29
ABLASIO RETINA Pendahuluan Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina manusia merupakan suatu struktur yang sangat terorganisir, yang terdiri dari lapisan-lapisan badan sel dan prosesus sinaptik. Walaupun ukurannya kompak dan tampak sederhana apabila dibandingkan dengan struktur saraf misalnya korteks serebrum, retina memiliki daya pengolahan yang sangat canggih. Pengolahan visual retina diuraikan oleh otak, dan persepsi warna, kontras, kedalaman, dan bentuk berlangsung di korteks. 1,2 Retina merupakan jaringan neurosensoris yang terbentuk dari perpanjangan sistem saraf pusat sejak embriogenesis. Retina berfungsi untuk mengubah energi cahaya menjadi impuls listrik yang kompleks yang kemudian ditransmisikan melalui saraf optik, chiasma optik, dan traktus visual menuju korteks occipital sehingga menghasilkan persepsi visual. Bagian sentral retina atau daerah makula sebagian besar terdiri dari fotoreseptor kerucut yang digunakan untuk penglihatan sentral dan warna (penglihatan fotopik), sedangkan bagian perifer retina sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang yang digunakan untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik). 2,3 Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan sel batang retina dari sel epitel

Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ablasia renita

Citation preview

Page 1: Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

ABLASIO RETINA

Pendahuluan

Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang

menerima rangsangan cahaya. Retina manusia merupakan suatu struktur yang sangat

terorganisir, yang terdiri dari lapisan-lapisan badan sel dan prosesus sinaptik. Walaupun

ukurannya kompak dan tampak sederhana apabila dibandingkan dengan struktur saraf misalnya

korteks serebrum, retina memiliki daya pengolahan yang sangat canggih. Pengolahan visual

retina diuraikan oleh otak, dan persepsi warna, kontras, kedalaman, dan bentuk berlangsung di

korteks.1,2

Retina merupakan jaringan neurosensoris yang terbentuk dari perpanjangan sistem saraf

pusat sejak embriogenesis. Retina berfungsi untuk mengubah energi cahaya menjadi impuls

listrik yang kompleks yang kemudian ditransmisikan melalui saraf optik, chiasma optik, dan

traktus visual menuju korteks occipital sehingga menghasilkan persepsi visual. Bagian sentral

retina atau daerah makula sebagian besar terdiri dari fotoreseptor kerucut yang digunakan untuk

penglihatan sentral dan warna (penglihatan fotopik), sedangkan bagian perifer retina sebagian

besar terdiri dari fotoreseptor batang yang digunakan untuk penglihatan perifer dan malam

(skotopik).2,3

Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan sel

batang retina dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat

dengan membran Brunch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat

suatu perlengketan struktural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah

yang potensial untuk lepas secara embriologis. 1

Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel akan

mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung lama

akan mengakibatkan gangguan fungsi penglihatan yang menetap.1

Page 2: Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

DEFINISI

Ablasio retina (retinal detachment) adalah pemisahan retina sensorik, yakni lapisan

fotoreseptor (sel kerucut dan batang) dan jaringan bagian dalam, epitel pigmen retina

dibawahnya. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membran Bruch.

Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan struktural

dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas

secara embriologis. 1,3,7

Gambar Ablasio retina

ANATOMI

Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, multilapis yang

melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan

hampir sama jauhnya dengan korpus siliare, dan berakhir di tepi ora serrata. Pada orang

dewasa, ora serrata berada sekitar 6,5 mm di belakang garis Schwalbe pada sisi temporal dan

5,7 mm di belakang garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan

lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga bertumbuk dengan membrane Bruch, koroid dan

sklera. Disebagian besar tempat, retina dan epitelium pigmen retina mudah terpisah hingga

membentuk suatu ruang subretina, seperti yang terjadi pada ablasio retina. Tetapi pada diskus

optikus dan ora serrata, retina dan epitelium pigmen retina saling melekat kuat sehingga

membatasi perluasan cairan subretina pada ablasio retina. Hal ini berlawanan dengan ruang

Page 3: Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

subkhoroid yang dapat terbentuk antara khoroid dan sklera yang meluas ke taji sklera. Dengan

demikian ablasi koroid meluas melewati ora serrata, dibawah pars plana dan pars plikata.

