19
58 KABA BONSU PINANG SIBARIBUIK DENGAN PENYIGIAN MORFOLOGI VLADIMIR PROPP THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK ACCORDING TO VLADIMIR PROPPS’S NARRATOLOGY Mulyadi Balai Bahasa Sumatera Barat Simpang Alai, Cupak Tangah, Pauh, Padang 25162, Indonesia pos-el: [email protected] Abstract This article analyses a traditional Minangkabau epic narrative entitled Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik (KBPS) by using Vladimir Propp’s morphology of folktale. By using qualitative method and the theory of the function of action in Propp’s theory, this research proves that the function of action of the narrative is very relevant to the Propp’s pattern. From the analysis it was found that there are 29 functions (act of actions) in the narrative compared with 31 functions stated by Propp, with three movements of the story or three repetition of the functions of action with seven extent of function of acts that are fit to Propp invented (the circle of action: villain; donor; helper; a princess and her father; dispatcher; hero; and false hero). This narrative has proved its pattern has a universal structure as the pattern of fairy tales studied by Propp. The functions of action proposed by Propp as revealed in the narrative of BPS wer not a mere story telling intelligence, it was also as wonderful of the universality pattern in the making of unique traditional narrative structure. Keywords: Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik; function, morphology of folktale, narrative structure; universal, Vladimir Propp Abstrak Artikel ini menganalisis genre sastra tradisional Minangkabau, Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik (KBPS), dengan naratologi morfologi Vladimir Propp. Dengan menggunakan metode kualitatif dan teori fungsi pelaku morfologi cerita rakyat dari Propp, penelitian ini membuktikan bahwa fungsi pelaku dalam kaba ini sangat relevan dengan teori Propp. Terdapat 29 fungsi dalam kaba KBPS dari 31 yang dikemukakan Propp, dengan tiga pergerakan cerita atau tiga pengulangan pola fungsi tindakan pelaku, dengan tujuh persebaran fungsi pelaku yang sesuai/lengkap dengan Propp (lingkungan aksi: penjarah; pemberi (donor); pembantu/penolong; seorang putri (yang dicari) dan ayahnya; perantara/utusan; pahlawan/wira; dan pahlawan palsu. Narasi kaba ini membuktian relevansi dan ekuivalensi struktur kesejagadannya dengan pola-pola cerita peri Rusia yang diteliti Propp. Fungsi-fungsi tindakan pelaku Propp itu pada kaba KBPS bukan semata sebuah hasil rekayasa dan kejeniusan tukang cerita, hal itu juga keajaiban universalitas cerita dalam penciptaan struktur naratif tradisional yang unik. Kata-kata kunci: Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik, fungsi, morfologi cerita rakyat, struktur naratif, universal, Vladimir Propp

THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK

58

Kadera Bahasa, Volume 12, Nomor 1, Edisi April 2020

KABA BONSU PINANG SIBARIBUIK DENGAN PENYIGIANMORFOLOGI VLADIMIR PROPP

THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIKACCORDING TO VLADIMIR PROPPS’S NARRATOLOGY

MulyadiBalai Bahasa Sumatera Barat

Simpang Alai, Cupak Tangah, Pauh, Padang 25162, Indonesiapos-el: [email protected]

AbstractThis article analyses a traditional Minangkabau epic narrative entitled Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik (KBPS) byusing Vladimir Propp’s morphology of folktale. By using qualitative method and the theory of the function of action inPropp’s theory, this research proves that the function of action of the narrative is very relevant to the Propp’s pattern.From the analysis it was found that there are 29 functions (act of actions) in the narrative compared with 31 functionsstated by Propp, with three movements of the story or three repetition of the functions of action with seven extent offunction of acts that are fit to Propp invented (the circle of action: villain; donor; helper; a princess and her father;dispatcher; hero; and false hero). This narrative has proved its pattern has a universal structure as the pattern of fairytales studied by Propp. The functions of action proposed by Propp as revealed in the narrative of BPS wer not a merestory telling intelligence, it was also as wonderful of the universality pattern in the making of unique traditionalnarrative structure.

Keywords: Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik; function, morphology of folktale, narrative structure; universal, VladimirPropp

AbstrakArtikel ini menganalisis genre sastra tradisional Minangkabau, Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik (KBPS),dengan naratologi morfologi Vladimir Propp. Dengan menggunakan metode kualitatif dan teorifungsi pelaku morfologi cerita rakyat dari Propp, penelitian ini membuktikan bahwa fungsi pelakudalam kaba ini sangat relevan dengan teori Propp. Terdapat 29 fungsi dalam kaba KBPS dari 31 yangdikemukakan Propp, dengan tiga pergerakan cerita atau tiga pengulangan pola fungsi tindakan pelaku,dengan tujuh persebaran fungsi pelaku yang sesuai/lengkap dengan Propp (lingkungan aksi: penjarah;pemberi (donor); pembantu/penolong; seorang putri (yang dicari) dan ayahnya; perantara/utusan;pahlawan/wira; dan pahlawan palsu. Narasi kaba ini membuktian relevansi dan ekuivalensi strukturkesejagadannya dengan pola-pola cerita peri Rusia yang diteliti Propp. Fungsi-fungsi tindakan pelakuPropp itu pada kaba KBPS bukan semata sebuah hasil rekayasa dan kejeniusan tukang cerita, hal itujuga keajaiban universalitas cerita dalam penciptaan struktur naratif tradisional yang unik.

Kata-kata kunci: Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik, fungsi, morfologi cerita rakyat, struktur naratif, universal,Vladimir Propp

Page 2: THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK

Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik dengan Penyigian Morfologi Vladimir Propp

59

PENDAHULUANKaba merupakan genre naratif sastra tradi-

sional Minangkabau yang terpenting di sampingtambo (Junus, 1994; Djamaris, 2001; Abdullah,2009). Keduanya semacam grand narrative-nyaorang Minangkabau. Kaba lebih berkaitan denganpengungkapan konvensi dan cara hidup manusiaMinangkabau yang diidealkan, yang mengikutiaturan adat (Abdullah, 2009), sedangkan tamboberupa sastra sejarah tentang asal usul suku, nagaridan adat istiadat, sejarah kerajaan dan raja-rajanya(Djamaris, 1991).

Banyak kaba yang telah ditulis ulang versiseorang penyalin lalu diterbitkan, dan ini mem-buktikan bahwa kaba belum menemui “akhir se-jarah”-nya (unfinished history) (Junus, 1994), yaitukaba bukanlah sastra yang telah selesai. Alasan-nya, pertama, kaba direproduksi kembali dengannuansa kontemporer dan komersial. Kedua, pe-nafsiran atas kaba lama tidak berujung, sementarainventarisasi kaba baru belum usai, dan masihbanyak kaba lain yang tersebar belum disiarkan diMinangkabau (Junus, 1997).

Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik (KBPS) (Djamal,2005) termasuk kaba yang belum menemui “akhirsejarah”-nya itu. Sebelum dibukukan, KBPS nyarisbelum terdengar di tengah barisan kaba terkenaldan utama dalam sastra Minangkabau, yaitu ceritaepik Kaba Cindua Mato dan Kaba Anggun NanTongga. Dalam analisis sosiologi sastra atas kabaMinangkabau oleh Umar Junus (Junus, 1984),terutama pada bagian kaba klasik dan takklasik,KBPS tidaklah tertera. Selain kaba tidak selesai-selesai ditafsirkan, gejala transformasi kaba, se-perti penulisan KBPS menunjukkan kemungkinanadanya kemunculan kaba lain yang belum diangkatataupun belum terkenal. Salah satu keistimewaanKBPS ialah tergolong panjang dibanding dengankaba lainnya. Kisah ini ditulis dengan bahasaMinangkabau dengan ciri pengucapan khas sastralisan Minangkabau. Kaba pada asalnya merupakan

genre sastra lisan yang tidak mementingkan peng-arang. Kemudian, apabila ia disalin, kelahiran“pengarang” (penulis ulang) pun menjadi penting.Buku KBPS yang dikarang oleh Emral Djamal(wafat 2018) termasuk kaba yang cukup panjangdengan 408 halaman, memiliki pola yang berulangsehingga membentuk jalinan cerita yang berliku.

KBPS berisi kisah kepahlawanan seorangtokoh bernama Bonsu Pinang Sibaribuik (BPS),anak dari seorang raja yang undur diri dari Pag-aruyuang kemudian menetap di daerah lain.Karena kekejaman Rajo Angek Garang, seorangraja di daerah keluarga BPS menetap, BPS yangmasih kecil dan dianggap akan jadi ancaman bagiraja itu, dipaksa dipisahkan dari keluarganyadengan cara licik. Hal itu kemudian membuatnyaharus pergi menempa diri di negeri asing hinggadewasa dan kembali ke kampungnya untuk me-negakkan harga diri keluarganya. Jika menurutikategori Umar Junus, KBPS tergolong sebagai kabaklasik. Di antara ciri kaba klasik ialah ceritanyamerupakan perjuangan anak bangsawan raja-raja;ada campur tangan kekuatan supranatural; danlatar waktunya (hampir) ahistoris (Junus, 1984,hlm. 17). Kriteria ini juga terdapat pada KBPSdengan kisah anak bangsawan/bekas raja yangmenderita karena kezaliman raja lokal; ia terbuangmenderita ke negeri asing, dalam petualangannyaada unsur magis dan supranatural; lalu kembalidemi harga diri keluarganya.

