Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
EVALUASI PENGGUNAAN DANA KOMITE SEKOLAH
DI SMK NEGERI 1 KEBUMEN
Tesis
untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2
Program Studi Magister Manajemen Widya Wiwaha
Disusun Oleh:
S ULAS TRI
NIM: 171103600
MAGISTER MANAJEMEN
STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA
2019
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ii
TESIS
EVALUAS I PENGGUNAAN DANA KOMITE SEKOLAH
DI S MK NEGERI 1 KEBUMEN
Diajukan Oleh :
S ULAS TRI
NIM: 171103600
Tesis ini telah disetujui
pada tanggal :.................................
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. John S oeprihanto, MIM, Ph.DDra. Lukia Zuraida, MM
dan telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar M agister
Yogyakarta, M aret 2019
M engetahui, Program M agister Manajemen
STIE Widya Wiwaha Yogyakarta Direktur
Drs. John S oeprihanto, MIM, Ph.D
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iii
MAGISTER MANAJEMEN S EKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ( S TIE ) WIDYA WIWAHA
YOGYAKARTA Jalan Lowano Yogyakarta
PERNYATAAN
Yang bertandatangan dibawah ini, saya :
Nama : Sulastri
NIM : 171103600
Kebidangan : Manajemen Keuangan Sektor Publik
M enyatakan bahwa :
1. Karya tulis saya, tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik ( M agister ) baik di STIE Widya Wiwaha maupun
Perguruan Tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri tanpa bantuan
pihak lain kecuali arahan Dosen pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya
bersedia menerima sanksi akademik serta sanksi lainnya sesuai norma yang
berlaku.
Yogyakarta, M aret 2019 Yang menyatakan
Sulastri NIM. 171103600
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang M aha Esa, atas limpahan rahmat dan
anugerah-Nya, sehingga penulis telah dapat menyelesaikan tesis M agister M anajemen
STIE Widya Wiwaha Yogyakarta. Banyak pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian tesis ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kelancaran tesis ini, yaitu kepada :
1. Drs. John Soeprihanto, M IM, Ph.D selaku Direktur M agister Manajemen STIE
Widya Wiwaha sekaligus pembimbing I yang telah memberikan dorongan dan
bimbingan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
2. Dra. Lukia Zuraida, MM selaku pembimbing II yang telah memberikan dorongan
dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
3. Dewan penguji yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian tesis ini.
4. Dosen M agister M anajemen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta.
5. Kepala SM K Negeri 1 Kebumen yang memberikan dukungan dan bimbingan
kepada penulis dalam penyusunan tesis ini
6. Seluruh guru dan staf SM K Negeri 1 Kebumen
7. Semua pihak yang tidak dapat kami sebut satu persatu.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
v
Atas segala bantuan dan dukungan semua pihak saya mengucapkan terima
kasih dan saran serta kritik yang membangun terhadap kesempurnaan penulisan ini
sangat saya harapkan.
Yogyakarta, 30 M aret 2019
Penulis
S ULAS TRI
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
PERNYATAAN ............................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan M asalah ..................................................................... 7
C. Pertanyaan Penelitian ............................................................... 8
D. Tujuan penelitian ...................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian ..................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka ......................................................................... 10
B. Penelitian Terdahulu ................................................................ 28
BAB III M ETODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ..................................................................... 31
B. Subyek Penelitian ...................................................................... 32
C. Sumber Data .............................................................................. 33
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vii
D. Metode Pengumpulan Data....................................................... 33
E. Alat Analisis Penelitian.............................................................. 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah........................................................................... 36
B. Pembahasan............................................................................... 41
BAB V KESIM PULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 82
B. Saran ........................................................................................ 84
DAFTAR PUSTAKA
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
viii
ABSTRAK
Peran Komite Sekolah di SM K Negeri 1 Kebumen dalam meningkatkan mutu pendidikan perlu mendapat dukungan dari seluruh komponen pendidikan, baik guru, Kepala Sekolah, siswa, orang tua/wali murid, masyarakat, dan institusi pendidikan. Oleh karena itu perlu kerjasama dan koordinasi yang erat di antara komponen pendidikan tersebut sehingga upaya peningkatan mutu pendidikan yang dilaksanakan dapat efektif dan efisien.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab belum optimalnya penggunaan dana Komite Sekolah di SMK Negeri 1 Kebumen, mengevaluasi penggunaan dana Komite Sekolah di SM K Negeri 1 Kebumen, merumuskan solusi ke depan untuk mengoptimalkan dalam penggunaan Dana Komite Sekolah di SM K Negeri 1 Kebumen.
Penelitian ini menggunakan metode Komparatifartinya.M enurut Nazir (2005: 58) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu
Hasilnya faktor-Faktor Penyebab Belum Optimalnya Penggunaan Dana Komite Sekolah di SM K Negeri 1 Kebumen adalah keberadaan ekonomi dari masing-masing orang tua siswa, kurangnya sosialisasi, personalia anggota Komite Sekolah yang terbatas jumlah, waktu dan kompetensinya, belum ada koordinasi dan komunikasi yang baik dan erat antar anggota komite sekolah, kurangnya pelibatan komite sekolah dalam fungsi sebagai luas sehingga kinerjanya terbatas pada masalah-masalah rutinitas saja.Penggunaan Dana Komite Komite Sekolah SMKN 1 telah mampu menjadi supporting agency sekaligus mediator dalam hal penggalangan dana danalokasi biaya pendidikan.KomiteSekolah SMKN 1 dalam hal pengawasan dan evaluasi biaya pendidikan telah dapat menjalankan fungsi controlling dengan baik, namun dari data diketahui bahwa realisasi anggaran dalam 3 tahun terakhir belum 100%, hal ini berarti penggunaan dana Komite Sekolah belum optimal. Solusi untuk mengoptimalkan dalam penggunaan Dana Komite sekolahSM KN 1 Kebumen adalah bagi siswa mampu diusulkan untuk memperoleh bantuan beasiswa miskin melalui BSM dan BOS, , kemudian bagi siswa yang menjadi juara umum diberikan kebebasan biaya komite, perlu sosialisasi ke masyarakat, perlu dikembangkan sistem rekruitmen dan seleksi terhadap calon anggota dewan pendidikan dan komite sekolah yang lebih baik, perlu ditetapkan standar dan indikator kinerja dewan dan komite, sehingga dapatdigunakan sebagai acuan dalam menilai kinerjanya, perlu adanya koordinasi dan komunikasi yang baik, perlu adanya upaya pengadaan dana penunjang kegiatan operasional dan tempat kerja untuk Komite Sekolah.Dan perlu ada penambahan anggota Komite Sekolah sehingga mempermudah dalam melaksanakan tugas sebagai badan pengontrol.