Lapisan - lapisan epitel permukaan dalam korpus siliare dan permukaan posterior iris

merupakan perluasan ke anterior retina dan epitelium pigmen retina. Permukaan dalam retina

menghadap ke vitreus.2

Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi luar ke dalam adalah sebagai berikut:

1. Epitelium pigmen retina

Merupakan lapisan terluar dari retina. Epitel pigmen retina terdiri dari satu lapisan

sel mengandung pigmen dan terdiri atas sel-sel silindris dengan inti di basal. Daerah

basal sel melekat erat membran Bruch dari koroid. Fotoreseptor dipelihara oleh epitel

pigmen retina, yang berperan pada proses penglihatan. Epitel pigmen ini bertanggung

jawab untuk fagositosis segmen luar fotoreseptor, transportasi vitamin, mengurangi

hamburan sinar, serta membentuk sawar selektif antara koroid dan retina.3, 4, 5

2. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut.

Sel-sel batang dan kerucut di laisan fotoreseptor mengubah rangsangan cahaya

menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh jaras-jaras penglihatan ke korteks

penglihatan ocipital. Fotoreseptor tersusun sehingga kerapatan sel-sel kerucut

meningkat di di pusat makula (fovea), dan kerapatan sel batang lebih tinggi di

perifer. Pigmen fotosensitif di dalam sel batang disebut rodopsin. Sel kerucut

mengandung tiga pigmen yang belum dikenali sepenuhnya yang disebut iodopsin

yang kemungkinan menjadi dasar kimiawi bagi tiga warna (merah,hijau,biru) untuk

penglihatan warna. Sel kerucut berfungsi untuk penglihatan siang hari (fotopik).

Subgrup sel kerucut responsif terhadap panjang gelombang pendek, menengah, dan

panjang (biru, hijau merah). Sel batang berfungsi untuk penglihatan malam

(skotopik). Dengan bentuk penglihatan adaptasi gelap ini terlihat beragam corak abu-

abu, tetapi warnanya tidak dapat dibedakan. Waktu senja (mesopik) diperantarai oleh

kombinasi sel kerucut dan batang.2,4, 5

3. Membrana limitans externa

4. Lapisan inti luar sel fotoreseptor, Ini terdiri dari inti dari batang dan kerucut.

5. Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungan – sambungan sel bipolar

dan sel horizontal dengan fotoreseptor .3,6

Page 4: Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

6. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal

7. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan – sambungan sel

ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar .3,6

8. Lapisan sel ganglion, Ini terutama mengandung sel badan sel ganglion (urutan kedua

neuron visual 7 pathway). Ada dua jenis sel ganglion.3,6

9. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson – akson sel ganglion yang berjalan

menuju ke nervus optikus.3,6

10. Membrana limitans interna. Ini adalah lapisan paling dalam dan memisahkan retina

dari vitreous. Itu terbentuk oleh persatuan ekspansi terminal dari serat yang Muller,

dan pada dasarnya adalah dasar membran.

Gambar 1. Lapisan retina dari luar ke dalam (3)

Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada kutub posterior. Di

tengah – tengah retina posterior terdapat makula. Secara klinis makula dapat didefinisikan

sebagai daerah pigmentasi kekuningan yang disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil) yang

berdiameter 1,5 mm. Secara histologis makula merupakan bagian retina yang lapisan

ganglionnya mempunyai lebih dari satu lapis sel. Secara klinis, makula adalah bagian yang

dibatasi oleh arkade – arkade pembuluh darah retina temporal. Di tengah makula sekitar 3,5

Page 5: Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

mm di sebelah lateral diskus optikus terdapat fovea yang secara klinis jelas – jelas merupakan

suatu cekungan yang memberikan pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskop.2

Fovea merupakan zona avaskular di retina pada angiografi fluoresens. Secara histologi,

fovea ditandai dengan menipisnya lapisan inti luar dan tidak adanya lapisan – lapisan parenkim

karena akson – akson sel fotorreceptor (lapisan serat Henle) berjalan oblik dan pergeseran

secara sentrifugal lapisan retina yang lebih dekat ke permukaan dalam retina. Foveola adalah

bagian paling tengah pada fovea, disini fotoreseptornya adalah sel kerucut dan bagian retina

yang paling tipis. Semua gambaran histologis ini memberikan diskriminasi visual yang halus.

