Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JUAL BELI
BURUNG BAHAN
(STUDI DI PASAR HEWAN AMBARAWA 2019)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum
Oleh:
Ibnu Setio Utomo
NIM : 214-14-068
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2019
ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN DAN BERSEDIA DI
PUBLIKASIKAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ibnu Setio Utomo
NIM : 21414068
Program Studi : Hukum Ekonomi Syari‟ah
Fakultas : Syari‟ah
Judul Skripsi : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERADAP AKD JUAL BELI
BURUNG BAHAN (STUDI DI PASAR HEWAN
AMBARAWA 2019)
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga,25 Maret 2019
Yang menyatakan
Ibnu Setio Utomo
NIM : 214-14-068
v
MOTTO
“MAKA SESUNGGUHNYA BERSAMA KESULITAN ADA
KEMUDAHAN. SESUNGGUHNYA BERSAMA KESULITAN
ADA KEMUDAHAN. MAKA APABILA ENGKAU TELAH
SELESAI (DARI SESUATU URUSAN), TETAPLAH BEKERJA
KERAS (UNTUK URUSAN YANG LAIN). DAN HANYA
KEPADA TUHANMULAH ENGKAU BERHARAP”
(QS. AL-INSYIRAH, 6-8)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada ibu saya tercinta Susmiyati dan ayah
tercinta saya Parlan. Tanpa doa dari mereka skripsi ini takkan pernah selesai dan
dari jerit payah ayah dan ibu saya untuk membiayai saya hingga sampai belajar di
bangku kuliah ini.
skripi ini juga saya persembahkan pula kepada kakak-kaka saya:
Nurul Latifah : Yang selalu sayang kepada saya sebagai adik
Ahmad Irfani : Yang selalu memberikan saya nasehat dan semangat dalam belajar
maupun memberikan pengalamannya dalam dunia kerja
Skripsi ini juga kupersemebahkan teruntuk yang selalu bertanya:
“Kapan kamu wisuda?”
Lulus terlambat dan tidak tepat pada waktunya bukanlah bentuk dari suatu aib
maupun kebodohan.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena
atas rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
tanpa halangan apapun. Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah
satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H), Fakultas
Syari‟ah,, Program Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah. Penulis menyadari tanpa
adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, mulai dari perkuliahan umum
sampai dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah.
3. Bapak Dr. Nafis Irkhami, M.Ag., M.A. Selaku dosen pembimbing akademik
penulis, yang selalu memberikan bimbingan.
4. Ibu Heni Satar, S.H., M.Si, Selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah
Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga.
5. Bapak Farkani, S.HI.,S.H., M.H, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, serta telah memberikan arahan,
bimbingan, anjuran dan masukan guna menyempurnakan skripsi ini dan yang
selalu mendorong penulis agar semangat dan melakukan yang terbaik
sehingga skripsi ini selesai sesuai denga yang diharapkan.
6. Adikku tersayang Vicky Setio Utomo, yang saat ini sedang menempuh
jenjang pendidikan menengah pertama dan mondok di pondok MODEREN,
Kendal, semoga menjadi anak yang soleh berbakti kepada orang tua.
7. Keluarga besarku tercinta Bani H. Rusmanto, yang selalu mendoakan dan
memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
8. Teman-teman senasib dan seperjuangan, Alviyan Nurul Huda, Topik
Qurrahman, Farid Wibisono, Nur Ma‟ruf Setyaji, Amir Baydhowi Sofyan,
Muhamad Luthfi, Muhamad Imron, Dewi Lailatul Fajriyah, S.H, yang selalu
menemani penulis dan menolong penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
viii
.
9. Seluruh jajaran Akademik Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang tidak
bisa penulis seutkan satu-persatu, terimakasih banyak telah selalu membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan kontribusi dan dukungan yang cukup besar sehingga penulis
dapat menjalani perkuliahan dari awal hingga akhir di Institut Agama Islam
Negeri Salatiga.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan
balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan
maghfiroh dan dilingkupi rahmat-Nya, Amin.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi materi ataupun skripsi. Sehingga saran dan kritik serta
perbaikan yang membangun dari pembaca akan penulis terima dengan kerendahan
hati, agar mudah dipahami.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu, baik bagi penulis sendiri ataupun bagi pembaca pada
umumnya.
Salatiga, Maret 2019
Ibnu Setio Utomo
NIM: 21414068
ix
ABSTRAK
Utomo, Ibnu Setio. 2019. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Jual Beli
Burung Bahan(Studi di Pasar Hewan Ambarawa 2019). Skripsi. Program
Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Farkani, S.HI., M.H
Kata Kunci: Akad Jual Beli, Burung Bahan, Tinjauan Hukum Islam
Latar belakang penelitian ini adalah bermula dari kekecewaan para pemula
pembeli burung bahan yang merasa tertipu dan rugi dengan para penjual burung
bahan dai pasar hewan Ambarawa. Burung bahan berasal dari tangkapan hutan
dan ada juga yang dari peternak. Banyak kriteria dan butuh ketelitian dan
pengalaman pembeli untuk mendapatkan burung bahan yang bagus dan
berkualitas dan yang terpenting tidak keliru akan jenis kelamin burung maupun
burung bahan yang bisa bertahan hidup. Banyak pembeli yang berminat dengan
burung bahan menyebabkan penjual burung bahan berlaku curang untuk
memperoleh keuntungan yang lebih besar dan meminimalisir kerugian akan
kematian burung bahan yang tidak terjual. Tidak jarang mereka menipu pembeli
yaitu dengan menyembunyikan informasi burung terkait keadaan fisik burung dan
jenis kelamin burung, di pasar ini menyediakan berbagai macam jenis burung baik
yang sudah berkualitas baik maupun yang bahan. Penjual burung rata-rata
memiliki kios tetapi ada juga penjual yang yang hanya datang dan berjualan pada
saat hari pasaran saja yaitu waktu (Pon) dalam penanggalan jawa. Yang menjadi
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tinjauan hukum Islam memandang
jual beli burung bahan khususnya yang ada di pasar hewan Ambarawa ditinjau
dari syarat dan rukun jual beli yang telah ditetapkan dalam kaidah hukum Islam
(Muamalah).
Data penelitian ini didapatkan dari observasi lapangan melalui pengamatan
dan wawancara, kemudian dianalisa berdasarkan norma-norma yang berlaku
dalam hukum Islam dalam hal jual beli dengan menggunakan metode deskriptif
analitis dengan pola fikir induktif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jual beli burung bahan dilihat dari
tinjauan hukum Islam adalah boleh (mubah), akan tetapi dalam pelaksanannya
yang terjadi di pasar hewan Ambarawa akad jual beli burung bahan terdapat unsur
(gharar) ketidakjelasan. Penjual tidak menjelaskan kondisi burung yang
sebenarnya, menyembunyikan cacat atau aib pada burung dagangannya. Maka
jual beli burung bahan ini menjadi cacat dan tidak diperbolehkan dalam Islam
seharusnya penjual harus bersikap transparan agar tidak ada salah satu syarat jual
beli yang tidak terpenuhi.
x
DAFTAR ISI
Cover ........................................................................................................................ i
Nota Pembimbing .................................................................................................. ii
Pengesahan ............................................................................................................ iii
Pernyataan Keaslian .............................................................................................. iv
Motto ....................................................................................................................... v
Persembahan ......................................................................................................... vi
Kata Pengantar ..................................................................................................... vii
Abstrak ................................................................................................................ viii
Daftar Isi ................................................................................................................ ix
BAB I: Pendahuluan ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4
E. Penegasan Istilah ......................................................................................... 4
F. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 6
G. Metode Penelitian......................................................................................... 7
H. Sistematika Penulisan .................................................................................. 9
BAB II: Landasan Teori ........................................................................................ 11
A. Jual Beli ..................................................................................................... 11
1. Pengertian Jual Beli ............................................................................. 11
2. Dasar Hukum Jual Beli ........................................................................ 14
3. Rukun Jual Beli .................................................................................... 16
4. Syarat Sah Jual Beli ............................................................................. 16
5. Hal Yang harus di hindari dalam jual beli ........................................... 21
6. Macam-macam Jual Beli ...................................................................... 25
BAB III: Gambaran Umum Pasar Hewan Ambarawa .......................................... 29
A. Profil Pasar Hewan Ambarawa .................................................................. 29
1. Keadaan Pasar Hewan Ambarawa ....................................................... 29
B. Gambaran Praktek Jual Beli Burung di Pasar Hewan Ambarawa ............ 33
xi
1. Penjual.......................................................................................... ........ 36
2. Pembeli........................................................................................ ........ .39
3. Barang (burung bahan)................................................................. ........ 43
4. Akad ............................................................................................ ........ 44
BAB IV: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Burung Bahan di Pasar
Hewan Ambarawa.......................................................................... ....... 47
A. Jual Beli Burung Bahan di Tinjau dari Rukun dan Syarat Jual Beli
Menurut Hukum Islam....................................................................... ........ 47
1. Syarat Pihak yang Berakad........................................................ ........ ..49
2. Syarat Akadnya........................................................................... ......... 50
3. Syarat Objeknya ................................................................................... 53
BAB V: Penutup ................................................................................................... 56
A. Kesimpulan ............................................................................................... 56
B. Saran .......................................................................................................... 57
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 59
Lampiran-Lampiran ................. .............................................................................60
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Islam jual beli dilakukan atas dasar suka sama-suka antara
penjual dan pembeli. Islam mengharamkan seluruh jenis penipuan, baik dalam
masalah jual beli maupun seluruh muamalah. Seorang muslim dituntut untuk
berlaku jujur dalam seluruh usahannya sebab keiklasan dalam beragama
nilainya lebih tinggi daripada seluruh usaha duniawi.
Rasa suka sama suka antara penjual dan pembeli itu dapat diwujudkan
dalam bentuk ucapan lisan, sehingga jumhur ulama mewajibkan adanya akad
jual beli. Dengan demikian, memandang akad sebagai salah satu rukun jual beli
dan menjadi dasar pokok dari transaksi jual beli. Dalam prakteknya jual beli
harus dikerjakan secara benar, konsisten dan dapat memberikan manfaat pada
pihak-pihak yang bersangkutan. Di samping itu prinsip Islam dalam pengaturan
usaha ekonomi dalam hal ini jual beli sangat tegas, seperti melarang praktek
penipuan , praktek eksploitasi dalam berbagai bentuk bidang usaha, termasuk
usaha jual beli, juga termasuk melarang sikap ketidakjujuran ,pemerasan dan
semua bentuk perbuatan yang merugikan orang lain.
Ketentuan ini dimaksudkan agar pelaku ekonomi pada setiap
aktifitasnnya selalu dalam bingkai syariat, sehingga setiap pihak merasakan
kepuasan dalam berusaha dan terjalin kemaslahatan umum. Dengan demikian
aturan islam mengenai sistem ekonomi dalam hal jual beli sudah jelas dan
2
diharapkan umat Islam menggunakan dan mempraktekkannya sehingga
kegiatan perekonomian berjalan sesuai dengan ajaran islam (Basyir, 1993: 10).
Islam melihat konsep jual beli itu sebagai suatu alat untuk menjadikan
manusia semakin dewasa dalam berpolapikir dan melakukan berbagai aktifitas,
termasuk aktifitas ekonomi. Pasar sebagai tempat aktifitas jual beli harus
dijadikan sebagai tempat pelatihan yang tepat bagi manusia sebagai khalifah di
muka bumi. Maka sebenarnya jual beli dalam Islam merupakan wadah untuk
memproduksi khalifah-khalifa yang tangguh di muka bumi (Yafi, 1994: 4).
Burung adalah salah satu golongan binatang yang sangat menarik
dipelihara sebagai hewan peliharaan atau sebagai burung lomba karena dengan
merdu dan khasnya suara burung tersebut dan warna bulunya yang indah serta
bentuk tubuhnya yang berbagai macam banyak orang yang ingin
memeliharannya, bahkan banyak orang yang rela mengeluarkan banyak uang
untuk membeli burung yang bagus dan unik sebagai hewan peliharan dan
hiasan rumah maupun untuk lomba dimana saat lomba burung berlangsung juri
hanya menilai suara merdu burung dan gaya burung saat berkicau .
