Upload
dangdan
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
MENGGUNAKAN MULTIMEDIA DAN MODUL DITINJAU
DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN
KEMAMPUAN VERBAL SISWA
(Materi Gelombang Elektromagnetik Kelas X Semester 2 di SMA Negeri 3
Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012)
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama Pendidikan Fisika
Oleh:
Kusuma Wardhani
NIM S831102030
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
MENGGUNAKAN MULTIMEDIA DAN MODUL DITINJAU
DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN
KEMAMPUAN VERBAL SISWA
(Materi Gelombang Elektromagnetik Kelas X Semester 2 di SMA Negeri 3 Surakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012)
TESIS
Oleh
Kusuma Wardhani
S831102030
Komisi Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing
Pembimbing I Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd. …………… 14 Juli 2012
NIP. 19520116 198003 1 001
Pembimbing II Dra. Suparmi, M.A., Ph.D. ………….... 14 Juli 2012
NIP. 19520915 197603 2 001
Telah dinyatakan memenuhi syarat
Pada tanggal 16 Juli 2012
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Program Pascasarjana UNS,
Dr. M. Masykuri, M.Si.
NIP. 19681124 199403 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
MENGGUNAKAN MULTIMEDIA DAN MODUL DITINJAU
DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN
KEMAMPUAN VERBAL SISWA
(Materi Gelombang Elektromagnetik Kelas X Semester 2 di SMA Negeri 3 Surakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012)
Disusun oleh:
Kusuma Wardhani
S831102030
Telah disahkan oleh Tim Penguji
Pada tanggal ____________________________
Jabatatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua
: Dr. M. Masykuri, M.Si.
...........................
..........................
Sekretaris
NIP. 19681124 199403 1001
: Dr. Sarwanto, M.Si.
..........................
..........................
NIP. 19690901 199403 1002
Anggota :
1. Prof.Dr.H.Widha Sunarno, M.Pd.
...........................
..........................
NIP. 19520116 198003 1 001
2. Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.
...........................
.
.........................
NIP. 19520915 197603 2 001
Mengetahui
Direktur
Program Pascasarjana,
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S
NIP. 19610717 198601 1 001
Ketua
Program Studi Pendidikan Sains,
Dr. M. Masykuri, M.Si.
NIP. 19681124 199403 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
1. Tesis yang berjudul : “PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL
PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN MULTIMEDIA
DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR
ABSTRAK DAN KEMAMPUAN VERBAL SISWA” ini adalah karya
penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah
yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik
serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan
dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan (Permendiknas No. 17, tahun 2010).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum
ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author
dan PPS UNS sebagai isntitusinya. Apabila dalam waktu sekurang-
kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak
melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi
Pendidikan Siains PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal
ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Sains PPs-UNS. Apabila
saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya
bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, 31 Juli 2012
Mahasiswa,
Kusuma Wardhani
S831102030
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Dengan memanjat kan puji syukur kehadirat Allah SWT, tesis dengan
judul “Pembelajaran Fisika dengan Model Problem Based Learning
Menggunakan Multimedia dan Modul Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Abstrak
dan Kemampuan Verbal Siswa” ini dapat selesai. Tesis ini disusun untuk
memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi
Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Fisika Program Pascasarjana UNS.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan,
saran, motivasi, serta doanya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program
Pascasarjana yang telah memberikan beragam fasilitas dan kemudahan
dalam menempuh pendidikan di Program Pendidikan Sains.
2. Bapak Dr. M. Masykuri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sains yang telah memberikan ijin dan bimbingan dalam menyelesaikan tesis
ini.
3. Bapak Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang
telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam penulisan tesis ini.
4. Ibu Dra. Suparmi, MA, Ph.D. selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan banyak bimbingan dan pengarahan.
5. Ibu dan Bapak Dosen Pengampu Program studi Pendidikan Sains
Pascasarjana yang dengan kebesaran hati dan senantiasa membagi ilmu dan
memberikan bimbingan dengan sabar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
6. Keluarga tercinta, Ibu Hj. Suparsih Sarbini HS, Suami Drs. H. Literzet
Sobri, M.Pd, dan anak-anak : Miftahul Jannah Alif Nurzeni, Naufal Afif
Deni Zenika, dan Faisal Atif Fawzeni yang senantiasa mendoakan, memberi
dorongan, semangat, dan kasih sayang .
7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Program
Pascasarjana Universitas sebelas Maret Surakarta angkatan Pebruari 2011
dan semua pihak yang telah memberi bantuan dan semangat selama kuliah
di Pascasarajana UNS dan dapat menyelesaikannya tepat waktu. Semoga
semua bantuan tersebut terhitung sebagai amal sholeh Ibu dan Bapak semua,
jazakumullahukhoironkatsiro, amien !
Surakarta, Juli 2012
Penulis
KusumaWardhani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Pergunakanlah lima macam, sebelum datang lima macam lagi.
Pergunakanlah hidupmu sebelum datang matimu, sehatmu sebelum
datang sakitmu, waktu senggangmu sebelum datang kesibukanmu,
masa mudamu sebelum datang masa tuamu, dan kayamu sebelum
datang miskinmu.” ( Sabda Rasulullah saw dalam HR Baihaqi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya tulis berupa tesis ini saya persembahkan kepada :
Ayah, almarhum Bapak Dr. H. Sarbini Harjo Sumarto yang semasa
hidupnya telah memberi dorongan dan semangat untuk melanjuktan kuliah
S2, Ibu tersayang yang selalu mengasuh, membimbing dan memberi doa
restu. Serta suami dan anak-anak tercinta yang selalu memberi semangat
dan kasing sayang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................... ........... iii
HALAMAN PERNYATAAN.................................................................. iv
KATA PENGANTAR ......…………………......…………...................... v
MOTTO...................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN..................................................................................... viii
DAFTAR ISI........………………………………………………………... ix
DAFTAR LAMPIRAN..………………………………………………... xiii
DAFTAR TABEL………………………………………………………... xv
DAFTAR GAMBAR....……………………………………………….......… xix
ABSTRAK..............………………………………………………………... xxi
ABSTRACT............………………………………………………………... xxii
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………... . 1
B. Rumusan Masalah ...…………………………………………………. 12
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 13
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………….. 14
1. Manfaat Praktis …………………………………………………. 14
2. Manfaat Teoritis …………………………….……………………….. 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…………………….. ……………………… 16
A. Kajian Teori……………………. ……………………………………… 16
1. Belajar dan Pembelajaran …………………………………………… 16
2. Pembelajaran Fisika …………………………………………………. 17
3. Teori Belajar ………………………………………………………… 18
4. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) …………. …… 25
5. Media Pembelajaran …………………………………………………. 27
6. Multimedia …………………………………………………………… 32
7. Modul …………………………………………………………… …… 35
8. Kemampuan Berpikir Abstrak ………………………………….. …… 37
9. Kemampuan Verbal ………………………………………………… 42
10. Prestasi Belajar ……………………………………………………… 45
11. Materi Pembelajaran Fisika …………………………………….. … 46
B. Kerangka Berpikir ………………………………………………………. 70
C. Hipotesis …………………………………………………………….. …… 76
BAB III. METODE PENELITIAN ………………………………………. ……. 78
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………….. 87
B. Jenis Penelitian……………………………………………………………. 79
C. Populasi dan Sampel ………………………………………………. …….. 80
1. Populasi…………………………………………………………….. 80
2. Sampel…………………………………………………………….. 80
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……………………………... 81
1. Variabel Penelitian………………………………………............. 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2. Definisi Operasional…………………………………………….. 82
E. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………. 83
F. Teknik dan Instrumen untuk Mengumpulkan Data……………….. ……. 83
1. Instrumen Pelaksanaan Penelitian ……………………………………. 83
2. Instrumen Pengambilan Data Penelitian………………………………... 84
G. Uji Coba Instrumen ………………………………………………………... 85
1. Derajat Kesukaran…………………………………………………….. 85
2. Daya Pembeda…………………………………………………… …… 87
3. Uji Validitas……… …………………………………………………... 88
4. Uji Reliabilitas………………………………………………………... 90
H. Teknik Analisis Data ……………………………………………………… 92
1. Uji Prasyarat Analisis Data……………………………………………… 92
2. Uji Hipotesis………………………………………………………….. . 94
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………… 96
A. Deskripsi Data……. …………………………………………………… 96
1. Deskripsi Data Prestasi Belajar kognitif Siswa..……………………… 96
2. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Siswa…………………. … 108
B. Uji Persyaratan Analisis…………………………………… …… 118
1. Uji Normalitas……………………………………………............ 118
2. Uji Homogenitas……………………………………………….. 121
C. Hasil Penelitian……………………………………………………… 122
1. Uji Anava………………………………………………………. 122
2. Uji Lanjut Anava………………………………………………… 128
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
D. Pembahasan Hasil Analisis.…………………………………. 139
1. Hipotesis pertama…..………………………………………….. 139
2. Hipotesis kedua…..…………………………………………….. …. 140
3. Hipotesis ketiga……..…………………………………………… 141
4. Hipotesis keempat..……………………………………………… 141
5. Hipotesis kelima……..………………………………………….. 142
6. Hipotesis keenam…..………………………………………….. 143
7. Hipotesis ketujuh…..………………………………………….. 144
E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian…………………………… 146
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN………………. 148
A. Kesimpulan….……. ………………………………………… 148
B. Implikasi ……. ……….…………………………………….. 149
1. Implikasi Teoritis……………………………………………… 149
2. Implikasi Praktis……………………………………………… 150
C. Saran…………………………………………………………. 151
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 153
LAMPIRAN…………………………………………………………… 156
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Silabus Gelombang Elektromagnetik …………. 167
Lampiran 2 : RPP 1 : Multimedia …………………………… 176
Lampiran 3 : RPP 2 : Multimedia …………………………… 181
Lampiran 4 : RPP 3 : Multimedia …………………………… 187
Lampiran 5 : RPP 1 : Modul……. …………………………… 193
Lampiran 6 : RPP 2 : Modul……. …………………………… 199
Lampiran 7 : RPP 3 : Modul……. …………………………… 205
Lampiran 8 : LKS 1 : Multimedia………. …………………… 211
Lampiran 9 : LKS 2 : Multimedia………. …………………… 217
Lampiran 10 : LKS 3 : Multimedia………. …………………… 220
Lampiran 11 : LKS 1 : Modul……………. …………………… 225
Lampiran 12 : LKS 2 : Modul……………. …………………… 231
Lampiran 13 : LKS 3 : Modul……………. …………………… 235
Lampiran 14 : Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar………………… 240
Lampiran 15 : Tes Prestasi Belajar …………….…………….. 242
Lampiran 16 : Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar (Kognitif) 254
Lampiran 17 : Format Penilaian Afektif ……………………… 255
Lampiran 18 : Lembar Penilaian Afektif ……………………… 257
Lampiran 19 : Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir
Abstrak…………………………………. ……… 259
Lampiran 20 : Tes Kemampuan Berpikir Abstrak……….… 260
Lampiran 21 : Kunci Soal Tes Kemampuan Berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Abstrak………………………………………… 266
Lampiran 22 : Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Verbal…...… 267
Lampiran 23 : Tes Kemampuan Verbal (Yang Berkaitan
dengan Fisika) ………………………………. 268
Lampiran 24 : Kunci Jawaban Tes Kemampuan Verbal Fisika ….. 273
Lampiran 25 : Analisis Validitas, Daya Beda, Tingkat Kesukaran
Tes Dan Reliabilitas Tes Prestasi Belajar ………. 274
Lampiran 26 : Analisis Validitas, Daya Beda, Tingkat Kesukaran
Dan Reliabilitas Tes Kemampuan Verbal ………. 275
Lampiran 27 : Perhitungan Validitas Butir..…………..……… 276
Lampiran 28 : Data Penilaian ………………………………… 278
Lampiran 29 : Validasi Silabus dan RPP………….………….. 280
Lampiran 30 : Lembar Penilaian LKS Multimedia …. …….. 282
Lampiran 31 : Lembar Penilaian LKS Modul ………………… 285
Lampiran 32 : Penelaahan Butir Soal Tes Prestasi Belajar …….. 289
Lampiran 33 : Validasi Butir Soal Kemampuan Berpikir Abstrak 294
Lampiran 34 : Validasi Butir Soal Kemampuan Verbal……. 301
Lampiran 35 : Instrumen Evaluasi Modul ………………….. 307
Lampiran 36 : Instrumen Evaluasi Multimedia ……………. 309
Lampiran 37 : Uji Penyetaraan………………………………. 311
Lampiran 38 : Uji Normalitas……………………………….. 312
Lampiran 39 : Uji t………………………………………….. 313
Lampiran 40 : Photo Kegiatan ……………………………... 314
Lampiran 38 : Modul Fisika ……………………………….. 320
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. : Sembilan Langkah Belajar Menurut Gagne……… 19
Tabel 2.2. : Sintaks Prblem Based Leraning……………………. 26
Tabel 3.1. : Jadwal kegiatan Penelitian……..…………………. 79
Tabel 3.2. : Desain Penelitian………………..…………………. 79
Tabel 3.3. : Klasifikasi Indeks Kesukaran………………………. 86
Tabel 3.4. : Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Item Tes
Prestasi Belajar………………..…………………. 86
Tabel 3.5. : Kriteris Daya Pembeda Soal………..………………….88
Tabel 3.6. : Hasil Analisis Daya Pembeda Item Tes Prestasi
Belajar…………………….…..…………………. 88
Tabel 3.7. : Hasil Analisis Validasi Item Tes Prestasi Belajar. 90
.Tabel 3.8. : Kriteria Tingkat Reliabilitas Butir Soal…………. 91
Tabel 4.1. : Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif
Berdasarkan Media …...…………………………. 96
Tabel 4.2. : Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar
Kognitif …...……………………………………… 97
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Dengan
Multimedia………………………………………. 98
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Dengan
Modul …………………………………………… 99
Tabel 4.5. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan
Kemampuan Berpikir Abstrak…………………… 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif
Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Katagori
Tinggi…………………………………………….. 101
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar kognitif
Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak katgori
Rendah ………………………………………….…. 102
Tabel 4.8. Distribusi Nilai Data Prestasi Belajar Kognitif
Berdasarkan Kemampuan Verbal………………….. 103
Tabel 4.9. Distriusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif
Berdasarkan Kemampuan Verbal Katagori Tinggi… 104
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif
Berdasarkan Kemampuan Verbal Katagori Rendah… 105
Tabel 4.11. Deskripsi Data berdasarkan Media dan kemam;puan
Berpikir Abstrak Siswa…………………………….. .106
Tabel 4.12. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan
Media dan kemampuan Verbal Siswa……………….. 106
Tabel 4.13. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan
Media, Kemampuan Berpikir Abstrak, dan
Kemampuan Verbal………………………………….. 107
Tabel 4.14. Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Afektif…… 108
Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif…. 109
Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif
dengan Multimedia………………………………. 110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif
dengan Modul……………………………………… 112
Tabel 4.18. Deskripsi Data Prestasi Belajar Berdasarkan
Kemampuan Abstrak Rendah dan Tinggi………….. 113
Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif
Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Katagori
Tinggi………………………………………………. 113
Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif
Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Katagori
Rendah……………………………………………… 114
Tabel 4.21. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan
Kemampuan Verbal Siswa.…………………………. 115
Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif
Berdasarkan Kemampuan Verbal Katagori Tinggi…. 116
Tabel 4.23. Distribusi Frekuensi Data Prestasi belajar Afektif
Berdasarkan Kemampuan Verbal Katagori Rendah… 117
Tabel 4.24. Rangkuman Uji Normalitas Pretasi Belajar kognitif… 119
Tabel 4.25. Rangkuman Uji Normalitas Prestasi Belajar Afektif… 120
Tabel 4.26. Rangkuman Uji Homogenitas Prestasi Belajar
Kognitif……………………………………………. 121
Tabel 4.27. Rangkuman Uji Homogenitas Prestasi Belajar
Afektif……………………………………………… 122
Tabel 4.28. Rangkuman Hasil Uji Anava untuk Pretasi Belajar
Kognitif…………………………………………… .123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Tabel 4.29. Rangkuman Hasil Uji Anava Untuk Prestasi
Belajar Afektif……………………………………. 126
Tabel 4.30 : Estimated Marginal Means Terhadap pembelajaran
PBL…………………………....…………………. 129
Tabel 4.31 : Post Hoc Test : Multiple comparisons : Pembelajaran
PBL Dengan Multimedia dan Modul………………. 132
Tabel 4.32 : Estimated Marginal Means terhadap Kemampuan
Berpikir Abstrak…………………..………………. 134
Tabel 4.33 : Post Hoc Test : Multiple comparisons : Kemampuan
Berpikir Abstrak………………….………………. 136
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Kerucur Pengalaman….. ……………………………… 28
Gambar 2.2 : Gelombang Transversal ……………………………… 48
Gambar 2.3 : Gelombang Longitudinal ……………………………. 49
Gambar 2.4 : Visualisasi Gelombang ……………………………… 51
Gambar 2.5 : Visualisasi Gelombang EM yang merambat dalam
arah sumbu x positif……..…………………………….. 54
Gambar 2.6 : Spektrum Gelombang Elektromagnetik………………... 55
Gambar 2.7 : Hasil Foto Rontgen…………………………………..… 61
Gambar 4.1 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif ……..………. 97
Gambar 4.2 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Dengan
Multimedia…………………………………….… 98
Gambar 4.3 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Dengan
Modul…………………………………………..… 99
Gambar 4.4 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan
Kemampuan Berpikir Abstrak Katagori Tinggi….. 101
Gambar 4.5 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan
Kemampuan Berpikir Abstrak Katagori Rendah….. 102
Gambar 4.6 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan
Kemampuan Verbal Katagori Tinggi………………… 104
Gambar 4.7 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan
Verbal Katagori Rendah……………………….……. 105
Gambar 4.8 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Afektif ………….. 109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
Gambar 4.9 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Afektif Dengan
Multimedia………………………………..….. 111
Gambar 4.10 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Afektif Dengan
Modul……………………………………..….. 112
Gambar 4.11 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan
Kemampuan Berpikir Abstrak Katagori Tinggi….. 114
Gambar 4.12 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan
Kemampuan Berpikir Abstrak Katagori Rendah….. 115
Gambar 4.13 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan
Kemampuan Verbal Katagori Tinggi…………..….. 117
Gambar 4.14 : Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan
Kemampuan Verbal Katagori Rendah………….….. 118
Gambar 4.15 : Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi :
Pembelajaran PBL Kemampuan Berpikir Abstrak.. 131
Gambar 4.16 : Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi :
Pembelajaran PBL Kemampuan Verbal………..….. 138
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
Kusuma Wardhani. 2012. Pembelajaran Fisika Dengan Model Problem Based
Learning Menggunakan Multimedia dan Modul Ditinjau Dari Kemamuan
BerpikirAbstrak dan Kemampuan Verbal Siswa.” (Studi Kasus Pembelajaran
Fisika pada materi Gelombang Elektromagnetik Kelas X Semester 2 di SMA
Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012). TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr.
H. Widha Sunarno, M. Pd., II: Dra. Suparmi, MA, Ph.D. Program Studi
Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi
belajar siswa yang belajar menggunakan multimedia dan modul, antara siswa
yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah, antara siswa yang
memiliki kemampuan verbal tinggi dan rendah, dan interaksi antara variabel-
variabel tersebut terhadap prestasi siswa.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan dilakukan dari bulan
Juni 2011 - Mei 2012. Populasi adalah semua siswa kelas X di SMA Negeri 3
Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Sampel diambil secara acak (cluster random
sampling), terdiri dari 2 kelas yaitu kelas X.2 dan kelas X.9. Kelas X.2 belajar
menggunakan multimedia dan kelas X.9 menggunakan modul. Teknik
pengumpulan data digunakan untuk mengukur prestasi belajar yang dilakukan
dengan tes prestasi siswa, kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal.
Data dianalisis menggunakan ANAVA dengan desain faktorial 2x2x2.
Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa: 1) siswa yang belajar
menggunakan multimedia memiliki prestasi belajar lebih tinggi dari pada yang
belajar menggunakan modul (P-value = 0,014 <0,05). 2) siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak tinggi memiliki prestasi belajar lebih tinggi dari
pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah (P-value = 0,000
<0,05). Siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi ptestasi belajarnya lebih
tinggi dari pada yang memiliki kemampuan verbal rendah (P-value = 0,000
<0,05). Ada interaksi antara media dan kemampuan berpikir abstrak terhadap
prestasi belajar siswa (P-value = 0,004 <0,05). Ada interaksi antara multimedia
dan moduld engan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa (P-value =
0,036 <0,05). Tidak ada interaksi antara kemampuan berpikir abstrak dan
kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa (P-value = 0,977 <0,05). Tidak
ada interaksi antara multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak
dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa (P-value = 0761> 0,05).
Kata kunci : Problem Based Learning, multimedia, modul, kemampuan
berpikir abstrak, kemampuan verbal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
Kusuma Wardhani. 2012. Learning Physics with Model Problem Based
Learning by Making Use of Multimedia and Modules Regarded from Student’s
Abstract Thinking Ability and Verbal Ability. (Case Studies in Physics Learning
at Electromagnetic Waves Materials Class X Semester 2 at SMA Negeri 3
Surakarta Lessons Year 2011/2012 ). Thesis. Supervisor I: Prof. Dr. H. Widha
Sunarno, M.Pd., II: Dra. Suparmi, M.A.,Ph.D. Science Education Study Program,
Postgraduate of the Sebelas Maret University Surakarta.
ABSTRACT
The purposes of the research were to know the difference of student
achievement between students who learnt using multimedia and modul media,
between student who had hight and low abstract thinking abilities between student
who had hight and low verbal abilities and their interaction toward student
achievement. The research used experimental method and was conducted from
june 2011 – june 2012. The population was all students in grade X SMA Negeri 3
Surakarta academic year 2011-2012. The sample was taken using cluster random
sampling, consisted of 2 classes, X2 and X9. X2 learnt using Multimedia and X9
used module. The data was collected using test for student achievement verbal and
abstract thinking abilities. The data was analysed using Anova with 2x2x2
factorial design.
From the data analysis can be concleded that : Student who learnt using
multimedia had higher student achievement than student who learnt using modul
(P-value = 0.014 < 0.05). The student who had hight thinking abstract had higher
achievement than student who had low abstract thinking ability (P-value = 0.000<
0.05).Student who had hight verbal ability had higher achievement than the low
ones (P-value = 0.000< 0.05). There was interaction between media and abstract
thinking ability toward student achievement (P-value = 0.004 < 0.05).There was
interaction between media and verbal ability toward student achievement (P-value
= 0.036< 0.05).There was not an interaction between abstract thinking abilityand
verbal abilitytoward students achievement (P-value = 0.977< 0.05).There was not
an interaction between multimedia and module media with abstract thinking
ability and verbal ability toward students achievement (P-value = 0761 > 0.05).
Keywords: Problem Based Learning, multimedia, modules, abstract
thinking ability, verbal. Capability.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan hasil riset dua lembaga internasional yaitu Asian South pacific
Bureau of Adult Education (ASPABE) dan Global Campaign for Education
(GCE) menunjukkan bahwa peringkat pendidikan di Indonesia menempati
peringkat ke-10 dari 14 negara di Asia Pasifik. Dengan peringkat tersebut
Indonesia memperoleh nilai E. Ini sedikit lebih baik dibandingkan Papuanugini,
Nepal, dan Pakistan yang memperoleh nilai F. Malaysia yang pada dasawarsa
1970–an masih “mengimpor” guru dari Indonesia memperoleh predikat A. Dirjen
Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Depdiknas, Fasli Jalal mengakui
buruknya pendidikan di negeri ini tidak lepas dari kompleksnya kondisi
demografi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan populasi sangat besar
(Bayhaqi 2005). Pendidikan di Indonesia sudah masuk kategori gawat darurat.
Keadaan gawat darurat ini dipicu oleh mutu pendidikan dasar dan menengah
terbilang rendah dan sistem pendidikan yang tidak berkembang (Prasojo 2004 cit.
Literzet 2004) Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpukan bahwa mutu
pendidikan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi demografi Indonesia dan sistem
pendidikan.
Melalui Kementerian Pendidikan Nasional telah dilakukan upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagai contoh diterbitkannya Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan
disempurnakannya Kurikulum dari Kurikulum Berbasis Kompetensi menjadi
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Namun prestasi belajar Fisika
termasuk di SMA Negeri 3 Surakarta belum optimal. Pembelajaran Fisika pada
umumnya masih berorientasi pada guru. Siswa cenderung menerima apa saja yang
dijelaskan oleh guru tanpa harus mengetahui makna dari pelajaran tersebut. Siswa
juga cenderung menghafal pengertian dan rumus, pendekatan pembelajarannya
kurang berhubungan dengan fenomena alam, kehidupan sehari-hari, dan
perkembangan teknologi. Hal ini menyebabkan siswa pasif dan kurang
termotivasi dalam belajar, siswa mengangap bahwa Fisika itu sulit dan
membosankan, sehingga siswa mengalami kesulitan belajar dan menyebabkan
prestasi belajar Fisika rendah.
Dalam pembelajaran Fisika guru belum mampu menciptakan kondisi
pembelajaran yang dapat membagkitkan semangat belajar siswa, sehingga siswa
mempunyai keberanian, serta mempunyai kemampuan belajar. Pembelajaran
Fisika menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan
dan mengembangkan sikap ilmiah. Hal ini bisa tercapai apabila dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses. Depdikbud (1986)
mengutarakan bahwa pendekatan keterampilan proses merupakan wawasan
atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan
fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada
prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Keterampilan proses merupakan
keterampilan yang meliputi kegiatan siswa untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berpikir, serta mengembangkan sikap ilmiah siswa.
Proses pembelajaran Fisika sesuai dengan Permendiknas No 22 tahun 2006
adalah inkuiri. Untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting dalam kecakapan
hidup digunakan proses pembelajaran inkuiri. Inkuiri dapat dikatakan sebagai
suatu metode yang mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari
pengetahuan atau informasi, atau mempelajari suatu gejala. Oleh karena sains
merupakan cara berpikir atau bekerja yang setara dengan kumpulan pengetahuan.
Proses pembelajaran dalam pembelajaran sains perlu menekankan pada cara
berpikir, bekerja, berkomunikasi, dan bersikap ilmiah melalui metode inkuiri.
Model inkuiri terdiri dari inkuiri induktif terbimbing, tak terbimbing,
inkuiri deduktif, dan pemecahan masalah. Dalam pembelajaran sains, guru
diharapkan memiliki filosofi inkuiri, sehingga akan lebih berperilaku sebagai
fasilitator pembelajaran, dan siswa ditempatkan sebagai pusat pembelajaran.
Namun kenyataannya, hal itu masih jarang dilakukan oleh guru. Penekanan
pembelajaran Fisika harus relevan dengan kehidupan sehari-hari, supaya pelajaran
Fisika yang diperoleh akan bermanfaat, dan akan mempunyai peran yang penting
bagi siswa untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya
akan berdampak dalam menciptakan sumber daya manusia yang bermutu.
Materi Fisika SMA yang bersifat abstrak dan tidak dapat dipelajari dengan
percobaan atau eksperimen di laboratorium antara lain Gelombang
elektromagnetik, Radiasi benda hitam, Teori Atom, Radioaktivitas, dan
Relativitas. Namun materi-materi tersebut belum diajarkan sesuai dengan
karakteristik materi tersebut. Materi Gelombang elektromagnetik, meskipun
berkarakteristik abstrak, tetapi penerapan istilah-istilah yang dipelajari misalnya
gelombang radio, mikrowave, infra merah, dan sinar x banyak dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu untuk membangkitkan semangat belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Fisika siswa diperlukan strategi pembelajaran, misalanya model pembelajaran
kooperatif, CTL, dan model pembelajaran berbasis masalah (PBL). Namun
model pembelajarn tersebut belum optimum dilakukan oleh guru.
Model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) adalah model yang
merangsang siswa untuk menganalisis masalah, memperkirakan jawabannya,
mencari data, menganalisis data dan menyimpulkan jawaban terhadap masalah.
Dengan kata lain model ini pada dasarnya melatih kemampuan memecahkan
masalah melalui langkah-langkah sistematis. Menurut John Dewey dalam Suranto
(2009:91), “proses belajar hanya akan terjadi kalau siswa dihadapkan kepada
masalah dari kehidupan nyata untuk dipecahkan. Dalam membahas dan menjawab
masalah, siswa harus terlibat dalam kegiatan nyata, misalnya mengobservasi,
mengumpulkan data dan menganalisisnya bersama kawan lain dalam kelompok
atau di kelasnya .” Siswa akan tertarik untuk belajar, apabila dihadapkan pada
masalah yang berhubungam dengan kehidupan sehari-hari.
Dari beberapa karakter tersebut, pembelajaran yang dirasa cocok untuk
pembelajaran pada materi Gelombang Elektromagnetik untuk siswa SMA
Negeri 3 adalah model pembelajaran PBL ( Problem Based Learning), karena
kebanyakan siswanya memiliki karakteristik antara lain kecerdasan relatif tinggi,
motivasi yang tinggi, dan percaya diri, sehingga siswa akan mampu
menyelesaikan masalah yang disajikan dalam pembelajaran berbasis masalah.