Kata kunci: Evaluasi, Penggunaa, Dana, Komite, sekolah
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keberadaan sekolah tidak bisa lepas dari keterlibatan orangtua siswa dan
komunitasnya dalam penyelenggaraan pendidikan. Demikian pulalah sebenarnya
hakikat sekolah di mata hati keluarga dan masyarakat di Indonesia. Karena
sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, sekolah sebagai organisasi memerlukan
tingkat koordinasi yang tinggi. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala
sekolah dan komite sekolah dalam menjalin kerjasama yang saling
menguntungkan dan menentukan bagi perkembangan sekolah yang bersangkutan.
Oleh karena itu, kepala sekolah yang berhasil apabila mereka memahami
keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu
melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tanggung
jawab untuk memimpin sekolah (Wahjosumidjo, 2002).
Tugas Komite Sekolah yang utama adalah untuk melakukan pertimbangan
dan pengawasan terhadap mutu dan pelayanan sekolah sesuai dengan pasal 56
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang
berbunyi “Komite Sekolah sebagai lembaga mandiri yang dibentuk dan berperan
dalam meningkatkan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
2
dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan.”
Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataandan efisiansi
pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah,
jalur pendidikan sekolah maupun jalur luar sekolah. Nama Badan disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-masing satuan pendidikan, seperti
Komite Sekolah. Kedudukan dan sifat Komite sekolah adalah Komite Sekolah
berkedudukan disatuan pendidikan. Komite Sekolah dapat terdiri dari satu satuan
pendidikan atau beberapa satuan pendidikan dalam jenjang yang sama atau
beberapa satuan pendidikan yang dikelola oleh suatu penyelenggara pendidikan
atau karena pertimbangan lainnya. Badan ini bersifat mandiri tidak mempunyai
hubungan hierarki dengan lembaga pemerintah.
Tujuan Komite Sekolah di SM K Negeri 1 Kebumen adalah mewadahi dan
menyalurkan aspirasi prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan
operasional dan program pendidikan di kesatuan pendidikan. M eningkatkan
tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan
di satuan pendidikan. M enciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di
satuan pendidikan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
3
Peran dan fungsi Komite Sekolah SM K Negeri 1 Kebumen adalah
Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan
kebijakan pendidikan di satuan pendidikan, pendukung (supporting agency), baik
yang berwujud financial, pemikiran maupun tenaga, pengontrol (controlling
agency) dalam rangka transporasi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan
keluaran pendidikan di satuan pendidikan, mediator antara pemerintah (eksekutif)
dengan masyarakat di satuan pendidikan.
Hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan adalah mendorong orangtua
dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan
mutu dan pemerataan pendidikan, M enggalang dana masyarakat dalam rangka
pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan dan melakukan
evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan dan
keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
SM K sebagai lembaga Pendidikan memiliki program sekolah yang dapat
menunjang kegiatan belajar mengajar. Program sekolah tersebut tertuang dalam
RKAS (Rencanan Kegiatan dan Anggaran Sekolah). Dalam pembuatan RKAS
melibatkan Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah (Wakasek), Ketua Program
Studi, Bendahara dan Kepala Tata Usaha. Masing – masing mengajukan program
beserta anggaran yang dibutuhikan. Kemudian anggaran tersebut dimasukan di
dalam draf Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) dengan memenuhi
8 standar, yaitu :
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
4
1. Standar isi
2. Standar Proses
3. Standar Kompetensi Lulusan
4. Standar Pendidikan dan tenaga Kependidikan
5. Standar Sarana dan Prasarana
6. Standar Pengelolaan
7. Standar Pembiayaan
8. Standar Penilaian Pendidikan
Standar tersebut masing-masing memiliki prosentasi (%) sesuai
kebutuhan yang direncanakan. Prosentase tersebut untuk membatasi jumlah
anggaran yang tersedia dan mempermudah didalam perhitungan. M aka 8 standar
tersebut penting didalam pembuatan Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah.Untuk menerapkan anggaran biasanya menggunakan acuan tahun
sebelumnya. Hal ini untuk mempermudah didalam mengalokasikan dana. Sebagai
perbandingan dimunculkan 2 tahun anggaran yang sedikit berbeda. Perbedaan
tersebut mengacu pada pengeluaran yang telah ada. Naik turunnya masing-masing
anggaran dikarenakan kebutuhan yang berbeda dari tahun ke tahun. Dibawah ini
adalah data selama 3 tahun:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
5
Tabel 1.1
Penggunaan dana Komite Sekolah Dalam 3 tahun terakhir
Tahun Rencana Realisasi 2015/2016 100% 98,3% 2016/2017 100% 92.3% 2017/2018 100% 93.4%
Sumber: Profil SMKN 1 Kebumen, 2017
Dalam tabel di atas diketahui bahwa jumlah penerimaan dalam 3 tahun
100% namun realisasi penggunaan anggaran masih belum optimal. Untuk
memenuhi kebutuhan anggaran maka pihak sekolah bekerja sama dengan
orangtua siswa. RKAS yang telah dibuat bersama tim di musyawarahkan dengan
orangtua siswa. Namun sebelum orangtua siswa dihadirkan terlebih dahulu
dimusyawarahkan dengan pengurus Komite Sekolah, dimana pengurus Komite
Sekolah itu sendiri adalah perwakilan dari orangtua siswa yang terpilih.
