Upload
trandat
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
/ TINJAUAN PENINGKATAN PENDAFTAR NPWP TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA KLATEN
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya
Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh:
DESY RUSIANA
NIM. F3407089
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRACT
A REVIEW ON NPWP REGISTRANT INCREASE ON
THE TAX REVENUE IN KLATEN PRATAMA KPP
DESY RUSIANA
NIM. F3407089
The objective of research is to identify the people’s awareness level of developing Tax Obligator Basic Number (NPWP) as well as its effect on the tax revenue in Klaten Pratama KPP.
In conducting the research, the procedure employed was to determine the research scope to obtain the expected population. Furthermore, a descriptive approach was done in describing the operating situation and condition through the data collection technique, including interview, observation, and library research.
From the research conducted, it can be concluded that people’s awareness of developing NPWP in Klaten area increases over years. In addition, the effects of increased income tax revenue amount include the increased number of NPWP registrants. Therefore, the total revenue of income tax in Klaten Pratama KPP increases over times.
Considering the result of research, the writer recommends as follows: the improvement of quality and quantity of taxing infrastructures, for example: by increasing the drop box number, utilizing the e-reg NPWP and etc, sustainable socialization to the society, and keeping the tax apparatuses to remain competent in running their task and obligation
Keywords: Tax Obligation Basic Number (NPWP), Drop Box, Tax Obligator, Klaten Pratama KPP, Tax, e-reg NPWP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
ABSTRAK
TINJAUAN PENINGKATAN PENDAFTAR NPWP TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA KLATEN
DESY RUSIANA
NIM. F3407089
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi tingkat kesadaran masyarakat dalam pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), serta pengaruhnya terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Klaten.
Dalam melakukan penelitian, prosedur yang digunakan adalah menentukan ruang lingkup penelitian untuk mendapatkan populasi yang diharapkan. Selanjutnya, dilakukan pendekatan secara deskriptif dalam menggambarkan situasi dan kondisi operasional melalui teknik-teknik pengumpulan data, antara lain wawancara, observasi, dan studi pustaka.
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa kesadaran masyarakat dalam pembuatan NPWP di wilayah Klaten setiap tahun selalu meningkat. Selain itu, salah satu pengaruh meningkatnya jumlah penerimaan pajak penghasilan adalah meningkatnya pendaftar NPWP. Oleh sebab itu, total penerimaan pajak penghasilan di KPP Pratama Klaten semakin meningkat.
Berdasarkan dari hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa saran yaitu peningkatan kualitas dan kuantitas dari sarana dan prasarana perpajakan,sebagai contoh: memperbanyak drop box, memanfaatkan e-reg NPWP dan lain sebagainya, sosialisasi secara berkesinambungan kepada masyarakat, dan menjaga agar aparatur pajak tetap kompeten dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
Kata Kunci: Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Drop Box, Wajib Pajak, KPP Pratama Klaten, Pajak, e-Reg NPWP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
Away to be good, belief on God.
Kerjakanlah apa yang bias kamu kerjakan hari ini, jangan tunggu sampai
besok.
Man purposes, but God disposes.
Don’t depend on others but rely on yourself.
Dimana ada kemauan disana ada jalan, dimana ada kehidupan di sana ada
harapan.
Berani karena benar, takut karena salah.
PERSEMBAHAN:
Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada:
1) Allah SWT.
2) Bapak dan Ibu tercinta.
3) Adikku.
4) Sahabat-sahabatku.
5) Almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir dengan judul Tinjauan
Peningkatan NPWP Terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Klaten ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Ahli
Madya pada Program Studi Diploma 3 Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret.
Dalam kesempatan ini, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-
pihak yang membantu penyusunan laporan Tugas Akhir ini:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan karunia-Nya dengan
memberikan kemudahan bagi penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
2. Prof. DR. Bambang Sutopo, M. Com., Ak, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Diploma III
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Sri Suranta, SE.,Msi.,Ak.,BKP, selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Perpajakan Program Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
5. Halim Dedy Perdana, SE. AK, selaku pembimbing Tugas Akhir yang telah
memberikan pengarahan selama penyusunan Tugas Akhir ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
6. Bapak Titon Hadi Sulistyono selaku Kepala KPP Pratama Klaten yang
telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan magang
kerja dan penelitian.
7. Bapak Momo Rosmana selaku Kepala Bagian Pelayanan KPP Pratama
Klaten beserta seluruh karyawan yang telah memberikan bimbingan serta
ilmunya kepada penulis.
8. Seluruh staff dosen DIII Akuntansi Perpajakan UNS yang telah
mentransfer ilmunya kepada penulis.
9. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan dorongan moral maupun
spiritual.
10. Adikku (Yudi) makasih atas dukungannya.
11. Teman-temanku (Siwi, Dhea, Niar, Gati, Dila, Erwin, Sari, Peni, Marisa)
makasih atas motivasi dan supportnya serta kerjasamanya selama ini.
12. Teman-teman Perpajakan angkatan 07, makasih atas suka duka yang
selama ini kita jalani bersama. Kalian semua memang “the best”.
13. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu di atas yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dalam penulisan Tugas
Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Namun demikian, karya sederhana ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang membutuhkan.
Surakarta, Juni 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
ABSTRAK ....................................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... .6
D. Manfaat Penelitian ................................................................... .6
E. Metode Penelitian .................................................................... 7
F. Sistematika Penelitian................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ......................................................................... 11
1. Pengertian Pajak ................................................................ 11
2. Fungsi Pajak ...................................................................... 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
3. Asas-asas Pemungutan Pajak ............................................ 13
4. Cara Pemungutan Pajak .................................................... 14
5. Ketentuan Umum Pajak .................................................... 16
6. Pengertian Umum dalam Perpajakan ................................ 17
7. Nomor Pokok Wajib Pajak.................................................18
8. Surat Pemberitahuan...........................................................21
9. Pajak Penghasilan...............................................................22
10. Kewajiban Pajak Subjektif.................................................24
11. Sanksi Pidana.....................................................................26
12. Objek Pajak .......................................................................27
13. Penghasilan Tidak Kena Pajak...........................................28
BAB III PEMBAHASAN
A. Gambaran Objek Penelitian ..................................................... 29
B. Laporan Magang Kerja ............................................................ 43
C. Pembahasan Masalah.................................................................44
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 52
B. Saran dan Rekomendasi ........................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
III.1. Wilayah Administrasi KPP Pratama Klaten .......................................... 39
III.2. Basis Pajak KPP Pratama Klaten............................................................41
III.3. Tabel Jumlah Wajib Pajak Terdaftar di KPP Pratama Klaten................47
III.4. Tabel Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Klaten................49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
Halaman
Gambar III.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Klaten...............................30
Gambar III.2 Grafik Pendaftar NPWP di KPP Pratama Klaten...................48
Gambar III.3 Grafik Penerimaan Pajak KPP Pratama Klaten.....................50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Pernyataan 2. Surat Permohonan Magang
3. Surat Perijinan Magang dari Instansi/ Lembaga/ Perusahaan
4. Surat Keterangan Penyelesaian Magang
5. Lembar Penilaian Magang
6. Kinerja Penyampaian SPT Tahunan PPh Tahun 2005-2009
7. Tabelaris MPN KPP
8. Laporan Evaluasi Penerimaan Pajak Bulan Desember 2009
9. Rencana dan Realisasi Penerimaan KPP Pratama KlatenTahun 2007 dan 2008
10. Realisasi Penerimaan Pajak Netto Per Jenis Pajak Periode 1 Januari-31
Desember 2009 11. Memo Penerimaan Laporan Kegiatan Magang Mahasiswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
A REVIEW ON NPWP REGISTRANT INCREASE ON THE TAX REVENUE IN KLATEN PRATAMA KPP
DESY RUSIANA NIM. F3407089
The objective of research is to identify the people’s awareness level of developing Tax Obligator Basic Number (NPWP) as well as its effect on the tax revenue in Klaten Pratama KPP.
