertinggi sebesar 12
berada pada rentang prestasi 65-68. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa
rerata prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi belajar rendah sebesar 66,16,
berada pada rentang prestasi belajar tersebut (65-68). Prestasi belajar siswa
cenderung terdistribusi di bagian atas rata-rata, dan sebagian lainnya terdistribusi
di bagian bawah rata-rata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
3. Data Prestasi Belajar Fisika
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing diterapkan dalam penyajian materi fisika
agar siswa menemukan sendiri suatu konsep melalui serangkaian proses
penemuan yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing ini diterapkan pada siswa melalui penggunaan media, yaitu media
Animasi dan Pictorial Riddle. Dalam penelitian ini, prestasi belajar fisika hanya
mencakup ranah kognitif (kemampuan dalam mengerjakan soal-soal tes pada
materi usaha dan energi) dan mencakup ranah afektif (sikap siswa selama proses
pembelajaran). Berikut ini disajikan data prestasi belajar fisika ranah kognitif dan
afektif :
a. Prestasi Belajar Fisika Ranah Kognitif
Prestasi belajar fisika untuk ranah kognitif diukur melalui tes prestasi
belajar fisika materi usaha dan energi. Soal-soal tes prestasi belajar fisika siswa
dan hasil tes prestasi belajar fisika siswa secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran. Namun untuk memudahkan dalam pembacaan data prestasi belajar
fisika, ringkasan dari lampiran tersebut disajikan dalam tabel 4.7 :
Tabel 4.7. Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Kognitif Siswa dalam Media Pembelajaran
Media Jumlah Data Nilai Tertinggi
Nilai Terendah Rerata SD
Animasi 32 88 53 70,75 6,9 Pictorial Riddle 31 85 53 68,97 7,0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rerata prestasi belajar ranah kognitif
siswa pada kelas dengan pembelajaran Inkuiri Terbimbing menggunakan media
Animasi (kelas eksperimen I) adalah 70,75, sedangkan pada kelas dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
pembelajaran Inkuiri Terbimbing menggunakan media Pictorial Riddle (kelas
eksperimen II) adalah 68,97. Terlihat bahwa ada selisih dari rerata prestasi belajar
untuk penggunaan kedua media tersebut, dimana rerata untuk kelas dengan media
pembelajaran Animasi memiliki rerata yang lebih besar dibandingkan rerata untuk
kelas dengan media pembelajaran Pictorial Riddle.
Distribusi frekuensi prestasi belajar fisika siswa pada kelas yang
menggunakan pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan media Animasi (kelas
Eksperimen I) disajikan pada tabel 4.8 :
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Fisika Siswa pada Kelas Eksperimen I
(Media Animasi)
No. Nilai Nilai Tengah Frek. Frek. Kum Frek. Persen
1 53-58 55,5 1 1 3,1% 2 59-64 61,5 3 4 9,4% 3 65-70 67,5 15 19 46,9% 4 71-76 73,5 8 27 25,0% 5 77-82 79,5 3 30 9,4% 6 83-88 85,5 2 32 6,3%
JUMLAH 32 100,0% Keterangan : frek. = frekuensi
Sedangkan tabel 4.9 merupakan tabel yang menyajikan distribusi frekuensi
prestasi belajar siswa pada kelas dengan pembelajaran Inkuiri menggunakan
media Pictorial Riddle :
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Fisika Siswa pada Kelas Eksperimen II
(Media Pictorial Riddle)
No. Nilai Nilai Tengah Frek. Frek. Kum Frek. Persen
1 53-57 55 1 1 3,2% 2 58-62 60 4 5 12,9% 3 63-67 65 6 11 19,4% 4 68-72 70 10 21 32,3% 5 73-77 75 6 27 19,4%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
6 78-82 80 3 30 9,7% 7 83-87 85 1 31 3,2%
JUMLAH 31 100,0% Keterangan : frek. = frekuensi
Selain dalam bentuk tabel, untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi
belajar, disajikan pula histogram seperti yang terlihat pada gambar 4.3 (a) dan (b)
masing-masing adalah prestasi belajar kelas Eksperimen I (Animasi) dan kelas
Eksperimen II (Pictorial Riddle) :
(a) (b)
Gambar 4.3. Histogram Prestasi Belajar Fisika pada (a) Kelas Eksperimen I (Media Animasi) (b) Kelas Eksperimen II (Media Pictorial Riddle)
Tabel 4.8 dan gambar 4.3 (a) memberikan informasi bahwa frekuensi
terbesar yaitu sebanyak 15 siswa, adalah siswa yang memperoleh nilai pada
rentang antara 65 hingga 70. Dimana rerata prestasi belajar kelas Eksperimen I
(media pembelajaran Animasi) sebesar 70,75 berada pada rentang tersebut
(rentang prestasi 65-70). Sedangkan frekuensi terendah berada pada rentang
antara 53 hingga 58, yaitu sebanyak 1 siswa. Prestasi belajar siswa cenderung
terdistribusi di bagian atas rata-rata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Tabel 4.9 dan gambar 4.3 (b) memberikan informasi bahwa frekuensi
tertinggi berada pada rentang prestasi antara 68 hingga 72, yaitu sebanyak 10
siswa, dimana pada rentang tersebut terletak rerata prestasi belajar fisika untuk
kelas Eksperimen II (media Pictorial Riddle) sebesar 68,97. Sedangkan frekuensi
terendah berada pada rentang prestasi antara 53 hingga 57 dan antara rentang
prestasi 83 hingga 87, yaitu sebanyak 1 siswa. Prestasi belajar siswa terdistribusi
secara merata.
Berikut ini disajikan deskripsi distribusi data secara keseluruhan sesuai
dengan tata letak data dalam penelitian, yaitu pada tabel 4.10 :
Tabel 4.10. Distribusi Keseluruhan Data
Motivasi Belajar Tinggi Motivasi Belajar Rendah Sikap Ilmiah
Tinggi Sikap Ilmiah
Rendah Sikap Ilmiah
Tinggi Sikap Ilmiah
Rendah
Animasi N = 7
= 79,57 SD = 4,6
N = 10
= 69,9 SD = 3,3
N = 8
= 70,5 SD = 4
N = 7
= 63,43 SD = 5,9
Pictorial Riddle N = 8
= 77,13 SD = 4,9
N = 8
= 69 SD = 3,5
N = 8
= 68,38 SD = 2,7
N = 7
= 60,29 SD = 4,2
Keterangan :
N = jumlah siswa
= rerata
SD = standar deviasi
Dari tabel 4.10 tersebut dapat diamati hubungan antara pembelajaran
Inkuiri dengan media pembelajaran Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi
belajar, dan sikap ilmiah terhadap nilai rerata siswa. Dapat dilihat bahwa
pembelajaran Inkuiri menggunakan media Animasi yang diterapkan pada siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
yang memiliki motivasi belajar tinggi dan sikap ilmiah tinggi memperoleh nilai
rerata tertinggi yaitu 79,57. Sedangkan pembelajaran Inkuiri menggunakan media
Pictorial Riddle yang diterapkan pada siswa yang memiliki motivasi belajar
rendah dan sikap ilmiah rendah memperoleh nilai rerata terendah yaitu 60,29.