Latar belakang penelitian ini adalah timbulnya kekecewaan maupun
kerugian atau bisa juga disebut untung-untungan bagi para pemula kicau
mania/pembeli burung yang memang tidak tau menau soal dunia burung, dari
keluhan para pemula kicau mania mereka merasa tertipu oleh penjual burung.
Burung bahan yaitu burung yang masih anakan atau burung tersebut belum
bisa berbunyi, burung bahan yang berasal dari alam atau hutan dan ada juga
yang dari peternak. Banyak jenis-jenis burung yang yang diperjual belikan di
3
pasar burung ini ada yang burung rumahan dan ada juga burung kontes baik
yang sudah berbunyi sampai burung bahan.
Karena di era yang sekarang ini lagi tren banyak sekali orang-orang
yang berminat untuk memelihara burung dirumah sebagai hiasan ataupun
sebagai penghibur dan ada juga yang membeli burung untuk lomba dengan
harapan apabila burungnya menang lomba maka akan mendapatkan hadiah
lomba berupa uang dan piagam penghargaan, dan burung yang memenangkan
lomba tersebut secara langsung akan semakin mahal harga jualnya.
Pasar burung yang berada di Ambarawa ini merupakan pusat jual beli
berbagai macam hewan peliharaan yang banyak jenisnya dan pasar ini
merupakan pusat jual beli yang cukup besar di wilayah Kabupaten Semarang.
Banyak cara yang dilakukan oleh para pedagang burung di pasar ini
untuk menarik minat para pembeli agar membeli burug daganngannya terlebih
pada burung-burung bakalan maupun burung lomba yang sekarang ini banyak
dicari para pecinta maupun pemula kicau mania. Oleh karena itu penulis
tertarik untuk meneliti tentang “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
AKAD JUAL BELI BURUNG BAHAN” yang terjadi di pasar burung
Ambarawa untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan jual beli burung bahan
dan burung kontes yang terjadi apabila ditinjau dari segi hukum Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya yaitu:
1. Bagaimana terjadinya praktek akad jual beli burung bahan yang terjadi di
pasar hewan Ambarawa?
4
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek akad jual beli burung
bahan yang terjadi di pasar hewan Ambarawa ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya praktek akad jual beli burung
bahan yang terjadi di pasar hewan Ambarawa.
2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek akad
jual beli burung bahan yang terjadi di pasar hewan Ambarawa.
D. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
1. Memberikan tambahan pengetahuan pengembangan di bidang Muamalah
(jual beli burung).
2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya secara lebih dalam dalam Muamalah (jual beli burung).
b. Praktis
1. Bagi penulis, dapat mengetahui kegiatan jual beli burung secara benar
dan dapat mengambil manfaatnya.
2. Bagi pembaca, dapat memberikan kesadaran dan pengetahuan terutama
manfaat tentang hukum jual beli burung menurut tinjauan hukum Islam.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalah pahaman pengertian dan pemahaman dalam
penelitian yang penulis teliti ini, maka dipandang perlu untuk menjelaskan
beberapa istilah yang ada hubunganya dengan judul penelitian ini yaitu:
5
1. Pengertian jual beli
Jual beli yaitu suatu pertukaran atau saling menukar, jual beli dapat
diartikan menukar uang dengan barang yang diinginkan sesuai dengan
rukun dan syarat tertentu. Setelah jual beli dilakukan secara sah, barang
yang dijual menjadi milik pembeli sedangkan uang yang dibayarkan
pembeli sebagai pengganti harga barang, menjadi milik penjual. Sedangkan
menurut pengertian fiqh, jual beli yaitu menukar suatu barang dengan
barang yang lain dengan cara yang tertentu menggunakan
akad.(Asumi.1997: 132).
2. Hukum Islam
Hukum islam yaitu rangkaian dari kata “hukum” dan kata “Islam”
untuk mengetahui arti hukum Islam perlu diketahui lebih dahulu arti kata
hukum. Hukum yaitu seperangkat peraturan tentang tingkahlaku manusia
yang diakui sekelompok masyarakat itu berlaku dan mengikat untuk seluruh
anggotanya. Hukum Islam artinya seperangkat peraturan berdasarkan wahyu
Allah dan Sunah Rasull tentang tingkah laku manusia yang diakui dan
diyakini serta mengikat untuk semua yang beragama Islam (Muhamd, 1999:
4-5).
3. Burung Bahan
Burung bahan yaitu burung yang dalam kondisi baru ditangkap dari
hutan yang masih liar atau setres dan belum jinak dan belum bisa berbunyi
dan belum bisa makan voer artinya burung yang masih harus dalam
6
pengkondisian dengan proses perawatan dengan waktu yang panjang agar
burung tersebut bisa hidup dipelihara dalam sangkar.
4. Voer
Voer adalah makanan pokok burung yang terbuat dari kacang
tanah, kacang kedelai, kacang hijau, minyak ikan, madu, tepung jagung,
tepung susu, telur.
5. Kroto
Kroto adalah telur semut merah dan merupakan makanan favorit
burung yang dihasilkan dari gerombolan banyak semut yang bertelur di
dedaunan pohon.
F. Tinjauan Pustaka
Sesuai dengan pokok permasalahan penelitian yaitu mengenai jual beli,
maka penulis mengambil beberapa karya tulis dalam bentuk skripsi yang
berkaitan dengan pembahasan jual beli. Di sini penulis berusaha untuk
memaparkan mengenai rumusan masalah dan kesimpulan dari beberapa skripsi
tersebut untuk digunakan sebagai tolok ukur untuk melihat permasalahan yang
akan penulis teliti selanjutnya.
1. Risana, Jita (2013) “Tinjauan Hukum Islam terhadap praktek jual beli
burung dengan sistem fros (studi kasusu di pasar Limpung Batang)”.Dalam
penelitian ini peneliti menjelaskan bahwa dalam jual beli burung bakal
kenari dengan sistem borongan disitu banyak unsur kebohongan dan ketidak
jelasan dimana penjual burung tersebut mencampur burung kenari jantan
dan betina dijual dalam satu harga dimana pada saat burung kenari itu masih
7
bakalan atau masih muda sangat sulit membedakan jantan dan betinannya.
Objek dari penelitian ini yaitu fokus terhadap jual beli burung bakalan
kenari dengan sistem borongannya (http://eprints.walisongo.ac.iddi akses
pada tanggal 02 Oktober 2018).
2. Aldera, Rema (2016) “Analisis pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku
jual beli satwa langka secara ilegal (studi putusan perkara Nomor:
357/Pid.B/2011/PN/KB)”. Dalam penelitian ini peneliti menjelaskan
pertangungjawaban atas jual beli satwa langka secara ilegal dimana
penelitian ini fokus terhadap analsisis jual beli satwa langka yang mengacu
pada undang-undang perlindungan satwa langka yang mengkaji pelanggaran
tindakpidana tentang larangan memperjual belikan satwa langka.
G. Metode Penelitian
Dalam melacak, menjelaskan dan mendapatkan tambahan informasi
maupun data dan menyampaikan objek penelitian secara integral dan terarah,
maka penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Jenis penelitian
Penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan atau
observasi langsung (field research). Untuk memperoleh gambaran jelas dan
terperinci tentang praktek jual beli burung bahan di pasar burung Ambarawa
maka penulis akan melakukan penelitian dengan mengumpulkan data yang
ada di lokasi tersebut dengan cara perolehan melalui tanya jawab dengan
responden serta dokumentasi-dokumentasi yang dilakukan sebagai sumber
8
data primer, sedangkan data sekundernya bersumber dari buku-buku yang
berkaitan dengan jual beli (muamalah).
2. Pendekatan masalah
Pendekatan masalah yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini
adalah pendekatan normatif, yaitu pelaksanaan jual beli ditinjau berdasarkan
norma-norma dan aturan yang terdapat dalam hukum Islam, antara lain yang
bersumber dari al-Quran dan al-Hadist serta kaidah-kaidah hukum islam lain
yang yang bersangkutan dengan dengan judul dan permasalahan tersebut.
Selain pendekatan normatif, penulisan skripsi ini juga menggunakan
pendekatan sosiologis yaitu mempertimbangkan faktor dan kenyataan-
kenyataan sosial yang terjadi dalam masyarakat.
3. Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data penelitian, penulis menggunakan beberapa
teknik sebagai berikut:
1. Pengamatan (observation)yaitu pengamatan yang meliputi kegiatan fokus
terhadap suatu obyek dengan menggunakan alat indera.
2. Wawancara (interview) yaitu cara pengumpulan data dengan tanya jawab
dengan responden atau sepihak yang dikerjakan secara sistematik dan
berlandaskan pada tujuan penelitian.
3. Dokumentasi adalah suatu metode untuk mencari data mengenai hal-hal
foto maupun surat kabar, majalah dan sebagainya.
9
4. Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara
deskriptif, dimana peneliti memaparkan dan menguraikan atau
menjelaskan hasil penelitian sesuai dengan pengamatan dan penelitian
sesuai metode pengumpulan dan perolehan data saat di lapangan. Analisa
yaitu menganalisa temuan proses yang sedang berlangsung dengan pola
fikir deduktif yaitu suatu cara untuk menganalisa data yang telah ada dan
penyimpulannya dengan mencari hal-hal yang bersifat umum untuk
ditarik menuju hal-hal yang bersifat khusus.
H. Sistematika Penulisan
Sebagai upaya untuk menjaga keutuhan pembahasan dan supaya
pembahasn ini tetap teraras sesuai fokus masalah yang akan diteliti maka
penulis menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab IMerupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, fokus masalah, kerangka
teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II Merupakan teori-teori pembahasan tentang ketentuan hukum Islam
tentang akad-akad jual beli, penegertian akad, rukun, syarat,macam-
amacam akad dan hal-hal yang membatalkan akad, pengertian jual
beli dan dasar hukumnya, jual beli dan tujuannya, rukun dan syarat
jual beli.
10
Bab III Merupakan gambaran-gambaran umum tentang pasar burung
Ambarawa dan praktek jual beli burung bahan di pasar hewan
Ambarawa.
Bab IVMerupakan analisis hukum Islam praktek akad jual beli burung bahan
dan di pasar hewan Ambarawa.
Bab VMerupakan bagian akhir yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
saran-saran.
11
BAB II
Landasan Teori
A. JUAL BELI
1. Pengertian Jual Beli
Pengertian jual beli ( اليبع) secara syara‟ adalah tukar menukar harta
dengan harta untuk memiliki dan memberi kepemilikan. Jual beli atau
perdagangan dalam istilah etimologi berarti menjual atau mengganti.
Adapun pengertian jual beli menurut istilah yaitu tukar menukar barang atau
barang dengan uang yang dilakukan dengan jalan melepaskan hak milik dari
yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan.
Jual-beli al-bay secara bahasa artinya memindah hak milik terhadap
benda dengan akad saling mengganti. Jual beli atau dalam bahasa arab al-
bai‟ menurut etimologi adalah tukar menukar sesuatu dengan sesuatu yang
lain (Haroen, 2000: 2).
Imam Taqiyuddin mendefinisikan jual beli adalah tukar menukar
harta, saling menerima, dapat dikelola tasharruf dengan ijab dan qabul,
dengan cara yang sesuai dengan islam. Sayid Sabiq mengartikan jual beli al-
bai‟i menurut bahasa adalah tukar menukar secara mutlak (Sabiq, 2006:
126).