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang kompleks yang terjadi
pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Dengan belajar seseorang memperoleh
suatu pengetahuan yang berguna untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang
dihadapi sehingga akan memiliki suatu pemahaman dan pemikiran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
memperngaruhi kehidupan seseorang. Teori belajar yang bersumber dari aliran-
aliran psikologi, antara lain yaitu teori belajar menurut Piaget, teori pemrosesan
informasi dari Gagne, dan teori belajar bermakna menurut Ausubel. Teori-teori
belajar tersebut mendukung penelitian ini. Belajar akan lebih berhasil apabila
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Agar belajar itu
menjadi berarti dan memberi makna yang dalam bagi siswa, maka guru harus
mampu menyediakan materi pelajaran, sumber belajar, pengalaman belajar,
aktivitas, dan lain-lain yang dibutuhkan untuk kepentingan proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran guru juga harus mampu memilih media pembelajaran yang
tepat yang bisa menumbuhkan semangat belajar siswa. Penggunaan media
pembelajaran juga harus disesuaikan dengan karakteristik siswa dan tujuan
pembelajaran.
Dalam UU RI no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen disebutkan antara
lain bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak memperoleh
dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang tugas
keprofesionalan. Misalnya, dalam melaksanakan kompetensi pembelajaran guru
dituntut memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, termasuk di dalamnya penguasaan dan penggunaan
media pembelajaran. Penggunaan alat bantu atau media pembelajaran diharapkan
dapat mengoptimalkan proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas,
sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar Fisika dengan senang.
Fisika merupakan salah satu materi pelajaran yang pada umumnya kurang
disenangi siswa, karena dalam Fisika banyak konsep yang bersifat abstrak yang
tidak dapat dipelajari melalui percobaan atau eksperimen, sehingga siswa sukar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
membayangkannya. Apabila konsep-konsep yang bersifat abstrak itu ditampilkan
dengan multimedia, misalnya animasi yang dapat memperlihatkan seolah-olah
nyata, dapat memotivasi siswa sehingga siswa menjadi senang belajar Fisika.
Pada kenyataannya, pembelajaran yang dilakukan di sebagian besar sekolah saat
ini adalah monoton, dengan metode ceramah sehingga kreativitas siswa tidak
berkembang, dan suasana kelas menjadi biasa saja, sehingga berpengaruh pada
prestasi belajar siswa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibagi menjadi dua
bagian utama, yang pertama faktor internal yang antara lain terdiri dari faktor
jasmaniah, intelegensi, motivasi, perhatian, minat, bakat, kemampuan berpikir
abstrak, kemampuan verbal, dan kesiapan yang berbeda-beda. Kedua faktor
eksternal yang terdiri dari faktor keluarga, masyarakat, metode pembelajaran,
kurikulum, sarana dan prasarana pembelajaran yang belum dikembangkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut masih kurang
diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran Fisika. Oleh karena itu, perlu untuk
dikembangkan pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk dapat
mempelajari dan memahami materi ajar Fisika secara mandiri. Penggunaan
multimedia dan modul menjadi salah satu altenatif jawaban karena dengan
belajar mandiri siswa memperoleh keluwesan dan keleluasaan dalam
mempelajarinya sehingga materi-materi yang kurang dipahami dapat diekplorasi
kembali melalui multimedia atau modul.
Arti multimedia menurut Arsyad (2011) adalah berbagai macam
kombinasi grafik, teks, suara, video, dan animasi. Penggabungan ini merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
satu kesatuan yang secara besama-sama menampilkan informasi, pesan, atau isi
pelajaran. Disini dapat digambarkan bahwa multimedia adalah suatu kombinasi
data atau media untuk menyampaikan suatu informasi sehingga informasi itu
tersaji dengan lebih menarik.
Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Sekolah
Bertaraf Internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, bagian ketiga
pasal 5 ayat 2, menyatakan bahwa ”proses pembelajaran yang dilakukan di
Sekolah Bertaraf Internaional (SBI) menerapkan pendekatan pembelajaran
berbasis teknologi informasi dan komunikasi, aktif, kreatif, menyenangkan, dan
kontekstual.” Sehingga pembelajaran menggunakan multimedia mendukung
kebijakan pemerintah tersebut karena pembelajaran menggunakan multi media
dapat menumbuhkan daya tarik siswa dalam belajar Fisika. Multimedia berupa
animasi dan video digunakan sebagai sarana untuk memberikan pemahaman
konsep secara nyata kepada siswa pada pembelajaran materi yang bersifat abstrak.
Animasi dapat diimplementasikan untuk menambahkan efek dan mempercantik
tampilan paket bahan ajar.
Multimedia cocok digunakan dalam penelitian ini, karena SMA Negeri 3
memiliki alat-alat yang sangat mendukung. Di setiap ruang kelas sudah tersedia
laptop dan LCD proyektor, dan juga memiliki sebuah ruang audiovisual dengan
peralatan komputer 40 unit. Dengan multimedia, pembelajaran Fisika bisa lebih
menarik perhatian siswa dan memperkuat motivasi, sehingga diharapkan.bisa
meningkatkan prestasi belajar Fisika siswa. Pada kenyataannya masih banyak
guru yang belum menggunakan multimedia secara optimum pada pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Selain multimedia ada juga media lain yang dapat digunakan dalam pembelajaran
Fisika, antara lain charta, modul, modul interaktif, dan modul bergambar.
Dengan modul siswa lebih banyak mendapat kesempatan untuk belajar
secara mandiri. Siswa dapat maju sesuai dengan kecepatan dan kemampuan
masing-masing. Modul memuat sekumpulan bahan pendidikan, mekanisme dan
interaksi, tugas-tugas spesifik dan komponen evaluasi yang disusun dengan
menggunakan bahasa yang komunikatif. Pembelajaran Fisika dengan modul akan
memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut cara masing-masing
karena setiap siswa akan menggunakan cara yang berbeda untuk memecahkan
masalah berdasarkan kemampuan dan kebiasaan masing-masing. Pembelajaran
dengan modul terdiri atas serangkaian kegiatan belajar yang secara empiris telah
terbukti memberi hasil belajar yang efektif, untuk memcapai tujuan yang
dirumuskan secara jelas dan spesifik. Dengan modul siswa lebih banyak
mendapat kesempatan untuk belajar secara mandiri, berdasarkan kemampuan dan
kecepatan masng-masing. Kenyataannya pembelajaran dengan modul belum
dilakukan oleh guru secara optimal. Penggunaan media pembelajaran yang tepat
diharapkan akan semakin meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari, sehingga akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar
siswa juga dipengaruhi oleh faktor internal siswa, antara lain kemampuan berpikir
abstrak.
Kemampuan berpikir abstrak sangat dibutuhkan oleh siswa dalam
mempelajari materi Fisika yang bersifat abstrak. Menurut Binet dan Stoddard
dalam Kadaryanti (2011), konsep-konsep kecerdasan ditekankan pada
kemampuan abstraksi. Dalam konsep Binet, unsur abstraksi dalam kecerdasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
terwujud dalam kemampuan memutuskan secara tepat, berpikir secara rasional,
dan mempunyai otokritik. Stoddard manganggap bahwa kemampuan abstraksi
merupakan inti dari kecerdasan. Kemampuan abstrak adalah kemampuan
mengoperasikan simbol-simbol, lambang, dan rumus-rumus terutama dalam
tingkat analisis dan interpretasi. Kemampuan berpikir abstrak siswa kurang
diperhatikan oleh guru. Dalam materi Fisika banyak dijumpai istilah dan simbol-
simbol, sehingga dalam mempelajari Fisika siswa dituntut untuk mengartikan
istilah dan simbol-simbol tersebut. Tanpa mengetahui arti simbol-simbol dalam
Fisika, siswa akan kurang memahami konsep Fisika, maka dibutuhkan
kemampuan verbal.
Kemampuan verbal adalah suatu kondisi, sikap, kemampuan, dan proses
perubahan tingkah laku seseorang yang dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa
lisan dan tertulis yang diperoleh dari sumber yang menggunakan bahasa lisan atau
tertulis untuk menghasilkan produk atau gagasan, mencari pemecahan masalah
yang lebih efisien dalam proses pembelajaran. Winkel (1997) mengemukakan
bahwa informasi verbal merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang yang
dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan dan tertulis dan dapat diungkap
melalui sumber yang berupa lisan atau tertulis juga. David Lazear dalam
Suharsimi (2006), Kemampuan verbal meliputi analisis linguistik, mengenal
kembali dan mengingat, memahami dan menciptakan kelucuan atau humor,
menjelaskan sesuatu dalam proses belajar mengajar, meyakinkan seseorang agar
bersedia melakukan sesuatu dan memahami perintah dengan tepat. Kemampuan
verbal merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengungkapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
ide, gagasan, pendapat, dan pikiran yang dituangkan dalam bentuk bahasa, baik
lisan maupun tulisan.
Kemampuan verbal dalam Fisika meliputi kemampuan memahami dan
mengingat arti kata-kata, istilah-istilah dalam Fisika yang terdapat dalam konsep
dan soal. Kekeliruan dalam memahami kata-kata kunci dari soal mengakibatkan
kesalahan yang fatal. Jika kemampuan verbal ini tidak diperhatikan
dikhawatirkan akan terjadi kesalahan penafsiran terhadap simbol-simbol maupun
bahasa dalam Fisika. Kemampuan verbal yang dimiliki oleh siswa tersebut
juga kurang diperhatikan oleh guru.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat disusun identifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia diindikasikan oleh hasil
riset ASPABE dan GCE.
2. Belum optimalnya hasil belajar Fisika disebabkan oleh sebagian besar
siswa menganggap Fisika itu sulit dan membosankan.
3. Kesulitan belajar Fisika disebabkan dalam pembelajaran Fisika siswa
cenderung mengahafal pengertian dan rumus, pendekatan
pembelajarannya kurang berhubungan dengan fenomena alam, kehidupan
sehari-hari, dan perkembangan teknologi.
4. Cara pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung monoton dan
hanya menggunakan metode ceramah pada konsep-konsep Fisika
yang bersifat abstrak. Padahal berbagai metode pembelajaran telah
dikembangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
5. Dalam pembelajaran, pendekatan keterampilan proses dan inkuiri,
belum banyak dilakukan oleh guru.
6. Model pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, CTL, dan
model pembelajaran berbasis masalah (PBL) cocok untuk pembelajaran
Fisika, tetapi belum dilakukan oleh guru secara optimal.
7. Berbagai media telah dikembangkan seperti multimedia, animasi simulasi,
media interaktif, audio visual, video, modul, komik dan lain-lain. Namun
belum banyak guru yang menggunakannya.
8. Prestasi belajar siswa belum maksimum, karena yang mempengaruhi
prestasi belajar seperti motivasi, motivasi berprestasi, kemampuan awal,
sikap ilmiah, gaya belajar, kemampuan berpikir abstrak, kemampuan
verbal, dan aktivitas kurang diperhatikan oleh guru.
9. Untuk mempelajari materi Fisika yang bersifat abstrak dengan
multimedia diperlukan kemampuan berpikir abstrak yang tinggi, tetapi
kemampuan berpikir abstrak siswa ini masih kurang diperhatikan oleh
guru.
10. Dalam pembelajaran Fisika menggunakan media modul diperlukan
kemampuan verbal siswa yang tinggi, tetapi kemampuan verbal yang
dimiliki oleh siswa masih kurang diperhatikan oleh guru.
11. Materi Fisika SMA yang bersifat abstrak dan tidak dapat dipelajari
dengan percobaan atau eksperimen di laboratorium antara lain gelombang
elektromagnetik, kalor, radiasi benda hitam, teori atom, radiokativitas, dan
relativitas. Namun materi-materi tersebut belum diajarkan sesuai dengan
karakteristik materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Berdasarkan identifikasi masalah, maka dapat disusun pembatasan
masalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran dibatasi pada model PBL (Problem Based Learning)
2. Media pembelajaran dibatasi pada multimedia dan modul
3. Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar Fisika siswa dibatasi pada
kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal.
4. Kemampuan berpikir abstrak dibatasi tinggi dan rendah.
5. Kemampuan verbal dibatasi tinggi dan rendah.
6. Prestasi belajar dibatasi pada prestasi belajar kognitif, dan afektif.
7. Materi pembelajaran dibatasi pada materi gelombang elektromagnetik.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi
pembelajaran dengan model PBL menggunakan multimedia dengan
pembelajaran PBL menggunakan modul?
2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan
berpikir abstrak tinggi dan kemampuan berpikir abstrak rendah?
3. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan
verbal tinggi dan kemampuan verbal rendah?
4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan model PBL
menggunakan multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak
terhadap prestasi belajar siswa?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
5. Apakah ada interaksi antara pembelajaran dengan model PBL menggunakan
multimedia dan modul dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar
siswa?
6. Apakah ada interaksi antara kemapuan berpikir abstrak dan kemampuan
verbal terhadap prestasi belajar siswa?
7. Apakah ada interaksiantara pembelajaran dengan model PBL menggunakan
multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak dan
kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan prestasi belajar antar siswa yang diberi pembelajaran dengan
model PBL menggunakan multimedia dengan pembelajaran PBL
menggunakan modul.
2. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan
berpikir abstrak tinggi dan kemampuan berpikir abstrak rendah.
3. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan
verbal tinggi dan kemampuan verbal rendah.
4. Interaksi antara model pembelajaran PBL dengan multimedia dan
modul dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar
siswa.
5. Interaksi antara pembelajaran dengan model PBL menggunakan
multimedia dan modul dengan kemampuan verbal terhadap prestasi
belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
6. Interaksi antara kemapuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal
prestasi belajar siswa.
7. Interaksi antara pembelajaran dengan model PBL menggunakan
multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak dan
kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Praktis :
a. Menyediakan alternatif media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan
oleh siswa dalam mempelajari materi Fisika.
b. Meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan multimedia
dan modul.
c. Mendorong guru untuk mempelajari dan memperdalam keterampilan di
bidang komputer. Karena dengan komputer dapat mempermudah segala
jenis administrasi guru dan memberi peluang untuk menciptakan media
pembelajaran.
d. Memberikan masukan kepada sekolah tempat penelitian untuk
berupaya meningkatkan prestasi belajar Fisika dengan memperhatikan
faktor-faktor internal siswa.
2. Manfaat Teoritis :
a. Memberikan sumbangan penelitian di bidang pendidikan mengenai
upaya meningkatkan prestasi belajar Fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b. Memberi peluang untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang
media pembelajaran dengan variabel lain yang ada pada diri siswa,
misalnya kemampuan konkrit, gaya belajar, sikap ilmiah dan lain
sebagainya, sehingga akan diperoleh suatu generalisasi yang dapat
diterapkan pada kondisi yang lebih umum.
c. Memberi peluang untuk membuat suatu rancangan penelitian baru yang
terkait dengan kemampuan abstrak dan kemampuan verbal siswa,
sehingga dapat dijadikan acuan untuk merancang sistem pembelajaran
yang tepat untuk siswa di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang kompleks yang terjadi
pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Dengan belajar seseorang memperoleh
suatu pengetahuan yang berguna untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang
dihadapi sehingga akan memiliki suatu pemahaman dan pemikiran yang
memperngaruhi kehidupan seseorang. Belajar adalah suatu proses di mana
organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Gagne 1984 cit.
Dahar, R.W. 1989). Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan dan sikap baru (Crow & Crow 1958 cit. Sudrajat, A. 2008). Dari
kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan
pada diri seseorang melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman,
sehingga diperoleh pengetahuan dan sikap baru.
Menurut UU No. 20/2003, Bab I Pasal 1 Ayat 20 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, ”Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pedidikan tertentu dan
pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagi guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instuktur, fasilitator, dan sebutan
lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
menyelenggarakan pendidikan”. Sedangkan menurut Nurhadi (2004),
“Pembelajaran merupakan interaksi sistematis antara peserta didik dengan
pendidik yang berkaitan dengan materi pembelajaran pada suatu lingkungan
belajar. Kegiatan pembelajaran memberdayakan semua potensi peserta didik
untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran perlu
berpusat pada peserta didik dengan menciptakan kondisi yang menyenangkan dan
menantang untuk mengembangkan kreativitas mereka, dan menyediakan
pengalaman belajar yang beragam. Pembelajaran juga bermuatan nilai, etika,
estetika, logika, dan kinestetika .” Pembelajaran merupakan kegiatan atau proses
interaksi antara siswa dan guru yang berupaya membelajarkan siswa secara
terintergrasi dengan memperhitungkan kondisi lingkungan, karakteristik siswa,
pengalaman belajar, dan strategi pembelajaran.
2. Pembelajaran Fisika
Pembelajaran Fisika pada penelitian ini adalah pembelajaran pada materi
Gelombang Elektromagnetik yang dilakukan oleh siswa bersama guru di dalam
kelas dengan menggunakan multimedia dan modul. Fisika, sebagaimana yang
terdapat dalam Ensiklopedi Sains dan kehidupan, adalah ilmu tentang materi (zat)
dan energi. Materi yang memungkinkan dunia industri dan teknologi tinggi terus
maju dan berkembang adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan disentuh.
Materi dapat berada dalam tiga wujud, yaitu pada, cair, dan gas. Sedangkan energi
adalah kemampuan untuk melakukan usaha.
Usaha yang telah dilakukan oleh para ahli ilmu pengetahuan adalah
mencari berbagai jenis bahan baru seperti konduktor, semikonduktor, berbagai
jenis kristal, plastik bahan sintetik (bahan buatan), bahan bakar ramah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
lingkungan, bahan kimia, serat optik telekomunikasi, serat optik sinar X dan
sebagainya. Selain itu mereka juga terus mengembangkan berbagai jenis sumber
energi ramah lingkungan dalam jumlah banyak untuk membuat, memperluas, dan
membentuk materi-materi tersebut. Dari materi-materi tersebut, terdapat banyak
materi Fisika yang bersifat abstrak. Materi Fisika SMA yang bersifat abstrak
antara lain listrik magnet, radiasi benda hitam, teori atom, radioaktivitas, dan
relativitas, kalor, dan gelombang elektromagnetik. Materi-materi Fisika yang
bersifat abstrak, dalam pembelajaran memerlukan media yang diharapkan dapat
mempresentasikan materi tersebut mendekati aslinya, sehingga siswa akan
menjadi lebih mudah memahami dan senang belajar Fisika.
3.. Teori Belajar
Beberapa teori belajar menurut aliran psikologi antara laian adalah :
a. Teori belajar menurut Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan
faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil
kumulatif dari dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-
kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu
keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan
proses kognitif yang terjadi dalam individu, sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran (Gane 1984 cit. Dahar, R.W. 1989). Belajar merupakan proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
perubahan, sehingga terjadi perbedaan keadaan dari sebelum individu belajar
dengan sesudah individu belajar.
Gagne mengemukakan sembilan langkah belajar, yang merupakan tahapan-
tahapan yang berurutan di dalam sebuah proses pembelajaran. Tujuannya adalah
memberikan kondisi yang sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Agar kesembilan langkah atau peristiwa itu
menjadi berarti dan memberi makna yang dalam bagi siswa, maka guru harus
melakukan apa yang memang harus dilakukan. Dengan kata lain, guru mampu
menyediakan sesuatu seperti materi pelajaran, sumber belajar, pengalaman
belajar, aktivitas, dan lain-lain yang memang dibutuhkan untuk mendapatkan
suatu pengalaman belajar agar kondisi mental siswa itu terus terjaga untuk
kepentingan proses pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran menurut Gagne
disajikan dalam Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1. Sembilan Langkah Belajar Menurut Gagne
Langkah
Pembelajaran
Proses Mental Siswa Aktivitas Guru
1. Menarik perhatian
siswa
Merangsang daya
penerimaan siswa. dan
menciptakan rasa ingin tahu
siswa
Menciptakan efek-efek suara tertentu
den mengajukan pertanyaan yang
menantang
2. Menyampaikan
kepada siswa tentang
tujuan pembelajaran
Menguraan tujuan pada awal
pelajaran, secara lisan
maupun tertulis
Menguraikan tujuan pada awal
pelajaran,secara lisan maupun tertulis
3. Menstimulir/atau
memanggil terlebih
dahulu informasi
atau pengetahuan
yang sudah diperoleh
sebelum proses
pengajaran
Mendapatkan kembali atau
dan menggiatkan memori
jangka pendek siswa
Bertanya, berdiskusi, melihat
gambar/video, mendengarkan cerita
sesuai topik yang dipelajari
4. Menyajikan isi
Pembelajaran
Siswa secara selektif
menanggapi isi pelajaran
Menyampaikan materi pembelajaran
dengan menggunakan berbagai
metode, pendekatan, strategi, dan alat
bantu pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Tabel 2.1. Sembilan Langkah Belajar Menurut Gagne (lanjutan)
Langkah
Pembelajaran
Proses Mental Siswa Aktivitas Guru
5. Menyediakan
pedoman atau
petunjuk belajar
Siswa menulis berbagai hal
untuk disimpan pada
memori supaya bertahan
lama
Menyediakan pedoman, petunjuk
belajar yang praktis
6. Memberi
kesempatan
untuk latihan/unjuk
performance
Merespons pertanyaan,
tugas,latihan, dll.
Memberi pertanyaan, tugas, latihan
yang harus dilaksanakan
7. Memberi umpan
balik
Mengetahui tingkat
penguasaan materi dan
tingkat kebenaran tugas
yang dikerjakan
Memberi penguatan/memuji
8. Melakukan penilaian
Mendapatkan/ mempertegas
kembali isi pelajaran sebagai
bahan evaluasi akhir
Melakukan penilaian
9. Mengekalkan dan
mengembangkan
pengetahuan dan
kemahiran siswa
Berlatih, mempraktikkan apa
yang telah diperolehnya
(kognitif, afektif,
psikomotorik) dalam situasi
yang baru
Menyediakan kesempatan yang luas
bagi siswa untuk memanfaatkan
berbagai pengetahuan, sikap, dan
keterampilan tersebut dalam situasi
yang berbeda (praktikum, unjuk kerja,
project, simulasi, dll)
Dari uraian langkah-langkah belajar menurut Gagne tersebut menunjukkan
bahwa teori ini mendukung penelitaian yang akan dilakukan dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based learning dengan multimedia.
Multimedia dapat menarik perhatian siswa dengan menciptakan efek-efek suara,
memeperlihatkan gambar atau video, dan mengajukan pertanyaan atau masalah-
masalah yang menantang.
b. Teori Belajar menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh pelopor aliran konstrurktivisme.
Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan
untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan
perkembanan individu. Setiap individu mengalami empat tingkat perkembanan
kognitif, yaitu : sensori motor (usia 0-2 tahun), pra operasional (usia 2-7 tahun),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
operasional kongkret (usia 7-11 tahun), operasional formal (usia 11 tahun ke
atas).”(Piaget dalam Dahar, R.W. 1989). Perkembangan kognitif merupakan
perubahan yang berurutan dan bertahap sesuai umur.
Tahap operasi formal merupakan tahap final perkembangan kognitif.
Implikasi penting dalam pembelajaran sains dari Piaget yaitu : memusatkan
perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak hanya sekedar pada
hasilnya, memperhatikan peranan dan inisiatif siswa serta keterlibatannya secara
aktif dalam kegiatan pembelajaran, memaklumi akan adanya perbedaan individual
dalam hal kemajuan perkembangan intelektual. Memusatkan perhatian pada
berpikir atau mental anak tidak sekedar pada hasilnya. Selain kebenaran jawaban
siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai ke
jawaban tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan
dengan memperhatikan tahap kognitif siswa yang mutakhir dan hanya apabila
guru penuh perhatian terhadap metode yang digunakan siswa untuk sampai pada
kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi
memberikan pengalaman sesuai yang dimaksudkan. Memperhatikan peranan dan
inisiatif siswa, serta keterlibatannya secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Di kelas Piaget, penyajian pengetahuan jadi (ready made) tidak mendapat
penekanan, melainkan anak didorong menemukan sendiri pengetahuan itu melalui
interaksi spontan dengan lingkungannya. Manusia memiliki struktur pengetahuan
dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi
bermakna yang berbeda-beda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan
kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia tersebuat. Struktur
pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara yaitu asimilasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dan akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur pengetahuan baru dibuat atau
dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi maksudnya
struktur pengetahuaan yang sudah ada dimodifikasikan untuk menampung dan
menyesuaikan dengan lahirnya pengalaman baru. Equilibrium merupakan
keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Teori Piaget juga mendukung
penelitian ini yang menggunakan modul dan berbasis masalah. Karena tahapan
Piaget menyajikan beberapa pandangan untuk membantu guru dalam menyiapkan
pengalaman belajar yang cocok dengan tanggung jawab siswa. Pada langkah
pembelajaran, siswa memerlukan kesempatan untuk belajar melalui aktivitas
sesuai dengan langkahnya sendiri, belajar sesuai dengan tahap kognitif atau
kecepatan masing-masing dalam memecahkan masalah.
c. Teori Belajar menurut David Ausubel
Teori belajar bersama menurut David Ausubel memberi penekanan pada
belajar bermakna. Belajar dibagi menjadi dua dimensi, dimensi pertama adalah
dimensi belajar penerimaan/penemuan, dan dimensi kedua adalah dimensi
bermakna/hafalan, yang merupakan suatu kontinum dan bukan dikotomi. Menurut
Ausubel, belajar bermakna akan terjadi bila si pembelajar dapat mengaitkan
informasi yang baru diperolehnya dengan konsep-konsep relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif si pembelajar tersebut. Akan tetapi, bila si pembelajar
hanya mencoba menghafalkan informasi baru tadi tanpa menghubungkan dengan
konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, kondisi ini dikatakan
sebagai belajar hafalan. Informasi yang dipelajari secara bermakna, biasanya
lebih lama diingat daripada informasi yang dipelajari secara hafalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Teori Ausubel sangat menekankan agar para guru diharapkan mengetahui
konsep-konsep yang telah dimiliki para siswanya agar belajar bermakna dapat
berlangsung, tetapi Ausubel belum dapat menyediakan alat untuk mengukur hal
tersebut. Penerapan teori Ausubel dalam mengajar adalah : faktor yang paling
penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa. Belajar
dikatakan bermakna apabila siswa dapat memahami materi dan mampu
mengkaitkan materi yang sudah dipelajari dengan konsep-konsep yang relevan
dengan struktur kognitif yang telah ada (Ausubel 1963 cit. Dahar 1989)
Pembelajaran harus memperhatikan pengalaman siswa, tingkat perkembangan
mereka, intelegensi, dan usia.
Faktor yang mempengaruhi belajar penerimaan bermakna ialah struktur
kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi
tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan
validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi yang baru masuk ke
dalam struktur kognitif itu, demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika
struktur kognitif tersebut stabil, jelas, dan teratur dengan baik maka arti-arti yang
sahih (valid) dan jelas akan timbul, dan cenderung bertahan. Sebaliknya, jika
struktur kognitif tersebut tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur maka struktur
kognitif tersebut cenderung menghambat belajar dan retensi.
Adapun prasyarat-prasyarat yang diajukan Ausubel agar terjadinya belajar
bermakna. Pertama, materi yang dipelajari harus bermakna secara potensial,
maksudnya materi pelajaran tersebut harus memiliki kebermaknaan logis. Materi
yang memiliki kebermaknaan logis merupakan materi yang konsisten dengan apa
yang telah diketahui dan materi tersebut dapat dinyatakan dalam berbagai cara,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
tanpa mengubah arti (disebut materi substantif). Selain itu, aspek lain dari materi
bermakna potensial ini adalah dalam struktur kognitif siswa harus ada gagasan-
gagasan yang relevan. Dalam arti pembelajaran harus memperhatikan pengalaman
siswa, tingkat perkembangan mereka, intelegensi, dan usia. Bila para siswa tidak
memiliki pengalaman yang diperlukan mereka untuk mengaitkan atau
menghubungkan isi pembelajaran tersebut, maka isi pembelajaran akan dipelajari
secara hafalan.
Kedua, siswa yang akan belajar harus mempunyai niat/tujuan dan kesiapan
untuk melaksanakan belajar bermakna. Tujuan belajar siswa merupakan faktor
utama dalam belajar bermakna. Banyak siswa yang mengikuti pembelajaran
nampaknya tidak relevan dengan kebutuhan mereka pada saat itu. Dalam
pembelajaran yang demikian, materi dipelajari secara hafalan. Para siswa
kelihatan dapat memberikan jawaban yang benar tanpa menghubungkan materi itu
pada aspek-aspek lain dalam struktur kognitif mereka. Jadi, agar terjadi belajar
bermakna materi pelajaran harus bermakna secara logis, siswa harus bertujuan
untuk memasukkan materi pembelajaran tersebut ke dalam struktur kognitifnya,
dan dalam struktur kognitif siswa harus terdapat unsur-unsur yang cocok untuk
mengaitkan atau menghubungkan materi yang baru tersebut secara non-arbitrer
dan substantif. Jika salah satu komponen tidak ada, maka materi tersebut kalau
dipelajari akan secara hafalan saja.