In conducting the research, the procedure employed was to determine the research scope to obtain the expected population. Furthermore, a descriptive approach was done in describing the operating situation and condition through the data collection technique, including interview, observation, and library research.
From the research conducted, it can be concluded that people’s awareness of developing NPWP in Klaten area increases over years. In addition, the effects of increased income tax revenue amount include the increased number of NPWP registrants. Therefore, the total revenue of income tax in Klaten Pratama KPP increases over times.
Considering the result of research, the writer recommends as follows: the improvement of quality and quantity of taxing infrastructures, for example: by increasing the drop box number, utilizing the e-reg NPWP and etc, sustainable socialization to the society, and keeping the tax apparatuses to remain competent in running their task and obligation
Keywords: Tax Obligation Basic Number (NPWP), Drop Box, Tax Obligator,
Klaten Pratama KPP, Tax, e-reg NPWP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
TINJAUAN PENINGKATAN PENDAFTAR NPWP TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA KLATEN
DESY RUSIANA NIM. F3407089
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi tingkat kesadaran masyarakat dalam pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), serta pengaruhnya terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Klaten. Dalam melakukan penelitian, prosedur yang digunakan adalah menentukan ruang lingkup penelitian untuk mendapatkan populasi yang diharapkan. Selanjutnya, dilakukan pendekatan secara deskriptif dalam menggambarkan situasi dan kondisi operasional melalui teknik-teknik pengumpulan data, antara lain wawancara, observasi, dan studi pustaka. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa kesadaran masyarakat dalam pembuatan NPWP di wilayah Klaten setiap tahun selalu meningkat. Selain itu, salah satu pengaruh meningkatnya jumlah penerimaan pajak penghasilan adalah meningkatnya pendaftar NPWP. Oleh sebab itu, total penerimaan pajak penghasilan di KPP Pratama Klaten semakin meningkat. Berdasarkan dari hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa saran yaitu peningkatan kualitas dan kuantitas dari sarana dan prasarana perpajakan,sebagai contoh: memperbanyak drop box, memanfaatkan e-reg NPWP dan lain sebagainya, sosialisasi secara berkesinambungan kepada masyarakat, dan menjaga agar aparatur pajak tetap kompeten dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Kata Kunci: Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Drop Box, Wajib Pajak, KPP
Pratama Klaten, Pajak, e-Reg NPWP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan yang dilakukan di Indonesia merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan negara
seperti tertuang di dalam Undang-undang Dasar 1945, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur. Konsekuensinya, negara memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk mencapai tujuan tersebut,
dan perpajakan merupakan salah satu sumber dana yang sangat penting. Sebagian besar negara di dunia ini
memiliki sistem perpajakan untuk membiayai pengeluaran pemerintahnya. Tidak terkecuali dengan
Indonesia dimana pajak menjadi sumber utama membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah dalam
rangka menyediakan barang publik dan jasa publik.
Mekanisme perpajakan yang dianut di Indonesia saat ini untuk berbagai jenis pajak didasarkan pada self
assessment sistem dari sebelumnya menganut official assessment. Self assessment adalah suatu sistem yang
menentukan bahwa warga negara yang telah memenuhi syarat subjektif dan objektif sebagai wajib pajak
secara otomatis harus menghitung, memperhitungkan (menghitung artinya menghitung sendiri besarnya
pajak yang terutang, memperhitungkan artinya memperhitungkan pajak-pajak yang sudah dipungut oleh
pihak lain), menyetorkannya ke kas negara dan mempertanggungjawabkan penghitungan, penetapan, dan
pembayaran pajak tersebut kepada otoritas perpajakan. Penerapan self assessment sebenarnya biasa efisien
dan efektif jika pelaksanaannya disertai mekanisme kontrol yang baik dan didukung dengan sebuah
database yang komprehensif. Namun dalam praktik sering dijumpai adanya kebocoran atau kekurangan
dalam penerimaan pajak. Hal itu mungkin disebabkan oleh kurangnya pengawasan terhadap fiskus dan
wajib pajak, juga kurangnya kesadaran warga negara sebagai wajib pajak untuk berkontribusi bagi negara.
Hal ini dapat dilihat dari rendahnya tingkat penerimaan pajak dibandingkan dengan Penerimaan Domestik
Bruto (PDB) dan rendahnya tingkat kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) oleh masyarakat (tax
ratio dan coverage ratio).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Akibatnya database wajib pajak yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak menjadi terbatas dan tidak
akurat. Pemberian kewenangan kepada Direktorat Jenderal Pajak untuk mengumpulkan data dan informasi
merupakan konsekuensi penerapan sistem self assessment dalam rangka pengawasan kepatuhan
pelaksanaan kewajiban perpajakan. Dengan menggunakan kewenangan itu, Direktorat Jenderal Pajak akan
memiliki database seluruh wajib pajak melalui pengembangan Sistem Informasi yang terintegrasi dengan
Sistem Informasi Geografis (via satelit).
Wajib pajak yang telah mempunyai NPWP berkewajiban untuk menyampaikan SPT serta melaporkan
pajak terutangnya. Wajib pajak dibagi menjadi dua, yaitu wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan.
Wajib pajak orang pribadi merupakan subjek pajak yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia
ataupun di luar Indonesia. Orang pribadi tidak melihat batasan umur dan jenjang sosial ekonomi, dengan
kata lain berlaku sama untuk semua. Sedangkan, wajib pajak badan merupakan suatu bentuk usaha atau
bentuk non usaha yang meliputi: perseroan terbatas, perseroan komanditer, BUMN, persekutuan, firma dan
bentuk usaha lain.
Secara garis besar subjek pajak adalah pihak-pihak yang akan dikenakan pajak, sedangkan objek pajak
adalah segala sesuatu yang akan dikenakan pajak. Wajib pajak adalah subjek pajak yang telah memenuhi
syarat-syarat objektif sehingga kepadanya diwajibkan pajak. Dengan kata lain, setiap wajib pajak adalah
subjek pajak.
Pajak penghasilan termasuk dalam kategori sebagai pajak subjektif, artinya pajak dikenakan karena ada
subjeknya, yakni yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam peraturan perpajakan.
Sehingga terdapat ketegasan bahwa apabila tidak ada subjek pajaknya, maka jelas tidak dapat dikenakan
PPh.
Ada beberapa jenis atau golongan pajak penghasilan. Dalam penelitian ini, penulis mengambil bahasan
tentang pajak penghasilan pasal 21, yang merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan lainnya. Penerima penghasilan yang dipotong
PPh pasal 21 antara lain:
1. Pegawai .
2. Penerima uang pesangon, pensiunan atau manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua,
termasuk ahli warisnya.
3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan.
4. Olahragawan.
5. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator.
6. Pengarang, peneliti dan penerjemah.
7. Pemberi jasa dalam segala bidang.
8. Agen iklan.
9. Pengawas atau pengelola proyek.
10. Pembawa pesanan.
11. Petugas penjaja barang dagangan.
12. Petugas dinas luar asuransi.
Masing-masing dari penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 di atas, diwajibkan memiliki
NPWP yang digunakan sebagai piranti atau alat identitas wajib pajak dalam pelaporan pajak yang akan
dibayar. Nomor Pokok Wajib Pajak atau yang lebih sering dikenal dengan NPWP, yaitu nomor yang
diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksakan hak dan kewajiban perpajakannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Dalam hal tingkat kesadaran wajib pajak dalam membuat NPWP dan melaporkan serta membayar pajak
khususnya di KPP Pratama Klaten semakin meningkat. Dilihat dari data yang ada, jumlah pendaftar NPWP
dari tahun 2007 hingga tahun 2009 mengalami peningkatan.Target pencapaian jumlah pendaftar NPWP
dari tahun 2007 sampai dengan 2009 barbanding lurus terhadap jumlah penerimaan pajak yang pada tahun
yang sama mengalami peningkatan. Pada umumnya, semakin tinggi jumlah pendaftar NPWP, semakin
tinggi pula jumlah penerimaan pajaknya.
