4
Ku arahkan kursi rodaku menuju beranda saat jam sudah menunjukkan tepat pukul 12 siang. Hal yang biasa kulakukan semenjak aku melihat seorang anak laki-laki yang sebaya denganku sedang bermain basket di lapangan dekat rumah yang entah mengapa sangat menarik perhatianku. Karena aku tidak bisa terlalu sering pergi ke luar rumah dengan kondisi kedua kakiku yang lumpuh, aku pun hanya bisa memperhatikannya dari beranda kamar. Aku mulai mencari sosok anak laki-laki itu di antara para manusia yang ada di sana. Berbagai pertanyaan keluar dari bibirku begitu aku tidak dapat menemukan sosok yang kutunggu-tunggu. Aku mendesah kecewa. Ku arahkan kursi rodaku kembali masuk kamar hingga aku mendengar suara seseorang yang berhasil menahanku untuk tidak pergi. Aku membalikkan kursi rodaku ke posisi awal dan melihat asal sumber suara itu. “Woooi.... Dari mana aja sih? Lihat! Kita sudah ketinggalan 3 angka karena keterlambatanmu!!”protes seseorang dari salah satu anak laki-laki yang sedang bermain basket. “Maaf! Aku minta maaf! Hehe.. Tadi aku sedikit mendapat masalah saat menuju ke sini!”jawab anak laki- laki yang baru datang itu meminta maaf dengan wajah polosnya.

This Time

Embed Size (px)

DESCRIPTION

vhkhf

Citation preview

Ku arahkan kursi rodaku menuju beranda saat jam sudah menunjukkan tepat pukul 12 siang. Hal yang biasa kulakukan semenjak aku melihat seorang anak laki-laki yang sebaya denganku sedang bermain basket di lapangan dekat rumah yang entah mengapa sangat menarik perhatianku. Karena aku tidak bisa terlalu sering pergi ke luar rumah dengan kondisi kedua kakiku yang lumpuh, aku pun hanya bisa memperhatikannya dari beranda kamar.

Aku mulai mencari sosok anak laki-laki itu di antara para manusia yang ada di sana. Berbagai pertanyaan keluar dari bibirku begitu aku tidak dapat menemukan sosok yang kutunggu-tunggu. Aku mendesah kecewa. Ku arahkan kursi rodaku kembali masuk kamar hingga aku mendengar suara seseorang yang berhasil menahanku untuk tidak pergi. Aku membalikkan kursi rodaku ke posisi awal dan melihat asal sumber suara itu.Woooi.... Dari mana aja sih? Lihat! Kita sudah ketinggalan 3 angka karena keterlambatanmu!!protes seseorang dari salah satu anak laki-laki yang sedang bermain basket.

Maaf! Aku minta maaf! Hehe.. Tadi aku sedikit mendapat masalah saat menuju ke sini!jawab anak laki-laki yang baru datang itu meminta maaf dengan wajah polosnya.

Senyuman mengembang di ujung-ujung bibirku saat melihat anak laki-laki yang baru saja datang itu. Ya. Anak laki-laki yang baru datang itulah yang telah lama menarik perhatianku. Meskipun aku tidak mengetahui namanya bahkan sama sekali tidak mengenalnya, tetapi entah mengapa sepertinya aku menyukai dirinya. Satu hal yang ku tahu dari pengalaman memperhatikannya setiap hari adalah bahwa dia orang yang sangat ramah dan baik. Tentu saja juga sangat manis. Eeh? Bukan! Sangat tampan bahkan. Mungkin karena alasan itu aku mulai menyukainya. Tiba saatnya anak laki-laki itu menunjukkan kebolehannya bermain basket. Kuperhatikan dengan sungguh-sungguh setiap gerak-geriknya. Mencoba melukis dirinya yang sedang bermain di atas kertas putih yang sudah kusiapkan sedari tadi. Ingin rasanya ikut menyemangatinya seperti yang dilakukan para gadis yang sedang menontonnya bermain basket dari jarak dekat. Ingin rasanya bisa benar-benar mengenalnya secara langsung seperti para gadis itu. Ingin rasanya bisa mengobrol santai dengannya. Ingin rasanya melakukan semua itu! Tapi nyatanya! Semua itu adalah keinginanku yang tidak akan pernah tercapai. Mana mungkin gadis sepertiku yang tidak bisa bermain di luar bahkan berjalan secara normal saja tidak bisa, dapat melakukan itu semua. Dia bahkan mungkin tidak mengetahui keberadaanku yang selalu memperhatikannya dari jauh. Aku hanya bisa menghela napas panjang saat memikirkan semua itu dan mulai mengingat kembali kejadian 6 bulan lalu yang menyebabkan kelumpuhan kakiku.Saat itu, matahari mulai meredupkan sinarnya. Membuat lampu-lampu di jalanan kota Bandung terpaksa menyala sebagai pengganti Sang Raja Siang. Membuat bintang-bintang yang bertaburan harus kehilangan sinarnya akibat dari terangnya lampu-lampu jalanan tersebut. Hawa dingin pun mulai merambat seiring dengan hilangnya Sang Raja Siang dari muka bumi, digantikan oleh Sang Ratu Malam. Orang-orang yang masih berada di jalanan kota merapatkan pakaiannya. Menghindari hawa dingin tersebut. Tidak terkecuali aku. Aku menyusuri jalanan kota sembari merapatkan jaket yang kupakai. Bimbingan belajar mengharuskanku pulang larut setiap harinya. Sungguh malas. Berjalan cepat adalah satu-satunya hal yang bisa kulakukan agar sampai di rumah dengan cepat. Tak kuhiraukan suara-suara berisik di belakang.Nona!! Awwaaaassss....!! Cepat pergi dari sana!!seseorang berteriak dengan sangat keras. Orang-orang yang ada di sana pun juga ikut berteriak tak lama setelah itu. Tapi aku sama sekali tak menghiraukan. Jalan terus. Itu yang ada di pikiranku. Lagipula aku juga tidak tahu siapa yang mereka suruh untuk menghindar.

Ketika sedang sibuk memikirkan nasibku itu, tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari arah luar. Ku persilahkan orang yang mengetuk pintu kamarku untuk masuk. Begitu pintu terbuka, kulihat wajah-wajah familiar yang membuatku girang bukan main.Saraaa! Bagaimana kabarmu?