Teori belajar menurut Ausubel juga mendukung penelitian ini. Materi
gelombang elektromagnetik memiliki kebermaknaan logis, karena materi tesebut
konsisten dengan apa yang telah diketahui. Siswa telah mempelajari materi
getaran dan gelombang di SMP. Materi gelombang elektromagenetik merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
materi subtantif karena dapat dinyatakan dengan berbagai cara, misalnya
menggunakan multimedia dan modul tanpa mengubah arti.
4. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Salah satu model pembelajaran yang berprinsip kerjasama kelompok yang
diperkirakan mampu mengembangkan kemampuan belajar selain pembelajaran
kooperatif adalah Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis
masalah. Model ini merangsang siswa untuk menganalisis masalah,
memperkirakan jawaban-jawabannya, mencari data, menganalisis data dan
menyimpulkan jawaban terhadap masalah. Pembelajaran berbasis masalah
mempunyai ciri khusus antara lain ada soal atau problem, mencakup materi ajar
maupun prinsip dan ketrampilan akademik pembelajaran berbasis masalah, juga
memuat soal dan problem baik secara sosial atau personal yang bagi peserta didik
permasalahan atau problem tersebut ada dalam kehidupan nyata dan
membutuhkan jawaban sederhana maupun solusi yang tepat.
Proses belajar hanya terjadi kalau siswa dihadapkan kepada masalah dari
kehidupan nyata untuk dipecahkan (Dewey,J. 1933 cit. Nur, M. 2011). Dalam
membahas dan menjawab masalah, siswa harus terlibat dalam kegiatan nyata.
PBL adalah metode pendidikan yang medorong siswa untuk mengenal cara
belajar dan bekerja sama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-
masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan
keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. Metode ini
menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk
mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran (Duch
1995 ) cit. Yuliastutik, A. 2010). Dari kedua pendapat tersebut disimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
bahwa model pembelajaran problem based learning mengkombinasikan peserta
didik dengan permasalahan di dunia nyata dan permasalahan dari latihan-latihan
sehingga memunculkan motivasi untuk belajar.
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pembelajaran dengan
memunculkan masalah-masalah untuk membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, serta menjadi siswa
yang mandiri. Sintaks atau tahapan suatu pembelajaran berisi langkah-langkah
praktis yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Dalam
pembelajaran berdasarkan masalah, ada lima langkah utama yaitu seperti pada
Tabel 2.2 .
Tabel 2.2. Sintaks Problem Based Learning.
Tahap Aktivitas Guru
Tahap-1
Orientasi siswa
pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk
memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih
Tahap-2
Mengorganisasi siswa
untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasi
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap-3
Membimbing
penyelidikan individual
maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Tahap-4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkankarya
yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka
untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap-5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
pergunakan.
Adapun tujuan dan hasil belajar dari pembelajaran berdasarkan masalah
tidak dirancang untuk memberikan informasi sebanyak-banyaknya pada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Model ini dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan keterampilan
berpikir, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan memecahan masalah
dan keterampilan intelektual, belajar berbagi peran orang dewasa melalui
pelibatan mereka pada pengalaman nyata, mengembangkan keterampilan belajar
pengarahan sendiri yang efektif.
5. Media Pembelajaran
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima
pesan. Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya dalam belajar. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan
siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: pembelajaran
akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar, Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami
oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik,
metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak
hanya mendegarkan uraian guru, tetapi juga beraktivitas seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain, langkah pembelajaran, siswa
memerlukan kesempatan untuk belajar melalui aktivitas sesuai dengan langkahnya
sendiri daripada dalam aturan kelompok (Gagne 1970 cit. Dahar 1989). Media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pembelajaran merupakan alat bantu dalam pembelajaran yang dapat menarik
perhatian siswa, sehingga meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.
Dalam dunia pendidikan, penggunaan media/bahan/sarana belajar sering
kali menggunakan Kerucut Pengalaman, yang membutuhkan media belajar sperti
buku teks, bahan belajar dan audio visual yang dibuat oleh guru (Dale cit.
Anitah). Media belajar diperlukan oleh guru agar pembelajaran berjalan efektif
dan efisien. Pengalaman manusia digambarkan sebagai suatu kerucut, yang
dimulai dari pengalaman langsung sampai dengan pengalaman yang paling
abstrak, yaitu belajar memalui lambang kata-kata. Tahap-tahap dari pengalaman
kongkrit ke abstrak digambarkan dalam kerucut pengalaman seperti pada Gambar
2.1.
Gambar 2.1. Kerucut Pengalaman (Dale 1956 cit. Anitah 2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tahapan dalam kerucut pengalaman tersebut dapat dijelaskan sebagai beikut:
a. Pengalaman Langsung.
Pengaalaman langsung, meliputi melihat, mendengar, memegang,
merasakan, menyentuh, dan membau. Pengalaman ini mempunyai tujuan
tertentu, misalnya melakukan perjalan dan eksperimen di laboratorium.
Seseorang berpartisipasi langsung dengan tanggung jawab akan hasilnya.
b. Pengalaman Buatan
Pengalaman ini merupakan pengalamantidak langsung,
merupakanpengalaman tiruan dari realita, menjadi perlu bila sesuatu yang
tidak nyata tidak dapat ditampilkan secara langsung. Misalnya terlamapu
besar atau terlampau kecil, atau sesuatu yang dipelajari tidak jelas atau
membingungkan.
c. Pengalaman Bersandiwara
Partisipasi dalam sandiwara, dapat membantu lebih dekat dengan realita
tertentu yang tidak terdapat pada pengalaman langsung. Seseorang dapat
berpartisipasi dalam rekonstruksi pengalaman, jika telah mengalami secara
langsung. Pebelajar dapat memerankan karakter dalam suatu pertunjukan
tableau, atau sejarah. Meskipun tidak merupakan sesuatu yang
sesungguhnua, dramatisasi memberikan kelebihan tertentu dalam
pembelajaran di luar situasi riil.
d. Demonstrasi
Demonstrasi merupakan penjelasan visual dari suaatu fakta, ide, atau
proses yang penting. Demonstrasi memerlukan pengamatan yang teliti,
pebelajar mungkin menanyakan tentang apa yang baru saja ditunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dan bagamana sesutau itu dikerjakan. Dalam demonstrasi ada dua
kemungkinan, pertama pembelajar hanya mengamati, dan yang kedua
mungkin pembelajar trlibat dalam mngerjakan sesuatu.
e. Karya wisata
Dalam karya wisata, pebelajar tidak selalu terbatas hanya pada kegiatan
mengamati seperti pada demonstrasi. Ketika pebelajar mewawancarai
pimpinan suatu perusahaan, atau teknisi radio, atau wartawan surat kabar,
karya wisata itu akan memberikan nilai tambah. Pengamatan
dikombinasikan dengan partisipasi akan lebih bermakna.
f. Pameran
Suatu pameran merupakan suatu yang dilihat oleh pengamat, tetapi
kadang-kadang juga mengoperasikan bebrapa alat dan bahkan
mengikutsertakan beberapa kegiatan. Salah satu jenis pameran, yaitu
sesuatu buatan pabrik atau ubuatan sekolah, misalnya bahan-bahan yang
direncanakan dan dihasilkan oleh pebelajar dengan bimbingan guru.
g. Gambar Hidup atau Gambar Bergerak.
Pengalaman dengan gambar bergerak, tidak seperti karya wisata,
menekankan waktu dan ruang, tetapi menekankan pengalaman yang
memberikan keuntungan. Misalnya film tentang pembuatan baja,
pebelajar dapat melewatkan secara cepat proses-proses yang kurang
penting dan ditekankan pada sesuatu yang lebih berarti. Dalam hal ini, ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
peralatan mekanis yang memungkinkan untuk menunjukkan gerakan
lambat, bila pebelajar akan mempelajari konsep-konsep penting.
h. Radio, Rekaman, dan Gambar Mati
Gambar mati memiliki dua kekurangan yaitu gerak dan suara. Jika
menggunakan peralatan visual maupun auditif di dalam kelas, perlu
menyediakan peralatan seperti
proyektor filmstrip, alat untuk memutar ulang.
i. Lambang Visual
Pada tahap ini tidak lagi dihadapkan pada suatu yang nyata, melainkan
gambaran yang abstrak. Sebagai penggantinya adalah bagan, grafis, peta,
dan diagram. Alat komunikasinya adalah bahasa simbul-simbul visual.
j. Lambang Verbal.
Simbul verbal merupakan puncak kerucut pengalaman. Semua tampilan
beralih dari sesuatu yang riil. Pada puncak kerucut, abstraksi daru segala
yang realistis, kecuali arti dari suatu istilah, dan dengan arti ini akan
mencapai kesepakatan bersama.
Kehadiran media pembelajaraan sebagai media antara guru sebagai
pengirim informasi dan penerima informasi harus komunikatif, khususnya untuk
obyek secara visualisasi. Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam, khususnya
konsep yang berkaitan dengan alam semesta lebih banyak menonjol
visualisasinya, sehingga apabila seseorang hanya mengetahui kata yang mewakili
suatu obyek, tetapi tidak mengetahui obyeknya disebut verbalisme. Masing-
masing media mempunyai keistimewaan menurut karakteristik siswa. pemilihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
media yang sesuai dengan karakteristik siswa akan lebih membantu keberhasilan
dalam pembelajaran. Secara rinci fungsi media memungkinkan siswa
menyaksikan obyek yang ada tetapi sulit untuk dilihat dengan kasat mata melalui
perantaraan gambar, potret, slide, dan sejenisnya mengakibatkan siswa
memperoleh gambaran yang nyata. Dengan penggunaan media pembelajaran
diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret kepada
siswa, dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
6. Multimedia
Multimedia diambil dari kata multi dan media. Multi berarti banyak dan
media berarti perantara. Multimedia adalah gabungan dari beberapa unsur yaitu
teks, grafik, suara, video, dan animasi yang menghasilkan presentasi yang
menakjubkan. Multimedia juga mempunyai komunikasi interaktif yang tinggi.
Disini dapat digambarkan bahwa multimedia adalah suatu kombinasi data atau
media untuk menyampaikan suatu informasi sehingga informasi itu tersaji dengan
lebih menarik. Multimedia dapat diartikan sebagai informasi komputer yang dapat
disajikan melalui audio atau video, teks, grafik, dan animasi.
Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linier dan
multimedia interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak
dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh
pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan
film. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat
pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multimedia
interaktif adalah: multimedia pembelajaran interaktif, dan aplikasi game.
Berdasarkan kegunaannya, multimedia pembelajaran ada dua macam
yaitu: multimedia presentasi pembelajaran yaitu alat bantu guru dalam proses
pembelajaran dikelas dan tidak menggantikan guru secara keseluruhan, contohnya
Microsoft Powerpoint, dan multimedia pembelajaran mandiri : yaitu sofware
pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri tanpa bantuan
guru. Multimedia pembelajaran mandiri mengandung fitur assesmen untuk
latihan, ujian, dan simulasi termasuk tahapan pemecahan masalah. Contohnya
Macromedia Authorware atau Adobe Flash.
Teknologi multimedia memudahkan guru untuk menyampaikan materi
pelajaran, dan siswa merasa terlibat dalam proses pembelajaran karena teknologi
multimedia mampu menghasilkan komunikasi yang interaktif. Siswa yang
menggunakan multimedia dapat mempelajari pengetahuan yang ada di dalam
multimedia sesuai dengan minat, bakat, keperluan, pengetahuan dan emosinya.
Multimedia digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran untuk menyampaikan
informasi dalam bentuk yang lebih menarik bagi siswa, dengan alat bantu
komputer.
Keuntungan pembelajaran dengan animasi komputer adalah : dapat
dilakukan siswa kapanpun termasuk di rumah, sehingga mereka dapat belajar
lebih lama dan mengulangi materi pelajaran lebih lama tanpa terikat guru dan
waktu, dapat menyajikan simulasi dari percobaan yang sulit dan alat mahal
dengan cara yang murah dan mudah, bahkan dapat dilihat lebih jelas, misalnya
percobaan nuklir dapat dilihat dalam animasi tanpa harus mencoba nuklir sendiri,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
reaksi atau kejadian mikro dapat disimulasikan dengan jelas dalam model
sehingga siswa makin jelas menangkap konsepnya, simulasi komputer dapat
membantu menghilangkan miskonsepsi siswa karena siswa dapat membandingkan
pemikirannya yang tidak benar dengan simulasi yang mereka lakukan dan mereka
lihat. Selain dengan animasi, digunakan juga media yang sesuai dalam
pembelajaran materi gelombang eektromagnetik , yaitu video.
Video dapat menyajikan informasi, mengambarkan suatu proses dan tepat
mengajarkan keterampilan, menyingkat dan mengembangkan waktu serta dapat
mempengaruhi sikap. Hal ini dipengaruhi oleh ketertarikan minat, dimana
tayangan yang ditampilkan oleh media video dapat menarik gairah rangsang
(stimulus) seseorang untuk menyimak lebih dalam (Kemp, J.E. 1985 cit. Arisandi,
D. 2011). Video merupakan alat bantu informasi yang dapat menarik minat
siswa dalam belajar, karena video dapat menampilkan gambar dan suara yang
mendukung dalam pembelajaran.
Video / VCD pembelajaran adalah suatu media yang dirancang secara
sistematis dengan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku dan dalam
pengembangannya mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran sehingga
program tersebut memungkinkan peserta didik mencerna materi pelajaran secara
lebih mudah dan menarik. Materi Gelombang Elektromagnetik dapat
ditanyangkan dengan video / VCD, sehingga diharapkan siswa akan mudah
memahami materi yang bersifat abstrak tersebut. Siswa yang belum memahami
materi yang ditayangkan dapat mengulang kembali baik di sekolah maupun di
rumah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
7. Modul
Modul diartikan sebagai suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan
bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk
digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para
guru (Depdiknas 2008). Tujuan disusunnya modul adalah agar siswa dapat
menguasai kompetensi yang diajarkan dalam kegiatan pembelajaran dengan
sebaik-baiknya. Bagi guru, modul juga menjadi acuan dalam menyajikan dan
memberikan materi selama diklat atau kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam
setiap kelas, siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (kecerdasan, bakat dan
kecepatan belajar) maka perlu diadakan pengorganisasian materi, sehingga semua
siswa dapat mencapai dan menguasai materi pelajaran sesuai dengan yang telah
ditetapkan. Bentuk pelaksanaan cara mengajar seperti itu adalah dengan
membagi-bagi bahan pembelajaran menjadi unit-unit pembelajaran yang masing-
masing bagian meliputi satu atau beberapa pokok bahasan.” Modul adalah bahan-
bahan pembelajaran atau materi pembelajaran yang meliputi satu atau beberapa
pokok bahasan, agar siswa menguasai kompetensi yang diajarakan.
Modul adalah bahan belajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan
kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan
memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu. Modul
dapat mengandung berbagai macam kegiatan belajar. Contoh kegiatan belajar
adalah membaca buku pelajaran atau karangan-karangan, mendengarkan audio-
tape, memperhatikan gambar atau foto serta diagram, melihat film dan slide,
menyelidiki berbagai alat demonstrasi, dan turut serta dalam proyek dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
eksperimen (Purwanto 2007 cit. Handayani, D.E. 2010). Pembelajaran dengan
modul termasuk sistem pembelajaran individual yang dapat memberi kesempatan
kepada siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Modul
merupakan bahan ajar atau materi pelajaran yang disusun untuk dapat dipelajari
secara mandiri oleh siswa sesuai dengan kecepatan masing-masing.
Selain memberi kesempatan kepada siswa untuk maju menurut kecepatan
masing-masing, modul mempunyai tiga tujuan lain yang perlu mendapat
perhatian, yaitu : memberikan kesempatan untuk memilih diantara sekian
banyak topik dalam suatu program, mengadakan penilaian yang sering tentang
kemajuan dan kelemahan siswa. Memberikan modul remedial untuk mengolah
kembali seluruh bahan yang telah diberikan guna pemantapan dan perbaikan,
atau mengulang pelajaran untuk lebih memantapkannya dengan cara-cara lain,
sehingga lebih mempermudah pemahaman siswa.
Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan
beberapa komponen. Komponen-komponen tersebut dikemas dalam format
modul, antara lain adalah : pendahuluan yang berisi deskripsi umum, seperti
materi yang disajikan, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai
setelah belajar, termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari
modu tersebut dan tujuan pembelajaran berisi tujuan pembelajaran khusus
yang harus dicapai peserta didik, setelah mempelajari modul. Dalam bagian ini
dimuat pula tujuan terminal dan tujuan akhir, serta kondisi untuk mencapai
tujuan.
Tugas utama guru dalam pembelajaran sistem modul adalah
mengorganisasikan dan mengatur proses belajar, antara lain menyiapkan situasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
pembelajaran yang kondusif, membantu peserta didik yang mengalami kesulitan
dalam memahami isi modul atau pelaksanaan tugas dan melaksanakan penelitian
terhadap setiap peserta didik. Adapun keuntungan yang diperoleh dari
pembelajaran dengan penerapan modul antara lain adalah: meningkatkan
motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi
dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan, setelah dilakukan evaluasi, guru dan
siswa mengetahui benar, pada modul yang mana siswa telah berhasil dan pada
bagian modul yang mana mereka belum berhasil, siswa mencapai hasil sesuai
dengan kemampuannya, bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu
semester. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diyakini bahwa
pembelajaran menggunakan modul secara efektif akan dapat mengubah konsepsi
siswa menuju konsep ilmiah, sehingga hasil belajar mereka dapat ditingkatkan
seoptimal mungkin baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
8. Kemampuan Berpikir Abstrak
Kemampuan berpikir merupakan sekumpulan ketrampilan yang kompleks
yang dapat dilatih sejak usia dini. Berpikir merupakan proses mental yang terjadi
karena berfungsinya otak dalam rangka mencari jawaban atas suatu persoalan,
menemukan ide-ide, mencari pengetahuan, atau sekedar untuk berimajinasi.
Proses berpikir terjadi oleh berfungsinya otak manusia, karena otak manusia
merupakan pusat kesadaran, pusat berpikir, perilaku, dan emosi manusia
mencerminkan keseluruhan dirinya, kebudayaan, kejiwaan, bahasa dan ingatannya
(Semiawan, C.R. 1977 cit. Andra 2010). Berpikir merupakan proses mental
dalam rangka menemukan jawaban persoalan atau sekedar berimajinasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Konsep-konsep kecerdasan dari Binet dan Stoddard dalam Kadaryanti
(2011 ) menekankan pada kemampuan abstraksi. Dalam konsep Binet, unsur
abstraksi dalam kecerdasan terwujud dalam kemampuan memutuskan secara
tepat, berpikir secara rasional, dan mempunyai otokritik. Alfred Binet
mengembangkan tes intelegensia yang digunakan secara luas dan berhasil
menemukan cara untuk menentukan usia mental seseorang. Usia mental mungkin
lebih tinggi, lebih rendah, atau sama dengan usia kronologis (usia yang dihitung
sejak kelahirannya). Anak cerdas memiliki usia mental lebih tinggi dari usianya,
dan mampu mengerjakan tugas-tugas untuk anak yang usianya lebih tinggi.
Tingkat kecedasan adalah usia mental dibagi usia kronologis dikalikan 100.
Stoddard manganggap bahwa kemampuan abstraksi merupakan inti dari
kecerdasan. Kemampuan berpikir abstrak tidak terlepas dari pengetahuan tentang
konsep, karena berpikir memerlukan kemampuan untuk membayangkan atau
menggambarkan benda dan peristiwa yang secara fisik tidak selalu ada. Orang
yang memiliki kemampuan berpikir abstrak baik akan dapat mudah memahami
konsep-konsep abstrak dengan baik. Jadi kemampuan berpikir abstrak adalah
kemampuan menemukan pemecahan masalah tanpa hadirnya objek permasalahan
itu secara nyata, dalam arti siswa melakukan kegiatan berpikir secara simbolik
atau imajinatif terhadap objek permasalahan itu. Untuk menyelesaikan masalah
yang bersifat abstrak akan mudah dilakukan oleh orang yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak yang tinggi dan kemampuan dapat dicapai oleh anak
yang sudah mencapai tahap operasional formal yang baik. Jadi dari beberapa
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir abstrak adalah
kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah dengan tidak memerlukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
pertolongan benda / peristiwa konkrit. Kemampuan berpikir abstrak menurut
Binet ini diukur dengan menggunakan tes kemampuan berpikir abstrak, antara
lain terdiri atas :
a . Subtes penalaran verbal
Merupakan suatu tes bakat yang mengungkapkan kemampuan untuk
memahami konsep-konsep dalam bentuk kata-kata (verbal). Tes ini bertujuan
menilai kemampuan siswa untuk mengabstraksi (meringkas) atau menggeneralisir
serta berpikir secara konstruktif dibanding dengan kepastian atau pengenalan kata
terutama untuk mengungkapkan kemampuan penalaran.
b. Perhitungan aritmatik
Butir-butir soal tes kemampuan angka dirancang untuk mengungkap
pemahaman relasi angka dan mempermudah dalam menangani konsep-konsep
menurut angka-angka. Masalah-masalah disusun dalam tipe soal yang biasanya
disebut "perhitungan aritmatik" daripada apa yang biasanya disebut penalaran
aritmatik. Ini didorong oleh adanya suatu keinginan untuk menghindari unsur-
unsur bahasa yang biasanya berupa masalah penalaran aritmatik, dimana
kemampuan membaca memiliki peran yang sangat berarti. Bentuk perhitungan
memberikan keuntungan sehingga tidak akan merugikan sebagai suatu ukuran
kemampuan.
c.. Tes penalaran abstrak
Dimaksudkan sebagai instrumen non-verbal yang mengungkapkan
kemampuan penalaran mahasiswa. Rangkaian ini disajikan dalam masing-masing
persoalan yang memerlukan persepsi pengoperasian prinsip dalam mengubah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
diagram-diagram. Misalnya siswa harus menemukan asas-asas atau prinsip-
prinsip yang menentukan perubahan gambar-gambar dan memberikan tanda-tanda
atau petunjuk-petunjuk yang dipahaminya dengan menunjukkan (menandai)
diagram-diagram yang seharusnya dikuti secara logis.
d. Tes kecepatan dan ketelitian klerikal
Tes kecepatan dan ketelitian klerikal dimaksudkan untuk mengukur
kecepatan memberikan jawaban atau tanggapan dalam suatu tugas persepsi yang
sederhana. Pertama-tama siswa harus memilih kombinasi yang telah ditandai
dalam tes, kemudian akan tercetus suatu pikiran untuk mencari kombinasi yang
sama dalamsuatu kelompok kombinasi yang sama pada gambar jawaban secara
terpisah, dan terakhir dapat ditemukan kombinasi yang identik yang diberikan
garis bawah.
e. Tes Penalaran Mekanikal
Tes penalaran mekanikal pada dasarnya suatu bentuk baru dari serangkaian
uji pemahaman mekanikal yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh salah seorang
pengarang. Masing-masing soal berisi situasi mekanikal yang disajikan berupa
gambar-gambar sekaligus bersama dengan pertanyaan yang susunan kata-katanya
sederhana. Diusahakan agar soal-soal yang disajikan menggunakan istilah-istilah
yang sederhana dan acap ditemui pada mesin-mesin atau peralatan yang tidak
menyerupai gambar-gambar dalam buku tes atau memerlukan pengetahuan
khusus. Dalam tes penalaran mekanik ini sedapat mungkin diperlukan penalaran
yang tepat dan logis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
f. Space relation.
Tipe soal yang direncanakan bagi tes ini menyajikan suatu kombinasi dari
dua bentuk pendekatan terdahulu dengan pengukuran kemampuan ini.
Kemampuan membayangkan suatu obyek yang dikonstruksi dari suatu gambar
dalam suatu pola yang telah sering digunakan dalam tes visualisasi struktural.
Demikian juga kemampuan untuk membayangkan bagaimana suatu obyek akan
nampak jika diputar putar dalam beberapa cara tertentu yang telah dipergunakan
secara efektif dalam pengukuran persepsi ruang.
g. Spelling.
Tipe soal yang digunakan dalam bagian mengeja pada subtes penggunaan
bahasa bukanlah tipe soal-soal yang baru. Kata-katanya dipilih dengan teliti.
Semua kata-kata diseleksi dari daftar Gate's Spelling Difficulties dalam 3.876
kata. Kata-kata lainnya diseleksi sebagai tajuk rencana yang mereka tonjolkan
dalam setiap kosa-kata. Ejaan yang tidak tepat atau salah dipilih dari penelitian
Gates dan orang-orang yang lainnya. Subtes mengeja mengukur bagaimana
baiknya seseorang dapat mengeja kata-kata umum dalam bahasa Indonesia
(Inggris). Skor tes ini merupakan suatu prediktor terbaik kemampuan mempelajari
stenografi dan pengetikan.
h. Language usage.
Tes pemakaian bahasa terdiri dari dua sub, yaitu: mengeja dan tata bahasa.
Tes ini terdiri dari dua tes prestasi belajar yang singkat yang mengukur
kemampuan-kemampuan penting yang perlu dipertimbangkan oleh seseorang
bersama-sama dengan tes bakat lainnya yang dinilai oleh tes bakat perbedaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
9. Kemampuan Verbal
Dalam kehidupan manusia peranan bahasa sebagai alat komunikasi
sangatlah penting, fungsi yang paling mendasar dari bahasa adalah pemikiran
konseptual kedalam kehidupan. Bila pemikiran konseptual tidak dinyatakan dalam
bahasa maka orang lain tidak akan memahami pikiran tersebut. Di dalam tes
intelegensi, salah satu variannya adalah tes kecerdasan (kemampuan) verbal, yang
bertujuan mengukur kemampuan verbal seseorang. Informasi verbal adalah
kemampuan yang dimiliki seseorang yang dapat diungkapkan dalam bentuk
bahasa lisan dan tertulis dan dapat diungkap melalui sumber yang berupa lisan
atau tertulis juga. Kemampuan verbal adalah kemampuan berkomunikasi yang
dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan dan tertulis .
Kemampuan intelegensi verbal meliputi: kosakata yang baik, membaca
dengan penuh pemahaman, ingin tahu secara intelektual dan menunjukkan
keingintahuan (Azwar, S. 2002). Kemampuan verbal dalam Fisika meliputi
kemampuan memahami dan mengingat arti kata-kata, istilah-istilah Fisika yang
terdapat dalam konsep dan soal. Kekeliruan dalam memahami kata-kata kunci
dari soal mengakibatkan kesalahan yang fatal. Kemampuan verbal dalam Fisika
merupakan kemampuan memahami simbol-simbol, maupun bahasa dalam
konsep Fisika. Tes Kemampuan Verbal ini terdiri dari 6 sub tes yang mengukur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
dimensi berfikir divergen dengan konten verbal tetapi masing-masing berbeda
dalam produk (Miftah, M. 2009). Keenam subtes dari Tes Kreativitas Verbal atau
kemampuan verbal yaitu:
a. Permulaan Kata
Siswa harus memikirkan sebanyak mungkin kata yang dimulai dengan
susunan huruf tertentu sebagai rangsangan. Tes ini mengukur kelancaran dengan
kata yaitu kemampuan menentukan kata yang memenuhi persyaratan struktural
dan tidak diperbolehkan membentuk nama seseorang. Waktu yang ditentukan
adalah 2 menit untuk setiap subtes.
b. Menyusun Kata
Siswa harus menyusun sebanyak mungkin kata dengan menggunakan huruf-
huruf dari satu kata yang diberikan dan menghindari membentuk nama seseorang.
Tes ini menuntut kemampuan dalam reorganisasi persepsi. Waktu yang
ditentukan adalah 2 menit per subtes.
c. Membentuk Kalimat Tiga Kata
Siswa harus menyusun kalimat sebanyak-banyaknya yang meliputi 3 kata
dengan huruf pertama pada tiap kata diberikan sebagai stimulus, dengan urutan
penggunaan ketiga huruf itu boleh dibolak-balik menurut keinginan siswa dalam
waktu 3 menit per subtes. Setiap kalimat hanya boleh memakai 1 kata yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
dipakai dalam kalimat sebelumnya atau tidak boleh mengulang kata yang telah
digunakan dalam kalimat tersebut.
d. Sifat-Sifat yang Sama
Siswa harus menemukan sebanyak mungkin objek baik benda hidup
maupun benda mati yang semuanya memiliki 2 sifat yang telah ditentukan. Tes ini
mengungkap kelancaran dalam memberikan gagasan yaitu kemampuan untuk
mencetuskan gagasan yang memenuhi syarat tertentu dalam waktu 2 menit untuk
masing-masing subtes.
e. Macam-Macam Penggunaan
Subjek harus memikirkan sebanyak mungkin penggunaan yang tidak lazim
dari benda sehari-hari. Penggunaan yang sebenarnya dari benda tersebut tidak
perlu dituliskan. Tes ini mengungkapkan kelenturan berpikir, orisinalitas dalam
berpikir yang dilihat dari kelangkaan jawaban yang diberikan siswa. Waktu yang
ditentukan adalah 2 menit per subtes.
f. Apa Akibatnya
Siswa harus memikirkan segala sesuatu yang mungkin terjadi dari suatu
hipotesis yang telah ditentukan sebagai stimulus yang mungkin terjadi di
Indonesia. Tes ini mengungkapkan kelancaran memberikan gagasan dan
keterperincian. Waktu yang ditentukan adalah 4 menit untuk setiap subtes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
10. Prestasi Belajar
a. Pengertian prestasi belajar
Penilaian merupakan proses akhir dari suatu kegiatan. Penilaian prestasi
belajar merupakan proses akhir dari suatu kegiatan pembelajaran. Penilaian
mempunyai dua arti yaitu penilaian (assesmen) prestasi belajar dan penilaian
(evaluasi) proses ataunprogram pendidikan. Penilaian prestasi belajar adalah cara-
cara menumpulkan informasi tentang pencapaian dan kemajuan belajar siswa.