Sehubungan dengan kenyataan di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat topik tersebut dalam
laporan ini, dengan judul “Tinjauan Peningkatan Pendaftar NPWP Terhadap Penerimaan Pajak di
KPP Pratama Klaten”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan gambaran umum objek penelitian di atas, maka penulis mengambil perumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat kesadaran wajib pajak orang pribadi khususnya untuk pegawai negeri sipil di
KPP Pratama Klaten dalam pembuatan NPWP?
2. Apakah pengaruh jumlah pendaftar NPWP terhadap penerimaan pajak penghasilan di KPP Pratama
Klaten?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan gambaran umum penelitian dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang telah
ditetapkan dalam penelitian ini adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
1. Untuk mengetahui tingkat kesadaran wajib pajak orang pribadi khususnya untuk pegawai negeri sipil
dalam membuat NPWP.
2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah pendaftar NPWP terhadap penerimaan pajak penghasilan di KPP
Pratama Klaten.
D. Manfaat Penelitian
Dengan hasil penelitian ini penulis mengharapkan dapat memberi manfaat seluas-luasnya kepada semua
pihak. Adapun manfaat yang ingin diambil dari penelitian ini adalah:
1. Bagi objek penelitian, diharapkan dapat memberikan inovasi atau terobosan yang berguna dalam
meningkatkan jumlah pendaftar NPWP dan meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam membayar
pajak.
2. Bagi peneliti, untuk mengimplementasikan ilmu yang diperoleh penulis dari perkuliahan dan magang
ke dalam dunia nyata melalui karya ilmiah.
3. Bagi pihak lain, diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas
tentang pentingnya NPWP sebagai sarana dalam pelaporan, penyampaian dan pembayaran pajak.
E. Metode Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di KPP Pratama Klaten. Hal yang ingin dikaji oleh penulis, yaitu mengenai
masalah pengaruh jumlah pendaftar NPWP terhadap penerimaan pajak penghasilan di KPP Pratama
Klaten.
2. Jenis Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara deskriptif, yaitu menggambarkan
suatu situasi dan kondisi yang berlangsung pada suatu tempat, dalam hal ini adalah KPP Pratama
Klaten dan jumlah pendaftar NPWP sebagai operasionalnya.
3. Jenis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 2 jenis data, yaitu:
a. Data Primer
Adalah data yang didapat, melalui observasi dan wawancara secara langsung di lapangan, dalam
hal ini di KPP Pratama Klaten dengan berbagai cara berupa pengamatan langsung penulis serta
bertanya langsung kepada karyawan mengenai jumlah pendaftar NPWP.
b. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari literatur atau sumber-sumber lainnya yang dituangkan dalam
bentuk laporan, selebaran dan lain-lain.
4. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis, yaitu:
a. Metode Penelitian Kepustakaan (library research)
Metode penelitian kepustakaan merupakan metode dengan mengumpulkan literatur dan referensi
sebagai pedoman dalam menganalisa sebuah penelitian dan membantu penulis dalam
menyampaikan informasi yang berkaitan dengan penelitian tersebut.
b. Metode Observasi (field research)
Metode observasi merupakan metode yang secara langsung dilakukan di lapangan. Metode ini
merupakan metode yang biasa digunakan, karena peneliti dapat secara langsung mengamati objek
penelitian dan dapat memahami situasi dan kondisi lapangan. Metode observasi ini digunakan
penulis dalam mengamati dan mengumpulkan data serta informasi yang berkaitan secara langsung di
lapangan, yaitu di KPP Pratama Klaten.
c. Metode Wawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Metode yang dilakukan dengan mewawancarai secara langsung pihak-pihak yang berkaitan atau
terlibat secara langsung dengan penelitian. Metode jenis ini mungkin menghasilkan data yang lebih
akurat karena dihasilkan dari sumber yang berkaitan langsung dengan penelitian yang dilakukan.
Penulis melakukan wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak di KPP
Pratama Klaten.
d. Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Metode Deduksi
Metode deduksi adalah metode penarikan simpulan dengan cara menentukan terlebih dahulu
simpulan yang didapat kemudian menjabarkan faktor-faktor (masalah-masalah) yang dapat
mempengaruhi simpulan tersebut.
2) Metode Induksi
Metode induksi adalah metode penarikan simpulan dengan cara terlebih dahulu menjabarkan
faktor-faktor (masalah-masalah) yang diperoleh dari uraian bab yang ada kemudian menarik
simpulan dari faktor-faktor tersebut.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan memahami isi penulisan ini, maka diperlukan suatu sistematika penulisan. Tanpa
mengurangi pentingnya inti permasalahan dengan maksud agar lebih mudah menerangkan segala
permasalahan menjadi terarah pada sasaran. Adapun sistematika penulisan Tugas Akhir nanti terdiri dari
beberapa bab, yaitu sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penulisan
E. Metode Penulisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Landasan Teori
BAB III Pembahasan
A. Gambaran Objek Penelitian
B. Laporan Magang
C. Pembahasan Masalah
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibagi dalam dua hal pokok, yaitu landasan teori dan tinjauan penelitian data-data yang
diperoleh selama penelitian. Landasan teori berisi tentang teori-teori atau hal-hal yang mendukung penulisan ini,
yang diperoleh dari buku-buku kepustakaan maupun penelitian sebelumnya.
A. Landasan Teori
1. Pengertian Umum Pajak
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat
merealisasikan tujuan tersebut, perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.
Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan
pembangunan, yaitu menggali sumber dana yang berasal dari pajak. Pajak digunakan untuk membiayai
pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.
Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak. Diantaranya
pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Andriani dalam buku “Pengantar Ilmu Hukum
Pajak” (1991:2): “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-prestasi, yang langsung
dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung
dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”. (Waluyo, 2007)
Dalam definisi tersebut, lebih memfokuskan pada fungsi budgetair daripada pajak, sedangkan pajak
masih mempunyai fungsi lain, yaitu fungsi mengatur.
2. Fungsi Pajak
Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak definisi di atas, terlihat
adanya dua fungsi pajak, yaitu: (Mardiasmo, 2002)
a) Fungsi Penerimaan (budgetair)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan atau pengeluaran-
pengeluaran pemerintah.
Contoh: Dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
b) Fungsi Mengatur (regulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan
ekonomi.
Contoh: Dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras sehingga minuman keras dapat
ditekan.
3. Asas-asas Pemungutan Pajak
Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu dipegang teguh asas-asas pemungutan dalam memilih
alternatif pemungutannya. Dengan demikian, terdapat keserasian pemungutan pajak dengan tujuan dan
asas yang masih diperlukan lagi, yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Asas-asas pemungutan
pajak sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith dalam buku An Inquiry Into The Nature and Cause of
The Wealth of Nations menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada: (Waluyo, 2007)
a. Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu dikenakan kepada orang pribadi yang harus
sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang
diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap wajib pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran
pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan manfaat yang diminta.
b. Certainty
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, wajib pajak harus
mengetahui secara jelas dan pasti pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu
pembayaran.
c. Convenience of Payment
Kapan wajib pajak itu tidak harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak
menyulitkan wajib pajak, sebagai contoh pada saat wajib pajak memperoleh penghasilan. Sistem
pemungutan ini disebut pays as you earn.
d. Economic of Collections
Secara ekonomi, biaya pemenuhan kewajiban pajak wajib pajak diharapkan seminimum mungkin,
demikian pula beban yang dipikul wajib pajak. Asas keadilan dalam prinsip perundang-undangan
perpajakan maupun pelaksanaannya harus dipegang teguh walaupun keadilan itu sangat relatif. Menurut
Richard A. Musgrave dan Peggy B. Musgrave dalam buku Public Finance In Theory and Practice
terdapat dua macam asas keadilan pemungutan pajak, yaitu: (Mardiasmo, 2002)
• Benefit Principle
Dalam sistem perpajakan yang adil, setiap wajib pajak harus membayar sejalan dengan manfaat yang
dinikmatinya dari pemerintah. Pendekatan ini disebut Revenue and Expenditure Approach.