Untuk memperjelas data di atas, dapat dilihat secara keseluruhan rerata
prestasi belajar siswa yang cukup bervariasi, sebagaimana tercantum pada tabel
4.11 :
Tabel 4.11. Rerata Prestasi Belajar
Penggunaan
Media
Motivasi Belajar Tinggi Motivasi Belajar Rendah
Sikap Ilmiah
Tinggi
Sikap Ilmiah
Rendah
Sikap Ilmiah
Tinggi
Sikap Ilmiah
Rendah
Animasi 79,57 69,9 70,5 63,43
Pictorial Riddle 77,13 69 68,38 60,29
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rerata prestasi belajar siswa
untuk pembelajaran Inkuiri menggunakan media Animasi diperoleh rerata
tertinggi sebesar 79,57 pada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan sikap
ilmiah tinggi. Untuk pembelajaran Inkuiri menggunakan media Pictorial Riddle
diperoleh rerata tertinggi sebesar 77,13 pada siswa yang memiliki motivasi belajar
tinggi dan sikap ilmiah tinggi. Sedangkan untuk rerata prestasi belajar terendah
pada pembelajaran Inkuiri menggunakan media Animasi diperoleh rerata prestasi
belajar sebesar 63,43 pada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dan sikap
ilmiah rendah. Untuk pembelajaran Inkuiri menggunakan media Pictorial Riddle,
rerata prestasi belajar terendah sebesar 60,29 pada siswa yang memiliki motivasi
belajar rendah dan sikap ilmiah rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
b. Data Prestasi Belajar Fisika Ranah Afektif
Prestasi belajar fisika siswa ranah afektif merupakan sikap siswa selama
proses pembelajaran, yang diperoleh dari pengamatan. Sikap siswa ini diamati
melalui beberapa aspek, yaitu dari aspek perhatian, kesenangan pada sains,
respon, kejujuran, keterbukaan, dan keingintahuan. Secara lebih rinci, prestasi
belajar fisika siswa ranah afektif dapat dilihat pada lampiran. Namun untuk
memudahkan dalam pembacaan data prestasi belajar fisika ranah afektif,
ringkasan dari lampiran tersebut disajikan dalam tabel 4.12 :
Tabel 4.12. Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Afektif Siswa dalam Media Pembelajaran
Media Jumlah
Data Siswa dengan Afektif Tinggi
Siswa dengan Afektif Rendah Rerata SD
Animasi 32 18 siswa 14 siswa 120,19 17,03
Pictorial Riddle 31 16 siswa 15 siswa 119,84 16,09
Jumlah 34 siswa 29 siswa
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rerata prestasi belajar siswa ranah
afektif pada kelas dengan pembelajaran Inkuiri Terbimbing menggunakan media
Animasi (kelas eksperimen I) adalah 120,19, sedangkan pada kelas dengan
pembelajaran Inkuiri Terbimbing menggunakan media Pictorial Riddle (kelas
eksperimen II) adalah 119,84. Terlihat bahwa ada selisih rerata prestasi belajar
ranah afektif untuk penggunaan kedua media tersebut, dimana rerata untuk kelas
dengan media pembelajaran Animasi memiliki rerata yang lebih besar
dibandingkan dengan rerata untuk kelas dengan media pembelajaran Pictorial
Riddle.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Untuk kelas dengan media pembelajaran Animasi (kelas eksperimen I),
jumlah siswa dengan afektif tinggi sebanyak 18 siswa, dan untuk siswa yang
memiliki afektif rendah sebanyak 14 siswa. Pada kelas ini, jumlah siswa dengan
afektif tinggi lebih banyak daripada siswa dengan afektif rendah. Sedangkan
untuk kelas dengan media pembelajaran Pictorial Riddle (eksperimen II), jumlah
siswa dengan afektif tinggi sebanyak 16 siswa, sedangkan jumlah siswa dengan
afektif rendah sebanyak 15 siswa. Sebagaimana pada kelas eksperimen I, pada
kelas eksperimen ini juga menunjukkan bahwa jumlah siswa dengan afektif tinggi
lebih banyak daripada siswa dengan afektif tinggi.
Secara keseluruhan, dari kedua kelas eksperimen tersebut, jumlah siswa
dengan afektif tinggi lebih banyak daripada jumlah siswa dengan afektif rendah,
masing-masing yaitu 34 siswa dan 29 siswa.
c. Data Prestasi Belajar Fisika Ranah Kognitif dan Afektif
Pembelajaran Inkuiri terbimbing menekankan pada proses penemuan suatu
konsep. Prestasi belajar ranah kognitif merupakan kemampuan siswa dalam
mengerjakan soal-soal materi usaha dan energi, yang diukur menggunakan tes
prestasi belajar. Prestasi belajar ranah afektif merupakan sikap siswa selama
proses pembelajaran, yang diukur melalui pengamatan. Berikut ini merupakan
prestasi belajar ranah kognitif dan afektif siswa pada kelas eksperimen I dan kelas
kelas eksperimen II secara keseluruhan sebagaimana yang disajikan pada tabel
4.13 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Tabel 4.13. Deskripsi Distribusi Data Keseluruhan
Siswa dengan Kognitif Tinggi
Siswa dengan Kognitif Rendah
Siswa dengan Afektif Tinggi 24 siswa 10 siswa Siswa dengan Afektif Rendah
3 siswa 26 siswa
Dari tabel 4.13 tersebut dapat diamati hubungan antara prestasi belajar
fisika ranah kognitif dan afektif. Dapat dilihat bahwa siswa dengan afektif rendah
dan kognitif rendah memiliki jumlah siswa paling banyak, yaitu sebanyak 26
siswa. Sedangkan siswa dengan afektif rendah dan kognitif memiliki jumlah siswa
paling sedikit, yaitu sebanyak 3 siswa.