Penilaian (evaluasi) program adalah kegiatan yang dirancang untuk mengukur
keefektifan suatu system pendidikan secara keseluruhan. Penilaian program
mempunyai cakupan yang luas, meliputi keseluruhan program pendidikan seperti
perencanaan pendidikan, pelaksanaan pendidikan, dan penilaian pendidikan.
Penilaian prestasi belajar merupakan bagian dari penilaian program pendidikan.
Terdapat tiga ranah yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, yaitu
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif berkaitan
dengan kemampuan berpikir untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan
penalaran. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, dan perilaku.
Sementara ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan kemampuan
melakukan kegiatan yang mengaktifkan gerak fisik (Suharsimi 2005). Prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh murid-murid sebagai hasil
belajarnya, baik berupa angka maupun huruf serta tindakannya yang
mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode
tertentu (Gunarso, S.D 1982). Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar adalah hasil tes berupa angka maupun huruf yang meliputi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang diperoleh siswa setelah mengalami
pembelajaran pada periode tertentu.
b. Pengertian Prestasi Belajar Fisika
Prestasi belajar Fisika adalah hasil tes yang berupa angka yang telah dicapai oleh
siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran Fisika pada materi Gelombang
Elektromagnetik.
11. Materi Pembelajaran Fisika
a. Konsep gelombang
Konsep gelombang merupakan salah satu konsep yang sangat mendasar
untuk memahami berbagai gejala Fisika mulai dari Fisika klasik, Fisika modern
hingga Fisika kuantum. Salah satu topik yang sangat penting dalam pembahasan
mengenai gelombang adalah perpindahan energi. Sebagai contoh adalah energi
bunyi dan berbagai energi lain yang dipindah dari satu tempat ke tempat lain
tanpa harus memindahkan materinya. Pembahasan mengenai gelombang ini
menjadi sedemikian menarik karena begitu banyak aplikasi energi gelombang
dalam kehidupan seperti dalam cahaya, panas, sinar-X dan radiasi sinar gamma.
Gelombang adalah getaran yang merambat.
Berdasarkan medium perambatanya gelombang dikelompokkan menjadi
dua yaitu gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik. Gelombang
mekanik adalah gelombang yang memerlukan medium di dalam perambatamya.
Contoh gelombang mekanik antara lain : gelombang bunyi, gelombang
permukaan air, dan gelombang pada tali. Gelombang elektromagnetik adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
gelombang yang tidak memerlukan medium dalam perambatanya. antara lain :
cahaya, gelombang radio, gelombnag TV, sinar X dan sinar gamma.
b. Pengertian Gelombang
Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium.
Pada gelombang yang merambat adalah gelombangnya, bukan zat medium
perantaranya. Satu gelombang dapat dilihat panjangnya dengan menghitung jarak
antara lembah yang berurutan (gelombang tranversal) atau menghitung jarak
antara satu rapatan dengan satu renggangan (gelombang longitudinal). Cepat
rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu
detik.
c. Macam-macam gelombang
Menurut amplitudo dan fasenya, gelombang dibedakan menjadi gelombang
berjalan dan gelombang diam (stasioner). Gelombang berjalan adalah yang
amplitudodan fasenya sama di setiap titik yang dilalui gelombang. Gelombang
diam (stasioner) adalah gelombang yang amplitude dan fasenya tidak sama
(berubah) di setiap titik yang dilalui gelombang.
Menurut medium perantaranya, gelombang dibedakan menjadi gelombang
mekanik dan gelombang elektromagnetik. Gelombang mekanik adalah sebuah
gelombang yang dalam perambatannya memerlukan medium, yang menyalurkan
energi untuk keperluan proses penjalaran sebuah gelombang. Contoh : Suara,
merupakan salah satu contoh gelombang mekanik yang merambat melalui
perubahan tekanan udara dalam ruang tanpa udara, suara tidak bisa dirambatkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Di pantai dapat dilihat ombak, yang merupakan gelombang mekanik yang
memerlukan air sebagai mediumnya. Contoh lain misalnya gelombang pada tali
atau per (slinky), gelombang bunyi, dan gelombang laut. Gulungan gelombang
laut terjadi karena gelombang menggunakan air laut sebagai perantara. Musik
dapat didengar karena gelombang bunyi merambat melalui udara hingga sampai
ke telinga. Tanpa udara, bunyi tidak akan didengar. Dalam hal ini udara berperan
sebagai medium perambatan untuk gelombang bunyi. Gelombang mekanik
terdiri dari dua jenis, yakni gelombang transversal dan gelombang longitudinal.
Gelombang Transversal adalah gelombang jika partikel-partikel mediumnya
bergetar ke atas dan ke bawah dalam arah tegak lurus terhadap gerak gelombang.
Contoh gelombang transversal adalah gelombang tali. Ketika tali digerakkan naik
turun, tampak bahwa tali bergerak naik turun dalam arah tegak lurus dengan arah
gerak gelombang. Bentuk gelombang transversal tampak seperti Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Gelombang Transversal
Pada Gambar 2.2, tampak bahwa gelombang merambat ke kanan pada
bidang horisontal, sedangkan arah getaran naik-turun pada bidang vertikal. Garis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
putus-putus yang digambarkan di tengah sepanjang arah rambat gelombang
menyatakan posisi setimbang medium (misalnya tali atau air). Titik tertinggi
gelombang disebut puncak sedangkan titik terendah disebut lembah. Amplitudo
adalah ketinggian maksimum puncak atau kedalaman maksimum lembah, diukur
dari posisi setimbang. Jarak dari dua titik yang sama dan berurutan pada
gelombang disebut panjang gelombang Panjang gelombang juga bisa juga
dianggap sebagai jarak dari puncak ke puncak atau jarak dari lembah ke lembah.
Selain gelombang transversal, terdapat juga gelombang longitudinal. Jika
pada gelombang transversal arah getaran medium tegak lurus arah rambatan,
maka pada gelombang longitudinal, arah getaran medium sejajar dengan arah
rambat gelombang, misalnya pada getaran sebuah pegas. Perhatikan gambar di
bawah ini menunjukkan contoh gelombang longitudinal.
Gambar 2.3. Gelombang Longitudinal
Pada Gambar 2.3, tampak bahwa arah getaran sejajar dengan arah rambatan
gelombang. Serangkaian rapatan dan renggangan merambat sepanjang pegas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Rapatan merupakan daerah di mana kumparan pegas saling mendekat, sedangkan
renggangan merupakan daerah di mana kumparan pegas saling menjauh. Jika
gelombang tranversal memiliki pola berupa puncak dan lembah, maka gelombang
longitudinal terdiri dari pola rapatan dan regangan. Panjang gelombang adalah
jarak antara rapatan yang berurutan atau regangan yang berurutan. Yang
dimaksudkan di sini adalah jarak dari dua titik yang sama dan berurutan pada
rapatan atau regangan. Salah satu contoh gelombang logitudinal adalah
gelombang bunyi di udara.
Udara sebagai medium perambatan gelombang suara, merapat dan
meregang sepanjang arah rambat gelombang udara. Berbeda dengan gelombang
air atau gelombang tali, gelombang bunyi tidak bisa dilihat menggunakan mata.
Ketika loudspeaker disentuh dan sedang memutar lagu, semakin besar volume
lagu yang diputar, semakin keras loudspeaker bergetar. Kalau diperhatikan secara
seksama, loudspeaker tersebut bergetar maju mundur. Dalam hal ini loudspeaker
berfungsi sebagai sumber gelombang bunyi dan memancarkan gelombang bunyi
(gelombang longitudinal) melalui medium udara.
d. Besaran-besaran dalam gelombang
Besaran-besaran dalam gelombang hampir sama dengan besaran-besaran
yang dimiliki oleh getaran, antara lain, periode, frekuensi, kecepatan, fase,
amplitudo. Ada satu besaran yang dimiliki oleh gelombang tetapi tidak dimiliki
oleh getaran, yaitu panjang gelombang.
1) Frekuensi (f) dalam satuan Hz atau 1/det adalah jumlah gelombang yang
lewat pada suatu titik setiap detik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
2) Periode (T) dalam satuan detik adalah waktu yang diperlukan untuk
membentuk satu gelombang atau T = 1/f. (2.1)
3) Kecepatan rambat gelombang (v) dalam satuan m/det adalah kecepatan
rambat puncak gelombang.
4) Panjang gelombang (λ) dalam satuan meter adalah jarak antara dua
puncak gelombang yang berdekatan yaitu atu pencak dan satu lembah.
5) Amplitudo (A) adalah simpangan maksimum, dalam satuan meter (m)
Hubungan antara v, f, λ, dan T adalah sebagai berikut :
λ = v.T (2.2)
λ = v / f (2.3)
v = λ . f (2.4)
T = λ / v (2.5)
Dimana :
λ = Panjang Gelombnag (m)
v = kecepatan gelombang ( m/s)
T = periode gelombang ( s )
f = frekuensi (Hz)
Gambar 2.4. Visualisasi Gelombang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
e. Gelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat
walau tidak ada medium. Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang
dengan beberapa karakter yang bisa diukur, yaitu: panjang
gelombang/wavelength, frekuensi, amplitudo, kecepatan.
Amplitudo adalah simpangan maksimum, sedangkan panjang gelombang
adalah jarak antara dua puncak. Frekuensi adalah jumlah gelombang yang melalui
suatu titik dalam satu satuan waktu. Frekuensi tergantung dari kecepatan
merambatnya gelombang. Karena kecepatan energi elektromagnetik adalah
konstan (kecepatan cahaya), panjang gelombang dan frekuensi berbanding
terbalik. Semakin panjang suatu gelombang, semakin rendah frekuensinya, dan
semakin pendek suatu gelombang semakin tinggi frekuensinya.
Energi elektromagnetik dipancarkan, atau dilepaskan, oleh semua masa di
alam semesta pada level yang berbeda beda. Semakin tinggi level energi dalam
suatu sumber energi, semakin rendah panjang gelombang dari energi yang
dihasilkan, dan semakin tinggi frekuensinya. Perbedaan karakteristik energi
gelombang digunakan untuk mengelompokkan energi elektromagnetik.
f. Ciri-Ciri Gelombang Elektromagnetik
Ciri gelombang elektromagnetik adalah sebagai berikut:
1) Perubahan medan listrik dan medan magnetik terjadi pada saat yang
bersamaan, sehingga kedua medan memiliki harga maksimum dan
minimum pada saat yang sama dan pada tempat yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2) Arah medan listrik dan medan magnetik saling tegak lurus dan keduanya tegak
lurus terhadap arah rambat gelombang.
3) Merupakan gelombang transversal.
4) Seperti halnya gelombang pada umumnya, gelombang elektromagnetik
mengalami peristiwa pemantulan (refleksi), pembiasan (refraksi), perpaduan
(interferensi), dan lenturan (difraksi). Juga mengalami peristiwa
pengkutuban (polarisasi) karena termasuk gelombang transversal.
5) Cepat rambat gelombang elektromagnetik hanya bergantung pada sifat-sifat
listrik dan magnetik medium yang ditempuhnya. Dapat merambat dalam
ruang hampa.
James Clark Maxwell menunjukkan bahwa gelombang elektromagnetik,
berbeda dengan cahaya yang tampak oleh mata, mempunyai panjang gelombang
dan frekuensi. Kesimpulan teoritis ini secara mengagumkan diperkuat oleh
Heinrich Hertz, yang sanggup menghasilkan dan menemui kedua gelombang yang
tampak oleh mata yang diramalkan oleh Maxwell itu. Beberapa tahun kemudian
Guglielmo Marconi memperagakan bahwa gelombang yang tak terlihat mata itu
dapat digunakan untuk komunikasi tanpa kawat sehingga muncullah apa yang
dinamakan radio itu. Selain itu contoh-contoh lain dari radiasi elektromagnetik
adalah televisi, sinar X, sinar gamma, sinar infra, sinar ultraviolet. Semuanya
bisa dipelajari melalui hasil pemikiran Maxwell. Beberapa hal yang disimpulkan
oleh Maxwell tentang gelombang elektro magnetic adalah: gelombang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
elektromagnetik merupakan gelombang transversal, laju rambat gelombang EM
adalah v =
1 atau c =
00
1
.
Visualisasi gelombang EM yang merambat dalam arah sumbu x positif
dapat ditunjukkan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Visualisasi Gelombang Elektromagnetik yang
Merambat Dalam Arah Sumbu x positif
E = medan listrik (menjalar vertikal), B = medan magnet (menjalar horizontal).
Gejala seperti ini disebut terjadinya gelombang elektromagnetik (gelombang yang
mempunyai medan magnet dan medan listrik
Hubungan antara frekuensi dan panjang gelombang elektromagnetik
adalah: C = f λ
Dimana :
C = cepat rambat gelombang elektromagnetik (3 x 108 m/s)
f = frekuensi (Hz)
λ = panjang gelombang (m)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Perubahan medan listrik menimbulkan medan magnet yang tidak tetap
besarannya. Sehingga perubahan medan magnet tersebut akan menghasilkan lagi
medan listrik yang berubah-ubah. Proses terjadinya medan listrik dan medan
magnet berlangsung secara bersama-sama dan menjalar ke segala arah. Arah getar
vektor medan listrik dan medan magnet saling tegak lurus. Jadi gelombang
elektromagnetik adalah gelombang yang dihasilkan dari perubahan medan magnet
dan medan listrik secara berurutan, dimana arah getar vektor medan listrik dan
medan magnet saling tegak lurus.
g. Spektrum Gelombang Elektromagnetik
Susunan semua bentuk gelombang elektromagnetik berdasarkan panjang
gelombang dan frekuensinya disebut spektrum elektromagnetik. Spektrum
elektromagnetik disusun berdasarkan panjang gelombang mencakup kisaran
energi yang sangat rendah, dengan panjang gelombang tinggi dan frekuensi
rendah. Spektrum gelombang elektromagnetik digambarkan seperti pada Gambar
2.6 berikut.
Wavelength (m)
Radio Waves
Micro
Waves
&
Radar
Infrared
Visible
light
Ultra-
Violet
X-rays
Gamma
Rays
410 810 910 1110 1410 1510 1610 1710
Frequency (Hz)
Gambar 2.6. Spektrum Gelombang Elektromagnetik
104 10
10
-4 10
-1 10-9
10-12
10-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Macam-macam spektrum gelombang elektromagnetik dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Gelombang Radio
Gelombang radio meliputi daerah frekuensi antara 104 Hz sampai 10
8 Hz
dan panjang gelombangnya dari 10 m sampai 104 m. Gelombang radio banyak
digunakan dalam dunia telekomunikasi. Gelombang radio dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu gelombang radio FM dan gelombang radio AM. Gelombang
AM (Amplitudo Modulation) dapat mencapai tempat yang sangat jauh di belahan
bumi karena gelombang ini dapat dipantulkan oleh lapisan ionosfer. Lapisan
ionosfer merupakan lapisan udara yang banyak mengandung partikel-partikel
listrik. Adapun gelombang FM (Frequency Modulation) banyak digunakan pada
pemancar radio FM dan pemancar televisi. Gelombang FM mempunyai kelebihan
dibandingkan gelombang AM karena gelombang FM tidak terganggu oleh
perubahan kelistrikan di udara sehingga suara menjadi jernih. Akan tetapi,
gelombang FM tidak dapat mencapai tempat-tempat yang jauh karena gelombang
ini tidak dipantulkan oleh lapisan ionosfer. Gelombang ini diteruskan oleh lapisan
ionosfer. Untuk mengatasi digunakan stasiun relai.
Gelombang televisi (UHF) dan radio (VHF) tidak dipantulkan oleh lapisan
atmosfer ,sehingga luas daerah jangkauannya sempit. Karena dapat menembus
lapisan atmosfer (ionosfer), gelombang ini sering digunakan sebagai alat
komunikasi dengan satelit-satelit. Pesawat telvisi dan radio FM menggunakan
gelombang ini sebagai pembawa informasi . Informasi bunyi dibawa dalam
bentuk perubahan frekuensi atau modulasi frekuensi. Gelombang radio (MF dan
HF) untuk komunikasi radio (memanfaatkan sifat gelombang MF dan HF yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dapat dipantulkan oleh lapisan ionosfer, hingga dapat mencapai tempat yang
jauh). Gelombang radio (UHF dan VHF). Untuk komunikasi satelit(
memanfaatkan sifat gelombang UHF dan VHF yang dapat menembus lapisan
atmosfer (ionosfer), hingga dapat mencapai satelit)
Radio energi adalah bentuk level energi elektromagnetik terendah, dengan
kisaran panjang gelombang dari ribuan kilometer sampai kurang dari satu meter.
Penggunaan paling banyak adalah komunikasi, untuk meneliti luar angkasa dan
sistem radar. Radar berguna untuk mempelajari pola cuaca, badai, membuat peta
3D . permukaan bumi, mengukur curah hujan, pergerakan es di daerah kutub dan
memonitor lingkungan. Panjang gelombang radar berkisar antara 0.8 – 100 cm.
2) Gelombang mikro
Gelombang mikro (microwaves) adalah gelombang radio dengan frekuensi
paling tinggi yaitu diatas 3 GHz. Gelombang mikro biasanya juga dihasilkan oleh
alat-alat elektronika dan dapat digunakan untuk alat-alat komunikasi, memasak,
dan radar. Jika gelombang mikro diserap oleh sebuah benda, maka akan muncul
efek pemanasan pada benda itu. Jika makanan menyerap radiasi gelombang
mikro, maka makanan menjadi panas dalam selang waktu yang sangat singkat.
Proses inilah yang dimanfaatkan dalam microwave oven untuk memasak makanan
dengan cepat dan ekonomis. Gelombang mikro juga dimanfaatkan pada pesawat
RADAR (Radio Detection and Ranging). Dalam suatu sistem radar, gelombang
mikro dipancarkan terus menerus ke segala arah oleh pemancar. Jika ada objek
yang terkena gelombang ini, sinyal akan dipantulkan oleh objek dan diterima
kembali oleh penerima. Sinyal pantulan ini akan memberikan informasi bahwa
ada objek yang dekat yang akan ditampilkan oleh layar radar. Sistem radar banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
dimanfaatkan oleh pesawat terbang dan kapal selam. Dengan adanya radar,
pesawat terbang dan kapal selam mampu mendeteksi keberadaan objek lain yang
dekat dengan mereka. Di saat cuaca buruk di mana terjadi badai dan gangguan
cuaca yang dapat mengganggu pengelihatan, keberadaan radar dapat membantu
navigasi pesawat terbang untuk mengetahui arah dan posisi mereka dari tempat
tujuan pendaratan.
3) Sinar Inframerah
Sinar infamerah dihasilkan oleh elektron dalam molekul-molekul yang
bergetar karena benda dipanaskan yang dapat dimanfaatkan dalam bidang
industri, medis, dan astronomi. Setiap benda panas pasti memancarkan sinar
inframerah. Jumlah sinar inframerah yang dipancarkan bergantung pada suhu dan
warna benda. Pemotretan permukaan bumi dari pesawat udara maupun satelit
biasanya menggunakan sinar inframerah karena tidak banyak dihamburkan oleh
partikel-partikel udara. Sinar inframerah meliputi daerah frekuensi 1110 Hz
sampai 1410 Hz atau daerah panjang gelombang 10-4
m sampai 10-1
m. Sinar yang
tidak dilihat tetapi dapat dideteksi di atas spektrum merah itu disebut radiasi
inframerah.
Kondisi-kondisi kesehatan dapat didiagnosis dengan menyelidiki pancaran
inframerah dari tubuh. Foto inframerah khusus disebut termogram digunakan
untuk mendeteksi masalah sirkulasi darah, radang sendi dan kanker. Radiasi infra
merah dapat juga digunakan dalam alarm pencuri. Seorang pencuri tanpa
sepengetahuannya akan menghalangi sinar dan menyembunyikan alarm. Remote
control berkomunikasi dengan TV melalui radiasi sinar inframerah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
dihasilkan oleh LED ( Light Emiting Diode ) yang terdapat dalam unit, sehingga
kita dapat menyalakan TV dari jarak jauh dengan menggunakan remote control.
Dalam bidang kesehatan, pancaran panas berupa pancaran sinar
inframerah dari organ-organ tubuh dapat dijadikan sebagai informasi kondisi
kesehatan organ tersebut.Ini sangat bermanfaat bagi dokter dalam diagnosis dan
keputusan tindakan yang sesuai buat pasien. Selain itu, pancaran panas dalam
intensitas tertentu dipercaya dapat digunakan untuk proses penyembuhan penyakit
seperti cacar dan encok.
Dalam teknologi elektronik, sinar inframerah telah lama digunakan
sebagai media transfer data. Ponsel dan laptop dilengkapi dengan inframerah
sebagai salah konektivitas untuk menghubungkan atau transfer data dari satu
perangkat dengan perangkat lain.
4) Cahaya Tampak
Cahaya tampak sebagai radiasi elektromagnetik yang paling dikenal oleh
kita dapat didefinisikan sebagai bagian dari spektrum gelombang elektromagnetik
yang dapat dideteksi oleh mata manusia. Perbedaan sensasi pada mata akibat
cahaya yang berbeda frekuensi atau panjang gelombangnya akan menimbulkan
warna yang berbeda. Spektrum warna cahaya berdasarkan urutan kenaikan
panjang gelombang adalah:
Ungu (390 nm – 455 nm)
Biru (455 nm – 492 nm)
Hijau (492 nm- 577 nm)
Kuning (577 nm – 597 nm)
Jingga (597 nm – 622 nm)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Merah (622 nm – 780 nm)
Kegunaan cahaya tampak salah satunya adalah penggunaan laser dalam
serat optik, pada bidang telekomunikasi, dan kedokteran. LASER merupakan
singkatan dari Light Amplification by stimulated Emission of Radiation. Laser
merupakan mekanisme suatu alat yang memancarkan radiasi elektromagnetik,
biasanya dalam bentuk cahaya yang tidak dapat dilihat maupun dapat dilihat
dengan mata normal melalui proses pancaran terstimulasi. Pancaran laser biasanya
tunggal, memancarkan foton dalam pancaran koheren. Perkembangan kegunaan
sinar laser antara lain untuk menghasilkan tenaga yang sangat kuat seperti halnya
dalam proses peledakan bom Hidrogen dengan menembakkan berkas sinar laser
ke arah bahan bakar yang mengandung hidrogen berat akan terjadi reaksi
termonuklir dan akan berakhir dengan peledakan yang amat dahsyat.
5) Sinar ultraviolet
Sinar Ultraviolet atau ultraungu dihasilkan oleh atom-atom dan molekul-
molekul dalam loncatan listrik. Matahari merupakan sumber utama dari sinar
ultraviolet. Sinar ultraviolet dari matahari dapat mengionisasi partikel-partikel di
atmosfer yang berada pada ketinggian sekitar 80 km yang disebut lapisan
ionosfer. Lapisan ozon (O3) di atmosfer dapat menyerap sinar ultraviolet
sehingga tidak sampai ke permukaan bumi. Berlubangnya lapisan ozon dapat
meningkatkan sinar ultraviolet yang sampai ke permukaan bumi. Sinar ultraviolet
dapat dimanfaatkan dalam bidang industri terutama dalam proses sterilisasi.
6) Sinar X
Sinar X ditemukan oleh Wilhem Conrad Rontgen sehingga sinar-X sering
disebut sinar Rontgen. Pada umumnya, sinar-X dihasilkan akibat tumbukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
elektron berkecepatan tinggi pada permukaan logam. Sinar- X memiliki daya
tembus yang kuat karena panjang gelombangnya sangat pendek (10-9
m – 6 . 10-12
m). Sinar X banyak digunakan dalam bidang kedokteran (diagnosis dan terapi
medis) maupun dalam bidang industri (analisis struktur bahan).
Suatu hal yang harus dipahami bahwa tubuh manusia mempunyai susunan
yang kompleks yang tidak hanya mempunyai perbedaan pada tingkat kepadatan
saja tetapi juga mempunyai perbedaan unsur pembentuk. Hal ini menyebabkan
terjadinya perbedaan tingkat penyerapan sinar-x. Yaitu, tulang lebih banyak
menyerap sinar-x dibanding otot/daging, dan otot/daging lebih banyak menyerap
dibanding udara (paru-paru).
Gambar 2.7 Hasil Foto Rontgen
Gambar 2.7 menunjukkan hasil penyinaran menggunakan sinar x pada tangan.
Pada gambar dapat dilihat tulang-tulang jari, sedangkan daging pada tangan tidak
kelihatan. Ini menunujukkan bahwa masing-masing material pada tangan
menyerap sinar x yang berbeda. Tulang mempunyai nomor atom lebih besar
sehingga mempunyai daya serap terhadap sinar x lebih tinggi dibandingkan
dengan daging yang mempunyai nomor atom lebih kecil dan daya serap terhadap
sinar x rendah. Pada struktur organ yang sakit akan terjadi perbedaan penyerapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
sinar-x dibanding dengan penyerapan oleh daging dan tulang yang normal. Umur
pasien juga mempengaruhi penyerapan, contoh pada umur yang lebih tua tulang-
tulang sudah kekurangan kalsium dan akan mengurangi penyerapan sinar-x
dibanding tulang-tulang di usia yang lebih muda.
7) Sinar Gamma
Sinar gamma (γ) merupakan gelombang elektromagnetik yang mempunyai
panjang gelombang paling pendek, yaitu dari 10-13
m sampai 10-10
m, atau
frekuansi tertinggi. Daya tembus sinar gamma besar sekali, yaitu dapat menembus
logam sampai beberapa sentimeter. Sinar gamma dihasilkan oleh atom-aton tidak
stabil. Sinar gamma berasal dari aktivitas inti atom. Sinar gamma merupakan
sinar radioaktif yang dikeluarkan oleh inti-inti atom tertentu. Sinar ini sangat
berbahaya dan dapat membunuh sel hidup, terutama sinar gamma tingkat tinggi
yang dilepaskan oleh reaksi nuklir. Sinar gamma mempunyai daya tembus sangat
tinggi, maka sinar gamma di gunakan dalam berbagai bidang, antara lain: industri
untuk mengetahui struktur logam, di bidang pertanian untuk membuat bibit
unggul, di bidang teknik nuklir untuk membuat radioisotope, di bidang farmasi
untuk sterilisasi.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sabagai berikut:
1. Akpinar, A. dan Orgin, O. (2008) dalam penelitiannya yang berjudul :
“Fostering Primary Concept Maps” menyimpulkan bahwa, kelompok
ekperimen yang melakukan pembelajaran dengan animasi komputer interaktif
memiliki skor lebih tinggi dari pada kelompok kontrol yang melakukan
pembelajaran secara tradisional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
pengaruh pembelajaran animasi komputer interaktif pada pejaran Biologi
materi sel dan konsep abstrak lainnya, yang dilaksanakan di pusat studi dasar
Izmir Turki. Persamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan media
animasi computer interaktif yang merupakan bagian dari multimedia untuk
mempelajari konsep abstrak. Perbedaannya, penelitian yang dilakukan oleh
Ercan Akpinar dan Omer Orgin tersebut mengungkapkan perbedaan
pembelajaran menggunakan media animasi komputer dan pembelajaran
tradisional, dengan cara input data yang diteruskan dengan peta konsep untuk
mendapatkan kesimpulan dari konsep yang dipelajari. Penelitian tersebut juga
tidak meninjau faktor internal siswa yang berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa. Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
pembelajaran Problem Based Learning menggunakan multimedia dan modul
ditinjau dari factor internal siswa yaitu kemampuan berpikir abstrak dan
kemampuan verbal. Siswa mengamati dan mempelajarai materi pelajaran
dipandu dengan lembar kerja siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah dan
mengambil kesimpulan dari konsep yang dipelajari. Berdasarkan persamaan
dan perbedaan tersebut, maka mendorong untuk diadakan penelitian untuk
mata pelajaran Fisika pada materi Gelombang Elektromagnetik menggunakan
multimedia dan modul.
