26
TUGAS PERATURAN LELANG DISUSUN OLEH : Petra Aprison 124214532 MAGISTER KENOTARIATAN

TGS HKM PAJAK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TUgas Hukum Pajak

Citation preview

Page 1: TGS HKM PAJAK

TUGAS

PERATURAN LELANG

DISUSUN OLEH :

Petra Aprison 124214532

MAGISTER KENOTARIATAN

UNIVERSITAS SURABAYA

2015

Page 2: TGS HKM PAJAK

Pemeriksaan dan Penyelidikan Pajak

Pemeriksa Pajak adalah pegawai negeri sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak atau

tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak yang diberi tugas, wewenang dan

tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan pajak.

Ada 4 dasar hukum mengenai pemeriksaan pajak, yaitu:

1. PP No. 31 Tahun 1986 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak yang tujuannya adalah

menetapkan jumlah pajak terutang.

2. PP di atas dicabut dengan PP No.43 Tahun 1994 dimana tata cara pemeriksaan cukup

diatur melalui Keputusan Menteri Keuangan

3. Kepmen No. 625/KMK 04/1994 tertanggal 27 Desember 1994 yang berlaku 1 Januari

1995 bahwa tujuan pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

4. Selanjutnya kepmen di atas dinyatakan tidak berlaku lagi digantikan dengan Kepmen No.

545/KMK/2000 tanggal 22 Desember 2000 dengan tujuan hampir sama.

Sesuai dengan Kepmen No. 545/KMK.04/2000 tertanggal 22 Desember 2000 disebutkan

bahwa tujuan pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan dan pembinaan kepada WP dan tujuan lain

dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan

untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dilakukan dalam beberapa hal, yaitu:

1. SPT menunjukkan kelebihan pembayaran pajak, termasuk yang telah diberikan

pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.

2. SPT Tahunan Pajak Penghasilan menunjukkan rugi fiskal.

3. SPT tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang telah ditetapkan.

4. SPT yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh Dirjen Pajak.

5. Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban tersebut pada angka 3 tidak

dipenuhi.

Page 3: TGS HKM PAJAK

TEKNIK PEMERIKSAAN PAJAK

Penting bagi si pemeriksa pajak untuk memahami teknik-teknik dalam pemeriksaan. Hal ini bertujuan agar hasil pemeriksaan dapat terbukti dengan baik dan benar. Ada beberapa teknik dalam melakukan pemeriksaan pajak, yaitu:1. Melakukan Evaluasi khususnya terhadap kebenaran formal SPT mengenai informasi

umum kegiatan usaha, kelengkapan SPT beserta lampiran-lampirannya dan juga Sistem pengendalian intern untuk pemisahan fungsi rangkap (penentuan apakah terdapat duplikasi/multi fungsi pada satu/beberapa orang)

2. Analisis Angka-angka- SPT vs Laporan keuangan

- Perbandingan beberapa tahun terakhir (komparasi antarwaktu)

- Perbandingan dengan standar yang berlaku (komparasi di dalam perusahaan sendiri atau dengan perusahaan lain yang sejenis)

- Rasio (nisbah) biaya terhadap penjualan, produksi, dll3. Melacak dan Memeriksa Dokumen

- Dokumen intern & ekstern (bila pengendalian intern sudah baik, tidak perlu dilakukan pelacakan & pemeriksaan atas dokumen intern)

- Pihak yang menerbitkan dokumen

- Keabsahan dokumen (vouching)

- Proses dokumen4. Pengujian Kaitan (Re-test atas proses dokumen)

- Dokumen dasar. Contoh: faktur penjualan (commercial/pajak) DO (delivery order) yang merupakan bukti pengiriman barang.

- Arus barang. Rumusnya adalah persediaan awal ditambah pembelian dikurangi persediaan akhir lalu dicocokkan dengan buku penjualan.

