10
Ratna Wijayanti, Wiwik Setyaningsih, Avi Marlina/ Jurnal SENTHONG 2019 713 TIPOLOGI POLA RUANG SHOPHOUSES STUDI KASUS DI LASEM Ratna Wijayanti, Wiwik Setyaningsih, Avi Marlina Prodi Magister Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta [email protected] Abstrak Shophouses merupakan rumah deret beratap pelana yang sambung menyambung dengan tetangganya. Fenomena Shophouses ditemukan di kawasan Pecinan, yang terdapat di kota-kota pantai Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Sejauh ini keberadaan shophouses di Lasem perlu dikaji lebih lanjut karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan shopshouses yang berada di Indonesia Penelitian ini akanmenggunakan metode studi kasus ganda (4 objek) Yin untuk melihat bagaimana tipologi shophouses yang berada di Lasem, apakah terdapat keseragaman dan keragaman pola ruang shophouses yang berada di Lasem. Pendekatan peneitian dengan menggunakan tipologi, yang bertujuan untuk mengidentifikasi shophouses pada penggunaan ruang komersil sekaligus huniannya. Hasil dari penelitian ini ditemukan keragaman pola ruang shophouses di Lasem dengan penggunaan fungsi ruang hunian dan komersil yang fleksibel. Kata kunci: Arsitektur Jawa Pesisir, Arsitektur Cina, Lasem, Shophouses, Pecinan, Tipologi Bangunan 1. PENDAHULUAN Shophouses merupakan bangunan ciri khas Pecinan yang terdapat di kota-kota pantai Asia Tenggara. Alain Viaro (1992) meragukan shophouses berasal dari Cina, namun merupakan percampuran arsitektur akibat perdagangan disepanjang kota-kota pantai antara Cina dan Asia Tenggara oleh orang Barat, Cina dan penduduk setempat. Pecinan di Kota-Kota besar pantai utara Jawa seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya saat ini, sulit ditemui keberadaannya karena perubahan morpologi kotanya yang sangat cepat. Sedangkan pada Kota-Kota yang lebih kecil seperti Lasem, Pasuruan dan Probolinggo masih dapat diamati keberadaannya hingga saat ini. Lasem merupakan Kota kecil yang secara administrasi termasuk dalam wilayah Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Terletak di jalur pesisir utara Jawa antara Semarang dan Surabaya, kurang lebih 12 km sebelah timur Kota Rembang (Unjiya, 2014). Sejarah masa lalu Lasem sebagai salah satu pusat penampungan dan perlawanan terhadap pemerintah Belanda pada akhir peristiwa pembunuhan orang Tionghoa secara besar-besar di Batavia pada tahun 1740-an, membuat lingkungan perumahannya menjadi sangat tertutup. Disamping itu Lasem juga sangat tertinggal (pada akhir abad ke-19) dalam hal perkembangan ekonomi dibanding dengan kota-kota pesisir lainnya di pantai Utara Jawa seperti Surabaya, Pasuruan, Probolinggo dan sebagainya. Akibatnya rumah-rumah orang Tionghoa di Lasem juga hampir tidak mengalami perubahan dalam perancangannya. (Handinoto, 2009) Rumah tinggal Lasem tersebut selain berfungsi sebagai tempat tinggal, juga memiliki fungsi lain. Menurut Antariksa (2016) secara umum bangunan kuno di Kawasan Pecinan Kota Lasem berfungsi sebagai rumah tinggal sebanyak 46%. Namun bangunan rumah tinggal tersebut juga memiliki fungsi lainnya, yaitu sebagai perdagangan sebanyak 31,22%, jasa 7,17 %, perkantoran 2,95 %, peribadatan 3,37%, pendidikan 2,95%, perusahan batik 3,37 % dan sarang walet 8,43%.