Anggaran didapat dari peran serta masyarakat (PSM) yaitu orangtua siswa
yang dengan sadar menyumbangkan dana untuk kepentingan pendidikan putranya.
Sumbangan yang dikenal dengan sumbangan PSM disepakati dibayarkan setiap
bulan melalui petugas penerima. Disamping itu ada dana yang disumbangkan
berupa investasi yang dikenal dengan (PSM I). PSM I merupakan sumbangan
untuk pembangunan fisik berupa bangunan gedung, ruang Labiratorium dan
fasilitas lain seperti lapangan olahraga dan tempat parkir kendaraan
siswa.Besarannya dan jangka waktu pembayarannyapun disepakati bersama
oangtua siswa.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
6
Dalam kegiatan sehari-hari sekolah menyadari bahwa peran serta
masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan sangatlah penting, karena saran
masyarakat dalam hal ini adalah komite sekolah membantu gagasan-gagasan baru
dalam mengembangkan sekolah, namun kenyataannya peran komite sekolah
belum optimal di SM K Negeri 1 Kebumen, hal ini terlihat dari proses
pembentukan Komite Sekolah belum sesuai dengan pedoman yang telah
ditetapkan dalam Kepmendiknas Nomor 044/ U/ 2003 tanggal 2 April 2003,
karena :
1. Timbul kesan dan pandangan yang dari orangtua dan masyarakat terhadap
kinerja Komite Sekolah dari kebijakan, program, dan kegiatan operasional
Komite Sekolah yang belum sepenuhnya mencerminkan pelaksanaan peran
dan fungsi Komite Sekolah sesungguhnya.
2. Komite Sekolah yang baru dibentuk tersebut belum memiliki acuan yang
dapat dijadikan rambu-rambu dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya,
serta ukuran yang digunakan untuk mengukur kinerja organisasi,
3. Komite Sekolah yang telah dibentuk itu pun banyak yang belum memiliki
Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang disusun
sendiri, dan belum pula memiliki program kerja jangka panjang, menengah,
dan jangka pendek yang disusun berdasarkan aspirasi orangtua dan
masyarakat sebagai komponen utama stakeholder.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
7
Peran Komite Sekolah di SM K Negeri 1 Kebumen dalam meningkatkan
mutu pendidikan perlu mendapat dukungan dari seluruh komponen pendidikan,
baik guru, Kepala Sekolah, siswa, orang tua/wali murid, masyarakat, dan institusi
pendidikan. Oleh karena itu perlu kerjasama dan koordinasi yang erat di antara
komponen pendidikan tersebut sehingga upaya peningkatan mutu pendidikan
yang dilaksanakan dapat efektif dan efisien.
Berdasarkan latar belakang diatas mendorong penulis untuk melihat lebih
jauh mengenai Evaluasi Penggunaan Dana Komite Sekolah SM K Negeri 1
Kebumen.
B. PERUMUS AN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil perumusan masalah yaitu
penggunaan dana Komite Sekolah SMK Negeri 1 Kebumen belum optimal.
C. PERTANYAAN PENELITIAN
Pertanyaan penelitian ini adalah:
1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan belum optimalnya penggunaan dana
Komite Sekolah di SM K Negeri 1 Kebumen?
2. M engapa penggunaan dana Komite Sekolah di SM K Negeri 1 Kebumen belum
optimal?
3. Bagaimana penggunaan dana Komite Sekolah di SM K Negeri 1 Kebumen?
4. Bagaimana solusi untuk mengoptimalkan dalam penggunaan Dana Komite
sekolah?
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
8
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. M engidentifikasi faktor-faktor penyebab belum optimalnya penggunaan dana
Komite Sekolah di SM K Negeri 1 Kebumen.
2. M enganalisa penggunaan dana Komite Sekolah di SM K Negeri 1 Kebumen
3. M engevaluasi penggunaan dana Komite Sekolah di SMK Negeri 1 Kebumen.
4. M erumuskan solusi ke depan untuk mengoptimalkan dalam penggunaan Dana
Komite Sekolah di SM K Negeri 1 Kebumen.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. M anfaat Praktis
Dapat memberikan masukan kepada sekolah tentangpengelolaan dana Komite
Sekolah.
2. M anfaat teoritis
a. Memberikan masukan bagi peneliti lain untuk mengetahui pengelolaan dana
Komite Sekolah.
b. Dapat menambah ilmu dan pengalaman di dalam pengelolan dana komite
Sekolah.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Evaluasi
a. Pengertian Evaluasi
Secara umum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1996:272)evaluasi berarti penilaian. M enurut Wirawan (2012:7), Evaluasi
adalah:“Riset untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan
informasi yang bermanfaat mengenai objek evaluasi, selanjutnya menilainya
dan membandingkannya dengan indikator evaluasi dan hasilnya
dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai objek evaluasi
tersebut”.
Pengertian evaluasi menurut Arifin (2012) bahwa evaluasi adalah
suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas
(nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu
dalam rangka pembuatan keputusan. Dan beberapa hal yang perlu
mendapatkan penjelasan bahwa evaluasi :Evaluasi adalah suatu proses
bukan suatu hasil (produk).
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
10
b. Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas sesuatu, terutama
yang berkenaan dengan nilai dan arti. Dalam proses evaluasi harus ada
pemberian pertimbangan (judgment)Pemberian pertimbangan nilai dan arti
haruslah berdasarkan kriteria tertentu.