Dengan kriteria kaba klasik yang dikemuka-kan oleh Junus itu, KBPS ini menimbulkan satuurgensi bagaimana perwujudan dan kecocokanbeberapa kriteria kaba klasik ini dengan penerapankonsep naratologi Propp. Dalam kerangka fungsitindakan pelaku rumusan Propp, yang nantidijabarkan, ternyata fungsi pelaku dalam KBPSjuga lebih dekat dengan rumusan Propp yangamatannya lebih dekat dengan cerita bersifatpurba, klasik, dongen, dan kisah peri. Dengandemikian, penelitian ini menguji seberapa jauh

Page 3: THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK

60

Kadera Bahasa, Volume 12, Nomor 1, Edisi April 2020

jangkauan cerita ini dalam kerangka morfologicerita rakyat Propp sehingga memberi satu pers-pektif tambahan bagi kajian serupa dengan sum-ber data yang berbeda. Relevansinya ialah penerap-an teori yang lahir dari budaya lain terhadap satsra/tradisi lisan Minangkabau.

Beberapa kajian morfologi cerita rakyatMinangkabau telah dilakukan. Gayatri (2009)menganalisis morfologi Propp atas Kaba AnggunNan Tongga pada versi kaba yang ditulis ulang olehAmbas Mahkota (1998). Kajian itu menyatakanbahwa ada 16 fungsi pelaku yang ditemukandalam kaba itu. Namun, jika ditelisik sebenarnyaada fungsi lain yang tidak dicantumkannya. Selainitu, penelitian skripsi Wilma Deska (2018) ataskaba yang sama, Kaba Anggun Nan Tongga, yangditulis kembali oleh Ambas Mahkota (2015)mendaftarkan 24 fungsi tindakan pelaku dengantujuh lingkungan tindakan pelaku. Penelitian ataskaba lain dengan teori Propp juga dilakukan olehArriyanti (2016) atas sebuah kaba klasik berjudulPuti Nilam Cayo yang mencatat 19 fungsi pelaku.

Setelah KBPS muncul sebagai buku, tampak-nya belum ada yang menganalisisnya dengannaratologi Propp. Peneliti lain baru hanya mem-bahasnya dengan aspek lain, seperti skripsiMeldawati (2009) di Fakultas Sastra UniversitasAndalas dengan judul “Kaba Pusako MinangkabauBonsu Pinang Sibaribuik, Analisis Struktural”. Iamenyorot tema kepahlawanan tokoh BPS yangmengembara dan menderita, menjalani petualang-an yang panjang dan menempa diri sehinggamenjadi seorang wira atau pahlawan sejati(Meldawati, 2009).

LANDASAN TEORIDari penyigian Vladimir Propp atas 100

dongeng Rusia lahirlah istilah morfologi cerita rakyat.Propp menelusuri satu bentuk “tata bahasa” ceritarakyat secara sintagmatik/linear, yang meminjamistilah sintaksis bahasa (Propp, 1987, hlm. viii).Sintagmatik dalam konteks ini ialah penelisikanterhadap apa yang disebut Propp fungsi sebagaiunsur narasi terkecil, yaitu tindakan pelaku. Miripsebuah kalimat, dalam semua cerita terkandungsatu motif, yaitu pelaku, tindakan, dan objek. Didalam motif itu terdapat unsur yang tetap dantidak tetap. Morfologi Propp mengutamakan unsuryang tetap, yaitu aksi/tindakan pelaku, dan meng-abaikan unsur yang tidak tetap, yaitu pelaku danobjek. Pada usaha perbandingannya, ia dapatisetiap cerita mengandung tindakan pelaku yangsama: tidak peduli siapa serta bagaimana tindakanitu dilaksanakan dan pastinya berbeda (Propp,1987, hlm. 21).

Dari sekumpulan perbandingan itu disimpul-kan terdapat fungsi/tindakan pelaku yang samadari semua cerita yang berbeda. Setiap ceritamemiliki nama pelaku (dramatis personae) dan sifatyang berbeda pula, dan perantara yang juga tidaksama. Namun, pada hakikatnya bentuk tindakanmereka sama. Contoh fungsi tindakan pelaku yangtetap itu di antaranya ialah “memberi” dan “me-mindahkan” seorang wira ke tempat lain yang ter-dapat pada pelbagai cerita yang relevan. Tabel 1berikut ini memberikan daftar urutan 31 fungsitindakan pelaku menurut Propp.

Nomor Fungsi Fungsi Definisi Lambang

1. Seorang anggota keluarga meninggalkan rumah Ketidakhadiran β 2. Sebuah larangan diucapkan kepada wira Larangan γ 3. Larangan dilanggar Pelanggaran δ

Penjahat/penjarah membuat percobaan untuk

Tabel 1Urutan Fungsi Naratif Propp

Page 4: THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK

Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik dengan Penyigian Morfologi Vladimir Propp

61

METODE PENELITIANDalam penelitian kualitatif deskriptif ini, data

berasal dari teks KBPS. Kaba ini dipilih menurut

kriteria kaba klasik sesuai dengan pendapat Junus(1984) dan Amir (2009, hlm. 18). Dari kriteria itudata diharapkan mengandung fungsi-fungsi yang

4. Penjahat/penjarah membuat percobaan untuk mengawasi/memata-matai Mengawasi Ɛ

5. Penjahat menerima informasi tentang mangsanya Penyampaian ξ

6. Penjahat mencoba memperdaya mangsanya dengan tujuan untuk memilikinya atau memilik kepunyaannya

Muslihat η

7. Mangsa terpedaya dan dengan demikian tanpa sepengetahuan mangsa itu telah membantu musuhnya

Muslihat θ

8. Penjarah/penjahat menyebabkan kesusahan atau kecederaan kepada seorang ahli (anggota) dalam sebuah keluarga

Kejahatan A

9. Kecelakaan atau kekurangan dimaklumkan, wira diminta atau diperintah, ia dibenarkan pergi atau ia diutus

Perantara peristiwa penghubung

B

10. Pencari setuju atau memutuskan untuk bertindak balas/reaksi Pembalasan C

11. Wira meninggalkan rumah Kepergian ↑

12. Wira diuji, disoal, diserang dan lainnya yang menyediakan wira ke arah penerimaan sesuatu alat magis atau pembantu

Fungsi pertama donor D

13. Wira membalas tindakan-tindakan bakal pemberi Reaksi wira E

14. Wira memperoleh agen sakti

Pembekalan atau penerimaan alat sakti. F

15. Wira dipindahkan, disampaikan atau dipandu ke tempat-tempat terdapatnya objek yang dicari

Perpindahan di antara ruang, di antara dua negeri,

panduan G

16. Wira dan penjarah terlibat dalam pertandingan Pertarungan H 17. Wira ditandai Penandaan J 18. Penjarah ditewaskan Kemenangan I 19. Kecelakaan atau kekurangan awal diatasi Kebutuhan terpenuhi K 20. Wira pulang Kepulangan ↓ 21. Wira dikejar Pengejaran Pr 22. Wira diselamatkan Penyelamatan Rs

23. Wira yang tidak dikenali tiba ke negerinya atau ke negeri lain Kepulangan tanpa dikenali O

24. Wira palsu mempersembahkan tuntutan palsu Tuntutan palsu L 25. Suatu tugas yang sulit disiapkan kepada wira Tugas berat M 26. Tugas diselesaikan Penyelesaian N

27. Wira dikenali Pengungkapan /pengecaman Q

28. Wira palsu atau penjarah didedahkan/terbongkar kedoknya

Pendedahan /pengungkapan Ex

29. Wira diberi rupa baru Penjelmaan T 30. Penjarah palsu dihukum Hukuman U 31. Wira kawin dan menaiki takhta Perkawinan W

Sumber: Propp (1987, hlm. 29—74)

Page 5: THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK

62

Kadera Bahasa, Volume 12, Nomor 1, Edisi April 2020

lebih mendekati model purba sebuah cerita,seperti terdapatnya unsur supranatural ataupunpetualangan anak raja. Sumber primer artikel di-cermati berupa literatur bertopik kaba serta datasekunder berupa hasil penelitian dan literaturrelevan.

Setelah pembacaan mendalam dilakukan atasteks kaba, dibuatlah ringkasan cerita; urutan fungsipelaku dengan teori Propp disusun. Setelahditemukan fungsinya, skema dan pergerakan ceritapun dibuat. Tidak semua cerita dalam kerangkamorfologi itu harus mengandungi semua fungsitindakan pelaku. Sebuah cerita boleh mengandunglebih sedikit fungsi itu. Dalam sebuah cerita dapatterjadi perulangan fungsi tindakan pelaku yangsama, tetapi hal itu bisa terjadi pada pelaku yangberbeda pada babak (pergerakan cerita) selanjut-nya. Dengan mendaftar perulangan fungsi tindak-an pelaku yang terbatas pada 31 fungsi itu, sebuahcerita dapat diberi sebuah skema yang dirumuskandengan lambang fungsi masing-masing. Setelahskema itu menyiratkan adanya perulangan fungsidalam pergerakan cerita, lalu dibuatlah sebuahpola cerita berdasarakan jumlah pergerakan cerita.