TH TIPOLOGI POLA RUANG SHOPHOUSES - FT.UNS.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

RatnaWijayanti,WiwikSetyaningsih,AviMarlina/JurnalSENTHONG2019

713

TIPOLOGIPOLARUANGSHOPHOUSESSTUDIKASUSDILASEM

RatnaWijayanti,WiwikSetyaningsih,AviMarlina

ProdiMagisterArsitekturFakultasTeknikUniversitasSebelasMaretSurakartawijayanti.ratna@student.uns.ac.id

AbstrakShophouses merupakan rumah deret beratap pelana yang sambung menyambung dengan

tetangganya.FenomenaShophousesditemukandikawasanPecinan,yang terdapatdikota-kotapantaiAsiaTenggara,termasukdi Indonesia.SejauhinikeberadaanshophousesdiLasemperludikaji lebihlanjutkarenamemilikikarakteristikyangberbedadenganshopshousesyangberadadiIndonesia

Penelitian ini akanmenggunakanmetode studi kasusganda (4objek) Yinuntukmelihat bagaimanatipologi shophouses yang berada di Lasem, apakah terdapat keseragaman dan keragaman pola ruangshophousesyangberadadiLasem.Pendekatanpeneitiandenganmenggunakantipologi,yangbertujuanuntukmengidentifikasi shophouses padapenggunaan ruang komersil sekaligus huniannya.Hasil dari penelitian iniditemukankeragamanpolaruangshophousesdiLasemdenganpenggunaanfungsiruanghuniandankomersilyangfleksibel.

Katakunci:ArsitekturJawaPesisir,ArsitekturCina,Lasem,Shophouses,Pecinan,TipologiBangunan

1.PENDAHULUANShophousesmerupakanbangunanciri khasPecinanyang terdapatdikota-kotapantaiAsia

Tenggara. Alain Viaro (1992) meragukan shophouses berasal dari Cina, namun merupakanpercampuran arsitektur akibat perdagangan disepanjang kota-kota pantai antara Cina dan AsiaTenggaraolehorangBarat,Cinadanpenduduksetempat.

PecinandiKota-KotabesarpantaiutaraJawaseperti Jakarta,SemarangdanSurabayasaatini, sulit ditemui keberadaannya karena perubahan morpologi kotanya yang sangat cepat.SedangkanpadaKota-Kota yang lebih kecil seperti Lasem,PasuruandanProbolinggomasihdapatdiamatikeberadaannyahinggasaatini.

LasemmerupakanKota kecil yang secara administrasi termasukdalamwilayahKabupatenRembang,JawaTengah.Terletakdi jalurpesisirutaraJawaantaraSemarangdanSurabaya,kuranglebih12kmsebelahtimurKotaRembang(Unjiya,2014).

Sejarahmasa laluLasemsebagaisalahsatupusatpenampungandanperlawananterhadappemerintah Belanda pada akhir peristiwa pembunuhan orang Tionghoa secara besar-besar diBatavia pada tahun 1740-an, membuat lingkungan perumahannya menjadi sangat tertutup.Disamping itu Lasem juga sangat tertinggal (pada akhir abad ke-19) dalam hal perkembanganekonomi dibanding dengan kota-kota pesisir lainnya di pantai Utara Jawa seperti Surabaya,Pasuruan, Probolinggo dan sebagainya. Akibatnya rumah-rumah orang Tionghoa di Lasem jugahampirtidakmengalamiperubahandalamperancangannya.(Handinoto,2009)

RumahtinggalLasemtersebutselainberfungsisebagaitempattinggal,jugamemilikifungsilain. Menurut Antariksa (2016) secara umum bangunan kuno di Kawasan Pecinan Kota Lasemberfungsi sebagai rumah tinggal sebanyak 46%. Namun bangunan rumah tinggal tersebut jugamemilikifungsilainnya,yaitusebagaiperdagangansebanyak31,22%,jasa7,17%,perkantoran2,95%,peribadatan3,37%,pendidikan2,95%,perusahanbatik3,37%dansarangwalet8,43%.

RatnaWijayanti,WiwikSetyaningsih,AviMarlina/JurnalSENTHONG2019

714

Penelitian ini mengamati bagaimana tipologi bangunan shophouses yang ditemui diKecamatanLasem,untukmendapatkanbentukanpolaruangshophouse.