Tujuan evaluasi ada yang bersifat umum ada yang bersifat khusus, jika
tujuan evaluasi masih bersifat umum maka tujuan tersebut diperinci menjadi
tujuan khusus. Secara umum tujuan evaluasi pembelajaran dapat diartikan
sebagai suatu usaha untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi system
pembelajaran baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, media,
sumber belajar, lingkungan maupun system penilaian itu sendiri. M aka
tujuan khususnya adalah penyesuain evaluasi pembelajaran dengan jenis
evaluasi pembelajaran itu sendiri, seperti evaluasi perencanaan dan
pengembangan, evaluasi monitoring, evaluasi dampak, evaluasi efisiensi-
ekonomis dan evaluasi program komprehensif.
c. Tahap-tahap Evaluasi
Menurut Arens, Elder dan Beasley (2003: 226-228) ada 4 tahap dalam
proses audit, yaitu :
1) M erencanakan dan mendesain pendekatan audit
2) M elaksanakan uji pengendalian dan uji substantif atas transaksi
3) M elaksanakan prosedur analitis dan uji rincian saldo
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
11
4) M elengkapi proses audit dan menerbitkan laporan audit
d. Faktor-faktor yang mendukung Evaluasi
1) Adanya data yang lengkap terdiri dari :
a) Data jenis sumbangan
b) Data siswa
c) Data jumlah sumbangan
2) Adanya program kerja
Program Kerja tersebut tertuang dalam Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah (RKAS) yang dipakai sebagai acuan didalam
pengelolaan Keuangan Sekolah.
3) Adanya Laporan Keuangan :
a) Setiap bulan
b) Setiap 3 bulan
c) Setiap tahun
4) Faktor-faktor yang menghambat :
a) Data kurang lengkap
b) Siswa banyak yang belum dapat memberi sumbangan
c) Program kerja tidak sesuai dengan rencana.
d) Data Pendukung laporan tidak lengkap.
5) Strategi
a) Adanya pengecekakan data setiap bulan sekali.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
12
b) Adanya peran beberapa pihak untuk selalu mengingatkan siswa
mengenai kewajibannya didalam pembayaran rutin.
c) Adanya Kesadaran orangtua siswa tentang pendidikan siswa.
2. Pengertian Pengelolaan
Yang dimaksud dengan pengelolaan adalah:
a. Kegiatan pemanfaatan dan pengendalian atas semua sumber daya yang
diperlukan untuk mencapai ataupun menyelesaikan tujuan tertentu. (Terry,
2010: 76)
b. Serangkaian aktifitas-aktifitas dan koordinasi yang mencakup
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, penempatan
tata pengambilan keputusan untuk menghasilhan suatu produk dan jasa
yang efektif. (Andrew, 2011: 23)
c. Usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan tenaga
oranglain. (Harold, 2005:45)
3. Komite S ekolah
a. Pengertian Komite S ekolah
Sebagai konsekuensi perluasan makna partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, maka
dibentuk suatu wadah untuk menampung dan menyalurkannya yang diberi
nama Komite Sekolah.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
13
Pengertian Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi
peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan
efisiensi pengolahan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada
pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur
pendidikam luar sekolah (Depdiknas, 2002:12)
M enurut Tim pengembangan Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah, Komite Sekolah merupakan badan yang bersifat mandiri, tidak
mempunyai hubungan hierarkis dengan satuan pendidikan maupun
lembaga pemerintah lainnya. Posisi dewan pendidikan, komite sekolah,
satuan pendidikan, dan lembaga - lembaga lainnya mengacu pada
kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan yang
berlaku.(http//:www.depdiknas.go.id/serba-serbi/dpks/kinerja).
Berdasarkan pengertian di atas tentang Komite Sekolah yang telah
dijelaskan, maka komite sekolah merupakan institusi yang mandiri
dan tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan satuan pendidikan
maupun dengan lembaga pemerintah lainnya. Komite sekolah
berkedudukan di satuan pendidikan, baik sekolah maupun luar sekolah.
Komite sekolah dapat mewadahi satu satuan pendidikan atau beberapa
satuan pendidikan yang sejenis, berada dalam satu kompleks, atau di
bawah satu yayasan penyelenggara pendidikan.
Keanggotaan komite sekolah terdiri atas unsur masyarakat dan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
14
dapat ditambah dewan guru, yayasan/penyelenggara pendidikan dan badan
pertimbangan desa. Unsur masyarakat dapat berasal dari:(Tim KPKG,
2003)
1) Perwakilan orang tua/wali peserta didik berdasarkan jenjang kelas
yang dipilih secara demokratis.
2) Tokoh masyarakat (ketua RT / RW / RK, kepala dusun, ulama,
budayawan, pemuka adat).
3) Anggota masyarakat atau yang dijadikan figur dan mempunyai
perhatian untuk meningkatkan mutu pendidikan.
4) Pejabat pemerintah setempat (kepala desa / lurah, kepolisian, koramil,
Depnaker, Kadin, dan instansi lain).
5) Dunia usaha / industri (pengusaha industri, jasa, asosiasi, dan lain-lain)
6) Pakar pendidikan yang mempunyai perhatian pada peningkatan mutu
pendidikan.
7) Organisasi profesi tenaga pendidikan (PGRI, ISPI, dan lain-lain)
8) Perwakilan siswa bagi tingkat SLTP/SMU/SMK yang dipilih secara
demokratis berdasarkan jenjang kelas.
9) Perwakilan forum alumni SD/SLTP/SM U/SM K yang telah dewasa dan
mandiri.
10) Anggota Komite Sekolah yang berasal dari dewan guru,
yayasan/penyelenggara pendidikan, dan Badan Pertimbagan Desa
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
15
sebanyak-banyaknya berjumlah tiga orang. Jumlah anggota
Komite Sekolah sekurang-kurangnya 9 orang dan jumlahnya harus
gasal.
Pengurus komite sekolah ditetapkan berdasarkan AD/ART, Alih
fungsi dari Komite Kabupaten/Kota ke Dewan Pendidikan,sekurang-
kurangnya terdiri atas seorang ketua, sekretaris, dan bendahara yang
dipilih di antara Komite Sekolah, dan ketua komite sekolah bukan berasal
kepengurusan dilengkapi dengan bidang-bidang tertentu sesuai kebutuhan.
Pengurus komite sekolah dapat pula mengangkat petugas khusus yang
menangani urusan administrasi, yang selanjutnya diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga. (Tim KPKG, 2003)
Pembentukan komite sekolah harus dilakukan secara transparan,
akuntabel dan demokratis. Dilakukan secara transparan adalah bahwa
komite sekolah harus dibentuk secara terbuka dan diketahui oleh
masyarakat secara luas mulai dari tahap pembentukan panitia persiapan,
proses sosialisasi oleh panitia persiapan, kriteria calon anggota,
proses seleksi calon anggota, pengumuman calon anggota, proses
pemilihan, dan penyampaian hasil pemilihan. Dilakukan secara akuntabel
adalah bahwa panitia persiapan hendaknya menyampaikan laporan
pertanggungjawaban kinerjanya maupun penggunaan dana kepanitiaan.