• Ability Principle
Dalam pendekatan ini disarankan agar pajak dibebankan kepada wajib pajak atas dasar kemampuan
membayar.
4. Cara Pemungutan Pajak
a. Stelsel Pajak
Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan tiga stelsel, yaitu: (Waluyo, 2007)
• Stelsel Nyata (Riil Stelsel)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata sehingga pemungutannya baru
dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya telah dapat
diketahui. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Kelemahannya adalah
pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui).
• Stelsel Anggaran (Fictive Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang. Sebagai contoh:
penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak
telah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun berjalan. Kelebihan stelsel ini
adalah pajak dibayar selama tahun berjalan tanpa harus menunggu akhir tahun. Kelemahannya
adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.
• Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun,
besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut
kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan, wajib pajak harus menambah
kekurangannya. Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil, kelebihannya dapat diminta kembali.
b. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Waluyo, 2007 sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi:
1) Official Assessment System
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah (fiskus)
untuk menentukan besarnya pajak terutang. Ciri-ciri official assessment system:
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus.
b) Wajib pajak bersifat pasif.
c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak.
2) Self Assessment System
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang, kepercayaan,
tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
3) Withholding System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga
untuk memotong atau memungut besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.
5. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
Peraturan perundang-undangan di Indonesia masih banyak yang dibuat pada zaman pemerintah
Belanda. Khususnya, peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, antara lain: Aturan Bea Materai
tahun 1921, Ordonansi Pajak Perseroan tahun 1925, Ordonansi Pajak Kekayaan tahun 1932, Ordonansi
Pajak Pendapatan tahun 1944 juga merupakan undang-undang yang dibuat pada zaman pemerintahan
penjajahan Belanda. Oleh karena itu, perbedaan falsafah yang melatarbelakangi dan sistem yang melekat
pada undang-undang tersebut, perundang-undangan perpajakan belum memenuhi fungsi sebagai sarana
pembangunan nasional. Oleh karena itu, peraturan perundang-undangan perpajakan telah beberapa kali
mengalami perubahan penyesuaian. (Mardiasmo, 2002)
6. Pengertian-pengertian Umum dalam Perpajakan
Menurut Waluyo, 2007 terdapat beberapa pengertian umum di dalam perpajakan, antara lain:
a. Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak
atau pemotongan pajak tertentu.
b. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan
dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dan pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi politik, atau organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya.
c. Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwim atau jangka waktu
lainnya yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan paling lama tiga bulan takwim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
d. Tahun Pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim kecuali jika wajib pajak menggunakan tahun
buku yang tidak sama dengan tahun takwim.
e. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu satu tahun pajak.
f. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam
tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
g. Penanggungan Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran
pajak, termasuk ahli waris yang menjalankan hak dan kewajiban wajib pajak menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
7. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
a. Pengertian dan Fungsi NPWP
Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu, kepada
setiap wajib pajak hanya diberikan satu NPWP dan NPWP tersebut berfungsi:
• Sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak.
• Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.
b. Cara Memperoleh NPWP
Setiap wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan, wajib
mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan wajib pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus kepadanya diberikan
NPWP paling lama satu bulan setelah saat usaha mulai dijalankan. Kewajiban mendaftarkan diri ini
berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah berdasarkan perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta. Terhadap wajib pajak yang tidak mendaftar NPWP, dikenakan sanksi
perpajakan. Apabila berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki Direktorat Jenderal Pajak, seseorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pribadi atau badan telah memenuhi syarat untuk memperoleh NPWP, dapat diterbitkan NPWP secara
jabatan. Wajib pajak selain mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dapat pula wajib pajak
memperoleh NPWP jabatan, yaitu apabila berdasarkan data ternyata orang pribadi atau badan
memenuhi syarat untuk diberi kuasa khusus untuk mendaftarkan diri memperoleh NPWP, wajib
mengisi, menandatangani, dan menyampaikan formulir pendaftaran ke Kantor Pelayanan Pajak.
Selanjutnya Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar dengan jangkawaktu
paling lama pada hari jam kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran serta persyaratan diterima
secara lengkap. Apabila wajib pajak melakukan pendaftaran sekaligus pengukuhan, maka Surat
Keterangan Terdaftar dan Surat Pengukuhan Kena Pajak diterbitkan secara bersamaan paling lama tiga
hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran dan pelaporan beserta persyaratannya diterima
secara lengkap.
c. Penghapusan NPWP
Selanjutnya NPWP dapat dihapuskan. Dengan penghapusan NPWP ini tidak berarti menghilangkan
kewajiban perpajakan yang harus dilakukan. Pengertian penghapusan NPWP adalah tindakan
menghapuskan Nomor Pokok Wajib Pajak dari Tata Usaha Kantor Pelayanan Pajak. Penghapusan
NPWP dalam hal:
• Wajib pajak orang pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan.
• Wanita kawin tidak dengan perjanjian pisah harta dan penghasilan.
• Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai subjek pajak sudah selesai dibagi.
• Wajib pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
• Bentuk usaha tetap yang karena suatu hal kehilangan statusnya sebagai bentuk usaha tetap.
• Wajib pajak orang pribadi lainnya setiap yang dimaksudkan pada angka 1 dan angka 2 yang tidak
memenuhi syarat lagi untuk dapat digolongkan sebagai wajib pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Penghapusan NPWP ini dilakukan apabila utang pajak telah dilunasi, kecuali hasil pemeriksaan
pajak diketahui adanya utang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi karena:
• Wajib pajak orang pribadi telah meninggal dunia tanpa meninggalkan warisan.
• Wajib pajak tidak dapat ditemukan lagi.
• Wajib pajak tidak mempunyai kekayaan lagi.
Penghapusan NPWP bagi wajib pajak wanita kawin. Karena perkawinannya tidak dengan perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan, berlakunya sejak awal tahun berikutnya setelah tahun perkawinannya
dilaksanakan dengan ketentuan suami terdaftar sebagai wajib pajak.
8. Surat Pemberitahuan (SPT)
Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) menurut Waluyo, 2007 adalah surat yang digunakan oleh wajib
pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan
atau harta dan kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Adapun fungsi SPT dapat dilihat dari wajib pajak, pengusaha kena pajak atau pemotong atau pemungut
pajak adalah sebagai berikut:
a. Fungsi SPT bagi wajib pajak:
• Sarana melaporkan dan mempertanggung jawabkan penghitungan pajak yang sebenarnya terutang.
• Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui
pemotongan dan pemungutan pihak lain dalam satu tahun pajak atau bagian tahun pajak.
• Melaporkan pembayaran dari pemotongan dan pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dari
masa pajak, sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
b. Fungsi SPT bagi Pengusaha Kena Pajak:
• Sarana melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang.
• Melaporkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
• Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan dan atau melalui pihak lain
dalam satu masa pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Fungsi SPT bagi pemotong atau pemungut pajak:
Fungsi SPT ini adalah sarana melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau
dipungut dan disetor.
9. Pajak Penghasilan
Ditinjau dari pengelompokannya, pajak penghasilan dikategorikan sebagai pajak pusat, tetapi ditinjau
dari sifatnya dikategorikan sebagai pajak subjektif. Dengan pengertian bahwa pajak penghasilan ini
berpangkal atau didasarkan pada subjek pajaknya.
Menurut Mardiasmo, 2002, subjek pajak merupakan orang yang dituju oleh undang-undang untuk
dikenakan pajak. Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Pengertian subjek pajak meliputi orang pribadi, warisan
yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, badan dan bentuk usaha tetap, sebagai berikut:
a. Orang pribadi
Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar
Indonesia.
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
Warisan yang belum terbagi dimaksud merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang
berhak, yaitu ahli waris. Masalah penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak
pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tetap dapat
dilaksanakan.
c. Badan
Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan
lainnya, BUMN atau BUMD dan bentuk apapun. Khusus masalah perkumpulan sebagai subjek pajak
adalah perkumpulan yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dan atau memberikan jasa kepada anggota. Perkumpulan mencakup pula asosiasi, persatuan,
perhimpunan atau ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang sama.
d. Bentuk Usaha Tetap
Yang dimaksud dengan bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi
yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan
puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak
berkedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. Bentuk
Usaha Tetap ini mempunyai eksistensi sendiri dan tidak termasuk dalam pengertian badan.