2.METODEPENELITIAN

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif dengan caramendeskripsikankembalisecaratertulisdarihasilsurveylapangantentangkondisiobjekpenelitian.Menurut Nazir dalam Prastowo (2012), metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakanuntuk meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran,ataupunsuatukelasperistiwapadamasasekarang.

SedangkanmetodeyangdigunakandalampenelitianadalahmetodestudikasusYin(1994),untuk menelusuri tipologi dan pola ruang pada shophouses di Desa Babagan, Sumbergirang danKarangturi.Studikasusadalahsebuaheksplorasidari“suatukasus/beragamkasus”.

Yin (1994)mengungkapkan bahwa terdapat enam bentuk pengumpulan data dalam studikasus yaitu: dokumentasi, rekamanarsip,wawancara yangbiasanyabertipeopenended, observasilangsung,observasipartisipandanperangkatfisikataukultural.

Kemudian,dalamanalisisdataterdapatempatbentukanalisisdatabeserta interpretasinyadalam penelitian studi kasus, yaitu: Pengumpulan kategori; Interpretasi langsung; Penelitimembentuk pola dan mencari kesepadanan antara dua atau lebih kategori; Penelitimengembangkangeneralisasinaturalistikmelaluianalisadata.

Penentuankasusstudiinidipilihberdasarkan:(a) Rumah kasus studi merupakan rumah tinggal yang sekaligus sebagai tempat produksi

batik,(b)Rumahmasihasliyangbelumbanyakperubahanyangsignifikan.

3.HASILDANPEMBAHASAN

LokasipenelitianyangakandiambilberadadiKecamatanLasem,yangmenyimpanbanyakpotensishophousesantaralaindibidangperdagangandanjasa,industrikecil/batik,sertakulinernya.Potensi yang paling popular di Lasem adalah banyaknya home industri batik tulis terutama dikawasan Babagan yang diresmikan sebagai Desa Wisata Batik Tulis Lasem. Batik Lasem sendirimemilikikekhasanmotifdanwarnatersendiriyangmerupakanperpaduanantarabudayaCinadanJawa.

Khol (1984) yang banyak mengunjungi kota-kota pelabuhan di propinsi Guangdong danFujian serta daerah Pecinan di kota-kota pantai Asia Tenggara, mengatakan bahwa shophousesmerupakan“landmark”dikota-kotatersebut,karenaorangCinabiasanyabekerjasebagaipedagangyangmenggunakanrumahtinggalnyasekaligussebagaitempatusaha.HunianmasyarakatTionghoainimemilikifungsilainyaitusebagaipusatperdagangandanekonomi.

MenurutJ.DBenyamin(1996)“Rumahtokoadalahbangunanyangdigunakanuntuktempatberusaha (berdagang) barang dan jasa, dan juga sebagai tempat tinggal pemilik toko tersebut”.Sehingga dapat disimpulkan bahwa shophouses adalah rumah yang memiliki dwifungsi, sebagairumahtempattinggaldanrumahtempatusaha.

Di Indonesia, terdapat beberapa pecinan yang masing-masingnya memiliki ciri khasshophousestersendiri.Rancanganshophousesdi Indonesiabiasanyaberupadenahpersegipanjangyangpanjangdansempit,tetapitepat-gunadalammemanfaatkanlahanyangterbatas(Dewi,2005).SedangkanmenurutSudarwani(2015)shophouseataurumahtokomerupakanrumahderetberatap

RatnaWijayanti,WiwikSetyaningsih,AviMarlina/JurnalSENTHONG2019

715

pelana yang sambung menyambung dengan tetangganya. Bagian depan atau lantai bawahdidominasi ruanguntukusaha,sedangkanbagianbelakangatau lantaiatasbiasanyauntuktempattinggal.