B. Uji Prasyarat
1. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dengan bantuan program SPSS
(Statistical Product and Service Solution) seri 17 dan mengacu pada uji
Kolmogorov-Smirnov (Liliefors), populasi dikatakan berdistribusi normal jika
nilai probabilitas (sig.) ≥ 0,05.
Hasil dari uji normalitas data prestasi belajar siswa ditinjau dari motivasi
belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.14 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Tabel 4.14. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar Tests of Normality
Motivasi Belajar
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Prestasi tinggi .145 33 .076 .952 33 .148
rendah .143 30 .121 .949 30 .157
a. Lilliefors Significance Correction
Hasil uji normalitas prestasi belajar ditinjau dari motivasi belajar
menunjukkan bahwa pada siswa dengan motivasi belajar tinggi diperoleh nilai
probabilitas (sig.) 0,076 > (0,05), yang berarti data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji normalitas pada siswa dengan motivasi
belajar rendah menunjukkan nilai probabilitas (sig.) 0,121 > α (0,05), yang berarti
data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Hasil dari uji normalitas data prestasi belajar ditinjau dari sikap ilmiah
siswa dapat dilihat pada tabel 4.15 :
Tabel 4.15. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Ditinjau dari Sikap Ilmiah
Tests of Normality
Sikap Ilmiah
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Prestasi tinggi .149 31 .076 .947 31 .126
rendah .138 32 .126 .945 32 .102
a. Lilliefors Significance Correction
Hasil uji normalitas prestasi belajar ditinjau dari sikap ilmiah
menunjukkan bahwa pada siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi diperoleh nilai
probabilitas (sig.) 0,076 > 0,05 yang berarti data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji normalitas pada siswa dengan sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
ilmiah rendah menunjukkan nilai probabilitas (sig.) 0,126 > 0,05 yang berarti data
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Hasil dari uji normalitas data prestasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel
4.16 :
Tabel 4.16. Hasil Uji Normalitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Media Animasi dan Pictorial Riddle
Tests of Normality
Media
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Prestasi
animasi .137 32 .132 .974 32 .624
pictorial riddle
.124 31 .200* .980 31 .822
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa pada pembelajaran Inkuiri
Terbimbing menggunakan media Animasi memiliki nilai probabilitas (sig.)
0,132 > 0,05 yang berarti data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Sedangkan hasil uji normalitas pada pembelajaran Inkuiri menggunakan media
Pictorial Riddle menunjukkan nilai probabilitas (sig.) 0,200 > 0,05 yang berarti
data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui homogenitas antar populasi.
Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Levene dengan
bantuan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) seri 17 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,05. Jika nilai probabilitas (sig.) yang diperoleh lebih
besar atau sama dengan 0,05 maka dapat dikatakan populasi adalah homogen. Jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
uji homogenitas terpenuhi, maka dapat dilanjutkan dengan uji analisis variansi
(Anava). Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.17 :
Tabel 4.17. Hasil Uji Homogenitas
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:Prestasi
F df1 df2 Sig.
.774 7 55 .611
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal
across groups.
a. Design: Intercept + Media + MB + SI + Media * MB + Media * SI + MB * SI +
Media * MB * SI
Berdasarkan hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa nilai probabilitas
(sig.) 0,0611 > 0,05 yang berarti sampel berasal dari populasi yang homogen.
Karena homogenitas terpenuhi maka selanjutnya dapat dilakukan uji analisis
variansi (Anava).
C. Pengujian Hipotesis
Setelah pengujian prasyarat terpenuhi maka pengujian selanjutnya adalah
pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial
Riddle ditinjau dari motivasi belajar dan sikap ilmiah siswa.
Data yang diperoleh dari penelitian berupa data prestasi belajar, motivasi
belajar, sikap ilmiah siswa dianalisis dengan Anava tiga jalan (2 x 2 x 2) dengan
isi sel tidak sama menggunakan bantuan software SPSS (Statistical Product and
Service Solution ) seri 17, dimana taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Kriteria uji yang ditetapkan adalah jika nilai probabilitas (sig.) ≥ 0,05 maka Ho
diterima dan H1 ditolak. Tabel 4.18 menyajikan hasil uji Anava menggunakan
SPSS dengan General Linear Model (GLM) :
Tabel 4.18 Hasil Uji Anava
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Prestasi
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model
2040.477a 7 291.497 16.796 .000
Intercept 302916.534 1 302916.534 17454.463 .000 Media 72.145 1 72.145 4.157 .046 MB 1059.208 1 1059.208 61.033 .000 SI 1056.002 1 1056.002 60.848 .000 Media * MB 3.589 1 3.589 .207 .651 Media * SI .272 1 .272 .016 .901 MB * SI 6.754 1 6.754 .389 .535 Media * MB * SI
6.393 1 6.393 .368 .546
Error 954.507 55 17.355 Total 310576.000 63 Corrected Total
2994.984 62
a. R Squared = ,681 (Adjusted R Squared = ,641)
Berdasarkan analisis variansi tiga jalan di atas didapatkan hasil-hasil
sebagai berikut :
a. Hipotesis Pertama
HoA : Tidak ada pengaruh Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle terhadap prestasi belajar fisika.
H1A : Ada pengaruh Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial
Riddle terhadap prestasi belajar fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Keputusan :
Dari tabel output anava tiga jalan, diperoleh sig. 0,046 < 0,05, dengan
demikian HoA ditolak dan H1A diterima. Artinya ada pengaruh Inkuiri Terbimbing
menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle terhadap prestasi belajar fisika.
b. Hipotesis Kedua
HoB : Tidak ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar fisika.
H1B : Ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar fisika.
Keputusan :
Dari tabel output anava tiga jalan, diperoleh sig. 0,000 < 0,05, dengan
demikian HoB ditolak dan H1B diterima. Artinya ada pengaruh motivasi belajar
tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.
c. Hipotesis Ketiga
HoC : Tidak ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar fisika.
H1C : Ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
fisika.
Keputusan :
Dari tabel output anava tiga jalan, diperoleh sig. 0,000 < 0,05 dengan
demikian HoC ditolak dan H1C diterima. Artinya ada pengaruh sikap ilmiah tinggi
dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
d. Hipotesis Keempat
HoAB : Tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi
dan Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar
fisika.
H1AB : Ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika.