Dalam istilah pengertian syara terdapat beberapa definisi yang
dikemukakan oleh ulama mazhab, yakni:
a. Hanafiah sebagaimana dikemukakan oleh Ali Fikri, dalam buku Ahmad
Wardi Muslich yang berjudul Fiqh Muamalat menyatakan bahwa jual
12
beli memiliki dua arti, pertama arti khusus: jual beli adalah tukar
menukar benda dengan dua mata uang (emasdan perak) dan
semacamnya, atau tukar menukar barang dengan uang atau semacamnya
menurut cara yang khusus. Kedua, arti jual beli adalah tukar menukar
harta dengan harta menurut cara yang khusus, harta mencakup zat
(barang) atau uang.
b. Malikiyah sepertihalnya Hanifah menyatakan jual beli mempunyai dua
arti, yaitu arti umum dan arti khusus. Pengertian jual beli yang umum
adalah akad mu‟awadhah (timbal balik) atau selain manfaat dan bukan
pula untuk menikmati kesenangan.
c. Syafi‟iyah meberikan definisi jual beli menurut syara adalah suatu akad
yang mengandung tukar menukar harta dengan harta dengan syarat yang
diuraikan nanti untuk memperoleh kepemilikan atas benda-benda atau
manfaat untuk waktu selamanya.
d. Hanabilah memberikan definisi, pengertian jual beli menurut syara
adalah tukar menukar harta dengan harta, atau tukar menukar manfaat
yang mubah dengan manfaat yang mubah untuk waktu selamanya, bukan
riba bukan utang.Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para
ulama mazhab tersebut dapat diambil intisari bahwa:
1) Jual beli adalah akad mu‟awadhah, yakni akad yang dilakukan oleh
dua pihak, dimana pihak pertama menyerahkan barang dan pihak
kedua menyerahkan imbalan, baik berupa uang maupun barang.
13
2) Syafi‟iyah dan Hanabilah mengemukakan bahwa objek jual beli bukan
hanya barang (benda) tetapi juga manfaat, dengan syarat tukar
menukar berlaku selamanya, bukan untuk sementara. Dengan
demikian, ijarah(sewa menyewa) tidak termasuk jual beli karena
manfaat digunakannya untuk sementara, yaitu selama waktu yang
ditetapkan dalam perjanjian. Demikian pula ijarah yang dilakukan
timbal balik (saling pinjam), tidak termasuk jual beli karena
pemanfaatannya hanya berlaku sementara waktu.
Jual beli dalam bahasa Indonesia berasal dari dua kata, yaitu jual
dan beli. Yang dimaksud dengan jual beli adalah berdagang, berniaga,
menjual dan membeli barang (Muslich, 2015: 175).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa jual beli adalah
aktifitas dimana seorang penjual menyerahkan barangnya kepada
pembeli setelah keduanya bersepakat terhadap barang tersebut, kemudian
pembeli menyerahkan sejumlah uang sebagai imbalan atas barang yang
diterimanya, yang mana penyerahannya dilakukan oleh kedua belah
pihak dengan didasarkan atas rela sama rela. Sehingga dapat dipahami
bahwa pengertian jual beli adalah kesepakatan tukar menukar barang atau
barang dengan uang yang dapat ditasharufkan, disertai pertukaran hak
kepemilikan dari yang satu ke yang lain secara sukarela sesuai dengan
ketentuan syariat hukum Islam (Sabiq, 1987: 39).
14
2.Dasar Hukum Jual beli
a. Al Quran
1) Surat Al Baqarah ayat 198 yang berbunyi:
Artinya : “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil
dari perniagaan) dari Tuhanmu”. (Qs. Al Baqarah 198).
2) Surat An Nisa ayat 29 yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta semamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesunguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu”. (Qs. An Nisa: 29).
b. Al Hadist
Di antara Hadis yang menjadi dasar jual beli yakni hadis:
خر ام ؟ قل الت الله عليو و سل ىصل اب سعيد عن نب عن هدأ )ر و اه التر يقي و الش د و الص بي مي مع الن ال ق دو الص
ميد ب(Artinya: “Dari Abi Sa‟id, Nabi SAW bersabda: pedagang yang jujur lagi
percaya adalah bersama sama para Nabi, orang yang benar adalah
syuhada” (HR. Tirmidzi).
Di antara hadis yang lain Rasullalah SAW bersabda:
15
رف عة بن رض أفع رض أن الن ب صل ي الله عليو و سل م عن
سىئل اي الكسب ا ط يب؟ قال :يا قال عمل الر جل بيده و
ر و ر )رواه زار و وصححو الحكا كم (كل ب يع مب Artinya: Rifa‟ah bin Rafi‟, sesungguhnya Nabi SAW ditanya tentang
mata pencaharian yang baik Nabi SAW menjawab: seseorang bekerja
dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur”.(HR. Bazzar dan
Hakim).
Ayat-ayat Al-qur‟an dan hadist-hadist yang dikemukakan di atas
dapat dipahami bahwa jual beli merupakan pekerjaan yang halal dan
mulia. Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasn
bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhannya diri sendiri,
tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik
orang lain yang dibutuhkannya itu harus diganti dengan barang lainnya
yang setara dengan barang tersebut (Teungku, 2001: 75).
c. Ijma‟
Ulama sepakat bahwa jual beli itu hukumnya boleh dan terdapat
hikmah di dalamnya. Pasalnya manusia bergantung pada barang yang ada
di orang lain tentu orang tersebut tidak akan memberikannya tanpa ada
timbal baliknya. Oleh karena itu dengan diperbolehkannya jual beli maka
dapat membantu terpenuhinya kebutuhan setiap orang dan membayar
atas kebutuhannya itu. Berdasarkan landasan hukum di atas, jual beli
16
diperbolehkan dalam agama Islam karena dapat mempermudah manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya asalkan jual beli tersebut
dilakukan atas dasar suka sama suka dan tidak ada pihak yang merasa
dirugikan (Zuhaili, 2007: 124).
3. Rukun Jual Beli
Rukun jual beli menurut Hanafiah adalah ijab dan qabul yang
menunjukan sikap saling tukar menukar, atau saling memberi, atau dengan
redaksi yang lain. Ijab dan qabul adalah perbuatan yang menunjukan
kesediaan dua pihak untuk menyerahkan milik masing-masing pihak lain
dengan menggunakan perkataan atau pebuatan (Muslich, 2015: 179).
Menurut Jumhur ulama, rukun jual beli itu ada empat yaitu penjual,
pembeli, shighat dan ma‟uqud‟alaih (objek akad).
4. Syarat Sah Jual Beli
Ada empat syarat jual beli yang harus dipenuhi yaitu:
a. Syarat in‟iqad (terjadinya akad)
b. Syarat sahnya akad jual beli
c. Syarat kelangsungan jual beli (syarat nafadz)
d. Syarat mengikat (syarat luzum)
Jual beli akan sah bila terpenuhi rukun dan syaratnya. Yang
menjadi rukun jual beli di kalangan ulama Hanafiyah adalah ijab, ini
yang ditunjukan oleh saling tukar menukar atau berupa saling memberi
(muatah). Sementara itu yang menjadi rukun jual beli di kalangan jumhur
17
ada empat, yaitu ba‟i waal-musytari (penjual dan pembeli), tsaman wa
mabi‟(harga dan barang), sighat (ijab dan kabul) (Tuwaijir,2009: 65).
Adapun yang menjadi syarat jual beli adalah:
a. Bai‟wa musytari (penjual dan pembel) disyaratkan:
1) Berakal dal arti mumazis
Jual beli tidak dipandang sah apabila dilakukan oleh orang
gila, dan anak kecil yang tidak beakal. Ulama‟ dari kalangan
Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah berpendapat transaksi jual
beli yang dilakukan anak-anak kecil telah Mumaziz adalah sah
selama ada izin walinya. Dalam hal ini golongan Hanafiyah tidak
mensyaratkan baliq dalam jual beli. Ini berarti transaksi yang
dilakukan anak kecil yang telah mumaziz adalah sah. Mumaziz
dimaksudkan mengerti dengan jual beli yang dilakukannya. Oleh
karena itu jual beli yang dilakukan oleh anak-anak yang belum
mumaziz adan orang gila adalah tidak sah.
Ulama syafi‟iyah berpendapat jual beli yang dilakukan anak
kecil tidak sah karena tidak ada ahliyah (kepantasan /kemampuan).
Dalam hal ini ulama Syafi‟iyah memandang aqid (pihah yang
berakad) disyaratkan cerdas, yaitu telah baligh, dan mempunyai
ahliyah dalam persoalan agama dan harta (Zuhaily, 1994: 359).
Seiring dengan perkembangan zaman, anak-anak yang lahir
dizaman modern ini perkembangan otak dan pemikiranya (aspek
kognitif) sangat cepat walaupun sudah balig. Kalau di
18
dipersyaratkan baligh sebagai syarat sahnya sebuah akad tentu
akan menimbulkan kesulitan bagi kehidupan manusia. Bagi anak-
anak yang sudah mengerti dan dapat membedakan yang baik dan
yang buruk serta mengerti objek yang dibelinya, boleh saja
melakukan jual beli. Namun jual beli yang diizinkan adalah
terhadap barang-barang kecil dan murah, seperti makanan, mainan,
buku, pensil dan sebagainya. Sementara itu terhadap jual beli
benda-benda yang besar seperti pakaian, sepatu yang
membutuhkan biaya besar dan menentukan kualitas barang tidak
dibolehkan bagi anak-anak.
Atas kemauan sendiriJual beli yang dilakukan dengan
paksaan atau intimidasi pihak ketiga tidak sah karena salah satu
prinsip jual beli adalah suka sama suka.
Kecuali pemaksaan itu suatu hal yang mesti dilakukan
karena menjaga hak orang, seperti menjual barang gadai karena
keinginan untuk melunasi hutang. Seperti pemboros dan pailit,
terhadap orang ini tidak dibenarkan melakukan jual beli karena
mereka hajru (larangan melakukan transaksi terhadap harta). Bagi
pemboros dilarang melakukan jual beli adalah untuk menjaga
hartanya dari kesia-siaan. Bagi orang pailit dilarang melakukan
jual beli karena menjaga hak orang lain (Muslih, 2004: 66).
19
2) Mabi‟ wa tsaman (benda dan uang) disyaratkan:
a. Milik sendiri
Barang yang bukan milik sendiri tidak boleh diperjual
belikan kecuali ada mandat yang diberikan oleh pemiliknya
seperti akad wakalah (perwakila). Benda yang dipejual belikan
itu ada dalam arti yang sesungguhnya, jelas sifat, ukuran, dan
jenisnya. Jual beli yang dilakukan terhadap sesuatu yang belum
berwujud atau tidak jelas wujudnya tidak sah, seperti jual beli
buah-buahan yang masih berada dipohon, jual beli hewan yang
masih didalam perut induknya, jual beli susu yang masih belum
diperas.Akan tetapi menurut sebagian ulama Hanafiyah,
beberapa jenis akad dikecualikan untuk persyaratan ini, seperti
akad Salam dan Istisna (Zuhaily, 1994: 357).
b. Benda yang diperjual belikan dapat diserah terimakan ketika
akad secara langsung maupun tidak langsung. Ini berarti tidak
sah jual beli terhadap suatu yang tidak dapat diserahterimakan,
misalnya burung yang terbang ke udara dan ikan dilautan (Jaziri,
1970: 166).
c. Benda yang diperjual belikan adalah mal mutaqawwin. mal
mutaqawwin merupakan benda yang tidak boleh dibolehkan
syariat untuk memanfaatkannya, seperti bangkai babi, minuman
keras dan lain sebagainya, sesuai dengan QS Al-Maidah (5:3).
20
artinya: diharamkan kepada kamu (memakan) bangkai
(binatang yang tidak disembelih), dan darah (yang
keluar mengalir), dan daging babi (termsuk semuanya),
dan binatang-binatang yang disembelih karena yang
lain dari Allah, dan yang mati tercekik, dan yang mati
dipukul, dan yang mati jatuh dari tempat yang tinggi,
dan yang mati ditanduk, dan yang mati dimakan
binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih
(sebelum habis nyawanya), dan yang disembelih atas
nama berhala: dan (diharamkan juga) kamu merenung
nasib dengan undi batang-batang anak panah
Berkaitan dengan ini, benda-benda yang diperjual belikan
harus suci. Oleh karena itu, tidak sah melakukan jual beli
terhadap najis dan benda-benda yang mengandung najis
(mutanajis)
d. Pengertian Lafaz shighat
Shighat adalah ijab dan qabul. Ijab diambil dari kata
anjaba yang artinya meletakkan, dari pihak penjual yaitu
pemberian hak milik, dan qabul yaitu orang yang menerima hak
milik. Sighat ijab dan qabul, jual beli belum dikatakan sah
21
belum ijab dan qabul dilaksanakan sebab ijab dan qabul
menunjukan kerelaan antara penjual dan pembeli. Pada dasarnya
ijab dan qabul dilaksanakan dengan lisan, tetapi kalau tidak
mungkin misal bisu atau yang lainya boleh dilakukan dengan
ijab qabul surat menyurat yang mengandung arti ijab dan qabul
(suhendi, 2008: 70).