2. Davies, A. dan Dalgarno, B. (2009), dalam penelitiannya yang dimuat pada
Australian Journal of Education Technology 2009,25(1), 1-13 dengan judul
Learning fire investigation the clean way : The virtuil experience
berkesimpulan bahwa dengan belajar menggunakan CD berbasis virtual siswa
akan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan-ketreampilan mendasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
untuk membangun melalui pelajaran experiental dalam pekerjaan. Kejadian-
kejadian nyata yang diputar kembali melalui media virtuil berpengaruh
terhadap pemahaman konsep yang dipelajari siswa. Dengan CD berbasis
virtual siswa dapat menyelesaikan tugas-tugas nyata yang berbahaya.
Persamaan dengan penelitian ini adalah pengguanan CD yang merupakan
bagian dari multimedia yang digunakan untuk mempelajari materi yang
bersifat abstrak agar dapat dipelajari seperti nyata. Perbedaannya adalah tidak
membandingkan dengan media lain seperti modul, karena materi yang
dipelajari berkaitan dengan pengalaman yang telah terjadi yaitu penyelidikan
aktivitas api atau kebakaran. Sedangkan dalam penelitian ini yang dipelajari
adalah materi yang bersifat abstrak yang dapat dipelajari dengan
menggunakan multimedia maupun modul.
3. Penelitian yang terkait dengan kemampuan verbal dilakukan oleh Hawkins, et
all. (2007) dari Nicholls State Uneversity, Inggris dalam European journal Of
Behavior Analisys memaparkan “Multiple exemplar instruction was effective in
evoking the verbal capacity of naming and the contingency procedure induced
observational learning” Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan bahwa
beberapa contoh pengarahan telah efektif dalam meningkatkan kemampuan
verbal melalui penamaan dan prosedur kelompok diinduksikan pembelajaran.
Berdasarkan penelitian tersebut maka penelitian ini akan menggunakan
kemampuan verbal yang dimiliki siswa dengan memperhatikan instruksi atau
pengkondisian kelas dengan adanya aturan dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Perbedaan penelitian ini adalah terletak pada pengunaan kemampuan verbal,
jika dalam jurnal kemampuan verbal sebagai tujuan subjek yang diteliti
sedangkan dalam penelitian ini kemampuan verbal dijadikan faktor penentu
keberhasilan pembelajaran.
4. Hyo-Jeong So (2009) dalam penelitiannya yang dimuat dalam Australasian
Journal of Educational Technology 2009, 25(1), 101-116 yang berjudul
“Learning about problem based learning: Student teachers integrating
technology, pedagogy and content knowledge”. Penelitian ini meneliti
kompleksitas
pre-service guru teknologi pengetahuan konten pedagogi dalam konteks
mengintegrasikan pembelajaran berbasis masalah (PBL) dan informasi dan
komunikasi (TIK). Desain pelajaran mereka menunjukkan ketidaksesuaian
antara teknologi alat, representasi konten, dan strategi pedagogis, menunjukkan
perbedaan isi pengetahuan pedagogis dalam merancang pedagogis suara,
teknologi pelajaran terpadu. Bagi siswa dianggap sangat menantang dan
menghasilkan masalah otentik dan masalah terstruktur untuk topik konten yang
dipilih, mengintegrasikan alat ICT dan sumber daya yang relevan bagi terget
siswa dan kegiatan pembelajaran, dan merancang tugas dengan keseimbangan
antara bimbingan guru dan kemandirian siswa. Penelitian menunjukkan
kurangnya interaksi antara keyakinan, pengetahuan, dan tindakan, dan
repertoar tidak cukup untuk mengajar dengan teknologi untuk pembelajaran
berbasis masalah. Persamaan penelitian dalam jurnal dangan penelitian ini
adalah pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
perbedaannya adalah penelitian dalam jurnal, dalam pembelajaran berbasis
masalah guru, dan mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan teknologi,
pedagogi dan konten, tidak ditinjau dari faktor internal mahasiswa yang
mempengaruhi hasil belajar, sedangkan dalam penelitian ini pembelajaran
berbasis masalah menggunakan multimedia dan modul ditinjau dari dua faktor
internal siswa yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu kemampuan
berpikir abstrak dan kemampuan verbal siswa.
5. Akınoğlu, O. dan Tandoğan, R.O. (2007) dalam Eurasia Jurnal Matematika,
Sains & Teknologi Pendidikan 2007,3 (1),71-81 dengan judul “The Effects of
Problem-Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic
Achievement, Attitude and Concept Learning”. Penelitian tersebut bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pembelajaran aktif berbasis masalah terhadap
prestasi belajar siswa dan konsep pembelajaran. Dalam penelitian tersebut
disimpulkan ada pengaruh pembelajaran aktif berbasis masalah terhadap
prestasi belajar siswa dan sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi.
Perbedaan penelitian dalam jurnal tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh
pembelajaran aktif berbasis masalah terhadap presatasi belajar dan konsep
pembelajaran Sosiologi, tidak menggunakan media dan tidak ditinjau dari
factor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Oleh sebab itu
mendorong untuk diadakan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh pembelajaran berbasis masalah menggunakan multimedia dan modul
ditinjau dari kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal siswa
terhadap prestasi belajar Fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
6. Setiani, A.R. (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa dengan
menggunakan media animasi, siswa lebih aktif dan mandiri dibandingkan
dengan mengguanakan media VCD. Hal ini dimungkinkan pembelajaran
dengan media animasi siswa lebih senang dan lebih mudah memahami konsep.
Siswa yang mengikuti pembelajaran CTL menggunakan media animasi
prestasi belajarnya baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotor lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran CTL mengguanakan
media VCD. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
media animasi siswa lebih senang, lebih aktif, lebih mandiri, dan lebih mudah
memahami konsep dibandingkan dengan media VCD. Sehingga mendorong
untuk diadakan penelitian dengan media yang sama yaitu multimedia,
diantaranya juga mengguanakan animasi tetapi menggunakan model
pembelajaran yang berbeda yaitu PBL.
7. Siswoyo (2009), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat
perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kemapuan berpikir
abstrak tinggi dan rendah, tedapat interaksi antara metode pembelajaran
kontekstual (inkuiri tebimbing dan POE) dan kemampuan berpikir abstrak,
terdapat interaksi antara kemampuan berpikir abstrak dan kreativitas siswa, dan
terdapat interaksi antara metode pembelajaran kontektual (inkuiri terbimbing
dan POE) dengan kemampuan berpikir abstrak dan kreativitas siswa. Pada
penelitian tersebut terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang
mempunyai kemampuan berpikir abstrak tinggi dengan siswa yang mempunyai
kemampuan berpikir abstrak rendah. Sehingga penelitian yang dilakukan oleh
Siswoyo tersebut ada relevansinya dengan penelitian ini, yaitu meninjau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
kemampuan berpikir abstrak siswa. Perbedaannya penelitian tersebut
menggunakan metode kontekstual (inkuiri terbimbing dan POE). Hal ini
mendorong untuk diadakan penelitian dengan model PBL menggunakan
multimedia dan modul. Apakah siswa yang mempunyai kemampuan abstrak
tinggi bila menggunakan multimedia prestasi belajarnya akan lebih baik
dibandingkan siswa yang kemampuan abstraknya rendah.
8. Pratiwi, D.A. (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa perlakuan
metode pembelajaran PBL tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi
belajar, antara laikn karena siswa yang dikenai perlakuan sudah lama
mengalami pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga kemandirian
siswa kurang terbentuk. Siswa kurang mengalami belajar secara otentik dan
berlatih memecahkan masalah. Penelitian tersebut mempunyai kesamaan
dengan penelitian ini, yaitu penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL). Meskipun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi
Astuti Pratiwi tersebut diperoleh hasil yang tidak signifikan pada perlakukan
metode PBL, tetapi memberi dukungan untuk diadakan penelitian terhadap
pembelajaran PBL dengan dua media yang berbeda yaitu multimedia dan
modul terhadap kemapuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal.
9. Adib, M. (2009), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan pembelajaran STAD menggunakan media animasi dan media
molymod terhadap prestasi belajar siswa pada senyawa hidrokarbon, dan ada
pengaruh yang signifikan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Adib tersebut menunjukkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan pembelajaran menggunakan media
animasi terhadap prestasi belajar siswa, dan ada pengaruh yang signifikan
kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa. Berarti penelitian
tersebut mendukung dan memberi gambaran pada penelitian ini, yaitu melihat
adanya pengaruh pembelajaran dengan multimedia dan pengaruh kemampuan
berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa. Perbedaanya, penelitian
tersebut menggunakan model pembelajaran STAD pada mata pelajaran kimia,
sehingga mendorong adanya penelitian menggunakan model pembelajaran lain
yaitu PBL pada mata pelajaran Fisika.
10. Miftah, M. (2009), dalam penelitiannya antara lain menyimpulkan bahwa
antara pada kategori kemampuan verbal tinggi dan sedang prestasi belajar lebih
baik dari pada yang berkemampuan verbal rendah, dan pada kategori
kemampuan verbal tinggi menghasilkan prestasi belajar yang sama dengan
kategori kemampuan verbal sedang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Muh.Miftah tersebut menunjukkan bahwa kemampuan verbal yang dimiliki
siswa mempengaruhi prestasi belajar, sehingga memberi dukungan dan
memberi gambaran pada penelitian ini tentang penerapan dua metode yang
berbeda ditinjau dari kemampuan verbal siswa.. Perbedaannya adalah,
penelitian tersebut dilakukan dengan model pembelajaran langsung dan
kooperatif pada pembelajaran matematika. Oleh karena itu perlu dibuktikan
melalui penelitian menggunakan model pembelajaran yang lain yaitu PBL
dengan media yang berbeda yaitu multimedia dan modul pada pembelajaran
Fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
B. Kerangka Berpikir
Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang
pembelajarannya berdasarkan pada metode ilmiah, tidak hanya secara teoritis,
tetapi juga melalui latihan penelitian tentang bagaiman Fisika diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk membuktikan pengetahuan teoritis pembelajaran
Fisika dilakukan dengan kegiatan eksperimen baik dilakukan di laboratorium
maupun di luar laboratorium. Untuk materi Fisika yang bersifat abstrak yang
tidak dapat dilakukan eksperimen, diperlukan media pembelajaran yang dapat
membantu siswa untuk memahami konsep-konsep tersebut. Media yang
digunakan antara lain multimedia dan modul. Pendekatannya menggunakan
model pembelajaran Problem Based learning (PBL).
1. Ada pebedaan prestasi belajar siswa dengan pembelajaran PBL menggunakan
multimedia dengan pembelajarn PBL menggunakan modul.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) memiliki
ciri penekanan pada pemecahan masalah yang terjadi dalam berbagai konteks,
mengaitkan dengan kehidupan siswa yang bebeda-beda baik di sekolah, di
rumah, maupun di masyarakat, memonitor dan mengarahkan siswa untuk
belajar mandiri, mendorong siswa untuk biasa belajar bersama teman,
menerapkan penilaian autentik dan menyenangkan. Kelebihan pembelajaran
berdasarkan masalah sebagai suatu model pembelajaran adalah: realistik
dengan kehidupan siswa, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, memupuk
sifat inquiry siswa, memupuk kemampuan problem solving. Sehingga
diperlukan media yang tepat dalam pembelajaran yaitu multimedia dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
modul. Media tersebut diharapkan tepat untuk pembelajaran materi Fisika
yang bersifat abstrak yaitu gelombang elektromagntik yang membutuhkan
kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal yang baik. Kedua
media tersebut diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dengan multimedia pembelajaran Fisika bisa lebih menarik karena dapat
menampilakan gambar dan tulisan yang bergerak, dan dapat membantu
pemahaman konsep abstrak menjadi seperti nyata kepada siswa. Selain itu
multimedia memiliki kelebihan atau keuntungan, yaitu: masuk akal,
sehingga dapat meningkatkan pembelajaran, meningkatkan dan menvalidasi
ekspresi diri dengan membiarkan pebelajar untuk memutuskan sendiri,
membuat pebelajar menjadi “pemilik” sehingga mereka bisa menciptakan apa
yang hendak mereka pelajari, menciptakan suasana yang aktif, sehingga
pebelajar bisa terlibat langsung, dapat sebagai katalisator yang menjembatani
komunikasi siswa dengan guru, pemakaian multimedia sudah tidak asing lagi,
karena telah digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti video dan
televisi. Sedangkan dengan modul, siswa belajar menurut kecepatan masing-
masing dengan membaca secara mandiri. Kekurangan dari modul adalah
siswa hanya membayangkan konsep abstrak yang dipelajarinya. Diduga ada
perbedaan prestasi belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan
multimedia dengan siswa yang menggunakan modul. Diduga prestasi belajar
siswa yang pembelajarannya menggunakan multimedia lebih baik daripada
siswa yang menggunakan modul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
2. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan
berpikir abstrak tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir
abstrak rendah.
Kemampuan berpikir abstrak adalah kemampuan menemukan
pemecahan masalah tanpa hadirnya objek permasalahan itu secara nyata,
dalam arti siswa melakukan kegiatan berpikir secara simbolik atau imajinatif
terhadap objek permasalahan itu. Untuk menyelesaikan masalah yang bersifat
abstrak akan mudah dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan
berpikir abstrak yang tinggi dan kemampuan dapat dicapai oleh anak yang
sudah mencapai tahap operasional formal yang baik, yaitu anak usia 11 atau
12 tahun ke atas. Sehingga kemampuan berpikir abstrak diharapkan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang
memiliki kemampuan berpikir abstrak yang tinggi belajar menggunakan
multimedia akan lebih mudah memahami konsep abstrak, sebaliknya siswa
yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah akan megalami kesulitan
memahami konsep abstrak dengan menggunakan multimedia. Diduga siswa
yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi akan memilki prestasi
belajar lebih baik dari pada siswa yang memilki kemampuan berpikir abstrak
rendah.
3. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan
verbal tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah.
Kemampuan verbal adalah suatu kondisi, sikap, kemampuan, dan
proses perubahan tingkah laku siswa yang dapat diungkapkan dalam bentuk
bahasa lisan dan tertulis yang diperoleh dari sumber yang menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
bahasa lisan atau tertulis untuk menghasilkan produk atau gagasan, mencari
pemecahan masalah yang lebih efisien dalam proses. Dengan belajar
menggunakan modul, siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi akan
lebih mudah menganalisis dan memahami konsep yang dipelajarinya dari
pada siswa yang kemampuan verbalnya rendah. Diduga siswa yang memiliki
kemampuan verbal tinggi prestasi belajarnya lebih baik dari pada siswa
yang memiliki kemampuan verbal rendah.
4. Ada interaksi antara model pembelajara PBL dengan multimedia dan
modul dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.
Dengan multimedia, siswa didorong untuk menemukan prinsip-
prinsip atau pengetahuan bagi dirinya, memahami konsep abstrak,
menghilangkan miskonsepsi karena siswa dapat membandingkan
pemikirannya yang tidak benar. Sedangkan dengan modul diharapkan siswa
dapat membaca, memprediksi, membuat dugaan dan kesimpulan tehadap
suatu peristiwa fisika dari permasalahan yang dimunculkan. Sedangkan
kemampuan berpikir abstrak adalah kemampuan siswa untuk berpikir logis
dengan simbol-simbol sehingga diharapkan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap proses pembelajaran, dan kemampuan berpikir abstrak
yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar. Dari kedua
variabel tersebut diharapkan terdapat interaksi antara multimedia dan modul
dengan kemampuan berpikir abstrak. Diduga siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak tinggi, baik diberi multimedia maupun modul
lebih berprestasi dari pada yang memiliki kemampuan berpikir abstrak
rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
5. Ada interaksi antara model pembelajaran PBL dengan multimedia dan
modul dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa.
Multimedia maupun modul memungkinkan siswa menemukan prinsip-
prinsip atau pengetahuan. Kedua media tersebut memberi kebebasan siswa
untuk membangun pengetahuannya sendiri dan memecahkan masalah atau
persoalan-persoalan yang mereka hadapi. Oleh karena itu kedua media
memerlukan kemampuan verbal yang diharapkan memilki pengaruh yang
signifikan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Dari kedua variabel
tersebut diharapkan terdapat interaksi antara model pembelajaran PBL
dengan multimedia dan modul dengan kemampuan verbal siswa. Diduga
siswa yang memilki kemampuan verbal tinggi baik dengan multimedia
maupun modul lebih berprestasi daripada memiliki kemampuan verbal
rendah.
6. Ada interaksi antara kemapuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal
terhadap prestasi belajar siswa.
Kemampuan berpikir abstrak adalah kemampuan siswa untuk berpikir
logis dengan simbol-simbol sehingga diharapkan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap proses pembelajaran, dan kemampuan berpikir abstrak
yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar. Kemampuan
verbal adalah suatu kondisi, sikap, kemampuan, dan proses perubahan
tingkah laku siswa yang dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan dan
tertulis yang diperoleh dari sumber yang menggunakan bahasa lisan atau
tertulis untuk menghasilkan produk atau gagasan, mencari pemecahan
masalah yang lebih efisien dalam proses pembelajaran. Siswa yang memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
kemampuan berpikir abstrak tinggi dan kemampuan verbal tinggi diharapkan
prestasi belajarnya lebih baik dari pada yang kemampuan berpikir abstrak
rendah dan kemampuan verbalnya rendah, karena siswa tersebut dapat
menganalisis, menemukan, dan menghubungkan antar konsep lebih baik.
Dari kedua variable moderator tersebut diharapkan terdapat interaksi antara
kemampuan berpikir abstrak dengan kemampuan verbal terhadap prestasi
belajar siswa. Diduga siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak
tinggi dan kemampuan verbal tinggi lebih berprestasi dari pada siswa yang
memilki kemampuan berpikir abstrak rendah dan kemampuan verbal rendah.
7. Ada interaksi antara model pembelajaran PBL dengan mutimedia dan
modul dengan kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap
prestasi belajar siswa.
Multimedia dan modul memberi keleluasaan siswa berpikir kreatif
untuk memecahkan masalah dan persoalan-persoalan serta membangun
pengetahuannya sendiri. Untuk mempelajari materi Gelombang
Elektromagnetik dengan media animasi memerlukan kemampuan berpikir
abstrak yang tinggi. Sedangkan dalam pembelajaran dengan media modul
memerlukan kemampuan verbal yang tinggi pula. Sehingga dengan
kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal yang tinggi diharapkan
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan berpengaruh signifikan
terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Dari variabel-variabel tersebut
diharapkan terdapat interaksi antara model pembelajaran PBL dengan
multimedia dan modul dengan kemapuan berpikir abstrak dan kemapuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
verbal terhadap prestasi belajar siswa. Diduga siswa yang memilki
kemampuan berpikir abstrak tinggi dan kemampuan verbal tinggi lebih
berprestasi dari pada yang memilki kemampuan berpikir abstrak rendah dan
kemampuan verbal rendah, baik dengan multimedia maupun modul.
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah disusun, dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan
model PBL menggunakan multimedia dengan siswa yang menggunakan
modul.
2. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memilki kemampuan
berpikir abstrak tinggi dan rendah.
3 Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memilki kemampuan
verbal tinggi dan rendah.
4 Ada interaksi antara model pembelajaran PBL menggunakan multimedia
dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar
siswa
5. Ada interaksi antara model pembelajaran PBL menggunakan multimedia
dan modul dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa.
6. Ada interaksi antara kemapuan berpikir abstrak dan kemampuan
verbal terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
7. Ada interaksi antara model pembelajaran PBL menggunakan multimedia
dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal
terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanankandi SMA Negeri 3 Surakarta, kelas X pada tahun
pelajaran 2011/2012. SMA Negeri 3 Surakarta dipilih sebagai tempat penelitian
dengan pertimbangan peneliti adalah sebagai guru di sekolah tersebut, sehingga
data yang diperoleh lebih akurat karena sudah mengenal siswanya. Penelitian
dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011 / 2012, dimulai dari
penyusunan proposal pada bulan Juli 2011 sampai dengan laporan penelitian
yang berakhir pada bulan Mei 2012. Secara geris besar tahap pelaksanaan
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Tahap persiapan :
Tahap ini meliputi : pengajuan judul, penyusunan proposal, seminar
proposal, pembuatan instrumen penelitian meliputi instrumen
pembelajaran, instrumen pengambilan data, penentuan sampel, dan uji
coba instrumen. Uji coba instrumen dilaksanakan pada bulan Januari
2012 sampai dengan bulan Februari 2012.
2. Tahap pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data.
Penelitian dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret 2012.
3. Tahap analisis data dan penulisan laporan.
Analisis data sampai dengan penulisan laporan dimulai pada bulan Maret
2012 sampai bulan Juni 2012.
78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Tahap kegiatan dan waktu pelaksanaan terlihat pada Tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Tahap Kegiatan Penelitian Waktu Pelaksanaan
1 Pengajuan judul Juni 2011
2 Penyusunan proposal Juli – Oktober 2011
3 Seminar proposal Oktober 2011
4 Pengumpulan data Maret 2012
5 Menganalisis data Maret 2012
6 Membahas hasil penelitian Maret – April 2012
7 Menulis hasil laporan penelitian April – Juni 2012
B. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian ini adalah eksperimental, yang melibatkan dua kelompok
yaitu eksperimen satu dengan multimedia dan eksperimen dua dengan modul.
Kedua kelompok ini diasumsikan sama dalam segala segi yang relevan dan hanya
berbeda dalam pemberian perlakuan dalam pembelajaran. Kelompok pertama
diberi perlakuan dengan pembelajaran dengan model Problem Based Learning
menggunakan multimedia, sedangkan kelompok kedua diberi perlakuan dengan
model Problem Based Learning menggunakan modul. Desain penelitian yang
digunakan adalah desain faktorial 2x2x2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 3.2 berikut ini .
Tabel 3.2. Desain Penelitian
Model Problem Based Learning
(A)
Multimedia
(A1)
Modul
(A2)
Kemampuan Berpikir
Abstrak
(B1)
Tinggi (C1)
A1B1C1
A2 B1
Rendah (C2)
A1 B1 C2
A2 B1 C2
Kemampuan Verbal
(B2)
Tinggi (C1)
A1 B2 C1
A2 B2 C1
Rendah (C2)
A1 B2 C2
A2 B2 C2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Keterangan Tabel 3.2 tersebut, A adalah media pembelajaran, B1 adalah
kemampuan berpikir abstrak, dan B2 adalah kemampuan verbal. A1 adalah
multimedia, dan A2 adalah modul. C1 adalah kemampuan berpikir abstrak dan
kemampuan verbal kategori tinggi, dan C2 adalah kemampuan berpikir abstrak
dan kemampuan verbal kategori rendah.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
“Populasi adalah seluruh subyek penelitian” (Suharsimi 1996 ). Populasi
adalah seluruh siswa yang karakteristiknya ingin diketahui. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh kelas X siswa SMA Negeri 3 Surakarta yang
berjumlah 327 siswa dan terbagi dalam 10 kelas.
2. Sampel
Dari populasi tersebut diambil dua kelas yaitu X2 dan X9, masing-masing
kelas terdiri dari 32 siswa, sehingga jumlah sampel ada 64 siswa. Pengambilan
sampel dilakukan dengan cara acak sederhana (Cluster Random Sampling), karena
siswa dibagi merata ke semua kelas sesuai denga nilai tes masuk, sehingga semua
kelas dianggap sama atau sebanding. Sampel yang digunakan sebanyak 64 siswa
terbagi dalam dua kelas, yaitu kelas X2 dan X9 masing-masing kelas terdiri dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
32 siswa. Kelas X2 diberi pembelajaran dengan model PBL menggunakan
multimedia dan kelas X9 diberi pembelajaran dengan model PBL menggunakan
modul. Pertimbangan penetapan pemberian perlakuan tersebut berdasarkan hasil
tes kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal. Kelas X2 memperoleh
nilai rata-rata kemampuan abstrak lebih tinggi dibandingkan kelas yang lain,
sehingga ditetapkan sebagai sampel yang diberi pembelajaran menggunakan
multimedia. Sedangkan kelas X9 memperoleh nilai rata-rata kemampuan verbal
lebih tinggi dibandingkan kelas yang lain, sehingga ditetapkan sebagai sampel
yang diberi pembelajaran menggunakan modul.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga variabel, yaitu
variabel bebas (multimedia dan modul), variable moderator (kemampuan berpikir
abstrak dan kemampuan verbal), dan variabel terikat (prestasi belajar Fisika).
Variabel bebas yang dimaksud adalah media pembelajaran, dalam hal ini
multimedia dan modul yang digunakan dengan model Problem based Learning
(PBL).
Variabel moderator pertama adalah kemapuan berpikir abstrak
yaitukemampuan berpikir dalam memecahkan masalah dengan tidak memerlukan
pertolongan benda / peristiwa konkrit. Kemampuan berpikir abstrak
dikategorikan menjadi yaitu kategori tinggi dan rendah. Kemampuan berpikir
abstrak siswa tinggi jika skor tes kemampuan berpikir abstrak siswa > Mean.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Kemampuan berpikir abstrak siswa rendah jika skor tes kemampuan berpikir
abstrak siswa ≤ Mean.
Variabel moderator yang kedua adalah kemampuan verbal yaitu
kemampuan yang dimiliki siswa untuk mengungkapkan ide atau gagasan
melalui bahasa lisan atau tertulis. Kemapuan verbal dikategorikan menjadi dua
yaitu kategori tinggi dan rendah. Kemampuan verbal siswa tinggi jika skor tes
kemampuan verbal siswa >Mean. Kemampuan verbal siswa rendah jika skor tes
kemampuan verbal siswa ≤Mean
Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar, yaitu skor yang
ditunjukkan oleh tes hasil belajar yang dicapai siswa. Prestasi belajar dibatasi
pada aspek kognitif pelajaran Fisika kelas X pada materi gelombang
elektromagnetik.
2. Definisi Operasional
a. Model Problem Based Learning (PBL) atau model pembelajaran berbasis
masalah, adalah pembelajaran dengan memunculkan masalah-masalah untuk
membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir untuk memecahkan
masalah.
b. Multimedia adalah informasi komputer yang dapat disajikan melalui audio,
video, teks, grafik, dan animasi.
c. Modul adalah materi pelajaran yang disusun untuk membantu para siswa
dalam mencapai tujuan belajar yang telah dirumuskan secara spesifik dan
operasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
d. Kemampuan berpikir abstrak adalah kemampuan berpikir dalam memecahkan
masalah dengan tidak memerlukan pertolongan benda / peristiwa konkrit.
e. Kemampuan verbal adalah kemampuan yang dimiliki siswa yang dapat
diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan dan tertulis dan dapat diungkap
melalui sumber yang berupa lisan atau tertulis juga.
f. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan proses
pembelajaran dengan memenuhi aspek kognitif.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan
verbal siswa dilakukan tes, berupa tes kemampuan berpikir abstrak dan tes
kemampuan verbal yang berkaitan dengan materi Fisika. Sedangkan untuk
memperoleh data kognitif siswa dilakukan tes prestasi belajar berupa soal-soal
dari materi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu gelombang
elektromagnetik. Data afektif siswa diperoleh dengan observasi atau pengamatan
yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung atau pada waktu
penelitian
F. Teknik dan Instrumen untuk Mengumpulkan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen
pelaksanaan penelitian dan insrumen pengambilan data, yaitu :
1. Istrumen Pelakasanaan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Instrumen dalam peneltian ini yaitu : Silabus, Rencana Program Pembelajaran
(RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS), multimedia, dan modul. Untuk menjamin
validitas istrumen pelaksaan penelitian, maka instrumen tersebut dikonsultasikan
kepada pembimbing dan dilakukan tes content validity kepada ahli atau pakar.
2. Instrumen Pengambilan data
Pengambilan data dilakukan dengan metode tes. Metode tes adalah suatu
alat ukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja
dalam situasi yang distandarisasikan dan bertujuan untuk mengukur kemampuan
dari hasil belajar individu atau kelompok. Pengumpulan data dengan metode tes
prestasi belajar diugunakan untk mendapatkan informasi tentang kemampuan
intelektual siswa setelah mengikuti pembelajaran. Tes yang digunakan dalam
penelitian berupa tes obyektif. Instrumen penelitian untuk prestasi belajar berupa
tes dengan bentuk pilihan ganda dan siswa tinggal memilih jawaban yang telah
tersedia lima pilihan jawaban (satu jawaban benar). Sedangkan instrument
penelitian untuk mengetahui kemapuan berpikir abstrak berupa tes dengan bentuk
pilihan ganda dan siswa tinggal memilih jawaban yang telah tersedia empat
pilihan jawaban (satu jawaban benar). Instrumen untuk kemampuan verbal juga
berupa tes dengan bentuk bilihan ganda, dan siswa tinggal memilih jawaban yang
tersedia empat pilihan jawaban (satu jawaban benar). Teknik pemberian skor tes :
N =
x 100 (3.1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Persamaan (3.1) merupakan cara menghitung skor prestasi belajar siswa . (N)
merupakan perbandingan antara jumlah soal yang dijawab benar (B) dan
banyaknya soal seluruhnya (n) dikalikan 100 untuk mendapat rentang skor
0 - 100.
