Tgs Georah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

geologi sejarah

Citation preview

A. Formasi Nanggulan Formasi Nanggulan merupakan formasi yang paling tua di daerah pegunungan Kulon Progo. Singkapan batuan batuan penyusun dari Formasi Naggulan dijumpai di sekitar desa Nanggulan, yang merupakn kaki sebelah timur dari Pegunungan Kulon Progo. Penyusun batuan dari formasi ini menurut Wartono Raharjo dkk (1977) terdiri dari Batupasir dengan sisipan Lignit, Napal pasiran, Batulempung dengan konkresi Limonit, sisipan Napa dan Batugamping, Batupasir dan Tuf serta kaya akan fosil foraminifera dan Moluska. Diperkirakan ketebalan formasi ini adalah 30 meter. Marks (1957, hal.101) menyebutkan bahwa berdasarkan beberapa studi yang dilakukan olh Martin (1915 dan 31 ), Douville (1912), Oppernorth & Gerth (1928), maka formasi Nanggulan ini dibagai menjadi 3 bagian secara strtigrafis dari bawah ke atas adalah sebagai berikut a) Anggota ( Axinea Berds), marupakan bagian yang paling bawah dari formasi Nanggulan. Ini terdiri dari Batupasir dengan interkalasi Lignit, kemudian tertutup oleh batupasir yang banyak mengandung fosil Pelcypoda, dengan Axinea dunkeri Boetgetter yang dominan. Ketebalan anggota Axinea ini mencapai 40 m.

b) Anggota Djogjakartae (Djokjakarta). Batuan penyususn dari bagian ini adalh Napal pasiran, Batuan dan Lempung dengan banyak konkresi yang bersifat gampingan. Anggota Djokjakartae ini kaya akan Foraminifera besar dan Gastropoda. Fosil yang khas adalah Nummulites djokjakartae MARTIN, bagian ini mempunyai ketenalan sekitar 60 m. lingkungan pengendapan litoralsublitoral pinggir, bagian atas disusun napal dan batugamping berselingan dengan batupasir, fosil Discocylina omphalus lingkungan pengendapan sublitoral pinggir. Umurnya Eosen Tengah-Eosen Akhir, tebal 400 meter. Bagian atasnya merupakan Anggota Seputih litologi napal pelagis, mengandung fosil foram ; Gt.opima, Gt.cerroazualensis, dan Gt.mexicana berumur Eosen AkhirOligosen Akhir, lingkungan pengendapan sublitoral- laut terbuka, tebal 100 m.

Anggota Discocyclina (Discocylina Beds), Batuan penyususn dari bagian ini adalah Napal pasiran, Batupasir arkose sebagi sisipan yang semakin ke atas sering dijumpai. Discocyciina omphalus, merupakan fosil penciri dari bagian ini.Ketebalan dari anggota ini mencapai 200 m. Berdasarkan pada studi fosil yang diketemukan, Formasi Nanggulan mempunyai kisaran umur antara Eosen Tengah sampai Oligosen Atas (Hartono, 1969, vide Wartono Raharjo dkk, 1977).

B. Formasi Lahat Cekungan Sumatera Selatan adalah salah satu cekungan Tersier yang terbentuk di bagian timur Lajur Magmatik Barisan, sebagai Cekungan Busur Belakang. Cekungan tersebut terbentuk sejak awal Tersier dan berkembang selama Neogen, dialasi batuan dasar berumur Pra-Tersier (Gambar 2). Batuan sedimen tertua yang tersingkap di blok Sinamar yang terletak pada tepi barat cekungan adalah batuan Formasi Sinamar dan Formasi Rantauikil. Sedangkan di blok Bukit Bakar-Bukit Duabelas yang terletak pada deposenter adalah batuan Formasi Lahat, diikuti Formasi Talangakar, Baturaja, Gumai, Airbenakat, Muaraenim, dan diakhiri endapan Formasi Kasai (Gambar 3).