5. Hal yang Harus di Hindari Dalam Jual Beli
Jenis jual beli agar jual beli tersebut dianggap sah menurut syara‟.
Secara global akad jual beli harus terhindar dari enam macam „aib yakni:
a. Ketidak jelasan akad (jahalah).
Yang dimaksud disini adalah ketidak jelasan yang serius yang
mendatangkan perselisihan yang sulit untuk diselesaikan. Ketidak jelasan
ini ada empat macam yaitu:
1) ketidak jelasan dalan barang yang dijual, baik jenisnya, macamnya,
atau kadarnya menurut pandangan pembeli.
2) Ketidak jelasan harga.
3) Ketidak jelasan masa (tempo), seperti dalam harga yang diangsur atau
dalam khiyar syaratdalam hal ini waktu harus jelas, apabila tidak jelas
maka akad menjadi batal.
4) Ketidak jelasan dalam langkah penjaminan misalnya penjual
mensyaratkan dianjurkannya seorang (khafil) penjamin, dalam hal ini
penjamin harus jelas apabila tidak jelas maka akad akan menjadi batal
(Mujahidin,2005: 191).
22
b. Pemaksan (al-ikrah)
Pengertian pemaksaan adalah mendorong orang lain untuk
melakukan suatu perbuatan yang tidak disukainya. Paksaan ini ada dua
macam :
1) Paksaan Absolut yaitu paksaan dengan ancaman yang sangat berat,
seperti akan dibunuh atau istilahnya dengan unsur kekerasan.
2) Paksaan Relatif yaitu paksaan dengan ancaman lebih ringan seperti
sanksi sosial.Kedua ancaman tersebut menjadikannya jual beli yang
fasid menurut Jumhur Hanafiyah.
3) Pembatasan dengan waktu (at-tauqit)Yaitu jual beli yang dibatasi
dengan waktunya, jual beli semacam ini hukumnya fasid karena
kepemilikan atas suatu barang tidak bisa dibatasi waktunya.
4) Penipuan (gharar)yang dimaksud disini adalah penipuan dalam sifat
barang, seperti seseorang menjual sapi dengan pernyataan bahwa sapi
itu air susunya sehari sepuluh liter, padahal kenyataannya paling
banyak dua liter. Akan tetapi apabila ia menjualnya dengan
pernyataan bahwa air susunya lumayan banyak tanpa menyebutkan
kadarnya maka termasuk syarat yang shahih . Akan tetapi apabila
penipuan pada wujud adanya barang maka ini membatalkan jual beli.
5) Kemudharatan (dharar) Kemudharatan ini terjadi apabila penyerahan
barang yang dijual tidak mungkin dilakukan kecuali dengan
memasukkan kemudharatan kepada penjual, dalam barang selain
objek akad. Seperti seorang menual baju kain satu meter, yang tidak
23
bisa dibagi dua. Dalam pelaksanaannya terpaksa kain tersebut
dipotong, walaupun hal itu merugikan penjual, dikarenakan kerusakan
ini untuk menjaga hak perorangan bukan hak syara‟ maka para fuqaha
menetapkan, apabila penjual melaksanakan kemudharatan atas dirinya
dengan cara memotong kain dan menyerahkannya kepada pembeli
maka akad berubah menjadi shahih.
6) Syarat yang merusak Yaitu setiap syarat yang ada manfaatnya bagi
salah satu pihak yang bertransaksi, tetapi syarat tersebut tidak ada
dalam syara‟ dan adat kebiasaan urf‟ atau tidak dikehendaki oleh
akad, atau tidak selaras dengan tujuan akad. Seperti seorang menjual
mobil dengan syarat ia penjual boleh menggunakan selama stu bulan
setelah terjadinya akad jual beli atau seseorang menjual rumah dengan
syarat ia tinggal dirumah itu selama masatertentu setelah terjadinya
akad jual beli. Syarat yang fasid apabila terdapat dalam akad seperti
jual beli atau ijarah akan menyebabkan terjadinya fasid , tetapi tidk
dalam akad-akad yang lain, seperti akad tabaru, hibah dan wasiat dan
akad nikah. Dalam akad-akad ini syarat yang fasid tersebut tidak akan
berpengaruh sehingga tetap sah (Ibid, hlm: 191).
Adapun syarat-sayarat khusus yang berlaku untuk beberapa jenis
jual beli adalah sebagai berikut
24
1) Barang harus diterimaDalam jual beli benda bergerak (manqulat),
untuk keabsahannya disyaratkan barang harus diterima dari penjual
yang pertama, karena sering terjadi barang bergerak itu sebelum
diterima sudah rusak terlebih dahulu sehingga oleh karenannya
dalam penjualan yang kedua terjadi gharar (penipuan) sebelum
barang diterima. Untuk barang tetap (aqar‟) menurut Abu Hanifah
dan Abu Yusuf boleh dijual sebelum barang diterima.
2) Mengetahui harga pertama apabila jual belinya berbentuk
murabahah, tauliyah, wadhi‟ah, atau isyrak.
3) Saling menerima (taqabudh) penukaran, sebelum berpisah apabila
jual belinya jual beli sharf(uang).
4) Dipenuhinya syarat-syarat salam, apabila jual belinya jual beli
salam (pesanan).
5) Harus sama dalam penukara, apabila barangnya barang ribawi.
6) Harus diterima dalam utang piutang yang ada dalam perjanjian,
seperti muslam fihdan modal salam, dan menjual sesuatu dengan
utang kepada selain penjual.
Selanjutnya mengenai syarat terkait dengan barang yang
diperjual belikan adalah:
a) Barang itu ada, atau tidak ada di tempat tetapi pihak penjual
menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu.
Misalnya di sebuah toko karena tidak mungkin memajang barang
dagangannya semuannya maka sebagian diletakkan di gudang atau
25
masih di pabrik, tetapi secara meyakinkan barang itu boleh
dihadirkan sesuai dengan persetujuan pembeli dengan penjual.
Barang di gudang dan dalam proses pabrik ini dihukumkan sebagai
barang yang ada.
b) Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia, oleh sebab itu
bangkai, khamar dan darah tidak sah menjadi obyek jual beli
karena dalam padangan syara‟ benda-benda seperti itu tidak
bermanfaat bagi muslim.
c) Milik seseorang. Barang yang sifatnya belum dimiliki sesesorang
tidak boleh diperjual belikan, seperti memperjualbelikan ikan dilaut
atau emas dalam tanah, karena emas dan ikan tersebut belum
dimiliki penjual.
d) Boleh diserahkan saat akad berlangsung, atau pada waktu yang
disepakati bersama ketika transaksi berlangsung (Azhar Basyir,
1993: 92-95).
6. Macam-macam Jual Beli
a. Ditinjau dari segi hukum. Ditinjau dari segi hukumnya jual beli
dibedakan menjadi tiga, yaitu jual beli shahih, bathil dan fasid.
1) Jual beli shahih. Dikatakan jual beli shahih karena jual beli tersebut
sesuai dengan ketentuan syara‟ yaitu terpenuhinya rukun dan syarat
jual beli yang ditentukan
2) Jual beli bathil. Yaitu jual beli yang salah satu rukunya ridak
terpenuhi atau jual beli itu dasar dan sifatnya tidak disyariatkan,
26
misalnya jual beli yang dilakukan oleh anak-anak, orang gila atau
barang-barang yang diharamkan syara‟ (bangkai, darah , babi dan
khamar).
Jual beli fasid. Menurut ulama Hanafi bahwa jual beli fasid
dengan jual beli batal itu berbeda, apabila kerusakan dalam jual beli
terkait dengan barang yang diperjual belikan maka hukumnya batal,
misalnya jual beli benda haram, apabila kerusakan-kerusakan itu pada
jual beli menyangkut harga barang dan boleh diperbaiki maka jual beli
dinamakan fasid (Syahe‟i, 2001: 108).
b. Ditinjau dari segi objek (barang). Ditinjau dari segi benda yang dijadikan
objek jual beli, menurut Imam Taqiyuddin yang dikutip dalam bubkunya
Hendi Suhendi yang berjudul Fiqh Muamalah, bahwa jual beli dibagi
menjadi tiga bentuk yaitu.
1) Jula beli benda yang kelihatan. Yaitu pada saat melakukan akad jual
beli, benda atau barang yang di perjual belikan ada di depan penjual
dan pembeli.
2) Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji. Yaitu jual beli
salam (pesanan) atau jual beli barang secara tangguh dengan harga
yang dibayarkan di muka, atau dengan kata lain jual beli dimana harga
dibayarkan dimuka sedang barang dengan kriteria tertentu akan
diserahkan pada waktu tertentu. Dalam salamberlaku semua syarat
jual beli dan syarat-syarat tambahan seperti berikut:
27
a) Jelas sifatnya, baik berupa barang yang dapat ditakar, ditimbang
maupun diukur.
b) Jelas jenisnya, misalnya jenis kain, maka disebutkan jenis kainnya
apa dan kualitasnya bagaimana.
c) Batas waktu penyerahan diketahui.
3) Jual beli benda yang tidak ada. Yaitu jual beli yang dilarang oleh
agama Islam karena barangnya tidak tentu atau masih gelap sehingga
dikhawatirkan barang tersebut merupakan barang curian salah satu
pihak (Suhendi, 2005: 75).
c. Ditinjau dari subjek (pelaku akad)
1) Akad jual beli dengan lisan. Akad jual beli yang dilakukan dengan
lisan adalah akad yang dilakukan mengucapkan ijab qabulsecara lisan.
Bagi orang bisu diganti dengan isyarat karena isyarat merupakan
pembawaan alami dalam menampakkan kehendaknya.
2) Akad jual beli dengan perantara. Akad jual beli yang dilakukan
dengan melalui ustusan, perantara, tulisan atau surat menyurat sama
halnya dengan ijab qabul denagn ucapan. Jual beli ini dilakukan
antara penjual dan pembeli yang tidak berhadapan dalam satu majlis,
dan jual beli ini diperbolehkan syara‟.
3) Akad jual beli dengan perbuatan. Jual beli dengan perbuatan (saling
memberikan) atau dikenal dengan istilah mu‟athahyaitu mengambil
dan memberikan barang tanpa ijab qabul. Seperti seorang mengambil
rokok yang sudah bertuliskan label harganya. Jual beli demikian
28
dilakukan tanpa shighat iajab qabulantara penjual dan pembeli, jual
beli semacam ini tidak dilarang sebab ijab qabul tidak hanya
berbentuk perkataan tetapi berbentuk perbuatan pula yaitu membeli
(penyerahan barang dan penerim uang).
Maka berdasarkan penjelasan diatas, ditinjau dari subjeknya akad jual
beli dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu mengucap ijab qabul secara
lisan atau isyarat bagi seorang tunawicara, melalui utusan atau perantara
apabila penjual dan pembeli tidak berada dalam satu majelis, dan akad jual
beli dengan perbuatan (saling memberikan) yaitu mengambil barang tanpa
ijab qabul atau lebih dikenal dengan istilah mu‟athah (Pasaribu, 21996: 36).
29
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG PASAR HEWAN AMBARAWA
A. Profil Pasar Hewan Ambarawa
1. Keadaan Pasar Hewan Ambarawa
Kita tahu bahwa pemerintah yang terendah di dalam struktur
pemerintahan di negara kita adalah desa, dalam pertumbuhannya
menurut sejarah menunjukan potensi dan kemampuan yang sangat
besar bagi ketahanan nasional pada seluruh kegiatan baik dibidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan.