Hwee (2014) menyatakan bahwa ruko merupakan bangunan yang mampu beradaptasidenganfleksibeluntukdikonfigurasikankeberbagaitipefungsisesuaidenganpenggunanya.

Keempatobjekyangakanditelitilebihlanjutadalah:

1. RumahbatikSekarKencanayangberfungsisebagairumahtinggal,rumahproduksibatikdan showroom. Pemiliknya merupakan seorang Tionghoa Muslim, Bapak SigitWitjaksono(90tahun)yangmerupakanpenerusgenerasikedua.

2. Rumah batik Lumintu yang berfungsi sebagai rumah tinggal, rumah produksi batiksekaligus showroom. Pemiliknyamerupakan seorang Tionghoa, Ibu Ekawatiningsih (50tahun), yangpada2015melanjutkanusaha Engkongnya yangberhenti produksi tahun1977.

3. Rumah batik Kidang Mas berfungsi sebagai rumah tinggal, rumah produksi batik danshowroom. Pemiliknya seorang Tionghoa bernama Bapak Rudi Siswanto merupakangenerasikeenamBatikKidangMas.

4. BatikNyahKiokmerupakanrumahtinggalsekaligusrumahproduksibatik,tidakmemilikishowroom namun dipasarkan keluar Kota, biasanya batiknya dikerjakan berdasarkanpemesanan.Pemiliknya seorangTionghoabernama IbuKiok. Setelahbeliaumeninggaldilanjutkan oleh putrinya yang tinggal di Surabaya dan keponakan beliau BapakHartonoyangtinggaldiSemarang.

Keempat shophouses yang terpilih merupakan rumah produksi batikMenurut Johan Silas(2000) dalam Fitriyani (2015), pola tata ruang rumah produktif batik dapat dibedakanmenjadi 3(tiga)kelompok,yaitu:

• TipeCampuran:fungsirumahsebagaitempattinggalbercampurdenganruangkerja.Ruangkerjabersifat fleksibel dan dinamis. Bertempat tinggal masih menjadi fungsi yang dominan. Tipecampuran mempunyai akses yang sama antara hunian dan tempat kerja,dimanatempatkerjamerupakanbagiandaritempathuni.

• Tipe Berimbang: rumah sangat dipisahkan dengan tempat kerja pada bangunan yang sama.Tempat tinggal dan ruangusaha/ kerjamemiliki sifat kepentingan yang sama, akses ke tempatkerja terkadang dipertegas dan dipisahkan. Tipe berimbang mempunyai akses yang berbedaantarahuniandantempatkerjatetapiterletakpadalahanyangsama.

• TipeTerpisah:padatipeinitempatusaha/kerjamendominasisebagianbesardaritotalruangan.Kadangtempattinggaldiletakkandibagianbelakangataudepantempatkerjayangdigabungkandengan kegiatan kerja. Kadang pemilik usaha tinggal pada tempat lain terpisah dari ruangusahanya.Tipeterpisahmempunyaiaksesyangberbedaantarahuniandantempatkerja,bahkanantaratempathunidantempatkerjaterletakpadalahanyangberbeda.

Hasildanpembahasandisajikandalambentuktabelmeliputianalisishasilpengamatanawalyangditemukandilapangan.

RatnaWijayanti,WiwikSetyaningsih,AviMarlina/JurnalSENTHONG2019

716

TABEL1

LOKASI,TYPEDANSITUASIBANGUNANSHOPHOUSESDILASEMYANGAKANDIAMATILEBIHLANJUT

BATIK

SEKARKENCANA

BATIK

LUMINTU

BATIK

KIDANGMAS

BATIK

NYAHKIOK

LOKASI Jl.Babagan

GangIVNo.4

Jl.Sumbergirang

Gg.IINo.6

JalanBabaganGangVNo.1

JalanKarangturiGangVINo.24.

SITUASI

JACKSONdalamPRATIWO(2010)

Terletakdijalansekunderkuranglebih200mdarijalanprimer.

Lebarjalanlebihdari5m,cukupmudahdilalui2mobil.