Terbentuknya cekungan dan pengisian sedimen ke dalam cekungan maupun subcekungan graben serta half-graben, sangat dipengaruhi oleh pola tektonik rifting yang berlangsung sejak Eosen Akhir. Perioda pembentukan horst, graben dan half-graben yakni pre-

rifting terjadi bersamaan dengan pengendapan Formasi Kikim atau Formasi Lahat pada Eosen Akhir hingga Oligosen Awal dalam suasana fluvial dan lakustrin. Namun di daerah penelitian Blok Sinamar, Blok Bukit Bakar dan Bukit Duabelas, tampaknya perioda pre-rifting tidak berpengaruh, karena pada blok-blok tersebut tidak dijumpai batuan karakteristik Formasi Kikim atau Formasi Lahat. Diduga, blok-blok tersebut baru berkembang pada perioda syn-rift Oligosen Akhir. Adapun, Simandjuntak (1994) menyebutkan bahwa Formasi Lahat berkembang di daerah blok Bukit Bakar-bukit Duabelas, namun data lapangan menunjukkan karakteristik yang lebih condong sebagai satuan batuan bagian bawah dari Formasi Talangakar. Kegiatan tektonik Oligosen Akhir mengakibatkan terjadinya rapid subsidence sebagai perioda syn-rift yang diawali dengan pengisian batuan Formasi Talangakar sampai batuan Formasi Gumai, dan hal ini berlagsung hingga Akhir Miosen Awal. Di daerah Blok Sinamar, berkembang batuan sedimen Formasi Sinamar dalam lingkungan fluvial sampai delta. Tektonik Miosen Tengah menyebabkan pengangkatan Lajur Magmatik Barisan dan batuannya menjadi sumber pengendapan sedimen Formasi Airbenakat dan sedimen Formasi Muaraenim yang mulai bersifat transgresif - sebagai endapan post-rift. Sementara, di daerah Blok Sinamar, berkembang batuan Formasi Rantauikil yang diduga diendapkan dalam lingkungan marine ( ? ). Kegiatan tektonik Plio-Plistosen, menyebabkan kompresi dan pengangkatan intensif pada Lajur Magmatik Barisan yang berkembang secara regional, menghasilkan pola struktur berarah baratlaut-tenggara. Sistem sesar yang berkembang di daerah Sinamar, memiliki tiga pola utama yakni : Pola struktur barat - timur. Pola struktur ini pada blok bagian utara dibentuk oleh gaya 1 arah baratlaut - tenggara yang menghasilkan sesar-sesar geser menganan kompresional. Sedangkan pada blok bagian selatan (daerah Karangjaya) gaya 1 terbentuk pada arah baratdaya - timurlaut yang menghasilkan sesar geser mengiri (Gambar 4). Pola struktur timurlaut - baratdaya. Pola ini dibentuk oleh sesar-sesar geser menganan ekstensional dari gaya 1 timurlaut - baratdaya. Sesarsesar geser bersifat ekstensional ini menciptakan bukaan-bukaan lokal (small pull-apart

basin) di sepanjang zona patahan, dan diperkirakan berumur Miosen Awal - Miosen Akhir (setelah akhir pengendapan Formasi Sinamar) atau pada umur yang lebih muda (Pliosen).

C. Formasi Wungkal-Wonosari Formasi ini secara umum terdiri dari batu gamping, batu pasir, napal pasiran, dan batu lempung diendapkan tidak selaras diatas basement. Batas dari formasi ini batasnya tidak jelas dan sulit untuk dipisahkan. Formasi Wonosari yang tersusun oleh batugampung berlapis, napal dan batugamping terumbu. Sebagian besar dari formasi Wonosari membentuk morfologi kerucut krast di kawasan Gunung Sewu. Kandungan foram besar umumnya berupa Lepidocyclina sp dan Miogypsinas sp disamping kandungan foram kecil dan molusca.