Desa Ngrawan Kidul memiliki suatu wilayah yang didirikan
sebuah pasar hewan untuk kegiatan perekonomian. Ngrawan kidul
sendiri berada di kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Untuk
menuju pasar hewan Ambarawa tersebut cukup mudah dan lokasi
pasarnya yang cukup strategis yaitu berada di samping jalan raya
utama arah Semarang Yogyakarta yang terletak di depan tempat
pemakaman umum pecinan Ambarawa, Bawen. Adapun letak
geografis pasar hewan Ambarawa sebagai berikut 714‟53”S
11025‟13”E.
Adapun mengenai profil dari masyarakat sekitar wilayah pasar
hewan itu sendiri yang hanya ada dusun kecil yaitu dusun Jembangan
RT.01 RW.05 yang berada di samping pasar. Batasan sekitar pasar
hewan tersebut terdapat sawah dan sebelah timurnya adalah desa dan
sebelah selatannya merupakan jalan raya.
30
Keadaaan sosial ekonomi masyarakat dusun Jembangan tergolong
menengah keatas, karena ditunjang dari potensi sawah yang luas dan
produktif dan perdagangan yang wilayahnya cukup strategis. Sehingga
perkembangan perekonomian dan sosial masyarakat setiap tahunya
lumayan bagus. Untuk budaya kemasyarakatan dusun Jembangan yang
berlaku setiap harinya menggunakan adat budaya jawa dan lokal
seperti kerja bakti, gotongroyong, kegiatan keagamaan, dan kerjasama
antar tetangga.(Wawancara dengan bapak Kaliman, kepala dusun
Jembangan, tanggal 23 Januari 2019)
Pasar hewan Ambarawa merupakan salah satu tempat dimana suatu
kegiatan perekonomian berlangsung, pasar hewan Ambarawa ini
dulunya terletak persis di pinggir jalan utama jalur Semarang-
Yogyakarta tetapi sekarang sudah di renovasi dan diperluas tidak
berada persis di pinggir jalan yaitu dibuat lebih jauh menjorok
kedalam, dikarenakan pada saat hari pasaran yaitu waku (pon) jalan
utama arah menuju Semarang-Yogyakarta terkena macet parah karena
ramainya pasar hewan tersebut akhirnya pemerintah merenovasi pasar
tersebut yaitu pada tahun 2013 selesai tahun 2014. Renovasi pasar
tersebut yaitu membangun kios-kios yang sekarang ini dibuat toko
burung, kucing, ayam, sangkar burung, dan renovasi ini membangun
juga jalan dari jalan raya menuju ke tempat parkir pasar sampai ke
depan kios-kios pasar, inisiatif pemerintah inin untuk menghindari
31
para pengunjung pasar parkir di bahu jalan raya yang akan
menimbulkan kemacetan.
Di pasar hewan ini ada juga berbagai fasilitas seperti timbangan
hewan, tempat lomba burung berkicau, petugas keamanan, dan dinas
peternakan, dokter hewan, warung makan, toilet umum, dan area
parkir yang sangat luas. Adapun aturan dan kebijakan yang diterapkan
pengelola pasar diantaranya membayar retribusi untuk pedagang
burung yang menjual dagangannya di los burung sebesar Rp. 3,000,-
tiga ribu rupiah dan untuk pedagang yang menyewa kios yaitu sebesar
Rp. 2.000,000,- dua juta rupiah per bulan, dan untuk parkir roda dua
sebesar 2,000,- dua ribu rupiah sedangkan roda empat 5,000,- lima ribu
rupiah.
Semua sarana disediakan dan digunakan dengan baik oleh para
pedagang di pasar. Seluruh sarana bangunan yang diperuntukan bagi
pedagang digunakan oleh pedagang burung maupun pedagang sangkar
dan pakan burung. Seluruh kios memeang telah dihuni oleh pedagang,
namun ada juga pedagang burung yang non tetap berdagang di
pelataran depan kios burung yang tepatnya berada di dalam tempat
perlombaan burung berkicau yang memang pengelola pasar
menyediakan tempat untuk para pedagang non tetap untuk menjual
burung dagangannya, tetapi pedagang burung non tetap harus
membayar retribusi sebesar Rp. 3000,- tiga ribu rupiah yang akan
dimintai oleh pengelola pasar.
32
Berikut klasifikasi jumlah pedagang yang ada di blok burung pasar
hewan Ambarawa:
JUMLAH PEDAGANG
Jumlah pedagang terdiri atas:
a. Pedagang kios burung dan sangkar :80 orang/ 80 kios
b. Pedagang non tetap di pelataran :72 orang
c. Warung makan di los :15 orang
Pengelolaan pasar hewan Ambarawa dilaksanakan oleh petugas
sejumlah 30 orang. Berikut ini klasifikasi tugas dan jabatan petugas
pengelola pasar.
STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLA PASAR HEWAN
AMBARAWA
1. Kepala pasar : Kuncoro Murjatno
2. Bendahara : Dwi Hastuti, SE
3. Administrasi : Suharmanto
4. Petugas pemungutan retribusi pasar terdiri dari 8 orang
5. Petugas kebersihan pasar terdiri dari 11 orang
6. Petugas keamanan terdiri dari 5 orang
Keberadan pasar hewan Ambarawa bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat sekitar Ambarawa seperti daerah, Ngrawan,
Bugisan, Kupang, Doplang. Pasar hewan Ambarawa memiliki potensi
pendapatan yang cukup bagus. Sesuai penetapasn APBD kabupaten
33
Semarang anggaran 2011 target retribusi pasar sebesar Rp.
411.000.000,- yang terdiri dari pendapatan sewa lahan dan pendapatan
kebersihan. Hingga saat ini idealitas pendapatan tersebut belum
terealisasi secara penuh dan baru mencapai pendapatan Rp.
276.000.000,-. (Wawancara dengan bapak Kuncoro Murjatno, kepala
Pasar Hewan Ambarawa, tanggal 23 Januari 2019).
B. Gambaran Praktek Jual Beli Burung Bahan di Pasar Hewan
Ambarawa
Burung merupakan salah satu anggota kerajaan binatang (animal
kingdom) yang mendapat perhatian lebih di dunia. Burung sudah ada di
bumi lebih lama dengan manusia atau mamalia lainnya. Hewan berdarah
panas ini merupakan kerabat dekat reptil.
Semua jenis burung dianggap berasal dari fosil burung yang
pertama, yaitu arceopteryx, walaupun masih diperdebatkan. Nama tersebut
berasal dari kata archaios berarti “kuno” dan pteryxberarti “bulu” atau
“sayap” atau memiliki arti sayap kuno (sayap purba). Fosil archeopteryx
ditemukan di Jerman sekitar 150 juta tahun yang lalu. Spesiesmen awalnya
ditemukan pada tahun 1891. Fosil tersebut lebih mirip reptil dari pada
bentuk burung pada saat ini dengan adanya gigi tajam di mulut, tiga jari
pada sayap dan tulang ekor yang panjang. Hanya saja, fosil yang
berukuran sebesar burung gagak ini memiliki sayap dan mampu terbang
walau hanya melayang ketempat yang lebih rendah sehingga tidakbisa
jauh. Di Indonesia perdagangan satwa liar sangat dilarang oleh negara, hal
34
itu dibuktikan dengan UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber
daya alam hayati dan ekosistem lainnya dan peraturan pemerintah No. 7
tahun 1999 tentang pengamatan jenis tumbuhan dan satwa serta peraturan
pemerintah No. 8 tahun 1999 tentang pemanfaatan jenis tumbuhan dan
satwa liar.( Dewanto Sitanggang, 2009: 30-31)
Burung- burung yang ada di kawasan hutan seluruh Indonesia
dapat dibedakan menjadi burung yang ada dikawasan Indonesia bagian
barat dan Indoneisa di bagian timur. Dikawasan Indonesia bagian timur
lebih banyak dengan jenis burung berbulu indah, sedangkan di bagian
barat didomonasi oleh jenis burung yang indah suarannya. Adapun
penggolongan burung sebagai berikut:
1. Burung ocehan: Burung yang mempunyai suara ocehan yang indah banyak
dijumpai di pasar wilayah Indonesia. Di Indonesia sendiri yang
mempunyai kicauan indah dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu burung
yang pandai manggung dan burung kicau. Kelompok burung yang pandai
manggung diantarannya perkutut dan tekukur, dan puter. Kelompok
burung yang mempunyai kicauan indah antara lain, cucak rawa, murai
batu, jalak suren, jalak putih, kepodang, cucak hijau, kacer.
2. Burung berbulu indah : burung dalam kelompok ini mempunyai daya tarik
lebih dominan pada bulunya yang indah dan berwarna-warni daripada
suara kicauanya. Jenis burung yang berbulu indah yang bisa dipelihara,
diantaranya burung betet hijau afrika atau love bird, parkit, nuri, kolibri
raja, cucak biru, dara mahkota, dara kipas.
35
3. Burung pelatah : kelompok burung pelatah meliputi burung yang pandai
menirukan suara-suara burung lainnya ada jiga yang bisa berbicara. Jenis
burung pelatah yang sering banyak dipelihara orang, diantarannya burung
beo, beo nias, beo irian, kakaktua besar jambul kuning, kakak tua kecil
jambul kuning.
4. Burung unik : burung unik adalah burung yang mempunyai keistimewaan
tertentu sehingga populer dan dicari orang. Burung yang termasuk
kelompok ini memiliki kelebihan yang khas, selain suara dan bulunya.
Status kelompok burung ini umumnya “dilindungi indang-undang”
karena kelangkaannya. Jenis burung ini diantarannya kakaktua maluku dan
kakaktua raja.( Jarwata, 2005: 34-25)
Burung banyak ragamnya untuk dijadikan objek jual beli semisal
burung murai batu, cucak hijau, cucak rawa, anis merah, kacer dan lain-
lainya yang memiliki keindahan suara yang khas, karena itulah manusia
berlomba-lomba mendapatkan burung ini untuk kesenangan dan
mendengarkan kicauannya, tak hannya itu dewasa ini semakin banyak
sesama pecinta burung mengadakan suatu komunitas dan mengadakan
lomba burung kicau yang mana di pasar hewan ambarawa ini juga ada
tempat khusus tersendiri untuk lomba burung berkicau. Fokus penelian
yang di lakukan penulis yaitu mengenai jual beli burung bahan dan burung
kontes, mengenai pengertian burungnya yaitu:
36
1. Burung Bahan
Burung bahan yaitu burung yang dalam kondisi baru ditangkap
dari hutan yang masih liar atau setres dan belum jinak dan belum bisa
berbunyi dan belum bisa makan voer artinya burung yang masih harus
dalam pengkondisian dengan proses perawatan dengan waktu yang
panjang agar burung tersebut bisa hidup dipelihara dalam sangkar.
Praktek jual beli burung bahan di pasar hewan Ambarwawa di jelaskan
sebagai berikut;
1. Penjual
Di pasar hewan Ambarawa termasuk pasar hewan besar. Ada
beberapa agen yang mendatangkan burung dari luar kota maupun luar
pulau jawa untuk kemudian dipasarkan di pasar hewan Ambarawa.
Agen burung yang datang dari luar kota salah satunya dari Jogjakarta,
Solo, Jember dan untuk dari luar pulau salah satunya bersal dari
Sumatra dan Kalimantan. Agen menerima barang dari para peternak
kemudian disalurkan ke pasar hewan Ambarawa.
Dikarenakan persaingan yang sangat kuat setiap pedagang burung
bahan maupun burung kontes para pedagang mempunyai refrensi agen
burung masing-masing dalam mendatangkan barang dagangannya.
Selain para pedagang mendapatkan burung dagangannya dari luar
kota maupun luar pulau pedagang juga mempunyai pelanggan untuk di
beli burungnya yaitu para pemikat burung yang berasal dari Jawa
Tengah sendiri yaitu para pemikat burung yang rumahnya berada di
37
daerah persawahan, perbukitan, dan pegunungan karena di Jawa
Tengah sendiri populasi burung di alam liar masih cukup luas di
daerah pegunungan dan persawahan seperti burung cendet, ciblek,
jalak, kutilang, trucukan, prenjak dan lain sebaginya, yang di sini
disebut burung bahan atau burung yang baru ditangkap dari hutan
yang mana resiko kematian burung masih sangat besar karena kondisi
burung yang masih stres dan belum mau berbunyi dan belum mau
makan voer burung .