Dalam memerikan dan mengelompokkannarasi yang tidak terbatas jumlahnya, bangunanstruktural narasi itu ditelisik dan didefinisikansecara pragmatis. Untuk itu, ada dua hal yang di-lakukan, yaitu menciptakan sebuah model yangdapat menentukan syarat utama sebuah narasi danprinsip dasar suatu narasi (Barthes, 2010, hlm.82). Wagner (Propp, 1987) mengingatkan, terdapatdua macam model penelitian naratologi, yaitubersifat sintagmatik dan paradigmatik. Proppmemakai model sintagmatik yang bersifat linearmenyerupai sintaksis sebuah kalimat secaramendatar atau kronologi permukaan cerita denganfungsi tindakan pelaku sebanyak 31 itu. Setiapcerita terdiri atas dua pergerakan atau lebih, adayang menyisip sebelum satu pergerakan selesaiataupun selesai secara bersamaan. Untuk me-

nelisik fungsi tersebut, pertama-tama harus di-tentukan dulu berapa jumlah pergerakan dalamsebuah cerita dengan kaidahnya. Penelusuranfungsi akan memperlihatkan sebab akibat dalampergerakan cerita. Sebuah unsur dipahami dalamhubungannya dengan unsur lain. Hasil dari analisistersebut kemudian dibahas, didiskusikan, denganteori dan kajian terkait dan diinterpretasi untukmenemukan dimensi baru atas kajian ini.

PEMBAHASANPenelitian ini menemukan 29 fungsi pelaku

dalam KBPS dari jumlah 31 fungsi tindakan pelakuyang dirumuskan oleh Propp. Dua puluh sembilanfungsi tindakan pelaku itu terangkum dalam tigarangkaian cerita yang bersambungan. Setiaprangkaian atau episode cerita diawali dengan suatukebutuhan dan dakhiri dengan terpenuhinyasebuah kebutuhan atau suatu tugas yang berattelah dapat diatasi, misalnya wira akhirnya ber-kawin dengan seorang putri raja. Dengan demikian,dalam KBPS terdapat tujuh persebaran fungsitindakan pelaku atau lengkap sesuai rumusanPropp. Rangkaian fungsi tindakan pelaku dalamKBPS dijabarkan dalam 69 urutan fungsi yangditandai dengan lambang fungsi atau tindakan yangdilakukan oleh pelaku yang bisa berbeda. Gunalebih terperinci, nanti dijabarkan penemuan dalampenelitian ini, yang diawali dengan satu gambarandari urutan peristiwa yang membentuk jalinancerita KBPS, dan dengan demikian, urutan fungsipada Tabel 2 di bawah juga merupakan sinopsiscerita.

FungsiKBPS ini terdiri atas tiga pergerakan cerita.

Setiap pergerakan cerita (dapat) memiliki empatlingkaran cerita, tetapi ada juga yang hanyamemiliki dua atau tiga lingkaran cerita: pengenalan;isi cerita; rangkaian donor; kembalinya sang pahlawan.

Page 6: THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK

Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik dengan Penyigian Morfologi Vladimir Propp

63

Dalam analisis fungsi KBPS, terdapat 63urutan fungsi yang dapat ditandai dalam tigapergerakan cerita seperti dapat dilihat pada Tabel2 di bawah ini. Pada penjabaran berikut ini di-tampilkan urutan peristiwa dalam urutan per-gerakan cerita dengan lambang yang diberikansesuai dengan Tabel 1 di atas. Selain itu, dalampenjabarannya, fungsi tindakan pelaku memilikilambang utama dan lambang turunan. Lambang

turunan itu menyatakan variasi tindakan yangdialami oleh siapa. Misalnya, pada berbagai tin-dakan pelaku (fungsi) “seorang anggota keluargameninggalkan rumah, dengan definisi ‘ketidak-hadiran’ dilambangkan dengan â, dan fungsi inijuga memiliki variasi pelaku, misalnya dengandefinisi ‘kepergian saudara-saudara yang lebihmuda’ dengan lambang â3.

Tabel 2Urutan Fungsi dan Pergerakan Cerita BPS

No.

Urutan Fungsi

Lamba-ng Definisi dan Tindakan

PERGERAKAN PERTAMA Lingkaran Pertama: Pengenalan

1. I β3

Seorang anggota keluarga meninggalkan rumah: ‘kepergian saudara-saudara yang lebih muda’: Randok Dindin bersama dua adiknya, Murai Batu dan Bonsu Pinang Sibaribuik (BPS) ingin pergi keluar dari kampung untuk melihat dunia luar. Mereka mengatakan kepada ibunya, Puti Sari Banilai, bahwa mereka mulai beranjak dewasa, umur 9 tahun, tetapi belum juga mengenal negeri lain.

2. II γ1 Larangan diucapkan:

Ibunya keberatan anaknya pergi ke pesta Rajo Angek Garang (RAG) bersama bibinya yang hendak menghadiri perhelatan anak RAG.

3. III δ Larangan dilanggar: Akhirnya, keduanya berkeras hati hendak pergi dan diizinkan juga pergi ke pesta (RAG).

4. IV ε1 Penjahat mengawasi/memata-matai: RAG mengamati/memata-matai Randok Dindin bersaudara.

5. V ξ1 Penjarah menerima keterangan tentang wira: Penjahat (RAG) memperoleh informasi tentang tiga bersaudara itu, juga tentang orang tuanya.

6. VI η1-η2

Penjahat memperdaya mangsanya: 1) Penjahat menggunakan muslihat (η1); 2) Penjahat menggunakan alat magis (η2); Muslihat RAG menyita kain 3 bersaudara itu; RAG menyuruh dukun menyebar racun dan fitnah di kampung ketiga anak itu.

7 VII θ1 Korban teperdaya/tertipu Masyarakat dan orang tua anak itu memutuskan “menyingkirkan” anak itu ke hutan, atau rencana buruk dilaksanakan.

Lingkaran Kedua: Isi Cerita

8. VIII A13

Penjahat menyebabkan kesusahan kepada salah satu anggota keluarga; Penjahat memerintahkan pembunuhan: RAG memerintahkan pembunuhan ketiga anak itu di hutan sehingga orang tua anak itu kehilangan.

Page 7: THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK

64

Kadera Bahasa, Volume 12, Nomor 1, Edisi April 2020

9. IX B6

Wira disuruh pergi (wira teraniaya): Ketiga anak itu dibebaskan secara rahasia oleh hulubalang suruhan orang tua ketiga anak itu, bukti kematian ditukar dengan darah hewan sebagai bukti.

(X); - - -

10. XI (↑); Wira meninggalkan rumah (kepergian): Ketiga anak itu pun memulai pengembaraan, dan bertemu tokoh lain, pergi tanpa tujuan, mulai menjalani pengembaraan.

Lingkaran Ketiga: Rangkaian Donor

11. XII D2 Wira diuji oleh donor/penolong, donor menyoal (menanyai) wira: Karena lapar di hutan, ketiga anak memakan burung (seekor ayam) keramat milik seorang tua misterius bernama Inyiak Gunung Salasieh.

12. XIII E2 Wira bereaksi/membalas (pertanyaan) donor; wira menjawab satu teguran: Ketiga anak bertemu pemilik burung keramat dan menjawab dengan sopan alasan mereka memakannya.

13. XIV F7 Wira memperoleh alat sakti: Ketiga anak itu memakan bagian tubuh burung itu dan dengan ajaib memberi ramalan tentang nasib mereka nantinya.

14. XV G2

Wira dibawa/dipindahkan ke tempat lain; bergerak/dibawa pergi di atas kuda, dan kapal: Kakek tua itu memaafkan mereka yang memakan burung saktinya, kemudian membawa mereka ke pondoknya.

15. XVI H1

Wira dan penjahat terlibat pertarungan: Dari sana ketiga anak hendak dibawa ke Malako, di perjalanan mereka dihadang anak buah RAG, kemudian oleh penyamun lain, ketiga anak terpisah menjalani nasib masing-masing.

- XVII XVIII

- -

16. XIX K10 Kemalangan/kesusahan awal diatasi: Wira utama, Bonsu Pinang Sibaribuik (BPS), dijual sebagai budak ke Malako, kemudian ia dibebaskan, dan bekerja sabagai orang merdeka.

Lingkaran Keempat: Kembalinya Wira

17. XX ↓

Wira Pulang: Proses kepulangannya juga penuh petualangan seperti saat ia memulainya (setelah melalui pengembaraan, di Malako ia menjadi budak, dibebaskan, dipenjara, melarikan diri, kemudian menjadi bajak laut, kisah kepulangannya barulah dimulai.

18. XXI Pr6 Wira dikejar; Si pengejar mencoba membunuh wira: BPS sebagai lanun ia dihukum karena lalai, ia dikejar/dibuang ke laut.

19. XXII Rs9

Wira diselamatkan; Wira diselamatkan dari percobaan untuk membunuhnya: BPS diselamatkan seorang tua yang merupakan saudara seperguruan dengan Inyiak Gunuang Salasieh yang menyelamatkan mereka di hutan. BPS pun dibawa ke Campo.

20. XXIII (O) Wira yang tidak dikenali tiba di negerinya atau ke tempat lain: BPS disuruh mencari Dayang Bungo Nango sampai di negeri Bayan Toruan.

21. XXIV L Wira palsu menuntut klaim tak berdasar: Tuntutan palsu: Di sana raja menghadapi pemberontakan hulubalang (wira palsu).