Dilakukan secara demokratis adalah bahwa proses pemilihan anggota dan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
16
pengurus dilakukan dengan musyawarah mufakat.
Pembentukan komite sekolah diawali dengan pembentukan panitia
persiapan yang dibentuk oleh kepala satuan pendidikan dan/atau oleh
masyarakat. Panitia persiapan berjumlah sekurang-kurangnya 5 (lima)
orang yang terdiri atas kalangan praktisi pendidikan (seperti guru, kepala
satuan pendidikan, penyelenggara pendidikan), pemerhati pendidikan
(LSM peduli pendidikan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dunia usaha
dan industri), dan orang tua peserta didik. (http//:www.depdiknas.go.id/
serba-serbi/dpks/kinerja)
b. Tujuan Dibentuknya Komite S ekolah
Pembentukan Komite antara lain dimaksudkan untuk menangani
pelaksanaan rehabilitasi bangunan sekolah (SD dan MI), dan
pembangunan unit sekolah baru (SLTP dan M Ts), sedangkan di SM K,
selain terdapat Komite Sekolah dibentuk juga M ajelis Sekolah yang
mempunyai peran menjembatani sekolah dengan industri dalam
pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG), dan Bursa Kerja Khusus
(BKK) yang merupakan kerja sama sekolah dengan Depnaker dalam
pemasaran lulusan.
Kondisi nyata dalam memasuki era M anajemen Berbasis Sekolah
(M BS) perlu dibebani selaras dengan tuntutan perubahan yang dilandasi
kesepakatan, komitmen, kesadaran, dan kesiapan membangunm budaya
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
17
baru dan profesionalisme dalam mewujudkan “M asyarakat Sekolah”
yang memiliki loyalitas pada peningkatan mutu sekolah (Depdiknas,
2002 : 13)
Untuk terciptanya suatu masyarakat sekolah yang kompak dan
sinergis, maka komite sekolah merupakan bentuk atau wujud
kebersamaan yang dibangun melalui kesepakatan (SK Mendiknas Nomor
044/U/2002 ). Dibentuknya Komite Sekolah dimaksudkan agar adanya
suatu organisasi masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan
loyalitas serta peduili terhadap peningkatan kualitas sekolah.
Setiap lembaga pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai.
Demikian juga komite sekolah sebagai suatu lembaga mempunyai tujuan
tertentu. Adapun tujuan komite sekolah dibentuk sebagai berikut:
1) Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat
dalam melahirkan kebijakan operasional dan program
pendidikan di satuan pendidikan.
2) Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
3) Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang
bermutu di satuan pendidikan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
18
c. Peran dan Fungsi Komite S ekolah
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No 044/U/2002
(Kemdiknas, 2002) yang memuat tentang Komite Sekolah, menjabarkan
peran dan fungsi Komite Sekolah yaitu: (1) sebagai pemberi
pertimbangan (advisory agency); (2) sebagai pendukung (supporting
agency); (3) sebagai pengontrol (controlling agency); dan (4) sebagai
mediator antara pemerintah dan masyarakat di satuan pendidikan.
Keempat peran dan fungsi tersebut dijelaskan di bawah ini.
1) Peran Pemberi Pertimbangan (Advisory Agency)
Fungsi pemberi pertimbangan bagi Komite Sekolah menurut
Sagala (2009: 256), adalah dalam penentuan dan pelaksanaan
kebijakan pendidikan pada tingkat kabupaten/kota dan pada tingkat
satuan pendidikan. Setiap kebijakan dan program yang diputuskan
hendaknya dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Komite Sekolah.
Hal ini bertujuan untuk menganalisis apakah kebijakan dan program
sekolah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta situasi dan
kondisi sekolah. M enurut Renani, dkk (2008: 81 – 82),
mengungkapkan bahwa idealnya, sekolah dan yayasan pendidikan
harus meminta pertimbangan kepada Komite Sekolah dalam
merumuskan kebijakan, program, dan kegiatan sekolah, termasuk
juga dalam merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
19
Jadi, dapat simpulkan bahwa peran Komite Sekolah sebagai
pemberi pertimbangan adalah melakukan koordinasi dengan pihak
sekolah, dan memberikan masukan dalam setiap kebijakan yang
diambil oleh sekolah dengan maksud untuk menganalisis resiko dan
keuntungan dari setiap kebijakan. Hal tersebut memungkinkan bahwa
kebijakan yang ditetapkan oleh sekolah tidak akan memberatkan
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
2) Peran sebagai Pendukung (Supporting Agency)
Peran komite Sekolah sebagai pendukung bukan hanya
pendukung dalam bidang finansial saja seperti BP3 yang ada sebelum
Komite Sekolah. Pernyataan tersebut senada dengan apa yang
diungkapkan oleh Hasbullah (2007: 92) bahwa peran Komite Sekolah
sebagai pendukung baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun
tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di Satuan Pendidikan.
M enurut Renani, dkk (2007: 81) mengungkapkan bahwa
seharusnya penekanan peran Komite Sekolah bukan pada aspek dana
saja, tetapi juga berupa gagasan dalam rangka penyelenggaraan dan
peningkatan mutu pendidikan. Pendapat tersebut didukung oleh
pernyataan Sagala (2009: 258) yang berpendapat bahwa dana atau
keuangan dapat dicari manakala memiliki ide dan gagasan yang kreatif,
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
20
serta mampu menjalin kerjasama secara sinergis di antara
semua stakeholder pendidikan.