Keputusan :
Dari tabel ouput anava tiga jalan, diperoleh sig. 0,651 > 0,05, dengan
demikian HoAB diterima dan H1AB ditolak. Artinya tidak ada interaksi antara
Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan motivasi
belajar terhadap prestasi belajar fisika. Hal ini dapat ditunjukkan dari grafik
interaksi media-motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa berikut ini :
Gambar 4.4. Grafik Interaksi Media dengan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Dari grafik yang ditunjukkan oleh gambar 4.7, terlihat bahwa tidak ada
perpotongan antara garis biru (kelas eksperimen I dengan media Animasi) dengan
garis merah (kelas eksperimen II dengan media Pictorial Riddle). Keadaan ini
menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan
Animasi dan Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar
fisika.
e. Hipotesis Kelima
HoAC : Tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi
dan Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika
H1AC : Ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika
Keputusan :
Dari tabel ouput anava tiga jalan, diperoleh sig. 0,901 > 0,05 dengan
demikian HoAC diterima dan H1AC ditolak. Artinya tidak ada interaksi antara
Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan sikap
ilmiah terhadap prestasi belajar fisika materi usaha dan energi. Dari grafik yang
ditunjukkan oleh gambar 4.8 di bawah ini, terlihat bahwa tidak ada perpotongan
antara garis biru (kelas eksperimen I dengan media Animasi) dengan garis merah
(kelas eksperimen II dengan media Pictorial Riddle). Keadaan ini menunjukkan
bahwa tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.
Grafik interaksi media-sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa dapat
dilihat pada gambar 4.8 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Gambar 4.5. Grafik Interaksi Media dengan Sikap Ilmiah terhadap Prestasi Belajar Siswa f. Hipotesis Keenam
HoBC : Tidak ada interaksi antara motivasi belajar dengan sikap ilmiah terhadap
prestasi belajar fisika
H1BC : Ada interaksi antara motivasi belajar dengan sikap ilmiah terhadap
prestasi belajar fisika
Dari tabel ouput anava tiga jalan, diperoleh sig. 0,535 > 0,05 dengan
demikian Ho23 diterima dan H123 ditolak. Artinya tidak ada interaksi antara
motivasi belajar dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika. Dari grafik
yang ditunjukkan oleh gambar 4.9, terlihat bahwa tidak ada perpotongan antara
garis biru (motivasi belajar) dengan garis merah (sikap ilmiah). Keadaan ini
menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara motivasi belajar dengan sikap
ilmiah terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Grafik interaksi motivasi belajar-sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
siswa dapat dilihat pada gambar 4.9 :
Gambar 4.6. Grafik Interaksi Motivasi Belajar-Sikap Ilmiah terhadap Prestasi Belajar Siswa
g. Hipotesis Ketujuh
HoABC : Tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi
dan Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi
belajar fisika.
H1ABC : Ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi
belajar fisika.
Dari tabel ouput anava tiga jalan, diperoleh sig. 0,546) > α (0,05) dengan
demikian HoABC diterima dan H1ABC ditolak. Artinya tidak ada interaksi Inkuiri
Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar dan
sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika. Hal ini dapat ditunjukkan dari grafik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
interaksi media-motivasi belajar-sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada
gambar 4.10 :
Gambar 4.7. Grafik Interaksi Media-Motivasi Belajar-Sikap Ilmiah terhadap Prestasi Belajar Siswa
Dari grafik yang ditunjukkan oleh gambar 4.10, terlihat bahwa tidak ada
perpotongan antar garis. Garis biru menunjukkan motivasi belajar pada kelas
eksperimen I (kelas dengan pembelajaran Inkuiri Terbimbing menggunakan
Animasi), garis merah menunjukkan sikap ilmiah pada kelas eksperimen I (kelas
dengan pembelajaran Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi), garis hijau
menunjukkan motivasi belajar pada kelas eksperimen II (kelas dengan
pembelajaran Inkuiri Terbimbing menggunakan Pictorial Riddle), garis ungu
menunjukkan sikap ilmiah pada kelas eksperimen II (kelas dengan pembelajaran
Inkuiri Terbimbing menggunakan Pictorial Riddle). Keadaan ini menunjukkan
bahwa tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama yang diajukan pada penelitian ini adalah ada pengaruh
Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle terhadap prestasi
belajar fisika. Dari hasil perhitungan uji anava tiga jalan diperoleh sig. 0,046 <
0,05, dengan demikian HoA ditolak dan H1A diterima. Artinya ada pengaruh
Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle terhadap prestasi
belajar fisika. Pendekatan pembelajaran yang dilakukan adalah Inkuiri
Terbimbing, dimana dengan pembelajaran ini siswa akan mengerti konsep-konsep
dasar dan ide-ide secara lebih baik, serta membantu dalam menggunakan ingatan
dan transfer pada situasi-situasi proses belajar yang baru. Selain itu dengan
pembelajaran Inkuiri Terbimbing mampu mendorong siswa untuk berpikir dan
bekerja atas inisiatifnya sendiri, mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan
merumuskan hipotesisnya sendiri, memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik,
serta situasi belajar menjadi lebih merangsang. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Jerome Bruner (dalam Moh. Amin, 1979:9) yang menyatakan
beberapa keuntungan pembelajaran inkuiri terbimbing, antara lain siswa akan
mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik, membantu dalam
menggunakan ingatan dan transfer pada situasi-situasi proses belajar yang baru,
mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, mendorong
siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri, memberikan
kepuasan yang bersifat intrinsik, dan situasi belajar menjadi lebih merangsang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Meskipun menggunakan pendekatan yang sama yaitu berupa Inkuiri
Terbimbing, namun penggunaan Animasi dan Pictorial Riddle memberikan hasil
prestasi yang berbeda. Siswa yang mendapat pembelajaran Inkuiri Terbimbing
menggunakan Animasi memperoleh hasil prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan siswa yang mendapat pembelajaran Inkuiri Terbimbing
menggunakan Pictorial Riddle. Hal ini dapat dilihat dari rerata prestasi belajar
dari keduanya (tabel 4.7), dimana rerata prestasi belajar siswa yang mendapat
pembelajaran Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi adalah 70,75. Sedangkan
siswa yang mendapat pembelajaran Inkuiri Terbimbing menggunakan Pictorial
Riddle adalah 68,97. Hasil tes prestasi belajar siswa secara keseluruhan serta hasil
tes prestasi belajar siswa yang mendapat nilai tertinggi dan terendah untuk
masing-masing kelas dapat dilihat pada lampiran.
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi memberikan
hasil yang lebih baik, mengingat dalam pengggunaan Animasi lebih sederhana
dan lebih mudah ditangkap oleh siswa setiap maksud yang terkandung di
dalamnya. Melalui animasi siswa dapat mengikuti proses-proses dalam
menemukan suatu konsep. Sedangkan penggunaan Pictorial Riddle menuntut
siswa untuk berpikir keras serta menuntut adanya kreativitas dan kemampuan
berpikir abstrak yang yang tinggi dari siswa.