Ruang ekstraseluler retina yang normalnya kosong potensial paling besar di makula dan

penyakit yang menyebabkan penumpukan bahan di ekstrasel dapat menyebabkan daerah ini

menjadi tebal sekali.

Gambar 2. Anatomi makula

Retina menerima darah dari dua sumber yaitu khoriokapilaria yang berada tepat diluar

membrana Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina termasuk lapisan pleksiformis luar dan

lapisan inti luar, fotorreceptor, dan lapisan epitel pigmen retina serta cabang – cabang dari

arteri sentralis retinae yang mendarahi dua pertiga sebelah dalam. Fovea sepenuhnya

diperdarahi oleh khoriokapilaria dan mudah terkena kerusakan yang tak dapat diperbaiki kalau

Page 6: Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

retina mengalami ablasi. Pembuluh darah retina mempunyai lapisan endotel yang tidak

berlubang yang membentuk sawar darah retina. Lapisan endotel pembuluh khoroid dapat

ditembus. Sawar darah retina sebelah luar terletak setinggi lapisan epitel pigmen retina.2,3

Epidemiologi

Istilah “ablasio retina” (retinal detachment) menandakan pemisahan retina sensorik dari

epitel pigmen retina. Terdapat tiga jenis utama ablasio retina, yaitu: ablasio retina

regmatogenosa, epitel retina traksi (tarikan), dan ablasio retina eksudatif.2

Insiden  ablasio retina di Amerika Serikat adalah 1:15.000 populasi dengan prevalensi

0,3%. Sumber lain menyatakan bahwa insidens ablasio retina di Amerika Serikat adalah

12,5:100.000 kasus per tahun atau sekitar 28.000 kasus per tahun.

Secara internasional, faktor penyebab ablasio retina terbanyak adalah miopia 40-50%,

operasi katarak (afakia, pseudofakia) 30-40%, dan trauma okuler 10-20%. Ablasio retina lebih

banyak terjadi pada usia 40-70 tahun, tetapi bisa terjadi pada anak-anak dan remaja lebih banyak

karena trauma.4

Ablasio retina regmatogenosa merupakan ablasio retina yang paling sering terjadi.

Sekitar 1 dari 10.000 populasi normal akan mengalami ablasio retina regmatogenosa.

Kemungkinan ini akan meningkat pada pasien yang:

Memiliki miopia tinggi;

Telah menjalani operasi katarak, terutama jika operasi ini mengalami komplikasi

kehilangan vitreus.

Pernah mengalami ablasio retina pada mata kontralateral.

Baru mengalami trauma mata berat.5

Etiologi

Kelompok orang tertentu memiliki faktor risiko lebih tinggi dibandingkan dengan orang

lain, seperti miopia berat, afakia (misal pada pasien katarak setelah dioperasi tanpa

lensaintraokular), usia lanjut, dan trauma. Ablasio retina yang disebabkan oleh

trauma lebih sering terjadi pada individu berusia 25-45 tahun. Hal yang tidak terlalu 

Page 7: Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

berhubungan dengan ablasio retina regmatogenosa, antara lain riwayat keluarga,

riwayatkelainan kongenital mata seperti glaukoma, vitreopati herediter dengan

abnormal badan vitreus, dan riwayat retinopati prematuritas.

Miopia tinggi, di atas 5-6 dioptri, berhubungan dengan 67 % kasus ablasio retina dan

cenderung terjadi lebih mudah dari pasien non miopia. Diperkirakan terjadi pada 5-16dari 1000

setelah operasi katarak dengan metode ICCE. Risiko ini menjadi lebih tinggi  pada

pasien dengan miopi tinggi. Walaupun ablasio retina terjadi pada satu mata tetapi 15%

kemungkinan akan berkembang pada mata yang lainnya, dan risiko ini lebih

tinggi,sekitar 25-30 % pada pasien yang telah menjalani operasi katarak pada kedua mata.

Klasifikasi

Dikenal tiga bentuk ablasio retina:

1. Ablasio Retina Regmatogenosa

Tipe ini merupakan ablasio retina yang paling sering. Pada tipe ini ablasio timbul akibat

adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk ke belakang antara sel epitel berpigmen

dengan sel batang dan sel kerucut. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair ( fluid

vitreous) yang masuk melalui robekan pada retina menuju rongga subretina. Miopia, afakia,

laticce degeneration, dan trauma okuli merupakan faktor resiko terjadinya ablasio retina

regmatogenosa.