10. Kewajiban Pajak Subjektif
Pajak penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban pajaknya melekat pada subjek pajak
yang bersangkutan, artinya kewajiban pajak tersebut tidak dilimpahkan kepada subjek pajak lainnya. Oleh
karena itu, dalam rangka memberikan kepastian hukum, penetuan saat mulai dan berakhirnya kewajiban
pajak subjektif tersebut ditentukan sebagai berikut:
a. Bagi orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, kewajiban pajak subjektifnya dimulai pada
saat ia dilahirkan di Indonesia, sedangkan bagi orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan atau orang pribadi yang
dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia,
kewajiban perpajakannya dimulai sejak hari pertama orang pribadi tersebut berada di Indonesia atau
berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
b. Bagi badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kewajiban pajak subjektifnya
dimulai pada saat badan tersebut didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dan berakhir pada
saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia.
c. Bagi orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari
183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kegiatanmelalui bentuk usaha di Indonesia, kewajiban pajak subjektifnya dimulai pada saat orang
pribadi atau badan tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia (dimulai pada saat bentuk usaha tetap tersebut berada di Indonesia) dan kewajiban pajak
subjektifnya berakhir pada saat tidak lagi menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia (bentuk usaha tetap tersebut tidak lagi berada di Indonesia).
d. Bagi orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari
183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka 12 (dua belas) bulan dan badan yang tidak didirikan
dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia, kewajiban pajak subjektifnya dimulai pada saat orang pribadi atau badan menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia, dan kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat tidak lagi
menerima atau memperoleh penghasilan tersebut.
e. Bagi warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak, kewajiban pajak
subjektifnya dimulai pada saat timbulnya warisan yang belum terbagi tersebut, yaitu pada saat
meninggalnya pewaris, sehingga sejak saat itu pemenuhan kewajiban perpajakannya melekat pada
warisan tersebut selesai dibagi kepada ahli warisnya, sehingga sejak saat itu pemenuhan kewajiban
perpajakannya beralih kepada para ahli warisnya.
Apabila kewajiban pajak subjektif orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia hanya
meliputi sebagian dari tahun pajak, maka bagian tahun pajak tersebut menggantikan tahun pajak.
Dapat terjadi orang pribadi menjadi subjek pajak tidak untuk jangka waktu satu tahun pajak penuh,
misalnya: orang pribadi yang mulai menjadi subjek pajak pada pertengahan tahun pajak atau yang
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya pada pertengahan tahun pajak. Jangka waktu kurang dari
tahun pajak tersebut dinamakan bagian tahun pajak yang menggantikan tahun pajak.
11. Sanksi Pidana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Pasal 39 Undang-undang KUP menyatakan bahwa seseorang dengan sengaja tidak meyetorkan pajak
yang telah dipotong atau dipungut, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara,
diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 6 (enam) tahun dan denda setinggi-tingginya 4 (empat)
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
12. Objek Pajak
Menurut Mardiasmo, 2002, objek pajak dapat diartikan sebagai sasaran pengenaan pajak dan dasar
untuk menghitung pajak terutang. Yang menjadi objek pajak PPh adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun dilihat dari mengalirnya tambahan
kemampuan ekonomis kepada subjek pajak penghasilan dapat dikelompokkan menjadi:
a. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti gaji, honorarium,
penghasilan dari praktik dokter, notaris, aktuari, akuntan, pengacara, dan sebagainya.
b. Penghasilan dari usaha dan kegiatan.
c. Penghasilan dari modal yang berupa harta bergerak ataupun harta tak bergerak seperti bunga deviden,
royalti, sewa, keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha, dan lain
sebagainya.
d. Penghasilan lain-lain, seperti: pembebasan utang, hadiah, dan lain sebagainya.
13. Penghasilan Tidak Kena Pajak
Untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak dari wajib pajak orang pribadi dalam negeri,
penghasilan netonya dikurangi jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Besarnya PTKP, yaitu:
• Rp 15.400.000,00 (limabelas juta empat ratus ribu rupiah) untuk diri wajib pajak orang pribadi.
• Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) untuk wajib pajak kawin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
• Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) untuk tambahan istri yang menerima
penghasilan yang digabung dengan penghasilannya.
• Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) untuk setiap anggota keluarga sedarah
dan semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Objek Penelitian
1. Gambaran Umum KPP Pratama Klaten
a. Sejarah Berdirinya KPP Pratama Klaten
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 132/PMK.01/2006 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor: 55/PMK.01/2007 dimana terhitung sejak tanggal 30 Oktober 2007 telah
dibentuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten (disebut KPP Pratama) yang merupakan
penggabungan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan PBB (KP PBB) dan Kantor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa) dengan wilayah administrasi Kabupaten Klaten yang
tercakup dalam lingkup otoritas Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II. Dengan
dibentuknya KPP Pratama Klaten maka KPP Klaten yang sebelumnya melayani wilayah
administrasi Kabupaten Klaten, Sukoharjo dan Wonogiri pecah menjadi KPP Pratama Klaten
dengan wilayah administrasi Kabupaten Klaten dan KPP Pratama Sukoharjo dengan wilayah
administrasi Kabupaten Sukoharjo dan Wonogiri.
b. Struktur organisasi di KPP Pratama Klaten terdiri dari:
1. Kepala Kantor.
2. Subbagian Umum.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi.
4. Seksi Pelayanan.
5. Seksi Penagihan.
6. Seksi Pemeriksaan.
7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
9. Seksi Kelompok Jabatan Fungsional.
Berikut ini adalah gambar struktur organisasi KPP Pratama berdasarkan uraian di atas:
Kepala Sub Bagian Umum
Kepala Seksi Pengolahan Data da Informasi
Kepala Seksi Pelayanan
Kepala Seksi Penagihan
Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Kepala KPP Pratama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Gambar III.1
Struktur Organisasi KPP Pratama Klaten
c. Tugas dan Kegiatan
Masing-masing bagian atau seksi dalam struktur organisasi KPP Pratama memiliki tugas dan
kegiatan sendiri-sendiri. Adapun tugas dan kegiatan masing-masing seksi berdasarkan gambar,
yaitu Bagan Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah sebagai berikut.
1. Sub Bagian Umum
a) Bagian Kepegawaian
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Bagian Kepegawaian Sub Bagian Umum antara lain:
Menerbitkan Surat Kenaikan Gaji Berkala.
Membuat Usulan Kenaikan Pangkat.
Menerbitkan Surat Izin Cuti.
Mengirimkan pegawai yang menerima panggilan untuk mengikuti diklat-diklat, yang
meliputi Diklat Sistem Administrasi Modern, Diklat Dasar Pemeriksa Pajak, Diklat
Internalisasi Kode Etik Pegawai.
Menyusun dan melaporkan laporan-laporan kepegawaian, meliputi Laporan Daftar
Penyebaran, Laporan Absensi Pegawai, Laporan Kegiatan Kepangkatan dan Daftar
Pejabat yang meninggalkan wilayah kerja pegawai, Laporan Penegakan Disiplin
Pegawai.
b) Bagian Keuangan
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Bagian Keuangan Sub bagian Umum antara lain:
Kepala Seksi Pemeriksaan
Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Kelompok Pejabat Fungsional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
• Membagikan gaji kepada pegawai KPP Pratama.
• Membagikan uang makan kepada pegawai KPP Pratama.
• Menyusun dan melaporkan laporan-laporan yang menjadi tanggung jawab Bagian
Keuangan.