Page 8: THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK

Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik dengan Penyigian Morfologi Vladimir Propp

65

- XXV, XXVI, XXVII

- -

22. XXVIII Ex Wira palsu diungkap: BPS membantu raja dan berhasil mengalahkan wira palsu/pemberontak).

- XXIX - -

23. XXX U Penjarah palsu dihukum: BPS menyerahkan Hulubalang Sambok kepada raja, tetapi raja mengampuninya.

24. XXV M Wira diberi tugas berat: Setelah berhasil, ia mengabdi kepada raja, dan ditugasi memimpin 200 pasukan berperang di negeri lain.

25. XXVI N Tugas diselesaikan: BPS sebagai panglima berhasil mengalahkan orang Kencu.

26. XXXI W* Kawin dan menaiki takhta: Setelah berhasil, BPS menikahi keponakan raja, tetapi tidak manaiki takhta.

FUNGSI PADA PERGERAKAN KEDUA Lingkaran Kedua: Isi Cerita

27. VIIIa α6

Anggota keluarga mengalami kekurangan/ingin memiliki sesuatu: kekurangan yang lain: BPS menikah, punya anak di Bayan Toruan, tetapi tidak lama istrinya pun meninggal. Ia ingin mencari pendamping baru di kampungnya.

28. IX B3 Wira dibenarkan pergi; Wira dibenarkan/diizinkan meninggalkan rumah: Keinginan BPS disetujui raja, ia hendak balik ke Malako.

29. X C Pencari setuju memutuskan bereaksi: BPS memulai mencari kebutuhannya (perempuan lain, Dayang Bungo Nango yang dulu dirampas darinya).

30. XI ↑

Wira meninggalkan rumah: BPS meninggalkan istana dan anaknya, ayah angkatnya (raja) untuk menuju negeri Gangga Salo, mencari Sutan Saruni yang memperistri Dayang Bungo Nango.

Lingkaran Ketiga: Rangkaian Donor

31. XII D2 Wira disoal yang mengantarnya memperoleh bantuan; Donor menegur dan menanyai wira: BPS bertemu seseorang, ditanyai, dan ia diterka sebagai BPS.

32. XIII E2 Wira beraksi/merespons tindakan bakal penolong; wira menjawab teguran/pertanyaan: BPS menjawab dengan baik pertanyaan orang yang ditemuinya.

- XIV - -

33. XV G2

dan

G3

Wira dipandu ke tempat lain terdapatnya objek yang dicari; Dia bergerak di atas tanah atau di atas air (G2); Wira dipandu (G3): BPS dibantu Nagan Paradok mencari tujuannya.

34. XVI H

Wira terlibat pertarungan dengan penjahat: BPS terlibat membantu Raja Kumbiek berperang melawan orang Pasak Palinggam. Raja membantunya mencari tujuannya, yaitu Sutan Saruni dan Dayang Bungo Nango.

Page 9: THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK

66

Kadera Bahasa, Volume 12, Nomor 1, Edisi April 2020

35. XVIII I1

Penjarah ditewaskan/kemenangan; penjarah ditewaskan di medan perang: Di medan perang BPS berhasil mengalahkan orang Pasak Palinggam, lalu BPS berhasil membawa Putri Dayang Bungo Nango dari cengkeraman Sutan Saruni.

36. XIX K1

Kecelakaan/kekurangan awal berhasil diatasi; objek yang dicari dirampas dengan paksaan atau muslihat: BPS berhasil membawa Dayang Bungo Nango dengan memaksa Sutan Saruni. BPS pun memenuhi misi membawa Putri Dayang Bungo Nango atas perintah guru/orang yang menyelamatkannya di laut untuk dikembalikan/menikah dengan bekas tunangannya Tuan Indo Babangso karena dulu BPS merampas Puti Dayang Bungo Nango ketika ia jadi lanun. Setelah itu ia pun kembai ke Malako).

Lingkaran Keempat: Kembalinya Pahlawan

37. XX ↓

Wira pulang: BPS membawa pulang kembali Dayang Bungo Nango menyerahkannya kepada tunangannya dulu di Indo Kayangan. Sebelumnya, Dayang merupakan rampasan BPS ketika menjadi lanun. Atas bujukan BPS, Dayang Bungo Nango bersedia menikah dengan bekas tunangannya itu. Setelah melaksanakan amanat Tuan Guru, ia pun pulang kembali ke Banda Malako.

LANJUTAN PERGERAKAN PERTAMA Lingkaran Kedua: Isi Cerita

38. VIIIa a1

Seorang anggota keluarga mengalami kekurangan sesuatu atau ingin memiliki sesuatu; wira belum kawin dan keluar untuk mencari istri: BPS ketika di Bayan Toruan, setelah kematian istri, ia telah mendengar kabar tentang seorang perempuan sakti dan cantik di Banda Mua, Pulau Paco yang bernama Puti Sitawa Mato. Ia sampai di Banda Malako menemui bekas majikannya dulu yang telah ia temui kembali setelah petualangannya di Gangga Salo mencari dan menyelamatkan Dayang Bungo Nango. Ia disuruh menikah oleh majikannya karena sudah pantas ia menikah lagi.

39. IX B3

Wira diizinkan pergi; Wira dibenarkan meninggalkan rumah: BPS menetap sementara di Bandar Malako setelah mengembalikan Dayang Bungo Nango ke tunangannya. Setelah kematian istrinya di Bayan Toruan, bekas Majikannya menyuruhnya menikah lagi, tetapi BPS ingin menikahi Puti Sitawa Mato, yang merupakan keponakan ayahnya.

40. X C

Pencari memutuskan bereaksi: Sebelumnya BPS tidak menyatakan tujuannya kepada Dayang Bungo Nango. Sebelum mencari Dayang Bungo Nango, ia telah mendengar kabar tentang Puti Sitawa Mato yang diingininya. Ia kemudian terus saja menuju dan sampai di Banda Malako. Ia ingin menikahinya.

41. XI ↑

Wira meninggalkan rumah: Utusan BPS atas prakarsa bekas majikannya di Banda Malako, Datuak Banda Tumangguang pergi menuju Pulau Paco, melamar Puti Sitawa Mato, tetapi ditolak. BPS kecewa, lalu meninggalkan majikannya di Banda Malako, ke Kualo Bungo Pasang, dekat Kualo Banda Mua di Pulau Paco.

Page 10: THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK

Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik dengan Penyigian Morfologi Vladimir Propp

67

Lingkaran Ketiga: Rangkaian Donor

42. XII D2

dan

D4

Wira diuji sehingga memperoleh alat magis atau pembantu; Donor menegur dan menyoal wira (D2); seorang tahanan memohon kebebasannya (D4): BPS mau kembali ke Malako, di kapal perang Paringgi dari Malabari, ada seekor burung barabah betina pandai berkata-kata, berdendang, bernyanyi, dan menari (binatang sebagai alat magis). Untuk melihat burung keramat tersebut, ia menemui Mande Painai di Banda Malako. Burung itu dikutuk raja sakti karena menolak dikawini anak raja itu.

43. XIII E2

Wira merespons tindakan bakal pemberi; wira menjawab (atau tidak menjawab) suatu teguran: BPS diizinkan menemui burung keramat itu. Permintaan burung itu juga dipenuhi BPS, ia bereaksi/menjawab permintaan itu dengan baik.

44. XIV F2

dan

F3

Wira memperoleh agen sakti; agen sakti itu ditunjukkan (F2) dan agen sakti itu disediakan (F3): Ia memperoleh “agen sakti”, burung itu membuat BPS berkeinginan kembali ke tanah kelahirannya berusaha berupaya mengembalikan burung tersebut ke bentuk asalnya.

45. XV G2

Wira dipandu ke tempat-tempat terdapatnya objek yang dicari; Wira bergerak di atas tanah atau di atas air (G2): BPS diajak (dipandu) berlayar ke daerah di Pulau Paco, dekat kampungnya, untuk mencari orang sakti agar burung itu bebas.

Lingkaran Keempat: Pulangnya Sang Pahlawan

46. XX ↓ Wira pulang: Karena ingin membantu burung itu, BPS menuju kampung asalnya Guguak. Dengan demikian wira yang tidak dikenali itu pun pulang.

47. XXIII O Wira yang tidak dikenali tiba ke negerinya: Mulanya ia tidak dikenali ayah dan ibunya karena telah berpisah sangat lama.

48. XXIV L Wira palsu mempersembahkan tuntutan palsu: BPS bertemu lagi dengan Rajo Angek Garang (RAG) yang zalim yang menuntut/menyita harta ayah dan ibu BPS.

49. XXV M Satu tugas berat dijalani wira: BPS berhasil mengalahkan Tupai Janjang dan RAG.

50. XXVI N

Tugas diselesaikan: Ternyata tugas BPS untuk mengatasi pertarungan menghadapi orang-orang jahat itu, Tupai Janjang dan RAG dkk. telah dituntaskan terlebih dahulu oleh Putri Sitawa Mato yang sakti.

51. XXVII Q Wira dikenali: Putri Sitawa Mato mengenali BPS, tetapi masih menganggapnya sebagai lanun, dan mengajaknya bertarung, tatapi BPS berhasil mengatasinya.

52. XXVIII Ex Wira palsu atau penjarah didedahkan; BPS melumpuhkan dan mengampuni Tupai Janjang, lalu menyuruhnya pulang ke Padang Duobaleh dan mengabarkan kematian mertuanya RAG.