G. Uji Coba Instrumen
Sebelum eksperimen yang sebenarnya dilakukan, perlu dilakukan uji coba
terhadap item instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan
dengan maksud untuk mendapat tes yang baik. Analisis item meliputi derajat
kesukaran, daya pembeda, indeks validitas, dan indeks reabilitas keseluruhan tes.
Pelaksanaan uji coba instrumen pada penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1
Ponorogo, karena sekolah tersebut mempunyai standar yang sama dengan SMA
Negeri3 Surakarta sebagai sekolah tempat penelitian, yaitu sekolah RSBI atau
Rintisan Sekolah Berstandar Internasional dan juga mempunyai kelas program
akselerasi.
1. Derajat kesukaran.
Derajat kesukaran atau tingkat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan
indeks kesukaran, yaitu bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya
suatu soal. Indeks kesukaran dihitung denganpersamaan :
Atau IK =
(3.3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Dimana :
IK : Indeks kesukaran.
JBA : Jumlah pengikut yang menjawab pada kelompok atas
JBB : Jumlah pengikut yang menjawab benar pada kelompok bawah
JSA : Jumlah siawa pada kelompok atas
JSB : Jumlah siswa pada kelompok bawah.
BN : Jumlah pengikut yang menjawab benar
N : Jumlah pengikut keseluruhan.
Klasifikasi indeks kesukaran menurut Suharsimi Arikunto (1995) dapat dilihat
pada Tabel 3.3 beikut.
Tabel 3.3. Klasifikasi Indeks Kesukaran
Interval IK Klasifikasi Item
0,00< IK ≤ 0,30
0,30 < IK ≤ 0,70
0,70 <IK < 1,00
Sukar
Sedang
mudah
Dari analisis tingkat kesukaran item tes prestasi belajar diperoleh hasil seperti
pada Tabel 3.4 berikut :
Tabel 3.4 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Item Tes Prestasi Belajar
Tingkat
kesukaran
Jumlah soal Nomor soal
Sukar 11 3,8,12,17,23,27,32,35,38,39,43
Sedang 28 1,2,4,6,9,13,15,20,22,24,28,29,33,34,37,
41,42,44,45,46,47,11,19,21,30,36,48,49
Mudah 11 5,7,10,14,16,18,25,26,31,40,50
Jumlah soal
seluruhnya
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Dari 50 soal tes prestasi belajar dipilih sebanyak 43 butir soal, yaitu : soal
sedang dipilih 21 butir soal, soal sukar dipilih 11 butir soal, dan soal mudah
dipilih 11 butir soal.
2. Daya Pembeda
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswayang mempunyai kemampuan tinggi dan kemampuan rendah. Untuk soal
yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa tidak pandai soal itu
tidak baik, tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula jika semua siswa baik
pandai maupun tidak pandai tidak dapat menjawab benar, soal tersebut tidak
mempunyai daya pembeda. Item soal yang baik adalah soal yang bisa dijawab
siswa yang pandai saja. Daya pembeda dihitung dengan persamaan :
DP =
(3.4)
Persamaan (3.4) menunjukkan bahwa Daya Pembeda (DP) merupakan
perbandingan antara selisih jumlah jawaban benar dalam kelompok atas ( dan
jumlah jawaban benar pada kelompok bawah ( dengan jumlah siswa pada
kelompok atas ( Daya Pembeda dapat juga dihitung dengan persamaan :
DP =
(3.5)
Persamaan (3.5) menunjukkan bahwa Daya pembeda (DP) merupakan selisih dari
perbandingan antara jumlah benar dalam kelompok atas ( ) dan jumlah pengikut
dalam kelompok atas (NB) dengan perbandingan antara jumlah benar dalam
kelompok bawah (BB) dan jumlah pengikut dalam kelompok bawah (NB).
Kriteria daya pembeda soal ditunjukkan pada Table 3.5 berikut .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Tabel 3.5. Kriteria Daya Pembeda Soal
Interval DP Kriteria
0,00 ≤ DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70< DP ≤ 1.00 Sangat Baik
Dari analisis daya pembeda item tes prestasi belajar siswa diperoleh hasil seperti
pada Tabel 3.6 berikut .
Tabel 3.6. Hasil Analisis Daya Pembeda Item Tes Prstasi Belajar
Daya Pembeda Jumlah soal Nomor soal
Baik 22 3,4,6,7,8,9,13,15,17,23,27,29,
34,37,38,39,40,41,42,45,47
Cukup 21 1,2,5,10,12,14,16,18,20,22,24,
25, 26,28,31,32,33,43,44,46,50
Jelek 7 11,19,21,30,36,48,49
Jumlah soal
Seluruhnya
50
Dari hasil perhitungan daya pembeda untuk 50 butir soal tes prestasi belajar,
diperoleh soal dengan daya pembeda baik sebanyak 22 butir soal, daya pembeda
cukup sebanyak 21 butir soal, dan daya pembeda jelek sebanyak 7 butir soal. Soal
yang dipilih sebanyak 43 butir soal dengan daya pembeda baik dan cukup,
sedangkan soal yang daya pembedanya jelek dibuang.
3. Uji Validitas
Validitas atau kesahihan adalah pengujian untuk mengetahui seberapa
tepat suatu alat ukur mampu melakukan fungsi alat ukur yang dapat digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
dalam pengujian validitas soal/kuesioner adalah angka hasil korelasi antara skor
pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi dalam
soal. Jeniskorelasi dalam uji coba instrumen penelitian yang digunakan adalah
korelasi product moment dari Pearson, yaitu :
r =
(3.6)
r = Koefisien korelasi phi
PA = Proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
p = Proporsi seluruh siswa yang menjawa benar
q = 1– p
Jika nilai r negative maka item tersebut tidak valid, dan jika nilai r ≥ 0,30 maka
item dikatakan baik atau mempunyai indeks validitas yang tinggi.
Koefisien korelasi dapat juga dihitung dengan persaman :
rpbis=
√
(3.7)
Xi = perbandingan antara jumlah skor total yang menjawab benar (∑ )
dengan jumlah siswa yang menjawab benar ( ∑X )
Xt = Perbandingan antara Jumlah skor total ( ∑Y ) dengan Jumlah siswa
pengikut keseluruhan.
St = Standar deviasi skor total
p = Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal.
q = Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Jika rpbis > rtable maka butir soal dikatakan valid.
Dalam penelitian untuk uji validitas butir soal Tes prestasi belajar, Tes
kemampuan verbal, dan Tes kemampuan berpikir abstrak digunakan program
Microsoft Excel dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 3.7. Hasil Analisis Validitas Item Tes Prestasi Belajar
No Jenis Instrumen Jumlah Soal
Seluruhnya
Jumlah soal
Valid
Jumlah soal
Tidak valid
1 Tes prestasi belajar 50 43 7
2 Tes kemampuan verbal 40 34 6
3 Tes kemampuan berpikir
abstrak
20 20 -
Dari hasil analisis validitas tersebut, maka diambil keputusan akhir sebagai
berikut :
a. Tes prestasi belajar
Dari 50 butir soal yang diuji cobakan, sebanyak sebanyak 43 butir soal
digunakan, sebanyak 7 butir soal tidak digunakan yaitu nomor : 11, 19, 21,
30, 36, 48, 49.
b. Tes kemampuan verbal.
Dari 40 butir soal yang diuji cobakan, sebanyak 34 butir soal digunakan, dan
sebanyak 6 soal tidak digunakan yaitu nomor : 12, 13, 17, 21, 29, 33.
c. Tes kemampuan berpikir abstrak.
Dari 20 butir soal yang diuji cobakan, sebanyak 20 butir soal digunakan
semuanya.
4. Uji Reliabilitas
Reliabilitas atau keandalan adalah uji yang dipergunakan untuk
mengetahuikonsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
instrument tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu obyek atau responden.
Dalam penelitian ini digunakan persamaan sebagai berikut:
rn= (
) (
∑
(3.8)
Dimana :
rn= Indeks reliabilitas seluruh tes
k = Jumlah item tes
S2=Varians total
p = proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal, yaitu banyaknya
siswa yang menjawab benar dibagi dengan banyaknya seluruh siswa pengikut tes.
Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel dan tidaknya suatu
instrumen penelitian umumnya adalah perbandingan antara r hitung dengan r table
pada taraf kepercayaan 95 % atau tingkat signifikan 5 %. Menurut Suharsimi
(1995) apabila alpha hitung lebih besar dari r tabel dan alpha hitung bernilai
positif maka suatu instrument penelitian dapat disebut reliabel. Tingkat reliabel
instrumen ditunjukkan oleh Tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8. Kriteria Tingkat Reliabilitas Butir soal
Nilai rn Tingkat reabelitas
rn<0,20 Sangat rendah
0.20 <rn< 0,40 Rendah
0,40 <rn <0,60 Agak rendah
0,60 <rn<0,80 Cukup
0,80 <rn<1,00 Tinggi
rn > 1,00 Sangat tinggi
Dalam penelitian ini, untuk uji reliabilitas butir soal digunakan program Microsoft
Excel dengan hasil analisis sebagai berikut .
a. Tes prestasi belajar, diperoleh reliabilitas 0,969, maka dikategorikan tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
b. Tes kemampuan verbal, diperoleh reliabilitas 0,989 maka dikategorikan tinggi.
c. Tes kemampuan berpikir abstrak, diperoleh reliabilitas 0,985, maka
dikategorikan tinggi.
Berdasarkan hasi uji reliabelitas tersebut, maka instrument tes prestasi belajar, tes
kemampuan verbal, dan tes kemampuan berpikir abstrak dapat digunakan lagi
dalam penelitian .
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis Data
Dalam penelitian ini untuk menganalisis data digunakan analisis
multivariate Tests (manova) tiga jalan. Namun sebelum dilakukan, terlebih dahulu
dilakukan uji persyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Teknik
analisis data menggunakan Analisis Varians (Anava) tiga jalan 2 x 2 x 2 dengan
dua variabel bebas yaitu multimedia, dan modul.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berdistribusi
normal atau tidak. Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji
Kosmogorov – Samirnov dengan Lilliefors Significance Correcction. Uji ini
dikakukan dengan menggunakan program SPSS versi 18. Adapun prosedur ujinya
adalah sebagai berikut:
1) Hipotesis
Ho: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Ha: Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Taraf Signifikansi: α = 5%
3) Keputusan Uji
Ho diterima jika p value (sig.) ≥ 0,05
Ho ditolak jika p value (sig.) < 0,05
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan
Metode Levene’test dan F-test . Dalam SPSS versi 18 istilah homogenitas
menggunakan Test of Homogeneity variances. Adapun prosedur ujinya adalah
sebagai berikut:
1) Hipotesis
Ho: Sampel berasal dari populasi yang homogen
Ha: Sampel tidak berasal dari populasi yang homogen
2) Taraf Signifikansi: α = 5%
3) Keputusan Uji
Ho diterima jika p value (sig.) ≥ 0,05
Ho ditolak jika p value (sig.) < 0,05
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
2. Uji Hipotesis
a. Analisis Variansi (ANAVA)
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah
diajukan diterima atau ditolak menggunakan analisis variansi (anava) tiga jalan
2x2x2 dengan desain faktorial yang ditunjukkan pada tabel 3.5 dengan asumsi :
1) Populasi-popukasi berdistribusi normal
2) Populasi-populasi homogin
3) Sampel dipilih secara acak
4) Variabel terikat berskala pengukuran interval.
5) Variabel bebas berskala pengukuran nominal.
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Variansi (Anava)
dengan General Linier Model (GLM). Statistik uji menggunakan GLM (General
Linier Model) yang terdapat dalam program SPSS versi 18. Ketentuan
pengambilan kesimpulan yaitu Ho ditolak ketika P-Value (Sig.) < 0,05 sehingga
H1 akan diterima dengan tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05.
b. Uji lanjut Anava atau Uji Komparasi Ganda
Apabila dari hasil uji hipotesis terdapat Ho yang ditolak maka dilanjutkan
dengan Uji Lanjut atau Uji Komparasi Ganda. Uji Lanjut dilakukan untuk
mengetahui perbedaan yang signifikan antara rerata populasi yang dilihat dari
estimatornya, yaitu rerata pada sampel yang berkaitan. Dengan kata lain uji
komparasi ganda bertujuan untuk mengetahui perbedaan rerata yang signifikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
setiap pasangan baris dan kolom yang Ho nya ditolak, kemudian perhitungannnya
dilakukan dengan menggunakan program Excel, atau PASW 18.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian meliputi data nilai prestasi belajar
kognitif dan afektif.Prestasi belajar aspek kognitif didapat melalui tes materi
pembelajaran yaitu materi gelombang elektromagnetik, sedangkan aspek
afektifdidapat melalui observasi atau pengamatan ketika pembelajaran
dilakukan.Data diperoleh dari siwa kelas X semester 2, kelas X2 sebagai
kelas eksperimen I dengan pembelajaran model PBL menggunakan
multimedia dan kelas X9 sebagai kelas eksperimen II dengan pembelajaran
model PBL menggunakan modul.
1. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa
Nilai prestasi belajar kognitif siswa dikategorikan tinggi jika nilainya
>mean (rarata), dan nilai prestasi kognitif dikategorikan rendah jika nilainya
≤ mean. Jumlah sampel yang diteliti yaitu 64 siswa yang terdiri dari 32 siswa
untuk kelas multimedia dan 32 siswa untuk kelas modul.
a. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Media
Tabel 4.1. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Media
Media
Jumlah Data
Mean
Minimum
Maksimum
SD
Multimedia
32
83,63
69
98
8.63
Modul
32 80,03 67 95 7,49
96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rerata nilai prestasi belajar kognitif kelas
multimedia 83,63 sedangkan rerata nilai prestasi belajar kognitif kelas modul
80,03. Jadi rerata prestasi belajar kognitif siswa yang pembelajarannya
menggunakan multimedia lebih tinggi daripada yang menggunakan modul.
Distribusi frekuensi data prestasi belajar kognitif siswa berdasarkan
media disajikan dalam Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif
Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah
Frekuensi
Kumulatif
Frekuensi
Relatif (%)
67 - 72 9 69.5 9 13.85
73 - 78 13 75.5 22 20.00
79 - 84 18 81.5 40 27.69
85 - 90 13 87.5 53 20.00
91 - 96 9 93.5 62 15.38
97 - 100 2 99.5 64 3.08
`
Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar aspek kognitif,
disajikan dalam bentuk histogram seperti pada Gambar 4.1 berikut ini.
Gambar 4.1. Histogram Nilai Pestasi Belajar Kognitif
0
5
10
15
20
67 - 72 73 - 78 79 - 84 85 - 90 91 - 96 97 - 102
Fre
kue
nsi
Nilai Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa nilai prestasi
belajar kognitif dengan frekuensi tertinggi terletak pada interval 79 – 84 yang
berjumlah 18 siswa.
1) Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif dengan
Multimedia
Tabel 4.3. Distibusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif dengan
Multimedia
Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah
Frekuensi
Kumulatif
Frekuensi
Relatif (%)
67 - 72 4 69.5 4 12.50
73 - 78 5 75.5 9 15.63
79 - 84 9 81.5 18 28.13
85 - 90 5 87.5 23 15.63
91 - 96 7 93.5 30 21.88
97 - 100 2 99.5 32 6.25
Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar aspek kognitif
dengan multimedia, disajikan dalam bentuk histogram seperti pada
Gambar 4.2 berikut ini.
Gambar 4.2. Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif dengan Multimedia
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
67 - 72 73 - 78 79 - 84 85 - 90 91 - 96 97 - 102
Frek
uen
si
Nilai Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Berdasarkan Tabel 4.3 dan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa nilai prsetasi
belajar dengan frekuensi teringgi terletak pada interval 79 – 84 yang
berjumlah 9 siswa.
2) Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif dengan Modul
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Dengan Modul
Nilai
interval Frekuensi Nilai Tengah
Frekuensi
Kumulatif
Frekuensi
Relatif (%)
67 - 72 5 69.5 5 15.15
73 - 78 8 75.5 13 24.24
79 - 84 9 81.5 22 27.27
85 - 90 8 87.5 30 24.24
91 - 96 3 93.5 33 9.09
97 - 100 0 99.5 33 0.00
Untuk memperjelas distribusi frekuensi data prestasi belajar kognitif kelas
modul, disajikan dalam bentuk histogram seperti pada Gambar 4.3 berikut ini.
Gambar 4.3. Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif dengan Modul
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
67 - 72 73 - 78 79 - 84 85 - 90 91 - 96 97 - 102
Frek
uen
si
Nilai Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Berdasarkan Tabel4.4 dan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa nilai prestasi
belajar dengan frekuensi tertinggi terletak pada interval 79 – 84 yang
berjumlah 9 siswa.
b. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif berdasarkan Kemampuan
Berpikir Abstrak Siswa
Dalam penelitian ini data kemampuan berpikir abstrak siswa diperoleh
dari pemberian tes kemampuan berpikir abstrak kepada sampel. Kemampuan
berpikir abstrak dikategorikan tinggi jika skornya > rerata, dan kemampuan
berpikir abstrak dikategorikan rendah jika skornya ≤ rerata. Pengambilan
kriteria tersebut berdasarkan jumlah sampel yang diteliti yaitu sebanyak 64
siswa yang terdiri dari 32 siswa untuk kelas multimedia dan 32 siswa untuk
kelas modul. Deskripsi data nilai prestasi belajar kognitif berdasarkan
kemampuan berpikir abstrak disajikan dalam Tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan
Kemampuan Berpikir Abstrak
Kategori Jumlah
Data
Mean Minimum Maksimum SD
Rendah 30 77,10 67 88 6,59
Tinggi 34 86,00 69 98 7,25
Pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa rerata nilai prestasi belajar kognitif
siswa yang memiliki memampuan berpikir abstrak tinggi 86,00 sedangkan
rerata nilai prestasi belajar kognitif siswa yang memiliki kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
berpikir abstrak rendah 77,10. Jadi rerata nilai prestasi belajar kognitif
siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi lebih baik
dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah.
Distribusi frekuensi data prestasi belajar kognitif berdasarkan
kemampuan berpikir abstrak kategori tinggi disajikan dalam Tabel 4.6
berikut ini.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif
Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Kategori Tinggi
Niai interval Frekuensi
Nilai
Tengah
Frekuensi
Kumulatif
Frekuensi
Relatif (%)
67 - 72 1 69.5 1 2.86
73 - 78 4 75.5 5 11.43
79 - 84 10 81.5 15 28.57
85 - 90 8 87.5 23 22.86
91 - 96 9 93.5 32 28.57
97 - 100 2 99.5 34 5.71
Untuk memperjelas distribusi frekuensi data nilai prestasi belajar kognitif
berdasarkan kemampuan berpikir abstrak kategori tinggi disajikan dalam
bentuk histogram seperti pada Gambar 4.4 berikut ini.
Gambar 4.4. Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemam-
puan Berpikir Abstrak Kategori Tinggi
0
5
10
15
20
25
30
67 - 72 73 - 78 79 - 84 85 - 90 91 - 96 97 - 102
Frek
uen
si
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Berdasarkan Tabel 4.6 dan Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa frekuensi
tertinggi terletak pada interval 79 – 84 yang berjumlah 10 siswa.
Distribusi frekuensi data prestasi belajar kognitif berdasarkan
kemampuan berpikir abstrak kategori rendah disajikan dalam Tabel 4.7
berikut ini.
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan
Kemampuan Berpikir Abstrak Kategori Rendah
Nilai
interval Frekuensi Nilai Tengah
Frekuensi
Kumulatif
Frekuensi Relatif
(%)
67 – 72 8 69.5 8 26.67
73 – 78 9 75.5 17 30.00
79 – 84 8 81.5 25 26.67
85 – 90 5 87.5 30 16.67
91 – 96 0 93.5 30 0.00
97 – 100 0 99.5 30 0.00
Untuk memperjelas distribuesi frekuensi data prestasi belajar kognitif
berdasarkan kemampuan berpikir abstrak kategori rendah disajikan dalam
bentuk histogram seperti pada Gambar 4.5 berikut ini.
Gambar 4.5. Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan
Kemampuan Berpikir Abstrak Kategori Rendah
0
5
10
15
20
25
30
67 - 72 73 - 78 79 - 84 85 - 90 91 - 96 97 - 102
Frek
uen
si
Nilai Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Berdasarkan Tabel 4.7 dan Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa frekuensi
tertinggi terletak pada interval 73 – 78 yang berjumlah 9 siswa.
c. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif berdasarkan Kemampuan
Verbal Siswa
Dalam penelitian ini data kemampuan verbal siswa diperoleh dari
pemberian tes kemampuan verbal kepada sampel. Kemampuan verbal
dikategorikan tinggi jika skornya > rerata, dan kemampuan verbal
dikategorikan rendah jika skornya ≤ rerata. Pengambilan kriteria tersebut
berdasarkan jumlah sampel yang diteliti yaitu sebanyak 64 siswa yang terdiri
dari 32 siswa untuk kelas multimedia dan 32 siswa untuk kelas modul.
Deskripsi data prestasi belajar kognitif berdasarkan kemampuan verbal
disajikan dalam Tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.8. Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan
Kemampuan Verbal
Kategori Jumlah data Mean Minimum Maksimum SD
Rendah 34 77,21 67 93 6,78
Tinggi 30 87,07 71 98 6,41
Pada Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa rerata nilai prestasi belajar kognitif siswa
yang memiliki kemampuan verbal tinggi 87,07 sedangkan rerata nilai
prestasi belajar kognitif siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah
77,21. Jadi rerata nilai prestasi belajar kognitif siswa yang memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
kemampuan verbal tinggi lebih baik dibandingkan rerata nilai prestasi belajar
kognitif siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah.
Distribusi frekuensi data prestasi belajar kognitif berdasarkan
kemampuan verbal kategori tinggi disajikan dalam Tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan
Kemampuan Verbal Kategori Tinggi
Nilai
interval Frekuensi Nilai Tengah
Frekuensi
Kumulatif
Frekuensi
Relatif (%)
67 - 72 1 69.5 1 3.23
73 - 78 2 75.5 3 6.45
79 - 84 7 81.5 10 22.58
85 - 90 12 87.5 22 38.71
91 - 96 6 93.5 28 22.58
97 - 100 2 99.5 30 6.45
Untuk memperjelas distribusi frekuensi nilai prestasi belajar kognitif
berdasarkan kemampuan verbal tinggi disajikan dalam bentuk histogram
seperti Gambar 4.6 berikut ini.
Gambar 4.6. Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan
Kemampuan Verbal Kategori Tinggi
0
5
10
15
20
25
30
67 - 72 73 - 78 79 - 84 85 - 90 91 - 96 97 - 102
Frek
uen
si
Nilai interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Berdasarkan Tabel 4.9 dan Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa frekuensi
tertinggi terletak pada interval 85 – 90 yang berjumlah 12 siswa.
Distribusi frekuensi data prestasi belajar kognitif berdasarkan
kemampuan verbal kategori rendah disajikan dalam Tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan
Kemampuan Verbal Kategori Rendah
Nilai
interval Frekuensi Nilai Tengah
Frekuensi
Kumulatif
Frekuensi
Relatif (%)
67 - 72 8 69.5 8 23.53
73 - 78 11 75.5 19 32.35
79 - 84 11 81.5 30 32.35
85 - 90 1 87.5 31 2.94
91 - 96 3 93.5 34 8.82
97 - 100 0 99.5 34 0.00
Untuk memperjelas distribusi frekuensi nilai prestasi belajar kognitif
berdasarkan kemampuan verbal kategori rendah disajikan dalam bentuk
histogram seperti pada Gambar 4.7 berikut ini.
Gambar 4.7. Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan
Kemampuan Verbal Kategori Rendah
0
5
10
15
20
25
30
67 - 72 73 - 78 79 - 84 85 - 90 91 - 96 97 - 102
Frek
uen
si
Nilai Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Berdasarkan Tabel 4.9 dan Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa frekuensi
tertinggi terletak pada interval 73 – 78 dan interval 79 – 84 yang berjumlah
masing-masing 11 siswa.
d. Deskripsi Data Berdasarkan Media dan Kemampuan Berpikir
Abstrak
Tabel 4.11. Deskripsi Data Berdasarkan Media dan Kemampuan
Berpikir Abstrak Siswa
KBA
Multimedia Modul
Mean Mean
Rendah 77.69 78.82
Tinggi 88.89 81.33
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki
kamampuan berpikir abstrak rendah jika pembelajarannya menggunakan
modul rerata nilai prestasi belajar kognitifnya lebih tinggi daripada siswa
yang menggunakan multimedia, sedangkan siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak tinggi jika pembelajarannya menggunakan
multimedia rerata nilai prestasi belaja kognitifnya lebih tinggi daripada
yang menggunakan modul .
e. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Media dan
Kemampuan Verbal
Tabel 4.12. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Media
dan Kemampuan Verbal Siswa
Kemampuan
Verbal
Multimedia Modul
Mean Mean
Rendah 80.17 74.23
Tinggi 86.41 85.92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa siswa yang memilki
kemampuan verbal rendah jika pembelajarannya menggunakan multimedia
rerata nilai prestasi belajar kognitifnya lebih tinggi daripada siswa yang
menggunakan modul, begitu juga siswa yang memilki kemampuan verbal
tinggi jika pembelajarannya menggunakan multimedia rerata nilai prestasi
belajar kognitifnya lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan modul
f. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Media,
Kemampuan Berpikir Abstrak, dan Kemampuan Verbal
Tabel 4.13. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Media,
Kemampuan Berpikir Abstrak, dan Kemampuan Verbal
Media KBA KVerbal Mean SD N
MD Rendah Rendah 72.80 3.82 9
Tinggi 84.83 2.14 6
Tinggi Rendah 75.67 4.84 7
Tinggi 87.00 4.81 10
MM Rendah Rendah 74.78 4.84 9
Tinggi 80.60 8.14 5
Tinggi Rendah 85.56 4.88 9
Tinggi 92.22 5.21 9
Berdasarkan Tabel 4.13 terlihat bahwa siswa yang memiliki kemampuan
berpikir abstrak tinggi dan kemampuan verbal tinggi atau rendah jika
menggunakan multimedia memperoleh rarata nilai prestasi belajar yang
lebih tinggi daripada siwa yang mempunyai kemampuan berpikir abstrak
rendah dan kemampuan verbal tinggi atau rendah. Tetapi jika
pembelajarannya menggunakan modul, siswa yang memilki kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
berpikir abstrak tinggi dan kemampuan verbal rendah memperoleh rerata
nilai prestasi belajar lebih rendah daripada siswa yang memiliki
kemampuan bepikir abstrak rendah dan kemampuan verbal tinggi.
2. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Siswa
Dalam penelitian ini data prestasi belajar afektif diperoleh dari
pengamatan terhadap siswa pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung
sampai pada saat evaluasi atau tes prestasi belajar kognitif. Nilai prestasi
belajar afektif siswa dikategorikan tinggi jika nilainya > nilai rerata, dan nilai
prestasi belajar rendah jika nilainya ≤ nilai rerata. Pengambilan kriteria ini
berdasarkan jumlah sampel yang diteliti yaitu 64 siswa yang terdiri dari 32
siswa untuk kelas multimedia dan 32 siswa untuk kelas modul.
a. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Media
Tabel 4.14.Deskripsi Data Nilai Prestasi BelajarAfektif
Media
Jumlah Data
Mean
Minimum
Maksimum
SD
Multimedia
32
81,25
65
100
9,07
Modul
32 77,50 60 95 8,61
Pada Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa rerata nilai prestasi belajar afektif kelas
multimedia 81,25 sedangkan rerata nilai prestasi belajar afektif kelas modul
77,50. Jadi rerata prestasi belajar afektif siswa yang pembelajarannya
menggunakan multimedia lebih tinggi daripada yang menggunakan modul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Distribusi frekuensi data prestasi belajar afektif disajikan dalam Tabel 4.15
berikut ini.
Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif
Niai interval Frekuensi Nilai Tengah
Frekuensi
Kumulatif
Frekuensi
Relatif (%)
60 – 65 6 62.5 6 9.38
66 – 71 9 68.5 15 14.29
72 – 77 13 74.5 28 20.63
78 – 83 13 80.5 41 20.63
84 – 89 10 86.5 51 15.87
90 – 95 12 92.5 63 19.05
96 – 100 1 98.5 64 1.59
Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar afektif, disajikan
dalam bentuk histogram seperti pada Gambar 4.8 berikut ini.
.
Gambar 4.8. Histogram Nilai Prestasi Belajar Afektif
0
2
4
6
8
10
12
14
60 - 65 66 - 71 72 - 77 78 - 83 84 - 89 90 - 95 96 - 101
Fre
kue
nsi
nilai interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Berdasarkan Tabel 4.15 dan Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa frekuensi
tertinggi terletak pada interval 72 – 77 dan interval 78 - 83 yang berjumlah
masing-masing 13 siswa.
1) Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan
Multimedia.
Distibusi frekuensi data pestasi belajar afektif dengan multimedia disajikan
dalam Tabel 4.16 berikut ini.