Gambar 3. Ablasio Retina Regmatogenosa4

Page 8: Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

2. Ablasio Retina Traksi

Ablasio retina tipe tarikan atau traksi merupakan tipe ablasi yang tersering kedua. Tipe

ini biasanya timbul akibat retinopati diabetika, proliferasi vitreoretinopati, retinopati akibat

prematuritas, atau trauma okuli. Pada ablasi ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan

jaringan parut pada badan kaca yang akan melepaskan tautan retina. Berbeda dengan tipe

regmatogenosa dengan kelainan berbentuk koveks, bentuk kelainan pada tipe traksi biasanya

konkaf dan lebih terlokalisir. 1,3

Gambar 4. Ablasio Retina Traksi4

3. Ablasio Retina Eksudatif

Ablasio retina eksudatif terjadi tanpa adanya robekan atau traksi vitreoretina. Ablasi

terjadi akibat penimbunan cairan pada ruang subretina akibat penyakit primer pada epitel

berpigmen dan koroid. Kelainan ini terjadi pada skleritis, koroiditis, tumor retrobulber, uveitis,

atau idiopatik.1,3

Page 9: Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

Gambar 5. Ablasio Retina Eksudatif

Patofisiologi

Dalam keadaan normal terdapat gaya yang menjaga agar bagian sensoris tetap melekat pada

epitel berpigmen. Gaya ini dibentuk oleh tekanan negatif pada ruang subretina sebagai hasil

metabolic pump epitel berpigmen dan tekanan onkotik yang relatif lebih tinggi pada koroid,

serta adanya lem yang terbuat dari mukopolisakarida yang melekatkan epitel berpigmen dan

sensori retina (sel batang dan kerucut).

Ablasi retina eksudatif atau tipe serus timbul akibat akumulasi cairan serus atau

hemoragik pada ruangan subretina akibat faktor hidrostatik seperti contohnya akibat hipertensi

akut yang berat. Dapat pula timbul akibat eksudasi cairan karena proses inflamasi seperti pada

uveitis atau efusi neoplastik. Cairan eksudat maupun darah akibat perdarahan akan tertimbun

pada ruangan subretina yang jika jumlahnya terus bertambah akan mendorong retina dan

menyebabkan retina terlepas.

Tipe kedua yaitu ablasi retina traksi terjadi akibat tenaga sentripetal pada retina akibat

adanya jaringan fibrotik. Tenaga sentripetal ini kemudian akan menarik jaringan retina sehingga

terlepas dari lapisan epitel berpigmen tanpa adanya robekan.

Jaringan fibrotik ini timbul akibat perdarahan profuse, trauma, pembedahan, infeksi, atau

inflamasi. Penyebab tersering adalah proliferatif diabetic retinopathy.

Gejala Klinis

Page 10: Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

Gejala klinis dari ablasi retina adalah :

1. Fotopsia dan floaters.

Pada awal penyakit biasanya penderita mengeluh melihat kilatan cahaya

(fotopsia) maupun melihat adanya bercak bercak yang bergerak pada lapangan

penglihatanya (floaters). Setelah itu timbul bayangan pada lapangan pandang perifer

yang jika diabaikan akan menyebar dan melibatkan seluruh lapangan penglihatan. 6

Dalam keadaan normal stimulasi terhadap retina terjadi jika terdapat cahaya.

Namun retina juga dapat terstimulasi jika terdapat kerusakan mekanik. Saat terjadi

kerusakan mekanik akibat separasi badan kaca posterior, akan terjadi pelepasan fosfen

lalu retina akan terstimulasi dan terjadilah sensasi cahaya yang dirasakan oleh penderita

sebagai kilatan cahaya (fotopsia).7

Floaters (melihat bercak bergerak) merupakan gejala yang umum di populasi

namun etiologinya harus dibedakan karena banyak penyakit dapat menimbulkan gejala

ini. Floaters yang timbul mendadak dan terlihat sebagai bercak-bercak besar pada tengah

lapangan penglihatan biasanya mengindikasikan posterior vitreous detachment (PVD).