53. XXX U.Neg. Penjarah palsu dihukum; … kadangkala penjarah mendapat pengampunan: Semua penjahat telah ditewaskan oleh Puti Sitawa Mato, kecuali Tupai Janjang yang dicegah oleh BPS yang ingin mengampuninya.

Page 11: THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK

68

Kadera Bahasa, Volume 12, Nomor 1, Edisi April 2020

PERGERAKAN KETIGA Lingkaran Pertama: Pengenalan

54. I β3

Seorang anggota keluarga meninggalkan rumah; kepergian saudara yang lebih muda: BPS bersama Puti Sitawa Mato (yang kemenakan ayah BPS) setelah mengalahkan lawan-lawan lamanya, meninggakan rumah BPS hendak ke Pagaruyuang untuk menemui raja. Puti Sitawa Mato hendak meminta bantuan raja dalam menghadapi penjajah Sipatokah di Kualo Banda Mua.

55. IV ε3

Penjarah mencoba meninjau/memata-matai; pengintaian oleh orang lain: Di perjalanan, ketika BPS dan Puti Sitawa Mato singgah di Singkarak, muncullah tunangan Puti Sitawa Mato, Sutan Sari Ribuik mengintai mereka yang hendak menuju Pagaruyuang.

56. V ζ1

Penjarah menerima informasi tentang mangsanya: Melalui kaki tangannya, Sutan Sari Ribuik mengetahui keadaan mereka sebelum sampai di Pagaruyuang sehingga ia mendahului mereka untuk sampai lebih dulu di Pagaruyuang.

57. VI η3

Penjarah mencoba memperdaya mangsanya dengan tujuan untuk memilikinya atau memiliki kepunyaannya: Sutan Sari Ribuik yang kecewa muncul di hadapan tunangannya yang saat itu bersama BPS. Sutan Sari Ribuik mengajaknya bertarung untuk menentukan siapa yang pantas memiliki Puti Sitawa Mato.

58. VII θ1

Mangsa teperdaya dan dengan demikian tanpa sepengetahuannya membantu musuhnya; wira bertindak balas (melayani) muslihat penjarah:

BPS menolak ajakan duel, tetapi Sutan Sari Ribuik marah dan memaksa bertarung dengan menyerang BPS. Pertarungan hanya dapat dihentikan dengan ancaman Puti Sitawa Mato.

Lingkaran Keempat: Kembalinya sang Pahlawan

59. XXIII O

Wira yang tidak dikenali tiba ke negerinya atau ke negeri lain; …dia tiba di istana seorang raja: BPS menyuruh Puti Sitawa Mato pergi ke Pagaruyuang dan membiarkan Sutan Sari Ribuik sampai duluan di Pagaruyuang. Putri Sitawa Mato diterima raja, tetapi BPS belum dikenali oleh raja.

60. XXIV L

Wira palsu mempersembahkan tuntutan palsu: BPS diperintah menghadap raja, tetapi dihadang Sutan Sari Ribuik yang menuntut pertarungan ulang di satu tempat. BPS menolak karena merasa tidak pantas menerima tantangan anak raja. Akhirnya mereka bertarung dengan taruhan, jika BPS kalah, ia harus jadi budak Sutan Sari Ribuik, jika menang, ia menerima hadiah emas dan Puti Sitawa Mato jadi istrinya.

61. XXVI N

Tugas diselesaikan: Dengan kesaktiannya, BPS menang. Raja marah karena mereka tidak perlu bertarung untuk menentukan siapa yang pantas memiliki Puti Sitawa Mato. Namun, raja tidak dapat menolak kesepakatan taruhan yang telah mereka tetapkan.

62. XXVII Q

Wira dikenali: Setelah menang BPS diperintah ikut raja dan dubalang ke lereng Gunung Marapi. BPS dicurigai sebagai mata-mata penjajah, ia didakwa mengaku sebagai anak Rajo Tuo. Oleh karena itu, ia diminta memperlihatkan tanda di tubuhnya, bukti itu terungkap, ia anak Rajo Tuo. Raja juga menguji kesaktiannya, dan menyamai bahkan mengungguli kesaktian raja.

Page 12: THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK

Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik dengan Penyigian Morfologi Vladimir Propp

69

Jumlah Fungsi Pelaku, Skema, dan PolaCerita

Pada KBPS terdapat sebanyak 29 fungsipelaku atau hanya dua fungsi tindakan pelaku yangtidak terdapat dari 31 fungsi tindakan pelaku yangditemukan oleh Propp. Berikut diberikan urutanfungsi tindakan pelaku dalam BPS.I. (α) β3 γ1 δ ε1 ξ1 (η1-η2) θ1 A13 B6 ↑ D2 E2 F7 G2 H1 K10 ↓ Pr6 Rs9 O L Ex U M N W*……….

a1 B3 C ↑ (D2-D4) E2 (F2-F3) G2 (↓) O L M N Q Ex U.Neg. II. α6 B3 C ↑ D2 E2 (G2-G3) H1 I1 K1 ↓ III. β3 ε3 ζ1 η3 θ1 O L N Q W1

Pola Pergerakan CeritaSetelah unsur-unsur fungsi tindakan pelaku

cerita dideretkan seperti di atas, pola cerita pundapat ditentukan dengan beberapa kaidah.Menurut Propp (Propp, 1987) dalam sebuah ataupada setiap cerita terdapat dua pergerakan ataulebih. Ada yang menyisip sebelum satu pergerakanselesai ataupun selesai secara bersamaan. Barudimulainya sebuah cerita dapat ditandai dengansebuah kejahatan (A) atau terdapatnya kekurang-an atau kebutuhan salah satu keluarga wira (a).Dengan demikian satu pergerakan cerita terjadidengan perantaraan menuju penyelesaian; diatasi-nya kekurangan; atau mencapai fungsi perkawinan

(W). Adanya sebab akibat dalam pergerakan ceritadilihat dari hasil penelusuran fungsi. Sebuah unsurdipahami dalam hubungannya dengan unsur lain.Skema 1 berikut ini merupakan pola pergerakancerita yang dirumuskan dari analisis di atas.

Skema 1 Pola Pergerakan Cerita BPS

I. A13________________W* ………………a1______________U.Neg.

II. a1___________↓………………….. III. β3___________W1

Pergerakan IA13-W* menunjukkan peristiwa kejahatan/

penjarahan RAG, perginya BPS menjadi budak dandimerdekakan, menjadi bajak laut, dan menjadipahlawan bagi raja dalam konflik di Bayan Toruansehingga ia dikawinkan dengan Puti Nilam Cayo,keponakan Raja Bayan Toruan.

a1-U.Neg. berhubungan dengan awalpergerakan cerita, yaitu penjarah RAG. Bagian inimerupakan pergerakan pengembaraan BPS setelahmenyelesaikan tugasnya memulangkan DayangBungo Nango kepada tunangannya semula diNagari Indo Kayangan. Setelah itu ia kembali keBanda Malako dan pulang ke tanah kelahirannyayang mempertemukannya nanti dengan RAG danTupai Janjang setelah singgah di Kualo BandaMua. Penjarah RAG berhasil ditewaskan danpahlawan palsu Tupai Janjang dikalahkan, tetapidiampuni oleh BPS dan ayahnya.Pergerakan II

a1-“! merupakan pergerakan kedua dimulaisebelum pergerakan pertama berakhir. Bagian ini

63. XXXI. W1

Wira kawin dan menaiki takhta; sekiranya sesuatu tindakan yang jahat mengendala cerita sebelum perkawinan, maka pergerakan (pertama) berakhir dengan pertunangan atau perjanjian untuk kawin: Raja telah tahu siapa sebenarnya BPS dari berita guru raja yang kembali dari Campo. BPS mohon diizinkan pulang ke kampungnya di Guguak, tetapi Raja tetap memintanya tinggal di istana membantu raja. BPS pun pindah dari rumah pembujangan ke Anjuangan Suaso di istana. Soal pinangan, hal itu tergantung pada Puti Sitawa Mato. Jika ia menerima, maka akan diadakanlah pesta perkawinan di istana itu.

Page 13: THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK

70

Kadera Bahasa, Volume 12, Nomor 1, Edisi April 2020

munculnya kebutuhan BPS untuk menunaikanamanah gurunya mencari perempuan bernamaDayang Bungo Nango dan mengembalikannyakepada tunangannya semula.Pergerakan III

â3-W1 merupakan bagian BPS yang telahpulang dan bertemu dengan orang tuanya, lalu iameninggalkan rumah menuju Pagaruyuang gunamengantarkan Puti Sitawa Mato yang ditemuinyadi tengah pengejaran TJ dan RAG. Bagian iniberakhir dengan pilihan pertunangan BPS denganPuti Sitawa Mato di Pagaruyuang.

Penyebaran Fungsi Pelaku dalam Lingkung-an Tindakan

Pada KBPS terdapat tujuh lingkungan aksi/tindakan pelaku. Dengan demikian, kaba inimemenuhi semua lingkungan aksi pelaku yangdirumuskan Propp sebanyak tujuh macam yangdisebut juga dengan lingkungan aksi/tindakanpelaku (sphere of action) (Propp, 1987, hlm. 93—94): lingkungan tindakan penjarah/penjahat; pemberi;pembantu/penolong; seorang putri (orang yang dicari; danayahnya; perantara utusan; wira; dan lingkungantindakan wira palsu.1. A13; dan Pr6 pada Pergerakan I merupakan

lingkungan aksi penjarah/penjahat (Kejahatan(A): pertikaian dalam bentuk perkelahian denganwira (pahlawan); dan pahlawan dikejar (Pr)).