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua yang diajukan pada penelitian ini adalah ada pengaruh
motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika. Berdasarkan uji
anava tiga jalan pada taraf signifikansi 0,05, diperoleh sig. (0,000) < 0,05, dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
demikian HoB ditolak dan H1B diterima. Artinya ada pengaruh motivasi belajar
tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika. Dalam pembelajaran, motivasi
adalah sesuatu yang menggerakkan atau mendorong siswa untuk belajar atau
menguasai pelajaran yang diikutinya. Tanpa motivasi, siswa tidak akan tertarik
dan serius dalam mengikuti pembelajaran. Sebaliknya, dengan adanya motivasi
yang tinggi siswa akan tertarik dan terlibat aktif bahkan berinisiatif dalam proses
pembelajaran. Dengan motivasi yang tinggi siswa akan berupaya sekuat-kuatnya
dan dengan menempuh berbagai strategi positif untuk mencapai keberhasilan
dalam belajar, sebagaimana yang telah dibahas dalam kajian teori mengenai
motivasi belajar.
Hasil pengujian hipotesis di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh
motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika pada materi usaha dan energi.
Siswa dengan motivasi belajar tinggi memperoleh prestasi belajar yang lebih baik
daripada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Wigfield, Eccles, dan Rogriguez (1998) dalam Arthur A. Carin
(2001:143) bahwa ketika seseorang termotivasi terhadap suatu aktivitas maka dia
akan tertarik dan senang melaksanakan aktivitas tersebut. Rerata hasil prestasi
siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan rendah masing-masing adalah
73,48 dan 65,9 (tabel 4.1). Hasil prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi
tertinggi dan terendah dapat dilihat pada lampiran. Seperti yang telah disebutkan
di atas bahwa motivasi dapat menentukan penguatan belajar, memperjelas tujuan
belajar, serta menentukan ketekunan belajar. Seorang siswa yang telah termotivasi
untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
dengan harapan memperoleh hasil yang lebih baik. Sebagaimana yang telah
disajikan pada kajian teori halaman 40, ada beberapa indikator dalam suatu
motivasi belajar, diantaranya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya
penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan menarik dalam belajar, serta adanya
lingkungan belajar yang kondusif. Sehingga sangat mungkin jika siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi memperoleh prestasi yang lebih baik pula
dibandingkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.
Meskipun demikian, tidak semua siswa yang memperoleh prestasi belajar
tinggi juga memiliki motivasi belajar yang tinggi. Ada beberapa siswa yang
memiliki prestasi belajar tinggi namun motivasi belajarnya rendah. Setelah
dilakukan crosscheck dari hasil wawancara dan hasil pengamatan, diketahui
bahwa beberapa siswa tersebut tidak serius ketika mengisi angket motivasi
belajar. Sehingga memiliki motivasi belajar yang rendah, meskipun prestasi
belajarnya tinggi. Begitu juga sebaliknya, ada beberapa siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi namun memperoleh pretasi belajar rendah. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor internal dari dalam diri siswa itu sendiri,
misalnya perhatian siswa selama proses pembelajaran kurang sehingga materi
yang mampu diserap oleh siswa sedikit.
3. Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga yang diajukan pada penelitian ini adalah ada pengaruh
sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika. Berdasarkan uji
anava tiga jalan pada taraf signifikansi 0,05, diperoleh sig. 0,000 < 0,05, dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
demikian HoC ditolak dan H1C diterima. Artinya ada pengaruh sikap ilmiah tinggi
dan rendah terhadap prestasi belajar fisika. Sebagaimana yang dijelaskan pada
kajian teori mengenai sikap ilmiah, bahwa sikap ilmiah merupakan tindakan atau
perilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-
langkah ilmiah. Sikap ilmiah ini diantaranya adalah sikap ingin tahu, senang
mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa, kebiasaan menggunakan alat
indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah, memperlihatkan
gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan setiap kegiatan, sikap kritis, sikap
obyektif, sikap menghargai karya orang lain, sikap tekun, dan sikap terbuka.
Sikap-sikap ilmiah tersebut sangat diperlukan dalam proses pembelajaran.
Sehingga sangat memungkinkan siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi
memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki
sikap ilmiah ilmiah rendah. Hal ini dapat diketahui dari rerata prestasi belajar
(tabel 4.4) siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki rerata yaitu 73,71,
sedangkan rerata prestasi belajar siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah yaitu
66,16. Terlihat bahwa prestasi belajar siswa dengan sikap ilmiah tinggi lebih baik
dibandingkan prestasi siswa dengan sikap ilmiah rendah. Hasil tes prestasi belajar
siswa yang memiliki sikap ilmiah tertinggi dan terendah dapat dilihat pada
lampiran.
Walaupun demikian, ada beberapa siswa yang memiliki sikap ilmiah
rendah memperoleh prestasi belajar tinggi. Setelah dilakukan crosscheck dengan
hasil pengamatan dan wawancara, diketahui bahwa beberapa siswa tersebut tidak
serius ketika mengisi angket sikap ilmiah. Sehingga meskipun memiliki sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
ilmiah rendah, namun memperoleh prestasi belajar tinggi. Dan sebaliknya, ada
beberapa siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi memperoleh prestasi belajar
rendah. Hal ini disebabkan oleh faktor internal siswa, yaitu terkait dengan daya
retensi (daya ingat) siswa. Ada beberapa siswa yang memiliki daya retensi baik,
dan ada beberapa siswa yang memiliki daya retensi rendah.
4. Hipotesis Keempat
Pada penelitian ini, hipotesis keempat yang diajukan adalah ada interaksi
antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan
motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika. Berdasarkan uji anava tiga jalan,
pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,651 > 0,05,
sehingga HoAB diterima dan H1AB ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika. Hal
ini juga ditunjukkan pada gambar 4.7, yaitu grafik yang menunjukkan interaksi
antara media dengan motivasi belajar. Dari gambar tersebut terlihat bahwa garis
yang menunjukkan kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II tidak saling
berpotongan. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada interaksi antara Inkuiri
Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar fisika.
Sebagai sesuatu yang mendorong siswa untuk belajar atau menguasai
materi pelajaran, motivasi belajar memiliki peran yang sangat penting dalam
pembelajaran. Namun dalam penelitian ini media pembelajaran tidak berinteraksi
dengan motivasi belajar dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
penelitian ini media pembelajaran yang diterapkan lebih berpengaruh terhadap
prestasi belajar, dimana kemampuan kognitif siswa yang lebih menentukan
dibandingkan motivasi belajar. Sedangkan mengenai motivasi belajar, cenderung
lebih ditekankan pada peningkatan motivasi belajar itu sendiri. Siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi diharapkan juga akan memperoleh prestasi yang
tinggi .