Suasanaproduksitidaknampakdariluarkarenatertutupdindingkuranglebih2.5m.

Suasanajalannampaktenang,lengangdansepi.

Terletakdijalansekunder,tepatnyadibelakangalun-alunkotayangtelahberubahfungsimenjadipasar.

Suasanaproduksitidaknampakdariluarkarenatertutupdindingkuranglebih2.5mdanberbatasanlangsungdenganpasar.

Suasanajalansekitarnampakramaidancrowdedpadapagihinggasorehariolehaktifitaspasar.

Terletakdijalantersier.

Lebarjalanlebihdari5m,cukupmudahdilalui2mobil.

Suasanaproduksitidaknampakdariluarkarenatertutupdindingkuranglebih2.5m.

Suasanajalannampaktenang,lengangdansepi.

Terletakdijalantersier.

Lebarjalanlebihdari5m,cukupmudahdilalui2mobil.

Suasanaproduksitidaknampakdariluarkarenatertutupdindingkuranglebih2.5m.

Suasanajalannampaktenang,lengangdansepi.

TYPE

BANGUNAN

JacksondalamPratiwo(2010)

Sudarwani(2015)

GladakdenganatapNgangShan

GladakdenganatapNgangShan

GladakdenganatapNgangShan

GladakdenganatapNgangShan

RatnaWijayanti,WiwikSetyaningsih,AviMarlina/JurnalSENTHONG2019

717

Menurut Jackson (dalam Pratiwo, 2010), ada beberapa karakteristik pecinan di AsiaTenggara,diantaranyabatas-batasdaerahnyayang jelasyaknidipusatKotadengankarakteryangberbeda dengan lingkungan sekitarnya, memiliki kepadatan penduduk tertinggi dibandingkandengandaerahlaindiKotayangsama,terdiriataskelompokpendudukTionghoayangsangatsoliddantidakadaetnislainyangtinggaldidalamnya.HampirsemuapecinandiAsiaTenggaramemilikipola jalangridyang teraturdangarisbangunan rukoyangmenerus,merupakanbagianKotayangmanapolahidupdanbermukimterfokuspadatradisimasyarakatTionghoasehinggamenjadiduniatersendiridiKota.

Pada keempat objek yang diamati terletak di jalan sekunder dan tersier yang relatif sepi.Dengan kepadatan penduduk yang rendah. Etnis yang tinggal disekitar juga nampak beragam.Keramaian suasana nampak pada batik lumintu di pagi hingga sore hari terjadi karena adanyaaktifitasdipasar.

Tidak seperti pecinan pada umumnya yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi,rumah- rumahdi Lasemnampak lengangdenganpekarangandepandanbelakang yang luas. Polajalan gridnampak teratur dengan tembokpembatas yang tinggi.Namunpola shophousesdenganatapmenerus tidak ditemui pada keempat objek yang diamati. Dari 4 objek yang diamati, dapatterlihatshophouseyangberadadiLasemberbedadenganshophousesyangditemuidiKotalain.

Type bangunan berupa Arsitektur Gladak yaitu tipe rumah panggung yangmemiliki ruangkosongsebagai lubanganginyangberfungsisebagaisistempenghawaan.DenganatapNgangShankhasarsitekturCina.

TABEL2POLARUANGSHOPHOUSES

BATIK

SEKARKENCANA

BATIK

LUMINTU

BATIK

KIDANGMAS

BATIK

NYAHKIOK

KETERANGAN

ZONAUSAHADANHUNIAN

J.DBenyamin(1996)

TATARUANGINDUSTRIBATIK

JohanSilas(2000)dalamFitriyani(2015)

Prosesmembatikdarimemolahinggapenjemurandilakukandiareabelakangdansisisampingkirirumah.Terasbelakangdimanfaatkanuntukshowroomsehinggapembelidapat

Terasdepandimanfaatkanuntukshowroomdanmenerimatamu.Aktifitasmembatikdiletakkanpadaareadepansetelahpintumasuk.Sedangkanaktifitasmelorothinggamenjemurdiletakkanpada

Terasdepansebagaitempatmenerimatamusekaligusmeggambarpola.Bagianbelakangmerupakanbangunantambahanyangdimanfaatkanuntukmembatikhinggaprosespenjemuran.