2. D2 dan F7 pada Pergerakan I; (D2—D4); (F2—F3) pada Lanjutan Pergerakan I); D2 padaPergerakan II ialah fungsi pertama donor/pemberi (pemindahan alat sakti/magis [D];pemberian alat sakti kepada pahlawan [F]).

3. G2; K10; Rs9 dan N pada Pergerakan I; : G2

dan N pada Lanjutan Pergerakan I; (G2-G3)K1 pada Pergerakan II merupakan lingkunganaksi pembantu (perpindahan pahlawan ke suatutempat [G] ; tersingkirkan/diatasinya suatukecelakaan atau kekurangan/kebutuhan [K];

pahlawan diselamatkan [Rs]; tugas diselesaikan[N]; dan perubahan sifat/bentuk [T]).

4. Ex, U, M, dan W* pada Pergerakan I; M; Q;Ex; dan U.Neg. pada Lanjutan Pergerakan Imerupakan lingkungan aksi seorang putri (orangyang dicari) dan ayahnya (tugas yang berat [M]; wiradiberi tanda [J]; penyingkapan [Ex]; pahlawandikenali [Q] ; penjahat atau pahlawan palsudihukum [U]; dan perkawinan [W]).

5. B6 pada Pergerakan I; B3 lanjutan pergerakanI; B3 pada Pergerakan II merupakan lingkunganaksi perantara/utusan (pengutusan [B])

6. E2 dan W* pada Pergerakan I; (C‘!; dan E2

pada Lanjutan Pergerakan I; C‘! dan E2 padaPergerakan II; W1 pada Pergerakan IIImerupakan Lingkungan Aksi Pahlawan(pahlawan meninggalkan rumah/kampunghalaman [C‘!]; reaksi pahlawan [E]; perkawinan[W*]).

7. E2 dan L pada Pergerakan I, C‘!, E2, dan Lpada Lanjutan Pergerakan I; C‘! dan E2 padaPergerakan II; L pada Pergerakan IIImerupakan Lingkungan Aksi Pahlawan Palsu(yang melibatkan C‘!, diikuti dengan E dan L).

Cara Pengenalan PelakuPara pelaku telah dirumuskan dalam tujuh

kelompok yang terdapat dalam lingkungantindakan pelaku, yaitu penjahat/penjarah;pembantu; sang putri; perantara/utusan;pahlawan; dan pahlawan palsu.

(1) Penjahat. Dalam KBPS terdapat dualingkungan tindakan penjahat/panjarah, yaitu A13dan Pr 6. Keduanya terdapat pada Pergerakan I.Kemunculan penjarah RAG diperkanalkan sekalipada saat ia dan anak buahnya berusaha menying-kirkan ketiga anak Rajo Tuo yang dianggap akanmengancam kekuasaannya jika mereka telahdewasa (A13). Pada lanjutan Pergerakan I itu,setelah diselingi Pergerakan II, RAG kembalimuncul dengan masalah lain berkenaan dengan

Page 14: THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK

Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik dengan Penyigian Morfologi Vladimir Propp

71

keluarga BPS. Melalui kaki tangannya, yaitu TupaiJanjang, RAG berusaha menguasai harta bendaorang kampung BPS. RAG muncul kembali setelahBPS berhasil mengatasi kejahatan Tupai Janjangyang mau merampas harta orang tua BPS. TupaiJanjang melarikan diri dan menghadap RAG. Jikakita melihat persebaran fungsi pelaku, terdapatlahpenjarah/penjahat kedua diperkenalkan padaperistiwa pengejaran BPS (Pr6) oleh GampitoTauak, seorang lanun. Kemunculan penjahatkedua ini terjadi saat BPS terlena dengan seorangperempuan sehingga ia lalai dari tugasnya sebagaibajak laut.

(2) Donor/Pemberi. Pemberi yang berbedamuncul dalam ketiga pergerakan cerita. Menurutpersebaran fungsi pelaku, pemberi muncul dalamD2, F7 pada pergerakan pertama dan pada lanjut-an pergerakan pertama, yaitu (D2-D4) dan (F2-F3). Pada lanjutan pergerakan kedua terdapat ke-munculan pemberi dalam definisi D2. Kemuncul-an mereka itu tiba-tiba atau kebetulan di hutan,di laut, kecuali pada lanjutan Pergerakan I, pem-beri tidak muncul di hutan, tetapi diperkenalkandalam kedatangan sebuah kapal Paringgi (D2-D4)dan (F2-F3). Pemberi itu, bernama Mande Painai,menyediakan sebuah burung barabah betina yangpandai berkata-kata. Burung tersebut, penjelmaanseorang putri, membutuhkan pertolongan BPSuntuk dikembalikan ke wujud aslinya. Hal itu pulayang mengantarkan BPS pindah atau bergerak kenegeri asalnya. Namun, keperluan (keinginan) alatsakti itu tidak terpenuhi dan hanya menyebabkanwira (BPS) kembali ke kampungnya.

Pada D2 Pergerakan I, pemberi munculkebetulan tiba-tiba saja di hutan. Akan tetapi,sebenarnya alat sakti yang diberi itu berupa burungkeramat (ayam) telah diperoleh oleh wira teraniayalebih dulu karena mereka kelaparan lalu menang-kap dan memakannya. Burung tersebut dianggapsebagai alat sakti karena setelah mereka me-makannya (F7), pemberi, bernama Gaek Gunuang

Salasieh, kemudian menyebutkan akibat darimemakan burung (ayam) tersebut dengan gam-baran nasib wira di masa depan. Dengan demikianurutan F7 mendahului D2. Pada pergerakan keduahanya terdapat pemberi informasi tanpa menye-diakan alat sakti. Pemberi informasi itu bernamaNagan Paradok yang pernah membeli BPS sebagaibudak. Ia kemudian menemani BPS mencari SutanSaruni dan Dayang Bungo Nango.

(3) Pembantu. Pembantu pada Pergerakan I(G2) membawa wira ke suatu tempat untukdibawa oleh saudagar Sigulambai. Demikian jugadengan K10 yang membawa BPS keluar daripenjara dan menjadi bajak laut. N pada pergerakanpertama, BPS sendiri menyelesaikan tugas yangdiberikan raja untuk menghadapi perang diLumban Toruan. Pada lanjutan Pergerakan I, G2memberikan alat sakti yang membantunya pindahke tempat lain sehingga ia menemukan jalan kenegeri asalnya; N, BPS berhasil menyelesaikanmasalah pertarungannya dengan Sutan SariRibuik. Pada Pergerakan II (G2-G3) BPS dibantuNagan Paradok menuju Negeri PalinggamDarussalat sehingga menemukan objek yangdicari, yaitu Dayang Bungo Nango (K1).

(4) Putri. Pada Pergerakan I, BPS sampai padapuncak mengawini seorang putri, kemenakan rajadi Bayan Toruan setelah menyelesaikan tugas yangberat (M), menghukum pahlawan palsu (U.Neg).Namun, sebelum itu seorang putri yang dicari,yaitu Dayang Bungo Nango telah diperkenalkanketika BPS menyelesaikan pemerolehan ilmu dariorang yang telah menyelamatkannya ketika iadibuang di lautan, yaitu Tuan Guru atau DatukJakun. Dayang Bungo Nango juga diperkenalkanketika BPS terlena bersamanya ketika hendakdibunuh oleh bajak laut atasan BPS.

Putri kedua yang dicari bersama ayahnya jugadiperkanalkan sejak BPS mendengar kabar tentangseorang putri di Pulau Paco yang terkenal dengannama Puti Sitawa Mato. Tokoh ini diperkenalkan

Page 15: THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK

72

Kadera Bahasa, Volume 12, Nomor 1, Edisi April 2020

sejak BPS berhasil menemukan dan membawakembali Dayang Bungo Nango. Puti Sitawa Matodiperkenalkan pada awal lanjutan Pergerakan I.Melalui tugas yang berat (M) untuk melumpuhkanTupai Janjang dan RAG, BPS secara kebetulanmenemukan Puti Sitawa Mato yang dihadangpenyamun dan RAG, sampai ketika PBS dikenalioleh Puti Sitawa Mato, wira palsu Tupai Janjangdiungkapkan kejahatannya (Ex) dan diampuni(U.Neg.). Pergerakan III, di samping Puti SitawaMato mencari ayah putri itu, benar-benar menjadiobjek untuk diperoleh BPS dan tunangan putritersebut, yaitu Sutan Sari Ribuik setelah BPSdikenali oleh raja sebagai BPS yang dimaksud (Q)dan akhirnya BPS memenangi pertarunganmelawan tunangan Puti Sitawa Mato, tetapikeputusan untuk menikah dengan BPS ditentukansendiri oleh Puti Sitawa Mato (W1).