5. Hipotesis Kelima
Hipotesis kelima yang diajukan pada penelitian ini adalah ada interaksi
antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan
sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika. Berdasarkan uji anava tiga jalan pada
taraf signifikansi 0,05 diperoleh nilai probabilitas (sig.) 0,901 > 0,05, sehingga
HoAC diterima dan H1AC ditolak. Artinya tidak ada interaksi antara Inkuiri
Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah
siswa terhadap prestasi belajar fisika. Hal ini juga ditunjukkan pada gambar 4.8,
yaitu grafik yang menunjukkan interaksi antara media dengan sikap ilmiah. Dari
gambar tersebut terlihat bahwa garis yang menunjukkan kelas eksperimen I dan
kelas eksperimen II tidak saling berpotongan. Hal ini mengindikasikan bahwa
tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial
Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.
Sikap ilmiah siswa merupakan kecenderungan siswa untuk berperilaku
dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah
ilmiah. Sikap ilmiah seperti sikap ingin tahu, kritis, obyektif, dan lain-lain
sebaiknya harus dimiliki oleh setiap siswa. Dalam penelitian ini, media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
pembelajaran tidak berinteraksi dengan sikap ilmiah siswa. Media pembelajaran
cenderung lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dengan kata lain
keterampilan kognitif lebih banyak pengaruhnya daripada sikap ilmiah.
Sedangkan untuk sikap ilmiah, lebih banyak ditekankan pada peningkatan sikap
ilmiah siswa, karena siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi, diharapkan juga
memiliki prestasi belajar yang tinggi.
6. Hipotesis Keenam
Hipotesis keenam yang diajukan pada penelitian ini adalah ada interaksi
antara motivasi belajar dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar fisika.
Berdasarkan uji anava tiga jalan diperoleh nilai probabilitas (sig.) 0,535 > 0,05,
dengan demikian HoBC diterima dan H1BC ditolak. Artinya tidak ada interaksi
antara motivasi belajar dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika. Hal
ini juga ditunjukkan pada gambar 4.9, yaitu grafik yang menunjukkan interaksi
antara motivasi belajar dengan sikap ilmiah. Dari gambar tersebut terlihat bahwa
garis yang menunjukkan motivasi belajar dan sikap ilmiah tidak saling
berpotongan. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada interaksi antara motivasi
belajar dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa motivasi belajar dan sikap ilmiah
memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Namun motivasi belajar dan
sikap ilmiah secara bersama-sama tidak berinteraksi terhadap prestasi belajar.
Motivasi belajar dan sikap ilmiah secara bersama-sama tidak mampu
mendongkrak prestasi belajar siswa. Siswa dengan motivasi belajar tinggi dan
sikap ilmiah tinggi akan berupaya secara aktif menemukan jawaban dalam setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
permasalahan. Begitu juga sebaliknya dengan siswa yang motivasi belajarnya
rendah dan sikap ilmiahnya juga rendah, cenderung pasif dalam menemukan
jawaban ketika menjumpai permasalahan. Sehingga siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi dan sikap ilmiah tinggi akan memperoleh prestasi belajar yang
tinggi, dan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dan sikap ilmiah rendah
tetap memperoleh prestasi belajar yang rendah.
7. Hipotesis Ketujuh
Hipotesis ketujuh yang diajukan pada penelitian ini adalah ada interaksi
antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi
belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika. Berdasarkan uji anava
tiga jalan diperoleh nilai probabilitas (sig.) 0,546 > 0,05, dengan demikian
HoABCditerima dan H1ABC ditolak. Artinya tidak ada interaksi antara Inkuiri
Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar dan
sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika. Hal ini juga ditunjukkan pada gambar
4.10, yaitu grafik yang menunjukkan interaksi antara media-motivasi belajar-sikap
ilmiah. Dari gambar tersebut terlihat bahwa garis yang menunjukkan motivasi
belajar dan sikap ilmiah pada masing-masing kelas tidak saling berpotongan. Hal
ini mengindikasikan bahwa tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing
menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap ilmiah
terhadap prestasi belajar fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
E. Keterbatasan Penulis
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin melaksanakan penelitian
dengan memperhatikan kaidah-kaidah penelitian dan penulisan karya ilmiah
secara seksama dengan harapan mendapatkan data yang valid dan hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Namun mengingat keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan penulis, maka dalam penelitian ini terdapat
keterbatasan-keterbatasan sebagai berikut :
1. Uji coba instrumen yang digunakan dalam penelitian hanya dilakukan satu
kali. Untuk meningkatkan validitas dan reliabilitasnya, instrumen penelitian
perlu diujicobakan beberapa kali.
2. Ketiga aspek prestasi belajar (kognitif, afektif, dan psikomotorik) harus
diamati peningkatannya secara keseluruhan dan berkelanjutan pada semua
pokok bahasan, tidak hanya dalam satu pokok bahasan dan dalam satu siklus
pembelajaran saja.
3. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor
internal seperti kecerdasan/intelegensi, motivasi belajar, sikap ilmiah dan
gaya belajar, serta dipengaruhi pula oleh faktor eksternal seperti lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam penelitian ini penulis hanya
mengamati faktor motivasi belajar dan sikap ilmiah sebagai faktor internal
yang terbatas pada lingkungan sekolah saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Ada pengaruh Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle
terhadap prestasi belajar fisika, dimana nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,046.
Materi usaha dan energi yang dipilih pada penelitian ini adalah materi fisika
yang bersifat konkrit. Misalkan pada konsep usaha, untuk melakukan suatu
usaha maka diperlukan gaya. Dalam hal ini usaha yang dihasilkan dapat
dirasakan dan dapat diamati efeknya. Oleh karena itu dilakukan pembelajaran
dimana siswa dapat melakukan pengamatan. Agar tampil menarik sehingga
siswa merasa senang, pembelajaran dilakukan melalui Animasi dan Pictorial
Riddle. Melalui media animasi, konsep usaha dan energi dibuat menjadi lebih
menarik. Dengan media ini pula konsep-konsep yang tidak dapat diamati
prosesnya dapat divisualisasikan, sehingga siswa dapat mengamati proses
tersebut. Animasi dalam pembelajaran fisika merupakan program pembelajaran
yang menarik, menghibur, dan menyenangkan yang ditampilkan dalam
komputer dalam bentuk gambar bergerak agar siswa dapat memahami konsep
fisika. Selain melalui animasi, pembelajaran inkuiri terbimbing juga dilakukan
melalui Pictorial Riddle. Pictorial Riddle merupakan media yang
mengembangkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran fisika,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
yang telah disusun secara sistematis mampu menumbuhkan sikap berpikir
kritis dan kreatif siswa. Melalui Pictorial Riddle, pembelajaran fisika materi
usaha dan energi dikemas menjadi pembelajaran yang menarik dengan adanya
riddle berupa gambar, peraga, atau situasi yang sesungguhnya. Dalam
pembelajaran ini, guru mengajak siswa untuk berpikir kritis, aktif, dan kreatif.