Aktifitasmembatikdilakukanditerasbelakang.Terasbelakangmerupakanruangbersamayangsekaligusdigunakansebagairuangmakandanruangkeluarga.Sisibelakangdimanfaatkan

Darikeempatobjekyangdiamatisemuanyamerupakanfungsicampurandimanafungsirumahsebagaitempattinggalbercampurdenganruangkerja.Ruangkerjabersifatfleksibeldan

RatnaWijayanti,WiwikSetyaningsih,AviMarlina/JurnalSENTHONG2019

718

melihatlangsungprosespembuatanbatik.Areadepanjugasetelahpintumasukjugadigunakanuntukmembatik.

belakangrumah.

Showroomterletakterpisah,didepanrumahproduksibatik.

untukprosesmelorothinggamenjemur.Sedangkanpenjulandilakukandenganpemesanan.

dinamis.

Meskipunfungsiruangusahadanhunianbercampurnamunsemuanyamemilikiareaprivatdibagiantengah(ndalem).

ZONAPERUANGAN

JOGLO

Dewi(2005)

Cahyandari

(2007)

PembagianruangsepertinampakpadapembagianruangpadaArsitekturtradisionaljawa(joglo),terdapat:

-Terasdepanyangmirippendhapadibagiandepanuntukmenerimatamu.

-Terdapatareayangmiripdenganpringgitansebelumdalemyangditandaidenganbukaantanpadaunpintudisisisampingkiridankanansebelummenujudalem.

PembagianruangsepertinampakpadapembagianruangpadaArsitekturtradisionaljawa(joglo),terdapat:

-Terasdepanyangmirippendhapadibagiandepanuntukmenerimatamusekaligusshowroombatik.

-Terdapatareayangmiripdenganpringgitansebelumdalemyangditandaidenganbukaantanpadaunpintudisisisampingkiridankanansebelummenujudalem.

PembagianruangsepertinampakpadapembagianruangpadaArsitekturtradisionaljawa(joglo),terdapat:

-Terasdepanyangmirippendhapadibagiandepanuntukmenerimatamusekaligusuntukmemolabatik.

-Terdapatareayangmiripdenganpringgitansebelumdalemyangditandaidengandaunpintudisisisampingkiridankanansebelummenujudalem.

PembagianruangsepertinampakpadapembagianruangpadaArsitekturtradisionaljawa(joglo),terdapat:

-Terasdepanyangmirippendhapadibagiandepanuntukmenerimatamu.

-Terdapatareayangmiripdenganpringgitansebelumdalemyangditandaidenganbukaantanpadaunpintudisisisampingkiridankanansebelummenujudalem.

Darikeempatobjek,kesemuanyamemilikipembagianruangmengikutipolarumahjawa.

RatnaWijayanti,WiwikSetyaningsih,AviMarlina/JurnalSENTHONG2019

719

-Dalemdibagioleh2kamarpadasisisampingkiridankanan.

-Padaareatengah(pusat)dalemtredapataltar/areasakraluntuksembahyang.

-Terdapatterasbelakangsebagairuangkeluargasekaligusshowroom.

-Gandokkanan-kiridepandigunakanuntukkamartidur.

-Areabelakangsebagaiareaservicesekaligustempatproduksibatik.

-Dalemdibagioleh2kamarpadasisisampingkiridankanan.

-Padaareatengah(pusat)dalemtredapataltar/areasakraluntuksembahyang.

-Terdapatterasbelakangsebagairuangkeluarga.

-Gandokkanan-kiridepandigunakanuntukkamartidur.

-Areabelakangsebagaiareaservicesekaligustempatproduksibatik.

-Dalemdibagioleh2kamarpadasisisampingkiridankanan.