- Arus uang. Rumusnya adalah saldo awal kas/bank + penerimaan – pengeluaran = saldo akhir atau saldo akhir + pengeluaran – saldo awal = penerimaan. Lalu dicocokkan antara cash opname dengan buku kas.

- Arus utang-piutang. Untuk utang akan diuji kaitannya dengan pembelian kredit. Rumusnya adalah saldo akhir utang + pelunasan utang – saldo awal utang = pembelian kredit. Sedangkan untuk piutang akan diuji kaitannya dengan penjualan kredit. Rumusnya adalah saldo akhir piutang + penerimaan piutang – saldo awal piutang = penjualan kredit

5. Pengujian atas Mutasi Setelah Tanggal Neraca- Penekanan terhadap pos-pos yang sangat relevan dengan kelengkapan penjualan &

pembelian utang-piutang6. Pemanfaatan Informasi dari Pihak Ketiga

- Hasil pemeriksaan pajak WP lain

- Data dari berbagai instansi pemerintah, BUMN/BUMD

Page 4: TGS HKM PAJAK

- Pihak ketiga lainnya : WP lain dan pengaduan masyarakat7. Pengujian Fisik

- Barang dagang stock opname

- Kas cash opname

- Inventaris/aktiva tetap untuk mendeteksi apakah ada pencatatan fiktif/ganda, terutama untuk perusahaan group

8. Peninjauan ke Tempat-tempat Produksi, Penyimpanan, dan Penjualan- Untuk mengetahui proses produksi, uji atas metode penilaian persediaan barang

dagang, dan mengetahui arus barang9. Rekonsiliasi

- Adalah upaya mencocokkan angka-angka dari 2 (dua) atau lebih sumber yang terpisah mengenai hal yang sama. Contoh :

- Penjualan antara pencatatan pembukuan penjualan dengan SPT Masa PPN

- Biaya karyawan antara pencatatan pembukuan (audit report) dengan SPT Tahunan PPh Pasal 21

- Rekonsiliasi bank antara saldo rekening koran dengan buku kas/bank perusahaan10. Konfirmasi

- Upaya mendapatkan keterangan dari pihak ketiga untuk meyakinkan kebenaran atau keabsahan data atau informasi dari WP yang diperiksa melalui korespondensi (surat, facsimile atau bukti tertulis lain)

- Melakukan pemeriksaan keterkaitan terhadap pihak ketiga yang berhubungan dengan WP yang sedang diperiksa (dimintakan kepada Instansi pemeriksa pajak)

11. Sampling- Pengujian sebagian bukti-bukti yang dipilih berdasarkan metode tertentu (statistical

& non statitistical sampling) dan representative (mewakili)- Perencanaan. Dalam penentuan sampel harus dilihat hubungan antar sampel yang

akan dipilih dengan tujuan pemeriksaan- Seleksi. Sampel yang dipilih harus dapat mewakili populasi

- Tujuan. Untuk menghemat waktu & tenaga dalam menentukan sampai sejauh mana penyimpangan/deviasi dapat ditolerir

- Pemakaian teknik sampling, dapat ditentukan oleh pemeriksa12. Pemeriksaan WP yang pembukuannya menggunakan sistem komputer

- Tanpa menggunakan computer (audit around the computer)Contoh : pemeriksaan dokumen konvensional untuk faktur pajak dibandingkan dengan output komputer

- Menggunakan computer (audit through the computer)

METODE PEMERIKSAAN PAJAK

Page 5: TGS HKM PAJAK

Ada 2 metode dalam pemeriksaan pajak yaitu metode langsung dan tidak langsung. 1. Metode langsungPengujian kebenaran/validitas angka-angka SPT secara langsung terhadap :

• Laporan keuangan

• Sistem akuntansi/pembukuan (catatan, jurnal, buku besar/ledger/trial balance, dsb)

• Dokumen-dokumen pendukung pencatatan2. Metode tidak langsungPengujian kebenaran/validitas angka-angka SPT secara tidak langsung melalui perhitungan tertentu, antara lain:

• Digunakan untuk melengkapi metode metode langsung, apabila metode langsung tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan. Indikatornya antara lain :- Pembukuan/catatan WP tidak lengkap/tidak dipercaya kebenarannya

- Buku/catatan/dokumen pendukung tidak ada/hilang

- Diketemukan ketidakberesan dalam pembukuan/catatan WP (pengendalian intern lemah)

- Antara penghasilan dengan pengeluaran pribadi tidak serasi

- WP memilih untuk menggunakan norma penghitungan

• Hasil perhitungan metode tidak langsung merupakan petunjuk awal (sehingga masih perlu dilakukan pembuktian secukupnya untuk dapat mengambil kesimpulan) ketidakbenaran angka-angka dalam SPT

Ketetapan  pajak, 

pada umumnya tidak terlepas dari subyek  pajak yaitu mereka (orang atau badan) yang

memenuhi syarat subyektif, yaitu syaratyang melekat pada orang atau badan sesuai

dengan apa yang ditentukan oleh undang-undang.Sedangkan obyek pajak artinya mereka

mempunyai potensi untuk dikenai pajak,tetapi belum tentu dikenai pajak. Sementara itu,

wajib pajak adalah mereka (orang atau badan) yang selain memenuhi syarat subyektif,

juga harus memenuhi syarat obyektif.Jadi wajib pajak itu tidak hanya potensial untuk

dikenakan pajak, melainkan lebih dari itu memang sudah dikenakan kewajiban untuk

membayar utang pajak. Di dalam menentukan besarnya pajak yang terutang

seringterjadi perselisihan wajib pajak dan petugas pajak. Perselisihan tersebut terjadi

karena adanya perbedaan pendapat antara wajib pajak dan petugas pajak mengenai suatu

masalah seperti peraturan dan penafsiran fiskus atas suatu fakta, dan kesalahan hitung

atau tulis. Prinsip self-assessment dalam pemenuhan kewajiban perpajakan adalah bahwa

Wajib Pajak (WP) diwajibkan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar sendiri,

dan melaporkan pajak yang terutang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

Page 6: TGS HKM PAJAK

perpajakan, sehingga penentuan besarnya pajak yang terutang dipercayakan pada WP

sendiri melalui Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikannya.

b) Penerbitan suatu surat ketetapan pajak hanya terbatas kepada WP tertentu yang

disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena ditemukannya data ?

skal yang tidak dilaporkan oleh WP.

Fungsi Ketetapan pajak

Surat ketetapan pajak berfungsi sebagai :

a.    Sarana untuk melakukan koreksi terhadap WP tertentu yang nyata-nyata atau

berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban materil

dalam memenuhi ketentuan perpajakan.

b.    Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.

c.    Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.

d.    Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar

e.    Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.

Jenis-jenis Ketetapan Pajak

a.    Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Adalah surat ketetapan pajak yang

menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan

pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.

b.    Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) Adalah surat ketetapan

pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan sebelumnya.

c.    Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) Adalah surat ketetapan pajak yang

menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar

daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

d.    Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) Adalah surat ketetapan pajak yang menentukan

jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan

tidak ada kredit pajak.

Page 7: TGS HKM PAJAK

Jenis Ketetapan Pajak

Dibawah ini merupakan jenis ketetapan pajak, adalah sebagai berikut.

1. Surat Tagihan Pajak (STP)

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

5. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

6. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang

Pengertian Penagihan Pajak

Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan

biaya penagihan pajak dengan mengatur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan

seketika dan sekaligus memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan

penyitaan, melakukan penyanderaan, menjual barang-barang yang telah disita.

Penagihan Pajak Pasif, Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan

Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan yang menyebabkan pajak terutang

menjadi lebih besar, Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih

besar, Surat Keputusan Banding yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar. Jika

dalam jangka waktu 30 hari belum dilunasi, maka 7 hari setelah jatuh tempo akan diikuti dengan

penagihan pajak secara aktif yang dimulai dengan menerbitkan surat teguran.