Ketika guru menampilkan riddle, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada siswa yang berkaitan dengan riddle tersebut, yang membantu siswa
memperoleh pengertian tentang konsep atau prinsip apakah yang terlibat di
dalamnya. Sehingga dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa ada
pengaruh Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle
terhadap prestasi belajar fisika, dimana nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,046.
Perbedaan pengaruh antara penggunaan kedua media pembelajaran tersebut
dapat dilihat dari rerata nilai prestasi belajar fisika, yaitu siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan media Animasi memiliki rerata sebesar
70,75, sedangkan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan media
Pictorial Riddle memiliki rerata sebesar 68,97. Dari rerata penggunaan kedua
media tersebut, terlihat bahwa siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
media Animasi memperoleh prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan media Pictorial Riddle.
2. Ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
fisika, dimana nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,000. Dalam pembelajaran,
motivasi merupakan pendorong siswa untuk belajar atau menguasai materi
pelajaran yang sedang diikutinya. Tanpa motivasi, siswa tidak akan tertarik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
serius dalam mengikuti pembelajaran. Sebaliknya dengan adanya motivasi
yang tinggi, siswa akan tertarik dan terlibat aktif bahkan berinisiatif dalam
proses pembelajaran. Dengan motivasi yang tinggi siswa akan berupaya
sekuat-kuatnya dan dengan menempuh berbagai strategi positif untuk mencapai
keberhasilan belajar, sehingga diduga motivasi belajar ini berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa, khususnya materi usaha dan energi. Siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi akan selalu haus akan berbagai aspek yang
terkait dengan materi usaha dan energi. Bahkan siswa akan berinisiatif mencari
sendiri materi-materi mana saja yang ingin dikuasainya. Keadaan ini berlainan
dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Sehingga dari penelitian
yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa ada pengaruh motivasi belajar tinggi
dan rendah terhadap prestasi belajar fisika, dimana nilai probabilitas (sig.)
sebesar 0,000. Hal ini dapat dilihat dari rerata nilai prestasi belajar fisika, yaitu
siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi memperoleh rerata sebesar 73,48,
sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah memperoleh rerata
sebesar 65,9. Dari kedua rerata tersebut, terlihat bahwa siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi memperoleh prestasi belajar yang lebih baik daripada
siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.
3. Ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika,
dimana nilai probablitas (sig.) sebesar 0,000. Sikap ilmiah merupakan
perbuatan yang berdasarkan pada pendirian atau pendapat atau keyakinan.
Sikap ilmiah yaitu kecenderungan seorang siswa untuk bertindak atau
berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
langkah-langkah ilmiah. Diantara sikap ilmiah yaitu sikap ingin tahu, kritis,
obyektif, sikap ingin menemukan, menghargai karya teman, tekun, dan
terbuka. Dalam proses pembelajaran usaha dan energi, sikap-sikap ilmiah
tersebut sangat diperlukan sehingga diduga sikap ilmiah berpengaruh terhadap
prestasi belajar usaha dan energi, dan terdapat perbedaan antara siswa yang
memiliki sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah.
Sehingga dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa ada pengaruh
sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika, dimana nilai
probablitas (sig.) sebesar 0,000. Hal ini dapat dilihat dari rerata nilai prestasi
belajar fisika, yaitu siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi memperoleh rerata
sebesar 73,71, sedangkan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah
memperoleh rerata sebesar 66,16. Dari kedua rerata tersebut, terlihat bahwa
siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi memperoleh prestasi belajar yang
lebih baik daripada siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah.
4. Tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika,
dimana nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,651. Media merupakan alat
komunikasi agar pembelajaran lebih efektif. Pada penelitian ini media
pembelajaran yang digunakan adalah berupa Animasi dan Pictorial Riddle,
dengan pendekatan pembelajaran adalah Inkuiri Terbimbing. Pendekatan
pembelajaran adalah suatu cara pandang dalam proses pembelajaran yang
dapat membantu siswa memahami konsep dengan melakukan penyelidikan
untuk menyelesaikan suatu permasalahan melalui media Animasi dan Pictorial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Riddle. Melalui media ini pembelajaran fisika dikemas menjadi lebih menarik
melalui visualisasi gambar. Motivasi belajar merupakan sesuatu yang
mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi akan berupaya semaksimal mungkin untuk
memperluas dan memperdalam lingkup materi yang harus dipelajari,
khususnya materi usaha dan energi dan selalu aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Sikap seperti ini sangat diperlukan dalam pembelajaran materi
usaha dan energi. Namun dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak ada
interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial
Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika, dimana nilai
probabilitas (sig.) sebesar 0,651. Media pembelajaran yang diterapkan lebih
berpengaruh terhadap prestasi belajar, dimana kemampuan kognitif siswa yang
lebih menentukan dibandingkan motivasi belajar. Sedangkan mengenai
motivasi belajar, cenderung lebih ditekankan pada peningkatan motivasi
belajar itu sendiri. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi diharapkan juga
akan memperoleh prestasi yang tinggi .
5. Tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar fisik,
dimana nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,901. Media pembelajaran cenderung
lebih berpengaruh siswa terhadap aspek kognitif siswa, tidak berinteraksi
langsung dengan sikap ilmiah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing terjadi
serangkaian proses penyelidikan masalah yang melibatkan seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki suatu permasalahan secara sistematis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya. Sikap kritis, logis, analitis, sikap obyektif, jujur, bekerjasama,
teliti/cermat dan lain-lain merupakan sikap-sikap ilmiah yang sangat
diperlukan dalam pembelajaran inkuiri terbimbing. Keberhasilan belajar
merupakan integrasi dari faktor internal dan faktor eksternal siswa. Dalam hal
ini sikap ilmiah merupakan faktor internal, sedangkan media Animasi dan
Pictorial Riddle yang disampaikan kepada siswa melalui pendekatan Inkuiri
Terbimbing adalah faktor eksternal. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa
tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar fisik,
dimana nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,901. Sikap ilmiah siswa merupakan
kecenderungan siswa untuk berperilaku dalam memecahkan suatu masalah
secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Sikap ilmiah seperti sikap
ingin tahu, kritis, obyektif, dan lain-lain sebaiknya harus dimiliki oleh setiap
siswa. Dalam penelitian ini, media pembelajaran tidak berinteraksi dengan
sikap ilmiah siswa. Media pembelajaran cenderung lebih berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa. Dengan kata lain keterampilan kognitif lebih banyak
pengaruhnya daripada sikap ilmiah. Sedangkan untuk sikap ilmiah, lebih
banyak ditekankan pada peningkatan sikap ilmiah siswa, karena siswa yang
memiliki sikap ilmiah tinggi, diharapkan juga memiliki prestasi belajar yang
tinggi.
6. Tidak ada interaksi antara motivasi belajar dengan sikap ilmiah terhadap
prestasi belajar, dimana nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,535. Motivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
merupakan sesuatu yang menggerakkan atau mendorong siswa untuk belajar
atau menguasai materi pelajaran yang sedang diikutinya. Siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi akan senantiasa aktif dalam pembelajaran. Sikap aktif
ini jika didukung pula dengan sikap kritis, sikap suka bekerjasama yang
merupakan ciri-ciri dari sikap ilmiah, menjadikan seorang siswa lebih mudah
dalam pemahaman materi usaha dan energi. Jika siswa mudah menyerap
informasi yang disampaikan guru, akan meningkatkan prestasi belajarnya.
Namun dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak ada interaksi antara
motivasi belajar dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar, dimana nilai
probabilitas (sig.) sebesar 0,535. Motivasi belajar dan sikap ilmiah secara
bersama-sama tidak mampu mendongkrak prestasi belajar siswa. Siswa dengan
motivasi belajar tinggi dan sikap ilmiah tinggi akan berupaya secara aktif
menemukan jawaban dalam setiap permasalahan. Begitu juga sebaliknya
dengan siswa yang motivasi belajarnya rendah dan sikap ilmiahnya juga
rendah, cenderung pasif dalam menemukan jawaban ketika menjumpai
permasalahan. Sehingga siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan sikap
ilmiah tinggi akan memperoleh prestasi belajar yang tinggi, dan siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah dan sikap ilmiah rendah tetap memperoleh
prestasi belajar yang rendah.
7. Tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
fisika, dimana nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,546. Pendekatan pembelajaran
merupakan suatu teknik guru menyampaikan materi kepada siswa agar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
dapat menerima materi tersebut dengan baik. Pembelajaran inkuiri terbimbing
menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle yang digunakan dalam penelitian
ini membantu siswa memahami konsep melalui tampilan visual yang menarik,
menghibur, menyenangkan, namun menuntut siswa mampu berpikir aktif,
kritis dan kreatif. Siswa dengan motivasi belajar dan sikap ilmiah tinggi dapat
lebih mudah memahami materi usaha dan energi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing
menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap ilmiah
terhadap prestasi belajar fisika, dimana nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,546.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Keberhasilan seorang siswa dalam belajar dipengaruhi oleh faktor internal
(intelegensi, gaya belajar, motivasi belajar, sikap ilmiah, dll) dan faktor eksternal
(lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan pendekatan Inkuiri terbimbing sebagai faktor eksternal dengan
media pembelajaran berupa Animasi dan Pictorial Riddle berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa. Pembelajaran dengan memperhatikan motivasi belajar dan
sikap ilmiah siswa sebagai faktor internal juga berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa, namun tidak dijumpai adanya interaksi antara media pembelajaran
dengan motivasi belajar, tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan
sikap ilmiah, tidak ada interaksi antara motivasi belajar dengan sikap ilmiah, dan
juga tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa media pembelajaran sebagai faktor eksternal dan motivasi
belajar serta sikap ilmiah sebagai faktor internal sangat mempengaruhi siswa
dalam proses pembelajaran.
2. Implikasi Praktis
a. Pembelajaran fisika pada materi usaha dan energi lebih tepat disampaikan
dengan media Animasi dibandingkan dengan Pictorial Riddle, mengingat
bahwa ketika menggunakan Animasi siswa dapat mengikuti proses penemuan
konsep secara bertahap.
b. Motivasi belajar siswa perlu diperhatikan dan dirangsang untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa.
c. Sikap ilmiah siswa perlu diperhatikan dan dirangsang untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian, saran-saran yang
perlu disampaikan dalam upaya menyumbangkan ide dan pemikiran untuk
peningkatan prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut :
1. Dalam pembelajaran fisika dengan Inkuiri Terbimbing menggunakan
Animasi, sebaiknya guru menyiapkan LKS yang berisi langkah-langkah
penggunaan animasi dengan daftar pertanyaan secara detail untuk
menggambarkan langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
2. Sebelum pembelajaran dimulai, guru sebaiknya sudah meng-install program
animasi pada tiap komputer yang akan digunakan oleh siswa, sehingga ketika
pembelajaran dimulai, program animasi siap digunakan
3. Sebelum menyampaikan kepada siswa, guru sebaiknya terlebih dahulu
mencoba program animasi sekaligus untuk mengecek kesiapan program
tersebut untuk dapat digunakan oleh siswa.
4. Dalam membuat rancangan animasi, guru harus benar-benar memperhatikan
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, jangan sampai salah konsep.
5. Sebelum pembelajaran fisika materi usaha dan energi, perlu dilakukan
pengukuran motivasi, sehingga dapat dilaksanakan pembelajaran yang sesuai.
6. Perlu dilakukan langkah-langkah untuk meningkatkan motivasi belajar,
misalnya dengan menyajikan film atau video yang menunjukkan bahwa hasil
dari ilmu fisika telah memberikan banyak manfaat dalam kehidupan sehari-
hari.
7. Sebelum pembelajaran fisika materi usaha dan energi, perlu dilakukan
pengukuran sikap ilmiah, sehingga dapat dilaksanakan pembelajaran yang
sesuai.
8. Perlu dilakukan langkah-langkah untuk meningkatkan sikap ilmiah, misalnya
dengan menunjukkan aplikasi-aplikasi dari perkembangan ilmu fisika dalam
bidang teknologi yang telah memberikan banyak kemudahan dalam
kehidupan sehari-hari.