Pasien akan mengeluh timbulnya floaters seperti cincin jika vitreous terlepas dari

insersinya yang anular pada papil nervus optikus. Floaters berupa garis-garis kurva

timbul pada degenerasi badan kaca. Kadang-kadang timbul ratusan bintik-bintik hitam

dibelakang mata. Hal ini patognomonik untuk perdarahan vitreus sebagai akibat

pecahnya pembuluh darah retina akibat robekan atau lepasnya perlekatan badan kaca

pada retina. Beberapa saat setelah itu dapat timbul jaring laba-laba yang mengindikasikan

pembentukan klot (bekuan darah).

Sebagai catatan lokasi dari kilatan cahaya maupun floaters dalam lapangan pandang ini

tidak menunjukkan lokasi defek pada retina.

3. Penurunan visus

Gejala ini dapat terjadi jika ablasi melibatkan makula dan kadang kadang benda terlihat

seperti bergetar atau disebut pula metamorphopsia.

4. Defek lapangan pandang

Page 11: Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

Gejala ini adalah merupakan gejala lanjut dari ablasio retina. Berbeda dengan lokasi

fotopsia dan floaters yang tidak menunjukkan lokasi kerusakan, defek lapangan pandang

sangat spesifik untuk menentukan lokasi dari robekan atau ablasi retina.

Ablasi di depan ekuator tidak dapat dinilai melalui pemeriksaan lapangan

pandang. Sedangkan lesi di belakang ekuator dapat ditentukan dengan pemeriksaan

lapangan pandang namun biasanya tidak jelas dirasakan sebelum melibatkan makula.

Defek lapangan pandang di superior menunjukan ablasio retina di inferior, sedangkan

defek lapangan pandang di superior menunjukkan ablasio retina inferior.4

Diagnosis

Pemeriksaan pada kasus yang dicurigai ablasio retina meliputi pemeriksaan dengan slit lamp

biomicroscopy dimana biasanya kamera okuli anterior ditemukan dalam batas normal. Pada

pemeriksaan badan kaca kadang-kadang ditemukan adanya pigmen yang terlihat sebagai tobacco

dust. Hal ini merupakan tanda patognomonik untuk robekan retina pada 70 % kasus tanpa

riwayat penyakit mata atau pembedahan sebelumnya. 6

Diagnosis pasti ditegakkan dengan oftalmoskopi. Direct oftalmoscopy dapat mendeteksi

perdarahan vitreus dan ablasi retina yang luas. Daerah ablasi ditandai dengan daerah abu-abu

dengan warna pembuluh darah lebih gelap yang terletak pada daerah yang melipat. Daerah ablasi

akan terlihat berundulasi atau bergelombang ketika mata digerakkan, namun jika ablasi masih

dangkal akan sangat sulit untuk dievaluasi. Dengan daya pandang pemeriksaan yang sempit

sering diagnosis ablasio retina terlewatkan, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan secara

indirek yang secara signifikan meningkatkan visualisasi fundus bagian perifer.

1.       Anamnesis

Gejala yang sering dikeluhkan pasien, adalah:

-     Floaters (terlihat benda melayang-layang), yang terjadi karena adanya kekeruhan di

vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi vitreus itu

sendiri.

Page 12: Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

-     Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya) tanpa adanya cahaya di sekitarnya, yang

umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam

keadaan gelap.

-     Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya sebagian seperti

tertutup tirai yang semakin lama semakin luas. Pada keadaan yang telah lanjut dapat

terjadi penurunan tajam penglihatan yang lebih berat.

2.       Pemeriksaan oftalmologi

-     Pemeriksaan visus, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan  akibat terlibatnya

makula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang

menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula lutea

ikut terangkat.

-     Pemeriksaan lapangan pandang, akan terjadi lapangan pandang seperti tertutup

tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina, pada

lapangan pandang akan terlihat pijaran api seperti halilintar kecil dan fotopsia.

-     Pemeriksaan funduskopi, yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio

retina dengan menggunakan binokuler indirek oftalmoskopi. Pada pemeriksaan ini

ablasio retina dikenali dengan hilangnya refleks fundus dan pengangkatan retina.

Retina tampak keabu-abuan yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat

akumulasi cairan bermakna pada ruang subretina, didapatkan pergerakkan undulasi

retina ketika mata bergerak. Suatu robekan pada retina terlihat agak merah muda

karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya. Mungkin didapatkan debris terkait

pada vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen atau ruang retina dapat ditemukan

mengambang bebas.

 

3.       Pemeriksaan Penunjang

-     Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta

antara lain glaukoma, diabetes mellitus, maupun kelainan darah.