-Padaareatengah(pusat)dalemtredapataltar/areasakraluntuksembahyang.

-Terdapatterasbelakangsebagairuangmakan.

-Gandokdanareabelakangsebagaiareaservicesekaligustempatproduksibatik.

-Areabelakangsebagaiareaservicesekaligustempatproduksibatik.

-Dalemdibagioleh2kamarpadasisisampingkiridankanan.

-Padaareatengah(pusat)dalemtredapataltar/areasakraluntuksembahyang.

-Terdapatterasbelakangsebagairuangkeluarga,ruangmakansekaligustempatmembatik.

-Gandokkanan-kiridepandigunakanuntukkamartidur.Sisikananuntukanak-anaksisikiriuntukpenjaga.

-Areabelakangsebagaiareaservicesekaligustempatproduksibatik.

Meskipun dari 4 objek diamati terdapat perbedaan waktu dalam memulai usaha batik,namun pola penggunaan ruang nya sangatmirip antara satu dengan yang lain. Yaitu peggunaanareaprivatdansakralditengahdanareausahadanservicedisampingdanbelakanghunian.

RatnaWijayanti,WiwikSetyaningsih,AviMarlina/JurnalSENTHONG2019

720

Pola peruangnya mengikuti pola peruangan pada Arsitektur Jawa tradisional meskipunatapnya bergaya Cina. Pola peruangan ini sangat jauh berbeda dengan shophouses di pecinanlainnya yangbiasanyaberupadenahpersegi panjang yangpanjangdan sempit, dan efisiendalammemanfaatkanlahanyangterbatas.

Ndalemsebagairuangsakraldanhunianyangbersifatprivatterletakdibagiantengah,danditengahNdalemterdapatruangtengahyangbersifatlebihsakralyaitumejaaltar,meskipunsaatinimereka sudahmenganut agama islam dan nasrani, namun keberadaanmeja altar tersebutmasihdapatterlihatkeberadaannya.

TABEL3

TERITORIBANGUNANSHOPHOUSES

Warga Lasem membuat pemukiman berdasarkan kosmologi yang diajarkan secara turun

temurun. Tembok kokoh yang dibangun mengelilingi bangunan selain merupakan representasikekuatan, jugabermanfaat agar unggul dalampersainganbisnis batik, untukmenghindari pesaingyangmungkinmeniruteknikpembuatanbatik.Sehinggatiaprumahproduksibatiktersebutmemilikimotifunggulantersendiriyangberbedadarirumahproduksibatikyanglain.

4.KESIMPULANDANSARANKesimpulandarihasilpengamatanawaldananalisidiatasadalahsebagaiberikut:

• Emigrasi warga Tionghoa ke Indonesia menyebabkan sebagian besar memenuhikebutuhan hidupnya dengan cara berdagang. Hal itu menyebabkan huniannyadimanfaatkansekaligussebagaitempatusaha(Shophouses).

• Terdapat perbedaan wujud dan pola ruang antara shophouses di Lasem denganshophouses yang umum dijumpai di kawasan pecinan seperti di Kota Semarang,Yogyakarta,SurakartadanCirebon.

• BerbedadaribangunanShophouses padakawasanpecinan lainyangberupaderet,danberatap pelana, tidak berpagar dan tidak memiliki pekarangan, shophouses di Lasemterdiri dari beberapa masa bangunan, dengan pekarangan yang cukup luas. Bentuk

RatnaWijayanti,WiwikSetyaningsih,AviMarlina/JurnalSENTHONG2019

721

bangunannya dipengaruhi oleh budaya Cina dan Jawa, dengan penggunaan atap danornamencinayangdominan,sertamenggunakantembokyangkokohsebagaipagar.

• Berdasarkan pengamatan dari objek-objek penelitian yang diambil, semua bangunanutama (ndalem) terletak ditengahdengandenahbentukpersegi, dimanfaatkan sebagaihunian privat. Sedangkan bangunan sisi kiri dan kanan umumnya digunakan sebagairuangservis.