• Menyusun daftar permintaan lembur bagi pegawai yang lembur.
c). Bagian Rumah Tangga
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Bagian Rumah Tangga Sub Bagian Umum antara
lain sebagai berikut:
1) Melakukan inventarisasi (pemisahan) barang-barang inventaris milik KPP Pratama, dan
melakukan perekaman inventaris dan penghapusan Barang Milik Negara pada KPP
Pratama.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Merupakan gabungan dari seksi DAI dan Seksi Penerimaan, Peralihan dari Seksi
Penerimaan dan Keberatan pada KPP, Subsie penerimaannya beralih ke Seksi PDI, sedangkan
Subsie Keberatannya ditangani oleh Kantor Wilayah (Kanwil) modern. Tugas-tugas yang
dilaksanakan oleh Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) antara lain sebagai berikut:
a. Membatu instalasi aplikasi e-NPWP di Seksi Ekstensifikasi.
b. Melakukan pendaftaran Wajib Pajak secara massal dan pencetakan Kartu NPWP dengan
aplikasi PWPM dan e-NPWP.
c. Melakukan perekaman mutakir dan NIR (Nilai Indikasi Rata-rata) untuk penetapan NJOP
PBB tahun berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
d. Melakukan simulasi perhitungan pokok ketetapan PBB tahun berikutnya.
e. Melakukan perekaman SPT Masa dan SPT Tahunan.
f. Menyimpan data-data informasi perpajakan untuk keperluan penyajian data.
g. Membantu seksi lain jika mengalami kesulitan/kerusakan pada komputer.
h. Mengawasi pemasangan jaringan dan perangkat komputer yang dilakukan oleh pihak ketiga.
i. Memberikan aplikasi e-SPT PPN versi terbaru kepada Wajib Pajak dan membantu proses
pelaporan jika mengalami kesulitan.
j. Membuat Laporan Penerimaan PBB dan BPHTB.
k. Melakukan persipan hardware dan software sehubungan dengan kegiatan cetak.
l. Membantu Seksi Pelayanan dalam mencetak label SPT Tahunan.
m. Melakukan penataan IP address untuk jaringan komputer, dan melakukan perekaman data
objek PBB berdasarkan permohonan Wajib Pajak.
3. Seksi Pelayanan
Merupakan perubahan nama dari Seksi Tata Usaha Perpajakan (TUP) pada KPP dan Seksi
Penetapan KPPBB. Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Seksi Pelayanan antara lain sebagai
berikut:
a) Menerbitkan Kartu NPWP dan PKP bagi Wajib Pajak baru.
b) Menatausahakan formulir SPT Tahunan PPh dalam rangka persiapan pengiriman SPT
Tahunan kepada Wajib Pajak.
c) Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP).
d) Memberikan jawaban permintaan konfirmasi dan klarifikasi data dari KPP lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
4. Seksi Penagihan
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh seksi Penagihan antara lain sebagai berikut:
a) Melaksanakan pencabutan STTS PBB Tahun Pajak sebelumnya.
b) Melaksanakan Konfirmasi STTS PBB Tahun Pajak sebelumnya dalam sektor perkotaan.
c) Melakukan pemanggilan dan himbauan pembayaran tunggakan pajak.
d) Bedah tunggakan Wajib Pajak.
e) Melakukan penagihan aktif terhadap tunggakan pajak yang telah jatuh tempo.
f) Menyusun data 100 besar tunggakan PBB untuk dilaporkan.
5. Seksi Pengawasan dan konsultasi
Merupakan gabungan dari Seksi PPh Orang Pribadi, PPh Badan, PPh Putpot, dan PPN.
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Seksi Pengawasan dan Konsultasi antara lain sebagai
berikut:
a) Pembuatan profil Wajib Pajak.
b) Pembuatan ikhtisar Wajib Pajak.
c) Penyelesaian Permohonan Pemindahbukuan Wajib Pajak.
d) Pengawasan terhadap mekanisme dan tatacara pembayaran penyetoran maupun
pelaporannya termasuk dalam penerapan aturan-aturan perpajakannya.
6. Seksi Pemeriksaan
Merupakan peralihan dari Tata Usaha/Administrasi Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan
Pajak. Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Seksi Pemeriksaan antara lain sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
a) Menyusun rencana kerja.
b) Menyusun dan mengkoordinasikan Daftar Nominatif WP yang akan diperiksa.
c) Menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SPPP) dan mendistribusikannya ke Seksi
Fungsional.
d) Melaksanakan pengawasan, pelaksanaan jadwal pemeriksaan sesuai dengan rencana kerja
yang telah ditetapkan.
e) Melakukan pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.
f) Memproses permohonan SPT LB Wajib Pajak Patuh.
g) Melakukan administrasi pemeriksaan pajak lainnya.
h) Menyusun laporan atau surat tanggapan atas permasalahan yang berkaitan dengan Seksi
Pemeriksaan.
i) Menyusun laporan-laporan Seksi Pemeriksaan.
j) Mengadministrasikan berkas laporan hasil pemeriksaan.
7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Merupakan peralihan dari Seksi Pendataan dan Penilaian pada Kantor Pajak Bumi dan
Bangunan (KPPBB). Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
antara lain sebagai berikut:
a) Menyampaikan Usulan Surat Keputusan Klasifikasi dan Besarnya NJOP sebagai dasar
penetapan PBB.
b) Menyampaikan usulan besarnya Standar Investasi Tanaman (SIT) Perkebunan ke Kanwil
DJP Jawa Tengah II.
c) Membuat Laporan Data Potensi Wilayah KPP Pratama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
d) Menyelesaikan Laporan NJOP PBB.
e) Menyelesaikan pemberian NPWP OP melalui Pemberi Kerja/Bendaharawan Pemerintah.
f) Membuat Laporan Kegiatan penerbitan NPWP Ekstensifikasi WP OP karyawan KPP
Pratama.
8. Kelompok Pejabat Fungsional
Merupakan peralihan dari Fungsional Pemeriksa di Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan
Pajak. Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Seksi Fungsional antara lain sebagai berikut:
a) Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak (SPPP) kepada Wajib Pajak.
b) Menyelesaikan pemeriksaan SPPP dengan diterbitkan Laporan Pemeriksaan Pajak.
d. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen
Perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat.
2. Misi
Menghimpun pembiayaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang
kemandirian pembiayaan Pemerintah berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat
efektivitas dan efisiensi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
e. Wilayah Administrasi KPP Pratama Klaten
Wilayah administrasi KPP Pratama Klaten mencakup seluruh wilayah di Kabupaten Klaten
yang terdiri dari 26 kecamatan. Gambaran selengkapnya dapat dilihat dalam tabel II.1 di bawah
ini:
Tabel III.1
Wilayah Administrasi KPP Pratama Klaten
No Kecamatan Luas Wilayah
Jumlah Jumlah Wajib
Pajak
Proporsi
Penduduk OP Badan
OP : jmlh
penduduk
1 Bayat 3,943 63,702 1,040 37 2%
2 Cawas 3,447 65,969 1,417 42 2%
3 Ceper 2,445 63,558 2,014 171 3%
4 Delanggu 1,878 43,985 1,998 111 5%
5 Gantiwarno 2,564 40,527 1,105 40 3%
6 Jatinom 3,553 54,374 1,247 46 2%
7 Jogonalan 2,670 57,673 1,476 84 3%
8 Juwiring 2,979 61,002 1,370 49 2%
9 Kalikotes 1,300 36,896 816 63 2%
10 Karangnongko 2,674 38,226 698 28 2%
11 Karanganom 2,406 49,098 1,293 45 3%
12 Karangdowo 2,923 50,881 799 25 2%
No Kecamatan Luas Wilayah Jumlah
Jumlah Wajib
Pajak
Proporsi
Penduduk OP Badan OP : jmlh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
penduduk
13 Kebonarum 966 21,284 546 23 3%
14 Kemalang 5,166 34,428 485 23 1%
15 Klaten Selatan 1,444 40,870 2,423 176 6%
16 Klaten Tengah 890 43,721 3,226 409 7%
17 Klaten Utara 1,038 41,629 3,529 406 8%
18 Manisrenggo 2,696 41,589 835 33 2%
19 Ngawen 1,697 44,100 1,477 107 3%
20 Pedan 1,917 48,767 1,352 96 3%
21 Polanharjo 2,384 45,726 1,589 54 3%
22 Prambanan 2,443 49,075 1,613 95 3%
23 Trucuk 3,381 81,574 1,812 78 2%
24 Tulung 3,200 54,374 1,181 34 2%
25 Wedi 2,438 55,212 1,563 82 3%
26 Wonosari 3,114 62,212 1,616 40 3%
Jumlah 65,556 1,290,452 38,520 2,397 3%
Sumber : BPS Kab. Klaten 2009 dan Master File WP
f. Potensi Perpajakan di Kabupaten Klaten
Sumber daya yang berpotensi untuk dijadikan basis pajak adalah:
Tabel III.2
Basis Pajak KPP Pratama Klaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
No Sumber daya Sumber Penerimaan Pajak
1 Luas lahan yang dapat dikenakan
PBB
PBB dan BPHTB
2 Kepala Keluarga PBB dan PPh OP
3 Tenaga Kerja PPh OP
4 Dunia Usaha PPh Badan dan PPN
Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Klaten
Hasil pemetaan terhadap sumber daya tersebut, Kabupaten Klaten memiliki potensi perpajakan
sebagaimana digambarkan di bawah ini:
1) Luas Lahan
Luas lahan yang berpotensi untuk dikenakan PBB serta realisasi luas lahan yang telah
dikenakan PBB Dari luas wilayah 65.556 Ha, luas lahan potensi PBB sekitar 59.788 Ha,
sementara realisasi dari luas tersebut yang telah dikenakan PBB 59.464 Ha (99.46%).