Pengambilan data wawancara penulis 8 Desember 2018 di pasar
hewan Ambarawa, dari keterangan pedagang alasan pedagang burung
berjualan burung bahan di pasar hewan Ambarawa, pedagang
menerangkan bahwasanya semua pedagang burung di kios blok burung
rata-rata memang pedagang tersebut hobi memelihara burung sejak
lama , dan semua pedagang pun sudah paham dan ahli dalam merawat
burung bahan mulai dari pengondisian burung yang baru di tangkap
dari hutan, alasan pedagang burung berjualan burung bahan adalah
sebagai mata pencaharian untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari
untuk keluarga dan ada juga sebagai pekerjaan untuk tambahan
penghasilan karena dengan berjualan burung bahan mereka mendapat
keuntungan yang lumayan ( wawancara dengan pak Samsudin,
pedagang burung bahan, tanggal 8 Desember 2018).
38
Wawancara kembali dengan narasumber yang dilakukan oleh
penulis 8 Desember 2018 di pasar hewan Ambarawa dengan pedagang
burung bahan, dari keterangan pedagang burung tersebut pedagang
menjelaskan bahwa burung bahan pedagang berusaha secepatnya
menjual barang dagangannya terutama burung bahan dikarenakan
apabila burung bahan tersebut terlalu lama tidak terjual maka besar
kemungkinan burung tersebut akan mati apabila burung tersebut tidak
mau makan voer (makanan burung), pedagang menerangkanburung
bahan yang pedagang dapatkan dari pemikat (penangkap burung)
ataupun penjaring burung, pedagang sebisa mungkin merawat burung
bahan tersebut bagaimana supaya burung tersebut hidup dan sehat
semua kalau bisa burung tersebut bisa berbunyi karena resiko burung
bahan yang giras dan belum mau makan voer.(wawancara dengan pak
Gino pedagang burung bahan, tanggal 8 Desember 2018).
Wawancara dengan penjual burung bahan dan mengenai perawatan
burung.Pedagang melakukan perawatan dan pengondisian burung di
dalam sangkar dengan cara di krodong (menutup sangkar burung
dengan kain) agar burung tersebut bisa nyaman tidak takut dengan
manusia apabila tidak dikrodong burung tersebut akan takut dan
beterbangan di dalam sangkar dan menabrak-nabrak sangkar dan hal
tersebut mengakibatkan burung tersebut kesakitan karena terbentur
sangkar dan resiko cidera pada burung sangat besar, dan pedagang
memberikan makan berupa ulat dan jangkrik dan tidak lupa pula
39
pedagang memberikan vitamin agar burung tersebut tetap sehat, proses
ini kurang lebih dua minggu dalam tahap pengondisian.(wawancara
dengan pak Kosim, tanggal 8 Desember 2018)
Wawancara dengan pedagang burung bahan mengenai penjualan
burung bahan kepada pembeli. Pedagang menerangkan menjual
burung dagangannya dengan mengatakan kelebihan burung tersebut
tanpa mengatakan kekurangan atau kondisi burung dagangan penjual
yang sebenarnya, yang terpenting saya menawarkan harga burung saya
kepada pembeli dengan harga yang murah .(wawancara dengan pak
Rumiyanto, tanggal 8 Desember 2018)
2. Pembeli
Pembeli burung bahan di pasar hewan Ambarawa sangat banyak
sekali pada saat hari pasaran tiba yaitu waktu (pon) dari pukul delapan
pagi sampai pukul empat sore di pasar tersebut masih ramai dimana
pembeli burung maupun orang yang hanya sekedar jalan-jalan melihat
burung di pasar.
Untuk pembeli burung bahan jarang sekali pembeli tersebut adalah
mengerti dan paham tentang burung, kebanyakan pembeli burung
bahan yaitu para pemula kicau mania yang mana orang tersebut belum
mengetahui betul bagaimana kondisi, jenis kelamin burung dan
kualitas burung bahan yang akan di beli.
Banyak sekali keluhan-keluhan yang beredar dari pemula kicau
mania di masyarakat, penulis pun sempat bertanya kepada pembeli
40
burung bahan yang kebetulan penulis tanya adalah tetangga kampung
penulis sendiri, dari keterangan pembeli dia menerangkan bahwa
“manuk kacer seng tak tuku teng pasar kewan Mbarowo puniko mati
mas, manukke niku urep kaleh dinten teng nggriyo la esuk-esuk ajeng
kulo pakani kok sampun mati , ketokke niku manok pancingan mas
wong manukke kui ora doyan mangan voer, doyan jangkrik karo uler
wae mangane sitik mas manukke niku lemes nanging nek di cedakki
giras engkio nek di adohi anteng karo njetutut, wong aku tuku
ombyokan mas ning kios sebelah kidul kae”.(Burung kacer yang saya
beli di pasar hewan Ambarawa itu mati mas, burungnya itu hidup dua
hari di rumah terus pagi-pagi mau saya kasih makan malah sudah mati,
sepertinya itu burung pancingan mas, karena burung tersebut tidak
mau makan voer, mau makan ulat dan jangkrik aja cuma sedikit mas,
burungnya itu lemes tapi kalo di dekati langsung keras ketakutan dan
kalu di jauhi lagi tenang lagi, saya beli burung itu dalam partai besar
mas alias(ombyokan) di kios pasar sebelah selatan.(wawancara
dengang pak Alan tanggal 14 Desember 2018).
Menurt penjelasan dari pembeli burung bahan yaitu menjelaskan
“membeli burung bahan di pasar pon Ambarawa yaitu haraganya
yang relatif murah dan banyak beraneka macam burung yang di jual
disana, tadi saya membeli burung pernjak satu pasang karena minggu
lalu saya membeli burung rambatan untuk masteran namun mati,
memang saya belum pandai dalam memilih burung yang bagus ya
41
setidaknya saya mempunyai pengalaman agar lebih berhati-hati dalam
memilih burung” (wawancara dengan bapak Zaedun tanggal 6 januari
2019 selaku pembeli burung bahan).
Wawancara kembali dengan pembeli burung bahan di pasar hewan
Ambarawa mengenai kemapuan pembeli dalam merawat burung
bahan, dari keterangan narasumber pembeli tidak tahu secara persis
bagaimana cara merawat burung bahan yang baik dan benar, pembeli
burung bahan yang penting hanya di kasih makan voer (makanan
burung) dan dikasih air minum saja seperti di tempat pedagang di
pasar ( wawancara dengan mas Khoirul, tanggl 6 Januari 2018 selaku
pembeli burung bahan).
Penulis pun mendapatkan narasumberyang memberikan
keterangan, untuk membeli burung di pedagang harus teliti dan hati-
hati karena ada pedagang bermain curang yaitu dengan sembunyi-
sembunyi pedagang memberikan obat-obatan agar supaya burung
tersebut tetap berbunyi saat di pantau pembeli karena pedagang
tersebut memberikan metabolisme burung (obat perangsang burung
agar berbunyi) agar burung tersebut berbunyi terus menerus, ini yang
di berbahaya karena pemberian metabolisme pada burung agar burung
gacor dan berbunyi terus menerus dapat menimbuklkan burung
tesebut suaranya habis dan tidak mau berbunyi lagi ketika tidak diberi
minuman metabolisme, bahkan burung tersebut bisa mati karena
terlalu dipaksa berbunyi dengan obat-obatan secara terus
42
menerus(wawancara dengan pak Arofik 6 Januari 2018, ahli perawat
burung bahan dan penggemar burung).
Dari wawancara di lapangan kepada pembeli dan penjual burung
bahan penulis berhasil mendapatkan data keterangan terkait pembelian
burung bahan yaitu penulis menyimpulkan bahwa mereka tertarik
membeli burung bahan alasannya karena hargannya yang relatif
murah di bandingkan dengan burung yang sudah mapan, dan
pedagang sendiri rata-rata lebih mementingkan kepentinganya sendiri
yang terpenting burung daganganya laku dan tidak rugi karena
kematian burung yang terlalu lama tidak terjual karena memeang
burung bahan rentan akan kematian.
Cara curang ini sudah menjadi kebiasaan pedagang burung sejak
lama, maka dari itu banyak para pembeli burung bahan yang kecewa
membeli burung di pasar karena sering sekali burung yang dibeli
sesampai rumah selang beberapa hari burung tersebut macet bunyi
karena burung tersebut sudah ketergantungan dengan obat
metabolisme.
Kesalahan dan hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan
pedagang adalah dalam perawatanya yang selalu dalam rawatan harian
burung bahan tersebut menggunakan obat-obatan bukan menggunakan
pakan alami seperti jangkrik, ulat, cacing, kroto, saya sendiri sudah
berulang kali membeli burung dari pasar dan tidak ada yang beruntung
kalo tidak sakit burung burung tersebut juga mati.
43
3. Barang (burung bahan)
Burung yang di perdagangkan di pasar hewan Ambarawa beraneka
ragam jenisnya, di antaranya burung bahan dan ada juga yang kelas
lomba yaitu burung murai batu, kacer, cucak hijau, cendet, kenari, love
bird, anis kembang, dan untuk burung rumahan yaitu burng ciblek,
trucukan, kutilang, perkutut, kolibri, whamhei dan lain-lain. Dengan
kisaran harga untuk burung bahan sesuai dengan penelitian penulis di
lapangan yaitu untuk burung favorit burung murai batu:Rp. 3.000.000-,
cucak hijau: Rp. 800.000-, kacer: Rp.250.000-, kenari Rp. 200.000-
500.000, love bird Rp. 500.000- 1.000.000, cendet Rp.500.000. Dan
untuk burung bahan sendiri burung ciblek Rp. 50.000, trucukan Rp.
30.000, kutilang Rp.20.000, perkutut Rp.70.000.
Untuk menjadikannya sahnya jual beli lazim harus ada barang
yang menjadi obyek jual beli menurut ulama islam syarat-syaratnya
sebagai berikut: bersih barangnya, dapat dimanfaatkan, milik orang
yang melakukan akad, mampu menyerahkan, mengetahui, barang yang
di akadkan ada di tangan.
Dari kebersihan barang, burung yang diperjualbelikan adalah halal
atau suci dan tidak najis. Burung juga bermanfaat untuk penjual dan
pembeli, pembeli memanfaatkan dengan di dengarkan suaranya dan di
jual ulang maupun untuk lomba.
Burung yang di jual di pasar hewan Ambarawa adalah milik dari
penjual pribadi seutuhnya, mereka sudah memiliki kios masing-masing
44
untuk tempat penjualan, disana penjual menyerahkan barangnya
langsung ke tangan pembeli, yang sering meragukan dalam jual beli
burung di pasar hewan Ambarawa masih banyak unsur penipuan atau
gharar pada penjual yang masih banyak pemula kicau mania yang
belum mengetahui seluk beluk penjual burung, apakah yang di jual itu
burung betina atau jantan dan cacat dalam atau tidak yang penting
pedagang bisa menjualnya agar tidak merugi meskipun banyak yang
merugikan pembeli dikarenakan kondisi burung yang belum siap di
pelihara oleh pembeli dan belum memasuki karantina perawatan
terlebih dahulu supaya burung bisa beradaptasi dengan keadaan sekitar
manusia dan perawatan ini harus dirawat oleh orang yang sudah ahli
dalam merawat burung.
4. Akad
Sistem jual beli burung bahan di pasar hewan Ambarawa pembeli
mempunyai kebebasan yang diberikan penjual tanpa adanya paksaan
dan tekanan dari penjual itu sendiri. Pembeli dengan bebas memilih
atau hanya sekedar melihat-lihat. Untuk akadnya pembeli dan penjual
berada dalam satu majelis dan pembayarannya dilakukan langsung di
tempat akad.
Penulispun melakukan pengamatan pertama mencari penjual dan
pembeli dalam melakukan proses akad jual beli yang dilakukan kedua
belah pihak, tidak lama kemudian ada seseorang yang sedang
45
melakukan jual beli burung kolibri di ombyokan (burung dalam jumlah
banyak di dalam sangkar besar).