Page 13: Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

-     Pemeriksaan ultrasonografi, yaitu ocular B-Scan ultrasonografi juga digunakan

untuk mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis lain yang menyertainya

seperti proliverative vitreoretinopati, benda asing intraokuler. Selain itu ultrasonografi

juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan ablasio retina

eksudatif misalnya tumor dan posterior skleritis.

-     Scleral indentation

-    Fundus drawing

-    Goldmann triple-mirror

-    Indirect slit lamp biomicroscopy

Diagnosis Banding

-      Retinoschisis degeneratif, yaitu degenerasi peripheral tipikal sering ditemukan pada

orang dewasa, berlanjut dan meninggi 2-3 mm posterior ke oraserrata. Daerah yang

degenerasi tampak adanya gelembung dan paling mudah diamati adanya depresi skleral.

Kavitas kistoid pada lapisan pleksiform luar mengandung hyalorinidase-

mukopolisakarida sensitif. Komplikasi yang diketahui dari degenerasi kistoid yang tipikal

adalah koalesensi dan ekstensi kavitas dan peningkatan kearah retinoskisis degenerasi

tipikal. Gejala fotopsia dan floaters tidak ada karena tidak ada traksi vitreoretinal. Defek

lapangan pandang jarang. 10,11

-      Choroidal detachment, gejala fotopsia dan floaters tidak ada karena tidak ada traksi

viteroretinal. Defek lapangan pandang ada pada mata dengan detachment choroidal yang

luas.10

 

Penatalaksanaan

Penanganan Ablasio Retina

Page 14: Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

Retina mendapatkan oksigen dan nutrien dari koroid yang mendasarinya (lapisan

vaskuler). Saat ablasio retina muncul, retina yang lepas mulai mengalami disfungsi dan akhirnya

nekrosis (mati) yang merupakan akibat apabila retina tidak dikembalikan pada tempatnya semula

pada koroid. Oleh karena itu ablasio retina merupakan tindakan darurat yang mana retina yang

terlepas harus dikenali dan diberikan penanganan yang tepat. Prinsip Penatalaksanaan pada

ablasio retina adalah untuk melekatkan kembali lapisan neurosensorik ke lapisan epitel pigmen

retina. Penanganannya dilakukan dengan pembedahan,  pembedahan ablasio retina dapat

dilakukan.

Apabila robekan retina ditemukan sebelum ablasio terjadi, hal tersebut dapat ditangani

dan dicegah agar retina tidak lebih lanjut terlepas. Biasanya laser dapat digunakan untuk

menangani robekan retina. Laser tersebut dapat membuat “luka bakar” baru disekitar robekan

yang pada akhirnya nanti membentuk jaringan parut dan menahan retina pada jaringan di

bawahnya. Hal ini mencegah cairan (cairan vitreus) agar tidak masuk melalui robekan dan

melepaskan retina. 4

Gambar 6. Penggunaan Laser pada Ablasio Retina2,6

Pada kasus-kasus yang lebih jarang, laser tidak bisa dipergunakan dan sebagai gantinya

dipakai cryoprobe retina untuk menangani robekan tersebut. Cryoprobe tersebut dapat membuat

suatu reaksi pembekuan yang dapat membentuk jaringan parut di sekitar robekan.

Page 15: Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

Gambar 7. Penggunaan Cryoprobe pada Ablasio Retina2

Hal inilah yang menyebabkan pentingnya suatu pemeriksaan awal apabila terdapat gejala

PVD (flashes, floaters, shower of spots). Pemeriksaan menggunakan oftalmoskopi indirek,

pemeriksaan lensa kontak, dan depresi sklera diperlukan untuk menemukan robekan retina

secara dini dan daerah di sekitarnya yang beresiko terlepas. Jika tidak ditemukan robekan pada

pemeriksaan awal, sangat penting untuk mengadakan pemeriksaan lagi dalam waktu 1 sampai 2

minggu atau lebih awal lagi apabila terdapat gejala baru. Walaupun robekan ditemukan dan telah

ditangani, pemeriksaan lanjutan sangat diperlukan untuk memastikan reaksi laser bekerja dan

tidak berkembang robekan baru.4

Tidak semua robekan retina memerlukan penanganan. Banyak orang memiliki lubang bundar

atau atrofi pada retina mereka yang ditemukan pada pemeriksaan rutin dan biasanya hal ini tidak

perlu ditangani. Tetapi secara umum jika suatu robekan retina ditemukan yang berhubungan

dengan temuan gejala PVD atau terdapat faktor resiko tinggi untuk mengalami ablasio retina

diperlukan suatu penanganan yang tepat.4

Page 16: Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

Penanganan robekan retina dengan laser atau cryoprobe tersebut memiliki tingkat

kesuksesan yang tinggi dan biasanya ablasio retina dapat dihindari. Sayangnya pada kasus-kasus

tertentu, terkadang robekan retina secara cepat mengarah kepada ablasio retina tanpa ada gejala