2) Kepala Keluarga
Jumlah penduduk Kabupaten Klaten pada keadaan per 1 Januari 2008 adalah 1.293.242
jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga adalah 336.588. Potensi perpajakan yang dapat digali
dari jumlah kepala keluarga tersebut adalah 178.817 kepala keluarga yang tidak dikategorikan
sebagai keluarga miskin. Dari jumlah keluarga yang tidak miskin tersebut, tercatat sebagai
wajib pajak hanya 38.520 orang (21,54%).
3) Tenaga Kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Sumber daya berikut yang berpengaruh terhadap penerimaan pajak adalah jumlah tenaga
kerja baik yang bekerja sebagai PNS-Anggota TNI/POLRI-pegawai BUMN/BUMD maupun
pegawai Koperasi dan BUMS.
4) Dunia Usaha
Sektor dunia usaha umumnya memiliki kontribusi yang signifikan bagi perkembangan
penerimaan negara dari sektor pajak melalui berbagai kewajiban perpajakan berupa Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPn BM) serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Meterai dan Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB).
B. LAPORAN KERJA MAGANG
1. Aktivitas Magang
Aktivitas di tempat magang meliputi berbagai kegiatan diantaranya: membantu dalam merekam
SPT, menginput data wajib pajak, meneliti SPT yang sudah direkam melalui dropbox. Selain itu,
membantu dalam membukukan DHKP dan STTS untuk Pajak Bumi dan Bangunan, memasukan data
pemohon NPWP, membuat surat undangan yang ditujukan untuk sosialisasi maupun surat
pemberitahuan kepada wajib pajak.
Penulis juga diajarkan untuk merekam tanda terima di dropbox, mencetak daftar nominatif dan
masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan penulis di tempat magang.
Penulis juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi perpajakan, seperti: mengikuti kampanye
perpajakan di jalan-jalan, mengikuti seminar yang ditujukan kepada wajib pajak yang kurang
memahami cara pengisian SPT. Selain itu, penulis juga mengikuti jalan sehat yang tujuannya untuk
menyebarkan pamflet, brosur, aerta souvenir kepada masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan setiap tahun. Tujuannya agar masyarakat peduli akan pajak
dan sadar akan pentingnya membayar pajak.
2. Jadwal Magang
Jadwal magang dimulai pada tanggal 01 Februari 2010 sampai dengan 31 Maret 2010. Dalam 1
minggu, penulis masuk selama 5 hari, senin hingga jumat. Kegiatan dimulai pukul 07.30-15.30.
C. PEMBAHASAN
1. Bagaimanakah tingkat kesadaran Wajib Pajak orang pribadi khususnya pegawai negeri sipil di
KPP Pratama Klaten dalam membuat NPWP?
Beberapa upaya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk meningkatkan kesadaran wajib
pajak orang pribadi maupun badan dalam pembuatan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Upaya-
upaya tersebut dilakukan agar wajib pajak mengetahui pentingnya NPWP dalam kegiatan perpajakan.
Selain itu, agar memudahkan pegawai pajak atau fiskus dalam mengolah data wajib pajak sehubungan
dengan kegiatan administrasi perpajakan. Cara-cara yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak untuk
meningkatkan pendaftar NPWP, antara lain:
a) Melakukan kerjasama atau MoU dengan Bank-Bank, instansi pemerintah, BUMN maupun BUMD.
Selain sebagai identitas wajib pajak dan alat untuk mempermudah dalam kegiatan perpajakan,
Nomor Pokok Wajib Pajak juga dapat digunakan untuk pengajuan kredit di Bank, pembuatan
rekening Koran di Bank, pembuatan paspor, mengikuti lelang di instansi pemerintah, BUMN dan
BUMD. Sehingga wajib pajak yang ingin mengajukan kredit atau membuat rekening Koran dan
sebagainya harus memiliki NPWP. Kesempatan tersebut digunakan Direktorat Jenderal Pajak untuk
meningkatkan jumlah pendaftar NPWP. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak melakukan
kerjasama dengan lembaga-lembaga yang mengurusi hal-hal tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b) Peraturan UU No 16 Tahun 2007 tentang pembuatan NPWP secara masal
Tahun 2007, mulai diberlakukan pendaftaran NPWP secara masal. Ini merupakan program
Direktorat Jenderal Pajak agar wajib pajak yang tidak ada waktu (sibuk), maupun wajib pajak yang
malas mengurusi segala persyaratan dalam membuat NPWP dapat melakukan pendaftaran secara
masal.
c) Meningkatakan pelayanan dalam pembuatan NPWP
Pendaftaran NPWP dapat dilakukan dengan membuka situs Direktorat Jenderal Pajak. Langkah-
langkahnya adalah:
• Cari situs Direktorat Jenderal Pajak di internet dengan alamat www.pajak.go.id .
• Selanjutnya memilih menu e-Reg (Electronic Registration).
• Pilih menu “buat account baru” dan mengisi kolom sesuai yang diminta.
• Setelah itu akan muncul “formulir regestrasi wajib pajak orang pribadi”. Lalu mengisi sesuai
dengan kartu tanda penduduk yang dimiliki.
• Setelah itu wajib pajak akan memperoleh Surat Keterangan Terdaftar (SKT) sementara yang
berlaku selama 30 hari sejak pendaftaran dilakukan. Cetak SKT sementara tersebut sebagai bukti
bahwa wajib pajak telah terdaftar sebagai wajib pajak terdaftar.
• Wajib pajak menandatangani formulir registrasi, kemudian dapat dikirimkan atau disampaikan
langsung bersama SKT sementara tersebut. Setelah itu, wajib pajak akan menerima kartu NPWP
dan SKT asli.
Persyaratan untuk memiliki NPWP, yaitu cukup dengan mengisi formulir pendaftaran dan
menunjukan Kartu Tanda Penduduk (KTP), atau paspor bagi orang asnig. Pembuatan NPWP dan
semua pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak tanpa dipungut biaya atau gratis.
d) Melakukan penyisiran
Wajib pajak yang belum memiliki NPWP, akan didatangi oleh pegawai pajak. Biasanya, wajib
pajak yang didatangi tersebut wajib pajak yang memiliki usaha sendiri maupun wajib pajak yang
bekerja di sebuah instansi. Cara-cara tersebut telah diterapkan di KPP Pratama Klaten. Oleh karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
itu, menurut data terlampir, dari tahun 2007-2009, jumlah wajib pajak terdaftar semakin meningkat.