Akad yang terjadi kedua belah pihak yaitu pembeli menanyakan
harga “ pembeli: mas kolibrinyaitu berapaan, penjual: yang ijoan
Rp.150.000-, seratu lima puluh kalo yang metalikRp.75.000-, tujuh
lima silahkan pilih sendiri, pembeli: yang ijoan boleh Rp.100.000-,
seratus mas , penjual: saya paskan saja 125.000-, seratus dua puluh
lima, nanti saya kasih besek buat bawa biar tidak mati dan rusak
burungnya mas, pembeli: ya mas silahkan uangnya beli yang hijau itu
nikuyang badannya agak besar , penjual: ya mas saya tangkapkan”.
Kemudian terjadilah akad jual beli setelah pembeli menawar harga
burung kolibri tersebut seharga Rp.100.000-, seratus ribu rupiah
namun penjual belum boleh akhirnya penjual menurunkan harganya
Rp.125.000-, seratus dua puluh lima ribu rupiah dari harga awal
Rp.150.000-, seratus limapuluh ribu rupiah kemudian terjadilah akad
jual beli burung kolibri tersebut dengan harga Rp.125.000-, seratus dua
puluh lima ribu rupiah dan pembayaran dilakukan secara langsug di
tempat.
Pengamatan yang kedua penjual dan pembeli melakukan transaksi
jual beli burung bahan yaitu burung kacer yang mana burung kacer
bahan tersebut di kurung dalam sangkar besar yang di skat-skat per
satu burung satu skat. Akad yang terjadi kedua belah pihak yang
pertama pembeli menanyakan kepada penjual mas harga kacer itu
46
berapa, kemudian penjual menjawab “Rp. 500.000 lima ratus ribu
rupiah”, kemudian selang waktu beberapa menit setelah pembeli
melihat-lihat burung dan pembeli bertanya kepada penjual apakah
burng ini sudah ngevoer? Kemudian penjual menjawab pokoknya saya
beri makan voer dan ulat saja dalam wadah pakanya. Kemudian
pembeli menawar harga burung kacer dengan dengan harga Rp.
300.000 tiga ratus ribu rupiah, kemudian penjual menjawab “ ya mas
ambil saja silahkan pilih yang mana”, kemudian pembelipun memilih
burung kacer bahan tersebut dan penjualpun tidak menerangkan
kondisi burung tersebut apakah burung tersebut sudah mau makan voer
apa burung tersebut juga sehat apa perlu melakukan pengondiasian
terlebih dahulu. Kemudian terjadilah transaksi jual beli burung bahan
kacer tersebut dengan harga Rp. 300.000 tiga ratus ribu rupiah.
47
BAB IV
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JUAL BELI BURUNG
BAHAN DI PASAR HEWAN AMBARAWA
A. Akad Jual Beli Burung Bahan Ditinjau dari Rukun dan Syarat Jual
Beli Menurut Hukum Islam
Islam menghendaki dan mengajarkan agar dalam pelaksanaan jual
beli burung bahan harus senantiasa memperhatikan aturan – aturan yang
bisa menjamin dalam pelaksanaanya agar tidak merugikan salah satu pihak
diantara keduanya, maka dari itu untuk memelihara aturan tersebut
dibutuhkan rukun dan syarat.
Praktik jual beli harus memenuhi aturan terkait rukun dan syarat
yang sesuai dengan hukum Islam sebagaimana yang telah diuraikan dalam
BAB II bahwa jual beli dianggap sah apabila memenuhi rukun dan syarat
yang telah ditentukan dalam Islam. Dalam akad jual beli ada rukun jual
beli yang harus terpenuhi antara lain yakni pihak yang berakad („aqidain),
akad (ijab qabul)dan objek akad (ma‟qud „alaih) sedangkan syarat jual
beli yang harus dipenuhi yaitu syarat tentang akadnya, tentang subjeknya
dan tentang objeknya. Berdasarkan hal tersebut penulis akan mencoba
meninjau pelaksanaan praktik jual beli burung bahan di pasar hewan
sebagai berikut:
48
Pertama berkenaan dengan rukunya sesuai dengan ketentuan hukum
Islam pelaksanaan jual beli burung bahan di pasar hewan Ambarawa
sebagai berikut:
1. Pihak yang berakad
Dalam jual beli burung bahan di pasar hewan Ambarawa sudah ada
para pihak yang berakad yaitu adanya penjual burung (pedagang burung
bahan) dan adanya pembeli burung bahan.
2. Akad (ijab qobul)
Dalamjual beli burung bahan di pasar hewan Ambarawa pelaksaaan
ijab qobul dilakukan pada saat pembeli mencari burung bahan yang ingin
di beli dari penjual burung bahan tersebut kemudian para pihak tersebut
melakukan transaksi jual beli pembeli burung bahan membayarkan
sejumlah uang kepada penjual burung bahan tersebut.
3. Objek (ma‟qud alaih)
Dalam jual beli burung bahan di pasar hewan Ambarawa objek atau
barang yang diperjualbelikan adalah segala jenis burung bahan.
Kedua, setelah rukun jual beli sudah terpenuhi maka selanjutnya
penulis akan membahas tentang syarat jual beli yang harus terpenuhi
berdasarkan hukum Islam agar dapat dikatakan jual beli itu sah, yaitu
syarat yang berkaitan dengan „aqidain, ijab qabul dan ma‟qud
alaih.Berikut adalah penjelasan mengenai syarat jual beli burung bahan di
pasar hewan Ambarawa :
49
1. Syarat pihak yang berakad (‘aqidain)
a. Baligh dan Berakal
Ukuran baligh sesorang dalam Islam yaitu seseorang tersebut sudah
bermimpi (ihtilam) bagi kaum laki – laki dan sudah haid bagi kaum
perempuan. Terhadap orang yang sudah baligh sudah dapat dibebani
hukum taklif atau sudah dapat bertindak hukum karena menurut Imam
Muhammad abu Zahrah, ia sudah berakal dan memiliki kecakapan
bertindak hukum secara sempurna (Shiddieqh. 2005:56).
Dalam hal ini penjual dan pembeli dalam jual beli di pasar hewan
Ambarawa sudah dalam kategori baligh karena pelaku jual beli burung
bahan tersebut ialah orang yang sudah dewasa, baik penjual dan
pembelinya.
Kemudian syarat selanjutnya penjual dan pembeli harus berakal
artinya orang yang bertransaksi harus berakal sehat, tidak gila atau kurang
akalnya karena masih di bawah umur. Sehingga transaksi jual beli tersebut
dapat dipertanggung jawabkan dan akad jual beli tidak sah dilakukan oleh
anak kecil, orang gila atau orang bodoh sebab mereka tidak bisa
mengendalikan harta. Firman Allah dalam Qs. An-Nisa : 5
ياما وارزقوىم فيها ولا ت ؤتوا الس فهاء أموالكم ال ت جعل الل و لكم ق واكسوىم وقولوا لم ق ولا معروفا
Artinya “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang
belum sempurna akalnya...”
50
Dalam jual beli burung bahan di pasar hewan Ambarawa, antara
penjual dan pembeli telah melakukan pertimbangan dan negosiasi terlebih
dahulu sebelum melakukan transaksi jual beli burung bahan . Berarti
dalam hal ini para pihak penjual maupun pembeli telah menggunkanan
akal sehat dan telah menggunakan pikiranya dalam bertransaksi jual beli.
b. Kehendak sendiri (bukan paksaan)
Tidak sah jika ada unsur paksaan terhadap transaksi jual beli dan
mengakibatkan batalnya syarat jual beli dalam Islam. Dalam praktik jual
beli burung bahan di pasar hewan Ambarawa dilakukan atas dasar suka
sama suka, atas dasar kerelaan dari masing – masing pihak dan tidak ada
tekanan dari siapapun.
c. Beragama Islam
Dalam praktik jual beli burung bahan di pasar hewan Ambarawa
para pihak yang melakukan transaksi baik dari pihak penjual dan pihak
pembeli yang penulis wawancarai rata-rata semuanya beragama Islam.
Karena jika melakukan transaksi jual beli dengan orang non Islam akan
ditakutkan tidak menggunakan syariat Islam maka praktik jual beli
tersebut tidak sah.
2. Syarat akadnya (ijab qobul)
Berkaitan dengan akad bahwa pihak penjual harus merelakan
barangnya kepada pembeli dengan pertukaran yang telah disepakati
bersama. Kerelaan adalah dasar dari ijab qobul yaitu pihak penjual
menyerahkan barang dengan memberikan informasi dengan jujur dan
51
transparatif mengenai barang yang akan di beli kemudian pihak pembeli
dengan rela menerimanya dengan membayarkan sejumlah uang tunai yang
telah disepakati yang dilakukan dalam satu majelis. Dalam praktik jual beli
burung bahan di pasar hewan Ambarawa pembeli mendatangi penjual
langsung di kios milik penjual kemudian melakukan transaksi dalam satu
majelis namun dalam proses ijab qobul belum sesuai dengan syriat Islam
karena ada salah satu pihak yaitu pihak penjual burung bahan menutupi
informasi keadaaan sebenarnya menegenai burung yang akan
diperjulbelikan. Pihak penjual tidak mengatakan kalau burung bahan
tersebut berasal dari hutan dan masih dalam keadaan setres,dengan
keadaan tersebut bisa menjadikan potensi akan mati. Kemudian burung
bahan yang diperjualbelikan belum bisa makan voer (pakan burung),
karena jika bururng belum bisa makan voer menjadikan burung akan
berpotensi sakit kemudian mati. Mengenai ketidakjujuran dan tidak ada
keterbukaan dari pihak penjual menjadikan kerugian untuk pihak pembeli
yang sudah membayar burung tersebut.
Sedadngkan kaitanya dengan syarat terhadap barang yang dijual
belikan adalah harus mengetahui ini yang jadi permasalahannya, karena
burung ini sangat sulit dibedakan antara jantan dan betinannya ataukah
burung ini berkicau dengan sendirinya ataukah dipaksa dengan obat
perangsang burung agar berkicau, oleh karena itu orang sering keliru untuk
membedakan sedangkan pedagang tidak mau tahu akan hal itu yang
penting pedagang bisa menjual barang dagangannya dan mendapatkan
52
untung. Burung bahan dan burung kontes yang diperjual belikan dipasar
hewan Ambarawa rata-rata tergolong samar apakah itu burung jantan dan
betina atau burung tersebut sudah mau makan voer atau belum sehingga
tergolong benda-benda samar atau gharar (belum jelas)/ menipu. Dengan
demikian dari segi dan syarat terhadap barang yang diperjual belikan itu
harus jelas atau tiada masalah. Jual beli gharar merupakan jual beli yang
samar/ menipu sehingga kemungkinan adanya penipuan, seperti penjualan
ikan yang masih dikolam atau kentang yang masih ditanah yang atasnya
kelihatan bagus tapi bawahnya jelek. Penjualan seperti ini yang dilarang,
karena rasullalah SAW, bersabda:
مك فئ ا لماء فا نه غرر لا تشت رو ا الس )رواه احمد(
Artinya: “janganlah kamu membeli ikan didalam air,
karena jual beli seperti itu termasuk gharar, alias menipu”
Suatu akad yang mengandung unsur penipuan, karena tidak ada
kepastian, baik mengenai ada atau tidak ada objek akad, besar kecil jumlah
maupun menyerahkan objek akad tersebut.
Untuk mengatasi unsur penipuan tersebut dalam Islam diperbolehkan
memilih, apakah menruskan ataukah membatalkannya, disebabkan
terjadinya oleh suatu hal, memilih dalam jual beli yang seprti ini disebut
khiyar.