Tabel 4.16. Distibusi Frekuensi Data Pestasi BelajarAfektif dengan
Multimedia
Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah
Freuensi
Kumulatif
Frekuensi
Relatif (%)
60 – 65 2 62.5 2 6.25
66 – 71 4 68.5 6 12.50
72 – 77 5 74.5 11 15.63
78 – 83 7 80.5 18 21.88
84 – 89 6 86.5 24 18.75
90 – 95 7 92.5 31 21.88
96 – 100 1 98.5 32 3.13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Untuk memperjelas distribusi frekuensi data prestasi belajar afektif dengan
multimedia, disajikan dalam bentuk histogram seperti Gambar 4.9 berikut
Gambar 4.9. Histogram Nilai Prestasi Belajar Afekif dengan
Multimedia
Berdasarkan Tabel 4.16dan Gambar 4.9 dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi
terletak pada interval 78 – 83 dan 90 – 95 yang berjumlah masing-masing 7
siswa.
2) Distribusi Frekuensi Data Prestasi belajar afektif siswa dengan
modul.
Distribusi frekuensi data prestasi belajar afektif siswa yang
pembelajarannya dengan model PBL menggunakan modul disajikan dalam
Tabel 4.17 berikut ini.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
60 - 65 66 - 71 72 - 77 78 - 83 84 - 89 90 - 95 96 - 101
Fre
kue
nsi
nilai interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif dengan
Modul
Niai interval Frekuensi Nilai Tengah
Frekuensi
Kumulatif
Frekuensi Relatif
(%)
60 – 65
4
62.5 4 12.50
66 – 71 5 68.5 9 15.63
72 – 77 8 74.5 17 25.00
78 – 83 6 80.5 23 18.75
84 – 89 4 86.5 27 12.50
90 – 95 5 92.5 32 15.63
96 – 101 0 98.5 32 0.00
Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar afektif siswa
dengan modul, disajikan dalam bentuk histogram seperti Gambar 4.10
berikut.
Gambar 4.10. Histogram Nilai Prestasi Belajar Afektif dengan
Modul
Berdasarkan Tabel 4.17 dan Gambar 4.10 dapat dilihat bahwa frekuensi
tertinggi terletak pada interval 72 – 77 yang berjumlah 8 siswa.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
60 - 65 66 - 71 72 - 77 78 - 83 84 - 89 90 - 95 96 - 101
Fre
kue
nsi
nilai interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
b. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan
Berpikir Abstrak Siswa
Tabel 4.18. Deskripsi Data Prestasi Belajar Berdasarkan Kemampuan
Abstrak Rendah dan Tinggi
Kategori Jumlah
Data
Mean Minimum Maksimum SD
Rendah 30 74,00 60 90 6,75
Tinggi 34 84,12 65 100 8,02
Berdasarkan Tabel 4.18 dapat dilihat bahwa rerata nilai prestasi belajar afektif
siswa yang memiliki kemampuan abstrak rendah 74,00, sedangkan rerata nilai
siswa yang memiliki kemampuan abstrak tinggi 84,12. Jadi siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak tinggi rerata nilai prestasi belajar afektifnya lebih
baik daripada siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah.
1) Distribusi Frekuensi DataPrestasi Belajar Afektif Berdasarkan
Kemampuan Berpikir Abstrak Kategori Tinggi
Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan
kemampuan Berpikir Abstrak Kategori Tinggi
Nilai interval Frekuensi
Nilai
Tengah
Frekuensi
Kumulatif
Frekuensi
Relatif (%)
60 - 65 1 62.5 1 2.94
66 - 71 2 68.5 3 5.88
72 - 77 3 74.5 6 8.82
78 - 83 8 80.5 14 23.53
84 - 89 8 86.5 22 23.53
90 - 95 11 92.5 33 32.35
96 - 102 1 98.5 34 2.94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Untuk memperjelas distribusi frekuensi data prestasi belajar afektif berdasarkan
kemampuan berpikir abstrak kategori tinggi, disajikan dalam bentuk histogram seperti
Gambar 4.11 berikut ini.
Gambar 4.11. Histogram Nilai Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan
Kemampuan Berpikir Abstrak Kategori Tinggi
Berdasarkan Tabel 4.19 dan Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa frekuensi
tertinggi terletak pada interval 90 – 95 yang berjumlah 11 siswa.
2) Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan
Kemampuan Berpikir Abstrak Kategori Rendah.
Tabel 4.20. Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan
Kemampuan Berpikir Abstrak Kategori Rendah
Nilai
interval Frekuensi Nilai Tengah
Frekuensi
Kumulatif
Frekuensi
Relatif (%)
60 – 65 5 62.5 5 16.67
66 – 71 7 68.5 12 23.33
72 – 77 10 74.5 22 33.33
78 – 83 5 80.5 27 16.67
84 – 89 2 86.5 29 6.67
90 – 95 1 92.5 30 3.33
96 - 101 0 98.5 30 0.00
0
2
4
6
8
10
12
60 - 65 66 - 71 72 - 77 78 - 83 84 - 89 90 - 95 96 - 101
Fre
kue
nsi
nilai interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar afektif
berdasarkan kemampuan berpikir abstrak kategori rendah, disajikan dalam
bentuk histogram seperti Gambar 4.12 berikut.
Gambar 4.12. Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan
Kemampuan Berpikir Abstrak Kategori Rendah
Berdasarkan Tabel 4.17 dan Gambar 4.12 dapat dilihat bahwa frekuensi
tertinggi terletak pada interval 72 – 77 yang berjumlah 10 siswa.
c. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan
Verbal Siswa
Tabel 4.21. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan
Kemampuan Verbal Siswa
Kategori Jumlah
Data
Mean Minimum Maksimum SD
Rendah 34 75 60 90 7,59
Tinggi 30 84 70 100 7,85
0
2
4
6
8
10
12
60 - 65 66 - 71 72 - 77 78 - 83 84 - 89 90 - 95 96 - 101
Fre
kue
nsi
nilai interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Berdasarkan Tabel 4.21 dapat dilihat bahwa rerata nilai prestasi belajar
afektif siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi lebih baik daripada
siswa yang memilki kemampuan verbal rendah.
1) Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan
Kemampuan Verbal Kategori Tinggi.
Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan
Kemampuan Verbal Kategori Tinggi
Nilai
interval Frekuensi Nilai Tengah
Frekuensi
Kumulatif
Frekuensi
Relatif (%)
60 – 65 0 62.5 0 0.00
66 – 71 2 68.5 2 6.67
72 – 77 4 74.5 6 13.33
78 – 83 7 80.5 13 23.33
84 – 89 6 86.5 19 20.00
90 – 95 10 92.5 29 33.33
96 – 100 1 98.5 30 3.33
Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar afektif berdasarkan
kemampuan verbal kategori tinggi, disajikan dalam bentuk histogram
seperti Gambar 4.13 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Gambar 4.13. Histogram Nilai Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan
Kemampuan Verbal Kategori Tinggi
Berdasarkan Tabel 4.22 dan Gambar 4.13 dapat dilihat bahwa frekuensi
tertinggi terletak pada interval 90 - 95 yang berjumlah 10 siswa.
2) Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan
Kemampuan Verbal Kategori Rendah
Tabel 4.23. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif
Berdasarkan Kemampuan Verbal Kategori Rendah
Nilai
interval Frekuensi Nilai Tengah
Frekuensi
Kumulatif
Frekuensi
Relatif (%)
60 – 65 6 62.5 6 17.65
66 – 71 7 68.5 13 20.59
72 – 77 9 74.5 22 26.47
78 – 83 6 80.5 28 17.65
84 – 89 4 86.5 32 11.76
90 – 95 2 92.5 34 5.88
96 – 101 0 98.5 34 0.00
0
2
4
6
8
10
12
60 - 65 66 - 71 72 - 77 78 - 83 84 - 89 90 - 95 96 - 101
Fre
kue
nsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar afektif
berdasarkan kemampuan verbal kategori rendah, disajikan dalam bentuk
histogram seperti Gambar 4.14 berikut.
Gambar 4.14. Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan
Kemampuan Verbal Kategori Rendah
BerdasarakanTabel 4.21 dan Gambar 4.14 dapat dilihat bahwa frekuensi
tertinggi terletak pada interval 72 – 77 yang berjumlah 9 siswa.
B. Uji Persyaratan Analisis
Uji persyaratan analisis yang dilakukan terhadap data penelitian yang
diperoleh adalah uji normalitas dan uji homogenitas yang dilakukan dengan
komputasi menggunakan PASW Statistics dengan hasil sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan adalah Uji Lilliefors, yaitu dengan
Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan pada data prestasi belajar Fisika.
Rangkuman hasil analisis uji normalitas untuk data prestasi belajar kognitif
Fisika disajikan dalam Tabel 4.24 berikut
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
60 - 65 66 - 71 72 - 77 78 - 83 84 - 89 90 - 95 96 - 101
Fre
kue
nsi
nilai interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Tabel 4.24. Rangkuman Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif
NO
Variabel
Nilai Uji
(P-value)
Keputusan
Kesimpulan
1 Siswa yang diberi pembelajaran PBL
dengan multimedia 0.200
*
Ho diterima Data normal
2 Siswa yang diberi pembelajaran PBL
dengan modul 0.200
*
Ho diterima Data normal
3 Siswa yang memiliki kemampuan
berpikir abstrak rendah 0.053
Ho diterima Data normal
4 Siswa yang memiliki kemampuan
berpikir abstrak tinggi 0.176
Ho diterima Data normal
5 Siswa yang memiliki Kemampuan
verbal rendah 0.176
Ho diterima Data normal
6 Siswa yang memiliki Kemampuan
verbal tinggi 0.200
Ho diterima
Data normal
7 Pembelajaran PBL dengan multimedia
untuk siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak rendah
dan kemampuan verbal rendah
0.200
Ho diterima
Data normal
8 Pembelajaran PBL dengan multimedia
untuk siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak rendah
dan kemampuan verbal tinggi
0.086
Ho diterima
Data normal
9 Pembelajaran PBL dengan multimedia
untuk siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak tinggi dan
kemampuan verbal rendah
0.149
Ho diterima
Data normal
10 Pembelajaran PBL dengan multimedia
untuk siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak tinggi dan
kemampuan verbal tinggi
0.200*
Ho diterima
Data normal
11 Pembelajaran PBL dengan modul
untuk siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak rendah
dan kemampuan verbal rendah
0.200*
Ho diterima
Data normal
12 Pembelajaran PBL dengan modul
untuk siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak rendah
dan kemampuan verbal tinggi
0.200*
Ho diterima
Data normal
13 Pembelajaran PBL dengan modul
untuk siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak tinggi
dan kemampuan verbal rendah
0.093
Ho diterima
Data normal
14 Pembelajaran PBL dengan modul
untuk siswa yang memiliki berpikir
abstrak tinggi dan kemampuan verbal
tinggi
0.200*
Ho diterima
Data normal
Berdasarkan rangkuman hasil analisis uji normalitas untuk data prestasi
belajar kognitif pada Tabel 4.24, terlihat bahwa semua nilai uji atau semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
P-value> 0,05, maka semua H0 diterima, berarti semua data prestasi belajar
kognitif berdistribusi normal.
Tabel 4.25. Rangkuman Uji Normalitas Prestasi Belajar Afektif
NO Variabel
Nilai Uji
(P-value) Keputusan Kesimpulan
1 Siswa yang diberi pembelajaran PBL
dengan multimedia 0.083
Ho diterima Data normal
2 Siswa yang diberi pembelajaran PBL
dengan modul 0.200
Ho diterima
Data normal
3 Siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak rendah 0.020
Ho diterima
Data normal
4 Siswa yang memiliki kemampuan
berpikir abstrak tinggi 0.141
Ho diterima
Data normal
5 Siswa yang memiliki kemampuan
verbal rendah 0.060
Ho diterima Data normal
6 Siswa yang memiliki kemampuan
verbal tinggi 0.121
Ho diterima Data normal
7 Pembelajaran PBL dengan
multimedia untuk siswa yang
memiliki kemampuan berpikir
abstrak rendah dan kemampuan
verbal rendah
0.083
Ho diterima
Data normal
8 Pembelajaran PBL dengan
multimedia untuk siswa yang
memiliki kemampuan berpikir
abstrak rendah dan kemampuan
verbal tinggi
0.200
Ho diterma
Data normal
9 Pembelajaran PBL dengan
multimedia untuk siswa yang
memiliki kemapuan berpikir abstrak
tinggi dan kemampuan verbal rendah
0.149
Ho diterima
Data normal
10 Pembelajaran PBL dengan
multimedia untuk siswa yang
memiliki kemampuan berpikir
abstrak tinggi dan kemampuan verbal
tinggi
0.200*
Ho diterima
Data normal
11 Pembelajaran PBL dengan modul
untuk siswa yang memiliki berpikir
abstrak rendah dan kemampuan
verbal rendah
0.071
Ho diterima
Data normal
12 Pembelajaran PBL dengan modul
untuk siswa yang
memiliki kemampuan berpikir
abstrak rendah dan kemampuan
verbal tinggi
0.200*
Ho diterima
Data normal
13 Pembelajaran PBL dengan modul
untuk siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak tinggi
dan kemampuan verbal rendah
0.200*
Ho diterima
Data normal
14 Pembelajaran PBL dengan modul
untuk siswa yang kemapuan
memiliki berpikir abstrak tinggi dan
kemampuan verbal tinggi
0.200*
Ho diterima
Data normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Berdasarkan rangkuman hasil analisis uji normalitas untuk data prestasi
belajar afektif pada Tabel 4.22, terlihat bahwa semua nilai uji atau semua P-
value> 0,05, maka semua H0 diterima, berarti semua data prestasi belajar
afektif berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Jenis tes yang digunakan untuk uji homogenitas adalah tes Levene’s.
Rangkuman hasil uji homogenitas untuk data prestasi belajar kognitif
disajikan dalam Tabel 4.26 untuk data prestasi belajat afektif disajikan
dalam Tabel 4.27.
Tabel 4.26.Rangkuman Uji Homogenitas Presatasi Belajar Kognitif
No Faktor Nilai Uji
(P-value)
Keputusan Kesimpulan
1
Pembelajaran PBL
0,467
Ho diterima
Homogen
2 Kemampuan berpikir
abstrak 0,906
Ho diterima Homogen
3 Kemamapuan verbal 0,510 Ho diterima Homogen
4 Pembelajaran PBL *
Kemampuan berpikir
abstrak
0,952 Ho diterima Homogen
5 Pembelajaran PBL *
Kemampuan verbal
0,060 Ho diterima Homogen
6 Kemampuan berpikir
abstrak * Kemamapuan
verbal
0,526 Ho diterima Homogen
7 Setiap Sel 0,066 Ho diterima Homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Berdasarkan rangkuman uji homogenitas prestasi belajar kognitif pada Tabel 4.26
terlihat bahwa semua nilai uji atau semua P-value> 0.05 maka semua H0
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semua data prestasi belajar kognitif berasal
dari populasi yang homogen.
Tabel 4.27. Rangkuman Uji Homogenitas Prestasi Belajar Afektif
No Faktor Nilai Uji
(P-value)
Keputusan Kesimpulan
1 Pembelajaran PBL 0,803 Ho diterima Homogen
2 Kemampuan berpikir
abstrak 0,322
Ho diterima Homogen
3 Kemamapuan verbal 0,636 Ho diterima Homogen
4 Pembelajaran PBL *
Kemampuan berpikir
abstrak
0,371 Ho diterima Homogen
5 Pembelajaran PBL *
Kemampuan verbal
0,113 Ho diterima Homogen
6 Kemampuan berpikir
abstrak * Kemamapuan
verbal
0,577 Ho diterima Homogen
7 Setiap Sel 0,654 Ho diterima Homogen
Berdasarkan rangkuman uji homogenitas prestasi belajar afektif pada Tabel 4.27
nampak bahwa semua nilai uji atau semua P-value> 0.05, maka semua H0
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semua data prestasi belajar afektif berasal
dari populasi yang homogen.
C. Hasil Penelitian
1. Uji Anava
a. Hasil uji analisis variansi untuk prestasi belajar kognitif siswa .
Rangkuman hasil uji Anava untuk prestasi belajar kognitif disajikan dalam Tabel
4.25 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Tabel 4.28. Rangkuman Hasil Uji Anava untuk Prestasi Belajar Kognitif
No Yang diuji p-value Keputusan Kesimpulan
1 PembelajaranPBL .014 H01ditolak ada perbedaan
2 Kemampuanberpikirabstrak .000 H02ditolak ada perbedaan
3 Kemampuanverbal .000 H03 ditolak ada perbedaan
4 PembelajaranPBL *
kemampuanberpikirabstrak .001
H04 ditolak ada interaksi
5 PembelajaranPBL *
kemampuanverbal .036
H05 ditolak ada interaksi
6 Kemampuanberpikirabstrak *
kemampuanverbal .977
H06diterima tidak ada
interaksi
7 Pembelajaran_PBL *
kemampuan_berpikir_abstrak *
kemampuan_verbal
.761
H07diterima tidak ada
tnteraksi
Berdasarkan hasil Tests of Between-Subjects Effects tersebut , Jika P-value>0,05
maka Ho diterima, dan jika P-value< 0,05 maka Ho ditolak.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang terdapat dalam Tabel 4.25 dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1) Hipotesis pertama
H01: Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa dengan pembelajaran PBL
menggunakan multimedia dengan pembelajarn PBL menggunakan modul .
Ha1: Ada pebedaan prestasi belajarsiswa dengan pembelajaran PBL
menggunakan multimedia dengan pembelajarn PBL menggunakan modul
Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama pada Tabel 4.25, diperoleh P-value =
0.014 (p < 0.05) maka hipotesis H01 ditolak, sehingga dapat simpulkan
bahwa ada perbedaan prestasi belajar siswa dengan pembelajaran PBL
menggunakan multimedia dengan pembelajarn PBL menggunakan modul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
2) Hipotesis kedua
H02: Tidak ada perbedaan prestasi belajarantara siswa yang memilki
kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah.
Ha2: Adaperbedaan prestasi belajarantara siswa yang memilki kemampuan
berpikir abstrak tinggi dan rendah.
Berdasarkan hasil uji hipotesis keduapada Tabel 4.25 diperoleh P-value =
0.000 (p < 0.05) maka hipotesis H02 ditolak, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memilki
kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah.
3) Hipotesis ketiga
H03: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memilki
kemampuan verbal tinggi dan rendah.
Ha3: Ada perbedaan prestasi belajaran antara siswa yang memilki kemampuan
verbal tinggi dan rendah.
Berdasarkan hasil uji hipotesis ketigapada Tabel 4.25, diperoleh P-value =
0.000 (p < 0.05) maka hipotesis H03ditolak, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memilki
kemampuan verbal tinggi dan rendah.
4) Hipotesis keempat
H04: Tidak ada Interaksi antara model pembelajara PBL dengan multimedia
dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi
belajar siswa.
Ha4: Ada interaksiantara model pembelajara PBL dengan multimedia dan
modul dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Berdasarkan hasil uji hipotsis keempat pada Tabel 4.25 diperoleh P-value =
0.004 (P < 0.05) maka H04 ditolak, sehingga dapat simpulkan bahwa ada
Interaksi antara model pembelajaran PBL dengan multimedia dan modul
dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.
5) Hipotesis kelima
H05: Tidak ada interaksi antara model pembelajaran PBL dengan
multimedia dan modul dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar
siswa.
Ha5: Ada interaksi antara model pembelajaran PBLdengan multimedia dan
modul dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajarsiswa.
Berdasarkan hasil uji hipotesis kelima pada Tabel 4.25 diperoleh P-value =
0.036(p < 0.05) maka hipotesis H05 ditolak, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada interaksi antara model pembelajaran PBL dengan multimedia dan
modul dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa.
6) Hipotesis keenam
H06: Tidak ada interaksi antara kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan
verbal terhadap prestasi belajar siswa.
Ha6: Ada interaksi antara kemapuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal
terhadap prestasi belajarsiswa.
Berdasarkan hasil uji hipotesis keenam pada Tabel 4.25 diperoleh P-value= 0.977
(P > 0.05) maka H06 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
interaksi antara kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap
prestasi belajarsiswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
7) Hipotesis ketujuh
H07: Tidak ada interaksi antara model pembelajaran P BL dengan multimedia
danmodul dengan kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal
terhadap prestasi belajar siswa.
Ha7: Ada interaksi antara model pembelajaran PBL dengan multimedia dan
modul dengan kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap
prestasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil uji hipotesis ketujuh pada Tabel 4.25 diperoleh P-value=
0.761 (P > 0.05) maka H07 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada interaksi antara model pembelajaran PBL dengan multimedia dan modul
dengan kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap prestasi
belajar siswa.
b. Hasil uji analisis variansi untuk prestasi belajar afektif siswa.
Rangkuman hasil uji Anava untuk prestasi belajar afektif disajikan dalam Tabel
4.29 berikut ini.
Tabel 4.29. Rangkuman Hasil Uji Anava untuk Prestasi Belajar Afektif
No Yang diuji p-value keputusan Kesimpulan
1 Pembelajaran_PBL 0.044 H01ditolak ada Perbedaan
2 Kemampuan_berpikir_abstrak 0.000 H02ditolak ada perbedaan
3 Kemampuan_verbal 0.000 H03 ditolak ada perbedaan
4 Pembelajaran_PBL *
kemampuan_berpikir_abstrak 0.000
H04ditolak ada interaksi
5 Pembelajaran_PBL *
kemampuan_verbal 0.013
H05ditolak ada interaksi
6 Kemampuan_berpikir_abstrak
* kemampuan_verbal 0.730
H06 diterima tidak ada interaksi
7 Pembelajaran_PBL *
kemampuan_berpikir_abstrak
* kemampuan_verbal 0.421
H07 diterima
tidak ada interaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Berdasarkan hasil Tests of Between-Subjects Effects, jika p-value> 0,05
maka hipotesis nol ditolak, sedangkan jika p-value< 0,05 maka hipotesis nol
diterima. Berdasarkan rangkuman pada Tabel 4.26 untuk prestasi belajar afektif
siswa dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Hipotesis pertama
diperoleh p-value =0,044. Oleh karena p-value < 0,05 maka H01ditolak,
berarti ada perbedaan pembelajaran PBL dengan multimedia dan modul
terhadap prestasi belajar.
2) Hipotesiskedua
Diperoleh p-value = 0,000. Oleh karena p-value < 0,05 maka H02ditolak,
berarti ada perbedaan antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar.
3) Hipotesis ketiga
Diperoleh p-value= 0,000. Oleh karena p-value< 0,05 maka H03ditolak,
berarti ada perbedaan antara kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar.
4) Hipotesis keempat
Diperoleh p-value = 0,000. Oleh karena p-value< 0,05 maka H04ditolak,
berarti ada interaksi antara pembelajaran PBL dengan multimedia dan modul
dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.
5) Hipotesis kelima
Diperoleh p-value = 0,013. Oleh karena p-value< 0,05 maka H05ditolak,
berarti ada interaksi antara Pembelajaran PBL dengan multimedia dan modul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa.
6) Hipotesis keenam
Diperoleh p-value = 0,730. Oleh karena p-value< 0,05 maka H06diterima,
berarti tidak ada interaksi antara kemampuan berpikir abstrak dan
kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa.
7) Hipotesis ketujuh
Diperoleh p-value = 0,421 Oleh karena p-value> 0,05 maka H07 diterima,
berarti tidak ada interaksi antara pembelajaran PBL dengan multimedia dan
modul, kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap
prestasi belajarsiswa.
2. Uji Lanjut Anava
Berdasarkan hasil uji hipotesis, maka perlu dilakukan uji lanjut analisis variansi
atau uji lanjut Anava pada hipotesis keempat dan kelima.
1. a. Hipotesis keempat
Hipotesis keempat adalah interaksipembelajaran PBL dengan multimedia
dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak (tinggi dan rendah) terhadap
prestasi belajar siswa
1) Prestasi Belajar Kognitif
Interaksi pembelajaran PBL menggunakan multimedia dan modul dengan
kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah yang memberikan nilai yang
signifikan dapat dilihat Tabel 4.30 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Tabel 4.30. Interaksi Pembelajaran PBL Menggunakan Multimedia dan Modul
ddengan Kemampuan Berpikir Abstrak Terhadap Prestasi Belajar Kognitif Siswa
(I)
interaksi1
(J)
interaksi1
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
MD-AR MD-AT -5.4375 1.72967 .027 -10.4231 -.4519
MM-AR .4554 1.79037 .996 -4.7052 5.6159
MM-AT -11.5764 1.68093 .000 -16.4215 -6.7313
MD-AT MD-AR 5.4375 1.72967 .027 .4519 10.4231
MM-AR 5.8929 1.79037 .019 .7323 11.0534
MM-AT -6.1389 1.68093 .007 -10.9840 -1.2938
MM-AR MD-AR -.4554 1.79037 .996 -5.6159 4.7052
MD-AT -5.8929 1.79037 .019 -11.0534 -.7323
MM-AT -12.0317 1.74334 .000 -17.0568 -7.0067
MM-AT MD-AR 11.5764 1.68093 .000 6.7313 16.4215
MD-AT 6.1389 1.68093 .007 1.2938 10.9840
MM-AR 12.0317 1.74334 .000 7.0067 17.0568
Berdasarkan Tabel 4.30 dapat diketahui bahwa:
a) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar kognitif antara siswa yang
menggunakn multimedia dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi dan
rendah (Mean Difference(I-J))= 12,0317 dan probabilitas (sig) p= 0.000.
Karena nilai p<0.05 maka ada interaksi antara multimedia dengan
kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah.
b) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar kognitif antara siswa yang
menggunakan modul dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah
(Mean Difference(I-J))= 5,4375 dan probabilitas (sig) p= 0.027. Karena nilai
p<0.05 maka ada interaksi antara modul dengan kemampuan berpikir abstrak
tinggi dan rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
c) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar kognitif antara siswa yang
menggunakan multimedia dan multimedia dengan kemampuan berpikir
abstrak rendah (Mean Difference(I-J))= 0,4554dan probabilitas (sig) p=
0.996. Karena nilai p>0.05 maka tidak ada interaksi antara multimedia dan
multimedia dengan kemampuan berpikir abstrak rendah.
d) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar kognitif antara siswa yang
menggunakan multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak
tinggi (Mean Difference(I-J))= 6,1389dan probabilitas (sig) p= 0.007.Karena
nilai p<0.05 makaada interaksi antara multimedia dan multimedia dengan
kemampuan berpikir abstrak tinggi.
e) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar kognitif antara siswa yang
mengguanan modul dan multimedia dengan kemampuan berpikir
abstraktinggi dan rendah (Mean Difference(I-J))= 5,8929 dan probabilitas
(sig) p= 0.019. Karena nilai p<0.05 maka ada interaksi antara multimedia dan
multimedia dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah.
Grafik estimed marginal means of prestasi pembelajaran PBL dengan
multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak disajikan pada
Gambar 4.15 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Gambar 4.15. Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi:
Pembelajaran PBL dengan Multimdia dan Modul dengan
Kemampuan Berpikir Abstrak
Berdasarkan gambar Gambar 4.18, dapat dilihat bahwa tidak ada perpotongan
garis antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah. Tetapi pada rerata
prestasi belajar kognitif pada Tabel 4.30 menunjukan adanya interaksi. Hal ini
terlihat bahwa perbedaan rerata prestasi belajar siswa yang mempunyai
kemampuan berpikir abstrak rendah pada penggunaan modul dan multimedia
dalam pembelajaran dengan model PBL Mean Difference berbeda dengan siswa
yang mempunyai kemampuan berpikir abstrak tinggi. Siswa yang memilki
kemampuan berpikir abstrak tinggi prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa
yang memilki kemampuan berpikir abstrak rendah ketika dilihat pada kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
verbal tinggi. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah prestasi
belajarnya lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak
tinggi bila pembelajarannya menggunakan modul.
2) Prestasi belajar Afektif
Interaksi pembelajaran PBL menggunakan multimedia dan modul dengan
kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah yang memberikan nilai yang
signifikan dapat dilihat Tabel 4.31 berikut.