• Penggunaanruangcenderungfleksibeluntukdigunakansebagaiusahadanhunian.

REFERENSI

AndieWicaksono,Andie.2007.RagamDesainRuko.Jakarta:SwadayaBinta, Izazaya.Pemanfaatan Fungsi Bangunan Pusaka Pada Kawasan Pelestarian Kampung Cina

Bengkulu. Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk PembangunanIndonesia“

Binta, Izazaya.2018.Tipologi Elemen Arsitektur pada Fasad Bangunan Shophouse Kampung Cina

Bengkulu.JurnalLingkunganBinaanIndonesia7(1),16-23Cahyandari, G. O. I. 2007. Tata Ruang dan Elemen Arsitektur pada Rumah Jawa di Yogyakarta

sebagaiWujudKategoriPolaAktivitasdalamRumahTangga.LaporanPenelitianDiktiKajianWanita.

Dakung, S. 1981/1982. Arsitektur Tradi- sional Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta:

DepartemenPendidikandanKebudayaan,ProyekInventarisasidanDokumentasiKebudayaanDaerah.

Fitriyani, Irma.2015. Penggunaan Ruang Pada Usaha Batik Tulis Di Kampung Batik Jetis Sidoarjo:

JurnalRUAS,Volume13No2,Desember2015Knapp,RonaldG.1989.China’sVernacular.Hawaii:ArchitectureUniversityofHawaiiPressKhol,DavidG.(1984),ChineseArchitectureinTheStraitsSettlementsandWesternMalaya:Temples

KongsisandHouses,HeinemanAsia,KualaLumpurHandinoto. 2009. Perkembangan Bangunan Etnis Tionghoa di Indonesia. Surabaya: Universitas

KristenPetraSurabayaHandinoto.2010.ArsitekturdanKota-kotadiJawaPadaMasaKolonial.Yogyakarta:GrahaIlmuHandinoto.2015.LasemKotaTuaBernuansaCinadiJawaTengah.Yogyakarta:GrahaIlmuKrier,Rob.2001.KomposisiArsitektur.Jakarta:ErlanggaM.AkromUnjiya.2014.LasemNegeriDampoawang.Yogyakarta:SalmaidePratiwo.2010.ArsitekturTradisionalTionghoaDanPerkembanganKota.Yogyakarta:OmbakRapoport,Amos.1969.House,FormandCulture.NewJersey:Prentice-Hall,Inc.EnglewoodCliffs

RatnaWijayanti,WiwikSetyaningsih,AviMarlina/JurnalSENTHONG2019

722

Ronald,A.1988.ManusiadanRumahJawa.Yogyakarta:PenerbitJUTAUGM.Ronald, Arya. 2005. Nilai-nilai Arsitektur Rumah Tradisional Jawa. Yogyakarta: Gadjah Mada

UniversityPerssSidharta&Budiharjo,E.1989.Konservasi LingkungandanBangunanKunoBersejarahdi Surakarta.

Yogyakarta:GajahMadaUniversityPressSilas, Johan dan rekan. 2000 .Rumah Produktif, Dalam Dimensi Tradisional Dan

Pemberdayaan.Surabaya:UPTITS-SurabayaSetyaningsih,Wiwik.2015.MetodologiPenelitianTipologi.Surakarta:SebelasMaretUniversityPress SurakartaSintia DewiWulanningrum.2017.Identifikasi Kelayakan Kawasan Pecinan Lasem sebagai Kawasan

Konservasi.JurnalMuarailmuSosial,HumoriadanSenivol.1,No.1.Triska, Daniel.2018. Adaptasi Bentuk Atap Arsitektur Cina Pada Bangunan Etnis Tionghoa-

Indonesia.UniversitasSumatraUtaraViaro,A.1992.IsTheChineseShophouseChinese?(DraftEnglishtranslationfrom“Le CompartimentChinoisest-ilChinois?”)Marseille:ParenthesesYin,RobertK.1994.CaseStudyResearch.ThousandOaks,London,NewDelhi:SAGEPublications