Penagihan Pajak Aktif, Penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari Penagihan Pajak Pasif,

dimana dalam upaya penagihan ini Fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim surat

tagihan atau surat ketetapan pajak, tetapi akan diikuti dengan tindakan sita dan dilanjutkan

dengan pelaksanaan lelang.

Tahapan penagihan pajak

a. Surat Teguran

Apabila utang pajak yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, tidak dilunasi melewati 7 hari dari batas

waktu jatuh tempo (satu bulan sejak tanggal diterbitkannya)

b. Surat Paksa

Page 8: TGS HKM PAJAK

Apabila utang pajak tidak melunasi setelah 21 hari dari tanggal surat teguran maka akan

diterbitkan Surat Paksa yang disampaikan oleh Juru Sita Pajak Negara dengan dibebani biaya

penagihan paksa sebesar Rp 50.000,00. Utang pajak harus dilunasi dalam waktu 2 x 24 jam.

c. Surat Sita

Apabila utang pajak belum juga dilunasi dalam waktu 2 x 24 jam dapat dilakukan tindakan

penyitaan atas barang-barang Wajib Pajak, dengan dibebani biaya pelaksanaan sita sebesar Rp

100.000,00.

d. Lelang

Dalam waktu 14 hari setelah tindakan penyitaan, utang pajak belum dilunasi maka akan

dilanjutkan dengan tindakan pelelangan melalui Kantor Lelang Negara. Dalam hal biaya

penagihan paksa dan biaya pelaksanaan sita belum dibayar maka akan dibebankan bersama-sama

dengan biaya iklan pengumuman lelang dalam surat kabar dan biaya lelang pada saat pelelangan.

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

Pengertian;

1. Peganggung Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang bertanggung jawab atas

pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib

Pajak menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan.

2. Pejabat adalah pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Juru Sita Pajak,

menerbitkan Surat Perintah Penagihan dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah melakukan

Penyitaan, Surat Pencabutan Sita, Pengumuman Lelang, Surat Penentuan Harga Limit,

Pembatalan Lelang, Surat Perintah Penyanderaan, dan Surat lain yang diperlukan untuk

penagihan pajak sehubungan dengan Penanggung Pajak tidak melunasi sebagian atau

seluruh utang pajak menurut undang-undang dan peraturan daerah.

3. Juru Sita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika

dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan, dan penyanderaan

4. Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak

dan Biaya Penagihan Pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan

seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan,

melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang sudah disita

Page 9: TGS HKM PAJAK

5. Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa

bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak, atau surat

sejenisnya berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan

6. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya Penagihan Pajak

7. Objek Sita adalah barang Penanggung Pajak yang dapat dijadikan jaminan utang pajak

8. Barang adalah tiap benda atau hak yang dapat dijadikan objek sita

9. Pemblokiran adalah tindakan pengamanan harta kekayaan milik Penanggung Pajak yang

tersimpan pada Bank dengan tujuan agar terhadap harta kekayaan yang dimaksud tidak

terdapat perubahan apapun, selain penambahan jumlah atau nilai

10. Penyitaan adalah tindakan Juru Sita Pajak untuk menguasai barang penanggung pajak, guna

dijadikan jaminan melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan

11. Badan adalah sekumpulan orang dan/ atau modal yang merupakan kesatuan baik yang

melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,

perusahaan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerahdengan

nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan, perkumpulan,

yayasan, organisasi massa, organisasi social politik atau organisasi yang sejenis, lembaga,

bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya

12. Pengadilan Negeri adalah Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat

tindakan penagihan pajak dilaksanakan

13. Surat teguran, surat peringatan, atau surat lain yang sejenis adalah surat yang diterbitkan

oleh Pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang

pajaknya

14. Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh

Juru Sita Pajak kepada penaggung pajak tanpa menunggu jatuh tempo pembayaran, yang

meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak

15. Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran harga secara

lisan dan/ tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau oleh calon pembeli