M enurut Sagala (2009: 258), fungsi pendukung Komite Sekolah
yang berkaitan dengan internal manajemen sekolah, yaitu: (1)
mendata jumlah guru serta tingkat pendidikannya yang memerlukan
pendidikan, latihan, dan peningkatan kualifikasi pendidikan; (2)
memberikan pelatihan berkaitan dengan mata pelajaran dan
layanan belajar lainnya bagi guru yang membutuhkan; (3) mendata
jumlah siswa beserta indeks prestasinya, guru, dan Komite
Sekolah; (4) mendukung program pengayaan bagi siswa yang telah
mencapai KKM atau lebih, dan remedial bagi siswa yang belum
mencapai KKM ; (5) menyediakan penghargaan dan hadiah bagi siswa
yang berprestasi baik dalam bidang akademik maupun non akademik;
(6) menyelenggarakan kegiatan keagamaan untuk meningkatkan
kualitas keagamaan warga sekolah maupun masyarakat di sekitarnya;
(7) mendukung pemanfaatan sarana-prasarana untuk memberikan
layanan belajar yang lebih baik; (8) berkoordinasi dengan guru untuk
membuat atau menyediakan media belajar sesuai dengan kebutuhan
belajar; dan (9) memaksimalkan anggaran operasional sekolah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
peranan Komite Sekolah sebagai pendukung dalam Satuan Pendidikan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
21
dapat bergerak dalam bidang finansial, tenaga maupun ide dan gagasan
yang inovatif untuk bersama-sama meningkatkan mutu pendidikan.
Dari ketiga bidang tersebut penekanan peran Komite Sekolah lebih
diutamakan pada ide dan gagasan yang dapat melahirkan
program-program kreatif dan inovatif.
3) Peran sebagai Pengontrol (Controlling Agency)
Komite sekolah memiliki peran sebagai pengawas (controlling
agency). Sesuai dengan peran tersebut Komite Sekolah memiliki hak
untuk mengontrol sekolah. Pendapat tersebut didukung Segala (2009:
259) yang menyatakan bahwa Komite Sekolah dalam perannya sebagai
pengontrol melakukan aktivitas sebagai berikut: (1) menanyakan
proses pembelajaran kepada guru apakah telah sesuai dengan standar;
(2) menanyakan dan meminta laporan kondisi kesehatan, gizi, serta
bakat peserta didik; (3) ikut serta dalam penyusunan RKS dan RKT;
(4) memantau pelaksanaan Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) dan
Rencana Kegiatan Tahunan (RKT); (5) memantau penggunaan dana
BOS; (6) ikut serta dalam pembagian rapor; (7) mengontrol
kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan lainnya; dan (8)
mengontrol pelaksanaan PBM .
Selain melakukan pengawasan terhadap kegiatan administrasi,
Komite Sekolah juga merupakan badan yang melakukan pengawasan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
22
sosial terhadap sekolah. Menurut Renani, dkk (2007: 82), pengawasan
sosial yang dimaksud lebih menitikberatkan pada implikasi sosial yang
mengiringinya serta dilakukan secara preventif.
Jadi peran Komite Sekolah sebagai pengontrol dapat disimpulkan
bahwa Komite Sekolah memiliki kewenangan untuk mengontrol setiap
kebijakan dan segala aktivitas sekolah baik dalam bidang akademik
maupun non akademik dalam rangka menciptakan system sekolah
yang transparan.
4) Fungsi sebagai M ediator (Mediator Agency)
M enurut Hasbullah (2007: 90) pada dasarnya posisi Komite
Sekolah berada di tengah-tengah antara orang tua murid, murid, guru,
masyarakat setempat dan pihak-pihak lain yang terkait dengan
sekolah. Posisi tersebut menjadikan Komite Sekolah memiliki
tanggung jawab untuk menghubungkan berbagai pihak yang sama-
sama memiliki kepentingan pada lembaga sekolah.
Pendidikan untuk anak dimulai dari keluarga, kemudian
berlanjut ke sekolah dan masyarakat di sekitarnya. Pada saat anak
sudah mulai belajar di sekolah, bukan berarti keluarga dan masyarakat
begitu saja melepas partisipasi dan tanggung jawabnya pada
pendidikan anak. Ketiga pihak tersebut harus tetap bekerjasama untuk
memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak. Menurut Sagala
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
23
(2009: 260), jika ada kerjasama yang sinergis antara keluarga, sekolah,
dan masyarakat, maka beberapa dari banyak program inovatif dapat
dicoba dilaksanakan oleh sekolah. Oleh karena itu, fungsi Komite
Sekolah sangat dibutuhkan dalam hal tersebut. M enurut Zamroni
(2007: 63), fungsi Komite Sekolah sebagai wakil stakeholder,
memungkinkan termobilisasinya partisipasi orang tua dan masyarakat
kepada sekolah. Jadi, pengelolaan sekolah dapat dilaksanakan secara
transparan dan terpantau oleh masyarakat. Transparansi pengelolaan
pendidikan oleh sekolah dapat membangun sikap saling percaya antara
sekolah dan masyarakat. Fungsi penghubung Komite Sekolah menurut
Sagala (2009: 260) menunjukkan bahwa Komite Sekolah: (1)
menghubungkan pihak sekolah dengan instansi-instansi pemerintah
yang ada di lingkungannya, pihak sekolah dan orang tua siswa ; (2)
menghubungi orang tua siswa yang dianggap mampu dan bersedia
untuk menjadi donatur terhadap penyelenggaraan kegiatan sekolah; (3)
mencari informasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan diri
oleh sekolah; dan memberi laporan kepada masyarakat tentang
penggunaan keuangan dan pelaksanaan program.