Tabel 4.31. Interkasi Pembelajaran PBL Menggunakan Multimedia dan Modul
dengan Kemampuan Berpikir Abstrak Tinggi dan Rendah
(I)
interaksi1
(J)
interaksi1
Mean
Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
MD-AR MD-AT -5.6250 1.97266 .054 -11.3110 .0610
MM-AR 1.4732 2.04189 .914 -4.4124 7.3588
MM-AT -12.8125* 1.91708 .000 -18.3383 -7.2867
MD-AT MD-AR 5.6250 1.97266 .054 -.0610 11.3110
MM-AR 7.0982* 2.04189 .012 1.2126 12.9838
MM-AT -7.1875* 1.91708 .005 -12.7133 -1.6617
MM-AR MD-AR -1.4732 2.04189 .914 -7.3588 4.4124
MD-AT -7.0982* 2.04189 .012 -12.9838 -1.2126
MM-AT -14.2857* 1.98825 .000 -20.0167 -8.5548
MM-AT MD-AR 12.8125* 1.91708 .000 7.2867 18.3383
MD-AT 7.1875* 1.91708 .005 1.6617 12.7133
MM-AR 14.2857* 1.98825 .000 8.5548 20.0167
Berdasarkan Tabel 4.31 dapat disimpulkan bahwa:
a) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar afektif antara siswa yang
menggunakan multimedia dengan kemampuan verbal tinggi dan rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
(Mean Difference(I-J))= 6,667dan probabilitas (sig) p= 0.016. Karena nilai
p<0.05 maka ada interaksi antara multimedia dengan kemampuan verbal
tinggi dan rendah.
b) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar afektif antara siswa yang
menggunakan modul dengan kemampuan verbal tinggi dan rendah (Mean
Difference(I-J))= 12,500 dan probabilitas (sig) p= 0.000. Karena nilai
p<0.05 maka ada interaksi antara modul dengan kemampuan verbal tinggi
dan rendah.
c) Perbedaan rerata nilai prestasi belajat afektif antara siswa yang
menggunakan multimedia dan multimedia dengan kemampuan verbal
rendah (Mean Difference(I-J))= 7,0833dan probabilitas (sig) p= 0.006.
Karena nilai p<0.05 maka ada interaksi antara multimedia dan multimedia
dengan kemampuan verbal rendah.
d) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar afektif antara siswa yang
menggunakann multimedia dan modul dengan kemampuan verbal tinggi
(Mean Difference(I-J))= 1,250 dan probabilitas (sig) p= 0.945. Karena
nilai p>0.05 maka tidak ada interaksi antara multimedia dan multimedia
dengan kemampuan verbal tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
e) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar afektif antara siswa yang
menggunakan modul dan multimedia dengan kemampuan verbal tinggi
dan rendah (Mean Difference(I-J))= 5,4167 dan probabilitas (sig) p=
0.057. Karena nilai p>0.05 maka tidak ada interaksi antara multimedia dan
multimedia dengan kemampuan verbal tinggi dan rendah.
b. Hipotesis kelima
1) Prestasi Belajar Kognitif
Interaksi pembelajaran PBL menggunakan multimedia dan modul
dengan kemampuan verbal tinggi dan rendah yang memberikan nilai yang
signifikan dapat dilihat pada Tabel 4.32.
Tabel 4.32. Interaksi Pembelajaran PBL Menggunakan Multimedia dan
Modul dengan Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah
(I)
interaksi2
(J)
interaksi2
Mean
Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
MD-VR MD-VT -12.3125* 1.72967 .000 -17.2981 -7.3269
MM-VR -6.2917* 1.68093 .006 -11.1368 -1.4465
MM-VT -14.1964* 1.79037 .000 -19.3570 -9.0358
MD-VT MD-VR 12.3125* 1.72967 .000 7.3269 17.2981
MM-VR 6.0208* 1.68093 .009 1.1757 10.8660
MM-VT -1.8839 1.79037 .776 -7.0445 3.2767
MM-VR MD-VR 6.2917* 1.68093 .006 1.4465 11.1368
MD-VT -6.0208* 1.68093 .009 -10.8660 -1.1757
MM-VT -7.9048* 1.74334 .001 -12.9298 -2.8797
MM-VT MD-VR 14.1964* 1.79037 .000 9.0358 19.3570
MD-VT 1.8839 1.79037 .776 -3.2767 7.0445
MM-VR 7.9048* 1.74334 .001 2.8797 12.9298
Berdasarkan Tabel 4.32 dapat disimpulkan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
a) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar kognitif antara siswa yang
menggunakan multimedia dengan kemampuan verbal tinggi dan rendah
(Mean Difference(I-J))= 7,9048 dan probabilitas (sig) p= 0.001. Karena nilai
p<0.05 maka ada interaksi antara multimedia dengan kemampuan verbal
tinggi dan rendah.
b) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar kognitif antara siswa yang
menggunakan modul dengan kemampuan verbal tinggi dan rendah (Mean
Difference(I-J))= 12,3125 dan probabilitas (sig) p= 0.000. Karena nilai
p<0.05 maka ada interaksi antara modul dengan kemampuan verbal tinggi
dan rendah.
c) Perbedaan rerata niali prestasi belajar kognitif antara siswa yang
menggunakan multimedia dan multimedia dengan kemampuan verbal rendah
(Mean Difference(I-J))= 6,2917 dan probabilitas (sig) p= 0.006. Karena nilai
p<0.05 maka ada interaksi antara multimedia dan multimedia dengan
kemampuan verbal rendah.
d) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar kognitif antara siswa yang
menggunakan multimedia dan modul dengan kemampuan verbal tinggi
(Mean Difference(I-J))= 1,8839 dan probabilitas (sig) p= 0.776. Karena nilai
p>0.05 maka tidak ada interaksi antara multimedia dan multimedia dengan
kemampuan verbal tinggi.
e) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar kognitif antara siswa yang
menggunakan modul dan multimedia dengan kemampuan verbal tinggi dan
rendah (Mean Difference(I-J))= 6,0208 dan probabilitas (sig) p= 0.009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Karena nilai p<0.05 maka ada interaksi antara multimedia dan multimedia
dengan kemampuan verbal tinggi dan rendah.
2) Prestasi Belajar Afektif
Interaksi pembelajaran PBL menggunakan multimedia dan modul
dengan kemampuan verbal tinggi dan rendah yang memberikan nilai yang
signifikan, dapat dilihat pada Tabel 4.33 berikut.
Tabel 4.33. Interaksi Pembelajaran PBL Menggunakan Multimedia dan
Modul dengan Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah
(I)
interaksi2
(J)
interaksi2
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
MD-VR MD-VT -12.5000* 1.97266 .000 -18.1860 -6.8140
MM-VR -7.0833* 1.91708 .006 -12.6091 -1.5575
MM-VT -13.7500* 2.04189 .000 -19.6356 -7.8644
MD-VT MD-VR 12.5000* 1.97266 .000 6.8140 18.1860
MM-VR 5.4167 1.91708 .057 -.1091 10.9425
MM-VT -1.2500 2.04189 .945 -7.1356 4.6356
MM-VR MD-VR 7.0833* 1.91708 .006 1.5575 12.6091
MD-VT -5.4167 1.91708 .057 -10.9425 .1091
MM-VT -6.6667* 1.98825 .016 -12.3976 -.9357
MM-VT MD-VR 13.7500* 2.04189 .000 7.8644 19.6356
MD-VT 1.2500 2.04189 .945 -4.6356 7.1356
MM-VR 6.6667* 1.98825 .016 .9357 12.3976
Berdasarkan Tabel 4.33 dapat disimpulkan bahwa:
a) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar afektif antara siswa yang menggunakan
multimedia dan kemampuan verbal tinggi dan rendah (Mean Difference(I-
J))= 6,667 dan probabilitas (sig) p= 0.016. Karena nilai p<0.05 maka ada
interaksi antara multimedia dengan kemampuan verbal tinggi dan rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
b) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar afektif antara siswa yang mengguanakn
modul dengan kemampuan verbal tinggi dan rendah (Mean Difference(I-J))=
12,500 dan probabilitas (sig) p= 0.000. Karena nilai p<0.05 maka ada
interaksi antara modul dengan kemampuan verbal tinggi dan rendah.
c) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar afektif antara siswa yang menggunakan
multimedia dan multimedia dengan kemampuan verbal rendah (Mean
Difference(I-J))= 7,0833 dan probabilitas (sig) p= 0.006. Karena nilai p<0.05
maka ada interaksi antara multimedia dan multimedia dengan kemampuan
verbal rendah.
d) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar afektif antara siswa yang menggunakan
multimedia dan modul dengan kemampuan verbal tinggi (Mean Difference(I-
J))= 1,250 dan probabilitas (sig) p= 0.945. Karena nilai p>0.05 maka tidak
ada interaksi antara multimedia dan multimedia dengan kemampuan verbal
tinggi.
e) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar afektif antara siswa yang menggunakan
modul dan multimedia dengan kemampuan verbal tinggi dan rendah (Mean
Difference(I-J))= 5,4167 dan probabilitas (sig) p= 0.057. Karena nilai p>0.05
maka tidak ada interaksi antara multimedia dan multimedia dengan
kemampuan verbal tinggi dan rendah.
Grafik estimed marginal means of prestasi pembelajaran PBL dengan
multimedia dan modul dengan kemampuan verbal disajikan pada Gambar 4.16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Gambar 4.16. Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi Pembelajaran
PBL dengan Multimedia dan Modul dengan Kemampuan Verbal
Berdasarkan Gambar 4.16 diketahui bahwa tidak ada perpotongan garis antara
kemampuan verbal tinggi dan rendah. Tetapi pada rata-rata prestasi belajar
kognitif siswa menunjukan adanya interaksi. Hal ini dapat dilihat bahwa selisih
nilai rata-rata siswa yang mempunyai kemampuan verbal rendah pada
penggunaan modul dan multimedia dalam pembelajaran dengan model PBL
berbeda dengan siswa yang mempunyai kemampuan verbal tinggi. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi lebih
berprestasi daripada yang memilki kemampuan verbal rendah ketika
menggunakan modul. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan verbal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
rendah lebih berprestasi daripada siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi
jika menggunakan multimedia.
D. Pembahasan Hasil Analisis
Penelitian yang dilakukan adalah dengan menerapkan pembelajaran
dengan model Problem Based learning menggunakan multimedia pada kelas X2
dan modul pada kelas X9. Dengan pembelajaran menggunakan multimedia dan
modul ini siswa diharapkan mampu menguasai dan mengembangkan konsep-
konsep Fisika yang dipelejari secara optimal. Dengan model pembelajaran ini
diharapkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan
verbal tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik. Sedangkan siswa yang
memiliki kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal rendah diharapkan
lebih termotivasi untuk terus meningkatkan prestasi belajarnya sesuai kompetensi
yang dimilikinya. Penilaian dilakukan pada aspek kognitif dan afektif siswa.
1. Hipotesis pertama
Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama untuk prestasi belajar kognitif
diperoleh P-value = 0.014 (p < 0.05) dan prestasi belajar afektif P-value = 0.044
(p < 0.05) maka hipotesis H01 untuk prestasi kognitif dan afektif ditolak. Artinya
ada perbedaan prestasi belajar kognitif dan afektif siswa dengan pembelajaran
PBL menggunakan multimedia dengan pembelajaran PBL menggunakan modul.
Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan multimedia dapat mendekatkan
materi pembelajaran pada keadaan seperti aslinya, dan siswa terlibat langsung
dalam proses pembelajaran karena multimedia mampu menghasilkan komunikasi
yangi nteraktif. Dengan multimedia siswa dapat menemukan sendiri jawaban yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
ada dalam materi pelajaran dan berbagai permasalahan. Siswa juga dapat
mempelajari materi secara leluasa dengan browsing melalui internet, sehingga
siswa mendapat kesan yang mendalam.
Hal ini sesuai dengan pendapat Gagne dan Briggs dalam Arsyad (2002),
media adalah alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi,
yang terdiri antara lain buku, tape recorder, kaset, video kamera, film, foto,
gambar, grafik, televise, dan computer. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
secara umum multimedia merupakan alat bantu belajar yang dapat menarik siswa,
dan memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan secara mendalam. Pendapat
tersebut membuktikan bahwa multimedia sangat mempengaruhi prestasi belajar
siswa.
2. Hipotesis kedua
Berdasarkan hasil uji hipotesis kedua untuk prestasi kognitif diperoleh
P-value = 0.000 (p < 0.05) dan prestasi afektif P-value = 0.000 (p < 0.05) maka
hipotesis H02 untuk prestasi kognitif dan afektif ditolak. Artinya ada perbedaan
prestasi belajar kognitif dan afektif antara siswa yang memilki kemampuan
berpikir abstrak tinggi dan rendah. Hal ini disebabkan karena siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak tinggi akan mudah memahami konsep-konsep
abstrak dengaan baik. Hal ini sesuai dengan konsep kecerdasan dari Binet dan
Stoddard dalam Andra (2010) yang menekankan pada kemampuan abstraksi.
Stoddard menganggap bahwa kemampuan abstraksi merupakan inti dari
kecerdasan. Orang yang memliki kemampuan berpikir abstrak baik akan mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
memahami konsep abstrak dengan baik. Pendapat tersebut membuktikan bahwa
kemampuan berpikir abstrak mempengaruhi prestasi belajar siswa.
3. Hipotesis ketiga
Berdasarkan hasil uji hipotesis ketiga untuk prestasi belajar kognitif
diperoleh P-value = 0.000 (p < 0.05) dan prestasi afektif P-value = 0.000 (p <
0.05) maka hipotesis H03 baik prestasi kognitif maupun afektif ditolak, Artinya
ada perbedaan prestasi belajar kognitif dan afektif antara siswa yang memilki
kemampuan verbal tinggi dan rendah. Hal ini disebabkan karena siswa yang
memiliki kemampuan verbal tinggi lebih mampu memahami dan mengingat arti
kata-kata, simbol-simbol, bahasa, dan istilah-istilah Fisika yang terdapat dalam
konsep dan soal.
Hal ini sesuai dengan pendapat Saifudin Azwar (2002) yang dapat
disimpulkan bahwa kemampuan verbal meliputi antara lain membaca dengan
penuh pemahaman, kosa kata yang baik, dan menunjukkan keingintahuan.
Dengan kemampuan verbal yang baik, maka orang akan mampu memahami dan
memecahkan persoalan dengan baik. Pendapat tersebut membuktikan bahwa
kemampuan verbal mempengaruhi prestasi belajar siswa.
4. Hipitesis keempat
Berdasarkan hasil uji hipotsis keempat untuk prestasi belajar
kognitif diperoleh P-value = 0.001 (P < 0.05) dan prestasi afektif P-value = 0.000
(P < 0.05) maka H04 untuk presatsi belajar kognitif dan afektif ditolak. Artinya
ada interaksi antara model pembelajaran PBL dengan multimediadan modul
dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
siswa. Berdasarkan Grafik 4.15 diketahui bahwa siswa yang memilki kemampuan
berpikir abstrak tinggi prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa yang memilki
kemampuan berpikir abstrak rendah ketika dilihat pada kemampuan verbal tinggi.
Siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah prestasi belajarnya
lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi bila
pembelajarannya menggunakan modul.
Kemampuan berpikir abstrak adalah kemampuan menemukan pemecahan
masalah tanpa hadirnya objek permasalahan itu secara nyata, dalam arti siswa
melakukan kegiatan berpikir secara simbolik atau imajinatif terhadap objek
permasalahan itu. Untuk menyelesaikan masalah yang bersifat abstrak akan
mudah dilakukan oleh siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak yang
tinggi. Penggunaan multimedia dan modul yang berdasarkan asumsi bahwa
kemampuan berpikir abstrak yang diperlukan berkaitan dengan pengumpulan
data dan sejumlah hipotesis akan mengaktifkan siswa dalam mencari tahu, teliti,
jujur, bertanggungjawab, dan disiplin dalam pembelajaran. Siswa yang memilki
kemampuan abstrak tinggi di kedua kelas multimedia dan modul dapat menguasai
materi pelajaran dengan baik sehingga prestasi belajar kognitif juga baik, dan
memiliki sikap (afektif) yang baik pula. Dengan demikian terdapat interaksi
antara media pembelajaran dan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi
belajar kognitif dan afektif siswa.
5. Hipotesis kelima.
Berdasarkan hasil uji hipotesis kelima untuk prestasi belajar kognitif
diperoleh P-value = 0.036 (p < 0.05) dan prestasi afektif P-value = 0.013 (p <
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
0.05) maka hipotesis H05 untuk prestasi kognitif dan afektif ditolak. Artinya
ada interaksi antara model pembelajaran PBL dengan multimedia dan modul
dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa. Pada Gambar 4.16
dari uji lanjut hipotesis kelima menunjukkan bahwa siswa yang memiliki
kemampuan verbal tinggi lebih berprestasi daripada yang memilki kemampuan
verbal rendah ketika menggunakan modul. Sedangkan siswa yang memiliki
kemampuan verbal rendah lebih berprestasi daripada siswa yang memiliki
kemampuan verbal tinggi jika menggunakan multimedia.
Kemampuan verbal dalam Fisika meliputi kemampuan memahami dan
mengingat arti kata-kata, istilah-istilah Fisika yang terdapat dalam konsep dan
soal-soal. Selain mempengaruhi siswa dalam memecahkan permasalahan yang
diberikan juga merangsang siswa untuk mengingat apa yang sudah dipelajari,
sehingga selain prestasi belajar kognitif, prestasi belajar pada aspek afektif juga
meningkat. Dengan demikian terdapat interaksi antara pembelajaran dengan
media dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa.
6. Hipotesis keenam
Berdasarkan hasil uji hipotesis keenam untuk prestasi belajar kognitif
diperoleh P-value = 0.977(P > 0.05) dan prestasi afektif P-value = 0.730 (P > 0.05) ,
maka H06 untuk prestasi kognitif dan afektif diterima. Artinya interaksi antara
kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal tidak memberikan pengaruh
signifikan terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa.
Kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal merupakan faktor
internal dalam diri siswa yang mempengaruhi siswa selama proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Siswa akan belajar dengan baik jika memilki kemampuan berpikir abstrak dan
kemampuan verbal yang tinggi. Dengan kata lain, siswa yang kemampuan
berpikir abstrak dan kemampuan verbal tinggi akan memiliki prestasi belajar yang
lebih baik daripada siswa yang berada pada kategori rendah pada salah satu atau
kedua faktor tersebut (kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal). Pada
uji hipotesis kedua dan ketiga sudah terbukti bahwa kemampuan berpikir abstrak
dan kemampuan verbal berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Tetapi dalam
penelitian ini tidak ada interaksi antara kedua variable tersebut terhadap prestasi
belajar siswa. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal beberapa
siswa tersebut pada saat kegiatan belajar maupun pada saat dilakukan tes prestasi
belajar, mengingat kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa SMA negeri 3
secara umum rata-rata baik.
7. Hipotesis ketujuh
Berdasarkan hasil uji hipotesis ketujuh untuk prestasi belajar kognitif
diperoleh P-value = 0.761 (P > 0.05) dan prestasi afektif P-value = 0.421 (P >
0.05) maka H07 untuk prestasi belajar kognitif dan afektif diterima. Artinya
tidak ada interaksi antara model pembelajaran PBL dengan multimedia
dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal
terhadap prestasi belajar siswa.
Dari hipotesis pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima disimpulkan
bahwa siswa yang pembelajarannya menggunakan multimedia memiliki prestasi
belajar Fisika yang lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya
menggunakan modul. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi
memiliki prestasi belajar Fisika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
kemampuan berpikir abstrak rendah. Siswa yang memilki kemampuan verbal
tinggi memilki prestasi belajar Fisika lebih baik daripada siswa yang memilki
kemampuan verbal rendah. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak
tinggi diberi pembelajaran PBL menggunakan multimedia atau modul memiliki
presatasi belajar Fisika lebih baik dari pada siswa yang memilki kemampuan
berpikir abstrak rendah. Siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi diberi
pembelajaran PBL menggunakan multimedia atau modul memiliki prestasi
belajara Fisika lebih baik dari pada siswa yang memilki kemampuan verbal
rendah.
Berdasarkan hipotesis keenam terbukti tidak ada interaksi antara
kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar.
Hali ini yang menyebabkan tidak ada interaksi antara model pembelajaran PBL
dengan multimedia dan modul dengan kemampuanberpikir abstrak dan
kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa. Selain itu disebabkan oleh
kondisi siswa atau beberapa faktor internal dan eksternal siswapada saat dilakukan
tes prestasi belajar. Siswa yang pembelajarannya menggunakan multimedia
ternyata lebih aktif dari pada siswa yang menggunakan modul. Perbedaan ini
merupakan penyebab tidak adanya interaksi antara media belajar, kemampuan
berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa.
Dalam penelitian ini dapat diambil dua hal penting yaitu penggunaan
multimedia dapat dijadikan sebagai pilihan utama jika dalam pembelajaran
memperhatikan kemampuan berpikir abstrak dan kemampua verbal siswa. Siswa
dengan kemampuan berpikir abstrak yang berbeda akan memberi respon yang
berbeda pula. Demikian juga siswa dengan kemampuan verbal yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
Siswa dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi dan kemampuan verbal tinggi
dan rendah, tidak ada masalah pada saat belajar menggunakan multimedia
maupun modul, meskipun multimedia tetap menjadi pilihan utamanya. Sedangkan
siswa dengan kemampuan berpikir abstrak rendah, akan sangat terbantu dengan
penggunaan modul.
E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diupayakan secermat mungkin dengan harapan
hasilnya dapat mengungkap kondisi yang sesungguhnya, namun demikian dalam
penelitian ini hasil yang diperoleh tidak semuanya sesuai dengan yang
diperkirakan. Hal ini terjadi karena adanya kelemahan dan keterbatasan selama
pelaksanaan penlitian. Pada penelitian ini terdapat kelemahan dan keterbatasan,
diantaranya adalah :
1. Sampel penelitian terbatas pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Surakarta tahun
pelajara 2011/2012. Hal ini dapat diasumsikan bahwa karakteristik siswa,
kondisi sekolah, serta faktor pendukung lainnya memilikiciri atau khas,
sehingga dapat diprediksi bahwa jika penelitian dilakukan pada subyek yang
berbeda akan menghasilkan data yang berbeda. Jadi hasil penelitian ini hanya
berlaku untuk siswa SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
2. Waktu penelitian yang singkat. Pelaksanaan penelitian hanya dilakukan 4 kali
pertemuan, sehingga ada kemungkinan pengaruh perlakuan belum tampak
jelas. Penambahan jumlah jam pertemuan tidak bisa dilakukan, karenaterkait
dengan pembagian alokasi waktu tiap kompetensi dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
3. Instrumen penelitian yang terdiri dari tes kognitif, tes kemampuan berpikir
abstrak, tes kemampuan verbal, dan lembar penilaian afektif belum merupakan
instrumen yang standar, karena instrumen tersebut disusun sendiri oleh peneliti
dan diujicobakan hanya satu kali saja.
4. Pengambilan nilai afektif hanya dengan observasi atau pengamatan langsung,
sehingga ada unsur subyektivitas dalam penilaian pada aspek afektif, sehingga
hasilnya kurang maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pembelajaran dengan model problem based learning atau pembelajaran
berbasis masalah dengan menggunakan multimedia dan modul terbukti membantu
siswa mengembangkan pengetahuan, keterampilan berpikir, keterampilan
pemecahan masalah, serta menjadi siswa yang mandiri. Dengan pembelajaran
menggunakan multimedia terbukti dapat menarik siswa untuk belajar lebih aktif,
sehingga siswa dapat memecahkan masalah-masalah yang dipelajari pada materi
Fisika yang bersifat abstrak, seperti pada materi gelombang elektromagnetik.
Sedangkan dengan modul siswa mampu memahami materi pelajaran sesuai
dengan kecepatan masing-masing. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir
abstrak tinggi dan kemampuan verbal tinggi mampu menyelesaikan masalah-
masalah yang terdapat dalam modul lebih cepat dan memperoleh rerata prestasi
belajar lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah.
Prestasi belajar Fisika siswa dapat meningkat dari sebelumnya. Hal ini
terbukti rerata nilai prestasi belajar siswa dapat melampaui nilai KKM ( Kriteria
Ketuntasan Minimal). Nilai KKM di SMA Negeri 3 Surakarta adalah 75. Rerata
nilai prestasi belajar siswa yang menggunakan multimedia adalah 83,63,
sedangkan rerata nilai prestasi belajar siswa yang menggunakan modul adalah
80,03. Terbukti pembelajaran dengan model problem based learning
menggunakan multimedia lebih baik daripada menggunakan modul, meskipum
148
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
selisihnya relatif kecil.
Kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal siswa merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa baik aspek kognitif
maupun afektif dalam pembelajaran Fisika. Terbukti siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak tinggi dan kemampuan verbal tinggi akan cenderung
lebih aktif sehingga lebih mudah dalam memecahkan permasalahan belajarnya,
dan akhirnya dapat memiliki hasil prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa
yang berada pada kategori rendah pada salah satu atau kedua faktor kemampuan
berpikir abstrak dan kemampuan verbal.
Dalam penelitian ini tingkat kemampuan berpikir abstrak, kemampuan
verbal, dan media pembelajaran multimedia dan modul secara bersama-sama
tidak ada kaitannya atau tidak ada interaksi dalam mempengaruhi prestasi belajar
baik aspek kognitif maupun aspek afektif dalam pembelajaran Fisika. Multimedia
akan memudahkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi dan
kemampuan verbal tinggi dalam menyelesaikan permasalahan belajarnya.
Sedangkan modul akan memudahkan bagi siswa yang memiliki kemampuan
berpikir abstrak rendah dan kemampuan verbal rendah dalam belajar.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Pembelajaran IPA, khususnya Fisika harus ditingkatkan ke arah
pengembangan sikap ilmiah, dan pengembangan keterampilan proses siswa.
Pembelajaran Fisika pada materi-materi yang bersifat abstrak diperlukan media
yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Media tersebut antara lain adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
multimedia dan modul. Faktor internal kemampuan berpikir abstrak dan
kemampuan verbal siswa didik merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan penggunaan media tersebut, sehingga kedua factor tersebut
perlu diperhatikan semaksimal mungkin. Kemampuan berpikir abstrak diperlukan
karena siswa akan lebih aktif, teliti, jujur, bertanggung jawab, serta mampu
bekerja sama dengan temannya pada saat pembelajaran materi-materi abstrak
menggunakan ultimedia. Sedangkan untuk memecahkan permasalahan yang ada
diperlukan pula kemampuan verbal, karena siswa akan lebih mudah memahami
konsep-konsep Fisika yang ditulis pada modul, agar tujuan dapat tercapai secara
optimal.
2. Implikasi Praktis
Penggunaan media pembelajaran multimedia dan modul dapat diterapkan
dalam pembelajaran Fisika terutama materi gelombang elktromagnetik pada siswa
kelas X. Meskipun multimedia menghasilkan prestasi lebih baik dari pada modul
namun kedua media tersebut memberikan sumbangan besar dalam pencapaian
prestasi belajar siswa. Kedua media tersebut dapat memunculkan keterampilan
proses sains yang baik sehingga prestasi peserta didik dapat meningkat dengan
lebih baik.
Guru perlu memperhatikan dengan benar faktor internal kemampuan
berpikir abstrak dan kemampuaan verbal siswa. Dalam pembelajaran
menggunakan multimedia dan modul, siswa dihadapkan pada permasalahan yang
harus dipecahkan, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran perlu
memperhatikan kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Kedua faktor internal siswa tersebut terbukti memberikan pengaruh terhadap
prestasi belajar siswa.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi, ada beberapa saran yang perlu diajukan
yaitu :
1. Kepada Guru
Kepada guru khususnya guru mata pelajaran Fsika disarankan
menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materinya
untuk diterapkan pada pembelajaran. Sebelum pelaksanaan pembelajaran guru
lebih baik menyusun RPP, LKS, membagi kelompok, menyiapkan alat untuk
demonstrasi dan mengeceknya, serta mencoba terlebih dahulu apa yang akan
dipelajari siswa, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan
lancar.
Dalam memberikan perhatian pada faktor internal siswa, yaitu kemampuan
berpikir abstrak dan kemapuan verbal siswa, guru perlu mengadakan tes untuk
pengambilan data tentang kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal,
kemudian mengkategorikan yang tinggi dan rendah untuk dapat diberi perlakuan
yang sesuai dengan kategorinya. Siswa yang memiliki kategori rendah diberi
tugas yang menantang sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir abstrak
dan kemampuan verbal.
2. Kepada Peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan
penelitian sejenis, terutama penelitian pembelajaran Fisika yang menekankan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
pada pengoptimalan media pembelajaran. Peneliti dapat mengembangkan hasil
penelitian ini dengan menambah atau mengubah variabel-variabel penelitiannya
yang lebih inovati dan kreatif. Peneliti dapat mengembangkan variabel kemapuan
berpikir abstrak dan kemampuan verbal siswa. Dalam pembelajaran sebaiknya
menggunakan multimedia dan modul, atau buku referensi lain sehingga lebih
efektif.
Penelitian sebaiknya tidak hanya dilakukan 4 kali pertemuan, tetapi 6 kali
atau lebih dengan menambah jumlah jam tatap muka, sehingga pengaruh
perlakuan akan tampak jelas. Instrumen penelitian yang terdiri dari tes kognitif,
tes kemampuan berpikir abstrak, tes kemampuan verbal, dan lembar penilaian
afektif sebaiknya menggunakan instrumen yang standar, dan diujicobakan tidak
hanya hanya satu kali saja. Pengambilan nilai afektif tidak hanya hanya dengan
observasi atau pengamatan langsung, tetapi ditambah dengan angket sehingga
tidak ada unsur subyektivitas dalam penilaian pada aspek afektif.