16. Kantor lelang adalah kantor yang berwenang melaksanakan penjualan secara lelang

17. Risalah lelang adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh pejabat lelang atau

kuasanya dalam bentuk yang ditentukan peraturan perundang-undangan lelang. Pencegahan

adalah larangan yang bersifat sementara terhadap Penanggung Pajak tertentu untuk keluar

Page 10: TGS HKM PAJAK

dari wilayah negara Republik Indonesia berdasarkan alas an tertentu sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan

18. Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan penanggung pajak dengan

menempatkannya di tempat tertentu

19. Gugatan atau Sanggahan adalah upaya hukum terhadap pelaksanaan penagihan pajak atau

kepemilikan barang sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Ada 2 macam Sanksi Perpajakan

Sanksi Administrasi yang terdiri dari:

a. Sanksi Adrninistrasi Berupa Denda

Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam UU perpajakan.

Terkait besarannya denda dapat ditetapkan sebesar jumlah tertentu, persentase dari jumlah

tertentu, atau suatu angka perkalian dari jumlah tertentu.

Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambah dengan sanksi pidana.

Pelanggaran yang juga dikenai sanksi pidana ini adalah pelanggaran yang sifatnya alpa atau

disengaja. Untuk mengetahui lebih laniut, dalam tabel 1 dimuat hal-hal yang dapat

menyebabkan sanksi administrasi berupa denda, bentuk pengenaan denda, dan besarnya

denda.

b. Sanksi Aministrasi Berupa Bunga

Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan atas pelanggaran yang menyebabkan utang

pajak menjadi lebih besar. Jumlah bunga dihitung berdasarkan persentase tertentu dari suatu

jumlah, mulai dari saat bunga itu menjadi hak/kewajiban sampai dengan saat diterima

dibayarkan.Terdapat beberapa perbedaan dalam menghitung bunga utang biasa dengan

bunga utang paiak. Penghitungan bunga utang pada umumnya menerapkan bunga majemuk

(bunga berbunga). Sementara, sanksi bunga dalam ketentuan pajak tidak dihitung

berdasarkan bunga majemuk.Besarnya bunga akan dihitung secara tetap dari pokok pajak

yang tidak/kurang dibayar. Tetapi, dalam hal Waiib Paiak hanya membayar sebagian atau

tidak membayar sanksi bunga yang terdapat dalam surat ketetapan pajak yang telah

diterbitkan, maka sanksi bunga tersebut dapat ditagih kembali dengan disertai bunga lagi

Perbedaan lainnya dengan bunga utang pada umumnya adalah sanksi bunga dalam ketentuan

Page 11: TGS HKM PAJAK

perpajakan pada dasarnya dihitung 1 (satu) bulan penuh. Dengan kata lain, bagian dari bulan

dihitung 1 (satu) bulan penuh atau tidak dihitung secara harian.

c. Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan

Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi berupa kenaikan adalah sanksi yang

paling ditakuti oleh wajib Pajak. Hal ini karena bila dikenakan sanksi tersebut, jumlah pajak

yang harus dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa kenaikan pada dasarnya

dihitung dengan angka persentase tertentu dari jumlah pajak yang tidak kurang dibayar.Jika

dilihat dari penyebabnya, sanksi kenaikan biasanya dikenakan karena Wajib Pajak tidak

memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam menghitung jumlah pajak terutang.

2. Sanksi Pidana

istilah sanksi pidana dalam peradilan umum. Dalam perpajakan pun dikenai adanya sanksi

pidana. UU KUP menyatakan bahwa pada dasarnya, pengenaan sanksi pidana merupakan

upaya terakhir untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.Namun, pemerintah masih

memberikan keringanan dalam pemberlakuan sanksi pidana dalam pajak, yaitu bagi Wajib

Pajak yang baru pertama kali melanggar ketentuan Pasal 38 UU KUB tidak dikenai sanksi

pidana, tetapi dikenai sanksi administrasi. Pelanggaran Pasal 38 UU KUP adalah tidak

menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap,

atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian

pada pendapatan negara.