Fungsi Komite Sekolah sebagai mediator menjadi sangat
penting mengingat bahwa masyarakat memiliki hak untuk ikut aktif
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Hal tersebut bertujuan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
24
agar sekolah tidak terisolasi dari masyarakat. Nasution (2006: 39)
mengemukakan bahwa hubungan antara sekolah dengan masyarakat
yang baik harus menjadi perhatian dari setiap kepala sekolah dan
stafnya. Komite Sekolah sangat berperan dalam menjembatani orang
tua, masyarakat dan pihak sekolah untuk bersama-sama
mewujudkan sekolah yang bermutu.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dipaparkan di atas,
dapat ditarik kesimpulan fungsi Komite Sekolah sebagai mediator
adalah sebagai penghubung antara siswa, orang tua siswa, masyarakat
dan instansi-instansi pemerintah yang berkaitan dengan sekolah dalam
rangka meningkatkan hubungan yang sinergis untuk menciptakan
pendidikan yang bermutu.
d. S DM dan Fasilitas Organisasi Komite S ekolah
Komite Sekolah Mewadahi dan M enyalurkan Aspirasi dan
Prakarsa M asyarakat. Pembentukan Komite Sekolah, yang telah
ditetapkan dalam Keputusan M endiknas No.044/U/2002, dengan tujuan
agar pembentukan Komite Sekolah dapat mewujudkan manajemen
pendidikan yang berbasis sekolah/ masyarakat (school/community-
based management). Untuk itu sangatlah penting adanya fasilitas yang
mendukung kinerja komite sekolah.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
25
Fasilitas organisasi Komite Sekolah sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan fasilitas Dewan Pendidikan. Fasilitas tersebut terdiri
atas aspek sumber daya manusia, prasarana fisik kantor, administrasi
dan keuangan, dan data, sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.1
Aspek dan Fasilitas Organisasi Komite Sekolah
No Aspek Fasilitas organisasi Komite S ekolah 1 SDM 1. Pengurus dan anggota Komite Sekolah
2. Tenaga administrasi dan keuangan 2 Prasarana fisik
kantor 1. Ruang kantor (bisa di sekolah) 2. Meja kursi rapat 3. Papan tulis dan papan data
3 Adminstrasi dan keuangan
1. Agenda dan fail surat keluar dan surat masuk 2. Daftar hadir rapat-rapat, seperti Rapat Pengurus dan
Anggota 3. Notulen Rapat 4. Buku Kas 5. Rekening Bank 6. RAPBS
4 Data dan dokumen
1. Dokumen AD/ART 2. Panduan Umum 3. Acuan Operasional 4. Kepmendiknas Nomor 044/U/2003 5. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas 6. Data sekolah 7. Data orangtua siswa 8. Data DUDI 9. Data hasil belajar siswa
Sumber : Data Primer sekolah (2013)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
26
e. Peran Komite S ekolah
Salah satu ciri dari penerapan model M anajemen Berbasis Sekolah
(M BS) adalah penyusunan rencana, program, dan kegiatan sekolah
disusun secara partisipatif, transparan dan akuntabel. Dalam M BS,
sekolah diharapkan mengenal kekuatan dan kelemahan, potensi, peluang
dan ancaman yang dihadapi. Pengenalan diri sekolah tersebut, sebagai
dasar dalam menentukan kebijakan pendidikan yang akan diambil
(Sagala, 2008). Berdasarkan analisis tersebut, sekolah merumuskan visi,
misi, sasaran dan menyusun strategi serta menetapkan program
pengembangan untuk jangka waktu tertentu. M BS dikembangkan dengan
kesadaran bahwa setiap sekolah memiliki kondisi dan situasi serta
kebutuhan yang berbeda-beda (Sagala, 2008).
Penyelenggaran pendidikan model M BS, mengharuskan setiap
sekolah harus melibatkan / memberdayakan peran serta masyarakat
setempat (berupa komite sekolah) dalam pengembangan pendidikan.
Sumber-sumber yang ada dalam masyarakat diberdayakan seoptimal
mungkin, baik sumber daya manusia maupun sumber dana untuk
pendidikan.
Sekolah menjadi tanggung jawab masyarakat (komite sekolah),
dan sekolah tidak bekerja sendirian untuk memajukan pendidikan.
Keberadaan Komite Sekolah bersama Dewan Pendidikan secara legal
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
27
formal telah dituangkan dalam Kepmendiknas No. 044/U/2002.
Berdasarkan Kepmen tersebut, komite sekolah merupakan sebuah badan
mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di
satuan pendidikan. Untuk penamaan badan tersebut disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan daerah masing-masing satuan pendidikan, seperti
Komite Sekolah, Majelis Madrasah, M ajelis Sekolah, atau nama lainnya.
Komite sekolah yang berkedudukan di setiap satuan pendidikan,
merupakan badan mandiri yang tidak memiliki hubungan hierarkis
dengan lembaga pemerintahan. Adapun tujuan komite sekolah menurut
Tilaar (2004) yaitu: 1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa
masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program
pendidikan di satuan pendidikan, 2) meningkatkan tanggungjawab dan
peran masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, dan 3) menciptaan
suasana dan kondisi transparansi, akuntabel, dan demokratis dalam
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan
pendidikan.
B. Penelitian Terdahulu
1. Ali M ursidi, 2013 Pengelolaan Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Di SD Islam Al Azhar 29 Semarang.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui: a. Bagaimana manajemen komite sekolah dalam meningkatkan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
28
kualitas pendidikan di SD Islam (Sekolah Dasar Islam) Al Azhar 29 Semarang,
b. Apa saja faktor pendukung dan penghambat manajemen komite sekolah
dalam meningkatkan kualitas pendidikan M adrasah Ibtidaiyah Al-Azhar 29
Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen komite sekolah
dalam meningkatkan kualitas pendidikan di M adrasah Ibtidaiyah Al-Azhar 29
Semarang, sudah cukup baik. Manajemen komite sekolah dalam meningkatkan
kualitas pendidikan dilakukan dengan mengoptimalkan empat peran komite
sekolah, yaitu: agensi penasehat, agensi pendukung, agensi pengendali, dan
agensi mediator. Faktor pendukung manajemen Komite Sekolah adalah tingkat
dukungan dari orang tua, dewan asosiasi (Jam'iyyah) didominasi oleh ibu.
Selain itu, faktor penghambatnya adalah aktivitas individual dewan pengurus,
sebagian dewan pengurus tidak melakukan tugasnya.
