Upload
ginanjar-saputra
View
159
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tentunya kita sering mendengar tentang pajak. Pajak adalah iuran wajib
yang dibayarkan oleh wajib pajak berdasarkan norma–norma hukum untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran kolektif guna meningkatkan kesejahteraan
umum yang balas jasanya tidak diterima secara langsung. Pajak yang ada
sekarang ini sebenarnya sudah dikenal sejak zaman dahulu. Zaman dahulu ,pajak
dikenal dengan sebutan upeti. Upeti merupakan sejumlah uang emas dan harta
lainnya yang dipersembahkan kepada raja yang berkuasa dan dijadikan sebagai
sumber penerimaan untuk membiayai negara atau kerajaanya.
Di Indonesia, Undang-Undang mengenai pajak diatur dalam Undang-
Undang No 16 tahun 2000, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 (UU KUP). Di dalam Undang-Undang tersebut berisikan mengenai aturan-
aturan dan ketentuan serta tata cara dalam melakukan hal yang berhubungan
dengan pajak. Setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat, wajib
membayarkan pajak kepada pemerintah.
Orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu disebut sebagai wajib
pajak. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23A , disebutkan bahwa
“Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang-undang.” Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak
memiliki fungsi yang luas antara lain sebagai alat untuk menentukan politik
perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam meningkatkan
kesejahteraan umum, suatu negara tidak akan mungkin menghendaki merosotnya
kehidupan ekonomi masyarakatnya. Umumnya dikenal dengan dua macam fungsi
pajak, yaitu fungsi budgetair dan fungsi regulerend.1
1 Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, Perpajakan Konsep, Teori, dan Isu, Kencana: Prenada Media Grup. hal. 25.
1
Bagian tahun dalam pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) tahun
pajak. Sistem pemungutan pajak di Indonesia pada saat ini menggunakan full self
assessment system yang artinya dalam penghitungan dan pemungutan pajak
dilakukan oleh wajib pajak sendiri dan bila menemui kesulitan ,wajib pajak dapat
bertanya pada aparat pajak. Selain itu, dengan full assessment system wajib pajak
harus menghitung sendiri jumlah seluruh penghasilan yang telah
diperolehnya,menghitung sendiri jumlah pajak yang terutang ,menghitung sendiri
jumlah pajak yang telah dibayar atau dapat dikreditkan ,menghitung sendiri
jumlah pajak yang masih harus dibayar, menyetor sendiri jumlah pajak yang
masih harus disetor ke Kas Negara via bank persepsi, dan wajib pajak wajib
mengisi serta melaporkan sendiri Surat Pemberitahuan (SPT) dan Surat Setoran
Pajak (SSP) ke DJP/ kantor pajak Dalam self-assessment system, fungsi
aparat pajak adalah memberikan penyuluhan, pembinaan, dan pelayanan serta
melakukan pengawasan atas kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya.
Tahap awal seorang wajib pajak adalah mendaftarkan diri pada kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib
Pajak. Nomor Pokok Wajib Pajak yaitu nomor yang diberikan kepada wajib pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana krisis yang melanda pada perusahaan apakah ada pengaruhnya
terhadap kewajiban membayar pajak ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Analisis Kasus
Pelasanaan pemungutan pajak memerlukan suatu sistem yang telah
disetujui masyarakat melalui perwakilannya di dewan perwakilan, dengan
menghasilkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
pelaksanaan perpajakan bagi fiskus maupun bagi wajib pajak. Sistem pemungutan
pajak yang berlaku di Indonesia menuntut wajib pajak untuk turut aktif dalam
menentukan kewajiban perpajakannya. Sistem pemungutan yang berlaku adalah
self assesment system, dimana segala pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan
sepenuhnya oleh wajib pajak, fiskus hanya melakukan pengawasan melalui
prosedur pemeriksaan.2
Pemerintah meminta perusahaan yang terpukul karena krisis memberikan
data gaji kotor pekerjanya dengan jujur terhadap kewajiban membayar pajak
penghasilan (PPh pasal 21). Hal ini dimaksudkan agar pemberian stimulus akan
benar-benar membantu pekerja. Safri Nurmantu mengatakan bahwa kepatuhan
perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.
Ada dua macam kepatuhan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material.
Kepatuhan Formal adalah suatu keadaan di mana wajib pajak memenuhi
kewajibanya secara formal sesuai dengan ketentuan undang-undang
perpajakan.
Kepatuhan material adalah suatu keadaan di mana wajib pajak secara
substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material
perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang Perpajakan.
Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal.
Menurut Dirjen Pajak Darmin Nasution mengatakan, mekanisme
pemberian insentif PPh pasal 21 tersebut sudah sangat jelas. Dalam hal ini yang
belum tuntas pembahasannya adalah bidang usaha apa saja yang akan diberi
2 Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu. op. cit. hal. 109.
3
insentif. Menurut dia, dalam kondisi normal, penerimaan pajak dari PPh pasal
21mencapai Rp 40 triliun. Di insentif itu kita hanya punya Rp 6,5 triliun dari Rp
40 triliun yang bisa kita terima, sehingga kita benar-benar harus pilih-pilih
bidangnya, tidak semua bisa dapat insentif.
Perusahaan yang mengalami kerisis tersebut, menurut Darmin, cukup
menginformasikan kepada Dirjen pajak bahwa mereka mengalami penurunan
laba. Secara otomatis penurunan angsuran bisa dilakukan. Insentif ini dipercaya
akan bisa membantu likuiditas perusahaan.
Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi sejak tahun 1997 telah
menimbulkan dampak negatif yang luas terhadap sektor perbankan, usaha
investasi, kesempatan kerja, dan makro ekonomi. Hal ini terjadi karena banyaknya
utang luar negeri dan dalam negeri (valuta asing) mengalami kenaikan sebagai
akibat terdepresiasinya secara signifikan nilai rupiah terhadap mata uang asing
(dolar Amerika Serikat). Dalam rangka pemulihan kegiatan perekonomian
nasional pemerintah perlu menempuh kebijaksanaan khusus restrukturisasi utang
dalam bentuk:
1. Pembebasan sebagian atau seluruh utang;
2. Pengalihan harta untuk penyelesaian utang; dan
3. Perubahan utang menjadi penyertaan modal.
Restrukturisasi utang ini diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi
sehingga perlu didorong dengan pemberian fasilitas perpajakan yang sifatnya
terbatas baik jenis maupun jangka waktunya. Dengan harapan fasilitas tersebut
dapat pula dimanfaatkan oleh mereka yang benar-benar berhak, terarah, dan
terkendali sesuai maksud dan tujuannya.
4
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dalam praktiknya hukum pajak berkaitan erat dengan teori daya pikul,
dimana setiap orang akan membayar pajak sesuai dengan kemampuan dari wajib
pajak. Begitu juga dalam perusahaan, menurut Darmin Nasution sebagai Dirjen
Pajak menjelaskan yang pada prinsipnya kondisi perusahaan akan sangat
berpengaruh dalam menalankan kewajibannya dalam memenuhi kewajiban
membayar pajak.
5
DAFTAR PUSTAKA
Devano, Sony, dan Siti Kurnia Rahayu. 2006, Perpajakan Konsep, Teori, dan Isu,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Waluyo, dan Wirawan B. Ilyas. 2002, Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba
Empat.
6