53
Aspek terpenting dalam jual beli adalah adanya unsur keuntungan
yang ingin diperoleh diantara kedua belah pihak. Keuntungan tersebut
tidak hanya dinilai dari aspek materi saja melainkan juga keuntungan
dalam aspek kepuasan. Tidak ada seorang penjual yang melakukan
perdagangan dengan tujuan untuk mencari kerugian. Obyek yang diperjual
belikan juga bermacam-macam, ada yang menjadikan barang atau bahan
kebutuhan hidup sebagai barang dagangan dan ada juga yang menjadikan
jasa sebagai barang dagangan. Seseorang yang memperdagangkan barang
kebutuhan hidup akan menunggui barang dagangannya atau menawarkan
barang dagangannya dan akan memperoleh keuntungan mankala barang
dagangannya laku sesuai sengan harapan nilai jual minimal (Syahe‟i,
2001; 34).
Dari paparan diatas penulis menyimpulkan bahwa dari segi syarat
akad ijab qobul dalam jual beli burung bahan di pasar hewan Ambarawa
adalah tidak sah, karena masih ada unsur yang membatalkan syarat sahnya
jual beli yaitu ketidakjelasan barang yang dijual yang nantinya akan
merugikan salah satu pihak (gharar).
3. Syarat objeknya (ma’qud alaih)
Dalam syarat objek jual beli terdapat unsur – unsur yang harus
terpenuhi agar jual beli tersebut sah berdasarkan syariat Islam, yaitu
barang yang diperjualbelikan harus berwujud, bernilai, milik orang yang
melakukan akad, dapat diserahkan dan sah menurut agama. Dibawah ini
54
adalah syarat objek jual beli burung bahan di pasar hewan Ambarawa yaitu
sebagai berikut:
a. Barangnya berwujud, bernilai dan dimiliki pelaku akad
Berwujud barangnya maksudnya ialah barang yang diperjuabelikan
harus ada, jelas, nyata dan dapat diketahui bentuk ataupun jumlahnya.
Bernilai dalam artian barang itu berharga dan dapat dimanfaatkan burung
tersebut dari suara kicauannya. Serta orang yang melakukan jual beli
adalah pemilik sah barang tersebut. Hasil penilitian oleh penulis dari objek
yang diperjualbelikan dalam jual beli burung bahan di pasar hewan
Ambarawa adalah sah karena sudah terpenuhi rukun dan syarat jual
belinya namun setelah di cermati dan di telisik lebih dalam ada unsur
gharar(ketidak jelasan) yang dilakukan penjual burung bahan yaitu dengan
menyembunyikan informasi burung maupun keadaan fisik burung bahan
tersebut, apakah burung tersebut dalam kondisi sehat maupun dalam
kondisi stres setelah di tangkap dari hutan.
b. Barangnya dapat diserahkan dan sah menurut syariat
Maksudnya barang yang diperjualbelikan dapat diserahkan ketika
akad berlangsung dalam satu majelis dan dalam waktu itu juga. Kemudian
sah menurut agama dalam artian barang yang halal untuk diperjualbelikan.
Sehingga hasil penelitian oleh penulis dari objek dalam jual beli burung
bahan di pasar hewan Ambarawa sah menurut agama.
55
Dari paparan tersebut, penulis dapat menilai bahwa dari segi syarat
objek jual beli pelaksanaan praktik jual beli burung bahan di pasar hewan
Ambarawa sah, karena burung dapat dijadikan objek jual beli.
Dari analisis yang penulis lakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa
dalam pelaksanaan praktik jual beli burung bahan di pasar Ambarawa ada
salah satu syarat dari jual beli yang tidak terpenuhi yaitu dari segi akadnya,
karena ada unsur ketidak jelasan (gharar) dari pihak penjual yang
menutupi kebenaran asal ususl burung tersebut atau tidak memberikan
informasi kekurangan mengenai burung bahan yang akan dibayar oleh
pembeli. Ketidak jujuran dan tidak transparatif dari penjual burung bahan
akan merugikan pembeli dan menjadikan sikap ketidak relaan dari pembeli
yang dirugikan karena burung bahan yang dibelinya mati dalam tempo
waktu tiga hari karena kurangnya pemahaman pembeli dalam merawat
burung bahan tersebut karena penjual buryng bahan yang tidak
memberikan penjelasan bagaimana cara merawat burung bahan yang baik
dan yang benar agar burung bahan tersebut tetap hidup mulai dari
pengondisian burung sampai pakan burung yang harus diberikan. Maka
dapat dikatakan bahwa jual beli burung bahan di pasar hewan Ambarawa
tidak sah atau batal hukumnya menurut hukum Islam. Maka dapat di
katakan bahwa jual beli burung bahan di pasar hewan Ambarawa termasuk
jual beli yang batil , karena ada salah satu rukun dan syarat jual beli yang
tidak terpenuhi.
56
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan tentang Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Akad Jual Beli Burung Bahan (Studi di Pasar
Hewan Ambarawa 2019) penulis menyimpulkan bahwa :
1. Praktik jual beli burung bahan di pasar hewan Ambarawa di awali
ketika pembeli burung bahan ingin membeli burung bahan dari
pedagang.Pada proses transaksi jual beli, pedagang hanya
menyebutkan kelebihan burungnya sajadengan mengatakan bahwa
burung tersebut itu sudah mau berbunyi dan pembeli pun dengan
bebas memilih burung bahan yang ingin di belinya.Setelah pembeli
memilih burung yang dibelinya, pedagang burung pun tidak
menjelaskan tentang bagaimana kondisi burung yang sebenarnya,
apakah burung tersebut itu dalam keadaan sakit maupun burung
tersebut belum bisa makan voer (pakan burung), dan pedagang juga
tidak memberikan pengertian kepada pembeli burung bahan tersebut
tentang bagaimana cara perawatan burung yang masih bahan karena
burung bahan memerlukan perawatanya yang lebih intensif dan sagat
rentan kematian.
2. Ditinjau dengan hukum Islam bahwa, jual beli burung bahan di pasar
hewan Ambarawa tidak sesuai dengan hukum Islam, karena masih
adanya unsur ketidak jelasan/ penipuan (gharar) didalam akad jual
57
belinya, yaitu ketika transaksi berlangsung penjual tidak
menerangkan dengan transparan tentang kondisi burung bahan yang
diperjual belikan. Seharusnya penjual tidak hanya menerangkan
kelebihan burung saja, namun seharusnya penjual juga menerangkan
kekurangan dari burung bahan tersebut, kemudian penjual juga tidak
menerangkan tentang bagaimana perawatan burung bahan yang baik
agar burung bahan yang dibeli tidak mengalami kematian karena
kesalahan mengenai perawatan burung bahan tersebut, sehingga
tidak ada lagi kekecewaan dari pembeli. Tidak hanya itu praktik jual
beli burung bahan yang terjadi di pasar hewan Ambarawa juga
mengandung usur penipuan, karena ada keterangan dari penjual yang
mengatakan bahwa burung bahan tersebut dalamkondisi sehat dan
sudah berbunyi, namun kenyaataanya hanya selang beberapa hari
setelah dibeli burung tersebut mati, hal ini menjadikan pembeli
burung bahan sangat dirugikan. Dalam keerangan tersebut
menjadikan Praktik jual beli burung bahan di pasar hewan
Ambarawa hukumnya batal atau tidak sah menurut hukum Islam
seharusnya penjual berperilaku jujur dan terbuka dalam akad jual
beli burung bahan tersebut agar tidak ada salah satu syarat akad jual
beli yang tidak terpenuhi .
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan yang didapat penulis baik dari
pengamatan langsung dilapangan maupun dari hasil wawancara dan juga
analisis terhadap hasil temuan tersebut, maka dapat diperoleh dan ditarik
58
kesimpulanya beberapa hal yang dapat dijadikan saran terhadap pihak
terkait yaitu penjual burung bahan, adalah sebagai berikut:
1. Bagi penjual hendaklah menjadi penjual yang jujur dan terbuka
terhadap pembeli dan memberikan cara bagaimana merawat burung
bahan, tidak hanya mengejar kepentingan diri sendiri dalam
menjual burung bahan daganganya .
2. Bagi pembeli, dalam hal ini masyarakat luas, hendaknya lebih
cermat dan teliti dalam memilih burung bahan yang akan dibelinya
sehingga tidak ada kerugian bagi pembeli burung bahan.
.
59
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemahannya. 1992, Bandung: Gema Risalah Prees.
Azhar Basyir, Ahmad. 1993. Asas-Asas Hukum Muamalat, edisi revisi,
Yogyakarta: Robbani Press.
Haroen, Nasrun. 2007. Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama
Jaziri, Abdurrahman Al, Al Fiqh „ ala Madzahib al- Arba‟ah. Beriut: Sar al-
Qalam,t.t.
Jarwata, Mangunwijaya. 2008. Keanekaragaman Burung di kawasan Nusantara,
Jakarta: Ghaila Indonesia.
Majah, Ibnu, Sunan Ibn Majah. 12 kitab at-Tijarat. 18 bab bai‟Al-Khiyar,
Semarang: Toha Putra.
Mujahidin, Akhmad. 2005. Etika Bisnis Dalam Islam (Analisis Terhadap Aspek
Moralitas Pelaku Bisnis dalam Hukum Islam) Vol.IV No.2.
Muslih, Abdullah dan shalah, ash-shawi Al-. 2004. Fiqh Ekonomi Keuangan
Islam. Jakarta: Darul Haq.
Muslich, Ahmad Wardi. 2010, Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah
Pasaribu, Chaeruman dan Lubis, Suharwadi K. 1996. Hukum Perjanjian Dalam
Islam, Cet ke 2, Jakarta: Sinar Grafika.
Qardawi, Yuauf Al-, Darul Qiyam wal Akhlak fil iqtishodil Islami. 1997. Peran
Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam, Jakarta: Robbani Press.
Qudamah, ibn. Al-Mugni li ibnu Qudamah, Mesir: Maktabah Jumhuriyyah,tt.
Suhendi, Hendi. 2005. Fiqih Muamalah,edisi 1, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
60
Sabiq, Sayid. 1987. Fiqh Sunah jilid 3, Bandung: PT. Alma‟arif.
Syahe‟i, Rachmad. 2001. Fiqh Muamalah, Bandung: CV. Pustaka Setia.
Sabiq, Sayid. 2006. Fiqh Sunah 13: Jakarta: Pena Pundi Aksara.
Tuwaijri, Syaikh Muhamad bin Ibrahim At-. 2009. Ringkasan Fiqh Islam 4; Bab
Muamalah terjemahan Team Indonesia Islamhouse.com.
Teungku Muhamad Hasbi Ash-shidiqy.2001. Pengantar Fiqh Muamala,
Semarang: PT. Pustaka Rizqi Putra.
Widodo, W. 2016. Formulasi Pakan Burung Ocehan dan Hias, Jakarta: Penebar
Swadaya
Yafi, K.H. Ali. 1994. Menggagas fiqh sosial, cet 2, Bandung: Mizan.
Zuhaili, Wabah. 2005. Al- Fiqh al-Islami Wa adilatuh, juz 4, Damaskus: dar al-
fiqr Al- Mu‟ asshim, cet VIII, Jilid V.
61
PEDOMAN WAWANCARA
Pedoman Wawancara Dengan Penjual Burung Bahan:
1. Apa yang anda lakukan dalam merawat burung bahan?
2. Dari mana anda mendapatkan dagangan burung bahan?
3. Bagaimana cara anda menjual dan menarik perhatian pembeli burung
bahan?
4. Apa alasan anda berdagang burung bahan di pasar hewan Ambarawa?
Pedoman Wawancara Dengan Pembeli Burung Bahan:
1. Apa alasan anda membeli burung bahan?
2. Apakah burung bahan yang anda beli di pasar hewan Ambarawa masih
hidup?
3. Apaka anda mengetahu cara memilih burung bahan?
4. Apakah anda tau cara merawat burung bahan?
62
FOTO PENELITIAN
63
64
65
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ibnu Setio Utomo
Tempat Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 26 April 1996
Alamat : Dsn. Kropoh Rt/Rw 01/06 Ds. Durem, Kec.
Bandungan, Kab. Semarang
No. Hp : 081 326 249 825
Riwayat Pendidikan :
1. Tk Dharma Wanita, Lulus tahun 2003
2. SD Duren 01, Lulus tahun 2005
3. SMP Islam Sudirman Sumowono 2011
4. SMA Islam Sudirman Ambarawa 2014
5. Institut Agama Islam Negri Salatiga