Berikut tabel jumlah wajib pajak orang pribadi terdaftar di KPP Pratama Klaten:
TABEL III.3
Tabel Jumlah Wajib Pajak Terdaftar di KPP Pratama Klaten
Wajib Pajak Terdaftar
2007 2008 2009 Kenaikan
2007-2008
2008-2009
(a) (b) (c) (b) : (a) (c) : (b) Pusat 7.202 20.362 37.827 282,72% 185,77%
Cabang 527 676 694 128,27% 102,66% total 7.729 21.038 38.521 272,18% 183,10%
Sumber: Data seksi pelayanan KPP Pratama Klaten
Berdasarkan tabel di atas, tahun 2007 ke tahun 2008 jumlah wajib pajak terdaftar mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Ini dikarenakan, pada awal tahun 2008 mulai diberlakukannya
pendaftaran NPWP secara masal dan juga awal beroperasinya Mobile Tax Unit. Mobile Tax Unit
merupakan fasilitas pelayanan perpajakan dengan cara mendatangi wajib pajak. Sehingga, wajib
pajak yang bertempat tinggal jauh dari tempat pendaftaran NPWP, dapat mendaftar di Mobile Tax
Unit tersebut. Karena cara kerja Mobile Tax Unit adalah dengan keliling ke daerah-daerah diseluruh
kecamatan kabupaten Klaten terutama daerah-daerah yang jauh dari KPP Pratama Klaten. Dari
tahun ke tahun jumlah pendaftar NPWP di KPP Pratama Klaten semakin meningkat. Ini menunjukan
bahwa upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam pembuatan
NPWP cukup berhasil. Berikut adalah grafik peningkatan jumlah pendaftar NPWP di wilayah
Klaten:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
GRAFIK III.2
Grafik Pendaftar NPWP di KPP Pratama Klaten
2. Apakah pengaruh jumlah pendaftar NPWP terhadap penerimaan pajak penghasilan di KPP
Pratama Klaten?
Sesuai dengan salah satu misi Direktorat Jenderal Pajak, yaitu meningkatkan penerimaan pajak,
maka KPP Pratama Klaten juga memiliki misi untuk menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor
pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-undang
perpajakan dengan tingkat efektifitas yang tinggi. Berikut adalah tabel penerimaan pajak penghasilan
di KPP Pratama Klaten tahun 2007-2009:
TABEL III.4
Tabel Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Klaten
Pajak 2007 2008 2009 Kenaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
penghasilan 2007-2008
2008-2009
(a) (b) (c) (b) : (a) (c) : (b)
Realisasi 23.782.832.834 46.518.397.121 50.476.440.855 195,59% 108,50% Sumber: Data seksi pelayanan KPP Pratama Klaten
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel, KPP Pratama Klaten dapat dikatakan berhasil dalam
memenuhi target penerimaan pajaknya, khususnya pajak penghasilan. Ini dapat dibuktikan dengan
meningkatnya jumlah penerimaan pajak penghasilan dari tahun 2007-2009 mengalami peningkatan.
Peningkatan tersebut sebanding dengan bertambahnya jumlah pendaftar NPWP yang dari tahun ke
tahun juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2008, jumlah wajib pajak terdaftar sebesar 21.038
orang, mengalami peningkatan sebesar 272,19% dari tahun 2007. Penerimaan pajak penghasilan tahun
2008 juga mengalami peningkatan sebesar 195,59%. Begitu juga dengan tahun 2009, mengalami
kenaikan sebesar 183,10% dari tahun 2008 dan penerimaan pajak penghasilannya naik sebesar
108,50%. Kenaikan jumlah wajib pajak sebanding dengan kenaikan total penerimaan pajak
penghasilan yang dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Berikut adalah grafik peningkatan
penerimaan pajak penghasilan di KPP Pratama Klaten
Grafik III. 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Grafik Penerimaan Pajak KPP Pratama Klaten
Selain itu faktor yang mempengaruhi kenaikan penerimaan pajak, khususnya pajak penghasilan
antara lain:
• Penggalian potensi Account Representatif
Di KPP, mempunyai petugas khusus yang berkewajiban membantu para wajib pajak dalam
kegiatan administrasi perpajakan. Sehingga wajib pajak dapat bertanya atau berkonsultasi
mengenai perpajakan kepada petugas tersebut. Petugas tersebut sering disebut dengan Account
Representative (AR). Penggalian potensi AR ini bertujuan agar meningkatkan penerimaan pajak.
• Pertumbuhan Ekonomi
Semakin berkembangnya ekonomi di Indonesia, semakin mempengaruhi total penerimaan pajak.
Karena tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat juga akan semakin tinggi maka jumlah pajak
yang akan dibayar oleh masyarakat juga akan semakin tinggi.
• Semakin tinggi tingkat pelayanan yang diberikan
Pelayanan yang diberikan Direktorat Jenderal Pajak kepada wajib pajak juga dapat
mempengaruhi naiknya penerimaan pajak. Contoh: mulai beroperasinya Mobile Tax Unit,
pendaftaran NPWP secara on –line, Drop box, serta adanya penyuluhan dan sosialisasi perpajakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab III, tentang tingkat kesadaran masyarakat kabupaten Klaten dalam
mendaftarkan diri untuk membuat NPWP serta pengaruh jumlah pendaftar NPWP terhadap total
penerimaan pajak penghasilan di KPP Pratama Klaten, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:
1) Tingkat kesadaran masyarakat Kabupaten Klaten untuk membuat NPWP dari tahun ke tahun,
khususnya dari tahun 2007 sampai tahun 2009 selalu meningkat. Meskipun kenaikan tidak terlalu
signifikan tetapi ini telah mencapai target yang diharapkan oleh KPP Pratama Klaten. Peningkatan
tersebut dipengaruhi oleh bebeapa faktor. Salah satunya dengan fasilitas dan program-program yang
diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada masyarakat. Kemudahan tata cara pembuatan NPWP
juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi peningkatan jumlah wajib pajak yang ber-NPWP.
Selain itu peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak, tentang
pembuatan NPWP secara masal juga mampu meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam mendaftarkan
diri sebagai wajib pajak yang ber-NPWP.
2) Peningkatan jumlah pendaftaran NPWP juga menyebabkan jumlah penerimaan pajak penghasilan
meningkat. Karena wajib pajak yang telah memiliki NPWP juga berkewajiban melaporkan,
menyampaikan serta membayar pajak, oleh sebab itu total penerimaan pajak dari tahun 2007-2009
meningkat. Oleh sebab itu, salah satu faktor meningkatnya penerimaan pajak, yaitu meningkatnya
jumlah pendaftar NPWP. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi meningkatnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
jumlah penerimaan pajak. Misalnya: penggalian potensi dari account representative, kerjasama antara
pihak KPP dengan Bank dan instansi pemerintah lainnya, serta fasilitas maupun peraturan perundang-
undangan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
B. SARAN
Dari pembahasan Bab III, maka penulis dapat memberikan rekomendasi atau saran-saran sebagai
berikut:
1. Pelayanan pajak di KPP Pratama Klaten lebih ditingkatkan agar setiap tahun jumlah pendaftar NPWP
serta jumlah penerimaan pajak selalu meningkat. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam
meningkatkan pelayanan, yaitu memperbanyak Mobile Tax Unit (MTU), Memperbanyak dropbox,
pelayanan Account Representatif (AR) yang ramah dan baik, mengadakan sosialisasi dan penyuluhan
kepada masyarakat terutama masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah yang jauh dari KPP Pratama
Klaten.
2. Mengoptimalisasikan kinerja dari para pegawai pajak. Hal ini juga sangat berpengaruh terhadap
kegiatan yang dilakukan di KPP Pratama Klaten. Semakin optimal kinerja pegawai pajak, semakin
tinggi tingkat pencapaian target yang diharapkan dalam hal penerimaan pajak penghasilan. Ada
beberapa cara dalam megoptimalisasikan kinerja pegawai pajak, misalnya dengan memberikan prestasi
bagi karyawan yang memiliki kinerja cukup baik.