Page 12: TGS HKM PAJAK

Restritusi Pajak

Restitusi Pajak terdapat dalam Pasal 17 ayat (1) yang jatuh temponya bersamaan dengan

daluwarsa penetapan ada dua jenis, pertama berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

nomor 198/PMK.03/2013 yang masuk ke penelitian. Dengan masuknya ke penelitian berarti

semua Kantor Pelayanan Pajak akan memproses restitusi tersebut berdasarkan Pasal 17D

(Wajib Pajak dengan persyaratan tertentu). Tetapi karena sebab-sebab tertentu, kemudian

Kantor Pelayanan Pajak tidak jadi menerbitkan SKPPKP (Surat Keputusan Pengembalian

Pendahuluan Kelebihan Pajak). Sehingga atas restitusi tersebut kemudian dilakukan

pemeriksaan dan masuk jalur Pasal 17 ayat (1). Terhadap "perubahan arah" ini, maka Kantor

Pelayanan Pajak akan memberikan surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak. Sebaliknya

jenis yang kedua, bahwa restitusi itu bukan kemauan Wajib Pajak. Ini yang dimaksud Surat

Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-28/PJ/2013. Tetapi berdasarkan penelitian

internal DJP ternyata SPT Wajib Pajak seharusnya lebih bayar. Berbeda dengan yang

pertama. Kalau yang pertama sejak awal SPT Wajib Pajak memang menyatakan lebih bayar

dan meminta restitusi berdasarkan Pasal 17B atau Pasal 17D. Pasal 10 Peraturan Menteri

Keuangan nomor 198/PMK.03/2013 mengatur: Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan

Kelebihan Pajak tidak diterbitkan dalam hal berdasarkan hasil penelitian menunjukkan:

1. tidak terdapat kelebihan pembayaran pajak;

2. Surat Pemberitahuan beserta lampirannya tidak lengkap;

3. penulisan dan penghitungan pajak tidak benar;

4. kredit pajak atau Pajak Masukan berdasarkan sistem aplikasi Direktorat Jenderal Pajak

tidak benar;

5. pembayaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak tidak benar; atau

6. Wajib Pajak dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan atau Penyidikan tindak pidana di

bidang perpajakan.

7. KEBERATAN & BANDING

Page 13: TGS HKM PAJAK

Tata Cara Pengajuan Keberatana. Yang dimaksud dengan “Keberatan”

Dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan kemungkinan terjadi bahwa Wajib Pajak (WP) merasa kurang/ tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas pemotongan/ pemungutan oleh pihak ketiga. Dalam hal ini WP dapat mengajukan keberatan.

b. Hal-hal yang Dapat Diajukan KeberatanWajib Pajak dapat mengajukan keberatan atas:

1)  Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);

2) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT);

3) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB);

4) Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);

5) Pemotongan atau Pemungutan oleh pihak ketiga

Ketentuan Pengajuan Keberatan

Keberatan diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di tempat WP terdaftar,

dengan syarat:

a. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia.

b. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau

dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan WP dan disertai alasan-alasan yang

jelas.

c. Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis pajak dan satu tahun/ masa pajak.Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak dan keberatan yang tidak memenuhi syarat, dianggap bukan Surat Keberatan, sehingga tidak diproses.Mulai 1 Januari 2008 dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, Wajib Pajak wajib melunasi pajak yang harus dibayar paling sedikit sejumlah yang disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan.Jangka Waktu Pengajuan KeberatanKeberatan harus diajukan dalam Jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak tanggal dilakukan pemotongan/ pemungutan oleh pihak ketiga.a. Untuk surat keberatan yang disampaikan langsung ke KPP, maka jangka waktu 3 (tiga)

bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak dilakukan pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga sampai saat keberatan diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak.

b. Untuk surat keberatan yang disampaikan melalui pos (harus dengan pos tercatat), jangka waktu 3 bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak dilakukan pemotongan/ pemungutan oleh pihak ketiga sampai dengan tanggal tanda bukti pengiriman melalui Kantor Pos dan Giro.