(5) Perantara. Peristiwa perantara pertamayang menyelamatkan wira BPS dan saudaranyadari rencana pembunuhan muncul tidak secaratiba-tiba. Mereka diselamatkan secara diam-diam(B6) oleh hulubalang ayah BPS yang menyadaridengan kritis kekeliruan keputusan ayah BPS danorang kampung untuk menuruti muslihat RAGagar menyingkirkan mereka di hutan. Peristiwaperantara ini sangat penting bagi perjalanan merekake depan. Pada sambungan Pergerakan II, peris-tiwa pengantara, keputusan BPS meninggalkanDayang Bungo Nango dengan Tunangannya (B3)adalah peristiwa yang logis belaka karena tidakada tempat dan kepentingan baginya untukmenetap di sana. Sama dengan peristiwa perantarapada permulaan Pergerakan II, BPS pergi mening-galkan Istana Bayan Toruan karena kematianistrinya dan meninggalkan anaknya di istana itudan hendak mencari Dayang Bungo Nango sesuaidengan amanat penolongnya (B3). Peristiwa inimerupakan sebab yang logis sehingga BPS me-lanjutkan pencariannya.

(6) Wira/Pahlawan. Wira teraniaya meninggal-kan rumah ditampilkan dengan pertemuankebetulan mereka dengan donor Gaek GunuangSalasieh yang mereka respons dengan baik (E4)di tengah hutan hingga perjalanan panjang BPSdiakhiri dengan perkawinannya. Pada lanjutanPergerakan I kepergian wira terjadi di negeri orangdan merupakan suatu kelogisan belaka untukmelanjutkan pencariannya. Kali ini BPS ditampil-kan sebagai wira pencari (C‘!) sehingga ia kemudianbertemu dengan donor Mande Painai untukmenemui burung barabah yang pandai berbicara.Pada Pergerakan II, hal yang sama juga ditampilkanpada lanjutan Pergerakan I. Pada Pergerakan IIIwira ditampilkan memiliki keinginan untukmengawini Puti Sitawa Mato walaupun perem-puan itulah yang menentukan keputusan itu.

(7) Wira Palsu. Pada lanjutan Pergerakan I danPergerakan II terdapat pahlawan palsu. Pahlawanpalsu muncul setelah kepergian wira untukmencari sesuatu (C) dan kerpergian wira mening-galkan rumah (‘!) ke suatu daerah yang di sanaterdapat pahlawan palsu yang memiliki kepenting-an tertentu. Kemunculan pahlawan palsu pertamaterjadi di tempat BPS yang mulanya tanpa sengajabertemu dengan sebuah konflik di Bayan Toruan.Pahlawan palsu itu menuntut raja menyerahkankekuasaannya. Pahlawan palsu ketiga ditemukanpada Pergerakan II dengan Sutan Sarunai sebagaitokoh yang menyembunyikan Dayang BungoNango. Kemunculan pahlawan palsu ketiga ter-dapat pada Pergerakan III ketika Sutan Sari Ribuikmenuntut diadakan adu kekuatan dengan BPSguna memperebutkan Puti Sitawa Mato. Tuntutanitu palsu karena yang menentukan itu adalahperempuan itu sendiri sehingga mereka sebenarnyatidak perlu bertarung. Satu pahlwan muncul denganmenuntut sesuatu yang tidak berkaitan langsungdengan BPS, tetapi kepada Raja Bayan Toruan.Kemuncuan pahlawan palsu kedua dan ketigaberkaitan langsung dengan pencarian BPS untuk

Page 16: THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK

Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik dengan Penyigian Morfologi Vladimir Propp

73

menemukan seorang perempuan, yang satumembebaskan objek itu dari penjahat SutanSarunai dan kedua ialah menemukan perempuanuntuk dikawininya.

Fungsi Pelaku yang Hampir Lengkap dalamBPS

Dari pemaparan di atas, KBPS ini merupakansalah satu cerita kaba Minangkabau yang cukuppanjang. Cerita ini hampir lengkap dengan fungsipelaku yang dirumuskan oleh Propp sebanyak 31fungsi. Dalam cerita ini ada 29 fungsi pelaku atauhanya dua fungsi pelaku yang absen dalam ceritaini, yakni fungsi nomor 17: “Wira ditandai”lambang (J) dan fungsi nomor 29 “Wira diberi rupabaru” lambang (T).

Propp (1987) menyebutkan, ketidakhadiranfungsi tindakan tertentu dalam sebuah ceritatidaklah mengubah susunan cerita yang tersisa.Tiga pergerakan/babak cerita KBPS mengandungperulangan fungsi dengan latar kejadian ceritayang bergerak dan berubah. Satu pergerakan ceritaberakhir karena sebuah kebutuhan atau tugas yangberat dapat diselesaikan sang wira. Setelah itumuncul lagi pergerakan cerita lainnya. Cerita padaPergerakan I mempunyai sebab dan akibat yangmenggerakkan Pergerakan II dan Pergerakan III.Pada Pergerakan II dan Pergerakan III juga terjadipengulangan pertemuan beberapa tokoh pentingdengan tokoh utama (wira) dan tentu juga dengantokoh yang belum muncul pada pergerakan ceritasebelumnya. Intinya bahwa pengulangan fungsitindakan pelaku dengan pelaku yang tidak harussama dapat terjadi.

Pergerakan I cerita ini terbilang lengkap karenadiawali dengan pengenalan cerita (á â3) ataupengenalan awal, lalu dimulailah cerita dengandilanggarnya larangan orang tua agar wira tidakmeninggalkan rumah. Selanjutnya setelah larang-an dilanggar, wira yang masih kecil itu menjalanicobaan dan penderitaan lebih lanjut. Dari tahap

ini, ia berpisah dengan saudaranya dan dimulailahfase ia hidup di negeri orang (rantau) hingga wiradewasa dan menyelesaikan tugas penting danberkawin.

Pergerakan I awal terdiri atas 26 fungsitindakan pelaku: 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9; (-); 11;12; 13; 14; 15; 16; (-); (-); 19; 20; 21; 22; 23; 24;(-); (-); (-); 28; -; 30; 25; 26; 31. Pergerakan I inidijeda oleh Pergerakan II. Setelah Pergerakan IIselesai, Pergerakan I dilunjutkan dengan episodewira dengan petualangannya kembali ke kampungsehingga ia bersatu kembali dengan orang tuanyasambil membawa tugas dan misi penting lainnya.Lanjutan Pergerakan I ini terdiri atas 16 fungsitindakan pelaku: 8a; 9; 10; 11; 12; 13; 14; 15; (-);20; (-); 23; 24; 25; 26; 27; 28; (-); 30; (-).

Mengapa fungsi pelaku yang paling banyakdikandung pada Pergerakan I? Hal itu karenacerita Pergerakan I merupakan inti cerita. Per-masalahan utama wira BPS ialah bagaimana iananti mengatasi dan membalas kejahatan penjahatyang bernama Rajo Angek Garang (padaPergerakan I) sehingga ia dapat kembali bersatudengan ayah dan ibunya dengan tenang (padalanjutan Pergerakan I setelah Pergerakan II).Pergerakan I di atas dijeda oleh Pergerakan IIketika Pergerakan I belum berakhir. KemudianPergerakan I yang dijeda itu dapat dilanjutkansetelah Pergerakan II pun berakhir. Pergerkan Idan lanjutannya memiliki keterkaitan yangmenggerakkan Pergerakan II dan Pergerakan III.

Dari Pergerakan I (sebelum terjeda denganPergerakan II), BPS memperoleh bekal dan ilmuyang kuat untuk kembali ke kampungnya. BPSpergi dari Bayan Toruan (awal Pergerakan II)karena istrinya meninggal dan kebutuhan akanpendamping hidup baru di negeri asalnya. Dalamrangka pulang itu, ia melaksanakan amanatgurunya untuk membebaskan Dayang BungoNango setelah membantu Kerajaan Kumbiek diGujarek melawan orang Pasak Palinggam. Dengan

Page 17: THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK

74

Kadera Bahasa, Volume 12, Nomor 1, Edisi April 2020

demikian ia memperoleh bantuan untukmembebaskan Dayang Bungo Nango dari tanganSutan Saruni, lalu ia kembali ke Malako menemuibekas majikannya. Dari sana ia mendengarkesaktian dan kecantikan putri dari adik ayahnya.Ia ingin melamar melalui utusan, tetapi ditolak.Kemudian, melalui perantaraan sebuah kapalParinggi yang membawa burung yang dikutuk, iamemperoleh informasi dan membawanya berlayardari Malako ke Pulau Paco (awal lanjutan Per-gerakan I). Hal itu juga sekaligus jalan baginyapulang ke kampung untuk menuntut balas ataskejahatan Rajo Angek Garang atas orang kampungdan keluarganya. Setelah mengatasi kejahatanRAG, paruh kedua Pergerakan I yang dijeda olehPergerakan II (lihat Skema 1) pun selesai. Darinegeri Malako, lanjutan Pergerekan I pundilanjutkan kembali. Dengan demikian,Pergerakan II berisi pengulangan formula fungsitindakan pelaku yang tidak sejumlah fungsitindakan pelaku pada Pergerakan I sebelumterjeda. Pergerakan II terdiri atas 11 fungsi pelaku.

Pergerakan III pun dimulai (setelah Per-gerakan I selesai: RAG berhasil dikalahkan BPS).Hal ini merupakan peristiwa ikutan saja yangmembawanya ke Negeri Pagaruyuang gunamengantarkan Puti Sitawa Mato (yang ditemuinyadi perjalanan ke kampungnya ke Sungai Nyaloketika dikepung oleh RAG). Puti Sitawa Matotengah melawan penjajah Sipatokah di NegeriKualo Banda Mua dan mau minta bantuan RajaPagaruyuang. Selain itu, Putri Sitawa Mato yangmerupakan putri adik ayah BPS telah pulabertunangan dengan Sutan Sari Ribuik. Hal itumenimbulkan konflik antara BPS dan Sutan SariRibuik sehingga Sutan Sari Ribuik dalam plotmenempati fungsi pelaku penjahat dan pahlawanpalsu.