2. Christian Siregar, 2010, Peran Komite Sekolah Dalam Penyaluran Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) (Studi Deskriptif: SD.N Tarutung, Tapanuli
Utara). Penelitian ini berjudul Peran Komite Sekolah dalam Penyaluran
Bantuan Operasional Sekolah (Studi Deskriptif: SD. N Tarutung, Tapanuli
Utara). Penelitian ini dilakukan di SD. N Tarutung, Tapanuli Utara. Adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa yang di lakukan oleh Komite
Sekolah di dalam menjalankan peran dan fungsinya di dalam penyaluran dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Penelitian ini menggunakan wawancara
dengan informan kunci yaitu Ketua Komite Sekolah SD. N Tarutung, Tapanuli
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
29
Utara dan informan biasa yaitu Kepala Sekolah SD. N Tarutung, Tapanuli
Utara beserta orang tua siswa. Kemudian data yang diperoleh dianalisa dengan
metode analisa deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam
penyaluran dana BOS, Komite Sekolah melaksanakan peran dan fungsinya
dengan beracuan kepada Kepmendiknas Nomor 44 Tahun 2002 dan Buku
Acuan Penggunaan dana BOS. Pendistribusian dana BOS dilakukan dengan
melalui beberapa tahap yang dimulai dari perencanaan hingga penggunaan
dana BOS. Di dalam perencanaan, penggunaan dana BOS dibagi kedalam
kriteria penggunaan dana BOS diantaranya kriteria Kinerja Satuan Pendidikan,
kriteria Tenaga Pendidikan, kriteria Fasilitas Pendidikan dan hal lain yang
terkait dengan pendidikan. Pendistribusian dana BOS SD. N Tarutung,
Tapanuli Utara dilakukan dengan cara transparan, akuntabel dan demokratis
dimana penggunaan dana BOS selalu di publikasikan kepada umum dan
Komite Sekolah juga selalu melibatkan masyarakat, orang tua siswa dan pihak
terkait dalam melaksanakan peran dan fungsinya. Berdasarkan data-data yang
diperoleh, baik dari hasil wawancara dan juga hasil pengamatan, peneliti
melihat bahwa tidak terdapat seksi-seksi di dalam keanggotaan Komite
Sekolah SD. N Tarutung, Tapanuli Utara. Pembentukan seksi di dalam
keanggotaan Komite Sekolah sangat diperlukan karena pembentukan seksi
dapat semakin meningkatkan kinerja anggota Komite sekolah dimana akan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
30
didapatkan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang semakin jelas di
antara anggota Komite Sekolah.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Komparatifartinya.M enurut Nazir
(2005: 58) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin
mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis
faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu.
Penelitian komparatif merupakan penelitian yang bersifat membandingkan.
Penelitian inidilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau
lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka
pemikiran tertentu. Pada penelitian ini variabelnya masih mandiri tetapi untuk
sampel yang lebih dari satu atau dalam waktu yang berbeda. Jadi, penelitian
komparatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara
dua data atau lebih dari suatu variabel tertentu.
Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan.
Penelitian inidilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau
lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka
pemikiran tertentu. Pada penelitian ini variabelnya masih mandiri tetapi untuk
sampel yang lebih dari satu atau dalam waktu yang berbeda.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
32
M enurut Nazir (2005: 58) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian
deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat,
dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu
fenomena tertentu.
B. S ubyek penelitian
Dalam penelitian Komparatif terdiri dari 3 elemen yaitu tempat, pelaku, aktivitas.
Tempat menunjukan di mana tempat penelitia dilakukan dan pelaku adalah obyek
yang menjadi penelitian sedangkan aktivitas adalah merupakan data penunjang
sebagai variabel penelitian.
1. Informan ( Key Person )
Informan dalam penelitian ini sejumlah 4 orang yang terdiri dari: 1 orang
Kepala SMK 1 Kebumen, 1 orang guru, 1 orang tua siswa dan 1 orang Komite
Sekolah
2. Tempat/ obyek
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan 1 Kebumen Jln.
Cemara No. 37 Karangsari Kebumen.
C. S umber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh organisasi yang
menerbitkan atau menggunakannya. Sumber data primer pada penulisan ini
berasal hasil wawancara dan observasi.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
33
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organiasi yang
bukan merupakan pengolahan pengolahannya. Sedangkan data sekunder dari
penulisan ini berasal dari berbagai referensi yang terkait dengan materi
profesionalisme kerja, baik berupa buku, jurnal, peraturan Undang-Undang,
internet dan sebagainya. (Sunyoto, 2011)
D. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengevaluasi penggunaan dana Komite
Sekolah menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
1. Wawancara
Metode pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara
langsung/ tatap muka kepada informan kepada 5 orang narasumber.
2. Observasi
Pengamatan terhadap suatu obyek yang diteliti secara langsung untuk
memperoleh data untuk menunjang penelitian.
3. Study dokumen
Metode pengumpulan data dengan dokumen-dokumen yang ada.
E. Alat Analisis Penelitian
Data yang diperoleh bersifat kualitas berujud kata-kata dari pada deretan
angka-angka. Data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan
berlandasan yang kokoh, serta penjelasan tentang proses-prses yang terjadi dalam
lingkup setempat. Dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
34
peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup, pikiran orang-
orang setempat, dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat. Data
kualitatif oleh condong dapat membimbing kita untuk memperoleh penemuan-
penemuan yang tak terduga sebelumnya dan untuk membentuk kerangka teoritis
baru (M iles, 1992:2). Data tersebut membantu peneliti untuk melangkah lebih
jauh dari praduga dan kerangka kerja awal. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis data kualitatif. Teknik ini biasanya digunakan untuk
menganalisis data yang diperoleh dari metode observasi atau wawancara
(Notoatmodjo, 2002).
M etode penelitian yang dipergunakan adalah :
a. M etode Diskriptif kualitatif untuk penelitian faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan belum optimalnya penggunaan dana Komite Sekolah di SM K
Negeri 1 Kebumen
b. M etode Diskriptif kualitatif untuk penelitian mengapa penggunaan dana
Komite Sekolah di SM K Negeri 1 Kebumen belum optimal
c. M etode Komparatif kualitatif untuk penelitian penggunaan dana Komite
Sekolah di SM K Negeri 1
d. M etode Diskriptif kualitatif untuk penelitian Kebumen solusi ke depan untuk
mengoptimalkan dalam penggunaan Dana Komite sekolah.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at