PVD. Untuk ini dan alasan lainnya banyak orang didiagnosis dengan ablasio retina pada awal

pemeriksaan dan hampir selalu memerlukan perbaikan melalui tindakan pembedahan. 4

Tindakan pembedahan untuk menangani ablasio retina meliputi berbagai macam prosedur

tergantung pada keadaan penyakit. Prosedur pembedahan yang dimaksud meliputi scleral buckle

procedure, vitrectomy dan pneumatic retinopexy.

1. Scleral Buckling

Posedur pembedahan ini telah dipergunakan lebih dari 30 tahun dan biasanya

dipergunakan untuk menangani ablasio retina tipe regmatogenosa. Operasi pemasangan scleral

buckle itu adalah merupakan prosedur yang paling umum untuk memperbaiki ablasio retina.

Prosedur ini meliputi melokalisir posisi keseluruhan robekan retina, menangani semua robekan

retina dengan cryoprobe dan mempertahankan dengan menggunakan gesper sclera (scleral

buckle). Gesper yang digunakan biasanya adalah sebuah busa silicon atau silicon padat. Tipe dan

bentuk gesper bervariasi tergantung lokasi dan jumlah robekan retina. Gesper tersebut dipasang

pada dinding luar bola mata (sclera) untuk menciptakan sebuah indentasi atau efek gesper di

dalam mata. Gesper diposisikan di bawah muskulus rektus sehingga dapat menekan robekan

retina dan secara efektif menutup robekan dan dipertahankan pada tempatnya dengan jahitan

yang minimalis pada sklera mata. Setelah robekan tertutup, cairan di bawah retina biasanya

secara spontan akan kembali pada posisinya semula dalam 1 sampai 2 hari (menghilangkan

traksi vitreus). Pada banyak kasus dilakukan dreinase terhadap cairan yang berada di bawah

retina pada bagian retina yang terlepas dan kemudian menutup lubang yang terjadi dengan laser

atau cryoterapy. 4,10

Page 17: Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

Gambar 8. Prosedur Scleral Buckling2,4

2. Vitrectomy

Prosedur ini dikenal juga dengan sebutan Trans Pars Plana Vitrectomy (TPPV), dan telah

digunakan sejak 20 tahun yang lalu untuk menangani ablasio retina tipe traksi pada pasien

diabetes tapi dapat juga dipergunakan untuk ablasio retina tipe regmatogenosa khususnya kasus-

kasus yang berhubungan dengan traksi vitreus atau pendarahan pada vitreus. Prosedur tersebut

meliputi membuat insisi kecil pada dinding bola mata agar dapat memasukkan alat yang disebut

vitrector ke dalam kavitas vitreus (bagian tengah bola mata). Langkah yang pertama dilakukan

adalah menghilangkan vitreus humor menggunakan vitreus cutter. Kemudian tergantung pada

tipe dan penyebab ablasio retina, berbagai macam instrumen (gunting, forcep, laser, dll) dan

teknik (eksisi lingkaran yang mengalami traksi, pertukaran gas-cairan, pemberian minyak

silikon, dll) dipergunakan untuk mengembalikan retina pada lapisan di bawahnya. 4,10