Page 14: TGS HKM PAJAK

Penyelesaian KeberatanDirektur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua betas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan. Apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas ) telah lewat dan Direktorat Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap diterima. Keputusan keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak terhutang.Permintaan Penjelasan/Pemberian Keterangan Tambahan

a.    Untuk keperluan pengajuan keberatan WP dapat meminta penjelasan/ keterangan

tambahan dan Kepala KPP wajib memberikan penjelasan secara tertulis hal-hal yang

menjadi dasar pengenaan, pemotongan, atau pemungutan.

b.    WP dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis sebelum surat

keputusan keberatannya diterbitkan.Tata Cara Pengajuan Permohonan BandingApabila WP tidak atau belum puas dengan keputusan yang diberikan atas keberatan, WP dapat mengajukan banding kepada Pengadilan Pajak, dengan syarat:a.    Tertulis dalam bahasa Indonesia,b.    Dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan atas keberatan diterima.c.    Alasan yang jelas.d.    Dilampiri salinan Surat Keputusan atas keberatan.e.    Terhadap satu keputusan diajukan satu surat banding,f.    Jumlah pajak yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50%.Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. Putusan Pengadilan Pajak bukan merupakan keputusan Tata Usaha Negara.Yang dapat Mengajukan Banding ke Pengadilan Pajak1.     Bagi Wajib Pajak Badan oleh Pengurus;2.     Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi adalah yang bersangkutan atau ahli warisnya;3.     Kuasa Hukum dari butir diatas.Surat Uraian BandingSurat uraian banding adalah adalah surat terbanding kepada Pengadilan Pajak yang berisi jawaban atas alasan bandingyang diajukan oleh pemohon banding. Putusan Banding merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap, serta bukan Keputusan Tata Usaha Negara.

Dalam sejarah banding, jika dibuatkan prosentase Putusan Banding, maka sebagian besar Putusan Banding berpihak ke Wajib Pajak. Berdasarkan penelitian DJP sendiri, keputusanbanding yang membatalkan surat ketetapan pajak dikarenakan lemahnya proses pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksapajak. Artinya, banyak pemeriksaan pajak yang melakukan pemeriksaan tanpa dasar yuridis dan argumentasi yang kuat.Inilah kesempatan Wajib Pajak, walaupun untuk mencapai banding ini harus melalui jalan yang berliku.

Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian atau seluruhnya, maka kelebihan pembayarandikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% sebulan, untuk selama-lamanya 24 bulan.

Page 15: TGS HKM PAJAK

PENGADILAN PAJAK (DILJAK)

Dasar Hukum:

1. UU KUP PS 25 – 27A

2. UU No. 14 TAHUN 2002 : PENGADILAN PAJAK

3. KMK No. 485/KMK.03/203, 30 – 10 – 2003

Hukum Acara Pajak : semua peraturan dlm pemeriksaan di bidang perpajakan yg

memutus secaara adil bagi pihak-pihak yg berperkara melalui Pengadilan Pajak (Diljak),

Peradilan Pajak, ada 2 (dua), yaitu :

Peradilan Pajak Semu : peradilan di mana yg berperkara adalah WP dengan Fiskus (yg

menetapkan pajak), dan yg mengadili sbg hakim adalah Fiskus sendiri.

Susunan Diljak :

1) Pimpinan : Ketua dan maks 5 Wk Ketua

2) Hakim anggota;

3) Sekretaris;

4) Panitera.