Pergerakan III ini tentu juga diisi denganpengulangan fungsi pelaku yang sama walaupunPergerakan III ini pendek dan hanya mengandung

10 fungsi pelaku. Mengapa Pergerakan III inipendek, itu karena perjalanan wira BPS kePagaruyuang secara spasial tidak jauh dari kam-pungnya. Urutan fungsi pelaku terjadi “seperlu-nya” saja. Jadi, apabila makin jauh jarak yang di-tempuh dan negeri yang berbeda, konflik (danfungsi pelaku) pun menjadi lebih kompleks. Ujungdari cerita pun sesuai dengan yang diharapkandalam fungsi tindakan pelaku Propp, yaitu BPSdapat mengalahkan penjahat Sutan Sari Ribuik,dan identitas BPS yang sebenarnya sebagai anakbekas Raja Pagaruyuang (Rajo Tuo) pun terkuakoleh raja, dan ia dapat menikahi Puti Sitawa Mato.Dari awal hingga akhir, fungsi pelaku yang ber-kawin (W) terjadi dua kali saja.

Dalam urutan fungsi pelaku, pada PergerakanI ada pengecualian bahwa terdapat pertukaranurutan fungsi tindakan yang terjadi pada nomorfungsi 25-26 yang terdapat di akhir Pergerakan Isebelum dijeda dengan Pergerakan II seperti padaTabel 3 berikut.

Tabel 3Pertukaran Urutan Fungsi No. 25-26 dengan No.

28-30 Pergerakan Pertama

No Urutan Fungsi Lambang Definisi dan Tindakan

22. XXVIII Ex

Wira palsu diungkap: BPS membantu raja dan berhasil mengalahkan wira palsu/pemberontak),

- XXIX - -

23. XXX U

Penjarah palsu dihukum: BPS menyerahkan Hulubalang Sambok kepada raja, tetapi raja mengampuninya.

24. XXV M

Wira diberi tugas berat: Setelah berhasil, ia mengabdi kepada raja, dan ditugasi memimpin 200 pasukan berperang di negeri lain.

25. XXVI N Tugas diselesaikan: BPS sebagai panglima berhasil mengalahkan orang Kencu

26. XXXI W*

Kawin dan menaiki takhta: Setelah berhasil, BPS menikahi keponakan raja, tetapi tidak manaiki takhta.

Page 18: THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK

Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik dengan Penyigian Morfologi Vladimir Propp

75

Pertukaran urutan tersebut dapat dimaklumikarena diceritakan bahwa dalam kelompokpahlawan palsu itu terjadi dua peristiwa. Pertamaketika BPS ke Negeri Bayan Toruan, di sanatengah terjadi kudeta kepada raja oleh seoranghulubalangnya. Setelah BPS ikut campur dan me-ngalahkannya (U, nomor XXX), raja pun meng-angkat BPS sebagai pembantunya (panglima).Kedua, setelah itu atau bersamaan terjadi jugapenyerangan orang Kencu merongrong KerajaanBayan Toruan sehingga BPS dipercaya pulasebagai panglima itu untuk perang di negeri lain(M, nomor XXV). BPS pun berhasil mengalahkanserangan Kencu (N, nomor XXVI). Karena tugasitu dapat diselesaikannya, ia diganjar kawin dengankeponakan raja itu. Dengan demikian, pertukaranurutan fungsi ini wajar saja.

PENUTUPDari analisis morfologi cerita rakyat KBPS,

ditemukan fungsi tindakan menurut rumusanPropp dengan pergerakan cerita yang tidaktunggal. Pada kaba tersebut memang tidak ditemu-kan sepenuhnya 31 fungsi tindakan pelaku. DalamKBPS terdapat 29 fungsi dengan absennya duafungsi. KBPS terdiri atas tiga pergerakan cerita danmerupakan sebah narasi yang cukup panjang jikadibandingkan dengan kaba-kaba lainnya. Kaba inicukup lengkap mengandung fungsi tindakanpelaku yang dirumuskan Propp. Pada bagiantertentu terdapat pertukaran urutan fungsi, tetapitidak mendominasi. Yang mencolok tetaplah urut-an fungsi Propp dan pengulangan fungsi tertentupada setiap pergerakan cerita. Tokoh BPS me-rupakan wira utama dalam cerita, berperan se-bagai wira teraniaya yang mengembara, dan akhir-nya pulang sebagai wira pencari, yang bertemudengan wira pencari lainnya, seorang putri ber-nama Puti Sitawa Mato pada bagian akhir cerita.Sementara itu, enam macam tindakan pelakulainnya dijalankan oleh pelaku yang berbeda.

Kaba ini memiliki struktur narasi yang tergolongpurba. Teori morfologi cerita rakyat Vladimir Proppkembali menunjukkan terdapatnya universalitasstruktur purba narasi di dunia, terutama pada ceritatradisional. Narasi (tradisional) terdapat di setiapbudaya, tetapi pada dasarnya memiliki dasarkesamaan struktur. Ini merupakan sebuahkonsekuensi yang wajar apabila pendekatanstruktural sintagmatik/linear cerita rakyat a la Propphanya mengutamakan kesejagadan unsur narasiketimbang dibatasi oleh bentuk formal sebuah teks,latar belakang budaya, keberadaan penggubah,penyalin, dan penulis cerita. Dari segi kriteria kabaklasik, KBPS tergolong klasik karena berisi kisahpetualangan anak seorang raja atau kaumbangsawan; mengandung peranan unsursupranatural dan magis serta dibumbui denganunsur dongeng dan fantastik, seperti alat saktiberupa burung keramat dan burung nuri kutukanyang bisa bicara; dan latar waktu yang jauh dibelakang walaupun jika ditelisik latar waktu itumemiliki konteks waktu kolonialisme, tetapidisamarkan.

Seyogyanya, kajian struktural cerita rakyatdengan teori Propp itu tidak berhenti padatujuannya sendiri, yang hanya memeriksa 31 fungsipelaku itu. Taslim (1990, hlm. 31) mengingatkankajian seperti ini semestinya dapat dilakukan dalampenelitian intertekstualitas dengan membandingkanstruktur dan fungsi/tindakan pelaku dari berbagaiversi sebuah cerita rakyat.

DAFTAR PUSTAKAAbdullah, T. (2009). “Beberapa Catatan tentang

Kaba Cindua Mato: Satu Contoh SasteraTradisional Minangkabau”. Jurnal TerjemahanAlam & Tamadun Melayu, 1, hlm.117-137.

Amir, A. (2009). Kapita Selekta Sastra Minangkabau.Padang: Minangkabau Press.

Page 19: THE NARRATIVES OF FOLKTALE BONSU PINANG SIBARIBUIK

76

Kadera Bahasa, Volume 12, Nomor 1, Edisi April 2020

Arriyanti, A. (2016). “Morfologi Kaba Puti NilamCayo”. Metasastra, 6(2), hlm. 17-32. DOI:10.26610/metasastra.2013.v6i2.17-32.

Barthes, R. (2010). Imaji/Musik/Teks. (terjemahandari bahasa Inggris oleh Agustinus Hartono).Yogyakarta: Jalasutra.

Barthes, R. (1984). Image, Music, Text. (translatedby Stephen Heath, Sixth printing). (hlm.) NewYork: Hill and Wang.

Deska, W. (2018). “Kaba Anggun Nan Tongga:Analisis Struktur Naratif ”. skripsi, JurusanSastra Daerah Minangkabau Fakultas IlmuBudaya Universitas Andalas.

Djamaris, E. (2001). Pengantar Sastra RakyatMinangkabau. Jakarta: Yayasan Obor.

Djamaris, E. (1991). Tambo Minangkabau: SuntinganTeks Disertai Analisis Struktur Jakarta: BalaiPustaka.

Djamal, E. (2005). Kaba Pusako Minangkabau BonsuPinang Sibaribuik. Padang: Bidang KajianWarisan Budaya Minangkabau PPS Salimbado.

Gayatri, S. (2009). “Struktur Naratif CeritaAnggun Nan Tongga”. Linguistika Kultura,3(01), hlm. 46-55.

Junus, U. (1997). “Sastra Lama Antara Sudah danBelum Selesai”. Jurnal Kebudayaan Kalam. 10,hlm. 9—32.

Junus, U. (1994). “Kaba: An Unfinished (His-)Story”. qgWS¢0¸0¢0—xvz, 32(3), hlm. 399-415. DOI: https://doi.org/10.20495/tak.32.3_399

Junus, U. (1984). Kaba dan Sist em SosialMinangkabau, Suatu Problem Sosiologi Sastra.Jakarta: Balai Pustaka.

Meldawati. (2009). “Kaba Pusako MinangkabauBonsu Pinang Sibaribuik, Analisis Struktural”.skripsi, Jurusan Sastra Daerah MinangkabauFakultas Sastra Universitas Andalas.

Propp, V. (1987). Morfo logi Cerita Rakyat.(terjemahan Noriah Taslim). Kuala Lumpur:Dewan Bahasa dan Pustaka KementerianPendidikan Malaysia.

Taslim, N. (1990). Teori dan Kritikan Sastra MelayuTradisonal. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa danPustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.