Page 18: Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

Gambar 9. Vitrektomi4

3. Peumatic Retinopexy

Prosedur ini dilakukan untuk memperbaiki ablasio retina tipe regmatogenosa khususnya

yang memiliki robekan tunggal terletak di bagian superior retina (straight-forward

rhegmatogenous retinal detachment). Prosedur ini meliputi menginjeksikan gelembung gas ke

dalam bagian tengah bola mata (kavitas vitreus) baik sebelum atau sesudah lubang pada retina

dirawat dengan laser atau cryoterapy untuk menutup lubang secara permanen. Gelembung gas

tersebut harus diposisiskan di atas lubang agar dapat mencegah cairan masuk ke lubang

sementara retina menyembuh. Keuntungan utama dari prosedur ini adalah dapat dilakukan di

praktek dokter tanpa harus lama menginap di rumah sakit dan juga dapat dihindari komplikasi

dari prosedur sclera buckling walaupun tentunya memiliki komplikasi tersendiri. Sedangkan

keburukannya adalah prosedur ini memerlukan posisi kepala yang tetap selama 7 – 10 hari

mendatang dan memiliki angka kesuksesan yang lebih rendah dibandingkan prosedur sclera

buckling. 4,10

Page 19: Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

Gambar 10. Pneumatic Retinopexy4

 

Komplikasi

Penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan merupakan komplikasi yang paling umum

terjadi pada ablasio retina. Penurunan penglihatan terhadap gerakan tangan atau persepsi cahaya

adalah komplikasi yang sering dari ablasio retina yang melibatkan makula.4

Jika retina tidak berhasil dilekatkan kembali dan pembedahan mengalami komplikasi, maka

dapat timbul perubahan fibrotik pada vitreous (vitreoretinopati proliferatif, PVR). PVR dapat

menyebabkan traksi pada retina dan ablasio retina lebih lanjut.2,5

Prognosis

Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya ablasio, diagnosisnya dan

tindakan bedah yang dilakukan.12

Terapi yang cepat prognosis lebih baik. Prognosis lebih buruk bila mengenai makula atau jika

telah berlangsung lama. Jika makula melekat dan pembedahan berhasil melekatkan kembali

retina perifer, maka hasil penglihatan sangat baik. Jika makula lepas lebih dari 24 jam sebelum

pembedahan, maka tajam penglihatan sebelumnya mungkin tidak dapat pulih sepenuhnya.2,5

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: Tinjauan Pustaka Ablasi Retina

 

1.   Ilyas S, dkk. Ablasio retina. In: Sari ilmu penyakit mata. Cetakan ke-4. Gaya Baru Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004: 9,10,183-6.

2.   Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Ablasi retina. In: Oftalmologi umum. 14th ed. Widya

Medika. Jakarta; 2006:197, 207-9.

3.   Olsen TW. Retina. In: Primary care ophtahalmology. Palay DA, Krachmer JH. Pr, editors. 2nd

ed. Elsevier Mosby. Philadelphia;2005. 183-6.

4.  Gregory Luke Larkin.Retinal Detachment.EMedicine [Online] Available from :

http://www.emedicine.com/emerg/byname/Retinal-Detachment.htm . Accessed: 15/4/2008

5.   James B.,dkk. Ablasi retina. In: Oftalmologi. 9th ed. Erlangga:Ciracas Jakarta; 2003: 117-121.

6.   Friedman NJ, Kaiser PK, Trattler WB. Posterior segment. In: Review of ophthalmology.

Elsevier Saunders. Philadelphia; 2005: 295-342.

7.   Wijana N. Retina. In: Ilmu penyakit mata. 154-6.

8.   Langston DP. Manual of ocular diagnosis and therapy. 5th ed. Lippicott Williams & Wilkins.

Philadelphia; 2002: 187-91.

9.   Mansjoer, Arif. 2001. Kapita selekta kedokteran Edisi ketiga jilid pertama. Fakultas

kedokteran Universitas Indonesia : Media Aesculapius

10. Kanski JJ. Retinal etachment. In: Clinical ophthalmology. 5th ed. Butterworth Heinemann.

Philadelphia; 2003: 349-89.

11. The Eye MD. Association, Retina and Vitreus. In: Basic and clinical science cource 2003-

2004 on CD-ROM, section 12. America Academy of Ophthalmology: 2003-2004.

12. Hollwich F. Ablasi Retina. In: Oftalmologi. Binarupa Aksara: Jakarta; 1993: 263-269.

13. Lihteh Wu. Tractional Retinal Detachment.E Medicine [Online]Available from :

http://www.emedicine.com/oph/byname/Retinal-Detachment–Tractional.htm.Accessed:

15/4/2008.

14. Lihteh wu. Exudative Retinal Detachment.E Medicine [Online]Available from :

http://www.emedicine.com/oph/byname/Retinal-Detachment–Exudative.htm.Accessed:

15/4/2008.