Unsur-unsur dalam Proses Persidangan :

1) Hakim; majelis hakim atau hakim tunggal;

2) Pemohon Banding/ Penggugat : Wajib Pajak /Gungjak;

3) Terbanding /Tergugat : Dirjen Pajak, Dirjen BC, Gubernur/Bupati/Walikota;

4) Kuasa Hukum atau Kuasa WP;

5) Alat bukti;

6) Panitera

Page 16: TGS HKM PAJAK

PENINJAUAN KEMBALI

Apabila pihak yang bersangkutan tidak/belum puas dengan putusan Pengadilan Pajak, maka pihak yang bersengketa dapat mengajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak dan hanya dapat diajukan satu kali.

Alasan-alasan Peninjauan Kembali: 1.Putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada kebohongan atau tipu muslihat;2. Terdapat bukti tertulis baru penting dan bersifat menentukan;3. Dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari yang dituntut;4. Ada suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya;5. Putusan nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam hal Peninjauan Kembali terdapat beberapa ketentuan :1. Permohonan peninjauan kembali hanya dapat diajukan 1 (satu) kali kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak.2. Permohonan peninjauan kembali tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak.3. Permohonan peninjauan kembali dapat dicabut sebelum diputus, dan dalam hal sudah dicabut permohonan peninjauan kembali tersebut tidak dapat diajukan lagi.4. Hukum acara yang berlaku pada pemeriksaan peninjauan kembali adalah hukum acara pemeriksaan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, kecuali yang diatur secara khusus dalam Undang-undang Pengadilan Pajak.5. Mahkamah Agung memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali dengan ketentuan:a. Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak permohonan peninjauan kembali diterima oleh Mahkamah Agung telah mengambil putusan, dalam hal Pengadilan Pajak mengambil putusan melalui pemeriksaan acara biasa.b. Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak permohonan peninjauan kembali diterima oleh Mahkamah Agung telah mengambil putusan, dalam hal Pengadilan Pajak mengambil putusan melalui pemeriksaan acara cepat.6. Putusan Peninjauan Kembali adalah putusan Mahkamah Agung atas permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Wajib Pajak atau oleh Direktur Jenderal Pajak terhadap Putusan Banding atau Putusan Gugatan dari badan peradilan pajak.7. Putusan atas permohonan peninjauan kembali harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.

Page 17: TGS HKM PAJAK

JANGKA WAKTU DAN ALASAN PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI1. Permohonan Peninjauan Kembali dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam angka

1 dan 2 diajukan paling lambat 3 bulan sejak diketahuinya kebohongan atau tipu muslihat atau ditemukan bukti tertulis baru;

2. Permohonan Peninjauan Kembali dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam angka 3, 4, dan 5 diajukan paling lambat 3 bulan sejak putusan dikirim oleh Pengadilan Pajak.

Permohonan peninjauan kembali hanya dapat diajukan berdasarkan beberapa alasan dan dengan jangka waktu sebagai berikut:1. Apabila putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu

muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu maka pengajuan permohonan peninjauan kembali dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak diketahuinya kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan Hakim pengadilan pidana memperoleh kekuatan hukum tetap.

2. Apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan, yang apabila diketahui pada tahap persidangan di Pengadilan Pajak akan menghasilkan putusan yang berbeda maka permohonan dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak ditemukan surat-surat bukti yang hari dan tanggal ditemukannya harus dinyatakan di bawah sumpah dan disahkan oleh pejabat yang berwenang.

3. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut, kecuali yang diputuskan dengan mengabulkan sebagaian atau seluruhnya dan menambah Pajak yang harus dibayar maka permohonan dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak putusan dikirim.

4. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya maka permohonan dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak putusan dikirim.

5. Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku maka permohonan dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak putusan dikirim.Wajib Pajak yang mengajukan permohonan peninjauan kembali paling lama 3 bulan sejak tanggal keputusan kecuali force majeur, harus disertai bukti pendukung adanya keadaan luar biasa tersebut.